Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun...
Transcript of Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun...
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009
SPP16-1
Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Simpur (Dillenia indica) dari Berbagai Metode Ekstraksi
dengan Uji ANOVA
Tania Surya Utami, Rita Arbianti, Heri Hermansyah, Ahmad Reza Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
Kampus Baru UI Depok 16424
Rini R Program Studi Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
Kampus Baru UI Depok 16424
Abstrak
Simpur merupakan salah satu contoh bahan alam yang mengandung senyawa antioksidan. Simpur
atau bernama latin Dillenia indica L bersinonim dengan Dillenia speciosa merupakan tumbuhan asli
Asia. Adapun senyawa antioksidan yang teridentifikasi dalam tanaman simpur adalah BHT dan 1-
dotriacontanol. Pada penelitian ini, daun simpur diekstrak dengan pelarut etanol dengan
menggunakan tiga metode yaitu metode ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro, sonikasi, dan
tekanan tinggi. Metode ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro menggunakan oven microwave
yang telah dimodifikasi dengan frekuensi 2.450 MHz, sedangkan ekstraksi dengan metode sonikasi
menggunakan sonikator dengan frekuensi 42 kHz dan ekstraksi tekanan tinggi menggunakan bejana
yang ditekan sampai 12 Bar. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun simpur diuji dengan
menggunakan metode carotene bleaching. Untuk membandingkan hasil aktivitas antioksidan dari
ketiga metode tersebut digunakan analisis ragam (ANOVA). Hasil uji aktivitas antioksidan pada
metode ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro, sonikasi, dan tekanan tinggi masing-masing
adalah 92,51%, 95,54%, dan 94,85%. Hasil uji ANOVA menunjukkan rasio uji (RUF = 92,635) > nilai
kritis (Fcr = 5,143) sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak daun Dillenia
indica dipengaruhi oleh metode ekstraksi dan kondisi operasi yang digunakan pada saat ekstraksi.
Kata Kunci : Simpur, Aktivitas antioksidan, ANOVA
Abstract
Simpur is the one of nature material which is containing antioxidant. Simpur have Latin name Dillenia
indica L or synonym with Dillenia speciosa and it is native plant from Asia. Antioxidants that identify
in simpur are BHT and 1-dotriacontanol. In this research, simpur leaves will be extracts with ethanol
by three methods, Microwave-Assisted Extraction, sonication, and high pressure extraction.
Microwave-Assisted Extraction using microwave oven have done modify, by frequency 2.450 MHz,
while extraction with sonication method using sonicator by ultrasonic wave frequency 42 kHz and high
pressure extraction using pressurized vessel until 12 bars. Antioxidant activity from ethanol extract is
assay by carotene bleaching method. Analysis variance (ANOVA) is used to compare antioxidant
activity from three methods. The result of antioxidant activity on Microwave-Assisted Extraction,
sonication, and high pressure method are 92,51%, 95,54%, and 94,85% respectively. The result of
ANOVA show the ratio test (RUF = 92,635) > critical point (Fcr = 5,143). Then it can conclude
antioxidant activity of extract Dillenia indica leaves is influenced by extraction method and operation
condition when extraction process occurred.
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009
SPP16-2
Keywords: Simpur, Antioxidant activity, ANOVA
1. Pendahuluan
Senyawa antioksidan merupakan inhibitor
penghambat oksidasi. Cara kerja senyawa
antioksidan adalah bereaksi dengan radikal bebas
reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang
relatif stabil. Antioksidan menstabilkan radikal
bebas dengan melengkapi kekurangan elektron
yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat
terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal
bebas.
Simpur merupakan salah satu contoh bahan
alam yang mengandung senyawa antioksidan.
Simpur atau bernama latin Dillenia indica L
bersinonim dengan Dillenia speciosa merupakan
tumbuhan asli Asia. Berdasarkan penelitian
Puspasari (2004) dan Faty (2004), ekstrak buah
simpur memiliki aktivitas antibakteri dan
antioksidan. Adapun senyawa antioksidan yang
teridentifikasi dalam buah simpur adalah BHT dan
1-dotriacontanol (Pramesti,2005). Seperti halnya
dengan buah, ekstrak daun simpur juga terbukti
memiliki aktivitas antioksidan (Utami,2007).
Keberadaan daun simpur yang lebih melimpah
dibandingkan buah menyebabkan penelitian
selanjutnya akan difokuskan untuk mengekstrak
daun.
Untuk mengisolasi senyawa antioksidan
dari daun simpur dapat dilakukan dengan proses
ekstraksi. Metode ekstraksi yang paling
konvensional adalah maserasi atau perendaman.
Pada penelitian Yang (2007) untuk mendapatkan
senyawa antioksidan dari akar teratai dibutuhkan
waktu satu minggu dengan yield optimum yang
didapatkan sebesar 4,6% (w/w). Metode ekstraksi
terus dikembangkan untuk mempersingkat waktu
ekstraksi dan mendapatkan ekstrak yang lebih
banyak serta volume pelarut yang lebih sedikit.
Kemudian digunakanlah berbagai metode ekstraksi
seperti metode ekstraksi dengan bantuan
gelombang mikro (MAE), sonikasi, dan
Supercritical Fluid Extraction (SFE) yang dapat
mengatasi kelemahan metode konvensional
(Dean,1998).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui besarnya aktivitas antioksidan
optimum dari metode ekstraksi dengan bantuan
gelombang mikro, sonikasi, dan tekanan tinggi.
Kemudian aktivitas antioksidan optimum dari
metode ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro,
sonikasi dan tekanan tinggi akan dibandingkan
dengan menggunakan uji anova.
2. Teori Dasar
Ekstraksi adalah istilah yang digunakan
untuk operasi yang melibatkan perpindahan suatu
konstituen padat atau cair (solute) ke dalam cairan
lain yaitu solvent atau pelarut. Istilah ekstraksi
padat-cair terbatas pada kondisi di mana terdapat
fasa padat dan mencakup operasi seperti leaching,
lixiviation, dan washing (Wassil,1995). Prinsip
dasar ekstraksi adalah berdasarkan kelarutan.
Untuk memisahkan zat terlarut yang diiginkan atau
menghilangkan komponen zat terlarut yang tidak
diinginkan dari fasa padat, maka fasa padat
dikontakkan dengan fasa cair. Pada kontak dua fasa
tersebut, zat terlarut terdifusi dari fasa padat ke
fasa cair sehingga terjadi pemisahan dari
komponen padat. Ekstraksi padat cair dapat
dilakukan dengan berbagai metode, seperti
ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro,
sonikasi, dan tekanan tinggi.
Ekstraksi dengan Bantuan Gelombang
Mikro merupakan proses ekstraksi yang
memanfaatkan energi yang ditimbulkan oleh
gelombang mikro dengan frekuensi 2.450 MHz
dalam bentuk radiasi non-ionisasi elektromagnetik
(Armstrong,1999). Energi ini dapat menyebabkan
pergerakan molekul dengan migrasi ion dan rotasi
dari dua kutub, tetapi tidak mengubah struktur
molekulnya. Pemanasan akibat gelombang mikro
menyebabkan dinding sel hancur, sehingga analit
yang akan diekstrak keluar dari sel dan dapat
berdifusi ke pelarut. Sedangkan metode sonikasi
memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan
frekuensi 42 kHz yang dapat menghancurkan sel
daun sehingga mempercepat proses perpindahan
massa senyawa bioaktif dari dalam sel ke pelarut
(Dean,1998). Metode ekstraksi tekanan tinggi
(high pressure extraction) merupakan proses
ekstraksi yang menggunakan pelarut dalam kondisi
tekanan tinggi. Ekstraksi tekanan tinggi merupakan
metode turunan dan penyederhanaan dari metode
SFE. Metode ekstraksi tekanan tinggi hanya
menggunakan tekanan dengan rentang 1 hingga 15
bar.
Uji aktivitas antioksidan dilakukan untuk
mengetahui kemampuan suatu senyawa ekstrak
dalam menghambat terjadinya reaksi oksidasi.
Salah satu metode uji aktivitas antioksidan adalah
dengan carotene bleaching. Metode ini merupakan
metode spektofotometri yang didasarkan pada
kemampuan antioksidan untuk mencegah
peluruhan warna jingga karoten akibat oksidasi
dalam sistem emulsi minyak goreng dan β-karoten.
Peluruhan warna jingga karoten ditunjukkan
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009
SPP16-3
dengan penurunan absorbansi dan aktivitas
antioksidan dapat dievaluasi dengan menggunakan
persamaan (Jayaprakasha,2001):
0 0
100 1 o t
o t
A AAA
A A
(1)
di mana: 0
o tA dan A nilai absorbansi yang
terukur pada waktu nol inkubasi sampel dan
kontrol dan0
t tA dan A nilai absorbansi yang
terukur pada waktu 120 menit inkubasi sampel dan
kontrol.
Analisis varians (ANOVA) merupakan
suatu teknik statistik yang memungkinkan untuk
mengetahui apakah dua atau lebih mean populasi
akan bernilai sama dengan menggunakan data dari
sampel-sampel masing-masing populasi
(Harinaldi,2005). Analisis varians juga dapat
digunakan dalam pengujian hipotesis sampel ganda
untuk mean, namun biasanya analisis varians lebih
efektif digunakan untuk menguji tiga atau lebih
populasi. Tentunya jumlah variabel yang berkaitan
dengan sampel bisa satu atau lebih. Dengan uji
anova maka dapat diketahui pengaruh dari metode
ekstraksi terhadap aktivitas antioksidan.
3. Metodologi
Bahan dan Peralatan dalam Eksperimen
Sampel berupa daun Dillenia indica yang
dipetik langsung dari pohonnya yang tumbuh di
lingkungan Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia, Depok. Daun
dikeringkan pada suhu ruang selama 14 hari dan
dihancurkan dengan blender. Kemudian daun
diayak degan sieve analyzer dengan ukuran 0,25-
0,6 mm. Sedangkan bahan kimia yang digunakan
meliputi: etanol teknis, kloroform teknis, beta
karoten sintetik, dan minyak goreng. Oven
gelombang mikro yang digunakan merupakan oven
gelombang mikro domestik yang telah
dimodifikasi dan memiliki gelombang dengan
frekuensi 2.450 MHz. Sedangkan alat sonikator
yang digunakan memiliki gelombang dengan
frekuensi 42 kHz dan untuk ekstraksi tekanan
tinggi memiliki kolom ekstraktor bertekanan
sampai dengan 12 bar.
Ekstraksi dengan Bantuan Gelombang Mikro
Sebanyak 2 gram daun simpur yang telah
dikeringkan dimasukkan ke reaktor kaca bersama
dengan pelarut etanol. Parameter yang di
variasikan dalam metode ekstraksi dengan bantuan
gelombang mikro adalah volume pelarut etanol
yang dilanjutkan dengan waktu ekstraksi. Kondisi
optimum untuk mendapatkan aktivitas antioksidan
terbesar adalah menggunakan volume etanol 100
mL dan waktu ekstraksi selama 8 menit.
Ekstraksi dengan Sonikasi
Serbuk daun kering simpur (2 gr) dengan
diameter 0,3 mm dicampurkan dengan pelarut
etanol dan diekstraksi dengan sonikasi (temperatur
ruang, 42 kHz, 50 menit). Parameter yang
divariasikan dalam metode ini adalah volume
pelarut etanol dilanjutkan dengan waktu ekstraksi.
Kondisi optimum yang didapatkan untuk aktivitas
antioksidan ekstrak terbesar dari metode sonikasi
adalah pada saat volume pelarut etanol 100 mL
dengan waktu ekstraksi 50 menit.
Ekstraksi dengan Tekanan Tinggi
Sebanyak 2 gram serbuk daun simpur
dengan diameter daun 0,25-0,6 mm dimasukkan ke
dalam bejana ekstrak bersama pelarut etanol yang
disirkulasi yang ditekan sampai dengan 12 bar.
Parameter yang divariasikan dalam metode tekanan
tinggi adalah waktu ekstraksi yang dilanjutkan
dengan laju alir pelarut yang disirkulasi. Kondisi
paling optimum untuk mendapatkan ekstrak
dengan aktivitas antioksidan terbesar adalah pada
tekanan (P) = 12 bar, suhu (T) = 50oC, waktu
ekstraksi (t) = 90 menit, dan laju alir pelarut (Q) =
1,5 mL/menit.
Uji Aktivitas Antioksidan
Metode carotene bleaching ini
menggunakan campuran antara 0,2 mg beta
karoten dan 0,2 gram minyak goreng. Campuran
tersebut diencerkan sampai 100 mL dengan
campuran etanol:kloroform (3:2). Sampel
dilarutkan dalam campuran ini sebanyak 5% dari
jumlah minyak yang ditambahkan dan
menginkubasinya pada suhu 80°C. Absorbansi
sampel, blank (kontrol negatif, yaitu sistem emulsi
minyak goreng curah dan karotenoid yang tidak
mengandung senyawa antioksidan/ sampel uji)
diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang λ = 453 nm pada waktu 0, 15,
30, 45, 60, 75, 90, 105 dan 120 menit secara triplo.
4. Hasil dan Pembahasan
Prinsip ekstraksi padat cair adalah
mengkontakkan pelarut dengan padatan dalam hal
ini serbuk daun, dengan atau tanpa adanya faktor
luar seperti aliran pelarut ataupun panas yang dapat
mempercepat dan mengefektifkan perpindahan
massa dari padatan ke pelarut. Metode
konvensional seperti maserasi merupakan metode
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009
SPP16-4
sederhana namun tidak efisien dalam penggunaan
pelarut dan waktu ekstraksi. Oleh karena itu
dikembangkan berbagai metode ekstraksi yang
bertujuan untuk menjadikan proses ekstraksi lebih
efisien.
Metode ekstraksi padat cair lain seperti
sonikasi yang memanfaatkan gelombang ultrasonik
yang dapat menghancurkan sel daun. Sementara
metode lain yaitu ekstraksi tekanan tinggi
menggunakan aliran pelarut dengan tekanan tinggi
serta ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro
yang memanfaatkan energi panas yang ditimbulkan
gelombang mikro untuk proses penghasncuran sel
daun. Faktor demikian sangat berpengaruh pada
kinerja ekstraksi. Adanya faktor tersebut dapat
meningkatkan laju perpindahan massa senyawa
antioksidan dari sel daun sehingga mempercepat
waktu ekstraksi. Tanpa adanya faktor yang dapat
mempercepat perpindahan massa dalam suhu ruang
maka waktu kontak antara padatan dan pelarut
harus dalam waktu yang cukup lama.
Ekstrak etanol daun simpur selanjutnya
diuapkan pelarutnya agar ekstrak dan pelarut etanol
terpisah sehingga memudahkan dalam uji aktivitas
antioksidan. Uji aktivitas antioksidan yang
digunakan adalah carotene bleaching. Metode ini
pertama kali digunakan pada tahun 1932 oleh
Monaghan dan Schmitt yang membuktikan bahwa
beta karoten dapat mencegah oksidasi dari asam
linoleat (Burton,1998). Hal ini dikarenakan beta
karoten akan langsung bereaksi dengan radikal
peroksida yang terbentuk akibat terjadinya oksidasi
asam linoleat. Reaksi antara beta karoten dan
radikal peroksida dapat secara langsung dibuktikan
dengan melihat pemudaran warna jingga karoten.
Hal ini dikarenakan radikal peroksida akan
menyerang ikatan rangkap terkonjugasi dari beta
karoten yang bertanggung jawab atas warna jingga
karoten.
Gambar 1. Struktur molekul senyawa β-karoten
dengan ikatan rangkap terkonjugasi
Sejak saat itu, metode carotene bleaching
banyak diaplikasikan untuk mengevaluasi aktivitas
antioksidan. Penelitian-penelitian yang
menggunakan metode carotene bleaching untuk
mengevaluasi aktivitas antioksidan diantaranya
untuk menentukan aktivitas antioksidan yang
terkandung di biji cokelat (Othman,2005) dan
untuk mengevaluasi efek antioksidan pada ekstrak
polisakarida pada Lycium barbarum (Li,2007).
Metode carotene bleaching merupakan
metode untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan
berdasarkan pada kemampuan antioksidan untuk
mencegah peluruhan warna jingga karoten akibat
oksidasi dalam sistem emulsi minyak dan karoten.
Dalam pengujian aktivitas antioksidan dengan
metode carotene bleaching digunakan bahan-bahan
utama, seperti beta karoten sebagai indikator
aktivitas antioksidan, minyak goreng sebagai
sumber radikal bebas, dan senyawa antioksidan
ekstrak daun simpur sebagai penghambat reaksi
oksidasi.
Minyak goreng digunakan sebagai senyawa
yang teroksidasi karena memiliki banyak ikatan
tidak jenuh. Ikatan rangkap yang terputus dari
minyak goreng akan menghasilkan radikal bebas
yang dapat menyerang ikatan rangkap terkonjugasi
dari senyawa karotenoid. Sedangkan senyawa
antioksidan dianalogikan dengan sampel yang diuji.
Sampel uji dilarutkan dengan etanol dan
konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dari tiap
sampel ke dalam sistem emulsi minyak goreng dan
beta karoten adalah sebesar 5% dari minyak yang
ditambahkan. Penambahan sebanyak ini dilakukan
karena sampel uji belum melalui proses pemurnian,
sehingga dengan penggunaan konsentrasi tersebut
antioksidan dapat mencegah reaksi oksidasi yang
terdapat dalam sistem emulsi minyak goreng dan
beta karoten.
Hasil sampel uji dibandingkan dengan
kontrol negatif yang selanjutnya disebut blank
yaitu sistem emulsi minyak goreng dan beta
karoten yang tidak mengandung antioksidan.
Sistem emulsi tersebut akan melalui proses
pemanasan dalam oven pada suhu 80 oC, karena
pada suhu tersebut dianggap minyak goreng telah
teroksidasi secara termal. Akibat pemanasan,
minyak akan menghasilkan radikal bebas dan
radikal peroksida (hidroperoksida) yang akan
menyerang ikatan rangkap terkonjugasi yang
banyak pada senyawa beta karoten. Ikatan rangkap
terkonjugasi ini yang memberikan warna jingga
pada beta karoten. Karena senyawa beta karoten
banyak kehilangan ikatan rangkap, maka senyawa
beta karoten akan mengalami peluruhan atau
pemucatan warna yang ditandai dengan
menurunnya nilai absorbansi seiring dengan
semakin lamanya pemanasan.
Dalam sistem minyak goreng-beta karoten,
antioksidan berperan dalam menghambat
peluruhan warna jingga karoten. Dengan kata lain
senyawa antioksidan akan menghambat proses
oksidasi dari minyak goreng dan beta karoten
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009
SPP16-5
selama terjadi pemanasan pada sistem emulsi
tersebut. Senyawa antioksidan akan berikatan
dengan radikal bebas yang terbentuk pada tahap
awal reaksi akibat inisiator panas, untuk mencegah
reaksi lebih lanjut antara radikal bebas dengan
oksigen yang dapat menghasilkan radikal
peroksida yang sangat reaktif. Untuk selanjutnya,
antioksidan juga berfungsi untuk menetralisir
radikal peroksida dengan melepaskan atom
hidrogen sehingga radikal yang terbentuk selama
proses oksidasi tersebut akan terstabilkan akibat
berikatan dengan atom hidrogen yang berasal dari
senyawa antioksidan yang terdapat dalam sampel
uji (Othman,2005).
Aktivitas antioksidan diuji dengan
mengukur absorbansi dari sampel dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 453 nm. Pemilihan panjang gelombang
ini karena merupakan spektrum panjang
gelombang yang paling kuat diserap oleh
karotenoid berada pada rentang panjang
gelombang 400-500 nm. Kemudian dengan data
absorbansi akan didapatkan besarnya aktivitas
antioksidan dengan persamaan 1.
Dari tiga metode ekstraksi, yaitu metode
ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro,
sonikasi dan tekanan tinggi didapatkan aktivitas
antioksidan optimum dari tiga data triplo yang
diambil. Aktivitas antioksidan optimum yang
didapatkan dari ekstraksi dengan bantuan
gelombang mikro didapatkan pada saat ekstraksi
dengan menggunakan pelarut etanol sebanyak 100
mL dan waktu ekstraksi selama 8 menit.
Sedangkan dengan metode sonikasi pada saat
menggunakan volume pelarut etanol sebanyak 100
mL dan waktu ekstraksi selama 50 menit dan
tekanan tinggi pada tekanan (P) = 12 bar, suhu (T)
= 50oC, waktu ekstraksi (t) = 90 menit, dan laju alir
pelarut (Q) = 1,5 mL/menit. Aktivitas antioksidan
optimum dari masing-masing metode dapat dilihat
pada tabel.
Tabel 1. Aktivitas Antioksidan Optimum dari
Metode Ekstraksi dengan Gelombang Mikro,
Sonikasi, dan Tekanan Tinggi
Metode
Aktivitas Antioksidan
I II III
Sonikasi 95.24% 95.41% 95.98%
MAE 92.59% 92.52% 92.55%
Tekanan tinggi 95.12% 94.53% 94.91%
Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui
apakah nilai aktivitas antioksidan akan bernilai
sama jika menggunakan metode ekstraksi yang
berbeda.
Tabel 2. Hasil Uji ANOVA
Sumber
ragam SS df μS
SS
df
F
treat
err
SS
SS
Treatment 0,001474 2 0.000737 92.6351668
Error 0,000047 6 7,95 x 10-6
Total 0,001521 8
Dari pengujian hipotesis ANOVA diperoleh
bahwa F hasil perhitungan (F adalah rasio ragam)
lebih besar dari F kritis dengan α = 0,05. Karena
RUF > 5,143, maka H0 = aktivitas antioksidan dari
ekstrak daun simpur tidak dipengaruhi oleh metode
ekstraksi ditolak. Hal ini berarti metode ekstraksi
mempengaruhi aktivitas antioksidan yang
didapatkan.
Hal ini berarti adanya perbedaan nilai
aktivitas antioksidan antara metode ekstraksi
dengan bantuan gelombang mikro, sonikasi, dan
tekanan tinggi. Perbedaan nilai aktivitas
antioskidan ini disebabkan oleh metode ekstraksi
dan kondisi operasi yang digunakan saat proses
ekstraksi juga berbeda (volume pelarut, ukuran
serbuk daun, waktu ekstraksi, suhu, dan tekanan).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas
antioksidan dipengaruhi oleh metode ekstraksi dan
kondisi operasi yang digunakan pada saat ekstraksi.
5. Kesimpulan
Uji ANOVA terhadap metode ekstraksi
dengan bantuan gelombang mikro, sonikasi, dan
tekanan tinggi mendapatkan hasil aktivitas
antioksidan ekstrak dipengaruhi oleh metode
ekstraksi dan kondisi operasi yang digunakan pada
saat ekstraksi (volume pelarut, ukuran serbuk daun,
waktu ekstraksi, suhu, dan tekanan).
Daftar Pustaka
[1] Armstrong, Stephanye Dawn,(1999),” Microwave-Assisted Extraction for the
Isolation of Trace Systemic Fungicides from
Woody Plant Material”,Doctor Dissertation,
Virginia Polytechnic Institute and State
University.
[2] Burton, Garaham W.,(1988),”Antioxidant
Action of Carotenoids”,The Journal of
Nutrition.
[3] Dean,John R.,(1998),” Extraction Methods for
Environmental Analysis”, John Wiley & Sons
Ltd.,London.
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009
SPP16-6
[4] Faty,Lina,(2004),”Ekstraksi Senyawaan Bio-
aktif Daging Buah Sempur Air (Dillenia
indica) dengan Pelarut Polar (Uji Aktivitas
Antioksidan)”,Skripsi, Program Sarjana
Fakultas Teknik UI,Depok.
[5] Harinaldi,(2005),” Prinsip-Prinsip Statistik
untuk Teknik dan Sains”, Penerbit
Erlangga,Jakarta.
[6] Jayaprakasha, G.K, et al.,(2001),” Antioxidant
activity of grape seed (Vitis vinifera) extracts
on peroxidation models in vitro”, Journal Food
Chemistry,73,hal. 285-290.
[7] Li,X.L dan A.G. Zhou,(2007),” Evaluation of
the antioxidant effects of polysaccharides
extracted from Lycium barbarum”, Journal
Medicinal Chemistry Research,15,hal. 471-482.
[8] Othman, Azizah, et. al.,(2005),”Antioxidant
Capacity and Phenolic Content of Cocoa
Beans”,Journal of Food Chemistry,100,hal.
1523-1530.
[9] Pramesti,Astrid Kenya,(2005),” Identifikasi
Fraksi Hasil Ekstraksi Daging Buah Matang
Dillenia indica dalam Pelarut n-
heksana”,Skripsi, Program Sarjana Fakultas
Teknik UI,Depok.
[10] Puspasari,Iffa, (2004),” Studi Pendahuluan
Pemanfaatan Daging Buah Dillenia indica
Sebagai Anti Bakteri Escherichia Coli”,Skripsi,
Program Sarjana Fakultas Teknik UI,Depok.
[11] Utami,Tania Surya,et.al., (2007), ” Operating
Condition Effects on High-Pressure Extraction
to Antioxidant Activity of Dillenia indica
Leaves Extract”, Journal of Regional
Symposium on Chemical Engineering, ISBN
978-979-16978-0-4.
[12] Utami,Tania Surya,et.al.,(2007),” Pengaruh
Konsentrasi Larutan Ekstrak dan Waktu
Ekstraksi terhadap Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Daun Sempur Air (Dillenia indica)
dengan Ekstraksi Sonikasi dan Soxhlet”,
Jurnal Seminar Tjipto Utomo, ISSN : 1693 –
1750.
[13] Wassil,K. Jan,(1955),”Unit Operation”,
Chapman&Hall,London.
[14] Yang,Dongmei,et. al.,(2007),” Antioxidant
Activities of Various Extracts of
Lotus(Nelumbo nuficera Gaertn)
Rhizome”,Asia Pacific Journal Clinical
Nutrition,16,hal. 158-163.