“Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan...

33
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2. Kajian Teoritis 2.1 Hakikat Prestasi Belajar Banyak definisi tentang belajar yang dikemukaan para ahli, dan perumusannya berbeda-beda. Namun demikian pengertian – pengertian yang di kemukakan para ahli mempunyai kesamaan dalam satu hal, yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses pembentukan atau perubahan tingkah laku pada diri seseorang. Salah satu definisi yang dapat dikemukakan disini adalah seperti apa yang dirumuskan dalam teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Prestasi belajar menurut Nasution (1996 : 17) “prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat”. Sedangkan menurut Winkel (1996 : 17) “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang siswa ataupun siswi akan memberikan gambaran tentang 4

description

“Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata Pelajaran Dasar-Dasar Elektronika”.PTK AZHAR BAB II

Transcript of “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan...

Page 1: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2. Kajian Teoritis

2.1 Hakikat Prestasi Belajar

Banyak definisi tentang belajar yang dikemukaan para ahli, dan

perumusannya berbeda-beda. Namun demikian pengertian – pengertian

yang di kemukakan para ahli mempunyai kesamaan dalam satu hal, yaitu

bahwa belajar itu merupakan suatu proses pembentukan atau perubahan

tingkah laku pada diri seseorang. Salah satu definisi yang dapat

dikemukakan disini adalah seperti apa yang dirumuskan dalam teori

behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari

adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Prestasi belajar menurut Nasution (1996 : 17) “prestasi belajar adalah

kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat”.

Sedangkan menurut Winkel (1996 : 17) “prestasi belajar adalah suatu bukti

keberhasilan atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan

belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Prestasi belajar yang

dicapai oleh seorang siswa ataupun siswi akan memberikan gambaran

tentang tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap sejumlah materi

pelajaran yang tersususun dalam tiga tingkatan kemampuan yaitu

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.

Tingkat keberhasilan siswa dalam studi ini dibatasi pada kemampuan

pengetahuan dan ketrampilan. Khususnya tiga tingkatan kemampuan yang

pertama yaitu penguasaan pengetahuan yang terbentuk dalam asosiasi

hafalan. Aspek ini merupakan seperangkat ingatan mengenai sesuatu

sebagai hasil dari pengamatan melalui asosiasi tentang fakta. Dan pada

tingkatan kemampuan yang kedua yaitu penguasaan kemampuan yang

terbentuk melalui tindakan – tindakan pengajaran.

4

Page 2: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

Untuk lebih jelasnya pencapaian prestasi belajar di sekolah dapat

dilihat dari perolehan angka nilai yang didapat melalui tes. Angka nilai yang

dipakai disini mempunyai rentangan 1 – 10 ( satu sampai sepuluh), dengan

bobot nilai maksimum untuk setiap item adalah 1 (satu). Untuk menjadikan

nilai maksimum yang diperoleh siswa dari suatu tes kedalam nilai yang

mempunyai rentangan 1 – 10, maka digunakan suatu rumus :

Nilai = Jumlahnilai maksimum

jumah itemx 10

Contoh : Item tes terdiri dari 20 item, setiap item yang dijawab dengan betul

dijumlahkan menjadi nilai maksimum. Kalau si A menjawab item dengan

betul 16 item, maka nilai yang diperoleh si A adalah 16/20 x 10 = 8

(dibulatkan sampai satuan).

2.2 Hakikat Mata Pelajaran Dasar-Dasar Elektronika

Mata Pelajaan dasar-dasar elektronika merupakan dasar-dasar dari

ilmu elektronika yang mempelajari alat listrik arus lemah yang doperasikan

dengan cara mengontrol aliran electron atau partikel bermuatan listrik dalam

suatu alat elektronik. Sebenarnya, ilmu yang mempelajari alat elektronik ini

merupakan bagian atau cabang dari Ilmu Fisika, sementara bentuk desain

dan pembuatan sirkuit elektroniknya adalah bagian dari teknik elektro,

teknik komputer, dan ilmu atau teknik elektronika dan instrumentasi.

Teknik dasar elektronika ini dibagi ked alam dua komponen, yaitu :

Komponen Aktif, yaitu komponen yang tidak dapat bekerja tanpa adanya

sumber tegangan listrik. Komponen aktif terdiri dari diode dan transistor.

Komponen Pasif, merupakan komponen yang dapat bekerja tanpa adanya

sumber tegangan listrik. Komponen ini terdiri dari resistor, kapasitor atau

kondensator, induktor atau kumparan dan transformator.

2.3 Hakikat Model Quantum teaching

Quantum adalah sebuah temuan yang telah menyelamatkan manusia

dari bencana ultraviolet, Quantum training telah menyelamatkan manusia

5

Page 3: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

dari bencana ’ultrasekolah’ dan ’ultrabelajar’ Quantum pertama kali

ditemukan oleh Max Planck pada akhir abad ke -19. Ia menemukan sebuah

rumus fisika yang sahih yang dapat menanggulangi bencana ultraviolet.

Sejak saat itu istilah Quantum digunakan pada banyak aspek kehidupan

yang antara lain digunakan pada bidang pendidikan dan pembelajaran. Di

abad ke-20 ini orang ‘dipaksa’ belajar di ruang kelas yang disusun secara

kaku dan terdiri dari meja dan kursi.

Nilai dan Ijasah/Sertifikat menjadi ukuran keberhasilan yang pada

akhirnya pembelajar merasa bahwa belajar dan sekolah merupakan beban.

Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan sebuah

pendekatan pengajaran yang disebut dengan Quantum teaching, Quantum

teaching bahkan menggugat cara mengajar yang selama ini dilakukan secara

‘turun temurun’. quantum teaching dikembangkan oleh seorang guru dalam

pembelajaran. quantum teaching sendiri berawal dari sebuah upaya Dr.

Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan

Suggestology. Prinsipnya, sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil

belajar. Kata quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi

menjadi cahaya. Jadi quantum teaching menciptakan lingkungan belajar

yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan

lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.Bila

model ini diterapkan, maka guru akan lebih mencintai dan lebih berhasil

dalam memberikan materi serta lebih dicintai anak didik karena guru

mengoptimalkan berbagai model. Apalagi dalam quantum teaching ada

istilah ‘bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan hantarlah dunia kita ke

dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan quantum

teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi

jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan

emosional yang baik dalam dan ketika belajar.

Persamaan quantum teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika

quantum yaitu:

E = mc2

6

Page 4: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)

M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)

c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)

Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses

pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas

dan antusiasme belajar pada peserta didik.

2.3.1 Asas Quantum Teaching

Quantum teaching bersandar pada konsep ini:

“Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia

Mereka”. Maksudnya yaitu mengingatkan kita pada pentingnya memasuki

dunia murid sebagai langkah pertama. Untuk mendapatkan hak mengajar,

pertama-tama kita sebagai pengajar harus membangun jembatan autentik

memasuki kehidupan murid. Sertifikat mengajar atau dokumen yang

mengizinkan mengajar atau melatih hanya berarti bahwa memiliki wewenang

untuk mengajar. Hal ini tidak berarti bahwa mempunyai hak mengajar.

Mengajar adalah hak yang harus diraih, dan diberikan oleh siswa, bukan oleh

Departemen Pendidikan. Belajar dari segala definisinya adalah kegiatan full-

contact. Dengan kata lain belajar melibatkan semua aspek pribadi manusia-

pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap, dan

keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian,

karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk

memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh

guru. Jadi masuki dahulu dunia mereka. Mengapa? Karena tindakan ini akan

memberi seorang guru izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan

perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas.

Bagaimana caranya? Dengan mengaitkan apa yang diajarkan dengan sebuah

peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial,

atletik, musik, seni,rekreasi, atau akademis mereka.

Setelah kaitan itu terbentuk baru dapat membawa mereka kedalam dunia

guru, dan memberi mereka pemahaman anda mengenai isi dunia itu. Di

7

Page 5: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

sinilah kosakata baru, model mental, rumus, dan lain-lain dibeberkan. Seraya

menjelajahi kaitan dan interaksi, baik siswa maupun guru mendapatkan

pemahaman baru dan “Dunia Kita” diperluas mencakup tidak hanya para

siswa, tetapi juga guru. Akhirnya, dengan pengertian yang lebih luas dan

penguasaan lebih mendalam ini, siswa dapat membawa apa yang mereka

pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru.

2.3.2 Metdode Quantum Teaching

Model quantum teaching hampir sama dengan sebuah simfoni. Jika

anda menonton sebuah simfoni, ada banyak unsur yang menjadi faktor

pengalaman musik anda. Kita dapat membagi unsur-unsur tersebut menjadi

dua kategori :

A. Konteks (Context) adalah latar untuk pengalaman anda. Konteks

merupakan keakraban ruang orkestra itu sendiri (lingkungan),

semangat konduktor dan para pemain musiknya (suasana),

keseimbangan instrument dan musisi dalam bekerja sama (landasan),

dan interpretasi sang maestro terhadap lembaran musik (rancangan).

Unsur-unsur ini berpadu dan kemudian, menciptakan pengalaman

bermusik yang menyeluruh.. Konteks menata panggung mempunyai

empat aspek :

I. Suasana, semangat konduktor dan pemain musiknya, maksudnya

suasana kelas mencakup bahasa yang di pilih, cara menjalin rasa

simpati dengan siswa, dan sikap guru terhadap sekolah serta belajar.

Suasana yang penuh kegembiraan membawa kegembiraan pula dalam

belajar.

II. Landasan, keseimbangan instrumen dan musisi, maksudnya adalah

kerangka kerja: tujuan, prinsip, keyakinan, kesepakatan, kebijakan,

prosedur, dan aturan bersama yang memberi guru dan siswa sebuah

pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar.

8

Page 6: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

a. tujuan, di kelas tujuan yang sama bagi seluruh siswa adalah

mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi pelajar

yang lebih baik dan berinteraksi sebagai pemain tim, serta

megembangkan keterampilan lain yang dianggap penting.

Misalnya, pada akhir tahun ini, semua orang di sini akan bisa

berbahasa jepang cukup baik untuk melakukan percakapan

panjang.

b. prinsip, gambaran tentang cara yang dipilih para anggotanya untuk

menjalani kehidupan ini. Prinsip ini mirip dengan kesadaran

bersama yang akan menuntun perilaku dan membantu tumbuhnya

lingkungan yang saling mempercayai dan mendukung. Agar

prinsip melekat, setiap orang di kelas harus setuju bahwa prinsip

tersebut penting dan harus dijunjung tinggi.

c. keyakinan, yakinlah dengan kemampuan mengajar dan

kemampuan siswa belajar.Bertindak seolah-olah menjadi guru

terhebat di dunia, dengan bersikap penuh percaya diri. Suatu saat

guru akan percaya akan kemampuannya sendiri

d. kesepakatan, lebih formal daripada peraturan, dan merupakan

daftar cara sederhana dan konkret untuk melancarkan jalannya

pelajaran.

e. kekebijakan, mendukung tujuan komunitas belajar dan

menjelaskan urutan tindakan untuk situasi tertentu. Misalnya, jika

siswa tidak dapat hadir, mereka meminta tugas yang terlewat dari

guru.

f. prosedur memberi tahu siswa apa yang diharapkan dan tindakan

apa yang diambil. misalnya berbaris di depan pintu sebelum

masuk, tempat mengumpulkan pekerjaan rumah, dsb

g. peraturan, lebih ketat daripada kesepakatan atau kebijakan.

Melanggar peraturan harus menimbulkan konsekuensi yang jelas.

Melanggar peraturan menimbulkan konsekuensi yang jelas.

Misalnya, karena kita saling mendukung, maka tidak ada kata ejek-

9

Page 7: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

ejekkan, jika ada yang melanggar, konsekuennsinya bisa berupa

peringatan, setrap, dsb.

III. Lingkungan, Ruang Orkestra, yaitu adalah cara anda menata ruang

kelas : pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman,

musik, semua hal yang mendukung proses belajar.

a. Lingkungan sekeliling, lingkungan yang ada di sekeliling

membantu daya ingat, seperti sebuah gambar lebih berarti daripada

seribu kata. Bias juga dengan menciptakan poster ikon (gambar-

gambar yang nantinya akan dipajang pada dinding), poster afirmasi

(poster motivasi dengan pesan-pesan yang membuat siswa

semangat)

b. Alat Bantu, benda yang dapat mewakili suatu gagasan. Seperti

boneka untuk mewakili tokoh dalam karya sastra.

c. Pengaturan Bangku, pengaturan bangku disesuaikan dengan jenis

interaksi yang akan digunakan. Seperti setengah lingkaran untuk

diskusi kelompok. Jika bangku sulit dipindahkan bias dengan

membalikkan badan dengan berinteraksi kelompok kecil, atau

duduk di lorong antara bangku.

d. Tumbuhan, aroma, hewan peliharaan, dan unsur organik lainnya.

Tumbuhan menambah keadaan estetika, binatang dapat

menenangkan dan mengeluarkan sifat penyanyang, aroma memicu

respon seperti ketenangan, depresi, kelaparan, kecemasan,

seksualitas.

e. Musik, bisa digunakan untuk menata suasana hati, mengubah

keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar.

IV. Rancangan, interpretasi sang maestro terhadap lembaran musik,

maksudnya adalah penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa

menumbuhkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki

postur tukar-menukar informasi.

10

Page 8: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

Jika ke empat aspek ini ditata dengan cermat, suatu keajaiban akan

terjadi. Konteks itu sendiri benar-benar menciptakan rasa saling

memiliki, yang kemudian akan meningkatkan rasa memiliki dan

penghargaan. Kelas akan menjadi komunitas belajar, tempat yang

dituju para siswa dengan senang hati, bukan karena keterpaksaan.

B. Isi (Content) anggaplah sebagai lembaran musik. Not-not nyata pada

semua halaman, yang lebih dari sekedar not-not pada sebuah halaman.

Salah satu unsur isi adalah bagaimana tiap frase musik dimainkan

(penyajian). Isi juga meliputi fasilitas ahli sang maestro terhadap

orkestra, memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi setiap

instrument.

I. Presentasi, seperti Isi dalam simfoni, yaitu bagian kurikulum yang

ringkas dan bergairah, anggun tapi menarik, penyaji yang piawai, baik

seorang guru TK atau penKontekstual motivasional, memiliki strategi

dan teknik yang jelas untuk memastikan bahwa sajian mereka

memiliki dampak.

Guru adalah salah satu factor yan paling berarti dan berpengaruh

dalam kesuksesan siswa sebagai pelajar. Berikut adalah empat

komunikasi ampuh, yaitu :

a. munculkan kesan, manfaatkanlah kemampuan otak untuk

menyediakan asosiasi yang kaya. Susunlah perkataan yang

menimbulkan citra yang dapat memacu belajar siswa. Misalnya

“Bagian ini sangat menantang, maka simaklah baik-baik, supaya

kalian memahaminya”. Janganmengatakan hal “anak-anak, bagian

bab ini paling sulit dan membosankan jadi kalian harus waspada

kalau tidak mau gagal”

b. arahkan fokus, memanfaatkan kemampuan otak yang mampu

memilih dari banyaknya input indrawi, dan memusatkan perhatian

otak. Maksudnya seorang guru harus bisa memusatkan perhatian

siswa pada bahasan yang akan seorang guru bahas. Misalnya

11

Page 9: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

jangan menggunakan “jangan dekati perlengkapan seni saat kalian

pindah ke kelompok kalian”. Hal itu justru menarik perhatian ke

perlengkapan seni, arahkan fokus dengan “cari tempat berkumpul

ke kelompok kalian. Pindahlah langsung ke tempat itu, dan bawa

buku kalian”. Tanpa menyebutkan perlengkapan seni dan

menyebutkan fokus yang jelas, kita bisa mengarahkan siswa agar

tidak mendekati perlengkapan seni tersebut.

c. Inklusif (bersifat mengajak), di dalam perkataan seorang guru

harus menimbulkan asosiasi yang positif. Misalnya, “Bapak ingin

kalian mengeluarkan buku kalian”.”yang harus kalian lakukan

berikutnya adalah mengeluarkan pekerjaan rumah kemarin”.”bapak

minta kalian mengumpulkan bahan-bahan kalian”. Pesan di balik

kalimat itu mengesankan “saya pegang kendali dan kalian harus

melakukan apa yang saya perintahkan”. Sebaiknya “Mari kita

keluarkan buku”. “sekarang keluarkan pekerjaan rumah

kalian”.”sudah waktunya mengumpulkan bahan-bahan kita”.

Perubahan sederhana dalam kata dapat meningkatkan hubungan

kerja sama yang menyeluruh, setiap orang diajak.

d. Spesifik (bersifat tetap sasaran), katakanlah apa yang perlu

dikatakan dengan kejelasan sebanyak mungkin dan jumlah kata

sedikit mungkin. Inilah yang disebut hemat bahasa. Misalkan para

siswa bersiap-siap untuk istirahat. Jadi guru berkata.”anak-anak,

bersiap-siaplah untuk istirahat”. Seharusnya.”anak-anak,

kembalikan bahan ke tempatnya dengan rapi, masukkan sampah ke

tempat sampah, dan simpan kertas kalian dalam rak berkabellalu

kalian boleh istirahat” hemat bahasa diosini bukan berarti sedikit

bicra, namun kejelasan tujuan yang akan guru sampaikan kepada

siswanya.

II. Fasilitasi, dengan memfasilitasi keadaan siswa untuk meningkatkan

kemampuan mereka untuk memahami, berpartisipasi, berfokus, dan

menyerap informasi.

12

Page 10: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

a. KEG, membantu membungkus dan menyampaikan penghargaan

guru kepada muridnya.

i. Know it (ketahui hasilnya), pahamilah semua yang akan anda

sampaikan, rupa (table yang berisi tiga faktor untuk kejadian

dan akibatnya), bunyi (siswa saling berdiskusi melengkapi

tabel), rasa hasil (siswa dengan tenang pergi ke rak buku untuk

mencari informasi), sejauh mana guru mengetahui rupa, bunyi,

rasa hasil, guru dapat mengkomunikasikannya dengan jelas dan

mendapatkan hasil yang diinginkan.

ii. Explain It (Jelaskan Hasilnya), setelah mengetahui dengan jelas

rupa, bunyi, dan rasa hasil. Jelaskan kepada siswa bayangan

tentang hasil itu, beberkan secara terbuka, gunakan rumus yang

spesifik. Misalnya “tantangan ini sederhana, kualitasnya pasti

luar biasa. Begini caranya, gambarkan dengan jelas, boleh

menggunakan media…, pastikan siklusnya berwarna, dinamai

dengan benar,….seterperinci mungkin.”

iii. Get it (Dapatkan hasilnya), perhatikan dan dengarkan siswa

memulai, jika tidak mematuhi beri tahu mereka dan beri umpan

balik, hentikan sesaat dan katakan mutu pekerjaan mereka.lebih

baik lagi katakan perbaikan yang perlu siswa lakukan, lalu

lanjutkan kembali.

b. Menciptakan strategi berpikir, menyingkapkan bagaimana siswa

mencapai suatu jawaban dan mendukung waktu berpikir. Misalnya

dengan melontarkan pertanyaan memberikan kesempatan kepada

kita untuk menghargai dan mengakui partisipasi dan pengambilan

resiko siswa. Atau dengan bertanya memberi guru kesempatan

untuk mengasah dan membuka pikiran siswa; gerakkan pikiran

mereka hingga memperoleh jawaban.

III. Keterampilan Belajar, dengan keterampilan belajar yang tepat, semua

siswa dapat memahami sebagian besar informasi dalam waktu yang

13

Page 11: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

guru perlukan untuk menjelaskan informasi. Lima keterampilan yang

merangsang belajar :

a. konsentrasi terfokus

b. cara mencatat

c. organisasi dan persiapan tes

d. membaca cepat

e. teknik mengingat

IV. Keterampilan hidup, sebagaimana seorang konduktor piawai

menyuarakan musik yang indah dari setiap musisinya, guru juga

mengorkestrasi ketulusan dan keefektifan siswa melalui keterampilan

pribadi, dikenal pula dengan sebutan keterampilan hidup,

keterampilan sosial, kemampuan ini memberdayakan setiap orang

untuk membina dan memelihara hubungan dengan orang lain.

Keajaiban pengalaman menjadi terbuka karena konteksnya

tepat, dan membuat musik menjadi hidup. Saat Anda menggubah

kesuksesan siswa, unsur-unsur yang sama tersusun dengan baik:

suasana, lingkungan, landasan, rancangan, penyajian ,fasilitas,

keterampilan belajar dan keterampilan hidup.

2.4 Hakikat Model Konstektual

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan

tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme

(Constructivism), bertanya (Questioning), mencmukan (Inquiry),

masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan

penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).

14

Page 12: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

Lima elemen belajar yang kontrusktivistik menurut Zahorik (1995:14-22)

ada lima elemen yang harus dperhatkan dalam praktek pembelajaran

konstektual :

A. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge).

B. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara

mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan

detailnya.

C. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan

cara menyusun (1) konsep sementara (hipotesis), (2) melakukan

sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas

dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.

D. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying

knowledge).

E. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi

pengembangan pengetahuan tersebut.

Dalam menerapkan model kontekstual (CTL) ada tujuh hal yang harus

diperhatikan :

A.  Konstruktivisme

Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir

(filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh

manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya didtperluas melalui

konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-

konyong.Pengetahuan bukanlah seperangkat faktafakta, konsep, atau

kaidah yang slap untuk diambil dan diingat. Manusia harus

mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui

pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemu-

kan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ideide.

Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada

siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka

15

Page 13: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus

menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke

situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik

mereka sendiri.

B. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil

dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang

merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.

Topik mengenai adanya dua jenis binatang rnelata, sudah seharusnya

ditemukan sendiri oleh siswa, bukan `menurut buku'. Siklus inkuiri:

1. Observasi (Observation)

2. Bertanya (Questioning)

3. Mengajukan dugaan (Hipotesis)

4. Pengumpulan data (Data gathering)

5. Penyimpulan (Conclussion)

C. Bertanya ( Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari `bertanya'.

Sebelum tahu kota Palu, seseor ng bertanya "Mana arah ke kota Palu?"

Questioning (bertanya) merupakaan strategi

Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,

membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.

Karya siswa di pajang di dinding-dinding, lorong-lorong, dan dimana

saja di sekolah Pada semua aktivitas belajar, questioning dapat

diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa,

antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang

didatangkan ke kelas, dsb utama pembelajaran yang berbasis CTL.

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk

mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.

16

Page 14: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam

melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali

informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

D. Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembe-

lajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang

anak baru belajar meraut pinsil dengan peraut elektronik, ia bertanya

kepada temannya "Bagaimana caranya? Tolong bantuin, aku!" Lalu

temannya yang sudah biasa, menunjukkan cara mengoperasikan alat

itu. Maka, dua orang anak itu sudah membentuk masyarakat-belajar

(learning community).

Hasil belajar diperoleh dari `sharing' antara teman, antar

kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di

kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar sana, semua

adalah anggota masyarakat-belajar.

Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pem-

belajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam

kelompok-kelompok yang anggotanya hiterogen. Yang pandai

mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang

cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai

gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa

sangat bervariasi bentuknya, balk keanggotaan, jumlah, bahkan bisa

melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi

dengan mendatangkan seorang `ahli' ke kelas. Misalnya tukang sablon,

petani jagung, peternak susu, teknisi komputer, tukang cat mobil,

tukang reparasi kunci, dan sebagainya.

"Masyarakat-belajar" bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua

arah. "Seorang guru yang menga)ari siswanya" bukan contoh

masyarakatbelajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu

17

Page 15: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus

informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa.

Dalam contoh ini yang belajar hanya siswa bukan guru. Dalam

masyarakat belajar, dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam

komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam

kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh

teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang

diperlukan dari teman belajarnya.

Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak

yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan

untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua

pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa

setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau ketrampilan

yang berbeda yang perlu dipelajari.

E. Pemodelan (Modeling)

Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya,

dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu,

ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan

sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara

melafalkan bahasa Inggeris, dan sebagainya. Atau, guru memberi

contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model

tentang `bagaimana cara belajar'.

Guru dapat memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu,

sebelum siswa melaksanakan tugas. Misalnya, cara menemukan kata

kunci dalam bacaan. Dalam pembelajaran tersebut guru

mendemonstrasikan cara menemukan kata kunci dalam bacaan dengan

menelusuri bacaan secara cepat dengan memanfaatkan gerak mata

(scanning). Ketika guru mendemontrasikan cara membaca cepat

tersebut, siswa mengamati guru membaca dan membolak-balik teks.

Gerak mata guru dalam menelusuri bacaan menjadi perhatian utama

18

Page 16: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

siswa. Dengan begitu siswa tahu bagaimana gerak mata yang efektif

dalam melakukan scanning. Kata kunci yang ditemukan guru

disampaikan kepada siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran

menemukan kata kunci secara cepat. Secara sederhana, kegiatan itu

disebut pemodelan. Artinya, ada model yang bisa ditiru dan diamati

siswa, sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci. Dalam kasus

itu, guru menjadi model.

Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model

dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk

untuk memberi contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Jika

kebetulan ada siswa yang pernah memenangkan lomba baca puisi atau

memenangkan kontes berbahasa Inggeris, siswa itu dapat ditunjuk

untuk mendemonstrasikan keahliannya. Siswa `contoh' tersebut

dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model

tersebut sebagai `standar' kompetensi yang harus dicapainya.

Model juga dapat didatangkan dari luar. Seorang penutur asli ber-

bahasa Inggeris sekali waktu dapat dihadirkan di kelas untuk men-jadi

`model' cara berujar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika berbicara,

dan sebagainya.

F. RefleksiI (Reflection)

Refleksi juga bagian penting dalam pembela) aran dengan

pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru

dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita

lakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru

dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan

pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi

merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang

baru diterima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa merenung

"Kalau begitu, cara saya menyimpan file selama ini salah, ya!

19

Page 17: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

Mestinya, dengan cara yang baru saya pelajari ini, file komputer saya

lebih tertata."

Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan

dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian

diperluas sedikit-demi sedikit. Guru atau orang dewasa membantu

siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki

sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa

merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa

yang baru dipelajarinya.

Kunci dari itu semua adalah, bagaimana pengetahuan itu

mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari

dan bagaimana merasakan ide-ide baru.

Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa

melakukan refleksi.

G. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

menberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran

perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa

memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan

benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan

bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera

bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari

kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu

diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak

dilakukan di akhir periode (cawu/semester) pembelajaran seperti pada

kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti UAN/UAS), tetapi dilakukan

bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan

pembelajaran.

Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment)

bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran

20

Page 18: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu

siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan

ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir

periode pembelajaran.

Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data

yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan

siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Guru yang ingin

mengetahui perkembangan belajar Bahasa Inggris bagi para siswanya

harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat para siswa

menggunakan bahasa Inggris, bukan pada saat para siswa mengerjakan

tes bahasa Inggris. Data yang diambil dari kegiatan siswa saat siswa

melakukan kegiatan berbahasa Inggris balk di dalam kelas maupun di

luar kelas itulah yang disebut data autentik.

Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil. Ketika

guru mengajarkan sepak bola, siswa yang tendangannya paling bagus,

dialah yang memperoleh nilai tinggi. Dalam pembelajaran bahasa

asing (Bahasa Inggris), siapa yang ucapannya cas-cis-cus, dialah yang

nilainya tinggi, bukan hasil ulangan tentang grammarnya. Penilaian

autentik menilai pengetahuan dan ketrampilan (performansi) yang

diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain

atau orang lain.

2.5 Kerangka Berfikir

Dalam mencari perbedaan prestasi belajar antara model quantum

teaching dengan model Kontekstual maka perlu kiranya lebih dulu

membedakan karakteristik dari masing-masing model tersebut. Dengan

membedakan karakteristik kita dapat menemukan apakah ada perbedaan

atau tidak. Seandainya ada kita dapat memilih mana yang lebih baik di

antara kedua model tersebut.

Dalam model quantum teaching Segalanya berbicara, lingkungan

kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan

21

Page 19: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

tentang belajar. Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka

mempelajari materi yang kita ajarkan.

Pengalaman sebelum pemberian nama, otak kita berkembang pesat

dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin

tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah

mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang

mereka pelajari. Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil apa

pun. Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari

kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini. Mereka patut

mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Jika

layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada

siswa yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Misalnya saja dengan

memberi tepuk tangan, berkata: bagus!, baik!, dll.

Lebih jauh, dunia pendidikan akan semakin maju ke depannya.

Sebab, quantum teaching akan membantu siswa dalam menumbuhkan

minat siswa untuk terus belajar dengan semangat. Apalagi quantum

teaching juga sangat menekankan pada pentingnya bahasa tubuh. Seperti

tersenyum, bahu tegak, kepala ke atas, mengadakan kontak mata dengan

siswa dan lain-lain. Humor yang bertujuan agar KBM tidak membosankan.

Guru juga perlu memiliki Emotional Intelligence, yaitu kemampuan kita

untuk matang mengelola emosi.

Sementara proses belajar mengajar melalui model Kontekstual,

pada pokoknya dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi

apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Penerapan CTL

dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah

Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkostruksi sendiri

pengetahuan dan keterampilan barunya, melaksanakan sejauh mungkin

kegiatan inkuiri untuk semua topik, mengembangkan sifat ingin tahu siswa

dengan bertanya, menciptakan `masyarakat belajar' (belajar dalam

kelompokkelompok), menghadirkan `model' sebagai contoh pembelajaran,

22

Page 20: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

melakukan refleksi di akhir pertemuan, serta melakukan penilaian yang

sebenarnya dengan berbagai cara.

Namun demikian untuk lebih mengarahkan acuan kita, maka perlu

diperlihatkan bahwa tidak ada sebuah model mengajar yang paling baik

untuk digunakan dalam semua situasi. Kebaikan model itu tergantung pada

ketepatan penerapannya dalam kaitan dengan kondisi belajar, keadaan

siswa, bahan pelajaran yang disajikan dan kemampuan guru untuk

menggunakannya. Peryataan ini berarti tidak selalu model yang satu lebih

baik dan model yang lain itu lebih jelek.

Untuk menjelaskan suatu definisi yang sederhana maka model

Kontekstual akan jauh lebih baik dan lebih tepat digunakan dibanding

dengan model apabila guru mengkehendaki penyampaian informasi

faktual tentang dasar-dasar elektronika. Sebaliknya model quantum

teaching merupakan model yang tepat untuk mengembangkan daya pikir

siswa secara intelektual dan mengembangkan apresiasi siswa terhadap

mata pelajaran dasar-dasar elektronika. Namun demikian manfaat setiap

model mengajar itu tetap ditentukan oleh keberartian proses belajar

mengajar bagi siswa dan turut sertanya siswa secara aktif. Peran serta

siswa dalam berbagai kegiatan belajar mengajar secara aktif akan

meningkatkan keterlibatan mental siswa yang bersangkutan. Ketertiban

mental yang optimal tersebut berarti peningkatan motivasi yang optimal

pula pada diri siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara optimal dalam arti

guru aktif mengajar secara intensional dan siswa aktif belajar secara

intensional juga maka hasil yang diperoleh pun akan optimal pula.

2.6 Hipotesis Penelitian

Berpangkal dari landasan dan kerangka berfikir, maka dapatlah

diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : “ Terdapat perbedaan

prestasi belajar menggunakan model quantum teaching dengan

menggunakan kontekstual yang dimana model quantum teaching lebih

23

Page 21: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Model Quantum Teaching di Jurusan Audio Video Dengan Model Kontekstual di Jurusan Elektronika Industri SMK Perguruan Cikini Pada Mata

baik dibanding model kontekstual untuk mata pelajaran Dasar-dasar

Elektronika ”.

24