BAB12-YUSRAN ASSAGAF

download BAB12-YUSRAN ASSAGAF

of 34

Transcript of BAB12-YUSRAN ASSAGAF

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    1/34

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    2/34

    sebuah perusahaan yang bergerak di bidang dealer mobil Toyota, dimana dalam

    menunjang aktivitas operasional perusahaan maka salah satu upaya yang perlu

    dilakukan oleh perusahaan adalah dengan memperhatikan masalah budaya

    organisasi, sebab budaya organisasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

    kinerja karyawan.

    Budaya kerja pada umumnya merupakan pernyataan filosofis, dapat

    difungsikan sebagai tuntutan yang mengikat para karyawan karena dapat

    diformulasikan secara formal dalam berbagai peraturan dan ketentuan perusahaan.

    Dengan membakukan budaya kerja, sebagai suatu acuan bagi ketentuan atau

    peraturan yang berlaku, maka para pemimpin dan karyawan secara tidak langsung

    akan terikat sehingga dapat membentuk sikap dan perilaku sesuai dengan visi dan

    misi serta strategi perusahaan. Proses pembentukan tersebut pada akhirnya akan

    menghasilkan pemimpin dan karyawan professional yang mempunyai integritas yang

    tinggi.

    Oleh karena itu pimpinan harus berusaha menciptakan kondisi budaya kerja

    yang kondusif dan dapat mendukung terciptanya kinerja yang baik. Hal inilah yang

    merupakan sasaran bagi pimpinan perusahaan PT. Hadji Kalla dalam menciptakan

    budaya kerja yang diinginkan atau budaya yang kuat maka upaya yang ingin dicapai

    adalah untuk menciptakan budaya kerja yang baik, sehingga dapat meningkatkan

    kinerja para karyawan di lingkungan perusahaan.

    Hal ini dapat dilihat pada penerapan budaya kerja pada PT. Hadji Kalla

    Cabang Alauddin Makassar belum optimal, dimana masih ada karyawan yang belum

    2

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    3/34

    mentaati disiplin kerja seperti : jam kerja, mereka masuk kerja setelah jam 09.00 Wita

    dan pulang sebelum jam 17.00 Wita, disamping itu sikap karyawan yang tidak

    memegang teguh amanah dalam melaksanakan tugas pokok dan kewajibannya

    sebagai karyawan. Tindakan-tindakan seperti tersebut di atas dapat berakibat pada

    kurangnya pelayanan kepada masyarakat.

    Untuk itu kesadaran karyawan akan pentingnya budaya kerja masih perlu

    disosialisasikan. Hal ini berhubungan dengan pengimplementasian budaya kerja

    terhadap kinerja karyawan yang sangat kompleks, karena mereka mempunyai

    karakteristik yang berbeda-beda. Kemampuan karyawan masih terbatas, sikap dan

    perilaku masih perlu ditingkatkan disamping itu perlu ada motivasi dari pimpinan,

    yang terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain : inisiatif

    individual, toleransi risiko, dan dukungan manajemen. Ketiga faktor tersebut

    mempunyai hubungan terhadap peningkatan kinerja karyawan.

    Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka judul dalam penelitian ini

    adalah : Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Hadji kalla

    Cabang Alauddin Makassar.

    1.2 Masalah Pokok

    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengemukakan masalah pokok

    sebagai berikut :

    3

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    4/34

    1. Apakah budaya kerja yang terdiri dari inisiatif individual, toleransi risiko dan

    dukungan manajemen berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada

    PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin Makassar.

    2. Variabel manakah dari budaya kerja inisiatif individual, toleransi risiko dan

    dukungan manajemen yang dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan

    pada PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin Makassar.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini mempunyai tujuan :

    a) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya kerja yang meliputi :

    inisiatif individual, toleransi risiko dan dukungan manajemen terhadap kinerja

    karyawan pada PT.Hadji Kalla Cabang Alauddin Makassar.

    b) Untuk menganalisis variabel budaya kerja yang paling dominan berpengaruh

    terhadap kinerja karyawan pada PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin Makassar.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian yang dikemukakan dalam penulisan ini adalah :

    a) Sebagai bahan masukan bagi pimpinan PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin

    Makassar, mengenai pengaruh budaya kerja dalam kaitannya dengan peningkatan

    kinerja karyawan.

    4

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    5/34

    b) Memberikan kontribusi bagi peningkatan keilmuan bagi kalangan akademisi dan

    peneliti lainnya mengenai budaya kerja dalam kaitannya dengan peningkatan

    kinerja kerja karyawan.

    5

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    6/34

    1.5 Sistematika Penulisan

    Untuk mempermudah penulisan dan pembahasan skripsi ini, maka penulis

    akan menguraikan ke dalam beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut :

    Bab I Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, masalah pokok, tujuan

    penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.

    Bab II Tinjauan Pustaka yang meliputi pengertian manajemen sumber daya

    manusia, budaya kerja, jenis-jenis budaya kerja, fungsi budaya kerja,

    faktor-faktor yang mempengaruhi budaya kerja, hubungan budaya kerja

    dengan kinerja karyawan, pengertian kinerja karyawan, kerangka pikir,

    hipotesis.

    Bab III Metode penelitian, yang didalamnya mencakup lokasi dan waktu

    penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, populasi dan

    sampel, definisi operasional variabel, metode analisis.

    Bab IV Gambaran umum perusahaan yang berisikan sejarah singkat berdirinya

    perusahaan, struktur organisasi, serta uraian tugas masing-masing bagian

    dalam perusahaan.

    Bab V Hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari karakteristik responden,

    analisis deskriptif mengenai budaya kerja terhadap kinerja karyawan, serta

    analisis pengaruh budaya kerja terhadap kinerja karyawan.

    Bab VI Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

    6

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    7/34

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

    Akhir-akhir ini tampak suatu fenomena administratif pada tingkat yang belum

    pernah terlihat sebelumnya, yaitu semakin besarnya perhatian semakin banyak pihak

    terhadap pentingnya manajemen sumber daya manusia. Perhatian yang semakin besar

    tersebut ditunjukkan baik oleh para politisi, para tokoh industri, para pembentuk opini

    yaitu para pimpinan media massa para birokrat di lingkungan pemerintahan maupun

    oleh para ilmuwan yang menekuni berbagai cabang ilmu, terutama ilmu-ilmu sosial.

    Manajemen sumber daya manusia merupakan terjemahan dari Man Power

    Management dan dianggap mempunyai pengertian yang sama dan Personal

    Management atau manajemen personalia. Secara umum, baik istilah manajemen

    sumber daya manusia maupun istilah manajemen personalia sama-sama diartikan

    sebagai manajemen kepegawaian dalam hal ini orang-orang yang mengadakan kerja

    sama dalam mencapai tujuan dari organisasi yang bersangkutan.

    Manajemen sumber daya manusia memiliki arti penting sebagai salah satu

    fungsi manajemen selain fungsi manajemen pemasaran, keuangan, dan produksi, di

    mana manajemen sumber daya manusia meliputi usaha-usaha/aktivitas-aktivitas suatu

    organisasi dalam mengelola sumber daya manusia yang dimilikinya secara umum

    dimulai dari proses pengadaan karyawan, penempatan, pengelolaan, pemeliharaan,

    pemutusan hubungan kerja, hingga hubungan industrial. Departemen sumber daya

    7

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    8/34

    manusia yang ada dalam suatu organisasi membantu karyawan dan organisasi

    mencapai tujuan mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka studi tentang

    manajemen sumber daya manusia akan menunjukkan bagaimana seharusnya suatu

    organisasi memperoleh, menggunakan, mengembangkan, mengevaluasi dan

    memelihara karyawannya dalam kuantitas dan kualitas yang tepat.

    Diantara para ahli mempunyai pandangan yang berbeda dalam mendefinisikan

    Manajemen Sumber Daya Manusia. Namun demikian, secara umum intisari

    pengertian yang dikemukakan oleh para ahli memiliki kesamaan tujuan.

    Manajemen sumberdaya manusia merupakan sistem yang terdiri dari banyak

    aktivitas interdependen (saling terkait satu sama lain). Aktivitas ini tidak berlangsung

    menurut isolasi: yang jelas setiap aktivitas mempengaruhi sumber daya manusia lain.

    Misalnya keputusan buruk menyangkut kebutuhan staffing bisa menyebabkan

    persoalan ketenaga-kerjaan, penempatan, kepatuhan sosial, hubungan serikat buruh,

    manajemen, dan kompensasi. Bila aktivitas sumber daya manusia dilibatkan secara

    keseluruhan, maka aktivitas tersebut membantu sistem manajemen sumber daya

    manusia perusahaan. Perusahaan dan orang merupakan sistem terbuka karena mereka

    dipengaruhi oleh lingkungannya. Manajemen sumber daya manusia juga merupakan

    sistem terbuka yang dipengaruhi oleh lingkungan luar.

    Handoko dalam Rachmawati (2008 : 3) mengemukakan bahwa manajemen

    sumber daya manusia merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian,

    pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan,

    8

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    9/34

    pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya

    manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.

    Yuniarsih dan Suwatno (2008 : 3) mengemukakan bahwa manajemen sumber

    daya manusia adalah serangkaian kegiatan pengelolaan sumber daya manusia yang

    memusatkan kepada praktek dan kebijakan, serta fungsi-fungsi manajemen untuk

    mencapai tujuan organisasi .

    Sofyandi (2008 : 6) mengemukakan bahwa manajemen sumber daya manusia

    adalah suatu strategi dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning,

    organizing, leading, andcontrolling, dalam setiap aktivitas/ fungsi organisasi sumber

    daya manusia mulai dari proses penarikan, seleksi, pelatihan dan pengembangan,

    penempatan yang meliputi promosi, demosi dan transfer, penilaian kinerja, pemberian

    kompensasi, hubungan industrial, hingga pemutusan hubungan kerja, yang ditujukan

    bagi peningkatan kontribusi produktif dari sumber daya manusia organisasi terhadap

    pencapaian tujuan organisasi secara lebih efektif dan efisien.

    Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen

    keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber daya manusia. Stres

    merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipungkiri dapat dialami karyawan. Stres

    dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, adalah tugas manajemen sumber

    daya manusia untuk mengelola unsur manusia secara baik agar diperoleh tenaga kerja

    yang memuaskan dalam pekerjaannya.

    Manajemen sumber daya manusia (MSDM) mempunyai berbagai aktivitas

    yang merupakan tindakan-tindakan yang diambil untuk menyediakan dan

    9

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    10/34

    mempertahankan lingkungan kerja yang tepat dalam organisasi. Suatu organisasi

    kecil mungkin tidak memiliki suatu departemen sumber daya manusia. Aktivitas-

    aktivitas manajemen sumber daya manusia sering disebut juga sebagai fungsi-fungsi

    manajemen sumber daya manusia.

    Rivai (2009 : 1) mengemukakan bahwa manajemen sumber daya manusia

    merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi

    perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.

    Menurut Schuler dalam buku Sutrisno (2009 : 4) mengemukakan bahwa :

    "Manajemen sumber daya manusia merupakan pengakuan tentang pentingnya tenaga

    kerja organisasi sebagai sumber daya manusia yang sangat penting dalam memberi

    kontribusi bagi tujuan-tujuan organisasi, dan menggunakan beberapa fungsi dan

    kegiatan untuk memastikan bahwa sumber daya manusia tersebut digunakan secara

    efektif dan adil bagi kepentingan individu, organisasi dan masyarakat."

    Fokus manajemen sumber daya manusia terletak pada upaya mengelola

    sumber daya manusia di dalam dinamika interaksi antara organisasi pekerja yang

    seringkali memiliki kepentingan berbeda. Manajemen sumber daya manusia meliputi

    penggunaan sumber daya manusia secara produktif dalam mencapai tujuan-tujuan

    organisasi dan pemuasan kebutuhan pekerja secara individual.

    Jadi manajemen sumber daya manusia dapat juga merupakan kegiatan

    perencanaan, pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, serta penggunaan sumber

    daya manusia untuk mencapai tujuan baik secara individu maupun organisasi.

    Walaupun objeknya sama-sama manusia, namun pada hakikatnya ada perbedaan

    10

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    11/34

    hakiki antara manajemen sumber daya manusia dengan manajemen tenaga kerja atau

    dengan manajemen personalia.

    2.2 Pengertian Budaya Kerja

    Pada mulanya istilah budaya (culture) populer dalam disiplin ilmu

    antropologi. Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah. Kata

    buddhayah merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

    Sedangkan kata culture berasal dari kata colere yang memiliki makna mengolah,

    mengerjakan. Istilah culture berkembang hingga memiliki makna sebagai segala

    daya dan upaya manusia untuk mengubah alam.

    Dalam rentang dua puluh tahun terakhir, topik budaya kerja menarik perhatian

    banyak orang, khususnya mereka yang mempelajari masalah perilaku kerja. Budaya

    kerja mulai dipandang sebagai sesuatu hal yang memiliki peranan penting dalam

    mencapai tujuan akhir suatu perusahaan.

    Jadi pandangan-pandangan tentang budaya kerja umumnya menekankan pada

    pentingnya nilai-nilai yang dianut bersama yang menjadi pengikat diantara anggota

    perusahaan yang memberi pengaruh terhadap perilaku anggota perusahaan. Budaya

    juga membedakan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.

    Lingkungan yang berbeda akan memberi dampak pada pola dan warna

    budaya, karena itu terjadi pola dan warna budaya yang tebal dan tipis. Dalam budaya

    yang tebal terdapat kesepakatan yang tinggi dari anggotanya untuk mempertahankan

    apa yang diyakini benar dari berbagai aspek sehingga dapat membina keutuhan,

    11

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    12/34

    loyalitas dan komitmen perusahaan. Kesepakatan bersama ini diwariskan dari satu

    generasi ke generasi berikutnya. Jadi ada proses dalam mengadaptasi budaya kepada

    pegawai. Masalah sosialisasi budaya dilakukan pada saat perusahaan menerima

    pegawai baru, sehingga pegawai bersangkutan sudah terbentuk perilakunya sesuai

    dengan budaya yang ada.

    Menurut Moeljono (2005 : 2) mengemukakan bahwa : Budaya kerja pada

    umumnya merupakan pernyataan filosofis, dapat difungsikan sebagai tuntutan yang

    mengikat pada karyawan karena dapat diformulasikan secara formal. Dalam berbagai

    peraturan dan ketentuan perusahaan .

    Secara individu maupun kelompok seseorang tidak akan terlepas dari budaya

    yang ada dalam perusahaan. Pada umumnya mereka akan dipengaruhi oleh

    keanekaragaman sumberdaya-sumberdaya yang ada sebagai stimulus sehingga

    seseorang dalam perusahaan mempunyai perilaku yang spesifik bila dibandingkan

    dengan kelompok organisasi atau perusahaannya.

    Budaya kerja menurut Mangkunegara (2005 : 113) yang dikutip dari Edgar

    H. Schein mendefinisikan bahwa : Budaya kerja adalah seperangkat asumsi atau

    sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang

    dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah

    adaptasi eksternal dan integrasi internal.

    Budaya kerja mempunyai dua tingkatan yaitu pada tingkatan yang lebih dalam

    dan kurang terlihat, budaya merujuk pada nilai-nilai yang dianut bersama oleh orang

    dalam kelompok dan cenderung bertahan sepanjang waktu. Pengertian ini mencakup

    12

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    13/34

    tentang apa yang penting dalam kehidupan dan sangat bervariasi dalam perusahaan

    yang berbeda. Pada tingkatan yang lebih terlihat, budaya menggambarkan pola atau

    gaya perilaku suatu perusahaan, sehingga pegawai-pegawai baru secara otomatis

    terdorong untuk mengikuti perilaku sejawatnya.

    Menurut Rachmawati (2004 : 118) bahwa : Budaya kerja merupakan sistem

    penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu perusahaan

    dan mengarahkan perilaku segenap anggota perusahaan. Selain itu budaya perusahaan

    mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang

    membedakan perusahaan itu dari perusahaan-perusahaan lain .

    Ruky (2006 : 315) mengemukakan bahwa budaya kerja adalah mencerminkan

    cara mereka melakukan sesuatu (membuat keputusan, melayani orang, dsb), yang

    dapat dilihat dan dirasakan terutama oleh orang di luar organisasi tersebut.

    Tika (2008 : 4) berpendapat bahwa budaya kerja adalah pokok penyelesaian

    masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara

    konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota

    baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap

    masalah-masalah terkait seperti di atas.

    Sedangkan menurut Mc Kenna dan Nic Beech (2000 : 62) mengemukakan

    bahwa budaya kerja atau perusahaan sebagai pola asumsi-asumsi yang mendasar di

    mana kelompok yang ada menciptakan, menemukan atau berkembang dalam proses

    belajar untuk menanggulangi kesulitan-kesulitan adaptasi eksternal dan integrasi

    internal.

    13

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    14/34

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    15/34

    Asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota perusahaan perlu

    diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi sebagai pedoman

    untuk bertindak dan berperilaku dalam perusahaan tersebut.

    7. Penyesuaian (adaptasi)

    Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan atau norma yang berlaku

    dalam kelompok atau organisasi tersebut, serta adaptasi perusahaan terhadap

    perubahan lingkungan.

    2.3Jenis-Jenis Budaya Kerja

    Sedangkan jenis-jenis budaya kerja berdasarkan proses informasi dan

    tujuannya menurut Tika (2008 : 7) adalah :

    1. Berdasarkan Proses Informasi

    Robert E. Quinn dan R. McGrath (dalam buku Arie Indra Chandra) membagi

    budaya organisasi berdasarkan proses informasi terdiri dari :

    a) Budaya rasional

    Dalam budaya ini, proses informasi individual (klarifikasi sasaran

    pertimbangan logika, perangkat pengarahan) diasumsikan sebagai sarana bagi

    tujuan kinerja yang ditunjukkan (efisiensi, produktivitas dan keuntungan atau

    dampak)

    b) Budaya ideologis

    Dalam budaya ini, pemrosesan informasi intuitif (dari pengetahuan yang

    dalam, pendapat dan inovasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan

    revitalisasi (dukungan dari luar, perolehan sumber daya dan pertumbuhan)

    15

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    16/34

    c) Budaya konsensus

    Dalam budaya ini, pemrosesan informasi kolektif (diskusi, partisipasi dan

    konsensus) diasumsikan untuk menjadi sarana bagi tujuan kohesi (iklim,

    moral dan kerja sama kelompok)

    d) Budaya hierarkis

    Dalam budaya hierarkis, pemrosesan informasi formal (dokumentasi,

    komputasi dan evaluasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan

    kesinambungan (stabilitas, control dan koordinasi)

    2. Berdasarkan Tujuannya

    Talizuduhu Ndraha membagi budaya kerja berdasarkan tujuannya, yaitu :

    a) Budaya organisasi perusahaan,

    b) Budaya organisasi publik

    c) Budaya organisasi sosial.

    2.4 Fungsi Budaya Kerja

    Adapun fungsi utama budaya kerja adalah sebagai berikut :

    a. Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi maupun

    kelompok lain.

    Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh suatu

    perusahaan atau kelompok yang tidak dimiliki organisasi atau kelompok lain.

    b. Sebagai perekat bagi karyawan dalam suatu perusahaan

    16

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    17/34

    Hal ini merupakan bagian dari komitmen kolektif dari karyawan. Mereka bangga

    sebagai seorang pegawai/karyawan suatu perusahaan. Para karyawan mempunyai

    rasa memiliki, partisipasi, dan rasa tanggungjawab atas kemajuan perusahaannya.

    c. Mempromosikan stabilitas sistem sosial.

    Hal ini tergambarkan di mana lingkungan kerja dirasakan positif, mendukung dan

    konflik serta perubahan diatur secara efektif.

    d. Sebagai mekanisme kontrol dalam memadu dan membentuk sikap

    serta perilaku karyawan. Dengan dilebarkannya mekanisme kontrol,

    didatarkannya struktur, diperkenalkannya dan diberi kuasanya karyawan oleh

    perusahaan, makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat

    memastikan bahwa semua orang diarahkan ke arah yang sama.

    e. Sebagai integrator

    Budaya kerja dapat dijadikan sebagai integrator karena adanya sub budaya baru.

    Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh adanya perusahaan-perusahaan besar di

    mana setiap unit terdapat para anggota perusahaan yang terdiri dari sekumpulan

    individu yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda.

    f. Membentuk perilaku bagi karyawan

    Fungsi seperti ini dimaksudkan agar para karyawan dapat memahami bagaimana

    mencapai tujuan perusahaan.

    g. Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok

    perusahaan. Masalah utama yang sering dihadapi perusahaan adalah masalah

    17

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    18/34

    adaptasi terhadap lingkungan eskternal dan masalah integrasi internal. Budaya

    kerja diharapkan dapat berfungsi mengatasi masalah-masalah tersebut.

    h. Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan.

    Fungsi budaya kerja adalah sebagai acuan untuk menyusun perencanaan

    pemasaran, segmentasi pasar, penentuan positioning yang akan dikuasai

    perusahaan tersebut.

    i. Sebagai alat komunikasi

    Budaya kerja dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan

    atau sebaliknya, serta antara anggota organisasi. Budaya sebagai alat komunikasi

    tercermin pada aspek-aspek komunikasi yang mencakup kata-kata, segala sesuatu

    bersifat material dan perilaku. Kata-kata mencerminkan kegiatan dan politik

    organisasi. Material merupakan indikator dari status dan kekuasaan, sedangkan

    perilaku merupakan tindakan-tindakan realistis yang pada dasarnya dapat

    dirasakan oleh semua insan yang ada dalam perusahaan.

    j. Sebagai penghambat berinovasi

    Budaya kerja dapat juga sebagai penghambat dalam berinovasi. Hal ini terjadi

    apabila budaya kerja tidak mampu mengatasi masalah-masalah yang menyangkut

    lingkungan eksternal dan integrasi internal. Perubahan-perubahan terhadap

    lingkungan tidak cepat dilakukan adaptasi oleh pimpinan organisasi. Demikian

    pula pimpinan organisasi masih berorientasi pada kebesaran masa lalu.

    2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya Kerja

    18

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    19/34

    Faktor-faktor utama yang menentukan kekuatan budaya kerja adalah

    kebersamaan dan intensitas.

    1. Kebersamaan

    Kebersamaan adalah sejauh mana anggota organisasi mempunyai nilai-nilai inti

    yang dianut secara bersama.

    Derajat kebersamaan dipengaruhi oleh unsur orientasi dan imbalan. Orientasi

    dimaksudkan pembinaan kepada anggota-anggota organisasi khususnya anggota

    baru maupun melalui program-program latihan. Melalui program orientasi,

    anggota-anggota baru organisasi diberi nilai-nilai budaya yang perlu dianut secara

    bersama oleh anggota-anggota organisasi. Di samping orientasi kebersamaan,

    juga dipengaruhi oleh imbalan dapat berupa kenaikan gaji, jabatan (promosi),

    hadiah-hadiah, tindakan-tindakan lainnya yang membantu memperkuat komitmen

    nilai-nilai inti budaya kerja.

    2. Intensitas

    Intensitas adalah derajat komitmen dari anggota-anggota perusahaan kepada nilai-

    nilai inti budaya kerja. Derajat intensitas bisa merupakan suatu hasil dari struktur

    imbalan. Oleh karena itu, pimpinan perusahaan perlu memperhatikan dan

    mentaati struktur imbalan yang diberikan kepada anggota-anggota perusahaan

    guna menanamkan nilai-nilai budaya kerja.

    Menurut Stepen P. Robbins dalam buku Tika (2008 : 10) menyatakan adalah

    10 karakteristik yang apabila dicampur dan dicocokkan, akan menjadi budaya kerja.

    Kesepuluh karateristik budaya organsisasi tersebut sebagai berikut :

    19

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    20/34

    1. Inisiatif Individual

    Yang dimaksud inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab, keberadaan

    atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat.

    Inisiatif tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu perusahaan

    sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan perusahaan.

    2. Toleransi terhadap Tindakan Berisiko

    Dalam budaya kerja perlu ditekankan, sejauh mana para pegawai dianjurkan

    untuk dapat bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko. Suatu budaya kerja

    dikatakan baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota/para pegawai

    untuk dapat bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan

    organisasi/perusahaan serta berani mengambil risiko terhadap apa yang

    dilakukannya.

    3. Pengarahan

    Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi/perusahaan dapat

    menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan

    harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi dan tujuan perusahaan. Kondisi

    ini dapat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

    4. Integrasi

    Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu perusahaan dapat mendorong unit-unit

    perusahaan untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unit-unit

    20

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    21/34

    perusahaan dalam bekerja dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang

    dihasilkan.

    5. Dukungan Manajemen

    Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat memberikan

    komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.

    Perhatian manajemen terhadap bawahan (karyawan) sangat membantu kelancaran

    kinerja suatu perusahaan.

    6. Kontrol

    Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma

    yang berlaku dalam suatu perusahaan. Untuk itu diperlukan sejumlah peraturan

    dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang dapat digunakan untuk mengawasi

    dan mengendalikan perilaku pegawai/karyawan dalam suatu perusahaan.

    7. Identitas

    Identitas dimaksudkan sejauh mana para anggota/karyawan suatu perusahaan

    dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam perusahaan dan

    bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu.

    Identitas diri sebagai satu kesatuan dalam perusahaan sangat membantu

    manajemen dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan.

    8. Sistem Imbalan

    Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan (seperti kenaikan gaji,

    promosi dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya

    21

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    22/34

    didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. Sistem imbalan yang

    didasarkan atas prestasi kerja pegawai dapat mendorong pegawai/karyawan suatu

    perusahaan untuk bertindak dan berperilaku inovatif dan mencari prestasi kerja

    yang maksimal sesuai kemampuan dan keahlian yang dimilikinya.

    Sebaliknya, sistem imbalan yang didasarkan atas senioritas dan pilih kasih, akan

    berakibat tenaga kerja yang punya kemampuan dan keahlian dapat berlaku pasif

    dan frustasi. Kondisi semacam ini dapat berakibat kinerja perusahaan menjadi

    terhambat.

    9. Toleransi terhadap konflik

    Sejauh mana para pegawai/karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan

    kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering

    terjadi dalam suatu perusahaan. Namun, perbedaan pendapat atau kritik yang

    terjadi bisa dijadikan sebagai media untuk melakukan perbaikan atau perubahan

    strategi untuk mencapai tujuan suatu perusahaan.

    10. Pola Komunikasi

    Sejauh mana komunikasi dapat dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.

    Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola

    komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu sendiri.

    Untuk dapat menentukan karakteristik budaya kerja yang dapat meningkatkan

    kinerja perusahaan, diperlukan kriteria ukuran. Kriteria ukuran budaya kerja juga

    bermanfaat untuk memetakan sejauh mana karakteristik tipe budaya kerja tepat atau

    relevan dengan kepentingan suatu organisasi karena setiap perusahaan memiliki

    22

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    23/34

    spesifikasi tujuan dan karakter sumber daya yang berlainan. Karakteristik perusahaan

    yang berbeda akan membawa perbedaan dalam karakteristik tipe budaya kerja.

    2.6 Hubungan Budaya Kerja dengan Kinerja Karyawan

    Manajemen budaya kadangkala memfokuskan diri pada pengembangan nilai

    bersama dan mendapat komitmen untuk nilai bersama tersebut. Nilai ini berkaitan

    dengan jenis perilaku yang dipercaya manajemen sesuai kepentingan perusahaan.

    Nilai inti dari bisnis mengekspresikan keyakinan tentang apa yang dianggap penting

    oleh manajemen mengenai bagaimana fungsi perusahaan dan bagaimana orang-orang

    seharusnya berperilaku. Tujuannya untuk memastikan bahwa keyakinan ini juga

    dimiliki dan dilaksanakan karyawan. Strategi manajemen budaya seharusnya

    menganalisis perilaku yang sesuai dan kemudian dibawa ke dalam proses, seperti

    manajemen kinerja, yang akan mendorong pengembangan perilaku tersebut.

    Menurut Denison dalam buku Tika (2008 :136) berpendapat bahwa ada empat

    prinsip integratif mengenai hubungan timbal balik antara budaya perusahaan dan

    efektivitas kinerja perusahaan. Keempat prinsip ini diberi nama empat sifat utama

    (main cultural traits) yang mencakup, yaitu : "1. Keterlibatan (involvement),

    2. Konsistensi, 3. Adaptabilitas, 4. Misi."

    Selanjutnya penjelasan mengenai hubungan keempat sifat utama tersebut di

    atas dengan efektivitas kinerja perusahaan dapat dijelaskan secara ringkas sebagai

    berikut :

    1. Keterlibatan (Involvement)

    23

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    24/34

    Keterlibatan merupakan faktor kunci dalam budaya organisasi. Penelitian tentang

    keterlibatan perusahaan yang tinggi oleh Walton maupun Lawler mengemukakan

    bahwa keterlibatan merupakan strategi manajemen bagi kinerja perusahaan yang

    efektif dan strategi karyawan untuk lingkungan kerja yang baik. Mereka juga

    lebih memfokuskan pada struktur-struktur dan strategi aktual dalam membentuk,

    mempertahankan sistem keterlibatan yang tinggi.

    Organisasi dengan keterlibatan tinggi memiliki karakteristik dari sebuah suku

    (clan) daripada sebuah birokrasi formal. Transaksi-transaksi organisasi suku

    terutama dipengaruhi oleh nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, norma-norma, dan

    tradisi-tradisi. Organisasi dengan tingkat keikutsertaan, keterlibatan, dan

    partisipasi yang tinggi bergantung pada sistem manajemen yang terbentuk

    berdasarkan.

    2. Konsistensi

    Teori konsistensi menekankan adanya dampak positif budaya kuat pada

    efektivitas organisasi dan bahwa sistem keyakinan, nilai dan simbol yang dihayati

    serta dipahami secara luas oleh para anggota organisasi memiliki dampak positif

    pada kemampuan mereka dalam mencapai konsensus dan melakukan tindakan-

    tindakan yang terkoordinasi. Konsep fundamentalnya adalah sistem kontrol

    implisit, yang berdasarkan nilai-nilai yang diinternalisasi merupakan cara yang

    efektif dalam tercapainya koordinasi daripada sistem kontrol eksternal yang

    bergantung pada peraturan-peraturan eksplisit.

    24

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    25/34

    Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa konsistensi menyangkut keyakinan,

    nilai-nilai, simbol, dan peraturan-peraturan mempunyai pengaruh terhadap kinerja

    perusahaan khususnya menyangkut, metode melakukan bisnis, perilaku karyawan

    dan tindakan-tindakan bisnis lainnya.

    3. Adaptabilitas

    Untuk memformulasikan teori budaya yang lebih proaktif tentang adaptabilitas

    organisasi, seseorang harus menjabarkan sistem norma-norma dan keyakinan-

    keyakinan yang dapat mendukung kapasitas suatu perusahaan agar bisa menerima,

    menafsirkan dan menerjemahkan tanda-tanda yang berasal dari lingkungan supaya

    terjadi perubahan-perubahan perilaku internal untuk bisa tetap bertahan hidup,

    tumbuh dan berkembang.

    Ada tiga aspek adaptabilitas yang mempunyai dampak pada efektivitas

    perusahaan, yaitu sebagai berikut :

    a. Kemampuan untuk menyadari dan bereaksi pada lingkungan eksternal. Salah

    satu ciri khas perusahaan Jepang yang berhasil adalah obsesi dari pelanggan

    dan kompetitor.

    b. Kemampuan untuk bereaksi pada pelanggan internal. Kepicikan dalam

    memperlakukan departemen, divisi, dan distrik lain dalam perusahaan yang

    sama menunjukkan kurangnya adaptasi dan mempunyai dampak langsung

    pada kinerja perusahaan yang efektif.

    c. Kemampuan untuk bereaksi terhadap pelanggan internal maupun eksternal

    membutuhkan kemampuan untuk mengatur kembali dan melembagakan

    25

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    26/34

    kembali sejumlah perilaku dan proses yang mengizinkan perusahaan untuk

    beradaptasi.

    Ketiga aspek di atas merupakan hasil perkembangan dari asumsi-asumsi, nilai-

    nilai, dan norma-norma dasar yang memberikan struktur dan arah bagi

    organisasi.

    4. Misi

    Penghayatan misi memberi dua pengaruh besar pada fungsi perusahaan, yaitu :

    a. Menentukan manfaat dan makna dengan cara mendefinisikan peran sosial dan

    sasaran eksternal bagi institusi serta mendefinisikan peran individu berkenaan

    dengan peran institusi. Melalui proses ini perilaku diberi makna intrinsik atau

    bahkan spiritual yang melampui peran birokrasi secara fungsional.

    b. Memberikan kejelasan dan arah/aturan. Kesadaran akan misi memberikan

    arah dan sasaran yang jelas yang berfungsi untuk mendefinisikan serangkaian

    tindakan yang tepat bagi organisasi dan anggota-anggotanya. Pada tingkat

    individu ada bukti yang meyakinkan bahwa kesuksesan kemungkinan besar

    terjadi ketika individu mempunyai tujuan terarah. Pada tingkat organisasi

    walaupun sasaran organisasi sering kali post hoc reconstruction, proses yang

    berkaitan akan terjadi.

    Kedua faktor tersebut memiliki efek positif pada kinerja perusahaan.

    Model budaya kerja dan efektivitas kinerja perusahaan dapat dilihat pada

    skema di bawah ini.

    GAMBAR I

    26

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    27/34

    HUBUNGAN ANTARA BUDAYA KERJA DENGAN KINERJA PERUSAHAAN

    Sumber : Tika (2008 : 139)

    Lanjut Tika (2008 : 10) menyatakan ada 3 karakteristik dari budaya kerja.

    Ketiga karateristik budaya kerja tersebut sebagai berikut : 1. Inisiatif individual,

    2. Tolerasi terhadap tindakan berisiko, 3. Dukungan manajemen.

    1. Inisiatif Individual

    Yang dimaksud inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab, keberadaan

    atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat.

    27

    EFECTIVENES

    ADAPTABILITY

    - Internal Flexibility

    - External focus

    MISSION

    - Meaning

    - Direction

    INVOLVEMENT

    - Informal processes- Formal structure

    CONSISTENCY

    - Normative integration- Predictability

    -

    ++

    -

    +

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    28/34

    Inisiatif tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu perusahaan

    sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan perusahaan.

    2. Toleransi terhadap Tindakan Berisiko

    Dalam budaya kerja perlu ditekankan, sejauh mana para pegawai dianjurkan

    untuk dapat bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko. Suatu budaya kerja

    dikatakan baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota/para pegawai

    untuk dapat bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan perusahaan serta

    berani mengambil risiko terhadap apa yang dilakukannya.

    3. Dukungan Manajemen

    Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat memberikan

    komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.

    Perhatian manajemen terhadap bawahan (karyawan) sangat membantu kelancaran

    kinerja suatu perusahaan.

    2.7 Pengertian Kinerja Karyawan

    Perusahaan dapat berkembang merupakan keinginan setiap individual yang

    berada didalam perusahaan tersebut, karena setiap individual diharapkan dengan

    perkembangan tersebut perusahaan mampu bersaing dan mengikuti kemajuan zaman.

    Karena itu, tujuan yang diharapkan oleh perusahaan dapat tercapai dengan baik.

    Kemajuan perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang bersifat

    internal dan eksternal. Sejauh mana tujuan perusahaan telah tercapai dapat dilihat dari

    seberapa besar perusahaan memenuhi tuntutan lingkungannya. Memenuhi tuntutan

    28

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    29/34

    lingkungan berarti dapat memanfaatkan kesempatan atau mengatasi tantangan

    lingkungan atau ancaman dari lingkungan dalam rangka menghadapi atau memenuhi

    tuntutan dan perubahan-perubahan di lingkungan perusahaan.

    Pembinaan dan pengembangan karyawan baru ataupun lama dalam

    perusahaan adalah merupakan salah satu kegiatan dalam rangka menyesuaikan diri

    dengan perubahan dan perkembangan karyawan. Karena itu perlu dilakukan penilaian

    atas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh karyawan atau yang dinamakan dengan

    penilaian kinerja atau penilaian prestasi kerja.

    Prestasi kerja karyawan dipengaruhi oleh bermacam-macam ciri pribadi dari

    masing-masing individu. Dalam perkembangan yang kompetitif dan mengglobal,

    perusahaan membutuhkan karyawan yang berprestasi tinggi. Pada perkembangan

    selanjutnya pekerja memerlukan umpan balik atas kinerja mereka sebagai pedoman

    bagi tindakan-tindakan mereka pada masa yang akan datang, oleh karena itu,

    penilaian seharusnya menggambarkan kinerja karyawan.

    Manajemen maupun karyawan perlu umpan balik tentang kerja mereka. Hasil

    penilaian kinerja karyawan dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan

    memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.

    Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk

    menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan

    dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah

    cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa

    yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

    29

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    30/34

    Kinerja (performance) mengacu kepada kadar pencapaian tugas-tugas yang

    membentuk sebuah pekerjaan pegawai. Kinerja merefleksikan seberapa baik pegawai

    memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan. Sering disalah tafsirkan sebagai upaya

    (effort), yang mencerminkan energi yang dikeluarkan, kinerja diukur dari segi hasil.

    Kinerja karyawan merupakan istilah yang berasal dari kata Job Performance

    atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai

    seseorang), dapat pula diartikan sebagai perbandingan hasil yang dicapai dengan

    peran serta dengan tenaga kerja per satuan waktu.

    Defenisi kinerja menurut Mangkunegara (2008 : 9) yaitu kinerja karyawan

    (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

    seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

    diberikan kepadanya.

    Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk

    menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan

    dan tingkat kemampuan tertentu. Untuk itu jika perusahaan ingin membangun

    kemampuan bersaing melalui sumber daya manusia sebagai sumber keunggulan

    kompetitif, maka perlu diadakan sistem penilaian terhadap kinerja orang-orang dalam

    organisasi. Walaupun efek dari penilaian tidak selalu bersifat hitam dan putih, namun

    suatu aktivitas penilaian haruslah menjadi bagian dari kegiatan strategis organisasi.

    Karena itu, sistem penilaian harus di pandang sebagai salah satu strategi untuk

    mendorong prestasi kerja dan pengembangan karyawan.

    30

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    31/34

    Pengertian kinerja yang dikemukakan menurut Mathis dan Jackson

    (2002 : 78) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau

    tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa

    banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk

    kuantitas, output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran di tempat kerja dan

    sikap kooperatif.

    Hasibuan (2008 : 94) memberikan defenisi bahwa Kinerja adalah suatu hasil

    kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

    kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta

    waktu.

    Defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah prestasi

    kerja atau hasil kerja (output) yang dicapai oleh karyawan baik dari segi kualitas

    maupun kuantitas per satuan periode waktu dalam melaksanakan pekerjaan sesuai

    dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

    2.8 Kerangka Pikir

    PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin Makassar adalah merupakan perusahaan

    yang bergerak dibidang dealer mobil merek Toyota, dimana dalam mencapai tujuan

    dan sasaran organisasi, maka upaya yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan

    menerapkan budaya organisasi bagi setiap karyawan, hal ini dimaksudkan untuk

    dapat lebih meningkatkan kinerja karyawan.

    31

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    32/34

    Untuk lebih jelasnya akan disajikan kerangka pemikiran yang dapat

    digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 2. Kerangka Pikir

    32

    Budaya Kerja

    PT. Hadji Kalla Cabang

    Alauddin

    Kinerja karyawan

    Inisiatif individu Toleransi risiko Dukungan

    manajemen

    Feed

    Back

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    33/34

    2.9 Hipotesis

    Dalam kaitannya dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka

    penulis mengemukakan hipotesis atas masalah tersebut di atas adalah :

    1. Bahwa budaya kerja yang terdiri dari inisiatif individual, toleransi risiko dan

    dukungan manajemen berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan

    pada PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin Makassar.

    2. Diduga pula bahwa variabel yang dominan berpengaruh terhadap kinerja

    karyawan pada PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin Makassar adalah inisiatif

    individu.

    33

  • 7/28/2019 BAB12-YUSRAN ASSAGAF

    34/34

    DAFTAR PUSTAKA

    Eugene McKenna dan Nie Beech, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisipertama, cetakan pertama, Penerbit : ANDI, Yogyakarta.

    Hasibuan, H. Malayu S.P. 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :Bumi Aksara.

    Malthis, Robert L. & John H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia,

    Terjemahan oleh Jimmy Sadeli & Bayu Prawira Hie. Jakarta Salemba Empat.

    Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005, Perilaku dan Budaya Organisasi, cetakan

    pertama, Penerbit : Remaja Rosda Karya, Malang

    Moeljono, Djokosantoso, 2005, Budaya Organisasi dalam Tantangan, Penerbit :Elex Media Komputindo, Jakarta.

    Moh. Pabundu Tika, 2008, Budaya Organisasi dan Peningkatan KinerjaPerusahaan, cetakan kedua, Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta.

    Mangkunegara, Anwar Prabu, 2008, Perencanaan dan Pengembangan Sumber

    Daya Manusia, edisi kedua, cetakan ketiga, Penerbit : Refika Aditama,

    Bandung

    Rachmawati, Nuraini Eka, 2004, Paradigma Baru Manajemen Sumber DayaManusia sebagai Basis Meraih Keunggulan Kompetitif, edisi pertama,

    cetakan pertama, Penerbit : Ekonisia, Yogyakarta.

    Rivai, Veithzal, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan,

    edisi kedua, cetakan kedua, RajaGrafindo Persada, Jakarta

    Ruky S. Achmad, 2006, Sumber Daya Berkualitas, Mengubah Visi Menjadi

    Realita, cetakan kedua, Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

    Sutrisno, Edy, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi pertama, cetakan

    pertama, Penerbit : Kencana Prenada Media Group, Jakarta

    Sofyandi, Herman, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi pertama,

    cetakan pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta

    T. Hani Handoko dan Rahmawati, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi revisi

    cetakan kedua, Penerbit : BPFE, Yogyakarta

    Yuniarsih Tjutju, dan Suwatno, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan

    pertama, Penerbit : Alfabeta, Bandung

    34