Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

14
1 Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic Health Expenditures) antara Pasien Tuberkulosis tanpa Resistensi Obat dengan Pasien Tuberkulosis dengan Resistensi Obat (TB MDR) Reza Maulana Sopian 1 , Ahmad Fuady 2 , Retno A. Werdhani 2 1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2 Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Email: [email protected] Abstrak Tuberkulosis merupakan salah satu dari banyak penyakit dengan biaya kesehatan yang mahal baik untuk pasien maupun keluarga pasien. Tuberkulosis menyebabkan peningkatan biaya kesehatan, kehilangan pendapatan, dan kehilangan produktifitas bagi pasien untuk bekerja. Penelitian ini menggunakan analisis potong lintang untuk mengetahui perbandingan biaya kesehatan katastropik pasien TB tanpa resistensi obat dengan pasien TB dengan resistensi obat di Jakarta Timur. Dari 159 subjek, diperoleh 97 (61%) subjek TB tanpa resistensi obat dan 62 (39%) subjek TB dengan resistensi obat. Dari uji Mann- Whitney didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,001) mengenai perbandingan biaya kesehatan katastropik yang dikeluarkan pasien TB tanpa resistensi obat dengan pasien TB dengan resistensi obat. Biaya katastropik yang dikeluarkan pasien TB dengan resisten obat sebesar 36,68% dari total pendapatan. Angka ini lebih besar dibandingkan biaya katastropik yang dikeluarkan pasien TB tanpa resisten obat yang hanya 5,13% dari total pendapatan. Biaya kesehatan katastropik dipengaruhi oleh faktor-faktor determinan seperti pendapatan, kepesertaan asuransi kesehatan, pernah dirawat inap, dan jumlah anggota keluarga kurang dari empat. Kata kunci: Tuberkulosis, TB resisten obat, biaya kesehatan katastropik Comparison of catastrophic health expenditures among tuberculosis patients without drug resistance and tuberculosis patients with drug resistance (MDR TB) Tuberculosis is one of many diseases with a costly health care either for patients or families in general. Tuberculosis causes an increase in health care costs, loss of income, and productivity losses for patients to work. This study used an cross sectional analysis to compare catastrophic health expenditures in TB patients Perbandingan biaya ..., Reza Maulana Sopian, FK UI, 2016

Transcript of Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

Page 1: Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

1

Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic Health Expenditures) antara Pasien Tuberkulosis tanpa Resistensi Obat dengan

Pasien Tuberkulosis dengan Resistensi Obat (TB MDR)

Reza Maulana Sopian1, Ahmad Fuady2, Retno A. Werdhani2

1Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Tuberkulosis merupakan salah satu dari banyak penyakit dengan biaya kesehatan yang mahal baik untuk pasien maupun keluarga pasien. Tuberkulosis menyebabkan peningkatan biaya kesehatan, kehilangan pendapatan, dan kehilangan produktifitas bagi pasien untuk bekerja. Penelitian ini menggunakan analisis potong lintang untuk mengetahui perbandingan biaya kesehatan katastropik pasien TB tanpa resistensi obat dengan pasien TB dengan resistensi obat di Jakarta Timur. Dari 159 subjek, diperoleh 97 (61%) subjek TB tanpa resistensi obat dan 62 (39%) subjek TB dengan resistensi obat. Dari uji Mann-Whitney didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,001) mengenai perbandingan biaya kesehatan katastropik yang dikeluarkan pasien TB tanpa resistensi obat dengan pasien TB dengan resistensi obat. Biaya katastropik yang dikeluarkan pasien TB dengan resisten obat sebesar 36,68% dari total pendapatan. Angka ini lebih besar dibandingkan biaya katastropik yang dikeluarkan pasien TB tanpa resisten obat yang hanya 5,13% dari total pendapatan. Biaya kesehatan katastropik dipengaruhi oleh faktor-faktor determinan seperti pendapatan, kepesertaan asuransi kesehatan, pernah dirawat inap, dan jumlah anggota keluarga kurang dari empat.

Kata kunci: Tuberkulosis, TB resisten obat, biaya kesehatan katastropik

Comparison of catastrophic health expenditures among tuberculosis patients without drug resistance and tuberculosis patients with drug resistance (MDR

TB) Tuberculosis is one of many diseases with a costly health care either for patients or families in general. Tuberculosis causes an increase in health care costs, loss of income, and productivity losses for patients to work. This study used an cross sectional analysis to compare catastrophic health expenditures in TB patients

Perbandingan biaya ..., Reza Maulana Sopian, FK UI, 2016

Page 2: Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

without drug resistance and in TB patients with drug resistance in East Jakarta. From a total of 159 subjects, obtained 97 subjects (61%) suspected TB without drug resistance and 62 subjects (39%) suspected TB with drug resistance. In Mann-Whitney test, there was a significantly different (p<0,001) regarding to comparison of catastrophic health costs incurred among TB patients without drug resistance and TB patients with drug resistance. Catastrophic health costs incurred by patients with drug resistance TB was by 36,68% of total revenues. It is greater than catastrophic health costs incurred by patients without drug resistance TB who was only by 5,13% of total revenues. The incurring of catastrophic health costs were influenced by several determinant factors such as household income, health insurance membership, hospitalization during treatment, and households with less than four members.

Key words: Tuberculosis, drug resistance, catastrophic health costs

Pendahuluan Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular yang sangat berbahaya bagi kesehatan setiap manusia. Hal ini disebabkan karena TB disebabkan oleh bakteri yang dapat menyebar melalui udara. Penyebaran ini dapat terjadi ketika seorang pasien TB batuk atau bersin sehingga droplet yang ada di udara dapat terpapar kepada siapapun (CDC, 2012).

Di tahun 2008, Indonesia menempati posisi sebagai negara dengan prevalensi TB terbesar di dunia dengan perkiraan ada sekitar 528.000 kasus per tahun. Muncul permasalahan lain terkait penyakit TB di Indonesia yaitu meningkatnya kasus TB MDR yang disebabkan karena bakteri TB resisten terhadap Obat Anti TB (OAT) seperti isoniazid dan rifampisin. Resistensi obat terjadi akibat penggunaan OAT yang tidak tepat dosis sehingga bakteri TB tidak sensitif terhadap obat yang diberikan. Kejadian ini diperparah dengan kendali program TB yang kurang baik. Indonesia merupakan negara dengan “high burden MDR TB countries”. Di tingkat global, menurut data WHO tahun 2013, Indonesia berada di peringkat 8 dari 27 negara dengan beban TB MDR terbanyak di dunia dan ada sekitar 6.900 pasien TB MDR dengan rincian 1,9% dari kasus baru dan 12% dari kasus pengobatan berulang. Laporan dari RSUP Persahabatan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa telah terjadi 118 kasus TB MDR (Burhan, 2010).

Pengobatan untuk pasien tuberkulosis pada dasarnya membutuhkan biaya yang cukup banyak. Banyak pasien-pasien TB yang mengeluarkan biaya untuk pengobatan TB hingga melebihi 40% dari kemampuan pembiayaannya (catastophic health expenditure). Di Indonesia pada umumnya, status kesehatan penduduk miskin masih rendah dibandingkan dengan penduduk yang lebih kaya. Hal ini akan berpengaruh terhadap risiko “catastrophic health expenditure” yang

Perbandingan biaya ..., Reza Maulana Sopian, FK UI, 2016

Page 3: Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

lebih besar dibandingkan dengan golongan yang kaya. Saat ini sudah ada program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang ditujukan untuk membantu pembiayaan pengobatan (sebagai perlindungan finansial) untuk pasien golongan miskin. Berdasarkan data Susenas, dengan adanya perlindungan finansial ini biaya katastropik dalam rumah tangga berkurang dari 1,5% (2005) menjadi 1,2% (2006). Pasien yang menjadi miskin akibat biaya katastropik juga turun dari 1,2% (2005) menjadi 0,6% (2006). Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk membandingkan catastrophic expenditure antara pasien TB tanpa resistensi obat dengan pasien TB dengan resistensi obat (TB MDR) (Kementerian Pembangunan, 2010). Tinjauan Teoritis Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang secara umum disebabkan oleh bakteri TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar bakteri TB menyerang paru-paru namun pada beberapa kasus juga dapat mengenai organ tubuh lainnya (CDC, 2013). Mycobacterium tuberculosis berbentuk seperti batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berkapsul, dan tidak berspora. Bakteri ini memiliki ukuran 0,3-0,6 µm dan panjang 1-4 µm. Dinding sel bakteri ini terdiri dari lapisan lemak (60%), asam mikolat, trehalosa dimikolat, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan sebagai faktor virulensi (PDPI, 2011). Struktur dinding sel yang kompleks ini menyebabkan M. tuberculosis bersifat tahan asam oleh pewarnaan sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). M. tuberculosiscepat mati dengan sinar matahari tetapi dapat hidup dalam waktu lama di tempat yang lembab (Brooks et al, 2007).

Transmisi dari M. tuberculosis adalah melalui partikel-partikel yang disebut dengan droplet nuklei. Droplet ini berukuran 1-5 mikron dan tersebar ketika seorang penderita TB batuk atau bersin. Apabila ukuran droplet ini sangat kecil sekali maka droplet dapat bertahan di udara dalam waktu beberapa jam. Transmisi terjadi ketika seseorang menghirup udara yang mengandung droplet M. tuberculosis dan kemudian masuk ke dalam saluran pernapasan (CDC, 2013).

Infeksi terjadi ketika seseorang yang sehat secara tidak sengaja menghirup droplet nuklei yang mengandung M. tuberculosis sehingga bakteri ini dapat mencapai paru-paru. Bakteri ini akan ditelan oleh makrofag alveolar kemudian dihancurkan. Tetapi tidak semua bakteri akan dihancurkan, ada sebagian kecil yang akan bermultiplikasi secara intraseluler kemudian dilepaskan dari makrofag. Bakteri TB yang berkembang di dalam makrofag akan membentuk koloni yang disebut fokus primer Gohn (Werdhani, 2012). Proses diseminasi ini akan merangsang respon imun tubuh (CDC, 2013). Waktu yang diperlukan sejak masuknya bakteri TB sampai terbentuknya kompleks primer secara lengkap

Perbandingan biaya ..., Reza Maulana Sopian, FK UI, 2016

Page 4: Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

disebut sebagai masa inkubasi. Dalam masa inkubasi ini bakteri dapat tumbuh hingga mencapai 103-104 yaitu jumlah yang memungkinkan bakteri untuk merangsang respon imunitas seluler. Setelah respon imun terbentuk maka fokus primer akan mengalami resolusi sempurna membentuk kalsifikasi atau fibrosis yang dapat dikenali sebagai nekrosis perkijuan (Werdhani, 2012).

Gejala umum yang ditunjukkan oleh pasien TB adalah batuk-batuk lebih dari 3 minggu (tidak atau disertai darah), demam yang tidak terlalu tinggi yang berlangsung pada malam hari disertai dengan keringat malam, muncul serangan influenza yang hilang timbul, penurunan nafsu makan dan berat badan, serta badan terasa lemas (Werdhani, 2012). Gejala khusus yang muncul tergantung dari organ tubuh yang terkena. Apabila terjadi sumbatan pada bronkus karena pembesaran kelenjar getah bening maka akan terdengar suara ‘mengi’ disertai dengan sesak dan keluhan sakit dada (Serafino, 2013).

Dalam upaya pengendalian TB maka diagnosis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis yaitu pemeriksaan langsung di bawah mikroskop menggunakan sputum. Apabila hasil negatif maka dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang berupa foto toraks (Depkes RI, 2014). Untuk kepentingan diagnosis menggunakan sputum secara mikroskopis, terduga pasien TB diperiksa dengan uji sputum SPS (sewaktu-pagi-sewaktu), apabila hasil BTA positif maka TB paru dapat ditegakkan (Depkes RI, 2005). Diagnosis TB ekstraparu didasarkan pada organ yang terkena dan dilihat gejala klinis yang muncul. Diagnosis definitif TB ekstraparu ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis, dan atau histopatologis dari spesimen yang diambil dari organ tubuh yang terkena (Depkes RI, 2014).

Obat Anti TB (OAT) merupakan komponen terpenting dalam pengobatan TB. Syarat untuk memenuhi pengobatan yang adekuat adalah pengobatan diberikan dalam bentuk dosis kombinasi yang terdiri dari 4 macam obat untuk mencegah resistensi, diberikan sesuai dengan dosis, dan diminum secara teratur dan diawasi langsung oleh PMO. Pengobatan terbagi menjadi dua yakni tahap awal dan tahap lanjutan. Tahap awal yaitu pengobatan diberikan setiap hari selama 2 bulan. Tujuannya adalah untuk menurunkan jumlah bakteri di dalam tubuh dan meminimalisir bakteri resisten. Tahap lanjutan yaitu pengobatan yang diberikan untuk mengeliminasi sisa bakteri yang masih ada dalam tubuh serta mencegah terjadinya kekambuhan (Depkes RI, 2014). Obat yang umum digunakan adalah isoniazid, etambutol, rifampisin, pirazinamid, dan streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer. Pada tahap awal diberikan 2HRZE dengan lama pengobatan 2 bulan dan diberikan setiap hari. Untuk tahap lanjutan dapat diberikan 4H3R3 selama 4 bulan dan diberikan 3 kali seminggu (Depkes RI, 2005).

Perbandingan biaya ..., Reza Maulana Sopian, FK UI, 2016

Page 5: Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

Tuberkulosis dengan Resistensi Obat (TB MDR)

Multidrug resistance tuberculosis (TB MDR) ialah suatu keadaan dimana bakteri M. tuberculosis sudah tidak dapat dibunuh aktivitasnya dengan OAT. Kegagalan saat pengobatan TB dapat menyebabkan TB MDR. Hal ini menjadi masalah yang sangat penting karena TB MDR dapat menular di dalam suatu komunitas dan dapat menyebabkan TB XDR. Ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya resistensi terhadap OAT yaitu, konsumsi obat tunggal dalam pengobatan TB, penggunaan paduan obat yang tidak adekuat misalnya jenis obat yang kurang atau di tempat tersebut telah terbukti obat yang digunakan mengalami resistensi, konsumsi obat yang tidak teratur misalnya tidak diminum setiap hari, dan fenomena “addition syndrome” dimana ada obat yang ditambahkan hanya menambah panjang daftar obat yang resisten terhadap TB (WHO, 2015).

Ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan untuk penentuan regimen yaitu dengan didasarkan pada riwayat obat TB yang pernah dikonsumsi, data drug resistance surveillance (DRS) di suatu area, dan hasil drug susceptibility testing (DST) dari penderitanya (WHO, 2011).

Biaya Kesehatan Katastropik Biaya katastropik dapat didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh

pasien TB sebesar >20% dari jumlah akumulasi pendapatan bulanan seluruh anggota keluarga. Dikatakan sebagai biaya katastropik karena sangat berasosiasi kuat dengan besarnya pengeluaran akibat penyakit yang diderita pasien TB (WHO, 2016). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya biaya katastropik seperti rumah tangga yang dikepalai oleh seorang wanita, keluarga pengangguran, status pendidikan yang rendah, status ekonomi, faktor geografis, memiliki riwayat keluarga dengan penyakit menular kronis, dan dirawat di rumah sakit. Paien-pasien tanpa ada asuransi sebagai perlindungan finansial juga berisiko untuk mengeluarkan biaya katastropik lebih besar dibandingkan dengan pasien-pasien yang terlindungi oleh asuransi (Wingfield et al, 2014).

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menanggulangi biaya kesehatan katastropik seperti menyediakan universal health coverage (UHC) dan sistem proteksi sosial sebagai langkah stategik untuk pembiayaan pengobatan pasien TB. Selain itu dapat dilakukan telaah kembali terhadap dampak dari program pelayanan TB yang sudah ada dan bekerja sama dengan pihak terkait untuk mengurangi beban biaya pengobatan TB (affect out of pocket health care costs for TB) serta mengoptimalkan akses masyarakat ke pelayanan jaminan kesehatan yang efektif dan berkelanjutan (WHO, 2016).

Perbandingan biaya ..., Reza Maulana Sopian, FK UI, 2016

Page 6: Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang (cross-sectional) untuk mengetahui perbandingan biaya kesehatan katastropik yang dihabiskan antara 2 kelompok, yaitu pasien TB tanpa resistensi obat dengan pasien TB dengan resistensi obat (TB MDR). Penelitian dilaksanakan di beberapa puskesmas dan Rumah Sakit Persahabatan (RSP), Jakarta Timur dari bulan Juni sampai November 2016. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari penelitian dr. Ahmad Fuady, MSc-HELP yang berjudul “Kebutuhan proteksi sosial pasien tuberkulosis setelah implementasi jaminan kesehatan nasional”. Dari 156 sampel penelitian, 95 subjek merupakan pasien dengan TB sensitif obat dan 61 subjek merupakan pasien TB MDR. Sampel dipilih dengan metode consecutive sampling. Variabel independen penelitian adalah pasien TB tanpa resistensi dan pasien TB MDR yang diukur dalam skala nominal, sedangkan variabel dependen merupakan biaya katastropik (catastrophic health costs) yang diukur dalam skala numerik.

Hasil Penelitian

Uji kemaknaan dilakukan dengan aplikasi IBM Statistics SPSS 20 for Windows. Sebelum dilakukan uji kemaknaan, dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov karena jumlah sampel penelitian lebih dari 30. Selanjutnya uji kemaknaan dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Dari hasil uji Mann-Whitney didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Uji Mann-Whitney terhadap Biaya Katastropik Pasien TB

Jenis TB Mann-

Whitney TB MDR TB sensitif

Median Min-Max Median Min-Max

Biaya Katastropik

(dalam persen dari

total penghasilan)

36,68 0-47923 5,13 0-255,58 p < 0,001

Kemudian peneliti melakukan analisis mengenai karakteristik demografis, karakteristik klinis, dan dampak sosioekonomi yang ada pada pasien TB. Beberapa dari karakteristik pasien dan dampak yang dirasakan juga dilihat apakah ada hubungannya dengan jenis TB yang diderita oleh pasien.

Perbandingan biaya ..., Reza Maulana Sopian, FK UI, 2016

Page 7: Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

Tabel 2. Karakteristik demografi subjek penelitian

Karakteristik demografi subjek n (%)

Jenis kelamin

Laki-laki 79 (50,6)

Perempuan 77 (49,4)

Tingkat pendidikan

Dasar 36 (23,1)

Menengah 108 (69,2)

Atas 12 (7,7)

Tabel 3. Karakteristik klinis subjek penelitian

Karakteristik klinis subjek n (%)

Status BTA

TB paru BTA + 129 (82,7)

TB paru BTA - 23 (14,7)

TB paru BTA tidak diketahui 4 (2,6)

Fase pengobatan

Intensif 76 (48,7)

Lanjutan 80 (51,3)

Jenis tuberkulosis (TB)

TB sensitif obat 95 (60,9)

TB MDR 61 (39,1)

Perbandingan biaya ..., Reza Maulana Sopian, FK UI, 2016

Page 8: Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

Tabel 4. Dampak TB terhadap kondisi sosioekonomi subjek penelitian

Dampak TB terhadap sosioekonomi n (%)

Pernah pinjam uang

Ya 61 (39,1)

Tidak 95 (60,9)

Pernah menjual barang

Ya 26 (16,7)

Tidak 130 (83,3)

TB terhadap pekerjaan

Tidak kehilangan pekerjaan 50 (32,1)

Kehilangan pekerjaan 60 (38,5)

Lain-lain 46 (29,5)

Tabel 5. Jenis TB berdasarkan tingkat pendidikan dan dampak sosioekonomi

Jenis TB

Nilai p TB MDR TB sensitif

n = 61 % n = 95 %

Tingkat Pendidikan

0,022 Dasar 11 30,6 25 69,4

Menengah 41 38,0 67 62,0

Atas 9 75,0 3 25,0

Pinjam Uang

0,016 Ya 31 50,8 30 49,2

Tidak 30 31,6 65 68,4

Menjual Barang

0,003 Ya 17 65,4 9 34,6

Tidak 44 33,8 86 66,2

Dampak TB

< 0,001 Tidak kehilangan pekerjaan 7 14,0 43 86,0

Kehilangan pekerjaan 35 58,3 25 41,7

Lain-lain 19 41,3 27 58,7

Perbandingan biaya ..., Reza Maulana Sopian, FK UI, 2016

Page 9: Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

9

Pembahasan

Biaya Katastropik

Pasien TB MDR cenderung mengeluarkan biaya katastropik yang lebih besar dibandingkan pasien TB sensitif. Perbedaan besar biaya katastropik ini diakibatkan karena biaya yang dikeluarkan untuk diagnosis, tatalaksana, dan biaya pendamping juga jauh berbeda. Penelitian di London pada tahun 2015 menyatakan bahwa dari 90 subjek terdiagnosis TB dan 9 subjek di antaranya berkembang menjadi TB MDR, mengeluarkan biaya katastropik yang lebih banyak (Laurence, 2015). Penelitian lain menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan TB MDR atau TB resisten jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya pengobatan yang dikeluarkan untuk TB sensitif. Di dalam penelitian tersebut dinyatakan di Ekuador, persen total biaya pengobatan yang dikeluarkan pasien dengan TB MDR sebesar 223% ($14388) sedangkan biaya untuk TB sensitif hanya 31% ($2008). Sementara di Kambodja, biaya yang dikeluarkan untuk pasien dengan TB MDR sebesar 76% ($2953) sedangkan untuk TB sensitif sebesar 24% ($923) (Tanimura et al, 2014).

Karakteristik Demografi (Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan) Dari analisis data didapatkan pasien TB antara laki-laki dan perempuan

seimbang dengan riwayat pendidikan sebagian besar subjek hanya sampai tingkat menengah (SMP/SMA). Penelitian lain yang dilakukan di Indonesia tahun 2014 menyatakan hal yang sama bahwa sebagian besar pasien TB berjenis kelamin laki-laki (53,0%) dan memiliki riwayat pendidikan hanya sampai tingkat menengah (SMP/SMA), yaitu 85,8% (Tiemersma, 2014). Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi pendapatan suatu keluarga. Secara tidak langsung pendapatan rendah membuat diagnosis TB terlambat sehingga biaya pengobatan yang dikeluarkan akan bertambah besar (Laokri et al, 2014). Penelitian lainnya tahun 2014 di Macedonia menunjukkan bahwa subjek yang memiliki tingkat pengetahuan rendah (54,44%) hingga menengah (39,55%) memiliki risiko lebih besar terinfeksi TB dibandingkan dengan yang memiliki pendidikan tinggi (4,54%) (Nikosva, 2014).

Karakteristi Klinis (Status BTA, Fase Pengobatan, dan Jenis TB) Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar subjek berstatus TB

paru BTA positif, dalam fase pengobatan lanjut, dan masih termasuk ke dalam TB tanpa resistensi obat/sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian berstatus TB paru BTA positif (63,6%), berada dalam fase lanjutan pengobatan (>50%), dan terdiagnosis sebagai kasus TB MDR (54,8%). Perbedaan ini terjadi karena sebagian besar subjek yang diteliti merupakan pasien

Perbandingan biaya ..., Reza Maulana Sopian, FK UI, 2016

Page 10: Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

TB MDR yang terdaftar di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur (Tiemersma, 2014).

Kondisi Sosioekonomi akibat TB Analisis data menunjukkan sebagian besar pasien TB tidak sampai

meminjam uang dan menjual barang untuk biaya pengobatan. Namun sebagian besar subjek harus kehilangan pekerjaan ketika menderita TB. Penelitian lain juga menunjukkan hal yang sama bahwa sebagian besar pasien TB tidak sampai meminjam uang dan menjual barang untuk memenuhi biaya pengobatan TB. Tetapi memang sebagian besar pasien mengalami kehilangan pekerjaan ketika menderita TB. Kehilangan pekerjaan membuat pendapatan semakin berkurang sehingga kemungkinan terjadinya biaya katastropik akan semakin besar (Tiemersma, 2014).

Infeksi Tuberkulosis Multidrug Resistant (MDR) pada Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Dampak Sosioekonomi

Analisis data menunjukkan bahwa proporsi pasien TB MDR yang terkena dampak sosioekonomi berupa penjualan barang, peminjaman uang, dan kehilangan pekerjaan lebih banyak dibandingkan pasien TB sensitif. Proporsi pasien TB MDR juga banyak yang memiliki riwayat pendidikan sampai tingkat atas (diploma/sarjana/pascasarjana). Penelitian lain pada tahun 2014 di Benin mengatakan bahwa besarnya biaya katastropik yang dikeluarkan oleh pasien TB (baik TB sensitif atau TB MDR) berkaitan dengan tingkat pendidikan (nilai p = 0,0001). Tingkat pendidikan yang rendah berbanding lurus dengan pendapatan rendah yang diperoleh. Namun dalam penelitian ini proporsi penderita TB MDR lebih banyak terjadi pada subjek dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki kesadaran yang lebih baik terhadap penyakitnya dibandingkan subjek dengan tingkat pendidikan rendah atau menengah (Laokri et al, 2014).

Penelitian di Indonesia pada tahun 2014 menunjukkan bahwa pasien dengan TB MDR cenderung meminjam uang untuk pengobatan TB dibandingkan pasien dengan TB sensitif (p<0,0001). Pasien dengan TB MDR meminjam uang lebih banyak bila dibandingkan dengan pasien TB sensitif (Rp 1.500.000,00 vs Rp 400.000,00; nilai p = 0,02) (Tiemersma, 2014). Selain itu proporsi pasien TB MDR yang meminjam uang juga lebih banyak dibandingkan yang tidak meminjam uang (Tiemersma, 2016).

Untuk dampak sosioekonomi berupa penjualan barang, penelitian lain menunjukkan bahwa dari 34 pasien TB yang dilaporkan melakukan penjualan barang untuk pengobatan TB, 30 di antaranya merupakan pasien dengan TB

Perbandingan biaya ..., Reza Maulana Sopian, FK UI, 2016

Page 11: Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

MDR. Jenis barang yang sering dijual merupakan barang dengan harga tinggi (Tiemersma, 2014). Di Indonesia, proporsi pasien TB MDR yang terkena dampak TB berupa penjualan barang (> 88,0%) memang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak menjual barang (Tiemersma, 2016).

Penelitian di Indonesia tahun 2014 menyatakan sebanyak 74 pasien dari 139 pasien dengan TB MDR harus berhenti dari pekerjaannya dan 11 pasien terpaksa pindah dari pekerjaannya saat ini dikarenakan penyakit TB yang diderita. Hal ini berdampak terhadap pendapatan yang diperoleh menjadi berkurang sehingga tidak menutup biaya pengobatan TB MDR yang tinggi (Tiemersma, 2014).

Kesimpulan

1. Karakteristik demografis subjek menunjukkan pasien TB antara laki-laki dan perempuan hampir sama dengan tingkat pendidikan terbanyak berada pada jenjang menengah (SMP/SMA).

2. Karakteristik klinis sujek menunjukkan sebagian besar subjek merupakan pasien TB berstatus TB BTA positif, dalam fase pengobatan lanjutan, dan jenis TB yang diderita adalah TB sensitif obat.

3. Kondisi sosioekonomi akibat TB yang sangat dirasakan subjek adalah kehilangan pekerjaan.

4. Proporsi pasien TB MDR sebagian besar berada dalam jenjang pendidikan atas, terkena dampak sosioekonomi berupa meminjam uang, menjual barang, serta kehilangan pekerjaan.

5. Median biaya katastropik yang dikeluarkan oleh pasien TB MDR jauh lebih besar dibandingkan pasien TB sensitif obat.

Saran Pemerintah diharapkan dapat melakukan kerjasama dengan semua pihak untuk mencegah biaya katastropik khususnya pada pasien dengan kondisi ekonomi yang rendah. Pemberian subsidi dalam bentuk asuransi kesehatan juga dapat membantu meringankan beban ekonomi pasien. Sebagai pelaksana kebijakan kesehatan, program TB nasional harus mempertimbangkan faktor determinan di masyarakat Indonesia serta edukasi tentang TB untuk tenaga kesehatan dan masyarakat perlu diberikan agar kesadaran mereka tentang TB menjadi lebih baik. Selain itu, perlu penelitian lebih lanjut secara menyeluruh di beberapa daerah di Indonesia untuk mendapatkan hasil yang representatif.

Perbandingan biaya ..., Reza Maulana Sopian, FK UI, 2016

Page 12: Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

Daftar Referensi:

Centers for Disease Control and Prevention. (2012). TB elimination: multidrug-resistant tuberculosis (MDR TB). Atlanta.

Burhan E. (2010). Tuberkulosis multidrug resistance (TB MDR). 60(12), p 535-6.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

TB Indonesia. Manajemen terpadu pengendalian TB resistan obat. Accessed on June 14, 2016 from http://www.tbindonesia.or.id/tb-mdr/.

World Health Organization. (2015). Global tuberculosis report-2015 (20th ed). Geneva: World Health Organization.

Lobue PA, Ladernarco MF, Castro KG. (2007). The epidemiology, prevention, and control of tuberculosis in Pulmonary Diseases and Disorders (4th ed). McGraw-Hill: New York, p 2451-2.

Werdhani RA. (2012). Patofisiologi, diagnosis, dan klasifikasi tuberkulosis. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas: FKUI.

Centers for Disease Control and Prevention. (2013). Transmission and pathogenesis of tuberculosis. Atlanta.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2011). Pedoman dan penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. Jakarta.

Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA. (2007). Mycobacteria in Medical Microbiology (24th ed). McGraw-Hill: New York, p 320-2.

Hopewell PC, Maeda MK. (2010). Tuberculosis in Respiratory Medicine (5th ed). Elsevier Saunders: Philadelpia, p 759-62.

McAdam AJ, Sharpe AH. (2005). Infectious diseases in Pathologic Basis of Disease (7th ed). Elsevier Saunders: Philadelpia.

Department Health of South Africa. (2014). National Tuberculosis Management Guidelines-2014.Pretoria: Department Health of South Africa.

Serafino RL. (2013). Clinical manifestations of pulmonary and extra-pulmonary tuberculosis, p 52.

Departemen Kesehatan RI. (2005). Pharmaceutical care untuk penyakit tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Perbandingan biaya ..., Reza Maulana Sopian, FK UI, 2016

Page 13: Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

Aditama TY. (2006). Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. Jakarta: PERPARI.

World Health Organization. (2011). Guidelines the programmatic management of drug-resistant tuberculosis-2011 update. Geneva.

Sastroasmoro S, Ismael S. (2011). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis (4th ed). Jakarta: Sagung Seto, p 357-63.

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. (2010). Pembangunan kesehatan dan gizi di Indonesia. Jakarta.

Wingfield T, Boccia D, Tovar M, Gavino A. (2014). Defining catastrophic cost and comparing their importance for adverse TB outcome with MDR. Accessed on June 29, 2016 from http://journals.plos.org/plosmedicine/article?id=10.1371%2Fjournal.pmed.1001675.

World Health Organization. (2016). Factors affecting catastrophic health expenditure and impoverishment from medical expenses in China. Accessed on June 29, 2016 from http://www.who.int/bulletin/volumes/90/9/12-102178/en/.

Laurence YV, Vassall A. (2015). Costs to health services and the patient of treating tuberculosis: A systematic literature review. London School of Hygiene and Tropical Medicine.

Tanimura T, Jaramillo E, Weil D, Raviglione M. (2014). Financial burden for tuberculosis patients in low and middle income countries: a systematic review. European Respiratory Society, p 3-13.

Wingfield T, Gavino A, Zevallos K, Montoya R. (2014). Defining catastrophic cost and comparing their importance for adverse TB outcome with Multi-drug Resistance: A prospective cohort study, Peru. PLOS Medicine, p 6-12.

Laokri S, Wilmet MD, Anagonou S, Dujardin B. (2014). Assessing the economic burden of illness for tuberculosis patients in Benin: determinants and consequences of catastrophic health expenditures and inequities. John Wiley&Sons, Ltd.

Nikosva DG, Tozija F. (2014). Social determinants of equity in access to healthcare for tuberculosis patients in Republic of Macedonia-results from a case-control study. International Journal of Health Policy and Management.

Perbandingan biaya ..., Reza Maulana Sopian, FK UI, 2016

Page 14: Perbandingan Biaya Kesehatan Katastropik (Catastrophic ...

Tiemersma EW, Hafidz F. (2014). Costs faced by (multidrug resistant) tuberculosis patients during diagnosis and treatment: report from a pilot study in Indonesia.

Tiemersma EW, Collins D, Hof S. (2014). Costs faced by (multidrug resistant) tuberculosis patients during diagnosis and treatment: report from a pilot study in Ethiopia, Indonesia, and Kazakhstan.

Zhou C, Long Q, Chen J, Xiang L. (2016). Factors that determine catastrophic expenditure for tuberculosis care: a patient survey in China. BioMed Central.

Timersma EW, Hafidz F, Beyene D. (2016). The socioeconomic impact of multidrug resistant tuberculosis on patients.

Perbandingan biaya ..., Reza Maulana Sopian, FK UI, 2016