PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN …Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun...
Transcript of PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN …Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK
NOMOR 7 TAHUN 2002
TENTANG
POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SIAK
TAHUN 2002 – 2006
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SIAK,
Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pembangunan daerah telah memberikan hasil-hasil
yang positif dan telah menciptakan keadaan yang dapat menjadi landasan
untuk melanjutkan pembangunan lima tahun ke depan sebagai tahap awal
pembangunan dimulainya pelaksanaan Otonomi Daerah ;
b. bahwa dengan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor IV/MPR/1999 telah ditetapkan Garis-Garis Besar
Haluan Negara 1999–2001, yang pada hakekatnya adalah Pola Umum
Pembangunan Nasional yang memuat konsepsi penyelenggaraan negara
guna mewujudkan tujuan nasional sebagaimana termaktup dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;
c. bahwa dengan keluarnya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
050/829/II/Bangda, tanggal 28 April 2000, perihal Pedoman Penyusunan
Pola Dasar Pembangunan Tahun 2000-2005, maka perlu disusun Pola
Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006;
d. Bahwa sesuai dengan prinsip penyelenggaraan otonomi daerah yang
digariskan dalam undang-undang Nomor 22 tahun 1999 di samping
keberadaan GBHN 1999-2004, diperlukan konsepsi penyelenggaraan
pembangunan Daerah sebagai pedoman Pemerintah Daerah dan seluruh
komponen masyarakat di daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan daerah dalam jangka waktu lima tahun, guna
mewujudkan keserasian pembangunan, pertumbuhan dan kemajuan daerah
di berbagai bidang;
e. Bahwa sehubungan dengan huruf a, b, c dan d perlu menetapkan Pola
Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 dengan
Peraturan Daerah.
Mengingat : 1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara;
2. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958, tentang Pembentukan Daerah
Swantantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau Ruang (Lembaran
Negara Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor
1646);
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983, tentang Zona Ekonomi Eklusif
Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 44, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3260 );
4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992, tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3501);
5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999, tentang Susunan dan Kedudukan
MPR-DPR dan DPRD;
6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4849);
7. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);
8. Undang-undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten
Siak
9. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2000, tentang Program Pembangunan
Nasional (Propenas) Tahun 2000-2004 (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 206);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lemmbaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3952);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000, tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 201);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000, tentang Pengelolaan dari
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 4022);
13. Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1980, tentang Pembentukan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah;
14. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999, tentang Tehnik Penyusunan
Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang,
Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden.
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIAK
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK TENTANG POLA
DASAR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN
2002-2006
Pasal 1
Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak 2002-2006 adalah pernyataan
kehendak rakyat yang tumbuh dan berkembang di daerah Siak dan sebagai
penjabaran dari GBHN, merupakan Garis-Garis Besar Kebijakan Pembangunan
Daerah sebagai pedoman Pemerintah Daerah dan seluruh komponen
masyarakat di daerah dalam penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan
daerah guna mewujudkan keserasian pembangunan, pertumbuhan dan
kemajuan daerah di berbagai bidang.
Pasal 2
Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 disusun
dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
BAB II Kondisi Dan Potensi Daerah
BAB III Visi dan Pembangunan Daerah
BAB IV Kebijaksanaan, Strategi dan Arah Pembangunan Daerah
BAB V Pelaksanaan Pembangunan
BAB VI Penutup
Pasal 3
Isi beserta uraian terinci sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Peraturan
Daerah ini terdapat dalam Naskah Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Siak
Tahun 2002-2006 yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Pasal 4
1. Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006
dilaksanakan oleh Bupati Siak melalui Program Pembangunan Daerah
(Propeda) Kabupaten Siak Tahun 2002-2006;
2. Dalam Penyusunan Program Pembangunan Daerah (Propeda) Kabupaten
Siak Tahun 2002-2006, Bupati Siak senantiasa memperhatikan pendapat dari
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Siak dan aspirasi rakyat di
daerah.
Pasal 5
Pembiayaan pelaksanaan Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak
Tahun 2002-2006 dan Program Pembangunan Daerah (Propeda) Kabupaten
Siak 2002-2006 diperoleh melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Serta dana dari partisipasi
masyarakat dan investasi pihak swasta lainnya.
Pasal 6
Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak ini ditinjau kembali sekali
dalam lima tahun setelah ditetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara guna
memberikan Pedoman dalam Penyusunan Program Pembangunan Daerah
(Propeda) lima tahun berikutnya.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran Daerah
Kabupaten Siak.
Ditetapkan di Siak Sri Indrapura
pada tanggal 17 Juni 2001
B U P A T I S I A K,
A R W I N AS
Diundangkan di Siak Sri Indrapura
pada tanggal 18 Juni 2002
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SIAK,
DRS. H. KHAIRUL ZAINAL
Pembina Tk.I. NIP. 010086330
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIAK
TAHUN 2002 NOMOR 8 SERI D
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIAK TAHUN 2002 NOMOR :
LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 7 TAHUN 2002
N A S K A H
POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN SIAK
TAHUN 2002-2006
PEMERINTAH KABUPATEN SIAK 2002
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………….. i
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………….. I-1
1.1. Pengertian ……………………………………………………………………….. I-1
1.2. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………….. I-1
1.3. Kedudukan dan Fungsi ..……………………………………………………. I-1
1.4. Landasan ……………………………………………………………………….. I-2
1.5. Ruang Lingkup ………………………………………………………………. I-2
BAB II KONDISI DAN POTENSI DAERAH …………………………………………… II-1
2.1. Kondisi dan Potensi Alam Daerah …………………………………. II-1
2.2. Kondisi dan Potensi Pemerintah Daerah ……………………………… II-1
2.3. Kondisi dan Perekonomian …………………………………………………. II-2
2.4. Kondisi dan Potensi Sosial Budaya ………………………………………. II-9
2.5. Kondisi dan Potensi Sumberdaya Alam …………………………………. II-12
BAB III VISI DAN PEMBANGUNAN DAERAH ……………………………………………. III-1
3.1. Visi Pembangunan …………………………………………………………….. III-1
3.2. Misi Pembangunan …………………………………………………………….. III-2
BAB IV STRATEGI KEBIJAKAN, STRATEGI DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH
4.1. U m u m ………………………………………………………………………… IV-1
4.2. Bidang Pemerintahan yang baik ………………………………………… IV-2
4.2.1. Peningkatan Otonomi Daerah ………………………………… IV-2
4.2.2. Hukum/Perundang-undangan/Peraturan …………………… IV-2
4.2.3. Aparatur Pemerintah ………………………………………………. IV-3
4.2.4. Masyarakat Sipil dan Sektor Swasta ………………………….. IV-4
4.2.5. Komunikasi, informasi dan sektor Swsata ………………….. IV-4
4.2.6. Perlindungan dan Pengamanan Masyarakat ……………….. IV-5
i
4.3. Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ketahanan Budaya ……………. IV-5
4.3.1. Kependudukan/SDM ………………………………………………… IV-5
4.3.2. Pendidikan …………………………………………………………….. IV-6
4.3.3. Kebudayaan …………………………………………………………… IV-6
4.3.4. Agama ………………………………………………………………….. IV-6
4.3.5. Kesehatan ……………………………………………………………… IV-7
4.3.6. Keluarga Berencana ……………………………………………….. IV-7
4.3.7. Mobilitas Penduduk ………………………………………………… IV-8
4.3.8. Ketenagakerjaan ……………………………………………………. IV-8
4.3.9. Pemuda, Olahraga, Anak dan Remaja ………………………. IV-9
4.3.10.Peranan Perempuan ………………………………………………. IV-9
4.3.11.Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ……………………………. IV-9
4.3.12.Kesejahteraan Sosial ………………………………………………. IV-10
4.3.13.Ketahanan Budaya …………………………………………………. IV-10
4.4 Bidang Ketahanan Ekonomi Daerah dan Peningkatan
Pelayanan Kehidupan ……………………………………………………….. IV-11
4.4.1. Mempercepat Pemulihan Ekonomi ………………………….. IV-11
4.4.2. Memperkuat Landasan Pembangunan Ekonomi
Berkelanjutan ……………………………………………………….. IV-11
4.4.3. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup ………………. IV-13
4.4.4. Sumberdaya Air dan Irigasi …………………………………….. IV-13
4.4.5. Pertambangan dan Energi ………………………………………. IV-14
4.4.6. Pengembangan Prasarana Pembangunan ………………… IV-15
4.4.7. Transportasi …………………………………………………………. IV-16
4.4.8. Pertahanan dan Penataan Ruang ……………………………. IV-16
4.4.9. Pertanian dan Tanaman Pangan …………………………….. IV-17
4.4.10. Kehutanan dan Perkebunan …………………………………… IV-18
4.4.11. Perikanan …………………………………………………………….. IV-19
4.4.12. Peternakan …………………………………………………………… IV-19
4.4.13. Industri ……………………………………………………………….. IV-20
4.4.14. Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah …. IV-20
ii
4.4.15. Pariwisata ……………………………………………………………. IV-21
4.4.16. Transmigrasi ……………………………………………………….. IV-21
4.4.17. Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan ………….. IV-22
4.4.18. Pengembangan Ketanagakerjaan …………………………… IV-22
4.4.19. Dunia Wisata ……………………………………………………….. IV-22
4.5 Bidang Pemberdayaan Masyarakat …………………………………….. IV-23
4.5.1. Masyarakat Sipil (Swasta, LSM, Masyarakat Umum) …. IV-23
4.5.2. Pembangunan Daerah …………………………………………… IV-23
4.5.3. Pembangunan Kecamatan ……………………………………… IV-24
4.5.4. Pembangunan Pedesaan ……………………………………….. IV-24
BAB V PELAKSANAAN PEMBANGUNAN ……………………………………………….. V-1
5.1.Umum ……………………………………………………………………………… V-1
5.2.Paradigma Baru Pembangunan Daerah ……………………………….. V-1
5.3.Asas Pelaksanaan Pembangunan ……………………………………….. V-2
A. Prinsip Good Gobernance ……………………………………………… V-2
B. Asas Pelaksanaan ………………………………………………………… V-3
BAB VI PENUTUP ……………………………………………………………………………… VI-1
iii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Pengertian
Pada bagian ini di jelaskan bahwa Pola Dasar Pembangunan Daerah, baik untuk daerah
kabupaten/kota maupun untuk daerah propinsi, adalah dokumen induk perencanaan pembangunan
daerah yang memuat visi dan misi, startegi dan arah kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota
yang didasarkan pada kondisi, potensi riel, permasalahan dan kebutuhan nyata daerah serta aspirasi
masyarakat yang tumbuh dan berkembang di daerah ditetapkan dengan peraturan daerah yang
bersangkutan. Sehubungan dengan hal di atas, maka Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten
Siak adalah Garis-garis Besar Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten Siak, yang mencerminkan
aspirasi seluruh masyarakat di Kabupaten Siak.
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 dimaksudkan untuk
memberikan arah penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan penyampaian
pelayanan masyarakat. Berkaitan dengan era pembangunan baru, dimaksudkan pula agar penyusunan
Poldas ini dapat mengantisipasi dini dalam mempersiapkan pemerintahan yang baik, upaya
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Siak tahun 2002-2006, dalam
rangka mewujudkan visi dan tujuan pembangunan daerah yang hendak dicapai berupa kehidupan
masyarakat daerah Kabupaten Siak yang beriman dan bertaqwa, berbudaya, beradab, berahlak mulia,
mandiri, bebas, maju dan sejahtera, sebagaimana yang dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 dan
GBHN Tahun 1999-2004.
1.2.2. Tujuan
Poldas Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 bertujuan untuk memberikan
pedoman dasar bagi arahan pengelolaan pembangunan daerah yang menjabarkan kehendak
masyarakat guna mewujudkan keserasian pembangunan, pertumbuhan dan kemajuan daerah di
segala bidang.
1.3. Kedudukan dan Fungsi
Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak merupakan penjabaran dari Ketetapan MPR-
RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004 yang berisi
tujuan, strategi, kebijaksanaan dan arah pelaksanaan pembangunan daerah Kabupaten Siak sesuai
dengan situasi, kondisi, potensi, dan aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Dengan kata
I-1
lain Pola Dasar Pembangunan Daerah berkedudukan sebagai kerangka dasar pengelolaan
pembangunan daerah yang merupakan arahan dan pedoman bagi seluruh penyelenggara
pemerintahan, penyelengara pembangunan, dan masyarakat yang secara bersama-sama akan
mengisi, memelihara dan memanfaatkan pembangunan.
1.4. Landasan
Poldas Pembangunan Daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 memiliki landasan hukum
sebagai berikut:
a. Landasan Idiil: Pancasila
b. Landasan Konstitusional: UUD 1945
c. Landasan Operasional: TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) Tahun 1999-2004
d. Landasan Kewenangan Fungsional:
● UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah
● UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
● UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih, dan Bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme
● UU No. 53/1999 tentang Pembentukan Kabupaten Siak
● Surat Edaran Ditjen Bangda No. 050/829/II/Bangda Tgl. 28 April 2000 tentang Pedoman
Penyusunan Pola Dasar Pembangunan Daerah 2002-2006
1.5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak meliputi arah, tujuan, strategi
dan arah kebijaksanaan pembangunan daerah, yang merupakan aspirasi seluruh masyarakat
Kabupaten Siak, yang disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KONDISI DAN POTENSI DAERAH
BAB III : VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH
BAB IV : KEBIJAKSANAAN, STRATEGI DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH
BAB V : PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BAB VI : PENUTUP
BAB II
KONDISI DAN POTENSI DAERAH
Kabupaten Siak merupakan kabupaten yang baru dibentuk, oleh karenanya data terperinci
mengenai Kabupaten Siak belum sepenuhnya didapatkan. Data-data tentang Kabupaten Siak sebagian
besar masih menjadi satu dengan Kabupaten Bengkalis sebagai kabupaten induk. Secara garis besar
kondisi umum wilayah Kabupaten Siak berikut ini diturunkan dari gambaran umum Kabupaten
Bengkalis dan Propinsi Riau.
I-2
2.1. Kondisi dan Potensi Alam Daerah
Kabupaten Siak sebagai bagian dari Propinsi Riau merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Bengkalis. Secara astronomis Letak kedudukan wilayah Kabupaten Siak berada antara 1000 54,5’ -
1020 52” Bujur Timur dan 20 30’ - 00 17’ Lintang Utara. Wilayah Kabupaten Siak berbatasan di sebelah
utara dengan Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis, di sebelah selatan berbatasan dengan
wilayah Kecamatan Bunut dan Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Kampar, di sebelah timur wilayah
Kecamatan Tebing Tinggi dan Kecamatan Merbau Kabupaten Bengkalis dan di sebelah barat wilayah
Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.
Wilayah Kabupaten Siak mencakup areal seluas 8.556,09 km2 yang merupakan 9,05% dari
luas wilayah Propinsi Riau (94.561,60 km2). Pengamatan terhadap penggunaan lahan yang ada
menampakkan bahwa sebagian besar lahan di Kabupaten Siak merupakan hutan dengan luas 306.826
Ha atau 35,86% dari luas wilayah Kabupaten Siak. Sedangkan selebihnya seluas 159.081 Ha (18,59%)
berupa perkebunan, rawa, perkampungan, ladang/tegalan, sawah, semak/rumput maupun
kolam/empang. Sementara lahan yang sedang tidak diusahakan mencapai luas 290.663 Ha (34%).
Kabupaten Siak mempunyai topografi wilayah berupa pantai dan dataran dengan ketinggian
tanah bervariasi antara 2,0-8,4 meter dari permukaan laut. Kecamatan Siak merupakan wilayah pantai
yang berada di bagian timur kabupaten dengan kemiringan tanah antara 0-2%. Sementara Kecamatan
Minas merupakan kecamatan yang berada di wilayah bagian barat dengan ketinggian 8,4 meter di atas
permukaan laut yang sebagian wilayahnya mempunyai sifat berbukit dengan kemiringan lebih dari
40% dan sebagian lainnya memiliki kelerengan lebih dari 2%. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen,
Kabupaten Siak tergolong dalan tipe afa, yakni iklim tipe hujan hutan tropis. Curah hujan rata-rata
setiap tahun berkisar antara 2.441-2.520 mm. Suhu udara rata-rata tahunan sebesar 25,90C dengan
kisaran 22,60C-31,30C. Pola penyebaran hujan bersifat bimodal, dengan puncak curah hujan terjadi
pada bulan April dan Oktober, serta bulan kering pada bulan Februari dan bulan Juli.
Lebih dari setengah luas wilayah Kabupaten Siak merupakan lahan gambut. Kecamatan Siak dan
Kecamatan Sungai Apit merupakan kecamatan yang memiliki wilayah dengan tekstur tanah sedang.
Jenis tanah di wilayah Kabupaten Siak menunjukkan jenis tanah organosol dan humus. Jenis tersebut
dapat ditemukan di seluruh wilayah kecamatan dan sebagian berupa jenis tanah podsolik merah
kuning terdapat di Kecamatan Siak.
2.2. Kondisi dan Potensi Pemerintahan Daerah
Pembentukan Kabupaten Siak ini dimulai dari proses pengkristalan aspirasi masyarakat yang
merupakan kelanjutan dari keinginan masyarakat untuk membentuk Kabupaten sejak tanggal 14 Juni
1964. Diawali dengan Pembentukan Panitia Persiapan Pembentukan Kabupaten Siak pada tanggal 24
Mei 1999 dengan Ketua Umum H. Wan Ghalib, yang bertugas melaksanakan Musyawarah Besar
(Mubes) Masyarakat Eks Kawedanan Siak tanggal 11 Juni 1999. Diputuskan Pembentukan Komite
Perjuangan Pembentukan Kabupaten Siak (KPPKS) dengan ketua H.M. Azaly Djohan. SH. Dilanjutkan
dengan kedatangan Tim DPOD Departemen Dalam Negeri dilanjutkan kedatangan Tim Komisi II DPR
RI, hingga terbentuknya Kabupaten Siak dengan UU No. 53 tahun 1999 tersebut.
II-1
Jumlah dinas dan instansi dalam Kabupaten Siak yang sudah terbentuk sebanyak 21
Dinas/Instansi. Rencana awal 2002 akan di syahkan dan di berlakukan SOT (Struktur Organisasi Kerja)
Dinas/Instansi yang baru. Penambahan secara berangsur-angsur, terus dilakukan seiring dengan
pertambahan jumlah pegawai yang ada di lingkungan Pemda Kabupaten Siak. Demikian juga
mengenai pengisian jabatan untuk eselon III, eselon IV dan eselon V pada jajaran sekretariat, dinas-
dinas dan kantor pemerintah di lingkungan pemerintahan Kabupaten Siak serta dibantu staf honorer.
Guna lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat maka wilayah Kabupaten Siak yang
semula terdiri dari 3 Kecamatan (Siak, Sungai Apit dan Minas) dan satu Kecamatan Pembantu
(Tualang Perawang) dimekarkan dengan penambahan 5 Kecamatan baru (Sungai Mandau, Dayun,
Kerinci Kanan , Tualang dan Bunga Raya). Hingga kini Kabupaten Siak terdiri dari 8 Kecamatan 3
Kelurahan dan 105 Desa, karena telah dilakukan pemekaran beberapa desa dengan jumlah penduduk
mencapai 246.435 jiwa dengan 50.035 KK.
Sejak terbentuknya lembaga legislatif (DPRD) Kabupaten Siak peran lembaga yang merupakan
mitra kerja eksekutif telah membantu menjalankan roda Pemerintahan Kabupaten Siak terutama
dalam menetapkan Peraturan Daerah (Perda) dan mengakomodasi aspirasi masyarakat, serta
memproses produk hukum bagi kepentingan daerah, serta mengatasi dan menjawab tantangan serta
permasalahan di Kabupaten Siak.
2.3. Kondisi Perekonomian
2.3.1. Ekonomi Regional
Secara umum kondisi perekonomian wilayah dapat digambarkan melalui Produk Domestik
Regional Bruto. Dengan menggunakan PDRB akan dapat diketahui pertumbuhan ekonomi wilayah,
struktur perekonomian wilayah dan pendapatan per kapita penduduk. Peningkatan pertumbuhan
ekonomi daerah menunjukkan peningkatan kemampuan daerah untuk menghasilkan barang dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan harga konstan untuk menghilangkan pengaruh perubahan
harga sehingga benar-benar diketahui kemampuan ekonomi daerah yang sebenarnya. Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Siak dalam kurun waktu 1993-1997 meningkat rata-rata 7,36% per tahun tanpa
memperhitungkan sektor migas. Laju pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan Propinsi Riau
dalam kurun waktu yang sama mencapai 9,28%. Krisis ekonomi sebagai akibat depresiasi Rupiah
terhadap Dollar sangat berpengaruh terhadap kemampuan daerah dalam menghasilkan barang dan
jasa. Oleh karena itu selama kurun waktu 1997-1998, laju pertumbuhan ekonomi (tanpa migas)
melambat menjadi 2,01% per tahun. Setahun kemudian selama 1998-1999. Setelah terjadi pemulihan
ekonomi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Siak sedikit meningkat menjadi 3,82% . Dan pada tahun
1999-2000 mencapai 8,60% lebih tinggi dari dua tahun sebelumnya.
Struktur perekonomian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sektor ekonomi
tertentu. Struktur ekonomi dihitung dari proporsi nilai tambah sektoral terhadap PDRB. Data yang
tersedia memperlihatkan bahwa perekonomian Kabupaten Siak sangat tergantung pada sektor industri
pengolahan dengan kecenderungan yang semakin meningkat. Pada tahun 1993, kontribusi sektor
II-2
industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Siak adalah 54,89%, selanjutnya pada tahun 1999
meningkat menjadi 56,66% dan pada tahun 2000 menjadi 56,78%. Besarnya kontribusi sektor industri
pengolahan ini terutama berasal dari nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor industri besar dan
sedang.
Pendapatan per kapita regional menunjukkan tingkat kemakmuran penduduk daerah secara
kasar karena tidak menunjukkan distribusi pendapatan yang sebenarnya. Pendapatan per kapita
regional dihitung dari PDRB dibagi dengan jumlah penduduk. Pendapatan per kapita regional
Kabupaten Siak menunjukkan peningkatan selama 1993-1999. Berdasarkan harga konstan,
pendapatan per kapita Kabupaten Siak tahun 1993 mencapai Rp 1.479.473,46 kemudian meningkat
menjadi Rp 1.816.291,01 pada tahun 1999. Dengan kata lain, selama 1993-1999 pembangunan
ekonomi telah berhasil meningkatkan kemakmuran penduduknya. Kemudian pada tahun 2000
pendapatan perkapita Kabupaten Siak mencapai Rp. 1.902.544,53. Tetapi perlu diperhatikan bahwa
pendapatan per kapita ini tidak dapat dijadikan tolok ukur pemerataan pendapatan. Sehingga
tingginya tingkat pendapatan perkapita mungkin saja hanya dinikmati oleh sebagian kecil penduduk.
2.3.2. Ekonomi Sektoral
1. Pertanian Tanaman Pangan
Kegiatan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Siak pada umumnya menggunakan sistem
pengairan tadah hujan. Luas lahan sawah tanah hujan (basah) di Kabupaten Siak mencapai luasan
15.654 Ha, yang baru di manfaatkan seluas 9.363 Ha, yaitu 853 Ha di Kecamatan Siak, 8.257 Ha di
Kecamatan Sungai Apit dan Kecamatan Bunga Raya 253 Ha di Kecamatan Minas dan Kecamatan
Muara Kelantan. Sistem pengairan ½ teknis sederhana baru dilakukan di Kecamatan Siak dengan areal
sawah 173 Ha.
Produksi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Siak meliputi padi dan palawija, sayur-
sayuran, buah-buahan dan empon-empon. Secara umum produksi pertanian tanaman pangan di
Kabupaten Siak masih di bawah kapasitas produksi yang sebenarnya. Hal ini disebabkan antara lain
oleh masih luasnya lahan sawah dan lahan kering yang sementara ini belum diusahakan masing-
masing mencapai 6.291 Ha dan 22.117,5 Ha. Produksi padi dan palawija Kabupaten Siak selama 1996-
1999 pada umumnya mengalami peningkatan, kecuali untuk komoditi kedelai, kacang hijau dan
kacang tanah. Produksi padi dan palawija Kabupaten Siak sebagian besar (sekitar 70%) berasal dari
Kecamatan Sungai Apit dan Kecamatan Bunga Raya. Hal ini dapat dimengerti karena Kecamatan
Bunga Raya terdapat daerah lokasi transmigrasi yang pada umumnya mempunyai budaya pertanian
menanam padi dan palawija. Peningkatan produksi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Siak
masih mengahadapi beberapa kendala. Kendala yang utama yang dihadapi adalah pengairan.
Kekurangan sarana dan prasarana pengairan merupakan masalah utama yang sangat menghambat
program peningkatan produksi. Di samping itu, masalah lain berkaitan peningkatan produksi adalah
gangguan hama tanaman. Hama tanaman yang masih dihadapi oleh petani di Kabupaten Siak terdiri
dari penggerek batang, tikus, hama putih, blast dan kepinding tanah.
II-3
Seperti halnya di daerah lain masalah lain yang berhubungan dengan tingkat pendapatan
petani adalah rendahnya nilai tukar produk pertanian dibandingkan dengan produk dari sektor lain
terutama dari sektor industri. Meskipun terjadi kenaikan harga komoditi pertanian tetapi tidak
sebanding dengan kenaikan komoditi sektor ekonomi lain. Sehingga secara riil, petani mungkin tidak
mendapatkan peningkatan pendapatan meskipun terjadi kenaikan harga. (Sumber Data : Dinas
Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Siak).
2. Perkebunan
Potensi sektor perkebunan di Kabupaten Siak didukung oleh sumberdaya lahan yang cukup
luas. Lahan yang digunakan untuk kegiatan sektor perkebunan pada tahun 2000 mencapai areal
137.399 Ha. Di samping itu terdapat potensi lahan kering yang belum dimanfaatkan yaitu seluas
22.177,5 Ha. Di antara 8 kecamatan yang berada di Kabupaten Siak, Kecamatan Minas merupakan
daerah dengan lahan perkebunan yang paling luas yaitu 96.686 Ha.
Komoditi utama sektor perkebunan di Kabupaten Siak terdiri dari karet, kelapa, kelapa sawit,
pinang, lada dan kemiri. Di antara komoditi tersebut, kelapa sawit mendominasi hasil produksi sektor
perkebunan dengan kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 1999, produksi kelapa sawit
mencapai 448.946,00 ton atau 99,06% dari total produksi perkebunan Kabupaten Siak. Daerah sentra
produksi tanaman kelapa sawit terdapat di Kecamatan Siak dengan produksi yang dihasilkan sebanyak
388.956 ton. Pada umumnya produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Siak mengalami peningkatan
kecuali tanaman karet dan lada selama kurun waktu 1996-1999. Produksi yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh luas areal tanaman. Peningkatan luas areal mempunyai pengaruh positif terhadap
hasil produksi yang dicapai. Seperti yang telah diutarakan di atas, produksi kelapa sawit mendominasi
produksi tanaman perkebunan. Hal ini disebabkan oleh luas areal tanaman kelapa sawit mencapai
104.895 Ha atau 79,29% dari seluruh luas areal perkebunan yang diusahakan. Di samping itu
penambahan luas areal tanaman kelapa sawit melebihi tanaman perkebunan lainnya. Selama kurun
waktu 1996-1999, peningkatan luas areal tanaman kelapa sawit mencapai 16,94% per tahun.
Usaha perkebunan di Kabupaten Siak dilaksanakan oleh perkebunan rakyat, perkebunan besar negara
dan perkebunan besar swasta. Perkebunan rakyat menggunakan pola parsial, UPP dan swadaya murni.
Komoditi yang diusahakan oleh perkebunan rakyat meliputi karet, kelapa, kelapa sawit, kopi dan
pinang. Usaha perkebunan swasta dan negara dilaksanakan dengan menggunakan pola plasma dan
pola inti. Komoditi tanaman perkebunan yang diusahakan kelapa sawit, karet dan kelapa. Pengolahan
hasil perkebunan yang dilakukan oleh petani masih menggunakan teknologi tradisional dengan kualitas
produk yang rendah. Sementara perkebunan besar swasta dan negara menggunakan teknologi
modern untuk pengolahan hasil perkebunan. (Sumber Data: Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Siak).
II-4
3. Peternakan
Kegiatan sub sektor peternakan merupakan kegiatan tambahan yang membawa keuntungan
bagi petani peternak bahkan sebagian merupakan kegiatan pokok, usaha ternak unggas sampingan
penduduk Kabupaten Siak, selain sebagai petani perkebunan atau tanaman pangan yang merupakan
pekerjaan utama. Jenis ternak yang dikembangkan di Kabupaten Siak terdiri dari sapi, kerbau,
kambing/domba, babi, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, ayam kampung dan itik. Pengembangan
populasi ternak sebagian besar berada di Kecamatan Bunga Raya dan Sungai Apit terutama untuk
ternak sapi, kambing dan ayam kampung. Bahkan di Desa Bunga Raya Kecamatan Bunga Raya
terdapat sentra peternakan sapi pedaging. Terpusatnya pengembangan populasi ternak di Kecamatan
Bunga Raya berkaitan dengan banyaknya lokasi permukiman transmigrasi. Pada umumnya populasi
ternak di Kabupaten Siak selama 1996-1998 menunjukkan perkembangan yang meningkat, kecuali
ayam ras petelur dan ayam ras pedaging.
Produksi peternakan Kabupaten Siak terdiri dari daging dan telur. Produksi daging di
Kabupaten Siak terdiri dari daging sapi, kerbau, kambing, ayam ras, ayam kampung dan itik. Diantara
jenis daging tersebut produksi daging ayam kampung mendominasi produksi daging ternak di
Kabupaten Siak. Kalau produksi daging selain ayam kampung berkisar 15.000- 55.000 kg per tahun,
maka produksi daging ayam kampung dapat mencapai 400.000- 500.000 kg per tahun selama 1996-
1998. Dilihat perkembangan per tahun selama 1996-1998, produksi daging di Kabupaten Siak
mengalami peningkatan kecuali ayam ras yang disebabkan oleh menurunnya populasi dalam kurun
waktu yang sama. Sementara itu, produksi telur di Kabupaten Siak terdiri dari telur ayam ras, telur
ayam kampung dan telur itik. Produksi telur ayam kampung dan telur itik sebagian berasal dari
Kecamatan Sungai Apit. Sedangkan untuk produksi telur ayam ras berasal Kecamatan Siak dan
Kecamatan Minas.(Sumber Data: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab Siak).
4. Kehutanan
Dari luas wilayah Kabupaten Siak yaitu 8.556,09 Km2 di mana luas kawasan hutan berdasarkan
tata guna hutan adalah 483.404,25 Ha (56,5 %) dan kawasan non kehutanan seluas 372.198,75 Ha (
43,5%). Kkawasan hutan terse but berdasarkan fungsinya terdiri atas hutan lindung seluas 7.753,48
Ha, hutan suaka alam/hutan suaka marga satwa seluas 69.659,36 Ha (Suaka Marga Satwa Giam Siak
Kecil) seluas ± 41.597,94 Ha di Kecamatan Sungai Mandau, Suaka marga satwa Tasik Belat seluas ±
2.208,76 Ha di Kecamatan Sungai Apit, Suaka Marga Satwa Zamrud (Danau Pulau Besar) seluas ±
25.852,66 Ha di Kecamatan Siak, Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Qasim seluas ± 1.650 Ha
di Kecamatan Minas, dan Hutan Lindung Bakau seluas 6.820,25 Ha. Sedangkan luas hutan produksi
adalah seluas 395.321,40 Ha, yang terdiri dari Hutan Produksi Tetap seluas 183.551,90 Ha dan Hutan
Produksi Terbatas seluas 211.260,50 Ha. Selain itu terdapat usaha konversi diluar kawasan hutan
berupa usaha penangkaran ikan arwana oleh tiga perusahaan yaitu PT. Sumatera Aquaprima Buana,
PT. Tambak Seraya Utama dan UD. Wan Woon.
II-5
Kawasan hutan produksi di Kabupaten Siak di kelola dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan
(HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Jumlah perusahaan pemegang HPH di Kabupaten Siak
adlah 13 perusahaan yaitu PT Dexter Perkasa Timber Industri, PT. Inti Prona, PT. Kosmar Timur Raya,
PT. Mandau Abadi, PT. Rokan Permai Timber, PT. Rokinan Timber, PT. Triomas FDI, PT. Yos Raya
Timber, PT. Nasional Timber I, PT. Expra Bary, PT. Kangly Lumber, PT. Multi Eka Jaya Timber, PT.
Wira karya Sakti. Luas keseluruhan areal HPH adalah 599.321,54 Ha.
Perusahan Pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) sebanyak 5
perusahaan yaitu PT Arara Abadi, PT. Perawang Sukses Perkasa Industri, PT. Satria Perkasa Agung,
Koperasi Atan, PT. Riau Andalan Pulp & Paper, PT. Riau Abadi Lestari, PT. Rimba Mandau Lestari dan
PT Ekawana Lestari Darma. Luas keseluruhan areal HPHTI adalah 206.864,89 Ha.
Jumlah Perusahaan di bidang perkebunan adalah 33 perusahaan dengan luas keseluruhan 299.053,92
Ha sedangkan jumlah Industri Pengolahan Kayu Hulu (IPKH) di Kabupaten Siak sebanyak 17
Perusahaan. (Sumber Data: Dinas Kehutanan Kab Siak).
5. Perikanan
Kegiatan sektor perikanan di Kabupaten Siak meliputi perikanan laut dan perikanan darat.
Kegiatan perikanan darat meliputi penangkapan di perairan umum dan budidaya kolam. Potensi luas
areal budidaya kolam tahun 2000 mencapai luasan 92.2 Ha mencapai produksi 9.9 ton.
Jumlah petani yang bekerja di sektor perikanan atau disebut dengan rumah tangga perikanan
(RTP) di Kabupaten Siak mencapai 534 RTP pada tahun 2001. Produksi ikan yang dihasilkan di
Kabupaten Siak terdiri dari ikan darat dan ikan air tawar. Selama tahun 2000-2001 produksi ikan
mengalami kenaikan dari 208.9 ton menjadi 264 ton. (Sumber Data: Dinas Peternakan dan Perikanan
Kab Siak).
6. Perindustrian
Selama ini sektor industri di Kabupaten Siak mempunyai peranan yang cukup besar dalam
perekonomian dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari besarnya kontribusi nilai tambah
yang dihasilkan, tenaga kerja yang terserap dan peranannya terhadap eskpor non migas.
Perkembangan sektor industri di Kabupaten Siak didominasi oleh industri menengah besar terutama
industri pengolahan kayu, kertas dan perkebunan kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tenaga
kerja yang dipekerjakan dan nilai investasi yang ditanamkan. Dari seluruh tenaga kerja sektor industri
yang berjumlah 23.692 orang, 23.640 orang atau 99,02% bekerja di industri menengah besar
sedangkan sisanya bekerja di industri kecil. Demikian juga dengan nilai investasi sektor industri,
99,94% dari total nilai investasi Rp 2.230.617.500.000 berasal dari industri skala menengah besar
dan hanya 0,06% atau Rp 1.267.500.000 berasal dari industri kecil.
Sebagian besar usaha industri menengah besar berlokasi di Kecamatan Siak, Tualang dan
Kerinci kanan dengan jumlah unit usaha 22 unit. Sedangkan jumlah usaha industri yang berada di
Kecamatan Sungai Apit dan Minas masing-masing sebanyak 7 dan 3 unit usaha. Jumlah tenaga kerja
II-6
yang terserap dalam kegiatan industri skala usaha menengah besar berjumlah 23.460 orang (9 unit
usaha belum tercatat data jumlah tenaga kerja) yang sebagian besar (69, 26%) bekerja di industri
kertas (pulp) yang berlokasi di Desa Pinang Sebatang Kecamatan Tualang Perawang. Banyaknya
tenaga kerja yang terserap ini berkaitan dengan besarnya skala usaha industri. Industri pulp
merupakan industri skala besar dengan nilai investasi terbanyak di antara industri menengah besar
yang lain di Kabupaten Siak. Jumlah investasi yang ditanamkan oleh industri pulp tersebut sampai
tahun 2000 mencapai Rp 2.187.000.000.000 atau 98,10% dari keseluruhan nilai investasi yang
ditanamkan oleh industri menengah besar di Kabupaten Siak. Sedangkan nilai ekspor pada tahun 2001
dari masing-masing industri yang ada antara lain Pulp sebesar Rp.1.442.033.344,700,- Kertas sebesar
Rp.2.893.584.006,000,- Plywood/Blackboard sebesar Rp.447.386.400,- Moulding/Furniture Company
sebesar Rp.33.785.700,- dan Cruse Palm Oil (CPO) sebesar Rp.32.084.500,-. Permasalahan yang
dihadapi oleh industri skala menengah dan besar di Kabupaten Siak pada umumnya berkisar tentang
kesulitan modal dan ketersediaan bahan baku, bahkan beberapa unit industri kayu menampung kayu
curian dari masyarakat (Dinas Perindag Kabupaten Siak).
Industri kecil di Kabupaten Siak pada tahun 2001 sudah mulai berkembang yaitu mencapai 31
jenis usaha industri dengan 287 unit usaha yang tersebar pada 8 kecamatan di Kabupaten Siak yaitu
Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan dengan investasi mencapai Rp.1.463.320.000,- Industri Logam,
Mesin, Elektronika dan aneka dengan nilai investasi Rp. 503.800.000,-. (Sumber Data: Dinas Perindag
Kab Siak).
7. Perdagangan
Perdagangan Dalam Negeri
Perdagangan dalam negeri di Kabupaten Siak mempunyai potensi pengembangan yang cukup
baik. Tingkat pengadaan dan penyaluran barang kebutuhan pokok dan penting lainnya cukup tersedia
dan lancar sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi, serta tingkat harga barang relatif stabil
meskipun pada tahun anggaran 1999/2000 harga barang kebutuhan pokok dan barang penting lainnya
cenderung bergerak naik namun kenaikan tersebut masih dalam batas yang wajar. Hal tersebut
disebabkan nilai tukar rupiah yang turun terhadap dolar serta faktor geografis karena pada umumnya
kebutuhan pokok tersebut didatangkan dari luar Kabupaten Siak, seperti Sumatera Barat, Sumatera
Utara dan Jawa.
Pasar merupakan prasarana utama kegiatan perdagangan yang sangat mempengaruhi
kemajuan kegiatan perdagangan. Sampai tahun 2001 jumlah pasar yang ada di Kabupaten Siak
sebesar 12 (dua belas) unit yang tersebar di Kecamatan Siak dan Kecamatan Sungai Apit, Kecamatan
Minas, Kecamatan Tualang, Kecamatan Bunga Raya, sedangkan pasar lainnya masih di kelola secara
Swadaya masyarakat. Usaha perdagangan di Kabupaten Siak didominasi oleh usaha perdagangan non
formal. Kegiatan perdagangan non formal pada umumnya merupakan pedagang kebutuhan sehari-hari
seperti sayuran, buah-buahan, makanan/minuman, dan lain-lain. Sebagian besar pedagang memiliki
II-7
tempat usaha yang tetap berupa kios, warung atau toko, dan selebihnya merupakan pedagang yang
tidak memiliki tempat usaha tetap/permanen. Sementara itu usaha perdagangan formal di Kabupaten
Siak pada tahun 2001 pada umumnya bergerak pada jenis usaha toko maupun grosir dengan jenis
komoditi barang keperluan sehari-hari, bahan bangunan, pakaian, barang elektronik, serta obat-
obatan dan jamu, dan lain-lain (Sumber Data Dinas Pasar Kabupaten Siak).
Sebelum diberlakukannya Perda Retribusi Pasar yang baru dari pemda Kabupaten Siak maka
penarikan Retribusi pasar selama tahun 2001 masih mengacu pada Perda Kabupaten Bengkalis, yang
meliputi Perda Retribusi Pasar, Perda Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan dan Perda Retribusi
Pelayanan Persampahan. Retribusi dimaksud di kenakan pada wilayah yang memiliki pasar pemda
antara lain pasar Sungai Apit, Pasar Siak dan Pasar Minas (Sumber Data Dinas Pasar Kabupaten Siak).
Perdagangan Luar Negeri
Kebijakan pembangunan sektor perdagangan selama ini ditujukan untuk meningkatkan ekspor
non migas yang berorientasi kepada pencapaian laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini
menyebabkan para pemodal besar memanfaatkan peluang tersebut sehingga perdagangan luar negeri
Kabupaten Siak didominasi oleh sektor industri yang antara lain berupa industri kertas, plywood, yang
umumnya dimiliki oleh pengusaha kuat yang bergerak di bidang industri dan perdagangan. Peranan
sektor industri dalam perdagangan luar negeri ini sangat menonjol dibandingkan ekspor hasil
pertanian. Hal ini mengakibatkan peningkatan ekspor belum mampu meningkatkan pendapatan petani
yang memproduksi komoditi ekpor. Melalui pelabuhan Perawang, nilai ekspor dari kegiatan
perdagangan luar negeri di Kabupaten Siak meningkat tajam dari US $ 87,681.06 tahun 1996 menjadi
US $ 75,835,114.82 tahun 1998.
8. Koperasi
Perkembangan jumlah Koperasi Unit Desa (KUD) di Kabupaten Siak menunjukkan
kecenderungan yang meningkat, dimana pada tahun 2000 terdapat 124 Koperasi KUD, sedangkan
pada tahun 2001 meningkat menjadi 153 Koperasi KUD. Jumlah koperasi non KUD juga mengalami
peningkatan. Sejalan dengan perkembangan KUD tersebut, jumlah anggota KUD juga mengalami
peningkatan. Dimana jumlah anggota koperasi yang aktif pada tahun 2001 sebanyak 24.830 orang
dari jumlah koperasi yang tersebar di Kabupaten Siak, dengan laju pertumbuhan 7.74 % (Sumber
Data Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Siak).
Jumlah simpanan koperasi mengalami peningkatan dimana pada tahun 2000 berjumlah Rp.
16.840.786.- sedangkan pada tahun 2001 mencapai Rp. 20.499.978.-. Simpanan anggota koperasi di
Kabupaten Siak didominasi oleh simpanan anggota koperasi non KUD (Sumber Data Dinas Koperasi
dan UKM Kabupaten Siak).
Masalah yang dihadapi dalam pengembangan koperasi di Kabupaten Siak adalah masih
terdapatnya koperasi yang tidak aktif. Sampai tahun 2001, jumlah koperasi yang tidak aktif mencapai
II-8
22 unit. Meskipun angka ini jauh di bawah angka yang aktif tetapi cukup menjadi perhatian
agar pada masa mendatang dapat meningkatkan kualitas pengelolaan koperasi. Karena koperasi
merupakan sarana bagi petani atau pengusaha kecil untuk dapat mendukung kegiatan ekonomi yang
dilakukan. (Sumber Data: Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Siak)
9. Pariwisata
Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan,
obyek dan daya tarik wisata, serta usaha lainnya yang terkait. Kepariwisataan pada hakekatnya
merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata yang
terwujud antara lain dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna,
kemajemukan tradisi dan seni budaya serta peninggalan sejarah dan purbakala. Pengembangan obyek
dan daya tarik wisata, apabila dipadukan dengan pengembangan usaha jasa dan akomodasi dan
transportasi wisata, akan berfungsi meningkatkan daya tarik bagi berkembangnya obyek dan daya
tarik wisata baru.
Potensi obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Siak terkenal dengan sumber daya alam dan
daya tarik wisata budaya. Potensi-potensi wisata di Kabupaten Siak antara lain meliputi Istana
Assyiriah Hasyimiah Sultan Siak, Balai Kerapatan Tinggi, Mesjid Sultan (Mesjid Raya), Makam Sultan
Syarif Kassim V, Makam Koto Tinggi, Kapal Kato, Bangunan Peninggalan Belanda, Makam Marhum
Buantan, Hutan Wisata Sultan Syarif Kassim II dan Danau Zamrud.
Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura terletak di Kota Siak Sri Indrapura dan merupakan tempat
tinggal Sultan Syarif Kassim II. Istana Kerajaan Siak bernama Astanah Asserayah Hasyimiyah
merupakan bangunan bergaya arsitektur kombinasi Eropa, Arab, dan India yang hingga saat ini masih
terawat dengan baik. Daya tarik obyek wisata Istana Kerajaan Siak adalah berbagai benda
peninggalan sejarah yang dimiliki oleh dinasti 12 raja Siak sejak dua abad yang lalu. Kapal Kato ini
merupakan kapal yang selalu dipergunakan oleh Sultan meninjau wilayahnya, memiliki bobot 15 ton
terbuat dari besi berlapis tembaga, panjangnya, 12 meter. Hampir 52 tahun tenggelam di perairan
Sungai Siak, sejak 29 Desember 1993 telah diangkat ke darat dapat disaksikan di depan Istana Siak.
Selain bangunan Istana Kerajaan Siak, terdapat beberapa bangunan lain peninggalan masa
pemerintahan Raja Siak berupa Balai Kerapatan, Masjid Syahabudin dan Makam Raja Siak. Balai
Kerapatan merupakan bangunan kuno yang cukup antik, berjarak 150 meter dari Istana Siak.
Bangunan ini dulunya digunakan oleh raja sebagai tempat persidangan pelaku kejahatan. Sekitar 100
meter dari bangunan ini terdapat masjid megah yang sebelumnya digunakan raja untuk melaksanakan
sholat Jum’at. Sekitar masjid ini terdapat Makam Raja-Raja Siak. Potensi wisata lain yang ada di
Kecamatan Siak adalah kain tenun Siak, kain tekad dan kerajinan sulaman. Hutan Wisata Syarif Kasim
II mempunyai luas wilayah 1.500 Ha. Hutan Wisata Sultan Syarif Kasim II mempunyai multi fungsi
yaitu sebagai hutan lindung, sebagai tempat rekreasi, dan sebagai camping ground, hiking, rally dan
lain-lainnya. Hutan Sultan Syarif Kasim II terletak di Kecamatan Minas, tepatnya pada 20 km jalan raya
Pekanbaru - Minas. Obyek wisata ini diperuntukkan bagi pelestarian flora dan fauna (akasia, meranti,
II-9
punak kempas, harimau Sumatra, aneka burung) penelitian ilmiah dan sebagai pembentuk paru-paru
kota di sekitarnya dalam menangkal kemungkinan timbulnya polusi akibat pertambangan minyak.
Danau Zamrud meliputi Danau Bawah dan Danau Pulau Besar terletak dekat lapangan minyak Zamrut
Kecamatan Siak yang memiliki panorama indah yang mengagumkan dan menarik. Di sekitar danau
dilengkapi dengan hutan yang masih asli. Kondisi danau dan hutan di sekitar danau berstatus suaka
marga satwa yang luasnya mencapai 30.000 Ha, dan terdapat berbagai jenis satwa dan tumbuhan
langka.
Hasil optimal yang dapat diperoleh dari upaya pengembangan pariwisata adalah dukungan
pembangunan sarana dan prasarana yang memadai. Akomodasi di Kecamatan Siak tercatat ada 5
buah dan 63 kamar tidur, serta 104 tempat tidur, dan di kecamatan Minas terdapat 1 akomodasi
sedangkan jumlah kamar kurang lebih sebayak 20 kamar dan 40 tempat tidur. Dengan demikian di
Kabupaten Siak masih sangat membutuhkan penambahan fasilitas ini sebagai kelengkapan sarana dan
prasarana pariwisata. (Sumber Data: dinas Pariwisata Kab Siak)
2.3.3. Keuangan Daerah
Keuangan daerah mempunyai peranan yang sangat penting, selain karena keuangan daerah
sebagai alat fiskal pemerintah daerah, merupakan bagian integral dari keuangan negara dalam
mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, memeratakan hasil pembangunan dan menciptakan
stabilitas ekonomi, selain stabilitas sosial politik. Sumber-sumber penerimaan daerah Kabupaten Siak
terdiri dari PAD, Lain-lain Pendapatan, Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak.
Sumber-sumber penerimaan daerah yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang
besar terhadap penerimaan daerah Kabupaten Siak adalah Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan
Permukaan, Pajak Bumi dan Bangunan (non pertambangan), Bagi Hasil Pajak Pertambangan dan Iuran
Hasil Hutan. Di antara sumber-sumber penerimaan tersebut, Bagi Hasil Pajak Pertambangan
merupakan sumber penerimaan daerah yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terbesar yaitu
45,61% dari target total penerimaan daerah Kabupaten Siak.
Sampai dengan bulan Desember 2000, pencapaian penerimaan daerah Kabupaten Siak Tahun
2000 sebesar Rp 17.864.613.688,50 atau baru 99,36% dari target yang ditetapkan sebesar Rp
17.979.650.000,00. Hal ini disebabkan oleh sumber-sumber potensial penerimaan daerah belum
diterima seperti bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak. Hal ini terutama disebabkan karena
prosedur penerimaan daerah yang berbelit-belit. Meskipun demikian terdapat sumber penerimaan
daerah yang telah melampaui target yang sudah ditetapkan seperti Pajak Pengambilan dan
Pengolahan Bahan Galian Golongan C, Retribusi Pelayanan Kesehatan dan Retribusi Ijin Peruntukan
Tanah. Sedangkan penerimaan daerah Kabupaten Siak sampai bulan Desember 2001 mencapai Rp.
633.412.919.610,66 atau 102,81% dari target yang di tetapkan sebesar Rp. 616.108.709.000,00.
Penerimaan daerah Kabupaten Siak tahun 2001 cukup besar yang berasal dari penerimaan pajak
daerah, retribusi daerah, laba persatuan milik daerah dan lain-lain pendapatan, bagi hasil pajak, bagi
hasil bukan pajak, dana alokasi umum (DAU) serta dari bagian lain-lain penerimaan yang sah. (Sumber
Data : Dipenda Kab Siak)
II-10
2.4. Kondisi dan Potensi Sosial Budaya
2.4.1. Kependudukan dan SDM
Perubahan demografi mencakup perubahan jumlah penduduk, distribusi dan struktur
penduduk serta pertumbuhan penduduk yang berkaitan dengan ketiga komponen demografi formal
yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk. Dengan memperhitungkan angka kelahiran dan
angka kematian, serta besarnya jumlah migrasi, jumlah penduduk Kabupaten Siak pada tahun 2001
adalah 256.097 jiwa, dengan jumlah penduduk tertinggi di Kecamatan Tualang yaitu 85.799 jiwa dan
jumlah penduduk terendah di Kecamatan Sungai Mandau yaitu 3.955 jiwa. Selama periode tahun
2000-2001 pertumbuhan penduduk di Kabupaten Siak adalah 5,02 % per tahun dengan tingkat
pertumbuhan tertinggi di Kecamatan Tualang. Pertumbuhan penduduk yang tinggi bukan disebabkan
oleh kelahiran dan kematian tetapi karena adanya migrasi masuk yang besar. Salah satu fenomena
sosial yang mempengaruhi angka pertumbuhan penduduk tersebut adalah karena Kabupaten Siak
merupakan daerah pengembangan industri kayu dan olahan kayu seperti pulp dan kertas serta kayu
lapis, sehingga banyak menarik pencari kerja (Kantor Kependudukan Kabupaten Siak).
Kepadatan penduduk Kabupaten Siak adalah 29,93% dengan kepadatan tertinggi di
Kecamatan Tualang dan kepadatan terendah di Kecamatan Sungai Mandau. Dari gambaran
penyebaran penduduk tersebut menunjukkan bahwa penduduk cenderung terkonsentrasi pada
daerah-daerah tertentu, seperti daerah pusat kegiatan perekonomian, pusat pemerintahan, daerah
industri dan perkebunan. Untuk daerah lainnya penyebaran penduduk sangat kecil dan terpencar-
pencar. Dari fenomena sosial pertumbuhan dan penyebaran penduduk tersebut, sarana dan prasarana
perhubungan ikut menentukan penyebaran penduduk. Dengan dibangunnya prasarana jalan secara
bertahap terjadi pergeseran penyebaran penduduk di mana di sepanjang jalan baru tumbuh daerah
permukiman baru. Fenomena sosial ketidakmerataan penyebaran penduduk Kabupaten Siak antara
lain disebabkan juga oleh pola mobilitas penduduknya. Mobilitas penduduk terjadi dari desa ke kota,
dari daerah padat ke daerah yang jarang penduduknya. (Sumber Data : Kependudukan Kab Siak)
2.4.2. Kesehatan
Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu cermin dari tingkat kesejahteraraan
masyarakat. Kondisi kesehatan penduduk sangat didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana
kesehatan yang cukup memadai. Jika ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan cukup lengkap
diharapkan kondisi kesehatan penduduk juga semakin baik. Tingkat kesehatan penduduk yang
semakin baik turut berperanan penting dalam mempersiapkan kualitas sumberdaya manusia.
Jumlah tenaga medis di Kabupaten Siak relatif cukup baik, sampai tahun 2001 tercatat 16
orang dokter umum dan 8 orang dokter gigi. Demikian pula dengan jumlah tenaga paramedis relatif
cukup baik, tercatat 61 orang perawat dan 86 orang bidan, 12 orang Kesling, 5 orang SAA, 6 orang
Smak, 5 orang SPRG, 5 orang ahli gizi dan 8 orang Jurim. Meskipun demikian penyebaran tenaga
kesehatan tersebut hampir semua terkonsentrasi di Kecamatan Siak sebagai lokasi ibukota Kabupaten
Siak (Dinas Kesehatan Kabupaten Siak).
II-11
Sebagai kabupaten yang baru terbentuk Kabupaten Siak tidak memiliki rumah sakit. Fasilitas
kesehatan rumah sakit sangat diperlukan untuk melayani kesehatan penduduk yang didukung oleh
tenaga dan peralatan medis yang cukup lengkap serta dapat menerima pasien yang membutuhkan
perawatan darurat atau perawatan intensif melalui rawat inap. Hingga saat ini setiap keluhan
kesehatan masyarakat hanya dapat dilayani di Puskesmas. Keberadaan Puskesmas sangat berperanan
penting dalam menunjang dan menjamin pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Di Kabupaten Siak
terdapat 7 buah Puskesmas dan 48 buah Puskesmas Pembantu, 50 buah Polindes, 6 buah Rumah
Bersalin, 15 tempat Praktek Dokter Umum dan 2 Apotik yang tersebar dalam 8 kecamatan. Persebaran
prasarana kesehatan nampaknya juga terkonsentrasi, lebih dari setengah jumlah puskesmas maupun
puskesmas pembantu berada di Kecamatan Siak (Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab Siak).
2.4.3. Pendidikan
Keadaan suatu wilayah dapat menjadi indikator kesiapan penduduk dalam menerima
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai sebuah Kabupaten yang baru di mekarkan
Siak belum memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang relatif cukup memadai khususnya untuk
jenjang pendidikan menengah ke atas. Hingga tahun 1988 jumlah SMU di Kabupaten Siak tercatat 6
buah, dengan persebaran yang terkosentrasi karena 66,77% buah SD berlokasi di Kecamatan Siak.
Demikian pula dengan persebaran jumlah SLTP yang terkosentrasi, tercatat sebanyak 20 buah SLTP
berada di Kabupaten Siak yang lebih dari setengahnya terdapat di Kecamatan Siak. Sedangkan
persebaran jumlah SD cukup merata pada masing-masing Kecamatan, tercatat 141 buah SD. Hingga
tahun 2001 jumlah SMU/MA/SMK di Kabupaten Siak tercatat 5 buah Negeri dan 18 buah Swasta.
Demikian pula dengan penyebaran jumlah SLTP/MTs yang terkosentrasi, tercatat sebanyak 15 buah
Negeri dan 35 Swasta. Sedangkan SD berjumlah 166 buah Negeri dan 58 buah MDA Swasta (Sumber
Data Dinas Pendidikan Kabupaten Siak). gggggggggg
Berdasarkan catatan statistik sampai tahun 2000 jumlah murid SMTA sebanyak 3.586 siswa
dengan jumlah guru sebanyak 256 guru (96 guru Negeri dan 160 guru Honorer). Jumlah murid SMTP
sebanyak 9.828 siswa dengan jumlah guru sebanyak 736 guru dan jumlah murid SD sebanyak 41.298
siswa dengan jumlah guru sebanyak 1.040 guru PNS dan 908 guru Honorer. Kondisi tersebut
mengisyaratkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan semakin banyak siswa yang tidak
tertampung atau tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi (Sumber Data
Dinas Pendidikan Kabupaten Siak).
Sebagai Kabupaten yang dalam kehidupan sehari-hari sangat diwarnai oleh budaya Melayu
dengan nuansa keIslaman yang sangat kental, maka pendidikan dalam keagamaan cukup dominan di
Kabupaten ini. Hal ini nampak dari fasilitas pendidikan seperti Madrasah ibtidaiyah, Madrasah
Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah. Dikabupaten Siak terdapat 2 buah Madrasah Ibtidaiyah (MI)
dengan jumlah murid 434 orang dan guru 23 orang, 20 buah Madrasah Tsanawiyah (MTs) dengan
jumlah murid 3.238 orang dan guru 203 orang serta 9 buah Madrasah Aliyah (MA) dengan jumlah
II-12
murid 450 orang dan 63 orang guru. Rasio murid terhadap guru di Kabupaten Siak, Pada jenjang MI
rasio murid terhadap guru adalah 19 artinya 1 orang guru mengajar 19 orang murid , pada jenjang
MTs rasio murid terhadap guru di Kabupaten Siak sebesar 16 dan pada jenjang MA rasio murid
terhadap guru di Kabupaten Siak sebesar 7.
bbbbbbbbbbbbbbbb 2.4.4. Budaya dan Adat Istiadat
Kabupaten Siak tidak dilepaskan dari sejarah pembentukannya, yang pada awalnya
merupakan wilayah bekas Kerajaan Siak. Kerajaan Siak merupakan Kerajaan Melayu Islam terbesar di
kawasan pantai timur Sumatera dan Selat Malaka hingga Pulau Kalimantan. Sebagai pusat kebudayaan
Melayu kegiatan sosial budaya dan kemasyarakatan sangat diwarnai oleh unsur agama Islam.
Pengaruh Islam sangat kental dan menjadi dasar utama dalam kehidupan sosial masyarakat tempatan.
Sebagian besar masyarakat yang tinggal di kabupaten ini adalah kelompok etnik Melayu
sebagai penduduk asli (tempatan). Pada mulanya masyarakat Melayu tempatan terdiri dari dua
kelompok besar yakni masyarakat Melayu Pesisir dan masyarakat Melayu Darat (biasa disebut
masyarakat Sakai atau Petalangan). Meskipun demikian Kabupaten Siak didiami oleh penduduk
dengan latar belakang yang cukup heterogen. Heterogenitas masyarakat tersebut muncul dalam
segala aspek kehidupan, baik aspek sosial budaya maupun aspek ekonomis.
Selain etnik Melayu Kabupaten Siak juga dihuni oleh Batak, Jawa, Madura dan beberapa
berasal dari etnik Bugis yang pada umumnya mendominasi sektor industri. Mereka adalah pendatang
yang biasanya menempati daerah desa yang terbuka, daerah kota dan pesisir. Keberadaan industri di
daerah ini menjadi salah satu penarik bagi para pendatang untuk masuk ke Kabupaten Siak dengan
tujuan mendapatkan pekerjaan. Khususnya etnik Minang, mereka biasanya lebih menguasai sektor
perdagangan (pasar). Sementara etnik Cina sebagaimana di daerah lainnya merupakan pelaku
ekonomi yang cukup kuat.
Etnik Sakai merupakan penduduk asli, pada umumnya mereka tinggal di pedalaman dan
membentuk sebuah komunitas tersendiri. Penduduk asli ini pada umumnya masih memiliki kearifan
tradisional khususnya dalam pengelolaan sumberdaya alam yang tumbuh dan berkembang sejak
nenek moyang mereka, ratusan tahun yang silam. Pola kearifan ekologis tersebut merupakan potensi
yang dapat didayagunakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam, khususnya
kawasan hutan.
Sementara itu hukum adat nampaknya masih berperanan penting dalam kehidupan
masyarakat di Kabupaten Siak. Meskipun demikian ada kecenderungan perilaku adat dan wibawa adat
dirasakan mulai mengendur seiring dengan perkembangan jaman. Dalam kehidupan sehari-hari fungsi
adat masih dapat dirasakan dalam upacara perkawinan. Adat istiadat tersebut merupakan peninggalan
nenek moyang yang harus diikuti dan setiap pelanggaran akan dikenai sanksi tertentu.
II-13
2.5 Kondisi dan Potensi Sumberdaya Alam
2.5.1. Sumberdaya Lahan
Sumberdaya lahan di Kabupaten Siak sebagian dimanfaatkan untuk sektor pertanian, terutama
pada usaha tanaman pangan, perkebunan, dan perikanan. Namun demikian, usaha pertanian tanaman
pangan masih belum mencukupi untuk keperluan konsumsi kabupaten tersebut. Hal ini dikarenakan
antara lain karakteristik tanah sebagai basis pertanian tanaman pangan kurang menguntungkan, yaitu
berupa tanah gambut yang bersifat asam. Tanah ini kurang cocok untuk tanaman pangan khususnya
padi.
Perkebunan merupakan hasil pertanian lain selain tanaman pangan. Hasil perkebunan utama
di Kabupaten Bengkalis adalah karet, kelapa, kelapa sawit dan antan. Usaha perkebunan komoditas ini
kurang memuaskan karena penanganan tanaman yang kurang profesional dan dikerjakan oleh orang-
orang yang kurang ahli atau belum mengetahui teknologi budidaya.
Perikanan merupakan sumberdaya lain yang berkembang berupa perikanan budidaya dan
belum berkembang secara baik.
2.5.2. Sumberdaya Air
Sumberdaya air menurut asalnya dapat dibedakan atas curah hujan, air permukaan, dan air
tanah. Dengan keadaan Kabupaten Siak yang beriklim tropis basah memiliki curah hujan merata
sepanjang tahun. Sumberdaya air yang cukup berarti bagi Kabupaten Siak berupa sungai-sungai
disamping danau/tasik, rawa, waduk dan bendungan yang dimanfaatkan selain sebagai sumber air
bersih juga untuk sektor perikanan dan transportasi.
Sungai Siak dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut, sehingga daerah rawa di tepi sungai ini
sangat baik dikembangkan sebagai daerah persawahan pasang surut. Sungai Siak dapat dilayari kapal-
kapal yang mengangkut minyak bumi dan kayu untuk tujuan ekspor maupun antar pulau/lokal sampai
jauh ke pedalaman Pulau Sumatera, yang panjangnya mencapai 300 Km dan merupakan urat nadi
dari perekonomian Kabupaten Siak khususnya serta daerah Riau pada umumnya.
Sungai-sungai yang berada di wilayah Kabupaten Siak sangat rentan terhadap pencemaran,
terutama pencemaran baik berupa limbah cair maupun padat yang disebabkan oleh kegiatan rumah
tangga penduduk di sekitar bantaran sungai tersebut dan kegiatan industri yang terdapat di beberapa
tempat di wilayah Kabupaten Siak. Hal ini menjadikan kualitas air menjadi rendah dan tidak dapat
digunakan sebagai bahan baku air minum.
2.5.3. Sumberdaya Tambang
Salah satu sumberdaya alam berupa deposit benda tambang dan endapan atau sedimentasi
yang ada di daerah ini adalah minyak bumi, terdapat di semua kecamatan di Kabupaten Siak.
Sedangkan lokasi bahan tambang minyak bumi yang paling potensial ada di daerah sekitar Kecamatan
Minas, yang memberikan kontribusi cukup besar dalam memacu pertumbuhan ekonomi wilayah.
II-14
Kegiatan pertambangan perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan salah satu
kegiatan yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lahan. Pada kegiatan ini seringkali
menyebabkan ketidakteraturan topografi (lobang-lobang bekas galian), hilangnya lapisan humus,
hilangnya vegetasi penutup yang menyebabkan erosi dan lahan sukar diolah kembali.
2.5.4. Sumberdaya Hutan
Sumberdaya alam lain yang berupa hutan di wilayah Kabupaten Siak merupakan
sumberdaya yang cukup besar karena dari seluruh lahan yang terdapat di wilayah kabupaten ini
berupa hutan mencapai 306.826 Ha (35,86%), baik yang diusahakan oleh rakyat/hutan rakyat sebesar
450 Ha maupun berupa hutan negara sebesar 306.376 Ha.
Di wilayah Kabupaten Siak terdapat hutan Pelestarian dan Pengawetan Alam (PPA).
Sementara hutan produksi yaitu hutan yang dapat dimanfaatkan kayu maupun hasil lainnya dengan
tetap memperhatikan fungsi konservasinya juga terdapat di semua kecamatan yang ada di wilayah
Kabupaten Siak.
BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH
3.1. Visi Pembangunan Daerah
Visi pembangunan daerah merupakan pandangan ke depan yang menggambarkan arah dan
tujuan pembangunan yang ingin dicapai, guna menyatukan komitmen seluruh pihak yang
berkepentingan dalam pembangunan.
Visi Pembangunan Propinsi Riau
Visi pembangunan daerah Propinsi Riau ditetapkan berdasarkan kondisi eksternal dan internal
yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan yang akan dilaksanakan. Kondisi eksternal Propinsi
Riau yang berada dalam posisi yang strategis dalam daerah lintasan pelayaran yang terpadat di dunia,
bertetangga dengan negara-negara yang pertumbuhan ekonominya relatif tinggi, merupakan simpul
perdagangan dunia (Singapura) dan yang memiliki potensi sumberdaya alam yang relatif terbatas.
Sedangkan kondisi internal Propinsi Riau berupa kekayaan sumberdaya alam yang cukup besar,
pertumbuhan ekonomi yang realtif tinggi, potensi kualitas sumberdaya manusia yang masih dapat
diekembangkan, potensi wilayah yang masih dapat dikembangkan dan kondisi sarana dan prasarana
yang relatif memadai.
Dengan mendasarkan pada kondisi eksternal dan internal yang dimiliki, visi pembangunan
daerah Propinsi Riau adalah “Terwujudnya Riau sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan
kebudayaan di kawasan Asia Tenggara 2020.”
III-1
Visi Pembangunan Kabupaten Siak
Visi pembangunan daerah Kabupaten Siak berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pembangunan. Faktor-faktor tersebut adalah kondisi geografis Kabupaten Siak berupa
letak geografis, potensi sumberdaya alam dan potensi sumberdaya manusia, situasi dan kondisi politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan nasional dan regional, serta peluang-peluang
pembangunan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi secara dominan terhadap keberhasilan
pembangunan adalah GBHN, UU No. 22 Tahun 1999, UU No. 25 Tahun 1999, UU No. 28 Tahun 1999
dan UU No. 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Siak serta PP No 25 Tahun 2000.
Berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh dan faktor-faktor yang dominan tersebut
di atas maka visi pembangunan daerah Kabupaten Siak adalah: “Terwujudnya Kabupaten Siak
sebagai pusat budaya melayu di Riau yang didukung oleh agribisnis, agroindustri dan
pariwisata yang maju dalam lingkungan masyarakat yang agamis dan sejahtera pada
tahun 2020”. Makna dari visi pembangunan daerah ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Potensi sumberdaya alam yang sangat menonjol dapat dimanfaatkan sebagai tumpuan dasar
gerak pembangunan dengan mempertimbangkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui.
b. Potensi pertanian dan perkebunan dalam arti luas dibinakembangkan sebagai acuan utama
pengembangan kehidupan masyarakat Kabupaten Siak yang berfokus pada kegiatan agribisnis
dan agroindustri.
c. Gerak pembangunan yang berfokus pada kegiatan agribisnis dan agroindustri ini, diharapkan
mendorong Kabupaten Siak pada tahun 2020 menjadi pusat kegiatan tersebut di wilayah Propinsi
Riau.
d. Bertumpu pada faktor sejarah Kabupaten Siak, pembangunan Kabupaten Siak mendorong
kegiatan tujuan pariwisata budaya dan menjadikan Kabupaten Siak sebagai pusat budaya Melayu.
3.2. Misi Pembangunan Daerah
Misi pembangunan daerah merupakan komitmen dan pedoman arah bagi pengelolaan
pembangunan guna mewujudkan visi pembangunan yang telah ditetapkan.
Misi Pembangunan Daerah Propinsi Riau
• Membangunan masyarakat daerah Riau yang beriman dan tertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
• Membangun masyarakat daerah Riau yang demokratis dan berkeadilan
• Membangun sumberdaya insani daerah Riau yang berkualitas
• Membangun ekonomi rakyat daerah Riau yang tangguh dalam kerangka pembangunan yang
beerkelanjutan
• Membangun seluruh wilayah daerah Riau dalam kerangka kelancaran arus barang dan roda
pembangunan
• Membangun pemerintah daerah yang efektif, bersih dan berwibawa
• Mengembangkan kebudyaan daerah yang yang luhur dan dapat menangkal penetrasi budaya asing
yang merugikan
III-2
Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Siak
Untuk mewujudkan visi pembangunan daerah Kabupaten Siak masa depan, ditetapkan misi
pembangunan daerah sebagai berikut:
a. Membangun masyarakat yang berkualitas hidup layak dan bermartabat serta terpenuhinya
kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan lapangan kerja.
b. Sumber daya manusia yang berimtak dan menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
c. Aparatur Pemerintah yang profesional, bertanggung jawab dan amanah.
d. Infrastruktur yang memadai bagi terlaksananya dinamika kehidupan rakyat.
e. Berkembangnya agribisnis, agroindustri, dan pariwisata budaya sebagai basis perekonomian
masyarakat.
f. Menjadikan budaya melayu dalam tatanan kehidupan masyarakat/terpeliharanya budaya melayu
dalam tatanan kehidupan masyarakat.
g. Sistim dan iklim politik daerah yang demokratis dan berbudaya yang mampu menjamin
terselenggaranya pembangunan daerah yang efisien dan efektif.
BAB IV KEBIJAKSANAAN, STRATEGI DAN ARAH
PEMBANGUNAN DAERAH
4.1. Umum
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional harus dilaksanakan
secara terpadu dan serasi serta diarahkan untuk mengembangkan daerah sesuai dengan prioritas dan
potensi wilayah. Oleh karena itu, sesuai dengan kondisi wilayah Kabupaten Siak dan visi serta misi
pembangunan daerah maka tujuan pembangunan daerah kabupaten Siak dalam jangka panjang
adalah untuk memaju laju pertumbuhan dan mencapai kesejahteraan sosial sebagai tuntutan aspirasi
masyarakat yang didukung oleh sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Untuk mencapai tujuan
pembangunan tersebut, pembangunan daerah Kabupaten Siak Tahun 2002-2006 bersandarkan pada 5
pilar pemacu pembangunan yaitu:
1. Peningkatan iman dan taqwa
2. Peningkatan kesenian dan budaya
3. Peningkatan sumberdaya manusia
4. Peningkatan kesehatan dan olahraga
5. Pembangunan ekonomi yang berbasis pada kerakyatan
Di samping itu juga telah ditetapkan sektor prioritas, sektor potensial dan sektor strategis yang
mampu mendukung keberhasilan pembangunan daerah Kabupaten Siak. Sektor prioritas terdiri dari
sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, sektor industri, sektor perdagangan, hotel
dan restoran dan sektor jasa. Sektor potensial adalah sektor bangunan, sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor pertambangan. Sektor strategis
adalah sektor transportasi.
IV-1
4.2. Bidang Kepemerintahan Yang Baik
Dalam mewujudkan pemerintahan daerah yang baik kebijakan pembangunan diarahkan untuk
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja aparatur pemerintah yang profesional,
produktif, efektif, efisien, transparan dan akuntabel dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat.
4.2.1. Peningkatan Otonomi Daerah
a. Pengembangan potensi daerah secara maksimal
b. Peningkatan kualitas dan profesionalisme aparat pemerintah dalam melayani kepentingan
masyarakat
c. Peningkatan birokrasi yang efektif, efisien, bersih dan berwibawa dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah
d. Peningkatan kualitas pendidikan dan ketrampilan agar mampu melaksanakan otonomi daerah
yang nyata, luas dan bertanggungjawab.
e. Peningkatan, penguatan dan pemantapan kapasitas kelembagaan pemerintah, kelembagaan adat,
tradisional.
f. Mengembangkan struktur organisasi pemerintah yang modern dan dijalankan oleh sumberdaya
manusia yang mempunyai kompetensi dalam proses pengambilan keputusan yang berorientasi
pada kepentingan publik, produktivitas pelayanan masyarakat, perlindungan kepada masyarakat
miskin, kemitraan antara pemerintah dan masyarakat serta peningkatan partisipasi dan prakarsa
masyarakat
g. Meningkatkan peran DPRD melalui penyediaan tenaga ahli yang diperbantukan, peningkatan
kualitas masukan dalam rangka pengambilan keputusan legislasi dan pengawasan kepada
pemerintah yang efektif.
4.2.2. Hukum/Perundang-Undangan/Peraturan
Strategi pembangunan sektor hukum diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan hukum,
meliputi:
a. Peningkatan pembinaan peradilan
b. Peningkatan penegak hukum dan penyelenggaraan hukum
c. Peningkatan penyuluhan hukum
d. Peningkatan sarana dan prasarana hukum
e. Peningkatan kelembagaan aparatur hukum.
Kebijaksanaan pada sektor ini meliputi:
a. Peningkatan Pembinaan Peradilan
1. Diperlukan pembinaan peradilan dilaksanakan dengan mengupayakan agar proses peradilan
akan lebih cepat dan murah serta efisien dapat memberikan keadilan bagi lapisan masyarakat
termasuk golongan masyarakat yang tidak mampu.
IV-2
2. Penyempurnaan administrasi peradilan.
3. Melanjutkan upaya untuk lebih mengfungsikan dan mendayagunakan tempat sidang tetap
dalam rangka mendekatkan Badan Peradilan dengan pencari keadilan serta agar perkara dapat
diselesaikan di tempat kasus terjadi.
4. Mendorong para hakim agar dalam pengambilan keputusan perkara selalu berdasarkan hukum
yang berlaku.
5. Meningkatkan kualitas serta kemampuan profesional para hakim dari semua lingkungan
peradilan.
6. Meningkatkan pengawasan terhadap penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan
peradilan dalam menjalankan kekuasaan kehakiman dan pengawasan terhadap tingkah laku
dan perbuatan hakim panitra juru sita di semua lingkungan peradilan dalam melaksankan
tugas.
b. Peningkatan Penegakan Hukum dan Penerapan Hukum
1. Memantapkan hubungan kerja sama dan penerapan hukum antara sesama aparat penegak
hukum.
2. Melaksanakan penegak hukum dan penerapan secara tegas dan lugas tetapi manusiawi
berdasarkan keadilan dan kebenaran.
3. Meningkatkan kegiatan operasi yustisi.
4. Meningkatkan upaya pelayanan hukum yang cepat dan murah dan menyederhanakan
prosedur dan persyaratan bagi ijin yang diperlukan dalam rangka proses deregulasi.
5. Peningkatan pemberian bantuan hukum.
6. Meningkatkan pembinaan terhadap warga binaan permasyarakatan untuk menjadi warga yang
mandiri dan dapat diterima kembali dalam lingkungan masyarakat.
7. Meningkatkan upaya mewujudkan fungsi lembaga permasyarakatan sebagai lembaga
pendidikan dan pembangunan agar sistem permasyarakatan lebih mantap.
4.2.3. Aparatur Pemerintah
a. Peningkatan kualitas dan profesionalisme aparat pemerintah dalam melayani kepentingan
masyarakat.
b. Peningkatan birokrasi yang efektif, efisien, bersih dan berwibawa dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah.
c. Peningkatan kualitas pendidikan dan ketrampilan agar mampu melaksanakan otonomi daerah
yang nyata, luas dan bertanggung jawab.
d. Pelibatan warga masyarakat melalui wakil rakyat dengan mekanisme yang sah, konstitusional dan
berbudaya dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan warga masyarakat.
e. Menciptakan suasana kehidupan yang demokratis untuk menunjang peningkatan kualitas
pembangunan dan kualitas pelayanan publik.
IV-3
f. Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan desa yang semakin kuat, dinamis dan bertanggung
jawab.
g. Menempatkan masyarakat, lembaga sosial masyarakat dan swasta sebagai mitra pemerintah
dalam pembangunan daerah.
4.2.4. Masyarakat Sipil dan Sektor Swasta
Strategi yang ditempuh untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan
adalah dengan mengembangkan kemitraan antara pemerintah dan swasta dalam rangka
penyelenggaraan publik. Untuk itu diperlukan:
a. Ketersediaan peraturan yang memberikan jaminan bagi kegiatan usaha
b. Kesediaan masyarakat untuk berkorban jika ada kegiatan usaha baru yang membutuhkan
partisipasi masyarakat
c. Kesanggupan pihak swasta untuk menciptakan kesempatan kerja yang bersifat lokal, dan
memenuhi kewajibannya untuk kepentingan umum, seperti pajak.
4.2.5. Komunikasi, Informasi dan Media Massa
Kebijakan pembangunan, penerangan, komunikasi, informasi dan media massa diarahkan
untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat, memperkukuh persatuan dan kesatuan, membentuk
kepribadian bangsa serta mengupayakan keamanan hak pengguna sarana dan prasarana informasi
dan komunikasi. Kebijaksanaan ini diupayakan melalui:
a. Peningkatan pembangunan informasi dan komunikasi baik perangkat keras maupun perangkat
lunak yang sejalan dengan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat proses pembangunan di segala bidang.
b. Informasi dan komunikasi agar dapat menciptakan iklim yang mendorong tumbuhnya interaksi
timbal balik yang positif dan meningkatkan kualitas peranan serta partisipasi masyarakat.
c. Penerangan dan media massa sebagai lembaga dan sarana informasi komunikasi harus
dilanjutkan dan ditingkatkan peranannya dalam membudayakan dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam segala aspek kehidupan berbangsa bernegara
dan bermasyarakat. Dan ikut meningkatkan kesadaran masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai
wawasan nusantara.
d. Perluasan kegiatan informasi dan media massa di seluruh daerah dimana pemanfaatan dan
pengelolaan media massa, informasi dan komunikasi harus disesuaikan dengan kepentingan
daerah dan tetap mengindahkan kondisi, keanekaragaman masyarakat serta kepribadian bangsa.
e. Membangun dan mengembangkan komunikasi timbal balik antara pemerintah, pers dan
masyarakat dengan forum dialog melalui televisi dan radio.
a. Pemberdayaan dan pengembangan lembaga informasi dan Pusat Informasi Pelayanan Umum
guna mendorong masyarakat sadar informasi.
IV-4
b. Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana kominikasi, informasi baik secara
kualitas maupun kuantitasnya.
f. Meningkatkan kualitas SDM di bidang komunikasi dan informasi melalui diklat teknis fungsional.
4.2.6. Perlindungan dan Pengamanan Masyarakat
Kebijaksanaan pembangunan sektor perlindungan dan pengamanan masyarakat antara lain:
a. Meningkatkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat dengan berupaya meningkatkan
pelaksanaan penegakan hukum.
b. Meningkatkan ketertiban masyarakat dengan cara meningkatkan efektivitas aparat kamtibmas
baik di desa maupun perkotaan.
c. Meningkatkan koordinasi antar instansi dalam penanganan setiap masalah ketertiban dan
keamanan.
d. Mendorong partisipasi masyarakat dalam mengatasi masalah ketertiban dan keamanan.
Strategi dan arah pembangunan sektor perlindungan dan pengamanan masyarakat ditekankan
pada upaya untuk mengatasi kondisi letak geografis yang terpencar dengan melakukan berbagai
kegiatan pembangunan yang menjangkau ke seluruh pelosok wilayah yang terisolir sehingga
kesejahteraan masyarakat meningkat. Keberhasilan yang telah dicapai pada dekade sebelumnya telah
menunjukkan adanya keinginan masyarakat dalam memanfaatkan kondisi yang aman dan tenteram ini
untuk lebih maju lagi seiring dengan perkembangan jaman.
4.3. Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ketahanan Budaya
4.3.1. Kependudukan/SDM
Kebijakan, strategi, dan arah pembangunan sektor kependudukan/SDM di Kabupaten Siak
dirumuskan sebagai berikut :
a. Pembangunan kependudukan diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk sebagai pelaku
utama atau sasaran pembangunan daerah
b. Pengendalian pertumbuhan penduduk terutama dilakukan untuk lebih menurunkan angka
kelahiran melalui gerakan keluarga berencana mandiri, menurunkan angka kematian khususnya
angka kematian anak di bawah usia lima tahun melalui program pelayanan kesehatan terpadu
serta meningkatkan kesejahteraan ibu, anak, dan penduduk lanjut usia.
c. Penerangan, pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan mengenai kependudukan termasuk keluarga
berencana dan keluarga sejahtera, makin ditingkatkan agar menjangkau seluruh lapisan
masyarakat terutama generasi muda serta organisasi dan lembaga kemasyarakatan lainnya.
d. Sistem informasi kependudukan terus disempurnakan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
IV-5
4.3.2. Pendidikan
a. Pemerataan pendidikan di semua jenjang pendidikan.
b. Meningkatkan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam semua aspek pembangunan.
c. Mengupayakan penyebaran dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk mendukung
pembangunan sektor industri, pertanian dan pertambangan terutama yang dilaksanakan
masyarakat pedesaan.
d. Meningkatkan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mendukung penguatan, pendalaman,
perluasan, dan proses industri.
e. Meningkatkan sistem informasi daerah untuk memenuhi kebutuhan informasi secara tepat dan
terpadu.
f. Mengusahakan pendirian lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang relevan dengan tuntutan
pembangunan.
4.3.3. Kebudayaan
a. Pengembangan kebudayaan daerah diarahkan untuk memberikan wawasan budaya dan makna
pada pembangunan nasional yang ditujukan untuk meningkatkan harkat dan martabat serta
memperkuat jati diri dan kepribadian bangsa.
b. Peningkatan kesadaran budaya dan sejarah bangsa serta kemampuan masyarakat untuk
menggali nilai-nilai luhur budaya daerah, menerima nilai-nilai positif yang berasal dari luar dan
memperkaya khasanah budaya bangsa di daerah.
c. Pelestarian dan pemeliharaan nilai-nilai budaya serta peninggalan sejarah dan purbakala termasuk
kawasan cagar budaya, sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
d. Pemantapan dan pengembangan kesenian tradisional dan kreasi baru yang didasarkan pada
kepribadian nasional dan diarahkan untuk memperkaya khasanah budaya bangsa dan menunjang
pariwisata.
4.3.4. Agama
Strategi kebijakan pembangunan sektor agama adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan kehidupan beragama sehingga terbina kualitas keimanan dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b. Kualitas kerukunan hidup beragama dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa
c. Peningkatan peran serta umat dalam pembangunan
d. Pengalaman kehidupan beragama baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial masyarakat
e. Peningkatan pelayanan dan kelancaran menunaikan ibadah haji bagi umat Islam.
f. Peningkatan pendidikan agama dan keagamaan pada semua jalur dan jenjang pendidikan
termasuk pra sekolah
IV-6
Kebijaksanaan pembangunan daerah untuk sektor ini meliputi:
a. Pengembangan kehidupan beragama sehingga terbinanya kualitas keimanan dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Kualitas kerukunan antarumat beragama dalam rangka memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa.
c. Peningkatan peran serta umat dalam pembangunan.
d. Peningkatan pengamalan kehidupan beragama baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial
masyarakat.
e. Peningkatan pelayanan dan kelancaran menunaikan ibadah haji bagi umat Islam.
f. Peningkatan pendidikan agama dan keagamaan pada semua jalur dan jenjang pendidikan
termasuk pra sekolah.
g. Peningkatan keimanan, ketakwaan dan kerukunan hidup beragama.
h. Peran serta dan partisipasi umat beragama dalam bentuk kegiatan sosial keagamaan dan
kegiatan masyarakat.
4.3.5. Kesehatan
Kebijaksanaan pembangunan sektor kesehatan adalah peningkatan kualitas kesehatan
masyarakat, terutama pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, yang berada di pedesaan,
perkotaan, daerah terpencil, padat penduduk, dan di perbatasan, melalui penyediaan prasarana dan
sarana kesehatan yang memadai baik kualitas maupun kuantitas, mudah dijangkau setiap saat,
memiliki mobilitas yang tinggi sehingga dapat memberikan langkah-langkah pencegahan yang lebih
dini, serta adanya sistem pelayanan jaminan kesehatan yang bersifat mandiri.
Strategi dan arah pembangunan sektor kesehatan adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup
bersih dan sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
b. Memperluas cakupan dan mutu pelayanan kesehatan dasar serta menumbuh kembangkan sikap
kemandirian dalam pemeliharaan kesehatan di lingkungan keluarga dan masyarakat.
4.3.6. Keluarga Berencana
Pembangunan Gerakan Keluarga Berencana (KB) yang terkait dengan pembangunan keluarga
sejahtera dilaksanakan melalui kebijaksaanaan yang serasi, terarah, terpadu dan terkoordinasi dengan
pembangunan di bidang/sektor lainnya agar dapat memberikan kontribusi bagi munculnya sumber
daya insani yang cerdas, terampil, dan mandiri serta yang perduli yang sanggup berpartisipasi dalam
pembangunan bangsa.
Strategi dan arah dalam pelaksanaan keluarga berencana, antara lain:
a. Integrasi: baik integrasi konsep KB dalam kerangka kesehatan reproduksi dan hak-hak reproduksi
serta kesetaraan dan keadilan gender; integrasi kegiatan KS dengan pelayanan KB dan
pemberdayaan perempuan; maupun integrasi Program KB dengan program–program
pembangunan lainnya.
IV-7
b. Desentralisasi: melalui penegasan jenis dan peringkat kewenangan; sistem dan kebijakan SDM
yang mendukung (redeployment, skills dan management building); dukungan infrastruktur lintas
sektoral; mekanisme pengendalian yang handal; dan pendelegasian wewenang operasional
dengan pendekatan wilayah paripurna.
c. Pemberdayaan: melalui peningkatan kapasitas pengelola dan pelaksana program KB; peningkatan
kualitas kepemimpinan; pemantapan jejaring kerja program KB; pemberdayaan institusi
masyarakat dalam program KB; pemberdayaan masyarakat, keluarga dan individu dalam rangka
meningkatkan kemandirian; juga pemberdayaan perempuan dalam pelaksanaan program KB.
d. Kemitraan: melalui koordinasi dalam upaya menjalin kemitraan yang tulus dan setara dengan
pihak-pihak terkait; partisipasi aktif masyarakat dalam program KB; kemitraan antar lembaga
pemerintah; kemitraan dengan sektor swasta dan LSM maupun lembaga internasional.
4.3.7. Mobilitas Penduduk
a. Penyeimbangan penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, baik antar
wilayah, antar kawasan, maupun antar pusat-pusat pertumbuhan di wilayah Kabupaten Siak.
b. Pengerahan mobilitas dan persebaran penduduk harus memperhatikan kemampuan daya dukung
alam dan harus sesuai dengan tata ruang yang diselenggarakan melalui pemberdayaan penduduk
dan transmigrasi terutama secara swakarsa yang didukung oleh peningkatan prasarana dan sarana
serta kemudahan yang menunjang pertumbuhan ekonomi di wilayah sebaran kawasan perbatasan
dan pedalaman.
4.3.8. Ketenagakerjaan
Kebijakan, strategi, dan arah pembangunan ketenagakerjaan dirumuskan :
a. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai upaya menyeluruh dan terpadu diarahkan pada
peningkatan kualitas tenaga kerja, profesionalisme, daya saing, dan kompetensi tenaga kerja agar
menjadi tenaga kerja produktif sebagai dasar pembangunan produktivitas masyarakat.
b. Kesadaran dan motivasi terhadap produktivitas, efisiensi, efektivitas, kewirausahaan , disiplin dan
etos kerja produktif serta berdaya saing tinggi dan berwawasan luas
c. Pembinaan dan pengembangan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja untuk peningkatan kualitas
tenaga kerja.
d. Perlindungan tenaga kerja yang bertumpu pada hak-hak dasar pekerja sesuai dengan hubungan
industrial Pancasila
e. Kebijakan pengupahan dan pengkajian didasarkan pada pemenuhan kebutuhan hidup yang layak,
prestasi dan produktivitas kerja, keahlian dan profesionalisme kerja
f. Peran serta dan tanggung jawab pekerja dan serikat pekerja dalam mewujudkan produktivitas
daerah terus ditingkatkan untuk lebih memantapkan keikutsertaan pekerjaan dan serikat pekerja
di dalam kegiatan perusahaan
IV-8
4.3.9. Pemuda, Olahraga, Anak dan Remaja
a. Pengembangan iklim yang kondusif bagi generasi muda dalam mengaktualisasikan segenap
potensi, bakat dan minat serta memberi kesempatan pemuda berperan aktif dalam
keikutsertaannya melalui organisasi sosial politik dan organisasi kemasyarakatan.
b. Pengembangan generasi muda diarahkan untuk meningkatkan kualitas generasi muda dalam
kewirausahaan sesuai bakat dan ketrampilan serta kemauan untuk maju agar dapat mandiri,
unggul dan berdaya saing.
c. Perlindungan segenap generasi muda dari bahaya penyalahgunaan narkotika, obat-obat terlarang,
zat adiktif dan kenakalan remaja.
d. Pengembangan olah raga diarahkan pada peningkatan kualitas manusia dalam bidang pendidikan
olahraga di sekolah dan masyarakat.
e. Peningkatan pembibitan olahraga agar dapat diperoleh atlit yang berbobot dan memiliki prestasi.
f. Peningkatan status gizi dan kesehatan anak dan remaja
g. Peningkatan pendidikan anak dan remaja
h. Peningkatan peran keluarga dan masyarakat dalam pembinaan anak dan remaja
i. Peningkatan pembinaan dan perlindungan hukum anak dan remaja
j. Peningkatan wawasan iptek anak dan remaja
k. Menumbuhkan dan meningkatkan idealisme anak dan remaja
l. Peningkatan kemampuan menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungan anak dan remaja
4.3.10. Peranan Perempuan
a. Peningkatan peranan perempuan baik sebagai warga negara maupun sebagai sumberdaya
manusia yang mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama dengan laki-laki
dalam pembangunan di segala bidang.
b. Peningkatan ketrampilan dan kemampuan perempuan agar dapat berperan aktif di segala bidang
kehidupan.
c. Peningkatan peranan perempuan dan organisasi perempuan untuk mewujudkan kesejahteraan
keluarga.
4.3.11. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kebijakan, strategi, dan arah pembangunan sektor ilmu pengetahuan dan teknologi
dirumuskan sebagai berikut :
a. Kebijakan pengembangan iptek diarahkan untuk mendorong pembangunan, pemanfaatan dan
pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna yang dapat meningkatkan
produktivitas serta meningkatkan kerjasama yang baik dan serasi antara instansi terkait.
b. Kebijakan penerapan teknik produksi dan teknologi diupayakan untuk mendorong penggunaan
teknik produksi terutama teknologi tepat guna dalam rangka peningkatan produktivitas
pemerataan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.
IV-9
c. Kebijakan pembangunan sub sektor penelitian diarahkan untuk :
a. Mendorong pengembangan, pemanfaatan dan pendayagunaan pengetahuan dan teknologi
terutama teknologi tepat guna dalam rangka peningkatan produktivitas, pemerataan,
pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.
b. Meningkatkan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan
c. Meningkatkan kerjasama yang baik dan serasi antar industri terkait baik pemerintah maupun
swasta dalam kegiatan penelitian.
4.3.12. Kesejahteraan Sosial
a. Pembangunan ketahanan sosial oleh dan untuk masyarakat serta pemberdayaan terhadap
penyandang masalah sosial.
b. Tersedianya mekanisme penanganan masalah sosial yang mantap melalui perbaikan terhadap
sistem pencegahan dan penanggulangan permasalahan kesejahteraan sosial agar dapat
mengatasi permasalahan sosial yang semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya.
c. Terbinanya kesempatan untuk melaksanakan kewajiban ikut serta dalam usaha-usaha
kesejahteraan sosial.
d. Peningkatan pemahaman masyarakat rawan bencana dan penyatunan terhadap rawan bencana
dan penyantunan terhadap korban akibat bencana.
e. Peningkatan kepedulian sosial terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan anak terlantar serta
kelompok rentan sosial.
f. Memprioritaskan upaya pembinaan di bidang kesejahteraan sosial terhadap kelompok-kelompok
masyarakat yang khususnya berdiam di pedalaman dan masih tertinggal dalam pembangunan.
g. Pengembangan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja untuk mendapatkan
perlindungan, keamanan dan keselamatan kerja yang memadai, yang pengelolaannya melibatkan
pemerintah, perusahaan dan pekerja.
4.3.13. Ketahanan Budaya
a. Ketahanan budaya diarahkan untuk mencapai kondisi dinamis sebagai wujud integrasi dan kondisi
kehidupan budaya bangsa yang mengandung kemampuan membentuk dan mengembangkan
kehidupan budaya manusia dan masyarakat yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa yang mampu menangkal penetrasi budaya luar.
b. Revitalisasi dan dinamisasi nilai-nilai budaya daerah agar dapat bertahan, berkembang dan dapat
diwariskan kepada generasi selanjutnya.
c. Mempertahankan kondisi budaya daerah dari kepunahan dan goncangan budaya yang lebih besar
akibat penetrasi budaya dari luar.
d. Meningkatkan apresiasi dan rasa bangga masyarakat termasuk pendatang terhadap kebudayaan
lokal dengan tetap mengakui eksistensi kebudayaan pendatang yang dapat memperkaya
kebudayaan lokal.
IV-10
4.4. Bidang Ketahanan Ekonomi Daerah dan Peningkatan Pelayanan Kehidupan
4.4.1. Mempercepat Pemulihan Ekonomi
a. Mempertahankan stabilitas ekonomi
b. Realokasi sumberdaya pembangunan
4.4.2. Memperkuat Landasan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan
A. Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah
1. Meningkatkan kemampuan, daya guna dan hasil guna perangkat dan lembaga keuangan
2. Keuangan daerah dilaksanakan secara serasi dengan sektor-sektor lain dalam rangka
mengembangkan hubungan dan perimbangan keuangan pusat dan daerah
3. Keuangan daerah perlu terus diupayakan peningkatannya dengan cara intensifikasi dan
ekstensifikasi dari sumber-sumber penerimaan daerah, di samping sumber keuangan daerah
yang berasal dari dana perimbangan
4. Pengeluaran daerah perlu direncanakan secara cermat berdasarkan skala prioritas sehingga
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pembangunan daerah untuk meningkatkan
fungsi pelayanan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
5. Peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi secara
jujur dan bertanggungjawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Pengentasan Kemiskinan
Pengentasan kemiskinan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi
penduduk miskin, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, peningkatan kemampuan permodalan,
pengembangan usaha dan pemantapan kelembagaan usaha bersama di antara penduduk miskin.
Kebijakan pokok dalam pengentasan kemiskinan diarahkan untuk memperoleh kesempatan ekonomi
bagi penduduk miskin, memberdayakan penduduk miskin dan memperluas jaringan pengamanan
sosial.
C. Pemberdayaan Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah
1. Mengembangkan dan mengarahkan potensi ekonomi yang ada dalam masyarakat untuk mampu
berkembang menjadi sistem ekonomi yang berbasis kerakyatan dengan prinsip keadilan,
berkelanjutaan, persaingan sehat, dan berwawasan lingkungan.
2. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan potensi usaha kecil, menengah, dan koperasi yang
bergerak di berbagai sektor produksi barang dan jasa serta perdagangan, agar memiliki akses
dalam kegiatan ekonomi pada skala makro melalui pola pendampingan dan kemitraan yang
sejajar atas dasar saling membutuhkan, saling menguntungkan, dan saling mendukung.
3. Melakukan relokasi secara bertahap terhadap aset-aset produksi yang dikuasai secara
berlebihan oleh kekuatan ekonomi besar yang minoritas, agar diperoleh sistem kekuatan
ekonomi yang seimbang, transparan, berbasis kerakyatan, dan berkeadilan.
4. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan kawasan-kawasan maupun zona-zona industri
pada daerah-daerah yang potensial dan prospektif.
IV-11
D. Penguatan Institusi Pasar
Penguatan institusi pasar yang mencakup pasar barang dan jasa, modal, dan tenaga kerja, serta
penguatan badan-badan usaha milik daerah sangat diperlukan agar mekanisme pasar berjalan
semakin baik sehingga sumber daya pembangunan yang terbatas dapat teralokasikan secara optimal.
Dalam upaya penguatan institusi pasar, dilakukan upaya untuk mempercepat pelaksanaan persaingan
usaha yang sehat dan perlindungan konsumen merupakan usaha yang perlu ditempuh untuk
memulihkan pelaku usaha, selain itu juga ditujukan untuk meletakkan landasan yang diperlukan
sebagai prasyarat bagi proses demokratisasi persaingan usaha bagi para pelaku usaha, konsumen, dan
masyarakat, sehingga dapat saling memahami dan menghargai hak dan kewajiban masing-masing
dalam menjalankan perannya dalam menjalankan mekanisme pasar.
Upaya memperkuat iklim kompetisi pasar ditujukan untuk mengurangi keterkaitan atau
ketergantungan pada kondisi tertentu yang dapat menghambat aksesibilitas suatu pelaku usaha pada
mekanisme pasar yang sehat. Selain itu, perlu dilakukan peningkatan daya saing daerah di pasar
regional, nasional, dan internasional. Masyarakat dan pelaku usaha perlu melakukan usaha untuk
bersama-sama dengan pemerintah memfasilitasi produsen primer agar memiliki akses yang lebih tinggi
terhadap permintaan pasar. Selain itu, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas barang dan
jasa yang diperdagangkan agar dapat bersaing di pasar regional dan internasional. Pengoptimalan
peran lembaga-lembaga pemberdayaan usaha dalam negeri untuk mengurangi ketertinggalan
pengetahuan dan kemampuan pelaku usaha dan membuka peluang terhadap kerjasama perdagangan
internasional serta pengoptimalan promosi dan pameran-pameran merupakan usaha-usaha yang dapat
dilakukan untuk memperkuat institusi pasar.
E. Pengembangan Sistem Ketahanan Pangan
1. Perlu dikembangkan kemandirian swasembada pangan. Masyarakat diberikan kebebasan dalam
menentukan aneka jenis pangan setempat, yang kemungkinan telah bermanfaat dalam
memenuhi aneka sumber gizi masyarakat setempat.
2. Sosialisasi keanekaragaman sumber pangan setempat, dalam arti pengertian sumber pangan
pokok tidak hanya semata-mata beras, tetapi juga tersedia yang lain, seperti jagung, umbi-
umbian, sagu, berbagai jenis kacang-kacangan, pisang, sukun, dan juga aneka sumber pakan
protein hewani.
3. Pengkajian nilai gizi setiap jenis sumber pangan. Kandungan gizi setiap jenis sumber pakan yang
telah dimanfaatkan oleh masyarakat, dan yang belum dimanfaatkan perlu diteliti kandungan
gizinya, sebagai alternatif cadangan sumber pangan.
4. Usaha peningkatan kualitas dan kuantitas pangan pada berbagai jenis pemanfaatan lahan, misal
pertanian lahan kering dan basah, tanah hutan, dengan berbagai sistem tanamnya.
5. Upaya peningkatan sumber protein hewani dari satwa liar yang tidak dilindungi, mungkin berupa
satwa liar, seperti rusa sambar, kijang, berbagai jenis unggas liar, lebah madu liar, sarang
burung walet, atau satwa reptilia.
IV-12
6. Pemberdayaan kelembagaan kepada masyarakat dan individu, dalam usaha budidaya berbagai
jenis sumber pangan. Masyarakat diberikan pelatihan ketrampilan dalam menernakan atau
menanam aneka macam sumber pangan yang bergizi tinggi, demikian juga cara pengolahannya,
serta kemungkinan pengembangannya sebagai sumber usaha.
7. Pemerintah dan lembaga-lembaga lain mungkin juga lembaga swasta, diharapkan menjadi
fasilitator usaha peningkatan ketahanan pangan. Masyarakat dapat menambah pengetahuan
dan ketrampilan dalam usaha memproduksi pangan dan segala aspeknya, mungkin tentang
budidaya, manajemen usaha, pengolahan, pengaturan gizi, dan kelembagaan produksi pangan.
8. Perlu adanya beberapa kawasan sebagai demplot usaha ketahanan pangan dalam segala
aspeknya. Adanya demplot mempermudah petani untuk menerima inovasi dan dan
pembaharuan.
F. Pengembangan Industri Berdasarkan Keunggulan Kompetitif
1. Memantapkan dan meningkatkan daya saing
2. Mengembangkan iklim usaha yang kondusif, kompetitif dan non diskriminatif
3. Memberdayakan institusi pendukung mekanisme pasar barang dan jasa
4.4.3. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
Pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup diarahkan pada upaya pendayagunaan
sumberdaya alam sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat harus dilakukan secara terencana,
rasional, optimal, bertanggungjawab dan sesuai kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat serta memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan
lingkungan hidup bagi pembangunan yang berkelanjutan. Pendayagunaan sumberdaya alam yang
optimal tersebut didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas, maju, produktif, profesional,
iklim usaha yang sehat, serta pemanfaatan iptek dan terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan
hidup.
Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup harus
selalu berpegang teguh pada asas-asas pembangunan nasional terutama asas manfaat, asas
keseimbangan, asas keserasian, asas keselarasan, asas kelestarian, asas minimasi negasi (penolakan),
asas minimasi dampak (dalam arti dampak negatif), serta asas ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kebijaksanaan dalam pengembangan sumberdaya alam dan lingkungan hidup antara lain
sebagai berikut:
a. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup
b. Rehabilitasi dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup
c. Pengembangan kelembagaan, peranserta masyarakat dan kemampuan sumberdaya manusia.
4.4.4. Sumberdaya Air dan Irigasi
Secara umum sumberdaya air meliputi tiga komponen pokok yaitu air hujan, air permukaan
dan air tanah. Air hujan selain sebagai recharge bagi ketersediaan air permukaan dan air tanah,
IV-13
ketersediaannya dapat dimanfaatkan langsung dengan memanfaatkan bak tampungan air dan
digunakan sebagai air minum.
Kondisi ketersediaan air sebagai sumberdaya yang dimanfaatkan untuk keperluan konsumsi
(minum dan masak) dan untuk keperluan irigasi mengalami kendala karena ketersediaannya sangat
minim dilihat dari segi kualitas. Sebagai air minum dan bahan baku airminum, air permukaan yang
berupa air Sungai Siak sudah tercemar dan tidak mungkin lagi digunakan untuk keperluan tersebut. Air
Sungai Siak hanya memungkinkan untuk keperluan irigasi dan transportasi air. Di lain pihak,
ketersediaan airtanah secara kualitas sangat jelek karena banyak mengandung kadar besi (Fe).
Ketersediaan air hujan tidak ada kendala.
Arahan pemanfaatan sumberdaya air untuk air Sungai Siak adalah untuk keperluan irigasi dan
transportasi air, sedangkan untuk airtanah apabila dimungkinkan dilakukan refinery dengan peralatan
yang modern. Untuk jangka pendek, penyediaan air minum dilakukan dengan penampungan air hujan
(PAH) dan penyaluran air pipa PDAM dari daerah lain ke Kabupaten Siak. Keperluan irigasi dengan
memanfaatkan air Sungai Siak dilakukan dengan pembuatan saluran-saluran menuju kawasan
pertanian dengan memperhatikan kondisi tebing sungai.
Selain pemanfaatan air untuk konsumsi dan pertanian (irigasi), keberadaan Sungai Siak
sebagai jalur transportasi berasosiasi dengan munculnya industri-industri di sepanjang Sungai Siak. Hal
ini mengkhawatirkan adanya pencemaran air sehingga perlu kiranya dilakukan pengawasan dan
pengendalian. Pengawasan dilakukan terhadap buangan air sisa produksi yang terutama dilakukan
terhadap kualitas air berdasar baku mutu air. Pengendalian dilakukan dengan membatasi berdirinya
industri-industri di tepi sungai.
Konservasi terhadap sumberdaya air dilakukan secara terpadu berdasarkan kondisi setempat
yang tercakup dalam satu kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS). Berdasarkan karakteristik fisik
kawasan DAS ditentukan kawasan fungsi lindung, penyangga, dan kawasan budidaya. Selain itu untuk
menjaga kelestarian alur sungai dan keamanan penggunaan lahan sekitar sungai perlu ditetapkan dan
ditegaskan adanya Kawasan Sempadan Sungai. Kawasan sempadan sungai ditetapkan berdasarkan
posisi sungai dalam DAS dan karakteristik fisik DAS bersangkutan.
4.4.5. Pertambangan dan Energi
Pertambangan sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya alam harus dilaksanakan, ditata dan
dikembangkan secara terpadu dengan pembangunan wilayah dalam suatu kerangka tata ruang
termasuk pengembangan wilayah pasca tambang. Kegiatan perencanaan dan pengembangan
pertambangan baik oleh pemerintah maupun swasta menuntut tersedianya data dan informasi geologi
sumberdaya mineral secara lengkap dan rinci. Dewasa ini data dan informasi yang ada belum
sepenuhnya memberikan informasi secara cepat dan lengkap. Tantangan yang dihadapi adalah
bagaimana penyediaan data dan informasi tersebut dapat tersedia secara cepat dan lengkap.
Pengusahaan pertambangan bahan tambang strategis dan vital oleh perusahaan swasta besar
dan oleh pemerintah memunculkan permasalahan dalam kegiatan pertambangan. Selama dalam
IV-14
proses penambangan, pembangunan sarana dan prasarana lebih diutamakan pada kawasan atau
kompleks pertambangan. Hal ini menimbulkan kecemburuan pada masyarakat yang kurang dapat
menikmati prasarana dan sarana terutama sarana transportasi, terlebih untuk daerah-daerah terpencil
yang terisolir jauh dari pusat kegiatan dan keramaian. Tantangan yang muncul dari hal ini adalah,
pembangunan sarana dan prasarana transportasi untuk masyarakat baik oleh pemerintah maupun
pengusaha penambangan.
Kebijakan pemerintah daerah dalam rangka pengembangan sektor pertambangan dapat
dilakukan melalui inventarisasi, penelitian, pendataan dan penyebar luasan informasi, pelayanan dan
pengawasan pertambangan, dan melalui kerjasama lintas sektoral dengan instansi terkait. Selain itu,
koordinasi aktivitas dengan Pemda setempat mutlak diperlukan karena pemerintah daerah merupakan
pihak yang bertanggung jawab pada kegiatan-kegiatan di daerahnya kepada pemerintah pusat.
Untuk kegiatan pertambangan yang sudah dan masih berlangsung perlu adanya upaya
peningkatan produksi yang dilakukan melalui pengelolaan yang efektif dan efisien, yang didukung oleh
usaha inventarisasi, pemetaan, eksplorasi, dan eksploitasi kekayaan bahan tambang yang makin
meningkat dengan menguasai dan memanfaatkan teknologi yang tepat guna.
Pembangunan pertambangan dilaksanakan secara terpadu dengan pembangunan sektor
lainnya terutama yang berkaitan dengan perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta
pengembangan wilayah dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Pembangunan pertambangan juga diupayakan untuk makin terkait dengan pembangunan industri
dalam rangka meningkatkan nilai tambah hasil tambang. Penyelenggaran usaha pertambangan
dilakukan terpadu dengan pembinaan sektor lainnya disamping itu ditingkatkan perhatian terhadap
kehidupan sosial ekonomi pasca tambang di daerah pertambangan dan peningkatan penanaman
modal di bidang pertambangan. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengusahaan
pertambangan, pembinaan pertambangan rakyat dilakukan secara terpadu melalui penyuluhan,
bimbingan serta pembinaan usaha pertambangan dalam wadah koperasi.
4.4.6. Pengembangan Prasarana Pambangunan
Pembangunan prasarana yang berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial budaya,
politik dan pertahanan keamanan diarahkan pada terwujudnya pengembangan prasarana yang handal,
bermanfaat dan berkualitas tinggi. Oleh karena itu pengembangan prasarana harus dilakukan secara
terpadu, efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan,
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, serta
mendukung pengembangan wilayah.
Pengembangan prasarana pembangunan harus dilakukan secara terpadu dengan selalu
memperhatikan tingkat pengembangan dan penyerasian serta laju pertumbuhan wilayah. Hal ini
diperlukan agar pengelolaan pembangunan menjadi lebih terkoordinasi sejalan dengan karakteristik
permasalahan yang ada sehingga efisiensi dan efektivitas dalam upaya pencapaian sasaran
pembangunan dapat diperoleh.
IV-15
Prasarana di daerah ditata dan terus disempurnakan dengan didukung kualitas sumberdaya
manusia sehingga terwujud kehandalan pelayanan, keterpaduan antar sarana prasarana, serta
disesuaikan dengan perkembangan ekonomi, tingkat kemajuan teknologi, kebijaksanaan tataruang dan
lingkungan hidup serta tuntutan masyarakat maupun kebutuhan setiap daerah. Keberhasilan sasaran
pengembangan prasarana pembangunan diupayakan dengan peningkatan kualitas fisik, keamanan,
ketertiban, kenyamanan, serta kualitas pelayanan dengan meningkatkan peran serta swasta dan
masyarakat dalam penyediaan prasarana tersebut.
Kebijaksanaan pengembangan prasarana pembangunan pada dasarnya untuk meningkatkan
pelayanan terhadap masyarakat baik secara kualitas, kuantitas maupun daya jangkaunya. Oleh karena
itu kebijaksanaan yang ditempuh dalam pengembangan prasarana pembangunan di Kabupaten Siak
adalah sebagai berikut:
a. Jenis fasilitas yang daya jangkau pelayanannya meliputi seluruh wilayah kota, bahkan kecamatan,
ditempatkan di pusat kota secara mengelompok membentuk kawasan pusat pelayanan sosial
budaya.
b. Jenis fasilitas yang daya jangkau pelayanannya meliputi bagian wilayah kota atau unit lingkungan,
ditempatkan menyebar pada masing-masing unit lingkungan dan berfungsi sebagai pengikat
pusat unit lingkungan tersebut.
4.4.7. Transportasi
a. Ruas-ruas jalan yang masih berada dalam kondisi rusak berat ditingkatkan menjadi jalan yang
baik, dan jalan jenis permukaan tanah akan ditingkatkan menjadi jalan aspal.
b. Kebijakan pembangunan di bidang lalu lintas jalan raya meliputi peningkatan prasarana, fasilitas
dan keselamatan lalu lintas jalan serta sarana angkutan. Pembangunan lalu lintas dan jasa
angkutan jalan raya mengutamakan peningkatan keselamatan dan penertiban lalu lintas jalan raya
serta peningkatan keselamatan dan penertiban lalu lintas jalan raya serta meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap ketentuan-ketentuan jalan raya.
c. Kebijakan pembangunan angkutan sungai diselaraskan dan merupakan kesatuan jaringan jalan
raya yang berfungsi sebagai jembatan untuk menunjang kelancaran lalu lintas angkutan jalan
raya. Untuk itu pembangunan lalu lintas sungai diarahkan pada penyediaan jasa angkutan yang
terjangkau oleh kemampuan masyarakat.
4.4.8. Pertanahan dan Penataan Ruang
A. Pengelolaan Pertanahan
1. Dilaksanakan survai pemetaan penggunaan tanah secara detail, baik secara manual maupun
secara ground truth.
2. Menyusun Rencana Persediaan Peruntukkan dan Penggunaan Tanah di Kabupaten Siak untuk
memenuhi kebutuhan data akan penggunaan tanah sektoral.
3. Melaksanakan monitoring atau pendataan pemanfaatan tanah yang telah diberikan kepada
perusahaan.
IV-16
4. Melaksanakan sertifikasi tanah secara parsial sehingga masyarakat mempunyai bukti hak atas
kepemilikan tanah mereka.
5. Melaksanakan pengukuran dan pemetaan secara parsial sehingga dapat terpasang tanda batas
tanah serta proses pelayanan sertifikasi tanah menjadi lebih lancar.
B. Penataan Ruang
1. Pemantapan dan pengembangan pola tata ruang daerah
2. Pemantauan proses penyusunan, tata guna lahan, air dan sumber daya alam lainnya
3. Pengembangan pola pemanfaatan ruang laut
4. Peningkatan kelembagaan dan kemampuan aparatur penataan ruang
5. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha
6. Peningkatan penegakkan hukum dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan penataan
ruang
4.4.9. Pertanian Tanaman Pangan
a. Perlu adanya kepemihakan kepada petani, dalam arti pengembangan pertanian sesuai dengan
perekonomian rakyat dan ekonomi kerakyatan serta pemberdayaan ekonomi rakyat.
b. Petani diberdayakan untuk terlibat dalam agrobisnis dan berdagang, sehingga petani tidak hanya
menjadi produsen, tetapi juga mampu dalam berbisnis.
c. Penumbuhan sentra produksi dan perwilayahan komoditas. Di masing-masing daerah perlu
pemetaan kesesuaian lahan terhadap berbagai komoditas dan daya dukung daerah. Dari peta
tersebut akan dapat ditentukan perwilayahan komoditas unggulan yang mempunyai keuntungan
komparatif dan daya saing. Kemudian diupayakan adanya keseragaman varietas dan mutu bibit
agar produktif dan mutu seragam.
d. Peningkatan sumberdaya manusia petani di Kabupaten Siak. Kualitas sumberdaya petani dan
keluarganya perlu ditingkatkan, mulai dari pendidikan (SD sampai Perguruan Tinggi terutama bagi
keluarga petani) dan pendidikan khusus mengenai kewirausahaan, manajemen dan teknologi.
e. Ditumbuhkembangkan pertanian yang berkelanjutan. Pembangunan pertanian di Kabupaten Siak
diharapkan bisa berlangsung secara lestari. Penyelesaian limbah atau pencemaran pertanian harus
ditangani secara serius, sehingga menjadi kegiatan pertanian yang ramah terhadap lingkungan.
Hal ini harus menjadi suatu kebutuhan bagi semua masyarakat petani di Kabupaten Siak. Sebagai
misal, erosi tanah permukaan, terbuangnya pupuk, herbisida, insektisida, pestisida, di perairan
umum, limbah organik pertanian, dan lain-lain sisa limbah pertanian merupakan contoh dampak
negatif sistem pertanian konvensional terhadap lingkungan.
IV-17
4.4.10. Kehutanan dan Perkebunan
A. Kehutanan
1. Mengingat sumberdaya hutan memiliki fungsi utama yang antara lain, untuk (a) menunjang
ekonomi baik lokal maupun nasional (hutan produksi), (b) menyediakan lahan dan ruang (hutan
konversi), (c) melindungi proses-proses ekologi (hutan lindung), dan (d) melindungi kekayaan
keanekaragaman sumberdaya hayati dan keindahan alam (hutan suaka alam dan taman
nasional), dan khusus bagi Kabupaten Siak ada fungsi sebagai mendukung sistem sosial
ekonomi budaya masyarakat setempat, termasuk sistem religi sosialnya.
2. Pengusahaan hutan yang lestari. Untuk ini perlu dilakukan kebijakan pengusahaan hutan
dengan sistem perencanaan yang sesuai dengan potensi sumberdaya hutannya. Setiap
pemegang hak pengusahaan hutan diwajibkan membuat perencanaan sesuai dengan daur
tegakan (kelompok pohon), demikian juga diwajibkan membuat rencana karya perusahaan
hutannya (RKPH). Termasuk berbagai kegiatan antara lain, kegiatan perencanaan lapangan
(inventarisasi), penebangan, penanaman, pemeliharaan, pengangkutan, pembinaan masyarakat
setempat, penjualan, pengolahan kayu, pengolahan limbah, dan lain-lain kegiatan yang
berkaitan dengan sumberdaya hutan.
3. Hutan kemasyarakatan perlu dikembangkan sesuai dengan rencana otonomi daerah, tetapi
diharapkan tidak bertentangan dengan pelestarian sumberdaya hutan. Diharapkan dengan
pengembangan hutan kemasyarakatan ini, maka secara ekonomi sebagai alat yang efektif untuk
memerangi kemiskinan. Selain itu sistem hutan kemasyarakatan mendorong pemerataan
pendapatan dan keswadayaan, apalagi jika diintegrasikan dengan industri rakyat. Hutan
kemasyarakatan merupakan suatu kekuatan integrasi, yang menyatukan nilai-nilai sosial
tradisional, kelembagaan, dan norma-norma, dengan pengetahuan yang bersifat saintifik dan
ilmiah. Sistem ini juga memandang kehutanan secara holistik, menyeluruh dan melingkup baik
aspek ekonomi, ekologi, sosial, moral, politik, dan spriritual.
B. Perkebunan
1. Selain pengembangan perkebunan pola PIR-Bun (pola inti rakyat) perlu terus dikembangkan
pola perkebunan yang diusahakan oleh komunitas setempat (masyarakat lokal). Dengan
demikian harus ada kebebasan usahatani perkebunan bagi masyarakat lokal, disertai dengan
berbagai fasilitas atau bantuan untuk pengembangannya, seperti halnya para petani perkebunan
pola PIR.
2. Perlu adanya penguatan lembaga petani pekebun, sehingga dapat menghimpun petani agar
lebih kuat dan memudahkan dalam pembinaan baik dalam hal penerapan teknologi, modal
usahatani kebun maupun dalam hal pemasaran hasilnya.
3. Pengoptimalan keanekaragam jenis tanaman, sehingga sepanjang waktu para petani diharapkan
dapat memenuhi permintaan pasar, disamping itu guna meningkatkan pendapatan para petani.
Sepanjang tahun usaha tani kebun dapat memproduksi beraneka macam komoditi sesuai
dengan permintaan pasar (demand dan supply).
IV-18
4.4.11. Perikanan
a. Sektor perikanan di Kabupaten Siak perlu dikembangkan dalam budidaya ikan tawar (perikanan
darat) dan juga ikan laut (perikanan laut). Untuk itu diperlukan peningkatan kemampuan
sumberdaya manusia nelayan, melalui tambahan pengetahuan dan ketrampilan, sehingga
menjadi nelayan yang profesional. Pengetahuan hanya dapat diperoleh dengan belajar, membaca,
berdiskusi, sedangkan ketrampilan diraih melalui pelatihan-pelatihan atau kursus. Mungkin konsep
kelompencapir atau pembentukan kelompok tani nelayan merupakan media yang tepat.
b. Pemanfaatan teknologi tepat guna. Untuk dapat menggali potensi sumberdaya kelautan yang
optimal, maka diperlukan teknologi yang mutakhir. Misal dalam penentuan daerah tangkapan
(fishing ground) merupakan kunci keberhasilan dalam praktek penangkapan ikan di laut atau
danau. Selama ini penentuannya masih belum mengalami perkembangan yang berarti, sehingga
masih banyak mengalami kegagalan tangkap yang dilakukan oleh nelayan, sebagai akibat
kesalahan dalam menentukan fishing ground ini.
c. Pemanfaatan sumberdaya perikanan darat dan laut secara lestari, dalam arti lestari
sumberdayanya juga termasuk lestari usaha dan pemanfaatannya. Dalam melakukan
pemanfaatan sumberdaya kelautan, sungai dan danau, haruslah mengacu pada pembangunan
yang berkesinambungan, pemanfaaatan pada batas lestari. Pemanfatan dengan alat yang tidak
ramah lingkungan harus dihindari, seperti penangkapan dengan tuba, bahan racun (potasium
sianida), bahan peledak (dinamit), listrik (setrum), atau dengan jaring yang dapat menguras
segala macam sumberdaya hayati perairan.
4.4.12. Peternakan
a. Usaha peternakan dipilih pada ternak-ternak yang telah dikenal dan dikuasai oleh masyarakat,
sehingga akan lebih mudah dikembangkan. Demikian juga kaitannya dengan agribisnis sektor
peternakan mungkin akan lancar, karena masyarakat telah memiliki pengalaman.
b. Usaha peternakan perlu dipadukan dengan program-program kegiatan sektor-sektor lain, seperti
dengan sektor pertanian, atau dengan sektor kehutanan, atau perkebunan. Berbagai perpaduan
tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat bawah, demikian juga
mengoptimalkan pemanfaatan lahan, atau dengan sistem multiple use land.
c. Perlu diperhatikan usaha peternakan yang berwawasan ramah terhadap lingkungan, sehingga
dampak negatif adanya limbah peternakan dapat diminimalkan. Seperti contohnya, limbah
kotoran hewan (limbah organik) yang terbawa air pemukaan ke sungai, ke danau, atau ke badan
air alami (natural water body). Kerusakan habitat perlu dipantau, dan direhabilitir, karena adanya
pemanfaatan lingkungan yang melebihi kemampuannya, seperti adanya over-grazzing, atau
jumlah ternak melebihi daya dukung padang penggembalaa (grazzing ground).
IV-19
4.4.13. Industri
a. Pembangunan diarahkan untuk penguatan struktur ekonomi yang lebih baik dan menciptakan
keterkaitan yang mendukung dan menguntungkan antara sektor, strata usaha dalam memperluas
lapangan kerja dan kesempatan berusaha, mendukung ekspor non migas dan pariwisata sehingga
dapat meningkatkan pendapatan dan mendukung laju pertumbuhan ekonomi.
b. Pembangunan industri diarahkan untuk menumbuhkembangkan industri kecil, industri rumah
tangga dan industri pedesaan dengan peningkatan ketrampilan, penguatan modal, peralatan,
magang dan manajemennya.
c. Pembangunan industri diarahkan dapat memanfaatkan dan mengolah bahan lokal dari hasil
pertanian untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor dengan penguasaan
teknologi sehingga dapat memenuhi kebutuhan secara kuantitas dan kualitas
d. Pembangunan industri diarahkan dapat dilkembangkan dengan teknologi tinggi dengan
memanfaatkan potensi daerah yang ada dan mempunyai nilai strategis
e. Pembangunan dan pengembangan industri diarahkan dapat menjalin kemitraan yang lebih
mantap, saling mendukung, saling membutuhkan dan saling menguntungkan antara industri kecil,
industri rumah tangga dan industri pedesaan serta industri besar maupun dengan usaha swasta
dan usaha pemerintah.
f. Pembangunan dan pengembangan industri diarahkan tetap berwawasan lingkungan dan dapat
meningkatkan peran serta dan pendapatan bagi masyarakat.
g. Pembangunan dan pengembangan suatu industri harus memenuhi syarat UKL dan UPL maupun
AMDAL harus tetap dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
4.4.14. Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
a. Melanjutkan dan lebih mengembangkan lagi program industrialisasi yang sesuai dengan kondisi
dan potensi Kabupaten Siak, terutama terhadap industri-industri yang mengolah hasil pertanian
beserta turunannya agar dapat memberikan nilai tambah yang maksimal, perluasan kesempatan
kerja, dan memberikan spesifikasi yang cukup tajam terhadap keunggulan komparatif daerah.
b. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan potensi usaha kecil, menengah dan koperasi yang
bergerak di berbagai sektor produksi barang dan jasa serta perdagangan.
c. Reformasi dan rekonstruksi terhadap sistem perjanjian dengan pihak ketiga dalam pengelolaan
potensi sumberdaya alam yang meliputi kekayaan hutan, bahan tambang dan galian, minyak dan
gas bumi, dan sebagainya agar diperolehnya manfaat yang seimbang, adil, dan proporsional baik
bagi daerah maupun masyarakat Kabupaten Siak.
d. Mengembangkan dan mengarahkan potensi ekonomi yang ada dalam masyarakat untuk mampu
tumbuh dan berkembang menjadi sistem ekonomi yang berbasis kerakyatan dengan prinsip
keadilan, berkelanjutan, persaingan sehat, dan berwawasan lingkungan.
IV-20
4.4.15. Pariwisata
a. Pengembangan kebudayaan daerah diarahkan untuk memberikan wawasan budaya dan makna
pada pembangunan nasional yang ditujukan untuk meningkatkan harkat dan martabat serta
memperkuat jati diri dan kepribadian bangsa.
b. Peningkatan kemampuan masyarakat menggali nilai-nilai luhur budaya daerah, menerima nilai-
nilai positif yang berasal dari luar dan memperkaya khasanah budaya bangsa di daerah.
c. Pelestarian nilai-nilai budaya serta peninggalan sejarah dan purbakala termasuk kawasan cagar
budaya, sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
d. Pemantapan dan pengembangan kesenian tradisional dan kreasi baru yang bernafaskan
kepribadian nasional diarahkan untuk memperkaya khasanah budaya bangsa dan menunjang
terjaga dan teratur dengan undang-undang.
e. Menerapkan indikator yang memungkinkan pelestarian kemampuan keterbaharuan dalam
pengelolaan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui untuk mencegah kerusakan yang tidak
baik.
4.4.16. Transmigrasi
Kebijakan, strategi, dan arah pembangunan sektor transmigrasi di Kabupaten Siak dirumuskan
sebagai berkut :
a. Perencanaan yang lebih terpadu antar sektor pembangunan
b. Lebih mendorong pelaksanaan transmigrasi swakarsa secara teratur dan terarah.
c. Penataan kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikan lahan (tanah)
d. Peningkatan pembinaan usaha tani.
e. Penyempurnaan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan koordinasi penyelenggaraan
transmigrasi.
Berdasarkan pokok-pokok kebijakan tersebut kemudian diteatapkan langkah-langkah strategi
sebagai berikut :
a. Program penempatan transmigrasi lebih dipadukan dengan prasarana pendukungnya.
b. Prioritas pembangunan transmigrasi diarahkan pada transmigrasi swakarsa dengan Pola
Perkebunan melalui sistem PIR dengan komoditas karet, kelapa sawit dan kelapa hibrida.
c. Untuk pola tanaman pangan akan dikasanakan sesuai dengan dukungan sarana irigasi Pola-pola
usaha lain seperti jasa industri harus mendapat perhatian dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pembinaan transmigrannya.
d. Peningkatan pelaksanaan transmigrasi swakarsa
e. Peningkatan penataan dan pembinaan usaha tani transmigran dan masyarakat sekitarnya.
f. Peningkatan pembinaan motivasi bekerja melalui pelatihan-pelatihan khusus, sesuai kebutuhan
yang realistis
g. Peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah dalam
usaha mengatasi perbaikan jalan dan jembatan di lingkungan lokasi transmigrasi.
IV-21
4.4.17. Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan
Kebijakan, strategi, dan arah pembangunan sektor ilmu pengetahuan dan teknologi
dirumuskan sebagai berikut:
a. Meningkatkan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam semua aspek pembangunan.
b. Mengupayakan penyebaran dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk mendukung
pembangunan sektor industri, pertanian dan pertambangan terutama yang dilaksanakan
masyarakat perdesaan
c. Meningkatkan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mendukung penguatan, pendalaman,
perluasan, dan proses industri.
d. Meningkatkan sistem informasi daerah untuk memenuhi kebutuhan informasi secara tepat dan
terpadu
e. Mengusahakan pendirian lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang relevan dengan tuntutan
pembangunan seperti fakultas kedokteran, politeknik dan sebagainya.
4.4.18. Pengembangan Ketenagakerjaan
Kebijakan, strategi, dan arah pembangunan ketenagakerjaan dirumuskan:
a. Pembinaan iklim bagi perluasan lapangan kerja, meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
b. Peningkatan kualitas tenaga kerja
c. Pendayagunaan tenaga kerja produktif
d. Pengembangan kesejahteraan tenaga kerja
4.4.19. Dunia Swasta
a. Pembentukan lembaga baik pemerintah maupun swasta yang profesional dalam pengelolaan
penanaman modal daerah
b. Pengembangan penanam modal diarahkan untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran
dengan menciptakan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja sesuai potensi daerah
berwawasan lingkungan
c. Pembangunan dan pengembangan penanaman modal diarahkan untuk meningkatkan peran aktif
masyarakat, memperkuat pembiayaan pembangunan daerah.
d. Pengembangan penanaman modal harus dapat dicegah adanya berbagai bentuk monopoli dan
monopsoni yang merugikan masyarakat yang merugikan masyarakat.
e. Pengikatan kerjasama antar koperasi, pengusaha swasta dan dan badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah melalui sistem kemitraan usaha.
f. Pengembangan usaha informal dan tradisional sebagai ekonomi rakyat, perlu terus dibina dan
dilindungi agar tumbuh menjadi unsur ekonomi rakyat yang tangguh dan mandiri serta mampu
berperan dalam penciptaan usaha dan lapangan kerja.
g. Pembinaan usaha ekonomi rakyat diutamakan pada peningkatan kewirusahaan, penyediaan
sarana dan prasarana, bimbingan penyuluhan dan pelatihan serta fasilitas permodalan sehingga
dapat meningkatkan usahanya.
IV-22
4.5. Bidang Pemberdayaan Masyarakat
4.5.1. Masyarakat Sipil (Swasta, LSM, Masyarakat Umum)
a. Peningkatan akses masyarakat pada asset produksi, memperkuat posisi tawar menawar
masyarakat dan kemitraan usaha ekonomi rakyat dan menyediakan prasarana pendukung
kegiatan produksi yang memadai
b. Penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
c. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat
d. Memberi kesempatan yang luas pada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan sosial,
mengurangi peran birokrasi dan mengembangkan kemampuan pendampingan kepada
masyarakat.
4.5.2. Pembangunan Daerah
A. Pengembangan Ekonomi Daerah dan Wilayah
1. Meningkatkan kapasitas pembangunan daerah untuk mengembangkan ekonomi daerah dan
wilayah dilaksanakan melalui pendekatan pembangunan wilayah dengan mendasarkan pada
keunggulan kompetitif masing-masing wilayah.
2. Dalam penyelesaian masalah pokok pembangunan harus selalu melibatkan masyarakat secara
langsung dan aktif mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pemanfaatannya.
3. Meningkatkan aksesibilitas untuk memperlancar aliran investasi dan produksi dan menciptakan
keterkaitan ekonomi antar wilayah yang saling mendukung
4. Mendorong pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang belum tergali di wilayah yang relatif
tertinggal dan menciptakan perkembangan kawasan potensi ekonomi baru
5. Meningkatkan kelangsungan kegiatan usaha yang sudah ada di sentra-sentra produksi di
daerah yang relatif maju sebagai andalan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan
masyarakat di daerah
6. Meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam mengembangkan daya tarik investasi
berdasarkan keunggulan komaparatif dan kompetitif masing-masing daerah sesuia dengan
potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan lokasi geografisnya.
B. Pembangunan Perkotaan dan Permukiman
1. Pembangunan Perkotaan
a. Mengembangkan dan memantapkan sistem perkotaan
b. Meningkatkan kemampuan dan produktivitas kota
c. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia
d. Memantapkan kelembagaan perkotaan
e. Melembagakan pengelolaan pembangunan yang terencana dan terpadu
f. Memantapkan perangkat peraturan pendukung pembangunan perkotaan
g. Meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosial perkotaan
IV-23
2. Pembangunan Permukiman
a. Pemugaran perumahan di perkotaan, perbaikan lingkungan pasar, peremajaan permukiman
terutama kawasan kumuh.
b. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam usaha penyediaan perumahan dan
pelayanan perkreditan untuk pemilikan rumah.
c. Meningkatkan dan memperluas pelayanan air bersih baik dengan sistem perpipaan maupun
non perpipaan, sesuai target nasional yaitu 80% untuk pelayanan perkotaan dan 60% untuk
pelayanan perdesaan.
d. Memadukan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan saluran drainase dengan
kegiatan perencanaan dan pelaksanaan jalan kota, pengendalian banjir, pengelolaan
sampah, perbaikan lingkungan permukiman dan pembangunan kawasan permukiman baru.
e. Memberikan pembinaan teknis pengelolaan sampah dan bantuan peralatan serta fasilitas
pendukungnya untuk daerah yang benar-benar memerlukan.
f. Menunjang program kali bersih melalui peningkatan pengelolaan sampah di sepanjang badan
sungai.
4.5.3. Pembangunan Kecamatan
a. Pemantapan fungsi ibu kota kecamatan sebagai pusat pelayanan dengan mengembangkan sektor
sekunder dan tertier yang terkait dengan produk hinterlandnya.
b. Peningkatan kapasitas aparatur kecamatan, baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga mampu
memenuhi permintaan pelayanan masyarakat, sesuai dengan peningkatan kebutuhannya.
Termasuk di dalamnya adalah penyediaan sistem informasi wilayah yang baik.
c. Peningkatan kapasitas orgainsasi pemerintahan kecamatan, sesuai dengan permintaan tingkat
layanan masyarakat.
d. Pemberdayaan organisasi sosial kemasyarakatan (LSM), sehingga mampu menjadi jembatan
penyambung aspirasi masyarakat dengan pemerintah serta sebagai lembaga pengontrol kegiatan
pemerintah maupun masyarakat. Proses ini akan menjamin berjalannya bottom up planning
secara nyata.
4.5.4. Pembangunan Perdesaan
a. Pembangunan perdesaan dan masyarakat perdesaan terus didorong melalui peningkatan
koordinasi pembangunan sektoral, pengembangan kemampuan sumberdaya manusia dan
kelembagaan desa serta pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki dalam usaha mempercepat
peningkatan perkembangan desa.
b. Peningkatan kelembagaan desa dan organisasi kemasyarakatan, penanggulangan kemiskinan,
perlindungan sosial dan peningkatan keswadayaan masyarakt.
c. Percepatan pembangunan di daerah-daerah tertinggal, daerah pedalaman dan daerah pantai
sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan akar budaya masyarakat.
IV-24
BAB V
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
5.1. Umum
Krisis nasional yang dihadapi bangsa Indonesia di penghujung abad 20 tidak lepas dari
kegagalan dalam mengembangkan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara dan pengelolaan
pembangunan yang kurang mengindahkan prinsip-prinsip good governance. Untuk keluar dari krisis
multidimensi yang dialami bangsa Indonesia, telah dilakukan upaya melalui reformasi di segala bidang
dan pada saat ini telah mulai menunjukkan perubahan-perubahan mendasar di berbagai bidang.
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, diharapkan dapat menjadi titik tolak pemberdayaan pemerintah daerah sehingga memiliki
inisiatif, kreativitas dan produktivitas yang tinggi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
mesyarakat daerah.
Selanjutnya untuk mendorong pemerintahan daerah agar lebih mampu melaksanakan
pembangunan daerah secara efektif, efisien, demokratis dan partisipatif, maka pengelolaan
sumberdaya pembangunan yang sentralistik harus dihindarkan sehingga penyelenggaraan
pemerintahan dan pengelolaan pembangunan daerah mampu mendorong berkembangnya
kemampuan aparat dan kelembagaan pemerintah daerah yang dapat meningkatkan fungsi pelayanan
umum dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
5.2. Paradigma Baru Pembangunan Daerah
Pembangunan daerah merupakan rangkaian upaya pembangunan oleh seluruh masyarakat,
bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan Undang-
Undang dasar 1945, yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pembangunan daerah dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah,
bertahap, berlanjut dan merata di seluruh wilayah, serta benar-benar dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat sebagai perbaikan tingkat hidup yang berkeadilan sosial.
Membangun Siak ke depan dalam paradigma baru adalah menjadikan kabupaten ini sebagai
wilayah yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat Kabupaten Siak secara komprehensif, baik
dalam keterlibatan pembangunan daerah yang berkelanjutan (sustainable development) maupun
keterlibatan secara penuh dalam berbagai aktivitas kehidupan ekonomi, sosial budaya, politik dan
pertahanan keamanan.
Pembangunan daerah dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat
adalah pelaku utama dalam pembangunan dan pemerintah wajib untuk mengarahkan, membimbing
dan menciptakan suasana yang menunjang peran serta aktif seluruh masyarakat.
V-1
5.3. Asas Pelaksanaan Pembangunan
A. Prinsip Good Governance
Pola-pola penyelenggaraan pemerintahan yang cenderung sentralistik dan kurang peka
terhadap perkembangan ekonomi, sosial dan politik masyarakat harus ditinggalkan dan diarahkan
seiring dengan tuntutan masyarakat yang menghendaki penyelenggaraan pemerintahan yang
menjamin kepastian hukum, keterbukaan, profesional dan akuntabel, pemerintahan yang menghormati
hak-hak asasi manusia dan pelaksanaan demokrasi, pemerintahan yang dapat meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dan mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat tanpa
diskriminasi, serta pemerintahan yang mengakomodasikan kontrol sosial masyarakat.
Tuntutan masyarakat yang tergambar di atas dapat terwujud apabila tercipta suatu sistem
kepemerintahan yang baik, dimana secara utuh dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang
memungkinkan terjadinya mekanisme penyelenggaraan pemerintahan daerah yang efisien dan efektif
dengan menjaga sinergi yang konstruktif di antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat.
Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar sebagai
berikut:
a. Prinsip Kepastian Hukum
Untuk mendukung prinsip tersebut, maka perlu diupayakan:
● Sistem hukum yang benar dan adil, meliputi hukum nasional, hukum adat dan etika
kemasyarakatan.
● Pemberdayaan pranata hukum, meliputi kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga
pemasyarakatan, asosiasi bantuan hukum, pengacara, dan lain-lain.
● Desentralisasi dalam penyusunan peraturan perundang-undangan, pengambilan keputusan
publik dan lain-lain yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas.
● Pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh DPR, dunia pers dan masyarakat umum secara
transparan, adil dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Prinsip Keterbukaan
Untuk mendukung prinsip tersebut, maka perlu diupayakan:
● Menumbuhkan iklim yang kondusif bagi terlaksananya asas desentralisasi dan transparansi.
● Menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, seperti hak untuk hidup layak, hak akan rasa aman
dan nyaman, persamaan kedudukan dalam hukum, dan lain-lain.
● Memberikan informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif.
c. Prinsip Akuntabilitas
Untuk mewujudkan prinsip tersebut perlu diupayakan:
● Prosedur dan mekanisme kerja yang jelas, tepat dan benar, yang diatur dalam perundang-
undangan, dengan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat.
● Mampu mempertanggungjawabkan hasil kerja, terutama yang berkaitan dengan kepentingan
masyarakat umum.
● Memberikan sanksi yang tegas bagi aparat yang melanggar hukum.
V-2
d. Prinsip Profesionalitas
Untuk mendukung prinsip tersebut, maka perlu diupayakan:
● Sumberdaya manusia aparatur yang memiliki profesionalitas dan kapabilitas yang memadai,
netral serta didukung dengan etika dan moral sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.
● Memiliki kemampuan kompetensi dan kode etik sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
● Menerapkan prinsip “merit system” di lingkungan birokrasi.
● Memodernisasi administrasi negara dengan mengaplikasikan teknologi telekomunikasi dan
informatika yang tepat guna.
B. Asas Pelaksanaan
Asas pembangunan daerah adalah prinsip pokok yang harus diterapkan dan dipegang teguh
dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah. Asas-asas pembangunan daerah
Kabupaten Siak adalah sebagai berikut:
a. Asas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; bahwa segala usaha kegiatan
pembangunan daerah dijiwai, digerakkan, dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral dan
etik dalam rangka pembangunan yang menyeluruh dan berkelanjutan.
b. Asas manfaat; bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan daerah harus memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, serta mengutamakan
kelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan yang menyeluruh dan berkelanjutan.
c. Asas demokrasi; bahwa upaya mencapai tujuan pembangunan nasional dan daerah harus
dilakukan dengan semangat kekeluargaan yang bercirikan kebersamaan, gotong royong,
persatuan dan kesatuan serta musyawarah untuk mencapai mufakat.
d. Asas adil dan merata; bahwa pembangunan daerah harus diselenggarakan merata di semua
lapisan masyarakat dan seluruh wilayah dan setiap warganegara berhak memperoleh kesempatan
berperan dan menikmati hasil-hasil secara adil dan merata.
e. Asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam perikehidupan; bahwa dalam
pembangunan daerah harus ada keseimbangan antara berbagai kepentingan, yaitu
keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara kepentingan dunia dan akhirat, material dan
spiritual, jiwa dan raga, serta individu, masyarakat dan negara.
f. Asas supremasi hukum; bahwa dalam penyelenggaraan pembangunan daerah maka setiap
warganegara dan setiap aparatur pemerintah harus taat hukum yang berintikan keadilan dan
kebenaran, serta menjamin kepastian, ketertiban dan tegaknya hukum.
g. Asas kemandirian; bahwa pembangunan daerah berlandaskan pada kepercayaan, kemampuan dan
kekuatan sendiri, serta bersendikan kepada kepribadian bangsa Indonesia.
V-3
h. Asas kejuangan; bahwa dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, aparatur daerah dan
masyarakat harus memiliki mental, tekad, jiwa dan semangat pengabdian serta ketaatan dan
disiplin yang tinggi dengan lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
i. Asas ilmu pengetahuan dan teknologi; bahwa penyelenggaraan pembangunan daerah perlu
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendorong pemanfaatan, pengembangan dan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara seksama dan bertanggungjawab dengan
memperhatikan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
j. Asas ekonomi; bahwa semua urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada daerah dalam
rangka otonomi daerah, harus dilaksanakan secara nyata dan bertanggungjawab, dalam rangka
pemberdayaan masyarakat, lembaga-lembaga ekonomi, politik, hukum, keagamaan, adat dan
swadaya masyarakat, serta seluruh potensi masyarakat di daerah Kabupaten Siak.
k. Asas prioritas; bahwa karena adanya keterbatasan sumberdaya maka setiap pelaksanaan
pembangunan akan selalu memperhatikan skala prioritas, dengan mendahulukan yang lebih
penting dan kepentingan masyarakat banyak.
l. Asas reformasi; bahwa dalam era reformasi maka semua kegiatan pembangunan bangsa, yang
telah ditetapkan secara demokratis dan memperhatikan aspirasi dan kepentingan masyarakat
banyak, harus dilaksanakan secara jujur, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat (akuntabilitas publik).
BAB VI
PENUTUP
1. Dengan adanya Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak yang mencerminkan tujuan,
visi, misi, kebijakan arah dan strategi pembangunan daerah Kabupaten Siak, diharapkan upaya
pembangunan daerah dalam kurun waktu lima tahun (2002-2006) dapat diformulasikan secara
jelas.
2. Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Siak tahun 2002-2006, pelaksanaanya ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Siak, untuk selanjutnya dijabarkan dalam Program
Pembangunan Daerah Kabupaten Siak tahun 2002-2006.
3. Berhasilnya usaha-usaha pembangunan di Kabupaten Siak, sangat tergantung pada partisipasi
seluruh rakyat serta sikap mental, tekat, semangat, ketaatan, disiplin, serta profesionalisme
aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Siak. Semua kekuatan sosial, politik,
organisasi/kelembagaan masyarakat, perlu menyusun programnya sendiri fungsi dan kemampuan
masing-masing dalam melaksanakan Pola Dasar Pembangunan Daerah.
4. Untuk operasionalnya perlu dikembangkan peran aktif masyarakat guna mendukungnya, sehingga
wujud dari peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus sebagai pelaksanaan otonomi daerah
disamping perwujudan kepemerintahan yang baik di Kabupaten Siak.
VI-1