PERANAN ORANG TUA DALAM PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA ... · Tabel Perhatian orang tua terhadap...
-
Upload
nguyenhanh -
Category
Documents
-
view
231 -
download
2
Transcript of PERANAN ORANG TUA DALAM PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA ... · Tabel Perhatian orang tua terhadap...
1
PERANAN ORANG TUA DALAM PENINGKATAN
MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 08 BEKASI
Oleh:
FITRIYAH
104011000016
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
LEMBAR PERSETUJUAN
2
PERANAN ORANG TUA DALAM PENINGKATAN MINAT BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Studi Kasus di SMAN 8 Bekasi Selatan)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana (S1) Pendidikan Islam (S.Pd. I)
Oleh:
Fitriyah
NIM: 104011000016
Di Bawah Bimbingan:
Drs. H. Akyas Azhari
NIP. 150023218
3
SURAT PERNYATAAN
Bismillahirrahmanirrahiim
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : FITRIYAH
NIM : 104011000016
Jurusan Prodi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu
(S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan telah saya cantumkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi berdasarkan undang-undang yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, September 2008
FITRIYAH
4
KATA PENGANTAR
Sembah dan sujud syukur kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa yang
telah menciptakan bumi beserta isinya. Dialah yang telah menciptakan manusia
sebagai makhluk yang sempurna dan memposisikan sebagai khalifah di muka
bumi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menyampaikan risalah-Nya dan mengajarkan kepada umat
manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa
yang telah diajarkan kepada umat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman.
Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini
dengan judul “PERANAN ORANG TUA DALAM PENINGKATAN MINAT
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI SMAN 8 BEKASI” dapat diselesaikan dan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Usaha penulis dalam rangka penulisan skripsi ini sudah sangat maksimal,
namun penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. H. Akyas Azhari, selaku pembimbing yang telah dengan sabar,
ikhlas dan tulus dalam memberikan bimbingan, dan telah mengorbankan
sebagian waktunya sehingga skripsi ini dapat terwujud.
4. Kepada kedua orang tua Ayahanda (H. Abdul Rojak MT), Ibunda (Alm. HJ.
Sinah), tercinta yang telah memberikan do’a dan dorongan semangat baik
moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5
5. Kakak-kakakku tercinta (M. Umar S. Ip, Siti Rohani S. Pdi, A. Firdaus S. Ip,
A. Sudrajat S. Kom) terimakasih atas motivasi yang diberikan, baik tenaga,
waktu, dan juga biaya yang dikeluarkan, sehingga dapat terwujud skripsi ini. I
Love You All…..
6. Kepada sahabat-sahabatku (Lutfi, May, Aisah, Ade, Ola, Ayu, Iyus, Basri,
Subhan, Asrofi, Awank) serta seluruh kelas A PAI angkatan 2004, terima
kasih atas bantuan kalian selama ini, canda tawa yang selalu menghiasi hari-
hari penulis sehingga rasa lelah dan penat terasa hilang dengan adanya
kehadiran kalian.
7. Untuk seseorang yang penulis sayangi, terima kasih atas semangat, waktu,
tenaga, biaya dan fasilitas yang diberikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi teman-teman mahasiswa umumnya dan bagi penulis khususnya. penulis
menyatakan sebagai manusia tidak sempurna, maka dengan senang hati penulis
akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya
skripsi ini.
Jakarta, September 2008
Penulis
6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... .i
PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................... ii
ABSTRAK................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah..................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori................................................................................. 8
1. Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak ..................................... 8
a. Pengertian Orang tua ............................................................ 8
b. Pengertian Mendidik ............................................................ 9
c. Peranan Orang Tua dalam Mendidik Anak............................. 10
2. Minat Belajar............................................................................... 14
a. Pengertian Minat dan Belajar ................................................. 14
b. Peranan Minat dalam Proses Belajar ...................................... 16
c. Usaha Orang Tua Dalam Membangkitkan
Belajar Siswa......................................................................... 17
3. Pendidikan Agama Islam Sebagai Bidang Studi
di Sekolah Menengah Atas .......................................................... 17
7
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam...................................... 17
b. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam .......................... 19
c. Ruang lingkup Bidang Studi Pendidikan Agama Islam .......... 20
1. Faktor-faktor yang Menimbulkan Minat ...................................... 21
2. Pengaruh Pendidikan Agama ....................................................... 23
ii. Kerangka Berpikir ....................................................................... 24
iii. Hipotesis Penelitian .................................................................... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian ....................................................... 26
B. Variabel Penelitian....................................................................... 26
C. Populasi dan Sampel Pengumpulan Data...................................... 27
D. Pengolahan Data ......................................................................... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMAN 8 Bekasi .............................................. 32
B. Deskripsi Data dan Interpretasi Data ............................................ 41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 58
B. Saran-Saran ................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 60
LAMPIRAN
8
DAFTAR TABEL
1. Tabel Kisi-kisi Angket ............................................................................ 29
2. Tabel Keadaan Tenaga Pengajar SMAN 8 Bekasi ................................... 33
3. Tabel Keadaan Tenaga Karyawan SMAN 8 Bekasi................................. 35
4. Tabel Keadaan Siswa SMAN 8 Bekasi.................................................... 35
5. Tabel Struktur Organisasi SMAN 8 Bekasi ............................................. 36
6. Tabel Keadaan Sarana dan Prasarana SMAN 8 Bekasi ............................ 37
7. Tabel Orang Tua memberikan bimbingan belajar di rumah ..................... 38
8. Tabel Perhatian orang tua terhadap anak membaca al-Qur’an di rumah ... 39
9. Tabel Setiap hari membaca al-Qur’an...................................................... 39
10. Tabel Mengikuti pengajian remaja di sekitar lingkungan rumah. ............. 40
11. Tabel Mengejakan shalat lima waktu berjama’ah dengan orang
tua di rumah. .......................................................................................... 41
12. Tabel Jika tidak mengerjakan shalat lima waktu orang tua
menegur anda......................................................................................... 42
13. Tabel orang tua menerapkan disiplin mengenai belajar agama di rumah .. 42
14. Tabel Orang tua menyediakan fasilitas belajar di rumah.......................... 43
15. Tabel Meminta bantuan kepada orang tua untuk mencarikan solusi ......... 44
16. Tabel Orang tua memberikan motivasi kepada anak yang kurang
semangat dalam belajar ........................................................................... 45
17. Tabel Membaca buku agama sebelum pelajaran dimulai ......................... 45
18. Tabel Mengikuti pelajaran agama sampai selesai..................................... 46
19. Tabel Memperhatikan guru agama yang sedang menjelaskan
materi pelajaran....................................................................................... 47
20. Tabel Memahami materi yang dijelaskan oleh guru................................. 47
21. Tabel Mengikuti pelajaran agaa di masjid (membaca al-Qur’an) ............. 48
22. Tabel Membantu teman yang mengalami kesulitan membaca al-Qur’an.. 49
23. Tabel Mengerjakan shalat zuhur berjama’ah di sekolah........................... 50
24. Tabel Mengaplikasikan pelajaran agama dalam kehidupan sehari-hari….50
25. Tabel Guru agama menggunakan metode dalam mengajar ...................... 51
26. Tabel Merasa senang belajar agama di sekolah/ di kelas.......................... 52
ix
9
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang diberi judul: ”Peranan Orang Tua Dalam Peningkatan
Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 8 Bekasi”. Penulis mengambil judul tersebut berdasarkan dari latar belakang
masalah, diantaranya: latar belakang pendidikan orang tua yang rendah sehingga kurang memahami agama secara optimal, kurangnya perhatian orang tua terhadap
pendidikan anak, pengajaran yang diberikan guru agama membosankan bagi siswa sehingga minat terhadap pelajaran kurang.
Agar penulisan skripsi ini lebih terfokus dan terarah, maka penulis membatasi penulisan skripsi ini hanya pada peranan orang tua dalam peningkatan minat
belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMAN 8 Bekasi.
Supaya tidak terjadi kesimpangsiuran dan perbedaan interpretasi, maka penulis
merumuskan masalah ini sebagai berikut:
Berperankah orang tua dalam memberikan minat belajar anak pada Pelajaran
Agama Islam di SMAN 08 Bekasi ?.
Peranan berasal dari kata dasar ”peran” yang ditambah akhiran ”an”, peran
memiliki arti seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dimasyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama
yang harus dilaksanakan, dan orang tua memiliki arti ayah dan ibu kandung,
sehingga yang dimaksud dengan peranan orang tua adalah tugas utama yang harus
dilaksanakan ayah dan ibu kandung.
Minat merupakan perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Dengan
begitu minat sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab dari suatu
kegiatan. Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui gambaran secara umum
peran apa saja yang dilakukan orang tua siswa dalam peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMAN 8 Bekasi.
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 8 Bekasi. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel 55 siswa, 15 % dari 367 siswa. Adapun teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan cara acak sederhana (random sampling).
Langkah-langkah penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan angket. Data
yang diperoleh diolah dengan menggunakan Distribusi Frekuensi Relatif.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa peran orang tua sangatlah penting
dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama
Islam. Hal ini dapat dilihat perolehan nilai rata-rata 2, 78 nilai ini mencerminkan
bahwa minat belajar termasuk dalam kategori relatif sedang. Hal ini terjadi karena
jika diidentifikasikan pada skala penilaian maka berada pada interval 2,5-3,5 yang
termasuk dalam kategori sedang.
iii
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam
kehidupan. Bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan itu sama sekali
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Baik dalam kehidupan keluarga, maupun
dalam kehidupan bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa sebagian
besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan dikeluarga dan Negara. Karena
pendidikan merupakan alat untuk mencerdasakan kehidupan bangsa.
Pendidikan adalah: ”Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” 1
Dari sini dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk
mewujudkan belajar secara aktif, dan mengembangkan potensi yang dimiliki dan
dapat dilakukan dengan cara memberikan bimbingan, pelatihan dan pengajaran
yang diarahkan dalam rangka mengembangkan kemampuan perserta didik pada
tingkat dewasa.
Menurut Islam, Pendidikan adalah: ”Pemberi corak hitam putihnya
perjalanan hidup seseorang”, oleh karena itu Islam menetapkan bahwa pendidikan
merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi seluruh umat manusia.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
� �� م���� ا � نع��� � �����ن نعه��م � ����رنع�� � ش� �آ!����# و1��� 0�/ ���ی� �� أن+ � م�ل* (�ل (�ل ر�)ل ال��# &��% ال��#
)روا= ا � م�>#( آ:9 م1�8 ال1�7 6�ی45 ��%
1 Undang-undang R.I. Nomor: 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Tahun 2003, (Jakarta: CV Mini Jaya Abadi, 2003), Cet I, h. 5
11
”Dari Hisyam bin Ammar dari Hafs bin Sulaiman dari Kastir bin Syinzir dari
Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik berkata, Bersabda Rasulullah SAW:
”Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap orang muslim.” (H.R. Ibn Majah).2
Dan pendidikan itu sendiri berlangsung seumur hidup semenjak dari
buaian hingga ajal tiba (life long education). Sebagaimana Rasulullah SAW
bersabda:
)روا= ال��8ء . ( ا0�/ ال1�7 م� ال�?� ال% ال���� ”Tuntutlah ilmu dari mulai berada dalam buaian sampai kamu masuk ke
liang kubur.” (H.R. Nasa’i).
Kedudukan tersebut secara tidak langsung telah menempatkan pendidikan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia.
Belajar adalah: ”Key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap
usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada
pendidikan.”3
Pendidikan, dengan proses belajar mengajar sebagai kegiatannya,
merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dan anak didik. Dari proses
interaksi itu proses belajar mengajar di ikat dengan minat dan perhatian antara
keduanya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terjadi secara efektif
dan efisien apabila siswa mempunyai minat kepada suatu pelajaran atau guru yang
mempengaruhinya.
Keluarga mempunyai peran yang penting terhadap minat belajar anak dan
keberhasilan belajar murid di sekolah, apabila keluarga khususnya orang tua
bersifat merangsang, mendorong dan membimbing terhadap aktivitas belajar
anaknya. Hal ini memungkinkan diri anak untuk mempunyai minat belajar, lebih
khususnya berminat pada Pelajaran Agama Islam dan umumnya mencapai prestasi
belajar yang tinggi. Sebaliknya, bila orang tua acuh tak acuh terhadap aktivitas
belajar anak, biasanya anak kurang atau tidak memiliki semangat belajar,
2 Ibn Majah, Terjemah Sunan Ibn Majah, (Beirut: Dar al-Ihya al-Turatth al-Araby , 1973),
h.1
3Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), cet, I.h. 55.
12
sehingga sulit diharapkan ia dapat berminat terhadap belajar agama dan sulit
mencapai prestasi di sekolah secara maksimal.
Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa kelemahan siswa terhadap minat
belajar mereka pada pelajaran agama mengalami kesulitan yang cukup berarti,
disebabkan antara lain karena orang tua tidak memberikan dorongan minat untuk
belajar agama dirumah secara optimal, dan disebabkan oleh beberapa factor antara
lain: latarbelakang pendidikan orang tua yang rendah sehingga kurang memahami
agama secara optimal, kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak,
lingkungan disekitarnya yang kurang mendukung terhadap agama, pengajaran
yang diberikan oleh seorang guru yang membosankan bagi siswa sehingga minat
terhadap pelajaran agama kurang. Oleh karena itu, peranan orang tua dalam
mendukung pelajaran agama sangat dibutuhkan agar anak mempunyai minat
belajar pada agama, dan lingkungan sangat mempengaruhi minat anak terhadap
agama.
Pada dasarnya kegiatan atau perbuatan yang dilakukan setiap orang
didasari oleh kecenderungan atau keinginan atau minat. Minat merupakan
landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai
suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku
seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan
memperoleh sesuatu. Pendapat ini dikuatkan oleh S. Nasution bahwa: “Pelajaran
akan berjalan lancar apabila ada minat. Anak-anak malas, tidak belajar, gagal
karena tidak ada minat.”4
Dalam perannya sebagai pendidik yang pertama dan utama, orang tua
berkewajiban menempatkan dasar-dasar pengetahuan, menyikapi dan berperilaku
sesuai dengan norma yang dianutnya, dalam hal ini ajaran Islam mendasari
besarnya peranan orang tua dalam mendidik anaknya, Allah SWT telah
memberikan gambaran mengenai perilaku Lukmanul Hakim dalam mendidik
anaknya, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya dalam Al-Qur’an yang
berbunyi sebagai berikut:
4 S. Nasution, Didaktik Azas-azas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1998), h. 58
13
����� ��� �� �☺���� ���������
������ �� !���" #$%&' �" (� *�+,-�. /0���� 1 23��
⌧*+6�-��7 89:; !� <9=�!� ?@AB
)13: ل��Bن (
“Dan (ingatlah) tatkala Lukman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi
pelajaran kepada anaknya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang
besar.” (QS. Lukman: 13).5
Dari Firman Allah SWT diatas dapat dipahami betapa besar peranan orang
tua dalam mendidik anaknya disetiap aspek kehidupannya, mulai dari aspek
ketauhidan, akhlak dan ibadah, pengembangan aktifitas dan kreatifitas serta
kedisiplinannya dalam pergaulan dan pengembangan intelektual serta
apresiasinya.
Hal ini dapat dikatakan bahwa tingkah laku orang tua di rumah
merupakan suri tauladan bagi anak. Seorang anak akan bertingkah laku baik
apabila kedua orang tuanya memberikan contoh yang baik, sedangkan anak akan
bertingkah laku buruk apabila kedua orang tuanya memberikan contoh yang buruk
dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu peran orang tua sangat penting dalam
pembentukan kepribadian anak.
Seorang anak akan mempunyai minat yang lebih tinggi terhadap agama,
apabila orang tuanya memberikan pendidikan agama di rumah dengan pembiasaan
yang baik dalam kehidupan sehari-hari dan menjalankan peraturan agama. Hal ini
sejalan dengan yang dikatakan oleh Elizabeth B. Hurlock bahwa : “Minat pada
agama dipupuk oleh pendidikan anak di rumah, dan penekanan yang diberikan
pada kepatuhan terhadap peraturan agama dalam kehidupan sehari-hari.”6
Dalam kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting.
Bila seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek
yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh
5 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, (Madinah: 1971), h. 654.
6 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak…, h. 130.
14
hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa tersebut belajar dengan
minat dan perhatian besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang
diperoleh akan lebih baik.
Secara umum, Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di sekolah
umum hanya diberikan materi pelajaran agama seminggu sekali, sehingga siswa
menganggap bahwa Pelajaran Agama Islam itu kurang penting, dan minat anak
pun menjadi kurang untuk mempelajari agama Islam di sekolah.
Adapun hal lain yang menjadi anak kurang minat dalam mempelajari
agama Islam di sekolah disebabkan cara atau metode seorang guru dalam
menyampaikan materi kurang kreatif dan inovatif, sehingga anak mengalami
kejenuhan yang signifikan dalam belajar dan merasa sangat bosan. Sedangkan di
rumah, anak kurang berminat terhadap agama Islam karena orang tua yang kurang
memberikan pendidikan agama dalam kehidupan sehari-hari, kurangnya
pemahaman terhadap agama dan kurangnya perhatian terhadap bimbingan belajar
anak di rumah.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis bermaksud untuk meneliti lebih
lanjut mengenai minat belajar siswa, dengan judul : “PERAN ORANG TUA
DALAM PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 08 BEKASI”.
B. Identifikasi Masalah
Dalam konteks ini, peneliti mengidentifikasi masalah pada:
1. Kurangnya perhatian orang tua yang diberikan pada anak.
2. Kurangnya pemahaman agama pada orang tua.
3. Kurangnya minat anak dalam belajar agama.
4. Kurangnya dukungan fasilitas/ sarana belajar.
5. Kurangnya metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan
materi pelajaran agama.
15
C. Pembatasan Masalah
Agar penulisan skripsi ini lebih terfokus dan terarah, maka penulis
membatasi penulisan skripsi ini hanya pada peranan orang tua dalam peningkatan
minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 08
Bekasi.
D. Rumusan Masalah
Supaya tidak terjadi kesimpangsiuran dan perbedaan interpretasi, maka
penulis merumuskan masalah ini sebagai berikut:
Berperankah orang tua dalam memberikan minat belajar anak pada
Pelajaran Agama Islam di SMAN 08 Bekasi ?.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui seberapa besar fungsi keluarga bagi anak.
b. Untuk mengetahui bagaimana peran keluarga dalam peningkatan minat
belajar siswa.
c. Untuk mengetahui bagaimana metode pengajaran yang digunakan oleh
guru dalam menyampaikan materi pelajaran agama.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Bagi orang tua, dapat meningkatkan perhatiannya terhadap anak dan
dapat memotivasi anak agar ia berminat terhadap pelajaran agama.
b. Bagi guru, dapat meningkatkan metode yang digunakan dalam
menyampaikan materi Pelajaran Agama Islam agar siswa mempunyai
minat yang besar terhadap Pelajaran Agama Islam.
c. Siswa, dapat meningkatkan minatnya terhadap Pelajaran Agama Islam,
karena pentingnya agama Islam bagi kehidupan, baik untuk dirinya,
keluarga, maupun lingkungan di sekitarnya.
F. Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini terdiri dari 5 bab dan setiap bab terdiri dari sub bab-
sub bab pembahasan dengan sistematika penulisannya sebagai berikut:
16
BAB I : Pendahuluan, yang meliputi : Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Berisikan Kajian Teori, yang meliputi : Peran Orang Tua Dalam
Mendidik Anak, Minat Belajar, Pendidikan Agama Islam sebagai
Bidang Studi di Sekolah Menengah Atas, Faktor-faktor yang
Menimbulkan Minat, Pengaruh Pendidikan Agama. Kerangka Berfikir,
dan Hipotesis.
BAB III : Metodologi Penelitian, yaitu yang terdiri dari : Metodologi Penelitian,
Tempat dan Waktu Penelitian, Variabel Penelitian, Populasi dan
Sampel Pengumpulan Data, dan Pengolahan Data.
BAB IV : Hasil Penelitian, yaitu meliputi : Gambaran Umum SMAN 08 Bekasi,
Sejarah berdirinya SMAN 8 Bekasi, Keadaan tenaga pengajar, tenaga
karyawan, dan Keadaan siswa, Struktur Organisasi, Deskripsi Data,
dan Interpretasi Data.
BAB V : Penutup, yaitu terdiri dari : Kesimpulan dan Saran.
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak
a. Pengertian Orang Tua
Secara umum orang tua adalah ayah dan ibu kandung. Dan orang tua
dapat dikatakan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga, yang
dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut dengan ibu bapak.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, orang tua berarti : “orang yang
sudah tua, ibu bapak, dan orang yang dianggap tua atau orang yang pandai”.7
Orang tua adalah orang-orang yang sudah dewasa, sebagai orang-orang
yang telah dewasa, maka orang tua harus bertanggung jawab terhadap segala
perbuatannya. Orang tua tidak hanya bertanggung jawab pada pemeliharaan anak
saja, melainkan orang tua juga wajib bertanggung jawab pada pendidikan anak-
anaknya.
Dalam Islam pun istilah orang tua menunjukkan pada ibu dan bapak, ini
dapat kita lihat dari dalil dibawah ini, Firman Allah SWT dalam QS. Luqman: 14,
sebagai berikut:
����=#C���� D� EFGHI�7
��"�J������ �LM;�N⌧�
��OPQR �S���� TUM� �����
���; EW�:�� U�X BXY�P�Z B[�R
�\!',]�7 U_ �`"�J��������
aUM_�� +\6W�☺���7 ?@B ) ن��B14: ل(
“Dan kami perintahkan kepadamu manusia agar berbuat baik kepada ibu
bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah dan menyapihnya dalam 2 tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu”. (QS. Luqman: 14)8
7 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), cet,
13. h. 668.
8 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, (Madinah: 1971), h. 654
8
18
b. Pengertian Mendidik
Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang
menentukan terhadap eksistensi dan perkembangan masyarakatnya, hal ini karena
pendidikan merupakan proses usaha melestarikan, mengalihkan, serta
mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya
kepada generasi penerus.
Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me
sehingga menjadi “mendidik”, artinya: “Memelihara dan memberi latihan”.9
Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan
pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah: “Proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.10
Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusia harus melalui
proses yang panjang, dengan hasil yang tidak dapat diketahui dengan segera.
Dalam proses pembentukan tersebut diperlukan suatu perhitungan yang matang
dan hati-hati berdasarkan pandangan dan pikiran-pikiran atau teori yang tepat,
sehingga kegagalan atau kesalahan langkah pembentukan terhadap anak didik
dapat dihindarkan. Karena sasaran pendidikan adalah makhluk yang sedang
tumbuh dan berkembang yang mengandung berbagai kemungkinan, bila salah
bentuk, maka kita akan sulit memperbaikinya.
Sedangkan yang dimaksud “pendidik” menurut Ahmad Tafsir adalah:
“Siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik”.11
9 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 74.
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1997), cet, 3. h.
11 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam…, h. 74.
19
Dalam Islam, yang paling bertanggung jawab dalam perkembangan adalah
ibu dan ayah anak didik. Karena pendidik adalah: “Orang yang selalu dipandang,
dicontoh oleh anak didiknya atau masyarakat sekelilingnya”.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan dalam sudut
pandang Islam merupakan suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh
aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah
menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun
ukhrawi.
c. Peranan Orang Tua Dalam Mendidik Anak
Peranan adalah bagian atau tindakan atau tugas yang dilakukan oleh
seseorang atau subyek pelaku dalam suatu peristiwa atau keadaan. Kalau
pengertian ini dikaitkan dengan pendidikan Islam adalah bahwa pendidikan Islam
dalam struktur social mempunyai posisi utama terhadap suatu peristiwa apapun
dan pendidikan Islam dalam masyarakat sebagai pembentuk social atau
transformasi social. Dengan kata lain pendidikan Islam mepunyai peranan dan
fungsi utama di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, Negara, dan seluruh
bangsa secara menyeluruh dibelahan bumi.
Orang tua di dalam keluarga berfungsi sebagai orang tua biologis,
paedagogis dan psikologis yang sangat berguna bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak dalam kehidupannya. Hal ini jelas, karena dalam rumah
tangga seorang anak mula-mula memperoleh pendidikan. Dan sebagai pendidik
yang pertama dan utama adalah orang tuanya sendiri.
Pendapat diatas diperkuat oleh Sulaeman, mengatakan bahwa orang tua
sebagai: “Pendidik dalam rumah tangga sangat menentukan perumbuhan dan
perkembangan seorang anak, dalam hidup dan kehidupannya”.12
Dalam perannya sebagai pendidik yang pertama dan utama, orang tua
berkewajiban menempatkan dasar-dasar pengetahuan, menyikapi dan berperilaku
sesuai dengan norma yang dianutnya, dalam hal ini ajaran Islam mendasari
besarnya peranan orang tua dalam mendidik anaknya, Allah SWT telah
12
Suleman, Pendidikan dalam Keluarga, (Bandung: CV. Alfabeta, 1994), h. 43
20
memberikan gambaran mengenai perilaku Lukmanul Hakim dalam mendidik
anaknya, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya dalam Al-Qur’an surat
Luqman ayat 13 yang berbunyi:
����� ��� �� �☺���� ���������
������ �� !���" #$%&' �" (� *�+,-�. /0���� 1 23��
⌧*+6�-��7 89:; !� <9=�!� ?@AB
)13: ل��Bن ( “Dan (ingatlah) tatkala Lukman berkata kepada anaknya, diwaktu ia
memberi pelajaran kepada anaknya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah
benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Lukman: 13).13
Dari Firman Allah SWT diatas dapat dipahami betapa besar peranan orang
tua dalam mendidik anaknya disetiap aspek kehidupannya, mulai dari aspek
ketauhidan, akhlak dan ibadah, pengembangan aktifitas dan kreatifitas serta
kedisiplinannya dalam pergaulan dan pengembangan intelektual serta
apresiasinya. Sebagaimana kita ketahui bahwa seorang anak dilahirkan kedunia
dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, laksana sehelai kertas putih tanpa
coretan dan goresan, kecuali lingkunganlah yang akan mengisinya. Sebagaimana
dinyatakan dalam firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 30, sebagai
berikut:
9��c: �`�d,&�� BXe���7��
��fg���� T Eh�\,i�: /0�7 $jk]��7
�\i: Il�l���7 �mn�+M;�Z T (�
(."�J�` Bo:;�i�� /0�7 T pq���
rse���0�7 t9u=����7 vw6x ���
�+yz{�R l�l���7 (� �[��☺M;,��"
?AjB ) وم� )3: ال
“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya,
(sesuai dengan kecenderungan aslinya); itulah fitrah Allah, yang menciptakan
13
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah…, h. 654
21
manusia atas fitrah. Itulah agama yang lurus. Namun kebanyakan orang tidak
mengetahuinya”. (QS. Ar-Ruum: 30)14
Fitrah yang disebutkan dalam ayat di atas mengandung makna kejadian
yang di dalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar dan lurus yaitu Islam.
Potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh siapa pun atau lingkungan apa pun,
karena fitrah itu merupakan ciptaan Allah yang tidak akan mengalami perubahan
baik isi maupun bentuknya dalam tiap pribadi manusia.
Sebagaimana yang tertera di dalam hadits Nabi SAW, bersabda:
� I��ال����� �� نعHدم نع 4��� J ا � أ J ذN/ �� الLMه�ي9 �� أ L:ال��# ���# و1��� آ %��& LJI��# (�ل (�ل ال�ال��?1 � Jة رض�أ J ه�ی
)ا= ی?)9دانR6 ة�S��89ن# م)ل)د ی)ل� ��% الT�ان# أو ی�9U�روا= (# أو ی )ال�WIرى
“Tiap-tiap anak dilahirkan diatas fitrah maka ibu bapaknyalah yang
mendidiknya menjadi orang yang beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (HR.
Bukhori ).15
Fitrah dalam hadits tersebut diartikan sebagai factor pembawaan sejak
manusia lahir yang bisa dipengaruhi oleh lingkungan, bahkan ia tak akan dapat
berkembang sama sekali bila tanpa adanya pengaruh lingkungan. Sedang
dilingkungan itu sendiri dapat diubah bila tidak menyenangkan karena tidak
sesuai dengan cita-cita manusia.
Menurut John Lock, dalam teori“Empirisme”dikatakan bahwa:
“Perkembangan anak ke arah kedewasaan ditentukan oleh lingkungan atau
pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil, setiap manusia dapat di
didik ke arah baik dan buruk, menurut kehendak lingkungan dan
pendidikannya”.16
Keluarga memainkan peranan penting dalam pengembangan kemampuan
kreatifitas anak-anak. Selain itu, keluarga juga dapat menstimulasi perkembangan
14
Prof. H. M. Arifin, M. Ed, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003),
Cet. I, h. 42
15
Prof. H. M. Arifin, M. Ed, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 42
16 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis…, h. 46
22
anak dalam berfikir dan berkarya, sekaligus memberikan dorongan-dorongan
kepada mereka. Tidak hanya itu, sebuah keluarga juga dapat membantu anak
dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan dan membimbing mereka
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut.
Pada hakekatnya keluarga atau rumah tangga merupakan tempat pertama
dan yang utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan
pembentukan kepribadian yang kemudian ditambah dan disempurnakan oleh
sekolah. Begitu pula pendidikan agama harus dilakukan oleh orang tua sewaktu
kanak-kanak dengan membiasakannya pada akhlak dan tingkah laku yang
diajarkan agama. Orang tua perlu mengetahui dan memahami tugas dan tanggung
jawab yang perlu dilakukan dalam memberikan pendidikan agama terhadap anak-
anaknya.
Pendidikan agama tersebut dilakukan dengan sedini mungkin oleh orang
tua sewaktu kanak-kanak, agar dapat mengenal dan terbiasa melaksanakan agama.
Oleh sebab itu pendidikan agama yang diterima oleh anak merupakan:
“Perwujudan dari pendidikan agama yang diberikan oleh kedua orang tuanya.
Baik dan buruknya perilaku anak tergantung pada bagaimana orang tua dalam
mendidiknya”.17
Dengan kata lain kehidupan keluarga jadi miniatur kehidupan masyarakat,
karena rusaknya tatanan keluarga menjadi sebab rusaknya tatanan masyarakat. Di
sini kita lihat pula, betapa pentingnya peranan agama itu meberikan bimbingan
dalam hidup manusia. Agama mengakui adanya dorongan-dorongan dan
keinginan-keinginan yang perlu dipenuhi oleh tiap-tiap individu. Pendek kata
agama memberikan bimbingan hidup dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada
yang sebesar-besarnya, mulai dari hidup pribadi, keluarga, masyarakat dan
hubungan dengan Allah, bahkan dengan alam semesta dan makhluk hidup yang
lain. Jika bimbingan-bimbingan tersebut dijalankan betul-betul, akan terjaminlah
kebahagiaan dan ketentraman batin dalam hidup ini.
17
Ramayulis, dkk, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia,
1987), h. 2.
23
2. MINAT BELAJAR
a. Pengertian minat belajar
Pada dasarnya kegiatan atau perbuatan yang dilakukan setiap orang
didasari oleh kecenderungan atau keinginan atau minat. Minat merupakan
landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai
suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku
seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan
memperoleh sesuatu.
Pengertian minat belajar terdiri dari dua suku kata, yakni kata “minat” dan
kata “belajar”. Dari segi bahasa minat adalah: “Kecenderungan hati yang tertinggi
terhadap sesuatu”.18
Slameto mengemukakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Dengan
demikian, minat itu pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara
diri individu dengan sesuatu diluar dirinya. Cony Semiawan mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan minat adalah “ suatu keadaan mental yang menghasilkan
respon terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan
memberi kepuasan kepadanya (statisfied)”.19
Minat merupakan perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan.
Dengan begitu minat sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif
dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab dari
suatu kegiatan.
Menurut Crow dan Crow bahwa minat atau interest bisa berhubungan
dengan daya gerak yang mendorong kita untuk cenderung atau merasa tertarik
pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
18
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1990). cet, 3. h. 583.
19 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), h. 2.
24
Dari pengertian tersebut kita memperoleh kesan bahwa minat itu
sebenarnya mengandung unsur-unsur: kognisi (mengenal), emosi (perasaan),
konasi (kehendak). Dan oleh sebab itu, minat dapat dianggap sebagai respon yang
sadar, sebab kalau tidak demikian, maka minat tak akan mempunyai arti apa-apa.
Unsur kognisi dalam arti, minat itu di dahului oleh pengetahuan dan informasi
mengenai objek yang dituju oleh minat tersebut. Unsur emosi, karena dalam
partisipasi atau pengalaman itu disertai dengan perasaan tertentu (biasanya
perasaan senang). Sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari kedua
unsur tersebut yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk
melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan yang diselenggarakan di sekolah.
Sedangkan belajar adalah: “Mengumpulkan sejumlah pengetahuan.
Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau sekarang ini
dikenal dengan guru”.20
Menurut Robert M. Gagne dalam bukunya The Conditons of Learning,
mengemukakan “Learning is a change in human disposition or capacity, which
persist over a period of time, and which is not simply ascrible to process of
growth”. Belajar merupakan “Sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam
perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada
dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu”. 21
Dari beberapa pengertian belajar seperti disebutkan diatas, dapatlah
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa belajar menimbulkan suatu perubahan (dalam arti, tingkah laku,
kapasitas) yang relative tetap.
2. Bahwa perubahan itu, pada pokoknya membedakan antara keadaan sebelum
individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan belajar.
3. Bahwa perubahan itu dilakukan lewat kegiatan, atau usaha atau praktek yang
disengaja atau diperkuat.
20
Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), cet, I. h. 2.
21 Abdur Rachman Abror, Psikologi Pendidikan…, h. 66
25
Bertolak dari berbagai definisi yang telah dutarakan tadi, secara umum
belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu
yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif.
Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap
usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada
pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang
luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan.22
Pendidikan, dengan proses belajar mengajar sebagai kegiatannya,
merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dan anak didik. Dari proses
interaksi itu proses belajar mengajar di ikat dengan minat dan perhatian antara
keduanya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terjadi secara efektif
dan efisien apabila siswa mempunyai minat kepada suatu pelajaran atau guru yang
mempengaruhinya.
b. Peranan Minat dalam Proses Belajar
Dalam kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting.
Bila seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek
yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh
hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa tersebut belajar dengan
minat dan perhatian besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang
diperoleh lebih baik.
Seperti yang diungkapkan oleh Usman Efendi dan Juhaya S. Praja bahwa:
“Belajar dengan minat akan lebih baik dari pada belajar tanpa minat”.23
Pendidikan dengan proses belajar mengajar sebagai kegiatannya,
merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dan anak didik. Dari proses
interaksi itu proses belajar mengajar di ikat dengan minat dan perhatian antara
keduanya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terjadi secara efektif
22
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru…, h. 90-94.
23 Usman Efendi dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikolog, (Bandung: Angkasa, 1993),
h. 122
26
dan efisien apabila siswa mempunyai minat kepada suatu pelajaran atau guru yang
mempengaruhinya.
b. Usaha Orang Tua Dalam Membangkitkan Belajar Siswa
Kartini Kartono menjelaskan mengenai macam-macam kegiatan orang tua
dalam memberikan bimbingan belajar agama kepada anaknya, yaitu:
1) Menyediakan fasilitas belajar,
2) Mengawasi penggunaan waktu belajar anak dirumah,
3) Mengawasi kegiatan belajar anak dirumah,
4) Mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar,
5) Menolong anak mengatasi kesulitannya dalam belajar.24
Dari penjelasan diatas, maka diketahui bahwasanya peranan orang tua
dalam membimbing belajar anak ataupun minat belajar siswa, keduanya sangat
penting terutama dalam proses pembelajaran sehingga tujuan dari
terselenggaranya pendidikan akan tercapai secara optimal.
3. Pendidikan Agama Islam Sebagai Bidang Studi di Sekolah Menengah
Atas
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama merupakan proses membimbing dan mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan anak didik agar menjadi manusia dewasa yang
sesuai dengan niali-nilai ajaran Islam.
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberi awalan pe
dan akhiran kan, mengandung arti perbuatan. Secara etimologis pendidikan berarti
“pemeliharaan”. Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini
kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan “education”, yang
berarti pengembangan/ bimbingan. Sedangkan dalam bahasa Arab istilah ini
disebut tarbiyah yang berarti pendidikan.25
24
Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992),
h. 91
25
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulis, 1994), cet. I, h. 1
27
Secara terminologis pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan.
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba, Pendidikan adalah : “Bimbingan/
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani si terdidik menjadi terbentuknya kepribadian yang utama.26
Pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara”.27
Dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan
belajar secara aktif, dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Dan dapat
dilakukan dengan cara memberikan bimbingan, pelatihan dan pengajaran yang
diarahkan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik pada tingkat
dewasa.
Sementara itu, Zakiyah Daradjat mengemukakan tiga pengertian
Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:
a. Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang berupa bimbingan dan
asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya
dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).
b. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan
berdasarkan ajaran agama Islam.
c. Pendidikan Agama Islam, yaitu: “Pendidikan dengan melalui ajaran
agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik
agar nantinya selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati
26
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-
Ma’arif, 1989), cet. VIII, h. 19
27 Undang-Undang RI No. 20 Th 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung
: Fokusmedia, 2003), cet. I, h. 3
28
dan mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan agama Islam itu sebagai suatu
pandangan hidup demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia
maupun di akhirat kelak”.28
Dari beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk
membimbing, mengajar dan mengasuh anak didik dalam pertumbuhan jasmani
dan rohani untuk mencapai tingkat kedewasaan sesuai dengan ajaran agama Islam
dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran agama Islam
sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Memperhatikan beberapa definisi diatas, jelaslah bahwa proses Pendidikan
Agama Islam sekalipun konteksnya sebagai suatu bidang studi, tidak sekedar
menyangkut pemberian ilmu pengetahuan agama Islam kepada siswa, melainkan
yang lebih utama menyangkut pembinaan, pembentukan dan pengembangan
kepribadian muslim yang taat beribadah dan beramal shaleh.
b. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam merupakan bidang studi yang dipelajari
disekolah, mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam rangka
pembentukan kepribadian yang sesuai dengan tujuan dan tuntutan serta falsafah
bangsa dan agama yang dianutnya.
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam disekolah-sekolah di Indonesia
mempunyai landasan yang kuat yaitu didukung oleh Dasar Yuridis (Dasar Idiil,
Dasar Konstitusional, Dasar Operasional), Dasar Religius dan Dasar Psikologis.29
28
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),h. 86
29
H. M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet.
I.h, 6
29
Tujuan Pendidikan Islam ialah menyiapkan anak-anak supaya diwaktu
dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat,
sehingga tercipta kebahagiaan bersama dunia dan akhirat.
Tujuan umum Pendidikan Agama ialah membimbing anak agar mereka
menjadi muslim sejati, beriman teguh, beramal shaleh dan berakhlak mulia serta
berguna bagi masyarakat, agama dan Negara. Tujuan pendidikan agama tersebut
adalah merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh setiap orang yang
melaksanakan pendidikan agama. Karena dalam mendidik agama yang perlu
ditanamkan terlebih dahulu adalah keimanan yang teguh itu maka akan
menghasilkan ketaatan menjalanakan kewajiban agama. Tujuan khusus
pendidikan agama ialah tujuan pendidikan agama pada setiap tahap/ tingkat yang
dilalui.
Dan untuk tingkat Sekolah Menengah Atas pendidikan agama diberikan
untuk: “Menyempurnakan pendidikan agama yang sudah diberikan di tingkat
SLTP, dan memberikan pendidikan dan pengetahuan agama Islam serta berusaha
agar mereka mengamalkan ajaran Islam yang telah diterimanya”.30
c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup usaha mewujudkan
keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara: hubungan manusia dengan
Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manuisa
dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan
alamnya.
Sedangkan khususnya untuk tingkat SLTA, materi/ kurikulum Pendidikan
Agama Islam adalah:
1) Memperluas materi tingkat SLTP.
2) Memberikan ajaran-ajaran agama sejauh mungkin secara rasionil baik
yang berhubungan dengan keimanan, ibadah maupun pergaulan.
3) Memberikan ajaran-ajaran agama yang menyangkut segi-segi sosial,
kebudayaan, hukum, ekonomi dan moral.
30
Dra. Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama…, h. 47
30
4) Perkembangan agama dan aliran-aliran dalam agama.
5) Perluasan lebih lanjut terhadap bahasa asli agama.
6) Sejarah perkembangan agama dan kebudayaan.31
5. Faktor-faktor yang Menimbulkan Minat
Minat timbul dikarenakan adanya perasaan senang pada diri siswa yang
diperkuat oleh sikap yang positif. Pada umumnya jika di urutkan secara hirarkis
berlaku sebagai berikut: ”Perasaan senang – sikap positif – minat”.32
Karena
perasaan merupakan hal yang terkait dengan timbulnya minat untuk kemudian
berpengaruh terhadap semangat maupun kesiapan belajar siswa.
Dengan mengandalkan perasan siswa mampu menilai tentang pengalaman-
pengalamannya disekolah selama ia mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Penilaian-penilaiannya yang positif akan terungkap dengan ”perasaan senang” dan
penilaian negatif akan terungkap dalam ”perasaan tidak senang”.
Seperti diketahui bahwa selain minat timbul dari dalam diri individu,
terdapat faktor-faktor yang berasal dari luar yang turut berperan dalam
menimbulkan minat seseorang. Beberapa faktor yang mempengaruhi minat
seseorang dalam belajar lebih lanjut diungkapkan oleh M. Alisuf Sabri berikut ini:
”Dalam hal ini sikap yang akan menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerima/ suka) terhadap bahan/ mata pelajaran yang akan
dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti kondisi kelas, teman-temannya, sarana
pengajaran dan sebagainya”.33
Dari pendapat tersebut diketahui, bahwa diantara faktor-faktor yang
mempengaruhi minat adalah:
1. Sikap positif atau suka terhadap bahan/ mata pelajaran yang akan
dipelajari.
31
Dra. Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama…, h. 67
32
W. S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia,
1986), h. 72 33
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. II,
h. 84
31
Sikap positif atau perasaan suka siswa terhadap bahan/ mata pelajaran
yang akan ia pelajari, akan membuat minat siswa semakin tinggi dalam
mempelajari pelajaran tersebut. Perasaan suka mendatangkan rasa
tertarik dan akan membuat konsentrasi siswa lebih banyak.
2. Sikap positif atau suka terhadap guru yang mengajar.
Minat siswa juga dapat dipengaruhi oleh guru yang mengajar.
Kemampuan guru dalam mengolah pelajaran sehingga lebih menarik
bagi siswa akan mampu membangkitkan minat untuk dapat mengikuti
pelajaran tersebut dengan baik.
Pendapat ini dikuatkan juga oleh Amir Hamzah Nasution dan Oejang S.
Gana, mengenai minat yang dipengaruhi oleh sikap guru dan situasi pelajaran
yang berlangsung. Lebih lanjut dikatakan:
1) Suara yang samar-samar, keterangan yang tidak jelas tentu kurang
menarik minat dan lekas membosankan.
2) Perasaan yang ditimbulkan oleh suatu objek. Benda atau elemen cantik,
yang menggembirakan lekas menarik minat kita. Benda yang kotor,
jelek tidak mudah menarik minat kita.
3) Benda yang mudah dikenal, lebih mudah menarik minat.
4) Kemauan. Kalau kemauan keras untuk memusatkan pikiran, perasaan
dan sebagainya untuk mewujudkan minat terhadap sesuatu benda, maka
segala rintangan dapat diatasi.34
Kebutuhan dapat juga menjadi faktor timbulnya minat. Minat yang timbul
dari kebutuhan anak-anak merupakan pendorong bagi anak dalam melaksanakan
usahanya.
Menurut Zakiah Daradjat, ”Pemunculan minat pada siswa tergantung dari
kebutuhan, dorongan dan minat mereka”.35
34
Amir Hamzah Nasution dan Oejang S. Gana, Pengantar Ilmu Jiwa Umum,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 1986), h. 96
35 Zakiah Daradjat et al, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2001), Cet. 2, h. 133
32
Semakin besar kebutuhan yang dirasakan maka semakin kuat pula minat
yang dimiliki siswa, kebutuhan di sini adalah kebutuhan akan ilmu pengetahuan
yang akan diterimanya dikelas.
Pengalaman juga merupakan faktor timbulnya minat, karena pengalaman
belajar agama yang telah diterima sebelum ia masuk sekolah akan menimbulkan
minat yang baru terhadap pelajaran agama disekolahnya, pengalaman
menimbulkan sikap positif terhadap penilaiannya terhadap apa yang dilihatnya,
seperti siswa yang sudah mempunyai pengalaman belajar agama dirumah maupun
disekolah tingkat dasarnya maka ia mempunyai keinginan (minat) lagi untuk
mempelajari pelajaran agama disekolah lanjutannya agar apa yang pernah
diminatinya dulu tetap terus menerus ia geluti untuk mencapai kebutuhan-
kebutuhan hidupnya.
6. Pengaruh Pendidikan Agama
Orang tua sebagai penanggung jawab pertama dan utama dibebani untuk
membentuk kepribadian dan pola sikap anak sejak dini, kerena lingkungan yang
pertama dikenalnya adalah lingkungan keluarga. Interaksi yang dilakukan pertama
kali adalah dengan kedua orang tuanya, hal ini menunjukkan, setidak-tidaknya
orang tua merupakan lingkungan pertama yang dapat mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah laku anak.
Dalam kacamata pendidikan Islam, bimbingan keagamaan sebagai arahan
pemandu fitrah sangat penting untuk diperhatikan, terutama oleh para orang tua
yang menjadi penanggung jawab utama terhadap perkembangan kepribadian,
sikap dan tingkah laku anak untuk mencapai kedewasaannya.
Pendidikan Islam adalah: ”Usaha orang dewasa muslim yang bertakwa
secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan
fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui jaran Islam ke arah titik maksimal
pertumbuhan dan perkembangannya”.36
Bagi setiap orang pendidikan merupakan hal yang penting untuk
menjamin perkembangan dan kelangsungan hidupnya, salah satunya adalah
36 Prof. H. M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 22
33
kelangsungan hidup beragama. Agama sebagai pembimbing dan penunjuk jalan
untuk mencapai ke arah hidup yang berbahagia, baik di dunia maupun diakhirat
kelak. Untuk menumbuhkan kesadaran beragama serta kepribadian yang Islami,
umat manusia memerlukan bimbingan dan pedoman, karena itu Pendidikan
Agama Islam mutlak diperlukan.
Oleh karena itu, pendidikan agama sangatlah penting dan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kepribadian seorang anak. Dengan demikian peran
orang tua sangat diperlukan bagi anak untuk membimbing dalam belajar agama,
agar anak mempunyai minat yang besar dalam mempelajari agama Islam, baik
dirumah maupun disekolah.
B. Kerangka Berfikir
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus menerus yang disertai dengan rasa senang.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-
baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia
tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik
minat siswa, lebih mudah dihafalkan dan disimpan, karena minat menambah
kegiatan belajar.
Proses belajar mengajar dan hasilnya banyak dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik dalam diri siswa maupun dari luar siswa. Salah satu faktor yang
penting peranannya dalam belajar adalah minat. Karena suatu kegiatan akan
lancar apabila ada minat yang besar.
Berdasarkan kajian teoritis diatas jelaslah bahwa peran orang tua dalam
membimbing belajar anak di lingkungan keluarga sangat penting terhadap
peningkatan belajar anak, salah satunya minat belajar pada bidang studi
Pendidikan Agama Islam. Dengan kata lain, minat belajar anak pada bidang studi
Pendidikan Agama Islam ada ketergantungan pada aktivitas orang tua dalam
34
membimbing belajar di lingkungan keluarga, terutama memberikan bimbingan
belajar agama.
Maka dengan demikian Berperankah orang tua dalam memberikan minat
belajar anak pada Pendidikan Agama Islam, baik di rumah, maupun disekolah ?.
Untuk mengetahui jawaban dari permasalahan tersebut, maka diadakanlah
penelitian ini khususnya di SMAN 08 Bekasi.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah: “Pernyataan tentatif yang merupakan dugaan/ terkaan
apa saja yang kita amati dalam usaha memahaminya”. Jadi hipotesis merupakan
jawaban sementara, karena dugaan sementara itu bisa benar bisa juga salah, untuk
itu diperlukan penelitian.
Hipotesa yang diajukan adalah untuk membuktikan benar atau tidaknya
dugaan penulis mengenai Peranan orang tua dalam peningkatan minat belajar
agama di lingkungan keluarga dan peningkatan minat belajar anak pada bidang
studi Pendidikan Agama Islam disekolah.
Ha : Ada korelasi positif yang signifikan pada peranan orang tua dalam
peningkatan minat belajar anak pada agama di lingkungan keluarga dengan minat
belajar anak pada bidang studi Pendidikan Agama Islam disekolah.
Ho : Tidak ada korelasi positif yang signifikan pada peranan orang tua
dalam peningkatan minat belajar anak pada agama di lingkungan keluarga dengan
minat belajar anak pada bidang studi Pendidikan Agama Islam.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus (terhitung dari tanggal 4
sampai dengan 30 Agustus 2008). Adapun lokasi yang dijadikan tempat untuk
melakukan kegiatan penelitian yakni disalah satu sekolah Negeri yang berada di
wilayah Pekayon Bekasi Selatan yaitu di SMAN 08 Bekasi.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah penelitian
deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan sebenarnya.
Untuk memperoleh data yang obyektif, maka digunakan dua bentuk penelitian,
yaitu:
1. Menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research) penulis
lakukan dengan mempelajari atau menelaah dan mengkaji buku yang erat
kaitannya dengan masalah yang akan dibahas yaitu minat belajar siswa pada
mata pelajaran agama Islam di SMAN 08 Bekasi.
2. Penelitian lapangan (Field Research). Jenis penelitian ini dimaksudkan agar
dapat diperoleh fakta, data dan informasi yang lebih obyektif dan akurat
mengenai minat belajar siswa pada mata pelajaran agama Islam di SMAN 08
Bekasi.
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk kepada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, yang diterbitkan oleh UIN
Jakarta Press, 2003.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah atau jumlah yang mungkin
memiliki nilai yang bermacam-macam. Variabel merupakan symbol/ lambang
yang padanya kita lekatkan nilai.
26
36
Variabel adalah: “Gejala yang bervariasi, yang menjadi objek
penelitian”.37
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu:
orang tua sebagai variabel independen sedangkan peningkatan minat belajar
sebagai variabel dependen.
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah: “Keseluruhan subyek penelitian”.38
Populasi target dalam
penelitian ini siswa kelas II secara keseluruhan, baik kelas II IPS maupun kelas II
IPA SMAN 08 Bekasi pada semester I tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah
367 siswa.
Sedangkan sample adalah sebagian atau wakil yang diteliti. Untuk
mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini, maka penulis mengambil
teknik sampling, dengan mengacu kepada pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu:
“Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya
lebih besar dapat diambil 10-15% atau 20-25%, atau lebih”.39
Dalam penelitian ini, penulis hanya mengambil sebanyak 15 % dari jumlah
yang ada, dengan menggunakan cara random sampling, yaitu dengan mengambil
sample dari populasi yang ada secara acak.
Sample sebanyak 15 % diambil berdasarkan jumlah siswa kelas II secara
keseluruhan 367 siswa baik dari jurusan IPS maupun jurusan IPA, jadi jumlah
sample dalam penelitian ini sebanyak 55 orang siswa.
Penulis sengaja mengambil 55 orang siswa dalam sampelnya, berdasarkan
jumlah populasi yang ada sebanyak 367 siswa untuk mewakili responden yang
lebih dari 100.
E. Teknik Pengumpulan Data
37
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1996), h.111.
38 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 115-117.
39 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-2,
h. 118
37
Pada umumnya seseorang yang ingin memperoleh data, menggunakan teknik
pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahn yang akan dibahas. Maka
dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik yaitu sebagai berikut:
1. Observasi, sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan dengan:
“Pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang
diselidiki”.40
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi
umum SMAN 08 Bekasi dalam rangka memperoleh data dan keterangan yang
dibutuhkan.
2. Interview, merupakan wawancara kepada pihak yang penulis anggap
mempunyai informasi tentang hal yang penulis perlukan dalam menyusun
skripsi ini. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data penunjang
mengenai peran orang tua dalam peningkatan minat belajar siswa pada agama
Islam di SMAN 08 Bekasi. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara
dengan guru PAI.
3. Questioner (angket), merupakan cara pengumpulan data berbentuk pengajuan
pertanyaan tertulis yang diberikan kepada siswa kelas II sebagai responden
yang berjumlah 55 orang siswa/I SMAN 08 Bekasi yang dijadikan sample
dalam penelitian ini, digunakan untuk memperoleh data tentang Peran Orang
Tua dalam peningkatan minat belajar siswa pada agama Islam di SMAN 08
Bekasi.
F. Teknik Pengolahan Data
Dalam teknis pelaksanaannya, yaitu dengan memeriksa jawaban-jawaban dari
tiap responden atau siswa, lalu dijumlahkan dan menghasilkan skor total,
diklasifikasikan dan ditabulasikan (dibuat table), data yang didapat dari setiap
item pertanyaan akan dibuat satu table masing-masing.
Rumusan dari Distribusi Frekuensi Relatif adalah:
F
P = x 100%
N
Keterangan:
40
Sutisno Hadi, Metode Research, Jilid 2 (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), h. 136.
38
P = Prosentase
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah responden41
Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah: “Alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah”.42
Instrument penelitian yang digunakan untuk memperoleh data mengenai Peran
Orang Tua Dalam Peningkatan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMAN 08 Bekasi adalah dalam bentuk questioner
yang diperuntukkan kepada siswa.
Kisi-kisi Angket Penelitian Peran Orang Tua Dalam Peningkatan Minat
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI
Tabel 1
Variable Indikator Pengukuran No. Item
Peran orang tua • Perhatian orang
tua
• Orang tua
membimbing
belajar agama
dirumah
1, 2
• Membaca Al-
Qur’an di rumah
• Membaca Al-
Qur’an setiap
hari di rumah
3, 4
• Shalat berjama’ah
dengan orang tua
• Shalat
berjama’ah
dengan orang tua
5, 6
41
Anas Sudjiono, Pengantar Satisik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1999), cet, 8 h.40.
42 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, h. 136
39
di rumah
• Disiplin belajar
agama di rumah
• Orang tua
menerapkan
disiplin
mengenai belajar
agama di rumah
7
• Fasilitas belajar di
rumah
• Orang tua
menyediakan
fasilitas belajar
di rumah
8
• Memberikan
motivasi
• Orang tua
memberikan
solusi dan
motivasi kepada
anda
9, 10
Minat belajar
siswa pada
pelajaran agama
Islam
• Membaca buku
agama Islam
• Membaca buku
agama Islam dan
mengikuti
pelajaran sampai
selesai
11, 12
• Perhatian siswa
terhadap pelajaran
agama
• Memperhatikan
penjelasan guru
di kelas
13, 14, 15
• Membantu teman
dalam kesulitan
• Membantu
teman yang
mengalami
kesulitan
membaca Al-
Qur’an
16
• Shalat zuhur • Mengerjakan 17
40
berjama’ah di
sekolah
shalat zuhur
berjama’ah di
sekolah
• Mengaplikasikan
ajaran agama
• Mengaplikasikan
pelajaran agama
dalam kehidupan
sehari-hari
18
• Minat belajar siswa
disekolah
• Metode
pembelajaran
• Guru agama
menggunakan
metode
pembelajaran
yang sesuai
dengan materi
19
• Rasa senang
terhadap belajar
agama Islam
• Merasa senang
belajar agama di
sekolah/ di kelas
20
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMAN 08 Bekasi
1. Sejarah Berdirinya
SMA Negeri 08 Bekasi berawal dari sebuah sekolah filial (kelas jauh) dari
SMA Negeri 3 Bekasi. Pada saat itu yang menjabat sebagai Kepala Sekolah
adalah Drs. H. Amir Syarifudin. Berdasarkan Surat Rekomendasi Bupati Kepala
Daerah Tingkat II Bekasi Nomor: 421.3/5123/Bappeda tanggal 25 September
1996 dan Siteplan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Tata Kota dan Tata
Bangunan Kabupaten Bekasi Nomor: 6531001/D.TK.TB/1996 tanggal 31
Oktober 1996 maka dibangunlah sepuluh ruang kelas hasil swadaya masyarakat.
Lokasi sekolah ini di wilayah Pekayon Jaya Kecamatan Bekasi Selatan.
Sedangkan lahan yang tersedia merupakan fasilitas social/ umum dari Perumahan
Cendana seluas 6430 m2 yang sebelumnya dipergunakan sebagai tempat
pembuangan sampah warga sekitar.
Pada tanggal 5 Oktober 1996 gedung SMU Negeri Filial Bekasi
diresmikan penggunaannya oleh Koordinator Administrasi (Kormin) Kanwil
Depdikbud Jabar yang diwakili oleh Kepala Bidang Pendidikan Menengah Umum
(Dikmenum). Pembangunan gedung baru selesai seluruhnya pada bulan Agustus
1998 dan mulai dipergunakan pada tanggal 5 Okober 1998.
Berdasarkan Surat Keputusan Mendiknas RI No. 046/O/2001 tentang
Pembukaan dan Penegerian Sekolah, SMUN 3 Filial Bekasi diputuskan menjadi
SMU Negeri 8 Kota Bekasi. Bersamaan dengan dinegerikannya sekolah filial,
otonomi daerah mulai diberlakukan. Pada bulan Januari sampai sekarang Kepala
Sekolah SMA Negeri 8 Bekasi dijabat oleh Bapak Drs. Endang Hermansyah,
MM.
VISI DAN MISI SMAN 8 BEKASI 2007-20011
Unggul Dalam Prestasi Berbasis Teknologi Bernuansa Imtak
MISI:
32
42
1. Meningkatkan kualitas pelayanan pembelajaran berbasis IT
2. Melengkapi sarana prasarana pendidikan
3. Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan pendidik dan tenaga
kependidikan
4. Meningkatkan kedisiplinan siswa, pendidik dan tenaga kependidikan
5. Menumbuhkan semangat keunggulan dan kompetitif
6. Mendayagunakan stake holder pendidikan
7. Meningkatkan kualitas input peserta didik
8. Membangun kultur sekolah yang religious.
2. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa
Guru-guru yang mengajar di SMA Negeri 8 Bekasi berjumlah 62 orang
guru, 13 orang karyawan, 3 orang penjaga sekolah (satpam), dengan latar
belakang pendidikan S1 untuk guru dan SLTA untuk karyawan selain guru.
Sedangkan jumlah siswa SMA Negeri 8 bekasi secara keseluruhan dari kelas I-III
berjumlah 1073. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini:
A. Keadaan Tenaga Pengajar
Tabel. 2
Keadaan Tenaga Pengajar
di SMAN 08 Bekasi Tahun 2008
No Nama Pendidikan Akhir
Lulus Tahun Jabatan Mengajar
1 Drs. Endang Hermansyah,
MM
S. 1 Geografi : IKIP
Bandung 1983
S. 2 MSDM : LPMI
Jakarta 2004
Kepala
Sekolah
Geografi
2 Drs. Dedi Suryadi, MM S. 1 B. Inggris : IKIP
Bandung 1990
S. 2 MSDM : LPMI
Jakarta 2005
Guru B. Inggris
3 Dra. Dahlia Sembayang,
MM
S. 1 Kimia : IKIP
Medan 1989
S. 2 MSDM : LPMI
Guru Fisika
43
Jakarta 2005
4 Drs. Adang Suaefi S. 1 B. Indonesia :
IKIP Jakarta 1988
Guru B. Indonesia
5 Dra. Winny Pertiwiningsih S. 1 Ekonomi/: IKIP
Bandung 1986
Guru Ekonomi
6 Drs. Sunaryo, M. Pd S. 1 Geografi : IKIP
Muhammadiyah
Jakarta 1990
S. 2 Penel Pen :
UHAMKA 2005
Guru Geografi
7 Drs. Sugiono, M. Pd S. 1 Geografi :
UNISMA Bekasi
1985
S. 2 Ling Hidup :
UNJ 2005
Guru Geografi
8 Sugeng Suwagi, S. Pd S. 1 Matematika :
UNPAS Bandung
2005
Guru Matematika
9 Dedi Suryadi, S. Pd, MM. S. 1 Kimia : IKIP
Bandung 1996
S. 2 MSDM : LPMI
Jakarta 2007
Guru Fisika
10 Dra. Hj. Yani Triyani S. 1 Dunia Usaha:
IKIP Bandung 1984
Guru Ekonomi
11 Dra. Weni Mumpuni S. 1 Kimia: IKIP
Jakarta 1991
Guru Kimia
12 Heni Suhaeni, S. Pd S. 1 Ekonomi:
STKIP Bekasi 2007
Guru Ekonomi
13 Jusmaita, Dra S. 1 Agama Islam:
IKIP Padang 1998
Guru Agama Islam
14 Yulnefti, S. Pd S. 1 Kimia:
UNSYIAH 1988
Guru Kimia
15 Munawir, Drs, MM S. 1 Biologi : UNS Guru Biologi
44
Solo 1993
S. 2 MSDM: LPMI
Jakarta 2005
16 Enung Sugiarti, S. Pd S. 1 B. Indonesia:
IKIP Jakarta 1991
Guru B. Indonesia
17 Istiyo Wahyuni, S. Pd S. 1 Ekonomi :
UNJEM Jember
1993
Guru Ekonomi
18 Nunung Nuraeni, S. Pd S. 1 Kimia : UNJ
2001
Guru Kimia
19 Reni Yosefa, S. Pd, M. Si S. 1 Matematika :
UNRI Riau 1994
S. 2 Matematika :
UGM Yogya 2003
Guru Matematika
20 Eviana Hikamudin, S. Pd,
MM
S. 1 Matematika :
IKIP Bandung 1997
S. 2 MSDM : LPMI
Jakarta 2005
Guru Matematika
21 Sri Wartini, S. Pd S. 1 Geografi : IKIP
Jakarta 1995
Guru Geografi
22 H. Tamin, S. Pd, MM S. 1 Matematika :
UKI Jakarta 1997
S. 2 MSDM : LPMI
Jakarta 2005
Guru Matematika
23 Yati Hernawati, S. Pd S. 1 B. Inggris : IKIP
Bandung 1995
Guru B. Inggris
24 Erma Yani Astuti, S. Pd S. 1 Sejarah : IKIP
Muhammadiyah
Jakarta 1995
Guru Sejarah
25 Suwarti Puji Lestari S. 1 B. Indonesia :
IKIP Jakarta 1997
Guru B. Indonesia
26 Nurbaiti, S. Pd S. 1 Kimia : UNILA
1998
Guru Kimia
27 Edy Parnoto, S. Pd S. 1 Matematika : Guru Matematika
45
IKIP Semarang 1994
28 Udin Sumarsih, S. Pd, MM S. 1 Olah Raga :
UNISMA Bekasi
2001
S. 2 MSDM : LPMI
Jakarta 2005
Guru Penjaskes
29 Teguh Santoso, S. Pd S. 1 Biologi : UGM
Yogyakarta 1992
Guru Biologi
30 Dra. Sri Hatiah S. 1 Matematika :
UNDIP Semarang
1990
Guru Matematika
31 Taufik, S. Pd S. 1 Olah Raga :
UNISMA 1996
Guru Olahraga
32 Lela Siti Nurlaela, S. Pd S. 1 BK : UKI
Jakarta 1996
Guru BP/BK
33 Rina Saraswati, S. Si S. 1 Fisika : UNPAD
Bandung 1997
Guru Fisika
34 Masrini, S. Ps S. 1 B. Inggris : IKIP
Muhammadiyah
Jakarta 1997
Guru B. Inggris
35 Rita Yusnita, S. Pd S. 1 B. Indonesia :
UT Pontianak 1990
Guru B. Indonesia
36 Sutarmini, S. Pd S. 1 B. Inggris : UIA
Jakarta 1997
Guru B. Inggris
37 Yayu Yunengsih, S. Pd S. 1 B. Indonesia :
UNSAP Sumedang
2001
Guru B. Indonesia
38 Siti Masyitoh AS, S. Pd S. 1 B. Inggris :
STKIP Bekasi 2005
Guru B. Inggris
39 Endang Hayuningsih, S. Pd S. 1 BK : IKIP
Jakarta 1998
Guru B. Inggris
40 J. Ch. Tasrin, Drs S. 1 PKN : UT
Yogyakarta 1988
Guru PKN
41 Nanang HN, Drs S. 1 B. Arab :
YAPINK Bekasi
1994
Guru B. Arab
46
42 Zaenadih A, Drs S. 1 Agama Islam :
YAPINK Bekasi
2002
Guru Agama Islam
43 Mohamad Isak, S. Ag S. 1 Agama Islam :
STKIP Siliwangi
2002
Guru Agama Islam
44 Rofesa Yulis, Dra S. 1 Adm. Negara :
UNISMA Bekasi
1996
Guru Adm. Negara
45 Wahyu Hastuti, S. Pd S. 1 PKN : UMP
Purwokerto 1997
Guru PPKN
46 Isdiati, S. Pd S. 1 B. Indonesia :
UVS Solo 1996
Guru B. Indonesia
47 Purwanto, S. Pd S. 1 Olah Raga :
UNISMA Bekasi
1996
Guru Olahraga
48 Sri Martuti, Dra S. 1 Sejarah : IKIP
Veteran Solo 1991
Guru Sejarah
49 Syufiami, S. Pd S. 1 Sejarah
UHAMKA Jakarta
1993
Guru Sejarah
50 Arifah Hanum, Ir S. 1 Pertanian :
UNIDA Bogor 1996
Guru Pertanian
51 Tato Abdurahman, S. Pd S. 1 Seni Rupa :
IKIP Jakarta 1998
Guru Seni Rupa
52 Elin Bardiah, S. Pd S. 1 Seni Rupa :
STSI Bandung 1997
Guru Seni Rupa
53 Pdt. Tugiyo SMA Sleman
Yogyakarta
Guru Katolik
54 Merry Christin, S. Th S. 1 Protestan : UKI
Jakarta 2005
Guru Protestan
55 Meita Rahma Nasution S. 1 BK : UHAMKA
Jakarta 2003
Guru BP/BK
56 Aminullah, S. Ag S. 1 Tafsir Hadits : Guru Tafsir Hadits
47
IAIN Bandung 1997
57 Ahyad Mubin, S. Kom S. 1 T. Informatika :
STMIK MIKAR
Bekasi 2005
Guru T.
Informatika
58 Iwan Romantara, S. Kom S. 1 T. Informatika :
STMIK MIKAR
Bekasi 2005
Guru T.
Informatika
59 Eman Mahdi Iman D, SE S. 1 Ekonomi :
UNISMA Bekasi
2006
Guru T.
Informatika
60 Alif Nur’amaliah, S. Pd S. 1 Ekonomi :
STKIP Bekasi 2007
Guru B. Indonesia
61 Soleh Mulyadi, S. Kom S. 1 T. Informatika :
STMIK MIKAR
Bekasi 2005
Guru B. Sunda
62 Nungky Anggraini, S. Pd S. 1 B. Jepang :
UNAS Jakarta 2006
Guru B. Jepang
B. Keadaan Tenaga Karyawan
Tabel. 3
Tabel KeadaanTenaga Karyawan
SMAN 08 Bekasi
No. Nama Pendidikan Akhir/ Spesialisasi Tugas
1 Mugiyo, S. Pd S. 1 PLS : STKIP Siliwangi 2004
Pengelola Administrasi
2 Yuniar SMEAN 2 Jakarta 1980
Bendahara
3 Karyaningsih SMAN 4 Jakarta 1982
Pentor Rutin
4 Agus Trisna SMA 1 Ujung Berung Bandung 1982
Administrasi Kepegawaian
5 Ahyad Mubin, S. Kom S. 1 T. Informatika : STMIK MIKAR Bekasi
2005
48
Komputer
6 Paridah SMA AL Bidayah Bandung 1995
Pentor
7 Alif Nur’amaliah, S. Pd S. 1 Ekonomi Akun : STKIP Bekasi 2008
Adminstrasi Persuratan/ Sarana
8 Fitriah SMA Bumi Sejahtera Bogor 1999
Administrasi Kesiswaan
9 Aang Sofwan SMAN 8 Bekasi 2004
Administrasi Sarana Prasarana
10 Syamsudin SD Bekasi Timur 1968
Pembantu Pelaksana K.3
11 Sumarna SR Ciamis Tasikmalaya 1957
Pembantu Pelaksana K.3
12 Buhori SMA Persamaan Bekasi 2000
Pembantu Pelaksana K.3
13 Rahmat SMU Islam Wonosobo 1999
Pembantu Pelaksana K.3
14 Andi CS SMP Persamaan Bekasi 2003
SATPAM
15 Yulianto SMP Lampung 1995
SATPAM
16 Dedi Rusnandi STM Singaparna Tasikmalaya 1972
SATPAM
Sedangkan siswa-siswa yang belajar di SMAN 08 Bekasi pada tahun
pelajaran 2008/2009 seluruhnya berjumlah 1073 orang siswa dengan perincian
dalam tabel berikut:
C. Keadaan Siswa
Tabel. 4
Tahun Akademik Siswa SMAN 08 Bekasi
Tahun Ajaran 2005-2008
Kelas I Kelas II Kelas III Tahun
Akademik L P L P L P Jumlah
49
2005/2006
2006/2007
2007/2008
2008/2009
165
183
166
199
180
201
202
224
168
179
166
166
184
184
198
200
193
174
184
172
237
184
190
199
1127
1105
1106
1160
3. Struktur Organisasi
4. Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMAN 08 Bekasi adalah
sebagai berikut:
Tabel. 5
Keadaan Sarana dan Prasarana
Kepala
Sekolah
Bendahara Kepala TU
Wakasek.
Kurikulum
Wakasek
Sarana
Wakasek
Kesiswaan
Wakasek
Humas LITBANG
GURU
SISWA
Komite
Sekolah
50
di SMAN 08 Bekasi Tahun 2008
No. Ruang Jumlah
1 Kepala Sekolah 1
2 Wakil Kepala Sekolah 1
3 Tata Usaha 1
4 Laboratorium Komputer 1
5 Laboratorium Bahasa 1
6 Pos Kesehatan 1
7 Bp 1
8 Kelas 25
9 Guru 1
10 Osis 1
11 Masjid 1
12 Pos Satpam 1
13 Kantin 1
B. Deskripsi Data
Dalam meneliti peran orang tua dalam peningkatan minat belajar siswa pada
mata pelajaran agama Islam, maka penulis melakukan penelitian dengan
menyebarkan angket secara random sampling kepada 55 responden, yang diambil
dari perwakilan kelas II IPA dan II IPS .
Kemudian menginterpretasikan kedalam skala lima absolut sebagai berikut:
0,5-1,5 = Sangat rendah
1,5-2,5 = Rendah
2,5-3,5 = Sedang
3,5-4,5 = Tinggi
4,5-5,5 = Sangat tinggi
Hasil angket dimasukkan dalam tabulasi yang merupakan proses mengubah
data dan instrumen pengumpulan data (angket) menjadi angka (prosentase), dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut:
51
Peranan Orang Tua Dalam Peningkatan Minat Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Tabel. 6
Orang tua memberikan bimbingan belajar di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 25 45,45
Sering 20 36,36
Kadang-Kadang 8 14,54
Tidak Pernah 2 3,63
Jumlah 55 100
Berdasarkan hasil penyebaran angket, dapat diketahui bahwa responden
dalam menjawab pertanyaan memilih jawaban selalu berjumlah 25 responden
(45,45 %), yang menjawab sering 20 responden (36,36 %), yang menjawab
kadang-kadang 8 responden (14,54 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 2
responden (3,63 %).
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 25) + (3 x 20) + (2 x 8) + (1 x
2) = 178/55 = 3,23. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori sedang
karena berada pada interval 2,5-3,5.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan yang diberikan
orang tua sangatlah penting bagi anak untuk meningkatkan prestasi belajarnya di
sekolah. Dan juga untuk belajar agama, seorang anak membutuhkan bimbingan
dari orang tuanya agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami agama.
Tabel. 7
Perhatian orang tua terhadap anak membaca Al-Qur’an di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 8 14,54
Sering 15 27,27
52
Kadang-Kadang 26 47,27
Tidak Pernah 6 10,90
Jumlah 55 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan memilih jawaban kadang-kadang 26 responden (47,27 %),
yang menjawab sering 15 responden (27,27 %), selalu berjumlah 8 responden
(14,54 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 6 responden (10,90 %).
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 8) + (3 x 15) + (2 x 26) + (1 x
6) = 135/55 = 2,45. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori rendah
karena berada pada interval 1,5-2,5.
Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran orang tua akan perhatian terhadap
anak membaca Al-Qur’an di rumah masih rendah. Ini terjadi disebabkan karena
beberapa faktor antara lain; orang tua yang sibuk bekerja, orang tua yang kurang
bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, dan lingkungan yang kurang
mendukung akan adanya pengajian Al-Qur’an.
Tabel. 8
Setiap hari membaca Al-Qur’an di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 2 3,63
Sering 1 1,81
Kadang-Kadang 51 92,72
Tidak Pernah 1 1,81
Jumlah 55 100
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab
pertanyaan memilih jawaban kadang-kadang 51 responden (92,72 %), yang
menjawab selalu berjumlah 2 responden (3,63 %), yang menjawab sering 1
responden (1,81 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 1 responden (1,81
%).
53
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 2) + (3 x 1) + (2 x 51) + (1 x 1)
= 114/55 = 2,07. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori rendah karena
berada pada interval 1,5-2,5.
Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kesadaran
membaca Al-Qur’an masih rendah. Hal ini terjadi disebabkan karena mungkin
mereka malas, tidak bisa membaca Al-Qur’an, atau faktor intern siswa itu sendiri
yang mempunyai budaya membaca yang rendah, sehingga mereka tidak membaca
Al-Qur’an dengan setiap hari, mereka hanya kadang-kadang saja mengerjakannya
untuk membaca Al-Qur’an.
Tabel. 9
Mengikuti pengajian remaja di sekitar lingkungan rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 3 5,45
Sering 7 12,72
Kadang-Kadang 26 47,27
Tidak Pernah 19 34,54
Jumlah 55 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan memilih jawaban kadang-kadang 26 responden (47,27 %),
yang menjawab tidak pernah 19 responden (34,54 %), yang menjawab sering 7
responden (12,72 %), sedangkan yang menjawab selalu berjumlah 3 responden
(5,45 %).
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 3) + (3 x 7) + (2 x 26) + (1 x
19) = 104/55 = 1,89. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori rendah
karena berada pada interval 1,5-2,5.
Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran responden akan adanya pengajian di
lingkungan rumah dapat dikatakan masih kurang, hal ini disebabkan antara lain,
kemungkinan mereka lebih memilih bermain/ berkumpul bersama teman-
temannya daripada mengikuti pengajian atau mereka mempunyai kegiatan lain.
Tabel. 10
54
Mengerjakan shalat lima waktu berjama’ah dengan orang tua di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 2 3,63
Sering 8 14,54
Kadang-Kadang 40 72,72
Tidak Pernah 5 9,09
Jumlah 55 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan memilih jawaban kadang-kadang 40 responden (72,72 %),
yang menjawab sering 8 responden (14,54 %), yang menjawab tidak pernah 5
responden (9,09%), sedangkan yang menjawab selalu berjumlah 2 responden
(3,63 %).
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 2) + (3 x 8) + (2 x 40) + (1 x 5)
= 117/55 = 2,12. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori rendah karena
berada pada interval 1,5-2,5.
Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar
kesadaran siswa akan mengerjakan shalat berjama’ah dengan orang tua di rumah
masih rendah.
Tabel. 11
Jika tidak mengerjakan shalat lima waktu orang tua menegur anda
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 39 70,90
Sering 15 27,27
Kadang-Kadang 1 1,81
Tidak Pernah - -
Jumlah 55 100
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab
pertanyaan memilih jawaban selalu berjumlah 39 responden (70,90 %), yang
55
menjawab sering 15 responden (27,27 %), yang menjawab kadang-kadang 1
responden (1,81 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah tidak ada.
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 39) + (3 x 15) + (2 x 1) =
203/55 = 3,69. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori tinggi karena
berada pada interval 3,5-4,5.
Hal ini menunjukkan bahwa perhatian orang tua terhadap anaknya masih
tinggi dalam hal menegur anaknya yang tidak mengerjakan shalat lima waktu. Ini
merupakan disiplin yang diterapkan orang tua dalam mendidik anak akan
kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan.
Tabel. 12
Orang tua menerapkan disiplin mengenai belajar agama di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 29 52,72
Sering 20 36,36
Kadang-Kadang 5 9,09
Tidak Pernah 1 1,81
Jumlah 55 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan memilih jawaban selalu berjumlah 29 responden (52,72 %),
yang menjawab sering 20 responden (36,36 %), yang menjawab kadang-kadang 5
responden (9,09 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 1 responden (1,81
%).
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 29) + (3 x 20) + (2 x 5) + (1 x
1) = 187/55 = 3,4. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori sedang
karena berada pada interval 2,5-3,5.
Dengan demikian orang tua dalam menerapkan disiplin mengenai belajar
agama cukup sedang, hal ini menunjukkan bahwa peran orang tua sangatlah
penting dalam mendidik anak, karena mendidik anak dengan agama merupakan
kewajiban yang harus dijalani. Orang tua perannya sebagai pendidik yang pertama
dan utama berkewajiban menempatkan dasar-dasar pengetahuan, menyikapi dan
56
berperilaku sesuai dengan norma yang dianutnya, dalam hal ini mengenai ajaran
Islam.
Tabel. 13
Orang tua menyediakan fasilitas belajar di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 30 54,54
Sering 13 23,63
Kadang-Kadang 10 18,18
Tidak Pernah 2 3,63
Jumlah 55 100
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab
pertanyaan memilih jawaban selalu berjumlah 30 responden (54,54 %), yang
menjawab sering 13 responden (23,63 %), yang menjawab kadang-kadang 10
responden (18,18 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 2 responden
(3,63 %).
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 30) + (3 x 13) + (2 x 10) + (1 x
2) = 181/55 = 3,29. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori sedang
karena berada pada interval 2,5-3,5.
Dari hasil di atas menunjukkan bahwa orang tua menyediakan fasilitas
belajar untuk anaknya cukup sedang. Artinya orang tua memenuhi semua
kebutuhan yang diperlukan oleh anak untuk kelancaran proses kegiatan belajar di
rumah maupun di sekolah.
Tabel. 14
Meminta bantuan kepada orang tua untuk mencarikan solusi
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 10 18,18
Sering 18 32,72
57
Kadang-Kadang 23 41,81
Tidak Pernah 4 7,27
Jumlah 55 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan memilih jawaban kadang-kadang 23 responden (41,81 %),
yang menjawab sering 18 responden (32,72 %), yang menjawab selalu berjumlah
10 responden (18,18 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 4 responden
(7,27%).
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 10) + (3 x 18) + (2 x 23) + (1 x
4) = 144/55 = 2,61. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori sedang
karena berada pada interval 2,5-3,5.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai kemandirian
sendiri dalam memecahkan masalah dan mencari solusi tanpa meminta bantuan
orang tua. Hal ini disebabkan karena mungkin mereka sudah mempunyai rasa
bertanggung jawab yang besar terhadap apa yang mereka perbuat.
Tabel. 15
Orang tua memberikan motivasi kepada anak
yang kurang semangat dalam belajar
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 18 32,72
Sering 24 43,63
Kadang-Kadang 10 18,18
Tidak Pernah 3 5,45
Jumlah 55 100
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab
pertanyaan memilih jawaban sering 24 responden (43,63 %), yang menjawab
selalu berjumlah 18 responden (32,72 %), yang menjawab kadang-kadang 10
responden (18,18 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 3 responden (5,45
%).
58
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 18) + (3 x 24) + (2 x 10) + (1 x
3) = 167/55 = 3,03. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori sedang
karena berada pada interval 2,5-3,5.
Hal ini menunjukkan bahwa peran serta orang tua sangat lah penting dalam
memotivasi anak dalam belajar ketika ia mengalami kesulitan dan kurang
semangat, hal ini dapat di lihat dari responden yang menjawab sering sebanyak 24
(43,63 %).
Tabel. 16
Membaca buku tentang agama sebelum pelajaran dimulai
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 2 3,63
Sering 3 5,45
Kadang-Kadang 38 69,09
Tidak Pernah 12 21,81
Jumlah 55 100
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab
pertanyaan memilih jawaban kadang-kadang 38 responden (69,09 %), yang
menjawab tidak pernah 12 responden (21,81 %), yang menjawab sering 3
responden (5,45 %), sedangkan yang menjawab selalu berjumlah 2 responden
(3,63%).
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 2) + (3 x 3) + (2 x 38) + (1 x
12) = 105/55 = 1,90. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori rendah
karena berada pada interval 1,5-2,5.
Dari hasil tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kesadaran akan
budaya membaca masih rendah. Hal ini disebabkan karena malas, dan fasilitas
yang kurang memadai (seperti buku).
Tabel. 17
Mengikuti pelajaran agama sampai selesai
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 38 69,09
59
Sering 15 27,27
Kadang-Kadang 2 3,63
Tidak Pernah - -
Jumlah 55 100
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa prosentase terbesar responden
yang menjawab selalu 38 (69,09%), yaitu yang selalu, mengikuti pelajaran agama
di kelas sampai selesai, responden yang menjawab sering 15 (27,27%), dan
responden yang menjawab kadang-kadang berjumlah 2 (3,63%).
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 38) + (3 x 15) + (2 x 2) =
201/55 = 3,65. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori tinggi karena
berada pada interval 3,5-4,5.
Dari hasil tabel tersebut menunjukkan bahwa mengikuti pelajaran agama di
kelas sampai selesai termasuk tinggi, ini menunjukkan bahwa minat siswa untuk
mengikuti pelajaran agama dapat dikatakan cukup tinggi.
Tabel. 18
Memperhatikan guru agama yang sedang menjelaskan materi pelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 27 49,09
Sering 26 47,27
Kadang-Kadang 2 3,63
Tidak Pernah - -
Jumlah 55 100
Tabel tersebut menunjukkan prosentase responden yang menjawab selalu 27
(49,09%), yang menjawab sering 26 (47,27%), dan responden yang menjawab
kadang-kadang 2 (3,63%).
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 27) + (3 x 26) + (2 x 2) =
190/55 = 3,45. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori sedang karena
berada pada interval 2,5-3,5.
60
Tabel diatas menunjukkan bahwa hampir sebagian besar siswa selalu
memperhatikan penjelasan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru agama di
kelas. Hal ini menunjukkan minat siswa akan pelajaran agama cukup tinggi,
karena mereka memperehatikan penjelasan guru dengan fokus.
Tabel. 19
Memahami materi yang dijelaskan oleh guru
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 10 18,18
Sering 21 38,18
Kadang-Kadang 24 43,63
Tidak Pernah - -
Jumlah 55 100
Dari tabel diatas menunjukkan responden yang menjawab kadang-kadang
sebesar 24 (43,63%), yang menjawab sering 21 (38,18%), sedangkan yang
menjawab selalu 10 (18,18%).
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 10) + (3 x 21) + (2 x 24) =
151/55 = 2,74. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori sedang karena
berada pada interval 2,5-3,5.
Dari tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa hampir setengahnya siswa
menjawab kadang-kadang dalam hal memahami materi pelajaran agama yang
telah dijelaskan oleh guru di kelas. Hal ini terjadi mungkin disebabkan siswa
kurang berkonsentrasi dalam belajar dikelas, mempunyai masalah pribadi, dan
yang lainnya, sehingga siswa dalam belajar kadang-kadang memahami dan
kadang-kadang tidak memahami.
Tabel. 20
Mengikuti pelajaran agama di masjid (membaca Al-Qur’an)
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 5 9,09
61
Sering 16 29,09
Kadang-Kadang 31 56,36
Tidak Pernah 3 5,45
Jumlah 55 100
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab
pertanyaan memilih jawaban kadang-kadang 31 responden (56,36 %), yang
menjawab sering 16 responden (29,09 %), selalu berjumlah 5 responden (9,09%),
sedangkan yang menjawab tidak pernah 3 responden (5,45%).
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 5) + (3 x 16) + (2 x 31) + (1 x
3) = 133/55 = 2,41. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori rendah
karena berada pada interval 1,5-2,5.
Dari hasil tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hampir sebagian
besar siswa mengikuti pelajaran agama di masjid khususnya membaca Al-Qur’an
masih rendah. Hal ini terjadi disebabkan beberapa faktor antara lain; karena
belajar Al-Qur’an di masjid tidak setiap hari, dilakukan hanya setiap satu minggu
sekali sehingga sebagian besar siswa tidak mengikuti pelajaran tersebut dengan
lari dari sekolah, dan karena malas.
Tabel. 21
Membantu teman yang mengalami kesulitan membaca Al-Qur’an
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 8 14,54
Sering 15 27,27
Kadang-Kadang 30 54,54
Tidak Pernah 2 3,63
Jumlah 55 100
62
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa prosentase responden yang
menjawab kadang-kadang 30 (54,54%), yang menjawab sering 15 (27,27%), yang
menjawab selalu 8 (14,54%), sedangkan yang menjawab tidak pernah 2 (3,63%).
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 8) + (3 x 15) + (2 x 30) + (1 x
2) = 139/55 = 2,52. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori sedang
karena berada pada interval 2,5-3,5.
Hal ini menunjukkan bahwa membantu teman yang mengalami kesulitan
dalam membaca Al-Qur’an dilakukan hanya kadang-kadang saja. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar siswa sudah bisa membaca Al-Qur’an, dan bagi
siswa yang tidak bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar ada jam tambahan yang
diberikan guru agama di luar jam sekolah.
Tabel. 22
Mengerjakan shalat zuhur berjama’ah di sekolah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 2 3,63
Sering 14 25,45
Kadang-Kadang 39 70,90
Tidak Pernah - -
Jumlah 60 100
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa prosentase responden yang
menjawab kadang-kadang berjumlah 39 (70,90%), responden yang menjawab
sering 14 (25,45%), dan responden yang menjawab selalu 2 (3,63%).
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 2) + (3 x 14) + (2 x 39) =
128/55 = 2,32. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori rendah karena
berada pada interval 1,5-2,5.
Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa mengerjakan shalat zuhur
berjama’ah masih rendah. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa
mengerjakan shalat zuhur di rumah selepas pulang sekolah. Ini artinya siswa
63
dalam mengerjakan shalat zuhur lebih terbiasa sendiri daripada berjama’ah di
sekolah.
Tabel. 23
Mengaplikasikan pelajaran agama dalam kehidupan sehari-hari
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 10 18,18
Sering 25 45,45
Kadang-Kadang 20 36,36
Tidak Pernah - -
Jumlah 55 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang menjawab sering 25
(45,45%), dan yang menjawab kadang-kadang 20 (36,36%), sedangkan yang
menjawab selalu 10 (18,18%),
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 10) + (3 x 25) + (2 x 20)=
155/55 = 2,81. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori sedang karena
berada pada interval 2,5-3,5.
Hal ini menunjukkan bahwa prosentase terbesar siswa menjawab sering 45%
dalam hal mengaplikasikan ajaran agama yang mereka peroleh dari kecil hingga
sekarang (remaja). Artinya siswa tidak hanya mendapatkan teori di sekolah tetapi
mereka menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari karena mereka sadar akan
pentingnya belajar agama untuk kehidupan dirinya.
Tabel. 24
Guru agama menggunakan metode dalam mengajar
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 7 12,72
Sering 26 47,27
Kadang-Kadang 22 40
Tidak Pernah - -
Jumlah 55 100
64
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa prosentase terbesar 26 (47,27%)
yaitu responden yang menjawab sering, responden yang menjawab kadang-
kadang 22 (40%), sedangkan yang menjawab selalu 7 (12,72%).
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 7) + (3 x 26) + (2 x 22) =
150/55 = 2,72. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori sedang karena
berada pada interval 2,5-3,5.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar responden
menjawab sering 47%, guru dalam mengajar lebih sering menggunakan metode
yang dapat disesuaikan dengan materi, sehingga dapat mempermudah siswa
dalam memahami materi pelajaran.
Tabel. 25
Merasa senang belajar agama di sekolah/ di kelas
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 24 43,63
Sering 26 47,2
Kadang-Kadang 5 9,09
Tidak Pernah - -
Jumlah 55 100
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa prosentase terbesar 26 (47,2%)
responden menjawab sering, artinya responden lebih sering merasa senang belajar
agama di sekolah/ di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa minat siswa terhadap
pelajaran agama masih tinggi. Sedangkan responden yang mejawab selalu sebesar
24 (43,63%), artinya hal ini tidak beda jauh dengan responden yang menjawab
sering, bahwa siswa selalu merasa senang belajar agama di sekolah/ di kelas. Dan
prosentase yang terkecil yaitu pada responden yang menjawab kadang-kadang
sebesar 5 (9,09%).
65
Nilai rata-rata dari pertanyaan ini adalah (4 x 24) + (3 x 26) + (2 x 5) =
184/55 = 3,34. Angka rata-rata tersebut termasuk dalam kategori sedang karena
berada pada interval 2,5-3,5.
Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar
siswa merasa senang belajar agama di sekolah/ di kelas. Hal ini terjadi disebabkan
karena guru yang mengajar baik, menjelaskan materi dengan jelas, dan metode
yang digunakan selalu menarik bagi siswa. Dan siswa merasa pelajaran agama
adalah sebuah kebutuhan untuk dirinya dalam menjalani hidup dimasa sekarang
dan dimasa yang akan datang.
Dari dua puluh soal mengenai peran orang tua dalam peningkatan minat
belajar siswa pada mata pelajaran PAI dengan indikator perhatian orang tua,
membaca Al-Qur’an di rumah, shalat berjama’ah di rumah, disiplin belajar agama
di rumah, fasilitas belajar di rumah, memberikan motivasi, membaca buku agama
Islam, perhatian siswa terhadap pelajaran agama, membantu teman dalam
kesulitan, mengaplikasikan ajaran agama, minat belajar siswa di sekolah maka
dapat dikatan bahwa peran orang tua dalam peningkatan minat belajar siswa pada
mata pelajaran PAI di SMAN 08 Bekasi relatif sedang. Hal ini dapat terbukti dari
skor rata-rata yang diperoleh beberapa indikator yang menunjukkan angka rata-
rata sebesar (3,23 + 2,45 + 2,07 + 1,89 + 2,12 + 3,69 + 3,4 + 3,29 + 2,61 + 3,03 +
1,90 + 3,65 + 3,45 + 2,74 + 2,41 + 2, 52 + 2,32 + 2,81 + 2,72 + 3,34) = 55,64 : 20
= 2,78. Angka rata-rata tersebut jika diidentifikasikan pada skala penilaian
termasuk kedalam kategori sedang karena berada pada interval 2,5-3,5.
66
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan penelitian dengan data-data yang diperoleh,
kemudian dihimpun, ditabulasi dengan kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa peran orang tua dalam
peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di
SMAN 8 Bekasi dapat dikatakan sangat berperan sekali. Hal ini dapat dilihat dari
perolehan nilai rata-rata 2,78 nilai ini mencerminkan bahwa minat belajar
termasuk dalam kategori relative sedang. Hal ini terjadi karena jika
diidentifikasikan pada skala penilaian maka berada pada interval 2,5-3,5 yang
termasuk dalam kategori sedang.
B Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang dikemukakan di atas, maka penulis
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian cukup baik langkah pendidik dalam memberikan
pengajaran dan memberikan bimbingan kepada anak didik, tetapi alangkah
baiknya jika di tingkatkan lagi dalam membimbing anak, dalam memberikan
perhatian, tetapi perhatian disini tidak hanya diberikan dalam bentuk tingkah
laku, tetapi juga perhatian dalam bentuk sarana & prasarana, dan perhatian
dalam bentuk lain seperti kebutuhan akan disiplin di rumah maupun di
sekolah.
2. Bagi orang tua, dalam memberikan bimbingan belajar kepada anak di rumah
cukup baik, tetapi alangkah baiknya jika di tingkatkan lagi dalam memberikan
bimbingan kepada anak, memberikan control yang baik, dan ditingkatkan lagi
dalam menerapkan kedisiplinan terhadap anak.
57
67
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M, 2003, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, cet. I
Arikunto, Suharsimi, 1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta.
Daradjat, Zakiyah, 1992, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
________, 2001 Metodik Khusus Pengajaran Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet. II.
Departemen Agama, 1971, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Madinah.
Effendi, Usman, 1993, Pengantar Psikolog, Bandung: Angkasa.
Hadi, Sutisno, 1992, Metode Research, Yoyakarta: Andi Offset, Jilid II.
Hurlock, Elizabeth B., 1978, Perkembangan Anak, Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama, Jilid II.
Imran, Ali, 1996, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Pustaka Jaya, cet. I
Kartono, Kartini, 1992, Peranan Keluarga Memandu Anak, Jakarta: Rajawali
Pers.
Majah, Ibn, 1973, Terjemah Sunan Ibn Majah, Beirut: Dar al- Ihya al- Turatth
al-Araby.
Margono, 2003, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, cet. II
Marimba, Ahmad D, 1989, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT.
Al- Ma’arif, cet. VIII.
Nasution, Amir Hamzah, 1986, Pengantar Ilmu Jiwa Umum, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasution S, 1998, Didaktik Azas-azas Mengajar, Bandung: Jemmars.
Poerwadarminta, 1993, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
cet. XIII.
Ramayulis, 1987, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, Jakarta: Kalam
Mulia.
Sabri, Alisuf, M., 1999, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, cet. I
Slameto, 1995, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta:
Rineka Cipta.
68
Sujiono, Anas, 1999, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, cet. VIII.
Suleman, 1994, Pendidikan Dalam Keluarga, Bandung: CV. Alfabeta.
Syah, Muhibbin, 1999, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos, cet. I.
Syah, Muhibbin, 1997, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, cet. III.
Tafsir, Ahmad, 1992, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Tahun 2003, Jakarta: CV Mini Jaya Abadi, Cet I.
Winkel, 1986, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia.
69
Angket Penelitian
Nama :
Kelas :
Petunjuk Pengisian Angket
1. Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan kenyataan
yang saudara alami.
2. Jawaban yang saudara berikan dalam angket ini tidak mempengaruhi nilai
saudara di sekolah ini.
3. Terimakasih atas bantuan dan partisipasi saudara mengisi angket ini.
1. Apakah orang tua anda memberikan bimbingan belajar agama di rumah ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
2. Setiap anda membaca Al-Qur’an di rumah, apakah anda diperhatikan oleh
orang tua ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
3. Apakah anda setiap hari membaca Al-Qur’an di rumah ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
4. Di lingkungan sekitar rumah anda, biasanya ada pengajian untuk para remaja,
apakah anda mengikuti pengajian tersebut ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
5. Apakah anda mengerjakan shalat lima waktu berjama’ah dengan orang tua di
rumah ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
6. Jika anda tidak mengerjakan shalat lima waktu, apakah orang tua menegur
anda ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
7. Apakah orang tua anda menerapkan disiplin terhadap anda mengenai belajar
agama di rumah ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
70
8. Apakah orang tua anda menyediakan fasilitas belajar di rumah ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
9. Ketika anda mendapati sebuah permasalahan yang cukup rumit, dan anda
sangat membutuhkan pemecahan masalahnya, apakah anda meminta bantuan
kepada orang tua untuk mencarikan solusinya ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
10. Ketika anda mengalami kesulitan dan kurang semangat dalam belajar, apakah
orang tua memberikan motivasi kepada anda ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
11. Untuk menambah wawasan tentang ilmu agama harus membaca buku atau
membaca artikel, itu biasanya dilakukan sebelum pelajaran agama dimulai,
apakah anda mengerjakan hal tersebut diatas ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
12. Ketika pelajaran agama sedang berlangsung dikelas, apakah anda mengikuti
pelajaran sampai selesai ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
13. Ketika guru agama anda sedang menjelaskan materi pelajaran dikelas, apakah
anda memperhatikannya ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
14. Setiap materi yang diberikan dan dijelaskan oleh guru agama anda, apakah
anda memahaminya ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
15. Belajar agama Islam di sekolah anda berlangsung selama 4 jam, 2 jam untuk
materi dan 2 jam untuk membaca Al-Qur’an di masjid, apakah anda mengikuti
pelajaran agama di masjid (membaca Al-Qur’an) ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
16. Jika teman anda sedang mengalami sedikit kesulitan dalam membaca Al-
Qur’an, apakah anda membantunya ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
17. Shalat zuhur di sekolah biasanya dikerjakan secara berjama’ah, apakah anda
mengerjakannya ?.
71
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
18. Pelajaran agama yang telah anda peroleh dari kecil hingga sekarang yang
didapatkan dari sekolah maupun di rumah (keluarga) dapat dikatakan sudah
memahami, apakah anda mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
19. Metode pembelajaran seperti, (ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi,
dll) dapat dilakukan dengan menyesuaikan materi yang akan dijelaskan oleh
guru, sebagai contoh materi tentang shalat maka dapat digunakan dengan
metode ceramah dan demonstrasi, apakah guru agama anda dalam mengajar
melakukan hal tersebut ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
20. Apakah anda merasa senang belajar agama Islam di kelas/ di sekolah ?.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
72
HASIL WAWANCARA
Hari/ Tanggal : Jum’at/ 8 Agustus 2008
Nama : Drs. Zaenadih A.
Jabatan : Guru bidang studi Pendidikan Agama Islam
PERTANYAAN
1. Bagaimana menurut bapak minat belajar siswa SMAN 08 Bekasi terhadap
pelajaran agama Islam ?.
2. Bagaimana menurut bapak prestasi belajar siswa SMAN 08 Bekasi pada
pelajaran agama Islam ?.
3. Menurut bapak, kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam masalah
pembelajaran bidang studi agama Islam ?.
4. Bagaimana bapak memberikan langkah/ upaya dalam mengatasi kesulitan
belajar pada bidang studi agama Islam ?.
5. Menurut bapak, berperankah orang tua dalam meningkatkan minat belajar
siswa pada mata pelajaran PAI di SMAN 08 Bekasi ?.
JAWABAN
1. Minat belajar siswa terhadap pelajaran agama Islam sebenarnya ada minat
tetapi ada beberapa kendala yang mereka hadapi, yaitu sebagai berikut:
} Kurang memahami pokok-pokok dasar pendidikan agama seperti
membaca Al-Qur’an kurang lancar.
} Sarana dan prasarana kurang mendukung, seperti buku-buku pelajaran
yang mereka miliki kurang memadai karena keterbatasan ekonomi.
} Karena faktor lingkungan
2. Secara umum untuk prestasi pelajaran agama sedang, kalau tinggi hanya
beberapa anak. Ada beberapa faktor prestasi tinggi terhadap pelajaran agama
Islam, antara lain: latar belakangnya mendukung, kemungkinan background
siswa dari pesantren dan tsanawiyah, lingkungan keluarga yang bagus karena
73
sering mengkontrol dan perhatian terhadap agama, dan lingkungan yang
mendukung.
3. Kesulitan yang dialami siswa antara lain: dasar untuk membaca Al-Qur’an
kurang, ekonomi kurang mendukung, lingkungan tidak mendukung, untuk
pelajaran agama di sekolah ini tidak termasuk pelajaran yang di ujikan jadi
kesannya kurang penting, dibandingkan dengan pelajaran yang diujikan
seperti fisika, kimia dan pelajaran-pelajaran yang lain.
4. Langkah mengatasi kesulitan:
} Adanya partisipasi dari pihak sekolah terutama dari bidang sarana agar
mempersiapkan bagi siswa/I yang membutuhkan buku pelajaran yang
diberikan atau di pinjamkan secara gratis
} Adanya forum pertemuan orang tua siswa dengan guru agama agar
kesulitan-kesulitan bisa terkontrol.
} Adanya jam tambahan (jam privat) di luar jam sekolah untuk siswa/I yang
kurang memahami pelajaran dan yang tidak bisa membaca Al-Qur’an.
5. Sangat berperan sekali, sebab jam yang mereka miliki di sekolah hanya sekitar
8 jam selebihnya di rumah, dan anak harusnya dapat terkontrol dari orang
tuanya di rumah, mungkin, kontrol yang paling pas untuk anak remaja
senantiasa komunikasi terhadap anak mengenai perkembangan belajarnya di
sekolah, dan orang tua sebaiknya komunikasi dengan guru agama secara
terang-terangan (dapat dikatakan transparan terhadap perkembangan anak
dalam belajar agama) agar memberitahukan bahwa anak kekurangannya
dalam hal membaca Al-Qur’an, atau dalam hal lain, agar orang tua dapat
membantu kesulitan anaknya di rumah.
Pewawancara
Fitriyah
Bekasi, 8 Agustus 2008
Guru Bidang Studi Agama Islam
Drs. Zaenadih A.
74