PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

80
Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu vii PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR : HK.04.105.04.15.74a TENTANG RENCANA STRATEGIS BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI PALU TAHUN 2015 – 2019 KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI PALU Menimbang Mengingat : : a. Bahwa berdasarkan evaluasi tahunan dan evaluasi paruh waktu pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu Tahun 2010 s.d. 2014, perlu dilakukan penyesuaian terhadap dokumen Rencana Srategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu Tahun 2015 s.d. 2019; b. Bahwa Peraturan Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu Nomor HK.07.8.104.12.10.1320 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu Tahun 2010 s.d. 2014 sudah tidak sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis internal dan eksternal serta inisiatif baru dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sehingga perlu diganti; c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu tentang Rencana Strategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu Tahun 2015 s.d. 2019; 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,

Transcript of PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Page 1: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

vii

PERATURAN

KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

NOMOR : HK.04.105.04.15.74a

TENTANG

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI PALU

TAHUN 2015 – 2019

KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI PALU Menimbang Mengingat

: :

a. Bahwa berdasarkan evaluasi tahunan dan evaluasi paruh waktu pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu Tahun 2010 s.d. 2014, perlu dilakukan penyesuaian terhadap dokumen Rencana Srategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu Tahun 2015 s.d. 2019;

b. Bahwa Peraturan Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu Nomor HK.07.8.104.12.10.1320 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu Tahun 2010 s.d. 2014 sudah tidak sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis internal dan eksternal serta inisiatif baru dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sehingga perlu diganti;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu tentang Rencana Strategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu Tahun 2015 s.d. 2019;

1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,

Page 2: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu viii

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 3. Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 s.d. 2019; 4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013;

5. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi

dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;

6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 s.d. 2019; 7. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional /

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian / Lembaga (Renstra-K/L) 2015 – 2019;

8. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 tahun 2004;

9. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1714);

10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015 s.d. 2019.

Page 3: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu ix

MEMUTUSKAN

Menetapkan Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4

: : : : :

PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI PALU TENTANG RENCANA STRATEGIS BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI PALU TAHUN 2015 s.d 2019 Rencana Strategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu tahun 2015 s.d 2019 mengacu pada Rencana Strategis Badan POM RI Tahun 2015 s.d. 2019. (1) Pelaksanaan Rencana Strategis Balai Pengawas Obat dan

Makanan di Palu Tahun 2015 s.d. 2019 dievaluasi secara berkala setiap tahun, paruh waktu dan tahun terakhir periode Rencana Strategis.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan program Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu.

Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu Nomor HK.07.8.104.12.10.1320 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu Tahun 2010 s.d .2014 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Palu Pada tanggal 30 April 2015 Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu, Drs. Safriansyah, Apt.,M.Kes. NIP 196406131990021001

Page 4: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu i

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu merupakan Unit Pelaksana Teknis Badan POM, dengan wilayah kerja di Provinsi Sulawesi Tengah. Balai POM di Palu telah menyusun Rencana Strategis Pengawasan Obat dan Makanan untuk periode 2015 s.d. 2019.

Dalam perjalanannya, dengan mempertimbangkan dinamika lingkungan strategis internal seperti peningkatan kapasitas perencanaan unit kerja, dan dinamika lingkungan eksternal seperti lingkungan strategis global, perkembangan berbagai arah kebijakan pembangunan nasional bidang sosial budaya, khususnya pembangunan kesehatan, serta inisiatif baru yang sejalan dengan tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 s.d. 2019, maka Rencana Strategis Balai POM di Palu 2015 s.d. 2019 dirasa perlu disusun.

Visi Balai POM di Palu adalah Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa Untuk dapat mewujudkan visi ini, Balai POM di Palu memiliki 3 misi yang kemudian diterjemahkan ke dalam 2 tujuan Balai POM di Palu dan 3 sasaran strategis / sasaran program yang dijabarkan dalam kegiatan pembangunan selama periode 2015 s.d. 2019.

Keseluruhan sasaran pengawasan Obat dan Makanan yang ingin dicapai akan diwujudkan melalui 4 arah kebijakan yang dijabarkan dalam 2 program yaitu Program teknis (Pengawasan Obat dan Makanan) dan program generik (Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai POM di Palu). Program ini selanjutnya telah dijabarkan menjadi 9 kegiatan pokok dengan target outcome dan output yang akan dipantau dan dievaluasi secara berkala setiap 3 bulan, setiap tahun dan pada akhir periode Renstra.

Page 5: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

ii Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Rencana Strategis Balai POM di Palu 2015 s.d. 2019 dapat menjadi pedoman dalam rangka mengukur dampak pelaksanaan program dan kegiatan Balai POM di Palu bagi masyarakat Sulawesi Tengah khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Palu, 01 Juni 2015

Kepala Balai POM di Palu, Drs. Safriansyah, Apt., M.Kes. NIP 19640613 199002 1 001

Page 6: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu iii

Kata Pengantar i Daftar Isi iii Daftar Tabel v Daftar Gambar vi Daftar Lampiran vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 KONDISI UMUM 1

1.1.1 Peran Balai POM di Palu berdasarkan Peraturan Perundang-undangan 2 1.1.2 Struktur Organisasi dan Sumber daya manusia 4 1.1.3 Capaian kinerja Balai POM di Palu periode 2010 - 2014 6

1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN 11 1.2.1 Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 11 1.2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 13 1.2.3 Agenda Sustainable Development Goals (SDGs) 13 1.2.4 Globalisasi dan Perdagangan Bebas 14 1.2.5 Perubahan Iklim 15 1.2.6 Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat 16 1.2.7 Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk 17 1.2.8 Desentralisasi dan Otonomi Daerah 18 1.2.9 Perkembangan Teknologi 19 1.2.10 Implementasi Program Fortifikasi Pangan 20 1.2.11 Jejaring Kerja 21 1.2.12 Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 21

Page 7: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

iv Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

BAB 2 VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS 2.1 VISI 32 2.2 MISI 33 2.3 BUDAYA ORGANISASI 37 2.4 TUJUAN 38 2.5 SASARAN STRATEGIS 38 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN 3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL 45 3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BALAI POM DI PALU 48 3.3 KERANGKA REGULASI 51 3.4 KERANGKA KELEMBAGAAN 54 BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 4.1 TARGET KINERJA 59 4.2 KERANGKA PENDANAAN 61 BAB 5 PENUTUP 63

LAMPIRAN 65

Page 8: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu v

Tabel 1 Profil pegawai BPOM berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014 6 Tabel 2 Capaian Kinerja Balai POM di Palu Periode 2010-2014 7 Tabel 3 Rangkuman Analisis SWOT 26 Tabel 4 Penguatan Peran BPOM di Palu Tahun 2015 s.d. 2019 30 Tabel 5 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Balai POM

di Palu periode 2015-2019 43

Tabel 6 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja 59 Tabel 7 Sasaran Program dan Indikator Kinerja 59 Tabel 8 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja 60 Tabel 9 Sasaran Kegiatan, Indikator Kinerja dan Pendanaan 61

Page 9: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

vi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Gambar 1 Struktur Organisasi Balai POM di Palu 4 Gambar 2 Profil pegawai BPOM berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014 5 Gambar 3 Profil pegawai BPOM berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014 6 Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar

4a 4b

4c 4d

4e 5 6 7

8

9 10

Profil Obat yang Memenuhi Syarat Tahun 2010 s.d. 2014 Profil Obat Tradisional yang Memenuhi Syarat Tahun 2010 s.d. 2014 Profil Kosmetik yang Memenuhi Syarat Tahun 2010 s.d. 2014 Profil Suplemen Makanan yang Memenuhi Syarat Tahun 2010 s.d. 2014 Profil Makanan yang Memenuhi Syarat Tahun 2010 s.d. 2014 Pola Pikir Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Diagram permasalahan, kondisi saat ini dan dampaknya Peta bisnis proses utama BPOM di Palu sesuai peran dan kewenangan Penjabaran bisnis proses utama kepada kegiatan utama BPOM di Palu Peta strategis BPOM periode 2015-2019 Kerangka kelembagaan pelaksanaan mandat Badan POM RI dan Balai POM

9 9 9 9

10 21 27 29

29

31 56

Page 10: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu vii

Lampiran Lampiran

1 2

Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai POM di Palu 2015-2019 Matriks Kerangka Regulasi Balai POM di Palu 2015-2019

65 67

Page 11: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 1

1.1 KONDISI UMUM

Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN tahap ketiga ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Sebagaimana amanat tersebut dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah, Balai POM di Palu sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsi menyusun renstra yang memuat visi, misi, tujuan strategis dan indikator kegiatan untuk periode 2015 s.d. 2019. Penyusunan renstra ini berpedoman kepada RPJMN dan Renstra Badan POM periode 2015 s.d. 2019. Proses penyusunan renstra Balai POM di Palu

Page 12: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

2 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hasil evaluasi capaian kinerja tahun 2010 s.d. 2014 serta masukan-masukan dari Badan POM. Renstra Balai POM di Palu periode 2015 s.d. 2019 diharapkan dapat meningkatkan kinerja Balai POM di Palu dibanding pencapaian periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

Kondisi umum Balai POM di Palu saat ini berdasarkan peran, tupoksi dan pencapaian kinerja sebagai berikut:

1.1.1 Peran Balai POM di Palu berdasarkan Peraturan Perundang-undangan

Balai POM di Palu adalah sebuah Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang bertugas mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik dan makanan di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Tugas, fungsi dan kewenangan Balai POM di Palu diatur dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.3546 Tahun 2009. Balai POM di Palu sesuai SK Kepala Badan POM tergolong ke dalam Balai Tipe A. Balai POM di Palu dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan POM. Dalam pelaksanaan tugasnya, Balai POM di Palu dibina oleh Deputi secara teknis dan dibina oleh sekretaris utama secara administrasi.

Balai Pengawas obat dan Makanan di Palu (Balai POM di Palu) yang sebelumnya lazim dikenal dengan nama Balai Pemeriksaaan Obat dan Makanan berada di bawah Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen POM). Latar belakang yuridis perubahan nama Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan menjadi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu terkait dengan perubahan sistem pemerintahan yang sebelumnya bersifat sentralistis berdasarkan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah menjadi bersifat desentralistis seiring dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang antara lain, menetapkan bahwa kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang

Page 13: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 3

pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan-keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain.

Kewenangan bidang lain sebagai urusan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 telah diatur lebih lanjut secara rinci dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom. Dalam Peraturan Pemerintah tahun 2000, Kewenangan bidang lain telah dikelompokkan dalam beberapa bidang termasuk bidang kesehatan.

Adapun undang-undang dan peraturan pemerintah lainnya yang menjadi landasan teknis pelaksanaan tugas fungsi Balai POM di Palu sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM, antara lain: (i) UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan; (ii) UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan juncto PP Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yangMengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan; (iii) UUNomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika; (iv) PP Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika; (v) PP Nomor 44 Tahun 2010 tentang Prekursor; (vi) PP Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetika; (vii) PP Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan; serta (viii) PP Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi.

Balai POM di Palu secara garis besar memiliki fungsi (1) pengawasan Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat melalui : a) Pengambilan sampel dan pengujian; b) Peningkatan cakupan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan di Provinsi Sulawesi Tengah, termasuk pasar aman dari bahan berbahaya; c) Investigasi awal dan penyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan Makanan. (2) Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi serta penguatan kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan melalui: a) Pemberian Informasi dan Penyuluhan/Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan, b) Peningkatan pengawasan terhadap Pangan Jajanan

Page 14: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

4 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

KEPALA BALAI POM DI PALU

SEKSIPEMDIK

SEKSISERTIFIKASI

DAN LIK

SEKSIPENGUJIAN

PANGAN DAN BB

SEKSIPENGUJIAN

MIKROBIOLOGI

SEKSI PENGUJIAN

TERANOKOKO

SUBBAGIANTATA USAHA

Anak Sekolah (PJAS), advokasi serta kerjasama dengan masyarakat dan berbagai pihak/lembaga lainnya.

Balai POM di Palu kedepan akan menjalankan tugasnya secara lebih proaktif dan terdepan dalam melindungi masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah. Luas wilayah darat Provinsi Sulawesi Tengah 61.841,29 km2 yang terdiri dari 12 kabupaten dan 1 kota dengan 171 kecamatan, 169 kelurahan dan 1.775 merupakan salah satu tantangan bagi Balai POM di Palu melakukan fungsi pengawasan secara komprehensif. Provinsi Sulawesi Tengah terdiri dari beberapa pulau kecil tempat peredaran Obat dan Makanan. Hal ini juga dapat menjadi tantangan tersendiri bagi Balai POM di Palu dalam melakukan pengawasan Obat dan Makanan

1.1.2 Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Stuktur Organisasi dan Tata Kerja BPOM disusun berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004. Khusus Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/Balai POM disusun berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai POM di Palu

Page 15: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 5

Untuk mendukung tugas-tugas Balai POM di Palu sesuai dengan peran dan fungsinya, diperlukan sejumlah SDM yang memiliki keahlian dan kompetensi yang baik.Jumlah SDM yang dimiliki Balai POM di Palu untuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun 2014 adalah sejumlah 59 pegawai (40 Perempuan dan 18 Laki-laki). Pada tahun 2014, Balai POM di Palu belum didukung dengan SDM yang memadai dimana masih kekurangan SDM sejumlah 30 orang, dihitung berdasarkan analisis beban kerja dari target yang ditetapkan. Berikut ini adalah profil kebutuhan pegawai berdasarkan analisis beban kerja.

*) Tahun 2015 s.d. 2019 asumsi tidak ada penambahan pegawai

Gambar 2. Kebutuhan SDM Balai POM di Palu Tahun 2015 s.d. 2019 berdasarkan Analisis Beban Kerja

Dengan adanya kebijakan Pemerintah untuk melakukan moratorium pegawai selama lima tahun mulai tahun 2015 s.d. 2019 berarti tidak ada penambahan pegawai selama kurun waktu tersebut. Hal ini semakin menyebabkan terjadinya kesenjangan jumlah pegawai Balai POM di Palu, apalagi pada tahun 2016 sebanyak 2 pegawai akan pensiun belum lagi yang akan pindah, sementara beban kerja makin meningkat. Dengan adanya kekurangan pegawai

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Standar Kebutuhan SDM

SDM yang tersedia

SDM Pensiun, Pindah, dll

SDM Kurang

Page 16: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

6 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

0

1

2

3

4

5

6

7

S2

Apoteker/Profesi

S1

D3

Non Sarjana

tersebut menyebabkan beberapa tugas dan fungsi pengawasan yang akan dilakukan menjadi kurang optimal. Adapun profil pegawai Balai POM di Palu berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 1.Profil pegawai BPOM berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014

No Unit Kerja S2

Apot

eker

/ Pr

ofes

i

S1

D3

NO

N

sarj

ana

Jum

lah

1 Subbagian Tata Usaha 0 3 3 2 2 10

2 Seksi Pemeriksaan dan Penyidikan 1 4 3 1 1 10

3 Seksi Sertifikasi dan LIK 1 4 0 0 0 5

4 Seksi Pengujian Pangan dan BB 1 3 2 5 1 12

5 Seksi Pengujian Teranokoko 2 6 0 6 3 17

6 Seksi Pengujian Mikrobiologi 0 2 1 0 2 5

TOTAL 5 22 9 14 9 59

Gambar 3. Profil pegawai BPOM berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014

Page 17: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 7

1.1.3 Capaian kinerja Balai POM di Palu periode 2010 s.d. 2014 Sesuai dengan peran dan kewenangannya, Balai POM di Palu mempunyai tugas

mengawasi peredaran Obat dan Makanan di Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam rangka menjalankan tugas tersebut, maka terdapat beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam Renstra Balai POM di Palu 2010 s.d 2014, yaitu: 1) Post-marketing survailance

termasuk sampling dan pengujian laboratorium, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, monitoring efek samping produk di masyarakat, penyidikan dan penegakan hukum; 2) Komunikasi, informasi dan edukasi publik.

Adapun pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Balai POM di Palu tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja utama sesuai sasaran strategis pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Capaian Kinerja Balai POM di Palu Periode 2010 s.d. 2014

NO Indikator T*) 2014

Tahun 2014 Tahun 2013 R (%)

Tahun 2012 R (%)

Tahun 2011 R (%)

Tahun 2010 R (%)

R**)

(%) %C***)

thd 2014

1. Persentase Kenaikan Obat yang memenuhi standar

0,4 0,8 200,00 1,98 2,02 2,37

base

line

2. Persentase Kenaikan Obat tradisional yang memenuhi standar

0,8 1,65 206,25 -0,96 1,09 -0,21

base

line

3. Persentase Kenaikan kosmetik yang memenuhi standar

0,8 0,62 77,50 1,2 1,97 1,08

base

line

4. Persentase Kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standar

1,2 1,2 100,00 1,2 1,2 1,2

base

line

5. Persentase Kenaikan makanan yang memenuhi standar

8 4,13 51,63 6,16 0,90 3,35

base

line

6. Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat dan Mutu)

98,63 98,43 100,41 99,61 99,65 100,00

base

line

7. Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung BKO

1 0,48 100,53 2,51 3,89 2,71

base

line

Page 18: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

8 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

NO Indikator T*) 2014

Tahun 2014 Tahun 2013 R (%)

Tahun 2012 R (%)

Tahun 2011 R (%)

Tahun 2010 R (%)

R**)

(%) %C***)

thd 2014

8. Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya

1 0,00 101,01 0,22 0,44 0,22

base

line

9. Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan

2 0,00 102,04 0,00 0,00 0,00

base

line

10. Proporsi Makanan yang Memenuhi Syarat

90 83,76 93,07 91,99 86,73 89,18

base

line

11. Persentase pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium terhadap standar terkini

90 65,89 73,21 65,89 157,77 150,00

base

line

12 Persentase SDM yang ditingkatkan kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi

15 78,26 521,73 62,71 63,16 59,32

base

line

13 Pemenuhan SDM sesuai dengan beban kerja

90 85,88 95,42 - - -

base

line

14 Persentase seksi yang menerapkan sistem manajemen mutu

100 100,00 100,00 90,00 90,00 70,00

base

line

15 Persentase Ketersediaan Sarana dan Prasarana Penunjang Kinerja

90 100,00 111,11 - - - ba

selin

e

Sumber: LAKIP BPOMdi PaluTahun 2014 *) T : Target **) R : Realisasi ***) %C : Persentase capaian (realisasi dibandingkan terhadap target) Sebagaimana tabel 2, terkait pencapaian kinerja pada Renstra tahun 2010 s.d. 2014

tersebut di atas, kinerja Balai POM di Paludapat dilihat dari seluruh kegiatan yang sesuai dengan tugas utamanya yaitu melakukan pengawasan Obat dan Makanan.Indikator kinerja Obat yang beredar telah memenuhi syarat tercapai sebesar 200%, Obat Tradisional beredar telah tercapai memenuhi syarat 206,25%, kinerja Kosmetik beredar telah memenuhi syarat sebesar 77,50%, kinerja Suplemen Makanan tercapai sebesar 100%, dan Makanan beredar

Page 19: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 9

2010 2011 2012 2013 2014Obat yang memenuhi standar0 2,37 2,02 1,98 0,8

Pers

enta

se K

enai

kan

Tahun

0

2,372,02 1,98

0,8

2010 2011 2012 2013 2014

Obat yang memenuhi standar

-1

0

1

2

2010 2011 2012 2013 2014

Pe

rse

nta

se K

en

aika

n

0

1

2

2010 2011 2012 2013 2014

Pe

rse

nta

se K

en

aika

n

Kosmetikyang Memenuhi Standar

0

1

2

2010 2011 2012 2013 2014

Pers

enta

se Ke

naika

n

Suplemen Makanan yang Memenuhi Standar

yang memenuhi syarat sebesar 51,63%.Capaian yang tinggi (>100%) tidak dapat disimpulkan bahwa kinerja BPOM telah jauh melampaui target. Justru ini menunjukan keterbatasan Balai POM dalam perencanaan dan penetapan target. Oleh karena itu, hal ini akan menjadi fokus perbaikan dalam Renstra 2015 s.d. 2019 ke depan. Berdasarkan hasil tersebut, pengawasan Obat dan Makanan tetap menjadi mainstreaming di Renstra 2015 s.d. 2019.

Dibawah ini pada gambar 3 dapat dilihat secara grafik pencapaian kinerja Balai POM di Palu dari tahun 2010 s.d. 2014.

Gambar 4a. Profil Obat yang Memenuhi Syarat (MS) Tahun 2010 s.d. 2014

Gambar 4b. Profil Obat Tradisional yang Memenuhi Syarat (MS) Tahun 2010 s.d. 2014

Gambar 4c. Profil Kosmetik yang Memenuhi Syarat (MS) Tahun 2010 s.d. 2014

Gambar 4d. Profil Suplemen Makanan yang Memenuhi Syarat (MS) Tahun 2010 s.d. 2014

Page 20: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

10 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

0

1

2

3

4

5

6

7

2010 2011 2012 2013 2014

Perse

ntas

e Ken

aikan

Makanan yang Memenuhi Standar

Gambar 4e. Profil Makanan yang Memenuhi Syarat (MS) Tahun 2010 s.d. 2014

Page 21: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 11

1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN

Sesuai dengan dinamika lingkungan strategis, lokal maupun nasional, permasalahan dan tantangan yang dihadapi masyarakat Sulawesi Tengah semakin kompleks demikian juga yang dihadapi Balai POM di Palu. Nasionalisasi membawa kemudahan dalam memperoleh informasi dan pendistribusian barang dan jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu berdimensi lintas bidang. Percepatan arus informasi dan modal juga berdampak pada meningkatnya pemanfaatan berbagai sumber daya alam yang memunculkan isu perubahan iklim, ketegangan lintas batas antarprovinsi serta percepatan penyebaran wabah penyakit mencerminkan tantangan nyata yang dihadapi oleh Balai POM di Palu. Hal ini menuntut peningkatan peran dan kapasitas unit Balai POM di Palu dalam mengawasi perederan Obat dan Makanan.

Secara garis besar lingkungan strategis yang bersifat eksternal dan internal yang dihadapi Balai POM di Palu adalah sebagai berikut: 1.2.1 Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012, SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen masyarakat Indonesia termasuk masyarakat Sulawesi Tengah secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Salah satu subsistem SKN adalah sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, yang meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: (i) aspek keamanan, khasiat / kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang beredar; (ii) ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; (iii) perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalagunaan obat penggunaan obat yang rasional; serta (iv) upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya di Provinsi Sulawesi Tengah. Subsistem ini saling terkait dengan subsistem lainnya sehingga pengelolaan kesehatan dapat diselenggarakan dengan berhasil guna dan berdaya guna.

Balai POM di Palu merupakan penyelenggara subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, utamanya untuk menjamin aspek keamanan, khasiat/manfaat dan

Page 22: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

12 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

mutu Obat dan Makanan yang beredar serta upaya kemandirian di bidang pengawassan Obat dan Makanan. Pengawasan sebagai salah satu unsur dalam subsistem tersebut dilaksanakan melalui berbagai upaya secara komprehensif oleh Balai POM di Palu, yaitu:

No Upaya terkait jaminan aspek

keamanan, khasiat / kemanfaatan dan mutu Obat dan Makanan yang beredar

No Upaya terkait kemandirian Obat dan Makanan

1 Pengawasan melibatkan berbagai pemangku kepentingan yaitu pemerintah daerah, SKPD, pelaku usaha dan masyarakat secara terpadu dan bertanggung jawab;

1 Pembinaan terhadap industri rumah tangga pangan (IRTP) agar dapat melakukan produksi sesuai CPMB dan dapat melakukan usaha dan menjalankan usaha secara efektif dan efisien sehingga mempunyai daya saing.

2 Pelaksanaan pengawasan yang baik didukung dengan sumber daya yang memadai secara kualitas maupun kuantitas, sistem manajemen mutu, referensi ilmiah, kerja sama antar Balai, laboratorium pengujian mutu yang andal, independen dan transparan;

3 Pengambilan dan pengujian sampel, surveilan, serta pemantauan label atau penandaan iklan dan promosi;

4 Penegakan hukum yang konsisten dengan efek jera yang tinggi untuk setiap pelanggaran, termasuk pemberantasan produk palsu dan ilegal;

5 Perlindungan masyarakat dari penyalahgunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif sebagai upaya yang terpadu antara upaya refresif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif;

6 Perlindungan masyarakat terhadap cemaran sediaan farmasi dari bahan-bahan dilarang atau penggunaan bahan tambahan makanan yang tidak sesuai dengan persyaratan;

Page 23: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 13

1.2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) JKN merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap

rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju terwujudnya kesejahteraan sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya Sulawesi Tengah. Program JKN diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dalam JKN juga diberlakukan penjaminan mutu obat yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Implementasi JKN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak langsung terhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak langsung adalah meningkatnya jumlah produk obat yang akan beredar di Provinsi Sulawesi Tengah baik jumlah maupun jenisnya. Hal ini akan berimplikasi kepada pengawasan obat yang beredar baik di distributor maupun di sarana-sarana pelayanan pemerintah maupun swasta. Sementara dampak tidak langsung dari penerapan JKN adalah terjadinya peningkatan komposisi obat, baik jumlah maupun jenisnya.

Tingginya demand Obat akan mendorong banyak industri farmasi malakukan pengembangan fasilitas dan peningkatan kapasitas produksi dengan perluasan sarana yang dimiliki sehingga pada akhirnya akan banyak obat yang terdistribusi ke daerah yang menjadi objek pengawasan Balai POM di Palu termasuk monitoring efek samping obat (MESO).

Dari sisi penyediaan (supply side) JKN, kapasitas dan kapabilitas laboratorium pengujian Balai POM di Palu harus terus diperkuat. Begitu pula dengan pengembangan dan pemeliharaan kompetensi SDM Pengawas Obat dan Makanan (penguji, evaluator, maupun inspektur), serta kuantitas SDM yang harus ditingkatkan sesuai dengan beban kerja.

1.2.3 Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)

Dengan akan berakhirnya agenda Millennium Depelopment Goals (MDGs) pada tahun 2015, banyak negara mengakui keberhasilan dari MDGs sebagai pendorong tindakan-tindakan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pembangunan masyarakat. Khususnya dalam bentuk dukungan politik. Kelanjutan program ini disebut Sustainable

Development Goals (SDGs), yang meliputi 17 goals. Dalam bidang kesehatan, faktanya

Page 24: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

14 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

individu yang sehat akan memiliki kemampuan fisik dan daya pikir yang lebih kuat, sehingga dapat berkontribusi secara produktif dalam pembangunan masyarakatnya.

Terkait Goal 2. End hunger, achieve food security and improved nutrition, and

promote sustainable agriculture, selain ketahanan pangan, kondisi yang harus diciptakan antara lain adalah masyarakat miskin, kelompok rentan termasuk bayi memiliki akses untuk mendapatkan makanan yang aman, bergizi dengan jumlah yang cukup, misalnya pangan diet khusus mengandung Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang cukup untuk pasien diabetes, garam dan terigu difortifikasi dengan mikronutrisi, AKG tertentu dalam susu formula bayi dan lansia. Hal ini hanya dapat terjadi jika produk yang beredar di pasaran secara terus-menerus diawasi secara uji laboratorium. Tantangan Balai POM di Palu ke depan adalah bagaimana dapat menjamin produk yang beredar di pasaran memenuhi standar gizi, mutu, keamanan, serta KIE kepada masyarakat.

Terkait Goal 3. Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages, salah satu kondisi yang harus tercipta adalah pencapaian JKN, termasuk di dalamnya akses masyarakat terhadap obat dan vaksin yang aman, efektif, dan bermutu. Asumsinya, jaminan kesehatan memastikan masyarakat mendapatkan dan menggunakan hanya obat atau vaksin yang aman, efektif, dan bermutu untuk upaya kesehatan preventif, promotif, maupun kuratif, sehinggak kualitas hidup masyarakat meningkat. Kontribusi untuk mencapai kondisi ini adalah ketersediaan Obat yang aman, berkhasiat dan bermutu di sarana pelayanan kesehatan. Untuk mencapai hal tersebut, Balai POM di Palu melakukan intensifikasi pengawasan baik pemeriksaan sarana pelayanan di Kabupaten maupun pengujian laboratorium.

1.2.4 Globalisasi dan Perdagangan Bebas

Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas, yang mencakup banyak bidang dan saling terkait. Proses ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya teknologi, informasi dan transportasi yang sangat cepat. Era globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan kesehatan, khususnya dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan, sehingga mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif.

Page 25: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 15

Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi tersebut berdampak ke daerah termasuk Sulawesi Tengah khususnya di bidang ekonomi, yang menghendaki adanya area perdagangan bebas / Free Trade Area (FTA).

Masuknya produk akibat perdagangan bebas tersebut merupakan persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi. Realitas menunjukkan bahwa saat ini Indonesia termasuk Provinsi Sulawesi Tengah telah menjadi pasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan mutunya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan tersebut.

Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu ekonomi saja, namun juga merambah pada isu kesehatan. Terkait isu kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan yang dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan.

Perdagangan bebas membuka peluang perdagangan Obat dan Makanan yang tinggi dengan memanfaatkan kebutuhan konsumen terhadap produk dengan harga terjangkau sehingga terdapat risiko beredarnya obat ilegal (tanpa izin edar, palsu dan substandar) dan makanan mengandung bahan berbahaya dimana hal ini sangat merugikan masyarakat. Berdasarkan data Balai POM Palu, jumlah pelanggaran di bidang Obat dan Makanan yang ditemukan pada hasil uji laboratorium pada tahun 2014 untuk produk tidak memenuhi syarat (TMS) sebanyak 171 item.

1.2.5 Perubahan Iklim

Ancaman perubahan iklim di Indonesia, akan semakin dirasakan oleh sektor pertanian khususnya produk bahan pangan di Provinsi Sulawesi Tengah. Perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif. Dari sisi ekonomi makro, industri makanan dan minuman di masa yang akan datang perannya akan semakin penting sebagai pemasok pangan Nasional.

Page 26: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

16 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Selain dari sisi pangan, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan munculnya bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari beragam virus. Bibit penyakit baru tersebut diantaranya virus influenza yang variannya sekarang menjadi cukup banyak dan mudah tersebar dari satu provinsi ke provinsi lainnya.

Menurut Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan Research Center for

Climate Change University of Indonesia (RCCC-UI) tahun 2013, dalam pelaksanaan kajian dan pemetaan model kerentanan penyakit infeksi akibat perubahan iklim, terdapat tiga penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan iklim dan perkembangan vektor yaitu Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Diare. Selain dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang banyak ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dan penyakit batu ginjal.

Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses perubahan iklim, diperlukan peranan dari Balai POM di Palu dalam mengawasi peredaran varian obat baru dari jenis penyakit tersebut. Selain dari obat kimia, varian obat baru ini juga diikuti pula dengan varian obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang banyak juga beredar di pasar. Kondisi ini menuntut kerja keras dari Balai POM di Palu dalam melakukan pengawasan terhadap perkembangan produksi dan peredaran Obat dan Makanan tersebut.

1.2.6 Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat

Secara teori semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula konsumsi masyarakat terhadap Obat dan Makanan yang memenuhi standar dan kualitas. Sehubungan dengan hal tersebut, tantangan yang dihadapi Balai POM di Palu adalah melakukan pengawasan post-market termasuk farmakovigilans.

Berdasarkan data sarana produksi dan distribusi obat dan makanan yang di ada di provinsi Sulawesi Tengah tahun 2014 (sarana produksi makanan 763, sarana distribusi obat 1.503, sarana distribusi sediaan farmasi dan makanan 1.165), ini menggambarkan bahwa perlu pengawasan secara serius dan berkesinambungan dalam menjamin produk yang beredar pada sarana-sarana tersebut. Untuk melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan, mutu dan manfaat. Mengingat jumlah sarana yang relatif begitu besar dibanding tenaga pengawas Balai POM yang ada, Balai POM di Palu

Page 27: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 17

harus mampu melakukan pengawasan dengan strategi khusus agar dapat menjangkau sarana yang kurang berimbang tersebut.

1.2.7 Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk

Sesuai dengan data dari BPS Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2014, luas wilayah Provinsi Sulawesi Tengah adalah 61.841,29 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 sebanyak 2.785.488 jiwa. Hal ini berarti, kepadatan rata-rata penduduk di Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2013 adalah 45 jiwa/km2. Jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2013 sebanyak 2.785.488 jiwa terdiri dari laki-laki 1.423.938 jiwa (51,12%), perempuan 1.361.550 jiwa (48,88%), berarti rasio jenis kelamin penduduk Provinsi Sulawesi Tengah adalah sebesar 1,05. Jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Tengah meningkat sebesar 2,06% dibandingkan pada tahun 2012 yang hanya sebesar 2.729.227 jiwa.

Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi Tengah per tahun selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000 s.d. 2010 adalah sebesar 1,95%. Laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Tengah mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya, dimana laju pertumbuhan tahun 1990-2000 mencapai 2,52%.

Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi Tengah periode 2000-2010 tertinggi terjadi di Kabupaten Poso yaitu sebesar 7,14%, kemudian diikuti Kabupaten Buol sebesar 2,31% dan Kabupaten Morowali sebesar 2,16%, sedangkan laju pertumbuhan penduduk yang terendah terjadi di Kabupaten Donggala yakni sebesar 1,05%. Kabupaten Parigi-Moutong yang merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Sulawesi Tengah mamiliki laju pertumbuhan penduduk yang cukuptinggi yakni sebesar 1,95% (sama dengan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi Tengah). Kota Palu yang merupakan satu-satunya wilayah perkotaan walaupun jumlah penduduknya peringkat kedua namun laju pertumbuhannya berada di urutan 6 yaitu sebesar 1,71%.

Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf penduduk. Persentase rata-rata penduduk perempuan usia di atas 15 tahun di Provinsi Sulawesi Tengah yang melek

Page 28: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

18 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

huruf pada tahun 2013 meliputi : melek huruf Latin sebesar 94,15%, melek huruf lainnya sebesar 34,58%, melek huruf Latin dan lainnya sebesar 33,51%, dan buta huruf sebesar 4,77%. Sedangkan persentase penduduk laki-laki usia di atas 15 tahun di Provinsi Sulawesi Tengah yang melek huruf pada tahun 2013 meliputi : melek huruf Latin sebesar 96,43%, melek huruf lainnya sebesar 31,35%, melek huruf Latin dan lainnya sebesar 30,61%, dan buta huruf sebesar 2,83%. Dengan demikian, total rata-rata angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas di Provinsi Sulawesi Tengah meliputi: melek huruf Latin sebesar 95,32%, melek huruf lainnya sebesar 32,92%, melek huruf Latin dan lainnya sebesar 32,02%, dan buta huruf sebesar 3,78%.

Kota Palu memiliki persentase tertinggi untuk melek huruf Latin dengan total 98,72% (97,89% untuk perempuan dan 99,55% untuk laki-laki) dan melek huruf lainnya dengan total 51,75% (54,18% untuk perempuan dan 49,31% untuk laki-laki). Persentase buta huruf terendah berada di Kota Palu yakni 0,86% dan tertinggi berada di Kabupaten Donggala yaitu sebesar 5,39%. (Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2014).

1.2.8 Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Dengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan kesehatan menjadi salah satu kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan daerah. Hal ini berdampak pada pengawasan obat dan makanan yang tetap bersifat sentralistik dan tidak mengenal batas wilayah (borderless), dengan one line command (satu komando), sehingga apabila terhadap suatu produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat maka dapat segera ditindaklanjuti.

Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan diantaranya kurangnya dukungan dan kerjasama dari pemangku kepentingan di daerah sehingga tindak lanjut hasil Pengawasan Obat dan Makanan belum optimal.

Untuk menunjang tugas dan fungsi Balai POM di Palu dalam pengawasan diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang baik dari pemangku kepentingan antara pemerintah daerah (SKPD) terkait, masyarakat, termasuk swasta dengan mendayagunakan

Page 29: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 19

potensi yang dimiliki masing-masing untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik. Dengan berlakunya Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, merupakan tantangan bagi Balai POM di Palu untuk melaksanakan Norma, Standar, Pedoman Kriteria dengan Pemerintah Daerah terkait Obat dan Makanan.

1.2.9 Perkembangan Teknologi

Kemajuan teknologi produksi di bidang Obat dan Makanan meliputi perkembangan vaksin baru dan produk biologi lain termasuk produk darah, produk jarigan, produk terapi gen, produk stem cell produk hormon, pangan hasil rekayasa genetika, pangan iradiasi, perkembangan teknologi nano untuk produk dan kemasannya serta produk hasil inovasi lainnya. Ini adalah sebagian dari kemajuan teknologi produksi yang diprediksi akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kondisi ini menuntut Balai POM di Palu meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sebagai unit pengawas, utamanya pengetahuan teknologi laboratorium pengujian Balai POM di Palu selaku “diagnosis pasti” adanya risiko yang beredar di masyarakat.

Kemajuan teknologi telah memungkinkan industri Obat dan Makanan untuk berproduksi dalam skala besar dengan cakupan yang luas sampai ke daerah terpencil sekalipun. Selain itu, dengan kemajuan teknologi transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasa pengiriman barang, berbagai produk itu dimungkinkan dalam waktu relatif singkat mencapai seluruh wilayah negeri ini hingga ke pelosok-pelosoknya. Bagi pengawasan Obat dan Makanan, ini merupakan satu potential problem, karena bila terdapat produk yang substandar, peredarannya dapat menjangkau areal yang luas dalam waktu yang relatif singkat. Untuk itu, antisipasi pengawasan Obat dan Makanan juga harus sama cepatnya.

Perkembangan teknologi informasi juga dapat menjadi potensi bagi Balai POM di Palu untuk dapat melakukan pelayanan secara online, yang dapat memudahkan akses dan jangkauan masyarakat. Juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan sosialisasi, komunikasi, dan edukasi kepada masyarakat. Namun di sisi lain, teknologi informasi juga dapat menjadi tantangan Bagi Balai POM di Palu terkait tren pemasaran dan transaksi produk Obat dan

Page 30: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

20 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Makanan secara online, yang juga perlu mendapatkan pengawasan dengan berbasis pada teknologi.

1.2.10 Implementasi Program Fortifikasi Pangan

Salah satu upaya di dalam mendukung Arah Kebijakan Nasional Perbaikan Kualitas Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat dilakukan melalui peningkatan peran industri dan Pemerintah daerah dalam ketersediaan pangan beragam, aman, dan bergizi diantaranya dengan fortifikasi mikro nutrien penting.

Fortifikasi pangan merupakan salah satu cara dalam menangani permasalahan tingginya angka kekurangan gizi mikro. Sebagai langkah awal pemerintah menetapkan fortifikasi pada garam dan tepung terigu, mengingat masih tingginya masalah gangguan kesehatan karena kurangnya yodium (GAKI). Penerapan fortifikasi harus diiringi dengan pengawasan oleh Balai POM di Palu. Hasil pengawasan garam beryodium dan tepung terigu pada tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah sampel diuji hasilnya MS dan tidak ada yang TMS.

Untuk mengawal program ini, Balai POM di Palu mendapatkan mandat dari Badan POM dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG). Kegiatan intensifikasi pengawasan produk fortifikasi Nasional (tepung terigu dan garam) merupakan upaya pengawasan produk pangan baik dalam rangka pemenuhan persyaratan (compliance)maupun surveilan keamanan pangan. Upaya tersebut dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB), baik penerapan CPPOB pada produsen pangan dan penerapan Cara Ritel Pangan yang bak di sarana peredaran. Selain itu juga dilakukan pengawasan terhadap produk pangan baik di sarana produksi maupun di sarana peredaran dan penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran di bidang pangan, pengujian laboratorium terhadap parameter keamanan dan mutu pangan dan gizi pangan, pengawasan terhadap kesesuaian label serta pengawasan terhadap keamanan kemasan pangan yang beredar melalui sampling dan pengujian.

Page 31: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 21

1.2.11 Jejaring Kerja Balai POM di Palu menyadari dalam pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat

menjadi single player. Untuk itu,Balai POM di Palu membangun kerjasama dengan Instansi terkait di daerah (SKPD). Kerjasama ini sangat penting dalam mendukung tugas-tugas Balai POM di Palu maupun pemangku kepentingan. Beberapa jejaring yang kerja sudah dimiliki Balai POM di Palu yaitu Jejaring Keamanan Pangan Nasional/Daerah, Jaringan Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia (JLPPI), Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal di daerah.

1.2.12 Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, Balai POM di Palumelaksanakan agenda reformasi birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand DesignRB 2010 s.d. 2025. Upaya atau proses RB yang dilakukan Balai POM di Palu merupakan pengungkit dalam pencapaian sasaran sebagai hasil yang diharapkan dari pelaksanaan RB. Pola pikir pelaksanaan RB sebagaimana Gambar 4. di bawah ini:

Gambar 5. Pola Pikir Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

PENGAWASAN INTERNAL

ORGANISASI

TATA LAKSANA SDM

AKUNTABILITAS KINERJA

PENGUNGKIT HASIL

POLA

PIK

IR D

AN B

UDAY

A KE

RJA

PENATAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MEN

ING

KATK

AN K

APAS

ITAS

DAN

AK

UN

TABI

LITA

SKIN

ERJA

BIR

OKR

ASI TERWUJUDNYA

PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BEBAS

KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

MENINGKAT-NYA KUALITAS

PELAYANAN PUBLIK

INOVASI DAN PEMBELAJARAN

Page 32: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

22 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

a. Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, Balai POM di Palu adalah UPT Badan POM di daerah. Peran Balai POM di Palu perlu dilakukan penataan dan penguatan baik dari segi struktur organisasi, kompetensi dan kuantitas dan SDM, sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan lintas sektor agar pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan dapat dilakukan secara optimal. Tantangan Balai POM di Palu ke depan adalah melakukan pengawasan yang makin kompleks dengan area yang sangat luas. Terkait hal ini perlu pembentukan Pos POM sebagai perpanjangan Balai POM di Palu untuk daerah terpencil.

b. Penataan Tata Laksana Sebagai unit penyelenggara pelayanan publik, Balai POM di Palu berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan pengawasan serta memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan. Komitmen Balai POM di Palu tersebut dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkan secara berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau perolehan Quality Management System ISO 9001:2008; Akreditasi Laboratorium ISO/ IEC 17025:2005. Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan juga dilakukan melalui penerapan e-goverment atau penggunaan teknologi informasi di lingkungan Balai POM di Palu, di antaranya penyelenggaraan manajemen pemerintahan yang dilakukan secara elektronik serta keterbukaan informasi publik bagi masyarakat. Berbagai sistem mutu dan pengembangan e-goverment yang dapat meningkatkan kinerja Balai POM di Palu tersebut seyogyanya dapat dintegrasikan sesuai dengan ruang lingkupnya agar pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Page 33: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 23

c. Penegakan Hukum Telah banyak Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang menjadi landasan teknis pelaksanaan tugas dan fungsi Balai POM di Palu. Namun, Peraturan Perundang-undangan yang ada selama ini kurang mendukung tercapainya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan. Demikian pula sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran di bidang Obat dan Makanan belum memberikan efek jera sehingga sering terjadi kasus berulang.Terkait pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Sulawesi Tengah selain NSPK, perlu didorong terbitnya aspek legal berupa Peraturan/SK Gubernur dan ditindaklanjuti dengan Peraturan/SK Bupati/Walikota. Balai POM di Palu telah memiliki Pedoman Pengawasan yang jelas untuk acuan dalam pengawasan Obat dan Makanan, juga menerbitkan standar mutu lainnya, seperti standar produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Ketersediaan peraturan perundang-undangan sampai dengan pedoman teknis yang dilegalkan dalam bentuk Peraturan Kepala BPOM tersebut sangat mendukung penegakan hukum.

Tantangan ke depan, Balai POM di Palu harus membuat terobosan dalam penegakan hukum seperti memperkuat kemitraan untuk pengawasan, penindakan, maupun persamaan persepsi dengan kepolisian, kejaksaan, dan instansi terkait, menggeser pengawasan ke area preventif. Upaya ini pun perlu diikuti dengan evaluasi Balai POM di Palu mengenai kerugian negara secara ekonomi maupun kesehatan akibat pelanggaran Obat dan Makanan.

d. Penguatan Akuntabilitas Kerja

Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Balai POM di Palu telah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan baik, dibuktikan dengan hasil evaluasi Inspektorat BPOM tahun 2014 mendapat nilai A Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaan SAKIP menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja Balai POM di Palu.

Page 34: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

24 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Namun, Balai POM di Palu masih perlu melakukan penyempurnaan dalam penatausahaan manajemen pemerintahan yang akuntabel. Kedepan, untuk menjawab ekspektasi masyarakan terhadap akuntabilitas Balai POM di Palu tetap menargetkan SAKIP dengan nilai A.

e. Penguatan Pengawasan Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Melalui upaya pengawasan yang dilakukan Balai POM di Palu, diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dan efektivitas pengelolaan keuangan negara di lingkungan Balai POM di Palu sehingga menghindari tingkat penyalahgunaan wewenang. Pengawasan yang dilakukan Balai POM di Palu antara lain melalui kebiijakan penanganan gratifikasi, penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), pengelolaan pengaduan masyarakat, implementasi whistle-blowing system,

penanganan benturan kepentingan, pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, upaya pengawasan yang dilakukan Balai POM di Palu tersebut masih perlu dievaluasi agar dapat ditingkatkan pelaksanaannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah penguatan peran Tim SPIP Balai yang fokus pada pemeriksaan kinerja berbasis risiko untuk mencegah potensi kesalahan yang mengganggu efektivitas pencapaian sasaran organisasi dan dapat menimbulkan kerugian negara.

f. SDM Aparatur SDM aparatur di Balai POM di Palu adalah hasil seleksi secara transparan, objektif, akuntabel, bebas KKN dan berbasis kompetensi yang telah memperoleh gaji dalam bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Perencanaan kebutuhan pegawai oleh Balai POM di Palu diusulkan ke Badan POM untuk dievaluasi kemudian

Page 35: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 25

dilakukan proses perekrutan secara terpusat. Hasil yang direkrut lalu didistribusikan kepada Balai POM sesuai perencanaan. Saat ini, SDM Balai POM di Palu telah memiliki kualitas yang memadai, namun dari sisi kuantitas SDM Balai POM di Palu belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan fungsi di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Sistem manajemen pemerintah menuntut adanya ukuran keberhasilan, baik di tingkat organisasi sampai ke level individu. Untuk saat ini, sistem manajemen kinerja belum optimal diterapkan, sehingga perlu dilakukan penerapan sistem manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien terutama dalam hal pelaksanaan evaluasi terhadap peta dan kelas jabatan yang telah disusun.

g. Manajemen Perubahan Manajemen perubahan bertujuan mengubah secara sistematis dan konsisten

dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran RB. Untuk menggerakkan organisasi dalam melakukan perubahan, Balai POM di Palu telah membentuk agent of change sebagai role model serta forum bagi pembelajaran atau inovasi dalam proses perubahan yang dilakukan. Komitmen dan keterlibatan pimpinan dan seluruh pegawai Balai POM di Palu secara aktif dan berkelanjutan merupakan unsur pendukung paling utama dalam perubahan pola pikir dan budaya kerja dalam rangka pelaksanaan Reformasi Birokrasi.

Untuk mengurangi risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi terhadap perubahan dibutuhkan media komunikasi secara reguler untuk mensosialisasikan RB atau perubahan yang sedang dan akan dilakukan, termasuk pentingnya peran agent of change dan manfaat dari forum pembelajaran atau inovasi.

Hasil analisis lingkungan strategis baik eksternal maupun internal dirangkum dalam tabel 1.2 berikut:

Page 36: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

26 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Tabel 3. Rangkuman Analisis SWOT KEKUATAN KELEMAHAN

Kompetensi ASN Balai POM di Palu yang memadai dalam mendukung pelaksanaan tugas

Integritas Pelayanan Publik diakui secara Nasional

Hubungan yang kuat dan baik dengan SKPD / Organisasi Profesi (IAI)

Pedoman Pengawasan yang jelas Komitmen Pimpinan BPOM Palu dalam menerpakan Reformasi Birokrasi

Dukungan Sistem Manajemen Mutu ISO 17025 : 2005 dan ISO 9001 : 2008

Informasi dan Edukasi kepada masyarakat Tugas, Fungsi dan Kewenangan yang jelas dalam peraturan perundang-undangan

Sistem Pengawasan yang konfrehensif khususnya post-market

Payung Hukum Pengawasan Obat dan Makanan bekum memadai

Masih ada ASN yang memerlukan Peningkatan Kompetensi

Jumlah ASN BPOM Palu yang belum memadai di banding dengan beban kerja

Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun utama

Kekuatan laboratorium yang belum memadai

Dukungan sistem IT dalam pengawasan masih kurang

Belum adanya pelaksana tugas Balai POM di Kabupaten

PELUANG TANTANGAN Adanya Program Nasional (JKN dan SKN) Perkembangan Teknologi Informasi sebagai sarana KIE yang sangat cepat

Jumlah industri Obat dan Makanan yang berkembang pesat

Terjalinnya kerjasama dgn instansi terkait Desentralisasi dan Otonomi Daerah Pertumbuhan signifkan penjualan obat di Provinsi Sulawesi Tengah

Tingginya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan peningkatan permintaan obat dan makanan

Kesehatan menjadi kewenangan yang diselenggarakan secara bersama antara Balai PO M Palu dan Instansi terkait

Perubahan iklim dunia yang mempengaruhi pola penyakit

Penjualan obat & makanan ilegal secara online

Demografi dan perubahan komposisi penduduk

Munculnya berbagai penyakit baru Produk obat & makanan sangat bervariasi Perubahan pola hidup masyarakat (sosial dan ekonomi)

Globalisasi dan Perdagangan bebas Masih banyaknya jumlah pelanggaran di bidang obat dan makanan

Penegakan hukum dibidang Obat dan Makanan masih rendah

Adanya penambahan jumlah penduduk Sulawesi Tengah

Implementasi Program Fortifikasi Pangan Rendahnya pengetahuan dan kemampouan teknis UMKM Obat Tradisional

Belum optimalnya tindaklanjut hasil pengawasan obat dan makanan oleh pemangku kepentingan di daerah

Page 37: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 27

Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut di atas, baik dari sisi keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan kelemahan, serta pengaruh lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman, Balai POM di Palu perlu menetapkan strategi untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan unit Balai POM Palu periode 2015 s.d. 2019. Terdapat beberapa hal yang harus dibenahi di masa mendatang agar pencapaian kinerja Balai POM di Palu lebih optimal. Di bawah ini pada gambar 6 terdapat diagram yang menunjukkan analisis permasalahan dan peran Balai POM di Palu sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan.

Gambar 6. Diagram permasalahan, kondisi saat ini dan dampaknya

PERAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI PALU Pengujian produk, pemeriksaan dan

penyidikan, sertifikasi produk, serta sarana produksi dan distribusi

Koordinasi dan komunikasi kepada Pemangku Kepentingan

BELUM OPTIMALNYA PERAN BALAI POM DI PALU DALAM

MELAKSANAKAN PENGAWASAN OBAT DAN

MAKANAN

Belum optimalnya sistem pengawasan Obat

dan Makanan

Belum optimalnya koordinasi dengan Pemangku

Kepentinganmelalui Kerjasama, Komunikasi,

Informasi dan Edukasi Publik

Masih terbatasnya kapasitas Balai

(Eselon III)

Page 38: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

28 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Berdasarkan kondisi objektif capaian yang dipaparkan di atas, kapasitas Balai POM di Palu sebagai Unit pengawasan Obat dan Makanan masih perlu dipikirkan untuk ditingkatkan menjadi unit eselon II yang setara dengan SKPD di Provinsi Sulawesi Tengah, disamping itu dibutuhkan dukungan regulasi dalam melaksanakan tugas dan fungsi. Dukungan yang dimaksud terutama peraturan perundang-undangan yang menyangkut peran dan tugas pokok dan fungsinya agar pencapaian kinerja di masa datang semakin membaik dan dapat memastikan berjalannya proses pengawasan Obat dan Makanan yang lebih ketat dalam menjaga keamanan, khasiat/manfaat dan mutu Obat dan Makanan.

Kondisi lingkungan strategis dengan dinamika perubahan yang sangat cepat, menuntut Balai POM di Palu dapat melakukan evaluasi dan mampu beradaptasi dalam pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Dengan etos tersebut, Balai POM di Palu diharapkan mampu menjadi katalisator yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi pembangunan kesehatan di Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk itu, ada 3 isu strategis dari permasalahan pokok yang dihadapi Balai POM di Palu sesuai dengan peran dan kewenangannya agar lebih optimal, yaitu: 1. Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan, 2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorongkemandirian

pelaku usaha Obat dan Makanan, serta peningkatan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat,

3. Penguatan kapasitas kelembagaan BPOM.

Page 39: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 29

Pengawasan Obat dan Makanan

Post Market Pengawasan

Obat dan Makanan

Kemandirian Pelaku Usaha

serta Koordinasi

kepada Stakeholders

Post Market

Pengawasan Sarana Produksi sesuai Standar

Pengawasan Sarana Distribusi sesuai Standar

Sampling dan Pengujian Laboratorium

Penyidikan dan Penegakan Hukum

Pembinaan dan Bimbingan kepada Pelaku Usaha dan Kemitraan dengan

Stakeholders

Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik

Kerja sama denganStakeholders

Gambar 7. Peta Bisnis Proses Utama BPOM di Palu sesuai Peran dan Kewenangan

Gambar 8.Penjabaran Bisnis Proses Utama kepada Kegiatan Utama BPOM di Palu

SISTEM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN KEMANDIRIAN PELAKU USAHA,

KEMITRAAN DENGAN STAKEHOLDERS

SISTEM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

KEMANDIRIAN PELAKU USAHA

Page 40: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

30 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Tabel 4. Penguatan Peran BPOM di Palu Tahun 2015 s.d. 2019 Penguatan

Sistem Pengawasan

Obat dan Makanan

• Pengawasan Obat dan Makanan sesuai standar • Pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan sesuai

standar • Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan sesuai

standar • Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan Makanan • Penyidikan dan penegakan hokum

Kerjasama, Komunikasi,

Informasi dan Edukasi Publik

• Mendorong Kemandirian Pelaku Usaha serta memperkuat Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan

• Pengelolaan data dan informasi obat dan makanan • Menentukan peta zona rawan obat dan makanan yang tidak

sesuai standar • Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan yang tidak

memenuhi standar

Page 41: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 31

Berdasarkan kondisi umum potensi, permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi seperti yang telah dijelaskan pada Bab I, maka Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu (Balai POM di Palu) berupaya untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai unit kerja yang diberi wewenang untuk melakukan pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Sulawesi Tengah demi menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat sesuai standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, visi, misi serta tujuan dan sasaran Balai POM di Palu disusun.

Gambar 9. Peta Strategis BPOM Periode 2015-2019

Page 42: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

32 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

2.1 VISI

Balai POM di Palu harus dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi keberhasilan pelaksanaan RPJMN 2015 s.d. 2019 serta RKP Tahunan melalui penyusunan rencana strategis dan tahunan yang berkualitas serta optimalisasi pengendalian dan monitoring evaluasi atas terlaksananya pengawasan Obat dan Makanan secara efektif dan efisien dan pelaksanaan tugas-tugas lainnya dari pemerintah.

Mutu pengawasan Obat dan Makanan dapat dilihat dari: 1) Mutu kebijakan dalam menetapkan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria; 2) Mutu pengawasan Obat dan Makanan itu sendiri dan 3) Kerjasama dan Komunikasi publik dalam mendorong peran serta masyarakat untuk memanfaatkan produk-produk Obat dan Makanan sesuai standar. Jika hal tersebut di atas terpenuhi maka Balai POM di Palu telah dapat berperan aktif dalam mendukung pencapaian target, sasaran, misi dan visi RPJMN 2015 s.d. 2019 sesuai visi, misi Presiden dan wakil Presiden terpilih periode 2014 s.d. 2019 yang kemudian mendukung tujuan berbangsa dan bernegara sesuai UUD 1945 yakni mewujudkan masyarakat Indonesia adil dan makmur.

Visi Presiden dan Wakil Presiden dalam RPJMN 2015 s.d. 2019 adalah sebagai berikut:

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”

Misi Presiden dan Wakil Presiden dalam RPJMN 2015 s.d. 2019 adalah sebagai berikut: 1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirianekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai Negara kepulauan;

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan Negara hukum;

3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai Negara maritim;

Page 43: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 33

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera; 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; 6. Mewujudkan Indonesia menjadi Negara maritim yang mandiri, maju dan kuat serta

berbasiskan kepentingan nasional, dan 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Untuk mendukung pencapaian visi dan misi President dan Wakil Presiden tersebut, Balai POM di Palu sesuai tugas dan kewenangannya sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pengawasan Obat dan Makanan menetapkan VISI 2015 s.d. 2019 adalah:

“ Obat dan Makanan Aman, Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa ”

Penjelasan Visi: Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel diarahkan untuk penyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Selanjutnya, pengertian Aman dan Daya Saing adalah: Aman : Keadaan bebas dari bahaya. Obat dan Makanan harus dijamin

keamanannya agar tidak membahayakan kesehatan. Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah memenuhi

standar, baik lokal, nasional maupun internasional sehingga adanya suatu kesiapan produk bangsa untuk interaksi daya saing di masa depan. Produk menjadi kompetitif, yakni berpeluang untuk bersaing dengan sejumlah pelaku usaha yang menghadapi biaya tinggi

2.2 MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut, tindakan nyata sesuai dengan peran Balai POM di Palu sebagaimana telah ditetapkan dalam Bab I sangat dibutuhkan. Adapun misi yang

Page 44: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

34 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

akan dilaksanakan sesuai dengan peran Balai POM di Palu periode 2015 s.d. 2019 sebagai berikut : 1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat Pengawasan Obat dan Makanan merupakan pengawasan komprehensif

(full spectrum) mencakup pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, samplingdan pengujian produk serta penegakan hukum. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan Balai POM di Palu mampu melindungi masyarakat dengan optimal. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban, Balai POM di Palu perlu menyusun suatu strategi yang mampu mengawalnya.

Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi, di lain pihak sumber daya yang dimiliki terbatas, sehingga perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu, pengawasan Obat dan Makanan seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM), pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam dalam pengawasan Obat dan Makanan. Pelaku usaha harus bertanggung jawab memenuhi standar dan persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan sehingga menjamin Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu.

Page 45: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 35

Sebagai Institusi pengawas, Balai POM di Palu harus mampu membina dan mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu. Dengan pembinaan secara berkelanjutan, pelaku usaha ke depan diharapkan mempunyai kemandirian dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan. Era perdagangan bebas telah masuk ke Indonesia termasuk Provinsi Sulawesi Tengah. Sementara itu, kontribusi industri Pangan terhadap Pendapatan Provinsi cukup siginifikan. Hal ini tentunya merupakan suatu potensi yang luar biasa bagi industri tersebut untuk berkembang lebih pesat. Kemajuan industry Pangan secara tidak langsung dipengaruhi oleh sistem serta dukungan regulatory yang mampu diberikan oleh Balai POM di Palu. Sehingga Balai POM di Palu berkomitmen untuk mendukung peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu Obat dan Makanan. Masyarakat sebagai konsumen juga mempunyai peran yang sangat strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan, masyarakat diharapkan dapat memilih dan menggunakan Obat dan Makanan yang memenuhi standar, dan diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait Obat dan Makanan. Untuk itu, Balai POM di Palu melakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mendukung pengawasan melalui kegiatan Pemberdayaan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta kemitraan dengan pemangku kepentingan sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan berbahaya dan ilegal. Dalam menjalankan tugas dan fungsi, Balai POM di Palu tidak dapat berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pemangku kepentingan. Dalam era otonomi daerah khususnya terkait dengan bidang kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi

Page 46: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

36 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Sulawesi Tengah dilaksanakan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Badan POM. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan di daerah, karena kebijakan yang diambil harus bersinergi dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah sehingga diharapkan pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan Balai POM di Palu Untuk melaksanakan misi pertama dan kedua, Balai POM di Palu

memerlukan sumber daya yang memadai untuk mencapai model kelembagaan yang kuat sebagai penggerak organisasi.Sumber daya yang dimaksud terkait SDM dan sarana-prasarana penunjang kinerja.Dengan keterbatasan sumber daya, Balai POM di Palu harus mampu mengelola sumber daya secara optimal agar dapat mendukung terwujudnya kegiatan yang telah ditetapkan.

Di samping itu, Balai POM di Palu sebagai unit pelaksana Teknis Badan POM untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata (techno

structure), tetapi juga melaksanakan fungsi, pelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering).Untuk itu, diperlukan penguatan unit/organisasi.Unit tersebut meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.

Misi Balai POM di Palu merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi Balai POM. Pengawasan post-market yang berstandar nasional dilakukan untuk memperkuat Balai POM di Palu dalam menghadapi tantangan globalisasi dalam rangka melindungi masyarakat secara optimal.

Selain itu, Balai POM di Palu juga melakukan kemitraan dengan pemangku kepentingan terkait kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi dan sebagainya yang merupakan potensi yang perlu diperkuat. Semua itu dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik terhadap Obat dan Makanan yang beredar di pasaran, sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat mutu, keamanan dan/atau ilegal.

Page 47: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 37

Secara organisasi, Balai POM di Palu sangat memerlukan peningkatan kualitas kinerja sistem manajemen mutu serta prinsip organisasi pembelajar (learning

organization). Untuk itu, Balai POM di Palu perlu memperkuat koordinasi secara internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta pertukaran informasi (knowledge sharing).

2.3. BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi merupakan nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugas. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya. Adapun nilai-nilai prinsip Balai Pengawas Obat dan Makanandi Palu adalah sebagai berikut: 1. Profesional

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen tinggi

2. Integritas Konsisten dan keteguhan tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan

3. Kredibilitas Dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional

4. Kerjasama Tim Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik

5. Inovatif Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.

6. Responsif/Cepat Tanggap Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah

Page 48: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

38 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

2.4. TUJUAN

Dalam rangka pencapian Visi dan Misi Pengawasan terhadap Produk Obat dan Makanan, maka tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015 s.d. 2019 adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan, bermanfaat dan bermutu dalam

rangka meningkatkan kesehatan masyarakat; 2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan

menjamin mutu dan mendukung inovasi atau terciptanya iklim inovasi yang kondusif dalam rangka meningkatkann daya saing Obat dan Makanan.

Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di atas, adalah: 1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam

rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan indikator: a. Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan Balai POM di Palu;

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, dengan indikator: a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi ketentuan;

Tingkat kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan pembinaan pengawasan Obat dan Makanan.

2.5. SASARAN STRATEGIS

Sasaran strategis disusun berdasarkan visi dan misi Balai POM di Palu dengan mempertimbangkan tantangan ke depan dan sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki. Diharapkan bahwa lima tahun ke depan, Balai POM di Palu dapat mencapai sasaran strategis berikut: 1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Komoditas dan produk yang menjadi obyek pengawasan Balai POM di Palu tergolong produk berisiko tinggi yang sama sekali tidak ada ruang toleransi terhadap produk yang tidak memenuhi standar mutu, keamanan, dan

Page 49: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 39

khasiat/manfaat. Dalam konteks ini, pengawasan tidak dapat dilakukan secara parsial hanya pada produk akhir yang beredar di masyarakat tetapi harus dilakukan secara komprehensif dan sistemik. Pengawasan pada seluruh mata rantai, harus ada sistem yang dapat mendeteksi secara dini jika terjadi degradasi mutu, produk substandar untuk dilakukan pengamanan sebelum merugikan konsumen/ masyarakat.

Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh Balai POM di Palumerupakan suatu proses yang komprehensif, yaitu pengawasan post-market. Sistem itu terdiri dari: pertama, pengawasan setelah beredar (post-market control) untuk melihat konsistensi mutu produk, keamanan dan informasi produk yang dilakukan dengan melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang beredar, serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan, pemantauan farmakovigilan dan pengawasan label/penandaan dan iklan. Pengawasan post-market dilakukan secara terpadu, konsisten, dan terstandar. Kedua, pengujian laboratorium.Produk yang disampling berdasarkan risiko kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah Obat dan Makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang digunakan sebagai untuk menetapkan produk tidak memenuhi syarat yang digunakan untuk ditarik dari peredaran. Ketiga, penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Penegakan hukum didasarkan pada bukti hasil pengujian, pemeriksaan, maupun investigasi awal. Proses penegakan hukum sampai dengan projusticia dapat berakhir dengan pemberian sanksi administratif seperti dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar, disita untuk dimusnahkan. Jika pelanggaran masuk pada ranah pidana, maka terhadap pelanggaran Obat dan Makanan dapat diproses secara hukum pidana.

Prinsip ini sudah sejalan dengan kaidah-kaidah dan fungsi-fungsipengawasan full spectrum di bidang Obat dan Makanan yang berlaku secara nasional. Diharapkan melalui pelaksanaan pengawasan post-market yang

Page 50: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

40 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

profesional dan independen akan dihasilkan produk Obat dan Makanan yang aman, dan berkhasiat/manfaat dan bermutu.

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya adalah : 1. Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94% pada akhir

2019, 2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat, dengan target 84%

pada akhir 2019, 3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat, dengan target 93% pada akhir

2019, 4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat, dengan target

83% pada akhir 2019, 5. Persentase makanan yang memenuhi syarat, dengan target 90,1% pada

akhir 2019.

2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat.

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu perlu dijalin suatu Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang baik. Pengawasan oleh pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir, dimulai dari pemeriksaan bahan baku, proses produksi, distribusi hingga produk tersebut dikonsumsi oleh masyarakat. Pelaku usaha mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan. Asumsinya, pelaku usaha memiliki kemampuan teknis dan finansial untuk memelihara sistem manajemen risiko secara mandiri. Dalam hal ini dari sisi pemerintah, Balai POM di Palu bertugas dalam menerapkan kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha. Kemandirian pelaku usaha diasumsikan akan berkontribusi pada peningkatan daya saing khususnya Makanan.

Page 51: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 41

Kerjasama yang telah dilakukan oleh Balai POM di Palu belum dilakukan dengan program yang terukur dan sistematis. Kerjasama dengan berbagai pihak termasuk masyarakat sangat strategis dalam menopang tugas pengawasan Obat dan Makanan yang menjadi mandat Balai POM di Palu. Untuk mendorong kemitraan dan kerjasama yang lebih sistematis, dapat dilakukan melalui tahapan identifikasi tingkat kepentingan setiap SKPD / Kelompok Masyarakat, identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing SKPD tersebut dalam mendukung tugas yang menjadi mandat Balai POM di Palu, dan menentukan indikator bersama atas keberhasilan program kerjasama. Kerjasama dan kemitraan dapat dilakukan dengan saling mendukung serta berbagi sumber daya (dana, program atau SDM) yang tersedia di masing-masing SKPD dengan terlebih dahulu menentukan tujuan dan kerangka kerjasama, atau dengan “mendelegasikan” program-program yang ada di Balai POM di Palu kepada SKPD/ kelompok masyarakat yang memiliki program yang sejalan dengan Balai POM di Palu dengan mendukung pembiayaan program lembaga tersebut. Untuk memastikan bahwa kerjasama ini bisa berjalan dengan baik dan berkelanjutan, maka harus disusun kesepakatan (MoU) yang mengikat kedua belah pihak dengan mengacu pada tujuan kerjasama yang telah disepakati termasuk mekanisme dan sistem monitoring dan evaluasi.

Komunikasi yang efektif dengan mitra kerja di daerah merupakan hal yang wajib dilakukan. Untuk itu 5 tahun ke depan, Balai POM di Palu perlu melakukan pertemuan koordinasi dengan dinas terkait, setidaknya dua kali dalam satu tahun. Hal ini diutamakan untuk pertemuan koordinasi dalam pengawasan obat dalam JKN. Selain itu, subsistem pengawasan Obat dan Makanan oleh masyarakat sebagai konsumen, kesadaran masyarakat terkait Obat dan Makanan yang memenuhi syarat harus diciptakan. Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat) masih berpotensi tidak memenuhi syarat, sehingga masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang aman, bermanfaat dan bermutu. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat dilakukan Balai POM di Palu melalui kegiatan pembinaan

Page 52: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

42 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

dan bimbingan melalui Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi (KIE). Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka indikatornya sebagai berikut: 1. Peningkatan indeks Kepuasan masyarakat, dengan target 90% di akhir tahun

2019, 2. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan

pengawasan Obat dan Makanan dengan memeberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan.

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan Balai POM di Palu Sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)

seperti termuat dalam Renstra Badan POM 2015 s.d. 2019, Balai POM di Paluberupaya untuk terus melaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) di 8 area perubahan. Hal ini dalam rangka menciptakan birokrasi yang bermental melayani yang berkinerja tinggi sehingga kualitaspelayanan publik Balai POM di Palu akan meningkat.

Kualitas tata kelola pemerintahan adalah prasyarat tercapainya tujuan dan sasaran strategis BPOM (1 dan 2). Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi masyarakat.

Pada tahun 2015 s.d. 2019, Balai POM Palu berupaya untuk meningkatkan hasil penilaian SAKIP. Hal tersebut memerlukan dukungan anggaran dan kebijakan pemenuhan target kuantitas dan kualitas SDM di Balai POM Palu agar beban kerja lebih realistis.

Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and

machine) merupakan modal penggerak organisasi. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, menuntut kemampuan Balai POM di Palu untuk mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin dan secara

Page 53: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 43

akuntabel agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan.

Selain itu, untuk mendukung Sasaran Strategis 1 dan 2, perlu dilakukan penguatan kapasitas SDM dalam pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal ini pengelolaan SDM harus sejalan dengan mandat transformasi UU ASN yang dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan kebutuhan, (ii) pengadaan, (iii) pola karir, pangkat, dan jabatan, (iv) pengembangan karir, penilaian kinerja, disiplin, (v) promosi-mutasi, (vi) penghargaan, penggajian, dan tunjangan, (vii) perlindungan jaminan pensiun dan jaminan hari tua, sampai dengan (viii) pemberhentian. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikatornya adalah: Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, indikatornya adalah:

Nilai SAKIP Balai POM di Palu dari Badan POM

Adapun ringkasan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Balai POM di Palu periode 2015 s.d. 2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah sebagai berikut : Tabel 5. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Balai POM di Palu periode 2015-2019

VISI

Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa

MISI

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan Berbasis Risiko untuk Melindungi Masyarakat,

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

3. Meningkatkankapasitas kelembagaan Balai POM di Palu

Tujua

n 1. Meningkatnya Jaminan Produk Obat dan Makanan Aman

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal, nasional dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi

Page 54: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

44 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Sasa

ran S

trateg

is

Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan

Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan.

Meningkatnya kualitas kapasitas unit Balai POM di Palu

Indika

tor S

asar

an

1.Persentase Obat yang memenuhi syarat *);

2.Persentase OT yang memenuhi syarat*);

3.Persentase kosmetik yang memenuhi syarat*);

4.Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat*);

5.Persentase makanan yang memenuhi syarat*);

1.Tingkat Kepuasan Masyarakat *) 2. Jumlah kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan obat dan makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi obat dan makanan

Nilai Sakip Balai POM di Palu dari Badan POM

Indika

tor K

egiat

an

1. Jumlah sampel yang diuji

menggunakan parameter kritis 2. Pemenuhan target sampling

produk obat di sektor publik (IFK)

3. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi obat dan makanan

4. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi obat dan makanan

5. Jumlah perkara di bidang obat dan makanan

1. Jumlah layanan publik

BB/BPOM 2. Jumlah komunitas yang

diberdayakan

1. Persentase pemenuhan sarana prasarana

sesuai standar 2.Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

*) Indikator Kinerja Utama

Dari indikator kinerja tersebut di atas, ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Balai POM di Palu adalah: 1. Persentase obat yang memenuhi syarat; 2. Persentase OT yang memenuhi syarat; 3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat; 4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat; 5. Persentase makanan yang memenuhi syarat; 6. Tingkat kepuasan masyarakat.

Page 55: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 45

3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

Sebagai salah satu aspek pendukung pembangunan manusiadi bidang kesehatan dan gizi masyarakat, pengawasan Obat dan Makanan dihadapkan pada beberapa tantanganseperti: Pemenuhan Ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Pengawasan Obat dan Makanan.Saat ini persentase obat yang telah memenuhi standar mutu, khasiat dan keamanan baru mencapai 92 persen. Pada tahun 2014 industri farmasi yang memenuhi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) terkini baru mencapai 83,66 persen (sumber Badan POM RI).

Sasaran pokok RPJMN 2015 s.d. 2019 adalah meningkatnya status kesehatan ibu dan anak, meningkatnya status gizi masyarakat, meningkatnya pengendalian penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya penyehatan lingkungan, meningkatnya pemerataan akses dan mutu pelayanan kesehatan, meningkatnya perlindungan finansial, meningkatnya ketersediaan, persebaran, dan mutu sumber daya manusia kesehatan, serta memastikan ketersediaan obat dan mutu Obat dan Makanan. Sasaran pokok tersebut antara lain tercermin dari indikator yang terkait BPOM sebagai berikut:

No Indikator Status Awal Target 2019

1 Persentase obat yang memenuhi syarat 92,0 94,0

2 Persentase makanan yang memenuhi syarat 87,6 90,1

(Sumber: RPJMN 2015 s.d. 2019)

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang Kesehatan dan Gizi

Masyarakat tahun 2015 s.d. 2019, ditetapkan satu arah kebijakan pembangunan di bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat yang terkait dengan Balai POM adalah “Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan”, melalui : 1. Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;

Page 56: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

46 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

2. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan; 3. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan pemangku kepentingan; 4. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko oleh

masyarakat dan pelaku usaha; 5. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka mendorong peningkatan

daya saing produk Obat dan Makanan; dan 6. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan.

Pengawasan Obat dan Makanan terkait dengan 1 dari 5 strategi pembangunan ekonomi, subbidang UMKM dan koperasi, yaitu dalam hal peningkatan nilai tambah produk melalui peningkatan penerapan standardisasi produk dan sertifikasi halal, keamanan obat dan makanan.

Pada Matriks Bidang Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama, terdapat 3 program lintas di bawah koordinasi Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) yang melibatkan Balai POM yaitu: a. Program Lintas Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat, terdiri atas 12 Program di 11 K/L

termasuk Program Pengawasan Obat dan Makanan yang dilaksanakan melalui 3 kegiatan dan diukur dengan ukuran 1 indikator kinerja dan 6 indikator kinerja kegiatan (IKK).

Kode Program/Kegiatan Indikator 1.2 Program Pengawasan Obat

dan Makanan Persentase makanan yang memenuhi syarat

1.2.1

Pengawasan Produk dan BahanBerbahaya

Persentase sarana distribusi yang menyalurkanbahan berbahaya sesuai ketentuan

1.2.2

Penilaian Pangan Olahan Persentase Keputusan Penilaian pangan olahan yang Diselesaikan

1.2.3 Surveilans dan PenyuluhanKeamanan Pangan

Jumlah hasil kajian profil risiko keamananpangan Jumlah Kabupaten/kota yang sudahmenerapkan Peraturan Kepala BPOM tentangIRTP Jumlah desa pangan aman yang menerimaIntervensi Pengawasan Keamanan pangan

Page 57: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 47

b. Program Lintas Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pengendalian Penyakit terdiri atas program Dukungan Manajemen Kemenkes, P2PL, Kepemudaan dan Olahraga, serta Program Pengawasan Obat dan Makanan yang dilaksanakan melalui 4 kegiatan dengan ukuran dan kegiatan dengan ukuran 1 IKP dan 8 IKK

Kode Program/Kegiatan Indikator Program Pengawasan Obat

dan Makanan Persentase obat yang memenuhi syarat

Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan

Persentase hasil Inspeksi sarana produksi dandistribusi OT, Kosmetik dan Suplemen Kesehatan yang memerlukan pendalaman mutu dan / atau diverifikasi Persentase OT, kosmetik dan suplemen kesehatan dan produk kuasi TMS yang dianalisis dan ditindaklanjuti

Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

Jumlah inspeksi sarana produksi dan distribusi pangan yang dilakukan dalam rangka pendalaman mutu dan sertifikasi Persentase penyelesaian tindak lanjut pengawasan mutu dan keamanan produk pangan Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin keamanan pangan

Pengawasan Narkotika, Psikotropika,Prekursor, dan Zat Adiktif

Persentase label dan iklan produk tembakau yang memenuhi ketentuan Persentase penyelesaian pemberian sanksi TL tepat waktu terhadap sarana pengelola NPP yang tidak memenuhi ketentuan

Investigasi Awal dan Penyidikan Terhadap Pelanggaran Bidang Obat dan Makanan

Jumlah Perkara tindak Pidana di Bidang Obat dan Makanan.

c. Program Lintas Peningkatan Perlindungan Sosial Penduduk melalui Kartu Indonesia

Sehat terdiri atas Program Penguatan Pelaksanaan JKN, Program Pembinaan Upaya Kesehatan, Program PSDMK, dan Pengawasan Obat dan Makanan yang dilaksanakan melalui 6 kegiatan dengan ukuran 1 IKP dan 11 IKK.

Kode Program/Kegiatan Indikator 4.4 Program Pengawasan Obat

dan Makanan Persentase obat yang memenuhi syarat

4.4.1

Pengawasan Obat dan Makanan di provinsi Sulawesi Tengah

Jumlah sample yang diuji menggunakanparameter kritis Persentase cakupan pengawasan sarana produksiObat dan Makanan Pemenuhan target sampling produk obat disektor publik (IFK)

4.4.2

Pengawasan Distribusi Obat

Persentase peningkatan PBF yang memenuhiCDOB Jumlah kajian farmakovigilance obat beredar yang dikomunikasikan

Page 58: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

48 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

4.4.3

Pengawasan Produksi Obat Persentase hasil inspeksi dengan temuan kritikalyang ditindaklanjuti tepat waktu Jumlah industri farmasi yang meningkat tingkat kemandiriannya

4.4.6

Pemeriksaan secara Laboratorium,Pengujian dan Penilaian Keamanan,Manfaat dan Mutu Obat dan Makanan.

Persentase pemenuhan Alat Laboratorium Balai POM Persentase sampel uji yang ditindaklanjuti tepatwaktu

Penerapan PUG di berbagai bidang pembangunan ditunjukkan dalam Tabel

Implementasi Strategi Pengarusutamaan Gender melalui K/L. Terdapat 1 indikator penerapan PUG oleh BPOM, yaitu pada Isu Strategis III. a. Meningkatkan kapasitas kelembagaan PUG. Kegiatan: Pengembangan Tenaga dan Manajemen Pengawasan Obat dan Makanan. Sasaran: Terselenggaranya pengembangan tenaga dan manajemen pengawasan Obat dan Makanan serta penyelenggaraan operasional perkantoran. Indikator: Persentase Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ditingkatkan kualitasnya melalui pendidikan S1, S2, S3.

3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BALAI POM DI PALU

Berdasarkan hasil Analisis SWOT, arah kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis Balai POM di Palu periode 2015 s.d. 2019, adalah: Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan: 1. Melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk meningkatkan

efisiensi dan efektifitas perlindungan kepada masyarakat 2. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku

usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat dan Makanan 3. Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui kemitraan

pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Obat dan Makanan

4. Penguatan kualitas kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan melalui proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.

Page 59: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 49

Strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal: Eksternal: 1. Penguatan jejaring kemitraan dengan lintas sektor secara permanen, terstruktur dan

terukur terkait pengawasan Obat dan Makanan; 2. Meningkatkan jangkauan pengawasan di kabupaten-kabupaten terjauh dari ibukota

provinsi dengan membentuk Pos POM yang dapat meng-cover beberapa kabupaten sekitar secara lebih intensif dan efisien.

3. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan, lebih khusus terkait praktik hygiene sanitasi pengolahan pangan untuk mengatasi masalah masih tingginya tingkat cemaran mikroba pada pangan olahan di Sulawesi Tengah.

Internal:

1. Implementasi manajemen pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko, dalam rangka efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya yang terbatas.

2. Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja individu/pegawai; 3. Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk

mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai; 4. Meningkatkan kapasitas SDM pengawas Balai POM di Palu secara lebih proporsional

dan akuntabel; 5. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama

dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan, khususnya pengembangan laboratorium mikrobiologi untuk mem-backup permasalahan keamanan pangan terkait higiene sanitasi yang masih rendah.

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan

lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarakat sipil). Yang selama ini telah ditangani oleh seksi sertifikasi, informasi dan layanan konsumen. Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi dan manajemen serta

Page 60: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

50 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

sumber daya pegawai BPOM sendiri dengan mengembangkansistem pengawasan yang berkualitas, manajemen kinerja, pengelolaan anggaran yang efisien, efektif dan akuntabel.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawas Obat dan Makanan, Balai POM di Palu menetapkan program-programnya sesuai RPJMN periode 2015 s.d. 2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung (generik), sebagai berikut: a. Program Teknis

Program Pengawasan Obat dan Makanan Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama Balai

Pengawas Obat dan Makanan dalam menghasilkan standardisasi dalam pemenuhan mutu, keamanan dan manfaat Obat dan Makanan melalui serangkaian pengawasan Obat dan Makanan sesuai standar, pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan terhadap sarana distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.

b. Program Generik

1. Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya.

2. Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai POM.

Program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan prioritas Balai POM di Palu, sebagai berikut: a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan

1. Peningkatan cakupan pengawasan mutu Obat dan Makanan beredar melalui penetapan prioritas sampling berdasarkan risiko termasuk iklan dan penandaan.

2. Peningkatan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan, sarana pelayanan kesehatan, serta sarana produksi dan sarana distribusi Pangan dan Bahan Berbahaya;

3. Peningkatan pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif; 4. Penguatan kemampuan pengujian meliputi sistem dan sumber daya laboratorium

Obat dan Makanan;

Page 61: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 51

5. Penyidikan terhadappelanggaran Obat dan Makanan; 6. Peningkatan Pembinaan dan bimbingan melalui kemitraan dengan pemangku

kepentingan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat.

b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):

1. Koordinasi dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan;

2. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu;

3. Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta Peningkatan Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM di Palu;

4. Peningkatan Kompetensi Aparatur BPOM di Palu;

5. Peningkatan kualitas Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan Masyarakat.

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing sasaran

strategis Balai POM di Palu periode 2015 s.d. 2019 dijabarkan kepada sasaran program dan kegiatan berdasarkan logic model perencanaan. Adapun logic model penjabaran terhadap sasaran program dan kegiatan sesuai dengan unit organisasi Balai POM di Palu dapat dilihat pada lampiran 1.

3.3 KERANGKA REGULASI

Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan Obat dan Makanan, dibutuhkan regulasi yang kuat guna mendukung sistem pengawasan. Sebagai unit pelaksana teknis Badan POM yang mempunyai tugas teknis tidak hanya regulasi yang bersifat teknis saja yang harus dipenuhi, tetapi juga regulasi yang bersifat administratif dan strategis. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan tugas pemerintahan yang tidak dapat dilakukan sendiri, dan dalam praktiknya dibutuhkan kerjasama dengan banyak sektor terkait, baik pemerintah

Page 62: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

52 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

maupun swasta. Untuk itu, regulasi perlu dirancang sedemikian mungkin agar sesuai dengan tugas pengawasan Obat dan Makanan.

Selama ini, dalam pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan masih dijumpai kendala yang berkaitan dengan koordinasi dengan pemangku kepentingan. Seperti di daerah, Balai Besar / Balai POM melaksanakan pengawasan seringkali harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten / kota setempat. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi instansi pemerintah harus memperhatikan peraturan perundang-undangan seperti Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu aspek penting yang dilihat dari berbagai segi. Dari segi kesehatan, Obat dan Makanan secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, bahkan tidak hanya derajat kesehatan, tetapi juga kehidupan seorang manusia. Selain di bidang kesehatan, dari sisi ekonomi, Obat dan Makanan merupakan potensi yang sangat besar bagi pelaku usaha (produsen dan distributor), sektor industri Obat dan Makanan dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup besar berkontribusi pada pengurangan jumlah pengangguran.

Visi BPOM yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa mempunyai beberapa maksud, diantaranya: pertama, daya saing bangsa dalam hal ini adalah dengan Obat dan Makanan yang terjamin keamanan, manfaat, dan mutu/gizinya maka secara tidak langsung akan membentuk seorang manusia yang sehat dan berkualitas. Dengan makanan yang bergizi, seseorang akan tumbuh sehat, cerdas baik jasmani dan rohani. Obat yang aman dan bermutu akan dapat menurunkan tingkat risiko kematian.

Untuk dapat menyelenggarakan tugas pengawasan Obat dan Makanan secara optimal, Balai POM di Palu perlu ditunjang dengan regulasi yang kuat dalam lingkup pengawasan Obat dan Makanan.

Balai POM di Palu memerlukan beberapa regulasi yang penting dan dibutuhkan dalam rangka memperkuat sistem pengawasan obat dan makanan, seperti: 1. Peraturan Perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan. Peraturan ini

dapat berupa Peraturan baru atau revisi Peraturan Kepala BPOM atau Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan. Peraturan Kepala BPOM yang bersifat teknis maupun non-teknis. Beberapa

Page 63: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 53

contoh peraturan ini adalah Rancangan Peraturan Kepala BPOM tentang obat kuasi; Rancangan Peraturan Kepala BPOM tentang Mekanisme Monitoring Efek Samping Suplemen Kesehatan; Pemutakhiran Peraturan Kepala BPOM tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Suplemen Kesehatan.

2. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan serta RPP Label dan Iklan Pangan terkait Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan, terutama yang berkaitan dengan pengawasan makanan perlu dibuat peraturan pemerintah agar dapat dilaksanakan dengan baik. Permasalahan pangan seharusnya tidak hanya berfokus pada ketahanan pangan saja, namun juga pada keamanan pangan serta pemenuhan gizi dan penyesuaian terhadap amanat UU Pangan itu sendiri, yaitu pangan tidak boleh bertentangan dengan agama dan keyakinan masyarakat Indonesia.

3. Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) terkait pelaksanaan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintah pusat dan daerah dalam pasal 16 dalam hal: 1. Pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dan 2. Sebagai pedoman Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pengawasan Obat dan

Makanan. Diharapkan NSPK ini juga termasuk pola tindak lanjut hasil pengawasan Obat dan Makanan antara BPOM dengan SKPD terkait, hal ini bertujuan agar pengawasan Obat dan Makanan dapat berjalan lebih lancar, hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti oleh pemangku kepentingan terkait.

4. Standar kompetensi laboratorium dan standar GLP. Diharapkan dengan adanya standar kompetensi tersebut BPOM dapat meningkatkan pengawalan mutu Obat dan Makanan terhadap isu terkini (AEC, Post MDGs, SJSN Kesehatan, dll.).

5. Minutes of Understanding (MoU) Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan di wilayah Free Trade Zone (FTZ), daerah perbatasan, terpencil dan gugus pulau. Hal ini diperlukan karena belum optimalnya quality surveilance / monitoring mutu untuk daerah perbatasan, daerah terpencil dan gugus pulau.

6. Regulasi yang mendukung optimalisasi Pusat Kewaspadaan Obat dan Makanan dan Early

Warning System (EWS) yang informatif, antara lain: Peraturan baru terkait KLB dan

Page 64: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

54 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Farmakovigilans dan Mekanisme pelaksanaan Sistem Outbreak response dan EWS. Upaya ini dapat membantu memperbaiki Sistem Outbreak response dan EWS yang belum optimal dan informatif sehingga didapatkan response yang cepat dan efektif pada saat terjadi outbreak bencana yang berkaitan dengan bahan obat dan makanan (contoh: Obat terkontaminasi etilen glikol).

7. Juknis / pedoman untuk pengintegrasian penyebaran informasi Obat dan Makanan. Adanya Juknis / pedoman tersebut diharapkan dapat memperbaiki Sistem penyebaran informasi Obat dan Makanan yang belum terintegrasi, termasuk dengan pemanfaatan hasil MESO, Monitoring Efek Samping Obat Tradisional (MESOT), dan Monitoring Efek Samping Kosmetik (MESKOS).

8. Perlu adanya Peraturan dengan instansi terkait yang mengatur regulatory insentive melalui bimbingan teknis, fast track registrasi (crash program), misalnya semua laboratorium dalam lima tahun ke depan telah pra-kualifikasi oleh lembaga internasional.

9. Peraturan Kepala BPOM tentang koordinasi dengan pemerintah daerah serta Peraturan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota) untuk meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan di daerah. Dalam hal ini Balai POM di Palu perlu meningkatkan advokasi tentang peran pemerintah daerah dalam pengawasan Obat dan Makanan dan membuat MoU dengan pemerintah provinsi dan kabupaten / kota secara permanen, terstruktur dan terukur.

10. Balai POM di Palu akan menginisiasi dan melengkapi regulasi bersama pemerintah daerah meliputi: a. Sistem jejaring keamanan pangan daerah b. Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal c. Pengawasan terpadu distribusi bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam

pangan d. Pengawasan terpadu penyalahgunaan Obat e. Pembinaan dan pengawasan IRTP f. Pembinaan dan pengawasan PJAS

Page 65: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 55

3.4 KERANGKA KELEMBAGAAN

Untuk memperkuat peran dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan sampai ke daerah sesuai mandat Renstra 2015 s.d. 2019, Balai POM di Palu perlu menciptakan tata hubungan kerja yang baik dengan pemangku kepentingan di wilayah Sulawesi Tengah. Adapun dasar untuk memperkuat kelembagaan unit pelaksana teknis di daerah sesuai Peraturan Menteri PAN No. PER/18/M.PAN/ll/2008, Tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian adalah sebagai berikut: a. Penguatan UPT BPOM sebagai responsibility center dalam pelaksanaan fungsi Badan

POM di daerah untuk pelaksanaan mandat pada tingkat taktikal dan operasional, sekaligus sebagai “ujung tombak” dalam penyelenggaraan layanan teknis dan administratif yang telah didelegasikan dari Badan POM;

b. Peningkatan kinerja kelembagaan UPT melalui penataan ulang kriteria dan klasifikasi UPT berdasarkan unsur pokok dan unsur penunjang;

Page 66: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

56 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Secara garis besar kerangka kelembagaan Badan Pengawas Obat dan Makanan dituangkan pada Gambar 10. Dalam kerangka kelembagaan tersebut tampak bahwa dalam pelaksanaan mandatnya Badan POM menyelenggarakan fungsi produce, provide, manage, dan apply.

Gambar 10. Kerangka kelembagaan pelaksanaan mandat Badan POM RI dan Balai POM

REGULATING

Perumusan dan

penetapan kebijakan

EMPOWERING Fasilitasi,

pengembangan

kapsasitas

EXECUTING Penyediaan

layanan publik

Penetapan standar dan persyaratan

Pegujian lab, Pemeriksaan sarana, dan penyidikan

Pengawasan pembuatan, penandaan dan informasi

Pengawasan

peredaran, promosi dan iklan

Perijinan, pengawasan

peredaran obat dan pengawasan

industri farmasi

Pengelolaan anggaran Pengelolaan SDM ASN Pengelolaan

data, informasi dan pengetahuan Pengelolaan sarana

dan prasarana kerja Tatakelola dan tatalaksana

Ketersediaan anggaran Pengukuran Kinerja Perencanaan

P R O D U C E

P R O V I D E

A P P L Y

M A N A G E

Keterpaduan sistem informasi obat dan makanan nasional

Kebijakan nasional dan pedoman pengawasan

obat dan makanan

Keterlibatan pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha dan masyarakat

dalam pengawasan obat dan makanan

Perlindungan masyarakat dari risiko obat dan makanan yang tidak

memenuhi standar dan persyaratan

Page 67: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 57

Fungsi produce, meliputi mandat untuk perumusan dan penetapan kebijakan (regulating), penyelenggaraan layanan publik (executing, dan pelaksanaan fasilitasi, pengembangan kapasitas, maupun kegiatan-kegiatan penguatan bagi pihak lain (empowering). Fungsi provide, merupakan menyediakan keluaran untuk dimanfaatkan langsung oleh mitra atau pengguna akhir. Untuk fungsi manage, merupakan fungsi pengelolaan sumberdaya organisasi agar dapat dicapai hasil yang optimal dalam mendukung kegiatan operasional Badan POM. Sedangkan apply adalah bentuk outreach dalam penciptaan nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat. Dalam rangka perkuatan kelembagaan UPT Balai POM di Palu, diperlukan: 1. Memperkuat fungsi koordinasi dengan lembaga-lembaga pemerintah di daerah di

bidang pengawasan Obat dan Makanan; 2. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas sama

dalam rangka mewujudkan pencapaian prioritas pembangunan kesehatan; 3. Diperlukan koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait yang memiliki tugas sama

dalam rangka penegakan hukum yang tergabung dalam aparat gabungan penegak hukum. Hal ini sangat diperlukan karena peredaran Obat dan Makanan ilegal merupakan aspek pidana yang masuk dalam sistem peradilan pidana.

4. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan BPOM di Palu untuk memastikan bisnis proses dan tata laksana baik dalam hal tata kelola pembuatan keputusan, implementasi keputusan, tata kelola evaluasi, serta manajemen kinerja dilaksanakan secara efektif, efisien, dan transparan.

5. Penyempurnaan tata laksana dengan membuat prosedur-mekanisme penanganan konflik antarunit organisasi melalui kaji ulang manajemen dan revisi SOP dan IK di Balai POM di Palu.

6. Mengelola tindaklanjut hasil-hasil pengawasan Balai POM di Palu yang direkomendasikan kepada instansi terkait melalui penyusunan SOP bersama berupa matriks kerjasama dan tindaklanjut hasil pengawasan Obat dan Makanan.

7. Pemantapan pengelolaan SDM ASN, mulai dari perencanaan kebutuhan berdasarkan analisis jabatan dan analisa beban kerja, peningkatan kompetensi dan

Page 68: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

58 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

profesionalisme ASN, penilaian kinerja individu ASN, hingga penyusunan kebutuhan anggaran untuk biaya rutin ASN.

8. Percepatan pemerataan kompetensi personil dibidang pengujian laboratorium melalui pelaksanaan inhouse training secara berkelanjutan.

9. Perkuatan laboratorium Balai POM di Palu melalui penambahan fungsi sebagai laboratorium investigasi untuk penanganan kasus new emerging, sehingga menjadi laboratorium rujukan di wilayah Sulawesi Tengah dan wilayah timur Indonesia.

Page 69: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 59

4.1 TARGET KINERJA

Sasaran strategis Balai POM di Palu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, target dan indikator masing-masing sasaran strategis adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja

Sasaran Strategis Indikator Target Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019 Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat

92 92.5 93 93.5 94

Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat meningkat

80 81 82 83 84

Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat meningkat

89 90 91 92 93

Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat meningkat

79 80 81 82 83

Persentase Makanan yang memenuhi syarat meningkat

88.1 88.6 89.1 89.6 90.1

Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan

Tingkat kepuasan masyarakat 77 80 82 86 90 Jumlah kabupaten/kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan obat dan makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksaan regulasi obat dan makanan

9 10 11 12 13

Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Balai POM di Palu

Nilai SAKIP Balai POM di Palu dari Badan POM

A A A A A

Sasaran Program Balai POM di Palu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, target dan indikator masing-masing sasaran Program adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Sasaran Program dan Indikator Kinerja

Sasaran Program Indikator Target Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019 Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan

Persentase obat yang memenuhi syarat meningkat

92 92.5 93 93.5 94

Page 70: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

60 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Makanan

Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat meningkat

80 81 82 83 84

Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat meningkat

89 90 91 92 93

Persentase Suplemen Makanan yang memenuhi syarat meningkat

79 80 81 82 83

Persentase Makanan yang memenuhi syarat meningkat

88.1 88.6 89.1 89.6 90.1

Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan

Tingkat kepuasan masyarakat 77 80 82 86 90 Jumlah kabupaten/kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan obat dan makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi obat dan makanan

9 10 11 12 13

Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan Balai POM di Palu

Nilai SAKIP Balai POM di Palu dari Badan POM

A A A A A

Sasaran Kegiatan Balai POM di Palu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, target dan indikator masing-masing sasaran Kegiatan adalah sebagai berikut: Tabel 8. Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja

Sasaran Kegiatan Indikator Target Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019 Meningkatnya kualitas sampling dan pengujian terhadap produk obat dan makanan

Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis

2.500 2.500 2.500 2.500 2.500

Pemenuhan target sampling produk obat di sektor publik (IFK)

100 100 100 100 100

Meningkatnya kualitas sarana produksi yang memenuhi standar

Persentase cakupan pengawasan sarana produksi obat dan makanan

100 100 100 100 100

Meningkatnya kualitas sarana distribusi yang memenuhi syarat

Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi obat dan makanan

26,20 26,57 26,95 27,32 27,32

Meningkatnya hasil tindak lanjut penyidikan terhadap pelanggaran obat dan makanan

Jumlah perkara di bidang obat dan makanan

3 3 3 3 3

Meningkatnya kerja sama, komunikasi, informasi dan edukasi

Jumlah layanan publik BB/BPOM

419 457 495 531 572

Jumlah komunitas yang diberdayakan

15 19 23 27 31

Pengadaan sarana dan prasarana terkait pengawasan obat dan makanan

Persentase pemenuhan sarana dan prasarana sesuai standar

Penyusunan perencanaan, penganggaran, keuangan dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

Jumlah dokumen perencanaan penganggaran dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

10 9 10 9 10

Page 71: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 61

4.2 KERANGKA PENDANAAN

Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran kegiatanBalai POM di Palu periode 2015 s.d. 2019 adalah sebagai berikut :

Tabel 9. Sasaran Kegiatan, Indikator Kinerja dan Pendanaan

Sasaran Kegiatan Indikator Alokasi (Rp milyar)

2015 2016 2017 2018 2019 Meningkatnya kualitas sampling dan pengujian terhadap produk obat dan makanan

Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis

1,238 1,362 1,498 1,648 1,813

Pemenuhan target sampling produk obat di sektor publik (IFK)

0,025 0,027 0,030 0,033 0,036

Meningkatnya kualitas sarana produksi yang memenuhi standar

Persentase cakupan pengawasan sarana produksi obat dan makanan

0,132 0,146 0,160 0,176 0,194

Meningkatnya kualitas sarana distribusi yang memenuhi syarat

Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi obat dan makanan

0,599 0,689 0,792 0,911 1,047

Meningkatnya hasil tindak lanjut penyidikan terhadap pelanggaran obat dan makanan

Jumlah perkara di bidang obat dan makanan

0,278 0,306 0,337 0,371 0,408

Meningkatnya kerja sama, komunikasi, informasi dan edukasi

Jumlah layanan publik BB/BPOM 0,580 0,638 0,702 0,772 0,849

Jumlah komunitas yang diberdayakan

0,717 0,789 0,868 0,955 1,051

Pengadaan sarana dan prasarana terkait pengawasan obat dan makanan

Persentase pemenuhan sarana dan prasarana sesuai standar

3,004 6,794 4,108 4,108 4,108

Penyusunan perencanaan, penganggaran, keuangan dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

Jumlah dokumen perencanaan penganggaran dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

1,793 1,972 2,169 2,386 2,625

Dalam kerangka pendanaan sesuai RPJMN terkait kesehatan dan gizi masyarakat,

pemerintah dimandatkan untuk meningkatkan pendanaan dan peningkatan efektivitas pendanaan pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat melalui peningkatan dukungan dana publik (pemerintah), termasuk peningkatan peran dan tanggung jawab pemerintah daerah serta peningkatan peran dan dukungan masyarakat dunia usaha / swasta melalui public private partnership (PPP) dan corporate social responsibility (CSR). Peningkatan kerjasama peran serta tanggung jawab pemerintah daerah dalam mendukung pengawasan

Page 72: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

62 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

peredaran Obat dan Makanan yang aman dalam rangka peningkatan kesehatan dan gizi masyarakat adalah salah satu teruma dalam memastikan keterlibatan SKPD dalam mendukung tugas dan fungsi Balai POM di Palu.

Disamping itu, dukungan masyarakat dan dunia usaha melalui mekanisme PPP dan CSR juga perlu diintensifkan. Inisiatif PPP merupakan model kerjasama baru antara pemerintah dan private sector yang bertujuan memastikan keterlibatan dunia usaha dalam mewujudkan dan mempercepat tercapainya tujuan pembangunan serta mendorong keberlanjutannya. Mekanisme PPP bisa dalam bentuk kerjasama teknis dan program, pendidikan dan pelatihan, atau dengan memberikan dukungan tenaga ahli pada proyek yang dikerjasamakan. Inisiatif PPP ini cukup progresif jika dibandingkan dengan model CSR yang selama ini lebih banyak dalam bentuk karikatif dan lebih pada bagaimana citra dan branding perusahaan menjadi lebih baik di mata publik.

Model PPP dan CSR ini tentu saja merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan oleh Balai POM dalam mendukung kegiatan Balai POM di Palu. Apalagi banyak perusahaan, khususnya pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan yang berkepentingan secara langsung dengan Balai POM. Namun demikian, juga terdapat tantangan dimana akan muncul semacam conflict of interest antara Balai POM sebagai regulator sekaligus eksekutor terhadap perusahaan-perusahaan yang berkepentingan dengan Balai POM tersebut.

Tetapi potensi konflik kepentingan ini bisa dihindari dengan membuat aturan dan program yang jelas, serta bisa dievaluasi oleh publik. PPP dan CSR ini dapat langsung berhubungan dengan publik tanpa melalui Balai POM. Balai POM hanya memberikan informasi terkait kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga PPP dan CSR secara langsung berkontribusi secara sukarela. Matriks kinerja dan pendanaan BPOM per kegiatan sebagaimana pada Lampiran 1.

Page 73: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu 63

Renstra Balai POM di PaluTahun 2015 s.d. 2019 adalah panduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai POM di Paluselama 5 tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015 s.d. 2019 sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya, serta komitmen semua staf Balai POM di Palu termasuk pimpinan. Disamping itu, keberhasilan pelaksanaan Renstra Tahun 2015 s.d. 2019, ditentukan oleh triwulan dan tahunan. Jika diperlukan, perubahan / revisi muatan Renstra Balai POM di Palu dapat dilakukan, termasuk indikator-indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah tujuan Balai POM di Palu.

Renstra Balai POM di PaluTahun 2015 s.d. 2019 menjadi acuan kerja bagi staf dan pimpinan di lingkungan Balai POM di Palu, sesuai tugas pokok dan fungsinya. Diharapkan staf dan pimpinan dapat melaksanakannya dengan akuntabel serta berorientasi pada peningkatan kinerja unit kerja dan kinerja pegawai.

Pelaksanaan Renstra Balai POM di Palu diharapkan dapat berkontribusi pada pencapaian RPJMN, Visi Misi Presiden dan Visi Misi Badan POM. Hal ini dimungkinkan karena program dan kegiatan dalam Renstra Balai POM di Palu tahun 2015 s.d. 2019 ini telah dilengkapi dengan target outcome dan output yang akan dimonitoring dan dievaluasi secara berkala setiap triwulan dan setiap tahun, pada pertengahan periode Rencana Strategis / RPJMN sebagai midterm review, maupun pada akhir RPJMN sebagai impact assessment.

Evaluasi Renstra yang dilaksanakan setiap tahun didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan nasional (BAPPENAS). Selain sebagai bahan evaluasi seperti tersebut di atas, Renstra juga menjadi pedoman untuk penyusunan Laporan

Page 74: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

64 Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Kinerja Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan Peraturan Presiden tentang Sistem Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dikoordinasikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Dengan demikian, hasil pelaksanaan Renstra Balai POM di Palu Tahun 2015 s.d. 2019 dapat memberikan kontribusi terhadap visi, misi dan program kerja Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014 s.d. 2019, yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.

Page 75: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

SS 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan 1,263 1,389 1,528 1,681 3,943

1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Sulawesi Tengah 92,00 92,00 92,50 93,00 93,50 94,00 Badan POM

1.2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat

Provinsi Sulawesi Tengah 70,00 80,00 81,00 82,00 83,00 84,00 Badan POM

1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat

Provinsi Sulawesi Tengah 88,00 89,00 90,00 91,00 92,00 93,00 Badan POM

1.4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat

Provinsi Sulawesi Tengah 78,00 79,00 80,00 81,00 82,00 83,00 Badan POM

1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat

Provinsi Sulawesi Tengah 87,60 88,10 88,60 89,10 89,60 90,10 Badan POM

SS 2

Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan

1,297 1,427 1,570 1,727 1,900

2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah 3,00 3,10 3,20 3,30 3,40 3,50 Badan POM

2,2

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Provinsi Sulawesi Tengah 8,00 9,00 10,00 11,00 12,00 13,00 Badan POM

SS 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM 6,590 10,738 8,446 8,880 9,358

3,1 Nilai SAKIP BBPOM/BPOM dari Badan POM

Provinsi Sulawesi Tengah A A A A A A Badan POM

SP 1 Menguatnya sistem pengawasan Obat dan Makanan 1,263 1,389 1,528 1,681 3,943

1.1. Persentase obat yang memenuhi syarat Provinsi Sulawesi Tengah 92,00 92,00 92,50 93,00 93,50 94,00 Balai POM di Palu Badan POM

1.2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat

Provinsi Sulawesi Tengah 70,00 80,00 81,00 82,00 83,00 84,00 Balai POM di Palu Badan POM

1.3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat

Provinsi Sulawesi Tengah 88,00 89,00 90,00 91,00 92,00 93,00 Balai POM di Palu Badan POM

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Program Pengawasan Obat dan Makanan

Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai POM di Palu 2015 s.d 2019

Program/ Kegiatan

Sasaran Program (Outcome )/Sasaran Kegiatan (Output )/Indikator Lokasi Baseline

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit Organisasi Pelaksana

K/L-N-B- NS-BS

1.3. syarat Tengah 88,00 89,00 90,00 91,00 92,00 93,00 Balai POM di Palu Badan POM

1.4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat

Provinsi Sulawesi Tengah 78,00 79,00 80,00 81,00 82,00 83,00 Balai POM di Palu Badan POM

1.5. Persentase makanan yang memenuhi syarat

Provinsi Sulawesi Tengah 87,60 88,10 88,60 89,10 89,60 90,10 Balai POM di Palu Badan POM

Page 76: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Program/ Kegiatan

Sasaran Program (Outcome )/Sasaran Kegiatan (Output )/Indikator Lokasi Baseline

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit Organisasi Pelaksana

K/L-N-B- NS-BS

SP 2

Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan

1,297 1,427 1,570 1,727 1,900

2,1 Tingkat Kepuasan Masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah 75,00 77,00 80,00 82,00 86,00 90,00 Balai POM di Palu Badan POM

2,2

Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan

Provinsi Sulawesi Tengah 8,00 9,00 10,00 11,00 12,00 13,00 Balai POM di Palu Badan POM

SP 3 Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM 6,590 10,738 8,446 8,880 9,358

3,1 Nilai SAKIP BPOM dari Badan POM Provinsi Sulawesi Tengah A A A A A A Balai POM di Palu Badan POM

13,451 21,775 17,222 18,123 21,209

SK 1Meningkatnya kualitas sampling dan pengujian terhadap produk obat dan makanan yang beredar

1,263 1,389 1,528 1,681 1,849

1 Jumlah sampel yang diuji menggunakan parameter kritis

Provinsi Sulawesi Tengah 2.500,00 2.500,00 2.200,00 2.200,00 2.200,00 2.200,00 1,238 1,362 1,498 1,648 1,813 Balai POM di Palu Badan POM

2 Pemenuhan target sampling produk Obat di sektor publik (IFK)

Provinsi Sulawesi Tengah 40,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 0,025 0,027 0,030 0,033 0,036 Balai POM di Palu Badan POM

SK 2 Meningkatnya kualitas sarana produksi yang memenuhi syarat 0.132 0.146 0.160 0.176 0.194

3Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan

Provinsi Sulawesi Tengah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 0.132 0.146 0.160 0.176 0.194 Balai POM di Palu Badan POM

SK 3 Meningkatnya kualitas sarana distribusi yang memenuhi syarat 0.599 0.689 0.792 0.911 1,047

4 Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan

Provinsi Sulawesi Tengah 26,20 26,20 26,57 26,95 27,32 27,32 0.599 0.689 0.792 0.911 1,047 Balai POM di Palu Badan POM

SK 4Meningkatnya hasil tindak lanjut penyidikan terhadap pelanggaran obat dan makanan

0.278 0.306 0.337 0.371 0.408

5 Jumlah Perkara di bidang obat dan makanan

Provinsi Sulawesi Tengah 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00 0.278 0.306 0.337 0.371 0.408 Balai POM di Palu Badan POM

SK 5 Meningkatnya kerja sama, komunikasi, infirmasi dan edukasi 1,297 1,427 1,570 1,727 1,900

Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan di Balai POM di Palu

infirmasi dan edukasi

6 Jumlah layanan publik BB/BPOM Provinsi Sulawesi Tengah 357,00 419,00 457,00 495,00 531,00 572,00 0,580 0,638 0,702 0,772 0,849 Balai POM di Palu Badan POM

7 Jumlah Komunitas yang diberdayakan )(3desa,pasar dan 100sekolah)

Provinsi Sulawesi Tengah 11,00 15,00 19,00 23,00 27,00 31,00 0,717 0,789 0,868 0,955 1,051 Balai POM di Palu Badan POM

Page 77: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Palu

Program/ Kegiatan

Sasaran Program (Outcome )/Sasaran Kegiatan (Output )/Indikator Lokasi Baseline

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah) Unit Organisasi Pelaksana

K/L-N-B- NS-BS

SK 6 Pengadaan sarana dan prasarana terkait pengawasan obat dan makanan 3,004 6,794 4,108 4,108 4,108

8Persentase pemenuhan sarana prasarana sesuai standar(alat90,gedung80,alat pngolah data85,meubelair85)

Provinsi Sulawesi Tengah 71 73 73 75 77 80 3,004 6,794 4,108 4,108 4,108 Balai POM di Palu Badan POM

SK 7Penyusunan perencanaan, penganggaran, keuangan dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

1,793 1,972 2,169 2,386 2,625

9Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang dilaporkan tepat waktu

Provinsi Sulawesi Tengah 8,00 10,00 9,00 10,00 9,00 10,00 1,793 1,972 2,169 2,386 2,625 Balai POM di Palu Badan POM

Page 78: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Lampiran 2. Matriks Kerangka Regulasi Balai POM di Palu 2015 -2019

No Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi

Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan

Penelitian

1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

1. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

2. Biro Administrasi Perekonomian SETDA Prov. Sulteng

2. Dinas ESDM Prov. Sulteng

3. Balai Karantina Pertanian

4. YLKI

5. BPOM di Palu

1. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

1. BPOM di Palu

2. BAPEDA Prov. Sulteng3. Dinas Kesehatan Prov.

Sulteng4. Dinas Kelautan dan

Perikanan Prov. Sulteng5. Dinas Pertanian Daerah

Prov. Sulteng6. Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan1 BPOM di Palu

2 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

3 Dinas Pertanian

2. Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah No 521/148/BKPD-GST/2015 tentang Tim Koordinasi Jejaring Kemanan Pangan terpadu Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2015-2019

Mengoptimalkan kerjasama antara Balai POM di Palu dengan SKPD terkait dalam mengawasi keamanan pangan di Provinsi Sulawesi Tengah

3 Keputusan Walikota Palu Nomor 533/217/BP2KP/2015 tentang Pengawasan, Pemantauan Kimia Berbahaya pada Produk Pangan Segar dan Olahan Kota Palu Tahun 2015

Mengoptimalkan kerjasama antara Balai POM di Palu dengan SKPD terkait dalam mengawasi dan memantau produk pangan segar dan olahan di Provinsi Sulawesi Tengah

1. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahan Pangan

Unit Penanggung Jawab Unit Terkait/Institusi

1. Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah No 530/46/DISPERINDAG-GST/2015 tentang Pengawasan Pendistribusian Barang Beredar, Bahan Berbahaya, Bahan Beracun dan Barang Beredar Lainnya Provinsi Sulawesi Tengah Tahun Anggaran 2015

Terciptanya sinergisme antara Balai POM di Palu dengan SKPD terkait dalam mengawasi pendistribusian barang yang beredar di Provinsi Sulawesi Tengah

3. Bidang Perdagangan Dalam Negeri

Page 79: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

No Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi

Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan

PenelitianUnit Penanggung Jawab Unit Terkait/Institusi

1 Dinas Perhubungan Provinsi dan Kota

2 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

3 Kantor Kesehatan Pelabuhan

4 BPOM di Palu

5 Kantor Imigrasi Kelas I Palu

5 Nota Kesepahaman antara Bupati Kabupaten Poso dengan Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu Nomor: HM.03.01.104.02.15.0247 dan Nomor 180/1096/2015 Tentang Pengawasan Sarana Produksi, Distribusi Produk Pangan Industri Rumah Tangga Pangan dan Sarana Distribusi serta Sarana Pelayanan Sediaan Farmasi

Meningkatkan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Poso terkait pengawasan obat dan makanan di Kabupaten Poso

1 Balai POM di Palu 1 Bupati Poso

6 Perjanjian Kerjasama antara Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Poso di Provinsi Sulawesi Tengah Nomor: HM.03.01.104.02.15.0248 dan Nomor 400/12.77/DINKES Tentang Pengawasan Sarana Produksi, Distribusi Produk Pangan IRTP dan Sarana Distribusi serta Sarana Pelayanan Sediaan Farmasi.

Meningkatkan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Poso terkait pengawasan obat dan makanan di Kabupaten Poso

1 Balai POM di Palu 1 Dinas Kesehatan Kabupaten Poso

4 Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. Sulteng No 572/2014 tentang Pembentukan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

Meningkatkan perlindungan kesehatan calon jamaah haji Provinsi Sulawesi Tengah terkait pangan

1. Kanwil Kementerian Agama Prov. Sulteng

Page 80: PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

No Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi

Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan

PenelitianUnit Penanggung Jawab Unit Terkait/Institusi

1 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Poso

2 Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Poso

1 Balai POM di Palu2 Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kab/Kota3 Dinas Koperasi dan UMKM

1 Dinas Kesehatan 2 Dinas Perindustrian dan

Perdagangan3 Dinas Pertanian4 Dinas Perikanan dan Kelautan

1 BNN Provinsi dan Kabupaten/Kota2 Dinas Kesehatan Provinsi dan

Kabupaten/Kota3 Kepolisian Daerah

Meningkatkan kerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Poso terkait pengawasan obat dan makanan di Kabupaten Poso

10 Nota Kesepahaman Balai POM di Palu dengan BNN Provinsi Sulteng tentang Pengawasan Penyalahgunaan Obat

Kasus-kasus penyalahgunaan obat seperti Triheksifenidil, Tramadol dan psikoaktif lainnya masih tinggi dan sulit diberantas, sehingga diperlukan kerjasama pengawasan maupun pembinaan terpadu dalam menanggulanginya.

Balai POM di Palu1

1 Dinas Kesehatan Kab/Kota

9 Nota Kesepahaman Balai POM di Palu dengan Bupati/Walikota se-Sulawesi Tengah tentang Pola Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Obat dan Makanan

Meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan melalui pola tindak lanjut hasil-hasil pengawasan secara terpadu dan berkesinambungan. Saat ini hasil-hasil pengawasan Balai POM yang direkomendasikan kepada stake holder terkait belum ditindaklanjuti sesuai ketentuan

1 Balai POM di Palu

Nota Kesepahaman Balai POM di Palu dengan Bupati/Walikota se-Sulawesi Tengah tentang Pembinaan dan Pengawasan UMKM Pangan

8 Meningkatkan mutu dan keamanan produk P-IRT agar memiliki daya saing dalam hal mutu dan keamanan pangan khususnya dalam menghadapi MEA

Balai POM di Palu1Perjanjian Kerjasama antara Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palu dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Poso dan Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Poso tentang Pengawasan dan Pembinaan Pangan Jajanan Anak Sekolah Nomor HM.03.04.1045.03.14.0249; Nomor 400/12.29/Dinkes dan 703/326.1/Dikbud/2015.

7