PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II …jdih.badungkab.go.id/uploads/PERDA_4_1994.pdf ·...

24
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pengaturan tentang Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Air Minum yang baru sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 5 Tahun 1984 dan Nomor : 28/KPTS/1984, tanggal 23 Januari 1984, maka dipandang perlu untuk mengadakan peninjauan kembali atas Peraturan Daerah Tingkat II Badung Nomor : 5/Perda/1976 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut huruf a diatas maka perlu ditetapkan Peraturan Daerah Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037);

Transcript of PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II …jdih.badungkab.go.id/uploads/PERDA_4_1994.pdf ·...

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

NOMOR 4 TAHUN 1994

TENTANG

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG,

Menimbang : a. bahwa dengan adanya pengaturan tentang Struktur Organisasi

Perusahaan Daerah Air Minum yang baru sebagaimana diatur

dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 5 Tahun 1984 dan Nomor :

28/KPTS/1984, tanggal 23 Januari 1984, maka dipandang perlu

untuk mengadakan peninjauan kembali atas Peraturan Daerah

Tingkat II Badung Nomor : 5/Perda/1976 tentang Perusahaan

Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut huruf a diatas maka perlu

ditetapkan Peraturan Daerah Perusahaan Daerah Air Minum

Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Pemerintahan di Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3037);

2

2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan

Daerah - daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah - Daerah

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655).

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387);

4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969 tentang Pernyataan tidak

berlakunya berbagai Undang-Undang ( Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 37 );

5. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan,

Pertanggung Jawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah;

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1975 Tanggal

7 Maret 1975 tentang Kerjasama antar Daerah;

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984 tentang

Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Daerah

dilingkungan Pemerintah Daerah;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 690-1572 Tanggal

8 Nopember 1985 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Badan

Pengawas Direksi dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air

Minum;

9. Peraturan Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1990 tentang Tatacara

Kerjasama Antara Perusahaan Daerah dengan Pihak Ketiga;

10. Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 1984 dan Nomor 28/KPTS/1984,

tentang Pedoman-pedoman Organisasi, Sistem Akutansi, Teknik

Operasi, dan Pemeliharaan, Teknik Perawatan, Struktur dan

Perhitungan Biaya untuk menentukan Tarip Air Minum, Pelayanan

Air Minum kepada Langganan, Pengelolaan air bersih Ibu Kota

3

Kecamatan dan Pengelolaan Kran Umum Air Bersih Bagi

Perusahaan Daerah Air Minum dan Badan Pengelola Air Minum.

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH

TINGKAT II BADUNG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II

BADUNG TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah adalah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II

Badung.

c. Kepala Daerah adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung;

d. Dewan Perwakilan Rakyat adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.

e. Direksi adalah Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten

Daerah Tingkat II Badung.

4

f. Perusahaan adalah Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah

Tingkat II Badung.

g. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas Perusahan Daerah Air

Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.

BAB II

NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, TUJUAN DAN USAHA

Pasal 2

Perusahaan berkedudukan dan berkantor pusat di Denpasar.

Pasal 3

Dengan tidak mengurangi ketentuan Peraturan Daerah ini maka terhadap

Perusahaan berlaku segala Hukum Indonesia yang tidak bertentangan

dengan azaz Demokrasi Ekonomi yang merupakan diri dari Sistem

Ekonomi yang berdasarkan Pancasila.

Pasal 4

(1) Turut serta melaksanakan Pembangunan Daerah.

(2) Sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

dan sebagai sarana pengembangan perekonomian dalam rangka

pembangunan Daerah khususnya dan pembangunan Nasional

umumnya.

(3) Untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam

upaya memenuhi kebutuhan air bersih yang sehat dan memenuhi

persyaratan yang berlaku.

5

(4) Menyelenggarakan pengaturan penggunaan air secara merata dan

efisien serta mencegah pengambilan air secara liar, sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Pasal 5

(1) Perusahaan mengusahakan penyediaan air minum yang cukup sehat

dan memenuhi syarat bagi masyarakat dalam Kabupaten Daerah

Tingkat II Badung.

(2) Penyediaan air minum sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dapat

juga dilakukan pada daerah tingkat II lainnya dengan kesepakatan

Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

BAB III

M O D A L

Pasal 6

(1) Neraca permulaan perusahaan terdiri atas semua aktiva dan pasiva

Milik Perusahaan.

(2) Modal dasar Perusahaan terdiri dari kekayaan Daerah yang

dipisahkan.

(3) Modal perusahaan tersebut pada ayat (1) dan (2) pasal ini, dengan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat ditambah dari

penyisihan sebagian anggaran keuangan Daerah dan Pinjaman.

(4) Semua alat liquida disimpan dalam Bank Pembangunan Daerah dan

atau Bank Pemerintah lainnya yang ditunjuk oleh Bupati Kepala

Daerah.

6

BAB IV

PERUSAHAAN DAN CARA MENGURUS

Pasal 7

(1) Perusahaan dipimpin oleh suatu Direksi yang terdiri dari :

a. Direktur Utama.

b. Direktur Bidang Teknik.

c. Direktur Bidang Umum.

(2) Anggota Direksi adalah Warga Negara Indonesia yang diangkat dan

diberhentikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(3) Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur bertanggung jawab kepada

Direktur Utama.

(4) Direksi bertanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah melalui

Badan Pengawas.

Pasal 8

Bupati Kepala Daerah menetapkan Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Perusahaan.

Pasal 9

(1) Direksi memerlukan persetujuan atau pemberian kuasa dari Bupati

Kepala Daerah untuk melakukan hal-hal :

a. Mengadakan perjanjian-perjanjian atas nama perusahaan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

7

b. Mengadakan pinjaman dan obligasi.

c. Memperoleh, memindah tangankan atas membebani benda tak

bergerak.

d. Mengadakan Investasi baru.

e. Mewakili Perusahaan didalam maupun diluar Pengadilan.

f. Mengadakan tindakan-tindakan lain yang dipandang perlu bagi

Perusahaan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(2) Ketentuan dimaksud pada ayat (1)

a. Huruf b Pasal ini, harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari

DPRD.

b. Huruf a dan c Pasal ini harus terlebih dahulu mendapat

pertimbangan DPRD.

(3) Persetujuan dan atau pemberian kuasa sebagai dimaksud ayat (1)

huruf d,e dan f diberikan oleh Kepala Daerah setelah mendapatkan

pertimbangan Badan Pengawas.

Pasal 10

Dalam hal menetapkan kebijaksanaan tarif dan penghapusan harta

Kekayaan perusahaan yang tidak bermanfaat lagi atau idle assets,

dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

setelah mendapat pertimbangan DPRD.

8

BAB V

KETENTUAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN DIREKSI

Pasal 11

(1) Untuk dapat diangkat menjadi Anggota Direksi harus memenuhi

syarat-syarat umum dan khusus serta syarat-syarat lain yang

diperlukan untuk menunjang kemajuan perusahaan.

(2) Direksi diangkat oleh Bupati Kepala Daerah atas usul Badan

Pengawas untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan setelah selesai

masa jabatannya dapat diangkat kembali dengan memperhatikan

ketentuan yang berlaku.

(3) Anggota Direksi Perusahaan Daerah tidak dibenarkan untuk

memangku jabatan rangkap seperti tersebut dibawah ini :

a. Anggota Direksi Perusahaan lainnya atau perusahaan swasta atau

jabatan lain yang berhubungan dengan pengelolaan perusahaan.

b. Jabatan Struktural dan fungsional lainnya dalam Instansi/Lembaga

Pemerintah Pusat dan Daerah.

(4) Antara sesama Anggota Direksi tidak diperkenankan ada hubungan

sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus, garis kesamping

termasuk menantu dari ipar.

(5) Jika setelah pengangkatan, mereka masuk dalam hubungan keluarga

sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) pasal ini, maka untuk

melanjutkan jabatannya diperlukan ijin tertulis dari Bupati Kepala

Daerah setelah mendengar pertimbangan Pejabat yang berwenang.

(6) Anggota Direksi berhenti karena meninggal dunia dan atau masa

jabatannya berakhir.

(7) Anggota Direksi dapat diberhentikan oleh Bupati Kepala Daerah

Daerah sebelum masa jabatannya berakhir karena :

9

a. Permintaan sendiri.

b. Melakukan tindakan yang merugikan Perusahaan.

c. Melakukan tindakan atau sikap yang bertentangan dengan

kepentingan Pemerintah Daerah maupun kepentingan Negara.

d. Sesuatu hal yang mengakibatkan tidak dapat melaksanakan

tugasnya secara wajar.

BAB VI

BADAN PENGAWASAN

Pasal 12

(1) Untuk melakukan pengawasan terhadap Perusahaan dibentuk Badan

Pengawasan yang bertanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah.

(2) Badan Pengawas dibentuk dan diketahui oleh Bupati Kepala Daerah

yang susunannya terdiri dari unsur-unsur Pejabat Pemerintah Daerah

atau Instansi lain yang kegiatannya berhubungan dengan Perusahaan

Daerah dan memenuhi persyaratan menjadi badan Pengawas sesuai

dengan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Badan pengawas bertugas untuk melaksanakan pengawasan terhadap

pengelolaan Perusahaan termasuk pelaksanaan Bencana Kerja dan

Anggaran Perusahaan.

(4) Badan Pengurus menetapkan kebijaksanaan Perusahaan secara

terarah sesuai dengan kebijakan umum Pemerintah Daerah.

(5) Badan Pengawas melakukan Pengawasan terhadap Direksi dan

Direksi wajib memberikan keterangan yang diperlukan oleh Badan

Pengawas.

(6) Masa Jabatan Anggota Badan Pengawas selama lamanya 3 (tiga)

tahun dan dapat diangkat kembali setelah masa jabatannya berakhir.

10

(7) Badan Pengawasan dapat diberhentikan sebelum masa jabatannya

berakhir.

(8) Ketua Sekretaris dan para Anggota Badan Pengawas diberikan uang

jasa yang diatur dalam Keputusan Bupati Kepala Daerah yang

dibebankan kepada Anggaran Perusahaan.

BAB VIII

P E M E R I K S A A N

Pasal 13

(1) Dengan tidak mengurangi hak instansi atasan badan lain yang

menurut Peraturan yang berlaku, berwenang untuk mengadakan

penyelidikan dan pemeriksaan tentang segala sesuatu mengenai

pekerjaan mengurus rumah tangga daerah oleh Bupati Kepala Daerah

dapat menunjuk Kepala Inspektorat wilayah Kabupaten Daerah

Tingkat II Badung untuk melakukan pemeriksaan atas pengurusan dan

pembinaan Perusahaan serta pertanggungjawaban hasil pemeriksaan

disampaikan Kepala Bupati Kepala Daerah.

(2) Akuntan Negara berwenang mengadakan pemeriksaan atas

pengurusan Perusahaan serta pertanggungjawabannya.

BAB VIII

K E P E G A W A I A N

Pasal 14

(1) Kedudukan hukum pegawai, Gaji, Pensiun dari Direksi dan

Pegawai/Pekerja Perusahaan, diatur dengan ketentuan yang berlaku

setelah mendapatkan pengesahan instansi atasan dengan

memperhatikan ketentuan Pokok Kepegawaian dan Peraturan Gaji

11

Daerah yang berlaku dan tunjangan lain diatur oleh Direksi dengan

persetujuan Badan Pengawas.

(2) Direksi mengangkat dan memberhentikan Pegawai/Pekerjaan

Perusahaan menurut peraturan kepegawaian dengan persetujuan

Badan Pengawas berdasarkan peraturan pokok Kepegawaian

Perusahaan dimaksud pada ayat (1) pasal ini.

(3) Apabila dipandang perlu untuk kepentingan Perusahaan Direksi dapat

mengangkat Tenaga Ahli sesuai ketentuan yang berlaku atau

persetujuan Bupati Kepala Daerah.

BAB IX

TANGGUNG JAWAB DAN TUNTUTAN GANTI RUGI PEGAWAI

Pasal 15

(1) Semua Pegawai Perusahaan termasuk anggota Direksi dalam

kedudukan selaku Pegawai, yang tidak diberikan tugas penyimpanan

uang, surat-surat berharga dan barang-barang persediaan yang karena

tindakannya melawan Hukum atau karena melalaikan kewajiban dan

tugas yang dibebankan kepada mereka dengan langsung atau tidak

langsung telah menimbulkan kerugian bagi Perusahaan diwajibkan

mengganti kerugian tersebut.

(2) Semua Pegawai Perusahaan yang dibebani tugas penyimpanan

pembayaran atau penyerahan uang, surat-surat berharga milik

Perusahaan dan barang-barang persediaan milik Perusahaan yang

disimpan dalam gudang atau tempat penyimpanan yang khusus dan

semata-mata digunakan untuk keperluan itu diwajibkan tugasnya

kepada Badan yang ditunjuk oleh Bupati Kepala Dearah.

(3) Pegawai termasuk pada ayat (3) pasal ini, tidak perlu mengirimkan

pertanggungan jawab mengenai cara mengurusnya kepada Badan

dimaksud pada ayat (3) pasal ini. Tuntutan terhadap Pegawai tersebut

dilakukan menurut ketentuan yang ditetapkan bagi Pegawai

Bendaharawan Daerah.

12

(4) Semua surat bukti dan surat lainnya bagaimanapun sifatnya yang

termasuk bilangan tata buku dan Administrasi Perusahaan disimpan

ditempat lain yang ditunjuk oleh Bupati Kepala Daerah kecuali jika

untuk sementara dipindahkan ke Badan dimaksudkan pada ayat (3)

dalam hal dianggapnya perlu untuk kepentingan sesuatu pemeriksaan.

(5) Untuk keperluan pemeriksaan yang bertalian dengan penetapan pajak,

maka pemeriksaan Akuntan pada umumnya, surat bukti dan surat

lainnya dimaksud pada ayat (5) pasal ini, untuk sementara dapat

dipindahkan kepada Akuntan Negara.

BAB X

TAHUN BUKU

Pasal 16

Tahun Buku Perusahaan adalah Tahun Takwim.

BAB XI

ANGGARAN PERUSAHAAN

Pasal 17

(1) Selambat-lambatnya tiga bulan sebelum tahun buku mulai berlaku

maka oleh Direksi wajib mengirim Rencana Anggaran Perusahaan

untuk dimintakan persetujuan dari Badan Pengawas.

(2) Rencana Anggaran Perusahaan tersebut pada ayat (1) pasal ini,

berlaku sepenuhnya apabila Badan Pengawas tidak mengajukan

keberatan sampai saat berlaku tahun buku berikutnya.

(3) Anggaran tambahan atau perubahan anggaran terjadi dalam tahun

buku yang bersangkutan harus mendapat persetujuan lebih dahulu dari

Badan Pengawas.

13

BAB XII

LAPORAN PERHITUNGAN HASIL USAHA BERKALA

DAN KEGIATAN PERUSAHAAN

Pasal 18

Laporan perhitungan hasil usaha berkala dan kegiatan Perusahaan dikirim

oleh Direksi kepada Badan Pengawas selambat-lambatnya tiap 3 (tiga)

bulan sekali dan jika perlu untuk jangka waktu yang tertentu.

BAB XIII

LAPORAN PERHITUNGAN TAHUNAN

Pasal 19

(1) Setiap tahun buku, Direksi wajib mengirim perhitungan tahunan laba

rugi kepada Badan Pengawas selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan

sesudah tahun buku.

(2) Cara penilaian Pos dalam perhitungan tahunan harus disebutkan.

(3) Jika dalam waktu 1 (satu) bulan setelah waktu tersebut pada ayat (1)

pasal ini, oleh Badan Pengawasan tidak diajukan keberatan tertulis,

maka perhitungan tahunan itu dianggap telah disahkan.

(4) Perhitungan tahunan dimaksud pada ayat (1) pasal ini, disahkan oleh

Badan Pengawas dan pengesahan dimaksud memberikan kebebasan

kepada Direksi terhadap segala sesuatu yang termuat dalam

perhitungan tahunan tersebut.

(5) Bupati Kepala Daerah berkewajiban memberikan keterangan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengenai perhitungan tahunan

yang telah disetujuinya.

14

BAB XIV

PENETAPAN DAN PENGGUNAAN LABA

SERTA PEMBERIAN JASA PRODUKSI

Pasal 20

(1) Cadangan diam atau rahasia tidak boleh diadakan.

(2) Penggunaan laba bersih, setelah terlebih dahulu dikurangi dengan

penyusutan cadangan tujuan dan pengurangan lain yang wajar dalam

perusahaan, ditetapkan sebagai berikut :

a. Untuk dana Pembangunan Daerah 30% (Tiga puluh perseratus).

b. Untuk Anggaran Belanja Daerah 25% (Dua puluh lima

perseratus).

c. Untuk Cadangan Umum 15% (Lima belas perseratus).

d. Sosial dan Pendidikan 10% (Sepuluh perseratus).

e. Jasa Produksi 10% (Sepuluh perseratus).

f. Sumbangan Dana Pensiun dan sebagainya 10% (Sepuluh

perseratus).

(3) Penggunaan laba untuk cadangan umum bila mana telah tercapai

tujuannya dapat dialihkan kepada penggunaan lain dengan Keputusan

Bupati Kepala Daerah.

(4) Cara mengurus dan penggunaan dana cadangan umum pada ayat (2)

pasal ini, ditentukan oleh Badan Pengawas.

15

BAB XV

PEMBUBARAN

Pasal 21

(1) Pembubaran Perusahaan dan Penunjukan Panitia Liquidasi ditetapkan

dengan Peraturan Daerah.

(2) Semua kekayaan Perusahaan setelah diadakan Liquidasi dibagi

menurut perimbangan nilai nominal saham.

(3) Pertanggung jawaban Liquidatur dilakukan kepada Pemerintah

Daerah dan atau pemegang saham yang memberikan pembebasan

tanggung jawab tentang pekerjaan yang telah diselesaikannya.

(4) Dalam Liquidasi Daerah dan atau pemegang saham bertanggung

jawab atas kerugian yang di derita oleh pihak ketiga apabila kerugian

itu disebabkan oleh neraca dan perhitungan laba rugi yang telah

disahkan ternyata tidak menggambarkan keadaan Perusahaan yang

sebenarnya.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah

Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 5/PERDA/1976 tentang

Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dan

Peraturan daerah Nomor 5 Tahun 1978 tentang Perubahan untuk pertama

kali Peraturan Daerah Tingkat II Badung Nomor 5/PERDA/1976 tentang

Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Badung

dinyatakan tidak berlaku lagi.

16

Pasal 23

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang

menyangkut pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan

Bupati Kepala Daerah.

Pasal 24

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam

Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.

Denpasar, 21 Januari 1994

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH BUPATI KEPALA DAERAH

KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG TINGKAT II BADUNG

KETUA,

TTD

TTD

I KETUT GARGA I G.B. ALIT PUTRA

Disahkan

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali

Dengan Keputusan

Tanggal : 28-6-1994 Nomor : 269 Tahun 1994

Diundangkan Dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung.

Nomor : 41 Tanggal : 5 Agustus 1994

Seri : D Nomor : 41

Sekretaris Wilayah/Daerah Tingkat II Badung

T.T.D

Drs. Ida Bagus Yudara Pidada

Pembina Tk. I

Nip. 010045843

17

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

NOMOR 4 TAHUN 1994

TENTANG

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II

BADUNG

I. PENJELASAN UMUM.

Bertitik tolak dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-pokok

Pemerintahan di Daerah dalam menuju otonomi yang nyata dan bertanggung jawab,

sudah sewajarnyalah tahap demi tahap Pemerintah Daerah harus mengambil langkah

untuk melaksanakan tugas-tugas yang menjadi wewenangnya sesuai dengan

kemampuan Daerah.

Pengadaan, pengelolaan serta pembinaan sarana-sarana yang menunjang

pelaksanaan tugas-tugas Pemerintah Daerah dalam melayani setiap kebutuhan

masyarakat Daerah dalam melayani setiap kebutuhan masyarakat Daerah antara lain

penyediaan air minum mutlak perlu mendapatkan pengaturan-pengaturan

sebagaimana mestinya dengan membentuk suatu Perusahaan Daerah Air Minum.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas dan sesuai pula dengan Surat

Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 5

Tahun 1984 dan Nomor : 28/KPTS/1984, tanggal 23 Januari 1984 tentang Pedoman-

Pedoman Organisasi, Sistem Akutansi, teknik Operasi, dan Pemeliharaan, Teknik

Perawatan, Struktur dan Perhitungan Biaya untuk menentukan tarif air minum,

pelayanan air minum kepada langganan, Pengelolaan Air Minum bagi Perusahaan

Daerah Air Minum dan Badan Pengelolaan Air Minum.

Demikian pula memperoleh air minum bersih yang terjamin kesehatannya

sudah akan menjadi salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat mendesak serta

pengaturan yang dapat menjamin kelancaran dan efektifitas penyediaannya sehingga

dapat dinikmati secara Kontinu dan karenanya perlu diatur dengan Peraturan Daerah.

18

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Cukup Jelas

Pasal 2 : Cukup Jelas

Pasal 3 : Cukup Jelas

Pasal 4 : Cukup Jelas

Pasal 5 : Cukup Jelas

Pasal 6 ayat (1) : Cukup Jelas

ayat (2) : Yang dimaksud dengan kekayaan Daerah yang dipisahkan

ialah sejumlah modal dasar yang diberikan kepada

Perusahaan Daerah sebagai Badan Hukum yang harus

mempunyai kekayaan sendiri terpisah dari kekayaan

Umum Pemerintah Daerah yang dipertanggung jawabkan

tersendiri sesuai dengan ketentuan-ketentuan Hukum yang

berlaku.

Ayat (3) : yang dimaksud dari penyisihan sebagian Anggaran

Keuangan Daerah adalah penyisihan yang diberikan

kepada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah

Tingkat II Badung.

Ayat (4) : Cukup Jelas.

Pasal 7 : Cukup Jelas.

Pasal 8 : Cukup Jelas.

Pasal 9 : Cukup Jelas.

Pasal 10. 11 dan 12 : Cukup Jelas.

Ayat (1) : Cukup Jelas.

Ayat (2) Syarat-syarat Anggota Badan Pengawas :

1. Anggota Badan Pengawas adalah Warga Negara Indonesia.

19

2. Anggota Badan Pengawas memiliki keahlian serta mempunyai ahlak

dan moral yang baik.

3. Anggota Badan Pengawas bertempat tinggal ditempat kedudukan

Perusahaan Daerah.

4. Anggota Badan Pengawas terdiri dari orang-orang yang tidak pernah

melakukan kegiatan yang merugikan kepentingan Negara dan atau

tindakan-tindakan yang tercela dibidang Perusahaan Daerah.

5. Antara sesama Anggota Badan Pengawas dan antara anggota Badan

Pengawas dengan Anggota Direksi tidak boleh ada hubungan keluarga

sampai derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun garis

kesamping termasuk menantu dan ipar.

Jika sesudah pengangkatan mereka masuk dalam hubungan keluarga

yang terlarang itu, maka untuk melanjutkan jabatannya diperlukan ijin

tertulis dari Bupati Kepala Daerah setelah mendengar pertimbangan

Instansi atasan.

Ayat (3) : Cukup Jelas.

Ayat (4) : Cukup Jelas.

Ayat (5) : Cukup Jelas.

Ayat (6) : Cukup Jelas.

Ayat (7) : 1. Anggota Badan Pengawas diberhentikan atau

dapat diberhentikan oleh Bupati Kepala Daerah

meskipun masa jabatannya belum berakhir

karena :

a. Meninggal dunia.

b. Permintaan sendiri.

c. Melakukan sesuatu atau bersikap merugikan

Perusahaan Daerah.

d. Sesuatu hal yang mengakibatkan ia tidak dapat

melaksanakan tugasnya secara wajar.

Pemberhentian tersebut pada huruf c dan d

20

dilakukan dengan Surat Keputusan Bupati

Kepala Daerah.

2. Khusus dalam hal diduga terdapat tuduhan

tersebut dalam point (1) huruf c pasal ini, anggota

Badan Pengawas yang bersangkutan diberhentikan

untuk sementara dari tugasnya oleh Bupati Kepala

Daerah Tingkat II Badung.

3. Pemberhentian sementara itu diberitahukan secara

tertulis kepada Anggota Badan Pengawas yang

bersangkutan, Direksi dan Anggota Badan-badan

Pengawas lainnya disertai alasan-alasan yang

menyebabkan pemberhentian sementara tersebut.

4. Dalam hal terjadi pemberhentian sementara

sebagaimana tersebut pada point (3) pasal ini

dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Anggota Badan Pengawas yang bersangkutan

diberi kesempatan untuk membela diri dalam

suatu sidang yang khusus diadakan untuk itu

dalam waktu 1 (satu) bulan sejak Anggota

Badan Pengawas tersebut diberhentikan

tentang Pemberhentian sementaranya.

Jika Anggota Badan Pengawas yang

bersangkutan tidak hadir dalam persidangan

tersebut yang bersangkutan dianggap menerima

apapun yang telah diputuskan.

b. Dalam sidang itu diputuskan apakah Anggota

Badan Pengawasan yang bersangkutan tetap

diusulkan untuk diberhentikan ataukah

pemberhentian sementara itu diberhentikan

ataukah pemberhentian sementara itu

dibatalkan dan segera menyampaikan

keputusan secara tertulis kepada Bupati Kepala

Daerah.

21

c. Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak

diterimanya keputusan sidang tersebut dalam

huruf b ayat ini, Bupati Kepala Daerah

mengeluarkan keputusannya dan

menyampaikan secara tertulis kepada Anggota

Badan Pengawas yang bersangkutan, direksi

dan Anggota Badan Pengawas lainnya.

Dalam hal menyampaikan Surat Keputusan

tidak dilakukan dalam waktu yang ditentukan,

maka pemberhentian sementara itu menjadi

batal menurut hukum.

5. Jika sidang tersebut pada point (4) pasal ini tidak

diadakan dalam waktu 1 (satu) bulan setelah

pemberhentian sementara itu diberitahukan

menurut ketentuan point (3) pasal ini, maka usul

pemberhentian sementara oleh Bupati Kepala

Daerah yang bersangkutan menjadi batal menurut

hukum.

6. a. Jika Keputusan Bupati Kepala Daerah pada

point (4) huruf c pasal ini tidak dapat disetujui

oleh anggota Badan Pengawas yang

bersangkutan maka yang bersangkutan dapat

mengajukan permohonan banding secara

tertulis kepada Instansi atasan dengan disertai

alasan-alasan dalam waktu 2 (dua) minggu

setelah pemberitahuan tentang keputusan

termaksud diterimanya.

b. Apabila Instansi atasan tidak mengambil

keputusan terhadap permohonan banding

tersebut dalam waktu yang ditetapkan dalam

huruf a point ini, maka keputusan Bupati

Kepala Daerah tersebut berlaku dengan

sendirinya sehingga permohonan banding yang

bersangkutan dianggap tidak diterima.

22

ayat (8) : Diberikan uang jasa yang diatur dalam Keputusan

Bupati Kepala Daerah dimaksud untuk memberi

keleluasaan kepada Bupati Kepala Daerah dalam

menetapkan uang jasa kepada Ketua, Sekretaris dan

para Anggota Badan Pengawas yang disesuaikan

dengan kemampuan Perusahaan.

Pasal 12 : Cukup Jelas

Pasal 13 ayat (1) : Dalam Perusahaan Daerah tidak ada istilah buruh dan

majikan, semuanya berstatus Pegawai atau Karyawan

Perusahaan.

Hal tersebut untuk memudahkan pengaturan gaji

pensiun dan tunjangan – tunjangan lain dengan

berpedoman kepada ketentuan yang berlaku.

ayat (2) : Cukup Jelas

ayat (3) : Cukup Jelas

Pasal 14 ayat (1) : Cukup Jelas

ayat (2) : Cukup Jelas

ayat (3) : Yang dimaksud dalam ayat (3) pasal ini adalah untuk

mengadakan ketertiban serta keterampilan

Administrasi Perusahaan sesuai dengan bidang

tugasnya masing-masing dalam memberikan

pertanggung jawab kepada Badan/Petugas yang

ditunjuk oleh Bupati Kepala Daerah.

ayat (4) : Yang dimaksud dalam ayat (4) pasal ini adalah bukti-

bukti autentik yang merupakan dasar pertanggungan

jawab dari semua Pegawai/Karyawan Perusahaan

yang sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing

kepada Badan/Petugas Pemeriksa yang ditugaskan

untuk itu, sedangkan tuntutan ganti rugi bagi

Pegawai-pegawai tersebut diperlukan juga tuntutan

23

sebagai ketentuan yang diperlukan bagi Pegawai

Bendaharawan Daerah.

ayat (5) : Cukup Jelas

ayat (6) : Cukup Jelas

Pasal 15 : Cukup Jelas

Pasal 16 : Maksud dari pasal ini adalah agar pemeriksaan dari

Badan Pengawas terhadap Perusahaan baik

merupakan pos-pos rumah tangga maupun pos-pos

pengembangan Perusahaan secara rasionil (masuk

akal) dan terarah sesuai dengan tujuan Perusahaan

untuk mendapatkan persetujuan ataupun keberatan-

keberatan dari Badan Pengawas atas pos-pos yang

dimuat dalam Anggaran Perusahaan tersebut.

Pasal 17 : Cukup Jelas

Pasal 18 : Maksud dari pasal ini adalah untuk dapat nilai

aktovotas aktivitas Perusahaan secara keseluruhan

sehingga dapat dipakai pedoman/dasar oleh Ketua

Badan Pengawasan/Bupati Kepala Daerah dalam

memberikan polecy pembinaan kepada Perusahaan

maupun sebagai dasar pertanggung jawabannya

kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Pasal 19 ayat (1) : Cadangan diam atau rahasia tidak boleh diadakan

karena akan mengakibatkan perhitungan neraca dan

perhitungan rugi laba tidak menggambarkan keadaan

Perusahaan yang sebenarnya.

ayat (2) : Penggunaan laba bersih yang diatur dalam ayat (2)

huruf a,b,c,d,e dan f karena bertitik tolak dari

adanya Perusahaan Daerah ini sepenuhnya didirikan

oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Badung dan

Modal dasarnya terdiri dari kekayaan daerah yang

dipisahkan.

24

Apabila dikemuadian hari ada pengikutsertaan

modal-modal Swasta dan Pemerintah lainnya maka

apa-apa yang tercantum dalam ayat (2) huruf

a,b,c,d,e dan f dapat diadakan perubahan.

ayat (3) : penggunaan laba untuk cadangan umum

dimaksudkan untuk menampung hal-hal dan

kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga

sebelumnya.

Cadangan umum tersebut dibentuk dari laba dan

pengalihan penggunaan setelah tercapai tujuannya

diatur oleh Pemerintah daerah atas usul Direksi.

ayat (4) : Cukup jelas

Pasal 20 : Cukup Jelas

Pasal 21 : Cukup Jelas

Pasal 22 : Cukup Jelas

Pasal 23 : Cukup Jelas

Pasal 24 : Cukup Jelas