PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan...

31
1 PERBAIKAN ASUMSI KLASIK 6.1. Multikolinearitas Jika model kita mengandung multikolinieritas yang serius yakni korelasi yang tinggi antar variabel independen, Ada dua pilihan yaitu kita membiarkan model tetap mengandung multikolinieritas dan kita akan memperbaiki model supaya terbebas dari masalah multikolinieritas. Tanpa Ada Perbaikan Multikolinieritas sebagaimana kita jelaskan sebelumnya tetap menghasilkan estimator yang BLUE karena masalah estimator yang BLUE tidak memerlukan asumsi tidak adanya korelasi antar variabel independen. Multikolinieritas hanya menyebabkan kita kesulitan memperoleh estimator dengan standard error yang kecil. Masalah multikolinieritas biasanya juga timbul karena kita hanya mempunyai jumlah observasi yang sedikit. Dalam kasus terakhir ini berarti kita tidak punya pilihan selain tetap menggunakan model untuk analisis regresi walaupun mengandung masalah multikolinieritas. Dengan Perbaikan a. Menghilangkan Variabel Independen Ketika kita menghadapi persoalan serius tentang multikolinieritas, salah satu metode sederhana yang bisa dilakukakan adalah dengan menghilangkan salah satu variabel independen yang mempunyai hubungan linier kuat. Misalnya dalam kasus hubungan antara tabungan dengan pendapatan dan kekayaan, kita bisa menghilangkan variabel independen kekayaan. Akan tetapi menghilangkan variabel independen di dalam suatu model akan menimbulkan bias spesifikasi model regresi. Masalah bias spesifikasi ini timbul karena kita melakukan spesifikasi model yang salah di dalam analisis. Ekonomi teori menyatakan bahwa pendapatan dan kekayaan merupakan faktor yang mempengaruhi tabungan sehingga kekayaan harus tetap dimasukkan di dalam model. BAHAN AJAR EKONOMETRI AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGAYAKARTA

Transcript of PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan...

Page 1: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

1

PERBAIKAN ASUMSI KLASIK 6.1. Multikolinearitas

Jika model kita mengandung multikolinieritas yang serius yakni korelasi yang tinggi antar variabel independen, Ada dua pilihan yaitu kita membiarkan model tetap mengandung multikolinieritas dan kita akan memperbaiki model supaya terbebas dari masalah multikolinieritas.

Tanpa Ada Perbaikan

Multikolinieritas sebagaimana kita jelaskan sebelumnya tetap menghasilkan estimator yang BLUE karena masalah estimator yang BLUE tidak memerlukan asumsi tidak adanya korelasi antar variabel independen. Multikolinieritas hanya menyebabkan kita kesulitan memperoleh estimator dengan standard error yang kecil. Masalah multikolinieritas biasanya juga timbul karena kita hanya mempunyai jumlah observasi yang sedikit. Dalam kasus terakhir ini berarti kita tidak punya pilihan selain tetap menggunakan model untuk analisis regresi walaupun mengandung masalah multikolinieritas. Dengan Perbaikan a. Menghilangkan Variabel Independen

Ketika kita menghadapi persoalan serius tentang multikolinieritas, salah satu metode sederhana yang bisa dilakukakan adalah dengan menghilangkan salah satu variabel independen yang mempunyai hubungan linier kuat. Misalnya dalam kasus hubungan antara tabungan dengan pendapatan dan kekayaan, kita bisa menghilangkan variabel independen kekayaan.

Akan tetapi menghilangkan variabel independen di dalam suatu model akan menimbulkan bias spesifikasi model regresi. Masalah bias spesifikasi ini timbul karena kita melakukan spesifikasi model yang salah di dalam analisis. Ekonomi teori menyatakan bahwa pendapatan dan kekayaan merupakan faktor yang mempengaruhi tabungan sehingga kekayaan harus tetap dimasukkan di dalam model.

BAHAN AJAR EKONOMETRI AGUS TRI BASUKI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGAYAKARTA

Page 2: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

2

b. Transformasi Variabel

Misalnya kita menganalisis perilaku tabungan masyarakat dengan pendapatan dan kekayaan sebagai variabel independen. Data yang kita punyai adalah data time series. Dengan data time series ini maka diduga akan terjadi multikolinieritas antara variabel independen pendapatan dan kekayaan karena data keduanya dalam berjalannya waktu memungkinkan terjadinya trend yakni bergerak dalam arah yang sama. Ketika pendapatan naik maka kekayaan juga mempunyai trend yang naik dan sebaliknya jika pendapatan menurun diduga kekayaan juga menurun. Dalam mengatasi masalah multikolinieritas tersebut, kita bisa melakukan transformasi variabel. Misalnya kita mempunyai model regresi time series sbb: tttt eXXY 22110 (6.1)

dimana : Y = tabungan; X1 = pendapatan; X2 = kekayaan Pada persamaan (6.1) tersebut merupakan perilaku tabungan pada periode t, sedangkan perilaku tabungan pada periode sebelumnya t-1 sbb: 112211101 tttt eXXY (6.2)

Jika kita mengurangi persamaan (6.1) dengan persamaan (6.2) akan menghasilkan persamaan sbb: )()()( 112222111111 tttttttt eeXXXXYY (6.3)

ttttttt vXXXXYY )()( 122211111 (6.4)

dimana vt = et – et-1

Persamaan (6.4) tersebut merupakan bentuk transformasi variabel ke dalam bentuk diferensi pertama (first difference). Bentuk diferensi pertama ini akan mengurangi masalah multikolinieritas karena

Page 3: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

3

walalupun pada tingkat level X1 dan X2 terdapat multikolinieritas namun tidak berarti pada tingkat diferensi pertama masih terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya.

Transformasi variabel dalam persamaan (6.4) akan tetapi menimbulkan masalah berkaitan dengan masalah variabel gangguan. Metode OLS mengasumsikan bahwa variabel gangguan tidak saling berkorelasi. Namun transformasi variabel variabel gangguan vt = et – et-1 diduga mengandung masalah autokorelasi. Walaupun variabel gangguan et awalnya adalah independen, namun variabel gangguan vt yang kita peroleh dari transformasi variabel dalam banyak kasus akan saling berkorelasi sehingga melanggar asumsi variabel gangguan metode OLS.

c. Penambahan Data

Masalah multikolinieritas pada dasarnya merupakan persoalan sampel. Oleh karena itu, masalah multikolinieritas seringkali bisa diatasi jika kita menambah jumlah data. Kita kembali ke model perilaku tabungan sebelumnya pada contoh 6.5. dan kita tulis kembali modelnya sbb:

iiii eXXY 22110 (6.5)

dimana:Y= tabungan; X1= pendapatan; X2 = kekayaan. Varian untuk 1 sbb:

)1(

)ˆvar(2

12

2

1

2

1rx i

(6.6)

Ketika kita menambah jumlah data karena ada masalah

multikolinieritas antara X1 dan X2 maka 2

1ix akan menaik sehingga

menyebabkan varian dari 1 akan mengalami penurunan. Jika varian

mengalami penurunan maka otomatis standard error juga akan mengalami penurunan sehingga kita akan mampu mengestimasi 1 lebih

tepat. Dengan kata lain, jika multikolinieritas menyebabkan variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen melalui uji t maka dengan penambahan jumlah data maka sekarang variabel independen menjadi signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Page 4: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

4

Contoh Kasus 6.1: Data perkembangan Ekspor, Konsumsi, impor, angkatan kerja dan populasi di Negara ABC sebagai berikut :

Tabel 6.1. Perkembangan Ekspor, Konsumsi, impor,

angkatan kerja dan populasi

Tahun Eks Cons Imp AK Pop 1990 468359 119802 95842 72574728 181436821 1991 556306 140805 112644 73845896 184614740 1992 632582 157484 125987 75104839 187762097 1993 671218 192959 154367 76349299 190873248 1994 737948 228119 182495 77575965 193939912 1995 794926 279876 223901 78783138 196957845 1996 855022 332094 265676 79970646 199926615 1997 921714 387171 309737 81141540 202853850 1998 1024791 647824 518259 82301397 205753493 1999 698856 813183 650547 83457632 208644079 2000 883948 856798 685439 84616171 211540428 2001 889649 1039655 831724 85779320 214448301 2002 878823 1231965 985572 86947635 217369087 2003 930554 1372078 1097662 88123124 220307809 2004 1056442 1532888 1226311 89307442 223268606 2005 1231826 1785596 1428477 90501881 226254703 2006 1347685 2092656 1674125 91705592 229263980 2007 1462818 2510504 2008403 111244331 232296830 2008 1602275 2999957 2399966 113031121 235360765 2009 1447012 3290996 2632797 115053936 238465165 2010 1667918 3858822 3087057 116495844 241613126 2011 1914268 4340605 3472484 118515710 244808254 2012 1945064 4858331 3886665 120426769 248037853 2013 2026120 5456626 2359212 122125092 251268276 2014 2046740 6035674 2580527 124061112 254454778

Page 5: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

5

Lakukan regresi LS EKS C CONS IMP AK POP Kita peroleh hasil persamaan regresi sebagai berikut :

Dependent Variable: EKS Method: Least Squares Date: 01/09/17 Time: 04:26 Sample: 1990 2014 Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -892281.2 712567.2 -1.252206 0.2249

CONS 0.119704 0.049762 2.405542 0.0259 IMP 0.022910 0.064591 0.354693 0.7265 AK 0.007369 0.006623 1.112725 0.2790

POP 0.005041 0.003399 1.483299 0.1536 R-squared 0.959611 Mean dependent var 1147715.

Adjusted R-squared 0.951533 S.D. dependent var 488609.5 S.E. of regression 107567.9 Akaike info criterion 26.18649 Sum squared resid 2.31E+11 Schwarz criterion 26.43026 Log likelihood -322.3311 Hannan-Quinn criter. 26.25410 F-statistic 118.7968 Durbin-Watson stat 1.357171 Prob(F-statistic) 0.000000

Dari hasil output regresi diatas dapat kita susun persamaan sebagai berikut : EKS = -892281 + 0.12*CONS + 0.023*IMP + 0.007*AK + 0.005*POP (0.0498) (0.0645) (0.0066) (0.0033) T hitung 2.4055*** 0.3546 1.1127 1.4832 R2 = 0.959 F hitung = 118.796 Konsekuensi multikearitas adalah invalidnya signifikansi variable maupun besaran koefisien variable dan konstanta. Multikolinearitas diduga terjadi apabila estimasi menghasilkan nilai R kuadrat yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi, dan nilai t-statistik semua atau hampir semua variabel penjelas tidak signifikan. (Gujarati, 2003)

Page 6: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

6

Untuk medeteksi awal apakah dalam suatu model mengandung multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi, dan nilai t-statistik semua atau hampir semua variabel penjelas tidak signifikan. Dari hasil diatas dapat kita lihat R2 tinggi, F tinggi namun sebagian besar tidak signifikan. Artinya ada kemungkinan model diatas mengandung multikolinearitas yang serius.. Uji selanjutnya, bandingkan R kuadrat regresi diatas dengan R kuadrat regresi antar variable bebasnya. Regres LS AK IMP CONS POP C

Dependent Variable: AK Method: Least Squares Date: 01/09/17 Time: 04:49 Sample: 1990 2014 Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. IMP 5.078742 1.816942 2.795215 0.0108

CONS 4.832311 1.255603 3.848599 0.0009 POP 0.137917 0.107873 1.278517 0.2150

C 47839133 21030811 2.274716 0.0335 R-squared 0.964931 Mean dependent var 93561606

Adjusted R-squared 0.959922 S.D. dependent var 17704591 S.E. of regression 3544388. Akaike info criterion 33.14528 Sum squared resid 2.64E+14 Schwarz criterion 33.34030 Log likelihood -410.3159 Hannan-Quinn criter. 33.19937 F-statistic 192.6086 Durbin-Watson stat 1.277394 Prob(F-statistic) 0.000000

Jika kita bandingkan R12 regresi LS EKS C CONS IMP AK POP dengan R22 regresi LS AK IMP CONS POP C, maka R12 = 0.959611lebih kecil dari R22 =

0.964931, sehingga dapat disimpulkan model diatas mengandung multikolearitas. Cara menghilangkan multikonearitas :

Dengan menghilangkan variable yang tidak signifikan

Page 7: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

7

Misal variable konsumsi kita hilangkan Regres LS EKS C IMP AK POP

Dependent Variable: EKS Method: Least Squares Date: 01/09/17 Time: 05:02 Sample: 1990 2014 Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2058947. 578495.0 -3.559144 0.0019

IMP 0.010873 0.071359 0.152363 0.8804 AK 0.017615 0.005620 3.134436 0.0050

POP 0.007095 0.003646 1.946095 0.0651 R-squared 0.947925 Mean dependent var 1147715.

Adjusted R-squared 0.940486 S.D. dependent var 488609.5 S.E. of regression 119198.4 Akaike info criterion 26.36061 Sum squared resid 2.98E+11 Schwarz criterion 26.55563 Log likelihood -325.5077 Hannan-Quinn criter. 26.41470 F-statistic 127.4227 Durbin-Watson stat 1.280160 Prob(F-statistic) 0.000000

Hasil regresi diatas : R kuadrat yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi, dan nilai t-statistik hampir semua variabel penjelas signifikan.

6.2. Heteroskedastisitas

Diketahui bahwa heteroskedastisitas tidak merusak sifat kebiasan dan konsistensi dari penaksir OLS, tetapi penaksir tadi tidak lagi efisien yang membuat prosedur pengujian hipotesis yang biasa nilainya diragukan. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan perbaikan pada model regresi untuk menghilangkan masalah heteroskedastisitas pada model regresi tersebut. Tindakan perbaikan ini tergantung dari pengetahuan kita tentang varian dari variabel gangguan. Ada dua pendekatan untuk melakukan tindakan perbaikan, yaitu jika σ2i diketahui dan jika σ2i tidak diketahui.

Page 8: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

8

a. Varian Variabel gangguan Diketahui (i2 )

Jika kita mengetahui besarnya varian maka penyembuhan masalah heteroskedastisitas bisa dilakukan melalui metode WLS yang merupakan bentuk khusus dari metode Generalized Least Squares (GLS). Dari metode WLS ini akhirnya kita bisa mendapatkan estimator yang BLUE kembali. Untuk mengetahui bagaimana metode WLS ini bekerja, misalkan kita mempunyai model regresi sederhana sbb:

iii eXY 10 (6.7)

Jika varian variabel gangguan 2

i diketahui maka persamaan (6.7) dibagi

i akan mendapatkan persamaan sbb:

i

i

i

i

ii

i eY

0 (6.8)

Atau dapat ditulis sbb:

ii

i

i eXY 10

1

(6.9)

Persamaan (6.9) merupakan transformasi dari persamaan (6.7). Dari metode transformasi ini kita akan mendapatkan varian variabel gangguan yang konstan.

2)()( ii eeVar (6.10)

2

i

ie

)(1 2

2 i

i

e

karena varian variabel gangguan 2

i diketahui dan 22 )( iie maka

)(1 2

2 i

i

1

Varian dari transformasi variabel gangguan

ie ini sekarang konstan.

Ketika kita mengaplikasikan metode OLS dalam persamaan transformasi (6.9) maka kita akan mempunyai estimator yang BLUE. Namun perlu diingat bahwa estimator pada persamaan awal yakni persamaan (6.7) tetap tidak BLUE.

Page 9: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

9

b. Ketika Varian Variabel gangguan Tidak Diketahui (I2 )

Dalam kenyataannya sulit kita mengetahui besarnya varian variabel gangguan. Oleh karena itu dikembangkanlah metode penyembuhan yang memberi informasi cukup untuk mendeteksi varian yang sebenarnya. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyembuhkan masalah heteroskedastisitas.

Metode White

Jika kita tidak mengetahui besaranya varian variabel gangguan maka kita tidak mungkin bisa menggunakan metode WLS. OLS estimator sebenarnya menyediakan estimasi parameter yang konsisten jika terjadi heteroskedastisitas tetapi standard errors OLS yang biasa tidak tepat untuk membuat sebuah kesimpulan. White kemudian menggembangkan perhitungan standard errors heteroskedastisitas yang dikoreksi (heteroscedasticity-corrected standard errors). Untuk menjelaskan metode White ini kita ambil contoh regresi sederhana sbb:

iii eXY 10 (6.11)

Dimana 2)var( iie

Jika model mempunyai varian variabel gangguan yang tidak sama maka

varian estimator tidak lagi efisien. Varian estimator 1 menjadi:

22

22

1)(

)ˆvar(i

ii

x

x

(6.12)

Karena 2

i tidak bisa dicari secara langsung maka White mengambil

residual kuadrat 2ˆie dari persamaan (6.12) sebagai proksi dari 2

i .

Kemudian varian estimator 1 dapat ditulis sbb:

22

22

1)(

)ˆvar(i

ii

x

ex

(6.13)

Sebagaimana ditunjukkan oleh White, varian )ˆ( 1 dalam persamaan (6.13)

adalah estimator yang konsisten dari varian dalam persamaan (6.12). Ketika sampel bertambah besar maka varian persamaan (6.13) akan menjadi varian persamaan (6.12).

Page 10: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

10

Prosedur metode White dilakukan dengan mengestimasi persamaan (6.11) dengan metode OLS, dapatkan residualnya dan menghitung varian berdasarkan persamaan (6.10). Bagi model regresi lebih dari satu variabel independen maka kita harus mencari varian setiap variabel independen. Untuk mengatasi masalah ini, beberapa program komputer seperti Eviews menyediakan metode White ini.

Metode White tentang heteroscedasticity-corrected standard errors didasarkan pada asumsi bahwa variabel gangguan et tidak saling berhubungan atau tidak ada serial korelasinya. Untuk itu maka Newey, Whitney dan Kennneth West menggembangkan metode dengan memasukkan masalah unsur autokoralsi (6.13)

Mengetahui Pola Heteroskedastisitas

Kelemahan dari metode White adalah estimator yang didapatkan mungkin tidak efisien. Metode lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengetahui pola heteroskedastisitas di dalam model. Pola ini bisa diketahui melalui hubungan antara varian variabel gangguan dengan variabel independen. Misalnya kita mempunyai model sbb:

iii eXY 10 (6.14)

Kita asumsikan bahwa pola varian variabel gangguan dari persamaan (6.14) adalah proporsional dengan Xi sehingga:

)()(var 2

iii eEXe (6.15)

iX2

untuk menghilangkan masalah heteroskedastisitas jika variabel gangguan proporsional dengan variabel independen Xi, kita dapat melakukan

transformasi persamaan (6.15) dengan membagi dengan iX sehingga

akan menghasilkan persamaan sbb:

i

i

i

i

ii X

e

X

X

XX

Y 1

0

ii

i

vXX

10

1 (6.16)

dimana i

i

iX

ev

Page 11: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

11

Sekarang kita bisa membuktikan bahwa varian variabel gangguan dalam persamaan (6.16) tidak lagi heteroskedastisitas tetapi homoskedastisitas:

2

2 )(

i

ii

X

eEvE karena persamaan (6.16)

)(1 2

i

i

eX

(6.17)

i

i

XX

21

2 Karena persamaan (6.15)

Persamaan (6.17) tersebut berbeda dengan model persamaan regresi awal. Sekarang kita tidak lagi mempunyai intersep sehingga kita bisa melakukan regresi tanpa intersep untuk mengestimasi 0 dan 1. Kita kemudian bisa mendapatkan regresi awal dengan cara mengalikan persamaan (6.16)

dengan iX .

Selain proporsional dengan variabel independen X, kita bisa mengasumsikan bahwa pola varian variabel gangguan adalah proporsional dengan 2

iX sehingga:

222 )( ii XeE (6.18)

Kemudian kita bisa melakukan transformasi persamaan (6.14) dengan membagi Xi sehingga akan menghasilkan persamaan sbb:

i

i

iii

i

X

e

XXX

Y 10

i

i

vX

10

1 (6.19)

Kita dapat membuktikan bahwa varian variabel gangguan persamaan (7.62) sekarang bersifat homoskedastisitas yaitu:

2

2 )(

i

i

iX

eEvE

)(1 2

2 i

i

eX

Page 12: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

12

22

2

1i

i

XX

2 karena persamaan (6.18) (6.20) Dalam transformasi persamaan di atas konstanta dan slope persamaan awal menjadi variabel independen dan variabel intersep baru.

Contoh Kasus 6.2: Data perkembangan Ekspor, Konsumsi, impor, angkatan kerja dan populasi di Negara DEF sebagai berikut :

Tabel 6.2. Perkembangan Ekspor, Konsumsi, impor,

angkatan kerja dan populasi

Tahun Eks Cons Imp AK Pop 1990 468359 119802 95842 54431046 181436821 1991 556306 140805 112644 55384422 184614740 1992 632582 157484 125987 56328629 187762097 1993 671218 192959 154367 57261974 190873248 1994 737948 228119 182495 58181974 193939912 1995 794926 279876 223901 59087354 196957845 1996 855022 332094 265676 59977985 199926615 1997 921714 387171 309737 60856155 202853850 1998 1024791 647824 518259 61726048 205753493 1999 698856 813183 650547 62593224 208644079 2000 883948 856798 685439 84616171 211540428 2001 889649 1039655 831724 85779320 214448301 2002 878823 1231965 985572 86947635 217369087 2003 930554 1372078 1097662 88123124 220307809 2004 1056442 1532888 1226311 89307442 223268606 2005 1231826 1785596 1428477 90501881 226254703 2006 1347685 2092656 1674125 91705592 229263980 2007 1462818 2510504 2259453 111244331 232296830 2008 1602275 2999957 2699961 113031121 235360765 2009 1447012 3290996 2961896 115053936 238465165 2010 1667918 3858822 3472940 116495844 241613126 2011 1914268 4340605 3906545 118515710 244808254

Page 13: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

13

Tahun Eks Cons Imp AK Pop 2012 1945064 4858331 3886665 120426769 248037853 2013 2026120 5456626 2359212 122125092 251268276 2014 2046740 6035674 2580527 124061112 254454778

Lakukan regresi LS IMP C CONS EKS AK POP

Hasilnya sebagai berikut :

Dependent Variable: IMP Method: Least Squares Date: 01/09/17 Time: 05:38 Sample: 1990 2014 Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 461161.8 3143958. 0.146682 0.8849

CONS -0.097674 0.214708 -0.454916 0.6541 EKS 1.514296 0.871794 1.736989 0.0978 AK 0.042048 0.015469 2.718159 0.0132

POP -0.019457 0.020484 -0.949864 0.3535 R-squared 0.899135 Mean dependent var 1387839.

Adjusted R-squared 0.878962 S.D. dependent var 1264205. S.E. of regression 439823.8 Akaike info criterion 29.00299 Sum squared resid 3.87E+12 Schwarz criterion 29.24677 Log likelihood -357.5374 Hannan-Quinn criter. 29.07061 F-statistic 44.57112 Durbin-Watson stat 1.259764 Prob(F-statistic) 0.000000

Uji heteroskedastisitas dengan uji White Pilih : view Residual Diagnostics Heteroskedasticity Test White OK

Page 14: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

14

Heteroskedasticity Test: White F-statistic 16.78182 Prob. F(14,10) 0.0000

Obs*R-squared 23.97936 Prob. Chi-Square(14) 0.0461 Scaled explained SS 15.97986 Prob. Chi-Square(14) 0.3146

Karena nilai Prob. Chi-Square(14) 0,0461 lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan model diatas mengandung heteroskedastisitas. Dalam analisis regresi diperlukan suatu metode untuk menduga parameter agar memenuhi sifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), salah satu metode yang paling sering digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS)atau sering disebut dengan Metode Kuadrat Terkecil (MKT). Salah satu asumsi klasik yang harus dipenuhi dalam estimasi OLS agar hasil estimasinya dapat diandalkan, yaitu ragam sisaan homogeny E(ui2) = σ2 (homoskedastisitas). Pelanggaran terhadap asumsi homoskedastisitas disebut heteroskedastisitas, yang artinya galat bersifat tidak konstan. Konsekuensi dari terjadi heteroskedastisitas dapat mengakibatkan penduga OLS yang diperoleh tetap memenuhi persyaratan tak bias, tetapi varian yang diperoleh menjadi tidak efisien, artinya varian cenderung membesar sehingga tidak lagi merupakan varian yang kecil. Dengan demikian model perlu diperbaiki dulu agar pengaruh dari heteroskedastisitas hilang (Gujarati, 2003)

. Perbaikan heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui :

a. Melalui Logaritama

Lakukan regresi LS LOG(IMP) C LOG(CONS) lOG(EKS) LOG(AK) LOG(POP)

Page 15: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

15

Dependent Variable: LOG(IMP) Method: Least Squares Date: 01/09/17 Time: 05:51 Sample: 1990 2014 Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 284.8554 96.85826 2.940951 0.0081

LOG(CONS) 1.941547 0.351879 5.517657 0.0000 LOG(EKS) 0.635442 0.372278 1.706901 0.1033 LOG(AK) 0.700437 0.452365 1.548390 0.1372

LOG(POP) -16.65656 5.608760 -2.969740 0.0076 R-squared 0.985814 Mean dependent var 13.57581

Adjusted R-squared 0.982977 S.D. dependent var 1.221827 S.E. of regression 0.159415 Akaike info criterion -0.657761 Sum squared resid 0.508260 Schwarz criterion -0.413986 Log likelihood 13.22201 Hannan-Quinn criter. -0.590148 F-statistic 347.4638 Durbin-Watson stat 1.115773 Prob(F-statistic) 0.000000

Uji heteroskedastisitas dengan uji White Pilih : view Residual Diagnostics Heteroskedasticity Test White OK

Heteroskedasticity Test: White F-statistic 3.011030 Prob. F(9,15) 0.0288

Obs*R-squared 16.09248 Prob. Chi-Square(9) 0.0650 Scaled explained SS 15.04800 Prob. Chi-Square(9) 0.0896

Karena nilai Prob. Chi-Square(9) sebesar 0,065, lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan model diatas mengandung tidak heteroskedastisitas.

Page 16: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

16

b. cara mengatasi heteroskedastisitas pada regresi dengan metode Weighted Least Square

. Uji menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dapatjuga digunakan Uji Breusch Pagan Godfrey (BPG). Hipotesis: H0: tidak ada heteroskedastisitas H1: ada heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic 12.01533 Prob. F(4,20) 0.0000

Obs*R-squared 17.65368 Prob. Chi-Square(4) 0.0014 Scaled explained SS 11.76442 Prob. Chi-Square(4) 0.0192

Berdasarkan perhitungan dengan metode BPG diperoleh bahwa H0 ditolak yang artinya terdapat masalah Heteroskedastisitas dalam model, sehingga diperlukan adanya perbaikan pada model agar tidak menyesatkan kesimpulan. Persoalan heteroskedastisitas dapat ditangani dengan melakukan pembobotan suatu faktor yang tepat kemudian menggunakan metode OLS terhadap data yang telah diboboti. Pemilihan terhadap suatu faktor untuk pembobotan tergantung bagaimana sisaan berkorelasi dengan X atau Y,

jika sisaan proporsional terhadap Xi maka model akan dibagi engan iX ,

jika sisaan adalah proporsional dengan sehingga model akan dibagi dengan Xi2, selain proporsional dengan X1 dan Xi2 bisa juga diasumsikan bahwa pola varian sisaan adalah proporsional dengan [E(Yi)]2 sehingga dibagi dengan E(Yi) . Namun dalam prakteknya tidak selalu dengan

pembobotan iYEXX

1,

1,

1

11

dapat mengatasi heteroskedastisitas karena

sesungguhnya pembobot yang diberikan bergantung pada pola sebaran sisaan terhadap variabel bebas maupun variabel terikat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini faktor pembobot yang akan dianalisis adalah

iYEXX

1,

1,

1

11

, dani

1 (residual kuadrat).

Page 17: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

17

Pembobotan yang digunakan untuk mengatasi adalah dengan mengalikan semua variable dengan

i

1 (residual kuadrat), sehingga diperoleh variable

baru sebagai berikut :

Tabel 6.3.

Variabel baru setelah pembobotan

Tahun Eks2 Cons2 Imp2 AK2 Pop2 1990 2.621783 0.670628 0.536503 304.6944 1015.648 1991 6.463996 1.636083 1.308867 643.5391 2145.13 1992 89.52568 22.28782 17.83026 7971.872 26572.91 1993 396.505 113.9855 91.18837 33826.06 112753.5 1994 -15.7647 -4.8733 -3.89864 -1242.94 -4143.13 1995 -12.048 -4.24184 -3.39348 -895.536 -2985.12 1996 -9.52208 -3.69842 -2.95873 -667.954 -2226.51 1997 -7.59771 -3.19146 -2.55317 -501.639 -1672.13 1998 -43.457 -27.4715 -21.9772 -2617.54 -8725.13 1999 1.095045 1.274185 1.019348 98.07796 326.9265 2000 -1.87041 -1.81296 -1.45037 -179.046 -447.614 2001 -2.87528 -3.36009 -2.68807 -277.233 -693.082 2002 -7.79908 -10.933 -8.74642 -771.614 -1929.03 2003 -16.1859 -23.8656 -19.0925 -1532.8 -3831.99 2004 -11.0095 -15.9747 -12.7797 -930.698 -2326.74 2005 -9.71356 -14.0803 -11.2643 -713.652 -1784.13 2006 -72.1373 -112.013 -89.6106 -4908.71 -12271.8 2007 -4.44035 -7.62058 -6.85852 -337.68 -705.132 2008 -23.6262 -44.2356 -39.812 -1666.69 -3470.49 2009 3.341787 7.600355 6.84032 265.7101 550.7208 2010 2.50583 5.797379 5.217641 175.0199 362.9924 2011 2.550768 5.783871 5.205484 157.9226 326.2078 2012 2.712767 6.775881 5.420705 167.9584 345.9367 2013 -2.29378 -6.17747 -2.67087 -138.258 -284.462 2014 -3.1197 -9.19976 -3.93332 -189.098 -387.848

Lakukan regresi LS IMP2 C CONS2 EKS2 AK2 POP2

Page 18: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

18

Method: Least Squares Date: 01/09/17 Time: 05:47 Sample: 1990 2014 Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.081297 0.055690 19.41639 0.0000

CONS2 -0.123846 0.033695 -3.675453 0.0015 EKS2 1.439465 0.054908 26.21585 0.0000 AK2 0.042008 0.001491 28.17096 0.0000

POP2 -0.016739 0.000594 -28.19219 0.0000 R-squared 0.999955 Mean dependent var -3.964814

Adjusted R-squared 0.999946 S.D. dependent var 28.37547 S.E. of regression 0.207613 Akaike info criterion -0.129424 Sum squared resid 0.862064 Schwarz criterion 0.114351 Log likelihood 6.617805 Hannan-Quinn criter. -0.061812 F-statistic 112074.9 Durbin-Watson stat 1.533574 Prob(F-statistic) 0.000000

Lakukan Uji heteroskedastisitas dengan uji White Pilih : view Residual Diagnostics Heteroskedasticity Test Breusch-Pagan-Godfrey OK

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic 1.084458 Prob. F(4,20) 0.3907

Obs*R-squared 4.455852 Prob. Chi-Square(4) 0.3478 Scaled explained SS 6.778892 Prob. Chi-Square(4) 0.1480

Berdasarkan perhitungan dengan metode BPG diperoleh bahwa H0 diterima yang artinya tidak terdapat masalah Heteroskedastisitas dalam model (Prob. Chi-Square(4) = 0.34 lebih besar dari α = 0.05) Dapat disimpulkan bahwa pembobot pada α taraf sebesar 0,05 dapat mengatasi heteroskedastisitas .

Page 19: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

19

6.3. Autokorelasi

Setelah kita ketahui konsekuensi masalah autokorelasi dimana estimator dari metode OLS masih linier, tidak bias tetapi tidak mempunyai varian yang minimum.

Penyembuhan masalah autokorelasi sangat tergantung dari sifat hubungan antara residual. Atau dengan kata lain bagaimana bentuk struktur autokorelasi. Model regresi sederhana seperti dalam persamaan (6.21) sbb:

ttt eXY 10 (6.21)

Diasumsikan bahwa residual mengikuti model AR(1) sebagai berikut:

ttt vee 1 11 (6.22)

Penyembuhan masalah autokorelasi dalam model ini tergantung dua hal: (1) jika atau koefisien model AR(1) diketahui; (2) jika tidak diketahui tetapi bisa dicari melalui estimasi. a. Ketika Struktur Autokorelasi Diketahui

Pada kasus ketika koefisien model AR(1) yakni struktur autokorelasi diketahui, maka penyembuhan autokorelasi dapat dilakukan dengan transformasi persamaan dikenal sebagai metode Generalized difference equation. Pada bab 7 kita telah mengembangkan metode GLS untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas yakni ketika varian residual tidak konstan. Dengan melakukan transformasi model kita dapat menghilangkan masalah heteroskedastisitas sehingga kita kemudian dapat mengestimasi model dengan menggunakan metode OLS.

Untuk menjelaskan metode Generalized difference equation dalam kasus adanya autokorelasi, misalkan kita mempunyai model regresi sederhana dan residualnya (et) mengikuti pola autoregresif tingkat pertama AR(1) sbb:

ttt eXY 10 (6.23)

ttt vee 1 11 (6.24)

Page 20: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

20

Dimana residual vt memenuhi asumsi residual metode OLS yakni E(vt)=0; Var(vt) = 2; dan Cov (vt,vt-1) =0. Kelambanan (lag) satu persamaan (6.23) sbb:

11101 ttt eXY (6.25)

Jika kedua sisi dalam persamaan (6.25) dikalikan dengan maka akan menghasilkan persamaan sbb:

11101 ttt eXY (6.26)

Kemudian persamaan (6.23) dikurangi persamaan (6.25) akan menghasilkan persamaan diferensi tingkat pertama sbb:

1111001 tttttt eeXXYY

ttttt vXXYY 11101 )1(

ttt vXX )()1( 110 (6.27)

dimana 1 ttt eev dan memenuhi asumsi OLS seperti persamaan (6.24)

Persamaan (6.27) tersebut dapat kita tulis menjadi:

tttt vXY 0 (6.28)

Dimana )(;);1();( 111001

tttttt XXXYYY

Residual vt dalam persamaan (6.28) sudah terbebas dari masalah autokorelasi sehingga memenuhi asumsi OLS. Sekarang kita bisa mengaplikasikan metode OLS terhadap transformasi variabel Y* dan X* dan mendapatkan estimator yang menghasilkan karakteristik estimator yang BLUE.

b. Ketika Struktur Autokorelasi Tidak Diketahui

Walaupun metode penyembuhan masalah autokorelasi sangat mudah dilakukan dengan metode generalized difference equation jika strukturnya diketahui, namun metode ini dalam prakteknya sangat sulit dilakukan. Kesulitan ini muncul karena sulitnya kita untuk mengetahui nilai . Oleh karena itu kita harus menemukan cara yang paling tepat untuk mengestimasi . Ada beberapa metode yang telah dikembangkan oleh para ahli ekonometrika untuk mengestimasi nilai .

Page 21: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

21

1) Metode Diferensi Tingkat Pertama

Nilai terletak antara -1 1. Jika nilai = 0 berarti tidak ada korelasi residual tingkat pertama (AR 1). Namun jika nilai = 1 maka model mengandung autokorelasi baik positif maupun negatif. Ketika nilai dari = +1, masalah autokorelasi dapat disembuhkan dengan diferensi tingkat pertama metode generalized difference equation. Misalkan kita mempunyai model sederhana seperti persamaan (6.29) sebelumnya, metode diferensi tingkat pertama (first difference) dapat dijelaskan sbb:

ttt eXY 10 (6.29)

Diferensi tingkat pertama persamaan (6.23) tersebut sebagaimana dalam persamaan (6.30) sebelumnya sbb:

111101 )1( tttttt eeXXYY (6.30)

Jika = +1 maka persamaan tersebut dapat ditulis kembali menjadi

)()( 1111 tttttt eeXXYY (6.31)

Atau dapat ditulis menjadi persamaan sbb:

ttt vXY 1 (6.32)

dimana adalah diferensi dan 1 ttt eev

Residual vt dari persamaan (6.32) tersebut sekarang terbebas dari masalah autokorelasi. Metode first difference ini bisa diaplikasikan jika koefisien autokorelasi cukup tinggi atau jika nilai statistik Durbin-Watson (d) sangat rendah. Sebagai rule of thumb jika R2 > d, maka kita bisa menggunakan metode first difference. Dari transformasi first difference ini sekarang kita tidak lagi mempunyai intersep atau konstanta dalam model. Konstanta dalam model dapat dicari dengan memasukkan variabel trend (T) di dalam model aslinya. Misalkan model awalnya dengan trend sbb:

ttt eTXY 210 (6.33)

Page 22: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

22

dimana T adalah trend, nilainya mulai satu pada awal periode dan terus menaik sampai akhir periode. Residual et dalam persamaan (6.24) tersebut mengikuti autoregresif tingkat pertama. Transformasi persamaan (6.34) dengan metode first difference akan menghasilkan persamaan sbb: ttt vXY 211 (6.34)

dimana residual 1 ttt eev

Pada proses diferensi tingkat pertama persamaan (6.32) menghasilkan persamaan (6.33) yang mempunyai konstanta sedangkan diferensi pertama pada persamaan (6.34) tanpa menghasilkan konstanta.

2) Estimasi Didasarkan Pada Berenblutt- Webb

Metode transformasi dengan first difference bisa digunakan hanya jika nilai tinggi atau jika nilai d rendah. Dengan kata lain metode ini hanya akan valid jika nilai = +1 yaitu jika terjadi autokorelasi positif yang sempurna. Pertanyaannya bagaimana kita bisa mengetahui asumsi bahwa = +1. Berenblutt-Webb telah mengembangkan uji statistik untuk menguji hipotesis bahwa = +1. Uji statistik dari Berenblutt-Webb ini dikenal dengan uji statistik g (Gujarati, 2005). Rumus statistiknya dapat ditulis sbb:

nt

t

n

t

e

g

1

2

2

(6.34)

Dimana et adalah residual dari regresi model asli dan vt merupakan residual dari regresi model first difference. Dalam menguji signifikansi statistik g diasumsikan model asli mempunyai konstanta. Kemudian kita dapat menggunakan tabel Durbin-Watson dengan hipotesis nol = 1, tidak lagi dengan hipotesis nol = 0. Keputusan bahwa = 1 ditentukan dengan membandingkan nilai hitung g dengan nilai kritis statistik d. Jika g dibawah nilai batas minimal dL maka tidak menerima hipotesis nol sehingga kita bisa mengatakan bahwa = 1 atau ada korelasi positif antara residual.

Page 23: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

23

3) Estimasi Didasarkan Pada Statistik d Durbin Watson

Kita hanya bisa mengaplikasikan metode transformasi first difference jika nilai tinggi yakni mendekati satu. Metode ini tidak bisa digunakan ketika rendah. Untuk kasus nilai rendah maka kita bisa menggunakan statistik d dari Durbin Watson. Kita bisa mengestimasi dengan cara sbb:

)ˆ1(2 d (6.35)

atau dapat dinyatakan dalam persamaan sbb:

21ˆ

d (6.36)

Sebagaimana pembahasan sebelumnya, kita bisa mencari nilai dari estimasi statistik pada persamaan (6.36) di atas. Asumsi first difference menyatakan bahwa 1ˆ hanya terjadi jika d=0 di dalam persamaan

(6.36). Begitu pula jika d = 2 maka 0ˆ dan bila d =4 maka 1ˆ .

Persamaan tersebut hanya suatu pendekatan tetapi kita bisa menggunakan nilai statistik d untuk mendapatkan nilai . Di dalam sampel besar kita dapat mengestimasi dari persamaan (6.36) dan menggunakan yang kita dapatkan untuk model generalized difference equation dalam persamaan (6.13) sebelumnya.

4) Estimasi Dengan Metode Dua Langkah Durbin

Untuk menjelaskan metode ini maka kita kembali ke model generalized difference equation persamaan (6.37). Kita tulis kembali persamaan tersebut sbb:

1111001 tttttt eeXXYY (6.37)

Atau dapat kita tulis kembali menjadi ttttt vYXXY 111110 )1( (6.38)

Dimana )( 1 ttt eev

Setelah mendapatkan persamaan (6.38), Durbin menyarankan untuk menggunakan prosedur dua langkah untuk mengestimasi yaitu:

Page 24: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

24

1. Lakukan regresi dalam persamaan (6.38) dan kemudian perlakukan nilai koefisien Yt-1 sebagai nilai estimasi dari . Walaupun ini bias, tetapi merupakan estimasi yang konsisten

2. setelah mencapai pada langkah pertama, kemudian lakukan transformasi variabel )( 1

ttt YYY dan )( 1

ttt XXX dan

kemudian lakukan regresi metode OLS pada transformasi variabel persamaan (6.11.)

5) Estimasi Dengan Metode Cochrane-Orcutt

Uji ini merupakan uji alternatif untuk memperoleh nilai yang tidak diketahui. Metode Cochrane-Orcutt sebagaimana metode yang lain menggunakan nilai estimasi residual et untuk memperoleh informasi tentang nilai (Pindyck, S and Daniel. L, 1998). Untuk menjelaskan metode ini kita misalkan mempunyai model regresi sederhana sbb:

ttt eXY 10 (6.39)

Diasumsikan bahwa residual (et) mengikuti pola autoregresif (AR1) sbb:

ttt vee 1 (6.40)

dimana residul vt memenuhi asumsi OLS Metode yang kita bicarakan sebelumnya untuk mengetimasi hanya merupakan estimasi tunggal terhadap . Oleh karena itu, Cochrane-Orcutt merekomendasi untuk mengestimasi dengan regresi yang bersifat iterasi sampai mendapatkan nilai yang menjamin tidak terdapat masalah autokorelasi dalam model. Adapun metode iterasi dari Cochrane-Orcutt dapat dijelaskan sbb:

1. Estimasi persamaan (6.39) dan kita dapatkan nilai residualnya te

2. Dengan residual yang kita dapatkan maka lakukan regresi persamaan berikut ini:

ttt vee 1ˆˆˆ (6.41)

3. Dengan yang kita dapatkan pada langkah kedua dari persamaan

(6.41) kemudian kita regresi persamaan berikut ini:

Page 25: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

25

1111001ˆˆˆˆ

tttttt eeXXYY (6.42)

ttttt vXXYY )ˆ()ˆ1(ˆ1101

atau dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana menjadi persamaan

tt eXY 10 (6.43)

dimana: )ˆ1(00

4. Karena kita tidak mengetahui apakah nilai yang diperoleh dari

persamaan (6.41) adalah nilai estimasi yang terbaik, maka masukan nilai )ˆ1(00 dan

1 yang diperoleh dalam persamaan (6.43) ke

dalam persamaan awal (6.39) dan kemudian dapatkan residualnya

te

sbb:

ttt XYe 10ˆˆˆ (6.44)

5. Kemudian estimasi regresi sbb:

ttt wee ˆˆˆ (6.45)

yang kita peroleh dari persamaan (6.45) ini merupakan langkah

kedua mengestimasi nilai

Karena kita tidak juga mengetahui apakah langkah kedua ini mampu mengetimasi nilai yang terbaik maka kita dapat melanjutkan pada langkah ketiga dan seterusnya. Pertanyaannya, sampai berapa langkah kita harus berhenti melakukan proses iteratif untuk mendapatkan nilai . Menurut Cochrane-Orcutt, estimasi nilai akan kita hentikan jika nilainya sudah terlalu kecil. Contoh Kasus :

Data perkembangan Ekspor, Konsumsi, Impor dan Jumlah penduduk di Negara GHI sebagai berikut :

Page 26: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

26

Tabel 6.4. Perkembangan Ekspor, Konsumsi, impor, dan populasi

Tahun Eks Cons Imp Pop 1990 468359 119802 95842 181436821 1991 556306 140805 112644 184614740 1992 632582 157484 125987 187762097 1993 671218 192959 154367 190873248 1994 737948 228119 182495 193939912 1995 794926 279876 223901 196957845 1996 855022 332094 265676 199926615 1997 921714 387171 309737 202853850 1998 1024791 647824 518259 205753493 1999 698856 813183 650547 208644079 2000 883948 856798 685439 211540428 2001 889649 1039655 831724 214448301 2002 878823 1231965 985572 217369087 2003 930554 1372078 1097662 220307809 2004 1056442 1532888 1226311 223268606 2005 1231826 1785596 1428477 226254703 2006 1347685 2092656 1674125 229263980 2007 1462818 2510504 2259453 232296830 2008 1602275 2999957 2699961 235360765 2009 1447012 3290996 2961896 238465165 2010 1667918 3858822 3472940 241613126 2011 1914268 4340605 3906545 244808254 2012 1945064 4858331 3886665 248037853 2013 2026120 5456626 2359212 251268276 2014 2046740 6035674 2580527 254454778

Lakukan regresi LS Log(IMP) C Log(CONS) Log(EKS) Log(POP)

Page 27: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

27

Hasilnya seperti di bawah ini :

Dependent Variable: LOG(IMP) Method: Least Squares Date: 01/09/17 Time: 07:01 Sample: 1990 2014 Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 250.1596 97.31562 2.570601 0.0178

LOG(CONS) 1.933802 0.363362 5.321971 0.0000 LOG(EKS) 0.529593 0.377928 1.401305 0.1757 LOG(POP) -14.10181 5.536083 -2.547255 0.0188

R-squared 0.984114 Mean dependent var 13.57581

Adjusted R-squared 0.981844 S.D. dependent var 1.221827 S.E. of regression 0.164633 Akaike info criterion -0.624543 Sum squared resid 0.569188 Schwarz criterion -0.429523 Log likelihood 11.80679 Hannan-Quinn criter. -0.570453 F-statistic 433.6286 Durbin-Watson stat 0.910714 Prob(F-statistic) 0.000000

Lakukan Uji Autokorelasi dengan uji LM Pilih : view Residual Diagnostics Serial Correlation LM Test masukan angka 2 OK Hasilnya seperti output dibawah ini

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 4.775548 Prob. F(2,19) 0.0209

Obs*R-squared 8.363160 Prob. Chi-Square(2) 0.0153

Dari hasil perhitungan Uji LM diperoleh nilai Prob. Chi-Square(2) = 0,0153 lebih kecil dari α = 0,05 berti H0 ditolak, artinya dalam model diatas model yang digunakan mengandung autokorelasi. Konsekuensi masalah autokorelasi dimana estimator dari metode OLS masih linier, tidak bias tetapi tidak mempunyai varian yang minimum.

Page 28: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

28

Perbaikan Autokorelasi Perbaikan Autokorelasi digunakan metode transformasi first difference jika

nilai tinggi yakni mendekati satu. 2

1ˆd

seperti dalam persaman (6.36),

sehingga ρ dapat di cari dengan formula dalam persamaan 6,36. Karena hasil regresi dengan log(imp)=f(log(cons), log(eks), log(pop)) diperoleh dw =0.910714, maka ρ diperoleh ρ = 1-(0,910714/2) = 0.5446.

Tabel 6.5. Pembentukan Variabel Baru Ekspor, Konsumsi, impor,

dan populasi

Tahun log(Eks)* log(Cons)* log(Imp)* log(Pop)*

1991 2.656873 2.382668 2.33854 3.768209

1992 2.671972 2.393078 2.348949 3.771444 1993 2.667326 2.454826 2.410697 3.774582

1994 2.694465 2.479471 2.435342 3.777617

1995 2.704348 2.528681 2.484552 3.780553 1996 2.718406 2.554609 2.510481 3.783398

1997 2.733786 2.580786 2.536657 3.786172

1998 2.76206 2.768045 2.723916 3.788898

1999 2.570737 2.745019 2.700891 3.7916 2000 2.763322 2.713936 2.669807 3.794287

2001 2.710539 2.785588 2.74146 3.796955

2002 2.703701 2.813542 2.769413 3.799601 2003 2.731437 2.820177 2.776048 3.802233

2004 2.773012 2.84283 2.798701 3.804855

2005 2.809704 2.882888 2.83876 3.807467 2006 2.812413 2.915708 2.871579 3.810063

2007 2.826753 2.957237 2.964261 3.812645

2008 2.846909 2.99153 2.970694 3.815227

2009 2.781106 2.989612 2.968776 3.817819 2010 2.866917 3.036838 3.016002 3.820415

2011 2.893139 3.050284 3.029448 3.823018

2012 2.867485 3.071392 2.999403 3.825603 2013 2.881441 3.095176 2.7838 3.828122

2014 2.876182 3.111507 2.940825 3.830534

Page 29: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

29

Dimana : Log(ekst)* = Log(ekst)-0.5446*Log(ekst-1) Log(const)* = Log(const)-0.5446*Log(const-1) Log(impt)* = Log(impt)-0.5446*Log(impt-1) Log(popt)* = Log(popt)-0.5446*Log(popt-1)

Lakukan regresi LS Log(IMP)* C Log(CONS)* Log(EKS)* Log(POP)*

Hasilnya seperti di bawah ini : Dependent Variable: LOG(IMP)* Method: Least Squares Date: 01/09/17 Time: 07:37 Sample (adjusted): 1991 2014 Included observations: 24 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 28.69959 16.89465 1.698738 0.1049

LOG(CONS)* 0.118989 0.301800 0.394264 0.6976 LOG(EKS)* 1.529882 0.351877 4.347779 0.0003 LOG(POP)* -8.041788 4.805893 -1.673318 0.1098

R-squared 0.937858 Mean dependent var 2.734542

Adjusted R-squared 0.928537 S.D. dependent var 0.222501 S.E. of regression 0.059480 Akaike info criterion -2.655333 Sum squared resid 0.070758 Schwarz criterion -2.458991 Log likelihood 35.86399 Hannan-Quinn criter. -2.603243 F-statistic 100.6150 Durbin-Watson stat 1.332800 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 30: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

30

Lakukan Uji Autokorelasi dengan uji LM Pilih : view Residual Diagnostics Serial Correlation LM Test masukan angka 2 OK

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.596644 Prob. F(2,18) 0.2300

Obs*R-squared 3.616187 Prob. Chi-Square(2) 0.1640

Dari hasil perhitungan Uji LM diperoleh nilai Prob. Chi-Square(2) = 0,1640 lebih besar dari α = 0,05 berti H0 diterima, artinya dalam model diatas model yang digunakan tidak mengandung autokorelasi.

Page 31: PERBAIKAN ASUMSI KLASIK - ekonometrikblog.files.wordpress.com · multikolinearitas, maka tindakan awal dengan melihat estimasi nilai R2 yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi,

31

DAFTAR PUSTAKA

Agus Widarjono, Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis, Edisi Kedua, Cetakan Kesatu, Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta 2007.

Budiyuwono, Nugroho, Pengantar Statistik Ekonomi & Perusahaan, Jilid 2, Edisi Pertama, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 1996.

Catur Sugiyanto. 1994. Ekonometrika Terapan. BPFE, Yogyakarta

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. Third Edition.Mc. Graw-Hill, Singapore.

Sumodiningrat, Gunawan. 2001. Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta: PFE-Yogyakarta.

Supranto, J. 1984. Ekonometrika. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Thomas, R.L. 1998. Modern Econometrics : An Intoduction. Addison-Wesley. Harlow, England.