PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA...

51
PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT KLINIS I DAN DERAJAT KLINIS II DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU Skripsi Oleh FEBRINA HALIMATUNISA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA...

Page 1: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM BERDARAH

DENGUE DERAJAT KLINIS I DAN DERAJAT KLINIS II DI RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU

Skripsi

Oleh

FEBRINA HALIMATUNISA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM

BERDARAH DENGUE DERAJAT KLINIS I DAN DERAJAT KLINIS II

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU

Oleh

FEBRINA HALIMATUNISA

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 3: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

ABSTRACT

DIFFERENCES IN APTT AND PT VALUE IN BLOODY FEVER

PATIENTS WITH CLINICAL I DEGREE AND CLINICAL DEGREES II

IN PRINGSEWU LAMPUNG HOSPITAL

By

FEBRINA HALIMATUNISA

Background: DHF is an infectious disease caused by dengue virus and

transmitted by Aedes aegypti mosquito, which is characterized by sudden fever 2

to 7 days without obvious causes, weakness/lethargy, anxiety, heartburn,

accompanied by signs of bleeding on the skin in the form of bleeding spots

(petechiae), bruising (echymosis) or rash (purpura). has 4 types of serotypes,

namely: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.

Objective: purpose of this study was to determine the difference in APTT and PT

values in patients with clinical I dengue hemorrhagic fever and clinical degrees II

Method: This study was a retrospective analytic type with a cross sectional

design. This research was carried out in the inpatient installation section at

Pringsewu General Hospital Lampung which will be conducted in July 2018. The

sample size used was consecutive sampling of 42 samples. Examination of APTT

and PT values was carried out using laboratory analysis.

Results: The results of the average APTT score in patients with dengue fever in

clinical degree I were 31.87 seconds and clinical degree II 33.83 seconds while

the difference in mean values at PT clinical level I was 11.21 seconds while

clinical degree II was 12.02 seconds. Statistical tests showed no difference in the

mean values of APTT and PT in patients with clinical I dengue hemorrhagic fever

and clinical degrees II

Conclusion: There is no difference in the value of APTT and PT in patients with

clinical I dengue haemorrhagic fever and clinical degree II

Keywords: APTT, DBD, PT

Page 4: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

ABSTRAK

PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM

BERDARAH DENGUE DERAJAT KLINIS I DAN DERAJAT KLINIS II

DI RSUD PRINGSEWU LAMPUNG

Oleh

FEBRINA HALIMATUNISA

Latar belakang: Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan

demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu,

gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan

(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan nilai APTT

dan PT pada pasien demam berdarah dengue derajat klinis I dan derajat klinis II

Metode: Penelitian ini berjenis analitik retrospektif dengan rancangan cross

sectional. Penelitian ini dilaksanakan di bagian instalasi rawat inap di RSUD

Pringsewu Lampung yang akan dilakukan pada bulan juli 2018. Besar sampel

penelitian menggunakan menggunakan consecutive sampling sebesar 42 sampel.

Pemeriksaan nilai APTT dan PT dilakukan menggunakan analsisi laboratorium.

Hasil: Didapatkan hasil nilai rerata APTT pada pasien demam berdarah derajat

klinis I yaitu 31.87 detik dan derajat klinis II 33.83 detik sedanglan perbedaan

nilai rerata pada PT derajat klinis I yaitu 11.21 detik sedangkan derajat klinis II

12.02 detik. Uji statistik menunjukan tidak terdapat perbedaan nilai rerata APTT

dan PT pada pasien demam berdarah dengue derajat klinis I dan derajat klinis II

Simpulan: Tidak terdapat perbedaan nilai APTT dan PT pada pasien demam

berdarah dengue derajat klinis I dan derajat klinis II.

Kata kunci: APTT, DBD, PT

Page 5: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,
Page 6: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,
Page 7: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,
Page 8: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada 01 Februari 1996, sebagai anak pertama dari

dua bersaudara, dari Bapak Suwardi dan Ibu Wahyu widiyana.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di Sekolah Ar-rahim bekasi

utara pada tahun 2002, Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) diselesaikan di

Sekolah dasar islam terpadu Gema Nurani Bekasi utara pada tahun 2008, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) di SMPN 03 Pringsewu diselesaikan pada tahun 2011,

dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA 02 Pringsewu diselesaikan pada

tahun 2014.

Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung (FK Unila).

Page 9: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT,

Sebuah Persembahan Sederhana Untuk

Ayah dan Mama Tercinta

Serta Adikku Tersayang

Terimakasih Untuk Cinta, Kasih Sayang Serta Dukungan

yang Kalian Berikan Selama Ini

Ya Allah, Sesungguhnya Engkau mengetahui hati-hati ini telah

berhimpun atas dasar cinta kepada-Mu, telah bersatu dalam dakwah-

Mu, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Maka teguhkanlah ya

Allah ikatannya. Kekalkanlah kasih sayangnya. Tunjukillah jalan-jalan -

Nya. Penuhilah hati-hati kami dengan cahaya- Mu yang tidak pernah

sirna. Lapangkanlah dada-dada kami dengan kelimpahan iman

kepada-Mu dan indahnya bertawakal kepada-Mu. Hidupkanlah kami

dengan ma’rifat-Mu dan matikanlah kami dalam keadaan syahid di

jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik Pelindung dan sebaik-

baik Penolong.

(doa Rabitah)

Page 10: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala kasih,

karunia, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Perbedaan nilai APTT dan PT pada pasien demam berdarah dengue derajat klinis I dan

demam berdarah derajat klinis II di RSUD Pringsewu Lampung”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bantuan, dorongan,

saran, bimbingan dan kritik dari berbagai pihak. Maka dengan segenap kerendahan hati

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Dyah Wulan S.R.W., SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung.

3. Ibu dr. Agustyas Tjptaningrum Sp.PK selaku Pembimbing Utama atas

ketersediannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu dr. Rasmi Zakiah Oktarlina M. Farm selaku Pembimbing Kedua atas

ketersediannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam

penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dr Waluyo Rudianto M.Kes selaku Penguji Utama pada ujian skripsi;

terimakasih atas waktu, ilmu dan saran saran yang telah diberikan.

Page 11: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

6. Bapak dr. Jhons Fatriyadi Suwandi M.Kes selaku Pembimbing Akademik atas

ketersediannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

pembelajaran ini.

7. Orang tua (Ayah dan Ibu) yang sangat saya cintai dan sayangi atas cinta, kasih

sayang, perhatian, dukungan dan doa yang selalu mengalir setiap saat. Terima

kasih untuk perjuangan kalian memberikan pendidikan yang terbaik untukku, baik

pendidikan akademis maupun nonakademis yang dapat digunakan sebagai bekal

dimasa depan.

8. Adik ku Syifa Nadila Putri yang selalu mensupport selama ini.

9. Keluarga Atmorejo yang selalu mendukung dan membantu ku dalam penelitian

skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

10. Sahabat, Saudara tak sedarahku, Annisa shafira pramono, Ayu wulandari, Dini

mardiana usman, Nadia rosmalia dewi terimakasih untuk kecerian, kebahagian,

kasih sayang, ketulusan, doa serta dukungannya selama ini.

11. Teman tersayang yang selalu memberikan kebahagian, keceriaan selama ini ayu

septia, fauzia, sari, ine, rahmanindya.

12. Teman Sepermainan rena, ani, bela, rani yang selalu menghibur.

13. Seluruh dokter,petugas laboratorium,rekam medik di RSUD Pringsewu selama

proses penelitian terimakasih bule tyas, mba wulan,bu puji,pak temi,mba anis

RSU wisma rini pringsewu yang sangat membantu ku dalam perskripsian ini.

14. Seluruh staf Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lampung untuk ilmu yang

telah diberikan kepada penulis sehingga menambah wawasan dan menjadi

landasan untuk menggapai cita-cita.

Page 12: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

15. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan pegawai

yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

16. Teman-teman angkatan 2014 CRAN14L yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Terima kasih telah memberi makna atas kebersamaan yang terjalin.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah

membantu dan menyumbangkan pemikirannya dalam pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat

dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Terima kasih.

Bandar Lampung,

Penulis

FEBRINA HALIMATUNISA

Page 13: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 3

1.4.1 Keilmuan Kesehatan .............................................................. 3

1.4.2 Manfaat penelitian bagi RSUD Pringsewu ............................ 4

1.4.3 Mahasiswa .............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue ............................................................... 5

2.1.1 Definisi ................................................................................... 5

2.1.2 Etiologi ................................................................................... 5

2.1.3 Epidemiologi .......................................................................... 6

2.1.4 Patogenesis dan Patofisiologi................................................. 6

2.1.5 Manifestasi Klinis .................................................................. 8

2.1.6 Penatalaksanaan ................................................................... 11

2.2 Hemostasis ..................................................................................... 12

2.2.1 Faktor pembekuan darah ...................................................... 13

2.2.2 Mekanisme pembekuan darah .............................................. 19

2.3 Hubungan disfungsi endotel dengan demam berdarah dengue ..... 22

2.4 Kerangka Teori .............................................................................. 24

2.5 Kerangka Konsep .......................................................................... 25

2.6 Hipotesis ........................................................................................ 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ........................................................................... 26

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 26

3.2.1 Waktu Penelitian .................................................................. 26

3.2.2 Tempat Penelitian ................................................................ 26

3.3 Populasi dan Sampel...................................................................... 26

Page 14: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

ii

3.3.1 Populasi Penelitian ............................................................... 26

3.3.2 Perhitungan besar sampel..................................................... 27

3.4 Kriteria Inklusi dan Eklusi............................................................. 28

3.4.1 Kriteria Inklusi ..................................................................... 28

3.4.2 Kriteria Ekslusi .................................................................... 28

3.5 Variabel Penelitian ........................................................................ 28

3.6 Definisi Operasional ...................................................................... 29

3.7 Prosedur Penelitian ........................................................................ 30

3.8 Pengumpulan data ......................................................................... 31

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 31

3.9.1 Analisis Univariat ................................................................ 31

3.9.2 Analisis Bivariat ................................................................... 31

3.10 Aspek Etik Penelitian .................................................................. 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian ......................................................... 33

4.2 Hasil Penelitian .............................................................................. 34

4.2.1 Karakteristik Responden ...................................................... 34

4.2.2 Analisis Univariat ................................................................ 34

4.3 Analisis Bivariat ............................................................................ 35

4.4 Pembahasan ................................................................................... 38

4.4.1 Karesteristik Responden ...................................................... 38

4.4.2 Analisis Univariat ................................................................ 39

4.4.3 Analisis Bivariat ................................................................... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 50

5.2 Saran .............................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Derajat klinis Demam Berdarah Dengue (WHO, 2016) ................................. 11

2. Definisi Operasional........................................................................................ 29

3. Karakteristik Responden ................................................................................. 34

4. Nilai rerata APTT pasien demam berdarah dengue derajat klinis I dan II

di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Lampung ..................................... 34

5. Rata-rata PT pasien demam berdarah dengue derajat klinis I dan II di

Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Lampung ......................................... 35

6. Perbedaan Nilai APTT Pada pasien demam berdarah dengue derajat

klinis I dan II di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Lampung .............. 35

7. Perbedaan Nilai PT Pada pasien demam berdarah dengue derajat klinis I

dan II di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Lampung........................... 37

Page 16: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Patogenesis demam berdarah,demam berdarah dengue,dan sindrom

renjatan dengue . ............................................................................................... 8

2. Kerangka Konsep ............................................................................................ 25

3. Prosedur Penelitian.......................................................................................... 30

4. Grafik APTT pasien demam berdarah dengue derajat Klinis I ....................... 36

5. Grafik APTT pasien demam berdarah dengue derajat Klinis I ....................... 37

6. Grafik PT pasien demam berdarah dengue derajat klinis I ............................ 38

7. Grafik PT pasien demam berdarah dengue derajat klinis II ........................... 38

Page 17: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-

tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama

dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak

tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat

Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara

(Hartoyo, 2008).

Penyakit DBD masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan

penduduk. Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota

Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang

diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak

saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia (Hartoyo, 2008).

Host alami Demam berdarah dengue adalah manusia, agentnya adalah virus

dengue yang termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus,

terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den -41, ditularkan ke

manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes

Page 18: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

2

aegypti dan Ae. albopictus yang terdapat hampir di seluruh pelosok

Indonesia (Candra, 2010).

Derajat penyakit infeksi dengue dapat bermanifestasi ringan yaitu demam

dengue (DD), bermanifestasi berat yaitu (DBD), hingga mengalami syndrome

00shock dengue (SSD). Kebocoran plasma dan aktivasi sistem koagulasi

merupakan petanda patologis DBD akibat disfungsi endotel pembuluh

darah.Parameter laboratorium yang dapat digunakan untuk mengetahui

kebocoran plasma adalah konsentrasi hematokrit, jumlah trombosit,

konsentrasi albumin, dan konsentrasi serum aspartate transaminase (AST).

Keempat parameter laboratorium tersebut dapat juga digunakan untuk

mengetahui kelompok yang berisiko mengalami infeksi dengue yang

berat.Aktivasi sistem koagulasi pada DBD dapat terjadi saat fase demam

yang ditandai dengan nilai activated partial thromboplastin time (APTT),

prothrombin time (PT) yang sedikit memanjang (Suwarto et al., 2018).

Activated partial thromboplastin time (APTT) adalah ukuran integritas dari

intrinsik dan jalur umum akhir dari kaskade koagulasi. Pengukuran APTT

mencerminkan waktu pembekuan plasma dalam detik setelah penambahan

fosfolipid, aktivator jalur intrinsik, dan kalsium. Prothrombin time (PT)

adalah ukuran integritas dari jalur umum ekstrinsik dan akhir dari

prokoagulan. Pengukuran ini mencerminkan waktu pembekuan dalam detik

setelah penambahan kalsium dan aktivator jalur ekstrinsik (tromboplastin)

(Kamal et al., 2007).

Page 19: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

3

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mencari perbedaan nilai

APTT dan PT pada pasien derajat klinis I dan derajat klinis II, sehingga hal

ini dapat dijadikan sebagai indikator yang berguna dalam meningkatkan

kewaspadaan terhadap luaran yang buruk pada infeksi dengue.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas,maka dapat dirumuskan permasalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan APTT pada pasien DBD derajat klinis I dan

derajat klinis II di RSUD Pringsewu Lampung

2. Apakah terdapat perbedaan PT pada pasien DBD derajat klinis I dan

derajat klinis II di RSUD Pringsewu Lampung.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rerata nilai APTT pada pasien

demam berdarah dengue derajat klinis I dan derajat klinis II.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rerata nilai PT pada pasien

demam berdarah dengue derajat klinis I dan derajat klinis II.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Keilmuan Kesehatan

1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi untuk

melanjutkan studi terhadap masalah yang terkait dengan gangguan

hemostasis pada pasien dbd di wilayah lainnya.

Page 20: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

4

2. Sebagai masukan atau bahan pertimbangan kepada pengelola

program pemberatasan penyakit demam berdarah dengue (DBD).

1.4.2 Manfaat penelitian bagi RSUD Pringsewu

Membantu petugas kesehatan dalam mengetahui perbedaan nilai APTT

dan PPT pada pasien demam berdarah dengue dengan derajat klinis I

dan derajat klinis II.

1.4.3 Mahasiswa

1. Penelitian ini dapat melatih mahasiswa dalam memecahkan masalah

kesehatan.

2. Menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam

menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat di bangku kuliah.

Page 21: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Definisi

Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus

dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai

dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang

jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di

kulit berupa bintik perdarahan (petechiae), lebam (echymosis) atau

ruam (purpura). Terkadang terdapat epistaksis, BAB berdarah, muntah

darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock) (Candra, 2010).

2.1.2 Etiologi

Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari

genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia

melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus

Dengue penyebab Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue

(DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok

B Arthropod virus Arbovirosis yang sekarang dikenal sebagai genus

Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu:

DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 (Achmadi, et al., 2010)

Page 22: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

6

2.1.3 Epidemiologi

Pada tahun pertama diketahui infeksi dengue di Indonesia, dilaporkan

58 kasus di DKI Jakarta dan Surabaya (termasuk 24 kasus yang

meninggal). Pada tahun 1970, 24 kasus dengue diidentifikasi diantara

48 kasus anak tersangka dengue di Yogyakarta. Selanjutnya, 8 kasus

diklasifikasikan DBD dan 2 kasus berkembang menjadi SSD. Pada

tahun 1997, 2004 dan 2005 Depkes melaporkan angka kematian

dengue berurutan adalah 15,2 per 100.000 orang, 30 per 100.000 orang

dan 13,7 per 100.000 orang. Pada tahun terakhir, penyakit dengue

mengakibatkan lebih dari 400 kematian setiap tahun di Indonesia dan

tahun 1998 angka ini meningkat mencapai 1414. Jika terapi cairan

adekuat, maka angka kematian di negara Asia bisa menurun berkisar

antara 0,5% dan 3,5%. Sejak tahun 1968-2008 kasus demam berdarah

dengue meningkat terus.Terdapat jumlah kasus demam berdarah dengue

yang memuncak setiap 10 tahun sekali, yaitu pada tahun 1988, 1998

dan 2008. Pada tahun 2008 data dari Departemen Kesehatan

menunjukkan jumlah kasus demam berdarah dengue mencapai 133,402

kasus dengan angka kesakitan (incidence rate) 58,85/100.000 penduduk

(Karyanti et al., 2009).

2.1.4 Patogenesis dan Patofisiologi

Pemeriksaan mikroskopik patologi 100 kasus Dengue yang fatal

menemukan 2 hal utama,yakni perdarahan mukosa yang tersebar

danedema membran serosa, selain perdarahan diberbagai organ, edema

perivaskuler dan jaringan interstisiel, infiltrasi sel mononuklir pada

Page 23: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

7

perivaskuler, dan piknosis sel endotel. Antigen Dengue ditemukan di

berbagai sel, termasuk monosit, upffer, makrofag alveoli, limfosit darah

tepi dan limpa, juga sel endotel di hepar dan paru-

paru.Monosit/makrofagdan limfosit merupakan sel-sel utama yang di-

infeksi oleh virus Dengue. Infeksi Dengue terhadap sel-sel monosit,

makrofag, dan dendritik menyebabkan produksi mediator-mediator

yang mempengaruhi fungsi sel endotel. Monosit yang terinfeksi

menginduksi perubahan permeabilitas sel-sel endotel umbilikus

manusia karena terkait dengan pengaruh TNF-α. Infeksi Dengue dapat

menginduksi maturasi dendritic cell. Dendritic cell dapat memicu

ekspresi enzim matrixmetallo proteinase yaitu MMP-2 dan MMP-9,

sehingga meningkatkan permeabilitas yangberakibat kebocoran plasma

dan perdarahan. Perlakuan sel-sel endotel umbilikus manusia dengan

pembiakan sel-sel dendritik yang terinfeksi juga menunjukkan ke-

naikan permeabilitas, berkaitan dengan turunnya respon Platelet

Endothelial Cell Adhesion Molecule-1, ekspresi VE-cadherin, dan

reorganisasi dari F-actin. Isolasi jaringan kulit menunjukkan bahwa sel

dendrit dapat pula terinfeksi lokal oleh inokulasi virus Dengue.

Aktivitas sel T helper 1 lebih tinggi pada DBD dibanding pada demam

Dengue menunjukkan bahwa pada infeksi sekunder sel T CD8+ spesifik

berjumlah lebih banyak dari infeksi sebelumnya. Sitokin dan kemokin

yang diinduksi oleh sel-sel T berdampak pada permeabilitas vaskuler

sebagai penyebab kebocoran plasma DBD (Rizal, 2011).

Page 24: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

8

Gambar 1. Patogenesis demam berdarah,demam berdarah dengue,dan

sindrom renjatan dengue (Martina et al., 2009).

2.1.5 Manifestasi Klinis

1. Demam

Demam dengue dan DBD didahului dengan demam tinggi

mendadak, terus-menerus selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas dan

hampir tidak ada perbaikan dengan menggunakan antipiretik (hanya

turun sedikit, lalu kembali naik). Peningkatan suhu yang mencapai

Page 25: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

9

400C dan dijumpai kejang demam. Seringkali demam ini di dahului

dengan gejala-gejala seperti sakit kepala, lemah, nafsu makan

berkurang, muntah, nyeri pada otot tulang, dan persendian. Akhir

fase ini merupakan fase kritis pada DHF, yaitu fase yang dapat

berubah menjadi kesembuhan ataupun sebaliknya menjadi syok. Bila

tidak terjadi syok, maka panas umumnya akan segera turun dan

penderita sembuh sendiri (Dalugama et al., 2017)

2. Perdarahan

Pada fase awal penyakit (hari ke-1 sampai ke-4) penurunan produksi

trombosit merupakan penyebab trombositopenia. Sumsum tulang

tampak hiposeluler ringan dan megakariosit meningkat dalam bentuk

fase maturase. Virus tampaknya secara langsung menyerang mieloid

dan megakariosit. Sedangkan pada hari ke-5 sampai hari ke-8

trombositopenia terjadi dan disebabkan oleh penghancuran trombosit

dalam sirkulasi. Terjadinya kompleks imun yang melekat pada

permukaan trombosit mempermudah penghancuran trombosit oleh

sistem retikuloendotelial dalam hati dan limpa, sehingga

menyebabkan trombositopenia. Penghancuran trombosit ini dapat

pula disebabkan oleh kerusakan endotel, antibodi trombosit spesifik,

atau koagulasi intravaskular diseminata (Hartoyo, 2008)

3. Syok

Syok ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tak teraba,

takanan nadi menurun sampai 20 mmHg atau sampai nol, tekanan

Page 26: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

10

darah menurun menjadi 110/90 mmHg atau hipotensi, disertai kulit

yang teraba lembab dan dingin, terutama pada ujung jari tangan, kaki

dan hidung, penderita menjadi lemah, gelisah sampai menurunnya

kesadaran dan timbul sianosis disekitar mulut. Syok merupakan

tanda kegawatan yang harus mendapat perhatian serius, oleh karena

bila tidak diatasi sebaik-baiknya dan secepatnya dapat menyebabkan

kematian. Pasien dapat dengan cepat masuk dalam fase kritis yaitu

syok berat, pada saat itu tekanan darah dan nadi tidak dapat terukur

lagi. Syok dapat terjadi dalam waktu yang sangat singkat, pasien

dapat meninggal dalam waktu 12-24 jam atau sembuh cepat setelah

mendapat penggantian cairan yang memadai (Annisa et al., 2015).

4. Hepatomegali

Hepatomegali merupakan salah satu manifestasi klinis yang

ditemukan pada infeksi dengue. Hepatomegali terjadi karena pada

infeksi dengue dipengaruhi oleh aktivasi sel limfosit T yang dapat

merusak hepatoseluler. Hepatomegali dapat ditemukan setelah

beberapa hari terjadi demam. Hepar membesar sehingga dapat teraba

pada fase awal demam dan dapat teraba sampai 2-4 cm di bawah

arcus costae. Walaupun ukuran hepar tidak berkorelasi dengan

beratnya sakit, tetapi pembesaran hepar ditemukan lebih sering pada

keadaan syok dibandingkan dengan kasus tanpa syok (Annisa et al.,

2015).

Page 27: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

11

Tabel 1. Derajat klinis Demam Berdarah Dengue (World Health

Organization, 2016)

DBD Gejala Laboratorium

Derajat 1 Demam yang disertai

gejala klinis tidak khas,

satu-satunya gejala

perdarahan adalah hasil

ujitourniquet yang positif

6.8 × - 9.1 ×

Derajat 2 Gejala yang timbul pada

DBD derajat I ditambah

perdarahan spontan

biasanya dalam bentuk

perdarahan kulit dan atau

bentuk perdarahan

lainnya.

5.9 × - 8.7 ×

Derajat 3 kegagalan sirkulasi yang

ditandai dengan denyut

nadi yang cepat dan

lemah. Menyempitnya

tekanan nadi 20mmHg

atau kurang atau

hipotensi, ditandai

dengan kulit dingin dan

lembab serta pasien

menjadi gelisah

6.9 × - 1.0 ×

Derajat 4 Syok berat dengan tidak

terabanya denyut nadi

maupun tekanan darah

4.1 × - 1.0 ×

2.1.6 Penatalaksanaan

Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis.

Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat

kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah

bilamana diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting

yang perlu dilakukan adalah pemantauan baik secara klinis maupun

laboratoris. Proses kebocoran plasma dan terjadinya trombositopenia

pada umum nya terjadi antara hari ke empat hingga hari ke enam sejak

demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan

berkurang dan cairan akan kembali dari ruang interstitial ke

intravaskular. Terapi cairan pada kondisi tersebut secara bertahap

Page 28: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

12

dikurangi. Selain pemantauan untuk menilai apakah pemberian cairan

sudah cukup atau kurang, pemantauan terhadap kemungkinan

terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi pleura ataupun asites

yang masih perlu selalu diwaspadai (Zein, 2014).

Terapi non farmakologi yang diberikan meliputi tirah baring (pada

trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan dengan kandung-

an gizi yang cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang

mengiritasi saluaran cerna. Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan

antipiretik berupa parasetamol, serta obat simptomatis untuk mengatasi

keluhan dispepsia. Pemberian aspirin atau obat anti inflamasi non

steroid sebaiknya dihindari karena berisiko terjadinya perdarahan pada

saluran cerna bagian atas (Satari et al., 2012).

2.2 Hemostasis

Hemostasis adalah proses dinamis yang diatur oleh beberapa mekanisme

untuk mencegah pendarahan dan mencakup dua proses:

1. hemostasis primer yang melibatkan penyempitan pembuluh darah,

trombositaktivasi, dan agregasi.

2. hemostasis sekunder yang melibatkanaktivasi mekanisme koagulasi,

pembentukan bekuan darah,dan pembubaran selanjutnya oleh fibrinolisis.

Darahkoagulasi dimulai oleh paparan membranterikat Tissue Factor (TF),

yang secara konstitutif diekspresikan padapermukaan sel di sekitar

pembuluh darah (fibroblast dansel otot), untuk membentuk amplop

hemostatik yang mencegahperdarahan berlebih setelah cedera vaskular.

Page 29: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

13

Monocytesdan sel-sel endotel tidak mengekspresikan TF tetapi

mengekspresikannyaselama kondisi patologis dan setelah terpaparuntuk

sitokin inflamasi seperti TNF-𝛼 dan IL1-𝛽 (Azeredo et al., 2015).

Hemostasis ini merupakan suatu rangkaian respons terhadap adanya

kerusakan jaringan dalam rangka untuk menghentikan perdarahan.

Apabila pembuluh darah mengalami kerusakan atau luka, maka

mekanisme hemostasis bekerja secara spontan dan cepat untuk

menghentikan perdarahan tersebut melalui beberapa mekanisme seperti:

spasme vascular, pembentukan sumbat trombosit dan koagulasi. Spasme

vascular lebih diinisiasi oleh kerusakan otot polos, substansi yang

dikeluarkan oleh trombosit teraktivasi dan oleh reflex yang diinisiasi oleh

reseptor trombosit. Pembentukan sumbat trombosit dilalui melalui proses

adhesi trombosit pada sel endotel yang rusak, diikuti oleh reaksi

pengeluaran trombosit dibantu oleh ADP dan tromboksan A2 dan diakhiri

dengan agregasi trombosit. Sementara koaguasi didapatkan melalui

beberapatahap/kaskade koagulasi (Durachim et al., 2018).

2.2.1 Faktor pembekuan darah

Faktor Pembekuan (clotting faktor) adalah sejumlah protein yang

berkaitan dengan reaksi penggumpalan darah. Hasil akhir dari proses

pembekuan adalah terbentuknya hemostatic plug, luka tertutup dan

darah tidak keluar lagi. Faktor pembekuan (faktor koagulasi) adalah

protein (misalnya, fibrinogen, protrombin,Faktor VIII) yang diperlukan

untuk pembekuan darah normal. Beberapa faktor pembekuan disintesis

Page 30: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

14

oleh hati dan produksinya dapat terganggu bila hati rusak. Orang yang

kekurangan faktor pembekuan kemungkinanbesar akan mengalami

perdarahan berkepanjangan dan mudah memar (Durachim et al., 2018).

Untuk menghentikan terjadinya perdarahan selain diperankan oleh

vaskuler dan trombosit, faktor-faktor pembekuan darah memegang

peran yang sangat penting untuk menutup luka. Terdapat tiga belas

faktor pembekuan di dalam tubuh manusia diantaranya, yaitu :

1. Faktor I (Fibrinogen) fibrinogen merupakan salah satu pembekuan

darah atau koagulasi yang melibatkan protein plasma sehingga

dapat berubah menjadi benang fibrin melalui proses yang

diperankan oleh trombin. Seseorang yang mengalami kekurangan

fibriogen disebut afibrinogenemia atau yang lebih dikenal dengan

hypofibrinogenemia. Gejala kekurangan fibrinogen ini yaitu

terjadinya perdarahan yang memanjang. Fungsi fibrinogen sebagai

komponen penting dalam protein plasma hasil dari sintesisdalam

hati dan diubah menjadi fibrin.

2. Faktor II (prothrombin) fungsi sebagai protein plasma dan akan

dikonversi menjadi bentuk yang aktif berupa trombin (faktor IIa)

melalui pembelahan dengan aktivasi faktor X (Xa) di jalur umum

dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke

bentuk aktif fibrin. Kekurangan protrombin dapat mengakibatkan

hypoprothrombinemia.

3. Faktor III (Thromboplastin, Tissue Thromboplastin) Factor III atau

thromboplastin jaringan berperan sebagai aktivasi faktor VII untuk

Page 31: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

15

membentuk trombin.Jaringan Tromboplastin koagulasi faktor yang

berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti

otak dan paru-paru. Jaringan Tromboplastin penting dalam

pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di

Jalur koagulasi ekstrinsik.

4. Faktor IV (Ion Calcium) (Font: Calibri, size 12) Ion Kalsium adalah

ion Ca 2+, yang mempunyai bilangan oksidasi 2 dan termasuk

logam alkali. Dalam system periodic unsur-unsur Kalsium termasuk

dalam gol. II A. Ion Kalsium bisa berikatan dengan ion OH-

membentuk senyawa Ca(OH)2 atau calsium hidroksida. Dalam

tubuh ion Kalsium terdapat di dalam system pembekuan darah,

yang termasuk faktor pembekuan faktor IV, yang ada di dalam

darah dan jaringan berbentuk ion bebas yang suatu saat bisa

berikatan dengan ion lainnya. Factor IV atau ion kalsium adalah

sejenis ion yang fungsinya digunakan disemua proses Faktor V

(Proakselerin) factor pembekuan faktor V atau Proakselerin

merupakan salah satu faktor pembekuan.

5. darah atau koagulasi dalam menyimpan panas, yang ada didalam

plasma, memiliki fungsi intrinsik dan ekstrinsik yang berada di

dalam jalur koagulasi. Proaccelerin melakukan katalisis atau

pembelahan prothrombin trombin yang masih aktif. pembekuan

darah pada setiap jalur pembekuan.Kalsium ini merupakan sebuah

faktor koagulasi yang diperlukan dalam fase pembekuan darah jalur

pembekuan intrinsic, jalur pembekuan ekstrinsik dan pada jalur

Page 32: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

16

pembekuan bersama dan berbentuk ion yang setiap saat akan mudah

berikatan dengan bentuk ion yang lain.

6. Faktor VI (unknown) Factor pembekuan faktor VI atau faktor yang

belum diketahui (unknown), Faktor ini sudah tidak dipakai lagi

karena fungsinya sama seperti faktor V. Sebuah faktor koagulasi

sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak lagi

dianggap dalam skema hemostasis.

7. Faktor VII (Prokonvertin, Stabil Factor). Faktor pembekuan faktor

VII atau prokonvertin berfungsi sebagai sistem yang bekerja di

dalam jalur intrinsik. Proconvertin ini merupakan sebuah faktor

koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan

berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan

oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan

faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin

herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan

dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan

perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor

akselerator dan stabil Proconvertin.

8. Faktor VIII (Faktor Antihemophilia, Anti Hemophilic Globulin).

Factor pembekuan faktor VIII atau antihemophilic faktor, faktor

antihemofilia A, globulin antihemofilia/ AHG). berfungsi sebagai

sistem ekstrinsik.Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi

penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur

intrinsik dari koagulasi, bertindak sebagai kofaktor dalam aktivasi

Page 33: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

17

faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab

hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor

antihemophilic A.

9. Faktor IX (Komponen Tromboplastik Plasma, Chrismas Factor).

Faktor pembekuan faktor IX atau Krismas faktor berfungsi sebagai

sistem ekstrinsik.Tromboplastin plasma komponen, sebuah faktor

koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur

intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi diaktifkan oleh faktor X.

hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor

antihemophilic B. Tromboplastin Plasma komponen, merupakan

salah satu faktor pembekuan darah atau koagulasi penyimpanan

yang stabil sera melibatkan diri dalam jalur intrinsik dari

pembekuan darah atau koagulasi. Setelah proses aktivasi diaktifkan,

defisiensi dari faktor X merupakan hasil pada hemofilia B yang

disebut juga dengan sebutan faktor Natal serta faktor antihemophilic

B.

10. Faktor X (faktor stuart-prower)

Factor pembekuan faktor X atau Stuart faktor berfungsi sebagai

sistem intrinstik dan ekstrinsik.Stuart faktor, sebuah faktor

koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam

baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka

untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan,

membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V,

yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan

Page 34: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

18

mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini

dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga

Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga

thrombokinase.

11. Faktor XI

Faktor pembekuan faktor XI atau plasma Thromboplastin

Antecedant atau antihemophilic C berfungsi sebagai sistem

intrinsik.Tromboplastin plasma yang di atas, faktor koagulasi yang

stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali

diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX.Kondisi dengan kekurangan

faktor XI, disebut juga faktor antihemophi;ic C.

12. Faktor XII (Faktor Hageman)

Faktor pembekuan faktor XII atau Hageman faktor berfungsi

sebagai sistem intrinsik.Hageman faktor faktor koagulasi yang

stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan

asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan

mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan

kecenderungan trombosis.

13. Faktor XIII (Faktor Stabilisasi Fibrin, Fibrinase)

Faktor pembekuan faktor XIII atau yang disebut faktor stabilisasi

fibrin atau fibrinasi berfungsi sebagai penghubung silang filamen

fibril. Fibrin-yang menstabilkan sebuah faktor koagulasi yang

merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi

stabil dan tidak larut di dalam, fibrin yang memungkinkan untuk

Page 35: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

19

membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor pembekuan ini

memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga

fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga

disebut transglutaminase (Durachim et al., 2018).

2.2.2 Mekanisme pembekuan darah

Mekanisme pembekuan dibagi menjadi dua, yaitu sistem intrinsik dan

sistem ekstrinsik.Reaksi awal pada sistem intrinsik adalah konversi

faktor XII inaktif menjadi faktor XII aktif (XIIa).Aktivasi ini dikatalisis

oleh kininogen HMW dan kalikrein.Faktor XII aktif kemudian

mengaktifkan faktor XI, dan faktor XI aktif mengaktifkan faktor

IX.Faktor IX yang aktif membentuk suatu kompleks dengan faktor VIII

aktif. Kompleks IXa dan VIIIa mengaktifkan faktor X. Fosfolipid dari

trombosit dan Ca2+ diperlukan untuk mengaktifkan faktor X secara

sempurna. Sementara sistem ekstrinsik dipicu oleh pelepasan faktor III

(tromboplastin) dari jaringan yang mengaktifkan faktor VII. Faktor III

dan faktor VIIa mengaktifkan faktor IX dan X. Dengan adanya

fosfolipid, Ca2+, dan faktor V, maka faktor X akan mengkatalisis

konversi protrombin menjadi trombin (Suliarni, 2003). Selanjutnya

trombin mengkatalisis konversi fibrinogen menjadi fibrin.

Mekanisme pembekuan darah

1. Jalur ekstrinsik

Disebut ekstrinsik karena tromboplastin jaringan (tissue faktor)

berasal dari luar darah.Lintasan ekstrinsik melibatkan faktor

jaringan, faktor VII,X serta Ca2+ dan menghasilkan faktor Xa.

Page 36: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

20

Produksi faktor Xa dimulai pada tempat cedera jaringan dengan

ekspresi faktor jaringan pada sel endotel. Factor jaringan berinteraksi

dengan faktor VII dan mengaktifkannya; faktor VII merupakan

glikoprotein yang mengandung Gla, beredar dalam darah dan

disintesis di hati. Factor jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk

faktor VIIa dengan menggalakkan aktivitas enzimatik untuk

mengaktifkan faktor X. faktor VII memutuskan ikatan Arg-Ile yang

sama dalam faktor X yang dipotong oleh kompleks tenase pada

lintasan intrinsic. Aktivasi faktor X menciptakan hubungan yang

penting antara lintasan intrinsic dan ekstrinsik Interaksi yang penting

lainnya antara lintasan ekstrinsik dan intrinsic adalah bahwa

kompleks faktor jaringan dengan faktor VIIa juga mengaktifkan

faktor IX dalam lintasan intrinsic. Sebenarna, pembentukan

kompleks antara faktor jaringan dan faktor VIIa kini dipandang

sebagai proses penting yang terlibat dalam memulai pembekuan

darah secara in vivo. Makna fisiologik tahap awal lintasan intrinsic,

yang turut melibatkan faktor XII, prekalikrein dan kininogen dengan

berat molekul besar.Sebenarnya lintasan intrinsik bisa lebih penting

dari fibrinolisis dibandingkan dalam koagulasi, karena kalikrein,

faktor XIIa dan Xia dapat memotong plasminogen, dan kalikrein

dapat mengaktifkanurokinase rantai-tunggal. Inhibitor lintasan faktor

jaringan (TFPI: tissue faktor pathway inhibitior) merupakan inhibitor

fisiologik utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini berupa

protein yang beredar didalam darah dan terikat lipoprotein. TFPI

Page 37: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

21

menghambat langsung faktor Xa dengan terikat pada enzim tersebut

didekat tapak aktifnya.Kemudian kompleks faktor Xa-TFPI ini

manghambat kompleks faktor VIIa-faktor jaringan.

2. Jalur Intrinsik.

Lintasan intinsik melibatkan faktor XII, XI, IX, VIII dan X,

prekalikrein, kininogen dengan berat molekul tinggi/ High Molecular

Weight Kininogen (HMWK), ion Ca2+ dan fosfolipid trombosit.

Lintasan ini membentuk faktor Xa (aktif).Lintasan ini dimulai

dengan “fase kontak” dengan prekalikrein, kininogen dengan berat

molekul tinggi, faktor XII dan XI terpajan pada permukaan pengaktif

yang bermuatan negatif. Secara in vivo, kemungkinan protein

tersebut teraktif pada permukaan sel endotel. Kalau komponen dalam

fase kontak terakit pada permukaan pengaktif, faktor XII akan

diaktifkan menjadi faktor XIIa pada saat proteolisis oleh kalikrein.

Factor XIIa ini akan menyerang prekalikrein untuk menghasilkan

lebih banyak kalikrein lagi dengan menimbulkan aktivasi timbale

balik. Begitu terbentuk, faktor xiia mengaktifkan faktor XI menjadi

XIa, dan juga melepaskan bradikinin(vasodilator) dari kininogen

dengan berat molekul tinggi Dengan adanya Ca2+, faktor XIa

mengaktifasi faktor IX menjadi faktor IXa, dan faktor IXa

mengaktifasi faktor X menjadi Xa.

3. Jalur Bersama

Pada lintasan terakhir yang sama, faktor Xa yang dihasilkan oleh

lintasan intrinsic dan ekstrinsik, akan mengaktifkan protrombin (II)

menjadi thrombin (IIa) yang kemudian mengubah fibrinogen

Page 38: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

22

menjadi fibrin. Pengaktifan protrombin terjadi pada permukaan

trombosit aktif dan memerlukan perakitan kompelks protrombinase

yang terdiri atas fosfolipid anionic platelet, Ca2+, faktor Va, faktor

Xa dan protrombin. Factor V yang disintesis dihati, limpa serta

ginjal dan ditemukan didalam trombosit serta plasma berfungsi

sebagai kofaktor dng kerja mirip faktor VIII dalam kompleks tenase.

Ketika aktif menjadi Va oleh sejumlah kecil thrombin, unsure ini

terikat dengan reseptor spesifik pada membrane trombosit dan

membentuk suatu kompleks dengan faktor Xa serta protrombin.

Selanjutnya kompleks ini di inaktifkan oleh kerja thrombin lebih

lanjut, dengan demikian akan menghasilkan sarana untuk membatasi

pengaktifan protrombin menjadi thrombin. Protrombin (72 kDa)

merupakan glikoprotein rantai-tunggal yang disintesis di hati.

Region terminal-amino pada protrombin mengandung sepeuluh

residu Gla, dan tempat protease aktif yang bergantung pada serin

berada dalam region-termina lkarboksil molekul tersebut (Durachim,

et al., 2018)

2.3 Hubungan disfungsi endotel dengan demam berdarah dengue

Mekanisme terjadinya peningkatan permeabilitas vaskular dan perdarahan

pada DBD belum diketahui dengan jelas.Pada otopsi kasus DBD tidak

dijumpai adanya infeksi virus dengue pada sel endotel kapiler. Pada

percobaan in vitrodengan kultur sel endotel, ternyata sel endotel akan

mengalami aktivasi jika terpapar dengan monosit yang terinfeksi virus

dengue, setelah virus dengue berikatan dengan antibodi maka komplek ini

Page 39: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

23

akan melekat pada monositkarena monosit mempunyai Fc receptor 3,4. Oleh

karena antibodi bersifat heterolog, maka virus tidak dinetralkan sehingga

bebas melakukan replikasi di dalam monosit. Monosit akan menghasilkan

sitokin yang akan menyebabkan selendotel teraktivasi sehingga

mengekspresikan molekul adhesi seperti vascular cell adhesion molecule-1

(VCAM-1) dan intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1). Pada infeksi

yang berat ekspresi VCAM-1 pada sel endotel berlebihan sehingga

dilepaskan ke dalam sirkulasi dalam bentuk terlarut (soluble VCAM-1). Jadi

molekul adhesi terlarut merupakan petanda aktivasi atau kerusakan endotel

Sitokin juga dapat menimbulkan berbagai perubahan pada fungsi sel endotel

yaitu peningkatan sekresi faktor von Willebrand (vWF), tissue factor (TF),

platelet activating factor (PAF), plasminogen activator inhibitor (PAI)

prostasiklin (PGI2), dan nitricoxide (NO) serta penurunan tissue plasminogen

activator (tPA) dan trombomodulin 13,14. Oleh karena itu pada disfungsi

endotel terjadi peningkatan permeabilitas vaskular dan aktivasi sistem

koagulasi. Salah satu petanda aktivasi.sistem koagulasi adalah peningkatan

kadar D-dimer yang merupakan hasil degradasi fibrin oleh plasmin (Dharma,

et al., 2006).

Page 40: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

24

2.4 Kerangka Teori

Gambar 3. Kerangka Teori

Sel endotel

infeksi virus

dengue

Sumsumtulang makrofag hepar

Disfungsi

endotel Penurunan

hematopoiesis Sitokin pro

inflamasi Gangguan

fungsi hati

Permeabilitas &

fragilitas

pembuluh darah

trombositopenia

Ekstravasas i

cairan plasma

PGE,IL-1,TNF-α

Pemanjangan APTT dan PT

hemokonsentrasi

demam

Peningkatan hemotokrit

Derajat penyakit

Demam dengue

DBD derajat klinis I

DBD derajat klinis II

DBD derajat klinis III

DBD derajat klinis IV

Koagulopati

Manifestasi

perdarahan

Produksi faktor

pembekuan

Page 41: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

25

2.5 Kerangka Konsep

DBD Koagulapati

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

H0: Tidak terdapat perbedaan nilai APTT dan PT pada pasien demam

berdarah dengue derajat klinis I dan II di RSUD Pringsewu Provinsi

Lampung.

H1: Terdapat perbedaan nilai APTT dan PT pada pasien demam berdarah

dengue derajat klinis I dan II di RSUD Pringsewu Provinsi Lampung.

Pemanjang

an APTT

dan PT

DBD

derajat

klinis I

DBD

derajat

klinis II

Variabel bebas Variabel terikat

Page 42: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah analitik observasional yang bersifat analitik

retrospektif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian retrospektif

merupakan pengumpulan data yang dimulai dari efek atau akibat yang telah

terjadi kemudian dari efek tersebut ditelusuri ke belakang tentang

penyebabnya yang mempengaruhi akibat tersebut. Cross sectional merupakan

dimana data yang menyangkut variabel bebas dan terikat dikumpulkan dalam

waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2014).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan juli 2018 sampai dengan bulan

november 2018.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh data rekam medis pasien DBD

dengan derajat klinis I & II di RSUD Pringsewu.

Page 43: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

27

3.3.2 Perhitungan besar sampel

Besar sampel dihitung berdasarkan perkiraan beda rata-rata populasi,

dengan rumus sebagai berikut :

(( 𝛼 𝛽)

)

Zα = 1,64 ; dengan α = 0,05

Zβ = 1,28 ; dengan β = 0,010

X1 - X2 = perbedaan klinis yang diinginkan

Diketahui rata-rata nilai APTT pada penderita demam berdarah dengue

adalah 86,2 detik dengan simpang baku penderita demam berdarah

dengue sebesar 3.nilai PT pada penderita demam berdarah dengue

adalah 22,4 detik,sehingga jumlah sampel dapat dihitung sebagai

berikut

(( )

)

= 42

Dengan demikian,besar sampel adalah 42 orang (pasien demam

berdarah derajat klinis I sebanyak 21 orang dan pasien demam berdarah

derajat klinis II 21 orang).

Adapun teknik pengumpulan sampel dalam penelitian ini adalah

consecutive sampling. Pada teknik sampel ini,pasien yang memenuhi

kriteria penelitian dijadikan subjek penelitian dan pengambilan sampel

berhenti dilakukan sampai jumlah sampel terpenuhi (Notoatmodjo,

2014).

Page 44: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

28

3.4 Kriteria Inklusi dan Eklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Semua catatan rekam medis yang tidak cacat dan robek pada pasien

DBD derajat klinis I dan II

2. Semua catatan rekam medis yang datanya lengkap meliputi data

demografi sampai terapi pasien DBD derajat klinis I dan II

3. Pasien umur lebih dari 17 tahun

3.4.2 Kriteria Ekslusi

1. Demam berdarah dengue dengan kegagalan sirkulasi yaitu nadi

cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang)

2. Demam berdarah dengue dengan syok berat, nadi tidak dapat

diraba dan tekanan darah tidak terukur

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu Derajat klinis

demam berdarah dengue I dan II dan variabel terikat yaitu PT dan APTT

skala numerik.

Page 45: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

29

3.6 Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur

Cara

pengukuran

Hasil

pengukuran Skala Ukur

1 Derajat

penyakit

infeksi

demam

berdarah

dengue

Derajat

penyakit yang

disebabkan oleh

infeksi virus

dengue sesuai

kriteria WHO

2016

Rekam

Medik

observasi 0 : Derajat

Klinis I

1 : Derajat

Klinis II

2 APTT Alat

koagulasi

darah

GM-

LCAMO7

Numerik

3 PT Alat

koagulasi

darah

GM-

LCAMO7

Numerik

Page 46: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

30

3.7 Prosedur Penelitian

Dalam melakukan pelaksanaan penelitian terdapat prosedur yang harus

dilakukan. Adapun prosedur tersebut adalah sebagai berikut

Gambar 3. Prosedur Penelitian.

Pasien DBD di instalasi rawat inap RSUD

Pringsewu tahun 2018 sesuai dengan kriteria

inklusi dan eklusi

Pemeriksaan pasien untuk menentukan

derajat penyakit

Pengelompokan pasien DBD dengan

derajat klinis I dan II

Pengambilan sampel darah

menggunakan reagen PT dan APTT

dan lihat hasil laboratorium

Page 47: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

31

3.8 Pengumpulan data

Pengumpulan data menggunakan data sekunder. Data diperoleh dengan

mengumpulkan semua rekam medik pasien demam berdarah dengue dengan

derajat klinis I dan II di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu.

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

Semua data yang telah didapatkan dalam penelitian ini, kemudian

dikumpulkan dan dilakukan pemaparan pada setiap variabel yang diperoleh.

setelah itu disusun serta dikelompokan.Hasil penelitian disajikan serta

dijabarkan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisa yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan suatu distribusi frekuensi

setiap variabel penelitian.Variabel yang dianalisis adalah Perbedaan PT

dan APTT pasien demam berdarah dengue derajat klinis I dan II di

Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu.

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan dalam menganalisis perbedaan PT dan APTT

pada pasien Demam Berdarah Dengue dengan derajat klinis I dan II di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Analisa

yang digunakan adalah analisis menggunakan uji t, dependen dengan

berdasarkan nila signifikan interpretasi :

a) Bila Probabilitas>0.05, maka H0 diterima

b) Bila Probabilitas≤0.05, maka H0 ditolak

Page 48: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

32

3.10 Aspek Etik Penelitian

Standar etik dalam penelitian kesehatan melibatkan subyek manusia dengan

mendapatkan informasi data subjek dari data sekunder berupa data rekam

medik. Standar ini diperkuat dalam Deklarasi Helsinki 1964,yang beberapa

kali diperbaharui, dan terakhir pada tahun 2008 di seoul. Standar

internasional mensyaratkan adanya kajian ilmiah dan etik terhadap

penelitian biomedik dan perilaku dalam melibatkan manusia sebagai subjek

penelitian untuk menjaga tegaknya etika serta terpeliharanya rasa hormat

dan perlindungan terhadap subyek penelitian (World Medical Association

Declaration of Helsinki,2013).

Page 49: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan tentang perbedaan nilai APTT dan

PT pada pasien Demam Berdarah Dengue derajat klinis I dan derajat klinis II

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak terdapat perbedaan nilai APTT pada pasien demam berdarah dengue

derajat klinis I dan II di RSUD Pringsewu Lampung.

2. Tidak terdapat perbedaan nilai PT pada pasien demam berdarah dengue

derajat klinis I dan II di RSUD Pringsewu Lampung.

5.2 Saran

1. Bagi RSUD Pringsewu lampung

Membantu petugas kesehatan dalam mengetahui peredaan nilai APTT dan

PPT pada pasien demam berdarah dengue dengan derajat klinis I dan

derajat klinis II.

2. Bagi peneliti selanjutnya

a. Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian dengan

metode yang berbeda seperti konsensus.

b. Dapat menggunakan variabel kualitatif sehingga menyempurnakan

hasil penelitian yang telah dilakukan.

Page 50: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi,U. F.Sudjana ,P., Sukowati S., Wahyono T. M. Haryanto, B., Mulyono,

S., et al. (2010). Demam Berdarah Dengue. Jakarta, Indonesia:

http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/bu

letin-dbd.

Annisa D. R., Hapsari, M, & Farhanah, N. 2015. Perbedaan profil klinis penyakit

demam berdarah dengue pada anak dan dewasa. Media Medika Muda , 4

(4).

Bandyopadhay, D, Chattaraj, S., Hajra, A., Mukhopadyay, S., & Ganesan, V.

(2016). A Study on Spectrum of Hepatobiliary Dysfunctions and Pattern

of Liver Involvement in Dengue Infection. Journal of Clinical and

Diagnostic Research , 10 (5), OC21-OC26.

Candra, A. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan

Faktor Risiko Penularan , 2 (2), 110-119.

Dalugama, C., & Gawarammana, I. B. 2017. Dengue hemorrhagic fever

complicated with acute liver failure: a case report. University of

Paradeniya, Department of medicine. Paradeniya: Biomed central.

Dharma, R., Hadinegoro, S. R., & Priatni, I. 2006. Disfungsi endotel pada demam

berdarah dengue. Makara Kesehatan , 10 (1), 17-23.

Durachim, A., & Astuti, D. 2018. Bahan ajar teknologi laboratorium medik.

Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Hartoyo, E. 2008. Spektrum Klinis Demam Berdarah Dengue pada Anak. Sari

Pediatri , 10 (3), 145- 150.

Kamal, A., Tefferi, A., & Pruth, R. K. 2007. How to Interpret and Pursue an

Abnormal Prothrombin Time, Activated Partial Thromboplastin Time,

and Bleeding Time in Adults. Mayo Clinic Proceedings , 82 (7), 865-866.

Karyanti, M. R., & Hadinegoro, S. R. 2009. Perubahan Epidemiologi Demam

Berdarah Dengue Di Indonesia. Sari Pediatri , 10 (6), 424-432.

Page 51: PERBEDAAN NILAI APTT DAN PT PADA PASIEN DEMAM …digilib.unila.ac.id/59522/2/SKRIPSI TANPA PEMBAHASAN.pdf(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). mempunyai 4 jenis serotipe,

52

Lam, P. K., Ngoc, T. V., Thuy, T. T., & Van, N. T. 2017. The value of daily

platelet counts for predicting dengue shock syndrome: Results from a

prospective observational study of 2301 Vietnamese children with

dengue. PLoS Neglected Tropical Diseases , 11 (4).

Martina, B. E., Koraka, P., & Osterhaus, A. D. 2009. Dengue Virus Pathogenesis.

Clinical Microbiology review , 22 (4), 572.

Notoatmodjo, S. 2014. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka cipta.

Pujiati. 2009. Kinetika gangguan koagulasi pada penderita Demam Berdarah

Dengue. 1 (2), 121- 131.

Rizal. 2011. Kebocoran plasma pada Demam Berdarah Dengue. Kalbemed , 38

(2), 93.

Satari, H. I., & Karyanti, M. R. 2012. Pitfalls pada diagnosis dan tata laksana

infeksi dengue (Vol. 63). Jakarta: Update Management of Infectious

Disease and Gastrointestinal Disorder.

Setiati, T. E., Retnaningsih, A., Supriatna, M., & Soemantri, A. 2005. Skor

kebocoran vaskuler sebagai prediktor awal syok. 21.

Suliarni. 2003. Aktivitas faktor VII pada Sepsis. Patologi Klinik - Universitas

Sumatera Utara , 1-41.

Suwarto, S., Diahtantri, R. A., & Hudiya, E. 2018. Hubungan antara Konsentrasi

D-Dimer dengan Parameter Laboratorium Kebocoran Plasma pada Infeksi

Dengue. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia , 5 (3), 110-115.

Syumarta, Y., Hanif, M. A., & Rustam, E.2014. Hubungan jumlah trombosit,

hematokrit dan hemoglobin dengan derajat klinik demam berdarah dengue

pada pasien dewasa di RSUP. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan

Andalas , 3 (3).

Widyanti, N. N. 2016. Hubungan jumlah hematokrit dan trombosit dengan tingkat

keparahan pasien demam berdarah dengue di Rumah Sakit Sanglah tahun

2013-2014. E-Jurnal Medika , 5 (8), 1-7.

Wills, B. A., Oragui, E. E., Stephen, A. C., & Daramola, O. A. 2002. Coagulation

abnormalities in dengue hemorrhagic Fever :Serial investigations in 167

vietnams children with dengue shock syndrome. Major Article , 35 (3),

277-85.

World Health Organization. 2016. 2016 Dengue. Dengue Bulletin , 39 (12), 44.

Zein, U. 2014. Pedoman Penatalaksanaan “One Day Care” Penderita Demam

Berdarah Dengue Dewasa. Universitas sumatera utara, Fakultas

Kedokteran, Medan.