PERANAN YAYASAN MASJID NUSANTARA DALAM...
Transcript of PERANAN YAYASAN MASJID NUSANTARA DALAM...
PERANAN YAYASAN MASJID NUSANTARA DALAM
MEMFASILITASI IBADAH SHALAT DI RUANG
PUBLIK MELALUI PROGRAM MOBILE MASJID
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Gita Sulistyani
NIM: 1112051000080
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
v
ABSTRAK
Gita Sulistyani (1112051000080)
Peranan Yayasan Masjid Nusantara Dalam Memfasilitasi Ibadah Shalat di
Ruang Publik Melalui Program Mobile Masjid
Ibadah merupakan tujuan Allah menciptakan manusia ke dunia ini.
Namun, sayangnya masih banyak dari kita melupakan hal tersebut sehingga
seringkali melalaikannya. Selain itu, fasilitas ibadah khususnya untuk shalat di
ruang publik masih kurang diperhatikan. Melihat kondisi tersebut Yayasan Masjid
Nusantara mengambil peluang untuk menghadirkan Program Mobile Masjid. Di
mana masjid portable ini dapat berpindah-pindah tempat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka muncul rumusan masalah
dalam penelitian ini. Adapun pertanyaannya yaitu bagaimana upaya Yayasan
Masjid Nusantara dalam memfasilitasi ibadah shalat melalui Program Mobile
Masjid di ruang publik? Bagaimana cara Yayasan Masjid Nusantara mengelola
aspirasi masyarakat pada Program Mobile Masjid? Dan apa penilaian pihak
internal dan eksternal Yayasan Masjid Nusantara dalam upaya memfasilitasi
ibadah shalat melalui Program Mobile Masjid?
Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori peran. Pada
dasarnya ketika seseorang memiliki kedudukan maka masyarakat akan
mengharapkan individu tersebut berbuat sesuai dengan status sosial yang dimiliki.
Apabila sudah menjalankan kewajiban dan haknya maka ia dianggap telah
berperan. Biasanya untuk bisa melaksanakan peranan tersebut dapat melalui
lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Metodologi penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan
metodologi kualitatif dengan analisis deskriptif. Kemudian sumber data yang
diperoleh melalui observasi di lapangan, wawancara dengan pihak Yayasan
Masjid Nusantara dan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian. Selain itu,
melakukan tinjauan pustaka dari literatur yang berkaitan dengan bahasan dan juga
dokumentasi baik itu berupa pencarian di internet maupun situs resmi Yayasan
Masjid Nusantara.
Untuk dapat memberikan layanan ibadah shalat di ruang publik, Mobile
Masjid ini tidak hanya beroperasi di satu titik tetapi juga pada event-event tertentu
yang dapat di request. Kemudian harapan-harapan masyarakat mengenai Mobile
Masjid juga dapat disampaikan baik langsung ataupun melalui media sosial.
Mobile Masjid juga mendapat penilaian yang sangat positif dari masyarakat.
Dengan kehadiran Mobile Masjid telah memberikan kemudahan untuk ibadah
shalat ketika berada di ruang publik yang tidak terdapat sarana ibadah.
Yayasan Masjid Nusantara dapat dikatakan telah menjalankan
peranannya sebagai sebuah lembaga yang berada di masyarakat. Karena melalui
Program Mobile Masjid, YMN tidak hanya memberikan sarana ibadah untuk
masyarakat di suatu tempat atau daerah saja. YMN juga telah berupaya untuk
mewujudkan harapan masyarakat dalam urusan beribadah melalui Mobile Masjid.
Kata kunci: Yayasan Masjid Nusantara, Mobile Masjid, Shalat, Ruang
Publik, Peranan.
vi
KATA PENGANTAR
Bismilahirahmaanirrahiim
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad saw, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Peranan Yayasan Masjid Nusantara Dalam
Memfasilitasi Ibadah Shalat di Ruang Publik Melalui Program Mobile
Masjid”. Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk dapat memperoleh
gelar sarjana pada bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Selanjutnya penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan
kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu rasa terima
kasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik,
Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
vii
2. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan
Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Drs. S. Hamdani, MA selaku pembimbing skripsi yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta motivasi agar
penulis dapat menyelesaikan tepat waktu dan mendapatkan hasil yang terbaik
selama penulisan skripsi ini.
4. Umi Musyarofah, MA selaku pembimbing akademik selama penulis
menempuh studi pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
5. Seluruh staf pengajar di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membagi ilmunya selama
penulisa menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan
penelitian skripsi ini.
7. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta
Perpustakaan Utama yang telah melayani peminjaman buku sebagai bahan
referensi penulis dalam penyusunan skripsi.
8. Seluruh pihak Yayasan Masjid Nusantara yang telah menjadi inspirasi bagi
penulis dalam penelitian ini dan atas waktu yang sudah diluangkan untuk
memberikan semua yang penulis perlukan dalam melengkapi penelitian ini.
9. Ibu Eti Suryati dan ayah Sudiana Asmit tercinta yang senantiasa mendukung
penulis baik secara moril maupun materil demi kelancaran penulisan skripsi
ini. Kemudian Bintang Muhammad Alfian adik yang selalu menginspirasi
viii
dan nenek Tewi Sani yang telah merawat penulis selama hidupnya. Do’a,
cinta, dan bimbingan mereka menjadi suplemen penguat untuk membuat
nyata mimpi serta cita-cita penulis.
10. Kang Tarja, kang Janu, dan Aldi sebagai narasumber yang telah bersedia
memberikan waktunya kepada penulis di tengah padatnya aktivitas.
11. Para sahabat Syifa Fauziah, Zakiyatun Nufus, dan Wiji Lestari yang selama
ini sudah berbagi pengalaman, ilmu, menemani baik saat suka maupun duka,
dan selalu memberikan semangat kepada penulis.
12. Untuk KPI C 2012 yang merupakan teman seperjuangan penulis selama
menempuh pendidikan di kampus. Untuk semua pengalaman dan kisah luar
biasa yang kalian berikan kepada penulis. See you on top friends!!
13. Icha, Munir, Akbar, Ai, Agus, Denis, Fadil, Teguh, Eka, Khajar dan Ratih
yang kembali memberikan warna bagi kehidupan penulis selama satu tahun
terakhir ini atas bantuannya serta semangat yang diberikan kepada penulis
dalam penulisan skripsi ini.
14. Untuk teman lama penulis mba Pur yang tiba-tiba penulis repotkan saat
pertama kali datang ke Bandung. Lalu mas Nono seorang teman baru yang
mau membantu selama penulis di Bandung, semoga juga cepat mendapat
gelar Sarjana Teknik-nya.
15. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu. Tanpa mengurangi rasa hormat, semoga semua kebaikan yang telah
dilakukan mendapat balasan dari Allah SWT. Amiin.
ix
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat tidak hanya untuk penulis tetapi juga pembaca serta segenap keluarga
besar civitas akademika jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, Maret 2017
Gita Sulistyani
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 6
D. Metodologi Penelitian ................................................................ 7
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................10
F. Sistematika Penulisan ................................................................12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peranan .......................................................................................14
B. Yayasan ......................................................................................24
C. Pengertian Memfasilitasi ............................................................30
D. Ibadah Shalat ..............................................................................30
E. Ruang Publik ..............................................................................37
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN MASJID NUSANTARA
A. Profil Yayasan Masjid Nusantara ...............................................43
B. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Masjid Nusantara .............43
C. Visi dan Misi Yayasan Masjid Nusantara ..................................45
xi
D. Struktur Organisasi Yayasan Masjid Nusantara ........................46
E. Program-program Yayasan Masjid Nusantara ...........................46
F. Kegiatan Yayasan Masjid Nusantara .........................................47
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Upaya Yayasan Masjid Nusantara dalam memfasilitasi ibadah
shalat melalui Program Mobile Masjid di ruang publik ............54
B. Cara Yayasan Masjid Nusantara mengelola aspirasi masyarakat
pada Program Mobile Masjid di ruang publik ...........................65
C. Penilaian pihak internal dan eksternal Yayasan Masjid Nusantara
dalam upaya memfasilitasi ibadah shalat melalui Program Mobile
Masjid di ruang publik ...............................................................68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................72
B. Saran ...........................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................76
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi ........................................................................... 46
Gambar 3.2 Pembangunan Masjid di daerah Indramayu ..................................... 48
Gambar 3.3 Bantuan Renovasi Masjid di Beberapa Daerah ................................ 48
Gambar 3.4 Kegiatan Penyaluran Toilet Sehat Masjidku ..................................... 49
Gambar 3.5 Kegiatan Shalatku Khusyu ................................................................ 49
Gambar 3.6 Kegiatan Penyaluran Sujudku Syahdu .............................................. 50
Gambar 3.7 Kegiatan Penyaluran Masjidku Merdu ............................................. 50
Gambar 3.8 Kegiatan Training Manajemen Masjid ............................................. 51
Gambar 3.9 Kegiatan Penyaluran THR ................................................................ 51
Gambar 3.10 Kegiatan Bersih-bersih Masjid ....................................................... 52
Gambar 3.11 Kegiatan Mobile Masjid ................................................................. 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah SWT ke dunia ini bukan tanpa tujuan
atau hanya sekedar meramaikan bumi ini saja. Tetapi Allah SWT
menciptakan manusia dengan tujuan untuk beribadah kepada-Nya. Namun,
sering kali kita tidak sadar telah melupakan hal tersebut. Bahkan kenikmatan
yang ditawarkan oleh dunia ini pun akhirnya dapat menggantikan tujuan
untuk beribadah kepada Allah dengan tujuan lain yang sesuai dengan yang
kita inginkan. Padahal telah jelas tujuan untuk beribadah kepada Allah
terdapat pada al-Qur’an dalam surat ad-Dzariyat ayat 56:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.”
Perintah beribadah kepada Allah SWT pada ayat tersebut memiliki
makna yang lebih luas, tidak hanya penyembahan dalam arti ibadah mahdhah
saja. Namun, dari sekian banyak ibadah yang diperintahkan oleh Allah, shalat
merupakan ibadah yang paling sering dilakukan oleh umat Islam. Dalam
sehari saja shalat yang wajib dikerjakan oleh umat muslim ada lima waktu.
Shalat juga sebagaimana kita ketahui termasuk dalam salah satu rukun Islam
yakni setelah membaca dua kalimat syahadat.
2
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah
penduduk muslim terbanyak di dunia.1 Tentu dengan kuantitas umat Islam
yang tidak sedikit, kebutuhan akan sarana dan prasana untuk ibadah pun
harus dapat mengimbangi hal tersebut. Namun sayangnya, masih banyak
fasilitas masjid dan musholla terutama diruang-ruang publik kurang menjadi
perhatian. Dewan Masjid Indonesia (DMI) juga mendorong agar fasilitas
masjid diperhatikan ditempat-tempat wisata, karena merupakan satu paket
yang harus dipenuhi. Selain di tempat wisata, fasilitas masjid dan musholla
juga selalu menjadi prioritas dipusat keramaian, seperti pusat perbelanjaan,
perumahan dan lain-lain. Hal ini harus dilakukan sebagai bentuk dukungan
pemerintah terhadap keberlangsungan kehidupan beragama warga negara.2
Persoalan minimnya ketersedian fasilitas tempat ibadah umat Islam
juga mendapat perhatian dari Kementrian Agama (Kemenag). Hal ini
dikarenakan jumlah yang ada saat ini dirasa kurang memadai dari jumlah
yang ada. Kemudian tidak hanya kuantitas yang masih kurang tetapi dari sisi
kualitas juga kurang mendapat perhatian. Bahkan hanya 60 persen ruang
publik yang fasilitas untuk ibadahnya cukup baik. Sedangakan 40 persennya
masih sangat terbatas.3 Tentu hal ini harus menjadi perhatian semua pihak
mengingat hanya umat Islamlah yang ibadahnya dilakukan lima kali dalam
sehari. Terlebih dalam al-Qur’an perintah shalat juga beberapa kali
1 http://m.republika.co.id/amp_version/omc3a6396a yang diakses pada 19 Maret 2017,
pada pkl. 10:29 WIB. 2http://m.republika.co.id./berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/03/17/nlcbbi-dmi-
fasilitas-ibadah-di-tempat-wisata-harus-diperhatikan yang diakses pada tanggal 18 Juli 2016, pada
pkl. 10:15 WIB. 3http://m.republika.co.id./berita/dunia-islam/islam-nusantara/13/11/28/mwyul7-ruang-
publik-masih-minim-masjid-dan-mushala yang diakses pada tanggal 18 Juli 2016, pada pkl. 09:45
WIB.
3
disebutkan, bahkan dalam kondisi apapun shalat merupakan suatu kewajiban.
Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam surat an-Nisa’ ayat 103:
“Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah
Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk, dan ketika berbaring.
Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yan ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.”
Menyingkapi ayat tersebut, Yayasan Masjid Nusantara (YMN)
mencoba membuat inovasi melalui sebuah program yang tujuannya dapat
memfasilitasi umat Islam agar dapat melakukan kewajibannya. Program yang
merupakan salah satu program Yayasan Masjid Nusantara tersebut diberi
nama Mobile Masjid. Mobile Masjid adalah program yang menggunakan
mobil yang telah dimodifikasi secara khusus sehingga dapat membawa
peralatan untuk keperluan membuat masjid di mana pun dan kapan pun.
Karena menggunakan mobil, masjid ini tentu dapat berpindah-pindah dalam
melayani shalat.
Pada awalnya, ide ini muncul pada saat terjadinya longsor di daerah
Pangalengan Kabupaten Bandung yang dimaksudkan untuk membantu
masyarakat yang terkena dampak bencana longsor. Kemudian, pada akhirnya
Mobile Masjid ini digunakan untuk memfasilitasi shalat di Kota Bandung
khususnya di tempat-tempat keramaian seperti konser musik, taman, objek
wisata, hingga pertandingan sepak bola. Saat ini program Mobile Masjid
tidak hanya ada di Bandung tetapi juga telah tersedia di Jakarta yang
4
diluncurkan dan diresmikan juga di Jakarta oleh Direktur Yayasan Masjid
Nusantara Hamzah Fatdri Ulhaq pada tanggal 24 Juni 2016 lalu.
“Yayasan Masjid Nusantara (YMN) sendiri merupakan yayasan yang
memiliki fokus dalam pemberdayaan masjid di Indonesia. Dengan tujuan
menghadirkan masjid yang aman dan nyaman serta melakukan pemberdayaan
masyarakat untuk memakmurkan masjid.”4 Dalam pengadaan armada pada
program Mobile Masjid ini, untuk yang di Bandung YMN telah berhasil
bekerjasama dengan Rumah Zakat. Sementara, untuk pengadaan armada
kedua yakni di Jakarta merupakan hasil bersinergi dengan Adira Insurance
Syariah. Untuk kegiatan operasional sehari-harinya Mobile Masjid
menggunakan hasil donasi dari para donatur.
Dengan semakin banyaknya ruang publik yang tersedia bagi
masyarakat tentu fasilitas yang disediakan juga diharapkan dapat menunjang
aktifitas di dalamnya. Termasuk kebutuhan akan sarana beribadah juga perlu
diperhatikan. Sebab hal ini dibarengi dengan banyaknya masyarakat yang
akan memanfaatkan ruang publik sebagai tempat beraktifitas atapun tempat
liburan. Masih belum tersedianya fasilitas ibadah di semua ruang publik,
kehadiran program Mobile Masjid akan sangat bermanfaat bagi umat Islam
ketika sedang berada di ruang publik tersebut. Terlebih jika keberadaan ruang
publik tersebut jauh dari sarana beribadah. Kemudian adanya program Mobile
Masjid ini juga merupakan salah satu sarana untuk berdakwah yang tujuannya
agar dapat saling mengingatkan sesama umat Islam untuk tidak meninggalkan
kewajiban beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana kita ketahui bahwa
4 www.masjidnusantara.org yang diakses pada tanggal 14 Juli 2016, pkl. 13:21 WIB.
5
ibadah shalat itu wajib, maka akan berdosa jika melalaikan apalagi hanya
karena alasan untuk bersenang-senang.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka penulis merasa perlu untuk
mengangkat permasalahan tersebut ke dalam penelitian skripsi dengan judul
“Peranan Yayasan Masjid Nusantara Dalam Memfasilitasi Ibadah
Shalat Di Ruang Publik Melalui Program Mobile Masjid”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya pada kegiatan program Mobile
Masjid dalam memfasilitasi sarana shalat fardu yang dilakukan saat jam
operasional program Mobile Masjid. Dan juga dibatasi hanya pada ruang
publik yang menjadi tempat pelaksanaan kegiatan program Mobile
Masjid di Bandung.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini yaitu:
a. Bagaimana upaya Yayasan Masjid Nusantara dalam memfasilitasi
ibadah shalat melalui program Mobile Masjid di ruang publik?
b. Bagaimana cara Yayasan Masjid Nusantara mengelola aspirasi
masyarakat pada program Mobile Masjid?
c. Apa penilaian pihak internal dan eksternal Yayasan Masjid
Nusantara dalam upaya memfasilitasi ibadah shalat melalui program
Mobile Masjid?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian di atas, adapun tujuan dari
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui upaya Yayasan Masjid Nusantara dalam
memfasilitasi ibadah shalat melalui program Mobile Masjid di ruang
publik.
b. Untuk mengetahui cara Yayasan Masjid Nusantara mengelola
aspirasi masyarakat pada program Mobile Masjid di ruang publik.
c. Untuk mengetahui penilaian pihak internal dan eksternal Yayasan
Masjid Nusantara dalam upaya memfasilitasi ibadah shalat melalui
program Mobile Masjid di ruang publik.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
1) Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih bagi
khasanah keilmuan bidang komunikasi dan dakwah.
2) Dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian sejenis
dikemudian hari.
b. Manfaat Praktis
1) Untuk menambah wawasan bagi pembaca mengenai peranan
sebuah institusi dalam kehidupan masyarakat.
2) Diharapkan dapat membantu bagi kalangan yang memiliki
kepentingan atau membutuhkan pengetahuan mengenai program
yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat.
7
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif
dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Penelitian kualitatif
yaitu proses eksplorasi dan memahami makna perilaku individu dan
kelompok, menggambarkan masalah sosial atau masalah kemanusiaan.
Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor yaitu “prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.5 Melalui
pendekatan deskriptif analisis, kegiatan penelitian yang akan dilakukan
yaitu dengan menggambarkan peristiwa yang terjadi secara apa adanya.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Masjid Nusantara yang
beralamat di Jalan A. H. Nasution No. 131 Bandung, Jawa Barat. Selain
itu, penelitian ini juga dilaksanakan di ruang-ruang publik yang menjadi
lokasi kegiatan program Mobile Masjid. Dan waktu penelitian ini mulai
dilakukan pada bulan 22 Desember 2016 sampai dengan 23 Februari
2017.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pihak
Yayasan Masjid Nusantara. Sedangkan objek penelitiannya adalah peran
Yayasan Masjid Nusantara dalam memfasilitasi ibadah shalat di ruang
publik melalui program Mobile Masjid.
5 Lexy J. Moleong , Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2007), h. 4.
8
4. Sumber Data
a. Data Primer
Untuk mendapatkan data harus melakukan penelitian
lapangan yang didasarkan pada peninjauan langsung dengan objek
yang akan diteliti. Agar memperoleh data-data yang akurat dapat
dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan observasi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung dari lokasi atau objek penelitian. Pengumpulan data dapat
dilakukan dengan tinjauan kepustakaan dan dokumentasi. Data ini
digunakan untuk mendukung informasi primer yang diperoleh.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian
ini yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah mengamati secara langsung sesuatu objek
untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakuan objek tersebut.
Observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung tentang
interaksi (perilaku) dan percakapan yang dilakukan informan.
Observasi ini dilakukan dengan cara melihat secara langsung
kegiatan yang dilakukan dalam program Mobile Masjid baik ketika
di kantor Yayasan Masjid Nusantara maupun ketika berada di lokasi
tujuan kegiatan yakni ruang publik di Bandung.
9
b. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui percakapan
dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan
keterangan kepada peneliti.6 Dan wawancara yang dilakukan yaitu
wawancara mendalam dengan tujuan memperoleh bentuk-bentuk
informasi dari semua responden tetapi susunan dan urutannya
kalimatnya disesuaikan dengan responden.7 Untuk mendapatkan data
atau informasi yang dibutuhkan dengan cara melakukan wawancara
langsung kepada orang-orang yang berhubungan dengan penelitian.
Pada wawancara mendalam peneliti tidak mempunyai kontrol
terhadap respon informan, artinya informan bebas memberi
jawaban. Adapun yang menjadi narasumber dalam penelitian ini
adalah Hamzah Fatdri Ulhaq yang merupakan Direktur Yayasan
Masjid Nusantara, relawan program Mobile Masjid, serta masyarakat
yang pernah menggunakan fasilitas Mobile Masjid.
c. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak
didapatkan dari kedua metode lainnya. Dokumentasi ini dilakukan
dengan mencari data melalui buku, arsip, artikel, serta kutipan-
kutipan pernyataan informan di media massa yang sesuai dengan
judul penelitian.
6 Mardalis, Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), h. 64. 7 Dedy Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 181.
10
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan yaitu metode deksriptif
analisis. Analisis penelitian ini didasarkan pada penggambaran secara
objektif terhadap tema penelitian dengan pendekatan kualitatif. Analisis
data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data.8 Peneliti
menganalisa data dengan menyusun kata-kata ke dalam tulisan yang
lebih luas. Keterangan-keterangan yang ada kemudian dihubungkan satu
dengan lainnya, sehingga terjadi suatu fakta yang dapat terungkap
mengenai topik yang dipertanyakan dan yang menjadi pokok masalah
dalam penelitian.
7. Pedoman Penulisan
Pedoman dalam penulisan skripsi ini didasarkan pada pedoman
penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang terdapat pada buku pedoman
akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dikeluarkan Biro
Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan pada tahun 2012 dengan
tim penyusun yang diketuai oleh Prof. Dr. H. Moh. Matsna HS, MA.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber primer yaitu buku
sebagai literatur untuk menyelesaikan penelitian ini, diantaranya:
8Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 93.
11
Pertama, buku “Sosiologi Suatu Pengantar”, penulis Soerjono
Soekanto, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000, cetakan ke-30.
Kedua, buku “Teori-teori Psikologi Sosial”, penulis Sarlito Wirawan
Sarwono, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003, cetakan ke-8.
Ketiga, buku “Psikologi Sosial”, penulis Abu Ahmadi, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002, cetakan ke-2.
Keempat, buku “Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah”, penulis
Yunasril Ali, Jakarta: Penerbit Zaman, 2012, cetakan ke-1.
Berdasarkan penelusuran dan pencarian terhadap karya penelitian
sebelumnya yang memiliki tema yang hampir relevan dengan tema yang
diangkat oleh peneliti yakni sebagai berikut:
Pertama, skripsi tahun 2011 milik Risqon Agung Pangestu demgan
NIM 106052001971 mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan judul “Peranan Ikatan Remaja Masjid Safinatul Husna (IRMASH)
dalam meningkatkan Pengamalan Agama Pada Remaja di Bambu Larangan
Cengkareng Barat, Jakarta Barat”. Persamaan dengan penelitian ini terletak
pada teori yang digunakan yaitu teori peranan. Namun, penelitian ini lebih
fokus pada upaya apa saja yang dilakukan IRMASH dalam meningkatkan
pengamalan agama pada kalangan remaja.
Kedua, skripsi tahun 2009 milik Rusmawati Nainggolan dengan NIM
05090244 mahasiswa jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Peranan Yayasan
Kesejahteraan Masyarakat Indonesia dalam Penyelenggaran Pendidikan Anak
12
Usia Dini di Kelurahan Nelayan Indah”. Penelitian ini memiliki persamaan
pada tujuan yang ingin mengetahui peranan sebuah instituti di masyarakat
melalui sebuah program. Yang menjadi perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang dilakukan penulis yaitu pada subjek dan objek penelitiannya.
Ketiga, skripsi tahun 2014 milik Alfani Roosy Andinni mahasiswa
dengan NIM 1110051000069 jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang berjudul “Strategi Pembina Rohani Islam Dalam Peningkatan Ibadah
Shalat Anak Didik Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Salemba Jakarta Pusat”. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
yang dilakukan penulis yaitu pada teori yang digunakan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyusunan penelitian ini, maka
sistematika penulisan ini pun dibagi ke dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari
beberapa sub bab yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan mengenai latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, dan sistematika
penelitian.
13
BAB II LANDASAN TEORI
bab ini penulis memaparkan teori-teori yang menjadi landasan pada
penelitian ini, seperti mengenai peranan, yayasan, pengertian
memfasilitasi, ibadah shalat, dan ruang publik.
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN MASJID NUSANTARA
Dalam bab ini penulis menjabarkan profil Yayasan Masjid
Nusantara, latar belakang berdirinya Yayasan Masjid Nusantara,
visi dan misi Yayasan Masjid Nusantara, struktur organisasi
Yayasan Masjid Nusantara, program-program Yayasan Masjid
Nusantara, kegiatan yang dilakukan Yayasan Masjid Nusantara.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini membahas mengenai hasil analisis data yang telah
ditemukan mengenai peranan Yayasan Masjid Nusantara dalam
memfasilitasi ibadah shalat di ruang publik melalui program
Mobile Masjid yang terdiri dari upaya dalam memfasitilasi ibadah
shalat melalui program Mobile Masjid di ruang publik, cara
mengelola aspirasi masyarakat pada program Mobile Masjid di
ruang publik, dan penilaian pihak internal maupun eksternal
Yayasan Masjid Nusantara dalam upaya memfasilitasi ibadah
shalat melalui program Mobile Masjid di ruang publik.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan yang memberikan gambaran
tentang jawaban dari masalah yang diteliti dan berisi juga saran-
saran yang relevan dengan penelitian yang telah dilakukan.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peranan
1. Pengertian Peranan
Peranan berasal dari kata “peran” yang mengandung arti sesuatu
yang menjadi bagian atau memegang pimpinan utama dalam terjadinya
suatu hal atau peristiwa.1 Menurut Edy Suhardono, adapun makna dari
kata peran dapat dijelaskan melalui beberapa cara. Pertama, dengan
suatu penjelasan histori, di mana dalam arti ini peran menunjuk pada
karakterisasi yang disandang untuk dibawakan oleh seorang aktor dalam
sebuah drama. Kedua, merujuk pada konotasi ilmu sosial, yang
mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika
menduduki suatu karakterisasi (posisi) dalam struktur sosial. Ketiga,
suatu penjelasan yang lebih bersifat operasional, menyebutkan bahwa
peran seorang aktor adalah suatu batasan yang dirancang oleh aktor lain,
yang kebetulan sama-sama berada dalam satu penampilan/unjuk peran.2
Peran menurut Soerjono Soekanto “dapat dikatakan sebagai
perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat”.3
Menurut Gross, Mason, dan Mc. Eachern dalam David Berry,
mendefinisikan “peran sebagai seperangkat harapan yang dikenakan
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), h. 322. 2 Edy Suhardono, Teori Peran: Konsep Derivasi dan Implikasinya, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1994), h. 3. 3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-
1, h. 667.
15
kepada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu”.4 Harapan
tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu
dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di
dalam masyarakat.
“Perspektif dasar teori peran adalah bahwa tingkah laku dibentuk
oleh peranan-peranan yang diberikan oleh masyarakat bagi individu-
individu untuk melaksanakannya. Dengan kata lain, teori ini mengakui
pengaruh faktor-faktor sosial pada tingkah laku individu dalam situasi
yang berbeda. Menurut teori peran, peranan yang berbeda akan membuat
jenis tingkah laku yang berbeda pula. Tetapi yang membuat tingkah laku
itu sesuai dan tidak sesuai dalam suatu situasi relatif independent (bebas)
pada seseorang yang menjalankan peranan tersebut. Selain itu, peran
seseorang tidak hanya menentukan perilaku, tetapi juga keyakinan dan
sikap. Individu memilih sikap yang selaras dengan harapan-harapan yang
menentukan peran mereka. Peran juga dapat mempengaruhi nilai-nilai
yang dipegang orang dan mempengaruhi arah dari pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian mereka.” 5
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Dan
antara kedudukan dengan peranan tidak dapat dipisahkan, karena yang
satu tergantung pada yang lainnya.6
Untuk dapat mengetahui mengenai peranan, terdapat beberapa
pandangan menurut para ahli, antara lain:
a. Menurut Bruce J. Cohen, peranan adalah suatu perilaku yang
diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki suatu
4 David Berry, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1995), Ed. 1, cet. Ke-3, h. 99 5 Tri Dayakisni & Hudaniah, Psikologi Sosial, (Malang: UMM Press, 2009), h. 16. 6 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. RajaGrafinfo Persada,
2000), Cet. Ke-30, h. 268.
16
status tertentu. Peranan-peranan yang tepat dipelajari sebagai bagian
dari proses sosialisasi dan kemudian diambil alih oleh para individu.7
b. Menurut Abu Ahmadi, peranan merupakan suatu kompleks
pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan
berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi
sosialnya.8
c. Sedangkan menurut Abdulsyani peranan adalah suatu perbuatan
seseorang atau sekelompok orang dengan cara tertentu dalam usaha
menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang
dimilikinya.9
Pelaku peranan dikatakan berperan jika telah melaksanakan hak
dan kewajibannya sesuai dengan status sosialnya dengan masyarakat.
Jika seseorang mempunyai status tertentu dalam kehidupan masyarakat,
maka selanjutnya akan ada kecenderungan akan timbul suatu harapan-
harapan baru. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan Jalaludin Rakhmat
dalam bukunya bahwa “peranan mengacu pada kepada kewajiban, tugas
dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok”.10
Dalam hal ini Soerjono Soekanto mengungkapkan bahwa peranan
mencakup tiga hal, yaitu:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
7 Bruce J. Cohen, Sosiologi Suatu Pengatar, (Jakarta: Rineka Cipta ,1992) h . 76. 8 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet. Ke-3, h. 106. 9 Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teknologi, dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), h. 94. 10 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Sosial, (Bandung: Rosdakarya, 1996), h. 122.
17
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
sesorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.11
2. Bentuk-bentuk Peranan
Menurut Bruce J. Cohen terdapat bentuk-bentuk peranan yang
terbagi dalam beberapa bagian, yaitu:12
a. Kelompok referensi dan penampilan peranan
Kelompok referensi (yang menjadi pedoman) menjadi
bentuk-bentuk bagi individu yang sedang berusaha mendapatkan
penilaian-penilaian dan evaluasi-evaluasi tentang cara yang mereka
lakukan dalam berperan. Kelompok ini merupakan sumber penilaian
standar dalam mengevaluasi perilaku peranan pemain dalam satu
situasi. Penampilan peran individu selalu dinilai dalam hubungannya
dengan para aktor lain yang berperan serupa.
b. Peranan yang dianjurkan dan peranan yang dijalankan
Dalam melaksanakan suatu peranan tertentu, masyarakat
mengharapkan agar cara-cara yang digunakan sesuai dengan mereka
harapkan. Keadaan semacam ini disebut sebagai “prescribed role”
(peranan yang dianjurkan). Tetapi adakalanya orang-orang yang
diharapkan ini tidak berperilaku menurut cara-cara yang konsisten
11 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Cet. Ke-30, h. 269. 12 Bruce J. Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 79-81.
18
dengan harapan-harapan orang lain. Mereka masih bisa dianggap
menjalankan peranan-peranan yang diberikan oleh masyarakat
walaupun tidak konsisten dengan harapan-harapan si pemberi peran.
Keadaan seperti ini disebut sebagai enacted role (peranan nyata),
yaitu keadaan sesungguhnya dari seseorang dalam menjalankan
peranan tertentu. Ketidakselarasan pelaksanaan kedua peranan
tersebut mungkin disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1) Kurangnya pengertian para individu terhadap persyaratan-
persyaratan bagi peran yang harus dijalankan.
2) Kesengajaan untuk bertindak menyimpang dari persyaratan
peranan yang diharapkan.
3) Ketidakmampuan individu memainkan peranan tersebut secara
efektif.
c. Kesenjangan peranan
Seseorang yang menjalankan peranannya secara emosional
akan menampilkan ciri yang disebut sebagai role distance
(kesenjangan peranan). Hal ini sering terjadi apabila peran yang
dijalankan itu tidak memperoleh prioritas tinggi dalam hidupnya.
Lain halnya jika peranan yang harus dijalankan itu sesuai dengan
seleranya dan dirasakan bermanfaat, maka akan menjalankannya
secara sungguh-sungguh. Pelaksanaan peranan memang sering
disertai dengan ketegangan atau tekanan psikologis yang terus
berlangsung sampai individu itu sendiri merubah prioritasnya dan
19
bisa menyakinkan dirinya sendiri bahwa peranan adalah suatu yang
positif.
3. Pentingnya Peranan
Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku
seseorang. Ini dikarenakan peranan diatur oleh norma-norma yang
berlaku. Namun, peranan yang melekat pada diri seseorang harus
dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi
seseorang dalam masyarakat (social-position) merupakan unsur statis
yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan
lebih banyak menunjuk pada fungsi penyesuaian diri dan sebagai suatu
proses.13
Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada
individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal sebagai berikut:
a. Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur
masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.
b. Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang
oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakannya. Mereka harus
terlebih dahulu terlatih dan mempunyai hasrat untuk
melaksanakannya.
c. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang tak
mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh
masyarakat. Karena mungkin pelaksanaannya memerlukan
13 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Cet. Ke-30, h. 269.
20
pengorbanan arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu
banyak.
d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan
peranannya, belum tentu masyarakat akan dapat memberikan
peluang-peluang yang seimbang. Bahkan seringkali terlihat betapa
masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut.14
Masyarakat biasanya memberikan fasilitas-fasilitas pada individu
untuk dapat menjalankan peranan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan
merupakan bagian masyarakat yang banyak menyediakan peluang-
peluang untuk pelaksanaan peranan. Kadang-kadang perubahan struktur
suatu golongan kemasyarakatan menyebabkan fasilitas-fasilitas
bertambah yang dapat juga mengurangi peluang-peluang peranan.
Lingkaran sosial atau sosial circle adalah kelompok sosial di mana
seseorang mendapat tempat serta kesempatan untuk melaksanakan
peranannya.15
4. Hubungan Perilaku dengan Peran
Dalam teater, posisi seorang aktor harus bermain sebagai seorang
tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk
berperilaku tertentu. Posisi aktor dalam teater (sandiwara) itu kemudian
dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Seperti halnya
dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidak
14 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Cet. Ke-30, h. 272. 15 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Cet. Ke-30, h. 270.
21
berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya
orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut.16
Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran
dalam empat golongan, yaitu:17
a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial
Orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial dapat
dibagi dalam dua golongan sebagai berikut:18
1) Aktor (actor, pelaku), yaitu orang yang sedang berperilaku
menuruti suatu peran tertentu.
2) Target (sasaran) atau orang lain (other), yaitu orang yang
mempunyai hubungan dengan aktor dan perilakunya.
Secord dan Backman dalam Sarwono menyatakan bahwa
aktor menempati posisi pusat (focal position), sedangkan target
menempati posisi padanan dari posisi pusat tersebut (counter
position). Hubungan keduanya dilakukan untuk membentuk
indentitas aktor yang dipengaruhi oleh penilaian atau sikap orang-
orang lain yang telah digeneralisasikan oleh aktor.
b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut
c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku
d. Kaitan antara orang dan perilaku
16 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2003), Cet. Ke-1, h. 215. 17 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, h. 215. 18 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, h. 216.
22
Kemudian menurut Biddle dan Thomas ada empat istilah tentang
perilaku dalam kaitannya dengan peran, yaitu:
a. Harapan
Harapan mengenai peran adalah harapan-harapan orang lain (pada
umumnya) tentang perilaku yang pantas, yang seyogyanya
ditunjukkan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu.
b. Norma
Menurut Secord dan Backman (1964), norma hanya merupakan
adalah salah satu bentuk harapan. Jenis-jenis harapan menurut
keduanya yaitu sebagai berikut:
1) Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu harapan
tentang perilaku yang akan terjadi.
2) Harapan normatif adalah keharusan yang menyertai suatu peran.
Biddle dan Thomas membagi lagi harapan normatif ke dalam
dua jenis:
a) Harapan yang terselubung (covert), harapan itu tetap ada
walaupun tidak diucapkan. Inilah yang disebut norma
(norm).
b) Harapan yang terbuka (overt), harapan yang diucapkan.
Harapan jenis ini dinamakan tuntutan peran (role demand).
Tuntutan peran melalui proses internalisasi dapat menjadi
norma bagi peran yang bersangkutan.
23
c. Wujud perilaku
Peran diwujudkan dalam perilaku oleh aktor. Berbeda dari
norma, wujud perilaku ini nyata, bukan sekadar harapan. Dan
berbeda pula dari norma, perilaku yang nyata ini bervariasi, berbeda-
beda dari satu aktor ke aktor yang lain. Variasi ini dalam teori peran
dipandang normal dan tidak ada batasnya. Oleh karena itu, teori
peran tidak cenderung mengklasifikasikan istilah-istilahnya menurut
perilaku khusus, melaikan berdasarkan klasifikasinya pada sifat asal
dari perilaku dan tujuannya (atau motivasinya). Jadi peran dilihat
wujudnya dari tujuan dasar atau hasil akhirnya, terlepas dari cara
mencapai tujuan atau hasil tersebut. Namun tidak menutup
kemungkinan adanya cara-cara tertentu dalam suatu peran yang
mendapat sanksi dari masyarakat.
d. Penilaian dan sanksi
Biddle dan Thomas mengatakan kedua hal tersebut
didasarkan pada harapan masyarakat (orang lain) tentang norma.
Berdasarkan norma itu, orang memberikan kesan positif atau negatif
terhadap suatu perilaku. Kesan negatif atau positif inilah yang
dinamakan penilaian peran. Di pihak lain, yang dimaksudkan dengan
sanksi adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif
atau perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga hal yang
tadinya dinilai negatif bisa menjadi positif.19
19 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, h. 216-220.
24
B. Yayasan
1. Pengertian Yayasan
Kata yayasan merupakan terjemahan dari stichting yang berasal
dari kata stichten dalam Bahasa Belanda yang artinya membangun atau
mendirikan.20 Dalam UU No. 16 Tahun 2001 disebutkan bahwa yayasan
adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.21
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yayasan memiliki
pengertian sebagai berikut:
a. Badan yang didirikan dengan maksud mengusahakan sesuatu seperti
dan sebagainya (sebagai badan hukum bermodal, tetapi tidak
mempunyai anggota).
b. Gedung-gedung yang teristimewa untuk sesuatu maksud yang
tertentu (seperti: rumah sakit, dsb).22
E. Utrecht/Moh. Soleh Djindang menjelaskan yang dimaksud
dengan “yayasan adalah tiap kekayaan (vermogen) yang tidak merupakan
kekayaan orang atau kekayaan badan dan yang diberi tujuan tertentu”.23
Pada yayasan, kepentingan yayasan tidak terletak pada anggotanya, dan
pada juga yayasan tidak ada anggotanya, yang ada hanya pengurusnya,
maka yang berkepentingan adalah pengurusnya. Yayasan adalah suatu
20 S. Wojowasito, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru – Van Hoeve,
1981), h. 634. 21https://www.setneg.go.id/index.php.?option=com_perundangan&id=263&task=detail&c
atid=1<emid=42&tahun=2001 yang diakses pada tanggal 15 Januari 2017, pada pkl. 15:20 WIB. 22 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1986), h. 1154. 23 Chidir Ali, Badan Hukum, Cet. Ke- 3, (Bandung: Penerbit P.T. Alumni, 2005), h. 64.
25
badan hukum yang dilahirkan oleh suatu yang dilahirkan oleh suatu
pernyataan sepihak, pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu
kekayaan untuk tujuan tertentu dengan memberikan petunjuk bagaimana
kekayaan itu harus diurus dan digunakan.24
Scholten dalam Ali Rido mengatakan “yayasan adalah suatu
badan hukum, yang dilahirkan oleh suatu pernyataan sepihak, pernyataan
itu harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk suatu tujuan tertentu,
dengan penunjukkan, bagaimanakah kekayaan itu diurus dan
digunakan”.25 Sedangkan menurut Edi Suharto mengatakan bahwa yang
disebut “yayasan adalah suatu organisasi formal yang fungsi utamanya
menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial yang ditujukan untuk
memecahkan masalah dan atau memenuhi kebutuhan masyarakat”.26
Yayasan biasanya berperan sebagai mediator antara kepentingan dan
program pemerintah di satu pihak dengan kebutuhan masyarakat di pihak
lain. Dengan demikian, yayasan merupakan sarana dan sekaligus wujud
partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Namun pada kenyataannya, yayasan adalah suatu badan yang
menjalankan usaha yang bergerak dalam segala macam badan usaha,
baik yang bergerak dalam usaha yang nonkomersial maupun yang secara
tidak langsung bersifat komersial.27
24 Chidir Ali, Badan Hukum, Cet. Ke-3, h. 86. 25 Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, perkumpulan,
Koperasi, Yayasan dan Wakaf , Cet. Ke-4, (Bandung: Penerbit Alumni, 1986), h. 112. 26 Edi Suharto, Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerja Sosial, (Bandung: LSP-
STKS, 1997), h. 331. 27 Chatamarasjid, Badan Hukum Yayasan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), Cet.
Ke-1, h. 81.
26
Menurut Meijers pada yayasan pokoknya terdapat hal-hal sebagai
berikut:
a. Penetapan tujuan dan organisai oleh para pendirinya
b. Tidak ada anggotanya
c. Tidak ada hak pengurusnya untuk mengadakan perubahan yang
berakibat jauh dalam tujuan dan organisasi.
d. Perwujudan dari suatu tujuan, terutama dengan modal yang
diperuntukkan untuk itu.28
2. Syarat-syarat Pendirian Yayasan
Yayasan-yayasan yang didirikan itu kenyataannya dalam
pergaulan hukumnya diakui mempunyai hak dan kewajiban sendiri,
sebagai salah satu pihak dalam hubungan hukumnya dengan subyek
hukum yang lain. Yayasan dapat didirikan baik pada waktu pendirinya
masih hidup atau dengan suatu surat wasiat. Suatu badan hukum yayasan
dapat didirikan dengan tidak adanya campur tangan dari penguasa dan
bahwa kebiasaan dan yurispendensi bersama-sama yang menetapkan
aturan itu. Dengan demikian kedudukan badan hukum itu diperoleh
bersama-sama dengan berdirinya yayasan tersebut.29
Untuk mendirikan suatu yayasan terdapat syarat-syarat yang
diperlukan, yaitu sebagai berikut:
a. Syarat-syarat materiil yang terdiri dari:
1) Harus ada suatu pemisahan kekayaan
2) Suatu tujuan
28 Chidir Ali, Badan Hukum, Cet. Ke-3, h. 68. 29Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, perkumpulan,
Koperasi, Yayasan dan Wakaf , Cet. Ke-4, h. 114.
27
3) Suatu organisasi
b. Syarat formal, yaitu:
1) Dengan akta ontentik
Sejak saat belum diatur dalam undang-undang, praktek
hukum yang berlaku di Indonesia, yayasan selalu didirikan
dengan akta notaris yang juga memuat peraturan dari yayasan
tersebut sebagai syarat terbentuknya suatu yayasan. Dalam akta
pendiriannya memuat anggaran dasar yang memuat sebagai
berikut:
a) Kekayaan yang dipisahkan
b) Namun dan tempat kedudukan yayasan
c) Tujuan
d) Bentuk dan susuna pengurus serta cara penggantian anggota
pengurus.
e) Cara pembubaran
f) Cara menggunakan sisa kekayaan dari yayasan yang telah
dibubarkan.30
3. Unsur-unsur Yayasan
Sebagai badan hukum, terdapat unsur-unsur yang dimiliki
yayasan:
a. Mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari suatu perbuatan
pemisahan yaitu suatu pemisahan kekayaan yang dapat berupa uang
dan barang.
30 Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, perkumpulan,
Koperasi, Yayasan dan Wakaf , Cet. Ke-4, h. 115-116.
28
b. Mempunyai tujuan sendiri.
c. Mempunyai alat perlengkapan yaitu meliputi pengurus, pembina,
dan pengawas.31
4. Fungsi Yayasan
Yayasan dapat dikatakan juga merupakan perbuatan, cita-cita,
sikap dan perlengkapan kebudayaan, bersifat kekal serta bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini Soerjono
Soekanto mengungkapkan tiga fungsi yayasan, yaitu:
a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka
harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-
masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-
kebutuhan.
b. Menjaga keutuhan masyarakat
c. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial (social control), artinya sistem pengawasan
masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya. 32
5. Jenis-jenis Yayasan
Yayasan dapat dibagi atas dua jenis, yaitu pertama yang dikuasai
oleh hukum publik di mana suatu yayasan mempunyai tujuan untuk
kepentingan umum. Kedua, yang dikuasai oleh hukum perdata (sipil) di
31 Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, perkumpulan,
Koperasi, Yayasan dan Wakaf , Cet. Ke-4, h. 112. 32 Soerjono Seokanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Keempat, (Jakarta: Grafindo
Persada, 1990), h. 219.
29
mana yayasan mempunyai tujuan khusus seperti yayasan pemberi
beasiswa, yayasan amal, yayasan di bidang agama, dan sebagainya.33
Selain itu, menurut keputusan Menteri Sosial RI nomor
24/HUK/1996 tentang sistem kesejahteraan sosial nasional, yayasan atau
organisasi sosial dapat dibedakan berdasarkan tiga kategori, yaitu:
a. Yayasan koordinatif adalah suatu badan yang berfungsi
mengkordinasikan seluruh kegiatan organisasi sosial operasional.
Yayasan ini tidak memiliki kelompok sasaran langsung (klien).
Kegiatan utama yayasan ini adalah memberikan konsultasi dan
pelatihan-pelatihan bagi para pengurus orsos operasional.
b. Yayasan federatif adalah yayasan yang mempunya kedudukan
sebagai organisasi sosial operasional yang mengkordinasikan
organisasi sosial yang mempunyai program dan pelayanan sejenis
dalam kordinasi fungsional dari yayasan koordinatif. Yayasan
federatif memberikan konsultasi bagi organisasi sosial yang
melaksanakan program sejenis, serta menghubungkan kepentingan
anggotanya dengan pemerintah, dan organisasi lainnya sesuai
dengan program pelayanannya dalam koordinasi fungsional dari
yayasan koordinatif.
c. Yayasan operasional adalah yayasan yang membantu dan bekerja
sama dengan pemerintah menyelenggarakan usaha kesejahteraan
sosial secara langsung, dinamis, dan bertanggung jawab berdasarkan
prinsip-prinsip keswadayaan dan kemandirian.34
33 Chidir Ali, Badan Hukum, Cet. Ke- 3, h. 88. 34 Edi Suharto, Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerja Sosial, h. 333-334.
30
C. Pengertian Memfasilitasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memfasilitasi memiliki arti
memberikan fasilitas.35 Memfasilitasi berasal dari kata fasilitasi yang berasal
dari kata facile dalam bahasa Perancis dan dari bahasa Latin facilis yang
artinya mempermudah (to facilitate = to make easy). Dalam beberapa definisi
dikatakan bahwa mempermudah adalah membebaskan kesulitan dan
hambatan, membuatnya menjadi mudah, mengurangi pekerjaan, membantu.36
Hunter mengatakan facilitation is about process, how you do
something, rather than the content, what you do. Facilitator is process guide,
someone who makes a process easier or more convenient to use. (Fasilitasi
adalah tentang proses, bagaimana anda melakukan sesuatu, daripada isinya,
apa yang kamu lakukan. Fasilitator adalah pemandu proses, seseorang yang
membuat proses lebih mudah atau lebih sesuai menggunakannya).37 Fasilitasi
juga dapat diartikan sebagai proses mempermudah sesuatu di dalam mencapai
tujuan tertentu atau melayani dan memperlancar suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan.
D. Ibadah Shalat
1. Pengertian Ibadah Shalat
Ibadah berasal dari kata ‘ibadah (jamak: ibadat) yang berarti
pengabdian, penghambaan, ketundukan, dan kepatuhan. Dari akar kata
35 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008) h. 389. 36 pusdiklathut.org/baktirimbawan/fasilitasi/pengertian_fasilitasi.html yang diakses pada
tanggal 15 Desember 2016, pada pkl. 10:15 WIB. 37 pusdiklathut.org/baktirimbawan/fasilitasi/pengertian_fasilitasi.html yang diakses pada
tanggal 15 Desember 2016, pada pkl. 10:15 WIB.
31
yang sama kita mengenal istilah ‘abd (hamba, budak) yang menghimpun
makna kekurangan, kehinaan, dan kerendahan. Karena itu, inti ibadah
ialah pengungkapan rasa kekurangan, kehinaan, dan kerendahan hati
dalam bentuk pengagungan, penyucian, dan syukur atas segala nikmat.38
Dari sisi keagamaan, ibadah ialah ketundukan atau penghambaan
diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk
kegiatan manusia di dunia ini, dilakukan dengan niat mengabdi dan
menghamba hanya kepada Allah. Jadi, semua tindakan mukmin yang
dilandasi oleh niat yang tulus untuk mencapai rida Allah dipandang
sebagai ibadah.39 Namun, tidak semua tindakan manusia dianggap ibadah
kecuali jika memenuhi dua syarat, yaitu niat yang ikhlas dan tidak
bertentangan dengan syariat.
Di kalangan orang Arab “ibadah diartikan sebagai puncak
ketundukan yang tertinggi, yang timbul dari kesadaran hati sanubari
dalam rangka mengagungkan yang disembah”.40 Kata ibadah juga
mengandung tiga arti, yaitu “menyembah atau mengabdi, merendah atau
takluk, dan taat atau berserah diri”.41
Terdapat dua macam ibadah yaitu ibadah umum atau amal sosial
dan ibadah khusus. Untuk ibadah khusus meliputi bentuk-bentuk ritual
tertentu yang diajarkan syarak, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
38 Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, (Jakarta: Penerbit Zaman, 2012),
h. 15, cet. Ke-1. 39 Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, h. 15, cet. ke-1. 40 Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008) h. 27, cet. Ke-1. 41 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, (Jakarta: Pustaka irVan, 2008), h. 15.
32
Tetapi dalam situasi tertentu, seorang mukmin diberi keringanan-
keringanan (rukhshah) untuk melaksanakan ibadah khusus itu.42
Untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai zat yang
maha suci, tentunya seorang hamba harus menempuh jalan dan tata cara
yang telah ditentukan olehnya, yaitu dengan beribadah kepadanya,
terutama melalui ibadah shalat.43 Shalat adalah salah satu sarana ibadah
yang sangat dibutuhkan oleh hamba Allah untuk mendekatkan diri
kepada-Nya. Rasa dekat seorang hamba kepada Allah SWT, sebagai
pencipta alam semesta akan memberikan rasa tenang dan damai di dalam
dirinya, karena ia yakin bahwa Allah SWT adalah tempat segala makhluk
bergantung atau berharap.
Shalat merupakan ibadah yang mempunyai kedudukan tinggi
dibanding ibadah-ibadah lainnya. Di samping itu, shalat adalah ibadah
yang diperintahkan langsung oleh Allah SWT tanpa perantara kepada
Rasulullah sewaktu beliau mi’raj, maka shalat juga merupakan ibadah
yang pertama kali diperintahkan Allah kepada Rasulullah.44
Shalat menurut lughat berarti do’a, sebagaimana tertera di dalam
firman Allah SWT surat at-Taubah ayat 103:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
42 Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, h. 16-17, cet. ke-1 43 Nuhuyanah Abdul Qadir, Pedoman & Tuntunan Shalat Lengkap (Jakarta: Gema Insani
, 2002), cet. Ke-1, h. 1-19. 44 Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, h. 66.
33
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Sedangkan menurut istilah syara’ shalat ialah seperangkat
perkataan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu, dimulai
dengan takbir dan diakhir dengan salam. Menurut Sayyid Sabiq, shalat
ialah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang
dimulai dengan membaca takbir bagi Allah dan disudahi dengan
mengucapkan salam.45 Para fukaha (ahli fikih) telah menetapkan
pengertian shalat secara istilah yaitu “beberapa upacan dan beberapa
perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, yang
dengannya kita beribadah kepada Allah, menurut syarat yang
ditentukan”.46 Dapat dikatakan juga, shalat adalah menghadapkan hati
kepada Allah yang mendatangkan rasa takut menumbuhkan rasa
kebesaran dan kekuasaan-Nya dengan penuh khusyuk dan ikhlas dalam
beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan
disudahi dengan salam.47
Ibadah shalat merupakan perintah Allah yang wajib dilaksanakan
oleh setiap orang Islam mukalaf, yang berarti tidak ada peluang untuk
berdalih dan mencari-cari alasan melalaikan atau meninggalkannya, dan
Allah memerintahkan untuk memelihara shalat dengan cara yang paling
baik dan sempurna serta melaksankannya pada waktu-waktu yang
ditentukan.
45 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2004), jilid 1 , cet. Ke-1, h.
125. 46 Teungku Muhammad Hasbi As- Shidiqiey, Pedoman Shalat, (Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2000), h. 62. 47 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, h. 13.
34
2. Ketetapan Waktu Ibadah Shalat
Sebagai salah satu ketentuan dan perintah syarak, shalat mesti
dilaksanakan dengan aturan, tatacara, dan waktu yang telah ditetapkan
syarak. Dalam al-Qur’an sendiri telah disebutkan bahwa shalat harus
dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.48 Waktu shalat merupakan
bagian dari masa yang harus dimanfaatkan oleh setiap mukmin untuk
mengingat Allah dengan cara yang telah ditetapkan agama. Hal ini
seperti yang telah Allah terangkan dalam surat an-Nisa ayat 103:
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian
apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
Syariat menetapkan dua kategori waktu untuk shalat fardu.
Pertama, waktu mu’ayyan, yakni waktu yang telah ditentukan dengan
batasan yang jelas dalam sehari-semalam. Dalam waktu-waktu itulah
muslim mendirikan shalat fardu. Waktu-waktu shalat fardu yang telah
ditentukan itu meliputi shalat zuhur, shalat asar, shalat magrib, shalat
isya. Kedua, waktu ghayr mu’ayyan, yakni waktu yang tidak ditentukan
batas-batas tertentu. Waktu dalam kategori kedua ini hanya berlaku bagi
48 Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, h. 65, cet. Ke-1.
35
orang tertidur atau yang lupa mendirikan shalat pada waktu yang telah
ditentukan.49
3. Rukun Shalat
Kemudian dalam shalat terdapat rukun yang tidak boleh
ditinggalkan, baik dengan disengaja maupun lupa. Apabila rukunnya
ditinggalkan, shalatnya tidak sah. Adapun rukun shalat sebagai berikut:50
a. Niat
b. Qiyam (berdiri tegak). Namun, qiyam di sini sangat tergantung
kepada kondisi mushalli (orang yang shalat). Seperti dalam sebuah
hadis disebutkan “orang yang tidak mampu berdiri tegak boleh
mendirikan shalat dalam posisi duduk; orang yang tidak mampu
duduk boleh menunaikannya sambil berbaring”. (HR. Bukhari)
c. Takbiratul ihram (ucapan Allahu Akbar)
d. Membaca surah Al-Fatihah
e. Rukuk
f. I’tidal disertai sikap tukmakninah (diam sejenak)
g. Sujud
h. Duduk antara dua sujud
i. Tayahhud akhir
j. Mengucapkan salam
4. Syarat-syarat Shalat
Selain itu, kita juga perlu mengetahui syarat-syaratnya shalat.
Syarat adalah sesuatu yang keabsahannya tergantung pada sesuatu yang
49 Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, Cet. ke-1 h. 68-69. 50 Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah, Cet. ke-1, h. 94-144.
36
lain namun ia tidak menjadi bagian di dalam sesuatu tersebut. Syarat
terbagi menjadi dua macam, yaitu syarat wajib dan syarat sah.51 Berikut
syarat-syarat wajib shalat antara lain sebagai berikut:
a. Islam
b. Berakal
c. Suci dari haid dan nifas
d. Sampainya dakwah
e. Mampu melaksanakan
f. Baligh
Untuk mengerjakan shalat, seseorang harus suci dari hadats besar
dan hadast kecil (syarat sah shalat), dengan cara mandi, wudhu, atau
tayammum bagi orang-orang yang tidak boleh terkena air. 52 Berikut ini
adalah syarat-syarat sah shalat:
a. Islam
b. Baligh dan berakal
c. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat dari najis
d. Mengetahui masuknya waktu shalat
e. Menutup aurat
f. Menghadap kiblat53
5. Hal-hal yang Membatalkan Shalat
Kemudian ada hal-hal yang harus dihindari agar tidak dapat
membatalkan shalat yaitu sebagai berikut:
51 Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,
(Jakarta: AMZAH, 2013) h. 169, cet. ke-3. 52 Zurinal dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, h. 65. 53 Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah, h.
170-173, cet. ke-3.
37
a. Makan dan minum dengan sengaja
b. Berbicara dengan sengaja
c. Berhadast dan terkena najis
d. Tertawa dalam shalat
e. Meninggalkan salah satu rukun dalam shalat dengan sengaja
f. Mengerjakan sesuatu yang bukan dari pekerjaan shalat
E. Ruang Publik
1. Pengertian Ruang Publik
Ruang publik menurut Carr “public space as the common ground
where people carry out the functional and ritual activities that bind
community, whether in normal routines of daily life or periodical
festivies”(ruang publik dapat diartikan sebagai ruang atau lahan umum, di
mana masyarakat dapat melakukan kegiatan publik fungsional maupun
kegiatan sampingan lainnya yang dapat mengikat suatu komunitas, baik
melalui kegiatan sehari-hari atau kegiatan tertentu).54
Kusumawijaya dalam Aswindi secara umum mengatakan “ruang
publik dapat berupa taman, tempat bermain, jalan atau ruang terbuka".55
Namun, sebenarnya ruang publik lebih dari sekedar hal tersebut
melainkan memiliki arti yang lebih. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikatakan Bagoes P. Wiryomartono bahwa “ruang di antara bangunan,
jalan, jembatan, ruang di bawah jalan tol, lapangan terbuka, taman,
bantaran tepi sungai, dan danau di pusat kota merupakan daerah yang
54 Stephen Carr, Public Space, (Cambrige: Cambrige University Press, 1992) h. 10. 55
Widdi Aswindi, Pemanfaatan Ruang Publik Majalaya, (Bandung: ITB, 2006), h. 8.
38
kita kenal sebagai ruang publik, yakni ruang yang menjadi milik bersama
yang selayaknya dibina dan menjadi aset yang memberikan nilai tambah
perkotaan.”56
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa ruang
publik adalah ruang terbuka untuk umum yang dapat diakses oleh siapa
saja dan dapat mengakomodir setiap aktifitas yang ada di dalamnya.
2. Jenis Ruang Publik
Kemudian berdasarkan proses terbentuknya, ruang publik dibagi
menjadi dua, yaitu:57
a. Ruang publik yang tidak direncanakan yaitu ruang publik yang
terjadi karena adanya kegiatan yang berulang atau berkumpul orang
karena sesuatu yang menarik. Berfungsi sebagai tempat orang
bertemu, beristirahat atau bertransaksi. Terbentuk pada pojok jalan
sebagai tempat berkumpul masyarakat sekitar atau daerah yang tidak
digunakan pada suatu lingkungan.
b. Ruang publik yang direncanakan yaitu ruang publik yang memang
disediakan oleh pemerintahan dan arsitek untuk keperluan umum
dan pribadi yang dapat digunakan oleh masyarakat. Biasanya
beberapa ruang antar bangunan, pedestrian, taman, plaza atau ruang
dibuat berdasarkan dari suatu desain.
3. Fungsi Ruang Publik
Secara umum ruang publik terdapat beberapa fungsi yang antara
lain sebagai berikut:
56 Bagoes P. Wiryomartono, Urbanitas dan Seni Bina Perkotaan, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002) , h. 179, cet. ke-1. 57 Stephen Carr, Public Space, h. 50-52.
39
a. Sebagai pusat interaksi untuk kegiatan-kegiatan masyarakat baik
formal maupun informal atau digunakan untuk event-event tertentu
seperti upacara kenegaraa, shalat hari raya, acara hiburan, dan lain-
lain.
b. Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor-koridor jalan yang
menuju ke arah ruang publik tersebut dan sebagai ruang pengikat
dilihat dari struktur kota serta sebagai pembagi ruang-ruang fungsi
bangunan disekitarnya dan ruang untuk transit.
c. Sebagai tempat usaha bagi pedagang kaki lima.
d. Sebagai paru-paru kota yang semakin padat.58
4. Karakteristik Ruang Publik
Beberapa kualitas yang harus dimiliki ruang publik menurut
Stephen Carr:59
a. Meaningfull (bermakna), di mana ruang publik harus memungkinkan
manusia sebagai pengguna ruang untuk membuat hubungan
(koneksi) yang kuat antara ruang/place dengan kehidupan mereka
dan dunia yang lebih luas. Dengan kata lain, ada sistem pemaknaan
dalam ruang publik.
b. Democratic (demokratis), di mana ruang publik harus dapat diakses
oleh siapa saja dan menjamin kebebasan dalam beraktivitas.
Carmona menguraikan bahwa aksesibilitas antara lain mencakup
58 Edy Darmawan, Teori dan Kajian Ruang Publik Kota, (Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, 2003), h. 1. 59 Stephen Carr, Pulbic Space, h. 19.
40
kemudahan akses ke lokasi dan kemudahan pergerakan di dalam
ruang.60
c. Responsive (tanggap), di mana ruang publik harus tanggap atau
mampu memenuhi kebutuhan warga yang terwujud dalam desain
fisik dan pengelolaannya.
Menurut James Siahaan, terdapat kriteria ruang publik atau ruang
terbuka ideal, yaitu:61
a. Citra dan Identitas
Berdasarkan sejarah, ruang terbuka adal pusat dari aktivitas
masyarakat dan secara tradisional membentuk identitas dari suatu
kota. Hal ini dapat dilihat dari bentuk dan ukurannya yang paling
menonjol dari bangunan yang ada berdekatan dengannya.
b. Menarik dan Memiliki Tempat Tujuan
Ruang terbuka memiliki tempat-tempat kecil yang di dalamnya
memiliki suatu daya tarik tertentu yang memikat orang banyak,
misalkan kafetaria, air mancur, atau patung.
c. Ketenangan
Ruang terbuka seharusnya memiliki bentuk ketenangan yang
membuat orang merasa nyaman bagi yang menggunakannya.
Penempatan ruang terbuka dapat menentukan bagaimana orang
60Carmona et. Al. Public Space: The Management Dimension, (New York: Routledge,
Taylor & Francis Group, 2008) h. 24. 61
http://penataanruang.pu.go.id/bulletin/upload/data_artikel/edisi4c.pdf yang diakses pada
tanggal 30 November 2016, pada pkl. 14:10 WIB.
41
memilih untuk menggunakan suatu lokasi. Selain itu, ruang terbuka
menjangkau seluruh umur dari anak-anak hingga orang dewasa.
d. Desain yang Fleksibel
Ruang terbuka digunakan sepanjang hari, dari pagi, siang, dan
malam. Untuk merespon kondisi ini ruang terbuka menyediakan
panggung-panggung yang mudah untuk ditarik keluar-masuk, mudah
dibongkar pasang, dan mudah dipindahkan dari satu tempat ke
tempat yang lainnya.
e. Strategi Musiman
Keberhasilan ruang terbuka bukan hanya fokus pada salah satu
desain saja, atau pada stategi manajemennya. Tetapi dengan
memberikan tampilan yang berubah-ubah yang berbeda dari satu
musim ke musim lainnya.
f. Akses
Ruang terbuka memiliki kedekatan dan kemantapan aksesibilitas,
mudah dijangkau dengan jalan kaki, kedekatan dengan jalan besar,
tidak dilalui kendaraan padat, atau kendaraan yang lewat dengan
kecepatan lambat.
Banyaknya daerah-daerah yang semakin berkembang membuat
pembangunan di setiap daerah juga semakin meningkat. Termasuk
pembangunan ruang-ruang terbuka yang dapat dipergunakan oleh
masyarakat. Sebab penyediaan ruang publik juga telah diatur dalam
peraturan pemerintah. Yang perlu diingat pembangunan ruang publik
42
tidak dapat hanya sekedar menyediakan lahan atau bangunan bagi
masyarakat saja. Sejak awal perencanaannya juga harus sudah
memikirkan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya yang perlu disediakan.
Proses pembentukan area publik dapat terjadi secara formal
maupun alamiah, tanpa perencanaan formal seperti misalnya melalui
penggunaan ruang oleh publik pengguna dengan cara tertentu secara
berulang, atau adanya konsentrasi pengguna karena ketertarikan pada
sesuatu di suatu tempat. Namun, idealnya ruang publik tidak hanya
menjadi ruang “sisa”, tetapi juga dapat berkaitan dengan kebutuhan
fungsional secara keseluruhan. Hal ini karena ruang publik didesain
bertujuan agar dapat mengakomodasi aktifitas yang terjadi di dalamnya.
Penggunaan ruang publik secara umum dapat membuat ruang
publik menjadi pusat interaksi sosial bagi masyarakat. Ada baiknya jika
pembangunan ruang publik berkembang mengikuti kebutuhan-kebutuhan
manusia sebagai penggunanya. Sebab ini akan mempengaruhi pola
perilaku masyarakat terhadap lingkungannya. Untuk itu pengelolaan
ruang publik jauh lebih penting daripada hanya memperbanyak jumlah
ruang publik itu sendiri.
43
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN MASJID NUSANTARA
A. Profil Yayasan Masjid Nusantara
Yayasan Masjid Nusantara adalah lembaga pembangun dan penyedia
sarana ibadah masjid di Indonesia yang telah memiliki legitimasi melalui
aspek hukum formal sebagai berikut:1
1. Akta Notaris : Zulhijah Arni SH., M.Kn No. 1 Tanggal 03 April 2012
2. SK Menkuham RI : No.AHU.5247.AH.10.04. Tahun 2012
3. NPWP : 31.527.199.9-429.000
B. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Masjid Nusantara
Yayasan Masjid Nusantara (YMN) bediri sejak tanggal 13 April
2012. YMN merupakan yayasan yang bergerak dibidang pembangun dan
pengembang masjid. Tidak hanya pembangunan secara fisik namun kami
juga berupaya untuk melakukan pemberdayaan masyarakat melalui masjid
sehingga dapat tercipta kondisi masjid yang makmur. Yayasan Masjid
Nusantara sendiri merupakan hasil inisiasi pendirinya dalam rangka membuat
sebuah lembaga yang secara khusus konsen terhadap masjid. Hal ini
dikarenakan melihat di Indonesia belum ada yayasan atau lembaga yang
betul-betul konsen terhadap masjid untuk itulah ada sebuah inisiasi dari
kawan-kawan penggiat sosial di Rumah Zakat yang menyampaikan salah
1 Dokumen Company Profile Yayasan Masjid Nusantara.
44
satunya untuk membuat sebuah yayasan yang konsen terhadap masjid dan
akhirnya terbentuklah Yayasan Masjid Nusantara.
Pada tahun 2012 Yayasan Masjid Nusantara didirikan secara legal
formal dan secara struktur yang saat itu baru hanya ada ketua saja. Dan ketua
Yayasan Masjid Nusantara yang pertama adalah ibu Nazma dan sejak
pendirian YMN beliau membangun yayasan tersebut hanya sendiri. Namun
pada akhir tahun 2012 beliau memulai untuk merekrut bagian program,
bagian keuangan dan operasional, serta bagian fund rising. Bagian fund rising
inilah yang melakukan penggalangan dana dan hasil penggalangan dana
tersebut dikelola dan dicatatkan oleh bagian operasional dan keuangan. Dan
nantinya dana tersebut akan disalurkan oleh bagian program. Kemudian di
penghujung tahun 2013 Ibu Nazma digantikan dengan Bapak Muhammad
Sobirin. Bapak Sobirin inilah yang akhirnya melakukan banyak inovasi-
inovasi di YMN. Hal ini dilakukan untuk memunculkan eksistensi YMN
karena fokus yang dipilih yayasan ini berbeda dengan lembaga lain. Dari dari
hasil pemikiran bapak Sobirin yang kemudian banyak melahirkan program
diantaranya program tebar 10.000 mukena dan program mobile masjid. Dan
bukan hal yang mudah bagi pak Sobirin saat itu membuat sebuah inovasi,
seperti halnya ide pembuatan mobile masjid yang sebenarnya sudah ada sejak
tahun 2014 namun baru terinisiasi pada tahun 2015.
Setelah selama 3 (tiga) tahun memimpin, Bapak Muhammad Sobirin
digantikan oleh direktur yang baru yaitu Bapak Hamzah Fatdri Ulhaq. Sejak
berdiri sebenarnya Yayasan Masjid Nusantara hanya konsen untuk memberi
bantuan-bantuan yang sifatnya infrastruktur, seperti bantuan renovasi,
45
pembangunan masjid, dan juga bantuan sarana prasarana masjid. Namun
sejak tahun 2016 YMN memulai untuk menginisiasi tidak hanya memberi
bantuan infrastruktur dan sarana masjid saja tetapi juga mengambil peran
dalam pemberdayaan masjid, memakmurkan masjid, kemudian juga ada
training manajemen masjid, bagaimana masjid itu jadi ramai, dan masjid itu
menjadi sentral masyarakat.2
C. Visi, Misi, dan Value Yayasan Masjid Nusantara
Berikut ini merupakan visi, misi, dan values yang terdapat dalam
Yayasan Masjid Nusantara:3
1. Visi
Menjadi lembaga pembangun dan pengembang masjid profesional di
Indonesia.
2. Misi
Menginisiasi hadirnya peradaban Islam melalui masjid.
3. Values
Sinergi, Peduli, Amanah.
2 Wawancara pribadi dengan Bapak Hamzah Fatdri Ulhaq, Bandung, 10 Februari 2017. 3 Dokumen Company Profile Yayasan Masjid Nusantara.
46
D. Struktur Organisasi Yayasan Masjid Nusantara
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
(Sumber: Divisi Marketing Yayasan Masjid Nusantara)
E. Program-program Yayasan Masjid Nusantara
Berikut ini merupakan program-program yang terdapat pada Yayasan
Masjid Nusantara:4
1. Program Masjidku Kokoh
Program ini merupakan program yang tujuannya memberi bantuan
pembangunan fisik atau infrastruktur, seperti pembangunan masjid dan
renovasi masjid.
2. Program Masjidku Nyaman
Program ini merupakan program yang memiliki fokus terhadap bantuan
sarana penunjang ibadah yang lainnya sehingga masyarakat yang
melaksanakan ibadah merasa nyaman berada dalam masjid.
4 Divisi Marketing Yayasan Masjid Nusantara, Bandung, 25 Januari 2017.
47
3. Program Masjidku Makmur
Program yang berfokus pada pengelolaan sumber daya manusia seperti
pengurus, DKM, dan masyarakat sekitar masjid. Sehingga DKM maupun
pengurus dapat mengelola masjid dengan baik dan bisa mengajak
masyarakat agar dapat lebih memakmurkan masjid.
4. Program Mobile Masjid
Mobile Masjid adalah sarana ibadah untuk memudahkan umat muslim
menjalankan shalat saat berada jauh dari tempat ibadah. Mobile masjid
lahir dari keprihatinan terhadap tempat-tempat keramaian seperti arena
konser, tempat pertandingan sepak bola dan lokasi bencana namun
minim fasilitas ibadah. Yang menyebabkan kaum muslimin
meninggalkan shalat wajib karena fasilitasnya (tempat ibadah) tidak ada.
F. Kegiatan Yayasan Masjid Nusantara
Adapun kegiatan yang dilakukan Yayasan Masjid Nusantara pada
setiap programnya sebagai berikut:5
1. Bangun Masjid Nusantara
Kegiatan yang dilakukan yaitu pembangunan infrastruktur masjid yang
dibangun di atas tanah wakaf untuk masjid masyarakat. Pembangunan
masjid ini baik dari awal maupun membangun kembali masjid dengan
kriteria kerusakan sudah tinggi (rusak berat). Bantuan pembangunan ini
difokuskan di daerah-daerah yang rawan ekonomi, bencana, dan akidah.
5 Divisi Marketing Yayasan Masjid Nusantara, Bandung, 25 Januari 2017.
48
Gambar 3.2 Pembangunan Masjid di daerah Indramayu
Sebelum (Kiri) Sesudah (Kanan)
2. Renov Masjid Nusantara
Kegiatan ini diberikan kepada masjid yang memerlukan pengembangan
atau perbaikan. Namun biasanya bantuan yang diberikan hanya untuk
satu pekerjaan saja, misalnya hanya pengerjaan lantai atau bagian atap
saja.
Gambar 3.3 Bantuan Renovasi Masjid di Beberapa Daerah
3. Toilet Sehat Masjidku
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Masjidku Nyaman.
Kegiatan ini dilakukan dengan membangun tempat wudu dan atau toilet
yang bersih dan layak. Toilet yang dibangun ini memiliki 2 kamar
masing-masing untuk dipergunakan laki-laki dan perempuan yang juga
sertai keran untuk berwudhu.
49
Gambar 3.4 Kegiatan Penyaluran Toilet Sehat Masjidku
4. Shalatku Khusyu
Kegiatan yang yang dilakukan untuk pengadaan sarana shalat seperti
sarung dan mukena. Untuk penyalurannya dilakukan di lokasi-lokasi
bencana, komunitas mu’alaf dan juga masjid-masjid yang membutuhkan.
Gambar 3.5 Kegiatan Shalatku Khusyu
5. Sujudku Syahdu
Pengadaan karpet atau sajadah bagi jama’ah untuk masjid-masjid yang
membutuhkan. Seringkali kita temui karpet-karpet masjid yang sudah
tipis, rusak dan bau sehingga mengganggu aktivitas ibadah shalat.
Diharapkan ibadah shalat menjadi lebih khusyu karena karpet yang lebih
nyaman.
50
Gambar 3.6 Kegiatan Penyaluran Sujudku Syahdu
6. Masjidku Merdu
Bantuan sound system di dalam dan luar masjid berserta dengan
microphone bagi masjid yang membutuhkan. Karena dengan pengeras
suara yang baik akan memudahkan aktivitas kegiatan beribadah
masyarakat.
Gambar 3.7 Kegiatan Penyaluran Masjidku Merdu
7. Training Manajemen Masjid
Pelatihan bagi pencita masjid yang meliputi DKM, Remaja Masjid, dan
Majlis Taklim untuk memberikan edukasi atau kesadaran mengenai
pentingnya memakmurkan masjid. Yang diharapkan ada ide-ide baru
yang muncul dari peserta sebagai penggerak masyarakat memakmurkan
masjid.
51
Gambar 3.8 Kegiatan Training Manajemen Masjid
8. Training Pengurusan Jenazah
Kegiatan ini diisi dengan memberikan pelatihan keterampilan praktis
dalam menunaikan kewajiban fardu kifayah pengurusan jenazah bagi
pengurus masjid maupun masyarakat luas.
9. Buletin Masjid Nusantara
Kegiatan yang difungsikan sebagai media penyampaian edukasi tentang
keislaman dan juga sebagai media untuk berita penyaluran program
YMN.
10. THR untuk Marbot dan Imam Masjid
Kegiatan penyaluran berbagi rezeki berupa paket lebaran untuk orang
yang paling berperan dalam memakmurkan masjid.
Gambar 3.9 Kegiatan Penyaluran THR
52
11. Bersih-bersih Masjid
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Mobile Masjid. Tidak
hanya melakukan pembersihan masjid tetapi juga terdapat kegiatan lain
diantaranya tebar alat kebersihan, pengharum ruangan dan lain-lain untuk
menambah nyaman beribadah.
Gambar 3.10 Kegiatan Bersih-bersih Masjid
12. Kalibrasi Kiblat
Yaitu kegiatan yang dilakukan Yayasan Masjid Nusantara untuk menentukan
posisi arah kiblat kepada masjid-masjid yang membutuhkan.
13. Mobile Masjid
Kegiatan dengan memberikan pelayanan fasilitas shalat yang bersifat mobile
(bisa hadir dimana saja dan kapan saja).
Gambar 3.11 Kegiatan Mobile Masjid
53
Yayasan Masjid Nusantara bukan hanya lembaga pembangun dan
penyedia sarana ibadah shalat saja. Yayasan Masjid Nusantara juga merupakan
lembaga yang mengumpulkan donasi di mana setelah dikumpulkan hasilnya akan
disalurkan kepada masjid-masjid yang membutuhkan. Agar lebih memudahkan
dalam menyalurkan bantuan, Yayasan Masjid Nusantara mengklasifikasikan
bantuan tersebut dengan membagi ke dalam beberapa program yang di dalamnya
terdapat banyak kegiatan. Untuk dapat melaksanakan setiap kegiatannya YMN
juga tidak hanya menerima donasi dari donatur perorangan tetapi juga menjalin
kerjasama dengan beberapa lembaga lain yang telah menjadi mitra.
54
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Upaya Yayasan Masjid Nusantara Dalam Memfasilitasi Ibadah Shalat
Melalui Program Mobile Masjid di Ruang Publik
Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam sudah pasti
sarana untuk beribadah seperti masjid sangatlah banyak. Bahkan data Dewan
Masjid Indonesia (DMI) menyebutkan bahwa terdapat 800.000 masjid dan
mushola yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.1 Tetapi tidak banyak atau
bahkan hampir tidak ada lembaga yang secara khusus mengelola dana infaq
shadaqah untuk masjid. Dan biasanya hasil pengumpul donasi tersebut dikelola
sendiri oleh pihak Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) masjid tersebut.
Padahal jika terdapat sebuah lembaga yang secara khusus mengelola dana
sumbangan untuk masjid dan dana tersebut dapat dikelola dengan baik,
mungkin tidak akan ada lagi ketimpangan antara masjid di kota dan di daerah-
daerah terpencil. Adanya permasalahan tersebut membuat para penggiat sosial
di Rumah Zakat berinisiatif untuk membuat sebuah lembaga yang secara
khusus fokus terhadap masjid.
“… kalau kita lihat yayasan yang konsen terhadap masjid dan
mengambil peluang untuk mengelola dana sedekah masjid itu belum
ada, makanya itu kita menghadirkan Yayasan Masjid Nusantara yang
kita harapkan dapat pengelolaan dana masjid itu bisa terdistribusikan
dengan baik … Jadi masjid yang surplus mudah-mudahan bisa
membantu masjid-masjid di daerah yang membutuhkan atau mengajak
masyarakat yang di masjidnya sudah banyak donatur untuk
mengarahkan donatur-donaturnya itu ke masjid-masjid di daerah. Dan
peranannya YMN itu mengelola dana infaq shadaqah masjid untuk
disalurkan ke masjid-masjid yang membutuhkan.”2
1 Majalah Masjid, Berdayakan Masjid Makmurkan Umat Edisi Mei, Jakarta, 2015. 2 Wawancara pribadi dengan Hamzah Fatdri Ulhaq, Bandung, 10 Februari 2017.
55
Permasalahan mengenai sarana ibadah seperti masjid ternyata tidak
hanya sampai di situ saja. Banyaknya pembangunan ruang publik di perkotaan
bagi masyarakat saat ini ternyata tidak juga bisa meninggalkan pekerjaan
rumah bagi banyak pihak termasuk pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan
masih banyaknya ruang publik yang sarana dan prasarananya kurang memadai
untuk dapat memfasilitasi kebutuhan bagi masyarakat. Padahal dalam
pembangunan ruang publik tersebut, perlu juga mementingkan kebutuhan
masyarakat ketika berada di dalamnya. Mengingat bahwa salah satu kualitas
yang harus dimiliki suatu ruang publik adalah responsive, di mana ruang publik
harus tanggap atau mampu memenuhi kebutuhan warga yang terwujud dalam
desain fisik dan pengelolaannya. Untuk itu fasilitas yang disediakan pada ruang
publik pun seharusnya yang dapat memenuhi kebutuhan utama masyarakat.
Fungsinya yang juga dapat digunakan sebagai pusat interaksi untuk
kegiatan-kegiatan masyarakat baik formal maupun informal atau digunakan
untuk event-event tertentu, maka fasilitas untuk ibadah di ruang publik
semestinya juga disediakan. Banyaknya masyarakat termasuk umat Islam yang
memanfaatkan ruang publik untuk beraktifitas tentu sarana untuk beribadah
khususnya shalat merupakan salah satu kebutuhan yang utama. Seperti yang
diketahui bahwa shalat adalah ibadah yang paling sering dilakukan dalam
sehari. Terlebih ibadah shalat itu merupakan perintah Allah yang wajib
dilaksanakan oleh setiap orang Islam mukalaf. Untuk itu jika dalam suatu ruang
publik tidak tersedia sarana untuk ibadah shalat tentu menyulitkan masyarakat
yang ingin melaksanakan shalat.
56
Ketika seseorang memiliki suatu kedudukan dalam masyarakat,
biasanya akan muncul harapan-harapan terhadap individu tersebut untuk
berperan sesuai dengan kedudukan atau status yang ia miliki. Seperti yang
dikatakan Abu Ahmadi bahwa peranan merupakan suatu kompleks
pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat
dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya. 3 Dan untuk
dapat menjalankan peranan, masyarakat biasanya memberikan fasilitas-
fasilitas pada individu. Lembaga-lembaga kemasyarakatan merupakan bagian
masyarakat yang banyak menyediakan peluang-peluang untuk pelaksanaan
peranan.
Sejak diciptakan oleh Allah SWT fitrahnya manusia itu adalah untuk
beribadah, hal ini juga telah Allah terangkan dalam al-Qur’an. Kecenderungan
manusia dalam beribadah inilah yang harus didukung dengan memberikan
kemudahan sarana ibadah. Sadar bahwa keberadaannya di lingkungan sosial
masyarakat memiliki peran, membuat Yayasan Masjid Nusantara berusaha
untuk memahami kebutuhan masyarakat khususnya mengenai ibadah. Karena
bagaimana pun yayasan merupakan suatu organisasi formal yang fungsi
utamanya menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial yang ditujukan
untuk memecahkan masalah dan atau memenuhi kebutuhan masyarakat.4
“Makanya kita Yayasan Masjid Nusantara itu memahami fitrah
manusia sebagaimana mestinya. Kalau kita sebagai umat muslim tata
cara beribadah kita sudah diatur sesuai tuntunan Rasulullah, kita ada
panduannya al-Qur’an dan sunnah. Dan kita sudah jelas bagaimana tata
cara beribadah ini diajarkan, makanya memfasilitasi ibadah itu adalah
sebuah layanan menuju kepada fitrah manusia. Jadi layanan yang
3 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-2, h. 11. 4 Edi Suharto, Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerja Sosial, (Bandung: LSP-STKS,
1997), h. 331.
57
mengajak memang fitrah kita untuk ibadah. Itulah sebuah anugerah
buat kita jadi kebaikan untuk kita..”5
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.6 Maka Yayasan
Masjid Nusantara juga perlu melaksanakan hak dan kewajibannya dalam
menjalankan peranannya dalam upaya memfasilitasi ibadah shalat. Tidak jauh
berbeda dengan lembaga lainnya, YMN juga memerlukan dana operasional
untuk dapat menjalankan kegiatan operasionalnya. Untuk itu, Yayasan Masjid
Nusantara melaksanakan haknya dengan cara mengambil hak dari
pengumpulan donasi sesuai dengan peraturan yang berlaku di masyarakat.
“… jadi berapa persen layaknya sebuah lembaga sosial untuk
mendapatkan untung sebagai operasional mereka … Untuk itu para
ulama sepakat batas pengambilan dana operasional itu adalah 1/8, jadi
haknya amil zakat itu satu dari delapan golongan jadi 1/8, 1/8 itu
berapa? 12,5 %. Jadi kalau misalnya ada yang berzakat misalnya 100
juta maka yang jadi biaya operasional itu adalah 12,5 juta, inilah yang
akan diambil sebagai dana operasional kita ... sedangkan dari Shadaqah
itu secara fiqihnya tidak ada ketentuan berapa yang mau diambil untuk
operasional, jadi tidak ada ketentuan seperti zakat 1/8 tapi kita
membatasi maksimal shadaqah itu kita ambil 20% …”7
Dalam melaksanakan kewajibannya sebagai sebuah lembaga yang
konsen terhadap pembangunan dan pengembangan masjid, Yayasan Masjid
Nusantara berinovasi membuat sebuah program yang dinamai Mobile Masjid
yang tujuannya untuk memberikan fasilitas ibadah di tempat-tempat pusat
keramaian. Melihat kondisi ruang publik yang masih banyak tidak terdapat
5 Wawancara pribadi dengan Hamzah Fatdri Ulhaq, Bandung, 10 Februari 2017. 6 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. RajaGrafinfo Persada,
2000), Cet. Ke-30, h. 268. 7 Wawancara pribadi dengan Hamzah Fatdri Ulhaq, Bandung, 10 Februari 2017.
58
fasilitas ibadah atau bahkan memang jauh dari tempat beribadah. Mobile
Masjid ini merupakan masjid portable pertama yang ada di Indonesia.
Sebenarnya pada awal ide pembuatan mobile masjid ini bukanlah untuk
ditempatkan pada ruang publik melainkan untuk memberikan bantuan pada
daerah yang terkena bencana yang di mana biasanya masjid tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Bahkan kegiatan pertama kali mobile masjid
ini dilakukan pada saat bencana longsor di Pangalengan tahun 2015.
1. Kegiatan Program Mobile Masjid Memfasilitasi Ibadah Shalat di
Ruang Publik
Dengan semakin banyaknya pusat-pusat keramaian khususnya di
Bandung seperti taman-taman tematik dan event-event tertentu namun
masih kurangnya fasilitas ibadah yang disediakan pada akhirnya mobile
masjid pun dioperasikan untuk memberikan layanan beribadah secara
khusus kepada masyarakat. Karena Mobile masjid ini merupakan sebuah
mobil yang secara khusus dimodifikasi oleh YMN maka masjid ini dapat
berpindah-pindah tempat dalam memberikan layanan ibadah shalat. Hal
ini juga bagian dari upaya Yayasan Masjid Nusantara dalam menjalankan
peranan sebagai pelaku peranan.
Pada setiap kegiatannya, program Mobile Masjid ini memberi
layanan sesuai dengan permintaan. Memang pada awalnya layanan untuk
memberikan fasilitas shalat ini rutin dilakukan terutama pada hari Jum’at.
Dikarenakan terdapat beberapa kendala yang akhirnya membuat program
Mobile Masjid ini hanya memberikan layanan by request. Salah satunya
ialah tidak adanya karyawan tetap yang secara khuusus dapat membantu
59
memberikan layanan Mobile Masjid. Biasanya YMN hanya menggunakan
relawan yang sengaja di rekrut pada saat ada kegiatan saja. Selain itu,
kondisi fisik mobil yang digunakan juga tidak cukup mampu lagi untuk
melakukan kegiatan sesering mungkin. Namun untuk beberapa kegiatan
seperti pada saat ada pertandingan sepak bola di Stadion Jalak Harupat,
Yayasan Masjid Nusantara selalu berinisiatif untuk memberikan layanan
ibadah shalat walaupun tidak ada permintaan dari pihak penyelenggara
acara.
Untuk dapat menggunakan layanan fasilitas ibadah shalat dari
program Mobile Masjid sebenarnya cukup mudah. Selain memberikan
informasi melalui website resminya, YMN juga melakukan ajang
pengiklanan melalui Facebook-ads. Penyelenggara acara hanya perlu
menghubungi kontak pusat Yayasan Masjid Nusantara. Banyaknya
penggunaan media sosial ini juga membuat masyarakat yang ingin request
layanan Mobile Masjid menghubungi dengan cara menuliskan di kolom
komentar akun Facebook dan Instagram YMN. Tetapi yang lebih banyak
memang biasanya melalui SMS ke kontak pusat YMN. Setelah permintaan
layanan diterima, pihak YMN harus terlebih dahulu mengetahui lokasi dan
jadwal yang diminta. Karena layanan hanya baru dapat diberikan di sekitar
daerah Bandung saja. Kemudian jika jadwal yang diminta ternyata sudah
terisi maka YMN tidak dapat memberikan layanan Mobile Masjid. Ini
terpaksa dilakukan mengingat armada yang dimiliki hanya terdapat satu
unit saja untuk yang di Bandung.
60
Untuk acara-acara seperti konser biasanya Mobile Masjid tiba di
lokasi acara sebelum gladi resik dimulai. Sehingga terkadang harus tiba di
lokasi satu hari sebelumnya. Dan untuk acara pertandingan sepak bola,
layanan memfasilitasi ibadah shalat diberikan pada saat shalat dzuhur,
ashar, dan magrib. Jika Mobile Masjid ini sedang memiliki kegiatan di
suatu ruang publik, agar masyarakat mengetahui keberadaannya maka
YMN membagikan informasi melalui media sosial. Bahkan pihak YMN
pun secara langsung memberi pengumuman sebelum memasuki waktu
shalat. Terkadang petugas juga menghampiri warga yang sedang berada di
lokasi secara langsung untuk mengajak shalat. Selain itu karena lokasi
kegiatan yang dikunjungi memang jauh dari sarana beribadah, suara adzan
yang dikumandangkan pun dapat menarik perhatian masyarakat sekitar.
Hal ini juga seperti yang dikatakan oleh Sutarja seorang relawan YMN,
“karena kita biasa kerjasama dengan EO/panitia kegiatan suatu komunitas
jadi mereka yang mempublis keberadaan kita, atau spontanitas kita
serukan melakui pengeras suara untuk kegiatan yang sifatnya umum.”8
Berbeda dengan hari biasanya, program Mobile Masjid ini selama
bulan Ramadhan memberikan layanan fasilitas ibadah shalat setiap hari.
Bahkan pada bulan ramadhan Mobile Masjid juga memfasilitasi ibadah
shalat tarawih. Layanan fasilitas ibadah shalat ini dilakukan setiap hari
dikarenakan banyak yang ingin memaksimalkan ibadahnya pada saat
bulan puasa. Selain itu, selama bulan Ramadhan juga program Mobile
8 Wawancara pribadi dengan Sutarja, Bandung, 12 Februari 2017.
61
Masjid biasanya membagikan takzil kepada masyarakat yang berada di
sekitar kegiatan Mobile Masjid.
2. Fasilitas Ibadah Shalat Pada Program Mobile Masjid di Ruang
Publik
Dalam merealisasikan mobile masjid ini bukanlah hal yang mudah
dilakukan. Selain sulitnya mencari donatur yang dapat memberikan mobil
sebagai alat utamanya, biaya yang dikeluarkan untuk merubah tampilan
pun tidak sedikit. Hal ini dikarenakan banyaknya fasilitas yang harus
disediakan untuk ibadah shalat. Mengingat bahwa dalam shalat terdapat
syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dapat menyempurnakan shalatnya.
Adapun fasilitas yang disediakan Yayasan Masjid Nusantara melalui
program Mobile Masjid, yaitu:
a. Tempat untuk berwudhu
Untuk dapat melaksanakan shalat seseorang harus suci dari
hadats besar dan kecil dengan salah satu caranya yaitu wudhu. Agar
dapat memenuhi syarat program Mobile Masjid pun menyediakan
fasilitas untuk berwudhu dengan menggunakan tangki air yang
berkapasitas 500 liter yang kemudian dialirkan melalui pipa yang juga
secara khusus dirancang oleh Yayasan Masjid Nusantara. Pipa-pipa
untuk wudhu dibuat secara khusus agar memudahkan ketika
membongkar ataupun memasang. Agar air untuk wudhu tersebut tetap
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan syarat
ukuran air wudhu Mobile Masjid ini sengaja ditempatkan dekat
sumber air.
62
Bagi kaum perempuan yang merasa tidak nyaman dengan
kondisi tempat berwudhu yang terbuka atau tidak terpisah dengan
kaum laki-laki tidak perlu khawatir. Karena Mobile Masjid ini juga
menyiapkan tempat wudhu yang sengaja dibuat secara terpisah antara
perempuan dan laki-laki, selain itu tempat wudhu bagi perempuan ini
sengaja didesain secara tertutup sehingga membuat lebih nyaman.
b. Peralatan shalat
Kemudian tidak hanya itu saja yang juga disiapkan YMN
untuk memfasilitasi ibadah shalat. Agar masyarakat yang ingin
melaksankan shalat dapat menutupi auratnya, pada program Mobile
Masjid juga disediakan peralatan shalat seperti sarung untuk pria dan
mukena bagi perempuan. Peralatan tersebut juga sangat terawat
bahkan mukena yang tersedia dijaga kebersihannya sehingga tidak
terasa bau seperti di kebanyakan tempat shalat umum lainnya. Selain
itu, masjid portable ini juga dapat menampung jama’ah hingga 50
orang.
c. Kalibrasi kiblat
Penempatan lokasi yang berbeda-beda dalam setiap kegiatan
tentu penentuan arah kiblat menjadi perhatian utama. Pihak YMN
harus memastikan secara benar arah kiblat terlebih dahulu. Untuk itu
setiap tiba di lokasi sebelum menyiapkan fasilitas yang lainnya untuk
shalat yang pertama kali dilakukan adalah kalibrasi kiblat. Tujuannya
agar arah yang dituju saat shalat benar-benar mengarah kiblat. Seperti
63
dalam surat al-Baqarah ayat 144 berikut ini yang menyebutkan bahwa
terdapat kewajiban dan keutamaan ketika shalat menghadap kiblat.
Soerjono Soekanto mengungkapkan bahwa peranan mencakup tiga hal,
yaitu: 9
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Dalam arti ini rangkaian peraturan-
peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
Dengan adanya norma-norma yang terdapat di masyarakat, tentu Yayasan
Masjid Nusantara harus mengikuti sesuai dengan norma-norma yang
berlaku. Sebagai lembaga pengumpul dana infaq shadaqah yang berasal
dari donatur, maka YMN selalu menginformasikan semua yang
berhubungan dengan penyaluran dana tersebut. 10 Karena bagaimana pun
para donatur perlu mengetahui apakah hasil donasi yang dititipkan
difungsikan sesuai dengan yang mereka harapkan.
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Dalam mengaktualisasikan
9 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Cet. Ke-30, h. 269. 10 Wawancara pribadi dengan Hamzah Fatdri Ulhaq, Bandung, 10 Februari 2017.
64
dirinya pada lingkungan Yayasan Masjid Nusantara dengan mengambil
peran dalam mengelola dana yang dapat dipergunakan untuk membangun
dan mengembangkan sarana ibadah yang layak terutama di tempat-tempat
yang membutuhkan fasilitas tersebut. Selain itu, YMN juga berupaya
membentuk pandangan bahwa jika peradaban Islam dapat dimulai melalui
masjid. Karena bagi YMN fungsi masjid tidak hanya sebagai tempat untuk
shalat tetapi memiliki fungsi lebih dari itu seperti yang telah dicontohkan
oleh Rasulullah saw.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat. Sebab untuk dapat mengatasi permasalahan
sosial seperti mengenai kebutuhan akan sarana beribadah tidak hanya
dapat menunggu kesadaran pemerintah sekitar. Dengan adanya program
Mobile Masjid, selain membangun kesadaran dalam melakukan ibadah
Yayasan Masjid Nusantara juga telah memberikan pemahaman perlunya
sebuah inovasi dalam memecahakan permasalahan.
Dari analisa yang berdasarkan pada temuan lapangan tersebut dapat
peneliti simpulkan bahwa upaya yang dilakukan dalam memfasilitasi ibadah
shalat di ruang publik melalui program Mobile Masjid ini merupakan bagian
dari peranan yang dijalankan Yayasan Masjid Nusantara. Program Mobile
Masjid adalah wujud nyata dari harapan yang diberikan masyarakat terutama
donatur kepada YMN. Walaupun saat ini layanan mobile masjid ini tidak
beroperasi setiap hari hanya tergantung pada permintaan. Namun, Mobile
Masjid telah menjadi salah satu solusi di tengah kurangnya fasilitas ibadah di
65
ruang publik bagi masyarakat. Kemudian, masyarakat juga akan lebih
mengetahui pentingnya dukungan terhadap pelaku peranan yang di sini yaitu
Yayasan Masjid Nusantara. Sebab dengan dukungan terlebih dengan cara
menitipkan infaq dan shadaqahnya, peranan yang dijalankan pun YMN akan
dapat lebih maksimal.
B. Cara Yayasan Masjid Nusantara Mengelola Aspirasi Masyarakat Pada
Program Mobile Masjid
Jika seseorang mempunyai status tertentu dalam kehidupan masyarakat,
maka selanjutnya akan ada kecenderungan untuk muncul harapan-harapan
baru. Sebagai sebuah lembaga yang mengambil peran dalam memfasilitasi
ibadah shalat, harapan-harapan dari masyarakat yang berkaitan dengan hal
tersebut terhadap Yayasan Masjid Nusantara pasti terus bermunculan. Untuk
itu sebagai pelaku peranan, YMN juga perlu mengetahui harapan-harapan
tersebut yang muncul di masyarakat. Hal ini dikarenakan bahwa peranan
menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-
kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.
Harapan-harapan dari masyarakat tersebut dapat berbentuk macam-
macam. Dan biasanya ketika masyarakat memiliki harapan mereka akan
menyampaikan dalam bentuk aspirasi. Agar Yayasan Masjid Nusantara dapat
mengetahui aspirasi mengenai program Mobile Masjid, YMN memberikan
kesempatan masyarakat untuk menyampaikan dengan berbagai cara.
Bagaimana pun semua aspirasi yang diberikan dapat sangat membantu YMN
dalam menjalankan peranannya.
66
Sebenarnya banyak cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengetahui
aspirasi-aspirasi dari masyarakat. Namun, penggunaan media sosial yang
sudah sangat banyak saat ini menjadi salah satu sarana yang digunakan YMN
untuk menerima aspirasi dari masyarakat. Dengan kemudahan yang
ditawarkan, masyarakat pada sekarang ini jauh lebih menyukai
mengungkapkan perasaannya melalui media sosial. Bahkan kebanyakan
aspirasi yang disampaikan masyarakat pada suatu pihak lebih berani
diungkapkan menggunakan media sosial. Hal ini mungkin dikarenakan
perasaan-perasaan yang timbul ketika harus menyampaikan pendapat secara
langsung tidak akan terasa lagi jika ada sarana yang digunakan. Terlebih pada
media sosial terdapat banyak pilihan untuk penggunanya dalam menyampaikan
aspirasi. Jika ingin lebih bersifat tertutup penggunanya bisa menyampaikan
melalui kolom pesan yang tersedia. Atau jika ingin lebih terbuka dalam
menyampaikan aspirasinya hanya tinggal menuliskan komentar pada sebuah
postingan.
Yayasan Masjid Nusantara juga selalu menerima jika ada masyarakat
yang ingin menyampaikan aspirasinya secara langsung. Ini dapat dilakukan
oleh masyarakat ketika memiliki kesempatan untuk menggunakan fasilitas
Mobile Masjid di lokasi tertentu. Walaupun tidak secara terang-terangan
mengumumkan, tapi biasanya relawan yang bertugas saat di lapangan sangat
terbuka jika masyarakat ingin berbicara lebih jauh mengenai Mobile Masjid.
Bahkan banyak juga pengguna fasilitas Mobile Masjid yang menyampaikan
aspirasinya melalui relawan.
“... biasanya di social media yang jadi tempat kita, karena biasanya di
social media orang lebih berani menyampaikan saran, ide dan kritik itu
67
di social media ya. Pertama di social media, yang kedua kita juga
sebetulnya terbuka waktu pada saat di lapangan kepada masyarakat
kalau ada kritik dan saran ...”11
Tidak hanya sekedar mengumpulkan aspirasi, Yayasan Masjid
Nusantara juga mengelola aspirasi tersebut agar tidak hanya menjadi sebuah
aspirasi. Aspirasi yang diberikan masyarakat kepada YMN ini biasanya akan
dilihat terlebih dahulu untuk dipertimbangkan. Apakah harapan-harapan
tersebut dapat diwujudkan atau jika YMN tidak dapat mewujudkannya maka
dicarikan solusi lain agar harapan masyarakat terpenuhi. Mengingat bahwa
tidak semua harapan dari masyarakat tersebut dapat dipenuhi sendiri oleh
Yayasan Masjid Nusantara. Seperti ada sebuah aspirasi yang berasal dari
masyarakat yang mengharapkan juga adanya fasilitas toilet. Sadar bahwa tidak
dapat memenuhi harapan semacam ini yang disebabkan terbatasnya ruang yang
dimiliki Mobile Masjid, YMN pun mencarikan solusi agar harapan tersebut
dapat diwujudkan. Karena sifatnya yang sinergis jika ada lembaga lain yang
dapat menyediakan fasilitas tersebut maka YMN akan bekerjasama dengan
lembaga tersebut. Sehingga kebutuhan yang diharapkan oleh masyarakat tetap
dapat terpenuhi.
“Memang kadangkala kalau misalnya ide itu adalah ide yang sanggup
kita lakukan kita bisa tambah … tapi kalau misalnya yang kita tidak
mampu lakukan semacam tadi tempat buang air kecil dan buang air
besar ya kita mohon maaf tidak bisa bisa. Tapi kalau waktu di Jakarta
ada aksi 212, kita kerjasama dengan lembaga lain menghadirkan mobil
toilet di samping mobile masjid.”12
Namun sepanjang program Mobile Masjid ini berjalan tidak banyak
aspirasi yang bersifat kritikan terhadap Yayasan Masjid Nusantara. Bahkan
11 Wawancara pribadi dengan Hamzah Fatdri Ulhaq, Bandung, 10 Februari 2017. 12 Wawancara pribadi dengan Hamzah Fatdri Ulhaq, Bandung, 10 Februari 2017.
68
kebanyakan aspirasi yang disampaikan masyarakat sesuai dengan yang
diharapkan pihak YMN terhadap program Mobile Masjid. Harapan-harapan
tersebut biasanya berkaitan dengan penambahan unit mobil agar YMN lebih
maksimal dalam memberikan layanan fasilitas ibadah shalat.
Dari hasil analisa yang telah dilakukan dapat dikatakan Yayasan Masjid
Nusantara sangat terbuka terhadap harapan-harapan masyarakat dengan
memberikan ruang kepada masyarakat agar dapat menyampaikan aspirasinya
baik itu berupa kritik ataupun saran. Dalam mengelola aspirasi YMN juga
sudah sangat baik karena ketika aspirasi tersebut dapat diwujudkan dalam
bentuk nyata YMN akan langsung merealisasikannya. YMN juga bersinergis
atau menjalin kerjasama dengan lembaga lain untuk membantu memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam memberikan fasilitas beribadah.
C. Penilaian Pihak Internal Dan Eksternal Yayasan Masjid Nusantara
Dalam Upaya Memfasilitasi Ibadah Shalat Melalui Program Mobile
Masjid
Dalam menjalankan suatu peranan yang selalu berhubungan dengan
masyarakat di lingkungan sosial tempat kedudukan itu berada pasti tidak dapat
terlepas dari yang namanya penilaian masyarakat. Masyarakat biasanya akan
menginginkan cara-cara yang dilakukan pelaku peranan itu sesuai dengan yang
mereka harapkan. Pada teori peran orang akan memberikan kesan positif dan
negatif terhadap suatu perilaku. Kesan positif atau negatif tersebut yang
dinamakan penilaian peran.13 Penilaian tersebut akan menjadi alat ukur untuk
13 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2003), Cet. Ke-1,h. 220.
69
apa yang telah dilakukan oleh pelaku peranan sudah sesuai dengan yang
diharapkan.
Terkadang tidak semua yang dijalankan pelaku peranan tidak konsisten
dengan harapan-harapan orang lain. Begitu pun dengan yang telah dilakukan
Yayasan Masjid Nusantara sebagai bagian dari masyarakat tidak dapat terlepas
dari penilaian lingkungannya. Sebagaimana fungsi yayasan, yaitu pertama
memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus
bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam
masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan. Kedua,
menjaga keutuhan masyarakat. Dan ketiga memberikan pegangan kepada
masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control),
artinya sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-
anggotanya.14
1. Penilaian Pihak Internal Yayasan Masjid Nusantara
Dalam menjalankan fungsinya terutama menghadapi masalah yang
menyangkut kebutuhan Yayasan Masjid Nusantara dianggap telah
memberikan pedoman baru melalui program Mobile Masjid. Seringkali
kita berfikir terlalu serius sehingga melupakan bahwa sebuah kreatifitas
juga dapat menjadi cara lain dalam memecahkan permasalahan. Dan
dengan sedikit ide kreatif ini juga dapat memberikan solusi dalam
menyelesaikan masalah termasuk untuk urusan beribadah. Hal inilah yang
telah dilakukan YMN dalam upayanya menghadapi permasalahan
mengenai sarana beribadah di ruang publik.
14 Soerjono Seokanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Keempat, (Jakarta: Grafindo
Persada, 1990), h. 219.
70
“Kadang mengambil pahala saja itu kita harus berkreatifitas. bikin
ide apa lagi nih, layanan apa lagi nih, kita mendapatkan pahala apa
lagi nih, makanya mobile masjid ini istilahnyabelomba-lomba
dalam kebaikan tapi yang tidak terpikirkan oleh ora ng lain. Jadi
ternyata beramal juga ada kreatifitasnya, itu yang menurut saya oh
iya yah”15
Terlebih bagi pihak Yayasan Masjid Nusantara melalui program
Mobile Masjid juga merupakan sarana untuk berdakwah. Sehingga dengan
pemikiran yang tertanam seperti itu membuat pihak YMN juga berusaha
menjalankan peranannya sebaik mungkin. Keterbukaan masyarakat
dengan adanya Mobile Masjid juga merupakan dukungan bagi Yayasan
Masjid Nusantara untuk menjalankan peranannya. Sehingga peluang–
peluang yang masyarakat berikan akan membuat upaya YMN dalam
memfasilitasi ibadah shalat terutama di ruang publik akan lebih maksimal.
2. Penilaian Pihak Eksternal Yayasan Masjid Nusantara
Sesuai dengan peranan yang melekat pada dirinya, Yayasan Masjid
Nusantara telah berusaha mempertahankan struktur yang terdapat dalam
masyarakat. Struktur yang ada di dalam masyarakat ini yaitu kebutuhan
masyarakat mengenai sarana beribadah. Peranan mengenai permasalahan
sarana beribadah juga wajar diberikan masyarakat kepada Yayasan Masjid
Nusantara yang memang sejak pendiriannya fokus pada pembangunan dan
pengembangan sarana ibadah. Bahkan dengan hadirnya Mobile Masjid ini
juga dikatakan dapat meningkatkan tali silaturahmi sesama umat Islam.
Hal ini juga berarti YMN telah berupaya untuk menjaga keutuhan
masyarakat.
15 Wawancara pribadi dengan Hamzah Fatdri Ulhaq, Bandung, 10 Februari 2017.
71
“Menurut saya program itu sangat bagus, di mana bisa
meningkatkan ukhuwah kita di mana pun berada, dengan adanya
program tersebut masyarakat bisa lebih mudah melaksanakan
ibadah berjamaah dan dapat mempererat tali silaturahmi sesama
umat muslim.”16
Begitupun yang dikatakan oleh Janu yang pernah memanfaatkan
fasilitas Mobile Masjid.
“Sangat bermanfaat, karena selama saya mengadakan event atau
menghadiri sebuah event outdoor atau pun event indoor yang
biasanya hanya mempunyai tempat ibadah yang kecil sangat susah
sekali untuk melakukan ibadah. Dengan adanya mobile masjid,
ibadah shalat pun sangat mudah.”17
Selain itu, melalui program Mobile Masjid tersebut masyarakat
dapat melakukan pengawasan kepada Yayasan Masjid Nusantara.
Masyarakat juga bisa melihat wujud nyata dari hasil pengelolaan donasi
yang telah dikumpulkan Yayasan Masjid Nusantara.
Berdasarkan analisa di atas, penilaian dari pihak internal maupun
eksternal terhadap upaya yang dilakukan YMN dalam upaya memfasilitasi
ibadah shalat melalui program Mobile Masjid sangatlah positif. Dengan
adanya program Mobile Masjid, masyarakat yang tengah berada di ruang
publik merasa dimudahkan ketika akan menjalankan ibadah shalat. Selain
itu, layanan fasilitas ibadah shalat ini merupakan sarana dakwah mengenai
ibadah. Sebab adanya Mobile Masjid ini dapat mengingatkan masyarakat
untuk tidak lupa beribadah khususnya shalat terlebih saat kita malas untuk
beribadah saat melakukan aktifitas di ruang publik karena harus mencari
tempat ibadah yang tidak tersedia.
16 Wawancara pribadi dengan Aldi, Bandung, 19 Februari 2017 17 Wawancara pribadi dengan Januar, Bandung, 23 Februari 2017.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Yayasan Masjid
Nusantara melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi maka peneliti
dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Upaya Yayasan Masjid Nusantara dalam memfasilitasi ibadah shalat di
ruang publik melalui program Mobile Masjid
Upaya yang dilakukan Yayasan Masjid Nusantara dalam
memfasilitasi ibadah shalat pada ruang publik melalui program Mobile
Masjid ini merupakan bagian dari menjalankan peranannya. Program
Mobile Masjid ini juga tidak hanya sekedar memberikan kemudahan
ibadah shalat tetapi fasilitas yang disediakan berusaha mengikuti syarat-
syarat yang telah diatur dalam agama agar shalat yang sempurna dapat
terpenuhi. Untuk dapat memfasilitasi masyarakat ketika akan
menjalankan ibadah shalat layanan yang diberikan tidak hanya dilakukan
pada satu tempat saja.
Selain itu, Yayasan Masjid Nusantara juga memberikan
kesempatan kepada masyarakat yang ingin memanfaatkan fasilitas
Mobile Masjid untuk memberikan layanan pada acara-acara mereka
selenggarakan. Layanan ini dapat dinikmati tanpa harus mengeluarkan
biaya hanya masyarakat harus melakukan reservasi terlebih dahulu.
Sayangnya saat ini program Mobile Masjid belum dapat memberikan
73
layanan secara maksimal karena hanya dapat dijumpai pada event-event
tertentu saja. Namun untuk acara seperti pertandingan sepak bola di
Stadion Jalak Harupat YMN selalu berinisiatif hadir memberikan
layanan. Biasanya Mobile Masjid ini akan beroperasi secara maksimal
berbeda setiap hari selama bulan Ramadhan karena berkeliling di ruang-
ruang publik di Bandung agar dapat memfasilitasi masyarakat yang ingin
melaksanakan ibadah secara maksimal. Jadi upaya yang dilakukan YMN
dalam memfasilitasi ibadah shalat di ruang publik ini dapat dikatakan
sudah sangat baik walaupun masih terdapat hambatan yang membuat
tidak maksimal.
2. Cara Yayasan Masjid Nusantara Mengelola Aspirasi Masyarakat Pada
Program Mobile Masjid
Pada bagian ini Yayasan Masjid Nusantara juga telah berusaha
untuk mengetahui harapan-harapan masyarakat terhadap program Mobile
Masjid. Hal ini merupakan hubungan dari yang sedang diperankan YMN
untuk memfasilitasi ibadah shalat. Untuk memberikan kesempatan
masyarakat dalam menyampaikan harapannya dalam bentuk aspirasi,
YMN telah menyiapkan ruang baik itu secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk secara langsung Yayasan Masjid Nusantara memberikan
kebebasan pada saat kegiatan program Mobile Masjid itu berlangsung.
Masyarakat hanya perlu tinggal mengatakan kepada pihak YMN yang
bertugas. Kemudian untuk yang tidak langsung YMN menggunakan
media sosial baik itu melalui Instagram, Twitter, ataupun Facebook.
74
Sehingga bagi masyarakat pengguna media sosial dapat menyampaikan
aspirasinya melalui media sosial.
Agar mewujudkan aspirasi yang telah di sampaikan masyarakat
tersebut Yayasan Masjid Nusantara membagi ke dalam dua cara.
Pertama, jika aspirasi yang disampaikan itu dapat direalisasikan maka
biasanya YMN akan langsung menindaklanjuti sesuai yang diharapkan
masyarakat. Untuk yang kedua biasanya digunakan ketika YMN tidak
dapat merealisasikan maka YMN mencari alternatif lain seperti
bekerjasama dengan lembaga lain yang dianggap mampu bersinergis
untuk memenuhi harapan tersebut.
3. Penilaian Pihak Internal dan Eksternal Yayasan Masjid Nusantara Dalam
Upaya Memfasilitasi Ibadah Shalat Melalui Program Mobile Masjid
Penilaian juga merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari
peranan. Sebab ketika seseorang atau sekelempok orang memiliki sebuah
peranan maka penilaian dari dalam (internal) maupun dari orang lain
(eksternal). Berdasarkan yang telah dilakukan melalui program Mobile
Masjid, penilaian dari pihak YMN maupun masyarakat bisa disebut
sangat positif. Bahkan dapat dikatakan tidak ada respon yang negatif. Hal
ini disebabkan upaya yang telah dilakukan YMN melalui program
Mobile Masjid ini dirasakan sangat bermanfaat. Terlebih upaya ini salah
satu solusi dalam memenuhi kebutuhan utama masyarakat mengenai
permasalahan beribadah. Terutama ketika di kota besar seperti Bandung
yang memiliki banyak ruang publik tentu sarana beribadah merupakan
hal yang sangat penting untuk dipenuhi.
75
B. Saran
Dari hasil kesimpulan di atas, penulis ingin menyampaikan saran yang
terkait dengan peranan Yayasan Masjid Nusantara dalam memfasilitasi
ibadah shalat di ruang publik melalui sebagai berikut:
1. Kepada pihak Yayasan Masjid Nusantara akan lebih baik lagi jika
layanan dilakukan setiap hari tidak hanya pada bulan Ramadhan saja
karena pelayanan Mobile Masjid banyak dibutuhkan masyarakat
terutama ketika di ruang publik yang tidak memiliki sarana untuk
beribadah.
2. Untuk Yayasan Masjid Nusantara sebaiknya memiliki pegawai yang
tetap sehingga dapat secara khusus mengurus kegiatan program Mobile
Masjid di Bandung.
3. Untuk donatur ataupun mitra yang ingin bekerjasama dalam pengadaan
unit Mobile Masjid sebaiknya menggunakan mobil baru. Karena konsep
kegiatan yang mengharuskan Mobile Masjid harus berpindah-pindah
tempat yang kondisi lingkungannya berbeda-beda.
4. Kepada masyarakat terutama umat Islam juga harus turut serta dalam
membantu Yayasan Masjid Nusantara dalam memberikan fasilitas ibadah
shalat di ruang publik dengan menjadi donatur.
5. Dan kepada masyarakat sebaiknya juga lebih aktif dalam memberikan
aspirasinya baik itu kritik ataupun saran. Sebab dengan adanya masukan
bisa menjadi wujud dukungan terhadap Yayasan Masjid Nusantara untuk
lebih baik lagi dalam menjalankan peranannya.
76
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdul Qadir, Nuhuyanah. Pedoman & Tuntunan Shalat Lengkap. Jakarta: Gema
Insani , 2002, Cet. Ke-1.
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teknologi, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara,
2007.
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007. Cet. Ke-3.
Ali, Chidir. Badan Hukum. Bandung: Penerbit P.T. Alumni, 2005, Cet. Ke- 3.
Ali, Yunasril. Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah. Jakarta: Penerbit Zaman,
2012, Cet. Ke-1.
As- Shidiqiey, Teungku Muhammad Hasbi. Pedoman Shalat. Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 2000.
Aswindi, Widdi. Pemanfaatan Ruang Publik Majalaya. Bandung: ITB, 2006.
Azzam, Abdul Aziz Muhammad & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqih
Ibadah. Jakarta: AMZAH, 2013, Cet. Ke-3.
Berry, David. Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1995. Ed. 1, cet. Ke-3.
Carmona et. Al. Public Space: The Management Dimension. New York:
Routledge, Taylor & Francis Group, 2008.
Carr, Stephen. Public Space. Cambrige: Cambrige University Press, 1992.
Chatamarasjid. Badan Hukum Yayasan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002,
Cet. Ke-1.
Darmawan, Edy. Teori dan Kajian Ruang Publik Kota. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2003.
Dayakisni, Tri & Hudaniah. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press, 2009.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
77
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 1990, Cet.
Ke-8.
Mardalis. Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara,
1995.
Moleong , Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 2007.
Mulyana, Dedy. Metodelogi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
1986.
Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Sosial. Bandung: Rosdakarya, 1996.
Rido, Ali. Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, perkumpulan,
Koperasi, Yayasan dan Wakaf. Bandung: Penerbit Alumni, 1986, Cet. Ke-4.
Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah. Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2004. Jilid 1 , Cet. Ke-1.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2003, Cet. Ke-1.
Seokanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: Grafindo
Persada, 1990.
-----------. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Balai Pustaka, 1998, Cet. Ke-1.
-----------. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000,
Cet. Ke-30.
Suhardono, Edy. Teori Peran: Konsep Derivasi dan Implikasinya. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1994.
Suharto, Edi. Pembangunan, Kebajikan Sosial dan Pekerja Sosial. Bandung:
LSP-STKS, 1997.
Tebba, Sudirman. Nikmatnya Shalat Jamaah. Jakarta: Pustaka irVan, 2008.
Wiryomartono, Bagoes P. Urbanitas dan Seni Bina Perkotaan. Jakarta: Balai
Pustaka, 2002, Cet. Ke-1.
Wojowasito, S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru – Van
Hoeve, 1981.
78
Zurinal dan Aminuddin. Fiqih Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008, Cet. Ke-1.
DOKUMEN
Company Profile Yayasan Masjid Nusantara. Bandung: Yayasan Masjid
Nusantara.
INTERNET
http://m.republika.co.id/amp_version/omc3a6396a
http://m.republika.co.id./berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/03/17/nlcbbi-dmi-
fasilitas-ibadah-di-tempat-wisata-harus-diperhatikan
http://m.republika.co.id./berita/dunia-islam/islam-nusantara/13/11/28/mwyul7-
ruang-publik-masih-minim-masjid-dan-mushala
http://penataanruang.pu.go.id/bulletin/upload/data_artikel/edisi4c.pdf
https://www.setneg.go.id/index.php.?option=com_perundangan&id=263&task=de
tail&catid=1<emid=42&tahun=2001
pusdiklathut.org/baktirimbawan/fasilitasi/pengertian_fasilitasi.html
www.masjidnusantara.org
MAJALAH
Majalah Masjid, Berdayakan Masjid Makmurkan Umat Edisi Mei, Jakarta, 2015.
Hasil Wawancara Dengan Direktur Yayasan Masjid Nusantara
Narasumber : Hamzah Fatdri Ulhaq
Hari/Tanggal : Jum’at/10 Februari 2017
Lokasi : Kantor Yayasan Masjid Nusantara
Jalan A. H. Nasution No. 131 Bandung
P = Peneliti
N = Narasumber
P : Bagaimana sejarah berdirinya Yayasan Masjid Nusantara?
N : Bismillahirahmanirahim, jadi Yayasan Masjid Nusantara ini memang
diinisiasi sama pendirinya dalam rangka membuat sebuah lembaga yang
konsen terhadap masjid khususnya. Karena awal mulanya kita melihat di
Indonesia itu tidak ada yayasan yang betul-betul atau lembaga yang betul-
betul konsen terhadap masjid makanya ada sebuah inisiasi waktu itu
memang dari kawan-kawan penggiat sosial di Rumah Zakat mereka
menyampaikan bagaimana kalau kita membuat yang salah satunya sebuah
yayasan yang konsen kepada masjid, akhirnya diinisiasi Yayasan Masjid
Nusantara. Pada 2012 itu Yayasan Masjid Nusantara didirikan secara legal
formalnya dan juga secara struktur mungkin baru ada ketua saja di 2012
itu. Ketua yang pertama kali itu namanya ibu Nazma, beliau ketua Yayasan
Masjid Nusantara yang pertama, dan beliau itu menginisiasi sendirian,
terus di 2012 akhir-akhir itu baru terbentuk ngerekrut bagian programnya,
bagian program itu Pak Hilman, terus ada namanya bagian keuangan dan
operasional itu namanya Teh Upi/Lutfi. Kemudian juga ada Pak Andri,
beliau bagian fund rising. Jadi untuk menggerakkan yayasan inidiawalin
ada ketuanya, ada program, ada operasional, dan ada fund rising. Cukup
empat dulu itu, jadi fund rising yang melakukan penggalangan dana dan
penggalangan dana itu dikelola dicatatkan secara operasional dan
keuangannya kemudian disalurkan oleh orang program. Jadi tiga struktur
awal ini yang menginisiasi YMN, fundrising, dikelola uangnya dimanage
dicatat dengan baik terus disalurkan itu awal YMN. Terus berjalan seperti
itu hingga pada akhir 2013 Ibu Nazma digantikan Ustad Muhammad
Sobirin. Dan Ustad Muhammad Sobirin ini yang akhirnya melakukan
banyak inovasi-inovasi khususnya di YMN, merintis untuk memunculkan
eksistensi YMN. Karena YMN berbeda dengan lembaga lain maka Pak
Sobirin banyak ide-ide yang hadir untuk membuat program seperti
program tebar 10.000 mukena dan membuat Mobile Masjid salah satunya.
Beliau menjadi Ketua Yayasan Masjid Nusantara selama 3 tahun hingga
tahun 2015. Sejak awal pendirian YMN hanya konsen terhadap bantuan-
bantuan yang sifatnya infrastruktur, seperti bantuan renovasi,
pembangunan masjid, bantuan sarana prasarana masjid. Namun pada 2016
kita baru menginisiasi tidak hanya infastruktur dan sarana masjid tapi kita
menginisiasi untuk mengambil peran pemberdayaan masjid,
memakmurkan masjid, training manajemen masjid, bagaimana masjid itu
jadi ramai, masjid itu menjadi sentral masyarakat.
P : Mengapa pendirian yayasan ini lebih memilih fokus terhadap masjid?
N : Karena tadi kita merasa pertama tidak ada yayasan yang betul-betul konsen
terhadap masjid itu belum ada. Kalau misalnya kita Rumah Zakat dia
konsen kepada zakat, ada Rumah Wakaf yang konsen terhadap wakaf,
kemudian Yayasan Yatim Indonesia konsen kepada yatim, lalu Dompet
Duafa dia ngambilnya dana infaq shadaqah dan zakat. Selain itu ada Aksi
Cepat Tanggap lembaga yang konsen terhadap respon bencana-bencana,
tapi kalau kita lihat yayasan yang konsen terhadap masjid dan mengambil
peluang untuk mengelola dana sedekah masjid itu belum ada, makanya itu
kita menghadirkan Yayasan Masjid Nusantara yang kita harapkan dapat
pengelolaan dana masjid itu bisa terdistribusikan dengan baik semacam
kalau di kota-kota itu masjid-masjid besar punya potensi dana infaq
shadaqah khusus masjidnya besar-besar dan biasanya kalau di kota itu
DKM mengumumkan masjidnya dia punya uang kas seratus juta, seratus
lima puluh juta, atau di masjid lain ada yang sampai empat ratus juta. Tapi
kalau misalnya kita lihat kas masjid di daerah, untuk mengumpulkan dana
100 ribu sampai 500 ribu itu butuh sebulan lebih, maka dari itu YMN hadir
dalam rangka untuk menyeimbangkan kejomplangan tersebut. Jadi masjid
yang surplus mudah-mudahan bisa membantu masjid-masjid di daerah
yang membutuhkan atau mengajak masyarakat yang di masjidnya sudah
banyak donatur untuk mengarahkan donatur-donaturnya itu ke masjid-
masjid di daerah. Dan peranannya YMN itu mengelola dana infaq
shadaqah masjid untuk disalurkan ke masjid-masjid yang membutuhkan.
P : Mengapa bapak tertarik untuk ikut berperan dalam Yayasan Masjid
Nusantara?
N : Karena sesuai dengan visi misi kita yang menginisiasi hadirnya peradaban
melalui masjid. Ketika Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah yang
pertama kali dibangun Rasulullah di kota Madinah itu adalah masjid. Dari
masjid inilah Rasulullah membangun peradaban Madinah bahkan dari
masjidlah Rasulullah membuat negara Islam pertama kali itu di Madinah
melalui masjid bahkan masjid itu sebagai parlemennya. Rasulullah dan
para sahabat bermusyawarah di masjid, dalam kenegaraan dan menerima
tamu negara juga di masjid. Bahkan membuat siasat perang saja di masjid,
melakukan pendidikan tarbiyah kepada para sahabat dan yang lain-lainnya
itu di masjid. Jadi peran masjid itu sebetulnya sangat besar makanya saya
tertarik dengan Yayasan Masjid Nusantara itu salah satunya adalah
mengembalikan fungsi masjid sebagaimana mestinya seperti yang telah
dicontohkan Rasulullah. Andaikan masjid bisa diperankan seperti itu, kita
bayangkan perubahan-perubahan kebaikan bisa hadir dari masjid. Di
Indonesia itu menurut data DMI ada 800 ribu masjid dan mushola.
Andaikan fungsi masjid itu sesuai dengan fungsinya sesuai dengan sunnah
Rasul maka sebetulnya tidak akan ada lagi daerah-daerah tertinggal
seandainya peran masjid itu seperti peran di zamannya Rasulullah pada
saat di Madinah. Awalnya Madinah itu daerah yang tidak dikenal hingga
akhirnya menjadi daerah yang dikenal dan jadi pusat pemerintahan, bisa
hingga seperti itu. Bagaimana kalau misalnya di daerah-daerah yang
tertinggal masjid itu berperan untuk meningkatkan tingkat
pendidikanmasyarakat, berperan dalam rangka menjadi sentral
musyawarah masyarakat, meningkatkan religiusnya, sepertinya tidak akan
ada lagi daerah-daerah tertinggal.
P : Menurut bapak, sejauh mana kita sebagai manusia untuk mengambil peran
dalam memfasilitasi ibadah shalat?
N : Pertama, kata Allah “Wamaa khalaqtuljinna waal-insa ilaa liya’buduun”,
tidaklah aku ciptakan jin dan manusia itu tidak bukan dan tidak lain dalam
rangka memang beribadah kepada Allah. Makanya hakikat manusia
diciptakan itu adalah untuk beribadah kepada Allah. Pada saat apa
namanya pada saat kita memahami bahwa hakikat penciptaan manusia itu
adalah beribadah, maka satu hal yang kita harus perhatikan itu adalah
berapa besar kehidupan kita ini untuk beribadah kepada Allah. Karena
kalau misalnya kita sebagai manusia itu tidak beribadah maka
sesungguhnya manusia itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Entah itu
dia beragama apapun entah manusia di mana pun maka kecenderungan
untuk beribadah itu pasti ada. Makanya walaupun manusia-manusia
primitif di pedalaman pasti mereka ada kecenderungan untuk beribadah,
mencari Tuhan katakanlah , makanya ada animisme, dinamisme, aliran
agama-agama primitif karena itu pencarian fitrah manusia untuk mencari
Tuhan dan untuk disembah, makanya itu fitrah manusia. Makanya kita
Yayasan Masjid Nusantara itu memahami fitrah manusia sebagaimana
mestinya. Kalau kita sebagai umat muslim tata cara beribadah kita sudah
diatur sesuai tuntunan Rasulullah, kita ada panduannya al-Qur’an dan
sunnah. Dan kita sudah jelas bagaimana tata cara beribadah ini diajarkan,
makanya memfasilitasi ibadah itu adalah sebuah layanan menuju kepada
fitrah manusia. Jadi layanan yang mengajak memang fitrah kita untuk
ibadah. Itulah sebuah anugerah buat kita jadi kebaikan untuk kita.
P : Apa saja yang sudah dilakukan YMN dalam memfasilitasi ibadah shalat?
N : Yang pertama dari 2012 sampai 2015 kita sudah memberikan layanan
fasilitas secara infrastruktur entah itu pembangunan masjid, entah itu kita
memberikan bantuan sarana dan prasarana semacam karpet, sound system,
itu salah satu kita memberikan layanan kepada masyarakat untuk
beribadah. Terus salah satu yang inovatif dan kreatif itu adalah kita
melahirkan mobile masjid. Di mana kita bisa menyediakan sarana
prasarana ibadah shalat khususnya untuk umat muslim untuk bisa ibadah di
mana pun dan kapan pun, tidak kapan pun juga ya karena shalat itu ada
waktunya, di mana pun kita bisa melayani dimana pun juga sebetulnya
tidak boleh, di tempat najis tidak boleh sebetulnya, minimal lebih flexibel
dalam memberikan layanan shalat. Semacam di tempat-tempat konser
musik, di mana biasanya kalau konser musik itu melenakan kadang kita
tidak tau waktu, kita tidak tau jam, jam berapa, makanya kita memberi
layanan itu untuk mengembalikan mereka kepada fitrahnya, “yuk nih
fitrahnya kalian itu beribadah” kita berikan layanan ibadah agar mereka
mudah mencarinya. Terus di pertandingan sepak bola sudah jadi layanan-
layanan yang memang salah satunya kita memberikan layanan untuk
sarana beribadah. Terus juga di 2016 dan 2017 ini juga kita selain
memberikan layanan juga kita ingin meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam beribadah, jadi tidak hanya memberikan layanan ibadah tapi juga
kita ingin memberikan kesadaran. Ternyata kadang kala kita sediakan
masjidnya tapi mereka tidak mau ke masjid. Kita berikan layanan
ibadahnya tapi mereka kurang sadar untuk beribadah. Berarti tahap yang
selanjutnya setelah kita memberikan sebuah layanan adalah bagaimana kita
memberikan kesadaran, edukasi kepada masyarakat. Nah ini menjadi PR
yang lebih berat sebetulnya selain kita memberikan layanan ibadahnya.
P : Lalu apa saja yang sudah dilakukan YMN untuk dapat meningkatkan
kesadaran umat muslim terhadap shalat?
N : Pertama yang kita lakukan itu adalah menjadikan mereka senang ke
masjid. Bukan lagi mengajak orang ke masjid tapi bagaimana mereka
senang untuk datang ke masjid. Kemarin di 2016 itu kita mengadakan
namanya gerakan shalat subuh berjama’ah. Gerakan shalat subuh itu
adalah salah satu indikator kesuksesan umat muslim itu adalah shalat
subuhnya. Makanya kita mengawalinya dari shalat subuh, di shalat subuh
ini supaya masyarakat mau shalat subuh kita buatkan makanan-makanan
ringan di shalat subuh, jadi si DKM nya kita support, kita kasih dana untuk
bikin bubur pagi-pagi, bikin entah itu roti bakar, entah itu bubur kacang ijo,
entah itu nasi kuning, setelah masyarakat shalat subuh itu disediakan
makanan tadi, jadi masyarakat berbondong-bondong datang ke masjid
karena udah dibikinin makanan ringannya, disediain kopinya, disediain
tehnya. Dan setelah shalat subuh itu juga ada kajiannya, kajian penyadaran,
kajian bagaimana manfaatnya dan pentingnya kita shalat subuh berjama’ah
di masjid. Jadi kesadaran-kesadaran yang kita coba tumbuhkan. Kemarin
kita udah melaksanakan gerakan shalat subuh berjama’ah itu di 115 titik
masjid di seluruh Indonesia khususnya di Pulau Jawa yang banyak. Dan
selain gerakan shalat subuh berjama’ah juga ada training manajemen
masjid, ternyata persoalan kita juga tidak sebatas hanya kepada jama’ah
masjidnya, ternyata PR kita juga tanggung jawab kita juga adalah
menyadarkan pengelola masjidnya. Kadang kala masjid itu jadi tempat
yang sangat sakral dalam artian pengelola masjid itu kadang tidak kreatif
dalam mengelola potensi masjid. Jadi masjid itu hanya adzan, shalat,
selesai shalat dikunci lagi masjidnya. Jadi jika hanya tidak ada
keikutsertaan masyarakat atau tidak ada peran masjid dalam rangka
melakukan perbaikan makanya kita mengadakan training manajemen
masjid mengembalikan masjid secara fitrahnya.
P : Kegiatan apa saja yang terdapat pada setiap program di Yayasan Masjid
Nusantara?
N : Masjidku Kokoh, Masjidku Nyaman, Masjidku Makmur, dan Mobile
Masjid. Masjidku kokoh ini program yang melakukan pembangunan
masjid dari 0 (nol) sampai jadi, kaya di NTT, kita membangun masjid
selain membangun masjid kita juga mengajak peran serta masyarakat, jadi
masyarakat itu terlibat dalam proses pembangunan supaya masyarakat itu
merasa memiliki. Terus ada renovasi masjid, masjid-masjid yang rusak,
atau masjid-masjid yang terkena banjir, terkena gempa, kita perbaiki, kita
renovasi. Kemudian ada juga toilet sehat masjidku, toilet-toilet masjid yang
sudah bau, kumuh, rusak kita perbaiki juga supaya lebih nyaman nanti
orang untuk wudhu sama kamar mandi. Yang kedua Masjidku Nyaman,
Masjidku Nyaman kita memberikan bantuan karpet jadi pas shalat jadi
lebih sejuk, sajadahnya empuk, terus kita juga kasih penyemprot otomatis
supaya ketika datang ke masjid tidak bau atau biasanya kan masjid itu
disinggahin sama banyak orang sampai terkadang bau kaki kadang suka
bau air liur lagi tidur di karpet gitu, itu biasanya bikin tidak nyaman
makanya kita kasih bantuan karpet baru, terus kita kasih penyemprot
ruangan juga, kita kasih vacuum cleaner juga untuk membersihkannya,
terus supaya nyaman juga sound systemnya kita kasih yang baru, jadi
nyamanlah nanti si masjid itu. Yang berikutnya Masjidku Makmur, ini
yang tadi, yang gerakan shalat subuh berjama’ah dan training manajemen
masjid karena tadi itu kesadaran akan masjid sebagai sentral masyarakat itu
minim, itu yang menjadikan masjid-masjid kita itu sepi karena terkadang
pengurus masjid itu galak ke anak-anak. Padahal anak-anak itu kan
generasi masa depan tapi anak-anak itu selalu diusir, itu yang jadi ironi
buat kita makanya perilaku pengurus masjid terhadap anak-anak sebagai
generasi masa akan datang itu memang harus disadarkan. Jadi masjid itu
supaya ramah kepada anak, anak-anak jadi betah di masjid nanti kalau
anak-anak jadi pemuda akan menjadi pemuda masjid, kalau mereka
bertahap selanjutnya jadi orang tua maka orang tua akan menjadi orang tua
yang mendidik anak-anaknya ke masjid. Jadi terus kesadaran-kesadaran itu
yang kita harapkan di masjid-masjid tersebut. Dan yang terakhir itu mobile
masjid.
P : Bagaimana cara agar semua program yang dimiliki YMN dapat tetap
berjalan dengan baik?
N : Itu nanti kita membahas terhadap bagaimana kita mendapatkan biaya
operasional dalam menjalankan lembaga kita, karena menjadi sebuah
keniscayaan dalam sebuah organisasi itu ada biaya operasionalnya.
Makanya biaya operasional itu kita atur, jadi kalau kita biasanya
mengelolanya setiap donasi. Jadi berapa persen layaknya sebuah lembaga
sosial untuk mendapatkan untung sebagai operasional mereka untuk
menggaji karyawannya dan juga untuk operasional kantornya. Kalau
standarnya LAZ (Lembaga Amil Zakat) itu mereka yang mengelola zakat
berhak terhadap delapan) mustahiq atau delapan golongan. Delapan
golongan ini siapasaja? Salah satunya ada fakir, miskin, ibnu sabil,
fisabilillah, amil zakat juga salah satunya. Makanya satu dari delapan itu
ada mustahiq amil zakat, amil zakat itu siapa? Pengelola zakat kan? Untuk
itu para ulama sepakat batas pengambilan dana operasional itu adalah 1/8,
jadi haknya amil zakat itu satu dari delapan golongan jadi 1/8, 1/8 itu
berapa? 12,5 %. Jadi kalau misalnya ada yang berzakat misalnya 100 juta
maka yang jadi biaya operasional itu adalah 12,5 juta, inilah yang akan
diambil sebagai dana operasional kita. Tadi itu dari zakat, sedangkan dari
shadaqah bagaimana? Shadaqah itu secara fiqihnya tidak ada ketentuan
berapa yang mau diambil untuk operasional, jadi tidak ada ketentuan
seperti zakat 1/8 tapi kita membatasi maksimal shadaqah itu kita ambil
20% tidak boleh lebih dari 20%. Dana-dana ini yang nantinya kita kelola
sebagai dana operasional kita.
P : Bagaimana bentuk evaluasi terhadap setiap program yang telah dilakukan?
N : Kita ada evaluasi bulanan biasa ada membuat laporan bulanan.Laporan
bulanan ini yang pertama menjadi pertanggungjawaban kita, karena kita itu
mengelola dana infaq shadaqah yang didapatkan dari donatur. Maka dari
setiap kali donasi itu kita laporkan kepada donatur. Jadi, penyaluran-
penyaluran itu kita dokumentasikan dan kita laporkan kepada donatur
inilah aktifitas kita “dana-dana anda sudah kami salurkan kepada yang
berhak menerimanya”. Kalau kita memberikan bantuan kepada masjid
maka kita sampaikan “ini masjid-masjid yang sudah menerima" kita
sampaikan kepada donatur. Kalau hanya memberi bantuan semacam
karpet,sound itu cuma sekali kasih tapi kalau bantuan semacam
pembangunan itu harus dievaluasi.
P : Bagaimana alur atau proses kegiatan yang dilakukan pada program Mobile
Masjid?
N : Sebelum itu bisa saya ceritain dulu terkait tentang history perjuangan kita
membuat Mobile Masjid. Jadi dulu itu ide membuat mobile masjid itu
seperti ide yang aneh karena masjid kok berjalan. Tapi karena pak Sobirin
ini menginisiasi untuk bikin pada akhirnya beliau itu cari-cari mobil yang
bisa dihibahkan, itu dapat mobil bekas ambulance. Beliau datang ke
Rumah Zakat, kebetulan Rumah Zakat banyak ambulance-nya dan pada
saat ada kita dapat hibah ambulance dari Rumah Zakat, bekas mobil
ambulance ini yang akhirnya kita modifikasi. Kita modifikasi karena
idenya itu minimal ada tempat wudhunya, tapi kalau ada tempat wudhu
harus bisa bawa air. Selain itu juga bisa bawa karpetnya maka dibikin
lemari dalam mobil untuk tempat karpetnya. Terus juga akhirnya kita
sediakan sarana-sarana yang lainnya. Mobilnya dikasih tapi untuk
memodifnya itu hampir habis 35 juta, akhirnya jadilah Mobile Masjid.
Untuk mengawalinya kita biasanya membuka itu dari contactcenter kita,
ada yang meng-sms, ada yang telepon, ada yang langsung datang ke kantor
atau ada yang comment di Instagram atau di Facebook gitu, itu yang
menjadi tempat masyarakat me-request. Banyaknya yang ke sms center, by
sms, by request, mereka datang ke kita, tapi kita mau tahu dulu di mana
daerahnya. Kalau di sekitar Bandung oke dan kita kasih freetapi akhirnya
mereka jadi infaq ke kita, jadinya kalau ikhlas malah lebih besar kalau kita
tarik malah jadi tidak enak diawalnya. Mereka minta ke kita, lalu kita
jadwalkan karena biasanya terkadang suka bentrok, misalnya di Sabuga
biasanya langsung kita jadwalkan di tanggal berapa, kaya misalnya tanggal
4 Maret itu ada di Komunitas N-Max untuk yang di Jakarta kita tetapkan
jadwalnya kita sediakannanti kita datang. Tapi kalau misalnya ada request
selanjutnya di hari yang sama sudah tidak bisa lagi. Mudah sebetulnya
kalau proses request-nya Mobile Masjid.
P : Berapa lama dalam satu kali kegiatan biasanya Mobile Masjid memberikan
layanan?
N : Biasanya stand by-nya itu dari pagi kaya semacam di acara-acara konser,
kalau konser itu terkadang si bintang tamunya itu kalau sudah gladi resik
mereka tidak mau ada yang menganggu jadi biasanya langsung ditutup.
Jadi kalau gladi resiknya malam, kita malam sudah mesti ada disana
supaya nanti tidak mengganggu gladi resik. Biasanya dari jam 6 atau jam 7
udah stand by. Kalau konser-konser itu suka disterile-kan, arena harus
ticketing jadi sebelum sterile itu kita udah masuk. Kita kalau stand byuntuk
memberikan layanannya dzuhur, ashar, itu berarti kita jam 8 udah stand by
karena untuk set up karpetnya terus mencari daerah parkiran atau misalnya
tempat yang disediakanoleh panitia jadi udah ada prepare-lah. Tapi kalau
misalnya stadion sepak bola seperti di Jalak Harupat itu biasanya
pertandingannya jam 4 atau setengah 3 kita datengnya jam 10 jam 11 jadi
pas jam 12, ashar, magrib, itu kita sudah bisa memberikan layanannya.
P : Bagaimana cara YMN agar upaya yang dilakukan dalam memfasilitasi
ibadah shalat pada program Mobile Masjid dapat memenuhi syariat yang
telah ditentukan?
N : Kalau untuk itu kita ada dua orang pada Mobile Masjid ada driver dan ada
yang istilahnya jadi imamnya sekaligus dia yang persiapanlah, marbot dan
imamnya itu 1 orang dan driver-nya. Jadi, pertama pada saat kita “ini ada
videonya kayanya lebih enak ngejelasinnya pake video lebih enak ya.
(Sambil melihat video mobile masjid) Kita ada terpal dulu, kita sediakan
terpal supaya tidak kotor ya terus kita gelar karpetnya tapi ini udah kita
tentukan dulu kiblatnya kemana. Jadi pertama ya kita jaga kebersihannya
supaya tidak kotor tidak najis makanya kita kasih terpal dulu dan itu baru
karpetnya tapi ini miringnya kita sesuaikan dengan kiblat. Nah inikan
toronnya, kita menyediakan toronnya itu 500 liter di dalam sini, nanti
setelah itu kita set up juga bikin tiang-tiang aliran airnya nih, ini buat yang
akhwat, jadi tertutup untuk yang akhwatnya karena kita kasih tutup. Jadi
nanti ada yang tugasnya adzan dan ini waktu ramadhan kita bagikan takzil.
P : Apa saja kegiatan yang ada pada program Mobile Masjid selain
memfasilitasi ibadah shalat?
N : Kita ada kalibrasi kiblat ini dilakukan pada saat kita mau menentukan
kiblatnya, sebelum menggelar. Tapi kita juga terkadang dipanggiloleh
salah satu masjid diminta untuk mengkalibrasi masjid mereka. Kita
diundang juga kita. Untuk kegiatan bersih-bersih itu kita diminta juga
untuk bersih-bersih. Tapi setelah bersih-bersih kita serahkan juga alat-alat
kebersihannya ke DKM. Kalau bersih-bersih masjid kita kebanyakan di
Bandung Raya, di kabupaten Bandung, Kota Bandung, Cimahi, terus
daerah Sumedang jadi kita baru di sekitar Bandung Raya. Tapi waktu
ramadhan tahun lalu kita di Jakarta juga ada di Jogja juga ada.
P : Apakah kegiatan memfasilitasi ibadah shalat ini dilakukan Mobile Masjid
setiap hari?
N : Kemarin kita sempat membuat itu jadi rutinitas setiap seminggu sekali, jadi
hari Jum’at jam segini jadi jam 7 tuh sudah datang mobile masjidnya, kita
pagi-pagi bersih-bersih karpetnya kita wangiin nanti pas masyarakat shalat
Jum’at itu kita harapkan “nih karpetnya wangi nih ya” jadi lebih enak
shalat Jum’atnya. Biasanya kita rutinkan hari Jum’at cuma karena beberapa
waktu saat ini relawannya ada yang sudah kerja jadi kita hold dulu nih tapi
sebelumnya kita rutin.Yang tetap itu kita biasanya di stadion, di Jalak
Harupat terus di GBLA di Kota Bandung, kalau di Jakarta itu di Gelora
Bung Karno kalau tidak di Monas.
P : Media apa saja yang digunakan YMN untuk mempublikasikan program
Mobile Masjid?
N : Pertama kita pake Facebook, Facebook kita juga selain kita posting biasa
kadang kan kalau posting biasa orang tidak begitu sadar untuk itu kita pake
Facebook-ads kita iklankan di Facebook di wilayah kota Bandung, siapa
yang mau request silahkan atau misalnya juga di WhatsApp kita sebar
broadcast. Begitu juga di Jakarta kita sebar broadcast, kita sebar ke event
organizer-event organizer kita sampaikan kalau ada kebutuhan Mobile
Masjid silahkan digunakan kita kasih free untuk layanan Mobile Masjid.
P : Bagaimana cara menginformasikan kepada masyarakat ketika sedang
melakukan kegiatan di suatu lokasi?
N : Kita itu pake sound, kalau yang di Jakarta itu kita sound-nya itu yang 300
watt lumayan besar jadi kita sebelum masuk waktu shalat mengumumkan,
kemudian kita adzan biasanya di tempat-tempat kaya seperti itu tidak ada
adzan tiba-tiba ada adzan juga menarik perhatian orang-orang, “nih ada
adzan nih”, terus selain ada adzan kita juga mengajak atau menghampiri,
menyapa sapa satu per satu, “ayo pak di sana ada tempat shalat, ada tempat
wudhunya, ada sendalnya, ada sajadahnya, kita sediakan”. Jadi selain kita
mengumumkan kita juga istilahnya menyapa satu persatu.
P : Bagaimana cara YMN mengelola aspirasi masyarakat mengenai program
Mobile Masjid ini?
N : Kritik saran yang pertama kita di Facebook biasanya di social media yang
jadi tempat kita, karena biasanya di social media orang lebih berani
menyampaikan saran, ide dan kritik itu di social media ya. Pertama di
social media, yang kedua kita juga sebetulnya terbuka sebetulnya waktu
pada saat di lapangan kepada masyarakat kalau ada kritik dan saran. Tapi
selama ini kritik itu jarang yang ada juga justru sambutan baik“wah ini
inovasi yang bagus”, kalau kritik tidak pernah ada dan kita berharap
mudah-mudahan tidak ada. Tapi kaya misalnya sudah sediain tempat
wudhunya, tapi terkadan orang-orang suka “ini ada tempat buat ke kamar
mandinya tidak?” misalnya buat buang air kecil buang air besar “wah tidak
ada itu”. Memang kadang kala kalau misalnya ide itu adalah ide yang
sanggup kita lakukan kita bisa tambah, seperti tempat wudhu kalau
misalnya tempat wudhunya cuma ada dua mereka minta nambah ya kita
tambah kadang bikin pipa lagi, tapi kalau misalnya yang kita tidak mampu
lakukan semacam tadi tempat buang air kecil sama itu ya kita mohon maaf
tidak bisa. Tapi kalau waktu di Jakarta ada aksi 212, nah kita kerjasama
dengan lembaga lain menghadirkan mobil toilet di samping mobile masjid.
Ya karena kita sinergis sifatnya ya jadi kita bisa memberikan tambahannya
itu.
P : Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat untuk memfasilitasi
ibadah shalat di ruang publik dalam program Mobile Masjid?
N : Kalau pendukung itu karena masyarakat banyak yang welcome, tapi kalau
hambatannya kadangkala pas kita ingin memberikan layanan space kita
untuk memberikan layanan terkadang suka terbatas. Hambatannya paling
itu aja, jadi kita kadang hambatannya itu jadi space tempat kita itu tadi
gelar karpet itu kan sampe 10 karpet memang tempatnya harus lebih
banyak. Kaya di Taman Film mobile masjid hadir karena jauh dari tempat
shalat. Atau misalnya hambatannya itu hujan lagi gelar karpet hujan
walaupun yang di Jakarta itu kita ada payung penutup atasnya tapi ternyata
kalau hujannya lebat itu hujannya tetap aja masuk.
P : Menurut bapak, bagaimana upaya dilakukan program Mobile Masjid dalam
memfasilitasi ibadah shalat di ruang publik?
N : Sebetulnya kalau saya melihat itu, pertama ini sebuah ide kreatifitas yang
tidak terpikirkan buat orang lain. Jadi pertama ini ide kreatif yang saya
lihat itu, yang kedua juga ini seperti tadi yang disampaikan oleh pak
Sobirin ini adalah salah satu cara kita untuk mendapatkan pahala,
fastabiqulkhairat, berlomba-lomba dalam mengambil pahala. Kadang
mengambil pahala saja itu kita harus berkreatifitas membuat ide apa lagi,
layanan apa lagi, kita mendapatkan pahala apa lagi, makanya mobile
masjid ini istilahnya belomba-lomba dalam kebaikan tapi yang tidak
terpikirkan oleh orang lain. Jadi ternyata beramal juga ada kreatifitasnya,
itu yang menurut saya “oh iya yah”.
P : Apa harapan bapak terhadap program Mobile Masjid ini?
N : Harapannya itu semoga kita semakin bisa memberikan layanan yang lebih
banyak tidak hanya di dua kota, di Kota Bandung atau di Jakarta, kita
harapkan di kota-kota lainnya di Jogja, Solo, Surabaya, Semarang,
Palembang, misalnya di Medan, terus ada di Makassar, ada di kota-kota
besar yang lainnya kita bisa hadir. Dan juga kita harapkan teknologi dan
ide mobile masjid ini bisa lebih sempurna tidak lagi kita ngegelar manual
karena kalau di negara lain itu di Riyad ada mobile masjid yang dia itu si
sound systemnya udah tidak perlu lagi di set-kan karena udah otomatis
tinggal klik naik sendiri itu lebih mahal memang ada hidroliknya. Ya kita
harapkan, kita semakin banyak armadanya semakin banyak layanannya dan
teknologi ide-ide kreatifitas dari Mobile Masjid ini semakin banyak lagi.
Peneliti
Gita Sulistyani
Narasumber
Hamzah Fatdri Ulhaq
Hasil Wawancara Dengan Relawan Yayasan Masjid Nusantara Untuk
Program Mobile Masjid
Narasumber : Sutarja (Kang Tarja)
Hari/Tanggal : Minggu / 12 Februari 2017
Lokasi : Rumah Narasumber
(Perum SBG RT 08 RW 12 Desa Cihanjuang,
Cimanggung, Sumedang)
P = Peneliti
N = Narasumber
P : Sejak kapan bapak bergabung dengan YMN terutama dalam program
mobile masjid?
N : Saya sudah bergabung dengan YMN sejak 16 Juni 2015.
P : Darimana bapak mengetahui program mobile masjid?
N : Saya mengetahui program Mobile Masjid dari bagian program YMNyang
kebetulan merupakan teman saya sendiri.
P : Apa alasan bapak memilih bergabung dalam program mobile masjid?
N : Mudah mudahan menjadi kontribusi saya dalam syiar Islam.
P : Mengapa ikut tertarik untuk berperan dengan yayasan ini dalam
memfasilitasi ibadah shalat?
N : Sebagai salah satu ladang amal bagi kami mempermudah kaum muslimin
untuk mejalankan kewajibannya khususnya diarea yg terbatas tempat
ibadahnya.
P : Menurut bapak, sejauh mana dan seberapa penting kita sebagai manusia
mengambil peran dalam memfasilitasi ibadah shalat?
N : Penting karena solat merupakan tiangnya agama jika umat islam kuat
dalam mendirikan tiangnya insyaAllah islam akan kuat. Apalagi kita
diakhir jaman umat islam jadi ibarat makanan yg diperebutkan oleh
musuh-musuhnya.
P : Apa saja kegiatan yang dilakukan program Mobile Masjid untuk dapat
memfasilitasi ibadah shalat?
N : Biasanya kita bekerjasama dengan komunitas komunitas, IO, program
bersih-bersih masjid yg biasanya di lakukan pada hari jumat.
P : Dimana saja biasanya program Mobile Masjid ini dilakukan?
N : Bisa di stadion olahraga/pertandingan sepak bola, di konser musik, di event
komunitas otomotif, di acara jambore pramuka, di taman-taman kota
Bandung, dll.
P : Bagaimana cara bapak menginformasikan kepada masyarakat sekitar
kegiatan jika ada kegiatan di sana?
N : Karena kita biasa kerjasama dengan EO/panitia kegiatan suatu komunitas
jadi mereka yang mempublis keberadaan kita, atau spontanitas kita seru
dengan pengeras suara untuk kegiatan yg sifatnya umum.
P : Kemudian bagaimana tahapan atau alur proses kegiatan dalam program
mobile masjid?
N : Biasanya pemohon langsung menghubungi manajmen YMN dan kita
melaksanakan ke lapangan. Atau kita lansung datang untuk event olahraga
kita spontan koordinasi dengan panitia dan biasanya mereka welcome.
P : Berapa lama biasanya dalam satu kali kegiatan Mobile Masjid ini?
N : Tergantung request, bisa seharian , dua hari , atau sampai seminggu
P : Apakah selama mengikuti program Mobile Masjid pernah ada masyarakat
yang menyampaikan pendapat atau aspirasinya melalui bapak mengenai
program ini?
N : Ada banyak yang menyampaikan.
P : Seperti apa pendapat atau aspirasi yang mereka sampaikan?
N : Banyak masyarakat yang mengapresiasi kegiatan ini mereka merasa
terbantu dengan program ini, aspirasi mereka berharap Mobile Masjid bisa
selalu hadir ditempat yang mereka butuhkan, salah satu contohnya di
stadion olahraga atau festival musik yang minim fasilitas ibadah.
P : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam setiap kegiatan program
mobile masjid?
N : Untuk pendukung itu adanya ketersediaan fasilitas yang memadai untuk
terlaksananya kegiatan, donatur yang siap menginfaqkan sebagian hartanya
untuk operasional kegiatan, dan adanya SDM untuk relawan. Sedangkan
yang bisa menghambat itu kalau cuaca kurang bersahabat hujan contohnya
karena kegiatan kita biasa di area terbuka.
P : Apa harapan bapak terhadap program mobile masjid?
N : Semoga donatur semakin banyak untuk program ini sehingga kita bisa
memfasilitasi masyarakat dalam beribadah atau membutuhkan jasa kita,
dan unit bisa bertambah lagi.
Peneliti
Gita Sulistyani
Narasumber
Sutarja
Hasil Wawancara Dengan Pengguna Layanan Program Mobile Masjid
Narasumber : Januar (Kang Janu)
Hari/Tanggal : Kamis / 23 Februari 2017
Lokasi : Taman Lansia (Jl. Diponegoro – Bandung)
P= Peneliti
N = Narasumber
P : Apakah sebelum dari kegiatan yangdiselenggarakan sudah mengetahui
Mobile Masjid?
N : Iya sudah.
P : Darimana mengetahui program Mobile Masjid?
N : Dari berita di televisi.
P : Sudah berapa kali memanfaatkan fasilitas Mobile Masjid?
N : Baru sekali ini aja tapi insyaallah event selanjutnya insyaallah saya bakal
menggunakan Mobile Masjid lagi.
P : Apa alasan untuk me-request Mobile Masjid di kegiatan yang
selenggarakan?
N : Di tempat sebenarnya ada mushola, namun tidak memadai. Karena
penonton sekitar 1500 orang sedangkan mushola hanya sekitar 100 orang.
P : Menurut anda bagaimana program Mobile Masjid ini?
N : Sangat bermanfaat, karena selama saya mengadakan event atau
menghadiri sebuah event outdoor atau pun event indoor yang biasanya
hanya mempunyai tempat ibadah yang kecil sangat susah sekali untuk
melakukan ibadah. Dengan adanya mobile masjid, ibadah shalat pun
sangat mudah.
P : Apakah menurut anda fasilitas yang disediakan untuk ibadah shalat juga
sudah lengkap?
N : Sangat lengkap dari sajadah, mukena, sarung, tempat wudhu, muadzin,
dsb.
P : Sejauh ini apakah program Mobile Masjid sudah memfasilitasi ibadah
shalat dengan baik?
N : Iya sudah sangat baik.
P : Apakah YMN sudah berperan dalam upaya memfasilitasi ibadah shalat di
ruang publik?
N : Sudah, menurut saya sudah. Karena YMN memfasilitasi kita dalam
beribadah shalat terutama dalam keadaan di luar. Selain itu dengan
adanya Mobile Masjid akan mengingatkan para pengunjung untuk
beribadah karena biasanya posisi Mobile Masjid ditempatkan di tempat
yang strategis atau yang sering dilalui oleh pengunjung.
P : Apa harapan anda terhadap YMN dan program Mobile Masjid?
N : Harapannya agar tetap istiqamah dalam memberikan fasilitas ibadah
shalat.
P : Apa saran anda untuk program Mobile Masjid?
N : Saran saya semakin banyak armada yang digunakan untuk program
mobile masjid.
Peneliti
Gita Sulistyani
Narasumber
Januar
Hasil Wawancara Dengan Pengguna Layanan Program Mobile Masjid
Narasumber : Aldi Agustin
Hari/Tanggal : Minggu / 19 Februari 2017
Lokasi : By Phone
P = Peneliti
N = Narasumber
P : Apakah sebelum kegiatan yangAldiselenggarakan sudah mengetahui
Mobile Masjid?
N : Iya sudah mengetahui sebelumnya.
P : Darimana Aldi mengetahui program Mobile Masjid?
N : Saya tau soal Mobile Masjid itu melalui televisi.
P : Aldisudah berapa kali memanfaatkan fasilitas Mobile Masjid?
N : Untuk kerjasama dengan YMN terkait masjid mobile dalam kegiatan besar
pramuka di Kota Bandung ini baru sekali, yaitu ketika peringatan HUT
Pramuka ke-55 di area Stadion GBLA (Gelora Bandung Lautan Api)
Bandung.
P : Apa alasan Aldi untuk me-request Mobile Masjid di kegiatan yang Aldi
selenggarakan?
N : Alasannya kita menggunakan tempat di lahan parkir Stadion GBLA yang
di mana tempatnya wilayah terbuka. Masjid dan mushola itu ada tapi tidak
mencukupi untuk seluruh peserta sekitar 8000 orang yang bermalam. Maka
dari itu kita request ke YMN untuk menyiapkan juga unit masjid mobile di
kegiatan tersebut.
P : Menurut Aldi bagaimana program Mobile Masjid ini?
N : Menurut saya program itu sangat bagus, di mana bisa meningkatkan
ukhuwah kita di mana pun berada, dengan adanya program tersebut
masyarakat bisa lebih mudah melaksanakan ibadah berjamaah dan dapat
mempererat tali silaturahmi sesama umat muslim.
P : Kenapa Aldi juga mengatakan program ini bisa mempererat tali
silaturahmi?
N : Iya karena program masjid itu mobile berpindah-pindah tempat di ruang
publik, jamaah shalatnya pun bukan hanya warga setempat saja seperti
masjid pada umumnya.
P : Sejauh ini apakah program Mobile Masjid sudah memfasilitasi ibadah
shalat dengan baik?
N : Saya rasa sudah cukup baik, fasilitas mereka saya rasa sudah lengkap,
tinggal unitnya aja di tambah.
P : Apakah YMN sudah berperan dalam upaya memfasilitasi ibadah shalat di
ruang publik?
N : Ya tentu saja, dengan program Mobile Masjidnya mereka sudah baik
menyediakan fasilitas tersebut untuk ibadah khususnya di ruang publik.
P : Apa harapan Aldi terhadap YMN terhadap YMN dan program Mobile
Masjid?
N : Ya mudah-mudahan program ini dapat bertahan sehingga dapat terus
memberikan fasilitas shalat.
P : Apa saran Aldi untuk program Mobile Masjid?
N : Saran saya lebih diperbanyak saja unit Mobile Masjidnya supaya lebih
tersebar keberadaannya di beberapa wilayah lainnya.
Peneliti
Gita Sulistyani
Narasumber
Aldi Agustin
Kegiatan Program Mobile Masjid di Festival Kabaret
Lokasi: Teater Taman Budaya Jawa Barat
Kegiatan Program Mobile Masjid di HUT PRAMUKA Ke-55
Lokasi: Stadion Gelora Bandung Lautan Api
Kegiatan Program Mobile Masjid di Pertandingan Sepak Bola-Piala
Presiden
Lokasi: Stadion Jalak Harupat
Fasilitas Pada Program Mobile Masjid
Penulis bersama Direktur Yayasan Masjid Nusantara