Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan...

38
Policy Paper Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah Telah Menjadi Solusi Bagi Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Lestari? (Analisa kebijakan tingkat lokal dari aspek problem structuring) Ni Putu Sarilani Wirawan NPM: 1006742522 MAGISTER PSIKOLOGI TERAPAN INTERVENSI SOSIAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2011

Transcript of Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan...

Page 1: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

Policy Paper

Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah Telah

Menjadi Solusi Bagi Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Lestari? (Analisa kebijakan tingkat lokal dari aspek problem structuring)

Ni Putu Sarilani Wirawan

NPM: 1006742522

MAGISTER PSIKOLOGI TERAPAN – INTERVENSI SOSIAL

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2011

Page 2: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

1

Ringkasan Eksekutif

Peraturan Desa (Perdes) Nomor 01 Tahun 2010 tentang Kawasan Ekowisata Damar

Hitam disusun sebagai kontribusi tingkat desa untuk mengatasi ancaman meluasnya

perambahan hutan dalam pengelolaan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatera

Utara. Secara mendasar, peraturan desa ini disusun untuk menyelamatkan hutan yang masih

alami dengan strategi pendekatan ekowisata untuk menjamin kegiatan perlindungan dan

pengawasan hutan TNGL dari ancaman perambahan. Materi dalam perdes ini berisikan

perlindungan hutan dan rencana pembentukan ekowisata di masa yang akan datang terhadap

wilayah hutan yang masih dalam kondisi baik (belum mengalami kerusakan).

Namun demikian terdapat beberapa tantangan dalam efektifitas perdes ini. Oleh karena

itu, permasalahan yang dikaji di dalam policy paper ini berkaitan dengan proses penyusunan

peraturan desa. Policy paper ini memberikan argumentasi bahwa agar suatu peraturan di

tingkat lokal dapat efektif, para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembuatan (serta

penegakan) peraturan tingkat lokal ini perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai

faktor psikologis yang mempengaruhi internalisasi norma oleh suatu komunitas, pengetahuan

mengenai permasalahan, perilaku manusia yang terkait dengan permasalahan tersebut, serta

solusi yang ditawarkan melalui suatu peraturan desa. Pada akhirnya, beberapa rekomendasi

akan diberikan untuk dapat meningkatkan kualitas dari pembuatan peraturan desa (sehingga

mampu efektif di dalam penegakannya), terutama terkait pengelolaan sumberdaya alam di

tingkat masyarakat lokal, dari aspek problem structuring di dalam proses pembuatan

peraturan.

Kajian kebijakan ini disusun untuk menjangkau para aktivis konservasi di tingkat lapang

yang secara aktif memfasilitasi proses-proses penyusunan kebijakan di tingkat desa yang

terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam. Harapan dari penyusunan policy paper ini

adalah dengan membaiknya proses penyusunan kebijakan di tingkat lokal, maka penerapan

Page 3: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

2

nya juga akan menjadi semakin efektif yang akan berkontribusi pada semakin efektifnya

penyelesaian tantangan-tantangan pengelolaan sumberdaya alam oleh komunitas lokal.

Rekomendasi yang diberikan untuk kajian terhadap Peraturan Desa tentang Ekowisata

Damar Hitam, adalah opsi: Tidak merubah perdes yang telah ada namun melakukan

seperangkat intervensi terpadu untuk memberikan kekuatan non-formal terhadap

perdes ini. Sementara itu, bagi para aktivis konservasi di tingkat lapang yang secara aktif

memfasilitasi proses penyusunan kebijakan di tingkat desa yang terkait dengan pengelolaan

sumberdaya alam maka direkomendasikan opsi: menyusun perdes baru melalui problem

structuring yang tepat dan proses yang memperhatikan prinsip pengelolaan komunitas

dalam mengembangkan internalisasi terhadap norma baru.

Page 4: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

3

Daftar Isi

Ringkasan Eksekutif .................................................................................................................. 1

Daftar Isi .................................................................................................................................... 3

1. Pendahuluan........................................................................................................................ 4

1.1. Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL): Ilustrasi Tantangan Pengelolaan Wilayah

Konservasi di Indonesia ......................................................................................................... 4

1.2. Peraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Proses Panjang.. 6

1.3. Peraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ......... 9

1.4. Permasalahan Utama ................................................................................................. 10

2. Evaluasi dan Argumentasi ................................................................................................ 12

2.1. Pendekatan Psikologis dalam Proses Penetapan Peraturan bagi Komunitas ............ 12

2.2. Argumentasi : Efektifitas Proses Penyusunan Perdes ............................................... 16

2.3. Argumentasi: Efektifitas Penerapan Perdes .............................................................. 18

3. Policy Options .................................................................................................................. 20

4. Rekomendasi Kebijakan ................................................................................................... 24

Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 26

Lampiran A: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam ............................................. 28

Lampiran B: PP RI No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa............................................................ 36

Lampiran C: Peraturan Mendagri No. 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pembentukan dan

Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa ................................................................................. 74

Page 5: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

4

1. Pendahuluan

1.1. Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL): Ilustrasi Tantangan Pengelolaan

Wilayah Konservasi di Indonesia

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) seluas 1.094.692 hektar merupakan suatu

kawasan konservasi yang terletak di dua propinsi Indonesia yaitu Sumatera Utara dan

Nanggroe Aceh Darussalam (Center, 2009). TNGL juga merupakan salah satu dari 2

kawasan konservasi lainnya (Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan) yang telah ditetapkan oleh badan dunia United Nations Educational,

Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai “Tropical Rainforest Heritage of

Sumatra” atau Warisan Dunia Hutan Tropis Sumatra (Tropical Rainforest of Sumatra, 2004).

Pengertian kawasan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang

mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

ekosistemnya (UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan

Ekosistemnya, UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dan Peraturan Pemerintah No. 68

Tahun 1998 tentang Konservasi Suaka Alam dan Konservasi Pelestarian Alam). Salah satu

contoh bentuk kawasan konservasi adalah Taman Nasional. Penetapan kawasan konservasi

merupakan implementasi strategi konservasi ekosistem dan strategi konservasi in-situ yang

diarahkan sebagai fungsi pokok perlindungan/suaka dan pelestarian alam.

TNGL merupakan suatu kawasan konservasi yang memiliki nilai penting dari kekayaan

flora dan faunanya, juga dari sisi layanan ekologis. Dari sisi keanekaragaman hayati, kawasan

ekosistem Leuser merupakan habitat (tempat tinggal) terbesar bagi Orangutan Sumatera

(Pongo abelii). Orangutan Sumatra merupakan jenis satwa endemik (jenis satwa yang hanya

dapat ditemui di tempat tertentu) Sumatra. Dari sisi nilai layanan ekologis, tutupan dan

struktur ekosistemnya memiliki fungsi penting dalam memelihara ketersediaan air, iklim,

serta system penyangga kehidupan lainnya (Tentang TNGL).

Page 6: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

5

TNGL sebagai suatu kawasan Taman Nasional (TN) merupakan kawasan pelestarian

alam, yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan

untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya,

pariwisata dan rekreasi. Namun demikian di dalam pengelolaannya, kawasan ini menghadapi

berbagai tantangan yang mengancam kelangsungan kelestarian dan keberadaan ekosistem

dan kekayaan alam di dalamnya. Berdasarkan nomenklatur ancaman konservasi yang

ditetapkan oleh International Union of Nature Conservation (IUCN), beberapa ancaman

terhadap kelangsungan kelestarian TNGL adalah:

Kategori ancaman IUCN : 7 (perubahan (modifikasi) sistem alami) : 7.3. modifikasi

ekosistem lainnya

Perambahan kawasan hutan: aktivitas membuka kawasan hutan TNGL menjadi

perkebunan skala besar dan kecil telah mengakibatkan kerusakan habitat dan

ekosistem.

Kategori ancaman IUCN : 5 (penggunaan sumber daya biologi) : 5.3. penebangan

kayu & pemanenan kayu

Illegal loging (penebangan hutan): sampai dengan tahun 2006 perusakan hutan

dengan penebangan liar menjadi kegiatan yang sangat mengancam kawasan TNGL

wilayah Besitang.

Kategori ancaman IUCN : 1 (pembangunan hunian & komersil : 1.1. wilayah

perumahan

Pendudukan kawasan TNGL oleh eks pengungsi asal Aceh, sebagai akibat konflik

militer Aceh (disusul dengan bencana tsunami): Menurut data Balai Besar TNGL

tahun 2007 pengungsi yang membuka hutan menjadi pemukiman dan perladangan

mencapai ± 500 kepala keluarga.

Page 7: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

6

Kategori ancaman IUCN: 5 (Penggunaan Sumber Daya Alam Hayati): 5.1 Perburuan

dan pengambilan hewan daratan.

Perburuan (Perburuan & Pengambilan Hewan Daratan): Kebiasaan atau kegemaran

memasang jerat, serta masuknya satwa termasuk orangutan dan gajah ke area ladang

masyarakat memicu perburuan yang berakibat pada ancaman berkurangnya populasi

satwa liar

Yayasan Orangutan Sumatra Lestari – Orangutan Information Center (YOSL-OIC)

adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) lokal yang berkantor pusat di Medan

yang memiliki perhatian terhadap kelestarian orangutan Sumatra. Lembaga ini didirikan

pada tahun 2002. Sejak tahun 2007, lembaga ini memfokuskan kegiatan di Kawasan TNGL

Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah VI Besitang (Kecamatan Besitang, Sei Lepan,

dan Batang Serangan di Kabupaten Langkat) melalui program penyadaran dan peningkatan

partisipasi masyarakat setempat terhadap usaha-usaha konservasi di area ini.

Wilayah VI Besitang ini memiliki luas ± 126.000 ha dengan tantangan pengelolaan

kawasan yang cukup kompleks. Data luas kerusakan kawasan TNGL di wilayah Kabupaten

Langkat sendiri menurut hasil penafsiran Citra Landsat tahun 2002 menunjukkan kerusakan

seluas 43.623 Ha termasuk kawasan bukan berupa hutan seluas 20.688 Ha (Ismail, 2010).

Penyelesaian secara menyeluruh terhadap permasalahan kerusakan kawasan TNGL menjadi

agenda utama dari pengelolaan kawasan oleh Balai TNGL bekerja sama dengan semua pihak

terkait dan pelibatan masyarakat.

1.2. Peraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Proses

Panjang

Terkait dengan usaha mengatasi tantangan dalam pengelolaan kawasan TNGL,

kelompok masyarakat Desa Mekar Makmur dengan fasilitasi dari beberapa lembaga telah

mengembangkan dan menyusun sebuah peraturan desa (perdes). Peraturan di tingkat lokal

Page 8: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

7

ini disebut Peraturan Desa (Perdes) Nomor 01 Tahun 2010 tentang Kawasan Ekowisata

Damar Hitam. Lokakarya penetapan Perdes ini dilaksanakan bekerjasama dengan

Conservation Response Unit- Flora Fauna International (CRU-FFI), Balai Besar Taman

Nasional Gunung Leuser dan UNESCO pada bulan Februari 2010. Peserta lokakarya ini

terdari dari para kepala dusun (dari 6 dusun yang ada di Desa Mekar Makmur), anggota

Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LKMD),

perwakilan perempuan dari kelompok PKK, pemuda, Balai Besar TNGL, dan LSM.

Lokakarya berlangsung selama satu hari dari pukul 8 pagi hingga 6 sore.

Lokakarya dilakukan untuk menyusun dan menyepakati sebuah kebijakan di tingkat lokal

yaitu di Desa Mekar Makmur untuk melindungi hutan Taman Nasional Gunung Leuser

(TNGL) khususnya di wilayah kecamatan Sei Lepan. Secara substantif, peraturan desa ini

disusun untuk menyelamatkan hutan yang masih alami dengan strategi pendekatan ekowisata

untuk menjamin kegiatan perlindungan dan pengawasan hutan TNGL dari ancaman

perambahan. Oleh karena itulah, perdes ini kemudian berisikan perlindungan hutan dan

rencana pembentukan ekowisata di masa yang akan datang terhadap wilayah hutan yang

masih dalam kondisi baik (belum mengalami kerusakan). Luas kawasan hutan yang

dilindungi di dalam Perdes ini seluas 8325 hektar (terletak pada koordinat 03010‟12.3‟‟ LU,

98006‟10.5‟ BT s/d 03050‟44.1‟‟ LU, 98010‟15.9‟ BT).

Namun sesungguhnya, lokakarya ini merupakan suatu bagian dari sebuah proses panjang

dalam penyusunan perdes ini. Inisiatif dan proses penyusunan perdes ini telah dimulai sejak

tahun 2007 oleh CRU-FFI melalui beberapa pendekatan informal kepada tokoh-tokoh

masyarakat Desa Mekar Makmur. Kehadiran dua kelompok pengungsi (pasca konflik militer

di Aceh) di wilayah kecamatan Sei Lepan pada saat itu dikhawatirkan akan mempengaruhi

meluasnya area kawasan konservasi yang dirambah. Kebijakan di tingkat desa, diharapkan

dapat membantu memperkuat perundang-undangan tingkat nasional terkait pengelolaan

Page 9: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

8

TNGL serta memberi ruang pada kelompok masyarakat desa untuk berperan aktif mencegah

perluasan area hutan yang dirusak. Di dalam rangkaian proses tersebut, dibentuklah Lembaga

Permata Rimba Damar Hitam (pada 27 Maret 2007) atau disebut juga LPRD, dengan harapan

lembaga di tingkat desa ini mampu mengawal, mengimplementasikan, dan mengawasi

pelaksanaan perdes yang disusun, serta sebagai langkah awal dalam menjawab keinginan

masyarakat terhadap pengembangan ekowisata di desa ini. Namun demikian, proses

penyusunan perdes ini mengalami tantangan dengan adanya keterbatasan sumberdaya yang

kemudian memperlambat proses penyusunan peraturan di tingkat desa ini maupun

pengembangan kelembagaan LPRD.

Sebuah kampanye perubahan perilaku dengan pendekatan sosial-marketing yang

dilakukan oleh YOSL-OIC (2008 - 2010) kemudian mengingatkan para pemangku

kepentingan mengenai rancangan perdes yang pernah didiskusikan ini. Bagi YOSL-OIC,

inisiatif perdes ini dianggap akan menjadi faktor penguat dalam usaha menangani meluaskan

perambahan kawasan TNGL, terutama terkait dengan fokus kampanye yang bertujuan untuk

memperkenalkan pertanian tumpangsari di antara tanaman karet dan sawit untuk mengurangi

keinginan terhadap kebutuhan perluasan lahan yang mengancam kelangsungan hutan di

kawasan TNGL. Berkaitan dengan hal inilah maka YOSL-OIC bersama dengan CRU-FFI,

Balai Besar TNGL, dan perwakilan dari UNESCO memutuskan untuk melakukan lokakarya

penyusunan perdes dengan harapan perdes dapat didiskusikan bersama dengan pemangku

kepentingan dan ditandatangani sehingga dapat disosialisasikan dan segera dapat diterapkan.

Sebagai persiapan dari lokakarya ini, rancangan awal yang pernah didiskusikan dikumpulkan

kembali dan disusun menjadi panduan dan materi diskusi. Ismail (personal communication,

1 Juni 2011) dari YOSL-OIC menjelaskan bahwa di dalam proses lokakarya, rancangan

pasal-pasal yang telah ada didiskusikan melalui pembagian komisi kemudian dipresentasikan

kepada seluruh peserta untuk mendapatkan umpan balik dan kesepakatan terhadap muatan isi

Page 10: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

9

dari pasal tersebut. Pada akhir lokakarya, rancangan perdes disahkan melalui tandatangan

BPD dan Kepala Desa, disertai mengirimkan tembusan kepada Kepala Daerah Kabupaten

Langkat.

Pengesahan perdes ini kemudian diikuti dengan langkah sosialisasi kepada seluruh

masyarakat desa. Perdes dibuatkan salinannya lalu disebarluaskan kepada anggota

masyarakat melalui Kepala Dusun. Perdes juga disosialisasikan oleh LPRD kepada

kelompok pengungsi yang menempati area hutan Leuser blok Damar Hitam Desa Mekar

Makmur.

1.3. Peraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan

Pasca penandatangan perdes dan sosialisasi di seluruh dusun yang ada di Desa Mekar

Makmur terdapat beberapa kenyataan dari implementasi perdes ini.

Pengesahan perdes pada beberapa dusun telah membangkitkan semangat konservasi

sumberdaya alam. Salah satu contohnya adalah dengan adanya Pasal 13 mengenai Lubuk

Larangan, dusun merasa penting untuk mengelola sumberdaya air/sungai dan mengatur

penangkapan ikan menggunakan alat tangkap yang tidak merusak untuk menjamin tetap

tersedianya sumberdaya alam secara jangka panjang (Ismail, personal communication, 1 Juni

2011).

Pada sisi lain, penegakan perdes ini juga menghadapi tantangan. Pada kenyataannya,

ketika kegiatan perambahan dilakukan oleh orang-orang di luar Desa Mekar Makmur, perdes

menjadi tidak efektif karena keengganan menerapkan sanksi kepada pelaku. Walaupun

perdes juga dirancang untuk mengikat kepada orang-orang di luar desa yang melanggar

ketentuan, namun karena pengelolaan TNGL secara umum juga berada di dalam kebijakan di

tingkat yang lebih tinggi daripada perdes, pihak Desa merasa bahwa ketika yang melakukan

pelanggaran adalah orang di luar desa maka selayaknya pihak TNGL perlu mengambil

tindakan (Ismail, personal communication, 1 Juni 2011). Ketika kegiatan melanggar

Page 11: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

10

perundangan kawasan konservasi tidak mendapatkan sanksi dari pihak pengelola kawasan

konservasi, pihak desa akhirnya juga merasa tidak perlu mengambil tindakan karena

kekuatiran terhadap implikasi yang mungkin terjadi. Tantangan lainnya adalah, LPRD yang

diharapkan menjadi penggerak dan pengawas dari pemberlakukan perdes hingga saat ini

kapasitasnya belum berkembang sebagaimana diharapkan karena masih terdapat sifat

ketergantungan terhadap bantuan dari luar lembaga/luar desa dan belum dapat bergerak

secara mandiri.

1.4. Permasalahan Utama

Masalah dari policy paper ini berkaitan dengan proses penyusunan peraturan desa,

termasuk di dalamnya kejelasan pengertian/definisi dari beberapa terminologi yang

digunakan serta hubungan antara tantangan konservasi dan isi peraturan desa itu sendiri.

Policy paper ini memberikan argumentasi bahwa agar suatu peraturan di tingkat lokal dapat

efektif, para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembuatan (serta penegakan)

peraturan tingkat lokal ini perlu memiliki pengetahuan yang cukup faktor psikologis yang

mempengaruhi internalisasi norma oleh suatu komunitas, pengetahuan mengenai

permasalahan, perilaku manusia yang terkait dengan permasalahan tersebut, serta solusi

(dalam bentuk manfaat atau pun sanksi) yang ditawarkan melalui suatu peraturan di tingkat

lokal. Pada akhirnya, beberapa rekomendasi akan diberikan untuk dapat meningkatkan

kualitas dari pembuatan peraturan desa (sehingga mampu efektif di dalam penegakannya),

terutama terkait pengelolaan sumberdaya alam di tingkat masyarakat lokal, dari aspek

problem structuring di dalam proses pembuatan peraturan.

Sistematika penyusunan policy paper ini adalah sebagai berikut:

- Bab Pendahuluan: menjelaskan konteks pengelolaan kawasan konservasi di TNGL

sebagai salah satu pendorong pembentukan peraturan tingkat lokal, proses pembuatan

Page 12: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

11

peraturan desa, serta efektifitas peraturan desa ini terkait dengan proses dan aspek

strukturisasi permasalahan di dalam peraturan desa ini.

- Bab Analisa Kebijakan: memaparkan kajian teoritis dari sudut pandang psikologis, serta

evaluasi terhadap efektifitas proses pembuatan dan penerapan peraturan terkait

- Bab Pilihan Kebijakan: memaparkan beberapa solusi alternatif terhadap proses maupun

solusi lainnya

- Bab Rekomendasi: menjelaskan rekomendasi yang dapat diterapkan pada proses

penyusunan peraturan desa lainnya dengan mempertimbangkan aspek perilaku manusia

dan masalah lingkungan yang coba diatasi.

Kajian kebijakan ini disusun untuk menjangkau para aktivis konservasi di tingkat lapang

yang secara aktif memfasilitasi proses-proses penyusunan kebijakan di tingkat desa yang

terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam. Harapan dari penyusunan policy paper ini

adalah dengan membaiknya proses penyusunan kebijakan di tingkat lokal, maka penerapan

nya juga akan menjadi semakin efektif yang akan berkontribusi pada semakin efektifnya

penyelesaian tantangan-tantangan pengelolaan sumberdaya alam oleh komunitas lokal.

Page 13: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

12

2. Evaluasi dan Argumentasi

2.1. Pendekatan Psikologis dalam Proses Penetapan Peraturan bagi Komunitas

Di era otonomi daerah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 72 tahun 2005

menyediakan ruang legal kepada pemerintah desa untuk mengatur dan mengelola desa

melalui pembentukan peraturan desa (Pasal 5 ayat 2). Selanjutnya, arahan yang lebih detail

dalam pembentukan dan mekanisme penyusunan Peraturan Desa diatur dengan Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor

29 tahun 2006. Sayangnya, pedoman ini lebih banyak memuat hal-hal teknis terkait penulisan

dan format, serta tidak menyediakan panduan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan

permasalahan secara tepat maupun penjelasan mengenai proses yang idealnya dilakukan

(selain bahwa masyarakat dapat memberikan masukan secara lisan/tertulis).

Di dalam konteks psikologi sosial, aturan yang di dalam kelompok yang mengindikasikan

bagaimana anggota kelompok harus atau tidak harus bertindak disebut dengan norma (Baron

et al, 2008 dalam Halida, 2009). Norma dibedakan menjadi dua jenis yaitu injunctive norm

dan descriptive norm (Hafiyah, 2009). Injunctive norm adalah perilaku yang seharusnya

dilakukan dan umumnya dinyatakan secara eksplisit atau pun tertulis; sedangkan descriptive

norm adalah perilaku yang umumnya ditampilkan oleh kebanyakan orang. Peraturan desa

merupakan suatu bentuk injunctive norm sebagai cara untuk mengelola komponen-komponen

yang ada di dalam pemerintah desa. Namun demikian, secara teoritis, injunctive norm

cenderung diabaikan dibandingkan dengan descriptive norm (Hafiyah, 2009). Pentingnya

partisipasi para pengguna sumberdaya alam (resource users) serta peranan norma deskriptif

dalam hal ini menunjukkan bahwa teori psikologi sosial mengenai pengaruh sosial (sosial

influence) terutama terkait norma sosial dan konformitas memiliki relevansi yang mendasar

bagi efektifitas penerapan suatu aturan pengelolaan sumberdaya alam di tingkat lokal.

Page 14: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

13

Pengaruh sosial (social influence) didefinisikan sebagai usaha untuk mengubah sikap,

kepercayaan (belief), persepsi, atau pun tingkah laku satu atau beberapa orang lainnya

(Cialdini, 1994 dalam Hafiyah, 2009). Terdapat tiga tipe pengaruh sosial yang penting yaitu:

konformitas (conformity), ketaatan (compliance), dan kepatuhan terhadap otoritas

(obedience). Norma sosial diikuti oleh manusia jika terdapat tekanan-tekanan untuk

bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan aturan sosial. Hollander (1981)

menyebutkan bahwa konformitas dan non konformitas merupakan hasil dari kebebasan

individual (individual freedom) dalam menentukan pilihan. Lebih detil disebutkan bahwa

konformitas dan non-konformitas merupakan bagian dari suatu proses yang sama dalam

membuat keputusan diantara alternatif yang tersedia.

Selanjutnya, adanya aturan/norma deskriptif serta sanksi dan reward yang berasosiasi

dengan perilaku konformis dapat terbentuk jika anggota masyarakat desa memiliki intensi

untuk membangun kesepakatan dalam mengelola sumberdaya alamnya (Ajzen, 1991).

Budaya kolektif (Triandis, 1990 dalam Bond & Smith, 1996) yang ditandai dengan

terbangunnya tujuan bersama (shared goal) yang dipengaruhi dari adanya anggapan bahwa

permasalahan dalam pengelolaan sumberdaya hutan merupakan masalah bersama, serta

adanya sikap positif, norma subyektif, dan mudahnya melakukan kendali perilaku (Ajzen,

1991) akan memberikan kontribusi terhadap munculnya intensi ini.

Pengelolaan sumberdaya hutan dan tantangannya memberikan ilustrasi terhadap konsep

“Tragedy of the Common” yang dikemukakan oleh Garett Hardin pada tahun 1968. Konsep

„Tragedy of the Common” menjelaskan terjadinya degradasi lingkungan yang terjadi ketika

terdapat banyak pengguna sumberdaya terhadap sumberdaya yang tersedia secara terbatas.

Hardin menyebutkan bahwa pengguna sumberdaya bersama (common resource) – yang

dimungkinkan karena adanya akses terbuka - seringkali terlibat dalam proses yang pada

akhirnya merusak sumberdaya dimana para pengguna tersebut tergantung.

Page 15: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

14

Secara lebih spesifik, Ophuls (1973, 1977, dalam Gardner & Stern, 1996) telah

mengidentifikasi penggunaan peraturan pemerintah, aturan dan insentif sebagai salah satu

dari empat tipe solusi dasar atau cara-cara untuk mendukung perilaku individual terhadap

sumberdaya kepemilikan bersama. Menurut Hardin ( 1960, dalam Gardner & Stern, 1996)

kelemahan terbesar dari tragedy of the common adalah keinginan manusia untuk

menguntungkan diri sendiri secara individual, yang dikombinasikan dengan sumberdaya

yang bebas tapi tersedia terbatas dan akses yang bebas, berpotens i menghalangi konservasi

sumberdaya dan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Hardin menyatakan hanya ada dua

solusi untuk mengatasi hal ini, yaitu membatasi akses dan membuat sumberdaya menjadi

mahal. Kedua solusi ini memiliki pendekatan yang serupa, yaitu merubah insentif yang

diterima oleh individu. Insentif dijelaskan sebagai kondisi positif dan negatif yang meliputi

perilaku. Insentif negatif sering juga disebut sebagai disinsentif.

Sementara itu, teori belajar operan dari Skinner menjelaskan bahwa perilaku dipelajari

melalui proses dimana perilaku berulang adalah fungsi dari konsekuensi-konsekuensi yang

diterima. Di dalam tragedy of the common, perilaku memanfaatkan sumberdaya bersama

dijelaskan melalui dua alasan: adanya reward yang diterima dari orang yang menggunakan

sumberdaya , sementara biaya dikeluarkan oleh orang lain; serta rewards diterima lebih dekat

dengan perilaku yang ditampilkan daripada biaya. Perlu untuk selalu diingat bahwa insentif

juga dapat memberikan dampak yang tidak diharapkan, positif maupun negatif. Selain itu

efektifitas insentif seringkali sangat tergantung pada strategi lain yang diterapkan pada saat

bersamaan, terutama pemberian informasi.

Selanjutnya di dalam konteks pengorganisasian komunitas, terdapat beberapa hal kunci,

yaitu: pengambilan keputusan yang partisipatif, monitoring, norma sosial, dan sanksi sosial

(Gardner & Stern, 1996). Hardin (1968 dalam Gardner & Stern, 1996) menambahkan bahwa

Page 16: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

15

untuk kesuksesan pengorganisasian komunitas dalam mengelola sumberdaya alam maka

diperlukan kontrol terhadap perilaku individu.

Berkaitan dengan hal ini, pada bagian lain, Gardner dan Stern (1996) menjelaskan

jawaban terhadap pertanyaan: bagaimana seperangkat peraturan pengelolaa n komunitas

mampu merubah perilaku individual? Bagaimana caranya individu mau mematuhi peraturan

ketika manfaat yang diterima lebih besar ketika ia melanggar peraturan? Dalam konteks ini,

bagaimana seorang petani atau anggota masyarakat mau mematuhi peraturan untuk

melindungi hutan di kawasan TNGL, ketika manfaat dari merambah hutan dirasakan lebih

besar?

Gardner dan Stern (1996) menyatakan bahwa satu alasan penting mengapa kebanyakan

orang mau melakukan yang terbaik bagi kelompok dan sumberdaya adalah karena adanya

internalisasi terhadap kepentingan kelompok (dibandingkan karena adanya ketaatan/

compliance terhadap aturan). Ketaatan hanya bekerja dengan baik ketika orang-orang

berharap akan ada hukuman terhadap pelanggaran peraturan, sedangkan internalisasi dapat

bekerja setiap saat. Internalisasi umumnya selalu melibatkan struktur insentif yang terdiri

dari suatu bentuk insentif yang terkandung di dalam perilaku yang diharapkan itu sendiri

(built-in incentives); monitoring, serta sanksi-sanksi formal dan informal jika insentifnya

tidak memadai. Struktur insentif yang diciptakan oleh masyarakat (termasuk pengawasan

dan penegakan aturan/sanksi) dan proses yang terlibat (partisipasi dan harapan sosial

terhadap ketaatan) menciptakan kondisi psikologis untuk self-control (internalisasi norma).

Perasaan menjadi bagian dan bertanggung jawab terhadap komunitas dimana seseorang

berada (dengan cara menginternalisasi norma) adalah aspek yang membentuk self-control.

Selanjutnya, Triandis (1990, hal. 42 dalam Bond & Smith, 1996) menjelaskan bahwa di

dalam budaya kolektif – sebagaimana perilaku masyarakat di pedesaan - perilaku sosial

sangat dideterminasi oleh tujuan bersama (shared goal) diantara para sesama anggota

Page 17: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

16

kelompok dan jika terdapat suatu konflik antara tujuan pribadi dan tujuan kolektif maka

secara sosial sangat diharapkan bahwa tujuan kolektif didahulukan daripada tujuan pribadi.

2.2. Argumentasi : Efektifitas Proses Penyusunan Perdes

Berdasarkan tinjauan teoritis dari sudut pandang psikologi sosial, terdapat beberapa hal

terkait efektifitas proses penyusunan perdes tentang kawasan ekowisata Damar Hitam ini,

yaitu:

- Penyusunan perdes menggunakan pintu masuk diskusi melalui ekowisata dengan harapan

dapat mendorong semangat untuk melakukan perlindungan dan pengawasan terhadap

kondisi hutan TNGL yang masih dalam keadaan alaminya. Namun demikian, strategi ini

tidak dibarengi dengan pemahaman yang memadai mengenai definisi dan prinsip dasar

dari ekowisata maupun hubungannya dengan ancaman perambahan hutan yang terjadi di

dalam kawasan. Sebagai implikasinya, strategi ini kurang dapat menggagas secara

spesifik tujuan bersama (shared goal) yang dipengaruhi dari adanya anggapan bahwa

pengelolaan sumberdaya hutan merupakan masalah bersama.

Kelemahan ini, misalnya terlihat dari definisi „ekowisata‟serta tidak adanya definisi

mengenai “Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser” yang termuat dalam Bab 1

Ketentuan Umum. Pada bab 1 ini, Balai Besar TNGL sebagai pihak pengelola kawasan

konservasi sebagai diamanatkan dalam perundang-undangan yang lebih tinggi dari perdes

ini tidak disertakan definisinya.

Sementara itu, pengertian ekowisata dibatasi sebagai kegiatan pemanfaatan jasa

lingkungan dan pemanfaatan kawaan TNGL secara terbatas. Sementara pada dasarnya,

definisi ekowisata mencakup pengertian mengenai partisipasi komunitas lokal, kelestarian

alam, serta manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Berkaitan dengan definisi

ekowisata ini, pada dasarnya setidaknya terdapat enam prinsip untuk mendefinisikannya

(Wallace & Pierce, 1996 dalam Fennel, 2008) yaitu:

Page 18: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

17

a. dampak negatif yang minimal terhadap lingkungan dan masyarakat setempat

b. kesadaran dan pemahaman mengenai alam dan sistem budaya di kawasan, serta

keterlibatan wisatawan di dalam hal-hal yang mempengaruhi sistem tersebut

c. konservasi dan pengelolaan kawasan yang secara legal dilindungi dan kawasan alam

lainnya

d. pengambilan keputusan di tingkat komunitas yang menentukan jenis dan besaran

wisata yang diharapkan terjadi

e. memberikan manfaat ekonomi dan manfaat lainnya kepada komunitas setempat yang

melengkapi dan bukan membebani atau pun menggantikan praktik kehidupan

tradisional

f. memberikan kesempatan khusus kepada komunitas lokal dan pekerja wisata alam

untuk mengunjungi kawasan alam dan belajar lebih banyak tentang keunikannya yang

menjadikannya sebagai daerah kunjungan wisata

- Kelemahan di dalam mendefinisikan dan menjelaskan prinsip-prinsip ekowisata di

dalam perdes ini mempengaruhi muatan spesifik pasal yang terkait dengan

pengelolaan sumberdaya alam maupun sanksi terhadap pelanggaran. Selain itu,

karenanya perdes tidak secara spesifik memuat keempat unsur penting dari struktur

insentif yang dapat meningkatkan internalisasi terhadap aturan. Perdes ini hanya

memuat larangan dan sanksi yang bersifat formal. Contoh dari hal ini adalah Bab VII

hanya memuat mengenai larangan terhadap kegiatan-kegiatan yang merusak alam,

namun tidak memuat manfaat atau insentif jika seseorang mentaati peraturan atau

melaporkan terjadinya pelanggaran.

Terkait sanksi pelanggaran (Bab VIII pasal 14), rujukan terhadap perundang-

undangan yang lebih tinggi tidak dijelaskan secara spesifik. Selain itu, walaupun

Page 19: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

18

diberikan penjelasan jenis-jenis sanksi yang dapat diberikan, namun jenis-jenis sanksi

ini tidak digunakan untuk menerapkan sanksi secara bertingkat.

- Karena masalah bersama yang ingin diatasi, yaitu perambahan hutan, kurang secara

kuat terbangun, hal ini mempengaruhi ketidakjelasan identifikasi aktor maupun

penerima manfaat jika perdes diberlakukan.

- Kapital sosial yang diharapkan menjadi pelaksana dan pengawas belum berkembang

dengan baik. Dalam hal ini, LPRD yang diharapkan mengawal dan mengawasi

penerapan perdes ini belum memiliki kapasitas pengorganisasian masyarakat yang

memadai serta masih tergantung pada fasilitasi yang berasal dari luar kelompok.

- Proses penyusunan perdes telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan

partisipasif dalam pengambilan keputusan, dengan dilibatkannya berbagai perwakilan

dari pemangku kepentingan yang ada di Desa Mekar Makmur. Kualitas partisipasi

pemangku kepentingan dapat ditingkatkan dengan menghadirkan pakar ekowisata

dan atau telah memiliki pengalaman dalam mengembangkan ekowisata di dalam

kawasan konservasi serta meningkatkan keterwakilan dari kelompok pelaku

perusakan hutan, kelompok pengungsi, maupun pengambil keputusan di tingkat Balai

Besar TNGL.

2.3. Argumentasi: Efektifitas Penerapan Perdes

Selanjutnya, berdasarkan tinjauan teoritis dari sudut pandang psikologi sosial,

terdapat beberapa hal terkait efektifitas penerapan perdes tentang kawasan ekowisata

Damar Hitam ini yang juga dipengaruhi oleh efektifitas dalam proses penyusunan

terutama terkait dengan problem structuring, yaitu:

- Pemilihan strategi dengan entry point ekowisata mampu memberikan semangat

konservasi secara positif kepada pemerintah di tingkat dusun. Ha l ini dikarenakan

adanya harapan terhadap suatu perubahan lingkungan (dan ekonomi).

Page 20: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

19

- Pasal 13 mengenai pengelolaan Lubuk Larangan menjadi pasal yang diterima dan

diterapkan dengan baik, hal ini dikarenakan Lubuk Larangan telah lama menjadi

bagian yang kehidupan sehari-hari sehingga memiliki kedekatan dengan masyarakat

dalam mengelola sumberdaya sungai, serta pasal ini memuat aturan secara spesifik

dan jelas.

- Namun demikian, ketika penegakan aturan di dalam perdes tidak konsisten (termasuk

juga belum optimalnya penegakan aturan pada tingkat yang lebih tinggi), maka

masyarakat kemudian menjadi enggan menerapkan sanksi yang ada.

- Pelibatan atau pun komunikasi yang belum optimal antara Balai Besar TNGL dan

pemerintahan Desa Mekar Makmur terkait penerapan perdes ini secara langsung di

tingkat desa maupun implikasinya dalam memperkuat peraturan yang lebih tinggi

dalam pengelolaan TNGL. Disebabkan oleh hal ini maka penegakan aturan di dalam

perdes ini akhirnya cenderung menjadi perilaku yang „wait and see’, saling menunggu

siapa yang akan mengambil langkah pertama, namun berakhir dengan tidak

diambilnya langkah apa pun.

Page 21: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

20

3. Policy Options

Setelah menganalisa dan mengevaluasi proses penetapan perdes tentang Ekowisata

Damar Hitam, terdapat beberapa usulan opsi proses kebijakan yang dapat meningkatkan

kualitas perdes ini serta memungkinkan terjadinya internalisasi dalam penerapannya maupun

dapat menjadi opsi bagi proses pembentukan suatu perdes baru mengenai pengelolaan

sumberdaya alam. Opsi tersebut adalah:

A. Tidak merubah perdes yang telah ada namun melakukan seperangkat intervensi terpadu

untuk memberikan kekuatan non-formal terhadap perdes ini.

Berkaitan dengan Opsi A di atas, kelompok masyarakat perlu difasilitasi (baik oleh LSM

maupun oleh pemerintah) untuk memperkuat internalisasi terhadap perdes ini. Suatu studi

perilaku perlu dikembangkan untuk mempelajari halangan dan manfaat yang dirasakan

(perceived-benefit) terhadap perdes ini dalam menangani masalah kerusakan hutan Leuser,

maupun menemukan tujuan bersama dari dimilikinya hutan Leuser yang lestari. Berdasarkan

kajian empiris tersebut kemudian dikembangkan seperangkat kegiatan untuk

mengembangkan descriptive norm yang memuat struktur insentif (Gardner & Stern, 1996)

yang jelas bagi masyarakat yang memperlihatkan perilaku yang diharapkan.

Konsekuensi dari Opsi A adalah:

- Tidak memulai proses kebijakan dari awal sehingga efektif dalam penggunaan

waktu

- Memperjelas tujuan bersama (shared-goal) ketika sumberdaya dikelola dan

dilindungi dengan baik akan meningkatkan pemahaman terhadap nilai penting

dari perdes ini pada tingkat desa

- Diperlukan sejumlah biaya tertentu (bisa bersumber dari dana desa maupun dana

lembaga pendamping) untuk mengembangkan suatu proses intervensi yang layak

Page 22: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

21

dan menjamin bahwa tercipta internalisasi norma sosial yang baru. Peningkatan

kapasitas lokal (misalnya LPRD) penting untuk dilakukan melalui intervensi ini.

B. Merubah perdes yang telah ada dengan menambah/merubah materi perdes yang

diperlukan

Opsi B untuk merevisi materi perdes dapat dilakukan sesuai dengan pedoman dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 29 tahun 2006. Opsi B ini dilakukan dengan cara

memperbaiki dan menyempurnakan definisi terminologi „ekowisata‟ yang digunakan agar

sesuai dengan kajian ilmiah, serta memasukkan definisi „Balai Besar Taman Nasional

Gunung Leuser‟ pada Bab 1 mengenai Ketentuan Umum. Implikasi dari revisi perdes ini

akan memungkinkan ditambahkannya beberapa pasal terkait dengan prinsip-prinsip

ekowisata yang mendorong perlindungan kawasan hutan; insentif/manfaat langsung atau

tidak langsung (termasuk juga insentif ekonomi dan non-ekonomi) dari perilaku yang

mendukung perlindungan terhadap hutan TNGL; serta sanksi bertingkat yang lebih jelas dan

spesifik sesuai dengan besaran pelanggaran yang terjadi dan pernyataan jelas mengenai

rujukan kepada peraturan perundangan yang lebih tinggi bagi pelanggaran-pelanggaran yang

tidak dapat diatasi di tingkat desa (misalnya: pelanggaran yang dilakukan oleh orang dari luar

desa; luas hutan yang dirusak, dan sebagainya).

Konsekuensi dari Opsi B adalah:

- Problem structuring diperbaiki dan mampu mendekati permasalahan nyata yang

ingin diatasi, sehingga kebijakan benar-benar berfungsi sebagai alat uMentuk

menyelesaikan masalah.

- Perlu pelibatan dan komunikasi yang konstruktif dan intensif dari pengambil

keputusan di Balai Besar TNGL dan pemerintahan desa sehingga perdes secara

integratif mendukung peraturan perundangan yang lebih tinggi dalam mengelola

kawasan konservasi TNGL.

Page 23: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

22

- Diperlukan waktu dan biaya baik untuk proses mencapai kesepakatan terhadap

materi baru maupun untuk sosialisasinya, yang mungkin akan setara dengan

proses pembuatan perdes baru.

C. Menyusun perdes baru melalui problem structuring yang tepat dan proses yang

memperhatikan prinsip pengelolaan komunitas dalam mengembangkan internalisasi

terhadap norma baru

Opsi C memberikan saran untuk melakukan suatu proses baru dengan lebih sistematis

dan empiris. Di dalam proses penyusunan perdes yang baru ini terdapat beberapa hal yang

penting untuk dilakukan:

- Melakukan definisi permasalahan yang jelas dan spesifik, melalui di antaranya:

studi literature, studi lapang, maupun pelibatan pakar untuk mendapatkan

gambaran permasalahan secara nyata dan komprehensif. Definisi permasalahan

yang jelas dan spesifik juga sangat penting dalam diskusi dengan masyarakat di

tingkat lokal sehingga diperoleh tujuan bersama yang akan menjadi dasar dari

penyusunan suatu kebijakan lokal, maupun internalisasi dari suatu norma sosial

baru.

- Mengembangkan peta dan analisa hubungan pemangku kepentingan terkait

dengan permasalahan dan solusi. Analisa semacam ini akan membantu

menentukan strategi pendekatan yang dipilih dalam proses penyusunan perdes,

menentukan pemangku kepentingan yang tepat dan harus terlibat untuk menjamin

partisipasi penuh serta termuatnya semua kepentingan terkait permasalahan dan

solusi. Analisa ini juga akan menentukan bentuk dan durasi strategi komunikasi

yang perlu dibangun sesuai dengan perbedaan/persamaan kepentingan yang ada di

antara para pemangku kepentingan

Page 24: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

23

- Selain menepati struktur dan format penulisan peraturan sebagaimana

diamanatkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 29 tahun 2006 dan

peraturan daerah terkait lainnya, peraturan di tingkat lokal juga penting untuk

memuat materi-materi terkait struktur insentif bagi perilaku yang diharapkan dan

sanksi bertingkat baik berupa sanksi formal maupun sanksi sosial bagi

pelanggaran terhadap aturan.

- Karena pada kenyataannya proses kebijakan di tingkat lokal adalah juga suatu

perubahan sosial struktural yang memerlukan waktu yang panjang, maka lembaga

pendamping di dalam proses penyusunan ini perlu secara strategis membuat

perencanaan pendekatan yang akan digunakan termasuk juga memperhitungkan

sumberdaya (keahlian, waktu, dana) yang diperlukan untuk mencapai lebih dari

sekedar penandatanganan kesepakatan, namun hingga pada menjamin internalisasi

suatu norma baru di tingkat lokal.

Pemilihan Opsi C sebagai suatu solusi kebijakan memiliki beberapa konsekuensi sebagai

berikut:

- Diperlukan sumberdaya (keahlian, waktu, dana) yang lebih besar dibandingkan

Opsi A dan Opsi B.

- Penerapan Opsi C secara konsisten akan menjamin terpenuhinya lima aspek

kunci dalam pengelolaan komunitas terhadap sumberdaya alam yaitu keputusan

yang partisipatif, monitoring, norma sosial, dan sanksi sosial, serta kontrol

terhadap perilaku individu

- Karena rancangan strategi untuk proses internalisasi norma menjadi bagian yang

tidak terpisahkan dari rancangan proses penyusunan perdes secara formal legal,

maka dapat diharapkan bahwa penerapan perdes akan menjadi lebih efektif.

Page 25: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

24

4. Rekomendasi Kebijakan

Masalah dari policy paper ini berkaitan dengan proses penyusunan peraturan desa,

termasuk di dalamnya kejelasan pengertian/definisi dari beberapa terminologi yang

digunakan serta hubungan antara tantangan konservasi dan isi peraturan desa itu sendiri.

Policy paper ini memberikan argumentasi bahwa agar suatu peraturan di tingkat lokal dapat

efektif, para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembuatan (serta penegakan)

peraturan tingkat lokal ini perlu memiliki pengetahuan yang cukup faktor psikologis yang

mempengaruhi internalisasi norma oleh suatu komunitas, pengetahuan mengenai

permasalahan, perilaku manusia yang terkait dengan permasalahan tersebut, serta solusi

(dalam bentuk manfaat atau pun sanksi) yang ditawarkan melalui suatu peraturan di tingkat

lokal. Pada akhirnya, beberapa rekomendasi akan diberikan untuk dapat meningkatkan

kualitas dari pembuatan peraturan desa (sehingga mampu efektif di dalam penegakannya),

terutama terkait pengelolaan sumberdaya alam di tingkat masyarakat lokal, dari aspek

problem structuring di dalam proses pembuatan peraturan

Peraturan Desa terkait pengelolaan sumberdaya alam merupakan suatu perangkat

kebijakan di tingkat lokal yang seringkali digunakan, sebagaimana kajian di dalam policy

paper ini terkait Peraturan Desa tentang Ekowisata Damar Hitam. Namun demikian, pada

kenyataannya, penegakan aturan dari kebijakan lokal ini seringkali tidak efektif dan akhirnya

belum mampu menjadi solusi terhadap ancaman pelestarian alam. Salah satu penyebab dari

ketidakefektifan ini adalah karena proses penyusunan perdes yang dilakukan terutama terkait

dengan aspek problem structuring masih belum dilakukan secara sistematis dan tepat.

Untuk kajian policy paper ini yaitu Peraturan Desa tentang Ekowisata Damar Hitam,

maka opsi kebijakan yang dianggap paling tepat adalah Opsi A (opsi pertama). Opsi A

yaitu: Tidak merubah perdes yang telah ada namun melakukan seperangkat intervensi

terpadu untuk memberikan kekuatan non-formal terhadap perdes ini, dianggap paling

Page 26: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

25

tepat karena logis dan realistis untuk dilakukan, serta bersifat progresif karena diarahkan pada

membangun mekanisme untuk memperkuat penegakan aturan secara norma deskriptif

daripada mengulangi proses penyusunan perdes dari awal.

Sementara itu, bagi para aktivis konservasi di tingkat lapang yang secara aktif

memfasilitasi proses penyusunan kebijakan di tingkat desa yang terkait dengan pengelolaan

sumberdaya alam maka Opsi C merupakan rekomendasi kebijakan yang tepat untuk

dilakukan. Opsi C adalah: menyusun perdes baru melalui problem structuring yang tepat

dan proses yang memperhatikan prinsip pengelolaan komunitas dalam

mengembangkan internalisasi terhadap norma baru. Opsi C merupakan proses yang

dianggap tepat karena secara terencana memuat rancangan strategi untuk membangun

internalisasi terhadap suatu peraturan di tingkat lokal (norma deskriptif) yang akan menjamin

penegakan aturan ini dalam jangka panjang karena masyarakat sebagai penerima manfaat

mampu merasakan dan memahami kebijakan sebagai perangkat untuk menyelesaikan

masalah komunitas dalam pengelolaan sumberdaya alam.

Page 27: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

26

Daftar Pustaka

Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human

Decision Processes , 179-211.

Center, Y. O.-O. (2009). Buku Saku menuju Taman Nasional Gunung Leuser: Tropical

Rainforest Heritage of Sumatra. Medan: YOSL-OIC.

Fennel, D. A. (2008). Ecotourism (3rd ed.). New York: Routledge.

Gardner, G. T., & Stern, P. C. (1996). Environmental Problems and Human Behavior.

Boston: Allyn and Bacon.

Hafiyah, N. (2009). Pengaruh Sosial. In T. P. UI, S. W. Sarwono, & E. A. Meinarno (Eds.),

Psikologi Sosial (pp. 105-119). Jakarta: Salemba Humanika.

Halida, R. (2009). Individu dalam Kelompok. In S. W. Sarwono, & E. A. Meinarno,

Psikologi Sosial (pp. 165-183). Jakarta: Salemba Humanika.

Hardin, G. (1968). The Tragedy of The Commons. Science (162), 1243-1248.

Hollander, E. P. (1981). Principles and Methods of Social Psychology (4th ed.). New York:

Oxford Univery Press.

Ismail. (2010). Laporan Akhir Program: Pride Campaign Tahun 2008 - 2010 - Taman

Nasional Gunung Leuser-Wilayah Besitang, Sumatra Utara, Indonesia. Medan: Yayasan

Orangutan Lestari-Orangutan Information Center.

Pollis, N. P. (1981). Conformity, Compliance, and Human Rights. Human Rights Quarterly ,

3 (1), 93-105.

Page 28: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

27

Tentang TNGL. (n.d.). Retrieved Mei 26, 2011, from Taman Nasional Gunung Leuser: The

Tropical Heritage of Sumatra: http://gunungleuser.or.id/tentang-kami/tentang-tngl/

Tropical Rainforest of Sumatra. (2004). Retrieved November 23, 2009, from Unesco.org:

http://whc.unesco.org/en/list/1167

Page 29: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

28

Lampiran A: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam

Page 30: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman
Page 31: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman
Page 32: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman
Page 33: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman
Page 34: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman
Page 35: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman
Page 36: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman
Page 37: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

36

Lampiran B: PP RI No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa

Page 38: Peraturan Desa Tentang Ekowisata Damar Hitam: Apakah · PDF filePeraturan Desa Tentang Kawasan Ekowisata Damar Hitam: Suatu Kenyataan ... mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman

74

Lampiran C: Peraturan Mendagri No. 29 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa