Peranan Etika Dalam Bisnis

14
I. Pendahuluan Bisnis adalah bagian (aktivitas) yang penting dalam masyarakat. Bisnis dilakukan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Bisnis menyangkut hubungan antar manusia. Bisnis juga membutuhkan etika sebagai pemberi pedoman dan orientasi bagi keputusan, kegiatan dan tindak tanduk manusia dalam hubungan (bisnis) satu dengan yang lainnya (Keraf, 1986). Di sinilah etika sosial menjadi asas atau kekuatan fundamentalnya (Burhanuddin, 1997). Tiga hal pokok yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai kesuksesan dalam suatu bisnis menurut Richard De George, yaitu : 1. Produk yang baik 2. Manajemen yang mulus 3. Etika Selama perusahaan memiliki produk yang bermutu serta berguna bagi masyarakat dan di samping itu dikelola dengan manajemen yang tepat di bidang produksi, finansial, sumber daya manusia, dan lain-lain, tetapi tidak mempunyai etika, maka cepat atau lambat akan hancur dengan sendirinya. Beberapa dekade terakhir ini, etika dalam bisnis dianggap sangat penting. Dibandingkan dengan usaha dan program yang diadakan untuk meningkatkan kemampuan manajemen dalam bisnis, perhatian bagi etika dalam bisnis masih 1

Transcript of Peranan Etika Dalam Bisnis

Page 1: Peranan Etika Dalam Bisnis

I. Pendahuluan

Bisnis adalah bagian (aktivitas) yang penting dalam masyarakat. Bisnis

dilakukan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Bisnis menyangkut

hubungan antar manusia. Bisnis juga membutuhkan etika sebagai pemberi

pedoman dan orientasi bagi keputusan, kegiatan dan tindak tanduk manusia

dalam hubungan (bisnis) satu dengan yang lainnya (Keraf, 1986). Di sinilah etika

sosial menjadi asas atau kekuatan fundamentalnya (Burhanuddin, 1997).

Tiga hal pokok yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai kesuksesan

dalam suatu bisnis menurut Richard De George, yaitu :

1. Produk yang baik

2. Manajemen yang mulus

3. Etika

Selama perusahaan memiliki produk yang bermutu serta berguna bagi

masyarakat dan di samping itu dikelola dengan manajemen yang tepat di bidang

produksi, finansial, sumber daya manusia, dan lain-lain, tetapi tidak mempunyai

etika, maka cepat atau lambat akan hancur dengan sendirinya.

Beberapa dekade terakhir ini, etika dalam bisnis dianggap sangat penting.

Dibandingkan dengan usaha dan program yang diadakan untuk meningkatkan

kemampuan manajemen dalam bisnis, perhatian bagi etika dalam bisnis masih

terbatas. Namun akhir-akhir ini peranan etika mulai diakui dan diperhatikan.

Menurut Magnis Suseno, bahwa yang memberi kita norma tentang

bagaimana berhubungan dengan sesama, bagaimana harus merumuskan dan

mengimplementasikan pembangunan, dan bagaimana berelasi dengan

kepentingan lainnya adalah moralitas (etika atau ilmu tentang moralitas,

Burhanudin 1997).

Dalam bisnis ada nilai manusiawi yang dipertaruhkan. Cara memperoleh

keuntungan atau untuk menang mau tidak mau juga harus manusiawi. Bisnis

perlu dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan yang etis. Dengan

menggunakan pandangan ideal, bisnis tidak hanya bertujuan untuk mencari

1

Page 2: Peranan Etika Dalam Bisnis

keuntungan melainkan untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Jika

dalam bisnis tidak memperhatikan etika, maka bisnis itu akan mengorbankan

hidup banyak orang, bahkan hidup orang bisnis itu sendiri.

2

Page 3: Peranan Etika Dalam Bisnis

II. Aspek Peranan Etika dalam Bisnis

2.1. Bisnis dalam konteks moral

Bisnis merupakan suatu unsur penting dalam masyarakat. Hampir semua

orang terlibat di dalamnya. Kita membeli barang atau jasa untuk bisa bertahan

hidup ataupun setidaknya kita bisa hidup dengan lebih nyaman. Kita terlibat

dalam produksi barang atau jasa yang dibutuhkan oleh orang lain. Bisnis

merupakan suatu unsur mutlak yang diperlukan dalam masyarakat modern.

Bisnis tidak bisa dilepaskan dari aturan-aturan main yang harus diterima dalam

pergaulan sosial, termasuk juga aturan-aturan moral. Tetapi kadang-kadang

kehadiran etika bisnis masih diragukan.

2.2. Mitos mengenai bisnis amoral

Dalam masyarakat beredar opini bahwa bisnis tidak ada hubungannya

dengan etika atau moralitas. Pebisnis hanya menjalankan pekerjaannya saja.

Richard De George menyebut pandangan ini the myth of morl business. MItos ini

mengatakan bahwa bisnis itu moral saja. Dalam bisnis, orang menyibukkan diri

dengan jual beli, dengan membuat produk atau menawarkan jasa, dengan

merebut pasaran, dengan mencari untung juga, tapi orang tidak berurusan

dengan etika atau moralitas. Moralitas menjadi urusan individu, tetapi kegiatan

bisnis itu sendiri tidak berkaitan langsung dengan etika. Moralitas tidak punya

relevansi bagi bisnis. Bisnis itu amoral (tapi itu tentu tidak berarti immoral!)

Namun mitos itu lambat laun ditinggalkan. Bisnis itu netral terhadap

moralitas, jadi bisnis moral itu hanya sekedar mitos atau cerita dongeng saja. De

George mengemukakan tiga gejala dalam masyarakat yang menunjukkan

sirnanya mitos tersebut :

1) Bisnis disorot tajam oleh masyarakat melalui media massa. Masyarakat

tidak ragu-ragu langsung mengaitkan bisnis dengan moralitas.

2) Bisnis diamati dan dikritik oleh banyak LSM, terutama LSM konsumen

dan LSM pecinta lingkungan hidup. Apa yang disimak oleh LSM-LSM tersebut

jelas-jelas berkonotasi etika.

3

Page 4: Peranan Etika Dalam Bisnis

3) Bisnis mulai prihatin dengan dimensi etis dalam kegiatannya. Hal ini

tampak pada refleksi yang mereka buat mengenai aspek-aspek etis dari bisnis

serta timbulnya kode-kode etik yang disusun oleh banyak perusahaan.

Hal-hal di atas secara tidak langsung telah menunjukkan bahwa bisnis

tidak terlepas dari segi-segi moral. Bisnis tidak hanya berurusan dengan angka-

angka penjualan (sales figures) atau adanya profit pada akhir tahun anggaran.

Good business memiliki suatu makna moral.

2.3. Mengapa bisnis harus berlaku etis?

Pertanyaan di atas dalam sejarah pemikiran sudah lama diberikan

jawaban. Jawaban pertama berasal dari agama, jawaban kedua berasal dari

filsafat modern, dan jawaban ketiga sudah ditemukan dalam filsafat Yunani Kuno.

Berikut penjelasannya :

1) Tuhan adalah hakim kita

Semua yang kita lakukan pasti akan dimintai pertanggungjawabannya

oleh Tuhan Yang Maha Esa. Begitu juga jika kita melakukan bisnis yang tidak

bermoral, pasti di akhirat kelak kita akan diberi hukuman atas kejahatan kita.

Pandangan ini didasarkan atas iman dan kepercayaan dan karena itu termasuk

perspektif teologis, bukan perspektif filosofis. Untuk itulah dalam berbisnis

diharapkan pebisnis menggunakan iman dan kepercayaannya untuk tetap

berpegang teguh pada motivasi moral ini.

2) Kontrak sosial

Pandangan ini melihat perilaku manusia dalam perspektif sosial. Setiap

kegiatan yang kita lakukan bersama-sama dalam masyarakat, menuntut adanya

norma-norma dan nilai-nilai moral yang kita sepakati bersama. Hidup dalam

masyarakat berarti mengikat diri untuk berpegang pada norma-norma dan nilai-

nilai tersebut. Kalau tidak, hidup bersama dalam masyarakat menjadi kacau tak

karuan. Hidup sosial menjadi tidak mungkin lagi, jika tidak ada moralitas yang

disetujui bersama.

4

Page 5: Peranan Etika Dalam Bisnis

Oleh karena itu beberapa filsuf modern menganggap kontrak sosial

sebagai dasar moralitas. Umat manusia seolah-olah pernah mengadakan kontrak

yang mewajibkan setiap anggotanya untuk berpegang pada norma-norma moral.

Kontrak ini mengikat kita sebagai manusia, sehingga tidak ada seorang pun yang

bisa melepaskan diri darinya.

De George menegaskan : “morality is the oil as well as the glue of society,

and, therefore, of business”. Moral diibaratkan minyak pelumas, karena

moralitas memperlancar kegiatan bisnis dan semua kegiatan lain dalam

masyarakat. ibarat lem, karena moralitas mengikat dan mempersatukan orang-

orang bisnis, seperti juga semua anggota masyarakat lainnya. Moralitas

merupakan syarat mutlak yang harus diakui semua orang, jika kita ingin terjun

dalam kegiatan bisnis.

3) Keutamaan

Menurut Plato dan Aristoteles, manusia harus melakukan yang baik,

justru karena hal itu baik. Yang baik mempunyai nilai intrinsik, artinya yang baik

adalah baik karena dirinya sendiri. Keutamaan sebagai disposisi tetap untuk

melakukan yang baik, adalah penyempurnaan tertinggi dari kodrat manusia.

Manusia yang berlaku etis adalah baik begitu saja, baik secara menyeluruh,

bukan menurut aspek tertentu saja.

Pikiran tersebut bisa diterapkan dalam situasi bisnis. Orang bisnis juga

harus melakukan yang baik, karena hal itu baik. Atau dirumuskan dengan

terminologi modern, orang bisnis juga harus mempunyai integritas. Dalam

pekerjaannya, si pebisnis memang mencari untung. Perusahaan memang

perusahaan for profit. Tetapi pebisnis atau perusahaan tidak mempunyai

integritas, kalau mereka mengumpulkan kekayaan tanpa pertimbangan moral.

Selama pebisnis itu seorang manusia, maka ia tidak bisa dipisahkan dari

moralitas.

2.4. Kode Etik Perusahaan5

Page 6: Peranan Etika Dalam Bisnis

2.4.1 Manfaat dan kesulitan aneka macam kode etik perusahaan

Fenomena kode etik perusahaan mencuat sekitar tahun 1970-an, antara

lain karena terjadinya beberapa skandal korupsi dalam kalangan bisnis. Karena

pengalaman pahit itu, mulai tumbuh keinsyafan bahwa sebaiknya perusahaan

mempunyai peraturan-peraturan ketat dan jelas guna mencegah terjadinya hal-

hal negatif seperti itu.

Patrick Murphy menggunakan istilah ethics statements dan

membedakannya menjadi 3 macam. Pertama, terdapat values statements atau

pernyataan nilai. Misi sebuah perusahaan seringkali menjadi nilai-nilai yang

dijunjung tinggi oleh pendiri perusahaan. Kedua, corporate credo atau kredo

perusahaan, yang biasanya merumuskan tanggungjawab perusahaan terhadap

para stakeholder, khususnya konsumen karyawan, pemilik saham, masyarakat

umum, dan lingkungan hidup. Ketiga, kode etik (dalam arti sempit) yang disebut

juga code of conduct atau code of ethical conduct. Kode etik ini menyangkut

kebijakan etis perusahaan berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul (dan

mungkin di masa lalu pernah timbul), seperti konflik kepentingan, hubungan

dengan pesaing dan pemasok, menerima hadiah, dll.

Pembuatan kode etik perusahaan adalah cara ampuh untuk

melembagakan etika dalam struktur dan kegiatan perusahaan. Jika perusahaan

memiliki kode etik sendiri, ia mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

dengan perusahaan yang tidak memiliki kode etik.

Manfaat kode etik perusahaan dapat dilukiskan sebagai berikut :

1) Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah

dijadikan sebagai corporate culture. Dengan adanya kode etik, secara intern

semua karyawan terikat dengan standar etis yang sama sehingga diharapkan

akan mengambil keputusan yang sama pula.

2) Dapat membantu dalam menghilangkan grey area atau kawasan kelabu

di bidang etika. Beberapa ambiguitas moral yang sering merongrong kinerja

perusahaan dapat dihindarkan.

6

Page 7: Peranan Etika Dalam Bisnis

3) Dapat menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggungjawab

sosialnya. Sangat diharapkan perusahan tidak membatasi diri pada standar

minimal. Melalui kode etiknya perusahaan dapat menyatakan bagaimana ia

memahami tanggungjawab sosial dengan melampui minimum tersebut.

4) Kode etik menyediakan bagi perusahaan-perusahaan dan dunia bisnis

pada umumnya kemungkinan untuk mengatur dirinya sendiri (self regulation).

Dengan demikian, Negara tidak perlu campur tangan.

Namun dalam kenyataan konkret sering menimbulkan harapan terlalu

besar dengan adanya kode etik perusahaan. Membuat sebuah kode etik ternyata

tidak merupakan solusi yang cukup untuk memecahkan semua kesulitan moral

bagi perusahaan. Karena itu tidak mengherankan bila kode etik perusahaan

menemui kritik juga, antara lain :

1) Kode etik perusahaan seringkali merupakan formalitas belaka. Fungsinya

sebatas windows dressing - membuat pihak luar kagum dengan perusahaan.

2) Banyak kode etik perusahaan dirumuskan dengan terlalu umum,

sehingga tidak menunjukkan jalan keluar bagi masalah moral konkret yang

dihadapi oleh perusahaan.

3) Kritik yang paling berat adalah bahwa jarang sekali tersedia enforcement

untuk kode etik perusahaan. Jarang sekali ada sanksi untuk pelanggaran.

Meskipun kode etik masih menuai kritikan, akan tetapi kode etik

perusahaan masih digunakan untuk merumuskan standar etis yang jelas dan

tegas untuk semua karyawan dan tanggungjawab sosial perusahaan. Supaya

kode etik bisa berhasil, berikut ada beberapa faktor yang bisa membantu :

1) Kode etik dirumuskan berdasarkan masukan semua karyawan, sehingga

mencerminkan kesepakatan semua pihak yang terikat olehnya.

2) Harus dipertimbangkan dengan teliti bidang-bidang apa dan topik-topik

mana sebaiknya tercakup oleh kode etik perusahaan.

7

Page 8: Peranan Etika Dalam Bisnis

3) Kode etik perusahaan sewaktu-waktu harus direvisi dan disesuaikan

dengan perkembangan intern maupun ekstern.

4) Paling penting adalah bahwa kode etik perusahaan ditegakkan secara

konsekuen dengan menerapkan sanksi. Tetapi tentu saja hal itu harus dilakukan

secara adil.

2.4.2. Ethical auditing

Untuk menilai kinerja finansial sebuah perusahaan sudah lama ada

standar-standar accounting yang diterima secara nasional dalam suatu negara

dan malah secara internasional. Jika perusahaan memiliki sebuah kode etik,

ethical auditing itu secara khusus terfokuskan pada kode etik tersebut. Hal itu

bisa mudah dimengerti, sehingga dengan demikian metode tersebut bisa

digunakan untuk menegakkan kode etik perusahaan secara sadar dan

konsekuen. Kode etik tidak lagi sebatas perhiasan saja. Pemeriksaan atas

kinerja etis dan sosial itu tidak saja dilakukan terhadap perusahaan, tapi juga

terhadap organisasi nirlaba. Organisasi-organisasi seperti itupun harus

berpegang pada standar-standar etis, entah mereka memiliki kode etik tertulis

atau tidak.

The Body Shop sebagai contoh

The Body Shop adalah sebuah perusahaan internasional yang

berasal dari Inggris dan bergerak di bidang kosmetika serta toiletries.

Perusahaan ini didirikan oleh Anita Roddick pada 1976, dan 20 tahun

kemudian sudah mempunyai omzet setengah miliar dollar AS. Kini

The Body Shop mempunyai toko tersebar di seluruh dunia, antara lain

sekitar 300 toko di Amerika Serikat. Perusahaan ini selalu

menitikberatkan manajemen yang etis. “First and foremost are the

values” merupakan ungkapan terkenal dari Anita Roddick. Rupanya

Roddick pula yang pertama kali melontarkan gagasan mengenai audit

sosial etis.

8

Page 9: Peranan Etika Dalam Bisnis

Setiap dua tahun The Body Shop membiarkan dirinya diaudit dari segi

sosial dan etis. Audit pertama itu dilakukan oleh Institute of Social and

Ethical Accountability dan diterbitkan dengan judul The Values Report

1995 (1996). Dalam audit ini antara lain diperiksa pelaksanaan dua

dokumen etik yang dimiliki perusahaan ini yaitu, The Body Shop

Mission Statement dan The Body Shop Trading Charter.

2.4.3. Good ethics, good business

Ethics pay (etik membawa untung), Good business is ethical business,

Corporate ethics: a prime business asset. Dalam kode etiknya, kini banyak

perusahaan mengakui pentingnya etik untuk bisnis mereka. Bahkan telah

ditunjukkan secara empiris bahwa perusahaan yang mempunyai standar etis

tinggi tergolong juga perusahaan yang sukses.

Kendatipun tidak ada jaminan mutlak, pada umumnya perusahaan yang

etis adalah perusahaan yang mencapai sukses juga. Good ethics, good

business. Keyakinan ini sekarang terbentuk cukup umum. Namun demikian, hal

itu tidak berarti bahwa harapan akan sukses boleh menjadi satu-satunya motivasi

atau justru menjadi motivasi utama untuk berperilaku etis. Yang baik harus

dilakukan karena hal itu baik, bukan karena membuka jalan menuju sukses,

walaupun motivasi itu tidak senantiasa perlu dihayati secara eksplisit. Sudah

sejak Aristoteles, hal itu disebut bertingkah laku “menurut keutamaan”.

III. Penutup dan Kesimpulan

9

Page 10: Peranan Etika Dalam Bisnis

Dari sudut pandang bisnis, semakin disadari bahwa bisnis yang berhasil

adalah bisnis yang memperhatikan norma-norma moral. Hal ini benar-benar

diakui oleh orang bisnis berdasarkan pengalaman bisnis mereka. Pebisnis itu

punya kesadaran yang tinggi bahwa kalau mau berhasil dalam bisnis, kegiatan

bisnisnya harus tetap mengindahkan prinsip-prinsip etika. Mereka sadar bahwa

bisnisnya akan hancur kalau konsumen (langganan), mitra bisnis atau

masyarakat secara keseluruhan tidak lagi percaya padanya, akibat ulah mereka

yang tidak etis. Orang bisnis yang bersaing dengan tetap memperhatikan norma-

norma etis pada iklim bisnis yang semakin professional justru akan menang,

karena telah dipercaya masyarakat. Untuk jangka pendek mungkin sekali mereka

yang berbisnis secara tidak etis akan menang tetapi bukan bisnis tulen. Bisnis

yang tulen dan baik adalah bisnis yang tahan lama, dan untuk norma dan nilai

etik ikut menentukan, kejujuran, mutu barang dan jasa, aspek keamanan dan

kesehatan dalam suatu produk ikut menentukan baiknya suatu bisnis.

10