PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman...

76
PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE) RAS KALIGESING DAN RAS SENDURO PADA PERIODE PRASAPIH DI UPT PT DAN HMT MALANG SKRIPSI Oleh: Mohammad Lukman Rohmani NIM. 145050101111034 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018

Transcript of PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman...

Page 1: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN

HARIAN KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)

RAS KALIGESING DAN RAS SENDURO PADA

PERIODE PRASAPIH DI UPT PT DAN HMT

MALANG

SKRIPSI

Oleh:

Mohammad Lukman Rohmani

NIM. 145050101111034

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018

Page 2: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

ii

PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN

HARIAN KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)

RAS KALIGESING DAN RAS SENDURO PADA

PERIODE PRASAPIHDI UPT PT DAN HMT

MALANG

SKRIPSI

Oleh:

Mohammad Lukman Rohmani

NIM. 145050101111034

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018

Page 3: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

iv

Page 4: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pacitan, Jawa Timur pada tanggal 8

Oktober 1995 sebagai putra pertama dari bapak Suparni dan

ibu Siti Khalimah. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh

yaitu penulis lulus SDN Sirnoboyo 2 pada tahun 2008, lulus

MTsN Pacitan pada tahun 2011, lulus SMKN 3 Pacitan

jurusan Teknik Audio Video (TAV) pada tahun 2014. Penulis

pada tahun 2014 diterima sebagai mahasiswa strata satu (S-1)

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai anggota

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Universitas

Brawijaya (Racana Brawijaya) dan MT-FUNA pada tahun

2014-2018. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang

(PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan

Hijauan Makanan Ternak (UPT PT dan HMT) Singosari,

Malang dengan judul “Manajemen Perkandangan Kambing

Peranakan Etawah Di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan

Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Malang”.

Page 5: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

ii

Page 6: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul“Perbedaan

Pertambahan Bobot Badan Harian Kambing Peranakan

Ettawa (PE) ras Kaligesing dan ras Senduro padaPeriode

Prasapih di UPT PT dan HMT Malang”. Skripsi ini

bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas

Brawijaya. Oleh karen itu, dalam kesempatan penulis juga

sangat berterima kasih kepada yang terhormat:

1. Kedua orang tua bapak Suparni dan ibu Siti Khalimah,

adikku Muh. Ikhwanul Kazir atas doa, perhatian dan

dukungannya yang diberikan.

2. Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS., selaku Dekan

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

3. Dr. Ir. Sri Minarti, MP., selaku Ketua Jurusan

Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

4. Dr. Agus Susiolo, S.Pt, MP., selaku Ketua Program

Studi Peternakan yang telah membina kelancaran proses

studi.

5. Ir. Nur Cholis, M.Si., selaku Koordinator Bidang Minat

Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Brawijaya.

6. Dr.Ir. Moch Nasich, MS., selaku dosen pembimbing

utama dan kepada Dr.Ir. Hary Nugroho, MS., selaku

pembimbing pendamping yang telah memberikan

banyak waktu dan bimbingannya kepada penulis selama

proses penyusunan skripsi.

Page 7: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

iv

7. Dr. Ir. Agus Budiarto, MS., Dr. Ir. Herni Sudarwati,

MS. dan Ir. Hari Dwi Utami, MS., M.AppL.Sc., Ph.D.,

selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan

saran yang membangun selama proses penyusunan

skripsi.

8. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada

segenap semua pegawai UPT PT dan HMT Singosari,

Malang yang telah membantu selama proses penelitian.

9. Rekan penelitian kambing PE di UPT PT dan HMT

Singosari, Malang atas kerja sama dan bantuan selama

proses penelitian.

Penulis berharap kritik dan saran yang membangun

untuk kesempurnaan skripsi ini dan semoga hasil penelitian

dapat bermanfaat bagi semua pihak

Malang, Juli 2018

Penulis

Page 8: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

v

DIFFERENCES AVERAGE DAILY GAIN OF ETTAWA

CROSS BREED KALIGESING AND BREED SENDURO

IN PRE-WEANING PERIOD AT UPT PT AND HMT

MALANG

Mohammad Lukman Rohmani 1)

, Moch.Nasich2)

and Hary Nugroho2)

1)Student of Animal Production Departement, Faculty of

Animal Science, Brawijaya University, Malang 2) Lecturer of Animal ProductionDepartement, Faculty of

Animal Science, Brawijaya University, Malang

Email:[email protected]

ABSTRACT

This research was conducted at UPT PT and HMT Malang.

Purpose of this study was to investigate difference of Ettawa

cross breed Kaligesing and breed Senduro in period pre-

weaning which is shown in average daily gain (ADG).

Material in this study were 62 does Ettawa cross breed and 86

kids period pre-weaning (0-3 month). Method in this study is

case study and search recording of livestock. The observed

variables included age of the does, litter size (number of the

kid per birth), birth weight, sex of kids and average daily gain,

data were analyzed using unpaired comparison t-test. Results

of showed that ADG of Ettawa cross breed Kaligesing and

breed Senduro 101.56±33.26 and 100.15±32.28 g/day/head

and have average 100.97±32,66 g/day/head.Growth was found

on male has ADG 109.15±32.21 and female 90.14±30.41

g/day/head. Growth of kids with doe PI1-PI2; PI3 and > 𝑃𝐼4

(103.15±31.01; 102.05±36.28 and 98.56±30.60 g/day/head).

Keywords: Average daily gain (ADG), Ettawa cross breed,

pre-weaning.

Page 9: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

vi

Page 10: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

vii

PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN

HARIAN KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE) RAS

KALIGESING DAN RAS SENDURO PADAPERIODE

PRASAPIH DI UPT PT DAN HMT MALANG

Mohammad Lukman Rohmani 1)

, Moch. Nasich2)

dan Hary Nugroho2)

1) Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

2) Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Email:[email protected]

RINGKASAN

Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan kambing hasil

persilangan antara kambing Jamnapari (India) dengan

kambing lokal Indonesia yang banyak tersebar diberbagai

daerah di Indonesia. Persilangan tersebut salah satunya

menghasilkan kambing PE ras Kaligesing dan ras Senduro

yang dikembangkan di dua lokasi yang berbeda yaitu di daerah

Purworejo, Kecamatan Kaligesing, Jawa Tengah dan di daerah

Senduro, Lumajang, Jawa Timur. Kambing PE saat ini

banyak digemari oleh masyarakat karena produktivitasnya

tinggi jika dibandingkan kambing lokal lain yang berada di

Indonesia. Kambing jenis ini bertipe dwiguna atau dapat

berproduksi daging dan susu.

Penelitian dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis

Pembibitan Ternak Dan Hijauan Makanan Ternak (UPT PT

dan HMT) Singosari, Malang. Penelitian dilaksanakan tanggal

20 November sampai 20 Desember 2017. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui petumbuhan kambing Peranakan Ettawa

Page 11: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

viii

(PE) ras Kaligesing dan ras Senduro periode prasapih yang

ditampilkan dalam bobot badan di Unit pelaksana Teknis

Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak dan Hijauan

Makanan Ternak, Singosari, Malang. Manfaat penelitian ini

adalah Sebagai bahan informasi bagi instansi pemerintah di

bidang peternakan dan peternak sebagai langkah awal dalam

pemeliharaan kambing periode prasapih dan Sebagai

pengetahuan yang digunakan untuk perbaikan manajemen

pemeliharaan kambing PE ras Kaligesing dan ras Senduro

periode prasapih untuk meningkatkan produktivitas.

Materi yang digunakan dalam penelitian adalah anak

kambing PE ras Kaligesing dan ras Senduro periode prasapih

(0-3bulan) masing-masing sebanyak 50 ekor dan 36 ekor

dengan induk sebanyak 62 ekor dengan kelompok poel yang

berbeda (poel 1-2; 3 dan 4-6) yang dilihat dari pergantian gigi

permanen (Permanent Incicivi). Metode yang dilakukan dalam

penelitian yaitu secara studi kasus dan penelusuran data ternak

(recording). Pengambilan data penelitian meliputi data primer

dan data sekunder. Analisis data dilakukan dengan bantuan

aplikasi software Microsoft Excel 2007. Model statistik yang

digunakan adalah uji t tidak berpasangan yang digunakan

untuk membandingkan dua rata-rata sampel yaitu pertambahan

bobot badan harian (PBBH) kambing PE ras Kaligesing dan

ras Senduro.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata PBBH antara

kambing PE ras Kaligesing dan ras Senduro secara statistik

tidak berbeda nyata (P>0,05) hal ini dikarenakan kambing PE

ras Kaligesing dan ras Senduro masih memiliki kekerabatan

yang dekat dengan kambing Peranakan Ettawa dan manajemen

pemeliharaannya sama.. PBBH anak kambing PE ras

Kaligesing cenderung lebih tinggi daripada ras Senduro yaitu

Page 12: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

ix

101,56±33,26 g/ekor/hari dan 100,15±32,28 g/ekor/hari dan

memiliki rata-rata dari keduanya yaitu 100,97±32,66

g/ekor/hari.

Rata-rata PBBH jenis kelamin jantan dan betina secara

statistik berbeda nyata (P<0,05), jenis kelamin jantan lebih

tinggi jika dibandingkan dengan jenis kelamin betina yaitu

sebesar 109,15±32,21 g/ekor/hari dan 90,14±30,41 g/ekor/hari.

rata-rata PBBH kambing PE berdasarkan tipe kelahiran

tunggal dan kembar secara statistika tidak terdapat perbedaan

yang nyata (P>0,05), akan tetapi secara numerik terdapat

kecenderungan tipe kelahiran tunggal lebih tinggi

dibandingkan dengan kelahiran kembar, yaitu masing-masing

101±53,51g/ekor/hari dan 100,48±34,76 g/ekor/hari. Rata-rata

PBBH anak pada poel 1-2 cenderung lebih tinggi jika

dibandingkan dengan kelompok poel induk 3 dan poel 4-6,

yaitu masing-masing (103,15±31,01; 102,05±36,28 dan

98,56±30,60 g/eko/hari.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah rata-rata

pertambahan bobot badan harian (PBBH) pada kambing PE

ras Kaligesing cenderung lebih tinggi (101,56±33,26

g/ekor/hari) jika dibandingkan dengan kambing PE ras

Senduro (100,15±32,28 g/ekor/hari). Rata-rata PBBH kambing

PE yang berada di UPT PT dan HMT Singosari, Malang yaitu

100,97±32,66 g/ekor/hari. Jenis kelamin jantan memiliki

PBBH 109,15±32,21 g/ekor/hari dan jenis kelamin betina

90,14±30,41 g/ekor/hari.

Page 13: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

x

Page 14: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

xi

DAFTAR ISI

Isi Halaman

RIWAYAT HIDUP ...................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................. iii

ABSTRACT .................................................................... v

RINGKASAN ............................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................. xi

DAFTAR TABEL ......................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................ xvi

DAFTAR SINGKATAN .............................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................ 4

1.3. Tujuan .......................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian ....................................... 4

1.5. Kerangka Pikir ............................................. 4

1.6. Hipotesis ........................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................. 9

2.1. Kajian Teori ................................................. 9

2.1.1 Kambing .............................................. 9

2.2. Kajian Penelitian Terdahulu .......................... 11

2.2.1. Kambing Peranakan Ettawa (PE) ....... 11

2.2.2. Kambing PE Ras Kaligesing ............... 13

2.2.3. Kambing PE Ras Senduro ................... 15

2.2.4. Pertambahan Bobot Badan Harian ..... 18

2.2.5. Periode Prasapih ................................. 21

2.2.6. Litter Size ........................................... 22

2.2.7. Bobot Lahir ........................................ 24

Page 15: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

xii

2.2.8. Penentuan Umur Ternak ...................... 25

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN 29

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................ 29

3.2. Materi Penelitian .......................................... 29

3.3. Metode Penelitian ......................................... 30

3.4. Variabel Penelitian ....................................... 30

3.5. Analisis Data ................................................ 31

3.6. Batasan Istilah .............................................. 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................... 35

4.1 Lokasi Penelitian .......................................... 35

4.2. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) . 39

4.3. PBBH Prasapih Berdasarkan Jenis Kelamin 42

4.4. PBBH Prasapih Berdasarkan Litter Size ...... 44

4.5. PBBH Prasapih Berdasarkan Umur Induk ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................... 49

5.1. Kesimpulan .................................................. 49

5.2. Saran ............................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA ................................................... 50

LAMPIRAN .................................................................. 58

Page 16: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Karakteristik morfologi tubuh kambing

Peranakan Ettawa (PE) ............................................ 13

2. Rata-rata ukuran tubuh kambing PE

pada daerah pantai dan pegunungan ........................ 15

3. Rataan bobot badan kambing PE di Pasrujambe,

Kabupaten Lumajang berdasarkanstatus fisiologi ... 18

4. Mortalitas prasapih penampilan PE dari

dua sistem perkawinan ............................................ 22

5. Bobot tubuh anak kambing PE

periode prasapih berdasarkan tipe kelahiran ........... 24

6. Pendugaan umur kambing berdasarkan

tumbuhnya gigi seri ................................................. 26

7. Populasi ternak di UPT PT dan HMT

Singosari, Malang pada bulan Maret ....................... 37

8. Rata-rata PBBH kambing PE ras Kaligesing

dan ras Senduro di UPT PT dan HMT Singosari,

Malang ..................................................................... 39

9. Rata-rata PBBH berdasarkan jenis kelamin

pada anak kambing PE ras Kaligesing dan

ras Senduro periode prasapih ................................... 42

10. Rata-rata PBBH berdasarkan litter size

pada anak kambing PE ras Kaligesing dan

ras Senduro periode prasapih .................................. 45

Page 17: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

xiv

11. Rata-rata PBBH anak periode prasapih

bedasarkan poel induk yang berbeda ....................... 47

Page 18: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema kerangka pikir penelitian ............................. 7

2. Kambing Peranakan Ettawa jantan .......................... 12

3. Kambing PE ras Kaligesing pejantan ...................... 14

4. Kambing PE ras Senduro jantan .............................. 17

5. Kurva sigmoid pertumbuhan kambing .................... 20

6. Pendugaan umur ternak berdasarkan gigi ................ 27

7. Lokasi dan gambar UPT PT dan HMT Singosari,

Malang .................................................................... 36

Page 19: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pertambahan bobot badan harian (PBBH)

kambing PE periode prasapih. ................................. 59

2. Perhitungan uji t tidak berpasangan

rata-rata PBBH kambing PE ras Kaligesing

dan ras Senduro ..................................................... 62

3. PBBH kambing PE ras Kaligesing

dan ras Senduroperiode prasapih

berdasarkan jenis kelamin ....................................... 63

4. Perhitungan uji t tidak berpasangan

rata-rata PBBH kambing PE

ras Kaligesing dan ras Senduro

berdasarkan jenis kelamin ...................................... 67

5. PBBH kambing PE ras Kaligesing

dan ras Senduro periode prasapih

berdasarkan litter size .............................................. 70

6. Perhitungan uji t tidak berpasangan

rata-rata PBBH kambing PE

ras Kaligesing dan ras Senduro

berdasarkan litter size .............................................. 74

7. Pengelompokan poel induk (1-2; 3; 4-6)

terhadap rata-rata PBBH

anak periode prasapih kambing PE

ras Kaligesing dan ras Senduro ............................... 77

Page 20: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

xvii

DAFTAR SINGKATA

Singkatan

PE : Peranakan Ettawa

Kg : Kilo gram

g : gram

SM : sebelum masehi

Kab. : Kabupaten

dkk : dan kawan-kawan

cm : senti meter

DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta

mdpl : meter diatas permukaan laut

UPT PT dan HMT: Unit pelaksana Teknis Pembibitan Ternak

dan Hijauan Makanan Ternak dan

Hijauan Makanan Ternak

PBBH : Pertambahan Bobot Badan Harian

Page 21: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia

kecil yang tergolong banyak dipelihara oleh masyarakat

Indonesia. Populasi kambing yang tercatat di Indonesia

khususnya yang berada di daerah Jawa Timur mengalami

peningkatan. Berdasarkan Anonimus (2016), populasi

kambing yang berada di Jawa Timur pada tahun 2016

sebanyak 3.279.732 ekor dan pada tahun 2015 sebanyak

3.178.197 ekor atau dapat dikatakan mengalami peningkatan

sebesar 3,19% dari tahun 2015. Menurut Nasich (2011), ternak

kambing yang dipelihara ditengah-tengah masyarakat kecil

dapat membantu perekonomian, sedangkan bagi peternak

kambing dapat berfungsi sebagai tabungan masa depan yang

nantinya akan digunakan pada saat ada kebutuhan yang

mendesak dengan menjual ternak kambing yang dimilikinya.

Upaya peningkatan populasi ternak kambing yang yang berada

di masyarakat menggunakan sistem pemeliharaan tradisional

yang didapat turun temurun, dirasa masih kurang untuk

mendukung upaya peningkatan produktivitas ternak kambing.

Peningkatan produktivitas ini digunakan untuk mencapai

terpenuhinya kebutuhan pangan asal hewan khususnya daging.

Penyebaran Kambing Peranakan Ettawa (PE) sudah banyak

tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Kambing PE

merupakan hasil perkawinan antara kambing Ettawa dengan

salah satu kambing lokal yaitu kambing kacang. Kambing

jenis ini memiliki corak warna hitam dan putih dan lebih

dominan terlihat kambing Ettawa, sebagian besar masyarakat

banyak menyebut jenis kambing ini adalah kambing PE

Page 22: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

2

Kaligesing. Yulistiani, Mathius, Sutama dan Adiati (1999),

kambing PE merupakan ternak yang berfungsi ganda yaitu

penghasil susu dan daging, namun pemanfaatannya sebagai

pengasil daging masih dirasa kurang, dimana produksi

susunya berkisar 500-1000 gram/hari. Kambing PE memiliki

tingkat adaptasi yang cukup baik sehingga pemeliharaannya

tidak begitu sulit. Hasil dari persilangan tersebut diantaranya

menghasilkan kambing PE ras Kaligesing dan ras Senduro.

Pertambahan bobot badan harian (PBBH) kambing pada

periode prasapih dipengaruhi oleh faktor internal yaitu genetik

ternak dan faktor eksternal yang meliputi pakan, manajemen

pemeliharaan serta kondisi lingkungan (suhu, kelembaban dan

ketinggian tempat). Anak kambing periode prasapih sangat

tergantung pada induknya, karena untuk mencukupi kebutuhan

nutrisinya hanya berasal dari produksi susu induk untuk proses

pertumbuhannya . Pertumbuhan umumnya dimulai dengan

perlahan-lahan kemudian akan mengalami peningkatan dengan

cepat dan selanjutnya akan berangsur-angsur melambat dan

berhenti mengalami pertumbuhan setelah dewasa tubuh

(Williamson dan Payne, 1993).

Periode prasapih kambing berlangsung kurang lebih selama

3 bulan setelah partus, dimana anak kambing masih

bergantung pada induk untuk makan dan berlindung.

Keberhasilan hidup anak pada periode prasapih untuk tumbuh

dan berkembang tergantung sekali pada produksi susu yang

dihasilkan oleh induk. Tingginya tingkat kematian anak

kambing pada fase prasapih serta rendahnya laju pertumbuhan

bobot hidup merupakan salah satu penyebab rendahnya tingkat

produktivitas kambing pada fase prasapih (Yulistiani, dkk.

1999). Laju mortalitas anak kambing pada periode prasapih

berkisar 5-17% dengan selang beranak pada kondisi pedesaan

Page 23: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

3

berkisar antara 9-15 bulan. Diperlukan suatu pemeliharaan

yang baik pada periode prasapih agar tingkat kematian anak

kambing dapat dikurangi dan meningkatkan laju produktivitas,

salah satunya adalah dengan perbaikan pemberian pakan yang

disesuaikan dengan kebutuhan ternak (Setiadi, Sutama dan

Budiarsana, 1997).

Tingkat kematian anak pada periode prasapih disebabkan

karena rendahnya berat lahir dan laju pertumbuhan pada

periode tersebut. Tingkat kematian yang tinggi mengakibatkan

kerugian yang fatal bagi dunia peternakan karena hewan

ternak merupakan penghasilan utama. Perbaikan manajemen

pemeliharan yang bertujuan untuk mengurangi angka

kematian dengan cara meningkatkan laju pertumbuhan ternak

dan meningkatkan bobot lahir pada periode prasapih.

Tomaszewka, Sutana, Putu dan Chaniago (1991), rata-rata

bobot lahir kambing PE berkisar antara 1,8-2,6 kg. Jumlah dan

kualitas pakan yang cukup baik pada akhir kebuntingan akan

menghasilkan bobot lahir anak yang lebih tinggi dan semakin

berat bobot induk maka bobot anak yang akan dilahirkan akan

tinggi yang akan mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya

(Priyanto, 1994).

Penentuan lokasi penelitian di Unit pelaksana Teknis

Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (UPT PT

dan HMT) Malang merupakan salah satu Unit Pelaksanaan

Teknis di lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur yang

mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai unit pembibitan

dan budidaya ternak, khususnya kambing dan Hijauan

Makanan Ternak (HMT). Pemeliharaan ternak di UPT PT dan

HMT Malang dilakukan secara terkontrol untuk menghasilkan

ternak dengan produktivitas baik. Lokasi kandang yang

terletak sekitar 1,5 km dari perumahan padat penduduk

Page 24: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

4

menjadikan lokasi tersebut ideal untuk pemeliharaan ternak

kambing.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pertambahan bobot badan harian kambing

Peranakan Ettawa (PE) Kaligesing dan Senduro periode

prasapih di Unit pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan

Hijauan Makanan Ternak Malang serta faktor yang

mempengaruhi.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pertambahan bobot badan harian (PBBH) kambing Peranakan

Ettawa (PE) ras Kaligesing dan ras Senduro periode prasapih

di Unit pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan

Makanan Ternak Malang.

1.4. Kegunaan Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini memiliki kegunaan yaitu:

1. Sebagai pengetahuan yang digunakan untuk perbaikan

manajemen pemeliharaan kambing PE ras Kaligesing

dan ras Senduro periode prasapih untuk meningkatkan

produktivitas.

2. Sebagai bahan informasi bagi instansi pemerintah di

bidang peternakan dan peternak sebagai langkah awal

dalam pemeliharaan kambing periode prasapih.

1.5. Kerangka Pikir

Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan kambing yang

sudah cukup lama beradaptasi dengan iklim di Indonesia, dan

penyebaran kambing ini sudah cukup banyak menempati di

Page 25: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

5

berbagai daerah di Indonesia. Kambing PE merupakan

kambing hasil persilangan antara Kambing Ettawa (India)

dengan Kambing Kacang (Indonesia) yang memiliki

penampilan lebih mirip Kambing Ettawa tetapi memiliki

bentuk tubuh yang lebih kecil (Kostaman dan Sutaman, 2006).

Jenis Kambing PE merupakanjenis kambing yang memiliki

produktivitas tinggi dan daya tahan yang baik. Kambing PE

banyak dipelihara oleh masyarakat di Indonesia dan tersebar

luas di wilayah pedesaan karena mempunyai kemampuan

untuk beradaptasi dan mempertahankan diri terhadap

lingkungan yang kurang baik (Sutama, 2007).

Kambing PE yang berada di Indonesia memiliki

beberapa jenis yaitu kambing PE ras Kaligesing yang memiliki

corak warna dominan hitam dan putih, kemudian ras

Jawarandu yang memiliki corak warna dominan coklat dan

putih serta ras Senduro memiliki corak warna dominan putih.

Ketiga jenis kambing PE tersebut memiliki bentuk tubuh

dominan kambing Ettawa yaitu memiliki ciri-ciri muka

cembung, memiliki telinga panjang dan menjulang kebawah

(Susilawati, Kuswati dan Winarto, 2011)

Bobot badan merupakan salah satu kriteria penting

dalam melihat produktivitas suatu ternak khususnya ternak

kambing. Pengukuran bobot badan dapat dilakukan sejak dini

saat anak kambing dilahirkan untuk mencari bobot lahir.

Menurut Hardjosubroto (1994), menyatakan bahwa anak

kambing dengan bobot lahir tinggi dapat diperkirakan akan

memiliki bobot sapih yang tinggi juga. Priyanto (1994)

menyatakan jumlah dan kualitas pakan yang cukup baik pada

akhir kebuntingan akan menghasilkan bobot lahir anak yang

lebih tinggi dan semakin berat bobot induk maka bobot anak

yang akan dilahirkan akan tinggi. Tomaszewka, et al., (1991)

Page 26: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

6

menambahkan bahwa rata-rata bobot lahir kambing PE

berkisar antara 1,8-2,6 kg.

Litter size merupakan jumlah anak dalam sekelahiran yaitu

banyaknya anak yang dilahirkan dalam setiap kali melahirkan.

Jumlah anak dalam satu kelahiran yang tinggi dapat

mempengaruhi kenaikan populasi. Hasil penelitian Sudewo,

Santosa dan Susanto (2012), menyatakan bahwa jumlah anak

perkelahiran pada saat lahir adalah 1,51 ± 0,43 ekor dan rata-

rata jumlah anak perkelahiran pada saat sapih sebanyak 1,46 ±

0,54 ekor. Sarwono (2002) menyatakan bahwa kambing PE

dapat menghasilkan anak dalam satu kelahiran antara 1-4 ekor

atau memiliki rata-rata dua ekor.

Ukuran tubuh induk diketahui berpengaruh terhadap litter

size saat terjadi kebuntingan. Sodiq dan Sadewo (2008),

menyatakan bahwa litter size kambing sangat dipengaruhi oleh

umur dan ukuran badan induk. Postur tubuh induk akan

mempengaruhi kemampuan induk dalam jumlah anak saat

dilahirkan. Induk dengan postur tubuh besar akan

menghasilkan jumlah anak yang lebih besar. Semakin tinggi

litter size berakibat pada bobot lahir anak, karena dengan

banyaknya anak pada saat bunting akan terjadi kompetisi

dalam memperebutkan nutrisi dari induk yang bunting.

Kostaman dan Sutama (2005), menyatakan bahwa tingginya

litter size akan diikuti dengan tingginya tingkat kematian anak

yang baru lahir dan terjadi penurunan bobot lahir anak.

Penanganan lebih pada ternak yang memiliki jumlah anak

dalam satu kelahiran lebih dari satu diperlukan agar

meminimalkan tingkat kematian anak kambing. Skema

kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar

1.

Page 27: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

7

Kambing

PE

Kaligesing

Kambing

PE

Senduro

Produktivitas

Pertumbuhan kambing PE Kaligesing dan

Senduro periode prasapih dipengaruhi

oleh umur induk, produksi susu induk,

jenis kelamin, litter size,

bobot lahir dan pakan

Jenis kelamin

1. Jantan

2. Betina

Jenis kelahiran

1. Tunggal

2. Kembar 2

3. Kembar 3

Pertambahan bobot badan harian (PBBH)

kambing PE Kaligesing dan Senduro

periode prasapih

Gambar 1. Skema kerangka pikir penelitian

Page 28: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

8

1.6. Hipotesis

Hipotesis 1 : Pertambahan bobot badan harian kambing PE ras

Kaligesing lebih dan ras Senduro periode

prasapih jenis kelamin jantan lebih tinggi dari

jenis kelamin betina.

Hipotesis 2 : Pertambahan bobot badan harian kambing PE ras

Kaligesing lebih dan ras Senduro periode

prasapih kelahiran tunggal lebih tinggi dari

kelahiran kembar dua.

Page 29: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Kambing

Kambing yang saat ini dipelihara oleh masyarakat

merupakan hasil dari penjinakan kambing liar. Menurut

Batubara, Doloksaribu dan Tiesnamurti (2006), menyatakan

bahwa awal mulai dilakukan penjinakan kambing berada di

daerah pegunungan Asia Barat sekitar 8000 – 7000 SM.

Kambing yang dipelihara pada saat itu adalah jenis Capra

aegagrus hircus, kambing tersebut berasal dari 3 kelompok

kambing liar yang telah dijinakkan, yaitu Bezor goat atau

kambing liar dari Eropa (Capra aegagrus), kambing liar dari

India (Capra aegagrus blithy) dan Makhor goat atau kambing

Makhor di pegunungan Himalaya (Capra falconeri). Kambing

yang diternakkan di Asia sebagian berasal dari keturunan

Bezoar.

Mahmilia (2007), mengatakan bahwa kambing merupakan

ternak ruminansia kecil yang digunakan sebagai pemenuhan

sumber protein hewani yang cukup potensial untuk

dikembangkan sebagai penghasil daging dan susu. Kelebihan

ternak kambing terletak pada kemampuan adaptasi yang tinggi

dengan berbagai kondisi lingkungan, potensi reproduksi yang

tinggi dan jumlah anak per kelahiran yang lebih dari satu ekor.

Kelebihan yang dimiliki oleh ternak kambing tersebut dapat

dijadikan untuk mendukung ketercukupan kebutuhan protein

hewani yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya

jumlah penduduk Indonesia.

Page 30: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

10

Indonesia memiliki sumber daya genetik ternak yang

beraneka ragam dan merupakan aset berharga dalam usaha

pengembangan ternak di Indonesia. Berbagai jenis rumpun

ternak lokal dengan spesifik lokasi, baik yang sudah dikenal

umum maupun yang belum dapat ditemukan di setiap propinsi

dengan jumlah dan potensi yang belum diketahui. Rumpun

tersebut mempunyai keunggulan komparatif dibanding ternak

impor, antara lain daya adaptasi yang baik terhadap

lingkungan tropis dengan sifat reproduksi yang baik sebagai

akibat seleksi alam secara alami atau tanpa rekayasa manusia

(Murdjito, Budisatria, Panjono, Ngadiyono dan Baliarti, 2011).

Pada tahun 1995 Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi-

Bogor sudah memulai mengkarakterisasi kambing Kosta dan

kambing Gembrong (Tahun 1997) serta dilanjutkan oleh Loka

Penelitian Kambing Potong Sei Putih pada Tahun 2000-2007

untuk penelitian/karakterisasi kambing Marica (Sulawesi

Selatan), kambing Muara (Kab. Tapanuli Utara, Sumatera

Utara), kambing Samosir (Kab. Samosir, Sumatera Utara) dan

kambing Benggala (Nusa Tenggara Timur). Bentuk ukuran

tubuh, tanduk, telinga, ekor, dan pola warna terdapat

perbedaan antara kambing lokal di suatu daerah dengan daerah

yang lain yang sudah dikenal masyarakat dalam selang waktu

yang cukup lama (Pamungkas, Batubara, Doloksaribu dan

Sihite, 2009).

Menurut Sudewo, dkk. (2012) menyatakan bahwa ada dua

rumpun ternak kambing yang dominan di Indonesia, yaitu

kambing Kacang dan kambing Ettawa. Kambing Kacang

merupakan kambing asli Indonesia, bentuk badannya kecil dan

memiliki tinggi pundak sekitar 50-60 cm serta prolifik.

Kambing Ettawa memiliki tubuh yang lebih besar dari

kambing Kacang, dengan tinggi pundak sekitar 70-80 cm,

telinga panjang dan menggantung serta kurang prolifik.

Page 31: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

11

Kostaman dan Sutama (2005), menambahkan bahwa secara

biologis ternak kambing cukup produktif dan mudah

beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan di Indonesia,

mudah dalam hal pemeliharaan, sehingga mudah dalam

pengembangannya.

2.2.Kajian Penelitian Terdahulu

2.2.1. Kambing Peranakan Ettawa (PE)

Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang menjadi

sumber bibit kambing Peranakan Ettawa (PE). Kambing PE

banyak dipelihara dan dikembangkan oleh peternak di daerah

pegunungan Menoreh, seperti Girimulyo, Samigaluh, Kokap

dan sebagian Pengasih. Hal ini disebabkan karena lingkungan

di daerah tersebut mendukung untuk pengembangan kambing

PE, dan sumber daya alam khususnya ketersediaan pakan yang

mencukupi untuk berkembangnya kambing PE (Rasminati,

2013). Ketinggian tempat juga mempengaruhi ukuran tubuh

ternak, kambing PE yang dipelihara di dataran tinggi memiliki

ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan kambing PE yang

dipelihara di dataran rendah (Setiadi, dkk., 1997).

Ciri khas kambing PE antara lain bentuk muka cembung

melengkung dan dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah

leher yang tumbuh berawal dari sudut janggut, telinga

panjang, lembek menggantung dan ujungnya agak berlipat,

ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, pipih, bentuk

garis punggung mengombak ke belakang, rambut tumbuh

panjang di bagian leher, pundak, punggung dan paha, rambut

paha panjang dan tebal. Warna rambut ada yang tunggal;

putih, hitam dan coklat, tetapi jarang ditemukan. Kebanyakan

Page 32: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

12

terdiri dari dua atau tiga pola warna, yaitu belang hitam,

belang coklat, dan putih bertotol hitam (Pamungkas, dkk.,

2009). Penampilan kambing PE jantan dapat dilihat pada

Gambar 2. (Mulyono, 2011).

Gambar 2. Kambing Peranakan Ettawa jantan

Menurut Susilawati, dkk., (2011) menyatakan bahwa ciri-

ciri kambing Ettawa antara lain:

1. Memiliki bentuk muka agak cembung (convex)

2. Bentuk badan tipis dan ramping

3. Warna dominan putih dengan kepala hitam/coklat

4. Rambut pada bagian paha belakang lebat dan panjang

5. Daun telinga memanjang dan terjuntai ke bawah

Kambing PE termasuk kambing yang prolifik atau mampu

menghasilkan anak 1-3 ekor per kelahiran. Kambing PE betina

dewasa memiliki berat badan antara 34-45 kg, sedangkan pada

kambing jantan dewasa antara 35-50 kg. Karakteristik

morfologi tubuh kambing Peranakan Ettawa disajikan dalam

Tabel 1.

Page 33: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

13

Tabel 1. Karakteristik morfologi tubuh kambing Peranakan

Ettawa (PE).

No Uraian Kambing PE

Betina Jantan

1 Bobot (kg) 40,2 60

2 Pajang badan (cm) 81 81

3 Tinggi pundak (cm) 76 84

4 Tinggi pinggul (cm) 80,1 96,8

5 Lingkar dada (cm) 80,1 99,5

6 Lebar dada (cm) 12,4 15,7

7 Dalam dada (cm) - -

8 Panjang tanduk (cm) 6,5 15

9 Panjang telinga (cm) 12 15

10 Lebar telinga (cm) - -

11 Type telinga Jatuh Jatuh

12 Panjang ekor (cm) 19 25

13 Lebar ekor (cm) 2,5 3,6

(Sumber: Pamungkas, dkk., 2009).

2.2.2. Kambing PE Ras Kaligesing

Kambing PE ras Kaligesing merupakan ternak lokal yang

dihasilkan dari persilangan kambing Ettawa asal India dengan

kambing lokal. Kambing ini pertama kali dikembangkan di

daerah Purworejo, Kecamatan Kaligesing. Perbedaan antara

kambing Ettawa asli dengan kambing PE ras Kaligesing

adalah pada kambing PE ras kaligesing memiliki warna

rambut yang beragam (Syukur, 2016).

Daerah kaligesing di Purworejo, Jawa Tengah hingga saat

ini merupakan daerah sentra utama peternakan kambing PE,

karena di daerah tersebut memiliki suhu yang relatif dingin

dan memiliki potensi hijauan melimpah sehingga sangat cocok

untuk dikembangkannya kambing PE di daerah tersebut.

Masyarakat umumnya kebanyakan ketika membicarakan

kambing PE langsung mengatakan daerah Kaligesing,

sehingga tren nama kambing PE menjadi kambing PE ras

Page 34: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

14

Kaligesing (Batubara, Nasution, Subandriyo, Inounu,

Trisnamurti dan Anggraeni, 2016).

Kambing PE ras Kaligesing mempunyai ciri-ciri bentuk

kepala melengkung atau cembung dan tidak berjambul, bibir

bawah lebih kedepan, telinga menempel muka dengan lipatan

kedepan sekitar 30 cm, bergelambir, tanduk ke belakang

melingkari telinga,warna rambut hitam penuh dari kepala

sampai leher, panjang gumba sekitar 70 cm, gembol atau

rewos panjang dan tebal, lingkar dada lebar dan melengkung,

ambing untuk betina dan testis untuk jantan mempunyai

panjang yang sama (simetris), ekor besar seperti mawar dan

lurus menyerupai tupai, tubuh besar dan sehat serta

mempunyai kaki yang besar (Rasmiati, 2013). Bentuk tubuh

kambing Peranakan Ettawa (PE) disajikan dalam Gambar 3.

Kambing PE ras Kaligesing pejantan (Direktorat Perbibitan

dan Produksi Ternak, 2014).

Gambar 3. Kambing PE ras Kaligesing pejantan

Penyebaran populasi kambing Ettawa (PE) ras Kaligesing

saat ini sudah berada di berbagai wilayah di Indonesia, dimana

wilayah Indonesia terdiri atas gugusan pulau-pulau sehingga

kambing jenis ini diternakkan diberbagai topografi. Menurut

Rusmiati (2013) dalam penelitiannya menyatakan ada

perbedaan ukuran tubuh kambing PE di daerah pesisir dan

Page 35: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

15

daerah pegunungan. Rata-rata ukuran tubuh kambing PE

disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata ukuran tubuh kambing PE pada daerah

pantai dan pegunungan.

Parameter

(cm)

Indukan Pejantan Dara Cempe

Pantai Gunung Pantai Gunung Pantai Gunung Pantai Gunung

Lingkar dada 77,38 79,57 72,5 73 70,5 59,25 59 57,67

Dalam dada 14,08 16,92 14,5 15 11,5 12,25 12,5 13

Lebar dada 29,73 30,81 32 30,33 20 24,5 15,5 23,22

Panj. telinga 22,82 26,13 27,5 24,67 19 20,5 19,5 22,44

Tinggi gumba 74,62 72,38 80,5 71 65 54,75 57 55,89

Panj. badan 66,85 64,14 57 61 57,5 52 48 48,67

Panj. tanduk 7,27 8,87 8 6,33 6 3 3 2,17

Bulu rewos 11,64 14,53 12,5 14 12,5 11 7,5 9,33

Berat badan

(kg)

40 41,46 39 34,67 27,5 29 17,5 16,22

Sumber : Rusmiati, 2013

2.2.3. Kambing PE Ras Senduro

Tahun 1947 kambing jamnapari dari India, dimasukkan ke

Indonesia untuk disilangkan dengan kambing Menggolo.

Kambing Menggolo merupakan kambing lokal di daerah

Senduro, Lumajang, Jawa Timur, yang terletak di kaki

Gunung Semeru. Hasil persilangan ini menghasilkan kambing

Ettawa ras Senduro atau disebut PE Senduro. PE Senduro

memiliki kemampuan produksi susu yang sama dengan PE

Kaligesing, begitu juga dengan reproduksinya. Ciri fisiknya

pun hampir sama, hanya pola warna pada tubuhnya yang

berbeda. Rambut kambing PE Senduro didominasi warna

Page 36: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

16

putih sehingga sering disebut dengan Senduro putih (Kaleka

dan Haryadi, 2013). Batubara, dkk. (2016) menambahkan

kambing Senduro merupakan kambing hasil persilangan

kambing Jamnapari dengan kambing lokal Lumajang

(Menggolo). Kambing Menggolo memiliki ukuran tubuh yang

lebih besar dari kambing kacang. Hasil dari persilangan ini

disebut dengan kambing Peranakan Ettawa ras Senduro.

Karakteristik kambing PE ras Senduro memiliki ciri khusus

yaitu warna rambut putih, bentuk muka cembung, telinga

panjang menggantung kebawah dan terpilin, ada yang

bertanduk dan ada yang tidak bertanduk, bentuk punggung

lurus dan sedikit melengkung pada bagian tengah tubuh dan

semakin meninggi pada bagian pinggul, rambut tubuh bagian

leher dan bagian pinggul kebelakang memiliki rambut yang

lebih panjang, pada jantan rambut lebih panjang daripada

betina, ekor pendek dan bentuk ambing menggantung seperti

kendi (Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2014).

Tampilan tubuh kambing PE ras Senduro dapat dilihat pada

Gambar 4. Kambing PE ras Senduro jantan (Anonimous,

2016).

Gambar 4. Kambing PE ras Senduro jantan

Page 37: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

17

Kambing PE ras Senduro berbeda dengan kambing PE ras

lain seperti ras Kaligesing yang memilki variasi warna hitam,

putih dan coklat, tetapi untuk ras Senduro hanya memilki

warna dominan putih. Kambing ini dikenal memiliki sifat

dwiguna atau sebagai penghasil susu dan daging. Keunggulan

dari ras Senduro karena kambing ini memiliki sifat prolifik

atau mampu melahirkan anak lebih dari satu setiap kelahiran,

adaptasi lingkungan yang baik terhadap lingkungan tropis dan

tahan terhadap penyakit. Keunggulan yang dimiliki ras ini

dapat dikembangkan untuk memacu peningkatan produksi

susu dan daging di Indonesia (Anonimous, 2010)

Penyebaran kambing PE ras Senduro banyak tersebar di

daerah Lumajang, Pasuruan, Jember, Bondowoso dan

Banyuwangi dengan populasi sekitar 91.729 ekor. Kambing

PE ras Senduro dapat tumbuh baik pada wilayah dengan

ketinggian diatas 300 mdpl. Bobot badan yang dimiliki

kambing jenis ini rata-rata pada ternak jantan dewasa 90-110

Kg dan pada betina dewasa memiliki bobot badan 60-70 Kg

(Anonimous, 2010). Rataan bobot badan kambing PE periode

prasapih di Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang

sebesar 11,26±8,15 untuk jenis kelamin jantan dan 8,15±3,65

untuk jenis kelamin betina (Adiati dan Priyanto, 2011). Rataan

bobot badan kambing PE di Pasrujambe, Kabupaten Lumajan

berdasarkan status fisiologi menurut Adiati dan Priyanto

(2011) ditampilkan pada Tabel 3.

Page 38: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

18

Tabel 3. Rataan bobot badan kambing PE ras Senduro di

Pasrujambe, Kabupaten Lumajang berdasarkan

status fisiologi.

Status

Fisiologi

(Kg)

Pasrujambe (Lumajang)

Jantan Betina

n Bobot badan n Bobot badan

Anak prasapih 25 11,26 ±8,18 17 8,15±3,65

Anak lepas sapih 9 22,17±3,97 20 25,3±7,08

Kambing muda 11 33,91±9,64 21 39,90±5,67

Dewasa 2 39,50±21,92 45 46,74±10,25

Sumber : Adiati dan Priyanto (2011)

2.2.4. Pertambahan Bobot Badan Harian

Pertumbuhan suatu ternak merupakan salah satu kriteria

yang digunakan sebagai petunjuk keberhasilan dalam

pemeliharaan kambing. Pertumbuhan pada periode prasapih

dimulai dari bobot lahir sampai dengan sapih (Nasution,

Mahmiliaa dan Doloksaribu, 2010). Petumbuhan dapat dilihat

dari peningkatan tinggi, panjang, ukuran lingkar tubuh dan

bobot badan yang terjadi pada seekor ternak muda yang sehat

serta tercukupinya kebutuhan pakan dan minum serta

mendapat tempat berlindung yang layak. Menurut Sutama,

dkk. (1997) menyatakan bahwa Pertumbuhan ternak kambing

selama bulan pertama setelah dilahirkan sangat tergantung dari

produksi susu induknya, kemudian tingkat ketergantungannya

terhadap susu induknya akan semakin berkurang dengan

menurunnya produksi susu induk dan ketika anak sudah mulai

memakan makanan padat.

Page 39: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

19

Pertumbuhan adalah pertambahan berat badan sesuai

dengan berkembangan umur, sedangkan perkembangan

berhubungan dengan adanya perubahan ukuran serta fungsi

dari setiap bagian tubuh yang dimuali dari embrio sampai

dewasa. Pertumbuhan umumnya dimulai dengan perlahan-

lahan kemudian akan mengalami peningkatan dengan cepat

dan selanjutnya akan berangsur-angsur melambat dan berhenti

mengalami pertumbuhan setelah dewasa tubuh (Williamson

dan Payne, 1993).

Untuk mengetahui pertumbuhan dilakukan dengan

pengukuran kenaikan bobot badan dengan melakukan

penimbangan berulang-ulang selama beberapa waktu dan

dinyatakan dengan pertambahan bobot badan tiap hari, tiap

minggu atau tiap waktu lainnya (tiap sepuluh hari, tiap bulan)

(Nurmiati, 2014). Pola pertumbuhan setelah kelahiran pada

setiap spesies dari hewan mamalia hampir sama yaitu

mengalami pertumbuhan yang tergambar sigmoid atau

berbentuk kurva “S”. Bobot badan mendekati maksimum

setelah masa pubertas dan akan mulai mengalami penurunan

setelah hewan dewasa. Kecepatan pertumbuhan tersebut tidak

terlepas dari faktor genetik dan lingkungan (Hardjosubroto,

1994). Pola kurva sigmoid ditampilkan dalam Gambar 5.

Kurva sigmoid pertumbuhan kambing (Tillman, Hartadi,

Reksohardiprodjo, Prawirokusumo dan Lebdosoekojo (1998)

Page 40: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

20

Gambar 5. Kurva sigmoid pertumbuhan kambing

Pertumbuhan tiap-tiap individu secara umum diperlihatkan

dalam bentuk kurva sigmoid (S). Kurva sigmoid

menggambarkan suatu pertumbuhan ternak dalam bentuk

percepatan dan bentuk perlambatan (Salman, Sumantri, Noor,

Saefuddin dan Talib, 2015). Pola pertumbuhan sebagai bentuk

yang sederhana dengan laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada

pertumbuhan awal, kemudian mengalami peningkatan secara

perlahan sampai mencapai konstan setelah dewasa tubuh.

Ketika bobot badan selama hidup diplotkan sebagai fungsi dari

umur dan waktu, ternak memproduksi sebuah kurva

karateristik pertumbuhan yang berbentuk kurva pertumbuhan

sigmoid. Fase percepatan dimulai dari lahir hingga mencapai

titik tertinggi atau puncak pertumbuhan. Fase percepatan ini

ditandai dengan adanya perubahan bentuk, pertambahan bobot

badan, pertumbuhan ukuran tubuh (Lawrence and Fowler,

2002).

Page 41: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

21

2.2.5. Periode Prasapih

Periode awal dari pertumbuhan suatu ternak terjadi pada

dua bulan pertama setelah dilahirkan. Diperlukan langkah

pemeliharaan yang optimal pada periode sebelum disapih akan

memberikan dampak peningkatan produksi daging pada

periode selanjutnya. Pemeliharaan periode prasapih dan sapih

kurang optimal maka akan memberikan pengaruh pada

peningkatan biaya per kg daging yang dihasilkan. Kondisi ini

harus dipertimbangkan untuk mengoptimalkan manajemen

pemeliharaan untuk memastikan produksi daging yang lebih

baik, meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan

peternak (Gaddour and Najari, 2013). Upaya peningkatan

produksi dapat dilakukan dengan memperbaiki tatalaksana

pemeliharan kambing pada periode awal pertumbuhan dengan

pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak dan

meningkatkan manajemen pemeliharaan ternak.

Menurut Sutama, Budiarsana, Mathius dan Juarini (1997),

menyatakan bahwa pertumbuhan ternak kambing selama bulan

pertama setelah dilahirkan sangat tergantung dari produksi

susu induknya, kemudian tingkat ketergantungannya terhadap

susu induknya akan semakin berkurang dengan menurunnya

produksi susu induk dan ketika anak sudah mulai memakan

makanan padat. Menurut Setiadi, dkk., (1997), menyatakan

bahwa laju mortalitas anak kambing pada periode prasapih

berkisar 5-17%. Pemberian susu kolostrum pada ternak yang

baru lahir akan meningkatkan daya tahan tubuh ternak

tersebut. Mortalitas anak periode prasapih kambing PE dari

dua sistem perkawinan ditampilkan dalam Tabel 4.

Page 42: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

22

Tabel 4. Mortalitas anak periode prasapih kambing PE dari

dua sistem perkawinan.

Sistem Perkawinan Mortalitas

Perkawinan Alami 8,82 %

Perkawinan Buatan 12,5 %

Sumber : Kaunang, Suyadi dan Wahjuningsih (2012)

Pertambahan atau pertumbuhan anak sebelum disapih

(prasapih) tergantung dari ketersediaan air susu induk. Peranan

induk cukup penting untuk menghasilkan air susu untuk

meningkatkan pertambahan bobot badan kambing. Sedangkan

kemampuan untuk menghasilkan air susu tergantung pada

ketersediaan hijauan yang dikonsumsi oleh induk (Sulaksana,

2008). Adhianto, Hamdani dan Sulastri (2015), menambahkan

pertumbuhan merupakan gambaran kemampuan suatu individu

ternak untuk menampilkan potensi genetik dan sekaligus

sebagai ukuran dalam perkembangan bagian-bagian tubuh

sampai mencapai ukuran maksimal (dewasa) pada kondisi

lingkungan yang tersedia.

2.2.6. Litter size

Litter size dapat diartikan jumlah anak dalam satu kelahiran

yaitu banyaknya anak yang dilahirkan dalam setiap kelahiran.

Jumlah anak dalam satu kelahiran sangat menentukan terhadap

laju peningkatan populasi ternak kambing. Jumlah anak dalam

satu kelahiran yang tinggi akan mempengaruhi kenaikan

populasi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata

jumlah anak satu kelahiran pada saat lahir adalah 1,51 ± 0,43

ekor, sedangkan rata-rata jumlah anak dalam satu kelahiran

pada saat sapih adalah 1,46 ± 0,54 ekor (Sudewo, dkk., 2012).

Page 43: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

23

Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara

kambing Etawah dengan Kacang, sehingga kemungkinan

prolifikasinya lebih rendah daripada kambing Kacang.

Menurut Sodiq dan Sumaryadi (2002) menyatakan bahwa rata-

rata litter size dari kelahiran anak kambing Kacang dan

Kambing Peranakan Ettawa (PE) masing-masing sebesar 2,06

dan 1,56. Berdasarkan nilai tersebut rata-rata litter size

kambing Kacang lebih tinggi jika dibandingkan dengan

kambing Peranakan Ettawa (PE). Bobot tubuh anak kambing

PE periode prasapih berdasarkan tipe kelahiran ditampilkan

dalam Tabel 5.

Tabel 5. Bobot tubuh anak kambing PE periode prasapih

berdasarkan tipe kelahiran

Tipe

Kelahiran

Jumlah

(ekor)

Rata-rata

(kg)

Min

(kg)

Maks

(kg)

Tunggal 20 10,25±4,30 4 17

Kembar

dua 20 7,78±2,59 5 15

Kembar

tiga 20 7,58±2,57 5 15

Total 60 8,53±3,32 4 17

Sumber: Faozi, Priyono dan Yuwono (2013)

Kostaman dan Sutama (2005), menyatakan bahwa litter

size seekor induk kambing ditentukan oleh tiga faktor yaitu

jumlah sel telur yang dihasilkan setiap birahi dan ovulasi,

fertilisasi dan keadaan selama kebuntingan serta kematian

embrio. Ketiga faktor tersebut tergantung dari umur induk,

bobot badan induk, kambing pemacek, suhu lingkungan dan

genetik tetua. tingginya litter size akan diikuti dengan

Page 44: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

24

tingginya tingkat kematian pada anak yang baru lahir dan akan

terjadi penurunan bobot lahir anak. Penanganan lebih pada

ternak yang memiliki jumlah anak dalam satu kelahiran lebih

dari satu diperlukan agar meminimalkan tingkat kematian anak

kambing. Kostaman dan Sutama (2006), menyatakan bahwa

litter size memegang peranan penting dalam menentukan

produktivitas suatu ternak dalam perbibitan atau pembesaran.

2.2.7. Bobot Lahir

Pertumbuhan awal ternak yang dapat diukur pertama kali

saat ternak baru dilahirkan yang sering disebut bobot lahir

ternak. Menurut Karnaen (2008), bobot lahir sangat

menentukan untuk kelangsungan suatu usaha peternakan

kambing, karena bobot lahir mempunyai korelasi positif

dengan perkembangan dan pertumbuhan selama hidupnya.

Bobot lahir anak kambing mempunyai korelasi positif dengan

laju pertumbuhan sampai umur 12 minggu atau saat ternak

masih tergantung pada induknya.

Menurut Faozi, dkk., (2013), bahwa tipe kelahiran tunggal

menghasilkan ukuran vital terbesar dan semakin banyak

jumlah cempe yang dilahirkan ukuran vital pun semakin kecil,

hal tersebut dimungkinkan karena pada kelahiran tunggal tidak

terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan. Kurniato, Johari

dan Kurniawan (2007), menyatakan bahwa kapasitas yang

terlalu padat pada tipe kebuntingan kembar menyebabkan

kompetisi dalam mendapatkan pakan dari induk sehingga

menyebabkan bobot lahir yang rendah. Selain itu fetus tunggal

tentunya mendapat suplai pakan yang lebih besar daripada

fetus kembar. Andriani, Sudono, Sutardi, Manalu dan sutama

(2007), menyatakan bahwa Pertumbuhan prenatal anak dalam

Page 45: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

25

kandungan induk secara kumulatif dapat tergambar dari bobot

lahir anak setelah kelahiran.

Mulyadi (1992), menyatakan bahwa hasil penelitian pada

kambing Peranakan Ettawa, berdasarkan berat lahir anak

kambing tipe kelahiran tunggal sebesar 3,13 kg, tipe kelahiran

kembar dua sebesar 2,75 dan tipe kelahiran kembar tiga

sebesar 2,11 kg. Menurut Devendra dan Burns (1994),

keragaman dari bobot lahir disebabkan akibat adanya faktor

genetik dan lingkungan. Kostama dan Sutama (2005),

menyatakan bahwa faktor genetik merupakan potensi atau

kemampuan yang dimiliki oleh ternak, sedangkan faktor

lingkungan merupakan faktor diluar tubuh ternak yang

diperoleh di tempat yang berbeda-beda.

2.2.8. Penentuan Umur Ternak

Ada berbagai teknik yang digunakan untuk penentuan usia

hewan ternak yang berasal dari konteks arkeologi, diantaranya

penutupan jahitan kranial, urutan pertumbuhan gigi dan

penggantian gigi, keausan gigi, struktur inkremental dan dari

pengamatan tanduk (Hasked, Greenfield and Arnold, 2008).

Gigi seri susu tumbuh dan digantikan oleh gigi seri

permanen terjadi pada umur tertentu, maka hal tersebut

merupakan pedoman yang banyak digunakan di lapangan

untuk menentukan umur kambing. Selain itu, gigi seri

permanen mengalami pengausan yang bentuknya dipengaruhi

oleh jenis pakan yang dikonsumsi. Semakin tua umur ternak,

bentuk keterasahan gigi menjadi semakin lebar. Bertambah

tuanya umur ternak berpengaruh terhadap jarak antar gigi.

Semakin tua umur tenak, jarak antar gigi seri permanen

semakin longgar atau renggang. Bedasarkan tahap

pemunculannya, gigi seri ternak ruminansia dapat

Page 46: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

26

dikelompokkan menjadi gigi seri susu (deciduo incosors = DI)

dan gigi seri permanen (incisors = I). Gigi seri susu muncul

lebih awal daripada gigi seri permanen dan akan digantikan

oleh gigi seri permanen. Kemunculan gigi seri susu,

pergantian gigi seri susu menjadi gigi seri permanen, dan

keterasahan gigi seri permanen terjadi pada kisaran umur

tertentu sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penentuan

umur ternak ruminansia khususnya ternak kambing (Sulastri

dan Sumadi, 2000). Pendugaan umur kambing berdasarkan

tumbuhnya gigi seri ditampilkan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Pendugaan umur kambing berdasarkan tumbuhnya

gigi seri.

No. Gigi Seri Tetap Umur

1 Gigi susu <1 tahun

2 Satu pasang gigi seri tetap 1- 2 Tahun

3 Dua pasang gigi seri tetap 2-3 Tahun

4 Tiga pasang gigi seri tetap 3-4 Tahun

5 Empat pasang gigi seri tetap 4-5 Tahun

6 Gigi seri tetat mulai aus atau

lepas >5 Tahun

Sumber : Susilawati, dkk (2011)

Menurut Sarwono (2002) bahwa pergantian gigi kambing

yang digunakan dalam penentuan umur ternak ditampilkan

dalam Gambar 6. Pendugaan umur ternak berdasarkan gigi.

Page 47: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

27

Gambar 6. Pendugaan umur ternak berdasarkan gigi

Page 48: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

29

BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Unit pelaksana Teknis

Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (UPT PT

dan HMT) Malang, Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari,

Kabupaten Malang. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan

pada tanggal 22 November sampai 22 Desember 2017.

Pemilihan lokasi menggunakan metode purposive sampling

yang sesuai dengan kriteria peneliti. Neuman (2014)

menyatakan bahwa purposive sampling merupakan metode

pengambilan sampel yang telah ditetapkan berdasarkan

kriteria peneliti yang dianggap telah memenuhi data yang

dibutuhkan. Lokasi penelitian dipilih karena UPT PT dan

HMT Malang merupakan tempat pembibitan ternak kambing

PE yang dikelola pemerintah dimana dalam manajemen

pemeliharaannya diatur dengan baik untuk menghasilkan bibit

kambing PE yang memiliki performa yang baik.

3.2. Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu anak

kambing PE ras Kaligesing 50 ekor (28 ekor data primer dan

22 data sekunder) dan anak kambing PE ras Senduro 36 ekor

(12 ekor data primer dan 24 ekor data sekunder). Induk

kambing PE ras Kaligesing sebanyak 39 ekor (23 ekor data

primer dan 16 ekor data sekunder) dan Induk kambing PE ras

Senduro sebanyak 24 ekor induk kambing PE ras Senduro (8

ekor data primer dan 16 ekor data sekunder). Pengukuran

bobot lahir dilakukan setelah ternak dilahirkan dan maksimal

pengukuran bobot lahir 24 jam setelah kelahiran

menggunakan timbangan digital merk portable electronic

Page 49: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

30

scale dengan ketelitian 10 gram. Induk kambing PE ras

Kaligesing dan ras Senduro dikelompokkan menjadi tiga

kelompok, yaitu

1) Induk PI1 dan PI2

2) Induk PI3

3) Induk >PI4

3.3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara

studi kasus. Menurut Raco (2010) studi kasus (case study)

yaitu metode yang digunakan untuk mendalami suatu kasus

tertentu secara mendalam dengan cara pengumpulan berbagai

data. Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu

sumber data primer dan data sekunder. Data primer didapat

dengan pengamatan atau observasi secara langsung seperti

penimbangan bobot lahir dan bobot badan harian anak

kambing periode prasapih. Data sekunder diperoleh dari

catatan (recording) yang berada di UPT PT dan HMT Malang

yang berkaitan dengan parameter penelitian.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah:

1) Umur induk

2) Litter size

3) Jenis Kelamin

4) Pertambahan bobot badan harian (PBBH) kambing

periode Prasapih

Penimbangan bobot badan kambing PE ras Kaligesing

dan ras Senduro periode prasapih dilakukan sebanyak 3

kali setiap 7 hari sekali. Perhitungan pertambahan bobot

Page 50: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

31

badan harian dihitung menggunakan rumus sebagai berikut

(Munier, Priyanto dan Bulo. 2006):

PBBH = B−A

L

Keterangan :

PBBH = Pertambahan Bobot Badan Harian (gram/ekor/hari)

A = Bobot badan awal (kg)

B = Bobot badan akhir (kg)

L = Lama waktu pengamatan (hari)

3.4. Analisis Data

Data hasil penelitian meliputi pertambahan bobot badan

harian, bobot lahir dan litter size kambing Peranakan Ettawa

(PE) periode prasapih yang diperoleh dengan cara

penimbangan sebanyak satu kali dalam seminggu selama tiga

minggu pengamatan dan selanjutnya data disusun dalam tabel,

kemudian dihitung rataan dan simpangan baku (arithmetic

mean ± standart deviation). Data yang diperoleh selama

penelitian dianalisis menggunakan uji t dua sampel tidak

berpasangan. Perhitungan rataan dan simpangan baku

menggunakan rumus sebagai berikut (Gulo, 2000):

x = 𝑋𝑖

𝑛 S = √ (X i−X )²

n−1

Keterangan:

S = Standart deviasi

∑ Xi = Jumlah Seluruh data

X = Rata-rata

n = Banyak data

Page 51: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

32

Perhitungan uji t tidak berpasangan menggunakan rumus:

thitung =|X 1 − X 2|

Sgab2 (

1n1

+ 1

n2)

𝑆𝑔𝑎𝑏2 =

(𝑛1 − 1)𝑆12 + (𝑛2 − 1)𝑆2

2

(𝑛1 − 1) + (𝑛2 − 1)

Keterangan:

x 1dan x 2 = Rata-rata kelompok kambing PE ras Kaligesing

dan ras Senduro.

𝑆12dan 𝑆2

2 = Varian kambing PE ras Kaligesing dan ras

Senduro.

Sgab2 = Varian gabungan.

n1 dan n2 = Jumlah ternak kambing PE ras Kaligesing ras

Senduro.

3.6. Batasan Istilah

Periode prasapih = Kambing yang berumur 0-3

bulan dan masih mengkonsumsi susu.

Kambing Ettawa/Jamnapari = Kambing yang berasal dari

India. Kambing Ettawa memiliki warna rambut

putih, rambut panjang pada bagian paha dan kaki

belakang, hidung melengkung (wajah romawi)

dan telinga panjang terkulai kebawah, memiliki

ekor pendek dan melengkung keatas, bentuk

tanduk melengkung kebelakang pada jantan

dewasa (Winaya dan Sujono, 2016).

Page 52: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

33

Kambing Peranakan Ettawa (PE) = Kambing

hasil persilangan kambing Ettawah (India)

dengan kambing Kacang (Indonesia). Kambing

PE memiliki ciri fisik yang hampir sama dengan

kambing Ettawa dengan rambut berwarna hitam,

putih dan coklat, bentuk muka cembung, telinga

panjang terkulai kebawah, pada kambing jantan

memiliki tanduk melengkung kebelakang

(Winaya dan Sujono, 2016).

Kambing PE ras Kaligesing = Kambing PE ras Kaligesing

memiliki ciri fisik yang mirip dengan kambing

Ettawa asli akan tetapi memiliki perbedaan pada

warna rambut yang beragam antara lain coklat,

hitam, bercak dan warna belang. Kambing jenis

ini sering diikutkan untuk kontes karena

keindahannya dan kambing ini diternakkan juga

untuk diperah susunya. Kambing ini berasal dari

daerah Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa

Tengah (Winaya dan Sujono, 2016).

Kambing PE ras Senduro = Kambing hasil persilangan

antara kambing Ettawa dengan kambing

Menggolo asal daerah Senduro, Lumajang, Jawa

Timur yang memiliki ukuran tubuh lebih besar

daripada kambing Kacang. Hasil dari persilangan

ini disebut kambing PE ras Senduro. Kambing

ini memiliki warna dominan putih yang

diakibatkan karena adanya seleksi dan kambing

ini penghasil daging dan susu (Winaya dan

Sujono, 2016).

Page 53: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

34

Ras atau rumpun ternak = Segolongan hewan ternak

dari suatu spesies yang mempunyai fenotipe (ciri

fisik) yang khasdan dapat diwariskan pada

keturunannya (Anonimus, 2014).

Page 54: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Lokasi Penelitian

Unit pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan

Makanan Ternak (UPT PT dan HMT) Malang merupakan

salah satu Unit Pelaksanaan Teknis di lingkup Dinas

Peternakan Provinsi Jawa Timur yang mempunyai tugas

pokok dan fungsi sebagai unit pembibitan dan budidaya

ternak, khususnya kambing dan Hijauan Makanan Ternak

(HMT).

UPT PT dan HMTMalang terletak di Desa Toyomarto,

Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang di lereng Gunung

Arjuno atau berjarak sekitar ± 2 km dari jalan raya Malang-

Surabaya. Memiliki luas area ± 29,9 ha dan memiliki

topografi dataran tinggi dengan ketinggian 800 – 1000 m

diatas permukaan laut, dengan rataan suhu sekitar 18 – 22 °C

dan kelembapan 60 – 90% serta curah hujan 2,233 mm/tahun.

Lokasi UPT PT dan HMT Malang terletak di daerah pertanian

dengan jarak ± 1,5 km dari pemukiman penduduk dan

berdekatan dengan Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB)

Singosari. Untuk menunjang aktivitasnya, UPT PT dan HMT

Malang dilengkapi dengan bangunan perkantoran, gedung

pertemuan, laboratorium pengolahan produk, cafetaria,

asrama, kandang kambing, kandang khusus pemerahan,

kandang karantina, kandang sapi, gudang pakan, tempat

pengolahan pakan, perumahan dinas, garasi, gudang, lahan

HMT dan alat mesin pertanian. Lokasi penelitian dapat dilihat

pada Gambar 7.

Page 55: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

36

Gambar 7. Lokasi dan gambar UPT PT dan HMT Singosari,

Malang

Manajemen peliharaan yang dilakukan di UPT PT dan

HMT Singosari adalah dengan cara dikandangkan di kandang

panggung dan terdapat pemisahan ternak bedasarkan kondisi

fisiologisnya yang ditempatkan pada kandang pembesaran,

kandang induk dan anak, kandang laktasi dan perkawinan

yang dikandangkan dengan sistem kelompok. Total ternak

yang berada di UPT PT dan HMT Singosari berjumlah 607

ekor yang dapat dilihat pada Tabel 7.

Page 56: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

37

Tabel 7. Populasi ternak di UPT PT dan HMT Singosari,

Malang pada bulan Maret.

Jenis

Ternak Pejantan Induk

Dewasa Muda Anakan Total

♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀

Kambing

PE ras

Kaligesing

15 192 2 25 51 54 24 17 380

Kambing

PE ras

Senduro

4 84 6 32 10 17 10 8 171

Kambing

Boer 3 12 - - 10 3 - - 28

Sapi PFH - 22 - - 4 - 1 1 28

Jumlah 22 310 8 57 75 74 35 26 607

Ternak diberi pakan berupa rumput gajah (Pennisetum

purpureum), rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott),

paitan (Tithonia diversifolia), gamal (Gliricidia

sepium)sebanyak 10% dari bobot badan dan konsentrat terdiri

dari pakan pabrikan, pollar, bungkil sawit, empok jagung,

bungkil kedelai dan mineral mix sebanyak 0,5 gram/ekor.

Kandungan nutrisi dari konsentrat yaitu memiliki BK 91%;

SK 10% PK 17,3% dan LK 3,9%. Pemberian pakan dilakukan

dua kali sehari yaitu pada jam 08:00-09:30, dimana pakan

konsentrat diberikan terlebih dahulu dan ditunggu hingga

kurang lebih satu jam dan kemudian baru diberikan hijauan

berupa rumput gajah yang telah di potong-potong

menggunakan alat chopper. Pemberian pakan yang kedua

dilakukan pada jam 14:00-15:00 langsung diberikan pakan

hijauan dan tidak diberikan pakan konsentrat.

Page 57: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

38

Pemotongan rumput dilakukan pada pagi hari sekitar jam

09:00 dan dilakukan pelayuan selama satu malam. Rata-rata

bobot badan induk kambing PE ras Kaligesing yaitu 46 kg dan

kambing PE ras Senduro yaitu 50 kg. Kebutuhan pakan pada

kambing PE ras Kaligesing yaitu 4,6 kg bahan segar dan pada

kambing PE ras Senduro 5,0 kg bahan segar, rata-rata

pemberian bahan segar pada masing-masing kambing PE

perekornya yaitu sekitar 5,25 kg.Berdasarkan kebutuhan

ternak hal tersebut telah mencukupi kebutuhan ternak tersebut,

akan tetapi kambing PE ras Senduro mendapat pakan yang

mendekati kebutuhan pakannya dan kambing PE ras

Kaligesing mendapat pakan yang jauh melebihi kebutuhan

pakannya, hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan dan

produksi susu induk akan berbeda yang akan berakibat pada

konsumsi susu anak yang berpengaruh terhadap PBBH anak

kambing.

Populasi ternak terbanyak di lokasi penelitian yaitu ternak

kambing dengan total 579 ekor dari total populasi ternak yang

dikembangkan di lokasi dan jenis kambing PE ras Kaligesing

dan ras Senduro dengan populasi terbanyak dari ternak

kambing yang diternakkan. UPT PT dan HMT Singosari,

Malang merupakan cabang dari Dinas Peternakan Provinsi

Jawa Timur yang dikhususkan untuk pengembangan ternak

kambing lokal. Pengembangan kambing lokal bertujuan untuk

menjaga sumberdaya genetik ternak agar tidak mengalami

kepunahan.

Selain mengembangkan bibit ternak khususnya kambing,

UPT PT dan HMT juga memproduksi berbagai macam olahan

susu kambing dan sapi. Produk olahan yang dihasilkan berupa

susu segar, susu pasteurisasi, yogurt, masker kefir dan susu

kambing beku. Penjualan produk dilakukan dengan cara

membuka koperasi yang menjual berbagai olahan susu

tersebut dan juga ada distributor yang menjualnya kembali.

Page 58: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

39

Wisata edukasi juga terdapat disana, umumnya pengunjung

yang datang adalah anak-anak dari Taman Kanak-kanak (TK)

sampai anak-anak Sekolah Dasar (SD), dimana hal tersebut

bertujuan mengenalkan peternakan kambing perah beserta

produk olahannya. Pelatihan pembuatan produk olahan susu

juga ada disana dan mayoritas ibu-ibu PKK (Pemberdayaan

dan Kesejahteraan Keluarga) yang sering belajar disana.

4.2. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Hasil penelitian tentang PBBH kambing PE ras Kaligesing

dan ras Senduro di UPT PT dan HMT Singosari, Malang

terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata PBBH kambing PE ras Kaligesing dan ras

Senduro periode prasapih di UPT PT dan HMT

Singosari, Malang.

Jenis Ternak Jumlah Ternak

(ekor)

PBBH

(g/ekor/hari)

Kambing PE ras

Kaligesing 50 101,56±33,26

Kambing PE ras

Senduro 36 100,15±32,28

Jumlah/

Rata-rata 86 100,97 ± 32,66

Tabel 8. Menunjukkan rata-rata PBBH antara kambing

PE ras Kaligesing dan ras Senduro secara statistik tidak

berbeda nyata (P>0,05) hal ini kemungkinan dikarenakan

kambing PE ras Kaligesing dan ras Senduro masih memiliki

kekerabatan yang dekat dengan kambing Peranakan Ettawa

dan manajemen pemeliharaannya sama. Keadaan ini sesuai

Page 59: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

40

dengan pendapat Adiati dan Priyanto (2011) yang menyatakan

kambing PE ras Kaligesing dan ras Senduro merupakan hasil

persilangan antara kambing Ettawa dengan kambing lokal di

Indonesia yang dikembangkan di dua lokasi yang berbeda

yaitu Di Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa

Tengah yaitu kambing PE ras Kaligesing dan Di Kecamatan

Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur yaitu kambing

PE ras Senduro. Sistem pemeliharaan yang sama juga

mengakibatkan PBBH kambing PE ras Kaligesing dan ras

Senduro tidak terlalu memperlihatkan perbedaan yang cukup

besar. Terlihat pada Tabel 8. PBBH anak kambing PE ras

Kaligesing memiliki kecenderung lebih tinggi daripada ras

Senduro yaitu 101,56±33,26 g/ekor/hari dan 100,15±32,28

g/ekor/hari. Perbedaan tersbut kemungkinan disebabkan

karena variasi perbandingan jantan dan betina serta jumlah

anak dalam satu kelahiran (litter size) dari masing-masing ras

Kambing PE yang mengakibatkan secara numerik

menunjukkan perbedaan.

Total rata-rata PBBH dari kambing PE di lokasi penelitian

yaitu 100,97±32,66g/ekor/hari. Rata-rata ini lebih endah jika

dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Kostaman

dan Sutama (2005) yaitu sebesar 105,29±28,36 g/ekor/hari

tentang penampilan anak kambing hasil perkawinan PE x PE.

Rata-rata PBBH pada penelitian ini lebih tinggi jika

dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Adriani

(2014) yaitu 72,1±9,70 g/ekor/hari sampai umur 90 hari.

Tingginya PBBH kambing PE yang berada di UPT PT dan

HMT Singosari, Malang diduga karena adanya seleksi yang

dilakukan untuk memilih calon pejantan dan indukan unggul

dimana hal tersebut akan meningkatkan mutu genetik ternak

yang nantinya akan mempengaruhi pertumbuhan ternak pada

Page 60: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

41

generasi selanjutnya. Rasminati (2013) menyatakan tingkat

perbedaan pertumbuhan ternak kambing dapat dipengaruhui

oleh mutu genetik kambing PE dan ketersediaan pakan secara

kualitas dan kuantitas serta manajemen pemberian pakan yang

baik. Devendra & Burns (1994) menambahkan keterbatasan

seleksi ternak betina dilakukan hanya dengan pengeluaran

ternak yang dinilai tidak memiliki produktifitas yang tinggi

dan seleksi lebih ketat dilakukan pada ternak jantan karena

sebagian besar perbaikan genetik bisa diperoleh dari ternak

jantan. Seleksi yang dilakukan dengan cara melihat dari

penampilan luar atau produktifitas individu akan diperoleh

kemajuan genetik.

Pemberian susu tambahan kepada anak kambing berupa

susu sapi segar yang diberikan 2x sehari pada pagi jam 08:00

dan sore hari sekitar jam 15:00, rata-rata diberikan sebanyak

700 ml dengan ketentuan cempe dibawah 1 bulan diberikan

sekitar 400 ml dan cempe diatas 1 bulan diberikan sekitar 1

liter per hari. Diperkuat dengan pendapat Supriyati (2012),

dalam penelitiannya menyatakan setiap anak kambing diberi

susu 2 kali dalam sehari, yaitu pagi hari (jam 08.00) dan siang

(jam 15.00), masing-masing diberikan susu sebanyak 300

ml/hari pada minggu pertama. Pemberian susu ditingkatkan

setiap minggunya sebanyak 100 ml sampai mencapai 1200

ml/hari pada minggu keenam.

Pemberian susu tambahan berupa susu sapi segar bertujuan

untuk menambah konsumsi susu pada anak kambing agar

tidak terjadi kekurangan konsumsi susu dimana pada periode

prasapih, anak kambing memperoleh nutrisi hanya berasal dari

makanan cair atau susu. Menurut Marwah, Yustina dan

Tridjoko (2010), dalam penelitiannya menyatakan rata-rata

produksi susu kambing PE berkisar 1.128,75 ml/hari sampai

Page 61: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

42

1.361,25 ml/hari dengan umur induk dibawah 4 tahun, hal

tersebut tidak berbeda jauh dengan produksi susu yang berada

di lokasi penelitian yaitu rata-ratanya berkisar 800-1000

ml/hari. Jumlah produksi susu yang tidak terlalu banyak yang

dihasilkan oleh ternak kambing merupakan suatu alasan

perlunya dilakukan pemberian susu tambahan pada anak

kambing agar tercukupinya kebutuhan susu anak. Devendra &

Burns (1994), menyatakan susu kambing yang ditujukan untuk

dikonsumsi manusia dapat mengganggu kebutuhan susu anak

kambing, sehingga permasalahan pengaturan waktu sapih anak

dan kecukupan kebutuhan susu anak menjadi penting.

4.3. PBBH Prasapih Berdasarkan Jenis Kelamin.

Hasil penelitian tentangPBBH anak kambing PE ras

Kaligesing dan ras Senduro periode prasapih berdasarkan jenis

kelamin ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata PBBH berdasarkan jenis kelamin pada anak

kambing PE ras Kaligesing dan ras Senduro periode

prasapih.

Jenis

Ternak

Jumlah (ekor) PBBH (g/ekor/hari)

Jantan Betina Jantan Betina

Ras

Kaligesing 30 (60%) 20 (40%) 110,07±29,90 88,79±34,67

Ras

Senduro 19 (53%) 17 (47%) 107,69±36,37 91,73±25,46

Total 49 (56%) 37 (44%) 109,15 ± 32,21 90,14 ± 30,41

Rata-rata PBBH jenis kelamin jantan antara kambing PE

ras Kaligesing dan ras Senduro secara statistik tidak terdapat

perbedaan yang nyata (P>0,05), akan tetapi pada tabel terlihat

terdapat perbedaan PBBH. Kambing PE ras Kaligesing jantan

Page 62: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

43

cenderung lebih tinggi daripada kambing PE ras Senduro

jantan, yaitu 110,07±29,90 g/ekor/hari dan 107,69±36,37

g/ekor/hari. Rata-rata PBBH jenis kelamain betina antara

kambing PE ras Kaligesing dan ras Senduro secara statistik

tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05), akan tetapi

secara numerik terdapat perbedaan rata-rata PBBH jenis

kelamin betina dimana kambing PE ras Senduro betina

cenderung lebih tinggi daripada kambing PE ras Kaligesing

betina, yaitu 91,73±25,46 g/ekor/hari dan 88,79±34,67

g/ekor/hari. Manajemen pemeliharaan kambing PE ras

Kaligesing dan ras Senduro dilakukan sistem pemeliharaan

yang sama, sehingga dari jenis kelamin yang sama secara

statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata.

Total rata-rata PBBH jenis kelamin jantan dan betina

secara statistik berbeda nyata (P<0,05), jenis kelamin jantan

cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenis kelamin

betina yaitu sebesar 109,15±32,21 g/ekor/hari dan

90,14±30,41 g/ekor/hari. Hasil penelitian ini lebih tinggi jika

dibandingkan dengan penelitian Setiadi dkk., (1997), yang

menyatakan PBBH kambing PE pada periode prasapih jenis

kelamin jantan yaitu 94,1 g/ekor/hari dan untuk jenis kelamin

betina 73,3 g/ekor/hari. PBBH jantan yang cenderung lebih

tinggi daripada betina dikarenakan ternak jantan memiliki

keunggulan secara fisiologis dalam hal pertumbuhannya yang

dimulai sejak berada dalam kandungan. Menurut Setiyono,

Andri & Rusman (2017), menyatakan hormon pada jenis

kelamin jantan yaitu testoteron atau androgen yang dihasilkan

oleh testis yang mengakibatkan pertumbuhan ternak jantan

lebih cepat dibandingkan dengan ternak betina. Kasinda dan

Ahmad (2011), menambahkan pertumbhuhan bobot badan

ternak selain dipengaruhi oleh kandungan nutrisi dalam pakan

yang dikonsumsinya jenis kelamin dan tatalaksana

Page 63: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

44

pemeliharaan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan bobot badan ternak. Pengaruh perbedaan jenis

kelamin jantan mengalami peningkatan cukup tajam setelah

umur ternak mencapai 16 minggu Produksi susu induk selama

menyusui anaknya mempengaruhi pertumbuhan anak kambing

(Devendra & Burns, 1994).

Kelahiran jantan pada kambing PE ras Kaligesing lebih

banyak daripada ras Senduro. Jumlah antara jenis kelamin

jantan dan betina dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel

9 untuk masing-masing ras kambing PE yaitu pada kambing

PE ras Kaligesing jumlah kelahiran jantan sebanyak 30 ekor

(60%) dan betina 20 ekor (40%), pada kambing PE ras

Senduro yaitu untuk kelahiran jantan sebanyak 19 ekor (53%)

dan kelahiran betina 17 ekor (47%). Penelitian yang dilakukan

Kostaman dan Sutama (2005) menyatakan persentase

kelahiran anak jantan lebih banyak daripada kelahiran anak

betina, yaitu 54,33% untuk kelahiran anak jantan dan 45,67%

untuk kelahiran anak betina.

4.4. PBBH Prasapih Berdasarkan Litter Size.

Hasil PBBH anak kambing PE ras Kaligesing dan ras

Senduro periode prasapih berdasarkan tipe kelahiran (litter

size) ditunjukkan pada Tabel 10.

Page 64: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

45

Tabel 10. Rata-rata PBBH berdasarkan litter size pada anak

kambing PE ras Kaligesing dan ras Senduro

periode prasapih.

Jenis

Ternak

Litter size

(ekor) PBBH (g/ekor/hari)

Single Twin Tunggal Kembar

ras

Kaligesing 28 22 101,96±32,15 101,05±35,36

ras

Senduro 12 24 100,53±27,58 99,96±34,95

Total/

rata-rata 40 46 101,53 ± 30,51 100,48 ± 34,76

Hasil rata-rata PBBH berdasarkan tipe kelahiran tunggal

pada kambing PE ras Kaligesing dan ras Senduro tidak

terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05). PBBH kelahiran

tunggal jika dilihat secara numerik pada kambing PE ras

Kaligesing cenderung lebih tinggi dibandingkan kambing PE

ras Senduro pada periode prasapih yaitu 101,96±32,15

g/ekor/hari dan 100,53±27,58 g/ekor/hari. Rata-rata PBBH

kelahiran kembarsecara statistik tidak terdapat perbedaan yang

nyata (P>0,05), akan tetapi secara numerik terdapat perbedaan

yaitu pada kambing PE ras Kaligesing 101,05±35,36

g/ekor/hari dan ras Senduro 99,96±34,95 g/ekor/hari dimana

PBBH tipe kelahiran kembar pada kambing PE ras Kaligesing

cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan ras Senduro.

Tabel 9 menunjukkan total rata-rata PBBH kambing PE

berdasarkan tipe kelahiran tunggal dan kembar secara

statistika tidak terdapat perbedaan yang nyata (P> 0,05), akan

tetapi secara numerik terdapat kecenderungan tipe kelahiran

tunggal lebih tinggi dibandingkan dengan kelahiran kembar,

yaitu masing-masing 101±53,51 g/ekor/hari dan 100,48±34,76

g/ekor/hari. Hasil penelitian ini lebih besar dibandingkan

Page 65: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

46

penelitian yang dilakukan Utomo, Herawati dan Prawirodigdo

(2005) bahwa rata-rata PBBH kambing PE periode prasapih

kelahiran tunggal yaitu 87,9 g/ekor/hari dan kelahiran kembar

67,7 g/ekor/hari. Tingginya PBBH kelahiran tunggal

dikarenakan pada saat dalam kandungan induknya anak

tunggal tidak ada persaingan penyerapan nutrisi dari induknya,

sedangkan kelahiran kembar terjadi persaingan penyerapan

nutrisi yang berasal dari induknya sehingga akan

mempengaruhi bobot lahir dan pertumbuhan selanjutnya.

Adriani (2014) menyatakan kambing dengan litter size tinggi

saat didalam kandungan akan terjadi persaingan untuk

mendapatkan nutrisi untuk proses pertumbuhan dan

mempengaruhi bobot lahir anak

Kambing PE ras Kaligesing dalam penelitian ini memiliki

anak sebanyak 50 ekor dengan 39 ekor induk dan kambing PE

ras Senduro memiliki anak 36 ekor dengan 24 ekor induk.

Perhitungan rata-rata litter size yaitu jumlah anak dibagi

dengan jumlah induk dari anak tersebut. Perhitungan rata-rata

litter size didapatkanpada kambing PE ras Kaligesing yaitu 1,3

ekor dan ras Senduro 1,5 ekor. Rendahnya litter size pada

kambing PE ras Kaligesing mengakibatkan rata-rata bobot

lahir dan pertambahan bobot badan hariannya lebih tinggi jika

dibandingkan kambing PE ras Senduro.. Hasil penelitian litter

size ini lebih rendah jika dibanding penelitian yang dilakukan

Utomo dkk., (2005) dimana rata-rata litter size kambing PE

yang diamati yaitu 1,63 ekor dari total induk 80 ekor dengan

anak sebanyak 128 ekor. Adriani (2014) menyatakan

pertumbuhan anak kambing pada kelahiran tunggal lebih

tinggi jika dibandingkan dengan kelahiran kembar yang lebih

rendah dengan tingkat mortalitas tinggi, dimana kondisi

tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan anak sampai

dewasa.

Page 66: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

47

4.5. PBBH Prasapih Berdasarkan Umur Induk.

Hasil penelitian tentangPBBH anak kambing PE ras

Kaligesing dan ras Senduro periode prasapih berdasarkan

umur induk yang berbeda (umur <2; 3; >4 tahun) dapat dilihat

pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-rata PBBH anak periode prasapih bedasarkan

poel induk yang berbeda.

Jenis

Induk/Poel

PBBH Anak Periode Prasapih

(g/ekor/hari)

PI1 dan PI2 PI3 > 𝑃𝐼4

Kambing PE

ras Kaligesing 101,61±31,44 109,46±38,03 94,07±30,35

Kambing PE

ras Senduro 111,90±33,02 95,08±34,23 103,34±31,12

Rata-rata 103,15 ± 31,01 102,05 ± 36,28 98,56 ± 30,60

Rata-rata PBBH anak berdasarkan umur induk yang

berbeda uji ANOVA (analysis of varians) tidak terdapat

perbedaan yang nyata (P>0,05), namun secara numerik

terdapat perbedaan rata-rata PBBH dari kelompok umur yang

berbeda dimana rata-rata PBBH anak pada induk

PI1 dan PI2cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan

kelompok induk PI3 dan > 𝑃𝐼4 yaitu masing-masing

103,15±31,01; 102,05±36,28 dan 98,56±30,60 g/ekor/hari.

Mahmilia (2009) dalam penelitiannya tentang pertambahan

bobot badan harian kambing Boerka (pejantan Boer dengan

betina kambing Kacang) berdasarkan umur induk yang

berbeda yaitu 89.01±30.82 (1,5-2,5 tahun), 77.26±22.00 (2,5-

3,5 tahun), 71.66±.39.61(3,5-4,5 tahun) dan 62.22±26.50

g/ekor/hari (>4,5 tahun) dari hasil tersebut didapatkan bahwa

umur induk 1,5-2,5 tahun cenderung lebih tinggi dan terdapat

Page 67: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

48

kecenderungan PBBH anak menurun seiring dengan

bertambahnya umur induk. Perbedaan PBBH anak setelah

kelahiran sangat dipengaruhi oleh induk dalam menghasilkan

susu untuk dikonsumsi oleh anaknya. Sulaksana (2008)

menyatakan konsumsi pakan induk selama mengasuh anak

sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pertumbuhan

bobot badan harian anaknya.

Hasil litter size pada kelompok poel induk yaitu 1,06 ekor

(poel 1-2 );1,49 ekor (poel 3 ); 1,45 ekor (poel 4-6)

dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat

kecenderungan litter size yang rendah pada umur

induk muda dan terjadi peningkatan litter size setiap

bertambahnya umur induk. Didukung dengan

pendapat Mahmilia (2009) bahwa jumlah litter size

terendah terjadi pada umur induk muda (18-30 bulan)

yaitu sebesar 1,08 ekor, kemudian terdapat

kecenderungan meningkat seiring bertambahnya umur

induk. Umur induk diatas 54 bulan akan terjadi

penurunan litter size. Hasil tersebut lebih rendah jika

dibandingkan dengan penelitian Budiarsana dan

Sutama (2006) yaitu jumlah anak sekelahiran yang

berada di lokasi sumber bibit kambing PE Purworejo,

Jawa Tengah didapatkan rata-rata jumlah anak

sekelahiran berkisar 1,38 - 1,46 ekor. Peningkatan

jumlah anak sekelahiran cenderung meningkat dengan

bertambahnya umur induk mulai dari 2-6 tahun (poel

2-6) (Setiadi dkk., 1997). Keinginan untuk

mendapatkan angka litter size yang tinggi pada setiap

kelahiran dapat dicapai dengan memperhatikan umur

induk dan bobot badan induk dengan resiko semakin

tinggi litter size akan menurunkan bobot lahir

(Kostaman & Sutama, 2006).

Page 68: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) pada

kambing PE ras Kaligesing (101,56±33,26 g/ekor/hari)

dan kambing PE ras Senduro (100,15±32,28

g/ekor/hari).

2. Rata-rata PBBH kambing PE yang berada di UPT PT

dan HMT Singosari, Malang yaitu 100,97±32,66

g/ekor/hari.

3. Jenis kelamin jantan kambing PE yang berada di

lokasi penelitian memiliki PBBH 109,15±32,21

g/ekor/hari dan jenis kelamin betina 90,14±30,41

g/ekor/hari.

5.2. Saran

Pemberian susu tambahan berupa susu sapi segar selain

susu yang berasal dari induknya dapat meningkatkan PBBH

kambing periode prasapih. Penanganan induk bunting dan

anak periode prasapih dengan cara peningkatan nutrisi pakan

induk bunting serta pemberian susu kolostrum pada periode

awal kelahiran agar dapat meningkatkan peluang hidup anak

yang baru lahir.

Page 69: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

51

DAFTAR PUSTAKA

Adhianto, K. M. D. I. Hamadani dan Sulastri. 2015. Model

Kurva Pertumbuhan Pra Sapih Kambing Saburai di

Kabupaten Tanggamus. Jurnal Sains Peternakan

Indonesia. 10 (2): 95-100.

Adiati, U. Dan D. Priyanto. 2011. Karakteristik Morfologi

Kambing PE di Dua Lokasi Sumber Bibit. Seminar

Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner: 472-

478.

Adriani. 2014. Bobot Lahir Dan Pertumbuhan Anak Kambing

Peranakan Etawah Sampai Lepas Sapih Berdasarkan

Litter Zise dan Jenis Kelamin. Jurnal Penelitian

Universitas Jambi Seri Sains. 16(2): 51-58.

Adriani., A. Sudono, T. Sutardi, W. Manalu dan I. K. Sutama.

2007. Pertumbuhan Prenatal Dalam Kandungan

Kambing Melalui Superovulasi. Journal of

Biosciences. 14 (2): 44-48.

Anonimus. 2016. Data Statistik Populasi Ternak Kab/Kota di

Jawa Timur.

http://disnak.jatimprov.go.id/web/data/datastatistik.

Diakses tanggal 02 September 2017.

Anonimus. 2016. Kambing Senduro Ternak Unggulan

Kabupaten

Lumajang.http://disnak.jatimprov.go.id/web/beritauta

ma/read/1255/kambing-senduro-ternak-unggulan-

kabupaten-lumajang Diakses pada tanggal 05 Oktober

2017.

Anonimus. 2010. Sumberdaya Genetik Hewan di Jawa Timur.

Anonimus. 2014. Peraturan Menteri Pertanian Republik

Indonesia Nomor 117/permenta/SR.120/10/2014

Page 70: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

52

Tentang Penetapan dan Pelepasan Rumpun atau Galur

Hewan.

Batubara, A., M. Doloksaribu dan B. Tiesnamurti. 2006.

Potensi Keragaman Sumber Daya Genetik Kambing

Lokal Indonesia. Lokakarya Nasional Pengelolaan dan

Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: 206

- 214.

Batubara, A., S. Nasution, Subandriyo, I., Inounu, B.

Tiesnamurti dan A. Anggraeni. 2016. Kambing

Peranakan Etawah (PE). IAARD Press. Jakarta.

Budiarsana, I. G. M. & Sutama, I. K. 2006. Karakteristik

Produktivitas Kambing Peranakan Etawah. Lokakarya

Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumberdaya

Genetik di Indonesia.

Devendra, C. Dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di

Daerah Tropis. Diterjemahkan Oleh I. D. K. Putera.

Penerbit ITB Bandung dan Universitas Udayana.

Bandung.

Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak. 2014. Direktorat

jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kementrian

Pertanian Republik Indonesia.

http://bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/content/kambing-

kaligesing. Diakses pada tanggal 05 Oktober 2017.

Faozi, A. N., A. Priyono dan P. Yuwono. 2013. Ukuran Vital

Tubuh Cempe Pra Sapih Dan Hubungannya Dengan

Bobot Tubuh Berdasarkan Tipe Kelahiran Pada

Kambing Peranakan Etawah. Jurnal Ilmiah

Peternakan. 1 (1): 184-194.

Gaddour, A and S. Najari. 2013. Estimation parameters of the

kid's growth curve in Tunisia goat by using Gompertz

model. Journal of Genetic and Environmental

Resources Conservation. 1(1): 47-49.

Page 71: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

53

Greenfield, H. J. And E. R. Arnold. 2008. Absolute Age and

Tooth Eruption and Wear Sequences in Sheep and

Goat: Determining Age-at-Death in Zooarchaeology

Using A Modern Control Sample. Journal of

Archaeolohical Sciences. 35: 836-849.

Gulo, W. 2000. Metodologi Penelitian. PT Grasindo Anggota

IKAPI. Jakarta.

Hafi, S. 1995. Metodologi Research: Untuk Penulisan Papper,

Skripsi, Thesis Dan Disertasi. Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak di

Lapangan. Gramedia. Jakarta.

Kaleka, N dan Haryadi, N. K. 2013. Kambing Perah. Arcita.

Solo.

Karnaen. 2008. Pendugaan Heritabilitas Bobot Lahir dan

Bobot Sapih Sebagai Dasar Seleksi Kambing

Peranakan Etawah. Jurnal Ilmu Ternak. 8 (1): 52-55.

Kasinda, E & Nasution, A. 2011. Pengaruh Penambahan

Garam Dapur Tanpa Yodium Dan Garam Dapur

Beryodium Pada Rumput Alam (Ottochloa

arnottiana)Terhadap Pertambahan Bobot Badan

Kambing PeranakanEtawa (PE) Betina. Jurnal

Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. 13(1): 21-24.

Kaunang, D., Suyadi dan Wahjuningsih, S. 2012. Analisis

Litter Size, Bobot Lahir Dan Bobot Sapih Hasil

Perkawinan Kawin Alami Dan Inseminasi Buatan

Kambing Boer Dan Peranakan Etawah (PE). Jurnal

Ilmu-Ilmu Peternakan. 23 (3): 41-46.

Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2014. Penetapan

Galur Kambing Senduro. Keputusan Menteri

Pertanian Republik Indonesia No.

1055/Kpts/SR.120/10/2014.

Page 72: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

54

Kostaman, T Dan I. K. Sutama. 2006. Korelasi Bobot Badan

Induk Dengan Lama Bunting, Litter Size, Dan Bobot

Lahir Anak Kambing Peranakan Etawah. Seminar

Nasional Teknologi Peternakan Dan Vete-Riner: 522-

527.

Kostaman, T. Dan I. K. Sutama. 2005. Pertumbuhan Kambing

Anak Hasil Persilangan Antara Kambing Boer Dengan

Peranakan Etawah Pada Periode Pra-Sapih. Jurnal

Ilmu Ternak dan Veteriner. 10 (2):6-11.

Kurnianto, E., S. Johari dan H. Kurniawan. 2007. Komponen

Ragam Bobot Badan Kambing Peranakan Etawa di

balai Pembibitan Ternak Kambing Sumberrejo

Kabupaten Kendal. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 32 (4).

Lewrence, W. G. And V. R. 2002. Growth of Farm Animal.

2nd Ed. CABI Publising. London.

Mahmilia, F. 2007. Penampilan Reproduksi Kambing Induk:

Boer Dan Kacang Yang Disilangkan Dengan Pejantan

Boer. Prosiding Seminar Nasional Teknologi

Peternakan dan Veteriner 2007: 485- 490.

Marwah, M. P., Yustina, Y. S., & Tridjoko, W. M. 2010.

Produksi Dan Komposisi Susu Kambing Peranakan

Ettawa Yang Diberi Suplemen Daun Katu (Sauropus

androgynus (L.) Merr) Pada Awal Masa Laktasi.

Buletin Peternakan. 34(2): 94-102.

Mulyadi, H. 1992. Penampilan Fenotipik Sifat-Sifat Produksi

dan Reproduksi Kambing Peranakan Etawah. Buletin

Peternakan. 16: 1-5.

Mulyono, S. 2011. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Munier, F. F., D. Priyanto, & D. Bulo. 2006. The daily body

live gain of etawah grade doe due to given of gliricidia

Page 73: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

55

(Gliricidia sepium) supplementation. Seminar

Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor.

Murdjito, G., I. G. S. Budisatria, Panjono, N. Ngadiyono, dan

E. Baliarti. 2011. Kinerja Kambing Bligon Yang

Dipelihara Peternak Di Desa Giri Sekar, Panggang,

Gunungkidul. Buletin Peternakan. 35 (2): 86-95.

Nasich, M. 2011. Produktivitas Kambing Hasil Persilangan

Antara Pejantan Boer Dengan Induk Lokal (PE)

Periode Prasapih. J. Ternak Tropika. 12 (1): 56-62.

Nasution, S., F. Mahmilia dan M. Doloksaribu. 2010.

Pengaruh Musim Terhadap Pertumbuhan Kambing

Kacang Prasapih di Stasiun Percobaan Loka Penelitian

Kambing Potong Sei Putih: 621-626.

Neuman, W. L. 2014. Social Research Methods: Qualitative

and Quantitative Approaches. New York: Pearson.

Nurmiati. 2014. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap

Pertumbuhan Kambing Kacang yang Dipelihara

Secara Intesif. Skripsi. Fakultas Peternakan

Universitas Hassanuddin.

Pamungkas, F. A., A. Batubara, M. Doloksaribu, dan E. Sihite.

2009. Petunjuk Teknis: Potensi Plasma Nutfah Kambing

Lokal Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Pternakan. Sumatra Utara.

Priyanto, D. 1994. Prospek Usaha Ternak Domba Menuju

Agro Industri Pedesaan. Poultry Indonesia. 160 : 54 –

57.

Raco. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakter dan

Keunggulannya. GRASINDO. Jakarta.

Rasminati, N. 2013. Grade Kambing Peranakan Ettawa pada

Kondisi Wilayah yang Berbeda. Sains Peternakan. 11

(1): 43-48.

Page 74: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

56

Riduan, M. B. A. 2010. Dasar-dasar Statistika. ALFABETA.

Bandung.

Salman, L. B., C. Sumantri, R. R. Noor, A. Saefuddin, dan C.

Talib. 2015. Kurva Pertumbuhan Sapi Friesian

Holstein dari Lahir Sampai Siap Kawin Berdasarkan

Tingkat Kelahiran. Jurnal Veteriner. 16 (1): 96-106.

Sarwono, B. 2002. Beternak Kambing Unggul. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Setiadi, B., I. K. Sutama dan I. G. M. Budiarsana. 1997.

Efisiensi Reproduksi Dan Produksi Kambing

Peranakan Etawah Pada Berbagai Tatalaksana

Perkawinan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 2 (4):

233-236.

Setiadi, B. Subandriyo, & Iniguez, L. C. 1995. Reproductive

Performance of Small Ruminants in An Outreach Pilot

Project in West Java. Jurnal Ilmu Ternak dan

Veteriner. 1(2): 73-80.

Setiyono., Andri, H. A. K. & Rusman. Pengaruh Bangsa,

Umur Jenis Kelamin Terhadap Kualitas Daging Sapi

Potong Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Buletin

Peternakan. 41 (2): 176-186.

Sodiq, A Dan Sadewo. 2008. Reproductive Performance And

Preweaning Mortality Of Peranakan Etawa Goat

Under Production System Of Goat Farming Group In

Gumelar Banyumas. Animal Production. 10 (2): 67-

72.

Sodiq, A. dan M. Y. Sumaryadi. 2002. Productive,

Performance of Kacang and Peranakan Etawah Goat

in Indonesia. Animal Production. 4 (2): 52-59.

Sudewo, A. T. A., S. A. Santosa dan A. Susanto. 2012.

Produktivitas Kambing Peranakan Etawah

Berdasarkan Litter Size, Tipe Kelahiran Dan

Page 75: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

57

Mortalitas Di Village Breeding Centre Kabupaten

Banyumas. Prosding Seminar Nasional: 1-7.

Sulaksana, I. 2008. Pertumbuhan Anak Kambing Peranakan

Etawah (PE) Sampai Umur 6 Bulan di Pedesaan.

Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 11 (3): 112-117.

Sulastri dan Sumadi. 2000. Pendugaan Umur Berdasarkan

Kondisi Gigi Seri Pada Kambing Peranakan Etawah di

Unit Pelaksana Teknis Ternak Singosari, Malang,

Jawa Timur.

Supriyati. 2012. Pertumbuhan Kambing Peranakan Etawah

Prasapih yang Diberi Susu Pengganti. JITV. 17(2):

142-151.

Susilawati, T., Kuswati dan P. S. Winarto. Agribisnis

Kambing. UB Press. Malang

Sutama, I, K. 2007. Tantangan Dan Peluang Peningkatan

Produktivitas Kambing Melalui Inovasi Teknologi

Reproduksi. Pros. Lokakarya Nasional Kambing

Potong. Puslitbang Peternakan, Bogor.

Sutama. I. K., I. G. M. Budiarsana, I. W. Mathius dan E.

Juarini. 1997.Pertumbuhan Dan Perkembangan

Seksual Anak Kambing Peranakan Etawah Dari Induk

Dengan Tingkat Produksi Susu Yang Berbeda. Jurnal

Ilmu Ternak dan Veteriner. 4 (2): 95-100.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Prawirokusumo dan S.

Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar.

Cetakan Kelima. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Tomaszewska, M.W., I.K. Sutana, I.G. Putu dan T.D.

Chaniago. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku, dan

Produksi Ternak di Indonesia. PT. Gramedia. Jakarta.

Page 76: PERBEDAAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN …repository.ub.ac.id/12350/1/Mohammad Lukman Rohmani.pdf · (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak

58

Utomo, B., Herawati, T. & Prawirodigdo, S. 2005.

.Produktivitas Induk Dalam Usaha Ternak Kambing

Pada Kondisi Pedesaan. Seminar Nasional Teknologi

Peternakan dan Veteriner.

Williamson, G. and W. J. A. Payne, 1993. Pengantar

Peternakan di Daerah Tropis, Universitas Gajah Mada.

Yogyakarta.

Yulistiani, D., I. W. Mathius, I. K. Sutama dan U. Adiati.

1999. Respon Produksi Kambing PE Induk Sebagai

Akibat Perbaikan Pemberian Pakan Pada Fase Bunting

Tua Dan Laktasi. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 4

(2): 88-94.