PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

20
1 PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN KARTEL JERMAN (BUNDESKARTELLAMT) DAN JAPAN FAIR TRADE COMMISION (JFTC) DALAM RANGKA MENINGKATKAN WEWENANG YANG DIMILIKI KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) UNTUK MENANGANI PERKARA KARTEL DI INDONESIA ABSTRAK Skripsi ini membahas dua permasalahan utama. Pertama, mengenai perbandingan wewenang yang dimiliki Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Badan Kartel Jerman (Bundeskartellamt) dan Japan Fair Trade Commission (JFTC) dalam rangka menyelesaikan kasus kartel berdasarkan praktek dan undang-undang yang berlaku di masing-masing negara, lalu skripsi ini membahas tentang wewenang yang dibutuhkan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk menangani kasus kartel di Indonesia didasarkan pada wewenang yang dimiliki Badan Kartel Jerman (Bundeskartellamt) dan Japan Fair Trade Commission (JFTC). Penelitian dilakukan dengan metode yuridis normatif, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan perbandingan wewenang yang dimiliki masing-masing badan dalam penyelesaian perkara kartel di berbagai negara, yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau pilihan penyelesaian perkara kartel yang sesuai dan dapat membawa KPPU bekerja lebih baik di masa datang. Penyelesaian perkara persaingan usaha dibebankan kepada Badan Kartel Jerman (Bunderkartellamt); Japan Fair Trade Commission (JFTC); dan Komisi Perngawas Persaingan Usaha (KPPU). Terdapat perbedaan peranan antara tiap komisi dalam penyelesaian perkara. Perbedaan tersebut dapat ditemukan dalam tata cara penyelesaian perkara, perbedaan kewenangan dan tugas pada tiap-tiap komisi, perbedaan dalam penggunaan pembuktian dalam suatu kasus, program- program yang telah dilaksanakan dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KPPU sebagai organ penegak Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Transcript of PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

Page 1: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

1

PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN

KARTEL JERMAN (BUNDESKARTELLAMT) DAN JAPAN FAIR TRADE

COMMISION (JFTC) DALAM RANGKA MENINGKATKAN

WEWENANG YANG DIMILIKI KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN

USAHA (KPPU) UNTUK MENANGANI PERKARA KARTEL DI

INDONESIA

ABSTRAK

Skripsi ini membahas dua permasalahan utama. Pertama, mengenai

perbandingan wewenang yang dimiliki Komisi Pengawas Persaingan Usaha

(KPPU), Badan Kartel Jerman (Bundeskartellamt) dan Japan Fair Trade

Commission (JFTC) dalam rangka menyelesaikan kasus kartel berdasarkan

praktek dan undang-undang yang berlaku di masing-masing negara, lalu skripsi

ini membahas tentang wewenang yang dibutuhkan Komisi Pengawas Persaingan

Usaha (KPPU) untuk menangani kasus kartel di Indonesia didasarkan pada

wewenang yang dimiliki Badan Kartel Jerman (Bundeskartellamt) dan Japan Fair

Trade Commission (JFTC). Penelitian dilakukan dengan metode yuridis normatif,

tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan perbandingan wewenang yang

dimiliki masing-masing badan dalam penyelesaian perkara kartel di berbagai

negara, yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau pilihan penyelesaian

perkara kartel yang sesuai dan dapat membawa KPPU bekerja lebih baik di masa

datang. Penyelesaian perkara persaingan usaha dibebankan kepada Badan Kartel

Jerman (Bunderkartellamt); Japan Fair Trade Commission (JFTC); dan Komisi

Perngawas Persaingan Usaha (KPPU). Terdapat perbedaan peranan antara tiap

komisi dalam penyelesaian perkara. Perbedaan tersebut dapat ditemukan dalam

tata cara penyelesaian perkara, perbedaan kewenangan dan tugas pada tiap-tiap

komisi, perbedaan dalam penggunaan pembuktian dalam suatu kasus, program-

program yang telah dilaksanakan dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa KPPU sebagai organ penegak Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 2: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

2

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat masih banyak

kekurangan dalam menjalankan peranannya. Kekurangan tersebut disebabkan

oleh beberapa faktor, diantaranya lemahnya wewenang KPPU dalam melakukan

upaya paksa seperti penggeledahan, penyitaan dan upaya paksa terhadap saksi.

I. PENDAHULUAN

Aturan hukum mengenai persaingan usaha di Indonesia diatur dalam Undang-

undang nomor 5 tahun 1999 yang disahkan oleh Presiden Bacharuddin Jusuf

Habibie pada tanggal 5 Maret tahun 1999 sebagai suatu peraturan yang

diharapkan dapat menjadi batasan untuk pelaku usaha agar tidak melakukan

praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat serta menciptakan iklim usaha

sehat. Dalam pasal 3 Undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang larangan

praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sendiri disebutkan tujuan

utama dari adanya Undang undang yaitu: 1

1. Menjaga kepentingan umum dan melindungi konsumen

2. Menumbuhkan iklim usaha yang sehat

3. Menjamin kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi setiap orang

4. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang

ditimbulkan oleh pelaku usaha.

5. Menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha dalam

rangka meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya

meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Didalam BAB III UU no 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mengatur mengenai perjanjian yang dilarang,

salah satunya adalah kartel.2 Kartel merupakan suatu bentuk kolusi atau

persekongkolan antara suatu kelompok pemasok yang bertujuan untuk mencegah

persaingan usaha sesama pemasok yang bertujuan untuk mencegah persaingan

1 Indonesia, Undang-undang tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat, UU No. 5 tahun 1999, LN No. 33 tahun 1999 Pasal 3 2 Ibid., Pasal 11

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 3: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

3

sesama mereka secara keseluruhan atau sebagian.3 Menurut Harter, kartel adalah

suatu persekutuan atau pengaturan bersama diantara beberapa perusahaan industri,

dagang, atau perusahaan negara yang menghasilkan produk yang sama, dengan

tujuan untuk mengatur pembelian, produksi, atau pemasaran hasil produksi

mereka. Kalau sebuah kartel berhasil memperoleh kedudukan monopoli, pelaku

usaha biasanya berusaha untuk menaikkan harga dan mendapatkan keuntungan

maksimal.4 Di Indonesia, penganturan mengenai kartel diatur dalam pasal 11

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat yang menyatakan:5

”Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha saingannya,

yang bermaksud mempengaruhi harga dengan mengatyr produksi dan atau

pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.”

Meskipun tidak ada definisi yang tegas tentang kartel di dalam Undang-

Undang Larangan Praktek Monopoli, dari Pasal 11 dapat dikonstruksikan

bahwa kartel adalah perjanjian horizontal untuk mempengaruhi harga dengan

mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak

sehat.6 Unsur yang bisa diartikan sebagai kartel adalah menurut pasal 11,

yaitu:7

1. Perjanjian dengan pelaku usaha lainnya,

2. Bermaksud mempengaruhi harga,

3. Dengan mengatur produksi dan atau pemasaran

4. Dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan

usaha tidak sehat.

Perjanjian kartel merupakan salah satu perjanjian yang kerap kali terjadi

dalam persaingan usaha tidak sehat dikarenakan pelaku usaha ingin menguasai

3 Elyta Ras Ginting, Hukum Anti Monopoli Indonesia, cet 1, (Jakarta: PT Citra Aditya

Bakti,2001) hal 46 4 Ibid 5 Indonesia, Op. Cit, Pasal 11 6 Arief Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, 2002, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal.85 7 Ibid

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 4: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

4

suatu pasar dan mengurangi persaingan dalam menguasai pasar dengan cara

melakukan perjanjian dengan pesaingnya untuk menghilangkan persaingan

diantara keduanya. Dengan perkataan lain, kartel (cartel) adalah kerja sama dari

produsen-produsen produk tertentu yang bertujuan untuk mengawasi produksi,

penjualan, dan harga serta untuk melakukan monopoli terhadap komoditas atau

industri tertentu.8

Berdasarkan fenomena tersebut, penulis merasa perlunya memperkuat

wewenang dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang dilakukan oleh

pemerintah dalam hal penanganan kasus kartel pangan di Indonesia. Kurangnya

wewenang yang dimiliki KPPU apabila dibandingkan oleh Bundeskartellamt dan

JFTC menyebabkan kurangnya bukti-bukti yang didapatkan dan membuat kasus

kartel sulit di ungkap. Namun, tidak semua wewenang yang dimiliki lembaga lain

harus juga dimiliki oleh KPPU. Hal tersebut tentunya untuk menghindari tumpah

tindih kewenangan dan penyalahgunaan wewenang. Maka dari itu, melalui

penelitian ini penulis akan menjelaskan wewenang apa saja yang dapat di

terapkan dari Bundeskartellmt dan JFTC sesuai dengan kebutuhan KPPU dalam

menangani kasus kartel di Indonesia.

Alasan mengapa penulis memilih Negara Jerman dengan Bundeskartellamt

nya sebagai pembanding dikarenakan Bundeskartellamt dianggap lebih

berpengalaman dan telah sukses dalam menegakkan hukum persaingan usaha

terutama tentang menangani perkara kartel di Negara Jerman. Gesetz gegen

Wettbewerbsbeschränkungen (GWB) berhasil membentuk Bundeskartellamt

sebagai badan indipendent yang bertujuan untuk melindungi bisnis kecil dan

menengah serta hukum kompetisi di Jerman guna melindungi konsumen dari

perilaku anti kompetisi. Refleksi hukum dan ekonomi dari Uni Eropa dan Jerman

diharapkan dapat menjadi pelajaran tersendiri bagi hukum persaingan usaha di

Indonesia yang terbilang masih baru

Begitu pula dengan negara Jepang dengan JFTC nya, Jepang juga

merupakan mitra dagang dominan bagi Indonesia, dan secara khusus telah tumbuh

8 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha, 2010, PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta, Hal. 105.

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 5: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

5

menjadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi yang diperhitungkan dunia.

JFTC dapat menjalani perannya dalam menegakkan hukum persaingan usaha di

Jepang. Hal ini yang perlu dipelajari oleh Indonesia agar dapat memberi masukan

untuk KKPU dalam mengakkan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia terutaman

penanganan perkara kartel.

II. PEMBAHASAN

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah lembaga independen

yang memiliki tugas utama melakukan penegakan hukum persaingan sebagaimana

diatur dalam UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999.9 Dalam melaksanakan tugas

tersebut, KPPU diberi wewenang untuk menyusun pedoman yang berkaitan

dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, sebagaimana tercantum dalam

pasal 35 huruf f.10

Pembentukan KPPU merupakan amanat dari UU No. 5 Tahun 1999,

dimana dalam Pasal 30 berbunyi:11

1. Untuk mengawasi pelaksanaan Undang-undang ini dibentuk Komisi

Pengawas Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut Komisi.

2. Komisi adalah suatu lembaga indipenden yang terlepas dari pengaruh

dan kekuasaan Pemerintah serta pihak lain.

3. Komisi bertanggung jawab kepada Presiden

Berdasarkan pasal tersebut, KPPU dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan

Undang-undang No. 5 Tahun 1999. KPPU diharapkan dapat melaksanakan

9 KPPU “Lampiran Pengaturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha”Nomor 3 Tahun

2009, di unduh dari http://www.kppu.go.id/docs/Pedoman/pedoman_pasal_1_angka_10_pasar_bersangkutan.pdf , tanggal 2 Maret 2016

10 Ibid., 11 Indonesia, Undang-undang tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat, UU No. 5 tahun 1999, LN No. 33 tahun 1999 pasal 30

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 6: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

6

tugasnya secara indipenden terlepas dari pengaruh pemerintah walaupun KPPU

bertanggung jawab kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)12.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat telah ditetapkan pada tanggal 5

maret 1999 dan berlaku efektif mulai tanggal 5 september 2000.13 Dalam rangka

penegakan Undang-undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat dibutuhkan aparatur penegak hukum yang dapat mengawasi jalannya

kegiatan pasar yang sempurna. Lembaga ini merupakan syarat agar persaingan

dapat berjalan dengan efektif. Di Indonesia, penegakan hukum persaingan usaha

diserahkan kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Komisi ini

dikatakan sebagai suatu lembaga indipenden yang terlepas dari pengaruh dan

kekuasaan pemerintah serta pihak lain.14

Bunderskartellamt adalah otoritas federal yang lebih tinggi yang

menjalankan tugas dibawah Kementerian Federal Energi dan Ekonomi.

Susunan organisasinya dikendalikan oleh 5 sektor kunci yaitu :15

1. Divisi keputusan

2. Pengadilan Pengadaan untuk Umum tingkat Federal

3. Divisi Kebijakan Umum

4. Litigasi dan Divisi Hukum

5. Divisi Tengah

Keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kartel, merger, dan

praktek-praktek yang melanggar aturan diambil oleh Divisi Pengambil

Keputusan di Bundeskartellamt. Semua hal tersebut diatur berdasarkan

sektor ekonomi. Dalam Divisi Keputusan, setiap kasus diputuskan oleh

12 Asril Sitompul, “Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat(Tinjuan

Terhadap Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999)”. (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2001), hal.86

13 Sezargerry Sumardi, ”Perbandingan Hukum Antara Komisi Pengawas Persaingan Usaha Di Indonesia Dengan Bundeskartelamnt (Badan Krtel Jerman) Di Jerman Dalam Hal Tata Cara Penanganan Persaingan Usaha”. Skripsi S1 Kearsipan Fakultas Hukum Universitas Indonesia,2004 hal.17

14 Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009) hlm. 136 15http://www.bundeskartellamt.de/EN/AboutUs/Bundeskartellamt/Organisation/organisation_node.html#doc3599910bodyText2,diaksespadatanggal7Juni2016,pukul17:38WIB

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 7: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

7

badan perguruan tinggi yang terdiri dari ketua masing-masing Divisi dan dua

anggota asosiasi. Semua keputusan harus keputusan mayoritas. Divisi

Keputusan bersifat otonom dan tidak tunduk pada instruksi dalam

pengambilan keputusan.

Divisi yang pertama akan dibahas adalah Decision Divisions (“Divisi

Pengambil Keputusan”). Keputusan yang terkait kartel, merger dan praktek-

praktek melanggar ketentuan hukum diambil oleh dua belas Divisi yang

terdapat di decision divisions di Bundeskartellamt. Hal ini terutama diatur

berdasarkan sektor ekonomi. Dalam rangka agar penuntutan atau yang

disebut “cartel hardcore” (harga dan kuota kartel, perjanjian alokasi wilayah

dan pelanggan) lebih efektif, tiga Divisi Keputusan dibentuk pada tahun

2005-2011 untuk setiap kasus penuntutan yang berkaitan dengan sektor

penuntutan lintas kartel. Keputusan harus menjadi keputusan mayoritas.

Divisi Keputusan memutuskan secara independen. Pengadilan pengadaan

umum memberikan perlindungan hukum bagi penawar dalam pemberian

kontrak di muka umum yang termasuk tanggung jawab pemerintah di

wilayah Federal. Penawar, yang secara khusus tidak berhasil melakukan

penawaran dan yang mengklaim bahwa ketentuan yang mengatur pemberian

kontrak publik telah dilanggar, dapat mengajukan berkas ke Pengadilan

untuk ditinjau perkaranya.

Sebagaimana disebutkan diatas, Pengadialan Pengadaan untuk Umum di

tingkat Federal juga terdapat di Bundeskartellamt. Setiap kasus yang masuk

kedalam pengadilan pengadaan umum pada dasarnya diputuskan oleh suatu

badan perguruan tinggi yang terdiri dari ketua pengadilan dan dua orang

anggota asosiasi, salah satunya bekerja dalam jabatan kehormatannya dan

satunya lagi bekerja secara penuh waktu. Kedua divisi diatas dalam

menjalankan pekerjaan mereka dibangu toleh divisi litigasi dan hukum serta

divisi tengah.

Selanjutnya adalah Divisi Kebijakan Umum. Divisi ini menyarankan

Divisi Keputusan mengenai hal-hal spesifik berkenaan dengan hukum

persaingan dan ekonomi, serta mewakili Bundeskartellamt sebagai badan

pembuat keputusan di Uni Eropa yang juga terlibat dalam reformasi hukum

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 8: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

8

persaingan di tingkat nasional dan tingkat Eropa serta mengkordinasikan

kerjasama antara Bundeskartellamt dan otoritas asing persaingan usaha

sebagaimana juga organisasi-organisasi internasional yang terlibat

didalamnya.

Litigasi dan Divisi Hukum mempunyai tugas seperti memberikan saran

kepada Bundeskartellamt terkait dengan masalah hukum, mempersiapkan

proses banding sebelum Pengadilan Tinggi Regional Düsseldorf dan

mewakili Bundeskartellamt sebelum Federal Court of Justice di

Karlsruhe.Litigasi dan Divisi Hukum juga mencakup Unit Khusus

Pemberantasan Kartel atau yang disebut dengan The Special Unit for

Combating Cartels (SKK). SKK membantu Divisi Keputusan dalam

penilaian persiapan, pelaksanaan dan bukti operasi pencarian dalam proses

kartel. SKK juga berfungsi sebagai perwakilan bagi perusahaan yang ingin

mengajukan keringanan dalam proses kartel.

Selanjutnya adalah Divisi Central yang bertanggung jawab untuk

administrasi internal Bundeskartellamt, seperti pengelolaan anggaran tertentu

, sumber daya manusia, dan lain-lain. Bundeskartellamt memiliki sekitar 330

staff, kira-kira 250 di antaranya adalah ahli hukum atau ahli ekonomi.16

Di Jerman sendiri sebenarnya terdapat tiga institusi yang menagani

penegakan hukum di persaingan, yaitu Bundeskartellamt, Otorita Tinggi Negara

Bagian, dan Kementerian Ekonomi Dan Teknologi.17 Kementerian Ekonomi dan

Teknologi dapat bertindak sebagai pengawas persaingan usaha jika berkaitan

dengan kepentingan umum. Sedangkan, setiap negara bagian juga mempunyai

lembaga pengawas persaingan usaha masing-masing, yaitu Otorita Tinggi Negara

Bagian yang bertanggung jawab atas penegakan hukum persaingan usaha di

negara bagian masing-masing.

Antara Badan Kartel Jerman dan Otorita Tinggi Negara Bagian saling

berkoordinasi dengan cara saling melakukan pemberitahuan apabila keduanya

akan melakukan pemeriksaan terhadap sebuah perkara persaingan usaha sehingga 16Ibid

17 Ibid., Sec.48.,subsec (1)

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 9: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

9

dapat menghindari saling tumpang tindihnya kewenangan.18 Selain itu, Badan

Kartel Jerman juga menangani perkara persaingan usaha yang menyangkut

perbuatan usaha yang dilarang tersebut berpengaruh sampai di luar wilayah lebih

dari satu negara bagian. Jika pengaruhnya hanya terbatas pada saru wilayah

negara bagian, maka Otorita Tinggi Negara Bagian yang bersangkutanlah yang

akan melakukan penegakan hukum persaingan usaha. Namun, pelaksanaan

pengendalian terhadap upaya penggabungan tetap menjadi tanggung jawab Badan

Kartel Jerman.

Hukum persaingan di Jepang dikenal dengan istilah Antimonopoly Law

(Dokusen Kinshiho). Peraturan perundang-undangan yang utama dalam hukum

persaingan di Jepang adalah Law Concerning the Prohibition of Private Monopoly

and Preservation of FairTrade (UU Anti Monopoli Jepang) yang diundangkan

pada tahun 1947. Pada awal berlakunya UU Antimonopoli Jepang, UU ini

diberlakukan secara ketat, namun dalam perjalanannya pemberlakuannya tidak

seketat pada awalnya. Bahkan seorang pengamat dari Amerika mengatakan bahwa

penegakan hukum UU Antimonopoli Jepang dilakukan setengah hati apabila

dibandingkan dengan negara lain seperti AS. Di Jepang, yang dilarang adalah

monopoli yang dilakukan oleh swasta (pri-vate monopolization), hambatan tidak

wajar pada perdagangan (unreasonable restraint of trade), dan praktek bisnis

yang tidak sehat (unfair business practices).19 Larangan lainnya yang diatur

adalah tentang merger, akuisisi dan larangan terhadap perusahaan induk (holding

company), kartel, kegiatan asosiasi perdagangan yang dapat menghambat

persaingan persaingan, boikot, pengaturan exclusive dealing, resale price

maintenance, penyalahgunaan posisi dominan dan perjanjian dengan pihak

asing.20

Penegakan hukum di Jepang merupakan tanggung jawab dari JFTC yang

kewenangannya diatur dalam Antimonopoly Law. Adapun faktor-faktor yang

melatar belakangi pembentukan JFTC adalah, pertama, menetralisir, konflik-

18 Ibid., Sec.49., Subsec (1) 19 Ayuda D. Prayoga, et. al. (Ed.), 1999, Persaingan Usaha dan Hukum yang

Mengaturnya di Indonesia, Proyek Elips, Jakarta, hlm.35 20 Ibid

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 10: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

10

konflik kepentingan yang muncul dalam pelaksanaan ketentuan Undang-undang

Antimonopoli Jepang. Kedua, memenuhi kebutuhan lembaga otoritas persaingan

usaha yang netral dan adil yang beranggotakan ahli-ahli hukum dan ekonomi

dalam menegakkan persaingan usaha.21 JFTC terdiri dari seorang ketua dan 4

komisioner yang ditunjuk oleh perdana menteri Jepang dengan persetujuan dari

kongres.JFTC memilki wewenang untuk melakukan penelitian dan penyelidikan

adanya pelanggaran Hukum Persaingan Usaha Jepang. JFTC menunjuk beberapa

anggota stafnya sebagai penyelidik. JFTC mempunyai wewenang untuk

memerintahkan kepada pelaku usaha untuk membuat laporan tertulis,

menyerahkan dokumen-dokumen tertulis yag relevan, dan memanggil saksi ahli

terkait kasus yang ditangani. Disamping itu, JFTC mempunyai wewenang untuk

memasuki tempat bisnis pelaku usaha dan tempat lain yang relevan untuk

menggeledah dokumen bisnis dan sebagainya. Bahkan dalam penyelidikan kartel

JFTC dapat melakukan inspeksi mendadak.

Secara umum terdapat beberapa hal yang dapat diperbandingkan dari

wewenang yang dimiliki oleh KPPU di Indonesia, Bundeskartellamt di Jerman

dan JFTC di Jepang dalam penanganan perkara kartel di masing-masing negara.

kewenangan KPPU dalam hal penyidikan berbeda dengan JFTC dan

Bundeskartellamt, yang telah diberikan kewenangan tersebut dalam menangani

perkara kartel.

Jika kita lihat dalam pasal 36 UU No. 5 /1999 terdapat banyak sekali

kewenangan yang diberikan undang-undang kepada KPPU. Berdasarkan uraian

pada Bab sebelumnya, kewenangan KPPU dianggap meyerupai lembaga yudikatif

yaitu KPPU melakukan fungsi-fungsi penyelidikan, serta memutus, bahkan

menjatuhkan hukuman administratif atas perkara-perkara yang diperiksanya

termasuk memberikan sanksi pemberian ganti rugi kepada pihak yang dirugikan

dan denda kepada pihak yang melanggar Undang-Undang Anti Monopoli. namun

terdapat kelemahan dalam pengaturan tersebut dimana KPPU tidak memiliki

kewenangan untuk melakukan penggeledahan dan penyitaan, padahal untuk

membongkar perkara yang sifatnya tertutup dan sulit untuk mendapatkan alat

21 Siswanto, Op.Cit , hal 52-53

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 11: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

11

bukti seperti perkara kartel yang memerlukan kewenangan yang cukup besar.

Dengan demikian KPPU tidak memiliki kewenangan penyidikan. Hal tersebut

yang mendasari KPPU tidak dapat melakukan upaya paksa seperti penggeledahan

ataupun penyitaan. Padahal kewenangan penggeledahan dan penyitaan alat bukti

merupakan hal yang penting untuk mendapatkan direct evidence (bukti langsung)

sehingga dapat mendukung pembuktian kartel. KPPU tidak memiliki kewenangan

untuk menghadirkan paksa para pelaku usaha untuk diperiksa, apabila KPPU

ingin menghadirkan pelaku usaha tersebut maka harus meminta batuan penyidik

polri

Hal ini berbeda dengan JFTC yang dapat melakukan inspeksi mendadak yang

disebut dengan dawn raid atau juga on site inspection. Selain itu JFTC juga

memiliki kewenangan untuk melakukan penggeledahan dan menyita bukti-bukti

yang diperlukan. Untuk melaksanakan upaya paksa, ditugaskan staff anggota dari

JFTC untuk menjadi investigator yang akan melakukan penggeledahan dan

penyitaan. Penggeledahan dan penyitaan ini boleh dilakukan JFTC selama perkara

kertel bukanlah tindak pidana.

JFTC memiliki kewenangan untuk menggeledah tempat-tempat yang

berhubungan dengan investigasi. JFTC mempunyai wewenang untuk mengambil

segala dokumen yang dibutuhkan yang dianggap relevan, dan dapat membuat

salinannya kedalam bentuk elektronik. Inspeksi dapat dilakukan di kantor utama

perusahaan,kantor cabang, ataupun di fasilitas-fasilitas lain milik perusahaan yang

berkaitan dengan dugaan kartel. JFTC mempunyai wewenang untuk menyita

berkas hasil inspeksi selama masa investigasi termasuk banding.

Ketika JFTC menemukan indikasi terjadinya pelanggaran Antimonopoly Law,

JFTC mempunyai wewenang untuk melakukan investigasi yang ditindaklanjuti

dengan proses administratif (administrative proceedings) atau klaim tuntutan

dalam hal telah JFTC menilai telah terjadi pelanggaran pidana (criminal

offence).22 Indikasi pelanggaran dapat muncul dari keluhan atau pengaduan pihak

22 Eriko Watanabe dan Koki Yanagisawa, The International Comparative Legal Guide

to:Cartels & Leniency 2010, A practical insight to cross-border Cartels & Leniency of Japan, (London: Global Legal Group, 2011), hlm. 108, http://www.iclg.co.uk/ khadmin/ Publications/pdf/3345.pdf diunduh tanggal 20 April 2016

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 12: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

12

ketiga, informasi karyawan perusahaan yang dicurigai, dan/atau aplikasi leniency

program.23 Dalam hal JFTC memilih untuk menempuh fase investigasi

administratif, JFTC dapat mengeluarkan cease and desist order secara tertulis

yang dan/atau perintah pembayaran denda administratif (administrative surcharge

atau kochokin) sebagai sanksi atas pelanggaran Antimonopoly Law.

Begitu pula halnya dengan Bundeskartellamt, Dalam menangani perkara

kartel , Badan Kartel Jerman sebagai penegak Hukum Persaingan Usaha di

Negara Jerman mendapatkan kekuasaan yang luas untuk melakukan pemeriksaan.

Badan Kartel Jerman dapat meminta informasi dari dari pelaku usaha, memeriksa

surat dan dokumen, dan dengan izin dari pengadilan, Badan Kartel Jerman dapat

menggeledah para pelaku usaha yang dilaporkan serta melakukan penyitaan

terhadap barang bukti.24

Dalam proses penanganan perkara kartel, Badan Kartel Jerman memiliki

kewenangan sebagai jaksa. Badan Kartel Jerman juga mempunyai wewenang

untuk melakukan upaya paksa apabila dalam menghadirkan seorang saksi, saksi

tersebut tidak memenuhi panggilan dari Badan Kartel Jerman.25Misalnya, Badan

Kartel Jerman juga mempunyai kewenangan untuk memberikan denda apabila

saksi tidak memenuhi panggilan Badan Kartel Jerman.26 Hak Memiliki peran

sebagai jaksa telah diatur di dalam undang-undang Republik Federal Jerman yang

berlaku untuk hukum pidana. Badan Kartel Jerman tidak memerlukan wewenang

khusus karena sudah diberikan oleh undang-undang. Selain itu, Badan Kartel

Jerman juga mempunyai kewenangan untuk menerapkan sanksi denda kepada

pelaku usaha yang melakukan pelanggaran atas Undang-Undang Anti Pembatasan

Persaingan.27 Namun, wewenang tersebut tetap mempunyai batasan, misalnya

Badan Kartel Jerman tidak memiliki wewenang penangkapan.28

23 Catherine E. Palmer,et.al, Cartels enforcement appeals damages action japan, cet 2,

Global Legal group hal 127 24 “The bundeskartellamt and its tasks”, loc.Cit 25 KPPU, Seminar Pengawasan Persaingan Dalam Ekonomi Pasar, (Jakarta:KPPU,12-15

Fbruari 2001), hal.93 26 Ibid 27 Ibid.,hal.34 28 Ibid., hal.103

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 13: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

13

Berdasarkan perbandingan yang telah dilakukan sebelumnya, dapat dilihat

bahwa secara umum ketiga lembaga tersebut memilki kewenangan yang hampir

sama yaitu melakukan penilaian dan penanganan perkara kartel di masing-masing

negara. Namun terdapat beberapa permasalahan pada kewenangan KPPU dalam

menangani perkara kartel di Indonesia. . Salah satu permasalahannya terdapat

pada kewenangan melakukan upaya paksa oleh KPPU. Dalam tahap penyelidikan

KPPU bertindak sebagai penyelidik namun tugas dan wewenang tersebut hanya

bersifat administratif. Karena itu penyelidikan yang dilakukan oleh KPPU

berbeda dengan penyidikan. Penyidikan dalam arti hukum acara pidana adalah

kelanjutan pemeriksaan yang dilakukan oleh pejabat penyidik sebagaimana dalam

UU No.8 tahun 1981 (KUHAP). Dengan demikian KPPU tidak memiliki

kewenangan penyidikan. Hal tersebut yang mendasari KPPU tidak dapat

melakukan upaya paksa seperti penggeledahan ataupun penyitaan. Padahal

kewenangan penggeledahan dan penyitaan alat bukti merupakan hal yang penting

untuk mendapatkan direct evidence sehingga dapat mendukung pembuktian kartel

Penguatan wewenang KPPU dalam hal penyidikan perlu diberikan mengikat

sulitnya membongkar tirai kartel di Indonesia dikarenakan para pelaku usaha yang

melakukan tindakan tersebut sangat rapih dalam menyembunyikan bukti-bukti .an

Setidaknya terdapat tiga hal yang dibutuhkan KPPU berdasarkan perbandingan

yang dilakukan dengan Bundeskartellamt dan JFTC dalam hal wewenang yang

dimiliki masing-masing lembaga. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :

a. Penggeledahan

Berdasarkan uraian sebelumnya, untuk mengumpulkan fakta dan

bukti yang berkaitan dengan kegiatan kartel, Bundeskartellamt dan JFTC

diberi wewenang untuk melakukan penggeledahan oleh Undang-Undang

Persaingan Usaha di masing-masing negara.

Perlunya wewenang penggeledahan untuk KPPU bertujuan untuk

menemukan dokumen-dokumen yang dapat dijadikan bukti langsung

(direct evidence) dalam mengungkap perkara kartel di Indonesia. Tanpa

adanya kewenangan untuk melakukan penggeledahan, khususnya dalam

penanganan kasus dugaan kartel terkait praktek monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat, membuat kinerja KPPU belum dapat berlangsung secara

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 14: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

14

optimal serta tidak efektif dalam pelaksanaannya. Melaksanakan tugas

tanpa kewenangan penggeledahan membuat KPPU kesulitan dalam

menyelidiki kasus dugaan kartel terkait praktek monopoli dan persaingan

usaha tidak sehat.

b. Upaya Paksa Dalam Menghadirkan Saksi

Perlunya wewenang upaya paksa dalam menghadirkan saksi dirasa

sangat perlu dikarenakan keterangan saksi sering kali menjadi kunci untuk

mengungkap perkara kartel di Indonesia. Ketidakhadiran saksi dalam

rangka memenuhi panggilan KPPU sering kali menjadi hambatan KPPU

dalam mendapatkan alat bukti yang kaitannya dengan perkara kartel.

Berdasarkan pasal 36 huruf G UU.No.5 Tahun 1999 dalam kaitannya

dengan menghadirkan saksi, KPPU dapat meminta bantuan penyidik

apabila saksi tidak bersedia memenuhi panggilan KPPU. Hal ini dirasa

tidak efektif dikarenakan prosedur yang berbelit dan akan memakan waktu

lebih lama bagi KPPU untuk mendapatkan alat bukti langsung (direct

evidence) untuk mengungkap perkara kartel. Selain itu jika dibandingkan

dengan negara lain seperti bundeskatellamt, lembaga tersebut sudah

memiliki wewenang untuk melakukan upaya paksa dalam menghadirkan

saksi

Bundeskartellamt dapat memberikan denda kepada saksi yang

tidak bersedia memenuhi panggilan dari bundeskartellamt.

Bundeskartellamt tidak memerlukan bantuan polisi setempat atau badan

lain dalam melakukan upaya paksa untuk menghadirkan saksi dikarenakan

Bundeskartellamt sudah mempunyai wewenang tersebut. Hal tersebut

dirasa sangat efektif dalam menangani perkara kartel karena mau tidak

mau harus hadir untuk memenuhi panggilannya dan Bundeskartellamt bisa

mendapatkan alat bukti langsung yang lebih mendalam.

c. Penyitaan Barang Bukti

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, salah satu

wewenang Bundeskartellamt dalam menangani perkara kartel adalah

melakukan penyitaan terhadap barang bukti yang dicurigai memiliki

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 15: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

15

hubungan dengan perkara kartel.29Dengan adanya wewenang ini, akses

bundeskartellamt untuk mendapatkan alat bukti langsung yang kuat dalam

rangka mengungkap perkara kartel.

Melihat apa yang dimiliki oleh Bundeskartellamt serta

perbandingannya dengan KPPU, penyitaan barang bukti sangat diperlukan

oleh KPPU guna membantu proses pembuktian dalam perkara kartel.

Berdasarkan uraian sebelumnya, KPPU tidak memiliki wewenang untuk

melakukan penyitaan terhadap barang bukti. Hal ini yang menyebabkan

KPPU mengalami kesulitan dalam mendapatkan bukti langsung yang kuat

dalam rangka mengungkap perkara kartel di Indonesia.

Tujuan utama dari penyitaan adalah untuk kepentingan

pembuktian, terutama ditujukan sebagai barang bukti di muka pengadilan.

Kemungkinan besar tanpa adanya barang bukti yang kuat, perkaranya

tidak dapat di ungkap dengan jelas di dalam persidangan.30 Penyitaan

penting dilakukan karena pelaku usaha yang melakukan kegiatan kartel

biasanya berusaha agar kegiatannya tersebut tidak diketahui. Salah satu

caranya adalah dengan menghilangkan bukti-bukti yang dapat

membuktikan kesalahan pelaku usaha tersebut. Dalam hal ini, tentunya si

pelaku dapat saja menghilangkan jejak kejahatanya dengan melakukan

tindakan-tindakan seperti merusak, menyembunyikan, membuang atau

memindah-tangankan benda-benda yang terkait dengan perilaku kartel

yang akan sulit bagi KPPU untuk membuktikan kegiatan kartel tersebut.

Oleh karena itu, agar dapat mengungkap perkara kartel dengan jelas di

dalam persidangan, KPPU perlu diberi wewenang untuk melakukan

penyitaan terhadap barang bukti.

\ Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat

menarik kesimpulan sebagai berikut :

29 GWB-Ubersetzung, Op. Cit., sec 58

30 M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Penyidikan Dan Penuntutan, Edisi Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika,2003) hal.285

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 16: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

16

1. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memiliki beberapa

kekurangan dalam melaksanakan tugasnya menangani perkara kartel di

Indonesia. KPPU tidak berwenang melakukan upaya paksa seperti

penggeledahan untuk mendapatkan alat bukti langsung (direct

evidence) demi mengungkap kegiatan kartel di Indonesia penggunaan

alat bukti tidak langsung (indirect evidence) belum dapat diterima dan

sering kali dibatalkan oleh Pengadilan Negeri dikarenakan di dalam

hukum persaingan usaha di Indonesia Indirect evidence tidak bisa

berdiri sendiri. KPPU juga tidak memiliki wewenang untuk melakukan

penyitaan alat bukti guna mengamankan alat bukti tersebut guna

kepentingan pembuktian . Selain itu KPPU tidak memiliki

kewenangan untuk menghadirkan para pelaku usaha untuk diperiksa,

apabila KPPU ingin menghadirkan pelaku usaha, harus meminta

bantuan penyidik polri.

2. Mengenai perkara kartel obat hipertensi dan jantung yang dilakukan

oleh kelompok usaha Pfizer dan PT. Dexa Medica menggambarkan

bahwa beberapa perbandingan yang dapat diterapkan oleh Hukum

Persaingan Usaha di Indonesia menerapkan beberapa ketentuan dan

program yang dimiliki oleh Jepang maupun Jerman diantaranya. Hal

yang paling utama adalah , KPPU seharusnya memiliki kewenangan

untuk melakukan penggeledahan dan penyitaan alat bukti seperti yang

dapat dilakukan oleh JFTC dan Bundeskartellamt. Indonesia juga

harus mulai memepertimbangkan untuk melaksanakan leniency

program dan pengaturan mengenai penggunaan indirect evidence

seperti yang dilakukan oleh JFTC dan Bundeskartellamt. \

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 17: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

17

Daftar Pustaka

BUKU

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Cet.3. Jakarta: Penerbit

UI Press, 2012.

Ibrahim, Johnny. Hukum Persaingan Usaha Filosofi, Teori dan Implikasi

Penerapannya di Indonesia. Malang: Bayumedia. 2006.

Kelsen, Hans. Teori Umum Tentang Hukum dan Negara. penerjemah raisul

muttaqien. Bandung: Nuansa & Nusamedia. 2006. .

Fuady, Munir, Hukum Anti Monopoli : Menyongsong Era Persaingan Sehat,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003.

Ginting, Elyta Ras, Hukum Anti Monopoli Indonesia, Jakarta: PT Citra Aditya

Bakti,2001

Ibrahim, Johnny. Teori & Metodologi Penelitian Normatif. Ed. Revisi.

Malang:Bayumedia Publishing, 2006.

Indrati, Maria Farida. IlmuPerundang-undangan 1: Jenis, Fungsi, dan Materi

Muatan. Yogyakarta: PenerbitKanisius, 2011.

Lubis, Andi Fahmi. Et al, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks Dan Konteks.

Jakarta: GTZ 2009

Tim Pengajar Mata Kuliah Ilmu Negara. Ilmu Negara. Depok: Fakultas Hukum

Universitas Indonesia, 2004.

Wiradiputra, Ditha, et al, ed. Penegakan Ketentuan Hukum Persaingan Perihal

Tender. Depok: Djokosoetono Research Center-Lembaga Kajian Persaingan dan

Kebijakan Usaha Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011

Heinz Lampert, Tatanan Ekonomi Dan Sosial Di Republik Federal Jerman, cet.1,

(Medan: Pustaka Bangsa Press,2003

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 18: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

18

Silalahi, Sahat Aditua F..“Dugaan Keberadaan Kartel Pangan dan

Upaya

Penanggulangannya”. Info Singkat Ekonomi dan Kebijakan Publik.

(Vol.V, No. 06/II/P3DI/Maret/2013. 2013

Rizkiyana, Rikrik, et al., Catatan Kritis Terhadap Hukum Acara

Persaingan Usaha di Indonesia. Disampaikan dalam Lokakarya Penelitian

Komisi Hukum Nasional RI Tahun 2011 “Penegakan Hukum Persaingan

Usaha: Kajian terhadap Hukum Acara dan Pelaksanaan Putusan KPPU”.

Jakarta. 20 Oktober 2011.

UNDANG-UNDANG

Japan., Antimonopoly Act. Act Concerning Prohibition of Private Monopolization

and Maintenance of Fair Trade. Act No. 54 of 1947.

Indonesia., Undang-Undang tentangLarangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat. No. 5 Tahun 1999. LN No. 33 Tahun 1999.

Indonesia, Undang-Undang Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana. UU No.8 L.N No.76 Tahun 1981, TLN No.3209

Mahkamah Agung Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung No.03 tahun

2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan

KPPU

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Peraturan Komisi Pengawas Persaingan

Usaha tentang Tata Cara Penanganan Perkara. Perkom No. 1 Tahun 2010.

_____, Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha tentang Pedoman

Pelaksanaan Pasal 11 tentang Kartel Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat. Perkom No. 4 Tahun 2010.

KPPU. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha tentang Pedoman Pasal

22. Peraturan KPPU No. 2 Tahun 2010.

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 19: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

19

GWB-Ubersetzung, Act Against Restrains Of Competition, 6th amd., (Bonn,

Germany: Bundeskartellamt, 2001

INTERNET

Republika, “ini alasan kartel pangan tumbuh subur di indonesia”,

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/03/26/nltdqn-ini-alasan-

kartel-pangan-tumbuh-subur-di-indonesia , diakses pada tanggal 12 feburari 2016

Purba, Hasim. “Tinjauan Yuridis Terhadap Holding Company, Cartel, Trust

danConcern”. http://library.usu.ac.id/download/fh/perda-hasim1.pdf,diunduh 3

februari 2016

“10 Lembaga Non Struktural Dibubarkan”,

http://www.tubasmedia.com/berita/10lembaga non-struktural-dibubarkan/,

diunduh pada 23 April 2016.

“KHN Tolak Bubar”, http://202.153.129.35/berita/baca/lt4eca04006f528/khntolak-

bubar, diunduh pada 23 April 2016

“KPPU, Superbody Tapi „Ringkih‟,

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4cff7f5118590/kppu-isuperbodyi-tapi-

ringkih dibaca pada 29 April 2016.

KPPU, “Struktur Organisasi”, diunduh dari

http://www.kppu.go.id/id/tentangkppu/struktur-organisasi , pada 17 Maret 2016.

Bundeskartellamt, The Bundeskartellamt In Bonn: Organization, Activities,

History,

http://www.bundeskartellamt.de/SharedDocs/Publikation/EN/Brosch%C3%BCren

/Brochure%20-

%20About%20the%20Bundeskartellamt.pdf?__blob=publicationFile&v=19 . di

unduh pada tanggal 2 Maret 2016

Sidik, Jafar M. “Todung Perlu “Judicial Review” UU Anti Monopoli”,

http://www.antaranews.com/berita/1285844061/todung-perlu-judicialreview-uu-

anti-monopoli , diunduh pada 29 Februari 2016

Tamura, Jiro et al., “Japan Cartels”, White & Case LLP, 2003,

http://www.whitecase.com/files/Publication/19aa418a-df00-4956-b42b

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016

Page 20: PERBANDINGAN MENGENAI WEWENANG YANG DIMILIKI BADAN …

20

0a5329a27367/Presentation/ PublicationAttachment/ 04fb4494-c715 4d1a-9be1

132cb1512a86/ articleJapanCartels.pdf

Hara, Etsuko, dan Hideto Ishida, Japan:cartels,

http://globalcompetitionreview.com/reviews/69/sections/235/chapters/273/

diakses pada tanggal 2 Mei 2016.

KPPU, ” UU Persaingan Usaha Diubah, Pahami Lima Fokus Revisi”,

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt575805e2373f0/uu-persaingan-usaha-

diubah--pahami-lima-fokus-revisi, diakses pada tanggal 10 Juni 2016

PUTUSAN

Putusan Pengadilan Negeri No. 05 / KPPU / 2010 / PN. Jkt. Pst.

Putusan KPPU NO. 17/KPPU-I/2010

KARYA ILMIAH

Yuliana Juwita, “Larangan Persekongkolan Tender Berdasarkan Hukum

Persaingan Usaha, Suatu Perbandingan Pengaturan di Indonesia dan Jepang”

Tesis S2 Kearsipan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012

Akira Mairilia, “Perbandingan Peranan Komisi Persaingan Usaha di Amerika

Serikat, Australia, Perancis, Jepang Dan Indonesia Dalam Penyelesaian Perkara

Persaingan Usaha”, Tesis S2 kearsipan Fakultas Hukum Universitas

Indonesia,2013

Christina Aryani, ”Studi Komparatif Leniency Program Untuk Pembuktian Kartel

Dalam Antitrust Law Di Amerika Serikat Dan Antimonopoly Law Di Jepang”

Tesis S2 Kearsipan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013

Perbandingan mengenai ..., Robby Bakharuddin, FH UI, 2016