PERANAN BIDANG USAHA DALAM KEMANDIRIAN MASJID...
Transcript of PERANAN BIDANG USAHA DALAM KEMANDIRIAN MASJID...
PERANAN BIDANG USAHA DALAM KEMANDIRIAN MASJID
ITTIHADUL MUHAJIRIN PAMULANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )
Oleh :
IBNU BANYU ARDI108053000022
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013/1433
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S - 1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Januari 2013
Ibnu Banyu Ardi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT. Yang telah melimpahkan Rahmat dan karunianya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Peranan Bidang
Usaha dan Pengaruhnya Terhadap Kemandirian Masjid Ittihadul
Muhajirin” tepat waktu.
Sholawat dan Salam, barokah yang seindah-indahnya, mudah-
mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam Ilmiah yaitu Dinul Islam.
Penulisan Skripsi ini dimaksud untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Dakwah &
Komunikasi UIN Jakarta sebagai wujud serta partisipasi penulis dalam
mengembangkan dan mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang telah penulis
peroleh selama dibangku kuliah.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah menbantu penulisan skripsi ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
iv
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah &
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Cecep Castrawijaya, MM dan Bapak Mulkanasir, S.Pd, MM
selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Bapak M. Hudri, MA selaku Dosen Pembimbing, yang telah
membimbing dan mengarahkann penulisan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta , yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis selama 4 tahun.
5. Kedua Orang tua tercinta yang senantiasa berdoa dan memberikan
semangat juang tak kenal lelah, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Dr. H. Khamim, M.Pd selaku Ketua DKM Masjid Ittihadul Muhajirin,
yang telah menberikan izin kepada penulis untuk mengadakan
penelitian di Masjid Ittihadul Muhajirin
7. Bapak H. Widodo, Selaku Koordinator Bidang Usaha Masjid yang telah
memberi arahan agar peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan
baik.
8. Segenap pengurus Masjid Ittihadul Muhajirin yang telah meluangkan
v
waktunya untuk membantu penulis mendapatkan informasi yang
dibutuhkan.
9. Teman-teman Fosma UIN (Abe, Dion, Andi, Giri, Luthfi, Rushdi, Fiki,
Riky, Ismet ,Ozie,Wildan,Ka Rezki, dll) seangkatan seperjuangan.
10. Teman-teman Naml Foundation (Deasy, Nurul, Gita, Ifa, Angga, Lela,
Meta, Isty, Rara, Lulut, Monic,dll) yang telah memberikan spirit untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman- teman seangkatan Manajemen Dakwah yang telah setia
bersama selama empat tahun ( Hilman, Syahrully, Adul, Fauzi,Husin,
Papua, Ipin, Sidiq,Dito, Ade, Sofyan Moza, dll.)
12. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini
Semoga Allah SWT, melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada
kita semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didunia ini tidak ada
yang sempurna. Begitu juga dari penulisan skripsi ini, yang tidak luput
dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat kontruktif
demi penyempurnaan skripsi ini.
vi
Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan,
penulis berharap sungguh dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak
yang bersangkutan.
Jakarta, 26 Oktober 2012
Penulis
vii
ABSTRAKSI
Ibnu Banyu Ardi, 2012. Peranan Bidang Usaha dan Pengaruhnya di MasjidIttihadul Muhajirin, Pamulang. Skripsi Jurusan Manajemen Dakwah, FakultasDakwah & Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta. M. Hudri, MA.
Kata Kunci: Bidang Usaha, Kemandirian Masjid.
Salah satu pilar kemajuan peradaban Islam adalah amwal (wealth) atau ekonomi.Dalam hal ini, Ibnu Khaldun mengatakan “Ekonomi adalah tiang dan pilar palingpenting untuk membangun peradaban Islam ( Imarah ). Tanpa kemapanan ekonomi,maka kejayaan Islam sulit dicapai bahkan tak mungkin diwujudkan. Ekonomi pentinguntuk membangun negara dan menciptakan kesejahteraan umat. Salah satu yang dapatdilakukan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat ialah dengan menggiatkankegiatan-kegiatan ekonomi yang berbasis masjid.
Pekerjaan yang tidak mudah untuk bisa memberikan kesejahteraan kepadamasyarakat sekitar masjid apabila dari masjid itu sendiri belum mampu mandirisecara ekonomi. Oleh karena itu setiap pengurus masjid harus terlebih dahulumenjadikan masjidnya mandiri, mandiri dalam arti tidak lagi hanya mengandalkanbantuan-bantuan dari para donatur, akan tetapi pengurus masjid mampu menciptakanunit-unit usaha yang dapat dikembangkan oleh masjid. Bisa berupa koperasi, BMT,usaha sewa menyewa dsb. Dengan adanya kegiatan usaha yang dilakukan makasetidaknya dapat mengurangi beban-beban yang harus dikeluarkan masjid dalamsetiap kegiatannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif-Kualitatif. Diharapkandengan menggunkan pendekatan tersebut penulis mendapatkan gambaran yangobjektif, faktual, akurat dan sistematis, mengenai masalah-masalah yang ada di obyekpenelitian. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan interview dan observasi.Kemudian hasil penelitian tersebut dianalisis dengan tahapan reduksi data, penyajiandata dan yang terakhir adalah verifikasi atau menarik kesimpulan
Hasil dari penelitian ini adalah : pertama: kegiatan usaha yang dilakukan olehMIM sudah mampu memberikan kontribusi baik kegiatan syiar maupun kegiatanoperasionalnya, kedua : posisi masjid yang strategis dan memiliki manajemen yangdikelola secara profesional.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
ABSTRAKSI .................................................................................................vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 9
D. Tinjauan Pustaka ...........................................................................10
E. Sistematika Penulisan ................................................................... 11
BAB II Tinjauan Teoritis
A. Pengertian Peranan ....................................................................... 13
B. Pengertian Masjid ......................................................................... 17
C. Peran dan Fungsi Masjid ............................................................. 19
D. Pengertian Kemandirian ............................................................... 23
1. Komponen Kemandirian ........................................................... 24
2. Faktor yang mempengaruhi Kemandirian ................................. 26
E. Peranan Ekonomi Masjid.................................. ............................ 27
F. Langkah-Langkah Menuju Masjid Mandiri .................................. 29
BAB III Metodologi Penelitian
A. Metode Penelitian ....................................................................... 33
B. Lokasi Penelitian ......................................................................... 34
C. Sumber Data ................................................................................ 34
ix
D. Teknik Pengambilan Data ........................................................... 36
E. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 36
F. Analisis Data ................................................................................ 39
G. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................41
H. Tahapan Penelitian .......................................................................42
BAB IV Sekilas Tentang Masjid Ittihadul Muhajirrin
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 44
B. Visi dan Misi .............................................................................. 45
C. Lokasi Masjid ............................................................................ 46
D. Struktur Kepengurusan ............................................................. 47
E. Program Kerja ........................................................................... 50
BAB V Analisis dan Pembahasan
A. Pengembangan Bidang Usaha Masjid .................................... 57
B. Analisis Potensi Bidang Usaha Masjid ................................... 60
C. Analisa Peranan Bidang Usaha dalam Kemandirian
Masjid...................................................................................... 70
BAB VI Penutup
A. Kesimpulan .............................................................................. 73
B. Saran ....................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masjid memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting bagi
Umat Islam, dalam membentuk karakter masyarakat yang islami.
Karena penting itulah, masjid harus difungsikan dengan sebaik-baiknya.
Menurut Ahmad Yani, masjid yang fungsinya dapat dioptimalkan
secara baik adalah masjid yang didirikan atas dasar taqwa.1
Pada masa awal Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW,
bangunan masjid sangat sederhana, seperti Masjid Nabawi di Madinah
yang hanya berupa sebuah tanah berpagar batu bata yang digunakan
untuk mengatur semua urusan umat. Masjid itu terbuka dan dilindungi
oleh batang pohon kurma, salah satu serambi digunakan untuk
melindungi orang-orang yang shalat dari sinar matahari, dan serambi
yang lain merupakan rumah orang-orang Makkah yang berhijrah
bersama Rasulullah. Beliau sendiri tinggal di bangunan sederhana yang
dibangun berlawanan dengan sisi luar sebelah timur dinding masjid.
Setelah Rasulullah meninggal dunia, barulah orang-orang Islam
1 Ahmad Yani, Panduan Memakmurkan Masjid (Jakarta: Dea Perss, 2000), h. 11
2
membangun masjid secara ekslusif sebagai tempat ibadah.2
Masjid memiliki fungsi yang sangat istimewa sebagai penguatan
keyakinan kepada Allah SWT dan juga sebagai budaya islam. Ada dua
yang berkaitan dengan hal tersebut, Pertama, ialah yang berkaitan
dengan sisi historis, ketika Nabi SAW hijrah ke kota Yastrib langkah
pertama yang dilakukan ialah membangun Masjid Quba yang terletak
sebelum kota yatsrib dan kemudian Masjid Nabawi di kota Yatsrib.
Kedua, berkaitan tentang fungsi masjid, pada masa Rasulullah SAW
masjid tidak hanya menjadi tempat shalat tetapi digunakan sebagai
pusat kegiatan sosial kemasyarakatan, politik, pendidikan, militer,
ekonomi dan lain sebagainya. Sejarah mencatat tidak kurang dari
sepuluh yang menjadi peran Masjid Nabawi, yaitu sebagai: (1) Tempat
ibadah (shalat & Dzikir ), (2) Tempat Konsultasi dan komunikasi (
masalah sosial, politik, ekonomi ), (3) Tempat Pendidikan (4) Tempat
santunan sosial (5) Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya
(6) Tempat pengobatan tawanan perang (7) Tempat perdamaian dan
pengadilan sengketa (8) aula dan tempat menerima tamu (9) Tempat
menahan tawanan (10) Pusat penerangan dan pembelaan agama.3
2 Merza Gamal (Pengkaji Sosial Ekonomi Islam), “ Memfungsikan Masjid SebagaiPusat Pengembangan Ekonomi Umat," terbit 4 November 2007, (diakses pada tanggal 12Juni 2012 dari http://tauziyah.com/2007/11/04/,
3 Fauziah,Harmoni, “Jurnal Multikultural dan Multireligius,” (Puslitbang KehidupanKeagamaan, Badan Diklat & Diklat Depag RI Vol VII, Januari-Maret, 2009), h 28-29,(diakses pada 12 Juni 2012 dari Balitbangdiklat.kemenag.go.id)
3
Dari penjelasan di atas bahwasannya peran masjid sangatlah
luas sebagai pusat kegiatan orang-orang muslim. Quraish Shihab
mengatakan hal tersebut dapat terjadi dikarenakan berbagai sebab, di
antaranya; 1) keadaan masyarakat yang masih berpegang teguh kepada
nilai, norma, dan jiwa agama; 2) kemampuan Pembina-pembina masjid
menghubungkan kondisi sosial dan kebutuhan masyarakat dengan uraian
dan kegiatan masjid; 3) manifestasi pemerintah terlaksana di dalam
masjid, baik dalam pribadi pemimpin pemerintahan yang menjadi
khatib/imam maupun dalam ruangan-ruangan masjid yang dijadikan
tempat kegiatan pemerintahan dan syura (musyawarah).4
Pada masa sekarang, pembangunan masjid sangat pesat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya ibadah shalat, sehingga masjid selalu ada di setiap
tempat baik itu di pedesaan maupun perkotaan yang meliputi kantor
swasta, kantor pemerintahan, lembaga pendidikan, tempat rekreasi, mall
atau pasar dan tempat-tempat publik lainnya di sediakan tempat untuk
shalat.5
Beberapa tahun terakhir di Indonesia, sudah terlihat sebagian
masjid telah mampu berfungsi selain sebagai tempat ibadah (shalat) juga
merupakan tempat pengembangan pendidikan, tempat pemberdayaan
4 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an; “Tafsir Maudhu’I atas pelbagai persoalan umat,( T.tp.:Mizan, 1996), cet ke-2, h. 459
5 Moh. E. Ayub, dkk., Manajemen Masjid ( Jakarta : Gema Insani Press, 1996), h. 17
4
ekonomi umat, dan tempat kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Dengan
demikian, keberadaan masjid memberikan manfaat bagi jamaah dan
masyarakat lingkungannya. Fungsi masjid yang seperti itu, perlu terus
dikembangkan dengan pengelolaan yang baik dan teratur, sehingga dari
masjid lahir insan-insan muslim yang berkualitas dan masyarakat yang
sejahtera.
Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, di wilayah kota,
pinggiran kota dan pedesaan dapat dilakukan dengan menggiatkan masjid-
masjid untuk berperan alami dalam kehidupan jamaah dan masyarakat di
lingkungan masjid dengan ajaran Islam sebagai agama yang dianut oleh
masyarakat setempat sebagai mekanisme perubahan sosial dan
peningkatan motivasi dalam berusaha sehingga dapat mempercepat
perubahan sosial-ekonomi di wilayah-wilayah masjid tersebut berada.6
Salah satu pilar kemajuan peradaban Islam adalah amwal (wealth)
atau ekonomi. Dalam hal ini, Ibnu Khaldun mengatakan “Ekonomi adalah
tiang dan pilar paling penting untuk membangun peradaban Islam
( Imarah ). Tanpa kemapanan ekonomi, maka kejayaan Islam sulit
dicapai bahkan tak mungkin diwujudkan. Ekonomi penting untuk
6 Merza Gamal ( Pengakaji Sosial Ekonomi Islam ),“ Memfungsikan Masjid SebagaiPusat Pengembangan Ekonomi Umat," terbit 4 November 2007, (diakses pada tanggal 12 Juni2012 dari http://tauziyah.com/2007/11/04/, )
5
membangun negara dan menciptakan kesejahteraan umat. (Ringkasan dari
Muqaddimah Ibnu Khaldun, Bab 3,4 dan 5)7
Al-Ghazali, Asy-Syatibi dan seluruh ulama ushul yang membahas
maqashid syari’ah, senantiasa memasukkan amwal sebagai pilar
maqashid. Shah Waliullah Ad-Dahlawy, ulama terkemuka dari India,
(1703-1762).berkata, “Kesejahteraan ekonomi merupakan prasyarat
untuk suatu kehidupan yang baik. Tingkat kesejahteraan ekonomi
sangat menentukan tingkat kehidupan seseorang, semakin tinggi tingkat
kesejahteraan ekonominya, akan semakin mudah untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik (hayatan thayyibah). Para ulama Islam
sepanjang sejarah, khususnya sampai abad 10 Hijriyah senantiasa
melakukan kajian ekonomi Islam. Karena itu kitab-kitab Islam tentang
muamalah (ekonomi Islam) sangat banyak dan berlimpah. Para ulama
tidak pernah mengabaikan kajian muamalah dalam kitab-kitab fikih
mereka dan dalam halaqah (pengajian-pengajian) keislaman mereka.8
Sehingga tradisi keilmuwan ekonomi yang eksis di masa silam, harus
dihidupkan kembali di mesjid-mesjid, agar fungsi mesjid sebagaimana
zaman Rasulullah dapat diwujudkan kembali khususnya masalah
ekonomi.
7 Agustianto, “Peran Masjid dalam Edukasi Syariah”, (diakses pada 12 Juni 2012 darihttp://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1093&Itemid=5 )
8 Agustianto, “Peran Masjid dalam Edukasi Syariah”, (diakses pada 12 Juni 2012 darihttp://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1093&Itemid=5 )
6
Fakta penting yang terjadi adalah masjid dibangun sedemikian
banyak. Menurut rekapitulasi masjid dan mushala di DKI Jakarta,
jumlah masjid yang berada di wilayah DKI sebanyak 2.831 unit Masjid
dan 5.661 mushalla. Sedangkan di Indonesia, diperkirakan ada 700 ribu
masjid. Kendala terbesarnya, masjid baru menjadi bangunan megah,
tetapi sepi dari roh umat, kosong, dan hanya untuk kegiatan-kegiatan
ibadah mahdah.9
Bangunan masjid sekarang banyak yang mempunyai arsitektur
indah dan megah dengan konstruksi yang sangat mahal. Namun, tidak
jarang, keindahan dan kemegahan bangunan masjid yang tersebar di
berbagai penjuru negeri tidak menunjukkan tingkat kesejahteraan para
jamaahnya, bahkan beberapa masjid untuk membayar biaya
pemeliharaan masjid tersebut seringkali dilakukan dengan meminta-
minta di pinggir jalan, sehingga menurunkan citra Umat Islam secara
keseluruhan.10
Mewujudkan masjid yang makmur dan mengoptimalkan
fungsinya dengan baik, tentu menjadi tanggung jawab seluruh Umat
Islam, karena kita mengetahui bahwa sebagai baitullah, masjid
9 Juni Supriyanto, “Tak Sebatas Pelatihan,” Dialog Jumat Republika, 9 September 2011,h.3.
10 Merza Gamal ( Pengkaji Sosial Ekonomi Islam ),“ Memfungsikan Masjid SebagaiPusat Pengembangan Ekonomi Umat," terbit 4 November 2007. (diakses pada tanggal 12 Juni2012 dari http://tauziyah.com/2007/11/04/)
7
merupakan tempat suci bagi Umat Islam.11 Pemeliharaan dan
pemakmuran citra masjid terpikul sepenuhnya dipundak Umat Islam.
Baik sebagai pribadi maupun komunitas, umat harus menjaga agar citra
masjid tidak buruk dan tidak rusak dalam pandangan dan gangguan dari
pihak luar. Memelihara citra masjid tidak terbatas pada aspek fisik
bangunannya, tetapi juga menyangkut gairah kegiatannya. Dalam konteks
ini, faktor penentunya tidak lain adalah sumber daya manusia, yaitu
pengurus dan jamaah. 12
Pemberdayaan ekonomi masjid merupakan salah satu jawaban
yang dapat dilakukan untuk membantu orang-orang yang mengalami
kesulitan secara ekonomi dan diharapkan dengan bantuan tersebut
diberikan itu mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Namun pemberdayaan ekonomi berbasis masjid ini pun tidak bisa
berjalan dengan baik jika tidak didukung dengan kondisi ekonomi
masjid yang kuat. Oleh karenanya jika sebuah masjid berkeinginan
untuk memberdayakan ekonomi umat, maka hal pertama yang harus
dilakukan oleh dewan kemakmuran masjid (DKM) ialah menguatkan
perekonomian masjid terlebih dahulu, dengan menciptakan unit-unit
usaha yang mampu memberikan kontribusi tidak hanya untuk
kegiatan - kegiatan yang sifatnya peribadatan dan operasional, namun
11 Moh. E. Ayub, dkk., Manajemen Masjid (Jakarta: Gema Insani press, 1996), h. 25
12Ibid, h. 25
8
masjid juga mampu memberikan kesejahteraan bagi umatnya melalui
pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh masjid tersebut. Semisal
dengan mendirikan sebuah lembaga pinjaman yang berbasis syariah
atau yang disebut dengan Baitul Maal Wat Tamwil atau juga koperasi
yang tentunya berbasis syariah, masjid pun juga bisa mendirikan sebuah
bangunan-bangunan atau kios yang nantinya bangunan tersebut
disewakan atau dikontrakan, dan masih banyak lagi unit-unit usaha
berpotensial yang dapat dikembangkan oleh DKM Masjid. Yang
keuntungannya tentu saja dapat digunakan untuk berbagai kegiatan
pemakmuran masjid.
Upaya-upaya inilah yang akan menjadikan sebuah masjid memiliki
kemandirian secara ekonomi , dimana masjid tidak hanya mampu
menghidupkan masjid itu sendiri, tetapi juga mampu memberikan
kesejahteraan dan kemakmuran untuk umat.
Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis menggangap penting
untuk mengangkat judul skripsi tentang “Peranan Bidang Usaha dalam
Kemandirian Masjid Ittihadul Muhajirrin, Pamulang Barat, Tangsel.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, penulis merasa perlu
membuat batasan masalah yaitu Peranan Bidang Usaha dalam
membangun Kemandirian Masjid Ittihadul Muhajirrin Pamulang
9
Sedangkan perumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah peranan Bidang Usaha dalam membangun kemandirian
Masjid Ittihadul muhajrrin Pamulang ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pengelola masjid
ittihadul muhajirin dalam mengelola potensi ekonomi masjid?
3. Kendala-kendala apa saja yang di alami oleh Ta’mir Masjid Ittihadul
Muhajirrin dalam membangun kemandirian Masjid?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah bagaimana
mengoptimalkan fungsi dan peran Bidang Usaha dalam kemandirian
Masjid Ittihadul Muhajirrin, Pamulang, dimana hasilnya dapat dijadikan
sebagai bahan perbandingan bagi pengembangan tujuan sejenis di
tempat lain, baik dilakukan oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat.
2. Manfaat Penelitian :
a. Segi Akademis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
khazanah ilmu pengetahuan kepada mahasiswa khususnya jurusan
Manajemen Dakwah agar dapat mengetahui bahwasannya begitu
banyak potensi-potensi ekonomi yang dapat di gali melalui kegiatan-
kegiatan keMasjidan.
10
b. Segi Praktis : Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan
pertimbangan untuk bisa menjadi pendorong bagi Masjid-Masjid lainnya
untuk melakukan hal yang sama dalam membangun Kemandirian
Masjid
c. Manfaat Masjid Ittihadul Muhajirrin : Sebagai bahan evaluasi bagi
manejemen Masjid Ittihadul Muhajirrin Pamulang dalam
pengembangan Masjid untuk kedepannya
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan
penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah,
maka langkah awal yang penulis tempuh dengan mengkaji terhadap
penelitian terdahulu.
Pemberdayaan Masjid sebagai sarana pendidikan Islam bagi siswa
di MAN 3 Malang Penelitian tersebut menekankan tentang bagaimana
memberdayakan siswa dengan mengoptimalkan kegiatan masjid
khususnya pendidikan islam. kinerja dari manajemen Manajemen
Pemberdayaan Ekonomi pada Masjid Sunda Kelapa skripsi yang ditulis
oleh Tina Afriani mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta
tahun 2005 mentikberatkan pembahasannya pada bagaimana mengelola
dana-dana yang terkumpul untuk dijadikan kegiatan-kegiatan usaha
masjid.
11
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, penulis
membuat sistematika dengan pengelompokkan berdasarkan kesamaan
dan hubungan masalah yang ada.
Skripsi ini tediri dari enam bab :
BAB I Merupakan bab pendahuluan, dalam bab ini penulis
menguraikan masalah teknik penulisan yang berisikan
Latar Belakang, Perumusan dan Pembatasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian
terdahulu, sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis terdiri dari pengertian dari Peranan,
Masjid dan kemandirian
BAB III Membahas tentang Metodologi Penelitian yang terdiri
dari Jenis Penelitian, kehadiran peneliti, metode
penentuan sampel, teknik pengumpulan data, metode
pengumpulan data.
BAB IV Gambaran umum tentang Masjid ITTIHADUL
MUHAJIRRIN.
BAB V Memaparkan Hasil analisis dan temuan-temuan
tentang peranan Bidang Usaha dalam Kemandirian
Masjid Ittihadul Muhajirin
12
BAB VI Bab ini merupakan akhir dari pembahasan yang
berisi tentang kesimpulan terhadap pembahasan
data-data yang telah di analisis dan saran-saran
sebagai bahan pertimbangan.
13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Peranan
1. Teori Peranan
Peranan adalah berasal dari kata “peran” yang ditambahkan akhiran
“an”. Peran memiliki arti seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki
oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah
bagian dari tugas utama yang dilaksanakan.13
Menurut Gross Masson dan A.W. Mc. Eachen yang dikutip oleh
David Berry mendefinisikan bahwa “peranan sebagai seperangkat
harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati
kedudukan sosial tertentu”.14
Masih dari David Berry, harapan-harapan merupakan hubungan
dari norma-norma sosial. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa “peranan
itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat, artinya seseorang
diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di
dalam pekerjaannya”.
13 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988), Cet Ke-1, h. 667.
14 N. Grass W. S, Masson and A. W. Mc. Eachen, Exploration Role Analysis, dikutip olehDavid Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995),Cet. Ke-3, h. 99.
14
Didalam buku Psikologi Sosial, Abu Ahmadi menerangkan bahwa
“peranan adalah suatu pengharapan manusia terhadap caranya individu
harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan
fungsi sosialnya”.15 Ini mengartikan bahwa setiap orang menginginkan
seseorang menyesuaikan sikap dan tingkah laku sesuai dengan statusnya
serta menjalankan hak dan kewajibannya.
Sarlito Wirawan Sarwono juga mengemukakan hal yang sama
bahwa harapan tentang perilaku-perilaku yang pantas, yang seyogyanya
ditentukan oleh seseorang yang mempunyai peranan tertentu. Peranan
adalah keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan bersama-sama
dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.16
Dalam teorinya Biddle dan Thomas yang dikutip oleh Sarlito
Wirawan membagi peristilahan teori peran dalam empat golongan, yaitu
istilah-istilah yang menyangkut:17
a) Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial
b) Perilaku yang muncul dalam interaksi sosial
c) Kedudukan orang-orang dalam perilaku
d) Kaitan antara orang dan perilaku
15 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), ed revisi, h. 106
16 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: CV Rajawali, 1984),Cet, ke-1, h. 135.
17Ibid , h. 215.
15
Masih menurut Biddle dan Thomas, ada lima istilah tentang
perilaku dalam kaitannya dengan peran, yakni:
a) Expectation (harapan)
b) Norm (norma)
c) Performance (wujud perilaku)
d) Evaluation (penilaian)
e) Sanction (sanksi)
Dalam perspektif ilmu sosiologi, peranan didefinisikan dengan
suatu perilaku atau tindakan yang diharapkan oleh orang lain dari
seseorang yang memiliki suatu status di dalam kelompok tertentu.18
Peranan merupakan fungsi yang bisa terwujud jika seseorang
berada di dalam satu kelompok sosial tertentu. Peranan juga merupakan
sebuah perilaku yang memiliki suatu status dan bisa terjadi dengan atau
tanpa adanya batasan job description bagi para pelakunya.19
Menurut Soerjono Soekanto peranan merupakan aspek dinamis dari
kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya.20
18 W.A Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Eresso, 1998), h. 135.
19 Ibid, h. 135.
20 Onong Uchjana Efendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 108.
16
Di dalam peranannya sebagaimana dikatakan David Berry terdapat
dua macam harapan, yaitu: harapan-harapan masyarakat terhadap
pemegang peranan dan harapan-harapan yang dimiliki si pemegang
peranan terhadap masyarakat.21
Peranan lebih banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri
dan sebagai suatu proses. Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam
masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal,
yaitu:22
a. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat.
Contoh: Sebagai seorang pemimpin harus dapat menjadi panutan dan
suri teladan para anggotanya, karena dalam diri pemimpin tersebut
terdapat aturan/norma-norma yang sesuai dengan posisinya.
b. Peranan merupakan konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat.
Contoh: Seorang ulama, Guru dan sebagainya, harus bijaksana, baik
hati, sabar, membimbing dan menjadi panutan bagi para muridnya.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.
21David Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1995), Cet. Ke-3, h. 101.
22 A. Sutarmadji dan Al Tirmidzi, Peranan dan Pengembangan Hadits dan Fiqih,(Ciputat: Logoso Wacana Ilmu, 1998), h. 27.
17
Dengan pengertian dan penjelasan diatas terlihat suatu gambaran
bahwa peranan adalah kewajiban-kewajiban dan keharusan yang dilakukan
oleh seseorang karena kedudukannya di dalam status tertentu dalam suatu
masyarakat atau lingkungan dimana dia berada.
B. Pengertian Masjid
Kata masjid berasal dari bahasa arab, masjid secara etimologis
berarti tempat sujud. Jika dilihat dari segi harfiah, kata pokoknya:
sujudan, fi’il madinya sajada. Fi’il sajada diberikan awalan ‘ma’, sehingga
terjadilah isim makan. Isim makan ini menyebabkan perubahan bentuk
dari sajada menjadi masjidu.23 Sedangkan secara terminologi, masjid
adalah tempat atau bangunan untuk melakukan ibadah dalam makna
luas.24
Berdasarkan pengertian diatas , maka sebenarnya kata masjid tidak
terbatas kepada suatu bangunan besar seperti dalam pengertian saat ini ,
namun mencakup semua tempat dimana terjadi peristiwa sujud.25
Sedangkan pengertian masjid menurut istilah adalah sebagai
berikut : “Tempat Sujud, yaitu tempat umat islam mengerjakan shalat dzikir
23 Sidi Gazalba, Masjid Pusat ibadah dan kebudayaan islam ( Jakarta : Pustaka Antara,1962) h. 112
24 Ahmad Yani, dkk., Panduan Mengelola Masjid ( Jakarta : Pustaka Intermasa, 2007), h.3
25 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998) cet, ke-8, h.460.)
18
kepada Allah SWT dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan dakwah
islamiyah”. 26
Menurut Yusuf Qardhawi yang dimaksud dengan Masjid adalah
rumah, seperti makna yang tersirat dalam Firman Allah SWT :
Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan
untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagidan waktu petang, Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dantidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikansembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatuhari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.(Qs. An-Nur:36-37)
Masjid adalah rumah Allah (Baitullah) yang dibangun sebagai
sarana bagi umat islam untuk mengingat, mensyukuri dan menyembah
Allah SWT dengan baik, selain itu juga masjid merupakan tempat
melaksanakan berbagai aktivitas amal shaleh, seperti tempat
bemusyawarah, pernikahan, benteng dan strategi perang, mencari solusi
permasalahan yang terjadi di tengah-tengah umat dan sebagainya. Sejalan
dengan arti penting keberadaan masjid di tengah-tengah masyarakat
26 Abdul Mujieb, et al., Kamus Istilah Fiqih, Jakarta : PT. Pustaka Firdaus, 1994), h.201
19
muslim inilah, Al-Qur’an banyak menyebut kata Masjid di dalam beberapa
ayatnya seperti di surat Al-Baqarah 114 surat At-Taubah 107-108 surat
An-Nur 36-37.27
C. Peran & Fungsi Masjid
Masjid, sebagaimana telah kita ketahui berasal dari kata sajada-
yasjudu yang berarti “merendahkan diri”, menyembah atau sujud. Masjid
mempunyai peranan penting bagi umat islam. K.H. Anwar Sanusi
mengatakan “Kalau Masjid diperuntukkan hanya untuk shalat, umat islam
bisa shalat dimana saja. Sebab bumi Allah itu semuanya adalah masjid.
Umar bin Khatab ketika masuk palestina, ia melakukan ibadah shalat di
samping gereja. Jadi, shalat dapat dilakukan dimanapun yang dianggap
tidak ada halangan sama sekali,” ujarnya.28
Menurut Ahmad Sutarmadi, masjid bukan sekedar memiliki peran
dan fungsi sebagai sarana peribadatan saja bagi jamaahnya, namun
masjid memiliki misi yang lebih luas mencakup bidang pendidikan
agama dan pengetahuan, bidang peningkatan hubungan sosial
27 Cecep Castrawijaya, Manajemen Masjid, 2010, h 3-4
28 Anwar Sanusi, “Fungsi Masjid dalam pemberdayaan Ekonomi Umat” , artikel di aksespada 29 Juli 2012 dari http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=262712&kat_id=147
20
kemasyarakatan bagi para anggota jamaah, dan peningkatan ekonomi
jamaah, sesuai dengan potensi lokal yang tersedia.29
Untuk optimalisasi peran dan fungsi masjid tersebut dapat
diturunkan menjadi langkah-langkah strategis sebagai berikut;
Misi pertama; meningkatkan iman dan taqwa. Langkah-langkah
strategisnya meliputi:
1. Menyelenggarakan pengajian berbagai ilmu-ilmu Islam yang bertujuan
menyempurnakan kemampuan jamaah, sehingga dalam kehidupan
kesehariannya akan lebih teratur dan terarah, selalu berpedoman pada
ajaran Islam. Penyelenggaraannya disesuaikan dengan kemampuan dan
kehendak para anggota jamaah.
2. Menyelenggarakan berbagai macam shalat mulai dari shalat wajib,
shalat sunnah dan juga shalat fardhu kifayah.
3. Meyelenggarakan berbagai kegiatan sosial keagamaan seperti
peringatan ataupun penyambutan hari-hari besar Islam dan tahun baru
hijriyah, pelepasan dan penyambutan jamaah haji dan lainnya.
29 Ahmad Sutarmadi, Visi, misi, dan langkah Strategis; Pengurus Dewan Masjid Indonesiadan Pengelola Masjid, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 2002), h. 19
21
Misi kedua; meningkatkan pendidikan. Kegiatan-kegiatan strategisnya
meliputi:
1. Menyelenggarakan pendidikan formal mulai taman kanak-kanak hingga
perguruan tinggi sesuai dengan kepentingan anggota jamaah masjid
yang bersangkutan.
2. Menyelenggarakan pendidikan non formal, seperti pengajian yang di
ikuti oleh berbagai kelompok umur.
3. Menyelenggarakan kursus-kursus untuk meningkatkan keterampilan
khusus, seperti bahasa, otomotif, komputer, menjahit, yang tentunya
disesuaikan dengan kebutuhan jamaah.
4. Meningkatkan kemampuan seni bagi jamaah seperti seni membaca Al-
Quran, nasyid, beladiri, sesuai keperluan jamaah.
5. Meningkatkan kualitas perpustakaan masjid secara terus menerus.
Misi ketiga; meningkatkan ekonomi jamaah. Kegiatan strategisnya
meliputi:
1. Menyelenggarakan kursus dan bimbingan usaha ekonomis produktif
dari hal-hal yang sederhana sampai pada urusan ekonomi kelas atas
sesuai dengan keadaan jamaah.
2. Memanfaatkan sumber alam yang tersedia dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan. Seperti bagi nelayan, perlu memelihara terumbu
karang agar nelayan dapat tetap memperoleh hasil tangkapan yang
memadai.
22
3. Mengusahakan permodalan melalui koperasi dan lembaga keuangan
yang menguntungkan seperti membangun Baitul Maal Wa Tamwil
dengan dukungan pengelolaan zakat, kerjasama dengan perbankan
mencari modal dari luar negeri dan usaha lain yang halal.
4. Membangun kerjasama anggota jamaah masjid dalam menumbuhkan
ekonomi dengan memanfaatkan tenaga ahli sesuai dengan situasi
setempat, seperti membuat sentra usaha ekonomi dan menciptakan
hubungan kerja ekonomis yang saling menguntungkan.
5. Menjalin hubungan dengan pemerintah yang secara langsung
menangani pengembangan ekonomi, seperti Kemenperin, Kementerian
Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM.
6. Menjadikan masjid sebagai pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah.
Karena pengelola masjid lebih mengetahui kondisi masyarakat sekitar
sehingga pemungutan dan distribusi menjadi lebih merata.
7. Mengajak para ahli ekonomi membantu pengembangan ekonomi
jamaah dengan memberikan bimbingan secara terus menerus serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anggota jamaah masjid
pada hal-hal yang diperlukan.
Misi keempat; meningkatkan hubungan sosial kemasyarakatan. Kegiatan
strategisnya meliputi:
1. Pertemuan silaturahiim antar pengelola masjid dengan seluruh anggota
jamaah. Untuk itu diperlukan data jamaah masjid yang valid dan akurat.
23
2. Menjadikan masjid sebagai pelaksanaan kegiatan seperti pernikahan,
syukuran, pelepasan dan penyambutan jamaah haji, termasuk
penyelenggaraan jenazah.
3. Menggiatkan dan menggairahkan shalat jamaah dengan bimbingan
imam secara teratur.
Berbagai macam peran dan fungsi masjid yang telah disebutkan,
maka telah kita ketahui bahwa kedudukan masjid sangatlah penting bagi
umat islam. Oleh karena itu dalam pemakmuran masjid sendiri perlu
adanya perhatian khusus dari semua pihak. Dari penjelasan diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa masjid adalah tempat yang dijadikan
pembinaan umat islam, baik mengenai aqidah, ibadah, muamalah maupun
akhlak.
D. Pengertian Kemandirian
Kemandirian berarti hal atau keadaan seseorang yang dapat berdiri
sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Kata kemandirian berasal dari
kata dasar diri yang mendapat awalan ‘ke’ dan akhiran ‘an’ yang
kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda.30
Kemandirian berasal dari kata dasar diri, maka pembahasan
mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari perkembangan diri itu
sendiri. Diri adalah inti dari kepribadian dan merupakan titik pusat yang
30 Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, ( Bandung : CV Wacana Prima, 2009) h.128
24
menyelaraskan dan mengkordinasikan seluruh aspek kepribadian.31
Kemandirian, dari kata dasar "mandiri" di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai suatu keadaan dapat berdiri sendiri; tidak
bergantung pada orang lain.32
Kemandirian mencakup pengertian dari berbagai istilah seperti
Autonomy, Independency dan Self Relience. Pada dasarnya kemandirian
dapat dimanifestasikan dalam bentuk sikap maupun perbuatan, sebab
sebenarnya sikap merupakan dasar dari terbentuknya suatu perbuatan.33
Menurut Emile Durkheim yang dikutip oleh Mohammad Asrori
dalam bukunya, kemandirian adalah keadaan sesorang yang dapat
menentukan diri sendiri dimana dapat dinyatakan dalam tindakan atau
perilaku seseorang yang dapat dinilai. Berangkat dari definisi tersebut,
maka dapat diambil pengertian kemandirian adalah keadaan seseorang
yang dapat berdiri sendiri, tumbuh dan berkembang karena disiplin dan
komitmen sehingga dapat menetukan diri sendiri yang dinyatakan dalam
tindakan dan perilaku yang dapat di nilai.34
31 http://digilib.unimus.ac.id, diakses tanggal 16 Mei 201232 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia ( Jalarta: Balai Pustaka, 1988), Cet Ke 1, h. 555
33 Pergola Irianti, Profesi Pustakawan dan Kemandirian ( Buletin Perpustakaan UGM edisiDesember 1997), h. 20
34 Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, ( Bandung : CV Wacana Prima, 2009) h.129
25
1. Komponen Kemandirian
Menurut Green dan Torensen Mereka menyebutkan istilah Self
Relience bagi individu mandiri dengan ciri-ciri antara lain tidak adanya
kebutuhan yang menonjol untuk memperoleh pengakuan dari orang lain,
mereka mampu mengontrol tindakannya sendiri dan penuh inisiatif.35
Menurut Beller kemandirian atau kesiapan dan kemampuan
individu untuk berdiri sendiri yang ditandai dengan keberanian mengambil
inisiatif , mencoba mengatasi masalah tanpa minta bantuan orang lain,
memperoleh kekuatan dari usaha-usaha, berusaha dan mengarahkan
tingkah laku menuju kesempurnaan.36
Masrun menyatakan bahwa lima komponen kemandirian yang
utama yaitu bebas progresif, ulet, inisiatif, pengendalian dari dalam
(internal focus of control) dan kemantapan diri (self esteem, self
confidence).37
Emil Durkheim melihat makna dan perkembangan kemandirian
dari dua sudut yang berpusat pada masyarakat. Dengan menggunakan
35 Masrun, dkk. Studi mengenai Kemandirian pada Penduduk di Tiga Suku Bangsa( Jawa, Batak, Bugis ), dalam Pergola Irianti, Profesi Pustakawan dan Kemandirian ( BuletinPerpustakaan UGM edisi Desember 1997), h. 20
36 Ibid, h. 2037 Ibid, h. 20
26
sudut pandang ini. Durkheim berpendirian bahwa kemandirian merupakan
elemen esensial dari moralitas yang bersumber pada masyarakat.38
Kemandirian tumbuh dan berkembang karena dua faktor yang
menjadi prasyarat bagi kemandirian, yaitu disiplin dan komitmen terhadap
kelompok. Oleh sebab itu, individu yang mandiri adalah individu yang
berani mengambil keputusan yang dilandasi oleh pemahaman akan
segala konsekuensi dari tindakannya, sehingga kemandirian merupakan
suatu kekuatan internal individu yang diperoleh melalui proses
individualisasi yaitu proses realisasi kedirian dan proses menuju
kesempurnaan.39
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Menurut Parker, faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian
adalah sebagai berikut :40
1. Tanggung jawab
Tanggung jawab berarti memilik tugas untuk menyelesaikan
sesuatu dan diminta pertanggungjawaban atas hasil kerjanya. Anak-anak
sebaiknya tumbuh dengan pengalaman tanggung jawab yang sesuai dan
terus meningkat, misalnya anak-anak diberi tanggung jawab untuk
38 http://digilib.unimus.ac.id, diakses tanggal 16 Mei 2012
39 http://digilib.unimus.ac.id, diakses tanggal 16 Mei 2012
40 Parker, Qualitative Psychology. (New York: McGraw-Hill, 2005)
27
mengurusi dirinya sendiri. Anak-anak yang diberi tanggung jawab sesuai
dengan usianya akan merasa dipercaya, berkompeten dan dihargai.
2. Mandiri
Percaya diri dan mandiri adalah dua hal yang saling menguatkan.
Semakin anak dapat mandiri, dia akan semakin mampu mengelola
kemandirian, kemudian mengukuhkan kepercayaan diri dan keterampilan
untuk mengembangkan kemandirian.
3. Pengalaman Praktis dan Akal Sehat yang Relevan
Akal yang sehat berkembang melalui pengalaman yang praktis dan
relevan. Seseorang yang memiliki kemandirian akan memahami
diantarannya mampu untuk :
a. Memenuhi kebutuhan makan untuk dirinya sendiri, lebih-lebih tahu
bagaimana cara memasaknya.
b. Membuat keputusan rasional bagaimana membelanjakan uang
sesuai kebutuhan, bukan keinginan.
c. Menggunakan sarana transportasi umum dan menyebrang jalan.
d. Bereaksi secara cepat dan tepat dalam berbagai situasi darurat.
4. Otonomi
Merupakan kemampuan untuk menentukan arah sendiri (self
determination) yang berarti mampu mengendalikan atau mempengaruhi
apa yang terjadi pada dirinya.
28
5. Kemampuan Memecahkan Masalah
Dengan adanya dukungan dan arahan yang memadai, anak-anak
akan terdorong untuk mencari jalan keluar bagi persoalan-persoalan yang
praktis dan berhubungan dengan mereka sendiri.
E. Peranan Ekonomi Masjid
Krisis keuangan dirasakan oleh banyak masjid. Ini membuat
masjid tidak hanya sulit mengembangkan kegiatan, untuk pembangunan
sarana masjid terpaksa harus meminta dari pinggir jalan, di perempatan
lampu merah, dan lain-lain. Minimnya dana masjid karena umumnya
masjid hanya mengandalkan pendapatannya dari tromol jum’at.
Karenanya perlu dilakukan usaha-usaha lain yang halal dan tidak mengikat
seperti menangani jasa pembayaran rekening listrik, telepon, Pam dll.41
Pengelolaan dan pemakmuran masjid secara baik tentu saja
memerlukan dana yang tidak sedikit. Bila masjid hanya mengandalkan
dana dari tromol jum’at, maka hal itu tidak mencukupi, sementara biaya
operasional masjid, baik untuk perawatan bangunan honor pelaksana
harian maupun aktivitasnya cukup besar. Karena itu pengurus masjid
perlu mengupayakan usaha-usaha guna menopang biaya yang
dibutuhkan masjid. Usaha yang dapat dilakukan antara lain : Pertama,
mengupayakan adanya donatur tetap yang di ambil setiap bulannya.
41 Ahmad Yani dan Achmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta : LP2SI AlHaramain, 2001), cet 1, h. 92
29
Kedua, menghimpun dan mengelola dana zakat, infaq dan shadaqah.
Ketiga, Baitul maal wat Tamwil yang menggunakan sistem syariah guna
menghimpun dana umat dan mengembangkannya untuk kepentingan
umat. Keempat, penyewaan ruang aula untuk berbagai kegiatan. Kelima,
membuka mini market atau koperasi masjid yang menjual berbagai
keperluan rumah tangga. Keenam, Penyewaan Inventaris masjid seperti
sound system kursi, tenda dan sebagainya. 42
D. Langkah-Langkah Menuju Masjid Mandiri
Dalam upaya menjadikan sebuah masjid yang mandiri, adapun
beberapa langkah-langkah di bawah ini yang mungkin dapat membantu
pengurus masjid dalam mengatur aktifitas pemakmuran masjid, antara
lain:43
1. Konsolidasi pengurus
Pengurus masjid tentu sangat besar perannya dalam pemakmuran
masjid. Karena itu, pengurus masjid harus solid, mulai dari jumlah yang
cukup, memiliki semangat kerja, memiliki pemahaman tentang masjid,
memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengurus. Disamping
itu, konsolidasi pengurus masjid juga bisa dilakukan dengan rapat-rapat
rutin agar selalu terpantau perkembangan kerja pengurus dan komunikasi
42 Ahmad Yani dan Achmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta : LP2SI AlHaramain, 2001), cet 1, h. 25-27
43 Ibid, h. 93-97
30
yang intensif antar sesama pengurus dalam mengemban amanah
kepengurusan masjid.
2. Konsolidasi jamaah
Usaha yang dapat dilakukan dalam konsolidasi jamaah antara lain:
pertama, memberikan pemahaman kepada jamaah tentang pentingnya
masjid bagi umat islam. Kedua, melakukan pendekatan secara pribadi
guna berpartisipasi aktif dalam kegiatan masjid. Ketiga, memberikan
kesempatan kepada jamaah untuk sumbang saran dan kritik tentang
kegiatan-kegiatan kemasjidan.
3. Perumusan Program Kerja
Perumusan program ini sangat penting dilakukan mengingat
banyak jamaah bahkan pengurus masjid yang masih beranggapan bahwa
kegiatan masjid hanya yang bersifat ibadah saja. Pengurus masjid bisa
merumuskan program yang bervariasi, sesuai dengan tingkat kebutuhan
jamaah dan kemampuan pelaksanaannya. Oleh karena itu, program yang
hendak dilaksanakan oleh pengurus agar dapat berjalan efektif, maka
perlu adanya masukan dari jamaah baik jenis kegiatan, waktu pelaksanaan,
penanggung jawab, tujuan dan target yang ingin dicapai hingga perkiraan
biaya yang diperlukan.
4. Memperbaiki mekanisme kerja
Salah satu faktor utama terlaksananya program kegiatan masjid
adalah mekanisme kerja pengurus yang baik. Upaya yang dapat ditempuh
31
antara lain : memberikan atau membentuk persepsi yang baik tentang tata
cara kerja kepengurusan masjid, menumbuhkan tanggung jawab kerja
yang harus dilaksanakannya, membagi tugas kerja sesuai dengan bidang
dan kemampuannya masing-masing serta melakukan kontrol dan evaluasi
terhadap pelaksanaan program. Dalam kaitan ini, penyelenggaraan rapat
rutin pengurus menjadi sangat penting guna mengevaluasi pelaksanaan
program dan mencanangkan rencana-rencana baru.
5. Menumbuhkan sense of belonging terhadap masjid
Rasa memiliki terhadap masjid dapat ditumbuhkan dengan
memberikan pemahaman tentang bagaimana tanggung jawab seorang
muslim terhadap masjid, melibatkan dan memanfaatkan potensi jamaah
dalam kegiatan masjid dan mencanangkan program yang menunjukan
perhatian masjid terhadap kondisi atau persoalan yang dihadapi jamaah
sehingga apabila jamaah memiliki masalah dalam hidup, aktivitas masjid
dapat membantu mengatasinya. Untuk itu, pengurus masjid perlu mendata
jamaahnya, baik nama,alamat, tempat tanggal lahir, suku, pendidikan,
pekerjaan, kemampuan atau keahlian yang dimiliki hingga masalah yang
dihadapi.
6. Melengkapi fasilitas masjid
Terselenggaranya kegiatan yang membuat masjid menjadi makmur
diperlukan fasilitas fisik masjid yang memadai. Oleh karena itu, secara
32
bertahap pengurus masjid perlu melengkapi sarana yang dibutuhkan agar
memungkinkan dilaksanakannya berbagai kegiatan masjid.
7. Menggalang pendanaan masjid
Daya dukung yang tidak bisa dipisahkan dari upaya memakmurkan
masjid adalah dana yang cukup. Agar masjid memiliki dana yang cuku, di
samping melalui tromol jumat, penggalangan dana juga dapat dilakukan
dengan mencari dan menetapkan donatur tetap setiap bulan, penyewaan
sarana masjid seperti aula, dan usaha-usaha lain yang memungkinkan dan
tidak mengikat.
Sedangkan menurut Prof. Dr. Ahmad Sutarmadi, SH, yang penulis
kutip dari skripsi Tina Afriani barometer kemandirian masjid secara
ekonomi dapat di uraikan sebagai berikut :44
1. Memiliki sumber dana yang bersifat produktif
2. Menerapkan manajemen sumber dana yang profesional sehingga
menghasilkan return sado surplus setiap periode laporan keuangan atau
minimal break even point (impas)
3. Dapat menyelenggarakan ri’ayah (pemakmuran) yang meliputi
pembinaan masyarakat yaitu dakwah, keimanan, keilmuan, pembinaan
moral, dan pelayanan sosial secara berkesinambungan dan terarah
sesuai dengan target perencanaan dalam upaya mengembalikan masjid
44 Tina Afriani, “ Manajemen Pemberdayaan Ekonomi pada Masjid Sunda Kelapa,”( Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2005), h. 70
33
sebagai pusat peradaban, pusat kebudayaan, dan pusat kebangkitan
umat
4. Dapat mengoptimalkan fungsi ekonomi yang dimiliki masjid untuk
menopang keberlangsungan kemakmuran masjid sebagai bagian dari
integritas manajemen masjid.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif, karena
fokus penelitiannya adalah Peranan Bidang Usaha dalam Kemandirian
Masjid. Penelitian kualitatif memiliki karakteristik antara lain: ilmiah,
manusia sebagai alat (instrument), menggunakan metode kualitatif,
analisis data secara induktif, teori dari dasar (grounded theory), deskriptif,
lebih mementingkan proses dari pada hasil, adanya batas yang ditentukan,
fokus, adanya kriteria untuk keabsahan data, desain penelitian yang
bersifat sementara, dan hasil penelitian dirundingkan dan disepakati
bersama.45
Moleong dalam Metodologi Penelitian Kualitatif mengutip dari
Bogdan dan Taylor, mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat diamati.46 Pendekatan
kualitatif digunakan untuk mengungkapkan data deskriptif dari informasi
tentang apa yang mereka lakukan, dan yang mereka alami terhadap
45 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya,2006), h.8-13
46 Ibid, h. 4
35
fokus penelitian. Pendekatan ini merupakan suatu proses pengumpulan
data secara sistematis dan intensif untuk memperoleh pengetahuan tentang
Peranan Bidang Usaha dan Pengaruhnya terhadap Kemandirian Masjid,
yang mana penelitian ini dilakukan di Masjid Ittihadul Muhajirin
Pamulang Barat, Tangsel.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Masjid Ittihadul Muhajirrin Pamulang
Barat Tangerang Selatan. dan fokus penelitianya terletak pada
kepengurusan Ta’mir Masjid khususnya kepada Bidang Usaha yang ada
di Masjid Ittihadul Muhajirrin Pamulang Barat.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh. Adapun sumber data yang digali dalam penelitian ini
terdiri dari sumber data utama yang berupa kata-kata dan tindakan, serta
sumber data tambahan yang berupa dokumen-dokumen. Sumber dan jenis
datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan,sumber data tertulis, foto
dan statistik.47 Sehingga beberapa sumber data yang dimanfaatkan dalam
penelitian ini meliputi:
1. Sumber data primer, yaitu sumber data yang diambil peneliti melalui
wawancara dan observasi. Sebagaimana yang diungkapkan Moleong
bahwa: ”Kata-kata dan tindakan orang-orang yang di amati atau
47 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosda Karya,2006), h 157
36
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama
dicatat melalui catatan tertulis dan melalui perekaman video atau audio
tape, pengambilan foto, atau film. Pencatatan sumber data utama
melalui wawancara atau pengamatan berperan serta sehingga
merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan
bertanya”.48
Adapun sumber data primer dapat diperoleh melalui:
a.. Ketua Ta’mir Masjid Ittihadul Muhajirrin Pamulang Barat, Tangsel.
b. Anggota Ta’mir Masjid Ittihadul Muhajirrin Pamulang Barat.
2. Sumber data sekunder, yaitu sumber data diluar kata-kata dari tindakan
yakni sumber data tertulis. Sumber tertulis dapat dibagi atas sumber
dari buku dan majalah ilmiah, sumber data arsip, dokumen pribadi dan
dokumen resmi. Yang digunakan penulis dalam penelitian ini, terdiri
dari atas dokumen-dokumen yang meliputi:
a.. Sejarah berdirinya Masjid Ittihadul Muhajirrin Pamulang Barat,
Tangsel.
b. Struktur kepengurusan Ta’mir Ittihadul Muhajirrin Pamulang Barat,
Tangsel
c. Kegiatan-kegiatan Usaha yang diadakan oleh Ta’mir Ittihadul
Muhajirrin Pamulang Barat, Tangsel.
48 Ibid, h 157
37
E. Teknik Pengambilan Data
Adapun teknik pengambilan sumber data dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik bola salju (snow bolling sampling). Yang
dimaksud dengan teknik bola salju adalah:
”Peneliti memilih responden atau sample secara berantai, jikapengumpulan dari data responden atau sample ke-1 sudah selesai, penelitiminta agar responden kelurahan-2, lalu yang ke-2 juga memberikanrekomendasi untuk responden ke-3, dan selanjutnya. Proses bola salju iniberlangsung terus sampai peneliti memperoleh data yang cukup sesuaikebutuhan”.49
Dari keterangan diatas, maka sumber data utama yang menjadi
sumber informasi dalam penelitian ini adalah: ketua ta’mir masjid yang
nantinya akan memberikan pengarahan kepada peneliti dalam
pengambilan sumber data, dan memberikan informasi serta rekomendasi
kepada informan lainnya seperti; para anggota dalam kepengurusan ta’mir
masjid. Sehingga semua data-data yang diperlukan peneliti terkumpul
sesuai dengan kebutuhan penelitian.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah alat pada waktu penelitian
menggunakan suatu metode. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
beberapa metode antara lain:
49 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: RinekaCipta, 2006), h. 115
38
1. Metode Interview
Metode interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal,
melakukan percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari
terwawancara.50 Peneliti mengumpulkan data dengan cara mewawancarai
secara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan, terutama
penasehat, ketua, dan para anggota ta’mir. Dalam metode interview
peneliti memakai pedoman wawancara berstruktur. Dalam wawancara
berstruktur semua pertanyaan telah dirumuskan dengan cermat biasanya
secara tertulis sehingga pewawancara dapat menggunakan daftar
pertanyaan itu sewaktu melakukan interview atau jika mungkin
menghafalkan diluar kepala agar percakapan lebih lancar dan wajar.51
2. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan untuk memperoleh informasi
tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan
observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan
sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain.52
Observasi digunakan untuk memperoleh data dilapangan dengan
alasan untuk mengetahui situasi, menggambarkan keadaan, melukiskan
bentuk. Guga dan Lincoln. menyebutkan observasi dalam penelitian
50 M.Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 113
51 M. Nasution, h. 117-118
52 Ibid, h. 106
39
kualitatif, yaitu: ada beberapa alasan mengapa penelitian kualitatif
menggunakan pengamatan:
a. Pengamatan didasarkan pada pengamatan langsung, b. Pengamatan
juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kemudian
mencatat perilaku kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
yang sebenarnya, c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat
peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan bidang usaha yang
profesional maupun pengetahuan yang diperoleh secara langsung
dari data, d. Sering terjadi ada keraguan data yang diperoleh dengan
teknik wawancara, jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan
data adalah dengan pengamatan, e. Teknik pengamatan
memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit
dan dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikatif lainnya
tidak memungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat
bermanfaat.53
Dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan adalah
observasi dengan partisipasi. maka dari itu peneliti mengamati dengan
langsung kegiatan yang ada pada lembaga serta hal-hal yang terkait
dengan penelitian ini.54
53 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya,2006), h 174-175
54 M. Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 152
40
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat,agenda dan sebagainya.55 Adapun penelitian ini,
metode dokumentasi ini digunakan dengan cara memeriksa dan mencatat
dokumen yang diperlukan dalam penelitian. Dokumen yang dikumpulkan
dan dianalisis peneliti adalah dokumen yang berkaitan dengan kondisi
ta’mir masjid sebagai lokasi penelitian dan dokumen yang berkaitan
dengan fokus dan masalah penelitian. Dokumen yang dianalisis yaitu
struktur organisasi, profil keangotaan program-program atau kegiatan
usaha ta,mir masjid, data-data yang dihasilkan peneliti tersebut diharapkan
mampu menjawab rumusan masalah pada penelitian ini.
G. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.56 Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan
pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan
data dalam periode tertentu.
55 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: RinekaCipta, 2006),h. 231
56 Lexy Moelong , Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya,2006), h 280
41
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh57.
Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification.58
1. Data reduction
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan
semakin lama peneliti di lapangan, maka jumlah data akan semakin
banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis
data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.59
2. Data display (penyajian data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Dalam hal ini Miles and huberman menyatakan “yang paling
57 Milles,and Huberman, M.A. Qualitative Data Analysis. Terjemahan Tjejep RR( Jakarta : UI Press :1982), h. 87
58Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung : Alfabeta. 2011). h. 334
59 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung :Alfabeta,2011 ) h. 335-337
42
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.60
3. Conclusion drawing/verification
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih besifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.61
H. Pengecekan Keabsahan Data
Moleong berpendapat bahwa "Dalam penelitian diperlukan suatu
teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan untuk memperoleh
keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan
teknik sebagai berikut:62
1. Persistent Observation (ketekunan pengamatan) yaitu mengadakan
observasi secara terus menerus terhadap objek penelitian guna
memahami gejala lebih mendalam terhadap berbagai aktivitas yang
60 Ibid. h. 339-340
61 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung :Alfabeta,2011 ) h. 343
62 Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif( Bandung : Remaja Rosda Karya, 2006),h. 172
43
sedang berlangsung di lokasi penelitian.63 Dalam hal ini berkaitan
dengan peranan Bidang Usaha masjid dalam kemandirian Masjid.
2. Triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau
perbandingan terhadap data. Triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi sumber data dengan cara
"membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif".64 Sehingga perbandingan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pengamatan tentang penilaian Peranan Bidang
Usaha Masjid dalam Kemandirian Masjid, dengan wawancara oleh
beberapa informan atau responden.
I. Tahapan Penelitian
1. Tahap Pra Lapangan
Dalam taraf pra lapangan peneliti akan melakukan observasi terus
terang atau tersamar. Observasi terus terang atau tersamar dalam hal ini,
peneliti dalam melakukan pengumpulan data, bahwa ia sedang melakukan
penelitian. Sehingga mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai
akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak
63 Ibid, h 329
64 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya,2006), h 330
44
terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari
kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak
akan diijinkan untuk melakukan observasi.65
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan data, pada tahap ini yang dilakukan peneliti dalam
mengumpulkan data adalah:
1) Wawancara dengan ketua Ta’mir Masjid Ittihadul Muhajirrin
Pamulang Barat, Tangsel.
2) Wawancara dengan para anggota Ta’mir Masjid Ittihadul Muhajirrin
Pamulang Barat, Tangsel.
3) Observasi langsung dan pengambilan data langsung dari lapangan.
4) Menela’ah teori-teori yang relevan.
b. Mengidentifikasi data
Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara, dokumentasi dan
observasi diidentifikasi agar memudahkan peneliti dalam menganalisa
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
3. Tahap Akhir Penelitian
a. Menyajikan data dalam bentuk deskripsi.
b. Menganalisa data sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
65 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitati, (Bandung : Alfabeta, cv. 2007). h. 66
45
BAB IV
PROFIL MASJID ITTIHADUL MUHAJIRIN PAMULANG
A. Gambaran umum Masjid Ittahadul Muhajirin
Masjid Ittiihadul Muhajjirin berdiri tahun 1990, berawal dari
tuntutan dan saran warga Reni Jaya Baru terhadap developer akan
kebutuhan warga atas sarana ibadah, maka pada tahun 1990 berdiri sebuah
masjid dengan bangunan satu lantai yang dinamai masjid ittihadul
muhajirin, yang berarti persatuan orang-orang yang pindah.66
Pada tahun 1998 masjid ittihadul Muhajirin mengalami
kerusakan yang cukup parah, maka untuk memperbaikinya dibentuklah
panitia pembangunan Masjid ittihadul muhajirin, guna mengumpulkan
dana dari masyarakat sekitar lingkungan masjid dan juga dari pihak-pihak
lainnya, dikarenakan pembangunan masjid bukan hanya merehab namun
membangun ulang secara permanen bangunan menjadi dua tingkat.
Selain memiliki fungsi sebagai tempat penyelenggaraan ibadah,
masjid ittihadul muhajirin juga memiliki fungsi sosial, pendidikan, dan
ekonomi, hal ini dapat dilihat dari adanya badan-badan otonom dibawah
66 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Widodo, Wakil Ketua DKM masjid ittihadulmuhajirin 15 November 2012.
46
kepengurusan masjid yang bertanggung jawab terhadap Taman Pendidikan
Qur’an,Badan Amil Zakat,, Infak dan shadaqah, Baitul Maal Watamwil
(BMT) dan lain-lain.67 Dengan kata lain masjid Ittihadul muhajirin
berupaya agar mampu menjadi masjid yang mandiri
B. Visi dan Misi Masjid Ittihadul Muhajirin68
Visi masjid ittihadul muhajirin sebagai pusat peribadatan dan
pengembangan nilai-nilai Islam yang berbasis Al-Qur’an dan As-Sunnah,
dengan dukungan teknologi komunikasi dan informasi
Misi : Untuk mencapai Visi tersebut diatas, DKM Masjid Ittihadul
Muhajirin mengemban misi sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan fungsi masjid sebagai empat peribadatan seluruh
jamaah masjid ittihadul muhajirin dan umat islam umumnya.
2. Meningkatkan kualitas pengkajian ayat-ayat Allah dan As-Sunnah
dengan melibatkan peran aktif jamaah.
3. Mensinergikan perbedaan paham untuk membangun kekuatan dalam
keanekaragaman guna menciptakan ketenangan dan kenyamanan
beribadah
4. mengusahakan penerapan teknologi komunikasi dan informasi dalam
proses dakwah.
67 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Mardin, Bendahara DKM masjid ittihadulmuhajirin 20 November 2012.
68 Garis-garis Besar Program Kerja ( GBPK ) Masjid Ittihadul Muhajirin. H. 1.
47
5. Memfungsikan masjid sebagai pusat dan sumber dakwah islam dengan
tetap menghormati perbedaan pemahaman.
C. Lokasi dan Tata Letak Masjid Ittihadul Muhajirin
Masjid Ittihadul Muhajirin berlokasi di jalan Amarta Raya No. 1
Perumahan Reni Jaya Baru Pamulang Tangerang Selatan, Banten.
Masjid memiliki lahan seluas 2100 M2 terdiri dari :
1. Bangunan masjid seluas 800 M2
2. Bangunan kantor kepengurusan 15 M2
3. Bangunan kantor Koperasi dan BMT 55 M2
4. Bangunan kios-kios 145 M2
48
D. BAGAN KEPENGURUSAN MASJID ITTIHADUL MUHAJIRIN
RENI JAYA PAMULANG BARAT TANGSEL69
Gambar 1.1
69 Garis-garis Besar Program ( GBPK ) Masjid Ittihadul Muhajirin.
PENASEHAT
KETUA
SEKRETARIS BENDAHARA
DONATUR
Bid
Peribadatan
Bid
Pembangunan&Pemanfaat
an
Bid
Dakwah &Pendidikan
Bid
Sosial
Bid
Usaha
Bid
Kerjasama
BAZIS TPQ/TKA IRMIM
49
E. Susunan Kepengurusan Masjid Ittihadul Muhajirin periode tahun 2012-
2016 M
Penasehat : 1. Lurah Pamulang
2. Lurah Pondok Benda
3. Ketua RW 012 Pondok Benda
4. Ketua RW 017
5. Drs. H. Mahmud Uy, MM
6. Drs. Dayat Hidayat MM
7. Yahya S. Almusyawa
8. Buchori
Ketua Drs. H. Khamim, M.pd
Wakil Ketua H. Widodo, SE
Sekretaris H. Yagus Sukiyanto
Wakil Sekretaris Ayub Rahmansyah, S.Pd.
Bendahara H. Mardin, SE
Wakil Bendahara Ust. H. Prayitno Hadi
Bidang-bidang
Peribadatan Ust. Romlan Syamsuri, S.Ag, MA
Ust. Agus Marjoko
Ust. Tamrin Wahab
Ust. Hj. Robiah, S.Pd.
Ust. Hj. Masturoh, S.Ag
50
Dakwah & Pendidikan Ust. Drs. Adnan HAR
Ust. Drs. Ali Mahfud, MA
Ust. H. Muh. Budi Z, Lc
Ust. Ketut Ubaidillah
Ustadzah Hj. Wulansari P.Si
Pembangunan & Perawatan Ir. Budi Santoso
Muhtarul Huda
H. Ahmad Rifai
Risyawal
Imam Wahyudi
Bidang Usaha Drs. Syamsudin
H. Erizal Thaher
Nidam
H. Khamsi
Sosial Drs. Rohiman
Kustaman
Agus Bachtiar
Miftahuddin
Trimo Maryoso
Humas dan Kerjasama Iwanto
Choirudin
Ketua RT di lingkungan RW 12 &17
51
5. Program Kerja
Dalam kepengurusan masjid Ittihadul Muhajirin sempat mengalami
beberapa kali pergantian, namun tepatnya pada kepengurusan kali ini yang
di pimpin oleh Ketua DKM Pak H. Khamim dengan latar belakang
pendidikan pasca sarjana dan salah satu pegawai di Departemen
Pendidikan. Beliau berupaya merubah fungsi masjid tidak hanya sebagai
tepat ibadah pokok saja seperti shalat dan mengaji, tetapi juga sebagai
tempat pengembangan potensi masyarakat khususnya jamaahnya dalam
berbagai hal terutama masalah ekonomi. Dengan adanya program seperti
ini diharapkan agar dapat menciptakan masjid yang mandiri dalam
memenuhi pengeluaran rutinnya dan menggerakkan jiwa masyarakat
bahwasannya semua kegiatan yang sesuai syariah islam itu dapat
dikembangkan lewat masjid. Adapun program kerja yang berkaitan
dengan bidang kegiatan yang sedang dibahas adalah :70
a. Pemeliharaan Masjid
1) Membantu kegiatan sekretariat dalam mengelola kegiatan
kesekretariatan.
2) Membantu menyelenggarakan surat menyurat kegiatan masjid Ittihadul
Muhajirin
70 Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ( AD/ART ) masjid ittihadul muhajirin, h.10
52
3) Membantu menyelenggarakan partisipan surat menyurat dan dokumen
kegiatan Masjid Ittihadul Muhajirin
4) Membersihkan masjid dan lingkungan masjid Ittihadul Muhajirin
5) Mengumpulkan dana dari para donatur
b. Bidang Pembangunan dan Perawatan
1) Kelompok Pembangunan Gedung71
a) Membuat petunjuk arah ke masjid
b) Penataan sarana/prasarana di lingkungan masjid dan sekitarnya
c) Penyelesaian pemasangan alumunium foil dan gipsen lantai 2
d) Pembongkaran & pengecoran serambi penghubung masjid dengan
asrama putri di lantai 2.
e) Perbaikan dan perapihan kubah masjid
f) Pengurusan serifikat tanah masjid
2)Kelompok Mekanikel/Elekrikal
a) Pemeliharaan sistem air bersih
b) Pemeliharaan lampu emergency
c) Pemeliharaan Genset
3) Kelompok perawatan/ Keindahan
a) Perawaran taman dan lingkungan masjid
b) pembuatan tempat penyimpanan barang-barang
71 Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ( AD/ART ) masjid ittihadul muhajirin, h. 14
53
c. Bidang Usaha
Tugas pokok kegiatan usaha yang dapat memberikan penghasilan
untuk menunjang sebagaian kebutuhan dana dalam rangka pencapaian
program kerja Masjid Ittihadul Muhajirin sesuai visi dan misi yang telah
ditetapkan dengan kaidah yang Islami.72
Untuk memenuhi kebutuhan dana yang diperlukan oleh pengurus
masjid ittihadul muhajirin sesuai dengan target yang telah ditetapkan dala
Rancangan Anggaran & Biaya ( RAB ) Masjid Ittihadul Muhajirin serta
mengembangkan potensi ekonomi jamaah.
Kegiatan Bidang Usaha :73
1) Sub Bidang Usaha Koperasi
Melaksanakan dan mengelola koperasi jamaah masjid itihadul
muhajirin. Kegiatan usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi
adalah unit simpan pinjam, unit perdagangan umum, pemberdayaan
ekonomi jamaah yang semuanya untuk kesejahteraan anggota dan
sumber penerimaan infaq masjid.
Unit simpan pinjam dilakukan dengan memberikan pinjaman
kepada anggota setelah memenuhi syarat tertentu dan pengembalian
pinjaman dilakukan dengan cara mencicil pinjaman pokok ditambah
infaq untuk koperasi yang besarnya sukarela yang merupakan
72 Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ( AD/ART ) masjid ittihadul muhajirin, h. 18
73 Garis-garis Besar Program ( GBPK ) masjid ittihadul muhajirin, h.8
54
pendapatan koperasi. Semua hasil usaha koperasi yang dihitung pada
setiap akhir tahun buku, dibagi dua untuk infaq masjid dan anggota.
Mekanisme pembagiannya akan diatur kemudian dan disepakati
bersama anggota.
2) Sub Bidang Usaha BMT
Mempunyai program pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
a. Melanjutkan pengembangan usaha toko.
b. Mengupayakan training kepada karyawan BMT tentang konsep
pemasaran yang efektif.
c. Sasaran usaha BMT selain retail toko juga akan mengefektifkan
pesan antar bulanan kepada pelanggan tetap yang diharapkan dapat
meningkatkan omzet penjualan yang cukup signifikan.
3) Sub Bidang Usaha Qurban
Mempunyai program kegiatan melaksanakan dan
mengembangkan tabungan qurban serta penjualan hewan qurban.
Tabungan qurban dilakukan dengan menggunakan kartu tabungan bagi
setiap jamaah yang berniat untuk melaksanakan qurban dengan cara
menabung melalui majlis taklim yang ada di lingkungan masjid
ittihadul muhajirin maupun langsung ke bidang usaha masjid.
Mengingat setiap tahun dipastikan melaksanakan qurban, untuk
itu bidang usaha akan menyediakan langsung hewan qurban yang
55
diperlukan untuk jamaah. Peternakan kambing kerjasama dengan
mitra.
4) Sub Bidang Usaha Pelayanan Kesehatan
Memberikan pelayanan kesehatan berupa dokter dan khitan
yang dilakukan untuk melayani jamaah di lingkungan masjid maupun
masyarakat umum.
Pelayanan praktek dokter tersebut merupakan cikal bakal
terbentuknya klinik yang cukup memadai untuk pelayanan kesehatan
masyarakat di masa mendatang.
5) Sub Bidang KMI/Umroh/Haji Plus
Mempunyai program kegiatan melaksanakan dan
mengembangkan tabungan haji serta membentuk kelompok bimbingan
manasik haji/umroh bagi para jamaah yang berkeinginan menunaikan
ibadah haji/umroh.
6) Sub Bidang Usaha Lain
Semua usaha yang dikelola oleh Bidang Usaha Masjid harus
berpegang teguh pada azas usaha yang berdasarkan tuntunan syariat
Islam. Setiap kebiijakan yang menyangkut kegiatan usaha yang
dilakukan oleh penanggung jawab sub bidang usaha harus berdasarkan
koordinasi dan kesepakatan semua pengurus dan anggota bidang usaha
dengan persetujuan pengurus masjid dan tidak menyimpang dari visi,
misi serta program masjid secara keseluruhan.
56
d. Bidang Sosial
a) Penghimpunan dana dari warga di lingkungan RW 12 Pondok
Benda, RW 017, 020, 021 Pamulang Barat, untuk kegiatan :
1) Santunan Duka
2) Beasiswa yatim dhuafa
3) Pembinaan muallaf
4) Pernikahan ( akad nikah )
5) Khitanan massal
6) Mengadakan penyuluhan narkoba
7) Membantu peningkatan kesejahteraan bagi dhuafa
8) Pembuatan kartu tetap donatur
b) Bekerjasama dengan pengurus wilayah dan tokoh masyarakat dan
ulama dalam rangka penambahan lahan makam di pondok petir.
c) Membantu perawatan dan pembangunan masjid.
e. Bidang Humas dan Kerjasama
a) Membuat data jumlah umat islam di lingkungan RW 012 Pondok
Benda, RW 017, 020, 021 Pamulang Barat.
b) Menampung aspirasi umat
c) Menjalin hubungan dengan lembaga/lembaga
d) Mensosialisasikan program-program masjid kepada umat
e) Memberikan masukan kepada pengurus tentang perkembangan
umat
57
f. Badan – badan Otonom
1) TPQ / TKQ
a) Menyelenggarakan TPQ untuk jenjang SD dan SMP, dengan
berkoordinasi bidang Badan Kontak Persatuan Remaja Masjid
Indonesia ( BKPRMI ).
b) Menyelenggarakan TKQ, dengan berkoordinasi dengan bidang
terkait dan Badan Kontak Persatuan Remaja Masjid Indonesia
( BKPRMI ).
c) Menyelenggarakan manasik haji bagi santriwan / santriwati
TPQ/ TKQ.
d) Menyelenggarakan tadabur alam.
e) Mendapatkan bantuan anggaran operasional Rp. 250.000 /
bulan.
2) Ikatan Remaja Masjid Ittihadul Muhajirin ( IRMIM )
a) Mengikuti kegiatan pembinaan terhadap para remaja masjid
b) Menyelenggarakan pembinaan untuk anak-anak pada jenjang
SD dan SMP
c) Melaksanakan PHBI bekerjasama dengan bidang dakwah dan
pendidikan
d) Pengajian rutin ba’da maghrib
e) Pengajian dhuha, latihan nasyid & marawis serta mukhadarah /
latihan pidato ( seminggu sekali ).
f) Mengadakan tadabur alam
58
BAB V
ANALISIS PERANAN BIDANG USAHA DALAM
KEMANDIRIAN MASJID ITTIHADUL MUHAJIRIN
PAMULANG
A. Pengembangan Bidang Usaha Masjid
Masjid ittihadul Muhajirin yang diresmikan penggunaannya pada
tahun 1990, dibangun atas dasar keinginan luhur untuk menjadi pusat
ibadah dan penyebaran ajaran Islam serta menjadi wahana pembinaan
umat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Masjid ittihadul muhajirin dengan posisinya yang sangat strategis
di kawasan perumahan komplek Reni Jaya Baru diharapkan mampu
memberi manfaat yang sangat besar bagi pengembangan ajaran Islam dan
penataan yang Islami.
Pada satu sisi, masjid adalah suatu bangunan yang kokoh kuat,
tidak bergerak dan bersifat statis, akan tetapi pada sisi yang lain, masjid
berfungsi sebagai wahana ibadah dan dakwah ( pembinaan sumber daya
manusia ). Dengan pandangan seperti ini masjid bersifat dinamis,
berkembang meluas dan dapat menarik minat masyarakat sekitarnya
untuk melakukan ibadah, mendalami dan menyebarkan ajaran Islam serta
mengembangkan ukhuwah islamiyah.
59
Untuk merealisasikan hal tersebut diatas, masjid ittihadul
muhajirin menyadari betul bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
masjid tidak bisa terlepas dari persoalan pendanaan, oleh karena itu, untuk
mengatasi persoalan pendanaan masjid ittihadul muhajirin baik kegiatan
dakwah maupun kegiatan operasional, DKM masjid ittihadul muhajirin
tidak ingin hanya mengandalkan bantuan dana dari donatur-donatur saja,
akan tetapi DKM masjid juga melakukan beberapa kegiatan usaha untuk
bisa mengurangi atau bahkan mungkin bisa menutupi dana-dana yang
dibutuhkan untuk melakukan aktifitas pemakmuran masjid. Hal ini
dilakukan oleh DKM masjid karena melihat potensi yang cukup besar
untuk bisa mengembangkan sebuah kegiatan usaha yang berbasis masjid.
Masjid ittihadul muhajirin sebelum memutuskan akan melakukan
kegiatan usaha, pihak DKM masjid melakukan sebuah riset kecil yang
bertujuan untuk mengetahui apa kebutuhan masyarakat di lingkungan
sekitar masjid agar kegiatan usaha yang di gerakkan oleh masjid nantinya
dapat berjalan dengan efektif seperti yang diharapkan oleh pengurus
masjid dan masyarakat pun akan merasa terbantu dengan keberadaannya.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh DKM ittihadul muhajirin saat
ini yaitu dengan mengembangkan sebuah kegiatan usaha yang meliputi
BMT, sewa aula masjid, sewa perlengkapan pernikahan, sewa kios dan
lain sebagainya. Hasil dari usaha ini pun kini sudah banyak dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat yang merasa terbantu dengan kegiatan usaha
ini, dan khususnya bermanfaat terhadap kegiatan masjid.
60
Kegiatan usaha masjid ini didirikan atas dasar keinginan Bapak H.
Khamim selaku ketua DKM masjid dan seluruh pengurus masjid agar
masjid ittihadul muhajirin mampu berkembang mandiri secara ekonomi
kedepannya dengan memanfaatkan segala potensi yang tersedia secara
maksimal.
Pengembangan bidang usaha yang dilakukan semata-mata
bertujuan untuk kemakmuran masjid itu sendiri, sehingga masjid mampu
“membiyai hidupnya sendiri”, artinya bahwa masjid tidak selalu
sepenuhnya bergantung terhadap donatur-donatur dalam setiap kebutuhan
yang diperlukan, karena masjid ittihadul muhajirin kini sudah memiliki
alokasi dana yang diperoleh dari hasil kegiatan usaha untuk membiayai
kegiatan-kegiatan masjid, jika seandainya dana tidak dapat diperoleh dari
para donatur. Pendapatan masjid ittihadul muhajirin dari kegiatan usaha
memang belum mampu menutupi seluruh aktifitas masjid, namun paling
tidak ada pemasukan yang dihasilkan bisa membantu mengurangi beban
pengeluaran masjid yang tidak sedikit.
Pendapatan dari hasil kegiatan usaha masjid ittihadul muhajirin
selain untuk kegiatan operasional masjid juga digunakan untuk kegiatan-
kegiatan pemakmuran masjid dengan mengadakan berbagai kajian-kajian
tentang wawasan keislaman, kegiatan sosial seperti santunan yatim dhuafa,
beasiswa pendidikan bagi yang tidak mampu, dan bakti sosial di
perkampungan sekitar.
61
Pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh masjid ittihadul
muhajirin pun makin dirasakan manfaatnya baik oleh pengurus masjid
maupun masyarakat, seiring dengan peluang-peluang usaha yang diberikan
oleh masjid baik berupa modal pinjaman maupun penyewaan tempat untuk
usaha, yang pengelolaan keuangannya berdasarkan dengan prinsip
syariah.
Masjid ittihadul muhajirin senantiasa berupaya melakukan
perbaikan-perbaikan yaang berkelanjutan terhadap kinerja kepengurusan
khususnya bidang usaha agar senantiasa mampu menghasilkan kreasi,
inovasi-inovasi terbaru dan mengoptimalkan potensi-potensi yang melekat
pada masjid agar tidak tergantung pada pihak manapun, termasuk infaq
jamaah yang selama ini menjadi tumpuan mayoritas masjid di Indonesia
sehingga dapat meningkatkan pendapatan kas masjid. Dengan begitu akan
semakin banyak kegiatan yang dapat dilaksanakan masjid dan harapannya
akan semakin banyak pula jamaah yang ikut berpartisipasi dalam aktifitas
pemakmuran masjid.
B. Analisis Potensi Bidang Usaha Masjid
Meskipun jumlah masjid di Indonesia banyak, namun dari sekian
ribu masjid mungkin hanya beberapa masjid saja yang mampu berdiri
secara mandiri dengan berbagai kegiatan-kegiatan usaha yang
dilakukannya. Masjid tidak hanya begitu saja di dirikan akan tetapi
pengurus masjid memiliki tanggung jawab terhadap eksistensi masjid
62
tersebut. Seperti halnya manusia, masjid pun juga butuh perawatan, yang
bisa jadi jumlah perawatanya akan menghabiskan dana yang cukup besar.
Untuk itu setiap pengurus masjid diwajibkan mampu mengumpulkan dana
yang nantinya akan digunakan baik untuk kegiatan operasional maupun
kegiatan syiarnya.
Berbagai potensi yang melekat pada masjid ittihadul muhajirin
semaksimal mungkin, pengelola atau DKM masjid akan
mengoptimalkannya dengan baik, dari segi syiar, maupun maksimalisasi
pendapatan masjid. Latar belakang pendidikan pengurus masjid ittihadul
muhajirin sangat beragam yang meliputi; akademisi, agamawan, kelompok
profesional, praktisi ekonomi, manajemen, dll. Sehingga dengan profesi
yang berbeda-beda tersebut masjid ittihadul muhajirin mampu berkembang
seiring tuntutan zaman dengan pengelolaan managemen yang baik, karena
pengurus masjid ittihadul muhajirin diisi oleh orangs-orang yang
berpendidikan dan memiliki pengalaman yang cukup memadai.
Masjid ittihadul muhajirin terletak pada posisi yang sangat
strategis, karena posisinya berada tepat di tengah-tengah perumahan yang
cukup padat yang dikelilingi oleh tiga RW yaitu RW 17, 20, 21 yang
berjumlah lebih dari 2000 ribu warga dengan kondisi masyarakat ekonomi
menengah. Hal ini menjadi sebuah peluang bagi masjid ittihadul muhajirin
untuk mengembangkan ide-ide usaha yang berbasis masjid. Oleh karena
itu, kesempatan ini tidak di sia-siakan oleh pengurus masjid ittihadul
muhajirin untuk mengembangkan sebuah usaha yang kedepan diharapkan
63
melalui bidang usaha tersebut masjid tidak lagi hanya bergantung kepada
donatur akan tetapi melalui bidang usaha inilah masjid ittihadul muhajirin
mampu membiyayai kegiatan-kegiatan baik syiar maupun operasionalnya.
Berbagai kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh masjid ittihadul
muhajirin juga selalu mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat di
lingkungan sekitar masjid khususnya dan tidak sedikit pula jamaah yang
hadir dalam kegiatan berasal dari luar lingkungan masjid. Yang menjadi
daya tarik masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pemakmuran masjid ini dikarenakan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
di masjid ittihadul muhajirin dirancang dengan baik dan teratur, sehingga
banyak masyarakat yang hadir untuk mengikuti kegiatan masjid. Hanya
saja pengurus tidak jarang mengalami hambatan dalam pelaksanaan
program kerja yang telah dirancang dikarenakan kekurangan sumber daya
manusia dalam pelaksanaan kegiatan usaha tersebut. Karena selama ini
pengurus masjid ittihadul muhajirin merupakan orang-orang pekerja yang
kesehariannya sibuk dengan rutinitas mereka masing-masing dan hanya
bisa fokus dalam kegiatan masjid pada saat libur kerja atau libur-libur
nasional. Sedangkan yang selalu ada di masjid hanya beberapa orang saja,
sehingga ada beberapa program kerja yang sudah dirancang tidak dapat
berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Sebuah badan ekonomi dalam islam yang mengatur mengenai
keuangan, pengaturan yang transparan dari Zakat/Sedekah/Infaq. Di sini
pengurus masjid ittihadul muhajirin mengembangkan menjadi sebuah
64
badan ekonomi kerakyatan yang saling mendukung antara si miskin, si
kaya, pengusaha, pendidikan dan juga semua kalangan untuk aktif dalam
membangun ekonomi mandiri di sekitar tempat tinggalnya.
Konsep tabungan umat / jamaah, dimana setiap jamaah yang
mampu menginventasikan uangnya di dalam masjid. Dari sini, pihak
masjid bisa membuka sebuah peluang program bantuan "peminjaman
uang" dengan sistem keuntungan berupa sedekah atau sukarela, jadi bagi
mereka yang telah meminjam uang untuk keperluan usaha bisa bersedekah
dengan sukarela setelah usaha yang dijalaninya berhasil. Jika gagal, bahwa
kegagalan itu bisa mutlak jatuh kepada siapa saja, tetap yang namanya
hutang dalam keseharian harus wajib dibayar sesuai dengan ajaran dalam
pedoman hidup muslim. Tetapi pengurus masjid membuat sistem
pembayarannya tidak memberatkan sang peminjam. Selain sistem
peminjaman yang terbatas, masjid ittihadul muhajirin juga membuat
standard peminjaman tentang berapa uang yang bisa dipinjam sesuai
kemampuan seluruh persediaan pada tabungan tersebut, tentu saja agar
tidak berdampak memberatkan bagi semua anggota.
Pengembangan Konsep Bisnis Islami, melihat peluang investasi
dan juga dana yang tersimpan di tabungan, tentu saja dengan musyawarah
dan melakukan pertemuan sesama anggota, bersama-sama bisa
membangun bisnis dari hasil investasi tabungan tersebut. Sehingga
peredaran uang bisa menghasilkan keuntungan bagi seluruh anggotanya.
Misalkan : sebagian uang kita musyawarahkan untuk membuat usaha
65
penyewaan bangku, panggung perkawinan, dll, atau usaha pakaian
muslim, herbal, pengobatan, serta bisa juga diinvestasikan dengan
membuat pendidikan agar wilayah sekitar bisa mengenyam pendidikan
murah.
Oleh karena itu, pengurus masjid ittihadul muhajirin mendirikan
kegiatan usaha baik itu BMT, koperasi atau lain sebagainya. Pengurus
berharap dari kegiatan usaha tersebut masjid ittihadul muhajirin mampu
mandiri secara ekonomi dengan tidak bergantung hanya kepada donatur
dan mampu membantu masyarakat sekitar yang mengalami kesulitan
ekonomi, karena kini banyak masyarakat yang terbelit utang dikarenakan
mereka meminjam uang kepada pihak-pihak yang hanya mengeruk
keuntungan semata tanpa memikirkan nilai-nilai agama dan sosial.
Berharap dari pinjaman itu mereka bisa sejahtera, akan tetapi yang terjadi
sesungguhnya mereka akan semakin sulit dan semakin miskin karena
bunga pinjaman yang diberikan pun sangat tidak wajar, sehingga akan
sangat menyulitkan mereka untuk melunasi hutangnya.
Dengan berbelanja di BMT masjid, masyarakat sudah turut serta
dalam proses pembangunan dan pengembangan masjid. Dengan slogan
“Belanja Sambil Berinfaq” itu ternyata mampu menarik minat masyarakat
dilingkungan masjid untuk membeli kebutuhan sehari-hari di BMT Masjid
Ittihadul Muhajirin.
66
Dana untuk kegiatan operasional masjid ittihadul muhajirin selama
ini selain diperoleh dari para donatur, juga berasal dari kegiatan usaha
masjid yang berupa BMT, koperasi, sewa kios, dan kegiatan-kegiatan
usaha lainnya. Meskipun dari kegiatan-kegiatan usaha yang dilakukan oleh
masjid ini belum mampu mentupi seluruh kebutuhan masjid, akan tetapi
penghasilan dari kegiatan usaha tersebut sudah mampu memberikan
kontribusi terhadap kegiatan-kegiatan masjid.
Atas dasar itulah masjid ittihadul muhajirin mendirikkan berbagai
usaha-usaha yang telah disebutkan diatas. Hal ini dilakukan oleh pengurus
tidak lain bertujuan agar tidak hanya masjid saja yang mandiri secara
ekonomi namun juga masyarakat yang berada di lingkungan masjid
tersebut juga dapat merasa terbantu dengan keberadaan kegiatan usaha
masjid. Apabila semua itu berjalan lancar maka masjid setidaknya sudah
mampu menjalankan fungsi ekonomi dengan baik.
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas dan pada bab sebelumnya
tentang bidang usaha yang dimiliki masjid ittihadul muhajirrin, hanya
beberapa saja yang akan diuraikan dengan pertimbangan analisa potensi
yang dimiliki masing-masing bidang usaha yang dapat menunjang
optimalisasi sumber dana masjid.
67
1. Baitul Maal Wattamwil
BMT, Jika diartikan menurut istilah adalah balai usaha terpadu
yang diharapkan menjadi lembaga pendukung kegiatan ekonomi
masyarakat kecil, bawah dan menengah dengan berlandaskan syariah.74
Manajerial pengembangan BMT Masjid Ittihadul Muhajirrin ada
dalam kordinasi Kepala BMT. Struktur permodalan BMT diperoleh dari
kas masjid sebagai penyetor dana awal, selebihnya dari pihak ketiga yang
menjadi nasabah BMT dengan mendapatkan bagi hasil.
Adapun program pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
Melanjutkan usaha yang ada berupa Toko BMT dengan
penghitungan kembali modal awal sejak pengelolaan toko diserahkan ke
Bidang Usaha. Pengelolaan BMT dibawah tanggung jawab bidang usaha
dengan tenaga pengelola yang akan diusahakan oleh penanggung jawab
BMT.
Sasaran usaha BMT selain retail toko juga mengefektifkan pesan
antar bulanan kepada pelanggan tetap yang diharapkan dapat
meningkatkan omzet penjualan yang signifikan. Untuk memberikan
kemudahan kepada jamaah dalam berbelanja di BMT, para jamaah kini
sudah tak perlu lagi harus belanja sendiri ke BMT, karena memesan
74 Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid, ( Jakarta: Balai Pustaka Intermasa, 2007)h.291
68
barang melalui telepon kini sudah bisa dan barang pun akan diantar
kerumah.
Kegiatan awal BMT berupa sarana memenuhi kebutuhan
masyarakat baik berupa barang maupun pembiayaan (pinjaman modal
tanpa ada syarat) atau disebut juga dengan Qordhul Hasan, karena dana
yang digunakan adalah dana zakat, infak, dan shodaqoh dari masyarakat
yang kemudian disalurkan kepada masyarakat yang kurang mampu
sebagai modal usaha, dengan ini diharapkan agar dana zakat dapat
berkembang produktif bukan hanya memenuhi kebutuhan konsumtif
semata. Namun seiring perjalanannya sering kali meemenuhi kendala dan
hambatan sehingga pada saat ini BMT hanya bergerak di bidang
kebutuhan pokok masyarakat.
Dalam laporan keuangan BMT MIM saldo BMT tahun 2011
sejumlah Rp. 22.806.965,-.75 Dan di tahun 2012 ini laporan pemasukan
BMT MIM dari bulan Januari sampai dengan Maret berjumlah Rp.
4.143.000,-76
2. Usaha Penyewaan
Untuk menopang pemasukan masjid tidak cukup hanya
mengandalkan dari hasil keuntungan BMT saja. Oleh karena itu masjid
75 Laporan Keuangan masjid ittihadul muhajirin tahun 2011
76 Laporan keuangan BMT per Januari-Maret 2012
69
ittihadul muhajirin mengembangkan usaha-usaha lainnya untuk membantu
pemasukan masjid dalam rangka menjadikan masjid yang mandiri.
Adapun usaha yang dilakukan oleh masjid ialah dengan
menyewakan kios-kios usaha yang dibangun masjid. Saat ini kios usaha
yang dibangun masjid berjumlah sembilan ruang kios. Kios usaha ini
disewakan kepada masyarakat khususnya bagi jamaah dilingkungan
masjid, dan untuk penyewa hanya dienakkan wajib infaq sebesar Rp.
150.000/bulan.77
Untuk penggalian dana bagi pembangunan, perawatan dan dakwah
Sub Bidang Usaha telah mengembangkan dan mengoptimalkan
penggunaan bangunan induk lantai 1 ( Serba Guna ) untuk kegiatan umat
islam khususnya di bidang resepsi pernikahan atau khitanan dan kegiatan-
kegiatan lainnya dengan syarat-syarat dan kondisi tertentu yang akan
diatur kemudian oleh pengurus.
Selain penyewaan ruang serba guna, masjid ittihadul muhajirin
juga menyediakan perlengkapan-perlengkapan yang bisa disewakan
kepada para jamaahnya, diantaranya :
1.Penyewaan Tenda @ 14.500/M
2.Penyewaan Sound System @ Rp. 500.000
77 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Mardin, Sekretaris DKM masjid ittihadulmuhajirin, 8 November 2012
70
3.Penyewaan Kursi @ Rp. 3.000/ Kursi
4. Penyewaan Mesin Molen @ Rp. 250.000
5.Penyewaan Mobil @ 300.000
Hasil laporan pemasukan total dari usaha-usaha penyewaan masjid
ittihadul muhajirin di tahun 2011 sejumlah Rp. 40.200.000,-. Dan untuk
tahun 2012 ini hingga pelaporan per maret 2012 pemasukan dari hasil
penyewaan berjumlah Rp. 11.179.000,-
Semua usaha yang dikelola oleh bidang usaha selalu berpegang
teguh pada azas usaha berdasarkan tuntunan syariat Islam. Setiap
kebijakan yang menyangkut kegiatan usaha yang dilakukan oleh
penanggung jawab sub bidang usaha harus berdasarkan koordinasi dan
kesepakkatan semua pengurus dan anggota bidang usaha dengan
persetujuan pengurus masjid dan tidak menyimpang dari visi, misi serta
program masjid secara keseluruhan.
Kekurangan sumber daya manusia dalam pelaksanaan kegiatan
usaha tersebut. Karena selama ini pengurus masjid ittihadul muhajirin
merupakan orang-orang pekerja yang kesehariannya sibuk dengan rutinitas
mereka masing-masing dan hanya bisa fokus dalam kegiatan masjid pada
saat libur kerja atau libur-libur nasional. Sedangkan yang selalu ada di
masjid hanya beberapa orang saja. Sehingga ada beberapa program kerja
yang sudah dirancang tidak dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya.
71
C. Analisis Peranan Bidang Usaha Dalam Kemandirian Masjid
Ittihadul Muhajirin
Era globalisasi ini ditandai, diantaranya dengan adanya fenomena
penting dalam bidang ekonomi. Kegiatan ekonomi dunia tidak hanya
dibatasi oleh faktor batas geografi, bahasa, budaya dan ideologi, akan
tetapi lebih karena faktor saling membutuhkan dan saling bergantung satu
sama lain. Dunia menjadi seakan-akan tidak ada batas, terutama karena
perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat. Keadaan yang
demikian melahirkan banyak peluang sekaligus tantangan, terutamanya
dalam upaya pengembangan ekonomi Islam.
Hal ini juga akan berdampak kepada eksistensi masjid dalam
perkembangan ekonomi di era globalisasi ini. Pengurus masjid itttihadul
muhajirin senantiasa melakukan perbaikan-perbaikan dalam sistem
manajemen dan administrasinya. Mereka dituntut bekerja ekstra untuk bisa
mempertahankan dan mengembangkan usaha dengan memanfaatkan
potensi yang tersedia.
Pengurus masjid ittihadul muhajirin diharapkan kedepan menjadi
pengurus yang dinamis artinya mereka selalu memantau perkembangan-
perkembangan terbaru yang berkaitan dengan upaya pengembangan
ekonomi masjid melalui pemanfaatan teknologi informasi. Dengan begitu
masjid ittihadul muhajirrin akan memiliki pola managemen pengelolaan
72
bisnis yang baik, yang selalu mengikuti tuntutan dan kebutuhan
masyarakat sekitar masjid.
Kini yang menjadi fokus pengurus masjid ittihadul muhajirin
adalah bagaimana mamaksimalkan bidang usaha yang memanfaatkan
segala potensi yang dimiliki oleh masjid, baik itu potensi jamaah, potensi
lokasi masjid, potensi ekonomi masyarakat sekitar masjid, dan potensi-
potensi lainnya. Bila kesemua potensi tersebut dapat dikelola dengan baik,
maka pengurus berkeyakinan bahwa tidak hanya masjid saja yang mandiri
akan tetapi masjid pun juga mampu membantu problematika
pengangguran dan kemiskinan, yang menjadi musuh utama umat Islam
dewasa ini, akan dapat diminimalisasi.
Kemampuan masjid ittihadul muhajirin dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatannya tidak bisa dilepaskan dari peranan kegiatan usaha
yang ada. Kontribusi yang diberikan memang belum bisa menutupi
kebutuhan masjid secara keseluruhan. Namun rasa optimisme terhadap
kegiatan usaha ini terus di dengung-dengungkan agar setiap pengurusnya
memiliki semangat untuk bisa mengembangkan kegiatan usaha masjid ini
dengan lebih baik kedepannya.
Dari analisis yang sudah di uraikan diatas ada empat alasan Masjid
Ittihadul Muhajirin dikategorikan masjid yang Mandiri ialah :
73
1. Kegiatan usaha yang sudah dilakukan dapat mendanai kegiatan-
kegiatan yang telah direncanakan masjid dengan optimalisasi potensi
sumber dana yang dimiliki oleh masjid.
2. Masjid ittihadul Muhajirin memiliki kemampuan untuk menghasilkan
income profesional melalui optimalisasi pemberdayaan asset.
3. Masjid Ittihadul Muhajirin dikelola dengan manajemen yang
profesional dalam setiap kegiatan dan pemakmuran masjid.
4. Masjid ittihadul Muhajirin mampu mengembangkan potensi ekonomi
yang tersedia dengan baik.
74
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan yang diperoleh dari
observasi, wawancara dan dokumentasi, maka peneliti dapat
menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Di dalam kepengurusan Masjid Ittihadul Muhajirin, bidang usaha
memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya menciptakan
masjid yang mandiri, dengan menghadirkan berbagai kegiatan-
kegiatan usaha yang mampu memberikan kontribusi kepada berbagai
kegiatan masjid baik itu syiar maupun kegiatan operasional masjid,
sehingga masjid tidak lagi hanya bergantung kepada donatur dalam
melaksanakan kegiatan memakmurkan masjid.
2. Faktor keberhasilan pengelola Masid Ittihadul Muhajirin dalam
memberdayakan potensi masjid ditunjang dari berbagai aspek,
meliputi :
a. Faktor strategis posisi masjid yang berada di tengah pemukiman
yang ramai dengan masyarakat lapis menengah dan terpelajar.
b. Faktor manajemen yang dikelola dengan baik oleh pengelola
dengan latar belakang pengalaman serta pendidikan yang
mendukung.
75
3. Kekurangan sumber daya manusia dalam pelaksanaan kegiatan usaha
tersebut. Karena selama ini pengurus masjid ittihadul muhajirin
merupakan orang-orang pekerja yang kesehariannya sibuk dengan
rutinitas mereka masing-masing dan hanya bisa fokus dalam kegiatan
masjid pada saat libur kerja atau libur-libur nasional. Sedangkan yang
selalu ada di masjid hanya beberapa orang saja. Sehingga ada beberapa
program kerja yang sudah dirancang tidak dapat berjalan dengan baik.
B. Saran
Upaya untuk menciptakan masjid yang mandiri tidaklah mudah,
diperlukan kemampuan manajerial (idarah) dan kesiapan dari para
pengelola masjid. Tentunya harus ada upaya perbaikan internal dari
pengurus khususnya bidang usaha yang dituntut harus peka terhadap
perubahan-perubahan yang akan terjadi, oleh karena itu ada beberapa hal
yang bisa dilakukan pengurus masjid untuk bisa menghadapi hal tersebut,
antara lain :
a. Menyelenggarakan kajian-kajian tentang ekonomi islam agar
kegiatan usaha yang dilakukan sesuai dengan syariat islam
b. Memberikan pelatihan-pelatihan tentang kewirausahaan
kepada pengurus khususnya kepada bidang usaha masjid,
sehingga potensi ekonomi yang dimiliki oleh masjid dapat
dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya.
76
DAFTAR PUSTAKA
Agustianto, “Peran Masjid dalam Edukasi Syariah”, diakses pada 12 Juni 2012
dari
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&task=view
&id=1093&Itemid=5 )
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial, ed revisi Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Asrori, Mohammad. Psikologi Pembelajaran, Bandung : CV Wacana Prima, 2009
Ayub, Moh. E. dkk. Manajemen Masjid. Jakarta : Gema Insani Press, 1996.
Berry, David. Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, Cet. Ke-3, 1995.
Castrawijaya, Cecep Manajemen Masjid, 2010
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, Cet Ke-1, 1988.
Efendy, Onong Uchjana. Kamus Komunikasi, Bandung: Mandar Maju, 1989
77
Gamal, Merza. “ Memfungsikan Masjid Sebagai Pusat Pengembangan
Ekonomi Umat," terbit 4 November 2007, diakses pada tanggal 12 Juni
2012 dari http://tauziyah.com/2007/11/04/
Gazalba, Sidi. Masjid Pusat ibadah dan kebudayaan islam Jakarta: Pustaka
Antara, 1962.
Gerungan, W.A. Psikologi Sosial, Bandung: PT. Eresso, 1998.
Harmoni, Fauziah, “Jurnal Multikultural dan Multireligius,” (Puslitbang
Kehidupan Keagamaan: Badan Diklat & Diklat Depag RI Vol VII, Januari-
Maret, 2009.
Shihab, Quraish. Wawasan Al-Qur’an; “Tafsir Maudhu’I atas pelbagai persoalan
umat . T.tp.:Mizan, cet ke-2 1996.
Masrun, dkk. Studi mengenai Kemandirian pada Penduduk di Tiga Suku Bangsa (
Jawa, Batak, Bugis ), dalam Pergola Irianti, Profesi Pustakawan dan
Kemandirian ( Buletin Perpustakaan UGM edisi Desember 1997.
Milles and Huberman, M.A. Qualitative Data Analysis. Terjemahan Tjejep RR
Jakarta : UI Press :1982.
Mujieb, Abdul. Kamus Istilah Fiqih, Jakarta : PT. Pustaka Firdaus, 1994.
Moleong, L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2006
Nasution, M. Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
78
N. Grass W. S, Masson and A. W. Mc. Eachen, Exploration Role Analysis,
dikutip oleh David Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, Cet. Ke-3, 1995.
Parker, Qualitative Psychology. New York: McGraw-Hill, 2005
Sanusi, Anwar.“Fungsi Masjid dalam pemberdayaan Ekonomi Umat” artikel di
akses pada 29 Juli 2012 dari
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=262712&kat_id=147
Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-teori Psikologi Sosial, Jakarta: CV Rajawali,
Cet, ke-1, 1984.
Shihab, Quraish. Wawasan Al-Qur’an; “Tafsir Maudhu’I atas pelbagai persoalan
umat . T.tp.:Mizan, cet ke-2 1996.
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi, Bandung : Alfabeta, 2011
Sutarmadi, Ahmad. Visi, misi, dan langkah Strategis, Jakarta, Logos Wacana
Ilmu, 2002.
Sutarmadi, Ahmad. dan Tirmidzi, Al. Peranan dan Pengembangan Hadits dan
Fiqih, Ciputat: Logoso Wacana Ilmu, 1998)
Yani, Ahmad. Panduan Memakmurkan Masjid Jakarta: Dea Perss, 2000
Anggaran dasar dan rumah tangga ( AD/ART ) Masjid Ittihadul Muhajirin
Garis-garis Besar Program Kerja ( GBPK ) Masjid Ittihadul Muhajirin