perbandingan keefektifan psikoterapi kelompok dan individual pada pasien ketergantungan napza.pdf
-
Upload
diwiasti-firdausi-yasmin -
Category
Documents
-
view
63 -
download
9
description
Transcript of perbandingan keefektifan psikoterapi kelompok dan individual pada pasien ketergantungan napza.pdf
i
NASKAH PUBLIKASI
EFEKTIVITAS PSIKOTERAPI KELOMPOK DAN INDIVIDUAL
PADA PASIEN PENYALAHGUNA NAPZA
Diwiasti Firdausi Yasmin (G.0009063) dkk
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2013
ii
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI
Naskah publikasi dengan judul:
PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN PSIKOTERAPI KELOMPOK
DAN INDIVIDUAL PADA PASIEN PENYALAHGUNA NAPZA
Diwiasti Firdausi Yasmin, G0009063
Telah dikoreksi dan disetujui untuk dipublikasikan.
Surakarta, ...................................................
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Arif Sudiyanto, dr., Sp.KJ (K) Ruben Dharmawan, dr., Ir., Sp.Park., Ph.D
NIP. 19500131 197603 1 001 NIP. 19511120 198601 1 001
1
Efektivitas Psikoterapi Kelompok dan Individual
pada Pasien Penyalahguna NAPZA
Effectiveness Group and Individual Psychotherapy on Drugs Abuse Patient
Diwiasti Firdausi Yasmin, Aris Sudiyanto, Ruben Dharmawan
Faculty of Medicine, SebelasMaret University
ABSTRACT
Background: Drugs abuse is a big problem in the entire world and it is correlated with
mortality and morbidity. Now, many people use psychotherapy more for this problem.
This study aims to determine the comparison of effectiveness between group dan
individual psychotherapy on drugs abuse patient.
Methods: The research was pre-experimental with two group pretest-postest design in
Dr. Moewardi hospital on December 2012. Sixty samples were choosen by purposive
sampling. The samples were (1) drug abuse patients, (2) thirty patients on group
psychotherapy and thirty on individual psychotherapy. Sample were excluded if (1)
LMMPI score more than 10, (2) drop out, (3) severe physical/mental illness. This
research was analized by Mann-Whitney test by Statistical Product and Service Solution
(SPSS) Program 17.00 for Windows.
Results: Average quality of life’s score on patients who received group psychotherapy
was increased from 19,8000 to 24,2000, and on patients who received individual
psychotherapy was increased from 20,1000 to 22,6000. The result of Mann-Whitney test
was p = 0,015. (p < 0,05)
Conclusions: Group Psychoterapy is more effective to increasing drug abuse patient’s
quality of life than individual psychotherapy.
Keywords: Effectiveness, Psychotherapy, Drugs Abuse.
PENDAHULUAN
Masalah penyalahgunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain
(NAPZA) merupakan masalah yang sering
terjadi dan secara luas tersebar di seluruh
dunia, serta berhubungan dengan
mortalitas dan morbiditas (WHO, 2006).
Di Indonesia, diperkirakan ada 3,6
juta penduduk yang bermasalah dalam hal
penyalahgunaan NAPZA. Jumlah korban
NAPZA sebenarnya mengikuti fenomena
“gunung es” yaitu hanya sebagian kecil
(10%) saja yang tercatat, sedangkan
sebagian besar lainnya (90%)
2
tersembunyi, tidak ketahuan di antara
masyarakat (Sudiyanto, 2003).
Hal ini tentu memberikan
gambaran yang mengkhawatirkan masa
depan generasi muda tunas bangsa. Betapa
tidak, jika para penyalahguna NAPZA
yang masih muda tersebut tidak ditangani
secara benar, maka 10-20 tahun yang akan
datang Bangsa Indonesia sebagian besar
adalah orang-orang yang cacat fisik,
mental, bahkan sosial (Wartono, 2003).
Martin Charcot (1825-1926),
berhasil menjelaskan histeri dan
mendemonstrasikan penyembuhannya
dengan hipnosis. Selanjutnya melalui
penelitian-penelitian ilmiah diketahui
penyebab gangguan jiwa adalah
multifaktorial, dapat berasal dari
penyebab psikologis, biologis, dan
lingkungan. Sekarang pengobatan
terhadap gangguan jiwa meliputi
psikologis, biologis, dan lingkungan. Bisa
berupa psikoterapi, farmakoterapi (dengan
obat), dan terapi somatik (terapi
elektrokonvulsi dan pembedahan)
(Sudiyanto, 2007).
Psikoterapi bisa dilakukan dengan
berbagai cara, bisa dengan cara
berkelompok maupun individual, yang
mana keduanya sama-sama bertujuan
untuk mengubah atau menghambat gejala
yang ada, mengoreksi perilaku yang
terganggu, dan mengembangkan
pertumbuhan yang positif, dengan tujuan
utama agar pasien dapat dewasa, bahagia
dan mandiri.
Dengan semakin banyaknya
ditemukan efek samping dari obat-obatan
farmakoterapi, ditambah jarangnya pasien
yang berani memilih untuk terapi somatik,
pengobatan dengan psikoterapi semakin
banyak diminati. Terapi individual
merupakan yang paling banyak
digunakan, tetapi terapi kelompok
penggunaannya juga cukup luas
(Sudiyanto, 2003).
Berdasarkan hal tersebut di atas,
maka penulis melakukan penelitian
tentang perbandingan keefektifan antara
psikoterapi individual dan kelompok
dengan tujuan agar dapat dijadikan dasar
pemilihan terapi bagi pasien penyalahguna
NAPZA supaya lebih efektif.
SUBJEK DAN METODE
Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian pra-eksperimen
dengan two groups pretest-postest design
yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi.
Populasi penelitian adalah pasien
penyalahguna NAPZA yang
memeriksakan diri di Klinik Rumatan
Metadon RSUD Dr. Moewardi dengan
besar sampel ditentukan berdasarkan
patokan rule of thumb yaitu sampel
3
minimal berjumlah 30 sampel.
Pengambilan sampel dilakukan secara non
probability sampling yakni purposive
sampling dimana setiap subjek penelitian
yang memenuhi kriteria inklusi
dimasukkan dalam penelitian sampai
kurun waktu yang ditetapkan (Murti,
2006).
Pengambilan data meliputi: data
rekam medik dan kuesioner WHOQOL
untuk mengetahui skala kualitas hidup
pasien.
Untuk mengetahui perbandingan
efektivitas psikoterapi dan individual, data
yang diperoleh dari penelitian diuji
dengan uji t. Data akan diolah dengan
program SPSS 17.00 for Windows.
HASIL
Pengambilan data pada penelitian
ini dilakukan di Klinik Rumatan Metadon
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jumlah
subjek penelitian sebanyak 60 sampel
dengan 30 sampel mendapatkan
psikoterapi kelompok dan 30 sampel
mendapatkan psikoterapi individual.
Pelaksanaan pengambilan data pada bulan
Desember 2012 sampai Januari 2013.
Kriteria inklusi subjek penelitian
yang diambil yaitu pasien penyalahguna
NAPZA di Klinik Rumatan Metadon
RSUD Dr. Moewardi yang berumur 15–
64 tahun dan bersedia mengikuti
penelitian dan menandatangani informed
consent. Sedangkan kriteria eksklusinya
yaitu skor LMMPI ≥ 10, pasien tidak
mengikuti seluruh rangkaian penelitian,
menderita penyakit fisik/mental yang
berat serta pasien yang buta huruf dan
tidak dapat membaca.
Tabel 4.1 Distribusi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari tabel 4.1 dapat diketahui
responden pada psikoterapi kelompok
terkumpul 22 orang laki-laki dan 8 orang
perempuan. Sedangkan pada psikoterapi
individu terkumpul 24 responden laki-laki
dan 6 responden perempuan.
Tabel 2. Distribusi Usia Pasien
Penyalahguna NAPZA
Usia Psikoterapi
Kelompok
Psikoterapi
Individu
Total
15 - 25 11 13 24
26 - 40 13 10 23
> 40 6 7 13
30 30 60
Jenis Psikoterapi Responden
Laki-Laki
Responden
Perempuan
Total
Psikoterapi
Kelompok
22 8 30
Psikoterapi
Individu
24 6 30
46 14 60
4
Dari tabel di atas dapat diketahui
jumlah terbesar terdapat pada kelompok
usia 15-25 tahun sebanyak 24 responden
dan terkecil pada kelompok usia > 40
tahun sebanyak 13 orang responden.
Analisis Data Penelitian
Data dalam penelitian ini dianalisis
dengan uji t-independent. Uji ini
digunakan bila skor kedua kelompok tidak
berhubungan satu dengan yang lain.
Adapun syarat uji t-independent adalah
data berskala numerik, terdistribusi secara
normal, dan variansi kedua kelompok
dapat sama atau berbeda (untuk 2
kelompok).
Untuk mengetahui bahwa data
terdistribusi normal atau tidak, maka
dilakukan uji normalitas. Suatu data
dikatakan mempunyai sebaran normal jika
didapatkan nilai p > 0,05 pada tiap-tiap
kelompok tersebut. Uji normalitas yang
dilakukan pada tiap-tiap sebaran data
dapat dilakukan dengan cara deskriptif
ataupun analitik. Cara analitik memiliki
tingkat objektivitas dan sensitivitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan
deskriptif, sehingga dalam penelitian ini
dilakukan dengan uji Kolmogorov-
Smirnov (Murti, 2003).
Tabel 3. Uji Normalitas Data dengan
Kolmogorov Smirnov Test
Tabel di atas menunjukkan sebaran
data yang diuji normalitas datanya dengan
Kolmogorov Smirnov Test, dengan
ketentuan bila signifikansi hitung > 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa data
tersebut terdistribusi secara normal,
demikian sebaliknya bila nilai signifikansi
< 0,05 maka data tidak terdistribusi secara
normal.
Nilai (p) untuk nilai kualitas hidup
pada peserta psikoterapi kelompok adalah
0,200 (p > 0,05), dan pada peserta
psikoterapi individu adalah 0,013 (p <
0,05) maka sebaran data kelompok
psikoterapi individu tersebut tidak normal.
Oleh karena itu, data harus
dinormalkan terlebih dahulu melalui
proses transformasi. Setelah
ditransformasi, sebaran data tetap tidak
normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penelitian ini tidak dapat menggunakan uji
parametrik t-independent melainkan
Data Nilai p Keterangan
Psikoterapi Kelompok 0,200 Distribusi normal
Psikoterapi Individu 0,013 Distribusi tidak normal
5
menggunakan uji alternatifnya
yaitu uji non-parametrik Mann-Whitney
Tabel 4. Hasil Uji Homogentitas
Hasil uji homogenitas Levene’s
Test dapat dikatakan homogen bila
signifikansi > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa data tersebut
diasumsikan homogen, demikian
sebaliknya bila signifikansi < 0,05 data
diasumsikan tidak homogen atau
mempunyai perbedaan varians.
Berdasarkan uji tersebut dapat diketahui
bahwa F = 2,332 (p = 0,132). Oleh karena
p > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan varians antara
skor kualitas hidup kelompok psikoterapi
kelompok dan individu.
Tabel 5. Hasil Uji Mann-Whitney
Tabel di atas menunjukkan hasil
bahwa terdapat perbedaan rerata skor
kualitas hidup yang jelas dari kelompok
psikoterapi kelompok dan individu yang
terlihat dari hasil uji Mann-Whitney p =
0,015 (p < 0,05). Pada kelompok yang
mengikuti psikoterapi kelompok, skor
WHOQOL 19,8000 pada pretest dan
meningkat menjadi 24,2000 pada postest.
Sedangkan pada kelompok yang
mengikuti psikoterapi individu, skor
WHOQOL 20,1000 pada pretest dan
meningkat menjadi 22,6000 pada postest.
Jadi dapat disimpulkan, terdapat
perbedaan yang signifikan antara rerata
perubahan nilai kualitas hidup pasien
penyalahguna NAPZA yang mendapatkan
psikoterapi kelompok dan invidu.
Psikoterapi kelompok lebih efektif
meningkatkan kualitas hidup pasien
penyalahguna NAPZA dibanding
psikoterapi individu.
Penelitian yang berjudul
“Perbandingan Keefektifan Psikoterapi
Kelompok dan Individual pada Pasien
Penyalahguna NAPZA” dilakukan pada
bulan Desember 2012 sampai Januari
2013 di Klinik Rumatan Metadon RSUD
Data
Uji Homogenitas
Levene’s Test Keterangan
F P
Psikoterapi
Kelompok dan
Individu
2,332 0,132 Data
homogen
Data
Mean Skor
WHOQOL STD Analisis Uji
Mann-Whitney pretest postest
Psikoterapi
Kelompok
19,8000 24,2000 1,30811
p = 0,015 Psikoterapi
Individu
20,1000 22,6000 1,02318
PEMBAHASAN
6
Dr.Moewardi Surakarta dan didapatkan 60
responden yang terdiri dari 30 responden
psikoterapi kelompok dan 30 responden
psikoterapi individual.
Distribusi subyek penelitian
berdasarkan jenis kelamin (Tabel 4.1)
didapatkan hasil bahwa penyalahguna
NAPZA paling banyak adalah berjenis
kelamin laki-laki, berjumlah 46 orang
(76%) dibandingkan dengan perempuan
yang berjumlah 14 orang (24%). Hal ini
sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa laki-laki secara signifikan
mempunyai kecenderungan lebih tinggi
dibandingkan wanita untuk menggunakan
zat terlarang (Kaplan, 2010).
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat
diketahui bahwa pada penelitian ini,
penyalahguna NAPZA paling banyak
didapatkan pada rentang usia 15-25 tahun.
Penelitian sebelumnya juga mendapatkan
bahwa masalah penyalahgunaan NAPZA
paling banyak ditemukan pada usia remaja
dan dewasa muda (Hawari, 2005).
Dari hasil analisis terlihat bahwa
ada perbedaan tingkat perubahan kualitas
hidup antara pasien penyalahguna
NAPZA yang mengikuti psikoterapi
kelompok dengan pasien yang mengikuti
psikoterapi individual. Tabel 4.5
menunjukkan bahwa psikoterapi
kelompok lebih efektif untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien
penyalahguna NAPZA dibandingkan
psikoterapi individual.
Adanya perbedaan ini mungkin
disebabkan karena di dalam kelompok,
masing-masing pasien merasa perlu untuk
membantu satu sama lain dalam menjalani
perubahan kepribadian. Dua kekuatan
utama terapi kelompok, jika dibandingkan
dengan terapi individual adalah
kesempatan untuk mendapatkan umpan
balik segera dari teman sebaya pasien,
serta kesempatan pasien dan ahli terapi
untuk mengobservasi respon psikologis,
emosional, dan perilaku pasien terhadap
berbagai orang. Pasien menggunakan
kemampuan adaptif, mekanisme
pertahanan, dan cara berhubungan, yang
akhirnya dicerminkan kembali kepada
pasien oleh kelompok, sehingga
memungkinkan pasien menjadi
introspektif terhadap fungsi
kepribadiannya.
Selain itu, di dalam kelompok
pasien belajar untuk berempati,
mengimitasi dan menginspirasi orang lain,
serta adanya universalisasi yaitu
kesadaran pasien bahwa ia tidak sendirian
memiliki masalah, orang lain memiliki
keluhan yang sama, yang mana hal ini
tidak didapatkan pada terapi individual.
7
Proses pengambilan data
dilakukan dengan wawancara langsung,
pengisian kuesioner LMMPI dan
WHOQOL, dan melihat data rekam medik
pasien. Kelemahan dari penelitian ini
adalah faktor subyektivitas pasien dalam
menjawab pertanyaan yang merupakan
variabel luar yang tidak dapat
dikendalikan oleh peneliti.
Penelitian ini juga mempunyai
keterbatasan antara lain: peneliti tidak
mengetahui secara pasti kehidupan pasien,
ada tidaknya konflik dalam keluarga, serta
ada tidaknya gangguan psikologis lain
pada pasien.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa psikoterapi kelompok
lebih efektif dalam meningkatkan kualitas
hidup pasien penyalahguna NAPZA
dibanding psikoterapi individu.
SARAN
Perlu adanya penelitian lebih
lanjut dengan jumlah sampel yang
representatif, populasi lebih luas, dan
lebih mengontrol variabel perancu.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa
penelitian ini tidak akan berhasil tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dengan rasa hormat ucapan
terima kasih saya berikan kepada
Makhmuroh, Dra., M.Si sebagai penguji
utama dan Bagus Wicaksono, Drs., M.Si
sebagai penguji pendamping serta para
staf Klinik Rumatan Metadon RSUD Dr.
Moewardi Surakarta yang ikut membantu
dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Hawari D (2005). Aspek Medik,
Psikiatrik, Psikososial dan
Psikoreligius Sebagai Upaya
Antisipasi Penyalahgunaan
Narkotika, Psikotropika, Alkohol,
dan Zat adiktif lain. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Kaplan, Sadock (2010). Sinopsis Psikiatri:
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. Jilid 1. Tangerang: Binarupa
Aksara Publisher.
Murti B (2003). Prinsip dan Metode Riset
Epidemiologi. Edisi ke 2. Jilid 1.
Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Murti B (2006). Desain dan ukuran
sampel untuk penelitian kuantitatif
dan kualitatif di bidang kesehatan.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, pp: 67, 111-3.
Sudiyanto, Aris (2003b). Aspek Medik-
Psikiatrik Penyalahgunaan NAPZA.
Dalam Seminar Penyalahgunaan
NAPZA dan Solusinya. Surakarta,
Oktober 2003.
8
Sudiyanto, Aris (2007). Bimbingan Teknis
Psikoterapi. Bagian Psikiatri FK
UNS/ RSUD Dr. Moewardi,
Surakarta.
Wartono WS (2003). Penyalahgunaan
NAPZA dan Solusinya dalam Aspek
Hukum. Dalam Seminar
Penyalahgunaan NAPZA dan
Solusinya. Surakarta, Oktober 2003.
WHO (2006). Validation of the Alcohol,
Smoking, and Subtance
Involvement Screening Test
(ASSIST) and Pilot Brief
Inervention: A Technical Report of
Phase II Findings of the WHO
Project. WHO Press. Geneva.
Switzerland.