Perbedaan Self-Efficacy Akademik Siswa SMA Yang Mengikuti Bimbingan Belajar dan … · 2016. 10....

41
PERBEDAAN SELF-EFFICACY AKADEMIK SISWA SMA YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DAN TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DI KOTA SALATIGA OLEH CHRISTINA CHANDRA DEWI 802008005 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Transcript of Perbedaan Self-Efficacy Akademik Siswa SMA Yang Mengikuti Bimbingan Belajar dan … · 2016. 10....

  • PERBEDAAN SELF-EFFICACY AKADEMIK SISWA SMA YANG

    MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DAN TIDAK MENGIKUTI

    BIMBINGAN BELAJAR DI KOTA SALATIGA

    OLEH

    CHRISTINA CHANDRA DEWI

    802008005

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari

    Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2015

  • PERBEDAAN SELF-EFFICACY AKADEMIK SISWA SMA YANG

    MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DAN TIDAK MENGIKUTI

    BIMBINGAN BELAJAR DI KOTA SALATIGA

    Oleh:

    Christina Chandra Dewi

    Sutriyono

    Berta Esti A.P

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2015

  • ABSTRAK

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan Self-efficacy

    Akademik antara siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dengan siswa SMA

    yang tidak mengikuti bimbingan belajar di Kota Salatiga. Sampel dalam penelitian ini

    adalah 40 responden siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan 40 responden

    siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar. Teknik pengumpulan data

    penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan angket Self-efficacy Akademik.

    Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji t-test. Berdasarkan hasil

    penelitian, maka diperoleh nilai t hitung = 6,013 dengan p = 0,000 (p < 0,05), artinya

    ada perbedaan signifikan Self-efficacy Akademik antara siswa SMA yang mengikuti

    bimbingan belajar dengan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar di Kota

    Salatiga. Dalam penelitian ini rata-rata skor Self-efficacy Akademik yang diperoleh

    siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar lebih tinggi daripada rata-rata skor Self-

    efficacy Akademik yang diperoleh siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar.

    Kata kunci: self-efficacy akademik, bimbingan belajar, siswa SMA.

  • ABSTRACT

    The purpose of this study was to determine differences academic self-efficacy

    between high school students who follow tutoring and high school students who not

    follow tutoring in Salatiga City. In this study, sample consisted of 40 respondents high

    school students who follow tutoring and 40 respondents high school students who not

    follow tutoring. Data collection techniques in this study conducted by distributing

    academic self-efficacy questionnaires. Data analysis techniques in this study using t-

    test. Based on the research results, obtained t count amounting 6,013 and significance

    level at p = 0,000 (p < 0,05) which means that there is a difference academic self-

    efficacy between high school students who follow tutoring and high school students who

    not follow tutoring in Salatiga City. In this research, the average value of academic

    self-efficacy high school students who follow tutoring higher than high school students

    who not follow tutoring.

    Keywords: academic self-efficacy, tutoring, high school students.

  • 1

    PENDAHULUAN

    Fenomena menjamurnya lembaga bimbingan belajar (bimbel) di Indonesia,

    merupakan salah satu fenomena menarik, karena siswa-siswi yang mengambil

    pendidikan tambahan di luar sekolah bisa ditafsirkan sebagai cermin ketidakyakinan

    terhadap materi pelajaran yang selama ini mereka peroleh di sekolah. Berdasarkan hasil

    survey tahun 2007 yang diadakan oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan

    Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal Kemendiknas terdapat 13.446 lembaga

    kursus yang tersebar di seluruh Indonesia, 11.207 lembaga (83,35%) telah memiliki izin

    operasi. Dari data jumlah lembaga kursus yang memiliki izin tersebut dapat diketahui

    bahwa jumlah Bimbel adalah sebesar 10,13%, jumlah Bimbel seluruhnya diperkirakan

    sebanyak 1.362 lembaga (Bank Indonesia, 2010). Di Kota Salatiga, beberapa Lembaga

    Bimbingan Belajar juga bermunculan dengan menawarkan berbagai macam program

    unggulan, seperti: Neutron, Ganesha Operation, Primagama, SSC, dan IPIEMS

    (Widyaningrum, 2012). Penulis memilih kajian Bimbel di Salatiga, karena fenomena

    menjamurnya lembaga bimbingan belajar (bimbel) di Salatiga merupakan salah satu

    fenomena menarik, sebab siswa yang mengambil pendidikan tambahan di luar sekolah

    bisa ditafsirkan sebagai cermin ketidakyakinan terhadap pengajaran yang selama ini

    mereka peroleh di sekolah.

    Bimbingan belajar menurut Hamalik (2004) adalah bimbingan yang ditujukan

    kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat,

    kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang efektif dan

    efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa. Melalui bimbingan

    belajar, diharapkan self-efficacy akademik siswa akan mengalami peningkatan

  • 2

    (Matthews, 2001). Di dunia pendidikan self-efficacy akademik mempunyai peranan

    penting dalam mencapai prestasi belajar.

    Siswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan memperlihatkan prestasi belajar

    yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki self-efficacy rendah

    (Zimmerman, 2000). McQuiggan dan Lester (2006) dalam penelitiannya menyatakan

    bahwa bimbingan belajar dapat meningkatkan self-efficacy siswa. Menurut Bandura

    (1995) efikasi diri menentukan apakah seseorang mampu menunjukkan perilaku

    tertentu, sekuat apa seseorang dapat bertahan saat menghadapi kesulitan atau kegagalan,

    dan bagaimana kesuksesan atau kegagalan mempengaruhi perilaku seseorang di masa

    depan. Efikasi diri terbentuk dari pengalaman-pengalaman terdahulu yang diperoleh

    seseorang (Britner & Pajares, 2006). Bila seorang siswa mengikuti bimbingan belajar,

    maka siswa akan memliki pengalaman dan terbentuk self-efficacy akademik yang tinggi.

    Ia akan merasa mampu dalam memecahkan masalah-masalah pada mata pelajaran.

    Pada penelitian sebelumnya, Matthews (2001) menemukan bahwa bimbingan

    belajar bahasa asing meningkatkan self-efficacy akademik 258 siswa FL (Foreign

    Language) di Southeastern United States. Penelitian So dan Kim (2011),

    membandingkan perbedaan bimbingan rekan sebaya dengan lembaga bimbingan belajar

    di Korea (KORI), hasil penelitiannya menemukan bahwa siswa yang melakukan

    bimbingan belajar di lembaga bimbingan belajar (KORI) memiliki skor self-efficacy

    akademik lebih tinggi daripada siswa yang bimbingan belajar dengan rekan sebaya.

    Namun dalam penelitian Hidayati (1998) menunjukkan hasil yang berbeda, ia meneliti

    perbedaan self-efficacy (bidang IPA) antara siswa yang mengikuti bimbingan belajar

    dengan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar di SMU Negeri 28 Jakarta, hasil

    penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam self-

  • 3

    efficacy antara siswa yang mengikuti dengan siswa yang tidak mengikuti bimbingan

    belajar di SMU Negeri 28 Jakarta.

    Meskipun sudah ada penelitian sebelumnya mengenai self-efficacy berkaitan

    dengan bimbingan belajar, tetapi penulis tetap tertarik untuk meneliti kembali. Hal ini

    dikarenakan, pertama, siswa yang mengambil pendidikan tambahan di luar sekolah bisa

    ditafsirkan sebagai cermin ketidakyakinan terhadap pengajaran yang selama ini mereka

    peroleh di sekolah. Kedua, adanya perbedaan hasil dari penelitian sebelumnya.

    Sehingga peneliti ingin memastikan perbedaan yang signifikan dalam self-efficacy

    antara siswa yang mengikuti dengan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar.

    Ketiga, penulis ingin meneliti kembali karena adanya perbedaan tempat penelitian, serta

    subjek yang akan diteliti. Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, maka penulis ingin

    melihat perbedaan self-efficacy akademik siswa SMA yang mengikuti bimbingan

    belajar dan tidak mengikuti bimbingan belajar di Kota Salatiga.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Self-Efficacy Akademik

    Bandura (1995) mendefinisikan self-efficacy sebagai penilaian individu terhadap

    keyakinan diri akan kemampuannya dalam melaksanakan tugas sehingga memperoleh

    hasil sesuai dengan yang diharapkan, atau penilaian individu akan kemampuan dan

    kompetensinya untuk melakukan suatu tugas dalam mencapai tujuan. Strecher (dalam

    Noer, 2012) mengatakan bahwa self-efficacy mempengaruhi pilihan seseorang dalam

    pengaturan perilaku, banyaknya usaha mereka untuk menyelesaikan tugas, dan lamanya

    waktu mereka bertahan dalam menghadapi hambatan.

  • 4

    Oettingen (dalam Bandura, 1995) mendefinisikan self-efficacy sebagai

    kepercayaan seseorang terhadap kemampuan dirinya dalam menghadapi keadaan

    tertentu. Dalam hubungannya dengan proses belajar di sekolah, Zimmerman (dalam

    Bandura, 1995) mendefinisikan self-efficacy akademik sebagai tingkat dimana siswa

    yakin bahwa mereka dapat mengontrol hasil belajarnya. Menurut Zimmerman (2000),

    self-efficacy akademik akan membuat siswa termotivasi untuk belajar melalui

    penggunaan pengaturan diri sebagai proses penetapan tujuan, self-monitoring, evaluasi

    diri, dan strategi yang digunakan.

    Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa self-efficacy

    akademik merupakan keyakinan atau harapan siswa akan kemampuannya sehingga

    dapat mempengaruhi dan mengatur fungsi kemampuan siswa melalui cara berpikir,

    memotivasi diri sendiri, merasakan, dan proses pengambilan keputusan dalam

    mengontrol hasil belajarnya.

    Menurut Bandura (dalam Zimmerman, 2000; Chen, Gully & Eden, 2001) self-

    efficacy memiliki tiga dimensi sebagai berikut:

    a. Level or magnitude, berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu (Chen,

    Gully & Eden, 2001). Dimensi ini mengacu pada kesulitan tugas tertentu, seperti

    misalnya meningkatnya tingkat kesulitan pada ejaan kata (Zimmerman, 2000).

    b. Strength, yaitu dimensi yang berkaitan kepastian keberhasilan melakukan

    tingkat kesulitan tugas (Chen, Gully & Eden, 2001). Keberhasilan yang

    dirasakan diukur dengan jumlah kepastian seseorang mampu melakukan tugas

    yang diberikan (Zimmerman, 2000).

    c. Generality, yaitu dimensi yang berkaitan sejauh mana besarnya kekuatan

    keyakinan menggeneralisasi seluruh tugas dan situasi (Chen, Gully & Eden,

  • 5

    2001). Dimensi ini berkaitan dengan pengalihan keyakinan self-efficacy pada

    seluruh kegiatan, seperti misalnya dari aljabar ke statistik (Zimmerman, 2000).

    Proses yang diaktifkan oleh self-efficacy menurut Bandura (1995) adalah sebagai

    berikut :

    a. Proses Kognitif

    Self-efficacy mengaktifkan proses kognitif, misalnya adalah cita-cita (Bandura,

    1995).

    b. Proses Motivasi

    Self-efficacy memainkan peran kunci dalam pengaturan motivasi diri. Individu

    memotivasi diri dan membimbing tindakan mereka melalui latihan pemikiran

    (Bandura, 1995).

    c. Proses Afeksi

    Persepsi self-efficacy memiliki kontrol atas stres memainkan peran sentral dalam

    mengatasi kecemasan (Bandura, 1995).

    d. Proses Seleksi

    Pilihan karir dan pengembangan adalah salah satu contoh dari kekuatan

    keyakinan self-efficacy untuk mempengaruhi jalan hidup melalui proses pilihan

    yang terkait (Bandura, 1995).

    Menurut Bandura (dalam Britner & Pajares, 2006) ada 4 sumber penting yang

    digunakan dalam membentuk efikasi diri:

    a. Mastery Experience (Pengalaman keberhasilan)

    Pengalaman umumnya dapat meningkatkan kepercayaan, Untuk mendapatkan

    self-efficacy, individu harus mempunyai pengalaman untuk mengatasi hambatan

  • 6

    dengan usaha yang tekun. Dalam hal ini bimbingan belajar dapat menjadi

    sumbangsih bagi mastery experience (pengalaman keberhasilan) siswa.

    b. Vicarious Experience (Meniru)

    Vicarious experience merupakan pengalaman orang lain yang seolah-olah

    dialami sendiri dengan mengamati prestasi sukses yang dialami orang lain.

    c. Social Persuasion (Persuasi sosial)

    Persuasi sosial menunjuk pada suatu aktivitas di mana individu dipimpin

    mendapat dorongan untuk menimbulkan kepercayaan bahwa individu dapat

    mengalami kesuksesan dengan tugas-tugas yang spesifik, pelatihan dan

    pemberian umpan balik yang evaluatif.

    d. Physiological States (Kondisi fisiologis)

    Kondisi fisiologis seperti kecemasan, stres, gairah, dan kondisi suasana hati

    dapat mempengaruhi keyakinan akan self-efficacy. Reaksi emosi yang negatif

    seperti kecemasan, akan membawa individu pada penilaian negatif mengenai

    kemampuannya untuk menyelesaikan tugas.

    Keikutsertaan Dalam Bimbingan Belajar

    Bimbingan belajar menurut Hamalik (2004) adalah bimbingan yang ditujukkan

    kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat,

    kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang efektif dan

    efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa. Menurut Paidi (dalam

    Hilma, 2010), bimbingan belajar adalah jalur pendidikan non formal, yang

    diselenggarakan di luar sekolah, melalui proses kegiatan belajar mengajar yang tidak

    harus berjenjang dan berkesinambungan.

  • 7

    Menurut Suherman (2008), bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian

    bantuan dari guru/guru pembimbing kepada siswa dengan cara mengembangkan

    suasana belajar yang kondusif dan menumbuhkan kemampuan agar siswa terhindar dari

    dan atau dapat mengatasi kesulitan belajar yang mungkin dihadapinya sehingga

    mencapai hasil belajar yang optimal. Santoso (1988) menjelaskan bahwa bimbingan

    belajar dirasakan perlu atau dibutuhkan dalam keseluruhan proses pendidikan karena

    kegiatan belajar merupakan kegiatan inti dalam keseluruhan proses pendidikan, karena

    suatu bimbingan bertujuan untuk mengarahkan individu yang sesuai dengan potensinya

    secara optimal.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar

    merupakan jalur pendidikan non formal yang diselenggarakan di luar sekolah

    ditujukkan kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan,

    bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang

    efektif dan efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa dalam

    mencapai hasil belajar yang optimal.

    Secara lebih spesifik lagi, sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka definisi

    keikutsertaan dalam bimbingan belajar adalah keikutsertaan dalam jalur pendidikan non

    formal yang diselenggarakan di luar sekolah untuk mendapat pendidikan yang sesuai

    dengan kebutuhan, bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk

    menentukan cara-cara yang efektif dan efisien dalam mengatasi masalah belajar yang

    dialami oleh siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

    Menurut Suherman (2008) bimbingan belajar mempunyai fungsi sebagai berikut

    :

  • 8

    a. Fungsi Pencegahan (Preventive Function)

    Bimbingan belajar berupaya untuk mencegah atau mereduksi kemungkinan

    timbulnya masalah-masalah dalam kegiatan belajar siswa.

    b. Fungsi Penyaluran (Distributive Function)

    Fungsi penyaluran berarti menyediakan kesempatan kepada siswa untuk

    menyalurkan bakat dan minat sehingga mencapai hasil belajar yang sesuai

    dengan kemampuannya.

    c. Fungsi Penyesuaian (Adjustive Function)

    Salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam studinya adalah faktor

    kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Guru pembimbing

    berupaya membantu siswa menyerasikan program pengajaran dengan kondisi

    obyektif mereka agar dapat menyesuaikan diri, memahami diri dengan tuntutan

    program pengajaran yang sedang dijalaninya.

    d. Fungsi Perbaikan (Remedial Function)

    Kenyataan di sekolah menunjukan bahwa sering ditemukan siswa yang

    mengalami kesulitan belajar. Dalam hal ini betapa pentingnya fungsi perbaikan

    dalam kegiatan pengajaran. Tugas guru pembimbing adalah upaya untuk

    memahami kesulitan belajar, mengetahui faktor penyebab, dan bersama siswa

    menggali solusinya.

    e. Fungsi Pemeliharaan (Maintencance and Development Function)

    Belajar dipandang positif harus tetap dipertahankan, atau bahkan harus

    ditingkatkan agar tidak mengalami kesulitan lagi, contohnya adalah mengoreksi

    dan memberi informasi tentang cara-cara belajar kepada siswa.

  • 9

    Tujuan bimbingan belajar bagi siswa adalah tercapainya penyesuaian akademis

    secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya (Suherman, 2008). Menurut

    Suherman (2008), secara lebih khusus tujuan bimbingan belajar, di antaranya ialah agar

    siswa:

    a. Mengenal, memahami, menerima, mengarahkan dan mengaktualisasikan potensi

    dirinya secara optimal sesuai dengan program pengajaran.

    b. Mampu mengembangkan berbagai keterampilan belajar.

    c. Mampu memecahkan masalah belajar.

    d. Mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif.

    e. Memahami lingkungan pendidikan.

    Pengkondisian layanan bimbingan belajar berbeda antara kelas X, XI dan XII.

    Layanan bimbingan belajar bagi kelas X, terutama diarahkan untuk: a) mengembangkan

    rencana untuk mengatur waktu belajar; b) mengembangkan motivasi yang mendorong

    agar terciptanya konsentrasi sebaik mungkin; c) mempelajari cara-cara lain belajar

    secara efektif; c) menggambarkan cara-cara belajar menghadapi ujian (Suherman,

    2008). Layanan bimbingan belajar bagi kelas X, terutama diarahkan untuk: a) mengatur

    keseimbangan antara waktu belajar dengan kegiatan ekstrakurikurer; b) merencanakan

    pendidikan lanjutan setelah tamat, sesuai bakat, minat dan kemampuannya; c)

    memahami teknik-teknik belajar dengan menggunakan sumber-sumber belajar baik di

    dalam maupun di luar sekolah; d) mengembangkan keterampilan belajar untuk

    memperkirakan bahan yang mungkin ditanyakan dalam ulangan (Suherman, 2008).

    Layanan bimbingan belajar bagi kelas XII, terutama diarahkan untuk: a) mengevaluasi

    kebiasaan belajar dan merencanakan perubahan bila diperlukan; b) mengenal dan

    mencari informasi di luar sekolah yang menunjang pencapaian tujuan belajar; c)

  • 10

    mempelajari cara-cara belajar yang praktis; d) menelaah hasil ulangan dan

    merencanakan upaya perbaikan (Suherman, 2008).

    Perbedaan Self-efficacy Akademik Siswa Yang Mengikuti Bimbingan Belajar

    dengan Siswa yang Tidak Mengikuti Bimbingan Belajar

    Santoso (1988) menjelaskan bahwa bimbingan belajar dirasakan perlu atau

    dibutuhkan dalam keseluruhan proses pendidikan karena kegiatan belajar merupakan

    kegiatan inti dalam keseluruhan proses pendidikan, karena suatu bimbingan bertujuan

    untuk mengarahkan individu yang sesuai dengan potensinya secara optimal. Menurut

    Suherman (2008) bimbingan belajar mempunyai lima fungsi, yaitu fungsi pencegahan

    (preventive function), fungsi penyaluran (distributive function), fungsi penyesuaian

    (adjustive function), fungsi perbaikan (remedial function) dan fungsi pemeliharaan

    (maintencance and development function).

    Melalui fungsi penyaluran (distributive function), bimbingan belajar

    menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan bakat dan minat sehingga

    mencapai hasil belajar yang sesuai dengan kemampuannya (Suherman, 2008). Melalui

    fungsi penyesuaian (adjustive function), guru bimbingan belajar berupaya membantu

    siswa menyerasikan program pengajaran dengan kondisi obyektif mereka agar dapat

    menyesuaikan diri, memahami diri dengan tuntutan program pengajaran yang sedang

    dijalaninya (Suherman, 2008). Melalui fungsi perbaikan (remedial function), guru

    bimbingan belajar berupaya untuk memahami kesulitan belajar, mengetahui faktor

    penyebab, dan bersama siswa menggali solusinya (Suherman, 2008). Fungsi dari

    bimbingan belajar tersebut tentunya dapat meningkatkan self-efficacy akademik siswa

  • 11

    yang mengikuti bimbingan belajar dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti

    bimbingan belajar.

    Selanjutnya self-efficacy terbentuk dari pengalaman-pengalaman terdahulu yang

    diperoleh seseorang. Mastery experience (pengalaman keberhasilan) dan vicarious

    Experience (meniru) merupakan sumber dari self-efficacy (Bandura, dalam Britner &

    Pajares, 2006). Bila seorang siswa mengikuti bimbingan belajar, maka akan terbentuk

    self-efficacy akademik yang tinggi melalui proses sumber mastery experience

    (pengalaman keberhasilan) dan vicarious experience (meniru). Siswa akan merasa jadi

    mampu dalam memecahkan masalah-masalah pada mata pelajaran di sekolah. Melalui

    bimbingan belajar, diharapkan self-efficacy akademik siswa akan mengalami

    peningkatan (Matthews, 2001). McQuiggan dan Lester (2006) dalam penelitiannya

    menyatakan bahwa bimbingan belajar dapat meningkatkan self-efficacy siswa.

    Pada penelitian sebelumnya, Matthews (2001) menemukan bahwa bimbingan

    belajar bahasa asing meningkatkan self-efficacy akademik 258 siswa FL (Foreign

    Language) di Southeastern United States. Penelitian So dan Kim (2011),

    membandingkan perbedaan bimbingan rekan sebaya dengan lembaga bimbingan belajar

    di Korea (KORI), hasil penelitiannya menemukan bahwa siswa yang melakukan

    bimbingan belajar di lembaga bimbingan belajar (KORI) memiliki skor self-efficacy

    akademik lebih tinggi daripada siswa yang bimbingan belajar dengan rekan sebaya.

    Berdasarkan paparan di atas dan penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan

    bahwa siswa yang mengikuti lembaga bimbingan belajar akan memiliki self-efficacy

    akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang yang tidak mengikuti

    lembaga bimbingan belajar.

  • 12

    Hipotesis

    Berdasarkan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis yang diuji

    dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Ho : Jika µ = µo, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan self-efficacy

    akademik antara siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dengan siswa

    yang tidak mengikuti bimbingan belajar di Kota Salatiga.

    H1 : Jika μ ≠ μo, maka terdapat perbedaan yang signifikan self-efficacy akademik

    antara siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dengan siswa yang tidak

    mengikuti bimbingan belajar di Kota Salatiga.

    METODE PENELITIAN

    Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA di Kota Salatiga.

    Prosedur Sampling

    Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling insidental yaitu

    teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang

    kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila

    dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber (Sugiyono, 2012).

    Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok sampel, yaitu kelompok sampel

    pertama (kelompok 1) merupakan siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar

    dengan jumlah 40 siswa, kelompok sampel kedua (kelompok 2) merupakan siswa SMA

    yang tidak mengikuti bimbingan belajar dengan jumlah 40 siswa. Adapun cara mencari

    siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan tidak mengikuti bimbingan belajar di

  • 13

    kota Salatiga dengan mengunjungi SMA yang ada di kota Salatiga (SMA 1, SMA 2 dan

    SMA 3).

    Alat Ukur

    Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Self-efficacy

    Akademik. Skala Self-efficacy Akademik berdasarkan dimensi-dimensi self-efficacy

    menurut Bandura (dalam Zimmerman, 2000; Chen, Gully & Eden, 2001) yaitu : level or

    magnitude, strength, dan generality. Skala pengukuran ini diadaptasi oleh penulis

    berdasarkan NGSE scale (New General Self-Efficacy scale) milik Chen, Gully & Eden

    (2001) yang telah dimodifikasi oleh penulis sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam

    penelitian ini, peneliti mengembangkan NGSE scale (New General Self-Efficacy scale)

    milik Chen, Gully & Eden (2001) yang berisi 8 item menjadi 18 item.

    Angket Self-efficacy Akademik terdiri atas 18 item yang terbagi menjadi 9 item

    favourable dan 9 item unfavourable. Adapun skoring Self-efficacy Akademik untuk

    favourable adalah: satu (1) untuk Sangat Tidak Setuju (STS), dua (2) Tidak Setuju (TS),

    tiga (3) untuk Setuju (S), dan empat (4) untuk Sangat Setuju (SS). Sebaliknya untuk

    unfavourable adalah empat (4) untuk Sangat Tidak Setuju (STS), tiga (3) untuk Tidak

    Setuju (TS), dua (2) untuk Setuju (S), dan satu (1) untuk Sangat Setuju (SS). Artinya

    semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi tingkat self-efficacy

    akademik dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin

    rendah tingkat self efficacy akademik.

    Azwar (2012) menyatakan bahwa semua korelasi item yang mencapai koefisien

    korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan, sedangkan item yang kurang

    dari 0,30 diinterprestasikan sebagai item yang memiliki daya beda rendah. Jadi kalau

  • 14

    korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3, maka butir pernyataan dalam

    instrumen penelitian ini dinyatakan gugur.

    Pada uji daya diskriminasi item Angket Self-efficacy Akademik, dari 18 item

    terdapat 16 item yang memiliki daya beda lebih dari 0,30 dan 2 item yang memiliki

    daya beda rendah yaitu kurang dari 0,30. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.

    Tabel 1

    Sebaran Item Self-efficacy Akademik

    No Aspek Nomor Item Total Item

    Lolos Uji Favourable Unfavourable

    1 Level or magnitude 1, 3, 5. 2, 4, 6. 6

    2 Strength 7, 9, 11*. 8, 10, 12. 5

    3 Generality 13, 15, 17. 14, 16, 18*. 5

    Total Item 16 Keterangan: Tanda (*) menunjukkan nomor item yang gugur

    Syarat minimum reliabilitas berdasar pada pernyataan Azwar (2012) yang

    mengatakan bahwa minimal koefisien konsistensi internal paling tidak setinggi 0,80.

    Hasil perhitungan reliabilitas dari 16 item Skala Self-efficacy Akademik yang lolos uji

    daya diskriminasi item dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 dapat dilihat

    pada tabel 2, Angket Self-efficacy Akademik adalah reliabel dengan koefisien

    konsistensi internal sebesar 0,865.

    Tabel 2

    Hasil Uji Realibilitas

    Cronbach's Alpha N of Items

    .865 16

    Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data secara interfensial digunakan untuk pengujian hipotesis atau

    penarikan kesimpulan. Sebelum analisis uji beda dilakukan, peneliti akan melakukan uji

    asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji asumsi dilakukan

    bertujuan untuk mengetahui apakah data yang telah memenuhi asumsi analisis sebagai

  • 15

    syarat untuk melakukan uji hipotesa data. Metode analisis data menggunakan uji-t

    dengan bantuan software SPSS versi 17.0.

    HASIL PENELITIAN

    Hasil Uji Normalitas

    Uji normalitas menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov yang dihitung

    dengan bantuan program SPSS 17.0. Data berdistribusi normal, jika signifikansi (Sig) >

    0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 3.

    Tabel 3

    Hasil Uji Normalitas

    Siswa SMA Yang Mengikuti Bimbel

    Siswa SMA Yang Tidak Mengikuti

    Bimbel

    N 40 40

    Normal Parametersa Mean 53.10 45.60

    Std. Deviation 5.768 5.382

    Most Extreme Differences Absolute .117 .083

    Positive .080 .083

    Negative -.117 -.081

    Kolmogorov-Smirnov Z .743 .524

    Asymp. Sig. (2-tailed) .639 .947

    a. Test distribution is Normal.

    Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada Tabel 3, variabel Self-efficacy

    Akademik siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar memiliki koefisien sebesar

    0,743 dengan signifikansi sebesar 0,639 (p > 0,05), sedangkan Self-efficacy Akademik

    siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar memiliki koefisien sebesar 0,524

    dengan signifikansi sebesar 0,947 (p > 0,05). Oleh karena nilai signifikansi > 0,05,

    maka data Self-efficacy Akademik siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar

    maupun siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar berdistribusi normal.

  • 16

    Hasil Uji Homogenitas

    Dalam penelitian ini uji homogenitas menggunakan Levene’s test yang dihitung

    dengan bantuan program SPSS 17.0. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi

    lebih dari 0,05 (p > 0,05), maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua kelompok data

    adalah homogen. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.

    Tabel 4

    Hasil Uji Homogenitas

    Levene Statistic df1 df2 Sig.

    .509 1 78 .478

    Hasil pengujian dengan menggunakan Levene’s test, diperoleh nilai Levene’s

    Test sebesar 0,509 dengan signifikasi sebesar 0,478 (p > 0,05) yang menunjukkan

    bahwa varian dari dua kelompok yang diteliti adalah homogen. Dengan demikian

    analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi varian sama (equal variance

    assumed).

    Hasil Deskriptif

    Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel Self-efficacy

    Akademik mempunyai 16 item valid dengan penilaian pada setiap item diberikan angka

    berjenjang dari nilai 1 hingga 4 menurut jenis itemnya. Jumlah subjek (N) sebanyak 80

    yang terdiri dari 40 siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan 40 siswa SMA

    yang tidak mengikuti bimbingan belajar. Hasil statistik deskriptif masing-masing

    variabel disajikan pada tabel 5, sedangkan hasil kategorisasi Skala Self-efficacy

    Akademik dapat dilihat pada tabel 6.

  • 17

    Tabel 5

    Statistik Deskriptif Self-efficacy Akademik

    N Minimum Maximum Mean

    Std.

    Deviation

    Siswa SMA Yang

    Mengikuti Bimbel 40 39 62 53.10 5.768

    Siswa SMA Yang Tidak

    Mengikuti Bimbel 40 35 57 45.60 5.382

    Total N 80

    Tabel 6

    Kategorisasi Skala Self-efficacy Akademik

    No Interval Kategori Siswa SMA

    Yang

    Mengikuti

    Bimbel

    Siswa SMA

    Yang Tidak

    Mengikuti

    Bimbel

    f (%) f (%)

    1 54,4 ≤ x ≤ 64 Sangat Tinggi 18 45 % 2 5 %

    2 44,8 ≤ x < 54,4 Tinggi 19 47,5 % 23 57,5 %

    3 35,2 ≤ x < 44,8 Sedang 3 7,5 % 15 37,5 %

    4 25,6 ≤ x < 35,2 Rendah 0 0 % 0 0 %

    5 16 ≤ x < 25,6 Sangat Rendah 0 0 % 0 0 %

    Total 40 100 % 40 100%

    SD = 5,768

    Min = 39

    Max = 62

    Mean = 53,10

    SD = 5,382

    Min = 35

    Max = 57

    Mean = 45,60 Keterangan : x = Skor Self-efficacy Akademik; f = Jumlah Subjek, (%) = Prosentase

    Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa 18 siswa SMA yang mengikuti

    bimbingan belajar memiliki skor Self-efficacy Akademik yang berada pada kategori

    sangat tinggi dengan prosentase 45 %, 19 siswa SMA yang mengikuti bimbingan

    belajar memiliki skor Self-efficacy Akademik yang berada pada kategori tinggi dengan

    prosentase 47,5 % dan 3 siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar memiliki skor

    Self-efficacy Akademik yang berada pada kategori sedang dengan prosentase 7,5%.

    Tidak ada satu pun siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar memiliki skor Self-

    efficacy Akademik yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Skor yang

    diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 39 sampai dengan skor

  • 18

    maksimum sebesar 62 dengan standar deviasi 5,768. Rata-rata skor Self-efficacy

    Akademik yang diperoleh siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar sebesar 53,10.

    Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa 2 siswa SMA yang tidak mengikuti

    bimbingan belajar memiliki skor Self-efficacy Akademik yang berada pada kategori

    sangat tinggi dengan prosentase 5 %, 23 siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan

    belajar memiliki skor Self-efficacy Akademik yang berada pada kategori tinggi dengan

    prosentase 57,5 % dan 15 siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar memiliki

    skor Self-efficacy Akademik yang berada pada kategori sedang dengan prosentase 37,5

    %. Tidak ada satu pun siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar memiliki

    skor Self-efficacy Akademik yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Skor

    yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 35 sampai dengan skor

    maksimum sebesar 57 dengan standar deviasi 5,382. Rata-rata skor Self-efficacy

    Akademik yang diperoleh siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar sebesar

    45,60.

    Hasil Uji Beda t-test

    Dalam penelitian ini uji beda Self-efficacy Akademik antara siswa SMA yang

    mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar

    dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0. Jika p > 0,05 maka Ho diterima,

    yang berarti bahwa tidak ada perbedaan Self-efficacy Akademik antara siswa SMA yang

    mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar.

    Jika p < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan Self-efficacy

    Akademik antara siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang

    tidak mengikuti bimbingan belajar. Hasil uji beda Self-efficacy Akademik antara siswa

  • 19

    SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang tidak mengikuti

    bimbingan belajar dapat dilihat pada tabel 7.

    Tabel 7

    Hasil Uji Beda

    Levene's Test for

    Equality of Variances t-test for Equality of Means

    F Sig. t df Sig. (2-tailed)

    Mean Difference

    Std. Error Difference

    95% Confidence

    Interval of the Difference

    Lower Upper

    Self-Eficacy Akademik

    Equal variances assumed

    .509 .478 6.013 78 .000 7.500 1.247 5.017 9.983

    Equal variances not assumed

    6.013 77.628 .000 7.500 1.247 5.017 9.983

    Berdasarkan tabel 7 diperoleh nilai t hitung = 6,013 dengan p = 0,000 (p < 0,05),

    hal ini berarti ada perbedaan signifikan Self-efficacy Akademik antara siswa SMA yang

    mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar.

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan penelitian mengenai perbedaan Self-efficacy Akademik antara

    siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang tidak mengikuti

    bimbingan belajar di Kota Salatiga, maka diperoleh nilai t hitung = 6,013 dengan p =

    0,000 (p < 0,05), maka dapat diartikan ada perbedaan signifikan Self-efficacy Akademik

    antara siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang tidak

    mengikuti bimbingan belajar.

    Hal ini sesuai dengan perkiraan pada awal penelitian ini bahwa ada perbedaan

    antara siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan tidak mengikuti bimbingan

    belajar. Santoso (1988) menjelaskan bahwa bimbingan belajar dirasakan perlu atau

    dibutuhkan dalam keseluruhan proses pendidikan karena kegiatan belajar merupakan

  • 20

    kegiatan inti dalam keseluruhan proses pendidikan, karena suatu bimbingan bertujuan

    untuk mengarahkan individu yang sesuai dengan potensinya secara optimal. Hasil dari

    penelitian ini mendukung pernyataan Matthews (2001) yang mengungkapkan bahwa

    melalui bimbingan belajar, diharapkan self-efficacy akademik siswa akan mengalami

    peningkatan. Selain itu, McQuiggan dan Lester (2006) dalam penelitiannya menyatakan

    bahwa bimbingan belajar dapat meningkatkan self-efficacy siswa.

    Ada tiga dimensi menurut Bandura (dalam Zimmerman, 2000; Chen, Gully &

    Eden, 2001) yang kemungkinan berperan terhadap perbedaan signifikan antara siswa

    SMA yang mengikuti bimbingan belajar dan tidak mengikuti bimbingan belajar.

    Dimensi yang pertama yaitu level or magnitude, berkaitan dengan derajat kesulitan

    tugas individu (Chen, Gully & Eden, 2001). Seperti yang diungkapkan oleh Suherman

    (2008), bimbingan belajar melalui fungsi perbaikan (remedial function), guru

    bimbingan belajar berupaya untuk memahami kesulitan belajar, mengetahui faktor

    penyebab, dan bersama siswa menggali solusinya. Kenyataan di sekolah menunjukkan

    bahwa sering ditemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dalam hal ini

    betapa pentingnya bimbingan belajar melalui fungsi perbaikan yang dapat membantu

    siswa berkaitan dengan derajat kesulitan tugas-tugasnya. Dalam hal ini pula yang

    menyebabkan lebih tingginya self-efficacy akademik siswa SMA yang mengikuti

    bimbingan belajar dibanding siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar.

    Dimensi yang kedua yaitu strength, dimensi yang berkaitan kepastian

    keberhasilan melakukan tingkat kesulitan tugas (Chen, Gully & Eden, 2001).

    Keberhasilan yang dirasakan diukur dengan jumlah kepastian seseorang mampu

    melakukan tugas yang diberikan (Zimmerman, 2000). Menurut Bandura (dalam Britner

    & Pajares, 2006) pengalaman keberhasilan (mastery experience) merupakan sumber

  • 21

    dari self-efficacy. Siswa terlibat dalam tugas-tugas dan kegiatan sekolah lalu mereka

    menginterpretasikan hasil dari tindakan mereka, kemudian menggunakan interpretasi ini

    untuk mengembangkan dan menggunakan keyakinan mereka tentang kemampuan

    mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas atau kegiatan berikutnya. Dalam hal ini

    dibandingkan dengan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar, siswa SMA

    yang mengikuti bimbingan belajar akan lebih memiliki pengalaman keberhasilan

    (mastery experience). Melalui bimbingan belajar, diharapkan self-efficacy akademik

    siswa akan mengalami peningkatan (Matthews, 2001).

    Dimensi yang ketiga yaitu generality, yaitu dimensi yang berkaitan sejauh mana

    besarnya kekuatan keyakinan menggeneralisasi seluruh tugas dan situasi (Chen, Gully

    & Eden, 2001). Dimensi ini berkaitan dengan pengalihan keyakinan self-efficacy pada

    seluruh kegiatan, seperti misalnya dari aljabar ke statistik (Zimmerman, 2000). Seperti

    yang diungkapkan Suherman (2008), bimbingan belajar melalui fungsi penyesuaian

    (adjustive function), guru bimbingan belajar berupaya membantu siswa menyerasikan

    program pengajaran dengan kondisi obyektif mereka agar dapat menyesuaikan diri,

    memahami diri dengan tuntutan program pengajaran yang sedang dijalaninya. Dalam

    hal ini bimbingan belajar melalui fungsi penyesuaian (adjustive function) dapat

    memberikan kekuatan keyakinan dalam menguasai tugas-tugas dan situasi serta

    memahami diri terhadap proses belajar mengajar yang sedang dijalani, sehingga siswa

    SMA yang mengikuti bimbingan belajar memiliki tingkat self-efficacy akademik yang

    lebih tinggi dibanding dengan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar.

    Adanya perbedaan signifikan Self-efficacy Akademik antara siswa SMA yang

    mengikuti bimbingan belajar dan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar

    dapat ditunjukkan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu rata-rata skor Self-efficacy

  • 22

    Akademik yang diperoleh siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar lebih tinggi

    daripada rata-rata skor Self-efficacy Akademik yang diperoleh siswa SMA yang tidak

    mengikuti bimbingan belajar. Rata-rata skor Self-efficacy Akademik yang diperoleh

    siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar sebesar 53,10, sedangkan rata-rata skor

    Self-efficacy Akademik yang diperoleh siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan

    belajar sebesar 45,60.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

    disimpulkan bahwa:

    1. Ada perbedaan signifikan Self-efficacy Akademik antara siswa SMA yang

    mengikuti bimbingan belajar dengan siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan

    belajar.

    2. Rata-rata skor Self-efficacy Akademik yang diperoleh siswa SMA yang mengikuti

    bimbingan belajar lebih tinggi daripada rata-rata skor Self-efficacy Akademik yang

    diperoleh siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar. Rata-rata skor Self-

    efficacy Akademik yang diperoleh siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar

    sebesar 53,10, sedangkan rata-rata skor Self-efficacy Akademik yang diperoleh

    siswa SMA yang tidak mengikuti bimbingan belajar sebesar 45,60.

    Saran yang dapat diajukan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini adalah :

    1. Bagi pihak sekolah

    Sebaiknya pihak sekolah juga memberikan tambahan materi dan bimbingan

    belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar di luar jam sekolah, sehingga

    Self-efficacy Akademik siswa dapat meningkat.

  • 23

    2. Bagi pihak lembaga bimbingan belajar

    Hendaknya guru bimbingan belajar dapat lebih mengenali siswa dan berupaya

    memahami kesulitan belajar siswa, mengetahui faktor penyebab, serta bersama

    siswa menggali solusinya, hal ini dapat meningkatkan Self-efficacy Akademik

    siswa.

    3. Bagi pihak siswa

    Hendaknya siswa yang mengalami kesulitan belajar dan memiliki Self-efficacy

    Akademik yang rendah dapat mensiasati dengan memanfaatkan jasa lembaga

    bimbingan belajar untuk meningkatkan Self-efficacy Akademiknya.

    4. Bagi pihak orangtua

    Orangtua dapat mendorong anaknya yang mengalami kesulitan dalam belajar

    untuk mengambil bimbingan belajar di luar sekolah, melalui bimbingan belajar

    diharapkan Self-efficacy Akademik siswa akan mengalami peningkatan.

    5. Untuk penelitian selanjutnya

    Bagi peneliti lain yang tertarik dan berminat untuk melakukan penelitian lebih

    lanjut tentang Self-efficacy Akademik siswa, maka disarankan untuk menyertakan

    variabel selain keikutsertaan dalam bimbingan belajar, yaitu variabel yang belum

    disertakan dalam penelitian ini, seperti misalnya kecemasan dan pengaruh

    dukungan sosial keluarga.

  • 24

    DAFTAR PUSTAKA

    Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

    Bandura, A. (1995). Self-efficacy in changing societies. New York: Cambridge

    University Press.

    Bank Indonesia. (2010). Komoditas jasa bimbingan belajar. Jakarta: Bank Indonesia.

    Britner, S.L & Pajares, F. (2006). Sources of science self-efficacy beliefs of middle

    school students. Wiley InterScience Journal. Vol 43.

    http://www.weizmann.ac.il/weizsites/blonder/files/2011/02/pajares.pdf.

    Chen, G, Gully, S.M & Eden, D. (2001). Validation of a new general self-efficacy scale.

    Organizational Research Methods Journal. Vol. 4 No 1. Sage Publications, Inc.

    Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

    Hidayati, U. (1998). Perbedaan self-efficacy antara siswa yang mengikuti bimbingan

    belajar dengan siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar (suatu penelitian

    di SMU Negeri 28 Jakarta). Skripsi (Tidak dipublikasikan). Jakarta: Universitas

    Indonesia.

    Hilma, R.F. (2010). Pengaruh bimbingan belajar terhadap derajat kecemasan dan

    depresi siswa kelas III SMU N 1 Sukoharjo dalam menghadapi SNMPTN tahun

    2010. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Surakarta: Fakultas Kedokteran

    Universitas Sebelas Maret.

    Matthews, P.H. (2001). Effects of tutoring discourse structure on motivation among

    university foreign language learners. A Dissertation. Georgia: The University of

    Georgia.

    Noer, S.H. (2012). Self-efficacy mahasiswa terhadap matematika. Makalah Seminar

    Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 10 November

    2012. Yogyakarta: FMIPA UNY.

    Santoso, T. (1988). Bimbingan belajar di sekolah menengah. Semarang: Satya Wacana.

    Suherman. (2012). Bimbingan belajar. Makalah (Tidak dipublikasikan) Bandung: FIP

    UPI. http://file.upi.edu/.

    http://www.weizmann.ac.il/weizsites/blonder/files/2011/02/pajares.pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195903311986031-SUHERMAN/Bimbingan_Belajar.pdf

  • 25

    Mcquiggan, S.W. & Lester, J.C. (2006). Diagnosing self-efficacy in intelligent tutoring

    systems: an empirical study. Proceedings of the 8 th International Conference on

    Intelligent Tutoring Systems. Raleigh: North Carolina State University.

    Schunk, D. H. (1991). Self-efficacy and academic motivation. Educational

    Psychologist. http://libres.uncg.edu/ir/uncg/f/d_schunk_self_1991.pdf.

    So, Y & Kim, Y. The effects of peer tutoring and teachable agent on interest and task

    performance. New jersey: Cognitive Science Society, Inc.

    http://mindmodeling.org/cogsci2011/papers/0837/paper0837.pdf.

    Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan

    r&d. Bandung : Alfabeta.

    Widayaningrum, I.S. (2012). Metode pembelajaran yang digunakan pada pelajaran

    matematika di lembaga bimbingan belajar salatiga. Skripsi (Tidak

    dipublikasikan). Salatiga: Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-UKSW.

    Zimmerman, B.J. (2000). Self-efficacy: an essential motive to learn. Contemporary

    Educational Psychology. Vol 25. Academic Press. http://www.idealibrary.com.

    http://libres.uncg.edu/ir/uncg/f/d_schunk_self_1991.pdfhttp://mindmodeling.org/cogsci2011/papers/0837/paper0837.pdfhttp://www.idealibrary.com/

  • LAMPIRAN 1.

    HASIL UJI DAYA DISKRIMINASI ITEM DAN RELIABILITAS

    A. Self-efficacy Akademik Sebelum Item Gugur

    Reliability Statistics

    Cronbach's Alpha N of Items

    .864 18

    Item-Total Statistics

    Scale Mean if

    Item Deleted

    Scale Variance if

    Item Deleted

    Corrected Item-

    Total Correlation

    Cronbach's

    Alpha if Item

    Deleted

    VAR00001 53.10 36.116 .529 .854

    VAR00002 53.22 35.518 .585 .852

    VAR00003 53.25 36.316 .491 .856

    VAR00004 53.20 35.048 .496 .856

    VAR00005 53.11 36.506 .543 .854

    VAR00006 53.30 34.694 .622 .850

    VAR00007 53.19 35.572 .622 .850

    VAR00008 53.39 37.481 .362 .861

    VAR00009 53.34 35.923 .561 .853

    VAR00010 53.16 37.556 .338 .862

    VAR00011 53.16 38.467 .253 .865

    VAR00012 53.31 35.964 .502 .855

    VAR00013 53.14 37.766 .346 .861

    VAR00014 53.47 37.189 .384 .860

    VAR00015 53.28 37.746 .376 .860

    VAR00016 53.45 35.061 .609 .850

    VAR00017 53.24 35.981 .570 .853

    VAR00018 53.28 38.101 .291 .864

  • B. Self-efficacy Akademik Setelah Item Gugur

    Reliability Statistics

    Cronbach's Alpha N of Items

    .865 16

    Item-Total Statistics

    Scale Mean if

    Item Deleted

    Scale Variance if

    Item Deleted

    Corrected Item-

    Total Correlation

    Cronbach's

    Alpha if Item

    Deleted

    VAR00001 46.76 31.753 .538 .856

    VAR00002 46.89 31.266 .584 .853

    VAR00003 46.91 32.081 .480 .858

    VAR00004 46.86 30.981 .475 .860

    VAR00005 46.78 32.379 .512 .857

    VAR00006 46.96 30.340 .641 .850

    VAR00007 46.85 31.167 .644 .851

    VAR00008 47.05 33.213 .346 .864

    VAR00009 47.00 31.519 .579 .854

    VAR00010 46.82 33.159 .339 .865

    VAR00012 46.97 31.772 .489 .858

    VAR00013 46.80 33.554 .318 .865

    VAR00014 47.14 32.601 .415 .861

    VAR00015 46.94 33.249 .393 .862

    VAR00016 47.11 30.835 .608 .852

    VAR00017 46.90 31.610 .583 .854

  • LAMPIRAN 2.

    HASIL UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS

    A. Hasil Uji Normalitas

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    Siswa SMA Yang

    Mengikuti Bimbel

    Siswa SMA Yang

    Tidak Mengikuti

    Bimbel

    N 40 40

    Normal Parametersa Mean 53.10 45.60

    Std. Deviation 5.768 5.382

    Most Extreme Differences Absolute .117 .083

    Positive .080 .083

    Negative -.117 -.081

    Kolmogorov-Smirnov Z .743 .524

    Asymp. Sig. (2-tailed) .639 .947

    a. Test distribution is Normal.

    B. Hasil Uji Homogenitas

    Test of Homogeneity of Variances

    SELF-EFICACY AKADEMIK

    Levene Statistic df1 df2 Sig.

    .509 1 78 .478

  • LAMPIRAN 3.

    HASIL DESKRIPTIF DAN UJI BEDA

    A. Hasil Deskriptif

    Descriptive Statistics

    N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

    Siswa SMA Yang Mengikuti

    Bimbel 40 39 62 53.10 5.768

    Siswa SMA Yang Tidak

    Mengikuti Bimbel 40 35 57 45.60 5.382

    B. Hasil Uji Beda

    Independent Samples Test

    Levene's Test for

    Equality of Variances t-test for Equality of Means

    F Sig. t df Sig. (2-tailed)

    Mean Difference

    Std. Error Difference

    95% Confidence

    Interval of the Difference

    Lower Upper

    Self-Eficacy Akademik

    Equal variances assumed

    .509 .478 6.013 78 .000 7.500 1.247 5.017 9.983

    Equal variances not assumed

    6.013 77.628 .000 7.500 1.247 5.017 9.983

  • LAMPIRAN 4.

    SURAT IJIN PENELITIAN