PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA...

69
PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA PONDOK INDAH JAKARTA SELATAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syari‟ah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari‟ah (S.Sy) Oleh : AFIFAH NIM: 106043201323 KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

Transcript of PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA...

Page 1: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

1

PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID

RAYA PONDOK INDAH JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari‟ah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syari‟ah (S.Sy)

Oleh :

AFIFAH

NIM: 106043201323

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 2: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

2

PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID

RAYA PONDOK INDAH JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari‟ah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syari‟ah (S.Sy)

Oleh :

AFIFAH

NIM: 106043201323

Dibawah bimbingan

Pembimbing I Pembimbig II

Dr. H. Abd Wahab Muhaimin, Lc, MA Dra. Hj. Afidah Wahyuni, M.Ag

NIP. 195008171980931001 NIP. 196804081997032003

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 3: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

3

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata I Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku

di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Januari 2011 M

24 Shafar 1432 H

Penulis

Page 4: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

i

بسم اهلل الرمحن الرحيمKATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tiada hentinya dipanjatkan kepada sang penguasa waktu

Allah SWT, Pencipta yang Bijaksana, Maha Pemberi dan Maha Mulia, karena dengan

karunia-Nya lah saya dapat merampungkan penulisan skripsi ini.

Salawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, dia lah yang telah memberikan penerangan dengan cahayanya dan membawa

manusia dari sebuah horizon yang sangat hina dengan gerakan revolusionernya, serta

menghantarkannya ke sebuah horizon yang sangat mulia.

Sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, dilukiskan dengan tinta bahkan cat

berwarna, setelah saya dapat merampungkan penulisan skripsi ini sebagai salah satu

syarat dalam pencapaian identitas formal dalam meraih gelar kesarjanaan S1 di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kendatipun demikian, dalam penulisan skripsi ini tentu tidak akan rampung

dan sempurna tanpa keterlibatan dan bantuan sejumlah pihak yang langsung maupun

yang tidak langsung. Oleh karena itu perkenankanlah saya untuk menyapa dan

berterimakasih kepada mereka, secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada

Yth:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Summa SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas

Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 5: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

ii

2. Dengan kewenangan yang dimiliki telah memberikan kepercayaan kepada penulis

untuk menyusun skripsi ini.

3. Bpk. Dr. H. Muhammad Taufiqi MAg, selaku ketua Program Studi Perbandingan

Mazhab dan Hukum, dan Bpk. Fahmi Muhammad Ahmadi S.Ag, M.Si, selaku

sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum yang telah

memberikan arahan, bimbingan dan motifasi kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Bpk Dr. H. Abd Wahab Muhaimin, Lc, MA selaku pembimbing pertama dan Ibu

Dra. Hj. Afidah Wahyuni, M.Ag selaku pembimbing kedua, sebagai pembimbing

yang telah meluangkan waktu, memberikan masukan dan memberikan ilmunya

selama penulis mengerjakan skripsi.

5. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan tenaga dan ilmunya selama masa

pendidikan berlangsung.

6. Pimpinan perpustakaan besrta stafnya yang telah memberikan fasilitas kepada

penulis untuk melakukan studi pustaka.

7. Terimakasih ini juga penulis hanturkan secara khusus kepada Ibunda tercinta

Masunah dan Ayahanda H. Bahruddin Muslih atas segala pengorbanan dalam

mendidik, mengasuh serta senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan

hingga ananda dapat menyelesaikan studi ini. Juga kepada seluruh keluarga yang

juga tak pernah bosan untuk memberikan motifasi kepada penulis.

8. Kepada sahabat-sahabat yang telah mewarnai hari-hari penulis dari kejenuhan dan

tak hentinya memberikan support kepada penulis, khsusunya untuk Atsari Noor

Page 6: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

iii

9. Vardaniati, Fatin Hamamah, Ahmad Bakhtiar, Siti Nurhayati dan Halimah

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Keberhasilan, kegagalan,

pertemuan, dan perpisahan yang kita alami ini tidak akan terhenti selamanya.

Semoga persahabatan ini akan tetap terjalin dan akan menjadi kenangan kelak.

10. Kepada Asatidz dan Asatidzah yang telah mendidik dan mencurahkan

ilmunya dengan penuh kesabaran dan teman-teman alumni Darunnajah angkatan

2006 (Anifah, Salwa, Merliza, Soraya, Widda, Fikri, B‟dhur, Ubay, Boghie,

Kobet, Aji, Faris).

11. Kepada teman-teman PMH 2006, semoga tali silaturrahim PH Community

tetap terjalin. Demikian pula kepada teman-teman KKN Pasir Kupa 2009.

Semoga skripsi ini dapat memberikan masukan yang positif kepada

pembaca sekalian, dan kepada Allah jualah penulis memohon semoga jasa yang

telah mereka sumbangkan menjadi amal shaleh dan mendapat ganjaran yang lebih

baik dari Allah SWT. Amin ya Rabbal „Alamin.

Jakarta, 27 Januari 2011 M

24 Shafar 1432 H

Penulis

Page 7: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 5

D. Metode Penelitian .......................................................................... 5

E. Sistematika Penulisan .................................................................... 8

BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG SALAT TARAWIH ............. 10

A. Definisi dan Dasar Hukum Salat Tarawih ..................................... 10

B. Sejarah Salat Tarawih .................................................................... 13

C. Tata Cara Pelaksanaan Salat Tarawih ............................................ 16

D. Jumlah Raka‟at Salat Tarawih Menurut Pendapat Para Imam

Mazhab ........................................................................................... 19

BAB III : PROFIL MASJID RAYA PONDOK INDAH ................................. 34

A. Gambaran Umum Masjid Raya Pondok Indah .............................. 34

B. Stuktur Organisasi Masjid Raya Pondok Indah ............................ 38

C. Kegiatan-kegiatan Masjid Raya Pondok Indah ............................. 40

Page 8: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

v

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ............................. 43

A. Tata Cara Pelaksanaan Salat Tarawih di Masjid Raya Pondok

Indah ............................................................................................... 43

B. Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan Pelaksanaan Salat

Tarawih di Masjid Raya Pondok Indah .......................................... 47

BAB V : PENUTUP ........................................................................................... 56

A. Kesimpulan .................................................................................... 56

B. Saran ............................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 59

LAMPIRAN ............................................................................................................ 62 64

Page 9: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salat fardhu maupun salat sunnah merupakan ibadah badaniyah yang

paling utama. Begitu pentingnya sehingga menjadi pilar agama yang di atasnya

bisa berdiri kokoh instrumen-instrumen agama lain. Beragam jenis salat yang kita

temui yaitu salat fardhu, salat sunnah rawâtib, salat dhuha, salat tahajjud, salat

tarâwih dan lain-lain, semuanya telah dipilah dengan sistematis oleh para ulama

sesuai pesan-pesan syari‟at yang dijelaskan lengkap dengan tata caranya demi

untuk tercapainya pribadi-pribadi muslim yang benar-benar menapaki sifat

kehambaan.

Pembahasan tentang lika-liku salat selalu menarik untuk dikaji terlebih

bagi para pemula yang lebih dekat dengan fikih ibadah, namun seyogyanya

diskusi-diskusi tentang furû‟iyah tidak menyebabkan kita terjerumus dalam

perpecahan apalagi zaman sekarang, saat faktor-faktor eksternal semakin gencar

menyudutkan, melemahkan dan memecah belah kaum muslimin.1

Bulan Ramadhan adalah merupakan bulan yang suci, bulan yang

dimuliakan Allah „Azza wa Jalla, bulan yang penuh maghfirah (ampunan) dan

berkah-Nya. Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya bagi

1 Salat Tarawih, “Keutamaan Shalat” artikel di akses pada 07 September 2007 dari

http://rulan.mywapblog.com di akses pada 07 September 2007

Page 10: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

2

semua umat dan kemakmuran bagi orang-orang yang beriman, di bulan itu jiwa

segar, hati senang, kegiatan-kegiatan untuk kesegaran rohani dan ibadah pun

diperbanyak. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW dalam bulan ramadhan mengajak

umatnya agar meningkatkan ibadah, termasuk di dalamnya beliau menggalakkan

tuntutannya dalam melaksanakan salat malam yang kemudian disebut dengan

salat tarâwih.

Masalah tarâwih dari dahulu hingga sekarang masih merupakan topik

yang menarik untuk dikaji, dibahas, dan diteliti lebih mendalam lagi, karena ada

beberapa hal yang masih dipersoalkan oleh umat Islam. Di antaranya ialah

tentang bilangan raka‟atnya, dalam masalah ini para ulama berbeda-berda

pendapatnya sehingga umat Islam pun berbeda-beda pula dalam

melaksanakannya, yaitu mengikuti pendapat imamnya masing-masing. Ironisnya,

perbedaan dalam masalah ini sudah terjadi sejak generasi muslim pertama, yaitu

sejak zaman para sahabat. Padahal mereka melihat secara langsung perihal

tarâwih Rasulullah SAW, yang setidak-tidaknya mereka telah mendapatkan

penjelasan langsung dari beliau.

Hal demikian yang menjadikan umat Islam kalangan awam menjadi

bingung untuk memilih dan menentukan mana yang sesungguhnya benar.

Sementara cendikiawan muslim semakin kuat melontarkan kritikan dengan

mengemukakan berbagai alasannya, maka dalam suatu masyarakat muslim sering

terjadi ketidakaruan antara kelompok muslim yang satu dengan kelompok muslim

yang lainnya hanya karena berbeda-beda dalam hal jumlah raka‟at tarâwih. Hal

Page 11: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

3

demikian ini bukanlah berarti kelalaian atau kemalasan, tetapi semata-mata hasil

ijtihad mereka.2

Dalam kitab Fiqh karya Syekh Wahbah Zuhaily dijelaskan ada beberapa

tipe salat tarâwih, yaitu:

1. 8+3 (delapan raka‟at shalat tarâwih ditambah tiga raka‟at shalat witir)

2. 20+3 ( dua puluh raka‟at shalat tarâwih ditambah tiga raka‟at shalat witir)

3. 30+3 ( tiga puluh raka‟at shalat tarâwih ditambah tiga raka‟at shalat witir)3

Telah diketahui sebelumnya bahwa hukum melaksanakan salat tarâwih itu

adalah sunnah muakkad (sunnah yang sangat dianjurkan) dan untuk jumlah

raka‟atnya pun tergantung atas keyakinan mazhab masing-masing. Namun,

seiring dengan berkembangnya zaman dan semakin pesatnya kebutuhan manusia

saat ini telah menimbulkan beberapa pergeseran dalam hal ibadah khususnya

dalam tata cara pelaksanaan salat tarâwih. Berdasarkan fenomena yang penulis

temui di masyarakat mengenai tata cara pelaksanaan shalat tarâwih, khususnya

yang terjadi di beberapa masjid besar yang ada di DKI Jakarta seperti misalnya, di

Masjid Raya Pondok Indah (Jakarta Selatan), Masjid Istiqlal (Jakarta Pusat),

telah mengalami perbedaan dalam pelaksanaa salat tarâwih dan witir sebagai

mana yang dilakukan masyarakat pada umumnya. Pelaksanaan salat tarâwih dan

witir di beberapa masjid tersebut adalah kebijakan pengurus yang mengakomodir

2 Agus Salam Rahmat, Tarawih Seribu Tahun Lebih di Masjid Nabi SAW, (Bandung:

Sinar Baru, 1992), h. 10 3 Jurizal Z, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri, 2008),

h. 111.

Page 12: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

4

dua aliran, yakni mereka yang melaksanakan salat tarâwih delapan rakaat

sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan mereka yang

mengerjakan dengan dua puluh raka‟at menganut aliran para imam mazhab

mereka ( Imam Syafi‟i, Imam Hambali, dan Imam Malik).

Hal yang demikian memang bukanlah suatu hal yang baru, namun di sini

penulis ingin mencoba untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai pelaksanaan

salat tarawih yang dilakukan di Masjid Raya Pondok Indah dan apa yang melatar

belakangi masjid tersebut melakukan salat tarawih dengan dua gelombang raka‟at

yang berbeda.

Maka dari itu, penulis merasa tertarik untuk mengkaji fenomena yang

terjadi di masyarakat khususnya masyarakat dalam penulisan sebuah skripsi

dengan judul “PERBEDAAN PELAKSANAAN SHALAT TARÂWIH DI

MASJID RAYA PONDOK INDAH JAKARTA SELATAN.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas agar permasalahan

tidak melebar dan untuk mempermudah pengkajian masalah karena judul

skripsi ini amat luas, maka pokok bahasannya dibatasi sebagai berikut:

a. Bagaimana tata cara pelaksanaan salat tarâwih di Masjid Raya Pondok

Indah Jakarta Selatan?

Page 13: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

5

b. Faktor apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam pelaksanaan

salat tarâwih di Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi dimaksudkan untuk mencapai beberapa tujuan:

1. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan salat tarâwih yang dilakukan di

Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan

dalam tata cara pelaksanaan salat tarâwih yang dilakukan di Masjid Raya

Pondok Indah Jakarta Selatan

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai pemikiran hukum Islam terhadap masalah aktual yang

terjadi di masyarakat khususnya dalam masalah salat tarâwih

D. Metode Penelitian

Untuk membahas masalah-masalah dalam penyusunan skripsi ini, maka

penulis perlu melakukan penelitian guna memperoleh data yang berhubungan

dengan masalah yang akan dibahas dan gambaran dari masalah tersebut secara

jelas dan akurat. Adapun metode yang akan digunakan adalah:

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris dengan pendekatan

kualitatif dan bersifat deskriptif, yaitu dengan cara menguraikan dan

Page 14: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

6

mendeskripsikan hasil dari penelitian yang penulis dapatkan melalui hasil

penelitian, kemudian menghubungkan dengan masalah yang diajukan

sehingga ditemukan kesimpulan yang objektif, logis, konsisten dan sistematis

sesuai dengan tujuan yang dikehendaki penulis dalam penulisan skripsi ini.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah studi lapangan (field research)

yaitu suatu cara pendekatan dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk

mendapatkan data yang dibutuhkan. Untuk mencapai hal tersebut penulis

menggunakan dua sumber data, yaitu:

a. Data Primer

Data penelitian ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara,

dalam hal ini penulis menggunakan metode observasi partisipasi

(Participant Observer). Selain observasi, penulis juga melakukan

wawancara dengan pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti. Dalam hal ini penulis menggunakan metode interview

terpimpim dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide)

sebagai acuan agar proses interview terfokus pada permasalahan yang

dimaksud.

Pihak-pihak yang terkait terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Jama‟ah Masjid Raya Pondok Indah ada 7 orang yaitu: Bpk. Sholeh,

Ibu Lia Octaviani, Ibu Sukinem, Ibu Siti Kustini, Ibu Yeni, Ibu

Annisa, dan Ibu Devi.

Page 15: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

7

2) Orang-orang yang mengetahui tentang pelaksanaan salat tarawih di

Masjid Raya Pondok Indah ada 3 orang yaitu: Bpk. Samsul Marlin

(Selaku Kepala Kantor Masjid Raya Pondok Indah), Bpk. Maman

(Selaku pengurus Masjid Raya Pondok Indah), Bpk. H. Sayuti (tokoh

masyarakat).

b. Data Sekunder

Data yang bersifat pelengkap atau data yang diperoleh secara tidak

langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh orang lain).

Dan dapat juga diperoleh dari kantor Masjid Raya Pondok Indah, buku,

majalah, internet dan koran yang membahas tentang tata cara pelaksanaan

salat tarawih.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian pada skripsi ini dilakukan di Masjid Raya Pondok Indah

yang terletak di Jalan Iskandar Muda No. 1 Jakarta Selatan.

4. Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis

secara kualitatif. Analisis data dilakukan setelah data-data di lapangan

terkumpul secara berkesinambungan yang diawali dengan proses klarifikasi

data agar tercapai konsistensi di lapangan. Analisis terhadap informasi

lapangan mempertimbangkan hasil pernyataan-pernyataan yang sangat

memungkinkan dianggap mendasar dan universal.4

4 Burhan Bungin., Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah

Ragam Varian Kontemporer), (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004), Cet ke-3, h. 106.

Page 16: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

8

E. Sistematika Penulisan

Dalam upaya pemudahan skripsi ini dan agar lebih sistematik maka

disusun sistematika sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Merupakan bab pertama yang mencakup latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Teoritis Tentang Salat Tarâwih

Bab ini menguraikan tentang pengertian atau definisi salat tarâwih

sejarah salat tarâwih, sejarah serta dasar hukumnya, tata cara

pelaksanaan salat tarâwih, dan jumlah raka‟at dalam salat tarâwih

menurut para imam mazhab.

Bab III : Gambaran Umum Lolasi Penelitian

Bab ini menguraikan secara umum lokasi penelitian yang meliputi

profil Masjid Raya Pondok Indah, sejarah berdirinya Masjid Raya

Pondok Indah, stuktur organisasi Masjid Raya Pondok Indah dan

kegiatan-kegiatan di Masjid Raya Pondok Indah.

Bab IV : Hasil Penelitian Dan Analisis Penulis

Bab ini menguraikan tentang tata cara pelaksanan salat tarâwih di

Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan, dan faktor penyebab

terjadinya perbedaan dalam tata cara pelaksanaan salat tarâwih

Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan

Page 17: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

9

Bab V : Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan tentang kesimpulan

serta saran.

Page 18: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG SALAT TARÂWIH

A. Definisi dan Dasar Hukum Salat Tarâwih

1. Definisi Salat Tarâwih

Dari segi gramatika, kata-kata tarâwih ini adalah kata jama‟(plural)

dan kata tunggalnya adalah tarwîhah َتْرِوْيَحٌة) ), dan kata tarwîhah itu sendiri

berasal dari kata râhah َراَحٌة) ). Rahah artinya senang atau gembira, bukan

senang atau gembira karena mendapat rezeki atau harta benda akan tetapi

dalam arti senang dan gembira di dalam bekerja, yang diiringi dengan kata-

kata istirahat yang berarti berhenti dari bekerja atau istirahat dari mengerjakan

pekerjaan yang disenangi.

Dari sudut bahasa, Tarwîhah ini asalnya adalah nama atau sebutan

untuk duduk mutlak. Artinya duduk yang bagaimana pun. Kemudian dengan

istilah tarwîhah ini dimaksudkan untuk duduk yang tertentu, yaitu duduk

setelah mengerjakan salat isya empat raka‟at di malam bulan Ramadhan,

karena memang mereka yang salat itu duduk dan beristirahat setelah

melakukan salat malam yang empat raka‟at itu.1

Kemudian Ibnu Manzuhr menyatakan: “َراَحٌة ” itu lawan dari pada َتَعٌب

(letih). Sebagaimana hadis Rasulullah SAW, bahwasanya beliau berkata

kepada Bilal ra:

1 Soelaiman Mahmoed, Shalat Tarawih, (Jakarta: CV Usrah, 1983), h. 1-2

Page 19: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

11

Artinya: “Dari „Ali bin „Abdul „Aziz, saya mendengar Rasulullah SAW: kita

beristirahat dengan salat ini, ya bilal”.

Maka adanya istirahat dalam melaksanakan salat tarâwih ini sebagai

saat untuk bermunajat kepada Allah SWT, dan karena itulah Rasulullah SAW

bersabda:

Artinya: “Dari Jabir bin „Abdillah berkata: dan dijadikan kesyahduan

mataku dalam melaksanakan salat”.

Rahah artinya senang atau gembira, bukan senang atau gembira

karena mendapat rezeqi atau harta benda, akan tetapi dalam arti senang dan

gembira di dalam bekerja yang diiringi dengan kata-kata istirahat yang berarti

berhenti dari bekerja atau istirahat dari mengerjakan pekerjaan yang disenangi

tadi.

Maka, tarâwih ini berarti beristirahat atau bersenang-senang setelah

mengerjakan sesuatu yang sesuatu itu tadinya dikerjakan dengan segala

kegembiraan dan dengan segala senang hati.4

2 Sulaiman Ibnu Ahmad At-Tabrânî, Mu‟jam al-kabiir Lithabraanii, (Al-Qaahirah:

Daar al-hadis, 1995), jilid 6, h. 95, hadis nomor 609 3 Jalaaluddin Al-Suyûthî, Sunan Al-Nasaaii, (Beirut: Daar Al-fikr), jilid 2, h. 32,

hadis nomor 728 4 Moh Ali al Sobuny, Petunjuk Nabi SAW Yang Sahih Tentang Salat Tarawih.

Penerjemah Suhri Utsman, (Semarang: Pustaka Al Alawiyah, 1983). h. 29

Page 20: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

12

2. Dasar Hukum Salat Tarâwih

Salat tarâwih adalah salat malam yang dilakukan dalam bulan

Ramadhan. Anjuran untuk mengerjaknnya terdapat dalam sebuah hadits yang

diriwayatkan oleh para perawi dari Abu Hurairah, yang berbunyi:

Artinya: “Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Rasulullah SAW menganjurkan

supaya salat di bulan Ramadhan tetapi tidak memerintahkannya

dengan jelas (azimah), maka beliau bersabda: barang siapa yang

berdiri salat di malam Ramadhan dengan iman dan perhitungan,

akan diampuni dosa-dosanya yang telah terdahulu.” (Diriwayatkan

oleh Muslim).

Pengertian hadis yang mulia ini; bahwa barang siapa yang

menghidupkan malam hari di bulan Ramadhan dengan melaksanakan salat,

dzikir dan membaca Al-Qur‟an dengan penuh keimanan kepada Allah,

semata-mata hanya mengharap upah-pahala dari sisi-Nya maka Allah akan

mengampuni baginya terhadap dosa-dosanya yang telah lalu.6

5Hazm Muhammad, Shahih Muslim bisyarhi al-Nawaawii, (Al-Qaahirah: Daar al-

hadis, 1994), Jilid III, h. 295, hadis nomor 174. 6 Moh Ali Assobuny. Petunjuk Nabi SAW Yang Sahih Tentang Shalat Taraawih, h.

24

Page 21: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

13

B. Sejarah Salat Tarâwih

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa salat tarâwih merupakan salat

sunnah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkad) karena di dalamnya memiliki

banyak keutamaan, namun ada baiknya jika kita mengetahui sejarah disyari‟atkan

salat tarâwih tersebut.

Pada zaman Nabi dan sahabat-sahabat belum dikenal kata-kata

“tarâwih”, pada kedua masa itu masih terkenal kata-kata “Salatullail” untuk salat

malam apa pun dan kata-kata “Qiyamu Ramadhan” yang berarti ibadah malam di

bulan ramadhan. Kata-kata tarâwih itu mula-mula timbul di abad kedua hijriah

yaitu di kala imam-imam mazhab mulai muncul bersamaan dengan lahirnya “ilmu

fikih” (ilmu hukum Islam). Kata-kata (istilah) tarâwih ini timbul guna

membedakan salat malam di bulan ramadhan (yang dikatakan salat tarâwih)

dengan salat malam lainnya (yang bukan di bulan Ramadhan).7

Pada masa itu Rasulullah hanya memberikan anjuran secara umum saja

tanpa menyebut jumlah raka‟at. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam

Muslim dari Abu Hurairah ra:

7 Moh Ali Assobuny. Petunjuk Nabi SAW Yang Sahih Tentang Shalat Taraawih,

h. 1-3 8 Imam Muslim Al-Nisaburiy, Shahih Muslim, ( Al Qahirah, Daarul Hadis, 1994). Juz

III, h. 295, hadis nomor 173

Page 22: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

14

Artinya: “Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: barang siapa melaksanakan

salat (tarâwih) karena iman kepada Allah dan mengharap ridha Allah,

maka diampunilah dosa-dosaya”.

Dalam hadis ini Rasulullah SAW hanya mengajak dan menggugah

kepada siapa saja dengan memberitahukan tentang fadhilah salat tarâwih pada

bulan Ramadhan tanpa menyebut jumlah raka‟atnya, tanpa memberikan contoh

dan bahkan tanpa menyuruh dengan sungguh-sungguh.

Tahap selanjutnya adalah tahap anjuran, di mana dalam tahap ini

Rasulullah SAW memberikan contoh dan tuntunannya dengan mengerjakannya

sendiri, kemudian diikuti oleh para sahabat, baik itu dilakukan secara sendiri atau

berjama‟ah. Pada tahap ini pula Rasulullah SAW mengaitkan antara salat tarâwih

dengan bulan Ramadhan dengan anjuran yang di pertegas, bahwa salat tarâwih itu

hukumnya adalah sunnah yang sangat dianjurkan, yaitu bagi siapa saja yang

mengerjakan salat tarâwih karena iman dan mengharap ridha Allah, ia akan

kembali seperti bayi waktu dilahirkan oleh ibunya. Dari sini lah lalu salat tarâwih

menjadi berkembang, ada di antara sahabat yang mengerjakannya dengan

keluarganya di rumah dan ada pula yang mengerjakannya secara berjama‟ah di

masjid,9 Kemudian sepeninggal Nabi, salat itu dinamakan tarâwih.

Menurut ulama jumhur: salat itu dinamakan pula dengan salat witir

karena di tutup dengan satu raka‟at salat witir, dan salat witir dinamakan pula

dengan salat tarâwih atau qiyamul lail. Pada dasarnya semuanya itu sama

9 Hanif Muslih, Kesahihan Dalil Shalat Tarawih 20 Roka‟at, cet.II, (Surabaya: Dinamika

Press Surabaya, 1997), h. 43.

Page 23: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

15

tathawwu‟ yang dikerjakan di waktu malam antara salat isya sampai waktu fajar

di bulan Ramadhan, sedangkan perbedaan namanya itu hanya menurut waktunya

saja. Qiyamu Ramadhan yang dikerjakan pada awal malam dinamakan dengan

salat tarâwih, sedangkan salat malam yang dikerjakan di akhir malam dinamakan

salat tahajjud dan ini lebih utama dan lebih besar pahalanya, sebagaimana firman

Allah dalam surat Al Isra ayat 79:

Artinya: “Dan pada sebagian malam bertahajjudlah sebagai tambahan bagimu,

mudah-mudahan tuhamnu akan menempatkan engkau pada tempat yang

terpuji”.

Asal mula salat malam bulan Ramadhan itu dinamakan salat tarâwih ialah

karena hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhariy dari Aisyah:

Artinya: “Rasulullah SAW salat empat raka‟at pada malam hari. Kemudian itu

beliau istirahat, lama istirahatnya itu sehingga kasihan aku

melihatnya.”

Kemudian terus rupanya salat tarâwih ramai dilakukan tiap malam di

masjid sampai Nabi wafat, dan sampai zaman Abu Bakar. Dari Abdurrahman bin

Abdul Qari, dia berkata: “aku keluar bersama Umar bin Khathab dalam bulan

Ramadhan ke dalam masjid, kami dapati orang banyak berkelompok, ada yang

salat sendiri saja untuk dirinya dan ada pula yang berjama‟ah. Maka berkatalah

10

Amad Ibnu Husain Al-Baihaqiy, Sunan Al-kabiir al- Baihaqiy, (Beirut: Daar al Fikr)

jilid II, h. 497, hadis nomor 391

Page 24: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

16

Umar: agar semua salat di belakang imam dan akhirnya beliau menentukan siapa

yang berhak menjadi imam yaitu Ubay bin Ka‟ab.

Kemudian di malam-malam berikutnya, Abdurrahman dan Umar kembali

masuk ke dalam masjid dan mendapati orang telah salat tarâwih dengan satu Qari‟

(pembaca, yaitu satu imam). Maka berkatalah Umar bin Khathab: “ni‟matu al

bid‟ah hadzihi” (yang sebaik-baik bid‟ah adalah ini). Orang tidur terlebih dahulu

lebih afdhal dengan orang yang salat lebih dahulu, yaitu dia salat di ujung malam,

sedangkan orang-orang di waktu itu salat di awal malam.

Dari uraian di atas telah jelas sekali bahwa Umar bin Khaththab lah yang

dengan tegas mengadakan salat tarâwih dengan berjama‟ah. Setelah beberapa hari

salat tarâwih berjama‟ah itu dilaksanakan dengan baik, kemudian Umar bin

Khaththab berkata bahwa jika ada yang hendak mengatakan bahwa hal yang

demikian adalah bid‟ah maka ini adalah bid‟ah yang paling baik.

Akhirnya salat tarâwih ini dinisbatkan kepada Umar bin Khaththab,

karena beliaulah yang memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan salat

tarâwih secara berjama‟ah bersama imam Ubay bin Ka‟ab.11

C. Tata Cara Pelaksanaan Salat Tarâwih

Dalam Islam, salat merupakan ibadah wajib yang paling utama dan paling

disukai Allah SWT baik itu salat wajib maupun salat sunnah.12

Di antara salat-

11

Assobuny, Petunjuk Nabi SAW Yang Sahih Tentang Shalat Taraawih, h. 32 12

Ahmad Sutanto, Filosofi Shalat , (Jakarta: Dea Press, 1999), h. 19.

Page 25: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

17

salat sunnah ada yang cukup di anjurkan saja oleh Nabi SAW dan ada pula yang

sangat ditekankan. Namun demikian, tidak sepatutnya kita memilah dan memilih

ibadah kepda sang Khaliq, karena semua amal ibadah pada hakikatnya sangat

baik untuk dilksanakan.13

Salah satu salat sunnah yang sangat dianjurkan oleh

Rasulullah pada bulan Ramadhan adalah melaksanakan salat tarâwih.

Adapun mengenai cara mengerjakannya, salat tarâwih dikerjakan setelah

salat isya‟ pada malam bulan Ramadhan sampai waktu fajar, sekalipun salat isya

itu dijama‟ taqdim dengan maghrib, tanpa didahului dengan salat isya‟, maka salat

tarawih itu tidak sah.14

Sebagaiman salat pada umumnya, salat tarâwih diawali

dengan niat saat takbiratul ihram, salat tarâwih dilakukan dua raka‟at-dua raka‟at,

atau empat raka‟at-empat raka‟at dengan satu kali tahiyat di raka‟at terakhir.

Setelah salam selesai menunaikan salat tarâwih dua atau empat raka‟at,

dan sebelum menunaikan dua atau empat raka‟at berikutnya disunahkan membaca

doa, antara lain sebagai berikut:

Setelah selesai salat tarâwih hendaknya diteruskan dengan salat witir,

sekurang-kurangnya satu raka‟at. Tetapi umumnya dikerjakan tiga raka‟at dengan

dua salam dan boleh pula dikerjakan tiga raka‟at dengan satu salam.

13

Abdul Ghani, Pedomman Sholat-Sholat Menurut Rasulullah SAW, cet.I, (Kuala

Lumpur: Darul Nu‟man, 1995) h. 52 14

Quraish Shihab, Panduan Shalat Bersama Quraish Shihab, (Jakarta: Republika, 2003),

h. 90.

Page 26: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

18

Asy-Syafi‟i dan Ash Habun dan Abu Hanifah, Ahmad bin Hanbal

berpendapat bahwa yang lebih afdhal mengerjakannya ialah dengan berjama‟ah

sebagaimana yang telah dilakukan oleh Umar bin Khaththab dan sahabat-sahabat

Nabi SAW, karena menurut mereka melakukan salat tarawih berjama‟ah

hukumnya adalah sunnah „ain, di mana apabila terdapat suatu jama‟ah

melakukannya maka sunnah berjama‟ah itu tidak gugur dari yang lain. Bila

seseorang melakukan salat tarawih di rumahnya, maka disunnahkan baginya

untuk melakukan salat tersebut dengan orang yang ada di rumah secara

berjama‟ah, karena jika ia melakukan secara sebdiri berarti ia telah kehilangan

pahala sunnah jama‟ah.

Sedangkan menurut Imam Malik, Imam Hanafi dan Abu Yusuf (pemuka

kedua dari Mazhab Hanafi) berpendapat lebih baik di rumah saja. Karena menurut

mereka bahwa melakukan salat tarawih dengan berjama‟ah hukumnya sunnah

kifayah bagi semua orang, jika ada sebagian dari mereka yang berjama‟ah maka

yang lain tidaklah dituntut untuk melakukannya.15

Namun, ada pula sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan

Muslim Muttafaqun „alaih dari Aisyah: “ Dari Aisyah bahwa Nabi SAW salat di

masjid, lalu orang banyak mengikuti di belakang. Lalu beliau salat pula di malam

kedua, orang pun bertambah banyak mengikuti. Kemuadian orang-orang

berkumpul di malam ketiga, tetapi Nabi SAW tidak keluar di malam itu. Maka

15

Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh „Ala al-Mazahib Al-Arba‟ah, (Cairo: Mathba‟ah Al-

Istiqamah) , jilid II, h. 285

Page 27: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

19

tatkala waktu subuh Nabi keluar seperti biasa lalu beliau bersabda: “ telah aku

lihat apa yang telah kamu kerjakan, tetapi tidaklah ada yang menghalangi aku

untuk keluar tadi malam, melainkan karena aku takut dia akan menjadikan fardhu

atas kamu.” 16

Para ulama membagi salat sunnah itu kepada dua macam, ada sunnah

munfarid dan ada pula salat sunnah jama‟ah. Yang termasuk salat sunnah jama‟ah

di antaranya ialah salat tarâwih, salat ied, salat gerhana dan salat istisqa.

Dengan demikian, tidak ada keharusan yang mengatakan bahwa salat

tarâwih harus dilakukan dengan berjama‟ah atau pun dengan sendiri-sendiri

karena keduanya diperbolehkan. Namun ada baiknya salat tarâwih itu dikerjakan

dengan cara berjama‟ah, karena hal ini sangat dianjurkan oleh Nabi untuk

menghidupkan bulan Ramadhan sebagai syi‟ar agama Allah yang luhur. Begitu

pula dengan tata caranya, boleh dilakukan dengan cara dua raka‟at-dua raaka‟at

salam atau pun empat raka‟at- empat raka‟at dengan satu kali tahiyyat di akhir

raka‟at.

D. Jumlah Raka’at Salat Tarâwih Menurut Pendapat Para Imam Mazhab

Dalam segala hal ubudiyyah, pada dasarnya kita akan mengerjakannya

sebagaimana apa yang telah ditunjuk oleh Rasulullah SAW, sebab Al-Qur‟an

hanya mengemukakan hukum-hukum dasarnya saja. Mengenai jumlah raka‟atnya,

16

Abdul Ghani, Pedomman Sholat-Sholat Menurut Rasulullah SAW, h. 75.

Page 28: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

20

tidak ada riwayat yang pasti dari Rasulullah sehingga salat tarâwih tidak terikat

oleh jumlah tertentu.17

Jumlah raka‟at dalam salat tarâwih dan witir sebagai rangkaiannya itu

memang tidak hanya 11 atau 23 raka‟at saja sebagaimana yang dikerjakan oleh

orang-orang Islam di Indonesia, akan tetapi banyak sekali macam dan ragamnya.

As-Syaikh Athiyah Muhammad Salim, dalam bukunya At-Tarâwih Aktsar Min

Alf Aam fi Masjidi al Nabi Alaihi As-salam bahwa salat tarâwih mempunyai

tahapan-tahapan dalam perkembangan jumlah raka‟atnya, dari yang berawal 11

raka‟at sampai yang 39 raka‟at.

Menurut mazhab Imam Syafi‟i dan Imam Abu Hanifah beserta sahabat-

sahabatnya, jumlah raka‟at salat tarâwih adalah 20 raka‟at dengan sepuluh kali

salam di luar witir. Jadi, setiap dua raka‟at mengucapkan satu kali salam, dan

tiap-tiap empat raka‟at merupakan satu kali tarâwih. Dengan demikian, jumlah

tarâwih dalam 20 raka‟at itu ialah 5 kali tarâwih. Para Imam Mazhab juga

berhujjah dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Al-

Muwaththa dan juga Imam Al-Baihaqi dari Yazid bin Ruman, ia berkata: “orang-

orang melaksanakan salat tarâwih pada masa Umar bin Khaththab dengan 23

raka‟at. Mereka melaksanakan salat tarâwih dengan 20 raka‟at ditambah dengan

salat witir 3 raka‟at.”

Menurut Ibnu Qasim dari pengikut Imam Malik, jumlah raka‟at salat

tarâwih adalah 36 raka‟at dengan sembilan kali tarâwih di luar witir, ini dikaitkan

17

Saleh Al- Fauzan, Fiqih Sehari-hari, (Depok: Gema Insani, 2006), h. 199.

Page 29: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

21

dengan amaliah orang-orang Madinah.18

Sementara itu, ada ulama yang

berpendapat bahwasanya yang dilakukan oleh orang-orang madinah, salat tarâwih

itu 36 raka‟at, karena mereka menghendaki untuk mendapatkan kesamaan

(pahala) dengan orang-orang Mekkah. Sebab, orang-orang Mekkah pada tiap-tiap

2 tarwihah (8 raka‟at) melakukan thawaf dengan tujuh kali keliling. Maka orang-

orang Madinah membuat suatu ukuran untuk tiap-tiap tujuh kali keliling (diganti)

denga 4 raka‟at salat tarâwih.

Kemudian Ibnu Qudamah menyatakan, jikalau Imam Malik menetapkan

bahwa orang-orang Madinah semuanya melaksanakan salat tarâwih 36 raka‟at,

maka sungguh apa yang telah dilakukan Umar bin Khaththab telah disepakati oleh

para sahabat di zamannya adalah lebih utama untuk diikuti.19

Selain itu ada pula ulama yang mengatakan bahwa jumlah raka‟at salat

tarâwih hanya delapan raka‟at saja, yaitu dua kali tarâwih selain witir. Dalam

menetapkan bilangan raka‟at salat tarâwih, para ulama mendasarkannya pada

berbagai hadis. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa bilangan raka‟at dalam

salat tarâwih berjumlah sebelas raka‟at, mendasarkannya pada hadis Siti Aisyah

berikut:

18

Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihaayah al-Muqtashid, (Beirut: Daarul Fikr),

jilid I, h. 152 19

Assobuny, Petunjuk Nabi SAW Yang Sahih Tentang Shalat Taraawih, h. 33

Page 30: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

22

Artinya: “Dari Aisyah r.a ia berkata, tidaklah Rasulullah SAW menambahi salat

di dalam bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan lain atas sebelas

raka‟at; beliau kerjakan salat itu empat raka‟at maka janganlah kamu

tanya tentang bagus dan panjangnya salat itu, kemudian dikerjakannya

pula empat raka‟at maka janganlah kamu Tanya tentang bagus dan

panjangnya salat itu, kemudian dikerjakannya pula tiga raka‟at, lalu

aku bertanya, “ Ya Rasulullah, apakah baginda Rasul tidur sebelum

baginda salat witir? “Nabi menjawab, “ Ya Aisyah, sesungguhnya dua

mataku tertidur, tetapi hatiku tidak.” (H.R Al Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menyatakan bahwa Rasulullah SAW melaksanakan salat

sunnah dalam bulan Ramadhan sebanyak sebelas raka‟at, yaitu salat untuk

menghidupkan malam yang penuh keberkahan.

Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa bilangan dalam raka‟at

dalam salat tarâwih adalah 20 raka‟at mendasarkannya pada hadits As-Saib bin

Yazid yang bunyinya sebagai berikut:21

20 Al-Hafidz Ahmad Ibn „Ali Ibn Hajar Al-„Asqalaaniy, Fathu Al- Barii. (Beirut:

Daaru Al-Fikr, 1996), Juz III , h. 343, hadis nomor 1147. 21

Ibnu Mas‟ud, Fiqh Mazhab Syafi‟I, cet.II. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005),

h.416-418. 22

Ahmad Ibnu al-Husain al-Baihaqiy, Sunan Al-Sahghiir Al-Baihaqiy, (Beirut: Daar

al-Fikr, 1993), Juz I, h. 235, hadis nomor 835

Page 31: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

23

Artinya: “Dari Said bin Yazid As-Shahabi r. a. ia berkata, pada masa Umar bin

Khaththab r. a mereka pernah mendirikan ibadah malam pada bulan

Ramadhan dengan salat dua puluh raka‟at.” (H. R. Baihaqi).

Dan hadits yang diriwayatkan oleh para perawi dari Abu Hurairah:

Artinya: “Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Rasulullah SAW menganjurkan

supaya shalat di bulan ramadhan (tarâwih) tetapi tidak

memerintahkannya dengan jelas, maka beliau bersabda: barang siapa

yang mendahulukan shalat di malam ramadhan dengan iman dan

perhitungan, akan diampuni dosa-dosanya yang telah terdahulu”

(Diriwayatkan oleh Muslim).

Hadis ini menyatakan bahwa salat tarâwih pada zaman sahabat-sahabat

Nabi, seperti Umar bin Khaththab dan lain-lainnya ialah 20 raka‟at. Hadis ini idak

berlawanan dengan hadis pertama sebab salat tarawih termasuk juga salat malam

yang raka‟atnya tak terbatas.24

Ibnu Taimiyah di dalam fatwanya menulis, salat

tarâwih itu tidaklah ditentukan oleh Nabi SAW dengan jumlah raka‟at tertentu,

bahkan salat beliau di bulan Ramadhan hanya 13 raka‟at tetapi panjang

bacaannya. Kemudian setelah Umar bin Khaththab menyuruh mereka berjama‟ah

dengan Ubay bin Ka‟ab, beliau salat 20 raaka‟at ditambah dengan salat witir 3

23 Imam Muslim Al-Nisaburiy. Shahih Muslim, h.297, hadis nomor 175 24

Ibnu Mas‟ud, Fiqh Mazhab Syafi‟I, cet.II, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), h.418.

Page 32: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

24

raka‟at dan memendekkan bacaannya sebab dengan begitu dapat meringankan

bagi jama‟ahnya.25

Selain dari pendapat-pendapat Imam Mazhab yang telah disebutkan di

atas, ada beberapa riwayat yang menerangkan tentang banyaknya jumlah raka‟at

salat tarâwih, di antaranya adalah:26

1. Tarâwih 10 raka‟at dan witir 3 raka‟at = 13 raka‟at

Berdasarkan riwayat Muhammad ibn Nashr Al-Marwazy dan

Muhammad ibn Ishaq dari Muhammad ibn Yusuf dari kakeknya Al-Sai ibn

Yazid:

Artinya: “Kita salat tarâwih pada masa Umar bin Khaththab dalam bulan

Ramadhan dengan 13 raka‟at”.

2. Tarâwih 20 raka‟at dan witir 3 raka‟at = 23 raka‟at

Riwayat dari Muhammad ibn Nashr dari Imam Atho‟, ia berkata:

Artinya: “Aku menjumpai mereka (para sahabat dan tabi‟in), mereka di

bulan Ramadhan mengerjakan salat tarwih 20 raka‟at dan salat

witir 3 raka‟at”.

25

Prof.Dr.Hamka, Tuntutan Puasa Tarawih Dan Idul Fitri, (Jakarta: Pustaka Panji Mas),

h. 83 26

Hanif Muslih, Kesahihan Dalil Shalat Tarawih 20 Roka‟at, h. 49. 27

Al-Hafidz Ahmad Ibn „Ali Ibn Hajar Al-„Asqalaanii, Fathuu Al- Baarii, Juz IV, h. 205 28

Sayyid Muhammad Az-Zarqooniy, Syarh Az-Zarqooniy, (Beirut: Waarul Jail, 1989).

Juz I, h. 239, hadis nomor 250.

Page 33: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

25

3. Tarâwih 34 raka‟at dan witir 1 raka‟at

Riwayat dari Imam Zarrah ibn Aufa:

Artinya: “Sesungguhnya ia salat tarâwih dengan mereka di kota Bashrah

dengan 34 raka‟at dan 1 witir”.

4. Tarâwih 36 raka‟at dan witir 3 raka‟at

Riwayat dari Imam Al-Za‟faran As-Syafi‟i:

Artinya: “Saya melihat orang-orang di Madinah mengerjakan tarâwih 39

raka‟at dan di Makkah dengan 23 raka‟at”.

Dalam sejarah perkembangan hukum Islam, perbedaan pendapat

(iktilaf) mengenai penetapan dalam masalah hukum Islam telah terjadi di

kalangan para sahabat Nabi SAW ketika beliau masih hidup, tetapi perdebatan

itu dapat segera diselesaikan dengan mengembalikannya kepada Rasulullah

SAW. Ikhtilaf yang terjadi di kalangan sahabat itu adalah karena perbedaan

paham di antara mereka dan perbedaan nash (sunnah) yang sampai kepada

mereka.31

29

Al-Hafidz Ahmad Ibn „Ali Ibn Hajar Al-„Asqolaanii, Fathuu Al- Baarii), Juz III, h.

205 30

Al-Hafidz Ahmad Ibn „Ali Ibn Hajar Al-„Asqolaanii, Fathuu Al- Baarii, Juz III,

h. 205 31

Huzaemah Tahido, Pengnatar Perbandingan Mazhab, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu,

1997) h. 50

Page 34: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

26

Sebagaimana diketehui, bahwa ketika Agama Islam telah tersebar

meluas ke berbagai penjuru, banyak sahabat Nabi yang telah pindah dan

berpencar-pencar ke negeri yang baru. Dengan demikian, kesempatan untuk

bertukar pikiran atau bermusyawarah dalam memecahkan sesuatu masalah, sukar

untuk dilakukan. Sampai saat ini fiqh ikhtilaf 32

masih tetap berlangsung, mereka

tetap berselisih paham dalam masalah furu‟iyah, sebagai akibat dari

keanekaragaman sumber dan aliran dalam memahami nash dan mengistinbathkan

hukum yang tidak ada nashnya.

Terjadinya perbedaan pendapat dalam menetapkan hukum Islam,

disamping disebabkan oleh faktor yang bersifat manusiawi, juga oleh faktor lain

karena adanya segi-segi khusus yang bertalian dengan agama. Faktor penyebab

itu mengalami perkembangan sepanjang pertumbuhan hukum pada generasi

berikutnya. Makin lama makin berkembang sepanjang sejarah hukum Islam,

sehingga kadang-kadang menimbulkan pertentangan keras, terutama di kalangan

orang-orang awam.33

Adapun yang menjadi daerah tempat terjadinya ikhtilaf dalam garis

besarnya terdapat pada:

1. Ayat-ayat Al-Qur‟an yang dapat dipalingkan dari makna asalnya kepada

makna lain

32

Keberagaman pendapat dalam hukum islam. Dikalangan Sunni berkembang sebuah

konsep bahwa keberagaman antar mazhab fiqh dan teologi meruakan suatu yang tidak dapat

dihindarkan dan ia justru merupakan suatu rahmat. 33

Huzaemah Tahido, Pengnatar Perbandingan Mazhab, h. 51

Page 35: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

27

2. Hadis-hadis yang dapat dipalingkan dari makna asalnya kepada makna lain,

juga ketidak pastian terhadap sanad dan matan suatu hadis.

3. Masalah-masalah atau peristiwa-peristiwa yang belum ada ketentuan

hukumnya dalam nash (Al-Qur‟an dan Sunnah).

Di antara sebab-sebab pokok terjadinya ikhtilaf di kalangan para ulama

(mujtahidin), adalah seagai berikut:

1. Faktor-faktor eksternal

a. Berbeda perbendaharaan hadis masing-masing mujtahid.

Hal ini terjadi sebagaimana telah disebutkan di atas, bawa para sahabat

telah terpencar-pencar ke berbagai penjuru negeri yang banyak

mengetahui tentang hadis Nabi, sukar menemui mereka. Ada juga

kemungkinan, bahwa sahabat Nabi dapat dijumpai tetapi masing-masing

sahabat itu tidak sama dalam perbendaharaan hadisnya, karena

pergaulannya dengan Rasulullah dapat pula menentukan banyak atau

sedikitnya hadis yang diterima.

b. Para sahabat yang tinggal tepencar-pencar di seluruh pelosok negeri ada

yang meriwayatkan hadis berbeda-beda, karena mungkin lalai atau lupa,

sedangkan yang mengingatkan di antara sahabat-sahabat itu tidak ada.

c. Di antara ulama dan umat Islam, ada yang kurang memperhatikan situasi

pada waktu Nabi bersabda, apakah ucapan beliau itu berlaku untuk umum

atau untuk orang tertentu saja, dan apakah perintah yang ada dalam hadis

itu untuk selama-lamanya atau hanya bersifat sementara.

Page 36: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

28

d. Di antara ulama dan umat Islam kurang memperhatikan dan mempelajari

bagaimana caranya Nabi menjawab suatu pertanyaan atau menyuruh

orang, karena ada kalanya jawaban atau suruhan itu tepat untuk seseorang

dan terkadang tidak tepat untuk orang lain.

e. Di antara ulama ada yang berpandangan yang terlalau berlebihan terhadap

amaliah-amaliah yang disunatkan, sehingga orang awam menganggapnya

suatu amaliah yang diwajibkan dan berdosa apabila ditinggalkan.

f. Perbedaan pandangan dalam bidang politik juga menimbulkan pendapat

yang berbeda dalam menetapkan hukum islam, paham yang berbeda itu

tidak hanya terbatas pada maslah politik saja, tetapi lebih jauh

berpengaruh pada masalah akidah, yang saling mengkafirkan, masalah

ubudiyah yang saling menyalahkan dan masalah penetapan suatu

hukum.34

2. Faktor-faktor internal

a. Pemahaman Al-Qur‟an dan Al-Sunnah

Seperti dimaklumi, sumber utama syari‟at Islam adalah Al-Qur‟an dan

Sunnah Rasul yang keduanya berbahasa arab. Dalam bahasa arab, terdapat

kata-kata yang mempunyai arti lebih dari satu. Selain itu, dalam

ungkapannya terdapat kata umum tetapi yang dimaksudkannya adalah

34

M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),

h. 117

Page 37: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

29

khusus, ada pula dari segi bahasa, serta dari segi makna yang tersurat dari

suatu kata.

b. Sebab-sebab khusus mengenai sunnah Rasul SAW.

As-Sunnah dapat diartikan sebagai sabda, perbuatan dan taqrir

(persetujuan) yang berasal dari Rasulullah. Terkadang dapat pula

diartikan, kenyataan yang terjadi pada masa Rasulullah dalam menetapkan

hukum islam. Sebagai sumber hukum, kedudukan sunnah sebenarnya

tidak dapat diragukan lagi, semua ulama Muhaditsin dan para ulama fiqh

mengakuinya. Akan tetapi ketika sunnah akan dipakai dalam menetapkan

suatu hukum, maka di sinilah timbul perselisihan (ikhtilaf) di antara para

ulama fiqh.

Hal seperti ini bisa saja terjadi karena di antara mereka mempunyai

standar tersendiri dalam menerima As-Sunnah sebagai sumber hukum.

Sebab-sebab khusus mengenai sunnah Rasul yang menonjol antara lain

adalah: perbedaan sampai atau tidaknya suatu hadis kepada sebagian

sahabat, perbedaan dalam menilai periwayatan hadis (shahih atau

tidaknya), percaya atau tidaknya terhadap seorang perawi hadis,

pemahaman terhadap perbuatan Rasul dan perbedaan kedudukan silsilah

Rasul.

c. Perbedaan mengenai dasar-dasar yang bertalian dengan hukum syara‟.

Sebab-sebab yang berkaitan dengan kaidah-kaidah ushul di antaranya

mengenai istisna (pengecualian), yakni: apakah istisna terdapat sesudah

Page 38: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

30

beberapa jumlah yang di-„athaf-kan satu sama lainnya itu kembali kepada

semuanya atau kah kepada jumlah terakhir saja.

d. Perbedaan penggunaan dalil di luar Al-Qur‟an dan Al-Sunnah

Ulama terkadang berbeda pendapat pula mengenai fiqh, disebabkan

perbedaan penggunaan dalil di luar Al-Qur‟an dan sunnah. Seperti, amal

ahli Madinah dijadikan dasar fiqh oleh Imam Malik namun tidak dijadikan

dasar oleh imam lainnya. Begitu pula perbedaan dalam penggunaan dalil-

dalil di luar Al-Qur‟an dan Sunnah, seperti Ijma‟ (kesepakatan para imam

mujtahid diantara umat islam pada suatu masa setelah Rasulullah wafat

mengenai hukum islam), Qiyas (pengukuran sesuatu dengan yang lainnya

atau penyamaan sesuatu dengan yang sejenisnya), Maslahah Mursalah

(suatu kemaslahatan yang tidak mempunyai dasar dalil, tetapi juga tidak

mempunyai pembatalannya, Istihsan (semua hal yang dianggap baik oleh

mujtahid menurut akalnya), Shad al-Dzarar‟i (perbuatan yang dilakukan

seseorang yang sebelumnya mengandung kemaslahatan, tetapi berkahir

dengan suatu keruakan), Ishtishhab (menjadikan hukum yang telah

ditetapkan pada masa lampau secara kekal menurut keadaannya sampai

terdapat dalil yang menunjukkan perubahannya), „Urf (sesuatu yang telah

dikenal oleh manusia karena telah menjadi kebiasaan, baik itu berupa

perbuatan atau pun perkataan) dan sebagainya;35

yang oleh sebagian

35

Prof. Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: Gema Risalah Press,

1997) h. 81

Page 39: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

31

ulama dijadikan dasar sedang sebagian ulama lain tidak menjadikannya

sebagai dasar dalam mengisthinbathkan hukum, sekalipun sebenarnya

perbedaan itu halnya dalam tingkat penggunaan saja.36

Sedangkan Dr. Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa ikhtilaf ada dua

bentuk:

1. Ikhtilaf yang disebabkan oleh faktor akhlak di antaranya:

a. Membanggakan diri dan mengagumi pendapatnya sendiri

b. Buruk sangka kepada orang lain dan mudah menuduh orang lain tanpa

bukti.

c. Egoisme dan mengikuti hawa nafsu dan di antara akibatnya ambisi

terhadap kedudukan.

2. Ikhtilaf yang timbul karena perbedaan sudut pandang mengeanai suautu

masalah, baik masalah ilmiyah, seperti perbedaan pandangan mengenai

penilaian terhadap sebagian ilmu pengetahuan, ilmu kalam, ilmu tasawuf,

mantiq dan lainnya.

Perselisihan itu terjadi antara karena adanya pihak yang memperluas dan

yang mempersempit, antara yang memperluas dan memperlonggar, antara yang

cenderung rasional dan yang cenderung pada dzahir nash. Perbedaan pendapat di

kalangan umat Islam ini, sampai kapan pun dan di tempat mana pun akan terus

36

Prof. Abdul Wahab Afif, Pengantar Studi Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Darul

Ulum Press, 1995) h. 76

Page 40: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

32

berlangsung dan hal ini menunjukkan kedinamisan hukum Islam, karena pola

pikir manusia yang terus berkembang.37

Namun demikian, dengan adanya keberagaman jumlah raka‟at dalam salat

tarâwih seperti yang telah dijelaskan sebelumnya itu, diperbolehkan untuk

memilih sesuai dengan pendapat Imam Mazhabnya masing-masing, baik itu yang

8 raka‟at, 10 raka‟at, 20 raka‟at, 34 raka‟at, atau pun 36 raka‟at. Karena pada

dasarnya setiap pendapat yang dikemukakan oleh para Imam Mazhab tersebut

tidak menyimpang atau tidak keluar dari dalil-dalil Al-Qur‟an atau sunnah.

Adanya ikhtilaf yang tejadi di antara para Imam Mazhab atau para

mujtahidin terutama dalam masalah jumlah raka‟at dalam salat tarâwih,

semestinya tidak dijadikan ajang untuk saling berselisih, apalagi sampai

menyatakan bahwa pendapat mazhabnya lah yang paling benar. Karena

perbedaan pendapat yang terjadi di antara para Imam Mazhab ini pada hakikatnya

mengisyaratkan, bahwa Islam sangat menghargai kebebasan dalam menyatakan

pendapat. Perbedaan pendapat yang muncul bukan dijadikan sebagai ajang

permusuhan dan perpecahan, akan tetapi hendaknya perbedaan pendapat itu

dimanfaatkan untuk menemukan suatu kemudahan karena adanya alternatif bagi

umat Islam dalam menyelesaikan berbagai persoalan hidup yang beraneka ragam

dan terus berkembang.38

37

M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, h. 118 38

Dr. Huzaemah Tahido, Pengantar Perbandingan Mazhab, h. 87

Page 41: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

33

Perbedaan pendapat yang terjadi di dalam masyarakat saat ini, hendaklah

dipandang sebagai sesuatu yang wajar karena hal ini menandakan bahwa pikiran

seseorang itu tidak membeku tetapi kreatif sesua dengan perkembangan zaman.

Hukum yang di dapat dari hasil perbandingan itu adalah merupakan hasil

penelitian yang obyektif dan kuat dalil-dalilnya, karena dasar-dasar yang diambil

oleh para imam mujtahid tidak keluar dari nash-nash Al-Qur‟an dan sunnah dan

dengan perbedaan interpretasi atau mereka mengambil dengan metode Qiyas,

Maslahah Mursalah, Istishhab, Istisna, atau prinsip-prinsip umum yang terdapat

dalam nash-nash syari‟at Islam.

Perbedaan pendapat (masalah khilafiah dalam fiqh) dalam lapangan

hukum sebagai hasil penelitian (ijtihad), tidak perlu dipandang sebagai faktor

yang melemahkan kedudukan hukum Islam, bahkan sebaliknya bisa memberikan

kelonggaran kepada umat Islam.39

Oleh sebab itu Islam tidak mewajibkan ummatnya untuk bertaklid dan

mengikat diri pada pendapat suatu mazhab, melainkan memerintahkan untuk

mengikuti hukum-hukum yang diambil dari sumbernya yang kuat, kecuali bagi

orang awam yang belum atau tidak bisa membedakan mana dalil yang terkuat dan

tidak, yang terpenting baginya adalah mengamalkan hukum yang ditetapkan

mazhab tertentu yang menjadi panutannya.40

39

Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, h. 113 40

Dr. Huzaemah Tahido, Pengantar Perbandingan Mazhab, h. 90

Page 42: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

34

BAB III

PROFIL MASJID RAYA PONDOK INDAH

A. Gambaran Umum Masjid Raya Pondok Indah

1. Awal Berdirinya Masjid Raya Pondok Indah

Masjid Raya Pondok Indah berdiri pada hari jum‟at tanggal 4

desember tahun 1992, yang diresmikan oleh wakil presiden Bapak H.

Sudarmono SH. Masjid ini terdiri dari dua lantai, lantai atas untuk ruang salat

utama dan lantai bawah untuk ruang serba guna. Lantai atas yang merupakan

ruang salat utama terdapat dinding qiblat tanpa ruang mihrab, karakter ini

merujuk pada masjid Quba yang dibangun oleh Rasulullah SAW, masjid ini

dapat menampung + 2.600 jama‟ah.

Arsitektur masjid mengacu pada arsitektur tradisional, atapnya

bersusun tanpa kubah yang melengkung. Bentuk atap piramid dengan sudut

45 derajat yang dikuatkan dengan dasar batu-batu, akan tampak seperti

bangunan prisma biru yang berdiri kokoh di atas landasan batu seluas 6.215

m². Pola infinitif bangunan ini, sebagai pengelolahan bentuk atap masjid

tradisional ke dalam ekspresi bangunan kontemporer.

Pada dinding mimbar dipahat kaligrafi dua kalimat syahadat. Di

sekeliling bagian atas ruang salat juga dipahat kaligrafi asmaul husna yang

menambah kesan keagungan masjid. Sebelah qiblat terdapat menara masjid

yang tingginya 50 meter dengan bentuk runcing ke atas berakhir pada bulan

bintang yang mencerminkan bentuk seberkas cahaya yang menerangi bumi

Page 43: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

35

dari bulan dan bintang, yang melambangkan bahwa islam merupakan cahaya

bagi bumi beserta seluruh alam.1 Bagi jamaah, disediakan 300 keran air

wudhu dan 11 jamban. Ruangan bawah masjid yang dilengkapi AC, sound

system, dan CCTV bagi yang tak bisa langsung melihat khatib. Untuk

mengamankan alas kaki, Anda bisa menitipkannya ke penjaga masjid yang

siap menampung 2.500 pasang sepatu.2

Selain memiliki fungsi sebagai tempat penyelenggaraan ibadah, masjid

Raya Pondok Indah juga memiliki fungsi sosial, pendidikan dan ekonomi. Hal

ini dapat dilihat dari adanya badan-badan otonom di bawah kepengurusan

masjid yang bertanggung jawab terhadap Taman Pendidikan Al-Qur‟an

(TPA), perpustakaan, Badan Zakat, Infak dan Shadaqah, bimbingan haji

(KBIH), Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan penerbitan.

2. Lokasi dan Tata Letak Masjid Raya Pondok Indah

Masjid Raya Pondok Indah terletak di Jalan Iskandar Muda No. 1

Pondok Indah Jakarta Selatan. Masjid ini berlokasi di pusat keramaian di segi

tiga Pondok Indah, berseberangan dengan Mall Pondok Indah dan sejajar

dengan Ranch Market.3

Masjid Raya Pondok Indah merupakan bagian dari kompleks

perumahan Pondok Indah. Sebagai sarana peribadatan, masjid ini juga

1 Wawancara pribadi dengan Samsul Marlin, Kepala Kantor Masjid Raya Pondok

Indah. Jakarta, 16 Agustus 2010 2 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ADART) Masjid Raya Pondok

Indah, Jakarta, 16 Agustus 2010. 3 Data Presentasi Profil Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta 16 Agustus 2010

Page 44: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

36

merupakan tempat umum sehingga jama‟ah yang memadati masjid tak hanya

berasal dari kompleks perumahan Pondok Indah saja, melainkan jamaah yang

datang ke Masjid Raya Pondok Indah juga berasal dari masyarakat sekitar

masjid, karyawan kantor, dan juga musafir.

3. Visi dan Misi Masjid Raya Pondok Indah

Visi Masjid Raya Pondok Indah adalah menjadikan masjid sebagai

pusat unggulan dalam bidang peribadatan, dakwah dan sosial keagamaan

dengan sistem pengelolaan yang modern.

Sedangkan misi Masjid Raya Pondok Indah adalah :

a. Melaksanakan, membina, mengembangkan, menanamkan dan

menerapkan ajaran Islam yang berwawasan luas, toleran dan penuh

persaudaraan dalam semangat ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah,

dan ukhuwah basyariyah.

b. Membina dan mengelola masjid dan pendidikan sebagai wahana

pembinaan watak dan kepribadian, dengan menerapkan manajemen

modern yang terencana, terarah, terpadu, profesional, efektif dan efisien

c. Membangun, membina dan mengembangkan usaha-usaha yang bersifat

bisnis yang relevan yang hasilnya untuk pengembangan dan menunjang

kegiatan kemasjidan dan pendidikan.4

4 Wawancara pribadi dengan Samsul Marlin, Kepala Kantor Masjid Raya Pondok

Indah. Jakarta, 16 Agustus 2010

Page 45: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

37

Ada tiga bagian terpenting dalam stuktur organisasi yang sangat

berperan untuk memakmurkan masjid:

1. Bagian Idarah (organisasi / administrasi)

Bagian ini mengurus semua sesuatu yang berkaitan dengan stuktur

organisasi, keuangan, personalia, pengawasan, perencanaan, laporan, dan

pengembangan baik itu pengembangan fisik maupun kegiatan.

2. ‘Imarah (kegiatan)

Bagian ini mengurus semua yang berkaitan dengan peribadatan, dakwah

atau ceramah, paket kajian, pendidikan, perpustakaan, bimbingan haji

(KBIH), zakat infaq dan shadaqah (ZIS), penerbitan, baitul maal wa

tamwil, sosial (beasiswa, kesehatan / klinik, bantuan / santunan, khitanan)

dan koperasi karyawan.

3. Ri’ayah (pemeliharaan)

Bagian ini mengurus segala semua yang berhubungan dengan fisik

masjid, pemeliharaan peralatan, kebersihan, keindahan, perkantoran,

taman, lapangan, dan lingkungan.

4. Jaringan Kerja Sama

Adapun jaringan kerja sama yang ada di Masjid Raya Pondok Indah

ini, antara lain:5

a. PT. Bank Muamalat Indonesia

b. BMT Al Karim

5 Data Presentasi Profil Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta 16 Agustus 2010

Page 46: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

38

c. Yayasan Muharram (Studi Islam Al Hilal)

d. Yayasan Al Urwatul Wustqa

e. Yayasan Al Hikmah

f. Pengajian Nurul Huda

g. Pengajian Al Ummahat

h. UJE CENTRE

i. MMQ, MQS DAARUTTAUHID JAKARTA

j. Pengajian Gabungan Ibu-ibu

k. Forum Kajian Amal Islam (Fokalis)

l. Perusahaan Jasa Catering

m. Perusahaan Jasa Peralatan Catering

n. Perusahaan Jasa Peralatan Tenda

o. Perusahaan Jasa Peralatan Pelaminan

p. Perusahaan Jasa Tanaman Hias dan lain-lain

B. Struktur Kepengurusan Masjid Raya Pondok Indah

Penasehat : Gubernur DKI Jakarta Wlikotamadya Jakarta Selatan

Ketua Yayasan Pondok Mulya : Prof. Ir. H. Ismail Sofyan

Direktur Eksekutif : Prof. Dr. H. Ahmad Sukarja, SH, MA

Kepala Kantor : Syamsul Marlin S.Ag

Sekertaris : Purwoto

Bendahara : Darma Sakti A.Md

Page 47: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

39

Bagian Kemasjidan : Qomaruddin S.Pdi

Bagian Peribadatan dan Dakwah : H. Abd Fattah Muthabik S.Ag

Bagian Pendidikan dan Perpustakaan : Ismasari A.Md

Bagian Usaha dan Kebersihan : Rusilawati Sulvia S. Ikom

Bagan Stuktur Kepengurusan Masjid Raya Pondok Indah6

Anggota-anggota Badan Pengurus Masjid Raya Pondok Indah, merupakan

tenaga sukarela dengan keikhlasan dan ketulusannya memberikan pengabdian

pada pengurus dan pemakmuran masjid, tanpa mengharapkan balas jasa maupun

keuntungan materil.

6 Data Presentasi Profil Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta, 15 Februari 2011.

Yayasan Pondok Mulya

Direktur Eksekutif

Kepala Kantor

Bagian

Kemasjidan

Bagian

Peribadatan

dan Dakwah

Bagian

Pendidikan dan

Perpustakaan

Bagian

Usaha

dan

Kebersihan

General Manager

Page 48: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

40

Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari tiap bagian-bagian melaksanakan

semua bidang-bidang yang terdapat dalam pengawasan kepala bidang bersifat

desentralistik, kepala bidang sebagai penanggung jawab operasional hanya

melakukan pengaawasan dan evaluasi berkala dalam setiap periode tertentu,

semua bidang-bidang tersebut melakukan kegiatan, semua teknis dan mekanisme

dengan independensi penuh dari kepala bidang. Sehingga bagian-bagian dalam

melaksanakan program kerjanya dapat mengembangkan semua kreatifitas dan

pengembangan bidang yang digelayutinya dengan mandiri, karena dalam

operasional ketua bidang memiliki otoritas penuh dalam mengambil kebijakan

menyangkut hal-hal yang bersifat teknis.

C. Kegiatan-kegiatan Masjid Raya Pondok Indah

Kegiatan yang ada di Masjid Raya Pondok Indah tidak hanya kegiatan

ibadah saja, tetapi ada pula kegiatan-kegiatan lain dalam bidang muamalah,

pendidikan, sosial dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan ini diserahkan kepada bagian

idarah (bagian administrasi), ri‟ayah (bagian pemeliharaan) dan imarah ( bagian

kegiatan). Ketiga bagian ini lah yang sangat berperan dalam memakmurkan

masjid.

Kegiatan-kegiatan umum Masjid Raya Pondok Indah diantaranya ialah:

1. Kegiatan Usaha dan Muamalah, meliputi:

- Baitul Maal wat Tamwil

- Badan Zakat, Infaq dan Shadaqah

Page 49: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

41

- Beasiswa yatim sekolah

- Layanan kesehatan cuma-cuma untuk kaum dhu‟afa

- Klinik herbal

- Bazar

2. Kegiatan Pelayanan, kegiatan ini meliputi:

- Pelayanan Umrah dan Bimbingan Pelayanan Ibadah Haji

- Konsultasi Agama dan Keluarga

- Pelaksaan Pengislaman

- Pembinaan Muallaf

- Pelayanan Ta‟ziyah dan Tahniah

3. Kegiatan Peribadatan dan Dakwah, kegiatan umum meliputi:

- Kajian Tafsir, Hadits dan Tasawwuf

- Pengajian bulanan majelis ta‟lim kaum ibu

- Ceramah Ahad

Kegiatan Rutin, meliputi:

- Salat Rawatib, Salat Jum‟at, Salat Tarawih, Salat Gerhana

Bulan/Matahari, Salat Idul Fitri, Salat Idul Adha, Peringatan Hari-hari

Besar Islam

Adapun kegiatan rutin selama bulan Ramadhan ialah:

- Buka puasa bersama selama satu bulan penuh, acara ini diawali dengan

renungan buka puasa, istighfar dan doa, kemudian dilanjutkan dengan

salat maghrib berrjama‟ah.

Page 50: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

42

- Salat tarawih berjama‟ah dan tadarus Al-Qur‟an

- Sahur bersama yang di isi dengan dialog Ramadhan

- Peringatan Nuzulul Qur‟an pada tanggal 17 Ramadhan

- I‟tikaf 10 hari terakhir Ramadhan

- Penerimaan dan penyaluran zakat firtah

4. Kegiatan Pendidikan dan Perpustakaan, meliputi:

- Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA)

- Kursus bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Komputer

- Program Terjemah Al-Qur‟an (PTQ)

- Kegiatan remaja masjid

- Layanan Pustaka

- Penerbitan katalog7

7 Data Presentasi Profil Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta 16 Agustus 2010

Page 51: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Tata Cara Pelaksanaan Salat Tarâwih di Masjid Raya Pondok Indah

Jakarta Selatan

Salat tarâwih merupakan salah satu syi‟ar dari pada syi‟ar bulan

Ramadhan yang membawa berkah. Yang mempunyai keagungan di dalam jiwa

kaum muslimin, dan di dalamnya mempunyai pangkat dan keutamaan pada sisi

Allah SWT. Rasulullah memberikan gambaran mengenai kegungan bulan

Ramadhan melalui hadisnya: “Andaikan manusia tahu apa yang ada di bulan

Ramadhan, niscaya mereka menginginkan bulan Ramahdna menjadi setahun.”

(HR. Al-Thabrani). Begitu juga dengan hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam

Al-Bukhari dari Rasulullah SAW:

Artinya: “Barang siapa berdiri (melaksanakan salat malam) pada bulan

Ramadhan dengan penuh keimanan dan semata-mata hanya karena

Allah, maka diampuni baginya dosa-dosanya yang pernah ia perbuat.”

(HR. Bukhari)

Maka dari itu, sangatlah rugi jika bulan Ramadhan yang sangat istimewa

ini harus terlewati begitu saja sedangkan umur manusia belum tentu akan sampai

52

Imam Muslim Al-Nisaburiy Shahih Muslim, h.295, hadis nomor 595

Page 52: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

44

ke bulan Ramadhan berikutnya. Dua Hadis di atas kiranya sudah cukup mewakili

keistimewaan yang ada di bulan Ramadhan. Untuk itulah mengapa dalam bulan

Ramadhan kita sangat dianjurkan untuk memenuhinya dengan amalan-amalan

saleh, seperti puasa, membaca Al-Qur‟an, salat malam, bersedekah dan lain

sebagainya. Bahkan, di bulan Ramadhan ada satu malam yang melebihi seribu

bulan yang disebut dengan malam Lailatul Qadr, beramal baik di malam tersebut

pahalanya akan dilipat gandakan.53

Memasuki bulan suci Ramadan, Masjid Raya Pondok Indah selalu

dipadati oleh jama‟ah hingga bulan Ramadhan berakhir, jama‟ah yang hadir tidak

hanya dari masyarakat sekitar tapi banyak pula dari para pekerja dan musafir.

Selama bulan Ramadhan berlangsung pengurus masjid ini menyelenggarakan

beberapa rangkaian kegiatan rutin di antaranya ialah ta‟jil, salat tarawih, nuzulul

Qur‟an, Itikaf 10 hari terakhir Ramadan, penerimaan zakat, kuliah Ramadan dan

bazaar Ramadhan.

Diantara kegiatan rutin Masjid Raya Pondok Indah pada malam hari di

bulan Ramadhan adalah salat tarawih. Salat tarawih dilaksanakan setelah

melaksanakan salat isya berjama‟ah, sebelum salat tarâwih itu dilakasnakan,

diadakan tausiah atau ceramah agama oleh ulama-ulama atau tokoh masyaralat

setempat kurang lebih selama 30 menit yang diawali dengan tilawatil Qur‟an,

53

Salat Tarawih, “ Satu Masjid Dua Jama‟ah”, artikl diakses pada 19 Agustus 2010 dari

http://myquran.com/forum/showthread.php/14697-Satu-Masjid-Dua-Jamaah

Page 53: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

45

setelah tausiah selesai barulah salat tarawaih dilaksanakan. Salat tarawih di

Masjid Raya Pondok Indah di mulai kira-kira pukul 20.00 WIB sampai pukul

21.00 WIB, bagi yang ingin melaksanakan tadarus, setelah salat tarawih selesai di

adakan tadarus Al-Qur‟an secara bersama-sama.54

Tata cara dalam pelaksaan salat tarâwih di Masjid Raya Pondok Indah ini

berbeda dengan masjid-masjid atau mushala yang ada disekitarnya, di mana

biasanya masjid-masjid yang ada di daerah Masjid Raya Poondok Indah hanya

melaksanakan salat tarwih dengan jumlah 8 raka‟at dan ditambah dengan salat

witir 3 raka‟at saja, atau dengan jumlah 23 raka‟at dan ditambah dengan salat

witir 3 raka‟at saja, namun pelaksanaan salat tarawih di masjid ini dibagi menjadi

dua gelombang, yaitu gelombang pertama dengan jumlah 8 (delapan) raka‟at,

yakni 4 kali salam dan ditambah dengan salat witir 3 raka‟at, dan gelombang

kedua dengan jumlah 20 (dua puluh) raka‟at yakni 10 kali salam dan ditambah

dengan salat witir 3 raka‟at. Imam pada gelombang raka‟at pertama dan kedua

adalah orang yang berbeda, adapun dalam pelaksanaannya imam membaca 1 juz

dalam Al-Qur‟an setiap malamnya.

Bagi jama‟ah yang ingin melaksanakan salat tarâwih dengan jumlah 20

raka‟at, maka setelah 8 raka‟at selesai jama‟ah dipersilahkan istirahat sejenak

sambil menunggu jama‟ah yang 8 raka‟at untuk melaksanakan salat witir.

Sedangkan bagi jama‟ah yang hanya ingin melaksanakan 8 raka‟at saja, tetap

berada di tempat dan meneruskan salat nya dengan salat witir 3 raka‟at. Setelah

54

Wawancara pribadi dengan Maman, Jakarta 9 Agustus 2010

Page 54: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

46

jama‟ah yang 8 raka‟at selesai, jama‟ah yang 20 raka‟at dipersilahkan maju

mengisi shaf-shaf untuk melanjutkan kembali salat tarâwih hingga selesai sampai

dengan 20 raka‟at dan ditambah dengan salat witir 3 raka‟at.55

Ibu Lia misalnya, salah satu jama‟ah Masjid Raya Pondok Indah

mengatakan bahwa perbedaan tata cara dalam pelaksanaan salat tarâwih yang

dilakukan di Masjid Raya Pondok Indah ini berbeda dengan masjid yang ada di

daeranya, menurutnya hal yang demikian itu boleh-boleh saja melihat bahwa salat

tarwih itu sendiri hukumnya adalah sunnah bukan wajib, selama itu masih sesuai

dengan aturan syari‟ah dan di dalam syari‟ah pun tidak ada larangan untuk

melakukan salat tarâwih dengan dua gelombang raka‟at seperti yang dilakukan di

Masjid Pondok Indah ini.56

Sebagian dari jama‟ah memang ada yang mengaku merasa bingung

dengan pelaksanaan salat tarawih yang dua gelombang ini, namun hal yang

demikian dapat diatasi dengan baik setelah para pengurus masjid memberikan

arahan-arahan kepada para jama‟ah setiap malamnya sebelum salat tarawih itu

dilaksanakan, sehingga pelaksanaan salat tarawih dengan dua gelombang itu

dapat tetap dilaksanakan di Masjid Raya Pondok Indah hingga saat ini.

55

Wawancara pribadi dengan Samsul Marlin, Kepala Kantor Masjid Raya Pondok Indah.

Jakarta, 16 Agustus 2010 56

Wawancara Pribadi dengan Lia Oktaviani. Jakarta, 4 Sepember 2010.

Page 55: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

47

B. Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan Pelaksanaan Salat Tarâwih di

Masjid Raya Pondok Indah

Di Indonesia banyak peristiwa penting yang berhubungan dengan hukum

Islam sebelum dan sesudah proklamasi kemerdekaan RI tahun 1945, yang

melahirkan kontroversi bahkan gejolak dalam masyarakat. Salah satu masalah-

masalah yang sangat menonjol di antarnya ialah masalah pelaksanaan salat

tarâwih dengan dua gelombang (20 raka‟at dan 8 raka‟at) seperti yang dilakukan

di Masjid Raya Pondok Indah ini.

Perbedaan dalam pelaksanaan salat tarawih di masjid ini telah dilakukan

sejak pertama kali masjid ini berdiri, para pengurus masjid sepakat bahwa salat

tarawih di masjid ini dilaksanakan dengan dua gelombang, gelombang pertama 8

raka‟at dan gelombang ke dua 20 raka‟at. Berdasarkan dari hasil data wawancara

dengan Bapak Samsul Marlin salah satu pngurus Masjid Raya Pondok Indah,

terdapat berbagai alasan yang mendasari mengapa masjid ini melaksanakan salat

tarâwih dengan dua gelombang raka‟at yang berbeda (8 dan 20 raka‟at), di

antaranya adalah:

1. Keberagaman mazhab: dalam masyarakat kita di Indonesia ini berkembang

berbagai macam ragam aliran Mazhab Syafi‟i, Mazhab Hanafi, Mazhab

Maliki, dan Mazhab Hambali) yang berkenaan dengan masalah fiqh.

Kendatipun matyoritas umat Islam mengaku bermazhab Syafi‟i, tetapi mazhab

lain pun sedikit banyaknya ada pengaruhnya terhadap umat Islam. Pendapat

para mujtahid yang berbeda-beda tersebut diambil dan diikuti oleh mayoritas

Page 56: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

48

umat Islam yang awam, yang dikenal dengan istilah bermazhab. Sebagaimana

telah disebutkan di atas bahwa Indonesia merupakan negara yang mayoritas

masyarakatnya beragama Islam yang berpegang kepada macam-macam

mazhab (Syafi‟i, Hanafi, Maliki, dan hambali), sehingga perbedaan-perbedaan

itu terus melebar dan berimbas pada masyarakat Islam Indonesia. Dengan

dilaksanakannya salat tarâwih dengan dua gelombang raka‟at yang berbeda,

diharapkan agar tidak terjadi perselisihan dan memberikan kebebasan kepada

jama‟ah untuk memilih raka‟at yang dikehendakinya (8 atau 20 raka‟at) sesuai

dengan mazhabnya masing-masing.57

2. Untuk menyatukan umat: dalam sebuah tatanan kehidupan sosial, perbedaan

merupakan suatu kondisi alami (fitrah) dan sangat mustahil terbentuk sebuah

sistem kehidupan dan membangun interaksi sosial di antara manusia yang

sama rata dalam berbagai hal.58

Sebagaimana diketahui bahwa Masjid Raya

Pondok Indah adalah masjid yang terletak di tengah keramaian kota, jama‟ah

salat tarâwih yang datang ke masjid Masjid Raya Pondok Indah ini tidak

hanya dari masyarakat yang tinggal di sekitar masjid tersebut saja karena

lokasinya yang sangat strategis sehingga tak jarang masjid ini sering

disinggahi oleh para jama‟ah dari berbagai wilayah.59

Kondisi seperti ini

menunjukkan kalau di masjid ini ada semacam kemajemukan dari berbagai

57

Wawancara pribadi dengan Samsul Marlin, Kepala Kantor Masjid Raya Pondok Indah.

Jakarta, 16 Agustus 2010 58

Abbas Arfan, Geneologi Pluralitas Mazhab Dalam Hukum Islam. (Malang: UIN

Malang Pers, 2008) hal. 1. cet ke 1 59

Masjid Pondok Indah, “Lokasi Masjid Raya Pondok Indah”, artikel di akses pada 20

Agustus 2010 dari http://kebayoranbaru.blogspot.com/2008/06/masjid-pondok-indah.html

Page 57: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

49

lapisan masyarakat, baik itu dari segenap unsur, predikat, ras, golongan dan

etnis. Perbedaan rakaat dalam tarâwih dan witir antara 8 dan 20 rakaat

terkadang menimbulkan konflik pada jamaah mushalla atau masjid tertentu,

maka dari itu untuk menghindari terjadinya konflik tersebut masjid ini

memfasilitasi kepada para jama‟ahnya dengan melaksanakan salat tarâwih

dengan dua gelombang dan diharapkan ukhuwah islamiyah di kalangan kaum

muslimin tetap terjaga.60

3. Bersikap netral: seperti telah dijelaskan sebelumnya, di mana dalam

sejarahnya salat tarâwih memang telah mengalami keberagaman mengenai

jumlah raka‟atnya. Begitu pula yang terjadi dengan organisasi-organisasi

islam di indonesia, seperti NU (Nahdhatul Ulama) dan Muhammadiyyah.

Dalam pelaksanaan salat tarâwih, jama‟ah Muhammadiyyah melaksanakan

dengan jumlah 8 raka‟at dan ditambah dengan salat witir 3 raka‟at, sedangkan

jama‟ah dari Nahdhatul Ulama (NU) melaksanakan salat tarâwih dengan

jumlah 20 raka‟at dan ditambah dengan salat witir 3 raka‟at. Kebijakan para

pengurus masjid yang melaksanakan salat tarâwih dengan dua gelombang

raka‟at yang berbeda adalah untuk bersikap netral dari organisais-organisasi

Islam tersebut dengan tidak mempertentangkan keduanya.

4. Perubahan masyarakat: masjid yang berada di tengah-tengah masyarakat yang

homogen dengan masjid yang berada di tengah-tengah masyarakat yang

heterogen jelas sangat berbeda keadaannya. Dalam ilmu sosiologi dikatakan

60

Wawanara pribadi dengan H. Sayuti. Kepala Ta‟mir Masjid Istiqlal. Jakarta, Oktober

2010.

Page 58: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

50

bahwa dalam suatu masyarakat senantiasa akan mengalami perubahan-

perubahan, karena masyarakat itu tidak hanya merupakan kumpulan sejumlah

manusia melainkan tersusun pula dalam pengelompokan-pengelompokan,

yang mana kepentingan dari suatu masyakat tidaklah sama.61

Begitu pula

dengan para jama‟ah yang melaksanakan salat tarâwih di masjid-masjid yang

pelaksanaannya dengan dua gelomabang, mereka adalah berasal dari

masyarakat yang heterogen (majemuk) di mana mereka mempunyai

kepentingan dan kelompok yang beraneka ragam.62

Dengan beberapa faktor yang telah disebutkan di atas, akhirnya para

pengurus masjid bermusyawarah dan memutuskan untuk memfasilitasi masjidnya

dengan melaksanakan salat tarâwih dengan dua gelombang raka‟at yang berbeda.

Setelah penulis melakukan wawancara dengan beberapa jama‟ah yang

ada di Masjid Raya Pondok Indah, ternyata kebanyakan dari beberapa jama‟ah

tidak mengetahui faktor-faktor tersebut, sebagian besar dari mereka hanya

melaksanakan salat tarawih di masjid ini sesuai dengan apa yang telah ditetapkan

oleh pengursa masjid. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Sukinem (54 Tahun) salah

satu jama‟ah Masjid Raya Pondok Indah mengatakan, bahwa tata cara salat yang

biasa dilakukan di masjid dekat rumahnya berbeda dengan yang dilakukan di

Masjid Raya Pondok Indah, dan sebagai masyarakat awwam beliau hanya

61

Satjipto Raharjo, Hukum Dan Masyarakta. (Bandung: Angkasa, 1984), hal. 95 62

Wawancara pribadi dengan Samsul Marlin, Kepala Kantor Masjid Raya Pondok Indah.

Jakarta, 16 Agustus 2010.

Page 59: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

51

mengikuti saja kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pengurus masjid

tersebut tanpa mengetahui alasannya.

Ada pula beberapa jama‟ah yang menjawab dengan berbagai alasan,

diantaranya ialah Pak Sholeh (33 tahun), yang juga salah satu jama‟ah di Masjid

Raya Pondok Indah ini mengatakan bahawa beliau sangat setuju dengan masjid

yang melaksanakan salat tarâwih dengan dua gelombang, alasannya adalah karena

masyarakat yang ada di Indonesia menganut mazhab yang berbeda-beda, maka

dengan adanya masjid yang memfasilitasi dua gelombang raka‟at yang berbeda

dalam salat tarâwih, hal yang demikian akan memberikan kebebasan kepada para

jama‟ah untuk memilih raka‟at yang dikehendakinya, dan hal tersebut juga agar

tidak terjadi perselisihan di antara jama‟ah yang satu dengan jama‟ah yang

lainnya.63

Siti Kutini juga mengemukakan pendapatnya bahwa pelaksanaan salat

tarawih dengan dua gelombang raka‟at menurutnya boleh-boleh saja karena

menurutnya hal yang demikian itu dilakukan untuk kepentingan bersama (umat)

bukan untuk kepentingan golongan atau pribadi.64

Annisa yang juga salah satu

jama‟ah masjid ini berpendapat bahwa salah satu faktornya adalah karena

kepentingan tiap-tiap individu itu berbeda, mungkin mereka yang mempunyai

berbagai kesibukan hanya dapat melakasanakan salat tarawih dengan delapan

63

Wawancara Pribadi dengan Sholeh. Jakarta, 9 Agustus 2010 64

WawancaraPribadi dengan Siti Kustini. Jakarta, 4 September 2010

Page 60: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

52

rakaat saja, karena yang delapan raka‟at itu hanya membutuhkan waktu yang

sebentar sehingga mereka dapat pulang kerumah lebih awal untuk beristirahat.65

Lain hal nya dengan Maman (50 Tahun), beliau berpendapat bahwa salah

satu faktornya adalah karena mengharap pahala, beliau memilih salat tarawih

yang 20 raka‟at karena menurutnya yang 20 raka‟at itu lah yang lebih banyak

pahalanya.

Maka dari itu, dengan memfasilitasi dua gelombang raka‟at yang berbeda

dalam salat tarâwih, segenap pengurus masjid berharap agar ukhuwah islamiyyah

di antara kaum muslimin dan muslimat tetap terjaga. Di masjid inilah dari

berbagai lapisan masyarakat, dari segenap unsur, predikat, ras, dan mazhab

mereka berkumpul menjadi satu keinginan, satu gerakan, satu irama dan satu

tujuan yaitu beribadah untuk melaksanakan perintah Allah SWT.

Ketika salat tarâwih dengan dua gelombang raka‟at yang berbeda ini di

berlakukan di Masjid Raya Pondok Indah, memang tidak terjadi konflik atau

pertentangan dengan masyarakat sekitar hanya saja masyarakat sempat merasa

bingung mengapa tata cara salat tarâwih di Masjid Raya Pondok Indah berbeda

tata caranya dengan yang mereka temui di masjid-masjid atau mushola di sekitar

mereka.

Namun hal demikian dapat diatasi dengan baik setelah para pengurus

masjid memberikan arahan-arahan kepada masyarakat sehingga salat tarâwih

65

Wawancara Pribadi dengan Annisa. Jakarta, 27 Agustus 2010

Page 61: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

53

dengan dua gelombang di Masjid Raya Pondok Indah dapat tetap dilaksanakan

hingga saat ini.66

Jika dilihat dari ilmu sosiologi, masyarakat perkotaan memang berbeda

dengan masyarakat pedesaan. Perbedaan-perbedaan ini berasal dari adanya

perbedaan-perbedaan yang mendasar dari keadaan lingkungan, yang

mengakibatkan adanya dampak terhadap personalitas dari segi-segi kehidupan.

Berbicara tentang masyarakat pedesaan dan perkotaan, sesungguhnya akan

berbicara tentang sistem hubungan antara unsur-unsur yang membentuknya.

Salah satu ciri yang membedakan antara masyarakat pedesaan dan

perkotaan ialah homogenitas dan heterogenitas. Homogenitas atau persamaan

dalam cirri-ciri sosial dan psikologi, bahasa, kepercayaan, adat istiadat, dan

perilaku sering nampak pada masyarakat pedesaan bila dibandingkan dengan

masyarakat perkotaan. Kampung-kampung yang merupakan bagian dari suatu

masyarakat desa mempunyai minat dan pekerjaan yang sama, sedangkan di kota

penduduknya heterogen yang terdiri dari orang-orang dengan macam-macam

subkultural, kesenangan, kebudayaan, dan mata pencaharian. Penduduk kota yang

heterogen ini lah yang menyebabakan mobilitas sosial di kota lebih tinggi,

sehingga waktu luang di kota lebih sedikit dibandingkan dengan di daerah

pedesaan.67

66

Wawancara pribadi dengan Samsul Marlin, Kepala Kantor Masjid Raya Pondok Indah.

Jakarta, 16 Agustus 2010 67

Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: PT Eresco, 1995) h. 72

Page 62: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

54

Penduduk yang ada disekitar Masjid Raya Pondok Indah ini adalah tipe

dari masyarakat yang heterogen, penduduknya yang terdiri dari berbagai

golongan, daerah, ras, dan juga terdapat spesialisasi dari variasi pekerjaan.

Dimana keadaan dan kebutuhan setiap individu tidak lah sama tidak seperti di

masjid-masjid atau mushala yang ada di sekitarnya. Jama‟ah yang datang ke

Masjid Raya Pondok Indah tidak hanya dari masyarakat sekitar masjid saja, tetapi

banyak pula yang datang dari berbagai wilayah yang ada di DKI Jakarta, Bekasi,

Bogor, dan Tangerang. Hal ini menunjukan bahwa ada kemajemukan di masjid

ini. Hal ini lah yang menyebabkan salat tarawih di Masjid Raya Pondok Indah

dilaksanakan dengan dua gelombang raka‟at yang berbeda, mengingat bahwa

masyarakat atau jama‟ah yang ada disekitar Masjid Raya Pondok Indah adalah

masyarakat yang heterogen dimana keadaan dan kebutuhan setiap individu tidak

lah sama, jika misalnya masjid ini melaksanakan salat tarawih dengan 20 raka‟at

saja dan tentunya dengan waktu yang lebih lama di bandingkan dengan salat

tarawih yang hanya 8 raka‟at saja, dikhawatirkan sebagian jama‟ah tidak dapat

melaksanakan salat tarawih secara berjama‟ah di masjid ini dikarenakan

sebagaimnan hal yang telah disebutkan sebelumnya bahwa keadaan setiap

individu tidak lah sama.

Lain hal nya dengan masjid-masjid atau mushala yang melaksanakan salat

tarawih hanya dengan 8 raka‟at saja, atau dengan 20 raka‟at saja. Masyarakat

yang ada di sekitar masjid ini mempunyai ciri di antaranya ialah jumlah

penduduknya yang lebih rendah dan ini merupakan ciri dari masyarakat yang

homogen, dimana masyarakatnya menganut suatu paham yang sama secara

Page 63: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

55

mutlak. Dalam hal ini, suatu keyakinan yang ada pada masyarakat yang homogen

sering meningkatkan konservatisme di antara mereka dan nyaris untuk tidak

mengalami perubahan.68

Ini lah sebabnya masjid-masjid yang berada di antara

masyarakat yang homogen melaksanakan salat tarawih hanya 8 atau 20 raka‟at

saja tidak seperti pelaksanaan salat tarawih yang ada di Masjid Raya Pondok

Indah yang dilaksanakan dengan dua gelombang, 8 dan 20 raka‟at.

68

Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, h. 224

Page 64: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

56

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang penulis kemukakan pada bab-bab

sebelumnya, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan bahwa:

1. Pelaksanaan salat tarawih di Masjid Raya Pondok Indah berbeda dengan

masjid-masjid yang ada di sekitarnya, masjid ini melakasanakan salat tarawih

dengan dua gelombang raka‟at yang berbeda yaitu 8 raka‟at dan 20 raka‟at.

Bagi jama‟ah yang ingin salat tarawih dengan 20 raka‟at, setelah raka‟at ke 8

selesai mereka dipersilahkan untuk istirahat sejenak sambil menunggu

jama‟ah yang melaksanakan salat tarawih dengan 8 raka‟at melaksanakan

salat witir 3 raka‟at, setelah jama‟ah yang 8 raka‟at selesai melaksanakan salat

witir, maka jama‟ah yang 20 raka‟at dipersilahkan untuk meneruskan

raka‟atnya hingga 20 raka‟at dan ditambah 3 raka‟at salat witir.

2. Faktor penyebab terjadinya perbedaan dalam pelaksanaan salat tarawih di

Masjid Raya Pondok Indah diantaranya ialah: keberagaman mazhab, untuk

menyatukan ummat, mengingat bahwa Masjid Raya Pondok Indah ini terletak

di tengah-tengah kota yang masyarakatnya bersifat heterogen, baik itu dari

segi golongan, predikat, ras, daerah, dan etnis. Maka tidak menutup

kemungkinan jama‟ah yang ada di masjid ini juga datang dari berbagai

kalangan. Agar tidak terjadinya konflik, maka masjid ini memfasilitasi kepada

Page 65: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

57

para jama‟ahnya dengan melaksanakan salat tarâwih dengan dua gelombang,

dengan ini diharapkan ukhuwah islamiyah di kalangan kaum muslimin tetap

terjaga.

3. Selain karena dua faktor di atas, masjid ini juga hanya ingin bersikap netral.

Artinya bahwa pengurus masjid tidak ingin mengklaim bahwa Masjid Raya

Pondok Indah ini adalah masjid dari suatu organisasi-organisasi Islam.

B. Saran

Setelah penulis mengambil beberapa kesimpulan tersebut di atas, maka

perlu kiranya saran-saran sebagai berikut. Kenyataan menunjukkan bahawa umat

islam dalam beribadah senantiasa mengikuti (taqlid) pendapat 4 imam mazhabnya

(Syafi‟i, Hanafi, Maliki, Hambali), dan berkenaan dengan adanya perbedaan

pendapat mengenai jumlah raka‟at dalam salat tarâwih, penulis mengajukan saran

bahwa janganlah perbedaan pendapat tersebut dijadikan suatu ajang perdebatan

yang dikarenakan terlalu fanatik terhadap mazhab yang dianut, karena hal ini

dapat menimbulkan perpecahan di antara umat Islam.

Bagi kalangan awam diharapkan akan menjadi penuntun sehingga mereka

dapat memperluas wawasannya dalam melihat perbedaan kecil yang sama sekali

tidak samapai mengganggu akidah. Itu sebabnya umat Islam dapat melakukan

ibadah bersama meskipun berbeda mazhab.

Dalam menghadapi masalah khilafiah, kita hendaklah lebih berhati-hati

dalam memberikan penjelasan atau menjawab pertanyaan dan diusahakan jangan

Page 66: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

58

samapai memihak kepada satu aliran atau mazhab tertentu, terutama sekali kepada

para pendidik, karena kesannya akan lebih berbekas dan akan mempengaruhi

alam pikiran generasi yang akan datang.

Perbedaan bilangan raka‟at dalam salat tarâwih atau pun dalam tata

caranya janganlah mengatakan bahwa pendapat golongannya lah yang paling

benar, namun yang terpenting adalah bagaimana kita dapat mengamalkan salat

tarâwih dengan sakinah, tuma‟ninah dan kekhusyu‟an. Oleh sebab itu, marilah

kita hidupkan salat tarâwih ini sebagai sebagai suatu syi‟ar Islam tanpa ada yang

saling menyalahkan.

Page 67: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

59

DAFAR PUSTAKA

Al-„Asqolaanii, Ibnu Hajar. Fathul Baarii, Beirut: Daarul Fikr, 1996.

Azmi, Abdul Ghani. Pedoman Shalat-Shalat Sunnah Menurut Rasulullah SAW.

Kuala Lumpur: Darul Nu‟man, 1995, cet I.

Albani, Nashiruddin. Shalat Tarawih Menurut Tuntutan Rasulullah. Solo: At-Tibyan,

1998, cet I.

Alhamdani. Shalat-Shalat Sunnah. Bandung: PT Al-Ma‟arif, 1982.

Arfan, Abbas. Geneologi Pluralitas Mazhab Dalam Hukum Islam, Malang: UIN

Malang Pers, 2008, cet ke 1.

Ashsiddiqiy. Shalat-Shalat Sunnah. Malaysia: Thinker‟s Library, 1995.

Al-Jaziri, Abdurrahman. Al-Fiqh „Ala al-Mazahib Al-Arba‟ah, Cairo: Mathba‟ah Al-

Istiqamah), Jilid II

Baihaqiy, Amad Ibnu Husain. Sunan Al-Sahghiir Al-Baihaqiy. Beirut: Daaru Al-Fikr,

1993, Juz I.

Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah

Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004.

Daud, Ma‟mur. Terjemahan Hadis Shahih Muslim. Jakarta: Fa Widjaya, 1996, Jilid

II.

Fauzan, Saleh. Fiqih Sehari-hari. Depok: Gema Insani, 2006, cet ke v.

Gazali, Rahasia-Rahasia Shalat. Bandung: Karisma, 2005.

Hamka, Prof.Dr., Tuntutan Puasa Tarawih dan Idul Fitri. Jakarta: Pustaka Panjimas,

1995, cet ke 3.

Hasan, Ali. Perbandingan Mazhab. Jakarta: Rajawali Pers, 2002.

Hasan, Tholhah. Islam Dalam Perspekti Sosio Kultural. Jakarta: Lantabora Press,

2005, cet ke- 3.

Jurizal. Fiqih Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri, 2008.

Page 68: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

60

Mas‟ud, Ibnu. Fiqh Mazhab Syafi‟I. Bandung: CV Pustaka Setia, 2005, cet ke 2.

Mahmoed, Soelaiman. Shalat Tarawih. Jakarta: CV Usrah, 1983.

Muhammad Zarqani, Sayyid. Syarh Az-Zarqaanii. Beirut: Waarul Jail, 1989, Jilid I.

Muslih, Hanif. Kesahihan Dalil Shalat Tarawih 20 Roka‟at. Surabaya: Dinamika

Press Surabaya, 1997, cet ke 2.

Nisabuuriy, Imam Muslim. Shahih Muslim. Beirut: Daar al-Kitaab Al-„Alamiyyah,

2006.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Ramli, Aliga. Sifat Dan Kaifiyat Qiyamullail. Porong: Lajnah Penerbitan Pesantren

Persis Bangil, 1991.

Raharjo, Satjipto. Hukum dan masyarakat. Bandung: Angkasa, 1980 cet, X.

Rifa‟i, Moh. Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang: Toha Putra, 1978.

Rusyd, Ibnu. Bidayatul Mujtahid wa nihayah Al-Muqtashid.

Rahmat, Agus Salam. Tarawih Seribu Tahun Lebih di Masjid Nabi SAW. Bandung:

Sinar Baru, 1992.

Rahbawi, Abdul Qadir. Salat Empat Mazhab. Bogor: PT Pustaka Litera Antarnusa,

1995.

Shobuny, Ali. Petunjuk Nabi SAW Yang Sahih Tentang Shalat Taraawih. Semarang:

Pustaka Al-Alawiyah, 1983.

Sukandarumidi, Metodologi Penelitian. Yogyakarta: University Press, 2004.

Suyuuthii, Jalaaluddin. Sunan Al-Nasaaii, Beirut: Daar Al-fikr, jilid II

--------------, Bagaimana Tarawih Dan I‟tikaf Rasulullah. Surakarta: Pustaka

Istiqamah, 1997.

Shihab, Quraish. Panduan Shalat Bersama Quraish Shihab. Jakarta: Republika, 2003,

cet I.

Santoso, Ahmad. Filosofi Shalat. Jakarta: Dea Press, 1999.

Soelaeman, Munandar. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT Eresco, 1995.

Page 69: PERBEDAAN PELAKSANAAN SALAT TARAWIH DI MASJID RAYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21797/1/AFIFAH... · Allah telah menjadikan bulan ramadhan sebagai hari raya

61

Tabraanii, Sulaiman Ibnu Ahmad. Mu‟jam al-kabiir Lithabraanii, Al-Qaahirah: Daar

al-hadis, 1995, Jilid VI

Tahido Yanggo, Huzaemah. Pengantar Perbandingan Mazhab. Ciputat: Logos

Wacana Ilmu, 1997.

Tumanggor, Rusman. Sosiologi Dalam Perspektif Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press,

2004.

Wahab Afif, Abdul. Pengantar Studi Perbandingan Mazhab. Jakarta: Darul Ulum

Press, 1995.

Wahab Khalaf, Abdul. Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Gema Risalah Press, 1997.

www.rulan.mywapblog.com di akses pada 07 September 2007

www.kebayoranbaru.blogspot.com/2008/06/masjid-pondok-indah.html, di akses pada

tanggal 20 Agustus 2010

www.karsono.co.cc/2009/08/pluralisme-dan-kebhinekaan-bangsa.html

Zuhri, Minan. Tuntunan Shalat Lengkap Dan Wiridan. Kudus: Menara Kudus, 1956.

Wawancara Pribadi:

Ahmad Sholeh. Jakarta, 09 Agustus 2010

Annisa. Jakarta, 09 Agustus 2010

Devi. 09 Agustus 2010

H. Sayuti, Jakarta 27 Oktober 2010

Lia Oktaviani. Jakarta, 04 September 2010

Maman. Jakarta, 09 Agustus 2010

Sukinem. Jakarta, 09 Agustus 2010

Samsul Marlin. Jakarta, 16 Agustus 2010

Siti Kustini. Jakarta, 04 September 2010

Yeni. Jakarta, 04 September 2010