PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis...

28
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Program Nasional Percepatan Pemberantasan Korupsi dan memperbaiki citra birokrasi di lingkungan Kementerian Kesehatan, diperlukan pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Kementerian Kesehatan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang...

Transcript of PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis...

Page 1: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 51 TAHUN 2012

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Program

Nasional Percepatan Pemberantasan Korupsi dan memperbaiki citra birokrasi di lingkungan

Kementerian Kesehatan, diperlukan pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan

Melayani;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembangunan Zona Integritas

Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Kementerian Kesehatan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3851);

3. Undang-Undang...

Page 2: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 2 -

3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008

tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4890);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5135);

11. Instruksi...

Page 3: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 3 -

11. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang

Percepatan Pemberantasan Korupsi;

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);

13. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi Nomor 60 Tahun 2012

tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas

Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah

Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah;

14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 008 Tahun

2012 tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di

Lingkungan Kementerian Kesehatan (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 345);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI

DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN.

Pasal 1

Petunjuk Pelaksanaan Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas

dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di lingkungan

Kementerian Kesehatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Petunjuk pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakan acuan bagi Unit Penggerak Integritas dan Unit Pembangun Integritas,

Pimpinan Unit Eselon 1 dan Pimpinan Satuan/Unit Kerja dalam pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di lingkungan Kementerian

Kesehatan.

Pasal 3...

Page 4: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 4 -

Pasal 3

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik

Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 12 Desember 2012

MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NAFSIAH MBOI

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 20 Desember 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1294

Page 5: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 5 -

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN

NOMOR 51 TAHUN 2012

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH

BEBAS DARI KORUPSI DAN WILAYAH

BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI DI

LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU

WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN

MELAYANI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang

Pedoman Umum Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas

dari Korupsi, Kementerian Kesehatan telah menyusun Road Map 2010-

2014 Reformasi Birokrasi di Kementerian Kesehatan dan menetapkan

sembilan Program Reformasi Birokrasi Kementerian. Salah satu dari

program tersebut adalah penguatan pengawasan. Melalui penguatan

pengawasan diharapkan meningkatnya penyelenggaraan Kementerian

Kesehatan yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

(KKN). Strategi pencegahan merupakan salah satu upaya untuk

mengurangi terjadinya korupsi.

Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan korupsi sebagaimana

diamanatkan dalam Inpres Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Percepatan

Pemberantasan Korupsi dan Inpres Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi

Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi perlu dibangun program

pencegahan korupsi yang lebih efisien, efektif dan komprehensif, melalui

penetapan Zona Integritas menuju terwujudnya Wilayah Bebas dari

Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).

Page 6: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 6 -

Membangun Zona Integritas menuju WBK/WBBM di lingkungan

Kementerian Kesehatan merupakan bentuk pencegahan dan

pemberantasan korupsi yang yang konkrit, sebagai bagian dari

pencapaian reformasi birokrasi dan pelayanan publik. Untuk itu

diperlukan komitmen dari pimpinan dan segenap pegawai Kementerian

Kesehatan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu menyusun Petunjuk

Pelaksanaan Pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM di

lingkungan Kementerian Kesehatan.

B. Maksud, Tujuan dan Sasaran

Maksud penyusunan petunjuk pelaksanaan ini adalah memberikan

acuan dan penyamaan persepsi bagi Unit Penggerak Integritas, Unit

Pembangun Integritas, pimpinan satuan kerja dan pimpinan Unit Eselon

I dalam melakukan pembangunan, pembinaan dan evaluasi

WBK/WBBM.

Adapun sasaran penyusunan petunjuk pelaksanaan ini adalah untuk

mempercepat terwujudnya WBK/WBBM di lingkungan Kementerian

Kesehatan.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Petunjuk Pelaksanaan ini meliputi pembangunan Zona

Integritas menuju WBK/WBBM, pembinaan dan evaluasi WBK/WBBM

di Kementerian Kesehatan.

D. Pengertian Umum

Dalam Petunjuk Pelaksanaan ini, yang dimaksud dengan :

1. Zona Integritas adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada

Kementerian yang pimpinan dan jajarannya mempunyai niat

(komitmen) untuk mewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi dan

Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani melalui upaya pencegahan

korupsi, reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan

publik.

2. Wilayah Bebas dari Korupsi yang selanjutnya disingkat WBK adalah

sebutan atau predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang

memenuhi syarat indikator hasil WBK dan memperoleh hasil

penilaian indikator proses di atas 75 pada Zona Integritas yang telah

memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari BPK atas

laporan keuangannya.

Page 7: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 7 -

3. Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani yang selanjutnya disingkat

WBBM adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada suatu

unit kerja yang memenuhi syarat indikator hasil WBBM dan

memperoleh hasil penilaian indikator proses di atas 75 pada Zona

Integritas yang telah memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian

(WDP) dari BPK atas laporan keuangannya.

4. Maladministrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan hukum,

melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain

dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian

atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan

pelayanan publik yang dilakukan oleh penyelenggara negara dan

pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil dan/atau

immateriil bagi masyarakat dan orang perseorangan.

5. Unit Kerja adalah Unit/Satuan Kerja di lingkungan Kementerian

serendah-rendahnya Eselon III yang menyelenggarakan fungsi

pelayanan kepada masyarakat.

6. Unit Penggerak Integritas yang selanjutnya disingkat UPI adalah unit

kerja yang ditugasi untuk memberikan dorongan dan dukungan

administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan

kegiatan pencegahan korupsi.

7. Unit Pembangun Integritas yang selanjutnya disingkat UPbI adalah

unit kerja yang ditugasi untuk mendorong terwujudnya WBK/WBBM

pada masing-masing Satuan Kerja.

8. Menteri adalah Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

9. Tim Penilai Internal adalah tim yang dibentuk oleh Menteri

Kesehatan yang mempunyai tugas melakukan penilaian unit kerja

dalam rangka memperoleh predikat WBK/WBBM.

10. Tim Penilai Nasional adalah tim yang dibentuk oleh Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang

diberi tugas melakukan penilaian unit kerja dalam rangka

memperoleh predikat WBK/WBBM.

Page 8: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 8 -

BAB II

PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS

DARI KORUPSI

Pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM, merupakan salah satu

upaya pencegahan korupsi sebagaimana telah diamanatkan dalam Inpres

Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi dan

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi

Pemberantasan Korupsi.

Pembangunan Zona Integritas dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai

berikut:

A. Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas

1. Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas dilaksanakan oleh

pimpinan dan seluruh pegawai Kementerian Kesehatan.

2. Apabila seluruh unsur instansi pemerintah telah menandatangani

Dokumen Pakta Integritas, maka untuk selanjutnya penandatanganan

Dokumen Pakta Integritas dilaksanakan pada saat pelantikan Calon

Pegawai Negeri Sipil (CPNS), Pegawai Negeri Sipil (PNS), dalam rangka

promosi dan mutasi kepegawaian.

3. Penandatangan Dokumen Pakta Integritas merupakan salah satu

unsur dari indikator proses dalam penilaian unit kerja berpredikat

WBK.

B. Pencanangan Zona Integritas

Pencanangan Zona Integritas diawali dengan deklarasi/pernyataan

komitmen oleh Menteri disaksikan oleh wakil dari Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Ombudsman Republik Indonesia (ORI)

dan dipublikasikan secara luas.

Publikasi tersebut dilakukan agar semua pihak dapat memantau,

mengawal dan mengawasi, serta berperan serta dalam pelaksanaan

program kegiatan pencegahan korupsi, reformasi birokrasi, dan

peningkatan kualitas pelayanan publik yang telah ditetapkan, dengan

harapan terwujudnya aparat Kementerian yang sungguh-sungguh

berintegritas dan bebas dari korupsi.

Page 9: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 9 -

C. Proses Pembangunan Zona Integritas

Proses Pembangunan Zona Integritas dilakukan dengan berbagai

kegiatan nyata penerapan program pencegahan korupsi secara terpadu

melalui tahapan sebagai berikut:

1. Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas

Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas dilakukan oleh seluruh

Pejabat dan Pegawai Kementerian Kesehatan dengan mengacu

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 49 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Pakta

Integritas di Lingkungan Kementerian.

2. Pemenuhan Kewajiban Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara

Negara

Pelaksanaan kewajiban Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara

Negara (LHKPN) dilakukan oleh satker melalui kegiatan sebagai

berikut:

a. Adanya pelaporan oleh pegawai yang wajib lapor LHKPN

b. Sosialisasi LHKPN kepada pegawai

c. Evaluasi ketepatan waktu penyampaian LHKPN

d. Evaluasi atas kesesuaian format LHKPN dengan substansinya

e. Evaluasi atas pengendalian pemenuhan LHKPN

f. Tindak lanjut atas evaluasi

Pemenuhan kewajiban LHKPN oleh satker mengacu pada Peraturan

Perundang-undangan sebagai berikut:

a. Pasal 2 dan Pasal 5 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 28

Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas

dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

b. Pasal 13 huruf a Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi

c. Surat Edaran Menteri PAN Nomor SE/03/M.PAN/01/2005 tentang

Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara

d. Surat Edaran Menteri PAN Nomor SE/05/M.PAN/04/2006 tentang

Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara

e. Surat Edaran Menteri PAN Nomor SE/16/M.PAN/10/2006 tentang

Tindak Lanjut Penyampaian Laporan Harta Kekayaan

Penyelenggara Negara

f. Surat Edaran Menteri PAN Nomor SE/01/M.PAN/01/2008 tentang

Peningkatan Ketaatan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara

Negara Untuk Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan

Page 10: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 10 -

g. Surat Edaran Menteri PAN dan RB Nomor SE/05/M.PAN-

RB/03/2012 tentang Kewajiban Penyampaian dan Sanksi Atas

Keterlambatan Penyampaian Laporan Harta Kekayaan

Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian/Lembaga dan

Pemerintah Daerah

3. Pemenuhan Akuntabilitas Kinerja

Penerapan asas akuntabilitas kinerja dikerjakan oleh satker melalui

pemenuhan asas sebagai berikut :

a. Tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) berorientasi hasil

b. Program/kegiatan RPJMD selaras dengan tujuan dan sasaran

c. Indikator kinerja telah memenuhi kriteria SMART

d. Indikator kinerja ditetapkan dengan target

e. Laporan akuntabilitas kinerja digunakan untuk perbaikan

perencanaan,penerapan manajemen kinerja, perbaikan kinerja

dan keberhasilan unit kerja

Pemenuhan penerapan akuntabilitas kinerja oleh satker mengacu

pada Peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

b. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

c. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor KEP/135/M.PAN/9/2004 tentang Pedoman Umum

Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

d. Peraturan Menteri Negara PAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010

tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah

e. Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 25 Tahun 2012 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah

4. Pemenuhan Kewajiban Pelaporan Keuangan

Pelaksanaan Kewajiban Pelaporan Keuangan dilakukan oleh satker

melalui kegiatan sebagai berikut:

a. Ketepatan waktu laporan keuangan

b. Kesesuaian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP)

c. Evaluasi atas pengendalian penyusunan pelaporan keuangan

d. Tindak lanjut atas evaluasi

Page 11: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 11 -

e. Hasil audit digunakan sebagai perbaikan

f. Laporan keuangan digunakan sebagai penentuan keputusan

terkait alokasi sumberdaya

Pemenuhan kewajiban pelaporan keuangan oleh satker mengacu pada

peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara

c. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan

5. Penerapan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Penerapan Disiplin PNS oleh satker mengacu pada peraturan

perundang-undangan terutama Peraturan Pemerintah Nomor 53

Tahun 2010 tentang Disiplin PNS dan Peraturan Kepala BKN Nomor

21 Tahun 2010 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah

Nomor 53 Tahun 2010.

6. Penerapan Kode Etik Khusus

Penerapan kode etik dilaksanakan unit kerja melalui kegiatan sebagai

berikut:

a. Sosialisasi kode etik di lingkungan satker

b. Kesesuaian materi kode etik dengan ketentuan yang berlaku

c. Kesesuaian materi kode etik dengan karakteristik unit kerja

d. Kode etik yang memuat sanksi

e. Pembentukan majelis kode etik

f. Adanya SOP yang aplikatif

g. Digunakannya kode etik sebagai acuan kerja pegawai

h. Evaluasi atas pengendalian Adanya pelaksanan kode etik

i. Tindak lanjut atas evaluasi.

Penerapan kode etik oleh satker mengacu pada:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan

Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.

b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 008 Tahun 2012 tentang

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian

Kesehatan.

Page 12: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 12 -

7. Penerapan Kebijakan Pelayanan Publik

Penerapan Pelayanan Kebijakan Pelayanan Publik oleh satker

mengacu pada:

a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

b. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 36 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis

Penyusunan Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan

c. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 38 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian

Kinerja Unit Pelayanan Publik

8. Penerapan Whistleblower System Tindak Pidana Korupsi

Penerapan Whistleblower System (WBS) oleh satker melalui kegiatan

sebagai berikut :

a. Adanya kegiatan sosialisasi kepada seluruh pegawai

b. Kesuaian sistem perlindungan pelapor dengan peraturan yang

berlaku

c. Adanya unit khusus yang menanganinya

d. Mempunyai mekanisme perlindungan saksi/korban

e. Adanya salaluran yang menggunakan teknologi informasi

f. Evaluasi atas pelaksanaan kegiatan Whistleblower System

g. Tindak lanjut hasil evaluasi

Penerapan WBS dikerjakan satker mengacu pada peraturan

perundang-undangan sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan

Saksi dan Korban

b. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011 tentang

Perlakuan Bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistleblower) dan Saksi

Pelaku yang Bekerja Sama (Justice Collabolator) di dalam Perkara

Tindak Pidana Tertentu

c. Surat Edaran Menteri PAN dan RB Nomor 08 Tahun 2012 tentang

Sistem Penanganan Pengaduan (Whistleblower System) Tindak

Pidana Korupsi di Lingkungan Kementerian

9. Pengendalian Gratifikasi

Kegiatan pengendalian gratifikasi dilaksanakan unit satker melalui

kegiatan sebagai berikut:

a. Penyusunan program pengendalian gratifikasi

b. Kegiatan sosialisasi kepada seluruh pegawai

c. Adanya laporan pemberian hadiah ke KPK

d. Adanya Evaluasi pelaksanaan kegiatan

Page 13: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 13 -

e. Tindak lanjut atas hasil evaluasi

Kegiatan Pengendalian Gratifikasi oleh satker mengacu pada

Peraturan Perundang-undangan yaitu:

a. Pasal 12B dan 12C Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

b. Pasal 13 huruf b Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

10. Penanganan Benturan Kepentingan

Kegiatan penanganan benturan kepentingan (conflict of interest) oleh

satker melalui pemenuhan kegiatan sebagai berikut:

a. Adanya pedoman benturan kepentingan

b. Kegiatan sosialisasi pedoman

c. Kesesuaian materi pedoman dengan ketentuan yang ada

d. Evaluasi atas pengendalian pelaksanaan

e. Tindak lanjut atas hasil evaluasi

Penanganan benturan kepentingan mengacu pada peraturan

perundang-undangan, terutama Peraturan Menteri PAN dan RB

Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Penanganan

Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian/Lembaga dan

Pemerintah Daerah.

11. Kegiatan Pendidikan/Pembinaan dan Promosi Anti Korupsi

Kegiatan pendidikan/pembinaan dan promosi anti korupsi

dilaksanakan oleh satuan kerja melalui kegiatan sebagai berikut:

a. Memiliki program inisiatif anti korupsi

b. Kesesuaian materi program dengan ketentuan yang berlaku

c. Adanya sosialisasi program kepada seluruh pegawai

d. Adanya kegiatan promosi di lingkungan internal dan eksternal

e. Ketepatan waktu momen promosi anti korupsi

f. Evaluasi atas pengendalian pelaksanaan program

g. Tindak lanjut atas evaluasi

Pemenuhan kegiatan tersebut di atas dikerjakan satker mengacu

pada Instruksi Ke-10 dalam Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004

tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi yang mewajibkan

pimpinan Kementerian untuk meningkatkan pembinaan dan

pengawasan dalam rangka meniadakan perilaku koruptif di

lingkungan instansi masing-masing.

Page 14: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 14 -

12. Pelaksanaan Saran Perbaikan yang Diberikan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan/Komisi Pemberantasan Korupsi/Aparat Pengawas Internal

Pemerintah

Kegiatan ini dikerjakan oleh satker sebagai tindak lanjut atas saran-

saran perbaikan dari Badan Pemeriksa Keuangan/Komisi

Pemberantasan Korupsi/Aparat Pengawas Internal Pemerintah

(BPK/KPK/APIP) dengan mengacu kepada peraturan perundang-

undangan sebagai berikut:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah yang mewajibkan APIP

memantau dan mendorong tindak lanjut hasil pengawasan

ekstern dan intern Pemerintah

b. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 09

Tahun 2009 tentang Pedoman umum Pelaksanaan Pemantauan,

Evaluasi dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan

Fungsional

c. Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penyelesaian Tindak

Lanjut Atas Rekomendasi Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) yang Tidak Dapat

Ditindaklanjuti di Lingkungan Instansi Pemerintah

13. Penerapan Kebijakan Pembinaan Purna Tugas

Penerapan Kebijakan Pembinaan Purna Tugas dikerjakan oleh satker

di lingkungan Kementerian Kesehatan dengan memperhatikan

peraturan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh mantan

pegawai, baik yang berstatus pensiun maupun yang berstatus aktif

dengan tujuan menghindari tindak pidana korupsi.

14. Penerapan Kebijakan Pelaporan Transaksi Keuangan yang Tidak

Sesuai dengan Profil oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan

Penerapan kebijakan pelaporan transaksi keuangan oleh satker

melalui pemenuhan kegiatan sebagai berikut:

a. Adanya MOU dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan (PPATK)

b. Sosialisasi kepada seluruh pegawai atas kebijakan pelaporan

transaksi keuangan yang tidak wajar

c. Pelaksanaan pelaporan

d. Evaluasi atas pengendalian pelaporan transaksi keuangan yang

tidak wajar

e. Tindak lanjut atas evaluasi

Page 15: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 15 -

Pemenuhan kebijakan tersebut oleh satker dengan memperhatikan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:

a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

b. Surat Edaran Menteri PAN dan RB Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Peningkatan Pengawasan Dalam Rangka Mewujudkan Aparatur

Negara yang Berintegritas, Akuntabel, dan Transparan

15. Rekrutmen Secara Terbuka

Pelaksanaan rekrutmen dilakukan oleh satker secara terbuka

dengan mengacu peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan

Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002

b. Peraturan Kepala BKN Nomor 11 Tahun 2002 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000

tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002

16. Promosi Jabatan Secara Terbuka

Kegiatan promosi jabatan struktural yang berasal dari lingkungan

internal ataupun eksternal Kementerian Kesehatan dikerjakan oleh

satker dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan

sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 43 Tahun 1999

b. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor

13 Tahun 2002

c. Peraturan Kepala BKN Nomor 13 Tahun 2002 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Peraturan Nomor 13 Tahun 2002 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000

17. Mekanisme Pengaduan Masyarakat

Kegiatan mekanisme pengaduan masyarakat oleh satker dilakukan

melalui pemenuhan kegiatan sebagai berikut:

a. Adanya pelaksanaan penanganan pengaduan masyarakat

b. Adanya SOP koordinasi penaganan pengaduan

c. Adanya SOP kerahasian identitas pelapor

d. Adanya mekanisme perlindungan saksi dan korban

Page 16: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 16 -

e. Evaluasi atas pengendalian penangan pengaduan

f. Tindak lanjut atas evaluasi

Pemenuhan mekanisme penanganan pengaduan masyarakat oleh

satker dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan

sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

b. Peraturan Menteri Negara PAN Nomor PER/05/M.PAN/4/2009

tentang Penanganan Pengaduan Masyarakat Bagi Instansi

Pemerintah

c. Peraturan perundang-undangan lainnya yang sejalan dengan

ketentuan dalam huruf a dan b tersebut di atas

18. Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (E-

Procurement)

Kegiatan pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-

procurement) dilakukan satker melalui kegiatan sebagai berikut:

a. Adanya pedoman e- Procurement

b. Sosialisasi kepada seluruh pegawai

c. Kesesuaian materi pedoman dengan peraturan yang berlaku

d. Kerja sama dengan LPSE

e. Penggunaan Teknologi Informasi yang sesuai dengan peraturan

f. Pelaksanaan pengadaan melalui e- procumement

g. Evaluasi atas pengendalian pelaksanaan e-procurement

h. Tindak lanjut atas evaluasi

Pelaksanaan pengadaan barang/jasa oleh satker dengan mengacu

pada peraturan perundang-undangan terutama Peraturan Presiden

Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 35

Tahun 2011.

19. Pengukuran Kinerja Individu Sesuai dengan Ketentuan yang Berlaku

Pengukuran kinerja individu dikerjakan oleh satker dengan

mengacu pada peraturan perundang-undangan terutama Peraturan

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja

Pegawai Negeri Sipil.

Sesuai dengan Pasal 33 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46

Tahun 2011 disebutkan bahwa Peraturan Pemerintah ini mulai

berlaku pada tanggal diundangkan, yang mulai dilaksanakan pada

tanggal 1 Januari 2014.

Page 17: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 17 -

20. Keterbukaan Informasi Publik

Pemenuhan penerapan keterbukaan informasi publik oleh satker

melalui pemenuhan kegiatan sebagai berikut:

a. Sosialisasi kebijakan kepada seluruh pegawai

b. Kesesuaian materi kebijakan dengan peraturan yang berlaku

c. Pelaksanaan pengumuman informasi kepada publik kepada

pihak yang berkepentingan secara berkala

d. Evaluasi atas pengendalian pelayanan informasi publik

e. Tindak lanjut atas evaluasi

Pemenuhan kebijakan oleh satker dengan mengacu terutama

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik.

Peran Unit Penggerak Integritas (UPI) dan Unit Pembangunan

Integritas (UPbI) dalam Pembangunan Zona Integritas

Tugas UPI secara ex-officio dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal

Kementerian Kesehatan. Peran Unit Penggerak Integritas

(Inspektorat Jenderal) mendorong satker WBK/WBBM melalui

kegiatan pendampingan, sosialisasi, pelatihan, coaching, fasilitasi

atau bentuk-bentuk bimbingan teknis lainnya. Dengan mengacu

pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah. Apabila diperlukan, UPI dapat

meminta bantuan pendampingan kepada instansi terkait, misalnya

KPK, ORI, Kementerian PAN dan RB, BPK, BPKP, BKN, dan LKPP

dalam proses pembinaan dan penegakan integritas.

Dalam mendukung kelancaran pembangunan Zona Integritas

menuju WBK/WBBM maka dibentuk satuan tugas pembangun

integritas (UPbI) pada unit Eselon-1 dan Satker dengan tugas

melakukan sosialisasi/kampanye dalam rangka memberikan

motivasi dan mengoordinasikan gerakan budaya anti korupsi. UPbI

terdiri dari Sekretariat dan Unit Kerja/Satuan Kerja di luar

Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.

Satuan unit Pembangun Integritas bertanggung jawab langsung

kepada Pimpinan Satuan Kerja dan menyampaikan laporan kegiatan

secara berkala kepada pimpinan Eselon I terkait dan bekerja sama

dengan UPI.

Page 18: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 18 -

BAB III

PENILAIAN DAN PENETAPAN SATUAN KERJA BERPREDIKAT

WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI

Penilaian satker yang berpredikat WBK pada Kementerian Kesehatan

dilakukan oleh Tim Penilai Internal yang dibentuk oleh Menteri

Kesehatan. Penilaian tersebut dilakukan menggunakan indikator proses

dan indikator hasil, pada tingkat Kementerian dan Satker. Proses

penilaian Satker WBK dimulai dengan identifikasi calon satker WBK oleh

pimpinan unit Eselon-1 dengan mengunakan kriteria sebagai berikut:

Opini laporan keuangan oleh BPK RI serendah-rendahnya Wajar

Dengan Pengecualian (WDP).

Unit kerja yang diusulkan untuk ditetapkan sebagai Calon WBK

adalah unit kerja setingkat eselon I, eselon II, atau unit kerja setingkat

eselon III yang memiliki peran penting/strategis dalam

penyelenggaraan fungsi pelayanan kepada masyarakat. Peran

penting/strategis tersebut tercermin dari: (1) jumlah aset/anggaran

yang dikelola relatif besar; dan (2) produk yang dihasilkan berperan

besar terhadap kepentingan masyarakat.

A. Identifikasi dan Pengusulan Calon Wilayah Bebas dari Korupsi

Dalam rangka penentuan satker yang akan diusulkan menjadi WBK

terlebih dahulu Eselon-1 melakukan pemilihan satker yang berkinerja

baik untuk diusulkan menjadi WBK.

Adapun tahapan yang perlu dibangun untuk pemenuhan indikator

WBK adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Unit Kerja yang Berpotensi Sebagai WBK

Setelah Eselon-1 memilih satker yang berkinerja baik, UPI

melakukan pembinaan dalam waktu yang memadai terhadap unit

kerja yang yang di usulkan oleh Eselon-1 untuk menjadi WBK.

2. Penilaian Indikator WBK

Selanjutnya dilakukan penilaian (self assessment) oleh Tim Penilai

Internal. Penilaian dilakukan terhadap capaian indikator proses

dan indikator hasil. Penilaian terhadap unit kerja yang akan

diusulkan untuk mendapat predikat WBK menggunakan indikator

proses dan indikator hasil dilakukan berdasarkan data selama dua

tahun anggaran terakhir.

Page 19: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 19 -

a. Penilaian Indikator Proses

Indikator Proses adalah indikator yang digunakan untuk

mengukur tingkat penerapan 20 kegiatan dalam rangka

pencegahan korupsi. Penilaian secara self assessment terhadap

indikator proses dilakukan oleh Tim Penilai Internal dengan

menggunakan template kertas kerja evaluasi Lampiran 3 dan

Lampiran 4 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi Nomor 60 Tahun 2012 tentang Pedoman

Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi

dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Rincian bobot

indikator proses pada 20 kegiatan tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Rincian Bobot Indikator Proses Sebagai Syarat Penilaian

Unit Kerja Berpredikat WBK.

NO UNSUR INDIKATOR PROSES BOBOT (%)

1 Penandatanganan Dokumen Pakta

Integritas

5

2 Pemenuhan Kewajiban LHKPN 6

3 Pemenuhan Akuntabilitas Kinerja 6

4 Pemenuhan Kewajiban Laporan Keuangan 5

5 Penerapan Kebijakan Disiplin PNS*) 5

6 Penerapan Kode Etik Khusus 4

7 Penerapan Kebijakan Pelayanan Publik*) 6

8 Penerapan Whistleblower System Tindak

Pidana Korupsi

6

9 Pengendalian Gratifikasi 6

10 Penanganan Benturan Kepentingan

(Conflicts of Interest)

6

11 Kegiatan Pendidikan/Pembinaan dan

Promosi Anti Korupsi

6

12 Pelaksanaan saran perbaikan yang

diberikan oleh BPK/KPK/APIP

5

13 Penerapan Kebijakan Pembinaan Purna

Tugas*)

4

14 Penerapan Kebijakan Pelaporan Transaksi

Keuangan yang Tidak Sesuai dengan Profil

oleh PPATK

6

15 Promosi Jabatan Secara Terbuka*) 3

16 Rekrutmen Secara Terbuka 3

Page 20: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 20 -

NO UNSUR INDIKATOR PROSES BOBOT (%)

17 Mekanisme Pengaduan Masyarakat 6

18 E-Procurement 6

19 Pengukuran Kinerja Individu *) 3

20 Keterbukaan Informasi Publik 3

b. Penilaian Indikator Hasil

Assesment terhadap indikator hasil dilakukan oleh Tim Penilai

Nasional terhadap hasil self assesment yang dilakukan oleh Tim

Penilai Internal dalam rangka penetapan unit kerja berpredikat

WBK dengan menggunakan template kertas kerja evaluasi, sebagai

bagian yang tidak terpisahkan dari Pedoman. Rincian bobot

indikator hasil tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Indikator Hasil yang Harus Dicapai dalam Penetapan

Unit Kerja Berpredikat WBK.

NO UNSUR INDIKATOR

HASIL

NILAI KETERANGAN

1 Nilai indeks integritas*) ≥7,0 Skala 0-10

Berdasarkan instrumen

KPK

2 Penilaian Kinerja Unit

Pelayanan Publik

≥550 Skala 0-1000

Berdasarkan PermenPAN

dan RB Nomor 38 Tahun

2012

3 Persentase kerugian

negara (KN) yang

belum diselesaikan (%)

0% Dalam 2 tahun terakhir

Berdasarkan penilaian

APIP, BPK atau

Keputusan Aparat

Penegak Hukum (APH)

4 Persentase maksimum

temuan in-efektif (%

anggaran)

3% Dalam 2 tahun terakhir

Berdasarkan penilaian

APIP dan BPK

5 Persentase maksimum

temuan in-efisien (%

anggaran)

5% Dalam 2 tahun terakhir

Berdasarkan penilaian

APIP dan BPK

6 Persentase maksimum

jumlah pegawai yang

dijatuhi hukuman

disiplin karena

1% Dalam 2 tahun terakhir

0% jika jumlah pegawai

<100 orang; ≤1% jika

jumlah pegawai ≥100

Page 21: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 21 -

NO UNSUR INDIKATOR

HASIL

NILAI KETERANGAN

penyalahgunaan

keuangan

orang

7 Persentase pengaduan

masyarakat yang

belum ditindaklanjuti

**)

5% Pengaduan yang telah

>60 hari

8 Persentase pegawai

yang melakukan

tindak pidana korupsi

0% Dalam 2 tahun terakhir

berdasarkan keputusan

pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan

hukum tetap

*) Penerapan menunggu persetujuan dari KPK.

**) Khusus masalah maladministrasi yang menjadi tanggung

jawab pimpinan unit kerja

3. Review

Sebelum Tim Penilai Internal menyampaikan hasil penilaian secara

self assessment kepada Menteri, untuk memperoleh keyakinan bahwa

proses pelaksanaan penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai Internal

telah sesuai ketentuan dan pedoman, dilakukan review oleh Tim

Penilai Nasional dengan menelaah bukti-bukti self assessment, tanpa

menilai kebenaran material hasil self assessment. Untuk itu, Menteri

terlebih dahulu menyampaikan permohonan review kepada Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atas hasil

self assessment yang dilakukan oleh Tim Penilai Internal.

B. Penetapan dan Penghargaan Satuan Kerja Berpredikat Wilayah Bebas

dari Korupsi

Berdasarkan rekomendasi dari Tim Penilai Internal, Menteri dapat

menetapkan unit kerja tersebut sebagai unit kerja berpredikat WBK.

Penetapan unit kerja berpredikat WBK dituangkan dalam Keputusan

Menteri, disertai pemberian piagam/piala/trophy, dan bentuk

penghargaan lainnya.

Penetapan predikat WBK dan penyerahan piagam/piala/trophy, atau

penghargaan lainnya, diharapkan dapat dilaksanakan pada Hari Anti

Korupsi Sedunia yang jatuh pada tanggal 9 Desember setiap tahun, atau

pada acara yang dikaitkan dengan Hari Anti Korupsi Sedunia. Penetapan

Page 22: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 22 -

predikat WBK berlaku sesuai yang tertera dalam Surat Keputusan

Kesehatan, dan dapat dicabut apabila ternyata setelah penetapannya

terdapat kejadian/peristiwa yang mengakibatkan tidak dapat

dipenuhinya lagi indikator bebas dari korupsi.

Page 23: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 23 -

BAB IV

PENILAIAN DAN PENETAPAN SATUAN KERJA BERPREDIKAT WILAYAH

BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI

Penilaian satker yang berpredikat WBBM hanya diberikan kepada suatu

unit kerja yang memenuhi syarat indikator WBBM dan memperoleh hasil

penilaian indikator proses di atas 75 pada Zona Integritas yang telah

memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari BPK atas laporan

keuangannya.

A. Pengusulan Calon Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani

Menteri Kesehatan mengusulkan unit kerja yang berpredikat WBK

untuk diikutsertakan dalam penilaian guna memperoleh predikat

WBBM, dengan ketentuan:

1. Unit kerja yang diusulkan tidak lebih dari dua unit kerja.

2. Usulan harus ditandatangani oleh Menteri dalam sampul tertutup

dan bersifat rahasia, disampaikan kepada Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

3. Usulan dilampiri dengan hasil self assessment oleh Tim Penilai

Internal.

4. Jumlah unit kerja yang dinilai oleh Tim Penilai Nasional merupakan

kewenangan Menteri Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

5. Usulan paling lambat diterima oleh Menteri pada tanggal 30 Agustus

setiap tahunnya. Khusus untuk tahun 2012 paling lambat 31

Oktober 2012.

B. Evaluasi

Tim Penilai Nasional melakukan penilaian melalui evaluasi atas

kebenaran material hasil self assessment yang dilaksanakan oleh Tim

Penilai Internal, termasuk hasil self assessment tentang capaian

indikator hasil WBBM berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun 2012 tentang

Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik. Selain itu Tim Penilai Nasional

juga melakukan evaluasi atas data dan informasi lainnya yang

berkembang setelah dilaksanakannnya self assessment sampai dengan

saat penilaian.

Page 24: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 24 -

C. Penilaian Indikator Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani

1. Penilaian Indikator Proses

Assessment terhadap indikator proses dilaksanakan oleh Tim Penilai

Nasional melalui evaluasi atas hasil self assesment yang dilakukan

oleh Tim Penilai Internal dalam rangka penetapan unit kerja

berpredikat WBK dengan menggunakan template kertas kerja evaluasi

sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3 dan Lampiran 4 Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 60 Tahun 2012 tentang Pedoman Pembangunan Zona

Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi

Bersih dan Melayani di Lingkungan Kementerian/Lembaga dan

Pemerintah Daerah.

Metode penilaian indikator proses WBBM sama dengan metode

penilaian indikator proses WBK.

2. Penilaian Indikator Hasil

Assessment terhadap indikator hasil dilakukan oleh Tim Penilai

Nasional terhadap hasil self assesment yang dilakukan oleh Tim

Penilai Internal dalam rangka penetapan unit kerja berpredikat WBK

dengan menggunakan template kertas kerja evaluasi, sebagai bagian

yang tidak terpisahkan dari Pedoman. Rincian bobot indikator hasil

tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Indikator Hasil yang Harus Dicapai dalam Penetapan

Unit Kerja Berpredikat WBBM

NO UNSUR INDIKATOR

HASIL

NILAI KETERANGAN

1 Nilai indeks integritas*) ≥7,5 Skala 0-10

instrumen KPK

2 Penilaian Kinerja Unit

Pelayanan Publik

≥750 Skala 0-1000

Berdasarkan PermenPAN

dan RB Nomor 38 Tahun

2012

3 Persentase kerugian

negara (KN) yang belum

diselesaikan (%)

0% Dalam 2 tahun terakhir

Berdasarkan penilaian

APIP, BPK atau

Keputusan Aparat

Penegak Hukum (APH)

Page 25: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 25 -

NO UNSUR INDIKATOR

HASIL

NILAI KETERANGAN

4 Jumlah maksimum

temuan in-efektif

berdasarkan penilaian

APIP (% anggaran)

2% Dalam 2 tahun terakhir

Berdasarkan penilaian

APIP dan BPK

5 Jumlah maksimum

temuan in-efisien

berdasarkan penilaian

APIP (% anggaran)

3% Dalam 2 tahun terakhir

Berdasarkan penilaian

APIP dan BPK

6 Persentase maksimum

jumlah pegawai yang

dijatuhi hukuman

disiplin karena

penyalahgunaan

keuangan

0% Dalam 2 tahun terakhir

0% jika jumlah pegawai

<100 orang; ≤1% jika

jumlah pegawai ≥100

orang

7 Persentase pengaduan

masyarakat yang belum

ditindaklanjuti **)

0% Pengaduan yang telah

>60 hari

8 Persentase jumlah

pegawai yang dijatuhi

hukuman karena tindak

pidana korupsi

0% Dalam 2 tahun terakhir

berdasarkan keputusan

pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan

hukum tetap

*) Penerapan menunggu persetujuan dari KPK.

**) Khusus masalah maladministrasi yang menjadi tanggung jawab

pimpinan unit kerja.

D. Penetapan dan Penghargaan Satuan Kerja Berpredikat Wilayah Birokrasi

Bersih dan Melayani

Berdasarkan rekomendasi dari Tim Penilai Nasional, Menteri dapat

memutuskan untuk menetapkan unit kerja tersebut sebagai unit kerja

berpredikat WBBM. Penetapan unit kerja berpredikat WBBM dituangkan

dalam Keputusan Menteri, disertai pemberian piagam/piala/trophy, dan

bentuk penghargaan lainnya. Penetapan predikat WBBM berlaku sesuai

yang tertera dalam Keputusan Menteri, dan dapat dicabut apabila

ternyata setelah penetapannya terdapat kejadian/peristiwa yang

mengakibatkan tidak dapat dipenuhinya lagi indikator bebas dari

korupsi dan/atau indikator kinerja pelayanan.

Page 26: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 26 -

Penetapan predikat WBBM dan penyerahan piagam/piala/trophy, atau

penghargaan lainnya, diharapkan dapat dilaksanakan pada Hari Anti

Korupsi Sedunia yang jatuh pada tanggal 9 Desember setiap tahun, atau

pada acara yang dikaitkan dengan Hari Anti Korupsi Sedunia.

Page 27: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 27 -

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Guna menjaga terpeliharanya predikat WBK/WBBM, maka perlu dilakukan

pembinaan dan pengawasan yang efektif.

A. Pembinaan

Pembinaan terhadap unit kerja/pegawai dan dilakukan secara

institusional. Alat UPI dan UPbI dengan cara memberikan asistensi

perbaikan sistem dan prosedur, pemberian fasilitas dan anggaran

kedinasan, pelatihan teknis, perbaikan kesejahteraan, kenaikan pangkat

istimewa atau kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mempersempit

peluang/kesempatan melakukan korupsi. Selain itu juga dilakukan

pembinaan karakter pegawai melalui pelatihan anti korupsi atau

pembentukan integritas, pendekatan spiritual/keagamaan untuk

memperbaiki atau meluruskan niat, sehingga memiliki kemauan dan

kemampuan untuk meninggalkan sikap dan perbuatan koruptif serta

perbuatan yang melanggar hukum lainnya.

Pembinaan dilaksanakan tidak hanya untuk

memelihara/mempertahankan predikat WBK/WBBM yang diperoleh,

melainkan juga untuk menuju tercapainya predikat WBK/WBBM.

B. Pengawasan

Pada tingkat nasional, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi membentuk Tim Pemantau Independen

Nasional dengan tugas melakukan pemantauan terhadap unit kerja

berpredikat WBK/WBBM baik secara proaktif maupun berdasarkan

laporan-laporan dari masyarakat atau Forum Pemantau Independen di

tingkat instansi pemerintah. Selain itu, Tim Pemantau Independen

Nasional juga dapat mencabut/merubah status WBK/WBBM, jika

ternyata syarat-syarat penilaian WBK/WBBM tidak dapat

dipertahankan.

Page 28: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA … No. 51 ttg WBK.pdf · administratif dan teknis kepada unit kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan korupsi. 7. Unit Pembangun

- 28 -

BAB VI

PENUTUP

Petunjuk Pelaksanaan Membangun Zona Integritas Menuju WBK/WBBM

ini disusun untuk dijadikan sebagai acuan pembangunan perangkat Zona

Integritas di Kementerian Kesehatan. Petunjuk Pelaksanaan ini bersifat

dinamis, dapat disempurnakan sesuai dengan kebutuhan dan perubahan

dengan perkembangan lingkungan strategis maupun masukan-masukan

dari pemangku kepentingan.

MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NAFSIAH MBOI