Peraturan Terbaru Mengenai Jabatan Fungsional Auditor
-
Upload
dyah-septi-andryani -
Category
Documents
-
view
166 -
download
7
description
Transcript of Peraturan Terbaru Mengenai Jabatan Fungsional Auditor
PERATURAN TERBARU MENGENAI JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No 51 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Pertauran Menteri Negara Pendayagunaan Apartur Negara Nomor: PER/200/M.Pan/7/2008 Tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor PER-1310/K/JF/2008 dan Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pengangkatan ke Dalam Jabatan Fungsional Auditor Melalui Perpindahan Jabatan Dengan Perlakuan Khusus belum dapat menampung perkembangan kebutuhan Jabatan Fungsional Auditor di lingkungan APIP sehingga perlu mengatur kembali perlakuan khusus pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Auditor melalui penyesuaian/Inpassing Maka diterbitkankan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pengangkatan Ke dalam Jabatan Fungsional Auditor Melalui Perpindahan Jabatan dengan Perlakuan Khusus Di LIngkungan Aparat Pengawasan Interen Pemerintah.
Auditor dan Fungsional Auditor PemerintahWritten By inspektorat.padangpariaman on 12/17/2011 | 12/17/2011 07:51:00 PM
Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan
keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau organisasi.
Jenis Auditor
Auditor dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Auditor Pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada
instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
o Auditor Eksternal Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan(BPK) sebagai perwujudan dari Pasal 23E ayat (1) Undang-undang Dasar
1945 yang berbunyi Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan satu badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan
mandiri.. ayat (2) Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah,sesuai dengan kewenangannya. Badan Pemeriksa Keuangan merupakan
badan yang tidak tunduk kepada pemerintah, sehingga diharapkan dapat
bersikap independen.
o Auditor Internal Pemerintah atau yang lebih dikenal sebagai Aparat Pengawasan
Fungsional Pemerintah (APFP) atau dikenal dengan istilah lain Aparat Pengawasan
Inter Pemerintah (APIP) yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen/ LPND, dan Inspektorat
Daerah.
Auditor Intern merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya
berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas utamanya ditujukan untuk
membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.
Auditor Independen atau Akuntan Publik adalah melakukan fungsi pengauditan ataslaporan
keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan
terbuka, yaitu perusahaan yang go public, perusahaan-perusahaan besar dan juga
perusahaan kecil serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari laba. Praktik
akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Namun, Arens & Loebbecke dalam bukunya Auditing Pendekatan Terpadu yang diadaptasi oleh
Amir Abadi Jusuf, menambahkan satu lagi jenis auditor, yaitu:
Auditor Pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah Departemen Keuangan
Republik Indonesia, bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan
penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat pelaksanaan DJP
dilapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan
Pajak (Karikpa). Karikpa mempunyai auditor-auditor khusus. Tanggungjawab Karikpa adalah
melakukan audit terhadap para wajib pajak tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi
ketentuan perundangan perpajakan.
Tanggung Jawab Auditor
The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing Practices Board,
ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) tanggung jawab auditor:
Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan. Auditor perlu merencanakan, mengendalikan
dan mencatat pekerjannya.
Sistem Akuntansi. Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan
pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan.
Bukti Audit. Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk
memberikan kesimpulan rasional.
Pengendalian Intern. Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada
pengendalian internal, hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan
melakukan compliance test.
Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan. Auditor melaksanakan tinjau ulang
laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam hubungannya dengan kesimpulan yang
diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk memberi dasar rasional atas
pendapat mengenai laporan keuangan.
Opini Auditor
Munawir (1995) terhadap hasil audit memberikan beberapa pendapat sepotong-sepotong auditor,
antara lain:
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian. Pendapat ini hanya dapat diberikan bila auditor
berpendapat bahwa berdasarkan audit yang sesuai dengan standar auditing, penyajian
laporan keuangan adalah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), tidak
terjadi perubahan dalam penerapan prinsip akuntansi (konsisten) dan mengandung
penjelasan atau pengungkapan yang memadai sehingga tidak menyesatkan pemakainya,
serta tidak terdapat ketidakpastian yang luar biasa (material).
Pendapat Wajar Dengan Pengecualian. Pendapat ini diberikan apabila auditor menaruh
keberatan atau pengecualian bersangkutan dengan kewajaran penyajian laporan keuangan,
atau dalam keadaan bahwa laporan keuangan tersebut secara keseluruhan adalah wajar
tanpa kecuali untuk hal-hal tertentu akibat faktor tertentu yuang menyebabkan kualifikasi
pendapat (satu atau lebih rekening yang tidak wajar).
Pendapat Tidak Setuju. Adalah suatu pendapat bahwa laporan keuangan tidak menyajikan
secara wajar keadaan keuangan dan hasil operasi seperti yang disyaratkan dalam Prinsip
Akuntansi Berterima Umum (PABU). Hal ini diberikan auditor karena pengecualian atau
kualifikasi terhadap kewajaran penyajian bersifat materialnya (terdapat banyak rekening
yang tidak wajar).
Penolakan Memberikan Pendapat. Penolakan memberikan pendapat berarti bahwa laporan
audit tidak memuat pendapat auditr. Hal ini bisa diterbitkan apabila: auditor tidak meyakini
diri atau ragu akan kewajaran laporan keuangan, auditor hanya mengkompilasi pelaporan
keuangan dan bukannya melakukan audit laporan keuangan, auditor berkedudukan tidak
independent terhadap pihak yang diauditnya dan adanya kepastian luar biasa yang sangat
memengaruhi kewajaran laporan keuangan.
Pendapat Sepotong-sepotong. Auditor tidak dapat memberikan pendapat sepotong-
sepotong. Hasil auditnya hanya akan memberikan kesimpulan bahwa laporan keuangan yang
diaudit secara keseluruhan.
Auditor Sistem Informasi
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi maka berkembang pulalah suatu keahlian dalam
profesi auditor, yaitu auditor sistem informasi. Hal ini didasari bahwa semakin banyak transaksi
keuangan yang berjalan dalam sebuah sistem komputer. Maka dari itu perlu dibangun sebuah
kontrol yang mengatur agar proses komputasi berjalan menjadi baik. Saat ini auditor sistem
informasi umumnya digunakan pada perusahaan-perusahaan besar yang sebagian besar transaksi
berjalan secara otomatis. Auditor sistem informasi dapat berlatar belakang IT atau akuntansi
tentunya dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.Fungsional Auditor
Jabatan Fungsional Auditor muncul pertama kali pada tahun 1996 melalui Keputusan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 Tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor
dan Angka Kreditnya. Instansi Pemerintah yang pertama kali menerapkan JFA adalah Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Sebelum lahirnya JFA, di BPKP telah dikenal
adanya Pejabat Pengawas Keuangan dan Pembangunan (PKP) yang telah dirintis sejak tahun 1983.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19/1996, Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ditetapkan sebagai Instansi Pembina JFA di
lingkungan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Ruang lingkup pembinaan JFA di
lingkungan APIP tersebut meliputi BPKP, Inspektorat Jenderal Departemen,Inspektorat
Utama/Inspektorat Kementerian/LPND, dan unit kerja pemerintah lainnya yang melaksanakan tugas
pengawasan intern serta Badan Pengawas (Inspektorat) Provinsi/Kabupaten/Kota.
Penerapan JFA mulai merambah ke instansi pengawasan lain seperti di lingkungan Inspektorat
Jenderal Departemen/LPND pada tahun 2000 dan selanjutnya pada tahun 2003 mulai muncul di
lingkungan Badan Pengawasan Daerah (Bawasda / Inspektorat Daerah). Dengan penerapan JFA
tersebut diharapkan akan tercipta profesionalisme di bidang pengawasan.Jenjang Jabatan
Jenjang jabatan yang ada dalam JFA terdiri dari :
1. Auditor Trampil
1. Auditor Pelaksana
2. Auditor Pelaksana Lanjutan
3. Auditor Penyelia
2. Auditor Ahli
1. Auditor Pertama
2. Auditor Muda
3. Auditor Madya
4. Auditor Utama
Mekanisme Pengangkatan
Pengangkatan seorang pegawai negeri ke dalam Jabatan Fungsional Auditor dapat dilakukan melalui
tiga mekanisme yaitu:
1. Pengangkatan pertama
2. Pengangkatan perpindahan
3. Pengangkatan inpassing
Selain harus memenuhi beberapa persyaratan administratif, seorang pegawai negeri yang akan
diangkat ke dalam Jabatan Fungsional Auditor diharuskan untuk lulus Ujian Sertifikasi Jabatan
Fungsional Auditor sesuai dengan jenjang jabatan yang akan didudukinya.Kompetensi PFA
Sebagai sebuah profesi, maka kompetensi seorang Pejabat Fungsional Auditor diukur dari beberapa
aspek yaitu:
1. Pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan dan pelatihan yang diikuti.
2. Pengalaman pengawasan yang ditunjukkan melalui besaran angka kredit yang berhasil
dikumpulkan dalam satu periode waktu. Perolehan angka kredit tersebut akan dinilai secara
reguler tiap semester.
PFA dalam melaksanakan tugas pengawasan selain ditentukan oleh jenjang jabatan yang
didudukinya juga ditentukan oleh peran yang diembannya yaitu peran Pengendali Mutu, Pengendali
Teknis, Ketua Tim atau Anggota Tim. Penentuan peran tersebut disesuaikan dengan sertifikasi yang
telah dimiliki Pejabat Fungsional Auditor.
Pembinaan atas kompetensi Pejabat Fungsional Auditor dilakukan melalui penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan (diklat) yang meliputi dua jenis diklat, yaitu:
1. Diklat sertifikasi auditor yaitu diklat dalam rangka persiapan sertifikasi
2. Diklat teknis substantif yaitu diklat yang berkaitan dengan tupoksi Pejabat Fungsional
Auditor yang bersangkutan dan kebutuhan organisasi
PROFIL JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR
JFA APIP
GAMBARAN UMUM Apa Itu Jabatan FungsionalJabatan fungsional PNS atau biasa disebut Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu sertabersifat mandiri.
Jabatan fungsional dibentuk dengan tujuan untuk peningkatan profesionalisme dan pengembangan karier PNS dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
Apa Itu JFAJabatan Fungsional Auditor (JFA) merupakan jabatan fungsional yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang PNS dalam suatu satuan organisasi pengawasan instansi pemerintah/aparat pengawasan instansi pemerintah (APIP) yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
JFA dibentuk dengan tujuan untuk menjamin pembinaan profesi dan karier, kepangkatan dan jabatan bagi PNS yang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah dalam rangka mendukung peningkatan kinerja instansi pemerintah.
Siapa AuditorPejabat Fungsional Auditor (PFA) atau biasa disebut auditor adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah.
Ada Dimana Auditor APIP
BPKP
Inspektorat Jenderal Departemen/Kementerian
Inspektorat Utama/Inspektorat LPND
Badan Pengawasan Daerah Provinsi/Kabupaten/ Kota
Jenjang Jabatan Dalam JFA1. Auditor Terampil:
Auditor Pelaksana
Auditor Pelaksana Lanjutan
Auditor Penyelia
2. Auditor Ahli:
Auditor Ahli Pertama
Auditor Ahli Muda
Auditor Ahli Madya
Auditor Ahli Utama
Sejarah JFAJFA dibentuk tahun 1996 dengan Kep MENPAN 19/1996, dan diterapkan pertama kali di BPKP sebagai bentuk pengembangan lebih lanjut dari Pejabat Pengawas Keuangan dan Pembangunan (PKP) yang telah dirintis sejak tahun 1983 di lingkungan BPKP. Sejalan dengan adanya tuntutan peningkatan profesionalisme di bidang pengawasan, maka pada tahun 2000/2001 JFA juga diterapkan di lingkungan Itjen Dep/LPND. Sedangkan di lingkungan Bawasda Prov/Kab/Kota, penerapan JFA baru mulai tahun 2003/2004.
MENJADI PFA
Mengapa Harus JFA
1.Adanya jaminan peningkatan profesionalis memelalui pembinaan, pengembangan profesi,pendidikan dan pelatihan yang terencana,berjenjang dan berkelanjutan. Peningkatanprofesionalisme juga dikembangkan melaluipenugasan yang didasarkan pada kompetensi (keterampilan dan keahlian).
2.Kenaikan pangkat dan jabatan yang berorientasi pada penilaian prestasi kerja yang obyektif melalui sistem penilaian angka kredit. PFA dapat menduduki pangkat dan jabatan maksimal sesuai dengan kompetensi dan prestasi kerja yang dimiliki.
3.Adanya kepercayaan untuk menghitung sendiri(self assesment) perolehan angka kredit berdasarkan pada pelaksanaan penugasan.
4.Adanya pemberian tunjangan sesuai jenjang jabatannya.
Siapa Yang Dapat Diangkat Dalam JFASeorang PNS dapat diangkat ke dalam JFA Trampil ataupun Ahli apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.Berijazah pendidikan formal minimal SLTA, D II, atau D III dengan kualifikasi yang ditentukan oleh instansi pembina.
2.Pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda Tingkat I (golongan ruang II/b).3.Bekerja di lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP), meliputi:
o BPKP
o Inspektorat Jenderal Departemen/ Kementerian
o Unit Pengawasan LPND
o Badan Pengawasan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
4.Memiliki kompetensi di bidang pengawasan dan lulus diklat sertifikasi JFA sesuai dengan pangkat dan jabatan yang akan didudukinya.
5.Memiliki Angka kredit minimal yang ditentukan.
Mekanisme Pengangkatan Ke Dalam JFAPengangkatan ke dalam JFA dapat dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:
1.Pengangkatan Inpassing Merupakan pengangkatan ke dalam JFA pada kurun waktu tertentu.
2.Pengangkatan Perpindahan Merupakan pemindahan ke dalam JFA dari jabatan struktural atau jabatan fungsional lain.
3.Pengangkatan Pertama Merupakan pengangkatan pertama kali seorang PNS ke dalam JFA.
Berbagai variabel yang harus diperhatikan dalam Pengangkatan JFA meliputi kompetensi, kebutuhan formasi (jumlah dan komposisi peran/jabatan auditor) dan kecukupan beban kerja (200 Hari Pengawasan/HP per auditor per tahun), dan ketersediaan anggaran.
Besar Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor Berdasarkan Peraturan Presiden no 66 tahun 2007 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor : 1. Auditor Ahli Utama Rp. 1.200.000,-Auditor Ahli Madya Rp. 900.000,-Auditor Ahli Muda Rp. 600.000,-Auditor Ahli Pertama Rp. 300.000,- 2. Auditor Terampil Penyelia Rp. 425.000,-Auditor Pelaksana Lanjutan Rp. 265.000,-Auditor Pelaksana Rp. 240.000,-
Penilaian Kinerja Auditor Berbasis Angka Kredit
1.Penilaian prestasi dan kinerja auditor dilakukan melalui sistem angka kredit dengan memperhitungkan setiap butir kegiatan dan atau akumulasi butir-butir kegiatan penugasan yang dilaksanakan. Masing-masing kegiatan penugasan dinilai dengan satuan angka kredit sesuai dengan kompleksitas kegiatan dan jenjang jabatan auditor.
2.Unsur kegiatan yang dinilai:
Unsur Utama: Pendidikan, setiap kegiatan pendidikan formal dan memperoleh gelar/ijazah serta mengikuti
atau lulus pendidikan dan pelatihan kedinasan.
Pengawasan, setiap kegiatan dalam proses penilaian terhadap obyek pengawasan dan atau kegiatan tertentu dengan tujuan untuk memastikan apakah pelaksanaan tugas dan fungsi obyek pengawasan dan atau kegiatan tersebut telah sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Pengembangan Profesi, setiap kegiatan yang dilakukan untukmeningkatkan kinerja pekerjaan (job performance) melalui keterampilan tertentu,yaitu pelatihan/diklat teknis dan pengembangan pegawai untuk memenuhi kebutuhan organisasi.
Unsur Penunjang:Setiap kegiatan yang diarahkan pada pemberdayaan diri pribadi yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas pengawasan, antara lain melalui kegiatan mengajar, mengikuti seminar/ lokakarya, berperan dalam kepanitiaan dan organisasi profesi, serta memperoleh penghargaan/tanda jasa.
3. Mekanisme PenilaianMekanisme penilaian angka kredit merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh auditor  secara self assesment berdasarkan pada perencanaan kerja dan norma hasil dengan melibatkan Tim Penilai Angka Kredit dan pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit
4. Perangkat Penilaian Angka Kredit Pelaksana, Auditor, Atasan Langsung, Sekretariat Tim Penilai, Tim Penilai, Tim Penilai
Teknis,  Pejabat Pengusul Angka Kredit, dan Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit
Dokumen, Surat Pernyataan Melaksanakan Kegiatan (SPMK) yang dilengkapi dengan dokumen pendukung, Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK), dan Surat Keputusan Penetapan Angka Kredit (SK PAK)
Perangkat Lunak (Software), proses penilaian dan penetapan angka kredit dapat dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan Aplikasi Angka Kredit.
Kenaikan Pangkat Dan JabatanKenaikan pangkat dan jabatan didasarkan pada perolehan angka kredit sesuai dengan komposisi dan jumlah kumulatif minimal yang ditentukan serta peningkatan kompetensi yang dipersyaratkan. Tabel komposisi angka kredit (Trampil/Ahli) dan tabel hubungan pangkat,golongan, angka kredit, peran, sertifikasi (Trampil/Ahli)
Pengembangan Profesi, Diklat Dan SertifikasiUntuk mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme sejalan dengan tuntutan tugas pengawasan, setiap PFA wajib mengikuti berbagai kegiatan pengembangan profesi, diklat dan sertifikasi. Berbagai jenis kegiatan pengembangan profesi meliputi:
Membuat karya tulis/karya ilmiah
Menerjemahkan/menyadur karya tulis ilmiah
Berpartisipasi dalam penerbitan
Melakukan Pelatihan di Kantor Sendiri (PKS)
Berpartisipasi aktif dalam pemaparan
Studi banding
Diklat sertifikasi dan diklat teknis substansi dirancang secara berjenjang dan berkelanjutan yang terdiri dari:
1.Diklat pembentukan auditor Trampil dan Ahli, adalah diklat yang dirancang untuk menyaring calon auditor dan memberikan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk melaksanakan kegiatan audit secara
2.Diklat penjenjangan auditor adalah diklat dalam rangka sertifikasi bagi auditor untuk menyiapkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku auditor sehingga mampu melaksanakan peran sebagai Ketua Tim, Pengendali Teknis, dan Pengendali Mutu.
3.Diklat teknis substansi merupakan diklat yang dirancang untuk meningkatkan wawasan dan kompetensi (keterampilan dan keahlian) di bidang teknis tertentu sesuai dengan bidang tugas dan fungsi masing-masing APIP.
INSTANSI PEMBINA DAN DATA PFA Instansi Pembina JFAInstansi pembina Jabatan Fungsional adalah instansi pemerintah yang menggunakan jabatan fungsional yang mempunyai bidang kegiatan sesuai dengan tugas instansi tersebut atau instansi yang apabila dikaitkan dengan bidang tugasnya dianggap mampu untuk ditetapkan sebagai pembina jabatan fungsional (PP 16/1994 tentang Jabatan Fungsional PNS) Dalam hal pembinaan JFA berdasarkan Kep MENPAN Nomor 19/1996 Pasal 1, BPKP ditunjuk sebagai instansi pembina JFA di lingkungan APIP (BPKP, Itjendep/LPND, dan Bawasda) Tugas-tugas instansi pembina secara umum antara lain:
Merumuskan standar kompetensi
Merumuskan kurikulum diklat
Menyelenggarakan diklat kompetensi
Fasilitasi pelaksanaannya
Membangun pusat informasi
Menyusun pedoman formasi jabatan
Melakukan monitoring dan evaluasi
KETENTUAN JFA Organisasi JFAPelaksanaan tugas-tugas pengawasan dilaksanakan secara mandiri yaitu melakukan tugas dalam suatu tim pengawas mandiri yang merupakan kerja bersama, tetapi tanggung jawab hasil pelaksanaan tugas dan kewenangan pelaksanaan tugas tetap melekat kepada masing-masing PFA tersebut. Peran dalam tim mandiri adalah sebagai Anggota Tim, Ketua Tim, Pengendali Teknis, dan Pengendali Mutu. Ketentuan-Ketentuan JFAUntuk memudahkan PFA dan pihak-pihak terkait lainnya, ketentuan-ketentuan pelaksanaan JFA yang meliputi ketentuan umum, petunjuk teknis, diterbitkan dan dikodifikasikan secara periodik dalam bentuk buku himpunan peraturan, pedoman dan standar. Peraturan Tentang JFAPeraturan-peraturan yang terkait dengan jabatan fungsional auditor dapat dilihat selengkapnya: klik disini
Dunia audit sebenarnya tidak terlalu asing untuk saya, 8 bulan sebelum benar-benar menjadi auditor saya pernah bekerja sebagai Quality Assurance (QA) auditor internal di bank swasta. Jadi sedikit tahu tentang dunia audit. Suami saya pun seorang auditor, walau spesialisnya di IT Auditor. Sering terlibat, ternyata tetap membuat saya 'kaget' ternyata beginilah dunia audit yang sebenarnya setelah benar-benar turun lapangan.Yang dulu saya hanya tinggal mengevaluasi hasil laporan auditor, sekarang giliran saya yang hanya membuatnya, ternyata rebet juga ya membuat pertanggungjawaban uang dinas. Yang dulu hanya bisa iri lihat teman-teman jalan saat sedang audit, kenyataannya rasanya mau cepet pulang karena kangen anak. Yang dulu dilihat kerjaannya enak, ternyata hari libur tetep kerja plus lembur di hari biasa. Ini yang saya rasakan nih di audit pertama saya, catatan auditor pemula:
Kumpulkan peraturan. Ketika mengaudit, sebaiknya kita sudah baca-baca tentang hal yang akan kita audit. Karena aktivitas audit itu kan membandingkan antara peraturan dengan yang ada di lapangan. Bagaimana kita bisa menilai bahwa prosesnya sesuai aturan, kalau kita sendiri belum tahu pedomannya. Jadi, sebelum audit konsultasi dulu ke mbah google sebanyak mungkin. Dengan mengumpulkan peraturan, nanti kita bisa paham dan ada gambaran tentang yang akan kita audit. Di audit saya yang pertama, ada anggota tim sebagai kamus berjalan, jadi kalau kita mau nanya peraturan pasti tanya ke dia, padahal paling kecil tapi yang paling gesit. Mungkin pengaruh umur kali ya *emak-emak ngeles. Tips: Kumpulkan folder khusus tentang aturan di komputer.
Siapkan bantex dari awal audit. Untuk mengurangi keseliweran dokumen, kalau mau lihat dokumen supaya gampang dicari. Aktivitas membantex juga supaya tidak repot saat di akhir audit dengan aktivitas membolong. Hal-hal kecil kadang memakan waktu padahal hari terakhir malah time limit banget kan.
Biar rapi dan gampang dicari, peraturan yang penting dibuat filing khusus Update forum. Buat yang ada forum internal atau forum komunikasi seputar audit yang kita
jalani, harus update karena akan banyak info terbaru, sharing tentang audit dll. Saat awal audit, sebaiknya langsung minta susunan organisasi, SK dan file-file penting
tentang organisasi yang kita audit. Siapkan berita acara peminjaman dokumen supaya tertib administrasi. Biar sama-sama enak
baik auditor dan auditee. Hal ini akan membantu supaya tidak main salah-salahan kalau ada dokumen yang keselip.
Pahami PKA (Pedoman Kerja Audit). Supaya tahu langkah-langkah yang harus dilakukan Nyicil buat KKA (Kertas Kerja Audit). Karena setiap anggota tim harus membuat KKA, jadi
jangan suka menimbun KKA, biar nggak repot di akhir audit. KKA yang baik itu sebaiknya ada nama instansi asal, nama instansi auditee, judul, tanggal, pembuat, pemeriksa, review tentang KKA yang dibuat, dan kesimpulan
Komunikasikan dengan pihak hotel, apakah bill akan tiap hari dibuat atau digabung di akhir kita menginap, Untuk memudahkan saat kita mempertanggungjawabkan biaya dinas.
Saat audit, kita akan banyak belajar tentang karaktertistik orang. Karena audit masanya agak lama, jadi karakter asli seseorang akan muncul, jadi saling tenggang rasa. Ada teman yang cheerful dan gesit, ada yang dewasa, kalau saya kayaknya cuma penggembira aja *sambil bawa pom-pom
Ngatur keuangan, jangan sampai disana kita keabisan uang wkwkwk
Untuk operasional, karena ketidak jelasan tempat tinggal kita nantinya, bawalah bawaan yang ringkas *padahal seringkas-ringkasnya ibu menyusui tetep aja rempong. Karena nanti disana kita bisa pindah-pindah hotel, repot juga kalau bawa koper gede naik-naik angkot.
Terakhir, belajarlah renang, sayang kan kalau kolam renang hotel dianggurin heh