Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

28
Kata kunci : 1. Bapak usia 67 tahun 2. Keluhan nyeri pada region kiri RB 3. Abrasi pada regio depan gigi RB dan Premolar 4. Konsumsi obat anti sakit untuk atasi nyeri 5. Anodonsia 35, 36, 37, 46, 47 6. Kelainan sistemik, penyakt tekanan darah tinggi terkontrol 7. Gigi 45 terdapat defek servikal yang cukup dalam 8. Sedkit radiolusensi pada gigi 34 Pertanyaan : 1. Apa definisi dari defek servikal, anodonsia dan abrasi 2. Bagaimana cara mendiagnosis 3. Jelaskan diagnosis pada kasus 4. Apa indikasi dan kontra indikasi dari perawatan 5. Hal apa yang perlu dipertimbangkan sebelum perawatan 6. Apa etiologi dan penanganan dari rasa nyeri pada region kiri RB yang dialami pasien 7. Sebutkan dan jelaskan medikamen yang tepat digunakan ditinjau dari factor usia dan penyakit sistemik yang diderita pasien 8. Apa pertimbangan pemelihan bahan restorasi pada lansia 9. Apa etiologi dan penanganan dari gigi 45 yang mengalami defek servkal pada kasus 10. Apa etiologi dan penanganan dari gigi yang abrasi pada kasus 1 | Page

description

Blok Geriodontologi Modul 3

Transcript of Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

Page 1: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

Kata kunci :

1. Bapak usia 67 tahun

2. Keluhan nyeri pada region kiri RB

3. Abrasi pada regio depan gigi RB dan Premolar

4. Konsumsi obat anti sakit untuk atasi nyeri

5. Anodonsia 35, 36, 37, 46, 47

6. Kelainan sistemik, penyakt tekanan darah tinggi terkontrol

7. Gigi 45 terdapat defek servikal yang cukup dalam

8. Sedkit radiolusensi pada gigi 34

Pertanyaan :

1. Apa definisi dari defek servikal, anodonsia dan abrasi

2. Bagaimana cara mendiagnosis

3. Jelaskan diagnosis pada kasus

4. Apa indikasi dan kontra indikasi dari perawatan

5. Hal apa yang perlu dipertimbangkan sebelum perawatan

6. Apa etiologi dan penanganan dari rasa nyeri pada region kiri RB yang dialami pasien

7. Sebutkan dan jelaskan medikamen yang tepat digunakan ditinjau dari factor usia dan

penyakit sistemik yang diderita pasien

8. Apa pertimbangan pemelihan bahan restorasi pada lansia

9. Apa etiologi dan penanganan dari gigi 45 yang mengalami defek servkal pada kasus

10. Apa etiologi dan penanganan dari gigi yang abrasi pada kasus

11. Apa etiologi dan penanganan dari anodonsa pada kasus

12. Bagaimana prognosis perawatan pada kasus

13. Jelaskan instruksi pasca perawatan

14. Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan sesuai keluhan pasien

15. Dampak jika tidak dilakukan perawatan

1 | P a g e

Page 2: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

1. Apa definisi dari defek servikal, anodonsia dan abrasi?

Defek Servikal :

o Defect : Imperfection, failure, or absence. (Medical-Dictionary)

o Servikal : Berhubungan dengan leher atau serviks atau daerah yang lebih

mengecil dari suatu organ. Dalam kedokteran gigi, daerah tempat bertemunya

mahkota gigi dan akar (Kamus Kedokteran Gigi).

Abrasi :

o Proses keausan jaringan gigi geligi yang terjadi karena seab mekanis dan

bukan oleh gigi antagonisnya. (Manual Konservasi Restoratif Menurut

Pickard).

2. Bagaimana cara mendiagnosis?

PENGUMPULAN INFORMASI

o Keluhan Utama

Merupakan alas an spesifik pasien dating ke RS.

o Riwayat Penyakit Sekarang

Lamanya tanda dan gejala dari keluhan (akut/kronis).

Gejala yang menyertai

Nyeri (Kualitas dan Karakteristik)

Disfungsi struktur anatomis setempat. (Ex. : Trismus, disfagia).

Keluhan sistemik (ex. Demam, disfungsi system lainnya).

Perubahan pada tempat keluhan.

Ukuran

Kecepatan Perubahan

Warna

Waktu ketika pembengkakan atau gejala lain dirasakan.

Saat makan

Pagi, malam, dsb.

Perubahan transmisi syaraf (dalam scenario ini tidak di butuhkan).

2 | P a g e

Page 3: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

Kesemutan (parestesia).

Mati rasa (anesthesia), dll.

Alergi

Makanan

Obat-obatan

Trauma

Pembedahan

Kecelakaan

o Riwayat Pengobatan / Pembedahan yang Lalu

o Pemeriksaan terhadap Sistem-Sistem Tubuh

o Pemeriksaan Fisik

Inspeksi (periksa lihat).

Palpasi (periksa raba).

Perkusi (periksa ketuk).

Auskultasi (periksa dengar).

o Data Laboris

Pemeriksaan Radiografis

o Diagnosa Banding

(Manual Terapi Dental)

PROSEDUR PENEGAKKAN DIAGNOSIS UNTUK KARIES

Penegakkan diagnosis karies memerlukan pencahayaan yang baik dan obyek

(gigi) yang kering dan bersih. Jika terdapat banyak kalkulus atau plak, maka

semuanya harus dibersihkan lebih dahulu sebelum mencoba menegakkan

diagnose dengan tepat. Kemudian dilakukan pemeriksaan perkuadran dengan

jalan mengisolasinya menggunakan gulungan kapas, dan mengeringkannya

denhan udara atau butiran kapas.

Gunakan ketajaman mata untuk mencari tanda awal karies, dan penglihatan bisa

dibantu dengan pemakaian alat pembesar, misalnya lup. Lup dapat diikatkan atau

dipasangkan pada kaca mata. Atau memakai kacamata khusus yang dilengkapi

3 | P a g e

Page 4: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

dengan teleskop, yang walaupun mahal, dapat disesuaikan dengan masing-masing

focus operator. Kedokteran gigi operatif hanya dapat dipermudah dengan alat

pembesar. Biasanya, sonde tajam dipakai untuk mendeteksi karies di email baik

halus, atau dengan menemukan adanya sangkutan ujung onde pada sisi fisur yang

melunak, yang disebut sebagai sticky fissure. Akan tetapi, sonde tajam dapat

merusak lesi karies yang baru mulai terjadi, yang akhirnya akan menimbulkan

kavitas pada lesi yang sebetulnya, jika tidak terusik oleh ketajaman sonde, masih

dapat terhenti. Dan sesudah itu, karena terbawanya mikroorganisme ke dalam lesi,

sonde dapat mempermudah penyebaran lesi karies. Dengan demikian, sonde

hendaknya jangan digunakan dalam penegakkan karies email.

Bagi beberapa lokasi, radiograf sayapgigit (bitewing) dapat merupakan alat bantu

yang sangat berharga.

Karies di ceruk dan fisur pada tahapnya yang masih dini masih sukar didiagnosis

karena lesi terbentuk di kedalaman fisur dan tidak mudah dilihat. Sonde dapat

dipakai dengan hati-hati untuk menghilangkan plak dari fisur, tapi jangan

ditekankan ke dalam fisur.

3. Jelaskan diagnosis pada kasus!

Edentulous pada gigi 35,36,37 dan 46,47

Diagnosa : Applegate Kennedy klas III modifikasi I

4 | P a g e

Page 5: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

Defek servikal pada gigi 45

Hal ini mungkin ialah karies servikal yang terjadi karena adanya abrasi di gigi

anterior yang menyebabkan adanya karies di bagian servikal gigi tersebut.

Radiolusensi pada bagian apical gigi 34

Hal ini berkaitan dengan rasa nyeri yang dirasakan pasien pada region kiri rahang

bawah. Rasa nyeri tersebut terjadi sehingga menyebabkan pasien meminum oba anti

nyeri yang mungkin saja menandakan bahwa pasien merasakan nyeri berkepanjangan

yang tidak menghilang walaupun sumber stimulus dihilangkan. Radiolusensi bisa saja

menunjukkan adanya reaksi inflamasi hingga daerah apical, yang juga semakin

memperkuat diagnose pulpitis irreversible, terlebih pasien hanya menjelaskan

sumber rasa nyeri ada pada region kiri rahang bawah tanpa menunjukkan dengan jelas

gigi mana yang sakit. Pulpitis irreversible ditandai oleh nyeri yang berlangsung

beberapa menit sampai beberapa jam dan nyerinya juga timbul atau dibangkitkan oleh

stimulus panas dan dingin, hanya nyeri tetap bertahan lama walaupun stimulus hilang.

Selain itu pulpitis irreversible bisa juga timbul tiba-tiba tanpa ada stimulus dan

kekerapan serta keparahan nyerinya bisa meningkat namun sukar sekali diketahui

letaknya. (Manual Konservatif Menurut Pickard).

4. Apa indikasi dan kontra indikasi dari perawatan?

Indikasi Pulpektomi

o Gigi sulung dengan infeksi melebihi kamar pulpa pada gigi vital atau non

vital.

o Resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal.

o Resorpsi interna tetapi belum perforasi akar.

o Kelanjutan perawatan jika pulpotomi gagal.

Kontra Indikasi Pulpektomi

o Bila kelainan sudah mengenai periapikal.

o Resorpsi akar gigi yang meluas.

o Kesehatan umu tidak baik.

o Pasien tidak koperatif.

o Gigi goyang disebabkan keadaan patologis

5 | P a g e

Page 6: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

5. Hal apa yang perlu dipertimbangkan sebelum perawatan

Perawatan hendaknya dipusatkan pada retensi dan stabilitas gigi tiruan dan

mempertahankan gigi geligi asli yang masih ada sepanjang dimungkinkan. Oleh karena

penurunan kemampuan mental dan fisik, beberapa tipe gigi tiruan interim atau

transisional perlu dipertimbangkan sebagai alternative terhadap kemungkinan keharusan

pencabutan semua gigi yang masih ada dalam waktu yang singkat; dengan demikian

pasien terhindar dari keharusan menerima perubahan kondisi rongga mulut secara

radikal. Hendaknya diusahakan tidak melakukan perubahan yang drastis. Apabila perlu

melakukan suatu perubahan besar, hal itu hendaknya dilakukan dalam jangka waktu yang

cukup panjang. Setiap tingkatan perawatan hendaknya hanya menyangkut perubahan

fungsional yang kecil. Prosedur teknis dalam pembuatan gigi tiruan hendaknya dilakukan

dengan kualitas yang terbaik. Terutama terhadap pasien yang memiliki kelemahan dalam

menggerakkan tangannya untuk memasang dan mengeluarkan gigi tiruan, perlu

dibuatkan gigi tiruan yang mudah dipasang serta memiliki sifat self cleansing yang baik.

Masalah berkaitan dengan penanganan perawatan yang timbul disebabkan ketuaan pasien

harus diterima dengan layak oleh operator dan berusaha mengatasi sebaik-baiknya

dengan memperhatikan tipe emosi pasien. Operator harus menunjukkan perhatian dan

simpati terhadap keinginan pasien serta berusaha sebisa-bisanya untuk memenuhi

keinginan yang dikemukakan penderita. Dengan demikian selain keberhasilan

membuatkan gigi tiruan yang baik, pasien akan menerimanya dengan puas serta

termotivasi untuk memelihara kebersihannya sesuai dengan teknik pembersihan maupun

waktu pemakaian dan selang waktu melepasnya sesuai dengan instruksi yang diberikan.

Namun ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan :

Medical Review

Tekanan Darah

Status Mental

(Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Prostodonsia pada Fakultas

Kedokteran Gigi, USU. Pasien Prostodonsia Lanjut Usia : Beberapa Pertimbangan dalam

Perawatan)

6 | P a g e

Page 7: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

6. Apa etiologi dan penanganan dari rasa nyeri pada region kiri RB yang dialami

pasien?

Rasa nyeri dari gigi geligi dapat dirasakan karena pada pulpa terdapat banyak saraf

sensorik yang berhubungan dengan badan sel odontoblas yang akan merespon stimulus

seperti perubahan suhu baik panas maupun dingin.

Pada praktek dokter gigi, tindakan preparasi gigi menyebabkan timbulnya rasa nyeri

karena gesekan pada permukaan gigi menumbulkan panas yang akan mempengaruhi

cairan pada tubulus dentinalis. Stimulus menyebabkan kontraksi cairan di tubulus. Hal ini

menyebabkan regangan pada pembuluh saraf yang akan menimbulkan rasa sakit.

7. Sebutkan dan jelaskan medikamen yang tepat digunakan ditinjau dari factor usia

dan penyakit sistemik yang diderita pasien!

Ketika dilakukan preparasi, anestetik local bisa digunakan untuk pasien. Namun harus

diingat bahwa anestetik local yang digunakan ialah anestetik local yang tidak

menggunakan vasokonstriktor, mengingat pasien memiliki kelainan sistemik yakni

hipertensi.

Namun, untuk pereda nyeri, Asam Mefenamat sebaiknya dihindari. Menurut buku

Farmakologi dan Terapi, penggunaan Asam Mefenamat pada lansia bisa menimbulkan

diare hebat. Kejadian tersebut banyak dilaporkan.

Karakteristik pada orang tua berhubungan terhadap disposisi obat dan respon obat

termasuk :

1. Menurunnya fungsi ginjal : akumulasi obat yang dibuang melalui ginjal.

2. Menurunnya kadar albumin serum dan meningkatnya kadar glikoprotein AAG :

mengubah persentasi obat bebas, volume distribusi, dan kadar obat yang terikat.

3. Lemak tubuh yang relative meningkat : meningkatnya volume distribusi obat yang

larut dalam lemak.

4. Menurunnya massa tuuh ramping dan cairan tubuh total : menurunnya volume

distribusi obat yang larut dalam air.

5. Menurunnya kemampuan metabolism hati : akumulasi obat yang dimetabolisme.

7 | P a g e

Page 8: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

6. Meningkatnya kepekaan terhadap obat system saraf pusat : efek yang tidak

dikehendaki.

7. Menurunnya cadangan jantung : potensial untuk gagal jantung.

8. Menurunnya kepekaan baroreseptor : kecenderungan untuk terjadinya hipotensi

ortostatik.

9. Menurunnya kapasitas vital dan kapasitas nafas maksimal : meningkatnya resiko

untuk penghambatan dan depresi susunan saraf pusat.

10. Oversekresi hormone antidiuretic : potensial bagi intoksikasi air.

11. Penyakit yang terjadi bersamaan : interaksi penyakit.

12. Obat multiple : interaksi obat.

13. Variasi pada individu yang sangat besar : rentang dosis yang lebar.

Obat yang mungkin aman diberikan untuk penanganan rasa nyeri ialah

Acetaminophen gol. Oxicam (Paracetamol).

(Manual Terapi Dental)

8. Apa pertimbangan pemelihan bahan restorasi pada lansia!

Ada beberapa macam bahan restorasi yang bisa digunakan dalam kasus ini, khususnya

pada kasus abrasi. Untuk kasus abrasi, kita membutuhkan jenis bahan restorasi yang

cukup kuat. Kita bisa menggunakan restorasi vinir porcelain , inlay maupun onlay sesuai

dengan penampakan pada kasus.

Pada kasus karies servikal kelas 5 yang dialami pasien, bahan restorasi yang bisa kita

gunakan ialah resin komposit, karena disamping daya tahan nya yang cukup baik, serta

warna nya yang serupa gigi tidak mengganggu penampilan.

Namun, menurut buku Manual Konservatif Menurut Pickard, jenis tambalan yang bisa

digunakan pada daerah ini ialah teknik restorasi berlapis. Jika tepi servikalnya terletak

pada dentin dan tepi oklusalnya pada email, semen ionomer kaca dan resin komposit

dapat digabungkan dalam teknik tambalan berlapis. Semen ionomer kaca berfungsi

menggantikan dentin, dan jika lapisan semen ionomer telah mengeras, permukaannya

dapat dietsa bersama-sama dengan email untuk kemudian ditambal dengan resin

komposit. Teknik restorasi berlapis ini menggabungkan sifat adhesive dan kariostatik

8 | P a g e

Page 9: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

semen ionomer kaca dengan penampilan yang baik dan tahan aus dari resin komposit.

Pada situasi seperti ini, mengetsa semen ionomer dalam rangka memperoleh retensi yang

paling baik lebih disukai ketimbang menggunakan bahan bonding dentin atau undercut

mekanis, walaupun ada kontroversi mengenai kemungkinan adanya bahaya pengetsaan

semen ionomer kaca.

(Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard)

9. Apa etiologi dan penanganan dari gigi 45 yang mengalami defek servkal pada

kasus?

Defek servikal pada kasus bisa merupakan akibat dari abrasi yang terjadi. Abrasi

tersebut menyebabkan timbulnya defek, menjadi karies kelas 5.

PENANGANAN : Jenis tambalan yang bisa digunakan pada daerah ini ialah teknik

restorasi berlapis. Jika tepi servikalnya terletak pada dentin dan tepi oklusalnya pada

email, semen ionomer kaca dan resin komposit dapat digabungkan dalam teknik

tambalan berlapis. Semen ionomer kaca berfungsi menggantikan dentin, dan jika

lapisan semen ionomer telah mengeras, permukaannya dapat dietsa bersama-sama

dengan email untuk kemudian ditambal dengan resin komposit. Teknik restorasi

berlapis ini menggabungkan sifat adhesive dan kariostatik semen ionomer kaca

dengan penampilan yang baik dan tahan aus dari resin komposit. Pada situasi seperti

ini, mengetsa semen ionomer dalam rangka memperoleh retensi yang paling baik

lebih disukai ketimbang menggunakan bahan bonding dentin atau undercut mekanis,

walaupun ada kontroversi mengenai kemungkinan adanya bahaya pengetsaan semen

ionomer kaca.

(Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard)

10. Apa etiologi dan penanganan dari gigi yang abrasi pada kasus?

Penyebab abrasi

1. Sikat gigi yang keras atau pemakaian berlebihan alat bantu pembersih gigi lainnya.

2. Kebiasaan seperti menggigit-gigit benang atau merokok dengan pipa

3. Pasta gigi abrasive dan bubuk abrasive

9 | P a g e

Page 10: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

4. Oklusi

Oklusi merupakan faktor utama penyebab abrasi. Pada kelas I Angel dengan overjet

dan overbite yang normal, abrasi akan muncul pada permukaan oklusal-bukal gigi

rahang bawah dan oklusal-palatal rahang atas. Hal ini tampak pada gigi premolar dan

gigi molar I

5. Diet dan gaya hidup

6. Umur.

Hal ini berkaitan dengan lamanya penggunaan gigi (toothwear)

PENANGANAN : Bisa menggunakan restorasi inlay, onlay maupun veneer. Namun

dalam hal ini yang paling tepat ialah menggunakan onlay.

11. Apa etiologi dan penanganan dari edentulous pada kasus?

ETIOLOGI KEHILANGAN GIGI

o Faktor Penyebab Kehilangan Gigi

Kehilangan gigi – geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit

periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor sosio-demografi

juga berpengaruh terhadap kehilangan gigi. Kehilangan gigi – geligi meningkat

seiring dengan bertambahnya usia akibat efek kumulatif dari karies dan penyakit

periodontal.

Faktor Penyakit

Karies gigi adalah salah satu penyebab kehilangan gigi yang paling sering terjadi

pada dewasa muda dan dewasa tua. Karies merupakan penyakit infeksi pada gigi.

Karies pada gigi yang tidak dirawat dapat bertambah buruk, sehingga akan

menimbulkan rasa sakit dan berpotensial menyebabkan kehilangan gigi. Walaupun

secara keseluruhan karies menurun di Amerika, tetapi penurunan ini tidak terjadi pada

kelompok usia tua.

Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi pada jaringan pendukung gigi yang

apabila tidak dirawat akan menyebabkan hilangnya gigi. Penyakit periodontal dapat

menyebabkan resorbsi tulang alveolar dan resesi gingiva serta bertambah parah di

10 | P a g e

Page 11: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

usia tua. Penyakit periodontal akan meningkat dengan meningkatnya umur, dari 6%

pada umur 25 – 34 tahun menjadi 41% pada umur 65 tahun keatas.

Faktor Bukan Penyakit

Faktor sosio – demografi seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat

penghasilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi jumlah kehilangan gigi. Di

Meksiko, Medina-Solis dkk (2006) mendapati prevalensi kehilangan seluruh gigi

pada dewasa muda sekitar 2,4% sedangkan pada dewasa tua yang berumur 65 tahun

ke atas sekitar 30,6%.

Berdasarkan penelitian Hugo dkk (2007) memperkirakan bahwa perempuan

mengalami kehilangan gigi yang lebih banyak dibandingkan laki – laki disebabkan

perempuan takut pergi ke dokter gigi.

Pada penelitian O’Mullane dkk (1993) menunjukkan bahwa perempuan paling tinggi

mengalami kehilangan gigi, tetapi belum ada kejelasan mengenai hal ini. Pada

penelitian Corbert dkk (2001) menyatakan bahwa perempuan memiliki sedikit resiko

penyakit periodontal tetapi besar kemungkinan resiko untuk karies yang dapat

menyebabkan hilangnya gigi. Pendapatan dan pendidikan berbanding terbalik dengan

jumlah kehilangan gigi. Data dari Behavioral Risk Factor Survaillance System

(BRFSS) pada tahun 2004 – 2006 menunjukkan populasi yangmengalami kehilangan

lebih dari 6 gigi sebanyak 23% pada kelompok pendidikan SMA atau SMP, SD dan

tidak sekolah, 15% pada pendidikan Perguruan Tinggi. Terdapat hubungan antara

kehilangan gigi dengan tingkat pendidikan. Masyarakat dengan pendidikan tinggi

cenderung memiliki kesadaran untuk memperbaiki kesehatan rongga mulut,

menggunakan fasilitas kesehatan gigi dan mulut serta gaya hidup yang lebih baik

untuk memperhatikan kesehatan rongga mulut.Umumnya tingkat pendidikan yang

tinggi mempunyai status ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan

yang rendah, sehingga dapat melakukan perawatan gigi dan mulut sesuai dengan

anjuran dokter gigi.

PERAWATAN EDENTULOUS 35, 36, 37, 46, dan 47

Kasus gigi yang hilang 35,36,37, 46, dan 47 diklasifikasikan menjadi Applegate

Kennedy klas III modifikasi I

11 | P a g e

Page 12: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

Perawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan pembuatan Gigi tiruan sebagian

lepasan (GTSL) kerangka logam sertadapat pula GTSL basis akrilik, sesuai dengan

berbagai pertimbangan.

Untuk Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) kerangka logam:

-Indikasi protesa: Protesa lepasan, deain bilateral dengan dukungan gigi.

-Pemilihan abutmen: gigi ,34, 38, 45 dan 48

-Pemilihan jenis cengkeram:

34 cengkeram akers

38 cengkeram cincin

45 cengkeram akers

48 cengkeram cincin

-Pemilihan Konektor: Lingual Bar

Untuk Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) basis akrilik: gigi 34,38,44

dan 48 menggunakan

o Jenis cengkeram :

34 cengkeram tiga jari

38 cengkeram tiga jari

44 cengkeram tiga jari

48 cengkeram tiga jari.

12. Bagaimana prognosis perawatan pada kasus?

Prognosis perawatan pada kasus ialah baik. Tambalan yang digunakan diharapkan bisa

bertahan lama apabila perawatan yang dilakukan sesuai dengan indikasi, kontra indikasi

dan cara perawatan.

13. Jelaskan instruksi pasca perawatan!

Penjelasan pemberian obat Penelitian membuktikan bahwa penjelasan selama 15

menit pada penderita akan mengurangi kesalahan bahkan pada penderita yang

12 | P a g e

Page 13: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

orientasinya sudah berkurang. Penjelasan harus meliputi efek obat yang diharapkan,

cara minum. Penderita diharapkan melaporkan efek samping yang mungkin timbul.

Saran untuk pemeliharaan kesehatan

o Pemeriksaan status kesehatan umum secara periodic

o Pemeriksaan bagian leher dan kepala, termasuk gigi dan jaringan dalam

mulut.

o Pemeriksaan rutin rongga mulut tiap 6 bulan bagi penderita yang masih

mempunyai gigi tersisa dan tiap tahun bagi yang tidak bergigi lagi.

o Pemahaman mengenai gizi

Pemeliharaan gigi tiruan

o Dipegang secara hati-hati, hindari jangan sampai jatuh

o Pemeriksaan dan evaluasi GT secara periodic

o Pembersihan sisa-sisa makanan dan plak dari seluruh permukaan GT dengan

sikat gigi diatas waskom berisi air menghindari jatuhnya gigi palsu sehingga

pecah/retak.

o GT sebaiknya dilepas pada malam hari untuk mencegah terjadinya infeksi

jamur

o Periksa mukosa mulut dari kemungkinan adanya ulkus, GT yang longgar dan

adanya sisa-sisa makanan.

(Buku Ajar Boedhi-Darmojo, Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut)

14. Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan sesuai keluhan pasien

Mengurangi frekuensi konsumsi substrat karbohidrat

Penghilangan gula secara total dari diet sehari-hari tidak perlu dilakukan dalam

pencegahan karies. Upaya yang relative sederhana, seperti mengurangi frekuensi

konsumsi gula pada minuman panas, biasanya cukup efisien.

13 | P a g e

Page 14: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

Mengonsumsi karbohidrat yang mudah terfermasi merupakan factor yang sangat

kariogenik. Jika ion asam tetap terdapat pada plak pada waktu yang cukup maka akan

mempengaruhi buffer saliva dan proses remineralisasi akan terjadi.

1. Menjaga kebersihan rongga mulut

Pembersihan pertama setiap hari (first daily clean)

Pembersihan pertama rongga mulut rutin dilakukan pada pagi hari baik sebelum ataupun

setelah makan. Menghilangkan debris serta plak efektif dilakukan setelah makan.

Pembersihan kedua setiap hari (second daily clean)

Pembersihan kedua rongga mulut rutin dilakukan sebelum tidur pada malam hari. Selama

tidur aliran saliva terhenti dan kehilangan system buffer. Oleh karena itu, perlu dilakukan

pembersihan plak dan aplikasi obat-obatan preventif seperti aplikasi fluoridesecara

topikal.

Pembersihan rutin setiap hari

Hal ini dilakukan pada karies rampan, pembersihan rongga mulut secara rutin harus

dilakukan baiok sebelum maupun setelah makan.

2. Menghilangkan bakteri plak

Secara teoritis, permukaan gigi yang bebas plak tidak akan mengalami kries, namun

penghilangan plak secara totaldari daerah tertentu (misalnya fisur) tidak mungkin

dilakukan dan tidak selalu praktis untuk dilakukan (misalnya di daerah proksimal yang

untuk pembuangan plaknya membutuhkan keterampilan dalam menggunakan benang gigi

secara baik).

a. Pembuangan plak secara mekanis

Dilakukan dengan menyikat gigi, metode sikat gigi:

14 | P a g e

Page 15: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

Metode “menggosok” yaitu gerakan menggosok dalam arah horizontal dan

biasanya dianjurkan pada anak-anak.

Metode “menggulung” atau “sentakan menggulung’ adalah gerakan yang didapat

dengan mengarahkan serabut sikat gigi ke apeks dan memutar kemudian

menggulung atau memutar sikat gigi dari tepi gingiva ke oklusal atau tepi-tepi

insisal gigi.

Metode ‘fones” gerakan dilakukan pada saat gigi dalam keadaan oklusi dan sikat

diputar.

Metode ‘Leonard” menganjurkan gerakan vertical, dengan menyikat gigi bagian

atas dan bawah secara terpisah.

Metode “Charters” dan “Bass” menggunakan gerakan bergetar.

Pembersihan interdental : permukaan aproksimal dan daerah yang giginya tidak

beraturan tidak dapat dicapai dengan sikat gigi biasa. Oleh karena itu suatu alat bantu

seperti benang gigi, atau “pita gigi”, tusuk gigi dari kayu, sikat yang mempunyai serabut

kelompok tunggal atau sikat interdental dapat digunakan untuk daerah-daerah tersebut.

b. Pengendalian plak dengan bahan kimia :

Ada 4 kelompok utama bahan-bahan kimia yang telah diteliti yaitu enzim, bahan

pengaktif permukaan, antibiotika dan bahan antibakteri.

Enzim

Dalam upaya untuk menguraikan matriks plak sehingga merusakkan dan

menghilangkan plak, telah dicoba penggunaan enzim-enzim hidrolitik, proteolitik,

dan glikolitik. Sejauh ini telah terbukti bahwa enzim tidak efektif karena

15 | P a g e

Page 16: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

kemajemukan matriks kuman plak dan masa kerja yang singkat serta sifat enzim

itu sendiri.

Antibiotika

Penisilin, tetrasiklin, spiramisin, etritomisin semuanya dapat menghambat

pembentukan plak. Suatu penelitian terhadap anak-anak yang menderita demam

reumatik , yang mendapat penisilin dalam dosis besar untuk mencegah infeksi

streptococcus, memperlihatkan adanya penurunan karies sebanyak 55% dalam 2

tahun. Namun antibiotik ini penting untuk perawatan infeksi yang lebih serius

sehingga bahaya yang cukup potensial, karena tumbuhnya sensitisasi dan

berkembangnya jenis mikroorganisme yang resisten.

Bahan antibakteri

Efek fluor memperlihatkan bahwa aplikasi topikal 1,23% acidulated phosphate

fluoride selama 10 hari menyebabkan berkurangnya 70% S. Mutans dalam plak

gigi. Walaupun konsentrasi fluor yang rendah dapat mempengaruhi efek

bekterisida dalam pasta gigi dan obat kumur tetap harus disesuaikan.

Chlorhexidine

Merupakan antiseptic yang diserap oleh permukaan gigi dan mempunyai daya anti

bakteri terhadap organism yang mencoba menempel disitu. Kumur atau penyikatan

dengan beberapa antiseptic dapat menurunkan jumlah hitung bakteri salivasecara

kasar tetapi bakteri akan bertambah jumlahnya dengan cepat dan jumlah hitung

kuman tersebut mungkin kembali ke tingkatan sebelum perawatan dalam satu jam

namun, chlorhexidine adalah satu dari beberapa antiseptic kation, karena muatan

16 | P a g e

Page 17: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

positifnya meresap ke jaringan gigi ke protein yang asam menutupi gigi dan

mukosa mulut.

Selain itu, pencegahan abrasi yang bisa dilakukan ialah dengan menggunakan

gigitiruan sesegera mungkin setelah terjadinya kehilangan gigi, sehingga tidak

ada pemforsiran tekanan kunyah ke gigi anterior dan abrasi bisa terhindar. Apabila

abrasi dapat dihindari, maka defek servikal juga dapat dihindari.

15. Dampak jika tidak dilakukan perawatan?

Dampak jika tidak dilakukan perawatan :

Edentulous

o Kehilangan gigi akan menyebabkan ketidak seimbangan daris system

pengunyahan. Hal ini akan memperparah abrasi gigi yang dialaminya.

o Kehilangan gigi sebagian maupun seluruhnya dapat menimbulkan dampak,

seperti dampak fungsional, sistemik dan emosional.

FUNGSIONAL

Kesehatan mulut yang rendah berdampak pada kehilangan gigi yang dapat

menyebabkan masalah pada pengunyahan dan pola makan sehingga

mengganggu status nutrisi. Individu yang kehilangan gigi sebagian atau

seluruhnya hanya dapat memakan makanan yang lembut sehingga nutrisi bagi

tubuh menjadi terbatas.

Populasi yang mengalami kehilangan gigi terutama kehilangan seluruh gigi

akan mengubah pola konsumsinya, sehingga makanan yang keras dan kesat

seperti buah-buahan, sayur –sayuran dan daging yang merupakan sumber

vitamin, mineral dan protein menjadi sesuatu hal yang sulit bahkan tidak

mungkin untuk dikunyah.

SISTEMIK

Dampak sistemik yang timbul akibat kehilangan gigi berupa penyakit sistemik

17 | P a g e

Page 18: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

seperti defisiensi nutrisi, osteoporosis dan penyakit kardiovaskular

(artherosclerosis). Penyebabnya adalah status gigi yang buruk dan perubahan

pola konsumsi. Kurangnya konsumsi kalsium dan vitamin D yang berasal

dari buah-buahan dan sayur-sayuran akibat kehilangan gigi dapat

meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis.

Selain itu, penyakit kardiovaskular dapat disebabkan bersatunya agen

infeksius dalam bentuk atheroma dan faktor predisposisi genetik terhadap

penyakit periodontal dan penyakit kardiovaskular. Penyebaran bakteri dari

penyakit periodontal akan masuk ke sirkulasi pembuluh darah sehingga dapat

menyebabkan resiko sistemik.

EMOSIONAL

Dampak emosional adalah perasaan atau reaksi yang ditunjukkan pasien

sehubungan dengan status kehilangan seluruh gigi yang dialaminya.

Kehilangan gigi dapat merubah bentuk wajah, tinggi muka dan vertikal

dimensi serta rahang yang prognasi sehingga menimbulkan reaksi seperti

merasa sedih dan depresi, kehilangan kepercayaan diri, merasa tua, perubahan

tingkah laku, merasa tidak siap untuk menerima kehilangan gigi dan tidak

ingin orang lain melihat penampilannya saat tidak memakai gigitiruan serta

mengubah tingkah laku dalam bersosialisasi. Fiske dkk (1998) menyatakan

bahwa hilangnya gigi dan pemakaian gigitiruan berdampak pada psikososial

seseorang.

Penelitian oleh Davis dkk (2000) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

emosional yang signifikan sebagai konsekuensi kehilangan gigi, 45% dari

pasien kehilangan seluruh gigi di London sulit untuk menerima kehilangan

gigi.

Defek Servikal gigi 45

o Defek servikal yang terjadi bisa saja terus menembus hingga ke pulpa yang

akan mengakibatkan masuknya bakteri-bakteri pathogen yang bisa

menimbulkan masalah-masalah kesehatan lainnya yang lebih parah, seperti

abses , dll.

Abrasi

18 | P a g e

Page 19: Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia

o Terbukanya dentin dipermukaan bukal atau lingual yang pada keadaan normal

tertutup oleh email.

o Timbulnya sensitivitas

o Timbulnya pulpitis dan hilangnya vitalitas akibat keausan gigi

Radiolusensi gigi 34

o Karena pada gigi ini terjadi pulpitis irreversible, maka akibat yang mungkin

saja terjadi ialah terjadinya kematian gigi atau nekrose. Lebih lanjut setelah

itu, bisa menimbulkan penyakit seperti abses, dll.

19 | P a g e