PERBEDAAN EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN BLIMBING …repository.stikes-bhm.ac.id › 678 › 1 › 1.pdfdi...

110
i SKRIPSI PERBEDAAN EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN BLIMBING WULUH DAN DAUN ALPUKAT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH LANSIA HIPERTENSI DI KLINIK dr.RINDANG DESA TEGUHAN KECAMATAN JIWAN KABUPATEN MADIUN Oleh : INTANSIH NIM : 201502096 Oleh: INTANSIH NIM:201502096 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2019

Transcript of PERBEDAAN EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN BLIMBING …repository.stikes-bhm.ac.id › 678 › 1 › 1.pdfdi...

  • i

    SKRIPSI

    PERBEDAAN EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN BLIMBING WULUH

    DAN DAUN ALPUKAT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH

    LANSIA HIPERTENSI DI KLINIK dr.RINDANG DESA TEGUHAN

    KECAMATAN JIWAN KABUPATEN MADIUN

    Oleh :

    INTANSIH

    NIM : 201502096

    Oleh:

    INTANSIH

    NIM:201502096

    PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2019

  • ii

    SKRIPSI

    PERBEDAAN EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN BELIMBING WULUH

    DAN DAUN ALPUKAT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH

    LANSIA HIPERTENSI DI KLINIK dr.RINDANG DESA TEGUHAN

    KECAMATAN JIWAN KABUPATEN MADIUN

    Diajukan untuk memenuhi

    Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

    Sarjana Keperawatan (S.Kep)

    Oleh :

    INTANSIH

    NIM : 201502096

    PRODI KEPERAWATAN

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2019

  • iii

    PERSETUJUAN

    skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak

    mengikuti Ujian Sidang

    SKRIPSI

    PERBEDAAN EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN BELIMBING WULUH

    DAN DAUN ALPUKAD TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA

    HIPERTENSI DI KLINIK dr.RINDANG DESA TEGUHAN KECAMATAN

    JIWAN KABUPATEN MADIUN

    Menyetujui

    Pembimbing I

    (Hariyadi, S.Kp., M.Pd)

    NIP: 196811092005011001

    Menyetujui

    Pembimbing II

    (Tantri Arini, S.Kep.Ns., M.Kep)

    NIS. 20150126

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi Keperawatan

    (Mega Arianti Putri, S.Kep.Ns., M.Kep)

    NIS. 20130092

  • iv

    PENGESAHAN

    Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir (Skripsi) dan

    dinyatakan telah memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar (S.Kep)

    Pada tanggal: 03 September 2019

    Dewan Penguji

    1. Kuswanto, S.Kep.,Ns.,M.Kes : ............................................. NIS.20050004

    (Ketua Dewan Penguji)

    2. Hariyadi, S.Kp., M.Pd : …………………………….. NIP:19681109200501100

    (Dewan Penguji I)

    3. Tantri Arini, S.Kep., Ns., M.Kep : …………………………….. NIS.20150126

    (Dewan Penguji II)

    Mengesahkan,

    STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

    Ketua,

    Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid)

    NIS.20160130

  • v

    PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : INTANSIH

    Nim : 201502114

    Judul : Efektivitas Rebusan Daun Blimbing Wuluh dan Daun Alpukat

    Terhadap Perubahan Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi

    Di Klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan Jiwan Kabupaten

    Madiun.

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan

    di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar

    Sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan

    yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum/tidak di

    publikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.

    Madiun, Agustus 2019

    INTANSIH

    NIM. 201502096

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : INTANSIH

    Tempat dan Tanggal Lahir : Bojonegoro, 07 Maret 1994

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Alamat : Ds. Teguhan Rt 20 Rw 05 Kec. Jiwan Kab.

    Madiun.

    Email : [email protected]

    Riwayat Pendidikan

    1. 1999 – 2000

    2. 2000 – 2006

    3. 2009 – 2012

    4. 2012 – 2015

    5. 2015 – sekarang

    Riwayat Pekerjaan:

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    TK Taman Kanak-Kanak Sumberjo

    SDN Sumberjo 03

    MTSN Negri Bibrik

    SMAN 1 Jiwan

    STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

    Belum pernah bekerja

    mailto:[email protected]

  • vii

    ABSTRAK

    PERBEDAAN EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN BLIMBING WULUH

    DAN DAUN ALPUKAT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH

    LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI KLINIK dr.RINDANG DESA

    TEGUHAN KECAMATAN JIWAN KABUPATEN MADIUN

    INTANSIH

    NIM 201502096

    Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi di masyarakat.

    Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif

    seperti penyakit jantung dan gagal ginjal. Salah satu pengobatan non-farmakologis

    hipertensi yaitu dengan mengonsumsi rebusan daun blimbing wuluh dan daun

    alpukat. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas rebusan daun blimbing

    wuluh dan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah lansia penderita

    hipertensi.

    Penelitian ini menggunakan Quasy Eksperiment dengan pendekatan desain

    Non Equivalent Control Group. dengan sampel sejumlah 36 orang untuk masing-

    masing kelompok intervensi. Rebusan daun blimbing wuluh dan daun alpukat

    diminum sore hari selama 7 hari berturut-turut dengan dosis 200ml.

    Hasil analisa sebelum dan sesudah pemberian rebusan daun blimbing

    wuluh diperoleh nilai sig P-Value = 0,000 < 0,05 artinya terdapat perbedaan

    efektivitas pemberian rebusan daun belimbing wuluh terhadap perubahan tekanan

    darah. Hasil analisa sebelum dan sesudah pemberian daun alpukat diperoleh nilai

    sig P-Value = 0,000 < 0,05 artinya terdapat efektivitas terapi rebusan daun

    alpukat terhadap perubahan tekanan darah. Hasil analisa dari Uji Mann Whitney

    pada tekanan darah sistolik diperoleh nilai sig P-Value = 0,010 < 0,05 artinya

    terdapat perbedaan efektivitas rebusan daun belimbing wuluh dan daun alpukat

    terhadap perubahan tekanan darah . Tekanan darah diastolik diperoleh nilai sig P-

    Value =0,000 < 0,05 artinya terdapat perbedaan efektivitas rebusan daun

    belimbing wuluh dan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah lansia

    penderita hipertensi di Klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan Jiwan

    Kabupaten Madiun.

    Kesimpulan dari penelitian ini terdapat perbedaan efektivitas rebusan daun

    belimbing wuluh dan rebusan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah

    lansia penderita hipertensi di Klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan Jiwan

    Kabupaten Madiun. Peneliti menyarankan kepada penderita hipertensi rebusan

    daun belimbing wuluh dan rebusan daun alpukat sama-sama efektif untuk

    menurunkan tekanan darah tapi lebih efektif daun alpukat sebagai alternatif lain

    selain obat untuk menurunkan tekanan darah.

    Kata Kunci : Rebusan Daun Belimbing Wuluh Dan Daun Alpukat,

    Hipertensi

  • viii

    ABSTRACT

    THE DIFERENCE IN THE EFFECTIVENESS OF WULUH STARFRUIT

    LEAF DECOCTION ANDAVOCADO LEAF DECOCTION TO THE

    CHANGES OF BLOOD PRESSURE IN ELDERLY PATIENT WITH

    HIPERTENSION AT DR. RINDANG CLINIC, TEGUHAN VILLAGE,

    JIWAN DISTRICT, MADIUN

    INTANSIH

    NIM 201502096

    Hypertension is a health problem that often occurs in the community.

    Uncontrolled hypertension can lead to degenerative diseases such as heart disease

    and kidney failure. One of the non-pharmacological treatments for hypertension is

    diet management, which is by consuming wuluh starfruit leaf docoction and

    avocado leaf decoction. The purpose of this study was to determine the

    effectiveness of wuluh starfruit leaf decoction and avocado leaf decoction to the

    changes of blood pressure in elderly patients with hypertension.

    This study used a Quasy Experiment with Equivalent Control Group

    approach,that used 36 people as sample for each intervention group. Wuluh

    starfruit leaf decoction and avocado leaf decoction are taken in the afternoon for 7

    consecutive days at 200ml of doses.

    The results of the analysis of leaf star fruit retrieved value sig P-Value =

    0.05 means there is 0.000 < effectiveness of administering therapy decoction of

    leaves of star fruit to changes in pressure. The results of the analysis of avocado

    leaves obtained the value of sig P-Value = 0.05 means there is 0.000 < therapeutic

    effectiveness of the decoction of the leaves of the avocado to changes in blood

    pressure. Analysis of the test results of the Mann Whitney on systolic blood

    pressure obtained the value of sig P-Value = 0.010 0.05 means that there is a

    difference < effectiveness of the decoction of leaves of star fruit wuluh avocado

    leaves and to changes in blood pressure. Diastolic blood pressure obtained the

    value of sig P-Value = 0.000 0.05 means that there is a difference < effectiveness

    of the decoction of leaves of star fruit wuluh avocado leaves and to changes in

    blood pressure elderly sufferers of hypertension at the clinic of dr. The Lush

    Village Of Teguhan Sub-district Of Madiun Regency Jiwan

    The conclusion of this study is there are differences in the effectiveness of

    wuluh starfruit leaf decoction and avocado leaf decoction to the changes of blood

    pressure in hypertension sufferers at Dr. Rindang Clinic, Teguhan Village, Jiwan

    District, Madiun. Researchers recommend that hypertension sufferers consume

    wuluh starfruit leaf decoction and avocado leas decoction as an alternative ways

    of drugs to lower blood pressure.

    Keywords: Wuluh starfruit and Avocado Leaves Decoction, Hyper

  • ix

    DAFTAR ISI

    Sampul Depan .................................................................................................... i

    Sampul Dalam ..................................................................................................... ii

    Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii

    Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv

    Halaman Pernyataan............................................................................................ v

    Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vi

    Abstrak ................................................................................................................ vii

    Abstract ............................................................................................................... viii

    Daftar Isi.............................................................................................................. ix

    Daftar Tabel ........................................................................................................ xi

    Daftar Gambar ..................................................................................................... xii

    Daftar Lampiran .................................................................................................. xiii

    Daftar Istilah........................................................................................................ xiv

    Daftar Singkatan.................................................................................................. xv

    Kata Pengantar .................................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Daun Blimbing Wuluh ................................................................ 10 2.1.1 Kandungan Daun Blimbing Wuluh ................................. 11 2.1.2 Manfaat Daun Blimbing Wuluh ...................................... 11

    2.2 Daun Alpukat............................................................................... 12 2.2.1 Kandunga Daun Alpukat ................................................. 13 2.2.2 Manfaat Daun Alpukat .................................................... 14

    2.3 Konsep Lansia ............................................................................. 15 2.3.1 Definisi Lansia ................................................................. 15 2.3.2 Klasifikasi Lansia ............................................................ 16 2.3.3 Perubahan – Perubahan Lansia ........................................ 16

    2.4 Konsep Tekanan Darah ............................................................... 19 2.4.1 Definisi Tekanan Darah ................................................... 19 2.4.2 Klasifikasi Tekanan Darah .............................................. 19 2.4.3 fisiologi Tekanan Darah .................................................. 20 2.4.4 Cara Mengukur Tekanan Darah....................................... 21

    2.5 Konsep Hipertensi ........................................................................ 23

    2.5.1 Definisi Hipertensi........................................................... 23

    2.5.2 Klasifikasi Hipertensi ...................................................... 23

    2.5.3 Faktor Resiko Hipertensi ................................................. 24

    2.5.4 Patofisiologi Hipertensi ................................................... 27

  • x

    2.5.5 Manifestasi Klinis Hipertensi .......................................... 29

    2.5.6 Komplikasi Hipertensi .................................................... 30

    2.5.7 Penatalaksanaan Hipertensi ............................................ 32

    2.6 Mekanisme Kandungan Daun Blimbing Wuluh dan Daun Alpukat

    Terhadap Perubahan Tekanan Darah .......................................... 34

    BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 35 3.2 Hipotesis ...................................................................................... 36

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 37 4.4.1 Skema Rancangan Penelitian .......................................... 37

    4.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 38 4.2.1 Populasi ........................................................................... 38 4.2.2 Sampel ............................................................................. 38 4.2.3 KriteriaSampel ................................................................. 40

    4.3 Teknik Sampling ......................................................................... 40 4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 41 4.5 Variabel Penelitian ..................................................................... 42

    4.5.1 Identifikasi Penelitian ...................................................... 42

    4.6 Definisi Operasional .................................................................... 43 4.7 Instrumen Penelitian ................................................................... 44 4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 44 4.9 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 44 4.10 Teknik Analisa Data .................................................................... 47

    4.10.1 Pengolahan Data .............................................................. 47 4.10.2 Analisa Data..................................................................... 49 4.10.3 Etika Penelitian ................................................................ 51

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    5.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 54

    5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................... 54

    5.1.2 Data Umum Responden ...................................................... 55

    5.1.3 Data Khusus Responden ..................................................... 57

    5.2 Pembahasan ................................................................................... 61

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 69

    6.2 Saran ............................................................................................... 69

    Daftar Pustaka .................................................................................................... 71

    Lampiran-lampiran ............................................................................................. 75

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Nomor Judul Tabel Halaman

    Tabel 1.1 Klasifikasi Tekanan Darah ........................................................... 19

    Tabel 4.1 Skema Rancangan Penelitian ...................................................... 37

    Tabel 4.2 Definisi Operasional Penelitian ................................................... 37

    Tabel 4.3 Pembagian kelompok pemberian Rebusan Daun Blimbing Wuluh

    dan Daun Alpukat ...................................................................... 43

    Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 55

    Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ................................ 56

    Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ....................... 56

    Tabel 5.4 PerbandinganTekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Sebelum Dan

    Sesudah Pemberian Rebusan Daun Blimbing Wuluh ................. 57

    Tabel 5.5 PerbandinganTekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Sebelum Dan

    Sesudah Pemberian Rebusan Daun Alpukat .............................. 58

    Tabel 5.6 Perbedaan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Sebelum Dan

    59Sesudah Diberi Rebusan Daun Blimbing Wuluh Dan Rebusan

    Daun Alpukat ............................................................................. 59

    Tabel 5.7 Efektivitas Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Pemberian

    Terapi Rebusan Daun Blimbing Wuluh Dan Rebusan Daun

    Alpukat ....................................................................................... 60

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Judul Gambar Halaman

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 35

    Gambar 4.1 Kerangka Kerja ...................................................................... 41

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Hal

    Lampiran 1 Surat Izin Penelitian..................................................................... 75

    Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................ 76

    Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden .................................. 77

    Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden .................................... 78

    Lampiran 5 SOP Pembuatan Terapi Rebusan Daun Blimbing Wuluh ........... 79

    Lampiran 6 SOP Pembuatan Rebusan Daun Alpukat ..................................... 80

    Lampiran 7 Lembar Quosioner ....................................................................... 81

    Lampiran 8 Lembar Tabulasi Perubahan Tekanan Darah.............................. 82

    Lampiran 9 Lembar Tabulasi Quisioner ......................................................... 83

    Lampiran 10 Lembar Frekuensi Data Demografi ............................................ 85

    Lampiran 11 Lembar Uji Wilcoxon Rebusan Daun Belimbing Wuluh ............ 86

    Lampiran 12 Lembar Uji Wilcoxon Rebusan Daun Alpukat........................... 87

    Lampiran 13 Lembar Uji Mann Whitney......................................................... 89

    Lampiran 14 Lembar Dokumentasi ................................................................. 90

    Lampiran 15 Lembar Penyusunan Skripsi ....................................................... 91

    Lampiran 16 Lembar Konsultasi Bimbingan ................................................... 92

  • xiv

    DAFTAR SINGKATAN

    KEMENKES : Kementrian Kesehatan

    BPS : Badan Pusat Statistik

    ACE : Angiostensin Converting Enzym

    WHO : World Healt Organization

    BMR : Basal Metabolic Rate

    CO : Cardiac Output

    SV : Setrok Volume

    HR : Heart Rate

    CGS : Sentimeter, gram, detik

    CI : Klorida

    Na : Natrium

    LVH : Left Ventrikel Hypertropi

    PRU : Peripheral Resistence Unit

  • xv

    DAFTAR ISTILAH

    Afterload : Tekanan yang dilawan oleh pompa jantung

    Averrhoa bilimbi : Blimbing Wuluh

    Basal Metabolic Rate : Kalori yang dibutuhkan oleh tubuh

    Benefit : Prinsip manfaat

    Cardiac output : Curah jantung dalam 1 menit

    Coding : Pemberian kode

    Confidentiallity : Kerahasiaan

    Crosscheck : Mengoreksi ulang

    Dependent Variabel : Variabel terikat

    Door to door : Mendatangi rumah satu persatu

    Earpiece : Bagian stetoskop yang diletakkan pada

    Telinga

    Flight-or-flight : Reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari

    luar

    Heart Rate : Denyut jantung tiap menit

    Independent Variabel : Variabel bebas

    Inform Concent : Persetujuan

    Left Ventrikel Hypertropi : Pembengkakan ventrikel kiri

    Peripheral resistence unit : Satuan tahanan perifer

    Persea Americana Mill : Daun alpukat

    Pre : Sebelum tindakan

    Preload : Kekuatan yang di bentuk oleh otot jantung

    Post : Sesudah tindakan

    Respeck for justice on inclusiveness : Prinsip keterbukaan dan keadila

    Silent killer : Menyebabkan kematian tanpa disertai gejala

    Tabulating : Tabulasi

  • xvi

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul

    “Efektivitas Rebusan Daun Blimbing Wuluh dan Daun Alpukat Terhadap

    Perubahan Tekanan Darah Lansia Hipertensi di Desa Teguhan Kecamatan Jiwan

    Kabupaten Madiun”

    Adapun maksud penulis menyusun skripsi ini adalah memenuhi

    persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan di STIKES

    Bhakti Husada Mulia Madiun.

    Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan

    bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan setulus hati

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. dr.Rindang Selaku pemilik Klinik dr. Rindang Desa Teguhan Kecamatan

    Jiwan Madiun

    2. Zainal Abidin, SKM.,M.Kes selaku Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia

    Madiun.

    3. Mega Ariyanti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi Keperawatan

    STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

    4. Hariyadi, S.Kp.,M.Pd selaku pembimbing 1 dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Tantri Arini, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing 2 dalam penyusunan

    skripsi ini

  • xvii

    6. Kuswanto, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen penguji dalam proposal ini

    terima kasih atas masukan-masukanya.

    7. Keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam

    penyusunan skripsi ini.

    8. Teman-teman kelas 8c Keperawatan dan semua pihak yang banyak

    membantu dalam penyusunan skripsi ini.

    Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan

    dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu saran dan

    kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan

    skripsi ini .

    Madiun, Agustus 2019

    INTANSIH 201502096

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

    banyak di Indonesia. Hipertensi merupakan penyakit yang dikategorikan sebagai

    the silent killer disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap

    hipertensi, hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena tidak ada

    gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Kebanyakan orang merasa sehat

    dan energik. Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya

    melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat

    alias mematikan padahal bila terjadi hipertensi terus menerus bisa memicu stroke,

    serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal ginjal

    kronik (Wahdah, 2011).

    Tekanan darah mengalami fluktuasi setiap saat, hipertensi akan menjadi

    masalah apabila tekanan darah tersebut persisten, karena hal ini membuat sistem

    sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (otak dan jantung) menjadi

    tegang. Apabila hipertensi tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan

    peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congesive

    heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung (Anna & Bryan,

    2007).

    Hipertensi pada lanjut usia didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

    atau terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas

    160 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Nugroho W, 2008).

  • 2

    Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang

    intermiten atau menetap (Stockslager, 2008). Menurut Kenia & Taviyanda D

    (2013), gejalanya berupa sakit kepala, nyeri atau sesak pada dada, pusing,

    gangguan tidur, terengah-engah saat beraktifitas, jantung berdebar-debar,

    mimisan, kebal atau kesemutan, gelisah dan mudah marah, keringat berlebihan,

    kram otot, badan lesu, pembekakan di bawah mata pada pagi.

    Secara global data WHO tahun 2011 menunjukkan, di seluruh dunia,

    sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan

    perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan

    meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333

    juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang,

    temasuk Indonesia, hasil riset kesehatan dasar. Kemenkes RI (2012). Prevalensi

    hipertensi lansia di Indonesia sebesar 45,9% untuk umur 55-64 tahun, 57,6%

    umur 65-74 tahun, 63,8%, dan umur >75 tahun. Menurut data Riskesdas Provinsi

    Jawa Timur prevalensi penyakit hipertensi mencapai 26,2%. Prevalensi penyakit

    hipertensi tertinggi terdapat pada kelompok usia ≥ 75 tahun yaitu 62,4%.

    Prevalensi hipertensi di kota Surabaya mencapai 22,0% (BPPK Kemenkes, 2013).

    Di Tahun 2017 di Kota Madiun melakukan pengukuran tekanan darah pada

    191.272 orang atau 146,07% dari 130.942 orang jumlah penduduk yang berumur

    > 18 tahun ( Hasil Proyeksi Estimasi BPS). Cakupan sampai dengan melebihi

    100% disebabkan capaian tersebut juga berasal dari Rumah Sakit dimana sarana

    pelayanan kesehatan yang melayani dari luar penduduk Kota Madiun. Dari

    191.272 orang tersebut yang menderita hipertensi /tekanan darah tinggi sebanyak

  • 3

    85.259 orang atau sebanyak 44%, dengan proporsi jumlah laki-laki sebanyak

    34.679 orang (39,82%) dan jumlah perempuan sebanyak 50.580 orang (48,55%)

    (Profil Kesehatan Kota Madiun 2017).

    Berdasarkan survey Data di klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan

    Jiwan Kabupaten Madiun pada tahun 2016 didapatkan 202 orang menderita

    hipertensi yang terdiri dari 62 lansia, pada tahun 2017 sebanyak 323 dengan 53

    lansia, dan pada tahun 2018 didapatkan sebanyak 165 orang dengan 44 lansa.

    Dari data diatas menunjukkan ada penurunan selama 2 tahun terakhir .

    Penyakit hipertensi dikarenakan oleh pola makan dan gaya hidup yang

    salah. Gaya hidup yang mengikuti era globalisasi, membuat kasus hipertensi terus

    meningkat. Gaya hidup gemar makan fast food yang kaya lemak, asin, malas

    berolahraga dan mudah tertekan ikut berperan dalam menambah jumlah pasien

    hipertensi (Rudianto, 2013). Saat ini orang lebih suka memilih makanan siap saji

    yang umumnya rendah serat, tinggi lemak, dan mengandung garam selain itu

    makanan blendrang atau disebut makanan kemarin juga banyak mengandung

    kadar garam dan lemak cukup tinggi. Seharusnya masyarakat sadar bahwa dengan

    mengkonsumsi makanan di atas dapat memicu terjadinya hipertensi. Bila hal ini

    terus dilakukan maka hipertensi mereka akan bertambah parah dan lebih-lebih

    juga akan menyebabkan komplikasi seperti kerusakan pada otak, kerusakan pada

    jantung, kerusakan pada ginjal, dan kerusakan pada mata (Rudianto, 2013).

  • 4

    Penatalaksanaan pasien hipertensi dapat dilakukan dengan dua

    pendekataan yaitu secara farmakologi dan nonfarmakologi. Penatalaksanaan

    farmakologi untuk hipertensi adalah pemberian antihipertensi dengan tujuan

    mencegah komplikasi hipertensi dengan efek samping sekecil mungkin. Jenis obat

    antihipertensi yang sering digunakan antara lain diuretik, alfa-blocker, beta-

    blocker, vasodilator, antagonis kalsium, ACE Inhibitor, angiotensin-II-Blocker

    (Susilo Y & wulandari, 2011). Penanganan secara non farmakologis sangat

    diminati oleh masyarakat karena sangat mudah untuk dipraktekkan dan tidak

    mengeluarkan biaya yang terlalu banyak. Penanganan nonfarmakologis juga tidak

    memiliki efek samping yang berbahaya tidak seperti penanganan farmakologis,

    sehingga masyarakat lebih menyukai nonfarmakologis (Ramadi, 2012). Tanaman

    alpukat memilikiki banyak khasiat untuk kesehatan, salah satunya yaitu daun

    alpukat sebagai antihipertensi tetapi memiliki efek samping rasa yang sedikit

    pahit jika diseduh, namun rasa pahitnya tidak terlalu melekat di lidah dan dapat

    dihilangkan dengan meminum sedikit air putih (Rachdian, 2011).

    Penalataksanaan non farmakologis yaitu dengan cara mengatur pola hidup, semua

    penderita hipertensi harus melakukan perubahan pola hidup, seperti olahraga

    teratur, menurunkan berat badan untuk penderita yang memiliki berat badan

    berlebih, mengurangi asupan garam, dan lainnya. Selain beberapa cara tersebut

    terapi non farmakologi yang dapat dilakukan pada penderita hipertensi yaitu

    menggunakan daun alpukat (AnnaLusia Kus, 2011). Cara kerja daun alpukat

    adalah dengan mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit maupun zat-zat yang

    bersifat toksik. Dengan berkurangnya jumlah air dan garam di dalam tubuh maka

  • 5

    pembuluh darah akan longgar sehingga tekanan darah perlahan-lahan mengalami

    penurunan (AnnaLusia Kus,2011). Daun belimbing wuluh (averrhoa bilimbi)

    merupakan alternatif yang baik mengingat daun belimbing mudah didapatkan oleh

    masyarakat. Daun belimbing wuluh memiliki kandungan untuk menurunkan

    tekanan darah antara lain Tanin, Sulfur, Asam format, Peroksidase, Calium

    oxalate, Dan kalium sitrat (junaedi & Rinata,2013)

    Hasil penelitian Pontoh (2014) terhadap lansia penderita hipertensi

    Didapatkan hasil penelitian dari 19 responden yang mengkomsumsi air rebusan

    daun belimbing wuluh hampir keseluruhan mengalami penurunan tekanan darah

    dengan mengkonsumsi air rebusan daun belimbing wuluh dapat membantu

    menurunkan tekanan darah diastolik yang tinggi dengan terapi non farmakologi

    yang bisa dimanfaatkan oleh penderita hipertensi khususnya pada lansia. Daun

    belimbing wuluh (averrhoa bilimbi) merupakan alternatif yang baik mengingat

    daun belimbing mudah didapatkan oleh masyarakat. Daun belimbing wuluh

    memiliki kandungan untuk menurunkan tekanan darah yaitu Tanin, Sulfur, Asam

    format, Peroksidase, Calium oxalate, Dan kalium sitrat (junaedi & Rinata,2013).

    Hasil penelitian callo (2017) terhadap lansia penderita hipertensi di BPLU Senja

    Cerah Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa sebelum melakukan

    pengukuran tekanan darah sistol sebelum terdapat pra hipertensi 6 lansia, normal

    6 lansia, dan hipertensi derajat 1 sebanyak 13 lansia. Setelah dilakukan pemberian

    air rebusan daun alpukat terdapat 10 lansia dengan tekanan darah normal dan

    prahipertensi 5. Daun Alpukat ini secara empiris dipercayai sebagai diuretik

    yaitu menambah volume urin yang dihasilkan saat urinasi untuk mengurangi

  • 6

    tekanan darah. Kandungan kimia daun alpukat diantaranya saponin, tanin,

    phlobatanin, flavanoid, alkaloid, dan polisakarida. Flavonoid pada daun alpukat

    memiliki fungsi menurunkan tekanan darah (Anna, 2011).

    Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas peneliti tertarik untuk

    menganalisis efektivitas air rebusan daun blimbing wuluh dan daun alpukat

    terhadap perubahan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

    1.2 Rumusan Masalah

    Apakah ada perbedaan efektifitas air rebusan daun blimbing wuluh dan

    daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di

    Klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun.

    1.3 Tujuan

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui perbedaan efektivitas rebusan daun blimbing wuluh dan

    alpukat terhadap perubahan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di

    Klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun .

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Menganalisis efektivitas rebusan daun belimbing wuluh terhadap perubahan

    tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan

    pemberian air rebusan daun belimbing wuluh .

  • 7

    2. Menganalisis efektivitas rebusan daun alpukat terhadap perubahan tekanan

    darah pada lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan

    pemberian air rebusan daun alpukat.

    3. Menganalisis perbedaan efektivitas pemberian rebusan daun blimbing wuluh

    dan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan

    hipertensi.

    1.4 Manfaat

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    1. Bagi instiusi tempat penelitian

    Penelitian ini dapat dijadikan atau dimanfaatkan sebagai salah satu

    metode atau obat untuk menurunkan hipertensi dengan memberikan

    rebusan daun blimbing wuluh dan daun alpukat.

    2. Bagi institusi pendidikan

    Penelitian ini dapat memberikan gambaran proses, masukan, dan saran

    kepada Institusi Pendidikan tentang kandungan serta manfaat rebusan daun

    blimbing wuluh dan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah pada

    penderita hipertensi.

    3. Bagi peneliti

    Dapat meningkatkan kemampuan serta menambah pengalaman dan

    pengetahuan peneliti dalam melakukan riset kuantitatif dalam penelitian di

    bidang keperawatan tentang perbandingan efektivitas rebusan daun

  • 8

    belimbing wuluh dan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah pada

    lansia dengan hipertensi .

    1.4.2 Manfaat Praktis

    Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang

    manfaat rembusan daun blimbing wuluh dan alpukat dalam mengurangi

    tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi.

  • 9

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Daun Blimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

    Blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) adalah sejenis pohon kecil yang

    diperkirakan berasal dari kepulauan Maluku (Indonesia), tetapi dari sumber lain

    juga mengatakan buah ini dari Amerika tropis. Buahnya khas dan kandungan

    kimia berupa glukosida, vitamin B, dan vitamin C, bunganya berkhasiat untuk

    antipiretik dan ekspektoran (Elsha Brina, 2018 ).

    Pohon Blimbing Wuluh bisa tumbuh dengan ketinggian mencapai 5-10 m

    dengan batang yang tidak begitu besar dan diameternya hanya sekitar 30 cm.

    Ditanam sebagai pohon buah, kadang tumbuh liar dan di temukan dari dataran

    rendah sampai 500 m diatas permukaan laut. Batangnya bergelombang kasar,

    pendek dan cabangnya sedikit. Daunya membentuk kelompok menyirip

    bergantian, panjangnya 30-60 cm dan berkelompok pada akhir cabang. Pada

    setiap daun terdapat 11- 45 pasang daun oval. Bunganya kecil, muncul langsung

    dari batang dengan tangkai bunga berbulu. Mahkota bunganya berjumlah lima,

    warna putih, kuning atau ungu. Buah berbentuk elips seperti torpedo dengan

    panjang 4-10 cm. Warnanya hijau ketika muda dengan kelopak yang tersisa

    menempel di ujung. Buah masak berwarna kuning atau pucat. Daging buah

    berair dengan rasa sangat masam hingga manis. Kulit buahnya mengkilap dan

    tipis. Bijinya kecil, datar, coklat, dan di tutupi dengan lender (Elsha Brina,2018).

  • 10

    2.1.1 Kandungan Daun Blimbing Wuluh

    1. Kalium

    Kalium berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan

    meningkat jumlah natrium rendah tekanan darah menurun (Fitriani, 2009).

    2. Saponin

    Saponin memiliki khasiat diuretik yang menurunkan volume plasma dengan

    cara mengeluarkan air dan elektrolit terutama natrium, sehingga dapat

    menyebabkan penurunan cardiac output (Asprilia,2016).

    3. Flavanoid

    Flafanoid akan mempengaruhi kerja angiostensin converting enzym (ACE) ,

    penghambatan ACE akan menghambat perubahan angiostensin I menjadi

    angiostensin II, yang menyebabkan vasodilatasi sehingga tahanan resistensi

    perifer turun dan dapat menurunkan tekanan darah (Safitri, 2015).

    2.1.2 Manfaat Daun Blimbing Wuluh

    Menurut Nuraini (2014) bagian tumbuhan yang untuk mengobati penyakit

    adalah daun, Bunga, dan buah. Beberapa penyakit yang bisa di sembuhkan dengan

    daun blimbing wuluh diantaranya sebagai berikut :

    1. Rematik

    Tumbuk segengam daun blimbing wuluh sampai halus, beri kapur sirih lalu

    gosokkan pada bagian yang sakit.

  • 11

    2. Batuk

    Rebus segenggam daun blimbing wuluh, segenggam bunganya, dan 2 buah

    blimbing wuluh dalam 2 gelas air dan gula batu hingga airnya menjadi 1

    gelas. Saring dan minum 2 kali sehari.

    3. Gondongan

    Tumbuk 10 ranting muda daun blimbing wuluh beserta daunya dan 4 siung

    bawang merah hingga halus. Balurkan ramuan di tempat yang sakit.

    4. Pegal Linu

    Lumatkan 1 genggam daun belimbing wuluh muda. 10 biji cengkeh, dan 15

    biji lada lalu lumurkan pada bagian tubuh yang pegal.

    5. Tekanan Darah Tinggi

    Rebus 5 gram daun blimbing wuluh, dalam 200 ml air, Minum 1 kali sehari

    pada waktu sore di berikan selama 7 hari.

    2.2 Daun Alpukat (persea Americana Mill)

    Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon tahunan yang

    mulai berbuah setelah beberapa tahun. Alpukat dikenal dengan beberapa nama

    local antara lain alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/jawa Tengah ), boah

    pokat, jamboo pokat (Batak), advokad, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat

    (Lampumg). Tanaman avokad berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika

    Tengah dan diperkirakan masuk indonesia pada abad ke-18. Secara resmi tahun

    1920-1930, indonesia telah mengintroduksi 20 varietas avokad dari Amerika

    Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna

  • 12

    meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran

    tinggi.

    Pohon alpukat mempunyai tinggi yang bervariasi sesuai dengan

    varietasnya, mulai dari 3-10 m. Ciri botani tanaman avokad antara lain berakar

    tunggang, batang berkayu, bulat, warnanya cokelat, dan bercabang banyak.

    Daunnya termasuk daun tunggal yang letaknya berdesakan di ujung ranting,

    Bentuknya memanjang, ujung dan pangkal runcing. Tepi daun rata kadang-kadang

    agak menggulung ke atas. Bunganya majemuk, buahnya buah buni, bentuk bola

    atau bulat telur. Daging buah jika sudah masak lunak, berwarna hujau hingga

    hijau kekuningan.

    2.2.1 Kandungan Daun Alpukat

    1. Flavonoid

    mekanisme kerja dari flavonoid adalah melancarkan peredaran darah dan

    mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, sehingga darah dapat

    mengalir dengan normal. Flavonoid juga mengurangi kandungan kolesterol

    serta mengurangi penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah. Cara kerja

    daun alpukat adalah dengan mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit

    maupun zat- zat yang bersifat toksik. Dengan berkurangnya jumlah air dan

    garam di dalam tubuh maka pembuluh darah akan longgar sehingga tekanan

    darah perlahan-lahan mengalami penurunan (AnnaLusia Kus,2011).

  • 13

    2. Kalium

    Kalium berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan

    meningkat,jumlah natrium rendah tekanan darah menurun (Fitriani, 2009)

    3. Saponin

    Saponin memiliki khasiat diuretik dengan menurunkan volume plasma

    dengan cara mengeluarkan air dan elektrolit terutama natrium, sehingga pada

    akhirnya cardiac output menurun. Natrium dan air juga dapat mempengaruhi

    resistensi perifer (Wiharyani,2016).

    2.2.2 Manfaat Daun Alpukat

    Menurut Dumilah (2016) bagian tumbuhan yang untuk mengobati

    penyakit adalah daging buah, daun, dan biji. Beberapa penyakit yang dapat

    disembuhkan dengan daun alpukat di antaranya sebagai berikut :

    1. Batu Ginjal

    kecil daun alpukat, lalu seduh dengan air panas, minum ramuan sekaligus,

    lakukan dua kali sehari pada waktu pagi dan sore hingga batu keluar .

    2. Darah Tinggi

    Rebus 5 gram daun alpukat dengan 200 ml air, minum satu kali sehari pada

    waktu sore di berikan selama 7 hari.

  • 14

    3. Maag

    daun alpukat kering secukupnya, air panas 1 gelas, daun alpukat di rajang

    kecil-kecil lalu diambil 1 sendok teh, seduh dengan air panas, tambahkan

    gula secukupnya, lalu aduk hingga rata, minum ramuan selagi hangat.

    4. Menstruasi

    daun alpukat 3-6 lembar, air 1 gelas, rebus daun alpukat dengan 1 gelas air

    hingga mendidih, setelah dingin airnya diminum sekali dalam sehari

    5. Panas dalam

    daun alpukat 4-5 lembar, air bersih 1 gelas, rebus daun alpukat dengan air

    sampai mendidih, minum air rebusan 1-2 kali sehari, masing-masing ½

    gelas.

    6. Pelancar air seni

    daun alpukat 4-5 lembar, air bersih 1 gelas, rebus daun avokad dengan air

    sampai mendidih, minum air rebusan 1-2 kali sehari, masing- masing 1 gelas.

    2.3 Konsep Lansia

    2.3.1 Definisi

    Lanjut usia adalah suatu proses yang alami dari tumbuh kembang. Semua

    orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup

    manusia yang terakhir (Azizah,2011).

  • 15

    2.3.2 Klasifikasi

    Berikut ini adalah batasan-batasan lanjut usia menurut organisasi

    kesehatan dunia (WHO) dalam artinawati (2014) :

    a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-60 tahun.

    b. Lanjut usia (elderly) usia 60-75tahun.

    c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.

    d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

    2.3.3 Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

    Perubaan – perubahan yang terjadi pada lansia menurut (Priyoto, 2015) meliputi:

    a) Sel

    Menurunya proporsi sel di otak, ginjal, darah, dan hati, berkurangnya

    cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.

    b) Sistem Persyarafan

    Mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan

    suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, serta kurang sensitif

    terhadap sentuhan

    c) Sistem Pendengaran

    Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama

    terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit

    mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas usia 65 tahun.

  • 16

    d) Sistem Penglihatan

    Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

    kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap,hilangya daya

    akomodasi, menurunya lapangan pandang, berkurang luas pandanganya.

    e) Sistem Kardiovaskular

    Pada sistem kardiovaskuler terjadi penurunan elastisitas dinding aorta

    dan terjadi penebalan pada katub jantung dan kemudian menjadi kaku.

    Kemampuan jantung memompa darah akan menurun 1% setiap tahun sesudah

    umur 20 tahun yang menyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya.

    Kehilangan elastisitas pembuluh darah yang mengakibatkan kurangnya

    efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi yang berdampak pada

    perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri ) akan menyebabkan

    tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing

    mendadak). Tekanan darah juga akan meninggi yang diakibatkan oleh

    meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

    f) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

    Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu

    termostat, yaitu menetapkan pada suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi

    karena beberapa faktor yang mempengaruhi. Hal yang sering ditemui, antara

    lain temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis +35˚C ini akibat

    metabolisme yang menurun serta keterbatasan refleks menggigil dan tidak

    dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas

    otot.

  • 17

    g) Sistem Endokrin

    Menurunya daya pertukaran gas, serta menurunya sekresi hormon

    kelamin, misalnya progesteron, estrogen, dan testosteron, menurunya

    aktivitas tiroid, menurunya BMR (Basal Metabolic Rate).

    h) Sistem Integumen

    Pada lansia, kulit akan mengeriput akibat kehilangan jaringan lemak,

    permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi,

    serta perubahan ukuran dan bentuk – bentuk sel epidermis,mekanisme

    proteksi kulit menurun, ditandai dengan produksi serum menurun dan

    gangguan pigmentasi kulit.

    i) Sistem Muskuloskeletal

    Persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut, dan

    mengalami skelerosis.Terjadi atropi serabut otot (otot-otot serabut mengecil)

    sehingga pergerakan menjadi lamban, otot-otot menjadi kram dan tremor.

    j) Perubahan Psikologis

    Masalah psikologis pertama yang dialami oleh golongan lansia ini

    adalah mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka

    hadapi, antara lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk

    memikirkanya. Stereotipe psikologis lansia biasanya sesuai dengan

    pembawaannya pada waktu muda.

  • 18

    2.4 Konsep Tekanan Darah

    2.4.1 Definisi

    Tekanan darah adalah darah yang di pompa oleh ventrikel kiri dan masuk

    ke aorta mengakibatkan tekanan meningkat sampai puncak yang disebut sebagai

    tekanan sistol, kemudian tekanan akan turun sampai titik terendah yang disebut

    diastole (wiarto, 2013). Sedangkan menurut kozier et al., (2010) tekanan darah

    adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding

    pembuluh darah.

    2.4.2 Klasifikasi Tekanan Darah

    Berikut ini adalah mengenai tekanan darah menurut (Triyanto, 2014)

    Tabel 2.6 Klasifikasi tekanan Darah Pada Orang Dewasa

    Kategori Tekanan Darah

    Sistolik

    Tekanan Darah

    Diastolik

    Normal dibawah 130 mmHg di bawah 85 mmHg

    Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

    Stadium 1 (Hipertensi

    Ringan)

    140-149 mmHg 90-99 mmHg

    Stadium 2 (Hipertensi

    Sedang

    160-179 mmHg 100-109 mmHg

    Stadium 3 ( Hipertensi

    Berat)

    180-209 mmHg 110-109 mmHg

    Stadium4 (Hipertensi

    Maligna)

    210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

  • 19

    2.4.3 Fisiologi Tekanan Darah

    Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung atau

    cardiac output (CO) dan tekanan pembuluh darah darah perifer (Muttaqin, 2009).

    Menurut Guyton & Hall dalam Wiarto (2013). Curah jantung adalah jumlah darah

    yang di pompa ke dalam aorta oleh jantung setiap menit dan jumlah darah yang

    mengalir melalui sirkulasi. Curah jantung di pengaruhi oleh isi sekuncup atau

    setrok volume (SV) dan dipengaruhi oleh nadi atau heart rate (HR).

    Isi sekuncup adalah volume darah yang dipompa jantung setiap kali

    jantung berdenyut yang normalnya adalah 70 ml (Wiarto,2013). Isi sekuncup di

    pengaruhi oleh tekanan pengisian (preload) yaitu suatu kekuatan yang dibentuk

    oleh otot jantung dan (afterload) yaitu tekanan yang harus dilawan oleh pompa

    jantung, sehingga apabila afterload meningkat tekanan darah juga akan meningkat

    atau jika terjadi stenosis (penyempitan) pada katup aliran keluar (Ward et

    al.,2009). Sedangkan nadi adalah denyut nadi atau jantung dalam 1 menit.

    Jantung disuplai oleh 2 komponen sistem saraf otonom yaitu saraf simpatik yang

    jika dirangsang akan meningkat denyut nadi dan saraf parasimpatik yang jika

    dirangsang akan menurunkan denyut nadi (wiarto,2013).

    Tahanan perifer dipengaruhi oleh kecepatan aliran darah dan perbedaan

    tekanan dalam pembuluh darah. Bila perbedaan tekanan antara dua titik dalam

    pembuluh adalah 1 mmHg dan aliran adalah 1 ml/detik, tahanan dikatakan sebesar

    1 satuan tahanan perifer atau disingkat PRU (peripheral resistence unit).

    Tahanan juga dapat dinyatakan dengan satuan fisik dasar yang disebut satuan

  • 20

    CGS (sentimeter, gram, detik), satuan ini adalah dyne detik /sentimeterᵌ (Guyton

    & Hall, 1997).

    Viskositas darah adalah kekentalan darah yang mengandung unsur kimia,

    viskositas di pengaruhi oleh hematokrit sehingga peningkatan hematokrit akan

    meningkatkan viskositas darah. Bila viskositas darah meningkat maka diperlukan

    tenaga yang lebih besar untuk memompa darah dan aliran akan lambat. Hal ini

    dikarenakan gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan darah dan pembuluhnya

    meningkat sehingga tekanan darah akan meningkat. Sebaliknya bila viskositas

    darah menurun maka tekanan darah akan menurun (Guyton & Hall, 1997).

    2.4.4 Cara Mengukur Tekanan Darah

    Langkah-langkah mengukur tekanan darah menurut Kozier et al,. (2010)

    sebagai berikut :

    1. Mengkaji tempat/lingkungan yang baik (bersih dan nyaman ) untuk

    melakukan pengukuran tekanan darah .

    2. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan tensimeter, manset tekanan darah

    dan stetoskop, pena serta lembar observasi tekanan darah.

    3. Jelaskan kepada responden tindakan yang akan dilakukan tentang prosedur

    dan tujuan dari tindakan. Menjaga privasi responden dan mengatur posisi

    responden.

    4. Posisi responden harus dalam posisi duduk, kedua telapak kaki harus

    menyentuh lantai karena kaki yang menyilang pada lutut akan menyebabkan

    peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik ( Faster-fitzpatrick & braun

    dalam kozier et al,. 2010).

  • 21

    5. Menggulung lengan baju klien pada bagian atas lengan. Mempalpasi arteri

    branchialis. Meletakkan manset 2,5 cm di atas nadi branchialis (ruang

    antekubital). Dengan manset masih kempis, pasang manset dengan rata dan

    pas di sekeliling lengan atas. Memastikan bahwa menometer diposisikan

    secara vertical sejajar mata. Pengamat tidak boleh lebih jauh dari 1 meter.

    6. Mempelajari arteri radialis atau branchialis dengan ujung jari dari satu

    tangan dengan menggembungkan manset dengan cepat sampai tekanan 30

    mmHg di atas titik dimana denyut nadi tidak teraba.Dengan perlahan

    kempiskan manset dan catat dimana denyut nadi muncul lagi.

    Mengempiskan manset dan tunggu 30 detik.

    7. Meletakkan earpieces stetoskop pada telinga dan pastikan bunyi jelas, tidak

    muffed. Ketahui lokasi arteri branchialis dan letakkan bel atau diafragma

    chestpiece diatasnya jangan pernah membiarkan chestpiece menyentuh

    manset atau baju klien.

    8. Gembungkan manset 30 mmHg di atas tekanan sistolik yang di palpasi.

    Dengan perlahan lepaskan dan biarkan air raksa turun dengan kecepatan 2-3

    mmHg perdetik, apabila kecepatanya lebih tinggi atau lebih rendah akan

    terjadi kesalahan pada hasil pengukuran tekanan darah.

    9. Cara titik pada manometer saat bunyi jelas yang pertama terdengar sebagai

    tekanan sistolik. Lanjutkan mengempiskan manset, catat titik pada

    manometer sampai 2 mmHg terdekat dimana bunyi tersebut hilang sebagai

    tekanan diastolik. Kempiskan manset dengan cepat dan sempurna.

  • 22

    10. Tunggu selama 1-2 menit sebelum melakukan pengukuran selanjutnya,

    langkah ini memugkinkan darah yang terperangkap dalam vena untuk

    mengalir kembali.

    11. Melepaskan manset dan stetoskop dari lengan responden, rapikan pakaian

    responden, dan memberikan informasi tentang nilai tekanan darah.

    2.5 Konsep Hipertensi

    2.5.1 Definisi

    Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

    dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg,berdasarkan pada dua kali pengukuran

    atau lebih (Brunner & Suddarth, 2017. Sedangkan menurut Udjianti (2013)

    hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh

    darah arteri secara terus-menerus lebih dari satu periode.

    2.5.2 Klasifikasi

    Klasifikasi hipertensi menurut ( brunner & suddarth, 2017)

    a) Normal: sistolik kurang dari 120 mmHg diastolic kurang dari 80 mmHg

    b) Prahipertensi: sistolik 120 sampai 139 mmHg diastolik 80 -89 mmHg.

    c) Stadium 1:sistolik 140 sampai 159 mmHg diastolik 90-99 mmHg.

    d) Stadium 2: sistolik > 160 mmHg diastolik > 100 mmHg.

  • 23

    2.5.3 Faktor Resiko

    Menurut Susilo & Wulandari (2011) dalam seiyuda (2017) hipertensi

    dipengaruhi 2 faktor dapat diubah dan tidak dapat diubah:

    1. Faktor yang tidak dapat diubah antara lain:

    a) Usia

    Terjadinya hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan

    usia.Individu yang berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan

    darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg.Hal ini dipengaruhi

    degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usia.

    b) Jenis kelamin

    Laki-laki mempuyai resiko lebih tinggi menderita hipertensi lebih

    awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap

    morbiditas dan motralitas berapa penyakit kardiovaskuler, sedangkan

    diatas 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.

    c) Keturunan

    Dalam tubuh manusia terdapat faktor-faktor keturunan yang

    diperoleh dari kedua orang tuanya. Jika orang tua mempunyai riwayat

    hipertensi maka garis keturunan berikutnya mempunyai resiko besar

    menderita hipertensi.

  • 24

    2. Faktor-faktor yang dapat di ubah antara lain:

    a) Stres

    Stres atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar anak ginjal

    untuk mengeluarkan adrenalin dan memacu jantung berdenyut kuat.

    Akibatnya darah meningkat.

    b) Berat Badan

    Kegemukan atau kelebihan berat badan tidak hanya mengganggu

    penampilan seseorang, tetapi juga tidak baik untuk kesehatan. Mereka

    yang memiliki berat badan lebih cenderung memiliki tekanan darah

    darah tinggi dibanding mereka yang kurus. Pada mereka yang gemuk,

    jantung akan bekerja lebih keras dalam memompa darah. Hal ini dapat

    dipahami karena biasanya pembuluh darah orang-orang yang gemuk

    terjepit kulit yang berlemak. Pada orang yang gemuk pembakaran kalori

    akan bekerja lebih karena untuk membakar kalori yang masuk.

    Pembakaran kalori ini memerlukan oksigen dalam darah yang cukup

    semakin banyak alori yang di bakar, semakin banyak pula pasokan

    oksigen dalam darah. Pasokan darah tentu menjadikan jantung bekerja

    lebih keras.

    c) Penggunaan kontrasepsi oral pada wanita

    Peningkatan ringan tekanan darah biasa ditemukan pada wanita

    yang menggunakan kontrasepsi oral terutama yang berusia di atas 35

    tahun, yang telah menggunakan kontrasepsi selama 5 tahun. Hipertensi

  • 25

    disebabkan oleh peningkatan volume plasma akibat peningkatan aktivitas

    renin angiostensin –aldosteron yang muncul ketika kontrasepsi oral

    digunakan. Kelainan ini bersifat masih bias diperbaiki, namun

    membutuhkan waktu beberapa minggu setelah obat kontrasepsi tersebut

    berhenti diminum

    d) Konsumsi garam berlebih

    Kandungan natrium dalam garam di dalam darah dapat

    mempengaruhi tekanan darah seseorang. Natrium (Na) bersama klorida

    (Cl) dalam garam dapur (NaCl) sebenernya bermanfaat bagi tubuh untuk

    mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mengatur tekanan

    darah. Meningkatnya volume darah mengakibatkan meningkatnya

    tekanan pada dinding pembuluh darah sehingga kerja jantung dalam

    memompa darah semakin meningkat.

    e) Kebiasaan merokok

    Seseorang disebut memiliki kebiasaan merokok apabila ia

    melakukan aktivitas merokok setiap hari dengan jumlah satu batang

    atau lebih sekurang-kurangnya selama selama satu tahun. Merokok

    adalah salah satu faktor hipertensi melalui mekanisme pelepasan

    Norepinefrin dari ujung-ujung saraf adrenergik yang dipacu oleh nikotin

    .

  • 26

    2.5.4 Patofisiologi

    Berikut ini adalah patofisiologi hipertensi menurut Susilo & Wulandari

    (2011):

    Renin dan angiostensin memegang peranan penting dalam pengaturan

    tekanan darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada

    substrat protein plasma untuk memisahkan angiostensin I, yang kemudian diubah

    oleh converting enzym dalam paru menjadi bentuk angiostensin II kemudian

    menjadi angiostensin III. Angiostensin II dan III mempunyai aksi vasokontriktor

    yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap

    pelepasan aldosteron. Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada

    aldoteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem syaraf simpatis,

    angiostensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada

    ekskresi garam ( Natrium ) dengan akibat peningkatan tekanan darah.

    jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan

    pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku

    sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah

    melalui arteri tersebut. Meningkatnya tekanan darah dalam arteri bisa terjadi

    melalui beberapa cara yaitu Darah pada setiap denyut jantung di paksa untuk

    melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya

    tekanan. Inilah yang terjadi pada lanjut usia, dimana dinding arterinya telah

    menebal dan kaku karena arteriosklerosis.

    Dengan cara yang sama tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi

    vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut

  • 27

    karena perangsangan saraf atau hormone di dalam darah. Bertambahnya cairan

    dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatkan tekanan darah. Hal ini terjadi

    jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah

    garam dan air dari dalam tubuh yang meningkat sehingga tekanan darah juga

    meningkat.

    Sebaliknya jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami

    pelebaran, banyak cairan kelur dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.

    Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam

    fungsi ginjal dan sistem syaraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur

    berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Ginjal mengendalikan tekanan darah

    melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah

    pengeluaran garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah

    dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

    Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam

    dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal.

    Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang

    disebut renin, yang memicu pembentukan hormon aldosteron. Ginjal merupakan

    organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai penyakit

    dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Misalnya

    penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis ) bisa

    menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal

    juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah. Dengan meningginya tekanan

    darah menunjukan tanda dan gejala seperti sakit kepala,pusing,palpitasi (berdebar-

  • 28

    debar), mudah lelah bahkan pada beberapa kasus penderita tekanan darah tinggi

    biasanya tidak merasakan apa-apa, bila demikian gejala baru akan muncul setelah

    terjadi komplikasi pada ginjal, otak, atau jantung.

    Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang

    untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon flight-or-

    flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar) meningkatnya arteriola di

    daerah tertentu misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih

    banyak mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal sehingga akan

    meningkatkan volume darah dalam tubuh untuk melepaskan hormone epinefrin

    (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin) yang merangsang jantung dan

    pembuluh darah. Faktor stres merupakan satu faktor pencetus terjadinya

    peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormon epinefrin dan

    norepinefrin.

    2.5.5 Manifestasi klinis

    Hipertensi biasanya terjadi tanpa adanya gejala atau tanda-tanda peringatan

    untuk hipertensi dan sering disebut “silent killer”.Pada kasus hipertensi berat,

    gejala yang di alami klien antara lain :sakit kepala (rasa berat di tengkuk),

    palpitasi, kelelahan, nausea, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada,

    epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga berdenging), serta

    kesulitan tidur.

  • 29

    2.5.6 Komplikasi

    Berikut ini beberapa komplikasi dari hipertensi menurut( soeryoko, 2010)

    1. Stroke

    Stroke adalah penyakit otak yang disebabkan berhentinya suplai

    darah ke otak. Stroke merupakan salah satu penyakit komplikasi akibat

    tekanan darah tinggi. Penyakit stroke sangat di takuti masyarakat karena

    dapat mengakibatkan berhentinya aktivitas hidup, baik pada sebagian

    anggota badan maupun total (meninggal).

    2. Serangan Jantung

    Jantung dalam kondisi tekanan darah tinggi terus-menerus memompa

    darah lebih keras di bandingkan dalam kondisi normal. Pemompaan ini

    bertujuan untuk mengalirkan darah merata ke semua organ tubuh. Namun,

    bila pemompaan ini terus terjadi dalam kondisi berat atau tidak nyaman

    maka kondisi ini menyebabkan LVH (Left Ventrikel Hypertropi) atau

    pembengkakan ventrikel kiri. Akibat yang ditimbulkan LVH tersebut adalah

    penderita hipertensi merasakan nyeri dada, sesak napas, dan mudah lelah

    ketika beraktivitas.

    3. Edema Paru

    Edema paru adalah pembengkakan yang terjadi di dalam paru.

    Edema paru menunjukkan adanya akumulasi cairan di dalam paru. Paru

    dapat mengalami pembengkakan akibat tekanan darah tinggi . seperti kita

    ketahui, dalam kaitanya dengan tekanan darah , terdapat dua hal yang harus

    diukur, yaitu sistolik dan diastolik. Bila terjadi beban yang berlebihan pada

  • 30

    ventrikel kiri pada saat sistolik maka resiko terjadinya pembengkakan paru

    semakin besar. Demikian pula bila terjadi beban yang berat pada saat

    diastolik, volume paru akan membesar.

    4. Gagal ginjal

    Gagal ginjal adalah suatu keadaan dimana ginjal tidak dapat

    melakukan fungsinya dengan baik. Ginjal tidak mampu lagi

    mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit.

    Keadaan semacam ini menyebabkan penumpukan urea dan sampah nitrogen

    di dalam darah .Seseorang yang mengalami gagal ginjal dan tidak

    melakukan cuci darah secara teratur sering ditandai dengan rasa sakit luar

    biasa pada sekujur tubuh maupun tidak bisa tidur.

    5. Kebutaan

    Tidak sedikit penderita hipertensi berakhir dengan kebutaan

    permanen. Kebutaan ini muncul akibat hipertensi yang berlangsung selama

    bertahun-tahun atau disebut hippertensi kronis. Pada penderita tekanan

    darah tinggi, tekanan pada bola mata bisa melebihi normal. Tekanan darah

    pada bola mata dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah mata.

    Akibatnya mata tidak mendapat pasokan nutrisi yang di bawa oleh darah

    tersebut. Pada kasus tertentu, tekanan darah pada bola mata ini diikuti

    dengan keluarnya bola mata sehingga penderita seperti selalu melotot.

    6. Pendengaran menurun

    Komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita hipertensi

    adalah menurunya fungsi pendengaran. Selain itu, telinga sering berdenging

  • 31

    sepanjang hari. Namun, hal tersebut hanya terjadi pada penderita tekanan

    darah tinggi menahun. Hipertensi akut atau hipertensi baru belum

    memberikan dampak yang hebat. Pendengaran yang tidak mendapatkan

    penanganan yang memadai bisa mengurangi kualitas hidup karena akan

    mengganggu komunikasi dengan orang lain.

    2.5.7 Penatalaksanaan

    Terapi non farmakologis yang dapat digunakan untuk hipertensi adalah

    teknik mengurangi setres, penurunan berat badan, pembatasan alkohol, kafein,

    natrium, tembakau, (rokok), dan olah raga atau latihan (savitri, 2016). Sedangkan

    menurut Muttaqin (2009) terapi farmakologis antara lain .

    a) Diuretik

    Hidroklorotiazid adalah diuretic yang paling sering diresepkan untuk

    mengobati hipertensi ringan atau pada klien baru. Obat antihipertensi dapat

    menyebabkan retensi cairan, karena itu sering kali diuretic diberikan bersama

    antihipertensi.

    b) Simpatolitik

    Penghambat (adrenergic bekerja di sentral simpatolitik), penghambat

    adrenergik alfa dan adrenergic beta, dan penghambat neuron adrenergik

    diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik atau simpatolitik.

    c) Penghambat Adrenergik –alfa

    Golongan obat ini memblok reseptor adrenergic alfa 1, menyebabkan

    vasodilatasi dan penurunan tekanan darah

  • 32

    d) Penghambat neuron adrenergik (Simpatolitik yang Bekerja Perifer)

    Penghambat neuron adrenergik merupakan obat antihipertensi yang

    kuat menghambat norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan

    norepinefrin menjadi berkurang dan menyebabkan baik curah jantung

    maupun tahanan vaskular periver menurun. Reserpin dan guanelidin ( dua

    obat yang paling kuat ) dipakai untuk mengendalikan hipertensi yang pling

    berat

    e) Vasodilator Arteriol yang Bekerja Langsung

    Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja

    merelaksasikan otot-otot polos pembuluh darah, terutama pembuluh darah

    arteri,sehingga menyebabkan vasodilatasi. Vasodilatasi akan menyebabkan

    tahanan darah akan turun dan natrium serta air tertahan sehingga

    menyebabkan edema perifer, oleh karena itu diuretic dapat diberikan

    bersama-sama dengan vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi

    edema.

    f) Antagonis Angiostensin (ACE Inhibitor)

    Obat golongan ini menghambat enzim angiostensi (ACE) yang

    nantinya akan menghambat pembentukan angiostensin II (vasokontriktor) dan

    menghambat pelepasan aldosteron. Aldosteron akan meningkatkan retensi

    natrium dan ekskresi kalium. Jika aldosteron dihambat, natrium diekskresikan

    bersama dengan air. Kaptopril, enalapril, dan lisinopril adalah ketiga

    angiostensin dan dipakai pada klien dengan kadar renin serum yang tinggi.

  • 33

    2.6 Mekanisme Kandungan Daun Blimbing Wuluh dan Daun Alpukat

    Terhadap Perubahan Tekanan Darah

    Daun blimbing wuluh dan daun alpukat memiliki kandungan yang kurang

    lebih hampir sama, berdasarkan penelitian sebelumnya beberapa kandungan dari

    daun tersebut yang memiliki khasiat dalam menurunkan tekanan darah adalah ,

    kalium sitrat, saponin, dan flavanoid (Masithoh,2018).

    Kalium berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan

    meningkat, jumlah natrium rendah tekanan darah menurun (Fitriani, 2009). Selain

    itu kalium diperlukan untuk keseimbangan elektrolit dan mengontrol tekanan

    darah ( Irawati,2015).

    Saponin mempunyai khasiat diuretik dengan menurunkan volume plasma

    dengan cara mengeluarkan air dan elektrolit terutama natrium, sehingga pada

    akhirnya cardiac output menurun (Irawati, 2015). Flavanoid akan mempengaruhi

    kerja angiostensin converting enzym (ACE). Penghambatan ACE,akan

    menghambat peubahan angiostensin I menjadi angiostensin II, yang menyebabkan

    vasodilatasi sehingga tahanan resistensi periver turun dan dapat menurunkan

    tekanan darah (Safitri,2015).

  • 34

    BAB 3

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konsep

    Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Efektifitas Rebusan Daun Blimbing Wuluh dan Daun

    alpukad Terhadap Perubahan Tekanan Darah

    Keterangan : Diteliti

    : Tidak diteliti

    Flavonoid

    Daun Belimbing wuluh Daun Alpukat

    Menurunkan

    renin

    angiostensin

    aa Perubahan

    angiostensin I

    dan II dihambat

    Saponin

    Menurunkan

    volume plasma

    Mengeluarkan air dan

    elektrolit (Na) Vasodilatasi pembuluh darah

    Perubahan

    tekanan darah

    Kalium sitrat

    Sebagai diuretik

    Sebagai

    diuretik

    Dapat menurunkan

    Cardiac output

    Cairan natrium

    meningkat

    Jumlah natrium

    rendah

  • 35

    Pada daun blimbing wuluh dan daun alpukat mengandung flavanoid,

    kalium, dan saponin dapat mempengaruhi tekanan darah. Flavanoid dapat

    menurunkan aktivitas renin angiostensin, perubahan angiotensinogen (ACE) I

    menjadi angiotensinogen II (ACE) dihambat sehingga terjadi vasodilatasi

    pembuluh darah dan menyebabkan penurunan tahanan resistensi perifer sehingga

    dapat menurunkan tekanan darah. Kalium berfungsi sebagai diuretik sehingga

    pengeluaran cairan natrium meningkat, jumlah natrium rendah tekanan darah

    menurun. Saponin berkhasiat sebagai diuretik yaitu menurunkan volume plasma

    dengan cara mengeluarkan air dan elektrolit natrium (Na) sehingga dapat

    menyebabkan penurunan cardiac output (CO) dan menurunkan tekanan darah.

    3.2 Hipotesis

    Hipotesis yang dapat dirumuskan dari penelitian ini adalah ada perbedaan

    efektivitas antara rebusan daun blimbing wuluh dan daun alpukat terhadap

    perubahan tekanan darah.

    Ha: 1. pemberian rebusan daun blimbing wuluh efektif terhadap

    Perubahan tekanan darah lansia penderita hipertensi.

    2. pemberian rebusan daun alpukat efektif terhadap perubahan

    tekanan darah lansia penderita hipertensi.

    3. Ada perbedaan efektivitas antara pemberian rebusan daun blimbing

    wuluh dan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah lansia

    Penderita hipertensi.

  • 36

    BAB 4

    METODE PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian

    Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian

    yang diharapkan dan berperan sebagai pedoman atau panutan penelitian pada

    seluruh penelitian (Nursalam, 2017).

    Desain penelitian ini menggunakan Quasy Exsperiment yaitu eksperimen

    yang belum atau tidak memiliki cirri-ciri rancangan eksperimen

    sebenarnya,karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi

    sulit dilakukan. Dengan Non Equivalent Control Group yaitu membandingkan

    hasil intervensi program kesehatan dengan suatu klompok kontrol yang serupa,

    tetapi tidak perlu kelompok yang benar-benar sama . Tujuan dari penelitian adalah

    untuk menganalisis perbedaan efektifitas antara rebusan daun blimbing wuluh

    dan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.

    Pada penelitian ini observasi atau penilaian tekanan darah dilakukan sebanyak dua

    kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen (pre dan post test ).

    4.4.1 Skema Rancangan Penelitian

    Quasy Ekperiment dengan Non Equivalent Control Group

    Subjek Pre Test Perlakuan Post Test

    Rebusan daun blimbing wuluh A a A1

    Rebusan daun alpukat B b B1

  • 37

    Keterangan :

    a : Intervensi rebusan daun blimbing wuluh 200 ml

    b : Intervensi rebusan daun alpukat 200 ml

    A : Tekanan darah sebelum diberikan intervensi rebusan daun blimbing wuluh

    B : Tekanan darah sebelum diberikan intervensi rebusan daun alpukat

    A1 : Tekanan darah sesudah diberikan intervensi rebusan daun blimbing wuluh

    B1 : Tekanan darah sesudah diberikan intervensi rebusan daun alpukat

    4.2 Populasi dan Sampel

    4.2.1 Populasi

    Populasi dalam penelitian adalah subjek ( misalnya manusia ; klien) yang

    memenuhi kriteria yang ditetapkan ( Nursalam, 2017 ).

    Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang menderita hipertensi

    yang ada di Klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan Jiwan Kabupaten

    Madiun yaitu sebanyak 41 orang. jumlah tersebut diperoleh dari rata-rata data

    kunjungan di Klinik dr.Rindang Desa Teguhan pada bulan Januari, februari,

    maret, dan april 2019.

    4.2.2 Sampel

    Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

    sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sementara sampling adalah proses

    menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam,

    2017). Besar Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Federer :

    (n-1)x (t-1)≥ 15

  • 38

    Keterangan :

    n= Besar sampel tiap kelompok

    t= Banyaknya kelompok

    (n-1)x (t-1) >15

    (n-1) x (2-1) > 15

    (n-1)x (1) > 15

    n -1 > 15\

    n ≥ 15+1

    n ≥ 16

    Hasil jumlah dengan hitungan rumus yang didapat adalah minimal n= 16

    sampel responden. Untuk mengantisipasi responden yang hilang atau

    mengundurkan diri maka dilakukan koreksi atau perubahan jumlah sampel

    berdasarkan prediksi sampel drop out dari peneliti. Rumus yang digunakan untuk

    koreksi jumlah sampel adalah:

    n'=

    Keterangan

    n'= Besar samel setelah dikoreksi

    n=Jumlah sampel sebelumnya

    f= Prediksi sampel droup out diperkirakan 10%(f=0,1)

    n'=

    n'=

    n'=

  • 39

    n'= 17,7

    n'= dibulatkan menjadi 18

    Sampel yang diperlukan berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus

    drop out adalah masing –masing kelompok perlakuan dalam penelitian sejumlah

    18 sampel sehingga jumlah seluruh sampel penelitian sebanyak 36 responden.

    4.2.3 Kriteria sampel

    Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi

    bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-variabel kontrol ternyata

    mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat

    dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2017).

    1. Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

    populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.

    Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

    a) Bersedia menjadi responden

    b) Lansia di Klinik dr.Rindang

    c) Lansia dengan Hipertensi

    2. Kriteria Ekslusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan subjek yang tidak

    memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab.

    Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

    a) Lansia yang mengkonsumsi obat anti hipertensi ≤ 1 minggu

  • 40

    4.3 Teknik Sampling

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability

    sampling yaitu pengambilan sampel bukan secara acak. Pengambilan sampel

    dengan menggunakan purposive sampling atau disebut juga judgement sampling.

    purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih

    sampel di antara populasi sesuai dengan yang di kehendaki peneliti

    (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel dapat mewakili karakteristik

    populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2016)

  • 41

    4.4 Kerangka Kerja

    Gambar 4.3 : Kerangka Kerja Efektifitas Rebusan Daun Blimbing Wuluh dan

    Daun Alpukat Terhadap Perubahan Tekanan Darah

    Populasi

    Semua lansia penderita hipertensi sebesar 41 orang di klinik dr.Rindang

    Desain Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasy Eksperiment dengan Non

    Equivalent Control Group

    Pengumpulan Data:

    Mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan

    perlakuan

    Pre eksperimen

    Rebusan daun blimbing

    wuluh

    Post eksperimen

    Pre eksperimen

    Rebusan daun alpukat

    Post eksperimen

    Post eksperimen Pengolahan data

    Editing, Coding, Tabulating

    Analisis:

    Independent T-test

    Hasil dan Kesimpulan

    Sampel

    Sebagian dari lansia penderita hipertensi di Klinik dr.Rindang yaitu

    sebesar 36 orang

    Sampling: Purposive sampling

  • 42

    4.5 Variabel Penelitian

    4.5.1 Identifikasi Penelitian

    Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

    terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Variabel dalam penelitian ini

    dibagi menjadi 2 yaitu (Nursalam, 2017) :

    1. Variabel Bebas ( Independent Variabel )

    Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain.

    Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu

    dampak pada variabel dependen. Variabel bebas biasanya dimanipulasi,

    diamati, dan di ukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap

    variabel lain.

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian rebusan daun

    blimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.) dan rebusan daun Alpukat (Persea

    americana Mill).

    2. Variabel Terikat ( Dependent Variabel )

    Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain.

    Variabel akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain.

    Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang di amati

    dari suatu organisme yang dikenal stimulus. Dengan kata lain, variabel terikat

    adalah faktor yang diamati dan di ukur untuk menentukan ada tidaknya

    hubungan atau pengaruh dari variabel bebas.

    Variabel terikat pada penelitian ini adalah tekanan darah pada lansia

    dengan hipertensi

  • 43

    4.6 Definisi Operasional

    Variabel Definisi Indikator Alat Skala Skor

    Variabel

    independent:

    Rebusan daun

    blimbing

    wuluh dan

    Rebusan daun

    alpukat

    Minuman yang

    terbuat dari

    daun blimbing

    wuluh dan daun

    alpukat dengan

    cara direbus

    untuk

    menurunkan

    tekanan darah

    -Jumlah masing-masing

    daun 5 gram

    -Air 200cc/pemberian

    -Lama : 1 minggu

    (7 hari)

    -Waktu : Setiap sore

    Gelas

    ukur

    Ukur

    Nominal Nominal 1.Rebusa

    daun

    blimbing

    wuluh :1

    2.Rebusan

    daun

    Alpukat :2

    Variabel

    Dependent:

    Tekanan

    Darah

    Tekanan darah

    lansia di dalam

    pembuluh darah

    yang dapat

    diukur dengan

    tensimeter

    Tekanan darah

    Tensi meter Tensi

    meter

    Rasio

  • 44

    4.7 Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk

    memperoleh, mengelola, dan mengintreprasikan informasi dan para responden

    yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama (Nasir, 2011).

    Alat ukur ( instrument) dalam penelitian ini antara lain tensimeter merk

    ABN dengan tingkat ketelitian 3 mmHg, stetoskop merk Spirit, gelas ukur,

    kompor, panci, irus, penyaring , lembar kuisioner, lembar observasi, dan lembar

    tabulasi. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah daun blimbing wuluh yang

    berwarna hijau muda dan daun alpukat yang berwarna hijau tua.

    4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Lokasi penelitian ini adalah di Klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan

    Jiwan Kabupaten Madiun Desember-Juli 2019 .

    4.9 Prosedur Pengumpulan Data

    Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

    proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

    (Nursalam, 2017).

    Dalam melakukan penelitian, prosedur pengumpulan data yang ditetapkan

    adalah sebagai berikut :

    1. Perijinan

    Peneliti mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat ijin

    dari Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun yang ditujukan kepada Klinik

    dr.Rindang Desa Teguhan Jiwan Madiun.

  • 45

    Mendatangi calon responden dengan cara door to door untuk

    memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan kepada responden tentang

    tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian pemberian intervensi yaitu rebusan

    daun blimbing wuluh dan daun alpukat terhadap tekanan darah. responden

    yang bersedia kemudian diberi lembar inform concent untuk mendatangani

    pernyataan sebagai bukti ketersediaan untuk menjadi responden. Setelah

    responden menandatangani lembar inform concent peneliti mengajukan

    pertanyaan yang ada pada lembar kuisioner kemudian jawaban dari responden

    di isi pada lembar kuisioner tersebut.

    2. Pre eksperimen

    Pengukuran tekanan darah dilakukan1 hari sebelum pemberian

    rebusan daun Blimbing Wuluh dan daun Alpukat. Pengukuran dilakukan

    pada saat pagi karena kondisi tubuh masih dalam keadaan segar dan posisi

    responden duduk dengan dua telapak kaki menyentuh lantai, menurut Faster-

    Fitzpatrick & Braun dalam Kozier et al., (2010). Kaki yang menyilang pada

    lutut akan menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik.

    Hasil pengukuran kemudian ditulis di dalam lembar observasi

    3. Eksperimen

    Dalam penelitian ini peneliti mengajak 3 orang teman, sebagai asisten

    peneliti membagi kelompok rebusan daun blimbing wuluh dan daun alpukat.

    Pembagian kelompok akan digambarkan pada tabel berikut ini:

  • 46

    Minggu Rebusan Daun Blimbing

    Wuluh

    Rebusan Daun Alpukat

    1a 19b

    2a 20b

    3a 21b

    4a 22b

    5a 23b

    6a 24b

    7a 25b

    8a 26b

    9a 27b

    Kedua 10a 28b

    11a 29b

    12a 30b

    13a 31b

    14a 32b

    15a 33b

    16a 34b

    17a 35b

    18a 36b

    Kelompok dibagi menjadi 2 kelompok untuk minggu pertama berjumlah

    18 responden 9 diberi rebusan daun belimbing wuluh, 9 diberi rebusan daun

    alpukat. Peneliti membuat rebusan daun blimbing wuluh dan daun alpukat 1 jam

    sebelum di berikan pada responden. Untuk 1 responden membutuhkan 5 gram

    daun blimbing wuluh direbus dengan 200 ml air, kemudian 5 gram daun alpukat

    direbus dengan air 200ml. Minggu kedua berjumlah 18 responden 9 diberi

    rebusan daun belimbing wuluh, 9 diberi rebusan daun alpukat. Peneliti membuat

    rebusan daun blimbing wuluh dan daun alpukat 1 jam sebelum di berikan pada

    responden. Untuk 1 responden membutuhkan 5 gram daun blimbing wuluh

    direbus dengan 200 ml air, kemudian 5 gram daun alpukat direbus dengan air

  • 47

    200ml. rebusan daun di buat sore jam 16.00 WIB. diberikan selama 7 hari setiap

    sore, setelah itu dilakukan pengamatan pemberian rebusan untuk memastikan

    rebusan diminum dan langsung dihabiskan dalam waktu ± 10 menit.

    4. Post Eksperimen

    Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah satu hari setelah diberi

    rebusan daun Blimbing Wuluh dan D