PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

236
PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) PROVINSI BANTEN DALAM PEREDARAN OBAT TRADISIONAL DI KOTA SERANG SKRIPSI Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Administrasi Negara Konsentrasi Manajemen Publik Oleh : Gaery Rahman Saputra 6661081439 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG BANTEN 2014

Transcript of PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Page 1: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT

DAN MAKANAN (BPOM) PROVINSI BANTEN

DALAM PEREDARAN OBAT TRADISIONAL

DI KOTA SERANG

SKRIPSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Konsentrasi Manajemen Publik

Oleh :

Gaery Rahman Saputra

6661081439

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG BANTEN

2014

Page 2: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

ABSTRAK

Gaery Rahman Saputra. NIM 081439. Skripsi. Pengawasan Balai Pengawas

Obat dan Makanan Provinsi Banten dalam Peredaran Obat Tradisional di

Kota Serang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: Yeni

Widyastuti, S.Sos M.Si. Pembimbing II: Rina Yulianti, S.IP, M.Si.

Pengawasan obat tradisional perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan

dilaksanakan dengan baik sehingga melindungi hak konsumen. Namun demikian

masih terdapat masalah dalam pengawasan peredaran obat tradisional, sehingga

masih ada obat tradisional ilegal yang beredar dipasaran. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui dan menganalisis pengawasan peredaran obat tradisional oleh

Balai Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Banten mengingat masih banyak

ditemukan produk obat dan makanan yang berbahan kimia obat (BKO), ilegal,

dan kadaluarsa beredar di masyarakat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teori pengawasan dari Joko Widodo. Metode penelitian yang digunakan

yaitu kualitiatif dengan teknik kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini yaitu

bahwa pengawasan yang dilakukan oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan

belum optimal, dikarenakan jumlah sumber daya manusia pengawas yang masih

minim, kurangnya kelengkapan sarana, kurang meratanya sosialisasi informasi

mengenai obat tradisional dan public warning serta terpusatnya pengawasan yang

dilakukan pada satu wilayah. Adapun saran yang diberikan adalah melakukan

pengajuan rekomendasi penambahan pegawai pada biro kepegawaian BPOM

Pusat, pemanfaatan media sosial dalam melakukan sosialisasi, dan pengajuan

peningkatan anggaran untuk penambahan sarana transportasi.

Kata Kunci: BPOM, Pengawasan, Peredaran, Obat Tradisional.

Page 3: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

ABSTRACT

Gaery Rahman Saputra. NIM 081439. Thesis. Supervision of Food and Drug

Administration Center for Banten province in Circulation Traditional Medicine

in Serang City. State Administration of Science Program. Faculty of Social

Science and Political Science. University of Sultan Agung Tirtayasa. Supervisor

I: Yeni Widyastuti, S. Sos, M.Si. Supervisor II: Rina Yulianti, S.IP, M.Si.

Control the circulation of traditional medicine needs to be done by the Local

Government and implemented so as to protect the rights of consumers. However,

there is still a problem in the control of traditional medicine circulation so there

traditional medicine in the market. The purpose of this study to determine and

analyze control the circulation of traditional medicine by the Food and Drug

Administration Center for Banten considering there are still many drug and food

products made from medicinal chemistry (BKO), illegal, and expired circulating

in the community. The theory used in this research is the theory of supervision of

Joko Widodo. The method used is qualitative descriptive qualitative techniques.

The final conclusion is that the surveillance conducted by the Center for Food and

Drug Administration is not optimal, because the number of human resources

supervisor who is still minimal, the lack of completeness of facilities, less

inequality dissemination of information on traditional medicine and public

warning and monitoring the concentration in one area. The advice given is to the

filing of additional staff recommendation to BPOM central personnel agency, the

use of social media to socialize, and the filing of an increase in the budget for

additional means of transport.

Keywords: BPOM, Supervision, Circulation, Traditional Medicine

Page 4: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 5: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 6: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 7: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Yang kalah adalah yang menyerah dan yang menang adalah

yang berjuang, posisi terakhir belum tentu kalah selama

pertandingan belum berakhir”

skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta, kakakku, adikku

serta sahabat baikku Diah Hardianti Wibowo. ST yang telah menjadi motivasi dan inspirasi serta tiada henti memberikan dukungan do'anya

untukku.

Page 8: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

i

KATA PENGANTAR

Bismillahir-Rahmanir-Rahim,

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh,

Segala puji bagi Allah yang atas nikmatnya penulis telah dapat

merampungkan Skripsi yang berjudul Pengawasan Balai Pengawas Obat dan

Makanan Provinsi Banten dalam Peredaran Obat Tradisional di Kota Serang.

Shalawat dan salam mudah-mudahan tercurahkan untuk panutan penulis,

junjungan Nabi besar Muhammad SAW.

Penulisan Skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya

bimbingan, bantuan, nasihat, saran, dan perhatian dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini merupakan suatu kebanggaan bagi penulis untuk menyampaikan

ucapan terima kasih dan penghargaan dengan segala kerendahan hati kepada :

1. Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si, Wakil Dekan bidang I Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Mia Dwiana M., S.Sos, M.I.Kom. Wakil Dekan bidang II Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Gandung Ismanto, MM, Wakil Dekan bidang III Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Page 9: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

ii

6. Rahmawati, S.Sos, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si, Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi

Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

8. Yeni Widyastuti M.Si, Dosen Pembimbing I Skripsi atas waktu dan

kesabarannya dalam memberikan saran, kritik dan arahan kepada penulis

dalam meyelesaikan Skripsi ini.

9. Rina Yulianti, S.IP, M.Si, Dosen Pembimbing II Skripsi atas waktu dan

kesabarannya dalam memberikan saran, kritik dan arahan kepada penulis

dalam meyelesaikan Skripsi ini.

10. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Jurusan Administrasi Negara,

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

11. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang yang tiada

henti serta doa dan dukungannya kepada penulis hingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

12. Kakak dan Adik-adiku tersayang yang selama ini selalu memberikan

semangat, do’a dan dukungannya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

13. Diah Hardianti Wibowo, ST yang selama ini memberikan semangat, do’a

dan dukungannya baik moril maupun materil kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

iii

14. Ulvia Fadillah, S.Sos, Rendi Purnama, S.Sos, Nanang Sutisna, S.Sos dan

Leny Ratnasari, S.Sos, yang selama ini memberikan semangat dan

dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

15. Para rekan-rekan Mahasiswa Prodi Ilmu Administrasi Negara angkatan

2008, Semoga Sukses dalam mengejar Cita-citanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan maka, kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat, baik

untuk penulis sendiri pada khususnya dan untuk para pembaca pada umumnya.

Serang, Februari 2015

Penulis

Gaery Rahman Saputra

Page 11: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... iv

DAFTAR TABEL....................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................... 13

1.3 Batasan dan Perumusan Masalah....................................................... 14

1.4 Tujuan Penelitian............................................................................... 14

1.5 Manfaat Penelitian............................................................................. 14

1.6 Sistematika Penulisan........................................................................ 15

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN. ………................................................................. 21

2.1 Kajian Teori…................................................................................... 21

2.1.1 Manajemen.................................................................................... 21

2.1.2 Pengawasan.................................................................................. 22

Page 12: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

v

2.1.3 Sistem Pengawasan...................................................................... 25

2.1.4 Tujuan Pengawasan...................................................................... 27

2.1.5 Jenis-Jenis Pengawasan................................................................ 30

2.1.6 Sifat dan Waktu Pengawasan....................................................... 31

2.1.7 Fungsi Pengawasan...................................................................... 32

2.1.8 Teknik-Teknik Pengawasan......................................................... 33

2.1.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengawasan......................... 33

2.1.10 Obat............................................................................................. 35

2.1.11 Obat Tradisional.......................................................................... 36

2.1.12 Standardisasi Obat Tradisional................................................... 37

2.1.13 Logo Obat Tradisional................................................................ 38

2.2 Penelitian Terdahulu.......................................................................... 41

2.2.1 Kerangka Pemikiran...................................................................... 45

2.2.2 Asumsi Dasar................................................................................ 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 49

3.1 Metode Penelitian.............................................................................. 49

3.2 Fokus Penelitian................................................................................. 50

3.3 Lokasi Penelitian................................................................................50

3.4 Variabel Penelitian............................................................................. 50

3.4.1 Definisi Konsep............................................................................. 50

3.4.2 Definsi Operasional....................................................................... 51

3.5. Instrumen Penelitian.......................................................................... 52

3.5.1 Sumber Data Primer...................................................................... 54

Page 13: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

vi

3.5.1.1 Wawancara……................................................................ 54

3.5.1.2 Observasi……................................................................... 55

3.5.2 Sumber Data Sekunder.................................................................. 56

3.5.2.1 Studi Literatur atau kepustakaan....................................... 56

3.5.2.2 Studi Dokumentasi............................................................ 56

3.6 Informan Penelitian............................................................................ 57

3.7 Pedoman Wawancara......................................................................... 58

3.8 Teknik Analisis Data.......................................................................... 58

3.9 Uji Keabsahan Data .......................................................................... 60

3.10 Jadwal Penelitian................................................................................ 63

BAB IV HASIL PENELITIAN...................................................................64

4.1 Deskripsi Objek Penelitian.................................................................63

4.2 Deskrpisi Data Penelitian................................................................... 77

4.3 Pembahasan........................................................................................ 79

BAB V PENUTUP....................................................................................... 128

5.1 Kesimpulan......................................................................................... 128

5.2 Saran................................................................................................... 129

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 14: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah Sarana Distribusi Obat Tradisional Kota Serang Tahun 2011-

2013.......................................................................................................................7

Tabel 2 : Obat Tradisional Yang Memiliki Izin Edar Palsu..................................9

Tabel 3: Jumlah Sarana Distribusi Obat Tradisional Kota Serang Tahun 2014

……….................................................................................................................. 11

Tabel 4: Kisi-Kisi Pedoman Wawancara………................................................. 55

Tabel 5 : Informan Penelitian............................................................................... 57

Tabel 6 : Jadwal Penelitian................................................................................... 63

Tabel 7 : Jumlah Sarana Distribusi Obat Tradisional Kota Serang Tahun 2011-

2013...................................................................................................................... 89

Tabel 8 : Jumlah Pegawai BPOM Provinsi Banten.............................................. 98

Tabel 9: Jumlah Pegawai Seksi Pemdik Serlik..................................................... 99

Page 15: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Tujuan Pengendalian..................................................................... 28

Gambar 2 : Logo Jamu..................................................................................... 39

Gambar 3 : Logo Obat Herbal Terstandar........................................................ 40

Gambar 4 : Logo Fitorarmaka.......................................................................... 41

Gambar 5 : Kerangka Berfikir......................................................................... 47

Gambar 6 : Komponen Dalam Analisis Data.................................................. 59

Gambar 7 : Peta Administratif Wilayah Kota Serang...................................... 65

Gambar 8 : Struktur Organisasi Balai BPOM Provinsi Banten....................... 75

Gambar 9 : Bagan Alur Pengawasan Pre-Market…………………................ 83

Page 16: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan sekitarnya

untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, untuk makan, tempat tinggal, pakaian

obat, bahkan untuk kecantikan dapat diperoleh dari lingkungan. Salah satunya

dalam menanggulangi masalah kesehatan, manusia menggunakan tanaman-

tanaman sekitarnya yang memiliki khasiat-khasiat tertentu untuk menanggulangi

masalah kesehatan tersebut dan yang pada akhirnya dikenal dengan tanaman obat.

Seperti halnya bangsa Indonesia yang telah lama mengenal dan

menggunakan tanaman obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi

masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat ini berdasarkan

pada pengalaman dan keterampilan secara turun menurun yang kemudian diracik

sedemikian rupa dan saat ini dikenal dengan sebutan obat tradisional.

Obat tradisional merupakan ramuan atau bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, dan bahan mineral. Penggunaan obat tradisional di

Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa dan banyak dimanfaatkan

masyarakat sejak berabad-abad yang lalu dan penggunaannya terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun dikarenakan obat tradisional merupakan sarana

paling utama bagi masyarakat tradisional,baik untuk pemeliharaan kesehatan

maupun untuk pengobatan gangguan kesehatan.

1

Page 17: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

2

Dewasa ini, penggunaan obat tradisional tidak hanya digunakan oleh

masyarakat tradisional saja. Namun, masyarakat modern mulai mencoba

menggunakan obat-obatan tradisional. Faktor pendorong terjadinya peningkatan

penggunaan obat tradisional adalah harapan usia hidup yang lebih panjang disaat

penyakit-penyakit kronis terus meningkat serta adanya kegagalan penggunaan

obat modern untuk penyakit tertentu yang memakan biaya yang cukup tinggi serta

tingginya resiko efek samping yang akan dialami.

Di sisi lain, World Health Organization (WHO) juga merekomendasikan

penggunaan obat tradisional dalam pemeliharan kesehatan masyarakat,

pencegahan dan pengobatan penyakit terutama untuk penyakit kronis, penyakit

degeneratif dan kanker dengan memberikan dukungan terhadap program “back to

nature” atau kembali ke alam.(sumber:http://www.itb.ac.id/focus/focus_file/orasi-

ilmiah-dies-45.pdf)

Sediaan obat tradisional terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun

berkat dukungan meningkatnya kemajuan teknologi dan pengetahuan. Pada

awalnya sediaan obat tradisional dalam bentuk serbuk dan cair. Namun saat ini

sediaan obat tradisional menjadi bervariasi, yaitu dalam bentuk serbuk, cair,

kapsul, simplisia dan tablet. Dan dengan banyaknya variasi sediaan obat

tradisional serta dukungan kemajuan teknologi, dalam pembuatan obat tradisional

juga mengalami perubahan yang semula diracik dan diproses secara tradisional

saat ini dalam pembuatannya dibantu dengan alat-alat modern.

Komposisi yang digunakan mengalami perubahan dengan adanya campuran

obat kimia lain untuk meningkatkan khasiat obat tradisional. Dengan begitu

Page 18: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

3

dibutuhkan suatu tata cara atau pedoman cara pembuatan obat tradisional yang

baik untuk menjamin mutu dengan memperhatikan proses produksi dan

penanganan bahan baku.

Dengan meningkatnya perkembangan teknologi dan alat transportasi juga,

para produsen kini mampu memproduksi obat tradisional dengan jumlah yang

banyak dan dapat mengedarkan obat tradisional keseluruh wilayah Indonesia.

Tingginya minat masyarakat terhadap obat tradisional juga memicu

bermunculannya produsen-produsen obat tradisional yang lain, sehingga

masyarakat disuguhkan dengan berbagai macam obat tradisional dengan berbagai

macam pilihan merk, khasiat dan bentuk. Ditambah dengan adanya kebijakan

pemerintah tentang diberlakukannya pasar bebas, kesediaan obat-obatan

tradisional di dalam negeri semakin bertambah dengan adanya obat-obatan

tradisional asing yang masuk ke Indonesia.

Guna memberikan kepastian perlindungan kepada konsumen dalam hal ini

masyarakat, baik terhadap produksi, peredaran dan penggunaan sediaan farmasi

dan makanan yang tidak menuhi persyaratan mutu, keamanan, serta khasiat.

Sebagaimana kewajiban negara dalam melindungi masyarakatnya, yang tertuang

dalam Undang-Undang nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Pemerintahmembuat suatu badan yang bertugas mengawas obat dan

makanan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dibentuk berdasarkan

Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Page 19: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

4

Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

Presiden Nomor 64 Tahun 2005.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut, Badan POM

melaksanakan Tugas Pemerintahan di bidang Pengawasan Obat dan Makanan,

yaitu:

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan

obat dan makanan.

2. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan

makanan,

3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM,

4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan

instansi pemerintahan dan masyarakat di bidang pengawasan obat dan

makanan, dan.

5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di

bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,

kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan

dan rumah tangga.

Serta dengan ditetapkannya otonomi daerah, BPOM membentuk suatu balai

besar POM di setiap provinsi untuk melakukan pengawasan obat dan makanan.

Salah satunya di Provinsi Banten. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI

Nomor HK.00.05.21.3592 tanggal 9 Mei 2007 tentang perubahan kedua atas

keputusan Kepala Badan POM RI No.05018/SK/KBPOM tahun 2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja UPT di lingkungan Badan POM, cakupan wilayah

Page 20: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

5

kerja Balai POM Provinsi Banten meliputi seluruhwilayah administrasi Provinsi

Banten, yaitu :

1. Kabupaten Serang

2. Kabupaten Tangerang

3. Kabupaten Lebak

4. Kabupaten Pandeglang

5. Kota Serang

6. Kota Cilegon

7. Kota Tangerang

8. Kota Tangerang Selatan (Data Statistik masuk ke Kab. Tangerang)

Luas wilayah Provinsi Banten yang meliputi wilayah administratif Provinsi

Banten adalah 9018,64 Km2. Seluruh wilayah kerja balai POM Provinsi Banten

dapat dijangkau dengan perjalanan darat (LAPTA BPOM Provinsi Banten, 2009).

Dalam melakukan pengawasan, BPOM Provinsi Banten melakukan pengawasan

Pre-Market dan Post-Market, pengawasan Pre-Market merupakan pengawasan

sebelum barang beredar di masyarakat yaitu dengan melakukan pemeriksaan

produk dan pemeriksaan sarana produksi. Sedangkan pengawasan Post-Market

merupakan pengawasan yang dilakukan setelah barang beredar di masyarakat

dengan melakukan inspeksi langsung ke sarana distribusi, seperti: distributor,

toko, depot, minimarket, dan hypermarket.

Dalam pelaksanaannya, Balai POM Provinsi Banten menetapkan skala

prioritas dimana pengawasan dilakukan secara terfokus pada suatu wilayah atau

daerah, penetapan skala prioritas berdasarkan jumlah penduduk terbanyak, ragam

Page 21: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

6

sediaan obat dan makanan, serta jumlah industri terbanyak yang ada di suatu

Kabupaten atau Kota dengan membandingkan Kabupaten atau Kota yang lain

dalam satu Provinsi. Di sisi lain penerapan skala prioritas bertujuan untuk

memaksimalkan kinerja pegawai balai POM yang bertugas mengawasi peredaran

obat dan makanan karena luasnya area yang perlu diawasi tidak diimbangi dengan

jumlah pengawas yang memadai.

Skala prioritas pengawasan Balai POM Provinsi Banten saat ini

memusatkan pengawasannya di wilayah Tangerang, Khususnya Kota Tangerang.

Skala prioritas pengawasan dilakukan di Kota Tangerang karena jumlah penduduk

di Kota Tangerang dan jumlah sarana distribusi obatnya juga lebih banyak

dibanding dengan daerah lainnya, sehingga penyimpangan yang terjadi lebih

banyak. Namun selain Kota Tangerang, Balai POM juga memiliki kewajiban

untuk melakukan pengawasan obat dan makanan khususnya peredaran obat

tradisional di Kota dan Kabupaten lainnya, salah satunya yaitu Kota Serang.

Kota Serang merupakan Ibukota Provinsi Banten yang masyarakatnya

masih mengkonsumsi obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan, walaupun

Kota Serang tidak memiliki industri obat tradisional seperti Kota Tangerang,

namun jumlah sarana distribusinya cukup banyak. Data terakhir yang diterima

peneliti dari laporan tahunan BPOM Provinsi Banten pada tahun 2013, Kota

Serang memiliki 28 sarana distribusi.

Jumlah sarana distribusi di Kota Serang dari tahun sebelumnya terus

mengalami peningkatan hingga sekarang. Hal itu membuktikan bahwa masyarakat

Kota Serang masih menganggap penting obat tradisional sebagai alternatif untuk

Page 22: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

7

memelihara atau menyembuhkan gangguan kesehatan. Sarana distribusi obat

tradisional meliputi: toko, depot, distributor, minimarket, hypermarket, dan lain-

lain.

Tabel 1

Jumlah Sarana Distribusi Obat Tradisional Kota Serang

Tahun 2012-2014

Tahun 2012 2013 2014

Sarana Distribusi Obat Tradisional 12 28 34

(Sumber: Laporan Tahunan BPOM Provinsi Banten, 2014)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ibu Dian selaku pegawai

ULPK (Unit Layanan Pengaduan Konsumen) data tersebut bukan data real jumlah

sarana distribusi yang ada di Kota Serang, melainkan data dari hasil inspeksi yang

dilakukan. Karena sarana distribusi obat tradisional tidak memiliki izin dalam

mendirikan usahanya sehingga BPOM tidak memiliki data real mengenai jumlah

sarana distribusi obat tradisional yang ada di Kota Serang.

Dalam melakukan pengawasan obat dan makanan, BPOM tidak bekerja

sendiri, BPOM melakukan kerjasama lintas sektor dengan instansi terkait. Dalam

pengawasaan obat tradisional di Kota Serang, BPOM melakukan kerja sama

dengan Dinas Kesehatan Kota Serang. Bentuk kerjasama yang dilakukan BPOM

dengan Dinas Kesehatan Kota Serang salah satunya yaitu dengan mengadakan

penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kepada masyarakat dengan

mengundang BPOM sebagai narasumber.

Berdasarkan hasil observasi peneliti yang dilakukan dilapangan serta uraian-

uraian diatas, terdapat beberapa temuan masalah mengenai pengawasan BPOM

dalam peredaran obat tradisional.

Page 23: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

8

Pertama, ketidakjelasan waktu pengawasan dilapangan yang dilakukan

BPOM dalam mengawasi sarana obat tradisional.dalam melakukan pengawasan

dilapangan BPOM melakukan pengawasan Post-Market yaitu pengawasan yang

dilakukan dengan cara inspeksi langsung ke sarana distribusi, namun berdasarkan

temuan peneliti di lapangan, terdapat beragam tanggapan dari pemilik sarana

distribusi obat tradisional di Kota Serang mengenai waktu pemeriksaan yang

dilakukan oleh BPOM. Ada yang tiga bulan sekali, enam bulan sekali, setahun

sekali, baru sekali dilakukan pemeriksaan, bahkan belum pernah sama sekali

dilakukan pemeriksaan. Salah satu contohnya seperti sarana distribusi obat

tradisional yang berada di daerah Ciracas yang hanya dilakukan pemeriksaan satu

kali saja yaitu pada tahun 2012. Dalam aturan jadwal yang dibuat oleh BPOM

jadwal pengawasan tersebut seharusnya dilakukan minimal satu tahun sekali jika

dirasa temuan yang didapatkan tidak terlalu berbahaya, tapi jika temuan

dilapangan sudah sangat berbahaya maka BPOM akan meningkatkan lagi jadwal

dalam pengawasannya yaitu setiap enam bulan sekali.

Kedua, masih dengan mudahnya ditemukan obat tradisional ilegal yang

beredar di Kota Serang. dalam melakukan pengawasan peredaran obat tradisional,

BPOM selain melakukan pemeriksaan langsung dan penyitaan obat tradisional

yang didiuga berbahaya, BPOM juga melakukan sosialisasi dengan memberikan

selebaran mengenai jenis obat tradisional apa saja yang dilarang edar. Namun

begitu berdasarkan hasil observasi peneliti, kebeberapa sarana distribusi di Kota

Serang contohnya depot jamu ciracas, peneliti masih dengan mudahnya

menemukan obat tradisional yang dilarang edar oleh BPOM di Kota Serang

Page 24: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

9

dimana peneliti membeli salah satu obat tradisional tersebut dan melakukan

pengecekan nomor registrasi di website Badan POM.

Untuk membedakan antara obat tradisional ilegal dengan obat tradisional

legal dapat dilihat dari beberapa ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tidak memiliki izin edar atau nomor izin edar tidak sesuai dengan yang

terdaftar di BPOM

2. Bentuk, warna, rasa dan tekstur obat dan kemasan tidak seperti biasanya.

3. Tidak mencantumkan nama dan alamat produsen.

Contoh beberapa merk obat tradisional yang tidak memiliki izin edar yang

ditemukan oleh peneliti masih beredar di Kota Serang.

Tabel 2

Obat Tradisional yang Memiliki Izin Edar Palsu

Merk Obat Khasiat Produksi No. Izin Edar

COBRA Jamu gata-

gatal(eksim)

PT. RAGIL

SENTOSA

993 205 571

Daun Binahong Jamu asam urat

plus pegal linu

Surya Bintang 026 781 326

Daun Tapak

Liman

Jamu asam urat

dan pegal linu

Surya Bintang

Asli

026 781 325

Remasyah Jamu asam urat

dan pegal linu

PJ. Remasyah 993 298 481

Godong Ijo Jamu asam urat

dan pegal linu

PJ. Air Madu 053 348 245

Page 25: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

10

Lanjutan…

Dewa Naga Jamu asam urat

dan rematik

PJ. Indo Jaya 073 368 251

Madu Kelenceng Jamu asam urat

dan pegal linu

- -

Africa Black Ant Jamu Perkasa Xizang Jin

Shengli

-

Urat Madu Jamu Perkasa PJ. Air Madu 053 348 661

(Peneliti, 2014)

Ketiga, kurang optimalnya petugas BPOM dalam melakukan pengawasan

dilapangan. Dalam melakukan pengawasannya BPOM memiliki wewenang untuk

melakukan penyitaan obat tradisional yang diduga mengandung bahan berbahaya

atau yang memiliki izin edar palsu. Namun dalam prakteknya dalam melakukan

pemeriksaan masih ada sarana distirbusi yang menjual obat tradisional ilegal yang

tidak dilakukan penyitaan. Salah satu contohnya di depot jamu yang berada di

Kecamatan Cipocok Jaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan penjaga toko,

petugas BPOM sudah melakukan inspeksi ke depotnya setiap tahun sebanyak dua

kali, namun hanya memberikan sosialisasi mengenai obat tradisional apa saja

yang dilarang diperjualbelikan dan tidak pernah melakukan penyitaan. Namun

berdasarkan hasil pengamatan peneliti, di depot tersebut terdapat obat tradisional

yang memiliki izin edar palsu.

Keempat, kerjasama lintas sektoral belum optimal. Hal ini dapat dilihat

tidak transparannya data yang dimiliki oleh BPOM dengan Dinas

Page 26: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

11

Kesehatan.BPOM memiliki tugas melakukan pengawasan satu Provinsi

Banten,untuk melakukan pengawasan di Kota Serang diperlukan kerjasama lintas

sektor dengan Dinas Kesehatan Kota Serang. Adapun data yang diperoleh oleh

peneliti dari BPOM dan Dinas Kesehatan Kota Serang mengenai jumlah sarana

distribusi obat tradisional di Kota Serang sebagai berikut:

Tabel 3

Jumlah Sarana Distribusi Obat Tradisional Kota Serang

Tahun 2014

Keterangan

BPOM

Dinas Kesehatan

Kota Serang

Sarana Distribusi Obat Tradisional 34 16

(Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, 2014)

Faktanya kerjasama antar BPOM dengan Dinas Kesehatan Kota Serang

belum berjalan dengan baik. Dimana terdapat perbedaan jumlah sarana distribusi

yang dimiliki BPOM dengan Dinas Kesehatan Kota Serang. Sehingga dalam hal

ini pengawasan yang dilakukan kurang optimal karena perbedaan jumlah sarana

distribusi tersebut terdapat sarana yang belum terdata dan terperiksa oleh Dinas

Kesehatan. Dimana seharusnya BPOM menginformasikan ke Dinas Kesehatan

Kota Serang terkait dengan jumlah sarana distribusi yang ada, sebagai tolak ukur

Dinas Kesehatan Kota Serang. Sehingga dalam hal ini pengawasan yang

dilakukan kurang optimal karena perbedaan jumlah sarana distribusi tersebut

terdapat sarana yang belum terdata dan terperiksa serta menyulitkan dalam

melakukan pengawasan. Kerjasama yang dilakukan oleh BPOM saat ini hanya

sebatas sebagai narasumber untuk kegiatan sosialisasi yang diadakan oleh Dinas

Kesehatan.

Page 27: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

12

Kelima, Kurangnya informasi masyarakat mengenai obat tradisional ilegal

juga membuat peredaran obattradisional ilegal sulit dihentikan. Informasi

merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan dan

perspektif terhadap sesuatu. Begitu juga dengan informasi mengenai obat

tradisional baik yang ilegal maupun yang resmi, agar masyarakat mendapatkan

cukup informasi mengenai produk yang mereka gunakan. Contohnya:

1. Public warning merupakan program Badan POM RI dalam memberikan

informasi kepada masyarakat mengenai obat dan makanan yang beredar

di masyarakat melalui website Badan POM RI. Namun, dalam

kenyataannya keberadaan public warning belum sepenuhnya diketahui

oleh masyarakat.

2. Kurang meratanya sosialisasi yang dilakukan oleh Balai POM kepada

masyarakat akan bahayanya obat tradisional yang tidak sesuai standar

yang ditentukan oleh Balai POM, sehingga masih banyak masyarakat

yang mengkonsumsinya. Kegiatan sosialisasi yang dilakukan Balai

POM, seperti pelaksanaan kegiatan KIE (Komunikasi Informasi dan

Edukasi)untuk memberikan informasi kepada masyarakat masih

berpusat di wilayah Tangerang.

Informasi mengenai obat tradisional sangat penting bagi masyarakat

disamping untuk mengetahui produk yang digunakan, masyarakat juga minimal

dapat menjaga dirinya sendiri dari efek yang berbahaya yang ditimbulkan akibat

mengkonsumsi obat yang ilegal dan secara tidak langsung dengan adanya

informasi yang cukup, dapat membantu pengawasan Balai POM karena

Page 28: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

13

pengawasan tidak akan berjalan dengan baik bila tidak ada kerjasama yang baik

antara instansi dengan masyarakat. Sehingga diperlukannya suatu pengawasan

yang berkesinambungan dari Pemerintah Provinsi Banten khususnya dari Balai

Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Banten.

Badan POM mempunyai tugas pengawasan obat dan makanan, namun

dalam prakteknya masih terdapat permasalahan-permasalahan yang sudah

dijelaskan diatas, maka penelititertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Pengawasan BalaiPengawas Obat dan Makanan dalam Peredaran Obat

Tradisional di Kota Serang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Pengawasan peredaran obat tradisional merupakan tugas Badan Pengawas

Obat dan makanan, namun setelah ditetapkannya otonomi daerah. Badan POM

menempatkan Balai Besar di setiap Provinsi, Balai POM provinsi merupakan

panjang tangan dari Badan POM pusat yang bertujuan untuk melakukan

pengawasan baik dalam bidang obat-obatan maupun makanan di Provinsi yang

merupakan tanggungjawab Balai POM setempat.

Dalam hal ini peneliti mengidentifikasikan masalah yang terdapat pada

Pengawasan Balai Pengawas Obat dan Makanan, yaitu sebagai berikut:

1. Ketidakjelasan waktu pengawasan di lapangan.

2. Masih dengan mudahnya ditemukan obat tradisional illegal di Kota

Serang.

3. Kurang optimalnya petugas BPOM dalam melakukan pengawasan

dilapangan

Page 29: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

14

4. Kerjasama lintas sektoral belum optimal

5. Kurangnya informasi masyarakat mengenai obat tradisional ilegal juga

membuat peredaran obat tradisional ilegal sulit dihentikan.

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

Karena adanya keterbatasan dan sisi waktu, dana, dan tenaga, maka peneliti

membatasi penelitian hanya pada masalah Pengawasan Badan Pengawas Obat dan

Makanan dalam peredaran Obat-obatan Tradisional di Kota Serang. Hal ini

supaya penelitian dapat dilakukan lebih mendalam. Adapun perumusan

masalahnya adalah bagaimanakah Pengawasan Badan Pengawas Obat dan

Makanan dalam Peredaran Obat-obatan Tradisional di Kota Serang?.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam Peredaran Obat-Obatan

Tradisional di Kota Serang?

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dari segi keilmuan maupun

dari segi praktis yaitu :

1. Dari segi keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan

memberikan kontribusi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

khususnya ilmu Administrasi Negara.

2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Badan

Pengawas Obat dan Makanan dalam merumuskan kebijakan dalam rangka

Page 30: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

15

pengawasan, regulasi dan standarisasi khususnya di sektor obat-obatan

tradisional.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini menjelaskan :

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Latar belakang masalah menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan

masalah yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup

yang paling umum hingga masalah dari masalah yang paling spesifik. Materi

dari uraian ini dapat bersumber pada hasil penelitian yang sudah ada

sebelumnya, hasil seminar ilmiah, hasil pengamatan, dan pemikiran logis.

Latar belakang masalah perlu diuraikan secara logis, jelas dan faktual.

1.2 Identifikasi masalah

Menjelaskan identifikasi peneliti terhadap permasalahan yang memuat

dari uraian pada latar belakang masalah diatas, identifikasi masalah dapat

diajukan pertanyaan atau pernyataan.

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari sejumlah masalah hasil identifikasi tersebut diatas, selanjutnya

dilakukan pembatasan masalah sesuai dengan fokus penelitian. Kemudian

ditetapkan masalah yang paling penting yang berkaitan dengan interaksi antar

variabel.

Page 31: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

16

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai

dengan dilaksanakannya penelitian ini dan rumusan masalah penelitian.

1.5 Manfaat Penelitian

Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari hasil penelitian.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menjelaskan tentang isi bab per bab secara singkat

dan jelas.

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1 Kajian Teori

Kajian teori memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang relevan

dengan permasalahan dan variable penelitian kemudian menyusunnya secara

teratur dan rapi yang digunakan untuk menemukan hipotesis. Dengan mengkaji

berbagai teori, maka kita akan memiliki konsep penelitian yang jelas, dapat

menyusun pertanyaan yang detail untuk diteliti. Hasil penting lainnya dari

kajian teori adalah didapatnya kerangka konseptual yang memadai yang

didalamnya tergambar konstruk dan variable yang diukur. Selain itu dari dari

kajian teori akan diturunkan dalam bentuk kisi-kisi instrumen. Kajian teori

harus factual dan up to date. Untuk meningkatkan kualitas kajian teori dan

pembahasannya harus dikaitkan dengan hasil-hasil penelitian yang relevan.

Page 32: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

17

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik

Skripsi, Tesis, Disertasi atau Jurnal Penelitian. Jumlah jurnal yang digunakan

minimal 2 jurnal.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai sebagai

kelanjutan dari deskripsi teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca

mengapa ia mempunyai anggapan seperti yang ditanyakandalam hipotesis

kemudian. Biasanya untuk memperjelas maksud peneliti, kerangka berfikir

dapat dilengkapi dengan bagan.

2.4 Asumsi Dasar Penelitian

Pada sub bab ini menjelaskan pikiran peneliti berdasarkan teori dan

kerangka berfikir disesuaikan dengan observasi awal yang kemudian peneliti

berasumsi tentang penelitian yang diteliti.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Menjelaskan metode yang dipergunakan dalam penelitian.

3.2 Fokus Penelitian

Bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian penelitian

yang akan dilakukan.

Page 33: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

18

3.3 Lokasi Penelitian

Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan. Menjelaskan tempat

penelitian, serta alasan memilihnya jika dipandang perlu dapat memberi

deskripsi tentang tempat penelitian dilaksanakan.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari

variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan

kerangka teori yang akan digunakan.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel

penelitian dalam rincian terukur (indikator penelitian). Variabel

penelitian dilengkapi dengan tabel matriks variabel, indikator, sub

indikator dan nomor pertanyaan sebagai lampiran.

3.5 Instrumen Penelitian

Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data

yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan kualitas

instrumen (validitas dan reliabilitas).

3.6 Informan Penelitian

Dalam sub bab ini menjelaskan informan penelitian yang mana akan

memberikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan.

Page 34: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

19

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menjelaskan teknis analisis dan beserta rasionalismenya. Teknik analisis

data harus sesuai dengan sifat data yang diteliti.

3.8 Tempat dan Waktu

Menjelaskan tempat dan waktu penelitian itu dilaksanakan. Kalau

dirasakan perlu dapat sedikit diberi deskripsi tentang tempat penelitian itu

dilaksanakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian yang

secara jelas.

4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang diolah dari data mentah dengan

menggunakan teknik analisis data yang relevan baik data kualitatif maupun

data kuantitatif.

4.3 Penyajian Data

Menjelaskan data yang telah didapatkan dari observasi di lapangan dan

menjelaskan informan yang ditentukan dalam penelitian ini yang senantiasa

berkaitan dengan permasalahan yang peneliti teliti.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Menghubungkan temuan hasil penelitian di lapangan dengan dasar teori

yang telah ditetapkan sejak awal.

Page 35: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

20

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, mudah

dan dipahami. Selain itu kesimpulan penelitian harus sejalan dan sesuai

dengan permasalahan.

5.2 Saran

Berisi rekomendasi terhadap tindak lanjut dari sumbangan penelitian

terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun praktis.

Page 36: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

21

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR

PENELITIAN

2.1 Kajian Teori

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa istilah yang berkaitan

dengan masalah penelitian dengan mengklasifikasikan ke dalam teori yaitu teori

Pengawasan. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

2.1.1 Manajemen

Manajemen adalah aktivitas manajerial dasar meliputi perencanaan dan

pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian.

Manajer terlihat dalam aktivitas ini untuk mengkombinasikan sumber daya

manusia, finansial, fisik dan informasi secara efisien dan efektif dan untuk

bekerja mencapai tujuan organisasi (Griffin, 2004).

a. Perencanaan dan pengambilan keputusan : menentukan arah tindakan

Perencanaan (Planning) berarti menetapkan tujuan organisasi dan

menentukan bagaimana cara terbaik untuk mencapainya. Pengambilan

keputusan (decision making), yang merupakan bagian dari proses

perencanaan adalah pemilihan suatu tindakan dari serangkaian alternatif.

Perencanaan dan pengambilan keputusan membantu mempertahankan

efektivitas manajerial karena menjadi petunjuk untuk aktivitas di masa

depan.

b. Pengorganisasian: Mengkoordinasikan Aktivitas dan Sumber Daya

Pengorganisasian (organizing) mencangkup penentuan bagaimana

cara mengelompokkan berbagai aktivitas dan sumber daya.

c. Kepemimpinan : memotivasi dan Mengelola Orang

Kepemimpinan (leading) adalah serangkaian proses yang dilakukan

agar anggota dari suatu organisasi bekerja sama demi kepentingan

organisasi tersebut.

21

Page 37: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

22

d. Pengendalian : Memonitor dan Mengevaluasi Aktivitas

Pengendalian (controlling), atau pementauan kemajuan organisasi

dalam mencapai tujuannya. Ketika organisasi bergerak menuju

tujuannya, manajer harus memonitor kemajuan untuk memastikan

bahwa organisasi tersebut berkinerja sedemikian rupa sehingga akan

mencapai tujuannya pada waktu yang telah ditentukan.

2.1.2 Pengawasan

Berbagai fungsi manajemen dilaksanakan oleh para pimpinan dalam

rangka mencapai tujuan organisasi. Fungsi-fungsi yang ada didalam

manajemen diantaranya adalah fungsi perencanaan (Planning), fungsi

pengorganisasian (Organizing), fungsi pelaksanaan (Actuating) dan fungsi

pengawasan (Controlling).

Menurut Griffin (2004:44), keempat fungsi manajemen tersebut harus

dilaksanakan oleh seorang manajer secara berkesinambungan, sehingga dapat

merealisasikan tujuan organisasi. Pengawasan merupakan bagian dari fungsi

manajemen yang berupaya agar rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai

dengan efektif dan efisien.

Menurut Siagian dalam Makmur (2011:176), mendefinisikan

pengawasan sebagai berikut:

“pengawasan merupakan sebagai proses pengamatan dari pelaksanaan

seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang

sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan

sebelumnya”.

Dalam hal ini pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

menetapkan yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu

dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.

Dengan begitu proses pengawasan bertujuan untuk mengetahui kelemahan-

Page 38: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

23

kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana

dan berdasarkan kelemahan dan kesulitan yang telah diketahui tersebut diambil

tindakan untuk memperbaiki pada waktu itu atau waktu-waktu yang akan

datang.

Menurut Situmorang dalam Makmur (2011:176), mendefinisikan

pengawasan sebagai berikut:

“Pengawasan adalah setiap usaha dan tindakan dalam rangka untuk

mengetahui sejauh mana pelaksanaan tugas yang dilaksanakan menurut

ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai”.

Berdasarkan definisi diatas, dalam hal ini pengawasan bisa menjadi

fungsi pengendali bagi manajemen untuk memastikan bahwa rencana-rencana

yang telah mereka tetapkan dapat berjalan secara mulus dan lancar sehingga

organisasi bisa mencapai setiap sasaran yang telah ditetapkannya.

Sedangkan menurut Makmur (2011:176), mendefinisikan pengawasan :

“pengawasan adalah suatu bentuk pola pikir dan pola petindakan untuk

memberikan pemahaman dan kesadaran kepada seseorang atau beberapa

orang yang diberikan tugas untuk dilaksanakan dengan menggunakan

berbagai sumber daya yang tersedia secara baik dan benar, sehingga tidak

terjadi kesalahan dan penyimpangan yang sesungguhnya dapat

menciptakan kerugian oleh lembaga atau organisasi yang bersangkutan”.

Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa pengawasan memiliki

perbedaan tergantung tujuan dan sasaran yang hendak dicapai oleh sebab itu

pengawasan yang dilakukan sebelumnya harus memahami dan mengerti

kegiatan apa yang diawasi dan kegiatan apa yang dilakukannya.

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2001:242) mengemukakan

pengawasan sebagai berikut:

Page 39: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

24

“Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang

harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu

pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan melakukan perbaikan-perbaikan,

sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan

standar”.

Dengan demikian dalam hal ini setiap aktivitas atau pekerjaan yang

dilakukan mendapat pengawasan setiap kali adanya kemajuan yang signifikan,

dimana pengawasan tersebut setiap pekerjaan yang terdapat masalah atau

hambatan langsung dilakukan langkah pengkoreksian atau evaluasi oleh atasan

dan bantuan dari bawahan itu sendiri, sehingga terjadi saling tukar pikiran

untuk menyelesaikan masalah tersebut agar sesuai dengan rencana dan selesai

dengan sempurna.

Menurut Henry Fayol dalam Harahap (2001:10) mengartikan

pengawasan sebagai berikut:

“Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai

dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip

yang dianut. Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan

kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari.”

Sedangkan, Menurut Siagian (2003:30), mendefinisikan pengawasan

sebagai berikut:

“Pengawasan adalah memantau aktivitas pekerjaan karyawan untuk

menjaga perusahaan agar tetap berjalan kearah pencapaian tujuan dan

membuat koreksi jika diperlukan. Pengawasan secara umum berarti

pengendalian terhadap perencanaan apakah sudah dilaksanakan sesuai

tujuan atau penyimpangan dari tujuan yang diinginkan. Jika terjadi

penyimpangan, pihak manajemen yang terkait dalam pengawasan harus

memberikan petunjuk untuk melakukan perbaikan kerja, agar standar

perencanaan tidak jauh menyimpang dari hasil yang diperoleh pada saat

pelaksanaan”.

Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diketahui bahwa

pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan kegiatan

Page 40: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

25

perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang

ditetapkan sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk

memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada sebelumnya. Pengawasan yang

efektif membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana

dengan baik.

Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen.

Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas

perusahaan agar target perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi

pengawasan menilai apakah rencana yang ditetapkan pada fungsi perencanaan

telah tercapai.

2.1.3 Sistem Pengawasan

Sistem pengawasan yang efektif harus memenuhi beberapa prinsip

pengawasan yaitu adanya rencana tertentu dan adanya pemberian instruksi

serta wewenang-wewenang kepada bawahan. Rencana merupakan standar atau

alat pengukur pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Rencana tersebut

menjadi petunjuk apakah sesuatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak.

Pemberian instruksi dan wewenang dilakukan agar sistem pengawasan itu

memang benar-benar dilaksanakan secara efektif.

Wewenang dan instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada

bawahan, karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah

menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi yang diberikan

kepada bawahan maka dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan. Sistem

Page 41: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

26

pengawasan akan efektif bilamana sistem pengawasan itu memenuhi prinsip

fleksibilitas.

Ini berarti bahwa sistem pengawasan itu tetap dapat dipergunakan,

meskipun terjadi perubahan terhadap rencana yang diluar dugaan. Menurut

Manullang (2002:173), mengemukakan bahwa terdapat dua pokok prinsip

pengawasan. Yang pertama, merupakan standar atau alat pengukur daripada

pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Prinsip yang kedua, merupakan

wewenang dan intruksi-intruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada

bawahan karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah

menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi yang diberikan

kepada bawahan dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan. Setelah kedua

prinsip pokok diatas, maka suatu sistem pengawasan haruslah mengandung

prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Manullang (2002:173), sebagai berikut:

1. Pengawasan harus dapat mereflektif sifat-sifat dan kebutuhan-

kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang harus diawasi.

2. Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan.

3. Pengawasan bersifat fleksibel.

4. Pengawasan bersifat mereflektir pola organisasi.

5. Pengawasan harus bersifat ekonomis.

6. Dapat dimengerti, dan.

7. Pengawasan dapat menjamin diadakannya tindakan korektif.

Masing-masing kegiatan membutuhkan sistem pengawasan tertentu yang

berlainan dengan sistem pengawasan bagi kegiatan lainnya. Sistem

pengawasan haruslah dapat mereflektif sifat-sifat dan kebutuhan dari kegiatan-

kegiatan yang harus diawasi. Tujuan utama dari pengawasan ialah

mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karena

itu, agar sistem pengawasan itu benar-benar efektif artinya dapat

Page 42: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

27

merealisasikan tujuannya. Maka suatu sistem pengawasan setidak-tidaknya

harus dapat dengan segera melaporkan adanya penyimpangan-penyimpangan

dari rencana. Apa yang telah terjadi dapat disetir ke tujuan tertentu. Suatu

sistem pengawasan adalah efektif, bilamana sistem pengawasan itu memenuhi

prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa sistem pengawasan itu tetap dapat

dipergunakan, meskipun terjadi perubahan-perubahan terhadap rencana diluar

dugaan.

2.1.4 Tujuan Pengawasan

Pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

memerlukan pengawasan agar perencanaan yang telah disusun dapat terlaksana

dengan baik. Pengawasan dikatakan sangat penting karena pada dasarnya

manusia sebagai objek pengawasan mempunyai sifat salah dan khilaf. Oleh

karena itu manusia dalam organisasi perlu diawasi, bukan mencari

kesalahannya kemudian menghukumnya, tetapi mendidik dan

membimbingnya. Menurut Husaini (2001: 400), tujuan pengawasan adalah

sebagai berikut :

1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,

penyelewengan, pemborosan, dan hambatan.

2. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan,

pemborosan, dan hambatan.

3. Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan.

4. Melakukan tindakan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan

dalam pencapaian kerja yang baik.

Page 43: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

28

Bagan Tujuan Pengendalian:

Gambar 1

Tujuan Pengendalian

Sumber : Griffin (2004: 163)

Keterangan Gambar 2.1.Tujuan Pengendalian :

1. Beradaptasi dengan Perubahan Lingkungan

Organisasi akan menghadapi perubahan dalam lingkungan bisnis yang

tidak stabil dan bergejolak. Dalam rentang waktu antara penetapan tujuan

dan pencapaian tujuan, banyak kejadian dalam organisasi dan

lingkungannya yang dapat menuntun pergerakan kearah tujuan atau

menyimpangkan tujuan itu sendiri. Sistem pengawasan yang baik dapat

membantu para manajer mengantisipasi, memantau, dan merespon

perubahan.

2. Membatasi Akumulasi Kesalahan

Kesalahan-kesalahan kecil umumnya tidak menimbulkan kerusakan serius

pada kinerja organisasi. Namun dari waktu ke waktu, kesalahan-kesalahan

kecil dapat terakumulasi dan berdampak serius. Oleh karena itu

pengawasan diperlukan untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan

kecil yang dapat berulang-ulang. Dengan adanya pengawasan, manajer

dapat melihat penyebab terjadinya kesalahan dan dapat mengambil

keputusan untuk bekerja lebih cermat.

3. Mengatasi Kompleksitas organisasi

Perusahaan jika hanya menggunakan satu jenis bahan baku atau sumber

daya, membuat satu jenis produk atau jasa, memiliki desain organisasi

yang sederhana, dan mengalami permintaan produk yang konstan, maka

para manajernya dapat membuat sistem pengawasan yang minim dan

sederhana. Tetapi apabila perusahaan yang memproduksi produk dan jasa

dengan memakai beragam bahan baku dan sumber daya dan memiliki area

pasar yang luas, desain organisasi yang rumit, serta memiliki banyak

Beradaptasi

denganperubahan

lingkungan

Membatasi akumulasi

kesalahan

Pengendalian Membantu

organisasi

Mengatasi

kompleksitas

Meminimalisir biaya

Page 44: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

29

pesaing memerlukan sistem yang canggih untuk membuat pengawasan

yang memadai.

4. Meminimalisir Biaya

Pengawasan juga dapat membantu mengurangi biaya dan meningkatkan

output apabila dipraktekkan secara efektif. Secara filosofis dikatakan

bahwa pengawasan sangat penting karena manusia pada dasarnya

mempunyai sifat salah atau khilaf, sehingga manusia dalam organisasi

perlu diawasi, bukan untuk mencari kesalahannya kemudian

menghukumnya tetapi untuk mendidik dan membimbingnya.

Definisi ini tidak hanya terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi

mencakup dan melingkupi tujuan organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi

sikap, cara, sistem, dan ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh

seorang manajer. Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam

kegiatan operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya

penyimpangan–penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksi terhadap

penyimpangan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh

perusahaan sebelumnya.

Menurut Maringan (2004: 61) menyatakan tujuan pengawasan adalah

sebagai berikut:

1. Mencegah dan memperbaiki kesalahan, penyimpangan,

ketidaksesuaian dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan.

2. Agar pelaksanaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Tujuan perusahaan dapat tercapai, jika fungsi pengawasan dilakukan

sebelum terjadinya penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih bersifat

mencegah (prefentive control). Dibandingkan dengan tindakan-tindakan

pengawasan sesudah terjadinya penyimpangan, maka tujuan pengawasan

adalah menjaga hasil pelaksanaa kegiatan sesuai dengan rencana. Ketentuan-

ketentuan dan infrastruktur yang telah ditetapkan benar-benar

Page 45: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

30

diimplementasikan. Sebab pengawasan yang baik akan tercipta tujuan

perusahaan yang efektif dan efisien.

2.1.5 Jenis-Jenis Pengawasan

Menurut Maringan (2004: 62), Pengawasan terbagi 4 yaitu:

1. Pengawasan dari dalam perusahaan. Pengawasan yang dilakukan oleh

atasan untuk mengumpul data atau informasi yang diperlukan oleh

perusahaan untuk menilai kemajuan dan kemunduran perusahaan.

2. Pengawasan dari luar perusahaan. Pengawasan yang dilakukan oleh

unit di luar perusahaan . Ini untuk kepentingan tertentu.

3. Pengawasan Preventif. Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu

dilaksakaan. Dengan tujuan untuk mengacah terjadinya

kesalahan/kekeliruan dalam pelaksanaan kerja.

4. Pengawasan Represif. Pengawasan Yang dilakukan setelah adanya

pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan yang

direncanakan.

Dari jenis-jenis pengawasan diatas maka dapat diketahui bahwa

pengawasan merupakan tindakan yang dilakukan oleh para instansi/badan

dalam pelaksanaan kegiatan untuk meminimalisir kesalahan atau

penyimpangan. Dengan begitu dapat diketahui apakah pelaksanaan kegiatan

tersebut sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan

sebelumnya atau malah justru menyimpang dari ketentuan tersebut.

Menurut Ernie dan Saefullah (2005: 327), jenis pengawasan terbagi atas

3 yaitu:

1. Pengawasan Awal. Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya

pelaksanaan pekerjaan. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya

penyimpangan dalam pelaksanaan perkerjaan.

2. Pengawasan Proses. Pengawasan dilakukan pada saat sebuah proses

pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan

tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan yang

dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

3. Pengawasan Akhir. Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir

proses pengerjaan pekerjaan.

Page 46: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

31

Berdasarkan jenis pengawasan diatas dapat diketahui bahwa pengawasan

merupakan pemandu bagi jalannya suatu kegiatan agar sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya, kegiatan akan berjalan dengan sempurna

bila pengawasan yang dilakukan dari awal kegiatan, hingga proses kegiatan

sampai akhir kegiatan tersebut dilakukan.

2.1.6 Sifat dan Waktu Pengawasan

Menurut Hasibuan (2001 : 247), sifat dan waktu pengawasan terdiri dari :

1. Preventive controll, adalah pengendalian yang dilakukan sebelum

kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-

penyimpangan dalam pelaksanaannya. Preventive controll ini

dilakukan dengan cara :

1) Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan.

2) Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan.

3) Menjelaskan dan atau mendemonstrasikan cara pelaksanaan

pekerjaan itu.

4) Mengorganisasi segala macam kegiatan.

5) Menentukan jabatan, job description, authority, dan responsibility

bagi setiap individu karyawan.

6) Menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.

7) Menetapkan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat

kesalahan.

Preventive controll adalah pengendalian terbaik karena dilakukan

sebelum terjadi kesalahan.

2. Repressive Controll, adalah pengendalian yang dilakukan setelah

terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak

terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang

diinginkan.

Repressive controll ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Membandingkan hasil dengan rencana.

2) Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan

mencari tindakan perbaikannya.

3) Memberikan penilaian terhadap pelaksanaannya, jika perlu

dikenakan sanksi hukuman kepadanya.

4) Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada.

5) Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana.

6) Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan

pelaksanamelalui training dan education.

Page 47: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

32

3. Pengawasan saat proses dilaksanakan yaitu jika terjadi kesalahan

langsung diperbaiki.

4. Pengawasan berkala, adalah pengendalian yang dilakukan secara

berkala, misalnya per bulan, per semeter, dan lain-lain.

5. Pengawasan mendadak, adalah pengawasan yang dilakukan secara

mendadak untuk mengetahui apakah pelaksanaan atau peraturan-

peraturan yang ada telah dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan

baik. Pengawasan mendadak ini sekali-sekali perlu dilakukan, supaya

kedisiplinan karyawan tetatp terjaga dengan baik.

6. Pengawasan melekat (waskat) adalah pengawasan yang dilakukan

secara integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah kegiatan

operasional dilakukan.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan Hasibuan diatas, dapat

diketahui bahwa pengawasan yang baik harus memiliki atau melalui tahapan-

tahapan tertentu sebagai bentuk dari suatu proses kegiatan pengawasan, serta

memiliki waktu-waktu tertentu dalam proses pengawasan agar kegiatan

berjalan sesuai dengan rencana.

2.1.7 Fungsi Pengawasan

Menurut Ernie dan Saefullah (2005: 12), fungsi pengawasan adalah :

1. Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target sesuai

dengan indikator yang di tetapkan.

2. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang

mungkin ditemukan.

3. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang

terkait dengan pencapaian tujuan perusahaan.

Sedangkan, Menurut Maringan (2004: 62), fungsi pengawasan adalah :

1. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi

tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan.

2. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan prosedur yang telah ditentukan.

3. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian,

dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa pengawasan adalah mengevaluasi hasil dari aktifitas

Page 48: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

33

pekerjaan yang telah dilakukan dalam perusahaan dan melakukan tindakan

koreksi yang diperlukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada

sebelumnya. Pengawasan yang efektif membantu usaha dalam mengatur

pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik.

2.1.8 Teknik-Teknik Pengawasan

Menurut Siagian (2003:112) Proses pengawasan pada dasarnya dilakukan

dengan mempergunakan dua macam teknik yaitu:

1. Pengawasan Langsung, yaitu pengawasan yang dilakukan sendiri oleh

pimpinan. Dalam hal ini pimpinan langsung datang dan memeriksa

kegiatan yang sedang dijalankan oleh bawahan. Pengawasan langsung

dapat berbentuk:

1. Inspeksi langsung

Kunjungan langsung dalam melakukan pengawasan atau

pemeriksaan pada sebuah kegiatan yang sedang dilakukan.

2. On-the-Spot observation

Melakukan pengamatan atau peninjauan langsung di lapangan

secara cermat, mencatat fenomena yang muncul dalam sebuah

kegiatan yang dilakukan.

3. On-the-spot report

Memberikan laporan langsung dilapangan mengenai temuan-

temuan masalah yang terjadi dalam sebuah kegiatan yang

dilakukan di lapangan.

2. Pengawasan tidak langsung, Pengawasan yang dilakukan dari jarak

jauh. Pengawasan dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh

para bawahan. Baik itu tertulis maupaun lisan.

2.1.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengawasan.

Fakor-faktor yang mempengaruhi pengawasan, berikut akan

dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut. Menurut Mulyadi (2007: 770),

mengemukakan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan

adalah:

Page 49: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

34

1. Perubahan yang selalu terjadi baik dari luar maupun dari dalam

organisasi.

2. Kompleksitas organisasi memerlukan pengawasan formal karena

adanya desentralisasi kekuasaan.

3. Kesalahan/Penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi.

MacRae (2003:28) menjelaskan bahwa pemantauan (monitoring)

menyediakan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang akiat dari

kebijakan yang di ambil sebelumnya. Ini membantu pengambil kebijakan pada

tahap implementasi kebijakan. Banyak badan secara teratur memantau hasil

dan dampak kebijakan dengan menggunakan beberapa indikator kebijakan

dibidang kesehatan, pendidikan, perumahan, kesejahteraan, kriminalitas dan

ilmu dan teknologi.

Pemantauan membantu menilai tingkat kepatuhan, menemukan akibat-

akibat yang tidak diinginkan dari kebijakan dan program, mengidentifikasi

hambatan dan rintangan implementasi dan menemukan letak pihak-pihak yang

beranggung jawab pada setiap kebijakan. Strategi pemantauan menurut

Widodo (2011:94-96) sama dengan implementasi yaitu;

“menetapkan siapa yang melakukan, bagaimana SOP untuk melakukan

kontrol, berapa besar anggaran, peralatan yang diperlukan, dan jadwal

pelaksanaan pengawasan”.

1. Pelaku Kontrol Pelaksanaan Kebijakan

Pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu kontrol eksternal dan kontrol internal.Pelaku kontrol

internal (internal control) dapat dilakukan oleh unit atau bagian

monitoring dan pengendalian, dan badan pengawas daerah.Pelaku

kontrol eksternal (external control) dapat dilakukan oleh DPRD, LSM

dan komponen masyarakat.

2. Strandar Operasional Pemantauan

SOP kontrol atas pelaksanaan kebijakan dapat digambarkan sebagai

berikut:

1. Organisasi harus menetapkan serangkaian tujuan yang dapat diukur

dari aktivitas yang telah direncanakan.

Page 50: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

35

2. Alat monitoring harus disusun untuk mengukur kinerja individu,

program, atau system secara keseluruhan

3. Pengukuran diperoleh melalui penerapan berbagai alat monitoring

untuk mengoreksi setiap penyimpangan yang berarti.

4. Tindakan korektif dapat mencakup usaha-usaha yang mengarah

pada kinerja yang ditetapkan dalam rencana atau modifikasi

rencana ke arah mendekati kinerja.

3. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan

Untuk melakukan kontrol atas pelaksanaan suatu kebijakan,

disamping memerlukan dana yang cukup juga diperlukan peralatan

yang memadai. Besarnya anggaran dan jenis peralatan untuk

melakukan kontrol sangat tergantung pada variasi dan kompleksitas

pelaksanaan suatu kebijakan. Sumber anggaran dapat berasal dari

anggaran pendapatan belanja Negara (APBN), anggaran pendapatan

belanja daerah (APBD), lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan

swadaya masyarakat.

4. Jadwal Pelaksanaan Kontrol

Dalam kontrol internal, pelaksanaan dapat dilakukan setiap bulan,

setiap triwulan, atau setiap semester sekali. Namun dalam kontrol

eksternal berada di luar organisasi dan bukan menjadi kewenangan

organisasi yang menjadi pelaku kontrol untuk melakukan

penjadwalan. Selain itu kontrol eksternal sulit dilakukan intervensi.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa pengawasan merupakan

aspek yang sangat penting dari suatu kebijakan yang sudah diimplementasikan.

Dengan adanya pengawasan, kita dapat menilai sejauh mana kinerja para

pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, pengawasan juga dapat

dijadikan bahan evaluasi dari suatu kebijakan yang dikeluarkan, apakah sudah

berjalan secara efektif atau belum. Sehingga, menjadi masukan kedepannya

dalam pencapaian suatu kebijakan tersebut.

2.1.10 Obat

Salah satu komponen kesehatan yang sangat penting adalah tersedianya

obat sebagai sebagian pelayanan kesehatan masyarakat. Hal itu karena obat

digunakan untuk mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan

penyakit atau gelaja penyakit yang menyebabkan kelainan badaniah dan

Page 51: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

36

rohaniah pada manusia. Dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan

komponen yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar upaya

kesehatan.

Definisi Obat menurut PerMenKes/1010/MenKes/Per/XI/2008:

1) Obat adalah obat jadi yang merupakan sediaan atau paduan bahan-

bahan termasukproduk biologi dan kontrasepsi, yang siap digunakan

untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan.

Definisi Obat menurut UU no.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan:

2) Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau

keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,

untuk manusia.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui pengertian obat adalah semua

bahan tunggal/campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk hidup untuk

bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan, dan

menyembuhkan penyakit.

2.1.11 Obat Tradisional

Sesuai Pasal 1 Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.05.4.1384

Tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional,

Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, ditetapkan bahwa :

1) Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)

atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah

digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

2) Jamu adalah Obat Tradisional Indonesia.

3) Obat Herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah

dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji

praklinik dan bahan bakunya telah distandardisasi.

Page 52: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

37

4) Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan

keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan

klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi.

5) Sediaan galenik adalah hasil ekstraksi simplisia yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan atau hewan.

(Unit Layanan Pengaduan Konsumen BPOM, 2013)

Dalam PermenKes Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012

TentangIndustri Dan Usaha Obat Tradisional, ditetapkan bahwa:

1) Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau

campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah

digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan

norma yang berlaku di masyarakat

Dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, di sebutkan bahwa:

2) Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yangberupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,sediaan sarian (galenik), atau

campuran dari bahantersebut yang secara turun temurun telah

digunakanuntuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan

norma yang berlaku di masyarakat.

2.1.12 Standardisasi Obat Tradisional

Standardisasi Obat Tradisional pada dasarnya mencakup bahan atau

simplisia, produk jadi dan proses pembuatan. Dewasa ini standar produk obat

tradisional masih terbatas pada aspek mutu dan keamanan, belum mencakup

pada aspek khasiat/kemanfaatan.

Adapun untuk standar proses pembuatan telah ditetapkan dalam bentuk

Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). CPOTB belum

dilaksanakan di sebagian besar industri obat tradisonal terutama Industri Kecil

Obat Tradisional (IKOT). Secara garis besar obat tradisional dapat dibagi

menjadi :

Page 53: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

38

1. Hasil Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Obat tradisional hasil

TOGA yang pemanfaatannya pada umumnya digunakan oleh

keluarga yang bersangkutan, standardisasi yang perlu dilakukan

adalah kebenaran tanaman yang digunakan dan kebersihan dalam

proses pembuatannya.

2. Jamu,Digunakan untuk pengobatan sendiri terdiri yang

tidakmemerlukan izin produksi (sesuai Permenkes no.246/Menkes/

per/V/1990), meliputi:

1) Jamu Racikan

2) Jamu Gendong

Seperti halnya dengan obat tradisional hasil TOGA standar yang

dibutuhkan adalah kebenaran tanaman yang digunakan dan

kebersihan proses pembuatannya. Harus ada izin produksi dan izin

edar, yaitu Jamu yang diproduksi dan diedarkan oleh:

1) Industri Obat Tradisional (IOT)

2) Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT)

Standar yang harus dipenuhi adalah standar mutu dan keamanan,

sedangkan untuk proses pembuatannya harus sesuai dengan

ketentuan CPOTB terutama untuk IOT.

3. Fitofarmaka :

Dapat digunakan pada Pelayanan Kesehatan Formal. Berbagai Uji

Laboratorium merupakan persyaratan mutlak yang harus dilakukan

untuk sediaan fitofarmaka, beberapa uji yang harus dilakukan antara

lain :

1) Penapisan fitokimia untuk mengetahui jenis kandungan senyawa

pada tanaman tersebut.

2) Uji Toksisitas untuk mengetahui keamanan bila dikonsumsi untuk

pengobatan.

3) Uji Farmakologi eksperimental terhadap binatang percobaan.

4) Uji Klinis untuk memastikan efek Farmakologi, keamanan dan

manfaat klinis untuk pencegahan, pengobatan penyakit atau gejala

penyakit. (Sumber: kancil9.blogspot.com)

2.1.13 Logo Obat Tradisional

Obat tradisional dibagi menjadi 3 jenis yaitu, jamu, obat herbal

terstandar dan fitofarmaka, adapaun penjelasannya sebagai berikut:

Page 54: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

39

Gambar 2

Logo Jamu

(Sumber: Unit Layanan Pengaduan Konsumen BPOM, 2014)

Jamu adalah sediaan bahan alam yang khasiatnya belum dibuktikan

secara ilmiah, dalam kata lain, belum mengalami uji klinik maupun uji

praklinik, namun khasiat tersebut dipercaya oleh orang berdasarkan

pengalaman empiric. Dalam sediaan jamu, bahan baku yang digunakan pun

belum mengalami standarisasi karena masih menggunakan seluruh bagian

tanaman. Jamu disajikan secara tradisional dalam bentuk seduhan, pil, atau

cairan.

Umumnya, obat tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep

peninggalan leluhur. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah secara uji

klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Logo jamu berupa ranting daun

terletak dalam lingkaran dan harus mencantumkan tulisan “JAMU” seperti

gambar 2.

Page 55: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

40

Gambar 3

Logo Obat Herbal Terstandar

(Sumber: Unit Layanan Pengaduan Konsumen BPOM, 2014)

Obat Herbal Terstandar (OHT) merupakan sediaan obat bahan alam

yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji

praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. OHT memiliki grade

setingkat di bawah fitofarmaka. OHT belum mengalami uji klinis, namun

bahan bakunya telah distandarisasi untuk menjaga konsistensi kualitas

produknya.

Uji praklinik dengan hewan uji, meliputi uji khasiat dan uji manfaat,

dan bahan bakunya telah distandarisasi. Logo Herbal Terstandar berupa jari-

jari daun (3 pasang) terletak dalam lingkaran dan harus mencantumkan

tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” seperti gambar 3. Ada lima

macam uji praklinis yaitu uji eksperimental in vitro, uji eksperimental in vivo,

uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronik, dan uji toksisitas khusus.

Page 56: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

41

Gambar 4

Logo Fitofarmaka

(Sumber: Unit Layanan Pengaduan Konsumen BPOM, 2014)

Fitofarmaka merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan

keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik,

bahan baku dan produk jadinya telah distandarisasi. Salah satu syarat agar

suatu calon obat dapat dipakai dalam praktek kedokteran dan pelayanan

kesehatan formal (fitofarmaka) adalah jika bahan baku tersebut terbukti aman

dan memberikan manfaat klinik. Logo Fitofarmaka berupa jari-jari daun (yang

kemudian membentuk bintang) terletak dalam lingkaran dan harus

mencantumkan tulisan “FITOFARMAKA” seperti gambar 4.

2.2 Penelitian Terdahulu

Sebagai pertimbangan dalam penelitian ini, dicantumkan hasil penelitian

terdahulu yang pernah peneliti baca sebelumnya yang sejenis dengan penelitian

ini. Penelitian terdahulu ini bermanfaat dalam mengolah atau memecahkan

masalah yang timbul dalam pengawasan Balai Pengawas Obat dan Makanan

dalam peredaran obat tradisional di Kota Serang. Walaupun lokus dan masalahnya

tidak sama persis tetapi sangat membantu peneliti dalam menemukan sumber-

Page 57: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

42

sumber pemecahan masalah penelitian ini. Berikut ini adalah hasil penelitian yang

peneliti baca.

Penelitian yang dilakukan oleh Norita Palita Silalahi, Universitas Atma Jaya

Yogyakarta pada Tahun 2011. Dengan judul Skripsi Efektifitas Pelaksanaan

Pengawasan oleh BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) atas beredarnya

Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat yang Beredar di

Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa peranan BPOM dalam

mengawasi peredaran produk obat tradisional di Kota Yogyakarta dapat dikatakan

masih lemah. Pengawasan yang dilakukan BPOM sebulan sekali tidak berjalan

efektif dikarenakan masih banyak terdapat penjualan atau peredaran produk OT

(Obat Tradisional) yang mengandung BKO (Bahan Kimia Obat), dan kurangnya

tindakan pencegahan serta tidak diterapkan sanksi hukuman yang tegas atau

dengan kata lain sanksi yang diterapkan masih dinilai ringan. Hambatan yang

ditemukan dalam penelitian tersebut adalah hambatan internal dan hambatan

eksternal. Hambatan internal meliputi kurangnya jumlah sumber daya manusia

BPOM Yogyakarta, kurangnya sarana dan fasilitas BPOM Yogyakarta yang

belum mampu mengimbangi beban kerja yang semakin bertambah serta

langkanya beberapa komoditi OMKA (Obat, Makanan Kosmetik dan Alat

Kesehatan) sebagai bahan baku pembanding yang tercantum dalam prioritas

sampling. Hambatan eksternal meliputi rendahnya sumber daya manusia baik

produsen maupun konsumen, dan masih rendahnya sanksi yang diterima pelaku

usaha yang melakukan pelanggaran.

Page 58: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

43

Penelitian yang dilakukan oleh Norita Palita Silalahi tersebut memiliki

kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan dimana fokus penelitiannya

yaitu mengenai pelaksanaan pengawasan BPOM dalam peredaran obat tradisional

ilegal atau mengandung BKO (Bahan Kimia Obat). Namun dalam hal ini, terdapat

perbedaan dalam metodologi penelitian yang digunakan serta lokasi penelitiannya,

dimana dalam penelitian yang dilakukan oleh Norita Palita Silalahi menggunakan

metodologi penelitian kuantitatif dan dilakukan di Kota Yogyakarta. Sedangkan

penelitian yang peneliti lakukan menggunakan metodologi penelitian kualitatif

dan dilakukan di Kota Serang.

Penelitian berikutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Meliza Edtriani,

yang berupa Jurnal S1 Ilmu Administrasi Negara Hal. 10 Volume 1 Nomor 2 dari

Universitas Bina Widya pada Tahun 2012. Dengan judul Jurnal Pelaksanaan

Pengawasan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Terhadap

Peredaran Makanan dan Minuman Tanpa Izin Edar (TIE) di Kota Pekanbaru

Tahun 2012. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa pelaksanaan pengawasan

makanan dan minuman tanpa izin edar di Kota Pekanbaru belum optimal.

Dikarenakan masih terdapatnya makanan dan minuman tanpa izin edar yang

beredar dipasaran. Hambatan yang ditemukan dalam penelitian tersebut adalah

rendahnya integritas pengawasan yang didasari oleh keterbatasan jumlah staff

BBPOM dan rendahnya sistem pengawasan BBPOM terhadap peredaran makanan

dan minuman tanpa izin edar karena dalam prakteknya BBPOM melakukan

pengawasan secara berskala dan acak.

Page 59: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

44

Penelitian yang dilakukan oleh Meliza Edtriani tersebut tidak jauh berbeda

dengan penelitian yang peneliti lakukan dimana fokus penelitiannya yaitu

mengenai pelaksanaan pengawasan Balai Pengawas Obat dan Makanan. Namun

dalam hal ini, terdapat perbedaan lokus dan fokus penelitiannya, dimana dalam

penelitian yang dilakukan oleh Meliza Edtriani fokus penelitiannya mengenai

pelaksanaan pengawasan BPOM terhadap peredaran makanan dan minuman dan

dilakukan di Kota Pekanbaru. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan yaitu

mengenai pelaksanaan pengawasan BPOM dalam peredaran obat tradisionalnya

dan dilakukan di Kota Serang.

Penelitian berikutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh David Agutinus

Purba, yaitu Jurnal S1 Ilmu Administrasi Negara Hal. 3 Volume 2 Nomor 2

Universitas Tanjungpura pada Agustus, 2013. Dengan judul Jurnal Pelaksanaan

Fungsi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Kota Pontianak. Dalam

penelitian tersebut diketahui bahwa pengawasan yang dilakukan oleh BBPOM

Kota Potianak masih lemah. Pengawasan yang dilakukan BBPOM Kota Pontianak

yaitu pengawasan langsung dan tidak langsung dan dalam pelaksanaanya masih

rendah. Pengawasan langsung hanya dilakukan dua kali dalam setahun bahkan

masih ada sarana distribusi belum pernah dilakukan pemeriksaan oleh BBPOM

Pontianak. Hambatan yang ditemukan dalam penelitian tersebut yaitu minimnya

jumlah pegawai, sanksi hukum yang kurang tegas dan ringan, dan masih

rendahnya pemahaman masyarakat akan bahaya sebuah produk yang mengandung

BKO (Bahan Kimia Obat).

Page 60: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

45

Penelitian yang dilakukan oleh David Agutinus Purba tersebut tidak jauh

berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan dimana fokus penelitiannya yaitu

mengenai pelaksanaan pengawasan Balai Pengawas Obat dan Makanan. Namun

dalam hal ini, terdapat perbedaan lokus dan fokus penelitiannya, dimana dalam

penelitian yang dilakukan oleh David Agutinus meneliti pelaksanaan pengawasan

BPOM secara umum dan dilakukan di Kota Pekanbaru. Sedangkan penelitian

yang peneliti lakukan yaitu mengenai pelaksanaan pengawasan BPOM secara

khusus yaitu pengawasan dalam peredaran obat tradisionalnya dan dilakukan di

Kota Serang.

2.3 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akan meneliti tentang pengawasan Balai Pengawas Obat dan

Makanan dalam hal pengawasan peredaran obat tradisional di Kota Serang. Dalam

penyusunan kerangka berfikir, peneliti penggunakan teori pengawasan yang

dikemukakan oleh Widodo yang memberikan gambaran tentang strategi yang

dilakukan dalam melakukan pengawasan kebijakan atau pelaksanaan suatu

kegiatan. Model pengawasan yang dikemukakan oleh Widodo (2011:94-96),

dapat dijelaskan bahwa suatu kebijakan yang diimplementasikan harus dikontrol

dengan adanya unsur-unsur yang melengkapinya diantaranya:

1. Pelaku Kontrol Pelaksanaan Kebijakan

Pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu kontrol eksternal dan kontrol internal. Pelaku kontrol

internal (internal control) dapat dilakukan oleh unit atau bagian

monitoring dan pengendalian, dan badan pengawas daerah. Pelaku

kontrol eksternal (external control) dapat dilakukan oleh DPRD, LSM

dan komponen masyarakat.

2. Strandar Operasional Pemantauan

Standard Operational Prosedure (SOP) kontrol atas pelaksanaan

kebijakan dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 61: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

46

1. Organisasi harus menetapkan serangkaian tujuan yang dapat diukur

dari aktivitas yang telah direncanakan.

2. Alat monitoring harus disusun untuk mengukur kinerja individu,

program, atau sistem secara keseluruhan

3. Pengukuran diperoleh melalui penerapan berbagai alat monitoring

untuk mengoreksi setiap penyimpangan yang berarti.

4. Tindakan korektif dapat mencakup usaha-usaha yang mengarah pada

kinerja yang ditetapkan dalam rencana atau modifikasi rencana kearah

mendekati kinerja.

3. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan

Untuk melakukan kontrol atas pelaksanaan suatu kebijakan, disamping

memerlukan dana yang cukup juga diperlukan peralatan yang memadai.

Besarnya anggaran dan jenis peralatan untuk melakukan kontrol sangat

tergantung pada variasi dan kompleksitas pelaksanaan suatu

kebijakan.Sumber anggaran dapat berasal dari anggaran pendapatan

belanja Negara (APBN), anggaran pendapatan belanja daerah (APBD),

lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan swadaya masyarakat.

4. Jadwal Pelaksanaan Kontrol

Dalam kontrol internal, pelaksanaan dapat dilakukan setiap bulan, setiap

triwulan, atau setiap semester sekali. Namun dalam kontrol eksternal

berada diluar organisasi dan bukan menjadi kewenangan organisasi yang

menjadi pelaku kontrol untuk melakukan penjadwalan. Selain itu kontrol

eksternal sulit dilakukan intervensi.

Page 62: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

47

Adapun kerangka berfikir peneliti dalam penelitian ini adalah :

Gambar 5

Kerangka Berfikir

(Peneliti, 2014)

1. Ketidakjelasan waktu pengawasan dilapangan.

2. Masih dengan mudahnya ditemukan obat tradisional ilegal di Kota Serang.

3. Kurang optimalnya petugas BPOM dalam melakukan pengawasan

dilapangan.

4. Kerjasama lintas sektor belum optimal.

5. Kurangnya informasi masyarakat mengenai obat tradisional ilegal.

Peraturan Perundangan Terkait:

1. UU No.8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

2. Keppres No. 103 Tahun 2001

tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Susunan

Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Pemerintah Non

Departemen

Strategi Pengawasan Menurut Joko

Widodo (2011:94-96):

1. Pelaku pengawasan pelaksanaan

kebijakan.

2. SOP pengawasan.

3. Sumber daya keuangan dan

peralatan.

4. Jadwal pelaksanaan Pengawasan.

Pengawasan Balai POM Provinsi Banten dalam Peredaran Obat Tradisional di Kota

Serang berjalan dengan optimal

Page 63: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

48

2.4 Asumsi Dasar

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pembahasan pada pengawasan

peredaran obat tradisional oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan dengan studi

kasus peredaran obat tradisional di Kota Serang, hal ini diatur dalam peraturan

Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Departemen. Namun berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan bahwa,

pengawasan mengenai peredaran obat tradisional oleh Balai Pengawas Obat dan

Makanan dengan studi kasus peredaran obat tradisional di Kota Serang, belum

terlaksana dengan baik sehingga pengawasan belum optimal.

Hal ini didasarkan pada fakta-fakta dilapangan, pengawasan peredaran obat

tradisional kurang didukung dengan strategi pengawasan yang mendukung

terhadap keberhasilan implementasi kebijakan tersebut. Jadi Balai Pengawas Obat

dan Makanan belum melakukan pengawasan secara optimal.

Page 64: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian sangat erat dengan tipe penelitian yang digunakan, karena

tiap-tiap tipe dan tujuan penelitian yang didesain memiliki konsekuensi pada

pilihan metode penelitian yang tepat, guna mencapai tujuan penelitian tersebut.

Menurut Sugiono dalam bukunya Metode Penelitian Administrasi, mendefinisikan

metode penelitian dapat diartikan sebagai langkah-langkah atau cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian

mengenai pengawasan Balai Pengawas Obat dan Makanan dalam Peredaran Obat

di Kota Serang, peneliti menggunakan metode penelitian dengan pendekatan

kualitatif.

Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, istilah penelitian kualitatif

seperti yang di ungkapkan oleh Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2005:4);

metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku-

perilaku yang dapat diamati. Menurut Suryabrata (1992:24); metode studi kasus

adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasilnya

merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang

49

Page 65: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

50

melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi

dan praktik-praktik yang berlaku.

3.2 Ruang Lingkup / Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada penelitian ini adalah tentang pengawasan yang

dilakukan oleh Balai POM dalam melakukan pengawasan terhadap peredaran obat

tradisional ilegal yang berada di Provinsi Banten khususnya Kota Serang.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat di Kota Serang dengan

pertimbangan sebagai berikut:

1. Kota Serang sebagai salah satu Kota yang memiliki sarana distribusi

Obat Tradisional terbanyak di Provinsi Banten.

2. Balai Pengawas Obat dan Makanan, sebagai instansi yang

bertanggungjawab melaksanakan pengawasan peredaran obat dan

makanan.

3. Dinas Kesehatan Kota Serang, sebagai instansi yang bekerjasama

dengan BPOM Provinsi Banten dalam mengawasi peredaran obat

tradisional di Kota Serang.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual berfungsi untuk memberikan penjelasan

tentang konsep dari variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti

berdasarkan kerangka teori yang akan digunakan. Adapun definisi

konseptual penelitian ini adalah:

Page 66: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

51

1. Pengawasan

Pengawasan merupakan upaya memeriksa apakah semua

terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang

dikeluarkan, dan prinsip yang dianut. Juga dimaksudkan untuk

mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari

kejadiannya dikemudian hari.

2. PeredaranObat

Peredaran Obat menurut Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun

1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran dana

atau penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan baik dalam

rangka perdagangan, bukan perdagangan atau pemindahan

tanganan.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah pengawasan

BPOM Provinsi Banten dalam Peredaran Obat Tadisional di Kota Serang.

Karena peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, maka dalam

penjelasan definisi operasional ini akan dikemukakan fenomena-fenomena

penelitian yang dikaitkan dengan konsep yang digunakan yaitu menurut

Joko Widodo (2011:94-96) mengenai strategi pemantauan, yaitu:

1. Pelaku Kontrol Pelaksanaan Kebijakan, yaitu mengamati

fenomena mengenai pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan

yang terlibat dalam pengawasan peredaran obat tradisional di

Kota Serang.

Page 67: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

52

2. Standar Operasional Prosedur, yaitu mengamati fenomena

kesesuaian prosedur dengan pelaksanaan pengawasan

peredaran obat tradisional di Kota Serang.

3. Sumber Daya Keuangan dan Peralatan, yaitu mengamati

fenomena terkait sumber daya keuangan dan peralatan dalam

pengawasan peredaran obat tradisional di Kota Serang.

4. Jadwal Pelaksanaan Kontrol, yaitu mengamati fenomena

mengenai jadwal pelaksanaan kegiatan pengawasan peredaran

obat tradisional di Kota Serang.

Definisi operasional ini disusun dengan focus penelitian

berdasarkan apa yang akan peneliti kaji dan temukan saat di lapangan,

kemudian akan diolah dan dikembangan sesuai dengan data yang

diperoleh menjadi satu rangkaian informasi yang dijabarkan dalam bentuk

deskriptif sehingga menjadi suatu hasil penelitian yang paten dan dapat

dipertanggungjawabkan keabsahan datanya.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian diperlukan suatu alat ukur yang tepat dalam proses

pengolahannya. Hal ini untuk mencapai hasil yang diinginkan. Alat ukur dalam

penelitian disebut juga instrumen penelitian, atau dengan kata lain bahwa pada

dasarnya instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur

fenomena alam atau sosial yang diamati. Secara spesifik fenomena ini disebut

dengan variabel penelitian yang kemudian ditetapkan untuk diteliti.

Dalam penelitian ini mengenai pengawasan Balai Pengawas Obat dan

Makanan dalam Peredaran Obat Tradisional di Kota Serang peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif dalam penelitiannya. Menurut Irawan (2006:17) dalam

penelitian kualitatif instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri.

Selanjutnya Nasution (2003:55) menyatakan:

Page 68: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

53

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan

manusia sebagai instrumen penelitian utama alasannya ialah bahwa segala

sesuatunya belum mempunyai bentuk pasti. Masalah, fokus penelitian,

prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang

diharapkan. Itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas

sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangankan sepanjang

penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak

ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang

dapat mencapainya”.

Dalam penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan data primer dan data

sekunder. Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2007:157) sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Pendekatan kualitatif dicirikan oleh

kegiatan mengumpulkan, menggambarkan dan menafsirkan tentang situasi yang

dialami hubungan tertentu, kegiatan, pandangan sikap yang ditujukan atau tentang

kecenderungan yang tampak dalam proses yang sedang berlangsung, pertentangan

yang meruncing serta kerjasama yang dijalankan.

Adapun alat-alat tambahan yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan

data berupa panduan wawancara, buku catatan, kamera digital, dan recorder.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data.

Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang digunakan

sebagai berikut:

3.5.1 Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini berasal dari:

Page 69: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

54

3.5.1.1 Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui percakapan dengan maksud menggali informasi. Dalam

penelitian kualitatif, wawancara dilakukan secara mendalam.

Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan tak

berstruktur. Wawancara terstruktur adalah peneliti menggunakan

pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya sedangkan

wawancara tak berstruktur adalah teknik wawancara yang tidak

menggunakan pedoman wawancara secara sistematis, tapi

disesuaikan dengan situasi dan kondisi fenomena di lapangan artinya

pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-

hari. Adapun kisi-kisi wawancara tak terstruktur pada penelitian ini

disusun bukan berupa daftar pertanyaan, akan tetapi hanya berupa

poin-poin pokok yang akan ditanyakan peneliti pada informannya

dan dapat berkembang pada saat wawancara berlangsung. Pertanyaan

dibuat sederhana serta disesuaikan dengan kondisi kebutuhan, agar baik

peneliti maupun informan dapat saling memahami.

Materi wawancara mengarah pada keadaan obyektif mereka yang

terkait dengan proses Pengawasan Balai Pengawas Obat dan Makanan

di Kota Serang dalam bentuk apapun dan disesuaikan menurut jadwal

yang sudah ditetapkan.

Adapun kisi-kisi wawancara tak terstruktur pada penelitian ini

disusun bukan berupa daftar pertanyaan, akan tetapi hanya berupa

Page 70: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

55

poin-poin pokok yang akan ditanyakan pada informan dan

dikembangkan pada saat wawancara berlangsung. Hal ini

dimaksudkan agar proses wawancara berlangsung secara alami dan

mendalam seperti yang diharapkan dalam penelitian kualitatif.

Tabel 4

Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Dimensi Kisi-kisi Pertanyaan Informan

Pelaku

Pengawasan

Pelaksanaan

Kebijakan

1. Kontrol Internal

2. Kontrol Eksternal

1. Kepala Seksi

Pemeriksaan, Penyidikan

Sertifikasi dan Layanan

Informasi Konsumen

Standar Oprasional

Prosedur (SOP)

Pengawasan

1. SOP pengawasan

2. Alat Monitoring

3. Tindakan Korektif

1. Kepala Seksi

Pemeriksaan, Penyidikan

Sertifikasi dan Layanan

Informasi Konsumen

2. Koordinator Pemeriksaan

Obat Tradisional,

Kosmetik dan Produk

Komplemen.

3. Staff Pemeriksaan Obat

Tradisional.

Sumber Daya

Keuangan dan

Peralatan

1. Pemerintah

2. LSM

3. Swadaya

Masyarakat

1. Kepala Seksi

Pemeriksaan, Penyidikan

Sertifikasi dan Layanan

Informasi Konsumen

Jadwal

Pelaksanaan

Pengawasan

1. Jadwal Kontrol

Pelaksanaan

Pengawasan

1. Koordinator Pemeriksaan

Obat Tradisional,

Kosmetik dan Produk

Komplemen.

2. Staff Pemeriksaan Obat

Tradisional.

(Sumber: Peneliti, 2014)

3.5.1.2 Observasi

Observasi merupakan pengumpulan data dan informasi dengan

cara mengadakan pengamatan langsung dilokasi penelitian, sesuai

dengan yang diutarakan oleh Usman (2000:52); observasi adalah

Page 71: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

56

pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang

diteliti. Dari hasil pengamatan itu dilakukan pencatatan mengenai objek

yang diamati.

3.5.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

3.5.2.1 Studi literatur atau kepustakaan

Dalam studi literatur dan kepustakaan, peneliti melakukan

pengumpulan data penelitian yang diperoleh dari berbagai referensi baik

buku ataupun jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian yang

dilakukan.

3.5.2.2 Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan salah satu teknik pengumpulan data

sekunder. Menurut Guba dan Licoln dalam Moleong (2002:16)

mendefinisikan dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain

dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan

seorang penyidik.

Selanjutnya studi dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik

pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh

lembaga-lembaga yang menjadi objek penelitian, baik berupa

prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan serta

berupa foto ataupun dokumen elektronik (rekaman).

Page 72: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

57

3.6 Informan Penelitian

Informan diperoleh dari kunjungan lapangan yang dilakukan dilokasi

penelitian, dipilih secara Purposif merupakan metode penetapan informan

dengan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu berdasarkan informasi yang

dibutuhkan, artinya teknik pengambilan informan sumber data dengan

pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini, dengan maksud penetapan informan berdasar

kriteria-kriteria sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Informan tersebut

ditentukan dan ditetapkan tidak berdasarkan pada jumlah yang dibutuhkan,

melainkan berdasarkan pertimbangan fungsi dan peran informan sesuai fokus

masalah penelitian.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini diantaranya adalah

sebagai berikut:

Tabel 5

Informan Penelitian

Kode

Informan

Informan Keterangan

I1 Kepala Seksi Pemeriksaan,

Penyidikan Sertifikasi dan

Layanan Informasi Konsumen.

Key Informan

I2 Koordinator Pemeriksaan,

Penyidikan Sertifikasi dan

Layanan Informasi Konsumen.

Secondary Informan

I3 Staff Bidang pemeriksaan Obat

Tradisional.

Key Informan

I5 Pemilik Sarana Distribusi Obat

Tradisional

Secondary Informan

I6 Masyarakat Secondary Informan

(Sumber: Peneliti, 2014)

Page 73: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

58

3.7 PedomanWawancara

Pedoman wawancara merupakan alur atau pedoman bagi peneliti dalam

melakukan wawancara dengan informan. Pedoman wawancara ini disusun guna

mempermudah peneliti dalam proses wawancara yang akan dilakukan.

3.8 Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan & Biklen (dalam Moleong, 2006: 248) analisis data

kualitatif adalah:

”Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan

apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”.

Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak

peneliti melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan selesainya penelitian.

Analisis data dilakukan secara terus-menerus tanpa henti sampai data tersebut

bersifat jenuh. Dalam prosesnya, analisis data dalam penelitian ini menggunakan

model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles & Huberman, yaitu

selama proses pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting, diantaranya;

reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan verifikasi

(verification). Apabila digambarkan proses tersebut akan nampak seperti

berikut ini.

Page 74: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

59

Gambar 6

Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model)

(Sumber: Miles dan Huberman, 2007)

Pertama, Kegiatan reduksi data, pada tahap ini terfokus pada pemilihan,

penyederhanaan, dan transformasi data kasar dari catatan lapangan. Dalam

proses ini dipilih data yang relevan dengan fokus penelitian. Proses reduksi ini

dilakukan secara bertahap selama dan sesudah pengumpulan data sampai laporan

hasil. Reduksi data dilakukan dengan cara membuat ringkasan data, menelusuri

tema terbesar dan membuat kerangka penyajian data.

Kedua, Penyajian data dalam kegiatan ini peneliti menyusun kembali data

berdasarkan klasifikasi dan masing-masing topik dipisahkan, kemudian topik

yang sama disimpan dalam satu tempat, masing-masing-masing tempat diberi

kode, hal ini dikarenakan agar tidak terjadi ketimpangann data yang telah

dijaring. Pada tahap ini data disajikan dalam kesatuan tema yang

terkhusus pada permasalahan yang dituangkan dalam pertanyaan penelitian.

Ketiga, Data yang telah dikelompokkan yang sesuai dengan topik-topik,

kemudian diteliti kembali dengan cermat, mana data yang sudah lengkap dan

mana data belum lengkap yang masih memerlukan data tambahan, dan

Page 75: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

60

kegiatan ini dilakukan selama penelitian berlangsung.

Keempat, Setelah data dianggap cukup dan dianggap telah sampai kepada

titik jenuh atau telah memperoleh kesesuaian, maka kegiatan selanjutnya

adalah menyusun laporan hingga pada akhir pembuatan kesimpulan.

3.9 Uji Kebsahan Data

Dalam uji keabsahan data bahwa setiap keadaan harus memenuhi 3 hal.

(1) mendemonstrasikan hal yang benar, (2) menyediakan dasar agar hal itu dapat

diterapkan, (3) memperbolehkan keputusan yang dapat dibuat tentang

konsistensinya dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-

keputusannya (Moleong, 2006:320). Untuk menguji kebasahan data dapat

dilakuan dengan tujuh tekhnik, yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan

pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus

negatif, pengecekan anggota (member check).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji keabsahan data dengan

tekhnik triangulasi dan pengecekan anggota (member check). Keterandalan dari

suatu alat pengukuran didefinisikan sebagai kemampuan alat untuk mengukur

gejala secara konsisten yang dirancang untuk mengukur. Adapun untuk

pengujian keabsahan datanya, penelitian ini menggunakan dua cara sebagai

berikut:

1. Triangulasi (Triangulation)

Triangulasi bertujuan bukan untuk mencari kebenaran tentang

beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti

terhadap apa yang telah ditemukan (Sugiyono, 2006: 271). Triangulasi

Page 76: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

61

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan

berbagai cara, dan berbagai waktu. terdapat 3 macam teknik triangulasi

menurut Sugiyono, yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Yaitu membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam penelitian kualitatif.

2. Triangulasi Teknik

Yaitu menguji kredibilitas dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Bila dengan

beberapa teknik itu didapat data yang berbeda-beda maka

peneliti melakukan diskusi untuk memastikan data yang mana

yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena dari

sudut pandang yang berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Yaitu menguji kredibilitas dengan cara melakukan pengecekan

dengan observasi, wawancara atau teknik lain dalam waktu atau

situasi yang berbeda.

Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi

sumber. Dimana dalam penelitian ini peneliti mencari sumber lain dengan

melakukan observasi dan analisis dokumen sebagai pembanding data yang

diperoleh dari narasumber.

Page 77: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

62

2. Mengadakan Membercheck

Mengecek ulang atau membercheck yaitu adanya masukan yang

diberikan oleh informan. Setelah hasil wawancara dan observasi dibuat ke

dalam transkrip, transkrip tersebut diperlihatkan kembali kepada

informan untuk mendapatkan konfirmasi bahwa transkrip itu sesuai

dengan pandangan mereka. Informan melakukan koreksi, mengubah

atau bahkan menambahkan informasi. Membercheck bertujuan untuk

menghindari salah tafsir terhadap jawaban informan saat wawancara,

menghindari salah tafsir terhadap perilaku responden pada saat observasi,

dan mengkonfirmasi perspektif temik informan terhadap suatu proses

yang sedang berlangsung.

Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai

tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti telah melakukan

membercheck. Selanjutnya hal yang tidak dapat diabaikan pada tingkat

keabsahan data melalui referensi atau sumber. Sebagai hasil pembanding

terhadap tulisan yang telah disusun, selanjutnya keabsahan data dievaluasi

melalui referensi berupa tape recorder, dan kamera foto.

3.10 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.10.1 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipergunakan dalam penelitian bertempat di Balai

Pengawas Obat dan Makanan yang berlokasi di Jalan Syech Nawawi Al-

Bantani Kelurahan Banjarsari Kecamatan Cipocok Jaya Serang, Banten.

Page 78: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

63

3.10.2 Waktu Penelitian

Tabel 6

Jadwal Penelitian

(Sumber: Peneliti, 2014)

Kegiatan WAKTU PELAKSANAAN TAHUN 2014

Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des

Observasi Awal

Skripsi

Penyusunan

Proposal

Skripsi

Bimbingan dan

Perbaikan

Proposal

Skripsi

Seminar

Proposal

Skripsi

Penyusunan

Bab. IV Skripsi

Peyusunan

Hasil Penelitian

Pembuatan

kesimpulan dan

Saran

Daftar Sidang

Skripsi

Sidang Skripsi

Page 79: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kota Serang

Kota Serang merupakan salah satu dari tujuh kabupaten/kota di Provinsi

Banten yang memiliki kedudukan sebagai pusat pemerintah Provinsi Banten.

Wilyah Kota Serang terletak pada koordinasi 618.000 m sampai dengan

638.600 m dari Barat ke Timur dan 9.337.725 m sampai dengan 9.312.475m

dari Utara ke Selatan adalah sekitar 21,7 km dan jarak terpanjang dari Barat ke

Timur adalah sekitar 20 km. Berdasarkan keadaan geografisnya Kota Serang

memiliki luas 266,74 km² yang terdiri dari 6 kecamatan.

Sebagai Ibukota Provinsi kehadirannya adalah sebuah konsekuensi logis

dari keberadaan Provinsi Banten. Terdiri dari 6 (enam) Kecamatan yaitu:

Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Walantaka, Kecamatan

Curug, Kecamatan Cipocok Jaya dan Kecamatan Taktakan. Kota Serang

memiliki luas wilayah 266,77 km² dengan jumlah penduduk sekitar 523.384

jiwa dan Batas Wilayah sebelah Utara yaitu Teluk Banten sebelah Timur yaitu

Kecamatan Pontang, Kecamatan Ciruas, dan Kecamatan Kragilan Kabupaten

Serang, sebelah Selatan yaitu Kecamatan Cikeusal, Kecamatan Petir dan

Kecamatan Baros Kabupaten Serang, serta sebelah Barat yaitu Kecamatan

64

Page 80: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

65

Pabuaran, Kecamatan Waringin Kurung dan Kecamatan Kramatwatu

Kabupaten Serang. (Sumber:www.serangkota.go.id)

Gambar 7

Peta Administratif Wilayah Kota Serang

Kota ini diresmikan pada tanggal 2 November 2007 berdasarkan UU

Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang, setelah sebelumnya

RUU Kota Serang disahkan pada tanggal 17 Juli 2007, kemudian dimasukan

dalam lembaran Negara Nomor 98 Tahun 2007 dan tambahan lembaran Negara

Nomor 4748,tertanggal 10 Agustus 2007. Sebelumnya, Pemerintah Provinsi

Banten dalam mempercepat terwujudnya Pemerintah Kota Serang telah

mempersiapkan empat kelompok kerja (Pokja) yang akan bekerja sebelum

ditetapkannya Pejabat Walikota Serang. Keempat Pokja tersebut terdiri dari

Pokja Personil, Pokja Keuangan, Pokja Perlengkapan dan Pokja Partai Politik.

Kota Serang yang tergolong baru dan merupakan pemekaran dari

Kabupatern Serang memiliki Visi:

Page 81: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

66

“Terwujudnya penyelanggaraan pemerintahan, pelayanan pimpinan dan

pelayanan publik di bidang informasi dan kehumasan yang berkualitas.”

Sedangkan Misi Kota Serang yang merupakan langkah kongkrit dalam

melakukan pembangunan dan kemajuan Kota Serang yaitu sebagai berikut:

1. Mengembangkan aparatur kehumasan yang profesional dalam

mengelola informasi.

2. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat di bidang informasi dan

komunikasi.

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sistem informasi dan

komunikasi.

4.1.2 Strategi Kota Serang

1. Strategi Jangka Pendek

Strategi pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Serang

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui strategi jangka

pendek, yaitu:

1. Menentukan posisi Kota Serang melalui identitas dan visi yang

kuat yaitu: “Serang Semarak, Kota Pelabuhan yang religius”

2. Membangun aparatur (birokrasi) yang profesional dan

berkualitas tinggi.

3. Review penataan Kota yang berorientasi pada DEEP (Design-

Environment-Economics-Planning).

4. Pengesahan pada penataan bangunan dan lingkungan.

5. Supremasi hukum.

Page 82: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

67

2. Strategi Jangka Panjang

Strategi pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Serang

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui strategi

jangka panjang yaitu:

1. Kesinambungan dan pembangunan lingkungan yang responsif

dengan cara penilaian lingkungan dari penguatan menggunakan

teknologi, “Green Development” standar perencanaan,

menggunakan energi alternatif yang renewable non pollutant

serta recycle dan regeneration.

2. Menjadi Kota Dunia yang berkelanjutan : mempunyai identitas

yang kuat, visi pembangunan yang bersih, kreatif, dalam

memasarkan potensi daerah, roda ekonomi yang terus

berkembang, budaya dan persamaan hak masyarakat serta

keseimbangan lingkungan.

3. Meningkatkan kualitas hidup melalui stabilitas politik,

kebebasan personal, pencegahan pencemaran udara, kualitas

kesehatan, pendidikan, makanan dan minuman serta tempat

pentas seni.

4. Perencanaan urban desain yang berkelas dunia meliuti

infrastruktur, pembangunan infomation technology, pembangnan

kota satelit, sistem transportasi massal, land use mix dan

Page 83: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

68

pembangunan yang manusiawi yang menyediakan tempat untuk

pejalan kaki, penyandang cacat dan sepeda.

5. Pembentukan karakter kota dan tempat yang berkesan meliputi :

pemeliharaan dan konservasi kawasan dan bangunan cagar

budaya, menciptakan dan menata ruang publik, membuat

“architecture landmark”. (Sumber:www.kotaserang.go.id)

4.1.3 Gambaran Umum Balai Pengawas Obat dan Makanan Provinsi

Banten

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat

dan signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika

dan alat kesehatan. Dengan menggunakan teknologi modern, industri-industri

tersebut kini mampu memproduksi dalam skala yang sangat besar mencakup

berbagai produk dengan "range" yang sangat luas.

Dengan dukungan kemajuan teknologi transportasi dan entry barrier

yang makin tipis dalam perdagangan internasional, maka produk-produk

tersebut dalam waktu yang amat singkat dapat menyebar ke berbagai negara

dengan jaringan distribusi yang sangat luas dan mampu menjangkau seluruh

strata masyarakat.

Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk termaksud cenderung

terus meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk

pola konsumsinya.Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum

memadai untuk dapat memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar

Page 84: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

69

dan aman. Di lain pihak iklan dan promosi secara gencar mendorong konsumen

untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak rasional.

Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan

gaya hidup konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko dengan

implikasi yang luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen. Apabila terjadi

produk sub standar, rusak atau terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka

risiko yang terjadi akan berskala besar dan luas serta berlangsung secara amat

cepat.

Untuk itu Indonesia harus memiliki Sistem Pengawasan Obat dan

Makanan (SisPOM) yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi,

mencegah dan mengawasi produk-produk tersebut untuk melindungi

keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam maupun di

luar negeri. Untuk itu telah dibentuk Badan POM yang memiliki jaringan

nasional dan internasional serta kewenangan penegakan hukum dan memiliki

kredibilitas profesional yang tinggi. (Sumber:www.pom.go.id)

Berdasarkan surat keputusan kepala Badan POM RI

No.05018/SK/KBPOM Tgl. 17 Mei 2001, Balai POM di Serang mempunyai

struktur organisasi terdiri dari 4 (empat) Eselon IVA yaitu:

1. Kepala seksi pemeriksaan, penyidikan, sertifikasi dan layanan

infromasi konsumen.

2. Kepala seksi pengujian produk terapetik, narkotika, obat tradisional,

kosmetika dan produk komplemen.

3. Seksi pengujian pangan, mikrobiologi, dan bahan berbahaya.

Page 85: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

70

4. Kepala sub bagian tata usaha.

4.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi

Balai POM di Serang adalah unit kerja dari Badan POM RI sesuai

dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM RI no.05018/SK/KBPOM tahun

2001 tenntang Organisasi dan Tata Kerja UPT dilingkungan badan POM RI.

Balai POM di Serang mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang

Pengawasan Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik, dan

Produk Komplemen, Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.

Dalam melaksanakan tugas, Balai POM di Serang selaku salah satu Unit

Pelaksana Teknis (UPT) dilingkungan Badan POM RI menyelengarakan fungsi

sebagai berikut:

a. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan

b. Melaksanakan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif

lain, obat tradisional, kosmetika, dan produk komplemen.

c. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, mikrobiologi, pangan

dan bahan berbahaya.

d. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan

pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi produk obat dan

makanan.

Page 86: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

71

e. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan pada kasus pelanggaran

hukum.

f. Pelaksanaan serifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu

yang ditetapkan oleh kepala badan POM RI.

g. Pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi konsumen.

h. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.

i. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumah tanggaan.

j. Pelaksanaan tugas lain ditetapkan oleh kepala badan sesuai dengan

bidang tugasnya.

4.1.5 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 166 tahun 2000, Badan Pengawas

Obat dan Makanan (Badan POM) ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah

Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab kepada Presiden dan

dikoordinasikan dengan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.

Berdasarkan keputusan tersebut maka Balai POM membuat struktur organisasi

yang berguna untuk mempertegas fungsi dan tanggung jawab setiap bagian

yang ada didalamnya.

a. Sekretariat Utama

Sekretariat Utama melaksanakan koordinasi perencanaan strategis dan

organisasi, pengembangan pegawai, pengelolaan keuangan, bantuan

hukum dan legislasi, hubungan masyarakat dan kerjasama internasional,

serta akses masyarakat terhadap Badan POM melalui Unit Layanan

Pengaduan Konsumen yang menerima dan menindaklanjuti berbagai

Page 87: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

72

pengaduan dari masyarakat di bidang obat dan makanan. Disamping itu

dilakukan pembinaan administratif beberapa Pusat yang ada di

lingkungan Badan POM dan unit-unitpelaksana teknis yang tersebar di

seluruh Indonesia.

b. Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA

Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA

melaksanakan penilaian dan evaluasi khasiat, keamanan dan mutu obat,

produk biologi dan alat kesehatan sebelum beredar di Indonesia dan juga

produk uji klinik. Selanjutnya melakukan pengawasan peredaran produk

terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Disamping itu

melakukan sertifikasi produk terapetik, inspeksi penerapan Cara

Pembuatan Obat yang Baik dan inspeksi penerapan Cara Pembuatan

Obat yang Baik, inspeksi sarana produksi dan distribusi, sampling,

penarikan produk, public warning sampai pro justicia. Didukung oleh

antara lain Komite Nasional Penilai Obat Jadi, Komite Nasional Penilai

Alat Kesehatan dan Tim Penilai Periklanan Obat Bebas, Obat Bebas

Terbatas, Obat Tradisional dan Suplemen Makanan.

c. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Komplemen

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Komplemenmelaksanakan penilaian dan registrasi obat tradisional,

kosmetik dan suplemen makanan sebelum beredar di Indonesia.

Selanjutnya melakukan pengawasan peredaran obat tradisional, kosmetik

Page 88: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

73

dan produk komplemen, termasuk penandaan dan periklanan. Penegakan

hukum dilakukan dengan inspeksi Cara Produksi yang Baik, sampling,

penarikan produk, public warning sampai pro justicia. Didukung oleh

antara lain Tim Penilai Obat Tradisional dan Tim Penilai Kosmetik.

d. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

melaksanakan penilaian dan evaluasi keamanan pangan sebelum beredar

di Indonesia dan selama peredaran seperti pengawasan terhadap sarana

produksi dan distribusi maupun komoditinya, termasuk penandaan dan

periklanan, dan pengamanan produk dan bahan berbahaya. Disamping itu

melakukan sertifikasi produk pangan. Produsen dan distributor dibina

untuk menerapkan Sistem Jaminan Mutu, terutama penerapan Cara

Produksi Makanan yang Baik (CPMB), Hazard Analysis Critical Control

Points (HACCP), Cara Distribusi Makanan yang Baik (CDMB) serta

Total Quality Management (TQM). Disamping itu diselenggarakan

surveilan, penyuluhan dan informasi keamanan pangan dan bahan

berbahaya. Didukung antara lain Tim Penilai Keamanan Pangan.

e. Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional

Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional melakukan pemeriksaan

secara laboratorium, pengembangan prosedur pengujian dan penilaian

mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat

kesehatan, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan

bahan bahan berbahaya. Disamping merupakan rujukan dari 26

Page 89: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

74

(duapuluh enam) laboratorium pengawasan obat dan makanan di seluruh

Indonesia, telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional, Badan

Standardisasi Nasional tahun 1999 serta merupakan WHO Collaborating

Center sejak 1986 dan anggota International Certification Scheme.

Selain ditunjang dengan laboratorium bioteknologi, laboratorium baku

pembanding, laboratorium kalibrasi serta laboratorium hewan percobaan,

juga didukung dengan peralatan laboratorium yang canggih untuk

analisis fisikokimia seperti Kromatografi Cair Kinerja Tinggi,

Kromatografi Gas, Sektrofotometer Absorpsi Atom, Spektrofotometer

Infra Merah; analisis fisik seperti Alat Uji Disolusi Otomatis dan

Smoking Machine; analisis mikrobiologi dan biologi.

f. Pusat Penyidikan Obat dan Makanan

Pusat Penyidikan Obat dan Makanan melaksanakan kegiatan

penyelidikan dan penyidikan terhadap perbuatan melawan hukum di

bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif, obat

tradisional, kosmetik dan produk komplemen dan makanan serta produk

sejenis lainnya.

g. Pusat Riset Obat dan Makanan

Pusat Riset Obat dan Makanan melaksanakan kegiatan di bidang riset

toksikologi, keamanan pangan dan produk terapetik.

h. Pusat Informasi Obat dan Makan

Page 90: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

75

Pusat Informasi Obat dan Makanan memberikan pelayanan informasi

obat dan makanan, informasi keracunan dan koordinasi kegiatan

teknologi informasi Badan POM.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil fokus penelitian pada salah

satu bidang yaitu pengawasan peredaran obat tradisional di Kota Serang

yang menjadi tanggung jawab dan wewenang bidang pemeriksaan,

penyidikan, sertifikasi dan layanan informasi konsumen (Pemdik Serlik)

yang memiliki sub bagian Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional,

Kosmetik dan Produk Komplemen. Adapun tabel susunan organisasi

BPOM Provinsi Banten sebagai berikut:

Gambar 8

Struktur Organisasi Balai POM Provinsi Banten

(Sumber:BPOM, 2014)

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Komplemen melaksanakan penilaian dan registrasi obat tradisional, kosmetik

Kepala Badan POM

Sub Bagian Tata Usaha

Seksi Pengujian Produk

Terapetik, Napza, Obat

Tradisional, Kosmetik Dan

Produk Komplemen

(TERANOKOKO)

Seksi Pengujian Produk

Pangan, Bahan Berbahaya

dan Mikrobiologi

Seksi Pemeriksaan,

Penyidikan, Sertifikasi dan

Layanan Informasi

Konsumen (PEMDIK

SERLIK)

Page 91: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

76

dan suplemen makanan sebelum beredar di Indonesia. Selanjutnya melakukan

pengawasan peredaran obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen,

termasuk penandaan dan periklanan. Penegakan hukum dilakukan dengan

inspeksi Cara Produksi yang Baik, sampling, penarikan produk, public warning

sampai pro justicia. Didukung oleh antara lain Tim Penilai Obat

Tradisional dan Tim Penilai Kosmetik.

4.1.6 Kerangka Konsep SisPOM

Pengawasan obat dan makanan memiliki aspek permasalahan berdimensi

luas dan kompleks. Oleh karena itu diperlukan sistem pengawasan

yang komprehensif, semenjak awal proses suatu produk hingga produk tersebut

beredar ditengah masyarakat. Untuk menekan sekecil mungkin risiko yang bisa

terjadi, dilakukan SISPOM tiga lapisyakni:

1. Sub-sistem Pengawasan Produsen

Sistem pengawasan internal oleh produsen melalui pelaksanaan cara-

cara produksi yang baik atau good manufacturing practices agar setiap

bentuk penyimpangan dari standar mutu dapat dideteksi sejak awal.

Secara hukum produsen bertanggung jawab atas mutu dan keamanan

produk yang dihasilkannya. Apabila terjadi penyimpangan dan

pelanggaran terhadap standar yang telah ditetapkan maka produsen

dikenakan sangsi, baik administratif maupun pro-justisia.

2. Sub-sistem Pengawasan Konsumen

Sistem pengawasan oleh masyarakat konsumen sendiri melalui

peningkatan kesadaran dan peningkatan pengetahuan mengenai kualitas

Page 92: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

77

produk yang digunakannya dan cara-cara penggunaan produk yang

rasional. Pengawasan oleh masyarakat sendiri sangat penting dilakukan

karena pada akhirnya masyarakatlah yang mengambil keputusan untuk

membeli dan menggunakan suatu produk. Konsumen dengan kesadaran

dan tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap mutu dan kegunaan suatu

produk, di satu sisi dapat membentengi dirinya sendiri terhadap

penggunaan produk-produk yang tidak memenuhi syarat dan tidak

dibutuhkan sedang pada sisi lain akan mendorong produsen untuk ekstra

hati-hati dalam menjaga kualitasnya.

3. Sub-sistem Pengawasan Pemerintah/Badan POM

Sistem pengawasan oleh pemerintah melalui pengaturan dan

standardisasi; penilaian keamanan, khasiat dan mutu produk sebelum

diijinkan beredar di Indonesia; inspeksi, pengambilan sampel dan

pengujian laboratorium produk yang beredar serta peringatan kepada

publik yang didukung penegakan hukum. Untuk meningkatkan kesadaran

dan pengetahuan masyarakat konsumen terhadap mutu, khasiat dan

keamanan produk maka pemerintah juga melaksanakan kegiatan

komunikasi, informasi dan edukasi.

4.2 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan penjelasan rnengenai data yang telah

didapatkan dari hasil penelitian lapangan dalam penelitian mengenai

Pengawasan Badan PM dalam Peredaran Obat Tradisional di Kota Serang.

Data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan penjelasan yang

Page 93: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

78

peneliti dapatkan melalui proses wawancara dan observasi langsung. Dalam

penelitian ini, kata-kata dan penjelasan para informan yang diwawancarai

merupakan sumber data utama, Sumber data utama dicatat dalarn catatan

tertulis atau melalui alat perekam yang peneliti gunakan selama proses

wawancara berlangsung.

Selain data berupa kata-kata dan penjelasan dari informan, dalam

penelitian ini juga peneliti menggunakan data-data dari dokumentasi, studi

pustaka dan juga dokumentasi yang sengaja peneliti ambil sendiri melalui

pengamatan langsung. Dokurnentasi tersebut bermacam-macam bentuknya,

diantaranya adalah Profil BPOM, Fungsi dan Tata Kerja BPOM Provinsi

Banten.

Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan

berperanserta adalah berupa catatan lapangan peneliti dan foto tempat

penelitian dan Aktivitas wawancara peneliti beserta Informan. Alasan

peneliti menggunakan data berupa foto adalah karena foto dapat menghasilkan

data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah dan

menganalisis objek yang sedang diteliti melalui segi-segi subjektif.

Selanjutnya, karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,

berdasarkan teknik analisis data kualitatif data-data tersebut dianalisis selama

penelitian berlangsung, Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan

melalui observasi, wawancara, narasi, dan studi dokumentasi dilakukan reduksi

untuk dapat mencari tema dan polanya serta diberi kode-kode pada aspek

tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang Sama dan berkaitan

Page 94: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

79

denganpembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan katagorisasi,

Dalammenyusun jawaban penelitian, peneliti memberikan kode yaitu:

a. Kode Q menandakan daftar pertanyaan.

b. Kode I menandakan daftar informan.

Setelah memberi kode-kode pada aspek tertentu yang berkaitan dengan

masalah penelitian sehingga tema dan polanya ditemukan, maka dilakukan

katagorisasi berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan dari penelitian

dilapangan dengan membaca dan menelaah jawaban-jawaban tersebut

mengingat penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tidak

menggeneralisasikan jawaban penelitian.

4.3 Pembahasan

Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti

dapatkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan.

Pengawasan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan prinsip-prinsip yang harus

diterapkan untuk mencapai strategi pemantauan menurut Joko Widodo

(2011:94-96). Dimana dalam teori ini memberikan tolak ukur komponen-

komponen penting yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pengawasan,

untuk menjamin pengawasan yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang

dapat berjalan dengan semestinya.

Komponen-komponen penting dalam melakukan pengawasan menurut Joko

Widodo yaitu, pelaku pengawasan pelaksanaan kebijakan, standar operasional

prosedur pengawasan, sumber daya keuangan dan peralatan dan jadwal

pelaksanaan pengawasan. Kegiatan Pengawasan Obat Tradisional Oleh BPOM

Page 95: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

80

Provinsi Banten dapat diketahui berjalan kurang maksimal berdasarkan empat

prinsip strategi pemantauan yang telah disebutkan. Urutan prinsip strategi

pemantauan diurutkan berdasarkan prioritas yang peneliti rasa semestinya

diutamakan oleh BPOM provinsi Banten, Masing-masing prinsip tersebut

diuraikan berdasarkan indikator-indikator untuk mempermudah dan rnemahami

aspek-aspek yang diteliti.

4.3.1 Pengawasan BPOM dalam Peredaran Obat Tradisional di Kota

Serang

Pengawasan memiliki arti penting bagi pemerintah, karena akan memberi

umpan balik untuk perbaikan pengelolaan pembangunan, sehingga tidak keluar

dari jalur/tahap dan tujuan yang telah ditetapkan. Sementara bagi pelaksana,

pengawasan merupakan aktivitas untuk memberikan konstribusi dalam proses

pembangunan agar aktivitas pengelolaan dapat mencapai tujuan dan sasaran

secara efektif dan efisien.

Kota Serang adalah wilayah hasil pemekaran dari Kabupaten Serang dan

merupakan Ibukota Priovinsi Banten. Kota Serang mulai tumbuh dan

berkembang terutama dalam kegiatan perekonomian dan hal ini menjadi salah

satu daya tarik bagi masyarakat dari luar untuk bekerja dan mengadu nasib di

Kota Serang.

Data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota

Serang tahun 2013 menunjukan peningkatan jumlah penduduk yaitu ada 1%

hingga 3% atau 500-1000 jiwa angka pertumbuhan penduduk di Kota Serang

per tiga bulannya. Angka tersebut berasal dari urbanisasi dan angka kelahiran,

Page 96: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

81

tetapi angka urbanisasi masih menjadi yang paling banyak menyumbangkan

bartambahnya jumlah penduduk di Kota Serang. Adanya peningkatan jumlah

penduduk di Kota Serang diimbangi dengan kemampuan daya beli masyarakat.

Kondisi tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi

peningkatan jumlah sarana distribusi dan peredaran obat tradisional di Kota

Serang, salah satunya sarana distribusi dan obat tradisional. Sehingga

dibutuhkan suatu pengawasan dalam peredarannya.

Pelaksanaan pengawasan peredaran obat tradisional di Kota Serang

merupakan salah satu tanggung jawab BPOM Provinsi Banten khususnya

bidang Pengawas Obat Tradisional dengan tugas pokok melakukan penilaian

dan registrasi produk, serta pengawasan terhadap peredaran obat tradisional,

penandaan, periklanan dan Penegakan hukum. Dalam melakukan pengawasan

BPOM menerapkan dua tahap pengawasan. Pengawasan pre market dan

pengawasan post market .

1) Pengawasan Pre Market

Pre-Market Control adalah pengawasan yang dilakukan sebelum

produk beredar di pasaran, antara lain dengan melakukan standardisasi,

pembinaan dan audit cara pembuatan obat tradisional yang baik

(CPOTB) serta penilaian dan pengujian atas mutu keamanaan sebelum

produk diedarkan. Adapun alur pengawasan pre-market adalah sebagai

berikut:

Berdasarkan tabel diatas, Pelaku Usaha Industri Obat Tradisional

yang ingin melakukan pendaftaran izin usahanya dapat melakukan

Page 97: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

82

pendaftaran dengan mengisi form surat permohonan izin produksi

yang ada di Balai POM, bersamaan dengan itu pelaku usaha juga

membuat surat permohonan persetujuan lay out yang ditunjukkan ke

Badan POM.

Surat permohonan izin produksi yang disetujui akan ditindak

lanjuti oleh Kementerian Kesehatan (untuk Industri Obat tradisional)

atau Dinas Kesehatan Provinsi (untuk Usaha Kecil Obat Tradisional)

kemudian ditembuskan ke Badan dan Balai POM serta DinKes

Provinsi.

Setelah Kementerian Kesehatan memberikan izin, kemudian

Kementerian Kesehatan memberikan surat kepada Balai POM untuk

melakukan inspeksi ke Sarana Produksi guna melihat kesesuaian lay

out yang diberikan dengan kondisi real di lapangan serta

memperhatikan apakah sarana produksi sudah memenuhi syarat dalam

melakukan suatu kegiatan produksi, jika dalam inspeksi tersebut

syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Balai POM belum lengkap

maka akan dilakukan inspeksi ulang oleh Balai POM sampai sarana

produksi benar-benar memenuhi syarat.

Namun, jika dalam inspeksi tersebut syarat-syarat yang telah

ditetapkan oleh Balai POM sudah sesuai, Maka akan dilanjutkan

dengan pemberian surat rekomendasi dan hasil pemeriksaan Balai

POM setempat yang ditunjukkan ke Badan POM dan di serahkan ke

Direktorat Jenderal Binaan Farmasi dan Alat Kesehatan (DirJen

Page 98: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

83

BinFarAlKes). Setelah mendapat persetujuan dari Badan POM dan

DirJen BinFar Alkes, maka pelaku usaha akan mendapatkan Izin

Produksi.

Setelah mendapatkan izin produksi, pelaku usaha dapat

mengajukan surat izin edar dengan memberikan sampel produk ke

Badan POM pusat untuk dilakukan uji Laboratorium guna

memperoleh izin edar.

Adapun bagan alur pengawasan pre-market adalah sebagai berikut:

Gambar 9

Bagan Alur Pengawasan Pre-Market

(Sumber:BPOM Provinsi Banten, 2014)

Balai POM

(Tingkat Provinsi)

Badan POM

Pelaku Usaha

Surat Permohonan

Persetujuan Lay Out

Surat Permohonan Izin

Produksi Badan POM

KemKes /DinKes

Prov(ditembuskan ke Badan, Balai

& Dinkes Kota)

Inspeksi Belum

Sesuai

Sesuai (Complaid)

Surat Rekomendasi

Izin Produksi Pengajuan Izin edar

Page 99: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

84

2) Pengawasan Post-Market

Sedangkan untuk, Post-Market Control yaitu merupakan

pengawasan yang dilakukan saat obat beredar di pasaran, adapun

bentuk pengawasan post-market yaitu:

1. pengawasan produksi dan distribusi

Dalam pengawasan produksi. Setelah produsen memperoleh izin

produksi, Balai POM selanjutnya melakukan pengawasan ke

tempat produsen tersebut guna mengawasi apakah dalam

pembuatan obat tradisional sudah memenuhi standar CPOTB dan

mengenai sarananya apakah sudah sesuai berdasarkan standar

GMP (Good Manufacturing Practice), dalam pemeriksaan ini

minimal dilakukan setahun sekali namun jika ditemukan

penyimpangan dalam implementasi baik CPOTB maupun

GMPnya maka pemeriksaan dilakukan secara intensif hingga

produsen melakukan perbaikan pada kegiatan produksinya

bersamaan dengan diberikannya surat peringatan kepada produsen

agar sesegera mungkin melakukan perbaikan, surat peringatan

diberikan sebanyak tiga kali, jika produsen melanggar atau tidak

menjalankan peringatan yang diberikan oleh BPOM, maka BPOM

akan menindak ke tingkat selanjutnya atau ke ranah hukum (pro

justicia).

Dalam pemeriksaan sarana distribusi. BPOM melakukan

pemeriksaan secara langsung dilapangan, pemeriksaan dilakukan

Page 100: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

85

berdasarkan random sampling dimana dalam pemeriksaannya

dilakukan secara acak pada setiap sarana distribusi yang ada di

setiap wilayah. Dalam pemeriksaan ini, jika ditemukan obat

tradisional berbahaya maka BPOM akan menindak dengan

melakukan pemberian peringatan kepada pemilik sarana distribusi

hingga melakukan penyitaan produk yang diduga

berbahaya/dilarang.

2. Pemeriksaan sampling

Dalam melakukan pengawasan di sarana distribusi BPOM juga

melakukan pembelian produk pada saat melakukan

pengawasan/pemeriksaan langsung di lapangan guna pemeriksaan

sampling, pengujian sampling dilakukan di laboratorium BPOM

Provinsi Banten. Hasil pemeriksaan akan dilaporkan kembali pada

bagian pengawasan di lapangan. Jika hasil pemeriksaan

menunjukan bahwa produk tersebut tidak layak edar, maka BPOM

akan menindak dengan melakukan pemberian peringatan kepada

pemilik sarana distribusi hingga melakukan penyitaan produk yang

diduga berbahaya/dilarang.

3. Pengawasan iklan

Pengawasan iklan merupakan pengawasan yang dilakukan oleh

badan POM dalam mengawasi iklan yang dilakukan oleh produsen

dalam memasarkan produknya. Pada dasarnya iklan yang dilakukan

harus sesuai dengan produknya baik manfaatnya, komposisinya

Page 101: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

86

maupun visual yang disajikan baik dalam kemasan atau dalam

media masa dan elektronik. Dalam pelaksanaannya pengawasan

dilakukan dengan cara melihat pada kemasan produk dan media

masa maupun elektronik. Apabila ditemukan penyimpangan dalam

kegiatan pemasaran produk/iklan, maka BPOM akan menegur

pihak produsen terkait iklan yang dibuatnya.

4. Public warning

Public warning merupakan produk BPOM dalam memberikan

informasi mengenai obat dan makanan melalui website BPOM RI

terkait informasi baik mengenai produk apa saja yang memiliki izin

edar, produk-produk ilegal, maupun berita seputar kegiatan BPOM

diseluruh wilayah indonesia. Dalam hal ini, BPOM Provinsi Banten

setelah melakukan pemeriksaan dilapangan dan melakukan

sampling uji laboratorium terkait temuan produk yang diduga

berbahaya maka akan dirilis dan dimasukan kedalam forum public

warning atau peringatan publik guna memberikan informasi kepada

masyarakat terkait produk yang beredar dipasaran.

4.2.1 Kendala Pengawasan Balai POM Dalam Peredaran Obat

Tradisional di Kota Serang

Dalam pengawasan peredaran obat tradisional Balai POM menerapkan

dua tahap pengawasan, yaitu pengawasan Pre-Market dan pengawasan Post-

Market.

Page 102: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

87

1. Pengawasan Pre-Market

Dalam pengawasan Pre Market Balai POM selaku dinas terkait

hanya sebagai pengguna kebijakan yaitu lebih tepatnya mengawasi

produk yang telah jadi artinya Balai POM hanya dapat mengawasi

kandungan apa saja yang ada pada obat tradisional tersebut, untuk

memutuskan apakah obat tersebut masih bisa beredar atau tidak itu

tergantung kepada kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementrian

Kesehatan (untuk industri obat tradisonal) dan Dinas Kesehatan (untuk

usaha obat tradisional).Dalam pengawasan Pre-Market ini Balai POM

tidak terlalu banyak mengambil peran penting dalam tugasnya, karena

semua kebijakan ada pada DinKes dan KemKes.

2. Pengawasan Post Market

Dalam pengawasan Post Market Balai POM melakukan pengawasan

langsung di lapangan dengan berbagai macam bentuk pengawasan

diantaranya pemeriksaan produksi dan distribusi obat tradisional,

pemeriksaan sampling, pemeriksaan iklan, dan public warning.

Berdasarkan hasil observasi dan data yang diperoleh oleh peneliti, di

Kota Serang tidak ada sarana produksi obat tradisional. Seperti yang

diungkapkan oleh I3-2 Staff Pemeriksaan, Penyidikan, Sertifikasi dan

Layanan Konsumenkepada peneliti sebagai berikut:

“sejauh ini yang kami ketahui di Kota Serang tidak ada sarana

produksiobat tradisional (OT) seperti Industri Kecil Obat

Tradisional (IKOT) atau Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT)

tetapi yang ada usaha jamu gendong. Namun untuk jamu gendong

bukan merupakan wilayah kerja BPOM tetapi lebih ke Dinas

Kesehatan, karena pada intinya BPOM hanya melakukan

Page 103: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

88

pengawasan produk.”(Wawancara dengan I3-2, Serang 26 September

2014 Pukul 09.00 WIB).

Berdasarkan penjelasan di atas, Kota Serang tidak memiliki sarana

produksi obat tradisional, hal itupun senada seperti yang diungkapkan

oleh I4 Kasi Makanan, Minuman, Kosmetik dan Batra DinKes Kota

Serang kepada peneliti:

“..Untuk Kota Serang sendiri berdasarkan data yang kami miliki

tidak terdapat IKOT maupun UKOT, yang ada hanya jamu gendong

dan depot-depot jamu.(Wawancara dengan I4, Serang 28 September

2014 Pukul 09.00 WIB).

Sehingga dalam hal ini BPOM hanya melakukan pemeriksaan

terhadap sarana distribusinya saja yang tersebar di seluruh wilayah Kota

Serang. Data yang ada saat ini di Kota Serang terdapat 34 Sarana

distribusi obat tradisional. Sarana distribusi yang dimaksud seperti

apotik, apotik herbal, toko kelontong maupun depot jamu dandata

tersebut merupakan hasil inspeksi langsung yang dilakukan BPOM

dilapangan pada tahun 2013, karena pada kenyataannya BPOM tidak

memiliki data riil mengenai jumlah sarana distribusi yang ada sehingga

membuat pengawasan kurang optimal. Seperti yang diungkapkan I3-2

kepada peneliti:

“kami memang tidak memiliki data riil mengenai jumlah sarana

distribusi obat tradisional (OT) yang ada di Kota Serang ataupun di

wilayah lainnya, karena untuk penjualan obat tradisional (OT) tidak

diatur didalam undang-undang mengenai perizinannya. Tidak

seperti Obat, kalau untuk obat kan sudah jelas siapa distributornya,

seperti PBF (pedagang besar farmasi) dan siapa yang dapat

menjualnya sudah ditentukan, sehingga dalam pengawasannya lebih

mudah.”(Wawancara dengan I3-2, Serang 26 September 2014 Pukul

09.30 WIB).

Page 104: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

89

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 006 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional

Pada Pasal 1 Poin 7:

“Usaha Jamu Racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot

jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan

pencampuran sediaan jadi dan atau sediaan segar obat tradisional

untuk dijajakan langsung kepada konsumen.”

Dan pada pasal 6 mengenai perizinan:

1) Setiap industri dan usaha di bidang obat tradisional wajib

memilikiizin dari Menteri.

2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1)untuk usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan.

Tidak adanya kepastian hukum mengenai izin sarana distribusi obat

tradisional (OT) khususnya usaha jamu racikan atau depot jamu

memudahkan banyak orang membuka toko-toko jamu atau depot jamu

baik tanpa ijin ataupun hanya ijin dari kelurahan atau kepolisian

setempat. Seperti yang diungkapkan salah satu informan kepada

peneliti:

“ini (depot) tidak ada izinnya, kalau mau buka ya tinggal buka saja

kecuali kalau ingin mengembangkan usahanya, baru harus

mengurus perizinan itupun kalau ingin meminjam dana dari bank,

tapi kalau dana dari sendiri tidak perlum mengurus izin. Biasanya

sih ada yang izin dari RT/RW atau kelurahan atau juga kepolisian

setempat.”(Wawancara dengan 15-4, Pemilik Depot Jamu “Istana

Jamu Cinanggung”, Serang 27 September 2014 Pukul 20.00 WIB).

Tidak adanya syarat membuka toko atau depot jamu membuat

berjamurnya toko jamu di Kota Serang, adapun tabel jumlah

depot/sarana distribusi yang ada di Kota Serang yang diperoleh oleh

Page 105: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

90

peneliti dari BPOM Provinsi Banten dari hasil pemeriksaanadalah

sebagai berikut:

Tabel 7

Jumlah Sarana Distribusi Obat Tradisional di Kota Serang

Keterangan Tahun

2011 2012 2013

Jumlah saranaDistribusi 12 28 34

(Sumber: BPOM Provinsi Banten, 2014)

Karena kemudahan tersebut banyak toko jamu/depot jamu yang

membuka/menutup tokonya tanpa sepengetahuan BPOM, sehingga

pengawasan menjadi sulit, seperti yang diungkapkan I3-2 kepada

peneliti:

“pernah kami memeriksa salah satu depot jamu di daerah Cipocok

beberapa tahun yang lalu, tapi setahun setelah pemeriksaan kami

coba periksa lagi ternyata depot tersebut sudah tutup.”(Wawancara

dengan I3-2, Serang 26 September 2014 pukul 10.00 WIB).

Sehingga dalam hal ini, BPOM membuat suatu sistem Pengawasan

Obat dan Makanan (SisPOM) yang dalam pelaksanaannya dibutuhkan

kerjasama baik dengan produsen, distributor ataupun masyarakat dan

pemerintah, agar pelaksanaan kebijakan dapat terkendali dan tidak

keluar dari tujuannya.

Dimana produsen melakukan pengawasan internal melalui

pelaksanaan cara-cara produksi yang baik atau GMP (good

manufacturing practices) agar setiap bentuk penyimpangan dari standar

mutu dapat dideteksi sejak awal. Serta masyarakat melakukan

pengawasan melalui peningkatan kesadaran dan peningkatan

pengetahuan mengenai kualitas produk yang digunakannya dan cara-

Page 106: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

91

cara penggunaan produk yang rasional. Karena pengawasan oleh

masyarakat sendiri sangat penting dilakukan karena pada akhirnya

masyarakatlah yang mengambil keputusan untuk membeli dan

menggunakan suatu produk. Dan pengawasan yang dilakukan oleh

pemerintah melalui pengaturan dan standardisasi penilaian keamanan,

khasiat dan mutu produk sebelum diijinkan beredar di Indonesia dengan

melakukan inspeksi, pengambilan sampel dan pengujian laboratorium

produk yang beredar serta peringatan kepada publik yang didukung

penegakan hukum.

Selain terdapat kendala dalam data riil mengenai jumlah sarana

distribusi yang ada, dalam melakukan pengawasan dilapangan BPOM

juga tidak dapat serta merta melakukan pemeriksaan ke sarana

distribusi yang dituju tanpa persetujuan langsung pemilik sarana

distribusi jika pemilik sarana distribusi tidak berada di tempat, seperti

yang diungkapkan informan kepada peneliti:

“Kita tidak bisa begitu saja melakukan pemeriksaan, harus ada

surat tugasnya, serta izin dari pemilik toko bahwa kita mau

memeriksa tokonya.”(Wawancara dengan I2, Serang 20 November

2014 pukul 10.00 WIB).

Hal tersebut juga senada seperti yang diungkapkan oleh petugas

pemeriksaan dilapangan, kepada peneliti beliau ungkapkan:

“Kita harus izin terlebih dahulu kepada pemilik toko. Jika tidak

diizinkan kita cari target lain, tapi dengan catatan toko tersebut

akan menjadi target pemeriksaan di bulan berikutnya. Jika masih

menolak diperiksa, maka akan naik menjadi target

penyidikan.”(Wawancara dengan I3-2, Serang 20 November 2014

pukul 01.00 WIB).

Page 107: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

92

Berdasarkan penjelasan di atas, BPOM tidak bisa serta merta

melakukan pemeriksaan kepada sarana distribusi obat tradisional tanpa

persetujuan pemilik toko, sehingga sulit untuk menindak langsung toko

yang menjual obat ilegal. Namun begitu, BPOM menjadikan toko

tersebut sebagai target pemeriksaan di bulan atau tahun berikutnya, jika

tetap menolak dilakukan pemeriksaan, maka BPOM menaikan tingkat

pemeriksaan menjadi penyidikan bekerjasama dengan instansi hukum

yang berwenang.

4.2.2 Pelaku Kontrol Pelaksanaan Kebijakan

Kontrol diartikan sebagai proses usaha untuk melihat, dan menemukan

apakah suatu kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang

direncanakan. Dengan demikian bukan merupakan kegiatan yang berusaha

mencari kesalahan yang telah dilakukan, namun ditujukan untuk menemukan

secara dini kesalahan atau penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan

dan pelurusan kembali agar akibat buruk yang ditimbulkan dari kesalahan atau

penyimpangan tadi tidak berkelanjutan. Sehingga dalam hal ini kontrol atau

pengawasan merupakan unsur terpenting dalam proses pengendalian

pelaksanaan suatu kegiatan atau suatu kebijakan.

Sedangkan pelaku kontrol merupakan subjeknya yang melakukan usaha.

Pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu kontrol eksternal dan kontrol internal. Pelaku kontrol internal (internal

control) dapat dilakukan oleh unit atau bagian monitoring dan pengendalian,

Page 108: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

93

dan badan pengawas daerah.Pelaku kontrol eksternal (external control) dapat

dilakukan oleh DPRD, LSM dan komponen masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, pelaku kontrol pelaksanaan

kebijakan dalam hal ini pengawasan obat tradisional, dilakukan oleh beberapa

instansi Pemerintahan. Seperti yang dijelaskan oleh informan kepada peneliti:

”Kalau dari pihak Pemerintah ada beberapa instansi. Yaitu, Balai POM

untuk di Daerah dan Badan POM di Pusat yang ada di Jakarta. kalau di

Daerah itu biasanya Dinas Kesehatan melaksanakan pengawasan yang

sifatnya sosialisasi. Secara khusus bidang dalam pengawasan ada dua

bidang. Yaitu, seksi pemdik serlik yang mengawas dilapangan dan ada

bagian laboratoriumnya seksi pengujian. Sedangkan yang sifatnya

pidana, Polri yang bertugas mengamankan. Kalau dari luar Pemerintah

itu dari produsen, distributor dan masyarakat.”(Wawancara dengan I1,

Serang 23 Oktober 2014 pukul 10.00 WIB)

Berdasarkan penjelasan di atas, pengawasan peredaran obat tradisional

dilakukan oleh BPOM Pusat dan Daerah, BPOM Pusat melakukan pengawasan

terkait perizinan produk dan sarana produksi sedangkan BPOM Daerah

melakukan pengawasan terkait produk yang sudah memiliki izin tersebut

beredar di masyarakat. Dalam melakukan pengawasan peredaran obat

tradisional BPOM dibantu oleh Dinas Kesehatan setempat dalam hal sosialisasi

terkait produk yang beredar. Disamping itu pengawasan tidak hanya dilakukan

oleh instansi pemerintah saja, seperti yang diungkapkan oleh informan kepada

peneliti :

“Kalau dalam konteks pemerintah ada kami dari BPOM, kami juga

bekerjasama dengan Dinkes pada saat pengawasan Pre-Market yaitu

sebelum obat beredar di pasaran, untuk Pre-Market sendiri BPOM yang

mengawasi. Jadi sebelum obat tersebut beredar dimasyarakat obat

tersebut harus mendaftarkan terlebih dulu. Baik produksi dalam negeri

maupun luar negeri, yaitu seperti persyaratan adiministrasi, persyaratan

mutu dan lainnya. Kalau sudah beredar di masyarakat disebut Post-

market, baru kami yang di daerah Balai POM ini Secara khusus dari

Page 109: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

94

BPOM yang melakukan pengawasan dilapangan yaitu bagian PEMDIK

SERLIK, yang melakukan pengawasan dan pembinaan yang

bekerjasama dengan Dinkes mengenai pembinaan, itu dalam lingkup

pemerintah nah diluar pemerintah itu semuanya, semua lapisan

masyarakat distributor dan produsen juga ikut berkontribusi dalam

melakukan pengawasan. Apa saja peraturan dalam OT, apa saja yang

tidak boleh beredar, kami juga ada pengawasan dengan melakukan

sampling. Kita ambil sampel OT lalu masuk ke lab. Di lab tersebut ada

parameternya, jadi dari hasil lab jika sesuai produknya bisa dipasarkan

kembali, kalau tidak sesuai bisa masuk dalam publik warning.”

(Wawancara dengan I3-1, Serang 22 Oktober 2014 pukul 10.00 WIB)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pengawasan

peredaran obat tradisional juga merupakan peran seluruh lapisan masyarakat,

hal itu juga senada seperti yang disampaikan oleh informan kepada peneliti:

“Ada 3 lapis pengawasan sesuai dengan SisPOM yang kita miliki, yaitu

pemerintah melalui BPOM sebagai pihak internalnya, dan dari produsen

maupun distributor dan juga dari masyarakat sebagai pihak eksternal

pengawasan. Secara khusus pengawasan dilapangan dilakukan oleh

bagian pemeriksaan, penyidikan, sertifikasi dan unit layanan pengaduan

konsumen (PEMDIK SERLIK), untuk obat tradisional dilakukan oleh

bagian pemeriksaan obat tradisional.”(Wawancara dengan I2, Serang 22

Oktober 2014 pukul 10.00 WIB)

Berdasarkan penjelasan dari informan tersebut dapat diketahui bahwa

dalam melakukan pengawasan peredaran obat tradisional dilakukan oleh

berbagai macam instansi Pemerintah dan non Pemerintah. Namun secara

khusus pengawasan peredaran obat tradisional dilakukan oleh Badan Pengawas

Obat dan Makanan dimana dalam hal ini BPOM memiliki tugas melakukan

pengawasan terkait produk yang beredar dipasaran berdasaran izin dari BPOM

itu sendiri. Terkait pelanggaran yang terjadi terhadap peredaran obat

tradisional, BPOM juga bekerjasama dengan kepolisian atau pengadilan selaku

lintas sektor dibidang hukum jika dalam pelanggaran yang terjadi sudah

memasuki ke ranah hukum.

Page 110: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

95

BPOM juga bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota terkait peredaran

yang terjadi didalam Kota. Kerjasama yang dilakukan yaitu dalam kegiatan

sosialisasi mengenai bahaya bahan berkimia obat dan dampak yang

ditimbulkan namun sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan lebih

condong ke pihak produsen tingkat mikro.

Dalam melakukan pengawasannya BPOM memiliki bidang tertentu

terkait pengawasan peredaran obat tradisional di Kota Serang yaitu pada bagian

Pemeriksaan, Penyidikan, Sertifikasi dan Layanan Konsumen. Berdasarkan

Peraturan Kepala Badan POM Pusat, Seksi Pemeriksaan, Penyidikan,

Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen (Pemdik Serlik) merupakan salah

satu Bidang yang ada di Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). yang

dipimpin oleh 1 orang Kepala Seksi dimana dalam kegiatannya Pemdik Serlik

melaksanakan kegiatan pemeriksaan, kegiatan penyidikan, kegiatan sertifikasi,

dan kegiatan layanan informasi konsumen yang dalam pelaksanaannya dibagi

dan dilakukan oleh masing-masing bagian.

Untuk bagian pemeriksaan mempunyai tugas melakukan pemeriksaan ke

sarana produksi dan distribusi baik untuk komoditi obat, obat tradisional,

kosmetik, suplemen makanan dan produk pangan serta bidang pemeriksaan

juga melakukan pembelian sampel untuk diuji ke laboratorium. Untuk bagian

penyidikan mempunyai tugas melakukan penindakan terhadap pelanggaran

undang-undang kesehatan, narkotika, dan psikotropika. Selain itu juga

melakukan intervensi untuk kegiatan pencegahan terhadap pelanggaran di

bidang obat dan makanan.

Page 111: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

96

Untuk bagian Sertifikasi mempunyai tugas lebih banyak berpusat

terhadap kegiatan perizinan baik itu untuk kepentingan izin produksi, izin edar

produk atau terkait klaim halal. Untuk bagian layanan informasi konsumen

tugas utamanya adalah membuat acara untuk sosialisasi kepada masyarakat

baik pada media elektronik maupun media cetak. Hal ini bertujuan agar

masyarakat memiliki pemahaman terhadap bahaya obat tradisional ilegal.

Pengawasan yang dilakukan oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM) terhadap peredaran obat tradisional dilakukan baik terhadap kegiatan

produksi dimana produk belum beredar maupun pengawasan terhadap produk

yang telah beredar dipasaran. Pengawasan kegiatan produksi harus dilakukan

dalam rangka menciptakan kegiatan produksi yang higienis dan sesuai standar

GMP (Good Manufacturing Practice) sehingga tidak terjadi pencemaran dan

penyimpangan dalam kegiatan produksi. Sedangkan pengawasan terhadap

produk yang telah beredar dipasaran lebih ditekankan kepada aspek tata cara

penyimpanan/pendistribusian dan pemeriksaan jenis produk yang beredar

dipasaran guna memberikan perlindungan terhadap konsumen.

Tetapi pada kenyataan dilapangan terdapat hambatan yang dihadapi oleh

Balai Pengawas Obat dan Makanan dalam melakukan pengawasan yaitu

pegawai pengawas yang belum memadai dari segi kuantitas sehingga tidak

proporsional dengan luas wilayah pengawasan dan struktur organisasi. Yang

memiliki tugas dalam melakukan pengawasan peredaran obat tradisional

adalah bidang pemeriksaan khususnya pemeriksaan obat tradisional yang

berada dibawah naungan Bagian Pemeriksaan, Penyidikan, Sertifikasi dan

Page 112: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

97

Layanan Konsumen (PEMDIK SERLIK) namun staff yang ada pada bagian

tersebut belum memadai untuk melakukan pengawasan secara optimal. Berikut

hasil wawancara peneliti dengan informan:

“Jumlah pegawai yang ada belum sesuai. Dilihat dari luasnya area

dengan SDM yang ada jelas belum sesuai.”(Wawancara dengan I1,

Serang 23 Oktober 2014 pukul 10.00 WIB)

Berdasarkan penjelasan yang diungkapkan oleh informan di atas selaku

Kepala PEMDIK SERLIK, dapat diketahui bahwa jumlah SDM yang ada saat

ini di bagian tersebut memang masih kurang dalam melakukan pengawasan.

Hal itu juga senada dengan yang diutarakan oleh informan selaku koordinator

pengawas obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen dan pangan kepada

peneliti:

“Saat ini SDM yang kita miliki belum mencukupi dalam melakukan

pengawasan, karena dari 16 orang pengawas BPOM Serang,

cakupannya 1 Provinsi Banten bukan hanya Kota Serang saja yang kita

awasi. Dengan luasnya wilayah pengawasan, tidak sebanding dengan

jumlah pegawai yang ada saat ini. Idealnya menurut saya, jumlah

pegawai pada bagian pemeriksaan dua kali lipat dari jumlah yang ada,

mungkin sekitar 36 orang.” (Wawancara dengan I2, Serang 22 Oktober

2014 pukul 10.00 WIB)

selain informasi yang diberikan oleh kepala PEMDIK SERLIK dan

koordinator obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen dan makanan. Peneliti

juga menanyakan hal tersebut kepada salah satu staff pengawas obat tradisional

yang secara langsung melakukan pengawasan dilapangan, beliau

mengungkapkan:

“Kalau dalam pengawasan SDM kita belum mencukupi, soalnya kita

membawahi 1 Provinsi Banten dan dalam 1 Provinsi itu kita tidak hanya

mengawasi 1 komoditi saja. Namun ada 5 komoditi yang kita awasi,

yaitu kosmetik, obat, obat tradisional, suplemen dan pangan. Dari semua

komoditi tersebut kalau di Banten ini lumayan banyak. Industrinya

Page 113: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

98

banyak jumlah pengecernya juga banyak. Jadi dalam melakukan

pengawasan kami membuat skala prioritas dalam beberapa sarana yang

ada nanti dapat ditentukan prioritas yang mana yang harus

didahulukan.”(Wawancara dengan I3-1, Serang 22 Oktober 2014 pukul

11.00 WIB)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pegawai pengawas

yang ada belum memadai dari segi kuantitas sehingga tidak proporsional

dengan luas wilayah pengawasan dan struktur organisasi. BPOM melakukan

pengawasan peredaran obat tradisional tidak hanya pada 1 wilayah saja,

namun BPOM melakukan Pengawasan pada 1 Provinsi Banten dimana

terdapat 8 Kabupaten Kota, selain itu BPOM tidak hanya mengawasi 1

komoditi saja melainkan 5 komoditi yang harus diawasi. Yaitu, kosmetik,

obat, obat tradisional, suplemen dan pangan. Dengan banyaknya komoditi

yang harus diawasi ditambah banyaknya jumlah Kabupaten dan Kota tidak

sebanding dengan jumlah SDM yang dimiliki BPOM Serang.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, saat ini BPOM Provinsi Banten

memiliki 54 orang pegawai dimana dalam kegiatannya dibagi atas beberapa

seksi, yaitu Seksi Pemeriksaan, Penyidikan, Sertifikasi dan Unit Layanan

Pengaduan Konsumen (Pemdik Serlik) yang berjumlah 20 orang termasuk 1

kepala seksi. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa seksi Pemdik

Serlik memiliki pegawai lebih banyak daripada seksi lainnya karena dalam

melakukan pengawasan, BPOM melakukan pengawasan dilapangan

sehingga membutuhkan banyak personil dalam melaksanakan kegiatannya.

Adapun agar lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Page 114: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

99

Tabel 8

Jumlah Pegawai BPOM Provinsi Banten

No. Bidang Jumlah

Pegawai

Keterangan

1. Kepala BPOM Provinsi Banten 1 Kepala Bpom Provinsi

Banten

2. Tata Usaha 10 1 Orang Kepala Seksi

9 Orang Pegawai

3.

Seksi Pemeriksaan, Penyidikan,

Sertifikasi dan Unit Layanan

Pengaduan Konsumen (Pemdik Serlik)

20

1 Orang Kepala Seksi

19 Orang Pegawai

4.

Seksi Pengujian Produk Terapetik,

NAPZA, Obat Tradisional, Kosmetika

Dan Produk Komplemen

(TERANOKOKO)

11

1 Orang Kepala Seksi

10 Orang Pegawai

5.

Seksi Pengujian Produk Pangan, Bahan

Berbahaya dan Mikrobiologi

12 1 Orang Kepala Seksi

11 Orang Pegawai

(Sumber: BPOM Provinsi Banten, 2014)

Adapun mengenai jumlah pegawai pada seksi pemdik serlik dibagi lagi

atas beberapa bagian, seperti yang terdapat ada tabel berikut:

Tabel 9

Jumlah Pegawai Seksi Pemdik Serlik

No. Bagian Jumlah Keterangan

1. Kepala Seksi 1 Kepala Seksi

2.

Pemeriksaan

kosmetik, obat

tradisional,

suplemen

makanan dan

produk pangan

10

1 Orang Koordinator Pemeriksaan Farmasi

2 Orang Staff Pemeriksaan Farmasi

1 Orang Koordinator Pemeriksaan Obat

Tradisional, Kosmetik, Suplemen

3 Orang Staff Pemeriksaan Obat

Tradisional, Kosmetik, Suplemen

1 Orang Koordinator Makanan

3 Orang Staff Pemeriksaan Makanan Dan

Minuman

3. Penyidikan 2 1 Orang Koordinator Penyidikan

1 Orang Staff Penyidikan

4.

Sertifikasi Dan

Layanan Informasi

Konsumen (Serlik)

3

1 Orang Koordinator Serlik

2 Orang Staff/Pegawai Serlik

3 Orang Staff Pemeriksaan Makanan Dan

Minuman

5. Penyidikan 2 1 Orang Koordinator Penyidikan

1 Orang Staff Penyidikan

Page 115: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

100

6.

Sertifikasi Dan

Layanan Informasi

Konsumen (Serlik)

3

1 Orang Koordinator Serlik

2 Orang Staff/Pegawai Serlik

(Sumber:Peneliti, 2014)

Dalam hal ini koordinator memiliki tanggung jawab lebih untuk

mengkoordinir dan menjadi jembatan antara kepala seksi dengan staff,

dimana kepala seksi memberikan tugas kepada masing-masing koordinator

pengawasan yang kemudian disampaikan kepada masing-masing staff yang

bersangkutan. Pelaku pengawas kebijakan merupakan salah satu unsur yang

sangat penting dalam implementasi fungsi pengawasan.

Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa BPOM Provinsi Banten

belum memiliki pegawai yang cukup dalam mengawasi peredaran obat

tradisional di Kota Serang, yang melakukan pengawasan dilapangan yaitu

bagian pemeriksaan khususnya dalam hal ini pemeriksaan obat tradisional,

namun pegawai yang ada hanya terdiri dari 4 orang yaitu satu penanggung

jawab dan tiga staff tetap sehingga dalam pelaksanaannya masih

membutuhkan bantuan dengan bidang lainnya. Yaitu bidang pengawas obat,

bidang pengawas kosmetik, bidang pengawas suplemen dan makanan.

Pada dasarnya faktor sumber daya manusia mempunyai peranan penting

dalam implementasi kebijakan, karena bagaimanapun jelas dan konsistennya

ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan suatu kebijakan jika para personil

yang bertanggung jawab mengimplementasikan kebijakan kurang mempunyai

sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan secara efektif. Maka

implementasi kebijakan tersebut tidak akan berjalan dengan efektif pula.

Disisi lain balai pengawas obat dan makanan Provinsi Banten tidak dapat

Page 116: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

101

menambah jumlah pegawai karena penambahan jumlah pegawai sudah diatur

oleh BPOM Pusat.

Penambahan jumlah pegawai tidak dapat dilakukan serta merta namun

dibutuhkan pengkajian dan perhitungan dengan beban kerja dan akivitas yang

dibutuhkan. Dengan kurangnya pegawai pada bidang pengawas obat

tradisional dapat berdampak terhadap waktu yang telah ditentukan dan kinerja

bidang-bidang lainnya. Karena dalam melakukan pengawasan dilapangan,

bidang pengawas obat tradisional membutuhkan bantuan tenaga pegawai dari

bidang lainnya.

Pelaku pengawasan kebijakan merupakan salah satu unsur yang sangat

penting dalam implementasi fungsi pengawasan karena kredibilitas pelaku

pengawasan akan sangat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan

kebijakan. Maka dalam hal ini pengawasan membutuhkan peran kedua belah

pihak dalam prosesnya yaitu pihak internal dan pihak eksternal agar

pelaksanaan kegiatan atau kebijakan berjalan dengan baik. Seperti yang

dijelaskan oleh informan sebagai berikut:

“..Kalau dari luar Pemerintah itu dari produsen, distributor dan

masyarakat.”(Wawancara dengan I1, Serang 23 Oktober 2014 pukul

10.00 WIB)

Berdasarkan penjelasan tersebut pelaku pengawasan juga merupakan

tanggungjawab seluruh lapisan masyarakat, hal ini senada dengan yang

disampaikan oleh informan kepada peneliti

“…diluar pemerintah itu semuanya, semua lapisan masyarakat,

distributor dan produsen juga ikut berkontribusi dalam melakukan

pengawasan. Apa saja peraturan dalam OT, apa saja yang tidak boleh

Page 117: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

102

beredar.”(Wawancara dengan I3-2, Serang 22 Oktober 2014 pukul 11.30

WIB)

Berdasarkan penjelasan di atas pelaku kontrol eksternal dilakukan oleh

produsen produk itu sendiri, dan peran serta masyarakat sebagai konsumen.

Dengan begitu pengawasan terhadap obat-obatan tradisional dapat dilakukan

dengan baik, karena jika pengawasan hanya dilakukan oleh BPOM saja tanpa

kepedulian pihak lain akan terasa percuma dan sulit dilakukan.

Pengawasan yang dilakukan produsen terkait obat tradisional yaitu

dengan menerapkan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB)

sesuai dengan lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan RI Nomor: HK.00.05.4.1380. Secara garis besar implementasi

CPOTB, meliputi:

1. Personalia yang dimiliki hendaklah yang ahli sesuai tugas dan

fungsinya.

2. Bangunan industri obat tradisional yang dimiliki hendaklah

menjamin aktifitas industri berlangsung dengan aman.

3. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk kendaklah

memiliki rancang bangun kontruksi yang tepat, ukuran yang

memadai serta ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang

dirancang bagi tiap produk terjamin secara seragam, serta

memudahkan pembersihan dan perawatannya.

4. Dalam pembuatan hendaklah diterapkan tindakan sanitasi dan

higiene yang meliputi bangunan, peralatan dan perlengkapan,

personalina, bahan dan wadah serta faktor lain sebagai sumber

pencemaran produk.

5. Setiap bahan baku yang digunakan untuk pembuatan hendaklah

memenuhi persyaratan yang berlaku.

6. Pengolahan dan pengemasan hendaklah dilaksanakan dengan

mengikuti cara yang telah ditetapkan oleh industri sehingga dapat

menjamin produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi syarat yang

berlaku.

7. Melakukan pengawasan mutu merupakan tanggung jawab semua

unsur dalam semua rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk

menghasilkan produk yang bermutu mulai dari bahan awal sampai

pada produk jadi.

Page 118: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

103

8. Melakukan inspeksi diri apakah seluruh aspek pengolahan,

pengemasan dan pengendalian mutu selalu memenuhi CPOTB.

9. Melakukan dokumentasi produk yang meliputi spesifikasi,

label/etiket, prosedur, metoda dan instruksi, catatan dan laporan

serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan

pembuatan produk.

Namun dalam kenyataan dilapangan terjadi ketimpangan dalam peran

pelaku pengawas kebijakan. Yaitu, dari produsen selaku pengawas kebijakan

eksternal, dimana dalam pelaksanaannya terdapat permasalahan terkait

pembuatan produk. Data ini diperoleh oleh peneliti berdasarkan laporan

tahunan BPOM pada tahun 2013, BPOM telah memeriksa 8 produsen OT, 2

produsen yang diperiksa sudah memenuhi standar cara pembuatan obat

tradisional yang baik (CPOTB) sedangkan 6 lainnya tidak memenuhi standar

CPOTB. Yaitu, dimana kelima produsen diketahui melakukan penyimpangan

CPOTB berupa higienis dan sanitasi danfasilitas penunjang tidak memenuhi

syarat.

Sedangkan satu produsen lainnya dalam penandaan tidak memenuhi

syarat. Dan diberikan sanksi peringatan. Berdasarkan data tersebut dapat

diketahui bahwa rata-rata produsen OT baik dalam kegiatan berproduksi

maupun pengawasan yang dilakukan oleh produsen kurang optimal. Serta

ditambah CPOTB belum dilaksanakan disebagian besar industri obat

tradisional terutama Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT). Seperti yang

disampaikan oleh Informan kepada peneliti:

“biasanya untuk produsen obat tradisional yang besar, seperti

sidomuncul sudah melakukan CPOTB dengan baik, namun untuk obat-

obatan skala industri kecil pelanggaran produk masih

Page 119: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

104

ditemukan”(Wawancara dengan I2, Staff Bagian Pemeriksaan BPOM,

Serang 31 September 2014 Pukul 10.00 WIB).

Produsen mempunyai kewajiban melakukan pengawasan dalam

kegiatan berproduksi dengan menerapkan CPOTB dan Good Manufacturing

Practice (GMP) guna menghasilkan produk yang sehat untuk dikonsumsi

masyarakat, adapun penerapan CPOTB menurut BPOM RI terlampir. Namun

dalam prakteknya masih ada produsen belum sepenuhnya menerapkan

CPOTB dan GMP sampai saat ini. Seperti yang dijelaskan informan kepada

peneliti:

“berdasarkan hasil pemeriksaan kami dilapangan, dari sekian banyak

produsen/sarana produksi obat tradisional (OT) sebagian besar sudah

pernah diberi peringatan terkait CPOTB dan GMP, rata-rata terkait

sanitasi dan higienis mengenai air yang digunakan dalam pembuatan

produk.”(Wawancara dengan I3-2, Staff Bagian Penyidikan BPOM,

Serang 2 Oktober 2014 Pukul 09.00 WIB).

Pada kenyataannya penerapan CPOTB tidak dapat dilaksanakan secara

serta merta dalam satu waktu, karena banyak sekali poin-poin yang harus

dipenuhi yang dapat mempersulit produsen dalam memproduksi produknya,

sehingga dalam hal ini BPOM terus mendorong produsen dengan cara

memberikan peringatan setahap demi setahap hingga produsen dapat

mencapai standar CPOTB yang sudah ditentukan.

Dalam hal pengawasan, apalagi mengenai pengawasan pelaksanaan

suatu kebijakan yang paling berperan penting didalamnya adalah masyarakat,

karena pada dasarnya suatu kebijakan dibuat berdasarkan fenomena-

fenomena yang terjadi di masyarakat. Tanpa adanya masukan atau opini

masyarakat terkait pengawasan pelaksanaan suatu kebijakan maka

Page 120: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

105

pengawasan akan berjalan kurang optimal. Pengawasan peredaran obat

tradisional yang dilakukan pemerintah membutuhkan dukungan dan bantuan

penuh dari masyarakat, karena masyarakat merupakan sumber informasi

utama dalam pelaksanaan pengawasan yang berhubungan langsung dengan

produk yang dibuat.

Selain pengawasan yang dilakuan oleh produsen, masyarakat juga

memiliki peran dalam melakukan pengawasan yaitu dengan cara melakukan

pengaduan kepada BPOM setempat apabila ditemukan obat tradisional yang

mencurigakan. Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas maka sinergi kedua

peran baik peran pihak internal maupun pihak eksternal sangat dibutuhkan

dalam pengawasan kebijakan. Namun, berdasarkan fakta dilapangan

rendahnya peran serta masyarakat dalam pengawasan akan adanya produk

yang dilarang beredar membuat pengawasan menjadi kurang optimal, seperti

tidak adanya pengaduan masyarakat mengenai obat tradisional ilegal yang

beredar di Kota Serang padahal berdasarkan hasil observasi awal peneliti

dilapangan banyak ditemukan obat tradisional ilegal dan banyak yang

mengkonsumsi obat tersebut.

Pernyataan ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

terhadap data hasil laporan pengaduan konsumen. Adapun tabel data hasil

laporan pengaduan konsumen terlampir. Berdasarkan hasil laporan

pengaduan konsumen pada tahun 2013, yang melakukan pengaduan

mengenai obat tradisional sebanyak 39 kali jumlah pengaduan, namun untuk

Page 121: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

106

pengaduan mengenai produk ilegal tidak ada, seperti yang diungkapkan oleh

salah satu pegawai BPOM:

“ada 38 jenis kategori pengaduan, untuk pengaduan mengenai produk

ilegal masuk kedalam jenis kategori produk terdaftar tetapi untuk

pengaduan tersebut jarang ada yang melakukan, untuk tahun kemarin

saja tidak ada dan untuk tahun ini ada satu tetapi bukan bentuk

pengaduan namun dalam bentuk pertanyaan.”(Wawancara dengan I2,

Staff Bagian Penyidikan BPOM, Serang 5 Oktober 2014 Pukul 09.00

WIB).

Selain melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh dari BPOM,

peneliti juga melakukan observasi di lapangan untuk memastikan

implementasi pengawasan yang dilakukan oleh sarana distribusi depot jamu

sebagai pihak eksternal yang menjual obat tradisional secara langsung kepada

masyarakat, dan fakta di lapangan menjelaskan bahwa sarana distribusi depot

jamu selaku pelaku pengawas eksternal memang masih rendah dalam

pengawasannya, hal itu dibuktikan dari masih adanya sarana distribusi depot

jamu yang menjual produk yang dilarang edar oleh BPOM. Adapun jenis

produk seperti yang sudah dicantumkan peneliti di latar belakang yang

diperoleh dari hasil observasi awal. Sehingga produk tersebut masih tetap

laku dipasaran dan tetap beredar. Dalam hal ini, peneliti mencoba mencari

tahu alasan depot jamu menjual obat tradisional ilegal, Berikut penjelasan

informan mengenai alasan menjual jamu ilegal kepada peneliti:

“Karena ada saja yang beli obatnya.”(Wawancara dengan I5-3, Pemilik

Depot Jamu, Serang 1 Oktober 2014 Pukul 19.00 WIB).

Berdasarkan penjelasan di atas pemiliki toko menyediakan obat jamu

ilegal tersebut atas banyaknya masyarakat yang membeli obat tersebut. Hal

ini juga senada seperti yang disampaikan informan kepada peneliti saat

Page 122: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

107

peneliti melakukan observasi di sarana distribusi depot jamu di lokasi yang

berbeda:

“Ya karena itu tadi, masyarakatnya merasa obatnya manjur, jadi ada

saja yang membeli.”(Wawancara dengan I5-4, Pemilik Depot Jamu,

Serang 1 Oktober 2014 Pukul 21.00 WIB).

Berdasarkan penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa

pengawasan yang dilakukan oleh pihak sarana distribusi juga belum optimal,

karena pada dasarnya distributor berorientasi dibidang bisnis dimana terdapat

banyak permintaan maka jumlah ketersediaan juga meningkat, hal ini

disebabkan masyarakat masih membeli dan mengkonsumsi obat tradisional

ilegal. Seperti yang diungkapkan informan kepada peneliti, saat peneliti

bertanya mengenai alasan mengapa masyarakat masih mengkonsumsi obat

ilegal tersebut:

“Karena seketika merasa enak, jadi dikonsumsi terus menerus.”

(Wawancara dengan I6-2, Masyarakat, Serang 24 Oktober 2014 Pukul

16.00 WIB).

Cepatnya efek yang dirasakan oleh konsumen membuat obat tradisional

ilegal laku dipasaran sehingga peredarannya sulit dihentikan, hal tersebut juga

senada diucapkan oleh infoman selaku konsumen yang menggunakan obat

tradisional ilegal:

“Pertama obatnya mudah didapat di warung-warung jamu, yang kedua

itu untuk perubahan yang tadinya sakit jadi sehat.”(Wawancara dengan I6-

1, Masyarakat, Serang 22 Oktober 2014 Pukul 16.00 WIB).

Alasan mudah didapat, murahnya harga dan tingginya khasiat membuat

masyarakat masih membeli dan mengkonsumsi obat tradisional yang dilarang

oleh BPOM. Nampak jelas bahwa dalam pelaku kontrol pelaksanaan

Page 123: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

108

kebijakan terjadi ketimpangan, dimana pengawasan yang dilakukan

seharusnya sesuai dengan SisPOM yang dibuat oleh BPOM RI yaitu

dilakukan oleh produsen, masyarakat dan pemerintah, namun dalam

kenyataannya masih terdapat rendahnya kepedulian baik dari pihak produsen

maupun masyarakat sebagai konsumen.

Disamping itu, untuk membantu BPOM dalam melakukan pengawasan

BPOM membuat suatu produk peringatan publik (Public Warning) dalam

memberikan informasi mengenai obat dan makanan melalui website BPOM

RI terkait informasi baik mengenai produk apa saja yang memiliki izin edar,

produk-produk ilegal, maupun berita seputar kegiatan BPOM diseluruh

wilayah indonesia.

Agar peringatan publik (Public Warning) diketahui oleh masyarakat

maka diperlukan sosialiasi mengenai Public Warning kepada masyarakat

karena tidak seluruh masyarakat mengetahui adanya peringatan publik

(Public Warning) yang dibuat oleh BPOM guna membantu masyarakat

mengetahui produk apa saja yang dilarang edar. Namun berdasarkan hasil

observasi peneliti, masih terdapat masyarakat yang belum mengetahui

keberadaan Public Warning tersebut. Seperti yang disampaikan oleh informan

kepada peneliti:

“Pernah lihat di tv dan dikoran mengenai obat tradisional ilegal tetapi

public warning saya tidak tahu.” (Wawancara dengan I5-1, Penjaga

Depot Jamu, Serang 26 Oktober 2014 Pukul 18.00 WIB).

Berdasarkan pemaparan informan tersebut, sosialisasi yang dilakukan

oleh BPOM belum sepenuhnya dilakukan secara optimal. Hal itu senada

Page 124: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

109

seperti yang disampaikan oleh informan kepada peneliti saat peneliti

menanyakan mengenai sosialisasi terkait obat tradisional ilegal dan public

warning:

“Belum pernah dengar mengenai sosialisasi obat tradisional yang

legal atau ilegal, tapi pernah baca dikoran mengenai jamu ilegal.

public warning saya tidak tahu.” (Wawancara dengan I5-3, Penjaga

Depot Jamu, Serang 27 Oktober 2014 Pukul 17.00 WIB).

Kurang meratanya sosialisasi juga membuat masyarakat tidak tahu obat

seperti apa yang layak dan tidak layak dipasaran sehingga memungkinkan

masyarakat menjadi acuh tak acuh terhadap produk-produk tersebut.

Sehingga dalam pelaksanaan strategi pemantauan kurang berjalan dengan

maksimal dikarenakan salah satu unsur pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan

kurang berperan aktif.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak BPOM mengenai

kurang meratanya sosialisasi, terdapat beberapa faktor yang perlu dikaji oleh

BPOM dalam melakukan pengawasan yang berpengaruh terhadap kegiatan

sosialisasi, berikut penjelasan informan kepada peneliti:

“kami melakukan sosialisasi melalui internet seperti public warning,

media elektronik seperti siaran televisi, siaran radio, ada juga melalui

brosur atau spanduk dan juga kami langsung mengundang para

produsen dan konsumen untuk memberikan sosialisasi baik mengenai

tata cara produksi maupun informasi mengenai obat apa saja yang

dilarang dikonsumsi, walaupun memang belum semua lapisan

menerima informasi karena ada banyak hal yang menjadi penghambat

sosialisasi tersebut baik hambatan dari internal maupun eksternal.

Dari internal memang kami akui kami kekurangan SDM sebagai

narasumber dan ditambah juga kami harus menyesuaikan dengan

jadwal yang ada, jujur saja beban tugas kami dengan jumlah pegawai

yang ada tidak sebanding, sehingga untuk sosisalisasi kami memang

mengakui kurang optimal. Dan dari segi eksternal cakupan

pengawasan kami cukup luas yaitu satu Provinsi Banten dengan

wilayah seluas itu tidak mudah untuk melakukan sosialisasi, apalagi

Page 125: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

110

mengundang produsen dari wilayah yang berbeda untuk dilakukan

sosialisasi gabungan. Dan mengenai sosialisasi melalui internet

maupun brosur atau juga pada saat ada pameran, kami sudah

melakukan sosialisasi seoptimal mungkin, tetapi kembali lagi ke

masyarakatnya apakah mereka menerima sosialisasi tersebut atau

tidak.” (Wawancara dengan I1, Staff PEMDIK SERLIK BPOM Prov.

Banten, Serang 23 Oktober 2014 Pukul 10.00 WIB).

Berdasarkan penjelasan di atas, sosialisasi yang dilakukan oleh BPOM

belum sepenuhnya diterima oleh seluruh lapisan masyarakat karena

banyaknya hambatan yang ada baik dari internal maupun eksternal, dimana

hambatan internal terdapat pada segi SDM BPOM Provinsi Banten yang

terbatas baik sebagai narasumber maupun sebagai pengawas dan hambatan

eksernal yaitu luasnya cakupan area pengawasan, hal tersebut juga senada

seperti yang diutarakan oleh informan berikut sebagai pihak koordinator

pengawas obat tradisional kepada peneliti:

“Dalam melakukan pengawasan, kami menerapkan manajemen resiko

dimana pengawasan dilakukan pada daerah yang memiliki resiko lebih

besar dalam melakukan penyimpangan-penyimpangan, penyimpangan

yang dimaksud yaitu banyaknya peredaran obat ilegal atau

terdapatnya sarana-sarana produksi ilegal. Ada 3 faktor utama dalam

menerapkan manajemen resiko yang terdiri dari jumlah penduduk, luas

wilayah, dan letak wilayah. Jadi dalam hal ini pengawasan kami lebih

condong ke wilayah Tangerang karena menurut hasil kajian kami.

Pertama, jumlah penduduk di wilayah tangerang lebih banyak

dibandingkan ke tiga wilayah lainnya seperti Lebak, Pandeglang dan

Serang. Kedua, luas wilayah Tangerang juga lebih besar dibandingan

wilayah lainnya, sehingga penyebaran obat atau sarana produksi lebih

banyak. Ketiga, letak wilayah Tangerang lebih strategis dimana

berbatasan dengan Ibukota dan biasanya wilayah yang berada di

perbatasan cenderung banyak terjadi penyimpangan dan tindak

kriminal. Sehingga pengawasan dan sosialiasi kami masih berpusat di

wilayah Tangerang dan selain itu, sarana produksi untuk obat

tradisional lebih banyak berada di wilayah Tangerang.” (Wawancara

dengan I2, Koordinator Pemeriksaan Kosmetik, Obat Tradisional, dan

Suplemen Makanan, Serang 22 Oktober 2014 Pukul 10.00 WIB).

Page 126: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

111

Berdasarkan pemaparan tersebut terbatasnya SDM yang ada dan

luasnya cakupan area pengawasan menjadikan sistem manajemen resiko

sebagai pilihan dalam melakukan pengawasan yang dilakukan oleh BPOM

Provinsi Banten. Hal tersebut juga senada seperti yang diungkapkan informan

selaku staff pengawas yang melakukan pemeriksaan dilapangan kepada

peneliti:

“Untuk sosialisasi kami memang masih fokus di wilayah Tangerang

karena menurut hasil pengawasan yang kami lakukan, di wilayah

Tangerang banyak terdapat sarana produksi dan distribusi obat

tradisional ditambah wilayah tangerang penduduknya lebih banyak

dibandingan wilayah lainnya sehingga kemungkinan terjadi

penyimpangan semakin besar, untuk wilayah Serang kami memang

belum banyak melakukan sosialisasi. Sosialisasi yang kami lakukan

biasanya hanya di pameran saja seperti kemarin ulang tahun Kota

Serang kami mendirikan stand disana dan memberikan informasi

mengenai produk-produk ilegal termasuk obat tradisional.”

(Wawancara dengan I3-1, Staff PEMDIK SERLIK BPOM Prov. Banten,

Serang 22 Oktober 2014 Pukul 13.00 WIB).

Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat beberapa faktor yang perlu

dikaji oleh BPOM dalam melakukan sosialisasi baik mengenai public

warning maupun sosialisasi lainnya, secara umum seperti faktor jumlah

penduduk, faktor luas wilayah serta faktor letak wilayah. Sehingga sosialisasi

yang dilakukan tidak dapat dilakukan secara menyeluruh. Dalam hal ini

sosialisasi yang dilakukan BPOM Provinsi Banten di Kota Serang yaitu

melalui pameran-pameran yang diadakan minimal 1 tahun sekali.

Faktor terpenting dalam penerapan suatu kebijakan khususnya

mengenai pengawasan obat tradisional yang didalamnya dibutuhkan

pengawasan dari masyarakat adalah melalui sosialisasi sebaik mungkin, baik

berupa data, teori maupun praktek mengenai informasi obat tradisional baik

Page 127: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

112

yang legal maupun yang legal. Sosialisasi yang baik akan menghasilkan

penerapan kebijakan yang baik pula, sebaliknya sosialisasi yang buruk akan

menimbulkan banyak masalah dalam penerapan kebijakan, dalam hal ini

BPOM Provinsi Banten mengakui bahwa sampai saat ini sosialisasi yang

dilakukan masih kurang mengenai seluruh lapisan masyarakat.

Banyaknya kendala yang harus dihadapi membuat BPOM Provinsi

Banten kesulitan melakukan sosialisasi serta kesadaran masyarakat akan

pentingnya informasi merupakan poin penting dalam memerangi peredaran

obat tradisional ilegal, karena pada dasarnya masyarakat sendiri yang dapat

memproteksi diri dari hal-hal yang merugikan sedangkan pemerintah hanya

membantu masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat.

Partisipasi masyarakat dalam hal pengawasan peredaran obat

tradisional, yaitu masyarakat harus dapat menolak dan melaporkan jika

ditemukan obat tradisional ilegal atau mencurigakan. Untuk mengetahui

kerjasama masyarakat dengan Pemerintah dalam melakukan pengawasan

peredaran obat tradisional, peneliti melakukan observasi mengenai partisipasi

masyarakat dalam pengawasan peredaran obat tradisional ilegal, berikut

penyampaian informan kepada peneliti:

“Saya mah masa bodo mas, udah pusing mikirin gimana caranya

bertahan hidup, udah gak kepikiran laporan ke BPOM segala.”

(Wawancara dengan I5-1, Penjaga Depot Jamu, Serang 26 Oktober

2014 Pukul 18.00 WIB).

Berdasarkan penjelasan tersebut nampak jelas bahwa masyarakat masih

belum optimal partisipasinya dalam melakukan pengawasan peredaran obat,

Page 128: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

113

hal itu juga serupa seperti yang diungkapkan informan selaku masyarakat

mengenai partisipasi pengawasan kepada peneliti:

“Belum, karena ketidaktahuan masyarakat pada umumnya mengenai

kelegalan barang tersebut. Kita tidak tahu mana yang legal mana

yang ilegal, karena semua obat tradisional ada nomor Depkes dan

nomor BPOM nya. (Wawancara dengan I5-2, Penjaga Depot Jamu,

Serang 27 Oktober 2014 Pukul 20.00 WIB).

Berdasarkan penjelasan di atas belum optimalnya partisipasi

masyarakat dalam pengawasan peredaran obat tradisional dikarenakan

kurangnya pemahaman masyarakat mengenai kelegalan produk serta kurang

meratanya sosialisasi yang dilakukan seperti yang diungkapkan informan

kepada peneliti:

“Belum, belum pernah. Tidak tahu mau mengadu kemana. (Wawancara

dengan I5-3, Penjaga Depot Jamu, Serang 27 Oktober 2014 Pukul

17.00 WIB).

Kurang optimalnya partisipasi masyarakat akan pengawasan peredaran

obat tradisional dan kurang meratanya informasi membuat peredaran obat

tradisional ilegal sulit dihentikan, karena dalam kehidupan berlaku hukum

pasar dimana banyaknya pembeli/peminat maka banyak pula produksi yang

dilakukan. Selama masyarakat masih mengkonsumsi obat tradisional ilegal

maka peredarannya akan sulit dihentikan.

Selain adanya partisipasi masyarakat dalam melakukan pengawasan.

BPOM sebagai pihak pemerintah juga didukung dengan adanya kerjasama

lintas sektoral dengan instansi lain didalamnya. Dalam hal pengawasan

peredaran obat tradisional BPOM bekerjasama dengan Dinas Kesahatan dan

untuk wilayah Kota BPOM Provinsi Banten bekerjasama dengan Dinas

Page 129: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

114

Kesehatan Kota Serang. Bentuk kerjasama BPOM dengan Dinas Kesehatan

Kota Serang terkait mengenai penyuluhan sesuai dengan tugas dan fungsi

Dinas Kesehatan dalam melakukan pengawasan obat tradisional. Seperti yang

diungkapkan informan selaku Kasi pengawasan makanan, minuman,

kosmetik, dan obat tradisional Dinas Kesehatan Kota Serang kepada peneliti:

“Kami melakukan pengawasan batra (obat tradisional) sesuai dengan

tupoksi Dinas Kesehatan Kota Serang yang diatur dalam perda no. 9

tahun 2008. yaitu dengan melakukan penyuluhan ke sarana distribusi

batra dan ke sarana pengobatan tradisional. Untuk penyitaan diluar

tanggung jawab kami, kalau itu ada di BPOM. Intinya kami hanya

melakukan sosialisasi kepada distribusi batra melalui UPT yang ada

di puskesmas dan kader-kader yang ada di setiap wilayah. Sasaran

sosialisasi kami itu penjual jamu gendong, industri kecil obat

tradisional (IKOT), usaha kecil obat tradisional (UKOT). dan depot

jamu. Untuk Kota Serang sendiri berdasarkan data yang kami miliki

tidak terdapat IKOT maupun UKOT, yang ada hanya jamu gendong

dan depot-depot jamu.” (Wawancara dengan I4, Kasi pengawasan

makanan, minuman, kosmetik, dan obat tradisional Dinas Kesehatan

Kota Serang, Serang 27 Oktober 2014 Pukul 10.00 WIB).

Hal itupun serupa dengan pernyataan dari pihak BPOM Provinsi Banten

bahwa dalam hal pengawasan, Dinas Kesehatan Kota Serang hanya memiliki

tanggung jawab dalam memberikan sosialisasi kepada pemiliki usaha dan

penjual obat tradisional sesuai dengan Perda yang berlaku. Dengan kata lain

BPOM melakukan pemeriksaan obat tradisional secara individu tanpa ada

campur tangan dengan instansi lain sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor

103 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen dimana dalam hal ini

pengawasan obat dan makanan merupakan tanggung jawab BPOM

sepenuhnya. Sehingga membuat pengawasan menjadi kurang optimal.

Page 130: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

115

4.2.3 Standar Operasional Pengawasan

Dalam melakukan pengawasan diperlukan suatu pedoman atau tata cara

dalam melakukan pengawasan tersebut, sehingga pengawasan atau pemantauan

yang dilakukan tersusun dan terencana serta dapat mengukur sejauh mana

kebijakan yang telah dibuat dalam implementasinya terhadap objek kebijakan.

Standard Oprational Prosedure (SOP) merupakan suatu standar/ pedoman

tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakan suatu

kelompok dalam mencapai tujuan organisasi. Tujuan diberlakukannya SOP

yaitu:

1. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja

petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.

2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi

dalam organisasi.

3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari

petugas/pegawai terkait.

4. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari

malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.

5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan

inefisiensi.

Serta, Fungsi adanya SOP yaitu:

1. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.

2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.

3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah

dilacak.

4. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam

bekerja.

5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

Dalam menjalankan pengawasan, peran pegawai memiliki kedudukan

dan fungsi yang sangat signifikan. Oleh karena itu diperlukan standar-standar

operasi prosedur sebagai acuan kerja secara sungguh-sungguh untuk menjadi

sumber daya manusia yang profesional dan handal, sehingga dapat

Page 131: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

116

mewujudkan visi dan misi instansi. BPOM di Serang memiliki SOP dalam

melakukan pengawasan, seperti yang diungkapkan oleh informan kepada

peneliti:

“Jelas ada, karena kita memiliki keterbatasan SDM jadi kita punya

SOP yang tidak memungkinkan kita memeriksanya satu persatu, jika

banyak temuan di masyarakat terhadap obat tradisional ilegal hasil

yang ada pada tahun lalu itulah poin-poin yang kami dahulukan.”

(Wawancara dengan I1 Staff PEMDIK SERLIK BPOM Prov. Banten,

Serang 23 Oktober 2014 Pukul 10.00 WIB).

Berdasarkan penjelasan di atas, BPOM memiliki SOP dalam melakukan

pengawasan, dimana SOP yang ada kemudian menjadi acuan rencana kerja

BPOM dalam melakukan pengawasan seperti yang diungkapkan informan

selaku koordinator pengawasan kepada peneliti:

“…kita ada rencana kerja tahunan untuk pemeriksaan sarana

distribusi dan produksi. Untuk manajemen mutu disini sudah

disertifikasi.” (Wawancara dengan I2, Koordinator Pemeriksaan

Kosmetik, Obat Tradisional, dan Suplemen Makanan, Serang 22

Oktober 2014 Pukul 10.00 WIB).

Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan informan selaku

pengawas langsung di lapangan mengenai rencana kerja pengawasan kepada

peneliti:

“Kita ada rencana kerja tahunan, dari rencana kerja tahunan

dibreakdown lagi menjadi bulanan, dan dibreakdown lagi menjadi

perminggu dimana didalamnya udah ditentukan untuk setiap minggu

berapa sarana yang diperiksa baik produksi maupun distribusi.”

(Wawancara dengan I3-2, Staff PEMDIK SERLIK BPOM Prov. Banten,

Serang 24 Oktober 2014 Pukul 09.00 WIB).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa BPOM memiliki

SOP yang baku dari BPOM pusat dalam melakukan pengawasan obat

tradisional. SOP pengawasan yang dimiliki BPOM di Serang dibreakdown

Page 132: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

117

menjadi rencana kerja tahunan yang kemudian dibreakdown menjadi rencana

kerja bulanan dan mingguan sehingga dalam satu minggu BPOM memiliki

sasaran target pemeriksaan yang sudah ditetapkan. Kemudian dari jumlah

sasaran pemeriksaan tersebut dibagi kembali menjadi target perorangan,

dimana setiap pengawas memiliki target pengawasannya dalam 1 tahun.

Selain itu, BPOM melakukan monitoring evaluasi setiap bulan,

pertriwulan atau pertahun mengenai target dan realisasi sarana yang diperiksa,

baik sarana produksi maupun sarana distribusi, dan sampling. Dalam

melakukan pengawasan kemungkinan menemukan masalah pasti ada, dalam

hal ini BPOM selaku pengawas harus melakukan sebuah tindakan korektif agar

dapat mengantisipasi masalah yang ada. Berikut pemaparan informan

mengenai tindakan yang dilakukan:

“Jelas ada. Baik pelanggaran yang dilakukan oleh industri kami juga

meminta feedback dari industri tersebut. Kalau ada temuan pada

sarana produksi, kami melayangkan surat secara tertulis untuk

melakukan corrective action yang kami deadlinekan sekitar dua

bulan.” (Wawancara dengan I1, Staff PEMDIK SERLIK BPOM Prov.

Banten, Serang 23 Oktober 2014 Pukul 10.00 WIB).

Berdasarkan penjelasan di atas dalam melakukan tindakan korektif

dilapangan jika ditemukan suatu pelanggaran, BPOM memberikan surat

peringatan yang berisi list apa saja yang harus dipenuhi oleh produsen untuk

melakukan tindakan perbaikan dengan batas waktu sudah ditentukan. Hal ini

juga senada seperti yang diucapkan oleh informan selaku koordinator BPOM

kepada peneliti:

“kasih peringatan dahulu bahwa ini tidak boleh diperjual belikan, atau

ini masih ada yang kurang dalam kegiatan produksinya. Kalau masih

membandel kami lanjut ketindakan berikutnya bahkan sampai ke ranah

Page 133: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

118

hukum.” (Wawancara dengan I2, Koordinator Pemeriksaan Kosmetik,

Obat Tradisional, dan Suplemen Makanan, Serang 22 Oktober 2014

Pukul 10.00 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, BPOM menindak tegas produsen

yang menyalahi aturan yang sudah ditetapkan sebelumnya, namun disisi lain

juga BPOM secara tidak langsung meningkatkan standar mutu produsen secara

bertahap agar dalam pembuatan atau kegiatan produksinya sesuai dengan

standar mutu yang telah ditentukan. Selain produsen, BPOM juga memberikan

peringatan bersamaan saat melakukan pemeriksaan pada sarana distribusi yang

ada di Provinsi Banten khususnya di Kota Serang jika ditemukan suatu

pelanggaran, seperti yang diungkapkan informan selaku petugas pengawas

dilapangan kepada peneliti:

“Kita seringkali beri surat peringatan jika ditemukan pelanggaran baik

di sarana produksi maupun distribusi, kalau untuk produksi kita beri

peringatan dan point-point yang harus dilakukan untuk perbaikan,

kalau tidak ada perubahan kita tindak ke ranah hukum. Kalau untuk

distribusi kita kasih peringatan berupa pemberitahuan, jika masih tidak

ada perubahan kita dapat menyita atau melakukan pemusnahan di

tempat. “(Wawancara dengan I3-2, Staff PEMDIK SERLIK BPOM

Prov. Banten, Serang 24 Oktober 2014 Pukul 09.00 WIB).

Selama ini mekanisme pemeriksaan dalam melakukan pengawasan

peredaran obat tradisional di Kota serang yang dilakukan oleh BPOM sudah

memiliki petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis berdasarkan strategi

pengawasan BPOM dimana obat beredar di masyarakat (Pre-Market) yang

didukung pula oleh hasil breakdown SOP yang kemudian menjadi program

kerja mingguan dan per individu.

Berdasarkan hasil observasi peneliti saat melakuka penelitian dilapangan,

BPOM melakukan pengawasan sesuai dengan prosedur pengawasan yang

Page 134: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

119

dimiliki yaitu melakukan pemeriksaan setiap produk obat tradisional di sarana

distribusi obat tradisional, hal ini juga di dukung oleh penjelasan informan

selaku pemilik sarana distribusi yang pernah diperiksa oleh BPOM di daerah

cipocok:

“Ya gitu, mereka cek barangnya satu-satu terus bilang ini gak boleh

dijual, yang ini gak boleh dijual…”(Wawancara dengan I5-3, Penjaga

Depot Jamu, Serang 27 Oktober 2014 Pukul 17.00 WIB).

Berdasarkan penjelasan di atas, BPOM melakukan pemeriksaan dan

peringatan kepada sarana distribusi mengenai obat tradisional yang

didagangkan sesuai dengan SOP pemeriksaan dan pengawasan. Hal itu juga

serupa saat peneliti menanyakan kepada informan lain selaku pemilik sarana

distribusi obat tradisional mengenai pemeriksaan yang dilakukan oleh BPOM

di daerah cikulur:

“BPOM kesini memberi tahu mana obat tradisional yang ilegal dan

mana yang resmi lalu BPOM membeli OT ilegal buat sampel.”

(Wawancara dengan I5-2, Penjaga Depot Jamu, Serang 27 Oktober

2014 Pukul 20.00 WIB).

Dari keterangan di atas BPOM melakukan pemeriksaan sesuai dengan

strategi pengawasan yang dimiliki dimana dalam pengawasan post-market

BPOM melakukan pemeriksaan yang meliputi:

1. Pengawasan Produksi dan Distribusi

Dalam pengawasan produksi. Setelah produsen memperoleh izin

produksi, Balai POM selanjutnya melakukan pengawasan ke tempat

produsen tersebut guna mengawasi apakah dalam pembuatan obat

tradisional sudah memenuhi standar CPOTB dan mengenai sarananya

apakah sudah sesuai berdasarkan standar GMP (Good Manufacturing

Page 135: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

120

Practice), dalam pemeriksaan ini minimal dilakukan setahun sekali

namun jika ditemukan penyimpangan dalam implementasi baik CPOTB

maupun GMPnya maka pemeriksaan dilakukan secara intensif hingga

produsen melakukan perbaikan pada kegiatan produksinya. Dalam

pemeriksaan sarana distribusi BPOM melakukan pemeriksaan secara

langsung dilapangan pemeriksaan dilakukan berdasarkan random

sampling dimana dalam pemeriksaannya dilakukan secara acak pada

setiap sarana distribusi yang ada di setiap wilayah. Dalam pemeriksaan

ini, jika ditemukan obat tradisional berbahaya maka BPOM akan

menindak dengan melakukan pemberian peringatan kepada pemilik

sarana distribusi hingga melakukan penyitaan produk yang diduga

berbahaya/dilarang.

2. Pemeriksaan sampling

Dalam melakukan pengawasan di sarana distribusi BPOM juga

melakukan pembelian produk pada saat melakukan

pengawasan/pemeriksaan langsung dilapangan guna pemeriksaan

sampling, pengujian sampling dilakukan di laboratorium BPOM

Provinsi Banten. Hasil pemeriksaan akan dilaporkan kembali pada

bagian pengawasan dilapangan. Jika hasil pemeriksaan menunjukan

bahwa produk tersebut tidak layak edar, maka BPOM akan menindak

dengan melakukan pemberian peringatan kepada pemilik sarana

distribusi hingga melakukan penyitaan produk yang diduga

berbahaya/dilarang.

Page 136: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

121

3. Pengawasan iklan

Pengawasan iklan merupakan pengawasan yang dilakukan oleh

badan POM dalam mengawasi iklan yang dilakukan oleh produsen

dalam memasarkan produknya. Pada dasarnya iklan yang dilakukan

harus sesuai dengan produknya baik manfaatnya, komposisinya maupun

visual yang disajikan baik dalam kemasan atau dalam media masa dan

elektronik. Dalam pelaksanaannya pengawasan dilakukan dengan cara

melihat pada kemasan produk dan media masa maupun elektronik.

Apabila ditemukan penyimpangan dalam kegiatan pemasaran

produk/iklan, maka BPOM akan menegur pihak produsen terkait iklan

yang dibuatnya.

4. Public warning

Public warning merupakan produk BPOM dalam memberikan

informasi mengenai obat dan makanan melalui website BPOM RI

terkait informasi baik mengenai produk apa saja yang memiliki izin

edar, produk-produk ilegal, maupun berita seputar kegiatan BPOM

diseluruh wilayah indonesia. Dalam hal ini, BPOM Provinsi Banten

setelah melakukan pemeriksaan dilapangan dan melakukan sampling uji

laboratorium terkait temuan produk yang diduga berbahaya maka akan

dirilis dan dimasukan kedalam forum public warning atau peringatan

publik guna memberikan informasi kepada masyarakat terkait produk

yang beredar dipasaran.

Page 137: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

122

4.2.4 Sumber Daya Keuangan dan Peralatan

Untuk melakukan kontrol atas pelaksanaan suatu kebijakan, disamping

memerlukan dana yang cukup juga diperlukan peralatan yang memadai.

Besarnya anggaran dan jenis peralatan untuk melakukan kontrol sangat

tergantung pada variasi dan kompleksitas pelaksanaan suatu kebijakan. Sumber

anggaran dapat berasal dari anggaran pendapatan belanja Negara (APBN),

anggaran pendapatan belanja daerah (APBD), lembaga swadaya masyarakat

(LSM), dan swadaya masyarakat.

BPOM sebagai lembaga non-departemen memiliki sumber anggaran dari

APBN. Saat ini sumber daya keuangan yang dimiliki BPOM Provinsi Banten

sudah mencukupi dalam menunjang kinerja BPOM karena anggaran yang

disediakan bukan berdasarkan jumlah sarana produksi dan distribusi serta

jumlah produk yang ada melainkan dari jumlah sumberdaya yang dimiliki.

Berikut yang disampaikan oleh informan selaku Kepala Bagian PEMDIK

SERLIK kepada peneliti:

“Sudah sesuai dengan jumlah SDM yang ada bukan dari jumlah OT

yang diawasi.” (Wawancara dengan I1, Kepala Bagian PEMDIK

SERLIK BPOM Prov. Banten, Serang 23 Oktober 2014 Pukul 10.00

WIB).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa anggaran yang

dimiliki menyesuaikan dengan kerja BPOM dalam melakukan pengawasan.

Dimana anggaran yang dimiliki berdasarkan perencanaan yang dibuat pada

tahun sebelumnya dengan menyesuaikan kegiatan yang akan dilakukan di

tahun berikutnya. Seperti yang diungkapkan oleh informan kepada peneliti:

Page 138: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

123

“Kalau ditanya sudah sesuai, jelas sudah sesuai. Karena kita membuat

laporan keuangan yang sudah dirancang sesuai dengan kegiatan yang

akan dilakukan.”(Wawancara dengan I3-1, Staff PEMDIK SERLIK

BPOM Prov. Banten, Serang 24 Oktober 2014 Pukul 9.00 WIB).

Selain anggaran, dalam melakukan pengawasan juga harus ditunjang dari

sisi peralatan yang memadai agar pelaksanaan pengawasan berjalan dengan

baik. BPOM di Serang sudah memiliki peralatan yang memadai seperti

peralatan kantor dan peralatan laboratorium. Namun peralatan laboratorium

yang dimiliki hanya sebatas menyesuaikan target sampel yang dimiliki BPOM

Provinsi Banten dan juga jumlah SDM yang dimiliki, sehingga tidak semua

obat tradisional dapat diperiksa. Seperti yang diungkapkan oleh informan

kepada peneliti mengenai ketersediaan peralatan laboratorium:

“Sudah sesuai dengan jumlah sampel dan SDM yang ada juga, kalau

tentang ekspetasi masyarakat terhadap produk yang kami awasi itu

masih kurang.”(Wawancara dengan I1, Kepala Bagian PEMDIK

SERLIK BPOM Prov. Banten, Serang 23 Oktober 2014 Pukul 10.00

WIB).

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa peralatan yang

dimiliki sudah sesuai dengan jumlah sampel yang akan dilakukan pengujian.

Dalam melakukan pengawasan BPOM di Serang juga melakukan penujian

sampling produk guna melihat kadar atau komposisi yang terdapat di dalam

produk tersebut. Setiap tahun BPOM di Serang memiliki target dalam

melakukan sampling, sehingga dalam hal ini jumlah peralatan yang ada sudah

sesuai dengan target sampling yang akan dilakukan. Namun tidak semua sarana

yang diperiksa dapat dilakukan pengambilan sampling khususnya sarana

distribusi yang melakukan penjualan langsung kepada masyarakat. Sehingga

ada sarana distribusi yang hanya mendapat peringatan saja, tetapi akan masuk

Page 139: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

124

kedalam target pemeriksaan di tahun berikutnya. Selain terbatasnya peralatan

laboratorium dalam melakukan pengkajian produk sampling, BPOM di Serang

juga memiliki kendala pada ketersediaan alat transportasi. Seperti yang

diungkapkan informan kepada peneliti:

“Untuk peralatan kita kurang di transportasi. Tahun ini sudah ada

tambahan tapi belum optimal untuk menunjang pengawasan. Yang

butuh kendaraan kan bukan bagian pengawas saja, semua bagian

butuh, jadi pada saat ada kegiatan di waktu yang bersamaan itu

masih kurang.”(Wawancara dengan I3-2, Staff PEMDIK SERLIK

BPOM Prov. Banten, Serang 24 Oktober 2014 Pukul 09.00 WIB).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui BPOM di Serang masih

terkendala di sarana transportasi karena dalam melakukan pengawasannya,

BPOM melakukan inspeksi ke sarana-sarana produksi dan distribusi, dengan

begitu sarana transportasi sangat vital dalam melakukan pengawasan. Sarana

transportasi yang ada saat ini hanya berjumlah 2 unit kendaraan roda empat

untuk melakukan pengawasan. Sedangkan dalam implementasinya BPOM di

Serang melakukan pengawasan terhadap 5 komoditi, kosmetik, obat, obat

tradisional, suplemen dan pangan. Pengawasan yang dilakukan juga

mencakup 8 Kota Kabupaten, karena pengawasan yang dilakukan tidak hanya

di Kota serang saja, jelas ini menghambat waktu pengawasan. Sehingga

pengawasan yang dilakukan kurang efektif dan efisien dari segi waktu.

Pengadaan sarana transportasi tidak bisa serta merta dilakukan, karena

diperlukan perhitungan terlebih dahulu sehingga penganggaran menjadi aspek

yang sangat vital karena disamping itu dalam melakukan kegiatan

pengawasan ini BPOM juga perlu melakukan sosialisasi dan kerjasama

dengan instansi lainnya untuk mengantisipasi dan menindak adanya tindakan-

Page 140: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

125

tindakan pelanggaran hukum sehingga perlu adanya biaya-biaya yang harus

diperhitungkan.

4.2.5 Jadwal Pelaksanaan Kontrol

Setiap pengawasan atau kontrol implementasi kebijakan harus selalu

dilaksanakan secara berkala atau jika perlu dapat bersifat kondisional untuk

situasi yang insidental. Dalam kontrol internal, pelaksanaan dapat dilakukan

setiap bulan, setiap triwulan,atau setiap semester sekali.Namun dalam kontrol

eksternal berada diluar organisasi dan bukan menjadi kewenangan organisasi

yang menjadi pelaku kontrol untuk melakukan penjadwalan.Selain itu kontrol

eksternal sulit dilakukan intervensi.

Begitu juga penjadwalan yang dilakukan oleh BPOM Provinsi Banten

yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pengawasan. Berdasarkan hasil

observasi peneliti mengenai jadwal pelaksanaan kontrol yang dilakukan oleh

BPOM Provinsi Banten, BPOM Provinsi Banten memiliki jadwal pelaksanaan

kontrol pengawasan dilapangan baik untuk sarana produksi dan sarana

distribusi. Berikut penyampaian informan kepada peneliti:

“..kita ada jadwal dari internal BPOM untuk pemeriksaan sarana

produksi dan distribusi. Dari luar juga ada jadwal pengawasan ke

BPOM seperti BPK dan sistem pengawasan Pemerintah. Jadi bukan

hanya BPOM saja yang memeriksa, BPOM juga diperiksa oleh

Pemerintah.” (Wawancara dengan I2, Koordinator Pemeriksaan

Kosmetik, Obat Tradisional, dan Suplemen Makanan, Serang 22

Oktober 2014 Pukul 10.00 WIB).

Berdasarkan penjelasan tersebut BPOM di Serang sudah memiliki jadwal

pengawasan peredaran obat tradisional di Kota Serang ataupun daerah lain di

Provinsi Banten dimana jadwal yang dimiliki berasal dari hasil breakdown

Page 141: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

126

rencana kerja yang dimiliki BPOM di Serang. Hal itupun senada dengan yang

diungkapkan oleh petugas pengawas dilapangan, berikut yang informan

sampaikan kepada peneliti:

“..Jelas ada mengenai jadwal karena sudah masuk dalam perencanaan,

jadwal itu lebih teknis pertama kami lakukan perencanaan, dari

perencanaan itu dikerucutkan lagi ke jadwal pertahun, kemudian

perbulan, perminggu dan perharinya.” (Wawancara dengan I3-1, Staff

PEMDIK SERLIK BPOM Prov. Banten, Serang 22 Oktober 2014

Pukul 13.00 WIB).

Jadwal pegawasan yang dimiliki BPOM bersifat rahasia sehingga dalam

hal ini pemeriksaan atau pengawasan dilakukan secara mendadak (sidak) baik

kepada sarana produksi maupun sarana distribusinya karena dikhawatirkan

akan terjadi kebocoran informasi mengenai jadwal pemeriksaan yang dimiliki

oleh BPOM. Namun, dalam melakukan pengawasan dilapangan BPOM

menetapkan jangka waktu pemeriksaan baik untuk sarana produksi maupun

sarana distribusi, seperti yang diungkapkan informan berikut:

“Idealnya untuk sarana sekitar 1 tahun sekali jika tidak ada kendala

yang berarti.” (Wawancara dengan I2, Koordinator Pemeriksaan

Kosmetik, Obat Tradisional, dan Suplemen Makanan, Serang 22

Oktober 2014 Pukul 10.00 WIB).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa BPOM di Serang

melakukan pengawasan minimal 1 tahun sekali baik pada sarana produksi

maupun sarana distribusi . Hal itu senada seperti yang diungkapkan oleh

informan sebagai berikut:

“Untuk sarana itu biasanya 1 tahun sekali diperiksa jika tidak

ditemukan pelanggaran. Kalau ditemukan pelanggaran kita bisa rutin

meriksanya.” (Wawancara dengan I3-1, Staff PEMDIK SERLIK BPOM

Prov. Banten, Serang 22 Oktober 2014 Pukul 13.00 WIB).

Page 142: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

127

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa BPOM di Serang

melakukan pengawasan minimal 1 tahun sekali baik pada sarana produksi

maupun sarana distribusi, jika pemeriksaan yang dilakukan bersifat non urgent

atau dalam pemeriksaan tidak ditemukan pelanggaran. Namun jika dalam

pengawasan ditemukan suatu pelanggaran. BPOM melakukan pengawasan

secara rutin ke sarana yang melakukan pelanggaran dengan memberikan

peringatan dan arahan hingga sarana yang dimaksud melakukan perbaikan dan

sesuai dengan harapan BPOM.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di Kota Serang, di Kota Serang tidak

terdapat sarana produksi sehingga dalam hal ini BPOM melakukan

pemeriksaan ke sarana-sarana distribusi yang ada. Berdasarkan observasi

peneliti di lapangan, BPOM melakukan pengawasan atau pemeriksaan ke

sarana-sarana distribusi yang ada di Kota Serang dengan melakukan sidak dan

pengambilan sampel, sehingga dalam hal ini BPOM melakukan pengawasan

rutin terhadap saran distribusi yang ada di Kota Serang. Dalam jadwal

pelaksanaan kontrol BPOM melakukan monitoring evaluasi yang dilaksanakan

setiap bulan, pertriwulan ataupun pertahun.

Monitoring yang dilakukan mengenai target dan realisasi sarana yang

diperiksa, baik sarana produksi maupun sarana distribusi, dan kegiatan

sampling yang kemudian menjadi acuan pengawasan pada tahun-tahun

berikutnya.

Page 143: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

128

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan dilapangan, maka

penyimpulan akhir tentang Pengawasan BPOM dalam peredaran obat-obatan

Tradisional di Kota Serang masih belum optimal. Dikarenakan permasalahan

dan hambatan yang timbul terhadap pengawasan BPOM obat tradisional di

Kota Serang. Pertama, jumlah pegawai pengawas peredaran obat tradisional

BPOM dilapangan masih minim dan tidak sesuai dengan luas wilayah

pengawasan BPOM secara khusus di Kota Serang. rendahnya partisipasi

masyarakat dan sarana distribusi dalam memerangi obat-obatan tradisional

ilegal sehingga masih ada obat tradisional ilegal yang beredar dimasyarakat.

Kedua, dalam melakukan SOP pengawasan BPOM menetapkan skala prioritas

dimana dalam pengawasannya BPOM lebih menekankan pengawasannya di

wilayah yang lebih banyak melakukan tindak pelanggaran, sehingga dalam hal

ini BPOM tidak bisa melakukan pengawasan secara optimal, penetapan skala

prioritas dibuat karena kurangnya SDM yang dimiliki oleh BPOM Provinsi

Banten dan luasnya wilayah cakupan yang harus diawasi. Ketiga, Sumberdaya

Peralatan yang dimiliki BPOM dalam hal ini sarana transportasi belum

mencukupi dalam menunjang kegiatan pengawasan dilapangan.

Page 144: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

129

Keempat, kurangnya sosialisasi BPOM terhadap masyarakat mengenai

bahaya obat tradisional ilegal dan Public Warning yang dibuat oleh BPOM

guna memberikan informasi obat apa saja yang tidak boleh digunakan dan

dilarang edar di masyarakat Kota Serang sehingga dalam hal ini masyarakat

masih rendah partisipasinya dalam melakukan pengawasan peredaran obat

tradisional.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang peneliti ajukan berupa

rekomendasi yaitu:

1. Melakukan pengajuan rekomendasi permintaan penambahan pegawai

BPOM Provinsi Banten kepada Biro Kepegawaian BPOM Pusat yang

selanjutnya dapat ditindaklanjuti oleh BPOM pusat kepada Badan

Kepegawaian Nasional untuk pngajuan jumlah pegawai. Karena,

pengawasan peredaran obat dan makanan khususnya obat tradisional

maupun kegiatan sosialisasinya di Kota Serang merupakan tanggung

jawab penuh BPOM Provinsi Banten sehingga penambahan pegawai

dirasa perlu agar kinerja pegawai BPOM menjadi optimal.

2. Melakukan kegiatan sosialisasi dengan memanfaatkan media sosial

yang ada di internet seperi Blog, Facebook, Twitter, Youtube, Yahoo

selain dapat menekan biaya anggaran yang harus dikeluarkan, dengan

memanfaatkan media internet banyak masyarakat yang belum

mengetahui obat tradisional ilegal maupun yag legal memperoleh

informasi mengenai produk-produk yang layak dikosumsi agar

Page 145: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

130

peredaran dan permintaan obat tradisional yang ilegal dapat ditekan

yang secara tidak langsung juga membantu BPOM dalam melakukan

pengawasan.

3. Mengajukan peningkatan anggaran untuk penambahan jumlah sarana

transportasi yang ada kepada BPOM pusat atau mengkaji

perencanaan kebutuhan anggaran yang ada saat ini untuk anggaran

tahun berikutnya dalam hal pengadaan sarana transportasi karena

sarana transportasi merupakan kelengkapan yang sangat vital dalam

menunjang kegiatan pengawasan.

Page 146: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Dunn, William, N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Griffin, Ricky, W. 2004. Manajemen. Jilid 2 Edisi 7. Jakarta: Erlangga.

Harahap, Sofyan. 2001. Sistem Pengawasan Manajemen. Jakarta: Quantum.

Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia:Pengertian Dasar,

Pengertian, dan Masalah. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.

Irawan, Prasetya, 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif Untuk Ilmu Ilmu Sosial.

Jakarta: DIA FISIP Universitas Indonesia.

Makmur, 2011. Efektifitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Bandung: PT.

Refika Aitama.

Manullang, M. 2002. Dasar Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Miles, Mattew B dan A. Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kuantitatif, Buku

Sumber Tentang Metode Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, Lexy, J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

--------. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Offset.

--------. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Offset.

--------. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Offset.

Mulyadi, 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen: Sistem

Pelipatganda Kinerja Perusahaan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.

Nasution, 2007. Metode Research. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Page 147: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Simbolon, Maringan Masry. 2004. Dasar Dasar Administrasi dan Manajemen.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sondang, P, Siagian. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sugiyono. 2006. Metodologi Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta.

Sule, Tisnawati, Saefullah. 2005. Pengantar Manajemen. Edisi 1. Jakarta: Fajar

Interpratama Offset.

Suryabrata, Sumadi. 1992. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali.

Usman, H. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung : Bumi Aksara.

Widodo, Joko. 2011. Analisis Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing.

Dokumen

Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga

Pemerintah Non Departemen.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 tentang

Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Presiden Republik Indonesia.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.00.05.42.2996. Tentang pengawasan Pemasukan Obat Tradisional.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.00.05.4.1380. Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang

Baik.

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1010 Tahun 2008 Tentang

Registrasi Obat.

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2012 Tentang

Industri dan Usaha Obat Tradisional.

Page 148: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Peraturan Kepala Balai Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.00.0.5.4.1384 Tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran

Obat Tradisonal dan Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka.

Peraturan Kepala Balai Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.00.01.1.5116. Tahun 2006 tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan

Kimia Obat.

Skripsi

Palita, Novita Silalahi. (2011), “Efektifitas Pelaksanaan Pengawasan Oleh Bpom

(BadanPengawasan Obat Dan Makanan) Atas Beredarnya Obat Tradisional

Yang Mengandung Bahan Kimia Obat Yang Beredar Di Yogyakarta”, Jurnal

Ilmu Hukum Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Jurnal

Edtriani, Meliza. (2013), “Pelaksanaan Pengawasan Balai Besar Pengawasan Obat

dan Makanan (BBPOM) terhadap Peredaran Makanan dan Minuman Tanpa

Izin Edar (TIE) di Kota Pekanbaru Tahun 2012”, Jurnal Ilmu Pemerintahan

Universitas Bina Widya, Pekanbaru.

Purba, Agustinus, David. (2013), “Pelaksanaan Fungsi Balai Besar Pengawas Obat

dan Makanan Kota Pontianak”, Jurnal Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Sumber lain

http://ulpk.pom.go.id/ulpk/index.php (diakses Selasa 1 April 2014. Pukul 10:32

WIB).

http//www.pom.go.id/pom/profil/kerangka_konsep_siskom.php (diakses Kamis, 11

April 2013. Pukul 01:05 WIB).

http://kancil09.blogspot.com/2009/03/obat-tradisional.html (diakses Selasa, 1 April

2014. Pukul 13:33 WIB).

http://e-journal.uajy.ac.id (diakses Rabu, 5 Juni 2014. Pukul 1:24 WIB).

Page 149: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

LAMPIRAN

Page 150: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

CATATAN LAPANGAN PENELITIAN

PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PROVINSI BANTEN DALAM PEREDARAN OBAT TRADISIONAL DI

KOTA SERANG

1. Maret 2014

Pada bulan Maret 2014 peneliti melakukan proses pengajuan judul untuk

skripsi. Peneliti mengajukan judul pada jurusan dengan mengajukan 3

alternatif judul dan juga untuk mengetahui dosen pembimbing skripsi. Pada

waktu itu pihak jurusan menyetujui pengajuan judul peneliti yang berjudul

“Pengawasan Balai Pengawas Obat Dan Makanan Provinsi Banten dalam

Peredaran Obat Tradisional Di Kota Serang”. Pada bulan ini peneliti

memulai perijinan ke kantor BPOM Provinsi Banten guna melakukan

penelitian.

2. April 2014

Pada bulan April 2014 setelah mendapatkan perijinan dari Kepala BPOM

Provinsi Banten. Peneliti mulai melakukan pendekatan lebih jauh dengan

para pegawai yang ada di BPOM Provinsi Banten dengan melakukan

wawancara awal untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam

penelitian untuk penyusunan pada bab I.

3. Mei 2014

Pada bulan Mei 2014 peneliti masih melakukan penyusunan di Bab 1 dan

juga melakukan penyusunan untuk Bab II. Serta melakukan wawancara

guna observasi awal untuk memperoleh data untuk menambahan materi di

latar belakang masalah.

4. Juni 2014

Pada bulan Juni 2014 peneliti melakukan penyusunan di Bab III yaitu

pencarian teori-teori yang berkaitan dengan tema penelitian dan juga yang

berkaitan dengan metoddelogi penelitian.

5. Juli 2014

Pada bulan Juli 2014 peneiti melakukan seminar proposal yang berjudul

“Pengawasaan BPOM Dalam Peredaran Obat Tradisional di Kota Serang”.

Pada bulan ini juga peneliti melakukan wawancara awal dengan petugas

BPOM di Provinsi Banten guna melakukan penyusunan di Bab IV.

6. Agustus – Oktober 2014

Pada bulan Agustus - Oktober 2014 peneliti melakukan observasi di

lapangan guna melihat implementasi pengawasan yang dilakukan oleh

Page 151: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

BPOM dalam peredaran Obat Tradisional di Kota Serang yang sesuai

dengan tema yang diambil oleh peneliti. Pada bulan-bulan ini peneliti

melakukan penyempurnaan di Bab IV. Berikut tabel wawancara penelitian

denga beberapa informan.

No. Tanggal Waktu Tempat Hasil Informan

1. 26-09-2014 09.00

WIB

Kantor BPOM

Provinsi Banten

Wawancara

dan Observasi

Staff PEMDIK

SERLIK BPOM

Provinsi Banten

2. 26-09-2014 09.30

WIB

Kantor BPOM

Provinsi Banten

Wawancara dan

Peraturan Menteri

Kesehatan Republik

Indonesia Nomor

006 Tahun 2012

Tentang Industri dan

Usaha Obat

Tradisional

Staff PEMDIK

SERLIK BPOM

Provinsi Banten

3. 26-09-2014 10.00

WIB

Kantor BPOM

Provinsi Banten

Wawancara Staff PEMDIK

SERLIK BPOM

Provinsi Banten

4. 27-09-2014 20.00

WIB

Sarana Distribusi

depot jamu di

Kecamatan

Serang

Wawancara Penjaga Depot

Jamu

5. 28-09-2014 09.00

WIB

Kantor BPOM

Provinsi Banten

Wawancara Staff PEMDIK

SERLIK BPOM

Provinsi Banten

6. 31-09-2014 10.00

WIB

Kantor BPOM

Provinsi Banten

Wawancara Penjaga Depot

Jamu

7. 01-10-2014 19.00

WIB

Sarana Distribusi

depot jamu di

Kecamatan

Cipocok

Wawancara Penjaga Depot

Jamu

8. 01-10-2014 21.00

WIB

Sarana Distribusi

depot jamu di

Kecamatan

Serang

Wawancara Penjaga Depot

Jamu

9. 02-10-2014 09.00

WIB

Kantor BPOM

Provinsi Banten

Wawancara Staff PEMDIK

SERLIK BPOM

Provinsi Banten

10. 05-10-2014 09.00

WIB

Kantor BPOM

Provinsi Banten

Wawancara

dan Observasi

Koordinator

Pemeriksaan

Kosmetik, Obat

Tradisional, dan

Suplemen

Makanan

11. 22-10-2014 10.00

WIB

Kantor BPOM

Provinsi Banten

Wawancara Staff PEMDIK

SERLIK BPOM

Provinsi Banten

Page 152: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

12. 22-10-2014 10.00

WIB

Kantor BPOM

Provinsi Banten

Wawancara Koordinator

Pemeriksaan

Kosmetik, Obat

Tradisional, dan

Suplemen

Makanan

13. 22-10-2014 11.00

WIB

Kantor BPOM

Provinsi Banten

Wawancara Staff PEMDIK

SERLIK BPOM

Provinsi Banten

14. 22-10-2014 11.30

WIB

Kantor BPOM

Provinsi Banten

Wawancara

dan Observasi

Staff PEMDIK

SERLIK BPOM

Provinsi Banten

15. 22-10-2014 16.00

WIB

Lopang Wawancara Masyarakat

16. 23-10-2014 10.00

WIB

Kantor BPOM

Provinsi Banten

Wawancara Kasi

Pemeriksaan,

Penyidikan,

Sertifikasi Dan

Unit Layanan

Pengaduan

Konsumen

17. 23-10-2014 10.30

WIB

Kantor BPOM

Provinsi Banten

Wawancara Koordinator

Pemeriksaan

Kosmetik, Obat

Tradisional, dan

Suplemen

Makanan

18. 24-10-2014 09.00

WIB

Kantor BPOM

Provinsi Banten

Wawancara

dan Observasi

Staff PEMDIK

SERLIK BPOM

Provinsi Banten

19. 24-10-2014 16.00

WIB

Cipocok Wawancara Masyarakat

20. 26-10-2014 18.00

WIB

Sarana Distribusi

depot jamu di

Kecamatan

Cipocok

Wawancara Penjaga Depot

Jamu

21. 27-10-2014 09.00

WIB

Dinas Kesehatan

Kota Serang

Wawancara Kasi Makanan,

Minuman,

Kosmetik dan

Batra Dinas

Kesehatan Kota

Serang

22. 27-10-2014 17.00

WIB

Sarana Distribusi

depot jamu di

Kecamatan

Cipocok

Wawancara Penjaga Depot

Jamu

23. 27-10-2014 20.00

WIB

Sarana Distribusi

depot jamu di

Kecamatan

Taktakan

Wawancara Penjaga Depot

Jamu

Page 153: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

(Sumber: Peneliti, 2014)

7. November 2014

Pada bulan November 2014 peneliti melakukan penyimpulan hasil

penelitian di Bab V.

Page 154: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Matrik Wawancara Lapangan Sesudah Reduksi Data

Pelaku Pengawas Kebijakan

Q1

Q

A

Siapakah yang melakukan pengawasan terhadap peredaran obat tradisional baik dari

pihak internal maupun eksternal?

I1

Kalau dari pihak Pemerintah ada beberapa instansi. Yaitu, Balai POM untuk di

Daerah dan Badan POM di Pusat yang ada di Jakarta. kalau di Daerah itu biasanya

Dinas Kesehatan melaksanakan pengawasan yang sifatnya sosialisasi. Secara khusus

bidang dalam pengawasan ada dua bidang. Yaitu, seksi pemdik serlik yang

mengawas dilapangan dan ada bagian laboratoriumnya seksi pengujian. Sedangkan

yang sifatnya pidana, Polri yang bertugas mengamankan. Kalau dari luar

Pemerintah itu dari produsen, distributor dan masyarakat.

I2

Ada 3 lapis pengawasan sesuai dengan SisPOM yang kita miliki, yaitu pemerintah

melalui BPOM sebagai pihak internalnya, dan dari produsen maupun distributor dan

juga dari masyarakat sebagai pihak eksternal pengawasan. Secara khusus

pengawasan dilapangan dilakukan oleh bagian pemeriksaan, penyidikan, sertifikasi

dan unit layanan pengaduan konsumen (PEMDIK SERLIK), untuk obat tradisional

dilakukan oleh bagian pemeriksaan obat tradisional.

I3-1

Kalau dalam konteks pemerintah ada kami dari BPOM, kami juga bekerjasama

dengan Dinkes pada saat pengawasan Pre-Market yaitu sebelum obat beredar di

pasaran, untuk Pre-Market sendiri BPOM yang mengawasi. Jadi sebelum obat

tersebut beredar dimasyarakat obat tersebut harus mendaftarkan terlebih dulu. Baik

produksi dalam negeri maupun luar negeri, yaitu seperti persyaratan adiministrasi,

persyaratan mutu dan lainnya. Kalau sudah beredar di masyarakat disebut Post-

market, baru kami yang di daerah Balai POM ini Secara khusus dari BPOM yang

melakukan pengawasan dilapangan yaitu bagian PEMDIK SERLIK, yang melakukan

pengawasan dan pembinaan yang bekerjasama dengan Dinkes mengenai pembinaan,

itu dalam lingkup pemerintah nah diluar pemerintah itu semuanya, semua lapisan

masyarakat distributor dan produsen juga ikut berkontribusi dalam melakukan

pengawasan. Apa saja peraturan dalam OT, apa saja yang tidak boleh beredar,

kami juga ada pengawasan dengan melakukan sampling. Kita ambil sampel OT lalu

masuk ke lab. Di lab tersebut ada parameternya, jadi dari hasil lab jika sesuai

produknya bisa dipasarkan kembali, kalau tidak sesuai bisa masuk dalam publik

warning.

I3-2

Kalau sesuai Tupoksi, yang melakukan pengawasan peredaran Obat Tradisional

(OT) yaitu BPOM. Secara khusus yang melakukan pengawasan bagian pemeriksaan,

penyidikan, sertifikasi dan layanan konsumen atau PEMDIK SERLIK, itu internal

dalam arti dari BPOM. Kalau dalam arti pemerintahan, ada juga dari kepolisian

dalam pemberantasan OT ilegal, cuma mereka juga membutuhkan bantuan dari

Badan POM Pusat, serta ada Dinas Kesehatan tentang kegiatan sosialisasi dan

penyuluhan sesuai cakupan wilayahnya. Untuk eksternal yang melakukan

pengawasan yaitu seluruh lapisan masyarakat, baik produsennya, distributornya

serta masyarakat itu sendiri.

Q2

Page 155: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Q

A

Sepertiapakah bentuk pengawasan yang dilakukan pihak internal tersebut?

I1

Dari balai POM itu ada dua macam, yaitu ada pre-market dan post-market, dalam

pre-market ada evaluasi keamanan, ada pemeriksaan sebelum diedarkan. Ada juga

pengawasan post-market pemeriksaan untuk mengetahui apakah kualitasnya sudah

sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebelum diedarkan.

I2

Pengawasan yang dilakukan yaitu Pre-Market dan Post-Market, dimana dalam Pre-

Market pengawasan dilakukan sebelum barang beredar dan dalam Post-Market

pengawasan dilakukan sesudah barang beredar. Dalam Pre-Market kita mengecek

kesesuaian kegiatan produksi dengan syarat produksi dan juga izin produksinya.

Kalau Post-market yaitu sarana dan prasarananya.

I3-1

Pengawasan Pre-market dan Post-Market, di Post-Market ada pengawasan

sampling. Kami juga pengawasannya tidak hanya mengarah di peredarannya namun

produsennya juga kami awasi.

I3-2

BPOM melakukan pengawasan pre dan post market yaitu sebelum dan sesudah

produk beredar dipasaran, dimana dalam pre-market, kami mengkroscek antara draft

yang diajukan oleh pelaku usaha yang ingin memproduksi produknya dengan

kenyataan dilapangan. Kemudian setelah itu ada pengawasan post market, dimana

kami juga memeriksa produk-produk yang beredar, apakah masih sesuai

komposisinya dengan awal pelaku membuat produknya.

Q3

Q

A

Berapakah jumlah pegawai yang ada pada bagian tersebut?

I1 Jumlah pegawai yang ada di pemdik serlik ada 18an.

I2 Pada bagian PEMDIK SERLIK pegawai yang ada sekitar 18 orang, untuk

pemeriksaan obat tradisional (OT) ada 3 orang.

I3-1 Sekitar ada 18 orang, ditambah honorer.

I3-2

Di BPOM Serang ini ada sekitar 50 orang. Di bagian pemdik serlik ada 24 orang,

tetapi yang rutin melakukan pemeriksaan dilapangan ada 15 orang itupun dibagi 5

komoditi, karena ada 2 CPNS yang baru masuk jadi masih proses penyesuaian dan 6

orang honorer hanya bekerja pada bagian administrasi dan 1 kepala seksi.

Q4

Q

A

Apakah jumlah pegawai yang ada sudah sesuai dalam melakukan pengawasan?

I1 Jumlah pegawai yang ada belum sesuai. Dilihat dari luasnya area dengan SDM yang

ada jelas belum sesuai.

I2

Belum cukup, karena dari 16 orang pengawas BPOM Serang, cakupannya 1 Provinsi

Banten bukan hanya Kota Serang saja yang kita awasi. Dengan luasnya wilayah

pengawasan, tidak sebanding dengan jumlah pegawai yang ada saat ini. Idealnya

menurut saya, jumlah pegawai pada bagian pemeriksaan dua kali lipat dari jumlah

yang ada, sekitar 36 orang.

Page 156: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

I3-1

Kalau dalam pengawasan belum, soalnya kita membawahi 1 Provinsi Banten dan

dalam 1 Provinsi itu kita tidak hanya mengawasi 1 komoditi saja. Namun ada 5

komoditi yang kita awasi, yaitu kosmetik, obat, obat tradisional, suplemen dan

pangan. Dari semua komoditi tersebut kalau di Banten ini lumayan banyak.

Industrinya banyak jumlah pengecernya juga banyak. Jadi dalam melakukan

pengawasan kami membuat skala prioritas dalam beberapa sarana yang ada nanti

dapat ditentukan prioritas yang mana yang harus didahulukan.

I3-2

Itu relatif, jika melihat pada konteks mikro saja itu cukup. Misal kami hanya meriksa

OT saja, itu cukup. Tapi kan gak mungkin, kami harus mengawasi semua komoditi

dan itu sangat jelas tidak cukup.

Q5

Q

A

Apakah terdapat kendala dalam pelaksanaan pengawasan?

I1 Kalau semua pelaksanaan pasti ada kendalanya. Tapi semua itu kami anggap

sebagai tantangan. Di sini sarana distribusinya ada banyak tetapi SDM nya terbatas.

Ini juga kami bekerjasama dengan Inspektur Badan POM Pusat.

I2

Kendala dari dalam yaitu dari sarana dan prasarananya yang terbatas. Untuk

prasarananya seperti jumlah SDM yang masih sedikit dan untuk sarananya seperti

kendaraan transportasi karena di Banten ini sebagian besar daratan, jadi dalam

melakukan pengawasan kami hanya membutuhkan alat transportasi darat, namun

saat ini ada sekitar 2 kendaraan yang bisa dipakai untuk melakukan pengawasan.

Kendala dari luarnya lebih ke stakeholdernya yaitu apa yang ada belum dapat

sepenuhnya kami tindak lanjuti.

I3-1

Ada banyak kendalanya, dari internal yaitu dari jumlah SDM nya yang sedikit,

kendaraannya kurang. Dari eksternalnya itu mengenai pemahaman masyarakat

terbatas juga dalam obat tradisional masih banyak masarakat yang mencari obat

tradisional yang memiliki efek langsung dan murah. Obat tradisional yang asli tidak

menyembuhkan penyakit namun hanya mencegah penyakit. Begitu juga penjualnya

untuk mereka yang penting barangnya cepat laku.

I3-2

Kalau dari internalnya yaitu dari jumlah SDM dan dari alat transportasi juga

kurang. Kalau dari eksternalnya minat masyarakat akan jamu cespleng itu masih

tinggi walaupun sosialisasi mengenai OT berbahan kimia obat (BKO) terus berjalan.

Q6

Q

A

Sepertiapakah bentuk pengawasan yang dilakukan pihak eksternal tersebut?

I1

Kalau dari produsen tentu mereka harus menjaga proses produksi barang yang

diproduksinya dan sesuai dengan tata cara CPOTB yang baik dalam

pelaksanaannya, dan untuk masyarakat melakukan pengaduan kepada kami jika

ditemukan produk yang dilarang edar.

I2

Kalau dari masyarakat sendiri yaitu dapat melakukan pengaduan jika ditemukan

obat tradisional (OT) yang dilarang edar namun ada atau beredar dipasaran. Dari

pelaku usahanya juga harus memberikan pengaduan, ditambah mereka juga harus

melakukan pengawasan sendiri pada sarana produksi yang mereka miliki.

I3-1

Dari produsen pengawasannya itu dalam memproduksi OT harus menetapkan

CPOTB karena kita tidak mungkin setiap hari meriksa pabrik mereka, jadi mereka

yang harus mengawasi hasil produknya sendiri, kalau dari masyarakat bisa

Page 157: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

melakukan pengadukan ke bagian ULPK jika ada temuan OT bermasalah atau

menambah wawasan mengenai OT bisa juga bertanya ke ULPK.

I3-2

Dari pihak produsen harus melihat tata cara pembuatan obat tradisional yang baik

(CPOTB) dan melakukan pengujian produk sebelum produk diedarkan. Kalau dari

masyarakatnya ya harus segera melaporkan kepada kami kalau menemukan OT

ilegal, namun dalam hal ini masyarakat hanya bersifat voluntery atau sukarela,

karena kami juga tidak bisa memaksa.

Q7

Q

A

Apakah pengawasan yang dilakukan pihak eksternal sudah cukup baik?

I1 sudah cukup baik menurut saya.

I2

Sudah, sudah cukup baik. Kami juga sudah bekerjasama dalam hal pengawasan

dengan Dinas Kesehatan, kepolisian dan Disperindag. Kalau dengan masyarakatnya

saya rasa sudah cukup terbuka dengan keberadaan Balai POM Serang. Jika mereka

ada keluhan mereka langsung menghubungi kami, sekarang lumayan juga

pertanyaan yang masuk mengenai izin produksi dan tentang produk-produk yang ada

dipasaran.

I3-1

Dari masyarakatnya sudah mulai terbuka. Dengan adanya BPOM ini masyarakat

sedikit demi sedikit mulai paham mana OT yang baik dan tidak baik. Kami juga terus

melakukan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) kepada masyarakat. Semoga

dengan adanya KIE tersebut masyarakat lebih aware lagi terhadap OT yang beredar.

I3-2 Sudah cukup baik.

Q8

Q

A

Apakah ada kerjasama dengan pihak eksternal terkait pengawasan peredaran obat

tradisional? Baik dari pemerintah atau LSM?

I1

Ya seperti yang saya sebutkan di awal tadi, kami bekerjasama dengan berbagai

instansi. Untuk sosialisasi kita bekerjasama dengan DinKes, untuk penegakan hukum

kita bekerjsama dengan Kepolisian, untuk pemeriksaan gabungan kita juga

bekerjasama dengan Disperindag.

I2

Dari pemerintah terutama dengan Dinas Kesehatan kita selalu melaporkan

pengawasan yang kita peroleh dari wilayah mereka agar bisa di tindak lanjuti. Dari

Dinas Perindustrian juga sering mengadakan persiapan untuk izin produk.

Kepolisian juga kita bekerjasama dalam hal menindak lanjuti temuan OT ilegal

dilapangan. Dari LSM kerjasamanya lebih dari informasi mengenai pelanggaran.

I3-1 Kerjasama terkait OT ya, kami lebih ke pengadilan, kalau pembinaannya lebih ke

Dinkes, kerjasama dengan LSM sepertinya belum ada kesepakatan.

I3-2 Kita ada kerjasama dengan Dinas Kesehatan, tapi tidak ada kerjasama secara formal

dalam konteks OT.

Q9

Q

A

Apakah kerjasama yang dilakukan sudah cukup baik dalam melakukan pengawasan?

I1 Ya selama ini masih baik koordinasinya yang kami jalankan dengan Dinas

Kesehatan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan kemudian dengan Dinas Sosial.

Cukup baik ya.

I2 Ya sudah cukup baik, kita rutin kok melakukan koordinasi terutama kepolisian dalam

hal penyidikan.

Page 158: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

I3-1

Dibilang cukup baik, ya memang cukup baik tetapi yang jelas terus ditumbuhkan.

Kita terus bersama-sama mensinkronkan program kerja yang ada. Untuk setiap

tahun saja kita sudah membuat program seperti operasi gabungan pemerintah yang

didalamnya terdapat kerjasama lintas sektoral dengan melibatkan beberapa instansi

pemerintahan.

I3-2 Sudah, sudah cukup baik.

Standar Operasional Prosedur Pengawasan

Q1

Q

A

Apakah BPOM memiliki rencana kerja dalam melakukan pengawasan?

I1

Jelas ada, karena kita memiliki keterbatasan SDM jadi kita punya SOP yang tidak

memungkinkan kita memeriksanya satu persatu, jika banyak temuan di masyarakat

terhadap obat tradisional ilegal hasil yang ada pada tahun lalu itulah poin-poin yang

kami dahulukan.

I2 Rencana kerja jelas ada, kita ada rencana kerja tahunan untuk pemeriksaan sarana

distribusi dan produksi. Untuk manajemen mutu disini sudah disertifikasi.

I3-1 Jelas ada, jadi kita setiap tahun, tiap awal tahun kita lakukan pemeriksaan terhadap

laporan-laporan yang ada, evaluasi kita monitoring untuk patokan di tahun

berikutnya.

I3-2

Kita ada rencana kerja tahunan, dari rencana kerja tahunan dibreakdown lagi

menjadi bulanan, dan dibreakdown lagi menjadi perminggu dimana didalamnya

udah ditentukan untuk setiap minggu berapa sarana yang diperiksa baik produksi

maupun distribusi.

Q2

Q

A

Apakah BPOM memiliki petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam melakukan

pengawasan?

I1 Ada, jelas ada. Kita ada SOP Badan POM dan sekarang kita menerapkan 3 ISO, ISO

9001-2008 tentang manajemen, ISO 1925-2005 untuk laboratorium sistem mutu

CPOB dan sebentar lagi akan disusul sistem mutu CPOTB.

I2 kita sesuai dengan SOP. SOP tersebut dikeluarkan oleh Badan POM Pusat yang

kemudian kita breakdown kembali.

I3-1

Ada, jadi kami itu dari pusat memiliki SOP untuk pemeriksaan. Dari Badan POM

SOP tersebut kami breakdown lagi disini, dan menjadi juklak dan juknis apa yang

harus kami lakukan. Istilahnya lakukan apa yang tertulis, dan tulis apa yang

dilakukan. Jadi kami juga menghindari perbedaan tindakan dan prosedur baik dari

perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan sampai pemeriksaan dan pembuatan

laporan tindak lanjut kami sudah ada prosedurnya.

I3-2

Ada, kita ada juklak dan juknis dalam melakukan pengawasan berdasarkan SOP

BPOM Pusat. Kita bentuknya namanya pola tindak lanjut, jadi nanti kita dilapangan

ada temuan atau ada apa, kapan dan nantinya statusnya akan dinaikan berupa

peringatan atau bisa juga ke aparat hukum.

Q3

Q

A

Apakah terdapat alat monitoring dalam mengukur kinerja pegawai dan program

pengawasan?

I1 Untuk pengawasan ada. Kami ada pengukuran kinerja.

Page 159: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

I2 Setiap pegawai memiliki alat penilaian. Setiap tahun diberi target untuk melakukan

pekerjaan sesuai dengan rencara strategi jangka panjang.

I3-1

Ada, macem-macem sih, sekarang yang sedang dicanangkan yaitu SKP (satuan

kinerja pegawai) dan itu lebih personil lagi, dimana setiap personil dari awal sudah

diberikan target-target apa saja yang harus dilakukan per orang, dan juga target

dalam satu tahun seperti apa pencapaiannya yang nantinya akan di evaluasi, selain

itu dari seluruh Balai akan ada laporan tahunan.

I3-2

Ada, kita namanya SKP. Satuan kinerja pegawai dan itu umum di instansi

pemerintah. Kalau pusat pasti pake, yang saya ketahui instansi yang vertikal pasti

pake. SKP itu sistem penilaian berbasis kinerja dalam 1 tahun dan nanti hasilnya

dilaporkan ke pusat. Jadi selama 1 tahun, setiap orang pengawas akan memiliki

target berapa jumlah sarana yang harus diperiksa, berapa jumlah komoditinya. Nah,

nanti disitu akan kita evaluasi juga untuk mengetahui siapa yang belum tercapai dan

siapa yang sudah. Ada reward dan punishmentnya juga. Rewardnya itu dalam

tunjangan kerja 100% punishmenya potongan tunjangan.

Q4

Q

A

Apakah ada tindakan korektif saat dalam pelaksanaan pengawasannya ditemukan

suatu pelanggaran?

I1

Jelas ada. Baik pelanggaran yang dilakukan oleh industri kami juga meminta

feedback dari industri tersebut. Kalau ada temuan pada sarana produksi, kami

melayangkan surat secara tertulis untuk melakukan corrective action yang kami

deadlinekan sekitar dua bulan.

I2

Ada, jika kita menemukan pelanggaran di sarana produksi atau distribusi, kita kasih

peringatan dahulu bahwa ini tidak boleh diperjual belikan, atau ini masih ada yang

kurang dalam kegiatan produksinya. Kalau masih membandel kami lanjut ketindakan

berikutnya bahkan sampai ke ranah hukum.

I3-1 kalau dari kami tindakan korektifnya pada saat dilapangan salah satunya peringatan

dan pengamanan.

I3-2

Kita seringkali beri surat peringatan jika ditemukan pelanggaran baik di sarana

produksi maupun distribusi, kalau untuk produksi kita beri peringatan dan point-

point yang harus dilakukan untuk perbaikan, kalau tidak ada perubahan kita tindak

ke ranah hukum. Kalau untuk distribusi kita kasih peringatan berupa pemberitahuan,

jika masih tidak ada perubahan kita dapat menyita atau melakukan pemusnahan di

tempat.

Sumber Daya Keuangan dan Peralatan

Q1

Q

A

Berasal darimana sumber daya keuangan yang dimiliki?

I1 Kita anggaran murni dari APBN.

I2 Untuk keuangan kita berasal dari APBN semua.

I3-1 Dari Pusat, dari Badan POM Pusat dan Menteri Keuangan.

I3-2 Kita keuangan dari APBN.

Q2

Q

A

Apakah sumber daya keuangan yang dimiliki sudah sesuai dalam melakukan

pengawasan?

I1 Sudah sesuai dengan jumlah SDM yang ada bukan dari jumlah OT yang diawasi.

Page 160: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

I2 Sudah sesuai, karena kita melakukan perencanaan untuk tahun berikutnya

berdasarkan rencana yang dibuat pada tahun sebelumnya.

I3-1 Kalau ditanya sudah sesuai, jelas sudah sesuai. Karena kita membuat laporan

keuangan yang sudah dirancang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan.

I3-2

Kalau bicara sumber daya keuangan, kita kan bikin perencanaan dari tahun ini kita

udah bikin perencanaan untuk tahun depan. Jadi keuangan bukan sesuai tetapi

menyesuaikan. Malah yang terjadi nanti setiap tahun pasti naik terus karena

menyesuaikan juga dengan target yang diperiksa.

Q3

Q

A

Apakah peralatan yang dimiliki sudah sesuai dalam melakukan pengawasan?

I1 Sudah sesuai dengan jumlah sampel dan SDM yang ada juga, kalau tentang ekspetasi

masyarakat terhadap produk yang kami awasi itu masih kurang.

I2 Untuk peralatan sudah mencukupi.

I3-1 Peralatan sudah sesuai, kami peralatan sudah standar.

I3-2

Untuk peralatan kita kurang di transportasi. Tahun ini sudah ada tambahan tapi

belum optimal untuk menunjang pengawasan. Yang butuh kendaraan kan bukan

bagian pengawas saja, semua bagian butuh, jadi pada saat ada kegiatan di waktu

yang bersamaan itu masih kurang.

Jadwal Pelaksanaan Pengawasan

Q1

Q

A

Apakah terdapat jadwal dalam melakukan pengawasan?

I1 pasti ada, sangat tidak rasional jika melakukan pengawasan tanpa adanya jadwal

pelaksanaanya. Ada kita ada jadwalnya dalam pengawasan.

I2

Iya, kita ada jadwal dari internal BPOM untuk pemeriksaan sarana produksi dan

distribusi. Dari luar juga ada jadwal pengawasan ke BPOM seperti BPK dan sistem

pengawasan Pemerintah. Jadi bukan hanya BPOM saja yang memeriksa, BPOM

juga diperiksa oleh Pemerintah.

I3-1

Jelas ada mengenai jadwal karena sudah masuk dalam perencanaan, jadwal itu lebih

teknis pertama kami lakukan perencanaan, dari perencanaan itu dikerucutkan lagi ke

jadwal pertahun, kemudian perbulan, perminggu dan perharinya.

I3-2

Dari SOP itu kita dapet jadwal pertahun pemeriksaan jumlah nya berapa,

dibreakdown lagi perbulan, kemudian perminggu sampe perhari kita dapet

jadwalnya. Jadi perhari berapa jumlah sarana yang harus diperiksa dan siapa saja

perusahaan atau tokonya, kita ada jadwalnya.

Q2

Q

A

Bagaimanakah cara penentuan jadwal yang dilakukan?

I1

Ada jadwal rutin, dan ada jadwal insidentil. Kalau jadwal rutin, jadwalnya sudah

sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Kalau jadwal insidentil itu sesuai

dengan temuan untuk industri OT dilapangan jika industri itu ilegal maka kami harus

segera melakukan pemeriksaan kesana tanpa dipengaruhi oleh jadwal atau

penetapan waktu.

Penentuan jadwal kami berdasarkan manajemen resiko ya, jadi kami memiliki

Page 161: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

I2 database jumlah perusahaan yang ada. Jadi yang resikonya lebih besar dalam

melakukan pelanggaran, itu yang kami prioritaskan.

I3-1

Pertama kami melihat personil yang ada berdasarkan kompetensi yang ada dan di

awal tahun kita sudah ada target. Dari target tersebut kemudian di breakdown untuk

pencapaian perbulan, terget perbulannya berapa kemudian di breakdown lagi

perwilayah berapa dan pelaku usahanya siapa saja.

I3-2 Dari hasi breakdown jadwal pertahun sampai jadi perhari.

Q3

Q

A

Apakah pengawasan yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan?

I1

Bisa dikatakan sesuai bisa juga tidak. Misal, ditemukan laporan dari BPOM

makassar terkait dengan temuan obat tradisional ilegal dari tangerang, maka kami

harus melaksanakan pemeriksaan ke sarana produksi tersebut sesegera mungkin.

Jadi waktu yang kita miliki fleksibel.

I2

Sesuai tidak sesuai sih, terkadang itu ya, kita kan pengawasan tidak berjalan sendiri,

ada koordinasi juga dengan Balai lain dan Badan Pusat. Kadang dari pusat

melakukan inspeksi kesini, otomatis jadwal yang sudah ditetapkan sedikit digeser.

I3-1

Sudah sesuai, namun kita sama persis dengan jadwal itu tidak mungkin kadang apa

yang sudah dijadwalkan terbentur dengan kegiatan lain yang sifatnya lebih krusial

sehingga harus menjadi prioritas utama. Jadi mengenai jadwal kita fleksibel aja.

I3-2

Selama ini susah kalau sesuai jadwal karena kita jadwalnya dinamis. Karena kita

masih 1 naungan dengan Pusat. Kadang kita sudah buat schedule sedemikian rupa

tapi kemudian Pusat ngasih informasi seminggu sebelumnya bahwa akan ada

kegiatan, otomatis kita ubah jadwal kita. Kita mengerjakan jadwal yang menjadi

prioritas utama dulu.

Q4

Q

A

Berapa lama rentang waktu antara pengawasan yang dilakukan sebelumnya dengan

pengawasan berikutnya pada satu sarana produksi atau distribusi yang diperiksa?

I1 Tergantung pada hasil temuan, jika urgent bisa setiap bulan. Namun jika tidak urgent

bisa satu atau dua tahun sekali.

I2 Idealnya untuk sarana sekitar 1 tahun sekali jika tidak ada kendala yang berarti.

I3-1 Untuk sarana itu biasanya 1 tahun sekali diperiksa jika tidak ditemukan pelanggaran.

Kalau ditemukan pelanggaran kita bisa rutin meriksanya.

I3-2 Kalau kita jadwalkan itu setidaknya 1 tahun sekali diperiksa.

Page 162: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Matriks Wawancara Lapangan Sebelum Reduksi Data

Identitas Informan

- Kode Informan : I 1

- Nama : Ahmad Kurnia

- Pekerjaan : PNS

- Usia : 40 Tahun

- Jenis kelamin : Laki-Laki

Pertanyaan Jawaban

Siapakah yang melakukan pengawasan

terhadap peredaran obat tradisional

baik dari pihak internal maupun

eksternal?

Kalau dari pihak Pemerintah ada

beberapa instansi yaitu, Balai POM

untuk di Daerah dan Badan POM di

Pusat yang ada di Jakarta. kalau di

Daerah itu biasanya Dinas Kesehatan

melaksanakan pengawasan yang

sifatnya sosialisasi. Secara khusus

bidang dalam pengawasan ada dua

bidang. Yaitu, seksi pemdik serlik

yang mengawas dilapangan dan ada

bagian laboratoriumnya seksi

pengujian. Sedangkan yang sifatnya

pidana, Polri yang bertugas

mengamankan. Kalau dari luar

Pemerintah itu dari produsen,

distributor dan masyarakat.

Sepertiapakah bentuk pengawasan

yang dilakukan pihak internal

tersebut?

Dari balai POM itu ada dua macam ya,

yaitu ada pre-market dan post-market,

kalau pre-market kan ada evaluasi

keamanan, ada pemeriksaan sebelum

diedarkan. Ada juga pengawasan post-

market pemeriksaan untuk mengetahui

apakah kualitasnya sudah sesuai

dengan apa yang telah ditetapkan

sebelum diedarkan.

Berapakah jumlah pegawai yang ada

pada bagian tersebut?

Jumlah pegawai yang ada di pemdik

serlik ada 18an, ya sekitar 20 orang

lah.

Apakah jumlah pegawai yang ada

sudah sesuai dalam melakukan

pengawasan?

Jumlah pegawai yang ada belum

sesuai. Dilihat dari luasnya area

dengan SDM yang ada jelas belum

Page 163: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

sesuai.

Apakah terdapat kendala dalam

pelaksanaan pengawasan?

Kalau semua pelaksanaan pasti ada

kendalanya. Tapi ya semua itu kami

anggap sebagai tantangan. Di sini

sarana distribusinya ada banyak tetapi

SDM nya terbatas. Ini juga kami

bekerjasama dengan Inspektur Badan

POM Pusat.

Sepertiapakah bentuk pengawasan

yang dilakukan pihak eksternal

tersebut?

Pengawasan dari pihak eksternal ya,

kalau dari produsen tentu mereka

harus menjaga proses produksi barang

yang diproduksinya dan sesuai dengan

tata cara CPOTB yang baik dalam

pelaksanaannya, dan untuk masyarakat

melakukan pengaduan kepada kami

jika ditemukan produk yang dilarang

edar.

Apakah pengawasan yang dilakukan

pihak eksternal sudah cukup baik?

sudah cukup baik ya.

Apakah ada kerjasama dengan pihak

eksternal terkait pengawasan peredaran

obat tradisional? Baik dari pemerintah

atau LSM?

Ya seperti yang saya sebutkan di awal

tadi, kami bekerjasama dengan

berbagai instansi. Untuk sosialisasi

kita bekerjasama dengan DinKes,

untuk penegakan hukum kita

bekerjsama dengan Kepolisian, untuk

pemeriksaan gabungan kita juga

bekerjasama dengan Disperindag.

Apakah kerjasama yang dilakukan

sudah cukup baik dalam melakukan

pengawasan?

Ya selama ini masih baik

koordinasinya yang kami jalankan

dengan Dinas Kesehatan, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan

kemudian dengan Dinas Sosial. Cukup

baik ya.

Apakah BPOM memiliki rencana kerja

dalam melakukan pengawasan?

Jelas ada, karena kita memiliki

keterbatasan SDM jadi kita punya SOP

yang tidak memungkinkan kita

memeriksanya satu persatu, jika

banyak temuan di masyarakat terhadap

obat tradisional ilegal hasil yang ada

pada tahun lalu itulah poin-poin yang

kami dahulukan.

Apakah BPOM memiliki petunjuk Ada, jelas ada. Kita ada SOP Badan

Page 164: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam

melakukan pengawasan?

POM dan sekarang kita menerapkan 3

ISO, ISO 9001-2008 tentang

manajemen, ISO 1925-2005 untuk

laboratorium sistem mutu CPOB dan

sebentar lagi akan disusul sistem mutu

CPOTB.

Apakah terdapat alat monitoring dalam

mengukur kinerja pegawai dan

program pengawasan?

Untuk pengawasan ada. Kami ada

pengukuran kinerja.

Apakah ada tindakan korektif saat

dalam pelaksanaan pengawasannya

ditemukan suatu pelanggaran?

Oh jelas ada. Baik pelanggaran yang

dilakukan oleh industri kami juga

meminta feedback dari industri

tersebut. Kalau ada temuan pada

sarana produksi, kami melayangkan

surat secara tertulis untuk melakukan

corrective action yang kami deadline

kan sekitar dua bulan.

Berasal darimana sumber daya

keuangan yang dimiliki?

Kita anggaran murni dari APBN.

Apakah sumber daya keuangan yang

dimiliki sudah sesuai dalam

melakukan pengawasan?

Sudah sesuai dengan jumlah SDM

yang ada bukan dari jumlah OT yang

diawasi.

Apakah peralatan yang dimiliki sudah

sesuai dalam melakukan pengawasan?

Sudah sesuai dengan jumlah sampel

dan SDM yang ada juga, kalau tentang

ekspetasi masyarakat terhadap produk

yang kami awasi itu masih kurang.

Apakah terdapat jadwal dalam

melakukan pengawasan?

pasti ada, sangat konyol jika

melakukan pengawasan tanpa adanya

jadwal pelaksanaanya.

Bagaimanakah cara penentuan jadwal

yang dilakukan?

Ada jadwal rutin, dan ada jadwal

insidentil. Kalau jadwal rutin,

jadwalnya sudah sesuai dengan jadwal

yang sudah ditetapkan. Kalau jadwal

insidentil itu sesuai dengan temuan

untuk industri OT dilapangan jika

industri itu ilegal maka kami harus

segera melakukan pemeriksaan kesana

tanpa dipengaruhi oleh jadwal atau

penetapan waktu.

Apakah pengawasan yang dilakukan

sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan?

Bisa dikatakan sesuai bisa juga tidak.

Misal, ditemukan laporan dari BPOM

makassar terkait dengan temuan obat

Page 165: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

tradisional ilegal dari tangerang, maka

kami harus melaksanakan pemeriksaan

ke sarana produksi tersebut sesegera

mungkin. Jadi waktu yang kita miliki

fleksibel.

Berapa lama rentang waktu antara

pengawasan yang dilakukan

sebelumnya dengan pengawasan

berikutnya pada satu sarana produksi

atau distribusi yang diperiksa?

Tergantung pada hasil temuan, jika

urgent bisa setiap bulan. Namun jika

tidak urgent bisa satu atau dua tahun

sekali.

Page 166: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Matriks Wawancara Lapangan Sebelum Reduksi Data

Identitas Informan

- Kode Informan : I 2

- Nama : Puguh Wijanarko. S Farm, Apt.

- Pekerjaan : PNS

- Usia : 34 Tahun

- Jenis kelamin : Laki-Laki

Pertanyaan Jawaban

Siapakah yang melakukan pengawasan

terhadap peredaran obat tradisional

baik dari pihak internal maupun

eksternal?

Ada 3 lapis pengawasan sesuai dengan

SisPOM yang kita miliki, yaitu

pemerintah melalui BPOM sebagai

pihak internalnya, dan dari produsen

maupun distributor dan juga dari

masyarakat sebagai pihak eksternal

pengawasan. Secara khusus

pengawasan dilapangan dilakukan

oleh bagian pemeriksaan, penyidikan,

sertifikasi dan unit layanan pengaduan

konsumen (PEMDIK SERLIK), untuk

obat tradisional dilakukan oleh bagian

pemeriksaan obat tradisional.

Sepertiapakah bentuk pengawasan

yang dilakukan pihak internal

tersebut?

Pengawasan yang dilakukan yaitu Pre-

Market dan Post-Market, dimana

dalam Pre-Market pengawasan

dilakukan sebelum barang beredar dan

dalam Post-Market pengawasan

dilakukan sesudah barang beredar.

Dalam Pre-Market kita mengecek

kesesuaian kegiatan produksi dengan

syarat produksi dan juga izin

produksinya. Kalau Post-market yaitu

sarana dan prasarananya.

Berapakah jumlah pegawai yang ada

pada bagian tersebut?

Pada bagian PEMDIK SERLIK

pegawai yang ada sekitar 16 orang,

untuk pemeriksaan obat tradisional

(OT) ada 3 orang.

Apakah jumlah pegawai yang ada

sudah sesuai dalam melakukan

pengawasan?

Belum cukup ya, karena dari 16 orang

pengawas BPOM Serang, cakupannya

1 Provinsi Banten bukan hanya Kota

Page 167: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Serang saja yang kita awasi. Dengan

luasnya wilayah pengawasan, tidak

sebanding dengan jumlah pegawai

yang ada saat ini. Idealnya menurut

saya, jumlah pegawai pada bagian

pemeriksaan dua kali lipat dari jumlah

yang ada, sekitar 36 orang.

Apakah terdapat kendala dalam

pelaksanaan pengawasan?

kendala dari dalam yaitu dari sarana

dan prasarananya yang terbatas. Untuk

prasarananya seperti jumlah SDM

yang masih sedikit dan untuk

sarananya seperti kendaraan

transportasi karena di Banten ini

sebagian besar daratan, jadi dalam

melakukan pengawasan kami hanya

membutuhkan alat transportasi darat,

namun saat ini ada sekitar 2 kendaraan

yang bisa dipakai untuk melakukan

pengawasan. Kendala dari luarnya

lebih ke stakeholdernya yaitu apa yang

ada belum dapat sepenuhnya kami

tindak lanjuti.

Sepertiapakah bentuk pengawasan

yang dilakukan pihak eksternal

tersebut?

Kalau dari masyarakat sendiri yaitu

dapat melakukan pengaduan jika

ditemukan boa tradisional (OT) yang

dilarang edar namun ada atau beredar

dipasaran. Kalau dari pelaku usaha

juga sama harus memberikan

pengaduan, ditambah mereka juga

harus melakukan pengawasan sendiri

pada sarana produksi yang mereka

miliki.

Apakah pengawasan yang dilakukan

pihak eksternal sudah cukup baik?

Sudah, sudah cukup baik. Kami juga

sudah bekerjasama dalam hal

pengawasan dengan Dinas Kesehatan,

kepolisian dan Disperindag. Kalau

dengan masyarakatnya saya rasa sudah

cukup terbuka dengan keberadaan

Balai POM Serang. Jika mereka ada

keluhan mereka langsung

menghubungi kami, sekarang lumayan

juga pertanyaan yang masuk mengenai

Page 168: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

izin produksi dan tentang produk-

produk yang ada dipasaran

Apakah ada kerjasama dengan pihak

eksternal terkait pengawasan peredaran

obat tradisional? Baik dari pemerintah

atau LSM?

Dari pemerintah terutama dengan

Dinas Kesehatan kita selalu

melaporkan pengawasan yang kita

peroleh dari wilayah mereka agar bisa

di tindak lanjuti. Dari Dinas

Perindustrian juga sering mengadakan

persiapan untuk izin produk.

Kepolisian juga kita bekerjasama

dalam hal menindak lanjuti temuan

OT ilegal dilapangan. Dari LSM

kerjasamanya lebih dari informasi

mengenai pelanggaran.

Apakah kerjasama yang dilakukan

sudah cukup baik dalam melakukan

pengawasan?

Ya sudah cukup baik, kita rutin kok

melakukan koordinasi terutama

kepolisian dalam hal penyidikan.

Apakah BPOM memiliki rencana kerja

dalam melakukan pengawasan?

Rencana kerja jelas ada, kita ada

rencana kerja tahunan untuk

pemeriksaan sarana distribusi dan

produksi. Untuk manajemen mutu

disini sudah disertifikasi.

Apakah BPOM memiliki petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam

melakukan pengawasan?

Ya kita sesuai dengan SOP. SOP

tersebut dikeluarkan oleh Badan POM

Pusat yang kemudian kita breakdown

kembali.

Apakah terdapat alat monitoring dalam

mengukur kinerja pegawai dan

program pengawasan?

Setiap pegawai memiliki alat

penilaian. Setiap tahun diberi target

untuk melakukan pekerjaan sesuai

dengan rencara strategi jangka

panjang.

Apakah ada tindakan korektif saat

dalam pelaksanaan pengawasannya

ditemukan suatu pelanggaran?

Ada, jika kita menemukan pelanggaran

di sarana produksi atau distribusi, kita

kasih peringatan dahulu bahwa ini

tidak boleh di perjual belikan, atau ini

masih ada yang kurang dalam kegiatan

produksinya. Kalau masih membandel

kami lanjut ketindakan berikutnya

bahkan sampai ke ranah hukum.

Berasal darimana sumber daya

keuangan yang dimiliki?

Untuk keuangan kita berasal dari

APBN semua.

Page 169: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Apakah sumber daya keuangan yang

dimiliki sudah sesuai dalam

melakukan pengawasan?

Sudah sesuai, karena kita melakukan

perencanaan untuk tahun berikutnya

berdasarkan rencana yang dibuat pada

tahun sebelumnya.

Apakah peralatan yang dimiliki sudah

sesuai dalam melakukan pengawasan?

Untuk peralatan sudah mencukupi.

Apakah terdapat jadwal dalam

melakukan pengawasan?

Iya, kita ada jadwal dari internal

BPOM untuk pemeriksaan sarana

produksi dan distribusi. Dari luar juga

ada jadwal pengawasan ke BPOM

seperti BPK dan sistem pengawasan

Pemerintah. Jadi bukan hanya BPOM

saja yang memeriksa, BPOM juga

diperiksa oleh Pemerintah.

Bagaimanakah cara penentuan jadwal

yang dilakukan?

Penentuan jadwal kami berdasarkan

manajemen resiko ya, jadi kami

memiliki database jumlah perusahaan

yang ada. Jadi yang resikonya lebih

besar dalam melakukan pelanggaran,

itu yang kami prioritaskan.

Apakah pengawasan yang dilakukan

sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan?

Sesuai tidak sesuai sih, terkadang itu

ya, kita kan pengawasan tidak berjalan

sendiri, ada koordinasi juga dengan

Balai lain dan Badan Pusat. Kadang

dari pusat melakukan inspeksi kesini,

otomatis jadwal yang sudah ditetapkan

sedikit digeser.

Berapa lama rentang waktu antara

pengawasan yang dilakukan

sebelumnya dengan pengawasan

berikutnya pada satu sarana produksi

atau distribusi yang diperiksa?

Idealnya untuk sarana sekitar 1 tahun

sekali jika tidak ada kendala yang

berarti.

Page 170: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Matriks Wawancara Lapangan Sebelum Reduksi Data

Identitas Informan

- Kode Informan : I 3-1

- Nama : Clara Diana Setyawati S. Farm, Apt.

- Pekerjaan : PNS

- Usia : 38 Tahun

- Jenis kelamin : Perempuan

Pertanyaan Jawaban

Siapakah yang melakukan pengawasan

terhadap peredaran obat tradisional

baik dari pihak internal maupun

eksternal?

Kalau dalam konteks pemerintah ada

kami dari BPOM, kami juga

bekerjasama dengan Dinkes pada saat

pengawasan Pre-Market yaitu sebelum

obat beredar di pasaran, untuk Pre-

Market sendiri BPOM yang

mengawasi. Jadi sebelum obat tersebut

beredar dimasyarakat obat tersebut

harus mendaftarkan terlebih dulu. Baik

produksi dalam negeri maupun luar

negeri, yaitu seperti persyaratan

adiministrasi, persyaratan mutu dan

lainnya. Nah kalau sudah beredar di

masyarakat itu namanya Post-market,

baru kami yang di daerah Balai POM

ini Secara khusus dari BPOM yang

melakukan pengawasan dilapangan

yaitu bagian PEMDIK SERLIK, yang

melakukan pengawasan dan

pembinaan yang bekerjasama dengan

Dinkes mengenai pembinaan, itu

dalam lingkup pemerintah nah diluar

pemerintah itu semuanya, semua

lapisan masyarakat distributor dan

produsen juga ikut berkontribusi

dalam melakukan pengawasan. Apa

aja sih peraturan dalam OT, apa aja sih

yang ga boleh beredar, kami juga ada

pengawasan dengan melakukan

sampling. Kita ambil sampel OT lalu

masuk ke lab. Di lab tersebut ada

Page 171: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

parameternya, jadi dari hasil lab jika

sesuai produknya bisa di pasarkan lagi,

kalau tidak sesuai bisa masuk dalam

publik warning.

Sepertiapakah bentuk pengawasan

yang dilakukan pihak internal

tersebut?

Ya itu seperti yang saya katakan

sebelumnya, ada pengawasan Pre-

market dan Post-Market, di Post-

Market ada pengawasan sampling.

Kami juga pengawasannya tidak hanya

mengarah di peredarannya namun

produsennya juga kami awasi.

Berapakah jumlah pegawai yang ada

pada bagian tersebut?

Sekitar ada 18 orang ya, ditambah

honorer.

Apakah jumlah pegawai yang ada

sudah sesuai dalam melakukan

pengawasan?

Kalau dalam pengawasan belum ya,

soalnya kita membawahi 1 Provinsi

Banten dan dalam 1 Provinsi itu kita

tidak hanya mengawasi 1 komoditi

saja. Namun ada 5 komoditi yang kita

awasi, yaitu kosmetik, obat, obat

tradisional, suplemen dan pangan. Dari

semua komoditi tersebut kalau di

Banten ini lumayan banyak.

Industrinya banyak jumlah

pengecernya juga banyak. Jadi dalam

melakukan pengawasan kami

membuat skala prioritas dalam

beberapa sarana yang ada nanti dapat

ditentukan prioritas yang mana yang

harus didahulukan.

Apakah terdapat kendala dalam

pelaksanaan pengawasan?

Kendalanya banyak sih, dari internal

ya dari jumlah SDM nya yang sedikit,

kendaraannya kurang. Dari

eksternalnya itu mengenai pemahaman

masyarakat terbatas juga dalam OT

cari obatnya yang cespleng aja, udah

gitu murah, padahal OT yang asli tidak

menyembuhkan penyakit namun

hanya mencegah penyakit. Begitu juga

penjualnya buat mereka yang penting

barangnya laku.

Sepertiapakah bentuk pengawasan

yang dilakukan pihak eksternal

Dari produsen pengawasannya itu

dalam memproduksi OT harus

Page 172: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

tersebut? menetapkan CPOTB karena kita tidak

mungkin setiap hari meriksa pabrik

mereka, jadi mereka yang harus

mengawasi hasil produknya sendiri,

kalau dari masyarakat bisa melakukan

pengadukan ke bagian ULPK jika ada

temuan OT bermasalah atau

menambah wawasan mengenai OT

bisa juga bertanya ke ULPK.

Apakah pengawasan yang dilakukan

pihak eksternal sudah cukup baik?

Dari masyarakatnya sudah mulai

terbuka. Dengan adanya BPOM ini

masyarakat sedikit demi sedikit mulai

paham mana OT yang baik dan tidak

baik. Kami juga terus melakukan KIE

(komunikasi, informasi, dan edukasi)

kepada masyarakat. Semoga dengan

adanya KIE tersebut masyarakat lebih

aware lagi terhadap OT yang beredar.

Apakah ada kerjasama dengan pihak

eksternal terkait pengawasan peredaran

obat tradisional? Baik dari pemerintah

atau LSM?

Kalau mengenai obat tradisional kami

bekerjasama dengan dinas kesehatan

untuk sosialisasi dan penyuluhan, tapi

kami juga bekerjasama dengan

kepolisian jika terdapat perkara hukum

mengenai OT. Kalau dengan LSM

sejauh ini belum ada.

Apakah kerjasama yang dilakukan

sudah cukup baik dalam melakukan

pengawasan?

Dibilang cukup baik, ya memang

cukup baik tetapi yang jelas terus

ditumbuhkan. Kita terus bersama-sama

mensinkronkan program kerja yang

ada. Untuk setiap tahun saja kita sudah

membuat program seperti operasi

gabungan pemerintah yang

didalamnya terdapat kerjasama lintas

sektoral dengan melibatkan beberapa

instansi pemerintahan.

Apakah BPOM memiliki rencana kerja

dalam melakukan pengawasan?

Jelas ada, jadi kita setiap tahun, tiap

awal tahun kita lakukan pemeriksaan

terhadap laporan-laporan yang ada,

evaluasi kita monitoring untuk patokan

di tahun berikutnya.

Apakah BPOM memiliki petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam

Ada, jadi kami itu dari pusat memiliki

SOP untuk pemeriksaan. Dari Badan

Page 173: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

melakukan pengawasan? POM SOP tersebut kami breakdown

lagi disini, dan menjadi juklak dan

juknis apa yang harus kami lakukan.

Istilahnya lakukan apa yang tertulis,

dan tulis apa yang dilakukan. Jadi

kami juga menghindari perbedaan

tindakan dan prosedur baik dari

perencanaan, persiapan, dan

pelaksanaan sampai pemeriksaan dan

pembuatan laporan tindak lanjut kami

sudah ada prosedurnya.

Apakah terdapat alat monitoring dalam

mengukur kinerja pegawai dan

program pengawasan?

Ada, macem-macem sih, sekarang

yang sedang dicanangkan yaitu SKP

(satuan kinerja pegawai) dan itu lebih

personil lagi, dimana setiap personil

dari awal sudah diberikan target-target

apa saja yang harus dilakukan per

orang, dan juga target dalam satu

tahun seperti apa pencapaiannya yang

nantinya akan di evaluasi, selain itu

dari seluruh Balai akan ada laporan

tahunan.

Apakah ada tindakan korektif saat

dalam pelaksanaan pengawasannya

ditemukan suatu pelanggaran?

kalau dari kami tindakan korektifnya

pada saat dilapangan salah satunya

peringatan dan pengamanan.

Berasal darimana sumber daya

keuangan yang dimiliki?

Dari Pusat, dari Badan POM Pusat dan

Menteri Keuangan.

Apakah sumber daya keuangan yang

dimiliki sudah sesuai dalam

melakukan pengawasan?

Kalau ditanya sudah sesuai, ya sudah

sesuai. Karena kita membuat laporan

keuangan yang sudah dirancang sesuai

dengan kegiatan yang akan dilakukan.

Apakah peralatan yang dimiliki sudah

sesuai dalam melakukan pengawasan?

Peralatan sudah sesuai, kami peralatan

sudah standar.

Apakah terdapat jadwal dalam

melakukan pengawasan?

Jelas ada mengenai jadwal karena

sudah masuk dalam perencanaan,

jadwal itu lebih teknis pertama kami

lakukan perencanaan, dari

perencanaan itu dikerucutkan lagi ke

jadwal pertahun, kemudian perbulan,

perminggu dan perharinya.

Bagaimanakah cara penentuan jadwal Pertama kami melihat personil yang

Page 174: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

yang dilakukan? ada berdasarkan kompetensi yang ada

dan di awal tahun kita sudah ada

target. Dari target tersebut kemudian

di breakdown untuk pencapaian

perbulan, terget perbulannya berapa

kemudian di breakdown lagi

perwilayah berapa dan pelaku

usahanya siapa saja.

Apakah pengawasan yang dilakukan

sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan?

Sudah sesuai, namun kita sama persis

dengan jadwal itu tidak mungkin

kadang apa yang sudah dijadwalkan

terbentur dengan kegiatan lain yang

sifatnya lebih krusial sehingga harus

menjadi prioritas utama. Jadi

mengenai jadwal kita fleksibel aja.

Berapa lama rentang waktu antara

pengawasan yang dilakukan

sebelumnya dengan pengawasan

berikutnya pada satu sarana produksi

atau distribusi yang diperiksa?

Untuk sarana itu biasanya 1 tahun

sekali diperiksa jika tidak ditemukan

pelanggaran. Kalau ditemukan

pelanggaran kita bisa rutin

meriksanya.

Page 175: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Matriks Wawancara Lapangan Sebelum Reduksi Data

Identitas Informan

- Kode Informan : I 3-2

- Nama : M.Sony Mughofir S. SI.

- Pekerjaan : PNS

- Usia : 34 Tahun

- Jenis kelamin : Laki-Laki

Pertanyaan Jawaban

Siapakah yang melakukan pengawasan

terhadap peredaran obat tradisional

baik dari pihak internal maupun

eksternal?

Kalau sesuai Tupoksi, yang

melakukan pengawasan peredaran

Obat Tradisional (OT) yaitu BPOM.

Secara khusus yang melakukan

pengawasan bagian pemeriksaan,

penyidikan, sertifikasi dan layanan

konsumen atau PEMDIK SERLIK, itu

internal dalam arti dari BPOM. Kalau

dalam arti pemerintahan, ada juga dari

kepolisian dalam pemberantasan OT

ilegal, cuma mereka juga

membutuhkan bantuan dari Badan

POM Pusat, serta ada Dinas Kesehatan

tentang kegiatan sosialisasi dan

penyuluhan sesuai cakupan

wilayahnya. Untuk eksternal yang

melakukan pengawasan yaitu seluruh

lapisan masyarakat, baik produsennya,

distributornya serta masyarakat itu

sendiri.

Sepertiapakah bentuk pengawasan

yang dilakukan pihak internal

tersebut?

Kalau dari BPOM melakukan

pengawasan pre dan post market yaitu

sebelum dan sesudah produk beredar

dipasaran, dimana dalam pre market,

kami mengkroscek antara draft yang

diajukan oleh pelaku usaha yang ingin

memproduksi produknya dengan

kenyataan dilapangan. Kemudian

setelah itu ada pengawasan post

market, dimana kami juga memeriksa

produk-produk yang beredar, apakah

Page 176: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

masih sesuai komposisinya dengan

awal pelaku membuat produknya.

Berapakah jumlah pegawai yang ada

pada bagian tersebut?

Di BPOM Serang ini ada sekitar 50

orang. Di bagian pemdik serlik ada 24

orang, tetapi yang rutin melakukan

pemeriksaan dilapangan ada 15 orang

itupun dibagi 5 komoditi, karena ada 2

CPNS yang baru masuk jadi masih

proses penyesuaian dan 6 orang

honorer hanya bekerja pada bagian

administrasi dan 1 kepala seksi.

Apakah jumlah pegawai yang ada

sudah sesuai dalam melakukan

pengawasan?

Itu relatif, jika melihat pada konteks

mikro saja itu cukup. Misal kami

hanya meriksa OT saja, itu cukup.

Tapi kan gak mungkin, kami harus

mengawasi semua komoditi dan itu

sangat jelas tidak cukup.

Apakah terdapat kendala dalam

pelaksanaan pengawasan?

Itu relatif, jika melihat pada konteks

mikro saja itu cukup. Misal kami

hanya meriksa OT saja, itu cukup.

Tapi kan gak mungkin, kami harus

mengawasi semua komoditi dan itu

sangat jelas tidak cukup.

Sepertiapakah bentuk pengawasan

yang dilakukan pihak eksternal

tersebut?

Dari pihak produsen harus melihat tata

cara pembuatan obat tradisional yang

baik (CPOTB) dan melakukan

pengujian produk sebelum produk

diedarkan. Kalau dari masyarakatnya

ya harus segera melaporkan kepada

kami kalau menemukan OT ilegal,

namun dalam hal ini masyarakat hanya

bersifat voluntery atau sukarela,

karena kami juga tidak bisa memaksa.

Apakah pengawasan yang dilakukan

pihak eksternal sudah cukup baik?

Cukup baik.

Apakah ada kerjasama dengan pihak

eksternal terkait pengawasan peredaran

obat tradisional? Baik dari pemerintah

atau LSM?

Kita ada kerjasama dengan Dinas

Kesehatan, tapi tidak ada kerjasama

secara formal dalam konteks OT.

Apakah kerjasama yang dilakukan

sudah cukup baik dalam melakukan

pengawasan?

Sudah, sudah cukup baik.

Page 177: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Apakah BPOM memiliki rencana kerja

dalam melakukan pengawasan?

Kita ada rencana kerja tahunan, dari

rencana kerja tahunan dibreakdown

lagi menjadi bulanan, dan

dibreakdown lagi menjadi perminggu

dimana didalamnya udah ditentukan

untuk setiap minggu berapa sarana

yang diperiksa baik produksi maupun

distribusi.

Apakah BPOM memiliki petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam

melakukan pengawasan?

Ada, kita ada juklak dan juknis dalam

melakukan pengawasan berdasarkan

SOP BPOM Pusat. Kita bentuknya

namanya pola tindak lanjut, jadi nanti

kita dilapangan ada temuan atau ada

apa, kapan dan nantinya statusnya

akan dinaikan berupa peringatan atau

bisa juga ke aparat hukum.

Apakah terdapat alat monitoring dalam

mengukur kinerja pegawai dan

program pengawasan?

Ada, kita namanya SKP. Satuan

kinerja pegawai dan itu umum di

instansi pemerintah. Kalau pusat pasti

pake, yang saya ketahui instansi yang

vertikal pasti pake. SKP itu sistem

penilaian berbasis kinerja dalam 1

tahun dan nanti hasilnya dilaporkan ke

pusat. Jadi selama 1 tahun, setiap

orang pengawas akan memiliki target

berapa jumlah sarana yang harus

diperiksa, berapa jumlah komoditinya.

Nah, nanti disitu akan kita evaluasi

juga untuk mengetahui siapa yang

belum tercapai dan siapa yang sudah.

Ada reward dan punishmentnya juga.

Rewardnya itu dalam tunjangan kerja

100% punishmenya potongan

tunjangan.

Apakah ada tindakan korektif saat

dalam pelaksanaan pengawasannya

ditemukan suatu pelanggaran?

Kita seringkali kasih surat peringatan

jika ditemukan pelanggaran baik di

sarana produksi maupun distribusi,

kalau untuk produksi kita kasih

peringatan dan point-point yang harus

dilakukan untuk perbaikan, kalo masih

membadel kita tindak ke ranah hukum.

Kalau untuk distribusi kita kasih

Page 178: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

peringatan berupa pemberitahuan, jika

masih membandel kita bisa sita atau

pemusnahan di tempat.

Berasal darimana sumber daya

keuangan yang dimiliki?

Kita keuangan dari APBN.

Apakah sumber daya keuangan yang

dimiliki sudah sesuai dalam

melakukan pengawasan?

Kalau bicara sumber daya keuangan,

kita kan bikin perencanaan dari tahun

ini kita udah bikin perencanaan untuk

tahun depan. Jadi keuangan bukan

sesuai tetapi menyesuaikan. Malah

yang terjadi nanti setiap tahun pasti

naik terus karena menyesuaikan juga

dengan target yang diperiksa.

Apakah peralatan yang dimiliki sudah

sesuai dalam melakukan pengawasan?

Kalau peralatan kita kurang di

transportasi. Tahun ini sudah ada

tambahan tapi belum optimal untuk

menunjang pengawasan. Yang butuh

kendaraan kan bukan bagian pengawas

saja, semua bagian butuh, jadi pada

saat ada kegiatan di waktu yang

bersamaan itu masih kurang

Apakah terdapat jadwal dalam

melakukan pengawasan?

Dari SOP itu kita dapet jadwal

pertahun pemeriksaan jumlah nya

berapa, dibreakdown lagi perbulan,

kemudian perminggu sampe perhari

kita dapet jadwalnya. Jadi perhari

berapa jumlah sarana yang harus

diperiksa dan siapa saja perusahaan

atau tokonya, kita ada jadwalnya.

Bagaimanakah cara penentuan jadwal

yang dilakukan?

Ya itu tadi, dari hasi breakdown

jadwal pertahun sampai jadi perhari.

Apakah pengawasan yang dilakukan

sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan?

Selama ini susah kalau sesuai jadwal

karena kita jadwalnya dinamis. Karena

kita masih 1 naungan dengan Pusat.

Kadang kita sudah buat schedule

sedemikian rupa tapi kemudian Pusat

ngasih informasi seminggu

sebelumnya bahwa akan ada kegiatan,

otomatis kita ubah jadwal kita. Kita

mengerjakan jadwal yang menjadi

prioritas utama dulu.

Page 179: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Berapa lama rentang waktu antara

pengawasan yang dilakukan

sebelumnya dengan pengawasan

berikutnya pada satu sarana produksi

atau distribusi yang diperiksa?

Kalau kita jadwalkan itu setidaknya 1

tahun sekali diperiksa.

Page 180: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Matriks Wawancara Lapangan Sebelum Reduksi Data

Identitas Informan

- Kode Informan : I 4

- Nama : H. Tata S.K.M. M.Kes

- Pekerjaan : PNS

- Usia :

- Jenis kelamin : Laki-Laki

Pertanyaan Jawaban

Seperti apakah peran Dinas Kesehatan

Kota Serang dalam pengawasan obat

tradisional di Kota Serang?

Kami melakukan pengawasan batra

(obat tradisional) sesuai dengan

tupoksi Dinas Kesehatan Kota Serang

yang diatur dalam perda no. 9 tahun

2008. yaitu dengan melakukan

penyuluhan ke sarana distribusi batra

dan ke sarana pengobatan tradisional.

Untuk penyitaan diluar tanggung

jawab kami, kalau itu ada di BPOM.

Intinya kami hanya melakukan

sosialisasi kepada distribusi batra

melalui UPT yang ada di puskesmas

dan kader-kader yang ada di setiap

wilayah. Sasaran sosialisasi kami itu

penjual jamu gendong, industri kecil

obat tradisional (IKOT), usaha kecil

obat tradisional (UKOT). dan depot

jamu. Untuk Kota Serang sendiri

berdasarkan data yang kami miliki

tidak terdapat IKOT maupun UKOT,

yang ada hanya jamu gendong dan

depot-depot jamu.

Apakah ada kerjasama antara Dinas

Kesehatan Kota Serang dengan BPOM

Provinsi Banten?

Ada kerjasamanya, seperti dalam

melakukan sosialisasi kami juga turut

mengundang pihak BPOM sebagai

narasumbernya, dan dalam melakukan

pemeriksaan gabungan dilapangan

juga kami bekerjasama dengan pihak

BPOM

Page 181: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Matriks Wawancara Lapangan Sebelum Reduksi Data

Identitas Informan

- Kode Informan : I 5-1

- Nama : Arya

- Pekerjaan : Wiraswasta

- Usia : 20 Tahun

- Jenis kelamin : Laki-Laki

Pertanyaan Jawaban

Apakah BPOM pernah melakukan

pengawasan ke sarana distribusi yang

anda miliki?

Pernah kesini a.

Apa yang dilakukan BPOM dalam

pengawasannya?

Mereka ngecekin-ngecekin gitu

barangnya satu-satu.

Apakah BPOM pernah melakukan

sosialisasi terkait obat tradisional?

Enggak tau a, belum pernah ada

sosialisasi a.

Apakah anda tahu perbedaan obat

tradisional yang legal dengan yang

ilegal?

Wah, Saya ngga tau tuh a.

Jika iya, kenapa masih menjual produk

tersebut?

Saya cuma jagain ajah kok, kalo barang

bos yang ngisi a.

Apakah terdapat jadwal dalam

melakukan pengawasan?

Nggak, nggak ada jadwalnya.

Apakah pengawasan yang dilakukan

sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan?

Nggak ada jadwalnya, jadi datengya

gak tentu.

Berapa lama rentang waktu antara

pengawasan yang dilakukan

sebelumnya dengan pengawasan

berikutnya?

gak tentu datengnya a, tapi biasanya

enam bulan sekali.

Page 182: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Matriks Wawancara Lapangan Sebelum Reduksi Data

Identitas Informan

- Kode Informan : I 5-2

- Nama : Iwan

- Pekerjaan : Wiraswasta

- Usia : 19 Tahun

- Jenis kelamin : Laki-Laki

Pertanyaan Jawaban

Apakah BPOM pernah melakukan

pengawasan ke sarana distribusi yang

anda miliki?

Iya ada, pernah ada pemeriksaan.

Apa yang dilakukan BPOM dalam

pengawasannya?

BPOM kesini ngasih tau mana obat

tradisional yang ilegal dan mana yang

resmi lalu BPOM ngambil OT ilegal

buat sampel.

Apakah BPOM pernah melakukan

sosialisasi terkait obat tradisional?

Ada sekitar 3 bulan yang lalu. Ya itu,

sosialisasinya ngasih tau obat yang

legal sama yang ilegal.

Apakah anda tahu perbedaan obat

tradisional yang legal dengan yang

ilegal?

Iya, biasanya yang ilegal gak ada nomor

izin BPOM nya.

Jika iya, kenapa masih menjual produk

tersebut?

Saya gak tau kalo itu ilegal, soalnya ada

nomor izinnya.

Apakah terdapat jadwal dalam

melakukan pengawasan?

Jadwal tetap gak ada, tapi setiap 3 bulan

sekali BPOM kesini buat ngawas.

Apakah pengawasan yang dilakukan

sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan?

Gak tentu sih harinya, tapi setiap 3

bulan dateng.

Berapa lama rentang waktu antara

pengawasan yang dilakukan

sebelumnya dengan pengawasan

berikutnya?

Sekitar 3 bulan sekali.

Page 183: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Matriks Wawancara Lapangan Sebelum Reduksi Data

Identitas Informan

- Kode Informan : I 5-3

- Nama : Nurul

- Pekerjaan : Wiraswasta

- Usia : 29 Tahun

- Jenis kelamin : Perempuan

Pertanyaan Jawaban

Apakah BPOM pernah melakukan

pengawasan ke sarana distribusi yang

anda miliki?

Iya, suka meriksa juga kesini.

Apa yang dilakukan BPOM dalam

pengawasannya?

BPOM memeriksa obatnya satu persatu,

nyari yang ilegal sama yang gak ada

izinnya yang beredar.

Apakah BPOM pernah melakukan

sosialisasi terkait obat tradisional?

Sosialisasinya itu pas lagi meriksa

sambil ngasih tau kalau obat ini (obat

ilegal) gak boleh dijual, sama ngasih

daftar obat yang gak boleh beredar.

Apakah anda tahu perbedaan obat

tradisional yang legal dengan yang

ilegal?

Yang saya tau dari nomor registrasinya

aja.

Jika iya, kenapa masih menjual produk

tersebut?

Karena ada aja yang beli obatnya.

Apakah terdapat jadwal dalam

melakukan pengawasan?

Tidak ada.

Apakah pengawasan yang dilakukan

sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan?

Datengnya ga tentu mas.

Berapa lama rentang waktu antara

pengawasan yang dilakukan

sebelumnya dengan pengawasan

berikutnya?

biasanya enam bulan sekali meriksa,

tapi sekarang udah jarang.

Page 184: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Matriks Wawancara Lapangan Sebelum Reduksi Data

Identitas Informan

- Kode Informan : I 6-1

- Nama : Sukarsono

- Pekerjaan : Wiraswasta

- Usia : 51 Tahun

- Jenis kelamin : Laki-Laki

Pertanyaan Jawaban

Apakah anda pernah melihat atau

mendengar tentang sosialisasi BPOM

baik mengenai obat tradisional legal

dan ilegal ataupun mengenai public

warning (Peringatan Publik)?

Pernah lihat di tv sama di koran-koran

kalo tentang obat tradisional ilegal.

Tadi apa? Publik warning itu apa?

Saya gak tau kalo itu.

Apakah anda mengetahui perbedaan

obat tradisional legal dengan obat

tradisional ilegal?

Tau, biasanya beda di segel

kemasannya kalo yang asli ada

hologramnya. Cuma itu aja sih.

Kenapa anda mengkonsumsi obat

tradisonal ilegal?

Gimana ya, yang pasti pertama

obatnya mudah didapat di warung-

warung jamu ada, yang kedua itu

untuk perubahan yang tadinya sakit

jadi sehat.

Apakah anda pernah melakukan

pengaduan kepada BPOM jika

menemukan obat tradisional ilegal?

Saya mah masa bodo mas, udah

pusing mikirin gimana caranya

bertahan hidup, udah gak kepikiran

laporan ke BPOM segala.

Page 185: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Matriks Wawancara Lapangan Sebelum Reduksi Data

Identitas Informan

- Kode Informan : I 6-2

- Nama : Pendi Surahman

- Pekerjaan : Wiraswasta

- Usia : 49 Tahun

- Jenis kelamin : Laki-Laki

Pertanyaan Jawaban

Apakah anda pernah melihat atau

mendengar tentang sosialisasi BPOM

baik mengenai obat tradisional legal

dan ilegal ataupun mengenai public

warning (Peringatan Publik)?

Belum Pernah.

Apakah anda mengetahui perbedaan

obat tradisional legal dengan obat

tradisional ilegal?

Tidak tau, karena semua obat

tradisional ada nomor Depkes dan

nomor BPOM nya.

Kenapa anda mengkonsumsi obat

tradisonal ilegal?

Karena seketika merasa enak, jadi di

konsumsi terus menerus.

Apakah anda pernah melakukan

pengaduan kepada BPOM jika

menemukan obat tradisional ilegal?

Belum, karena ketidaktahuan

masyarakat pada umumnya mengenai

kelegalan barang tersebut. Kita kan

gak tau mana yang legal mana yang

ilegal, karena itu tadi semua obat

tradisional ada nomor Depkes dan

nomor BPOM nya.

Page 186: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Matriks Wawancara Lapangan Sebelum Reduksi Data

Identitas Informan

- Kode Informan : I 6-3

- Nama : Yono

- Pekerjaan : Wiraswasta

- Usia : 47 Tahun

- Jenis kelamin : Laki-Laki

Pertanyaan Jawaban

Apakah anda pernah melihat atau

mendengar tentang sosialisasi BPOM

baik mengenai obat tradisional legal

dan ilegal ataupun mengenai public

warning (Peringatan Publik)?

Belum pernah denger soal sosialisasi

obat tradisional yang legal atau ilegal,

tapi pernah baca di koran soal jamu

ilegal. Publik apa, saya gak tau.

Apakah anda mengetahui perbedaan

obat tradisional legal dengan obat

tradisional ilegal?

Kalau soal jamu jarang-jarang juga

konsumsinya, sedikit tau tentang

perbedaanya. Saya kalo minum paling

cuma anggur kalo obat pegel linu gitu

jarang-jarang.

Kenapa anda mengkonsumsi obat

tradisonal ilegal?

Buat jaga stamina aja biasanya sih.

Apakah anda pernah melakukan

pengaduan kepada BPOM jika

menemukan obat tradisional ilegal?

Belum, belum pernah. Gak tau mau

ngadunya kemana.

Page 187: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 188: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Daftar Pertanyaan I1 (Q):

Pelaku Pengawasan Kebijakan

1. Siapakah yang melakukan pengawasan terhadap peredaran obat tradisional baik

dari pihak internal maupun eksternal?

……………………………………………………………………………………….

2. Sepertiapakah bentuk pengawasan yang dilakukan pihak internal tersebut?

……………………………………………………………………………………….

3. Berapakah jumlah pegawai yang ada pada bagian tersebut?

……………………………………………………………………………………….

4. Apakah jumlah pegawai yang ada sudah sesuai dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

5. Apakah terdapat kendala dalam pelaksanaan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

6. Sepertiapakah bentuk pengawasan yang dilakukan pihak eksternal tersebut?

……………………………………………………………………………………….

7. Apakah pengawasan yang dilakukan pihak eksternal sudah cukup baik?

……………………………………………………………………………………….

8. Apakah ada kerjasama dengan pihak eksternal terkait pengawasan peredaran obat

tradisional? Baik dari pemerintah atau LSM?

……………………………………………………………………………………….

9. Apakah kerjasama yang dilakukan sudah cukup baik dalam melakukan

pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

Standar Operasional Prosedur Pengawasan

1. Apakah BPOM memiliki rencana kerja dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

2. Apakah BPOM memiliki petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam

melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

Page 189: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

3. Apakah terdapat alat monitoring dalam mengukur kinerja pegawai dan program

pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

4. Apakah ada tindakan korektif saat dalam pelaksanaan pengawasannya ditemukan

suatu pelanggaran?

……………………………………………………………………………………….

Sumber Daya Keuangan Dan Peralatan

1. Berasal darimana sumber daya keuangan yang dimiliki?

……………………………………………………………………………………….

2. Apakah sumber daya keuangan yang dimiliki sudah sesuai dalam melakukan

pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

3. Apakah peralatan yang dimiliki sudah sesuai dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

Jadwal Pelaksanaan Pengawasan

1. Apakah terdapat jadwal dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

2. Bagaimanakah cara penentuan jadwal yang dilakukan?

……………………………………………………………………………………….

3. Apakah pengawasan yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan?

……………………………………………………………………………………….

4. Berapa lama rentang waktu antara pengawasan yang dilakukan sebelumnya

dengan pengawasan berikutnya pada satu sarana produksi atau distribusi yang

diperiksa?

……………………………………………………………………………………….

Page 190: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Jawaban (A): I1 (Ahmad Kurnia, Kasi Pemeriksaan, Penyidikan, Sertifikasi Dan Unit

Layanan Pengaduan Konsumen)

Pelaku Pengawasan Kebijakan

1. Kalau dari pihak Pemerintah ada beberapa instansi yaitu, Balai POM untuk di Daerah

dan Badan POM di Pusat yang ada di Jakarta. kalau di Daerah itu bias any a Dinas

Kesehatan melaksanakan pengawasan yang sifatnya sosialisasi. Secara khusus bidang

dalam pengawasan ada dua bidang. Yaitu, seksi pemdikserlik yang mengawas

dilapangan dan ada bagian laboratoriumnya seksi pengujian. Sedangkan yang sifatnya

pidana, Polri yang bertugas mengamankan. Kalau dari luar Pemerintah itu dari

produsen, distributor dan masyarakat.

2. Dari balai POM itu ada dua macam ya, yaitu ada pre-market dan post-market, kalau

pre-market kan ada evaluasi keamanan, ada pemeriksaan sebelum diedarkan. Ada juga

pengawasan post-market pemeriksaan untuk mengetahui apakah kualitasnya sudah

sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebelum diedarkan.

3. Jumlah pegawai yang ada di pemdikserlik ada 18an, ya sekitar 20 orang lah.

4. Jumlah pegawai yang ada belum sesuai. Dilihat dari luasnya area dengan SDM yang

ada jelas belum sesuai.

5. Kalau semua pelaksanaan pasti ada kendalanya. Tapi ya semua itu kami anggap sebagai

tantangan. Di sini sarana distribusinya ada banyak tetapi SDM nya terbatas. Ini juga

kami bekerjasama dengan Inspektur Badan POM Pusat.

6. Pengawasan dari pihak eksternal ya, kalau dari produsen tentu mereka harus menjaga

proses produksi barang yang diproduksinya dan sesuai dengan tata cara CPOTB yang

baik dalam pelaksanaannya, dan untuk masyarakat melakukan pengaduan kepada kami

jika ditemukan produk yang dilarang edar.

7. Sudah cukup baik ya.

8. Ya seperti yang saya sebutkan di awal tadi, kami bekerjasama dengan berbagai instansi.

Untuk sosialisasi kita bekerjasama dengan DinKes, untuk penegakan hokum kita

bekerjsama dengan Kepolisian, untuk pemeriksaan gabungan kita juga bekerjasama

dengan Disperindag.

9. Ya selama ini masih baik koordinasinya yang kami jalankan dengan Dinas Kesehatan,

Dinas Perindustrian dan Perdagangan kemudian dengan Dinas Sosial. Cukup baik ya.

Standar Operasional Prosedur Pengawasan

1. Jelas ada, Karena kita memiliki keterbatasan SDM jadi kita punya SOP yang tidak

memungkinkan kita memeriksanya satu persatu, jika banyak temuan di masyarakat

terhadap obat tradisional illegal hasil yang ada pada tahun lalu itulah poin-poin yang

kami dahulukan.

2. Ada, jelas ada. Kita ada SOP Badan POM dan sekarang kita menerapkan 3 ISO, ISO

9001-2008 tentang manajemen, ISO 1925-2005 untuk laboratorium system mutu CPOB

dan sebentar lagi akan disusul system mutu CPOTB.

3. Untuk pengawasan ada. Kami ada pengukuran kinerja.

4. Oh jelas ada. Baik pelanggaran yang dilakukan oleh industri kami juga meminta

feedback dari industry tersebut. Kalau ada temuan pada sarana produksi, kami

melayangkan surat secara tertulis untuk melakukan corrective action yang kami deadline

kan sekitar dua bulan.

Page 191: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Sumber Daya Keuangan dan Peralatan

1. Kita anggaran murni dari APBN.

2. Sudah sesuai dengan jumlah SDM yang ada bukan dari jumlah OT yang diawasi.

3. Sudah sesuai dengan jumlah sampel dan SDM yang ada juga, kalau tentang ekspetasi

masyarakat terhadap produk yang kami awasi itu masih kurang.

Jadwal Pelaksanaan Pengawasan

1. Pasti ada, sangat konyol jika melakukan pengawasan tanpa adanya jadwal

pelaksanaanya.

2. Ada jadwal rutin, dan ada jadwal insidentil. Kalau jadwal rutin, jadwalnya sudah sesuai

dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Kalau jadwal insidentil itu sesuai dengan temuan

untuk ndustri OT dilapangan jika industry itu illegal maka kami harus segera melakukan

pemeriksaan kesana tanpa dipengaruhi oleh jadwal atau penetapan waktu.

3. Bisa dikatakan sesuai bisa juga tidak. Misal, ditemukan laporan dari BPOM makassar

terkait dengan temuan obat tradisional illegal dari tangerang, maka kami harus

melaksanakan pemeriksaan kesarana produksi tersebut sesegera mungkin. Jadi waktu

yang kita miliki fleksibel.

4. Tergantung pada hasil temuan, jika urgent bias setiap bulan. Namun jika tidak urgent

bias satu atau dua tahun sekali.

Lokasi Wawancara :

Waktu dan Tanggal :

Page 192: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 193: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Daftar Pertanyaan I2 (Q):

Pelaku Pengawasan Kebijakan

1. Siapakah yang melakukan pengawasan terhadap peredaran obat tradisional baik

dari pihak internal maupun eksternal?

……………………………………………………………………………………….

2. Sepertiapakah bentuk pengawasan yang dilakukan pihak internal tersebut?

……………………………………………………………………………………….

3. Berapakah jumlah pegawai yang ada pada bagian tersebut?

……………………………………………………………………………………….

4. Apakah jumlah pegawai yang ada sudah sesuai dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

5. Apakah terdapat kendala dalam pelaksanaan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

6. Sepertiapakah bentuk pengawasan yang dilakukan pihak eksternal tersebut?

……………………………………………………………………………………….

7. Apakah pengawasan yang dilakukan pihak eksternal sudah cukup baik?

……………………………………………………………………………………….

8. Apakah ada kerjasama dengan pihak eksternal terkait pengawasan peredaran obat

tradisional? Baik dari pemerintah atau LSM?

……………………………………………………………………………………….

9. Apakah kerjasama yang dilakukan sudah cukup baik dalam melakukan

pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

Standar Operasional Prosedur Pengawasan

1. Apakah BPOM memiliki rencana kerja dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

2. Apakah BPOM memiliki petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam

melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

Page 194: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

3. Apakah terdapat alat monitoring dalam mengukur kinerja pegawai dan program

pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

4. Apakah ada tindakan korektif saat dalam pelaksanaan pengawasannya ditemukan

suatu pelanggaran?

……………………………………………………………………………………….

Sumber Daya Keuangan Dan Peralatan

1. Berasal darimana sumber daya keuangan yang dimiliki?

……………………………………………………………………………………….

2. Apakah sumber daya keuangan yang dimiliki sudah sesuai dalam melakukan

pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

3. Apakah peralatan yang dimiliki sudah sesuai dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

Jadwal Pelaksanaan Pengawasan

1. Apakah terdapat jadwal dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

2. Bagaimanakah cara penentuan jadwal yang dilakukan?

……………………………………………………………………………………….

3. Apakah pengawasan yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan?

……………………………………………………………………………………….

4. Berapa lama rentang waktu antara pengawasan yang dilakukan sebelumnya

dengan pengawasan berikutnya pada satu sarana produksi atau distribusi yang

diperiksa?

……………………………………………………………………………………….

Page 195: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Jawaban (A): I2 (Puguh Wijanarko S. Farm, Apt. Koordinator Pemeriksaan Kosmetik,

Obat Tradisional, dan Suplemen Makanan)

Pelaku pengawasan kebijakan

1. Ada 3 lapis pengawasan sesuai dengan SisPOM yang kita miliki, yaitu pemerintah

melalui BPOM sebagai pihak internalnya, dan dari produsen maupun distributor dan

juga dari masyarakat sebagai pihak eksternal pengawasan. Secara khusus pengawasan

dilapangan dilakukan oleh bagian pemeriksaan, penyidikan, sertifikasi dan unit layanan

pengaduan konsumen (PEMDIK SERLIK), untuk obat tradisional dilakukan oleh bagian

pemeriksaan obat tradisional.

2. Pengawasan yang dilakukan yaitu Pre-Market dan Post-Market, dimana dalam Pre-

Market pengawasan dilakukan sebelum barang beredar dan dalam Post-Market

pengawasan dilakukan sesudah barang beredar. Dalam Pre-Market kita mengecek

kesesuaian kegiatan produksi dengan syarat produksi dan juga izin produksinya. Kalau

Post-market yaitu sarana dan prasarananya.

3. Pada bagian PEMDIK SERLIK pegawai yang ada sekitar 16 orang, untuk pemeriksaan

obat tradisional (OT) ada 3 orang.

4. Belum cukup ya, karena dari 16 orang pengawas BPOM Serang, cakupannya 1 Provinsi

Banten bukan hanya Kota Serang saja yang kita awasi. Dengan luasnya wilayah

pengawasan, tidak sebanding dengan jumlah pegawai yang ada saat ini. Idealnya

menurut saya, jumlah pegawai pada bagian pemeriksaan dua kali lipat dari jumlah yang

ada, sekitar 36 orang.

5. kendala dari dalam yaitu dari sarana dan prasarananya yang terbatas. Untuk

prasarananya seperti jumlah SDM yang masih sedikit dan untuk sarananya seperti

kendaraan transportasi karena di Banten ini sebagian besar daratan, jadi dalam

melakukan pengawasan kami hanya membutuhkan alat transportasi darat, namun saat

ini ada sekitar 2 kendaraan yang bisa dipakai untuk melakukan pengawasan. Kendala

dari luarnya lebih ke stakeholdernya yaitu apa yang ada belum dapat sepenuhnya kami

tindak lanjuti.

6. Kalau dari masyarakat sendiri yaitu dapat melakukan pengaduan jika ditemukan boa

tradisional (OT) yang dilarang edar namun ada atau beredar dipasaran. Kalau dari

pelaku usaha juga sama harus memberikan pengaduan, ditambah mereka juga harus

melakukan pengawasan sendiri pada sarana produksi yang mereka miliki.

7. Sudah, sudah cukup baik. Kami juga sudah bekerjasama dalam hal pengawasan dengan

Dinas Kesehatan, kepolisian dan Disperindag. Kalau dengan masyarakatnya saya rasa

sudah cukup terbuka dengan keberadaan Balai POM Serang. Jika mereka ada keluhan

mereka langsung menghubungi kami, sekarang lumayan juga pertanyaan yang masuk

mengenai izin produksi dan tentang produk-produk yang ada dipasaran

8. Dari pemerintah terutama dengan Dinas Kesehatan kita selalu melaporkan pengawasan

yang kita peroleh dari wilayah mereka agar bisa di tindak lanjuti. Dari Dinas

Perindustrian juga sering mengadakan persiapan untuk izin produk. Kepolisian juga kita

bekerjasama dalam hal menindak lanjuti temuan OT ilegal dilapangan. Dari LSM

kerjasamanya lebih dari informasi mengenai pelanggaran.

9. Ya sudah cukup baik, kita rutin kok melakukan koordinasi terutama kepolisian dalam hal

penyidikan.

Page 196: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Standar Operasional Prosedur Pengawasan

1. Rencana kerja jelas ada, kita ada rencana kerja tahunan untuk pemeriksaan sarana

distribusi dan produksi. Untuk manajemen mutu disini sudah disertifikasi.

2. Ya kita sesuai dengan SOP. SOP tersebut dikeluarkan oleh Badan POM Pusat yang

kemudian kita breakdown kembali.

3. Setiap pegawai memiliki alat penilaian. Setiap tahun diberi target untuk melakukan

pekerjaan sesuai dengan rencara strategi jangka panjang.

4. Ada, jika kita menemukan pelanggaran di sarana produksi atau distribusi, kita kasih

peringatan dahulu bahwa ini tidak boleh di perjual belikan, atau ini masih ada yang

kurang dalam kegiatan produksinya. Kalau masih membandel kami lanjut ketindakan

berikutnya bahkan sampai ke ranah hukum.

Sumber Daya Keuangan dan Peralatan

1. Untuk keuangan kita berasal dari APBN semua.

2. Sudah sesuai, karena kita melakukan perencanaan untuk tahun berikutnya berdasarkan

rencana yang dibuat pada tahun sebelumnya.

3. Untuk peralatan sudah mencukupi.

Jadwal Pelaksanaan Pengawasan

1. Iya, kita ada jadwal dari internal BPOM untuk pemeriksaan sarana produksi dan

distribusi. Dari luar juga ada jadwal pengawasan ke BPOM seperti BPK dan sistem

pengawasan Pemerintah. Jadi bukan hanya BPOM saja yang memeriksa, BPOM juga

diperiksa oleh Pemerintah.

2. Penentuan jadwal kami berdasarkan manajemen resiko ya, jadi kami memiliki database

jumlah perusahaan yang ada. Jadi yang resikonya lebih besar dalam melakukan

pelanggaran, itu yang kami prioritaskan.

3. Sesuai tidak sesuai sih, terkadang itu ya, kita kan pengawasan tidak berjalan sendiri, ada

koordinasi juga dengan Balai lain dan Badan Pusat. Kadang dari pusat melakukan

inspeksi kesini, otomatis jadwal yang sudah ditetapkan sedikit digeser.

4. Idealnya untuk sarana sekitar 1 tahun sekali jika tidak ada kendala yang berarti.

Lokasi Wawancara :

Waktu dan Tanggal :

Page 197: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 198: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Daftar Pertanyaan I3 (Q):

Pelaku Pengawasan Kebijakan

1. Siapakah yang melakukan pengawasan terhadap peredaran obat tradisional baik

dari pihak internal maupun eksternal?

……………………………………………………………………………………….

2. Sepertiapakah bentuk pengawasan yang dilakukan pihak internal tersebut?

……………………………………………………………………………………….

3. Berapakah jumlah pegawai yang ada pada bagian tersebut?

……………………………………………………………………………………….

4. Apakah jumlah pegawai yang ada sudah sesuai dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

5. Apakah terdapat kendala dalam pelaksanaan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

6. Sepertiapakah bentuk pengawasan yang dilakukan pihak eksternal tersebut?

……………………………………………………………………………………….

7. Apakah pengawasan yang dilakukan pihak eksternal sudah cukup baik?

……………………………………………………………………………………….

8. Apakah ada kerjasama dengan pihak eksternal terkait pengawasan peredaran obat

tradisional? Baik dari pemerintah atau LSM?

……………………………………………………………………………………….

9. Apakah kerjasama yang dilakukan sudah cukup baik dalam melakukan

pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

Standar Operasional Prosedur Pengawasan

1. Apakah BPOM memiliki rencana kerja dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

2. Apakah BPOM memiliki petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam

melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

Page 199: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

3. Apakah terdapat alat monitoring dalam mengukur kinerja pegawai dan program

pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

4. Apakah ada tindakan korektif saat dalam pelaksanaan pengawasannya ditemukan

suatu pelanggaran?

……………………………………………………………………………………….

Sumber Daya Keuangan Dan Peralatan

1. Berasal darimana sumber daya keuangan yang dimiliki?

……………………………………………………………………………………….

2. Apakah sumber daya keuangan yang dimiliki sudah sesuai dalam melakukan

pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

3. Apakah peralatan yang dimiliki sudah sesuai dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

Jadwal Pelaksanaan Pengawasan

1. Apakah terdapat jadwal dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

2. Bagaimanakah cara penentuan jadwal yang dilakukan?

……………………………………………………………………………………….

3. Apakah pengawasan yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan?

……………………………………………………………………………………….

4. Berapa lama rentang waktu antara pengawasan yang dilakukan sebelumnya

dengan pengawasan berikutnya pada satu sarana produksi atau distribusi yang

diperiksa?

……………………………………………………………………………………….

Page 200: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Jawaban (A): I3-2 (M.Sony Mughofir S. SI. Staff PEMDIK SERLIK BPOM Provinsi

Banten).

Pelaku Pengawasan Kebijakan

1. Kalau sesuai Tupoksi, yang melakukan pengawasan peredaran Obat Tradisional (OT)

yaitu BPOM. Secara khusus yang melakukan pengawasan bagian pemeriksaan,

penyidikan, sertifikasi dan layanan konsumen atau PEMDIK SERLIK, itu internal dalam

arti dari BPOM. Kalau dalam arti pemerintahan, ada juga dari kepolisian dalam

pemberantasan OT ilegal, cuma mereka juga membutuhkan bantuan dari Badan POM

Pusat, serta ada Dinas Kesehatan tentang kegiatan sosialisasi dan penyuluhan sesuai

cakupan wilayahnya. Untuk eksternal yang melakukan pengawasan yaitu seluruh lapisan

masyarakat, baik produsennya, distributornya serta masyarakat itu sendiri.

2. Kalau dari BPOM melakukan pengawasan pre dan post market yaitu sebelum dan

sesudah produk beredar dipasaran, dimana dalam pre market, kami mengkroscek antara

draft yang diajukan oleh pelaku usaha yang ingin memproduksi produknya dengan

kenyataan dilapangan. Kemudian setelah itu ada pengawasan post market, dimana kami

juga memeriksa produk-produk yang beredar, apakah masih sesuai komposisinya dengan

awal pelaku membuat produknya.

3. Di BPOM Serang ini ada sekitar 50 orang. Di bagian pemdik serlik ada 24 orang, tetapi

yang rutin melakukan pemeriksaan dilapangan ada 15 orang itupun dibagi 5 komoditi,

karena ada 2 CPNS yang baru masuk jadi masih proses penyesuaian dan 6 orang

honorer hanya bekerja pada bagian administrasi dan 1 kepala seksi.

4. Itu relatif, jika melihat pada konteks mikro saja itu cukup. Misal kami hanya meriksa OT

saja, itu cukup. Tapi kan gak mungkin, kami harus mengawasi semua komoditi dan itu

sangat jelas tidak cukup.

5. Kalau dari internal ya dari jumlah SDM tadi sama transportasi juga kurang. Kalau dari

eksternalnya minat masyarakat akan jamu cespleng itu masih tinggi walaupun sosialisasi

mengenai OT berbahan kimia obat (BKO) terus berjalan.

6. Dari pihak produsen harus melihat tata cara pembuatan obat tradisional yang baik

(CPOTB) dan melakukan pengujian produk sebelum produk diedarkan. Kalau dari

masyarakatnya ya harus segera melaporkan kepada kami kalau menemukan OT ilegal,

namun dalam hal ini masyarakat hanya bersifat voluntery atau sukarela, karena kami

juga tidak bisa memaksa.

7. Cukup baik.

8. Kita ada kerjasama dengan Dinas Kesehatan, tapi tidak ada kerjasama secara formal

dalam konteks OT.

9. Sudah, sudah cukup baik.

Standar Operasional Prosedur Pengawasan

1. Kita ada rencana kerja tahunan, dari rencana kerja tahunan dibreakdown lagi menjadi

bulanan, dan dibreakdown lagi menjadi perminggu dimana didalamnya udah ditentukan

untuk setiap minggu berapa sarana yang diperiksa baik produksi maupun distribusi.

2. Ada, kita ada juklak dan juknis dalam melakukan pengawasan berdasarkan SOP BPOM

Pusat. Kita bentuknya namanya pola tindak lanjut, jadi nanti kita dilapangan ada temuan

atau ada apa, kapan dan nantinya statusnya akan dinaikan berupa peringatan atau bisa

juga ke aparat hukum.

3. Ada, kita namanya SKP. Satuan kinerja pegawai dan itu umum di instansi pemerintah.

Kalau pusat pasti pake, yang saya ketahui instansi yang vertikal pasti pake. SKP itu

Page 201: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

sistem penilaian berbasis kinerja dalam 1 tahun dan nanti hasilnya dilaporkan ke pusat.

Jadi selama 1 tahun, setiap orang pengawas akan memiliki target berapa jumlah sarana

yang harus diperiksa, berapa jumlah komoditinya. Nah, nanti disitu akan kita evaluasi

juga untuk mengetahui siapa yang belum tercapai dan siapa yang sudah. Ada reward

dan punishmentnya juga. Rewardnya itu dalam tunjangan kerja 100% punishmenya

potongan tunjangan.

4. Kita seringkali kasih surat peringatan jika ditemukan pelanggaran baik di sarana

produksi maupun distribusi, kalau untuk produksi kita kasih peringatan dan point-point

yang harus dilakukan untuk perbaikan, kalo masih membadel kita tindak ke ranah

hukum. Kalau untuk distribusi kita kasih peringatan berupa pemberitahuan, jika masih

membandel kita bisa sita atau pemusnahan di tempat.

Sumber Daya Keuangan dan Peralatan

1. Kita keuangan dari APBN.

2. Kalau bicara sumber daya keuangan, kita kan bikin perencanaan dari tahun ini kita udah

bikin perencanaan untuk tahun depan. Jadi keuangan bukan sesuai tetapi menyesuaikan.

Malah yang terjadi nanti setiap tahun pasti naik terus karena menyesuaikan juga dengan

target yang diperiksa.

3. Kalau peralatan kita kurang di transportasi. Tahun ini sudah ada tambahan tapi belum

optimal untuk menunjang pengawasan. Yang butuh kendaraan kan bukan bagian

pengawas saja, semua bagian butuh, jadi pada saat ada kegiatan di waktu yang

bersamaan itu masih kurang

Jadwal Pelaksanaan Pengawasan

1. Dari SOP itu kita dapet jadwal pertahun pemeriksaan jumlah nya berapa, dibreakdown

lagi perbulan, kemudian perminggu sampe perhari kita dapet jadwalnya. Jadi perhari

berapa jumlah sarana yang harus diperiksa dan siapa saja perusahaan atau tokonya,

kita ada jadwalnya.

2. Ya itu tadi, dari hasi breakdown jadwal pertahun sampai jadi perhari.

3. Selama ini susah kalau sesuai jadwal karena kita jadwalnya dinamis. Karena kita masih

1 naungan dengan Pusat. Kadang kita sudah buat schedule sedemikian rupa tapi

kemudian Pusat ngasih informasi seminggu sebelumnya bahwa akan ada kegiatan,

otomatis kita ubah jadwal kita. Kita mengerjakan jadwal yang menjadi prioritas utama

dulu.

4. Kalau kita jadwalkan itu setidaknya 1 tahun sekali diperiksa.

Lokasi Wawancara :

Waktu dan Tanggal :

Page 202: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 203: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Daftar Pertanyaan I3 (Q):

Pelaku Pengawasan Kebijakan

1. Siapakah yang melakukan pengawasan terhadap peredaran obat tradisional baik

dari pihak internal maupun eksternal?

……………………………………………………………………………………….

2. Sepertiapakah bentuk pengawasan yang dilakukan pihak internal tersebut?

……………………………………………………………………………………….

3. Berapakah jumlah pegawai yang ada pada bagian tersebut?

……………………………………………………………………………………….

4. Apakah jumlah pegawai yang ada sudah sesuai dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

5. Apakah terdapat kendala dalam pelaksanaan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

6. Sepertiapakah bentuk pengawasan yang dilakukan pihak eksternal tersebut?

……………………………………………………………………………………….

7. Apakah pengawasan yang dilakukan pihak eksternal sudah cukup baik?

……………………………………………………………………………………….

8. Apakah ada kerjasama dengan pihak eksternal terkait pengawasan peredaran obat

tradisional? Baik dari pemerintah atau LSM?

……………………………………………………………………………………….

9. Apakah kerjasama yang dilakukan sudah cukup baik dalam melakukan

pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

Standar Operasional Prosedur Pengawasan

1. Apakah BPOM memiliki rencana kerja dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

2. Apakah BPOM memiliki petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam

melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

Page 204: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

3. Apakah terdapat alat monitoring dalam mengukur kinerja pegawai dan program

pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

4. Apakah ada tindakan korektif saat dalam pelaksanaan pengawasannya ditemukan

suatu pelanggaran?

……………………………………………………………………………………….

Sumber Daya Keuangan Dan Peralatan

1. Berasal darimana sumber daya keuangan yang dimiliki?

……………………………………………………………………………………….

2. Apakah sumber daya keuangan yang dimiliki sudah sesuai dalam melakukan

pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

3. Apakah peralatan yang dimiliki sudah sesuai dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

Jadwal Pelaksanaan Pengawasan

1. Apakah terdapat jadwal dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

2. Bagaimanakah cara penentuan jadwal yang dilakukan?

……………………………………………………………………………………….

3. Apakah pengawasan yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan?

……………………………………………………………………………………….

4. Berapa lama rentang waktu antara pengawasan yang dilakukan sebelumnya

dengan pengawasan berikutnya pada satu sarana produksi atau distribusi yang

diperiksa?

……………………………………………………………………………………….

Page 205: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Jawaban (A): I3-1 (Clara Diana Setyawati S. Farm, Apt. Staff PEMDIK SERLIK BPOM

Provinsi Banten)

Pelaku pengawasan kebijakan

1. Kalau dalam konteks pemerintah ada kami dari BPOM, kami juga bekerjasama dengan

Dinkes pada saat pengawasan Pre-Market yaitu sebelum obat beredar di pasaran, untuk

Pre-Market sendiri BPOM yang mengawasi. Jadi sebelum obat tersebut beredar

dimasyarakat obat tersebut harus mendaftarkan terlebih dulu. Baik produksi dalam

negeri maupun luar negeri, yaitu seperti persyaratan adiministrasi, persyaratan mutu

dan lainnya. Nah kalau sudah beredar di masyarakat itu namanya Post-market, baru

kami yang di daerah Balai POM ini Secara khusus dari BPOM yang melakukan

pengawasan dilapangan yaitu bagian PEMDIK SERLIK, yang melakukan pengawasan

dan pembinaan yang bekerjasama dengan Dinkes mengenai pembinaan, itu dalam

lingkup pemerintah nah diluar pemerintah itu semuanya, semua lapisan masyarakat

distributor dan produsen juga ikut berkontribusi dalam melakukan pengawasan. Apa aja

sih peraturan dalam OT, apa aja sih yang ga boleh beredar, kami juga ada pengawasan

dengan melakukan sampling. Kita ambil sampel OT lalu masuk ke lab. Di lab tersebut

ada parameternya, jadi dari hasil lab jika sesuai produknya bisa di pasarkan lagi, kalau

tidak sesuai bisa masuk dalam publik warning.

2. Ya itu seperti yang saya katakan sebelumnya, ada pengawasan Pre-market dan Post-

Market, di Post-Market ada pengawasan sampling. Kami juga pengawasannya tidak

hanya mengarah di peredarannya namun produsennya juga kami awasi.

3. Sekitar ada 18 orang ya, ditambah honorer.

4. Kalau dalam pengawasan belum ya, soalnya kita membawahi 1 Provinsi Banten dan

dalam 1 Provinsi itu kita tidak hanya mengawasi 1 komoditi saja. Namun ada 5 komoditi

yang kita awasi, yaitu kosmetik, obat, obat tradisional, suplemen dan pangan. Dari

semua komoditi tersebut kalau di Banten ini lumayan banyak. Industrinya banyak jumlah

pengecernya juga banyak. Jadi dalam melakukan pengawasan kami membuat skala

prioritas dalam beberapa sarana yang ada nanti dapat ditentukan prioritas yang mana

yang harus didahulukan.

5. Kendalanya banyak sih, dari internal ya dari jumlah SDM nya yang sedikit,

kendaraannya kurang. Dari eksternalnya itu mengenai pemahaman masyarakat terbatas

juga dalam OT cari obatnya yang cespleng aja, udah gitu murah, padahal OT yang asli

tidak menyembuhkan penyakit namun hanya mencegah penyakit. Begitu juga penjualnya

buat mereka yang penting barangnya laku.

6. Dari produsen pengawasannya itu dalam memproduksi OT harus menetapkan CPOTB

karena kita tidak mungkin setiap hari meriksa pabrik mereka, jadi mereka yang harus

mengawasi hasil produknya sendiri, kalau dari masyarakat bisa melakukan pengadukan

ke bagian ULPK jika ada temuan OT bermasalah atau menambah wawasan mengenai

OT bisa juga bertanya ke ULPK.

7. Dari masyarakatnya sudah mulai terbuka. Dengan adanya BPOM ini masyarakat sedikit

demi sedikit mulai paham mana OT yang baik dan tidak baik. Kami juga terus melakukan

KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) kepada masyarakat. Semoga dengan adanya

KIE tersebut masyarakat lebih aware lagi terhadap OT yang beredar.

8. Kalau mengenai obat tradisional kami bekerjasama dengan dinas kesehatan untuk

sosialisasi dan penyuluhan, tapi kami juga bekerjasama dengan kepolisian jika terdapat

perkara hukum mengenai OT. Kalau dengan LSM sejauh ini belum ada.

Page 206: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

9. Dibilang cukup baik, ya memang cukup baik tetapi yang jelas terus ditumbuhkan. Kita

terus bersama-sama mensinkronkan program kerja yang ada. Untuk setiap tahun saja

kita sudah membuat program seperti operasi gabungan pemerintah yang didalamnya

terdapat kerjasama lintas sektoral dengan melibatkan beberapa instansi pemerintahan.

Standar Operasional Prosedur Pengawasan

1. Jelas ada, jadi kita setiap tahun, tiap awal tahun kita lakukan pemeriksaan terhadap

laporan-laporan yang ada, evaluasi kita monitoring untuk patokan di tahun berikutnya.

2. Ada, jadi kami itu dari pusat memiliki SOP untuk pemeriksaan. Dari Badan POM SOP

tersebut kami breakdown lagi disini, dan menjadi juklak dan juknis apa yang harus kami

lakukan. Istilahnya lakukan apa yang tertulis, dan tulis apa yang dilakukan. Jadi kami

juga menghindari perbedaan tindakan dan prosedur baik dari perencanaan, persiapan,

dan pelaksanaan sampai pemeriksaan dan pembuatan laporan tindak lanjut kami sudah

ada prosedurnya.

3. Ada, macem-macem sih, sekarang yang sedang dicanangkan yaitu SKP (satuan kinerja

pegawai) dan itu lebih personil lagi, dimana setiap personil dari awal sudah diberikan

target-target apa saja yang harus dilakukan per orang, dan juga target dalam satu tahun

seperti apa pencapaiannya yang nantinya akan di evaluasi, selain itu dari seluruh Balai

akan ada laporan tahunan.

4. kalau dari kami tindakan korektifnya pada saat dilapangan salah satunya peringatan dan

pengamanan.

Sumber Daya Keuangan dan Peralatan

1. Dari Pusat, dari Badan POM Pusat dan Menteri Keuangan.

2. Kalau ditanya sudah sesuai, ya sudah sesuai. Karena kita membuat laporan keuangan

yang sudah dirancang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan.

3. Peralatan sudah sesuai, kami peralatan sudah standar.

Jadwal Pelaksanaan Pengawasan

1. Jelas ada mengenai jadwal karena sudah masuk dalam perencanaan, jadwal itu lebih

teknis pertama kami lakukan perencanaan, dari perencanaan itu dikerucutkan lagi ke

jadwal pertahun, kemudian perbulan, perminggu dan perharinya.

2. Pertama kami melihat personil yang ada berdasarkan kompetensi yang ada dan di awal

tahun kita sudah ada target. Dari target tersebut kemudian di breakdown untuk

pencapaian perbulan, terget perbulannya berapa kemudian di breakdown lagi

perwilayah berapa dan pelaku usahanya siapa saja.

3. Sudah sesuai, namun kita sama persis dengan jadwal itu tidak mungkin kadang apa yang

sudah dijadwalkan terbentur dengan kegiatan lain yang sifatnya lebih krusial sehingga

harus menjadi prioritas utama. Jadi mengenai jadwal kita fleksibel aja.

4. Untuk sarana itu biasanya 1 tahun sekali diperiksa jika tidak ditemukan pelanggaran.

Kalau ditemukan pelanggaran kita bisa rutin meriksanya.

Lokasi Wawancara :

Waktu dan Tanggal :

Page 207: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Jawaban (A): I3-2 (M.Sony Mughofir S. SI. Staff PEMDIK SERLIK BPOM Provinsi

Banten).

Pelaku Pengawasan Kebijakan

1. Kalau sesuai Tupoksi, yang melakukan pengawasan peredaran Obat Tradisional (OT)

yaitu BPOM. Secara khusus yang melakukan pengawasan bagian pemeriksaan,

penyidikan, sertifikasi dan layanan konsumen atau PEMDIK SERLIK, itu internal dalam

arti dari BPOM. Kalau dalam arti pemerintahan, ada juga dari kepolisian dalam

pemberantasan OT ilegal, cuma mereka juga membutuhkan bantuan dari Badan POM

Pusat, serta ada Dinas Kesehatan tentang kegiatan sosialisasi dan penyuluhan sesuai

cakupan wilayahnya. Untuk eksternal yang melakukan pengawasan yaitu seluruh lapisan

masyarakat, baik produsennya, distributornya serta masyarakat itu sendiri.

2. Kalau dari BPOM melakukan pengawasan pre dan post market yaitu sebelum dan

sesudah produk beredar dipasaran, dimana dalam pre market, kami mengkroscek antara

draft yang diajukan oleh pelaku usaha yang ingin memproduksi produknya dengan

kenyataan dilapangan. Kemudian setelah itu ada pengawasan post market, dimana kami

juga memeriksa produk-produk yang beredar, apakah masih sesuai komposisinya dengan

awal pelaku membuat produknya.

3. Di BPOM Serang ini ada sekitar 50 orang. Di bagian pemdik serlik ada 24 orang, tetapi

yang rutin melakukan pemeriksaan dilapangan ada 15 orang itupun dibagi 5 komoditi,

karena ada 2 CPNS yang baru masuk jadi masih proses penyesuaian dan 6 orang

honorer hanya bekerja pada bagian administrasi dan 1 kepala seksi.

4. Itu relatif, jika melihat pada konteks mikro saja itu cukup. Misal kami hanya meriksa OT

saja, itu cukup. Tapi kan gak mungkin, kami harus mengawasi semua komoditi dan itu

sangat jelas tidak cukup.

5. Kalau dari internal ya dari jumlah SDM tadi sama transportasi juga kurang. Kalau dari

eksternalnya minat masyarakat akan jamu cespleng itu masih tinggi walaupun sosialisasi

mengenai OT berbahan kimia obat (BKO) terus berjalan.

6. Dari pihak produsen harus melihat tata cara pembuatan obat tradisional yang baik

(CPOTB) dan melakukan pengujian produk sebelum produk diedarkan. Kalau dari

masyarakatnya ya harus segera melaporkan kepada kami kalau menemukan OT ilegal,

namun dalam hal ini masyarakat hanya bersifat voluntery atau sukarela, karena kami

juga tidak bisa memaksa.

7. Cukup baik.

8. Kita ada kerjasama dengan Dinas Kesehatan, tapi tidak ada kerjasama secara formal

dalam konteks OT.

9. Sudah, sudah cukup baik.

Standar Operasional Prosedur Pengawasan

1. Kita ada rencana kerja tahunan, dari rencana kerja tahunan dibreakdown lagi menjadi

bulanan, dan dibreakdown lagi menjadi perminggu dimana didalamnya udah ditentukan

untuk setiap minggu berapa sarana yang diperiksa baik produksi maupun distribusi.

2. Ada, kita ada juklak dan juknis dalam melakukan pengawasan berdasarkan SOP BPOM

Pusat. Kita bentuknya namanya pola tindak lanjut, jadi nanti kita dilapangan ada temuan

atau ada apa, kapan dan nantinya statusnya akan dinaikan berupa peringatan atau bisa

juga ke aparat hukum.

3. Ada, kita namanya SKP. Satuan kinerja pegawai dan itu umum di instansi pemerintah.

Kalau pusat pasti pake, yang saya ketahui instansi yang vertikal pasti pake. SKP itu

Page 208: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

sistem penilaian berbasis kinerja dalam 1 tahun dan nanti hasilnya dilaporkan ke pusat.

Jadi selama 1 tahun, setiap orang pengawas akan memiliki target berapa jumlah sarana

yang harus diperiksa, berapa jumlah komoditinya. Nah, nanti disitu akan kita evaluasi

juga untuk mengetahui siapa yang belum tercapai dan siapa yang sudah. Ada reward

dan punishmentnya juga. Rewardnya itu dalam tunjangan kerja 100% punishmenya

potongan tunjangan.

4. Kita seringkali kasih surat peringatan jika ditemukan pelanggaran baik di sarana

produksi maupun distribusi, kalau untuk produksi kita kasih peringatan dan point-point

yang harus dilakukan untuk perbaikan, kalo masih membadel kita tindak ke ranah

hukum. Kalau untuk distribusi kita kasih peringatan berupa pemberitahuan, jika masih

membandel kita bisa sita atau pemusnahan di tempat.

Sumber Daya Keuangan dan Peralatan

1. Kita keuangan dari APBN.

2. Kalau bicara sumber daya keuangan, kita kan bikin perencanaan dari tahun ini kita udah

bikin perencanaan untuk tahun depan. Jadi keuangan bukan sesuai tetapi menyesuaikan.

Malah yang terjadi nanti setiap tahun pasti naik terus karena menyesuaikan juga dengan

target yang diperiksa.

3. Kalau peralatan kita kurang di transportasi. Tahun ini sudah ada tambahan tapi belum

optimal untuk menunjang pengawasan. Yang butuh kendaraan kan bukan bagian

pengawas saja, semua bagian butuh, jadi pada saat ada kegiatan di waktu yang

bersamaan itu masih kurang

Jadwal Pelaksanaan Pengawasan

1. Dari SOP itu kita dapet jadwal pertahun pemeriksaan jumlah nya berapa, dibreakdown

lagi perbulan, kemudian perminggu sampe perhari kita dapet jadwalnya. Jadi perhari

berapa jumlah sarana yang harus diperiksa dan siapa saja perusahaan atau tokonya,

kita ada jadwalnya.

2. Ya itu tadi, dari hasi breakdown jadwal pertahun sampai jadi perhari.

3. Selama ini susah kalau sesuai jadwal karena kita jadwalnya dinamis. Karena kita masih

1 naungan dengan Pusat. Kadang kita sudah buat schedule sedemikian rupa tapi

kemudian Pusat ngasih informasi seminggu sebelumnya bahwa akan ada kegiatan,

otomatis kita ubah jadwal kita. Kita mengerjakan jadwal yang menjadi prioritas utama

dulu.

4. Kalau kita jadwalkan itu setidaknya 1 tahun sekali diperiksa.

Lokasi Wawancara :

Waktu dan Tanggal :

Page 209: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 210: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Daftar Pertanyaan I4 (Q) :

Pelaku Pengawasan Kebijakan

1. Seperti apakah peran Dinas Kesehatan Kota Serang dalam pengawasan obat

tradisional di Kota Serang?

………………………………………………………………………………….

2. Apakah ada kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Serang dengan BPOM

Provinsi Banten?

……………………………………………………………………………….....

Page 211: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Jawaban (A): I4 (H. Tata, S.K.M. M. Kes. Kasi Makanan, Minuman, Kosmetik dan Batra

Dinas Kesehatan Kota Serang)

Pelaku pengawasan kebijakan

1. Kami melakukan pengawasan batra (obat tradisional) sesuai dengan tupoksi Dinas

Kesehatan Kota Serang yang diatur dalam perda no. 9 tahun 2008. yaitu dengan

melakukan penyuluhan ke sarana distribusi batra dan ke sarana pengobatan tradisional.

Untuk penyitaan diluar tanggung jawab kami, kalau itu ada di BPOM. Intinya kami

hanya melakukan sosialisasi kepada distribusi batra melalui UPT yang ada di puskesmas

dan kader-kader yang ada di setiap wilayah. Sasaran sosialisasi kami itu penjual jamu

gendong, industri kecil obat tradisional (IKOT), usaha kecil obat tradisional (UKOT).

dan depot jamu. Untuk Kota Serang sendiri berdasarkan data yang kami miliki tidak

terdapat IKOT maupun UKOT, yang ada hanya jamu gendong dan depot-depot jamu.

2. Ada kerjasamanya, seperti dalam melakukan sosialisasi kami juga turut mengundang

pihak BPOM sebagai narasumbernya, dan dalam melakukan pemeriksaan gabungan

dilapangan juga kami bekerjasama dengan pihak BPOM.

Lokasi Wawancara :

Waktu dan Tanggal :

Page 212: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 213: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Daftar Pertanyaan (Q) I5 :

Pelaku Pengawasan Kebijakan

1. Apakah BPOM pernah melakukan pengawasan ke sarana distribusi yang anda

miliki?

……………………………………………………………………………………….

2. Apa yang dilakukan BPOM dalam pengawasannya?

……………………………………………………………………………………….

3. Apakah BPOM pernah melakukan sosialisasi terkait obat tradisional?

……………………………………………………………………………………….

4. Apakah anda tahu perbedaan obat tradisional yang legal dengan yang ilegal?

……………………………………………………………………………………….

5. Jika iya, kenapa masih menjual produk tersebut?

……………………………………………………………………………………….

Jadwal Pelaksanaan Pengawasan

1. Apakah terdapat jadwal dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

2. Apakah pengawasan yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan?

……………………………………………………………………………………….

3. Berapa lama rentang waktu antara pengawasan yang dilakukan sebelumnya

dengan pengawasan berikutnya?

……………………………………………………………………………………….

Page 214: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Jawaban (A): I5-1 (Arya, penjaga depot jamu Bhayangkara)

Pelaku pengawasan kebijakan

1. Pernah kesini a.

2. Mereka ngecekin-ngecekin gitu barangnya satu-satu.

3. Enggak tau a, belum pernah ada sosialisasi a.

4. Wah, Saya ngga tau tuh a.

5. Saya cuma jagain ajah kok, kalo barang bos yang ngisi a.

Jadwal pelaksanaan pengawasan

1. Nggak, nggak ada jadwalnya.

2. Nggak ada jadwalnya, jadi datengya gak tentu.

3. gak tentu datengnya a, tapi biasanya enam bulan sekali.

Lokasi Wawancara :

Waktu dan Tanggal :

Page 215: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 216: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Daftar Pertanyaan (Q) I5 :

Pelaku Pengawasan Kebijakan

1. Apakah BPOM pernah melakukan pengawasan ke sarana distribusi yang anda

miliki?

……………………………………………………………………………………….

2. Apa yang dilakukan BPOM dalam pengawasannya?

……………………………………………………………………………………….

3. Apakah BPOM pernah melakukan sosialisasi terkait obat tradisional?

……………………………………………………………………………………….

4. Apakah anda tahu perbedaan obat tradisional yang legal dengan yang ilegal?

……………………………………………………………………………………….

5. Jika iya, kenapa masih menjual produk tersebut?

……………………………………………………………………………………….

Jadwal Pelaksanaan Pengawasan

1. Apakah terdapat jadwal dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

2. Apakah pengawasan yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan?

……………………………………………………………………………………….

3. Berapa lama rentang waktu antara pengawasan yang dilakukan sebelumnya

dengan pengawasan berikutnya?

……………………………………………………………………………………….

Page 217: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Jawaban (A): I5-2 (Iwan, pemilik depot jamu cikulur)

Pelaku pengawasan kebijakan

1. Iya ada, pernah ada pemeriksaan.

2. BPOM kesini ngasih tau mana obat tradisional yang ilegal dan mana yang resmi lalu

BPOM beli OT ilegal buat sampel.

3. Ada sekitar 3 bulan yang lalu. Ya itu, sosialisasinya ngasih tau obat yang legal sama

yang ilegal.

4. Iya, biasanya yang ilegal gak ada nomor izin BPOM nya.

5. Saya gak tau kalo itu ilegal, soalnya ada nomor izinnya.

Jadwal pelaksanaan pengawasan

1. Jadwal tetap gak ada, tapi setiap 3 bulan sekali BPOM kesini buat ngawas.

2. Gak tentu sih harinya, tapi setiap 3 bulan dateng.

3. Sekitar 3 bulan sekali.

Lokasi Wawancara :

Waktu dan Tanggal :

Page 218: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 219: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Daftar Pertanyaan (Q) I5 :

Pelaku Pengawasan Kebijakan

1. Apakah BPOM pernah melakukan pengawasan ke sarana distribusi yang anda

miliki?

……………………………………………………………………………………….

2. Apa yang dilakukan BPOM dalam pengawasannya?

……………………………………………………………………………………….

3. Apakah BPOM pernah melakukan sosialisasi terkait obat tradisional?

……………………………………………………………………………………….

4. Apakah anda tahu perbedaan obat tradisional yang legal dengan yang ilegal?

……………………………………………………………………………………….

5. Jika iya, kenapa masih menjual produk tersebut?

……………………………………………………………………………………….

Jadwal Pelaksanaan Pengawasan

1. Apakah terdapat jadwal dalam melakukan pengawasan?

……………………………………………………………………………………….

2. Apakah pengawasan yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan?

……………………………………………………………………………………….

3. Berapa lama rentang waktu antara pengawasan yang dilakukan sebelumnya

dengan pengawasan berikutnya?

……………………………………………………………………………………….

Page 220: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Jawaban (A) : 15-3 (Nurul, pemilik depot jamu di Cipocok)

Pelaku pengawas kebijakan

1. Iya, suka meriksa juga kesini.

2. BPOM memeriksa obatnya satu persatu, nyari yang ilegal sama yang gak ada izinnya

yang beredar.

3. Sosialisasinya itu pas lagi meriksa sambil ngasih tau kalau obat ini (obat ilegal) gak

boleh dijual, sama ngasih daftar obat yang gak boleh beredar.

4. Yang saya tau dari nomor registrasinya aja.

5. Karena ada aja yang beli obatnya.

Jadwal pelaksanaan pengawasan

1. Tidak ada.

2. Datengnya ga tentu mas.

3. biasanya enam bulan sekali meriksa, tapi sekarang udah jarang.

Lokasi Wawancara :

Waktu dan Tanggal :

Page 221: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Jawaban (A) : 15-4 (Aris, pemilik depot jamu di Kaligandu)

Pelaku pengawas kebijakan

1. Bukan pernah lagi malah BPOM sering melakukan inspeksi ke sini.

2. Ya gitu, mereka cek barangnya satu-satu terus bilang ini gak boleh dijual, yang ini gak

boleh dijual. Mungkin kalo menurut BPOM itu semua produk obat tradisional yang ada

disini gak boleh dijual. Yang boleh dijual mungkin hanya merk-merk tertentu saja kayak

sidomuncul.

3. Sosialisasinya itu pas lagi meriksa sambil ngasih tau kalau obat ini (obat ilegal) gak

boleh dijual.

4. Saya tidak tau, karena saya hanya menjual dagangan seperti orang biasa jual. Memang

biasanya BPOM pada saat pemeriksaan suka memberitahu mana produk yang dilarang

dan diizinkan, namun kata mereka rata-rata produknya dilarang semua, kalau semua

dilarang, saya mau jual apa? Sedangkan masyarakat juga sering membeli produk tsb

dan tidak ada efek samping atau keluhan setelah mengkonsumsinya masalah sebaliknya

masyarakat merasa obat tersebut lebih manjur khasiatnya.

5. Ya karena itu tadi, masyarakatnya merasa obatnya manjur, jadi ada aja yang beli.

Jadwal pelaksanaan pengawasan

1. Nggak ada jadwalnya mereka dateng gitu aja sambil bawa surat tugas.

2. Nggak ada.

3. biasanya enam bulan sekali meriksa.

Lokasi Wawancara :

Waktu dan Tanggal :

Page 222: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 223: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Daftar Pertanyaan (Q) Masyarakat I6 :

Pelaku Pengawasan Kebijakan

1. Apakah anda pernah melihat atau mendengar tentang sosialisasi BPOM baik

mengenai obat tradisional legal dan ilegal ataupun mengenai public warning

(Peringatan Publik)?

……………………………………………………………………………………….

2. Apakah anda mengetahui perbedaan obat tradisional legal dengan obat tradisional

ilegal?

……………………………………………………………………………………….

3. Kenapa anda mengkonsumsi obat tradisonal ilegal?

……………………………………………………………………………………….

4. Apakah anda pernah melakukan pengaduan kepada BPOM jika menemukan obat

tradisional ilegal?

……………………………………………………………………………………….

Page 224: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Jawaban (A) : I6-2 (Pendi Surahman, Masyarakat)

Pelaku Pengawasan Kebijakan

1. Belum Pernah.

2. Tidak tau, karena semua obat tradisional ada nomor Depkes dan nomor BPOM nya.

3. Karena seketika merasa enak, jadi di konsumsi terus menerus.

4. Belum, karena ketidaktahuan masyarakat pada umumnya mengenai kelegalan barang

tersebut. Kita kan gak tau mana yang legal mana yang ilegal, karena itu tadi semua obat

tradisional ada nomor Depkes dan nomor BPOM nya.

Lokasi Wawancara :

Waktu dan Tanggal :

Page 225: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 226: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Daftar Pertanyaan (Q) Masyarakat I6 :

Pelaku Pengawasan Kebijakan

1. Apakah anda pernah melihat atau mendengar tentang sosialisasi BPOM baik

mengenai obat tradisional legal dan ilegal ataupun mengenai public warning

(Peringatan Publik)?

……………………………………………………………………………………….

2. Apakah anda mengetahui perbedaan obat tradisional legal dengan obat tradisional

ilegal?

……………………………………………………………………………………….

3. Kenapa anda mengkonsumsi obat tradisonal ilegal?

……………………………………………………………………………………….

4. Apakah anda pernah melakukan pengaduan kepada BPOM jika menemukan obat

tradisional ilegal?

……………………………………………………………………………………….

Page 227: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Jawaban (A) : I6-2 (Pendi Surahman, Masyarakat)

Pelaku Pengawasan Kebijakan

1. Belum Pernah.

2. Tidak tau, karena semua obat tradisional ada nomor Depkes dan nomor BPOM nya.

3. Karena seketika merasa enak, jadi di konsumsi terus menerus.

4. Belum, karena ketidaktahuan masyarakat pada umumnya mengenai kelegalan barang

tersebut. Kita kan gak tau mana yang legal mana yang ilegal, karena itu tadi semua obat

tradisional ada nomor Depkes dan nomor BPOM nya.

Lokasi Wawancara :

Waktu dan Tanggal :

Page 228: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

GAMBAR HASIL WAWANCARA PENELITI DENGAN INFORMAN

Gambar 1

Wawancara Peneliti dengan Bapak Aris Selaku Pemilik Sarana Distribusi (Depot

Jamu) di Kecamatan Serang Kelurahan Kaligandu Kota Serang

Gambar 2

Wawancara Peneliti dengan Ibu Nurul Selaku Pemilik Sarana Distribusi (Depot

Jamu) di Kecamatan Cipocok Kota Serang

Page 229: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Gambar 3

Wawancara Peneliti dengan Bapak Agus Selaku Pemilik Sarana Distribusi (Depot

Jamu) di Kecamatan Serang Pasar Rau Kota Serang

Gambar 4

Wawancara Peneliti dengan Bapak Puguh Wijarnako,S.Farm, S.Apt Selaku

Koordinator Staff Pemdik Serlik Obat, Obat Tradisional, Makanan, Kosmetik, dan

Suplemen di BPOM Provinsi Banten.

Page 230: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Gambar 5

Wawancara Peneliti dengan Bapak M Sony Mughofir,S.Sos Selaku Staff Pemdik

Serlik Pengawas Obat Tradisional dan Bagian Penyidikan di BPOM Provinsi

Banten.

Gambar 6

Wawancara Peneliti dengan Bapak Ahmad Kurnia,ST Selaku Kepala Pemdik

Serlik di BPOM Provinsi Banten

Page 231: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Gambar 7

Wawancara dengan Bapak Sukarsono selaku Masyarakat Kota Serang yang

Mengkonsumsi Obat Tradisional Ilegal di Kecamatan Serang Kelurahan Lopang

Gambar 8

Salah Satu Program Sosialisasi BPOM Provinsi Banten dengan Mendirikan Stand

pada Acara Ulang Tahun Kota Serang yang ke-7 di Alun-alun Kota Serang

Page 232: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

Gambar 9

Salah Satu Program Sosialisasi BPOM Provinsi Banten dengan Mendirikan Stand

pada Acara Ulang Tahun Kabupaten Serang yang ke-488 di Alun-alun Kota

Serang

Page 233: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 234: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 235: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …
Page 236: PENGAWASAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BIODATA MAHASISWA

Nama : Gaery Rahman Saputra

Usia : 24 Tahun

Tempat Tgl Lahir : Serang, 22 Maret 1990

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Alamat : Jl. Trip Jamaksari No.32 Cinanggung, Serang

Nomor Telepon : 087778578114

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1995 – 1998 : TK Pertiwi Serang

1998 – 2002 : SDN 2 Serang

2002 – 2005 : SMP N 2 Serang

2005 – 2008 : SMA N 3 Serang

2008 – 2015 : FISIP UNTIRTA, Jurusan Administrasi Negara