Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

27
Prokrastinasi Pada Mahasiswa Dalam Penyelesaian Skripsi Priska Devy Anggraeni Pembimbing : Dra. M.M. Nilam Widyarini, Msi ABSTRAKSI Di lingkungan Perguruan Tinggi, selalu dapat ditemukan adanya mahasiswa yang mengalami prikrastinasi (penundaan) dalam penyelesaian skripsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat fenomena yang terjadi pada mahasiswa yang mengalami penundaan (prokrastinasi) dalam penyelesaian skripsinya, baik yang masih melakukan penundaan, maupun yang sudah bisa mengatasi perilaku prokrastinasinya tersebut. Pertanyaan penelitian ini adalah : bagaimana gambaran prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi, mengapa prokrastinasi terjadi pada mahasiswa dalam masa penyelesaian skripsi, dan bagaimana mengatasi prokrastinasi pada mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya. Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan bagaiman upaya pemecahan yang harus dilakukan serta tujuan penelitian, karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang dalam masa penyelesaian skripsinya yang tidak tepat wakti, dan mahasiswa tingkat akhir yang telah dapat mengatasi prokrastinasinya dalam pembuatan skripsi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode atau pendekatan kulitatif. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan diarahkan pada pengalaman atau peristiwa yang terjadi di masa kini dan di masa lalu dalam kehidupannya menyangkut penundaan skripsi yang dilakukan. Fokus perhatian yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menekankan pada metode-metode tertentu yang penting dalam perjalanan hidupnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga subjek melakukan prokrastinasi pada tugas skripsinya. Pada subjek satu dan subjek dua masih melakukan penundaan pada penyelesaian skripsinya sampai saat ini, sedangkan subjek tiga pernah melakukan penundaan pada penyelesaian skripsinya beberapa waktu yang lalu tetapi saat ini sudah dapat mengatasinya. Kata kunci : Penundaan / prokrastinasi, skripsi, mahasiswa.

Transcript of Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

Page 1: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

Prokrastinasi Pada Mahasiswa Dalam Penyelesaian Skripsi

Priska Devy Anggraeni Pembimbing : Dra. M.M. Nilam Widyarini, Msi

ABSTRAKSI

Di lingkungan Perguruan Tinggi, selalu dapat ditemukan adanya mahasiswa yang mengalami prikrastinasi (penundaan) dalam penyelesaian skripsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat fenomena yang terjadi pada mahasiswa yang mengalami penundaan (prokrastinasi) dalam penyelesaian skripsinya, baik yang masih melakukan penundaan, maupun yang sudah bisa mengatasi perilaku prokrastinasinya tersebut. Pertanyaan penelitian ini adalah : bagaimana gambaran prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi, mengapa prokrastinasi terjadi pada mahasiswa dalam masa penyelesaian skripsi, dan bagaimana mengatasi prokrastinasi pada mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya.

Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan bagaiman upaya pemecahan yang harus dilakukan serta tujuan penelitian, karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang dalam masa penyelesaian skripsinya yang tidak tepat wakti, dan mahasiswa tingkat akhir yang telah dapat mengatasi prokrastinasinya dalam pembuatan skripsi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode atau pendekatan kulitatif. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan diarahkan pada pengalaman atau peristiwa yang terjadi di masa kini dan di masa lalu dalam kehidupannya menyangkut penundaan skripsi yang dilakukan. Fokus perhatian yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menekankan pada metode-metode tertentu yang penting dalam perjalanan hidupnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga subjek melakukan prokrastinasi pada tugas skripsinya. Pada subjek satu dan subjek dua masih melakukan penundaan pada penyelesaian skripsinya sampai saat ini, sedangkan subjek tiga pernah melakukan penundaan pada penyelesaian skripsinya beberapa waktu yang lalu tetapi saat ini sudah dapat mengatasinya.

Kata kunci : Penundaan / prokrastinasi, skripsi, mahasiswa.

Page 2: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

PENDAHULUAN

Latar belakang Masalah

Dalam setiap tahunnya di setiap

Perguruan Tinggi baik negeri maupun

swasta, selalu meluluskan beribu-ribu

mahasiswa dari beragam fakultas dari

berbagai jurusan yang tersedia di Perguruan

Tinggi tersebut. Banyak mahasiswa yang

masih harus menempuh kuliah melebihi

batas waktu normal sehingga penyusunan

skripsi akhirnya juga tertunda. Akibatnya

banyak mahasiswa yang belum bisa bahkan

tidak mampu untuk menyelesaikan skripsi

dalam rentang waktu normal untuk lulus

kuliah.

Dalam bahasa psikologi, terdapat

istilah prokrastinasi yang menunjukkan

suatu perilaku yang kurang disiplin dalam

penggunaan waktu. Penundaan

(procrastination) berasal dari kata berbahasa

latin yang artinya “tentang hari esok” (Jerry

& Newcombe, 2005).

Prokrastinasi adalah suatu

kecenderungan untuk menunda dalam

memulai maupun menyelesaikan kinerja

secara keseluruhan untuk melakukan

aktivitas lain yang tidak berguna, sehingga

kinerja menjadi terhambat, tidak pernah

menyelesaikan tugas tepat waktu, serta

sering terlambat dalam menghadiri

pertemuan-pertemuan (Tuckman, 2007).

Prokrastinasi akademik banyak

berakibat negatif. Karena melakukan

penundaan, banyak waktu terbuang dengan

sia-sia. Tugas menjadi terbengkalai, bahkan

bila diselesaikan hasilnya menjadi tidak

maksimal. Penundaan juga bisa

mengakibatkan seseorang kehilangan

kesempatan dan peluang yang datang (Rizvi,

2007).

Hasil penelitian Yosh (2007)

menunjukan bahwa prokrastinasi merupakan

salah satu masalah yang menimpa sebagian

besar anggota masyarakat luas, dan pelajar

pada lingkungan yang lebih kecil. Sekitar

25% sampai dengan 75% dari pelajar atau

mahasiswa melaporkan bahwa prokrastinasi

merupakan suatu masalah dalam lingkup

akademis mereka.

Penyelesaian skripsi yang tertunda,

tentunya dikarenakan berbagai macam faktor

yang ada di lingkungan sekitar. Prokrastinasi

pada mahasiswa dapat disebabkan oleh

faktor-faktor internal seperti kemampuan

inteligensi, kesehatan fisik dan psikis,

motivasi, dan sebagainya. Orang dengan

motivasi rendah cenderung akan melakukan

prokrastinasi dibandingkan dengan orang

yang motivasinya tinggi. Prokrastinasi pada

mahasiswa juga dapat disebabkan oleh

faktor-faktor eksternal seperti faktor SES

(status ekonomi sosial), keluarga atau pola

asuh orang tua, peer group, sibuk bekerja,

sarana dan prasarana untuk penyelesaian

skripsi tersebut, kurangnya informasi yang

diperoleh, kurang atau tidak adanya

dukungan moral dan spiritual dari

Significant Others, dan sebagainya (Ferrari

& Ollivete, 2007).

Menurut Lindgren (Dalam Jerry &

Newcombe, 2005) dalam pendekatan

kognitif menyatakan bahwa perilaku

seseorang ditentukan oleh persepsi dan

pengalaman mereka terhadap situasi yang

Page 3: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

dikaitkan dengan tujuan. Perilaku individu

dapat diprediksi apabila diketahui

bagaimana individu mempersepsikan situasi

dan apa yang diharapkan. Ditegaskan bahwa

perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi

mengenai diri mereka dan lingkungan

sekitarnya, sehingga apa yang dilakukan

merupakan cerminan dari lingkungan

sekitarnya, dan persepsi merupakan salah

satu prediktor perilaku individu. Lebih lanjut

Hurlock (Dalam Tuckman, 2007)

menambahkan bahwa persepsi individu

dapat memotivasi perilakunya lebih lanjut.

Objek persepsi yang dinilai tidak

menyenangkan, maka perilakunya negatif,

seperti halnya mahasiswa yang menganggap

mengumpulkan data untuk dapat menyusun

skripsi adalah hal yang sulit dan tidak

menyenangkan, maka mahasiswa tersebut

cenderung melakukan prokrastinasi dalam

menyelesaikan tugas skripsinya. Namun,

individu yang mempersepsikan suatu objek

secara positif akan mengkondisikan individu

secara psikologis sebagai motivasi bagi

individu untuk berperilaku positif.

Dikatakan juga bahwa tingkat

prokrastinasi akademik seseorang akan

semakin meningkat seiring dengan makin

lamanya studi seseorang. Jika pada masa

remaja seseorang sudah melakukan

prokrastinasi akademik, diasumsikan pada

saat menjadi mahasiswa tingkat

prokrastinasi akademiknya semakin

meningkat (Tuckman, 2007).

Berbagai hasil penelitian juga

menemukan bahwa faktor eksternal yang

juga mempengaruhi prokrastinasi akademik

seseorang, antara lain gaya pengasuhan

orang tua: yang menemukan bahwa kondisi

lingkungan yang rendah pengawasan

membuat prokrastinasi akademik juga lebih

banyak dilakukan daripada lingkungan yang

penuh pengawasan (Millgram dalam Yosh,

2007).

Ahli efisiensi Ivy Lee (Dalam Jerry &

Newcombe, 2005) berpendapat bahwa hal-

hal yang harus dilakukan sebagai salah satu

langkah dalam mengatasi prokrastinasi

antara lain merencanakan untuk hari ini

yaitu dengan memikirkan apa yang akan

dilakukan dalam rangka menyelesaikan

skripsi, dan menentukan prioritas dan tujuan.

Prioritas adalah nilai-nilai yang tertanam

dengan dalam tentang apa yang penting

dalam kehidupan. Tujuan adalah hal-hal

yang ingin dicapai atau lihat untuk terjadi.

Tujuan sebaiknya ditetapkan sesuai dengan

prioritas.

Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa prokrastinasi sudah ada sejak dahulu.

Banyak mahasiswa yang belum juga

menyelesaikan kuliah karena penyelesaian

skripsinya tertunda. Namun sangat

disayangkan bahwa beberapa mahasiswa

baru kurang belajar dari pengalaman

terdahulu, sehingga mereka tetap saja

melakukan prokrastinasi dalam bidang

akademiknya. Padahal banyak contoh yang

dapat diambil dari para seniornya akibat

perilaku prokrastinasi, seperti kehilangan

banyak peluang yang datang, harus

menempuh kuliah lebih lama dari yang

seharusnya karena belum juga dapat

menyelesaikan skripsi. Selain itu, banyak

Page 4: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

waktu terbuang sia-sia yang seharusnya

lebih bisa dimanfaatkan untuk keberhasilan.

Maka diperlukan cara untuk bisa

mengurangi dan mengatasi perilaku

prokrastinasi agar mahasiswa dapat

menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk

lulus tepat pada waktunya.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki dua

manfaat, yaitu : 1. Manfaat Teoritis.

Diharapkan dapat menambah pengetahuan

dalam bidang psikologi pendidikan dan

psikologi klinis, khususnya tentang

prokrastinasi pada mahasiswa dalam

penyelesaian skripsi. Selain itu juga

penelitian ini dapat dikembangkan lebih

lanjut oleh peneliti lain. 2. Manfaat Praktis.

Berawal dari masalah tersebut diatas,

diharapkan penelitian ini dapat memberikan

gambaran bagi para pengajar (dosen),

mahasiswa, orangtua, perguruan tinggi,

maupun masyarakat secara umum tentang

prokrastinasi pada mahasiswa dalam

penyelesaian skripsi. Juga dapat mengetahui

sebab-sebab terjadinya prokrastinasi

akademik pada mahasiswa dalam

menyelesaikan skripsi. Dengan demikian,

sebab-sebab prokrastinasi tersebut dapat

dihindari sehingga penyelesaian skripsi oleh

mahasiswa dapat lebih lancar.

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah prokrastinasi berasal dari

bahasa latin yaitu procrastination dengan

awalan “pro” yang berarti mendorong maju

atau bergerak maju dan akhiran “crastinus”

yang berarti keputusan hari esok atau jika

digabungkan menjadi menangguhkan atau

menunda sampai hari berikutnya (Carleton,

2007).

Penundaan atau penghindaran tugas

yang kemudian disebut prokrastinasi tidak

selalu diartikan sama dalam perspektif

budaya dan bahasa manusia. Misalnya pada

bangsa Mesir kuno mengartikan

prokrastinasi dengan dua arti, yaitu

menunjukkan suatu kebiasaan yang berguna

untuk menghindari kerja yang penting dan

usaha yang impulsif, juga menunjukkan

suatu arti kebiasaan yang berbahaya akibat

kemalasan dalam menyelesaikan suatu tugas

yang penting untuk nafkah hidup, seperti

mengerjakan ladang ketika waktu menanam

sudah tiba. Jadi pada abad lalu prokrastinasi

bermakna positif bila penunda sebagai upaya

konstruktif untuk menghindari keputusan

impulsif dan tanpa pemikiran yang matang,

dan bermakna negatif bila dilakukan karena

malas atau tanpa tujuan yang pasti (Carleton,

2007).

Prokrastinasi dapat dikatakan sebagai

salah satu perilaku yang tidak efisien dalam

menggunakan waktu, dan adanya

kecenderungan untuk tidak segera memulai

suatu pekerjaan ketika menghadapi suatu

tugas. Sehingga seseorang mempunyai

kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai

dengan batas waktu yang telah ditentukan,

sering mengalami keterlambatan,

mempersiapkan sesuatu dengan sangat

berlebihan, maupun gagal dalam

Page 5: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

menyelesaikan tugas sesuai batas waktu

yang telah ditentukan, dikatakan sebagai

seorang yang melakukan prokrastinasi (Jerry

& Newcombe, 2005).

Prokrastinasi dapat dipandang dari

berbagai segi. Prokrastinasi bisa dikatakan

hanya sebagai suatu penundaan atau

kecenderungan menunda-nunda memulai

suatu pekerjaan. Namun prokrastinasi juga

bisa dikatakan penghindaran tugas, yang

diakibatkan perasaan yang tidak senang

terhadap tugas dan ketakutan untuk gagal

dalam mengerjakan tugas. Prokrastinasi juga

bisa sebagai suatu trait atau kebiasaan

seseorang terhadap respon dalam

mengerjakan tugas (Carleton, 2007).

Pada kalangan ilmuwan istilah

prokrastinasi untuk menunjukan pada suatu

kecenderungan menunda-nunda

penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan.

Seseorang yang mempunyai kecenderungan

untuk menunda atau tidak segera memulai

suatu kerja, ketika menghadapi suatu kerja

atau ketika menghadapi suatu tugas disebut

sebagai seorang yang melakukan

prokrastinasi.

Menurut Glenn (Dalam Rizvi, 2007)

prokrastinasi berhubungan dengan berbagai

sindrom-sindrom psikiatri. Prokrastinator

biasanya mempunyai pola tidur yang tidak

sehat, mempunyai depresi yang kronis,

menjadi penyebab stres, dan berbagai

penyebab penyimpangan psikologis lainnya.

Menurut Watson (Dalam Rizvi, 2007)

penyebab prokrastinasi berkaitan dengan

takut gagal, tidak suka pada tugas yang

diberikan, menentang dan melawan kontrol,

mempunyai sifat ketergantungan dan

kesulitan dalam membuat keputusan.

Dengan demikian, dari berbagai

pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa prokrastinasi adalah perilaku yang

tidak efisien dalam menggunakan waktu dan

cenderung untuk tidak segera memulai suatu

pekerjaan. Prokrastinasi juga bisa dikatakan

sebagai penghindaran tugas dan cenderung

untuk menunda-nunda penyelesaian suatu

tugas atau pekerjaan.

Jenis-jenis Tugas pada Prokrastinasi

Prokrastinasi dapat dilakukan pada

beberapa jenis pekerjaan. Peterson (Dalam

Jerry & Newcombe, 2005) mengatakan

bahwa seseorang dapat melakukan

prokrastinasi hanya pada hal-hal tertentu

saja atau pada semua hal, sedangkan jenis-

jenis tugas yang sering ditunda oleh

prokrastinator yaitu pada tugas pembuatan

keputusan, tugas-tugas rumah tangga,

aktivitas akademik, pekerjaan kantor dan

lainnya.

Peterson (Dalam Jerry & Newcombe,

2005) menambahkan bahwa prokrastinasi

akademik dan non-akademik sering menjadi

istilah yang digunakan oleh para ahli untuk

membagi jenis-jenis tugas di atas menjadi :

a. Prokrastinasi akademik adalah jenis

penundaan yang dilakukan pada jenis tugas

formal yang berhubungan dengan tugas

akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas

kursus, b .Prokrastinasi non-akademik

adalah penundaan yang dilakukan pada jenis

tugas non-formal atau tugas yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari,

Page 6: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial,

tugas kantor dan lain sebagainya.

Menurut Green (Dalam Tuckman,

2007) jenis tugas yang menjadi objek

prokrastinasi akademik adalah tugas yang

berhubungan dengan kinerja akademik.

Perilaku-perilaku yang mencirikan

penundaan dalam tugas akademik dipilah

dari perilaku lainnya dan dikelompokkan

menjadi unsur prokrastinasi akademik.

Solomon dan Rothblum (Dalam Tuckman,

2007) menyebutkan 6 area akademik untuk

melihat jenis-jenis tugas yang sering

diprokrastinasi oleh pelajar, yaitu tugas

mengarang, belajar menghadapi ujian,

membaca, kinerja administratif, menghadiri

pertemuan, dan kinerja akademik secara

keseluruhan.

Ferrari (Dalam Rizvi, 2007) membagi

prokrastinasi menjadi dua : a. Functional

procrastination, yaitu penundaan pengerjaan

tugas yang bertujuan untuk memperoleh

informasi yang lebih lengkap dan akurat, b.

Disfunctional procrastination, penundaan

yang tidak bertujuan, berakibat jelek dan

menimbulkan masalah. Ada dua bentuk

disfunctional procrastination : 1).

Penundaan dalam mengambil keputusan

(Decisional procrastination), merupakan

sebuah antaseden kognitif dalam menunda

untuk memulai melakukan suatu kerja dalam

menghadapi situasi yang dipersepsikan

penuh stress. Prokrastinasi dilakukan

sebagai bentuk coping yang digunakan

untuk menyesuaikan diri dalam pembuatan

keputusan yang dipersepsikan penuh stress.

Jenis prokrastinasi ini terjadi akibat

kegagalan tugas, yang kemudian

menimbulkan konflik dalam diri individu,

sehingga Ia menunda untuk memutuskan

masalah. decisional procrastination

berhubungan dengan kelupaan dan

kegagalan proses kognitif. 2). Avoidance

procrastination atau behavioral

procrastination adalah suatu penundaan

dalam perilaku tampak. Penundaan

dilakukan sebagai suatu cara untuk

menghindari tugas yang dirasa tidak

menyenangkan dan sulit untuk dilakukan.

Dalam penelitian ini, jenis

prokrastinasi yang diteliti adalah

prokrastinasi akademik, adalah penundaan

yang dilakukan pada jenis tugas formal yang

berhubungan dengan tugas akademik yaitu

penundaan dalam penyelesaian skripsi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Prokrastinasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi

prokrastinasi dapat dikategorikan menjadi

dua macam (Ferrari & Olivete, 2007), yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. A.

Faktor internal adalah faktor-faktor yang

terdapat dalam diri individu yang

mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor

tersebut meliputi kondisi fisik dan kondisi

psikologis dari individu. Orang dengan

motivasi rendah cenderung akan melakukan

prokrastinasi dibandingkan dengan orang

yang motivasinya tinggi. Berbagai hasil

penelitian juga menemukan aspek lain pada

diri individu yang turut mempengaruhi

seseorang untuk mempunyai suatu

kecenderungan perilaku prokrastinasi yaitu

rendahnya kontrol diri. B. Faktor eksternal

Page 7: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

adalah faktor-faktor yang terdapat diluar diri

individu yang mempengaruhi prokrastinasi.

Faktor-faktor tersebut berupa faktor SES

(Status Ekonomi Sosial), keluarga atau pola

asuh orang tua, peer group, sibuk bekerja,

sarana dan prasarana untuk penyelesaian

skripsi tersebut, kurangnya informasi yang

diperoleh, kurang atau tidak adanya

dukungan moral dan spiritual dari

Significant Others, dan sebagainya. Dalam

pola asuh, tingkat pengasuhan otoriter ayah

menyebabkan munculnya kecenderungan

perilaku prokrastinasi yang kronis pada

subjek penelitian anak wanita. Dan ibu yang

memiliki kecenderungan melakukan

procrastination menghasilkan anak wanita

yang memiliki kecenderungan untuk

melakukan prokrastinasi pula (Ferrari &

Ollivete, 2007).

Ferrari dan Ollivete (2007) juga

menambahkan faktor-faktor yang

mempengaruhi prokrastinasi dilihat dari

teori perkembangan prokrastinasi adalah

sebagai berikut : a. Psikodinamik. Penganut

psikodinamik beranggapan bahwa

pengalaman masa kanak-kanak

mempengaruhi perkembangan proses

kognitif seseorang ketika dewasa, terutama

trauma. Seseorang yang pernah mengalami

trauma akan suatu tugas tertentu, misalnya

gagal menyelesaikan tugas sekolahnya, akan

cenderung melakukan prokrastinasi ketika

seseorang tersebut dihadapkan lagi pada

suatu tugas yang sama. Seseorang tersebut

akan teringat kepada pengalaman kegagalan

maupun perasaan tidak menyenangkan yang

pernah dialami dimasa lalu, sehingga ia

menunda mengerjakan tugasnya, yang

dipersepsikan akan mendatangkan perasaan

seperti masa lalu. b. Behavioristik. Penganut

psikologi behavioristik beranggapan bahwa

perilaku prokrastinasi akademik muncul

akibat proses pembelajaran. Seseorang

melakukan prokrastinasi akademik karena

dia pernah mendapatkan reinforcement atas

perilaku tersebut. Seseorang yang pernah

merasakan sukses dalam melakukan tugas

kuliahnya dengan melakukan penundaan,

cenderung akan melakukan lagi

perbuatannya. Sukses yang pernah ia

rasakan akan dijadikan reward untuk

mengulangi perilaku yang sama dimasa yang

akan datang. c. Kondisi lingkungan. Perilaku

prokrastinasi akademik juga bisa muncul

pada kondisi lingkungan tertentu. Kondisi

yang menimbulkan stimulus tertentu bisa

menjadi reinforcement bagi munculnya

perilaku prokrastinasi. Kondisi yang rendah

dalam pengawasan akan mendorong

seseorang untuk melakukan prokrastinasi

akademik, karena tidak adanya pengawasan

akan mendorong seseorang untuk

berperilaku tidak tepat waktu. d. Cognitive

behavioral. Prokrastinasi akademik terjadi

karena adanya keyakinan irrasional yang

dimiliki oleh seseorang. Keyakinan

irrasional tersebut dapat disebabkan oleh

suatu kesalahan dalam mempersepsikan

tugas skripsi, seseorang memandang tugas

tersebut sebagai sesuatu yang berat dan tidak

menyenangkan (aversiveness of the task and

fear of failure). Oleh karena itu seseorang

merasa tidak mampu untuk menyelesaikan

tugasnya secara memadai, sehingga

Page 8: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

seseorang menunda-nunda dalam

menyelesaikan tugas tersebut. Fear of

failure adalah ketakutan yang berlebihan

untuk gagal. Seseorang menunda-nunda

mengerjakan tugas skripsinya karena takut

jika gagal menyelesaikannya sehingga akan

mendatangkan penilaian yang negatif akan

kemampuannya. Akibatnya seseorang

menunda-nunda mengerjakan tugas yang

dihadapinya.

Dalam penelitian ini, untuk

mengetahui mengapa terjadi prokrastinasi

pada mahasiswa, dilakukan pengumpulan

data berdasarkan faktor-faktor penyebab

prokrastinasi yang meliputi faktor internal,

faktor eksternal, dan faktor-faktor

berdasarkan teori-teori perkembangan.

Ferrari dan Ollivete (2007)

mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku

penundaan, prokrastinasi akademik pada

mahasiswa dapat termanifestasikan dalam

indikator tertentu yang dapat diukur dan

diamati dengan ciri-ciri berupa : a.

Penundaan untuk memulai maupun

menyelesaikan kerja pada tugas yang

dihadapi. b. Keterlambatan dalam

mengerjakan tugas. c. Kesenjangan waktu

antara rencana dan kinerja actual. d.

Melakukan aktivitas lain yang lebih

menyenangkan daripada melakukan tugas

yang harus dikerjakan.

Menurut dua ahli prokrastinasi.

Joseph Ferrari, Ph.D., professor psikologi

dari De Paul University di Chicago, dan

Timothy Pychyl, Ph.D., professor psikologi

dari Carleton University Ottawa (2008),

banyak penyebab yang membuat orang

terjerat kebiasaan buruk ini. Untuk

mengetahuinya, ada 10 informasi penting

yang perlu diketahui tentang ciri-ciri

prokrastinasi, yaitu : a. Sekitar 20 persen

masyarakat mengidentifikasikan dirinya

sebagai pengidap kronis prokrastinasi. Bagi

mereka, prokrastinasi adalah gaya hidup

meskipun bukan berarti kegagalan dalam

beradaptasi. b. Prokrastinasi bukanlah hal

sepele, meskipun sebagai budaya kita tidak

menganggap hal ini sebagai masalah.

Kebiasaan ini merupakan wujud dari

problem serius pengendalian diri. c.

Prokrastinasi bukanlah masalah dalam

manjemen waktu atau perencanaan. Para

pengidap prokrastinasi tidaklah berbeda

dalam hal memperhitungkan waktu,

meskipun mereka lebih optimis ketimbang

yang lain. “Menyuruh seseorang yang sering

menunda-nunda untuk membeli agenda

mingguan seperti halnya menyarankan

penderita depresi kronis untuk tetap

tersenyum,” ujar Dr. Ferrari. d. Sifat

prokrastinasi terbentuk dari lingkungan dan

bukan akibat faktor keturunan. Kebiasaan ini

tumbuh tidak secara langsung dalam

keluarga dan merupakan respon terhadap

gaya otoriter yang diterapkan oangtua.

Kekejaman serta dominasi sang ayah dapat

menghambat perkembangan anak untuk

dapat mengatur dirinya sendiri,

menginternalisasi perhatiannya sendiri dan

kemudian belajar untuk bertindak terhadap

mereka. Prokrastinasi bahkan bisa menjadi

salah satu untuk pembebasan. e.

Prokrastinasi dapat memprediksikan

tingginya konsumsi alkohol diantara mereka

Page 9: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

yang minum minuman keras. Para pengidap

prokrastinasi cenderung minum lebih

banyak dari yang diinginkan sebagai

manifestasi generalisasi masalah dalam

pengendalian diri. f. Para pengidap

prokrastinasi kerap membohongi dirinya

sendiri, misalnya mengatakan “Saya merasa

lebih suka melakukannya esok hari” atau

“Saya biasa bekerja dalam tekanan”. Namun

faktanya, mereka tidak bergegas keesokan

harinya untuk bekerja atau melakukan yang

terbaik disaat berada dalam tekanan. Selain

itu, mereka melindungi perasaan dirinya

dengan mengatakan “Ini tidaklah penting”.

Kebohongan besar yang biasa dilakukan

prokrastinator adalah bahwa tekanan waktu

akan membuat mereka menjadi lebih kreatif.

Buktinya, mereka tidak berubah untuk

menjadi lebih kreatif, mereka hanya

merasanya. Mereka justru memboroskan

modal mereka sendiri. g. Pengidap

prokrastinasi secara aktif mencari-cari

kekacauan atau kebingungan, khususnya

seseorang yang tidak memiliki komitmen

serius. h. Secara garis besar, ada tiga tipe

pengidap prokrastinasi didasarkan atas

alasan yang berbeda. Tipe Arousal atau

pencari ketegangan, yang menunggu hingga

menit-menit akhir untuk panik. Tipe

Avoidance atau penghindar, yang mungkin

menindari atau bahkan takut sukses. Tipe

Decisional, yang tidak bisa membuat

keputusan. Dengan tidak membuat

keputusan, mereka menjadi terbatas dari

tanggung jawab akan hasil dari sebuah

kejadian. i. Ada begitu besar kerugian yang

disebabkan prokrastinasi. Kesehatan adalah

salah satunya. Bila dikaitkan dengan

akademis, mahasiswa pengidap prokrastinasi

cenderung bermasalah dengan kekebalan

tubuh, lebih sering terserang flu dan batuk,

masalah pencernaan serta imsonia. Selain

itu, prokrastinasi merugikan diri sendiri dan

orang lain dengan cara mengalihkan beban

tanggung jawab pada orang lain yang lalu

menjadi menyesal. Prokrastinasi merusak

kekompakan tim di temapat kerja dan

hubungan pribadi. j. Pengidap prokrastinasi

sebenarnya dapat mengubah perilaku

mereka, namun membutuhkan banyak sekali

konsumsi energi fisik. Hal itu berarti

seseorang merasa telah terbunah secara

internal. Pemulihannya dapat dilakukan

dengan cara terapi perilaku yang terstruktur.

Dalam penelitian ini, untuk

mendapatkan gambaran mengapa terjadi

prokrastinasi pada mahasiswa, dilakukan

pengumpulan data berdasarkan ciri-ciri

prokrastinasi dan jenis-jenis tugas pada

prokrastinasi menurut Ferrari dan Ollivete

(2007).

Semakin lama seorang mahasiswa

menunda untuk menyelesaikan tugas skripsi

hingga mendekati batas waktu yang

ditentukan, semakin besar pula

kemungkinan ia mengerjakan tugas tersebut

secara tidak optimal atau bahkan tidak

selesai sama sekali (Tribun-Batam, 2007).

Dalam hal ini, penyelesaian dari masalah

prokrastinasi terletak pada diri sendiri. Yang

harus dilakukan antara lain : a. Membenahi

diri, dengan mengetahui secara pasti apa

yang menjadi penyebab seseorang gemar

menunda-nunda untuk menyelesaikan

Page 10: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

skripsi. b. Dengan berpikir bahwa tidak akan

ada yang membantu menyelesaikan tugas,

maka harus mengerjakan sendiri. c.

Membuat penilaian tentang diri sendiri dan

perhatikan apakah itu semua cocok dengan

cara yang selama ini digunakan dalam

menyelesaikan skripsi. d. Mengetahui

apakah lebih banyak keuntungan daripada

kerugiannya. e. Mengenali sasaran yang

ingin di capai dan membuat keputusan yang

realistis tentang cara melakukan tugas

tersebut dan membuat skala prioritas. f.

Membangkitkan motivasi diri, dengan

membuat daftar kelebihan-kelebihan yang

dimiliki serta tugas-tugas yang disukai dan

sudah berhasil diselesaikan. g. Kecemasan

tentang kualitas hasil pekerjaan hanya akan

menghambat dalam penyelesaian tugas

tersebut. Mengingat keuntungan yang

didapatkan bila menyelesaikan skripsi tepat

pada waktunya. h. Mengucapkan kata-kata

setiap kali keinginan menunda pekerjaan

datang seperti: “Tak ada orang yang

sempurna. Mencoba untuk sempurna

hanyalah ilusi yang membuat saya justru

enggan melakukan apa-apa”. Atau “Jauh

lebih mudah bila saya mengerjakannya

sekarang daripada mengerjakannya pada

menit-menit terakhir dan memperburuk

segalanya” (Tribun-Batam, 2007).

Menurut Letham (2007), dampak

perilaku prokrastinasi dapat dibagi menjadi

dua yaitu dampak positif dan dampak

negatif. a. Dampak Positif Prokrastinasi :

Untuk mengubah perilaku agar tidak

menunda-nunda pekerjaan atau tugas agar

selesai tepat waktu, Untuk menghilangkan

pikiran negatif bahwa apa yang dilakukan

prokrastinator adalah hal yang terbaik untuk

melengkapi tugas atau pekerjaannya,

Memberi pengertian bagaimana

prokrastinasi dapat mempengaruhi

terbuangnya waktu secara sia-sia dan

menurunkan kesenangan dalam melakukan

berbagai hal/pekerjaan, Prokrastinasi

mengutamakan apa yang ingin kita kerjakan

sekarang atau hari ini. b. Dampak Negatif

prokrastinasi : Prokrastinasi sebagai faktor

munculnya stress karena apa yang terjadi

tidak sesuai dengan harapan dan

keinginan/gagal dalam pencapaian target

yang diinginkan, Prokrastinasi sebagai

penghambat kebahagiaan, bisa

mempengaruhi kesehatan dan produktivitas,

Hal-hal yang terjadi karena adanya

prokrastinasi adalah keterlambatan yang

diikuti kecemasan dan rasa panik saat usaha

yang dilakukannya gagal atau hasil kurang

memuaskan, Prokrastinasi menimbulkan

kelelahan karena tidak ada waktu yang

efektif dalam mengerjakan tugas, sulitnya

pencapaian keinginan/hasil yang diinginkan,

dan kondisi tubuh yang lemah saat

mengerjakan tugas. Prokrastinasi bukan

hanya akibat dari kelelahan tapi juga

penyebab kelelahan, Prokrastinasi dapat

menyebabkan seseorang membuang waktu

dengan sia-sia, kehilangan harga diri, tidak

kompetitif, tidak percaya diri, cemas,

menipu diri sendiri, dan merasa dirinya tidak

sempurna, Proktastinasi membuat seseorang

sulit untuk mengatur waktu dengan baik

dalam mengerjakan suatu tugas,

Prokrastinasi membuat seseorang

Page 11: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

memandang suatu tugas adalah suatu hal

yang paling sulit, paling membosankan dan

paling tidak menyenangkan.

Menurut penulis, dampak pada

prokrastinasi lebih bersifat negatif. Karena

sebuah penundaan akan mengakibatkan

banyak waktu yang terbuang sia-sia dan

dapat menghilangkan kesempatan yang ada.

Prokrastinasi pada Mahasiswa dalam

Penyelesaian Skripsi

Penundaan yang dilakukan dengan

sengaja dan berulang-ulang, dengan

melakukan aktivitas lain yang tidak

diperlukan dalam pengerjaan tugas disebut

dengan prokrastinasi (Peterson dalam Jerry

& Newcombe, 2005).

Banyak mahasiswa yang menunda

untuk mengerjakan tugas-tugas dari dosen,

maupun menunda belajar untuk menghadapi

ujian, dengan melakukan aktivitas lain yang

tidak penting bagi mereka, mempunyai

kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai

batas waktu yang ditentukan, sering

mengalami keterlambatan, mempersiapkan

sesuatu dengan sangat berlebihan, maupun

gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai

batas waktu yang telah ditentukan, dikatakan

sebagai seorang yang melakukan

prokrastinasi, disebut seorang prokrastinator.

Dengan begitu, dapat pula dikatakan

bahwa istilah yang ada dalam dunia

mahasiswa tentang SKS, yang dibelokkan

kepanjangannya menjadi “Sistem Kebut

Semalam”. Dengan demikian, prokrastinasi

akademik pada mereka dapat dikatakan

sebagai suatu masalah.

Prokrastinator sebenarnya sadar

bahwa dirinya menghadapi tugas-tugas yang

penting dan bermanfaat bagi dirinya

(Sebagai tugas primer), akan tetapi dengan

sengaja menunda-nunda secara berulang-

ulang (kompulsif), hingga muncul perasaan

tidak nyaman, cemas dan merasa bersalah

dalam dirinya.

Mahasiswa yang menganggap

mengumpulkan informasi untuk dapat

menyusun skripsi adalah hal yang sulit dan

tidak menyenangkan, maka mahasiswa

tersebut cenderung melakukan prokrastinasi

dalam menyelesaikan tugas skripsinya.

Namun, mahasiswa yang mempersepsikan

suatu tugas skripsi secara positif maka hanya

kemungkinan kecil mahasiswa tersebut

melakukan prokrastinasi.

Penyelesaian skripsi merupakan salah

satu syarat untuk lulus di Perguruan Tinggi.

Dengan melakukan prokrastinasi pada tugas

skripsinya, mahasiswa yang bersangkutan

masih harus menempuh kuliah lebih dari

yang seharusnya dijadwalkan.

Untuk itu diperlukan cara mengatasi

prokrastinasi agar penundaan pada tugas

skripsinya dapat teratasi. Adapun langkah

yang dapat dilakukan dalam mengatasi

prokrastinasi anatara lain merencanakan

untuk hari ini yaitu dengan memikirkan apa

yang akan dilakukan dalam rangka

menyelesaikan skripsi, dan menentukan

prioritas dan tujuan. Prioritas adalah nilai-

nilai yang tertanam dengan dalam tentang

apa yang penting dalam kehidupan. Tujuan

adalah hal-hal yang ingin dicapai atau lihat

Page 12: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

untuk terjadi. Tujuan sebaiknya ditetapkan

sesuai dengan prioritas.

Dengan demikian diharapkan

penelitian ini dapat membantu mahasiswa

dalam menyelesaikan skripsinya tepat

waktu.

METODE PENELITIAN

Penelitian in bertujuan untuk

mengetahui gambaran prokrastinasi pada

mahasiswa dalam penyelesaian skripsi, juga

untuk mengetahui mengapa prokrastinasi

terjadi pada mahasiswa dalam masa

penyelesaian skripsi. Selain itu juga untuk

mengetahui bagaimana mengatasi

prokrastinasi agar mahasiswa dapat

menyelesaikan skripsinya tepat waktu sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan. Oleh

sebab itu pendekatan yang tepat adalah

pendekatan kualitatif.

Menurut Basuki (2006) penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bertujuan

untuk mendapatkan pemahaman yang

mendalam tentang masalah-masalah

manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan

bagian permukaan dari suatu realitas

sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif

dengan positivismenya. Peneliti

menginterpretasikan bagaimana subjek

memperoleh makna dari lingkungan

sekeliling, dan bagaimana makna tersebut

mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian

dilakukan dalam latar (Setting) yang alamiah

(Naturalistic) bukan hasil perlakuan

(Treatment) atau manipulasi variabel yang

dilibatkan.

Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif,

pemberian batasan pada partisipan

merupakan sesuatu hal yang penting yang

perlu dilakukan berkenaan dengan

pengontrolan keabsahan dan keajegan

penelitian (Banister, dkk. dalam

Poerwandari, 1998).

Penelitian ini bermaksud untuk

mendapatkan gambaran mengenai

prokrastinasi pada mahasiswa dalam

penyelesaian skripsi. Untuk itu peneliti

menetapkan karakteristik subjek yang akan

menjadi sampel penelitian ini sebagai

berikut : Subjek mahasiswa tingkat akhir

yang dalam masa penyelesaian skripsinya

yang tidak tepat waktu, Subjek telah dapat

mengatasi prokrastinasinya.

Menurut Patton (Dalam Poerwandari,

1998), tidak ada aturan yang baku mengenai

jumlah subjek yang harus diambil dalam

penelitian kualitatif. Jumlah subjek sangat

tergantung pada apa yang ingin diketahui

peneliti, tujuan penelitian, konteks saat itu,

apa yang dianggap bermanfaat dan dapat

dilakukan dengan waktu dan sumber daya

yang tersedia. Dengan fokus penelitian

kualitatif pada kedalaman dan proses, maka

penelitian kualitatif cenderung dilakukan

dengan jumlah subjek sedikit.

Dalam penelitian ini, peneliti

berencana untuk mengambil subjek

sebanyak 3 orang. Subjek yang menjadi

responden dalam penelitian ini adalah

mahasiswa yang telah menyelesaikan teori

Page 13: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

perkuliahan, yang melakukan prokrastinasi

akademik sehingga penyelesaian skripsinya

tertunda, dan subjek yang telah dapat

mengatasi prokrastinasi pada skripsinya.

Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis

dalam pengumpulan data adalah metode

wawancara dan observasi.

Metode Wawancara

Menurut Kartono (Dalam Heru

Basuki, 2006) interview atau wawancara

adalah suatu percakapan yang diarahkan

pada suatu masalah tertentu, ini merupakan

proses tanya jawab lisan, dimana dua orang

atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.

Jenis-jenis wawancara dapat di bagi menjadi

: Menurut Sasaran Perorangan; Wawancara

Perorangan, Wawancara Kelompok.

Menurut Prosedurnya ; Wawancara Bebas,

Wawancara Terstuktur, Wawancara

Kombinasi

Menurut Patton (Dalam Poerwandari,

1998) ada tiga pendekatan dalam

memperoleh data melalui wawancara yaitu

wawancara informal, wawancara dengan

pedoman umum, dan wawancara dengan

terstandar yang terbuka.

Dalam wawancara ini digunakan

pedoman wawancara kombinasi. Pedoman

wawancara digunakan untuk mengingatkan

penulis mengenai aspek-aspek apa saja yang

harus dibahas atau ditanyakan, sekaligus

menjadi daftar pengecek apakah aspek-aspek

relevan tersebut telah dibahas atau

ditanyakan. Dalam pedoman wawancara ini

terdiri dari sejumlah daftar pertanyaan yang

sifatnya terbuka. Pertanyaan-pertanyaan itu

dapat berubah atau berkembang sesuai

dengan respon atau jawaban responden akan

tetapi tetap diarahkan sesuai topik penelitian.

Adapun peneliti menggunakan bentuk

wawancara tersebut untuk memperoleh

banyak data dari subjek untuk memberikan

gambaran selengkap-lengkapnya dan

mendalam sesuai dengan topik penelitian.

Metode Observasi

Selain menggunakan metode

wawancara, dalam penelitian ini juga akan

digunakan metode observasi sebagai metode

penunjang. Menurut Kartono (Dalam Heru

Basuki, 2006) pengertian observasi diberi

batasan sebagai berikut : “studi yang

disengaja dan sistematis tentang fenomena

sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan

pengamatan dan pencatatan”. Selanjutnya

dikemukakan tujuan observasi adalah

mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi

dari inter relasinya elemen-elemen tingkah

laku manusia pada fenomena sosial serba

kompleks dalam pola-pola kulturil tertentu.

Observasi Participant

Pengamat melakukan penelitian dengan

mengamati secara langsung subjek yang

diteliti dengan atau tanpa sepengetahuan

responden.

Observasi Non Participant

Pada kondisi ini peneliti dapat melakukan

pengambilan data dari responden walaupun

mereka tidak hadir secara langsung

ditengah-tengah responden. Observasi tidak

langsung ini semakin banyak dilakukan

sesuai dengan kemajuan teknologi

komunikasi yang canggih, seperti

penggunaan telepon, televisi jarak jauh, dan

Page 14: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

jasa satelit komunikasi yang dapat

digunakan dalam dunia penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode observasi non

participant dengan mengamati secara tidak

langsung subjek penelitian untuk

memperoleh data. Observasi dilakukan

hanya pada saat wawancara dengan subjek,

karena peneliti tidak mengikuti kegiatan-

kegiatan subjek untuk melihat prokrastinasi.

Alat Bantu Penelitian

Panduan wawancara yang dibuat peneliti

berupa pertanyaan dasar pada wawancara

yang mencakup hal-hal yang relevan untuk

menjawab pertanyaan penelitian yaitu

bagaimana gambaran prokrastinasi pada

mahasiswa dlam penyelesaian skripsi,

mengapa prokrastinasi terjadi pada

mahasiswa dalam masa penyelesaian skripsi,

dan bagaimana mengatasi prokrastinasi pada

mahasiswa dalam menyelesailan skripsinya.

Setelah peneliti membuat panduan

wawancara, peneliti juga menyiapkan alat-

alat dan tabel yang digunakan dalam

observasi. Observasi hanya dilakukan pada

saat wawancara berlangsung, karena peneliti

menggunakan observasi non participant

dengan tidak mengikuti kegiatan-kegiatan

subjek untuk melihat prokrastinasi. Peneliti

menyiapkan alat tulis untuk mencatat hasil

dari wawancara yang harus dicatat secara

manual dengan menggunakan pulpen dan

Alat Perekam (Tape recorder) yang

berfungsi untuk merekam proses wawancara

yang berlangsung.

Keabsahan dan Keajegan Penelitian

Untuk menjamin keabsahan dari

penelitian ini, maka digunakan triangulasi

data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain dari luar data yang diperoleh.

Teknik triangulasi yang paling banyak

digunakan adalah pemeriksaan melalui

sumber lainnya.

Patton (dalam Poerwandari, 1998)

melihat konsep triangulasi dalam kerangka

yang luas. Triangulasi dapat dibedakan

dalam 4 macam, yaitu :a. Triangulasi data.

Menggunakan berbagai sumber data seperti

dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil

observasi atau juga dengan mewawancarai

lebih dari satu subjek yang dianggap

memiliki sudut pandang yang berbeda.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan

sumber data dari hasil wawancara subjek

penelitian dan orang-orang terdekat subjek,

selain itu juga ditunjang dengan observasi.

Namun dalam penelitian ini observasi hanya

dilakukan pada saat wawancara berlangsung,

karena peneliti menggunakan observasi non

participant dengan tidak mengikuti

kegiatan-kegiatan subjek untuk melihat

prokrastinasi. b. Triangulasi pengamat.

Adanya pengamat di luar peneliti yang turut

memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam

penelitian ini, dosen pembimbing bertindak

sebagai pengamat (expert judgement) yang

memberikan masukan terhadap hasil

pengumpulan data. c. Triangulasi teori.

Yaitu penggunaan berbagai teori yang

berlainan untuk memastikan bahwa data

yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat.

Pada penelitian ini, berbagai teori telah

Page 15: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

dijelaskan dalam bab 2 untuk digunakan

dalam mengumpulkan data tersebut. d.

Triangulasi metodologis, Yaitu penggunaan

berbagai metode untuk meneliti suatu hal,

seperti metode wawancara, metode

observasi, atau metode kuantitatif. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan metode

wawancara dan observasi. Namun observasi

yang dilakukan sangat terbatas, yaitu hanya

pada saat wawancara berlangsung.

Konstruk lain yang diusulkan Lincoln

dan Guba (dalam Poerwandari, 1998) adalah

dependability, menggantikan istilah

reliabilitas dalam penelitian kuantitatif.

Melalui konstruk dependability peneliti

memperhitungkan perubahan-perubahan

yang mungkin terjadi menyangkut fenomena

yang diteliti, juga perubahan dalam desain

sebagai hasil dari pemahaman yang lebih

mendalam tentang setting yang diteliti. Yang

dapat dilakukannya adalah

mengkonsentrasikan diri pada pencatatan

rinci fenomena yang diteliti, termasuk

interelasi aspek-aspek yang terkait.

Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Patton (dalam

Moleong, 1999) adalah proses mengatur

urutan data, mengorganisasikannya ke dalam

suatu pola, kategori dan satuan variasi dasar.

Ia membedakan dengan penafsiran yaitu

memberikan arti yang signifikan terhadap

analisis, menjelaskan pola uraian dan

hubungan antara dimensi-dimensi uraian.

Menurut Poerwandari (1998) langkah

yang harus dilakukan adalah

mengorganisasikan datanya dengan rapih,

sistematis dan selengkap mungkin, setelah

itu langkah yang harus dilakukan adalah

koding (pengkodean). Pada proses koding

ini dimulai dengan menyusun transkip

verbatim (kata demi kata) dari data hasil

wawancara, lalu memberikan kode-kode

atau penomoran disebelah kanan atau kiri

transkip. Pemberian kode-kode atau

penomoran dapat dilakukan secara urut dari

satu baris ke baris lain atau dilakukan pada

tiap-tiap paragraf baru, selanjutnya peneliti

memberikan nama untuk masing-masing

berkas dengan kode tertentu. Kode yang

dipilih haruslah kode yang mudah diingat

dan dianggap paling tepat mewakili berkas

tersebut dan tidak lupa selalu mencantumkan

tanggal disetiap berkas. Dalam penelitian ini

dilakukan koding dengan menyusun transkip

verbatim (kata demi kata) dari data hasil

wawancara, dan selalu mencantumkan

tanggal disetiap berkas.

Page 16: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Perilaku Prokrastinasi Subjek 1, Subjek 2, dan Subjek 3

Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan

Gambaran prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi

1. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi

Subjek melakukan penundaan untuk memulai maupun menyelesikan kerja pada tugas yang dihadapi.

Subjek melakukan penundaan untuk memulai maupun menyelesikan kerja pada tugas yang dihadapi.

Subjek melakukan penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi.

Subjek 1, 2 dan 3 melakukan penundaan pada tugas skripsinya. Tapi sampai saat ini yang melakukan penundaan hanya subjek 1 dan 2, sedangkan subjek 3 saat ini sudah dapat mengatasi penundaannya.

2. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas

Subjek tidak mengalami keterlambatan dalam mengerjakan tugas-tugasnya untuk urusan sekolah.

Subjek melakukan keterlambatan dalam mengerjakan tugas skripsinya. Subjek mengerjakan tugas tersebut jika waktunya sudah dekat.

Subjek melakukan keterlambatan dalam pembuatan tugas skripsinya. Subjek selalu terlambat mengumpulkan tugas-tugasnya di kampus.

Subjek 1 tidak menglami keterlambatan dalam pembuatan tugasnya, namun subjek 2 dan 3 mengalami keterlambatan dalam pembutan tugasnya.

3. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual

Subjek mengalami kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Namun significant others tidak mengetahui tentang hal ini.

Ada kesenjangan waktu yang dilakukan subjek antara rencana dan kinerja aktual. Rencana yang telah dipersiapkan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut tergantung dari kondisi perasaan subjek saat itu.

Ada kesenjangan waktu yang dilakukan subjek antara rencana dan kinerja aktual. seringkali tidak sesuai dengan yang sudah direncanakannya tersebut.

Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 mengalmi kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual

Page 17: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan

4. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan

Subjek melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan seperti jalan-jalan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Namun significant others tidak mengetahui mengenai hal ini.

Subjek melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan skripsinya. Hal tersebut diungkapkan significant others seperti melakukan hobinya yaitu bermain futsal. Namun subjek sendiri tidak mengakuinya.

Subjek tidak melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada ia harus membuat skripsinya.

Subjek 1 dan 2 melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan skripsinya, sedangkan subjek 3 tidak melakukannya.

5. Jenis-jenis prokrastinasi o Functional

procrastination o Disfunctional

procrastination -Decisional

procrastination -Avoidance

procrastination

Menurut subjek, subjek memiliki ciri-ciri jenis prokrastinasi yang lebih menonjol pada functional procrastination. Subjek dalam mengerjakan skripsi biasanya mencari informasi yang lebih lengkap dan akurat. Namun menurut significant others, subjek memiliki ciri-ciri jenis prokrastinasi yang lebih menonjol pada jenis Disfunctional Procrastination bentuk decisional procrastination. subjek menunda untuk membuat skripsinya dalam kondisi lelah dan stress setelah bekerja.

Menurut subjek, subjek memiliki ciri-ciri jenis prokrastinasi yang lebih menonjol pada Disfunctional Procrastination bentuk decisional procrastination. subjek menunda untuk membuat skripsinya dalam kondisi stress tuntutan dari dosen pembimbing. Namun menurut significant others, subjek memiliki ciri-ciri jenis prokrastinasi yang lebih menonjol pada jenis functional procrastination. Subjek dalam mengerjakan skripsi biasanya mencari informasi yang lebih lengkap dan akurat.

Subjek memiliki ciri-ciri jenis prokrastinasi yang lebih menonjol pada jenis functional procrastination. Dalam mengerjakan skripsinya, ubjek biasanya mencari informasi yang lebih lengkap dan akurat terlebih dahulu sebelum I menemui dosen pembimbingnya.

Subjek 1, dan subjek 3 memiliki ciri-ciri jenis prokrsatinasi functional procrastination, sedangkan subjek 2 memiliki ciri-ciri dysfunctional procrastination bentuk decitional procrastination.

Page 18: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan

Mengapa prokrastinasi terjadi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi

1. Faktor Internal • Motivasi • Kondisi fisik • Kondisi Psikologis

Subjek melakukan penundaan pada skripsinya karena rasa malas dan lelah setelah bekerja di kantor. Namun significant others tidak mengetahui hal ini.

Faktor internal dalam diri subjek mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek. Subjek tidak suka motivasi yang terlalu berlebihan, dan jika subjek kurang enak badan biasanya perasaan subjek menjadi tidak baik dan akhirnya subjek malas untuk mengerjakan sesuatu termasuk malas mengerjakan skripsinya.

Motivasi subjek menurun karena rasa malas untuk melanjutkan setelah masa liburan semerteran.

Ada faktor internal yang membuat subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 melakukan penundaan dalam pembuatan skripsinya, seperti rasa malas karena setelah bekerja di kantor dan masa liburan, perasaan yang tiba-tiba berubah.

2. Faktor status ekonomi

Subjek tidak mengalami kendala dalam faktor ekonomi untuk membiayi kuliahnya, dikarenakan subjek memiliki penghasilan sendiri dan pihak kantor membantu untuk membiayai kulih subjek.

Subjek tidak mengalami kendala dalam faktor ekonomi untuk membiayi kuliahnya, dikarenakan orangtua subjek yang cukup berada dan mampu untuk memenuhi kebutuhan subjek.

Faktor ekonomi tidak mempengaruhi perilaku penundaan subjek dalam pembuatn skripsinya.

Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 tidak mengalami kendala dalam faktor ekonomi untuk pembuatan skripsinya.

3. Keluarga / Pola asuh

Pola asuh yang diterapkan orangtua pada subjek adalah rendah pengawasan, sehingga mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek

Keluarga kurang mendukung tentang pembuatan skripsi subjek. subjek menganggap bahwa itu bukan urusan mereka karena subjek yang menjalaninya. Dan pola asuh yang diterapkan orangtua di rumah pada subjek tergolong permisif, yaitu orangtua membiarkan subjek melakukan apa yang diinginkan.

Pola asuh yang diterapkan orangtua pada subjek terbilang longgar karena sejak kecil subjek diberi kebebasan untuk mengambil keputusan.

Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 berasal dari keluarga yang pola asuhnya adalah rendah pengawasan dari orangtua mereka.

Page 19: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan

4. Peer group / Teman sebaya

Subjek terpengaruh oleh teman-temannya yang juga belum menyelesaikan skripsinya. Namun significant others kurang faham mengenai hal ini.

Subjek terpengaruh oleh teman-temannya yang juga belum menyelesaikan skripsinya.

Subjek mendapat dukungan dari teman-temannya dalam pembuatan skripsinya.

Subjek 1 dan subjek 2 terpengaruh oleh teman-temanya dalam melakukan penundaan, sedangkan subjek 3 tidak terpengaruh

5. Kesibukan

Penyusunan skripsi subjek yang tertunda dikarenakan kesibukannya dengan pekerjaan di kantor.

Penyusunan skripsi subjek yang tertunda dikarenakan kesibukannya mengikuti pengulangan kelas dan ujian mandiri untuk memperbaiki nilai-nilainya yang dirasa kurang.

Penundaan yang terjadi pada subjek dikrenakan kesibukannya dengan pekerjaan kantor

Subjek 1, dan subjek 3mengalami kesibukan dengan pekerjaannya di kantor sehingga menunda skripsinya, sedangkan subjek 2 sibuk memperbaiki nilai-nilainya

6. Sarana dan prasarana

Subjek tidak memiliki kendala dengan sarana dan prasarana dalam penyusunan skripsinya.

Subjek tidak memiliki kendala dengan sarana dan prasarana dalam penyusunan skripsinya.

Subjek tidak memiliki kendala dengan sarana dan prasarana dalam penyusunan skripsinya.

subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 tidak memiliki kendala dengan sarana dan prasarana dalam penyusunan skripsinya.

7. Dukungan

Subjek mendapat dukungan yang baik dari orangtua dan dosen pembimbingnya.

Dalam pembuatan skripinya, subjek tidak mendapat dukungan yang baik dari orangtua maupun dari dosen pembimbingnya sendiri. subjek menganggap bahwa subjek yang menjalaninya jadi subjek merasa orangtua tidak perlu banyak ikut campur.

Subjek mendapat dukungan dari keluarga, teman-teman dan dosen pembimbingnya.

Subjek 1, dan subjek 3 mendapat dukungan yang berasal dari orang-orang disekitar mereka. Sedangkan subjek 2 kurang mendapat dukungan.

Page 20: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan

8. Faktor berdasarkan teori perkembangan

- Psikodinamik - Behavioristik - Kondisi lingkungan - Cognitive Behavioral

faktor yang lebih mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek adalah faktor kondisi lingkungan. Dikarenakan pola asuh yang rendah pengawaasan dari orangtua subjek sendiri.

Banyak faktor mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek, diantaranya karena subjek mempersepsikan pembuatan skripsi adalah hal yang berat dan tidak menyenangkan. Selain itu, dari pengalaman masa kanak-kanak subjek dan kondisi yang rendah pengawasan dari orangtua juga mempengaruhi perilaku penundaannya.

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek, diantaranya karena subjek sudah melakukan kebiasaan penundaannya sejak ia kecil. Selain itu juga adanya perasaan subjek takut akan kegagalan untuk hasil yang telah ia kerjakan

Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 melakukan penundaan dikarenakan berbagai macam faktor salah satunya faktor berdasarkan teori perkembangan.

Bagaimana mengatasi prokrastinasi pada mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya

1. Membenahi diri

Subjek mencoba untuk membenahi diri dengan cara ingin menghilangkan sifat malas dari diri subjek. Namun significant others tidak memberi keterangan tentang hal ini.

Subjek mencoba mengatasi perilaku prokrastinasinya dengan cara membenahi diri dengan berpikiran positif dan berusaha membedakan antara kegiatan di rumah dengan kegiatan di kampusnya.

Yang dilakukan subjek untuk mengatasi perilaku penundannya pada pembuatan skripsinya adalah dengan cara mengetahui secara pasti apa penyebab dari perilaku penundaan yang ia lakukan selama ini.

Subjek 1 dan subjek 2 mencoba membenahi diri untuk mengatasi penundaannya namun belum berhasil. Tetapi subjek 3 melakukan pembenahan diri dan berhasil mengatasi penundaannya.

2. Harus mengerjakan sendiri

Subjek tidak harus mengerjakan skripsinya sendiri. Ia berharap bantun dari orang lain untuk membuat skripsinya. Namun significant others tidak memberi keterangan tentang hal ini.

Dalam menyusun skripsinya subjek tidak mengerjakan sendiri karena dia dibantu oleh temannya. Namun, significant others tidak mengetahui tentang hal tersebut.

Dalam pembuatan skripsinya, subjek selalu mengerjakannya sendiri tanpa meminta bantuan dari orang lain.

Subjek 1 dan subjek 2 tidak sendiri dalam mengerjakan skripsinya, tetapi subjek 3 mengerjakannya sendiri.

Page 21: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan

3. Membuat penilaian tentang diri sendiri

Penilaian subjek tentang dirinya adalah subjek tidk bisa menghilangkan rasa malasnya. Namun significant others tidak memberi keterangan lengkap tentang hal ini. Krena subjek jarang sekali bercerita untuk masalah sekolah.

Subjek menilai dirinya bahwa jika dia berusaha maka dia bisa. Namun subjek bukan orang yang memaksakan kehendak.

subjek menilai dirinya sendiri merasa dapat menyelesaikan skripsinya sampai ia lulus nanti.

Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 membuat penilaian tentang dirinya sendiri namun hanya berhasil pada subjek 3 karena ia sudah tidak melakukan penundaan lagi pada skripsinya.

4. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari kebiasaan menunda

Subjek mengetahui keuntungan dan kerugian dari kebiasaan menundanya. Namun significant others tidak memberi keterangan tentang hal ini.

Subjek mengetahui keuntungan dan kerugian akibat penundaannya tersebut. Namun, significant others tidak mengetahui hal tersebut.

Subjek mengetahui lebih bnyak kerugian dari kebiasaan menundanya daripada keuntungan yang ia dapatkan.

Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 mengetahui lebih banyak kerugian dari kebiasaan menundanya daripada keuntungan yang ia dapatkan.

5. Kenali sasaran yang ingin dicapai dan buat keputusan

Sasaran yang ingin dicapai subjek adalah ingin menyelesaikan skripsinya sekarang (dalam tahun ini). Namun significant others tidak memberi keterangan tentang hal ini.

Sasaran yang ingin dicapai subjek adalah ingin menyelesaikan skripsinya di tahun 2009. Namun significant others tidak mengetahui hal tersebut.

Yang menjadi prioritas subjek saat ini adalah memiliki niat dan keinginan untuk bisa menyelesaikan skripsinya sehingga subjek dapat lulus kuliah tahun ini.

Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 membuat targetnya masing-masing untuk dapat menyelesaikan skripsinya.

Page 22: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

Pertanyaan Penelitian Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Kesimpulan

6. Bangkitkan motivasi diri

Subjek memotivasi dirinya dengan mengucapkan kata-kata yang membuat subjek semangat dalam hatinya. Namun ada saja masalah yang membuat motivasi subjek menurun lagi. Namun significant others tidak memberi keterangan tentang hal ini.

Subjek memotivasi dirinya dengan mengucapkan kata-kata yang membuat subjek semangat dalam hatinya. Namun significant others tidak mengetahui hal tersebut.

Cara subjek membangkitkan motivasinya untuk dapat melanjutkan kembali dalam pembuatan skripsinya dengan membuat daftar kelebihan-kelebihan yang dimilikinya

Subjek 1 dan subjek 2 membangkitkan motivasi dengan berkata-kata dalam hati, namun subjek 3 melakukannya dengan membuat daftar kelebihan-kelebihan yang dimilikinya

7. Hindari kecemasan tentang kualitas hasil pekerjaan

Subjek tidak mencoba untuk menghindari kecemasan tentang kualitas hasil pekerjaannya.

Subjek tidak merasa cemas dalam mengerjakan skripsinya. Namun, subjek merasa perasaannya menjadi jelek jika hasil skripsinya banyak yang dicoret-coret oleh dosen pembimbing.

Subjek saat ini selalu menghindari kecemasan tentang kualitas hasil pekerjaannya karena dirasa hanya akan menghambat subjek dalam membuat skripsi.

Subjek 1 dan subjek 2 tidak mecoba untuk menghindari kecemasan tentang kualitas hasil pekerjaannya, namun subjek 3 menghindari kecemasan tentang kualitas hasil pekerjaannya

8. Mengingat keuntungan jika menyelesaikan tugas tepat waktu

Subjek tidak mengingat keuntungan jika menyelesaikan tugas tepat waktu. Namun significant others tidak memberi keterangan tentang hal ini.

Subjek tidak mengingat keuntungan jika ia menyelesaikan skripsinya tepat pada waktunya. Namun significant others tidak mengetahui hal tersebut.

Dengan mengingat beberapa keuntungan jika ia dapat menyelesaikan tugasnya lebih cepat, dapat membuat subjek mengatasi penundaanya.

Subjek 1 dan subjek 2 tidak mengingat keuntungan jika ia menyelesaikan skripsinya tepat pada waktunya., namun subjek 3 mengingat beberapa keuntungan jika ia dapat menyelesaikan tugasnya lebih cepat, karena dapat membuat subjek mengatasi penundaanya.

9. Ucapkan kata-kata

yang membuat tidak jadi menunda

Subjek mengucapkan kata-kata yang membuatnya tidak jadi menunda. Namun significant others tidak memberi keterangan tentang hal ini.

Subjek mengucapkan kata-kata yang membuatnya tidak jadi menunda. Namun significant others tidak memberi keterangan tentang hal ini.

biasanya subjek mengucapkan kata-kata dalam hatinya untuk membuatnya tidak jadi menunda

Subjek 1, subjek 2, dan subjek 3 biasanya mengucapkan kata-kata dalam hatinya untuk membuatnya tidak jadi menunda.

Page 23: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

Pembahasan

Seperti telah dijelaskan di muka,

subjek mahasiswa pada penelitian ini

melakukan prokrastinasi dalam bidang

akademiknya, dalam hal ini adalah perilaku

penundaan dalam penyelesaian skripsinya.

Ciri-ciri perilaku prokrastinasi yang

dilakukan subjek berupa penundaan untuk

memulai maupun menyelesaikan kerja pada

tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam

mengerjakan tugas, kesenjangan waktu

antara rencana dan kinerja aktual,

melakukan aktivitas lain yang lebih

menyenangkan daripada melakukan tugas

yang harus dikerjakan, penundaan yang

bertujuan memperoleh informasi lebih

lengkap dan akurat (Functional

procrastination), penundaan yang tidak

bertujuan dan berakibat jelek serta

menyebabkan masalah (Disfunctional

procrastination) dengan bentuk Decisional

procrastination (pengambilan keputusan

yang dipersepsikan penuh stress, akibat

kegagalan tugas, sehinga menimbulkan

konflik dalam diri individu) dan Avoidance

procrastination (penundaan dalam perilaku

tampak, sebagai cara menhindari tugas yang

dirasa tidak menyenankan dan sulit

dilakukan).

Dari bermacam-macam ciri

prokrastinasi menurut Ferrari & Ollivete

(2007), subjek satu, subjek dua, dan subjek

tiga sama-sama melakukan prokrastinasi

berupa penundaan untuk memulai maupun

menyelesaikan kerja pada tugas yang

dihadapi dan kesenjangan waktu antara

rencana dan kinerja aktual. Untuk ciri

prokrastinasi yang berupa keterlambatan

dalam mengerjakan tugas hanya dilakukan

oleh subjek dua dan subjek tiga, sedangkan

subjek satu tidak memiliki cirri tersebut.

Dan untuk ciri prokrastinasi yang berupa

melakukan aktivitas lain yang lebih

menyenangkan daripada melakukan tugas

yang harus dikerjakan hanya dilakukan oleh

subjek satu dan subjek dua, sedangkan

subjek tiga tidak memiliki ciri tersebut.

Dari jenis-jenis prokrastinasi menurut

Ferrari (dalam Rizvi, 2007), subjek satu dan

subjek tiga memiliki ciri-ciri jenis

prokrastinasi yang lebih menonjol pada jenis

functional procrastination dimana subjek

dalam pengerjaan skripsinya biasanya

mencari informasi yang lebih lengkap dan

akurat terlebih dahulu. Sedangkan pada

subjek dua, memiliki ciri-ciri jenis

prokrastinasi yang lebih menonjol pada jenis

disfunctional procrastination bentuk

decisional procrastination dimana subjek

menunda untuk membuat skripsinya dalam

kondisi stress akibat kegagalan tugas

sehingga menimbulkan konflik dalam diri

subjek.

Berdasarkan faktor-faktor yang

mempengaruhi prokrastinasi menurut Ferrari

& Ollivete (2007), ada dua macam yaitu

faktor internal adalah faktor yang terdapat di

dalam diri individu yang mempengaruhi

prokrastinasi dan faktor eksternal adalah

faktor yang terdapt di luar diri individu yang

mempengaruhi prokrastinasi, serta faktor

berdasarkan teori-teori perkembangan yang

mempengaruhi prokrastinasi subjek.

Page 24: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

Beberapa faktor yang mempengaruhi

perilaku prokrastinasi yang dilakukan oleh

subjek satu antara lain faktor internal seperti

rendahnya motivasi yang dimiliki oleh

subjek dan rasa malas yang begitu besar

sehingga membuat subjek melakukan

penundaan. Selain itu, ada juga faktor

eksternal yang mempengaruhi antara lain

dari pola asuh yang rendah pengawasan dari

orangtua, pengaruh dari teman-teman subjek

yang juga belum menyelesaikan skripsinya,

kesibukan subjek dengan pekerjaan di kantor

tempat ia bekerja, kurangnya dukungan dari

orang-orang terdekat, dan kondisi

lingkungan yang juga kurang mendukung

dari faktor berdasarkan teori perkembangan.

Pada subjek dua, beberapa faktor

yang mempengaruhi perilaku prokrastinasi

yang dilakukannya antara lain faktor internal

seperti motivasi yang menurun jika subjek

merasa kurang enak badan. Selain itu faktor

eksternal yang juga mempengaruhi adalah

pola asuh yang terolong permisif dari

orangtua karena membiarkan subjek

melakukan apa yang diinginkan tanpa

mempedulikan subjek, pengaruh dari teman-

teman yang juga belum menyelesaikan

skripsinya, kesibukan subjek karena

mengikutu pengulangan kelas dan ujian

mandiri untuk memperbaiki nilai-nilainya

yang dirasa kurang, kurangnya dukungan

dari orang-orang disekitar subjek, juga

karena subjek mempersepsikan pembuatan

skripsi adalah hal yang berat dan tidak

menyenangkan atau faktor cognitive

behavioral berdasarkan teori perkembangan.

Sedangkan beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku prokrastinasi yang

dilakukan oleh subjek tiga antara kain faktor

internal karena motivasi subjek yang

menurun akibat rasa malas untuk

melanjutkan mengerjakan skripsi setelah

masa liburan semesteran, pola asuh yang

diterapkan orangtua subjek terbilang

longgar, penundaan karena kesibukan

dengan pekerjaan kantor, juga karena faktor

berdasarkan teori perkembangan yaitu faktor

psikodinamik dimana pengalaman sunjek

tentang kebiasaan menunda yang

dilakukannya ketika kanak-kanak

mempengaruhi perilaku penundaan yang

dilakukan pada tugas skripsinya sekarang.

Serta faktor cognitive behavioral yang

menyebabkan subjek merasa takut akan

kegagalan untuk hasil yang telah ia kerjakan.

Dari beberapa faktor diatas, ada

beberapa faktor eksternal yang tidak

mempengaruhi perilaku prokrastinasi subjek

yaitu faktor status ekonomi san sarana dan

prasarana pada ketiga subjek, serta faktor

peer group/teman sebaya dan faktor

dukungan pada subjek tiga saja. Dengan

demikian, setiap subjek melakukan

penundaan disebabkan oleh beberapa faktor

yang berbeda.

Mengenai solusi yang efektif untuk

mengatasi prokrastinasi pada mahasiswa

dalam penyelesaian skripsi, menurut Tribun-

Batam (2007), ada beberapa cara yang harus

dilakukan antara lain membenahi diri, harus

mengerjakan sendiri, membuat penilaian

tentang diri sendiri, mengetahui keuntungan

dan kerugian dari kebiasaan menunda, kenali

Page 25: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

sasaran yang ingin dicapai dan buat

keputusan, bangkitkan motivasi diri, hindari

kecemasan tentang kualitas hasil pekerjaan,

mengingat keuntungan jika menyelesaikan

tugas tepat waktu, dan ucapkan kata-kata

yang membuat tidak jadi menunda.

Pada subjek satu dan subjek dua,

belum dapat mengatasi prokrastinasinya

dengan baik karena hanya melakukan

beberapa cara dari sembilan cara yang

disarankan oleh Tribun-Batam antara lain

membenahi diri, membuat penilaian tentang

diri sendiri, mengetahui keuntungan dan

kerugian dari kebiasaan menunda, kenali

sasaran yang ingin dicapai dan buat

keputusan, dan ucapkan kata-kata yang

membuat tidak jadi menunda.

Sedangkan pada subjek tiga, ia pernah

melakukan penundaan pada tugas skripsinya

beberapa waktu lalu, tetapi saat ini sudah

dapt mengatasi prokrastinasi tersebut dengan

baik. Subjek melakukan cara-cara sesuai

dengan yang disarankan Tribun-Batam.

Yang terpenting untuk mengatasi masalah

prokrastinasi ini terletak pada diri sendiri,

dan subjek tiga sudah melakukannya dengan

cukup baik sehingga ia dapat mengatasi

perilaku penundaannya dan dapat

melanjutkan kembali penyusunan skripsinya

yang sebelumnya pernah tertunda.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat

disimpulkan mengenai gambaran perilaku

prokrastinasi pada mahasiswa dalam masa

penyelesaian skripsi. Juga kesimpulan

mengapa prokrastinasi terjadi pada

mahasiswa dalam penyelesaian skripsinya,

dan cara mengatasi prokrastinasi itu sendiri.

Gambaran perilaku prokrastinasi pada

mahasiswa dalam penyelesaian skripsi

Secara umum ketiga subjek

mengalami penundaan dalam penyelesaian

skripsinya. Hanya pada subjek satu dan

subjek dua, masih melakukan penundaan

sampai dengan saat penelitian ini dilakukan,

sedangkan subjek tiga sudah dapat

mengatasi perilaku penundaanya. Gambaran

perilaku prokrastinasi pada mahasiswa

dalam penyelesaian skripsi ini dapat dilihat

dari ciri-ciri prokrastinasi pada hasiswa yaitu

penundaan untuk memulai maupun

menyelesaikan kerja pada tugas yang

dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan

tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan

kinerja aktual, dan melakukan aktivitas lain

yang lebih menyenangkan daripada

melakukan tugas yang harus dikerjakan.

Selain itu dapat pula dilihat dari jenis jenis

prokrastinasi yaitu Functional

procrastination yang bertujuan memperoleh

informasi lebih lengkap dan akurat, dan

disfunctional procrastination yaitu

prnundaan yang tidak bertujuan, berakibat

jelek, menyebabkan masalah dengan

bentuknya yaitu decisional procrastination

:adalah penganbilan keputusan yang

dipersepsikan penuh stress, akibat kegagalan

tugas, sehinga menimbulkan konflik dalam

diri individu, dan avoidance procrastination

yaitu penundaan dalam perilaku tampak,

sebagai cara menghindari tugas yang dirasa

tidak menyenangkan dan sulit dilakukan.

Page 26: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

Mengapa prokrastinasi terjadi pada

mahasiswa dalam masa penyelesaian

skripsi

Terjadinya prokrastinasi pada ketiga

subjek dalam masa penyelesaian skripsi nya,

dikrenakan lebih menonjol pada faktor

internal seperti motivasi yang rendah, rasa

malas, dan perasaan subjek yang mudah

berubah dalam waktu cepat. Faktor lain yang

menyebabkan penundaan subjek adalah

karena kesibukan lain yang lebih

didahulukan seperti pekerjaannya di kantor

tempat subjek bekerja pada subjek satu dan

subjek tiga, dan kesibukan menghadapi ujian

untuk memperbaiki nilai yang dirasa kurang

pada subjek dua.

Solusi untuk mengatsi perilaku

prokrastinasi dalam penyelesaian skripsi

Umumnya subjek satu dan subjek dua

belum dapat mengatasi masalah penundaan

pada skripsinya sampai dengan penelitian ini

berlangsung. Mereka masih melakukan

penundaan pada tugas skripsinya dan kurang

ada motivasi untuk mengatasi penundaannya

tersebut. Tetapi pada subjek tiga, ia pernah

melakukan penundaan pada tugas skripsinya

beberapa waktu lalu. Namun saat penelitian

ini dilakukan, subjek tiga sudah dapat

mengatasi perilaku penundaan pada tugas

skripsinya dengan beberapa cara yang cukup

efektif untuk membangkitkan semangat dan

motivasinya dalam melanjutkan kembali

pembuatan skripsinya yang pernah tertunda

beberapa waktu lalu.

Saran

Berikut ini adalah beberapa saran

yang dapat diterapkan bagi mahasiswa yang

sedang menyusun skripsi khususnya

mahasiswa yang melakukan perilaku

prokrastinasi dalam masa penyelesaian

skripsinya, dan bagi para peneliti

selanjutnya : Kepada para subjek,

diharapkan dapat memperbaiki beberapa hal

mengenai pikiran-pikiran irrasional mereka

bahwa lebih banyak kerugian daripada

keuntungan yang didapat dari perilaku

kebiasaan menunda yang mereka lakukan,

dan mengetahui secara pasti penyebab dari

penundaannya tersebut kemudian carilah

cara efektif untuk memotivasi diri

membangkitkan semangat dalam

penyelesaian skripsinya. Untuk penelitian

selanjutnya, dari segi pemilihan subjek,

peneliti menyarankan untuk mencoba

meneliti kelompok mahasiswa lainnya,

seperti penundaan yang dilakukan

mahasiswa berdasarkan gender, agar

hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil

penelitian ini, selain itu penelitian

selanjutnya diharapkan dapat menggunakan

triangulasi metode dengan observasi

partisipasi sehingga diperoleh pemahaman

yang lebih komprehensif mengenai perilaku

prokrastinasi pada mahasiswa dalam

penyelesaian skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, H.A.M. (2006). Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan dan

Budaya. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Page 27: Perbedaan Keterampilan Pengelolaan Kelas dilihat dari Jenis ...

Carleton. (2007). Pengertian Prokrastinasi. http://www.Carleton.ca/tpychl/history. html. Tanggal akses 10 Maret 2007.

Ferrari, J & Ollivete, G. (2007).

Procrastination. http://www.Yosh.acil/syllabus/ behave/academic.doc. Tanggal akses 10 Maret 2007.

Ferrari, J & Pychyl, T. (2008). Bisnisman

Awas Terjerat Prokrastinasi. Jakarta: Tribun Indonesia. Tanggal akses 27 Maret 2008.

Jerry, N & Newcombe, K. (2005). Saya

akan melakukannya…besok!. Jakarta : Metanoia.

Letham, S.J. (2007). http://www. The

Procrastination Problem. Successconciousness : guest_article procrastination. Tanggal akses 09 Mei 2007.

Moleong, L.J. (1999). Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian.

Jakarta : Ghalia Indonesia.

Poerwandari, E.K. (1998). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. LPSP3 : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Rizvi. (2007). Prokrastinasi.

http://www.mwsc.edu/psychology/research/psy302/ fall96/Stephanie_page.html. Tanggal akses 15 Maret 2007.

Sukardi. (2003). Metode Penelitian

Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara.

Tribun-Batam. (2007). Cara Membasmi

Prokrastinasi. http://www.Tribun-Batam.com/index.php?module=detail&nonberita=12725. Tanggal akses 24 Maret 2007.

Tuckman. (2007). Prokrastinator.

Http://all.successcenter-ohio-state.edu/reference/ procrastinator_APA_paper.htm. Tanggal akses 09 Maret 2007.

Yosh. (2007). Procrastination.

Http://www.Yosh.acil/syllabus/behave/academic.doc. Tanggal akses 09 Maret 2007.