Perangkat

7
Makalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE RUAS SEMARANG-SOLO Dudik Hermanto (L2F 008 027) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRAK Pada 30 tahun belakangan ini, telah dikembangkan sebuah teknologi baru yang menawarkan kecepatan data yang lebih besar sepanjang jarak yang lebih jauh dengan harga yang lebih rendah daripada sistem kawat tembaga. Teknologi baru ini adalah serat optik, serat optik menggunakan cahaya untuk mengirimkan informasi (data). Cahaya yang membawa informasi dapat dipandu melalui serat optik berdasarkan fenomena fisika yang disebut total internal reflection (pemantulan sempurna). Secara tinjauan cahaya sebagai gelombang elektromagnetik, informasi dibawa sebagai kumpulan gelombang-gelombang elektromagnetik terpandu yang disebut mode. Serat optik terbagi menjadi 2 tipe yaitu single mode dan multi mode. Sebagai sumber cahaya untuk sistem komunikasi serat optik digunakan LED atau Laser Diode (LD). Salah satu teknologi dari teknik transmisi menggunakan serat optik adalah DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanal- kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh panjang gelombang tersebut dapat ditransmisikan melalui sebuah serat optik. Teknologi DWDM adalah teknologi yang memanfaatkan sistem SDH (Synchronous Digital Hierarchy) yang sudah ada dengan memultiplekskan sumber-sumber sinyal yang ada. Kata Kunci : Serat optik, DWDM, multiplexing. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat membawa akibat tingginya tuntunan masyarakat pengguna jasa telekomunikasi untuk mendapatkan layanan yang mudah dan cepat, terlebih dalam dunia bisnis dengan persaingan yang ketat. Perusahaan-perusahaan maju akan berkembang dengan pesat apabila ditunjang dengan teknologi telekomunikasi yang handal. Bagi PT Telkom keadaan ini merupakan tantangan untuk semakin meningkatkan kemampuan perusahaan. Pembangunan sarana telekomunikasi yang telah dilaksanakan PT Telkom dari tahun ke tahun telah menghasilkan suatu jaringan telekomunikasi yang tersebar ke seluruh Indonesia. Perkembangan Teknologi dalam bidang Telekomunikasi memungkinkan penyediaan sarana Telekomunikasi dalam biaya relatif rendah, mutu pelayanan yang tinggi, cepat, aman, mempunyai kapasitas yang besar dalam menyalurkan informasi. Seiring dengan perkembangan Telekomunikasi digital maka kemampuan sistem transmisi dengan menggunakan Teknologi serat optik semakin dikembangkan dengan cepat, sehingga dapat menggeser penggunaan sistem transmisi konvensional dimasa mendatang, terutama untuk media transmisi jarak jauh (long distance circuit). Dampak dari perkembangann Teknologi digital adalah perubahan jaringan analog menjadi jaringan digital baik dalam sistem Switching maupun dalam sistem Transmisinya. Katerpaduan ini akan meningkatkan kualitas dan kuantitas informasi yang dikirim, serta biaya operasi dan pemeliharaan lebih ekonomis. Teknologi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) memberi terobosan baru dalam sistem transmisi serat optik dimana beberapa panjang gelombang dapat dibawa dalam sehelai serat optik. Teknologi DWDM beroperasi dalam sinyal dan domain optik dan memberikan fleksibilitas yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan akan kapasitas transmisi yang besar dalam jaringan. Kemampuan ini diyakini akan terus berkembang yang ditandai dengan semakin banyaknya jumlah panjang gelombang yang mampu untuk ditransmisikan dalam satu fiber. 1.2 Tujuan Tujuan dari Kerja Praktek di Divisi Transport PT TELKOM Netre IV Semarang adalah : a. Mengetehui tentang teknologi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) pada Sistem Komunikasi Serat Optik b. Mengetahui Cara menghitung power ideal dari perangkat DWDM 1.3 Pembatasan Masalah Dalam melakukan penyusunan laporan kerja praktek ini, agar pembahasan menjadi terarah, penulis akan membatasi kajian mengenai masalah yang dibahas. Adapun pembahasan yang penulis angkat adalah teknologi DWDM dan power kalkulasi perangkat DWDM

Transcript of Perangkat

Page 1: Perangkat

Makalah Seminar Kerja Praktek

POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE

RUAS SEMARANG-SOLO Dudik Hermanto (L2F 008 027)

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Pada 30 tahun belakangan ini, telah dikembangkan sebuah teknologi baru yang menawarkan kecepatan data yang

lebih besar sepanjang jarak yang lebih jauh dengan harga yang lebih rendah daripada sistem kawat tembaga. Teknologi baru

ini adalah serat optik, serat optik menggunakan cahaya untuk mengirimkan informasi (data). Cahaya yang membawa

informasi dapat dipandu melalui serat optik berdasarkan fenomena fisika yang disebut total internal reflection

(pemantulan sempurna). Secara tinjauan cahaya sebagai gelombang elektromagnetik, informasi dibawa sebagai kumpulan

gelombang-gelombang elektromagnetik terpandu yang disebut mode. Serat optik terbagi menjadi 2 tipe yaitu single mode dan multi mode. Sebagai sumber cahaya untuk sistem komunikasi serat optik digunakan LED atau Laser Diode (LD).

Salah satu teknologi dari teknik transmisi menggunakan serat optik adalah DWDM (Dense Wavelength

Division Multiplexing) yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanal-

kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh panjang gelombang tersebut dapat

ditransmisikan melalui sebuah serat optik. Teknologi DWDM adalah teknologi yang memanfaatkan sistem SDH

(Synchronous Digital Hierarchy) yang sudah ada dengan memultiplekskan sumber-sumber sinyal yang ada.

Kata Kunci : Serat optik, DWDM, multiplexing.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi telekomunikasi yang

semakin pesat membawa akibat tingginya tuntunan

masyarakat pengguna jasa telekomunikasi untuk mendapatkan layanan yang mudah dan cepat, terlebih

dalam dunia bisnis dengan persaingan yang ketat.

Perusahaan-perusahaan maju akan berkembang dengan pesat apabila ditunjang dengan teknologi

telekomunikasi yang handal. Bagi PT Telkom

keadaan ini merupakan tantangan untuk semakin meningkatkan kemampuan perusahaan.

Pembangunan sarana telekomunikasi yang

telah dilaksanakan PT Telkom dari tahun ke tahun

telah menghasilkan suatu jaringan telekomunikasi yang tersebar ke seluruh Indonesia.

Perkembangan Teknologi dalam bidang

Telekomunikasi memungkinkan penyediaan sarana Telekomunikasi dalam biaya relatif rendah, mutu

pelayanan yang tinggi, cepat, aman, mempunyai

kapasitas yang besar dalam menyalurkan informasi.

Seiring dengan perkembangan Telekomunikasi digital maka kemampuan sistem transmisi dengan

menggunakan Teknologi serat optik semakin

dikembangkan dengan cepat, sehingga dapat menggeser penggunaan sistem transmisi

konvensional dimasa mendatang, terutama untuk

media transmisi jarak jauh (long distance circuit). Dampak dari perkembangann Teknologi digital

adalah perubahan jaringan analog menjadi jaringan

digital baik dalam sistem Switching maupun dalam

sistem Transmisinya. Katerpaduan ini akan meningkatkan kualitas dan kuantitas informasi yang

dikirim, serta biaya operasi dan pemeliharaan lebih

ekonomis. Teknologi DWDM (Dense Wavelength

Division Multiplexing) memberi terobosan baru

dalam sistem transmisi serat optik dimana beberapa panjang gelombang dapat dibawa

dalam sehelai serat optik. Teknologi DWDM

beroperasi dalam sinyal dan domain optik dan

memberikan fleksibilitas yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan akan kapasitas

transmisi yang besar dalam jaringan.

Kemampuan ini diyakini akan terus berkembang yang ditandai dengan semakin

banyaknya jumlah panjang gelombang yang

mampu untuk ditransmisikan dalam satu fiber.

1.2 Tujuan

Tujuan dari Kerja Praktek di Divisi

Transport PT TELKOM Netre IV Semarang adalah :

a. Mengetehui tentang teknologi DWDM

(Dense Wavelength Division Multiplexing) pada Sistem Komunikasi

Serat Optik

b. Mengetahui Cara menghitung power

ideal dari perangkat DWDM

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam melakukan penyusunan laporan kerja praktek ini, agar pembahasan menjadi

terarah, penulis akan membatasi kajian

mengenai masalah yang dibahas. Adapun pembahasan yang penulis angkat adalah

teknologi DWDM dan power kalkulasi

perangkat DWDM

Page 2: Perangkat

2. DENSE WAVELENGTH DIVISION

MULTIPLEXING

2.1 Sejarah Perkembangan WDM (Wavelength

Division Multiplexing)

Pada mulanya, teknologi WDM, yang merupakan cikal bakal lahirnya DWDM, berkembang

dari keterbatasan yang ada pada serat optik, dimana

pertumbuhan trafik pada sejumlah jaringan backbone

mengalami percepatan yang tinggi sehingga kapasitas jaringan tersebut dengan cepatnya terisi. Hal ini

menjadi dasar pemikiran untuk memanfaatkan

jaringan yang ada dibandingkan membangun jaringan baru.

Konsep ini pertama kali dipublikasikan pada

tahun 1970, dan pada tahun 1978 sistem WDM telah

terealisasi di laboratorium. Sistem WDM pertama hanya menggabungkan 2 sinyal. Pada perkembangan

WDM, beberapa sistem telah sukses

mengakomodasikan sejumlah panjang-gelombang dalam sehelai serat optik yang masing-masing

berkapasitas 2,5 Gbps sampai 5 Gbps. Namun

penggunaan WDM menimbulkan permasalahan baru, yaitu ke-nonlinieran serat optik dan efek dispersi

yang kehadirannya semakin signifikan yang

menyebabkan terbatasnya jumlah panjang-

gelombang 2-8 buah saja di kala itu. Pada perkembangan selanjutnya, jumlah

panjang-gelombang yang dapat diakomodasikan oleh

sehelai serat optik bertambah mencapai puluhan buah dan kapasitas untuk masing-masing panjang

gelombang pun meningkat pada kisaran 10 Gbps,

kemampuan ini merujuk pada apa yang disebut DWDM.

Teknologi WDM pada dasarnya adalah

teknologi transport untuk menyalurkan berbagai jenis

trafik (data, suara, dan video) secara transparan, dengan menggunakan panjang gelombang (λ) yang

berbeda-beda dalam suatu fiber tunggal secara

bersamaan. Implementasi WDM dapat diterapkan baik pada jaringan long haul (jarak jauh) maupun

untuk aplikasi short haul (jarak dekat).

WDM sistem dibagi menjadi 2 segment, dense

and coarse WDM. Teknologi CWDM dan DWDM didasarkan pada konsep yang sama yaitu

menggunakan beberapa panjang gelombang cahaya

pada sebuah serat optik, tetapi kedua teknologi tersebut berbeda pada spacing panjang

gelombangnya, jumlah kanal, dan kemampuan untuk

memperkuat sinyal pada medium optik.

2.2 Pengertian DWDM

Dense Wavelength Multiplexing (DWDM) merupakan sutu teknik transmisi yang memanfaatkan

cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-

beda sebagai kanal-kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh panjang

gelombang tersebut dapat ditransmisikan

melalui sebuah serat optik.

MU

X

DE

MU

X

λ1

λ3

λ2

λ4

λn

.

.

.

.

.

.

.

.

λ1

λ3

λ2

λ4

λn

.

.

.

.

.

.

.

.

Fiber Optik

Gambar 1 Prinsip dasar sistem WDM

Teknologi DWDM adalah teknologi

yang memanfaatkan sistem SDH (Synchronous

Digital Hierarchy) yang sudah ada dengan memultiplekskan sumber-sumber sinyal yang

ada. Menurut definisi, teknologi DWDM

dinyatakan sebagai suatu teknologi jaringan transport yang memiliki kemampuan untuk

membawa sejumlah panjang gelombang dalam

satu fiber tunggal. Artinya, apabila dalam satu fiber itu dipakai empat jenis panjang

gelombang, maka kecepatan transmisinya

menjadi 4 X 10 Gbps (kecepatan

menggunakan teknologi SDH). Teknologi DWDM beroperasi dalam

sinyal dan domain optik dan memberikan

fleksibilitas yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan akan kapasitas transmisi

yang besar dalam jaringan. Kemampuan ini

diyakini akan terus berkembang yang ditandai dengan semakin banyaknya jumlah panjang

gelombang yang mampu untuk ditransmisikan

dalam satu fiber.

2.3 Alasan Pemilihan DWDM

Dengan memperhatikan faktor

ekonomis, fleksibilitas dan kebutuhan pemenuhan kapasitas jaringan jangka panjang,

maka solusi untuk mengimplementasikan

DWDM merupakan cara yang paling cocok,

terutama jika dorongan pertumbuhan trafik dan proyeksi kebutuhan trafik masa depan terbukti

sangat besar. Secara umum ada beberapa

faktor yang menjadi landasan pemilihan teknologi DWDM ini, yaitu:

1. Menurunkan biaya instalasi awal, karena

implementasi DWDM berarti kemungkinan besar tidak perlu

menggelar fiber baru, cukup

menggunakan fiber eksisting (sesuai

ITU-T G.652 atau ITU-T G.655) dan mengintegrasikan perangkat SDH

eksisting dengan perangkat DWDM

2. Dapat dipakai untuk memenuhi permintaan yang berkembang, dimana

Page 3: Perangkat

teknologi DWDM mampu untuk melakukan

penambahan kapasitas dengan orde n x 2,5

Gbps atau n x 10 Gbps (n = bilangan bulat) 3. Dapat mengakomodasikan layanan baru

(memungkinkan proses rekonfigurasi dan

transparency ). Hal ini dimungkinkan karena sifat dari operasi teknologi DWDM yang

terbuka terhadap protokol dan format sinyal

(mengakomodasi format frame SDH).

2.4 Keunggulan DWDM

Secara umum keunggulan teknologi DWDM

adalah sebagai berikut:

tepat untuk diimplementasikan pada

jaringan telekomunikasi jarak jauh (long

haul) baik untuk sistem point-to-point

maupun ring topologi

lebih fleksibel untuk mengantisipasi pertumbuhan trafik yang tidak

terprediksi

transparan terhadap berbagai bit rate

dan protokol jaringan

tepat untuk diterapkan pada daerah

dengan perkembangan kebutuhan badwidth sangat cepat.

2.5 Komponen-Komponen pada DWDM

Pada teknologi DWDM, terdapat beberapa

komponen utama yang harus ada untuk

mengoperasikan DWDM dan agar sesuai dengan standar channel ITU sehingga teknologi ini dapat

diaplikasikan beberapa jaringan optik seperti

SONET, dan yang lainnya. Komponen-komponen dari DWDM adalah

sebagai berikut:

1. Transmitter

merupakan komponen yang menjembatani antara sumber sinyal informasi dengan

multiplekser pada sistem DWDM. Sinyal dari

transmitter ini akan dimultipleks untuk dapat ditransmisikan.

2. Receiver

merupakan komponen yang menerima sinyal informasi dari demultiplekser untuk kemudian

dipilah berdasarkan macam-macam informasi.

3. DWDM terminal multiplekser

terminal mux sebenarnya terdiri dari transponder converting wavelength untuk

setiap sinyal panjang gelombang tertentu yang

akan dibawa. Transponder converting wavelength menerima sinyal input optik

(sebagai contoh dari sistem SONET atau yang

lainnya), mengubah sinyal tersebut menjadi

sinyal optik dan mengirimkan kembali sinyal tersebut menggunakan pita laser 1550 nm.

Terminal mux terdiri dari multiplekser optikal

yang mengubah sinyal 1550 nm dan

menempatkannya pada suatu fiber.

4. Amplifier Komponen ini merupakan amplifier

jarak jauh yang menguatkan sinyal

dengan banyak panjang gelombang yang ditransfer sampai sejauh 140 km atau

lebih. Diagnosa optik dan telemetri

dimasukkan di sekitar daerah amplifier

ini untuk mendeteksi adanya kerusakan dan pelemahan pada fiber. Pada proses

pengiriman sinyal informasi pasti

terdapat atenuasi dan dispersi pada sinyal informasi yang dapat

melemahkan sinyal. Oleh karena itu

harus dikuatkan. Sistem yang biasa

dipakai pada fiber amplifier adalah EDFA (Erbium Doped Fiber Amplifier),

namun karena bandwidth dari EDFA ini

sangat kecil yaitu 30 nm (1530 nm – 1560 nm). Kemudian digunakan DBFA

(Dual Band Fiber Amplifier) dengan

bandwidth 1528 nm sampai 1610 nm. Kedua jenis amplifier ini termasuk jenis

EBFA (Extended Band Filter Amplifier)

dengan penguatan yang tinggi, saturasi

yang lambat dan noise yang rendah. Teknologi amplifier pada optik yang

lain adalah sistem Raman Amplifier

yang merupakan pengembangan dari sistem EDFA.

5. DWDM Terminal Demux

Terminal ini mengubah sinyal dengan banyak panjang gelombang menjadi

sinyal dengan hanya 1 panjang

gelombang dan mengeluarkannya ke

dalam beberapa fiber yang berbeda untuk masing-masing client untuk

dideteksi. Teknologi terkini dari

demultiplekser ini yaitu Fiber Bragg Grating dan dichroic filter untuk

menghilangkan noise dan crosstalk.

2.6 Channel Spacing Channel spacing merupakan perbedaan

frekuensi antara 2 kanal yang berdekatan.

Channel spacing menentukan kinerja dari DWDM. Standar channel spacing dari ITU

adalah 50 GHz sampai 200 GHz. Interval 50

GHz digunakan untuk multipleksing 8 panjang gelombang, 100 GHz untuk multipleksing

16/32/40 panjang gelombang dan 200 GHz

untuk multipleksing 80 panjang gelombang.

Pada perkembangan selanjutnya, sistem DWDM berusaha untuk menambah kanal

sebanyak-banyaknya untuk memenuhi

kebutuhan lalu lintas data informasi. Salah

Page 4: Perangkat

satunya adalah dengan memperkecil channel spacing

tanpa adanya suatu interferensi pada sinyal pada satu

serat optik tersebut. Dengan demikian, hal ini sangat bergantung pada sistem yang digunakan. Salah satu

contohnya adalah pada demultiplekser DWDM yang

harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya adalah bahwa demux harus stabil pada setiap waktu dan

pada berbagai suhu, harus memiliki penguatan yang

relatif besar pada suatu daerah frekuensi tertentu dan

dapat tetap memisahkan sinyal informasi sehingga tidak terjadi interferensi antar sinyal. Sistem yang

sebelumnya sudah dijelaskan yaitu FBG (Fiber

Bragg Grating) mampu memberikan channel spacing tertentu seperti pada gambar berikut:

Gambar 2 Channel spacing DWDM Fiber Bragg Grating

3. POWER KALKULASI PERANGKAT

DWDM ZTE

3.1 Latar Belakang Sejak lebih kurang 6 (enam) tahun yang lalu

perangkat Backbone Jawa DWDM ZTE beroperasi,

lebih tepatnya sejak bulan Januari 2005, untuk meningkatkan layanan sekaligus kinerja perangkat

tersebut sudah beberapa kali piranti software maupun

hardware diupgrade dari tipe M900 ke M920 dan 318

ke 319-R.1, 319-R.2. Untuk teknologinya yang semula masih menggunakan DWDM yang

konvensional menjadi sedikit lebih pintar menjadi

DWDM ROADM (Reconfigurable Optical Add / Drop Multiplexer).

Mengingat begitu pentingnya fungsi perangkat tersebut yaitu untuk melayani transport

backbone di Pulau Jawa ini. Maka dipandang perlu

untuk melakukan strategi pemeliharaan preventive

pada perangkat tersebut. Salah satunya adalah harus memperhatikan nilai output/input power ideal pada

masing-masing modul, seperti: OBA (Optical

Booster Amplifier), OPA (Optical Pre Amplifier), OMU(Optical Multiplexer Unit) dan ODU (Optial

Demultiplexer Unit) harus sesuai dengan

rekomendasi pabrikan. Oleh karena pentingnya mengetahui nilai

power ideal untuk perangkat DWDM terutama modul

OBA (Optical Booster Amplifier), maka

diperlukan adanya perhitungan power ideal

untuk perangkat DWDM yang terpasang sebagai acuan untuk melakukan adjustment

pada modul tersebut.

3.2 Konfigurasi Perangkat DWDM ZTE

Ruas Semarang-Solo

OTU

ch.1

OTU

ch.2

OTU

ch.8

Ch.1

Ch.2

Ch.8

OMU

attenuator

OBA 2520

71 KM

OPA 1412

attenuator

OBA 2520

78 KM

attenuator

OPA 1712 OBA 2520

attenuator

Ch.1

Ch.2

Ch.8

ODU

Ch.1

Ch.2

Ch.8

OMU

OTU

ch.1

OTU

ch.2

OTU

ch.8

attenuator

OBA 2530

78 KM

OPA 1412

attenuator

OBA 2520

71 KM

attenuator

OPA 1412LACT

OBA 2530Ch.1

Ch.2

Ch.8

ODU

SEMARANG PURWODADI SOLO

Gambar 3 Konfigurasi perangkat DWDM ZTE

ruas Semarang-Solo

Keterangan gambar: 1. OTU (Optical Tranponder Unit)

OTU atau Optical Transponder Unit

merupakan perangkat yang mengkonversi sinyal listrik menjadi

sinyal optik dalam panjang gelombang

tertentu.

2. OMU (Optical Multiplexer Unit) OMU atau Optical Multiplexer Unit

merupakan perangkat yang

menggabungkan sinyal optik pada setiap channel menjadi satu berkas gelombang

optik.

3. OBA (Optical Booster Amplifier)

OBA atau Optical Booster Amplifier merupakan jenis penguat yang dipasang

pada sisi pemancar. OBA digunakan

untuk menguatkan sinyal yang dipancarkan dengan tujuan agar bisa

menempuh jarak yang jauh. Terdapat

berbagai tipe OBA, salah satunya adalah OBA2520 (artinya gain maksimal

adalah 25dB dan output maksimalnya

adalah 20 dBm).

4. OPA (Optical Pre Amplifier) OPA atau Optical Pre Amplifier

merupakan penguat yang digunakan

untuk menguatkan kembali sinyal yang diterima. Sinyal yang melalui sebuah

saluran akan mengalami pelemahan

seiring dengan meningkatnya jarak, oleh karena itu sinyal perlu dikuatkan dan

diregenerasi kembali.

Page 5: Perangkat

5. LACT (Line Attenuator Control Terminating)

LACT merupakan jenis attenuator yang dapat

diubah-ubah nilai atenuasinya. Penggunaan LACT bisa menghemat biaya untuk pembelian

serta pemasangan attenuator biasa.

6. ODU (Optical Demultiplexer Unit) ODU atau Optical Demultiplexer Unit

merupakan perangkat yang bekerja

berkebalikan dengan OMU. Jika OMU

menggabungkan beberapa sinyal optik pada beberapa kanal menjadi satu berkas gelombang

optik maka ODU berfungsi memecah kembali

sinyal yang telah dimultiplex.

3.3 Langkah-Langkah Power Kalkulasi

Perangkat DWDM

1. Mencari daya perangkat OBA untuk satu

channel

Ps = Pmax – 10 log (N) dimana:

Ps = daya untuk satu channel

Pmax = Daya keluaran maksimum N = Tipe OMU yang dipasang

2. Mencari Daya untuk N channel

Pn = Ps + 10 log (N) dimana:

Pn = Daya untuk N channel

N = Jumlah lambda yang beroperasi

3. Mencari daya masukan OBA

Pi = Pn – gain dimana:

Pi = daya masukan OBA

4. Mencari daya keluaran OMU

Pn OMU = Pi OMU + 10 log N – IL dimana: N = jumlah lambda yang beroperasi

IL = insertion loss (biasanya 6 dB)

Pi OMU = daya masukan OMU (biasanya -3dBm)

5. Mencari nilai attenuator Dikarenakan daya keluaran OMU biasanya

lebih besar dibanding daya masukan OBA

maka perlu dipasang attenuator. Besarnya nilai

attenuator adalah sebagai berikut:

Att = Pn OMU – Pi OBA

6. Mencari Loss Fiber Optik

Loss FO = jarak x loss FO per km (0,3 dB

per km)

7. Mencari Daya Masukan dan keluaran

OPA

Pi OPA = Pn OBA SM-I – Loss FO

Pn OPA = Pi OPA + gain OPA

dimana:

Pi OPA = daya masukan OPA Pn OPA = daya keluaran OPA

3.4 Hasil Perhitungan Power Kalkulasi

Ruas Semarang –Solo

Dari hasil perhitungan, didapat nilai

power ideal dari modul OBA dan OPA yang terpasang di ruas Semarang-Solo adalah

sebagai berikut:

Tabel 1 Power ideal modul OBA dan OPA hasil

perhitungan ruas Semarang-Solo

LOKASI NE

POWER IDEAL

Input

Power

Output

Power

Semarang OBA2520 -12dBm 13dBm

OPA1412 -8,3dBm 5,7dBm

Purwodadi

OBA2520 (1) -12dBm 13dBm

OBA2520 (2) -12dBm 13dBm

OPA1412 (1) -8,3dBm 5,7dBm

OPA1412 (2) -0,4dBm 13,6dBm

Solo

OBA2530 -2dBm 23dBm

OPA1712 -10,4dBm 6,6dBm

3.5 Current Performance Modul OBA dan

OPA Current performance dari modul OBA

dan OPA yang terpasang di ruas Semarang -

Solo dapat diketahui dengan bantuan software NMS (Network Monitoring System) . Berikut

merupakan tampilan software NMS :

Gambar 4 Tampilan software NMS

Page 6: Perangkat

Berikut merupakan current performance

modul OBA dan OPA di lokasi Semarang,

Purwodadi dan Solo:

Tabel 2 Current Performance Modul OBA dan OPA

LOKASI NE

Current Performance

Input Power Output

Power

Semarang OBA2520 -12,57 dBm 12,43 dBm

OPA1412 -10,87 dBm 3,13 dBm

Purwodadi

OBA2520 (1) -10,13 dBm 14,87 dBm

OBA2520 (2) -9,23 dBm 15,77 dBm

OPA1412 (1) -13,35 dBm 0,65 dBm

OPA1412 (2) -4,83 dBm 9,17 dBm

Solo OBA2530 -11,1 dBm 13,9 dBm

OPA1712 -4,21 dBm 12,79 dBm

3.6 Analisa Perbandingan Current Performance

dengan Power ideal

Tabel 3 Perbandingan Current performance dan power

ideal modul OBA dan OPA

LOKA

SI NE

Current

Performance Power Ideal

Input

Power

Output

Power

Input

Power

Output

Power

SMG

OBA

2520

-12,57

dBm

12,43

dBm

-12

dBm

13

dBm

OPA

1412

-10,87

dBm

3,13

dBm

-8,3

dBm

5,7

dBm

PWD

OBA

2520

(1)

-10,13

dBm

14,87

dBm

-12

dBm

13

dBm

OBA

2520

(2)

-9,23

dBm

15,77

dBm

-12

dBm

13

dBm

OPA

1412

(1)

-13,35

dBm

0,65

dBm

-8,3

dBm

5,7

dBm

OPA

1412

(2)

-4,83

dBm

9,17

dBm

-0,4

dBm

13,6

dBm

SOLO

OBA

2530

-11,1

dBm

13,9

dBm

-2

dBm

23

dBm

OPA

1712

-4,21

dBm

12,79

dBm

-10,4

dBm

6,6

dBm

Dari Tabel 3 di atas, terlihat bahwa

untuk modul OBA2520, OPA 1412 yang

terpasang di Semarang dan OBA2520 yang terpasang di Purwodadi, nilai current

performance hampir sama dengan power ideal

dari perangkat tersebut. Untuk modul lain yang terpasang di

Purwodadi dan Solo, nilai current performance

memang jauh berbeda dengan power ideal tapi

nilainya masih di bawah power ideal. Nilai current performance yang berada di bawah

power ideal berarti input power dari modul

tersebut belum dimaksimalkan. Jika nilai current performance berada di atas nilai power

ideal berarti input power modul harus

diturunkan karena hal ini bisa membuat modul

rusak.

4. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dense Wavelength Multiplexing (DWDM) merupakan sutu teknik transmisi yang

memanfaatkan cahaya dengan panjang

gelombang yang berbeda-beda sebagai

kanal-kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh

panjang gelombang tersebut dapat

ditransmisikan melalui sebuah serat optik.Sumber cahaya yang biasa

digunakan dalam Serat Optik adalah LD

(Laser Diode) dan LED (Light Emithing Diode).

2. Keunggulan dari teknologi DWDM

adalah sebagai berikut:

tepat untuk diimplementasikan

pada jaringan telekomunikasi jarak jauh (long haul) baik untuk sistem

point-to-point maupun ring

topologi

lebih fleksibel untuk

mengantisipasi pertumbuhan trafik

yang tidak terprediksi

transparan terhadap berbagai bit

rate dan protokol jaringan

tepat untuk diterapkan pada daerah

dengan perkembangan kebutuhan

badwidth sangat cepat.

3. Power kalkulasi pada suatu jaringan

DWDM bertujuan untuk mengetahui power ideal dari suatu perangkat DWDM.

4. Pada jaringan DWDM ruas Semarang -

Solo, perangkat yang terpasang adalah OBA2520, OPA1412. OBA2530, dan

OPA1712.

Page 7: Perangkat

5. Dari hasi power kalkulasi pada perangkat

DWDM dan pengamatan nilai current

performance perangkat, diketahui bahwa input power dari perangkat masih belum sesuai

dengan hasil power kalkulasi.

6. Nilai input power perangkat yang nilainya di bawah nilai power ideal menunjukkan bahwa

input power belum dimaksimalkan sehingga

perlu dilakukan adjustment agar kinerja

perangkat lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Mulyono, Dwi Agus. 2010. Formula Power

Kalkulasi pada Perangkat BB Jawa DWDM ZTE, PT. TELKOM

[2] Andika, Gilang. 2006. Teknologi WDM pada

Serat Optik.

[3] Bass, Michael. ” Fiber Optic Handbook”, Mc Graw-Hill,2002

[4] Alwayn, Vivek. ”Optical Network Design and

Implementation”, Cisco Press, 2004 [5] http://en.wikipedia.org/wiki/ Wavelength-

division multiplexing

BIODATA

Dudik Hermanto

(L2F008027). Lahir di Temanggung, 22

November 1990.

Menempuh pendidikan di SDN I Jumo, SMPN

1 Jumo, SMAN 1

Temanggung, dan

sekarang tercatat sebagai Mahasiswa

Teknik Elektro UNDIP,

Angkatan 2008, Konsentrasi Elektronika dan Telekomunikasi..

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Yuli Christyono, S.T., M.T.

NIP. 196807111997021001