PERANAN TUAN GURU KYAI HAJI MUHAMMAD...
Transcript of PERANAN TUAN GURU KYAI HAJI MUHAMMAD...
PERANAN TUAN GURU KYAI HAJI
MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID
DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
DI NAHDLATUL WATHAN JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Yusran Khaidir
NIM: 106011000725
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M/ 1434 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul: “Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Nahdlatul
Wathan Jakarta” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Munaqosah pada tanggal 14 Januari 2013 dihadapan dewan penguji. Oleh karena
itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam
bidang Pendidikan Agama.
Jakarta, 14 Januari 2013
Panitia Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)
Bahrissalim, MA .......................... ...............................
NIP: 196803071998031002
Sekretaris (Sekretaris Jutrusan/Prodi)
Drs. Sapiuddin Shiddiq, M.Ag ........................... ...............................
NIP: 196703282000031001
Penguji I,
Yudhi Munadi, M.Ag ........................... ...............................
NIP: 197012031998031003
Penguji II,
Dra. Hj. Eni Rosda Syarbaini, M.Si ........................... ...............................
NIP: 195308131980032001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof.Dr.H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA
NIP: 195205201981031001
LEMBAR PERYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yusran Khaidir
Tempat/Tgl. Lahir : Praya, 03 Juli 1987
NIM : 106011000725
Jurusan : Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Judul Skripsi : Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid Dalam Pengembangan Pendidikan Islam
Di Nahdlatul Wathan Jakarta.
Dosen Pembimbing : Dr.H. Abdul Madjid Khon, M.Ag
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) pada Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Seemua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syyarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau perupakan hasil juplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 November 2012
Yusran Khaidir
NIM: 106011000725
i
ABSTRAK
Yusran Khaidir:
PERANAN TUAN GURU KYAI HAHI MUHAMMAD ZAINUDDIN
ABDUL MADJID DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
DI NAHDLATUL WATHAN JAKARTA
Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting bagi manusia, karena
melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan
bermanfaat. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan
nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani
kehidupan. Tanpa pendidikan, diyakini manusia tidak berbeda dengan generasi
manusia masa lampau.
Disamping adanya peserta didik peranan seorang pendidik juga sangat
penting dalam terlaksananya proses belajar mengajar, baik peranan secara
langsung maupun secara tidak langsung. Peranan seorang pendidik dapat
mengubah karakteristik peserta didik dengan system dan metode yang mereka
gunakan dalam menyampaikan pelajaran. Metode dan system tersebut dapat
berupa cara, strategi atau temuan-temuan baru yang dapat mempermudah peserta
didik memahami pelajaran. Termasuk didalamnya suasana dan lingkungan yang
mendukung.
Nahdlatul Wathan Jakarta adalah salah satu Yayasan yang mengelola
beberapa lembaga pendidikan, dari TK, MD, SD, SMP dan SMA. Lembaga-
lembaga tersebut bersifat umum namun didalamnya sarat dengan ilmu
pengetahuan agama, itu dikarenakan lembaga-lembaga tersebut berada dalam
lingkungan Pondok Pesantren.
Ilmu agama yang mengakar dan mendarah daging di Nahdlatul Wathan
Jakarta tak luput dari campur tangan pendiri Nahdlatul Wathan di Lombok NTB
yaitu Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Beliau adalah
ulama pembaharu dalam pendidikan di pulau Lombok dengan mengedepankan
system klasikal pada Madrasah pertama yang beliau dirikan.
Murid-murid beliau yang merantau ke Jakarta dan mengembangkan
Nahdlatul Wathan sepenuhnya menggunakan metode yang beliau ajarkan, baik
dalam mengucapkan salam, pemnghormatan terhadap guru di kelas, dan juga
do’a-do’a, semua ciri khas Nahdlatul Wathan di Lombok ditemukan juga di
Nahdlatul Wathan Jakarta.
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, melalui para
murid-murid beliau telah mampu mengembangkan pendidikan Islam di Jakarta
melaui Nahdlatul Wathan. Terbukti dari telah berdirinya TK, MD, SD, SMP dan
SMA Nahdlatul Wathan yang bernuansakan Islam serta berciri khas Nahdlatul
Wathan.
ii
KATA PENGANTAR
الّرحيمالّرحمناهللبسم
Tiada kata dan bahasa yang pantas terucap, selain ucapan rasa tasyakkur yang
teramat mendalam kehadirat Ilahi Rabbi kuasa tunggal kerajaan langit dan bumi
yang kekuasaan-Nya tak berujung dan tak bertepi. Semua limpahan berbagai
kenikmatan dan karunia-Nya yang tiada terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Kami memuji, memohon pertolongan, dan memohon
ampunan serta berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan-kejahatan diri kami
dan keburukan-keburukan perbuatan kami. Aku bersaksi tidak ada Tuhan yang
pantas disembah kecuali Allah Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya,
dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan utusan-Nya.
Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada revolusioner dan
reformer sejati, baginda Nabi besar Muhammad SAW, juga kepada keluarga,
sahabat setianya dan tidak lupa kepada semua umatnya semoga kelak di hari yang
telah ditentukan semua mendapatkan syafâ‘at darinya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami dan dihadapi penulis, baik yang
menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan, maupun pembiayaan
dan sebagainya. Namun, berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai dengan
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan
itu dapat di atasi dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, seyogyanya penulis menyampaikan terima kasih yang tiada
terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Dr. H Abdul Majid Khon, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing penulis dalam
membuat skripsi ini.
4. Dra. Hj. Eri Rossatria, M.Ag selaku dosen Penasehat Akademik yang
telah memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis.
5. Dra. Djunaidatul Munawarah, M.Ag selaku dosen seminar proposal
skripsi yang dengan tulus mengarahkan dan banyak memberi masukan
dalam terwujudnya skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu namanya yang telah mendidik dan memberikan
bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Drs. H. Muhammad Suhaidi, SQ selaku Ketua Yayasan Nahdlatul Wathan
Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengadakan penelitian.
9. Para Kepala Sekolah lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan
Jakarta (TK, MDI, SD, SMP, dan SMA), beserta para guru yang mengajar
yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu namun hormat
penulis selalu tercurah pada mereka.
10. Para Asatiz Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta yang telah
menjamu dan memperlakukan penulis dengan baik dan ramah dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan penulis.
11. Terkhusus Ibu dan Ayahku tercinta, bagaimana mungkin aku
melupakanmu. Engkau telah mengorbankan segalanya untukku dan selalu
mencurahkan kasih sayang serta tak bosan-bosannya memberikan bantuan
secara moril, materil, semangat dan do’a buat penulis, maafkan atas segala
hilaf dan kesalahanku, do’aku selalu menyertai kalian.
12. Buat sahabatku mang Uje yang selalu memberi informasi-informasi
penting pada penulis, dan juga untuk WG Colection atas kekompakannya.
iv
13. Untuk anak-anak IRAQ yang terus bersama menikmati indahnya hidup
dengan penuh semangat dan senyuman, salut untuk kalian.
14. Tak lupa seluruh teman-teman mahasiswa/i satu angkatan 2006 khususnya
kelas C yang selalu bercanda tawa dan telah memberi warna warni
kehidupan penulis. Terima kasih untuk semua dukungan dan perhatian
yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini dan juga
kepada semua teman-temanku yang tak bisa penulis sebutkan namanya
satu persatu.
15. Seluruh rekan-rekan keluarga besar Ikatan Alumni Nahdlatul Wathan
Jakarta (IANW Jakarta) yang telah banyak memberikan inspirasi pada
penulis.
Tiada sanggup rasanya penulis membalas budi dan jasa mereka, hanya do’a
yang terpanjat semoga segala perhatian, motivasi, inspirasi dan bantuannya di
balas oleh Allah SWT sebagai amal kebaikan, jazakumullah khairan katsira.
Akhirnya, dengan kepala tertunduk, penuh kesadaran diri, kerendahan hati,
penulis menyadari, bahwa hanya Allah SWT yang Maha Sempurna, Maha
Perkasa, dan Maha Segala, sehingga tentu masih banyak lagi rahasia-rahasia di
balik cipta, karsa, dan kehendak-Nya yang terhampar di segenap cakrawala ini
yang belum terkuak dan tersentuh serta kita ketahui. Karena itulah saran dan kritik
konstruktif dari semua pihak penulis sangat harapkan, agar tercipta suatu sinergi
yang nantinya akan membuat pemikiran ini bisa lebih “disempurnakan” di masa
yang akan datang untuk kemudian dapat bermanfaat bagi umat. Amin.
Wallahulmuaffiku Wal Haadi Ilaa Syabilirrasyaad
Wassalaamu ‘Alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Jakarta, September 2012
Penulis,
Yusran Khaidir
v
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEBAR PERNYTAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Masalah Penelitian .................................................................. 7
C. Rumusan Masalah .................................................................... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 8
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Peranan .................................................................. 9
B. Pendidikan Islam ..................................................................... 12
1. Pengertian Pendidikan Islam ............................................. 12
2. Dasar Pendidikan Islam ..................................................... 16
3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam ..................................... 20
4. Tujuan Pendidikan Islam ................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 24
vi
B. Latar Penelitian ....................................................................... 24
C. Metode Penelitian .................................................................... 24
D. Fokus Penelitian ...................................................................... 25
E. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 25
F. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data .......................... 26
G. Analisa Data ............................................................................ 27
H. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ...................... 28
BAB IV SEJARAH NAHDLATUL WATHAN JAKARTA
A. Profil Nahdlatul Wathan Jakarta ............................................. 30
1. Latar Belakang Keberadaan .............................................. 30
2. Landasan Hukum ............................................................... 32
3. Visi dan Misi ..................................................................... 34
4. Maksud dan Tujuan ........................................................... 34
5. Struktur Organisasi ............................................................ 35
B. Mengenal Pendiri Nahdlatul Wathan Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid...................................... 37
1. Latar Belakang Keluarga .................................................. 37
2. Pendidikan ........................................................................ 40
3. Gaya Kepemimpinan ........................................................ 45
4. Guru-Guru ........................................................................ 48
5. Pemikiran dan Karya-Karyanya ....................................... 50
6. Kiprah Sosial Keagamaan ................................................ 54
BAB V PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DI NAHDLATUL WATHAN
JAKARTA
A. Pengembangan Pendidikan Islam ............................................ 55
1. Taman Kanak-Kanak Nahdlatul Wathan Jakarta ............. 56
2. Madrasah Diniah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta ... 59
3. Sekolah Dasar Nahdlatul Wathan Jakarta ........................ 62
4. Sekolah Menengah Pertama Nahdlatul Wathan Jakarta .. 66
5. Sekolah Menengah Atas Nahdlatul Wathan Jakarta ........ 70
B. Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
vii
Madjid ..................................................................................... 75
1. Sarana dan Prasarana ........................................................ 75
2. Guru .................................................................................. 78
3. Murid ................................................................................ 80
4. Kurikulum ......................................................................... 81
5. Metode Pembelajaran ........................................................ 82
C. Pemikiran Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid .......................................................................... 84
1. Menempatkan Iman dan Taqwa Sebagai Visi Hidup ....... 86
2. Menggerakkan Visinya dengan Semangat Keyakinan,
Keikhlasan dan Istiqomah ................................................. 87
3. Memperjuangkan Visinya dengan Kesabaran dan Penuh
Syukur ............................................................................... 90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................... 94
B. Saran ........................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 98
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel Guru dan Karyawan TK Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 58.
2. Tabel Guru dan Karyawan MDI Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 61.
3. Tabel Jumlah Siswa MDI Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 62.
4. Tabel Guru dan Karyawan SD Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 64.
5. Tabel Jumlah Siswa SD Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 65.
6. Tabel Guru dan Karyawan SMP Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 68.
7. Tabel Jumlah Siswa SMP Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 70.
8. Tabel Guru dan Karyawan SMA Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 73.
9. Tabel Jumlah Siswa SMA Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 74.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang
akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan,
dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa
pendidikan, maka diyakini bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan
generasi manusia masa lampau. Jika dibandingkan dengan manusia sekarang,
telah sangat tertinggal baik kualitas kehidupan maupun proses pemberdayaannya.
Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa maju mundurnya atau baik buruknya
peradaban suatu masyarakat atau suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana
pendidikan yang dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut. Pendidikan juga dapat
dikatakan sebagai lampu penerang dalam kehidupan, karena dengan adanya
pendidikan dapat mempermudah berlangsungnya kehidupan di dunia ini.
Sama halnya dengan pendidikan Islam, pendekatan pendidikan Islam
berlangsung melalui proses operasional menuju pada tujuan yang diinginkan,
memerlukan model yang konsisten yang dapat mendukung nilai-nilai moral-
spiritual dan intelektual yang melandasinya. Nilai-nilai tersebut dapat
diaktualisasikan berdasarkan kebutuhan dan perkembangan manusia yang
dipadukan dengan pengaruh lingkungan kultural yang ada, sehingga dapat
mencapai cita-cita dan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia di
2
segala aspek kehidupannya. Tetapi yang terjadi, kondisi pendidikan Islam
mendapat sorotan yang tajam yang kurang menggembirakan dan dinilai
menyandang keterbelakangan dan julukan-julukan yang lain, yang semuanya
bermuara pada kelemahan yang dialaminya. Kelemahan pendidikan Islam dilihat
justru terjadi pada sektor utama, yaitu pada konsep, sistem, dan kurikulum, yang
dianggap mulai kurang relevan dengan kemajuan peradaban umat manusia dewasa
ini atau tidak mampu menyertakan disiplin-disiplin ilmu lain yang relevan dengan
kebutuhan masyarakat.
Melihat kenyataan ini, maka pendidikan Islam perlu mendapat perhatian yang
serius dalam menuntut pemberdayaan yang harus disumbangkannya, dengan
usaha menata kembali keadaannya, terutama di Indonesia. Keharusan ini, tentu
dengan melihat keterkaitan dan peranannya di dalam usaha pendidikan bangsa
Indonesia yang mayoritas muslim, sehingga perlu ada terobosan seperti perubahan
model dan strategi pelaksanaannya dalam menghadapi perkembangan zaman.
Kurangnya pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam yang demikian
itu, tampaknya perlu segera diatasi dengan cara menumbuhkan dan
mengembangkan ilmu pendidikan Islam melalui serangkaian kajian dan penelitian
dari para tokoh-tokoh muslim. Seseorang akan disebut tokoh apabila ia membuat
sejarah atau hidup dalam sejarah dengan mengubah keadaan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh tokoh yang akan kita kaji pada kesempatan kali ini yaitu Tuan
Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang berbunyi:
”Sesungguhnya setiop orang akan menjadi cerita bagi generasi sesudahnya,
maka jadikanlah dirimu cerita yang baik bagi orang-orang yang memahami
sejarah”1
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah sosok
seorang ulama dan pembaharu yang mampu memberikan nuansa perubahan
1 Mohammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan Religius Refleksi Pemikiran dan Perjuangan
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997, (Jakarta: PT. Logos
Wacana Ilmu Bekerjasama dengan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, 2004), h. vii.
3
dalam dunia pendidikan di Indonesia, khususnya di daeran Lombok Nusa
Tenggara Barat (NTB). Terbukti dari metode dan kurikulum yang beliau terapkan
pada pesantren yang beliau kelola. Pada awalnya beliau menggunakan sistem
halaqah2 dalam penerapan pembelajarannya, namun dengan seiring
perkembangan zaman beliau mengubahnya dengan sistem klasikal. Perubahan
tersebut dikarenakan pandangan beliau yang menganggap bahwa sistem halaqah
pada saat itu kurang efektif dan efisien dengan kondisi masyarakat pada saat itu,
sehingga beliau menggunakan sistem klasikal yang di anggap relefen dan mampu
meningkatkan taraf pendidikan di pesantren.
Dalam hal ini beliau mencoba memperkenalkan sistem pendidikan
sebagaimana yang diperoleh di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah dengan sistem
klasikalnya. Usaha-usaha Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid dalam mengembangkan Islam di pulau Lombok telah menempatkannya
sebagai satu-satunya pemimpin NTB yang paling terkemuka hingga saat ini.
Lalu Djelenga, penulis sejarah Lombok dalam salah satu tulisannya
menguraikan setidak-tidaknya 6 (enam) alasan yang dapat dijadikan sebagai dasar
untuk menyebut sosok Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid sebagai pemimpin Lombok yang paling terkemuka. Pertama, ia herhasil
menghimpun pemimpin Sasak lainnya untuk menembus wilayah-wilayah yang
menyekat pulau Lombok. Kedua, ia merupakan pemimpin yang pertama diterima
dan dikenal luas oleh masyarakat Lombok dengan kemampuan/kekuatan
kepemimpinannya sendiri. Ketiga, ia merupakan orang pertama yang merintis
sistem pendidikan modern di Lombok. Keempat, ia merupakan orang Lombok
yang pertama kali merintis sistem perjuangan tanpa kekerasan dengan cara
modern melalui organisasi. Kelima, ia merupakan orang Sasak pertama yang
memiliki tipikal kepemimpinan yang memberikan jasa dan hasil karyanya dapat
menembus batas wilayah sampai seluruh nusantara bahkan manca negara, serta
mengharumkan nama baik orang Sasak maupun pulau Lombok. Keenam, ia
merupakan orang Sasak pertama dan utama yang telah memberikan andil bagi
peningkatan sumber daya manusia orang Sasak di luar peran yang dilakukan
2 Halaqoh adalah sistem pendidikan yang masih tradisional, belum menggunakan kelas.
4
pemerintah.3
Setelah Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang
biasa di sebut Maulana Syeikh meninggal dunia, diadakanlah musyawarah untuk
menggantikan posisi beliau dalam organisasi dan kepemimpinan lembaga
pendidikan yang telah beliau dirikan. Terpilihlah salah satu di antara kedua putri
beliau Siti Rauhun dan Siti Raihanun untuk menjadi pengganti beliau, sebagai
orang terdekat Maulana Syeikh sekaligus keturunannya. Karena kepergian beliau
yang mendadak tersebut menyebabkan pola pergantian kepemimpinan
berlangsung secara mendadak pula, sehingga membawa perbedaan pendapat di
antara pendukung generasi pewaris yaitu Siti Rauhun dan Siti Raihanun.
Walaupun tidak ada pengganti yang mampu menyamai sekharismatik
Maulana Syeikh namun pasti di antara kedua putrinya mewarisi karakteristik-
karakteristik tertentu yang ada pada beliau, namun hal ini menimbulkan dualisme
kepemimpinan di Nahdlatul Wathan yang biasa di singkat NW dikarenakan para
pendukung kedua putri Maulana Syrkh ini tidak mau mengalah antara satu dengan
yang lainnya untuk dinobatkan sebagai pengganti Maulana Syeikh dalam
mengurus organisasi dan lembaga pendidikan yang telah beliau tinggalkan,
semua ini dikarenakan fanatisme para pendukung putri beliau yang sehingga
terjadi ketidakpercayaan kepemimpinan.
Dengan kondisi seperti ini kemudian diadakanlah muktamar NW ke X di
Praya Kabupeten Lombok Tengah yang dihajatkan untuk mencari solusi atas
kemelut di Nahdlatul Wathan. Sehingga terpilihlah Siti Raihanun sebagai ketua
PBNW di muktamar tersebut sebagai pengganti kepemimpinan Maulana Syeikh
dalam mengurus organisasi dan madrasah-madrasah. Siti Rauhun sebenarnya
tidak setuju akan hal tersebut karena menurutnya telah menyalahi anggaran dasar
Nahdlatul Wathan yang berpaham Ahlussunnah wal Jamaah, ala mazahibil
imamis Syafi’i, yang dalam ajarannya tidak menghendaki seorang perempuan
menjadi pemimpin dalam jamaah.4
3 Lihat Tabloid Sinar Lima Edisi 6, h. 4.
4 Fathurrahman Muhtar, “Konflik dalam Pengelolaan Pendidikan Islam di Pondok
Pesantren Nahdlatul Wathan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat”, (Tesis Pascasarjana IAIN
Sunan Ampel Surabaya, 2010), h. 3.
5
Namun Siti Raihanun sebagai pimpinan jamaah NW hasil muktamar X Praya,
berusaha untuk mempertahankan eksistensi organisasi NW dan madrasah-
madrasah yang ditinggalkan Maulana Syeikh. Namun emosional yang tidak stabil
dari jamaah yang mendukung Siti Rauhun yang tidak mengakui kepemimpinan
Siti Raihanun nenimbulkan perpecahan di kalangan Nahdlatul Wathan. Dengan
melihat kondisi seperti ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Siti
Raihanun memilih hijrah dari Pancor ke lokasi baru yang bernama Anjani
kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur, sekitar 15 kilometer dari Pancor,
sedangkan Rauhun tetap di Pancor Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur.
Para pengikut setia Nahdlatul Wathan pun terbagi dalam dua kubu, sebagian ke
kubu Nahdlatul Wathan yang terpusat di Pancor dan sebagian lagi ke kubu
Nahdlatul Wathan yang berpusat di Anjani. Kubu Pancor di bawah otoritas Siti
Rauhun dan Kubu Anjani di bawah otoritas Siti Raihanun.
Madrasah-madrasah yang didirikan maulana Syeikh tersebut telah banyak
menghasilkan lulusan-lulusan yang handal baik dalam bidang umum dan lebih
khususnya lagi dalam bidang Agama jauh sebelum beliau wafat. Santri-santri
yang telah lulus tersebut dengan sendirinya menyebarluaskan Nahdlatul Wathan
dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah Islamiyah. Sampai saat ini Nahdlatul
Wathan telah tersebar ke berbagai Propinsi, Nusantara dan bahkan Dunia. Namun
semua lembaga pendidikan yang bernaung dibawah bendera Nahdlatul Wathan
yang didirikan oleh alumnus Darun Nahdlatain yaitu Nahdlatul Wathan Diniyah
Islamiyah (NWDI )dan Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) dapat
dikatakan dibawah otoritas salah satu kubu tersebut.
Dalam hal ini lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan dapat dikategorikan
terbagi menjadi tiga golongan. Pertama, lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan di
bawah naungan organisasi dan berpengaruh bagi organisasi. Kedua, lembaga
pendidikan Nahdlatul Wathan tidak di bawah naungan organisasi dan tidak
berpengaruh bagi organisasi. Ketiga, lembaga pendidikan tidak di bawah naungan
organisasi namun berpengaruh bagi organisasi.
Nahdlatul Wathan Jakarta adalah salah satu Yayasan Pendidikan dengan
nuansa Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh Amumnus Darun Nahdlatain dan
6
satu-satunya berada di ibukota. Namun Yayasan Pendidikan Nahdlatul Wathan
Jakarta tersebut tidak memihak pada salah satu kubu, namun memiliki hubungan
yang harmonis kepada kedua belah kubu tersebut. Disinilah letak keunikan
Nahdlatul Wathan Jakarta yang mungkin tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan
Nahdlatul Wathan lainnya di nusantara. Karena tidak sedikit para alumnus
Nandlatul Wathan yang hanya memanfaatkan nama Nahdlatul Wathan untuk
kepentingan sendiri bukan organisasi dan masyarakat.
Nahdlatul Wathan di Jakarta berawal dari ketidaksengajaan para alumnus
Darun Nahdlatain yang terdampar di Jakarta, namun sedikit demi sedikit
Nahdlatul Wathan mampu berkembang dengan memiliki tanah sendiri dan
mendirikan lembaga pendidikan di atas tanah milik sendiri di Jakarta.
Sampai saat ini telah banyak lembaga pendidikan yang berkembang di atas
tanah Nahdlatul Wathan baik yang bersifat formal dan non formal di antaranya:
1. Panti Asuhan Nahdlatul Wathan Jakarta
2. Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta
3. Majlis Ta’lim Nahdlatul Wathan Jakarta
4. Madrasah Diniyah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta
5. Taman Kanak-kanak Nahdlatul Wathan Jakarta
6. Sekolah Dasar Nahdlatul Wathan Jakarta
7. Sekolah Menengah Pertama Nahdlatul Wathan Jakarta
8. Sekolah Menengah Atas Nahdlatul Wathan Jakarta
Melihat keunikan yang dimiliki Nahdlatul Wathan Jakarta baik dalam
hubungan dengan Nahdlatul Wathan pusat di NTB dan pengembangannya dalam
lembaga pendidikan yang dikembangkan tanpa campur tangan Organisasi. Penulis
tertarik untuk meneliti lebih mendalam dalam kajian Ilmiyah mengenai keunikan
Nahdlatul Wathan Jakarta, apakah dalam proses berkembangnya terdapat
pengaruh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Didasarkan pada alasan di
atas maka penulis berkeinginan melakukan penelitian mengenai kajian pendidikan
yang berbasis keislaman dengan judul “Peranan Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam Perngembangan Pendidikan
Islam di Nahdlatul Wathan Jakarta”. Semoga dengan mengambil judul ini
7
mampu memberi inspirasi dan dapat dikaji lebih dalam mengenai Tuan Guru Kyai
Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan Nahdlatul Watan Jakarta sebagai
sarana awal beliau dalam menyebar luaskan ilmu pengetahuan Islam pada
masyarakat, khususnya di ibukota.
B. Identifikasi Masalah
Dari literatur di atas dapat diambil beberapa permasalahan yang muncul, di
antaranya:
a. Kualitas sumber daya manusia yang tidak diimbangi dengan ilmu
pendidikan.
b. Keunikan yang dimiliki Nahdlatul Wathan Jakarta.
c. Perkembangan pendidikan melalui Nahdlatul Wathan Jakarta.
d. Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Masalah yang diangkat mengenai peranan secara langsung maupun secara
tidak langsung. Secara langsung yakni beliau terlibat langsung dalam
perkembangan pendidikan Islam di Nahdlatul Wathan Jakarta, secara tidak
langsung yakni melalui konsep-konsep dan teori-teori pendidikan yang beliau
canangkan. Adapun mengenai perkembangan pendidikan meliputi
penyelenggaraan lembaga pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta dan peranan
beliau selaku pendiri. Melihat banyak hal yang terkait dengan Tuan Guru Kyai
Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan Nahdlatul Wathan maka penulis
membatasi permasalah pada skripsi ini:
a. Perkembangan pendidikan Islam di Nahdlatul Wathan Jakarta.
b. Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan di Nahdlatul Wathan
Jakarta.
C. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas penulis dapat merumuskan, masalah yang
timbul dalam penelitian ini adalah:
8
a. Bagaimana perkembangan pendidikan Islam di Nahdlatul Wathan
Jakarta.
b. Bagaimana peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui perkembangan pendidikan Islam di Nahdlatul Wathan
Jakarta.
b. Mengetahui peranan yang diberikan oleh Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam penyelenggaraan lembaga
pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta.
2. Kegunaan Penelitian
a. Segi Akademis
Sebagai bahan rujukan, tambahan referensi atau pembandingan
penelitian, selanjutnya bagi bidang study ilmu tarbiyah dan keguruan
mengenai perkembangan pendidikan Islam yang dipelopori oleh seorang
tokoh.
b. Segi Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penambah wawasan
pengatahuan dan referensi bagi pengurus Nahdlatul Wathan Jakarta dan
lembaga yang ada di dalamnya dalam melanjutka cita-cita Tuan Guru
Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
9
BAB II
ACUAN TEORETIK
A. Pengertian Peranan
Peran dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah bagian dari tugas utama
yang harus dilaksanakan.1 Dan arti kata ”peranan” berasal dari kata ”peran” yang
berarti mengambil bagian atau turun aktif dalam suatu kegiatan. Sedangkan
peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sesuatu yang
terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa.2
Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai
teori orientasi maupun disiplin ilmu. Istilah peran diambil dari dunia teater, dalam
teater seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam
posisinya seorang tokoh yang diharapkan untuk berperilaku secara tertentu yang
kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat yaitu bahwa
prilaku yang diharapkan dari padanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu
berada dalam kaitan dengan adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan
orang tersebut.3
Peran diibaratkan dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi
penggunaannya sangat terasa sekali. Seseorang dikatakan berperan atau memiliki
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h. 667.
2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besa…, h. 751.
3 Sarlito Wiraman Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 215.
10
peranan karena orang tersebut mempunyai status dalam masyarakat. Walaupun
kedudukannya itu berbeda antara satu orang dengan orang lain tersebut, akan
tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya.
Menurut para ahli sosiologi seperti Raph Linton, peran yaitu ”the dynamics
aspect of status” seseorang menjalankan peranannya manakala dia menjalankan
hak dan kewajibannya yang merupakan statusnya. Sedangkan status itu sendiri
adalah ”a collection of right and duties” suatu kumpulan hak dan kewajiban.
Robert K. Merton mempunyai pandangan yang berbeda dengan linton dia
memperkenalkan konsep perangkat peranan (role-set), yang didefinisikan sebagai
”complement of role relationship which persons have by virtue of occupying a
particular status”. Pelengkap hubungan peranan yang dimiliki seseorang karena
menduduki status sosial tertentu.4
Menurut Grass Massan dan A.W. Mc. Eachern mendefinisikan peranan
sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang
mempunyai kedudukan sosial tertentu. Harapan tersebut merupakan hubungan
dari norma-norma sosial. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa peranan itu
dapat ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat. Artinya seseorang
diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam
pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan yang lain.5
Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).6 Apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan yang melekat pada diri seseorang
harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang
dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu
pada organisasi masyarakat. Peranan lebih menuju pada fungsi, penyesuaian diri,
dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam
masyarakat serta menjalankan sutu peranan.
4 Wjs. Poerwadarminta, Kamus Modern, (Jakarta: Jembatan, 1976), Cet. Ke-2, h. 473.
5 N. Grass, W.S. Massan and A.W. Mc. Eachern, Exploration Role Analysis, dalam David
Barry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 90.
6 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006), h. 212.
11
Peranan mencakup tiga hal, yaitu:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Maka dapat dikatakan bahwa peranan adalah serangkaian hak dan kewajiban
yakni bersifat timbal balik dalam hubungan antar individu. Hak adalah
kesempatan atau kemungkinan untuk bertindak yang sebaliknya menimbulkan
kewajiban pada pihak lain untuk memungkinkan tindakan itu. Hak seseorang
dimungkinkan dan dibatasi oleh kewajiban pihak lain untuk mematuhinya.
Dari pengertian di atas seseorang atau kelompok dapat dikatakan berperan
apabila telah menjalankan perannya, ketika menduduki karakteristik (posisi)
dalam struktur sosial. Juga dikatakan menjalankan hak dan kewajiban yang
merupakan statusnya. Penjelasan tersebut juga merupakan suatu gambaran bahwa
yang dimaksud dengan peranan merupakan kewajiban-kewajiban, keharusan-
keharusan, yang dilakukan seseorang karena kedudukannya dalam status tertentu
dalam suatu masyarakat atau lingkungan dimana ia berada, seperti seorang kyai
yang harus memainkan peran yang dimilikinya dalam kedudukan masyarakat.
Walaupun ada sedikit perbedaan dalam penjelasannya akan tetapi dapat
diambil kesimpulan bahwa peranan merupakan sesuatu yang menjadi bagian atau
memegang pimpinan terutama yang menjalankan hak dan kewajiban sesuai
dengan kedudukannya dalam lingkungan masyarakat.
B. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Kata “Islam” dalam “Pendidikan Islam” dimaksudkan untuk memberi warna
tertentu dalam pendidikan yaitu, pendidikan yang bernuansa Islam, pendidikan
12
yang berlandaskan atas hukum-hukum Islam dan pendidikan yang berlandaskan
pada dasar-daras Islam. Dari pernyataan diatas pertanyaan yang kemudian timbul
adalah “apakah yang dimaksud dengan pendidikan yang bernuansa Islam? Untuk
dapat menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu mari kita telusuri definisi
pendidikan menurut para pekar pendidikan sehingga kita mampu penganalisis apa
makna pendidikan itu sendiri sebelum masuk dalam pembahasan mengenai
pendidikan menurut Islam.
Berikut akan diuraikan beberapa definisi pendidikan menurut para ahli
pendidikan, yaitu:
a. Marimba mendefinisikan bahwa pendidikan itu adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.7 Dalam
hal ini pendidikan masih benuansa bimbingan yang bersifat membimbing
dengan penuh kesadaran dari pendidik kepada peserta didik dalam
perkembangan jasmani dan rohani agar terbentuknya pribadi yang baik dan
terarah. Sehingga peserta didik tersebut mampu untuk menjadikan dirinya
aikon yang baik dengan kepribadiannya dalam masyarakat.
b. Menurut Ahmad Tafsir definisi yang dikemukakan oleh Marimba tersebut
memang benar, definisi itu baik, mudah difahami dan mudah dijabarkan
menjadi tujuan-tujuan pendidikan. Akan tetapi definisi yang dikemukakan
tersebut masih terlalu sempit, belum mencakup seluruh kegiatan yang
disebut pendidikan. Definisi tersebut masih terbatas pada pengembangan
pribadi anak didik oleh pendidik. Lebih lanjut lagi Ahmad Tafsir
mengomentari definisi tersebut bahwa pendidikan itu terbatas pada
kegiatan pengambangan pribadi anak didik oleh pendidik berupa orang,
pertanyan yang akan timbul selanjutnya adalah bagaimana kalau
bimbingan itu dilakukan oleh diri sendiri? Atau oleh alam sekitar? Apakah
7 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Presfektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2005), Cet. 6, h. 24.
13
tidak disebut pendidikan seandainya bimbingan itu dilakukan oleh
kebudayaan dan sebagainya?8
c. Menurut Mortimer J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses dengan
mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh)
yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat
dan di pakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri
mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik.9 Pengertian
ini mengarahkan agar peserta didik harus di biasakan dengan kebiasaan-
kebiasaan yang baik agar mampu membiasakan dirinya berbuat baik dalam
kehidupan.
d. Herman H. Horne berpendapat. Pendidikan harus dipandang sebagai suatu
proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam sekitar,
dengan sesama manusia dan dengan tabiat tertinggi dari kosmos.10
Dalam
pengertian ini, maka proses tersebut menyangkut proses seseorang
menyesuaikan dirinya dengan dunia dan lingkungan sekitarnya. Dalam
pengertian lain bahwa alam sekitarnya pun berusaha untuk menyesuaikan
diri dengan dirinya, dia berusaha untuk mengetahui bagaimana bumi
berputar, mengapa ada siang dan malam, mengapa kapal terlihat kecil
apabila berada jauh di tengah laut, dan bagaimana seluruh proses
kehidupan di bumi. Dia juga belajar untuk mengetahui apa saja yang di
perlukan oleh sesama manusia terhadap dirinya, apa saja yang di senangi
dan tidak disenangi dari dirinya, dan bagaimana bekerja sama dengan
orang lain serta mempengaruhinya. Semua itu harus dilalukan agar ia
merasa betah tinggal di bumi ini dengan orang lain sehingga tidak merasa
terasingkan.
e. Menurut pakar pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah
usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk
keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat
8 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan..., h. 24.
9 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1987), Cet. 1, h. 11.
10
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 11.
14
pelaku pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan pula.
Peendidikan berarti memelihara hidup tumbuh ke arah kemajuan, tidak
boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan
adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar
mempertinggi drajat kemanusiaan.11
f. Pengertian pendidikan dengan agak lebih terperinci lagi cakupannya
dikemukakan oleh Soegarda Poerbakawaca. Menurutnya, dalam arti umum
mencangkup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk
mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta
keterampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya
dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya. Lebih lanjut ia menambahhkan
bahwa corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak kehidupan.
Karenanya jika corak kehidupan itu berubah, maka corak pendidikannya
akan berubah pula, agar si anak siap untuk memasuki lapangan pendidikan
itu.12
Dari beberapa rumusan pendidikan diatas apabila dipadukan maka akan
terlihat bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja,
seksama, terencana, memiliki tujuan dan dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan. Pendidikan dilakukan oleh orang yang memiliki ilmu terhadap
orang yang belum memiliki ilmu atau secara umum dari orang yang memiliki
pengalaman yang lebih luas terhadap orang yang belum memiliki pengalaman.
Berhubung pengalaman lebih banyak dimiliki oleh orang yang lebih dahulu
terlahir ke dunia atau dapat di katakana orang yang lebih tua maka pendidikan
digambarkan sebagai pemberian pengetahuan atau pengalaman dari orang yang
lebih tua terhadap orang yang lebih muda.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah pemberian
pengetahuan dan pengalaman oleh orang dewasa dalam arti memiliki bekal ilmu
pengetahuan, keteramilan dan pengalaman kepada peserta didik secara bertahap
dan berkesinambungan. Dan diharapkan bahwa pengetahuan dan pengalaman
11 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet.
IV, h. 9.
12
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 10.
15
yang diberikan tersebut sebisa mungkin dapat menolong dan membantu peserta
didik tersebut dalam perannya dalam masyarakat, dimana kelak ia akan hidup.
Dalam hubungan ini, dapat dipastikan bahwa pendidikan itu tidak hanya
menumbuhkan, melainkan mengembangkan ke arah tujuan akhir. Pendidikan juga
tidak hanya merupakan suatu proses yang sedang berlangsung, melainkan suatu
proses yang berlangsung ke arah sasarannya. Jadi pendidikan akan terus
berlangsung sampai dimana kehidupan akan berakhir. Seperti hadits Rasulullah
SAW yang mengatakan:
“Tuntutlah ilmu semenjak lahir sampai ke liang kubur”.
Bilamana definisi-definisi mengenai pendidikan yang telah di kemukakan di
atas dikaitkan dengan pengertian pendidikan Islam, maka akan kita ketahui bahwa
pendidikan Islam lebih menekankan pada keseimbangan dan keserasian
perkembangannya.
Pendidikan Islam menurut Prof.Dr. Oman Muhammad al-Toumy al-Syaebani,
diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam
sekitarnya melalui proses kependidikan. Perubahan ini di landasi dengan nilai-
nilai Islami.13
Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujuakan pada perbaikan sikap, mental
yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik dari keperluan diri sendiri
maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak bersifat teoritis saja,
tapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh.
Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan
pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah
lakupribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama,
maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.14
13 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 13.
14
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. 2, h. 28.
16
Telah jelas bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian dari usaha
membimbing. Mengarahkan dan menanamkan watak serta mengarahkan potensi
hidup yang berupa komponen-komponen dasar dan kemampuan belajar, sehingga
terjadilah perubahan yang signifikan di dalam kehidupan pribadinya. Sebagai
mahluk individual dan social serta dalam hubungannya dengan alam sekitar di
mana saja berada. Proses tersebut senantiasa berada di dalam nilai-nilai Islami,
yaitu nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syari’ah dan akhlak karimah.
2. Dasar Pendidika Islam
Diibaratkan bagai pondasi sebuah pohon dan pondasi dalam sebuah
bangunan. Jika pondasi dalam sebuah bangunan tersebut kuat, maka bangunan
tersebut akan selalu berdiri tegak diatasnya, begitu juga apabila akar sebuah
pohon itu subur dan kuat maka sebesar apapun pohon itu akan terus tumbuh dan
berkembang.
Apabila analogi tersebut dikaitkan dalam dunia pendidikan, maka dasar atau
yang dijadikan acuan merupakan sumber kekuatan yang dapat menjembatani
aktivitas yang dicita-citakan sehingga langkah pendidikan akan menjadi lebih
terarah dan tepat pada sasaran serta bertahan dalam waktu yang lama.
Islam merupakan agama yang Rahmatan Lil ’Alamin, segala sesuatu dalam
kehidupan ini telah diatur dengan baik dan jelas dalam sebuah pedoman Islam
yaitu Al-Qur’an. Pembahasan tentang pendidikan banyak dibahas didalamnya,
karena pendidikan merupakan masalah yang pokok dalam sebuah kehidupan.
Oleh karena itu, yang pertama yang dapat dijadikan landasan dasar dalam dunia
pendidikan adalah Al-Qur’an, yang telah jelas kualitas dan kekuatannya.
Selanjutnya yang dapat dijadikan landasan dasar ke dua dalam dunia pendidikan
adalah Sunnah atau Hadits Nabi Muhammad SAW yang umumnya sebagai
penjelas dari Al-Qur’an.
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT berupa wahyu yang di
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril untuk
dijadikan sebagai pedoman hidup manusia di dunia maupun di akhirat. Di
dalam al-Qur’an terkandung dua prinsip besar yaitu yang berhubungan
17
dengan masalah keimanan disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan
amal di sebut Syari’ah. Al-Qur’an juga telah mengatur segala aktifitas
manusia dalam kehidupannya baik sosial, politik, agama, budaya, hukum,
dan terutama masalah pendidikan. Berkaitan dengan masalah pendidikan,
ayat pertama yang turun yaitu menjelaskan tentang keimanan tetapi juga
tentang pendidikan, yaitu surat al-Alaq ayat 1-5:
”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”. (QS Al-Alaq: 1-5)
Dalam surat ini terdapat beberapa komponen pendidikan yang akan
menunjang tercapainya tujuan pendidikan:
1) Komponen guru yaitu Allah SWT sebagai sumber ilmu pengetahuan.
2) Komponen murid yaitu Rasulullah SAW sebagai sasaran ilmu
pengetahuan.
3) Komponen metode yaitu Iqra’ (bacalah) sebagai metode yang
digunakan Allah SWT untuk memberikan pemahaman kepada
Rasulullah SAW.
4) Komponen sarana dan prasarana yaitu Qalam (pena) sebagai alat yang
digunakan Rasul untuk baca dan tulis.
5) Komponen kurikulum Allamal insana ma lam ya’lam (mengajarkan
apa yang belum diketahui), kurikulum bukan hanya sejumlah mata
pelajaran akan tetapi juga sebagai sumber belajar yang ada
disekitarnya baik lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan
semua yang belum diketahui dan dibutuhkannya.
18
b. Hadits
Hadits atau sunnah merupakan perkataan, perbuatan ataupun
pengakuan Rasulullah yang patut dijadikan contoh, karena Rasulullah
merupakan manusia pilihan Allah dan beliau merupakan suri tauladan bagi
umat manusia. Perkataan adalah setiap kata yang di ucapkan Nabi
Muhammad SAW. Perbuatan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW, dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
sosialnya ataupun dalam ibadahnya. Pengakuan adalah kejadian atau
perbuatan orang lain yang di ketahui oleh Nabi Muhammad SAW, akan
tetapi beliau bembiarkannya tampa menegurnya.
Sunnah merupakan sarana kedua setelah Al-Qur’an. Sebagaimana al-
Qur’an, Sunnah juga berisikan tentang Aqidah dan Syari’ah. Sunnah berisi
petunjuk (pedoman) untuk kemaslahan hidup manusia dalam segala
aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim
yang bertakwa. Untuk itu Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama.
Beliau sendiri mendidik, pertama dengan menggunakan rumah Al-Aqram
ibn Abi Al-Aqram, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk
mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerah-
daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka
pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam.15
Karena sebab itulah sunnah dijadikan sember atau landasan kedua
dalam dalam membentuk pribadi muslim yang bertakwa. Sunnah berupaya
menjelaskan dengan lebih jelas dan terperinci perintah-perintah Allah
dalam firmanNya yaitu Al-Qur’an, seperti tata cara shalat, wudu dan lain
sebagainya. Hal ini untuk mempermudah umat muslim untuk menjalankan
ibadahnya kepada Allah SWT.
c. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan
seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari’ah Islam untuk mendapatkan
atau menentukan suatu hukum syari’at Islam dalam hal-hal yang ternyata
15 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 21.
19
belum di tegaskan hukumnya oleh al-Qurr’an dan al-Sunnah. Ijtihad dalam
hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek
pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada al-Qur’an dan al-Sunnah.
Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh
para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi al-Qu’an dan al-Sunnah
tersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukim
Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasulullah SAW
wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam
kehidupan, yang senantiasa berkembang.16
Begitu pula dalam dunia pendidikan, seiring berkembangnya zaman
yang semakin maju, terlihat pula kemajuan yang sangat signifikan baik
dalam materi isi, kurikulun dan sistemnya. Oleh karena itu diperlukan
ijtihad untuk memastikan kebenaran kurikulun dan sisten yang digunakan
dalam pendidikan sehingga tidak keluar dari jalur keislaman yang telah
diajarkan Rasulullah SAW.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Secara garis besar ruang lingkup pendidikan islam terdiri dari bidang akidah,
ibadah dan akhlak. Adapun bidang lainnya dapat memahami dan menunjang serta
mendukung ke tiga bidang pokok di atas sehingga dalam pelaksanaan pendidikan
tidak terdapat penyimpangan antara bidang yang satu dengan bidang yang lain
dalam penerapannya. Menurut Zuhairini ajaran pokok Islam melituti masalah
keimanan (akidah), keislaman (syari’ah), dan masalah akhlak, adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Akidah adalah bersifat I’tiqad batin yang mengajarkan keesaan Allah
SWT. Esa sabagai Tuhan yang mencipta dan mengatur seluruh alam raya
ini.
b. Syari’ah adalah hal-hal yang berhubungan dengan amal lahir dalam rangka
mentaati semua peraturan dan hukumnya guna mengatur hubungan antara
manusia dengan Tuhannya, manusian dengan sesama manusia dan
16 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 21.
20
manusia dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya serta mengatur hidup dan
kehidupan manusia di dunia.
c. Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi
kedua amalan di atas mengajarkan tentang bergaul manusia dalam
kehidupan.17
Adapun beberapa pendapat ulama tentang ruang lingkup pendidikan agama
Islam yang diberikan terhadap anak didik ialah:
a. Umar bin Khattab, seorang anak hendaknya diajarkan berenang, berkuda,
dan lain-lain. Semua ini diajarkan setelah anak mengetahui prinsip-prinsip
agama Islam, menghafal al-Qur’an dan mempelajari sunnah.
Umar dalam dalam hal ini lebih mengedepankan pendidikan yang
mengarah pada melatih kemandirian seorang anak agar dapat menjalankan
kehidupan dengan benar sesuai dengan aturan agama dan memiliki suatu
keahlian.
b. Ibnu Sina mengemukakan bahwa pendidikan anak sebaiknya dimulai
dengan mempelajari al-Qur’an kemudian di ajarkan syair-syair pendek
yang berisi tentang kesopanan setelah anak selesai menghafal al-Qur’an
dan mengerti tata bahasa Arab di samping di beri petunjuk dan bimbingan
agar mereka dapat mengamalkan ilmunya sesuai bakat kesediaannya.
Penggambaran pendidikan yang di kemukakan oleh Ibnu sina tersebut
merupakan motivasi yang terarah. Sebab suber hukum ajaran agama Islam
adalah al-Qur’an yang menggunakan bahasa Arab. Sehingga anak hasur di
ajarkan tata bahasa arab sehingga mampu memahami makna yang
terkandung dalam al-Qur’an.
c. Abu Thawan berpendapat, setelah anak tersebut hafal al-Qur’an hendaknya
anak tersebut di ajarkan menulis, berhitung dan berenang.18
Abu Thawan dalam pendapatnya lebih simpel dan terarah. Yang ia
kemukakan seakan menggabungkan antara pendapat Umar dan Ibnu Sina,
17 Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), Cet
VIII, h. 11.
18
Armai Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam Dasar dan Menengah, (Jakarta: Ciputat
Press, 2000), Cet. 1, h. 19.
21
yaitu seorang anak harus memiliki keahlian tertentu dalam hidup.
Disamping itu seorang anak harus mulai belajar menulis dan mempelajari
al-Qur’an yang merupakan sumber hukum utama agama Islam.
4. Tujuan Pendidikan Islam
Karena pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berdasarkan al-Quran
dan Sunnah, maka pendidikan Islam serata dengan pengembangan nalar dan
penataan prilaku serta emosi manusia dengan landasan dinul Islam. Dengan
demikian, tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada
Allah SWT dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara
social.
Menurut Hasan Langgulung, berbicara tentang tujuan pendidikan tidak dapat
tidak mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup. Sebab pendidikan bertujuan
untuk memelihara kehidupan manusia. Tujuan hidup ini menurutnya tercermin
dalam ayat 162 surat al-An’am yang berbunyi:
”Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS al-An’am: 162)19
Dari ayat di atas di jelaskan bahwa hidup kita didunia tidak lain dan tidak
bukan hanya untuk beribadah kepada Allah sang pencipta. Dan ingatlah satu saat
nanti kita akan mati. Jadi dapat di katakan bahwa tujuan hidup dan tujuan
pendidikan islam adalah tujuan akhid dari hidup yaitu mencari ridho Allah dengan
menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Mengenai hal ini dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa kapatuhan terhadap
allah itu adalah yang utama. Karena ada ganjaran disetiap keingkaran yang kita
lakukan, bila dalam hidup kita terdapat penyimpangan dan tidak taat pada Allah.
Dalam ayat al-Qur’an yaitu surat al-Naml ayat 40 yang mengatakan:
19 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1968), Cet. 1, h. 33.
22
”Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman
melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk
kurnia Tuhanku untuk mencoba Aku apakah Aku bersyukur atau mengingkari
(akan nikmat-Nya). dan barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, Maka
Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".( al-Naml: 40)
Selanjutnya ia mengatakan bahwa akan menjadi orang yang
memperhambakan segenap rohani dan jasmaninya kepada Allah SWT untuk
menenangkan dirinya dengan arti yang seluas-luasnya yang dapat di capai oleh
manusia, itulah tujuan hidup manusia di atas dunia. Dan itulah tujuan didikan
yang harus kita berikan kepada anak-anak kita kaum muslimin.
Salah satu tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan manusia yang
baik, yaitu manusia yang beribadah dan tunduk patuh kepada Allah SWT serta
mensucikan dirinya dari dosa dan kesalahan. Menjaga dirinya dan akhlaknya
dalam kehidupan sehari-hari, agar tercermin prilaku yang baik dalam masyarakat
dan terhindar dari dosa dan fitnah. Dengan melakukan hal-hal tersebut
menggambarkan tunduk dan patuhnya terhadap Allah SWT, menjalankan segala
perintahnya dan menjauhkan dari segala larangannya.
Menurut Zakiah Drajat ada beberapa tujuan pendidikan Islam, yaitu:
1) Tujuan umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan di capai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu
meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku,
kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat
umur, kecerdasan, situasi daan kondisi dengan kerangka yang sama.
Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi
23
seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu
yang rendah sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.20
2) Tujuan Akhir
Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya
terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Karena itulah
pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan,
memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan
pendidikan yang telah dicapai.21
3) Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi
sejumlah pengalaman tertenta yang direncanakan dalam suatu kurikulum
pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional
yang di kembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan khusus (TIU
dan TIK), dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak
berbeda.22
4) Tujuan Operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan di capai dengan
sejumlah pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan
bahan-bahan yang sudah di persiapkan dan diperkirakan akan mencapai
tujuan tertentu disebut tujuan operasional.23
Dalam tujuan ini peserta didik
atau anak didik lebih dituntut untuk memiliki suatu kemampuan dan
keterampilan tertentu, sehingga mampu mengenal dirinya dan
kemampuannya sendiri.
20 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 30.
21
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 31.
22
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 31-32.
23
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 32.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Yayasan Mi’rajush Shibyan Nahdlatul Wathan
Jakarta, yang berada di Jalan Raya Penggilingan Kampung Pisangan I Rt 01 Rw
03 Penggilingan Cakung Jakarta Timur. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian
ini adalah 3 bulan, yaitu dari 20 Mei 2011 sampai dengan 30 Juli 2011.
B. Latar Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan. Pertama, Mewawancarai
Murid-Murid Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang
berada di lembaga pendidikan terdebut. Kedua, Mencari dan mempelajari data-
data, dokumen, surat menyurat dan foto-foto yang berkaitan dengan penelitian
tersebut. Ketiga, Melihat dan memantau lokasi secara langsung dan menyesuaikan
hasil wawancara, dokumentasi dan pengamatan secara langsung.
C. Metode Penelitian
Sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian, maka penelitian ini akan
menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk keperluan perumusan landasan teori,
penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca, menganalisa buku-
buku yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
25
Oleh karena itu, Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode
deskriptif analisis. Adapun jenis penelitian untuk memperoleh data-data lapangan
peneliti menggunakan metode Penelitian lapangan (field research) dalam bentuk
metode survei.
D. Fokus Penelitian
Penelitian ini berbicara mengenai peranan seorang Ulama’ dalam pendidikan
khususnya pendidikan yang bernuansa Islami. Pendidikan Islami yang di maksud
dalam penelitian ini adalah pendidikan Islam yang ada di Nahdlatul Wathan
Jakarta. Dalam penelitian ini akan berbicara mengenai sejauh mana Ulama’
tersebut berperan dalam pengembangan pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta.
Pendidikan akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam
menjalani kehidupan, terlebih Pendidikan Islam yang berorientasi pada
pencapaian akhlakul karimah. Pendidikan yang Islami juga dapat memperbaiki
nasib dan peradaban umat manusia dimasa yang akan datang.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa maju mundurnya atau baik buruknya
peradaban suatu ummat, suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana
pendidikan yang dijalani oleh ummat dan bangsa tersebut.
E. Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini di rangkum secara secara umum dalam beberapa aspek
pertanyaan diantaranya:
1. Menerapkan nasihat-nasihat Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid
2. Metode pembelajaran Nahdlatul Wathan Jakarta
3. Ciri khas Nahdlatul Wathan Jakarta
4. Kondisi santri atau pelajar di Nahdlatul Wathan Jakarta
5. Tantangan yang di hadapi dalam pengembangan pendidikan Islam
6. Dasar berdirinya Nahdlatul Wathan Jakarta
7. Model dan jenis lembaga pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta
26
8. Perkembangan pendidikan Islam
9. Gagasan-gagasan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid
10. Kontribusi nyata Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid di Nahdlatul Wathan Jakarta
F. Prosedur Pengumpulan Data dan Perekaman Data
Dalam hal ini, peneliti menggunakan tiga macam teknik pengumpulan data
karena dianggap tepat dalam mengungkapkan dan menguraikan data yang peneliti
perlukan. Adapun ketiga teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Wawancara: suatu metode dengan cara tanya jawab dengan seseorang
yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai
suatu hal.1 Pengumpulan data dengan teknik ini dimaksudkan untuk
memperoleh data yang akurat mengenai peranan Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan perkembangan pendidikan di
Nahdlatul Wathan Jakarta. Adapun responden yang akan diwawancarai
yaitu pengurus yayasan, dewan asatidz, kepala lembaga dan tokoh
masyarakat.
2. Studi dokumentasi: mencari referensi-referensi berupa dokumen yang
membahas judul terkait. Penulis mempelajari data yang telah
didokumentasikan tersebut dalam penelitian diatas. Pengumpulan data
dengan teknik ini dimaksudkan untuk menjelaskan teori-teori atau
konsep-konsep yang berkaitan dengan peranan Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan perkembangan pendidikan
pada saat itu.
3. Observasi: mengamati langsung mengenai peranan yang diberikan
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid di Nahhdlatul Wathan
Jakarta dalam perkembangan pendidikan Islam baik secara langsung
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Indonesia, h. 1270.
27
ataupun tidak langsung. Kemudian dilakukan pencatatan dan
pendokumentasian dengan teliti.
G. Analisa Data
Dalam menganalisa data-data yang didapat, peneliti menggunakan beberapa
teknik analisa di antaranya data wawancara dan dokumentasi dengan proses
sebagai berikut :
a. Klasifikasi: merupakan suatu proses pengelompokan data berdasarkan
penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah
atau standar yang ditetapkan.2 Proses ini bertujuan untuk membandingkan
persamaan dan perbedaan pendapat yang terkait dengan pembahasan.
b. Kategorisasi: merupakan suatu proses penyusunan data berdasarkan
kategori, penggolongan, proses dari hasil pengelompokan unsur bahasa
dan bagian pengalaman manusia yang digambarkan ke dalam kategori,
cara untuk mengungkapkan makna dengan pelpagai potensi yang ada
dalam bahasa.3
c. Interpretasi: merupakan suatu proses penyusunan data melalui cara
pemberian pesan, kesan, pendapat atau pandangan teoritis terhadap sesuatu
atau tafsiran.4 Proses ini bertujuan untuk mengetahui berbagai pendapat
atau pandangan mengenai Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid dalam mengembangkan pendidikan Islam.
Dalam hal ini penulis menganalisis data menggunakan metode deskriptif
analisis yang tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau tulisan
secara sistematis factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki untuk kemudian dikaji lebih mendalam
dan lebih luas.
Hali ini penting untuk mengetahui apakah jawaban yang dicatat logis dan
sesuai antara satu dan yang lain. Hal ini juga di pandang perlu sebagai relevansi
2 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa..., h. 574
3 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa..., h. 516.
4 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa..., h. 439.
28
jawaban, contohnya apabila peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
berupa wawancara, langkah ini untuk mengetahui apakah pewawancara sudah
menyusun pertanyaan yang sesuai dengan data yang ingin diperoleh.
Keseragaman kesatuan data yang merupakan jawaban responden harus
menggunakan satuan ukuran yang seragam, jika tidak maka akan terjadi kesalahan
dalam pengolahan data.
H. Pemeriksaan Pengecekan Keabsahan Data
Dalam suatu penelitian, kegiatan mengumpulkan data dan kemudian
mengolahnya bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebab apabila memperoleh data
yang salah atau yang tidak sesuai, maka hasil pengolahannya pun akan salah atau
tidak sesuai juga. Demikian pula halnya apabila memperoleh data yang tidak
memenuhi persyaratan keabsahan (trustworthiness), maka akibatnya terjadi
pengulangan pengumpulan data.
Pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data yang telah dikumpulkan. Apabila peneliti sudah memperoleh data, maka
peneliti memeriksakan kebenaran data yang telah diperolehnya itu kepada pihak-
pihak lain yang dapat dipercaya. Oleh karena itu keabsahan data perlu diperiksa,
di antaranya:
1. Triangulasi hasil wawancara ketua Yayasan dengan melakukan
perbandingan, pengecekan kebenaran dan kesesuaian hasil wawancara
tersebut dengan mewawancarai asatis mengenai hasil wawancara tersebut.
2. Triangulasi hasil wawancara asatiz dengan melakukan perbandingan,
pengecekan kebenaran dan kesesuaian hasil wawancara tersebut dengan
mewawancarai kepala lembaga mengenai hasil wawancara tersebut.
3. Triangulasi hasil wawancara Kepala Lembaga dengan melakukan
perbandingan, pengecekan kebenaran dan kesesuaian hasil wawancara
tersebut dengan mengkaji dokumen, data dan foto-foto yang di peroleh
mengenai hasil wawancara tersebut.
29
4. Triangulasi hasil dokumentasi dengan melakukan perbandingan,
pengecekan kebenaran dan kesesuaian hasil data tersebut dengan
pengamatan langsung mengenai hasil data tersebut.
30
BAB IV
SEJARAH NAHDLATUL WATHAN JAKARTA
A. Profil Nahddlatul Wathan Jakarta
1. Latar belakang keberadaan
Berawal dari ketertarikan para santri Ma‟had Darul Qur‟an Wal Hadits
Madjidiyah al-Syafi‟iyah Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur Nusa
Tenggara Barat tentang pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Arab
Saudi. Para santri tersebut kemudian bermusyawarah dengan orang tua dan
keluarga mereka mengenai restu, biaya dan persiapan-persiapan lainnya.
Tampa mempertimbangkan segala resiko yang akan dialami, mereka
berusaha mengumpulkan dana dari berbagai sumber. Ada yang menjual
tanah milik keluarga, menjual tanah warisan, menggadaikan kebun dan
sawah, serta masih banyak lagi usaha-usaha yang mereka lakukan untuk
mengumpulkan dana.
Setelah dana terkumpul hari yang ditunggu-tunggupun tiba, dengan
diiringi dan di lepas oleh orang tua dan keluarga mereka, 23 santri yang
memenuhi kualifikasi tersebut kemudian berangkat dari Bandar udara
Selaparang. Duapuluh menit kemudian ternyata pesawat Garuda F 27,
mendarat di bandara Ngurah Rai Bali. Disinilah mereka mulai merasakan
ada yang tidak beres. Rupanya bukan langsung terbang ke Arab Saudi,
31
ternyata hanya sampai di Ngurah Rai Bali. Semalam di Bali kemudian
berangkat dengan bus malam keesokan harinya tanpa tujuan yang pasti.
Dua hari di perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah terminal bus
Pulo Gadung. Mereka terheran-heran dan bertanya-tanya, “mengapa kita di
turunkan disini?”. Selanjutnya merekan di giring menuju tempat
penampungan, rombongan yang sudah mulai lelah dalam perjalanan
diberitahukan bahwa sekarang mereka berada di Jakarta.
Di rumah penampungan itu mereka menunggu, sampai akhirnya pada
minggu ketiga awal tahun 1980, kondisi persediaan keuangan mulai
menipis. Tetapi belum ada kepastian keberangkatan ke Tanah Suci. Sambil
menunggu ke 23 rombongan tersebut di anjurkan untuk mengikuti
berbagai pendidikan nonformal, seperti kursus stir mobil, bahasa inggris,
mengetik dan lain sebagainya. Dana kursusnya di tanggung oleh mereka
masing-masing.
Minggu berikutnya mereka mengalami permasalahan yang sangat berat,
biaya hidup telah habis ketika mereka diusir dari penampungan. Mereka
baru sadar bahwa penampungan yang dimaksudkan tadi adalah sebuah
kontrakan. Merekapun kemudian meminta pertanggung jawaban kepada
penanggung jawab. Akhirnya mereka dipindahkan ke Simpang Tiga di
Penggilingan untuk menempati kontrakan yang baru.
Kondisi kontrakan tersebut sangat memprikatinkan bahkan lebih kumuh
dari sebelumnya, suasana ini membuat mereka tidak betah. Dengan
kondisi seperti ini merekapun akhirnya lebih banyak menghabiskan
waktunya di mushalla untuk beribadah dan mengaji. Melihat kegiatan-
kegiatan yang mereka lakukan di mushalla menimbulkan ketertarikan
pemimpin mushalla. Merekapun kemudian diajak untuk bersama-sama
mengajar mengaji. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya
perwakilan Nahdlatul Wathan di Jakarta.
Allah telah menentukan, apapun yang mengawalinya, baik itu kepiluan
maupun suatu yang memalukan, tetapi nyata sudah hikmah yang tak
32
terkira sehingga Nahdlatul Wathan Jakarta sedikit demi sedikit menjadi
besar dan berkembang.
Perwakilan Nahdlatul Wathan di Jakarta tersebut kemudian
berkembang menjadi sebuah yayasan yang bernama Yayasan Mi`rajush
Shibyan Nahdlatul Wathan Jakarta. Secara embrio yayasan ini berdiri pada
tahun 1980, dengan perjalanan panjang dan kisah yang mengharukan,
adapun pesantren atau lembaga yang bernaung di bawah organisasi
Nahdlatul Wathan dan juga didirikan oleh pendiri Nahdlatul Wathan.
Diawali dengan mengajar mengaji Al-Qur`an dari rumah ke rumah,
dengan sasaran anak-anak dan ibu-ibu yang ingin belajar mengaji, kegiatan
ini kemudian berkembang menjadi sebuah Majlis Ta`lim, dengan peserta
yang cukup banyak. Melihat perkembangan yang demikian
mengembirakan, muncul inisiatif menghimpun dana untuk membeli
sepetak tanah yang luasnya kurang lebih 257 M2.
Disinilah titik awal penamaan Nahdlatul Wathan itu di mulai, dan
kegiatan-kegiatannya mulai terorganisir. Perkembangan ini didukung oleh
beberapa factor, antara lain:
a. Kedatangan pelajar-pelajar dari pulau Lombok yang hendak
melanjutkan Study di Jakarta. Mereka turut berpartisifasi mendukung
kegiatan-kegiatan yang di selenggarakan.
b. Dukungan masyarakat yang semakin nyata, khususnya membantu
secara financial dengan menyerahkan putra-putrinya belajar mengaji.
2. Landasan hukum
Dalam perkembangan selanjutnya, muncul gagasan untuk
memformalisasikan kegiatan menjadi sebuah lembaga pembinaan
keberagamaan yang resmi. Pengurus Besar Nahdlatul Wathan kemudian
memberikan surat keputusan pendirian Majlis Ta`lim, yakni dengan surat
keputusan pengurus Besar Nahdlatul Wathan dengan nomor
09/kpt/PBNW/1987 tanggal 4 juni 1987 bertepatan dengan tanggal 6
syawal 1407 H tentang pengesahan pembentukan Majlis Ta`lim Nahdlatul
Wathan Pisangan I RW. 03 penggilingan Cakung Jakarta Timur.
33
Beselang hampir 2 tahun dari keluarnya SK Tentang Majlis Ta`lim
diatas, para pendirinya berhasil memperluas areal pesantren dan
bermaksud untuk mendirikan Taman Pendidikan Al-Qur`an dan Taman
Kanak-Kanak. Melihat perkembangan ini kemudian pengurus Besar
Nahdlatul Wathan mengeluarkan Surat Keputusan dengan nomor
15/kpt/PBNW/1988 tanggal 1 Desember 1988 bertepatan dengan 21
Jumadil Awal 1409 H tentang pembentukan pengurus perwakilan
Nahdlatul Wathan DKI Jakarta yang memberikan legalitas pormalnya
sebagai perwakilan Nahdlatul Wathan Jakarta. Berbekal SK terebut,
pengurus Perwakilan Nahdlatul Wathan Jakarta secara aktif membangun
hubungan dengan pendiri Organisasi Nahdlatul Wathan. Hasilnya, setiap
tahunnya Beliau memberikan bantuan untuk pembebasan tanah yang saat
ini dijadikan sebagai Pondok Pesantren. Dilain pihak para pengurus
berusaha untuk mengembangkan lembaga yang sudah ada dan mendirikan
lemabag-lembaga baru, seperti Panti Asuhan Nahdlatul Wathan pada tahun
1989, Taman Kanak-kanak pada tahun 1990, Sekolah Dasar Islam pada
tahun 1992, SMP pada tahun 1998 dan SMA pada tahun 2002 serta
lembaga lainnya.
Namun pengelolaan lembaga-lembaga tersebut peraturan-peraturan
perundang-undangan yang berlaku di wilayah pemerintahan Provinsi DKI
Jakarta tidak dimungkinkan, maka pengurus kemudian mendirikan sebuah
Yayasan bernama Yayasan Mi`rajush Shibyan Nahdlatul Wathan sebagai
pengelola pondok Pesantren Nahdlatul Wathan. Yayasan ini tercatat secara
resmi para notaries Adam Kasdarmadji, SH dengan nomor 58 pada tanggal
7 April 1997. mengingat peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
dari Departemen Hukum dan HAM maka akta pendirian Yayasan
Mi`rajush Shibyan telah di rubah melaui notaris YULINA SIANIPAR,
SH, MKn dengan nomor 1 tanggal 5 Juni 2007.
Saat ini Yayasan Mi`rajush Shibyan Nahdlatul Wathan terdaftar
sebagai Badan Hukum, antara lain di:
34
a. Suku Dinas Bina Menta Spiritual dan kesos kota administratif Jakarta
Timur dengan nomor 31.75.06.1003.790
b. Depatemen Hukum dan HAM Republik Indonesia
3. Visi dan Misi
Sebagai sebuah lembaga profesional tentunya dalam menjalankan
aktifitasnya mempunyai sebuah Visi Dan Misi sebagai acuan dalam
mencapai tujuan yang diinginkan.
Adapun Visi Yayasan Mi`rajush Shibyan Nahdlatul Wathan adalah “Li
I`laai Kalimatillahi `Izzil Islam Wal Muslimin” menjunjung tinggi kalimat
Allah dan mengangkat harkat martabat Islam dan kaum Muslimin.
Sedangkan misinya:
a. Menanamkan nilai-nilai moral kepada siswa dan masyarakat
sekitarnya
b. Mengembangkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama`ah ala
mazhabil Imamisyi Syafi`i ra.
c. Mengentaskan kemiskinan dan kebodohan.
4. Maksud dan Tujuan
Maksud didirikannya Yayasan Mi`rajush Shibyan Nahdlatul Wathan
Jakarta;
a. Membantu masyarakat dalam bidang pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan, sosial, dan dakwah yang memadai
b. Sebagai mitra pemerintah dalam menunjang kegiatan pendidikan ,
sosial dan dakwah
c. Memajukan dan mengembangkan Nahdlatul Wathan melalui jalur
pendidikan formal dan non forma.
Tujuan:
a. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan, sosial dan dakwah yang
dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
b. berkembangnya Nahdlatul Wathan di Ibu Kota
35
5. Struktur Organisasi
Badan Pembina:
- Pengawas
Ketua : Drs. H. M. Sukiman Azmi
Anggota : Sdr. Ahmad Syauqi Fiellah, SE
- Pembina
Ketua : H. Husni Abdul Hamid
Anggota : Nyonya Siti Sodah, S.Ag
- Pengurus
Ketua : H. M. Suhaidi, SAg
Sekretaris : Drs. H Syahabuddin
Bendahara : Drs. Ma`shum Ahmad
Adapun lembaga-lembaga yang dikelola oleh Yayasan Mi`rajush
Shibyan Nadlatul Wathan Jakarta adalah sebagai berikut :
Lembaga Formal Lembaga Non Formal Usaha Kecil
1. Taman Kanak-
kanak
2. Madrasah Diniyah
Islamiyah
3. Sekolah Dasar
Islam
4. Sekolah Menengah
Pertama
5. Sekolah Menengah
Atas
1. Panti Asuhan
2. Majlis Ta`lim
3. Ponpes Putra
1. Usaha
Ekonomi
Produktif
2. Pertanian
3. Toko Al-Abror
Dari table di atas terlihat perkembangan lembaga pendidikan yang
bernaung di Nahdlatul Wathan Jakarta, terbukti dari berdirinya beberapa
lembaga formal seperti TK, MDI, SD, SMP dan SMA. Lembaga non
formal juga di kembangkan di dalamnya seperti Panti Asuhan, Pondok
Pesantren Putra, dan Majlis Ta‟lim, ternyata perkembangan bukan hanya
pada bidang pendidikan saja namun dalam bidang sosial ekonomi juga
36
terlihat ada kemajuan, termasuk didalamnya, usaha ekonomi produktif dan
took al-abror serta pertanian.
Daftar Nama-Nama Lembaga dan Bentuk Kerjasama Kelembagaan
a. Departemen Sosial
b. Bantua dan Pembinaan Panti Asuhan
c. Defartemen Pendidikan Nasional
Bantuan dan Pembinaan Teknis Pengembangan Pendidikan Formal
d. Departemen Agama
Bantuan dan Pembinaan Tekni Pengembangan Pondok Peasntren
e. Yayasan Dharmais
Bantuan Operasional panti Asuhan
f. PT. Telkom
Bantuan Pelatihan Computer Bagi anak Asuh Panti Asuhan
g. PT. Nawilis
Bantuan Pembelajaran Otomotif bagi siswa SMA Nahdlatul Wathan
Jakarta
h. PT. Perdana Jaya
Bantuan Pembelajaran Ototmotif Bagi Siwa SMA Nahdlatul Wathan
Jakarta
i. Badan Narkotik Provinsi DKI Jakarta
Bantuan Penyuluhan Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika Bagi
Siswa SMP dan SMA Nahdlatul Wathan Jakarta
j. Puskesmas Kecamatan Cakung
Bantuan Pemeriksaan kesehatan bagi Siswa Tanam Kanak-Kanak dan
Sekolah Dasar Islam Nahdlatul Wathan Jakarta
k. Mercy Corporatin
Donasi Rutin berupa Beras, Tepung dan minyak sayur untuk Panti
Asuhan
l. Forum komunikasi Ulama dan Umara kecamatan Cakung
Kegiatan shalat subuh berjama`ah antara Ulama &Umara Sekecamatan
Cakung, Jakarta Timur
37
m. Perguruan Tinggi-Perguruan tinggi
Objek Penelitian untuk Penyelesaian Tugas Akhir (Skripsi dan
Disertasi)
1) Institut Pertanian Borobudur
2) Akademi Gizi Muhammad Huni Thamrin
3) Fakultas Sastra Arab Universitas Indonesia
4) Universitas Negeri Jakarta
5) Bina Sarana Informatika Jakarta
6) Universitas Islam Negri Jakarta
Nahdlatul Wathan juga menjelajah bidang sosial kemasyarakatan
dengan menjalin hubungan baik dengan beberapa perusahaan dan lembaga
pemerintahan serta beberapa perguruan tinggi terkemuka di Indonesia.
Semua itu dilakukan untuk menunjang kelangsungan pendidikan yang
berada di Nahdlatul Wathan, dengan tujuan agar para siswa dan siswi yang
bersekolah di Nahdlatul Wathan dapat diterima di perusahaan dan dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
B. Mengenal Pendiri Nahdlatul Wathan Tuan Guru Kyai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
1. Latar belakang keluarga
Tuan Guru Kyai Haji (TGKH) Muhammad Zainuddi Abdul Madjid
dilahirkan di Kampung Bermi Pancor Lombok Timur pada tanggal 17
Rabi‟ul Awal 1315 H, nama kecil beliau adalah Muhammad Syaggaf dan
berganti nama menjadi Haji Muhammad Zainuddin setelah menunaikan
setelah menunaikan ibadah haji. Yang mengganti nama beliau adalah ayah
beliau sendiri, yaitu Tuan Guru Haji Abdul Madjid. Nama itu diambil dari
nama seorang ulama‟ besar, guru di Masjidil Haram, yang akhlak dan
38
kepribadiannya sangat menarik hati sang ayah, yaitu Syeikh Muhammad
Zainuddin Serawak.1
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah anak bungsu yang
lahir dari perkawinan antara Tuan Guru Haji Abdul Madjid dengan
seorang wanita shalihah yang berasal dari desa Kelayu Lombok Timur,
yang bernama Inaq Syam dan lebih dikenal dengan nama Hajjah
Halimatus Sya‟diyah. Beliau memiliki saudara kandung sebanyak lima
orang, diantaranya yaitu: Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Saudah, Haji
Muhammad Shabur dan Hajjah Masyithah.
Sejak kecil beliau terkenal sangat jujur dan cerdas. Kerena itu, tidak
mengherankan kalau ayah bundanya memberikan perhatian khusus dan
meumpahkan kecintaan serta kasih sayang demikian besar kepada beliau.
Ketiaka beliau melawat ke tanah suci Makkah Al Mukarramah untuk
melanjutkan studi, ayah bundanya ikut mengantar ke tannah suci.
Ayahandanyalah yang mencarikan beliau guru, tempat beliau pertama kali
belajar di Masjidil Haram, bahkan ibundanya, Hajjah Halimatus Sya‟diyah
ikut mukim di tanah suci mengasuh dan mendampingi beliau sampai
ibundanya yang tercinta itu berpulang ke rahmatullah tiga setengah tahun
kemudian dan dimakamkan di Mu‟alla Makkah.2
Silsilah keturunan beliau yang lengkap tidak dapat dikemukakan secara
utuh dikarenakan dokumen dan catatan silsilah keturunan beliau ikut
terbakar ketika rumah orang tua beliau mengalami kebakaran. Namun
yang jelas beliau terlahir dari keturunan keluarga yang terpandang dan
garis keturunan terpandang pula yaitu keturunan Selaparang. Selaparang
adalah nama Kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Pulau Lombok.
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selama hayatnya telah
menikah sebanyak tujuh kali. Dari ketujuh perembuan yang pernah
1Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Nadzam Batu Ngompal Terjemah Tuhfatul Atfal,
(Jakarta: Nahdlatul Wathan Jakarta, 1996), h. 9.
2 Mohammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan Religius Refleksi Pemikiran dan Perjuangan
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997, (Jakarta: PT. Logos
Wacana Ilmu Bekerjasama dengan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, 2004), h. 9-10.
39
dinikahinya itu, ada yang mendapinginya sampai wafat, ada yang wafat
terlebih dahulu semasih ia hidup dan ada yang diceraikannya setelah
beberapa bulan menikah. Disamping itu, ketujuh perempuan yang telah
dinikahinya itu, berasal dari berbagai pelosok daerah di Lombok, dan dari
berbagai latar belakang. Ada yang berasal dari keluarga biasa, ada pula
yang berlatar belakang bangsawan, seperti istrinya yang bernama Hajjah
Baiq3 Siti Zahriyah Makhtar, berasal dari desa Tanjung, Kecamatan
Selong.
Adapun nama-nama perempuan yang pernah dinikahi oleh TGKH
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, adalah: Satu, Chasanah; Dua,
Hajjah Siti Fatmah; Tiga, Hajjah Raihan; Empat, Hajjah Siti Jauhariyah;
Lima, Hajjah Siti Rahmatullah; Enam, Hajjah Baiq Siti Zuhriyah Mukhtar;
Tujuh, Hajjah Adniyah.4
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Sulit sekali memperoleh
keturunan, sehingga beliau pernah dianggap mandul padahal beliau sendiri
sangat mengiginkan keturunan yang akan melanjutkan perjuangan beliau
untuk mengembangkan dan menegakkan ajaran-ajaran Islam. Dan pada
akhirnya beliau dianugrahkan dua orang anak dari istri yang berbeda yaitu:
a. Hajjah Siti Rauhun daru Ummi Jauhariyah
b. Hajjah Siti Raihanun dari Ummi Rahmatullah
Karena dengan hanya memiliki dua orang anak tersebut beliau kerap
dipanggil dengan sebutan Abu Rauhun wa Raihanun.
2. Pendidikan
Perjalanan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam
menuntut ilmu pengetahuan diawali dengan pendidikan yang di lakukan di
dalam lingkungan keluarga, yakni dengan belajar mengaj yaitu membaca
Al-Qur‟an dan berbagai ilmu agama lainnya, yang diajarkan langsung oleh
3Baiq adalah gelar kebangsawanan bagi perempuan yang secara stratifikasi social
masyarakat Lombok berada satu tingkat di atas masyarakat umum, dan dua tingkat di bawah strata
tertinggi, yakni Datu Bini dan Denda. Biasanya gelar Baiq ditujukan kepada mereka yang belum
menikah. Setelah menikah gelar tersebut berubah menjadi Mamiq Bini.
4 Muhammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan …, h. 125.
40
ayahnya, Tuan Guru Haji Abdul Madjid. Pendidikan yang diberikan oleh
ayahnya tersebut dimulai semenjak beliau berusia 5 tahun dan kemudian
memasuki pendidikan formal semenjak berusia 9 tahun. Sekolah formal
yang beliau mesuki adalah sekolah umu yang pada saat itu disebut dengan
Sekolah Rakyat Negara (Sekolah Gubernemen) di Selong Lombok Timur.
Di sekolah tersebut beliau belajar selama 4 tahun hingga tahun 1919 M.
Setelah menamatkan pendidikan formalnya pada Sekolah Rakyat
Negara pada tahun 1919 M, ia kemudian diserahkan oleh ayahnya untuk
belajar ilmu pengetahuan agama yang lelbih luas lagi pada beberapa kyai
local saat itu, antara lain Tuan Guru Haji Syarafuddin dan Tuan Guru Haji
Muhammad Sa‟id dari Pancor serta Tuan Guru Haji Abdullah bin Amaq
Dulaji dari Kelayu Lombok Timur. Dari beberapa kyai local ini, Tuan
Guru Haji Muhammad Zainuddin selain mempelajari ilmu-ilmu agama
dengan menggunakan kitab-kitab Arab Melayu, juga secara khusus
mempelajari ilmu-ilmu gramatika bahasa Arab, seperti ilmu Nahwu dan
Syarf.5
Pola pengajaran yang dilakukan oleh kyai-kyai lokal ini masih bersifat
klasik. Yaitu masih menggunakan system halaqoh, yang dalam
pembelajarannya murid-murid duduk bersila dan sang guru memberi
pengajaran dengan membacakan kitab yang dipelajari kemudian para
murid masing-masing mebacanya saling bergantian satu persatu..
Pada saat ini system pengajaran seperti ini sering digunakan pada
pondok pesantren yang berbasis salafi. Berhubung pada saat itu sangat
janrang ditemukan system pengajaran yang bersifat klasikal atau
menggunakan kelas-kelas sehingga para murid duduk di atas bangku dan
sang guru mengajarkan menggunakan papan tulis sebagai media
pengajaran. Apalagi pada saat itu berbeda dengan zaman yang dialami saat
ini, yaitu pada saat itu apabila seorang murid ingin mempelajari suatu ilmu
apalagi ilmu agama mesti ke rumah sang guru untuk meminta kepada guru
tersebut untuk mengajarinya tentang ilmu pengetahuan yang ia miliki.
5 Muhammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan …, h. 134.
41
Namun pada saat ini sangatlah berbeda apabila seorang murid ingin
menuntut ilmu, meka hanya tinggal meminta pada orang tuannya untuk
memasukkannya pada pondok pesantren dan kemudian mendalami tentang
ilmu agama dan berbagai macamnya didalamnya.
Selanjutnya Muhammad Noor dan kawan-kawan dalam buku Visi
Kebangsaan Relijius lebih jauh mengungkapkan bahwa Bagi Tuan Guru
Haji Syarafuddin, Muhammad Saggaf merupakan murid yang istimewa.
Keistimewaan tersebut mendorong gurunya untuk membebaskannya dari
membanntu gurunya bekerja di sawah. Pada saat itu murid-murid yang
mengaji di rumah seorang tuan guru tidak dipungut bayaran. Sebagai
gantinya, mereka dihariskan berkerja disawah tuan guru tersebut. Berbeda
dengan Muhammad Saggaf, karena keinginan kuat ayahnya agar ia
menjadi murid yang pandai, ayahnya sanggup dengan membayar dengan
200 ikat padi setahun (sekitar 2 ton padi/gabah), sebagai ganti kewajiban
bekerja disawah. Maksud ayahnya dengan kesediaan ini adalah agar
anaknya tidak terganggu aktivitas belajarnya, sehingga ia berkonsentrasi
pada pelajarannya.
Menjelang musim haji pada saat itu sekitar tahun 1923 M, Muhammad
Saggaf yang pada saat itu tengah berusia 15 tahun, berangkat ke Tanah
Suci Makkah untuk melanjutkan studinya, memperdalam berbagai macam
disiplin ilmu pengetahuan Islam dengan di antar langsung oleh kedua
orang tuanya bersama tiga orang adiknya, yaitu: H. Muhammad Fishal, H.
Ahmad Rifa‟i, dan seorang kemenakannya. Bahkan pada saat itu salah
seorang gurunya ikut serta dalam rombangan itu, yaitu Tuan Guru Haji
Syarafuddin dan beberapa anggota keluarga dekat lainnya. Beliau belajar
di Tanah Suci Makkah selama 12 tahu.
Di kota suci Makkah Al-Mukarramah beliau mula-mula belajar di
masjidil Haram, ayahnya pun sangat selektif dalam mencarikan dan
menentukan seorang guru yang akan mengajar dan mendidik putra
kesayangannya itu. Ayahandanya meyakini bahwa seorang guru adalah
sumber ilmu dan kebenaran serta menjadi contoh dan panutan bagi
42
muridnya dalam segala aspek kehidupan baik dalam pola berfikir dan
berperilaku, sehingga ilmu dan didikan yang diperoleh sang murid berguna
dan bermanfaat bagi kehidupan baik di dunia dan di akhirat.
Berhari-hari bahkan berbulan-bulan ayahnya sibuk mencarikannya
seorang guru yang tepat dan cocok untuk mengajari dan mendidik
anaknya. Kemudian bertemulah ayahnya dengan seorang syeikh yang
belakangan dikenal dengan Syeikh Marzuki. Dari cara dan metode yang
digunakan dalam mengajat Tuan Guru Haji Abdul Madjid merasa cocok
jika syeikh tersebut menjadi guru bagi anaknya.
Syaikh Marzuki adalah seorang keturunan Arab kelahiran palembang.
Ia sudah lama tinggal di Makkah dan mengajar mengaji di Masjidil Haram.
Ia fasih berbahasa Indonesia dan Arab. Kebanyakan muridnya berasal dari
Indonesia. Ada yang berasal dari Palembang, Jawa Barat, Jakarta, Jawa
Tengah, Jawa Timur maupun Lombok. Salah seorang murid Syeik
Marzuki yang berasal dari Lombok bernama H. Abdul Kadir dari desa
Mamben Lombok Timur. H. Abdul Kadir sudah setahun lebih belajar di
Makkah pada waktu itu.6
Namun pada akhirnya TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid,
merasakan ke tidak cocokan terhadap Syeikh Marzuki karena merasa tidak
banyak mengalami perkembangan yang berarti dalam menuntut ilmu.
Karena pada saat itu sang guru mengajarkan kitab gundul yang tidak
memiliki baris sedangkan beliau masih murid baru dan dapat dikatakan
masih awam dalam mempelajari kitab-kitab gundul yang tidak memiliki
baris tersebut, sehigga beliau berfikiran ingin memulai pelajarannya dari
awal agar mampu membaca dan memahami makna yang terkandung
dalam kitab gundul tersebut. Setelah ayahnya pulang ke Lombok beliau
langsung berhenti balajar mengaji pada Syeikh Marzuki.
Dua tahun setelah terjadinya huru hara di Makkah karena perang
ssaudara antara faksi Wahabi dengan kekuasaan Syarif Hussein, stabilitas
keamanan relative terkendali. Pada saat itu Muhammad Zainuddin
6 Muhammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan …, h. 136.
43
berkenalan dengan seorang yang bernama Haji Mawardi yang berasal dari
Jakarta. Dari perkenalan itu beliau diajak untuk ikut belajar di sebuah
madrasah legendaries di Tanah Suci, yakni Madrasah al-Shaulatiyah yang
pada saat itu di pimpin oleh Syeikh Salim Rahmatullah putra Syeikh
Rahmatullah, pendiri Madrasah al-Shaulatiyah. Madrasah ini adalah
madrasah pertama sebagai permulaan sejarah baru dalam dunia pendidikan
di Saudy Arabia. Gaungnya telah menggema ke seluruh dunia dan telah
banyak mencetak ulama‟-ulama‟ besar dunia. Di Madrasah al-Shaulatiyah
inilah beliau belajar berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam dengan
sangat rajin dan tekun di bawah bimbingan ulama‟-ulama‟ terkemuka kota
Suci Makkah waktu itu.
Pada hari pertama beliau masuk di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah
beliau bertemu dengan Syeikh Hasan Muhammad al-Masyath yang
nantinya akan menjadi gurunya yang hubungannya paling dekat. Di sana
juga ia bertemu Syeikh Sayyid Muhsin al-Musawa, diantara temannya
sewaktu belajar syair pada Syeikh Sayyid Amin al-Kutbi, yang ternyata
juga sebagai salah seorang guru di madrasah ini.
Sudah menjadi tradisi di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah bahwa
setiap murid baru yang masuk harus mengikuti tes untuk menentukan kelas
yang tepat dan cocok untuk murid baru tersebut. Demikian juga halnya
dengan Muhammad Zainuddin, beliau juga diuji terlehih dahulu. Dan
secara kebetulan beliau diuji langsung oleh murid al-Shaulatiyah sendiri
yaitu Syeikh Salim Rahmatullah bersama dengan Syeikh Hasan
Muhammad al-Masyath.
Dan pada akhirnya Syeikh Hasan Muhammad al-Masyath menentukan
masuk di kelas III. Padahal beliau belum terlalu menguasai ilmu nahwu-
syaraf yang diajarkan di kelas II. Mendengar keputusan tersebut, kemudian
beliau meminta untuk diperkenankan masuk di kelas II, dengan alasan
iingin mendalami mata pelajjaran nahwu-sharaf. Walaupun pada awalnya
Syeikh Hasan Muhammad al-Masyath bersikeras dengan keputusannya,
namun argumentasi yang dikemukakan oleh Muhammad Zainuddin
44
membuatnya berfikir kembali. Kemudian Syeh Hasan pun mengabulkan
permohonannya, dan resmilah beliau diterima di kelas II.
Di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah Muhammad Zainuddin mulai
tekun belajar. Ia ingin membuktikan kemampuannya menguasai ilmu
dengan baik. Di malam dan sore hari beliau belajar kepada beberapa guru
yang lain. Dirumah juga beliau manghabiskan waktunya untuk belajar.
Salah satu bentuk ketekunannya dalam belajar adalah besarnya porsi
waktu yang disediakan untuk membaca kitab-kitab mulai dari setelah
shalat tahajjud sampai waktu shalat subuh tiba. Pernah suatu ketika beliau
tertidur pada saat membaca kitab. Padahal di hadapannya terdapat sebuah
lampu minyak sebagai alat penerang beliau dalam membaca. Tanpa beliau
sadari surban beliau terlalap api dari lampu minyat tersebut dan terbakar.
Mencium bau benda terbakar ibunya pun terbangun. Sementra beliau
masih tertidur dengan lelapnaya, kemudian ibunya pun berteriak
membangunkannya. Beliaupun terkejut dan terbangun.
Kebiasaan beliau membaca dan belajar dalam kaktu yang cukup lama
menyebabkan mata beliau mengalami gangguan. Meskipun demikian
beliau masih tetap mampu mempertahankan kebiasaan membaca dan
belajarnya tersebut sampai waktu yang cukup lama.
Ketekunannya dalam belajar membuahkan hasil. Beberapa orang
gurunya mengakui bahwa beliau tergolong murid yang cerdas. Syeikh
Salim Rahmatullah sebagai kepala Madrasah al-Shaulatiyah selalu
mempercayakan beliau untuk menghadapi Penilik Madrasah pemerintah
Saudi yang sering kali datang ke madrasah itu. Penilik madrasah itu
meenganut faham Wahabi. Dan beliaulah satu-satunya murid Madrasah al-
Shaulatiyah yang dianggap menguasai faham Wahabi. Pertanyaan penilik
itu biasanya menyangkut soal-soal hokum ziarah kubur, tawasul kepada
anbiya‟ dan auliya‟, bernazar menyembelih kambing berbulu hitam atau
putih dan sebagainya. Dan beliau selalu berhasil menjawab pertanyaan
penilik itu dengan memuaskan.
45
Prestasi akademiknya sangat membanggakan. Ia berhasil meraih
peringkat pertama dan juara umum. Di samping itu, dengan kecerdasan
yang luar biasa, ia berhasil menyelesaikan studinya dalam kurun waktu 6
tahun. Padahal waktu belajar normal adalah 9 tahun, yaitu mulai dari kelas
I sampai dengan kelas IX. Dari kelas II, ia langsung ke kelas IV. Tahun
berikutnya ke kelas VI, dan kemudian pada tahun-tahun berikutnya secara
berturut-turut naik ke kelas VII,VIII dan IX.7
3. Gaya kepemimpinan
Selain sebagai pejuang kemerdekaan TGKH Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid dikenal sebagai ulama kharismatik yang mencurahkan
pemikiran dan perjuangannya untuk kepentingan umat. Rasa hormatnya
kepada guru dan kepada orang yang telah berjasa pada dirinya selalu
diwujudkan dengan mengabdikan nama-nama gurunya pada lembaga-
lembaga yang dibangunnya.8
Dalam kehidupan sehari-hari TGKH Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid
tidak berperilaku layaknya ulama besar yang disegani oleh para santri dan
masyarakat, beliau tidak menginginkan untuk di besar-besarkan oleh para
santri dan masyarakat di sekitarnya. Alasannya apabila ada ulama besar
berarti ada pula ulama kecil. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan
antara orang yang dianggap besar dengan orang yang dianggap kecil.
Kesenjangan tersebut dapat menghambat komunikasi antara atasan dengan
bawahan dan antara kyai dengan santri. Karena itu, TGKH Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid tidak pernah mempersulit semua santri dan
masyarakat yang hendak bertemu. Sikap low profile tersebut membuat
sikap sang kyai ini selalu dekat dengan semua santri, murid dan warga
tanpa mengurangi kewibawaan dan kharismanya. Keluhan dan kesulitan
7 Muhammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan…, h. 142.
8 Masnun, Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Gagasan dan Gerakan
Pembaharuan Islam di Nusa Tenggara barat, (Jakarta: Pustaka Al-Miqdad, 2007), h. 28.
46
santri dan muridnya selalu diperhatikan, didengar, dan dicarikan
solusinya.9
Sebagai pendidik TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
mendambakan munculnya generasi baru yang memiliki potensi yang besar
untuk menyambung estafet perjuangan beliau dalam mengembangkan
organisasi Nahdlatul Wathan. Harapan tersebut sangat besar dan sering
sekali disampaikan dalam berbagai kesempatan agar murid dan para
santrinya memiliki ilmu pengetahuan lebih tinggi dari dirinya, sepuluh,
seratus, bahkan seribu kali lipat dari ilmu yang beliau miliki.
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merasa saying kepada
semua santri, murid, dan para Pembina pesantren yang mempunyai
keikhlasan dalam melanjutkan perjuangan Nahdlatul Wathan. Beliau
sering mengatakan bahwa sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu
disisiku ialah yang paling banyak bermanfaat untuk perjuangan nahdlatul
Wathan. Sedang yang paling jahat diantara kamu disisiku ialah yang
paling banyak merugikan perjuangan Nahdlatul Wathan. Beliau sering
mengatakan:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Semoga Allah tetap mencurahkan keselamatan kepadamu,
rahmt, keberkatan, ampunan, dan ridha-Nya. Wahai anak-anakku yang
setia dan murid-muridku yang cerdik, sesungguhnya semulia-mulia kamu
di sisiku ialah yang paling banyak bermanfaat untuk perjuangan Nahdlatul
9 Harian Umum Suara Nusa, Kobarkan Semangat Kemerdekaan, (Mataram: tanggal 19
November 1997). Masnun, Tuan Guru…, h. 29.
47
Wathan dan sejahat-jahat kamu di sisiku ialah yang paling banyak
merugikan perjuangan Nahdlatul Wathan. Karena itu, kuatkanlah
kesabaranmu, tetaplah bersikap siaga, berjuanglah di jalan Nahdlatul
Wathan untuk mempertinggi citra agama dan Negara, siscaya kamu
dengan kekuasaan Allah SWT, tergolong pejuang agama, orang shaleh dan
mukhlish baik pada waktu sendirian maupun pada waktu bersama orang
lain. Semoga Allah membukakan pintu rahmat untuk kami dan kamu
sekalian dan semoga Ia menganugrahkan kami, kamu sekalian, dan para
simpatisan Nahdlatul Wathan kebahikan-kebajikan dan nikmat tambahan
yang tiada taranya.10
Adapun dalam setiap gerak dan langkah beliau selalu mencerminkan
keteladanan yang baik dan memberi keyakinan terhadap kesucian
perjuangan beliau melalui Nahdlatul Wathan sebagai contoh nyata yang
patut diteladani oleh para murid-muridnya. Sering kali beliau memberikan
apresiasinya terhadap para santri dan para muridnya yang menunjukkan
perkembangan positif dalam perjuangan Nahdlatul Wathan, baik melalui
sikap, maupun ucapan beliau. Beliau selalu mendo‟akan untuk para murid
dan santrinya agar menjadi orang yang taat pada Allah dan Rasul-Nya,
berbuat baik pada kedua orang tua serta hormat terhadap guru. Beliau
selalu menekankan agar setiap anak senantiasa selalu berbakti terhadap
kedua orang tuanya.
Sebagai pemimpin umat, beliau bersikap tegas, sportif dan konsekwen
terhadap apa yang diputuskan. Prinsip musyawarah dalam pengambilan
keputusan tetap dijunjung tinggi. Tetapi terhadap hal-hal yang prinsipil,
perlu dilakukan kajian mendalam dengan mencari dalil-dalil naqli dan
„aqli setelah mempertimbangkan untung dan ruginya serta aspek maslahat
dan mafsadatnya, barulah diambil keputusan yang meyakinkan.11
10 Masnun, Tuan Guru…, h. 30.
11
Abdullah Syafi‟i, “Maulana Syeikh TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
Menjadi Tauladan Bagi Umat Islam”, dalam Sinar Lima (Jakarta: Pondok Pesantren Nahdlatul
Wathan Jakarta, 1995), h. 31-32.
48
Dalam melaksanakan misi dan tugas organisasi, selain memberikan
bimbingan,
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga menganjurkan agar
murid-murid dan santri-santrinya bersifat ikhlas, istiqamah, anamah,
syaja‟ah (keberanian) dan rela berkorban untuk kepentingan umat.
Sebaliknya, Beliau membenci santri dan muridnya yang bersifat pesimis,
apatis, pengecut, cari muka, dan ingkar janji.12
4. Guru-guru
a. Guru yang Mengajarkan Al-Qur‟an dan Kitab Melayu di Lombok
1) T.G.H. Abdul Madjid;
2) T.G.H. Syarafuddin Pancor Lombok Timur;
3) T.G.H. Abdullah bin Amak Dujali Kelayu Lombok Timur;
b. Guru di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah
1) Maulana Wa Murabbina Abu Barakat al-„Allamah al-Ushuli al-
Mudadditsbal-Shufi al-Syeikh Hasan Muhammad al-Mahsyat al-
Maliki;
2) Al-„Allamah al-Syaikh Umar Bajunaid al- Syafi‟I;
3) Al-„Allamah al-Syaikh Muhammad Syaid al-Yamani al-Syafi‟I;
4) Al-„Allamah al-Kabir Mutaffanin Sibawaihi Zanamihi al-Syaikh
Ali al-Maliki;
5) Al-„Allamah al-Syeikh Marzuqi al-Falimbani;
6) Al-„Allamah al-Syaikh Abu Bakar al-Falimbani;
7) Al-„Allamah al-Syeikh Hasan Jambi al-Syafi‟i;
8) Al-„Allamah al-Syeikh Abdul Qadir al-Mandili al-Syafi‟i;
9) Al-„Allamah al-Syeikh Muhtar Betawi al-Syafi‟i;
10) Al-„Allamah al-Syeikh Abdullah al-Bukhari al-Syafi‟i;
11) Al-„Allamah al-Muhadditsin al-Kabir al-Syeikh Umar Hamdan al-
Mihrasi al-Maliki;
12) Al-„Allamah al-Muhadditsin al-Syaikh Abdus Sattar al-Syiddiqi
Abdul Wahab al-Kutbi al-Maliki;
12 Masnun, Tuan Guru…, h. 32.
49
13) Al-„Allamah al-Kabir al-Syeikh Abdul Qodir al-Syibli al-Hanafi;
14) Al-„Allamah al-Adib al-Syeikh Muhammad Amin al-Kutbi al-
Hanafi;
15) Al-„Allamah al-Syaikh Muhsin al-Musahwa al-Syafi‟i;
16) Al-„Allamah al-Falaqi Maulana al-Syaikh Khalifah al-Maliki;
17) Al-„Allamah al-Jalil al-Syaikh Jamal al-Maliki;
18) Al-„Allamah al-Syeikh al-Shalih Muhammad Shalih al-Kalantani
al-Syafi‟i;
19) Al-„Allim al-„Allamah al-Syafi‟i Maulana Syaikh Mukhtar al-
Makhdum Al Hanafi;
20) Al-„Allamah al-Syeikh Salim Cianjur al-Syafi‟i;
21) Al-„Allamah al-Syeikh Syaikh al-Syayid Ahmad Dahlan Shadaqi
al-Syafi‟i;
22) Al-„Allamah Mu‟arrikh al-Syeikh Salim Rahmatullah al-Maliki;
23) Al-„Allamah al-Syeikh Abdul Gani al-Maliki;
24) Al-„Allamah al-Syeikh al-Syayid Muhammad Arabi al-Tubani al-
Jazairi al-Maliki;
25) Al-„Allamah al-Syeikh Umar al-Faruq al-Maliki;
26) Al-„Allamah al-Syeikh al-Wa‟id al-Syaikh Abdullah al-Faris;
27) Al-„Allamah al-Syeikh Malla Musa;13
Jika di klasifikasikan guru-gurunya berdasarkan latar belakang mazhab
yang berbeda, maka akan terlihat katagorisasi mazhab sebagai berikut:
a. 11 orang bermazhab Syafi‟;
b. 6 orang bermazhab Hanafi; dan
c. 11 orang bermazhab Maliki.14
Merdasarkan kategorisasi mazhab diatas terlihat jelas bahwa semua
guru-guru beliau masih berada dalam satu landasan teologis yang sama,
yakni faham Ahl al-Sunnah Wa al-Jama‟ah.15
Dengan kata lain, bahwa
13 Muhammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan…, h. 144-145.
14
Muhammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan…, h. 147.
15 Ahl al-Sunnah Wa al-Jama‟ah adalah faham teologis yang menekankan harmonitas
antar dua variable, yaitu rasionalitas Mu‟tazillah dan predetermenisme Jabariah. Faham ini secara
50
tidak ada seorang pun gurunya yang menganut faham teologis yang
berbeda, seperti Mu‟tazillah, Syi‟ah ataupun Wahabi.
Guru-guru beliau tersebut juga menggambarkan bagaimana pola
berfikir beliau dalam bidang-bidang keilmuan yang terapkan. Baik dalam
ilmu fiqh, akhlak, tasawuf, falaq dan lain-lain. Guru-guru beliau tersebut
juga mengukir pemikiran yang belau terapkan di Nahdlatul Wathan
sehingga dapat di katakana bahwa guru-guru beliau tersebut juga berperan
walau secara tidak langsung dalam pengembangan Nahdlatul Wathan
khususnya bidang keilmuan dan pendidikan.
5. Pemikiran dan karya-karyanya
Konsep pendidikan yang diajarkan adalah bahwa pendidikan tidak
hanya memberikan ilmu pengetahuan (kognitif), tetapi juga pemupukan
moral, melatih dan mempertinggi nilai-nilai kemanusiaan. Karena
pendidikan adalah kewajiban manusia untuk mengabdi kepada Allah
SWT. Dalam hal ini, usaha yang ia pikirkan dan praktikkan adalah
pengembangan pendidikan Islam melalui pesantren. Yakni, berusaha
mengembangkan pesantren dengan menerima beberapa pemikiran
alternatif yang dapat dijadikan sebagai masukan/kontribusi bagi
pengembangan pesantren sejalan dengan perubahan zaman. Karena itu,
menurut TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, pesantren mesti
merubah orientasinya dengan tidak sekadar berorientasi pada pencarian
ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu yang lain.
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, selain
tergolong ulama yang berbobot dalam bidang keilmuan, beliau juga
termasuk penulis dan pengarang yang produktif. Bakat dan
kemampuannya tersebut tumbuh dan berkembang semenjak beliau belajar
di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah. Akan tetapi karena kepadatan dan
banyaknya acara kegiatan keagamaan dalam masyarakat yang harus di isai
teologis mengacu pada pemikiran Abu Hasan al-Asy‟ari dan Abu Mansur al-Maturidi. Faham ini
kemudian memasuki wilayah fiqh yang dapat di temukan pada pemikiran Imam Mazahib al-
Arba‟ah, dan pada wilayah tasawuf dapat dilihat pada pemikiran sufistik Abu Hamid al-Gozali.
51
oleh beliau, sehingga peluang dan kesempatan beliau untuk mengarang
dan memperbanyak tulisannya hampir tidak pernah ada.
Itulah sebabnya pada beberapa kesempatan beliau mengungkapkan
keadaan seperti ini kepada muridnya, bila mana beliau teringat pada kawan
seperjuangan di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah yang juga telah
tergolong ulama‟ besar dan pengarang terkenal seperti Maulana Syeikh
Zakaria Abdullah Bila, Maulana Syeikh Yasin Padang dan lain-lain.
Mereka sekarang ini memiliki karya-karya besar dalam bidang tulis
menulis dan karang-mengkarang.
Dalam hal ini TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak
pernah berkecil hati, walaupun kawan seperguruannya menonjol dalam
bidang tersebut. Beliau menyadari akan hal ini, karena situasi dan kondisi
kehidupan ummat dan masyarakat yang dihadapi sangat jauh berbeda,
yaitu masyarakat Makkah di satu pihak dan masyarakat Indonesia di lain
pihak. Beliau pernah mengatakan:
“Seandainya aku mempunyai waktu dan kesempatan yang cukup untuk
menulis dan mengarang, niscaya aku akan mampu menghasilkan
karangan dan tulisan-tulisan yang lebih banyak, seperti yang dimiliki
Syeikh Zakaria Abdullah Bila, Syeikh Yasin Padang, Syeikh Ismail
dan ulama‟-ulama lain tamatan Madrasah al-Shaulatiyah Makkah”.16
Dikarenakan sebagian besar dan seluruh waktu dan kehidupan beliau di
manfaatkan dan dipergunakan untuk mengajar dan terus mengajar dan
berdakwah keliling untuk membina umat dalam upaya menanamkan Iman
dan Taqwa, sehingga dengan kegiatannya yang padat dan terus
berkesinambungan sehingga membuat beliau tidak memiliki cukup banyak
waktu untuk menulis dan mengarang. Dan bahkan beliau tidak pernah
putus semangat untuk menghabiskan waktunya berjuang demi kepentingan
umat, sebagaimana ucapan dan ikrar beliau sendiri “Aku wakafkan diriku
untuk ummat”.
Sekalipun dalam keadaan yang sangat sibuk seperti itu, beliau masih
menyempatkan dirinya untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya
16 Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Nadzam Batu Ngompal…, h. 15.
52
tersebut. Bagi beliau mengarang dan tulis menulis bukanlah suatu tugas
dan pekerjaan yang sulit, karena hal ini merupakan kemampuan dasar yang
di anugrahkan Allah SWT kepada beliau, bakat dan kemampuannya inilah
yang terus dibawa sehingga tumbuh dan berkembang semenjak beliau
bersekolah di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah, sehingga tidak
mengherankan apabila beliau mendapatkan banyak pujian dari guru-guru
beliau.
Diantara karya tulis dan karangan-karangan beliau adalah:17
a. Dalam Bahasa Arab
1) Risalah Tauhid dalam bentuk soal jawab (Ilmu Tauhid)
2) Sullamul Hija Syarah Safinatun Naja (Ilmu Fiqh)
3) Nahdlatul Zainiyah dalam bentuk nadzam (Ilmu Faraidl)
4) At Tuhfatul Ampenaniyah Syarah Nahdlatuz Zainiyah (Ilmu
Faraidl)
5) Al Fawakihul Ampenaniyah dalam bentuk soal jawab (Ilmu
Faraidl)
6) Mi‟rajush Shiibyan Ila Sama‟i Ilmi Bayan (Ilmu Balaghah)
7) An Nafahat „Alat Taqriratis Saniyah (Ilmu Mushtalah Hadits)
8) Nailul Anfal (Ilmu Tajwid)
9) Nizib Nahdlatul Wathan (Da‟a dan Wirid)
10) Hizib Nahdlatul Banat (Do‟a dan Wirid kaum wanita)
11) Shalawat Nahdlatain (Shalawat Iftitah dan Khatimah)
12) Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan (Wirid Harian)
13) Ikhtisar Hizib Nahdlatul Wathan (Wirid Harian)
14) Shalawat Nahdlatul Wathan (Shalawat Iftita)
15) Shalawat Miftahi Babi Rahmatillah (Wirid dan Do‟a)
16) Shalawat Mab‟utsi Rahmatan Lil „Alamin (Wirid dan Do‟a)
17) Dan lain-lainnya.
b. Dalam Bahasa Indonesia dan Sasak
1). Batu Nompal (Ilmu Tajwid)
17 Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Nadzam Batu Ngompal…, h. 16-17.
53
2). Anak Nunggal Taqrirat Batu Ngompal (Ilmu Tajwid)
3). Wasiat Renungan Masa I dan II (Nasihat dan petunjuk perjuangan
untuk warga Nahdlatul wathan)
c. Nasyid/Lahu Perjuangan dan Dakwah dalam Bahasa Arab, Indonesia
dan Sasak
1). Ta‟sis NWDI (Anti ya Pancor biladi)
2). Imamunasy Syafi‟i
3). Ya Fata Sasak
4). Ahlan bi wafdizzairin
5). Tanawwarr
6). Mars Nahdlatul Wathani
7). Bersatulah Haluan
8). Nahdlatain
9). Pau gama‟
10). Dan lain-lain.
Dengan banyaknya karya yang telah beliau terbitkan mencerminkan
ketinggian ilmu yang dimilikinya, sehingga oleh guru-gurunya TGKH
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendapat pujian dan kepercayaan
yang besar. Di antaranya, ia pernah diberi kesempatan untuk memberikan
kata pengantar dari gurunya Maulana Syaikh Hasan Muhammad al-
Mahsyat. Dalam kata pengantar yang beliau tulis untuk kitab Baqi‟ah al-
Mustarsyidin karya Maulana Syaikh Hasan Muhammad al-Mahsyat sambil
mengutip hadist Nabi Saw mengatakan: “Janganlah kamu mempelajari
ilmu syariat dari seseorang kecuali dari orang yang baik riwayat
hidupnya dan hatinya dan kamu sekalian telah menyelidiki atas
keamanahannya”. Dari Maulana Syaikh Hasan Muhammad al-Mahsyat
inilah, beliau pernah mendapatkan risalah/ijazah dengan seluruh isi
kitabnya, “al-Irsyad bi al-Dzikr ba‟da Ma‟alim al-Ijazah wa al-Asnaf”.
Dari sinilah, beliau menukil sebagian ucapan gurunya tentang kehidupan
pribadinya yang mantap, tetapi tetap menganggap dirinya adalah orang
yang hina dan fakir dalam pengetahuan agama.
54
Syaikh Muhammad al-Mahsyat pernah memberikan sanjungan kepada
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Berikut kutipannya:
“Demi Allah saya kagum kepada Zainuddin, kagum pada kelebihannya
atas orang lain pada kebesaran yang tinggi dan kecerdsannya yang
tiada tertandingi, jasanya bersih ibarat permata menunjukkan
kebersihan ayah bundanya dan karya-karya tulisnya indah lagi
menawan penaka bunga-bungaan yang tumbuh di lereng pegunungan.
Di lapangan ilmu ia dirikan ma‟had, tetap dibanjiri thullab dab
thalibat menuntut ilmu dan menggali kitab. Ia kobarkan semangat
generasi muda menggapai mustawa dengan karyanya Mi‟raj al-Sibyan
ila Sama‟i „Ilm al-Bayan. Semoga Alah memanjangkan usianya dan
dengan perantarannya ia memajukan ilmu pengetahuan agama di
Ampanan bumi Selaparang. Terkirimlah salam penghormatan harum
semerbak bagaikan kasturi dari tanah Suci menuju “Rinjani” (Syaikh
Muhammad Zainuddin Aabdul Madjid dalam Mi‟raj al-Sibyan ila
Sama‟i „Ilm al-Bayan).
Dengan demikian, TGKH Muhammad Zainuddin Adbul Madjid selain
dikenal sebagai ulama yang memiliki kepedulaian yang tinggi terhadap
dunia pendidikan Islam, ia juga mampu menuliskan pikiran-pikirannya
untuk memberikan warisan yang paling berharga bagi penerus-penerusnya.
6. Kiprah sosial-keagamaan
Melihat kondisi masyarakat Lombok pada saat itu yang masih
terbelenggu oleh kebodohan dan keterbelakangan, TGKH Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid merasa tertantang untuk membenahi
masyarakatnya yang masih dalam jajahan Belanda, Jepang, Hindu Bali
(Anak Agung Karangasem) melalui pencerdasan agama. Kepulangannya
dari Mekah pada tahun 1934 ketika terjadi peperangan antara Raja Syarif
Husein dengan Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman sehingga ia kembali ke
Lombok untuk membuka pengajian pemula untuk masyarakat dengan
system halaqah.
Pondok Pesantren yang didirikan diberi nama Pondok Pesantren
Nahdlatul Wathan (membela tanah air) sesuai dengan obsesinya untuk
membela tanah air dari kaum penjajah. Dengan berbekal ilmu yang
dimiliki, beliau mampu tampil sebagai seorang ulama yang mempunyai
kompetensi besar dalam membentuk kader ulama. jenjang pendidikan
55
yang khusus untuk mencetak kader ulama diberi nama Ma‟had Darul
Qur‟an Wal Hadits. Sebagai seorang Mujahid, TGKH Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid berupaya melakukan inovasi untuk
meningkatkan pengetahuan agama masyarakat. Itu sebabnya, beliau
membuat rintisan dengan memperkenalkan system madrasah dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran agama di NTB, membuka
lembaga pendidikan khusus bagi wanita, mengadakan Syafatul Qubra,
meciptakan hizib tarekat Nahdaltul Wathan, membuka sekolah umum di
samping sekolah agama, menyususn nazham berbahasa Arab bercampur
bahasa Indonesia.
Berikut ini kiprah sosial-keagamaan TGKH Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid:
a. Pada tahun 1943 mendirikan Pesantren Al-Mujahidin
b. Pada tahun 1937 mendirikan Madrasah NWDI
c. Pada tahun 1943 mendirikan Madrasah NBDI
d. Pada tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok
e. Pada tahun 1946 Pelopor Penggempuran Nica di Selong Lombok
Timur
f. Pada tahun 1947/1948 menjadi Amirul Hajji dari negara Indonesia
Timur
g. Pada tahun 1948/1949 Anggota delegasi Negara Indonesia Timur ke
Saudi Arabia
h. Pada tahun 1950 Konsultan NU Sunda Kecil
i. Pada tahun 1952 Ketua badan penasehat Masyumi Daerah Lombok
j. Pada tahun 1953 Mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan
k. Pada tahun 1953 Ketua Umum PBNW pertama
l. Pada tahun 1953 Merestui terbentuknnya NU dan PSII di Lombok
m. Pada tahun 1954 Merestui terbentuknya PERTI Cabang Lombok
n. Pada tahun 1955 Anggota Konstituante RI hasil Pemilu I 1955
o. Pada tahun 1964 Menjadi peserta KIAA (Konferensi Islam Asia
Afrika) di Bandung
56
p. Pada tahun 1964 Mendirikan Akademi Paedagogik NW
q. Pada tahun 1965 Mendirikan Ma‟had Darul Qur‟an Wal Hadist Al
Madjidiah Asy Syafi‟iyah Nadlatul Wathan
r. Pada tahun 1972/1982 Anggota MPR RI hasil Pemilu II dan III
s. Pada tahun 1971/1982 Penasehat Majelis Ulama‟ Indonesia Pusat
t. Pada tahun 1974 Mendirikan Ma‟had Lil Banat
u. Pada tahun 1975 Ketua Penasehat bidang Syara‟ Rumah Sakit Islam
Siti Hajar Mataram
v. Pada tahun 1977 Menjadi Rektor Universitas Hamzan Wadi
w. Pada tahun 1977 Mendirikan Universitas Hamzan Wadi
x. Pada tahun 1977 Mendirikan Fakultas Tarbiyah Universitas Hamzan
Wadi
y. Pada tahun 1978 Mendirikan STKIP Hamzan Wadi
z. Pada tahun 1978 Mendirikan Sekolah Ilmu Syari‟ah Hamzan Wadi
aa. Pada tahun 1982 Mendirikan Yayasan Pendidikan Hamzan Wadi
bb. Pada tahun 1987 Mendirikan Universitas Nahdlatul Nathan di
Mataram
cc. Pada tahun 1987 Mendirikan Sekolah Ilmu Hukum Hamzan Wadi
dd. Pada tahun 1990 Mendirikan Sekolah Ilmu Da‟wah Hamzan Wadi
ee. Pada tahun 1994 Mendirikan Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK)
putra putri
ff. Pada tahun 1996 Mendirikan Institut Agama Islam Hamzan Wadi
Dari banyaknya kiprah yang telah beliau peroleh terlihat bahwa belau
adalah salah seorang yang berpengaruh di pulau Lombok. Sehingga dapat
di katakana bahwa beliau adalah seseorang yang berperan besar dalam
mencerdaskan masyarakat Lombok khususnya dengan banyaknya
Madrasah-madrasah yang beliau dirikan sebagai lembaga pendidikan yang
akan memberi kemajuan bagi sumber daya manusia di masa yang akan
datang. Banyaknya kiprah yang telah beliau ukir juga menggambarkan
betapa jelas tujuan beliau dalam menyebarkana Agama Allah melalui
Nahdlatul Wathan dan pendidikan.
57
BAB V
PERANAN TUAN GURU KYAI HAJI
MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID
DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
DI NAHDLATUL WATHAN JAKARTA
A. Perkembangan Pendidikan Islam
Nahdlatul Wathan Jakarta dari awal berdirinya sampai saat ini telah banyak
mendirikan lembaga pendidikan yang bernuansa Islami dari tingkat bawah sampai
tingkat atas. Semua yang dilakukan dengan satu tujuan untuk mencetak generasi
Islam yang beriman dan bertaqwa sebagaimana selogan Nahdlatul Wathan yang
sering di kumandangkan oleh warga Nahdlatul Wathan, yakni: Pokoknya NW,
Pokok NW Iman dan Taqwa.1
Dalam mendirikan lembaga pendidikan KH Muhammad Suhaidi selaku
Pimpinan Nahdlatul Wathan Jakarta diberikan kebebasan oleh TGKH
Muhammad Zainuddin Abdul Majid, beliau hanya menanyakan apa yang di
ajarkan para santri, jama’ah dan majlis taklim disana. KH Muhammad Suhaidi
diberikan keleluasaan untuk mendirikan lembaga apapun asalkan bermanfaat dan
mampu menyebar luaskan Nahdlatul Wathan, dan selalu menggunakan ciri khas
Nahdlatul Wathan. Sehingga dimanapun Nahdlatul Wathan berada selalu
1 Abdul hayyi Nu’man, dkk, Nahdlatul Wathan Organisasi Pendidikan, Sosial dan
Dakwah Islamiyah, (Lombok Timur: Pengurus Daerah Nahdlatul Wathan, 1988), h. 114.
58
menonjolkan ciri khasnya, seperti Sholawat Nahdlatain dan sebagainya. Dengan
tujuan agar mudah di kenal masyarakat dan menjadi pembeda dengan organisasi
yang lainnya.
Berbicara mengenai lembaga pendidikan, pada saat awal mula ingin
mendirikan lembaga pendidikan terjadi beberapa kendala. Salah satu kendala yang
cukup rumit yaitu datang dari PBNW Pusat yang agak berat menerima lembaga
pendidikan yang akan didirikan di Jakarta. Pada saat itu di Jakarta masyarakat
lebih meminati lembaga pendidikan yang bersifat umum seperti SD, SMP & SMA
bukan MDI, MTs & MA. Sehingga KH Muhammad Suhaidi berniat mendirikan
lembaga pendidikan yang bernuansa umum yaitu Sekolah Dasar (SD) bukan
Madrasah Diniah Islamiyah (MDI), dan melaporkannya pada PBNW Pusat. Pada
saat itu PBNW Pusat keberatan dengan alasan bahwa TGKH Muhhammad
Zainuddin Abdul Majid tidak mau mendirikan SD beliau menginginkan
Madrasah. Kemudian KH Muhammad Suhaidi menghadap kepada TGKH
Muhhammad Zainuddin Abdul Majid dan mendiskusikannya, sehingga beliaupun
menyetujuinya dengan mengatakan “Sekolah umum dan madrasah itu sama saja,
kamu yang lebih tau, kalo memang itu yang bisa buat orang mengikuti kita ya
sudah teruskan.”2 Karena sinyal yang diberikan itulah yang membuat KH
Muhammad Suhaidi melanjutkan keinginannya tersebut dengan mendirikan SD,
dan berupaya untuk memperjuangkan Nahdlatul Wathan melalui sekolah yang
bersifat umum namun bernuansa Islami.
Disamping mendirikan lembaga pendidikan formal Nahdlatul Wathan Jakarta
juga mendirikan lembaga pendidikan yang bersifat non formal. Penulis akan
mencoba merincikan lembaga-lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan
Nahdlatul Wathan Jakarta dan perkembangannya dari awal berdirinya sampai saat
ini. Lembaga pendidikan yang akan diulas adalah lembaga pendidikan yang
bersefat formal saja dan sekilas mengenai lembaga pendidikan non formal serta
beberapa kegiatan, yang berupa dakwah Islamiyah yang merupakan kemajuan
yang dilakukan Nahdlatul Wathan Jakarta.
2 Wawancara dengan Muhammad Suhaidi, (Ketua Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta),
(Jakarta: 07 Juni 2011).
59
Sampai saat ini telah banyak lembaga-lembaga pendidikan formal yang
berdiri atas kerja keras KH Muhammad Suhaidi dari dukungan TGKH
Muhammad Zainuddin Abdul Majid dan para asatiz di Jakarta, diantaranya:
1. Taman Kanak-Kannak (TK) Nahdlatul Wathan Jakarta
a. Sejarah Singkat Berdirinya
Pendidikan Islam memiliki kaitan yang sangat erat dengan Pondok Pesantren.
Karena itu bila membicarakan Pondok Pesantren, berarti membicarakan suatu
tempat yang sangat tepat untuk menyiarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan
Islam. Oleh karena TK Nahdlatul Wathan ini berada dalam naungan Pondok
Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarja, maka TK tersebut bernuansa Islami.
Keberadaan TK ini diawali dari perbincangan para pengurus Pondok
Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta pada saat itu, sehingga tercetuslah inisiatif
untuk mendirikan lembaga pendidikan kanak-kanak yang bernuansa Islami.
Masukan tersebut disambut gembira oleh masyarakat sekitar sehingga masyarakat
memberi dukungan dengan keberadaannya karena pada saat itu masyarakat juga
membutuhkan sarana pendidikan untuk anak-anak mereka sebelum masuk di
Sekolah Dasar.
TK Islam Nahdlatul Wathan ini berdiri pada tanggal 21 Januari 1990,
berlokasi di Jl. Raya Penggilingan Kp. Pisangan I, Rt 01/03 Penggilingan Cakung
Jakarta Timur. TK ini berada di bawah naungan Yayasan Nahdlatul Wathan
Jakarta. Gedung TK adalah milik Yayasan bahkan saat ini sedang dalam proses
pembangunan peningkatan gedung dikarenakan semakin banyaknya siswa-siswa
yang mendaftar.
Sampai saat ini keberadaanya TK Islam ini mengalami peninggatan baik
dalam jumlah siswa dan jumlah kelas. Terbukti dari jumlah murid yang terdaftar
sampai saat ini adalah 67 siswa yang terdiri dari 4 kelas dan sisanya sedang dalam
proses pembangunan, walaupun sebelumnya sempat terjadi penurunan
diakibatkan banyaknya TK baru yang berdiri di daerah tersebut dengan
menawarkan program baru yaitu program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini),
namun saat ini TK NW telah mampu meningkatkan kualitasnya dan memperoleh
kembali kepercayaan para wali murid dengan program-program yang di
60
laksanakan. Sehingga perkembangan jumlah murid setiap tahun kembali
meningkat. Seiring dengan bertambah tingginya animo masyarakat terhadap
pendidikan Nahdlatul Wathan Jakarta. Dengan kondisi demikian maka gedung
TK Islam Nahdlatul Wathan Jakarta di tingkat.
Tujuan pendidikan yang direalisasikan TK Islam Nahdlatul Wathan Jakarta
adalah menunjang tujuan pendidikan Nasional dan memberikan kesempatan pada
masyarakat sekitar untuk dapat memberikan pendidikan pada anak-anak usia dini.
b. Visi dan Misi
1) Visi
Membentuk siswa menjadi anak soleh, cerdas, kreatif, mandiri, dan
berakhlakul karimah.
2) Misi
a) Membiasakan anak berprilaku yang mencerminkan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang maha Esa.
b) Menumbuhkan rasa cinta tanah air
c) Membimbing anak untuk mandiri
d) Membimbing anak untuk kreatif dengan keterampilan dasar dan seni
e) Membekali anak dengan kemampuan dasar untuk siap pada jenjang
pendidikan selanjutnya
c. Daftar Tabel Guru dan Karyawan3
No. Nama
Tempat
Tanggal
Lahir
Jenis
Kelamin
Mulai
Mengajar Jabatan
Ijazah
Terakhir
Jumlah
Jam
1. Mimin Mutoah Banjar
30 - 05 - 1974 P
20 - 07 -
1998 Kepala PGTK 24
2. Djumirah Tanon
10 - 06 - 1953 P
25 - 07 -
1991 Guru PGTK 24
3. Marfuah, S.Pdi Jakarta
07 - 12 - 1975 P
17 - 07 -
1995 Guru S.1 24
4.
Siti
Khairunnisa,
S.Pdi
Jakarta
23 - 09 - 1981 P
01 - 08 -
2002 Guru S.1 24
3 Documet TK Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012
61
5. Ahmad, S.Pdi Pancor
31 - 05 - 1971 L
12 - 07 -
1993 TU S.1 -
Tabel diatas adalah table yang memberi gambaran jumlah guru dan kapasitas
guru yang mengajar di lembaga tersebut, sehingga dapat menunjukkan
perkembangan yang dialami oleh lembaga tersebut. Penerapan cirri khas
Nahdlatul Wathan juga di pengaruhi oleh para guru yang mengajar di dalam
lembaga tersebut. Terdapat beberapa guru yang menjadi murid langsung dari
Maulana Syeikh dalam lembaga tersebut sehingga lembaga tersebut
mengedepankan ciri khas Nahdlatul Wathan seperti do’a di awal memulai
pelajaran dan mengakhiri pelajaran serta menghafal lagu-lagu perjuangan
Nahdlatul Wathan.
d. Kegitan Kurikuler
Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan
yang dikeluarkan oleh Bidang TK Nahdlatul Wathan Jakarta dengan mengacu
pada kalender pendidikan yang dikeluarkan departemen Pendidikan Nasional.
Sedangkan kurikulum yang dipakai di TK Islam Nahdlatul Wathan Jakarta adalah
mengikuti kurikulum pendidikan Nasional.
1) Kegiatan Intra Kulikuler
Kegiatan intra kulikuler adalah setiap kegitan yang terkandung dalam konten
kurikulum dan telah diberi tambahan berupa pengayaan. Kegiatan intra kulikuler
di TK Islam Nahdlatul Wathan Jakarta meliputi menghafal surat-surat pendek,
menghafal do’a-do’a, belajar Bahasa Inggris, melukis dan menari.
2) Kegiatan Ekstra Kulikuler
Sebagai kegitan penunjang TK Islam Nahdlatul Wathan Jakarta memberikan
kegiatan Ekstrakulikuler kepada siswanya, adapun kegiatan ektrakulikuler yang
saat ini ada di TK Islam Nahdlatul Wathan Jakarta adalah Drum Band dan menari
tradisional.
2. Madrasah Diniyah Islamiyah (MDI) Nahdlatul Wathan Jakarta
a. Profil MDI
MDI Nahdlatul Wathan Jakarta pada awalnya adalah Taman Pendidikan Al-
Qur’an (TPA) Informal, namun saat ini telah berubah dan berkembang menjadi
62
lembaga formal di bawah naungan Depatemen Agama. Dengan kemajuan
tersebut, perkembangan jumlah siswa terus meningkat. “Kami mulai dari nol
untuk membangun semuanya ini, dari tidak punya kelas sampai sekarang
alhamdulillah sudah punya kelas sehingga bisa menampung jumlah siswa yang
terus meningkat jumlahnya setiap angkatan”4 tegas Kepala MDI ketika di
wawancarai. Saat ini MDI Nanhdaltul Wathan Jakarta telah menggunakan
kurikulum yang ditetapkan oleh Depatemen Agama sejak tahun 2006. Awalnya
masih menggunakan kurikulum sendiri sebelum munculnya program yang
ditawarkan oleh pemerintah. Pada awalnya sebelum menjadi MDI, peserta didik
hanya belajar Al-Qur’an. Namun sekarang setelah adanya program pemerintah
yaitu MDI, pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik setara dengan pelajaran
MI. Jadi tujuan MDI adalah untuk membantu mereka terutama pelajaran Agama
mereka di sekolah formal yang kurang mendapat pelajaran agama. Maka
Nahdlatul Wathan menyiapkan lembaga pendidikan Madrasah Diniah Islamiyah
yang mana pelajaran mereka khusus pelajaran agama yaitu Bahasa Arab, Sejarah
Kebudayaan Islam, Fiqih dan Akhlak.
TPA sebenarnya tidak hilang dan berganti seutuhnya menjadi MDI namun
TPA masih menjadi bagian dari MDI tersebut dan diberi mana I’dadiyah atau
kelas persiapan. Jadi peserta didik yang dipersiapkan untuk masuk ke MDI
dididik terlebih dahulu di I’dadiyah selama dua tahun, baru setelah itu bisa
berpindah ke tingkat Madrasah Diniyah. Untuk peserta didik yang berada di
tingkat I’dadiyah mereka diajarkan menghapal surat–surat pendek dan membaca
Iqra’. Jadi, persyaratan mereka bisa berpindah dari tingkat I’dadiyah ke tingkat
MD adalah apabila peserta didik tersebut telah mampu membaca Al-Qur’an.
Lama belajar peserta didik di MDI Nahdlatul Wathan Jakarta adalah selama
empat tahun, dua tahun untuk I’dadiyah dan dua tahun untuk Madrasah Diniyah.
Di kelas persiapan yaitu kelas I’dadiyah terdapat dua kelas. Untuk kelas 1 A dan 1
B Pra MDI, ini yang menjadi persiapan dan jumlah peserta didiknya adalah 59
orang. Adapun peserta didik MDI sekarang berjumlah 66 orang. Disamping itu di
4 Wawancara dengan Ahmad, (Kepala MDI Nahdlatul Wathan Jakarta dan Asatiz
Pondok Pesantren Nandlatul Wathan Jakarta), (Jakarta: 20 Juli 2011).
63
MDI telah menggunakan ujian akhir. Ujian akhir ini diselenggarakan oleh
Departemen Agama tahun pelajaran 2009 – 2010. MDI Nahdlatul Wathan Jakarta
terdapat empat tingkatan, dimulai dari kelas 1, kelas 2 kelas 3 dan kelas 4. Dikelas
empat inilah yang di adakan ujian akhir sama seperti ujian fomal yang dilakukan
lembaga-lembaga pendidikan formal seperti SD, SMP dan SMA.
Prestasi MDI juga terlihat saat tahun 2011 lalu Departemen Agama
menyelenggarakan festival dengan tema festifal anak taqwa. Program Departemen
Agama ini di kelola oleh KKDT (Kelompok Kerja Diniyah Takmiliyah).
Departemen Agama mengadakan program tersebut setiap tahunnya. MDI
Nahdlatul Wathan Jakarta turut berpartisipasi dalam festifal tersebut dan
mendapat juara II di bidang Musabaqoh tilawatil Qur’an. Disamping itu ada juga
program manasik haji. MDI Nahdlatul Wathan Jakarta juga berpartisipasi dalam
memperoleh tropi dengan jumlah peserta terbanyak.
b. Visi dan Misi
Karena tujuan atau visi dan misi MDI NW Jakarta adalah membentuk insan-
insan Qur’ani yang berakhlakul karimah, dengan misi mengajarkan Al-Qur’an
secara aktif dan menyenangkan. MDI Nahdlatul Wathan berbeda dengan MDI
lain karena dalam pembelajarannya dipadukan antara doa, ikhtiar daam belajar
dan di dalamnya juga terdapat program Hizib, itu masuk dalam Ekstra kurikuler
yang di laksanakan setiap malam jum’at. Inilah yang membedakan antara MD
atau TPA yang lain dengan MD Nahdlatul Wathan.
c. Daftar Tabel Guru dan Karyawan MD5
No Nama Guru L/
P
Tempat
Tanggal Lahir
Pendidikan
Terakhir TMT MAPEL
SMA S.1
1. Ahmad, S.Pdi L Pancor 31/05/1971 V 16/02/1992 Fiqih
2. M. Syarbini,
S.Ag L
Lombok
Timur 12/12/1970 V 12/07/1993 Aqd/Akh
3. Arif Usman,
S.Pdi L Lombok 08/11/1977 V 13/10/2000 SKI
4. M. Husni Zaini,
S.Pdi L
Lombok
Timur 15/01/1976 V 15/06/1994 Tajwid
5. Saparuddin, S.Ag L Lombok
Timur 12/01/1972 V 07/08/1993 Qurdis
5 Documet MD Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012
64
6. Ma'shum Ahmad,
SQ. L
Montong
Renggi 12/05/1960 V 03/01/1990 Qiroah
7. Yeti Kustika P Jakarta 07/12/1982 V 13/10/2001 Qiroah
8. Mimin Mutha'ah P Banjar 30/05/1974 V 15/06/1997 Qiroah
9. Husniati, S.Pdi P Lombok
Timur 07/06/1977 V 13/10/2003 Qiroah
10. Siti Rauhun,
S.Pdi P Lombok 20/06/1966 V 03/01/1991 Hafalan
11. Syariah, QH. P Dopang-
NB 27/12/1966 V 03/01/1991 Qiroah
12. Drs. M.
Hilaluddin L Pancasari 20/11/1969 V 03/01/1991 Qiroah
13. Ruba'I, QH. L Lotim 15/07/1962 V 15/06/1998 Qiroah
14. Nurmayanti,
S.Pdi P Jakarta 27/06/1986 V 03/10/2005 Qiroah
15. Hamidi, S.Pdi L Lombok 01/12/1987 V 03/10/2011 B. Arab
Pengajar yang mengajar di lembaga tersebut sebagian besar adalah murid-
murid Maulana Syeikh, sehingga lembaga tersebut banyak menerapkan metode
dan strategi pendidikan yang pernah di ajarkan oleh Maulana Syeikh. Seperti do’a
sebelum belajar, do’a mengakhiri belajar, shalawat dan hiziban, semua itu
dipengaruhi oleh peranan Maulana Syeikh sebagai motivator dan pemberi
wawasan yang dalam dengan didikan yang pernah di ajarkan.
d. Tabel Jumlah Siswa MD 2011-20126
No. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. I Pra MD 14 16 30
2. II Pra MD 11 23 34
3. I MD 12 18 30
4. II MD 17 12 29
5. III MD 10 9 19
6. IV MD 7 4 11
Jumlah 71 82 153
Tabel diatas dapat menggambarkan jumlah siswa yang berada di lembaga
tersebut, dari Pra MD I sampai MD IV, Pra MD adalah masa I’dadiyah atau masa
sebelum dapat membaca A-Qur’an disana terdapat dua kelas. Kelas I Pra MD
berjumlah 30 peserta didik, terdiri dari 14 peserta didik laki-laki dan 16 peserta
didik perempuan. Kelas II Pra MD berjumlah 34 peserta didik, terdiri dari 11
6 Documet MD Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012.
65
peserta didik laki-laki dan 23 peserta didik perempuan. Kelas I MD berjumlah 30
peserta didik, terdiri dari 12 peserta didik laki-laki dan 18 peserta didik
perempuan. Kelas II MD berjumlah 29 peserta didik, terdiri dari 17 peserta didik
laki-laki dan 12 peserta didik perempuan. Kelas II MD berjumlah 19 peserta
didik, terdiri dari 10 peserta didik laki-laki dan 9 peserta didik perempuan. Kelas
IV MD berjumlah 11 peserta didik, terdiri dari 7 peserta didik laki-laki dan 4
peserta didik perempuan.
3. Sekolah Dasar (SD) Nahdlatul Wathan Jakarta
a. Latar Belakang Keberadaan
Mengingat pada awal keberadaannya SD Islam Nahdlatul Wathan Jakarta
sekitar tahun 1992. Beberapa penghuni panti asuhan Nahdlatul Wathan Jakarta
sama sekali belum pernah bersekolah, ada yang pernah duduk di bangku sekolah
kelas I SD namun hanya dua bulan. Sedang usia mereka sudah ada yang berumur
12 tahun. Kemudian para pengasuh panti asuhan Nahdlatul Wathan Jakarta
mencoba untuk mendaftarkan anak-anak tersebut di salah satu SDN namun
ternyata ditolak, dikarenakan umur yang telah kadaluarsa7.
Akhirnya dengan kondisi seperti itu, ketua kordinnator bidang pendidikan
perwakilan Nahdlatul Wathan Jakarta kemudian pada saat itu bermusyawarah
dengan para pengasuh dan pengurus Nahdlatul Wathan Jakarta. Dan akhirnya
kesepakatan tersebut menghasilkan sebuah keputusan yaitu mendirikan salah satu
pendidikan formal yang bernuansa Islami dengan nama Sekolah Dasar Islam
Nahdlatul Wathan Jakarta.
Dari awal berdirinya pada 20 Juli 1992 sampai saat ini belum pernah ada
pergantian kepala sekolah yang memimpin di SD Islam Nahdlatul Wathan
tersebut. Kepala sekolah yang sampai saat ini masih di percayai untuk memimpin
adalah H. Sofawi, S.Pdi.
7 Wawancara dengan Sofawi, (Kepala SD Nahdlatul Wathan Jakarta ), (Jakarta: 27 Juli
2011).
66
b. Visi dan Misi
1) Visi
Unggul dalam prestasi yang didasari iman dan taqwa serta berbudi pekerti
luhur.
2) Misi
a) Menciptakan suasana belajar yang pakem.
b) Menumbuhkan semangat keunggulan kepada seluruh warga sekolah.
c) Mengembangkan potensi siswa sesuai dengan bakat yang dimiliki.
d) Meningkatkan pembelajaran dan bimbingan secara efektif.
e) Meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan.
f) Aktif mengikuti perlombaan dalam berbagai bidang.
g) Mengupayakan lulusan dengan nilai memuaskan.
h) Memotivasi orang tua siswa dalam meningkatkan belajar siswa.
i) Menanamkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
j) Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi.
c. Daftar Guru dan Karyawan8
No. Nama
Tempat
Tanggal
Lahir
Jenis
Kelamin
Mulai
Mengajar Jabatan
Ijazah
Terakhir Kelas
1. H. Sofawi,
S.Pdi
Bumiayu
13 – 09 - 1950 L
20 - 07-
1992 Kepala S.1 2002 -
2. Muhasyim
Asy’ari
Lombok
05 – 12 - 1963 L
20 - 07-
1992 TU M.A 1983 -
3. Sukartini, S.Pd Jakarta
01 - 03 - 1960 P
18 - 07 -
1994
Guru
Umum S.1 VI
4. Yeti Kustika Jakarta
07 - 12 - 1982 P
28 - 08 -
2009
Guru
Umum D.3 2003 I.A
5. Ma’shum
Ahmad, S.Pdi
Lombok
12 - 12 - 1965 L
01 - 09 -
1997
Guru
Agama S.1 1995 I s/d VI
6. Sobikhin, S.Pdi Tegal
15 - 07 - 1969 L
27 - 01 -
2000
Guru
Umum S.1
Bdg
Study
7. Tuti Alawiyah,
S.Pd
Jakarta
21 - 12 - 1971 P
15 - 07 -
1995
Guru
Umum S.1 2009 V
8. Sarkiem Sumedang P 04 - 01- Guru SPGN I.B
8 Document SD Nahdlatul Wathan Tahun 2011
67
23 - 06 - 1964 2001 Umum 1984
9. Siti Rauhun,
S.Pdi
Lombok
20 - 06 - 1966 P
15 - 07 -
2007
Guru
Umum S.1 2002 III.B
10. Siti Sodah, S.Ag Lombok
29 - 10 - 1973 P
03 - 02 -
2003
Guru
Umum S.1 2001 II.A
11. Husniati, S.Pdi Lombok
15 - 05 - 1977 P
25 - 02 -
2003
Guru
Umum S.1 1999 II.B
12. Mursidah Jakarta
27 - 08 - 1970 P
14 - 07 -
1995
Guru
Umum D.2 2009 III.A
13. Rusilawati Spd Indramayu
28 - 01 - 1972 P
20 - 07 -
1992
Guru
Umum S.1 2011 IV
14. Muh. Husni
Zaini S.pdi
Lombok
15 - 01 - 1976 L
08 - 08 -
2004
Guru
Penjas S.1 I s/d VI
15. Ahmad, S.pdi Lombok
31 - 05 - 1971 L
15 - 08 -
1999
Guru
Inggris S.1 2003 I s/d VI
Daftar tabel di atas menggambarkan perkembangan pendidikan yang
berlangsung di lembaga tersebut, dapat dilihat dari kualifikasi guru-guru atau
standar guru-guru yang mengajar disana. Dari kualifikasi tersebut dapat di ukur
kualitas guru yang mengajar di lembaga tersebut sebagai gambaran peningkatan
mutu pendidikan di lembaga tersebut. Dilembaga tersebut terdapat 15 orang guru
termasuk didalamnya Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan TU.
d. Tabel Jumlah Siswa SD 2011-20129
No. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. I SD 36 27 63
2. II SD 17 23 40
3. III SD 27 18 45
4. IV SD 22 23 45
5. V SD 20 16 36
6. VI SD 13 20 33
Jumlah 135 127 263
Tabel di atas menggambarkan jumlah peserta didik yang berada di dalam
lembaga tersebut dari kelas I sanpai dengan kelas VI. Kelas I berjumlah 63 peserta
didik, terdiri dari 36 peserta didik laki-laki dan 27 peserta didik perempuan. Kelas
9 Documet SD Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012.
68
II berjumlah 40 peserta didik, terdiri dari 17 peserta didik laki-laki dan 23 peserta
didik perempuan. Kelas III berjumlah 45 peserta didik, terdiri dari 27 peserta
didik laki-laki dan 18 peserta didik perempuan. Kelas IV berjumlah 45 peserta
didik, terdiri dari 22 peserta didi laki-laki dan 23 peserta didik perempuan. Kelas
VI berjumlah 33 peserta didik, terdiri dari 13 peserta didik laki-laki dan 20 peserta
didik perempuan. Jumlah keseluruhan peserta didik di lembaga tersebut adalah
263 terdiri dari 135 peserta didik laki-laki dan 127 peserta didik perempuan.
e. Fasilitas
Sejak pertama berdiri, keadaan fisik bangunan, sarana dan fasilitas di SD
Islam Nahdlatul Wathan Jakarta tidak mengalami banyak perubahan, namun
beberapa kelas masih menumpang di lembaga lain, itu dikarenakan jumlah siswa
yang terus meningkat. Saat ini jumlah kelas yang digunakan untuk kegiatan
belajar mengajar ada 8 kelas. Adapun sarana dan fasilitas lain yang terdapat di TK
Islam Nahdlatul Wathan Jakarta adalah sebagai berikut:
a. Ruang Kelas
Ruang kelas atau ruang belajar merupakan tempat berlangsungnya kediatan
belajar mengajar yang jumlahnya ada 8 ruang dengan kondisi bangunan yang
permanen.
b. Ruang Kepala Sekolah
Ruang kepala sekolah yang mnenyatu dengan ruang administrasi/Tata Usaha
serta ruang guru tetapi di batasi oleh sekat, agar tidak tercampur dengan kegiatan
adminidtrasi/Tata Usaha.
c. Ruang PSB
Ruang PSB merupakan ruang yang digunakan untuk menyimpan,
memelihara, dan memanfaatkan kolehsi buku-buku, dan alat peraga, serta alat-alat
pendidikan lainnya yang menunjang proses belajar mengajar. PSB di SD Islam
Nahdlatul Wathan Jakarta memiliki ruang baca yang cukup memadai.
h. Ruang UKS
Ruang UKS TK Islam Nahdlatul Wathan Jakarta terletak di sebelah lapangan
olah raga dan dan sekarang telah menjadi klinik Nahdlatul Wathan Jakarta dan di
fungsikan sebagai UKS bagi setiap lembaga yang bernaung di bawah Yayasan.
69
4. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nahdlatul Wathan Jakarta
a. Latar Belakang
SMP Nahdlatul Wathan Jakarta yang beralamatkan di Jalan Raya
Penggilingan Cakung Jakarta Timur. Sekolah ini berdiri diatas lahan seluas 4000
m2 dengan gedung yang cukup sederhana, terdapat tujuh ruang kelas dengan
empat rombongan belajar, ruang kepala sekolah, ruang guru, laboratorium,
perpustakaan serta UKS. Sekolah tidak memiliki ruang serba guna dan mereka
biasa menggunakan ruang kelas bila ada kegiatan khusus.
Walau baru berdiri sekitar tahun 1998 namun jumlah meja, kursi, papan tulis
dan sebagainya cukup memadai, dan cukup terpelihara dengan baik. Halaman
sekolah cukup luas dan terpelihara, namun sangat disayangkan bahwa pagar
halaman sekolah sidah rusak dan belum di perbaiki, sehingga cukup mengganggu
keamanan dan kenyamanan belajar mengajar. Kantin sekolah juga belum ada.
Pelaksanan pembelajaran disekolah ini cukup baik sebab disamping sebagian
besar para gurunya memenuhi kwalifikasi (Sudah berijasah S.1), mereka juga
selalu mencoba untuk memenuhi standar untuk setiap mata pelajaran. Para guru
melaksanakan tugas dengan serius dan mereka juga mencoba mengembangkan
kurikulum pada tingkat satuan pendidikan. Mereka mengembangkan silabus dan
RPP, hanya saja sebagian besar masih bersifat “mengambil dari pihak lain” (copy
and paste) demi kemudahan sehingga tak banyak yang mereka buat sendiri10
.
Secara umum pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah ini cukup baik
sebab ada beberapa guru yang telah menggunakan pendekatan PAKEM/CTL
dalam melaksanakan tugasnya. Mereka juga telah membuat silabus sesuai dengan
standar yang ditentukan untuk membantu peserta didik mencapai standar
kelulusan. Sebagian besar guru mempunyai perencanaan penilaian peserta didik
namun belum memberikan feed back hasil penilaian pada peserta didik. Mereka
menganggap bahwa pnilaian adalah hak guru dan tidak perlu memberitahu peserta
didik dan orangtua mereka.
10
Badri HS, “Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Upaya Peningkatan Mutu
Pendidikan Pada SMP Nahdlatul Wathan JakartaTimur, Tesis Pascasarjana Universitas Islam At
Tahiriyah Jakarta, (Jakarta: Universitas Islam At Tahiriyah Jakarta, 2011), h. 92.
70
Hanya sebagain kecil guru yang sudah membuat KKM tetapi belum
menyampaikan informasi kepada peserta didik mengenai KKM termasuk apa
yang di persyaratkan untuk penguasaan minimum. Para guru juga tidak
melibatkan orang tua dalam penilaian para peserta didik termasuk kurang
memberikan masukan hasil penilaian peserta didik pada orang tua sehingga
peningkatan belajar mereka hanya tergantung pada guru di sekolah saja tanpa
masukan dari orang tua11
.
b. Visi Misi dan Tujuan
1) Visi
Unggul dalam dasar-dasar IPTEK yang berpijak pada IMTAQ dan Akhlakul
Karimah
2) Misi
a) Berprestasi dalam perolehan nilai-nilai akademik
b) Berprestasi dalam kegiatan non akademik/ ekstrakulikuler
c) Aktif dan dinamis dalam kegiatan keagamaan
d) Bertanggungjawab dalam sikap dan prilaku
e) Aktif dalam membangun bangsa
3. Tujuan
a) Menciptakan lulusan yang memiliki dasar-dasar ilmu pengetahuan dalam
teknologi (IPTEK).
b) Menciptakan lulusan yang memiliki pengetahuan dasar-dasar Bahasa Arab
dan Inggris baik lisan maupun tulisan.
c) Menciptakan lulusan yang terampil dalam bidang teknologi dan
komunikasi.
d) Menciptakan lulusan yang mampu memegang teguh iman dan taqwa
(IMTAQ).
e) Menciptakan hubungan harmonis warga sekolah dengan warga lingkungan
sekilah guna perkembangan atau kemajuan sekolah.
f) Berusaha untuk mendapatkan juara umum loketa atau perlombaan lainnya.
11
Badri HS, “Menejemen Berbasis Sekolah…, h. 92.
71
g) Diharapkan lulusannya dapat diterima pada sekolah unggulan dan minimal
dapat meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
h) Mengadakan kegiatan-kegiatan ekskul dan pengembangan diri melalui
program pembiasaan disekolah untuk meningkatkan wawasan siswa.
i) Menciptakan lulusan yang militan diharapkan menjadi kader/ generasi
penerus dalam memajukan agama nusa dan bangsa melalui organisasi
Nahdlatul Wathan.
c. Daftar Guru dan Karyawan12
No. Nama
Tempat
Tanggal
Lahir
Jenis
Kelamin
Mulai
Mengajar Jabatan
Ijazah
Terakhir Study
1. Drs. Badri HS,
M.Pd
Lombok
31 - 12 - 1962 L
20 - 07-
1998 Kepala S.2 PAI
2. M. Syarbini,
S.Ag
Lotim
12 - 12 - 1970 L
20 - 07-
1998 Wakil S.1 TIK
3. H. M. Suhaidi,
SQ
Lotim
21 - 01 - 1959 L
20 - 07 -
1998 Guru S.1 Aqidah
4. Naningsih, S.Pd Jakarta
08 - 07 - 1972 P
16 - 10 -
1998 Guru S.1 IPS
5. Dra. Rohmah
Hidayati
Kebumen
19 - 02 - 1967 P
19 - 07 -
1999 Guru S.1 MTK
6. Muhammad Ali,
S.Pd
Ciamis
02 - 09 - 1972 L
06 - 09 -
1999 Guru S.1 B. Ind
7. Arviyanti
Martya
Padang
01 - 03 - 1971 P
24 - 04 -
2000 Guru S.1
PLKJ&
Seni
8. Tri Puji Rahayu,
S.Pd
Karanganyar
25 - 08 - 1967 P
17 - 07 -
2000 Guru S.1 B. Ing
9. Dra.
Ismiatiningsih
Jakarta
27 - 11 - 1966 P
20 - 07 -
2001 Guru S.1 IPA
10. Muh. Husni
Zaini, S.Pdi
Lotim
15 - 01 - 1976 L
15 - 07 -
2002 Guru S.1 Penjas
11. Arief Rahman,
S.Pd
Jakarta
01 - 08 - 1977 L
31 - 07 -
2003 Guru S.1 PKN
12. Arief Utsman,
S.Pdi
Lombok
11 - 08 - 1977 L
31 - 07 -
2003 Guru S.1 B. Arab
13. Nurbiastuti, Gnung Kidul P 13 - 01 - Guru S.1 B. Indo
12
Documet SMP Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012
72
S.Pd 11 - 11- 1965 2009
14. Abdul Rahim,
S.Pdi
Praya
14 - 09 – 1987 L
13 - 07 -
2009 Guru S.1 Qira’ah
Tabel di atas mejelaskan tentang jumlah guru yang berada di SMP Nahdlatul
Wathan Jakarta. Jumlah keseluruhan guru yang terdaftar adalah sebanyak 14
orang terdiri dari, 1 Kepala Sekolah, 1 Wakil Kepala Sekolah, 1 guru Aqidah
Akhlaq, 1 guru Ilmu Pendidikan Sosial , 1 guru Matematika, 2 guru Bahasa
Indonesia, 1 guru Pendidikan Lingkungan dan Kebudayaan Jakarta, 1 guru Seni
Budaya, 1 guru Bahasa Inggris, 1 guru Ilmu Pendidikan Alam, 1 guru Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan, 1 guru Pendidikan Kewarganegaraan, 1 guru Bahasa
Arab, 1 guru Qiro’ah, 1 guru Tekhnik Informatika, 1 guru Pendidikan Agama
Islam, 1 guru TU dan 1 guru Ke-NW-an.
d. Tabel Jumlah Siswa SMP 2011-201213
No. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. VII A SMP 22 10 32
2. VII B SMP 24 9 33
3. VII C SMP 23 9 32
4. VIII A SMP 15 8 23
5. VIII B SMP 15 7 22
6. IX SMP 9 12 21
7. IX SMP 11 8 19
Jumlah 119 63 182
Tabel di atas menggambarkan jumlah peserta didik yang berada di SMP
Nahdlatul Wathan Jakarta dari kelas VII sanpai dengan kelas IX. Kelas VII A
berjumlah 32 peserta didik, terdiri dari 22 peserta didik laki-laki dan 10 peserta
didik perempuan. Kelas VII B berjumlah 33 peserta didik, terdiri dari 24 peserta
didik laki-laki dan 9 peserta didik perempuan. Kelas VII C berjumlah 32 peserta
didik, terdiri dari 23 peserta didik laki-laki dan 9 peserta didik perempuan. Kelas
VIII A berjumlah 23 peserta didik, terdiri dari 15 peserta didi laki-laki dan 8
peserta didik perempuan. Kelas VIII B berjumlah 22 peserta didik, terdiri dari 15
13
Documet SMP Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012.
73
peserta didik laki-laki dan 7 peserta didik perempuan. Kelas IX A berjumlah 21
peserta didik, terdiri dari 9 peserta didik laki-laki dan 12 peserta didik perempuan.
Kelas IX B berjumlah 19 peserta didik, terdiri dari 11 peserta didik laki-laki dan 8
peserta didik perempuan. Jumlah keseluruhan peserta didik di SMP Nahdlatul
Wathan Jakarta adalah 182 terdiri dari 119 peserta didik laki-laki dan 63 peserta
didik perempuan.
5. Sekolah Menengah Atas (SMA) Nahdlatul Wathan Jakarta
SMA Nahdlatul Wathan yang berdiri tahun 2002, sebagaimana lembaga
pendidikan lainnya adalah salah satu lembaga pendidikan yang tetap mengemban
amanat Undang-Undang Dasar 1945 mengenai pendidikan yang bermuara pada
tujuan filosofis nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selaras
dengan itu, Undang-Undang Dasar 1945 merefleksikannya dengan suatu kerangka
dasar bahwa “Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan bermutu” .
Tujuan awal pendirian SMA Nahdlatul Wathan ini adalah untuk menampung
para santri Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan yang lulus dari SMP Nahddlatul
Wathan. Dengan tujuan dan harapan bahwa para santri tersebut tidak terpengaruh
oleh lingkungan yang terdapat di luar Pondok Pesantren, seperti yang telah
banyak di ketahui bahwa pergaulan di Jakarta sangat memprihatinkan, pelajar
bolos sekolah, pergaulan bebas, dan tawuran. Untuk mencegah hal-hal demikian
dan kekhawatiran para pengasuh dan para asatiz Pondok Pesantren Nahdlatul
Wathan dapat terhindarkan serta dalam mendidik para santri Pondik Pesantren
berjalan dengan harapan kedua orang tua mereka yang menitipkan anaknya di
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan.
Seiring berjalannya waktu SMA Nahdlatul Wathan juga sebagai sarana
alternatif bagi para siswa-siswi lulusan SMP Nahdlatul Wathan dan juga SMP dan
MTs di lingkungan sekitar yang tidak bisa masuk di sekolah Negeri. Selang
hanya 4 tahun sejak pendiriannya SMA Nahdlatul Wathan diakui statusnya
sebagai sekolah yang berhak menyandang status ’disamakan’ dengan Akreditasi B
dan berhak menyelenggarakan Ujian Nasional sendiri.
Dengan semangat dan kerja keras para guru di SMA Nahdlatul Wathan,
sekolah inipun makin diakui dan diperhitungkan keberadaannya di tengah-tengah
74
persaingan yang sangat ketat dengan SMK. Pada alal berdirinya banyak orang tua
murid yang anaknya tidak mondok di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan namun
menitipkan anaknya untuk bersekolah di SMA Nahdlatul Wathan. Dengan
pertimbangan bahwa lulusan SMA Nahdlatul Wathan tidak kalah dengan lulusan
SMA suasta lainnya, sebagai bukti telah banyak lulusan-lulusannya yang di terima
di Universitas-universitas berkualitas di Jakarta, seperti UIN Jakarta, UNJ,
Gunadarma dan lain sebagainya.
Disamping itu SMA Nahdlatul Wathan juga terus berprestasi dalam
mengituki kejuaran keagamaan tingkat SMA di Jakarta. Beberapa kali siswa SMA
Nahdlatul Wathan memperoleh juara satu mengalahkan SMA-SMA lain di
Jakarta. Bahkan bukan hanya dalam satu bidang lomba saja akan tetapi pada
beberapa mata lomba, di antaranya Pidato, MTQ, MHQ, Adzan dll. Semua ini
dikarenakan SMA Nahddlatul Wathan berada dalam lingkungan Pondok
Pesantren yang siswanya tidak sedikit dari para santri Pondok pesantren Nahdlatul
Wathan Jakarta.
Beberapa tahun belakangan ini sungguh sangat disayangkan, persentase siswa
yang bersekolah di SMA Nahdlatul Wathan semakin berkurang. Semua ini
dikarenakan persaingan pendidikan yang sangat ketat, apalagi belakangan ini
SMK sedang produktif dalam berkarya dan menghasilkan banyak penemuan-
penemuan mengakibatkan banyak siswa yang lebih tertarik untuk masuk SMK
daripada di SMA. Bahkan SMA di sekitar Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan
banyak yang tutup karena kekurangan siswa, namun SMA Nahdlatul Wathan
Bersukur sampai saat ini masih berdiri walau murudnya hanya satu kelas saja.
SMA Nahdlatul Wathan akan terus berupaya keras untuk mendatangkan murid,
dengan menggalakkan ekskul yang mengasah kemampuan untuk mempermudah
memperoleh pekerjaan seperti Otomotif dan Komputer, Ujar Muslihan Habib, MA
selaku kepala sekolah SMA Nahdlatul Wathan.
a. Visi dan Misi Sekolah
1) Visi
Membangun Sumber Daya Manusia [SDM] Beriman dan Berdaya Saing
2) Misi
a) Meningkatkan kualitas keagamaan secara intensif
75
b) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap nilai-nilai
keagamaan
c) Meningkatkan kualitas akademik
d) Membina dan mengarahkan kinerja pembelajaran secara konsisten
e) Menumbuhkan dan meningkatkan potensi keunggulan secara intensif.
3. Tujuan
a) Meningkatkan kegiatan keagamaan secara teratur, terarah, terpadu dan
kontinyu
b) Siswa berdisiplin tinggi, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia,
menghargai sesama, hormat kepada guru dan patuh terhadap orangtua.
c) Meningkatkan kegaiatan siswa yang mengarah pada kualitas Iman dan
Taqwa (IMTAQ)
d) Meningkatkan kegiatan siswa yang mengarah pada kualitas Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
e) Guru memiliki profesionalisme dan kompetensi di bidangnya.
f) Meningkatkan peringkat nilai rata-rata semester dan ujian nasional.
g) Meningkatkan kegiatan Belajar dan Mengajar melalui sarana dan
parasarana yang ada
h) Meninkatkan kreativitas guru dalam mengajar mengalami peningkatan
i) Adanya program tetap dalam bidang pelatihan kepemimpinan dan aktivitas
sosial
c. Daftar Tabel Guru dan Karyawan SMA14
No. Nama
Tempat
Tanggal
Lahir
Jenis
Kelamin
Mulai
Mengajar Jabatan
Ijazah
Terakhir Study
1. Muslihan
Habib, MA
Lotim
14 - 07 - 1972 L
15 - 07-
2002 Kepala S.2 NW
2. Yuli Sofiyati,
S.Pd
Bumiayu
24 - 06 - 1977 P
15 - 07-
2002 Wakil S.1 Fisika
3. H. M. Suhaidi,
SQ
Lotim
21 - 01 - 1959 L
15 - 07-
2002 Guru S.1 Aqidah
4. Saparuddin, Lotim L 15 - 07- Guru S.1 TIK
14
Documet SMA Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012.
76
S.Ag 12 - 01 - 1972 2002
5. Dra. Rohmah
Hidayati
Kebumen
19 - 02 - 1967 P
15 - 07-
2002 Guru S.1 MTK
6. Dra.
Ismiatiningsih
Jakarta
27 - 11 - 1966 P
15 - 07-
2002 Guru S.1 Biologi
7. Nurhayati, S.Pd Ciamis
25 - 08 - 1975 P
15 - 07-
2002 Guru S.1 Ekonomi
8. Turdianto, S.Pd Kebumen
13 - 02 - 1974 L
15 - 07-
2002 Guru S.1 Kimia
9. Dahlia, S.Pd Cirebon
23 - 12 - 1976 P
05 - 08 -
2004 Guru S.1 Sosiologi
10. Drs. Muhaidin Ampan Lolat
31 - 12 - 1964 L
17 - 07 -
2006 Guru S.1 PKN
11. Arviyanti
Martya
Padang
01 - 03 - 1971 P
29 - 07 -
2006 Guru S.1
Seni
Rupa
12. Soleh Abwa,
MA
Tegal
11 - 10 - 1970 L
16 - 07 -
2007 Guru S.2 PAI
13. Rohimin, S.Pd Jakarta
13 - 08 - 1984 L
14 - 07 -
2008 Guru S.1 Penjas
14. Baiq Sri Titin
Kuswari, S.Pd
Selong
25 - 10- 1973 P
13 - 07 -
2009 Guru S.1 Geografi
15. Roby Hidayat Lobar
28 - 11 - 1991 L
13 - 07 -
2009 Guru - TU
Tabel di atas mejelaskan tentang jumlah guru yang berada di SMA Nahdlatul
Wathan Jakarta. Jumlah keseluruhan guru yang terdaftar adalah sebanyak 15
orang terdiri dari, 1 Kepala Sekolah, 1 Wakil Kepala Sekolah, 1 guru Tekhnik
Informatika, 1 guru Matematika, 1 guru Biologi, 1 guru Ekonomi, 1 guru Kimia, 1
guru Sosiologi, 1 guru Pendidikan Kewarganegaraan, 1 guru Seni Rupa, 1 guru
Pendidikan Agama Islam, 1 guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, 1 guru
Geografi, 1 guru TU, 1 guru Fisika dan 1 guru Ke-NW-an.
d. Tabel Jumlah Siswa SMA 2011-201215
No. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. X SMA 11 5 16
2. XI IPS SMA 17 7 24
3. XII IPS SMA 13 6 19
15
Documet SMA Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012.
77
Jumlah 41 18 59
Tabel di atas menggambarkan jumlah peserta didik yang berada di SMA
Nahdlatul Wathan Jakarta dari kelas X sanpai dengan kelas XII. Kelas X
berjumlah 16 peserta didik, terdiri dari 11 peserta didik laki-laki dan 5 peserta
didik perempuan. Kelas XI berjumlah 24 peserta didik, terdiri dari 17 peserta
didik laki-laki dan 7 peserta didik perempuan. Kelas XII berjumlah 19 peserta
didik, terdiri dari 13 peserta didik laki-laki dan 6 peserta didik perempuan. Jumlah
keseluruhan peserta didik di SMA Nahdlatul Wathan Jakarta adalah 59 terdiri dari
41 peserta didik laki-laki dan 18 peserta didik perempuan.
B. Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid
Menurut Drs. Kamaluddin M.SQ, yang merupakan salah seorang pakar
pendidikan Indonesia saat ini. Kandidat doktor UIN dan konsultan beberapa
sekolah unggulan di Depok, Serpong, Bekasi dan Aceh mengatakan syarat
penyelenggaraan lembaga pendidikan harus memiliki beberapa rukun diantaranya:
Satu adanya saranadan prasarana, dua adanya guru, tiga adanya murid, empat
adanya kurikulum, lima adanya uang. Tapi uang bukan segalanya, artinya tidak
punya uang lalu tidak punya program, tapi mestinya apabila programnya bagus
uang akan menunjang.16
Nahdlatul Wathan Jakarta sebagai sarana lembaga pendidikan harus
memenuhi syarat-syarat yang menunjangnya. TGKH Muhammad Zainuddin
Abdul Majid adakah peranan beliau terhadap keberadaan Nahdlatul Wathan di
Jakarta dan apakah terdapat kontribusi yang di berikan oleh beliau dalam
berdirinya lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan di dalamnya. Berikut
penulis akan mencoba mengulas mengenai permasalahan tersebut.
1. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pendidikan disebut educational facilities. Sebutan itu
jika diadopsi ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi fasilitas pendidikan.
Fasilitas pendidikan artinya segala sesuatu (alat dan barang) yang memfasilitasi
(memberikan kemudahan) dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Secara
16
Lihat Tabloid Sinar Lima Edisi 8, h: 19.
78
umum sarana pendidikan adalah segala macam alat yang digunakan secara
langsung dalam proses pendidikan. Sementara prasarana pendidikan adalah segala
macam alat yang tidak secara langsung digunakan dalam proses pendidikan.
Mengenai sarana dan prasarana pendidikan Nahdlatul Wathan di Jakarta,
tidak luput dari campur tangan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid,
khususnya dalam pembelian dan pembebasan tanah. Karena tanah adalah salah
satu sarana terpenting dalam pembangunan. Tanpa adanya tanah, atau lebih
khusus tanah milik sendiri yang tidak membebani di masa yang akan datang
dalam menunjang perkembangan proses pendirian dan pengadaan lembaga-
lembaga pendidikan yang bernaung di bawah bendera Nahdlatul Wathan.
Dalam hal pembelian tanah ini KH Muhammad Suhaidi sebagai pimpinan
Yayasan Nahdlatul Wathan di Jakarta selalu mengimformasikan kepada TGKH
Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, apabila ada penduduk lokal yang ingin
menjual tanahnya. TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid dalam hal ini
sangat mendukung atas apa yang di lakukan oleh KH Muhammad Suhaidi
tersebut. Terbukti dengan apabila KH Muhammad Suhaidi menghadap pada
TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid di Lombok, dalam membahas
pembelian atau pembebasan tanah di Jakarta beliau sangat antusias dengan
memberikannya uang sejumlah yang di butuhkan.
Seperti sejarah Nahdlatul Wathan Jakarta yang di tuliskan pada bab
sebelumnya, bahwa Nahdlatul Wathan ini diawali dengan majlis taklim dan
pengajian anak-anak. Dua hal ini kemudian berkembang dan memaksa KH
Muhammad Suaidi untuk memperluas wilayahnya dengan cara membeli tanah di
sekitar tempat pengajian dan majlis taklim tersebut. Dalam hal ini para jama’ah
dan para wali murid berinisiatif untuk membelikan tanah sebagai wadah untuk
pengajian dan majlis taklim. Para jama’ah dan para wali muridpun mengumpulkan
dana untuk pembelian tanah tersebut, tanah itu berukuran 257 M.17
Uang yang
dikumpulkan para jama’ah dan wali murid tersebut belum cukup untuk melunasi
tanah tersebut sehingga KH Muhammad Suhaidi pulang ke Lombok untuk
memberi informasi pada TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, beliau
17
Dokumen Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta tahun 1997.
79
berkata “Jama’ah di Jakarta ingin membeli tanah tapi dananya tidak mencukupi”
kemudian TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid memberikan uang pada
KH Muhammad Suhaidi sejumlah kekurangan dari dana yang di kumpulkan oleh
para Jama’ah dan wali murid tersebut.
Setelah tanah di beli, saat itulah kemudian terbitlah struktur Surat Keputusan
(SK) majlis taklim perwakilan majlis taklim dari Lombok. SK majlis taklim
Nahdlatul Wathan untuk Jakarta diterbitkan oleh PBNW Pusat di Lombok.
Namun SK tersebut dinilai kurang kuat sehingga para pengurus bermusyawarah
agar di tingkatkan menjadi pengurus perwakilah Nahdlatul Wathan di Jakarta.
Pada waktu itu KH Muhammad Suhaidi menemukan kendala di PBNW Pusat,
karena pada waktu itu umur KH Muhammad Suhaidi dan para asatiz lainnya
masih terhitung muda, mereka berpendapat bahwa Jakarta adalah Ibukota Negara
dan perwakilan Jakarta sejajar dengan PB, sehingga PBNW Pusat sangat berat
mengeluarkan SK perwakilan NW Jakarta. Namun setelah KH Muhammad
Suhaidi mendiskusikannya dengan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid,
beliaupun langsung mengambil alih dan mengatakan pada PBNW Pusat “Buatkan
SK, tidak apa-apa terbitkan saja, seolah-olah beliau mengatakan tidak apa-apa
terbitkan saja SK walaupun mereka masih anak-anak.”18
KH Muhammad Suhaidi
dan para asatiz di Jakarta diberikan kebebasan asalkan bermanfaat dan dapat
memperkenalkan Nahdlatil Wathan.
Dalam proses pembangunan dan pengembangan pendidikan di Jakarta TGKH
Muhhammad Zainuddin Abdul Majid tidak pernah menanyakan apa yang kamu
dirikan, namun yang sering beliau tanyakan adalah berapa jumlah tanahmu
sekarang. Dan beliau juga sering mengontrol perkembangan pendidikan di Jakarta
dengan bertanya, pelajaran apa saja yang di ajarkan di sana. Artinya jiwa dan
semangat beliau dalam perkembangan dan pembangunan Nahdlatul Wathan di
Jakarta sangat besar. Beliaupun bercita-cita untuk menjadikan Jakarta sebagai
18
Wawancara dengan Muhammad Suhaidi, (Ketua Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta),
(Jakarta: 07 Juni 2011).
80
generasi Nahdlatul Wathan suatu ketika. Beliau sering mengatakan “Ga cukup
kalo tanahmu masih kecil begitu temanmu banyak nanti.19
TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, dalam peranannya yang sangat
besar di tunjukkan dalam hal pembelian tanah. Beliau tidak pernah ikut campur
dalam urusan membangun dan mendirikan bangunan. Namun beliau senantiasa
mendukung atas apapun yang KH Muhammad Suhaidi dan para asatiz dirikan di
Jakarta. Dengan kearifannya beliau juga sering mengatakan dalam bahasa sasak
“Mbe jak ampok ne sik mele nurut ite sik dengan ino”.20
Pernah pada suatu ketika
KH Muhammad Suhaidi berdialog dengan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul
Majid, beliau mengatakan ketika membangun Sekolah Dasar (SD) “ Dato’21
ni SD
mau ngecor tapi ndak ada dana, beliau mengatakan itu urusanmu, cari sendiri,
saya tugasnya hanya membeli tanah.”
Jadi dapat di simpulkan, apabila di persenkan kira-kira 70 % pembelian tanah
di Nahdlatul Wathan Jakarta menggunakan uang TGKH Muhhammad Zainuddin
Abdul Majid dan 30 % nya menggunakan uang jama’ah. Bahkan saking cintanya
beliau terhadap kemajuan dan perkembangan Nahdlatul Wathan Jakarta, sempat
pada penghujung hayatnya beliau masih menitipkan uang sejumlah 30 Juta pada
istrinya Hj Siti Rahmatullah, untuk diberikan pada KH Muhammad Suhaidi. Dan
beliaupun sempat berpesan pada istrinya “Besok Suhaidi akan pulang kasi dia
uang itu untuk memperluas tananya di Jakarta.”
2. Guru
Dalam proses belajar mengajar guru adalah orang yang memberikan
pelajaran. Dalam kamus bahasa Indonesia, guru diartikan orang yang kerjanya
mengajar. Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun secara klasikal,
baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pada sisi lain, “guru adalah semua orang
19
Wawancara dengan Muhammad Suhaidi, (Ketua Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta),
(Jakarta: 07 Juni 2011). 20
Dalam Bahasa Indonesia Berarti: Bagaimana agar orang-orang itu mau mengikuti kita,
kita turuti saja keinginan mereka. 21
Dalam bahasa saak Dato’ adalah panggilan penghormatan bagi sesepuh atau yang di
tuakan atau di hormati di Lombok NTB.
81
yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak
didik, baik secara individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah.
Latar belakang pendidikan seorang guru dari guru lainnya terkadang tidak
sama dengan pengalaman pendidikan yang pernah dimasuki selama jangka waktu
tertentu. Perbedaan latar belakang pendidikan akan mempengaruhi kegiatan guru
dalam melaksanakan kegiatan interaksi belajar mengajar. Tetapi, karena
banyaknya guru yang dibutuhkan di madrasah-madrasah maka latar belakang
pendidikan seseorang seringkali tidak dipertimbangkan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Siapa saja yang memberikan
ilmu agama yang selama ini belum diketahui meski hanya satu pengetahuan maka
orang yang memberi pengetahuan tersebut adalah guru bagi yang diberi
pengetahuan. Semua orang yang telah meninggal dunia lalu perkataan, perilaku
atau peninggalannya itu menjadi sumber pengetahuan agama yang baru bagi kita
maka dia adalah guru kita. Sehingga dari sudut pandang ini maka generasi salaf
adalah guru bagi berbagai generasi setelahnya”
Sedangkan dalam bahasa Arab guru dikenal dengan kata al-mu’alim atau al-
ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Jadi al-Mu’alim
atau alustadz mempunyai pengertian sebagai orang yang mempunyai tugas untuk
membangun aspek spriritualitas manusia.
Adapun pengertian guru secara umum adalah seseorang yang memiliki tugas
sebagai fasilitator siswa dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan
kemampuannya secara optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah, baik yang
didirikan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau swasta. Karena guru
adalah tenaga profesional yang membantu orang tua untuk mendidik anak-anak
pada jenjang pendidikan. Dari pengertian di atas ternyata terdapat sebagian orang
yangmengartikan guru hanya sebagai pengajar. Sedangkan dalam lain memandang
guru adalah sebagai seorang pendidik. Guru adalah bapak rohani bagi peserta
didik yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia dan
meluruskan perilakunya yang buruk oleh karena itu pendidikan mempunyai
kedudukan tinggi.
82
Di Nahdlatul Wathan di Jakarta, dari awal keberadaannya para guru yang
mengajar di dalamnya adalah alumnus Ma’had Darul Qur’an dan Hadits
Nahdlatul Wathan pancor NTB. Maka dapat di katakana bahwa para guru yang
mengajar pada awal keberadaan Nahdlatul Wathan Jakarta tersebut adalah murid
Maulana Syeikh dan secara otomatis memiliki bekal perjuangan yang dimiliki
Maulana Syeikh pula. Dalam hal ini terdapat keterlibatan Maulana Syeikh
langsung dalam menerapkan pendidikan dan pengajaran kepada para guru yang
mengajar di Nahdlatul Wathan Jakarta pada saat para guru tersebut sedang
mengenyam pendidikan di Ma’had Darul Qur’an dan Hadits Nahdlatul Wathan.
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang terus meningkat
di Nahdlatul Wathan Jakarta, para gurupun semakin bertambah di setiap lembaga
pendidikan. Disinilah terdapat fariasi, karena para guru yang datang setelahnya
adalah para guru professional lulusan kampus-kampus terkemuka di Indonesia.
Akan tetapi para guru tersebut langsung beradaptasi dengan lingkungan Nahdlatul
Wathan, karena nuansa yang ditanamkan semenjak awal berdirinya di Jakarta tak
akan pudar, sebagai bekal yang di wariskan Maulana Syeikh kepada para
muridnya ketika masih menjadi santri dahulu.
3. Murid
Murid berarti orang yang sedang berguru, datang ke suatu lembaga untuk
memperoleh atau mempelajari beberapa ilmu pengetahuan. Seorang murid adalah
orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapa pun usianya, dari mana pun,
siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan biaya apa pun untuk meningkatkan
intelek dan moralnya dalam rangka mengembangkan dan membersihkan jiwanya
dan mengikuti jalan kebaikan.
Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang
menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-
mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan
kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi faktor penentu,
sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai
tujuan belajarnya.
83
Dalam proses belajar-mengajar yang diperhatikan pertama kali adalah
murid/anak didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu
menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan,
bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat atau fasilitas apa yang cocok dan
mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan/karakteristik murid.
Selain guru, murid pun mempunyai tugas untuk menjaga hubungan baik
dengan guru maupun dengan sesama temannya dan untuk senantiasa
meningkatkan keefektifan belajar bagi kepentingan dirinya sendiri. Adapun tugas
tersebut ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek yang berhubungan dengan
belajar, aspek yang berhubungan dengan bimbingan, dan aspek yang berhubungan
dengan administrasi.
Kesalahan-kesalahan dalam belajar sering dilakukan murid, bukan saja karena
ketidaktahuannya, tetapi juga disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaannya yang
salah. Adalah menjadi tugas murid untuk belajar baik yang menghindari atau
mengubah cara-cara yang salah itu agar tercapai hasil belajar yang maksimal.
Untuk mengantisipasi kebiasaan-kebiasaan yang akan di timbulkan oleh
peserta didik, maka Nahdlatul Wathan telah menerapkan pembiasaan-pembiasaan
yang baik dalam lingkungannya. Semua ini dilakukan dikarenakan Nahdlatul
Wathan terdapat dalam lingkungan Pondok pesantren. Dan semua murid disetiap
lembaga yang bersekolah di Nahdlatul Wathan diharuskan untuk mengikuti
peratuuran yang di buat oleh yayasan. Seperti berdo’a sebelum masuk sekolah
atau setelah pulang sekolah harus menggunakan do’a yang di ajarkan oleh
Maulana Syeikh, dan shalat zuhur berjama’ah di sebelum pulang sekolah dan
harus menggunakan do’a yang telah di ajarkan Maulana Syeikh dan yang di
gunakan oleh semua Pondok Pesantren dan lembaga pendidikan yang berada
dibawah naungan Organisasi Nahdlatul Wathan.
4. Kurikulum
Secara umum lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Nahdlatul
Wathan Jakarta menggunakan kurikulum yang telah di terapkan oleh pemerintah
baik dari Depatremen Pendidikan Nasional atau dari Departemen Pendidikan
84
Agama. Namun disisi lain Nahdlatul Wathan juga menerapkan kurikulum sendiri
yang mampu berkolaborasi dengan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah.
Nahdlatul Wathan memiliki sebuah kurikulum sebagai pedoman
pengembangan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Ke-NW-an dibuat
semenjak akhir tahun 2009 yang lalu, dengan lahirnya Dokumen Kurikulum Ke-
NW-an yang kini sudah beredar di tengah masyarakat. Dengan proses penggalian
dan pengembangan yang panjang dan berliku, keberadaan Kurikulum tersebut
setidaknya telah menorehkan sejarah baru dalam perkembangan Nadlatul Wathan.
Kurikulum dalam konteks ini adalah dokumen yang berisi sistematika
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dari pelajaran Ke-NW-an secara
umum dan khusus yang dirinci dalam satuan tingkatan belajar dan diletakkan
dalam kerangka sistem kurikulum nasional yang berlaku saat ini.
5. Metode Pembelajaran
a. Pembelajaran di Nahdlatul Wathan Jakarta Sarat dengan Nasihat
Mutiara TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
Pembelajaran di Nahdlatul Wathan Jakarta memang mengandung apa yang
pernah di ajarkan oleh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid terutama
sekali dalam pembelajaran itu ialah tradisi-tradisi pendidikan yang ada di Pancor
Lombok Timur di abadikan di Jakarta. Terutama sekali dalam penerimaan siswa
baru, apabila di Pancor Lombok Timur tradisi semacam ini hanya ada di Ma’had
saja. Namun kita akan coba untuk dilestarikan di Jakarta, tradisi ini dalam istilah
bahasa sasak biasa disebut “Penyerahan Mayong Sebungkul”22
yaitu penyerahan
seorang siswa baru dari wali murid kepada seorang guru untuk di didik selama
empat tahun.
Di Jakarta tradisi ini dikemas sedemikian rupa sehingga setiap awal tahun
ajaran baru selalu mengadakan penyerahan siswa baru. Pertama siswa baru
tersebut diserahkan oleh para wali murid mereka masing-masing pada yayasan
kemudian yayasan akan menyerahkan siswa baru tersebut pada lembaga-lembaga
pendidikan yang bersangkutan seperti TK, SD, SMP, dan SMA. Pada waktu
22
Istilah khas dalam bahasa sasak yang di gunakan Nahdlatul Wathan dalam serah terima
murid baru oleh wali murid pada Yayasan pada tahun ajaran baru.
85
penyerahan siswa baru di tahun ajaran baru tersebut biasanya semua siswa,
pengurus dan para guru dikumpulkan untuk menyaksikan penyerahan tersebut.
Penyerahan dari seorang wali murid pada pengurus yayasan dan guru-guru dengan
hati yang ikhlas serta mempercayakan anaknya agar dididik sehingga
mendapatkan ilmu yang barokah dan bermannfaat bagi agama Nusa dan Bangsa.
Selain itu, tradisi-tradisi yang di lestarikan di Jakarta ialah tradisi lumrah
yang biasanya ada di setiap Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan baik di Lombok
sebagai pusat Nahdlatul Wathan ataupun di luar Lombok. Diantaranya ialah
membaca Hizib, Sholawat Nahdlatain, do’a Nurul Hayat, do’a Pusaka, dan lain
sebagainya. Hizib di baca setiap malam jum’at bagi santri yang berada di pondok
pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, dimulai setelah shalat magrib sampai kurang
lebih pukul 21.00 WIT. Bagi siswa dan siswi lembaga pendidikan membacanya
pada seriap hari Jum’at pagi biasanya dimulai dari pukul 7.00 sampai dengan
pukul 09.00 WIT. Shalawat Nahdlatain dan do’a Nurul Hayat, asmaul husna dan
do’a-do’a lainnya biasanya dibaca pada awal memulai pelajaran di setiap lembaga
pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta, baik TK, SD, SMP dan SMA,
biasanya siswa dan siswi tersebut berbaris di depan halaman lembaga pendidikan
masing-masing dan membacanya dengan bersama-sama. Do’a Pusaka biasanya
dibaca oleh siswa dan siswi pada akhir pembelajaran yang berlangsung di setiap
lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta, biasanya
membacanya di setiap kelas masing-masing dengan bersama-sama dan diawasi
pleh guru yang mengajar di jam terakhir.
Tradisi-tradisi semacam ini ditanamkan dengan tujuan agar nilai-nilai
perjuangan yang ada pada TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid tetap
tertanam dan terpelihara. Baik bagi santri yang berada di Pondok pesantren
Nahdlatul Wathan Jakarta maupun bagi para pelajar yang belajar di setiap
lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta.
b. Metode Pembelajaran yang Diterapkan di Nahdlatul Wathan Jakarta
Metode yang diterapkan di Nahdlatul Wathan Jakarta tidak terlepas dari
kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah baik TK, SD, SMP dan SMA.
Akan tetapi selain dari kurikulum yang berasal dari pemerintah, Nahdlatul Wathan
86
Jakarta juga menerapkan pelajaran muatan local yang berisikan pelajaran Bahasa
Arab, Keorganisasian dan juga penerapan tradisi-tradisi yang ada di Nahdlatul
Wathan. Penerapan kurikulum memang tidak dapat terlepas dari pengawasan
pemerintah dalam proses dan pengevaliasiannya, namun Nahdlatul Wathan juga
senantiasa menerapkan kurikulum keorganisasian dalam lembaga-lembaga
pendidikan yang berada di bawah naungannya, seperti pelajaran keNWan yang
memiliki kurikulum tersendiri dalam pengajaran dan penerapan pembelajarannya.
Kurikulum keNWan ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah para siswa dan
siswi juga para santri untuk memahami Nahdlatul Wahtan secara mendalam.
Dalam kurikulum keNWan termasuk juga didalamnya pemanfaatan jam nol,
yaitu pembelajaran yang dilakukan sebelum jam pelajaran formal dimulai kurang
lebih satu jam sebelum jam pelajaran dimulai, bila jam formal bagi lembaga
pendidikan dimulai jam 07.00 maka jam nol dimulai pekul 06.00, pada jam nol ini
biasa di isi dengan pelajaran akhlak yang di ajarkan oleh para assatiz dari pondok
pesantren di tujukan pada siswa dan siswi yang bersekolah di lembaga pendidikan
yang berada di Nahdlatul Wathan Jakarta, namun jam nol ini belum merata pada
setiap lembaga pendidikan yang berada di Nahdlatul Wathan, jam nol ini baru
diterapkan pada dua lembaga pendidikan saja yaitu SMP Nahdlatul Wathan
Jakarta dan SMA Nahdlatul Wathan Jakarta. Pengadaan pelajaran akhlak ini
bertujuan agar membentuk karakter siswa dan siswi pelajar Nahdlatul Wathan
yang berakhlak karimah baik dalam lingkungan pendidikan dan di luar lembaga
pendidikan, disamping itu juga di Nahdlatul Wathan Jakarta adalah sekolah yang
berbasiskan pondok pesantren sehingga siswa dan siswinya diharapkan memiliki
sikap dan sifat layaknya seorang santri, dan dalam diri mereka tertanam nilai-nilai
kebaikan dan akhlakul karimah.
Dalam hal ini mungkin akan timbul pertanyaan, mengapa Nahdlatul Wathan
Jakarta mendirikan lembaga pendidikan yang bersifat umum sedangkan
lingkungannya bernuansa pondok pesantren?. Dalam hal ini Nahdlatul Wathan
Jakarta memiliki banyak pertimbangan sehingga terlahirlah lembaga-lembaga
pendidikan formal yang bersifat umum, semua ini tidak terlepas dari pengaruh dan
dukungan lingkungan sekitar yang mendorong Nahdlatul Wathan Jakarta untuk
87
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal yang bersifat umum dari TK,
SD, SMP dan SMA. Nahdlatul Wathan melihat masyarakat di sekitar lebih
cenderung pada lembaga pendidikan yang bersifat umum, sehingga dengan
kecendrungan masyarakat tersebut Nahdlatul Wathan akan mewarnai setiap
kurikulum yang ada di dalamnya dengan pelajaran keagamaan, sehingga siswa
dan siswi Nahdlatul Wathan tidak akan terlepas dari pelajaran dan pendidikan
yang bersifat keagamaan walaupun lembaga pendidikan yang bernaung
dibawahnya bersifat umum.
C. Pemikiran Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau biasa disebut
Maulana Syeikh adalah seorang tokoh berpengaruh, ulama besar dan kharismatik
di Lombok Nusa Tenggara Barat. Ketokohannya tidak saja kuat mengakar di
lingkungan Nusa Tenggara Barat, tetapi juga hingga ke seluruh tanah air. Tak
heran apabila banyak umat Islam dari berbagai daerah di tanah air, bahkan ada
beberapa pimpinan negara yang datang berkunjung pesantrennya untuk meminta
nasehat dan do’a pada beliau.
Bagi banyak kalangan, Maulana syeikh adalah pemimpin yang berhasil
mereformasi wajah pulau Lombok menjadi sebuah wilayah dengan identitas ke-
Islam-an yang cukup kuat, dari kondisi keberagamaan sebelumnya yang bercorak
Islam-Budha-Hindu. Nahdlatul Wathan adalah organisasi keislaman yang
dibangun oleh Maulana Syeikh pada tahun 1953 sebagai medium perjuangan.
Sekalipun Maulana Syeikh berkiprah memperjuangkan pendidikan agama
dengan basis organisasi Nahdlatul Wathan di Pulau Lombok, sebuah daerah yang
terpencil dilihat secara geografis nasional. Namun demikian, cita-citanya tidak
pernah sederhana. Melalui Nahdlatul Wathan yang dibangunnya ia ingin
mempersembahkan kader-kadernya untuk mewarnai kehidupan kebangsaan yang
penuh dengan nuansa dan semangat keberagamaan yang tinggi. Dalam salah satu
karyanya, Hizb Nahdlatul Wathan, ia menyusun doa yang artinya sebagai berikut:
Ya Allah tinggikanlah derajat negara kami dengan Nahdlatul Wathan
hingga langit tertinggi, mendapat kebahagiaan, petunjuk dan
88
perlindunganMu, dan sinarilah negara kami dengan bintang-bintang
Nahdlatul Wathan, serta Makmurkanlah negara kami dengan air-air
Nahdlatul Wathan.23
Dan dalam banyak do’a yang disusunnya, ia banyak menyisipkan do’a agar
panji-panji Nahdlatul Wathan dapat disebarkan ke seluruh penjuru dunia, dengan
ungkapannya yang sangat populer, wansyur liwa’a Nahdlatil Wathani fil ’alamin
(Dan sebarkanlah panji-panji Nahdlatul Wathan ke seluruh penjuru dunia)24
.
Manusia merencanakan dan berdoa, Tuhan jualah yang memastikan dan
menentukan. Saat ini salah satu cucunya berhasil di percaya, terpilih melalui
pemilihan langsung dan demokratis yakni Tuan Guru KH. Muhammad Zainul
Majdi, MA sebagai Gubernur Nusa Tenggara Barat.
1. Menempatkan Iman dan Taqwa sebagai visi hidup;
Menurut Maulana Syeikh, iman memiliki posisi strategis dalam pembentukan
kualitas individu. Tentang pentingnya Iman – Taqwa sebagai pilar kesuksesan
dapat kita lihat dalam true sukses bagindan kita Nabi Muhammad SAW tentang
hal ini sudah banyak dibahas, namun yang ingin digaris bawahi tentang
pentingnya kecerdasan spiritual ini dalam kesuksesan juga telah di akui pakar
barat sekalipun. ” Kecerdasan spritual tidak saja lebih perkasa dari pada jenis
kecerdasan lainnya ( PQ, IQ, EQ) tetapi lebih dari itu kecerdasan spritual
merupakan pusat dari segala kecerdasan, tegas Stephen R. Covey penulis buku the
7 th Habbits dan The 8 th Habbits.
Selanjutnya kecerdasan spiritual Tuan Guru mewarnai derap kegiatannya,
sebagaimana terekam dalam syairnya di bawah ini :
Ya Subhanallah ajib bin heran
Seakan mereka terputus iman
Karena lupanya kepada Tuhan
Yang telah menjamin di dalam Qur’an
Kalau diserahkan kepada mereka
Memimpin agama atau negara
Maka qiamatlah agama kita
Sebelum qiamat nusa dan bangsa25
23
Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Hizib Nahdlatul Wathan, hal. 52. 24
Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Hizib …, hal. 67 25
Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru, h. 34.
89
Syair di atas menjelaskan bahwa iman sebagai norma dasar bagi sebuah
kepemimpinan, baik kepemimpinan agama maupun negara. Bagaimanapun,
fungsi kepemimpinan sangat erat kaitannya dengan pilihan-pilihan keputusan.
Suatu keputusan yang berlandaskan kepada nilai-nilai keimanan diyakini akan
memberikan kemaslahatan bagi diri seorang pemimpin maupun masyarakat yang
dipimpinnya. Demikian pula sebaliknya, menafikan nilai-nilai keimanan akan
berdampak negatif pada sendi-sendi keberagamaan dan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Lebih jauh, ia juga mengajak untuk menumbuhkan semangat keimanan
dan ketaqwaan sebagai penunjang dalam membentuk semangat keberagamaan dan
kebangsaan. Seseorang yang beriman dan bertaqwa secara benar dan konsisten
akan berdampak positif dan berbanding lurus antara aktivitas keberagamaan dan
aktivitas kebangsaannya. Singkatnya, seorang dapat menjadi Muslim yang taat di
satu sisi, dan pada saat yang bersamaan ia juga dapat menjadi seorang patuh dan
berbakti kepada bangsanya. Asumsi ini terefleksikan dari syairnya di bawah ini :
Hidupkan iman hidupkan taqwa
Agar hiduplah semua jiwa
Cinta teguh pada agama…
Cinta kokoh pada negara
Sangat durhaka seorang hamba
Menjual iman melelang taqwa
Membuang diri dan ibu bapa
Mengejar bayangan kursi dunia
Berikan andilmu kepada Islam
Di abad bangkitnya seluruh umam
Iman taqwa jadikan imam
Menghadap Ka’bah Masjidil Haram26
Akhirnya, menyadari pentingnya iman dan taqwa di dalam setiap lini
kehidupan, ia menempatkannya sebagai bekal utama di dalam mengarungi
kehidupan. Dalam hal ini ia menyebutkan :
Auliyaullah berkata selalu
Jaman sekarang maupun dahulu
“Iman taqwa hidupkan olehmu
Kemudian baru mencari sangu27
26
Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Wasiat…, h. 29. 27
Sangu berarti bekal dalam bahasa sasak
90
Karena insan dijadikan Tuhan
Mengabdikan diri sepanjang zaman
Bukan pokoknya makan dan makan
Tapi pokoknya bersihkan iman28
2. Menggerakkan visinya dengan semangat Keyakinan, Keikhlasan dan
Istiqamah;
Posisi strategis iman dan taqwa dalam pembentukan kualitas kepribadian
seseorang menjadi pribadi yang berkualitas di tengah-tengah masyarakat
mengandaikan adanya tindak lanjut [follow up] dalam penerapannya, baik dalam
konteks pribadi maupun sosial. Salah satu di antara formulasi yang ditawarkan
oleh Maulana Syeikh adalah trilogi yakin, ikhlas, dan istiqamah. Apabila iman
dan taqwa merupakan sesuatu yang bersifat visioner bagi pribadi dan sosial, maka
trilogi yakin, ikhlas, dan istiqamah merupakan pilar-pilar strategis untuk menjaga
agar visi yang sangat fundamental tersebut senantiasa dapat terpelihara, hingga
pada suatu batas, visi itu telah terwujud. Dengan demikian, trilogi yakin, ikhlas,
dan istiqamah merupakan komitmen pribadi dan masyarakat di dalam
mewujudkan, membina, mempertahankan, dan melestarikan visi iman dan taqwa.
Menurut Maulana Syeikh, lemahnya keyakinan seseorang terhadap visi iman
dan taqwa sebagai norma dasar telah menyebabkannya mengalami erosi mental
spiritual dan terperangkap menjadi tawanan syetan dan hawa nafsu serta terjebak
dalam pilihan-pilihan hedonis dan kesenangan duniawi semata. Dalam hal ini ia
menyatakan :
Terkadang menjual jiwa raganya
Menjual taqwa menjual imannya
Itu terjadi karena gilanya
Ditawan syetan dan hawa nafsunya
Terkadang ada juga berkata
Kami berbuat sebab terpaksa
Ekonomi kami sepi tak ada
Keroncongan perut pikiran buta
Terkadang ada juga mengaku
Bahwa mereka digadai di situ
Itulah sebabnya mereka itu
Menjadi budak menjadi penyapu
28
Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Wasiat…, h. 28.
91
Sayang sekali hidupnya semua
Jar-majrurnya dunia belaka
Mereka lupa ayat “RIZQUHA”
Dan lupa ayat “MAKHRAJA”29
Selanjutnya, keikhlasan merupakan komitmen seseorang untuk senantiasa
mendefinisikan sikap dan perbuatannya dalam konteks norma dasar iman dan
takwa dengan sifat ikhlas, tanpa dipengaruhi oleh situasi eksternal yang
melingkupi dirinya.
Maulana Syeikh memberikan contoh sosok pribadi yang ikhlas sebagai
ganbaran dari bentuk keikhlasan seseorang. Sosok pribadi dimaksud adalah
sahabat Nabi, Khalid ibn Walid yang pernah diberhentikan oleh Umar ibn Khattab
sebagai panglima perang. Meskipun demikian, Khalid tetap tegar dan konsisten
berjuang dengan ikhlas. Ilustrasi sosok pribadi ikhlas terdapat dalam syair di
bawah ini:
Manusia ikhlas ada tandanya
Tetap berjuang dengan setia
Di mana saja mereka berada
Tidak tergantung menjadi pemuka
Contohnya Khalid dipecat Umar
Di perang Yarmuk sedang berkobar
Jiwa beliau bertambah besar
Bertambah ikhlas berjuang sabar30
Selanjutnya, Maulana Seikh menganalogikan pandangannya tentang istiqamah
dengan menggunakan analogi gunung Rinjani, gunung tertinggi di Nusa Tenggara
Barat. Gunung adalah fenomena kesemestaan yang berdiri kokoh dan secara
simbolik mempertahankan bentuknya dalam kurun waktu yang cukup lama.
Seorang Muslim, menurutnya, hendaklah berusaha untuk mempertahankan norma
dasar iman dan taqwanya serta tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang secara
substantif dalam mengurangi atau menghilangkan norma dasarnya. Anjuran moral
untuk menegakkan sikap istiqamah ini, antara lain tercermin dalam syairnya.
Kalau anakda berjiwa Rinjani
Pastilah tegak sepanjang hari
29
Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Wasiat…, h. 35-36. 30
Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Wasiat…, h. 38.
92
Tidak berubah tidak ampibi
Walaupun dijanji ranjang dan kursi31
Silahkan bertanya kepada warga NW dan Pulau Lombok yang lahir pada
tahun 60-an dan 70-an bahkan mereka yang berusia sekolah ditahun 80-an. Pada
tahun 80-an lembaga pendidikan pemerintah tingkat SLTP baru hanya ada pada
tingkat kecamatan, itu pun jumlahnya baru hanya satu buah. Sementara lembaga
pendidikan Nahdlatul Wathan dalam bentuk Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul
Wathan sudah berdiri di beberapa desa pada wilayah satu kecamatan. Hal ini tidak
terlepas dari komitmen dan motivasi yang diberikan oleh Ayahanda Al-
Maghfurlah Maulana Syaikh kepada para abituren dan pencinta Nahdlatul Wathan
sebagaimana termaktub dalam Wasiat Renungan Masa yang berbunyi:
Buka madrasah desa dan dasan
Agar tersebar ajaran Tuhan
Ikatan Pelajar, PG aktifkan
Himmah, Pemuda terus tonjolkan.
Nahdlatul Wathan pusakamu sendiri
Dilahirkan Tuhan di Lombok ini
Ciptaan Sasak Selaparang asli
Wajib dibela sampai akhirati
Pelita NTB bertambah terangnya
Karena NW lahir padanya
Berpartisipasi dengan megahnya
Membela Agama, Nusa dan Bangsa
Kalau anakda memang setia
Tentulah seturut dan bersedia
Menegakkan NW ciptaan ayahda
Bersama menolak iblis yang nyata
Nahdlatul Wathan ciptaan ayahda
Ku amanatkan kepada anakda
Dipelihara dan terus dibina
dan dikembangkan di Nusantara
Asas NW jangan diubah
Sepanjang masa sepanjang sanah
Sunnah Jamaah dalam aqidah
Mazhab Syafi’i dalam syari’ah
Wajiblah `nakda banyak bersyukur
Atas NW mu nan maju teratur
Menyebarkan ilmu dan amal mabrur
31
Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Wasiat…, h. 34.
93
Secara terang, secara jujur32
3. Memperjuangkan Visinya dengan Kesabaran dan Penuh Syukur
Sabar dan syukur dalam menjalani hidup disebutkan oleh Ibnu Abbas sahabat
Nabi sebagai pilar utama kebahagiaan hidup seorang muslim. Hal yang sama
tampak betul dilakoni Maulana Syekh dalam perjuangan membangun pendidikan,
sosial, dan dakwah hingga mencapai hasil yang optimal. Semua kita tahu
bagaimana suka duka sang tokoh dalam meletakkan fondasi NW di Lombok NTB.
Tantangan bak batu cadas bertubi-tubi siap menggelincirkan langkahnya tidak saja
datang dari masyarakat kebanyakan karena keawamannya, tetapi juga tokoh-tokoh
masyarakat yang takut kehilangan pengaruh, bahkan kaum penjajah kolonial yang
selalu curiga pada gerakan-gerakannya. Seberapa besar tantangan itu
dirasakannya, pada tahun 1963 ia menyatakan:
”Hanya mati saja yang belum pernah kualami dengan datokmu (ayahanda Al
Marhum Haji Abdul Madjid) dan ibumu (Almarhumah Hajjah Fatmah Mahmud)
sewaktu kami membangun/melahirkan Madrasah NWDI dan NBDI”
Ungkapan tersebut menggambarkan betapa luar biasanya cobaan yang datang
dan pergi dalam memperjuangkan Madrasah NWDI dan NBDI. Manun kini
kedua madrasah tersebut telah menjadi induk dari pendidikan di Pulau Lombok
dan induk dari Madrasah di pulau Lombok pantas bila kedua Madrasah tersebut
beliau namakan dengan Dwi Tunggal Pantang Tanggal.
32
Siti Raihanun, “Sambutan Ketua Umum PBNW”, dalam Tasyakkuran Penamatan
Santri Podok Pesantren Munirul Arifin NW Praya Tahun Pelajaran 2009/2010, Ahad, 16 Mei
2010.
94
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari kajian penelitian ini, kiranya dapat ditarik beberapa kesimpulan
diantaranya sebagai berikut :
Pertama, Lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta
mayoritas bersifat umum namun bernuansa Islami dari tingkat bawah sampai
tingkat atas dari TK sampai SMA. Tujuannya adalah untuk mencetak generasi
Islam yang beriman dan bertaqwa sebagaimana selogan Nahdlatul Wathan , yakni:
Pokoknya NW, Pokok NW Iman dan Taqwa. Dalam perjalanannya Nahdlatul
Wathan di Jakarta juga senantiasa menggunakan ciri khas Nahdlatul Wathan
sebagaimana induknya di Lombok, seperti sholawat Nahdlatain, do’a nurul hayat
dan do’a-do’a lannya.
Kedua, Sarana dan prasarana pendidikan Nahdlatul Wathan di Jakarta, tidak
luput dari campur tangan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid,
khususnya dalam pembelian dan pembebasan tanah. Bahkan hamper 70% tanah
tempat lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan di Jakarta menggunakan
uang dari Maulana Syeikh. Namun dalam proses pembangunan dan
pengembangan pendidikannya TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid ikut
campur tangan, namun beliau tetap mengontrol perkembangan pendidikannya.
95
Artinya jiwa dan semangat beliau dalam perkembangan dan pembangunan
Nahdlatul Wathan di Jakarta sangat besar.
Ketiga, Para guru yang mengajar di Nahdlatul Wathan Jakarta adalah
alumnus Ma’had Darul Qur’an dan Hadits Nahdlatul Wathan pancor NTB. Maka
dapat di katakana bahwa para guru yang mengajar tersebut adalah murid Maulana
Syeikh dan secara otomatis memiliki bekal perjuangan yang dimiliki Maulana
Syeikh pula. Dalam hal ini terdapat keterlibatan Maulana Syeikh langsung dalam
menerapkan pendidikan dan pengajaran kepada para guru yang mengajar di
Nahdlatul Wathan Jakarta pada saat para guru tersebut sedang mengenyam
pendidikan di Ma’had Darul Qur’an dan Hadits Nahdlatul Wathan. Namun seiring
berjalannya waktu para gurupun semakin bertambah di setiap lembaga
pendidikan, sehingga terdapat fariasi, karena para guru yang datang setelahnya
adalah para guru professional lulusan kampus-kampus terkemuka di Indonesia.
Akan tetapi para guru tersebut langsung beradaptasi dengan lingkungan Nahdlatul
Wathan, karena nuansa yang ditanamkan semenjak awal berdirinya di Jakarta tak
akan pudar, sebagai bekal yang di wariskan Maulana Syeikh kepada para
muridnya ketika masih menjadi santri dahulu.
Keempat, Menerapkan pembiasaan-pembiasaan yang baik dalam bagi para
siswa dan siswi. Semua ini dilakukan dikarenakan Nahdlatul Wathan berada
dalam lingkungan Pondok pesantren. Dan semua murid disetiap lembaga yang
bersekolah di Nahdlatul Wathan diharuskan untuk mengikuti peraturan yang di
buat. Seperti berdo’a sebelum masuk sekolah atau setelah pulang sekolah harus
menggunakan do’a yang di ajarkan oleh Maulana Syeikh, dan shalat zuhur
berjama’ah di sebelum pulang sekolah dan harus menggunakan do’a yang telah di
ajarkan Maulana Syeikh dan yang di gunakan oleh semua Pondok Pesantren dan
lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Organisasi Nahdlatul Wathan.
Kelima, Nahdlatul Wathan memiliki kurikulum sebagai pedoman
pengembangan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Ke-NW-an.
Kurikulum dalam konteks ini adalah dokumen yang berisi sistematika
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dari pelajaran Ke-NW-an secara
96
umum dan khusus yang dirinci dalam satuan tingkatan belajar dan diletakkan
dalam kerangka sistem kurikulum nasional yang berlaku saat ini.
Keenam, Pembelajaran di Nahdlatul Wathan Jakarta sarat dengan nasihat
mutiara TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, terutama sekali ialah tradisi-
tradisi pendidikan yang ada di Pancor Lombok Timur di abadikan di Jakarta.
Salah satu contoh yaitu penyerahan seorang siswa baru dari wali murid kepada
seorang guru untuk di didik selama empat tahun. Di Jakarta tradisi ini dikemas
sedemikian rupa sehingga setiap awal tahun ajaran baru selalu mengadakan
penyerahan siswa baru. Pertama siswa baru tersebut diserahkan oleh para wali
murid mereka masing-masing pada yayasan kemudian yayasan akan menyerahkan
siswa baru tersebut pada lembaga-lembaga pendidikan. Selain itu, ialah membaca
Hizib, Sholawat Nahdlatain, do’a Nurul Hayat, do’a Pusaka, dan lain sebagainya.
Tradisi-tradisi semacam ini ditanamkan dengan tujuan agar nilai-nilai perjuangan
yang ada pada TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid tetap tertanam dan
terpelihara. Baik bagi santri yang berada di Pondok pesantren Nahdlatul Wathan
Jakarta maupun bagi para pelajar yang belajar di setiap lembaga pendidikan yang
ada di Nahdlatul Wathan Jakarta.
Ketujuh, Pemikiran Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid, melalui Nahdlatul Wathan yang dibangunnya ia ingin mempersembahkan
kader-kadernya untuk mewarnai kehidupan kebangsaan yang penuh dengan
nuansa dan semangat keberagamaan yang tinggi. Dalam salah satu karyanya, Hizb
Nahdlatul Wathan, ia menyusun doa yang artinya sebagai berikut: Ya Allah
tinggikanlah derajat negara kami dengan Nahdlatul Wathan hingga langit
tertinggi, mendapat kebahagiaan, petunjuk dan perlindunganMu, dan sinarilah
negara kami dengan bintang-bintang Nahdlatul Wathan, serta Makmurkanlah
negara kami dengan air-air Nahdlatul Wathan. Menempatkan iman dan taqwa
sebagai visi hidup, Menggerakkan visinya dengan semangat keyakinan,
keikhlasan dan istiqamah, serta memperjuangkan visinya dengan kesabaran dan
penuh syukur.
97
B. Saran
Meskipun proses pembelajaran dalam lembaga-lembaga pendidikan di
Nahdlatul Wathan Jakarta berjalan dengan semestinya. Namun penulis melihat
terdapat beberapa kekurangan yang mesti di benahi dan diperbaiki oleh Yayasan
dan khususnya para kepala sekolah. Beberapa hal tersebut diantaranya, sarana
kelas, media pembelajaran, disiplin pendidik, disiplin siswa dan administrasi.
Pendidikan akan berjalan baik sesuai dengan harapan bila sarana kelas
kondusif dan layak serta memadai untuk di jadikan lokasi pembelajaran. Dalam
observasi penulis terdapat beberapa sarana kelas yang masih kurang kondusif
terdapat beberapa meja dan kursi yang perlu di perbaiki. Peserta didik akan
menikmati dan lebih memahami pelajaran bila kelas terasa nyaman tidak pengap
dan panas oleh karena itu dibutuhkan kipas angin di setiap ruangan kelas,
sehingga peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
Media juga dibutuhkan dalam proses belajar mengajar untk mempermudah
pendidik dalam menyampaikan pelajaran. Walaupun sudah ada proyektor namun
jumlahnya masih terbatas sehingga para pendidik masih bergantian dalam
menggunakannnya. Oleh karena itu dibutuhkan proyektor dalam setiap kelas
hehingga pendidik tidak saling bergantian untuk menggunakan proyektor tersebut,
dan tercapai pembelajaran yang kondusif.
Kedisiplinan peserta didik juga terlihat lemah, selama beberapa hari penulis
mengadakan observasi terlihat beberapa peserta didik dan beberapa pendidik tidak
datang tepat pada waktunya, sehingga mengakibatkan keterlambatan proses
belajar mengajar di sekolah tersebut, walaupun hanya beberapa menit. Oleh
karena itu kepala sekolah dan staf diharapkan untuk memberi sanksi dan teguran
pada peserta didik dan tenaga pendidik tersebut, agar tercapainya proses
pendidikan yang sesuai dengan harapan.
Dalam pendidikan juga dibutuhkan administrasi yang propesional. Dalam
hemat penulis selama melakukan observasi terlihat beberapa administrasi yang
belum disempurnakan, seperti file-file penting yang peletakannya harus tepat
sehingga bila dibutuhkan dapat cepat di peroleh. Sehingga tidak mencari-cari
terlebih dahulu.
98
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Wawancara, Jakarta: 20 Juli 2011.
Arif, Armai, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam Dasar dan Menengah, (Jakarta:
Ciputat Press, 2000).
Arifin, M., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1987).
Badri, Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Upaya Peningkatan Mutu
Pendidikan Pada SMP Nahdlatul Wathan JakartaTimur, Tesis
Pascasarjana Universitas Islam At Tahiriyah Jakarta, (Jakarta:
Universitas Islam At Tahiriyah Jakarta, 2011).
Darajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1998).
Habib, Muslihan, Jakarta: 02 Juni 2011
Harian Umum Suara Nusa, Kobarkan Semangat Kemerdekaan, (Mataram: tanggal
19 November 1997).
Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1968).
Masnun, Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Majid Gagasan dan
Gerakan Pembaharuan Islam di Nusa Tenggara barat, (Jakarta: Pustaka
Al-Miqdad, 2007).
Miftahuddin, Wawancara, Jakarta: 28 Mei 2011
99
Muhtar, Fathurrahman, Konflik dalam Pengelolaan Pendidikan Islam di Pondok
Pesantren Nahdlatul Wathan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat,
Tesis Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya (Program
Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010).
N. Grass, W.S. Massan and A.W. Mc. Eachern, Exploration Role Analysis, dalam
David Barry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1995).
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu,
2001).
Noor, Mohammad, dkk, Visi Kebangsaan Religius Refleksi Pemikiran dan
Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
1904-1997, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu Bekerjasama dengan
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, 2004).
Nu’man, Abdul Hayyi, dkk, Nahdlatul Wathan Organisasi Pendidikan, Sosial dan
Dakwah Islamiyah, (Lombok Timur: Pengurus Daerah Nahdlatul
Wathan, 1988).
Poerwadarminta, Wjs., Kamus Modern, (Jakarta: Jembatan, 1976).
Raihanun, Siti, Sambutan Ketua Umum PBNW, (Pada Tasyakkuran Penamatan
Santri Podok Pesantren Munirul Arifin NW Praya Tahun Pelajaran
2009/2010) Ahad, 16 Mei 2010.
Sahabuddin, Wawancara, Jakarta: 24 Mei 2011.
Sarwono, Sarlito Wiraman, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2005).
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006).
Sofawi, Wawancara, Jakarta: 27 Juli 2011.
Suhaidi, Muhammad, Wawancara, Jakarta: 07 Juni 2011.
Syafi’i, Abdullah, Maulana Syeikh TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid
Menjadi Tauladan Bagi Umat Islam, dalam Sinar Lima (Jakarta: Majalah
Triwulan Sinar Lima, 1995).
100
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Presfektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2005).
Zainuddin, Muhammad, Nadzam Batu Ngompal Terjemah Tuhfatul Atfal,
(Jakarta: Nahdlatul Wathan Jakarta, 1996).
Zainuddin, Muhammad, Hizib Nahdlatul Wathan, (Jakarta: Nahdlatul Wathan
Jakarta, 2003).
Zainuddin, Muhammad, Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru, (Mataram:
Pengurus Besar Nahdlatul Wathan, 2002)..
Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983).
HASIL WAWANCARA DENGAN UST. H. SYAHABUDDIN
(Asatiz Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta)
Pembelajaran di Nahdlatul Wathan Jakarta memang mengandung apa yang
pernah di ajarkan oleh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid terutama
sekali dalam pembelajaran itu ialah tradisi-tradiisi pendidikan yang ada di Pancor
Lombok Timur di abadikan di Jakarta. Terutama sekali dalam penerimaan siswa
baru, apabila di Pancor Lombok Timur tradisi semacam ini hanya ada di Ma’had
saja. Namun di Jakarta kita akan coba untuk melestarikan, tradisi ini dalam istilah
bahasa sasak biasa disebut “Penyerahan Mayong Sebungkul” yaitu penyerahan
seorang siswa baru dari wali murid kepada seorang guru untuk di didik selama 4
tahun.
Di Jakarta tradisi ini dikemas sedemikian rupa sehingga setiap awal tahun
ajaran baru selalu mengadakan penyerahan siswa baru. Pertama siswa baru
tersebut diserahkan oleh para wali murid mereka masing-masing pada yayasan
kemudian yayasan akan menyerahkan siswa baru tersebut pada lembaga-lembaga
pendidikan yang bersangkutan seperti TK, SD, SMP, dan SMA. Pada waktu
penyerahan siswa baru di tahun ajaran baru tersebut biasanya semua siswa,
pengurus dan para guru dikumpulkan untuk menyaksikan penyerahan tersebut.
Penyerahan dari seorang wali murid pada pengurus yayasan dan guru-guru dengan
hati yang ikhlas serta mempercayakan anaknya agar dididik sehingga
mendapatkan ilmu yang barokah dan bermannfaat bagi agama Nusa dan Bangsa.
Selain itu, tradisi-tradisi yang di lestarikan di Jakarta ialah tradisi lumrah
yang biasanya ada di setiap Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan baik di Lombok
sebagai pusat Nahdlatul Wathan ataupun di luar Lombok. Diantaranya ialah
membaca Hizib, Sholawat Nahdlatain, do’a Nurul Hayat, do’a Pusaka, dan lain
sebagainya. Hizib di baca setiap malam jum’at bagi santri yang berada di pondok
pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, dimulai setelah shalat magrib sampai kurang
lebih pukul 21.00 WIT. Bagi siswa dan siswi lembaga pendidikan membacanya
pada seriap hari Jum’at pagi biasanya dimulai dari pukul 7.00 sampai dengan
pukul 09.00 WIT. Shalawat Nahdlatain dan do’a Nurul Hayat biasanya dibaca
pada awal memulai pelajaran di setiap lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul
Wathan Jakarta, baik TK, SD, SMP dan SMA, biasanya siswa dan siswi tersebut
berbaris di depan halaman lembaga pendidikan masing-masing dan membacanya
dengan bersama-sama. Do’a Pusakan biasanya dibaca oleh siswa dan siswi pada
akhir pembelajaran yang berlangsung di setiap lembaga pendidikan yang ada di
Nahdlatul Wathan Jakarta, biasanya membacanya di setiap kelas masing-masing
dengan bersama-sama dan diawasi pleh guru yang mengajar di jam terakhir.
Tradisi-tradisi semacam ini ditanamkan dengan tujuan agar nilai-nilai
perjuangan yang ada pada TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid tetap
tertanam dan terpelihara. Baik bagi santri yang berada di Pondok pesantren
Nahdlatul Wathan Jakarta maupun bagi para pelajar yang belajar di setiap
lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta.
Metode Pembelajaran yang Diterapkan di Nahdlatul Wathan Jakarta
Metode yang diterapkan di Nahdlatul Wathan Jakarta tidak terlepas dari
kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah baik TK, SD, SMP dan SMA.
Akan tetapi selain dari kurikulum yang berasal dari pemerintah, Nahdlatul Wathan
Jakarta juga menerapkan pelajaran muatan local yang berisikan pelajaran Bahasa
Arab, Keorganisasian dan juga penerapan tradisi-tradisi yang ada di Nahdlatul
Wathan. Penerapan kurikulum memang tidak dapat terlepas dari pengawasan
pemerintah dalam proses dan pengevaliasiannya, namun Nahdlatul Wathan juga
senantiasa menerapkan kurikulum keorganisasian dalam lembaga-lembaga
pendidikan yang berada di bawah naungannya, seperti pelajaran keNWan yang
memiliki kurikulum tersendiri dalam pengajaran dan penerapan pembelajarannya.
Kurikulum keNWan ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah para siswadan
siswi juga para santri untuk memahami Nahdlatul Wahtan secara mendalam.
Dalam kurikulum keNWan termasuk juga didalamnya pemanfaattan jam
nol, yaitu pembelajaran yang dilakukan sebelum jam pelajaran formal dimulai
kurang lebih satu jam sebelum jam pelajaran dimulai, bila jam formal bagi
lembaga pendidikan dimulai jam 07.00 maka jam nol dimulai pekul 06.00, pada
jam nol ini biasa di isi dengan pelajaran akhlak yang di ajarkan oleh para assatiz
dari pondok pesantren di tujukan pada siswa dan siswi yang bersekolah di
lembaga pendidikan yang berada di Nahdlatul Wathan Jakarta, namun jam nol ini
belum merata pada setiap lembaga pendidikan yang berada di Nahdlatul Wathan,
jam nol ini baru diterapkan pada dua lembaga pendidikan saja yaitu SMP
Nahdlatul Wathan Jakarta dan SMA Nahdlatul Wathan Jakarta. Pengadaan
pelajaran akhlak ini bertujuan agar membentuk karakter siswa dan siswi pelajar
Nahdlatul Wathan yang berakhlak karimah baik dalam lingkungan pendidikan dan
di luar lembaga pendidikan, disamping itu juga di Nahdlatul Wathan Jakarta
adalah sekolah yang berbasiskan pondok pesantren sehingga siswa dan siswinya
diharapkan memiliki sikap dan sifat layaknya seorang santri, dan dalam diri
mereka tertanam nilai-nilai kebaikan dan akhlakul karimah.
Dalam hal ini mungkin akan timbul pertanyaan, mengapa Nahdlatul
Wathan Jakarta mendirikan lembaga pendidikan yang bersifat umum sedangkan
lingkungannya bernuansa pondok pesantren?. Dalam hal ini Nahdlatul Wathan
Jakarta memiliki banyak pertimbangan sehingga terlahirlah lembaga-lembaga
pendidikan formal yang bersifat umum, semua ini tidak terlepas dari pengaruh dan
dukungan lingkungan sekitar yang mendorong Nahdlatul Wathan Jakarta untuk
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal yang bersifat umum dari TK,
SD, SMP dan SMA. Nahdlatul Wathan melihat masyarakat di sekitar lebih
cenderung pada lembaga pendidikan yang bersifat umum, sehingga dengan
kecendrungan masyarakat tersebut Nahdlatul Wathan akan mewarnai setiap
kurikulum yang ada di dalamnya dengan pelajaran keagamaan, sehingga siswa
dan siswi Nahdlatul Wathan tidak akan terlepas dari pelajaran dan pendidikan
yang bersifat keagamaan walaupun lembaga pendidikan yang bernaung
dibawahnya bersifat umum.
HASIL WAWANCARA DENGAN UST. MIFTAHUDDIN, LC, MA
(Asatiz Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta)
Oya terkait dengan konteks pembelajaran kalau dengan ust yang diajarkan
itu dihubungkan dengan pak Kyai yang ada di NW yaitu secara otomatis apa yang
menjadi ilmu yang diperoleh oleh para akatif yang pernah berkunjung kepada
Maulana Syeikh begitu juga secara otomatis ketika murid Maulana Syeikh ini
mengajar yang kebetulan dijakarta itu melalui sebuah institusi yang juga bernaung
dibawah NW secara otomatis pembelajaran itu juga merupakan penyambung dari
apa yang telah diajarkan oleh Maulana Syeikh untuk kemudian disampaikan
kepada murid-muridnya di Jakarta dan lagi juga murid-muridnya Maulana Syeikh
tersebut jadi, secara otomatis nasihat-nasihat pak Kyai itu secara langsung juga
tercurahkan disetiap proses pembelajaran yang dilakukan. Yang paling inti yang
selalu juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran
adalah nasihat-nasihat Maulana Syeikh yang telah dituangkan didalam wasiatnya
direnungan masa yang bait demi bait yang terjejer direnungan masa itu
disampaikan oleh setiap ustadz yang ada disini yang terkait dengan tema yang
dibahas pada saat yang saya sampaikan disimpulkan bahwa nak niat nasehat pak
Kyai melalui muridnya yang mengajar di NW ini juga disampaikan kepada murid-
muridnya yang belajar di NW Jakarta.
Untuk metode pembelajaran. Ini kan secara hitoris kalau banyak melihat
sekarang memang NW Jakarta sudah berbentuk dalam artian model
pembelajarannya itu sudah seperti bagaimana layaknya sebuah institusi
pendidikan yang formal sekarang kan sudah menjelma menjadi institusi formal
tidak seperti dulu dimana proses pendidikan itu masih tradisional dan itu sesuatu
yang wajar karena itu merupakan permulaan, sekarang yang mau ditanyakan, apa?
yang mana? model metodologi pembelajaran yang mana? apakah tempo dulu atau
yang sekarang? nah kalau yang sekarang secara otomatis metode pembelajarannya
mengikuti metodologi pembelajaran yang di Diknas, karena dia berkiblat atau
berasiliasi ke diknas, maka secara otomatis model-model pembelajaran yang biasa
dilakukan dalam pendidikan yang bernaung dibawah Diknas itu juga
dipergunakan di betawi ini. Karena dia sudah menjadi lembaga formal tetapi
merujuk kebelakang secara historis tempo dulu model pembelajarannya
tradisional dalam artian bahwa anak-anak itu mengaji lesehan. Jadi tidak pakai
bangku, tidak pakai meja, kalau kita dulu mengistilahkan itu bongkar pasang jadi
ketika anak-anak datang seluruh apa yang ada di ruangan itu kita singkirkan
kemudian gelar tikar proses pembelajaran biasa dilakukan secara tradisional
dimana guru khususnya dalam ini memainkan menjadi pemain utama dalam hal
ini memang terdengar agak menolong dia tempo dulu, tapi kalau sekarang karena
sudah menjelma menjadi sebuah institusi yang formal maka model-model
pembelajaran sudah modern seperti biasa ditemukan di pendidikan-pendidikan
formal lainnya.
Kalau metode halaqah itu mungkin dia sekarang lebih masih bertahan di
majlis taklimnya kalau formal secara otomatis sudah tidak ada ditemukan lagi di
metode halaqah itu. Di lembaga-lembaga pendidikan yang nonformal atau
informal yang memang masih bernaung di bawah NW disitulah bertahannya
metode halaqah tersebut anggaplah seperti ikatan pelajar NW itu juga dibawah
naungan NW itu sendiri berdiri institusi independen dia tapi yang jelas ada proses
pembelajaran disitu yang juga dilakukan oleh ustadz-ustadz di NW itu, nah disitu
sering model pendidikannya halaqah dimana anak-anak berkumpul mengitari
ustadz-ustadznya tapi satu hal karena NW yang ada sekarang ini semi pondoklah
dikatakan semi pondok karena murid-muridnya itu tidak semuanya pulang pergi
kerumah masing-masing ada sebagian diantaranya yang mondok didalam, untuk
yang mondok didalam ini ada proses pembelajaran memang sifatnya informal
disitu artinya tidak ada belajar formal naah disitu proses halaqah itu dilakukan,
bagi anak-anak yang mondok itu dan biasa dilakukan pada sore, malam dan pagi
hari sebelum berangkat ke sekolah untuk mendapatkan pendidikan formalnya.
Jadi, halaqah bertahan disitu yang informal dan nonformal.
Terkait dengan konteks pembelajaran untuk yang formal itu sudah tidak
perlu dipermasalahkan lagi, karena memang yang formal itu pasti akan mengikuti
aturan yang ada di institusinya ya dalam artian diknas karena aliasinya ke diknas
tapi memang model pembelajaran atau pendidikan sekarang sesudah berlakunya.
Kurikulum berbasis kompetensi atau ada juga kurikulum berbasis sekolah KBS,
itu memang apa lagi kemudian sudah ada otonominya, ada otonomi di Diknas,
disitu ada memang, ciri khas disetiap sekolah itu bahkan dianjurkan oleh
pemerintah agar pihak konsisten sekolah itu memiliki ciri khas tersendiri, terkait
dengan NW maka ciri khasnya yang ada adalah yang pertama, memperdayakan
sisi spiritual yang dimaksud di sisi-sisi spiritual tadi adalah anggaplah sangat
ditekankan sekali pelaksanaan shalat. Namanya itu sholat hak untuk seluruh
murid-muridnya, terutama yang SMP dan SMA sangat ditekankan sekali, sisi lain
juga apa yang disebut dengan ke-NW-an juga ini merupakan bentuk pembelajaran
yang sebenarnya lebih mengarah kepada pembiasaan terhadap etika, jenis etika-
etika moral religious. Oleh karena dalam ke-NW-an tersebut memang yang
diutamakan adalah sisi etika akhlak termasuk dalam hal ke-NW-an disini adalah
pembiasaan. System NW itu yang merupakan system yang dikarang atau yang
dikumpulkan oleh pendirinya yaitu pak Kyai untuk kemudian yang secara turun
temurun diwariskan kepada murid-muridnya dan itu juga menjadi ciri khas yang
paling utama dalam proses pembelajaran di NW adanya. Pembacaan system
tersebut itu diantara, masih banyak hal yang merupakan ciri-ciri yang lain.
Sebenarnya kalau umpamanya ciri-ciri NW itu, ini dibicarakan memang
sering di upayakan meskipun memang untuk sampai saat ini belum dikatakan
punya hasil yang maksimal, karena belum kelihatan tanda-tanda keberhasilan
namun boleh kita katakana terkait dengan upaya-upaya yang dilakukan untuk
mempertahankan ciri- ciri khas itu yang saya maksudkan disini yang paling
kendala kan sebenarnya ada upaya tingkat yayasan untuk membentuk semacam
kaderisasi. Yang tadinya sebenarnya yang dipilih adalah tingkatan pelajar NW itu.
Akan tetapi memang saat ini saya akui apa ya, ikatan pelajar NW yang sebenarnya
menjadi target untuk proses pengkaderan ini adalah upaya untuk memperlakukan
ciri–ciri khas dari pada NW itu memang belum dilihat, maka saya ingin
mengatakan bahwa terkait upaya-upaya yang dilakukan disini yang paling kendala
adalah kebiasaan atau rutinitas yang dilakukan terkait dengan ciri NW karena
sebenarnya ciri NW itu merupakan cirri yang paling utama dari keaslian NW itu
sendiri, dari sisi apa namanya,,, pemahaman ideology, tentang tauhid, tentang
muamalah, tentang syari’ah, tentang akhlak itu semuanya dapat ditarik dari cirri
NW itu, meski sesungguhnya itu adalah do’a tapi dibalik do’a-do’a tersebut
sangat kentara dan sangat kental bisa di tarik aspek-aspek tauhid, apa namanya,
akhlak syari’ah dan sebagainya. Nah maka proses pembiasaan apa namanya,
proses penjagaan terhadap keaslian ciri NW itu sekarang yang lebih kentara
adalah keberhasilan didalam apa ya, menjadikan wirid milik NW ya, atau
menjadikan pembaca wirid NW sekarang sudah mulai kentara sudah mulai
dilakukan secara istiqamah setidak-tidaknya dalam 2-3 tahun terakhir inilah.
Itu dia terkait dengan tantangan memang yang paling kentara ialah ada dua
hal menurut saya dalam hal ini pertama dari sisi SDM ya, ketidak tersediaan SDM
yang memadai itu di akui NW itu terutama di Jakarta, kendala itu sangat perkara
sekali ada beberapa memang yang diandalkan terkait dengan SDM akan tetapi
sangat disayangkan sekali ya, apa namnya, orang-orang yang diandalkan itu
cenderung memiliki aktivitas-aktivitas di luar yang menyebabkan aktivitasnya
kedalam eksternal NW ini menjadi kalau tidak dikatakan terbengkalai setidak-
tidaknya tidak fokus, itu satu hal dari SDM. Kemudian mengarah kepada alumni
yang tadinya diharapkan karena memang NW ini juga memiliki anak asuh dan
beberapa, bahkan puluhan anak asuh yang sempat di SD, SMP, dan SMA begitu
mereka selesai ternyata sampai saat ini belum cukup untuk diandalkan sebagai
SDM yang dapat membantu ya, apa namanya, perjalanan pendidikan di NW, ini
juga menjadi kendala dari segi SDM, nah kemudia sisi yang kedua dari sisi
financial inilah ya, dalam hal financial memang disini begitu kentara karena
namanya NW ini ya, boleh dikatakan pure, sumber financialnya adalah
sumbangan wajib dari santri dan murid yang belajar di NW itu pun juga karena
NW itu merupakan, sebuah rohanisasi social pendidikan dan dakwah justru disini
lebih cenderung fungsi sosialnya sehingga dengan demikian harapan untuk
menarik financial sebagai kekuatan dana NW itu yaa, dan apa menjadi terkendala
disitu kebanyakan yang nunggak, kebanyakan yang nunggak ya, karena dan juga
NW itu apa juaga apa ya, Sifatnya yang sosial itu justru “terkadang” ya, dalam
tanda kutip dimanfaatkan oleh oang tua murid untuk kemudian ikut menikmati
sisi segi sosialnya itu bisa kan kemudian tidak bayar dan sebagainya. Dari segi
financial. Retmasasuk dalam hal financial itu jg NW itu hanya berharap pada
sumbangan-sumbangan dari para donatur. Namanya sumabangan donatur itu tetap
pada namanya, sifatnya itu tidak rutin sifatnya insidentil siapa yang mau dan tentu
tidak ada ikatan apapun dari segi itu. Sehingga dengan demikian begitu kentara
apa hal pendanaan itu menjadi sebuah permasalahan yang sangat berat yang
sangat besar disini dan sampai sekarang memang upaya NW untuk membuka
kran-kran apa itu namanya usaha-usaha ekonomi itu sampai sekarang diakui
memang belum muncul, belum ada keberhasilan mungkin upaya-upaya itu terus
dilakukan, jadi itu kendalanya, dua kendala yang paling kentara.
Dapat dikatakan seperti itu , fasilitasnya secara otomatis menjadi kurang
karena biar bagaimana jumlah itu sangat terkait dengan financial dengan
pendanaan,satu hal disisi lain optimalisasi guru didalam melaksanakan tugasnya
sebagai seorang guru juga menjadi kendala oleh karena kesederhanaan yang bisa
ditawar, apa yang kesederhanaan yang diberikan pada akatif dan guru ya, karenan
biar bagaimana juga mesti ada unsur keselamatan disitu ya tidak bisa terlaksana,
itu yang menyebabkan para akatifnya pada akhirnya memanfaatkan waktu-waktu
luang yang sebenarnya bisa dipergunakan untuk berfikir lebih jauh didalam
unsure lapiasannya juga malah justru dimanfaatkan keluar dalam rangka
memenuhi juga tanggung jawabnya sebagai apa namanya sebagai, seoarang yang
juga punya tanggung jawab terhadap keluarganya dalam arti terus terang cari
nafkah lah diluar jadi itu yang menyebabkan kurangnya optimalisasi kerja dari
pada akatif.
Yang jelas yang paling lucu disini adalah kemampuan –kemampuan dalam
hal memahami ajaran-ajaran agama ya, atau kemampuan religiusnya itu menjadi
sesuatu hal yang mutlak ya, karena biar bagaimana juga ini lembaga da’wah,
maka itu menjadi sutu hal yang tidak ditawar-tawar terkait dengan kompetensi
dalam hal religiusitas ya, keagamaan, pengamat tentang agama. Itu satu hal,
kemudian progesualisasi yang lain lalu apa, Juga tidak bisa dihindarkan karena
biar bagaimana sebagai lembaga formal maka progesualitas itu menjadi suatau
yang tidak bisa ditawar-tawar .anggaplah umpamanya sebagai seorang guru. Kan
guru itu sebagaian bidang yang harus dia ini, maka mereka yang dan itu menjadi
aturan umumlah sebuah lembaga pendidikan bagi orang yang bagi seorang guru
yang akan mengajarkan ilmu-ilmu S1, tentu dia juga harus berlatar belakang SH
Propesionalisasinya juga harus ditonjolkan disitu, gitu loh. Disamping
progesualitas yang keagamaan tadi itu, maka progesualitas sesuai dengan
bidangnya juga harus menjadi bagian dari pertimbangan yang terkait dengan hal
itu. Dan satu hal yang sebenarnya apakah yang boleh dikatakan mungkin tidak ada
ditempat yang lain ya, mungkin tidak ada ditempat yang lain adalah, apa namanya
kopetensi apa ya, kalau kita mengistilahkannya keihklasan ya, keihklasan, jadi
mereka yang mengajar di NW itu sangat ditekan kan sekali ke ihklasannya karena
memang apa ya NW sebagai lembaga pendidikan dan da’wah itu benar-benar
ingin memperjuangkan agama itu secara ikhlaslah, sehingga apa lagi memang
seperti yang dikatakan tadi terkait dengan kendala-kendala dari segi financial dan
sebagainya maka ketidakmampuan itu secara otomatis akan menjadi kendala
ketika menarik SDM itu, maka oleh karena itu kesiapan orang untuk apa yang
ikhlas mengajar tenaga duasaos itu menjadi sesuatu yang selalu dimuka. Setiap
ada yang apa yang apa ada yang ingin melamar ya, untuk menjadi bagian dari NW
itu, ayang pertama kali diditekankan sekali keikhlasan disitu.yang mungkin tidak
ada ditempat yang lain.
Demikian jg sesuatu hal yang menarik ya, apa ini mungkin intuisi yang
bermain sekitar kita berbicara tentang ini yang saya maksudkan instuisi disini kita
saya mungkin bukan karena apat terkaitnya dengan NW perubahan-
perubahankehidupan para asasi ini tetapi bisa sajajuga karena keberadaannya di
NW karena kita menyebut masalah instuisi itu disini ada kaitannya dengan apa
yang didalam NW dikenal dengan istilah berkah yang jg mungkin identik dengan
pemahaman apa namanya teman-teman di NU (Nahdlatul Ulama) jadi ya saya
sendiri sebagai seorang ustad yang dari awal di Jakarta ini di NW Jakarta ini
merasa lebih kaya secara financial boleh dikatakan tidak bisa apa, tidak bisa
diharapkan lakau umpamanya menggunanakan kakaulasi matematis ya apa yang
saya dapatkan di NW itu ya, tetapi yang jelas kalau mau secara kalkulasi tidak
bisa dipergunanakan untuk ngontrak sebuah rumah ukuran 300.000 dijakarta akan
tetapi ternyata ya, diluar ya, atau apa ya, pendapatan dari luar itu begitu terasa ya
yang kemudian dengan apa ya dengan pendapatan yang diperoleh dari luar, luar
NW itu sangat bisa menghidupi ya sangat bisa dijadikan sebaagai sandaran
penghidupaan sekecil apa pun itu disinilah berasa barokah itu terjadi, pendapat
yang kecil itu ternyata bisa dipergunakan untuk hidup laayak hidup layak bahkan
saya sendiri merasa jadi hanya mungkin secara sepihak saya saja saya bercerita ya
saya sendiri merasa kalau saya itu menjadi apa namanya menjadi PNS pun itu
menurut saya bagian dari keberkahan yang saya peroleh karena aktifitas saya di
apa anmanya di NW jakarta ini mungkin menurut orang ini apa ya namanya
sombong ya mengangkat dari diri sendiri tapi saya ingin mengatakan ini adalah
sahadum bini’mah saya begitu merasa ini adalah nikmat.Allah SWT yang
diberikan kepada saya oleh karena aktivitas saya din w itu. Saya ingin mengatakan
ini adalah apa ya, kontribusi NW kepada diri karena saya mengajar di NW ini,
apa kondisi kehidupan saya sekarang ya alhamdilillah sebagai seorang PNS.
Sebagai dosen lagi dan saya sekarang sudah merasa agak nyaman itu saya
katakan itu adalah pemberian NW, ya pemberian Allah SWT kepada saya melalui
aktifitas saya di NW, itu terasa sekali mungkinitu menurut orang itu apa sebuah
kesombongan ya mudah-mudahan tidak, jadi seperti itu. Ada dalam NW apa yaitu
lupa saya (ayat-ayat disini) ya makmurkanlah Negara kami ini dengan air yang
berasal dari NW, tentu tidak lain dan tidak bukan yang dimaksud dengan air dari
NW itu adalah murid-murid yang besar dan berilmu di NW untuk kemudian
murid-murid itu menjelma menjadi tokoh yang bisa memakmurkan yang ikut
berkontribusi memakmurkan bangsa dan Negara ini jadi itulah harapan yang
diinginkan di NW itu termasuk juga dalam hal ini NW di Jakarta bagaimana
murid-murid NW itu dapa memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kalau dari sisi itu tidak bisa tidak ya kalau sebenarnya kita tidak
mengatakan menjadi pengganti pak Kyai sebagai pengganti Maulana Syekh lebih
tepatnya murid yang melanjutkan perjuangannya bukan pengganti karea kalau
pengganti iu setidak-tidaknya harus jadi dan itu tidak mngkin di ajar. Lebih
tepatnya melanjutkan perjuangan. Maulana Syekh di Jakarta dan yang tidak
kemana mana kalau gitu ya, figure itu ya tidak lain pimpinan dari yayasan. Ya
pengasuhnya yaitu bukan H. M Suhaidi karena mmang beliau lah yang dari awal-
awal sudah ditunjuk oleh maulana syekh dan mudah-mudahan beliau panjng umur
yang apa namanya ditunjuk oleh Maulana Syekh dan bahkan diberikan
kemampuan-kemampuan khusus oleh maulana syekh untuk mengembangkan dan
melanjutkan perjuangannya di Jakarta ini jadi tidak ada yang lain kecuali itu.
Dari Maulana Syeikh luar biasa sekali, pandai-pandai memilih guru,
karena ya biar bagaimana pun pada akhirnya seorang murid itu akan apa namanya
akan menghayati ilmu yang dimilikinya itu bagaimana gurunya mengajarkan atau
dengan kata lain ya sebagai seorang ulama besar dan seorang yang sangat
memahami apa namanya, dan seorang sufi beliau itu beliau itu sangat memahami
yang namanya barokah “keberkahan guru itu akan muncul kepada muridnya atau
murid itu akan mendapatkan ilmu yang barokah apabila itu gurunya benar-benar
memiliki ilmu yang barokah maka pandai-pandai milih guru banyak orang
sekarang memiliki ilmu yang masya Allah luar biasa tingginya akan tetapi
nyatanya ilmunya itu tidak bisa menuntun dia menjadi orang selayaknya seperti
apa namanya seperti ilmu yang dia miliki atau dengan kata lain ilmunya itu tidak
menjadikan dia menjadi orang yang baik tetapi justru menjadi orang yang apa
memanfaatkan ilmu itu.
Jadi yang paling kentara beliau, yang paling kentara beliau, saya tidak
berani menyebut selain beliau ya kalau mau menyebut sebagai teladan yang
paling pas ya hanya beliau untuk saat ini. Untuk sesuatu yang bertentangan
dengan ilmu itu sendiri, ini sangat boleh jadi oleh karena salah didalam memilih
guru, keberkahan sudah tidak ada lagi karena gurunya salah, saya piker ini
merupakan ruh ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa salah dalam mencari guru
akan salah pula ilmu yang diberikan, ilmu ketika berada pada diri seseorang tidak
akan pernah dia akan dipengaruhi oleh jati diri otrang yang memiliki ilmu tersebut
ketika seseorang memiliki ilmu meski selangit kalau umpamanya jati diri orang
tersebut atau orang yang memiliki ilmu itu itu tidak baik maka ketidak baikannya
itu akan mempengaruhi ilmu yang dia miliki dan ketika ilmu yang dia miliki itu
diajarkan kepada muridnya maka ilmu yang mengalir kepada murid itu telah
dipengaruhi oleh sisi-sisi negative dari orang yang bersangkutan tadi maka dalam
pola ini sangat penting untuk direnungkan.
Sebenarnya kalau berbicara tentang harapan kita ingin berbicara apa yang
diharapkan oleh pendiri NW itu, dan harapan itu sesungguhya tertuang didalam
shalawat nahdatain. Disitu diujungnya wa’antu’am mirona nahdatal watoni
wanahdotal bada’I hurul inayaumiddin. kita ingin Maulana Syekh ingin dan
murid-muridnya juga ingin dan akan selalu menjadi cita-cita muridnya karena itu
menjadi cita-cita Maulana Syekh bagaimana NW itu dimakmurkan dan
disebarluaskan oleh Allah SWT di alam semesta ini sampai hari kiamat jadi
harapan kita di Jakarta bagaimana NW ini menjadi bagaimana NW ini
memberikan kontribusi sebesar-besarnya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Nasihat Maulana Syeikh “pandai-pandai memilih guru”.
Yang paling penting dan itu selalu dalam decade terakhir usia beliau itu
yang paling sring yang sekarang menjadi menurut saya harus disebar luaskan dan
direnungkan terus adalah pandai-pandai memilih guru itu yang luar biasa sekali
pandai-pandai menjadi guru, saya pikir itu muncul.
Persis, kiat pertama adalah guru dan apa namanya trek record kehidupan
ya, riwayat hidup guru yang bersangkutan dan sebenarnya ini menjadi sesuatu
yang biasa pada ulama-ulam zaman dahulu yang pertama kali dilihat itu adalah,
sejarah gurunya. Hilangnya keberkahan zaman sekarang. Oleh karena sudah tidak
lagi apa memperhatikan, kisi-kisi yang dikatakan Maulana Syeikh tadi, saya pikir
ini sesuatu yang sangat penting dalam sejarah ilmu pengetahuan di zaman
sekarang ini.
HASIL WAWANCARA DENGAN UST. MUSLIHAN HABIB, MA
(Kepala SMA Nahdlatul Wathan Jakarta dan Asatiz Pondok Pesantren
Nahdlatul Wathan Jakarta)
Apakah yang melatar belakangi berdirinya lembaga pendidikan Nahdlatul
Wathan di Jakarta?
Bismillahhirrahmanirrahim. Jadi terkait dengan berdirinya NW Jakarta
ini. Tidak terlepas dari peran serta orang-orang tertentu dari orang-orang yang apa
ingin melanjutkan studi ke tanah suci mekkah.tapi kemudian di tipu oleh
OKTUM PJTKI hingga terdampar di Jakarta. Berawal dari terdamparnya itu
beliau seperti ustadz khairul hadi, ustadz Muhasan, termasuk ust H. Suhaidi trus
ustadz Darmawan dan yang lainnya itu kemudian masuk Mushallah ke Mushallah
kemudian melakukan pengajian Al-Qur’an, mengajar Al-Qur’an terlebih dahulu
ini secara cikal bakal berdirinya, ini enaknya nanti kalo buka tulisan saya
dileptop ini, tentang sejarah berdirinya sudah saya tulis ini. nanti saya kasilah,
kemudian berbicara tentang yang mendasari berdirinya ini termasuk juga adalah
semangat perjuangan dari para asatis tersebut semuanya itu dalam
mengembangkan NW di Jakarta ini.semangat perjuangan beliau itu yang sangat
tinggi, kemudiaan kecintaannya kepada NW, kecintaannya kepada Maulana
Syeikh pendiri NW, kemudian secara global kecintaanya kepada Islam, saya
kira itu yang lebih mendasari terhadap pendirian Pondok Pesantren ataupun
lembaga pendidikan NW Jakrta ini.
Bagaimana kondisi pendidikan saat, sebelum dan sesudah lembaga pendidikan
NW Jakarta didirikan?
Terkait masyarakat, ya ini kan sambutan terhadap berdirinya NW Jakarta
sangat antusias .sehingga boleh dikatakan dalam pendiri NW Jakarta ini tidak
terlepas dari peran mayarakat, peran masyarakat di sini sungguh luar biasa dalam
buku yang saya tulis salah satu yang memiliki andil besar dalam pendirian NW
Jakarta adalah masyarakat sekitar ini yang sangat luar biasa ,karena apa…? karena
kesamaan dalam aqidah itu juga yang mendasari kesamaan dalam keislaman ini,
itu pun sangat mendukung NW ini yang ahli sunnah wal jamaah, jadi tanah
betawi yang umumnya juga seperti itu, itu saya akui perkembangannya dari awal
yang awalnya disini kebon bambu kemudian menjadi gedung yang seperti ini
kan ini perkembangan yang luar biasa, jadi perkembangan awal dulu itu memang
sangat tertinggal lah di wilayah ini kan, jadi kemudian dari sisi misi NW dalam
bidang pendidikan, sosial & dakwah sangat nampak sekali disini, yang tadinya
boleh kita katakan dari yang tidak ada menjadi ada itu suatu perkembangan yang
sangat baik, peran kita dalam pendidikan sudah kelihatan nampak dilembaga itu
yang berdiri dari awalnya Raudatil Aftal, kemudian berubah menjadi TPA,
kemudian munculnya majelis taklim itu sisi dakwahnya. Munculnya panti asuhan
dibidang sosial, kemudian pendidikan dari TK sampai SMA ini, saya nilai ini
suatu perkembangan yang luar biasa dan merupakan bagian peran NW dijakarta
ini, khususnya diwilayah Jakarta timur.
Peran Pondok Pesantren tidak hanya merupakan sebuah lembaga
pendidikan, tetapi adalah memiliki peran sosialnya. Kemasyarakatan sedikit tidak
NW Jakarta ini mempengaruhi kepada masyarakat sekitar dengn adanya kegiatan
yang nuansanya Islami di pondok ini, kemudiaan masyarakat nimbrung disini dan
secara lembaga pendidikan juga banyak yang masuk disni, juga kan secara tidak
langsung akan mempengaruhi lingkungan sekitar siapa saja. Kehidupannya
gimana, kehidupan di Masjid itu kan dari sini dia dengan anaknya gitu kan,
ataupun hijabnya misalnya macam itu kan ya insyaallah lah keberkahan di tempat
ini akan nampak dengan adanya lembaga yang kita miliki .karena ini sebuah
lembaga ataupun basis islam begitu kan yang kemudian sedikit akan
mempengaruhi kepada lingkungan, jadi itulah salah satunya peran sebuah Pondok
Pesantren tidak hanya sebuah lembaga pendidikan, tapi juga kepada
kemasyarakatan lainnya gitu.
Rupanya masyarakat disekitar sini lebih cendrung kepada yang
umum.sehingga kemudian lembaga kita kan dari TK tidak kemudian MTQ
ataupun MTS ataupun Aliyah lalu kemudian kita punya lembaga yang lebih
umum dan merujuknya kepada Diknas jadi kecendrungan masyarakat sekitar sini
adalah lebih kepada pendidikan umum, tapi kan kemudian kita poles lembaga
pendidikan umum ini dengn memasukkan pendidikan agama didalamnya
keterpaduannya dilembaga yang kita miliki ini seperti itu, jadi masyarakat sekitar
ini tidak jauh seperti masyarakat luas umumnya lebih cenderung kepada
pendidikan umum. Tapi ya inilah keperuntungan kita punya Pondok yang
kurikulum yang bisa kita punya Pondok Pesantren.
Soal hambatan yak lo bicara soal hambatan di mana pun tempatnya punya
hambatan ya termasuk dalam dinamika perkembangan pendidikan kita ini saya
nilai memang bukan sedikit hambatan atau pun rintangan, problematikanya ya
luar biasa gitu kan. Makanya dari awal pendirian NW ini sungguh yang lebih
berminat adalah di nilai perjuangan di sini bukan mencari kesenangan duniawi
begitu kan.motivasi awal dari pendirian ini selalu sangat di tekankan nilai jiwa
juang di situ kan. Nah lalul hambatannya apa? lebih kepada materi kita ini dalam
perjuangan bangsa NW ini lebih kekurangan kita/atau hambatan kita lebih
kepada materi dalam arti karena kita belum memilki sumber yang jelas, yang
kelihatan sebagai pendanaan dalam membangun pendidikan yang kita miliki,
mengatakan biaya pendidikan tersebut dari SPP belum kita punya perusahaan
titik apa gitu kan. Nah ini sebagai hambatan besar kita kalau saja guru atau pun
pengasuh disini tidak memilki nilai juang kayaknya tidak akan jalan. Tetapi
karena lebih di dorong oleh nilai perjuangan membangun NW ini itulah yang
kemudian menjadikan exsis disini perjuangan dari hari ke hari, minggu, bulan,
bahkan program tahunan tetap jalan, jadi hambatan memang banyak tapi saya
menyatakan karena nilai juang, nilai keikhlasan dari para pengasuh dan para guru
yang tidak hanya mencari duniawi tetapi lebih kepada ukrawi itulah yang
kemudian menjadikan exsis perjuangan pendidikan di NW ini.
Sisi guru saya nilai sudah professional dimiliki, karena mereka adalah
orang-orang yang mengajar sesuai dengan bidang dan latar belakang
pendidikannya masing-masing. Kemudian terkait hambatan seorang guru saya
kira sudah tidak ada lah, jalan terus guru yang sudah tidak memiliki jiwa juang
ataupun krang ikhlas dengan melihat materi ga lama disini dan akhirnya keluar
gitu kan. Terkait dengan jumlah siswa kita ini mungkin prihal yang menjadi
propesionalnya terkait misalnya fasilitas yang kita miliki, fasilitas yang belum
lengkap itupun persoalan, kemudian yang sangnat terlihat akhir-akhir ini adalah
karena. Misalnya di SMA, kuatnya dorongan pemerintah menyuruh masyarakat
masuk ke SMK/STM atau sekolah gratis. Sementara SMA ini belum ada bantuan
yang mengarah kepada bantuan siswa, kemudian anak-anak lebih cenderung
masuk ke STM dan langsung masuk kerja, itu salah satu persoalannya, sehingga
sekolah-sekolah suasta sekarang ini khususnya SMA sekarang ini banyak banyak
yang putus itulah persoalannya yang banyak yang putus kita kan masih bertahan
luar biasa, ya bertahannya kita pun asudah luar biasa, itu kita bilang hambatan iya
juga, tapi hambatan yang lain saya lihat ini kurang gak untuk kita himbaukan
kepada masyarakat luas kan gitu, istilahnya penyebar luasan informasi keluar kah.
Kemudian fasilitas kita ini yang belum memadai, ya itu juga masalah kita kan.
Kemudian kekompakan kita ini saya kira kompak kita ini, jadi mempengaruhi
juga tadi dalam perjalanan pendidikan kita misalnya di SMA ini khususnya.
Terkait dengan dorongan pemerintah kepada STM itu kemudian.
Kita menginginkan keterpaduan dalam pembelajaran itu kan. Keterpaduan
yang kita maksudkan adalah pelajaran umumnya masuk pelajaran agamanya pun
masuk. Kemudian yang lain karena kita adalah Pondok Pesantren, kemudian
nuansa-nuansa Pesantren itu pun kita harus tampakkkan begitu kan. Sehingga
banyak pelajaran-pelajaran Agama yang coba kita terapan disini, ya visi kita
kedepan menjadikan lembaga pendidikan NW Jakarta ini menjadi lembaga
pendidikan yang terpadu lah, itu dalam mengatakan kesimpulan begitu kan. Dan
dengan menerapkan kemajun-kemujaun yang tadi itulah, disini kita coba di SMA
nya ada otomotif karena melihat beberapa siswa disini yang menolaknya ya
seperti itu, yah arena kita menginginkan ya itu tadi, di STM ada kegiatan itu, di
SMA mau seperti itu kan itu minat visi kita keterpaduan tadi kan, sekalipun
tamatan SMA kemudian yang lain yang mengatakan keterpaduan umum sudah
jalan disini agamanya sudah kita terapkan karena itu adalah sangat penting. Ini
kan orang atau pemerintah bahkan yang gencar-gencarnya mengarahkan
masyarakatnya memiliki karakter gitu kan karakter bangsa karakter NW ini masuk
disitu kan lewat lafas NW itu itu membangun karakter kanfakta juga disitu coba
lihat visi NW adalah suatu perjuangan bangsa dan tanah air. Kita ini adalah lebih
mengarah kepada pembangunan bangsa dan Negara jadi lembaga pendidikan NW
itu pinggiran sekali disitu yang mengarah kepada membangun segala-galanya gitu
kan.
Program Pesantren itu adalah salah satu yang saya anggap bisa menarik
gitu kan karena ditempat yang lain disekolah-sekolah yang lain itu jarang yang
langsung masuk sebuah yayasan dan Pondok Pesantren kita ini sebuah Yayasan
dan Pondok Pesantren yang tadi itu kan kemudian mmenerapkan materi-materi
keagamaaan didalamnya itu juga daya tarik andaikan saja Pondok kita sudah rapi
disini kita sekali-kali mengatakan jadi kita kan tampung orang-orang miskin saja
justru orang-orang kaya yang harus masuk disini yang belajar disini gitu kan.
Fasilitas kita makanya keberadaan Pondok ini sangat luar biasa daya tariknya gitu
kan. Kemudian mereka akan tinggal diasrama disini. Andaikan missal andaikan
tidak ada dari luar kita punya siswa untuk SMP/SMA/ dari dalam juga ada yang
sekolah-sekolah gitu kan karena kita punya asrama na itu daya tariknya juga kan
ataupun asrama Pondok Pesantren itu .
Untuk menghadapi persaingan global saat ini kita coba mengikuti
bagaimana lembaga pendidikan lain pada umumnya termasuk tadi coba kita miliki
mulok seperti tadi kemudian bahasa inggris kemudian kita kerja sama dalam
bentuk IPA, kemudian yang lain-lain kegiatan ekskul yang seperti taikondo PMR
yang kita lakukan dalam rangka bisa Nampak di tingkat yang lebih tinggi lagi
nasional supaya kita dinilai kita. Memang itu kita lakukan.
Bicara kepribadian, karena ini sebagai sebuah lembaga yang tidak hanya
berkiprah dalam soal pendidikan saja tetapi sosial dan dakwah begitu kan, dan
nilai-nilai keikhlasan yang mendominasi nilai keikhlasan dan nilai juang yang
sangat tinggi kemudian mereka dalam menjalankan tugas itu tidak hanya semata-
mata mencari materi tetapi kita tetap berusaha bagaimana menjadikan lembaga ini
bisa professional lembaga-lembaga yang orang bagaimanapun begitu kan masih
dalam bertahap jadi karakter yang kita inginkan sekali adalah semangat
perjuangan yang boleh saya katakana sebagai lesimpulan perjuangan membangun
agama perjuangan membangun Negara dan membangun NW ini.
Iya ada itulah ke Nahdlatul Wathanan atau ke NW an itulah salah satu
materi pelajaran yang harus diterapkan dimana saja NW itu muncul lembaga
pendidikan dimana saja harus di terapkan ke Nahdlatul Wathanan itu dan
kemudian terkait dengan tradisi-tradisi seperti berdoa. Kemudian NW itu adalah
ajaran-ajaran maulana Syeikh yang mesti diterapkan di NW termasuk di NW
Jakarta ini kan begitu itu saya kira salah satunya dulu itu menjadi salah satu ciri
khas di NW adalah mengikuti apa yang telah diterapkan oleh pendiri NW, seperti
tadi dengan berdoa, coba aja buka kurikulum ke NW an itu saya kira mau
menerapkan ajaran-ajaran maulana Syeikh di dalam pendidikan NW itu kan ya
dalam ke Nahdlatul Wathanan itu, kemudian ada sifatnya bulanan atau tahunan
yang bulanan misalnya kegiatan berhizib ataupun, itu bagian dari ciri khas NW
masuk kedalam lembaga ke Nahdlatul Wathanan dan tradisi di awal kita boleh
masuk ikhtirom apa segala macem itu anda bisa lihatlah nanti disitu kemudian ada
materi batu ngompal yang kita ajarkan itu termasuk pelajaran misalnya SMP
SMA berhizib itu sampek masuk kedalam jadwal itu saya kira merupakan ajaran
Maulasa Syeikh.
Lebih formal bagaimanapun ini system klasikal yang beliau terapkan dulu
kan dalam metode pembelajaran yang dulu. Disaat ingin berkembang. Maulana
Syeihk itu sebagai pelopor pendirian di NTB pendidikan modern yang awalnya,
kemudian membentuk klas yang biasa disebut klasikal atau berkelas-kelas dan di
NW Jakarta pun tetap mengikuti seperti itu yang sifatnya umum bisa kita. Itu
metode Pesantren seperti non formal dapat kita lakukan pada anak-anak asrama
pada sore hari dan malam hari gitu kan terkait dengna metode seperti itu.
Missal yang masuk dalam hal ini begitu masuk kan ikhtirom kemudian
kita mengucapkan shalawat atau salam yang sempurna itu ajaran beliau juga
mengucapkan dan mennjawab salam itu harus sempurna kemudian ini cirri khas
NW yang beliaupun mengajarkan setiap mulai mengajar itu menbaca Shalawat
ummah mulai mengajar itu. Ini bahkan kalangan bacaan basmallah kemudian
bembaca Shalawat hamdalah begitu kan karena metode juga itu dalam
pembelajaran kemudian yang tertuang dalam wasiat itu bagaimana menjadi guru
yang bisa membimbing siswa dan santrinya itu sangat diperhatikan kepada guru-
guru yang mengajar karena seorang murid akan mendapatkan ilmu apabila ia
berguru belajar kepada seorang guru yang mursyid bisa memberika petunjuk dan
bimbingan. Dibiku wasiat itu kita pun berusaha harapkan seperti itu itu metode
dalam pengajaran saya kira juga masuk.
Beliau itu adalah seorang ulama pelopor pendidikan Islam di NTB.
Pendidikan modern Islamlah bila dikatakan. Pemikiran Islam modern coba yang
berawal dari khalaqoh kemudian menjadi klasikal itu yang menjadi sorotan di
NTB umumnya dulu di NTB gitu kan setelah kemudian kurikulum beliau ambil
dari materi pelajaran teratur jadi saya mengatakan tentang Maulana Syeikh itu
adalah seorang ulama yang bergerak dalam bidang pendidikan modern atau
pendidikan Islam modern seorang ulamak penggerak pelopor pendidikan Islam
modern di NTB khususnya.
Saya kira ini bisa kita katakana langsung begini kata beliau tapi
menterjemah dari apa yang beliau lakukan daya kira dari situ kita akan
menganalisanya inilah yang diinginkan oleh beliau missal beliau memikirkan
pendidikan non formal sehingga munculnya tingkat TK sampai perguruan tinggi
itukan sebuah pemikiran hasil pendidikan modern yang kita maksudkan disitu.
Dan kemudian mengartikan pendidikan ini sebuah hal yang sangat penting artinya
pendidikan sangat penting disitu kan kemudian beliau sering mengatakan
“Seorang yang bodoh itu adalah mayit jalan”, coba buka-buka wasiat lagi tentang
pendidikan inilah yang dimaksudkan pendidikan oleh beliau. Ini kita sendiri
belum menganallisa sejauh mana mendefinisikan secara kongkrit kemudian
pengajaran disinilah yang dimaksudkan oleh beliau yang kita terjemahkan dari
apa-apa yang telah dia lakukan ataupun baik tulisan-tulisannya dengan mendirikan
perguruan pendidikan. coba dari pertama pesantren al-Mujahiddin adalah sebuah
lembaga pendiddikan sekolah-sekolah kan modal awal dalam membangaun
keberadaban membangun suatua bangsa. Jadi terkait mendefinisikan saya kira
kitalah yang menganalisanya seperti yang kita katakana tadi.
HASIL WAWANCARA DENGAN KH. M. SUHAIDI, SQ
(Ketua Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta)
Sarana dan prasarana pendidikan disebut educational facilities. Sebutan itu
jika diadopsi ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi fasilitas pendidikan.
Fasilitas pendidikan artinya segala sesuatu (alat dan barang) yang memfasilitasi
(memberikan kemudahan) dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Secara
umum sarana pendidikan adalah segala macam alat yang digunakan secara
langsung dalam proses pendidikan. Sementara prasarana pendidikan adalah segala
macam alat yang tidak secara langsung digunakan dalam proses pendidikan.
Mengenai sarana dan prasarana pendidikan Nahdlatul Wathan di Jakarta,
tidak luput dari campur tangan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid,
khususnya dalam pembelian dan pembebasan tanah. Karena tanah adalah salah
satu sarana terpenting dalam pembangunan. Tanpa adanya tanah, atau lebih
khusus tanah milik sendiri yang tidak membebani di masa yang akan datang
dalam menunjang perkembangan proses pendirian dan pengadaan lembaga-
lembaga pendidikan yang bernaung di bawah bendera Nahdlatul Wathan.
Dalam hal pembelian tanah ini KH Muhammad Suhaidi sebagai pimpinan
Yayasan Nahdlatul Wathan di Jakarta selalu mengimformasikan kepada TGKH
Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, apabila ada penduduk lokal yang ingin
menjual tanahnya. TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid dalam hal ini
sangat mendukung atas apa yang di lakukan oleh KH Muhammad Suhaidi
tersebut. Terbukti dengan apabila KH Muhammad Suhaidi menghadap pada
TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid di Lombok, dalam membahas
pembelian atau pembebasan tanah di Jakarta beliau sangat antusias dengan
memberikannya uang sejumlah yang di butuhkan.
Seperti sejarah Nahdlatul Wathan Jakarta yang di tuliskan pada bab
sebelumnya, bahwa Nahdlatul Wathan ini diawali dengan majlis taklim dan
pengajian anak-anak. Dua hal ini kemudian berkembang dan memaksa KH
Muhammad Suaidi untuk memperluas wilayahnya dengan cara membeli tanah di
sekitar tempat pengajian dan majlis taklim tersebut. Dalam hal ini para jama’ah
dan para wali murid berinisiatif untuk membelikan tanah sebagai wadah untuk
pengajian dan majlis taklim. Para jama’ah dan para wali muridpun mengumpulkan
dana untuk pembelian tanah tersebut, tanah itu berukuran 257 M. Uang yang
dikumpulkan para jama’ah dan wali murid tersebut belum cukup untuk melunasi
tanah tersebut sehingga KH Muhammad Suhaidi pulang ke Lombok untuk
memberi informasi pada TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, beliau
berkata “Jama’ah di Jakarta ingin membeli tanah tapi dananya tidak mencukupi”
kemudian TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid memberikan uang pada
KH Muhammad Suhaidi sejumlah kekurangan dari dana yang di kumpulkan oleh
para Jama’ah dan wali murid tersebut.
Setelah tanah di beli, saat itulah kemudian terbitlah struktur Surat
Keputusan (SK) majlis taklim perwakilan majlis taklim dari Lombok. SK majlis
taklim Nahdlatul Wathan untuk Jakarta diterbitkan oleh PBNW Pusat di Lombok.
Namun SK tersebut dinilai kurang kuat sehingga para pengurus bermusyawarah
agar di tingkatkan menjadi pengurus perwakilah Nahdlatul Wathan di Jakarta.
Pada waktu itu KH Muhammad Suhaidi menemukan kendala di PBNW Pusat,
karena pada waktu itu umur KH Muhammad Suhaidi dan para asatiz lainnya
masih terhitung muda, mereka berpendapat bahwa Jakarta adalah Ibukota Negara
dan perwakilan Jakarta sejajar dengan PB, sehingga PBNW Pusat sangat berat
mengeluarkan SK perwakilan NW Jakarta. Namun setelah KH Muhammad
Suhaidi mendiskusikannya dengan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid,
beliaupun langsung mengambil alih dan mengatakan pada PBNW Pusat “Buatkan
SK, tidak apa-apa terbitkan saja, seolah-olah beliau mengatakan tidak apa-apa
terbitkan saja SK walaupun mereka masih anak-anak.” KH Muhammad Suhaidi
dan para asatiz di Jakarta diberikan kebebasan asalkan bermanfaat dan dapat
memperkenalkan Nahdlatil Wathan.
Dalam proses pembangunan dan pengembangan pendidikan di Jakarta
TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid tidak pernah menanyakan apa yang
kamu dirikan, namun yang sering beliau tanyakan adalah berapa jumlah tanahmu
sekarang. Dan beliau juga sering mengontrol perkembangan pendidikan di Jakarta
dengan bertanya, pelajaran apa saja yang di ajarkan di sana. Artinya jiwa dan
semangat beliau dalam perkembangan dan pembangunan Nahdlatul Wathan di
Jakarta sangat besar. Beliaupun bercita-cita untuk menjadikan Jakarta sebagai
generasi Nahdlatul Wathan suatu ketika. Beliau sering mengatakan “Ga cukup
kalo tanahmu masih kecil begitu temanmu banyak nanti.
TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, dalam peranannya yang
sangat besar di tunjukkan dalam hal pembelian tanah. Beliau tidak pernah ikut
campur dalam urusan membangun dan mendirikan bangunan. Namun beliau
senantiasa mendukung atas apapun yang KH Muhammad Suhaidi dan para asatiz
dirikan di Jakarta. Dengan kearifannya beliau juga sering mengatakan dalam
bahasa sasak “Mbe jak ampok ne sik mele nurut ite sik dengan ino”. Pernah pada
suatu ketika KH Muhammad Suhaidi berdialog dengan TGKH Muhhammad
Zainuddin Abdul Majid, beliau mengatakan ketika membangun Sekolah Dasar
(SD) “ Dato’ ni SD mau ngecor tapi ndak ada dana, beliau mengatakan itu
urusanmu, cari sendiri, saya tugasnya hanya membeli tanah.”
Jadi dapat di simpulkan, apabila di persenkan kira-kira 70 % pembelian tanah
di Nahdlatul Wathan Jakarta menggunakan uang TGKH Muhhammad Zainuddin
Abdul Majid dan 30 % nya menggunakan uang jama’ah. Bahkan saking cintanya
beliau terhadap kemajuan dan perkembangan Nahdlatul Wathan Jakarta, sempat
pada penghujung hayatnya beliau masih menitipkan uang sejumlah 30 Juta pada
istrinya Hj Siti Rahmatullah, untuk diberikan pada KH Muhammad Suhaidi. Dan
beliaupun sempat berpesan pada istrinya “Besok Suhaidi akan pulang kasi dia
uang itu untuk memperluas tananya di Jakarta.”
HASIL WAWANCARA DENGAN UST. AHMAD, SPd.I
(Kepala MDI Nahdlatul Wathan Jakarta dan Asatiz Pondok Pesantren
Nahdlatul Wathan Jakarta)
Madrasah Diniah Islamiyah (MDI) Nahdlatul Wathan Jakarta yang berada
di Kecamatan Cakung menunjukkan perkembangan pesat. Kemajuan ini tidak
luput dari peran dari pemangku kepentingan, terutama guru dan pimpinannya.
Dengan pendekatan baru, sekolah ini mampu mengajarkan Al-Quran kepada
siswanya dalam waktu relative singkat bisa membaca Al-Quran dengan Tajwid.
Inilah daya pikat sekolah MDI NW tersebut. Jangan membandingkannya, dengan
pesantren anak yang memang secara khusus diperuntukkan sebagai sekolah
tahfidz ( hafal Qur’an) juga jangan membandingkan dengan pengajaran Al-Quran
kepada kelompok dewasa. Para peserta didik di MDI NW Jakarta memulai
pembelajarannya sejak usia 4 tahun, dan waktu pembelajaran di sekolah ini pun
hanya dilaksanakan setiap sore jam 15.30- 17.30. Artinya masa pendidikannya
relative sangat singkat dan menyasar siswa usia dini. Hal ini dimaksudkan untuk
menanamkan ajaran agama Islam yang mendalam, diharapkan akan tertanam dan
menjadi karakter khusus yang membentuk jati dirinya kelak, agar terhindar dari
informasi yang tidak sesuai. Melihat zaman sekarang ini yang terus berkembang
dan syarat dengan berbagai informasi yang kurang mendidik serta dapat
mempengaruhi karakter dan pola dalam berfikir seseorang, sehingga hal tersebut
di antisipasi sejak dini.
MDI Nahdlatul Wathan Jakarta pada awalnya adalah Taman Pendidikan
Al-Qur’an (TPA) Informal, namun saat ini telah berubah dan berkembang
menjadi lembaga formal di bawah naungan Depatemen Agama. Tak ayal, akibat
kemajuan tersebut, perkembangan jumlah siswa terus meningkat. “Kami mulai
dari nol untuk membangun semuanya ini, dari tidak punya kelas sampai sekarang
alhamdulillah sudah punya kelas sehingga bisa menampung jumlah siswa yang
terus meningkat jumlahnya setiap angkatan”. Saat ini MDI NW Jakarta telah
menggunakan kurikulum yang ditetapkan oleh Depatemen Agama sejak tahun
2006. Awalnya masih menggunakan kurikulum sendiri sebelum munculnya
program yang ditawarkan oleh pemerintah. Pada awalnya sebelum menjadi MDI,
peserta didik hanya belajar Al-Qur’an. Namun sekarang setelah adanya program
pemerintah yaitu MDI, pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik setara dengan
pelajaran MI. Jadi tujuan MDI adalah untuk membantu mereka terutama pelajaran
Agama mereka di sekolah formal yang kurang mendapat pelajaran agama. Maka
Nahdlatul Wathan menyiapkan lembaga pendidikan Madrasah Diniah Islamiyah
yang mana pelajaran mereka khusus pelajaran agama yaitu Bahasa Arab, Sejarah
Kebudayaan Islam, Fiqih dan Akhlak.
TPA sebenarnya tidak hilang dan berganti seutuhnya menjadi MDI namun
TPA masih menjadi bagian dari MDI tersebut dan diberi mana I’dadiyah atau
kelas persiapan. Jadi peserta didik yang dipersiapkan untuk masuk ke MDI
dididik terlebih dahulu di I’dadiyah kira–kira 2 tahun, baru setelah itu bisa
berpindah ke tingkat Madrasah Diniyah. Untuk peserta didik yang berada di
tingkat I’dadiyah mereka diajarkan menghapal surat–surat pendek dan membaca
Iqra’. Jadi, persyaratan mereka bisa berpindah dari tingkat 1 ke tingkat 2 adalah
apabila peserta didik tersebut telah mampu membaca Al-Qur’an.
Lama belajar peserta didik di MDI NW Jakarta adalah selama 4 tahun. Di
kelas persiapan yaitu kelas I’dadiyah ada 2 kelas. Untuk kelas 1 A, 1 B Pra MDI,
ini yang menjadi persiapan dan jumlah peserta didiknya kurang lebih sekitar
seratus orang. Adapun peserta didik MDI sekarang berjumlah 66 0rang.
Disamping itu di MDI telah menggunakan ujian akhir. Ujian akhir ini
diselenggarakan oleh Departemen Agama tahun pelajaran 2009 – 2010. Dengan
prestasi yang dimiliki MDI NW Jakarta sehingga dipercaya oleh seluruh MDI
yang ada di wilayah Cakung Jakarta Timur sebagai penyelenggara ujian akhir.
Dimana pada waktu itu jumlah seluruh siswa sekitar 210 peserta dari seluruh
MDI yang ada di Jakarta Timur. MDI NW Jakarta terdapat 4 tingkatan, dimulai
dari kelas 1, kelas 2 kelas 3 dan kelas 4. Dikelas 4 inilah yang di adakan ujian
akhir sama seperti ujian fomal yang dilakukan lembaga-lembaga pendidikan
formal seperti SD, SMP dan SMA, karena bernaung di bawah Departemen
Agama.
Tingginya minat warga Cakung masuk MDI tidak bisa dipisahkan dari
promosi wali murid yang merasakan mendapatkan kepuasan dengan
menyekolahkan anaknya di MDI. Tety Muhithoh, salah seorang wali murid
mengatakan kepada SInar Lima, bahwa putranya Muhammad Yusuf Akbar dan
Dhea Aulia Hanifah kini bisa membaca Al-Quran. “ Kami berutang budi ke
sekolah MDI, karena berhasil membuat kedua anak kami bisa membaca AL-
Quran dengan Tajwid, dalam waktu singkat. Ini hadiah luar biasa, bagi keluarga
Kami” ungkap wali murid yang juga kepala Sekolah MTS Asyiratussyafiiyah
Jakarta ini. Prestasi MDI juga terlihat saat tahun 2011 lalu Departemen Agama
menyelenggarakan festival dengan tema festifal anak taqwa. Program Departemen
Agama ini di kelola oleh KKDT (Kelompok Kerja Diniyah Takmiliyah).
Departemen Agama mengadakan program tersebut setiap tahunnya. MDI NW
Jakarta turut berpartisipasi dalam festifal tersebut dan mendapat juara II di bidang
Musabaqoh tilawatil Qur’an. Disamping itu ada juga program manasik haji. MDI
NW Jakarta juga berpartisipasi dalam memperoleh tropi dengan jumlah peserta
terbanyak.
“Karena tujuan atau visi dan misi MDI NW Jakarta adalah membentuk
insan-insan Qur’ani yang berakhlakul karimah, dengan misi mengajarkan Al-
Qur’an secara aktif dan menyenangkan,”. “ jadi di TPA Nahdlatul Wathan itu
berbeda dengan TPA-TPA lain. Di Nahdlatul Wathan mereka dipadukan antara
doa, ikhtiar daam belajar. Adapun program Hizib, itu masuk dalam Ekstra
kurikuler yang di laksanakan setiap malam jum’at. Inilah yang membedakan
antara MD atau TPA yang lain dengan MD kita (Nahdlatul Wathan)” pungkasnya.
SAMBUTAN KETUA UMUM PBNW PADA TASYAKKURAN PENAMATAN
SANTRI PODOK PESANTREN MUNIRUL ARIFIN NW PRAYA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010 AHAD, 16 MEI 2010
Bismillahi Wabihamdihi
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Yth. Bapak Ibu Tamu Undangan dari Instansi Pemerintah
Yth. Pengurus Organisasi Nahdlatul Wathan
Yth. Pengurus Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Munirul Arifin NW Praya
Yth. Para Asatiz dan Ustazah
Yth. Para Wali Santri yang menamatkan pendidikannya pada tahun ini.
Yth. Para Tamu Undangan, anak-anakku para santri dan hadirin hadirat yang
berbahagia.
Puji syukur kita persembahkan ke hadirat Allah Swt. atas segala limpahan rahmat,
taufiq, hidayah, inayah dan ridla-Nya sehingga pada pagi hari ini kita berkesempatan
menyelenggarakan dan menghadiri acara tasyakkuran penamatan santri
Madrasah/Sekolah di lingkungan Pondok Pesantren Munirul Arifin NW Praya Tahun
Pelajaran 2009/2010. Mudah-mudahan kehadiran kita ini tercatat sebagai amal
ibadah dan mendapat imbalan pahala yang berlipat ganda di sisi Allah Swt. serta
semoga doa Ayahanda Al-Magfurlah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid yang mendoakan kita pada setiap awal pengajian beliau
agar masuk surga bigairi hisab dikabulkan oleh Allah Swt. Amin Ya Rabbal ‘alamin.
Shalawat dan salam mudah-mudahan terus tercurah ke haribaan junjungan alam Nabi
Besar Muhammad Saw. berikut keluarga, sahabat dan pengikut beliau ila yaumiddin.
Dan semoga kita mendapat syafaat beliau kelak di Yaumil Mahsyar. Amin Ya
Mujibassa`ilin.
Hadirin-hadirat yang berbahagia.
Syukur Alhamdulillah, amal usaha Nahdlatul Wathan terus tumbuh dan berkembang
seiring dengan tuntutan perkembangan zaman. Perkembangan ini tentunya tidak
terlepas dari prinsip-prinsip perjuangan Nahdlatul Wathan yang telah ditanamkan
oleh Ayahanda Al-Magfurlah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid, yakni YAKIN, IKHLAS dan ISTIQOMAH. Prinsip-prinsip perjuangan
inilah yang melahirkan konsep SAMI’NA WA ‘ATHA’NA dalam doktrin
perjuangan Nahdlatul Wathan. Orang yang yakin akan kebenaran sesuatu akan ikhlas
melaksanakan segala keputusan, serta istiqomah mewujudkannya. Dengan prinsip
perjuangan ini Ayahanda Al-Magfurlah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid telah berhasil melewati berbagai rintangan dalam
perjuangan sehingga beliau dapat menyaksikan perkembangan amal usaha Nahdlatul
Wathan, khususnya lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan yang pada akhir hayat
beliau sudah berjumlah 700 dan sekarang sudah lebih 900 buah. Hal ini yang harus
kita syukuri. Coba bayangkan bila Nahdlatul Wathan tidak ada maka akan dapat
diyakini bahwa banyak di antara kita ini yang tidak akan dapat mengenyam
pendidikan. Bagi kita yang lahir pada tahun 60-an dan 70-an, coba bayangkan
keadaan tahun 80-an. Pada tahun 80-an lembaga pendidikan pemerintah tingkat
SLTP baru hanya ada pada tingkat kecamatan, itu pun jumlahnya baru hanya satu
buah. Sementara lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan dalam bentuk Madrasah
Tsanawiyah Nahdlatul Wathan sudah berdiri di beberapa desa pada wilayah satu
kecamatan. Hal ini tidak terlepas dari motivasi yang diberikan oleh Ayahanda Al-
Magfurlah Maulana Syaikh kepada para abituren dan pencinta Nahdlatul Wathan
sebagaimana termaktub dalam Wasiat Renungan Masa yang berbunyi:
Buka madrasah desa dan dasan
Agar tersebar ajaran Tuhan
Ikatan Pelajar, PG aktifkan
Himmah, Pemuda terus tonjolkan.
Nahdlatul Wathan pusakamu sendiri
Dilahirkan Tuhan di Lombok ini
Ciptaan Sasak Selaparang asli
Wajib dibela sampai akhirati
Pelita NTB bertambah terangnya
Karena NW lahir padanya
Berpartisipasi dengan megahnya
Membela Agama, Nusa dan Bangsa
Kalau anakda memang setia
Tentulah seturut dan bersedia
Menegakkan NW ciptaan ayahda
Bersama menolak iblis yang nyata
Nahdlatul Wathan ciptaan ayahda
Ku amanatkan kepada anakda
Dipelihara dan terus dibina
dan dikembangkan di Nusantara
Asas NW jangan diubah
Sepanjang masa sepanjang sanah
Sunnah Jamaah dalam aqidah
Mazhab Syafi’i dalam syari’ah
Wajiblah `nakda banyak bersyukur
Atas NW mu nan maju teratur
Menyebarkan ilmu dan amal mabrur
Secara terang, secara jujur
Kita yang hadir di tempat ini, dan seluruh warga Nahdlatul Wathan tentunya tidak
ingin di cap kapir nikmat. Oleh karena itu, seharusnya prinsip-prinsip perjuangan
Nahdlatul Wathan harus kita wujudkan dengan segala daya dan upaya.
Hadirin yang kami hormati
Sebagai pengurus Organisasi Nahlatul Wathan saya sangat menyadari bahwa dalam
meneruskan misi perjuangan Nahdlatul Wathan masih cukup banyak kekurangan.
Kekurangan-kekurangan ini tentunya akan terus kita perbaiki, lengkapi, dan
sempurnakan. Supaya kekurangan-kekurangan ini dapat kita sempurnakan dengan
cepat, tepat dan berkualitas maka perlu adanya kebersamaan, kekompakan, dan
kesatuan gerak langkah dan kesatuan komando. Sebagai implementasi dari semua ini
maka doktrin perjuangan Nahdlatul Wathan SAMI’NA WA ATHA’NA harus kita
tegakkan. Lebih-lebih dalam menyikapi perkembangan terakhir dalam Organisasi
Nahdlatul Wathan. Kita tidak perlu banyak berteori. Sekarang ini, sekarag ini kita
harus bekerja, kita harus kompak untuk mengamankan dan melaksanakan garis
pimpinan. Jadilah yang terbaik pada posisi kita masing-masing. Semua kita punya
peran untuk memajukan amal usaha Nahdlatul Wathan. Sebagai pimpinan lembaga
pendidikan, laksanakanlah tugas dengan santun, aspiratif, inovatif, dan kreatif.
Sebagai guru mengajarlah dengan profesional, tekun, disiplin dan penuh keikhlasan
serta loyal pada pimpinan. Sebagai murid belajarlah dengan tekun dan rajin agar cita-
cita dan harapan orang tua menjadi kenyataan. Renungkanlah Wasiat Maulana
Syaikh:
Sudah masanya `nakda berbakti
Membela NW sepenuh hati
Memelihara NW sepenuh bukti
Menanam jiwa disiplin sejati
Mari bersatu di satu barisan
Janganlah suka berkeliaran
Tetap bersatu bersama ikhwan
Menurut Pimpinan Nahdlatul Wathan
Tetapkan dirimu bersama ikhwan
Bersama pembela Nahdlatul Wathan
Janganlah selalu mendengar ocehan
Suara orang di pinggir jalan
Kalau anakku masih mengaku
Bahwa NW Organisasimu
Pastilah nakku taat seribu
Menurut imam kompak selalu
Banyaklah orang tidak mengerti
Pada tugasnya berorganisasi
Dipermainkan orang sehari-hari
Akhirnya ia jadi ampibi
Adapula yang sangat panatik
Hanya selalu ingin ngeritik
Membela pahamnya yang sangat picik
Akhirnya banyak kejungking balik
Ada pula yang sangat ganjil
Selalu memakai politik kancil
Lidahnya manis buktinya nihil
Hantam kromopokoknya hasil
Hadirin yang kami hormati
Kita warga Nahlatul Wathan dan khususnya keluarga besar Pondok Pesantren
Munirul Arifin NW Praya, cukup berbangga dan bersyukur karena dari tahun ke
tahun aktivitas amal usaha Nahdlatul Wathan di Pondok Pesantren ini terus tumbuh
dan berkembang. Pada Tahun Pelajaran 2009/2010 ini Alhamdulillah telah berhasil
menamatkan santrinya untuk angkatan yang ke-10. Pondok Pesantren Munirul Arifin
NW Praya ini memang mempunyai keunggulan tersendiri bila dibandingkan dengan
Pondok Pesantren Cabang Nahdlatul Wathan yang lain. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan bila banyak warga Nahdlatul Wathan dan kaum muslimin yang
berminat untuk menitipkan putra-putrinya di Podok Pesantren ini. Ini adalah bukti
keberhasilan kader Nahdlatul Wathan dalam mengembangkan amal usaha Nahdlatul
Wathan. Untuk itu, atas nama pimpinan Nahdlatul Wathan saya menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Bapak TGH. Zainal Arifin
Munir, MA. selaku Pimpinan Pondok Pesantren Munirul Arifin Nahdlatul Wathan
beserta seluruh pengasuhnya. Mudah-mudahan keberhasilan-keberhasilan ini dapat
kita tingkatkan pada tahun-tahun yang akan datang.
Hadirin dan anak-anakku yang saya cintai
Pada hari ini anak-anakku telah berhasil menamatkan satu jenjang pendidikan formal
di lingkungan Pondok Pesantren Munirul Arifin NW Praya. Keberhasilan ini
tentunya sangat membanggakan sekaligus membahagikan karena ini adalah salah
satu cita-cita dari setiap siswa dan orang tua. Tetapi satu hal yang harus anak-anakku
ingat bahwa keberhasilan ini tentunya berkat dukungan orang lain, yakni pimpinan,
guru, dan orang tua. Oleh karena itu, bersyukurlah kepada Allah Swt. dan berterima
kasihlah kepada guru dan orang tua, lebih-lebih lagi kepada Ayahanda Al-Magfurlah
Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku Guru Besar
kita warga Nahdlatul Wathan. Terus binalah hubungan baik dengan guru dan
almamater agar pipa ilmu anak-anakku tidak terputus. Dan, satu hal yang perlu saya
ingatkan bahwa janganlah anak-anakku puas dengan jenjang pendidikan yang telah
ditamatkan pada saat ini. Teruslah lanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Masuklah
ke lembaga-lembaga pendidikan yang lebih tinggi yang ada di Nahdlatul Wathan ini.
Kepada para orang tua santri kami menyampaikan ucapan terima kasih atas segala
dukungannya sehingga anak-anak kita dapat belajar dengan baik dan berhasil
menyelesaikan satu jenjang pendidikan di Pondok Pesantren Munirul Arifin NW
Praya ini. Mudah-mudahan jerih payah yang tidak mengenal balas jasa ini mendapat
ganjaran pahala yang berlipat ganda di sisi Allah Swt. Amin Ya Robbal Alamin.
Selain itu saya menghimbau kepada seluruh wali santri supaya ikut menentukan jenis
dan model lembaga pendidikan yang akan diikuti oleh anak-anak kita. Carilah
informasi yang benar dari ahlinya agar kita tidak menyesal di kemudian hari. Bila
kita salah memilih maka jerih payah dan pengorbanan orang tua akan menjadi sia-
sia. Banyak bukti dan fakta terjadi bahwa saat si anak nyantri di Pesantren Nahdlatul
Wathan sangat rajin dan tawadduk. Begitu selesai dan kembali dari melanjutkan di
tempat lain, dia berubah seratus delapan puluh derajat, semua pekerjaan dan tradisi
orang tuanya menjadi tidak benar dan bid’ah dolalah melulu, orng tua dibilang kolot,
kuno, tidak modern yang ketinggalan zaman, sungguh menyedihkan. Kita tentunya
tidak ingin hal ini terjadi pada para santri yang kita tamatkan dan lepas pada hari ini.
Oleh karena itu, sekali lagi orang tua harus berhati-hati dan ikut mengambil bagian
dalam menentukan lembaga pendidikan bagi anak-anak kita.
Hadirin hadirat, anak-anakku yang tercinta
Satu hal juga yang perlu anak-anaku ingat bahwa dengan selesainya anak-anakku
pada satu jenjang lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan maka anak-anakku telah
tercatat sebagai abituren Nahdlatul Wathan. Dalam norms Nahdlatul Wathan setiap
abituren diberikan satu kewajiban untuk memberikan amal abituren setiap HULTAH
NWDI diselenggarakan. Anak-anakku harus ingat itu. Amal abituren ini kita
pergunakan untuk menyukseskan dan mengembangkan amal usaha dan perjuangan
Nahdlatul Wathan. Anak-anakku juga harus terus ingat akan bai’at yang telah
diikrarkan selama menempuh pendidikan pada lembaga pendidikan Nahdlatul
Wathan. Setiap santri lembaga Nahdlatul Wathan pasti sudah pernah dibai’at. Bai’at
tersebut bukan hanya sekedar pemanis bibir tetapi harus dihayati dan diamalkan
dalam kehidupan pribadi, keluarga dan bermasyarakat. Jangan sampai bai’at
diiingkari dan dilanggar karena sangat bahaya dunia akhirat. Renungkanlah wasiat
Maulana Syaikh:
Dulu banyak yang kami bai’at
Waktu ijazah dan nerima thareqat
Sanggup membela selama hayat
Sehidup semati sampai akhirat
Tapi sekarang jarang kulihat
Menepati janji, menepati bai’at
Apakah masih ada yang ingat
Ataukah sudah dibuang di “Erat”
Melanggar bai’at melanggar perintah
Melanggar iqrar melanggar perintah
Tidak perduli hubungan musnah
Tidak perduli Qur`an dan Sunnah
Khianat sumpah khianat bai’at
Sangat bahaya dunia akhirat
Banyak terbukti banyak terlihat
Imannya mati taqwanya melarat
Akhirnya kepada anak-anakda tercinta saya ucapkan selamat menempuh pendidikan
yang baru dan semoga anak-anakku terus sukses. Amin, ya robbal ‘alamin.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi untuk kesuksesan penyelenggaraan pendidikan di Pondok Pesantren
Munirul Arifin NW Praya disampaikan ucapan terima kasih dan jazakumullahu
khairan katsiro. Terima kasih.
Wallahul Muwaffiqu Wal Hadi Ila Sabilirrasyad,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ketua Umum PBNW,
Hj. Sitti Raihanun Zainuddin A.M.
SAMBUTAN KETUA UMUM PBNW/ KETUA YAYASAN PENDIDIKAN
PONDOK PESANTREN DARUL MUHAJIRIN NW MATARAM PADA
WISUDA UNIVERSITAS NW MATARAM
Sabru, 31 Desember 2011
Bissmillahi Wabihamdihi Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Yth. Koordinator Kopertis Wilayah VIII Dempasar Beserta Rombongan
Yth. Pimpinan PTN, PTS se-Nussan Tenggara Barat
Yth. Kepala Dinas DIKPORA Propinsi Nusa Tenggara Barat
Yth. Kepala kanwil Kementrian Agama Propinsi Nusa Tenggara Barat
Yth. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Barat
Yth. Direktur Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat
Yth. Rekan-Rekan Pengurus Organisasi NW
YTH. Rekan-Rekan Pengurus Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Darul
Mujahidin NW Mataram
Yth. Senat Universitas Nahdlatul Wathan Mataram Yang Berbagagia Sivitas
Akademika Universitas Nahdlatul Wathan Mataram Wisudawan/ Wisudawati
Beserta Keluarga.
Hadirin hadirat tamu undangan yang kami hormati Puji serta syukur kita
persembahkan kehadirat Allah SWT atas limpahan taufiq, hidayah, inayah, dan
ridhha-Nya sehingga pada hari ini kita semua dapat mengikuti rapat senat terbuka
Universitas Nahdlatul Wathan Mataram dalam acara wisuda. Mudah-mudahan
kehadiran kita ini tercatat disisi Allah SWT sebagai amal ibadah yang
mendapatkan ganjaran yang berlipat ganda, serta semoga do’a Ayahanda Al-
Magfurullah maulana Syeikh TGKH. Muhammad zainuddin Abdul Majid yang
mendo’akan kita pada setiap awal pengajian beliau agar masuk surge bigairi hisab
dikabulkan oleh Allah SWT. Amin ya Rabbal Alamin.
Shalawwat serta salam mudah-mudahan terus tercurahkan ke haribaan
junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW, berikut keluarga, sahabat dan
pengikut Beliau ila yaumiddin.
Hadirin Hadirat tamu undangan yang kami hormati Universitas Nahdlatul
wathan Mataram sejak didirikan pada tahun 1987 terus berusaha memantapkan
diri berkiprah di tengah-tengah masyarakat Nusa tenggara barat dalam rangka ikut
serta mengambil bagian dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
berilmu, beramal dan bermoral tinggi berdasarkan nilai-nilai agama yang dianut.
Setiap tahun Universitas Nahdlatul wathan mataram terus dapat mempublikasikan
eksistensinya di tengah-tengah masyarakat dengan melakukan wisuda. Wisuda
merupakan salah satu indicator keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tinggi
dalam menyelenggarakan tridarma perguruan tinggi Alhamdulillah, Universitas
Nahdlatul Wathan Mataram telah berhasil mewujudkan itu. Tentunya berkat
dukungan dari semua pihak, pemerintah daerah, kopertis Wilayah VIII Dempasar,
Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, dan pihak-pihak lain. Untuk itu,
disampaikan ucapan terimakasih dan Jazakumullahu khairan katsira.
Hadirin Yang Kami Hormati
Universitas Nahdlatul Wathan Mataram dalam wisuda kali ini dalam
suasana yang berbeda. Di mana pada akhir tahun 2011 ini, Universitas Nahdlatul
wathan mataram telah melangsungkan suksesi kepemimpinan pada tingkat
Universitas. Senat Universitas nahdlatul wathan Mataram telah menyelenggarakan
pemilihan Rektor dan hasilnya sudah dilantik oleh Pengurus Besar Nahdlatul
Wathan pada tanggal 19 Desember 2011. Satu hal yang harus dihayati oleh
seluruh jajaran pengelola Universitas Nahdlatul Wathan Mataram adalah TOP
LEADER lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan haruslah orang yang memahami
arah perjuangan Nahdlatul Wathan, orang yang tidak diragukan heriditas,
keilmuan, dan loyalitasnya pada Organisasi Nahdlatul Wathan. Lebih-lebih lagi
Universitas Nahdlatul Wathan Mataram yang sampai saat ini satu-satunya
perguruan tinggi Nahdlatul Wathan yang berbentuk Universitas. Oleh karena itu,
haruslah mengambil peran yang besar dalam mewujudkan tujuan-tujuan
organisasi Nahdlatul Wathan dengan berlandaskan pada kajian-kajian berbagai
disiplin keilmuan yang ada pada Universitas Nahdlatul Wathan. Universitas
Nahdlatul Wathan supaya terus berbenah meningkatkan kuantitas dan kualitas
pelaksanaan tridarma perguruan tinggi secara seimbang dan kontinyu. Jangan
hanya berkutat pada kegiatan pembelajaran, tapi kegiatan penelitian dan
pengabdian pada masyarakat juga harus mendapat prioritas. Banyak hal dalam
organisasi Nahdlatul Wathan yang dapat dijadikan sebagai obyek kajian dan
penelitian. Jama’ah Nahdlatul Wathan dan masyarakat menunggu kehadiran dan
kontribusi Universitas Nahdlatul Wathan ditengah-tengah mereka. Dengan
meningkatkan kuantitas dan kualitas tridarma perguruan tinggi, diharapkan
Universitas Nahdlatul Wathan bisa sejajar dengan Universitas-Universitas yang
sudah maju di kota Mataram bahkan kita harapkan dapat lebih unggul.
Hadirin Yang Kamii Hormati
Universitas Nahdlatul Wathan Mataram harus terus mencermati seluruh
aturan yang ada, aturan pemerintah ataupun aturan yang dibuat oleh yayasan
untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan, pengajaran, penelitian, dan
pengabdian pada masyarakat sebagai implementasi dari tridarma perguruan tinggi.
Universitas Nahdlatul Wathan harus terus berupaya meningkatkan kualitas SDM
dosen dengan mengikut sertakan mereka pada program pascasarjana, supaya tidak
treliminasi pada tahun 2014. Karena kita ketahui bahwa sesuai dengan peraturan
pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pada tahun 2014 seluruh dosen harus
berpendidikan S.2. Namun demikian, dosen-dosen yang akan dikuliahkan harus
mereka yang faham, mengerti, dan menghayati nilai-nilai perjuangan Nahdlatul
Wathan. Sayya yakin masih banyak kader-kader Nahdlatul Wathan yang
memenuhi kriteria ini. Disamping memperhatikan jenjang pendidikan dosen,
Universitas Nahdlatul Wathan juga harus memperhatikan jabatan fungsional
dosen karena status sebagai dosen ditentukan dengan jabatan fungsional yang
disandang. Sekalipun mereka sudah menjadi dosen tetapi mereka belum
mempunyai jabatan fungsional maka yang bersangkutan belum sah sebagai tenaga
pengajar. Universitas Nahdlatul Wathan tidak boleh bangga dengan jabatan
fungsional dosen luar biasa. Karena hal ini tidak terlalu membantu dalam proses
akrediitasi. Bila Universitas Nahdlatul Wathan mengabaikan hal ini, maka status
akreditasi dengan nilai yang diharapkan oleh umat akan sulit kita dapatkan. Selain
itu, Universitas Nahdlatul Wathan harus mengimplementasikan menejemen
modern dalam pengelolaan dengan berpijak pada statute. Aturan yayasan dan
organisasi serta aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam
pengelolaan perguruan tinggi. Setiap komponen harus berjalan sesuai dengan
tugas dan fungsinya, supaya semua pekerjaan terbagi habis dan dapat diselesaikan
dengan sepat dan tepat Universitasn Nahdlatul Wathan juga harus terus membuka
diri untuk membina kerjasama dengan berbagai pihak yang saling
menguntungakan, sekaligus menumbuh kembangkan kerjasama yang sehat
diantara para mitra Universitas Nahdlatul Wathan harus terus mencermati
kebutuhan riil masyarakat dan menjawabnya dengan mengembangkan program
study program study yang berdaya saing. Oleh karena itu, setiap program harus
terus kita evaluasi agar kualitas dapat terus kita hadirkan.
Hadirin Yang Kami Hormati, Para Wisudawan dan Keluarga yang Berbahagia
Hari ini saudara wisudawan wisudawati oleh Universitas Nahdlatul
Wathan Mataram dan diserahkan kembali kepada orang tua dan masyarakat
karena masa belajar saudara secara formal di Universitas Nahdlatul Wathan
Mataram telah selesai. Untuk itu atas nama pengurus besar Nahdlatul Wathan dan
Pengurus Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Darul Mujahidin Nahdlatul
Wathan Mataram saya menyampaikan ucapan selamat dan sukses. Tetapi
janganlah saudara-saudara merasa puas dengan apa yang telah saudara raih selama
ini. Hal ni tidak banyak memberikan arti bila saudara tidak terus belajar dan
mengembangkan diri, lebih-lebih pada era globalisasi dan demokratisasi sekarang
ini. Untuk itu teruslah belajar, baik dari buku-buku teks maupun dari dinamika
masyarakat yang ada ditengah-tengah saudara. Lanjutkan program belajar formal
saudara-saudara dengan mengikuti program strata yang lebih tinggi.
Ayahanda Almagfurullah Maulana Syeikh TGKH Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid dalam wasiat beliau berkata:
Baru saja mendapat ijazah
Menyangka diri sudah ‘allamah
Tidak menghirau guru dan ayah
Mencabik mudah menjahit susah
Tuntutlah ilmu sepuas-puas
Dari yang rendah sampai Fakultas
Jangan sekali lengah dan malas
Menjemur sementara hari panas
Tuntutlah ilmu sebanyak mungkin
Sampai mendapat gelar muflihin
Gelar dunia perlu dijalin
Dengan ajaran Rabbul ‘Alamin
Jaga baiklah gelar ananda
Gar ananda jangan ternoda
Pergunakan teguh selama-lamanya
Untuk Agama untuk Negara
Disamping itu, sebagai kader-kader Nahdlatul Wathan, dan kader
pembangunan bangsa, jadilah kader-kader bermoral dan menjunjung tinggi nilai-
nilai agama. Jadikanlah ilmu saudara-saudara sebagai garam, dan akhlak saudara
sebagai tepungnya. Dan disamping itu juga, banyaklah bersyukur kepada Allah
SWT Tuhan Yang Maha Esa dan berterimakasihlah kepada orang tua, keluarga
dan guru serta dosen saudara karena keberhasila saudarra dalam menyelesaikan
pendidikan di Universitas Nahdlatul Wathan Mataram juga berkat jasa mereka.
Firman Allah SWT ………………………………………... InsyaAllah … ilmu
yang saudara miliki, akan bertambah dan bermanfaat serta barokah, dan banyak
jalan akan terbuka.
Setiap santri atau mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di
lembaga pendidikan nahdlatul wathan, maka akan tercatat sebagai abituren NW,
seorang abituren harus selalu yakin, ikhlas, dan istiqomah dalam mengamalkan
nilai-nilai perjuangan Nahdlatul Wathan, selalu ikut serta dan mendukung
kegiatan-kegiatan Organisasi NW serta beramal jariyah pada setiap pembangunan
lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul wathan dan amal usaha Nahdlatul
Wathan. Begitu juga bagi saudara saudari wisudawan wisudawati yang bukan
warga NW yang non muslim akan tercatat sebagai alimni Universitas NW
Mataram, sebagai tanda syukur dan terimakasih saudara saudari terhadap
almamater saudara, maka kami harap dukungan saudara saudari secara langsung
maupun tidak langsung di setiap kegiatan-kegiatan organisasi Nahdlatul wathan.
Kepada pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait, kami titipkan para
alumni Universitas Nahdlatul Wathan Mataram yang diwisuda hari ini untuk
dimanfaatkan sesuai dengan keahliannya.
Harus diakui bahwa perkembangan dan peningkatan sumberdaya manusia
dan kemajuan pembangunan daerah NTB pada khususnya tidak lain adalah
dukungan serta andil dari Nahdlatul Wathan. Dalam program-program pemerintah
seperti pada bidang pendidikan, Organisasi Nahdlatul Wathan telah mendirikan
ratusan lembaga-lembaga pendidikan tersebar di seluruh NTB bahkan diseluruh
Nusantara.
Sebagaimana wasiat Ayahanda Almagfurullah Maulana Syeikh TGKH
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid:
Pelita NTB bertambah terangnya
Karena NW lahir padanya
Berpartisipasi dengan megahnya
Membela Agama, Nusa dan Bangsa
Buka madrasah desa dan dasan
Agar tersebar ajaran Tuhan
Ikatan pelajar, PG aktifkan
HIMMAH pemuda terus tonjolkan
Demikian yang dapat kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan
tridarma perguruan tinggi di Universitas Nahdlatul Wathan mataram disampaikan
ucapan terimakasih dan penghargaan yang tinggi serta Jazakumullahu khairan
katsira. Kepada civitas akademika Universitas Nahdlatul Wathan disampaikan
ucapan selamat, mudah-mudahan acara ini terus bisa terulang pada tahun-tahun
mendatang dengan kuantitas yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik,
amien. Terima kasih.
Wallahul Muaffiqu Walhadi Ila Sabilirrasyad
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb
Ketua Umum,
Hj. Siti Rraihanun Zainuddin A. M