Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di …journal.unair.ac.id/filerPDF/Perawatan...

13
50 Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di Desa Tambak dan Desa Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang Penulis Shrimarti R. Devy*, Sofiyan Haryanto*, M. Hakimi**, Yayi Suryo Prabandari**, Totok Mardikanto**. * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga ** Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada ABSTRACT Based on data from Indonesia Demographic Health Survey (IDHS) in 2002- 2003 showed that the Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still high at 307 per 100,000 births, which means there were two maternal deaths every hour. The high MMR in Indonesia linked to maternal health care during pregnancy. The high maternal mortality rate in Indonesia was still able to do prevention, one of them through Health Education. Identify and analyze the Madura culture in society which contribute to the maintenance of pregnancy by the mother during pregnancy. This study is descriptive and based on the time of this study design included a cross sectional design. Respondents were pregnant women as much as 20 people in the village Tambak and village Rapa laok District Omben Sampang Regency taken by purposive sampling. Results showed that respondents of low education, high risk pregnancy, and cultural influence is still strong enough. There are three elements of culture that became mandatory in abstinence and pregnancy care that is in the form of ideas, activities, and artifacts. considered in addition to not incriminate the respondent feels calm and safe by taking care of pregnancy in accordance with these cultural elements. The conclusion in this research that the majority of respondents still believe in and do maintenance of pregnancy in accordance with the form elements Madura culture ideas, activities, and artifacts. Madura culture in the treatment of hereditary pregnancy revealed by their families and communities about the respondents. Keywords: pregnancy care PENDAHULUAN Di Indonesia, kesehatan ibu khususnya ibu hamil masih memerlukan perhatian. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Indonesia mengalami penurunan, meski demikian penurunan yang terjadi belum

Transcript of Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di …journal.unair.ac.id/filerPDF/Perawatan...

Page 1: Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di …journal.unair.ac.id/filerPDF/Perawatan Kehamilan dalam Perspektif... · komplikasi puerperium (7,9%), anemia (2,6%), dan penyakit

50

Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di Desa Tambak dan Desa Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten

Sampang

Penulis Shrimarti R. Devy*, Sofiyan Haryanto*,

M. Hakimi**, Yayi Suryo Prabandari**, Totok Mardikanto**. * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

** Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada

ABSTRACT

Based on data from Indonesia Demographic Health Survey (IDHS) in 2002-2003 showed that the Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still high at 307 per 100,000 births, which means there were two maternal deaths every hour. The high MMR in Indonesia linked to maternal health care during pregnancy. The high maternal mortality rate in Indonesia was still able to do prevention, one of them through Health Education. Identify and analyze the Madura culture in society which contribute to the maintenance of pregnancy by the mother during pregnancy.

This study is descriptive and based on the time of this study design included a cross sectional design. Respondents were pregnant women as much as 20 people in the village Tambak and village Rapa laok District Omben Sampang Regency taken by purposive sampling.

Results showed that respondents of low education, high risk pregnancy, and cultural influence is still strong enough. There are three elements of culture that became mandatory in abstinence and pregnancy care that is in the form of ideas, activities, and artifacts. considered in addition to not incriminate the respondent feels calm and safe by taking care of pregnancy in accordance with these cultural elements.

The conclusion in this research that the majority of respondents still believe in and do maintenance of pregnancy in accordance with the form elements Madura culture ideas, activities, and artifacts. Madura culture in the treatment of hereditary pregnancy revealed by their families and communities about the respondents.

Keywords: pregnancy care

PENDAHULUAN Di Indonesia, kesehatan ibu

khususnya ibu hamil masih memerlukan

perhatian. Hasil Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan bahwa Angka

Kematian Ibu (AKI) untuk periode 5

tahun sebelum survei (2003-2007)

sebesar 228 per 100.000 kelahiran

hidup. Angka kematian ibu di Indonesia

mengalami penurunan, meski demikian

penurunan yang terjadi belum

Page 2: Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di …journal.unair.ac.id/filerPDF/Perawatan Kehamilan dalam Perspektif... · komplikasi puerperium (7,9%), anemia (2,6%), dan penyakit

51

Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Maret 2011: 50-62

signifikan dan jauh dari harapan.

Tingginya AKI di Indonesia memiliki

kaitan dengan perawatan kesehatan ibu

saat hamil.

Berdasarkan data SKRT pada

tahun 2001 angka kematian ibu yang

terbesar terjadi saat persalinan yaitu

44,7%, saat kehamilan sebesar 28,9%,

dan yang terakhir saat masa nifas

sebesar 26,3%. Penyebab kematian ibu

hamil di Indonesia berdasarkan data

SKRT tahun 2001 antara lain

perdarahan total (34,3%), infeksi

(10,5%), keracunan kehamilan (23,7%),

partus larna (5,3%), obstetrik trauma

(5,3%), emboli obstetrik (2,6%) dan

komplikasi puerperium (7,9%), anemia

(2,6%), dan penyakit lainnya tanpa

disebutkan spesifik sebesar 2,6%.

Sedangkan berdasarkan Profil

Kesehatan Propinsi Jawa Timur tahun

2007, ibu hamil resiko

tinggi/komplikasi ditangani yaitu 3.199

orang (80,30%) dari jumlah total ibu

hamil di Kabupaten Sampang 19.918

orang.

Tingginya Angka Kematian Ibu

di Indonesia sebenarnya masih bisa

dilakukan upaya pencegahan, salah

satunya melalui Health Education.

Sebuah penelitian yang membuktikan

bahwa Health Education merupakan

salah satu kegiatan yang tepat guna

dalam upaya penurunan angka kematian

ibu hamil yaitu “Modifikasi Model

Community Development Guna

Peningkatan Pemeriksaan Kehamilan

dan Persalinan pada Tenaga

Kesehatan”. Berdasarkan penelitian

tersebut, terungkap alasan ibu hamil

lebih memilih melahirkan pada dukun

karena latar belakang budaya. Hasil

penelitian tersebut menyatakan bila ibu

hamil melakukan persalinan pada bidan

maka persalinannya dianggap sulit yang

dalam bahasa Madura yaitu malarat.

Sehingga ibu hamil cenderung malu bila

persalinannya dikatakan malarat. Selain

karena latar belakang budaya, hasil

penelitian tersebut juga menyatakan

beberapa alasan lain yang menyebabkan

ibu hamil tidak melakukan persalinan

pada bidan, yaitu karena biaya

persalinan bidan mahal, keluarga yang

ikut campur dalam memberi keputusan,

takut operasi dan berobat ke puskesmas,

serta rendahnya pengetahuan kesehatan

ibu hamil (Devi, dkk. 2009).

Berdasarkan hasil penelitian

tersebut dan teori Dignan tentang

Health Promotion, maka perlu adanya

kegiatan Community analysis sebelum

dilakukan kegiatan Health Education,

agar kegiatan Health Education menjadi

tepat guna dan efektif. Budaya bagi

masyarakat adalah suatu hal yang

penting, bahkan diantaranya dipercaya

dan menjadi pegangan hidup oleh

Page 3: Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di …journal.unair.ac.id/filerPDF/Perawatan Kehamilan dalam Perspektif... · komplikasi puerperium (7,9%), anemia (2,6%), dan penyakit

52

“Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di Desa Tambak dan Desa Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang

” Shrimarti R. Devy

masyarakat. Penelitian akan dilakukan

di Kabupaten Sampang, yang

penduduknya berasal dari etnis Madura.

Masyarakat Madura pada umumnya

masih percaya pada mitos, yang

berkaitan dengan ibu hamil dan

perawatan pada masa kehamilan. Bagi

masyarakat Madura mitos sudah

diyakini kebenarannya karena beberapa

bukti yang terjadi. Masyarakat akan

melakukan apa saja dengan harapan

keselamatan pada ibu dan bayinya.

Kadang kala kepercayaan tersebut

bertentangan dengan nilai-nilai

kesehatan medis modern, sehingga

mengakibatkan permasalahan kesehatan

pada ibu hamil pada masa kehamilan.

Agar kegiatan penyuluhan dapat sesuai

dengan kebutuhan masyarakat sehingga

penyuluhan tersebut menjadi salah satu

solusi yang tepat guna maka harus

mengakomodasi kearifan lokal, salah

satunya yaitu dengan mengetahui

perspektif budaya masyarakat tentang

perawatan kehamilan pada ibu hamil.

Upaya pencegahan angka

kematian ibu yang cenderung tinggi

sebenarnya bisa dilakukan dengan

Health Education berupa kegiatan

penyuluhan yang berkesinambungan

dalam kelompok dasa wisma. Menurut

data Profil Kesehatan Propinsi Jawa

Timur tahun 2007, jumlah kunjungan

baru (cakupan K1) di Kabupaten

Sampang yaitu 18.864 orang (94,71%)

dan jumlah kunjungan ibu hamil

(cakupan K4) di Kabupaten Sampang

yaitu 14.041 orang (70,49%) dari

jumlah total ibu hamil 19.918 orang.

Sedangkan cakupan persalinan yang

ditolong tenaga kesehatan sebanyak

13.134 orang (71,82%) dari jumlah total

ibu bersalin 18.288 orang. Sedangkan

menurut data Profil Kesehatan Propinsi

Jawa Timur tahun 2008, jumlah

kunjungan baru (cakupan K1)

Kabupaten Sampang yaitu 17.865 orang

(89,67%) dan jumlah kunjungan ibu

hamil (cakupan K4) di kabupaten

Sampang yaitu 13.946 orang (70%) dari

jumlah total ibu hamil 19.923 orang.

Jumlah cakupan K1 dan cakupan K4 di

Kabupaten Sampang pada tahun 2008

mengalami penurunan jika

dibandingkan dengan tahun 2007

menurut Profil Kesehatan Propinsi Jawa

timur. Untuk cakupan persalinan yang

ditolong tenaga kesehatan sebanyak

13.457 orang (73,56%) dari jumlah total

ibu bersalin 18.293 orang. Persentase

persalinan yang ditolong tenaga

kesehatan mengalami peningkatan pada

tahun 2008, namun jika dibandingkan

dengan target yang ditetapkan Dinas

Kesehatan Propinsi Jawa Timur sebesar

90%, maka dalam hal pencapaian

persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan di Kabupaten Sampang

Page 4: Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di …journal.unair.ac.id/filerPDF/Perawatan Kehamilan dalam Perspektif... · komplikasi puerperium (7,9%), anemia (2,6%), dan penyakit

53

Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Maret 2011: 50-62

tergolong masih belum mencapai target

seperti yang diharapkan. Sedangkan

menurut Profil Kesehatan Kabupaten

Sampang tahun 2008 persalinan yang

ditolong tenaga kesehatan di Puskesmas

Omben sebanyak 753 orang (72,47%)

dari jumlah total ibu bersalin yaitu

sebanyak 1.039 orang, dan pada Profil

Kesehatan Kabupaten Sampang tahun

2009 persalinan yang ditolong tenaga

kesehatan di Puskesmas Omben

sebanyak 846 orang (81,58%) dari

jumlah total ibu bersalin 1.037.

Pencapaian persalinan yang ditolong

oleh tenaga kesehatan di Puskesmas

Omben juga belum mencapai target

yang ditetapkan Dinas Kesehatan

Propinsi Jawa Timur sebesar 90%.

Berdasarkan survei pendahuluan

dengan bidan puskesmas Omben

menyatakan bahwa sebagian besar

pengetahuan ibu hamil di desa Tambak

dan desa Rapa laok tentang kehamilan

dan persalinan masih kurang, keadaan

sosial-ekonomi keluarga yang

menengah ke bawah, dan pengaruh

budaya Madura tentang perawatan

kehamilan sehingga menyebabkan

rendahnya cakupan pemeriksaan

kesehatan ibu hamil dan perawatan

kehamilan ibu hamil pada pelayanan

kesehatan.

Dari uraian diatas tersebut

menunjukkan bahwa kegiatan health

education merupakan salah satu solusi

yang tepat guna untuk mengendalikan

angka kematian ibu. Oleh karena itu,

diperlukan suatu upaya yang harus

melibatkan semua pihak baik petugas

kesehatan, tokoh agama, tokoh

masyarakat, dan masyarakat terutama

para ibu hamil untuk terus-menerus

menumbuhkan kesadaran pada pribadi

masing-masing untuk mensukseskan

dan mengoptimalkan pemeriksaan dan

perawatan kehamilan ke pelayanan

kesehatan. Melalui model Dunn (1976)

dan pertimbangan keterbatasan waktu

dan tenaga peneliti, maka penelitian ini

akan mempelajari perspektif budaya

yang dapat mempengaruhi perilaku ibu

hamil dalam melakukan perawatan pada

masa kahamilan tersebut. Budaya

masyarakat Madura mempengaruhi

individu (ibu hamil) sehingga

menimbulkan suatu perilaku tertentu

dari individu (ibu hamil) tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif yaitu

mendeskripsikan secara mendalam

suatu fenomena budaya dengan

pendekatan kualitatif yang bertujuan

untuk mengidentifikasi tentang suatu

keadaan secara objektif dalam rangka

mengadakan perbaikan dan peningkatan

kesehatan ibu hamil. Berdasarkan

Page 5: Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di …journal.unair.ac.id/filerPDF/Perawatan Kehamilan dalam Perspektif... · komplikasi puerperium (7,9%), anemia (2,6%), dan penyakit

54

“Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di Desa Tambak dan Desa Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang

” Shrimarti R. Devy

waktunya rancangan penelitian ini

termasuk rancangan cross sectional

yaitu pengumpulan data dilakukan

dalam kurun waktu yang bersamaan

(Arikunto,1996).

Dalam penelitian ini penentuan

responden menggunakan teknik

purposive sampling yaitu dengan

menggunakan pertimbangan pribadi

yang sesuai dengan topik penelitian.

Peneliti memilih responden berdasarkan

pada asumsi dan strategi tertentu atau

memerlukan dasar yang obyektif untuk

membuat ketetapan/kriteria. Responden

sebagai unit analisis disesuaikan

berdasarkan kebutuhan penelitian dan

dianggap representatif dalam penelitian

ini (Satori, 2009). Responden yang

digunakan adalah ibu hamil yang ada di

wilayah penelitian (desa Tambak dan

Rapalaok kecamatan omben kebupaten

Sampang, Madura).

Pada penelitian ini responden

yang digunakan adalah ibu hamil

sebanyak 20 orang. 14 orang responden

dari desa Tambak dan yang ditentukan

berdasarkan pada kriteria yaitu:

1. Berdomisili di daerah penelitian

(desa Tambak dan desa

Rapalaok Kecamatan omben

Kabupaten sampang) dan

merupakan warga tetap di

wilayah penelitian.

2. Ibu hamil trimester I, trimester

II, dan trimester III di lokasi

penelitian yaitu desa Tambak

dan desa Rapa Laok kecamatan

Omben Kabupaten Sampang.

3. Bersedia berpartisipasi menjadi

subyek penelitian.

Dalam penelitian ini dibutuhkan

informan sebagai sumber informasi

penting. Informan adalah orang yang

memiliki pengetahuan dan bisa

menyampaikan gagasan, serta dapat

membantu peneliti memahami apa yang

sedang terjadi (Patton, 2006). Dalam

penelitian ini informan yang relevan

yaitu individu yang paham tentang

budaya masyarakat khususnya yang

berkaitan dengan perawatan kehamilan.

Informan dalam penelitian ini antara

lain tokoh masyarakat (PKK, Kader,

dll), dukun bayi, bidan, dan para ibu.

Informan ditentukan dengan

menggunakan teknik snowball

sampling, yaitu pengambilan sampel

yang dilakukan secara berantai. Jumlah

informan dalam penelitian ini sebanyak

15 orang, terdiri dari tokoh masyarakat

(3 orang), kader (7 orang), bidan (3

orang), dan ibu-ibu (2 orang) yang

dianggap paham tentang perawatan

kehamilan dalam budaya Madura.

Penelitian ini dilakukan di desa

Tambak dan desa Rapalaok kecamatan

Omben kabupaten Sampang, Madura

Page 6: Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di …journal.unair.ac.id/filerPDF/Perawatan Kehamilan dalam Perspektif... · komplikasi puerperium (7,9%), anemia (2,6%), dan penyakit

55

Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Maret 2011: 50-62

pada bulan April sampai dengan bulan

Mei tahun 2010.

Analisis data kualitatif adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-

milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari

dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari,

dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain (Bogdan

dan Biklen dalam Moleong, 2007).

HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Umum Responden

Pelayanan antenatal dan postnatal

merupakan komponen utama dalam

pelayanan kehamilan yang harus

dilakukan oleh ibu hamil selama dia

menjalani proses kehamilan agar

kesehatannya tetap terjaga. Pemeriksaan

kehamilan harus dilakukan oleh

responden secara teratur karena ada

beberapa responden yang dari segi usia,

tergolong kehamilan resiko tinggi.

Kehamilan resiko tinggi adalah ibu

hamil yang mempunyai resiko atau

bahaya yang lebih besar pada

kehamilan/persalinannnya daripada ibu

hamil dengan kehamilan/persalinan

normal (Suririnah,2007). Dari hasil

penelitian terdapat 2 responden yang

hamil pada usia diatas 35 tahun. Ibu

yang hamil pada usia di atas 35 tahun,

kemungkinan akan mengalami

kesulitan ketika melahirkan, hipertensi

dan gangguan kesehatan selama

kehamilan. Hal ini dikarenakan seiring

pertambahan usia maka kondisi fisik

dan ketahanan tubuh akan berkurang.

Menurut Larson (1978), Felton,

dkk.(1984) dalam Ratnawati,

dkk.(2005) bahwa kesehatan fisik pada

usia dewasa erat kaitannya dengan

kesejahteraan emosional dan mental

seseorang

Pendidikan merupakan modal dasar

seseorang untuk menerima dan

memahami suatu informasi yang

disampaikan orang lain baik lisan

maupun tertulis. Menurut Mantra

(1989) dalam Yusantin (2002)

menyatakan bahwa pendidikan

mempengaruhi proses belajar, semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka semakin mudah orang tersebut

untuk menerima informasi baik dari

orang lain maupun media massa.

Semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang

didapat, termasuk pengetahuan tentang

kesehatan. Dari segi pendidikan,

mayoritas responden tergolong

berpendidikan rendah yaitu tidak pernah

sekolah sebanyak 5 orang, hanya

bersekolah Madrasah 5 orang, SD

Page 7: Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di …journal.unair.ac.id/filerPDF/Perawatan Kehamilan dalam Perspektif... · komplikasi puerperium (7,9%), anemia (2,6%), dan penyakit

56

“Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di Desa Tambak dan Desa Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang

” Shrimarti R. Devy

sebenayak 5 orang, Mts/setingkat SMP

1 orang, SMP 2 orang, tidak tamat

MA/setingkat SMA sebanyak 1 orang,

dan SMA 1 orang. Akibatnya, ketika

disampaikan informasi mengenai

perawatan kehamilan baik melalui

konseling ataupun penyuluhan akan

sulit diterima secara terbuka dan sulit

dipahami. Pada umumnya mereka

masih terbelenggu dengan tradisi dan

menurut terhadap nasehat orang tua atau

perintah sesepuh.

Pekerjaan mayoritas responden

yaitu tidak bekerja atau hanya sebagai

ibu rumah tangga sebanyak 11 orang,

sebagai petani sebanyak 8 orang dan

responden yang berjualan atau

berwiraswata hanya 1 orang. Pekerjaan

sebagai petani merupakan pekerjaan

yang menguras energi dan waktu

sehingga mereka harus lebih pandai

mengatur waktu, kapan harus merawat

kehamilan dan bekerja yang disesuaikan

dengan kondisi fisiknya. Mereka

menganggap, hanya bekerja sebagai

petani yang dapat mereka kerjakan,

karena itu merupakan sumber

penghasilan utama untuk memenuhi

kebutuhan sehari-harinya. Oleh karena

itu, perlu kesadaran dari ibu hamil

untuk terus menjaga kehamilannya agar

tetap sehat dan senantiasa tidak

memaksakan diri bekerja ketika kondisi

tubuh sedang lemah / tidak sehat.

Dikhawatirkan akan terjadi gangguan

terhadap kehamilannya seperti sering

capek, anemia, dehidrasi, perdarahan

dan keguguran. Menurut penelitian

Sutrisno dan Andriani (1997) mengenai

karakteristik kematian maternal di

Kabupaten Timor Tengah Utara,

pekerjaan umum dari ibu-ibu yang

meninggal adalah petani (67,9%) dan

ibu rumah tangga (28,6%). Ini

membuktikan bahwa ibu-ibu dari

kalangan sosial ekonomi rendah kurang

beruntung karena ketidakberdayaan ibu-

ibu terhadap akses terhadap pelayanan

kesehatan yang baik.

Selama masa kehamilan, pola

tempat tinggal responden mayoritas

tergolong keluarga luas dengan alasan

ikut suami, kasihan terhadap orang tua

dan dikarenakan suaminya merantau

untuk bekerja. Diharapkan dengan pola

tempat tinggal tersebut, mereka

mendapat ketenangan, diingatkan dan

mendapat pertolongan dengan cepat dan

segera apabila ada permasalahan

dengan kehamilannya.

2. Budaya Madura dalam

Perawatan Kehamilan

Pengaruh budaya atau adat istiadat

yang terdapat di lingkungan responden

cukup kuat seperti adanya mitos seputar

kehamilan dan persalinan. Ini

dikarenakan pendidikan yang rendah

Page 8: Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di …journal.unair.ac.id/filerPDF/Perawatan Kehamilan dalam Perspektif... · komplikasi puerperium (7,9%), anemia (2,6%), dan penyakit

57

Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Maret 2011: 50-62

dan budaya generasi sebelumnya serta

kepatuhan terhadap anjuran orang tua.

Mitos atau pantangan yang harus

dilakukan oleh ibu hamil yaitu

pantangan terhadap makanan yang

berasal dari sumber hewani (telur dan

ikan laut) dan nabati (nanas, terong).

Misalnya, nanas tidak boleh dimakan

khawatir menimbulkan rasa panas dan

tidak boleh makan makanan pedas

karena khawatir bayinya sakit mata.

Beberapa responden mempercayai

adanya mitos atau pantangan tersebut

karena khawatir akan mengalami

keguguran dan biasanya anjuran orang

tua sering terkabul. Adanya mitos

seputar kehamilan dan persalinan,

didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Emiliana dan Moh.

Hakimi di Kecamatan Banyuurip bahwa

walaupun kuat dalam beragama dan

tekun beribadah, masyarakat Banyuurip

masih melakukan pantangan-pantangan

makanan tertentu berkenaan dengan

kehamilan[4]. Makanan yang dipantang

yaitu sumber hewani dan nabati. Selain

itu, ibu hamil juga melakukan

pantangan yang lain seperti duduk di

tengah pintu dan duduk di lantai tanpa

alas/ tikar/bangku kecil serta mereka

masih percaya pada adanya gangguan

jin yang dapat mengancam keselamatan

bayi dalam kandungan atau bayi yang

baru saja dilahirkan.

Adanya pengaruh budaya (mitos)

seputar kehamilan yang cukup kuat

mengakibatkan sebagian besar

responden lebih mempercayai budaya

tersebut daripada anjuran tenaga

kesehatan (dokter dan bidan). Mereka

tetap melakukan pemeriksaan

kehamilan ke dukun karena

menganggap bahwa dukun lebih

mengerti posisi bayi dalam kandungan

dan dapat melakukan pemijatan perut

yang mempermudah saat persalinan.

Ketika periksa kehamilan ke pelayanan

kesehatan, mereka hanya ingin

diperiksa dan memastikan bahwa

kondisinya sehat dan diberi obat. Oleh

karena itu, ketika akan bersalin

sebagian responden lebih memilih

bersalin ke dukun daripada bidan,

karena bersalin ke bidan dianggap

persalinan yang susah/sulit sehingga

akan menjadi aib (dilihat dan

dibicarakan banyak orang) bagi ibu

hamil dan keluarga ibu hamil.

3. Tindakan Ibu Hamil Untuk

Melakukan Perawatan

Kehamilan

Dalam mempersepsikan tindakan

apa yang akan diambil atau

memutuskan sesuatu hal yang terkait

pemeriksaan kehamilan, responden

menyatakan akan berembuk atau

berdiskusi dahulu dengan orang lain

Page 9: Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di …journal.unair.ac.id/filerPDF/Perawatan Kehamilan dalam Perspektif... · komplikasi puerperium (7,9%), anemia (2,6%), dan penyakit

58

“Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di Desa Tambak dan Desa Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang

” Shrimarti R. Devy

terutama pihak keluarga (suami, orang

tua, mertua, tante, saudara), tetangga

bahkan bersama kepala dusun.

Mayoritas responden telah melakukan

pemeriksaan kehamilan rutin tiap bulan

ke pelayanan kesehatan terutama

posyandu. Ini dikarenakan pada

pelayanan kesehatan seperti posyandu

responden cenderung ingin

mendapatkan PMT berupa 1 bungkus

mie dan 2 butir telur dan pelayanan

antenatal gratis. Apabila suatu saat

terjadi gangguan kesehatan pada

kehamilannya maka sebagian responden

akan langsung memeriksakan

kehamilannya ke bidan baik Polindes

maupun Bidan Praktek Swasta. Namun,

ada juga responden yang menahan dulu

rasa sakitnya, ketika sudah agak parah

dan tidak kuat lagi menahannya barulah

akan dibawa ke bidan atau dokter.

Selain ke Posyandu, sebagian responden

memeriksakan kehamilannya ke dukun

dengan asumsi bahwa dukun

mengetahui letak posisi bayi dan dapat

melakukan pemijatan untuk

mempermudah saat melahirkan. Jadi,

kegiatan memeriksakan kehamilan

sudah menjadi kegiatan rutin, terutama

di posyandu, akan tetapi belum

dimengerti dengan baik tujuan dari

perawatan kehamilan dengan cara

medis modern. Misalnya, anjuran untuk

minum tablet Fe secara teratur tiap hari

tidak dilakukan oleh sebagian

responden, pekerjaan yang berat tetap

dilakukan selama kondisi tubuhnya

sehat seperti memikul dan menyiram air

ke sawah dan menganggap anemia

sebagai hal yang biasa terjadi pada ibu

hamil karena mereka kurang mengerti

bahaya dari anemia. Menurut Musbikin

(2007), Tujuan pemeriksaan kehamilan

yaitu :

1. Menjaga agar ibu sehat selama

masa kehamilan, persalinan dan

nifas serta mengusahakan bayi

yang dilahirkan sehat

2. Memantau kemungkinan adanya

risiko-risiko kehamilan, dan

merencanakan penatalaksanaan

yang optimal terhadap

kehamilan risiko tinggi

3. Menurunkan morbiditas dan

mortalitas ibu dan perinatal

Keterikatan mareka pada adat

kebiasaan atau mitos seputar

kehamilan dan persalinan cukup

besar sehingga mereka lebih

mempercayai perkataan dukun

daripada petugas kesehatan.

Akibat dari kurang dipahaminya tujuan

dari pemeriksaan kehamilan oleh

responden menyebabkan terbentuknya

persepsi bahwa selama masa kehamilan,

sebagian responden akan memeriksaan

kehamilan ke pelayanan kesehatan

(terutama Posyandu) secara rutin tiap

Page 10: Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di …journal.unair.ac.id/filerPDF/Perawatan Kehamilan dalam Perspektif... · komplikasi puerperium (7,9%), anemia (2,6%), dan penyakit

59

Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Maret 2011: 50-62

bulan dan akan melakukan pemeriksaan

kehamilan ke dukun, karena dukun

lebih mengetahui letak atau posisi bayi

dan mendapat pijatan yang akan

mempermudah bayi keluar ketika

persalinan tiba. Adanya pengaruh

budaya (mitos) seputar kehamilan dan

rendahnya pendidikan responden juga

menyebabkan persepsi tersebut

terbentuk dengan kuat sehingga ketika

bersalin, mereka akan lebih memilih

bersalin ke dukun meskipun rutin

memeriksaan kehamilan ke pelayanan

kesehatan. Hal ini ditunjang dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno

dan Adriani (1997) di Kabupaten Timor

Tengah Utara, NTT bahwa dari 28

kasus kematian maternal, 53,6%

melakukan antenatal care ke petugas

kesehatan, tetapi saat persalinan mereka

lebih suka bersalin di rumah (75%)

bahkan ada yang bersalin di kebun

(3,6%) dengan penolong dukun terlatih

(25%) dan dukun tidak terlatih/keluarga

(46,4%), dan sisanya (28,6%) yang

minta pertolongan ke petugas

kesehatan.

4. Pola pewarisan budaya Madura

dalam perawatan kehamilan

Budaya Madura dalam

perawatan kehamilan sudah sejak lama,

dipercaya oleh masyarakat pada saat itu,

berkembang dari mulut ke mulut hingga

akhirnya budaya perawatan kehamilan

dilakukan oleh ibu hamil di desa

Tambak dan desa Rapa laok. Perawatan

kehamilan yang berasal dari budaya

tersebut menunjukkan adanya

keterlibatan orang tua atau mertua

dalam mengambil peran selama masa

kehamilan ibu hamil. Proses pewarisan

budaya perawatan kehamilan berasal

dari anjuran orang tua atau mertua yang

akhirnya lingkungan sosial (ibu-ibu

yang pernah hamil) juga ikut

terpengaruh untuk saling berbagi

pengalaman selama masa kehamilan

dan saat melakukan perawatan

kehamilan. Selain dari anjuran keluarga,

ibu hamil juga meniru kebiasaan

keluarganya dalam perawatan

kehamilan sebelumnya, sehingga tidak

sulit bagi ibu hamil untuk

mempraktekkan atau melakukan hal

yang serupa. Budaya perawatan

kehamilan diturunkan secara terus-

menerus ke anak cucunya sehingga

budaya perawatan kehamilan tersebut

tetap terjag dan terus ada hingga kini

walaupun ilmu pengetahuan medis telah

menyentuh ke dalam berbagai aspek

kehidupannya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Karakteristik ibu hamil meliputi

umur responden, tingkat

Page 11: Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di …journal.unair.ac.id/filerPDF/Perawatan Kehamilan dalam Perspektif... · komplikasi puerperium (7,9%), anemia (2,6%), dan penyakit

60

“Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di Desa Tambak dan Desa Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang

” Shrimarti R. Devy

pendidikan, pekerjaan, dan pola

tempat tinggal yaitu sebagian

besar responden berusia 20-35

tahun, tingkat pendidikan rendah

yaitu tidak sekolah, Madrasah dan

hanya sampai pada tingkat SD,

pekerjaan sebagai petani dan pola

tempat tinggal tergolong keluarga

luas. Pengaruh budaya seputar

kehamilan masih cukup kuat

sehingga mereka lebih percaya

dukun daripada anjuran petugas

kesehatan (dokter dan bidan)

dalam prawatan kehamilan. Pada

persalinan, mereka masih memilih

dukun karena bersalin ke bidan

diianggap persalinan yang susah

atau sulit.

2. Perawatan kehamilan yang

dilakukan oleh responden selama

masa kehamilan masih dikaitkan

dengan unsur-unsur budaya

berupa ideas, aktivitas, dan

artifak. walaupun tidak bergua

menurut ilmu pengetahuan medis

modern, namun ibu responden

masih melakukannya karena

responden menganggap budaya

dalam perawatan kehamilan

tersebut terbukti pada orang-orang

sebelum responden.

3. Walaupun perawatan kehamilan

yang dilakukan oleh responden

jauh dari logis dan tidak berguna

untuk perawatan kehamilan

menurut ilmu pengetahuan medis,

responden tetap mempercayai dan

melakukan karena merasa

perawatan kehamilan yang

dilakukan dapat membuat rasa

aman saat masa kehamilan.

Perawatan kehamilan yang jauh

dari segi medis tersebut

diakibatkan karena kurangnya

pengetahuan ibu hamil tentang

perawatan kehamilan yang benar

menurut ilmu pengetahuan medis

modern.

4. Perawatan kehamilan dalam

budaya Madura dianjurkan oleh

keluarga ibu hamil (orang tua,

mertua, nenek, dll) sehingga ibu

hamil tidak berani melanggar

pantangan-pantangan yang ada.

Ibu hamil menganggap bahwa

budaya perawatan kehamilan

tersebut benar dan terbukti manjur

karena telah dilakukan secara

turun-temurun sejak dulu.

Saran

1. Dilakukan sistem deteksi dini ibu

hamil terutama kategori

kehamilan resiko tinggi melalui

kerjasama tenaga kesehatan

dengan pihak terkait yaitu kader

posyandu, dukun, aparat desa dan

tokoh agama (kyai) setempat.

Page 12: Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di …journal.unair.ac.id/filerPDF/Perawatan Kehamilan dalam Perspektif... · komplikasi puerperium (7,9%), anemia (2,6%), dan penyakit

61

Jurnal Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, Maret 2011: 50-62

2. Melakukan kegiatan health

education dengan dasar-dasar

ilmiah dan dengan memberikan

testimoni atau contoh kasus

dengan sasaran peserta adalah ibu

hamil dan suami, orang

tua/mertua, dan tokoh masyarakat

yang disampaikan oleh tenaga

kesehatan.

3. Hasil tentang budaya yang

dipercaya masyarakat dan

bertentangan dengan medis

modern hendaknya

dijadikan/dimuat sebagai materi

kegiatan health education.

4. Melakukan pendekatan pada ibu

hamil melalui kegiatan-kegiatan

yang melibatkan ibu hamil yang

disisipkan penyuluhan dan

pemberian informasi tentang

perawatan kehamilan yang

disampaikan kader atau tokoh

agama desa setempat.

5. Menjalin kerjasama dengan tokoh

agama dan para dukun di wilayah

desa Tambak dan desa Rapa laok

dalam teknis pelaksanaan

pemeriksaan kehamilan.

Diharapkan tokoh agama

mendorong ibu hamil terutama

yang kehamilan resiko tinggi

untuk melakukan perawatan

kehamilan kepada petugas

kesehatan. Pada saat persalinan,

ibu hamil harus didampingi oleh

dukun dan tenaga kesehatan

(bidan) agar ibu hamil lebih

tenang dan aman dalam bersalin.

6. Adanya pemberian informasi

secara intensif dan jelas melalui

konseling dan penyuluhan

menggunakan bahasa penduduk

setempat dan menggunakan pola

(gambar, tanda, simbol) agar

mudah dipahami.

7. Dilakukan pendekatan kepada

pihak keluarga (terutama suami

dan orang tua) oleh tokoh

masyarakat dan aparat desa

dengan memberikan pemahaman

pentingnya perawatan kehamilan

karena keluarga memegang

peranan penting dalam

memotivasi dan mendorong ibu

hamil untuk melakukan perawatan

kehamilan ke pelayanan

kesehatan dan mematuhi saran

yang dianjurkan petugas

kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Devy, dkk. 2009. Modifikasi Model Community Development Guna Peningkatan Pemeriksaan Kehamilan dan Persalinan pada Tenaga Kesehatan.

Musbikin, Imam, 2007. Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Page 13: Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di …journal.unair.ac.id/filerPDF/Perawatan Kehamilan dalam Perspektif... · komplikasi puerperium (7,9%), anemia (2,6%), dan penyakit

62

“Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di Desa Tambak dan Desa Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang

” Shrimarti R. Devy

Patton, Michael Quinn, 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Ratnawati, dkk., 2005. Masalah Kesehatan Dalam Kajian Ilmu Sosial-Budaya. Yogyakarta :

Satori, Djam’an, dkk. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA KEPEL Press

Suririnah, 2007. Kategori Ibu Hamil dengan Resiko Tinggi. http://www.infoibu.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=91. (Sitasi Kamis, 12 November 2009).

Yusantin, Liana, 2002. Pengetahuan dan Persepsi tentang HIV/AIDS serta Upaya-upaya Pencegahannya di kalangan PSK Liar (Studi kasus pada PSK Sepanjang Bantaran Rel Kereta Api Stasiun Wonokromo Surabaya). Skripsi. Surabaya : Universitas Airlangga