PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- … · PPh Pasal 21/26 • Pembayaran manfaat atau...
Transcript of PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- … · PPh Pasal 21/26 • Pembayaran manfaat atau...
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAKPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAKNOMOR PERNOMOR PER-- 332/PJ/202/PJ/201155
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN,PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN,PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILANPENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILANPASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGIATANSEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGIATANORANG PRIBADIORANG PRIBADI
KementerianKementerian KeuanganKeuangan RepublikRepublik IndonesiaIndonesiaDirektorat Jenderal PajakDirektorat Jenderal PajakTahunTahun 20120155
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN,PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN,PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILANPENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILANPASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGIATANSEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGIATANORANG PRIBADIORANG PRIBADI
1
1. Pekerjaan;2. Jasa;3. Kegiatanyang dilakukan orang pribadi
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, danPembayaran lain dengan nama/bentuk apapun
SPDN SPLN
PPh Pasal 21 PPh Pasal 26
2
Pemotong PPh Pasal 21/26
• pemberi kerja yang terdiri dari:a. orang pribadi dan badan;b. cabang, perwakilan atau unit, dalam hal yang
melakukan sebagian atau seluruh administrasi yangterkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium,tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang,perwakilan atau unit tersebut.
• bendahara atau pemegang kas pemerintah• dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial
Tenaga Kerja dan badan-badan lain• orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas serta badan yang melakukanpembayaran sehubungan dengan penyerahan jasa
• Penyelenggara kegiatan
• pemberi kerja yang terdiri dari:a. orang pribadi dan badan;b. cabang, perwakilan atau unit, dalam hal yang
melakukan sebagian atau seluruh administrasi yangterkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium,tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang,perwakilan atau unit tersebut.
• bendahara atau pemegang kas pemerintah• dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial
Tenaga Kerja dan badan-badan lain• orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas serta badan yang melakukanpembayaran sehubungan dengan penyerahan jasa
• Penyelenggara kegiatan
3
Pemberi kerja bukan pemotongPPh Pasal 21/26
• Kantor perwakilan negara asing• Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan
Menteri Keuangan• Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata memperkerjakan orang pribadi untuk melakukanpekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalamrangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaanbebas
• Kantor perwakilan negara asing• Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan
Menteri Keuangan• Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata memperkerjakan orang pribadi untuk melakukanpekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalamrangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaanbebas
4
Penerima penghasilan yang dikenakanPPh Pasal 21/26
• pegawai;• penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat
pensiun, THT, JHT, termasuk ahli warisnya;• bukan pegawai;• anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak
merangkap sebagai pegawai;• mantan pegawai;• peserta kegiatan:
– Peserta perlombaan– Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan,
kunjungan kerja– Peserta/anggota kepanitiaan– Peserta pendidikan, pelatihan– Peserta kegiatan lainnya
• pegawai;• penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat
pensiun, THT, JHT, termasuk ahli warisnya;• bukan pegawai;• anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak
merangkap sebagai pegawai;• mantan pegawai;• peserta kegiatan:
– Peserta perlombaan– Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan,
kunjungan kerja– Peserta/anggota kepanitiaan– Peserta pendidikan, pelatihan– Peserta kegiatan lainnya
5
Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21/26
• penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur• penghasilan penerima pensiun secara teratur• uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan
hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannyamelewati jangka waktu 2 tahun;
• penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas• imbalan kepada bukan pegawai;• imbalan kepada peserta kegiatan;• imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;• imbalan kepada mantan pegawai;• penarikan dana pensiun oleh pegawai.
• penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur• penghasilan penerima pensiun secara teratur• uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan
hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannyamelewati jangka waktu 2 tahun;
• penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas• imbalan kepada bukan pegawai;• imbalan kepada peserta kegiatan;• imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;• imbalan kepada mantan pegawai;• penarikan dana pensiun oleh pegawai.
• Wajib Pajak PPh Final• Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus
Termasuk:Natura/Kenikmatan dari:
6
Penghitungan besarnyapenghasilan
Uang rupiah Uang asing Natura/kenikmatanan
sesuai dengan yangditerima/diperoleh
Kurs MenteriKeuangan Harga Pasar
7
Penghasilan yang tidak dikenakanPPh Pasal 21/26
• Pembayaran manfaat atau santunan asuransikesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa
• Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah• Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah
disahkan Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar pemberikerja
• Zakat/sumbangan wajib keagamaan daribadan/lembaga yang dibentuk/disahkan pemerintah
• Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat(3) huruf l UU PPh
• Pembayaran manfaat atau santunan asuransikesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa
• Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah• Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah
disahkan Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar pemberikerja
• Zakat/sumbangan wajib keagamaan daribadan/lembaga yang dibentuk/disahkan pemerintah
• Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat(3) huruf l UU PPh
8
Setiap Masa Pajak,kecuali Masa Pajak terakhir
PPh Pasal 21:PPh Pasal 21:Pegawai tetap dan Penerima Pensiun BerkalaPegawai tetap dan Penerima Pensiun Berkala
Masa Pajak terakhir
Perkiraan Penghasilan Netoyang akan diterima selamasetahun, Penghasilan teratur
sebulan dikali 12
Selisih antara PPh yangterutang atas seluruhpenghasilan kena pajakselama setahun dengan PPhyang telah dipotong masa-masa sebelumnya
9
Disetahunkan Tidak Disetahunkan
Masa Perolehan Penghasilan Kurang dari 12 Bulan
1. WP OP DN meninggaldunia atau meninggalkanIndonesia selamanya;
2. Orang asing mulaibekerja di Indonesiapada tahun berjalanuntuk jangka waktu lebihdari 6 bulan;
3. Karyawan pindah cabang
1. WP OP DN mulai bekerjapada tahun berjalan;
2. WP OP DN pindah kerjake pemberi kerja yanglain
10
Pegawai tetap
Gaji, Tunjangan, Premi AsuransiDibayar Pemberi Kerja Uang Pensiun Berkala
Dikurangi dengan
1. Biaya jabatan, 5% dari pengh.Bruto maks. Rp6.000.000 pertahun atau Rp500.000 per bulan
2. Iuran pensiun, THT/JHT yangdibayar sendiri
Dikurangi dengan
Biaya Pensiun, 5% dari pengh.Bruto maks. Rp2.400.000 pertahun atau Rp200.000 perbulan
Penerima pensiun
Penghitungan PPh Pasal 21
1. Biaya jabatan, 5% dari pengh.Bruto maks. Rp6.000.000 pertahun atau Rp500.000 per bulan
2. Iuran pensiun, THT/JHT yangdibayar sendiri
Biaya Pensiun, 5% dari pengh.Bruto maks. Rp2.400.000 pertahun atau Rp200.000 perbulan
Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)
Dikurangi PTKP
Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Pasal 1711
Rp36.000.000,- Untuk diri Wajib Pajak
Rp3.000.000,-
Rp3.000.000,-
Tambahan utk WP Kawin
Tambahan untuk setiapanggota keluarga sedarahsemenda dalam garisketurunan lurus serta anakangkat yg menjadi tanggungansepenuhnya maksimal 3 orang
PTKP:(PMK 122/PMK.010/2015)
Rp3.000.000,-
Tambahan untuk setiapanggota keluarga sedarahsemenda dalam garisketurunan lurus serta anakangkat yg menjadi tanggungansepenuhnya maksimal 3 orang
penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahunkalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender
12
ATURAN PERALIHAN
1. Penghitungan dan penyetoran PPh Pasal 21 serta pelaporanSPT Masa PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Juli sampaidengan Desember 2015 dihitung dengan menggunakanPenghasilan Tidak Kena Pajak berdasarkan PeraturanMenteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015;
2. PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni2015 yang telah dihitung, disetor, dan dilaporkan denganmenggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak berdasarkanPeraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012dilakukan pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21, dan dalamhal terdapat kelebihan setor, maka dapat dikompensasikanmulai Masa Pajak Juli 2015 sampai dengan Desember 2015;dan
3. penghitungan PPh Pasal 21 terutang pada pembetulan SPTMasa PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari sampai dengan Juni2015 sebagaimana dimaksud pada angka 2 dilakukanberdasarkan Peraturan ini.
1. Penghitungan dan penyetoran PPh Pasal 21 serta pelaporanSPT Masa PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Juli sampaidengan Desember 2015 dihitung dengan menggunakanPenghasilan Tidak Kena Pajak berdasarkan PeraturanMenteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015;
2. PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni2015 yang telah dihitung, disetor, dan dilaporkan denganmenggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak berdasarkanPeraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012dilakukan pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21, dan dalamhal terdapat kelebihan setor, maka dapat dikompensasikanmulai Masa Pajak Juli 2015 sampai dengan Desember 2015;dan
3. penghitungan PPh Pasal 21 terutang pada pembetulan SPTMasa PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari sampai dengan Juni2015 sebagaimana dimaksud pada angka 2 dilakukanberdasarkan Peraturan ini.
13
1. Penghitungan dan penyetoran PPh Pasal 21 serta pelaporanSPT Masa PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Juli sampaidengan Desember 2015 dihitung dengan menggunakanPenghasilan Tidak Kena Pajak berdasarkan PeraturanMenteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015;
2. PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni2015 yang telah dihitung, disetor, dan dilaporkan denganmenggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak berdasarkanPeraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012dilakukan pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21, dan dalamhal terdapat kelebihan setor, maka dapat dikompensasikanmulai Masa Pajak Juli 2015 sampai dengan Desember 2015;dan
3. penghitungan PPh Pasal 21 terutang pada pembetulan SPTMasa PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari sampai dengan Juni2015 sebagaimana dimaksud pada angka 2 dilakukanberdasarkan Peraturan ini.
1. Penghitungan dan penyetoran PPh Pasal 21 serta pelaporanSPT Masa PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Juli sampaidengan Desember 2015 dihitung dengan menggunakanPenghasilan Tidak Kena Pajak berdasarkan PeraturanMenteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015;
2. PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni2015 yang telah dihitung, disetor, dan dilaporkan denganmenggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak berdasarkanPeraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012dilakukan pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21, dan dalamhal terdapat kelebihan setor, maka dapat dikompensasikanmulai Masa Pajak Juli 2015 sampai dengan Desember 2015;dan
3. penghitungan PPh Pasal 21 terutang pada pembetulan SPTMasa PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari sampai dengan Juni2015 sebagaimana dimaksud pada angka 2 dilakukanberdasarkan Peraturan ini.
KawinKawinKawinKawinTTidakidakKawinKawinTTidakidakKawinKawin
KawinKawinSuami tidakSuami tidak
berpenghasilanberpenghasilan
KawinKawinSuami tidakSuami tidak
berpenghasilanberpenghasilan
PTKP Karyawati
Hanya untukdiri sendiri
1. Diri sendiri;2. Tanggungan
maks 3.
1. Diri sendiri;2. Status kawin;3. Tanggungan
maks 3.
menunjukkan ket. tertulis dari pemerintah daerah setempatserendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/
memperoleh penghasilan 14
5%5%Sampai dengan Rp 50 juta
15%15%Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta
SesuaiSesuaiPasal 17 ayatPasal 17 ayat
(1) huruf a(1) huruf aUU PPhUU PPh
Tarif
Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta
25%25%Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta
30%30%Di atas Rp 500 juta
15
Upah/Uang Saku Harian, Mingguan,Satuan, Borongan
Dibayarkan Bulanan Atau JumlahUpah Kumulatif satu bulan
melebihi Rp 8.200.000
Upah/Uang Saku Harian
≤ 300.000 > 300.000Dikali 12
Dikurangi PTKP Setahun
PPh Pasal 21:Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas
Tidak Dipotong Dikurangi 300.000
Dipotong 5%
Upah kumulatif > Rp3 jt s.d. Rp8,2 jt sebulan
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
Tarif PPh 21 = 5%
Dikurangi PTKP Setahun
Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Ps 17
PPh Ps 21 Setahun
Dibagi 12
PPh Pasal 21 Sebulan
16
berkesinambungan BerkesinambunganEx Pasal 13 ayat (1)
Tidakberkesinambungan
(50 % x Ph Bruto)Dikurangi
PTKP sebulan,Dihitung secara
kumulatif
PPh Pasal 21:Bukan Pegawai
(50 % x Ph Bruto)Dikurangi
PTKP sebulan,Dihitung secara
kumulatif
(50 % x Ph Bruto)
Dihitung secarakumulatif
(50 % x Ph Bruto)
Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalahSebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum
Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik
17
PPh Pasal 21:Lainnya
Dewan Komisaris/Pengawas nonPegawai tetap
Mantan PegawaiPeserta program
Pensiun yang masihBerstatus pegawai
honorarium atauimbalan yang
bersifat tidak teratur
jasa produksi,tantiem, gratifikasi,bonus atau imbalan
lain yang bersifattidak teratur
Tarif Pasal 17 atas Penghasilan Bruto
honorarium atauimbalan yang
bersifat tidak teratur
jasa produksi,tantiem, gratifikasi,bonus atau imbalan
lain yang bersifattidak teratur
penarikan danapensiun
18
Tarif Pasal 17UU PPh
PPh Pasal 21:Peserta Kegiatan
Penghasilan Bruto
Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuhdan tidak dipecah
19
PEGAWAI
PENSIUNAN
TETAP
TIDAK TETAP
Ph NETO - PTKP
BULANAN
HARIAN
Ph BRUTO - PTKP
Ph NETO - PTKPBERKALA
Ph BRUTO – 300 RIBU
Ph BRUTO(>3 jt s.d. 8,2 jt) –PTKP Harian
((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan)Kumulatif
Ph BRUTO(> 8,2 jt) – PTKP
BUKAN PEGAWAI
TIDAK BERKESINAMBUNGAN
BERKESINAMBUNGAN
(50% X Ph Bruto) Kumulatif
50 % x Ph Bruto
Ph Bruto Kumulatif
BERKESINAMBUNGAN ex Psl 13 (1)
((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan)Kumulatif
PESERTA KEGIATAN
KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI,PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI
Ph Bruto
20
Penerima penghasilan tidak ber-NPWP
PPh Pasal 21 sebesar 120%lebih tinggi daripada PPh
Pasal 21 yang seharusnya(20% lebih tinggi)
Setelah pemotonganPPh Pasal 21 bulan
Desember
sebelum pemotonganPPh Pasal 21 bulan
DesemberBer-NPWP
Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final
Setelah pemotonganPPh Pasal 21 bulan
Desember
sebelum pemotonganPPh Pasal 21 bulan
DesemberBer-NPWP
Diperhitungkan olehpemotong dengan
PPh Pasal 21 bulan-bulan selanjutnya
merupakan kreditpajak dalam SPT
Tahunan PPh
21
Ketentuan Khusus
Penghasilan bersumber dariAPBN/D yang diterima olehPejabat Negara, PNS,Anggota, TNI/Polri, danPensiunannya
1. Uang Pesangon2. Uang Manfaat Pensiun3. THT/JHTyang dibayarkan sekaligus
Penghasilan bersumber dariAPBN/D yang diterima olehPejabat Negara, PNS,Anggota, TNI/Polri, danPensiunannya
PP 68 Tahun 2010 PP 80 Tahun 2010
22
PPh Pasal 26
Tarif Pasal 26:20 %
Penghasilan Bruto
MemperhatikanKetentuan P3B
23
Saat terutangPPh Pasal 21/26
Penerima penghasilan PemotongPenerima penghasilan
akhir bulan dilaku-kannya pembayaranatauakhir bulanterutangnyapenghasilan
Pemotong
Saat dilakukannyapembayaran
atausaat terutangnya
penghasilan
24
Kewajiban Pemotong
• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan
PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulankalender.
• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Posatau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPhPs. 21/26 Untuk Setiap Masa Pajak
• Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja SesuaiKetentuan
• Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya KepadaPenerima Penghasilan
• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan
PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulankalender.
• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Posatau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPhPs. 21/26 Untuk Setiap Masa Pajak
• Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja SesuaiKetentuan
• Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya KepadaPenerima Penghasilan
25
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
• Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:– dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau
pegawai berhenti• Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– Dibuat setiap kali ada pemotongan– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti
potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam
SPT Masa PPh Pasal 21
• Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:– dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau
pegawai berhenti• Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– Dibuat setiap kali ada pemotongan– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti
potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam
SPT Masa PPh Pasal 21
26
Kewajiban Penerima Penghasilan
• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai
tertentu Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi JumlahTanggungan Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau PadaSaat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri
• Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluargakpd Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau MulaiPensiun
• Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal TerjadiPerubahan Tanggungan Keluarga Paling Lambat SebelumMulai Tahun Kalender Berikutnya
• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai
tertentu Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi JumlahTanggungan Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau PadaSaat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri
• Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluargakpd Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau MulaiPensiun
• Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal TerjadiPerubahan Tanggungan Keluarga Paling Lambat SebelumMulai Tahun Kalender Berikutnya
27
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21
Budiyanta pada tahun 2016 bekerja di PT Aman Bahagiadengan gaji sebulan Rp 8.000.000,00 dan membayar iuranpensiun sebesar Rp200.000,00. Budiyanta menikah tetapibelum mempunyai anak. Pada bulan Juli 2016 menerimakenaikan gaji, menjadi Rp10.000.000,00 sebulan dan berlakusurut sejak 1 Januari 2016. Dengan adanya kenaikan gaji yangberlaku surut tersebut, Budiyanta menerima rapel sejumlahRp 12.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa Januari s.d.Mei 2016). Pada bulan Oktober 2016 menerima bonustahunan sebesar Rp 20.000.000,00.
Budiyanta pada tahun 2016 bekerja di PT Aman Bahagiadengan gaji sebulan Rp 8.000.000,00 dan membayar iuranpensiun sebesar Rp200.000,00. Budiyanta menikah tetapibelum mempunyai anak. Pada bulan Juli 2016 menerimakenaikan gaji, menjadi Rp10.000.000,00 sebulan dan berlakusurut sejak 1 Januari 2016. Dengan adanya kenaikan gaji yangberlaku surut tersebut, Budiyanta menerima rapel sejumlahRp 12.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa Januari s.d.Mei 2016). Pada bulan Oktober 2016 menerima bonustahunan sebesar Rp 20.000.000,00.
28
A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji BulananGaji sebulan Rp 8.000.000Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 8.000.000) Rp 400.000Iuran Pensiun Rp 200.000 Rp 600.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 7.400.000Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 7.400.000,00 ) Rp 88.800.000PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 36.000.000- tambahan WP kawin Rp 3.000.000 Rp 39.000.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 49.800.000PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 49.800.000,00 = Rp 2.490.000
PPh Pasal 21 sebulanRp 2.490.000,00 : 12 = Rp 207.500
A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji BulananGaji sebulan Rp 8.000.000Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 8.000.000) Rp 400.000Iuran Pensiun Rp 200.000 Rp 600.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 7.400.000Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 7.400.000,00 ) Rp 88.800.000PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 36.000.000- tambahan WP kawin Rp 3.000.000 Rp 39.000.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 49.800.000PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 49.800.000,00 = Rp 2.490.000
PPh Pasal 21 sebulanRp 2.490.000,00 : 12 = Rp 207.500
29
B. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang RapelGaji sebulan Rp 10.000.000Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 10.000.000) = Rp 500.000Iuran Pensiun = Rp 200.000 Rp 700.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 9.300.000Penghasilan Neto setahun ( 12 x Rp 9.300.000,00 ) Rp 111.600.000PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 36.000.000- tambahan WP kawin Rp 3.000.000 Rp 39.000.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 72.600.000PPh Pasal 21 setahun :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.00015% x Rp 22.600.000,00 = Rp 3.390.000
Rp 5.890.000PPh Pasal 21 sebulan
Rp 5.890.000,00 : 12 Rp 490.833PPh Pasal 21 Januari s.d Juni 2016 seharusnya adalah :6 x Rp 490.833,00 Rp 2.944.998PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Juni 20166 x Rp 207.500,00 (dari perhitungan contoh A) Rp 1.245.000PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 1.699.998
B. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang RapelGaji sebulan Rp 10.000.000Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 10.000.000) = Rp 500.000Iuran Pensiun = Rp 200.000 Rp 700.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 9.300.000Penghasilan Neto setahun ( 12 x Rp 9.300.000,00 ) Rp 111.600.000PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 36.000.000- tambahan WP kawin Rp 3.000.000 Rp 39.000.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 72.600.000PPh Pasal 21 setahun :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.00015% x Rp 22.600.000,00 = Rp 3.390.000
Rp 5.890.000PPh Pasal 21 sebulan
Rp 5.890.000,00 : 12 Rp 490.833PPh Pasal 21 Januari s.d Juni 2016 seharusnya adalah :6 x Rp 490.833,00 Rp 2.944.998PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Juni 20166 x Rp 207.500,00 (dari perhitungan contoh A) Rp 1.245.000PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 1.699.998
30
C. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran BonusGaji setahun (12 x Rp 10.000.000,00) Rp 120.000.000Bonus Rp 20.000.000Penghasilan bruto setahun Rp 140.000.000Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 140.000.000,00) = Rp 7.000.000,00*Biaya Jabatan dlm setahun maksimal Rp 6.000.000,00 Rp 6.000.000Iuran Pensiun (12 x Rp 200.000,00) Rp 2.400.000 Rp 8.400.000
Penghasilan Neto setahun Gaji + Bonus Rp 131.600.000PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 36.000.000- tambahan WP kawin Rp 3.000.000 Rp 39.000.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 92.600.000PPh Pasal 21 setahun atas Gaji + Bonus :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.00015% x Rp 42.600.000,00 = Rp 6.390.000
8.890.000PPh Pasal 21 atas Gaji (dari contoh B) Rp 5.890.000PPh Pasal 21 atas Bonus Rp 3.000.000
C. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran BonusGaji setahun (12 x Rp 10.000.000,00) Rp 120.000.000Bonus Rp 20.000.000Penghasilan bruto setahun Rp 140.000.000Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 140.000.000,00) = Rp 7.000.000,00*Biaya Jabatan dlm setahun maksimal Rp 6.000.000,00 Rp 6.000.000Iuran Pensiun (12 x Rp 200.000,00) Rp 2.400.000 Rp 8.400.000
Penghasilan Neto setahun Gaji + Bonus Rp 131.600.000PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 36.000.000- tambahan WP kawin Rp 3.000.000 Rp 39.000.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 92.600.000PPh Pasal 21 setahun atas Gaji + Bonus :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.00015% x Rp 42.600.000,00 = Rp 6.390.000
8.890.000PPh Pasal 21 atas Gaji (dari contoh B) Rp 5.890.000PPh Pasal 21 atas Bonus Rp 3.000.000
31
32