Perbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia(>50 tahun) Ditinjau...

37
Perbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia(>50 tahun) Ditinjau dari Perbedaan Intensitas Aktivitas Fisik Harian Tugas Akhir Disusun Oleh : Yosta Doni Adhitya 482013001 PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018

Transcript of Perbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia(>50 tahun) Ditinjau...

Perbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia(>50 tahun)

Ditinjau dari Perbedaan Intensitas Aktivitas Fisik Harian

Tugas Akhir

Disusun Oleh :

Yosta Doni Adhitya

482013001

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

KESEHATANUNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

Perbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia(>50 tahun)

Ditinjau dari Perbedaan Intensitas Aktivitas Fisik Harian

Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan

Rekreasi

Disusun Oleh :

Yosta Doni Adhitya

482013001

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

KESEHATANUNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

i

ii

iii

iv

v

vi

KATA PENGANTAR

Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena

anugrah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Perbedaan Fungsi Kognitif pada

Lansia (>50 tahun) Ditinjau dari Perbedaan Intensitas Aktivitas Fisik Harian”.

Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk

menyelesaikan Pendidikan Jasmani Kesehan dan Rekreasi dan memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini banyak tantangan yang

penulis alami namun berkat dukungan dari berbagai pihak maka penulis dapat

menyelesaikan pembuatan tugas akhir ini dengan baik.

Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terimakasih

kepada semua pihak terkait yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan

tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini terdapat banyak

kekurangan namun kiranya semoga dapat bermanfaat bagi semua pembaca sekalian.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan Tuhan memberkati kita.

Salatigaa, 21 Mei 2018

Penulis,

(Yosta Doni Adhitya)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT.................................................... i

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN AKSES............................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH .............................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... viii

ABSTRAK .............................................................................................................. ix

Pendahuluan ............................................................................................................ 1

Latar Belakang ............................................................................................... 1

Tujuan ............................................................................................................ 4

Metode..................................................................................................................... 5

Jenis Penelitian .............................................................................................. 5

Partisipan ....................................................................................................... 5

Teknik Pengambilan Data.............................................................................. 5

Analisa Data................................................................................................... 7

Hasil Dan Pembahasan ............................................................................................ 8

Penutup .................................................................................................................... 14

Kesimpulan .................................................................................................... 14

Saran .............................................................................................................. 14

Ucapan Terimakasih................................................................................................ 14

Daftar Pustaka ......................................................................................................... 15

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA LITBANG ...................................... 18

Lampiran 2. Informed Consent ............................................................................... 19

Lampiran 3. Information For Consent .................................................................... 20

Lampiran 4. Kuisioner Global Physical Activity Questionnaire ............................ 22

Lampiran 5. Kuisioner Mini Mental State Exam .................................................... 25

ix

Perbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia(>50 tahun)

Ditinjau dari Perbedaan Intensitas Aktivitas Fisik Harian

Kukuh Pambuka Putra1*, Sanfia Tesabela Messakh1,Yosta Doni Adhitya2

1Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana 2Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana

Jalan Kartini 11A Salatiga 50711, Jawa Tengah, Indonesia

*Email : [email protected]

Abstrak

Dalam dunia kerja, umumnya usia pensiun adalah 50-60 tahun. Penetapan usia pensiun terkait dengan

amsumsi bahwa seiring bertambahnya usia maka seseorang akan mengalami degenerasi sel otak yang

berpotensi mengakibatkan penurunan fungsi kognitif. Penurunan fungsi kognitif dapat menyebabkan

berkurangnya kemampuan konsentrasi, ketelitian,kecepatan berfikir, daya tahan otak dan memori

yang secara langsung mempengaruhi kualitas kerja dan produktivitas seseorang. Kebiasaan aktivitas

fisik dengan intensitas tinggi dipercaya dapat membantu mengurangi laju penurunan fungsi kognitif

pada lansia, sehingga memberi kesempatan untuk memperpanjang masa produktif. Penelitian ini

bertujuan untuk mempelajari perbedaan fungsi fungsi kognitif pada lansia yang aktif secara fisik dan

lansia yang kurang aktif secara fisik, serta mempelajari hubungan antara tingkat aktivitas fisik harian

dengan fungsi kognitif lansia. Penelitian ini merupakan studi analitik observatif yang melibatkan

lansia (>50 tahun) sebanyak 90 orang dan dikelompokan menjadi 2 kelompok berdasarkan intensitas

aktivitas fisik harian. Instrumen pengukuran tingkat aktivitas fisik adalah GPAQ sedangkan instrumen

pengukuran fungsi kognitif adalah MMSE. Data yang diperoleh kemudian di analisis menggunakan uji

t independen dan uji korelasi. Hasil uji t independen menunjukan perbedaan signifikan (p<0,05)

fungsi kognitif pada kelompok aktivitas fisik tinggi (KT) dengan kelompok aktivitas fisik rendah

(KR). Uji korelasi menunjukan adanya hubungan yang kuat (p<0,05) antara intensitas aktivitas fisik

harian dengan fungsi kognitif lansia.

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kognitif, Lansia

The Differences in Cognitif Function in The Elderley (>50 years) Judging from

the Differences in Intensity of Physical Activity Daily

Abstract

In the world of work, generally the retirement age is 50-60 years. Determination of retirement age is

related to the assumption that as people get older, a person will experience brain cell degeneration

that could potentially lead to decreased cognitive function. Decreased cognitive function can lead to

decreased ability of concentration, accuracy, speed of thinking, brainpower and memory that directly

affect the quality of work and productivity. Daily physical activity habits are believed to help reduce

the rate of decline in cognitive function in the elderly, thus providing an opportunity to prolong the

productive period. This study aims to find out differences of cognitive function in physically active

elder and less physically active elder, and to study the relationship between the level of daily physical

activity and cognitive function of the elderly. This studyis an observational analytical study involving

elderly (> 50 years) as many as 90 people and grouped into 2 groups based on the intensity of daily

physical activity. The physical activity level measurement instrument is GPAQ while the cognitive

function measurement instrument is MMSE. The data obtained were then analyzed using independent

t test and correlation test. Independent t-test result showed significant differences ( p<0.01) of

cognitive function in high physical activity group (KT) with low physical activity group (KR). The

correlation test showed a strong correlation (p <0.01)betwen the intensity of daily physical activity

and cognitive function of the elderly.

Keywords: Physical Activity, Cognitive, Elderly

1

PENDAHULUAN

Jumlah penduduk lansia di Asia Tenggara saat ini diperkirakan mencapai 142

juta jiwa dan jumlahnya akan terus meningkat 3 kali lipat di tahun 2050 (1).

Berdasarkan sensus penduduk di Indonesia jumlah lansia usia 60 tahun keatas pada

tahun 2000 berjumlah 17,8 juta jiwa atau sebesar 8% dari jumlah penduduk. Pada

tahun 2006 jumlahnya terus meningkat sebesar 19 juta jiwa atau 8,4%. Pada tahun

2010 jumlahnya terus meningkat mencapai angka 24 juta jiwa atau sebesar (9,7%)

dari jumlah penduduk tahun tersebut. Di tahun 2020 peningkatan jumlah lansia terus

bertambah dan diperkirakan akan mencapai 27,08 juta jiwa atau sebesar (11,4%) dari

total penduduk yang ada, dengan usia rata-rata harapan hidup (71,1 tahun) (2). Total

penduduk lansia di Indonesia yang tinggal diperkotaan pada tahun 2010 berjumlah

12,4 juta jiwa (9,58%) sedangkan lansia yang tinggal di desa berjumlah 15,7 juta

jiwa (9,97%) (3).

Masa dewasa akhir berkisar antara usia 50-60 tahun dan lansia di mulai setelah

pensiun, biasanya antara usia 60 tahun ke atas (4). Peningkatan jumlah lansia

dipengaruhi oleh semakin majunya pelayanan kesehatan, menurunnya kematian bayi

dan perbaikan gizi. Peningkatan jumlah lansia yang ada tidak lepas dari

permasalahan, permasalahan yang ada pada lansia salah satunya adalah proses menua

atau penuaan. Penuaan adalah proses alami yang terjadi pada setiap manusia dan

dapat mempengaruhi aspek fisik, sosial maupun mental seseorang. Proses menua

pada setiap orang mengandung konsekuensi pada penurunan kemampuan kognitif.

Seiring bertambahnya usia seseorang, sering kali didapati kemampuan kognitif dan

motorik mengalami penurunan (5). Penurunan fisik akan terganggu dan secara

langsung mempengaruhi kinerja dalam pekerjaan, namun ada beberapa Perusahaan

atau Instansi masih memperkerjakan pegawai yang telah lebih dari usia pensiun.

Masalah umum yang sering dialami pada saat menua adalah menurunnya

kualitas kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang dialami di kalangan lansia

adalah degenerasi sel saraf pusat yang mengakibatkan menurunnya fungsi kognitif.

Fungsi kognitif merupakan kemampuan seseorang dalam hal seperti mengolah dan

mengelola pikiran, belajar hal-hal baru atau pengalaman baru, kemampuan dalam

menilai, merencanakan sesuatu, melakukan pertimbangan, pemecahan masalah,

menyimpan ingatan atau memori. Penurunan fungsi kognitif dapat menyebabkan

2

berkurangnya kemampuan konsentrasi, ketelitian, kewaspadaaan dan menurunnya

kemampuan untuk mengingat (6).

Pemahaman tentang menurunnya fungsi kognitif penting dilakukan,

pemahaman ini penting untuk mengetahui dan mengidentifikasi lansia yang berisiko

mengalami gangguan kognitif. Pada umumnya penurunan fungsi kognitif

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti gaya hidup yang kurang sehat, kebanyakan

merokok, minuman berakohol, depresi, kurangnya dukungan sosial, fisik yang

memburuk dan kurangnya seseorang dalam beraktivitas fisik (7).

Dampak menurunnya fungsi psikomotorik karena proses menua seperti

gerakan, tindakan dan koordinasi dapat menurunkan kemampuan seseorang dalam

merespon stimulus sehingga menjadikan lansia kurang cekatan (8). Proses menua

mengakibatkan kemunduran beberapa aspek kognitif seperti mundurnya kemampuan

untuk mengingat, terutama memori kerja (working memory) yang berperan dalam

aktivitas sehari-hari, hal ini menjelaskan sebagian lansia cenderung menjadi sulit

untuk mengingat sesuatu atau mudah lupa (9). Penurunan aspek fungsi kognitif dan

motorik yang sering dijadikan alasan untuk mengurangi beban kerja pada pekerja

yang telah menginjak usia pensiun (50-60 tahun), karena kemunduran kemampuan

kognitif kelompok usia lansia di lingkungan pekerjaan dianggap menurunkan

produktivitas kerja sebuah Perusahaan atau Instansi dan dapat berujung pada

penurunan pendapatan bahkan kerugian Perusahaan. Penurunan fungsi kognitif dapat

mempengaruhi kualitas kerja dan produktivitas seseorang. Jika seseorang

mempunyai kualitas kerja yang baik pada usia lanjut, maka orang atau individu

tersebut berpeluang untuk dapat memperpanjang masa kerja, karena sebuah

Perusahaan atau Instansi akan mempertimbangkan kinerja dan produktivitas

seseorang meskipun sudah mencapai masa pensiunnya.

Dampak lain yang dialami lansia karena menurunya fungsi kognitif

menyebabkan lansia kurang berperan penting dalam interaksi sosial, di keluarga

maupun di masyarakat. Hal tersebut dikarenakan lansia menjadi pribadi yang

cenderung menyendiri, egois dan berpegang pada pendiriannya atau tidak mudah

mendengarkan saran dari orang lain. Mengakibatkan lansia merasa asing dalam dunia

sosial, lansia beranggapan bahwa tidak di butuhkan lagi dalam kehidupan sosial.

Dampak dari menurunnya kemampuan lansia karena proses menua berakibat pada

menurunya interaksi sosial, peran lansia dalam sosial atau bermasyarakat sudah

3

tergantikan oleh generasi yang lebih muda. Keadaan seperti ini akan terus dialami

seseorang ketika menginjak masa tua atau lansia dan tidak dapat di hindari (10).

Penanganan masalah penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia sebaiknya

dimulai dengan pencegahan atau upaya mempertahankan fungsi kognitif di kalangan

usia lanjut. Salah satu aspek yang dianggap mampu mencegah penurunan

kemampuan kognitif manusia adalah kebiasaan aktivitas fisik atau olahraga. Gerakan

yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem tubuh yang lain merupakan aktivitas fisik

(11).

Aktivitas fisik merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan

anggota tubuh. Umumnya kegiatan aktivitas fisik identik dengan kegiatan olahraga.

Tentunya kegiatan tersebut akan menggunakan energi hingga membakar kalori.

Aktivitas seseorang berupa aktivitas gerak yang dilakukan secara rutin ketika

bekerja, juga merupakan sebuah kegiatan yang melibatkan anggota tubuh, dengan

demikian bekerja juga termasuk kedalam aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah

rangkaian gerakan otot yang menghasilkan energi dari pembakaran kalori. Aktivitas

fisik sebaiknya dilakukan setiap hari agar tubuh tetap sehat dan terjaga staminanya.

Aktivitas fisik yang dilakukan seseorang berguna untuk menjalankan berbagai

kegiatan sehari-hari secara maksimal. Lain halnya jika seseorang jarang melakukan

aktivitas fisik , hal tersebut justru akan menurunkan stamina tubuh dan rentan terkena

risiko penyakit. Aktivitas fisik merupakan aktivitas yang dilakukan tubuh yang

menggunakan energi, contohnya seperti berjalan, melakukan pekerjaan rumah seperti

mencuci dan menyapu, bersepeda maupun melakukan senam. Aktivitas fisik yang

dilakukan secara teratur, terstruktur, setiap gerakan yang dilakukan mengalami

pengulangan, gerakannya dibatasi waktu dan bisa meningkatkan kebugaran yaitu

olahraga. Seiring bertambahnya usia atau umur kemampuan fisik akan menurun,

dengan beraktivitas fisik mampu menghambat dan memperlambat fungsi tubuh yang

menurun (12).

Olahraga yang dilakukan secara benar dapat memperlambat proses penurunan

fungsi kognitif, karena dengan olahraga mampu meningkatkan memori atau daya

ingat serta konsentrasi (13). Efek peningkatan memori dan peningkatan kebugaran

kardiovaskular dari berolahraga, dapat meningkatkan kemampuan untuk mengingat

dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Selain meningkatkan kemampuan

memori, latihan fisik juga dapat meningkatkan kosentrasi, sehingga lebih fokus

4

dalam mengerjakan sesuatu. Latihan aerobik ringan selama 20 menit didapatkan hasil

yang baik untuk tubuh, seperti menigkatnya kosentrasi dan lebih fokus.

Tetap sehat secara fisik ternyata dapat membantu otak tetap sehat pula hingga

di usia lanjut. Latihan selama 30 – 45 menit dengan berjalan cepat, tiga kali

seminggu, dapat membantu menangkal timbulnya gangguan kognitif. Tidak hanya

itu, latihan untuk meningkatkan keseimbangan, koordinasi dan kelincahan memberi

dampak positif yang besar pada struktur otak dan fungsi kognitif di kalangan usia

lanjut. Dua kali seminggu melakukan latihan angkat besi memberikan dampak yang

baik untuk otot. Menari satu jam dalam seminggu, selama enam bulan, meningkatkan

stimulasi fisik dan sosial serta kognitif juga dapat mencegah penuaan otak,

menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang lebih besar mempengaruhi gangguan

kognitif yang lebih rendah di kemudian hari (14).

Oleh karena itu, penelitian ini ingin mempelajari pengaruh dan korelasi

intensitas aktivitas fisik terhadap kemampuan kognitif pada lansia usia 50 tahun ke

atas. Diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi solusi dalam upaya

mempertahankan kemampuan kognitif pada lansia dalam rangka mempertahankan

produktivitas kerja sehingga lansia memiliki peluang memperoleh masa kerja yang

lebih panjang dalam dunia kerja, dan juga lansia dapat hidup sehat dengan olahraga

atau beraktivitas fisik.

5

METODE

Penelitian ini merupakan studi analitik observatif. Penelitian ini bertujuan

untuk mempelajari perbedaan fungsi kognitif pada lansia yang aktif secara fisik dan

lansia yang kurang aktif secara fisik, serta mempelajari hubungan antara tingkat

aktivitas fisik harian dengan fungsi kognitif lansia. Penelitian dilaksanakan selama 1

bulan dimulai tanggal 06 November 2017 sampai tanggal 05 Desember

2017.Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Dukuh Purbo, Desa Jolotigo,

Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan.Responden dalam penelitian ini adalah

individu lansia berjenis kelamin laki-laki yang berusia 50 tahun keatas sebanyak 90

orang.

Kriteria inklusi yang digunakan adalah sehat, dapat kerkomunikasi dengan

baik, berjenis kelamin laki-laki, berusia 50 tahun keatas, dan bersedia untuk menjadi

responden penelitian, dinyatakan dengan mengisi informed consent. Kriteria eksklusi

yang ditetapkan adalah hal-hal lain diluar kriteria inklusi.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah intensitas aktivitas fisik

harian, sedangkan untuk variabel dependennya adalah tingkat kemampuan kognitif

lansia.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas fisik adalah

instrumen Global Physical Activity Questionare (GPAQ) sedangkan instrumen yang

digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif menggunakan tes Mini Mental State

Example (MMSE) (15)(16).

Teknik pengambilan data responden dengan metode door to door atau peneliti

mendatangi langsung tempat tinggal setiap responden. Setiap responden hanya

diukur satu kali dengan metode wawancara. Sebelum mengisi kuisioner, responden

diminta kesediaan dan mengisi informed consent.

Dalam penelitian ini, responden akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

kelompok dengan intensitas aktivitas fisik rendah (KR) dan kelompok dengan

intensitas aktivitas fisik tinggi (KT).

Pembagian kelompok tersebut berdasarkan data intensitas aktivitas fisik yang

diperoleh dari instrumen GPAQ dengan teknik wawancara. Data GPAQ yang didapat

hanya digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas fisik lansia.

GPAQ merupakan sebuah kuisioner yang dikembangkan oleh WHO (World

Health Organization) untuk pengawasan aktivitas fisik diberbagai Negara di Dunia.

6

Instrumen GPAQ menghasilkan informasi tentang tingkat aktivitas fisik seseorang

dalam kehidupan sehari-hari, yang terdiri dari 16 pertanyaan. Meliputi kegiatan di

tempat kerja, perjalanan dan aktivitas rekreasi. Data GPAQ memiliki hasil akhir

dengan satuan MET/minggu. Kategori intensitas aktivitas fisik tinggi adalah jika

hasil menunjukkan >3000 MET/minggu, kategori intensitas aktivitas fisik sedang

adalah jika hasil menunjukkan 600-3000 MET/minggu, dan kategori intensitas

aktivitas fisik rendah adalah jika hasil menunjukkan <600 MET/minggu (17).

Data fungsi kognitif diperoleh dengan menggunakan instrumen Mini Mental

Stateexample (MMSE). MMSE merupakan formulir baku yang terstruktur dari 11

pertanyaan dengan skor 1 untuk setiap pertanyaannya. MMSE bermanfaat dalam

memperkirakan tingkat keparahan dan perkembangan kognitif. Tes MMSE

digunakan untuk mengukur dan mengetahui tingkat kemampuan kognitif seseorang /

individu, mengetahui penyakit- penyakit yang yang dialami seseorang ketika fungsi

kognitifnya menurun. MMSE dilakukan untuk menilai bagaimana Orientasi waktu

dan tempat, pengujian memori jangka pendek dan jangka panjang, berhitung,

kemampuan bahasa, dan kemampuan konstruksional. MMSE sering digunakan untuk

menilai penurunan status mental pada lansia seiring bertambahnya umur.

Dalam instrumen MMSE terdiri dari dua bagian pertanyaan, pada bagian

pertama hanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengkaji orientasi tentang waktu,

konsentrasi, perhatian dan ingatan. Untuk bagian kedua pertanyaan-pertanyaan yang

ada untuk mengetahui kemampuan untuk menulis sebuah kalimat secara spontan,

menyebutkan nama benda /objek yang diberikan, mengikuti perintah yang diberikan,

serta menggambar ulang pola desain yang kompleks. Nilai setiap poin pertanyaan /

perintah memiliki skor 1 tiap jawaban yang benar, untuk jawaban salah skor 0. Nilai

total skor dalam tes MMSE adalah 30. MMSE terdiri dari :

Orientasi, pada bagian orientasi terdiri dari pertanyaan tentang tempat dan

waktu, masing- masing memiliki 5 pertanyaan. Skor total 10.

Registrasi, pada bagian registrasi terdiri dari pertanyaan tentang 3 benda yang

telah disiapkan, dengan meyebutkan 3 benda tersebut 1 detik untuk masing-masing

benda, tetap mengulangi sampai responden bisa. Poin 1 untuk setiap benda yang

benar, skor total 3.

Atensi dan kalkulasi, pada bagian ini terdiri dari pertanyaan tentang

kemampuan berhitung ( menghitung pengurangan dari angka 100 dikurangi 7) nilai 1

untuk setiap jawaban yang benar dan hentikan pertanyaan ketika sudah menjawab 5

7

jawaban. Untuk seseorang yang tidak bisa berhitung, bisa menggunakan kata yang

terdiri dari 5 huruf dan mengeja setiap kata dari belakang. Skor total 5.

Mengingat, pada bagian mengingat terdiri dari pertanyaan tentang kemampuan

untuk mengingat, dengan menyebutkan kembali 3 nama benda yang telah di

sebutkan dalam poin registrasi, skor 1 untuk tiap jawaban yang benar.

Bahasa, terdiri dari pertanyaan tentang respons seseorang dengan menyebutkan

2 nama benda yang telah disiapkan, mengulang rangkai kata, melakukan perintah,

membaca dan melakukan perintah, menulis sebuah kalimat dan meniru gambar/

menggambar ulang pola yang ada. Skor total 9.

Hasil skor dalam tes MMSE adalah, untuk kognitif normal (skor 24-30), untuk

kemungkinan (probable) gangguan kognitif (skor 17-23) dan untuk pasti (definite)

gangguan kognitif (skor <16) (18).

Hasil tes MMSE dari dua kelompok selanjutnya dilakukan uji normalitas untuk

mengetahui normalitas distribusi data. Data kemudian akan diolah secara statistik

menggunakan uji t independen untuk mengetahui perbedaan hasil tes MMSE antar

kedua kelompok (KR & KT) dan uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan

antara aktivitas fisik lansia dengan hasil tes fungsi kognitif (19).

Uji normalitas

Uji normalitas digunakan sebagai uji normal tidaknya sebuah data. Uji yang

digunakan adalah uji kolmogrov smirnov.

Uji t independen

T test adalah uji komparatif atau uji beda yang digunakan untuk mengetahui

perbedaan antar ke dua kelompok bebas. Uji ini digunakan untuk mengetahui

perbedaan antara hasil tes MMSE antar kedua kelompok (KR & KT).

Uji korelasi

Uji ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara intensitas aktivitas fisik

harian dengan fungsi kognitif, fungsi kognitif didapat dari tes MMSE responden.

8

Hasil

Tabel 1. Data Deskriptif

Kategori

Aktivitas

Fisik

Kategori MMSE Total Definite Gangguan

Kognitif

Probable Gangguan

Kognitif

Normal

N % n % N % N %

Tinggi 0 0 5 5,55 40 44,44 45 50

Rendah 13 14,44 28 31,11 4 4,44 45 50

Total 13 14,44 33 36,66 44 48,88 90 100

Berdasarkan tabel 1 didapati lansia dengan aktivitas fisik tinggi (KT)

berjumlah 45 orang (50%) dan lansia dengan aktivitas fisik rendah (KR) berjumlah

45 orang (50%). Data menunjukan bahwa kelompok lansia dengan aktivitas fisik

tinggi (KT) yang mengalami kemungkinan (probable) gangguan kognitif berjumlah

5 orang (5,55%) dan sisanya sebanyak 40 orang (44,44%) termasuk dalam kategori

kognitif normal.

Data lansia dengan kategori aktivitas fisik rendah (KR) mengalami gangguan

kognitifsecara pasti (definite) sebanyak 13 orang (14,44 %), mengalami

kemungkinan (probable) gangguan kognitif sebanyak 28 orang (31,11%) dan

kategori kognitif normal berjumlah 4 orang (4,44%). Dari data tersebut menunjukan

bahwa lansia dengan aktivitas fisik tinggi cenderung memiliki tinggkat kognitif

normal, sedangkan lansia dengan aktivitas fisik rendah didapati mengalami gangguan

kognitif dan kemungkinan gangguan kognitif.

Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov diperoleh p=0,133 (>0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal sehingga dapat dilanjutkan

uji t independen dan uji korelasi.

Tabel 2. Hasil uji t independen

Berdasarkan hasil uji t independen diketahui terdapat perbedaan signifikan

(p<0,05) antara nilai MMSE kelompok lansia dengan kategori aktivitas fisik tinggi

T-test for Equality of Means

T

df

Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% confidence

interval of

theDifference

Lower Upper

Nilai

MMSE

10,359

10,359

88

61,722

0,000

0,000

6,289

6,289

0,607

0,607

5,082

5,075

7,495

7,503

9

(KT) dan kelompok lansia dengan kategori aktivitas fisik rendah (KR). Dapat

diasumsikan bahwa perbedaan signifikan dari fungsi kognitif kedua kelompok

dipengaruhi oleh perbedaan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari.

Tabel 3. Uji korelasi

Skor mmse Tingkat aktivitas fisik

Skor mmse Pearson Correlation

1 ,727**

Sig.(2-tailed) ,000

N 90 90

Tingkat aktivitas fisik Pearson Correlation

,727** 1

Sig.(2-tailed) ,000

N 90 90

Uji korelasi menunjukan bahwa tingkat aktivitas fisik memiliki korelasi

signifikan (p<0,05) dengan nilai MMSE.

Nilai korelasi dalam penelitian ini sebesar 0,727 atau korelasi yang kuat karena

mendekati angka 1 antara intensitas aktivitas fisik harian dengan nilai MMSE.

Korelasi signifikan pada angka signifikansi sebesar 0,01 dan menpunyai

kemungkinan dua arah (2-tailed). Angka koefiesien korelasi hasilya positif, yaitu

0,727 maka korelasi kedua variabel bersifat searah, maksudnya jika nilai MMSE

tinggi maka nilai tingkat aktivitas fisik akan tinggi pula.

Dengan demikian dapat diamsumsikan terdapat korelasi yang kuat,signifikan

dan searah antara intensitas aktivitas fisik yang dilakukan oleh lansia dalam

kehidupan sehari-hari dengan fungsi kognitif.

10

PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa adanya hubungan yang kuat antara

intensitas aktivitas fisik harian dengan fungsi kognitif pada lansia, dibuktikan dengan

responden yang memiliki tingkat aktivitas fisiknya yang tinggi cenderung memiliki

fungsi kognitif yang normal sebesar (44,44%) dengan hasil uji statistik diperoleh

nilai p=0,000. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang mempunyai

tingkat aktivitas fisik yang tinggi memiliki skor MMSE yang tinggi, dibandingkan

dengan responden yang mempunyai tingkat aktivitas fisik yang rendah.Dalam studi

yang dilakukan oleh Clouston dan Auyeung, menyatakan bahwa aktivitas fisik

memiliki hubungan dengan fungsi kognitif pada lansia, seseorang maupun individu

akan mengalami kerusakan fungsi kognitifnya jika kurang melakukan aktivitas fisik

dan melakukan latihan otot(20)(21).

Aktivitas fisik dapat menstimulus pertumbuhan saraf. Sehingga lansia dapat

terhindar dari menurunya fungsi kognitif (22). Ketika seseorang sedang beraktivitas

fisik, protein yang ada didalam otak akan meningkat, protein itu sering disebut Brain

Derived Neutrophic Factor (BDNF).Protein BDNF ini sangat dibutuhkan tubuh

untuk menjaga sel saraf tetap sehat dan bugar, namun ketika seseorang jarang

melakukan aktivitas fisik yang membuat protein BDNF ini tidak berproduksi maka

tubuh akan mudah terserang penyakit, seperti pikun atau mudah lupa (23).

Ketidakmampuan dalam mengingat atau mudah lupa dikarenakan proses menua.

Dalam proses menua atau bertambahnya usia dengan menurunnya kemampuan fisik

menjadi faktor utama penyebab turunnya fungsi kognitif. Otak akan mengalami

penurunan karena proses menua (24).

Aktivitas fisik berhubungan dengan fungsi kognitif, dengan melakukan

aktivitas fisik, tekanan darah akan terkontrol, meningkatnya kadar lipoprotein dan

membuat jaringan otak yang kuat. Efek dari aktivitas fisik untuk otak yaitu dapat

memelihara struktur otak dan memperluas serabut saraf (25).Olahraga dan makanan

muncul sebagai strategi yang efektif untuk melawan gangguan neurologis (otak dan

saraf) dan kognitif (26).

Dengan melakukan aktivitas fisik seperti aerobik selama 3 jam dalam

seminggu akan meningkatkan dan memperlancar aliran darah ke otak, membentuk

sel baru dalam otak. Latihan aerobik mempengaruhi bagian-bagian dalam otak,

seperti otak depan korpus kolosum (cairan berwarna putih yang menjembatani kedua

11

sisi dalam otak), berubahnya fisik otakdan mempengaruhi fungsi otak atau fungsi

kognitif (27).

Melakukan program latihan atau aktivitas fisik jangka pendek dapat

memperbaiki kinerja fungsi kognitif lansia, sedangkan dengan melakukan aktivitas

fisik atau olahraga secara teratur mampu meningkatkan kemampuan fisik lansia dan

fungsi kognitif menjadi lebih baik. Dengan beraktivitas fisik, dapat membantu

memperbaiki fungsi kognitif dan juga penundaan perkembangan gangguan kognitif

pada lansia (28).

Menurut Naqvi, latihan fisik khususnya latihan ketahanan, menunjukan

beberapa manfaat potensial dalam mencegah penurunan kognitif pada lansia (29).

Aktivitas fisik mampu memperlancar peredaran darah ke otak, sehingga nutrisi yang

didapat tubuh mampu digunakan dengan maksimal. Apabila seseorang jarang

melakukan olahraga peredaran darah akan terganggu dan menyebabkan otak

kekurangan oksigen (30).

Olahraga dengan frekuensi tiga kali dalam seminggu, program latihan yang

terstruktur, individual, intensitas rendah hingga moderat, durasi sekurang-kurangnya

30 menit. Merupakan program latihan yang tepat dilakukan oleh lansia, berakibat

pada peningkatan fisik dan kebugaran tubuh (31).

Jenis-jenis aktivitas fisik atau program latihan fisik yang dapat dijadikan

sebagai upaya penurunan kognitif menurut Katty, berupa latihan aerobik, latihan

penguatan otot, latihan fleksibilitas dan keseimbangan (32).

Aktivitas fisik yang cocok untuk lansia setidaknya dilakukan 30 menit setiap

harinya dalam seminggu, dengan intensitas sedang. Aktivitas fisik yang dapat

dilakukan seperti aktivitas berkebun, berjalan, bersepeda, melakukan pekerjaan

rumah, senam dan aktivitas fisik lainnya. Dengan aktivitas fisik ini dapat mencapai

target yang di harapkan.

Aktivitas fisik yang dilakukan lansia 60 tahun lebih sebaiknya dilakukan

dengan intensitas sedang, dengan gerakan yang tidak membebani dan melelahkan.

Lansia yang belum terbiasa ataupun baru memulai aktivitas fisik, disarankan

memulainya dari intensitas rendah dan peningkatannya secara individual sesuai

kemampuan lansia itu sendiri.

Olahraga yang bersifat aerobik merupakan olahraga yang memacu kerja

jantung dan paru-paru lebih keras. Dibutuhkan fisik yang baik karena tubuh

12

membutuhkan lebih banyak oksigen. Contoh olahraga yang bersifat aerobik seperti

berjalan, bersepeda, berenang dan berlari.

Latihan dilakukan setidaknya 5 kali dalam seminggu dan dilakukan selama 30

menit dengan intensitas sedang atau 3 kali dalam seminggu dan dilakukan selama 20

menit dengan intensitas tinggi.

Laihan fisik yang dilakukan lansia selain melakukan latihan aerobik disarankan

juga melakukan latihan penguatan otot. Kebugaran otot dapat digunakan untuk

kehidupan sehari-hari, karena kemampuan fisik lansia pada proses menua menjadi

menurun, dengan latihan ini lansia dapat beraktivitas secara mandiri. Latihan

penguatan otot yaitu aktivitas yang mampu melatih otot menjadi kuat dan mampu

menyokong otot serta jaringan ikat.

Latihan penguatan otot sebaiknya dilakukan 2 kali dalam seminggu. Latihan

dimulai dari beban terkecil sampai batas kemampuan lansia.

Latihan fleksibilitas dan keseimbangan, mempertahankan keseimbangan dan

kelincahan pada lansia dibutuhkan sendi yang baik, untuk mempertahankannya

dibutuhkan latihan yang benar. Latihankeseimbangan sangat dibutuhkan lansia guna

beraktivitas sehari-hari, seiring proses menua lansia mengalami penurunan fisik.

Latihan fleksibilitas yang dilakukan melibatkan sendi utama dalam tubuh,

seperti bahu, lutut, panggul, pinggang, punggung dan leher. Latihan ini mampu

mempertahankan kemampuan gerak sendi seiring bertambahnya usia, sehingga lansia

deraktifitas dengan baik dan lancar. Lama waktu yang dibutuhkan dalam latihan

fleksibilitas setidaknya 2 sampai 3 kali dalam seminggu dan dilakukan bersamaan

latihan aerobik dan latihan penguatan otot. Untuk terhindar dari cidera sebaiknya

diperhatikan intensitas latihannya, seperti pemanasan, peregangan yag dilakukan

dalam waktu 10 sampai 30 detik yaitu 3 sampai 4 kali gerakan. Peregangannya

meliputi otot-otot besar dan kecil, contohnya latihan stretching.

Latihan keseimbangan berguna bagi lansia dengan kondisi fisiknya mulai

menurun, dengan aktivitas fisik khususnya latihan keseimbangan mampu membantu

lansia menjaga keseimbangan tubuh dalam beraktivitas sehari-hari. Latihan yang

dapat dilakukan lansia setidaknya dalam seminggu 3 kali latihan dengan intensitas

rendah. Kegiatan yang dapat dilakukan seperti tai chi, berjalan, bersepeda, atau

olahraga lain yang mampu memperbaiki keseimbangan tubuh.

Olahraga sangat penting untuk tubuh. Khususnya lansia, dengan berolahraga

lansia dapat hidup sehat. Selain itu olahraga yang sering dilakukan oleh lansia dapat

13

berguna bagi kesehatan jantung, memperkuat jantung dan meningkatkan daya tahan

tubuh. Kuatnya jantung akan memperkecil resiko serangan jantung, olahraga mampu

memperlancar peredaran darah dan pembuluh darah menjadi lebih elastis

dibandingkan lansia yang jarang berolahraga, karena bagian-bagian tubuh mengalami

pergerakan, sehingga lansia meminimalkan dari tekanan darah tinggi dan pecahnya

pembuluh darah. Beraktivitas fisik tubuh mampu membakar lemak yang ada dalam

tubuh dan lansia dapat meninimalisir terjadinya obesitas dan bisa menjaga bentuk

dan berat badan secara ideal.

Proses menua berakibat pada menurunya kemampuan fungsi tubuh, dengan

olahraga dapat menguatkan kembali otot-otot yang menurun dan menjaga otot

terhindar dari penyakit rematik, selain itu olahraga mampu meningkatkan sistem

kekebalan tubuh dan menjaga tubuh terhindar dari resiko terserang penyakit. Selain

itu olahraga dapat digunakan sebagai penghilang kepenatan, ketegangan maupun

stres.

Latihan olahraga dengan intensitas sedang dapat memberikan dampak yang

baik untuk para lansia, dampak yang nyata yang dapat dirasakan manfaaatnya seperti

status kardiovaskuler dan mental dapat terkontrol. Olahraga yang dapat dilakukan

oleh lansia seperti berjalan, merupakan olahraga yang bermanfaat, juga murah dan

aman. Penyusunan program latihan fisik untuk lansia dilakukan dengan benar agar

lansia dapat optimal pada saat berolahraga terkait kondisi fisiknya.

Lingkungan dan fasilitas olahraga harus diperhatikan agar setiap lansia dapat

melakukan aktivitas fisik dengan optimal, seperti lansia dengan penglihatannya

berkurang disarankan menggunakan sepeda statis dari pada bersepeda ditempat

umum atau jalan raya. Olahraga yang dilakukan lansia dianjurkan menambah waktu

pemanasan dan pendinginan, agar nantinya lansia terhidar dari resiko cidera dan

dapat mendapatkan manfaat berupa fisik yang baik dan bisa meninimalisir terjadinya

penyakit, serta dapat meningkatkan kemampuan fisiknya untuk memperpanjang

masa kerjanya.

14

KESIMPULAN

Simpulanpada penelitian ini adalah terdapat perbedaan nilai MMSE yang

bermakna antara lansia yang mempunyai aktivitas fisik tinggi dan rendah. Lansia

yang mempunyai pola aktivitas fisik yang tinggi cenderung mempunyai nilai MMSE

dalam kategori normal. Dibandingkan dengan lansia yang mempunyai pola aktivitas

rendah cenderung mengalami probable gangguan kognitif.

SARAN

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan ataupun dapat dijadikan

pengetahuan bagi lansia atau masyarakat umum, terkait upaya pencegahan

penurunan fungsi kognitif dengan meningkatkan aktivitas fisik. Adapun jenis dan

intensitas aktivitas fisik untuk lansia, harus disesuaikan dengan kemampuan , untuk

meminimalkan terjadinya cidera. Sehingga lansia dapat mempunyai fisik yang baik

dan juga memiliki peluang bekerja lebih panjang.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terimakasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak terkait yang telah bersedia

membantu, membimbing, memberi doa dan semangat selama proses pengerjaan

tugas akhir ini.

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes. Populasi lansia diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2020.

2018;(21):2–3.

2. Infodatin. Analisis LANSIA di Indonesia. Pus Data dan Inf Kementeri

Kesehat RI. 2017;(Lansia):1–8.

3. Nugroho W. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2008.

4. Dewi, Sofia Rhosma. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. 1st ed. Yogyakarta:

Deepublish; 2014. 115 p.

5. Terrando N, Brzezinski M, Degos V, Eriksson LI, Kramer JH, Leung JM, et

al. Perioperative cognitive decline in the aging population. Mayo Clin Proc.

2011;86(9):885–93.

6. Ismail HS, Andar D. Memahami Krisis Lanjut Usia. 1st ed. Jakarta: Gunung

Mulia; 2009.

7. Gallo, reichel A. Buku Saku Gerontologi. Jakarta: EGC; 2010.

8. Thong D. Memanusiakan Manusia MenataJiwa Membangun Bangsa. Jakarta:

PT Gramedia; 2011.

9. Nagamatsu L, Chan A, Davis J, Beattie B., Graf P, Voss M, et al. The effects

of exercise on memory performance in older adults with probable mild

cognitive impairment: A 6-month randomized controlled trial. Alzheimer’s

Dement. 2013;9(4):P293–4.

10. Stanley M, Beare PG. Buku Ajar Keperawan Gereontik. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2007.

11. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka; 2003.

12. Azizah LM. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011.

13. Busse AL, Gil G, Santarém JM, Jacob Filho W. Physical activity and

cognition in the elderly: A review. Dement Neuropsychol. 2009;3(3):204–8.

14. Onate J. Impact of Aerobic Exercise on Depression. 2015;6(3):1–24.

15. Folstein MF, Folstein SE, McHugh PR. Mini-mental state. A practical method

16

for grading the cognitive state of patients for the clinician. J Psychiatr Res.

1975 Nov;12(3):189–98.

16. Pangman VC, Sloan J, Guse L. An examination of psychometric properties of

the Mini-Mental State Examination and the Standardized Mini-Mental State

Examination: Implications for clinical practice. Appl Nurs Res. 2000

Nov;13(4):209–13.

17. World Health Organization. Global Physical Activity Questionnaire.

2010;380(9838):282–93.

18. Ridha B, Rossor M. The mini mental state examination. Pract Neurol.

2005;5(5):298–303.

19. Dahlan M, Sopiyudin. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. 6th ed.

Kurniawan W, editor. Epidemiologi Indonesia; 2014.

20. Auyeung TW, Kwok T, Lee J, Leung PC, Leung J, Woo J. Functional decline

in cognitive impairment - The relationship between physical and cognitive

function. Neuroepidemiology. 2008;31(3):167–73.

21. Clouston SAP, Brewster P, Kuh D, Richards M, Cooper R, Hardy R, et al. The

dynamic relationship between physical function and cognition in longitudinal

aging cohorts. Epidemiol Rev. 2013;35(1):33–50.

22. Muzamil MS, Martini RD. Hubungan Antara Tingkat Aktivitas Fisik Dengan

Fungsi Kognitif Pada Usila Di Kelurahan Jati Kecamatan Padang Timur. Hub

Antara Tingkat Akt Fis dengan Fungsi Kogn pada Usila di Kelurahan Jati Kec

Padang Timur. 2014;3(2):202–5.

23. Antunes HKMH, Santos RVTRFR, Cassilhas R, Bueno OFA, Mello MT De.

Reviewing on physical exercise and the cognitive function. Rev Bras ….

2006;12(9):97–103.

24. Yuniati F, Riza M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesulitan

Mengingat Dan Konsentrasi Pada Usia Lanjut Di Indonesia Tahun 2004.

2004;

25. Weuve J, Kang J, Manson J. Physical activity, including walking, and

cognitive function in older women. 2004;292(1454):61.

17

26. Gomez-Pinilla F, Hillman CH. The Influence of Exercise on Cognitive

Abilities. Compr Physiol. 2013;3(1):403–28.

27. Novia A. Melatih Otak Setajam Silet. 1st ed. Pratiwi R& A, editor.

Yogyakarta: Media Pressindo; 2010. 130 p.

28. Carvalho A, Rea IM, Parimon T, Cusack BJ. Physical activity and cognitive

function in individuals over 60 years of age: A systematic review. Clin Interv

Aging. 2014;9(2014):661–82.

29. Naqvi R, Liberman D, Rosenberg J, Alston J, Straus S. Preventing cognitive

decline in healthy older adults. Can Med Assoc J. 2013;185(10):881–5.

30. Marhamah. Konsumsi Gizi Dan Aktifitas Fisik Usia Lanjut Di Kota Depok

Kaitannya Dengan Status Kesehatan Dan Kemampuan Kognitif.

2002;(Hughes).

31. Kirk-Sanchez N, McGough E. Physical exercise and cognitive performance in

the elderly: current perspectives. Clin Interv Aging. 2013;51.

32. Kathy Gunter. Healthy, Active Aging: Physical Activity Guidelines for Older

Adults. Oregon State Univ. 2002;

18

Lampiran 1

Surat Ijin Penelitian

19

Lampiran 2

INFORMED CONSENT

(PERNYATAAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN/ PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Usia : tahun :

Alamat :

No. Hp :

Setelah mendapat keterangan secukupnya dan memahami tentang manfaat

dan juga akibat-akibat yang mungkin terjadi, saya bersedia ikut dalam salah satu

program penelitian yang berjudul “Perbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia (>50

tahun) Ditinjau dari Perbedaan Intensitas Aktivitas Fisik Harian” dan menyatakan

secara sukarela bersedia mengikuti prosedur penelitian ini dengan sebaik-baiknya.

Pekalongan, November 2017

Saksi yang memberi pernyataan

................................ ..............................

20

Lampiran 3

INFORMATION FOR CONSENT

Penjelasan Untuk Mendapat Persetujuan (information for consent)

Judul Penelitian

Perbedaan Fungsi Kognitif pada Lansia (>50 tahun)Ditinjau dari Perbedaan

Intensitas Aktivitas Fisik Harian.

Latar Belakang dan Tujuan Penelitian

Dalam dunia kerja, sering dijumpai adanya pegawai yang sudah melewati

usia pensiun namun masih aktif bekerja dalam sebuah perusahaan. Salah satu

masalah kesehatan utama dikalangan dewasa akhir dan lanjut usia adalah degenerasi

sel otak karena penuaan. Dampak dari kemunduran belahan otak sisi kanan pada

lanjut usia antara lain adalah kemunduran fungsi kewaspadaan dan perhatian. Jika

seseorang mempunyai kinerja dan kualitas kerja yang baik pada usia lanjut maka

terdapat kemungkinan akan dapat memperpanjang masa kerja.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam upaya

mempertahankan kemampuan kognitif pada dewasa akhir dalam rangka

mempertahankan produktivitas kerja sehingga individu dewasa akhir memiliki

peluang memperoleh masa kerja yang lebih panjang dalam dunia kerja.

Perlakuan pada unit Responden

1. Tes GPAQ untuk mengetahui tingkat intensitas aktivitas fisik (MET).

2. Responden melakukan tes MMSE untuk mengetahui kemampuan kognitif .

Resiko penelitian

1. Instrumen GPAQ maupun MMSE merupakan istrumen kuisioner atau

wawancara. Istrumen tersebut tidak menimbulkan resiko pada responden.

21

Data nilai GPAQ dan MMSE responden yang dilibatkan untuk penelitian

bersifat rahasia dan akan diolah secara statistik. Hanya untuk keperluan penelitian.

Apabila terdapat sesuatu yang ingin ditanyakan setelah penjelasan ini, silakan

menghubungi peneliti via telepon ataupun SMS:

Nama : Yosta Doni Adhitya No. HP: 085 226 517 217

Pekalongan, November 2017

Yang menerima penjelasan, Yang memberi penjelasan,

Nama :

Tanda tangan : Yosta Doni Adhitya

22

Lampiran 4

GLOBAL PHYSICAL ACTIVITY QUESTIONNAIRE

Nama :

Umur :

pendidikan :

Alamat :

JenisAktivitas

KelompokAktivit

as

JenisKegiatan ContohAktivitas

AktivitasRingan 75% dariwaktu yang

digunakanadalahuntukdu

dukdanberdiridan 25%

untukkegiatanberdiridanb

erpindah

Duduk, berdiri, mencucipiring,

memasak, menyetrika,

bermainmusik, menontontv,

mengemudikankendaraan,

berjalanpelan

AktivitasSedang 25% waktu yang

digunakanadalahuntukdu

dukatauberdiridan 75%

adalahuntukkegiatankerja

khususdalambidangpeker

jaannya

Menggosoklantai,mencucimobil,men

anamtanaman, bersepedapergi-

pulangberaktivitas,

berjalansedangdancepat, bermain

basket, bowling, golf, berkuda,

bermaintenismeja, berenang

AktivitasBerat 40% dariwaktu yang

digunakanadalahuntukdu

dukatauberdiridan 60%

untukkegiatankerjakhusu

sdalambidangpekerjaann

ya

Membawabarangberat,berkebun,bers

epeda (16-22 km/jam), bermainsepak

bola, squash, bermainvoli, berlari

Pertanyaan Respon Kode

Aktivitas saat bekerja/belajar

(aktivitas termasuk kegiatan belajar, latihan, aktivitas rumah tangga, dll)

1 Apakah pekerjaan sehari-hari anda

memerlukan kerja berat (seperti

membawa atau mengangkat beban

berat, menggali atau pekerjaan

konstruksi) selama setidaknya 10

menit per hari?

Ya 1 lanjut no.2

Tidak 2 lanjut ke no.4

P1

2 Berapa hari dalam seminggu anda

melakukan aktivitas berat?

Jumlah hari

P2

23

3 Berapa lama dalam 1 hari biasanya

anda melakukan kerja berat?

Jam : menit :

Jam :

Menit

P3

4 Apakah aktivitas sehari-hari anda

termasuk aktivitas sedang (seperti

membawa atau mengangkat beban

yang ringan) minimal 10 menit per

hari?

Ya 1 lanjut no.5

Tidak 2 langsung ke no.7

P4

5 Berapa hari dalam seminggu anda

melakukan aktivitas ringan?

Jumlah hari

P5

6 Berapa lama dalam sehari biasanya

anda melakukan aktivitas sedang?

Jam : menit :

Jam :

Menit

P6

Perjalanan dari tempat ke tempat

(perjalanan ke tempat kerja, berbelanja, sekolah, beribadah, dll)

7 Apakah anda berjalan kaki atau

bersepeda minimal 10 menit setiap

harinya untuk pergi ke suatu

tempat?

Ya 1 lanjut no.8

Tidak 2 langsung ke no.10

P7

8 Berapa hari dalam seminggu anda

berjalan kaki atau bersepeda

(minimal 10 menit) untuk pergi ke

suatu tempat?

Jumlah hari

P8

9 Berapa lama dalam 1 hari biasanya

anda berjalan kaki atau bersepeda

untuk pergi ke suatu tempat?

Jam : menit :

Jam :

Menit

P9

Aktivitas rekreasi

(olahraga, fitness, dan rekreasi lainnya)

10 Apakah anda melakukan olahraga,

fitness, atau rekreasi yang

merupakan aktivitas berat (seperti

lari atau sepakbola) minimal 10

menit per hari?

Ya 1 lanjut no.11

Tidak 2 langsung ke no.13

P10

11 Berapa hari dalam seminggu anda

melakukan aktivitas berat?

Jumlah hari

P11

12 Berapa lama anda melakukan

olahraga, fitness, atau rekreasi yang

merupakan aktivitas berat dalam 1

hari?

Jam : menit :

Jam :

Menit

P12

13 Apakah anda melakukan olahraga,

fitness, atau rekreasi yang

merupakan aktivitas sedang (seperti

jalan cepat, bersepeda, berenang,

bola voli) minimal 10 menit per

hari?

Ya 1 lanjut no.14

Tidak 2 langsung ke no.16

P13

24

14 Berapa hari dalam seminggu

biasanya anda melakukan olahraga,

fitness, atau rekreasi yang

merupakan aktivitas sedang?

Jumlah hari

P14

15

Berapa lama anda melakukan

olahraga, fitness, atau rekreasi yang

merupakan aktivitas sedang dalam

1 hari?

Jam : menit :

Jam :

Menit

P15

Aktivitas menetap (sedentary behavior)

Aktivitas yang tidak memerlukan banyak gerak seperti duduk saat bekerja, duduk

saat berkendara, menonton televise, atau berbaring, KECUALI tidur)

16 Berapa lama anda duduk atau

berbaring dalam sehari?

Jam : menit :

P16

25

25

Lampiran 5

MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE) Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

No Pertanyaan

Nilai

Maksimal

Nilai

1.

2.

3.

4

5

6

7

8

9

10

ORIENTASI

Sekarang tahun berapa ?

Musim apa ?

Bulan apa ?

Tanggal berapa?

Hari apa ?

Kita berada dimana ?

Negara mana ?

Propinsi mana ?

Kota mana ?

Ruang apa ?

REGISTRASI

Sebutkan 3 buah benda ( jeruk,uang,mawar) tiap

benda 1 detik, mengulangi ketiga benda tadi. Tiap

benda yang benar nilai 1. Ulangi sampai pasien

dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah

pengulangan.

ATENSI DAN KALKULASI

Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang

benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau mengeja

kata “ wahyu” nilai diberi huruf yang benar sebelum

kesalahan. Misal uyahw = 2 nilai.

MENGINGAT KEMBALI ( RECALL)

Menyebutkan kembali 3 nama benda diatas

BAHASA

Menyebutkan nama benda yang ditunjukan

(pensil,arloji)

Mengulang rangkaian kata “ tanpa kalau dan atau

tetapi ”

Melakukan perintah “ ambil kertas ini dengan

tangan kanan, lipat menjadi dua dan letakan dilantai

5

5

3

5

3

2

1

3

1

1

26

26

11

Membaca dan melakukan perintah “ angkatlah

tangan kiri anda”

Menulis sebuah kalimat (spontan)

Meniru gambar dibawah ini

1

SKOR TOTAL

30