PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan...

25
PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI PARTAI KEADILAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Peraturan adalah sekumpulan ketentuan yang bersifat mengikat bagi semua individu maupun lembaga yang berada di lingkungan Partai Keadilan. 2. Tatacara adalah mekanisme atau prosedur umum mengenai bagaimana peraturan tersebut dilaksanakan. 3. Sanksi adalah hukuman yang dijatuhkan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. 4. Partai adalah Partai Keadilan yang dideklarasikan di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 1998. 5. Pimpinan tertinggi partai adalah para Ketua dari Majelis Syura, Majelis Pertimbangan Partai, Dewan Syaria, Presiden dan Sekretaris Jenderal. 6. Pimpinan tinggi partai adalah unsur Dewan Pimpinan Pusat yang terdiri dari para wakil Ketua umum, para ketua, Bendahara Umum, Wakil Ketua Majelis Pertimbangan Partai dan Wakil Ketua Dewan Syari’ah. 7. Anggota adalah setiap anggota Partai Keadilan dari jenjang Anggota inti partai. 8. Pelanggaran syar’i adalah perbuatan dalam bentuk melakukan sesuatu yang dilarang oleh syari’ah Islam dan atau tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh syari’ah Islam. 9. Pelanggaran organisasi adalah perbuatan anggota yang tidak mentaati AD, ART dan atau aturan organisasi Partai Keadilan lainnya. 1

Transcript of PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan...

Page 1: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSIPARTAI KEADILAN

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Peraturan adalah sekumpulan ketentuan yang bersifat mengikat bagi semua individu maupun lembaga yang berada di lingkungan Partai Keadilan.

2. Tatacara adalah mekanisme atau prosedur umum mengenai bagaimana peraturan tersebut dilaksanakan.

3. Sanksi adalah hukuman yang dijatuhkan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

4. Partai adalah Partai Keadilan yang dideklarasikan di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 1998.

5. Pimpinan tertinggi partai adalah para Ketua dari Majelis Syura, Majelis Pertimbangan Partai, Dewan Syaria, Presiden dan Sekretaris Jenderal.

6. Pimpinan tinggi partai adalah unsur Dewan Pimpinan Pusat yang terdiri dari para wakil Ketua umum, para ketua, Bendahara Umum, Wakil Ketua Majelis Pertimbangan Partai dan Wakil Ketua Dewan Syari’ah.

7. Anggota adalah setiap anggota Partai Keadilan dari jenjang Anggota inti partai.

8. Pelanggaran syar’i adalah perbuatan dalam bentuk melakukan sesuatu yang dilarang oleh syari’ah Islam dan atau tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh syari’ah Islam.

9. Pelanggaran organisasi adalah perbuatan anggota yang tidak mentaati AD, ART dan atau aturan organisasi Partai Keadilan lainnya.

10. Tindakan adalah suatu bentuk putusan Majelis Qadha berupa tugas praktis/amalan tarbawi yang diberikan kepada tersalah sebagai alternatif atau pelengkap dari sanksi yang dijatuhkan kepadanya.

11. Ta’zir adalah jenis sanksi syari’ yang tidak termasuk hudud dan qishash atau diyat. Ta’zir bersifat memberikan pelajaran dan koreksi (ta-dib) yang sifatnya memperbaiki perilaku tersalah (tahdzib).

12. Dewan Syari’ah (DS) adalah Dewan Syari’ah Partai Keadilan di tingkat pusat.

13. Pemeriksa adalah Majelis Qadha yang memeriksa tertuduh dalam sidang tingkat pertama maupun banding.

14. Majelis Qadha adalah susunan personil para qadhi yang ditunjuk oleh yang berwenang untuk memeriksa perkara yang sampai kepada Dewan Syari’ah terkait dan memberikan putusannya.

1

Page 2: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

15. Qadhi adalah orang yang diangkat oleh Dewan Syari’ah dengan syarat-syarat tertentu untuk memeriksa perkara dan memberikan putusannya.

16. Pelapor adalah individu atau instansi yang melaporkan bahwa telah terjadi pelanggaran oleh seseorang anggota partai yang perlu diproses oleh Lajnah Hisbah.

17. Lajnah Hisbah, adalah tim yang ditunjuk oleh Dewan Syari’ah Wilayah untuk melaksanakan pemeriksaan awal terhadap anggota yang diadukan, dan menyeleksi kelaikan kasus untuk diajukan atau tidak kepada Dewan Syari’ah Wilayah.

18. Saksi adalah seorang atau lebih yang diminta hadir oleh Majelis Qadha dalam sidang majelis untuk memberikan keterangan yang sebenarnya mengenai kasus yang menyangkut anggota yang diajukan.

19. Pendamping/murafiq adalah seorang yang mendampingi anggota yang diadukan di muka Majelis Qadha Dewan Syari’ah dan atas persetujuan majelis dapat membantu anggota tersebut dalam memberi penjelasan yang diminta.

20. Munafidzh (Pelaksana putusan) adalah instansi eksekutif partai dari tingkat Dewan Pimpinan Pusat hingga Dewan Pimpinan Daerah yang mendapat amar dari Majelis Qadha untuk men-tanfidz (mengeksekusi) putusan qadha atas anggota yang ditetapkan bersalah, meresosialisasikannya dan mereposisi setelah selesai menjalani sanksi.

21. Reposisi adalah pengembalian anggota partai yang telah selesai menjalani sanksi kepada posisi keanggotaan sesuai dengan putusan Majelis Qadha.

22. Rehabilitasi adalah pemulihan nama baik seorang anggota yang dinyatakan tidak bersalah.

23. Resosialisasi adalah pengembalian anggota yang telah menjalani putusan Majelis Qadha agar dapat bersosialisasi kembali dengan anggota lainnya.

Pasal 2Ruang Lingkup Peraturan

(1) Peraturan ini berlaku untuk seluruh anggota inti partai baik yang berada di dalam maupun di luar negeri.

(2) Penyelesaian kasus-kasus dan penetapan putusannya dilakukan dalam lingkup wilayah masing-masing, atau wilayah terdekat bilamana belum terbentuk perangkat yang berkompoten di wilayahnya.

(3) Untuk anggota yang berada di luar negeri penyelesaian kasus dan penetapan putusannya berada di lingkungan wilayah DKI Jakarta.

Pasal 3Manfaat dan Urgensi Peraturan

Manfaat dan urgensi peraturan:

1. Terhindarnya partai dari murka Allah swt.

2. Terjaminnya keadilan bagi anggota yang dituduh telah melakukan pelanggaran.

3. Terjaminnya kepastian hukum.

2

Page 3: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

4. Terjaminnya citra partai di mata publik.

5. Terhindarkannya perbedaan penerapan sanksi.

6. Terpeliharanya profesionalitas partai sebagai organisasi resmi dalam menyelesaikan masalah internal.

7. Terwujudnya partai yang teratur, solid, dan taat pada aturan.

8. Tersedianya prosedur pembelaan bagi anggota yang dituduh melakukan pelanggaran.

9. Tersedianya pedoman yang baku bagi instansi partai yang berwenang menyelesaikan setiap kasus.

BAB IITUJUAN DAN PRINSIP PENJATUHAN SANKSI DAN TINDAKAN

Pasal 4Tujuan Penjatuhan Sanksi dan Tindakan

Tujuan penjatuhan sanksi dan tindakan dalam peraturan ini:

1. Al Ishlah, yaitu menyelesaikan sengketa yang terjadi antar anggota partai.

2. Al ‘Ilaj, yaitu menyadarkan tersalah dan mendorongnya untuk memperbaiki diri setelah menjalani sanksi, agar terhindar atau sembuh dari kebiasaan buruknya, serta membantu agar lebih baik dari sebelumnya.

3. Al Inshaf, yaitu membantu pihak yang terzhalimi dan atau dirugikan untuk memperoleh haknya baik yang bersifat material maupun immaterial.

4. Az Zajru, yaitu memberi pelajaran kepada tersalah sehingga tidak mengulangi kesalahannya.

5. Ar Rad’u, yaitu mencegah atau menangkal anggota yang lain agar tidak melakukan kesalahan yang telah diperbuat oleh tersalah.

6. Al Himayah, yaitu melindungi organisasi dengan memperbaiki anggotanya yang berbuat kesalahan dan menghindarkan organisasi dari dampak negatif yang mungkin timbul akibat kesalahan tersebut.

7. Al Jabru, yaitu membantu tersalah untuk mendapatkan ampunan Allah atas pelanggaran yang diperbuatnya.

Pasal 5Prinsip-prinsip Penjatuhan Sanksi dan Tindakan

Sanksi dan tindakan dijatuhkan dengan prinsip- prinsip sebagai berikut:

1. Merealisasikan maslahat dan menghindarkan mafsadat. Sanksi dan tindakan yang dijatuhkan harus dimaksudkan dan diduga kuat dapat merealisasikan kemaslahatan, dan menghindari adanya unsur mafsadat.

3

Page 4: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

2. Berlandaskan semangat kasih-sayang. Motivasi penjatuhan sanksi dan tindakan bukan kebencian atau pembalasan, tetapi cinta-kasih dan untuk perbaikan. Penerimaan sanksi dengan ikhlas oleh tersalah akan menambah tsiqah dan rasa hormat kepada dirinya dan menambah kedekatannya di hati anggota yang lain setelah sanksi dan tindakan tersebut dijalani.

3. Setimpal dengan kesalahan. Sanksi dan tindakan tidak diperberat atau diperluas kecuali jika terdapat alasan/keperluan yang sungguh-sungguh (darurat) untuk tercapainya tujuan dari sanksi dan tindakan tersebut.

4. Mengedepankan sifat pencegahan. Sanksi atau tindakan harus didahului langkah-langkah pencegahan, dengan memperkuat semangat saling menasehati (tawashi) dan “al amru bil ma’ruf wannahyu ‘anil munkar”.

5. Efektif, mudah, dan efisien. Proses penanganan, pemeriksaan, dan penyelesaian untuk setiap kasus hendaknya berjalan secara efektif, mudah, dan efisien.

6. Persamaan di hadapan peraturan. Semua pihak mempunyai kedudukan sama di hadapan peraturan dan Majelis Qadha.

7. Bertahap. Qadhi dalam menjatuhkan hukuman kepada tersalah hendaknya mengutamakan sanksi yang lebih ringan jika diperhitungkan dapat mencapai tujuan.

8. Variasi dan opsi. Variasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan dijatuhkan dengan mempertimbangkan pilihan yang paling maslahat (al ashlah).

9. Praduga tak bersalah. Setiap anggota yang diajukan untuk diperiksa atau sedang dalam pemeriksaan banding dianggap tidak bersalah sebelum Majelis Qadha memutuskan kesalahannya. Dan seluruh pihak terkait berkewajiban menjaga nama baik dan kehormatannya.

10. Berhati-hati dalam menjatuhkan sanksi. Sedianya seorang qadhi harus berhati-hati dalam menjatuhkan sanksi kepada tersalah mengingat kesalahan karena memaafkan tersalah lebih ditolelir dari kesalahan dalam menghukum.

11. Menyegerakan resosialisasi. Anggota yang telah selesai menjalani sanksi dan tindakan dengan baik segera dilakukan resosialisasi dengan semangat penghormatan (takrim) dan kasih sayang (mahabbah).

BAB IIIMAJELIS QADHA DAN LAJNAH HISBAH

Pasal 6Wewenang dan Susunan Majelis Qadha

(1) Karena kewajibannya, Majelis Qadha mempunyai wewenang:

a. Menerima atau menolak perkara pelanggaran yang diajukan oleh Lajnah Hisbah untuk diselesaikan sesuai peraturan ini;

b. Memeriksa dan menyelesaikan setiap perkara pelanggaran dalam suatu putusan tertulis;

c. Memeriksa dan menyelesaikan perkara sesuai wilayah kerjanya.

4

Page 5: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

(2) Dalam memeriksa dan menyelesaikan perkara, Majelis Qadha berjumlah paling sedikit satu orang dan paling banyak tiga orang qadhi.

(3) Susunan majlis qadha ditentukan oleh Dewan syariah atau Dewan Syariah Wilayah sesuai dengan tingkatan persidangannya.

(4) Dewan Syariah mengangkat qadhi untuk masa tugas sekurang-kurangnya satu tahun dan paling lama 4 tahun.

(5) Ketentuan lain mengenai majlis qadha dibuat oleh Dewan Syari’ah.

Pasal 7Wewenang dan Susunan Lajnah Hisbah

(1) Karena kewajibannya, Lajnah Hisbah mempunyai wewenang:

a. Menerima laporan atau pengaduan dari perorangan dan atau lembaga tentang adanya pelanggaran sesuai wilayah kerjanya;

b. Mencari keterangan dan barang bukti;c. Memanggil anggota yang diduga melakukan pelanggaran;d. Menyelesaikan perkara yang dilaporkan apabila dapat diselesaikan tanpa diajukan

kepada Majelis Qadha;e. Melakukan langkah-langkah yang perlu untuk menyelesaikan perkara;f. Melakukan penyaringan perkara yang dapat diajukan ke Dewan Syariah Wilayah.

(2) Lajnah Hisbah terdiri dari sekurang-kurangnya dua orang dari anggota Dewan Syari’ah atau Anggota partai yang memenuhi syarat sebagai anggota Lajnah Hisbah.

(3) Ketentuan lain mengenai Lajnah Hisbah dibuat oleh Dewan Syari’ah.

BAB IVKLASIFIKASI PELANGGARAN, SANKSI, DAN TINDAKAN

Pasal 8Klasifikasi Pelanggaran

Pelanggaran dalam peraturan ini diklasifikasikan kepada pelanggaran syar’i dan pelanggaran organisasi.

Pasal 9Pelanggaran Syar`i

Pelanggaran syar’i dalam peraturan ini diklasifikasikan kepada:

a. Pelanggaran syar’i ringan;b. Pelanggaran syar’i sedang;c. Pelanggaran syar’i berat.

Pasal 10Pelanggaran Syar’i Ringan

(1) Pelanggaran syar’i ringan adalah melakukan perbuatan yang merusak muruah dan atau melakukan perbuatan yang tidak seyogyanya (khilaful aula).

5

Page 6: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

(2) Setiap anggota yang melakukan pelanggaran syar’i ringan diancam dengan sanksi ringan.

(3) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat ditambah tindakan.

Pasal 11Pelanggaran Syar’i Sedang

(1) Pelanggaran syar’i sedang adalah pelanggaran syar’i yang tidak tergolong dosa besar, tidak tergolong tindak pidana hudud ataupun qishash.

(2) Termasuk pelanggaran syar`i sedang adalah:

a. Bid’ah yang tidak mengakibatkan kekufuran,b. Tidak menegakkan shalat jama’ah,c. Khalwah,d. Menyebarkan berita tentang fahisyah,e. Tidak hati-hati bergaul dengan yang bukan mahram dan bukan isteri atau suami,f. Menghina orang lain,g. Mencemarkan nama baik orang lain,h. Meng-ghibah orang yang tidak halal kehormatannya,i. Mengancam atau menteror orang lain,j. Mengabaikan hak orang tua, isteri, anak dan atau keluarga lainnya,k. Meremehkan kewajiban yang berkenaan dengan harta (dzimmah maliah),l. Mengingkari janji tanpa udzur syar’i.

(3) Setiap anggota yang dengan sengaja melakukan pelanggaran syar’i sedang diancam dengan sanksi sedang.

(4) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat ditambah tindakan.

Pasal 12Pelanggaran Syar’i Berat

(1) Pelanggaran syar’i berat adalah melakukan suatu larangan syar’i yang pelakunya dapat dijatuhi salah satu dari hukuman hudud atau qishash, dan perbuatan lainnya yang (tidak diperselisihkan lagi) merupakan dosa besar.

(2) Setiap anggota yang dengan sengaja melakukan pelanggaran syar’i berat dapat dijatuhi salah satu sanksi berat.

(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat ditambah tindakan.

Pasal 13Pelanggaran Organisasi

(1) Setiap anggota yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya melakukan perbuatan yang dapat menodai citra partai dapat dijatuhi sanksi sedang.

(2) Setiap anggota yang dengan sengaja memiliki sikap, menyampaikan perkataan atau melakukan perbuatan yang bertentangan dengan tujuan atau dengan AD/ART partai dapat dijatuhi sanksi sedang.

(3) Setiap anggota yang dengan sengaja tidak menghadiri liqa usrah atau tandzimi tanpa alasan yang sah dapat dijatuhi tindakan.

6

Page 7: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

(4) Jika ketidakhadiran tersebut pada ayat (3) terjadi lebih dari tiga kali maka anggota tersebut dapat dijatuhi sanksi serendah-rendahnya sanksi ringan dan setinggi-tingginya sanksi sedang.

(5) Setiap anggota yang tanpa alasan yang sah tidak menjaga, melindungi, atau menjamin amanah yang dipercayakan kepadanya dari anggota lainnya, amanah dari hasil musyawarah, atau keputusan pimpinan dapat dijatuhi sanksi seringan-ringannya sanksi ringan dan seberat-beratnya sanksi sedang.

(6) Sanksi pada ayat (5) dapat ditambah tindakan berupa memenuhi amanah yang belum dilaksanakan, sepanjang amanah tersebut masih bisa ditunaikan.

(7) Setiap anggota yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang dapat membahayakan keamanan partai serta sarana-sarana yang dimilikinya dapat dijatuhi sanksi berat.

(8) Setiap anggota yang tanpa alasan sah:

a. Tidak melaksanakan hasil musyawarah partai,b. Tidak mematuhi keputusan pimpinan yang harus ditaati,c. Tidak mematuhi peraturan-peraturan partai,d. Tidak mematuhi kebijakan-kebijakan partai,e. Tidak mematuhi sikap-sikap partai,

dapat dijatuhi serendah-rendahnya sanksi sedang dan setinggi-tingginya sanksi berat.

(9) Setiap anggota yang dengan sengaja dan tanpa alasan yang sah tidak membayar iuran wajib yang telah ditetapkan partai selama tiga bulan berturut-turut dapat dijatuhi sanksi ringan.

(10) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (9) tidak mengurangi kewajiban pembayaran iuran yang harus dipenuhi anggota tersebut.

(11) Tuntutan atas pelanggaran ayat (9) tidak dapat diajukan sebelum Bendahara partai sesuai tingkatannya menyampaikan 3 (tiga) kali teguran tertulis kepada yang bersangkutan atas sikapnya tersebut.

(12) Tuntutan atas pelanggaran ayat (9) menjadi gugur apabila yang bersangkutan membayar iuran tersebut disertai penjelasan atau alasan keterlambatan tersebut dan permintaan maaf.

(13) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (4), (5), (7), dan (8) dari pasal ini dapat ditambah dengan tindakan.

Pasal 14Klasifikasi sanksi

(1) Sanksi yang dijatuhkan kepada tersalah mempunyai tingkatan sebagai berikut:

a. Sanksi ringan,b. Sanksi sedang,c. Sanksi berat.

(2) Sanksi ringan adalah berupa peringatan tertulis

(3) Sanksi sedang terdiri atas:

a. Teguran yang diumumkan,

7

Page 8: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

b. Peringatan keras,c. Pemutasian tugas,d. Pencekalan (al hajru),e. Denda,f. Skorsing 1 bulan s/d 3 bulan.

(4) Sanksi berat terdiri atas:

a. Skorsing 3 bulan s/d 6 bulan.b. Pembekuan,,c. Penurunan status keanggotaan,d. Pemboikotan,e. Pemberhentian.

Pasal 15Tindakan

Majelis Qadha dapat memilih salah satu dari pilihan tindakan berikut bagi tersalah:

1. Istitabah, yaitu menyuruh taubat melalui cara yang ditentukan, seperti:

a. Membaca istighfar dalam jumlah tertentu selama waktu tertentu,b. Menyatakan pengakuan bersalah secara suka rela,c. Meminta maaf atau meminta diridhakan kepada pihak yang dizhalimi,d. Tilawatul Quran sejumlah tertentu selama waktu tertentu,e. Meminta taujih atau tadzkirah kepada muwajjih tertentu.

2. Raddul mazhalim, yaitu mengembalikan hak-hak yang dizhalimi kepada pemiliknya, seperti mengembalikan modal, mengganti kerugian (ta’widh).

3. Melaksanakan kaffarat, yaitu berupa:

a. Shiyam tiga hari atau lebih,b. Ith’am sepuluh orang, enam puluh orang atau lebih,c. Infaq sebagai pengganti itqu raqabah, dengan besaran nilai yang ditentukan

qadhi,d. Memerintahkan berikrar memperbaharui tekad atau janji dan komitmen

moralnya,e. Tindakan lain yang dipandang efektif oleh qadhi untuk merealisasikan tujuan

penjatuhan sanksi.

BAB VKLASIFIKASI PENYELESAIAN PERKARA PELANGGARAN.

Pasal 16Klasifikasi perkara

(1) Perkara yang dimaksud dalam peraturan ini adalah meliputi tiga perkara, yaitu perkara biasa, perkara luar biasa, dan perkara khusus.

(2) Perkara biasa adalah perkara yang menyangkut anggota inti partai selain jajaran pimpinan lembaga tinggi, tertinggi partai, dan anggota Majelis Syura.

8

Page 9: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

(3) Perkara luar biasa adalah perkara yang menyangkut jajaran pimpinan tinggi partai, yaitu para wakil ketua umum Para Ketua Dewan Pimpinan Pusat, Bendahara Umum, Wakil Ketua Dewan Syari’ah, Wakil Majelis Pertimbangan Partai, dan anggota Majelis Syura.

(4) Perkara khusus adalah perkara yang menyangkut jajaran pimpinan tertinggi partai, yaitu Ketua Majelis Syura, Ktua Majelis Pertimbangan Partai, Ketua Dewan Syariah, Presiden, dan Sekretaris Jenderal

Pasal 17Penyelesaian Perkara Biasa

(1) Penyelesaian perkara biasa harus melalui Lajnah Hisbah yang kemudian diperiksa dan diajukan kepada Dewan Syari’ah Wilayah untuk mendapatkan putusan.

(2) Seluruh perkara biasa sebelum diajukan ke Dewan Syari’ah Wilayah dapat diselesaikan di tingkat hisbah.

(3) Perkara yang tidak dapat diselesaikan di tingkat hisbah diajukan kepada Dewan Syari’ah Wilayah untuk mendapatkan putusan.

Pasal 18Penyelesaian Perkara Luar biasa

(1) Penyelesaian perkara luar biasa langsung ditangani oleh Dewan Syari’ah.

(2) Dewan Syari’ah melaporkan putusannya kepada Majelis Syura untuk mendapatkan pengukuhan.

(3) Dewan Syari’ah menyusun prosedur penyelesaian perkara luar biasa.

Pasal 19Prosedur Penyelesaian Perkara Khusus

(1) Penyelesaian perkara khusus langsung ditangani oleh komisi khusus yang bersifat ad hoc.

(2) Komisi khusus dibentuk dan diberi mandat oleh Majelis Syuro setelah mempertimbangkan laporan dari Dewan Syari’ah.

(3) Komisi khusus memproses perkara khusus dan selanjutnya menyampaikan rekomendasinya kepada Majelis Syura untuk mendapatkan putusan akhir.

BAB VIPROSEDUR PENYELESAIAN PERKARA BIASA

Pasal 20Pelaporan dan Pengaduan

(1) Setiap anggota dapat mengajukan laporan kepada Lajnah Hisbah mengenai suatu pelanggaran yang dilakukan oleh anggota lainnya.

(2) Setiap anggota yang merasa dirugikan atas tindakan anggota lainnya dapat mengadukan anggota tersebut kepada Lajnah Hisbah.

9

Page 10: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

(3) Laporan/pengaduan diajukan baik dalam bentuk tertulis ataupun lisan yang selanjutnya akan dicatat oleh Lajnah Hisbah untuk ditindaklanjuti.

Pasal 21Pengajuan dan Penyelesaian perkara oleh Lajnah Hisbah

(1) Atas laporan atau pengaduan yang diterima, Lajnah Hisbah harus dapat menyelesaikannya paling lama dalam waktu 15 (lima belas) hari.

(2) Penyelesaian yang dilakukan oleh Lajnah Hisbah dapat berupa:

a. Mendamaikan para pihak yang terlibat;b. Menyatakan bahwa perkara yang dilaporkan/diadukan tidak didukung alasan yang

memadai sehingga tidak dapat diteruskan;c. Menyatakan bahwa perkara yang dilaporkan/diadukan harus diselesaikan oleh

Majelis Qadha.

(3) Dalam hal Lajnah Hisbah berpendapat bahwa anggota yang diadukan bersalah tetapi atas pertimbangannya perkara itu tidak perlu diteruskan ke Majelis Qadha, kepada anggota yang diajukan dapat diberikan salah satu dari tindakan berikut:

a. Pemberitahuan atau klarifikasi lisan atau tulisan,b. Menghadirkan tersalah di hadapan masul sehingga yang bersangkutan merasa

tertegur,c. Masul menunjukkan sikap dingin kepada tersalah,d. Teguran halus,e. Teguran agak keras,f. Melakukan tindakan lain bersifat tarbawi kepada anggota yang diadukan.

(4) Sebelum memberikan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) Lajnah Hisbah berkordinasi dengan naqib.

(5) Jika menurut pertimbangan Lajnah Hisbah suatu perkara harus diajukan kepada Dewan Syariah Wilayah, maka Lajnah Hisbah harus menyerahkan berkas perkara yang dimaksud paling lambat 21 (dua puluh satu hari) sesudah laporan/pengaduan tersebut diterima.

(6) Berkas perkara yang diajukan oleh Lajnah Hisbah serendah-rendahnya mencakup:a. Data anggota yang diduga melakukan pelanggaran yang meliputi:

i.Nama lengkap,ii.Tempat dan tanggal lahir,iii.Jenis Kelamin,iv.Alamat lengkap,v.Status keanggotaan.

b. Pelanggaran yang dituduhkan c. Keterangan yang cermat dan jelas mengenai terjadinya pelanggaran yang

dituduhkand. Alat-alat bukti yang akan diajukan, antara lain:

i.Pengakuan,ii.Keterangan saksi,iii.Surat-surat/dokumen,iv.Petunjuk (qorinah),v.Keterangan Ahli.

Pasal 22

10

Page 11: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

Pemeriksaan di depan Majelis Qadha

(1) Majelis Qadha memeriksa dan menyelesaikan perkara dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sesudah berkas perkara diserahkan Lajnah Hisbah.

(2) Pemeriksaan perkara dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

a. Pembacaan tuduhan oleh Lajnah Hisbah,b. Pemeriksaan saksi-saksi, surat, dan saksi ahli,c. Pemeriksaan anggota yang dituduh.

(3) Selama pemeriksaan, anggota yang dituduh melakukan pelanggaran dapat didampingi oleh seorang pendamping yang akan membantunya mempersiapkan bukti-bukti dan menyusun jawaban.

Pasal 23Putusan Majelis Qadha

(1) Setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, Majelis Qadha memberikan putusan di depan tertuduh.

(2) Apabila tertuduh berhalangan hadir tanpa udzur syar’i maka Majelis Qadha dapat memutuskan perkara tersebut secara in absensia (ghiyabiyan).

(3) Putusan yang diambil berupa:

a. Menyatakan anggota yang dituduh tidak bersalah,b. Menyatakan anggota yang dituduh bersalah.

(4) Dalam hal putusan kedua yang diambil, Majelis Qadha dapat menjatuhkan:

a. Sanksi; dan ataub. Tindakan.

(5) Anggota yang dinyatakan salah dapat mengajukan permohonan banding secara tertulis kepada Majelis Qadha tingkat banding selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sesudah putusan dibacakan; Salinan permohonan banding tersebut diberikan kepada Majelis Qadha tingkat pertama.

(6) Dalam hal tersalah menyatakan menerima putusan, maka Majelis Qadha memerintahkan kepada munaffidh untuk menjalankan putusan.

(7) Putusan yang dapat dibanding hanyalah putusan yang berupa penjatuhan sanksi.

Pasal 24Pemeriksaan Tingkat Banding

(1) Majelis Qadha tingkat banding memeriksa dan memutus perkara banding dalam waktu paling lambat 15 (lima belas) hari sesudah risalah banding diterima.

(2) Dalam memeriksa perkara di tingkat banding, Majelis Qadha dapat melakukan salah satu hal-hal sebagai berikut:

a. Memeriksa berkas permohonan banding pemohon;b. Memeriksa argumentasi Majelis Qadha tingkat pertama;

11

Page 12: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

c. memeriksa berkas pemeriksaan di tingkat pertama dan atau meminta data tambahan;d. Memeriksa berkas pemeriksaan di tingkat pertama dan melakukan pemeriksaan

tambahan yang dianggap perlu;e. Memeriksa ulang dari awal jika memandang perlu.

Pasal 25Putusan Tingkat Banding

(1) Sesudah melakukan pemeriksaan sebagaimana diatur pada Pasal 24 Majelis qadha tingkat banding memberikan putusan yang berupa:

a. Menguatkan putusan Majelis Qadha tingkat pertama;b. Membatalkan putusan Majelis Qadha tingkat pertama;c. Memperbaiki putusan Majelis Qadha tingkat pertama;

(2) Putusan Majelis Qadha tingkat banding merupakan putusan terakhir dan berkekuatan hukum tetap.

(3) Majelis Qadha tingkat banding mengirimkan salinan putusan kepada Majelis Qadha tingkat pertama dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sesudah putusan dibuat.

(4) Atas putusan tingkat banding ini, Majelis Qadha memerintahkan kepada munaffidh untuk menjalankan putusan dan mengawasi pelaksanaan putusan sesuai daerah kerjanya.

Pasal 26Pelaksanaan Putusan

(1) Lembaga pelaksana putusan adalah seluruh jajaran ekskekutif partai dari tingkat pusat sampai tingkat Dewan Pimpinan Daerah (DPD).

(2) Pelaksanaan putusan dilakukan oleh lembaga eksekutif partai sesuai dengan tingkat dimana perkara tersebut diputuskan dan atas amar Majelis Qadha.

(3) Putusan yang sedang dalam proses banding tidak bisa dilaksanakan hingga mendapat putusan dari majelis banding.

Pasal 27Peninjauan Ulang (PU)

Dewan Syari’ah dapat meninjau ulang putusan akhir apabila ditemukan bukti-bukti baru yang meringankan.

Pasal 28Rehabilitasi dan Reposisi

(1) Apabila tertuduh dinyatakan bari’ atau tidak bersalah oleh Majelis Qadha, maka munaffidz wajib melakukan rehabilitasi tertuduh selambat-lambatnya 15 hari setelah putusan majelis.

(2) Tatacara rehabilitasi diatur oleh Dewan Syari’ah sesuai dengan situasi dan kondisi dengan cara yang sebaik-baiknya.

(3) Apabila tersalah telah selesai menjalani sanksi dan tindakan sebagaimana mestinya, maka pihak munaffidz harus segera mereposisi dan meresosialisasi yang bersangkutan selambat-lambatnya 15 hari sejak selesainya sanksi dan tindakan tersebut.

12

Page 13: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

BAB VIIATURAN PERALIHAN

Pasal 29

(1) Peraturan ini tidak membatalkan ataupun menghentikan keharusan atau pelaksanaan eksekusi atas kasus-kasus yang telah diputus berdasarkan pedoman sanksi yang lama.

(2) Perkara yang terjadi sebelum peraturan ini berlaku dan belum ditangani sesuai pedoman sanksi yang lama diselesaikan sesuai peraturan ini.

(3) Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini dan diperlukan untuk efektifnya putusan Majelis Qadha ditentukan sendiri oleh Majelis.

BAB VIIIATURAN PENUTUP

Pasal 30

Dengan berlakunya peraturan ini maka peraturan penjatuhan sanksi yang lama dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 31

Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku efektif dua bulan setelah ditetapkan.

Disahkan di JakartaPada tanggal 21Rajab 1423 H/ 29 September 2002 M

Majelis Syura Partai Keadilan

( K.H. Rahmad Abdullah. )

13

Page 14: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL ATASPERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI

PARTAI KEADILAN

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1.

13.Yang dimaksud dengan yang berwenang dalam pasal 1. 13. adalah Dewan Syariah Pusat dan wilayah..

Pasal 2Ruang Lingkup Peraturan

Ayat (1)Cukup jelas.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan (wilayah masing-masing) dalam pasal ini adalah daerah oprasional Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Keadilan.

Ayat: 3Cukup jelas.

Pasal 3Manfaat dan Urgensi Peraturan

Cukup jelas.

BAB IITUJUAN DAN PRINSIP PENJATUHAN SANKSI DAN TINDAKAN

Pasal 4Tujuan peraturan

Cukup jelas.

Pasal 5Prinsip-prinsip Penjatuhan Sanksi dan Tindakan

Cukup jelas.

BAB IIIMAJELIS QADHA DAN LAJNAH HISBAH

Cukup jelas.

Pasal 6Wewenang dan Susunan Majelis Qadha

Cukup jelas.

Pasal 7Wewenang dan Susunan Lajnah Hisbah

Ayat (1) f.

14

Page 15: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

Perkara yang dapat diajukan ke Dewan Syariah Wilayah adalah yang memiliki bukti awal dan disertai rekomendasi naqib atau masul terkait lainnya. Dan Apabila yang diperkarakan adalah naqib dari suatu usrah maka lajnah hisbah perlu mendapat rekomendasi dari masul yang di atasnya.

Ayat (2).Yang dimaksud dengan anggota partai lainnya dalam ayat ini adalah sekurang-kurangnya anggota dewasa.

BAB IVKLASIFIKASI PELANGGARAN, SANKSI DAN TINDAKAN.

Pasal 8Klasifikasi pelanggaran

Cukup jelas.

Pasal 9Pelanggaran Syar`i

Cukup jelas.

Pasal 10Pelanggaran Syar’i Ringan

Ayat (1)Yang dimaksud dengan Muruah adalah keterhormatan kedudukan atau nama baik seseorang Muslim yang harus dijaga oleh dirinya. Melakukan sesuatu perbuatan yang menurunkan atau merusak cintra dirinya dipandang perbuatan yang merusak muruah. Hal ini sesuai dengan posisi moral dan sosial yang bersangkutan.Sedangkan yang dimaksud dengan perbuatan yang tidak seyogyanya (khilaful aula), seperti perbuatan yang termasuk makruh.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 11Pelanggaran Syar’i Sedang

Ayat (1)Yang dimaksud dengan tindak pidana hudud adalah tindak kriminal yang telah ditetapkan hukumannya oleh al-Quran dan Sunnah seperti zina, menuduh berzina, mencuri, mabuk, muharabah, dan murtad.Sedangkan qisas adalah tindakan pembunuhan, memotong sebagian anggota tubuh, atau melukainya.

Ayat (2)Huruf aCukup jelas.

Huruf bYang dimaksud dengan tidak menegakkan shalat jama’ah adalah:

15

Page 16: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

Pertama, jika seseorang sama sekali tidak pernah melaksanakan shalat fardhu berjama’ah, baik di mesjid atau di tempat lain,Kedua, jika seseorang anggota yang shalat fardhunya lebih sering tidak dilaksanakan secara berjama’ah baik di mesjid maupun di tempat selain mesjid,Ketiga, seseorang anggota yang shalat isya dan shubuhnya lebih sering tidak dilaksanakan secara berjama’ah.

Huruf cYang dimaksud dengan Khalwah adalah seorang pria atau wanita berduaan dengan lawan jenisnya yang bukan mahram dan bukan suami-istri di tempat yang tidak dilihat oleh orang lain yang mengundang fitnah dan atau godaan syetan.

Huruf dYang dimaksud dengan menyebarkan berita tentang fahisyah adalah berita tentang perbuatan zina dan atau yang mendekatinya.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Huruf gCukup jelas.

Huruf hYang dimaksud dengan meng-ghibah orang yang tidak halal kehormatannya adalah menceritakan sesama Muslim tentang hal yang tidak disenanginya. Tidak termasuk ghibah jika hal tersebut dilakukan untuk kemaslahatan yang lebih besar dengan tetap membatasi pada apa yang benar-benar perlu. Seperti untuk keperluan penyelidikan demi kepentingan agama, penyidikan dan atau kesaksian di pengadilan.

Huruf iCukup jelas.

Huruf jCukup jelas.

Huruf kCukup jelas.

Huruf lCukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 12Pelanggaran Syar’i Berat

Cukup jelas.

Pasal 13Pelanggaran Organisasi

16

Page 17: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

Ayat (1)Cukup jelas.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Ayat (6)Cukup jelas.

Ayat (7)Yang dimaksud dengan (melakukan perbuatan yang dapat membahayakan keamanan partai serta sarana-sarana yang dimilikinya) dalam pasal ini adalah Perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian fatal seperti ditangkapnya jajaran qiyadah, pembekuan kegiatan Partai dan pembubarannya.

Ayat (8)Cukup jelas.

Ayat (9)Cukup jelas.

Ayat (10)Cukup jelas.

Ayat (11)Cukup jelas.

Ayat (12)Cukup jelas.

Ayat (13)Cukup jelas.

Pasal 14Klasifikasi Sanksi

Ayat (4) e.Yang dimaksud dengan pemberhentian dalam Ayat (4) e adalah diberhentikan dari tugas-tugas yang diamanahkan partai, dan atau dikeluarkan dari anggota partai..

Pasal 15Tindakan

Cukup jelas.

BAB VKLASIFIKASI PENYELESAIAN PERKARA PELANGGARAN.

17

Page 18: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

Pasal 16Klasifikasi Perkara

Cukup jelas.

Pasal 17Penyelesaian Perkara Biasa

Cukup jelas.

Pasal 18Penyelesaian Perkara Luar biasa

Cukup jelas.Pasal 19

Prosedur penyelesaian perkara khususCukup jelas.

BAB VIPROSEDUR PENYELESAIAN PERKARA BIASA

Pasal 20Pelaporan dan Pengaduan

Cukup jelas.

Pasal 21Pengajuan dan Penyelesaian Perkara oleh Lajnah Hisbah

Cukup jelas.

Pasal 22Pemeriksaan di Depan Majelis Qadha

Cukup jelas.

Pasal 23Putusan Majelis Qadha

Cukup jelas.

Pasal 24Pemeriksaan Tingkat Banding

Cukup jelas.

Pasal 25Putusan Tingkat Banding

Cukup jelas.

Pasal 26Pelaksanaan Putusan

Cukup jelas

Pasal 27Peninjauan Ulang (PU)

Cukup jelas.

Pasal 28Rehabilitasi dan Reposisi

Cukup jelas.

18

Page 19: PERATURAN DAN TATACARA PENJATUHAN SANKSI dan Tatacara... · Web viewVariasi sanksi dan tindakan disesuaikan dengan variasi pelanggaran dan situasi kondisi tersalah. Sanksi dan tindakan

BAB VIIATURAN PERALIHAN

Pasal 29Cukup jelas.

BAB VIIIATURAN PENUTUP

Cukup jelas.

19