PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA ORANG DENGAN …
Transcript of PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA ORANG DENGAN …
i
PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF ANTARA ORANG DENGAN SKIZOFRENIA DENGAN PREDOMINAN SIMTOM NEGATIF YANG
MENDAPAT QUETIAPINE XR DAN RISPERIDONE
TESIS
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar
Spesialis Kedokteran Jiwa
Oleh :
ANNISA FRANSISKA
Nomor CHS: 20045
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS- I PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
2
PERBEDAAN PERPANJANGAN INTERVAL QTc ANTARA PEREMPUAN DENGAN SKIZOFRENIA SUKU MELAYU YANG MENDAPAT
PENGOBATAN OLANZAPIN DAN RISPERIDON
TESIS
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar
Spesialis Kedokteran Jiwa
Oleh :
DESSI WAHYUNI
Nomor Registrasi CHS: 20046
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS- I KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
3
PERBEDAAN PERUBAHAN SKOR MONTREAL COGNITIVE ASSESSMENT VERSI INDONESIA (MoCA-INA) PADA PEREMPUAN DENGAN
SKIZOFRENIA YANG MENDAPAT RISPERIDONE DENGAN SENAM AEROBIK DAN YANG HANYA MENDAPAT RISPERIDONE
TESIS
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar
Spesialis Kedokteran Jiwa
Oleh :
DESSY MAWAR ZALIA
Nomor Registrasi CHS: 20047
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS- I KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
4
HASIL PENELITIAN Kamis, 2 November 2017
PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF PADA ORANG DENGAN SKIZOFRENIA DENGAN PREDOMINAN SIMTOM NEGATIF YANG
MENDAPAT QUETIAPINE XR DAN RISPERIDONE
Penyaji :
Annisa Fransiska
Pembimbing I:
Prof. dr. Bahagia Loebis Sp. K.J.(K)
Pembimbing II:
dr. M. Surya Husada M. Ked. K. J, Sp.K.J
PPDS-I KEDOKTERAN JIWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN 2017
Universitas Sumatera Utara
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul : Perbedaan Fungsi Kognitif pada Orang dengan
Skizofrenia dengan Predominan Simtom Negatif yang
Mendapat Quetiapine XR dan Risperidone
Nama Mahasiswa : Annisa fransiska
CHS : 20045
Program Studi : Kedokteran Jiwa
Menyetujui :
Komisi Pembimbing I : Komisi Pembimbing II :
Prof. Dr. Bahagia Loebis, Sp. K.J(K) Dr. M. Surya Husada, M. Ked. Sp. K.J NIP. 19800203 200801 1 011
Mengetahui/Mengesahkan : Ketua Departemen/Plt.Ketua Program Studi
Kedokteran Jiwa
DR.Dr.Elmeida Effendy, M. Ked., Sp. K.J.(K) NIP. 19720501 199903 2 004
Universitas Sumatera Utara
ii
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis
panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah limpahan rahmat dan
kasih sayang-Nya maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa hormat,
terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis selama mengikuti Program Pendidikan Dokter
Spesialis-I Kedokteran Jiwa di Departemen Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada umumnya dan khususnya
dalam penyusunan tesis ini yaitu kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS-I Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan
Dokter Spesialis-I Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. DR. Dr. Elmeida Effendy, M. Ked., Sp. K. J.(K), selaku Ketua
Departemen/Plt.Ketua Program Studi Kedokteran Jiwa FK USU,
sebagai guru yang penuh kesabaran dan perhatian telah banyak
memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan, dukungan,
kesempatan luas dan memberi masukan-masukan yang berharga
kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.
3. Dr. Mustafa Mahmud Amin, M. Ked., M. Sc, Sp. K. J. (K), sebagai
guru penulis yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah
membimbing, memberikan pengarahan, mengkoreksi, dan
memberikan buku-buku bacaan yang berharga selama penulis
mengikuti pendidikan spesialisasi.
4. Dr. Vita Camelia, M. Ked., Sp. K. J., sebagai guru penulis yang
dengan penuh kesabaran dan perhatian telah banyak memberikan
bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan
Universitas Sumatera Utara
iii
5. memberi masukan-masukan berharga kepada penulis selama
penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.
6. Dr. Muhammad Surya Husada, M. Ked., Sp. K. J., sebagai
pembimbing kedua penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan guru
yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan,
pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku-buku bacaan yang
berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.
7. Prof. Dr. Bahagia Loebis, Sp. K. J. (K), sebagai pembimbing
pertama penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan sebagai guru
penulis, yang penuh kesabaran dan perhatian telah banyak
memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan
yang berharga kepada penulis selama penulis mengikuti
pendidikan spesialisasi.
8. Dr. H. Harun Thaher Parinduri, Sp. K. J. (K), sebagai guru penulis,
yang penuh kesabaran dan perhatian telah banyak memberikan
bimbingan, pengetahuan, dorongan serta pengarahan yang
berharga kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan
spesialisasi.
9. (Alm) Prof. Dr. H. Syamsir Bs, Sp. K. J. (K), sebagai guru penulis
yang telah membimbing, mengarahkan, memberikan dorongan dan
masukan-masukan yang berharga kepada penulis selama
menjalani pendidikan spesialisasi.
10. Prof. Dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp. K. J. (K), sebagai guru
penulis yang memberikan bimbingan, pengetahuan, dan
pengarahan yang berharga kepada penulis selama menjalani
pendidikan spesialisasi.
11. Dr. Dapot Parulian Gultom, Sp. K. J., M. Kes, sebagai Direktur
Pelayanan Medik RSJ Prof. M. IlDrem dan guru penulis, yang telah
memberikan izin, kesempatan, fasilitas, dan pengarahan kepada
penulis selama mengikuti pendidikan spesialisasi.
12. Dr. Freddy Subastian, Sp. K. J., sebagai guru yang telah banyak
memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan, serta literatur-
Universitas Sumatera Utara
iv
literatur yang berharga selama penulis mengikuti pendidikan
spesialisasi.
13. (Almh.) Dr. Herlina Ginting, Sp. K. J., sebagai guru yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan
selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.
14. Dr. Mawar Gloria Tarigan, Sp. K. J., sebagai guru yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan
selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.
15. Dr. Vera R. Marpaung, Sp. K. J., M. Kes, sebagai guru yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan
selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.
16. Direktur Rumah Sakit Jiwa Prof. M. Ildrem Medan, Direktur Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan atas izin, kesempatan dan
fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan bekerja
selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi.
17. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Psikiatri FK USU: dr.
Muhammad Yusuf, M. Ked., dr. Endang Sutry Rahayu, M. Ked., dr.
Gusri Girsang, M. Ked., dr. Dessi Wahyuni, M. Ked., dr. Ritha
Mariati Sembiring, M. Ked., dr. Reny Fransiska Barus, M. Ked., dr.
Susiati, M. Ked., dr. Dessy Mawar Zalia, M. Ked., yang banyak
memberikan masukan berharga kepada penulis melalui diskusi-
diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal maupun informal,
serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang membangkitkan
semangat kepada penulis selama mengikuti pendidikan
spesialisasi.
18. Kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan sayangi, Ir. Busri
Zain dan Nurasni tanjung. yang dengan penuh kesabaran, cinta
serta kasih sayangnya telah membesarkan, memberikan dorongan,
dukungan dalam segala hal kepada penulis, serta doa restu sejak
lahir hingga saat ini.
Universitas Sumatera Utara
v
19. Kedua mertua yang sangat penulis hormati dan sayangi, (Alm)
Sofyan Mahmud dan (Alm) Heni Rohaini yang semasa hidupnya
dengan penuh kesabaran, cinta serta kasih sayangnya telah
memberikan dorongan, dukungan dan doa kepada penulis selama
pendidikan spesialisasi.
20. Seluruh saudara kandung yang saya sayangi, Rahmad Hamdani
A.W, SE, Muhammad Iqbal, SH dan Rini Syafrina, S. Ked, serta
kakak ipar saya, Novi Fitriani dan Martono Kurniawan SH dan
sahabat karib saya Siti Reni Andriani SE yang telah banyak
memberikan bantuan lahir, batin dan doa kepada penulis selama
menjalani pendidikan spesialisasi.
21. Kepada suamiku tercinta Fajar Nugraha , SS dan anakku tersayang
Kalisha Fajrika Nugraha dan Hana Delariva Nugraha terima kasih
atas segala doa dan dukungan, kesabaran dan pengertian yang
mendalam serta pengorbanan atas segala waktu dan kesempatan
yang tidak dapat penulis habiskan bersama-sama dalam sukacita
dan keriangan selama penulis menjalani dan menyelesaikan hasil
penelitian ini. Tanpa semua itu, penulis tidak akan mampu
menyelesaikan hasil penelitian ini dengan baik.
Akhir kata penulis hanya mampu berdoa dan memohon semoga
Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada mereka yang secara
langsung maupun tidak langsung yang telah banyak memberikan bantuan
selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi dan dalam
menyelesaikan tesis ini.
Medan, 2017
Annisa Fransiska
Universitas Sumatera Utara
vi
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Pembimbing i
Ucapan Terima Kasih ii
Daftar Isi vii
Daftar Singkatan ix
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
Abstrak xv
BAB I. PENDAHULUAN 1
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Rumusan Masalah 4
I.3. Hipotesis 6
I.4. Tujuan Penelitian 7
I.5. Manfaat Penelitian 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 13
II.1. Skizofrenia
II.2. Etiologi
13
14
II.2.1. Faktor genetik 14
II.2.2. Faktor biokimia
II.2.2.1. Hipotesis dopamine
II.2.2.2. Serotonin
II.2.2.3. Norepinephrin
II.2.2.4. GABA
II.2.2.5. Neuropeptida
II.2.2.6. Glutamat
II.2.2.7. Asetilkolin dan nikotin
15
15
15
16
16
16
17
17
Universitas Sumatera Utara
vii
II.2.3. Neuropatologi 17
II.2.4. Sirkuit saraf 17
II.2.5. Metabolisme otak 18
II.2.6. Elektrofisiologis 18
II.3. Diagnosis 19
II.4. Kognitif pada skizofrenia
II.5. Hubungan disfungsi neurokognitif dan simtom negatif
II.6. Efek antipsikotik terhadap simtom negatif dan kognitif
II.7. Quetiapine
II.8. Risperidone
II.9. Montreal cognitive assessment (MoCA)
22
29
29
31
33
34
II.10. Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) 36
II.11. Kerangka Teori 38
II.12. Kerangka Konsep 38
BAB III. METODE PENELITIAN 39
III.1. Desain studi 39
III.2. Tempat dan waktu 39
III.3. Populasi dan sampel studi 39
III.4. Perkiraan besar sampel 40
III.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 44
III.6. Persetujuan setelah penjelasan/informed consent 45
III.7. Etika penelitian 45
III.8. Cara kerja 45
III.9. Identifikasi variabel 47
III.10. Definisi operasional 48
III.11. Analisis dan penyajian data 50
III.12. Kerangka operasional 51
BAB IV. HASIL PENELITIAN 52
BAB V. PEMBAHASAN 102
Universitas Sumatera Utara
viii
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan
VI.2. Saran
113
113
119
DAFTAR RUJUKAN 120
LAMPIRAN 123
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR SINGKATAN
5-HT2A Serotonin 2A
AS Amerika Serikat
BB Berat Badan
CGI Global cognitive score
D2 Dopamin 2
DRAs Dopamine receptor antagonist
dkk dan kawan-kawan
EPS Extrapiramidal syndrome
GABA Ɣ-aminobutyric acid
GLM General linier model
IMT indeks massa tubuh
Mini ICD-10 Mini International Neuropsychiatric ICD-10
MoCA Monteral cognitive assessment
MoCA-INA Monteral cognitive assessment versi Indonesia
ODS Orang dengan skizofrenia
PANSS Positive and Negative Syndromes Scale
PPDGJI-III Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa di
Indonesia -III
PT Perguruan Tinggi
TB tinggi badan
Tmax Konsentrasi maksimum
WCST Wisconsin card shorting test
XR Extended release
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR TABEL
Tabel III.4.1. Rerata dan simpang baku 42
Tabel III.4.2.
Tabel III.4.3.
Simpang baku gabungan
Definisi Operasional
43
49
Tabel 4.1. Karakteristik sosiodemografik subjek penelitian 53
Tabel 4.2. Perbedaan skor total MoCA-INA pada ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR pada baseline, akhir minggu VI dan XII
57
Tabel 4.3. Perbedaan skor total MoCA-INA pada ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat
risperidone pada baseline, akhir minggu VI dan XII
59
Tabel 4.4. Perbedaan skor visuospasial MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR pada baseline, akhir minggu VI dan XII
60
Tabel 4.5. Perbedaan skor visuospasial MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
risperidone pada baseline, akhir minggu VI dan XII
62
Tabel 4.6. Perbedaan skor fungsi eksekutif MoCA-INA pada
ODS dengan predominan simtom negatif yang
mendapat quetiapine XR pada baseline, akhir minggu
VI dan XII
63
Tabel 4.7. Perbedaan skor fungsi eksekutif MoCA-INA pada
ODS dengan predominan simtom negatif yang
mendapat risperidone pada baseline, akhir minggu VI
dan XII
65
Tabel 4.8. Perbedaan skor bahasa MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR pada baseline, akhir minggu VI dan XII
66
Tabel 4.9. Perbedaan skor bahasa MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
risperidone pada baseline, akhir minggu VI dan XII
67
Universitas Sumatera Utara
xi
Tabel 4.10. Perbedaan skor atensi MoCA-INA pada ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR pada baseline, akhir minggu VI dan XII
69
Tabel 4.11. Perbedaan skor atensi MoCA-INA pada ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat
risperidone pada baseline, akhir minggu VI dan XII
70
Tabel 4.12. Perbedaan skor konsentrasi MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR pada baseline, akhir minggu VI dan XII
72
Tabel 4.13. Perbedaan skor konsentrasi MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
risperidone pada baseline, akhir minggu VI dan XII
73
Tabel 4.14. Perbedaan skor memori kerja MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR pada baseline, akhir minggu VI dan XII
75
Tabel 4.15. Perbedaan skor memori kerja MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
risperidone pada baseline, akhir minggu VI dan XII
76
Tabel 4.16.
Tabel 4.17.
Tabel 4.18.
Tabel 4.19.
Perbedaan skor memori MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR pada baseline, akhir minggu VI dan XI
I
Perbedaan skor memori MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
risperidone pada baseline, akhir minggu VI dan XII
Perbedaan skor orientasi MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR pada baseline, akhir minggu VI dan XII
Perbedaan skor orientasi MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
risperidone pada baseline, akhir minggu VI dan XII
77
79
80
82
Universitas Sumatera Utara
xii
Tabel 4.20.
Tabel 4.21.
Tabel 4.22.
Tabel 4.23.
Tabel 4.24.
Tabel 4.25.
Tabel 4.26.
Tabel 4.27.
Tabel 4.28.
Perbedaan skor total MoCA-INA pada ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR dan risperidone pada baseline, akhir
minggu VI dan XII
Perbedaan skor visuospasial MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR dan risperidone pada baseline, akhir
minggu VI dan XII
Perbedaan skor fungsi eksekutif MoCA-INA pada
ODS dengan predominan simtom negatif yang
mendapat quetiapine XR dan risperidone pada
baseline, akhir minggu VI dan XII
Perbedaan skor bahasa MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR dan risperidone pada baseline, akhir
minggu VI dan XII
Perbedaan skor atensi MoCA-INA pada ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR dan risperidone pada baseline, akhir
minggu VI dan XII
Perbedaan skor konsentrasi MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR dan risperidone pada baseline, akhir
minggu VI dan XII
Perbedaan skor memori kerja MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR dan risperidone pada baseline, akhir
minggu VI dan XII
Perbedaan skor memori MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR dan risperidone pada baseline, akhir
minggu VI dan XII
Perbedaan skor orientasi MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR dan risperidone pada baseline, akhir
minggu VI dan XII
83
85
86
88
89
91
92
94
96
Universitas Sumatera Utara
xiii
Tabel 4.29.
Tabel 4.30.
Tabel 4.31.
Tabel 4.32.
Perbedaan skor total PANSS pada ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR pada baseline, akhir minggu VI dan XII
Perbedaan skor total PANSS pada ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat
risperidone pada baseline, akhir minggu VI dan XII
Perbedaan skor PANSS negatif pada ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR pada baseline, akhir minggu VI dan XII
Perbedaan skor PANSS negatif pada ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat
risperidone pada baseline, akhir minggu VI dan XII
96
97
98
99
Universitas Sumatera Utara
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Teori 38
Gambar 2.2. Kerangka Konsep 38
Gambar 3.1. Kerangka operasional 51
Universitas Sumatera Utara
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Penjelasan kepada Calon Subjek Penelitian 2. Lembar Persetujuan setelah Penjelasan (Informed Consent) 3. Data sampel penelitian 4. Riwayat Hidup Peneliti 5. MoCA-INA 6. Surat Persetujuan Komite Etik 7. Tabel hasil data skor Moca-INA pada studi pendahuluan 8. Lembar Kuesioner Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS) 9. Data demografik studi
Universitas Sumatera Utara
xvi
ABSTRAK
Latar Belakang : Gangguan kognitif terjadi pada hampir pada semua
orang dengan skizofrenia (ODS) dan berdampak terhadap semua aspek
kehidupan pasien, termasuk kemampuan mereka untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari. Fungsi kognitif adalah prediktor kunci dalam hal
prognosis dan merupakan fokus penting dari pengobatan. Antipsikotik
atipikal seperti risperidone dan quetiapine telah menunjukkan tolerabilitas
dan telah terbukti efektif untuk mengobati simtom positif dan negatif dan
juga memperbaiki penurunan fungsi kognitif pada ODS dewasa. Perhatian
studi tertuju untuk menilai perbedaan efek antara quetiapine extended
release (XR) dan risperidone terhadap fungsi kognitif menggunakan
Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia (MoCA-INA) pada orang
dengan skizofrenia dengan predominan simtom negatif.
Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan fungsi kognitif pada ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone.
Metode : Studi ini merupakan experimental non-randomized. Sebanyak
32 subjek, rawat jalan, umur 18-40 tahun. Subjek dibagi menjadi kelompok
yang medapatkan pengobatan quetiapine XR dan risperidone.
Hasil : Pada skor total MoCA-INA tidak terdapat perbedaan bermakna
antara kedua kelompok (p>0,05). Pada domain visuospasial, fungsi
eksekutif, bahasa, konsentrasi, memori kerja, dan orientasi MoCA-INA
pada akhir studi tidak terdapat perbedaan pada kedua kelompok
quetiapine XR dan risperidone dengan nilai p>0,05. Pada domain atensi
dan memori MoCA-INA pada pengukuran akhir minggu XII didapati
perbedaan yang bermakna pada kelompok quetiapine XR dan risperidone
(p<0,05).
Kesimpulan : Dari hasil studi ini, quetiapine XR dan risperidone sama-
sama memiliki efek yang baik terhadap fungsi kognitif namun tidak
terdapat perbedaan bermakna antara keduanya.
Kata kunci : Kognitif, skizofrenia, quetiapine XR, risperidone.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Gangguan psikotik merupakan spektrum yang luas dari
ketidakmampuan, mulai dari simtom positif, negatif hingga gangguan
kognitif seperti perhatian, kecepatan pemrosesan, memori kerja, memori
verbal jangka panjang dan fungsi eksekutif. Penurunan fungsi kognitif ini
berkaitan dengan penurunan fungsi yang dihasilkan.1 Gangguan kognitif
terjadi pada hampir pada semua orang dengan skizofrenia (ODS) dan
berdampak terhadap semua aspek kehidupan pasien, termasuk
kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Fungsi
kognitif adalah prediktor kunci dalam hal prognosis dan merupakan fokus
penting dari pengobatan.2
Terapi untuk gangguan kognitif pada ODS telah menjadi tantangan
utama dalam dunia psikiatri saat ini, dimana penurunan fungsi kognitif
menjadi penentu utama terhadap keberhasilan pengobatan ODS. Sekitar
75% sampai dengan 85% ODS menderita penurunan kognitif dan hal ini
juga berhubungan dengan efek negatif pengobatan, rendahnya tingkat
kepatuhan pengobatan dan tingginya angka kekambuhan.3
Antipsikotik atipikal seperti risperidone dan quetiapine telah
menunjukkan tolerabilitas dan telah terbukti efektif untuk mengobati
simtom positif dan negatif dan juga memperbaiki penurunan fungsi kognitif
pada ODS dewasa.1
Universitas Sumatera Utara
2
Désaméricq dkk, pada tahun 2013 di Paris, melakukan suatu studi
meta-analisis berkenaan dengan efek antipsikotik jangka panjang
terhadap neurokognitif pada skizofrenia, yang membandingkan efektifitas
antara antipsikotik generasi kedua dan placebo atau haloperidol terhadap
keseluruhan fungsi kognitif, serta pada ranah kognitif tertentu yang diikuti
selama enam bulan. Para penulis menemukan bahwa pengobatan dengan
quetiapine, olanzapine dan risperidone memiliki global cognitive score
(GCI) yang lebih baik dibandingkan dengan amisulpride (p <0,05) dan
haloperidol (p <0,05). Quetiapine juga lebih baik dibandingkan obat
lainnya dalam hal perhatian (attention) dan tugas kecepatan pemrosesan
(processing speed task) ( p<0,001). Selanjutnya, quetiapine, olanzapine
dan risperidone lebih baik daripada amisulpride dalam hal fungsi eksekutif
(p<0,05). Temuan ini mendukung pendapat bahwa perbedaan yang
signifikan dalam efek kognitif dapat ditemukan pada setiap antipsikotik
sesuai dengan ranah kognitif tertentu.3.4
Pada studi randomisasi, double-blind, yang dilakukan oleh Zhong
dkk tahun 2006 di Amerika Serikat yang membandingkan antara terapi
quetiapine dan risperidone pada ODS selama 8 minggu, didapati
peningkatan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada keduanya namun tidak
didapati perbedaan yang signifikan antara keduanya.5
Intervensi farmakoterapi seperti antipsikotik, telah dilaporkan efektif
untuk mengatasi simtom positif pada skizofrenia, walaupun penelitian
yang berfokus terhadap efikasi antipsikotik terhadap penurunan fungsi
kognitif masih menunjukkan hasil yang kontroversi.3
Universitas Sumatera Utara
3
Gangguan fungsional sehari-hari dan kemampuan neurokognitif,
diindikasikan dengan pengukuran seperti fungsi sosial, juga telah
dikaitkan dengan simtom negatif skizofrenia. Bersamaan dengan kinerja
kognitif, simtom negatif merupakan salah satu faktor yang paling informatif
terhadap hasil prognosis jangka panjang pada ODS. Simtom positif
dianggap lebih mudah diobati dibandingkan simtom negatif dan kognitif.
Simtom negatif mungkin menunjukkan penurunan fungsi kognitif umum.
Namun, keterkaitan penurunan fungsi kognitif dan simtom negatif
tampaknya relatif kecil, terhitung sekitar 10% sampai 15% dari
keseluruhan varian. Perbaikan kognitif dapat memperbaiki beberapa
kesulitan untuk mengatasi simtom negatif, yang mendukung teori bahwa
ada tumpang tindih secara parsial pada simtom ini. Pada studi Hawkins
dkk tahun1997 di Connecticut, Amerika, didapati ODS dengan simtom
negatif secara signifikan memiliki penurunan kognitif dibandingkan ODS
tanpa simtom negatif.6
Pada studi yang dilakukan oleh Riedel dkk tahun 2007 di Munich
Jerman yang membandingkan efek risperidone dan quetiapine terhadap
fungsi kognitif ODS dengan predominan simtom negatif yang dilakukan
dalam 12 minggu pengamatan dengan menggunakan neurocognitive test
battery. Pada keduanya sama-sama didapati peningkatan cognitive index
score pada minggu ke-12. Pada minggu ke-6 didapati quetiapine memiliki
efikasi lebih tinggi dibandingkan dengan risperidone pada memori kerja
(working memory) dan memori verbal (verbal memory, p<0,05). Pada
Universitas Sumatera Utara
4
minggu ke-12 didapati peningkatan reaction quality/ atensi yang lebih
tinggi pada quetiapine daripada risperidone (p<0,05).6
Di Indonesia sampai saat ini belum ada studi mengenai perbedaan
efek quetiapine dan risperidone terhadap fungsi kognitif ODS dengan
predominan simtom negatif, dan belum ada studi mengenai perbedaan
efek risperidone dan quetiapine extended release (XR) dimana quetiapine
XR memiliki efek sedatif disiang hari yang lebih rendah dan memberi
tingkat kepuasan lebih tinggi terhadap pasien dibandingkan pada pasien
yang mendapatkan quetiapine immdediate-release (IR)2 terhadap fungsi
kognitif dan masing-masing ranahnya menggunakan Montreal Cognitive
Assessment (MoCA) dimana instrumen ini memiliki sensitivitas dan
spesifitas yang lebih tinggi daripada Mini Mental Stase Examination
(MMSE) dalam menilai gangguan fungsi kognitif, mudah mengelolanya
dan sangat berguna sebagai alat skrining untuk mendeteksi adanya
penurunan fungsi kognitif pada ODS.7 Untuk itu penulis tertarik untuk
menilai perbedaan efek antara quetiapine extended release (XR) dan
risperidone terhadap fungsi kognitif menggunakan Montreal Cognitive
Assessment versi Indonesia (MoCA-INA) pada orang dengan skizofrenia
dengan predominan simtom negatif di Instalasi rawat jalan RSJ. Prof. DR.
M. Ildrem Medan.
I.2. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas dapat
dirumuskan masalah studi sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
5
1. Apakah terdapat perbedaan skor total MoCA-INA antara ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone?
2. Apakah terdapat perbedaan skor visuospasial MoCA-INA antara ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone?
3. Apakah terdapat perbedaan skor fungsi eksekutif MoCA-INA antara
ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine
XR dan risperidone?
4. Apakah terdapat perbedaan skor bahasa MoCA-INA antara ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone?
5. Apakah terdapat perbedaan skor atensi MoCA-INA antara ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone?
6. Apakah terdapat perbedaan skor konsentrasi MoCA-INA antara ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone?
7. Apakah terdapat perbedaan skor memori kerja MoCA-INA antara ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone?
8. Apakah terdapat perbedaan skor memori MoCA-INA antara ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone?
Universitas Sumatera Utara
6
9. Apakah terdapat perbedaan skor orientasi MoCA-INA antara ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone?
I.3. Hipotesis
1. Terdapat perbedaan skor total MoCA-INA antara ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone.
2. Terdapat perbedaan skor visuospasial MoCA-INA antara ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone.
3. Terdapat perbedaan skor fungsi eksekutif MoCA-INA antara ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone.
4. Terdapat perbedaan skor bahasa MoCA-INA antara ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone
5. Terdapat perbedaan skor atensi MoCA-INA antara ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone
6. Terdapat perbedaan skor konsentrasi MoCA-INA antara ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone
Universitas Sumatera Utara
7
7. Terdapat perbedaan skor memori kerja MoCA-INA antara ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone
8. Terdapat perbedaan skor memori MoCA-INA antara ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone
9. Terdapat perbedaan skor orientasi MoCA-INA antara ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone
I.4.Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui perbedaan fungsi kognitif antara ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone.
1.4.2. Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui karakteristik sosiodemografik subjek penelitian.
2. Untuk mengetahui perbedaan skor total MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR
antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
3. Untuk mengetahui perbedaan skor total MoCA-INA antara ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone
antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Universitas Sumatera Utara
8
4. Untuk mengetahui perbedaan skor visuospasial MoCA-INA antara
ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
5. Untuk mengetahui perbedaan skor visuospasial MoCA-INA pada
ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat
risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
6. Untuk mengetahui perbedaan skor fungsi eksekutif MoCA-INA
pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
7. Untuk mengetahui perbedaan fungsi eksekutif MoCA-INA pada
ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat
risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
8. Untuk mengetahui perbedaan skor bahasa MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR
antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
9. Untuk mengetahui perbedaan skor bahasa MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone
antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
10. Untuk mengetahui perbedaan skor atensi MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR
antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
11. Untuk mengetahui perbedaan skor atensi MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone
antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Universitas Sumatera Utara
9
12. Untuk mengetahui perbedaan skor konsentrasi MoCA-INA pada
ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
13. Untuk mengetahui perbedaan skor konsentrasi MoCA-INA pada
ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat
risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
14. Untuk mengetahui perbedaan skor memori kerja MoCA-INA pada
ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
15. Untuk mengetahui perbedaan skor memori kerja MoCA-INA pada
ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat
risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
16. Untuk mengetahui perbedaan skor memori MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR
antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
17. Untuk mengetahui perbedaan skor memori MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone
antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
18. Untuk mengetahui perbedaan skor orientasi MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR
antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
19. Untuk mengetahui perbedaan skor orientasi MoCA-INA pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone
antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Universitas Sumatera Utara
10
20. Untuk mengetahui perbedaan skor total MoCA-INA antara ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR
dan risperidone.
21. Untuk mengetahui perbedaan skor visuospasial MoCA-INA antara
ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR dan risperidone.
22. Untuk mengetahui perbedaan skor fungsi eksekutif MoCA-INA
antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR dan risperidone.
23. Untuk mengetahui perbedaan skor bahasa MoCA-INA antara ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR
dan risperidone.
24. Untuk mengetahui perbedaan skor atensi MoCA-INA antara ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR
dan risperidone.
25. Untuk mengetahui perbedaan skor konsentrasi MoCA-INA antara
ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR dan risperidone.
26. Untuk mengetahui perbedaan skor memori kerja MoCA-INA antara
ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR dan risperidone.
27. Untuk mengetahui perbedaan skor memori MoCA-INA antara
ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR dan risperidone.
Universitas Sumatera Utara
11
28. Untuk mengetahui perbedaan skor orientasi MoCA-INA antara
ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat
quetiapine XR dan risperidone.
29. Untuk mengetahui perbedaan skor total PANSS pada ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara
baseline, akhir minggu VI dan XII.
30. Untuk mengetahui perbedaan skor PANSS negatif pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR
antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
31. Untuk mengetahui perbedaan skor total PANSS pada ODS dengan
predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara
baseline, akhir minggu VI dan XII.
32. Untuk mengetahui perbedaan skor PANSS negatif pada ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone
antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
I.5. Manfaat Penelitian
I.5.1. Bidang pendidikan
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
perbedaan fungsi kognitif yang dinilai dengan instrumen skala
MoCA-INA berdasarkan total skor dan ranah-ranahnya pada ODS
predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan
risperidone.
Universitas Sumatera Utara
12
I.5.2. Bidang penelitian
Hasil studi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk studi selanjutnya
atau studi serupa atau studi lain yang menggunakan studi ini
sebagai bahan acuan.
I.5.2. Bidang pelayanan kesehatan
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi klinisi
yang memberikan pelayanan kesehatan tentang terapi farmakologi
skizofrenia yang mungkin didasari oleh perbedaan fungsi kognitif
yang dinilai dengan instrumen skala MoCA-INA berdasarkan total
skor dan ranah-ranahnya pada ODS predominan simtom negatif
yang mendapat quetiapine XR dan risperidone.
.
Universitas Sumatera Utara
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Skizofrenia
Skizofrenia sering didiskusikan sebagai suatu penyakit, namun
kemungkinan ia terdiri dari sekumpulan gangguan yang terdiri dari
beberapa etiologi dan ini menyebabkan tampilan klinis, respons terapi dan
perjalanan penyakit yang berbeda-beda. Tanda dan simtom juga
bervariasi, seperti perubahan persepsi, emosi, kognitif, berpikir dan
perilaku. Efek dari gangguan ini biasanya berat dan bertahan lama.
Gangguan ini biasanya dimulai pada usia 25 tahun dan menetap
sepanjang hidup dan mempengaruhi seseorang dari semua kelas sosial.8
Skizofrenia berdampak 1% dari populasi, dan di AS ada lebih dari 300.000
pasien skizofrenia episode akut per tahun. Sekitar 25% hingga 50%
pasien skizofrenia mencoba bunuh diri dan yang berhasil sekitar 10%, hal
ini berkontribusi terhadap angka kematian delapan kali lebih besar dari
populasi umum. Harapan hidup dari pasien dengan skizofrenia mungkin
20-30 tahun lebih pendek daripada populasi umum, tidak hanya karena
bunuh diri, tetapi juga karena penyakit kardiovaskular.9
Prevalensi skizofrenia antara pria dan wanita sama, namun
berbeda dalam timbulnya serangan pertama dimana onset awal timbulnya
gangguan lebih cepat pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan
Puncak serangan pada pria antara usia 10-25 tahun dan 25-35 tahun
pada wanita. Sebanyak 90% pasien yang mendapat pengobatan
Universitas Sumatera Utara
14
skizofrenia berusia antara 15-55 tahun. Serangan dibawah 10 tahun atau
diatas 60 tahun dilaporkan jarang. Secara umum, wanita dengan
skizofrenia mempunyai hasil (outcome) yang lebih baik dibanding pria.8
Beberapa penelitian membuat sub kategori dari simtom penyakit ini
kedalam 5 bagian yaitu: simtom positif, simtom negatif, simtom kognitif,
simtom agresif dan simtom afektif. Simtom kognitif skizofrenia adalah
adanya gangguan perhatian dan gangguan pemrosesan informasi
dimanifestasikan sebagai gangguan kefasihan lisan atau verbal
(kemampuan untuk menghasilkan berbicara spontan), masalah dengan
rangkaian belajar (dari daftar item atau urutan kejadian) dan penurunan
kewaspadaan untuk fungsi eksekutif (masalah dengan mempertahankan
dan memusatkan perhatian, berkonsentrasi, memprioritaskan, dan
perilaku modulasi berdasarkan isyarat-isyarat sosial).9
II.2. Etiologi
II.2.1. Faktor genetik
Terdapat kontribusi genetik bagi sebagian bahkan mungkin semua
bentuk dari skizofrenia, dan proporsi yang tinggi dari varians dalam
kecenderungan untuk skizofrenia adalah karena adanya pengaruh
genetik. Misalnya, skizofrenia dan gangguan terkait skizofrenia (seperti,
gangguan kepribadian skizotipal) dimana hal tersebut muncul pada nilai
hubungan yang meningkat di antara kerabat biologis pasien dengan
skizofrenia. Seseorang menderita skizofrenia kemungkinan berhubungan
dengan hubungan relatif terdekat yang berpengaruh misalnya seperti
Universitas Sumatera Utara
15
relatif derajat satu atau dua. Pada kasus kembar monozigot yang ,memiliki
bawaan genetik identik kemungkinan sekitar 50 persen untuk skizofrenia.8
II.2.2. Faktor biokimia
II.2.2.1. Hipotesis Dopamin
Rumusan yang paling sederhana dari hipotesis dopamin adalah
berdasarkan bahwa skizofrenia adalah hasil dari terlalu banyaknya
aktivitas dopaminergik. Teori ini berkembang dari dua observasi.
Pertama, efikasi dan potensi dari obat-obat antipsikotik (misalnya,
antagonis reseptor dopamin/dopamine receptor antagonists (DRAs) yang
berkaitan dengan kemampuan mereka untuk bertindak sebagai antagonis
dari reseptor dopamin D2. Kedua, obat-obatan yang meningkatkan
aktivitas dopaminnergik seperti kokain dan amfetamin merupakan
psychotomimetic. Pelepasan dopamine yang terlalu banyak pada pasien
skizofrenia telah dikaitkan dengan beberapa simtom psikotik positif. Studi
tomografi emisi positron tentang reseptor dopamin terdapat peningkatan
pada reseptor D2 pada nucleus kaudatus pada pasien skizofrenia bebas-
obat. Juga terdapat laporan dimana terjadi peningkatan konsentrasi
dopamin di amigdala, penurunan massa jenis transpoter dopamin dan
peningkatan sejumlah reseptor dopamin tipe 4 di kortek entorninal. 8
II.2.2.2. Serotonin
Saat ini beberapa hipotesis menyatakan bahwa serotonin yang
berlebihan merupakan penyebab dari simtom positif dan simtom negatif
dari skizofrenia. Aktivitas antagonis serotonin dari clozapin dan
Universitas Sumatera Utara
16
antipsikotik generasi kedua lainnya memiliki efektivitas dari clozapin untuk
menurunkan simtom-simtom postif pada pasien-pasien kronik. 8
II.2.2.3. Norepinefrin
Anhedonia telah lama diperhatikan sebagai ciri yang penting dari
skizofrenia. Degenerasi neuronal selektif di dalam sistem saraf
norepinefrin dapat menjelaskan aspek simtomatologi dari skizofrenia.
Namun, data biokimia dan farmakologi yang berhubungan hal ini masih
belum meyakinkan. 8
II.2.2.4. GABA
Neurotransmiter α-aminobutyric acid (GABA) memiliki pengaruh
pada patofisiologi skizofrenia berdasarkan penemuan bahwa beberapa
penderita skizofrenia mengalami pengurangan neuron GABAergik di
hipokampus.GABA memiliki efek pengatur terhadap aktifitas dopamine,
kehilangan neuron GABAergik inhibitor dapat menigkatkan hiperaktifitas
neuron dopaminergic.8
II.2.2.5. Neuropeptida
Neuropeptida seperti substansi P dan neurotensin terletak di lokasi yang
sama dengan katekolamin dan neurotransmiter indolamin dan
mempengaruhi aksi dari neurotransmiter ini. Perubahan dari mekanisme
neuropeptida dapat memfasilitasi, menghambat, atau merubah pola tujuan
dari sistem saraf. 8
Universitas Sumatera Utara
17
II.2.2.6. Glutamat
Glutamat telah dilibatkan karena proses pencernaan dari
phenyciclidine, sebuah antagonis glutamat yang dapat mengakibatkan
sindrom yang akut yang mirip dengan skizofrenia. 8
II.2.2.7. Asetilkolin dan nikotin
Beberapa studi postmortem pada skizofrenia telah menunjukkan
penurunan reseptor muskarinik dan nikotin di bagian caudal dari putamen,
hipokampus dan beberapa bagian dari prefrontal korteks, dimana reseptor
tersebut berperan dalam susunan dalam sistem neurotransmitter yang
terlibat dalam kognitif, dimana terjadi gangguan dalam skizofrenia. 8
II.2.3. Neuropatologi
Pada abad ke-19, ahli neuropatologi gagal untuk menemukan
dasar neuropatologi untuk skizofrenia, dan oleh karena itu mereka
mengklasifikasikan skizofrenia sebagai gangguan fungsionall. Pada akhir
abad ke-20, para peneliti telah membuat langkah-langkah yang signifikan
dalam menyingkap dasar neuropatologi dari skizofrenia, terutama pada
sistem limbik dan basal ganglia, mencakup abnormalitas neuropatologi
atau neurokimia pada korteks cerebral, thalamus dan batang otak. 8
II.2.4. Sirkuit saraf
Evolusi bertahap dari konnseptualisasi skizofrenia sebagai
gangguan yang meliputi area-area yang berlainan dari otak sebagai
pandangan perspektif skizofrenia sebagai gangguan dari sirkuit saraf
Universitas Sumatera Utara
18
otak. Sebagai contoh, basal ganglia dan cerebellum secara timbal balik
berkaitan dengan lobus frontalis, dan abnormalitas pada fungsi lobus
frontalis terlihat pada studi-studi pencitraan otak. Hal ini juga
menghipotesiskan bahwa lesi perkembangan dini dari jalur dopaminergik
menuju korteks prefrontal menghasilkan gangguan fungsi prefrontal dan
sistem limbik dan menyebabkan simtom-simtom positif dan negatif dan
gangguan kognitif yang diamati pada penderita skizofrenia. 8
II.2.5. Metabolisme otak
Studi menggunnakan magnetic resonance spectroscopy (sebuah
teknik untuk mengukur konsentrasi dari molekul spesifik di otak)
menemukan penderita skizofrenia memiliki level phosphomonoester dan
fosfat inorganik yang lebih rendah dan level phosphodiester yang lebih
tinggi daripada kelompok kontrol. Selanjutnya, konsentrasi dari N-acethyl
aspartate lebih rendah di hipokampus dan lobus frontalis pada penderita
skizofrenia. 8
II.2.6. Elektrofisiologi
Studi-studi elektroencephalografik menunjukkan bahwa banyak
penderita skizofrenia mempunyai rekaman elektrofisiologik abnormal,
peningkatan sensitivitas terhadap prosedur aktivasi (aktivitas spike yang
sering setelah kurangnya tidur, penurunan aktivitas alfa, peningkatan
aktivitas theta dan delta. 8
Universitas Sumatera Utara
19
II.3. Diagnosis
Kriteria diagnosis untuk skizofrenia berdasarkan PPDGJI-III adalah
sebagai berikut:10
Gangguan skizofrenia berdasarkan PPDGJI-III umumnya ditandai
oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek
yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang
jernih dan kemampuan intelektual yang dipertahankan, walaupun
penurunan fungsi kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Walaupun tidak ada simtom-simtom patognomonik yang khusus, dalam
praktek ada manfaatnya untuk membagi simtom-simtom tersebut ke
dalam kelompok-kelompok yang sering terdapat secara bersama-sama,
misalnya : 10
(a) ―thought echo‖, ―thought insertion‖ atau ―withdrawal‖ dan
―thought broadcasting‖
(b) Waham dikendalikan (delusion of control), waham yang
dipengaruhi (delusion of influence) atau ―passivity‖, yang jelas merujuk
pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran,
perbuatan atau perasaan (sensations) khusus; persepsi delusional;
(c) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus
terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara
mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah
satu bagian tubuh;
(d) Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya
dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya
Universitas Sumatera Utara
20
mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan
kemampuan ―manusia super‖ (misalnya mampu mengendalikan cuaca,
atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain);
(e) Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-
ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;
(f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami
sisipan(interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah
(excitement), sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea,
negativisme, mutisme, dan stupor;
(h) Simtom-simtom ―negatif‖ seperti sikap sangat masa bodo
(apatis), pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang
menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;
(i) Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri
(self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial. 10
Universitas Sumatera Utara
21
Pedoman Diagnosis
Persyaratan yang normal untuk diagnostik skizofrenia ialah harus
ada sedikitnya satu simtom tersebut di atas yang amat jelas (dan biasanya
dua simtom atau lebih apabila simtom-simtom itu kurang tajam atau
kurang jelas) dari simtom yang termasuk salah satu kelompok simtom (a)
sampai (d) tersebut di atas, atau paling sedikit dua simtom dari kelompok
(e) sampai (h) yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu
satu bulan atau lebih. 10
Terdapat tiga fase skizofrenia dari segi pengobatan, yaitu:11
a. Fase akut. Pengobatan selama fase ini berfokus pada mengurangi
simtom psikotik paling parah. berlangsung 4-8 minggu.
b. Fase stabilisasi. Setelah fase akut, yang biasanya pasien biasanya
akan memasuki fase stabilisasi di mana simtom akut telah
dikendalikan, tetapi pasien tetap berisiko untuk kambuh jika
pengobatan terganggu atau jika pasien terkena stres. Selama fase
ini, perawatan berfokus pada konsolidasi keuntungan terapi,
dengan perawatan yang sama seperti yang digunakan dalam tahap
akut. Fase ini bisa berlangsung selama 6 bulan setelah pemulihan
dari simtom akut.
c. Fase stabil atau pemeliharaan ketika penyakit ini baik dalam tahap
relatif remisi atau simtomnya stabil. Tujuan pada tahap ini adalah
untuk mencegah kekambuhan psikotik atau eksaserbasi dan untuk
membantu pasien dalam meningkatkan tingkat mereka berfungsi. 11
Universitas Sumatera Utara
22
II.4. Kognitif pada skizofrenia
Gangguan kognitif sering terjadi pada skizofrenia, yang
memengaruhi hingga 75% pasien dan hanya 27% dari pasien dengan
skizofrenia yang diklasifikasikan sebagai neuropsikopatologik normal. Hal
ini menunjukkan bahwa penurunan fungsi kognitif pada ODS secara
signifikan adalah normal.7
Sebanyak 90% dari ODS diperkirakan memiliki penurunan klinis
yang berarti setidaknya pada satu ranah kognitif dan sekitar 75% memiliki
penurunan pada setidaknya dua ranah kognitif. Gangguan kognitif dapat
terjadi pada anak-anak yang memiliki orang tua skizofrenia (anak berisiko
tinggi) dan pada keluarga tingkat pertama dari ODS yang tidak menderita
gangguan skizofrenia. Penurunan fungsi kognitif secara jelas hadir dalam
episode pertama dari gangguan, bahkan pada pasien dengan pengobatan
antipsikotik. Selain itu, penurunan fungsi kognitif timbul sebelum timbulnya
simtom psikotik dan bertahan setelah episode psikotik saat pasien
remisi.12
Saat ini, gangguan kognitif pada skizofrenia dianggap fitur inti
gangguan, dan terbukti berkorelasi dengan tingkat keparahan simtom
positif dan sedikit berkorelasi dengan keparahan simtom negatif. Selain
itu, tingkat keparahan penurunan kognitif dianggap prediksi kepatuhan
obat dan kepatuhan pengobatan secara keseluruhan. Oleh karena itu,
penurunan kognitif merupakan penanda sifat kemungkinan skizofrenia.
Umumnya, diasumsikan bahwa ODS menunjukkan penurunan yang besar
pada ranah neurokognitif termasuk memori kerja, kecepatan pemrosesan,
Universitas Sumatera Utara
23
pembelajaran verbal dan memori, perhatian dan kewaspadaan, penalaran
dan pemecahan masalah, dan pembelajaran visual dan memori. 12
Korteks prefrontal memainkan peran yang dominan dalam
kehidupan psikis manusia, karena mengintegrasikan informasi yang
datang langsung dari daerah limbik, neokorteks, batang otak serta
hipotalamus dan secara tidak langsung melalui talamus dari hampir semua
daerah otak, sehingga disfungsional pada bagian tertentu dari struktural
dan / atau perubahan fungsional dalam hal ini bagian dari sistem saraf
pusat (SSP) memengaruhi kuantitatif dan kualitatif gangguan kesadaran,
perencanaan, pelaksanaan tindakan, kuantitatif dan kualitatif gangguan
penglihatan, konsentrasi, berbicara, emosi dan afek.7
Penurunan fungsi kognitif yang memengaruhi masalah akademik
dapat hadir sebelum timbulnya episode psikotik pertama dan dapat
berlangsung stabil selama awal skizofrenia. Penurunan ini juga ditemui
tetap stabil pada ODS rawat jalan terlepas dari perubahan keadaan klinis.
Kerusakan kognitif dari waktu ke waktu merupakan hasil dari interaksi
kumulatif antara kerusakan awal neurovelopmental otak dan
neurodegenerasi yang terjadi setelah timbulnya penyakit. Kinerja
neurokognitif pasien skizofrenia berkorelasi erat dengan beberapa ranah
outcome seperti perkembangan keterampilan sosial baru dan
kemampuan untuk berfungsi secara independen di dalam komunitas.
Selanjutnya, kinerja neurokognitif saat ini dipandang sebagai faktor
pembatas dalam keberhasilan pengobatan dan rehabilitasi. Kinerja di
berbagai subranah neurokognitif termasuk fungsi eksekutif, memori, dan
Universitas Sumatera Utara
24
perhatian mungkin berbeda-beda dan secara mandiri berkontribusi
terhadap pengobatan jangka panjang skizofrenia.6
Tes neurokognitif sering menilai lebih dari satu ranah fungsi, dan
banyak tes tidak cocok dengan satu ranah. Dengan demikian, deskripsi
profil penurunan fungsi neurokognitif pada skizofrenia bervariasi di
seluruh tinjauan literatur dan dapat membingungkan untuk nonpsikologis.
Ranah yang paling konsisten sangat terganggu dalam skizofrenia adalah
memori verbal, fungsi eksekutif, perhatian atau kewaspadaan, kefasihan
lisan, dan kecepatan motorik. Penurunan dalam kognisi sosial juga berat,
tapi ini adalah hal yang relatif baru pada penelitian, dengan studi yang
lebih sedikit untuk mendukung temuan ini. Pendapat sekelompok ahli
yang bertugas di Sub-komite neurokognitif untuk the Measurement and
Treatment Research to Improve Cognition in Schizophrenia (MATRICS)
adalah bahwa ranah yang paling penting dari penurunan fungsi
neurokognitif pada skizofrenia adalah memori bekerja, atensi /
kewaspadaan, pembelajaran verbal dan memori, pembelajaran visual dan
memori, penalaran dan pemecahan masalah, kecepatan pemrosesan, dan
kognisi sosial. Ranah ini dipilih karena mereka dipandang sebagai
substansi yang terganggu, dari yang lainnya, dan menunjukkan hubungan
terhadap fungsional outcome seperti hidup bermasyarakat yang mandiri.13
Universitas Sumatera Utara
25
1. Atensi/ Kewaspadaan
Kewaspadaan mengacu pada kemampuan untuk mempertahankan
perhatian dari waktu ke waktu. Gangguan fungsi kewaspadaan dapat
mengakibatkan kesulitan dalam mengikuti percakapan sosial dan
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk penting mengenai fungsi
pengobatan, terapi, atau bekerja. Kegiatan sederhana seperti membaca
atau menonton televisi dapat menjadi berat atau tidak memungkinkan.
Ulasan literatur telah menyarankan bahwa penurunan fungsi
kewaspadaan pada pasien dengan skizofrenia terkait dengan berbagai
aspek outcome, termasuk penurunan fungsi sosial, fungsi komunitas, dan
keterampilan akuisisi.13
2. Pembelajaran verbal dan memori
Fungsi memori verbal tidak terbatas pada kemampuan berhubungan
dengan mempelajari informasi baru, mempertahankan informasi yang
baru dipelajari dari waktu ke waktu, dan mengenali materi yang
disampaikan sebelumnya. Orang dengan skizofrenia tidak hanya
terganggu pada kemampuan mereka untuk segera mengingat materi
verbal. Dibandingkan dengan kontrol mereka juga terganggu pada
kemampuan mereka untuk belajar dari waktu ke waktu. ODS juga
mengalami gangguan dalam mengingat materi yang secara verbal lebih
menarik, seperti cerita. Bukti empiris banyak menunjuk hubungan dari
gangguan memori verbal dengan penurunan fungsi sosial dan
pekerjaan pada pasien skizofrenia.13
Universitas Sumatera Utara
26
3. Pembelajaran visual dan memori
Karena informasi visual tidak mudah dinyatakan sebagai informasi
verbal, hanya sedikit tes yang sensitif terhadap penurunan ini yang
berkembang, dan fungsi neurokognitif secara umum telah ditemukan
tidak mengalami penurunan nilai sebagai memori verbal. memori visual
telah ditemukan berkorelasi sederhana dengan status pekerjaan,
kepemilikan pekerjaan, keberhasilan rehabilitasi psikososial, fungsi
sosial, kualitas hidup, dan dengan kapasitas fungsional. Penelitian lain
melaporkan tidak ada korelasi yang signifikan.13
4. Penalaran dan pemecahan masalah
Meskipun ada banyak tes penalaran dan pemecahan masalah, juga
dijelaskan dalam beberapa konteks sebagai fungsi eksekutif, paling
terkenal dan sering digunakan dalam penelitian skizofrenia adalah the
Wisconsin Card Sorting Test (WCST). Pasien dengan skizofrenia yang
mengalami penurunan nilai pada langkah-langkah penalaran dan
pemecahan masalah sering mengalami kesulitan beradaptasi dengan
dunia yang berubah dengan cepat di sekitar mereka.13
5. Kecepatan memproses
Banyak tes neurokognitif membutuhkan subyek untuk memproses
informasi dengan cepat dan dapat dikompromikan oleh gangguan
dalam kecepatan pemrosesan. Sebuah contoh standar jenis tugas
adalah Wechsler Adult Intelligence Scale Digit Symbol Test. Setiap
angka (1 sampai 9) dikaitkan dengan simbol sederhana yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
27
Relevansi penurunan fungsi ini jelas ditunjukkan oleh efek dari
berkurangnya kecepatan pemrosesan pada kemampuan beberapa
pasien skizofrenia untuk tetap pada langkah dengan pekerjaan
berorientasi tugas yang sering dipegang oleh pasien dengan
skizofrenia. Selain itu, peningkatan latency respon dalam pengaturan
sosial dapat menghambat hubungan sosial.13
6. Kefasihan verbal
Kebanyakan penilaian neurokognitif dalam studi pengobatan skizofrenia
telah mencantumkan penilaian kefasihan lisan sebagai ranah yang
terpisah dari fungsi. pasien skizofrenia tidak hanya menghasilkan kata-
kata yang lebih sedikit dibandingkan kontrol normal, tetapi mereka
sering menghasilkan contoh yang tidak pantas, seperti kata-kata yang
bukan hewan. gangguan kefasihan lisan dapat merusak fungsi dalam
sosial dengan membuat komunikasi sulit dan canggung.13
7. Memori segera atau memori kerja
Memori segera mengacu pada kemampuan untuk memiliki
keterbatasan informasi secara langsung untuk jangka waktu singkat
(biasanya beberapa detik). Mengulangi serangkaian angka (angka ke
depan) adalah contoh dari memori langsung. memori kerja identik
dengan memori segera, sedangkan yang lain menggambarkan bahwa
itu harus membutuhkan beberapa manipulasi informasi yang sedang
diadakan secara langsung. Misalnya, mengulangi serangkaian angka
dalam urutan terbalik dari yang mereka disajikan (angka belakang)
membutuhkan manipulasi aktif karena kebutuhan informasi untuk
Universitas Sumatera Utara
28
menjadi diselenggarakan secara langsung dan kemudian kemudian
mengatur kembali. penurunan fungsi memori kerja pada skizofrenia
berasal dari korelasi yang kuat bahwa tindakan memori kerja memiliki
dengan berbagai ranah neurokognitif terganggu lainnya dalam
skizofrenia, seperti perhatian, perencanaan, memori, dan kecerdasan.
Secara kerja neuroanatomi fungsi memori pada primata manusia dan
bukan manusia menambah pemahaman kita tentang gangguan dalam
memori kerja di skizofrenia. neuroanatomikal kerja ini telah
menyarankan bahwa sirkuit saraf yang meliputi daerah korteks
prefrontal memediasi aspek fungsi memori kerja, dan bahwa sirkuit ini
mungkin terganggu dalam skizofrenia.13
8. Kognisi sosial
Tes sosial persepsi isyarat menggunakan rangsangan yang lebih
dinamis yang memerlukan beberapa modalitas sensorik, seperti menonton
rekaman video orang berinteraksi. Pasien dengan skizofrenia
menunjukkan gangguan konsisten pada tugas-tugas ini. Secara khusus,
mereka memiliki lebih banyak kesulitan membedakan tujuan dan niat
individu lain dari apa yang mereka kenakan atau katakan.Meskipun
berbagai laporan telah menggambarkan hubungan yang kuat antara
gangguan neurokognitif umum dan penurunan fungsi sosial dalam
skizofrenia, ada bukti yang berkembang bahwa kognisi sosial
berhubungan dengan gangguan sosial pada skizofrenia, bahkan setelah
mengendalikan kinerja pada tugas-tugas neurokognitif. analisis jalur telah
digunakan untuk menunjukkan bahwa hubungan antara penurunan fungsi
Universitas Sumatera Utara
29
neurokognitif dan penurunan fungsi sosial hampir seluruhnya dimediasi
oleh gangguan dalam kognisi sosial.13
II.5. Hubungan disfungsi neurokognitif dan simtom negatif
Disfungsi neurokognitif secara signifikan berkorelasi dengan
berbagai jenis simtom negatif. Varians besar antara neurokognisi dan
simtom negatif dibandingkan dengan simtom positif mungkin hasil dari
penilaian yang tumpang tindih. Misalnya, kefasihan verbal dan simtom
negatif dari kemiskinan berbicara, keduanya menilai kecepatan pasien
berbicara. Seorang pasien yang bicara pada tingkat yang lambat dalam
tes kefasihan lisan serta dalam sebuah wawancara di mana ia dinilai
pada kemiskinan berbicara. Fungsi motorik juga sangat berkorelasi
dengan simtom negatif, keberhasilan pekerjaan, dan outcome. Kurangnya
keterampilan motorik diwakili pada kedua simtom negatif dan ranah
disfungsi neurokognitif, simtom seperti afek tumpul dan retardasi motorik
adalah langkah-langkah pengamatan dari fungsi motorik. Dengan
demikian, keterampilan motorik merupakan inti dari simtom negatif
skizofrenia dalam banyak hal. Hubungan antara penurunan motivasi dan
kinerja yang buruk dari pasien skizofrenia pada tes neurokognitif
merupakan hal yang kompleks.13
II.6. Efek antipsikotik terhadap simtom negatif dan kognitif
Simtom negatif dan perburukan kognitif berhubungan dengan
sebagian besar ketidakmampuan sosial dan kejuruan pada skizofrenia
Universitas Sumatera Utara
30
sehingga simtom ini menjadi penting dalam strategi pengobatan untuk
mengurangi keparahan terhadap ketidakmampuan ini. Carpenter
mengklasifikasikan simtom negatif menjadi kategori sekunder dan primer.
Simtom negatif sekunder adalah simtom simtom negatif yang dihasilkan
akibat kondisi lain seperti depresi atau efek samping ekstrapiramidal.
Extrapiramidal syndrome (EPS) merupakan hal yang paling sering
menyebabkan terjadinya simtom negatif sekunder, seperti pada akinesia
efek samping yang dapat muncul seperti penurunan bicara, motivasi dan
gerakan spontan. Manajemen penatalaksanaan simtom negatif sekunder
ini sesuai dengan penyebab yang mendasarinya, misalnya jika
disebabkan oleh depresi maka diberi antidepresan dan jika disebabkan
oleh EPS maka bisa diterapi dengan terapi antiparkinson, penurunan
dosis dan penggantian obat antipsikotik yang lebih cendrung ke
antipsikotik generasi kedua yang memiliki efek EPS lebih rendah. Simtom
negatif primer adalah jika penyebab simtom negatif yang terjadi bukan
karena faktor lain tersebut diatas. Walaupun beberapa studi menunjukkan
kalau antipsikotik generasi kedua lebih efektif dalam mengatasi simtom
negatif dibandingkan dengan generasi pertama, namun keuntungannnya
mungkin hanya pada simtom negatif skunder yang disebabkan oleh
EPS.11
Pasien skizofrenik juga mengalami masalah ketidakmampuan
dalam memori, atensi dan memproses informasi. Namun ketidakmampuan
ini juga bisa disebabkan oleh penyalahgunaan zat dan efeksamping obat.
Efek antikolinergik seperti antipsikotik dan antiparkinson bipereden
Universitas Sumatera Utara
31
(akineton) atau benztropine dapat menyebabkan ketidakmampuan kognitif
yang akan sulit dibedakan dengan ketidakmampuan kognitif yang
diakibatkan skizofrenia. Mengurangi terapi antikolinergik dengan
mengganti terapi antipsikotik ke antipsikotik generasi kedua mungkin lebih
membantu. 11
II.7. Quetiapine XR
Quetiapine merupakan antipsikotik generasi kedua yang
dikeluarkan dan disetujui pada tahun 1998 dan menjadi terapi pilihan
utama. Quetiapine adalah dibenzothiazepine dengan properti reseptor-
blocking yang lebih kuat pada 5-HT2 dari D2. Rumus molekul adalah
C42H50N6O4S2·C4H4O4. Quetiapine terkait dengan molekul clozapine,
olanzapine, dan fluperlapine. Waktu untuk konsentrasi maksimum (Tmax)
setelah asupan oral adalah 1,5 jam, dengan perkiraan waktu paruh 6 jam.
Tidak ada perbedaan yang ditemukan antara dosis dua kali- dan tiga kali
sehari, terlepas dari kondisi waktu paruh 6,9 jam. Tingkat steady state
dicapai dalam 48 jam. Quetiapine secara ekstensif dimetabolisme oleh
hati dan juga dimetabolisme dibagian lain walaupun hanya sebagian kecil.
Jalur metabolisme utama adalah melalui CYP 3A4. Sembilan puluh lima
persen dari [3H] quetiapine di ekskresi dalam urin dan feses.14
Quetiapine adalah agen antipsikotik multitransmitter: Ini memiliki
afinitas tinggi untuk 5-HT2, histamin H1, α1,dan reseptor α2; afinitas
sedang untuk reseptor 5-HT1A; afinitas sedang untuk D2 dan afinitas
rendah untuk reseptor D1. Dimana ia bekerja memblok reseptor dopamin
Universitas Sumatera Utara
32
2 sehingga mengurangi simtom positif dan menstabilkan simtom afektif
dan ia juga bekerja memblok serotonin 2A menyebabkan peningkatan
pelepasan dopamin di beberapa region otak dan juga mengurangi efek
samping motorik dan kemungkinan meningkatkan kognitif dan simtom
afektif, aksi pada reseptor 5HT1A mungkin berkontribusi efektif terhadap
kognitif dan simtom afektif pada beberapa pasien khususnya dosis sedang
hingga tinggi. Quetiapine memiliki afinitas yang sangat rendah untuk M1
dan D4 reseptor kolinergik. Insiden rendah untuk EPS.14,15
Perubahan pada simtom psikotik mulai tampak pada 1 minggu
penggunaan namun dibutuhkan beberapa minggu untuk mendapatkan
efek penuh pada perilaku, kognitif dan juga stabilisasi afektif. Biasanya
direkomendasikan untuk menunggu sekitar 4-6 minggu untuk
mendapatkan kemanjuran dari pengobatan. Rata-rata dosis yang
digunakan untuk skizofrenia adalah 400-800 mg/hari/oral. Dosis awal
untuk skizorenia dimulai dari 25mg/hari/oral 2 kali sehari dan ditingkatkan
25-50 mg 2 kali sehari sampai didapati dosis efektif, dosis maksimum
adalah 800 mg/hari. Untuk quetiapine XR dosis inisial untuk skizofrenia
adalah 300mg/hari/oral sebaiknya digunakan pada malam hari, dosis
dapat ditingkatkan 300 mg/hari sampai tercapai dosis efektif, dosis
maksimum adalah 800 mg/hari/oral. Quetiapine XR adalah controlled-
release sehingga tidak boleh dikunyah ataupun dibelah/dihancurkan dan
harus ditelan seluruhnya. 15
Universitas Sumatera Utara
33
II.8. Risperidone
Risperidone merupakan antipsikotik generasi kedua yang
pertamakali disetujui setelah clozapin pada tahun 1994 di Amerika Serikat
(AS) dan juga sebagai terapi pilihan pertama untuk gangguan psikotik
termasuk skizofrenia. Risperidone adalah derifat benzisoxizole dengan
formula mulekul C23H27FN4O2, risperidone dimetabolisme oleh CYP450
2D6 dan dimetabolisme di hati. Setelah dicerna, tingkat puncak plasma
berkisar pada 1 sampai 3 jam dan waktu paruh risperidone oral rata-rata
20-24 jam dan diharapkan stabil setelah 5 hari (berkisar 1 hingga 5 hari
bergantung pada masing-masing pasien), risperidone diekskresi melalui
urin. Risperidone memiliki afinitas tinggi untuk reseptor dopamin 2 (D2)
dan reseptor serotonin 2A (5-HT2A). Dimana ia bekerja memblok
reseptor dopamin 2 sehingga mengurangi simtom positif dan menstabilkan
simtom afektif dan ia juga bekerja memblok serotonin 2A menyebabkan
peningkatan pelepasan dopamin di beberapa region otak dan juga
mengurangi efek samping motorik dan kemungkinan meningkatkan
kognitif dan simtom afektif.14,15
Risperidone juga menunjukkan afinitas tinggi untuk adrenergik α1-
dan α2-reseptor dan reseptor H1 histaminergik, memiliki afinitas sedang
untuk serotonin 5-HT1C, 5-HT1D, dan reseptor 5-HT2A, dan afinitas
lemah untuk reseptor dopamin D1. Risperidone tidak memiliki afinitas
untuk reseptor muscarinic kolinergik atau β1 dan β2 reseptor adrenergik.
Meskipun risperidone memiliki afinitas tinggi untuk reseptor D2, namun ia
tidak memiliki tingkat obat-potensi tinggi untuk EPS seperti FGA. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
34
kemungkinan besar disebabkan oleh efek promosi-dopamin dari antagonis
5-HT2A. Risperidone memblok 65 persen dari reseptor D2 (persentase
ambang batas terendah untuk efikasi antipsikotik) pada dosis rata-rata 2
mg per hari. Pada rata-rata 6 mg per hari, 80 persen dari reseptor D2
diblokir, dan EPS dapat terjadi. Pada dosis 2 mg efek 5-HT2A mungkin
tidak optimal.14
Perubahan pada simtom psikotik mulai tampak pada 1 minggu
penggunaan namun dibutuhkan beberapa minggu untuk mendapatkan
efek penuh pada perilaku, kognitif dan juga stabilisasi afektif. Biasanya
direkomendasikan untuk menunggu sekitar 4-6 minggu untuk
mendapatkan kemanjuran dari pengobatan. Dosis untuk psikotik akut
yang digunakan 2-8 mg/hari/oral, dosis awal yang direkomendasikan
adalah 1 mg/hari/oral terbagi dalam 2 dosis. Dosis dinaikkan 1
mg/hari/oral sampai dosis efikasi tercapai. Efek maksimum yang tampak
biasanya pada dosis 4-8 mg/hari/oral dan dosis maksimum adalah 16
mg/hari/oral.15
II.9. Montreal Cognitive Assessment (MoCA)
Montreal Cognitive Assessment (MoCA) dirancang sebagai
instrumen skrining cepat untuk disfungsi kognitif ringan.16 MoCA berguna
untuk mendeteksi penurunan fungsi kognitif ringan dalam berbagai kondisi
termasuk penyakit alzheimer, vascular cognitive impairment, penyakit
parkinson, lewy body, fronto-temporal dementia, multiple sclerosis,
Universitas Sumatera Utara
35
penyakit huntington, tumor otak, ALS, sleep apnea, gagal jantung,
penyalahgunaan zat, skizofrenia, HIV, dan trauma kepala.17
Spesifitas MoCA untuk mengekslusi kontrol normal cukup baik yaitu
87% dan sensitivitas dari Moca telah diperkirakan sangat baik yaitu 90%
untuk mendeteksi gangguan kognitif ringan, dan jauh lebih sensitifitas
daripada MMSE.18
Pada studi yang dilakukan Putra dkk tahun 2015 di Medan
mengenai pendidikan pada ODS terhadap fungsi kognitif menggunakan
MoCA-INA pada 54 ODS, didapati sebanyak 84 % ODS memiliki fungsi
kognitif yang tidak normal dan terdapat hubungan yang bermakna pada
tingkat pendidikan (p<0,05), namun terdapat hubungan yang tidak
bermakna antara fungsi kognitif dan tingkat intelegensia serta lama sakit.19
Waktu untuk mengelola MoCA adalah sekitar 10 menit. Total skor
adalah 30 poin; skor 26 atau di atas dianggap normal.20
Menurut versi MoCA terakhir secara spesifik MoCA terdiri dari: 20
1. Visuospasial: dinilai dengan a clock drawing task/menggambar jam
(3 poin) dan mencontoh gambar kubus tiga dimensi (1 poin).
2. Fungsi eksekutif dinilai dengan trial making B task (1 poin), tugas
kefasihan fonemik ( 1 poin), dua item tugas kata abstrak (2 poin)
3. Bahasa: dinilai dengan menyebutkan nama dari tiga gambar
binatang yang tidak familiar yaitu gajah badak dan unta (3 poin),
mengulang 2 buah kalimat yang sulit (2 poin) dan menyebutkannya
dengan lancar.
Universitas Sumatera Utara
36
4. Atensi/kewaspadaan: atensi dinilai dengan tugas atensi
berkelanjutan (deteksi target menggunakan ketukan 1 poin).
5. Konsentrasi: dinilai dengan tugas pengurangan serial (3 poin),
6. Working memory dinilai dengan menyebut angka dari depan dan
dari belakang/ digits forward and backward (masing-masing 1 poin),
7. Memori: dinilai dengan tugas mengingat kembali jangka pendek/
short-term memory recall task, namun (5 poin) didapatkan dengan
delayed recall setelah 5 menit.
8. Orientasi: dinilai dengan menilai orientasi tempat dan waktu (6
poin)
Di Indonesia. MoCA telah divalidasi ke dalam bahasa Indonesia
oleh Husein dan kawan-kawan pada tahun 2009 dan disebut sebagai
MoCA-Ina.21
II.10. Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS)
Skala PANSS oleh Kay dan kawan-kawan tahun 1987, 1988, 1989
berasal dari kebutuhan yang berkembang untuk mengurangi
heterogenitas apa yang dikenal tentang skizofrenia. Crowns pada tahun
1980 dikotomi positif-negatif disajikan model teoritis yang menjanjikan
untuk menjelaskan dan memahami variabilitas dalam etiologi skizofrenia,
pengobatan dan prognosis. Skala PANSS dibagi menjadi sub-skala positif,
negatif dan psikopatologi umum dan skor sub-skala yang ditampilkan
didistribusikan secara normal dan independen satu sama lain. Skala
Universitas Sumatera Utara
37
PANSS jauh lebih sensitif dan spesifik mengenai pemakaian farmakologi
dari penilaian baik simtom positif dan negatif pada pasien dengan
skizofrenia.22
PANSS terdiri dari 30 butir dengan sub-skala: 7 butir adalah simtom
positif (contoh halusinasi dan waham), 7 butir adalah simtom negatif
(contoh afek tumpul) dan 16 butir adalah psikopatologi umum (contoh rasa
bersalah). Setiap butir diskor dengan 7 poin dengan rentang skala likert
dari 1 sampai 7, maka rentang sub-skala posif dan negatif dari 7-49 dan
rentang skala psikopatologi umumdari 16-112. PANSS digunakan oleh
klinisi yang terlatih dan waktu yang diperlukan berkisar 30-40 menit.
Setiap butir dari PANSS merupakan definisi yang komplit dan juga kriteria
yang terperinci untuk semua 7 poin penilaian yang menunjukkan
peningkatan psikopatologi yaitu: 1= tidak ada, 2= minimal, 3= ringan, 4=
sedang, 5= sedang- berat, 6=berat, 7= sangat berat.23,24
Tingkat dari skala PANSS berdasarkan dari keseluruhan informasi
yang diperoleh dari waktu tertentu, biasanya diidentifikasi pada minggu
sebelumnya.24
Universitas Sumatera Utara
38
Skor MoCA-INA Baseline
Skor MoCA-INA
pada akhir minggu
VI dan XII
Skor MoCA-INA
pada akhir minggu
VI dan XII
Skor MoCA-INA Baseline
II.11. Kerangka Teori
5-HT Simtom negatif
DA Psikosis
NT Simtom positif
Ketidakmampuan
kognitif
Gambar. 1. Kerangka teori
Keterangan:5-HT = serotonin; NT = neurotensin; DA = dopamine; Garis putus-putus = efek tidak langsung; garis solid = efek langsung.
II.12. Kerangka Konsep
KELOMPOK I
KELOMPOK II
Gambar. 2. Kerangka konsep
Quetiapine XR
Risperidone
Universitas Sumatera Utara
39
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1.Desain studi
Studi ini merupakan studi eksperimental non-randomized, dengan
uji hipotesis komparatif numerik tidak berpasangan lebih dari satu kali
pengukuran untuk menilai perbedaan skor MoCA-INA kelompok ODS
dengan predominan simtom negatif yang mendapat terapi quetiapine XR
dan risperidone yang diukur pada akhir minggu VI dan XII:25
Kelompok I : Kelompok ODS yang mendapat terapi quetiapine XR.
Kelompok II : Kelompok ODS yang mendapat terapi risperidone.
III.2.Tempat dan Waktu
1. Tempat studi : Instalasi rawat jalan BLUD RSJ. Prof.DR.
M.Ildrem Propinsi Sumatera Utara.
2. Waktu studi : 30 Desember 2016 – 30 April 2017
III.3.Populasi dan sampel studi
1. Populasi target: Orang dengan skizofrenia
2. Populasi terjangkau: Orang dengan skizofrenia yang datang ke
Instalasi Rawat Jalan BLUD RSJ Prof. Dr. M.Ildrem Propinsi
Sumatera Utara pada periode 30 Desember 2016 – 30 April
2017.
Universitas Sumatera Utara
40
3. Sampel studi: pasien skizofrenik yang datang ke Instalasi
Rawat Jalan BLUD RSJ Prof. Dr. M.Ildrem Propinsi Sumatera
Utara pada periode 30 Desember 2016 – 30 April 2017 yang
memenuhi kriteria inklusi.
4. Cara pengambilan sampel: non probability sampling jenis
purposive sampling.
III.4.Perkiraan Besar Sampel
Studi ini merupakan studi yang sampai pencaharian literatur yang
dilakukan merupakan studi pertama yang menilai perbedaan efek
risperidone dan quetiapine XR terhadap fungsi kognitif ODS dengan
predominan simtom negatif dengan menggunakan assessment
pemeriksaan kognitif MoCA-INA. Oleh sebab itu untuk menghitung besar
standar deviasi gabungan, dilakukan penelitian pendahuluan dengan
merekrut individu sebanyak 10 individu yang diberi terapi quetiapine XR
dan 10 individu yang diberi risperidone dan dilakukan penilaian dengan
assessment MoCA-INA pada minggu ke 0 yaitu sebelum pengobatan dan
dinilai kembali pada minggu VI setelah pengobatan dan dilakukan
prosedur studi dengan hasil:
Universitas Sumatera Utara
41
Tabel III.4.1. Rerata dan simpang baku
Skor MoCA-INA Rerata(Simpang baku)
Quetiapine XR Risperidone
Visuospasial 0,3(0,48) 0(0)
Fungsi eksekutif 0,3(0,48) 0,1(0,32)
Bahasa 0,4(0,69) 0,1(0,32)
Atensi 0,1(0,32) 0,1(0,32)
Konsentrasi 0,1(0,32) 0(0,47)
Memori kerja 0,2(0,42) 0(0)
Memori 0,1(0,57) 0,1(0,32)
Orientasi 0,2(0,42) 0,1(0,32)
Skor total 1,6(1,08) 0,5(0,53)
Untuk mencari nilai Sg (simpang baku gabungan) digunakan rumus: 26
=
KETERANGAN
= Besar sampel kelompok 1 = Pasien dengan terapi quetiapine XR
pada studi pendahuluan= 10
= Besar sampel kelompok 2 = Pasien dengan terapi risperidone
pada studi pendahuluan = 10
Universitas Sumatera Utara
42
= Simpang baku kelompok 1 = Pasien dengan terapi quetiapine
XR pada studi pendahuluan
= simpang baku kelompok 2 = Pasien dengan terapi risperidone
pada studi pendahuluan
= simpang baku gabungan
=
Tabel III.4.2. Smpang baku gabungan:
Fungsi kognitif =
Visuospasial 10 10 0,48 0,00 0,34
Fungsi eksekutif 10 10 0,48 0,32 0,40
Bahasa 10 10 0,69 0,32 0,54
Atensi 10 10 0,32 0,32 0,32
Konsentrasi 10 10 0,32 0,47 0,40
Memori kerja 10 10 0,42 0,00 0,30
Memori 10 10 0,57 0,32 0,46
Orientasi 10 10 0,42 0,32 0,37
Total Skor 10 10 1,08 0,53 0,85
Besar sampel diukur dengan menggunakan rumus: 26
Universitas Sumatera Utara
43
KETERANGAN:
Z = Deviat baku alfa = Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5% =
1,96 hipotesis dua arah.25
Z = Deviat baku beta = kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10% =
1,28. 25
= Simpang baku gabungan dari hasil studi pendahuluan
X1-X2 = Perbedaan rerata minimal yang dianggap bermakna = 1
Tabel III.4.3. Besar sampel
Fungsi kognitif
Visuospasial 0,34 2,42 = 3
Fungsi eksekutif 0,40 3,35 = 4
Bahasa 0,54 3.2 = 4
Atensi 0,32 2,14 = 3
Konsentrasi 0,40 3,35 = 4
Memori kerja 0,30 1,89 = 2
Memori 0,46 4,44 = 5
Orientasi 0,37 2,88 = 3
Total Skor 0,85 15,17 =16
Universitas Sumatera Utara
44
Berdasarkan rumus besar sampel di atas, besar sampel minimal
pada masing-masing kelompok adalah 16 subjek.
III.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi :
1. ODS yang didiagnosis berdasarkan PPDGJ III.
2. Pasien predominan simtom negatif
3. Berusia antara 18-40 tahun.
4. Pendidikan terakhir minimal SMP
5. Mengerti bahasa Indonesia.
6. Bersedia sebagai responden dan dapat diwawancarai
7. Lama sakit 2-10 tahun
8. Riwayat hospitalisasi ≤ 3 kali
9. Indeks massa tubuh dalam batas normal (IMT= 18,5-24,99)
10. Tidak makan obat antipsikotik minimal 7 hari
Kriteria eksklusi :
1. ODS dengan komorbid penyakit medis berat
2. Riwayat penggunaan alkohol dan zat lainnya kecuali kafein dan
nikotin.
3. Hamil atau menyusui
Universitas Sumatera Utara
45
III.6. Persetujuan setelah penjelasan / Inform Concent
Semua subjek studi akan diminta persetujuan dengan terlebih
dahulu diberi penjelasan sebelum diikut sertakan sebagai subjek studi.
III.7. Etika Penelitian
Pelaksanaan studi ini diupayakan mengikuti pola dan norma-norma
pelaksanaan studi ilmiah yang standar. Pada pihak responden yang
diwawancarai diminta semacam persetujuan informed consent dengan
penyampaian informasi bahwa data atau kerahasiaan individu responden
akan dijamin tetap rahasia oleh pihak penulis. Studi ini telah mendapatkan
persetujuan dari Komite Etik penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
III.8. Cara Kerja
Studi ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik
Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
ODS didiagnosis dengan menggunakan PPDGJ-III dengan semi
structure clinical interview untuk skizofrenia menggunakan mini
ICD-10.
Seluruh ODS yang datang dan memenuhi kriteria inklusi dan tidak
memenuhi kriteria eksklusi akan diberikan penjelasan. Setelah
mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas dari penulis dan
jika pasien bersedia, maka pasien diminta untuk menandatangani
persetujuan untuk menjadi subjek dalam studi ini.
Universitas Sumatera Utara
46
Penulis melakukan wawancara kepada subjek dan keluarga untuk
memastikan kebenarannya mengenai riwayat subjek.
Penulis akan menilai kognitif subjek dengan menggunakan
assessment MoCA-INA sebagai baseline yang akan dilakukan
selama ± 10 menit. (Pada pemeriksaan PANSS dan MoCA-INA,
sebelumnya penulis dilatih oleh interrater yang kemudian penilaian
PANSS dan MoCA-INA akan dilakukan uji kesesuaian antara
penulis dan interrater).
Kemudian setiap subjek akan dimasukkan kedalam kelompok 1
atau kelompok 2:
- Kelompok I adalah subjek yang mendapatkan terapi fix dose
dari quetiapine single dose/XR dosis minggu ke-1 adalah 300
mg/hari/ oral, minggu ke-2 dan seterusnya 600 mg/ hari/oral
yang diminum pada sore hari.
- Kelompok II adalah subjek yang mendapatkan terapi fix dose
dari risperidone dimulai dari dosis 4 mg /hari/oral terbagi dalam
2 dosis pada minggu ke-1, dan dinaikkan menjadi dosis 6 mg
/hari/oral terbagi dalam 2 dosis diminum pada pagi dan malam
hari.
- Jika terjadi efek samping seperti EPS selama pengobatan maka
diberikan terapi antikolinergik triheksilfenidil dengan dosis 4-6
mg/hari/oral untuk menghilangkan efek sindrom parkinsonism
dan terapi injeksi dipenhidramin 50mg untuk mengatasi distonia
akut. Pengobatan antikolinergik dihentikan minimal 24 jam
Universitas Sumatera Utara
47
sebelum dilakukan tes fungsi kognitif dengan menggunakan
MoCA-INA untuk menghilangkan efek obat terhadap penilaian.6
Fungsi kognitif akan dinilai kembali pada akhir minggu VI dan XII
dengan assessment MoCA-INA. (Penghitungan Minggu dimulai
ketika sudah mencapai dosis yang diinginkan, Quetiapine XR 600
mg/hari dan risperidone 6 mg/hari).
Studi ini merupakan on treatment analysis sehingga setiap terjadi
drop out, subjek akan digantikan dengan yang baru. Kriteria drop
out adalah subjek yang tidak dilakukan penilaian pada akhir minggu
VI dan XII dan yang tidak mendapatkan terapi dan dosis yang
sesuai dengan yang ditetapkan akan dikeluarkan dari studi.
Setelah semua data terkumpul akan dilakukan pengolahan dan
analisis data serta disajikan dalam bentuk tabel.
III.9. Identifikasi variabel
1. Variabel bebas (independent variable). Dalam studi ini adalah ODS
yang mendapat terapi quetiapine XR atau risperidone
2. Variabel terikat (dependent variable). Dalam studi ini variabel terikat
adalah skor MoCA-INA.
Universitas Sumatera Utara
48
III.10. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur dan Cara Ukur
Hasil Ukur Skala
1 Orang dengan skizofrenia (ODS)
Pasien yang ditegakkan diagnosis skizofrenia berdasarkan PPDGJ-III
Wawancara, berdasarkan mini ICD 10 dan penegakkan diagnosis dengan PPDGJ-III
Diagnosis Skizofrenia
Nominal
2 Quetiapine XR Quetiapine XR adalah Obat antipsikotik generasi kedua yang memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonergik (5HT2A) daripada reseptor dopaminergik D1 dan D2
Wawancara
Rekam medis
Quetiapine XR 600mg/hari/oral diminum sore hari
Nominal
3 Risperidone Risperidone adalah antipsikotik generasi kedua yang merupakan serotonin 5-HT2 kuat dan sifat memblok dopamin D2 reseptor
Wawancara
Rekam medis
Risperidone 6 mg/hari/oral dibagi dua dosis
Diminum pagi dan malam
Nominal
4 Umur Lamanya waktu hidup atau ada sejak dilahirkan
Wawancara 18 – 40 tahun Numerik
5 Tingkat pendidikan
Jenjang pendidikan normal formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
Wawancara SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Ordinal
6 Status pernikahan
Dibedakan dalam ikatan pernikahan (menikah), dan tidak dalam ikatan pernikahan (janda/duda, atau tidak menikah)
Wawancara Menikah
Tidak Menikah
Nominal
7 Pekerjaan Kegiatan yang menghasilkan uang.
Wawancara Bekerja
Tidak bekerja
Nominal
Universitas Sumatera Utara
49
8 Jenis kelamin Identitas Wawancara dan observasi
1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
9 Riwayat hospitalisasi
Riwayat pasien di rawat inap
Wawancara, Rekam medis
1 – 3 kali Numerik
10 Lama sakit Lama pasien mengalami skizofrenia sejak awitan pertama
Wawancara, Rekam medis
Lama sakit dalam tahun < 10 tahun
Numerik
11 Predominan simtom negatif
Pada PANSS Subskala negative ≥ 21 dan sekurangnya 1 poin lebih tinggi dari subskala positif. 6
Kuisioner PANSS
Subskala negative ≥ 21 dan
> 1 poin dari subskala positif
Numerik
12 Fungsi kognitif
Proses mental yang terlibat dalam belajar dalam hal ini dinilai dengan menggunakan instrument MoCA-INA
Kuisioner
MoCA-INA
Total Skor MoCA-Ina: 0-30
Numerik
13 Skala MoCA-INA
Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia (MoCA-INA) sebagai instrumen skrining cepat untuk disfungsi kognitif ringan. Hal menilai ranah kognitif yang berbeda: - Visuospasial - Fungsi eksekutif - Bahasa - Atensi - Konsentrasi - Memori kerja - Memori - Orientasi
Kuesioner MoCA-INA
- Total Skor MoCA-Ina: 0-30
Skor MoCA-Ina perranah: 0-4 0-4 0-5 0-1 0-3 0-2 0-5 0-6
Numerik
14 Skala PANSS Untuk mengukur tingkat keparahan skizofrenia
Kuesioner PANSS
Skor PANSS
Numerik
15 IMT Indeks massa tubuh (IMT) adalah cara untuk menilai status gizi berdasarkan berat badan BB) dan tinggi badan (TB). Dengan nilai normal untuk orang Indonesia adalah ( 18,5 – 24,99)
Mengukur BB/TB2
( 18,5 – 24,99) Numerik
Universitas Sumatera Utara
50
III.11. Analisis dan Penyajian Data
Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengolahan data dengan
tahap sebagai berikut: (I) Editing, merupakan langkah untuk meneliti
kelengkapan data yang diperoleh melalui wawancara, (2) koding adalah
usaha untuk mengklasifikasikan jawaban yang ada menurut jenisnya, (3)
Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian kedalam
table berdasarkan variable yang diteliti, (4) Analisis data, data penelitian
dianalisis menggunakan uji statistik yaitu uji hipotesis komparatif numerik
tidak berpasangan lebih dari satu kali pengukuran atau disebut general
linier model (GLM). Sebaran data dinilai dengan uji normalitas Shapiro-
wilk karena jumlah sampel ≤ 50 subjek. Jika sebaran data tidak normal
maka dilakukan transformasi data, analisis yang dilakukan tergantung
pada sebaran dan varian hasil transformasi. Bila sebaran tetap tidak
normal maka digunakan uji Mann-Whitney U berulang pada akhir minggu
VI dan XII. Studi juga menggunakan uji hipotesis komparatif numerik lebih
dari dua kelompok berpasangan atau uji Repeated Anova. Sebaran selisih
data dinilai dengan uji normalitas Shapiro-wilk, bila sebaran selisih tidak
normal maka dilakukan transformasi data, analisis yang dilakukan
tergantung pada sebaran selisih dan varian hasil transformasi. Bila
sebaran selisih tetap tidak normal maka digunakan uji Friedman dengan
post hoc Wilcoxon.
Universitas Sumatera Utara
51
III.12. Kerangka Operasional
Gambar. 3. Kerangka operasional
Kelompok Quetiapine XR
n = 16
Kelompok Risperidone
n = 16
Pasien Skizofrenik yang
ditegakkan berdasarkan PPDG-III
dengan wawancara semi struktur
mini ICD-10
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
Fungsi kognitif (MoCA-INA)
Baseline
Fungsi kognitif (MoCA-INA) Akhir Minggu ke-6
Fungsi kognitif (MoCA-INA) Akhir Minggu ke-12
Analisis data
Informed Concent
Bersedia
Tidak bersedia
Fungsi kognitif (MoCA-INA) Akhir Minggu ke-6
Fungsi kognitif (MoCA-INA) Akhir Minggu ke-12
Persiapan penelitian
Universitas Sumatera Utara
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini telah dilakukan di RSJ. Prof. Dr. M. Ildrem Pemerintah
Propinsi Sumatera Utara. Pengambilan subjek studi dilakukan dengan
cara nonprobability sampling, yaitu purposive sampling. Sebanyak 32
subjek ikut dalam studi ini, dengan kelompok yang mendapat terapi
quetiapine XR dan risperidone masing-masing sebanyak 16 subjek tiap
kelompok.
Tabel 4.1. Karakteristik Sosiodemografik Subjek Penelitian
Karakteristik Sosiodemografik Quetiapine XR n=16
Risperidone n=16 p
Umur (Tahun), Rerata (s.b) 28,00(4,77)
28,13(4,56)
0,940* Jenis Kelamin, n(%) Laki-laki 11(68,75)
11(68,75)
1,000**
Perempuan 5(31,25) 5(31,25) Tingkat Pendidikan, n(%)
SMP 1(6,25) 3(18,75) 0,600*** SMA/SMK - PT 15(93,75) 13(81,25)
Riwayat hospitalisasi(kali), Median(min-max) 1,50 (1-3) 1,00(1-3) 0,639**** Lama Sakit (Tahun), Rerata (s.b) 5,38(2,58) 5,13(2,47) 0,781* Indeks Massa Tubuh, Rerata (s.b) 22,70(0,91)
22,02(1,55)
0,144*
Skor PANSS PANSS Total, Rerata (s.b) 72,94(2,52)
73,81(3,02)
0,380*
PANSS Negatif, Rerata (s.b) 24,94(1,81)
24,75(2,32)
0,801* PANSS Positif, Median(min-maks) 14,00 (13,00-17,00) 14,00(13,00-17,00) 0,906****
Skor MoCA-INA Skor Total, Rerata (s.b) 21,00(2,37)
21,00(2,45)
1,000*
Visuospasial, Median(min-maks) 3,00(1,00-4,00) 3,00(2,00-4,00) 0,857**** Fungsi Eksekutif, Median(min-maks) 2,00(0,00-3,00) 2,00(1,00-3,00) 0,392**** Bahasa, Median(min-maks) 5,00(3,00-5,00) 5,00(3,00-5,00) 0,863**** Atensi, Median(min-maks) 1,00(0,00-1,00) 1,00(0,00-1,00) 1,000**** Konsentrasi, Median(min-maks) 1,00(0,00-3,00) 2,00(0,00-3,00) 0,478**** Memori Kerja, Median(min-mak) 2,00(1,00-2,00) 2,00(1,00-2,00) 0,632**** Memori, Rerata (s.b) 2,22(1,65) 2,24(1,58) 0,915* Orientasi, Median(min-maks) 6,00(5,00-6,00) 5,00(4,00-6,00) 0,403****
*Uji T-tidak berpasangan, **Uji Chi square, ***Uji Fisher, ****Uji Mann Whitney-U
Universitas Sumatera Utara
53
Tabel 4.1. memperlihatkan karakteristik demografik dari masing-
masing kelompok. Rerata umur pada kelompok quetiapine XR adalah
28,00 tahun dengan simpang baku 4,77 tahun dan risperidone adalah
28,13 dengan simpang baku 4,56 tahun. Jenis kelamin terbanyak dari
kelompok quetiapine XR dan risperidone adalah sama yaitu laki-laki
sebanyak 11 subjek (68,75%). Tingkat pendidikan terbanyak pada
kelompok quetiapine XR dan risperidone adalah SMA/SMK - PT masing-
masing sebanyak 15 subjek (93,75%) dan 13 subjek (81,25%). Riwayat
hospitalisasi dari kelompok quetiapine XR memiliki median 1,50 kali
dengan batas minimum-maksimum adalah 1,00-3,00 kali dan median
pada kelompok risperidone adalah 1,00 kali dengan batas minimum-
maksimum 1,00-3,00 kali. Lama sakit dari kelompok quetiapine XR
memiliki rerata 5,38 tahun dengan simpang baku 2,58 tahun dan rerata
kelompok risperidone adalah 5,13 tahun dengan batas minimum-
maksimum 2,47 tahun. Rerata indeks massa tubuh pada kelompok
quetiapine XR adalah 22,70 dengan simpang baku 0,91 dan pada
kelompok risperidone 22,02 dengan simpang baku 1,55. Rerata skor
PANSS total pada kelompok quetiapine XR adalah 72,94 dengan simpang
baku 2,52 dan pada kelompok risperidone adalah 73,81 dengan simpang
baku 3,02. Rerata skor PANSS negatif pada kelompok quetiapine XR
adalah 24,94 dengan simpang baku 1,81 dan rerata pada kelompok
risperidone adalah 24,75 dengan simpang baku 2,32. Nilai median skor
PANSS positif pada kelompok quetiapine XR dan risperidone adalah
sama yaitu 14,00 dengan batas minimum-maksimum sama 13,00-17,00.
Universitas Sumatera Utara
54
Rerata skor Moca-Ina total pada kelompok quetiapine XR adalah 21,00
dengan simpang baku 2,37 dan pada kelompok risperidone 21,00 dengan
simpang baku 2,45. Skor visuospasial dari kelompok quetiapine XR
memiliki median 3,00 dengan batas minimum-maksimum adalah 1,00-4,00
dan median pada kelompok risperidone adalah 3,00 dengan batas
minimum-maksimum 2,00-4,00. Skor fungsi eksekutif dari kelompok
quetiapine XR memiliki median 2,00 dengan batas minimum-maksimum
adalah 0,00-3,00 dan median pada kelompok risperidone adalah 2,00
dengan batas minimum-maksimum 1,00-3,00. Skor bahasa dari kelompok
quetiapine XR dan kelompok risperidone adalah sama-sama memiliki
median 5,00 dengan batas minimum-maksimum adalah 3,00-5,00. Skor
atensi dari kelompok quetiapine XR dan kelompok risperidone adalah
sama-sama memiliki median 1 dengan batas minimum-maksimum adalah
0,00-1,00. Skor konsentrasi dari kelompok quetiapine XR memiliki median
1,00 dengan batas minimum-maksimum adalah 0,00-3,00 dan median
pada kelompok risperidone adalah 2,00 dengan batas minimum-
maksimum 0,00-3,00. Skor memori kerja dari kelompok quetiapine XR dan
risperidone adalah sama-sama memiliki median 2,00 dengan batas
minimum-maksimum adalah 1,00-2,00. Skor memori dari kelompok
quetiapine XR memiliki rerata 2,22 dengan simpang baku 1,65 dan rerata
pada kelompok risperidone adalah 2,24 dengan simpang baku 1,58. Skor
orientasi dari kelompok quetiapine XR memiliki median 6,00 dengan batas
minimum-maksimum adalah 5,00-6,00 dan median pada kelompok
risperidone adalah 5,00 dengan batas minimum-maksimum 4,00-6,00.
Universitas Sumatera Utara
55
Dari karakteristik sosiodemografik tersebut tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara kedua kelompok dimana semua nilai p>0,05.
Uji normalitas perbedaan skor total MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR pada baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n P
Total MoCA Baseline 16 0,636
Total Moca Minggu VI 16 0,296
Total Moca Minggu XII 16 0,193
Selisih Moca Total Minggu VI-0 16 0,001
Selisih Moca Total Minggu XII-0 16 0,002
Selisih Moca Total Minggu XIII-VI 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05) dilakukan transformasi data.
Kelompok n P
Log_Total MoCA Baseline 16 0,080
Log_Total Moca Minggu VI 16 0,327
Log_Total Moca Minggu XII 16 0,145
Log_Selisih Moca Total Minggu VI-0 16 <0,001
Log_Selisih Moca Total Minggu XII-0 16 <0,001
Log_Selisih Moca Total Minggu XIII-VI 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk data transformasi terdapat semua data selisih tidak
berdistribusi normal (p<0,05) dilakukan uji Friedman dengan post hoc
Wilcoxon.
Universitas Sumatera Utara
56
Tabel 4.2. Perbedaan skor total MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-Ina N Median (Min-Maks) p
Baseline 16 21,50(17,00-25,00) Akhir minggu VI 16 22,00(17,00-25,00) <0,001
Akhir mingguXII 16 23,50(18,00-26,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=0,002; Baseline vs Akhir minggu XII, p <0,001; Akhir minggu VI vs XII, p<0,001.
Tabel 4.2. Memperlihatkan nilai median skor total MoCA-Ina baseline
untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah 21,50 dengan
batas minimum-maksimum 17,00-25,00 sedangkan nilai median skor total
MoCA-Ina pada akhir minggu VI adalah 22,00 dengan batas minimum-
maksimum 17,00-25,00 dan nilai median skor total MoCA-Ina pada akhir
minggu XII adalah 23,50 dengan batas minimum-maksimum 18,00-26,00.
Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor total MoCA-Ina baseline,
akhir akhir minggu VI dan XII memiliki nilai p <0,001 yang menunjukkan
paling tidak terdapat dua pengukuran yang berbeda (p<0,05), yang
dilanjutkan dengan post hoc Wilcoxon dimana, baseline vs akhir minggu
VI dengan nilai p=0,002, baseline vs akhir minggu XII dan Akhir minggu VI
vs XII dengan nilai p<0,001 yang menunjukkan terdapat perbedaan
bermakna pada ketiganya (p<0,05).
Universitas Sumatera Utara
57
Uji normalitas perbedaan skor total MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
Total MoCA Baseline 16 0,547
Total Moca Akhir minggu VI 16 0,377
Total Moca Akhir minggu XII 16 0,394
Selisih Moca Total Akhir minggu VI-0 16 <0,001
Selisih Moca Total Akhir minggu XII-0 16 <0,001
Selisih Moca Total Akhir minggu XIII-VI 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05) dilakukan transformasi data.
Transformasi data perbedaan skor total MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
Log_Total Moca baseline 16 0,681
Log_Total MocaVI 16 0,682
Log_Total MocaXII 16 0,682
Log_Selisih Moca Total Akhir minggu VI-0 16 Data dihilangkan
Log_Selisih Moca Total Akhir minggu XII-0 16 Data dihilangkan
Log_Selisih Moca Total Akhir minggu XIII-VI 16 Data dihilangkan
Uji Shapiro-Wilk Pada uji Shapiro-Wilk data tansformasi, data selisih dihilangkan data
tidak berdistribusi normal dilakukan uji Friedman dengan post hoc
Wilcoxon
Universitas Sumatera Utara
58
Tabel 4.3. Perbedaan skor total MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-Ina N Median (Min-Maks) p
Baseline 16 21,00(17,00-25,00) Akhir minggu VI 16 21,50 (17,00-25,00) <0,001
Akhir minggu XII 16 22,50(18,00-26,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=0,025; Baseline vs Akhir minggu XII, p <0,001; Akhir minggu VI vs XII, p<0,001.
Tabel 4.3. Memperlihatkan nilai median skor total MoCA-Ina baseline
untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 21,00 dengan
batas minimum-maksimum 17,00-25,00 sedangkan nilai median skor total
MoCA-Ina pada akhir minggu VI adalah 21,50 dengan batas minimum-
maksimum 17,00-25,00 dan nilai median skor total MoCA-Ina akhir
minggu XII adalah 22,50 dengan batas minimum-maksimum 18,00-26,00.
Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor total MoCA-Ina baseline,
akhir minggu VI dan XII memiliki nilai p <0,001 yang menunjukkan paling
tidak terdapat dua pengukuran yang berbeda (p<0,05), yang dilanjutkan
dengan post hoc Wilcoxon dimana, baseline vs akhir minggu VI dengan
nilai p=0,025, baseline vs akhir minggu XII dan Akhir minggu VI vs XII
dengan nilai p<0,001 yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna
pada ketiganya (p<0,05).
Universitas Sumatera Utara
59
Uji normalitas perbedaan skor visuospasial MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
Visuospasial baseline 16 0,017
Visuospasial Akhir minggu VI 16 0,007
Visuospasial Akhir minggu XII 16 0,002
Selisih Moca Visuospasial Akhir minggu VI-0 16 <0,001
Selisih Moca Visuospasial Akhir minggu XII-0 16 <0,001
Selisih Moca Visuospasial Akhir minggu XIII-VI 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05) dilakukan transformasi data transformasi data
didapati data selisih tidak valid yaitu tetap tidak berdistribusi normal
dilakukan uji Friedman dengan post hoc Wilcoxon.
Tabel 4.4. Perbedaan skor visuospasial MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-Ina N Median (Min-Maks) p
Baseline 16 3,00(1,00-4,00) Akhir minggu VI 16 3,00(1,00-4,00) 0,039
Akhir mingguXII 16 3,00(2,00-4,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=0,317; Baseline vs Akhir minggu XII, p=0,046; Akhir minggu VI vs XII, p=0,083. Tabel 4.9. Memperlihatkan nilai median skor visuospasial MoCA-Ina
baseline untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah 3,00
dengan batas minimum-maksimum 1,00-4,00 sedangkan nilai median skor
visuospasial MoCA-Ina pada akhir minggu VI adalah 3,00 dengan batas
minimum-maksimum 1,00-4,00 dan nilai median skor visuospasial MoCA-
Ina akhir minggu XII adalah 3,00 dengan batas minimum-maksimum 2,00-
4,00. Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor visuospasial MoCA-
Universitas Sumatera Utara
60
Ina baseline, akhir minggu VI dan XII memiliki nilai p=0,039 yang
menunjukkan paling tidak terdapat dua pengukuran yang berbeda
(p<0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc Wilcoxon dimana, baseline vs
akhir minggu VI dengan nilai p=0,317 dan Akhir minggu VI vs XII dengan
nilai p=0,083 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada
keduanya (p>0,05). Baseline vs akhir minggu XII dengan nilai p=0,046
yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05).
Uji normalitas perbedaan skor visuospasial MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
Visuospasial baseline 16 0,004
Visuospasial Akhir minggu VI 16 0,004
Visuospasial Akhir minggu XII 16 0,004
Selisih Moca Visuospasial Akhir minggu VI-0 16 Data dihilangkan
Selisih Moca Visuospasial Akhir minggu XII-0 16 <0,001
Selisih Moca Visuospasial Akhir minggu XIII-VI 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05) Transformasi data tidak dilakukan karena terdapat
data yang dihilangkan dilakukan uji Friedman dengan post hoc
Wilcoxon.
Universitas Sumatera Utara
61
Tabel 4.5. Perbedaan skor visuospasial MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-Ina N Median (Min-Maks) p
Baseline 16 3,00(2,00-4,00) Akhir minggu VI 16 3,00(2,00-4,00) 0,018
Akhir mingguXII 16 3,00(2,00-4,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=1,000; Baseline vs Akhir minggu XII dan Akhir minggu VI vs XII, p=0,046. Tabel 4.5. Memperlihatkan nilai median skor visuospasial MoCA-Ina
baseline untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 3,00
dengan batas minimum-maksimum 2,00-4,00 sedangkan nilai median skor
visuospasial MoCA-Ina pada akhir minggu VI adalah 3,00 dengan batas
minimum-maksimum 2,00-4,00 dan nilai median skor visuospasial MoCA-
Ina akhir minggu XII adalah 3,00 dengan batas minimum-maksimum 2,00-
4,00. Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor visuospasial MoCA-
Ina baseline, akhir minggu VI dan XII memiliki nilai p=0,018 yang
menunjukkan paling tidak terdapat dua pengukuran yang berbeda
(p<0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc Wilcoxon dimana, baseline vs
akhir minggu VI dengan nilai p=1,000 yang menunjukkan tidak terdapat
perbedaan bermakna (p>0,05). Baseline vs akhir minggu XII dan dan
Akhir minggu VI vs XII memiliki nilai p=0,046 yang menunjukkan terdapat
perbedaan bermakna pada keduanya (p<0,05).
Universitas Sumatera Utara
62
Uji normalitas perbedaan skor fungsi eksekutif MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
F. Eksekutif 16 0,036
F. Eksekutif Akhir minggu VI 16 0,043
F. Eksekutif Akhir minggu XII 16 0,044
Selisih Moca F Eksekutif Akhir minggu VI-0
16 <0,001
Selisih Moca F Eksekutif Akhir minggu XII-0
16 <0,001
Selisih Moca F Eksekutif Akhir minggu XIII-VI
16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05) dilakukan transformasi data transformasi data tidak
dapat dilakukan karena data selisih tidak valid dilakukan uji Friedman
dengan post hoc Wilcoxon
Tabel 4.6. Perbedaan skor fungsi eksekutif MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-Ina N Median (Min-Maks) p
Baseline 16 2,00(0,00-3,00) Akhir minggu VI 16 2,00(0,00-3,00) 0,223
Akhir mingguXII 16 2,00(0,00-3,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=0,317; Baseline vs Akhir minggu XII, p=0,157; Akhir minggu VI vs XII, p=0,317. Tabel 4.6. Memperlihatkan nilai median skor fungsi eksekutif MoCA-Ina
baseline untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah 2,00
dengan batas minimum-maksimum 0,00-3,00 sedangkan nilai median skor
fungsi eksekutif MoCA-Ina pada akhir minggu VI adalah 2,00 dengan
batas minimum-maksimum 0,00-3,00 dan nilai median skor fungsi
Universitas Sumatera Utara
63
eksekutif MoCA-Ina akhir minggu XII adalah 2,00 dengan batas minimum-
maksimum 0,00-3,00. Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor fungsi
eksekutif MoCA-Ina baseline, akhir minggu VI dan XII memiliki nilai
p=0,223 yang menunjukkan paling tidak terdapat dua pengukuran yang
tidak berbeda (p>0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc Wilcoxon
dimana, baseline vs akhir minggu VI dengan nilai p=0,317, baseline vs
akhir minggu XII dengan nilai p=0,157 dan Akhir minggu VI vs XII dengan
nilai p=0,317 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada
ketiganya (p>0,05).
Uji normalitas perbedaan skor fungsi eksekutif MoCA-INA pada
ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
F. Eksekutif 16 0,004
F. Eksekutif Akhir minggu VI 16 0,004
F. Eksekutif Akhir minggu XII 16 0,002
Selisih Moca F Eksekutif Akhir minggu VI-0 16 Data dihilangkan
Selisih Moca F Eksekutif Akhir minggu XII-0 16 <0,001
Selisih Moca F Eksekutif Akhir minggu XIII-VI 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05) Transformasi data tidak dilakukan karena terdapat
data yang dihilangkan dilakukan uji Friedman dengan post hoc
Wilcoxon
Universitas Sumatera Utara
64
Tabel 4.7. Perbedaan skor fungsi eksekutif MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-Ina N Median (Min-Maks) p
Baseline 16 2,00(1,00-3,00) Akhir minggu VI 16 2,00(1,00-3,00) 0,135
Akhir mingguXII 16 2,00(1,00-3,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=1,000; Baseline vs Akhir minggu XII, p=0,157; Akhir minggu VI vs XII, p=0,157. Tabel 4.7. Memperlihatkan nilai median skor fungsi eksekutif MoCA-Ina
baseline untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 2,00
dengan batas minimum-maksimum 1,00-3,00 sedangkan nilai median skor
fungsi eksekutif MoCA-Ina pada akhir minggu VI adalah 2,00 dengan
batas minimum-maksimum 1,00-3,00 dan nilai median skor fungsi
eksekutif MoCA-Ina akhir minggu XII adalah 2,00 dengan batas minimum-
maksimum 1,00-3,00. Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor fungsi
eksekutif MoCA-Ina baseline, akhir minggu VI dan XII memiliki nilai
p=0,135 yang menunjukkan paling tidak terdapat dua pengukuran yang
tidak berbeda (p>0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc Wilcoxon
dimana, baseline vs akhir minggu VI dengan nilai p=1,000, baseline vs
akhir minggu XII dengan nilai p=0,157 dan Akhir minggu VI vs XII dengan
nilai p=0,157 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada
ketiganya (p>0,05).
Universitas Sumatera Utara
65
Uji normalitas perbedaan skor bahasa MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
Bahasa baseline 16 <0,001
Bahasa Akhir minggu VI 16 <0,001
Bahasa Akhir minggu XII 16 <0,001
Selisih Moca Bahasa Akhir minggu VI-0 16 <0,001
Selisih Moca Bahasa Akhir minggu XII-0 16 <0,001
Selisih Moca Bahasa Akhir minggu VI-0 16 Data dihilangkan
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05) Transformasi data tidak dilakukan karena ada data
yang dihilangkan dilakukan uji Friedman dengan post hoc Wilcoxon
Tabel 4.8. Perbedaan skor bahasa MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-Ina N Median (Min-Maks) p
Baseline 16 5,00(3,00-5,00) Akhir minggu VI 16 5,00(3,00-5,00) 0,135
Akhir mingguXII 16 5,00(3,00-5,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=0,157; Baseline vs Akhir minggu XII, p=0,157; Akhir minggu VI vs XII, p=1,000. Tabel 4.8. Memperlihatkan nilai median skor bahasa MoCA-Ina pada
baseline, akhir minggu VI dan XII untuk kelompok yang mendapatkan
quetiapine XR adalah 5,00 dengan batas minimum-maksimum 3,00-5,00.
Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor bahasa MoCA-Ina baseline,
akhir minggu VI dan XII memiliki nilai p=0,135 yang menunjukkan paling
tidak terdapat dua pengukuran yang tidak berbeda (p>0,05), yang
dilanjutkan dengan post hoc Wilcoxon dimana, baseline vs akhir minggu
Universitas Sumatera Utara
66
VI dengan nilai p=0,157, baseline vs akhir minggu XII dengan nilai
p=0,157 dan Akhir minggu VI vs XII dengan nilai p=1,000 yang
menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada ketiganya
(p>0,05).
Uji normalitas perbedaan skor bahasa MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII
Kelompok n p
Bahasa baseline 16 <0,001
Bahasa Akhir minggu VI 16 <0,001
Bahasa Akhir minggu XII 16 <0,001
Selisih Moca Bahasa Akhir minggu VI-0 16 <0,001
Selisih Moca Bahasa Akhir minggu XII-0 16 <0,001
Selisih Moca Bahasa Akhir minggu VI-0 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih yang tidak berdistribusi
normal (p<0,05) dilakukan transformasi data data tidak berdistribusi
normal karena data selisih tidak valid dilakukan uji Friedman dengan
post hoc Wilcoxon
Tabel 4.9. Perbedaan skor bahasa MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII
Skor total MoCA-Ina N Median (Min-Maks) p
Baseline 16 5,00(3,00-5,00) Akhir minggu VI 16 5,00(3,00-5,00) 0,015
Akhir mingguXII 16 5,00(4,00-5,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=0,317; Baseline vs Akhir minggu XII, p=0,025; Akhir minggu VI vs XII, p=0,046.
Universitas Sumatera Utara
67
Tabel 4.9. Memperlihatkan nilai median skor bahasa MoCA-Ina baseline
untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 5,00 dengan batas
minimum-maksimum 3,00-5,00 sedangkan nilai median skor bahasa
MoCA-Ina pada akhir minggu VI adalah 5,00 dengan batas minimum-
maksimum 3,00-5,00 dan nilai median skor bahasa MoCA-Ina akhir
minggu XII adalah 5,00 dengan batas minimum-maksimum 4,00-5,00.
Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor bahasa MoCA-Ina baseline,
akhir minggu VI dan XII memiliki nilai p=0,015 yang menunjukkan paling
tidak terdapat dua pengukuran yang berbeda (p<0,05), yang dilanjutkan
dengan post hoc Wilcoxon dimana, baseline vs akhir minggu VI dengan
nilai p=0,317, yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna
(p>0,05). Baseline vs akhir minggu XII dengan nilai p=0,025 dan Akhir
minggu VI vs XII dengan nilai p=0,046 yang menunjukkan terdapat
perbedaan bermakna pada keduanya (p<0,05).
Uji normalitas perbedaan skor atensi MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
Atensi baseline 16 <0,001
Atensi Akhir minggu VI 16 <0,001
Atensi Akhir minggu XII 16 Data dihilangkan
Selisih Moca Atensi Akhir minggu VI-0 16 Data dihilangkan
Selisih Moca Atensi Akhir minggu XII-0 16 <0,001
Selisih Moca Atensi Akhir minggu XIII-VI 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p>0,05) Transformasi data tidak dilakukan karena terdapat
Universitas Sumatera Utara
68
data yang dihilangkan dilakukan uji Friedman dengan post hoc
Wilcoxon.
Tabel 4.10. Perbedaan skor atensi MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-Ina N Median (Min-Maks) p
Baseline 16 1,00(0,00-1,00) Akhir minggu VI 16 1,00(0,00-1,00) 0,002
Akhir mingguXII 16 1,00(1,00-1,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=1.000; Baseline vs Akhir minggu XII dan Akhir minggu VI vs XII, p=0,014. Tabel 4.10. Memperlihatkan nilai median skor atensi MoCA-Ina baseline
untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah 1,00 dengan
batas minimum-maksimum 0,00-1,00 sedangkan nilai median skor atensi
MoCA-Ina pada akhir minggu VI adalah 1,00 dengan batas minimum-
maksimum 0,00-1,00 dan nilai median skor atensi MoCA-Ina akhir minggu
XII adalah 1,00 dengan batas minimum-maksimum 1,00-1,00. Hasil
analisis dengan uji Friedman untuk skor atensi MoCA-Ina baseline, akhir
minggu VI dan XII memiliki nilai p=0,002 yang menunjukkan paling tidak
terdapat dua pengukuran yang berbeda (p<0,05), yang dilanjutkan dengan
post hoc Wilcoxon dimana, baseline vs akhir minggu VI dengan nilai
p=1,000 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05).
Baseline vs akhir minggu XII dengan nilai p=0,014 dan Akhir minggu VI vs
XII dengan nilai p=0,014 yang menunjukkan terdapat perbedaan
bermakna pada keduanya (p<0,05).
Universitas Sumatera Utara
69
Uji normalitas perbedaan skor atensi MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII
Kelompok n p
Atensi baseline 16 <0,001
Atensi Akhir minggu VI 16 <0,001
Atensi Akhir minggu XII 16 <0,001
Selisih Moca Atensi Akhir minggu VI-0 16 Data dihilangkan
Selisih Moca Atensi Akhir minggu XII-0 16 <0,001
Selisih Moca Atensi Akhir minggu XIII-VI 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05) Transformasi data tidak dilakukan karena terdapat
data selisih yang telah dihilangkan dilakukan uji Friedman dengan post
hoc Wilcoxon.
Tabel 4.11. Perbedaan skor atensi MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-Ina N Median (Min-Maks) p
Baseline 16 1,00(0,00-1,00) Akhir minggu VI 16 1,00(0,00-1,00) 0,368
Akhir mingguXII 16 1,00(0,00-1,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=1,000; Baseline vs Akhir minggu XII dan Akhir minggu VI vs XII, p=0,317. Tabel 4.11. Memperlihatkan nilai median skor atensi MoCA-Ina baseline
untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 1,00 dengan batas
minimum-maksimum 0,00-1,00 sedangkan nilai median skor atensi MoCA-
Ina pada akhir minggu VI adalah 1,00 dengan batas minimum-maksimum
0,00-1,00 dan nilai median skor atensi MoCA-Ina akhir minggu XII adalah
1,00 dengan batas minimum-maksimum 0,00-1,00. Hasil analisis dengan
Universitas Sumatera Utara
70
uji Friedman untuk skor atensi MoCA-Ina baseline, akhir minggu VI dan
XII memiliki nilai p=0,368 yang menunjukkan paling tidak terdapat dua
pengukuran yang berbeda (p>0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc
Wilcoxon dimana, baseline vs akhir minggu VI dengan nilai p=1,000,
baseline vs akhir minggu XII dan Akhir minggu VI vs XII dengan nilai
p=0,317 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada
ketiganya (p>0,05).
Uji normalitas perbedaan skor konsentrasi MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
Konsentrasi baseline 16 0,037
Konsentrasi Akhir minggu VI 16 0,037
Konsentrasi Akhir minggu XII 16 0,061
Selisih Moca Konsentrasi Akhir minggu VI-0
16 Data dihilangkan
Selisih Moca Konsentrasi Akhir minggu XII-0
16 <0,001
Selisih Moca Konsentrasi Akhir minggu XIII-VI
16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05) Transformasi data tidak dilakukan karena terdapat
data selisih yang dihilangkan dilakukan uji Friedman dengan post hoc
Wilcoxon.
Universitas Sumatera Utara
71
Tabel 4.12. Perbedaan skor konsentrasi MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-Ina N Median (Min-Maks) p
Baseline 16 1,00(0,00-3,00) Akhir minggu VI 16 1,00(0,00-3,00) 0,368
Akhir mingguXII 16 1,50(0,00-3,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=1,000; Baseline vs Akhir minggu XII dan Akhir minggu VI vs XII, p=0,317. Tabel 4.12. Memperlihatkan nilai median skor konsentrasi MoCA-Ina
baseline untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah 1,00
dengan batas minimum-maksimum 0,00-3,00 sedangkan nilai median skor
konsentrasi MoCA-Ina pada akhir minggu VI adalah 1,00 dengan batas
minimum-maksimum 0,00-3,00 dan nilai median skor konsentrasi MoCA-
Ina akhir minggu XII adalah 1,50 dengan batas minimum-maksimum 0,00-
3,00. Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor konsentrasi MoCA-Ina
baseline, akhir minggu VI dan XII memiliki nilai p=0,368 yang
menunjukkan paling tidak terdapat dua pengukuran yang tidak berbeda
(p>0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc Wilcoxon dimana, baseline vs
akhir minggu VI dengan nilai p=1,000, baseline vs akhir minggu XII
dengan nilai p=0,317 dan Akhir minggu VI vs XII dengan nilai p=0,317
yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada ketiganya
(p>0,05).
Universitas Sumatera Utara
72
Uji normalitas perbedaan skor konsentrasi MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
Konsentrasi baseline 16 0,027
Konsentrasi Akhir minggu VI 16 0,027
Konsentrasi Akhir minggu XII 16 0,028
Selisih Moca Konsentrasi Akhir minggu VI-0
16 Data dihilangkan
Selisih Moca Konsentrasi Akhir minggu XII-0
16 <0,001
Selisih Moca Konsentrasi Akhir minggu XIII-VI
16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05) Transformasi data tidak dapat dilakukan karena
terdapat data selisih yang telah dihilangkan dilakukan uji Friedman
dengan post hoc Wilcoxon.
Tabel 4.13. Perbedaan skor konsentrasi MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-Ina N Median (Min-Maks) p
Baseline 16 2,00(0,00-3,00) Akhir minggu VI 16 2,00(0,00-3,00) 0,050
Akhir mingguXII 16 2,00(0,00-3,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=1,000; Baseline vs Akhir minggu XII dan Akhir minggu VI vs XII, p=0,083. Tabel 4.13. Memperlihatkan nilai median skor konsentrasi MoCA-Ina
baseline untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 2,00
dengan batas minimum-maksimum 0,00-3,00 sedangkan nilai median skor
konsentrasi MoCA-Ina pada akhir minggu VI adalah 2,00 dengan batas
minimum-maksimum 0,00-3,00 dan nilai median skor konsentrasi MoCA-
Universitas Sumatera Utara
73
Ina akhir minggu XII adalah 2,00 dengan batas minimum-maksimum 0,00-
3,00. Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor konsentrasi MoCA-Ina
baseline, akhir minggu VI dan XII memiliki nilai p=0,050 yang
menunjukkan paling tidak terdapat dua pengukuran yang tidak berbeda
(p≥0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc Wilcoxon dimana, baseline vs
akhir minggu VI dengan nilai p=1,000, baseline vs akhir minggu XII dan
Akhir minggu VI vs XII dengan nilai p=0,083 yang menunjukkan tidak
terdapat perbedaan bermakna pada ketiganya (p>0,05).
Uji normalitas perbedaan skor memori kerja MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
Memori kerja baseline 16 <0,001
Memori Kerja Akhir minggu VI 16 <0,001
Memori Kerja Akhir minggu XII 16 <0,001
Selisih Moca Memori Kerja Akhir minggu VI-0 16 <0,001
Selisih Moca Memori Kerja Akhir minggu XII-0 16 <0,001
Selisih Moca Memori Kerja Akhir minggu XIII-VI 16 Data dihilangkan
Uji Shapiro-Wilk Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05) Transformasi data tidak dilakukan karena terdapat
data yang dihilangkan dilakukan uji Friedman dengan post hoc
Wilcoxon.
Universitas Sumatera Utara
74
Tabel 4.14. Perbedaan skor memori kerja MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-Ina N Median (Min-Maks) p
Baseline 16 2,00(1,00-2,00) Akhir minggu VI 16 2,00(1,00-2,00) 0,368
Akhir mingguXII 16 2,00(1,00-2,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon: Baseline vs Akhir minggu VI
dan Baseline vs Akhir minggu XII, p=0,317; Akhir minggu VI vs XII, p=1,000. Tabel 4.14. Memperlihatkan nilai median skor memori kerja MoCA-Ina
baseline untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah 2,00
dengan batas minimum-maksimum 1,00-2,00 sedangkan nilai median skor
memori kerja MoCA-Ina pada akhir minggu VI adalah 2,00 dengan batas
minimum-maksimum 1,00-2,00 dan nilai median skor memori kerja MoCA-
Ina akhir minggu XII adalah 2,00 dengan batas minimum-maksimum 1,00-
2,00. Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor memori kerja MoCA-
Ina baseline, akhir minggu VI danXII memiliki nilai p=0,368 yang
menunjukkan paling tidak terdapat dua pengukuran yang tidak berbeda
(p>0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc Wilcoxon dimana, baseline vs
akhir minggu VI dengan nilai p=0,317, baseline vs akhir minggu XII
dengan nilai p=0,317 dan Akhir minggu VI vs XII dengan nilai p=1,000
yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada ketiganya
(p>0,05).
Universitas Sumatera Utara
75
Uji normalitas perbedaan skor memori kerja MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
Memori kerja baseline 16 <0,001
Memori Kerja Akhir minggu VI 16 <0,001
Memori Kerja Akhir minggu XII 16 <0,001
Selisih Moca Memori Kerja Akhir minggu VI-0 16 Data dihilangkan
Selisih Moca Memori Kerja Akhir minggu XII-0 16 Data dihilangkan
Selisih Moca Memori Kerja Akhir minggu XIII-VI 16 Data dihilangkan
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05) Transformasi data tidak dilakukan karena data selisih
telah dihilangkan dilakukan uji Friedman dengan post hoc Wilcoxon.
Tabel 4.15. Perbedaan skor memori kerja MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-INA N Median (Min-Maks)
p
Baseline 16 2,00(1,00-2,00) Akhir minggu VI 16 2,00(1,00-2,00) 1,000
Akhir mingguXII 16 2,00(1,00-2,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
Baseline vs Akhir minggu XII, Akhir minggu VI vs XII adalah p=1,000. Tabel 4.15. Memperlihatkan nilai median skor memori kerja MoCA-INA
baseline untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 2,00
dengan batas minimum-maksimum 1,00-2,00 sedangkan nilai median skor
memori kerja MoCA-INA pada akhir minggu VI adalah 2,00 dengan batas
minimum-maksimum 1,00-2,00 dan nilai median skor memori kerja MoCA-
INA akhir minggu XII adalah 2,00 dengan batas minimum-maksimum
1,00-2,00. Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor memori kerja
Universitas Sumatera Utara
76
MoCA-INA baseline, akhir minggu VI dan XII memiliki nilai p=1,000 yang
menunjukkan paling tidak terdapat dua pengukuran yang tidak berbeda
(p>0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc Wilcoxon dimana, baseline vs
akhir minggu VI, baseline vs akhir minggu XII dan Akhir minggu VI vs XII
sama-sama memilki nilai p=1,000 yang menunjukkan tidak terdapat
perbedaan bermakna pada ketiganya (p>0,05).
Uji normalitas perbedaan skor memori MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
Memori baseline 16 0,017
Memori Akhir minggu VI 16 0,002
Memori Akhir minggu XII 16 0,012
Selisih Moca Memori Akhir minggu VI-0 16 <0,001
Selisih Moca Memori Akhir minggu XII-0 16 0,001
Selisih Moca Memori Akhir minggu XIII-VI 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05). Transformasi data tidak dapat dinilai karena data selisih
tidak valid dilakukan uji Friedman dengan post hoc Wilcoxon.
Tabel 4.16. Perbedaan skor memori MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-INA N Median (Min-Maks)
p
Baseline 16 2,00(1,00-5,00) Akhir minggu VI 16 3,00(2,00-5,00) <0,001
Akhir mingguXII 16 3,00(2,00-5,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=0,005; Baseline vs Akhir minggu XII, p=0,001; Akhir minggu VI vs XII, p=0,046.
Universitas Sumatera Utara
77
Tabel 4.16. Memperlihatkan nilai median skor memori MoCA-INA baseline
untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah 2.00 dengan
batas minimum-maksimum 1,00-5,00 sedangkan nilai median skor memori
MoCA-INA pada akhir minggu VI adalah 3,00 dengan batas minimum-
maksimum 2,00-5,00 dan nilai median skor memori MoCA-INA akhir
minggu XII adalah 3,00 dengan batas minimum-maksimum 2,00-5,00.
Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor memori MoCA-INA
baseline, akhir minggu VI dan XII memiliki nilai p<0,001 yang
menunjukkan paling tidak terdapat dua pengukuran yang berbeda
(p<0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc Wilcoxon dimana, baseline vs
akhir minggu VI dengan nilai p=0,005, baseline vs akhir minggu XII
dengan nilai p=0,001 dan Akhir minggu VI vs XII dengan nilai p=0,046
yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada ketiganya
(p<0,05).
Uji normalitas perbedaan skor memori MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone p antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
Memori baseline 16 0,214
Memori Akhir minggu VI 16 0,102
Memori Akhir minggu XII 16 0,030
Selisih Moca Memori Akhir minggu VI-0 16 <0,001
Selisih Moca Memori Akhir minggu XII-0 16 <0,001
Selisih Moca Memori Akhir minggu XIII-VI 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05) Transformasi data. Transformasi data tidak dapat di-
Universitas Sumatera Utara
78
lakukan dilakukan uji Friedman dengan post hoc Wilcoxon.
Tabel 4.17. Perbedaan skor memori MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-INA N Median (Min-Maks)
p
Baseline 16 2,00(0,00-5,00) Akhir minggu VI 16 3,00(2,00-5,00) 0,097
Akhir mingguXII 16 3,00(2,00-5,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=0,157; Baseline vs Akhir minggu XII, p=0,083; Akhir minggu VI vs XII, p=0,317. Tabel 4.17. Memperlihatkan nilai median skor memori MoCA-INA baseline
untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 2,00 dengan batas
minimum-maksimum 0,00-5,00 sedangkan nilai median skor memori
MoCA-INA pada akhir minggu VI adalah 2,00 dengan batas minimum-
maksimum 0,00-5,00 dan nilai median skor memori MoCA-INA akhir
minggu XII adalah 2,00 dengan batas minimum-maksimum 0,00-5,00.
Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor memori MoCA-INA
baseline, akhir minggu VI dan XII memiliki nilai p=0,097 yang
menunjukkan paling tidak terdapat dua pengukuran yang tidak berbeda
(p>0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc Wilcoxon dimana, baseline vs
akhir minggu VI dengan nilai p=0,157, baseline vs akhir minggu XII
dengan nilai p=0,083 dan Akhir minggu VI vs XII dengan nilai p=0,317
yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada ketiganya
(p>0,05).
Universitas Sumatera Utara
79
Uji normalitas perbedaan skor orientasi MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
Orientasi baseline 16 <0,001
Orientasi Akhir minggu VI 16 <0,001
Orientasi Akhir minggu XII 16 <0,001
Selisih Moca Orientasi Akhir minggu VI-0 16 <0,001
Selisih Moca Orientasi Akhir minggu XII-0 16 Data dihilangkan
Selisih Moca Orientasi Akhir minggu XIII-VI 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05) Transformasi data tidak dilakukan karena terdapat
data yang dihilangkan dilakukan uji Friedman dengan post hoc
Wilcoxon.
Tabel 4.18. Perbedaan skor orientasi MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-Ina N Median (Min-Maks) p
Baseline 16 6,00(5,00-6,00) Akhir minggu VI 16 5,50(5,00-6,00) 0,368
Akhir mingguXII 16 6,00(5,00-6,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=0,317; Baseline vs Akhir minggu XII, p=1,000; Akhir minggu VI vs XII, p=0,317. Tabel 4.18. Memperlihatkan nilai median skor orientasi MoCA-INA
baseline untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah 6,00
dengan batas minimum-maksimum 5,00-6,00 sedangkan nilai median skor
orientasi MoCA-INA pada akhir minggu VI adalah 5,50 dengan batas
minimum-maksimum 5,00-6,00 dan nilai median skor orientasi MoCA-INA
akhir minggu XII adalah 6,00 dengan batas minimum-maksimum 5,00-
Universitas Sumatera Utara
80
6,00. Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor orientasi MoCA-INA
baseline, akhir minggu VI dan XII memiliki nilai p=0,368 yang
menunjukkan paling tidak terdapat dua pengukuran yang tidak berbeda
(p>0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc Wilcoxon dimana, baseline vs
akhir minggu VI dengan nilai p=0,317, baseline vs akhir minggu XII
dengan nilai p=1,000 dan Akhir minggu VI vs XII dengan nilai p=0,317
yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada ketiganya
(p>0,05).
Uji normalitas perbedaan skor orientasi MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Kelompok n p
Orientasi baseline 16 0,001
Orientasi Akhir minggu VI 16 0,001
Orientasi Akhir minggu XII 16 <0,001
Selisih Moca Orientasi Akhir minggu VI-0 16 <0,001
Selisih Moca Orientasi Akhir minggu XII-0 16 <0,001
Selisih Moca Orientasi Akhir minggu XIII-VI 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk Pada uji Shapiro-Wilk terdapat semua data selisih tidak berdistribusi
normal (p<0,05) dilakukan transformasi data. Pada data Transformasi
tidak dapat dilakukan uji normalitas karena data tidak valid dilakukan uji
Friedman dengan post hoc Wilcoxon.
Universitas Sumatera Utara
81
Tabel 4.19. Perbedaan skor orientasi MoCA-INA pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII.
Skor total MoCA-Ina N Median (Min-Maks) p
Baseline 16 5,00(4,00-6,00) Akhir akhir minggu VI 16 5,50(4,00-6,00) 0,074
Akhir akhir mingguXII 16 6,00(4,00-6,00) Uji Friedman. Nilai p pada post hoc Wilcoxon:Baseline vs Akhir minggu VI,
p=0,564; Baseline vs Akhir minggu XII, p=0,046; Akhir minggu VI vs XII, p=0,083. Tabel 4.19. Memperlihatkan nilai median skor orientasi MoCA-INA
baseline untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 5,00
dengan batas minimum-maksimum 4,00-6,00 sedangkan nilai median skor
orientasi MoCA-INA pada akhir minggu VI adalah 5,50 dengan batas
minimum-maksimum 4,00-6,00 dan nilai median skor orientasi MoCA-INA
akhir minggu XII adalah 6,00 dengan batas minimum-maksimum 4,00-
6,00. Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor orientasi MoCA-INA
baseline, akhir minggu VI dan XII memiliki nilai p=0,074 yang
menunjukkan paling tidak terdapat dua pengukuran yang tidak berbeda
(p>0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc Wilcoxon dimana, baseline vs
akhir minggu VI dengan nilai p=0,564 dan Akhir minggu VI vs XII dengan
nilai p=0,083 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada
keduanya (p>0,05). Baseline vs akhir minggu XII dengan nilai p=0,046
yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05).
Universitas Sumatera Utara
82
Tabel 4.20. Perbedaan total skor MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Skor total MoCA-Ina
Quetiapine XR (n=16)
Risperidone (n=16)
p
Rerata (s.b) Rerata (s.b)
Baseline 21,00(2,37) 21,00(2,45) Akhir minggu VI 21,69(2,47) 21,31(2,58) 0,132
Akhir mingguXII 22,75(2,49) 22,25(2,77) Uji General linier model. Nilai p pada post hoc Bonferroni:Baseline
p=1,000; Akhir Minggu VI, p=0,677; Akhir Minggu XII, p=0,634. Tabel 4.20. menunjukkan bahwa nilai rerata skor total MoCA-INA pada
baseline untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah 21,00
dengan simpang baku 2,37 sedangkan rerata untuk kelompok yang
mendapatkan risperidone adalah 21,00 dengan simpang baku 2,45. Nilai
rerata skor total MoCA-INA pada akhir minggu VI untuk kelompok yang
mendapatkan quetiapine XR adalah 21,69 dengan simpang baku 2,47
sedangkan rerata untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah
21,31 dengan simpang baku 2,58. Nilai rerata skor total MoCA-INA pada
akhir minggu XII untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR
adalah 22,75 dengan simpang baku 2,49 sedangkan rerata untuk
kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 22,25 dengan simpang
baku 2,77. Secara keseluruhan dengan uji general linier model nilai
p=0,132 dimana tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok
pada semua pengukuran (p>0,05). Uji post hoc Bonferroni menilai p pada
setiap pengukuran yaitu baseline nilai p=1,000, dimana tidak ada
perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p>0,05), akhir minggu VI
nilai p=0,677 dimana tidak ada perbedaan bermakna antara kedua
Universitas Sumatera Utara
83
kelompok (p>0,05) dan akhir minggu XII nilai p=0,634 dimana tidak ada
perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p>0,05).
Uji normalitas Perbedaan skor visuospasial MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Kelompok n p
Visuospasial baseline Quetiapine XR 16 0,017
Risperidone 16 0,004
Visuospasial Akhir Minggu VI Quetiapine XR 16 0,007 Risperidone 16 0,004
Visuospasial Akhir Minggu XII Quetiapine XR 16 0,002 Risperidone 16 0,004
Uji Shapiro-Wilk
Pada Uji Shapiro wilk didapati semua data tidak berdistribusi
normal (p<0,05) dilakukan transformasi data
Uji normalitas data transformasi Perbedaan skor visuospasial MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Kelompok n p
Log_visuospasial baseline Quetiapine XR 16 0,011
Risperidone 16 0,003
Log_visuospasial akhir minggu VI Quetiapine XR 16 0,006
Risperidone 16 0,003
Log_visuospasial akhir minggu XII Quetiapine XR 16 0,002
Risperidone 16 0,003
Uji Shapiro-Wilk
Pada Uji Shapiro wilk data transformasi didapati semua data tidak
berdistribusi normal (p<0,05) dilakukan uji Mann-Whitney U
Universitas Sumatera Utara
84
Tabel 4.21. Perbedaan skor visuospasial MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Skor Visuospasial MoCA-Ina n Median (Min-Maks)
p
Akhir minggu VI
- Quetiapine XR 16 3,00(1,00-4,00) 0,968
- Risperidone 16 3,00(2,00-4,00) Akhir mingguXII
- Quetiapine XR 16 3,00(2,00-4,00) 0,856
- Risperidone 16 3,00(2,00-4,00)
Uji Mann-Whitney U
Tabel 4.21. menunjukkan bahwa nilai median skor visuospasial MoCA-INA
minggu VI untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah 3,00
dengan batas minimum-maksimum 1,00-4,00 sedangkan nilai median
untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 3,00 dengan batas
minimum-maksimum 2,00-4,00 dengan nilai p=0,968 dimana tidak ada
perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p>0,05). Nilai median skor
visuospasial MoCA-INA akhir minggu XII untuk kelompok yang
mendapatkan quetiapine XR adalah 3,00 dengan batas minimum-
maksimum 2,00-4,00 sedangkan nilai median untuk kelompok yang
mendapatkan risperidone adalah 3,00 dengan batas minimum-maksimum
2,00-4,00 dengan nilai p=0,856 dimana tidak ada perbedaan bermakna
antara kedua kelompok (p>0,05).
Uji normalitas perbedaan skor fungsi eksekutif MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Kelompok n p
F. Eksekutif baseline Quetiapine XR 16 0,036
Risperidone 16 0,004
F. Eksekutif Akhir minggu VI Quetiapine XR 16 0,043 Risperidone 16 0,004
F. Eksekutif Akhir minggu XII Quetiapine XR 16 0,044
Risperidone 16 0,002
Uji Shapiro-Wilk
Universitas Sumatera Utara
85
Pada Uji Shapiro wilk didapati semua data tidak berdistribusi normal
(p<0,05) dilakukan transformasi data.
Uji normalitas data transformasi perbedaan skor fungsi eksekutif MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Kelompok n p
Log_Eksekutifbaseline Quetiapine XR 16 0,002
Risperidone 16 0,002
Log_eksekutifVI Quetiapine XR 16 0,003 Risperidone 16 0,002
Log_eksekutifXII Quetiapine XR 16 0,003 Risperidone 16 0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada Uji Shapiro wilk data transdormasi didapati semua data tidak
berdistribusi normal (p<0,05) dilakukan uji Mann-Whitney U
Tabel 4.22. Perbedaan skor fungsi eksekutif MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Skor fungsi eksekutif MoCA-Ina n Median (Min-Maks)
p
Akhir minggu VI
- Quetiapine XR 16 2,00(0,00-3,00) 0,531
- Risperidone 16 2,00(1,00-3,00) Akhir minggu XII
- Quetiapine XR 16 2,00(0,00-3,00) 0,385
- Risperidone 16 2,00(1,00-3,00)
Uji Mann-Whitney U
Tabel 4.22. menunjukkan bahwa nilai median skor fungsi eksekutif MoCA-
INA akhir minggu VI untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR
adalah 2,00 dengan batas minimum-maksimum 0,00-3,00 sedangkan nilai
median untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 2,00
dengan batas minimum-maksimum 1,00-3,00 dengan nilai p=0,531
dimana tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p>0,05).
Universitas Sumatera Utara
86
Nilai median skor fungsi eksekutif MoCA-INA akhir minggu XII untuk
kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah 2,00 dengan batas
minimum-maksimum 0,00-3,00 sedangkan nilai median untuk kelompok
yang mendapatkan risperidone adalah 2,00 dengan batas minimum-
maksimum 1,00-3,00 dengan nilai p=0,385 dimana tidak ada perbedaan
bermakna antara kedua kelompok (p>0,05).
Uji normalitas perbedaan skor bahasa MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Kelompok n p
Bahasa baseline Quetiapine XR 16 <0,001
Risperidone 16 <0,001
Bahasa akhir minggu VI Quetiapine XR 16 <0,001 Risperidone 16 <0,001
Bahasa akhir minggu XII Quetiapine XR 16 <0,001 Risperidone 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada Uji Shapiro wilk didapati semua data tidak berdistribusi normal
(p<0,05) dilakukan transformasi data.
Uji normalitas data transformasi perbedaan skor bahasa MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Kelompok n p
Log_Bahasa baseline Quetiapine XR 16 <0,001
Risperidone 16 <0,001
Log_Bahasa akhir minggu VI Quetiapine XR 16 <0,001 Risperidone 16 <0,001
Log_Bahasa akhir minggu XII Quetiapine XR 16 <0,001
Risperidone 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada Uji Shapiro wilk data transformasi didapati semua data tidak
berdistribusi normal (p<0,05) dilakukan uji Mann-Whitney U
Universitas Sumatera Utara
87
Tabel 4.23. Perbedaan skor bahasa MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Skor Bahasa MoCA-Ina n Median (Min-Maks) p
Akhir Minggu VI
- Quetiapine XR 16 5,00(3,00-5,00) 0,735
- Risperidone 16 5,00(3,00-5,00) Akhir Minggu XII
- Quetiapine XR 16 5,00(3,00-5,00) 0,382
- Risperidone 16 5,00(4,00-5,00)
Uji Mann-Whitney U
Tabel 4.23. menunjukkan bahwa nilai median skor bahasa MoCA-INA
akhir minggu VI untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah
5,00 dengan batas minimum-maksimum 3,00-5,00sedangkan nilai median
untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 5,00 dengan batas
minimum-maksimum 3,00-5,00 dengan nilai p=0,735 dimana tidak ada
perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p>0,05). Nilai median skor
bahasa MoCA-INA akhir minggu XII untuk kelompok yang mendapatkan
quetiapine XR adalah 5,00 dengan batas minimum-maksimum 3,00-5,00
sedangkan nilai median untuk kelompok yang mendapatkan risperidone
adalah 5,00 dengan batas minimum-maksimum 3,00-5,00 dengan nilai
p=0,382 dimana tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok
(p>0,05).
Uji normalitas perbedaan skor atensi MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Kelompok n p
Atensi baseline Quetiapine XR 16 <0,001
Risperidone 16 <0,001
Atensi akhir minggu VI Quetiapine XR 16 <0,001 Risperidone 16 <0,001
Atensi akhir minggu XII Quetiapine XR 16 Data dihilangkan
Risperidone 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Universitas Sumatera Utara
88
Pada Uji Shapiro wilk didapati semua data tidak berdistribusi normal
(p<0,05) dan terdapat data yang telah dihilangkan sehingga tidak
dilakukan transformasi data dilakukan uji Mann-Whitney U.
Tabel 4.24. Perbedaan skor atensi MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Skor Atensi MoCA-Ina n Median (Min-Maks) p
Akhir Minggu VI
- Quetiapine XR 16 1,00(0,00-1,00) 1,000
- Risperidone 16 1,00(0,00-1,00) Akhir MingguXII
- Quetiapine XR 16 1,00(1,00-1,00) 0,017
- Risperidone 16 1,00(0,00-1,00)
Uji Mann-Whitney U
Tabel 4.24. menunjukkan bahwa nilai median skor atensi MoCA-INA akhir
minggu VI untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah 1,00
dengan batas minimum-maksimum 0,00-1,00 sedangkan nilai median
untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 1,00 dengan batas
minimum-maksimum 0,00-1,00 dengan nilai p=1,000 dimana tidak ada
perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p>0,05). Nilai median skor
atensi MoCA-INA akhir minggu XII untuk kelompok yang mendapatkan
quetiapine XR adalah 1,00 dengan batas minimum-maksimum 1,00-1,00
sedangkan nilai median untuk kelompok yang mendapatkan risperidone
adalah 1,00 dengan batas minimum-maksimum 0,00-1,00 dengan nilai
p=0,017 dimana terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok
(p<0,05).
Universitas Sumatera Utara
89
Uji normalitas perbedaan skor konsentrasi MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Kelompok n p
Konsentrasi baseline Quetiapine XR 16 0,037
Risperidone 16 0,027
Konsentrasi akhir minggu VI Quetiapine XR 16 0,037 Risperidone 16 0,027
Konsentrasi akhir minggu XII Quetiapine XR 16 0,061 Risperidone 16 0,028
Uji Shapiro-Wilk
Pada Uji Shapiro wilk didapati data tidak berdistribusi normal (p<0,05)
dilakukan transformasi data.
Uji normalitas data transformasi perbedaan skor konsentrasi MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Kelompok n p
Log_ Konsentrasi baseline Quetiapine XR 16 0,002
Risperidone 16 0,003
Log_ Konsentrasi akhir minggu VI
Quetiapine XR 16 0,002 Risperidone 16 0,003
Log_ Konsentrasi akhir minggu
XII
Quetiapine XR 16 0,003
Risperidone 16 0,003
Uji Shapiro-Wilk Pada Uji Shapiro wilk data transformasi didapati semua data tidak
berdistribusi normal (p<0,05) dilakukan uji Mann-Whitney U
Universitas Sumatera Utara
90
Tabel 4.25. Perbedaan skor konsentrasi MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Skor konsentrasi MoCA-Ina n Median (Min-Maks)
p
Akhir Minggu VI
- Quetiapine XR 16 1,00(0,00-3,00) 0,478
- Risperidone 16 2,00(0,00-3,00) Akhir Minggu XII
- Quetiapine XR 16 1,50(0,00-3,00) 0,261
- Risperidone 16 2,00(0,00-3,00)
Uji Mann-Whitney U
Tabel 4.25. menunjukkan bahwa nilai median skor konsentrasi MoCA-INA
akhir minggu VI untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah
1,00 dengan batas minimum-maksimum 0,00-3,00sedangkan nilai median
untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 2,00 dengan batas
minimum-maksimum 0,00-3,00 dengan nilai p=0,478 dimana tidak ada
perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p>0,05). Nilai median skor
konsentrasi MoCA-INA akhir minggu XII untuk kelompok yang
mendapatkan quetiapine XR adalah 1,50 dengan batas minimum-
maksimum 0,00-3,00 sedangkan nilai median untuk kelompok yang
mendapatkan risperidone adalah 2,00 dengan batas minimum-maksimum
0,00-3,00 dengan nilai p=0,261 dimana tidak ada perbedaan bermakna
antara kedua kelompok (p>0,05).
Uji normalitas perbedaan skor memori kerja MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Kelompok n p
Memori kerja baseline Quetiapine XR 16 <0,001
Risperidone 16 <0,001
Memori kerja akhir minggu VI Quetiapine XR 16 <0,001 Risperidone 16 <0,001
Memori kerja akhir minggu XII Quetiapine XR 16 <0,001
Risperidone 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Universitas Sumatera Utara
91
Pada Uji Shapiro wilk didapati semua data tidak berdistribusi normal
(p<0,05) dilakukan transformasi data.
Uji normalitas data transformasi perbedaan skor memori kerja MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Kelompok n p
Log_ Memori kerja baseline Quetiapine XR 16 <0,001
Risperidone 16 <0,001
Log_ Memori kerja akhir minggu VI Quetiapine XR 16 <0,001 Risperidone 16 <0,001
Log_ Memori kerja akhir minggu XII Quetiapine XR 16 <0,001
Risperidone 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada Uji Shapiro wilk data transformasi didapati semua data tidak
berdistribusi normal (p<0,05) dilakukan uji Mann-Whitney U.
Tabel 4.26. Perbedaan skor memori kerja MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Skor Memori kerja MoCA-Ina n Median (Min-Maks)
p
Akhir Minggu VI
- Quetiapine XR 16 2,00 (1,00-2,00) 0,293
- Risperidone 16 2,00 (1,00-2,00) Akhir Minggu XII
- Quetiapine XR 16 2,00 (1,00-2,00) 0,293
- Risperidone 16 2,00 (1,00-2,00)
Uji Mann-Whitney U
Tabel 4.26. menunjukkan bahwa nilai median skor memori kerja MoCA-
INA akhir minggu VI untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR
adalah 2,00 dengan batas minimum-maksimum 1,00-2,00 sedangkan nilai
median untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 2,00
Universitas Sumatera Utara
92
dengan batas minimum-maksimum 1,00-2,00 dengan nilai p=0,293
dimana tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p>0,05).
Nilai median skor memori kerja MoCA-INA akhir minggu XII untuk
kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah 2,00 dengan batas
minimum-maksimum 1,00-2,00 sedangkan nilai median untuk kelompok
yang mendapatkan risperidone adalah 2,00 dengan batas minimum-
maksimum 1,00-2,00 dengan nilai p=0,293 dimana tidak ada perbedaan
bermakna antara kedua kelompok (p>0,05).
Uji normalitas perbedaan skor memori MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Kelompok n p
Memori baseline Quetiapine XR 16 0,017
Risperidone 16 0,214
Memori akhir minggu VI Quetiapine XR 16 0,002 Risperidone 16 0,102
Memori akhir minggu XII Quetiapine XR 16 0,012
Risperidone 16 0,030
Uji Shapiro-Wilk
Pada Uji Shapiro wilk didapati data tidak berdistribusi normal (p<0,05)
dilakukan transformasi data.
Uji normalitas data transformasi perbedaan skor memori MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Kelompok n p
Log_ Memori baseline Quetiapine XR 16 0,061
Risperidone 16 0,077
Log_ Memori akhir minggu VI Quetiapine XR 16 0,003 Risperidone 16 0,026
Log_ Memori akhir minggu XII Quetiapine XR 16 0,021
Risperidone 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Universitas Sumatera Utara
93
Pada Uji Shapiro wilk data transformasi didapati data tidak
berdistribusi normal (p<0,05) dilakukan uji Mann-Whitney U.
Tabel 4.27. Perbedaan skor memori MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Skor Memori MoCA-Ina n Median (Min-Maks) p
Akhir Minggu VI
- Quetiapine XR 16 3,00(2,00-5,00) 0,096
- Risperidone 16 2,00(0,00-5,00) Akhir MingguXII
- Quetiapine XR 16 3,00(2,00-5,00) 0,025
- Risperidone 16 2,00(0,00-5,00)
Uji Mann-Whitney U
Tabel 4.27. menunjukkan bahwa nilai median skor memori MoCA-INA
akhir minggu VI untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah
3,00 dengan batas minimum-maksimum 2,00-5,00 sedangkan nilai
median untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 2,00
dengan batas minimum-maksimum 2,00-5,00 dengan nilai p=0,096
dimana tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p>0,05).
Nilai median skor memori MoCA-INA akhir minggu XII untuk kelompok
yang mendapatkan quetiapine XR adalah 3,00 dengan batas minimum-
maksimum 2,00-5,00 sedangkan nilai median untuk kelompok yang
mendapatkan risperidone adalah 2,00 dengan batas minimum-maksimum
2,00-5,00 dengan nilai p=0,025 dimana terdapat perbedaan bermakna
antara kedua kelompok (p<0,05).
Universitas Sumatera Utara
94
Uji normalitas perbedaan skor orientasi MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Kelompok n p
Orientasi baseline Quetiapine XR 16 <0,001
Risperidone 16 0,001
Orientasi akhir minggu VI Quetiapine XR 16 <0,001 Risperidone 16 0,001
Orientasi akhir minggu XII Quetiapine XR 16 <0,001 Risperidone 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada Uji Shapiro wilk didapati semua data tidak berdistribusi normal
(p<0,05) dilakukan transformasi data.
Uji normalitas data transformasi perbedaan skor orientasi MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Kelompok n p
Log_ Orientasi baseline Quetiapine XR 16 <0,001
Risperidone 16 0,001
Log_ Orientasi akhir minggu VI Quetiapine XR 16 <0,001 Risperidone 16 0,001
Log_ Orientasi akhir minggu XII Quetiapine XR 16 <0,001
Risperidone 16 <0,001
Uji Shapiro-Wilk
Pada Uji Shapiro wilk data transformasi didapati semua data tidak
berdistribusi normal (p<0,05) dilakukan uji Mann-Whitney U.
Universitas Sumatera Utara
95
Tabel 4.28. Perbedaan skor orientasi MoCA-INA antara ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR dan risperidone
Skor orientasi MoCA-Ina n Median (Min-Maks)
p
Akhir Minggu VI
- Quetiapine XR 16 5,50(5,00-6,00) 0,864
- Risperidone 16 5,50(4,00-6,00) Akhir Minggu XII
- Quetiapine XR 16 6,00(5,00-6,00) 0,578
- Risperidone 16 6,00(4,00-6,00)
Uji Mann-Whitney U
Tabel 4.28. menunjukkan bahwa nilai median skor orientasi MoCA-INA
akhir minggu VI untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah
5,50 dengan batas minimum-maksimum 5,00-6,00 sedangkan nilai
median untuk kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 5,50
dengan batas minimum-maksimum 4,00-6,00 dengan nilai p=0,864
dimana tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p>0,05).
Nilai median skor orientasi MoCA-INA akhir minggu XII untuk kelompok
yang mendapatkan quetiapine XR adalah 6,00 dengan batas minimum-
maksimum 5,00-6,00 sedangkan nilai median untuk kelompok yang
mendapatkan risperidone adalah 6,00 dengan batas minimum-maksimum
4,00-6,00 dengan nilai p=0,578 dimana tidak terdapat perbedaan
bermakna antara kedua kelompok (p>0,05).
Tabel 4.29. Perbedaan skor total PANSS pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII
Skor PANSS total N Rerata (s.b) p
Baseline 16 72,94(2,52) Akhir Minggu VI 16 61,75(3,51) <0,001
Akhir Minggu XII 16 53,00(3,39) Uji repeated anova. Nilai p pada post hoc Bonferroni:Baseline vs Akhir
minggu VI, Baseline vs Akhir minggu XII, Akhir minggu VI vs XII adalah p<0,001.
Universitas Sumatera Utara
96
Tabel 4.29. Memperlihatkan nilai rerata skor PANSS total baseline untuk
kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah 72,94 dengan
simpang baku 2,52, nilai rerata pada akhir minggu VI adalah 61,75
dengan simpang baku 3,51 dan nilai rerata pada akhir minggu XII adalah
53,00 dengan simpang baku 3,39. Hasil analisis dengan uji repeated
anova untuk skor PANSS total baseline, akhir akhir minggu VI dan XII
memiliki nilai p <0,001 yang menunjukkan paling tidak terdapat dua
pengukuran yang berbeda (p<0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc
Bonferroni dimana, baseline vs akhir minggu VI, baseline vs akhir minggu
XII dan Akhir minggu VI vs XII ketiganya sama-sama memiliki nilai
p<0,001 dimana terdapat perbedaan bermakna pada ketiganya (p<0,05).
Tabel 4.30. Perbedaan perubahan skor total PANSS pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII
Skor PANSS total N Rerata (s.b) p
Baseline 16 73,81(3,02) Akhir Minggu VI 16 62,69(2,80) <0,001
Akhir Minggu XII 16 54,44(3,14) Uji repeated anova. Nilai p pada post hoc Bonferroni:Baseline vs Akhir
minggu VI, Baseline vs Akhir minggu XII, Akhir minggu VI vs XII adalah p<0,001. Tabel 4.30. Memperlihatkan nilai rerata skor PANSS total baseline untuk
kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 73,81 dengan simpang
baku 3,02, nilai rerata pada akhir minggu VI adalah 62,69 dengan
simpang baku 2,80 dan nilai rerata pada akhir minggu XII adalah 54,44
dengan simpang baku 3,14. Hasil analisis dengan uji repeated anova
untuk skor PANSS total baseline, akhir akhir minggu VI dan XII memiliki
Universitas Sumatera Utara
97
nilai p <0,001 yang menunjukkan paling tidak terdapat dua pengukuran
yang berbeda (p<0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc Bonferroni
dimana, baseline vs akhir minggu VI, baseline vs akhir minggu XII dan
Akhir minggu VI vs XII ketiganya sama-sama memiliki nilai p<0,001
dimana terdapat perbedaan bermakna pada ketiganya (p<0,05).
Tabel 4.31. Perbedaan perubahan skor PANSS negatif pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat quetiapine XR antara baseline, akhir minggu VI dan XII
Skor PANSS negatif N Rerata (s.b) p
Baseline 16 24,94(1,81) Akhir Minggu VI 16 20,69(2,15) <0,001
Akhir Minggu XII 16 17,13(2,12) Uji repeated anova. Nilai p pada post hoc Bonferroni:Baseline vs Akhir
minggu VI, Baseline vs Akhir minggu XII, Akhir minggu VI vs XII adalah p<0,001. Tabel 4.31. Memperlihatkan nilai rerata skor PANSS negatif baseline
untuk kelompok yang mendapatkan quetiapine XR adalah 24,94 dengan
simpang baku 1,81, nilai rerata pada akhir minggu VI adalah 20,69
dengan simpang baku 2,15 dan nilai rerata pada akhir minggu XII adalah
17,13 dengan simpang baku 2,12. Hasil analisis dengan uji repeated
anova untuk skor PANSS negatif baseline, akhir akhir minggu VI dan XII
memiliki nilai p <0,001 yang menunjukkan paling tidak terdapat dua
pengukuran yang berbeda (p<0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc
Bonferroni dimana, baseline vs akhir minggu VI, baseline vs akhir minggu
XII dan Akhir minggu VI vs XII ketiganya sama-sama memiliki nilai
p<0,001 dimana terdapat perbedaan bermakna pada ketiganya (p<0,05).
Universitas Sumatera Utara
98
Tabel 4.32. Perbedaan skor PANSS negatif pada ODS dengan predominan simtom negatif yang mendapat risperidone antara baseline, akhir minggu VI dan XII
Skor PANSS negatif N Rerata (s.b) p
Baseline 16 24,75(2,32) Akhir Minggu VI 16 21,50(2,66) <0,001
Akhir Minggu XII 16 18,25(2,57) Uji repeated anova. Nilai p pada post hoc Bonferroni:Baseline vs Akhir
minggu VI, Baseline vs Akhir minggu XII, Akhir minggu VI vs XII adalah p<0,001. Tabel 4.32 Memperlihatkan nilai rerata skor PANSS negatif baseline untuk
kelompok yang mendapatkan risperidone adalah 24,75 dengan simpang
baku 2,32, nilai rerata pada akhir minggu VI adalah 21,50 dengan
simpang baku 2,66 dan nilai rerata pada akhir minggu XII adalah 18,25
dengan simpang baku 2,57. Hasil analisis dengan uji repeated anova
untuk skor PANSS negatif baseline, akhir minggu VI dan XII memiliki nilai
p <0,001 yang menunjukkan paling tidak terdapat dua pengukuran yang
berbeda (p<0,05), yang dilanjutkan dengan post hoc Bonferroni dimana,
baseline vs akhir minggu VI, baseline vs akhir minggu XII dan Akhir
minggu VI vs XII ketiganya sama-sama memiliki nilai p<0,001 dimana
terdapat perbedaan bermakna pada ketiganya (p<0,05).
Universitas Sumatera Utara
99
Skor total PANSS Interreter Penulis selisih
76 75 1
72 71 1
70 71 -1
73 72 1
72 72 0
72 71 1
71 71 0
77 79 -2
70 70 0
75 75 0
Skor Total MoCA-INA Interreter Penulis Selisih
19 18 1
25 24 1
22 22 0
23 23 0
23 22 1
21 22 -1
21 21 0
16 17 -1
25 25 0
23 23 0
1. Komparatif kesesuaian numerik Skor Total PANSS
One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Selisih Total skor PANSS
0,318 9 0,758 0,10 -0,61 0,81
Pada uji One sample t, rerata selisih=- 0,10 dengan IK95% -0,80 –
0,61 dimana nilai selisih antar observer jauh lebih kecil daripada
selisih maksimal yang masih ditolerir yaitu lima. Nilai p= 0,758
sehingga secara statistik rerata selisih tidak berbeda dengan nol.
Universitas Sumatera Utara
100
N Rerata Simpang baku p
Selisih Total skor PANSS 10 0,10 .0,994
0,758
Uji One Sample t Dari hasil uji One Sample t didapati rerata selisih 0,10 dan Simpang
baku(s.b) dari rerata selisih =0,99. Batas yang dapat diterima:
Minimal = rerata selisih – 1,96 x s.b = 0,1 – 1,96 X 0,99= -1,84
Maksimal = rerata selisih + 1,96 x s.b = 0,1 + 1,96 X 0,99= 2,04
Limit of agreement berada diantara -5 dan 5, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa antara observer mempunyai kesesuian/relibilitas yang
baik.
2. Komparatif kesesuaian numerik Skor Total MoCA=Ina
One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Selisih Total Skor
MoCA-INA 0,429 9 0,678 0,10 -0,43 0,63
Pada uji One sample t, rerata selisih=0,10 dengan IK95% -0,43 –
0,63 dimana nilai selisih antar observer jauh lebih kecil daripada
selisih maksimal yang masih ditolerir yaitu lima. Nilai p= 0,678
sehingga secara statistik rerata selisih tidak berbeda dengan nol.
Universitas Sumatera Utara
101
N Rerata Simpang baku p
Selisih Total skor PANSS 10 0,10 0,738
0,678
Uji One Sample t
Dari hasil uji One Sample t didapati rerata selisih 0,10 dan Simpang
baku(s.b) dari rerata selisih =0,738. Batas yang dapat diterima:
Minimal = rerata selisih – 1,96 x s.b = 0,1 – 1,96 X 0,738= -1,35
Maksimal = rerata selisih + 1,96 x s.b = 0,1 + 1,96 X 0,738= 1,55
Limit of agreement berada diantara -5 dan 5, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa antara observer mempunyai kesesuian/relibilitas yang
baik.
Universitas Sumatera Utara
102
BAB V
PEMBAHASAN
Hasil studi menunjukkan perbedaan fungsi kognitif yang dinilai
berdasarkan Skor total MoCA-INA dan masing-masing ranah seperti
visuospasial, fungsi eksekutif, Bahasa, atensi, konsentrasi, memori kerja,
memori dan orientasi pada orang dengan skizofrenia (ODS) dengan
predominan simtom negatif yang mendapatkan terapi quetiapine XR 600
mg/hari/oral dan risperidone 6 mg dengan dosis terbagi yang dinilai pada
akhir minggu VI dan XII.
Pada studi jumlah sampel pada kelompok quetiapine XR sebanyak
16 subjek mengikuti studi ini, dimana drop out sebanyak 1 orang
dikarenakan sakit kepala terus menerus setelah mendapatkan terapi
600mg quetiapine XR sehingga dosis diturunkan kembali ke dosis 300mg.
Pada kelompok risperidone jumlah sampel adalah sebanyak 16 subjek,
dimana drop out sebanyak 1 orang karena pindah keluar kota. Subjek
yang drop out digantikan dengan subjek yang lain.
Pada hasil uji komparatif antara variable karakteristik subjek
penelitian masing-masing kelompok quetiapine XR dan risperidone
didapati hasil bahwa tidak ada perbedaan berdasarkan umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, riwayat hospitalisasi, lama sakit, indeks
massa tubuh (IMT), skor PANSS dan Skor MoCA-INA pada kedua
kelompok. Pada studi ini didapati bahwa semua subjek adalah tidak
bekerja dan tidak menikah.
Universitas Sumatera Utara
103
Dari studi ini pada uji friedman secara statistik paling tidak terdapat
dua pengukuran yang berbeda terhadap fungsi kognitif pada pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII berdasarkan skor total MoCA-INA yang
mendapatkan quetiapine XR dengan nilai p<0,001 yang diikuti uji post hoc
Wilcoxon pada pengukuran baseline vs akhir minggu VI, baseline vs akhir
minggu XII dan akhir minggu VI dan XII, didapati nilai p<0,05 sehingga
secara statistk disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
pada ketiga pengukuran. Begitu juga pada kelompok risperidone, pada uji
friedman juga didapati perbedaan pada skor total MoCA-INA dengan nilai
p<0,001 yang diikuti uji post hoc Wilcoxon pada pengukuran baseline vs
minggu VI, baseline vs akhir minggu XII dan akhir minggu VI dan XII,
didapati nilai p<0,05 sehingga secara statistik disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna pada ketiga pengukuran.
Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Riedel dkk di
Munich Jerman pada tahun 2010 mengenai neurokognisi dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya pada terapi skizofrenia dimana setelah delapan
minggu pengobatan terdapat kemajuan yang bermakna terhadap fungsi
kognitif berdasarkan cognitive index score pada kelompok yang
mendapatkan quetiapine dengan nilai p<0,001 dan juga risperidone
dengan nilai p=0,031.27 Hal ini juga sesuai dengan penelitian Riedel dkk di
Munich Jerman pada tahun 2006 dimana terdapat peningkatan fungsi
kognitif yang dinilai berdasarkan global cognitive index Z-scores setelah 6
dan 12 minggu pengobatan yang mendapatkan quetiapine dengan
Universitas Sumatera Utara
104
masing-masing nilai p<0,001 dan p<0,01 dan juga pada risperidone
setelah 12 minggu pengobatan dengan nilai p<0,05.6
Antipsikotik quetiapine XR dan risperidone sama-sama bekerja blok
serotonin reseptor 2A, menyebabkan peningkatan pelepasan dopamin di
otak tertentu dan dengan demikian mengurangi efek samping motor dan
kemungkinan meningkatkan fungsi kognitif.15
Pada uji friedman secara statistik paling tidak terdapat dua
pengukuran yang berbeda terhadap fungsi kognitif pada pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII berdasarkan skor visuospasial MoCA-
INA yang mendapatkan quetiapine XR dengan nilai p=0,039 yang diikuti
uji post hoc Wilcoxon pada pengukuran baseline vs akhir minggu XII,
didapati nilai p<0,05 sehingga secara statistik disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna, sedangkan pada pengukuran baseline vs
akhir minggu VI dan akhir minggu VI dan XII didapati nilai p>0,05
sehingga secara statistik disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
bermakna. Pada kelompok risperidone, pada uji friedman secara statistik
juga didapati paling tidak terdapat dua pengukuran yang berbeda
terhadap skor visuospasial MoCA-INA dengan nilai p=0,018 yang diikuti uji
post hoc Wilcoxon pada pengukuran baseline vs akhir minggu VI didapati
nilai p>0,05 sehingga secara statistik disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna pada pengukuran, sedangkan baseline vs akhir
minggu XII dan akhir minggu VI dan XII, didapati nilai p<0,05 sehingga
secara statistk disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
pada kedua pengukuran.
Universitas Sumatera Utara
105
Pada uji friedman secara statistik tidak terdapat paling tidak dua
pengukuran yang berbeda terhadap fungsi kognitif pada pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII berdasarkan skor fungsi eksekutif
MoCA-INA yang mendapatkan quetiapine XR dengan nilai p=0,223 yang
diikuti uji post hoc Wilcoxon pada pengukuran baseline vs minggu VI,
baseline vs akhir minggu XII dan akhir minggu VI dan XII, didapati nilai
p>0,05 sehingga secara statistk disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna pada semua pengukuran. Pada kelompok
risperidone, pada uji friedman secara statistik juga tidak terdapat paling
tidak dua pengukuran yang berbeda terhadap skor fungsi eksekutif MoCA-
INA dengan nilai p=0,135 yang diikuti uji post hoc Wilcoxon pada
pengukuran baseline vs minggu VI, baseline vs akhir minggu XII dan akhir
minggu VI dan XII, didapati nilai p>0,05 sehingga secara statistk
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada semua
pengukuran. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Akdede dkk
di Turki pada tahun 2004 pada pengobatan quetiapine selama 8 minggu
tidak didapati perbedaan yang bermakna terhadap baseline dengan nilai
p=0,50.28
Pada uji friedman secara statistik tidak terdapat paling tidak dua
pengukuran yang berbeda terhadap fungsi kognitif pada pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII berdasarkan skor bahasa MoCA-INA
yang mendapatkan quetiapine XR dengan nilai p=0,135 yang diikuti uji
post hoc Wilcoxon pada pengukuran baseline vs akhir minggu VI, baseline
vs akhir minggu XII dan akhir minggu VI dan XII, didapati nilai p>0,05
Universitas Sumatera Utara
106
sehingga secara statistk disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
bermakna pada ketiga pengukuran. Pada kelompok risperidone, pada uji
friedman secara statistik terdapat paling tidak dua pengukuran yang
berbeda terhadap skor Bahasa MoCA-INA dengan nilai p=0,015 diikuti uji
post hoc Wilcoxon pada pengukuran baseline vs akhir minggu VI didapati
nilai p>0,05 sehingga secara statistik disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna pada pengukuran, sedangkan baseline vs akhir
minggu XII dan akhir minggu VI dan XII, didapati nilai p<0,05 sehingga
secara statistik disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada
kedua pengukuran.
Pada uji friedman secara statistik paling tidak terdapat dua
pengukuran yang berbeda terhadap fungsi kognitif pada pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII berdasarkan skor atensi MoCA-INA
yang mendapatkan quetiapine XR dengan nilai p=0,002 yang diikuti uji
post hoc Wilcoxon pada pengukuran baseline vs akhir minggu VI, didapati
nilai p>0,05 sehingga secara statistik disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna, sedangkan pada pengukuran baseline vs akhir
minggu XII dan akhir minggu VI dan XII didapati nilai p<0,05 sehingga
secara statistk disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna.
Pada kelompok risperidone, pada uji friedman secara statistik tidak
terdapat paling tidak dua pengukuran yang berbeda terhadap skor atensi
MoCA-INA dimana nilai p=0,368 yang diikuti uji post hoc Wilcoxon pada
pengukuran baseline vs akhir minggu VI, baseline vs akhir minggu XII dan
akhir minggu VI dan XII didapati nilai p>0,05 sehingga secara statistik
Universitas Sumatera Utara
107
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada pengukuran
semua pengukuran.
Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan Akdede dkk di Turki
pada tahun 2004 pada pengobatan quetiapine selama 8 minggu dimana
tidak didapati perbedaan yang bermakna terhadap baseline dengan nilai
p=0,110.c Hal ini juga sesuai dengan studi oleh Riedel dkk di Munich
Jerman pada tahun 2006 dimana terdapat peningkatan skor atensi yang
dinilai setelah 12 minggu pengobatan dengan quetiapine dengan nilai
p<0,01 dan juga pada risperidone setelah 12 minggu pengobatan dengan
nilai p<0,01.6
Pada uji friedman secara statistik tidak terdapat paling tidak dua
pengukuran yang berbeda terhadap fungsi kognitif pada pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII berdasarkan skor konsentrasi MoCA-
INA yang mendapatkan quetiapine XR dengan nilai p=0,368 yang diikuti
uji post hoc Wilcoxon pada pengukuran baseline vs akhir minggu VI,
baseline vs akhir minggu XII dan akhir minggu VI dan XII, didapati nilai
p>0,05 sehingga secara statistk disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna pada ketiga pengukuran. Pada kelompok
risperidone, pada uji friedman secara statistik juga tidak terdapat paling
tidak dua pengukuran yang berbeda terhadap skor konsentrasi MoCA-INA
dengan nilai p=0,050 diikuti uji post hoc Wilcoxon pada pengukuran
baseline vs akhir minggu VI, baseline vs akhir minggu XII dan akhir
minggu VI dan XII, didapati nilai p>0,05 sehingga secara statistk
Universitas Sumatera Utara
108
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada semua
pengukuran.
Pada uji friedman secara statistik tidak terdapat paling tidak dua
pengukuran yang berbeda terhadap fungsi kognitif pada pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII berdasarkan skor memori kerja MoCA-
INA yang mendapatkan quetiapine XR dengan nilai p=0,368 yang diikuti
uji post hoc Wilcoxon pada pengukuran baseline vs akhir minggu VI,
baseline vs akhir minggu XII dan akhir minggu VI dan XII, didapati nilai
p>0,05 sehingga secara statistk disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna pada ketiga pengukuran. Pada kelompok
risperidone, pada uji friedman secara statistik juga tidak terdapat paling
tidak dua pengukuran yang berbeda terhadap skor memori kerja MoCA-
INA dengan nilai p=1,000 yang diikuti uji post hoc Wilcoxon pada
pengukuran baseline vs akhir minggu VI, baseline vs akhir minggu XII dan
akhir minggu VI dan XII, didapati nilai p>0,05 sehingga secara statistk
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada ketiga
pengukuran.
Hal ini tidak sesuai dengan studi yang dilakukan Riedel dkk di
Munich Jerman pada tahun 2006 dimana terdapat peningkatan skor
memori kerja setelah 12 minggu pengobatan yang mendapatkan
quetiapine dengan nilai p<0,001 dan juga pada risperidone setelah 12
minggu pengobatan dengan nilai p<0,05.6 Hal ini kemungkinan karena
riwayat pengobatan seluruh subjek sebelumnya adalah risperidone, dan
pada data memori kerja baseline pada studi ini juga didapati skor memori
Universitas Sumatera Utara
109
kerja yang cukup tinggi dengan nilai median 2,00 dan min-maks 1,00-2,00,
sehingga tidak didapati perubahan yang bermakna pada pengukuran akhir
minggu VI dan XII.
Pada uji friedman secara statistik paling tidak terdapat dua
pengukuran yang berbeda terhadap fungsi kognitif pada pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII berdasarkan skor memori MoCA-INA
yang mendapatkan quetiapine XR dengan nilai p<0,001 yang diikuti uji
post hoc Wilcoxon pada pengukuran baseline vs akhir minggu VI, baseline
vs akhir minggu XII dan akhir minggu VI dan XII didapati nilai p<0,05
sehingga secara statistk disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna. Pada kelompok risperidone, pada uji friedman secara statistik
tidak terdapat paling tidak dua pengukuran yang berbeda terhadap skor
memori MoCA-INA dimana nilai p=0,097 yang diikuti uji post hoc Wilcoxon
pada pengukuran baseline vs akhir minggu VI, baseline vs akhir minggu
XII dan akhir minggu VI dan XII didapati nilai p>0,05 sehingga secara
statistik disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada
pengukuran semua pengukuran.
Pada uji friedman secara statistik tidak terdapat paling tidak dua
pengukuran yang berbeda terhadap fungsi kognitif pada pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII berdasarkan skor orientasi MoCA-INA
yang mendapatkan quetiapine XR dengan nilai p=0,368 yang diikuti uji
post hoc Wilcoxon pada pengukuran baseline vs akhir minggu VI, baseline
vs akhir minggu XII dan akhir minggu VI dan XII, didapati nilai p>0,05
sehingga secara statistik disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
Universitas Sumatera Utara
110
bermakna pada ketiga pengukuran. Pada kelompok risperidone, pada uji
friedman secara statistik juga tidak terdapat paling tidak dua pengukuran
yang berbeda terhadap skor orientasi MoCA-INA dengan nilai p=0,074
yang diikuti uji post hoc Wilcoxon pada pengukuran baseline vs akhir
minggu VI dan akhir minggu VI dan XII didapati nilai p>0,05 sehingga
secara statistik disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna,
sedangkan pada baseline dan akhir minggu XII didapati nilai p<0,05
sehingga secara statistik disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
bermakna pada pengukuran.
Dari hasil uji general linier model tidak didapati perbedaan rerata
pada peningkatan skor total Moca-INA pada pengukuran baseline, akhir
minggu VI dan XII pada kelompok quetiapine XR dan risperidone. Didapati
rerata dan simpang baku baseline pada kelompok quetiapine XR
21,00(2,37), akhir minggu VI adalah 21,69(2,47) dan akhir minggu XII
adalah 22,75(2,49) sedangkan pada kelompok risperidone didapati nilai
rerata dan simpang baku pada baseline adalah 21,00(2,45), pada akhir
minggu VI 21,31(2,58) dan pada akhir minggu XII adalah 22,25(2,77)
dengan nilai p=0,132 sehingga dapat diambil kesimpulan secara statistik
tidak terdapat perbedaan bermakna pada rerata skor total MoCA-INA
pada kedua kelompok pada semua pengukuran (p>0,05). Pada post hoc
Bonferroni didapati nilai p>0,05 pada ketiga pengukuran sehingga secara
statistik disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada
kedua kelompok pada baseline, akhir minggu VI dan XII.
Universitas Sumatera Utara
111
Hal ini sesuai dengan studi Zhong dkk pada tahun 2001 di Amerika
Serikat dimana terdapat peningkatan fungsi kognitif yang hampir sama
antara kelompok quetiapine dan risperidone setelah pengobatan 8
minggu.5 Pada studi Désamérìc dkk di Créteil Prancis pada tahun 2012
juga didapati tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap peningkatan
fungsi kognitif pada kelompok quetiapine dan risperidone dengan nilai
p>0,05.4
Dari hasil uji Mann-Whitney U tidak didapati perbedaan bermakna
terhadap peningkatan skor visuospasial, fungsi eksekutif, bahasa,
konsentrasi, memori kerja dan orientasi MoCA-INA pada kelompok
quetiapine XR dan risperidone pada pengukuran akhir minggu VI dan XII
dimana nilai p>0,05. Pada fungsi eksekutif hal ini sesuai dengan studi
Désamérìc dkk di Créteil Prancis pada tahun 2012 juga tidak terdapat
perbedaan bermakna terhadap pada kelompok quetiapine dan risperidone
dengan nilai p>0,05.4 Pada memori kerja hal ini tidak sesuai studi Riedel
dkk di Munich Jerman tahun 2006 dimana terdapat perbedaan bermakna
setelah 12 minggu pengobatan dengan nilai p<0,05 dimana quetiapine
lebih menunjukkan peningkatan bermakna dibanding risperidone.6 Sama
seperti pendapat sebelumnya, hal ini kemungkinan disebabkan oleh pada
studi ini didapati skor memori kerja yang tinggi pada pengukuran baseline
pada kedua kelompok.
Dari hasil uji Mann-Whitney U tidak didapati perbedaan bermakna
terhadap peningkatan skor atensi MoCA-INA pada kelompok quetiapine
XR dan risperidone pada pengukuran akhir minggu VI dimana nilai p>0,05
Universitas Sumatera Utara
112
tetapi didapati perbedaan bermakna pada pengukuran akhir minggu XII
dimana nilai p<0,05. Hal ini sesuai dengan studi Riedel dkk di Munich
Jerman tahun 2006 dimana terdapat perbedaan bermakna setelah 12
minggu pengobatan dengan nilai p<0,05 dimana quetiapine lebih
menunjukkan peningkatan bermakna dibanding risperidone.6
Dari hasil uji Mann-Whitney U tidak didapati perbedaan bermakna
terhadap peningkatan skor memori MoCA-INA pada kelompok quetiapine
XR dan risperidone pada pengukuran akhir minggu VI dimana nilai p>0,05
tetapi didapati perbedaan bermakna pada pengukuran akhir minggu XII
dimana nilai p<0,05.
Keterbatasan dalam studi adalah hanya melihat skor MoCA-INA
pada baseline, akhir minggu VI dan XII, tidak melihat kapan mulai terjadi
perubahan skor MoCA-INA dan tidak melihat faktor gaya hidup lain seperti
merokok yang dapat mempengaruhi kognitif. Kelebihan studi adalah
merupakan studi pertama di Sumatera Utara yang melihat perbedaan
fungsi kognitif pada ODS dengan predominan simtom negatif yang
mendapat quetiapine XR dan risperidone dengan menggunakan MoCA-
INA.
Universitas Sumatera Utara
113
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan
Dari tiga puluh dua ODS yang berobat ke instalasi rawat jalan
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara periode
November 2016 sampai Maret 2017 yang dibagi ke dalam dua kelompok
dimana 16 subjek mendapat quetiapine XR dan 16 subjek mendapat
risperidone, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil studi ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada
hasil uji komparatif antara kelompok quetiapine XR dan risperidone
terhadap fungsi kognitif.
2. Dari hasil studi ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada
hasil uji komparatif antara kelompok quetiapine XR dan risperidone
berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, riwayat
hospitalisasi, lama sakit, indeks massa tubuh (IMT), skor PANSS
dan Skor MoCA-INA dengan nilai p>0,05.
3. Dari hasil studi ini, quetiapine XR memiliki efek yang baik terhadap
fungsi kognitif dimana terdapat perbedaan yang bermakna pada
skor total MoCA-INA terdapat perbedaan yang bermakna antara
pengukuran baseline dan akhir minggu VI dengan nilai p<0,05 dan
terdapat perbedaan yang bermakna antara baseline dan akhir
minggu XII memiliki nilai p<0,001.
Universitas Sumatera Utara
114
4. Risperidone memiliki efek yang baik terhadap fungsi kognitif
dimana terdapat perbedaan yang bermakna pada skor total MoCA-
INA terdapat perbedaan yang bermakna antara pengukuran
baseline dan akhir minggu VI dengan nilai p<0,05 dan terdapat
perbedaan yang bermakna antara baseline dan akhir minggu XII
memiliki nilai p<0,001.
5. Quetiapine XR memiliki efek yang baik terhadap pada fungsi
visuospasial MoCA-INA dimana terdapat perbedaan bermakna
antara baseline dan akhir minggu XII dengan nilai p<0,05.
6. Risperidone memiliki efek yang baik terhadap pada fungsi
visuospasial MoCA-INA dimana terdapat perbedaan bermakna
antara baseline dan akhir minggu XII dengan nilai p<0,05.
7. Pada kelompok quetiapine XR tidak terdapat perbedaan yang
bermakna pada skor fungsi eksekutif MoCA-INA antara
pengukuran baseline, akhir minggu VI dan XII dengan nilai p>0,05.
8. Pada kelompok risperidone tidak terdapat perbedaan yang
bermakna pada skor fungsi eksekutif MoCA-INA antara
pengukuran baseline, akhir minggu VI dan XII dengan nilai p>0,05.
9. Pada kelompok quetiapine XR tidak terdapat perbedaan yang
bermakna pada skor bahasa MoCA-INA antara pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII dengan nilai p>0,05.
10. Risperidone memiliki efek yang baik terhadap pada skor bahasa
MoCA-INA dimana terdapat perbedaan bermakna antara baseline
dan akhir minggu XII dengan nilai p<0,05.
Universitas Sumatera Utara
115
11. Quetiapine XR memiliki efek yang baik terhadap pada skor atensi
MoCA-INA dimana terdapat perbedaan bermakna antara baseline
dan akhir minggu XII dengan nilai p<0,05.
12. Pada kelompok risperidone tidak terdapat perbedaan yang
bermakna pada skor atensi MoCA-INA antara pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII dengan nilai p>0,05.
13. Pada kelompok quetiapine XR tidak terdapat perbedaan yang
bermakna pada skor konsentrasi MoCA-INA antara pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII dengan nilai p>0,05.
14. Pada kelompok risperidone tidak terdapat perbedaan yang
bermakna pada skor konsentrasi MoCA-INA antara pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII dengan nilai p=0,05.
15. Pada kelompok quetiapine XR tidak terdapat perbedaan yang
bermakna pada skor memori kerja MoCA-INA antara pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII dengan nilai p>0,05.
16. Pada kelompok risperidone tidak terdapat perbedaan yang
bermakna pada skor memori kerja MoCA-INA antara pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII dengan nilai p>0,05.
17. Quetiapine XR memiliki efek yang baik terhadap pada skor memori
MoCA-INA dimana terdapat perbedaan bermakna antara baseline
dan akhir minggu XII dengan nilai p<0,05.
18. Pada kelompok risperidone tidak terdapat perbedaan yang
bermakna pada skor memori MoCA-INA antara pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII dengan nilai p>0,05.
Universitas Sumatera Utara
116
19. Pada kelompok quetiapine XR tidak terdapat perbedaan yang
bermakna pada skor orientasi MoCA-INA antara pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII dengan nilai p>0,05.
20. Pada kelompok risperidone tidak terdapat perbedaan yang
bermakna pada skor orientasi MoCA-INA antara pengukuran
baseline, akhir minggu VI dan XII dengan nilai p>0,05.
21. Rerata dan simpang baku skor total MoCA-INA pada kelompok
yang mendapat quetiapine XR pada baseline adalah 21,00(2,37),
akhir minggu IV adalah 21,69(2,47) dan pada akhir minggu XII
adalah 22,75(2,49) dan pada kelompok yang mendapat
risperidone pada baseline adalah 21,00(2,45), akhir minggu IV
adalah 21,31(2,58) dan pada akhir minggu XII adalah 22,25(2,77)
dimana tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua
kelompok pada semua pengukuran (p>0,05).
22. Pada skor visuospasial MoCA-INA tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara kelompok quetiapine XR dan risperidone pada
pengukuran akhir minggu VI dan XII dimana pada kedua
pengukuran didapati nilai p>0,05.
23. Pada skor fungsi eksekutif MoCA-INA tidak terdapat perbedaan
yang bermakna antara kelompok quetiapine XR dan risperidone
pada pengukuran akhir minggu VI dan XII dimana pada kedua
pengukuran didapati nilai p>0,05.
24. Pada skor Bahasa MoCA-INA tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara kelompok quetiapine XR dan risperidone pada
Universitas Sumatera Utara
117
pengukuran akhir minggu VI dan XII dimana pada kedua
pengukuran didapati nilai p>0,05.
25. Pada skor atensi MoCA-INA tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara kelompok quetiapine XR dan risperidone pada
pengukuran akhir minggu VI dengan nilai p>0,05. Terdapat
perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok pada
pengukuran akhir minggu XII dengan nilai p<0,05.
26. Pada skor konsentrasi MoCA-INA tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara kelompok quetiapine XR dan risperidone pada
pengukuran akhir minggu VI dan XII dimana pada kedua
pengukuran didapati nilai p>0,05.
27. Pada skor memori kerja MoCA-INA tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara kelompok quetiapine XR dan risperidone pada
pengukuran akhir minggu VI dan XII dimana pada kedua
pengukuran didapati nilai p>0,05.
28. Pada skor memori MoCA-INA tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara kelompok quetiapine XR dan risperidone pada
pengukuran akhir minggu VI dengan nilai p>0,05. Terdapat
perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok pada
pengukuran akhir minggu XII dengan nilai p<0,05.
29. Pada skor memori kerja MoCA-INA tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara kelompok quetiapine XR dan risperidone pada
pengukuran akhir minggu VI dan XII dimana pada kedua
pengukuran didapati nilai p>0,05.
Universitas Sumatera Utara
118
30. Quetiapine XR memiliki efek yang baik terhadap pada skor total
PANSS dimana terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara
baseline, akhir minggu VI dan XII juga memiliki perbedaan yang
sangat bermakna dengan nilai p<0,001.
31. Risperidone memiliki efek yang baik terhadap pada skor total
PANSS dimana terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara
baseline, akhir minggu VI dan XII juga memiliki perbedaan yang
sangat bermakna dengan nilai p<0,001.
32. Quetiapine XR memiliki efek yang baik terhadap pada skor PANSS
negatif dimana terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara
baseline, akhir minggu VI dan XII juga memiliki perbedaan yang
sangat bermakna dengan nilai p<0,001.
33. Risperidone memiliki efek yang baik terhadap pada skor PANSS
negatif dimana terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara
baseline, akhir minggu VI dan XII juga memiliki perbedaan yang
sangat bermakna dengan nilai p<0,001.
Universitas Sumatera Utara
119
VI.2. Saran
1. Diharapkan para klinisi tidak hanya memfokuskan perhatian
terhadap penanganan simtom positif dan negatif saja tetapi juga
terhadap fungsi kognitif.
2. Penggunaan antipsikotik yang memperbaiki fungsi kognitif pada
ranah tertentu mungkin perlu dipertimbangkan mengingat dari hasil
studi menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna.
3. Bagi penulis berikutnya diharapkan studi ini dapat menjadi bahan
acuan atau sejenisnya dengan subjek yang lebih banyak dan waktu
pengamatan yang lebih sering dan lebih lama.
Universitas Sumatera Utara
120
DAFTAR RUJUKAN
1. Urben S, Baumann P, Barcellona S, Hafil M, Preuss U, Peter-Favre
C, Clarke S, et al. Cognitive Efficacy of Quetiapine in Early-Onset
First-Episode Psychosis: A 12-Week Open Label Trial. Psychiatr Q.
2012; 83: 311–24
2. Riedel M, Schmitz M, Østergaard PK, Ferrannini L, Franco MA,
Alfano V, Vansvik ED. Comparison of the effects of quetiapine
extended-release and quetiapine immediate-release on cognitive
performance, sedation and patient satisfaction in patients with
schizophrenia: A randomised, double-blind, crossover study
(eXtRa). Schizophrenia Research. 2015;162:162–8
3. Penadés R, Pérez-García H, González-Rodríguez A, Catalán R,
Bernardo M. Treating cognition in schizophrenia: searching for the
best evidence-based practices. E-bPC. 2015: 80-4
4. Désaméricq G, Schurhoff F, Meary A, Szöke A, Macquin-Mavier I,
Bachoud-Lévi AC, Maison P. Long-term neurocognitive effects of
antipsychotics in schizophrenia: a network meta-analysis. Eur J Clin
Pharmacol. 2013; 1-8
5. Zhong KX, Sweitzer DE, Hamer RM, Lieberman JA. Comparison of
Quetiapine and Risperidone in the Treatment of Schizophrenia: A
Randomized, Double-Blind, Flexible-Dose, 8-Week Study. J Clin
Psychiatry. 2006;67:1093-1103
6. Riedel M, Spellmann I, Strassnig M, Douhet A, Dehning S, Opgen-
Rhein M, Valdevit R, et al. Effects of risperidone and quetiapine on
cognition in patients with schizophrenia and predominantly negative
symptoms. Eur Arch Psychiatry Clin Neurosci. 2007; 257:360–70
7. Fisekovic S, Memic A, Pasalic A. Correlation between MoCA and MMSE for the assessment of cognition in schizophrenia. Acta inform med. 2012;20(3): 186-9
8. Sadock BJ, Sadock VA. Scizophrenia Spectrum and other
Psychotic Disorder. In: Sadock BJ, Sadock VA. Penyunting Kaplan
& Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/ Clinical
Psychiatry. 11th ed. Philadelphia: Lippincott Willams & Wilkins; 2015
9. Stahl SM. Stahl’s Essential Psychopharmacology Neuroscientific
Basis and Practical Application. 4th ed. New York: Camridge
university press; 2013. p. 79-128
10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III
(PPDGJ III). Jakarta 1993 h.105-9
11. Kane JM, Correll CU. Schizophrenia: Pharmacological treatment.
In: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P, Eds. Kaplan & Sadock
Universitas Sumatera Utara
121
comprehensive textbook of psychiatry. Vol I. 10th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins. 2017.p.3900-29
12. Hofer A, Fleischhacker WW. Pharmacological interventions. In:
Roder V, Medalia A, Eds. Neurocognition and Social Cognition in
Schizophrenia Patients Basic concepts and Treatment. Switzerland:
Karger. 2010. p: 145-57
13. Harvey PD, Keefe RSE, Eesley CE. Neurocognition in
schizophrenia. In: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P, Eds. Kaplan &
Sadock comprehensive textbook of psychiatry. Vol I. 10th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2017.p.3852-80
14. Marder SR, Davis MC. Second-Generation Antipsychotic. In:
Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P, Eds. Kaplan & Sadok’s
Comprehensive Textbook of Psychiatry. Vol I. 10th ed Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkinsi,2017.p.8104-229
15. Stahl SM. Essential Psychopharmacology Prescriber’s Guide..
Cambridge University Press. 6th ed. New York. 2017.p.627-53
16. Nazreddin. Monteral cognitive assessment. 2004. Available from http://mocatest.org. Accessed on September 2015
17. About MoCA. Available from http://mocatest.org. Accessed on September 2015
18. Ramirez LRB, Alvarez RS, Orizco RE, Orellana AF. Validity of the Montreal Cognitive Assessment Scale (MoCA) for the detection of cognitive impairment in schizophrenia. Salud Mental. 2014;37:485-490
19. Putra A. Hubungan antara tingkat intelegensia dan tingkat
pendidikan pada pasien skizofrenik terhadap fungsi kognitif
menggunakan Montreal cognitive assessment versi Indonesia.
[tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Studi
Kedokteran Jiwa Program Pendidkan Dokter Spesialis-1; 2015
20. Nasreddine ZS, Phillips NA, Be´dirian V, Charbonneau S,
Whitehead V, Collin I, Cummings JL, et. al. The Montreal Cognitive
Assessment, MoCA: A Brief Screening Tool For Mild Cognitive
Impairment. JAGS. 2005; 53:695–9
21. Husein N, Lumempouw N, Ramli Y, Herqutanto. Uji validitas san reabilitas montreal cognitive assessment versi Indonesia (MoCA-Ina) untuk skrining gangguan kognitif. Available from http://mru.fk.ui.ac.id. Accessed on September 2015
22. Mortimer AM. Symptom Rating Scale and Outcome in
Schizophrenia. BJP. 2007,191:57-514
23. Sinclair SJ, Blais MA, Blacker D. Psychiatric Rating Scale. Dalam:
Sadok BJ,Sadock VA. Eds. Comprehensive textbook of Psychiatry.
Vol.II. 10th ed.. Philladelphia. Lippincott Williams &
Wilkins;2017.p:2722-88
Universitas Sumatera Utara
122
24. Kay SR, Flsbeln A, Qpjer LA. The Positive and Negative Syndrome
Scale (PANSS) for Schizophrenia. Vol.13,no.2,1967
25. Sastroasmoro S. Penelitian Eksperimental. Dalam: Sastroasmoro
S. editor. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. 4th ed. Jakarta:
Sagung Seto; 2011.p.116-23
26. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Dalam:
Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. 3th ed.
Jakarta: Epidemiologi Indonesia;2010.p.88-75
27. Riedel M, chennach-Wolff R, Musil R, Dehning S, Cerovecki A,
Opgen-Rhein M, Matz J, Seemüller F, et al. Neurocognition and its
influencing factors in the treatment of schizophrenia—effects of
aripiprazole, olanzapine, quetiapine and risperidone. Hum.
Psychopharmacol Clin Exp. 2010; 25: 116–25
28. Akdede BBK, Alptekin K, KitiY A, Arkar H, Akvardar Y. Effects of
quetiapine on cognitive functions in schizophrenia. Neuro-
Psychopharmacology & Biological Psychiatry. 2005; 29: 233– 8
Universitas Sumatera Utara
123
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Bapak/Ibu/Sdr/i Yth.
Saya dr. Annisa Fransiska peserta program pendidikan dokter spesialis di
Program studi Kedokteran Jiwa akan membuat suatu penelitian yang berjudul
―Perbedaan efek antara quetiapine XR dan risperidone terhadap fungsi kognitif
pasien skizofrenik dengan predominan simtom negatif‖. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan fungsi kognitif yang dinilai dengan alat ukur berupa
kuisioner yang disebut Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia (MoCA-
Ina) yang menilai fungsi kognitif antara pasien skizofrenik predominan simtom
negatif yang menggunakan quetiapine XR dan risperidone .
Dengan mengetahui adanya perbedaan skor MoCA-Ina yang menilai
fungsi kognitif seperti kemampuan visuospasial, fungsi eksekutif, Bahasa,
perhatian dan kewaspadaan, memori dan orientasi, maka penelitian akan sangat
bermanfaat bagi Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mendeteksi fungsi kognitif dan
mengantisipasi apabila diperlukan penanganan lebih lanjut terhadap penurunan
fungsi kognitif yang Bapak/Ibu/Sdr/i derita dan manfaat bagi dokter untuk lebih
memberikan perhatian terhadap kemungkinan terjadinya penurunan fungsi
kognitif akibat gangguan skizofrenik dan dapat memberikan masukan terhadap
terapi yang lebih baik untuk memperbaiki fungsi kognitif.
Jika Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bersedia ikut serta dalam penelitian, maka
pertama saya akan membagikan kuisioner kepada bapak ibu. Bapak/Ibu/Sdr/i
akan diminta untuk mengisi data-data demografi (umur, jenis kelamin, alamat)
dan fungsi kognitif Bapak/Sdr akan dinilai dengan MoCA-Ina untuk mengetahui
apakah Bapak/Ibu/Sdr/i memiliki gangguan kognitif, karena simtom ini sering
ditemukan pada penderita skizofrenia, hal ini diperkirakan akan membutuhkan
waktu sekitar 10 menit. Penelitian ini akan berlanjut sampai 12 minggu, setelah
penilaian MoCA-Ina pertama kemudian Bapak/Ibu/Sdr/iakan diberi terapi
antipsikotik risperidone atau quetiapine selama 12 minggu dan kemudian dinilai
kembali fungsi kognitifnya dengan MoCA-Ina pada minggu ke-6 dan ke-12.
Penelitian ini tidak membahayakan bagi Bapak/Ibu/Sdr/i karena hanya berupa
pengisian kuisioner dan pemberian antipsikotik yang memang indikasi untuk
terapi skizofrenia. Kerahasiaan data isian yang Bapak/Ibu/Sdr/i berikan pada
penelitian ini akan terjaga.
Universitas Sumatera Utara
124
Partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i dalam penelitian ini bersifat sukarela dan
tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun serta tidak dipungut biaya
apapun selama dalam penelitian. Seandainya, Bapak/Ibu/Sdr/i menolak untuk
ikut serta dalam penelitian saya ini maka tidak ada sanksinya.
Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas
maka Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi saya: dr.Annisa Fransiska
(081266814100) di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK USU Medan. Terima
Kasih.
Hormat saya,
dr. Annisa Fransiska
Universitas Sumatera Utara
125
Lampiran 2
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
( INFORMED CONCENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin : Laki-laki / perempuan
Umur : Tahun
Alamat :
Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai
penelitian ―Perbedaan efek antara quetiapine XR dan risperidone
terhadap fungsi kognitif pasien skizofrenik dengan predominan simtom
negatif‖ dan setelah mendapat kesempatan tanya jawab tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut,maka dengan ini
saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutkan
dalam penelitian tersebut.
Medan,.................................2016
Yang menyatakan Peneliti
( ) (dr. Annisa
Fransiska)
Saksi:
1. ( )
2. ( )
Universitas Sumatera Utara
126
Lampiran 3
DATA SAMPEL PENELITIAN
Nomor Responden : Tanggal:
Nomor Medical Record :
Data Demografik
1. Nama : ......................................
2. Usia : ................tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki/ peremuan
4. Pendidikan : SMP / SMA/SMK / DIPLOMA-PT
5. Pekerjaan : Bekerja/Tidak bekerja
6. Status Perkawinan : Kawin/ TidakKawin/Janda/Duda
7. Lama sakit :
8. Riwayat dirawat di RSJ :
9. Antipsikotik yang sebelumnya digunakan :
10. Skor PANSS positif/negatif/total : / /
11. BB :
12. TB :
13. BMI :
Kelompok : Risperidone / Quetiapine XR
Skor (MoCA-INA): .........(0 – 30)
Universitas Sumatera Utara
127
Lampiran 4
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Data pribadi
Nama : Annisa Fransiska
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Medan, 22 Agustus 1981
Agama : Islam
Alamat : jl. Halat Gg. Sepakat No. 5 Medan
Telepon : 081266814100
Riwayat pendidikan
Tahun 1987-1993 : SD Angkasa I Lanud Medan
Tahun 1993-1996 : SMP Al-Azhar Medan
Tahun 1996-1999 : SMA Negeri 2 Medan
Tahun 1999-2006 : Pendidkan dokter umum di Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara
Tahun 2011-sekarang : Pendidikan Dokter Spesialis di bidang
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Riwayat pekerjaan
Tahun 2006-2008 : Dokter PTT di Puskesmas Batu Hampar Kab.
Limapuluh kota Sumatera Barat
Tahun 2008-Sekarang : Dokter PNS di RS. Adnaan WD Payakumbuh
Universitas Sumatera Utara
128
Lampiran 5
Universitas Sumatera Utara
129
Montreal Cognitive Assessment
(MoCA-Ina)
Administrasi, Instruksi dan Skoring
The Montreal Cognitive Assessment (Moca) dirancang sebagai instrumen
skrining cepat untuk memeriksa disfungsi kognitif ringan. Ini menilai ranah
kognitif yang berbeda : perhitungan perhatian dan konsentrasi, fungsi eksekutif,
memori, bahasa, keterampilan konstruksi visual, berpikir konseptual,, dan
orientasi. Waktu yang digunakan dalam test ini adalah sekitar 10 menit. Nilai total
maksimal yang diperoleh adalah 30 poin, skor 26 < dianggap wajar.
1. VISUOSPATIAL/EKSEKUTIF (I):
Administrasi: pemeriksa memerintahkan subjek: "Tariklah garis dimulai dari
nomor ke huruf secara berurutan seperti contoh. Mulailah di sini. [Menunjuk ke
(1)] dan menarik garis dari 1 maka ke A kemudian ke 2 dan seterusnya.
berakhir di sini [menunjuk ke (E)]. "
Skor: Berikan satu poin jika subjek berhasil menarik pola berikut: 1– A– 2 – B
- 3 – C - 4 – D - 5 – E, tanpa membuat garis yang memotong. Setiap
kesalahan yang tidak segera dikoreksi, akan dinilai dari 0.
2. VISUOSPATIAL/EKSEKUTIF (KUBUS):
Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut, (sambil menunjuk ke
kubus) : "Salinlah gambar ini semirip mungkin, pada bagian yang kosong di
bawah".
Skor : Salah satu titik yang dialokasikan untuk gambar dengan benar
dieksekusi.
• Gambar harus tiga-dimensi
• Semua garis yang ditarik
• Tidak ada baris yang ditambahkan ataupun di ulang.
• Hasil garis yang dibuat relatif paralel dengan panjang sama (prisma empat
persegi panjang yang diterima) titik A tidak ditetapkan jika salah satu-
kriteria tersebut di atas tidak terpenuhi.
3. VISUOSPATIAL/EKSEKUTIF (JAM):
Administrasi: Tunjukkan ruang/bagian ketiga (di sebelah kanan) dan berikan
instruksi berikut: "Gambarlah sebuah jam yang menunjukkan pukul 11.10
lengkap dengan angkanya. ".
Skor: Berikan satu poin untuk masing-masing dari tiga kriteria berikut:
Contour (1 poin):. Gambar jam yang harus berupa lingkaran ( kesalahan
kecil dapat dimaklumi, misalnya ketidaksempurnaan sedikit pada
penutupan lingkaran);
Angka (1 poin):. Semua nomor jam yang harus ada dan tanpa nomor
tambahan; angka harus berada dalam urutan yang benar dan sesuai
penempatannya; angka Romawi dapat diterima; nomor dapat ditempatkan
di luar lingkaran kontur ;
Tangan (1 poin):. Harus ada dua jarum jam yang menunjukkan waktu yang
tepat, jarum jam harus jelas lebih pendek dari sisi menit; dan pangkal harus
berpusat di tengah lingkaran.
Universitas Sumatera Utara
130
Point nilai tidak akan diberikan bila satupun dari ketiga kriteria diatas tidak
terpenuhi.
4. PENAMAAN:
Administrasi: Dimulai dari gambar di sebelah kiri, sambil menunjuk gambar
satu persatu sambil mengatakan ―Sebutkan, binatang apakah ini?‖
Skor : Satu poin untuk tiap gambar yang direspon benar (1) Unta; (2) Badak;
(3) Gajah.
5. MEMORI:
Administrasi: pemeriksa membaca daftar dari 5 kata yang tersedia secara
berurutan dengan jeda waktu satu detik dari kata satu ke berikutnya,
kemudian berikan instruksi sebagai berikut: "Ini adalah tes memori. Saya akan
membacakan daftar kata yang akan Anda harus ingat sekarang dan nanti.
Dengar baik-baik. Ketika saya selesai, ulangi kata-kata yang Anda ingat".
Cek kembali kata-kata yang di ulangi subjek (pasien). Apabila subjek
menunjukkan bahwa ia telah selesai atau tidak dapat mengingat kata-kata
lebih lanjut, bacalah daftar kata untuk kedua kalinya dengan instruksi berikut:
"Saya akan membacakan daftar yang sama untuk kedua kalinya. Cobalah
untuk mengingat dan mengatakan kembali kata-kata sebanyak yang Anda
bisa, termasuk kata-kata Anda mengatakan pertama kali‖
Beri tanda (√) pada kolom yang tersedia untuk setiap kata yang benar.
Pada akhir test kedua, informasikan kepada subjek bahwa ia akan diminta
untuk mengingat kata-kata lagi dengan mengatakan, "Saya akan meminta
Anda untuk mengingat kata-kata lagi pada akhir test."
Skor: Tidak ada poin diberikan untuk test pertama dan kedua.
6. ATENSI:
Forward Digit Span (Baca daftar angka):
Administrasi: Berikan instruksi berikut: "Saya akan mengatakan beberapa
angka dan ketika saya selesai, ulangi persis angka-angka tadi seperti yang
telah saya sebutkan". Baca urutan angka pertama dengan intonasi datar dan
jeda satu detik tiap angkanya. Backward Digit Span: Administrasi: Berikan
instruksi berikut: "Sekarang saya akan mengatakan beberapa angka lagi, tapi
ketika saya selesai, Anda harus mengulangi kepada saya dalam urutan
mundur/terbalik" Baca urutan angka kedua dengan intonasi datar dan jeda
satu detik tiap angkanya.
Skor: Berikan satu poin untuk setiap urutan yang benar. (contoh: jawaban
yang benar untuk urutan dari belakang adalah 2-4-7).
Daftar Huruf:
Administrasi: pemeriksa membaca daftar urutan huruf pada pada kecepatan
konstan, setelah memberikan instruksi berikut: "Saya akan membaca urutan
huruf. Setiap kali saya mengatakan huruf A, ketukkan tangan Anda sekali.
Jika saya mengatakan huruf yang berbeda, jangan buat ketukan ".
Skor: Berikan satu poin bila kesalahan terjadi maksimal satukali (error adalah
ketukan di huruf yang salah atau kegagalan untuk mengetuk pada huruf A).
7s Series (Pengurangan Angka 7):
Universitas Sumatera Utara
131
Administrasi : pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Sekarang, saya
akan meminta Anda untuk menghitung, pengurangan berurutan dengan angka
7, dimulai dari 100, dan kemudian terus dikurangi tujuh dari jawaban Anda
sampai saya memberitahu Anda untuk berhenti" Berikan pengulangan
instruksi ini dua kali jika perlu.
Skor: Sub test ini memiliki nilai maksimal 3 poin bila jawaban benar > 4;
Berikan 2 poin bila 2 atau 3 jawaban benar; nilai 1 poin untuk 1 jawaban
benar; dan 0 (nol) bila tidak satupun jawaban benar. Sebagai contoh, seorang
peserta dapat menjawab "92-85 - 78-71 - 64" mana "92" tidak benar, tapi
semua nomor berikutnya akan dikurangi dengan benar. Ini adalah salah satu
kesalahan dan item tersebut akan diberi skor 3.
7. PENGULANGAN KALIMAT:
Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Saya akan
membacakan kalimat. Ulangi persis seperti yang saya katakan itu [jeda]: Wati
membantu saya menyapu lantai hari ini" (Setelah respon) lanjutkan pada
kalimat ke dua, dengan instruksi: "Sekarang saya akan membacakan kalimat
lain. Ulangi setelah saya, persis seperti yang saya katakan itu [jeda]: Tikus
bersembunyi di bawah dipan ketika kucing datang."
Skor: Berikan 1 poin untuk setiap kalimat diulang dengan benar. Pengulangan
harus sama persis. Waspada untuk kesalahan karena kelalaian (misalnya,
dengan mengabaikan "ketika", "ini") dan substitusi / penambahan (misalnya,
"menyapu lantai pada hari ini;" menggantikan atau mengubah bentuk jamak,
dll )
8. VERBAL FLUENCY:
Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Sebutkan kata-kata
sebanyak mungkin ang dimulai dengan huruf tertentu yang saya akan
memberitahu Anda dalam sekejap. Anda dapat mengatakan apa saja kata
yang Anda inginkan, kecuali Kata benda (seperti nama orang atau hewan, dll),
angka, atau kata-kata yang dimulai dengan suara yang sama namun memiliki
akhiran yang berbeda. Aku akan memberitahu Anda untuk berhenti setelah
satu menit. Apakah Anda siap? [Jeda] Sekarang, sebutkan kata-kata
sebanyak yang yang dimulai dengan huruf F. [waktu selama 60] sec. Berhenti.
"
Skor: Berikan satu poin jika subjeknya menghasilkan 11 kata atau lebih dalam
60 detik.
9. ABSTRAKSI:
Administrasi: pemeriksa meminta subyek untuk menjelaskan apa kesamaan
yang dimiliki masing-masing pasangan kata yang akan disebutkan, dimulai
dengan contoh: "Katakan kepada saya apa kemiripan antara pisang dan
jeruk?". Jika jawaban subyek yang diberikan kurang tepat, ulangi instruksi
sebelumnya dengan mengatakan: "Berikan kemiripan lainnya". Jika subjek
tidak memberikan respon yang sesuai (buah), pemeriksa mengatakan, "Ya,
keduanya sama-sama buah" Jangan memberikan petunjuk tambahan atau
klarifikasi..
Universitas Sumatera Utara
132
Setelah percobaan atau contoh, berikan instruksi berikutnya: "Sekarang,
sebutkan kemiripan antara kereta api dan sepeda". Berikut respon,
selanjutnya untuk soal kedua, instruksikan: "Selanjutnya sebutkan kemiripan
antara jam tangan dengan penggaris". Pemeriksa dilarang memberikan
petunjuk tambahan atau kata kunci.
Skor: Hanya dua soal terakhir yang dinilai. Beri 1 poin untuk masing-masing
pasangan menjawab soal dengan benar.
Respon berikut dapat diterima:
Kereta-sepeda = sarana transportasi, sarana perjalanan;
Jam tangan-penggaris = alat ukur, digunakan untuk mengukur.
Respon berikut ini tidak dapat diterima:
Kereta-sepeda = mereka telah roda;
Jam tangan-watch = mereka memiliki nomor.
10. Ingatan tertunda (Delayed Recall):
Administrasi: pemeriksa memberikan instruksi berikut: "Saya akan
membacakan beberapa kata kepada Anda sebelumnya, tugas anda adalah
mengingat kata-kata yang telah saya sebutkan dan kemudian mengulanginya
kembali kata-kata tersebut‖. Buatlah tanda cek (√) untuk setiap kata-kata
yang dapat ingat dan disebutkan secara spontan tanpa isyarat.
Skor: Berikan 1 poin untuk setiap kata-kata yang berhasil diingat dan di
sebutkan dengan benar tanpa petunjuk ataupun kata kunci.
Optional:
Setelah percobaan sub test delayed recall, berikan motivasi pada subjek
dengan memberikan kata kunci (clue) sesuai dengan petunjuk yang
disediakan di bawah ini untuk tiap kata-kata yang sama sekali sulit
diingat oleh subjek. Berikan tanda (√) pada kolom, untuk tiap kata yang
dapat diingat dan disebutkan dengan benar setelah subjek diberikan
bantuan kata kunci. Bila dengan cara ini subjek tetap sulit mengingat
kata yang telah disebutkan, berikan bantuan terakhir dengan pilihan
jawaban menggunakan instruksi:, "Manakah di antara kata-kata berikut
yang termasuk jawaban kata tadi, HIDUNG, WAJAH, atau TANGAN?"
Gunakan kategori berikut dan / atau isyarat pilihan ganda untuk setiap
kata, bila sesuai:
WAJAH : bantuan kategori: bagian tubuh pilihan: hidung, wajah,
tangan
SUTERA : bantuan Kategori: jenis bahan pilihan: jeans, katun,
sutera
MASJID : bantuan kategori: jenis bangunan pilihan:
masjid, sekolah, rumah sakit
ANGGREK : bantuan kategori: jenis bunga pilihan: anggrek, aster,
tulip
MERAH : bantuan kategori: warna pilihan : merah, biru,
hijau
Universitas Sumatera Utara
133
Skor: Tidak ada poin untuk jawaban yang diberikan dengan bantuan.
Kata kunci ataupun bantuan digunakan untuk tujuan informasi klinis saja
dan dapat memberikan informasi tambahan pada pemeriksa tentang
jenis gangguan memori. Untuk memori deficit karena kegagalan proses
encoding, pemberian bantuan kata kunci tidak perpengaruh pada
performance.
11. Orientasi:
Administrasi: Pemeriksa memberikan instruksi "Katakan tanggal berapa
sekarang/hari ini". Jika subjek tidak memberikan jawaban yang lengkap, maka
segera lanjutkan instruksi: "Katakan pada saya (bulan, tahun, dan hari]"
Kemudian katakan: "Sekarang, ceritakan dimanakan kita sekarang(tempat,d
an kota).
Skor: Berikan satu poin untuk setiap item/soal yang dijawab dengan benar.
Subjek harus menyebutkan tanggal dan nama tempat dengan tepat (nama
rumah sakit, klinik, kantor). Poin/nilai tidak diberikan bila subjek salah dalam
menjawab soal.
TOTAL SKOR: Jumlahkan semua sub scores yang tercantum di sisi kanan.
Tambahkan satu poin bagi subjek yang memiliki latar belakang pendidikan formal
kurang dari 12 tahun. Skor maksimal yang dihasilkan adalah 30, untuk skor total
> 26 adalah normal (tidak ada gangguan)
Universitas Sumatera Utara
134
Lampiran 6
Universitas Sumatera Utara
135
Lampiran 7
Tabel Hasil Data Skor Moca-Ina pada Studi Pendahuluan:
Atensi KonsentrasiMemori
kerjaMEMORI ORIENTASI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
gamba
r jam
gambar
kubusTotal
Trial
making
B task
kefasih-
an
fonemi
k
2
abstra
k
Total
Penam
aan 3
hewan
mengul
ang 2
kalimat
Total
Deteksi 1
ketukan
(Kewasp
adaan)
Penguran
gan serial
7
(konsentr
asi)
Sebut
angka
dr dpd n
blkg
Delay
recall
Orientasi
waktu dan
tempat
MR 0-3 0-1 0-1 0-1 0-2 0-3 0-2 0-1 0-3 0-2 0-5 0-6 0-30
0 2 0 2 1 0 1 2 3 0 3 1 1 1 2 6 18
VI 2 0 2 1 0 1 2 3 1 4 1 1 2 2 6 20
0 0 1 0 0 1 0 0 2
0 2 1 3 1 0 1 2 3 2 5 0 3 2 3 6 24
VI 2 1 3 1 0 1 2 3 2 5 0 3 2 3 6 24
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 1 1 0 1 2 3 2 5 1 1 2 5 5 22
VI 1 1 2 1 0 1 2 3 2 5 1 1 2 5 6 24
1 0 0 0 0 0 0 1 2
0 3 1 4 0 0 1 1 3 0 3 1 2 2 4 6 23
VI 3 1 4 0 0 1 1 3 2 5 1 2 2 3 6 24
0 0 2 0 0 0 -1 0 1
0 3 1 4 1 0 1 2 3 2 5 1 1 2 2 5 22
VI 3 1 4 1 0 1 2 3 2 5 1 2 2 3 5 24
0 0 0 0 1 0 1 0 2
0 0 1 1 1 0 0 1 3 2 5 1 2 2 3 5 20
VI 1 1 2 1 1 0 2 3 2 5 1 2 2 3 6 23
1 1 0 0 0 0 0 1 3
0 2 1 3 0 1 1 2 3 1 4 0 0 1 2 5 17
VI 2 1 3 0 1 1 2 3 2 5 0 0 2 3 5 20
0 0 1 0 0 1 1 0 3
0 2 0 2 0 0 0 0 3 2 5 1 1 2 3 5 19
VI 3 0 3 0 0 1 1 3 2 5 1 1 2 3 5 21
1 1 0 0 0 0 0 0 2
0 3 1 4 0 0 1 1 3 1 4 1 3 2 5 5 25
VI 3 1 4 0 1 1 2 3 1 4 1 3 2 5 5 26
0 1 0 0 0 0 0 0 1
0 3 0 3 0 0 1 1 3 2 5 0 3 2 3 6 23
VI 3 0 3 0 0 1 1 3 2 5 0 3 2 3 6 23
0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 29421
10 21541
630511
731186
8 39193
31413
432156
533421
QUETIAPINE XR
N
O
D
O
M
A
I
N
M
i
n
g
g
u
k
e
Skor MoCA-INA
VISUOSPASIAL FUNGSI EKSEKUTIF BAHASA
TOTAL
SKOR
MoCA
128752
229248
3
Universitas Sumatera Utara
136
Atensi KonsenMemori
kerjaMEMORI ORIENTASI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
gam
bar
jam
gamb
ar
kubus
Total
Trial
maki
ng B
task
kefasi
h-an
fonem
ik
2
abstr
ak
Total
Pena
maan
3
hewa
n
meng
ulang
2
kalim
at
Total
Deteksi
1
ketukan
(Kewas
padaan
)
Pengura
ngan
serial 7
(konsent
rasi)
Sebut
angka
dr dpd
n blkg
-1
Orientasi
waktu
dan
tempat
MR 0-3 0-1 0-1 0-1 0-2 0-3 0-2 0-1 0-3 0-2 0-5 0-6 0-30
0 3 1 4 1 0 0 1 3 2 5 1 3 2 0 6 22
VI 3 1 4 1 0 1 2 3 2 5∆ 1 3 2 0 6 23
∆ 0 1 0 0 0 0 0 0 1
0 2 0 2 1 0 1 2 3 1 4 0 3 2 3 5 21
VI 2 0 2 1 0 1 2 3 2 5 0 3 2 3 5 22
∆ 0 0 1 0 0 0 0 0 1
0 2 0 2 0 0 1 1 3 1 4 0 2 2 2 4 17
VI 2 0 2 0 0 1 1 3 1 4 0 1 2 3 4 17
∆ 0 0 0 0 -1 0 1 0 0
0 3 1 4 1 1 1 3 3 2 5 1 3 2 2 5 25
VI 3 1 4 1 1 1 3 3 2 5 1 3 2 2 6 26
∆ 0 0 0 0 0 0 0 1 1
0 2 1 3 1 1 1 3 3 2 5 1 1 2 2 6 23
VI 2 1 3 1 1 1 3 3 2 5 1 2 2 2 6 24
∆ 0 0 0 0 1 0 0 0 1
0 2 0 2 0 1 1 2 3 2 5 1 2 2 2 5 21
VI 2 0 2 0 1 1 2 3 2 5 1 2 2 2 5 21
∆ 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 3 1 4 0 1 1 2 3 2 5 0 0 2 2 5 20
VI 3 1 4 0 1 1 2 3 2 5 0 0 2 2 5 20
∆ 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 3 0 3 0 1 1 2 3 2 5 1 3 2 1 6 23
VI 3 0 3 0 1 1 2 3 2 5 1 3 2 1 6 23
∆ 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 2 1 3 0 1 1 2 2 1 3 1 3 2 3 5 22
VI 2 1 3 0 1 1 2 2 1 3 1 3 2 3 5 22
∆ 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 2 0 2 0 0 1 1 3 2 5 0 1 2 0 6 17
VI 2 0 2 0 0 1 1 3 2 5 1 1 2 0 6 18
∆ 0 0 0 1 0 0 0 0 1
RISPERIDONE
N
O
D
O
M
A
I
N
M
i
n
g
u
k
e
Skor MoCA INA
VISUOSPASIAL FUNGSI EKSEKUTIF BAHASA
TOTAL
SKOR
MoCA
136746
232500
326329
427339
527311
624143
732188
8 34162
9 30927
10 21421
Universitas Sumatera Utara
137
Hasil SPSS
Quetiapine XR Statistics
Visuo-spasial
F. ekse-kutif
Baha-sa
Atensi Konsen-trasi
Memorikerja
Me-mori
Orien-tasi
Total skor
N Valid 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean .30 .30 .40 .10 .10 .20 .10 .20 1.60
Median .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 2.00
Mode 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Std. Deviation .483 .483 .699 .316 .316 .422 .568 .422 1.075
Variance .233 .233 .489 .100 .100 .178 .322 .178 1.156
Skewness 1.035 1.035 1.658 3.162 3.162 1.779 .091 1.779 -.322
Std. Error of Skewness .687 .687 .687 .687 .687 .687 .687 .687 .687
Kurtosis -1.224 -1.224 2.045 10.000 10.000 1.406 1.498 1.406 -.882
Std. Error of Kurtosis 1.334 1.334 1.334 1.334 1.334 1.334 1.334 1.334 1.334
Minimum 0 0 0 0 0 0 -1 0 0
Maximum 1 1 2 1 1 1 1 1 3
Risperidone
Statistics
Visuo-
spasial
Ekse-
kutif
bahasa atensi Konsen
-trasi
memori
kerja
memori Orien
-tasi
total
skor
N Valid 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean .00 .10 .10 .10 .00 .00 .10 .10 .50
Median .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .50
Mode 0 0 0 0 0 0 0 0 0a
Std. Deviation .000 .316 .316 .316 .471 .000 .316 .316 .527
Variance .000 .100 .100 .100 .222 .000 .100 .100 .278
Std. Error of
Skewness .687 .687 .687 .687 .687 .687 .687 .687 .687
Std. Error of Kurtosis 1.334 1.334 1.334 1.334 1.334 1.334 1.334 1.334 1.334
Minimum 0 0 0 0 -1 0 0 0 0
Maximum 0 1 1 1 1 0 1 1 1
Skewness 3.162 3.162 3.162 .000 3.162 3.162 .000
Kurtosis
10.000 10.000 10.000 4.500
10.000
10.00
0 -2.571
Universitas Sumatera Utara
138
PANSS
+
PANSS
-TOTAL
visuos
pasial
F.
Eksktf
Baha
sa
Atens
i
Konse
ntrasi
Memori
kerja
Mem
ori
Orient
asiTotal
PANSS
+
PANSS
-TOTAL
visuos
pasial
F.
Eksktf
Baha
sa
Atens
i
Konse
ntrasi
Memori
kerja
Mem
ori
Orient
asiTotal
PANSS
+
PANSS
-TOTAL
visuos
pasial
F.
Eksktf
Baha
sa
Atens
i
Konse
ntrasi
Memori
kerja
Mem
ori
Orient
asiTotal
1 28752 29 lk sma tdk tdk 2 9 risperidon 58/160 22.67 15 27 75 2 2 3 1 1 1 2 6 18 12 23 67 2 2 3 1 1 2 2 6 19 8 19 59 2 2 3 1 1 2 3 6 20
2 29248 26 lk sma tdk tdk 1 6 risperidon 59/165 22.67 13 23 71 3 2 5 0 3 2 3 6 24 11 20 61 3 2 5 0 3 2 3 6 24 7 14 51 3 2 5 1 3 2 3 6 25
3 31413 35 pr sma tdk tdk 2 8 risperidon 53/155 22.06 14 24 71 1 2 5 1 1 2 5 5 22 10 20 60 1 3 5 1 1 2 5 5 23 7 16 51 2 3 5 1 1 2 5 5 24
4 32156 21 pr smk tdk tdk 1 3 risperidon 55/157 22,31 14 25 72 4 1 3 1 2 2 4 6 23 11 21 59 4 1 4 1 2 2 5 6 24 9 16 51 4 1 4 1 2 2 5 6 25
5 33421 26 lk PT tdk tdk 1 5 risperidon 63/168 22.32 14 25 72 4 2 5 1 1 2 2 5 22 12 22 64 4 2 5 1 1 2 2 5 22 9 18 55 4 2 5 1 1 2 3 5 23
6 30511 32 lk PT tdk tdk 2 7 risperidon 62/162 23.62 15 27 75 2 1 5 1 1 2 1 5 18 11 24 63 2 1 5 1 1 2 2 5 19 8 19 56 3 1 5 1 1 2 2 5 20
7 31186 34 pr PT tdk tdk 3 4 risperidon 53/159 20.96 17 27 78 3 2 4 0 0 1 2 5 17 12 21 66 3 2 4 0 0 1 2 5 17 10 18 54 3 2 4 1 0 1 2 5 18
8 39193 23 lk sma tdk tdk 2 5 risperidon 62/167 22.23 15 27 75 2 0 5 1 1 2 3 5 19 12 25 63 2 0 5 1 1 2 3 5 19 9 21 55 2 0 5 1 1 2 4 5 20
9 29421 26 lk sma tdk tdk 1 2 risperidon 60/165 22.04 13 21 69 4 1 4 1 3 2 5 5 25 11 16 55 4 1 4 1 3 2 5 5 25 9 13 49 4 2 4 1 3 2 5 5 26
10 21541 33 lk sma tdk tdk 2 9 risperidon 63/165 23.14 13 23 70 3 1 5 0 3 2 3 6 23 11 19 58 3 1 5 0 3 2 4 6 24 9 17 48 3 1 5 1 3 2 4 6 25
11 33123 27 lk smp tdk tdk 1 7 risperidon 62/162 23.62 14 24 71 2 2 5 1 1 2 2 6 21 10 21 59 2 2 5 1 1 2 3 6 22 8 19 50 3 2 5 1 2 2 3 6 24
12 31354 25 pr PT tdk tdk 1 2 risperidon 58/162 22.1 14 24 71 2 3 5 0 2 2 2 6 22 11 20 57 2 3 5 0 2 2 3 6 23 8 17 48 2 3 5 1 2 2 3 6 24
13 30126 25 pr sma tdk tdk 2 5 risperidon 63/159 24.91 14 25 72 4 1 4 1 1 2 1 6 20 11 19 62 4 1 5 1 1 2 2 5 21 9 17 54 4 1 5 1 1 2 2 6 22
14 35042 23 lk sma tdk tdk 1 2 risperidon 65/167 23.31 13 27 75 3 3 5 1 2 2 1 6 23 11 20 63 4 3 5 1 2 2 2 6 25 9 18 54 4 3 5 1 2 2 3 6 26
15 29421 26 lk sma tdk tdk 1 3 risperidon 60/165 22.04 14 24 74 2 2 5 0 2 2 2 5 20 13 19 65 2 2 5 0 2 2 2 5 20 10 14 55 2 2 5 1 2 2 2 5 21
16 27005 37 lk sma tdk tdk 2 9 risperidon 63/165 23.14 15 26 76 4 1 4 0 0 2 2 6 19 12 21 66 4 1 4 0 0 2 3 6 20 10 18 58 4 1 4 1 0 2 3 6 21
Skor MoCA INA VI PANSS XII Skor MoCA INA XIIPANSS VI
Quetiapine XR
BB/TB (Kg/cm)
BMI
PANSS 0
NO MRUSIA
(Thn)
Gender
(LK/PR)PNDDKN PEKERJAAN
STATUS
Pernikah
an
Rwyt
hospi
talisa
si
LAMA
SAKIT
(Thn)
RWYT AP
Skor MoCA INA 0
DATA DEMOGRAFIK STUDI
Universitas Sumatera Utara
139
PANSS
+
PANSS
-TOTAL
visuos
pasial
F.
Eksktf
Baha
sa
Atens
i
Konse
ntrasi
Memori
kerja
Mem
ori
Orient
asiTotal
PANSS
+
PANSS
-TOTAL
visuos
pasial
F.
Eksktf
Baha
sa
Atens
i
Konse
ntrasi
Memori
kerja
Mem
ori
Orient
asiTotal
PANSS
+
PANSS
-TOTAL
visuos
pasial
F.
Eksktf
Baha
sa
Atens
i
Konse
ntrasi
Memori
kerja
Mem
ori
Orient
asiTotal
1 26746 23 lk sma tdk tdk 1 2 risperidon 56/165 20.56 13 23 71 4 1 5 1 3 2 0 6 22 10 21 62 4 1 5 1 3 2 1 6 23 8 17 54 4 2 5 1 3 2 1 6 24
2 32510 29 lk sma tdk tdk 1 6 risperidon 52/162 19.81 13 24 71 2 2 4 0 3 2 3 5 21 10 21 60 2 2 4 0 3 2 3 5 21 8 18 52 2 2 4 1 3 2 3 5 22
3 36329 32 pr sma tdk tdk 2 3 risperidon 60/168 21.25 14 28 79 2 1 4 0 2 2 2 4 17 11 24 69 2 1 4 0 2 2 2 4 17 9 21 59 2 2 4 0 2 2 2 4 18
4 21339 28 lk PT tdk tdk 1 7 risperidon 57/164 21.19 13 22 70 4 3 5 1 3 2 2 5 25 10 19 59 4 3 5 1 3 2 2 5 25 7 17 51 4 3 5 1 3 2 2 6 26
5 27311 25 lk PT tdk tdk 1 8 risperidon 60/165 22.03 15 25 75 3 3 5 1 1 2 2 6 23 11 21 63 3 3 5 1 1 2 2 6 23 8 16 53 4 3 5 1 2 2 2 6 25
6 24143 38 lk smp tdk tdk 1 9 risperidon 62/162 23.62 14 24 78 2 2 5 1 2 2 2 5 21 12 21 63 2 2 5 1 2 2 2 5 21 10 20 54 3 2 5 1 2 2 2 6 22
7 32188 31 pr PT tdk tdk 1 4 risperidon 58/162 22.1 15 26 75 4 2 5 0 0 2 2 5 20 12 23 65 4 2 5 0 0 2 2 5 20 9 20 58 4 2 5 0 1 2 2 5 21
8 34162 24 lk smp tdk tdk 2 2 risperidon 63/165 23.14 13 21 69 3 2 5 1 3 2 1 6 23 10 16 59 3 2 5 1 3 2 2 6 24 7 15 50 4 2 5 1 3 2 2 6 25
9 30927 25 pr sma tdk tdk 2 5 risperidon 63/159 24.91 13 23 70 3 2 3 1 2 2 3 6 22 11 19 59 3 2 3 1 2 2 3 6 22 9 16 52 3 2 4 1 2 2 3 6 23
10 31422 32 pr smp tdk tdk 3 8 risperidon 60/157 24.34 17 29 77 2 1 5 0 1 1 1 6 17 13 25 65 2 1 5 0 1 1 1 6 17 10 21 59 2 1 5 0 1 1 2 6 18
11 31256 21 lk smk tdk tdk 1 3 risperidon 55/159 21.75 17 28 74 3 3 5 1 1 1 2 5 21 13 27 62 3 3 5 1 1 1 2 6 22 9 24 51 3 3 5 1 2 1 2 6 23
12 23401 26 lk PT tdk tdk 2 5 risperidon 63/168 22.32 14 25 75 2 1 5 0 2 2 0 6 18 11 22 62 2 1 5 0 2 2 0 5 18 8 17 56 3 1 5 0 2 2 0 6 19
13 30522 32 lk PT tdk tdk 1 7 risperidon 62/162 23.62 13 22 75 3 2 4 1 3 2 5 5 25 10 20 62 3 2 4 1 3 2 5 5 25 8 19 54 3 2 5 1 3 2 5 5 26
14 31746 23 lk sma tdk tdk 1 2 risperidon 56/165 20.56 14 24 74 3 2 4 1 1 2 4 5 22 10 21 65 3 2 4 1 1 2 4 6 23 8 14 57 3 2 5 1 1 2 4 6 24
15 37119 29 lk sma tdk tdk 3 8 risperidon 52/162 19.81 15 26 76 3 1 4 1 1 1 2 6 19 12 20 66 3 1 4 1 1 1 2 6 19 10 19 59 3 1 5 1 1 1 2 6 20
16 24129 32 pr sma tdk tdk 1 3 risperidon 60/168 21.25 15 26 72 3 2 4 0 0 2 4 5 20 11 24 62 3 2 5 0 0 2 4 5 21 9 18 52 3 2 5 0 0 2 4 5 21
PANSS VI Skor MoCA INA VI PANSS XII Skor MoCA INA XII
Risperidone
BB/TB (Kg/cm)
BMI
PANSS 0 Skor MoCA INA 0
PEKERJAAN
STATUS
Pernikah
an
Rwyt
hospi
talisa
si
LAMA
SAKIT
(Thn)
RWYT AP NO MRUSIA
(Thn)
Gender
(LK/PR)PNDDKN
DATA DEMOGRAFIK STUDI
Universitas Sumatera Utara
140
Universitas Sumatera Utara
141
Universitas Sumatera Utara