repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA...

157
PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Aloysia Paskela Squera NIM: 041124030 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA i YOGYAKARTA 2010

Transcript of repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA...

Page 1: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA

DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK

DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN

PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Aloysia Paskela Squera

NIM: 041124030

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA i YOGYAKARTA 2010

Page 2: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

ii

Page 3: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

iii

Page 4: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini,saya persembahkan bagi:

Para Suster Puteri Reinha Rosari (PRR) Regio Se-jabatan,

dan kepada keluarga katolik di Stasi St. Paulus Pringgolayan

Paroki St. Yusup Bintaran.

Page 5: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

v

Page 6: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

vi

Page 7: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

vii

Page 8: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul: ”PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN, PAROKI ST. YUSUP BINTARAN, YOGYAKARTA”. Penulisan skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis akan situasi para suster PRR komunitas Yogyakarta yang kurang mau terlibat dalam kegiatan kunjungan keluarga, baik di lingkungan tempat tinggal, maupun lingkungan stasi. Para suster cenderung sibuk dengan tugas studi tanpa mau peduli dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Para suster kurang peduli dengan kegiatan-kegiatan hidup menggereja, bahkan sangat jarang meluangkan waktu khusus untuk terlibat didalamnya.

Skripsi ini akan menguraikan upaya untuk melibatkan para suster PRR komunitas Yogyakarta sebagai tenaga pastoral dalam hidup menggereja melalui kegiatan kunjungan keluarga. Kunjungan keluarga adalah salah satu bentuk pastoral yang merupakan sarana yang cocok bagi para suster untuk membantu keluarga dalam meningkatkan kesadaran orang tua dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dalam keluarga, sehingga anak-anak memperoleh pendidikan yang layak dalam keluarga. Adapun hipotesis penelitian ini adalah, Ho tidak ada perbedaan kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga sebelum dan sesudah kegiatan kunjungan keluarga, H1 ada perbedaaan kesadaran orang tua akan perannya dalam pendidikan iman sebagai yang pertama dan utama dalam keluarga sebelum dan sesudah kegiatan kunjungan keluarga.

Penulis mengkaji masalah ini dengan menggunakan metode deskripsi analitis dan penelitian yang berbentuk eksperimen prates dan postes satu kelompok tanpa kontrol. Artinya penulis menggambarkan uji lapangan dan menganalisis permasalahan sehingga ditemukan jalan pemecahannya. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga-keluarga katolik di lingkungan Maria Ratu Rosari. Teknik pengambilan sampel bersifat populatif (N) 30 keluarga. Data yang diperoleh dengan menggunakan angket dan wawancara. Pengembangan instrumen terhadap masalah yang dibahas dalam penelitian ini menggunakan uji coba terpakai dengan validitas antara 0,3 sampai 0,7 dan reliabilitas 0,961.

Dari hasil penelitian yang diperoleh sebelum kegiatan kunjungan keluarga (prates) dengan jumlah responden (N) 30 memiliki nilai rata-rata (mean) 88,1333, sedangkan setelah kegiatan kunjungan keluarga (postes) dengan jumlah responden (N) 30 memiliki nilai rata-rata (mean) 131,2667. Ada perbedaaan nilai rata-rata antara prates dan postes sebesar -43,1334, perbedaan ini disebabkan oleh adanya kegiatan kunjungan keluarga. Dari Paired Sample Statistics diperoleh angka signifikansi 0,000 atau lebih besar dari 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan kata lain ada perbedaaan kesadaran yang signifikan antara sebelum dan sesudah kegiatan kunjungan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan disarankan agar kunjungan keluarga terus dilaksanakan.

Page 9: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

ix

ABSTRACT

This thesis entitles: “THE ROLE OF FAMILY VISITS IN EFFORTS TO

INCREASE THE FAITH OF CATHOLIC FAMILIES IN THE STATION OF SAINT PAUL OF PRINGGOLAYAN OF ST. JOSEPH'S PARISH BINTARAN YOGYAKARTA". The title is chosen based on the concerns of the author of the family atmosphere that is less conscious of the duties and responsibilities as first and foremost faith educators of children in the family. Fundamental problem of this thesis is how to help the parents to raise awareness in carrying out their duties and responsibilities in families, so children get proper education in the family.

The development is a process forward where the development of one's personality can experience changes in psychological or mental in the process of growing up. Faith development of children in families is affected by education. Family visits as a form of pastoral becomes a process of helping families to develop more faith in living his faith to become mature, independent and responsible and creative in the true faith. Activity family visit can affect the awareness, attitudes and knowledge of parents in the faith. The hypothesis of this research is, H0 means there is no difference of parents’ awareness in the education of faith as an first and foremost educator in the family before and after the activities of family visits, while H1 means there will be differences in parents' awareness of the role of faith education as the first and foremost educators in the family before and after activity of family visit.

The author studied this problem by using the method of analytical description and experimental research pre and paschal test without control groups. This means that the author describes the field tests and analyzes the problems to find a way to solve them. Population in this research is the Catholic families in the neighborhood of Mary Queen of the Rosary. Sampling techniques are (N) 30 families. Data is obtained by using questionnaires and interviews. Development of instruments of the problems discussed in this study uses a test used with validity between 0.3 to 0.7 and 0.961 of reliability.

From the research results obtained prior to family visit (pretest) with the number of respondents (N) 30 has an average value (mean) 88.1333, while after the activity of family visit (paschal test) with the number of respondents (N) 30 has an average value ( the mean) 131.2667. There are differences in the average value between paschal test for prates and -43.13333. This difference is caused by the activities of a family visit. Sample Test of the paired figures obtained significance 0.000 or greater than 0.05, then H0 rejected and H1 accepted. In other words there is a significant difference in awareness between before and after activity of family visit. Based on the research that has been conducted, the activity of family visit should be done in order to enhance parents' awareness of the role and responsibilities as first and foremost educators of faith of children in the faith education of their children in the family.

Page 10: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

x

KATA PENGANTAR

Syukur dan pujian kepada Allah Bapa yang Maha Baik yang telah berkenan

melimpahkan rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul Peranan Kunjungan Keluarga dalam Upaya Untuk Meningkatkan Iman

Keluarga Katolik di Stasi Santo Paulus Pringgolayan ini.

Penulisan skripsi ini dimaksud sebagai salah satu sumbangan bagi para

keluarga-keluarga Katolik dalam meningkatkan kunjungan keluarga. Di samping itu

skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Kekhususan

Pendidikan Agama Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, perhatian serta

keterlibatan, baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Maka

perkenankanlah penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Bapak F.X. Dapiyanta, SFK, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan

setia dan penuh kesabaran hati memberi pengarahan, semangat dan dorongan

sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Rm. Drs. M. Sumarno Ds, S.J, M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

sekaligus Dosen Penguji II, yang dengan caranya sendiri mendukung penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Rm. Drs. H.J. Suhardiyanto, S.J, selaku ketua Program Studi Ilmu Pendidikan

Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, sekaligus Dosen Penguji III yang selalu

mendukung dan menyediakan waktu bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik

Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik, membimbing dan membekali

pengetahuan dan teladan yang bermanfaat dan yang mendorong penulis untuk

menyusun skripsi ini.

5. Pemimpin Regio Se-jabatan beserta dewannya dan segenap suster PRR, yang telah

memberi kesempatan dan kepercayaan pada penulis untuk menimba Ilmu

Pengetahuan di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Agama Katolik

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Page 11: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

xi

Page 12: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………...

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………...

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………

MOTTO………………………………………………………………………...

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………….

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS…………………………

ABSTRAK………………………………………………………………...…

ABSTRACT....................................................................................................

KATA PENGANTAR………………………………………………...........

DAFTAR ISI……………………………………………………………….

DAFTAR SINGKATAN……………………………………………..........

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………

A. Latar Belakang Penulisan………………………………………….

B. Identifikasi Masalah……………………………………………….

C. Batasan Masalah……………………………………………………

D. Rumusan Permasalahan………………………………………….....

E. Tujuan Penulisan……………………………………………………

F. Manfaat Penulisan…………………………………………………..

G. Metode Penulisan…………………………………………………..

H. Sistematika Penulisan……………………………………………….

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS………………………….

A. Kajian Pustaka………………………………………………………

1. Pastoral……………………………………………………………

a. Pengertian Pastoral…………………………………………….

b. Ciri Khas dan Tujuan Pastoral…………………………………

c. Bentuk-bentuk Pastoral………………………………………..

2. Kunjungan Keluarga sebagai salah satu bentuk Pastoral…………

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

x

xii

xiii

1

1

7

7

8

8

8

9

9

11

11

11

11

24

30

34

Page 13: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

xiii

a. Pengertian Kunjungan keluarga………………………………..

b. Maksud dan Tujuan Kunjungan Keluarga……………………..

c. Manfaat Kunjungan Keluarga…………………………………

d. Model-model Kunjungan Keluarga……………………………

e. Metode-metode Kunjungan Keluarga…………………………

f. Sasaran Kunjungan Keluarga………………….........................

g. Proses Kunjungan Keluarga…………………………………..

h. Pelaksanaan Kunjungan Keluarga……………………………..

3. Perkembangan Iman Keluarga……………………………………

a. Pengertian Iman……………………………………………….

b. Perkembangan Iman…………………………………………..

c. Keluarga Yang Berkembang Imannya………………………..

4. Upaya yang Dilakukan Para Suster dalam Pastoral…………..

a. Usaha Melibatkan Suster PRR dalam Pastoral………………..

b. Usaha Mengutamakan Sesama yang Lemah dan tertekan…….

B. Penelitian Yang Relevan……………………………………….. …..

C. Kerangka Pikir………………………………………………………

D. Hipotesis………………………………………………………….....

BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………….

A. Jenis Penelitian………………………………………………………

B. Desain Penelitian…………………………………………………….

C. Tempat Dan Waktu Penelitian………………………………………

D. Populasi Penelitian Dan Sampel………………………………….....

E. Metode Pengumpulan Data………………………………….. ……..

1. Variabel…………………………………………………………...

2. Definisi Operasional Variabel………………………………….....

3. Instrumen Penelitian………………………………………………

34

37

43

45

46

47

48

49

50

50

52

55

71

71

73

73

73

77

78

78

78

79

79

80

80

80

81

Page 14: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

xiv

4. Kisi- kisi Indikator……………………………………………….

5. Pengembangan Instrumen…………………………….….............

6. Teknik Analisis Data……………………………………………..

BAB IV. LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Hasil Penelitian…………………………………………….

1. Deskripsi Data Perkembangan Iman Sebelum Kegiatan

Kunjungan keluarga……………………………………………...

2.Deskripsi Data Perkembangan Iman Keluarga Sesudah Sesudah

Kegiatan Kunjungan Keluarga…………………………………….

B. Uji Hipotesis dengan Uji T………………………………………....

C. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………………..

D.Keterbatasan Penelitian………………………………………………

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….

A. Kesimpulan………………………………………………………….

B. Saran…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...........

LAMPIRAN………………………………………………………………….

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian…………………………………..........

Lampiran 2: Angket untuk Penelitian…………………………………..

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara……………………………..............

Lampiran 4: Usulan Program Kunjungan Keluarga………………….....

Lampiran 5: Hasil Angket Sebelum Kunjungan Keluarga………………

Lampiran 6: Hasil Angket Sesudah Kunjungan Keluarga………............

82

83

85

87

87

88

100

112

113

116

119

119

121

122

124

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Page 15: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

xv

DAFTAR SINGKATAN

A. DAFTAR SINGKATAN KITAB SUCI

Seluruh Singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini diambil dari Alkitab,

Lembaga Alkitab Indonesia, 1987.

KS : Kitab Suci

Mat : Matius

Mark : Markus

Luk : Lukas

Yoh : Yohanes

B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang kerasulan

Awam.

UR : Unitatis Redintegratio, Konsili Dogmatis tentang Ekumenisme.

FC : Familiaris Consertio.

KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex iuris canonici).

DV : Dei Verbum.

KV : Konsili Vatikan

GE : Gravissimum educationis.

KGK : Katekismus Gereja Katolik

C. DAFTAR SINGKATAN YANG LAIN

Art : Artikel

Dll : Dan lain-lain

MAWI : Majelis Agung Wali Gereja Indonesia

Page 16: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

xvi

PIA : Pendampingan Iman Anak

KAS : Keuskupan Agung Semarang

HP : Hand Phone

KK : Kepala Keluarga

ST : Santu

HAL : Halaman

D. SINGKATAN DALAM PENELITIAN

H0 : Hipotesis Nol

H1 : Hipotesis Kerja

SPSS : Statistical Product and Service Solution

Std : Standard

Sig : Signifikansi

Page 17: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

1  

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penulisan, dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Penulisan

Penulisan skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis terhadap suasana keluarga

yang kurang sadar terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik iman anak

yang pertama dan utama dalam keluarga. Persoalan mendasar dari skripsi ini adalah

bagaimana membantu para suster dan keluarga untuk meningkatkan keterlibatan mereka

dalam kegiatan kunjungan keluarga, baik di lingkungan tempat tinggal maupun di

lingkungan paroki. Para suster cenderung sibuk dengan tugas studi tanpa mau peduli

dengan kegiatan-kegiatan hidup menggereja, bahkan sangat jarang meluangkan waktu

khusus untuk kunjungan keluarga. Pada kenyataannya para suster komunitas kurang

banyak terlibat dalam kegiatan kunjungan keluarga, baik di lingkungan tempat tinggal,

maupun di lingkungan paroki.

Kunjungan keluarga merupakan salah satu bentuk pastoral yang diselenggarakan

oleh Paroki atau Gereja dalam usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan iman

keluarga katolik. Melalui kegiatan kunjungan keluarga yang diselenggarakan oleh para

suster ini, diharapkan agar keluarga tidak hanya mengerti ajaran-ajaran Kristus, tetapi

juga mereka dapat mengikuti dan meneladani ajaran-ajaran Kristus itu sendiri dalam

kehidupan keluarga setiap hari, sehingga iman mereka berkembang menjadi dewasa dan

bertanggungjawab.

Page 18: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

2  

Budyapranata (1994:11) mengatakan bahwa, dewasa ini banyak keluhan yang

muncul berkaitan dengan kenyataan bahwa para biarawan-biarawati dulu dan sekarang

ada perbedaan. Biarawan-biarawati dulu rajin berkunjung ke rumah umat dan memiliki

jadwal kunjungan yang tetap setiap bulan sehingga mereka mengenal semua umatnya

(Abineno:1967:20). Sedangkan biarawan-biarawati sekarang cara berpastoralnya sudah

lain, mereka tidak lagi mengenal semua umat dan hanya berkunjung ke rumah keluarga

tertentu saja. Hal ini pun juga bisa dipahami, karena umat semakin bertambah, urusan

semakin banyak dan pelayanan pastoral lainnya makin lama makin bertambah pula

karena itu para biarawan-biarawati sibuk dengan tugas belajar dan tugas lainnya,

sehingga kesulitan untuk mengatur jadwal kunjungan ke rumah umat. Namun demikian,

tidak berarti bahwa kunjungan keluarga oleh para suster itu tidak lagi. Bagaimanapun

juga kunjungan tetap perlu, bahkan kunjungan keluarga masih tetap sebagai syarat

utama membangun Gereja sebagai paguyuban beriman.

Berdasarkan pengalaman kunjungan menunjukkan bahwa kebanyakan umat

masih mengharapkan kunjungan dari kaum biarawan-biarawati, dan hanya sedikit yang

mengharapkan dari sesama warga. Hal ini merupakan kenyataan, karena kunjungan

awam kepada awam di dalam Gereja katolik masih sangat asing dan belum

memasyarakat. Kecendrungan umat menantikan kunjungan dari kaum biarawan-

biarawati itu disebabkan oleh banyak alasan, antara lain karena adanya pemahaman

yang kurang benar mengenai peranan kaum biarawan-biarawati, dan adanya gambaran

yang salah mengenai kunjungan itu sendiri. Gereja belum dipandang sebagai suatu

hidup persaudaraan, tetapi masih dianggap sebagai suatu organisasi besar, di mana

kaum biarawan-biarawati sebagai pimpinan yang harus mencari dombanya. Maka

Gereja atau Pastor mempunyai kewajiban untuk mengunjungi umatnya.

Page 19: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

3  

Dari pengamatan penulis selama ini, para suster kurang terlibat. Hal ini dapat

dilihat dari keaktifan para suster dalam mengikuti berbagai kegiatan di lingkungan

tempat tinggal dan Gereja. Hanya beberapa suster saja yang termasuk aktif serta

semangat dalam mengadakan kunjungan keluarga. Dalam mengadakan kegiatan

kunjungan keluarga baik di lingkungan tempat tinggal maupun di Gereja, ada juga

suster yang jarang mau terlibat dan ikut dalam kegiatan tersebut, misalnya kunjungan

keluarga, pendalaman iman, doa bersama, latihan koor, dan kegiatan lainnya yang di

adakan di dalam lingkungan. Para suster selalu menggunakan kedoknya sebagai suster

student yang selalu sibuk yang tidak mau dilibatkan dalam setiap kegiatan. Pada hal itu

sangat penting guna menambah pengalaman dan ketrampilan dalam mempersiapkan diri

sebagai tenaga pastoral yang dapat diandalkan pada jaman yang semakin maju ini.

Manfaat lain yang bisa dirasakan jika mau terlibat dalam kegiatan kerasulan

dengan siapa saja, serta membuat diri lebih peka terhadap situasi dan kondisi yang ada

di sekitar. Hal ini sungguh merupakan kesempatan untuk melatih diri untuk mengemban

tugas sebagai tenaga pastoral.

Figur seorang biarawan-biarawati yang aktif, bersahabat serta solider akan selalu

dinanti dan diharapkan oleh umat. Keterlibatan para suster di setiap lingkungan dapat

membantu para suster dalam mengaktualisasikan semua ilmu serta pengalaman-

pengalamannya. Melalui kegiatan kunjungan keluarga tersebut para suster bisa

menunjukkan dan menyumbangkan sesuatu yang baru bagi perkembangan iman

keluarga katolik. Melalui sikap yang mau terlibat, para suster bisa merasakan langsung

permasalahan yang dihadapi keluarga sehingga bisa membantu mencari solusinya.

Para suster adalah orang yang menyediakan diri secara khusus dalam pelayanan

umat. Maka para suster mempunyai kewajiban untuk mengunjungi umatnya, karena

dengan kunjungan keluarga mereka merasa disapa langsung oleh gembalanya.

Page 20: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

4  

Kunjungan keluarga membuat hubungan gembala dan umatnya menjadi lebih akrab,

dekat dan hangat bukan sekadar hubungan formal dan kaku. Memang wajar bila para

suster sebagai gembala mengetahui atau mengenal domba-domba-Nya satu persatu,

seperti Yesus sendiri-Sang Gembala baik menjadi contoh bagi setiap gembala umatnya,

yang mengenal sungguh-sungguh domba-domba-Nya dan mendengar suara-Nya (Yoh

10 :1-20).

Dalam dunia sekarang ini, dirasa kebanyakan keluarga dalam kehidupan sehari-

hari kurang memperhatikan hidup beriman karena mereka terlalu sibuk dengan

pekerjaan demi mencapai kebutuhan hidup mereka. Hal ini penulis dengar sendiri dari

lingkungan di mana penulis tinggal, melalui sharing dalam kegiatan kelompok bahkan

melalui pertemuan secara pribadi dengan keluarga-keluarga yang ada. Keluarga-

keluarga sendiri sulit untuk meningkatkan iman mereka melalui kegiatan bersama dalam

keluarga, misalnya doa bersama sebelum dan sesudah makan, doa sebelum tidur,

membaca dan merenungkan Kitab Suci bersama, dan lain-lain. Dengan kata lain doa

bersama dalam keluarga sulit untuk dilaksanakan apalagi untuk melibatkan anak-anak

dalam kegiatan rohani atau membiasakan keluarga membuka buku-buku rohani,

misalnya membuka Kitab Suci dan lain-lain. Jangankan untuk mengikuti kegiatan

rohani, komunikasi dengan sesama anggota keluarga saja susah sekali. Hal inipun

penulis alami langsung ketika menangani anak-anak calon komuni pertama. Dalam

kegiatan ini pendamping yang harus mencari dan menunggui para orang-tua. Di sini

nampak bahwa kesadaran orang-tua masih sangat kurang dan beranggapan bahwa ini

merupakan tanggungjawab para pendamping.

Orang tua sebagai pemegang peranan yang besar dalam hidup berkeluarga seharusnya

memberi perhatian dan kasih sayang kepada seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu,

mulai dari dalam keluarga perlu diketahui tentang berbagai hal oleh orang tua misalnya,

Page 21: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

5  

mengajarkan tentang nilai-nilai kehidupan seperti: cinta kasih, pengampunan, kejujuran,

dan lain-lain. Dengan demikian semuanya akan lebih mudah mengingat apa yang

diajarkan ditanamkan dalam keluarga tersebut. Karena itu keluarga-keluarga hendaknya

memiliki iman yang baik yang bisa mengarahkan dan mendidik iman sesuai dengan

perkembangannya.

Tugas pendidikan berakar dalam panggilan keluarga untuk mengambil bagian

dalam karya penciptaan Allah. Keluarga menjadi lahan subur bagi perkembangan iman

keluarga. Bila di dalam keluarga dapat menciptakan keluarga menjadi suatu komunitas

antarpribadi yang membuat semua anggota keluarga seperti: saling mencintai, saling

berkomunikasi, terbuka, jujur, saling menerima, saling memperhatikan, saling

memaafkan, saling menolong, saling berkorban, dan saling mendoakan, maka keluarga

dapat berfungsi sungguh-sungguh sebagai Gereja kecil.

Berawal dari masalah yang dihadapi oleh setiap umat, dalam menghayati hidup

berkeluarga, apa yang menjadi keprihatinan, harapan dan cita-cita umat, maka sebagai

warga Gereja penulis mencoba untuk mengadakan kunjungan keluarga untuk

mengetahui situasi umat di stasi Santo Paulus Pringgolayan, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Keterlibatan ini dengan maksud untuk memberi perhatian dan

berbagi cinta kasih kepada keluarga-kelurga katolik di stasi Santo Paulus Pringgolayan

dengan berkunjung dari rumah ke rumah.

Untuk menyikapi kenyataan kehidupan keluarga katolik yang ada maka penulis

berusaha mengajak keluarga-keluarga untuk kembali melihat peranan mereka sebagai

warga Gereja. Piet Noordermeer dalam Proyek Media keuskupan Agung Semarang (hal

87) menjelaskan bahwa: “Kunjungan rumah itu merupakan bantuan yang penting

dalam pengembangan masyarakat paroki, karena hendak memutuskan rasa keterasingan

antara agama dan kehidupan yang nyata dalam masyarakat.

Page 22: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

6  

Kunjungan keluarga dapat dikatakan berhasil apabila kunjungan tersebut bisa menjawab

kebutuhan umat. Misalnya kebutuhan akan pendidikan anak, pekerjaan yang layak, dan

lain-lain. Karena maksud dari kunjungan bukanlah terutama untuk bersikap terbuka dan

memperhatikan keadaan orang lain tetapi untuk merangkul semua keluarga katolik

secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan.

Melihat uraian di atas, tujuan kunjungan keluarga adalah untuk meningkatkan

sikap saling memperhatikan di antara warga paroki. Setiap umat beriman mempunyai

sikap terbuka dan memperhatikan keadaan serta kebutuhan orang lain. Dengan

demikian kunjungan keluarga terlebih untuk membantu keluarga yang mempunyai

persoalan dalam keluarga, misalnya: persoalan pendidikan anak, ekonomi keluarga,

perkawinan, dan lain-lain. Tujuan ini dapat dicapai apabila orang yang berkunjung

bersikap rendah hati dan mau mendengarkan orang yang dikunjunginya. Mendengarkan

di sini bukan hanya terbatas pada kegiatan mendengar saja, melainkan meliputi

rangkaian kegiatan mendengar, mengerti, dan memahami apa yang dikatakan oleh orang

lain, serta apa yang dirasakan oleh orang lain.

Setiap keluarga yang dikunjungi, mempunyai harapan-harapan yang akan

mereka terima dan dapatkan ketika kunjungan. Banyak di antara mereka ingin

dikunjungi, dengan alasan agar bisa didengarkan atau pun diteguhkan. Memang tidak

dipungkiri bahwa untuk bisa menerima dan mendengarkan mereka tidak mudah,

membutuhkan waktu yang cukup.

Penulis berusaha mengajak keluarga-keluarga untuk menghayati peranan dan

tanggungjawab mereka sebagai anggota Gereja yang mengalami kesulitan dan

tantangan dalam hidup berkeluarga melalui kunjungan keluarga. Kunjungan keluarga

diharapkan dapat membantu keluarga-keluarga yang mengalami kesulitan dan tantangan

dalam hidup berkeluarga. Oleh karena itu penulis terdorong untuk memilih judul:

Page 23: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

7  

”PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA DALAM UPAYA UNTUK

MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK DI STASI ST. PAULUS

PRINGGOLAYAN, PAROKI ST. YUSUP BINTARAN, YOGYAKARTA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penulisan Skripsi

ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Dari pengamatan menunjukkan bahwa permasalahan atau kesulitan yang terjadi

karena keluarga-keluarga katolik kurang menyadari akan tugas dan tanggung

jawabnya sebagai pendidik iman anak.

2. Orang tua lebih mementingkan kariernya. Mereka merasa bahwa hal-hal rohani

adalah tanggungjawab Pembina atau pendamping iman di lingkungan.

3. Permasalahan dari segi para suster adalah yang sedang belajar yang selalu sibuk

dengan tugas kampus atau kuliahnya, hal ini menyebabkan para suster tidak mau

terlibat dalam kunjungan keluarga, selain itu juga tidak ada jadwal kunjungan yang

tetap.

C. Batasan Masalah

Setelah melihat permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka

penulis membatasi pada kunjungan keluarga dan hidup beriman dalam keluarga.

Ruang lingkup penelitian ini adalah keluarga-keluarga katolik di lingkungan Santa

Maria Ratu Rosari, stasi St. Paulus Pringgolayan, paroki Santo Yusup Bintaran.

Page 24: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

8  

D. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan batasan di atas maka permasalahan yang muncul dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan iman keluarga?

2. Apa yang dimaksud dengan kunjungan keluarga?

3. Seberapa besar dampak kunjungan keluarga terhadap perkembangan

iman keluarga!

E. Tujuan Penulisan

Skripsi ini di tulis dengan tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan pengertian pada para suster bahwa kegiatan kunjungan keluarga itu

sangat penting demi perkembangan iman keluarga.

2. Memberikan masukan pada orang tua katolik di lingkungan agar lebih

memperhatikan perkembangan iman keluarga.

3. Untuk mengetahui seberapa besar dampak kunjungan keluarga terhadap

perkembangan iman keluarga.

4. Memenuhi syarat kesarjanaan strata satu (S1) Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

F. Manfaat Penulisan

Penulisan diharapkan bermanfaat:

1. Bagi keluarga-keluarga katolik : menambah pengetahuan dan informasi tentang

tanggungjawab dan usaha mendidik dan mengembangkan iman keluarga, sehingga

iman keluarga dapat bertumbuh dan berkembang menjadi orang yang dewasa.

Page 25: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

9  

2. Diharapkan dapat memperkaya wawasan pengetahuan dalam usaha meningkatkan

kesadaran bagi para suster dalam mengembangkan iman keluarga melalui kegiatan

kunjungan.

3. Bagi para katekis sebagai landasan langkah berikutnya yaitu menjadi salah satu

bahan acuan bagi para katekis untuk mendampingi orang tua pada khususnya dan

pengembangan iman keluarga pada umumnya.

G. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis berdasarkan

penelitian. Data yang dibutuhkan dikumpulkan menggunakan angket dan wawancara.

Selain itu, penulis juga mengembangkan refleksi pribadi dengan bantuan buku-buku

pendukung.

H. Sistematika Penulisan

Judul dari skripsi ini adalah “PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA

DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK DI

STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN, PAROKI ST. YUSUP BINTARAN,

YOGYAKARTA”. Judul ini akan diuraikan menjadi V bab sebagai berikut :

Bab I berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode

penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, yaitu kajian pustaka. Pada bagian

ini penulis mencoba untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam

rumusan masalah dengan menggunakan acuan pustaka atau teori-teori. Bagian kedua

adalah penelitian yang relevan. Bagian ketiga adalah kerangka pikir dan hipotesis yang

Page 26: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

10  

menjelaskan atau merumuskan bagaimana hubungan antara variabel sehingga

ditemukan hipotesis. Bagian ketiga adalah hipotesis atau jawaban sementara.

Bab III, yaitu metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, desain

penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, dan metode

pengumpulan data serta metode analisis.

Bab IV terdiri dari dua bagian. Dalam bagian ini diuraikan mengenai laporan

hasil penelitian dan pembahasan.

Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan menyajikan isi

keseluruhan skipsi ini dari Bab I sampai Bab IV. Sedangkan saran ditujukan kepada

para suster dalam usaha meningkatkan keterlibatan kunjungan keluarga.

Page 27: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

11  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

Pada kajian pustaka ini, penulis akan menguraikan tiga hal yaitu: mengenai

pastoral, kunjungan keluarga, dan perkembangan iman keluarga.

1. Pastoral

a. Pengertian Pastoral

Istilah “pastoral” berasal dari kata “Pastor” yang berarti “gembala.” Pastoral

mempunyai arti esensial dalam kehidupan Gereja. Akulah gembala yang baik” kata

Yesus ((Yoh 10:11). Dalam perikop ini Yesus memberikan gambaran tugas gembala.

Maka pengertian Pastoral meliputi karya yang dilakukan oleh seorang Pastor, pelayan

umat Gereja. Oleh karena itu semua yang beriman dalam Gereja ikut ambil bagian

dalam tugas Kristus sebagai imam. Dengan demikian pelayanan pastoral juga menjadi

tugas seluruh umat dan bukan hanya para imam tertahbis saja. Sebagai pelayanan

Gereja pastoral meliputi berbagai wadah atau lingkup iman yang berbeda-beda,

misalnya: Pastoral sekolah, pastoral paroki dalam bidang kemasyarakatan (Sumarno,

2001:1).

Amalorpavadass (1972:5-7), mengatakan ada tiga tugas yang dipenuhi dalam

pelayanan pastoral yaitu: pelayanan dengan mewartakan, pelayanan ibadat dengan

merayakan dan pelayanan pengarahan dengan mengorganisir dan mendidik umat

Kristus supaya penuh cinta kasih dan matang dalam segi iman untuk memberi kesaksian

dan pengabdian.

Tugas Gereja adalah mewartakan misteri keselamatan kepada seluruh dunia dan

mengajak umat untuk menjawab panggilan Allah dan menyambut keselamatan yang

Page 28: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

12  

ditawarkan lewat pelayanan sabda. Allah disampaikan dengan berbagai cara dan bentuk

dengan tujuan membina, menggairahkan dan memupuk iman. Pelayanan

mengakibatkan Sabda Allah menjadi aktual dan relevan bagi waktu dan tempat serta

kategori pendengar dengan kata-kata manusiawi.

Pelayanan Sabda mempersiapkan dan membimbing kepada liturgi. Liturgi

sendiri memuat pelayanan sabda dan kebaktian, kedua-duanya membutuhkan dan

menuju kepada pelayanan pengarahan demi tercapainya kesaksian nyata dan

pengabdian cinta kasih.

Nouwen (1986:17-21), mengatakan bahwa dengan berubahnya zaman dan

berkembangnya hidup para pelayan kristiani ke pelbagai arah yang baru, semakin tidak

jelas pula bagaimana olah rohani yang menyita banyak waktu masih berhubungan

dengan kesibukan hidup paroki. Para pelayan kristiani mulai merasa bahwa doa

semakin dialami sebagai pelarian ke dalam hidup batin yang aman untuk

menghindarkan diri dari masalah-masalah yang seharusnya mengusik suara hati

kristiani dan merupakan tantangan untuk melibatkan diri dalam tindakan yang kreatif.

Kebanyakan dari mereka telah memberikan diri dalam kegiatan pastoral sehari-

hari yang kadang-kadang begitu menuntut sehingga mereka merasa kosong, letih, lelah

dan sering kali kecewa. Kelelahan ini begitu terasa mendalam sehingga kemajuan jarang

terlihat jelas dan hasilnya pun hanya kadang-kadang tampak. Melalui hubungan

pelayanan itulah Sabda Allah sampai kepada manusia. Seperti seorang dokter, psikolog,

psikiater atau pekerja sosial membutuhkan ketrampilan khusus agar mereka dapat

menolong sesama mereka, secara bertanggungjawab tanpa melatih diri dalam bidang-

bidang pokok pelayanan mereka seperti berkhotbah, mengajar, pendampingan,

organisasi dan pelayanan.

Page 29: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

13  

Pada saat ini ada kehausan besar akan spiritualitas baru, yaitu pengalaman baru

akan Allah dalam hidup kita sendiri. Pengalaman ini hakiki bagi setiap pelayanan

kristiani tetapi tidak dapat ditemukan di luar batas-batas pelayanannya. Seharusnya

benih-benih spiritualitas baru ini dapat ditemukan di tengah-tengah pelayanan kristiani

itu sendiri. Doa bukanlah persiapan sebelum bekerja atau syarat yang tidak dapat

diabaikan kalau pelayanan mau berhasil. Doa adalah hidup: Doa dan pelayanan adalah

sama dan tidak dapat dipisahkan. Kalau keduanya dipisahkan, seorang pelayan kristiani

akan menjadi seorang tukang dan imamat tidak lebih dari sebuah cara lain untuk

meringankan penderitaan hidup sehari-hari.

Nouwen (1986:22), mengatakan bahwa setiap orang kristiani adalah pelayan.

Pelayanan yang dihubungkan dengan tahbisan dapat dianggap sebagai pusat karena

seorang pelayan yang ditahbiskan memberi wujud yang paling kentara dari berbagai

bentuk pelayanan kristiani.

Dalam dunia profesionalisasi, bidang-bidang spesialisasi terus berkembang.

Anggapan dulu bahwa pelayan kristiani adalah dokter, psikolog, pekerja sosial, dan

perawat sekaligus. Dalam masyarakat, yang mengerjakan semuanya adalah mereka.

Mereka menjadi pusat pengetahuan dan kebijaksanaan. Namun saat ini banyak pelayan

kristiani merasa bahwa mereka adalah amatir dalam semua bidang dan bukan seorang

profesional dalam bidang tersebut. Mereka merasa tidak mampu, rendah diri, dan ragu-

ragu apakah mereka dapat menolong orang-orang secara efektif.

Nouwen (1986:22) juga merumuskan dua sisi identitas yang minta perhatian di

antaranya adalah sebagai berikut:

Page 30: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

14  

1) Peneguhan

Tidak ada pelayanan Kristiani yang dapat hidup secara kreatif dan penuh arti

bila perasaan tersebut begitu menguasai. Orang menganggap diri tidak mempunyai

sumbangan khusus yang dapat diberikan kepada sesamanya dan lebih sebagai hiasan

daripada pribadi yang bernilai untuk kehidupan, lebih dibiarkan daripada dibutuhkan

lama kelamaan akan menjadi tertekan, acuh tak acuh, bosan, dan mudah marah. Atau ia

dengan mudah akan memutuskan untuk meninggalkan pelayanan, pindah ke bidang lain

yang dianggapnya sungguh-sungguh sebuah profesi.

Pelayanan pastoral pribadi adalah yang paling dibutuhkan dan kenyataannya

paling diharapkan sekurangnya apabila kita dapat memahami permasalahannya. Maka

dari itu, latihan pastoral barangkali pertama-tama berarti pendidikan para pastor supaya

mereka dapat mendengarkan persoalan-persoalan, dan menjadi sadar bahwa beribu-ribu

orang terus-menerus mempertanyakan apa yang telah ditanyakan oleh Alfie. Apa arti

semua ini? Mengapa kita harus makan dan minum, bekerja dan bermain, mencari uang

dan mempunyai anak, dan terus-menerus bergulat melawan serangkaian frustrasi yang

tak pernah berakhir? Atau bertanya seperti halnya Yogavasistha, “Kebahagiaan macam

apakah yang dapat ada di dunia di mana setiap orang dilahirkan untuk mati?” (Allport,

1960:23).

2) Penyangkalan diri

Pada saat seseorang mulai merasa percaya diri atau berbangga, ia diganggu oleh

kata-kata Kristus yang melintas di benaknya, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia

harus menyangkal dirinya-sebab barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia

akan memperolehnya” (Mat 16:24-25). Yang terpenting, orang ingat akan kata-kata

Santo Paulus yang hampir-hampir tak dapat dipercaya, “Aku hidup, tetapi bukan lagi

Page 31: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

15  

aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:20).

Peristiwa pada saat pelayanan kristiani menemukan bahwa ia tidak hanya mempunyai

sesuatu untuk disumbangkan namun dapat menyentuh inti kehidupan, pada saat ia siap

untuk meneguhkan dirinya sendiri dan merasa bahwa ia dapat memenuhi harapan-

harapannya dan mewujudkan cita-cita yang terdalam dalam hidupnya, ia dihadapkan

dengan panggilan yang mendesak untuk menyangkal diri, memandang diri sebagai

pelayan, seorang pekerja tak berguna yang ada di garis belakang.

Banyak pelayanan kristiani dan imam sangat ingin masuk ke dalam lingkungan

orang-orang ahli dan mempunyai identitas yang jelas. Namun apakah begitu penting

untuk sampai kepada kepenuhan diri profesional ini. Tetapi apakah merupakan

panggilan kita untuk memenuhi diri kita sendiri sampai ke tingkat yang terakhir dan

untuk menciptakan keadaan di mana kita dapat sampai kepada apa yang kita pandang

paling berarti, paling indah, dan pengalaman intensif.

Thomas Merton (1969:76) dalam salah satu karyanya menulis: Menjadi amat

pentinglah bagi kita untuk lepas dari konsep kita sehari-hari mengenai diri kita sendiri

sebagai subjek-subjek potensial untuk pengalaman unik yang istimewa, atau sebagai

calon-calon (yang mengharapkan) realisasi, hasil dan kepenuhan.

Tak seorang pun dapat melayani sesamanya apabila ia tidak mau menyangkal

dirinya agar dapat menciptakan ruang di mana Allah dapat melaksanakan karya-Nya.

Bagaimana kita dapat sungguh-sungguh menolong orang lain apabila kita tetap

memusatkan perhatian pada diri kita sendiri? Selama kita mencoba untuk

memperhatikan banyak hal, kita tidak dapat sungguh-sungguh berkonsentrasi. Hanya

bila orang dapat melupakan dirinya sejenak, ia dapat menjadi sungguh-sungguh

memberi perhatian kepada orang lain yaitu masuk ketengah-tengah keprihatinannya.

Page 32: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

16  

Formann, seorang imam-psikolog dari Belanda ketika menunggu saat

kematiannya yang segera akan datang menulis: “Persoalan hidup keagamaan di barat

harus dihubungkan dengan inflasi Ego. Kita telah kehilangan kesadaran bahwa ada

pengetahuan yang hanya dapat dicapai melalui sebuah proses penyerahan untuk menjadi

lepas dan kosong” ( Ambo Bilthoven, 1970:6).

Sejak dialog Timur-Barat menjadi bagian dalam hidup banyak orang khususnya

kaum muda, kita menjadi sadar akan kenyataan bahwa ada dua bentuk kesadaran: yang

satu mengatakan jadilah dirimu sendiri supaya engkau menjadi kreatif, dan yang lain

mengatakan lepaskanlah dirimu supaya Allah dapat menjadi kreatif menekankan

penyatuan.

Tidak ada orang yang dapat memberikan dirinya dalam cinta apabila ia tidak

sadar akan dirinya sendiri. Tak seorang pun dapat sampai ke pengalaman kemesraan

sebelum dia menemukan identitasnya. Yesus hidup selama tiga puluh tahun dalam

keluarga sederhana. Di sana Ia menjadi seorang yang tahu siapakah diri-Nya dan ke

mana Ia mau pergi. Baru sesudah itulah Ia siap untuk mengosongkan diri-Nya dan

memberikan hidup-Nya bagi orang lain. Demikianlah jalan dari semua pelayanan.

Melalui pembentukan dan latihan yang lama dan kadang-kadang menyakitkan, pelayan

kristiani harus menemukan dirinya: tidak untuk menggenggamnya kuat-kuat dan

menganggap sebagai miliknya sendiri yang istimewa, akan tetapi untuk keluar,

memberikan pelayanan kepada orang lain, dan mengosongkan diri supaya Allah dapat

berbicara melalui dia dan memanggil orang untuk kehidupan yang baru.

Dengan demikian identitas pastor, seperti dapat kita lihat dalam pelayanan

pastoralnya, lahir dari ketegangan yang sulit ditentukan antara peneguhan diri dan

pengorbanan diri. Ada saat dalam kehidupan di mana tekanan lebih pada yang satu

daripada yang lain, namun pada umumnya nampak kalau seorang manusia berkembang

Page 33: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

17  

makin dewasa, ia akan semakin tidak sibuk dengan dirinya sendiri dan lebih bersedia

untuk mengulurkan tangannya dan mengikuti Dia yang menemukan hidup-Nya dengan

merelakannya.

Nouwen (1986:22) merumuskan bahwa ada dua konsep yang dapat membantu

kita untuk memahami lebih baik keistimewaan hubungan pastoral konsep kontrak dan

konsep perjanjian:

a) Kontrak

Banyak hubungan antarorang yang sifatnya profesional gagal oleh karena

kontrak yang tidak jelas. Apabila dua orang saling berkencan, ada satu kontrak formal

untuk bertemu. Apabila yang satu meminta bantuan dan yang lain memberikannya,

kontrak informal adalah bahwa persoalan tersebut akan menjadi fokus dari pertemuan.

Namun sering kali ada suatu kontrak rahasia, yang tidak selalu menjadi jelas.

Kadangkala seseorang mencari nasihat tetapi malah diberi khotbah, atau ia ingin

didengarkan tetapi malah dinasihati, atau ia mengharapkan informasi tetapi tidak

mendapatkan apa-apa. Di dalam hubungan pastoral antara dua orang dapat ada

harapan-harapan yang berbeda, yang menjadi sebab frustrasi besar.

Orang dapat ditolong dengan bermacam-macam cara: dengan dorongan, nasihat,

instruksi, koreksi, penjernihan perasaan-perasaan, atau dengan sekadar mendengarkan.

Namun mereka tidak pernah merasa dibantu seandainya mengharapkan suatu hal dan

menerima hal lain. Tanggungjawab utama pastor adalah membantu umatnya agar sadar

akan pertolongan yang diharapkannya, dan memberi tahu dia kalau ia dapat

memberikan hal itu kepadanya.

Nouwen (1986:76), mengatakan: Selama kontrak rahasia itu tetap rahasia,

semakin banyak kemungkinan timbulnya ketidakpuasan yang tidak perlu. Godaan bagi

Page 34: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

18  

banyak pastor adalah mereka terlalu terpaku hanya pada suatu model hubungan personal

saja: yaitu bimbingan pastoral. Model tersebut dapat menjernihkan perasaannya dan

mengumpulkan kekuatannya untuk menemukan jalan sendiri. Sering kali hal ini

memerlukan banyak pertemuan yang terencana baik, ketrampilan-ketrampilan khusus

dari pihak pastor sendiri, dan sikap tertentu dari pihak umat. Namun kontrak semacam

itu agak jarang dalam paroki biasa. Yang lebih sering adalah hubungan dan

pembicaraan-pembicaraan pendek dan sambil lalu. Dalam keadaan seperti itu banyak

sedikitnya yang dapat terjadi, tergantung pada kepekaan pastor.

Beberapa pastor mengatakan bahwa mereka selalu sibuk, namun merasa tidak

pernah menyelesaikan apa pun. Mungkin hal ini hanya disebabkan oleh perencanaan

yang jelek. Namun apabila seorang pastor sungguh-sungguh menemukan identitasnya

sendiri, pada saat itu pula ia menyadari bahwa berhubungan dengan macam-macam

orang dan dengan macam-macam cara itulah persis tugasnya. Sebetulnya alternatif-

alternatif dalam berhubungan itulah yang memungkinkan dia melaksanakan suatu

pelayanan yang mempunyai banyak bentuk dan banyak kemungkinan yang berbeda-

beda. Banyaknya bentuk pelayanan dapat mengakibatkan frustrasi, namun frustrasi

tersebut dapat termasuk inti sari dari pelayanan dan menunjuk ke suatu cara

berhubungan yang lebih dari sekadar hubungan kontrak yang terjadi dalam profesi-

profesi lain.

b) Perjanjian

Perbedaan antara kontrak formal, informal dan kontrak rahasia sangat banyak

membantu dalam menjelaskan banyaknya kegagalan dalam hubungan profesional

antarorang. Namun seperti halnya peneguhan diri bukan satu-satunya segi identitas dari

pelayanan kristiani, demikian pula banyak pelayan kristiani dan imam mengetuk pintu,

Page 35: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

19  

membunyikan bel, dan memasuki rumah-rumah meskipun tidak ada seorang pun yang

menantikannya. Namun pastor mengambil inisiatif dan bahkan dapat dipandang sebagai

seorang pekerja lapangan yang agresif, yang ingin “mewartakan kabar, disambut

ataupun tidak disambut, dan mendesaknya” (2 Tim 4:2). Kenyataan bahwa kata

“kontrak” tidak dapat sungguh-sungguh mengungkapkan hubungan pastoral,

menunjukkan bahwa andaikata pastor senang menganggap hubungannya dengan

seseorang sebagai hubungan profesional, profesinya berbeda dengan semua profesi lain

yang sifatnya memberi bantuan pula. Dalam hal ini istilah alkitabiah “perjanjian”

menambah satu catatan kritis bagi hubungan pastoral yang dipandang sebagai kontrak.

Allah tidak mengadakan kontrak dengan umat-Nya, tetapi suatu perjanjian. Suatu

kontrak berakhir seandainya satu pihak tidak setia lagi kepada janji-janjinya.

Namun Allah bersabda, “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya,

sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya,

Aku tidak akan melupakan engkau” (Yes 49:15). Dan siapa yang mengerti perjanjian

ini akan menjawab, “Sekalipun ayah dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan

menyambut aku” (Mzm 27:10). Akhirnya yang menjadi dasar hubungan pastoral

bukanlah kontrak profesinya, namun perjanjian Ilahi. Dalam perjanjian tidak ada syarat

yang diajukan untuk kesetiaan. Perjanjian itu berarti keterlibatan tanpa syarat untuk

melayani.

Inilah tantangan paling besar bagi siapa pun yang ingin membuat perjanjian

Allah dapat dilihat di dunia ini: sebab siapakah yang tidak mengharapkan imbalan atas

pelayanannya yang baik? Kita tidak meminta uang sesudah pembicaraan pastoral,

bahkan tidak mengharapkan hadiah kecil pada hari Natal atau ucapan terima kasih,

tetapi dapatkah kita melepaskan diri dari keinginan kita untuk memasang tarif imbalan

yang begitu halus? Apabila hubungan saya dengan seseorang diwarnai dengan tekanan

Page 36: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

20  

yang halus bahwa ia haruss berhenti minum banyak, menjauhkan diri dari obat bius,

mengurang pergi ke pelacuran, memotong rambut panjangnya, pergi ke pengadilan, ke

Gereja, atau ke balai kota, saya belum sungguh-sungguh bersama-sama dengan dia

tetapi masih bersama-sama dengan kekuatiran-kekuatiran saya, sistem nilai dan

harapan-harapan saya sendiri, dan membuat diri saya sendiri seorang pelacur, dan

merendahkan sesama saya dengan menjadikan korban manipulasi rohani saja”.

Banyak pelayan kristiani mengeluh bahwa tak seorang pun berterima kasih

kepada mereka, bahwa waktu berjam-jam yang dihabiskannya bersama orang-orang

tidak membawa perubahan apa pun pada mereka, bahwa sesudah bertahun-tahun

mengajar, berkhotbah, membimbing, mengorganisasi, dan merayakan, orang-orang

tetap acuh tak acuh, Gereja tetap otoriter, dan masyarakat masih korup. Tetapi jika

kepuasan kita harus datang dari perubahan-perubahan yang dapat dilihat, kita

menjadikan Allah seorang penguasa dan diri kita sebagai kepala bagian penjualan.

Demikianlah kita telah melihat bahwa hubungan pastoral tidak dapat sepenuhnya

dimengerti dalam rangka kontrak profesional. Setiap orang menantikan ucapan terima

kasih, mengharapkan keberhasilan dan merindukan adanya perubahan. Ini berlaku bagi

pelayan kristiani seperti halnya bagi setiap orang lain. Akan tetapi Allah tidak

mengadakan kontrak dengan kita, melainkan suatu perjanjian, dan menantang siapa saja

yang mau menampakkan perjanjian-Nya di dunia ini, untuk tidak memakai keberhasilan

manusiawi sebagai ukuran bagi cinta mereka kepada sesama.

Bila identitas pelayan kristiani ditemukan dalam ketegangan kreatif antara

peneguhan diri dan penyangkalan diri dan bila hakikat hubungan pastoral mengandung

unsur kontrak profesional tetapi akhirnya dilandaskan pada perjanjian Allah dengan

umat-Nya, maka masih ada persoalan mengenai pendekatan pastoral. Banyak pelayan

kristiani dan imam pada saat ini mengikuti latihan-latihan khusus persis karena

Page 37: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

21  

kebutuhan mereka untuk semakin terampil dalam hubungan pastoral pribadi. Banyak

psikolog, sosiolog, pembimbing, dan pelatih kepekaan perasaan saat ini menjadi kaya

dengan mengajarkan cara-cara mereka kepada pelayan kristiani yang berhasrat besar,

yang mengagumi kepandaian mereka dan berharap dapat menemukan pemecahan atas

perasaan-perasaan tidak cakap yang tertanan dalam diri mereka.

Salah satu hal yang paling penting, yang dipelajari para pastor dalam latihan

mereka adalah menuliskan pengalaman-pengalaman mereka. Charles Hall 1936:6)

sekretaris eksekutif Pendidikan pastoral Klinis, berkata, “Apa yang pantas dikatakan

adalah pantas ditulis.” Tetapi apakah yang dapat dipelajari dari sana? Saya akan

mendiskusikannya dengan menggunakan dua istilah, yaitu: Penentuan peranan dan

kontemplasi.

(1) Penentuan peranan

Russel Dicks (1936:256), salah seorang perintis gerakan latihan Klinis,

mengatakan, “Kami yakin selama pelayanan kristiani belum memperkembangkan suatu

cara membuat catatan-catatan pribadi mengenai hubungan dengan pribadi-pribadi, ia

tidak mempunyai hak untuk menempatkan diri diantara para pekerja ahli dalam bidang

kepribadian manusia.”

Dengan mempelajari laporan-laporan tertulis menganai karya pastoralnya

dengan pribadi-pribadi, pelayan kristiani dapat menjernihkan pengalaman-

pengalamannya sendiri. Ia juga mempunyai suatu cara konkret untuk mengenali secara

persis apa yang terjadi dalam karya pastoralnya dan suatu kesempatan istimewa untuk

berpikir secara realistis mengenai cara-cara tindakan pastoral lain. Dengan cara ini ia

dapat merumuskan apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Namun pengalaman

adalah kata yang sangat ambivalen. Banyak imam yang memakai pengalamannya

Page 38: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

22  

bertahun-tahun sebagai suatu alasan untuk menampilkan kecakapannya, cenderung

melupakan bahwa hanya sedikitlah orang yang belajar dari pengalamannya. Suatu

peristiwa yang dilaporkan secara teliti dan dievaluasi secara kritis sering kali dapat

mengajar seseorang lebih daripada pengalaman bertahun-tahun tanpa pemahaman.

Bagaimanapun juga, jika seseorang dapat menentukan dimana ia berdiri, dapat juga

menggambarkan peta ke mana ia akan pergi. Setiap orang yang profesional

bertanggungjawab atas definisinya sendiri. Apabila seorang imam tidak dapat

menentukan perananya secara teliti, ia tidak akan pernah dapat membuatnya jelas bagi

orang lain.

Akan tetapi jika ia berpikir bahwa penentuan peranan adalah kata akhir dalam

pelayanan pastoral pribadi, kita tidak menangkap inti pelayanan, yang bukan melupakan

praktek kemahiran namun kontemplasi yang dalam. Maka dari itu baiklah kiranya untuk

akhirnya membahas arti kontemplasi.

(2) Kontemplasi

Keprihatinan yang besar dari banyak pembimbing seperti russel Dicks ialah

untuk menolong para pelayan kristiani mempelajari tanggapan yang terbaik terhadap

satu rangsangan tertentu. Seorang pelayan kristiani hendaknya meninggalkan semua

ketrampilan khusus, peralatan, dan teknik khusus dalam hubungan manusiawi kita

bahkan mungkin berharap ia mempunyai lebih banyak-namun tanggapan yang terampil

bukanlah merupakan inti pelayanan. Orang yang menuliskan pengalaman-

pengalamannya tidak hanya mempunyai kesempatan untuk merumuskan peristiwa dan

tanggapan-tanggapan yang paling baik, tetapi juga mempunyai suatu sumber yang tak

terhingga nilainya untuk suatu kontemplasi teologis. Anton Boisen (1963:267) bapak

gerakan latihan klinis, meminta para muridnya untuk menuliskan pengalaman-

Page 39: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

23  

pengalaman mereka, ia tidak pertama-tama berpikir mengenai “bagaimana mengerjakan

hal itu dengan baik”, tetapi lebih mengenai pertanyaan “Apa yang dapat saya pelajari

dari orang yang saya temui sebagai pastor ini?” baginya sumber teologi yang paling

sering dilupakan adalah apa yang disebutnya “dokumen manusia hidup”. Dalam

Eksploration of the Inner World (1977:135), ia menulis:

Seperti halnya tidak ada ahli sejarah yang layak menyandang julukan itu, puas

dengan menerima atas dasar kuasa, pertanyaan yang disederhanakan dari beberapa ahli

sejarah mengenai soal-soal yang sedang diselidiki, demikian pula saya mencoba untuk

memulai tidak dengan rumusan-rumusan yang siap pakai dari buku, tetapi mulai dengan

dokumen manusia hidup dan dengan keadaan-keadaan sosial yang aktual dengan segala

seluk beluknya yang rumit, (Harper, 1979:135).

Pelayanan pastoral mempunyai arti yang lebih jauh daripada kecemasan-

kecemasan pastoral. Pelayanan pastoral berarti suatu kontemplasi yang teliti dan kritis

mengenai keadaan manusia. Melalui kontemplasi ini pastor dapat membuka selubung

dan memperlihatkan kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, kenyataan bahwa

kebaikan dan kejahatan bukan sekadar kata, melainkan realitas yang dapat dilihat dalam

kehidupan setiap orang. Dalam arti ini, setiap hubungan pastoral merupakan suatu

tantangan untuk memahami dalam suatu cara baru, karya Allah bagi manusia dan untuk

semakin peka membedakan cahaya dan kegelapan dalam hati manusia.

Dalam arti ini, kontemplasi bukan hanya suatu segi yang penting dalam

kehidupan iman atau suatu syarat yang tidak dapat tidak harus dipenuhi untuk

berhasilnya pelayanan. Pelayanan adalah kontemplasi. Pelayanan merupakan

penyingkapan realitas yang terus-menerus terjadi, perwahyuan cahaya Allah dan

sekaligus kegelapan manusia. Dalam perspektif ini, pelayanan pastoral pribadi tidak

pernah dapat dibatasi pada penerapan ketrampilan atau teknik apa pun, karena akhirnya

Page 40: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

24  

pelayanan adalah pencarian Allah terus-menerus yang berlangsung dalam kehidupan

orang yang ingin kita layani. Paradoks dari pelayanan adalah bahwa kita akan

menemukan Allah yang ingin kita berikan, dalam hidup orang yang mau kita beri.

Berdasarkan batasan-batasan tersebut di atas penulis dapat merumuskan

pengertian pastoral sebagai berikut: pastoral merupakan suatu refleksi iman atas

anugerah Allah kepada manusia dan bagaimana manusia menghayatinya dengan

penyerahan diri secara total dan radikal. Mengingat bahwa pastoral itu adalah salah satu

karya yang dilakukan oleh seorang pastor, pelayan umat Gereja. Maka semua yang

beriman dalam Gereja ikut ambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam. Dengan

demikian pelayanan pastoral juga menjadi tugas seluruh umat dan bukan hanya para

imam terthabis saja.

b. Ciri Khas dan Tujuan Pastoral

Menurut hooijdonk (1980:7-8) dalam buku Seri Pastoral (No.26:6) bahwa:

“Pastoral tidak sama dengan menggurui atau memperlakukan umat sebagai anak atau

bawahan, melainkan justru menghormati sebagai sesama beriman, selanjutnya

mendorong mereka menuju pada perkembangan dan kedewasaan kristiani”.

1) Ciri Khas Pastoral

Semua kegiatan atau ilmu mempunyai ciri-ciri tertentu, sehingga kegiatan atau

ilmu tersebut dapat disebut sesuai dengan namanya. Misalnya kegiatan atau ilmu yang

mempelajari tentang masyarakat. Kegiatan atau ilmu tersebut mempunyai ciri yaitu

selalu berkaitan dengan permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat.

Demikian pula pastoral selalu berkecimpung di dalam permasalahan-permasalahan

masyarakat. Dalam hal ini adalah masyarakat Gereja.

Page 41: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

25  

Menurut Hooijdonk (1980:17) dalam berpastoral kita tetap menekankan

ketrampilan berkomunikasi, namun kita tidak boleh berperan sebagai guru, orang tua

atau atasan, melainkan kita harus berperan sebagai pendamping yang mendorong umat

untuk lebih mampu memperkembangkan iman menuju pada ke kedewasaan kristiani.

Jadi ciri khas pastoral adalah tidak menggurui dan menghormati orang lain sebagai

sesama.

a) Tidak menggurui atau memperlakukan umat sebagai bawahan atau anak

Dalam karya pastoral petugas pastoral berfungssi sebagai pendamping umat.

Dengan kata lain petugas pastoral menjadi patner umat dalam memperkembangkan

iman dan mengatasi krisis iman. Krisis iman dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara

lain: permasalahan-permasalahan hidup, misalnya ekonomi, sosial, politik dan budaya.

Oleh sebab itu petugas pastoral mempunyai tuntutan agar selalu menyadari bahwa

dirinya adalah bagian dari kehidupan umat dengan harapan dapat meneguhkan serta

mencari jalan keluar guna mengatasi permasalahan. Maka petugas pastoral perlu

penyangkalan diri, sebab tidak ada seorangpun dapat melayani sesamanya apabila ia

sendiri tidak mau menyangkal dirinya.

b) Menghormati orang lain sebagai sesama iman.

Memandang orang lain sebagai manusia yang mempunyai hak serta derajat yang

sama dihadapan Allah adalah penting.

Berkat sakramen baptis yang kita terima, kita dipersatukan menjadi anggota Gereja.

Dengan kata lain kita menjadi bagian hidup kelompok beriman kristiani. Dengan

demikian kita mempunyai kewajiban dan hak untuk selalu berkomunikasi serta

Page 42: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

26  

bersekutu dengan anggota umat beriman kristiani lainnya. Sehingga kita menjadi

sesama mereka dalam satu iman (Kis 4:32-35).

Paulus sendiri menasehatkan agar kita umat beriman kristiani berani

menghormati atau bertindak tidak keras kepada siapa pun, baik kepada orang tua, orang

muda maupun kepada para perempuan (1 Tim 5:3-6). Paulus mengajak agar kita hidup

dalam satu iman yang harus berani menghormati, menghargai serta berani menyapa

setiap orang sebagai saudara.

Berkaitan dengan ciri khas pastoral yaitu menghormati orang lain sebagai

sesama umat beriman, maka dalam pelaksanaan karya pastoral, kita harus berani

bergaul, menghormati, menyapa, menegur serta menunjukkan belas kasihan kepada

setiap orang (Mat 13:24–30).

2) Tujuan Pastoral

Tujuan pastoral pada umumnya adalah mengembangkan dan mendewasakan

iman umat. Dengan mengandaikan bahwa benih-benih iman sudah tertanam dan

dimiliki oleh umat. Dengan demikian petugas pastoral hanyalah menyirami, menyusui

serta mendorong agar benih iman yang sudah dimiliki itu dapat berkembang menjadi

lebih dewasa. Jadi peranan petugas pastoral hanyalah sebagai pendamping umat, yang

berusaha dan memperkembangkan imannya, walaupun masih dalam taraf perjuangan.

Ada juga yang mengungkapkan bahwa tujuan formal karya pastoral adalah

menciptakan bentuk dan kondisi untuk kegiatan gerejani dalam situasi khusus dan setiap

saat. Maka dalam pelaksanaan karya pastoral, kita harus memperhitungkan kondisi dan

situasi umat, baik dari segi ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan. Sehingga karya

pastoral tetap memanusiakan manusia dengan berlandaskan kabar gembira.

“Aku datang agar mereka mendapatkan hidup dalam segala kelimpahan” (Yoh

10:10). Tujuan pastoral tidak boleh menyimpang dari tujuan kedatangan Yesus, karena

Page 43: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

27  

tujuan kedatangan Kristus sebagai sang Gembala merupakan dasar dari pelayanan

pastoral dan sekaligus menjadi tujuan utama pastoral ini.

Pelayanan pastoral ini bersifat universal, artinya bahwa pelayanan ini terbuka

untuk semua tanpa ada batas-batas yang menghalang. Maka dari pelayanan pastoral

tidak boleh berpuas diri dengan kehidupan seperlunya, baik dalam kehidupan kristiani

maupun masyarakat pada umumnya, karena lebih dari itu bahwa kedatangan Yesus

telah menyediakan segala sesuatu untuk disalurkan kepada orang-orang membutuhkan

sehingga tujuan pastoral untuk membimbing manusia menuju kehidupan seutuhnya

tercapai. “Seutuhnya” ini menyangkut pandangan yang tidak membatasi, melainkan

luas dan manusia seperti yang dikonsepkan Tuhan (Go, 1991:1-2). Tujuan pastoral

adalah membawa “Kabar Baik”, karena Yesus sendiri bersabda; bahwa Ia diurapi oleh

Allah dengan Roh Kudus untuk menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang

miskin (Luk 4:18). Pelayanan pastoral juga disebut sebagai salah satu perwujudan

kedatangan kerajaan Allah. Pelayanan pastoral merupakan tanda kasih sayang Allah

bagi manusia yang dengan kehadiran Allah sendiri di dunia ini malalui perjuangan dan

kerja keras (KWI, 1996:456).

Dengan kata lain, bahwa pelayanan pastoral ini adalah tugas mengabdi dan

melayani rencana Allah untuk menyadarkan segenap umat manusia secara integral

dalam diri Yesus Kristus, dengan perantaraan Roh Kudus. Rencana Allah ini adalah

pembebasan dan perkembangan umat manusia secara utuh sehingga kerajaan Allah

dialami oleh segenap umat manusia. Dalam tujuan pastoral ini menghadirkan kerajaan

Allah timbul dari keyakinan Gereja bahwa dirinya memperoleh warisan “misteri” yang

diwahyukan oleh Allah dalam misteri dan tugas perutusan untuk menyinari,

membimbing, menyuburkan dan mendorong segenap umat manusia menjadi wahana

perwujudan Kerajaan Allah (Adisusanto, 2000:16).

Page 44: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

28  

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pastoral adalah mendampingi

umat yang berada dalam perjuangan kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya.

Dengan mengusahakan perkembangan iman umat yang menuju pada ke kedewasaan

kristiani.

Kerinduan untuk menghadirkan kerajaan Allah tersebut terungkap dan

terlaksana dalam lima bidang pastoral Gereja. Lima bidang pastoral Gereja adalah

sebagai berikut:

a) Liturgi

Liturgi yang berarti iman tidak hanya diwartakan, tetapi diungkapkan dan

dirayakan dalam liturgi. Tujuan dari pastoral ini adalah untuk memuji serta merayakan

kedatangan Allah kepada manusia. Lewat upacara tersebut kita mengenang kembali

bahwa Allah berkenan hadir di tengah-tengah kita. Dalam kehadirannya itu Allah selalu

berkenan menyapa manusia lewat Sabda-sabda-Nya. Hal ini dapat kita lihat di dalam

liturgi Sabda. Jadi liturgi dapat kita bedakan menjadi dua, yaitu liturgi Ekaristi dan

liturgi Sabda.

b) Diakonia

Diakonia yang berarti pelayanan, merupakan ciri yang paling menonjol dalam

kehidupan Kristus. Sebagai pelayan yang melayani manusia seutuhnya. Diakonia

adalah bidang karya pastoral Gereja yang menekankan pada pelayanan pada kaum

miskin. Dengan kata lain kegiatan pelayanan ini menitik beratkan pada pengabdian,

pendidikan dan pembebasan. Yang semuanya direalisasikan lewat kesediaan, kemauan

dan usaha Gereja dalam mewujudkan karya keselamatan Allah di tengah-tengah

Page 45: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

29  

masyarakat. Misalnya dengan mendirikan sebuah sekolah dan asrama untuk anak-anak

paling miskin, sehingga mereka dapat belajar dengan tenang.

c) Koinonia

Koinonia yang berarti persekutuan, seperti yang dilukiskan dalam jemaat

perdana di Yerusalem, bahwa mereka adalah “Sehati Sejiwa”. Membangun jemaat

lewat persekutuan iman, harapan dan kasih. Berkat iman kepercayaan kepada Kristus,

serta sakramen baptis yang telah diterima, umat kristen dipersatukan menjadi anggota

Gereja. Sebab dengan pembaptisan tersebut kita menjadi saudara dalam satu ikatan,

yaitu dalam Kristus yang selalu diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ungkapan

hubungan persaudaraan ini akan mengantar umat beriman kristiani ke dalam kesatuan

yang penuh dan sempurna menurut kehendak Tuhan (UR, art.5). Wujud dan tanda

persaudaraan tersebut dapat berupa sebuah paguyuban, kelompok religius, serta

kegiatan-kegiatan religius dan lain-lain (UR, art.6).

d) Kerygma

Kata “Kerygma” dapat diartikan dengan pewartaan. Dalam melaksanakan

pewartaan, semua umat beriman kristiani dipanggil untuk ambil bagian dalam karya

keselamatan Allah (AA, art.2,3). Jadi semua orang kristiani dipanggil sebagai pewarta.

Pewartaan Sabda dapat berbentuk khotbah, katekese atau evangelisasi. Tujuan

pastoral ini adalah membantu umat untuk tumbuh dan berkembang dalam komunitas

iman. Selain itu untuk menunjukkan makna hidup yang lebih mendalam. Dengan

demikian persekutuan yang dihimpun oleh Sabda Allah ini hidup dalam pewartaan

terang Sabda Allah.

Page 46: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

30  

e) Martyria

Martyria yang berarti kesaksian. Menjadi saksi Kristus yang hidup merupakan

tugas dan tanggungjawab dalam menyampaikan kabar gembira. Dengan demikian

kehadiran Tuhan Allah semakin tampak jelas dalam hidup setiap orang, agar dunia

percaya bahwa Yesus diutus oleh bapa-Nya.

Pelayanan pastoral pada masa kini, hanya dapat menjawab serta menghadapi

tantangan-tantangan zaman dengan semangat jiwa kristiani. Pelayanan pastoral juga

berusaha agar manusia di abad modern ini tentang mendengarkan suara Allah dalam diri

Yesus lewat saksi-saksi-Nya dalam pelayanan terhadap segenap umat manusia.

c. Bentuk-bentuk Pastoral

Beberapa bentuk pastoral keluarga yang dapat dilaksanakan di lingkungan, stasi,

dan paroki adalah sebagai berikut:

1) Kursus Persiapan Perkawinan

Menurut ajaran Gereja Roma Katolik, perkawinan yang dilaksanakan oleh dua

orang yang sudah dibaptis adalah sakramen, dan perkawinan syah yang sudah

dilengkapi dengan hubungan seksual adalah tak terceraikan oleh apapun juga. Groenem,

(1993:387:8), menjelaskan tentang arti sakramen dalam perkawinan ini sebagai berikut:

“Artinya perkawinan merupakan suatu symbol, dimensi kelihatan tegas bagi relasi peyelamatan yang berdasarkan peristiwa Yesus Kristus terjalin antara Kristus dan jemaah-Nya yang tercermin dalam Gereja-Nya di dunia dan dalam sejarah”

Perkawinan merupakan peristiwa penting dalam perjalanan hidup manusia

karena dapat menjadi pangkal terbentuknya keluarga, yaitu bapak, ibu, dan anak.

Kebahagiaan dan kesejahteraan hidup keluarga sangat tergantung pada pemahaman dan

penghargaan pasangan suami-istri terhadap nilai-nilai yang ada dalam perkawinan

gerejani. Maka persiapan hidup berkeluarga sebenarnya perlu diberikan oleh orang tua

Page 47: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

31  

kepada anak-anaknya sejak anak-anak berusia remaja dengan pendidikan seksualitas

yang baik, pendampingan pacaran, tunangan, dan lain-lain.

Kursus persiapan perkawinan juga mempunyai arti dan fungsi yang penting

dalam persiapan hidup berkeluarga. Yang dimaksud dengan kursus perkawinan di sini

adalah persiapan dalam jangka waktu dekat yang sungguh-sungguh mempersiapkan

calon pengantin untuk memasuki kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Setiap

orang yang akan berumah tangga selalu mempunyai cita-cita untuk membangun sebuah

keluarga yang bahagia dan sejahtera. Cita-cita yang luhur dan mulia ini sangat didukung

oleh ajaran Gereja Roma Katolik. Namun pasangan suami-istri tetap harus berjuang

untuk menata kehidupan rumah tangga mereka.

Kegiatan kursus perkawinan biasanya dipusatkan di paroki dan berlangsung

empat kali pertemuan. Mengingat sedikitnya waktu pertemuan bila dibandingkan

dengan materi-materi yang harus disampaikan seperti: pengetahuan hidup berkeluarga,

moral, teologi perkawinan, pendidikan, ekonomi rumah tangga, kesehatan, dan lain-lain,

maka dibutuhkan kerjasama dari kedua belah pihak, baik mereka yang tergabung dalam

team pembinaan keluarga, maupun para calon pengantin yang bersangkutan. Dengan

demikian calon pengantin diharakan menjadi lebih siap untuk membangun keluarga

kristiani dalam terang iman dan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang akan

dihadapi dalam pejalanan hidup berkeluarga dan bermasyarakat.

Kursus persiapan perkawinan biasanya merupakan prasyarat bagi calon

pengantin untuk pernikahan Gerejani yang dituntut oleh Hukum Gereja Roma Katolik.

Maka selalu ada kemungkinan bahwa para peserta kursus perkawinan mengikuti kursus

hanya karena keharusan dari Gereja dan hanya sebagai formalitas untuk mengejar

sertifikat. Meskipun demikian kursus ini harus tetap ada karena sangat penting dan

berguna dalam memberi bekal hidup berkeluarga bagi calon pengantin. Dengan

Page 48: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

32  

demikian kegiatan pastoral keluarga dalam bentuk kursus persiapan perkawinan ini

bertujuan untuk mendukung keluarga kristiani dalam membangun keluarga bahagia dan

sejahtera sesuai dengan kehendak Allah di surga.

2) Konseling Pastoral Keluarrga

Konseling pastoral keluarga di paroki merupakan suatu tindak lanjut dari

pembinaan keluarga katolik setelah dilaksanakannya kursus persiapan perkawinan, dan

suami-istri sudah menjalani kehidupan berkeluarga. Konseling pastoral keluarga

merupakan suatu proses pertolongan yang diberikan kepada keluarga-keluarga yang

membutuhkan pertolongan dengan maksud menolongnya secara tulus dari kesulitannya,

dengan mempertimbangkan dimensi-dimensi rohaniah dan suatu perspektif yang

menyeluruh dalam kehidupan keluarga (Beek, 1989:9).

Konseling yang dimaksud di sini mempunyai arti dan fungsi yang penting dalam

bina dan reksa keluarga di paroki. Keberadaan konseling dalam karya pastoral paroki

menunjukkan perhatian Gereja dalam memelihara dan menjaga, serta menggembalakan

keluarga-keluarga katolik, supaya mereka mampu melaksanakan tugas kewajibannya

sebagai pengikut Kristus yang sejati dan ikut ambil bagian dalam tugas perutusannya.

Biasanya yang bertindak sebagai konselor (orang yang mau mendengarkan dan

membantu memecahkan persoalan) adalah para pastor dan biarawan-biarawati. Dalam

melaksanakan tugas penggembalaannya, pastor paroki biasanya membuka diri dan

memberi kesempatan kepada keluarga yang mengalami kesulitan untuk datang

kepadanya, dan berusaha membantu memecahkan persoalan-persoalan yang mereka

hadapi secara bersama-sama. Betapa penting dan bergunanya kegiatan konseling

pastoral keluarga dalam pendampingan dan penggembalaan umat di paroki, kegiatan ini

tetap mempunyai keterbatasan dalam hal waktu dan tenaga. Oleh karena itu para pastor

Page 49: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

33  

sangat membutuhkan tenaga-tenaga yang mempunyai keahlian khusus untuk membantu

keluarga-keluarga katolik yang mengalami kesulitan dalam kehidupannya.

3) Kursus permandian

Yang dimaksud dengan kursus permandian di sini adalah kursus persiapan bagi

orang tua yang ingin mempermandikan anak mereka yang masih bayi. Gereja

memandang perlu untuk menolong mereka yang ingin masuk ke dalam persekutuan

umat Allah yang Kudus, melalui pembinaan khusus yang berupa kursus permandian.

Kursus ini ditujukan kepada orang tua dan bapa ibu permandian tentang tanggung jawab

yang harus dipikul oleh mereka apabila mempermandikan anaknya.

“Sebab dari persatuan suami-istri itu tumbuhlah keluarga, tempat lahirnya warga-warga baru masyarakat manusia, yang berkat rahmat Roh Kudus karena baptis diangkat menjadi anak-anak Allah, untuk melestarikan umat Allah dari abad ke abad. Dalam Gereja keluarga itu hendaknya orang tua dengan perkataan maupun teladan menjadi pewarta iman pertama bagi anak-anak mereka, orang tua wajib memelihara panggilan mereka masing-masing, secara istimewa panggilan rohani” (LG, art.11).

Sakramen permandian merupakan tanda keselamatan dari Allah. Setiap orang

yang telah menerima sakramen permandian berhak atas Kerajaan Allah, dan

mempunyai hak serta kewajiban sebagai anak-anak Allah. Dengan menerima sakramen

permandian seseorang melepaskan manusia lama (dosa). Dengan demikian sakramen

permandian telah mempersatukan manusia dengan Kristus yang terwujud dalam

persatuan Umat Allah yang melakukan ibadat dan berkarya di hadapan sesamanya.

Para baptisan baru adalah bagian dari keluarga yang membutuhkan

pendampingan dan pembinaan. Mengingat pentingnya peranan orang tua dalam

mendidik iman anak-anak, Gereja tidak hanya membantu orang tua katolik, tetapi juga

memperhatikan lingkup di mana anak-anak merupakan tumpuan masa depan Gereja.

Lingkup keluarga merupakan tempat di mana iman dapat tumbuh dan berkembang.

Oleh karena itu orang tua khususnya, dan anggota keluarga pada umumnya mempunyai

Page 50: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

34  

peranan yang berebeda dalam fungsi, namun memiliki kesamaan dalam tujuan, yaitu

untuk membangun keluarga yang harmonis. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan

berbagai usaha dalam meningkatkan pendapatan keluarga, pendidikan keluarga,

memperluas pergaulan, dan lain-lain. Tetapi tujuan tersebut akan dapat mencapai hasil

yang semakin baik apabila diusahakan dengan landasan iman yang cukup mendalam

dari seluruh anggota keluarga (Empat Lingkup Iman, Seri Pastoral No.56, 1981:6-7).

4) Kunjungan Keluarga

Piet Noordermeer (1981:8) mengatakan: Kunjungan keluarga adalah kegiatan

Gerejani yang dilakukan oleh umat beriman untuk memberi perhatian dan berbagi cinta

kasih kepada keluarga-keluarga katolik di lingkungan atau paroki dengan cara

berkunjung dari rumah ke rumah. Kalau pada mulanya suatu kunjungan keluarga hanya

dilakukan oleh seorang pastor sebagai Gembala Gereja yang memperhatikan dan

mendampingi umat katolik, untuk mendekati dan menyapa umat yang mau

meninggalkan imannya. Sekarang ini suatu kunjungan lebih ditekannkan sebagai salah

satu usaha pendampingan dan pelayanan untuk memelihara, membina, dan memimpin

keluarga-keluarga katolik, di mana seluruh umat beriman di paroki ikut terlibat dan

turut bertanggung jawab atas kehidupan keluarga-keluarga katolik dalam masyarakat.

Hal ini akan dibahas secara mendalam pada bagian berikut.

2. Kunjungan keluarga sebagai salah satu bentuk pastoral

a. Pengertian Kunjungan keluarga

Kata “kunjungan” dalam Kamus Bahasa Indonesia (Depertemen Pendidikan

Nasional, 2007:635) berarti, pergi (datang) untuk menengok, mendatangi untuk

menjumpai, hal (perbuatan) mengunjungi atau berkunjung.

Page 51: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

35  

Budyapranata, dalam buku Menjadi Saudara bagi sesama, Peningkatan Mutu

Kunjungan (1987:8-10), mengatakan bahwa kunjungan Keluarga dapat diartikan

sebagai pertemuan pribadi yang dapat menimbulkan saling pemahaman terhadap

pribadi lain, yang dilandasi oleh kesediaan seseorang untuk memahami dan melibatkan

diri pada situasi orang yang dikunjungi (Rohani, 1988:74). “Pribadi” tidak selalu

menunjuk seolah-olah, baik yang dikunjungi maupun yang mengunjungi, masing-

masing seorang diri. Sebaliknya kata pribadi lebih menunjuk pada situasi.

Dalam kunjungan keluarga, pengunjung bukanlah orang yang mau mencampuri

masalah orang yang dikunjungi, atau mengambil alih perannya, melainkan mau

memberi perhatian, oleh orang yang dikunjungi, sedemikian rupa sehingga orang mau

dikunjungi merasa bahwa kehadiran pengunjung sebagai suatu pertolongan.

Dengan demikian jelaslah, bahwa dalam kunjungan keluarga yang menjadi pusat

perhatian adalah yang dikunjungi, dan bukan sebaliknya. Kunjungan merupakan

peristiwa “Penyelamatan’ atau “Pertolongan” yang lebih-lebih diarahkan bagi orang

yang dikunjungi. Hal tersebut tidak berarti bahwa dalam setiap kunjungan keluarga

tidak terdapat pengalaman di mana si pengunjung mengalami pertolongan.

Sesungguhnya, baik si pengunjung maupun yang dikunjungi, keduanya dapat

mengalami pengalaman pertolongnan yang diberikan oleh kedua belah pihak. Misalnya:

pada saat orang yang dikunjungi mensharingkan pengalamannya bisa jadi orang yang

mengunjungi diteguhkan, dikritik, dipercaya karena pengalaman tersebut.

Selanjutnya Budyapranata (1987:76), mengatakan kunjungan keluarga pada

hakekatnya adalah pertemuan pribadi. Artinya bahwa kunjungan itu bukan hanya

sekadar datang ke rumah orang lain dengan suatu urusan, tetapi menyapa orang lain

sebagai pribadi. Pertemuan ini harus dibedakan antara kepentingan untuk, atau karena

tugas, atau karena keperluan lain.

Page 52: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

36  

Yang menjadi tujuan kunjungan adalah pertemuan terbuka, artinya ialah bahwa

orang yang harus menjadi perhatian kita. Kita datang sebagai saudara untuk memberi

perhatian dan untuk mendengarkan orang lain, (Budyapranata 1987:1). Dengan

demikian kunjungan bisa menjadi tanda solidaritas atau kesediaan kita untuk menjadi

saudara bagi yang lain.

Tujuan kunjungan keluarga adalah untuk mempersatukan semua orang dari

bermacam-macam kedudukan golongan dan bangsa, tanpa pemisahan ras, kedudukan,

pangkat dan sebagainya.

Budyapranata (1994:34), mengatakan bahwa: Kunjungan keluarga sebagai suatu

usaha untuk membentuk kelompok pengunjung yang tetap atau terorganisir, melainkan

hanyalah suatu tawaran atau ajakan kepada seluruh umat untuk memperhatikan masalah

kunjungan. Kunjungan yang dimaksudkan bukan kunjungan resmi atau kunjungan dari

atas ke bawah (dari utusan atau pejabat paroki kepada umatnya), melainkan sebagai

kunjungan sejajar (kunjungan persaudaraan).

Kunjungan keluarga merupakan sarana yang efektif untuk menciptakan

komunikasi dan menumbuhkan relasi yang akrab antara sesama umat beriman di suatu

paroki. “Kalau Gereja ingin menjadi masyarakat yang hidup dan terdiri dari umat yang

percaya kepada Tuhan, tubuh yang hidup, maka umat itu harus saling berkunjung dan

saling bertemu”.

Piet Noordermeer (1981:8), mengatakan bahwa kunjungan keluarga adalah

kegiatan Gerejani yang dilakukan oleh umat beriman untuk memberi perhatian dan

berbagi cinta kasih kepada keluarga-keluarga katolik di lingkungan atau stasi dengan

cara berkunjung dari rumah ke rumah. Kalau pada mulanya suatu kunjungan keluarga

hanya dilakukan oleh para biarawan atau biarawati sebagai Gembala Gereja yang

memperhatikan dan mendampingi umat katolik, untuk mendekati dan menyapa umat

Page 53: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

37  

yang mau meninggalkan imannya. Sekarang ini suatu kunjungan lebih ditekankan

sebagai salah satu usaha usaha pendampingan dan pelayanan untuk memelihara,

membina, dan memimpin keluarga-keluarga katolik, di mana seluruh umat beriman di

stasi ikut terlibat dan turut bertanggungjawab atas kehidupan keluarga-keluarga katolik

dalam masyarakat.

Kunjungan keluarga adalah kegiatan Gerejani yang dilakukan oleh umat beriman

untuk memberi perhatian dan berbagi cinta kasih kepada keluarga-keluarga katolik di

lingkungan atau stasi dengan cara berkunjung dari rumah ke rumah. Dulu kunjungan

keluarga hanya dilakukan oleh para biarawan-biarawati sebagai Gembala Gereja yang

memperhatikan dan mendamping umat katolik, untuk mendekati dan menyapa umat

yang mau meninggalkan imannya. Sekarang suatu kunjungan lebih ditekankan sebagai

salah satu usaha pendampingan dan pelayanan untuk memelihara, membina, dan

memimpin keluarga-keluarga katolik, di mana seluruh umat beriman di stasi ikut

terlibat dan turut bertanggungjawab atas kehidupan keluarga-keluarga katolik dalam

masyarakat.

Berdasarkan batasan-batasan tersebut di atas penulis dapat merumuskan

pengertian kunjungan keluarga. Kunjungan keluarga adalah kegiatan gerejani yang

dilakukan oleh umat beriman untuk memberi perhatian dan cinta kepada keluarga-

keluarga katolik di stasi atau paroki dengan cara berkunjung dari rumah ke rumah.

b. Maksud dan Tujuan Kunjungan keluarga

Tujuan dari kunjungan keluarga menurut Piet Noordemeer, bukanlah terutama

untuk mempertobatkan atau membujuk seseorang agar aktif dalam kegiatan-kegiatan

Gerejawi atau membantu keluarga memecahkan masalah mereka, namun maksud dari

kunjungan keluarga adalah mau bersikap terbuka dan memperhatikan keadaan orang

Page 54: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

38  

lain. Kemungkinan akibat dari kunjungan mempertobatkan mereka untuk aktif di Gereja

lagi atau menemukan masalah hidupnya, tetapi ini bukan tujuan pokok (Hardiwiratno,

1994:203).

Memperhatikan orang atau keluarga adalah suatu usaha untuk menolong atau

membantu mereka berkembang dalam aspeknya dan berkembang menjadi dirinya

sendiri. Perkembangan seseorang atau keluarga juga merupakan kebahagiaan kita

sendiri. Kita tidak boleh memaksakan untuk mengikuti apa yang kita kehendaki namun

berusaha untuk menghargai mereka sebagai orang yang mandiri dengan kebutuhan-

kebutuhan yang harus dihormati.

Hardiwiratno (1994:204-210) mengatakan, hal yang perlu diperhatikan dalam

kunjungan keluarga adalah:

1) Jangan menawarkan apa-apa

Bila bertemu dengan orang lain atau keluarga tertentu, langsung spontan mau

mengajak orang atau keluarga itu untuk ikut kegiatan seperti kita karena dianggap

bermanfaat bagi hidupnya. Apa yang kita anggap baik, mau kita limpahkan kepada

orang lain. Hal tersebut memang tidak salah juga. Namun kalau kita sedang melakukan

kunjungan keluarga, hendaklah hati-hati.

2) Pertemuan Terbuka

Sikap yang perlu diperhatikan dalam kunjungan keluarga adalah sikap terbuka.

Jangan berpikir apa yang akan kita katakan, karena persoalannya bukan terletak pada

apa yang kita anggap penting bagi kita, yang mau diungkapkan kepada mereka, tetapi

apa yang penting bagi mereka atau apa yang mereka kemukakan. Bila menghadapi

keluarga yang belum kita kenal, tidak perlu cemas karena Sabda Yesus memberi

kekuatan kepada kita “Roh Kuduslah yang akan memberikan kata-kata yang harus

Page 55: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

39  

diucapkan (Mrk 13:11). Hal yang terpenting adalah berkata dengan jujur, sederhana

yang keluar dari hati. Bagi keluarga yang belum kita kenal perlu dijelaskan untuk apa

dan atas nama siapa kita datang berkunjung. Kita juga mengungkapkan alasan

kunjungan dan bertanya apakah kunjungan kita mengganggu atau tidak. Kadang dalam

kunjungan kehadiran kita ditolak namun tidak perlu kecewa karena itu hak mereka.

Tetapi juga sering kunjungan kita diterima dengan gembira, dipersilakan masuk dalam

rumah. Pembicaraan hendaknya berlangsung dua arah. Dalam berbicara hendaknya

jangan terlalu cepat. Kadang-kadang keluarga yang kita kunjungi berbicara tentang

sesuatu hal atau mungkin dia bertanya sesuatu. Maka hendaklah kita menjawab dengan

jelas dan jujur. Seandainya tidak tahu jawabannya maka dengan jujur mengatakan

bahwa tidak tahu. Mereka berbicara tentang rumah, kebun dan peralatan dapurnya atau

berterus terang berbicara tentang keadaan rumah tangga, imannya dan lain-lain. Kalau

sudah terbuka seperti ini maka kita bisa mengarahkan pada tema yang kita anggap

penting untuk mereka namun tetap membiarkan mereka untuk meneruskan cerita dan

yang menjadi titik pusat perhatian adalah keluarga. Maka keluarga sendiri yang akan

menentukan apa yang akan dibicarakan bersama dan apa yang tidak dibicarakan

bersama.

3) Menciptakan Suasana yang Kondusif

Sangat penting dalam menciptakan suasana yang kondusif yang terbuka

memahami atau mengerti situasi orang yang kita ajak bicara (understanding) artinya

sikap positif dari kita yang diekspresikan melalui pemberian kesempatan seluas-luasnya

kepada keluarga yang kita kunjungi untuk mengekspresikan dirinya secara tepat. Oleh

karena itu perlu mengosongkan perspektif atau pandangan-pandangan kita sendiri dan

ikut ambil bagian dalam perspektif mereka. Maka kita perlu menahan diri, mengontrol

Page 56: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

40  

diri dan menunggu saat yang tepat untuk menyatakan kebenaran-kebenaran yang perlu

atau harus diketahui oleh keluarga tersebut. Sikap understanding bukan sandiwara tetapi

benar-benar muncul dari cinta atau compassion (rasa belaskasih yang mendalam) seperti

sikap Yesus terhadap orang-orang berdosa.

4) Cara Mempraktekkan Understanding

a). Empati

Empati adalah sikap positif yang diekspresikan melalui kesediaan untuk

menempatkan diri pada tempat orang yang sedang diajak bicara. Ikut merasakan apa

yang dirasakan orang tersebut atau mengerti dengan pengertian orang tersebut. Unsur

utama dalam agape adalah sikap hati atau Compassion (sikap penuh belaskasih) yang

diekspresikan dalam kerinduan untuk betul-betul mau menyelami dan mengerti orang

lain.

b) Penerimaan

Penerimaan adalah kesediaan untuk menerima keberadaan orang lain

sebagaimana adanya. Penerimaan apa adanya bukanlah sikap yang membenarkan atau

menetralisir apa yang salah, yang ada pada orang lain, tetapi sikap positif yang perlu

dikembangkan dan dipraktekan karena menyadari bahwa hanya melalui cara ini sebagai

jalan untuk menemukan inti persoalan yang sedang dirasakan mengganggu hidup

mereka. Penerimaan sejati memampukan kita untuk dapat mendorong orang lain untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tetapi kita menunggu sampai inti persoalannya

ditemukan. Penerimaan menciptakan suasana aman dan mendorong orang lain

menemukan kembali kepercayaan akan dirinya sendiri, agar mampu mengenali apa

yang sedang terjadi pada dirinya. Pengalaman tersebut membuka hati untuk menilai

Page 57: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

41  

sikap dan cara berpikir selama ini. Dengan demikian menumbuhkan pengertian baru

yaitu cara untuk mempraktekan hidup dengan semangat baru.

c) Mendengarkan yang efektif

Mendengarkan adalah unsur utama dari memahami. Tanpa ada kesediaan untuk

mendengarkan dengan baik, maka penerimaan pun tak pernah menghasilkan hal-hal

yang positif. Sikap mendengarkan adalah salah satu syarat utama yang harus ada dalam

pembicaraan dengan orang lain, jika kunjungan keluarga ingin berhasil. Mendengarkan

secara efektif adalah mendengarkan dengan penuh perasaan dan perhatian serta disiplin

yang tinggi, dengan maksud menangkap dengan baik kata-kata yang diucapkan oleh

yang sedang diajak bicara, mengerti perasaannya dan melihat ekspresi wajahnya

sehingga mampu menangkap apa yang dirasakan dibalik kata-kata yang diucapkan.

d) Memberikan tanggapan yang membangun

Memberi tanggapan secara efektif adalah suatu sikap yang sangat penting dalam

menciptakan suasana yang kondusif. Untuk menciptakan suasana yang kondusif maka

dibutuhkan:

(1) Kehangatan

Belajar dari sikap Yesus terhadap wanita yang berdosa di sumur (Yoh 4:1-42),

Sikap yang tidak mengadili dapat dirasakan sebagai kehangatan yang membantu

menciptakan suasana aman dalam diri mereka yang kita ajak bicara.

(2) Dukungan

Kadang dalam percakapan, keluarga yang dikunjungi tidak mampu

mengungkapkan dan mengekspresikan apa yang mau diucapkan, malahan dikuasai oleh

emosinya. Situasi seperti ini mereka sangat membutuhkan dukungan dari kita untuk

Page 58: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

42  

membantu mereka menjernihkan persoalan atau menemukan kata-kata yang tepat untuk

diucapkan.

(3) Kemurnian sikap

Dalam percakapan, kadang-kadang keluarga yang dikunjungi memperoleh

dorongan dan kekuatan untuk maju atau memperbaiki situasi. Maka kita perlu

mempunyai sikap yang sungguh-sungguh murni untuk menolong mereka. Sikap yang

lahir bukan karena terpaksa namun lahir dari kasih yang memperkembangkan mereka.

(4) Menstimulir

Menstimulir adalah cara yang kita pakai untuk menciptakan suasana yang

kondusif dalam percakapan, di mana kita harus aktif menolong lawan bicara agar

bersemangat dan berpartisipasi secara aktif dalam pembicaraan tersebut. Mungkin

dengan memberikan ide-ide baru yang akan menyempurnakan atau melengkapi apa

yang mereka katakan.

Menurut lembaga Pendidikan kader (1985:1) tujuan atau maksud dari kunjungan

pastoral adalah:

- Pertemuan atau kontak: Manusia membutuhkan manusia untuk dapat

mengungkapkan isi hatinya. Manusia membutuhkan orang lain untuk mengetahui

lebih banyak tentang dirinya, tentang siapakah dia ini. Hanya dengan dan

berhadapan dengan orang lain kita dapat sungguh-sungguh merasa sebagai

manusia. Pertemuan atau perjumpaan dengan orang lain adalah sesuatu yang sangat

penting dalam kehidupan manusia.

- Saling mengingatkan akan Allah, bapa kita, dan Kristus dan Gembala Agung kita.

Yang sudah memilih kita untuk menjadi umat-Nya dan kawanan domba-Nya, dan

Page 59: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

43  

yang senantiasa membimbing kita menuju kepada kedatangan kerajaan-Nya secara

yang sempurna dan penuh.

Dalam Alkitab Tuhan tiap kali berbicara melalui manusia-para nabi, para rasul

kepada manuisa. Tuhan sendiri juga menjadi manusia di dalam Yesus, Sang Mesias

untuk manusia.

Demikian Tuhan dapat berbicara kepada kita melalui sesama manusia yang

percaya. Melalui orang yang sedang mencari, meragukan, dan melanjutkan mencari

sampai menemukan hal-hal yang paling dalam mengenai Tuhan dan makna kehidupan,

Tuhan dapat berbicara kepada kita. Dalam pertemuan atau perjumpaan dengan sesama

manusia yang percaya, orang dapat dibantu untuk berpikir lebih jauh, untuk mencari dan

menemukan.

- Saling mendampingi atau membantu dalam menghadapi berbagia persoalan dan

kesulitan.

“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah”. (I Petrus 4:10). “bertolong-tolonglah menanggung bebanmu!” (Galatia 6:2). Seorang juga membutuhkan orang lain untuk dapat menghadapi berbagai persoalan dan mengatasi berbagai kesulitan dalam hidupnya. Sebagai orang-orang yang beriman kita dipanggil untuk saling mendampingi dan saling membantu (Hardiwiratna, 1994:203).

c. Manfaat kunjungan keluarga

(1) Umat dapat saling mengenal manfaat kunjungan keluarga adalah: lebih akrab satu

sama lain, karena sikap orang yang terlibat dalam kunjungan keluarga tersebut

dimungkinkan untuk saling mengenal satu dengan yang lain dalam keterlibatannya

masing-masing. Misalnya: para pengurus lingkungan yang tergabung dalam team

pemandu, dalam tugasnya menghubungi keluarga-keluarga dan mendata keluarga

katolik di lingkungannya, menjadi semakin mengenal lebih dekat kehidupan

Page 60: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

44  

keluarga yang dikunjunginya, dan semakin akrab dengan kehidupan sesama yang

lain dalam lingkungan.

(2) Kunjungan keluarga dapat memperbesar rasa persaudaraan antar umat katolik, yaitu

sebagai satu saudara berdasarkan iman yang sama akan Yesus Kristus, dan dapat

memperdalam ikatan kekeluargaan dengan warga yang lain. Sebagai contoh para

pengunjung semula tidak mengenal keluarga yang akan dikunjungi, mereka datang

hanya dengan membawa bekal iman yang sama. Para pengunjung tidak merasa

kuatir kalau kunjungannya akan ditolak.

(3) Kunjungan keluarga dapat meningkatkan sikap saling memperhatikan diantara

sesama warga stasi, karena kunjungan datang dengan sikap ramah dan berusaha

memperhatikan keadaan keluarga yang dikunjungi. Pembicaraan dalam pertemuan

biasanya berkisar pada pengalaman hidup dan keprihatinan yang ada dalam

keluarga serta masyarakat, sehingga suasana pertemuan cukup mendukung untuk

menciptakan sikap saling memperhatikan kebutuhan sesama.

(4) Umat dapat saling membantu didalam kesulitan. Oleh karena para pengunjung

memberikan perhatian yang tulus terhadap keluarga-keluarga yang dikunjungi,

terutama keluarga-keluarga yang membutuhkan bantuan, maka keluarga yang

mengalami kesulitan merasa perlu membuka diri dan menceritakan kesulitan-

kesulitan hidupnya dalam pertemuan kunjungan tersebut, sehingga kesulitan dapat

dihadapi secara bersama-sama.

(5) Umat dapat saling mengokohkan iman dan saling meneguhkan dalam penderitaan

serta kesetiaan terhadap Gereja. Dalam kunjungan keluarga, para pengunjung

sering menjumpai keluarga yang sering tertimpa musibah, atau keluarga yang

tempat tinggalnya terpencil dan jauh dari keluarga katolik yang lain. Keluarga yang

dijumpai biasanya merasa senang karena dengan pertemuan tersebut mereka dapat

Page 61: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

45  

mencurahkan segala kesedihan dan beban batinnya serta merasa dikuatkan dalam

doa bersama.

(6) Kegiatan kunjungan keluarga merupakan kesempatan yang baik bagi keluarga untuk

membangun komunikasi dalam keluarga, karena dengan kunjungan tersebut

biasanya anggota keluarga dapat dikumpulkan di ruang dalam keadaan santai dan

akrab.

d. Model-model Kunjungan keluarga

Secara garis besar, sesuai dengan tujuannya,kita dapat membedakan antara dua

macam kunjungan pastoral. Lembaga Pendidikan Kader (1985:3) membedakan atas

dua macam kunjungan pastoral, yaitu:

1) Kunjungan pastoral biasa

Tujuan dari kunjungan pastoral biasa ialah satu: pertemuan atau kontak. Dua:

saling mengingatkan akan Allah, Bapa kita, dan Kristus, Gembala Agung kita. Kita

berjumpa dengan sesama manusia yang percaya, dan sebagai sesama manusia yang

percaya, dan sebagai sesama manusia yang percaya kita saling mengingatkan akan apa

yang menjadi inti dari Injil yang kita percayai.

2) Kunjungan pastoral khusus

Kunjungan pastoral khusus adalah kunjungan pastoral yang dilakukan terhadap

mereka yang mempunyai masalah, dan yang karenanya membutuhkan pendampingan

dan bantuan khusus seperti misalnya orang yang sedang sakit, orang yang dalam

kedukaan, dan sebagainya.

Tujuan dari pastoral khusus adalah terutama saling mendampingi dan

membantu dalam menghadapi berbagai persoalan dan kesulitan.

Page 62: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

46  

Menurut Budyapranata. dalam buku Kunjungan membangun Persaudaraan (1994:11),

mengatakan : kunjungan sebenarnya bukan hanya kunjungan pastor terhadap umat,

tetapi kunjungan antar sesama umat.

Kunjungan pastor terhadap umat dalam hal ini hanya akan memupuk hubungan

atas-bawah, yaitu pastor sebagai pimpinan yang berkunjung kepada umat sebagai

bawahan, dan kurang membangun hubungan yang sejajar. Jadi kunjungan pastor saja

belum mampu menciptakan iklim persaudaraan yang didambahkan, sebab iklim

paguyuban itu hanya terjadi kalau antar umat juga saling mengenal dan saling menerima

satu sama lain sebagai saudara.

Seorang pastor dengan kemampuannya yang maksimal atau dengan kemauan

baiknya yang optimal kiranya masih belum mampu untuk mengenal seluruh umatnya

secara pribadi. Itu berarti pembangunan paguyuban tidak mungkin diserahkan hanya

kepada para pastor saja, melainkan perlu melibatkan seluruh umat. Maka adanya

kebiasaan bahwa umat hanya mengharapkan dikunjungi oleh pastor saja dan tidak mau

ganti mengunjungi saudaranya yang lain, itulah yang sekarang ini perlu ditinjau

kembali, karena cara untuk mengenal sesama umat yang paling intensif adalah dengan

saling mengunjungi.

e. Metode-metode Kunjungan Keluarga

Kalau pada mulanya suatu kunjungan keluarga hanya dilakukan oleh seorang

pastor sebagai gembala Gereja memperhatikan dan mendampingi umat katolik, untuk

mendekati dan menyapa umat yang mau meninggalkan imannya. Sekarang ini suatu

kunjungan lebih ditekankan sebagai salah satu usaha pendampingan dan pelayanan

untuk memelihara, membina dan memimpin keluarga-keluarga katolik, di mana seluruh

Page 63: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

47  

umat beriman di paroki ikut terlibat dan turut bertanggungjawab atas kehidupan

keluarga-keluarga katolik dalam masyarakat.

f. Sasaran Kunjungan Keluarga

Sebagaimana terdapat pada pengertian pastoral, yaitu bahwa pastoral terarah

pada semua manusia, demikian pula halnya dengan kunjungan keluarga. Kunjungan

sudah seharusnya tertuju tidak hanya bagi umat yang mau meninggalkan imannya tapi

untuk keluarga-keluarga katolik di lingkungan atau paroki atau stasi dengan cara

berkunjungan dari rumah ke rumah. Bahkan juga harus menjangkau seluruh anggota

keluarga.

Dalam kunjungan hendaknya kebutuhan, harapan, persoalan seluruh anggota

keluarga yang dikunjungi dapat dilayani oleh si pengunjung, entah dalam waktu yang

berbeda-beda atau secara terencana.

g. Proses Kunjungan Keluarga

1) Bagaimana pengunjung menjadi sejajar dengan yang dikunjungi?

Sikap sejajar dan bahkan “menjadi sesama” bagi saudaranya sangat ditekankan

oleh Tuhan Yesus. Pesan Yesus terhadap murid-murid-Nya yang diutus berdua-dua,

mengatakan secara jelas bahwa para murid harus berani meninggalkan fasilitas yang

dimilikinya serta mau tinggal bersama dengan orang yang didatangi. Sejajar berarti

solider dan senasib dengan orang yang dikunjungi, sehingga yang dikunjungi merasa

mendapatkan teman. Sikap sejajar dalam kunjungan itu sangatlah diperlukan.

2) Bagaimana pengunjung memberi perhatian kepada yang dikunjungi?

Page 64: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

48  

Memberi perhatian itu bukan hanya secara formal bertemu dengan orang lain,

tetapi ikut merasakan keprihatinan dari orang yang dikunjungi dan mencoba membantu

untuk mengubah situasinya.

Memberi perhatian berarti suatu usaha untuk mengerti dan memahami orang

lain. Dengan dipahami persoalannya, orang itu akan merasa lega dan merasa diperkuat.

Maka keberhasilan kunjungan lebih ditentukan oleh sikap orang yang dikunjungi, yaitu:

si terkunjung merasa dapat membuka keadaannya dan merasa ada yang mendampingi

dalam kesulitannya. Secara positif memberi perhatian berarti berani menerima

kenyataan dari orang yang dikunjungi dan memberi kesempatan bagi orang itu untuk

membeberkan keadaannya.

3) Bagaimana pengunjung menjadi pendengar yang baik?

Mendengar berarti menerima suara dari luar yang masuk ke telinga.

Mendengarkan adalah suatu kegiatan yang disengaja atau dengan perhatian atau minat

dari dalam. Maka mendengarkan itu tidak bisa hanya sepintas lalu, melainkan harus

dengan kesungguhan, sehingga terjadi proses interaksi antara saya dengan lawan bicara.

Untuk bisa mendengar dengan baik, kita harus mengidentifikasikan diri dengan

lawan bicara kita. Artinya selama orang lain berbicara, kita berpihak pada orang lain itu

dan mengikuti jalan pikirannya. Dengan demikian menjadi jelas bahwa

“mendengarkan” itu tidak mudah, karena membutuhkan kemauan, kesediaan serta

perhatian khusus.

4) Bagaimana pengunjung membangun dialog?

Dialog yang baik akan terjadi bila kedua belah pihak dapat saling memahami.

Maka mutlak perlu adanya sikap mau mendengarkan dan mau mengerti.

Page 65: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

49  

5) Bagaimana pengunjung melibatkan diri pada yang dikunjungi?

Keterlibatan tidak hanya diartikan sebagai suatu keramah-tamaan belaka.

Keterlibatan berarti merasa ikut prihatin dengan orang yang dikunjungi, mau membela

dan rela berkorban untuk ikut membebaskan orang itu dari keadaannya, tanpa

memperhitungkan kepentingan sendiri. Itulah idealisnya suatu keterlibatan. Namun

bagaimana pelaksanaannya sangat tergantung dari kesadaran si pengunjung sendiri akan

panggilannya.

6) Bagaimana pengunjung ikut mengatasi kesulitan?

Karya kunjungan keluarga termasuk dalam “diakonia” atau pelayanan, sebab

kunjungan keluarga itu juga bermaksud untuk menjaga kesejahteraan orang lain.

Diakonia di sini lebih tepat diartikan sebagai pelayanan sosial, yaitu membantu orang-

orang dalam bidang kesejahteraan hidup, misalnya mencarikan pekerjaan, membantu

keuangan dan lain sebagainya. Disamping memperhatikan soal-soal rohani keluarga

yang dikunjungi, para pengunjung diharapkan juga memperhatikan soal kesejahteraan

jasmani, karena dua hal ini kadang-kadang berhubungan sangat erat.

h. Pelaksanaan Kunjungan Keluarga

Kunjungan keluarga dalam rangka pastoral, hendaknya juga ditempatkan

dalam rangka kunjungan antar warga. Hal itu berarti bahwa kunjungan kepada mereka

pertama-tama merupakan tanggungjawab warga Gereja yang paling dekat (kring atau

lingkungan), karena merekalah yang (seharusnya) mengetahui paling banyak tentang

perjalanan kehidupan berkeluarga (Budyapranata, 1994:85 ).

Tetapi tidak berarti semua warga dapat saja mengunjungi mereka. Sebab

melakukan kunjungan pastoral tidak sama dengan kunjungan secara tradisional

dilakukan oleh masyarakat kita. Kunjungan pastoral dalam bentuk kunjungan keluarga

Page 66: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

50  

harus menghadirkan kegembalaan Allah sendiri. Kunjungan pastoral hendaknya sampai

pada taraf di mana dalam kunjungan tersebut orang yang dikunjungi, yaitu keluarga-

keluarga yang mengalami kesulitan itu mengalami kehadiran Allah sendiri yang

membimbing, mengarahkan dan menyelamatkan. (Toto, 1990:1-5).

3. Perkembangan iman keluarga

a. Pengertian Iman

Iman pertama-tama bukanlah pengetahuan agama (meskipun itu juga penting)

tetapi lebih pada sikap atau penghayatan agama, yang diwujudkan dalam usaha untuk

menjaga suasana kedamaian, kerjasama kerukunan dalam keluarga. Dengan demikian,

kehadiran Tuhan sendiri yang disadari di tengah-tengah keluarga akan membawa

keselamatan dan rahmat-Nya.

Iman merupakan jawaban pribadi manusia atas wahyu yang diberikan pada

manusia dan firman yang telah Dia nubuatkan kepada pendahulu kita. Dalam

menanggapi wahyu dan firman Allah, orang yang beriman harus menyerahkan diri

sepenuhnya kepada kuasa Tuhan.

Hardiwiratno (1994:84) mengatakan bahwa: Umat beriman kristiani

mengartikan iman adalah penyerahan diri seutuhnya kepada Allah dalam dan melalui

Yesus Kristus berkat penjiwaan Roh Kudus. Dengan penyerahan diri seutuhnya kepada

Allah dalam dan melalui Yesus Kristus manusia menghayati imannya. Lebih lanjut

dirumuskan dalam Konstitusi Dogmatis, tentang wahyu Ilahi berikut:

Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia menyatakan “ketaatan iman” (Rom 16:26;lih. Rm 1:5; 2 Kor 10:5-6). Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan, dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran, wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya. Supaya orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka

Page 67: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

51  

mata budi, dan menimbulkan pada semua orang yang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran. Supaya semakin mendalamlah pengertian akan wahyu, Roh Kudus itu juga senantiasa menyempurnakan iman melalui kurnia-kurnia-Nya (DV, art.5).

Berdasarkan rumusan di atas ditemukan beberapa aspek yang khas yakni

pertama, iman merupakan tanggapan manusia terhadap Sabda Allah (Hardiwiratno,

1994:84). Sabda Allah adalah tawaran yang menuntut jawaban (Telaumbanua,

1999:43). Sabda Allah tidak hanya memiliki sifat pengajaran, tetapi juga menyatakan

diri sebagai fakta yang menyelamatkan. Oleh karena itu manusia yang disapa oleh Allah

harus mengambil sikap yang menentukan arah hidupnya (Mat 11:27). Dalam arti ini

dapat dikatakan bahwa aspek eksistensial pewahyuan diri Allah dalam sejarah umat

manusia. Karena Sabda Allah adalah suatu tawaran untuk persekutuan pribadi dan suatu

rencana hidup, maka manusia harus menentukan sikap yang tepat dalam keseluruhan

rencana keselamatan Allah. Dengan kata lain salah satu aspek iman adalah bahwa Sabda

Allah adalah Sabda yang selalu menuntut jawaban dari manusia (Ibr 11:1-3) (Madya

Utama, 2006:54). Sejauh merupakan pewahyuan Sabda Allah adalah terang yang harus

diterima. Sejauh merupakan janji Sabda Allah memerlukan penyerahan diri dan

kesetiaan (Telaumbanua, 1999:44). Sejauh merupakan interprestasi pribadi Sabda Allah

merupakan hukum dan kewajiban yang perlu diterima dan dihayati dalam kehidupan

sehari-hari. Sejauh merupakan rencana keselamatan Ilahi Sabda Allah merupakan

keputusan yang menghukum atau menyelamatakan dengan memisahkan umat manusia

sesuai dengan sikap atau penerimaan mereka (Adisusanto, 2000:2).

Kedua, iman merupakan jawaban pribadi dan menyeluruh dari manusia kepada

Tuhan (Telaumbanua, 1999:44). Penyerahan diri secara menyeluruh, tidak hanya

persetujuan akal atau ketaatan moral, sesuai dengan hakekat Sabda Allah yang dinamis,

hidup dan personal. Kepada Allah yang mewahyukan diri dan menyampaikan anugerah

Page 68: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

52  

manusia beriman memberikan jawaban secara keseluruhan dari budi, perasaan,

kehendak dan perilaku.

Ketiga, iman merupakan anugerah dan rahmat (Telaumbanua, 1999:45). Iman

yang merupakan jawaban manusia terhadap sapaan Allah, terutama merupakan karya

Allah sendiri. Hal ini bukan hanya karena iman merupakan inisiatif Allah, tetapi

terutama karena tindakan manusia menerima Sabda Allah dan hal ini hanya dapat terjadi

karena digerakkan oleh Roh Kudus (Adisusanto, 2000:3).

b. Perkembangan Iman

Perkembangan dalam Kamus Bahasa Indonesia (Depertemen Pendidikan

Nasional, 2007:556): menjadi bertambah-tambah sempurna (pikiran, pengetahuan, dan

lain-lain), membiak menjadi banyak (merata, meluas, dan sebagainya); pikiran dan

perasaan anak mulai berkembang.

Sigmud Freud (1856-1939) mengatakan perkembangan merupakan suatu

proses ke depan, di mana perkembangan kepribadian seseorang dapat mengalami

perubahan-perubahan psikologis atau mental dalam proses menjadi dewasa (Psikologi

Umum, 1985:34-35).

Perkembangan adalah serangkaian perbuatan progresif yang terjadi sebagai

akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1990:2). Ini berarti bahwa

perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan

seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi

dari banyak struktur dan fungsi komplek (Sunarto, 1994:29). Berbagai perubahan dalam

perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan

lingkungan di mana ia hidup. Perkembangan iman ialah Tanda-tanda yang menunjukan

Page 69: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

53  

bahwa iman keluarga berkembang. Tanda-tanda itu dapat dilihat dari perilaku atau

perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga.

Supratiknya (1995:83) mengatakan bahwa di satu pihak perkembangan

merupakan transformasi struktur-struktur kognitif yang dianggap sebagai hasil seluruh

interaksi yang terjadi antara toleransi struktur organisasi dan di pihak lain ciri-ciri khas

struktural lingkungan atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan dan situasi sosial,

ekonomis dan politik dapat mengembang bagi terjadinya peralihan tahap tersebut.

Dari pernyataan ini dapat dirumuskan bahwa perkembangan ialah proses dan

usaha orang-orang dewasa atau orang-tua secara terus-menerus untuk membantu anak

agar imannya semakin berkembang. Bila seseorang semakin dewasa secara menyeluruh,

maka biasanya juga semakin dewasa dalam iman.

Pada umumnya perkembangan hidup beriman melalui tahap-tahap yang teratur

dan mendalam. Proses itu merupakan dinamika antar pewartaan dan penerimaan wahyu

dalam iman yang sekaligus merupakan perkembangan yang terus-menerus. Sedangkan

iman menurut Amalorpavadas 1982:17) adalah pertemuan pribadi yang mendalam

dengan Allah yang hidup, di mana manusia menyerahkan diri dengan penuh cinta

kepada-Nya, suatu penyerahan tanpa batas untuk hidup bagi Allah dan sesuai dengan

perintah-Nya. Dengan demikian iman pertama-tama merupakan suatu peristiwa

hubungan atau perjumpaan secara pribadi antara manusia dengan Allah. Jadi dapat

dikatakan bahwa iman merupakan pertemuan pribadi dan mendalam dengan Allah yang

hidup di mana terjadi suatu penerimaan akan kehadiran Allah dan penyerahan diri

seutuhnya kepada kehendak Allah atas hidup kita.

Dalam buku Ilmu kateketik dikatakan bahwa seorang yang beriman adalah “Orang yang menerima dan mau tunduk serta berserah kepada Allah, mempercayakan diri sungguh kepada Allah, menerima bahwa Allah adalah kebenaran, menaruh sandaran kepada-Nya dan bukan dirinya sendiri, dan dengan demikian menjadi teguh dan benar oleh karena keteguhan dan kebenaran Allah” (Telaumbanua, 1999:44).

Page 70: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

54  

Dengan demikian seseorang dapat dikatakan beriman bila percaya dan

menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah. Beriman berarti menyerahkan diri

sepenuhnya kepada kehendak dan kuasa Tuhan. Manusia akan mencapai iman yang

mendalam dan penyerahan diri seutuhnya pada Tuhan, apabila membiasakan diri untuk

menghadirkan bimbingan Roh Kudus dalam setiap peristiwa hidupnya dan membiarkan

hidupnya dipimpin oleh-Nya. Oleh karena itu melalui dan di dalam Dialah hidup

semakin terarah dan akhirnya semakin percaya dan berharap pada Tuhan yang adalah

kebenaran.

Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada seorangpun yang dapat berkembang

tanpa ada pengaruh dari luar, mereka saling berpengaruh satu sama lain, bahkan dapat

dikatakan bahwa seseorang akan mati apa bila tidak ada campur tangan dari orang lain

yang mampu mendidiknya sehingga ia berkembang menjadi manusia dewasa, maka

seseorang memerlukan pendidikan bagi perkembangan diri selanjutnya. Perkembangan

seseorang juga meliputi imannya.

Iman seseorang tidak dapat berkembang apabila tidak ada usaha dari dirinya

dan dari luar untuk mengembangkan dan membimbingnya. Seseorang yang beriman

kristiani memerlukan suatu pendidikan yang mampu membina imannya menuju

kedewasaan dirinya sebagai orang yang beriman.

Dari pernyataann ini mau menyatakan bahwa perkembangan iman ialah

hormat dan kasih manusia terhadap Allah. Maka yang dimaksud dengan perkembangan

iman keluarga ialah proses dan usaha-usaha keluarga untuk membantu anak agar

mereka mampu menghormati dan mengasihi Allah, sebagai Pencipta dan Penyelamat.

Hormat dan kasih manusia terhadap Allah itu biasanya berkembang bersamaan dengan

perkembangan seluruh kepribadiannya. Bila seseorang semakin dewasa secara

menyeluruh, maka biasanya ia juga semakin dewasa dalam iman.

Page 71: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

55  

c. Keluarga Yang Berkembang Imannya

Dalam iman, Keluarga Kudus menaklukan seluruh hidup, pikiran dan kehendak

mereka kepada Allah. Dengan iman Keluarga Kudus menyerahkan diri seluruhnya

kepada Allah dan mengimani secara absolut apa yang Allah sabdakan sebagai tepat dan

benar. Keluarga Kudus, dapat dikatakan sebagai wakil atau lambang dari umat manusia,

yang menanggapi secara bebas tawaran keselamatan yang datang dari Allah yang akan

dilaksanakan oleh Yesus Kristus, PuteraNya (Mat 1:21). Sebagaimana keluarga-

keluarga Yahudi pada zaman itu untuk menguduskan hari dengan berkumpul di

Sinagoga dipagi hari maupun di sore hari. Selain doa bersama, orang Yahudi juga

berdoa dalam keluarga sebelum makan. Maria digambarkan sebagai orang yang

mempunyai kebiasaan merenungkan peristiwa-peristiwa yang dialaminya (Luk 2:19-

51). Peristiwa hidup direnungkan terus dihadapan Tuhan hingga berkat rahmat Tuhan

sedikit demi sedikit peristiwa itu memberi makna. Yusup sebagai seorang yang tulus

hati. Bahwa, Yusuf melakukan kebiasaan-kebiasaan saleh, berdoa baik pribadi maupun

bersama dalam Sinagoga atau dalam keluarganya. Yusup bertanggungjawab melindungi

keluarganya, meski berat, jauh, penuh resiko, ia melakukan apa yang menjadi tugasnya.

Demikianpun Yesus, mempunyai kebiasaan menyendiri untuk berdoa, Ia melakukannya

pada waktu mengalami pertentangan rohani (Luk 22:39-46), di atas kayu salib (Mat

27:46; Luk 23:46). Keluarga Kudus dari Nazareth, merupakan persekutuan cinta antara

Yesus, Maria, dan Yosep, menjadi model dan cita-cita setiap keluarga Kristen (Gal 2:

20).

Di dalam masyarakat umum telah banyak dikenal berbagai macam istilah

tentang keluarga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan: “Keluarga

diartikan sanak saudara, kaum kerabat, orang seisi rumah. “Dengan kata lain keluarga

adalah siapa saja yang tinggal di dalam lingkungan rumah tangga.

Page 72: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

56  

Hardiwardoyo (2006:3), membagi pengertian tentang keluarga menjadi dua

bagian yaitu: “Keluarga inti dan keluarga besar”. Keluarga inti merupakan kelompok

orang-orang yang mempunyai hubungannya yang erat sekali dan jumlahnya sedikit

yang meliputi ayah, ibu dan anak-anak mereka. Sedangkan dalam keluarga besar

merupakan kelompok orang-orang yang mempunyai hubungan yang akrab satu sama

lain karena adanya hubungan darah atau ikatan perkawinan yang meliputi semua sanak

saudara: kakek, nenek, suami-istri, anak-anak, cucu, cicit, keponakan, bibi, paman dan

sebagainya. Jadi, yang termasuk keluarga besar meliputi semua orang yang bergantung

pada kelompok sanak saudara di dalam satu keturunan.

Dalam Perjanjian baru, istilah keluarga terdiri dari dua kata yakni: “Patria dan

Oikos”. Patria berarti keluarga dari sudut pandang relasi historis seperti garis keturunan

(Luk 2:4). “Yusuf berasal dari keluarga keturunan Daud”. Sedangkan Oikos dimengerti

sebagai keluarga dalam arti rumah tangga. Perjanjian baru juga mengakui peran penting

keluarga dalam memelihara iman. Gereja yang hidup itu tumbuh dalam keluarga yakni

dalam perjanjian Injil di rumh-rumah (Kis 5:42), dalam baptisan (Kis 2:15), dan dalam

pemecahan roti (Kis 2:46).

Keluarga yang berkembang imannya adalah keluarga kristiani yang dipanggil

untuk turut serta dalam tugas perutusan Gereja, melalui baptisan setiap pribadi

mendapat hak menjadi anak Allah. Warga Gereja ikut terlibat mewujudkan Kerajaan

Allah. Allah mendatangi umatnya dengan menyatakan diri-Nya, dan menyatakan

rencana keselamatan-Nya. Wahyu Allah sampai kepada manusia, dan manusia

menanggapinya. Tanggapan inilah yang menjadi jawaban manusia atas sapaan Allah

sendiri. Manusia bertemu dengan Allah melalui Sabda-sabda, dan di dalam perjumpaan

itu manusia mengimani Allah. Dalam iman, memasuki hidup manusia yang serba

terbatas, menyapa dan memanggilnya (KWI, 1996:129). Yang diimani adalah Yesus

Page 73: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

57  

yang telah menderita, wafat, dan bangkit dari alam maut. Iman ini membawa manusia

untuk ikut ambil bagian dalam mewartakan kerajaan Allah melalui tugas perutusan

Gereja.

1) Bidang Liturgi

Gereja dipanggil untuk menciptakan tempat dan kesempatan, dalam mana

kehidupan dan sejarah, setelah ditebus dan diselamatkan, dirayakan, diangkat dan

dijadikan proyek serta tempat perwujudan kerajaan Allah (Adisusanto, 200:17). Liturgi

merupakan wahana utama untuk mengantar umat kristen dalam persatuan pribadi

dengan Kristus (SC, art.7). Maka keluarga ikut serta dalam tugas ini dalam

pengembangan imannya dan juga iman Gereja.

Dalam persekutuan umat beriman sebagai anggota Gereja keluarga tidak dapat

dipisahkan dari komunitas karena mempunyai tanggungjawab untuk meningkatkan

melaksanakan tugas-tugas perutusan Gereja. Dalam pembaptisan semua orang diangkat

dan dikuduskan menjadi anak-anak Allah, dan karenanya dipanggil kepada kekudusan.

Dalam tugas pengudusan ini umat beriman kristiani mempunyai peranan sendiri untuk

ambil bagian secara aktif menurut cara masing-masing.

Dalam Ekaristi keluarga diarahkan untuk merenungkan dan menghadirkan

misteri keselamatan. Sebab dalam Ekaristi terletak puncak karya Allah untuk

memuliakan bapa dengan perantaraan Putera-Nya. Dalam mencapai hal tersebut

dibutuhkan partisipasi umat untuk menempatkan bahwa perayaan Ekaristi itu secara

hakiki adalah suatu perayaan umat. Dalam perayaan Ekaristi diperlukan keterlibatan

umat, baik sebagai petugas liturgi yakni: sebagai lektor, anggota koor, pemazmur,

dirigen, pembawa persembahan, penata altar dan lain-lain. Semua ini mendukung

suasana perayaan liturgi sehingga membantu umat untuk merayakan imannya, dan

membantu masuk dalam suasana doa yang tenang dan khidmat.

Page 74: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

58  

Banyak keluarga telah memahami makna dan simbol-simbol liturgi,

menguasai teknik-teknik membuat persiapan naskah liurgi dengan baik. Kenyataannya

tidak jarang ditemukan di Gereja-gereja ketika perayaan Ekaristi sedang berlangsung

keluarga banyak datang terlambat, umat bercerita atau berbisik-bisik saat kotbah, umat

menerima telepon saat konsekrasi, dan umat pulang sebelum berkat penutup. Keluarga

yang menghayati liturgi secara benar adalah keluarga yang siap penuh iman dan

kepasrahan dalam merayakan liturgi secara hormat, khidmat dan sukacita. Keluarga

demikian akan bersukacita dan merasa damai sebab telah dapat mengikuti perayaan

kudus (Martasudjita, 2002:7-10). Hidup liturgi dan hidup sehari-hari tidak terpisahkan.

Iman merupakan penghubung antara hidup liturgis dan hidup sehari-hari. Iman akan

Tuhan yang hadir dan senantiasa menyertai dan bersama manusia. Martasudjito

(2002:14), menyatakan: “Dalam hidup liturgis, iman akan Tuhan yang hadir dan

menyertai hidup kita diungkapkan secara eksplisit dan sadar. Tetapi pada hidup sehari-

hari, iman tersebut diwujudkan dalam tindakan dan aksi konkrit dan nyata, meskipun

dari pihak kita, belum tentu sungguh-sungguh menyadari iman tersebut”.

Keluarga dikatakan beriman bila tidak memisahkan antara hidup liturgis dan

hidup sehari-hari. Tapi apa yang dipahami dan dihayati dalam perayaan liturgi

diwujudkan dalam hidup sehari-hari. Orang sebelum pergi ke Gereja mempersiapkan

diri sebelumnya baik fisik maupun hati. Keluarga yang berliturgi akan tampak dalam

sikap dan tindakannya. Misalnya orang sebelum pergi ke Gereja mempersiapkan diri

lebih dahulu, baik fisik maupun hati, misalnya; sudah membaca Injil sebelum ke Gereja,

orang akan datang lebih awal ke Gereja, di dalam Gereja tenang dan khidmat

mendengarkan bacaan kitab Suci dan menyambut Tubuh dan darah Kristus. Di dalam

hidup harian semakin memupuk relasi dengan Tuhan melalui doa pribadi atau bersama,

renungan-renungan, bacaan rohani dan bacaan Kitab Suci, doa Rosario dan doa-doa

Page 75: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

59  

yang lain. Keluarga yang menghayati imannya dengan merayakan Ekaristi dapat hidup

bersaudara dengan siapaun di tengah masyarakat, memiliki rasa belarasa pada

kebutuhan orang lain, peka terhadap situasi orang lain.

2) Bidang Diakonia

Keluarga kristiani bertugas memberikan hidup kepada pribadi-pribadi yang ada

dalam rumah tangga, sebab merupakan berkat dan rencana Allah yang fundamental.

Lebih lanjut ditegaskan dalam Familiaris Consortio sebagai berikut:

Perutusan mendidik meminta orang tua, untuk menyampaikan kepada anak-anak mereka semua pokok yang dibutuhkan, supaya anak-anak tahap demi tahap menjadi dewasa kepribadiannya ditinjau dari sudut Kristen maupun gerejawi. Maka hendaklah mereka menganut pedoman-pedoman yang telah diuraikan, serta berusaha menunjukkan kepada anak-anak mereka, betapa iman dan cintakasih akan Yesus Kristus dapat menyingkapkan maknanya yang mendalam. Selain itu kesadaran, bahwa Tuhan mempercayakan kepada orang tua kristen pertumbuhan anak Allah, saudara atau saudari Kristus, kenisah Roh Kudus, anggota Gereja, akan mendorong mereka menjalankan tugas mengukuhkan kurnia rahmat ilahi dalam jiwa anak-anak mereka (FC, art.39).

Rumusan ini menegaskan bahwa orang tua kristiani, berkewajiban untuk

mengabdi pada kehidupan dengan melahirkan dan mendidik anak agar berkembang

menjadi pribadi yang beriman dewasa. Orang tua mendidik anak-anak untuk beriman

kepada Yesus Kristus tidak hanya dengan kata-kata tetapi terutama melalui kesaksian

hidup yang nyata dalam hidup sehari-hari. Teladan hidup orang tua kristiani harus

memperlihatkan pada anak, arti mendalam tentang kepercayaan dan cinta kepada Tuhan

Yesus Kristus.

Hardiwiratno (1999:66-67) mengatakan orang tua harus berusaha untuk

memperlihatkan kepada anak-anaknya arti yang mendalam tentang kepercayaan dan

cinta kepada Tuhan Yesus Kristus. Orang tua didukung di dalam tugas ini oleh karena

kesadaran bahwa Tuhan telah memberikan kepercayaan kepada mereka untuk mendidik

anak-anak sehingga berkembang sebagai anak-anak Allah, sebagai saudara-saudara

Page 76: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

60  

Yesus, bait Roh Kudus dan sebagai anggota Gereja. Maksud dari pendidikan iman

antara lain sebagai berikut:

a) Anak dapat memahami misteri keselamatan Allah dalam diri Yesus Kristus secara

bertahap dengan membaca dan merenungkan Sabda Tuhan dalam Kitab Suci

bersama orang tua dalam keluarga

b) Orang tua membantu anak untuk menyembah Allah dan Bapa di dalam Roh dan

kebenaran, khususnya melalui liturgy

c) Melatih anak agar dapat hidup sebagai orang yang berbudi dan suci dalam pergaulan

hidup sehari-hari

3) Bidang Koinonia

Katekismus Gereja Katolik (1983: art. 2205:563) mengatakan: “Keluarga

Kristen adalah persekutuan pribadi-pribadi, satu tanda persekutuan Bapa dan Putra dan

Roh Kudus. Di dalam kelahiran dan pendidikan anak-anak tercerminlah kembali karya

penciptaan Bapa”. Dengan demikian keluarga terbentuk dari persekutuan suami-istri

yang didasarkan atas cinta kasih, persetujuan dari kedua belah pihak secara timbal-

balik. Keluarga yang terdiri dari suami-istri, anak-anak, anggota keluarga yang lain,

merupakan suatu komunitas antar-pribadi.

Tugas utama yang harus dilaksanakan dalam keluarga adalah bekerja sama

untuk membangun komunitas yang lebih autentik atas dasar hidup rukun antar pribadi.

Cinta kasih yang bebas dan tulus ini akan mendukung perkembangan diri antar pribadi

yang mengarahkan pada suatu persekutuan yang mendalam dan intens. Tanpa cinta

kasih yang tulus dan bebas keluarga kristiani tidak dapat berkembang sebagai

persekutuan pribadi-pribadi (Komisi Keluarga KWI, 1996:14).

Koinonia yang berarti persekutuan, seperti yang dilukiskan dalam jemaat

perdana di Yerusalem, bahwa mereka adalah “Sehati Sejiwa”. Membangun jemaat lewat

Page 77: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

61  

persekutuan iman, harapan dan kasih. Berkat iman kepercayaan kepada Kristus, serta

sakramen baptis yang telah diterima, umat Kristen dipersatukan menjadi anggota

Gereja. Sebab dengan pembaptisan tersebut kita menjadi saudara dalam satu ikatan,

yaitu dalam Kristus yang selalu diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ungkapan

hubungan persaudaraan ini akan mengantar umat beriman kristiani ke dalam kesatuan

yang penuh dan sempurna menurut kehendak Tuhan (UR, art.5). Wujud dan tanda

persaudaraan tersebut dapat berupa sebuah paguyuban, kelompok religius, serta

kegiatan-kegiatan religius dan lain-lain (UR, art.6).

4) Bidang Kerygma

Kata “Kerygma” dapat diartikan dengan pewartaan. Dalam melaksanakan

pewartaan, semua umat beriman kristiani dipanggil untuk ambil bagian dalam karya

keselamatan Allah (AA, art.2,3). Jadi semua orang kristiani dipanggil sebagai pewarta.

Pewartaan Sabda dapat berbentuk khotbah, katekese atau evangelisasi. Tujuan

pastoral ini adalah membantu umat untuk tumbuh dan berkembang dalam komunitas

iman. Selain itu untuk menunjukkan makna hidup yang lebih mendalam. Dengan

demikian persekutuan yang dihimpun oleh Sabda Allah ini hidup dalam pewartaan

terang Sabda Allah.

Konsili vatikan II dalam GE, art. 2 menyatakan bahwa: “Pendidikan itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia….,melainkan terutama hendak mencapai, supaya mereka yang telah dibaptis langkah demi langkah makin mendalami misteri keselamatan, dan hari ke hari makin menyadari kurnia iman yang telah mereka terima: supaya mereka belajar bersujud kepada Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran (Yoh 5:23), terutama dalam perayaan liturgi; supaya mereka dibina untuk menghayati hidup mereka sebagai manusia baru dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati (4:22-24); supaya dengan demikian mereka mencapai kedewasaan penuh, serta tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Ef 4:13), dan ikut serta mengusahakan pertumbuhan tubuh mistik. Kecuali itu hendaklah umat beriman menyadari panggilan mereka, dan melatih diri untuk memberi kesaksian tentang harapan yang ada dalam diri mereka (1 Petr 3:15), serta mendukung perubahan dunia menurut tata nilai Kristen”.

Page 78: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

62  

Dari pernyataan itu, konsili mau menegaskan tentang arah dari pendidikan

Kristen. Pada hakekatnya, pendidikan Kristen terarah pada pendewasaan pribadi dan

terlebih iman. Dalam hal pendewasaan iman, pendidikan pertama-tama ditujukan pada

pemahaman akan misteri penyelamatan Allah bagi anak-anak yang sudah dibaptis.

Anak di bina dan dibimbing untuk menyadari anugerah iman serta belajar untuk

berbakti kepada Allah, khususnya dalam perayaan-perayaan liturgi Gereja. Kemudian

anak diajar untuk menghayati serta mewujudkan iman dalam kehidupan nyata dalam

masyarakat (Hardiwiratno, 1994:48), karena pada hakekatnya iman itu mencakup

pemahaman dan perwujudan nyata. Dengan kata lain anak-anak dituntun untuk menjadi

dewasa dalam iman; semakin bertambah hikmahnya dan semakin berkenan pada Allah

serta mau terlibat secara aktif dalam pembangunan Gereja dan masyarakat sebagai

“garam dan terang dunia”. Dengan demikian, orientasi dasar dari pendidikan iman

Kristen adalah mendidik anak sejak dini untuk mengenal Allah, mencintai dan berbakti

kepada-Nya serta mencintai sesama sesuai dengan iman yang telah ditanamkan dalam

diri mereka oleh Allah. Dalam konteks itu, keluarga dapat menjadi sekolah iman

(Darmawijaya 1995:58-62).

a) Keluarga sebagai sekolah iman

Keluarga sebagai “Sekolah iman” berarti bahwa keluarga menjadi tempat

pendidikan iman yang pertama dan utama. Dalam keluargalah kehidupan iman

seseorang dididik dan dikembangkan. Tanpa pendidikan, iman anak tidak akan

berkembang. Perkembangan iman anak membutuhkan lahan yang subur. Keluarga

sebagai lahan subur terwujud dalam penciptaan keluarga sebagai komunitas antar

pribadi (Eminyan Maurice, 2001:155). Komunitas antar pribadi itu ditandai oleh

semangat saling mencintai dengan penuh kesetiaan, saling mau berkomunikasi atau

berdialog secara terbuka dan jujur, saling menerima apa adanya, saling memperhatikan,

Page 79: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

63  

saling memaafkan, saling menolong, saling berkorban, dan saling mendoakan. Dalam

arti itu, keluarga menjadi tempat untuk menemukan kekayaan hidup kristiani. Dalam

keluarga anak dapat belajar banyak hal yang menopang kehidupan. Dengan kata lain,

keluarga memungkinkan benih iman yang telah tertabur oleh Allah sendiri berkembang

dan berbuah.

Keluarga sebagai “Sekolah Iman” merupakan saluran iman dan tempat inisiasi

kristen dimulai (Hardiwiratno, 1994:85). Keluarga merupakan tempat di mana misteri

iman dan keselamatan yang terjadi dalam perayaan liturgi atau perayaan-perayaan

sakramen dan yang terjadi lewat peristiwa-peristiwa hidup sehari-hari diperkenalkan

dan dihidupi. Dengan kata lain, keluarga menjadi sekolah mengikuti Yesus dan menjadi

pusat katekese sakramental bagi anak-anak. Orang tua terpanggil untuk

memperkenalkan Allah dan ambil bagian secara aktif dalam mempersiapkan anak untuk

menerima sakramen inisiasi (baptis, ekaristi dan krisma).

b) Orang tua sebagai model

Peran orang tua sangat besar bagi perkembangan iman anak. Dalam surat

kepada keluarga-keluarga, Yohanes Paulus II menyatakan bahwa dalam bidang

pendidikan agama, peran orang tua tak dapat digantikan. Pendidikan agama dan

katekese anak-anak menjadikan keluarga sebagai suatu subyek dari evangelisasi dan

kerasulan yang sejati dalam Gereja. Dengan demikian keluarga dimungkinkan

berkembang menjadi “Gereja keluarga” (Paus Yohanes Paulus II,Surat kepada

keluarga-keluarga”, art.16).

Dalam pembinaan iman anak, orang tua sering dipandang sebagai “guru” yang

mengajar “ibu” yang mempertumbuhkembangkan serta memelihara iman bagi anak-

anak mereka. Dengan kata lain, orang tua dipandang sebagai pelayan Gereja di mana

iman diteruskan dari generasi ke generasi melalui keluarga. Dalam hal ini, anak-anak

Page 80: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

64  

dipandang sebagai anak-anak mereka dan lebih-lebih dipandang sebagai anak-anak

Allah. Pendidikan iman anak oleh orang tua dilaksanakan lebih-lebih lewat kesaksian

hidup (FC, art.38-39). Namun sebagai pendukung orang tua perlu juga mengupayakan

pendidikan lewat katekese sebagai pengajaran instruksional. Pendidikan lewat kesaksian

menjadi faktor penting dan metode yang paling efektif. Anak-anak dapat belajar dalam

hal iman dari contoh konkret kehidupan iman orang tua serta anggota keluarga yang lain

dalam keluarga itu.

Dalam konteks itu, orang tua menjadi model atau pemberi teladan bagi iman

anak-anak mereka (Rianto Wibowo, 1994:67-72). Hal itu penting karena seringkali anak

tidak tertarik untuk mendengarkan nasihat-nasihat orang tua yang maksudnya baik bagi

anak, namun lebih tertarik untuk melihat sikap iman dari orang tua dalam hidup

keseharian. Dengan kata lain, anak-anak tidak hanya membutuhkan kata-kata melainkan

terutama membutuhkan keteladanan hidup dari orang tua. Anak-anak akan lebih banyak

belajar dari apa yang dilakukan orang tua.

Pendidikan iman anak sangat erat hubungannya dengan orang tua, sebab

pertama kali anak hadir dalam lingkungan keluarga sekaligus orang tua adalah pendidik

iman anak yang pertama dan utama (Prihartana Agung, 2007:51). Namun, dewasa ini

orang tua disibukkan dengan tugas memenuhi kebutuhan materi bagi anaknya.

Kurangnya kesempatan bersama dalam keluarga antara anak dengan orang tua

berpengaruh kurangnya perhatian orang tua terhadap kebutuhan rohani anak-anaknya.

Menjawab keprihatinan dan sekaligus menjadi alasan saya untuk mendalami topik ini

adalah usaha mengajak orang tua untuk kembali menyadari tugas pokoknya dalam

mendidik iman anak-anak supaya menjadi orang katolik sejati.

Tugas mendidik berakar dalam panggilan utama suami-istri untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah. Dengan membangkitkan dalam dan demi cintakasih seorang pribadi yang baru, yang dalam dirinya mengemban panggilan untuk bertumbuh dan mengembangkan diri, orang-tua sekaligus

Page 81: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

65  

bertugas mendampinginya secara efektif untuk menghayati hidup manusiawi yang sepenuhnya (FC, art.36)

Pernyataan di atas secara jelas menegaskan garis besar pendidikan yang dapat

diperkembangkan menurut ciri-ciri dasarnya. Peranan orang tua sebagai pendidik

memiliki ciri khas yakni: cinta kasih sebagai orang tua, yang terwujud sepenuhnya

dalam tugas mendidik, sebab tugas ini menyempurnakan pengabdian mereka pada

kehidupan. Selain menjadi sumber, cinta kasih orang tua merupakan prinsip yang

dijiwai, serta mengarahkan kegiatan konkret mendidik dengan sikap-sikap seperti:

keramahan, kebaikan hati, pengabdian tanpa pamrih dan pengorbanan diri, yang

merupakan buah hasil cinta kasih yang paling berharga. Orang tualah yang pertama-

tama menjadi pelaku pendampingan bagi anak-anaknya. Betapapun sibuknya bekerja,

orang tua tidak dapat lepas tangan dari tanggungjawabnya sebagai pendidik iman anak.

Pendidikan iman bagi anak tidak hanya terlaksana dengan kata-kata secara instruksional

saja, melainkan terutama melalui kesaksian hidup kegamaan ibu dan ayahnya sendiri

(FC, art.38-39). Oleh karena itu peranan kesaksian kehidupan iman orang tua bagi

perkembangan iman anak-anaknya adalah sangat vital.

Dalam keluarga kristiani orang tua berfungsi menjadi saksi Kristus yang

sungguh-sungguh ada dan nyata dari hidup orang tua sendiri (FC, art.37). Ini berarti

orang tua tidak hanya mengajarkan atau memberi tahu pada anak tentang agama dan

hidup Kristen saja tetapi terutama menjadi saksi, maksudnya mengarahkan seluruh

pribadi melalui teladan hidup yang baik pada anak-anaknya dalam kehidupan sehari-

hari. Dalam konteks membina iman anak, orang tua kristiani berfungsi mengarahkan

dan memberi kesaksian iman yang dihayatinya melalui sikap dan tindakan hidup sehari-

hari. Teladan hidup yang baik dari orang tua perlu didukung dengan lingkungan

keluarga yang harmonis dan dilengkapi penanaman nilai-nilai hakiki pada diri anak

sejak dini.

Page 82: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

66  

Wignysumarta (2000:159-161) mengatakan bahwa nilai-nilai hakiki yang perlu

ditanamkan sejak dini pada diri anak adalah sebagai berikut :

- Anak hendaknya dibesarkan dengan sikap bebas yang tepat terhadap harta jasmani,

diajak menjalani corak hidup ugahari tanpa kemanjaan, dan insaf sepenuhnya bahwa

manusia lebih bernilai dari pada apa yang dimilikinya. Hal ini penting sebab dalam

masyarakat modern ini, manusia dinilai hanya dari apa yang ia miliki dan ia pakai,

bukan dari kenyataan bahwa ia adalah sesama manusia ciptaan Allah yang sederajat

sebab sama-sama diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26).

- Sikap adil (keadilan). Orang tua perlu menanamkan kesadaran dalam diri anak nilai

keadilan sejati, solider terhadap sesama dan pengabdian yang tanpa pamrih pada

mereka yang miskin dan tersingkir. Selain itu cinta dan pemberian diri orang tua

yang terungkap dalam kemauan saling memperhatikan, saling menolong, saling

bekerja sama, solider menjadi pola norma bagi anak untuk belajar mencintai

saudaranya, temannya, tetangganya dan akhirnya meluas ke seluruh masyarakat

sekitarnya. Jika sejak dini anak telah dibekali sikap belaskasihan adil dan jujur maka

sesuai dengan hukum perkembangan hingga dewasa anak akan mewujudkan nilai-

nilai itu di dalam hidupnya sehari-hari. Karena semuanya telah menjadi miliknya dan

menjadi miliknya bagian dari hidupnya sendiri.

- Nilai kemurnian dalam seksualitas. Orang tua perlu menanamkan kemurnian dalam

seksualitas pada anak-anaknya. Seksualitas perlu dipahami secara keseluruhan

pribadi seutuhnya, jiwa-badan, jasmani-rohaninya (FC, art.37). Dalam keluarga

orang tua perlu memperlakukan anak sesuai dengan jenis kelaminnya. Dengan

demikian memungkinkan anak untuk menerima dirinya sebagai laki-laki atau

perempuan yang pada gilirannya merekapun akan dapat menerima orang lain apa

adanya. Pendidikan kemurnian mutlak perlu diberikan orang tua pada anaknya.

Page 83: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

67  

Kemurnian mengembangkan kematangan autentik manusia, yang menjadikannya

mampu menghormati dan memupuk makna badan (tubuh) yang memang diciptakan

Tuhan terarahkan pada perkawinan (FC, art.37). Orang tua juga hendaknya memberi

peluang bagi benih panggilan suci, untuk hidup selibat demi kerajaan Allah pada

anak-anaknya.

5) Bidang Martyria

Martyria berarti kesaksian. Menjadi saksi Kristus yang hidup merupakan tugas

dan tanggungjawab dalam menyampaikan kabar gembira. Dengan demikian kehadiran

Tuhan Allah semakin tampak jelas dalam hidup setiap orang, agar dunia percaya bahwa

Yesus diutus oleh bapa-Nya.

Keluarga sebagai pelaku pembangunan di mana keterlibatan sebagai benih,

garam, terang dan ragi bagi masyarakat diwujudnyatakan dalam kehidupan konkret.

Pelayanan pastoral ini pada masa kini, hanya dapat menjawab serta menghadapi

tantangan-tantangan zaman dengan semangat jiwa kristiani. Pelayanan pastoral juga

berusaha agar manusia di abad modern ini tentang mendengarkan suara Allah dalam diri

Yesus Kristus lewat saksi-saksi-Nya dalam pelayanan terhadap segenap umat manusia.

Bolong (2007:52) mengatakan bahwa keluarga yang beriman Kristen harus

menganggap rumah sebagai tempat berdoa, dan beribadat. Di dalam keluarga

ayah,ibu,anak-anak dan semua anggota keluarga melaksanakan imamat umum karena

pembaptisan.

Dari pernyatan ini mau menyatakan bahwa Keluarga yang beriman katolik

adalah keluarga katolik yang berkat pembaptisan dan di dalamnya oleh rahmat

sakramen perkawinan, (Komisi Keluarga KWI, 2003:18) keluarga menjadi anggota

Tubuh Kristus, dijadikan Umat Allah sebagai Imam,Nabi dan Raja, dan oleh karena itu

sesuai dengan kedudukan mereka masing-masing dipanggil untuk melaksanakan

Page 84: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

68  

perutusan yang dipercayakan kepada Gereja untuk dilaksanakan di dunia (Canon,

art.24:1).

Keluarga sangat berperan besar dalam proses pembentukan pribadi seseorang,

karena keluarga itu melanjutkan dan menghidupi tradisi hidup manusia. Iman kristiani

juga merupakan suatu tradisi kehidupan, artinya suatu perjalanan hidup. Lewat keluarga

seseorang dimasukkan kedalam pengalaman iman manusia, apakah kristiani atau bukan

iman kristiani. Bagaimanapun juga manusia didalam keluarga telah dimasukkan

kedalam dimensi hidup religious manusia, apakah itu tipis, kuat, tebal dan lain

sebagainya. Jadi merupakan suatu anugerah bila kita lalui dan didik dalam suatu

keluarga yang memiliki rasa religius yang kuat.

Selain nilai-nilai iman yang ditanamkan dalam keluarga, orang tua juga perlu

menanamkan bentuk pendidikan iman lainnya yang bisa membantu perkembangan dan

pertumbuhan iman anak melalui setiap cara yang nantinya dapat membantu pribadi anak

semakin dewasa, mandiri dan bertanggungjawab. Bentuk pendidikan iman maka yang

dimaksudkan di sini adalah pendidikan sosial, pendidikan ketrampilan dan pendidikan

kedisiplinan. Pendidikan sosial bagaimana orang tua mengajari anak-anak mereka

bersikap seperti sikap melayani dengan penuh cinta, sikap untuk bergaul dengan semua

orang, sikap menerima orang lain apa adanya, sikap menghargai dan sikap berempati

atau tenggang rasa kepada orang lain yang menderita dan yang mengalami kesusahan.

Pendidikan ketrampilan, bagaimana orang tua mengajari anak-anaknya untuk terampil

dalam memasak, menjahit, menata bunga, menata rumah, terampil dalam melukis dan

lain-lain. Pendidikan kedisiplinan, bagaimana orang tua mengajari anak-anaknya untuk

disiplin dalam waktu belajar, makan, bermain, bekerja, berdoa baik dalam keluarga,

lingkungan dan Gereja.

Page 85: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

69  

Apabila dalam keluarga orang tua sudah menanamkan pendidikan ini dan

memberi kepercayaan penuh kepada anak-anaknya sejak masih kecil dalam keluarga,

maka anak akan semakin bertanggungjawab dengan sikap hidupnya baik di dalam

keluarga, sekolah, Gereja maupun masyarakat yang lebih luas.

Orang tua memiliki tugas dan tanggungjawab pertama dan utama dalam

mendidik anak dalam bidang keagamaan, kesosialan, budaya dan kemasyarakatan.

Pendidikan meliputi aspek kognitif (intelektual), afekktif (emosi dan perasaan), etika

(nilai-nilai moral) dan estetika (nilai-nilai keindahan) (Tim Pusat Pendampingan

Keluarga Brayat Minulyo, 2007:23). Dalam rangkah memenuhi tugas mendidik anak

dalam bidang hidup keimanan, orang tua pertama-tama dituntut memiliki pengalaman

yang baik, menampilkan perilaku hidup yang baik sebab anak akan lebih mudah

mencontoh apa yang diperbuat orang tua. Setiap keluarga katolik membiasakan diri

untuk mengadakan doa bersama, membaca, dan merenungkan Sabda Tuhan bersama.

Dengan demikian keluarga menjadi Gereja mini (Hardiwiratno, 1994:85). Keluarga

menjadi kesatuan yang melambangkan kesatuan dari ketiga pribadi Ilahi : Bapa, Putera

dan Roh Kudus. Keluarga adalah Gereja mini tempat kesatuan bapa, ibu dan anak-anak

menjadi komunitas iman “dimana ada dua tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di

situ aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat 18:20). Dalam keluarga seorang anak

sungguh-sungguh dapat mengenal dan memahami Allah. Oleh karena itu dalam

keluarga kristiani orang tua harus membiasakan diri mengadakan doa bersama, ikut

dalam perayaan Ekaristi, menerima sakramen pengampunan secara teratur.

Keluarga katolik mempunyai tugas untuk berpartisipasi dalam misi pewartaan

Gereja yang diterima dari Yesus Kristus yaitu sebagai imam, nabi, dan raja melalui

penghayatan cinta kasih dalam seluruh perjalanan hidup mereka membangun keluarga

yang dijiwai oleh semangat pelayanan, pengorbanan, kesetiaan, pengabdian,

Page 86: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

70  

membagikan kekayaan rohani yang telah mereka terima dalam sakramen perkawinan

sebagai cerminan dari cinta Yesus Kristus kepada Gereja-Nya (FC, art.50). Dalam

bidang kemasyarakatan, orang tua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada

anak-anak dimensi sosial manusia. Anak di didik untuk memiliki jiwa dan semangat

solider, setia kawan, semangat berkorban, dan sehati-sejiwa dengan mereka yang

berkekurangan. Pendidikan dimulai dalam keluarga. Anak dididik dan dilatih untuk mau

membagi apa yang dimiliki. Keluarga katolik dipanggil untuk terlibat aktif dalam

membangun persaudaraan sejati (koinonia) yang didasari cinta, keadilan dan kebenaran

(Tim Pusat Pendampingan Keluarga Brayat Minulya, 2007:24)

Keluarga kristiani ikut menghayati kehidupan misi Gereja, yang mendengarkan

Sabda Allah dengan khidmat serta mewartakan penuh kepercayaan. Begitulah keluarga

menjalankan peranan kenabiannya dengan menyambut setulus hati serta menyiarkan

Sabda Allah. Keluarga dari hari ke hari makin berkembang sebgai persekutuan yang

beriman dan mewartakan Injil (FC, art.51).Dalam bidang kemasyarakatan, orang-tua

mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada anak-anak dimensi sosial manusia.

Anak dididik untuk memiliki jiwa dan semangat solider, setia kawan, semangat

berkorban, dan sehati-sejiwa dengan mereka yang berkekurangan. Pendidikan dimulai

dalam keluarga. Anak dididik dan dilatih untuk mau membagi apa yang dimiliki.

Keluarga katolik dipanggil untuk terlibat aktif dalam membangun persaudaraan sejati

(koinonia) yang didasari cinta, keadilan dan kebenaran (Tim Pusat Pendampingan

Keluarga Brayat Minulya, 2007:24).

Kitab Hukum Kanonik menguraikan orang-tua kristiani sebagai berikut: melebihi semua yang lain, orang-tua berkewajiban untuk membina anak-anak mereka dalam iman dan dalam praktek kehidupan kristiani, baik lewat kata maupun teladan hidup mereka, demikian pula terikat kewajiban yang sama mereka yang menggantikan orang-tua dan bapa-ibu permandian (KHK. Kan. 774, art.2).

Page 87: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

71  

Rumusan ini menegaskan bahwa orang-tua, karena telah memberi hidup

kepada anak-anaknya, terikat kewajiban yang berat dan mempunyai hak untuk mendidik

mereka, oleh sebab itu adalah pertama-tama tugas orang-tua kristiani untuk

mengusahakan pendidikan kristiani bagi anak-anak menurut ajaran yang diwariskan

Gereja. Orang-tua wajib mendidik anak-anak dengan pendidikan kristiani dalam

keluarga. Orang-tua dipanggil untuk melaksanakan tugas perutusan yang dipercayakan

Allah kepada mereka dalam keluarga, masyarakat dan Gereja tanpa melupakan tugas

yang pertama dan utama sebagai pendidik iman bagi anak-anaknya.

4. Upaya yang dilakukan Para suster komunitas Yogyakarta dalam kegiatan

kunjungan keluarga

Dalam melihat keprihatinan yang ada dalam komunitas, dan lingkungan, salah

satunya adalah bidang pastoral pelayanan kurang mendapat perhatian. Para suster

komunitas Yogyakarta belum ada usaha yang jelas maka perlu tempat dan fasilitas yang

mendukung karya pastoral pelayanan. Para suster komunitas Yogyakarta perlu terjun

dalam bidang pastoral pelayanan yang mendesak serta membutuhkan para suster PRR

yang mampu dan mau. Upaya yang harus dilakukan oleh para suster komunitas dalam

pastoral pelayanan adalah:

a. Usaha melibatkan suster PRR Yogyakarta dalam pastoral pelayanan keluarga

Dalam Konstitusi Tarekat PRR artikel 104 dikatakan: Adapun kerasulan yang

menjadi kegiatan para suster sebagai perwujudan perutusan adalah keterlibatan dalam

karya pastoral setempat dengan melibatkan diri dalam pelayanan. Hendaklah para suster

bersedia melaksanakan pelayanan kerasulan yang ditentukan oleh Konggregasi. Tetapi

sedapat mungkin setiap suster diberi tugas sesuai dengan bakat dan kemampuannya

masing-masing. Keterlibatan dalam bidang pastoral membutuhkan seorang pelayan

Page 88: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

72  

yang profesional sesuai tuntutan jaman. Profesional dalam arti seorang pelayan yang

yang bukan hanya menjalani studi khusus dalam bidang pendampingan khususnya

bidang pastoral keluarga, tetapi yang mau dan bersedia.

Pendampingan pastoral harus menjadi pertolongan yang konsisten dan dapat

dipercaya dan membutuhkan kesiapan agar dapat dipertanggungjawabkan. Dengan

demikian dibutuhkan suatu pendekatan yang holistik bagi pelayan yang akan menjalani

pendampingan pastoral. Hal ini meliputi persiapan emosi, sikap, komitmen-komitmen

etis sejauh berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan untuk pendampingan

pastoral.

Maka para suster komunitas Jogyakarta yang terlibat dalam pastoral keluarga

perlu adanya kemauan dan kerelaan dalam pendampingan pastoral agar dapat berjalan

dengan baik dan efektif. Dengan adanya kemauan dan kerelaan dapat memampukan

para suster untuk terlibat dalam karya pastoral keluarga sesuai dengan spiritualitas PRR.

Dalam kenyataan jaman sekarang masalah keluarga sangat kompleks maka

dibutuhkan pendampingan dalam hal ini para suster yang kompeten dalam bidang

pastoral keluarga. Kompeten dalam arti bahwa bisa bekerja sama dengan sesama yang

lain. Mengadakan kunjungan keluarga yang integretet dengan membuat catatan kasus,

melalui langkah yang tepat dan bertahap. Apabila telah menemukan permasalahan

dengan jelas, maka usaha untuk mencari solusi. Penanggulan preventif dengan

mengadakan kegiatan bina iman, mengembangkan ketrampilan, mental, sosial dan lain-

lain. Perlu ada kegiatan-kegiatan khusus menyangkut soal keluarga yang terbuka bagi

umum.

Page 89: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

73  

b. Usaha mengutamakan sesama yang lemah,miskin dan terlantar

Para suster PRR berusaha untuk mengutamakan sesama yang menderita akibat

ketidakadilan dan berupaya untuk:

1) Meningkatkan kesadaran bahwa di dunia ini ada orang-orang miskin dan tertindas

2) Mewujudkan solidaritas dengan menjalankan apa saja yang mungkin dilakukan

untuk turut serta dalam penderitaan sesama dan meringankannya

3) Menyadari kemiskinan dan keterbatasan diri sehingga berkembanglah rasa solidaritas

dengan sesama yang miskin dan tertindas

4) Menyingkapkan sebab-sebab ketidakadilan serta berusaha menemukan bentuk

ketidakadilan yang menyusup dalam kehidupan

5) Meneliti kemampuan kita untuk dapat turut serta mengubah situasi dan system

ketidakadilan dan masyarakat.

B. Penelitian Yang Relevan

Kunjungan keluarga adalah salah satu bentuk pastoral yang diselenggarakan

oleh para suster dalam usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan iman keluarga

katolik. Melalui kegiatan kunjungan keluarga yang diselenggarakan oleh para suster

tersebut, diharapkan agar keluarga tidak hanya mengerti ajaran-ajaran kristiani, tetapi

juga mereka dapat mengikuti dan meneladani ajaran-ajaran Kristus itu sendiri dalam

kehidupan keluarga setiap hari, sehingga mereka dapat berkembang menjadi iman yang

dewasa dan bertanggungjawab. Di samping itu diantara keluarga-keluarga katolik yang

selama ini yang tidak aktif dalam kegiatan di lingkungan dimintai pendampat

sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan kunjungan keluarga tersebut. Populasi

penelitian ini adalah keluarga-keluarga katolik di lingkungan Maria Ratu Rosari. Jumlah

seluruh keluarga katolik di lingkungan Maria Ratu Rosari sebanyak + 30 kepala

Page 90: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

74  

keluarga, yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 responden,

cara pengambilan jumlah responden adalah 20 % dari jumlah seluruh keluarga katolik.

Metode yang dipakai adalah penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang

dilakukan dengan tujuan membuat gambaran deskripsi tentang keadaan secara obyektif.

Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan Angket dan

wawancara, artinya setiap responden di mintai pendapat sesuai pengalaman responden.

Tujuan pengumpulan data ini adalah menggali semua pendapat keinginan yang

berkaitan langsung dengan situasi responden.

Dari penelitian diperoleh hasil sharing bahwa orang tua semakin menyadari

tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik iman yang pertama dan utama dalam

keluarga.

Terselenggaranya kegiatan kunjungan keluarga ini didukung oleh jadwal kegiatan

lingkungan yang tepat, dan tidak membutuhkan biaya. Kegiatan kunjungan keluarga

terhambat oleh kurangnya dukungan dari keluarga dan komunitas. Penulis melihat

bahwa penelitian yang dilakukan oleh penulis ini relevan dengan situasi yang dialami

oleh umat di lingkungan Maria Ratu Rosari.

C. Kerangka Pikir

Kunjungan keluarga adalah salah satu bentuk pastoral yang diselenggarakan

oleh paroki atau Gereja dengan tujuan bukan untuk mempertobatkan atau membujuk

seseorang agar aktif dalam kegiatan-kegiatan gerejawi atau membantu keluarga

memecahkan masalah mereka, namun maksud dari kunjungan keluarga adalah mau

bersikap terbuka dan memperhatikan keadaaan orang lain.

Page 91: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

75  

Manfaat dari kunjungan keluarga adalah banyak pengalaman yang bisa didapat,

hubungan yang akrab, serta membuat keluarga merasa lebih disapa. Dengan kegiatan

kunjungan keluarga, membantu keluarga untuk mengembangkan iman mereka.

Perkembangan iman bukanlah suatu peristiwa yang hanya terjadi satu kali

seumur hidupnya, tetapi merupakan suatu proses pertumbuhan yang secara terus-

menerus. Pendidikan iman dalam keluarga adalah membantu anak untuk bertumbuh dan

berkembang menjadi seorang pribadi yang dewasa dan bertanggungjawab, maka

pendidikan iman anak merupakan hal yang penting. Menanamkan iman kepada anak-

anak bukanlah sesuatu yang sekali jadi, tetapi melalui dan membutuhkan suatu proses

yang panjang. Dengan demikian iman yang sudah ditanamkan dalam diri anak sejak

mereka masih kecil akan membantu menemukan nilai-nilai kristiani yang lebih baik.

Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai

akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan bukan sekadar

penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan

kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi

komplek.

Sedangkan iman adalah pertemuan pribadi yang mendalam dengan Allah yang

hidup, dimana manusia menyerahkan diri dengan penuh cinta kepada-Nya, suatu

pengalaman tanpa batas untuk hidup bagi Allah dan sesuai dengan perintah-Nya. Iman

pertama-tama merupakan suatu peristiwa hubungan atau perjumpaan secara pribadi

antara manusia dengan Allah. Seseorang dapat dikatakan beriman bila percaya dan

menyerahkan dirinya seutuhnya kepada Allah. Beriman berarti menyerahkan diri

sepenuhnya kepada kehendak dan kuasa Tuhan.

Iman yang dihayati merupakan warisan bukannya yang dihayati dalam

menghadapi persoalan hidup. Iman dalam diri anak dapat bertumbuh dengan baik dan

Page 92: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

76  

subur melalui kehidupan dalam keluarga. Dengan demikian pelaku utama dan pertama

dalam pendidikan iman anak adalah orang tua. Orang tua perlu menyadari akan

tanggungjawabnya dalam memberikan bimbingan terhadap anak dalam

mengembangkan iman anak. Untuk menjalankan perannya dengan baik, orang tua perlu

memberikan teladan dan bimbingan, sehingga anak-anak sangat terbantu untuk

mengungungkapkan imannya bila mereka melihat teladan dan kesaksian hidup iman

yang konkret dari orang tuanya. Orang tua adalah pendidik pertama dan utama dalam

keluarga diharapkan dapat memberikan perhatian dan kasih saying dalam diri anak,

maka dengan demikian anak akan merasa kerasan berada di rumah.

Kunjungan keluarga merupakan kegiatan pastoral yang membawa dampak

postif terhadap perkembangan iman dalam keluarga. Keluarga-keluarga katolik di

lingkungan Maria Ratu Rosari sebagian telah memahami bahwa kunjungan keluarga

membawa dampak postif bagi perkembangan iman keluarga. Mereka menyadari bahwa

dengan kunjungan keluarga mereka merasa terbantu dalam menyadari akan tugas orang

tua yang pertama dan utama dalam membimbing anak. Melalui kegiatan yang

dilaksanakan oleh para suster orang tua juga merasa terbantu dalam usaha

meningkatkan penghayatan akan pengaruh dan fungsi mereka sebagai pendidik yang

pertama dan utama dalam mengembangkan iman anak mereka.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

X → Y

Keterangan:

X : Kegiatan Kunjungan Keluarga

Y : Perkembangan Iman keluarga katolik

Page 93: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

77  

D. Hipotesis

Berdasarkan pada latar belakang masalah, rumusan, tujuan dan kajian pustaka

maka dugaan sementara yang perlu dibuktikan dalam penelitian adalah:

H0 = Tidak ada perbedaan iman keluarga sebelum dan sesudah kegiatan kunjungan

keluarga

H1 = Ada perbedaan iman keluarga sebelum dan sesudah kegiatan kunjungan

Keluarga

Page 94: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

78  

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi

penelitian, yaitu: jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian,

populasi, metode pengumpulan data, jenis dan instrument pengumpulan data, serta

teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuasi eksperimen. Dalam kuasi eksperimen ini

peneliti tidak dapat melakukan kontrol penuh tetapi hanya dapat mengontrol salah satu

dari hal-hal: pengamatan atau pengukuran atas variabel terikat yang dilakukan,

perlakuan atau variabel bebas diberikan (Soehartono, 2004:49).

Jenis penelitian dirancang untuk mengetahui sejauhmana pengaruh kegiatan kunjungan

terhadap perkembangan iman keluarga katolik. Pendekatan yang akan digunakan

adalah: Pendekatan kuantitatif yaitu penelitian dengan menggunakan angka baik dari

pengumpulan data sampai pengolahan data.

B. Desain Penelitian

Desain yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: Prates-Pascates satu

kelompok. Desain menempuh tiga langkah yaitu survey untuk mengetaui situasi,

memberi perlakuan kepada subyek variabel bebas (Kegiatan kunjungan keluarga),

kemudian memberi tes lagi untuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan

(Pascates). Perbedaan-perbedaan yang disebabkan karena penerapan perlakuan

Page 95: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

79  

eksperimen ditentukan dengan membandingkan skor prates dan pascates yang

dihasilkan dari alat ukur yang sama atau relatif/identik (Nana Sudjana 2004:35).

Desain Prates-Pascates satu kelompok

Prates Variabel bebas Pascates

Y X Y

Prates Variabel bebas Pascates

Iman keluarga Kegiatan Kunjungan

keluarga

Iman keluarga

C. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Maria Ratu Rosari wilayah Stasi Santo

Paulus Pringgolayan. Kegiatan penelitian dilaksanakan dari minggu pertama bulan

Oktober sampai minggu pertama bulan Nopember 2009.

D. Populasi Penelitian dan Sampel

Populasi penelitian ini bersifat populatif, artinya semua bapak dan ibu (keluarga

katolik), yang ada di lingkungan Maria Ratu Rosari wilayah Stasi Santo Paulus

Pringgolayan menjadi populasi yang berjumlah 30 keluarga. Jumlah populasi ini

sekaligus menjadi sampel penelitian. Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan untuk

meningkatkan kegiatan kunjungan di Stasi Santo Paulus Pringgolayan serta

pengaruhnya terhadap perkembangan iman keluarga katolik di Stasi tersebut.

Page 96: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

80  

E. Metode Pengumpulan Data

1. Variabel

a. Variabel bebas: Variabel bebas atau variabel predictor (independent variable)

sering diberi notasi X adalah variabel penyebab atau yang diduga memberikan suatu

pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain.

b. Variabel terikat: Variabel terikat atau variabel respons (dependent variable) sering

diberi notasi Y, yakni variabel yang ditimbulkan atau efek dari variabel bebas.

Variabel bebas adalah kegiatan kunjungan keluarga. Jika diadakan kegiatan

kunjungan keluarga maka akan dilihat efeknya pada perkembangan iman keluarga,

maka perkembangan iman keluarga disebut variabel terikat.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Kunjungan keluarga

Kunjungan keluarga adalah salah satu bentuk pastoral dalam usaha

pendampingan dan pelayanan yang melibatkan seorang imam atau suster melalui

aksi kunjungan dari rumah ke rumah yang dilaksanakan tidak hanya satu kali saja

tetapi ada kelanjutan atau terus-menerus, yang didalamnya ada suasana, doa, dan

sharing pengalaman. Sehingga orang yang dikunjungi merasa senasib: satu dalam

keakraban, satu dalam kegembiraan, satu dalam penderitaan

b. Iman keluarga

Iman keluarga adalah kepercayaan yang terwujud dalam tingkah laku terus-

menerus yang ditandai dengan senang berdoa dan ke Gereja, senang membantu atau

menolong, dan bersaudara dengan siapa saja. Dalam hal ini menciptakan suasana

keluarga yang menyenangkan, menanamkan kedisiplinan, memberi kesaksian atau

teladan, mengasihi dan memberi perhatian yang penuh bagi perkembangan iman

Page 97: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

81  

keluarga sehingga menjadi manusia yang dewasa dalam iman dan bertanggungjawab

atas dirinya dan sesama.

3. Instrumen Penelitian

Sebelum mengadakan penelitian, penulis mempersiapkan Pertama, angket

yang berupa daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden. Kedua, wawancara

sebagai alat untuk pengumpul data atau fakta informasi dari seseorang.

a. Angket berupa daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk membantu

penulis memperoleh data yang lengkap dan obyektif. Angket ini langsung diberikan

kepada keluarga-keluarga yang ingin dimintai pendapatnya. Responden hanya boleh

memilih satu alternatif yang sudah disediakan (Sutrisno, 1982:160).

b. Wawancara

Wawancara adalah: suatu alat untuk memperoleh data atau fakta informasi dari

seseorang yang terjadi dengan adanya pertemuan empat mata. Dengan tujuan untuk

mendapat data yang lebih diperlukan untuk bimbingan. Wawancara yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah sebagai alat untuk memperoleh data. Wawancara ini

dilakukan dengan mengadakan kunjungan dari rumah ke rumah.

Page 98: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

82  

4. Kisi-kisi Indikator

No Variabel Sub Variabel Indikator Item

Perkembangan

Iman keluarga

Memahami/menyadari - Menjelaskan tentang

tugas dan tangungjawab

orang-tua dalam

pendidikan iman anak

1

- Liturgi

- Rajin berdoa dan ke

Gereja

- Doa bersama dalam

keluarga

Membaca Kitab Suci

bersama

7

- Diakonia

- Mengajak anak untuk

ikut doa di lingkungan

- Terlibat dalam kegiatan

di lingkungan

Membiasakan membuat

tanda salib sebelum dan

sesudah makan atau

kegiatan lainnya

6

- Kerygma

- Meluangkan waktu

untuk berkumpul

- Mengantar anak untuk

sekolah minggu

12

Page 99: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

83  

- Mengampuni dan

memaafkan sesame

Koinonia Membangun dialog

yang sehat

Saling memperhatikan

Memahami orang lain

Menasihati dengan

penuh cinta

Pengukuran pengetahuan orangtua menggunakan angket berskala 4 sebanyak 15

butir, nilai maksimal yang dapat diperoleh adalah 60 dan nilai minimal yang dapat

diperoleh adalah 15.

Pengukuran perwujudan atau tindakan menggunakan angket skala 4. Teknik

pengukurannya dinyatakan dalam bentuk skor yaitu dengan memberi skor 4-1 pada

setiap pernyataan. Adapun jumlah pertanyaan seluruhnya ada 15 butir. Jadi nilai

maksimal yang dapat diperoleh tiap item adalah 60, sedangkan nilai minimal yang dapat

diperoleh adalah 15.

5. Pengembangan Instrumen

1) Analisis Instrumen

Penelitian ini dilaksanakan dengan uji coba terpakai artinya tanpa mengadakan

uji coba sebelum penelitian diadakan. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan

untuk menganalisis butir. Dalam uji coba terpakai ini digunakan validitas butir.

Validitas ini diperoleh dengan cara mengkorelasikan skor dari setiap butir pernyataan

dengan skor total dari seluruh butir (Sutrisno Hadi, 2004:125-126). Validitas memiliki

Page 100: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

84  

arti jika bergerak dari 0,00 sampai dengan 1,00. Dalam uji coba ini penentuan validitas

butir menggunakan koefisien korelasi product momen pada taraf signifikansi 0,05

dengan N atau jumlah responden 30 keluarga, maka butir yang memiliki koefisien

korelasi lebih besar atau sama dengan nilai 0,3 dianggap valid dan layak digunakan

dalam penelitian ini, artinya butir tersebut tidak gugur. Teknik yang digunakan untuk

menguji validitas butir pada dua skala dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

jasa komputer Microsoft Office Excel 2007.

Berdasarkan hasil uji coba terpakai validitas butir dengan menggunakan

koefisien korelasi product moment pada taraf signifikan 5% dengan N (30), maka butir

yang memiliki koefisien korelasi lebih besar atau sama dengan nilai 0,56 dianggap valid

dan layak digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji coba terpakai dinyatakan valid. Dari

30 butir item yang diuji menunjukkan bahwa 30 item tersebut dinyatakan valid. Hasil

uji validitas menggunakan jasa komputer program Microsoft Office Excel 2007 dapat

dilihat pada lampiran.

1) Reliabilitas Instrumen

Reliabilitasi alat ukur adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam

mengukur apa yang diukurnya. Artinya, kapan pun alat ukur tersebut digunakan akan

memberikan hasil ukur yang sama (Nana Sudjana, 2004: 120-125). Pengukuran yang

memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Reliabilitas

memiliki berbagai istilah lain seperti: keterpercayaan, keterandalan, keajegan,

kestabilan dan konsistensi. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu

skala mengukur suatu faktor atau variabel tertentu secara konsisten. Uji reliabilitas

dalam penelitian ini mengukur konsistensi interval, yakni apakah item-item dari skala

yang dipakai berhubungan satu dengan yang lain. Semain tinggi koefisien korelasi

Page 101: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

85  

berarti menunjukkan tingkat reliabilitas semakin konsisten. Besar koefisien reliabilitas

berkisar antara 0,000 sampai dengan 1,00 dan tidak ada patokan yang pasti. Namun

demikian besar koefisien reliabilitas semakin mendekati nilai 1,00 berarti terdapat

konsistensi hasil ukur yang semakin sempurna atau tinggi. Dalam penelitian ini uji

reliabilitas menggunakan jasa komputer program Microsoft Office Excel 2007 dan

program komputer SPSS 12 For Windows.

Dari hasil Analisis Soal angket dapat diketahui bahwa Reliabilitas dari soal yang

peneliti buat adalah 0,961.

RELIABILITY ANALYSIS – SCALE (ALPAH)

Reliahbility Coefficients

N of Cases = 30.0 N of Items = 2

Alpha = .961

Dari hasil analisis di atas didapat nilai Alfha sebesar 0.961 adalah bagus. Hal ini

berarti bahwa Instrumen sangat reliabel.

6. Teknik Analisis Data

1) Deskripsi data

Deskripsi data meliputi mean dan penggolongan. Kriteria penggolongan

adalah sebagai berikut: Skor maksimal dikurangi skor minimal dibagi 4. Dengan contoh

15 soal adalah sebagai berikut (60-15/4 : 11,25.

Selalu = 48,75-60

Sering = 37,50-48,75

Jarang = 26,25-37,50

Tidak pernah = 15-26,25

Page 102: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

86  

2) Uji Hipotesis dengan uji T melalui program SPSS

Hipotesis penelitian diuji dengan uji statistik T tes yang diuji adalah

perbedaan pengetahuan dan perwujudan atau tindakan orang tua sebelum dan sesudah

perlakuan T tes dipakai karena pada sampel termasuk kecil, yakni 30

(Santoso,2003:dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 12,0 For

Windows.

Adapun Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak ada perbedaan iman keluarga sebelum dan sesudah kegiatan kunjungan

keluarga

H1 : Ada perbedaan iman keluarga sebelum dan sesudah kegiatan kunjungan keluarga

Page 103: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

87  

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Maria Ratu Rosari, Stasi Santo Paulus

Pringgolayan, Paroki Santo Yusup Bintaran Yogyakarta. Lingkungan ini merupakan

lingkungan yang cukup jauh letaknya dari Gereja Stasi Santo Paulus Pringgolayan.

Penelitian ini dilaksanakan dengan empat tahap yaitu: Pertama, kunjungan biasa.

Setelah mendapat persetujuan dari ketua Dewan Stasi dan ketua lingkungan Maria Ratu

Rosari, peneliti mengadakan kunjungan kedua yang disertai dengan penyebaran angket

dengan bantuan ketua lingkungan. Setelah itu peneliti mengadakan wawancara yang

pertama. Setelah penyebaran angket dan wawancara pertama, peneliti mengadakan

kunjungan ketiga, setelah itu kunjungan lagi sekaligus disertai dengan penyebaran

angket dan wawancara kepada keluarga-keluarga katolik yang berada di lingkungan

Maria Ratu Rosari. Pelaksanaan penelitian dimulai pada awal bulan Oktober 2009

sampai awal bulan Nopember 2009 setiap hari pukul 16.00 WIB sampai 18.00 WIB.

Dari 30 angket yang disebarkan oleh peneliti kepada keluarga-keluarga katolik yang

berada di lingkungan Maria Ratu Rosari, soal angket yang kembali kepada peneliti ada

30, berarti semua soal yang disebarkan kembali semua kepada peneliti. Dan dari 30 soal

angket tersebut yang bisa dan memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai data adalah

semua.

Jumlah populasi yang terdapat di lingkungan Maria Ratu Rosari ada 30 keluarga. Dalam

penelitian ini peneliti mengambil 30 sampel penelitian dari 30 keluarga. Demikianlah

gambaran umum tentang hasil penelitian.

Page 104: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

88  

1. Deskripsi Data Perkembangan Iman keluarga sebelum kegiatan kunjungan

keluarga.

a. Data Hasil Angket

Hasil yang diperoleh sebelum kunjungan: -43,13333. Dari segi pengetahuan

rata-rata 88,1333 dan perwujudan atau tindakan 131,26667 (lihat lampiran).

Deskripsi peran orang-tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam pendidikan iman

anak:

Dari hasil data yang terkumpul tentang pengetahuan orang-tua sebagai pendidik

iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga dari sebagian besar hasil jawaban

kuesionernya adalah guru agama, para pendamping sekolah minggu dan para

pendamping rohani lainnya karena mereka lebih tahu mengarahkan anak-anak kearah

yang lebih baik (berdasarkan data yang diperoleh) dan sebagian kecil menjawab orang-

tua dan lebih ditujukkan kepada pihak ibu dengan alasan karena ibu yang lebih

mengenal psikologi anak anak lebih banyak waktu dengan anak. Dari jawaban dan

alasannya nampak sekali kalau orang-tua kurang menyadari akan tugasnya sebagai

pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam pendidikan iman anak.

Tabel 1: Rajin Berdoa

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 3 10%

Sering 3 16 53,33%

Jarang 2 4 13,33%

Tidak pernah 1 7 23,33%

Jumlah 30 100%

Page 105: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

89  

Data sebagaimana tercantum pada tabel 1 di atas menunjukkan bahwa orang-

tua yang memiliki kesadaran untuk doa bersama dalam keluarga dengan klasifikasi baik

atau selalu ada 3 (10%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk doa

bersama dalam keluarga dengan klasifikasi sering ada 16 (53,33%) dari 30 keluarga;

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk doa bersama dalam keluarga dengan

klasifikasi jarang ada 4 (13,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran

untuk doa bersama dalam keluarga dengan klasifikasi tidak pernah ada 7 (23,33%) dari

30 keluarga.

Tabel 2: Rajin ke Gereja

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 9 30%

Sering 3 10 33,33%

Jarang 2 4 13,33%

Tidak pernah 1 7 23,33%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa orang-

tua yang memiliki kesadaran ke Gereja dengan klasifikasi baik atau selalu ada 9 (30%)

dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran ke Gereja dengan klasifikasi

sering ada 10 (33,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran ke Gereja

dengan klasifikasi jarang ada 4 (13,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran ke Gereja dengan klasifikasi tidak pernah ada 7 (23,33%) dari 30 keluarga.

Tebel 3: Mengajak anak untuk ikut doa di lingkungan

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 1 3,33%

Page 106: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

90  

Sering 3 10 33,33%

Jarang 2 12 40%

Tidak pernah 1 7 23,33%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 3 di atas menunjukkan bahwa orang-tua

yang memiliki kesadaran mengajak anak untuk ikut doa di lingkungan dengan

klasifikasi baik atau selalu ada 1 (3,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran mengajak anak untuk ikut doa di lingkungan dengan klasifikasi sering ada 10

(33,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran mengajak anak untuk

ikut doa di lingkungan dengan klasifikasi jarang ada 12 (40 %) dari 30 keluarga; orang-

tua yang memiliki kesadaran mengajak anak untuk ikut doa di lingkungan dengan

klasifikasi tidak pernah ada 7 (23,33%) dari 30 keluarga.

Tabel 4: Membaca Kitab Suci Bersama

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 17 56%

Sering 3 4 13%

Jarang 2 5 16%

Tidak pernah 1 4 13%

jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 4 di atas menunjukkan bahwa orang-tua

yang memiliki kesadaran untuk membaca Kitab Suci bersama dengan klasifikasi baik

atau selalu 17 (56%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran membaca

Kitab Suci dengan klasifikasi sering ada 4 (13%) dari 30 keluarga; orang-tua yang

memiliki kesadaran membaca Kitab Suci dengan klasifikasi jarang ada 5 (16%) dari 30

Page 107: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

91  

keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran membaca Kitab Suci dengan klasifikasi

tidak pernah ada 4 (13%) dari 30 keluarga.

Tabel 5: Membantu atau menolong sesama

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 22 73%

Sering 3 5 16%

Jarang 2 3 10%

Tidak pernah 1 0 0%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa orang-tua

yang memiliki kesadaran untuk membantu atau menolong sesama dengan klasifikasi

baik atau selalu ada 22 (73%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran

untuk membantu atau menolong sesama dengan klasifikasi sering ada 5 (16%) dari 30

keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk membantu atau menolong sesama

dengan klasifikasi jarang ada 3 (10%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk membantu atau menolong sesama dengan klasifikasi tidak pernah ada 0

(0%) dari 30 keluarga.

Tabel 6: Terlibat dalam kegiatan di lingkungan

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 3 10%

Sering 3 6 20%

Jarang 2 12 40%

Tidak pernah 1 9 30%

Jumlah 30 100%

Page 108: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

92  

Data sebagaimana tercantum pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa orang-

tua yang memiliki kesadaran untuk terlibat dalam kegiatan di lingkungan dengan

klasifikasi baik atau selalu ada 3 (10%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk terlibat dalam kegiatan di lingkungan dengan klasifikasi sering ada 6

(20%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk terlibat dalan

kegiatan di lingkungan dengan klasifikasi jarang ada 12 (40%) dari 30 keluarga; orang-

tua yang memiliki kesadaran untuk terlibat dalam kegiatan di lingkungan dengan

klasifikasi tidak pernah ada 9 (30%) dari 30 keluarga.

Tabel 7: Membiasakan membuat tanda salib sebelum dan sesudah makan atau

kegiatan lainnya

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 1 3,33%

Sering 3 18 60%

Jarang 2 7 23,33%

Tidak pernah 1 4 13,33%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 7 di atas menunjukkan bahwa orang-

tua yang memiliki kesadaran untuk membiasakan membuat tanda salib sebelum dan

sesudah makan atau kegiatan lainnya dengan klasifikasi baik atau selalu 1 (3,33%) dari

30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk membiasakan membuat tanda

salib sebelum dan sesudah makan atau kegiatan lainnya dengan klasifikasi sering ada 18

(60%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk membuat tanda salib

sebelum dan sesudah makan atau kegiatan lainnya dengan klasifikasi jarang ada 7

(23,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk membuat tanda

Page 109: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

93  

salib sebelum dan sesudah makan atau kegiatan lainnya dengan klasifikasi tidak pernah

ada 4 (13,33%) dari 30 keluarga.

Tabel 8: Meluangkan waktu untuk berkumpul

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 10 33,33%

Sering 3 9 30%

Jarang 2 4 13,33%

Tidak pernah 1 7 23,33%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 8 di atas menunjukkan bahwa orang-tua

yang memiliki kesadaran untuk meluangkan waktu untuk berkumpul dengan klasifikasi

baik atau selalu ada 10 (33,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran

untuk meluangkan waktu untuk berkumpul dengan klasifikasi sering ada 9 (30%) dari

30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk meluangkan waktu untuk

berkumpul dengan klasifikasi jarang ada 4 (13,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang

memiliki kesadaran untuk meluangkan waktu untuk berkumpul dengan klasifikasi tidak

pernah ada 7 (23,33%) dari 30 keluarga.

Tabel 9: Mengantar anak untuk sekolah minggu

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 1 3,33%

Sering 3 10 33,33%

Jarang 2 12 40%

Tidak pernah 1 7 23,33%

Jumlah 30 100%

Page 110: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

94  

Data sebagaimana tercantum pada tabel 9 di atas menunjukkan bahwa orang-

tua yang memiliki kesadaran untuk mengantar anak untuk sekolah minggu dengan

klasifikasi baik atau selalu ada 1 (3,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk mengantar anak untuk sekolah minggu dengan klasifikasi sering ada 10

(33,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk mengantar anak

untuk sekolah minggu dengan klasifikasi jarang ada 12 (40%) dari 30 keluarga; orang-

tua yang memiliki kesadaran untuk mengantar anak untuk sekolah minggu dengan

klasifikasi tidak pernah 7 (23,33%) dari 30 keluarga.

Tabel 10: Mengampuni dan memaafkan sesama

Kualifikasi Skor Jumlah %

4 20 66,67%

Sering 3 5 16,67%

Jarang 2 0 0%

Tidak pernah 1 5 16,67%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 10 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk mengampuni dan memaafkan sesama dengan

klasifikasi baik atau selalu 20 (66,67%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk mengampuni dan memaafkan sesama dengan klasifikasi sering ada 5

(16,67%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk mengampuni dan

memaafkan sesama dengan klasifikasi jarang 1 (0%) dari 30 keluarga; orang-tua yang

memiliki kesadaran untuk mengampuni dan memaafkan sesama dengan klasifikasi tidak

pernah 5 (16,67%) dari 30 keluarga.

Page 111: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

95  

Tabel 11: Membangun dialog yang sehat

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 3 10%

Sering 3 6 20%

Jarang 2 12 40%

Tidak pernah 1 9 30%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 11 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk membangun dialog yang sehat dengan

klasifikasi baik atau selalu ada 3 (10%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk membangun dialog yang sehat dengan klasifikasi sering ada 6 (20%)

dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk membangun dialog yang

sehat dengan klasifikasi jarang 12 (40%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk mengampuni dan memaafkan sesama dengan klasifikasi tidak pernah 9

(30%) dari 30 keluarga.

Tabel 12: Saling memperhatikan

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 2 6,67%

Sering 3 18 60%

Jarang 2 6 20%

Tidak pernah 1 4 13,33%

Jumlah 30 100%

Page 112: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

96  

Data sebagaimana tercantum pada tabel 12 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk saling memperhatikan dengan klasifikasi baik

atau selalu ada 2 (6,67%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk

memahami orang lain dengan klasifikasi sering ada 18 (60%) dari 30 keluarga; orang-

tua yang memiliki kesadaran untuk memahami orang lain dengan klasifikasi jarang 6

(20%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk memahami orang lain

dengan klasifikasi tidak pernah ada 4 (13,33%) dari 30 keluarga.

Tabel 13: Memahami orang lain

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 10 33,33%

Sering 3 9 30%

Jarang 2 4 13,33%

Tidak pernah 1 7 23,3%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 13 di atas menunjukkan bahwa orang-

tua yang memiliki kesadaran untuk memahami orang lain dengan klasifikasi baik atau

selalu ada 10 (33,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk

saling memperhatikan dengan klasifikasi sering ada 9 (30%) dari 30 keluarga; orang-tua

yang memiliki kesadaran untuk saling memperhatikan dengan klasifikasi jarang 4

(13,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk saling

memperhatikan dengan klasifikasi tidak pernah ada 7 (23,3%) dari 30 keluarga.

Page 113: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

97  

Tabel 14: Menasihati dengan penuh cinta

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 1 3,33%

Sering 3 10 33,33%

Jarang 2 12 40%

Tidak pernah 1 7 23,33%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 14 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk menasihati dengan penuh cinta dengan

klasifikasi baik atau selalu ada 1 (3,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk menasihati dengan penuh cinta dengan klasifikasi sering ada 10

(33,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk menasihati dengan

penuh cinta dengan klasifikasi jarang 12 (40%) dari 30 keluarga; orang-tua yang

memiliki kesadaran untuk menasihati dengan penuh cinta dengan klasifikasi tidak

pernah 7 (23,33%) dari 30 keluarga.

Deskripsi Perkembangan iman keluarga sesudah kunjungan keluarga

Hasil penelitian yang diperoleh sesudah kunjungan keluarga dari segi pengetahuan rata-

rata (mean) 131,2667, sedangkan simpangan baku (standard Deviasi) sebesar 6,63810

dan standard kesalahan perbedaan sesudah kegiatan kunjungan keluarga sebesar

1.21195 dari 30 keluarga responden dan 30 item yang diolah.

b. Hasil Wawancara Kunjungan Biasa

Dilihat dari hasil sharing pada saat kunjungan biasa juga pada saat wawancara

setelah pelaksanaan kegiatan kunjungan biasa pada umumnya responden mengatakan

hal yang sama tentang tugas dan tanggungjawab orang tua dalam keluarga.

Page 114: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

98  

1. Menurut responden yang menjadi tugas dan tanggungjawab orang tua dalam

keluarga adalah bahwa kami sebagai orang tua tugas kami hanya membesarkan,

melindungi, merawat, tetapi yang menjadi pendidik utama adalah guru di sekolah,

guru agama di sekolah, dan para pendamping rohani lainnya yang didukung oleh

Gereja atau lingkungan. Kami sebagai orang tua hanya tahu membesarkan dan

memberi teladan hidup yang baik dari kami selaku orang tua. Namun kami tidak

mampu mendidik anak kami lebih dari itu, tetapi iman anak kami bertumbuh dan

berkembang melalui bantuan orang lain yaitu guru, teman-teman di mana mereka

berada dan juga lingkungan sekitar. Namun kami sadar bahwa kami sebagai orang

tua tugas dan tanggungjawab kami tidak terbatas pada membesarkan dan melindungi

anak.

2. Menurut responden, yang kami lakukan dalam keluarga demi perkembangan iman

anak: Kami sebagai orang tua mempersiapkan anak-anak kami untuk menghayati

kehidupan Gereja mulai dari keluarga kami sendiri. Kami mengajak anak-anak kami

untuk selalu berdoa, bersyukur dan mewartakan Injil dalam hal sekecil apapun dalam

kehidupan sehari-hari. Menyiapkan waktu khusus untuk mendengarkan pengalaman

mereka. Tapi kadang-kadang hanya sebatas pada mengajak, tetapi untuk melakukan

atau mewujudkannya mengalami kesulitan, karena jadwal untuk berkumpul untuk

melakukan doa bersama, makan bersama, rekreasi bersama dan ke Gereja di pagi

hari atau kegiatan rohani lainnya dalam keluarga, bahkan waktu untuk mengantar

anak ke kegiatan yang mendukung perkembangan iman anak. Hal ini disebabkan

karena jadwal waktu bertemu dengan anak-anak sulit di cari agar kami bisa

berkumpul dan menanamkan pengertian akan pentingnya berdoa bersama, bahkan

rekreasi bersama dengan anak-anak.

Page 115: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

99  

Orang tua dan anak-anak mempunyai kesibukannya masing-masing. Misalnya orang

tua mau mengajak anak doa bersama, makan bersama tetapi anak lagi asyik nonton

TV atau lagi asyik mengerjakan PR atau lagi asyik ngobrol dengan teman-temannya.

Dan bagi kami mengalami kesulitan untuk menentukan waktu yang tepat agar kami

bisa berkumpul dan menanamkan pengertian akan pentingnya doa bersama, makan

bersama dan bahkan rekreasi bersama. Namun kami sebagai orang tua selalu

berusaha untuk memberi yang terbaik bagi anak-anak kami melalui kesaksian hidup

kami setiap hari. Meluangkan waktu untuk anak-anak kami sangat sulit untuk kami

temukan tetapi kami percaya orang lain selain bapak dan ibunya pasti selalu memberi

yang terbaik bagi mereka (guru, pembantu, kakek, nenek dan pendamping rohani

lainnya). Jadi kami kurang memberikan waktu sepenuhnya untuk anak, kami lebih

mementingkan hal-hal yang lain, kami memberi kebebasan kepada anak-anak kami

untuk melakukan apa saja asal tidak terlibat dalam hal-hal yang merugikan diri

sendiri, orang tua dan sesama.

3. Dalam kegiatan di lingkungan atau paroki kami kadang terlibat dan sering tidak ikut

karena terbentur dengan tugas yang lain, sehingga kadang-kadang kami kurang

melibatkan diri dan juga anak-anak kami dalam kegiatan di lingkungan atau paroki.

Tetapi kami sebagai orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap mengajak anak

kami untuk ikut terlibat dalam kegiatan apapun yang ada di lingkungan atau paroki.

4. Menurut responden, dalam keluarga ada kebiasaan doa bersama, membaca dan

merenungkan Kitab Suci bersama pada malam hari agak sulit untuk menentukan

waktunya. Jadi kegiatan bersama yang berkaitan dengan hidup rohani kurang begitu

kami perhatikan, tetapi kami selalu berusaha untuk mengajak anak-anak agar

sebelum melakukan aktivitas harus berdoa, namun hanya sebatas mengajak,

Page 116: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

100  

sementara kami sendiri tidak melakukan hal itu. Kami tahu bahwa doa dan membaca

Kitab Suci merupakan sumber kekuatan dalam hidup kami.

5. Sarana-sarana yang dapat mendukung perkembangan iman anak, kami sediakan

hanya ada Madah Bakti, Kidung Adi dan Kitab Suci, namun jarang kami gunakan

kecuali ke Gereja, sedangkan kalau ikut kegiatan di lingkungan sarana seperti ini

sudah di sediakan. Jadi bagi kami sarana ini tidak begitu penting.

2. Deskripsi Data Perkembangan Iman keluarga sesudah kunjungan

a. Hasil Angket

Hasil penelitian yang diperoleh setelah kegiatan kunjungan dari segi

pengetahuan dan dari segi perwujudan.

Deskripsi kesadaran orang-tua akan perannya dalam pendidikan iman anak:

Dilihat dari segi pengetahuan berdasarkan jawaban responden melalui angket para

orang-tua sadar akan peran utama mereka yaitu sebagai pendidik iman anak yang

pertama dan utama dalam pendidikan iman anak adalah orang-tua dan hal ini menjadi

konsekuensi dari janji pernikahan kami (orang-tua) yang telah kami janjikan atau

ucapkan pada saat kami saling menerima sakramen perkawinan. Kami sadar dan tahu

bahwa guru agama, para pendamping iman anak dan pendamping rohani lainnya hanya

membantu dan melengkapi apa yang masih kurang dan apa yang belum diberikan oleh

kami sebagai orang-tua.

Tabel 15: Doa Bersama dalam Keluarga

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 30 100%

Sering 3 0 0%

Jarang 2 0 0%

Page 117: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

101  

Tidak pernah 1 0 0%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 15 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran doa bersama dalam keluarga dengan klasifikasi baik

atau selalu 30 (100%) dari 30 keluarga, orang-tua yang memiliki kesadaran melakukan

doa bersama dalam keluarga dengan klasifikasi sering ada 0 (0%) dari 30 keluarga,

orang-tua yang memiliki kesadaran melakukan doa bersama dalam keluarga dengan

klasifikasi jarang 0 (0%) dari 30 keluarga, dan orang-tua melakukan doa bersama dalam

keluarga dengan klasifikasi tidak pernah 0 (0%) dari 30 keluarga.

Tabel 16: Rajin Berdoa

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 5 16,67%

Sering 3 18 60%

Jarang 2 7 23,33%

Tidak pernah 1 0 0%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 16 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memilki kesadaran untuk berdoa dengan klasifikasi baik atau selalu ada

5 (16,57%) dari 30 keluarga, orang-tua yang memiliki kesadaran untuk berdoa dengan

klasifikasi sering ada 18 (60%) dari 30 keluarga, orang-tua yang memiliki kesadaran

untuk berdoa dengan klasifikasi jarang 7 (23,33%) dari 30 keluarga, dan orang-tua yang

memiliki kesadaran untuk berdoa dengan klasifikasi tidak pernah 0 (0%) dari 30

keluarga.

Page 118: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

102  

Tabel 17: Rajin ke Gereja

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 26 86,67%

Sering 3 3 10%

Jarang 2 1 3,33%

Tidak pernah 1 0 0%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 17 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk ke Gereja dengan klasifikasi baik atau selalu

ada 26 (86,67%) dari 30 keluarga,orang-tua yang memiliki kesadaran untuk ke Gereja

dengan klasifikasi sering ada 3 (10%) dari 30 keluarga, orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk ke Gereja dengan klasifikasi jarang 1 (3,33%) dari 30 keluarga, orang-

tua yang memiliki kesadaran untuk ke Gereja dengan klasifikasi tidak pernah 0 (0%)

dari 30 keluarga.

Tabel 18: Mengajak anak untuk ikut doa di lingkungan

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 29 96,67%

Sering 3 1 3,33%

Jarang 2 0 0%

Tidak pernah 1 0 0%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 18 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran mengajak anak untuk ikut doa di lingkungan dengan

Page 119: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

103  

klasifikasi baik ata selalu ada 29 (96,67%) dari 30 keluarga, orang-tua yang memiliki

kesadaran mengajak anak untuk ikut doa di lingkungan dengan klasifikasi sering ada 1

(3,33%) dari 30 keluarga, orang-tua yang memiliki kesadaran mengajak anak untuk ikut

doa di lingkungan dengan klasifikasi jarang 0 (0%) dari 30 keluarga, orang-tua yang

memiliki kesadaran mengajak anak untuk ikut doa di lingkungan dengan klasifikasi

tidak pernah 0 (0%) dari 30 keluarga.

Tabel 19: Membaca Kitab Suci Bersama

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 5 16,67%

Sering 3 18 60%

Jarang 2 6 20%

Tidak pernah 1 1 3,33%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 19 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk membaca Kitab Suci dengan klasifikasi baik

ata selalu ada 5 (16,67%) dari 30 keluarga, orang-tua yang memiliki kesadaran

membaca Kitab Suci dengan klasifikasi sering ada 18 (60%) dari 30 keluarga, orang-tua

yang memiliki kesadaran membaca Kitab Suci dengan klasifikasi jarang 6 (20%) dari 30

keluarga, orang-tua yang memiliki kesadaran untuk membaca Kitab Suci dengan

klasifikasi tidak pernah 1 (3,33%) dari 30 keluarga.

Tabel 20: Membantu atau menolong sesama

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 26 86,67%

Sering 3 3 10%

Page 120: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

104  

Jarang 2 1 3,33%

Tidak pernah 1 0 0%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 20 di atas menunjukkan bahwa orang-

tua yang memiliki kesadaran untuk membantu atau menolong sesama dengan klasifikasi

baik atau selalu ada 26 (86,67%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran

untuk membantu atau menolong sesama dengan klasifikasi sering ada 3 (10%) dari 30

keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk membantu atau menolong sesama

dengan klasifikasi jarang 1 (3,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk membantu atau menolong sesama dengan klasifikasi tidak pernah 0

(0%) dari 30 keluarga.

Tabel 21: Terlibat dalam kegiatan di lingkungan

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 1 3,33%

Sering 3 22 73,33%

Jarang 2 7 23,33%

Tidak pernah 1 0 0%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 21 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk terlibat dalam kegiatan di lingkungan dengan

klasifikasi baik atau selalu ada 1 (3,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk terlibat dalam kegiatan di lingkungan dengan klasifikasi sering ada 22

(73,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk terlibat dalan

Page 121: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

105  

kegiatan di lingkungan dengan klasifikasi jarang 7 (23,33%) dari 30 keluarga; orang-tua

yang memiliki kesadaran untuk terlibat dalam kegiatan di lingkungan dengan klasifikasi

tidak pernah 0 (0%) dari 30 keluarga.

Tabel 22: Meluangkan waktu untuk berkumpul

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 29 96,67%

Sering 3 1 3,33%

Jarang 2 0 0%

Tidak pernah 1 0 0%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 22 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk meluangkan waktu untuk berkumpul dengan

klasifikasi baik atau selalu ada 29 (96,67%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk meluangkan waktu untuk berkumpul dengan klasifikasi sering ada 1

(3,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk meluangkan waktu

untuk berkumpul dengan klasifikasi jarang 0 (0%) dari 30 keluarga; orang-tua yang

memiliki kesadaran untuk meluangkan waktu untuk berkumpul dengan klasifikasi tidak

pernah 0 (0%) dari 30 keluarga

Tabel 23: Mengantar anak untuk sekolah minggu

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 29 96,67%

Sering 3 1 3,33%

Jarang 2 0 0%

Page 122: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

106  

Tidak pernah 1 0 0%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 23 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk mengantar anak untuk sekolah minggu

dengan klasifikasi baik atau selalu ada 29 (96,67%) dari 30 keluarga; orang-tua yang

memiliki kesadaran untuk mengantar anak untuk sekolah minggu dengan klasifikasi

sering ada 1 (3,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk

mengantar anak untuk sekolah minggu dengan klasifikasi jarang 0 (0%) dari 30

keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk mengantar anak untuk sekolah

minggu dengan klasifikasi tidak pernah 0 (0%) dari 30 keluarga.

Tabel 24: Saling memperhatikan

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 29 96,67%

Sering 3 1 3,33%

Jarang 2 0 0%

Tidak pernah 1 0 0%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 24 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk saling memperhatikan dengan klasifikasi baik

atau selalu ada 29 (96,67%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk

saling memperhatikan dengan klasifikasi sering 1 (3,33%) dari 30 keluarga; orang-tua

yang memiliki kesadaran untuk saling memperhatikan dengan klasifikasi jarang 0 (0%)

Page 123: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

107  

dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk saling memperhatikan

dengan klasifikasi tidak pernah 0 (0%) dari 30 keluarga.

Tabel 25: Mengampuni dan memaafkan sesama

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 30 100%

Sering 3 0 0%

Jarang 2 0 0%

Tidak pernah 1 0 0%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 25 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk mengampuni dan memaafkan sesama dengan

klasifikasi baik atau selalu 30 (100%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk mengampuni dan memaafkan sesama dengan klasifikasi sering 0

(100%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk mengampuni dan

memaafkan sesama dengan klasifikasi jarang 0 (0%) dari 30 keluarga; orang-tua yang

memiliki kesadaran untuk mengampuni dan memaafkan sesama dengan klasifikasi tidak

pernah 0 (0%) dari 30 keluarga.

Tabel 26: Membangun dialog yang sehat

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 26 86,67%

Sering 3 3 10%

Jarang 2 1 3,33%

Tidak pernah 1 0 0%

Jumlah 30 100%

Page 124: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

108  

Data sebagaimana tercantum pada tabel 26 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk membangun dialog yang sehat dengan

klasifikasi baik atau selalu ada 26 (86,67%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk membangun dialog yang sehat dengan klasifikasi sering ada 3 (10%)

dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk membangun dialog yang

sehat dengan klasifikasi jarang 1 (3,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk membangun dialog yang sehat dengan klasifikasi tidak pernah 0 (0%)

dari 30 keluarga.

Tabel 27: Saling memperhatikan

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 26 86,67%

Sering 3 3 10%

Jarang 2 1 3,33%

Tidak pernah 1 0 0%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 27 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk saling memperhatikan dengan klasifikasi baik

atau selalu ada 26 (86,67%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk

saling memperhatikan dengan klasifikasi sering ada 3 (10%) dari 30 keluarga; orang-tua

yang memiliki kesadaran untuk saling memperhatikan dengan klasifikasi jarang 1

(3,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk saling

memperhatikan dengan klasifikasi tidak pernah 0 (0%) dari 30 keluarga.

Page 125: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

109  

Tabel 28: Memahami orang lain

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 1 3,33%

Sering 3 22 73,33%

Jarang 2 7 23,33%

Tidak pernah 1 0 0%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 28 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk memahami orang lain dengan klasifikasi baik

atau selalu 1 (3,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk

memahami orang lain dengan klasifikasi sering ada 22 (73,33%) dari 30 keluarga;

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk memahami orang lain dengan klasifikasi

jarang ada 7 (23,33%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk

memahami orang lain dengan klasifikasi tidak pernah 0 (0%) dari 30 keluarga.

Tabel 29: Menasihati dengan penuh cinta

Kualifikasi Skor Jumlah %

Baik/Selalu 4 29 96,67%

Sering 3 1 3,33%

Jarang 2 0 0%

Tidak pernah 1 0 0%

Jumlah 30 100%

Data sebagaimana tercantum pada tabel 29 di atas menunjukkan bahwa

orang-tua yang memiliki kesadaran untuk menasihati dengan penuh cinta dengan

Page 126: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

110  

klasifikasi baik atau selalu ada 29 (96,67%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk menasihati dengan penuh cinta dengan klasifikasi sering ada 1 (3,33%)

dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki kesadaran untuk menasihati dengan penuh

cinta dengan klasifikasi jarang 0 (0%) dari 30 keluarga; orang-tua yang memiliki

kesadaran untuk menasihati dengan penuh cinta dengan klasifikasi tidak pernah 0 (0%)

dari 30 keluargas.

b. Hasil Wawancara setelah kegiatan kunjungan keluarga

Di lihat dari hasil sharing pada saat kunjungan biasa juga pada saat wawancara

setelah pelaksanaan kegiatan kunjungan biasa

1. Setelah kami mengikuti kegiatan kunjungan keluarga ini kami merasa sangat

terbantu di mana kami sendiri telah menemukan kembali apa yang menjadi tugas dan

tanggungjawab kami sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga.

Selama ini kami kurang menyadari apa yang menjadi tugas kami sebagai orang tua

terhadap anak kami, kami kadang hanya mengharapkan dari guru di sekolah, guru

agama, katekis dan para pendamping iman anak dan pendamping rohani lainnya.

Kami sangat bersyukur karena dengan kunjungan ini kami sungguh terbantu dan

kami disadarkan kembali. Dengan demikian kunjungan keluarga telah memberikan

kekuatan dan peneguhan baru dalam diri kami untuk membangun semangat

kesadaran baru dalam diri kami agar kami sungguh-sungguh menjalankan tugas dan

tanggungjawab kami sebagai orang tua terhadap iman anak kami. Sehingga hidup

anak kami tidak terlantar begitu saja, tetapi anak kami bertumbuh dan berkembang

dengan baik sesuai dengan apa yang kami orang tua harapkan.

2. Menurut responden yang kami lakukan dalam keluarga demi perkembangan iman anak

adalah: Sebagai orang tua kami menentukan waktu atau jadwal bersama yang harus

dilaksanakan bersama adalah ada waktu untuk berdoa bersama seluruh anggota

Page 127: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

111  

keluarga, makan bersama, rekreasi bersama. Kami orang tua tidak hanya mengajak

anak tetapi kami terlibat penuh dalam setiap kegiatan bersama, kecuali kalau ada hal-

hal yang mendesak yang tak dapat mewujudkannya.

Kemudian kami selalu meluangkan waktu khusus untuk anak-anak kami untuk

mendengarkan pengalaman anak-anak, membantu anak dikala anak mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya, kami berusaha untuk masuk dalam dunia

anak.

3. Kami dan anak-anak kami melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang ada di

lingkungan maupun di paroki, sejauh kami dan anak kami mampu melaksanakannya.

Kami selalu mengantar anak kami ke kegiatan sekolah minggu atau kegiatan rohani

lainnya yang mendukung perkembangan iman anak-anak kami, sekalipun kami sibuk

atau capek dengan tugas dan pekerjaan harian kami, karena kami sadar akan tugas

utama kami sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama. Kami memberi

kebebasan kepada anak-anak kami dalam melaksanakan tugasnya tetapi selalu di

bawah kontrol atau pendampingan kami sebagai orang tua.

4. Menurut responden, dalam keluarga kami dan anak-anak membiasakan doa bersama,

membaca dan merenungkan Kitab Suci pada malam hari. Dan kami selalu

memperhatikan hal ini kecuali ada satu dan lain hal yang tidak dapat melaksanakannya

(ada kegiatan yang mendesak yang harus diselesaikan pada waktu yang sama). Kami

sadar dan tahu bahwa doa dan membaca Kitab Suci merupakan sumber kekuatan

dalam hidup sebagai orang kristiani.

5. Sarana-sarana yang dapat mendukung perkembangan iman anak, kami sediakan yang

walaupun hanya pokok-pokok saja, misalnya Kitab Suci, Madah Bakti, Puji Syukur,

Kidung Adi, Salib, Rosario, Patung dan gambar Kudus dan doa-doa yang lain. Sarana

yang ada kami gunakan bersama-sama agar kami dan anak-anak kami lama-kelamaan

Page 128: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

112  

Page 129: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

113  

Pada tabel di atas kesadaran orang tua akan tugas dan tanggung jawabnya

sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam pendidikan iman anak sebelum dan

sesudah kunjungan terdapat perbedaan nilai rata-rata (mean) sebesar -43.13333, dan

simpangan baku (standard Deviasi) sebesar 15.56462. Sedangkan derajad kebebasan

sebesar 29 dan signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti terdapat perbedaan kesadaran

orang tua dalam pendidikaniman anak sebelum dan sesudah kunjungan secara berarti

atau signifikan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam proses pelaksanaan penelitian dilaksanakan dengan empat tahap yaitu

pertama kunjungan biasa, lalu penyebaran angket dan wawancarayang pertama,

kemudian kunjungan kedua, dan kunjungan ketiga setelah itu kunjungan keempat

sekaligus dengan penyebaran angket dan wawancara yang kedua. Dilihat dari hasil

sebelumnya orang tua kurang memiliki kesadaran tentang pendidikan iman anak, karena

orang tua beranggapan bahwa pendidikan iman anak itu merupakan tugas para guru

agama, para pendamping sekolah minggu dan para pendamping rohani lainnya. Orang

tua telah memiliki pengetahuan yang tinggi namun tentang hal iman masih kurang.

Tetapi dilihat dari perwujudan, orang tua mampu memberi teladan hidup yang baik bagi

anak-anaknya. Walaupun kadang orang tua kurang melibatkan anaknya dalam kegiatan

lingkungan namun dalam keluarga ada kebiasaan baik yang ditanamkan dalam diri anak

yaitu membiasakan anak untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci, doa bersama.

Hal ini sangat bagus. Maka orang tua mempunyai tugas dan tanggungjawab sebagai

pendidik iman yang pertama dan utama dalam pendidikan iman anak, guru agama di

sekolah, para pendamping sekolah minggu atau pendamping rohani lainnya hanya

membantu dan melengkapi apa yang masih kurang dan apa yang belum diberikan oleh

Page 130: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

114  

orang tuanya. Melalui pengalaman hidup sehari-hari dalam keluarga, orang tua

mengatakan bahwa anak dapat memperoleh pembinaan iman secara tidak langsung

sejauhmana pengalaman hidup itu dihayati sebagai pengalaman iman.

Pembinaan iman anak maupun pengalaman iman dalam keluarga akan

menumbuhkan dan mengembangkan serta membimbing anak menjadi manusia dewasa

dalam iman. Pembinaan iman sebagai salah satu bentuk pendidikan iman anak untuk

mencapai tujuan sebagai manusia yang utuh, sebab pembinaan iman anak mnjadi

penting, mengngingat martabat hidup keluarga sebagai Gereja mini keluarga sehingga

orang tua yang mempunyai peranan pertama dan utama dalam pembinaan iman anak

mulai sejak dini.

Kadang orang tua merasa bingung bagaimana cara membina iman anak-

anaknya, walaupun cara membina iman anak dilakukan dalam bentuk-bentuk seperti di

atas, bahwa doa bersama dalam keluarga, makan bersama, rekreasi bersama keluarga itu

sangat penting. Doa bersama merupakan salah satu bentuk pembinaan iman dalam

keluarga itu sendiri dan menjalin relasi dengan Tuhan dan sesama, serta

mengembangkan hidup beriman. Doa bersama hendaknya menjadi pusat hidup keluarga

juga merupakan suatu kebutuhan. Dengan demikian doa mebutuhkan sarana-sarana

yang menunjang dan mendukung terlaksananya pembinaan iman seprerti: Kitab Suci,

madah Bakti, Salib, Patung Kudus dan bacaan rohani lainnya. Selain itu ada hambatan

dalam pembinaan iman anak yang dialami oleh orang tua yakni: kurang ada waktu

untuk mengajak anak untuk doa bersama dan kadang hanya terbatas pada mengajak

tetapi sulit untuk melaksanakannya, karena masing-masing anggota mempunyai

kesibukan yang berbeda sehingga sulit untuk menentukan waktu untuk doa bersama,

dan dalam keluarga kurang terbiasa untuk menentukan waktu untuk berdoa bersama,

dan dalam keluarga kurang terbiasa untuk melakukan doa bersama, juga disebabkan

Page 131: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

115  

oleh kondisi ekonomi keluarga yang kurang baik, sehingga mendorong orang tua lebih

sibuk bekerja demi memenuhi kebutuhan jasmani daripada kebutuhan rohani anak.

Perbaikan ekonomi dalam keluarga dan kebutuhan jasamani perlu mendapat perhatian

tetapi kebutuhan rohani jangan sampai disepelekan karena pembinaan iman anak juga

perlu mendapat perhatian khusus dari orang lain dalam hal ini orang tua.

Di samping itu anak membutuhkan pembinaan iman untuk mencapai

kedewasaan. Anak perlu mengetahui dan memahami pentingnya pembinaan iman

karena pembinaan iman menjadi tugas dan kewajiban serta tanggungjawab orang tua

untuk pendidikan iman anak sebagai perwujudan buah cinta keluarga. Pembinaan anak

dalam keluarga merupakan salah satu bagian dari pendidikan di bidang kerohanian

yakni anak akan menumbuhkan, menghayati dan mengembangkan imannya yang telah

diperoleh dari orang tua. Dengan demikian doa bersama, makan bersama dalam

keluarga, mengajak ke Gereja bersama merupakan ikut terlibat dalam kegiatan

menggereja dalam kegiatan pembinaan iman anak. Maka dengan kegiatan kunjungan

keluarga yang merupakan usaha yang dilakukan oleh Romo atau suster untuk menolong

dan meperdalam iman umat, dalam hal ini keluarga dalam mengembangkan tugas dan

tanggungjawab sebagai pendidik yang pertama dan utama, semakin memahami,

menghayati dan mewujudkan imannya ditengah keluarga dan masyarakat. Melalui

kegiatan kunjungan keluarga dapat membantu orang tua untuk semakin sadar dan tahu

akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam

pendidikan iman anak.

Oleh karena itu ada perkembangan iman keluarga setelah kunjungan, orang tua sadar

bahwa selama ini melalaikan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik pertama

dan utama dalam keluarga. mereka merasa bersyukur karena dengan adanya kunjungan,

mereka disadarkan kembali. Mereka menyadari bahwa selama ini mereka kurang

Page 132: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

116  

memberi perhatian pada perkebangan iman anak mereka, mereka sebagai orang tua

kadang hanya sibuk dengan urusan kantor atau urusan lain, tetapi kurang memberi

perhatian kepada kehidupan rohani anak. Orang tua hanya tahu memberi dan memenuhi

segala kebutuhan anak tetapi soal iman kurang memberi perhatian. Dengan adanya

kunjungan orang tua mau membangun dan menghidupkan semangat kesadaran baru

dalam hidup secara khusus memberi perhatian khusus kepada pertumbuhan dan

perkembangan hidup rohani anak. Jadi untuk meningkatkan kesadaran orang tua akan

tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama

dalam keluarga maka diharapkan agar orang tua menghidupkan kembali semangat

kesadaran dalam diri untuk memperbaharui kehidupan keluarga yang dulunya kurang

terbiasa membaca dan merenungkan Kitab Suci, doa bersama dalam keluarga, terlibat

dalam kegiatan lingkungan, sehingga kebiasaan yang baik dapat dipelajari dan ditiru

oleh anak-anak. Sebagai orang tua harus memberi teladan dan kesaksian hidup yang

baik terhadap anak, karena iman anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik

karena dipengaruhi oleh teladan dan kesaksian hidup orang tua setiap hari.

Dengan demikian bahwa setelah mengadakan kunjungan ada perubahan besar

dalam diri orang tua di mana orang tua merasa ada sesuatu yang baru lahir kembali

dalam diri mereka. Orang tua merasa ada kehidupan baru dalam diri mereka setelah

diteguhkan dan dikuatkan dalam kunjungan.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan penting berkaitan dengan pengaruh

kunjungan keluarga terhadap perkembangan iman keluarga. Dari kedua variabel

tersebut terdapat hubungan positif antara kunjungan keluarga dengan perkembangan

iman keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa kunjungan keluarga berpengaruh secara

Page 133: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

117  

signifikan terhadap perkembangan iman keluarga. Penemuan tersebut amatlah penting

dan bermanfaat bagi keluarga-keluarga di lingkungan Maria Ratu Rosari, maupun bagi

peneliti. Meskipun demikian, penulis tetap menyadari adanya beberapa keterbatasan

dari hasil penelitian ini. Akan tetapi penulis sudah berusaha seoptimal mungkin dengan

kemampuan yang dimiliki untuk dapat menghasilkan sebuah penelitian yan ilmiah dan

dapat dipertanggung jawabkan hasilnya. Berikut akan dipaparkan keterbatasan-

keterbatasan dari penelitian ini, yakni:

Peneliti juga mengalami keterbatasan dalam mencari bahan-bahan atau buku-

buku yang dapat mendukung penelitian ini.

Jumlah soal yang telah diujicobakan hanya ada 30 soal, yaitu pengetahuan ada 15 soal

dan perwujudan ada 15 soal. Dengan jumlah soal yang sedikit ini dapat pula

menyebabkan indikator tiap variabel tidak terwakili sepenuhnya.

Penelitian ini bersifat “Ex-post facto”, yaitu dimulai dengan mendeskripsikan

situasi sekarang yang diasumsikan sebagai akibat dari faktor-faktor yang telah terjadi

atau reaksi sebelumnya. Ex Post Facto sebagai metode penelitian menunjuk kepada

perlakuan atau manipulasi variabel bebas yaitu kunjungan keluarga telah terjadi

sebelumnya sehingga peneliti tidak perlu memberikan perlakuan lagi, tinggal melihat

efeknya pada variabel terikat yaitu perkembangan iman keluarga. Karena keterbatasan

sampel dalam penelitian ini yakni terbatas pada keluarga-keluarga katolik di lingkungan

Maria Ratu Rosari, hasil penelitian ini tidak bisa diberikan di luar populasi yang lain.

Dalam hal ini peneliti hanya berlaku untuk keluarga-keluarga katolik di lingkungan

Maria Ratu Rosari.

Penulis menyadari betul akan segala kterbatasan dari penelitian ini seperti

yang telah disebutkan di atas dan mungkin juga masih banyak lagi yang belum disadari

oleh penulis. Maka dari itu dengan rendah hati penulis sangat mengharapkan masukan

Page 134: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

118  

dan saran yang membangun untuk menyempurnakan hasil penelitian ini, agar dapat

benar-benar bisa dipertanggung jawabkan dan dirasakan manfaatnya bagi

perkembangan mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan kekhususan Pendidikan

Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Page 135: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

119  

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian akhir penulisan ini akan disampaikan kesimpulan dan saran yang

diharapkan dapat berguna dalam usaha meningkatkan kesadaran orang tua akan peran

dan tanggungjawabnya sebagai pendidik pertaama dan utama dalam keluarga.

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut:

Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai

akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Ini berarti bahwa perkembangan bukan

sekadar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang, melainkan suatu

proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi komplek.

Sedangkan iman adalah pertemuan pribadi yang mendalam dengan Allah

yang hidup, di mana manusia menyerahkan diri dengan penuh cinta kepadaNya. Dengan

demikian iman pertama-tama merupakan suatu peristiwa hubungan atau perjumpaan

secara pribadi antara manusia dengan Allah. Jadi dapat dikatakan bahwa iman

merupakan pertemuan pribadi dan mendalam dengan Allah yang hidup di mana terjadi

suatu penerimaan akan kehadiran Allah dan penyerahan diri seutuhnya kepada

kehendak Allah atas hidup kita. Jadi perkembangan iman keluarga adalah iman yang

mendalam dan bersifat kritis dan terwujud dalam tingkah laku ataupun tindakan terus-

menerus yang ditandai dengan senang berdoa dan ke Gereja, senang membantu atau

menolong, dan bersaudara dengan siapa saja. Dalam hal ini menciptakan suasana

keluarga yang menyenangkan, menanamkan kedisiplinan, memberi kesaksian atau

Page 136: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

120  

teladan, mengasihi dan member perhatian yang penuh bagi perkembangan iman

keluarga sehingga menjadi manusia yang dewasa dalam iman dan bertanggungjawab

atas dirinya dan sesama.

Kunjungan keluarga adalah salah satu bentuk pastoral dalam usaha

pendampingan dan pelayanan di mana melibatkan seorang imam atau suster melalui

aksi kunjungan dari rumah ke rumah yang dilaksanakan tidak hanya satu kali saja tetapi

ada kelanjutan atau terus-menerus, di mana di dalamnya ada suasana doa dan sharing

pengalaman. Sehingga orang yang dikunjungi merasa senasib: satu dalam keakraban,

satu dalam kegembiraan, satu dalam penderitaan. Dalam kunjungan keluarga,

pengunjung bukanlah orang yang mau mencampuri masalah orang yang dikunjungi,

atau mengambil alih perannya, melainkan mau memberi perhatian kepada orang yang

dikunjungi, sehingga orang yang dikunjungi merasa bahwa kehadiran pengunjung

sebagai suatu pertolongan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean -

43.1334.Perbedaan tersebut sangat signifikan. Berarti kunjungan berdampak pada

perkembangan iman keluarga. Orang-tua menyadari bahwa hidup anak tidak jauh dari

teladan yang diberikan oleh orang tua. Orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan

utama dalam hidup anak. Namun masih ada sebagian orang tua yang belum mengerti

akan pentingnya pendidikan orang tua dalam perkembangan iman anak. Orang-tua

berpikir bahwa pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam pendidikan iman

anak dalam keluarga adalah guru agama, para pendamping sekolah minggu dan

pendamping rohani lainnya, dan bagi mereka sarana-sarana yang dapat mendukung

perkembangan iman anak adalah sudah cukup yang disediakan oleh Gereja, lingkungan,

orang-tua kurang menyediakan waktu untuk mengantar anak ke kegiatan sekolah

minggu, pelajaran komuni pertama atau kegiatan rohani lainnya. Bagi mereka bersapa

Page 137: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

121  

via telpon atau HP sudah cukup. Mereka lupa bahwa dalam pendampingan iman anak,

keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan

iman anak. Iman pertama kali ditanamkan, dihidupi dan dipelihara serta berkembang.

Dan mereka kurang sadar bahwa mereka adalah saksi iman bagi anak-anak. Jadi apa

yang orang-tua buat dengan sendiri akan ditiru oleh anak-anak. Sering kali orang-tua

menuntut agar sebelum dan sesudah makan berdoa, membaca Kitab Suci dan lain-lain

sementara mereka sendiri jarang melakukannya.

B. Saran

Dalam upaya pengembangan iman keluarga melalui kegiatan kunjungan

keluarga bagi para suster PRR komunitas Magnifikat Yogyakarta, penulis memberikan

saran sebagai berikut:

Orang-tua perlu meningkatkan kesadaran terhadap tugas dan

tanggungjawabnya sebagai pendidik iman yang pertama dan utama dalam keluarga,

perlu juga disadari bahwa pendidikan iman anak di dalam keluarga tak tergantikan oleh

siapapun siapaun, selain oleh orang-tua itu sendiri, Gereja dan sekolah hanya membantu

dan melengkapi apa yang masih kurang dan apa yang belum diberikan oleh orang-tua.

Lingkungan atau paroki atau stasi dapat membantu orang-tua dalam

meningkatkan kesadaran terhadap tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik yang

pertama dan utama dalam pendidikan iman anak melalui kegiatan kunjungan keluarga.

Dalam aksi sebagai bentuk pertobatan pribadi dan bersama secara terus

menerus demi terwujudnya kerajaan Allah di dunia, para suster PRR komunitas

Magnifikat Yogyakarta dapat memberi perhatian dengan menyediakan waktu dan

kesempatan khusus sesuai dengan situasi dan kondisi untuk meningkatkan kegiatan

kunjungan keluarga agar dapat membantu umat untuk semakin berkembang dalam

iman.

Page 138: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

122  

Page 139: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

123  

Page 140: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(1)  

Page 141: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(2)  

Lampiran 2 : Kuesioner untuk Penelitian

Petunjuk Pengisian 1. Mohon diisi dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang bapak-ibu anggap

paling benar 2. Bila item jawaban yang disediakan tidak sesuai dengan kenyataan yang bapak-ibu,

bapak-ibu dapat menjawab pada titik yang telah disediakan 3. Untuk pertanyaan terbuka, bapak-ibu dapat menjawab pada tempat yang telah

disediakan.

1. Siapa yang berperan penting dalam pendidikan iman anak: a. Pastor Paroki b. Orang-tua c. Guru Agama d. Pembina

2. Tugas dan tanggungjawab orang-tua dalam keluarga adalah: a. Membesarkan, mendidik dan mendampingi b. Membiarkan anak hidup sendiri c. Tidak menyalahkan anak d. Anak dijadikan pembantu rumah tangga

3. Semangat apa yang diharapkan oleh bapak-ibu dalam keluarga: a. Semangat cinta kasih b. Masa bodoh terhadap lingkungan c. Hidup dalam suasana kecemburuan d. Hidup santai dan bebas dari kegiatan apapun

4. Bapak-ibu mengajak anak ke Gereja setiap hari minggu merupakan: a. Tanggungjawab dan kewajiban orang-tua b. Dalam keadaan terpaksa c. Pendidikan iman anak d. Kebetulan saja

5. Hal-hal apa yang biasanya menjadi bahan pembicaraan antara bapak-ibu : a. Pendidikan iman anak b. Kehidupan sebagai orang beriman c. Mencari pasangan untuk anak d. Membahas tentang kebutuhan anak

6. Apakah dalam keluarga bapak-ibu selalu menyediakan sarana yang menunjang pembinaan iman anak? a. Ya tersedia b. Ada tetapi tidak semua c. Jarang d. Tidak ada

7. Suasana macam apakah yang bapak-ibu ciptakan dalam keluarga: a. Bermusuhan b. Adu domba c. Rukun dan damai d. Biasa-biasa saja

8. Bagaimana tindakan bapak-ibu bila malas ke Gereja pada hari minggu: a. Memarahi dan menyiksa

Page 142: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(3)  

b. Membiarkan saja c. Mengajak dengan menjanjikan suatu imbalan d. Menegur secara baik-baik

9. Kegiatan apa yang akan dilaksanakan untuk membina iman anak dalam keluarga: a. Doa bersama b. Bermain c. Bekerja d. Olahraga

10. Apakah sikap bapak-ibu agar dapat mengembangkan hidup beriman anak dalam keluarga: a. Menjalin relasi yang akrab dengan semua orang b. Sombong c. Kurang peka terhadap penderitaan orang lain d. Kurang setia

11. Meningkatkan pengetahuan mengenai iman : a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

12. Pewartaan iman katolik sepenuhnya menjadi tanggungjawab dari para guru agama: a. Sangat setuju, karena hampir semua anak mendapat kesempatan belajar di sekolah b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju karena pendidikan menjadi tanggungjawab bersama

13. Mengapa bapak-ibu melaksanakan pembinaan iman anak dalam keluarga: a. Karena Allah menghendaki orang-tua untuk membina anak b. Mengharapkan anak menjadi pribadi yang beriman dewasa c. Tugas orang-tua d. Anak butuh pembinaan

14. Apakah keluarga selalu membicarakan tentang kehidupan sebagai orang beriman? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

15. Membiasakan berdoa sebelum dan sesudah makan didalam Keluarga kami a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

16. Terlibat menjadi pengurus lingkungan/wilayah atau menjadi anggota dewan Paroki a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

17. Terlibat turut ambil bagian dalam tatalaksana liturgi menjadi petugas: koor,lektor, doa umat, dan pembawa persembahan a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

Page 143: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(4)  

18. Mengajak anak-anak pergi mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja pada hari minggu a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

19. Ikut terlibat dalam kegiatan pendalaman Kitab Suci di lingkungan a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

20. Ikut terlibat dalam kegiatan rekoleksi, pendalaman iman, doa bersama, sarasehan bersama umat kristiani a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

21. Kebiasaan mengajak anak membaca dan merenungkan Kitab Suci di dalam keluarga a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

22. Kebiasaan mengajak anak membaca dan merenungkan Kitab Suci di dalam keluarga e. Selalu f. Sering g. Jarang h. Tidak pernah

23. Kebiasaan membaca cerita tentang Santo Santa serta para Kudus di dalam keluarga a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

24. Memberi derma/kolekte sebagai ungkapan syukur dan demi perkembangan Gereja a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

25. Apakah kelurga selalu terlibat dalam kegiatan lingkungan? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

26. Apakah dalam keluarga bapak-ibu selalu menyediakan sarana yang menunjang pembinaan iman anak? a. Ya tersedia b. Ada tetapi tidak semua c. Jarang d. Tidak ada

Page 144: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(5)  

27. Keterlibatan dari para pengurus lingkungan/wilayah untuk mengadakan kegiatan pendampingan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan mengenai iman kristiani bagi keluarga-keluarga katolik a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

28. Keterlibatan keluarga dalam masyarakat merupakan perwujudan diri sebagai saksi Kristus? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Kurang setuju

29. Apakah bapak-ibu setuju, bila di stasi diadakan kegiatan pendampingan/pembinaan iman bagi keluarga katolik? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Kurang setuju

30. Bentuk pendampingan/pembinaan manakah yang Bapak-ibu pilih? a. Katekese b. Rekoleksi c. Ret-ret d. Kunjungan keluarga

31. Terlibat dalam tatalaksana liturgi di Gereja a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

32. Apakah bapa-ibu setuju, bila di stasi diadakan kegiatan pendampingan atau pembinaan iman bagi keluarga katolik? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Kurang setuju

33. Bentuk pendampingan atau pembinaan manakah yang bapak-ibu pilih? a. Katekese b. Rekoleksi c. Ret-ret d. Kunjungan keluarga

34. Terlibat dalam tatalaksana liturgi di Gereja? a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah

Page 145: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(6)  

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara  

1. Menurut Bapak/Ibu siapa yang memiliki peran pertama dan utama dalam pendidikan

iman anak? Mengapa?

2. Apa saja yang telah bapa-ibu lakukan dalam rangka mendukung pendidikan iman

anak?

3. Dari pengalaman bapak-ibu, apa saja yang menjadi hambatan sehingga bapak-ibu

tidak terlibat dalam kegiatan di lingkungan?

4. Apakah dalam keluarga ada kebiasaan untuk doa bersama, membaca dan

merenungkan Kitab Suci?

5. Menurut bapak-ibu, sarana-sarana apa saja yang mendukung perkembangan iman

anak?

Page 146: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(7)  

Lampiran 4 : Usulam Program Kunjungan keluarga

1. Latar Belakang

Berdasarkan hasil penelitian ini ternyata pelaksanaan kegiatan kunjungan

keluarga sangat membantu dan mempengaruhi perkembangan iman keluarga.

Dalam Familiaris Consortio, art 36 dikatakan bahwa, tugas dan kewajiban

suami-isteri untuk memberikan pendidikan iman kepada anak-anaknya berakar pada

panggilan suami-isteri yang menikah. Tugas ini disebut pertama dan utama, karena

tidak tergantikan dan memperkaya nilai-nilai kasih dari orang tuanya sendiri. Tugas ini

sudah diketahui pada waktu mengucapkan janji perkawinan.

Dalam kenyataan yang ada keluarga-keluarga katolik belum sepenuhnya

menyadari akan pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam

pendidikan iman anak. Anak kurang dilibatkan dalam kegiatan lingkungan maupun

kegiatan Gereja. Sebagian orang tua katolik di lingkungan Maria Ratu Rosari stasi

Santo Paulus Pringgolayan, Paroki Santo Yusup Bintaran menyadari akan pentingnya

perhatian terhadap pendidikan iman anak, namun masih perlu ditingkatkan. Melihat

situasi ini penulis mempunyai suatu keprihatinan dan mencari jalan keluar bagi

permasalahan tersebut dengan mengusulkan pelaksanaan kegiatan kunjungan keluarga

sebagai salah satu usulan program dalam meningkatkan pentingnya pendidikan orang

tua dalam pengembangan iman anak. Adapun pertimbangan penulis memilih

pelaksanaan kegiatan kunjungan keluarga ini karena melalui kegiatan kunjungan orang

tua dapat menyadari akan peran dan tugasnya sebagai pendidik iman yang pertama dan

utama dalam keluarga. Orang tua juga diajak untuk menimbah pengalaman iman dalam

terang Kitab Suci, sehingga mereka mampu mewartakan Kerajaan Allah lewat

pembinaan iman anak dalam kehidupan sehari-hari.

Page 147: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(8)  

Program pelaksanaan kegiatan kunjungan keluarga ini, dimaksudkan untuk

membantu orang tua untuk menyadari akan pentingnya pendidikan orang tua terhadap

perkembangan iman anak dalam keluarga. Selain itu program ini diusulkan bagi para

orang tua katolik di lingkungan Maria Ratu Rosari, Paroki St.Yusup Bintaran.

2. Tujuan Program

Program yang diusulkan ini merupakan salah satu bentuk pastoral bagi keluarga-

keluarga katolik di lingkungan Maria Ratu Rosari, stasi St. Paulus Pringgolayan, paroki

St.Yusup Bintaran. Selain itu usulan ini dimaksudkan untuk menyadarkan orang tua

akan peran dan tanggungjawab terhadap perkembangan iman anak dalam keluarga.

Orang tua disadarkan bahwa mereka adalah pendidik yang pertama dan utama dalam

memberikan pendidikan terhadap anak. Dalam membuat suatu program yang baik dan

sistematis, maka memerlukan suatu persiapan yang terencana. Dengan persiapan yang

baik maka, kegiatan kunjungan keluarga yang dilaksanakan juga dapat berjalan dengan

baik, karena sudah ada tujuan yang jelas dan terarah. Penulis berharap dengan

perencanaan yang telah diprogramkan ini, dapat membantu para orang tua katolik di

lingkungan Maria Ratu Rosari, stasi St. Paulus Pringgolayan, Paroki St.Yusup Bintaran

agar semakin berkembang dalam iman dan keluarga, khususnya dalam memberikan

pendidikan iman terhadap anak. Melalui program ini, diharapkan juga para suster dalam

mempersiapkan pelaksanaan kunjungan keluarga secara lebih baik dan efektif.

3. Sasaran Program

Dari segi sasarannya, program pelaksanaan kegiatan kunjungan keluarga dalam

upaya untuk meningkatkan iman keluarga katolik adalah keluarga-keluarga katolik di

lingkungan Maria Ratu Rosari stasi St.Paulus Pringgolayan, Paroki St.Yusup Bintaran.

Page 148: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(9)  

4. Metode

Metode yang digunakan dalam program kegiatan kunjungan keluarga ini adalah:

Sharing

a. Informasi mengenai tugas dan tanggungjawab orang tua

b. Dialog menggali pengalaman peserta yang diikuti dengan masukan informatif.

Page 149: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(10)  

 

5. Program

Tema Umum : Peranan kunjungan keluarga dalam upaya untuk meningkatkan iman keluarga

Tujuan : Melalui kunjungan ini peserta diharapkan dapat bahwa terlibat dalam kegiatan kunjungan keluarga itu penting karena

sangat berpengaruh dalam pengembangan iman bagi keluarga-keluarga katolik, sehingga para suster semakin sadar untuk

melakukan kegiatan kunjungan demi perkembangan iman umat keluarga-keluarga katolik di Stasi Santo Paulus

Pringgolayan

No Materi Kunjungan

Tujuan Kunjungan Uraian materi Kunjungan

Model Waktu Pelaksana

1.

Perkenalan

Agar peserta dan para suster saling mengenal sehingga dapat memperlancar proses kegiatan kunjungan keluarga

Apa yang bapa-ibu ketahui tentang kunjungan

Percakapan santai

+ 1 jam

Para suster PRR Jogyakarta

2. Penggalian pengalaman sekilas tentang kegiatan kunjungan keluarga

Menggiatkan partisipasi para suster PRR Yogyakarta dalam kegiatan kunjungan keluarga

Peran dan tanggungjawab orangtua dalam mendidik iman anak

Percakapan santai

+ 1 jam

Para suster PRR Jogyakarta

Page 150: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(11)  

 

6. Acara:

Kegiatan Kunjungan Keluarga

7. Contoh Satuan Pesiapan Kunjungan

I. SATUAN PERSIAPAN PELAKSANAAN KUNJUNGAN KELUARGA

a. Identitas

1) Judul Perkenalan : Kunjungan Keluarga

2) Tujuan Perkenalan : 1. Agar bersama dengan peserta saling mengenal dan

membangun keakraban, komunikasi yang baik demi

kelancaran proses kegiatan kunjungan keluarga di stasi Santo

Paulus Pringgolayan

2. Agar bersama dengan keluarga-keluarga katolik di Stasi

Santo Paulus Pringgolayan semakin menyadari arti panggilan

hidup sebagai orang-tua sehingga semakin meneladani sikap

Maria dan Yosef sebagai pendidik pertama dan utama bagi

anak-anak dalam keluarga melalui sikap dan tindakan hidup

sehari-hari

3) Peserta : Keluarga-keluarga katolik dilingkungan Maria Ratu Rosari,

Stasi St.Paulus Pringgolayan, Paroki St.Yusup Bintaran

sebanyak 30 keluarga

4) Tempat : Lingkungan Maria Ratu Rosari, Stasi Santo Paulus

Pringgolayan, Paroki St.Yusup Bintaran.

5) Pelaksana : Para Suster PRR Yogyakarta

Page 151: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(12)  

 

6) Waktu : 17.00 – 18.00 (+ 1 jam)

7) Model : Percakapan santai

8) Metode : Sharing, Informasi, dialog menggali pengalaman peserta yang

diikuti dengan masukan informatif.

9) Sarana : Alat tulis dan buku tulis

b. Pemikiran Dasar :

Dalam memulai proses kunjungan perlu mengenal keadaan awal keluarga

maupun keadaan awal tempat dan lingkungannya. Mengenal keadaan awal keluarga

dengan tujuan agar pengunjung dan keluarga yang dikunjungi dapat saling mengenal,

membangun motivasi agar dapat berkomunikasi dan membangun suasana keakraban

agar apa yang diharapkan dapat tercapai.

Perkenalan ini juga diharapkan antara pengunjung dan keluarga yang

dikunjunginya. Hal ini akan memberikan dampak yang postitif, misalnya keluarga yang

dikunjungi akan lebih termotivasi untuk mengembangkan imannya. Untuk mengetahui

seberapa jauh perkembangan iman dan kebutuhan keluarga yang dikunjungi, maka pada

pertemuan pertama ini diadakan percakapan santai. Percakapan ini mencakup

pertanyaan-pertanayaan informatif dari materi yang akan diberikan kepada keluarga.

Lewat percakapan ini pengunjung juga akan melihat kelemahan-kelemahan keluarga,

dengan demikian akan membantu mengetahui keadaan awal keluarga, sehingga

pengunjung dapat menentukan arah pendampingan yang dibutuhkan oleh keluarga

sesuai dengan keadaan awal keluarga.

Page 152: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(13)  

 

c. Proses Pelaksanaan

1) Langkah Pertama

1. Pengunjung menyapa dan mengajak peserta untuk saling mengenal

2. Pengantar singkat dari pengunjung:

Selamat sore bapak-ibu dan anak-anak terkasih, kita bersyukur kepada Tuhan

karena kasih-Nya mempersatukan kita di tempat ini. Pada sore hari ini kita akan

bersama-sama saling berbagi pengalaman kita masing-masing. Secara khusus kita akan

mendalami tema “Ada Apa Dengan Kunjungan? Namun sebagai sesama saudara kadang

merasa perlu untuk mengenal lebih akrab dengan saudara-saudara seiman, dan sebagai

sama saudara kita dapat ngobrol-ngobrol dengan santai dan dapat berjalan dengan

lancar dan menyenangkan.

1) Langkah ke-dua

1. Sebagai pengunjung kita hanya mendengar tanpa berkata apa-apa sehingga

keluarga yang kita kunjungi itu dapat mengutarakan kesulitan-kesulitan yang

mereka alami

2. Pengunjung menyampaikan tentang pokok-pokok materi :

a. Peran dan tanggungjawab orang-tua dalam mendidik anak

1) Keluarga katolik

Keluarga katolik diharapkan menjadi komunitas kehidupan dan kasih, yang ditandai

dengan sikap hormat dan syukur terhadap anugerah kehidupan serta kasih timbal-balik

dari semua anggota keluarga (GS 48). Situasi seperti inilah yang menjadi upaya setiap

keluarga katolik, yaitu menjadikan keluarganya sebagai Gereja kecil yang guyub dan

dijiwai iman.

Page 153: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(14)  

 

2) Tanggungjawab keluarga

1) Keluarga menjadi tempat pendidikan pertama dan utama

Keluarga katolik tidak hanya menjadi tempat anak bertumbuh secara fisik, tetapi

bertumbuh secara psikis, moral, sosial, dan spiritual, baik secara konsep maupun dalam

praktek. Keluarga katolik menjadi tempat berkembangnya kepribadian dan iman anak

secara utuh dan menyeluruh, termasuk ketika anak harus mencari dan menemukan

panggilan Allah, baik menjadi imam, biarawan-biarawati, maupun hidup berkeluarga.

Itulah sebabnya keluarga katolik diyakini sebagai tempat pendidikan yang pertama dan

utama.

2) Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama

Sebelum menjalani pendidikan di luar rumah, anak mengalami pendidikan di

rumah bersama dengan orang-tuanya sendiri.

3) Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama

Ketika anak mulai mendapatkan pendidikan formal di luar rumah, keluarga tetap

menjadi tempat pendidikan yang utama. Orang-tua adalah pendidik yang utama dan

pertama, yang tidak tergantikan oleh pendidik formal di luar rumah (FC 36)

4) Keluarga menjadi tempat pembenihan dan pengembangan panggilan hidup

Sebagai tempat pendidikan yang pertama dan utama, keluarga diharapkan mampu

mengembangkan kepribadian dan iman anak-anak, sehingga kelak menjadi pribadi

dewasa.

- Pengembangan keutamaan-keutamaan manusiawi

Semua anggota keluarga memahami dan menghayati hak dan kewajibannya masing-

masing sebagai anggota keluarga. Orang-tua mampu mengasihi anak-anak tanpa syarat

Page 154: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(15)  

 

dan penuh keteladanan, sebaliknya anak-anak mampu mengasihi orang-tua dengan

penuh kesungguhan hati dan ketaatan.

- Pengembangan keutamaan-keutamaan kristiani

Pengembangan iman ini dapat lakukan dengan menumbuh kembangkan aneka

keutamaan kristiani, baik orang-tua maupun anak-anak. Keutamaan-keutamaan kristiani

ini meliputi: berdoa, berdevosi, membaca dan merenungkan sakramen-sakramen dengan

pantas dan setia, khususnya perayaan Ekaristi, dan sebagainya.

3) Cita-cita keluarga

Salah satu cara yang dapat dilakukan keluarga adalah semua anggota keluarga

mau terlibat secara aktif dengan kehidupan Gereja.

a. Keterlibatan dalam hidup menggereja

Keluarga katolik merupakan sel terkecil dari Gereja. Keluarga katolik tidak

hanya peduli dengan kepentingan keluarganya sendiri, tetapi ikut terlibat dalam

kehidupan umat beriman di lingkungan, wilayah, stasi dan parokinya. Keluarga katolik

tidak hanya menjadi tempat anak bertumbuh secara fisik, tetapi bertumbuh secara

psikis, moral, sosial dan spiritual, baik secara konsep maupun dalam praktek. Keluarga

katolik menjadi tempat berkembangnya kepribadian dan iman anak secara utuh dan

menyeluruh, termasuk ketika anak harus mencari dan menemukan panggilan Allah, baik

menjadi imam, biarawan-biarawati, maupun hidup berkeluarga.

1. Kesimpulan dari pertemuan

Salah satu peran serta kita dalam mendukung Gereja untuk melaksanakan

misinya mewartakan kabar gembira adalah dengan ambil bagian dalam karya pastoral.

Kunjungan merupakan sarana untuk semakin menumbuhkan iman umat yang

Page 155: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

(16)  

 

merupakan tumpuan harapan masa depan Gereja. Tugas kita sebagai pendamping Iman

anak adalah membantu orang-tua dalam mendampingi dan mendidik anak. Dasar biblis

dari kunungan dapat kita temukan salah satunya dalam Lk 10:25-37. Ciri khas

kunjungan adalah santai-santai mendalam. Membangun motivasi umat sangat penting

untuk membantu keluarga mencintai kegiatan rohani melalui kunjungan demi

perkembangan iman mereka.

2. Penutup

1. Rencana kunjungan yang akan datang

2. Doa bersama

3. Pengunjung menutup pertemuan dengan doa bersama.

Page 156: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

17HASIL ANGKET SEBELUM KUNJUNGAN

No. Nama Jml/

Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total

1 A 1 3 1 2 3 5 1 3 1 2 3 5 3 1 2 3 5 1 3 1 2 3 5 1 3 1 2 3 5 3 77

2 B 2 1 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 1 73

3 C 1 3 5 2 3 5 1 3 5 2 3 5 3 5 2 3 5 1 3 5 2 3 5 1 3 3 2 3 5 3 95

4 D 2 3 2 3 5 5 2 3 2 3 5 5 3 2 3 5 5 2 3 2 3 3 5 2 3 5 3 5 5 3 97

5 E 3 3 4 4 4 5 3 3 4 4 4 5 3 4 4 4 5 3 3 4 4 5 5 3 3 2 4 4 5 3 114

6 F 2 3 2 3 5 4 2 3 2 3 5 4 3 2 3 5 4 2 3 2 3 4 4 2 3 4 3 5 4 3 97

7 G 2 4 3 2 4 5 2 4 3 2 4 5 4 3 2 4 5 2 4 3 2 5 5 2 4 2 2 4 5 4 103

8 H 2 3 3 1 5 5 2 3 3 1 5 5 3 3 1 5 5 2 3 3 1 4 5 2 3 3 1 5 5 3 94

9 I 2 3 4 2 4 3 2 3 4 2 4 3 3 4 2 4 3 2 3 4 2 5 3 2 3 3 2 4 3 3 93

10 J 1 3 3 3 5 5 1 3 3 3 5 5 3 3 3 5 5 1 3 3 3 4 5 1 3 4 3 5 5 3 103

11 K 1 2 3 2 2 1 1 2 3 2 2 1 2 3 2 2 1 1 2 3 2 5 1 1 2 3 2 2 1 2 59

12 L 1 3 5 2 5 5 1 3 5 2 5 5 3 5 2 5 5 1 3 5 2 2 5 1 3 3 2 5 5 3 102

13 M 3 2 1 2 1 5 3 2 1 2 1 5 2 1 2 1 5 3 2 1 2 5 5 3 2 5 2 1 5 2 77

14 N 3 3 5 3 2 3 3 3 5 3 2 3 3 5 3 2 3 3 3 5 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 90

15 O 2 2 3 2 5 5 2 2 3 2 5 5 2 3 2 5 5 2 2 3 2 2 5 2 2 5 2 5 5 2 94

16 P 2 2 3 2 4 4 2 2 3 2 4 4 2 3 2 4 4 2 2 3 2 5 4 2 2 3 2 4 4 2 87

17 Q 2 3 4 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 4 3 96

18 R 3 3 1 3 2 5 3 3 1 3 2 5 3 1 3 2 5 3 3 1 3 3 5 3 3 4 3 2 5 3 89

19 S 3 4 3 2 5 5 3 3 3 2 5 5 4 3 2 5 5 3 4 3 2 2 5 3 4 1 2 5 5 4 106

20 T 3 2 2 3 4 5 3 2 2 3 4 5 2 2 3 4 5 3 2 2 3 5 5 3 2 3 3 4 5 2 97

21 U 2 3 1 1 2 4 2 3 1 1 2 4 3 1 1 2 4 2 3 1 1 4 4 2 3 2 1 2 4 3 69

22 V 2 3 4 1 1 5 2 3 4 1 1 5 3 4 1 1 5 2 3 4 1 2 5 2 3 1 1 1 5 3 79

23 W 1 1 2 3 5 5 1 1 2 3 5 5 1 2 3 5 5 1 1 2 3 1 5 1 1 4 3 5 5 1 83

24 X 1 3 1 2 5 5 1 3 1 2 5 5 3 1 2 5 5 1 3 1 2 5 5 1 3 2 2 5 5 3 88

25 Y 1 2 1 3 1 1 1 2 1 3 1 1 2 1 3 1 1 1 2 1 3 5 1 1 2 1 3 1 1 2 49

26 Z 1 3 4 2 4 5 1 3 4 2 4 5 3 4 2 4 5 1 3 4 2 1 5 1 3 1 2 4 5 3 91

27 AA 2 1 3 1 5 5 2 1 3 1 5 5 1 3 1 5 5 2 1 3 1 4 5 2 1 4 1 5 5 1 79

28 BB 3 3 5 1 2 5 3 3 5 1 2 5 3 5 1 2 5 3 3 5 1 5 5 3 3 3 1 2 5 3 94

29 CC 3 1 5 1 4 4 3 1 5 1 4 4 1 5 1 4 4 3 1 5 1 2 4 3 1 5 1 4 4 1 82

30 DD 3 3 1 1 1 5 3 3 1 1 1 5 3 1 1 1 5 3 3 1 1 4 5 3 3 5 1 1 5 3 87

60 78 87 65 104 131 60 78 87 65 104 131 78 87 65 104 131 60 78 87 65 106 131 60 78 89 65 104 131 78 2644

Page 157: repository.usd.ac.id · PERANAN KUNJUNGAN KELUARGA . DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN IMAN KELUARGA KATOLIK . DI STASI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN . PAROKI ST. YUSUP BINTARAN YOGYAKARTA

5 5 5 5L 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5

18HASIL ANGKET SETELAH KUNJUNGAN

No. Nama Jml/

Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total

1 A 5 4 4 3 5 5 5 4 4 3 5 5 5 4 4 3 5 5 5 4 4 3 5 5 5 4 4 3 5 5 130

2 B 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 135

3 C 5 4 5 3 4 4 5 4 5 3 4 4 5 4 5 3 4 4 5 4 5 3 4 4 5 4 5 3 4 4 125

4 D 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 120

5 E 5 4 5 2 5 5 5 4 5 2 5 5 5 4 5 2 5 5 5 4 5 2 5 5 5 4 5 2 5 5 130

6 F 5 3 3 3 5 5 5 3 3 3 5 5 5 3 3 3 5 5 5 3 3 3 5 5 5 3 3 3 5 5 112

7 G 5 4 4 3 5 5 5 4 4 3 5 5 5 4 4 3 5 5 5 4 4 3 5 5 5 4 4 3 5 5 130

8 H 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 135

9 I 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 135

10 J 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 132

11 K 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 140

1212 L 5 5 5 3 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 140140

13 M 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 140

14 N 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 135

15 O 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 135

16 P 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 135

17 Q 5 3 5 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 3 5 3 5 5 130

18 R 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 135

19 S 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 135

20 T 5 4 5 2 5 5 5 4 5 2 5 5 5 4 5 2 5 5 5 4 5 2 5 5 5 4 5 2 5 5 130

21 U 5 3 5 2 5 5 5 3 5 2 5 5 5 3 5 2 5 5 5 3 5 2 5 5 5 3 5 2 5 5 122

22 V 5 3 5 2 5 5 5 3 5 2 5 5 5 3 5 2 5 5 5 3 5 2 5 5 5 3 5 2 5 5 125

23 W 4 3 5 2 5 5 4 3 5 2 5 5 4 3 5 2 5 5 4 3 5 2 5 5 4 3 5 2 5 5 120

24 X 5 5 5 2 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 2 5 5 135

25 Y 5 4 5 2 5 5 5 4 5 2 5 5 5 4 5 2 5 5 5 4 5 2 5 5 5 4 5 2 5 5 130

26 Z 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 140

27 AA 5 3 5 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 3 5 3 5 5 130

28 BB 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 135

29 CC 5 3 5 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 3 5 3 5 5 127

30 DD 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 3 5 5 135

149 118 145 84 149 149 149 118 145 84 149 149 149 118 145 84 149 149 149 118 145 84 149 149 149 118 145 84 149 149 3938