Perancangan Model Kompetensi Entepreneur Mahasiswa...

13
1 Perancangan Model Kompetensi Entepreneur Mahasiswa Sebagai Standart Penilaian Seleksi PMW Melalui Pendekatan BEI dan ANP (Study kasus di ITS-Surabaya) Desy Puspitasari, Patdono Suwignjo, Lantip Trisunarno Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:desy_pus@ ie.its.ac.id ; [email protected]; [email protected] Abstrak Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang telah dijalankan oleh pihak ITS sejak tahun 2009 belum memberikan hasil yang optimal, hanya 15% tim yang dikategorikan sukses. Salah satu faktor penyebabnya adalah sistem seleksi yang hanya didasarkan pada business plan tanpa dilakukan seleksi pada kompetensi calon penerima dana. Rancangan model kompetensi entrepreneur mahasiswa di ITS diharapkan dapat memperbaiki sistem seleksi tersebut. Penelitian ini diawali dengan melakukan kajian terhadap para penerima dana PMW 2009untuk mengklasifikasikan seluruh penerima dana ke dalam tim sukses dan tidak.Tahap selanjutnya adalah Behavioural Event Interview (BEI), Uji-T, Decision Making Trial and Evaluation Laboratory (DEMATEL) dan Analytic Network Process (ANP) untuk mengidentifikasi kompetensi superior beserta bobot kepentingannya. Tahap terakhir adalah validasi model kompetensi entrepreneur mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan model kompetensi entrepreneur mahasiswa yang terdiri atas 15 kompetensi superior. Kompetensi beserta bobotnya adalah sebagai berikut, komunikasi internal 0.346,monitoring 0.259, passion 0.177,intuisi 0.059, percaya diri 0.047, pemecah masalah 0.03, kredibilitas-integritas 0.028, hubungan bisnis 0.0095, keahlian 0.0095, inisiatif 0.009, pemikir sistematis 0.0061, pencarian informasi 0.0041, melihat dan memanfaatkan peluang 0.0015, orientasi efisiensi 0.000735. Berdasarkan hasil validasi terbukti bahwa nilai kompetensi terbobot sebanding dengan kesuksesan bisnis para penerima dana PMW. Kata kunci : Kompetensi Entrepreneur, Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), Behavioural Event Interview (BEI), Decision Making Trial and Evaluation Laboratory (DEMATEL), dan Analytic Network Network (ANP). ABSTRACT Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), which has been run by the ITS since 2009 have not provided optimal results, only 15% categorized as a successful team. One contributing factor is the selection system based on the business plan without any selection on the competence of the candidate receiving the funds. The design of competency models in ITS student entrepreneur is expected to improve the selection system. This study begins with a review of the PMW 2009untuk grantees classify all recipients of funds into the team is successful and not. The next stage Behavioural Event Interview (BEI), Test-T, Decision Making Trial and Evaluation Laboratory (DEMATEL) and Analytic Network Process (ANP) to identify superior competence and its importance weight. The last step is the validation of the competency model student entrepreneurs.Based on the results of research, it was a model student entrepreneurial competencies which consists of 15 superior competence. Competence and its weight consist of 15 superior competence. Competence and its weight is as follows, internal communications 0.346, monitoring 0.259, passion 0177, intuition 0.059, confident 0.047, problem solver 0.003, credibility- integrity 0028, business relations 0.0095, skills 0.0095, initiative 0.009, systematic thinker 0.0061, information search 0.0041 , view and take advantage of opportunities 0.0015, efficiency orientation 0.000735. Based on validation results proved that the weighted value of competence comparable to our business success PMW grantees. Keywords: Entrepreneur Competence, Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), Behavioural Event Interview (BEI), Decision Making Trial and Evaluation Laboratory (DEMATEL), and Analytic Network Network (ANP).

Transcript of Perancangan Model Kompetensi Entepreneur Mahasiswa...

1

Perancangan Model Kompetensi Entepreneur Mahasiswa Sebagai Standart Penilaian Seleksi PMW

Melalui Pendekatan BEI dan ANP (Study kasus di ITS-Surabaya)

Desy Puspitasari, Patdono Suwignjo, Lantip Trisunarno

Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:desy_pus@ ie.its.ac.id; [email protected]; [email protected]

Abstrak

Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang telah dijalankan oleh pihak ITS sejak tahun 2009 belum memberikan hasil yang optimal, hanya 15% tim yang dikategorikan sukses. Salah satu faktor penyebabnya adalah sistem seleksi yang hanya didasarkan pada business plan tanpa dilakukan seleksi pada kompetensi calon penerima dana. Rancangan model kompetensi entrepreneur mahasiswa di ITS diharapkan dapat memperbaiki sistem seleksi tersebut. Penelitian ini diawali dengan melakukan kajian terhadap para penerima dana PMW 2009untuk mengklasifikasikan seluruh penerima dana ke dalam tim sukses dan tidak.Tahap selanjutnya adalah Behavioural Event Interview (BEI), Uji-T, Decision Making Trial and Evaluation Laboratory (DEMATEL) dan Analytic Network Process (ANP) untuk mengidentifikasi kompetensi superior beserta bobot kepentingannya. Tahap terakhir adalah validasi model kompetensi entrepreneur mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan model kompetensi entrepreneur mahasiswa yang terdiri atas 15 kompetensi superior. Kompetensi beserta bobotnya adalah sebagai berikut, komunikasi internal 0.346,monitoring 0.259, passion 0.177,intuisi 0.059, percaya diri 0.047, pemecah masalah 0.03, kredibilitas-integritas 0.028, hubungan bisnis 0.0095, keahlian 0.0095, inisiatif 0.009, pemikir sistematis 0.0061, pencarian informasi 0.0041, melihat dan memanfaatkan peluang 0.0015, orientasi efisiensi 0.000735. Berdasarkan hasil validasi terbukti bahwa nilai kompetensi terbobot sebanding dengan kesuksesan bisnis para penerima dana PMW.

Kata kunci : Kompetensi Entrepreneur, Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), Behavioural Event Interview (BEI), Decision Making Trial and Evaluation Laboratory (DEMATEL), dan Analytic Network Network (ANP).

ABSTRACT Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), which has been run by the ITS since 2009 have not provided optimal results, only 15% categorized as a successful team. One contributing factor is the selection system based on the business plan without any selection on the competence of the candidate receiving the funds. The design of competency models in ITS student entrepreneur is expected to improve the selection system. This study begins with a review of the PMW 2009untuk grantees classify all recipients of funds into the team is successful and not. The next stage Behavioural Event Interview (BEI), Test-T, Decision Making Trial and Evaluation Laboratory (DEMATEL) and Analytic Network Process (ANP) to identify superior competence and its importance weight. The last step is the validation of the competency model student entrepreneurs.Based on the results of research, it was a model student entrepreneurial competencies which consists of 15 superior competence. Competence and its weight consist of 15 superior competence. Competence and its weight is as follows, internal communications 0.346, monitoring 0.259, passion 0177, intuition 0.059, confident 0.047, problem solver 0.003, credibility-integrity 0028, business relations 0.0095, skills 0.0095, initiative 0.009, systematic thinker 0.0061, information search 0.0041 , view and take advantage of opportunities 0.0015, efficiency orientation 0.000735. Based on validation results proved that the weighted value of competence comparable to our business success PMW grantees.

Keywords: Entrepreneur Competence, Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), Behavioural Event Interview (BEI), Decision Making Trial and Evaluation Laboratory (DEMATEL), and Analytic Network Network (ANP).

2

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Pengangguran adalah salah satu

masalah terbesar di Indonesia yang harus segera diatasi. Pada tahun 2009 tercatat bahwa total pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 9.258.964 orang dengan jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi sebanyak 626.621 orang (BPS, 2009). Departemen Pendidikan Nasional (DIKNAS) melalui Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) dalam rangka berusaha menanggulangi masalah tersebut telah membuat sebuah program, yaitu Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Program yang diusung sejak tahun 2009 bertujuan untuk menumbuh kembangkan jiwa wirausaha dan meningkatkan aktivitas kewirausahaan para calon lulusan perguruan tinggi (DIKTI, 2009).

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjadi salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang diamanahi oleh DIKTI untuk mengolah dana tersebut. Namun, setelah PMW berjalan satu tahun di ITS hasilnya belum optimal. Tim yang sukses hanya sejumlah 15 % dari total tim (Rahmat, 2010). Hasil ini sangat jauh dari harapan mengingat DIKTI telah memberikan modal yang sangat besar pada setiap tim, yaitu berkisar antara 20-30 juta. Banyak faktor yang menyebabkan PMW belum berjalan dengan optimal, salah satunya adalah adanya kekurangan pada sistem penyeleksian calon penerima dana yang dilakukan oleh pihak ITS, salah satunya adalah seleksi yang dilakukan hanya berdasar pada business plan saja tanpa menyeleksi kompetensi entrepreneur calon penerima dana. Oleh karena itu perlu dilakukan perancangan model kompetensi entrepreneur mahasiswa di ITS sebagai dasar dalam pembuatan standart penilaian seleksi pada calon penerima dana PMW. Harapan kedepan, dana untuk PMW dari DIKTI dapat dimanfaatkan oleh tim yang kompeten sehingga uang tersebut dapat lebih optimal dalam mencetak lulusan sarjana yang akan membuka lapangan kerja sendiri sehingga masalah pengangguran terbuka di Indonesia dapat terselesaikan. 1.2 Perumusan Masalah, Tujuan, Manfaat

Permasalahan yang akan dibahas dan diselesaikan dalam penelitian tugas akhir ini adalah bagaimana rancangan model kompetensi entrepreneur mahasiswa sebagai

standart penilaian seleksi Program Mahasiswa Wirausaha di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah mengembangkan kriteria kesuksesan untuk setiap tim penerima dana PMW 2009 di ITS, mengidentifikasi tim sukses dan tidak sukses dari penerima dana PMW 2009, mengidentifikasi kompetensi entrepreneur mahasiswa yang superior berdasarkan kompetensi yang dimiliki oleh kelompok tim yang sukses dan tidak dari PMW 2009, menentukan bobot dari setiap kompetensi entrepreneur mahasiswa yang superior, dan merancang model kompetensi entrepreneur mahasiswa yang dibangun dari kompetensi superior, bobot setiap kompetensi superior, dan standart level dari Pihak ITS

Manfaat yang didapat model kompetensi entepreneur mahasiswa dapat dijadikan sebagai standart penilaian kompetensi pada sistem seleksi calon penerima dana PMW ITS sehingga dana DIKTI dapat jatuh pada tangan yang lebih tepat. Model kompetensi entepreneur mahasiswa nantinya juga dapat diaplikasikan pada sistem seleksi calon penerima dana PMW di perguruan tinggi yang lain dengan menyesuaiakan standart level kompetensi sesuai dengan kebijakan instansi.

1.3 Batasan dan Asumsi Batasan yang digunakan dalam penelitian

tugas akhir ini adalah penelitian dilakukan pada mahasiswa ITS penerima dana PMW tahun 2009. Batasan yang kedua adalah penelitian dilakukan hingga tahap perancangan dan pengujian model kompetensi entrepreneur mahasiswa tidak sampai tahap implementasi.

Berikutnya mengenai asumsi, asumsi pada penelitian ini adalah perubahan signifikan tidak terjadi pada bisnis para mahasiswa penerima dana PMW 2009 selama penelitian berlangsung sehingga yang dikatakan sukses dan tidak sukses tetap. Asumsi yang kedua adalah para mahasiswa yang menjadi obyek penelitian dalam proses perancangan model kompetensi ini memiliki komitmen yang sama untuk memperbaiki proses seleksi PMW di ITS sehingga hasilnya optimal. Asumsi yang terakhir adalah model kompetensi yang

3

tercipta dapat bertahan selama kriteria dan ketentuan di lingkungan selama penelitian berlangsung masih tetap.

2 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian akan menjelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Secara keseluruhan, terdapat tiga tahapan utama dalam penelitian ini.

2.1 Tahap Identifikasi Masalah

Pada tahapan ini dilakukan identifikasi mengenai kondisi existing atau gambaran umum dari Program Mahasiswa Wirausaha di ITS yang akan diamati. Dengan berdasar pada identifikasi awal tersebut, akan dapat dipahami dengan baik bentuk permasalahan yang akan diteliti. Tahapan ini terdiri atas identifikasi masalah, perumusan masalah dan tujuan, studi literatur, dan studi lapangan.

2.1.1 Identifikasi Masalah

Perumusan masalah dilakukan dengan menentukan masalah yang akan dibahas dalam penelitian. Permasalahan dalam penelitian ini identifikasi kompetensi enteprenur muda dan rekomendasi apa yang dapat diberikan untuk memperbaiki Sistem Seleksi PMW.

2.1.2 Studi Lapangan Tahapan kedua dalam penelitian tugas akhir ini adalah survei pendahuluan terkait dengan kondisi umum Program Mahasiswa Wirausaha di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Survei pendahuluan dilakukan bersamaan dengan studi literatur karena penelitian ini bersifat paralel.

2.1.3 Studi Literatur Studi literatur merupakan tahap

pengumpulan kajian pustaka terkait dengan konsep kompetensi, Program Mahasiswa Wirausaha, dan tools yang akan digunakan. Studi Literatur ini akan mempermudah pemahaman metode dan proses pengerjaan penelitian.

2.2 Tahap Klasifikasi Tim Sukses dan Tidak Sukses

Tahapan ini terdiri atas tahap penyusunan kriteria kesuksesan penerima dana PMW di ITS, Tahapan pengumpulan data tim, dan Tahapan pengolahan data output tim.

2.2.1 Tahapan penyusunan kriteria kesuksesan penerima dana PMW di ITS. Sebagai salah satu institusi yang menerima dana PMW dari DIKTI. Pihak ITS

belum memiliki kriteria kesuksesan dari setiap unit bisnis yang mendapatkan dana PMW di ITS. Hal ini menyebabkan pihak ITS tidak bisa menentukan tim mana yang tim sukses dan tim tidak sukses. Oleh karena itu dilakukan penyusunan kriteria kesuksesan berdasar pada tinjauan pustaka, pedoman DIKTI, Pihak UNAIR, Kopertis dan Mahasiswa.

2.2.2. Tahapan pengumpulan data tim

Pada tahapan ini dilakukan structured and semi structured interviewnpada 32 tim PMW tahun 2009 untuk mengukur output atau hasil bisnis setiap tim. Alat ukur yang digunakan adalah kriteria kesuksesan yang telah dibangun pada tahap sebelumnya.

2.2.3 Tahapan pengolahan data output tim.

Pengolahan ini dilakukan dengan menggunakan uji k-mean cluster . Pengujian ini dilakukan dengan bantuan software SPSS 14. Tujuan utama dari pengeolahan data ini adalah mengolah data dari tahapan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengklasifikasikan para penerima dana PMW 2009 pada kelompok sukses dan tidak sukses.

2.3 Tahap Perancangan Model Kompetensi

Model kompetensi entrepreneur mahasiswa ini terdiri atas kompetensi superior, bobot setiap kompetensi superior dan nilai standard yang diminta olah pihak ITS. Tahapan pembuatannya adalah sebagai berikut

2.3.1 Tahapan pembuatan indikator perilaku sesuai level kompetensi

Indikator perilaku dibangun untuk dijadikan sebagai alat ukur dari hasil wawancara BEI (Behavioural Event Interview) yang akan dilakukan pada tahapan berikutnya. Indikator ini dibuat berdasarkan kombinasi antara kompetensi pada model generik kompetensi entrepreneur (Spencer dan Spencer, 1993), dan berdasarkan kompetensi yang diinginkan oleh PMW (DIKTI, 2009) serta karakteristik wirausaha mahasiswa (Khasali,R, 2010).

2.3.2 Tahap Behavioural Event Interview Tahapan ini akan dilakukan pengumpulan data, yaitu dengan menggunakan Behavioural Event Interview pada kelompok yang telah terklasifikasikan menjadi kelompok sukses dan tidak sukses. Melalui pertanyaan tersruktur yang diberikan pada kedua

4

kelompok, diharapkan dapat mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing kelompok.

2.3.3 Tahap Uji T

Dengan menggunakan uji-t, hasil analisa BEI yang berupa nilai level kompetensi setiap responden BEI diuji untuk dapat dilihat perbedaan kompetensi yang significant berbeda diantara kedua kelompok. Nilai tersebut didapatkan dari hasil analisis BEI dengan menggunakan alat ukur yang telah dibuat pada tahap 2.3.1. Kompetensi yang signifikan beda berarti kompetensi tersebut adalah kompetensi superior yan menjadikan kelompok sukses menjadi sukses bisnisnya.

2.3.4 Tahap perhitungan DEMATEL

Perhitungan DEMATEL menghasilkan peta-impact graph. Peta-impact graph tersebut akan memperlihatkan hubungan keterkaitan antar kelompok kompetensi. Hasil pengolahan data ini akan menjadi inputan pada tahap pengolahan data berikutnya yaitu ANP.

2.3.5 Tahap pengolahan data ANP

Pengolahan data ini dilakukan untuk menentukan bobot untuk setiap kriteria kompetensi dan rincian tugas dari kompetensi dengan memperhitungkan faktor keterkaiatan hasil olahan DEMATEL. Pembobotan ini dilakukan dengan pertimbangan dari para expert. Expert yang berpartisipasi adalah para praktisi. Pembobotan yang dilakukan dengan menggunakan Software Super Decision 2000.

2.4 Tahap Validasi model kompetensi entrepreneur mahasiswa, Analisis, dan Kesimpulan

2.4.1 Tahapan validasi model kompetensi entrepreneur

Validasi dilakukan dengan cara uji coba model kompetensi pada penerima dana PMW 2010, dengan melakukan BEI berdasarkan indikator perilaku dinilai level dari setiap kompetensi lalu dibandingkan dengan level standart dari ITS. Jika hasilnya sebanding dengan kesuksesan bisnis di kenyataan artinya model ini valid.

2.4.2 Tahap analisis dan interpretasi

Pada tahap ini peneliti melakukan analisa dan interpretasi hasil olahan data terhadap Model kompetensi yang dimiliki oleh para Entrepreneur muda di ITS. Menganalisa

bobot yang terbentuk untuk setiap kompetensi entrepreneur. Selanjutnya menganalisa menganalisa hasil validasi model kompetensi. 2.4.2 Tahap kesimpulan dan saran

Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah menarik kesimpulan dari seluruh rangkaian penelitian yang telah dilakukan. Tahapan ini merupakan jawaban perumusan masalah dan tujuan beserta saran.

3. Hasil dan Diskusi 3.1 Kriteria Kesuksesan Bisnis PMW Selama satu tahun berjalan, PMW di ITS belum memiliki kriteria kesuksesan yang menjadi paramamter dalam mengukur keberhasilan setiap tim penerima dana. Oleh karena itu perlu dikembangkan kriteria kesuksesan bersumber dari tinjauan pustaka (Antara, 2010), (Bisnis UKM, 2010), (Tahija,J.,1997),dan (Universitas Bisnis,2010). Sumber berikutnya berasal dari pedoman PMW (DIKTI,2009), Pandangan mahasiswa, KOPERTIS (Maschfudah,A., 2010) dan UNAIR (Firmansyah, A.,2010).

Proses pengembangan kriteria kesuksesan dilakukan dengan cara membandingkan kriteria kesuksesan dari setiap sumber selanjutnya mencari kriteria yang sama. Hasil akhir dari pengevaluasian dan pengembangan kriteria kesuksesan terdapat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kriteria kesuksesan usaha PMW ITS

Berdasarkan kriteria kesuksesan yang telah terbentuk untuk PMW di ITS, langkah selanjutnya adalah membuat indikator penilaian pada setiap kriteria kesuksesan. Indikator penilaian kriteria kesuksesan yang terdapat pada tabel 3.2 telah tervalidasi oleh pihak expert.

5

Tabel 3.2 Indikator Penilaian kriteria kesuksesan bisnis

(Soehardjoepri, 2010)

3.2 Tim Sukses dan Tim Gagal Setelah indikator penilaian terbentuk, dilakukan structured dan semi structured interview untuk mendapatkan data yang lebih akurat kepada 32 responden penerima dana Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) tahun 2009. Hasil yang didapatkan adalah output dari masing-masing unit usaha berdasarkan kriteria kesuksesan pada tabel 3.1 dengan menggunakan indikator kesuksesan pada tabel 3.2 sebagai alat ukurnya. Nilai dari setiap kelompok diolah dengan menggunakan uji-k mean cluster dengan k=2 untuk mengklasifikasikan tim sukses dan tim gagal. Software SPSS 14. digunakan sebagai alat bantu dalam pengujian ini. Step pengujiannya adalah analyze→classify→k-mean cluster → k=2 ( Agusta,Y., 2007). Hasilnya adalah 8 tim

masuk kelompok sukses dan 24 tim masuk pada tim tidak sukses. Kelompok tim sukses terdiri atas Das, Cicak,ilmikom, ardha photography, recycle shop, hetrict lamp, FEDC dan BITE. Sedangkan tim tidak sukses terdiri atas Sweet Blimbi, IPC, N-JOY comic, epc, paper craft, potea, boom yogurt, Sepatu Lukis, jamur tiram putih, software , cashway, Rolling Distro, Student Ojek, d'pywy, Aria Solution, Cheap n clean, Kacang Shanghai, Bursa Teknik Mesin, afnon training, susu kedelai, KAKI-shirt, audio electronic compatible, Binatu Solusi, Kaos kado unik. Perbedaan hasil rata-rata diantara kedua kelompok disetiap kriteria terdapat pada tabel 3.3 . Kriteria yang paling significant berbeda adalah kelancaran cash flow yaitu 1,1 selisihnya.

Tabel 3.3 Selisih rata-rata nilai tim sukses dan tim tidak sukses

6

3.3 Kompetensi Tim sukses dan gagal

3.3.1 Indikator Perilaku Kompetensi Setelah didapatkan klasifikasi tim sukses dan tim tidak sukses, selanjutnya dilakukan proses Behavioural Event Interview (BEI) untuk mendapatkan informasi mengenai kompetensi yang dimiliki oleh responden kelompok tim sukses dan tim tidak sukses. BEI adalah salah satu metode untuk menilai kompetensi seseorang dengan tingkat keakuratan yang tinggi ( Davidrijanto, 2004). Metode BEI yang dilakukan berupa wawancara untuk menggali pengalaman didasarkan pada 4 pertanyaan STAR (Situation, Task, Action, dan Result)(Alan,

2010). Tahapan yang harus dilakukan sebelum BEI dilakukan adalah pembuatan indikator penilaian kompetensi. Tujuan dibuatnya indikator ini adalah untuk dijadikan acuan dalam penilaian pada kompetensi yang didapat dari BEI. Indikator penilaian beserta kompetensi dibuat berdasarkan model kompetensi generik entrepreneur (Spencer dan Spencer, 1993). Indikaotor ini memiliki level kompetensi (Dreyfus,H.l,1986) sehingga tidak diperlukan proses validasi. Indikator penilaian kompetensi yang telah dibuat, adapun contoh bentuknya terdapat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Contoh Indikator Kompetensi

Secara lengkap, indikator perilaku kompetensi yang digunakan dalam membantu penilaian BEI terdapat pada lampiran laporan TA.

3.3.2 Hasil Olahan Behavioural Event Interview (BEI) Behavioural Event Interview (BEI) dilakukan pada sejumlah penerima dana pada kelompok sukses dan kelompok tidak sukses. Berdasarkan sub bab 3.2 jumlah tim yang masuk dalam kelompok sukses adalah 8 tim. Pada kondisi eksisting terdapat kendala dalam melakukan BEI, yaitu pada tim BITE dan FEDC. Keduanya sangat sulit untuk ditemui karena kesibukan dari masing-masing anggota tim. Anggota tim berhalangan karena ada yang sudah bekerja atau sedang Tugas Akhir. Oleh karena itu BEI untuk sub bab 3.3.2 hanya dilakukan pada DAS, CICAK, Ilmikom, ardha

photography, recycle shop, dan hetrict lamp yang tergolong sebagai tim sukses dan enam tim tidak sukses sebagai pembanding yaitu tim mangrove, software, IPC, Sweet Blimbi, Paper Craft, dan Afnon Training Robot.

Hasil BEI berupa video wawancara pada setiap interviewee ditulis atau diverbatimkan. Data tersebut lalu dianalisa pada setiap statement. Statement tersebut dinilai dengan menggunakan indikator perilaku yang telah dibangun pada sub bab 3.3.1. Contoh pengolahan data hasil wawancara BEI terdapat pada tabel 3.5 untuk kelompok kompetensi achievement. Hasil wawancara BEI dan hasil olahan data BEI berdasarkan indikator penilaian kompetensi akan diperlihatkan pada lampiran laporan TA.

7

Tabel 3.5 Contoh hasil olahan BEI- Joko Cicak

3.3.3 Kompetensi Superior hasil uji-T Hasil yang didapatkan dari sub bab 3.3.2 merupakan nilai kompetensi dari setiap responden yang telah dikenai BEI. Data tersebut akan dikelompokkan ke dalam data kelompok sukses dan tidak. Selanjutnya dilakukan pengujian statistik dengan Uji T untuk mengetahui kompetensi mana yang signifikan berbeda diantara kedua kelompok.. Uji T dilakukan di setiap 22 kompetensi dibandingkan hasil antar kelompok. Hasilnya ada 15 kompetensi yang signifikan berbeda di dapatkan jika sig < α, dimana α sama dengan 0.05. Kompetensi yang memiliki nilai significant atau p-value di bawah 5% menunjukkan bahwa kompetensi tersebut adalah kompetensi superior yang dimiliki oleh entrepreneur mahasiswa yang sukses dan kompetensi itulah yang menjadikan unit bisnis yang dikelola oleh mahasiswa yang bersangkutan menjadi sukses. Kompetensi superior tersebut terdiri atas inisiatif, melihat dan memanfaatkan peluang, pencari informasi, orientasi efisiensi, pemikir sistematis, pemecah masalah, kepercayaan diri, keahlian, pengaruh, monitoring, kredibilitas-integritas-keikhlasan, fokus pada hubungan bisnis, komunikasi internal, intuisi dan passion.

3.4 Pembobotan setiap kompetensi superior Proses pembobotan ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu perhitungan DEMATEL dan pengolahan data menggunakan Analytical Hierarki Process (ANP). 3.4.1 Perhitungan DEMATEL

Metode DEMATEL merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyusun atau merumuskan hubungan antar kriteria tersebut menjadi model terstruktur yang mudah dipahami (Hsein Tsai, et.al, 1986). Hubungan antar kriteria ini dibutuhkan untuk membangun model ANP. Kriteria yang dimaksudkan adalah kelompok kompetensi superior yang dibuat berdasarkan model kompetensi generik entrepreneur (Spencer dan Spencer, 1993)

Tahapan DEMATEL dimulai dengan melakukan penyebaran kuesioner pada pihak expert. Responden yang terpilih berasal dari pihak akademisi yaitu Bapak Lantip selaku Wakil Koordinator PMW di ITS dan praktisi bisnis sekaligus pengajar teknopreneur yaitu Bapak Soehardjoepri. Setelah dilakukan pengisian kuesioner, hasil penilaian dari masing-masing pihak ahli dihitung matrik rata-rata nilai keterkaitan langsung antar kriteria.

8

Kelompok Kompetensi D+R D-R Group

Achievement 6.511 0.996 Dispatcher

Systematic thinking and Problem solver 5.7046 -0.188

Receiver

Maturity 5.841 0.065 Dispatcher

Persuatif 5.762 0.124 Dispatcher

Controling 5.650 -0.112 Receiver

Loyalitas 5.439 -0.321 Receiver

Team Work 5.699 -0.322 Receiver

Passion & Intuition 5.404 -0.242 Receiver

Berdasarkan matrik rata-rata nilai keterkaitan langsung antar kriteria akan diperoleh matrik keterkaitan antar kriteria yang telah dinormalkan dengan k=0.03636, hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.6 Matriks keterkaitan yang dinormalkan

Tahap berikutnya adalah mendapatkan matrik keterkaitan antar kriteria secara total yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7 Matriks keterkaitan kriteria total

Jika semua nilai tersebut dikonversikan ke peta impact-digraph maka strukutrnya akan terlalu kompleks untuk mendapatkan informasi dalam pembuatan keputusan oleh karena itu dibutuhkan threshold value. Threshold value yang ditetapkan berdasarkan diskusi peneliti dengan pihak ahli yaitu sebesar 0,378 karena pihak expert menginginkan ada hubungan keterkaitan antara systematic thinking and problem solving dengan controling . Nilai ini ditetapkan dengan tujuan menyaring pengaruh nyata yang ditunjukkan oleh elemen pada matrik keterkaitan antar kriteria secara total yang nantinya membentuk struktur keterkaitan antar kriteria. Jika nilai pengaruh elemen i terhadap j lebih dari threshold value maka hubungan keterkaitan tersebut yang akan digambarkan pada peta impact-diagraph. Tahap akhir dari perhitungan DEMATEL ini adalah membuat peta impact-digraph dapat dibuat berdasarkan nilai D-R dan D+R seperti pada tabel 3.8. Hasilnya terdapat pada gambar 3.1.

Tabel 3.8 Kelompok dispatcher dan receiver

Berdasarkan matrik keterkaitan antar kriteria secara total, setiap nilai memberikan informasi seberapa besar pengaruh kelompok kompetensi i terhadap kelompok kompetensi j.

Gambar 3.1 Peta impact diagraph

8

3.4.2 Pengolahan Analytical Network Process

Berdasarkan hasil perhitungan DEMATEL pada sub bab 3.4.1 maka dibuatlah model manual ANP dari penelitian ini adalah sebagaimana yang tertera pada gambar 3.2. ANP digunakan untuk mengetahui bobot setiap alternatif, dimana model dari sistem yang akan dinilai terdapat hubungna keterkaitan antar kriteria (Saaty,T.L,2006). Pada penelitian ini digunakan ANP untuk mengetahui pengaruh kompetensi dalam menjadikan seorang mahasiswa menjadi seorang entrepreneur. Setelah model manual terbentuk, dibuatlah model pada software superdecision. Selanjutnya pairwise comperation disetiap kompetensi yang sedang dibandingkan diinputkan kedalam model. Olahan dari ANP adalah bobot dari setiap alternatif, dimana alternatif dalam model ini yang akan dicari bobotnya adalah kompetensi superior pada sub bab 3.3.3. Bobot yang didapat nantinya akan dijadikan inputan dalam perancangan model kompetensi. Nilai bobot prioritas untuk masing-masing kompetensi yang telah didapatkan akan menjadi informasi utama untuk mengetahui pengaruh kompetensi

terhadap seorang mahasiswa untuk bisa menjadi seorang entrepreneur. Hasil pembobotannya adalah sebagai berikut kompetensi yang pertama adalah komunikasi internal menempati bobot teratas sebesar 0.3469, monitoring 0.259, passion 0.177, intuisi 0.059, percaya diri 0.047, pemecahan masalah 0.03, kredibilitas dan integritas 0.028, mementingkan hubungan bisnis 0.009506, keahlian 0.009501, inisiatif 0.00904, pemikiran sistematis 0.0061, pencarian Informasi 0.0041, melihat dan memanfaatkan peluang 0.0015 dan yang terakhir adalah orientasi efisiensi dengan bobot 0.000735.

Kompetensi yang menjadi prioritas pertama adalah komunikasi internal. Hal ini menandakan bahwa kompetensi yang sangat dibutuhkan dalam menjadikan seorang mahasiswa manjadi seorang entrepreneur adalah kemampuan yang bersangkutan dalam menjalin komuniksi internal. Komunikasi internal yang terbentuk akan mendukung terciptanya solid tim, yang memudahkan pencapaian visi-misi kedepannya.

Gambar 3.2 Model Manual ANP

9

8

Peringkat bobot kedua dimiliki oleh monitoring, kemampuan seseorang untuk melakukan monitoring sangat penting, dimana setiap saat yang bersangkutan mengevaluasi kinerja yang dilakukan tentunya guna meningkatkan kepuasan pelanggan da peningkatan profit. Bobot ketiga adalah passion, rasa cinta akan bisnis yang dijalankan menjadi penting karena, dengan adanya pasion, seseorang akan dapat melakukan karena kecintaan pada bisnis yang digelutinya, jika ada masalah, maka itu dianggap sebagai tantangan yang justru membuat belajar banyak hal karena kecintaan yang luar biasa pada bisnis ini.

Bobot keempat adalah intuisi menganai kepekaan seorang individu dalam menentukan suatu keputusan di waktu yang singkat. Bobot kelima adalah percaya diri, misalnya saat presentasi bussiness plan ataupun saat bernegosiasi dengan pihak lain. Bobot keenam adalah pemecah masalah, jadi bukan sekedar pandai mengevaluasi sesuatu namun juga dapat

mengatasi masalah tersebut, Kredibilitas dan integritas serta keikhlasan menjadi peringkat ketujuh, melalui kompetensi tersebut diharapkan dapat fokus dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis yang dimiliki. Peringkat kedelapan adalah mementingkan hubungan bisnis dengan berbagai pihak agar networking dapat teroptimalkan.

Peringkat kesembilan adalah keahlian dalam berbagai bidang. Peringkat kesepuluh adalah inisiatif dalam melakukan berbagai hal supaya menjadi lebih terdepan dari kompetitor. Bobot kesebelas adalah pemikiran sistematis untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di unit bisnisnya. Bobot keduabelas adalah pencarian informasi juga sangat penting, individu yang kritis dalam mencari informasi akan memiliki informasi yang sangat bermanfaat bagi bisnis individu terkait, misalnya pencarian informasi menganai bagaimana memuaskan pelanggan. Bobot berikutnya adalah melihat dan memanfaatkan peluang dan terakhir adalah orientasi efisiensi.

3.5 Model Kompetensi Entrepreneur Mahasiswa Model kompetensi entrepreneur ITS

tersusun atas kompetensi superior hasil olahan Uji-T, bobot kompetensi superior yang didapatkan dari DEMATEL dan ANP, dan standart level yang ditetapkan oleh ITS untuk setiap kompetensi superior.

Kompetensi superior berjumlah 15 kompetensi didapatkan dari hasil BEI dan Uji T yang telah dilakukan pada sub bab 3.3.2 dan 3.3.3. Bobot setiap kompetensi superior didapatkan dari perhitungan DEMATEL dan ANP. Bobot kompetensi yang muncul telah dijelaskan pada sub bab 3.4.2. Bobot tersebut dirasa sangat penting dalam membantu Pihak Tim POKJA Pelaksana PMW di ITS dalam menetapkan kompetensi mana yang harus lebih diperhatikan terlebih dahulu berdasarkan bobot.

Selanjutnya berdasarkan log book tanggal 19 Januari 2011. Hasil diskusi dengan Bapak Ir.Lantip Trisunarno,M.T. selaku wakil ketua dari Tim POKJA PMW ITS memberikan standart level dari Pihak ITS pada model kompetensi ini. Standart level minimum yang diminta adalah Level 1. Pada tahap awal ini seharusnya standart level yang dipilih adalah 0 karena model kompetensi entrepreneur mahasiswa ITS ini masih dalam percobaan

implementasi awal dan sistem penilaian berdasarkan model kompetensi belum pernah ada. Namun, jika level minimumnya 0 Tim POKJA akan kesulitan untuk menetapkan standart lolos dari seleksi kompetensi ini sehingga yang dipilih adalah Level 1 untuk batas level minimum.

Tujuan lain penentuan standart level 1 adalah memudahkan penetapan score minimum terbobot yang menjadi acuan diterima tidaknya calon penerima dana PMW yang bersangkutan. Saat total score terbobotnya sama dengan 0, karena nilai responden sama dengan level standart. Jika nilainya diatas 0 berarti individu yang sedang diuji memiliki kompetensi entrepreneur yang baik. Harapan kedepannya adalah model kompetensi ini dijadikan standart seleksi berbasis kompetensi dalam seleksi PMW di ITS periode berikutnya. Kedepannya jika keadaan menuntut untuk dilakukannya perubahan standart level, Pihak ITS tinggal menentukan kebijakan perubahan level.

10

8

Tabel 3.9. Model Kompetensi Entrepreneur Mahasiswa di ITS

Model kompetensi entrepreneur mahasiswa yang tercipta pada tabel 3.9 akan membantu pihak ITS dalam memperbaiki sistem seleksi PMW. Model ini dapat dijadikan sebagai dasar penilaian seleksi PMW berbasis kompetensi untuk periode berikutnya. Model ini dapat membantu pemilihan calon penerima dana yang lebih kompeten sehingga para entrepreneur mahasiswa dapat muncul dan manjadikan bangsa Indonesia lebih baik.

Setelah model kompetensi entrepreneur mahasiswa ITS ini terbentuk, tahap seleksi PMW ITS kedepannya bukan berarti tidak perlu menilai aspek business plan lagi. Penilaian terhadap business plan tetap dilakukan, namun terdapat proporsi dalam penilaian. Proporsi tersebut misalnya terbagi atas, proporsi untuk business plan, kompetensi individu yang terkait dan kemampuan presentasi.

Seleksi berdasarkan model kompetensi ini dapat dilakukan dengan cara Behavioural Event Interview dimana metode ini dapat menggali kompetensi yang dimiliki oleh setiap individu berdasarkan wawancara dengan menggunakan pertanyaan Situation Task Action Result mengenai pengalaman masa lalu yang telah dialami oleh interviewee.

Model kompetensi entrepreneur mahasiswa ITS yang telah terbangun dapat dijadikan dasar dalam sistem seleksi PMW Perguruan Tinggi lain yaitu dengan cara mengadopsi kompetensi superior dan bobot nya, akan tetapi mengenai level standart nilai dapat disesuaikan dengan kebutuhan institusi terkait

Proses selanjutnya adalah uji validasi model kompetensi. Uji validasi ini dilakukan dengan cara uji coba model kepada salah satu penerima dana PMW di ITS yaitu pada pemilik bisnis Sego Njamur yang bernama Mahendra Ega Higuitta. Hasil dari validasi model kompetensi entrerpreneur mahasiswa ITS terdapat pada tabel 3.10. Hasilnya terbukti bahwa score terbobot yang dimiliki oleh pemilik bisnis Sego Njamur yang menerima dana PMW ITS periode 2010 menunjukkan bahwa yang bersangkutan memiliki score terbobot 2,63. Nilai terbobot tersebut berada jauh diatas angka 0 yang menjadi batas minimum yang ditetapkan oleh Pihak POKJA ITS. Pada kondisi eksisting bisnis sego-njamur telah berkembang dengan pesat dalam waktu kurang lebih setengah tahun ini, yaitu dengan cara memperluas jaringannya dengan membuka stand-stand baru, menambahkan variansi jenis jamur yang di jual serta baru-baru ini Unit Bisnis Sego Njamur telah menjuari kompetisi Bisnis Indonesia yang diselanggarakan oleh Harian Bisnis Indonesia awal januari 2011.

Tabel 5.26 Hasil uji coba model kompetensi

Berdasarkan hasil semi structured interview dengan ega, pencapaian kriteria kesuksesan yang telah dibangun pada sub bab 5.1 adalah sebagai berikut ; sampai saat ini bisnis ini masih berjalan, jangkauan pasar walaupun hanya di wilayah Surabaya namun pernah mengikuti pameran di Tunjungan Plasa, Gramedia Expo, GOR Kertajaya dengan omset 600 bugkus sego njamur yang terjual di setiap event tersebut, Jejaring bisnisnya mencapai 15-20 orang, setiap bulan selalu ada cash flow dan selalu mendapatkan laba, omset pun ikut bertambah dengan bertambahnya gerobak baru

11

7

yang di optimalkan di setiap stand sego njamur, nilai aset telah mencapai Rp 24.000.000,00, variasi produk menjadi 3 sampai dengan saat ini, dan jumlah pekerjanya mencapai 10 orang. Saat pimpinan memiliki nilai kompetensi terbobot yang tinggi maka terbukti bahwa bisnis yang dipimpinnya sukses juga artinya nilai kompetensi terbobot yang dimiliki oleh pelaku bisnis sebanding dengan kesuksesan bisnis yang dimiliki. Hal ini membuktikan bahwa model kompetensi yang dibuat dalam penelitian ini valid dan dapat diimplementasikan oleh Pihak ITS.

4. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dan saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 4.1 Kesimpulan Setelah seluruh tahapan dalam metodologi penelitian telah dilalui maka kesimpulan yang dapat diambil dari tugas akhir ini adalah : 1. Kriteria kesuksesan yang terbentuk dari

pengembangan kriteria kesuksesan bisnis yang ada dalam teori, pedoman DIKTI, pihak Unair dan Pihak ITS adalah sebagai berikut, jangkauan pasar, jejaring bisnis, kelancaran cash flow, laba bulanan, jumlah omset, nilai aset, variansi produk, lama bisnis bertahan, dan jumlah pekerja.

2. Klasifikasi tim sukses dan tidak sukses dari penerima dana PMW 2009 adalah sebagai berikut, terdapat 8 tim sukses dan 24 tim tidak sukses. Tim yang sukses tersebut memiliki background keluarga yang berbisnis berbeda dengan tim yang tidak sukses, dimana hanya 12 tim yang memiliki background keluarga yang berbisnis. Oleh karena itu pihak ITS harus memperbaiki proses mentoring untuk menciptakan lingkungan bisnis agar tingkat kesuksesan dapat lebih optimal.

3. Kompetensi entrepreneur mahasiswa dibuat berdasarkan 22 kompetensi awal dari model generik entrepreneur milik spencer dan renald khasali lalu. Kompetensi tersebut diolah dengan BEI dan Uji T, hasilnya adalah sebagai berikut inisiatif, melihat dan memanfaatkan peluang, pencari informasi, orientasi efisiensi, pemikir sistematis, pemecah masalah,kepercayaandiri,keahlian,pengaruh,monitoring,kredibilitas-integritas-keikhlasan, fokus pada hubungan bisnis, komunikasi internal, intuisi dan passion.

4. Bobot dari setiap kompetensi superior yang didapatkan dari perhitungan DEMATEL dan ANP adalah sebagai berikut komunikasi internal menempati bobot teratas sebesar 0.3469, monitoring 0.259, passion 0.177, intuisi 0.059, percaya diri 0.047, pemecahan masalah 0.03, kredibilitas dan integritas 0.028, mementingkan hubungan bisnis 0.009506, keahlian 0.009501, inisiatif 0.00904, pemikiran sistematis 0.0061, pencarian Informasi 0.0041, melihat dan memanfaatkan peluang 0.0015 dan yang terakhir adalah orientasi efisiensi dengan bobot 0.000735.

5. Model kompetensi entrepreneur mahasiswa yang terbentuk dari kompetensi superior, bobot dari setiap kompetensi superior dan nilai standart level dari pihak ITS telah tervalidasi melalui uji coba model. Hasilnya adalah terbukti bahwa saat pimpinan tim bisnis memiliki nilai kompetensi terbobot yang tinggi akan sebanding dengan kesuksesan yang dimiliki oleh bisnisnya.

4.2 Saran Kekurangan yang terjadi selama penelitian ini antara lain adalah belum dilakukannya kajian ulang mengenai perbaikan proses Program Mahasiswa Wirausaha. Oleh karena itu saran untuk penelitian kedepannya adalah sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan redesign pada sistem PMW secara keseluruhan, misalnya dilakukan perbaikan pada proses dengan melibatkan instansi perbankan untuk membantu proses penyaluran dana dan mentoring. Hal ini perlu dilakukan agar ITS selaku pihak institusi tetap fokus pada tugas awal dalam pendidikan. Selain itu, proses magang yang seharusnya dilakukan minimal selama satu bulan dan tidak hanya berupa kunjungan beberapa hari pada UKM yang ditunjuk.

2. Tim POKJA ITS diharapkan melakukan pembinaan dan monitoring secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Namun sebelumnya, mentor yang terpilih harus memenuhi kualifikasi terlebih dahulu dan mampu bekerja secara profesional sehingga tidak ada tim yang merasa tidak diperhatikan lagi oleh mentor.

12

8

5. Daftar Pustaka Agusta,Y.,2007, K - Mean - Penerapan, Permasalahan, dan Metode Terkait, Jurnal Sistem dan Informatika, Vol. 3, pp 47-60.

Alan, 2010, Behavioural Based Interviewing Skills : Strategies for Success, <URLwww.doccareer.com>diakses pada tanggal 19-10-2010 pukul 17.00 WIB

Antara,2010, Pengusaha Waralaba Nasional Jarang Penuhi Syarat Usaha, <URL http://www.antarajatim.com /lihat/ berita/ 45551/pengusaha waralaba- nasional- jarang-penuhi- syarat- usaha > diakses pada tgl 22- 12-2010 pukul 14.17 wib

Bisnis UKM, 2010, Karakteristik Menjadi pengusaha sukses, <URL>http://bisnisukm.com/karakteri stik- pengusaha-sukses.html diakses pada tgl 22-12- 2010 pukul 14.05 wib.

BPS, 2009, Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi,<URL http://www.bps.go.id/tab_sub/view. php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=06 &notab=4> diakses pada tanggal 17- 10-2010 pukul 23.50 WIB.

Davidrijanto, 2010, Perancangan Sistem Penilaian Kinerja Karyawan Berbasis Kompetensi Sebagai Acuan Pemberian Insentif dan Training (Studi Kasus di PT.SHELTER NUSANTARA), Laporan Tugas Akhir, Jurusan Teknik Industri ITS.

DIKTI, 2009, Panduan PMW, <URL http://dikti.kemdiknas.go.id> diakses tanggal 21 September 2010 pada pukul 15.55 WIB

Dreyfus, H.L, 1986 , Mind over Machine: the power of human intuition and expertise in the era of the computer Oxford, USA : Basil Blackwell

Firmansyah, 2010, personal communication

Hsien Tsai, Wen & Chin Chou, Wen, 2009, Selecting management systems for sustainable development in SMEs: A novel hybrid model based on DEMATEL, ANP, and ZOGP, Expert Systems with Applications, 36, 1444–145

Maschfudah, 2010, personal communication

Rahmat, 2010, Personal Communication

Saaty,T.L, 2006, Decision making in Analytic Network Process, USA: Spinger international

Spencer, L. and Spencer, S., 1993, Competence at Work - Model for Superior Performance ,USA : John Wiley & Sons, Inc.

Soehardjoepri, 2010, Personal Communication

Tahija, J, 1997, Melintas Cakrawala-Kisah suskes Pengusaha Indonesia, Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama

Universitas bisnis, 2010, Contoh sukses wirausaha modal kecil, <URL http://universitasbisnis.com/prinsip-sukses-wirausaha-modal-usaha-kecil/ > diakses pada tanggal 22 desember 2010 pukul 13.24 WIB.

Universitas Bisnis, 2010, Tiga puluh delapan kisah sukses wirausaha dunia dan indonesia, <URL http://universitasbisnis.com/inilah-38-kisah-sukses-wirausaha-dunia-dan- indonesia/> diakses pada tanggal 22 Desember 2010 pukul 13.32 wib

13