Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia
-
Upload
mifta-fatia -
Category
Documents
-
view
143 -
download
15
description
Transcript of Perawatan Kerusakan Jaringan Keras Gigi pada Lansia
Kata kunci :
1. Bapak usia 67 tahun
2. Keluhan nyeri pada region kiri RB
3. Abrasi pada regio depan gigi RB dan Premolar
4. Konsumsi obat anti sakit untuk atasi nyeri
5. Anodonsia 35, 36, 37, 46, 47
6. Kelainan sistemik, penyakt tekanan darah tinggi terkontrol
7. Gigi 45 terdapat defek servikal yang cukup dalam
8. Sedkit radiolusensi pada gigi 34
Pertanyaan :
1. Apa definisi dari defek servikal, anodonsia dan abrasi
2. Bagaimana cara mendiagnosis
3. Jelaskan diagnosis pada kasus
4. Apa indikasi dan kontra indikasi dari perawatan
5. Hal apa yang perlu dipertimbangkan sebelum perawatan
6. Apa etiologi dan penanganan dari rasa nyeri pada region kiri RB yang dialami pasien
7. Sebutkan dan jelaskan medikamen yang tepat digunakan ditinjau dari factor usia dan
penyakit sistemik yang diderita pasien
8. Apa pertimbangan pemelihan bahan restorasi pada lansia
9. Apa etiologi dan penanganan dari gigi 45 yang mengalami defek servkal pada kasus
10. Apa etiologi dan penanganan dari gigi yang abrasi pada kasus
11. Apa etiologi dan penanganan dari anodonsa pada kasus
12. Bagaimana prognosis perawatan pada kasus
13. Jelaskan instruksi pasca perawatan
14. Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan sesuai keluhan pasien
15. Dampak jika tidak dilakukan perawatan
1 | P a g e
1. Apa definisi dari defek servikal, anodonsia dan abrasi?
Defek Servikal :
o Defect : Imperfection, failure, or absence. (Medical-Dictionary)
o Servikal : Berhubungan dengan leher atau serviks atau daerah yang lebih
mengecil dari suatu organ. Dalam kedokteran gigi, daerah tempat bertemunya
mahkota gigi dan akar (Kamus Kedokteran Gigi).
Abrasi :
o Proses keausan jaringan gigi geligi yang terjadi karena seab mekanis dan
bukan oleh gigi antagonisnya. (Manual Konservasi Restoratif Menurut
Pickard).
2. Bagaimana cara mendiagnosis?
PENGUMPULAN INFORMASI
o Keluhan Utama
Merupakan alas an spesifik pasien dating ke RS.
o Riwayat Penyakit Sekarang
Lamanya tanda dan gejala dari keluhan (akut/kronis).
Gejala yang menyertai
Nyeri (Kualitas dan Karakteristik)
Disfungsi struktur anatomis setempat. (Ex. : Trismus, disfagia).
Keluhan sistemik (ex. Demam, disfungsi system lainnya).
Perubahan pada tempat keluhan.
Ukuran
Kecepatan Perubahan
Warna
Waktu ketika pembengkakan atau gejala lain dirasakan.
Saat makan
Pagi, malam, dsb.
Perubahan transmisi syaraf (dalam scenario ini tidak di butuhkan).
2 | P a g e
Kesemutan (parestesia).
Mati rasa (anesthesia), dll.
Alergi
Makanan
Obat-obatan
Trauma
Pembedahan
Kecelakaan
o Riwayat Pengobatan / Pembedahan yang Lalu
o Pemeriksaan terhadap Sistem-Sistem Tubuh
o Pemeriksaan Fisik
Inspeksi (periksa lihat).
Palpasi (periksa raba).
Perkusi (periksa ketuk).
Auskultasi (periksa dengar).
o Data Laboris
Pemeriksaan Radiografis
o Diagnosa Banding
(Manual Terapi Dental)
PROSEDUR PENEGAKKAN DIAGNOSIS UNTUK KARIES
Penegakkan diagnosis karies memerlukan pencahayaan yang baik dan obyek
(gigi) yang kering dan bersih. Jika terdapat banyak kalkulus atau plak, maka
semuanya harus dibersihkan lebih dahulu sebelum mencoba menegakkan
diagnose dengan tepat. Kemudian dilakukan pemeriksaan perkuadran dengan
jalan mengisolasinya menggunakan gulungan kapas, dan mengeringkannya
denhan udara atau butiran kapas.
Gunakan ketajaman mata untuk mencari tanda awal karies, dan penglihatan bisa
dibantu dengan pemakaian alat pembesar, misalnya lup. Lup dapat diikatkan atau
dipasangkan pada kaca mata. Atau memakai kacamata khusus yang dilengkapi
3 | P a g e
dengan teleskop, yang walaupun mahal, dapat disesuaikan dengan masing-masing
focus operator. Kedokteran gigi operatif hanya dapat dipermudah dengan alat
pembesar. Biasanya, sonde tajam dipakai untuk mendeteksi karies di email baik
halus, atau dengan menemukan adanya sangkutan ujung onde pada sisi fisur yang
melunak, yang disebut sebagai sticky fissure. Akan tetapi, sonde tajam dapat
merusak lesi karies yang baru mulai terjadi, yang akhirnya akan menimbulkan
kavitas pada lesi yang sebetulnya, jika tidak terusik oleh ketajaman sonde, masih
dapat terhenti. Dan sesudah itu, karena terbawanya mikroorganisme ke dalam lesi,
sonde dapat mempermudah penyebaran lesi karies. Dengan demikian, sonde
hendaknya jangan digunakan dalam penegakkan karies email.
Bagi beberapa lokasi, radiograf sayapgigit (bitewing) dapat merupakan alat bantu
yang sangat berharga.
Karies di ceruk dan fisur pada tahapnya yang masih dini masih sukar didiagnosis
karena lesi terbentuk di kedalaman fisur dan tidak mudah dilihat. Sonde dapat
dipakai dengan hati-hati untuk menghilangkan plak dari fisur, tapi jangan
ditekankan ke dalam fisur.
3. Jelaskan diagnosis pada kasus!
Edentulous pada gigi 35,36,37 dan 46,47
Diagnosa : Applegate Kennedy klas III modifikasi I
4 | P a g e
Defek servikal pada gigi 45
Hal ini mungkin ialah karies servikal yang terjadi karena adanya abrasi di gigi
anterior yang menyebabkan adanya karies di bagian servikal gigi tersebut.
Radiolusensi pada bagian apical gigi 34
Hal ini berkaitan dengan rasa nyeri yang dirasakan pasien pada region kiri rahang
bawah. Rasa nyeri tersebut terjadi sehingga menyebabkan pasien meminum oba anti
nyeri yang mungkin saja menandakan bahwa pasien merasakan nyeri berkepanjangan
yang tidak menghilang walaupun sumber stimulus dihilangkan. Radiolusensi bisa saja
menunjukkan adanya reaksi inflamasi hingga daerah apical, yang juga semakin
memperkuat diagnose pulpitis irreversible, terlebih pasien hanya menjelaskan
sumber rasa nyeri ada pada region kiri rahang bawah tanpa menunjukkan dengan jelas
gigi mana yang sakit. Pulpitis irreversible ditandai oleh nyeri yang berlangsung
beberapa menit sampai beberapa jam dan nyerinya juga timbul atau dibangkitkan oleh
stimulus panas dan dingin, hanya nyeri tetap bertahan lama walaupun stimulus hilang.
Selain itu pulpitis irreversible bisa juga timbul tiba-tiba tanpa ada stimulus dan
kekerapan serta keparahan nyerinya bisa meningkat namun sukar sekali diketahui
letaknya. (Manual Konservatif Menurut Pickard).
4. Apa indikasi dan kontra indikasi dari perawatan?
Indikasi Pulpektomi
o Gigi sulung dengan infeksi melebihi kamar pulpa pada gigi vital atau non
vital.
o Resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal.
o Resorpsi interna tetapi belum perforasi akar.
o Kelanjutan perawatan jika pulpotomi gagal.
Kontra Indikasi Pulpektomi
o Bila kelainan sudah mengenai periapikal.
o Resorpsi akar gigi yang meluas.
o Kesehatan umu tidak baik.
o Pasien tidak koperatif.
o Gigi goyang disebabkan keadaan patologis
5 | P a g e
5. Hal apa yang perlu dipertimbangkan sebelum perawatan
Perawatan hendaknya dipusatkan pada retensi dan stabilitas gigi tiruan dan
mempertahankan gigi geligi asli yang masih ada sepanjang dimungkinkan. Oleh karena
penurunan kemampuan mental dan fisik, beberapa tipe gigi tiruan interim atau
transisional perlu dipertimbangkan sebagai alternative terhadap kemungkinan keharusan
pencabutan semua gigi yang masih ada dalam waktu yang singkat; dengan demikian
pasien terhindar dari keharusan menerima perubahan kondisi rongga mulut secara
radikal. Hendaknya diusahakan tidak melakukan perubahan yang drastis. Apabila perlu
melakukan suatu perubahan besar, hal itu hendaknya dilakukan dalam jangka waktu yang
cukup panjang. Setiap tingkatan perawatan hendaknya hanya menyangkut perubahan
fungsional yang kecil. Prosedur teknis dalam pembuatan gigi tiruan hendaknya dilakukan
dengan kualitas yang terbaik. Terutama terhadap pasien yang memiliki kelemahan dalam
menggerakkan tangannya untuk memasang dan mengeluarkan gigi tiruan, perlu
dibuatkan gigi tiruan yang mudah dipasang serta memiliki sifat self cleansing yang baik.
Masalah berkaitan dengan penanganan perawatan yang timbul disebabkan ketuaan pasien
harus diterima dengan layak oleh operator dan berusaha mengatasi sebaik-baiknya
dengan memperhatikan tipe emosi pasien. Operator harus menunjukkan perhatian dan
simpati terhadap keinginan pasien serta berusaha sebisa-bisanya untuk memenuhi
keinginan yang dikemukakan penderita. Dengan demikian selain keberhasilan
membuatkan gigi tiruan yang baik, pasien akan menerimanya dengan puas serta
termotivasi untuk memelihara kebersihannya sesuai dengan teknik pembersihan maupun
waktu pemakaian dan selang waktu melepasnya sesuai dengan instruksi yang diberikan.
Namun ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan :
Medical Review
Tekanan Darah
Status Mental
(Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Prostodonsia pada Fakultas
Kedokteran Gigi, USU. Pasien Prostodonsia Lanjut Usia : Beberapa Pertimbangan dalam
Perawatan)
6 | P a g e
6. Apa etiologi dan penanganan dari rasa nyeri pada region kiri RB yang dialami
pasien?
Rasa nyeri dari gigi geligi dapat dirasakan karena pada pulpa terdapat banyak saraf
sensorik yang berhubungan dengan badan sel odontoblas yang akan merespon stimulus
seperti perubahan suhu baik panas maupun dingin.
Pada praktek dokter gigi, tindakan preparasi gigi menyebabkan timbulnya rasa nyeri
karena gesekan pada permukaan gigi menumbulkan panas yang akan mempengaruhi
cairan pada tubulus dentinalis. Stimulus menyebabkan kontraksi cairan di tubulus. Hal ini
menyebabkan regangan pada pembuluh saraf yang akan menimbulkan rasa sakit.
7. Sebutkan dan jelaskan medikamen yang tepat digunakan ditinjau dari factor usia
dan penyakit sistemik yang diderita pasien!
Ketika dilakukan preparasi, anestetik local bisa digunakan untuk pasien. Namun harus
diingat bahwa anestetik local yang digunakan ialah anestetik local yang tidak
menggunakan vasokonstriktor, mengingat pasien memiliki kelainan sistemik yakni
hipertensi.
Namun, untuk pereda nyeri, Asam Mefenamat sebaiknya dihindari. Menurut buku
Farmakologi dan Terapi, penggunaan Asam Mefenamat pada lansia bisa menimbulkan
diare hebat. Kejadian tersebut banyak dilaporkan.
Karakteristik pada orang tua berhubungan terhadap disposisi obat dan respon obat
termasuk :
1. Menurunnya fungsi ginjal : akumulasi obat yang dibuang melalui ginjal.
2. Menurunnya kadar albumin serum dan meningkatnya kadar glikoprotein AAG :
mengubah persentasi obat bebas, volume distribusi, dan kadar obat yang terikat.
3. Lemak tubuh yang relative meningkat : meningkatnya volume distribusi obat yang
larut dalam lemak.
4. Menurunnya massa tuuh ramping dan cairan tubuh total : menurunnya volume
distribusi obat yang larut dalam air.
5. Menurunnya kemampuan metabolism hati : akumulasi obat yang dimetabolisme.
7 | P a g e
6. Meningkatnya kepekaan terhadap obat system saraf pusat : efek yang tidak
dikehendaki.
7. Menurunnya cadangan jantung : potensial untuk gagal jantung.
8. Menurunnya kepekaan baroreseptor : kecenderungan untuk terjadinya hipotensi
ortostatik.
9. Menurunnya kapasitas vital dan kapasitas nafas maksimal : meningkatnya resiko
untuk penghambatan dan depresi susunan saraf pusat.
10. Oversekresi hormone antidiuretic : potensial bagi intoksikasi air.
11. Penyakit yang terjadi bersamaan : interaksi penyakit.
12. Obat multiple : interaksi obat.
13. Variasi pada individu yang sangat besar : rentang dosis yang lebar.
Obat yang mungkin aman diberikan untuk penanganan rasa nyeri ialah
Acetaminophen gol. Oxicam (Paracetamol).
(Manual Terapi Dental)
8. Apa pertimbangan pemelihan bahan restorasi pada lansia!
Ada beberapa macam bahan restorasi yang bisa digunakan dalam kasus ini, khususnya
pada kasus abrasi. Untuk kasus abrasi, kita membutuhkan jenis bahan restorasi yang
cukup kuat. Kita bisa menggunakan restorasi vinir porcelain , inlay maupun onlay sesuai
dengan penampakan pada kasus.
Pada kasus karies servikal kelas 5 yang dialami pasien, bahan restorasi yang bisa kita
gunakan ialah resin komposit, karena disamping daya tahan nya yang cukup baik, serta
warna nya yang serupa gigi tidak mengganggu penampilan.
Namun, menurut buku Manual Konservatif Menurut Pickard, jenis tambalan yang bisa
digunakan pada daerah ini ialah teknik restorasi berlapis. Jika tepi servikalnya terletak
pada dentin dan tepi oklusalnya pada email, semen ionomer kaca dan resin komposit
dapat digabungkan dalam teknik tambalan berlapis. Semen ionomer kaca berfungsi
menggantikan dentin, dan jika lapisan semen ionomer telah mengeras, permukaannya
dapat dietsa bersama-sama dengan email untuk kemudian ditambal dengan resin
komposit. Teknik restorasi berlapis ini menggabungkan sifat adhesive dan kariostatik
8 | P a g e
semen ionomer kaca dengan penampilan yang baik dan tahan aus dari resin komposit.
Pada situasi seperti ini, mengetsa semen ionomer dalam rangka memperoleh retensi yang
paling baik lebih disukai ketimbang menggunakan bahan bonding dentin atau undercut
mekanis, walaupun ada kontroversi mengenai kemungkinan adanya bahaya pengetsaan
semen ionomer kaca.
(Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard)
9. Apa etiologi dan penanganan dari gigi 45 yang mengalami defek servkal pada
kasus?
Defek servikal pada kasus bisa merupakan akibat dari abrasi yang terjadi. Abrasi
tersebut menyebabkan timbulnya defek, menjadi karies kelas 5.
PENANGANAN : Jenis tambalan yang bisa digunakan pada daerah ini ialah teknik
restorasi berlapis. Jika tepi servikalnya terletak pada dentin dan tepi oklusalnya pada
email, semen ionomer kaca dan resin komposit dapat digabungkan dalam teknik
tambalan berlapis. Semen ionomer kaca berfungsi menggantikan dentin, dan jika
lapisan semen ionomer telah mengeras, permukaannya dapat dietsa bersama-sama
dengan email untuk kemudian ditambal dengan resin komposit. Teknik restorasi
berlapis ini menggabungkan sifat adhesive dan kariostatik semen ionomer kaca
dengan penampilan yang baik dan tahan aus dari resin komposit. Pada situasi seperti
ini, mengetsa semen ionomer dalam rangka memperoleh retensi yang paling baik
lebih disukai ketimbang menggunakan bahan bonding dentin atau undercut mekanis,
walaupun ada kontroversi mengenai kemungkinan adanya bahaya pengetsaan semen
ionomer kaca.
(Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard)
10. Apa etiologi dan penanganan dari gigi yang abrasi pada kasus?
Penyebab abrasi
1. Sikat gigi yang keras atau pemakaian berlebihan alat bantu pembersih gigi lainnya.
2. Kebiasaan seperti menggigit-gigit benang atau merokok dengan pipa
3. Pasta gigi abrasive dan bubuk abrasive
9 | P a g e
4. Oklusi
Oklusi merupakan faktor utama penyebab abrasi. Pada kelas I Angel dengan overjet
dan overbite yang normal, abrasi akan muncul pada permukaan oklusal-bukal gigi
rahang bawah dan oklusal-palatal rahang atas. Hal ini tampak pada gigi premolar dan
gigi molar I
5. Diet dan gaya hidup
6. Umur.
Hal ini berkaitan dengan lamanya penggunaan gigi (toothwear)
PENANGANAN : Bisa menggunakan restorasi inlay, onlay maupun veneer. Namun
dalam hal ini yang paling tepat ialah menggunakan onlay.
11. Apa etiologi dan penanganan dari edentulous pada kasus?
ETIOLOGI KEHILANGAN GIGI
o Faktor Penyebab Kehilangan Gigi
Kehilangan gigi – geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit
periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor sosio-demografi
juga berpengaruh terhadap kehilangan gigi. Kehilangan gigi – geligi meningkat
seiring dengan bertambahnya usia akibat efek kumulatif dari karies dan penyakit
periodontal.
Faktor Penyakit
Karies gigi adalah salah satu penyebab kehilangan gigi yang paling sering terjadi
pada dewasa muda dan dewasa tua. Karies merupakan penyakit infeksi pada gigi.
Karies pada gigi yang tidak dirawat dapat bertambah buruk, sehingga akan
menimbulkan rasa sakit dan berpotensial menyebabkan kehilangan gigi. Walaupun
secara keseluruhan karies menurun di Amerika, tetapi penurunan ini tidak terjadi pada
kelompok usia tua.
Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi pada jaringan pendukung gigi yang
apabila tidak dirawat akan menyebabkan hilangnya gigi. Penyakit periodontal dapat
menyebabkan resorbsi tulang alveolar dan resesi gingiva serta bertambah parah di
10 | P a g e
usia tua. Penyakit periodontal akan meningkat dengan meningkatnya umur, dari 6%
pada umur 25 – 34 tahun menjadi 41% pada umur 65 tahun keatas.
Faktor Bukan Penyakit
Faktor sosio – demografi seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat
penghasilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi jumlah kehilangan gigi. Di
Meksiko, Medina-Solis dkk (2006) mendapati prevalensi kehilangan seluruh gigi
pada dewasa muda sekitar 2,4% sedangkan pada dewasa tua yang berumur 65 tahun
ke atas sekitar 30,6%.
Berdasarkan penelitian Hugo dkk (2007) memperkirakan bahwa perempuan
mengalami kehilangan gigi yang lebih banyak dibandingkan laki – laki disebabkan
perempuan takut pergi ke dokter gigi.
Pada penelitian O’Mullane dkk (1993) menunjukkan bahwa perempuan paling tinggi
mengalami kehilangan gigi, tetapi belum ada kejelasan mengenai hal ini. Pada
penelitian Corbert dkk (2001) menyatakan bahwa perempuan memiliki sedikit resiko
penyakit periodontal tetapi besar kemungkinan resiko untuk karies yang dapat
menyebabkan hilangnya gigi. Pendapatan dan pendidikan berbanding terbalik dengan
jumlah kehilangan gigi. Data dari Behavioral Risk Factor Survaillance System
(BRFSS) pada tahun 2004 – 2006 menunjukkan populasi yangmengalami kehilangan
lebih dari 6 gigi sebanyak 23% pada kelompok pendidikan SMA atau SMP, SD dan
tidak sekolah, 15% pada pendidikan Perguruan Tinggi. Terdapat hubungan antara
kehilangan gigi dengan tingkat pendidikan. Masyarakat dengan pendidikan tinggi
cenderung memiliki kesadaran untuk memperbaiki kesehatan rongga mulut,
menggunakan fasilitas kesehatan gigi dan mulut serta gaya hidup yang lebih baik
untuk memperhatikan kesehatan rongga mulut.Umumnya tingkat pendidikan yang
tinggi mempunyai status ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan
yang rendah, sehingga dapat melakukan perawatan gigi dan mulut sesuai dengan
anjuran dokter gigi.
PERAWATAN EDENTULOUS 35, 36, 37, 46, dan 47
Kasus gigi yang hilang 35,36,37, 46, dan 47 diklasifikasikan menjadi Applegate
Kennedy klas III modifikasi I
11 | P a g e
Perawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan pembuatan Gigi tiruan sebagian
lepasan (GTSL) kerangka logam sertadapat pula GTSL basis akrilik, sesuai dengan
berbagai pertimbangan.
Untuk Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) kerangka logam:
-Indikasi protesa: Protesa lepasan, deain bilateral dengan dukungan gigi.
-Pemilihan abutmen: gigi ,34, 38, 45 dan 48
-Pemilihan jenis cengkeram:
34 cengkeram akers
38 cengkeram cincin
45 cengkeram akers
48 cengkeram cincin
-Pemilihan Konektor: Lingual Bar
Untuk Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) basis akrilik: gigi 34,38,44
dan 48 menggunakan
o Jenis cengkeram :
34 cengkeram tiga jari
38 cengkeram tiga jari
44 cengkeram tiga jari
48 cengkeram tiga jari.
12. Bagaimana prognosis perawatan pada kasus?
Prognosis perawatan pada kasus ialah baik. Tambalan yang digunakan diharapkan bisa
bertahan lama apabila perawatan yang dilakukan sesuai dengan indikasi, kontra indikasi
dan cara perawatan.
13. Jelaskan instruksi pasca perawatan!
Penjelasan pemberian obat Penelitian membuktikan bahwa penjelasan selama 15
menit pada penderita akan mengurangi kesalahan bahkan pada penderita yang
12 | P a g e
orientasinya sudah berkurang. Penjelasan harus meliputi efek obat yang diharapkan,
cara minum. Penderita diharapkan melaporkan efek samping yang mungkin timbul.
Saran untuk pemeliharaan kesehatan
o Pemeriksaan status kesehatan umum secara periodic
o Pemeriksaan bagian leher dan kepala, termasuk gigi dan jaringan dalam
mulut.
o Pemeriksaan rutin rongga mulut tiap 6 bulan bagi penderita yang masih
mempunyai gigi tersisa dan tiap tahun bagi yang tidak bergigi lagi.
o Pemahaman mengenai gizi
Pemeliharaan gigi tiruan
o Dipegang secara hati-hati, hindari jangan sampai jatuh
o Pemeriksaan dan evaluasi GT secara periodic
o Pembersihan sisa-sisa makanan dan plak dari seluruh permukaan GT dengan
sikat gigi diatas waskom berisi air menghindari jatuhnya gigi palsu sehingga
pecah/retak.
o GT sebaiknya dilepas pada malam hari untuk mencegah terjadinya infeksi
jamur
o Periksa mukosa mulut dari kemungkinan adanya ulkus, GT yang longgar dan
adanya sisa-sisa makanan.
(Buku Ajar Boedhi-Darmojo, Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut)
14. Bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan sesuai keluhan pasien
Mengurangi frekuensi konsumsi substrat karbohidrat
Penghilangan gula secara total dari diet sehari-hari tidak perlu dilakukan dalam
pencegahan karies. Upaya yang relative sederhana, seperti mengurangi frekuensi
konsumsi gula pada minuman panas, biasanya cukup efisien.
13 | P a g e
Mengonsumsi karbohidrat yang mudah terfermasi merupakan factor yang sangat
kariogenik. Jika ion asam tetap terdapat pada plak pada waktu yang cukup maka akan
mempengaruhi buffer saliva dan proses remineralisasi akan terjadi.
1. Menjaga kebersihan rongga mulut
Pembersihan pertama setiap hari (first daily clean)
Pembersihan pertama rongga mulut rutin dilakukan pada pagi hari baik sebelum ataupun
setelah makan. Menghilangkan debris serta plak efektif dilakukan setelah makan.
Pembersihan kedua setiap hari (second daily clean)
Pembersihan kedua rongga mulut rutin dilakukan sebelum tidur pada malam hari. Selama
tidur aliran saliva terhenti dan kehilangan system buffer. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pembersihan plak dan aplikasi obat-obatan preventif seperti aplikasi fluoridesecara
topikal.
Pembersihan rutin setiap hari
Hal ini dilakukan pada karies rampan, pembersihan rongga mulut secara rutin harus
dilakukan baiok sebelum maupun setelah makan.
2. Menghilangkan bakteri plak
Secara teoritis, permukaan gigi yang bebas plak tidak akan mengalami kries, namun
penghilangan plak secara totaldari daerah tertentu (misalnya fisur) tidak mungkin
dilakukan dan tidak selalu praktis untuk dilakukan (misalnya di daerah proksimal yang
untuk pembuangan plaknya membutuhkan keterampilan dalam menggunakan benang gigi
secara baik).
a. Pembuangan plak secara mekanis
Dilakukan dengan menyikat gigi, metode sikat gigi:
14 | P a g e
Metode “menggosok” yaitu gerakan menggosok dalam arah horizontal dan
biasanya dianjurkan pada anak-anak.
Metode “menggulung” atau “sentakan menggulung’ adalah gerakan yang didapat
dengan mengarahkan serabut sikat gigi ke apeks dan memutar kemudian
menggulung atau memutar sikat gigi dari tepi gingiva ke oklusal atau tepi-tepi
insisal gigi.
Metode ‘fones” gerakan dilakukan pada saat gigi dalam keadaan oklusi dan sikat
diputar.
Metode ‘Leonard” menganjurkan gerakan vertical, dengan menyikat gigi bagian
atas dan bawah secara terpisah.
Metode “Charters” dan “Bass” menggunakan gerakan bergetar.
Pembersihan interdental : permukaan aproksimal dan daerah yang giginya tidak
beraturan tidak dapat dicapai dengan sikat gigi biasa. Oleh karena itu suatu alat bantu
seperti benang gigi, atau “pita gigi”, tusuk gigi dari kayu, sikat yang mempunyai serabut
kelompok tunggal atau sikat interdental dapat digunakan untuk daerah-daerah tersebut.
b. Pengendalian plak dengan bahan kimia :
Ada 4 kelompok utama bahan-bahan kimia yang telah diteliti yaitu enzim, bahan
pengaktif permukaan, antibiotika dan bahan antibakteri.
Enzim
Dalam upaya untuk menguraikan matriks plak sehingga merusakkan dan
menghilangkan plak, telah dicoba penggunaan enzim-enzim hidrolitik, proteolitik,
dan glikolitik. Sejauh ini telah terbukti bahwa enzim tidak efektif karena
15 | P a g e
kemajemukan matriks kuman plak dan masa kerja yang singkat serta sifat enzim
itu sendiri.
Antibiotika
Penisilin, tetrasiklin, spiramisin, etritomisin semuanya dapat menghambat
pembentukan plak. Suatu penelitian terhadap anak-anak yang menderita demam
reumatik , yang mendapat penisilin dalam dosis besar untuk mencegah infeksi
streptococcus, memperlihatkan adanya penurunan karies sebanyak 55% dalam 2
tahun. Namun antibiotik ini penting untuk perawatan infeksi yang lebih serius
sehingga bahaya yang cukup potensial, karena tumbuhnya sensitisasi dan
berkembangnya jenis mikroorganisme yang resisten.
Bahan antibakteri
Efek fluor memperlihatkan bahwa aplikasi topikal 1,23% acidulated phosphate
fluoride selama 10 hari menyebabkan berkurangnya 70% S. Mutans dalam plak
gigi. Walaupun konsentrasi fluor yang rendah dapat mempengaruhi efek
bekterisida dalam pasta gigi dan obat kumur tetap harus disesuaikan.
Chlorhexidine
Merupakan antiseptic yang diserap oleh permukaan gigi dan mempunyai daya anti
bakteri terhadap organism yang mencoba menempel disitu. Kumur atau penyikatan
dengan beberapa antiseptic dapat menurunkan jumlah hitung bakteri salivasecara
kasar tetapi bakteri akan bertambah jumlahnya dengan cepat dan jumlah hitung
kuman tersebut mungkin kembali ke tingkatan sebelum perawatan dalam satu jam
namun, chlorhexidine adalah satu dari beberapa antiseptic kation, karena muatan
16 | P a g e
positifnya meresap ke jaringan gigi ke protein yang asam menutupi gigi dan
mukosa mulut.
Selain itu, pencegahan abrasi yang bisa dilakukan ialah dengan menggunakan
gigitiruan sesegera mungkin setelah terjadinya kehilangan gigi, sehingga tidak
ada pemforsiran tekanan kunyah ke gigi anterior dan abrasi bisa terhindar. Apabila
abrasi dapat dihindari, maka defek servikal juga dapat dihindari.
15. Dampak jika tidak dilakukan perawatan?
Dampak jika tidak dilakukan perawatan :
Edentulous
o Kehilangan gigi akan menyebabkan ketidak seimbangan daris system
pengunyahan. Hal ini akan memperparah abrasi gigi yang dialaminya.
o Kehilangan gigi sebagian maupun seluruhnya dapat menimbulkan dampak,
seperti dampak fungsional, sistemik dan emosional.
FUNGSIONAL
Kesehatan mulut yang rendah berdampak pada kehilangan gigi yang dapat
menyebabkan masalah pada pengunyahan dan pola makan sehingga
mengganggu status nutrisi. Individu yang kehilangan gigi sebagian atau
seluruhnya hanya dapat memakan makanan yang lembut sehingga nutrisi bagi
tubuh menjadi terbatas.
Populasi yang mengalami kehilangan gigi terutama kehilangan seluruh gigi
akan mengubah pola konsumsinya, sehingga makanan yang keras dan kesat
seperti buah-buahan, sayur –sayuran dan daging yang merupakan sumber
vitamin, mineral dan protein menjadi sesuatu hal yang sulit bahkan tidak
mungkin untuk dikunyah.
SISTEMIK
Dampak sistemik yang timbul akibat kehilangan gigi berupa penyakit sistemik
17 | P a g e
seperti defisiensi nutrisi, osteoporosis dan penyakit kardiovaskular
(artherosclerosis). Penyebabnya adalah status gigi yang buruk dan perubahan
pola konsumsi. Kurangnya konsumsi kalsium dan vitamin D yang berasal
dari buah-buahan dan sayur-sayuran akibat kehilangan gigi dapat
meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis.
Selain itu, penyakit kardiovaskular dapat disebabkan bersatunya agen
infeksius dalam bentuk atheroma dan faktor predisposisi genetik terhadap
penyakit periodontal dan penyakit kardiovaskular. Penyebaran bakteri dari
penyakit periodontal akan masuk ke sirkulasi pembuluh darah sehingga dapat
menyebabkan resiko sistemik.
EMOSIONAL
Dampak emosional adalah perasaan atau reaksi yang ditunjukkan pasien
sehubungan dengan status kehilangan seluruh gigi yang dialaminya.
Kehilangan gigi dapat merubah bentuk wajah, tinggi muka dan vertikal
dimensi serta rahang yang prognasi sehingga menimbulkan reaksi seperti
merasa sedih dan depresi, kehilangan kepercayaan diri, merasa tua, perubahan
tingkah laku, merasa tidak siap untuk menerima kehilangan gigi dan tidak
ingin orang lain melihat penampilannya saat tidak memakai gigitiruan serta
mengubah tingkah laku dalam bersosialisasi. Fiske dkk (1998) menyatakan
bahwa hilangnya gigi dan pemakaian gigitiruan berdampak pada psikososial
seseorang.
Penelitian oleh Davis dkk (2000) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
emosional yang signifikan sebagai konsekuensi kehilangan gigi, 45% dari
pasien kehilangan seluruh gigi di London sulit untuk menerima kehilangan
gigi.
Defek Servikal gigi 45
o Defek servikal yang terjadi bisa saja terus menembus hingga ke pulpa yang
akan mengakibatkan masuknya bakteri-bakteri pathogen yang bisa
menimbulkan masalah-masalah kesehatan lainnya yang lebih parah, seperti
abses , dll.
Abrasi
18 | P a g e
o Terbukanya dentin dipermukaan bukal atau lingual yang pada keadaan normal
tertutup oleh email.
o Timbulnya sensitivitas
o Timbulnya pulpitis dan hilangnya vitalitas akibat keausan gigi
Radiolusensi gigi 34
o Karena pada gigi ini terjadi pulpitis irreversible, maka akibat yang mungkin
saja terjadi ialah terjadinya kematian gigi atau nekrose. Lebih lanjut setelah
itu, bisa menimbulkan penyakit seperti abses, dll.
19 | P a g e