PERBANDINGAN EFEKTIFITAS MISOPROSTOL...
Transcript of PERBANDINGAN EFEKTIFITAS MISOPROSTOL...
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS MISOPROSTOL SUBLINGUAL 25 mcg, PERVAGINAM 25 mcg DAN DRIPS OKSITOSIN 5 IU UNTUK INDUKSI
PERSALINAN
THE COMPARISON EFFECTIVENESS SUBLINGUAL MISOPROSTOL 25 mcg, VAGINALLY 25 mcg AND OXYTOCIN 5 IU DRIPS FOR INDUCTION
OF LABOUR
Esa Lestary, John Rambulangi, Retno B. Farid Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi: Esa Lestary Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar HP : 081241225399 Email: [email protected]
ABSTRAK Induksi persalinan terjadi antara 10%-20% dari seluruh persalinan dengan berbagai indikasi baik ibu maupun janin, Beberapa penelitian menyebutkan misoprostol sangat efektif untuk induksi persalinan karena dapat mematangkan serviks dan memacu kontraksi miometrium.Penelitian ini bertujuan untuk menilai lama persalinan, jenis persalinan efek samping/komplikasi obat, dan hasil luaran neonatal setelah pemberian misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol pervaginam 25 mcg dan drips oksitosin 5 IU intravena untuk induksi persalinan. Penelitian dilakukan di kamar bersalin BLU. RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan beberapa RS jejaring di kota Makassar, selama 3 bulan periode Februari 2013 sampai April 2013. Merupakan studi intervensi. Cara pengambilan sampel metode clinical eksperimen dengan randomized single blind. Subjek penelitian adalah ibu hamil aterm (38-42 minggu) dan telah memenuhi kriteria inklusi yang merupakan suatu studi intervensi. Uji statistik menggunakan uji chi square dengan analisa ANOVA dan uji-t atau uji x2, uji statistik ini dianggap signifikan jika p<0.05.Terdapat 90 sampel penelitian, masing-masing untuk misoprostol sublingual 25 mcg (30 sampel), misoprostol pervaginam 25 mcg (30 sampel) dan drips oksitosin 5 IU intravena (30 sampel). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama persalinan pada misoprostol sublingual 25 mcg lebih cepat yaitu 9,9±1,62 jam, nilai p=0,000, dibandingkan misoprostol pervaginam 25 mcg 12,63±3,44 jam dan drips oksitosin 5 IU intravena 13,87±3,28 jam. Jenis persalinan untuk ketiga kelompok terbanyak adalah partus pervaginam. Efek samping/komplikasi terjadi lebih banyak pada pemberian misoprostol (baik sublingual maupun pervaginam) dibandingkan drips oksitosin, yaitu efek menggigil (26,7%) pada pemberian sublingual dan efek mual (16,7%) pada pemberian pervaginam, sedangkan tidak ada efek samping (0%) pada drips oksitosin. Efek samping gawat janin masing-masing 1 kasus (3,3%) pada pemberian misoprostol (sublingual dan pervaginam). Hasil luaran neonatal pada ketiga kelompok tidak berbeda bermakna, semua bayi langsung menangis dengan APGAR skor 8/10 dan Berat badan bayi baru lahir rata-rata 3000 gram.
Kata kunci: Efektifitas, keamanan, misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol pervaginam 25 mcg, oksitosin 5 IU Abstract Induction of labor between 10% -20% of all deliveries with both maternal and fetal indications, some studies say misoprostol for induction of labor is very effective because it can ripen the cervix and stimulate contractions of the myometrium. This study aimed to assess duration of labor, type of delivery side effects / complications of the drug, and the results of neonatal outcomes after administration of sublingual misoprostol 25 mcg, 25 mcg vaginal misoprostol and oxytocin 5 IU of intravenous drips to induce labor. The study was conducted in the delivery room BLU. RS. Dr.. Wahidin Sudirohusodo and some hospital networks in the city of Makassar, during the 3 month period from February 2013 until April 2013. An intervention study. Way clinical sampling method with randomized single blind experiment. Subjects were pregnant women at term (38-42 weeks) and have met the inclusion criteria was an intervention study. Statistical test using the chi square test with ANOVA analysis and t-test or x2 test, the test is considered statistically significant if P <0.05. There are 90 research samples, respectively to 25 mcg sublingual misoprostol (30 samples), 25 mcg vaginal misoprostol (30 samples) and 5 IU oxytocin intravenous drips (30 samples). The results showed that a long labor at 25 mcg sublingual misoprostol faster is 9.9 ± 1.62 days, p = 0.000, compared vaginal misoprostol 25 mcg 12.63 ± 3.44 hours and 5 IU oxytocin intravenous drips 13.87 ± 3.28 hours. The third type of delivery for most groups is vaginal parturition. Side effects / complications occurred more in the misoprostol (both sublingual and vaginal) compared oxytocin drips, the effects of shivering (26.7%) in the sublingual administration and the effects of nausea (16.7%) in the vaginal delivery, whereas no side effects (0%) in the oxytocin drips. Side effects of fetal distress each 1 case (3.3%) in the misoprostol (sublingual and vaginal). Results neonatal outcomes in all three groups was not significant, all the baby started to cry with Apgar score of 8/10 and the new born baby weighed an average of 3000 grams. Keywords: Effectiveness, safetiness, sublingual misoprostol 25 mcg, 25 mcg vaginal misoprostol, oxytocin 5 IU.
PENDAHULUAN
Induksi persalinan terjadi antara 10% - 20% dari seluruh persalinan dengan berbagai
indikasi baik ibu maupun janin. Dikenal dua jenis induksi yaitu secara mekanis dan
medisinalis. Pemakaian balon kateter, batang laminaria, dan pemecahan selaput ketuban
termasuk cara mekanis. Induksi medisinalis dapat dengan menggunakan infus oksitosin
intravena dengan keuntungan waktu paruh yang pendek hingga mudah diawasi dan
dikendalikan bila terjadi komplikasi, na\mun sangat bergantung pada skor bishop sehingga
perlu pematangan serviks terlebih dahulu (Elasari, et al., 2007)
Bahan induksi persalinan yang bersifat nonmekanik paling sering menggunakan
prostaglandin E. Misoprostol adalah analog prostaglandin E1 (PGE1) yang direkomendasikan
oleh FDA untuk pengobatan dan pencegahan ulkus peptikum dan sekarang telah banyak
digunakan di bidang obstetri (Goldberg, A.B., et al., 2004, Anonim, 2006).
Beberapa penelitian menyebutkan misoprostol sangat efektif untuk induksi persalinan
karena dapat mematangkan serviks dan memacu kontraksi miometrium sehingga dianjurkan
untuk ibu hamil dengan serviks yang belum matang. Kerugian terutama efek samping
sistemiknya dan kesulitan pengaturan pemberiannya sebagai bahan induksi persalinan.
Walaupun demikian prostaglandin telah dikembangkan sebagai bahan pertimbangan yang
membantu dimulainya induksi persalinan pada serviks yang belum matang. (Elasari, et al.,
2007, Anonim, 2006, Goldberg, A.B., et al., 2004).
Wing et al (2007) pada penelitiannya menggunakan misoprostol dosis berbeda 25 µg
dan 50 µg ternyata memperlihatkan efektifitas yang sama dalam menimbulkan induksi
persalinan. Dosis 50 µg berhubungan dengan lebih pendeknya interval persalinan yang
terjadi, tetapi menunjukkan angka takisistol yang tinggi, namun tidak dilaporkan adanya
perbedaan mengenai hasil luaran pada keduanya (Elasari, et al., 2007, Knoch, J., et al., 2007).
ACOG Committee menyatakan bahwa dosis 25 mcg vaginal sebaiknya
dipertimbangkan sebagai dosis inisial untuk induksi dan pematangan serviks. Hal ini
berdasarkan kenyataan tingginya insiden terjadinya takisistol pada dosis yang lebih besar
(Elasari, et al., 2007)
Penelitian oleh kelompok peneliti dari bagian Obstetri dan Ginekologi Aberdeen
Maternity Hospital Skotlandia dalam penelitiannya menemukan bahwa pemberian
misoprostol sublingual tampak lebih efektif dan lebih dapat diterima pasien dibandingkan
pemberian misoprostol oral (Shetty, et al., 2007). Dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan dengan menggunakan prostaglandin menunjukkan hasil yang lebih baik pada
pematangan serviks dibanding penggunaan oksitosin. (Elasari, et al., 2007, Anonim.,2006).
Dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya dari segi keamanan,
efektifitas, efek samping dan biaya maka misoprostol dapat merupakan suatu alternatif
pilihan untuk induksi persalinan di negara berkembang.
Penelitian pendahuluan mengenai perbandingan efektifitas dan keamanan induksi
persalinan menggunakan misoprostol sublingual 25 µg interval 4 jam dan 6 jam, telah
dilakukan oleh Yuanei dkk di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada, RS. Dr. Sardjito, Yogyakarta, dengan hasil tidak terdapat perbedaan
anatara kelompok perlakuan dan kontrol, pada keberhasilan mencapai kala II dan lama
mencapai kala II. (Yuane, et al., 2010)
Saat ini data mengenai efektifitas penggunaan misoprostol sublingual dosis 25 µg
untuk induksi persalinan belum ada di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makassar. Setelah melihat latar belakang penelitian mengenai
kelemahan penggunaan misoprostol 50 µg untuk induksi persalinan, maka peneliti tertarik
untuk menilai efektifitas dan keamanan penggunaan misoprostol sublingual dosis 25 µg
dibandingkan oksitosin untuk induksi persalinan.
BAHAN DAN METODE
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi intervensi dengan sampel tunggal terhadap wanita
hamil yang memenuhi syarat untuk dilakukan induksi persalinan. Penelitian ini dilaksanakan
di RS. Wahidin Sudirohusodo dan beberapa rumah sakit pendidikan bagian Obsteri dari
ginekologi FK UNHAS Makassar, antara lain: BLU RS Wahidin Sudirohusodo, RS
Pelamonia, RSI Faisal, RSU Labuang Baji, RS Bhayangkara, dan RS Stella Maris. Waktu
pelaksanaan mulai bulan Februari sampai April 2013 atau jika sampel sudah terpenuhi. Cara
pengambilan sampel adalah metode clinical eksperimen dengan, yaitu setiap penderita yang
memenuhi kriteria dan bersedia mengikuti penelitian randomized single blind dimasukkkan
sebagai subjek penelitian.
Populasi penelitian adalah semua ibu hamil aterm yang masuk ke BLU RS Wahidin
Sudirohusodo, RS Pelamonia, RSI Faisal, RSU Labuang Baji, RS Bhayangkara, dan RS
Stella Maris. Populasi target adalah ibu hamil 38-42 minggu, dan telah setuju diikutsertakan
dalam penelitian. Sampel penelitian adalah ibu yang akan bersalin dan telah memenuhi
kriteria inklusi yang merupakan suatu studi intervensi pada perempuan yang memenuhi
syarat .
Metode pengumpulan data
Cara pengambilan sampel adalah metode clinical eksperimen dengan randomized
single blind, yaitu setiap penderita yang memenuhi kriteria dan bersedia mengikuti penelitian
dimasukkkan sebagai subjek penelitian hingga sampel mencapai jumlah yang mencukupi.
Analisis data
Data yang telah dikumpulkan melalui formulir penelitian, kemudian diolah dengan
bantuan komputer dan disajikan dalam bentuk tekstular (narasi) dan tabular. Uji statistik
menggunakan uji chi square. Menggunakan analisa uji-t atau uji x2 dengan α 5%.
HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian dengan jumlah total sampel 90 sampel wanita hamil aterm
dengan umur kehamilan 38-40 minggu yang mendapat dosis awal misoprostol 25 mcg
sublingual, misoprostol 25 mcg pervaginam dan drips 5 IU oksitosin intravena untuk induksi
persalinan yang masing-masing kelompok terdiri atas 30 sampel.
Hasil dari penelitian ini memberi gambaran bahwa induksi persalinan pada ketiga
kelompok sampel (misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol pervaginam 25 mcg dan drips
oksitosin 5 IU) menunjukkan keberhasilan dalam persalinan
Karakteristik sampel
Ditemukan hasil pada. Tabel 1 memperlihatkan karakteristik umum sampel penelitian.
Pada kelompok umur ibu terbanyak adalah 20-35 tahun untuk ketiga kelompok (90 sampel).
Paritas ditemukan sama rata untuk kelompok sampel sublingual, pervaginam, oksitosin yaitu
primipara (50,0% dan 53,3%). Pekerjaan ibu yang terbanyak adalah wiraswasta untuk
kelompok sampel sublingual dan pervaginam (43,3% dan 36,7%) serta pekerjaan IRT yang
terbanyak untuk kelompok sampel oksitosin (40,0%). Tingkat pendidikan ibu terbanyak
untuk kelompok sampel misoprostol sublingual dan oksitosin adalah Sekolah Dasar (SD)
(30,0%), dan pendidikan terbanyak untuk misoprostol pervaginam adalah Sekolah Menengah
Atas (SMA) (26,7%).
Distribusi sampel penelitian
Tabel 2 memperlihatkan distribusi sampel penelitian pada kelompok sampel
misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol pervaginam 25 mcg dan drips oksitosin 5 IU
intravena. Bishop Skor tertinggi adalah >6 untuk misoprostol sublingual 25 mcg sebanyak 19
(63,3%), misoprostol pervaginam 25 mcg sebanyak 21(70,0) dan drips oksitosin sebanyak 20
(66,7%).
Distribusi Efek Samping setelah pemberian misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol
pervaginam 25 mcg dan drips oksitosin 5 Iu intravena
Pada tabel 3 tampak keluhan mual, muntah, menggigil dan gawat janin untuk ketiga
kelompok sampel. Beberapa keluhan mual, muntah dan gawat janin dan menggigil masing-
masing banyak ditemukan pada kelompok sampel misoprostol pervaginam 25 mcg. Keluhan
menggigil terbanyak ditemukan pada kelompok sampel misoprostol sublingual 25 mcg
(26,7%). Dan kelompok sampel dengan keluhan tidak ada terbanyak adalah kelompok drips
oksitosin 5 IU sebanyak 30 sampel (100%).
Perbandingan Lama persalinan
Pada tabel 4 didapatkan tidak ada perbedaan pada variabel Umur pasien (p=0,669),
dan berat badan bayi (p=0,974) untuk keberhasilan induksi persalinan setelah pemberian
misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol pervaginam 25 mcg, dan drips oksitosin 5 IU
intravena.
Perbandingan Jenis persalinan
Dari Tabel 5 didapatkan jenis persalinan terbanyak adalah pervaginam dengan
persentase yang tidak jauh berbeda antara ketiga kelompok sampel, dengan perbedaan tidak
bermakna nilai p=0,084
PEMBAHASAN
Penelitian ini memperlihatkan gambaran bahwa induksi persalinan pada ketiga
kelompok sampel (misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol pervaginam 25 mcg dan drips
oksitosin 5 IU) menunjukkan keberhasilan dalam persalinan. Lama persalinan dapat dicapai
dalam ≤12 jam pada kelompok misoprostol sublingual dan pervaginam, masing-masing
sebesar 96,7% dan 63,3% dengan rerata lama interval waktu dari awal induksi sampai
pembukaan lengkap pada kelompok misoprostol sublingual dan pervaginam adalah
9,90±1,62 dan 12,63±3,44. Kelompok misoprostol sublingual menunjukkan waktu yang
sedikit lebih cepat dibandingkan pervaginam, sedangkan kelompok oksitosin juga
menunjukkan keberhasilan persalinan hanya interval waktu sedikit lebih lama dibandingkan
kelompok misoprostol sublingual dan pervaginam yaitu dicapai > 12 jam dengan rerata
13,87±3,28 jam. .( Maged R, dkk 2003)
Menurut Feitosa,dkk (2005), misoprostol sublingual lebih cepat karena kadar plasma
misoprostol dan daerah di bawah kurva secara signifikan lebih besar ketika dosis yang sama
diberikan sublingual daripada vagina, rute sublingual lebih efektif dimana proporsi kelahiran
pervaginam dalam waktu 12 jam sedikit lebih tinggi.
Secara farmakokinetik dijelaskan bahwa misoprostol terbukti cepat diabsorbsi.
Misoprostol sangat mudah larut dan mengalami esterifikasi yang cepat menjadi asam lemak
yang bertanggung jawab dalam aktifitas klinisnya. Waktu untuk mencapai kadar puncak
induksi adalah 12±3 menit dengan paruh waktu 20-40 menit.
Pada penelitian ini menunjukkan efektifitas misoprostol sublingual lebih cepat karena
misoprostol sublingual mengalami penyerapan yang lebih cepat melalui sublingual dan
terhindar dari metabolisme melalui hati sehingga konsentrasi maksimal dapat dicapai dalam
waktu singkat. Sedangkan lama persalinan oleh kelompok kerja oksitosin jauh lebih lama
sekitar >12 jam (56,7%) dengan rerata lama interval waktu induksi persalinan adalah
13,87±3,28, kemungkinan karena aktifitas oksitosin dapat dihilangkan oleh enzim
oksitosinase melalui pemecahan ikatan peptida yang diduga sumber enzim oksitosinase
adalah plasenta.
Phaneuf et al (2005) menggambarkan perubahan reseptor oksitosin selama proses
persalinan. Setelah 12 jam kerja konsentrasi mRNA reseptor oksitosin miometrium adalah
sekitar 50 kali lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi mRNA reseptor oksitosin yang
diperoleh untuk kurang dari 12 jam.
Adachi et al (2008) melaporkan bahwa konsentrasi reseptor oksitosin pada sel
miometrium tergantung pada konsentrasi oksitosin yang ditambahkan dan waktu setelah
penambahan oksitosin. Studi ini memberikan latar belakang dengan pengalaman klinis.
Dimana sering memulai infus oksitosin selama persalinan aktif untuk meningkatkan frekuensi
dan intensitas kontraksi rahim. Hal ini mungkin karena perubahan konsentrasi reseptor
oksitosin selama persalinan. Namun, setelah memulai induksi oksitosin kerja, durasi dan
konsentrasi obat yang diberikan mungkin memiliki efek berlawanan pada proses persalinan
dengan desensitising reseptor rahim untuk oksitosin eksogen dan endogen.
Keberhasilan persalinan sangat dipengaruhi oleh nilai bishop. Pada penelitian ini,
ketiga kelompok sampel dinilai bishopnya setelah dua kali pemeriksaan dalam. Rerata nilai
bishop yang diakumulasi adalah nilai bishop pada pemeriksaan dalam kedua yaitu nilai >6,
pada ketiga kelompok sampel menunjukkan masing-masing tidak jauh berbeda 63,3%, 70%
dan 66,7%. Dari kepustakaan disebutkan bahwa proses pasti pada pematangan serviks
sehingga menyebabkan terjadinya pendataran dan pembukaan serviks masih belum jelas. Ada
berbagai elemen penting yang terlibat termasuk dekorin, asam hialuronat, hormon, sitokin,
dan protease. Faktor-faktor ini tampaknya mengalami interaksi yang kompleks.
Pada penelitian ini, penggunaan misoprostol tidak terlepas dari adanya efek samping
yaitu demam atau menggigil 8 kasus (26,7%) untuk kelompok misoprostol sublingual,
keluhan gastrointestinal seperti mual 5 kasus (16,7%), muntah 2 kasus (6,7%), menggigil 1
kasus (6,7%) namun hal tersebut tidak memperlihatkan efek yang serius pada pasien,
sehingga penggunaan misoprostol dapat menjadi suatu alternatif dalam metode induksi
persalinan dan induksi dapat dilanjutkan.
Keluhan mual, mual-muntah, dan menggigil sebenarnya berkurang setelah
mendapatkan terapi. Penyebab mual-muntah kemungkinan karena peningkatan kontraktilitas
traktus gastrointestinal setelah pemberian obat, namun dapat juga akibat dari reaksi
hipersensitifitas tubuh terhadap obat. Penyebab demam atau menggigil kemungkinan karena
terganggunya termoregulator suhu di hipotalamus. Demam merupakan efek dari
prostaglandin E1 yang termediasi secara sentral. Disamping itu prostaglandin memberikan
efek uterotonik yang ditandai dengan ritme kontraksi uterus (Parson S et al., 2007)
Dalam suatu literatur dikatakan bahwa efek samping misoprostol dapat berupa
hiperpireksia dan peningkatan kontraktilitas traktus gastrointestinal (Jordan, S. dkk. 2003).
Menurut Hariadi,dkk, (2008) indikasi seksio sesaria karena gawat janin mungkin
karena efek misoprostol berupa takisistol atau sindrom hiperstimulasi karena kompresi tali
pusat akibat jumlah air ketuban yang sangat sedikit. Pada penelitian ini terdapat masing-
masing 1 kasus (3,3%) persalinan perabdominal (seksio sesaria) akibat gawat janin,
sedangkan pada drips oksitosin terdapat 5 kasus (16,7%) persalinan pervaginam akibat Posisi
oksiput posterior persisten dan Cephalopelvik Disproportion (CPD).
Kejadian asfiksia bayi baru lahir pada penelitian ini untuk ketiga kelompok sampel
misoprostol sublingual, misoprostol pervaginam dab drips oksitosin intravena, dinilai pada
menit pertama kelahiran, tidak bernilai bermakna secara statistik yaitu rerata nilai APGAR
9,9±0,25 dengan nilai p=0,892. Menurut Hariadi,dkk (2008) pada penelitian sebelumnya,
resiko terjadinya asfiksia pada menit pertama sebanyak 12%, hal ini bisa disebabkan karena
perbedaan dalam cara penilaian skor APGAR.
Berdasarkan hasil luaran berat badan bayi baru lahir terhadap pemberian misoprostol
baik sublingual maupun pervaginam dengan dosis 25 mcg dan drips oksitosin 5 IU intravena
menunjukkan nilai tidak bermakna secara statistik dengan rerata berat badan 3000 gram, nilai
p=0,974. Hal ini berarti induksi persalinan pada ketiga kelompok sampel menunjukkan hasil
luaran yang sama, bisa dipengaruhi oleh pengambilan sampel dimana taksiran berat janin
dinilai besar dimasukkan dalam kriteria ekslusi, tidak diikutkan dalam penelitian.
Melalui penelitian ini diharapkan misoprostol sublingual dapat sebagai metode
alternatif yang cukup efektif, murah, mudah, dan mampu laksana sehingga diharapkan dapat
menurunkan angka kejadian merujuk terutama dari daerah pelosok dengan fasilitas yang
kurang memadai. Juga diharapkan sebagai suatu metode alternatif untuk menurunkan angka
kejadian seksio sesaria.
KESIMPULAN DAN SARAN
Keefektifan misoprostol sublingual 25 mcg tidak berbeda dibandingkan misoprostol
pervaginam 25 mcg dan drips oksitosin 5 IU intravena. Lama waktu induksi sampai
pembukaan lengkap pada kelompok misoprostol sublingual 25 mcg lebih cepat dibandingkan
misoprostol pervaginam 25 mcg dan drips oksitosin 5 IU intravena. Kejadian seksio sesaria
atau persalinan perabdominal lebih tinggi pada kelompok drips oksitosin 5 IU intravena
dibandingkan kedua kelompok misoprostol sublingual 25 mcg dan misoprostol pervaginam
25 mcg. Kejadian efek samping berupa rangsangan mual, muntah, menggigil dan gawat janin
lebih tinggi pada kelompok misoprostol pervaginam 25 mcg, sedangkan efek samping
menggigil lebih tinggi pada pemberian misoprostol sublingual 25 mcg. Hasil luaran berupa
asfiksia bayi baru lahir yang dinilai dengan skor APGAR pada menit pertama dan berat badan
bayi tidak berbeda bermakna.
Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian ini adalah:
Pemberian misoprostol baik sublingual maupun pervaginam harus diikuti pengawasan yang
ketat karena dapat menimbulkan efek samping terhadap ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA
Adachi, Oku, Arias, F. (2008). Pharmacology of oxytocin and prostaglandins. Clinical Obstet Gynecology. 43, p. 455-68.
Anonim. (2006). Kedu dan Diy. Suara Merdeka. Jakarta. Elasari, T., Mirani, P., Ansyori, M.H., Syamsuri, K.A., Husin. (2007). Efektifitas dan efek
samping misoprostol dosis 25 mg vaginal untuk induksi persalinan. Pertemuan Ilmiah Tahunan VIII Fetomaternal. Jogya. p. 189-202.
Feitosa, Sulistia, G. (2005). Prostaglandin. Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 406-7.
Goldberg, A.B., Greenberg, M.B., Darney, P.D. (2004). Misoprostol and Pregnancy. Review Article. The New England Journal of Medicine. Number 1. Volume 344. p. 38-47.
Hariadi, Soewarto, S. (2008). Ketuban Pecah Dini. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. p. 677-81.
Jordan, S., Hartono, A. (2003). Prostaglandin. Obat yang meningkatkan kontraktilitas uterus/oksitosik. Farmakologi Kebidanan. Jakarta. EGC. p. 142-55.
Knoch, J., Susanto, H., Sukarya, S.W., Prawira, B.H. (2007). Perbandingan efektifitas Prostaglandin E2 dan Oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan aterm dengan ketuban pecah sebelum waktunya. Meternal-Fetal Medicine Devision Departement of Obstetrics and Ginekology. UNPAD.
Maged R, Handaya, Edwin A. (2003). Peranan misoprostol dalam penanganan perdarahan postpartum. Dalam kumpulan makalah bebas. KOGI XII 2003. Yogyakarta. Subagian Fetomaternal SMF Obsgin FK-UI. Jakarta
Parson S, Frohn, W.E., Simmons, S, Carlan, S.J (2007). Prostaglandin E2 gel versus misoprostol for servical ripening in patients with premature Rupture of Membranes after 34 weeks. American Journal of Obstetric and Gynecology. Vol 99. no 2. p. 206-10.
Phaneuf, Bricker, L., Luckas, M. (2004). Amniotomy alone for induction of labour. Cochrane Database Syst Rev. 2. CD002862. Abstract.
Shetty, A., Daniellian, P., Templeton, A. (2007). Misoprostol sublingual untuk induksi persalinan aterm. Am J Obstet gynecol. 186(1). p. 72-6.
Wing S., Norwitz, E., Robinson, J., Repke, J. (2007). Labor and delivery. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, eds. Obstetrics: normal and problem pregnancies. 4th ed. New York. Churchill Livingstone. p. 353-94.
Yuane, Ludmir, J., Sehdev, H.M. (2010). Anatomy and physiology of the uterine cervix. Clin Obstet Gynecol. 43. p. 433-9.
Tabel 1. Karakteristik umum sampel penelitian Karakteristik Misoprostol
Sublingual (N=30)
Misoprostol Pervaginam
(N=30)
Oksitosin Drips intravena
(N=30) N % N % N % Umur ibu (thn) < 20 4 13,3 2 6,7 3 10,0 20-35 24 80,0 28 93,3 27 90,0 > 35 2 6,7 0 0 0 0 Paritas Primipara 15 50,0 16 53,3 15 50,0 Multipara 15 50,0 14 46,7 15 50,0 Pekerjaan IRT 10 33,3 8 26,7 12 40,0 Wiraswasta 13 43,3 11 36,7 11 36,7 PNS 3 10,0 4 13,3 3 10,0 Tani 4 13,3 7 23,3 4 13,3 Pendidikan Tidak sekolah 5 16,7 7 23,3 5 16,7 SD 9 30,0 5 16,7 9 30,0 SMP 8 26,7 6 20,0 5 16,7 SMA 5 16,7 8 26,7 8 26,7 PT 3 10,0 4 13,3 3 10,0
Tabel 2. Distribusi sampel penelitian Karakteristik Misoprostol
sublingual (N=30)
Misoprostol Pervaginam
(N=30)
Dips oksitosin intravena
(N=30) Bishop Skor N % N % N % ≤ 6 11 36,7 9 30,0 10 33,3 >6 19 63,3 21 70,0 20 66,7 Lama Persalinan
(jam)
≤12 29 96,7 19 63,3 13 43,3 >12 1 3,3 11 36,7 17 56,7 Jenis Persalinan Pervaginam 29 96,7 29 96,7 25 83,3 Perabdominam 1 3,3 1 3,3 5 16,7 Hasil luaran Apgar Skor (AS) 8/10 28 93,3 28 93,3 27 90,0 7/9 1 3,3 0 0 3 10,0 6/8 1 3,3 2 6,7 0 0 Berat Badan (BB)
(gram)
2500-3500 27 90,0 29 96,7 26 86,7 >3500 3 10,0 1 3,3 4 13,3
Tabel 3. Distribusi Efek Samping setelah pemberian misoprostol sublingual 25 mcg, misoprostol pervaginam 25 mcg dan drips oksitosin 5 Iu intravena Keluhan Misoprostol
sublingual (N=30)
Misoprostol pervaginam
(N=30)
Drips Oksitosin intravena
(N=30)
Nilai p
N % N % N %
0,000
Mual 0 0 5 16,7 0 0
Muntah 0 0 2 6,7 0 0 . Menggigil 8 26,7 2 6,7 0 0 Gawat Janin 1 3,3 1 3,3 0 0 . Tidak ada 21 70, 20 66,7 30 100,0 Uji Pearson Chi-Square (Uji X2)
Tabel 4. Perbandingan Lama persalinan Variabel Misoprostol
sublingual (N=30)
Misoprostol pervaginam
(N=30)
Drips Oksitosin intravena
(N=30)
Nilai p
Umur ibu (tahun)
28,10±4,96 28,40±4,08 27,40±4,18 0,669
Umur kehamilan (minggu)
39,93±0,90 40,76±0,67 39,9±0,90 0,000
Berat Badan bayi
3010,00±336,15 3006,67±295,87 3025,00±362,40 0,974
Lama Persalinan
9,90±1,62 12,63±3,44 13,87±3,28 0,000
* Uji t ** Uji Pearson Chi-Square (Uji X2)
Tabel 5. Perbandingan Jenis persalinan Variabel Misoprostol
sublingual (N=30)
Misoprostol pervaginam
(N=30)
Drips Oksitosin intravena
(N=30)
Nilai p
Perabdominam 1 (3,3%)
1 (3,3%) 5 (16,7%) 0,084
Pervaginam 29 (96,7%)
29 (96,7%) 25 (83,3%)
** Uji Pearson Chi-Square (Uji X2)