PERANCANGAN SISTEM PEMANAS RUANGAN DAN SISTEM …repository.ppns.ac.id/2325/1/0815040049 -...
Transcript of PERANCANGAN SISTEM PEMANAS RUANGAN DAN SISTEM …repository.ppns.ac.id/2325/1/0815040049 -...
-
i
i
i
`
`
`
TUGAS AKHIR (608502A)
PERANCANGAN SISTEM PEMANAS RUANGAN DAN SISTEM SPRINKLER PADA LABORATORIUM PLUMBING POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
Vena Rizky Pusparani NRP. 0815040049
DOSEN PEMBIMBING: PRIYO AGUS SETIAWAN, ST., MT NURVITA ARUMSARI, S.SI ., M.SI
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PERPIPAAN JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019
-
ii
-
i
HALAMAN SAMPUL
TUGAS AKHIR (608502A)
PERANCANGAN SISTEM PEMANAS RUANGAN DAN SISTEM SPRINKLER PADA LABORATORIUM PLUMBING POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
Vena Rizky Pusparani NRP. 0815040049
DOSEN PEMBIMBING: PRIYO AGUS SETIAWAN, ST., MT NURVITA ARUMSARI, S.SI ., M.SI
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PERPIPAAN JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019
-
ii
-
iii
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
PERANCANGAN SISTEM PEMANAS RUANGAN DAN SISTEM
SPRINKLER PADA LABORATORIUM PLUMBING POLITEKNIK
PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
Disusun Oleh:
Vena Rizky Pusparani
0815040049
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan
Program Studi D4 Teknik Perpipaan
Jurusan Teknik Permesinan Kapal
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
Disetujui oleh Tim penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : 24 Juli 2019
Periode Wisuda : Oktober 2019
Menyetujui,
Dosen Penguji NIDN Tanda Tangan
1. Projek Priyonggo SL., ST., MT. (0016066111) (……………………………)
2. R Dimas Endro W, ST., MT. (0012047610) (……………………………)
3. Priyo Agus Setiawan, ST.,MT. (0019087702) (……………………………)
4. Pranowo Sidi, ST., MT. (0020106011) (……………………………)
Dosen Pembimbing NIDN Tanda Tangan
1. Priyo Agus Setiawan, ST.,MT. (0019087702) (……………….………..…)
2. Nurvita Arumsari, S.SI., M.SI (0728108702) (……………...……………)
Mengetahui
Koordinator Program Studi,
R Dimas Endro W, ST., MT.
NIP. 197604122002121003
Menyetujui
Ketua Jurusan,
George Endri Kusuma, ST., M.Sc.Eng.
NIP. 197605172009121003
-
iv
-
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Vena Rizky Pusparani
NRP. : 0815040049
Jurusan/Prodi : Teknik Permesinan Kapal / D4 Teknik Perpipaan
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
Tugas Akhir yang akan saya kerjakan dengan judul :
Perancangan Sistem Pemanas Ruangan Dan Sistem Sprinkler Pada Laboratorium
Plumbing Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya orang lain.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.
Surabaya, 15 Agustus 2019
Yang membuat pernyataan,
(Vena Rizky Pusparani)
NRP. 0815040049
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
No. : F.WD I. 021
Date : 3 Nopember 2015
Rev. : 01
Page : 1 dari 1
-
vi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, ridho,
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan
baik dan lancar. Penulis juga mengucapkan shalawat serta salam semoga senantiasa
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabat
yang telah memberikan teladan bagi seluruh umat manusia.
Tugas akhir yang berjudul “Perancangan Sistem Pemanas Ruangan Dan Sistem
Sprinkler Pada Laboratorium Plumbing Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya” ini
disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan kuliah di
Program Studi Teknik Perpipaan.
Penulis menyadari penyelesaian dan penyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari kerjasama, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga penulis
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua (Bapak Supardi dan Ibu Sunanik) yang telah memberikan banyak
kasih sayang, nasehat hidup, doa, dukungan moril serta materil, dan segalanya bagi
penulis.
2. Bapak Ir. Eko Julianto, M.T., FRINA. selaku Direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
3. Bapak George Endri Kusuma, S.T., M.Sc. Eng. sebagai Ketua Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
4. Bapak Raden Dimas Endro Witjonarko, S.T., M.T. sebagai Koordinator Program
Studi Teknik Perpipaan, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
5. Bapak Priyo Agus Setiawan, ST., MT sebagai dosen pembimbing I yang telah
memberikan banyak bimbingan dan pengarahan selama pengerjaan tugas akhir.
6. Ibu Nurvita Arumsari, S.SI ., M.SI. sebagai dosen pembimbing II yang telah
memberikan banyak bimbingan dan pengarahan selama pengerjaan tugas akhir.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi Teknik Perpipaan yang telah memberikan
banyak ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.
8. Bapak Ari Faiq F dan Wahdan Rafi E selaku Pembimbing OJT di PT Adhi Karya
(Persero) yang telah membimbing dan memberikan ilmu selama pelaksanaan OJT.
-
viii
9. Keluarga Besar PT Adhi Karya (Persero) atas kesempatan dan kesediaan yang
telah diberikan kepada penulis untuk dapat melaksanakan OJT dan mendapatkan
ilmu tambahan sebagai salah satu referensi dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
10. Senior Teknik Perpipaan yang mau meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu.
11. Teman-teman seperjuangan Teknik Perpipaan angkatan 2015 yang telah
memberikan banyak warna kehidupan, kebersamaan, dan canda tawa selama
kuliah di PPNS
12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak
membantu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.
Harapan penulis dapat mendapatkan kritik atau saran yang membangun agar penelitian
yang telah dilakukan menjadi lebih baik lagi. Semoga Tugas akhir ini bermanfaat bagi
pembaca.
Surabaya, Juli 2019
Vena Rizky Pusparani
-
ix
PERANCANGAN SISTEM PEMANAS RUANGAN DAN
SISTEM SPRINKLER PADA LABORATORIUM PLUMBING
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
Vena Rizky Pusparani
ABSTRAK
Upaya dalam peningkatan pembelajaran Mahasiswa Program Studi D4 Teknik
Perpipaan, PPNS merencanakan pembangunan sebuah Laboratorium Plumbing
terintegrasi. Desain Laboratorium Plumbing diibaratkan sebagai bangunan apartemen
dengan 3 lantai. Pipa yang digunakan untuk sistem sprinkler adalah ASTM A53,
Untuk sistem pemanas ruangan menggunakan Polypropylene Random (PPR) PN20.
Desain sistem sprinkler mengacu pada National Fire Protection Association (NFPA)
13. Desain sistem sprinkler menggunakan sistem tangki bawah yang dipompa
langsung menuju sprinkler. Pemanas air menggunakan Gas Water Heater dan
pemanas ruangan menggunakan radiator pemanas ruangan. Hasil analisa dan
perhitungan didapatkan nilai head pompa (manual) 30,21 m dan head pompa
(software) 28,377 m dan masih dibawah selisih eror sebesar 10% dan mendapatkan
total daya pompa sebesar 0,675 kW. Sementara untuk memindahkan panas dari air
panas dalam pipa 35 oC ke ruangan 20 oC dibutuhkan usaha sebesar 221,79 J. Untuk
penyelesaian Pembangunan diperkirakan selesai dengan waktu optimis 21 hari dan
sesuai waktu pesimis 25 hari. Pada rincian Rencana Anggaran Biaya pada waktu
optimis sebesar Rp83,821,062.00 sedangkan pada waktu pesimis sebesar
Rp86,402,062.00.
Kata kunci: Manajemen Proyek, Pemanas Ruangan, PERT, RAB, Sprinkler.
-
x
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
-
xi
PLAN OF HEATING ROOM SYSTEM AND SPRINKLER SYSTEM
AT PLUMBING LABORATORY SHIPBUILDING INSTITUTE OF
POLYTECHNIC SURABAYA
Vena Rizky Pusparani
ABSTRACT
In an effort to improve learning of D4 Piping Engineering Students, PPNS
plans to build an integrated Plumbing Laboratory. Plumbing Laboratory Design is
modeled as an apartment building with 3 floors. The pipe used for the sprinkler system
is ASTM A53, for heating systems using PN20 Polypropylene Random (PPR). The
sprinkler system design refers to the National Fire Protection Association (NFPA) 13.
The sprinkler system design uses a bottom tank system that is pumped directly into the
sprinkler. Water heaters use Gas Water Heaters and room heaters use radiator
heating. The analysis and calculation results obtained show the pump head value
(manual) 30.21 m with the pump head (software) 28.377 m and still below the error
difference of 10% and get a total pump power of 0.675 kW. Meanwhile, to transfer
heat from hot water in a 35 oC pipe to a 20 oC room it requires an effort of 221.79 J.
The completion of the construction is expected to be completed with an optimistic time
of 21 days and a pessimistic time of 25 days. In the details of the Cost Budget Plan at
the optimistic time of Rp.88,821,062.00 while at the pessimistic time of
Rp.86,402,062.00.
Keywords: Heating, PERT, Project Management, RAB, Sprinkler.
-
xii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
-
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ...................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 2
1.5. Batasan Masalah...................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1. Fire Sprinkler System .............................................................................. 5
2.2. Jenis-jenis Sprinkler ................................................................................ 5
2.3. Jenis-jenis Detector ................................................................................. 7
2.4. Aturan Fire Sprinkler System menurut NFPA ........................................ 8
2.4.1. Pandangan umum .............................................................................. 8
2.4.2. Debit aliran ........................................................................................ 8
2.4.3. Tekanan Hidrostatic .......................................................................... 8
2.4.4. Minimum Water Supply .................................................................... 9
2.5. Area Perlindungan Maksimum ............................................................... 9
2.6. Persamaan Fluida .................................................................................. 11
2.6.1. Persamaan Energi ............................................................................ 11
-
xiv
2.6.2. Head Total Pompa ........................................................................... 11
2.6.3. Bilangan Reynolds ........................................................................... 13
2.6.4. Faktor Gesekan ................................................................................ 14
2.6.5. Daya Pompa ..................................................................................... 17
2.6.6. Hukum Bernauli .............................................................................. 17
2.7. Sistem Pemanas Ruangan ...................................................................... 18
2.8. Pipa ........................................................................................................ 20
2.8.1. Jenis-jenis Pipa ................................................................................ 20
2.8.2. Dimensi Pipa ................................................................................... 21
2.8.3. Wall Thickness ................................................................................ 22
2.9. Fitting .................................................................................................... 23
2.10. Valve ...................................................................................................... 25
2.11. WBS ...................................................................................................... 27
2.12. Volume .................................................................................................. 27
2.13. Project Evaluation and Review Technique (PERT) .............................. 28
2.14. Critical Path Methode (CPM) ................................................................ 30
2.15. Produktifitas .......................................................................................... 33
2.16. Rencana Anggaran Biaya (RAB) .......................................................... 34
2.17. Commissioning ...................................................................................... 35
2.18. Kurva-S .................................................................................................. 35
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 37
3.1. Sumber Data Penelitian ......................................................................... 37
3.2. Variabel Penelitian ................................................................................ 37
3.3. Diagram Alir Pengerjaan ....................................................................... 38
3.4. Langkah-langkah Penelitian .................................................................. 39
3.4.1. Tahap Identifikasi Masalah ............................................................. 39
3.4.2. Tahap Pengumpulan Data ................................................................ 39
3.4.3. Tahap Pengolahan Data ................................................................... 40
3.4.4. Kesimpulan dan Saran ..................................................................... 41
3.5. Jadwal Penelitian ................................................................................... 41
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 43
4.1 Data Penelitian ....................................................................................... 43
-
xv
4.2 Layout Laboratorium Plumbing ........................................................... 43
4.3 3D dan Isometri Sistem Pemanas Ruangan dan Sistem Sprinkler ........ 45
4.4 Perhitungan Material ............................................................................. 45
4.5 Perhitungan Head Pompa ...................................................................... 49
4.5.1. Perhitungan Head Pompa (Manual) ................................................ 49
4.5.2. Perhitungan Head Pompa (Software Pipe Flow Expert) ................. 53
4.6 Perhitungan Sistem Pemanas Ruangan ................................................. 54
4.7 Work Breakdown Structure (WBS) ...................................................... 55
4.8 Work Volume ........................................................................................ 56
4.9 Produktifitas .......................................................................................... 61
4.10 Penjadwalan .......................................................................................... 64
4.11 PERT ..................................................................................................... 65
4.12 Rencana Anggaran Biaya (RAB) .......................................................... 70
4.13 S-Curve .................................................................................................. 75
4.14 Probabilitas Pekerjaan ........................................................................... 76
BAB 5 KESIMPULAN ......................................................................................... 79
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 79
5.2. Saran ...................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA…. ...................................................................................... 81
LAMPIRAN A BIODATA MAHASISWA………………………………………...
A-1 Data Mahasiswa………………………………………………………………
LAMPIRAN B LEMBAR KEMAJUAN TUGAS AKHIR…………………………
B-1 Lembar Kemajuan TA Dosen Pembimbing 1…………………………….......
B-2 Lembar Kemajuan TA Dosen Pembimbing 2………………………………...
B-3 Lembar Rekomendasi Sidang Tugas Akhir…………………………………..
B-4 Lembar Revisi Sidang Tugas Akhir……….……………………………….....
LAMPIRAN C DESIGN LAYOUT, 3D MODELLING, ISOMETRIC……………
LAMPIRAN D DATA PENDUKUNG……………………………………………..
-
xvi
D-1 Tabel Z………………………………………………………………………..
D-2 Properties of Selected Solids and Liquids…………………………………….
D-3 Daftar Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK)……………………………….
LAMPIRAN E RESULT PIPE FLOW EXPERT…………………………….….…..
-
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Flow Required to Produce a Velocity of 10 ft/sec (3 m/sec) in Pipes .... 8
Tabel 2.2 Hydrostatic Testing Allowance s per 100 ft of Pipe ............................... 8
Tabel 2.3 Persyaratan Pasokan Air untuk Pipa Sprinkler System .......................... 9
Tabel 2.4 Area Perlindungan dan Penempatan Maksimum untuk Sprinkler Ringan
Independen dan Semprot Tegak untuk Bahaya Ringan ........................................ 10
Tabel 2.5 Area Perlindungan dan Penempatan Maksimum Sprinkler Semprot
Independen Standar dan Tegak untuk Bahaya Biasa ............................................ 10
Tabel 2.6 Area Perlindungan dan Penempatan Maksimum Penyiram Semprot
Independen Standar dan Tegak untuk Ekstra Bahaya ........................................... 10
Tabel 2.7 Area Perlindungan dan Penempatan Maksimum Sprinkler Semprot
Independen Standar dan Tegak untuk Penyimpanan Bertumpuk Tinggi.............. 10
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 42
Tabel 4.1 Kebutuhan Material............................................................................... 46
Tabel 4.2 Nilai Operasi Sistem Sprinkler ............................................................. 49
Tabel 4.3 Nilai k .................................................................................................... 50
Tabel 4.4 Perhitungan Headloss manual (1) ........................................................ 52
Tabel 4.5 Perhitungan Headloss manual (2) ........................................................ 52
Tabel 4.6 Perhitungan Headloss manual (3) ........................................................ 52
Tabel 4.7 Perhitungan Head Pompa ...................................................................... 53
Tabel 4.8 Nilai Head Pompa ................................................................................. 54
Tabel 4.10 Penentuan WBS ................................................................................... 56
Tabel 4.11 Perhitungan Work Volume (1) ............................................................ 57
Tabel 4.12 Perhitungan Work Volume (2) ............................................................ 59
-
xviii
Tabel 4.13 Tabel Produktifitas secara umum ........................................................ 61
Tabel 4.14 Perhitungan Produktifitas Pekerja ....................................................... 62
Tabel 4.15 Penjadwalan waktu optimis ................................................................. 64
Tabel 4.16 Penjadwalan waktu pesimis ................................................................. 65
Tabel 4.17 Kode Kegiatan dalam PERT ............................................................... 66
Tabel 4.18 Rencana Anggaran Biaya – waktu optimis ......................................... 70
Tabel 4.19 Rencana Anggaran Biaya – waktu pesimis ......................................... 70
Tabel 4.20 Rencana Anggaran Biaya (RAB) – Material ....................................... 71
Tabel 4.21 Data Perhitungan menggunakan jalur kritis (critical line) .................. 77
Tabel 4.22 Nilai Peluang Keberhasilan ................................................................. 78
-
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Moody Diagram (Liu, 2003) ............................................................. 16
Gambar 2.2 Seamless Pipe (Parisher & Rhea, 2002) ............................................ 20
Gambar 2.3 Butt-Welded Pipe (Parisher & Rhea, 2002) ...................................... 21
Gambar 2.4 Spiral-Welded Pipe (Parisher & Rhea, 2002) ................................... 21
Gambar 2.5 Pipe Diameter (Parisher & Rhea, 2002) ............................................ 22
Gambar 2.6 Pipe Thickness (Parisher & Rhea, 2002) .......................................... 22
Gambar 2.7 Long Radius Elbow (Parisher & Rhea, 2002) ................................... 23
Gambar 2.8 Short Radius Elbow&Long Radius Elbow (Parisher & Rhea, 2002) 24
Gambar 2.9 Weld Tee (Parisher & Rhea, 2002) .................................................... 24
Gambar 2.10 Stub-In Connextions ........................................................................ 25
Gambar 2.11 Globe Valve (Parisher & Rhea, 2002) ............................................ 25
Gambar 2.12 Gate Valve (Parisher & Rhea, 2002) ............................................... 26
Gambar 2.13 Check Valve (Parisher & Rhea, 2002) ............................................. 27
Gambar 2.14 Orientasi Peristiwa versus kegiatan (Rani, 2016) ........................ 29
Gambar 2.15 Peristiwa Kritis terjadi pada 1,3,5,8 (Rani, 2016) ........................... 31
Gambar 2.16 Contoh Kegiatan Kritis (Rani, 2016) .............................................. 32
Gambar 2.17 Contoh Lintasan kritis (Rani, 2016) ................................................ 33
Gambar 2.18 Rencana Anggaran Biaya (Arbana & Pandia, 2007)....................... 35
Gambar 3.1 Diagram Alir ..................................................................................... 39
Gambar 4.1 Dimensi Laboratorium Plumbing ..................................................... 43
Gambar 4.2 Layout Basement ............................................................................... 43
Gambar 4.3 Layout 1st floor ................................................................................. 44
Gambar 4.4 Layout 2nd floor ................................................................................ 44
-
xx
Gambar 4.5 Layout 3rd floor ................................................................................. 44
Gambar 4.6 3D Heating Room and Sprinkler System ........................................... 45
Gambar 4.7 Keterangan network planning dalam PERT ................................... 66
Gambar 4.8 PERT waktu optimis .......................................................................... 68
Gambar 4.9 PERT waktu pesimis ......................................................................... 68
Gambar 4.10 Jalur Kritis Waktu Optimis .............................................................. 69
Gambar 4.11 Jalur Kritis waktu pesimis ............................................................... 69
Gambar 4.12 S-Curve waktu optimis .................................................................... 75
Gambar 4.13 S-Curve waktu pesimis .................................................................... 75
-
BAB 1
PENDAHULUAN
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) merupakan Perguruan
Tinggi penyelenggara pendidikan vokasi bidang perkapalan dan teknologi
penunjangnya dan merupakan yang satu satunya di Indonesia. Dalam upaya
peningkatan pembelajaran pada Mahasiswa Program Studi D4 Teknik Perpipaan,
PPNS merencanakan pembangunan sebuah Laboratorium Plumbing terintegrasi.
Sistem Plumbing adalah suatu sistem jaringan Perpipaan serta peralatan yang
berada di bangunan gedung. Lokasi perencanaan Laboratorium Plumbing PPNS
berada di Gedung Baru PPNS lantai 7, luas ruangan yang akan digunakan sebesar
307 m2 yang terbagi menjadi 4 tingkat lantai. Laboratorium Plumbing PPNS ini
akan digunakan sebagai sarana pembelajaran praktek secara efektif terhadap
jumlah mahasiswa tiap kelasnya.
Perencanaan yang akan dilakukan kali ini adalah Sistem Pemanas Ruangan
dan Sistem Sprinkler untuk laboratorium plumbing Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya. Sistem tersebut dianalogikan sebagai model dari sistem pemadam
kebakaran dan sistem sirkulasi udara untuk rumah 3 lantai. Pengerjaan design
sistem pemanas ruangan dan sistem sprinkler dimulai dari routing line, penentuan
jumlah sprinkler, desain jalur pipa berupa isometri, desain sistem pemanas ruangan,
penentuan material, perhitungan daya pompa, dan analisa rencana anggaran biaya.
Standard yang dapat digunakan sebagai acuan sistem sprinkler adalah standard
NFPA (National Fire Protection Association) 13. Perencanaan ini juga menganalisa
Manajemen Proyek dan (RAB) Rancangan Anggaran Biaya yang dikeluarkan
dalam pembangunan Laboratorium Plumbing PPNS.
-
2
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam Perencanaan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana design Sistem Pemanas Ruangan dan Sistem Sprinkler
untuk Laboratorium Plumbing PPNS?
2. Bagaimana management project untuk Pembangunan Sistem Pemanas
Ruangan dan Sistem Sprinkler Laboratorium Plumbing PPNS?
3. Bagaimana Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk Pembangunan
Sistem Pemanas Ruangan dan Sistem Sprinkler Laboratorium Plumbing
PPNS?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam Perencanaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan design sistem pemanas ruangan dan sistem sprinkler
untuk Laboratorium Plumbing PPNS.
2. Mendapatkan management project untuk Pembangunan sistem pemanas
ruangan dan sistem sprinkler Laboratorium Plumbing PPNS.
3. Mendapatkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk Pembangunan
sistem pemanas ruangan dan sistem sprinkler Laboratorium Plumbing
PPNS.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat yang dapat diambil dari Perencanaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Desain yang dihasilkan kedepannya akan diaplikasikan di PPNS.
2. Sebagai referensi desain dan proses installasi sistem pemanas ruangan
dan sistem sprinkler untuk menjamin konstruksi sistem perpipaan yang
aman tanpa mengalami kegagalan.
3. Sebagai referensi RAB & Management Project.
-
3
1.5. Batasan Masalah
Batasan Masalah dalam Perencanaan ini adalah sebagai berikut:
1. Lokasi Perencanaan dan Desain Laboratorium Plumbing PPNS berada
di Gedung Baru lantai 7.
2. Sistem yang dirancang adalah sistem pemanas ruangan dan sistem
sprinkler.
3. Jenis fluida yang diaplikasian adalah air.
4. Standart yang digunakan untuk Sprinkler adalah NFPA 13.
5. Tidak menghitung biaya keterlambatan proyek dan pengiriman
material.
6. Perhitungan sampai tahap construction.
-
4
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
-
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
-
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fire Sprinkler System
Fire Sprinkler System merupakan alat yang bertujuan proteksi kebakaran,
sistem perpipaan bawah tanah dan overhead terintegrasi yang dirancang sesuai
dengan standar teknik proteksi kebakaran. Instalasi mencakup setidaknya satu
pasokan air otomatis yang memasok satu atau lebih sistem. Bagian dari sistem
sprinkler di atas tanah adalah jaringan berukuran khusus atau perpipaan yang
dirancang secara hidraulik dipasang di gedung, struktur, atau area, umumnya di atas
kepala, dan penyiram dipasang dalam pola yang sistematis. Setiap sistem memiliki
katup kontrol terletak di riser sistem atau perpipaan pasokannya. Setiap sistem
sprinkler termasuk perangkat untuk mengaktifkan alarm ketika sistem sedang
beroperasi. Sistem ini biasanya diaktifkan oleh panas dari api dan membuang air ke
area api (Lake, Manager, & Rose, 2010).
2.2. Jenis-jenis Sprinkler
Berdasarkan (Lake et al., 2010) menyebutkan bahwa terdapat beberapa jenis
sprinkler antara lain:
1. Wet Pipe System
Sistem sprinkler pipa basah adalah jenis sistem sprinkler yang paling
sederhana dan paling umum digunakan. Dalam sistem pipa basah, perpipaan
mengandung air setiap saat dan terhubung ke pasokan air sehingga air
mengalir langsung dari sprinkler ketika sprinkler diaktifkan. Karena sistem
pipa basah memiliki komponen yang relatif sedikit, mereka memiliki
tingkat keandalan yang secara inheren lebih tinggi daripada jenis sistem
lainnya.
-
6
2. Dry Pipe System
Sistem pipa kering harus dipasang hanya jika panas tidak memadai
untuk mencegah pembekuan air di semua bagian, atau di bagian, sistem.
Sistem pipa kering harus dikonversi untuk sistem pipa basah ketika mereka
menjadi tidak perlu karena panas yang cukup disediakan. Penyiram jangan
dimatikan dalam cuaca dingin.
Bila dua atau lebih katup pipa kering digunakan, sebaiknya sistem
dibagi secara horizontal untuk mencegah operasi simultan lebih dari satu
sistem dan akibatnya peningkatan waktu tunda dalam sistem pengisian dan
pemakaian air dan untuk mencegah penerimaan lebih banyak dari satu
sinyal alarm aliran air.
Jika ada panas yang cukup di bagian sistem pipa kering, harus
dipertimbangkan diberikan untuk membagi sistem menjadi sistem pipa
basah yang terpisah dan sistem pipa kering. Penggunaan sistem pipa kering
yang minimal diperlukan di mana kecepatan operasi menjadi perhatian
khusus.
3. Preaction Systems and Deluge Systems
Preaction Systems lebih kompleks daripada sistem pipa basah dan
pipa kering karena mengandung lebih banyak komponen dan peralatan.
Preaction Systems membutuhkan pengetahuan khusus dan pengalaman
dengan desain dan instalasi mereka, dan kegiatan inspeksi, pengujian, dan
pemeliharaan yang diperlukan untuk memastikan keandalan dan
fungsionalitas mereka lebih terlibat. Spesifikasi dari pabrik dan batasan
daftar harus dipatuhi dengan ketat.
Berbagai jenis katup yang diklasifikasikan untuk digunakan dalam
Preaction Systems telah tersedia. Karakteristik operasi dari katup-katup ini
menyebabkan jenis sistem preaksi tertentu memiliki kualitas yang serupa
orang-orang dari sistem pipa kering, seperti sistem preaksi interlock ganda.
-
7
Karena itu, sama saja aturan dan batasan yang berlaku untuk sistem pipa
kering berlaku untuk sistem preaksi interlock ganda.
4. Combined Dry Pipe and Preaction Systems for Piers, Terminals, and
Wharves.
Pipa kering kombinasi dan Preaction Systems tidak umum seperti
beberapa dekade lalu. Sistem semacam itu dimaksudkan untuk diterapkan
pada struktur yang tidak biasa, seperti dermaga atau dermaga, yang
membutuhkan pipa yang sangat panjang.
2.3. Jenis-jenis Detector
Berdasarkan (Department of Veterans Affairs, 2011) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa jenis detector antara lain :
1. Detektor asap harus dipasang hanya jika diminta oleh Kode Kebakaran
Nasional, ini manual desain, atau jika diperlukan dengan kesetaraan. Semua
detektor asap harus hanya tipe fotolistrik. Verifikasi alarm tidak akan
digunakan untuk detektor asap yang dipasang untuk tujuan peringatan dini.
Stasiun perawat yang tidak memiliki staf 24/7 dipertimbangkan ruang yang
terbuka ke koridor dan mungkin memerlukan deteksi asap sesuai dengan
NFPA 101.
2. Detektor panas tidak diperlukan kecuali digunakan bersama dengan
shutdown elevator, di mana digunakan sebagai pengganti detektor asap di
lingkungan yang tidak cocok untuk detektor asap, atau di mana digunakan
untuk melindungi generator darurat yang tidak dilengkapi dengan alat
penyiram otomatis. Pengecualian: Detektor panas tidak diperlukan di
bangunan kecil terpencil yang menampung darurat generator. Berikan
detektor panas di semua ruang generator di bangunan yang tidak disiram.
Itu detektor panas harus suhu tetap, suhu ekstra tinggi (325-375 ° F) rating.
Ini mengantisipasi bahwa sebagian besar ruang generator akan dilindungi
sprinkler dan tidak akan membutuhkan panas detektor.
-
8
2.4. Aturan Fire Sprinkler System menurut NFPA
2.4.1. Pandangan umum
Berdasarkan National Fire Protection Association (NFPA) standart
untuk fire sprinkler system dijelaskan pada NFPA 13 Standard for the
Installation of Sprinkler Systems. Berdasarkan (NFPA 13, 2010) Standart
ini harus menyediakan persyaratan minimum untuk desain dan pemasangan
sistem sprinkler api otomatis dan tertutup sistem sprinkler perlindungan
dalam standart ini. Standar ini ditulis dengan asumsi bahwa sistem sprinkler
harus dirancang untuk melindungi terhadap satu api yang berasal dari dalam
gedung.
2.4.2. Debit aliran
Berdasarkan (NFPA 13, 2010) Aliran yang diperlukan untuk
memberikan kecepatan 10 ft/s (3,1 m / detik) sesuai dengan Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Flow Required to Produce a Velocity of 10 ft/sec (3 m/sec) in Pipes
Pipe Size Flow Rate
in. mm gpm L/min
4 102 390 1476
6 152 880 3331
8 203 1560 5905
10 254 2440 9235
12 305 3520 13323
2.4.3. Tekanan Hidrostatic
Berdasarkan (NFPA 13, 2010) Untuk Tes tekanan Hidrostatic dapat
dilihat dalam Tabel 2.2
Tabel 2.2 Hydrostatic Testing Allowance s per 100 ft of Pipe
Nominal Pipe Diameter
(in.)
Testing Allowance in gallons
per hour (gph) per 100 ft of
Pipe
2 0,019
4 0,038
6 0,057
8 0,076
10 0,096
12 0,115
14 0,134
-
9
16 0,153
18 0,172
20 0,191
24 0,229
For SI units, 1 in. = 25.4 mm; 1 ft = 305 mm
Notes :
1. Untuk panjang, diameter, dan tekanan lainnya, Persamaan 2.1 harus
diizinkan untuk digunakan untuk menentukan pengujian yang sesuai
tunjangan.
2. Untuk bagian uji yang berisi berbagai ukuran dan bagian pipa, pengujian
harus berdasarkan pada jumlah pengujian untuk setiap ukuran dan
bagian.
2.4.4. Minimum Water Supply
Dalam (NFPA 13, 2010) Untuk minimum water supply dapat dilihat
dalam Tabel 2.3
Tabel 2.3 Persyaratan Pasokan Air untuk Pipa Sprinkler System
Minimum
Residual
Pressure
Required
Acceptable Flow at
Base of Riser
(Including Hose
Stream Allowance)
Occupany
Classification psi bar gpm L/min
Duration
(minutes)
Light hazard 15 1 500-750
1893-
2839 30-60
Ordinary
hazard 20 1,4
850-
1500
3218-
5678 60-90
2.5. Area Perlindungan Maksimum
Area Perlindungan Maksimum dinyatakan dalam tabel berikut (NFPA 13,
2010):
-
10
Tabel 2.4 Area Perlindungan dan Penempatan Maksimum untuk Sprinkler Ringan Independen dan
Semprot Tegak untuk Bahaya Ringan
Tabel 2.5 Area Perlindungan dan Penempatan Maksimum Sprinkler Semprot Independen Standar
dan Tegak untuk Bahaya Biasa
Tabel 2.6 Area Perlindungan dan Penempatan Maksimum Penyiram Semprot Independen Standar
dan Tegak untuk Ekstra Bahaya
Tabel 2.7 Area Perlindungan dan Penempatan Maksimum Sprinkler Semprot Independen Standar
dan Tegak untuk Penyimpanan Bertumpuk Tinggi
-
11
2.6. Persamaan Fluida
Berdasarkan (pramesti sungkono, 2017) Perancangan water sprinkler
system pada laboratorium Plumbing PPNS menggunakan beberapa parameter
sebagai berikut:
2.6.1. Persamaan Energi
Persamaan energi dihasilkan dari penerapan prinsip kekekalan
energi pada aliran fluida. Energi yang dimiliki oleh suatu fluida yang
mengalir terdiri dari energi dalam dan energi - energi akibat tekanan,
kecepatan, dan kedudukan (ketinggian). Dalam arah aliran, prinsip energi
diringkas dengan suatu persamaan umum sebagai berikut:
Energi di bagian 1 + Energi yang ditambahkan - Energi yang hilang - Energi
yang diambil = Energi di bagian 2.
2.6.2. Head Total Pompa
Head total pompa harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air
seperti yang direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi sistem yang akan
dilayanai pompa.
a. Head loss mayor
Head loss mayor disebabkan karena rugi - rugi yang diakibatkan
oleh gesekan sepanjang pipa.
ℎL = 𝑓𝐿
𝐷
𝑉2
2𝑔 (2.1)
Dimana:
hL = Head loss mayor (m)
f = Faktor gesekan (tanpa dimensi)
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter dalam pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/s)
-
12
g = Percepatan gravitsi = 9,81 (m/s²)
b. Head loss minor
Head loss minor disebakan karena rugi - rugi akibat fittings pada
sistem perpipaan. Dapat dihitung dengan cara menambahkan nilai
koefisien K (koefisien fitting) pada sistem perpipaan.
ℎ = 𝐾𝑉2
2𝑔 (2.2)
Dimana:
h = Head loss minor (m)
K = Koefisien fitting (tanpa dimensi)
V = Kecepatan aliran (m/s)
g = Percepatan gravitsi = 9,81 (m/s²)
c. Head statik (Z)
Head statik adalah perbedaan antara ketinggian permukaan air
pada titik hisap pompa dan titik tekan pompa. Head statik dilambangkan
dengan Z dengan satuan meter.
d. Head tekan
Head tekan adalah perbedaan antara tekanan pada titik hisap
pompa dan titik tekan pompa.
ℎ𝑃 =𝑃2−𝑃1
2𝑔 (2.3)
Dimana:
hP = Head tekan (m)
P2 = Tekanan titik tekan pompa (Pa)
P1 = Tekanan titik hisap pompa (Pa)
-
13
g = Percepatan gravitsi = 9,81 (m/s²)
e. Head kecepatan
Head kecepatan adalah perbedaan antara kecepatan pada titik
hisap pompa dan titik tekan pompa.
ℎ𝐾 =𝑉22−𝑉12
2𝑔 (2.4)
Dimana:
hK = Head Keceptan (m)
V2 = Kecepatan titik tekan pompa (m/s)
V1 = Kecepatan titik hisap pompa (m/s)
g = Percepatan gravitsi = 9,81 (m/s²)
f. Head loss total
H = hL + hf + Z + hP + hK (2.5)
Dimana:
hL = Head loss mayor (m)
h = Head loss minor (m)
2.6.3. Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds adalah bilangan tak berdimensi, yang
menyatakan perbandingan gaya-gaya inersia terhadap gaya-gaya kekentalan
(viskositas). Untuk pipa bundar yang fluidanya mengalir penuh (memenuhi
penampang pipa):
𝑅𝑒 =𝜌𝑉𝐷
𝜇=
𝑉𝐷
ʋ (2.6)
Dimana:
Re = Bilangan Reynold (tanpa dimensi)
-
14
V = kecepatan rata-rata (m/detik)
D = Diameter dalam pipa (m)
ρ = Rapat massa fluida (kg/m³)
μ = Kekentalan mutlak (Pa detik)
ʋ = Kekentalan kinematik (m²/detik)
Aliran fluida yang mengalir dalam pipa dibedakan menjadi tiga jenis
aliran menurut nilai Reynoldnya yaitu aliran laminar, turbulen dan transisi :
a. Aliran laminar (Re < 2300)
b. Aliran Turbulen (Re > 4000)
c. Aliran Transisi (2300 < Re < 4000)
2.6.4. Faktor Gesekan
Faktor gesekan atau nilai f dapat dicari dengan mempertimbangkan
bilangan Reynolds.
a. Aliran laminar
Jika nilai Re < 2300 maka nilai f dapat dicari dengan rumus berikut.
𝑓 = 64
𝑅𝑒 (2.7)
Dimana:
Re = Bilangan Reynolds (tanpa dimensi)
b. Aliran Turbulen
Jika nilai Re > 4000 maka dilai f harus dicari dengan tabel
Moody diagram. Untuk bisa membaca Moody diagram harus
mengetahui nilai Re dan Relative pipe rouhgness. Relative pipe
rouhgness dapat dicari dengan rumus.
𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑝𝑖𝑝𝑒 𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ𝑛𝑒𝑠𝑠 = ℰ
𝐷 (2.8)
-
15
Dimana:
ℰ = Material absolute roughness (mm)
( dicari pada tabel Moody diagram)
D = Diameter pipa (mm)
-
16
Gambar 2.1 Moody Diagram (Liu, 2003)
-
17
2.6.5. Daya Pompa
Daya pompa dihitung dengan mengalikan jumlah N fluida yang
mengalir per detik (ρ.g.Q) dengan energi H dalam J/N. Jadi menghasilkan
persamaan sebagai berikut:
𝑃ℎ = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 𝑄 𝑥 𝐻 (2.9)
𝑃𝑖𝑛 = 𝜌 𝑥 𝑔 𝑥 𝑄 𝑥 𝐻
ɳ (2.10)
Dimana:
Ph = Daya Hidrolik (kW)
Pin = Daya pompa (kW)
ρ = Rapat massa fluida yang menglir (kg/m³)
g = Percepatan gravitasi = 9,81 (m/s²)
Q = Debit aliran fluida yang mengalir (m³/s)
H = Head total pompa (m)
ɳ = Efisiensi pompa (%)
2.6.6. Hukum Bernauli
Persamaan Benoulli adalah hubungan antara tekanan, kecepatan dan
elevasi/ketinggian. Persamaan Bernoulli dinyatakan seperti berikut:
𝑃
𝜌𝑔+
𝑉2
2𝑔+ 𝑍 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (2.11)
𝑃1
𝜌𝑔+
𝑉12
2𝑔+ 𝑍1 − ℎ𝐿 + ℎ𝑝𝑢𝑚𝑝 =
𝑃2
𝜌𝑔+
𝑉22
2𝑔+ 𝑍2 (2.12)
Dimana:
P1 = Tekanan di titik 1 (Pa)
P2 = Tekanan di titik 2 (Pa)
V1 = Kecepatan di titik 1 (m/s)
-
18
V2 = Kecepatan di titik 2 (m/s)
ρ = Rapat massa fluida yang menglir (kg/m³)
g = Percepatan gravitasi = 9,81 (m/s²)
Z1 = ketinggian di titik 1 (m)
Z2 = Ketinggian dititik 2 (m)
hL = Head total (m)
hpump = Head pompa (m)
2.7. Sistem Pemanas Ruangan
Alat penukar panas merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk
mempertukarkan energi dalam bentuk panas antara aliran fluida yang berbeda
temperatur yang dapat terjadi melalui kontak langsung maupun tidak langsung.
Salah satu aplikasi dari prinsip pertukaran panas adalah pada penukar panas jenis
radiator. (Wijaya & Arsana, 2014).
Radiator pemanas ruangan diasumsikan memiliki lapisan m di atas lapisan
isolasi. Ketebalan setiap lapisan adalah δ1 , δ2, · · · δm, masing-masing. Termal
konduktivitas masing-masing lapisan adalah 1, 2, · · · m, masing-masing. Semua
lapisan di atas lapisan isolasi dapat dibagi menjadi 2 lapisan. Lapisan atas terdiri
dari lapisan 1, lapisan 2. Suhu permukaan bawah lapisan bawah diasumsikan sama
dengan suhu air. Suhu permukaan radiator, antarmuka antara lapisan dan
permukaan bawah lapisan diasumsikan seragam (Jin, Zhang, & Luo, 2010).
Persamaan yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut :
Ku = 1
(δm − Dp)
λm (2.13)
Kl = 𝜆1
𝐷𝑝 (2.14)
Dimana :
Ku = Koefisien panas konduksi upper (W/(m2 K)
-
19
Kl = Koefisien panas konduksi lower (W/(m2 K)
δm = Ketebalan lapisan (m)
Dp = Diameter Pipa (m)
λ = Konduktifitas Thermal (W/mK)
Setelah menghitung koefisien konduktifitas pada radiator, maka untuk heat
flux dapat dilihat dalam perhitungan berikut :
q = 𝐾𝑢 𝐾𝑙 ( 𝑡𝑤 – 𝑡𝑠 )
𝐾𝑢 + 𝐾1 (2.15)
Dimana :
q = Heat Flux (W/m2)
tw = Temperatur air (oC)
ts = Temperatur permukaan radiator pemanas ruangan (oC)
Lalu dari perhitungan heat flux dapat dihitung temperatur antara pipa
dengan radiator pemanas ruangan :
tb = tw – 𝑞
𝐾1 (2.16)
Dimana :
tb = Temperatur antara pipa dengan radiator pemanas ruangan (oC)
Perhitungan perpindahan panas konveksi natural dapat dilihat dalam
persamaan berikut :
H = 4𝑎𝑏
2(𝑎+𝑏) (2.17)
hc = 2,175
𝐻0,076(𝑡𝑠 − 𝑡𝑎)
0,308 (2.18)
𝑄 = ℎ𝑐 . 𝐴 . (𝑇𝑤 − 𝑇𝑎) (2.19)
-
20
Dimana :
H = Diameter Hidrolik (m)
a = Panjang Ruangan (m)
b = Lebar Ruangan (m)
hc = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2K)
ta = Temperatur Udara (oC)
2.8. Pipa
2.8.1. Jenis-jenis Pipa
Jenis pipa harus disesuaikan dengan pemakaiannya atau fluida yang
hendak dialirkan oleh pipa tersebut, Biasanya dibedakan oleh jenis fluida
yang dialiran, suhu dan tekanan kerja pada pipa. Menurut (Parisher & Rhea,
2002) jenis-jenis pipa dibagi menjadi berikut:
1. Seamless Pipe
Pipa besi tuang dibentuk dengan menusuk benda padat, hampir
meleleh, batang baja, disebut billet, dengan mandrel untuk
menghasilkan pipa yang tidak memiliki sambungan atau sambungan.
Gambar 2.2 menggambarkan proses pembuatan pipa seamless.
Gambar 2.2 Seamless Pipe (Parisher & Rhea, 2002)
2. Butt-Welded Pipe
Pipa butt-welded dibentuk dengan mengumpankan pelat baja
panas melalui pembentuk yang akan menggulungnya menjadi lingkaran
-
21
berlubang bentuk. Dengan paksa meremas kedua ujung piring bersama-
sama akan menghasilkan sambungan atau jahitan yang menyatu.
Gambar 2.3 menunjukkan pelat baja saat memulai proses pembentukan
pipa butt-welded.
Gambar 2.3 Butt-Welded Pipe (Parisher & Rhea, 2002)
3. Spiral-Welded Pipe
Pipa yang dilas dengan spiral dibentuk dengan memuntir strip
logam menjadi bentuk spiral, mirip dengan tiang tukang cukur, lalu
pengelasan di mana ujung-ujungnya bergabung satu sama lain untuk
membentuk jahitan. Jenis pipa ini dibatasi untuk sistem perpipaan yang
menggunakan rendah tekanan karena dindingnya yang tipis. Gambar 2.4
menunjukkan pipa spiral seperti yang terlihat sebelum pengelasan.
Gambar 2.4 Spiral-Welded Pipe (Parisher & Rhea, 2002)
2.8.2. Dimensi Pipa
Menurut (Parisher & Rhea, 2002) ukuran pada pipa dapat
diidentifikasi dengan cara menyebutkan nominal pipe size (NPS), inside
diameter (ID), outside diameter (OD). NPS adalah penamaan pada pipa
biasanya disebutkan seperti pipa NPS 2”, pipa NPS 4”, tetapi 2” atau 4”
bukanlah ukuran pipa melainkan nama pipa tersebut. Untuk inside diameter
(ID) dan outside diameter (OD) mendiskripsikan ukuran pipa sebenarnya.
-
22
Gambar 2.5 Pipe Diameter (Parisher & Rhea, 2002)
2.8.3. Wall Thickness
Menurut (Parisher & Rhea, 2002), Wall thickness atau tebal dinding
digunakan untuk mendeskripsikan tebal material yang digunakan untuk
membuat pipa tersebut. Wall thickness juga biasa digunakan untuk
menyatakan berat pipa, secara umum diketahui sebagai standard (STD),
extra strong (XS), double extra strong (XXS). Pada pipa memiliki
pendiskripsian sendiri tentang tebal pipa yaitu schedule (sch).
Gambar 2.6 Pipe Thickness (Parisher & Rhea, 2002)
Menurut (Parisher & Rhea, 2002), Untuk menentukan inside diameter (ID)
atau diameter dalam pipa bisa digunakan rumus sebagai berikut :
𝐼𝐷 = 𝑂𝐷 − (2 × 𝑊𝐴𝐿𝐿 𝑇𝐻𝐼𝐶𝐾𝑁𝐸𝑆𝑆) (2.20)
Keterangan :
ID = diameter dalam pipa (mm)
-
23
OD = diameter luar pipa (mm)
WALL THICKNESS = ketebalan dinding pipa (mm)
2.9. Fitting
Pipe fittings bagian pada pipa yang digunakan untuk merubah arah, cabang
untuk pipa utama, dan pengurangan pada diameter pipa. Fitting dibagi sebagai
berikut (Parisher & Rhea, 2002) :
1. Elbow
Elbow merupakan bagian penting dari sistem perpipaan yang
digunakan untuk merubah arah aliran dengan sudut 90˚, 45˚ Elbow dapat
dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Long radius elbow
Long radius elbow memiliki jari - jari kelengkungan besar
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Radius = 1
2 𝑥 𝑁𝑃𝑆 (2.21)
Dimana:
Radius = Jari - jari elbow (inch)
NPS = Nominal pipe size pada pipa (inch)
Gambar 2.7 Long Radius Elbow (Parisher & Rhea, 2002)
b. Short radius elbow
-
24
Short radius elbow memiliki jari - jari kelengkungan yang
kecil dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Radius = 1 𝑥 𝑁𝑃𝑆 (2.22)
Dimana:
Radius = Jari - jari elbow (inch)
NPS = Nominal pipe size pada pipa (inch)
Gambar 2.8 Short Radius Elbow&Long Radius Elbow (Parisher & Rhea,
2002)
2. Tee
Tee dugunakan untuk percabangan yang berbentuk huruf
“T” dengan sidut antara lengan 90˚.
Gambar 2.9 Weld Tee (Parisher & Rhea, 2002)
3. Stub-In
Metode lain untuk membuat pecabangan adalah dengan stub-
in, metode ini dilakukan dengan cara membuat lubang pada pipa
-
25
utama kemudian memasukkan pipa cabang ke lubang pada pipa
utama, kemudian dilas.
Gambar 2.10 Stub-In Connextions
2.10. Valve
Valve merupakan alat untuk mengontrol laju aliran dalam pipa Valve
diproduksi dalam beragam ukuran, bentuk, dan untuk berbagai aplikasinya di
lapangan, pada umumnya dalam produksi valve ada beberapa jenis yaitu (Parisher
& Rhea, 2002) :
1. Globe Valve
Globe valve dapat dilihat dari bentuk body nya yang bulat menyerupai
bola. Bagian aktuatornya bias berupa manual atau sistem otomatis
menggunakan pneumatik. Valve ini memiki celah dibagian body yang
dihalangi sebuah disc atau sering juga disebut dengan plug yang bisa bergerak
naik turun unuk membuka dan menutup valve. Globe valve digunakan
bilamana situasi throttling dibutuhkan sehingga valve ini bisa digunakan untuk
mengatur volume aliran yang melewatinya, berarti bisa digunakan untuk
membuka penuh, menutup penuh atau membuka/menutup sebagian.
Gambar 2.11 Globe Valve (Parisher & Rhea, 2002)
-
26
2. Gate Valve
Gate valve digunakan hanya untuk membuka penuh ataupun
menutup penuh aliran, tidak bisa digunakan untik throttling. Valve ini cocok
digunakan untuk aliran yang memiliki tekanan kecil.
Gambar 2.12 Gate Valve (Parisher & Rhea, 2002)
3. Check Valve
Check valve adalah alat yang digunakan membuat aliran fluida hanya
mengalir ke satu arah sehingga valve ini mencegah terjadinya aliran balik
atau back flow. Bentuk disc dari valve ini cukup unik dengan memisahkan
port inlet dan outet menggunakan sebuah plug berbentuk kerucut yang
terletak pada sebuah dudukan. Ketika terjadi forward flow, plug akan
terdorong oleh tekanan fluida sehingga lepas dari dudukannya sehingga
fluida mengalir menuju saluran outlet, dan apabila terjadi back flow, plug
yang semula terangkat akan menutup kembali akibat tekanan fluida yang
mencoba kembali, jadi semakin besar tekanan baik suatu fluida maka
semakin rapat pula posisi plug pada dudukannya, sehingga fluida tidak
dapat mengalir kembali.
-
27
Gambar 2.13 Check Valve (Parisher & Rhea, 2002)
2.11. WBS
WBS merupakan tahapan/urutan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Sebelum menghitung persamaan 2.13, terlebih dulu menetukan jenis kegiatan/work
breakdown structure (WBS) yang akan dilakukan setelah itu masuk ke
persamaan 2.13, yang menunjukkan persamaan perhitungan produktivitas per hari.
Dimana produktivitas dipengerahui jumlah volume yang dikerjakan dengan durasi
yang tersedia. Digunakan mengetahui per orang/tim mampu mengerjakan suatu
pekerjaan, sehingga mendapatkan berapa tambahan yang diperlukan untuk
mendapatkan produktivitas per harinya (Mubarok, Rizal, & Arumsari, 2017)
𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 (2.23)
2.12. Volume
1. Piping Work Volume
Piping Work Volume merupakan perhitngan untuk mengetahui
volume pekerjaan pada proyek yang akan dikerjakan, dari work volume
tersebut kita dapat mengetahui jumlah dia-inch, surface dan beban untuk
pekerjaan nya.
2. Piping List Material
Piping List material merupakan acuan untuk pembelian material
yang akan diserahkan pada procurement (pengadaan).
-
28
2.13. Project Evaluation and Review Technique (PERT)
PERT adalah metode yang ditemukan dalam upaya meningkatkan kualitas
perencanaan dan pengendalian dalam proyek. Bila CPM memperkirakan waktu
komponen kegiatan proyek dengan pendekatan deterministik satu angka yang
mencerminkan adanya kepastian, maka PERT direkayasa untuk 75 menghadapi
situasi dengan kadar ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi pada aspek kurun
waktu kegiatan. PERT memakai pendekatan yang menganggap bahwa kurun waktu
kegiatan tergantung pada banyak faktor dan variasi, sehingga lebih baik perkiraan
diberi rentang (range), yaitu dengan memakai tiga angka estimasi. PERT juga
memperkenalkan parameter lain yang mencoba mengukur ketidakpastian tersebut
secara kuantatif seperti deviasi standar dan varians. Dengan demikian metode ini
memiliki cara yang spesifik untuk menghadapi hal tersebut yang memang hampir
selalu terjadi pada kenyataannya dan mengakomodasinya dalam berbagai bentuk
perhitungan (Rani, 2016).
PERT diperkenalkan dalam rangka merencanakan dan mengendalikan
proyek besar dan kompleks, yaitu pembuatan peluru kendali Polaris yang dapat
meluncur dari kapal selam di bawah permukaan air. Proyek tersebut melibakan
beberapa ribu kontraktor dan rekanan dimna pemilik proyek berkeinginan
mengetahui apakah peristiwa–peristiwa yangmemiliki arti penting dalam
penyelenggaraan proyek seperti, milestone, dapat dicapai oleh mereka atau bila
tidak seberapa jauh penyimpanganya. Hal ini menunjukan PERT lebih berorientasi
keterjadinya peristiwa (event oriented) sedangkan CPM condong ke oerientasi
kegiatan (activity oriented). Pada gambar 2.2 dijelaskan tentang proses pekerjaan
mengecor pondasi. Disini metode PERT yang berorientasi terjadinya peristiwa,
ingin mendapatkan penjelasan kapan peristiwa mengecor pondasi dimulai E(i) dan
kapan peristiwa mengecor pondasi selesai E(j). Sedangkan CPM menekankan
keterangan perihal pelaksanaa kegiatan mengecor pondasi dan berapa lama waktu
yang diperlukan (D). Meskipun diantara terjadinya suatu peristiwa tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai atau melahirkan
peristiwa tersebut, namun penekanan yang dimiliki masing–masing 76 metode
perlu diketahui untuk memahami latar belakang dan maksud pemakaiannya.
-
29
Gambar 2.14 Orientasi Peristiwa versus kegiatan (Rani, 2016)
Pada PERT, penekanan diarahkan kepada suatu kegiatan yang mendapatkan kurun
waktu yang paling akurat. The Statistical analysis approach requires that activity
times be statedin term of three reasonable times estimates (optimistic time, most
likely time, and pessimistic time), with three estimates the project manager has
enough information to estimate probability that an activity will be completed on
schedule (Caesaron & Thio, 2015). Artinya bahwa dalam melakukan perkiraan
waktu proyek cukup menggunakan tiga waktu yang dirincikan sebagai berikut :
1. Waktu Optimis (a)
2. Waktu Realistis (m)
3. Waktu Pesimis (b)
𝑡𝑒 = 𝑎+4𝑚+𝑏
6 (2.24)
Dimana :
a = Waktu Optimis
b = Waktu Realistis
c = Waktu Pesimis
Setelah perhitungan durasi optimal dilakukan, selanjutnya adalah
menghitung varian yang dihitung pada jalur kritis yang dirincikan sebagai berikut :
-
30
𝑉 (𝑇𝑒) = 𝑠2 = (𝑏−𝑎
6)
2
(2.25)
Setelah perhitungan varian, selanjutnya adalah menghitung standart deviasi
yang dihitung berdasarkan yang dirincikan sebagai berikut :
𝑠 = √∑𝑉(𝑇𝑒) (2.26)
Setelah perhitungan standart deviasi, selanjutnya adalah menghitung z yang
dirincikan sebagai berikut :
𝑧 = 𝑋−𝑏
𝑠 (2.27)
Setelah perhitungan z, dicari nilai dari z tersebut yang merupakan nilai dari
Peluang keberhasilan dari proyek tersebut.
2.14. Critical Path Methode (CPM)
Pada tahun yang sama, sebuah proyek pembuatan pabrik kimia milik
perusahaan industry kimia “du Pont”, semula direncanakan akan membutuhkan
biaya total sebanyak US $ 10.000.000, kemudian rencana ini diperbaiki sehingga
biaya total proyek dapat ditekan menjadi US $ 9.000.000. Jadi manfaat perbaikan
rencana tersebut berupa penghematan biaya proyek sebesar 10% dari biaya rencana
semula. Metode yang mampu memperbaiki rencana semula tersebut kemudian
dikenal sebagai CPM (Critical Path Method) (Rani, 2016).
Tujuan pemakaian critical path method adalah sama dengan network
planning dalam penyelenggaraan proyek antara lain adalah agar proyek selesai pada
saat yang telah ditentukan sesuai dengan network diagram yang telah tertera. Hal
ini tidaklah selalu mungkin,sehingga selalu ada kemungkinan keterlambatan
pelaksanaan. Ada beberapa kegiatan yang mempunyai batas toleransi
keterlambatan, namun ada pula kegiatan yang tidak mempunyai batas toleransi
keterlambatan sehingga apabila kegiatan tersebut terlambat satu hari saja maka
akan mempengaruhi umur atau usia proyek. Kegiatan yang tidak mempunyai batas
toleransi keterlambatan disebut dengan kegiatankegiatan kritis. Untuk mengetahui
-
31
kegiatan-kegiatan kritis, perlu ditentukan dahulu peristiwa-peristiwa kritis.
Sedangkan lintasan kristis adalah lintasan yang dimulai dari peristiwa awal network
diagram sampai peristiwa akhir network diagram yang terdiri dari kegiatan-
kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa kritis, dan dummy (bila diperlukan).
1. Peristiwa Kritis
Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai tenggang waktu
atau saat paling awalnya (SPA) sama dengan saat paling akhir (SPL)-nya, atau
SPL - SPA = 0.
Gambar 2.15 Peristiwa Kritis terjadi pada 1,3,5,8 (Rani, 2016)
2. Kegiatan Kritis
Kegiatan kritis adalah kegiatan yang sangat sensitif terhadap
keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja,
sedangkan kegiatan-kegiatan lainnya tidak terlambat, maka umur proyek
tersebut akan mengalami keterlambatan selama satu hari.
Suatu kegiatan disebut sebagai kegiatan kritis bila:
a. Kegiatan tersebut terletak di antara dua peristiwa kritis.
b. Namun antara dua peristiwa kritis belum tentu terdapat kegiatan kritis.
c. Antara dua peristiwa kritis terdapat kegiatan kritis bila:
SPA i + L = SPA j atau SPA i + L = SPL j
d. Atau kegiatan tersebut mempunyai kelonggaran atau
tenggang waktu nol (0). rumus kelonggaran adalah K[ i,j ] = SPL j - L - SPA
i
-
32
Gambar 2.16 Contoh Kegiatan Kritis (Rani, 2016)
3. Lintasan Kritis
Lintasan kritis adalah lintasan yang terdiri dari kegiatan kritis, peristiwa
kritis dan dummy (jika ada). Lintasan kritis ini dimulai dari peristiwa awal
network diagram sampai dengan akhir network diagram berbentuk lintasan.
Mungkin saja terdapat lebih dari sebuah lintasan kritis dalam sebuah network
diagram.
Tujuan untuk mengetahui lintasan kritis adalah untuk mengetahui
dengan cepat kegiatan-kegiatan dan peristiwaperistiwa yang tingkat
kepekaaannya paling tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan, sehingga
setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijaksanaan penyelenggaraan
proyek, yaitu terhadap kegiatan-kegiatan kritis dan hampir kritis.
Berdasarkan prosedur dan rumus untuk menghitung umur proyek dan
lintasan kritis, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Umur lintasan kritis sama dengan umur proyek.
2. Lintasan kritis adalah lintasan yang paling lama umur pelaksanaannya dari
semua lintasan yang ada.
-
33
Gambar 2.17 Contoh Lintasan kritis (Rani, 2016)
Pada network diagram di atas yang merupakan lintasan kritis adalah
peristiwa nomor 1 dengan kegiatan D, peristiwa nomor 3, peristiwa nomor
5, kegiatan C , peristiwa nomor 8. Dan di dalam network diagram dibedakan
dengan simbol panah dua rangkap.
2.15. Produktifitas
Istilah produtifitas mempunyai arti yang berbeda-beda untuk setiap
individu. Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata
maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya.
Misalnya saja, “produktifitas“ adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu
perbandingan antara hasil keluaran (output) dan masukan (input) (Hutasoit, Sibi, &
Inkiriwang, 2017). Dengan demikian produktivitas dapat dirumus sebagai berikut :
𝑃 = 𝑂
𝐼 (2.28)
Dimana :
P = Produktifitas (m2/menit)
O = Output (m2)
I = Input (menit)
Ukuran Output (O) dapat dinyatakan antara lain dalam bentuk :
1. Jumlah satuan fisik produk / jasa
2. Nilai Rupiah Produk / jasa
-
34
Ukuran Input (I) dapat dinyatakan antara lain dalam bentuk :
1. Jumlah waktu
2. Jumlah tenaga kerja
3. Jumlah biaya tenaga kerja
4. Jumlah material
Untuk satuan dari Output (O) sebagai jumlah satuan fisik produk bisa
dinyatakan dalam m2, dan untuk satuan dari Input (I) sebagai jumlah waktu bisa
dinyatakan dalam menit, dengan demikian dari produktivitas (P) bisa dinyatakan
dalam bentuk m2 / menit.
Faktor yang mempengaruhi Produktifitas :
1. Kondisi Fisik Lapangan Dan Sarana Bantu
2. Iklim Musim dan Keadaan Cuaca
3. Keadaan Fisik Lapangan
4. Sarana Bantu
5. Komposisi Kelompok Kerja
6. Ukuran Besar Proyek
7. Pekerja Langsung Versus Sub Kontraktor
8. Kurva Pengalaman
9. Kepadatan Tenaga kerja
2.16. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Biaya adalah semua sumber daya yang harus dikorbankan untuk mencapai
tujuan spesifik atau untuk mendapatkan sesuatu sebagai gantinya. Biaya proyek
adalah biaya yang digunakan selama proyek itu berlangsung sampai proyek tersebut
selesai (Arbana & Pandia, 2007). Berdasarkan pengertiannya,biaya terdiri dari
biaya langsung (direct) dan biaya tidak langsung (indirect).
1. Biaya langsung (direct) adalah biaya yang terkait langsung dengan suatu proyek
sehingga dapat ditellusuri secara tepat. Contoh dari biaya langsung yaitu, gaji
karyawan proyek, pembelian barang proyek, dll.
-
35
2. Biaya tidak langsung (indirect) adalah biaya yang terkait dengan suatu proyek,
tetapi tidak dapat ditelusuri secara tepat. Contoh biaya tak langsung yaitu
tagihan listrik perusahaan, biaya sewa kantor untuk kegiatan perusahaan dan
berbagai proyek.
Gambar 2.18 Rencana Anggaran Biaya (Arbana & Pandia, 2007)
2.17. Commissioning
Commissioning merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa
sistem telah beroperasi secara andal dan efisien. Tujuan Commissioning adalah
untuk memastikan bahwa peralatan tersebut memenuhi dengan pengaturan tertentu
dari kondisi yang dirancang (Azharuddin, Hidayati, & Pratama, 2017).
Commissioning pada sistem perpipaan terdiri dari tes pada equipment dan tes pada
sistem perpipaannya.
2.18. Kurva-S
S-Curve atau Kurva S adalah suatu grafik hubungan antara waktu
pelaksanaan proyek dengan nilai akumulasi progres pelaksanaan proyek mulai dari
awal hingga proyek selesai (Sugiarto, Hasyim, & Unas, 2017). Adapun fungsi
Kurva S adalah sebagai berikut:
1. Menentukan waktu penyelesaian proyek.
2. Menentukan waktu penyelesaian bagian proyek.
3. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.
4. Menentukan waktu untuk mendatangkan material dan alat yang akan dipakai.
-
36
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
-
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
-
37
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Sumber Data Penelitian
1. Data Sekunder
Data sekunder yang diperoleh dari Perencanaan Laboratorium
Plumbing PPNS katalog material, harga tenaga kerja, dan harga
peminjaman alat.
2. Data Primer
Perencanaan Laboratorium Plumbing PPNS berupa Dimensi ruang dan
kondisi ruang.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel yang diambil dalam penelitian yaitu perencanaan waktu, biaya dan
tenaga kerja yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Waktu
Data yang dibutuhkan untuk variabel waktu adalah tahapan setiap
kegiatan.
2. Variabel biaya
Data-data yang diperlukan dalam variabel biaya antara lain :
1. Daftar harga bahan
2. Upah pekerja
3. Variabel Tenaga Kerja
-
38
3.3. Diagram Alir Pengerjaan
Mulai
Mengidentifikasi
dan Merumuskan
Masalah
Studi Lapangan Studi Literatur
Pengumpulan Data
Desain Penataan ruang
(Lay-out)
Desain fire sprinkler system
Tahap Identifikasi
Tahap Pengumpulan Data
Perhitungan
Headloss
Tekanan pada Sprinkler
Head Pompa
Daya Pompa
Penyusunan WBS
Produktifitas Pekerja
Penjadwalan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Tahap Kesimpulan dan Saran
Tahap Pengolahan Data
PERT & CPM
Data Primer
Dimensi ruang
Kondisi Ruang
Data Sekunder
Catalog material & equipment
Code and standart design
Perhitungan Piping Work
Volume
Analisa Biaya
S-Curve
Desain sistem Pemanas
ruangan
Perhitungan
Daya Heater
-
39
Gambar 3.1 Diagram Alir
3.4. Langkah-langkah Penelitian
3.4.1. Tahap Identifikasi Masalah
Tahap identifikasi awal ditujukan untuk menetapkan tujuan dan
diadakan identifikasi mengenai permasalahan terhadap tugas akhir yang
akan dikerjakan. Adapun isi dari tahap ini antara lain sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah dan penetapan tujuan.
Tahap Identifikasi Masalah merupakan Proses Pengamatan dan
Pemikiran sehingga dapat dilakukan penelitian. Pada tahap ini juga
dilakukan penetapan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini. Pada
penelitian ini, diangkat permasalahan mengenai perencanaan desain fire
sprinkler system untuk pembangunan Laboratorium Plumbing PPNS.
2. Studi Lapangan dan Literatur.
Pada Tahap ini dilakukan pengamatan secara langsung dan tidak
langsung. Pengamatan secara langsung dilakukan untuk melihat kondisi
aktual lapangan yang akan dibangun. Pengamatan secara tidak langsung
dilakukan dengan melihat Isometri. Pengumpulan dasar teori yang
berhubungan sebagai acuan penelitian.
3.4.2. Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang berkaitan dengan dengan permasalahan
yang akan dibahas. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data
sekunder.
Data Primer merupakan data yang diambil langsung berdasarkan
survey lapangan tepatnya berada di Lokasi perencanaan pembangunan
Laboratorium Plumbing PPNS. Data sekunder adalah data yang
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian sebagai data-data
pendukung dalam penelitian.
1. Data Primer
a. Dimensi atau pengukuran ruang
b. Kondisi ruang
-
40
2. Data Sekunder
a. Catalog dan spesifikasi untuk material dan equipment.
b. Code and Standart untuk desain.
c. Beberapa referensi yang dapat menunjang dalam proses penelitian.
3.4.3. Tahap Pengolahan Data
Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap pengumpulan data,
hal-hal tersebut antara lain :
1. Desain penataan ruang (Lay-out) Laboratorium Plumbing untuk
menentukan penempatan bilik (kamar), serta pertimbangan jalan
(access) dan halangan kondisi sekitar ruang.
2. Desain fire sprinkler system dimulai dari pengerjaan PFD (Process Flow
Diagram), P&ID (Piping & Instrument Diagram), Routing Pipa dengan
Lay-out 2 dimensi, Routing Pipa 3 dimensi, Isometri hingga MTO
(Material Take Off) termasuk penentuan tanki penyimpanan air.
3. Perhitungan Headloss untuk memastikan kehilangan loses dalam pipa.
4. Tekanan pada sprinkler berdasarkan NFPA 13.
5. Perhitungan Head pompa.
6. Perhitungan Daya Pompa digunakan untuk menentukan jenis pompa
yang digunakan.
7. Desain sistem sistem ventilasi dan pengkondisian udara dimulai dari
pengerjaan PFD (Process Flow Diagram), P&ID (Piping & Instrument
Diagram), Routing Pipa dengan Lay-out 2 dimensi, Routing Pipa 3
dimensi, Isometri hingga MTO (Material Take Off)
8. Perhitungan daya heater
9. Membuat Work Breakdown Structure (WBS).
10. Menghitung work volume untuk mengetahui quantity material yang
akan digunakan untuk menentukan Dia-Inch, jumlah joint, surface,
weight.
11. Menganalisa Produktifitas pekerja.
-
41
12. Penjadwalan pekerjaan untuk mengetahui lama waktu proyek akan
selesai.
13. Analisa pengendalian proyek menggunakan metode PERT & CPM.
14. Melakukan Analisa biaya.
15. Membuat S-Curve.
3.4.4. Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini didapatkan kesimpulan berupa hasil dari management
project yang mulai dari desain, pembelian material, summary for erector,
serta durasi waktu pengerjaan proyek tersebut. Saran yang dimaksud dari
perencanaan ini adalah sebagai referensi perencanaan untuk proyek
selanjutnya yang memiliki keterkaitan object.
3.5. Jadwal Penelitian
a. Tempat
Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di kampus Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS).
b. Waktu
Waktu pengerjaan Tugas Akhir ini dilakukan secara bertahap.
tahap proses identifikasi awal permasalahan Tugas Akhir dilaksanakan
pada bulan Januari 2019. Untuk pengerjaan dan penyelesaian tugas
akhir di mulai pada bulan Januari 2019 diawali dengan pengajuan
proposal tugas akhir dan dilanjutkan hingga ± 5 bulan setelah pengajuan
propos
-
42
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1Mengidentifikasi dan
Merumuskan masalah6 2 2 2
2 Studi Lapangan dan Literatur 6 2 2 2
3 Pengumpulan data 6 2 2 2
4Penyusunan Proposal Tugas
Akhir8 2 2 2 2
5 Pengolahan data 40 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Desain Penataan Ruang (Lay-
Out)
Desain sistem pemanas
ruangan dan sistem sprinkler
Perhitungan (Headloss,
Tekanan pada Sprinkler,
Head Pompa, Daya Pompa,
Daya heater)
Penyusunan WBS
Perhitungan Piping Work
Volume
Produktifitas Pekerja
Penjadwalan
PERT & CPM
Analisa Biaya
S-Curve
6 Kesimpulan dan Saran 20 4 4 4 4 4
7Penyusunan Laporan Tugas
Akhir14 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
100 8 8 8 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 8 7 7 7 7 3 1 1 1 1 1
8 16 24 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 56 64 71 78 85 92 95 96 97 98 99 100
Jumlah Kumulatif
Progress Tugas Akhir
Waktu Pengerjaan
No. KegiatanBobot
(%)Jan'19 Feb'19 Mar'19 Apr'19 Mei'19 Jun'19 Jul'19
-
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
-
43
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Data yang diperlukan dalam pengerjaan ini didapat dari observasi langsung
ke lapangan untuk mendapatkan dimensi ruangan Laboratorium yang akan di
dibangun sistem perpipaannya. Dalam observasi ini didapatkan dimensi ruangan
dengan Panjang 27250 mm dan Lebar 5250 mm.
Gambar 4.1 Dimensi Laboratorium Plumbing
4.2 Layout Laboratorium Plumbing
Dalam sub-bab ini ditampilkan tentang layout ruangan dengan fixture yang
mengacu pada international plumbing code, national plumbing code standard.
Gambar 4.2 Layout Basement
-
44
Gambar 4.3 Layout 1st floor
Gambar 4.4 Layout 2nd floor
Gambar 4.5 Layout 3rd floor
-
45
4.3 3D dan Isometri Sistem Pemanas Ruangan dan Sistem Sprinkler
Hasil routing dari pekerjaan desain pada layout kemudian dapat ditentukan
isometri nya serta MTO ( material take off) dari tiap line number (Terlampir).
Gambar 4.6 3D Heating Room and Sprinkler System
4.4 Perhitungan Material
Dari hasil desain dan MTO tersebut dapat diketahui kebutuhan material.
Berikut kebutuhan material untuk sprinkler system dapat dilihat pada Tabel 4.1
-
46
Tabel 4.1 Kebutuhan Material
No. System Description
Size (Inch) Thk (mm) /
Sch Pressure
Class End Standard Material Qty Unit
No.1 No.2 No.1 No.2
1 Sistem Sprinkler PIPE 1/2 SCH-
10 PE
ASME
B36.10M
ASTM A53 GR B
SMLS 6 m
2 Sistem Sprinkler PIPE 1 SCH-
10 PE
ASME
B36.10M
ASTM A53 GR B
SMLS 54 m
3 Sistem Sprinkler PIPE 1
1/2
SCH-
10 PE
ASME
B36.10M
ASTM A53 GR B
SMLS 18 m
4 Sistem Sprinkler ELBOW 90 1 3000 LB SW ASME B16.11 ASTM A234 WPB 38 Pcs
5 Sistem Sprinkler ELBOW 90 1
1/2 3000 LB SW ASME B16.11 ASTM A234 WPB 11 Pcs
6 Sistem Sprinkler CON RED 1
1/2 1 3000 LB SW ASME B16.11 A105 2 Pcs
7 Sistem Sprinkler EQUAL TEE 1 3000 LB SW ASME B16.11 ASTM A234 WPB 10 Pcs
8 Sistem Sprinkler EQUAL TEE 1
1/2 3000 LB SW ASME B16.11 ASTM A234 WPB 4 Pcs
9 Sistem Sprinkler RED TEE 1
1/2 1 3000 LB SW ASME B16.11 ASTM A234 WPB 2 Pcs
-
47
10 Sistem Sprinkler RED TEE 1
1/2 1/2 3000 LB SW ASME B16.11 ASTM A234 WPB 2 Pcs
11 Sistem Sprinkler CAP 1
1/2 3000 LB SW ASME B16.11 A105 3 Pcs
12 Sistem Sprinkler CAP 1/2 3000 LB SW ASME B16.11 A105 2 Pcs
13 Sistem Sprinkler BALL VALVE 1
1/2 150 LB SW ASME B16.5
BB,OS&Y, TRIM
1, A216
WCB/A105,
MANUAL
3 Pcs
14 Sistem Sprinkler CHECK VALVE 1
1/2 800 LB SW
ASME B16.10
/ ASME
B16.34 /
ASME B16.5
BB, OS&Y, TRIM
5, A105, PISTON 4 Pcs
15 Sistem Sprinkler GATE VALVE 1
1/2 800 LB SW
ASME B16.10
/ ASME
B16.34 /
ASME B16.5
BB, OS&Y, TRIM
5, A105, PISTON 5 Pcs
16 Sistem Sprinkler GATE VALVE 1/2 800 LB SW
ASME B16.10
/ ASME
B16.34 /
ASME B16.5
BB, OS&Y, TRIM
5, A105, PISTON 3 Pcs
17 Sistem Pemanas
Ruangan PIPE 3/4 PN-20 PE PP-R 14 Pcs
18 Sistem Pemanas
Ruangan PIPE 1 PN-20 PE PP-R 2 Pcs
19 Sistem Pemanas
Ruangan PIPE 2 PN-20 PE PP-R 1 Pcs
-
48
20 Sistem Pemanas
Ruangan ELBOW 90 3/4 SW PP-R 37 Pcs
21 Sistem Pemanas
Ruangan ELBOW 90 1 SW PP-R 11 Pcs
22 Sistem Pemanas
Ruangan CON RED 1 3/4 SW PP-R 4 Pcs
23 Sistem Pemanas
Ruangan EQUAL TEE 1 SW PP-R 2 Pcs
24 Sistem Pemanas
Ruangan RED TEE 1 1/2 SW PP-R 2 Pcs
25 Sistem Pemanas
Ruangan COUPLER 2 SW PP-R 3 Pcs
26 Sistem Pemanas
Ruangan FLANGE 2 SW PP-R 3 Pcs
27 Sistem Pemanas
Ruangan
STRAIGHT WAY
VALVE 3/4 SW PP-R 4 Pcs
28 Sistem Pemanas
Ruangan
STRAIGHT WAY
VALVE 1 SW PP-R 4 Pcs
29 Sistem Pemanas
Ruangan
STRAIGHT WAY
VALVE 2 SW PP-R 3 Pcs
30 Sistem Sprinkler CENTRIFUGAL
PUMP 2 Pcs
31 Sistem Sprinkler SPRINKLER 1/2 12 Pcs
32 Sistem Sprinkler HEATER 2 Pcs
33 Sistem Pemanas
Ruangan RADIATOR 2 Pcs
-
49
4.5 Perhitungan Head Pompa
4.5.1. Perhitungan Head Pompa (Manual)
Tabel 4.2 Nilai Operasi Sistem Sprinkler
Q 0,0023 m3/s 8,20 m3/jam
𝜌 1000 kg/m3
𝜇 0,001002 kg/ms g 9,81 m/s2
P1 1 atm 100000 Pa
V1 2 m/s
Z1 -1909 mm -1,909 m
P2 25 psi 172369 Pa
V2 4,50 m/s
Z2 4490 mm 4,49 m
Dalam merencanakan head total pompa, maka perlu diasumsikan
bahwa pompa harus mampu menyuplai kebutuhan air hingga jarak terjauh.
Untuk mendapatkan head total pompa maka dilakukan perhitungan sebagai
berikut:
• Perhitungan Bilangan Reynolds
𝑅𝑒 =𝜌𝑉𝐷
𝜇
=1000 𝑥 2 𝑥 0,04
0,001002
= 7,9 𝑥 104
Karena nilai Re > 4000 aliran didalam pipa termasuk aliran turbulen.
𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑝𝑖𝑝𝑒 𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ𝑛𝑒𝑠𝑠 = ℰ
𝐷
= 0,046
38,1
= 0,00121
-
50
Dari nilai Re dan e/D didapatkan nilai f dengan membaca moody Diagram
sebesar 0,0022.
• Perhitungan headloss mayor
ℎL = 𝑓𝐿
𝐷
𝑉2
2𝑔
= 0,0022 𝑥 10,74
0,04
22
2 𝑥 9,81
= 1,267 𝑚
• Perhitungan headloss minor
Tabel 4.3 Nilai k
Fitting size
(inch)
K
value
Elbow Standard Bend 1,5 0,63
Through Tee 1,5 0,42
Branch Tee 1,5 1,26
Gate Valve 1,5 0,15
Check Valve 1,5 2,6
Ball Valve 1,5 1,26
Elbow Standard Bend 1 0,69
Through Tee 1 0,46
ℎ = 𝐾𝑉2
2𝑔
= 0,63 𝑥 22
2 𝑥 9,81
= 0,128 𝑚
• Head Ketinggian
𝐻𝑒𝑎𝑑 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 = 𝑍2 − 𝑍1
= 4490 − (−1909 )
= 6,4 𝑚
-
51
• Head Tekanan
ℎ𝑃 =𝑃2 − 𝑃1
𝜌𝑔
= 172369 − 10000
1000 𝑥 9,81
= 7,38 𝑚
• Head kecepatan
ℎ𝐾 =𝑉22 − 𝑉12
2𝑔
= 4,52 − 22
2 𝑥 9,81
= 0,83 𝑚
• Head loss total
𝐻 = (ℎ𝐿 + ℎ𝑓)
= 15,61 m
• Head Pompa
𝐻 = (ℎ𝐿 + ℎ𝑓) + 𝑍 + ℎ𝑃 + ℎ𝐾
= 15,61 + 6,4 + 7,38 + 0,83
= 30,21 𝑚
-
52
• Daya Pompa
𝑃 = 𝜌𝑔𝑄𝐻
= 1000 𝑥 9,81 𝑥 0,0023 𝑥 30,21
= 675,52 𝑊
= 0,675 𝐾𝑊
Tabel 4.4 Perhitungan Headloss manual (1)
D A v
1,5 inch 38,1 mm 0,04 m 0,00114 m2 7200,00 m/jam 2,00 m/s
38,1 mm 0,04 m 0,00114 m2 7200,00 m/jam 2,00 m/s
38,1 mm 0,04 m 0,00114 m2 7200,00 m/jam 2,00 m/s
38,1 mm 0,04 m 0,00114 m2 7200,00 m/jam 2,00 m/s
38,1 mm 0,04 m 0,00114 m2 7200,00 m/jam 2,00 m/s
38,1 mm 0,04 m 0,00114 m2 7200,00 m/jam 2,00 m/s
1 inch 25,4 mm 0,03 m 0,00051 m2 16200,00 m/jam 4,50 m/s
1 inch 25,4 mm 0,03 m 0,00051 m3 16200,00 m/jam 4,50 m/s
Tabel 4.5 Perhitungan Headloss manual (2)
Re Aliran e/D f (moody
diagram) L
76047,9 Turbulen 0,00121 0,022 10735 mm 10,74 m
76047,9 Turbulen 0,00121 0,022 10735 mm 10,74 m
76047,9 Turbulen 0,00121 0,022 10735 mm 10,74 m
76047,9 Turbulen 0,00121 0,022 10735 mm 10,74 m
76047,9 Turbulen 0,00121 0,022 10735 mm 10,74 m
76047,9 Turbulen 0,00121 0,022 10735 mm 10,74 m
114071,9 Turbulen 0,00181 0,026 13303 mm 13,3 m
114071,9 Turbulen 0,00181 0,026 13303 mm 13,3 m
Tabel 4.6 Perhitungan Headloss manual (3)
K
value hl major hl minor
Qty
fitting
total hl
minor hl total
0,63 1,263749 0,12844 8 1,027523 1,392189 m
0,42 1,263749 0,085627 2 0,171254 1,349376 m
1,26 1,263749 0,256881 3 0,770642 1,520629 m
0,15 1,263749 0,030581 1 0,030581 1,29433 m
2,6 1,263749 0,530071 2 1,060143 1,79382 m
1,26 1,263749 0,256881 2 0,513761 1,520629 m
0,69 2,776197 0,712156 8 5,697248 3,488353 m
0,46 2,776197 0,474771 4 1,899083 3,250967 m 15,61029 m
-
53
Tabel 4.7 Perhitungan Head Pompa
Head Tekanan 7,38 m
Head Kecepatan 0,83 m
Head Ketinggian 6,40 m
Headloss 15,61 m
Head Pompa 30,21 m
Daya Pompa hidrolik
(Ph) 675,52 W 0,676 KW
4.5.2. Perhitungan Head Pompa (Software Pipe Flow Expert)
Untuk menghitung head pompa menggunakan software pipe flow
expert dilakukan pemodelan isometric dengan memilih jalur pipa
terpanjang pada system tersebut . Berikut merupakan pemodelan jalur
terpanjang pada sprinkler system tersebut :
Gambar 4.7 Pemodelan menggunakan Software Pipe Flow Expert
Untuk hasil running dari Pemodelan Sistem Sprinkler pada software
Pipe Flow Expert tersebut terdapat pada lampiran.
-
54
Tabel 4.8 Nilai Head Pompa
No Deskripsi Nominal Satuan
1 Pump Head (Manual Calculation) 30,21 m
2 Pump Head (Software Calculation) 28,377 m
%Error 6,08 %
4.6 Perhitungan Sistem Pemanas Ruangan
Perhitungan koefisien konduksi panas pada layer dapat dilihat pada
persamaan berikut :
Ku = 1
(δm − Dp)
λm
= 1
(0,1 −0,025 )
273
= 3640 𝑊/𝑚2𝐾
Kl = 𝜆1
𝐷𝑝
=15,1
0,02
= 755 𝑊/𝑚2𝐾
Setelah menghitung koefisien konduktifitas pada radiator, maka untuk heat
flux dapat dilihat dalam perhitungan berikut :
q = 𝐾𝑢 𝐾𝑙 ( 𝑡𝑤 – 𝑡𝑠 )
𝐾𝑢 + 𝐾1
= 3640 .755 . (35−20)
3640+755
= 9379,522 𝑊/𝑚2
Lalu dari perhitungan heat flux dapat dihitung temperatur antara pipa dengan
radiator pemanas ruangan :
-
55
tb = tw – 𝑞
𝐾1
= 35 − 9379,522
755
= 22,576 𝐶𝑜
Perhitungan perpindahan panas konveksi natural dapat dilihat dalam
perhitungan berikut :
H = 4𝑎𝑏
2(𝑎+𝑏)
= 4 . 2,942 . 1,4
2(2,942+1,4)
= 1,89 m
hc = 2,175
𝐻0,076(𝑡𝑠 − 𝑡𝑎)
0,308
= 2,175
1,890,076(26 − 20)0,308
= 3,59 𝑊/𝑚2𝐾
Perhitungan Kebutuhan panas untuk heater dapat dilihat sebagai berikut :
𝑄 = ℎ𝑐 . 𝐴 . (𝑇𝑤 − 𝑇𝑎)
= 3,59 . (2,942 . 1,4) . (35 − 20)
= 221,79 𝐽
Jadi, untuk memindahkan panas dari air panas dalam pipa 35 oC ke ruangan 20
oC dibutuhkan usaha sebesar 221,79 J
4.7 Work Breakdown Structure (WBS)
Penentuan WBS digunakan software Microsoft Project yang dapat dilihat
sebagai berikut :
-
56
Tabel 4.10 Penentuan WBS
Task Name Predecessors WBS
Pengadaan 1
Check List Material 1.1
Pemesanan Material 2 1.2
Pengiriman Material 2 1.3
Construction 2
Site survei preparation 2 2.1
Install Pompa 2.2
Centrifugal Pump 1 4 2.2.1
Centrifugal Pump 2 4 2.2.2
Install Heat