PERANAN BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK …repository.umrah.ac.id/2105/1/RESTIO RINI WIDI...

29
PERANAN BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BINTAN DALAM PENYULUHAN PENCEGAHAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN NARKOBA ARTIKEL E-JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP) Oleh RESTIO RINI WIDI RAHAYU NIM. 110565201248 JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2018

Transcript of PERANAN BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK …repository.umrah.ac.id/2105/1/RESTIO RINI WIDI...

PERANAN BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN

BINTAN DALAM PENYULUHAN PENCEGAHAN PEMBERANTASAN

PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN NARKOBA

ARTIKEL E-JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan (S.IP)

Oleh

RESTIO RINI WIDI RAHAYU

NIM. 110565201248

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2018

1

ABSTRAK

Kondisi penyalahgunaan Narkoba di Indonesia sekarang merupakan Kondisi

penyalahgunaan Narkoba di Indonesia sekarang merupakan permasalahan yang

sangat mengkhawatirkan, Indonesia berada dalam kondisi darurat Narkoba.

Narkoba telah menyebar diseluruh Kabupaten dan Kota di 33 Povinsi, artinya

tidak ada daerah yang bebas dari peredaran Narkoba. Di Kabupaten Bintan

peradaran Narkoba masih banyak melalui pelabuhan tikus, yang membuat

mudahnya peredaran Narkoba. dari hal ini perlu perhatian yang lebih kepada

pihak Kesbangpol dan BNN Provinsi Kepulauan Riau agar untuk menanggulangi

dan memberantas peredaran Narkoba. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Peranan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bintan dalam penyuluhan

Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba, pada

penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan

cara teknik mengumpulkan data dan berupa penelitian lapangan dengan

melakukan wawancara dengan pihak Kesbangpol sebagai penanggungjawab

pelaksana kegiatan, kepolisian serta BNN Provinsi Kepulauan Riau. Berdasarkan

hasil penelitian maka dapat dianalisa bahwa Peranan Peranan Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik Kabupaten Bintan dalam penyuluhan Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba belum berjalan secara

maksimal, hal ini dapat dilihat penyalahgunaan dan peredaran narkoba masih

terjadi, pertanggungjawaban sudah dilakukan kemasyarakat berupa kegiatan-

kegiatan yang diberikan kepada masyarakat, serta melakukan sosialisasi tenatng

bahayanya Narkoba, akan tetapi kegiatan yang dilakukan belum berjalan dengan

maksimal karena kegiatan yang dilakukan kemasyarakat masih sangat kurang.

Kemudian berdasarkan penelitian maka dapat dianalisa Peran Peranan Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bintan dalam penyuluhan Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba sudah dijalankan, tetapi

belum maksimal karena kegiatan yang dibuat masih sangat kurang, bisa ditarik

kesimpulan bahwa Kesbangpol kekurangan personil dan kekurangan dana.

Kata kunci : Narkoba, Peranan Kesbangpol, Penyalahgunaan Narkoba

2

ABSTRACT

The condition of drug abuse in Indonesia now is the condition of drug abuse in

Indonesia now is a very worrying problem, Indonesia is in a condition of

emergency drugs. The drug has spread throughout the district and town in 33

Povinsi, meaning that there is no area that is free of Drug circulation. Bintan

Regency peradaran Drugs are still widely through the harbour rats, which makes

the easy circulation of drugs. of this needs to be more attention to the Kesbangpol

and the Riau Islands Province in order to the BNN to tackle and eradicate the

circulation of drugs. The purpose of this research is to know the role of the

Agency for the nation's Unity and political guidance in Bintan Regency is the

prevention of Drug abuse and the circulation of Eradication, in this study the

author uses descriptive research types qualitative techniques, by means of

collecting data and in the form of field research by conducting interviews with the

Kesbangpol as a responsible executor of police activities, as well as BNN

province of Riau Islands. Based on the results of the research it can be analyzed

that the role the role of the Agency for the nation's Unity and political guidance in

Bintan Regency is the prevention of Drug abuse and the circulation of

Eradication is not yet running to its full potential, it can be seen abuse and drug

circulation still occurring, society has done in the form of accountability activities

provided to the community, as well doing socialization tenatng the danger of

drugs, but the activities conducted haven't run with maximum due activities

conducted society is still very lacking. Then it can be analysed based on studies of

the role of the Agency the role of the nation's Unity and political Prevention

counseling in Bintan Regency is the eradication of Drug abuse and the circulation

is already running, but not yet at the maximum because of the activities of the

made is still very lacking, could have drawn the conclusion that the Kesbangpol

lack of personnel and lack of funding.

Key words: Kesbangpol, the role of Drugs, drug abuse

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabilalamin Puji dan Syukur teramat sangat penulis

haturkan kehadirat ALLAH Subhanahuwata’ala karena atas berkat dan rahmatnya

serta izinnya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan Judul :

“Peranan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bintan Dalam

Penyuluhan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Dan Peredaran

Narkoba”.

Skripsi ini membahas tentang Peranan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

dalam penyuluhan pencegahan penyalahgunaan dan peredaran narkoba. Sebab

sebagaimana diketahui salah satu upaya yang dilakukan pemerintah kabupaten

bintan yaitu dengan melalui berbagai himbauan yang berupa dilakukannya

sosialisasi yang berupa kegiatan penyuluhan tentang narkoba.

Penulis menyadari, tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai

pihak, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik, oleh karena itu

Penulis ingin menyampaikan upacan terima kasih, kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof Dr. Syafsir Akhulus, M.Sc. Sebagai Rektor Universitas

Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang

2. Bapak Bismar Arianto, M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang

3. Bapak Nazaki, M.Si, Selaku Kepala Program Studi Ilmu Pemerintahan

Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang dan Ketua

1

dan pembimbing utama yang senantiasa meluangkan waktu nya kepada

peneliti sehingga penelitian ini terselesaikan.

4. Ibu Nur Aslamaturrahmah Dwi Putri, S.IP.,M.Si selaku Pembimbing

Kedua yang telah banyak memberikan petunjuk, ide-ide, serta pengarahan,

masukan-masukan serta saran-saran dalam penulisan dan penyelesaian

Skripsi ini

5. Bapak dan ibu Dosen yang telah membekali penulis dengan ilmu-ilmu

yang bermanfaat serta Staf yang bertugas di Fakultas Ilmu Politik,

Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang

6. Bapak Kepala Badan Kesbangpol beserta Kasubbag, Kasubbid serta

Staf/Pegawai, yang telah memberikan bantuan, baik itu saran dan

masukan.

7. Untuk Kedua Orang tuaku tercinta, serta dan sahabat, terima kasih atas

dukungan, sehingga akhirnya penulis dapat terselesainya skripsi ini.

Selanjutnya peneliti sangat menyadari bahwa, penulisan Skripsi ini masih

jauh dari pada kata Kesempurnaan, maka dari itu Penulis sangat mengharapkan

dan sangat menghargai sekali adanya Kritikan-kritikan maupun bimbingan yang

bersifat membangun dan bermanfaat bagi kesempurnaan Skripsi ini Kedepannya

lagi.

2

Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat

lebih dan kegunaannya bagi semua pihak, aamiin.

Tanjungpinang, Juli 2018

Penulis

Restio Rini Widi Rahayu

3

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba telah menjadi sebuah ancaman serius

bagi masyarakat maupun pemerintah, oleh karena itu pemerintah melalui Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bintan yang bertugas untuk

melaksanakan kegiatan penyuluhan pencegahan pemberantasan penyalahgunaan

dan peredaran narkoba, mulai dari tingkat Aparatur Pemerintah, Dinas/Badan,

Bagian, Kecamatan serta Desa yang ada di Kabupaten Bintan.

Dalam hal ini Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bintan

mempunyai peranan yang penting dalam mensosialisasikan semua jenis narkoba

dan efek yang di timbulkan dari penggunaan narkoba bagi pengunanya, narkoba

dapat merusak jaringan atau sel-sel yang ada dalam tubuh serta dapat juga

mengakibatkan kematian. Narkoba bukan sebuah solusi untuk suatu permasalahan

tetapi narkoba merupakan bencana yang akan menimbulkan banyak

permasalahan.

Tujuan dibentuknya lembaga instansi pemerintahan ini adalah untuk

memberikan penyuluhan melalui pendidikan serta penyadaran secara efisien dan

efektif kepada Aparatur tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran Narkoba,

memberikan informasi dan pengetahuan tentang dampak dan bahaya

penyalahgunaan Narkoba khususnya bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan

Pemerintahan Kabupaten Bintan dan untuk mendorong para PNS untuk

melindungi diri, keluarga dan orang-orang terdekat dari bahaya penyalahgunaan

Narkoba..

4

Adapun dasar hukum pelaksana dari suatu kegiatan tersebut merujuk kepada

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesoa Nomor 21 Tahun 2013

tentang Fasilitas Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, dan Peraturan Daerah

Kabupaten Bintan Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah.

Pada dasarnya penyalahgunaan narkoba dapat merusak perkembangan jiwa

generasi muda baik bagi si pengguna maupun orang lain. Narkoba sebagai zat

yang sangat diperlukan untuk pengobatan dalam pelayanan kesehatan seringkali

disalahgunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan dan jika disertai

peredaran narkoba secara gelap akan menimbulkan akibat yang sangat merugikan

perorangan ataupun masyarakat, khususnya generasi muda bahkan dapat

menimbulkan bahaya yang sangat besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya

bangsa yang pada akhirnya akan melemahkan ketahanan nasional. Dari segi

hukum, Narkoba sangat berbahaya bagi generasi muda. Para anak-anak dan muda

mudi memerlukan bimbingan dan pengetahuan tentang bahaya Narkoba agar tidak

memakai dan terjerumus di dunia tersebut. Dari pelaksanaan program yang

diadakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bintan peserta yang

mengikuti program penyuluhan pencegahan bahaya narkoba tersebut diantaranya

terdiri dari Aparatur Pemerintah, Dinas/Badan, Bagian, Kecamatan serta Desa

yang ada di Kabupaten Bintan, sehingga mengerti akan dampak berbahaya yang

akan terjadi jika mengkonsumsi Narkoba. Selanjutnya anak-anak remaja dapat

mengetahui jenis-jenis narkoba yang sangat berbahaya tersebut. Seperti halnya,

Ganja, Heroin, Ekstasi.

5

Sejauh ini Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bintan sendiri telah

melakukan upaya dalam melaksanakan tugas pokoknya dalam pencegahan

permasalahan Narkoba, antara lain mengadakan sosialisasi pencegahan narkoba di

lingkungan sekolah, lingkungan perguruan tinggi, maupun di lingkungan

masyarakat umum, serta mengadakan kerja sama dengan pihak-pihak terkait

untuk bersama-sama menanggulangi permasalahan narkoba di masyarakat. Tetapi

dalam kenyataannya masih banyak terdapat kasus penggunaan dan peredaran

gelap narkoba di Kabupaten Bintan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peranan Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik Kabupaten Bintan Dalam Penyuluhan Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba”..

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti membuat rrumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut, “Bagaimana Peranan Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bintan Dalam Penyuluhan Pencegahan

Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba?”.

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan

Untuk mengetahui Peranan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten

Bintan Dalam Penyuluhan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan

dan Peredaran Narkoba.

6

2. Kegunaan

a. Dapat memberikan konstribusi bagi perkembangan studi ilmu

pemerintahan dan menambah bahan bacaan bagi peneliti mengenai

hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.

b. Dapat menjadi kajian bagi peneliti selanjutnya utamanya bagi yang

meneliti pada hal yang sama dan sesuai dengan kebutuhan praktis

maupun teoritis dalam hal perkembangan ilmu pemerintahan, dan

c. Untuk mengetahui sejauh mana peranan badan kesatuan bangsa dan

politik kabupaten bintan dalam penyuluhan pencegahan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran narkoba

D. Konsep Teoritis

a. Peranan Pemerintahan

Menurut definisi, pemerintah merupakan badan-badan untuk

menyelesaikan masalah pada arena politik melalui sebuah keputusan. Setelah

pemerintah membuat sebuah keputusan, maka harus diberlakukan. Di sini ada

konsep otoritas publik yang mengacu pada sebuah “kekuatan” yang digunakan

untuk melaksanakan sebuah keputusan. Jika seorang individu melanggar

aturan, maka pemerintah mungkin menempatkannya di penjara. Pada tingkat

apapun, pemerintah adalah satu-satunya badan dengan kewenangan untuk

melakukannya. Selanjutnya pemerintah mempunyai kewenangan untuk

meminta setiap individu untuk mematuhi hukum, seperti membayar pajak.

Pemerintah terdiri dari lembaga-lembaga yang bertanggung jawab untuk

membuat keputusan kolektif bagi masyarakat. Lebih sempit lagi pengertian

7

pemerintah mengacu pada tingkatan atas dalam lembaga-lembaga tersebut.

Dalam penggunaan populer, 'pemerintah' mengacu hanya untuk tingkat

tertinggi janji politik seperti untuk presiden, perdana menteri dan anggota

kabinet. Tetapi dalam pemerintahan arti luas, peemrintah terdiri dari semua

organisasi yang dibebankan untuk mencapai dan melaksanakan keputusan

untuk masyarakat atau melayani kepentingan publik. Jadi dengan definisi

pemerintah sebagai pelayan publik, bias dikatakan bahwa hakim dan polisi

merupakan bagian dari pemerintah, bahkan meskipun orang-orang tersebut

biasanya tidak ditunjuk oleh metode politik seperti pemilu.

Dari definisi diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa pengertian

pemerintah adalah lembaga-lembaga yang bertanggung jawab untuk membuat

keputusan kolektif bagi masyarakat. Lebih sempit, pemerintah mengacu ke

atas politik tingkat tertinggi dalam lembaga-lembaga tersebut.

Peranan menurut Rivai (2003:148) merupakan perilaku yang diatur dan

diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Misalnya pimpinan suatu

organisasi memiliki peran, setiap pekerjaan membawa serta harapan

bagaimana penanggung peran berprilaku. Peran kepemimpinan dapat di

artikan sebagai perangkat perilaku yang diharapkan dilakukan seseorang

sesuai kedudukannya

b. Narkoba

Narkoba (narkotika dan obat/bahan berbahaya), disebut juga NAPZA

(narkotika, psikotropika, zat adiktif lain) adalah obat, bahan,atau zat bukan

makanan yang jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikan,

8

berpengaruh pada kerja otak (susunan saraf pusat) dan sering kali

menimbulkan ketergantungan (Martono & Joewana, 2008).

Napza adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat

Adiktif Lainnya. Napza berupa zat yang bila masuk kedalam tubuh dan akan

mempengaruhi tubuh, terutama susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan

gangguan pada fisik, psikis dan fungsi sosial (Sumiati DKK, 2009)

E. Konsep Operasional

Konsep oprasional itu sendiri adalah suatu indikator yang digunakan sebagai

suatu pembahasan mengenai ruang lingkup dari masalah peneliti dengan indikator

atau variabel yang telah ditemukan berdasarkan teori yang nantinya akan

diterapkan dalam melaksanakan pengukuran dilapangan sehingga tidak terjadi

perbedaan penafsiran dalam menganalisa penelitian ini, maka perlu untuk

dikemukakan konsep operasional, penelitian ini mengacu pada pendapat Abidin

dan Rukmini (2002:76-81) yang terdiri dari :

1) Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan pertanggung jawaban kepada publik atas

aktivitas yang dilakukannya, maksudnya pertanggung jawaban Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) kepada masyarakat dalam

melakukan kegiatan yang sesuai peran Kesbangpol dalam menanggulangi atau

melakukan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Indikatornya antara lain :

a. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Bintan

harus menyesuaikan kegiatan yang dibuat harus sesuai dengan

perannya.

9

2) Transparsi

Transparasi merupakan sikap keterbukaan informasi yang dilakukan oleh

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) kepada masyarakat,

indikatornya antara lain :

a. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) harus dapat

menyebarkan informasi kepada masyarakat tentang bahayanya

Narkoba.

3) Partisipasi

Partisipasi merupakan suatu tindakan keterlibatan atau keikutsertaan

masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan Kesbangpol

dalam penyuluhan pencegahan pembertasan penyalahgunaan dan peredaran

Narkoba, indikatornya antara lain :

a. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan yang

dilakukan oleh Kesbangpol.

b. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan diri sendiri

atau orang lain yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba agar

segera direhabilitasi.

F. Metode Penelian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Sugiyono (2009:11), menyatakan bahwa “Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu

10

variabel maupun lebih tanpa membuat suatu perbandingan, atau

menghubungkan satu variabel dengan variabel lain”.

2. Lokasi Penelitian

Adapun tempat yang dijadikan peneliti sebagai lokasi dalam penelitian ini

sesuai dengan salah satu tupoksi pada Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Bintan yang beralamat di km 5 atas Tanjungpinang.

3. Informan

Dalam menentukan jumlah informan peneliti menggunakan teknik

purposive sampling. Menurut Sugiyono (2009:300) purposive sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Adapun kriteria informan dalam penelitian ini peneliti jabarkan di tabel

dibawah ini sebagai berikut :

Tabel

Daftar Informan

No Posisi / Jabatan Jumlah

(orang)

1 Kepala Bidang Pembauran Bangsa 1

2 Kepala Bidang Kesatuan Bangsa 1

3 Kepala Bagian Sosial Kemasyarakatan 1

4 Kepala Bagian Kemitraan 1

5 Pegawai/Staf Kesbangpol 4

Jumlah 8

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang peneliti gunakan berupa penelitian deskriptif

kualitatif, yaitu menganalisa data yang diperoleh dilapangan dalam bentuk

kualitatif. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011:247) mengemukakan bahwa

11

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam

analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

Menurut Miles, Huberman dan Saldana, (2014 : 14) Komponen-komponen

analisis data model interaktif dijelaskan sebagai berikut:

a. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data merupakan proses dimana peneliti melakukan pemilahan dan

penyerdahanaan data hasil penelitian. Mereduksi data berarti merangkum,

memilah hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Data

yang sudah direduksi akan memberikan gambaran yang dapat mempermudah

peneliti untuk mencari kembali data yang diperlukan nantinya.

b. Penyajian data (data display)

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun sehingga

memberikan kemudahan dalam penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian data dimaksud diwujudkan dalam bentuk tabel sebagai

gambaran dari hasil yang telah peneliti lakukan pada saat wawancara,

sehingga menjadi panduaan informasi tentang apa yang terjadi dan data yang

disajikan sesuai dengan apa yang diteliti dan untuk mempermudah penelitian

dalam melihat penelitian.

c. Penarikan Kesimpulan (conclusion drawing/verification)

Penarikan kesimpulan merupakan usaha untuk memahami data yang

diperoleh. Pada tahap ini peneliti melakukan penggambaran makna dari data

12

yang diperoleh. Proses penarikan kesimpulan merupakan proses yang

membutuhkan pertimbangan yang matang. Kesimpulan yang ditarik segera

diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali sambil melihat

catatan lapangan agar memperoleh pemahaman yang lebih jelas dan mudah

dimengerti.

HASIL PENELITIAN

H. Peranan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bintan Dalam

Penyuluhan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran

Narkoba

1. Akuntabilitas

Pelaksanaan proses implementasi kebijakan peraturan daerah yang salah

satunya menggunakan proses komunikasi lewat suatu kegiatan atau program

yang sering kita dengar dengan istilah sosialisasi, hal ini dimaksudkan agar

proses impelementasi yang lebih kearah pemberian sosialisasi dapat

menentukan suatu keberhasilan pencapaian tujuan implementasi yang efektif.

Berikut ini adalah jawaban yang peneliti berikan kepada 4 (staf/pegawai)

Kesbangpol Kabupaten Bintan informan tentang indikator pihak kesbangpol

Kabupaten Bintan menyesuaikan kegiatan yang dibuat harus sesuai dengan

perannya. Adapun hasilnya sebagai berikut :

“Sejauh ini berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Fasilitas Pencegahan

Penyalahgunaan Narkotika sudah berjalan sesuai dengan peran serta pasal

5 dalam Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2013”.

13

Selanjutnya adapun jawaban informan dari Kepala Subbagian Kemitraan

yaitu sebagai berikut :

“Sejauh ini pelaksanaan kegiatan penyuluhan terkait tentang narkoba

belum sepenuhnya optimal, hal ini dikarnakan keterbatasan anggaran dari

pemkab bintan. Idealnya kegiatan penyuluhan tersebut untuk semua

lapisan masyarakat, mengingat kab.bintan punya posisi strategis dalam

penyelundupan narkoba, bintan berada tidak jauh dari daerah segitiga

emas negara penghasil narkoba, walaupun narkoba yang diselundupkan

melalui bintan diperkirakan dari negara China”. (Wawancara dengan

Bapak Drs Samsul Bahri, 30 Juli 2018, Pukul 14.30 WIB)

Selanjutnya adapun jawaban informan dari Kepala Bidang Kesejahteraan

Bangsa yaitu sebagai berikut :

“Saya rasa peran Kesbangpol terhadap kegiatan penyuluhan dan

pemberantasan narkoba sudah berjalan sesuai dengan tupoksi masing-

masing panitia yang telah ditunjuk langsung sebelum kegiatan tersebut

berlangsung, namun dilapangan memang tidak dapat dipungkiri bahwa

pasti akan ditemukannya kendala atau masalah dalam proses penyuluhan

dan pemberantasan narkoba”. (Wawancara dengan Ibu Sri Martini, S.Sos,

29 Juli 2018, Pukul 13.50 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan maka dapat

dianalisa bahwa pertanggungjawaban saat ini sudah dilakukan dengan berbagai

kegiatan kepada masyarakat, namun kegiatan yang dilakukan belum maksimal.

Pencegahan (munurut Kepala Badan Kesbangpol) berarti menangkal sesuatu

yang akan terjadi, atau salah satu upaya untuk menghindari kerugian,

kerusakan yang terjadi pada seseorang atau masyarakat. Dalam bidang

pencegahan melakukan kegiatan kepada masyarakat dengan tujuan untuk

menghindari terjadinya penyalahgunaan narkoba, dibidang pencegahan telah

melakukan pencegahan melalui kegiatan-kegiatan seperti sosialisasi kepada

masyarakat, namun kegiatan masih sangat kurang, hanya melakukan kegiatan

14

sosialisasi 1 tahun hanya bisa dihitung 1 kali atau 2 kali saja, lagi pula mereka

melakukan kegiatan hanya pada daerah yang rawan dari narkoba. Artinya

pertanggungjawaban dibidang pencegahan ini telah dilakukan namun belum

maksimal, dikarenakan kurangnya kegiatan yang dibuat kepada masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa

bahwa dalam bidang pencegahan sosialisasi merupakan ujung tombok dari

keberhasilan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Keberhasilan

pertanggungjawaban dibidang pencegahan dapat diukur melalui seberapa

sering dan efektifnya melakukan kegiatan kepada masyarakat. Pada kenyataan

yang terjadi dilapangan kegiatan yang dilakukan kemasyarakat belum

maksimal, Berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia

tentang Fasilitas Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika, sudah dijelaskan

bahwa dibidang pencegahan ini mempunyai tugas untuk melakukan kebijakan

teknis P4GN terutama dibidang pencegahan dengan melakukan kegiatan

seperti sosialisasi kepada masyarakat.

Dalam melaksanakan peran Kesbangpol Kabupaten Bintan dalam

menanggulangi penyalahgunaan narkoba bidang pencegahan juga bekerjasama

dengan pihak BNN bidang rehabilitasi dan bidang pemberantasan. Ketiga

bidang ini sangat berperan penting dalam menanggulangi penyalahgunaan

narkoba, kegiatan yang mereka lakukan kepada masyarakat sesuai dengan

masing-masing bidang yang mereka duduki.

15

2. Transparasi

Sebagai upaya memberantas sekaligus mencegah peredaran narkoba di

wilayah Kabupaten Banjar Selasa, 14 November 2017 Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik Kabupaten Bintan menyelenggarakan Penyuluhan

Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba.

Kegiatan tersebut turut serta dihadiri oleh para unsur masyarakat antara lain

tokoh Agama, Tokoh pemuda, para kepala desa.

Berikut ini adalah jawaban yang diberikan kepada 4 (empat) pegawai/staf

Kesbangpol informan tentang indikator pihak kesbangpol menyebarkan

informasi kepada masyarakat tentang bahayanya Narkoba. Adapun hasilnya

sebagai berikut :

“Sejauh Kesbangpol Kabupaten Bintan telah mengandeng Badan

Narkotika Nasional Provinsi Kepulauan Riau dalam hal ini keduanya

bekerjasama dalam menyosialisasikan program penyuluhan pencegahan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran narkoba”.

Selanjutnya adapun jawaban informan dari Kepala Subbagian Kemitraan

yaitu sebagai berikut :

“Kesbangpol sudah memberikan pedoman informasi dan pengetahuan

tentang dampak dan bahaya penyalahan pemberantasan khususnya nya

bagi para masyarakat dan pelajar melalui berbagai sosialisasi ataupun

dalam bentuk himbauan hal seperti pemberian informasi tersebut berupa :

menggugah kesadaran dan kewaspadaan para pemuda atau pelajar akan

ancaman bahaya penyalahangunaan narkoba, mendorong para pelajar

untuk melindungi diri, keluarga dan orang orang terdekat dari bahaya

penyalahgunaan narkoba, serta mendorong peran aktif para pemuda atau

pelajar dalam pencegahan pemberantasan narkoba”. (Wawancara dengan

Bapak Drs Samsul Bahri, 30 Juli 2018, Pukul 14.30 WIB)

Selanjutnya adapun jawaban informan dari Kepala Bidang Kesejahteraan

Bangsa yaitu sebagai berikut :

16

“Sejauh ini pemberitahuan informasi hanya sekedar pemberian sosialisasi

yang dilakukan untuk meningkatkan pedoman dan pengetahuan

masyarakat tentang bahaya P4 serta mengunggah kesadaran dan

kewaspadaan para pemuda akan ancaman bahaya penyalahgunaan

narkoba. Serta mengajak dan memberi motivasi kepada peserta agar selalu

cepat tanggap terhadap lingkungan. Kita berharap setelah menerima

sosialisasi narkoba ini masyarakat bisa memahami bahaya narkoba tentu

nya menjadi wawasan dan tentang diri utk aman dari bahaya narkoba dan

mampu menciptakan lingkungan bersih dari narkoba. Oleh sebab itu utk

menggugah dan mendorong peran serta keluarga dlm penyuluhan

pemberantasan diperlukan keterlibatan dan keterampilan para masyrkt atau

remaja dlm melindungi diri mereka trhap bahaya penyuluhan

pencegahan”. (Wawancara dengan Ibu Sri Martini, S.Sos, 29 Juli 2018,

Pukul 13.50 WIB)

Adapun penambahan dari kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kabupaten Bintan yaitu sebagai berikut :

“Sudah ada informasi melalui Kesbangpol Kabupaten Bintan tentang

adanya penyuluhan narkoba namun hal tersebut belum menyentuh

kemasyarakat biasa, baru terbatas kepada kalangan PNS, hal tersebut

dikarenakan terbatasnya anggaran yang tersedia dan menghambat

penyuluhan kepada semua kalangan masyarakat”. (Wawancara dengan

Bapak Ir. Karya Hermawan, 30 Juli 2018, Pukul 15.10 WIB)

Berdasarkan wawancara dengan informan dapat dianalisis bahwa bidang

pencegahan melakukan sosialisasi tidak secara langsung kepada masyarakat

tetapi melalui tokoh masyarakat seperti Lurah, RT, RW, PKK, jadi tugas

tokoh masyarakat tersebut yang menyampaikan kepada masyarakatnya.

Namun yang terjadi dilapangan tidak semua tokoh masyarakat yang

memberikan informasi ini, hanya sebagian saja. Jadi artinya bahwa informasi

yang diberikan oleh bidang pencegahan ini tidak sepenuhnya sampai

kemasyarakat, maka dari itu masyarakat banyak yang tidak mengerti atau

tidak paham tentang narkoba serta bahayanya narkoba.

17

3. Partisipasi

Partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh

pihak Kesbangpol Kabupaten Bintan merupakan aktivitas yang melibatkan

pihak bersangkutan untuk mencari informasi dalam mengembangkan

kegiatan atau program yang sedang berjalan, pencarian informasi agar

berjalan sesuai waktu dan sasaran yang ditetapkan dilanjutkan dengan

penilaian aspek efisiensi dan relevansi program, termasuk dampaknya

terhadap konteks pencapaian tujuan baik positif maupun negatif.

Keberhasilan suatu program/kegiatan yang dilakukan oleh Kesbangpol

Kabupaten Bintan dapat dilihat dari kesesuaian antara perencanaan dan

pelaksanaannya, terukur atau akuntabel hasilnya, serta ada keberlanjutan

aktivitas yang merupakan dampak dari program dengan pemanfaatan hasil

itu sendiri. Melalui kegiatan penyuluhan kepada masyarakat yang dilakukan

oleh Kesbangpol Kabupaten Bintan maka akan bersumber pada keberhasilan,

serta dampak dan kendala pelaksanaan suatu program dapat diketahui.

Berikut ini adalah jawaban yang diberikan kepada 4 (empat) staf/pegawai

Kesbangpol Kabupaten Bintan informan tentang indikator partisipasi

masyarakat dalam mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh Kesbangpol.

Adapun hasilnya sebagai berikut :

“Dalam hal antusiasme masyarakat kegiatan yang di adakan pihak

Kesbangpol Kabupaten Bintan sudah meningkat dibanding tahun

sebelumnya, hal ini dikarenakan dampak dari penyalahgunaan narkoba

sangat besar dan merugikan kalayak ramai terutama dalam aspek keluarga

serta pemberantasan narkoba masih belum dapat diberlakukannya suatu

sanksi yang tegas agar dari pelaku yang terlibat narkoba setidakanya dapat

jera serta insaf (tobat)”.

18

Selanjutnya adapun jawaban informan dari Kepala Subbagian Kemitraan

yaitu sebagai berikut :

“Keikutsertaan masyarakat dalam penyuluhan, kalau untuk masyarakat

sudah pernah ada, namun koutanya dibatasi (tidak banyak) selebihnya baru

diperuntukkan kepada pelajar sekitar 100 pelajar SMA pada tahun 2016,

dan PNS pada tahun 2017 untuk 100 orang PNS”. (Wawancara dengan

Bapak Drs Samsul Bahri, 30 Juli 2018, Pukul 14.30 WIB)

Selanjutnya adapun jawaban informan dari Kepala Bidang Kesejahteraan

Bangsa yaitu sebagai berikut :

“Sejauh ini partisipasi keikutsertaan masyarakat terhadap kegiatan

penyuluhan narkoba di tahun 2017 mengalami pengurangan dibanding

tahun sebelumnya hal ini mengingat keterbatasan anggaran pemkab

bintan”. (Wawancara dengan Ibu Sri Martini, S.Sos, 29 Juli 2018, Pukul

13.50 WIB)

Salah satu indikator keberhasilan dan kualitas pelakasanaan penyuluhan

pencegahan pemberantasan narkoba adalah partisipasi masyarakat dalam

mengikuti tahapan-tahapan dalam memerangi narkoba. Fungsi penyuluhan

terhadap masyarakat umum perlu untuk selalu dilakukan oleh pihak

Kesbangpol Kabupaten Bintan dalam hal ini juga berkontribusi kepada pihak

BNN Provinsi Kepulauan Riau serta perlu untuk adanya pengaplikasian pada

masyarakat hal ini semata-mata untuk mewujudnya penyuluhan

pemberantasan narkoba yang bersih. Peran dan partisipasi masyarakat sangat

dibutuhkan untuk memudahkan Badan Kesatuan Politik dan Politik

Kabupaten Bintan dalam menjalankan proses kegiatan menfasilitasi

pencegahan penyalahgunaan narkotika, sebab fungsi Badan Pengawas Pemilu

tidak akan maksimal tanpa adanya partisipasi penuh masyarakat didalamnya.

19

Selanjutnya menurut Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Bintan

partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pihak

Kesbangpol Kabupaten Bintan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok

orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan yang lebih sehat dan bersih,

antara lain dengan memilih pimpinan Negara dan secara langsung atau tidak

langsunng mempengaruhi kebijakan pemerintah (Public Policy). Kegiatan itu

mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum,

menghadiri rapat umum, mengadakn hubungan atau lobbying dengan pejabat

pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu

gerakan sosial, dan sebagainya.

Keseriusan pemerintah dalam menanggulangi permasalahan

penyalahgunaan narkotika tersebut sangat diperlukan. Terutama penyamaan

kedudukan permasalahan narkotika dengan permasalahan korupsi dan

terorisme. Ketiga permasalahan tersebut sama-sama mempunyai dampak

yang sistemik, mengancam ketahanan nasional, serta merusak kesehatan

masyarakat terutama generasi muda.

Berikut ini adalah jawaban yang diberikan kepada 4 (empat) staf/pegawai

kesbangpol informan tentang indikator sanksi yang diberikan apabila

melanggar peraturan. Adapun hasilnya sebagai berikut :

“Sejauh ini, dari dua tahun terakhir ini ada yang melakukan pelaporan

terkait masyarakat yang secara langsung terlibat dengan narkoba, disini

biasa kami merekomendasikan kepada korban serta pelaku untuk di

rehabilitasi serta adanya peran BNN Provinsi juga membantu dalam

mengupayakan kesembuhan dari pihak korban narkoba”.

20

Selanjutnya adapun jawaban informan dari Kepala Subbagian Kemitraan

yaitu sebagai berikut :

“Tingkat kesadaran masyarakat kabupaten bintas untuk melaporkan

penyalahgunaan narkoba masih dalam tergolong rendah, hal ini mengingat

keterbatasan pemkab dalam memberikan sosialisasi untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat bahwa pentingnya dilakukannya pencegahan

sebelum terlambat”. (Wawancara dengan Bapak Drs Samsul Bahri, 30 Juli

2018, Pukul 14.30 WIB)

Selanjutnya adapun jawaban informan dari Kepala Bidang Kesejahteraan

Bangsa yaitu sebagai berikut :

“Terkait tentang pelaporan, memang sudah masyarakat yang melakukan

pelaporan namun kami dari pihak Kesbangpol Kabupaten Bintan sudah

memberikan rekomendasi untuk korban penyalahgunaan narkoba tersebut

untuk di rehabilitasi, namun untuk tingkat kesadaran masyarakat tentang

bahayanya penyalahgunaan narkoba tersebut masih rendah hal ini

dikarenakan masih minimnya anggaran yang diterima Kesbangpol

Kabupaten Bintan dalam melakukan kegiatan penyuluhan pencegahan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran Narkoba”. (Wawancara

dengan Ibu Sri Martini, S.Sos, 29 Juli 2018, Pukul 13.50 WIB)

Selanjutnya adapun penyampaian dari pihak Kepala Badan Kesbangpol

Kabupaten Bintan terkait tentang narkoba yaitu sebagai berikut :

“Di tahun 2018 ini terdapat lebih jurang 1,99%, dan sedikitnya pencandu

narkoba yang mendapatkan layanan terapi dan rehabilitasi, angka prevensi

penyalahgunaan narkoba di kepri lebih kurang 4,3%, 90% kelompok (coba

pakai) narkoba adalah kelompok pelajar SLTA dan SLTP yang merupakan

modal bangsa yang tidak ternilai”. (Wawancara dengan Bapak Ir. Karya

Hermawan, 30 Juli 2018, Pukul 15.10 WIB)

Dari hasil beberapa wawancara yang telah peneliti rekap dapat dianalisis

bahwa partisipasi masyarakat dalam bidang rehabilitasi dapat diukur

keberhasilannya melalui masyarakat yang menggunakan narkoba untuk

segera melaporkan dirinya ke Kesbangpol setelah itu direkomendasikan ke

BNN Provinsi Kepulauan Riau tanpa ada paksaan, dan juga orang tua

21

membawa anaknya atau guru membawa muridnya untuk mendapatkan proses

rehabilitasi apabila sebagai penylahgunaan narkoba. Dalam rehabilitasi ada

dua proses:

1. Voluntary, adalah datang dengan kesadaran sendiri tidak dipaksa

2. Compulsory, adalah hasil dari tangkapan seperti razia atau

penangkapan dari Polres.

Tingkat kesadaran masyarakat untuk melaporkan tindak penyalahgunaan

narkotika masih tergolong kurang, hal tersebut juga memberi efek belum

optimalnya kegiatan sosialisasi terkait tentang penyuluhan serta

pemberantasan penyalanggunaan narkoba bagi pihak BNN dan Kesbangpol

dalam menanggulangi berbagai kasus penyalahgunaan narkotika di daerah

Bintan, hal ini dikarenakan masyarakat masih awam mengenai hukum-hukum

bagi pengguna penyalahgunaan narkoba, dan sebagian masyarakat masih

binggung dengan peraturan pemerintah nomor 35 tentang penyalahgunaan

narkoba. Ada standarnya batas pemakaian bagi pengguna yang menggunakan

narkoba sebanyak 3,5 gram, kalau dibawah 3,5 gram wajib direhabilitasi, hal

ini menjadi keterbatasan tolak ukur kepahaman masyarakat dalam memerangi

narkoba. Hal ini semata-mata dikarenakan kurangnya sumber daya manusia

dalam melakukan penyuluhan (sosialisasi), memberantas serta merehabilitasi

korban penyalahgunaan narkoba, keterbatasan biaya, kurangnya subsidi dari

pemerintah, kemudian kurangnya kesadaran pemerintah akan program

rehabilitas, karena tidak setiap tahun program rehabilitas dibentuk, kalau

program rehabilitas belum selesai pengguna narkoba yang direhabilitas tidak

22

ada tempat lagi, dan kalau ditangkap oleh polisi, tidak semua polisi tahu akan

proses jalur mana yang harus ditempuh, seharusnya ada proses hukum yang

terpadu, dari pihak medis dan pihak hukum bersama-sama mengambil

kesimpulan apa yang harus dilakukan, bagi pengguna akan direhabilitasi,

sedangkan bagi pengedarnya akan diberikan hukum pidana dan direhabilitasi,

rehabilitasi itu dipotong dengan masa tahanan. Tidak semua pemakai narkoba

mau mengakui, walaupun sudah terbukti bersalah masih saja mengelak dan

tidak mau mengakui perbuatanya, kurangnya penyuluhan, sosialisasi dan

kurangnya lembaga yang melayani pemulihan. keluarganya yang sedang

dirawat, ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa kalau dirawat

inap/direhap dipanti mereka seakan membuang anggota keluarganya

PENUTUP

I. Kesimpulan

Untuk melihat Peran Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bintan

dalam penyuluhan pencegahan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

narkoba, peneliti telah melakukan penelitian dalam bentuk observasi, wawancara

dan dokumentasi. Dalam melakukan perannya Kesbangpol mempunyai satu

program yang harus dijalankan disetiap Kesbangpol dan BNN Provinsi yaitu

P4GN, dalam program P4GN ini ada 3 bidang yang menjalankannya yaitu bidang

pencegahan, pemberdayaan masyarakat, bidang pemberantasan dan bidang

rehabilitasi. Kesbangpol telah melakukan peran berdasarkan dari ketiga bidang

tersebut, seperti melakukan berbagai kegiatan kepada masyarakat. Transparasi

23

adalah keterbukaan dalam melakukan segala kegiatan berupa keterbukaan

informasi kepada masyarakat. Keterbukaan informasi yang dilakukan Kesbangpol

sangat membantu masyarakat dan bisa memberi manfaat kepada masyarakat.

Namun ada kendala yang membuat peran tersebut kurang maksimal, keterbukaan

informasi yang dilakukan Kesbangpol dengan cara sosialisasi kepada masyarakat,

tetapi sosilisasi yang diberikan kepada masyarakat masih sangat kurang, karena

Kesbangpol kekurangan Dana dan prersonil. Partisipasi masyarakatnya sudah

cukup baik dalam mengikuti kegiatan yang dibuat oleh Kesbangpol, masyarakat

sudah ikut berpartisipasi dan terlibat, dari beberapa masyarakat juga memberi

penjelasan kegiatan yang dibuat oleh Kesbangpol sudah cukup efektif, cuman

kurang memuaskan karena Kesbangpol melakukan kegiatan seperti sosialisasi

cuman 1 tahun 1 atau 2 kali saja seharusnya lebih ditingkatkan lagi agar

masyarakat lebih mengetahui tentang bahaya narkoba, mungkin yang dihadapi

oleh Kesbangpol karena kekurangan dana maka dari itu kegiatan yang dilakukan

pun kurang berjalan efektif seperti yang diinginkan oleh masyarakat

J. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan adapun saran yang dapat disampaikan

dalam Peran Badan Narkotika Nasional Kota Tanjungpinang adalah sebagai

berikut:

1. Pihak Kesbangpol sebagai pelaksanaan P4GN diharapkan bisa lebih

efektif dalam melakukan kegiatan untuk kedepannya, berdasarkan

pendapat dari masyarakat mereka mengaku bahwa kurangnya kegiatan

yang dibuat seperti sosialisai kepada masyarakat, masyarakat juga

24

menginginkan kegiatan yang dilaksanakan disetiap kelurahan harus secara

terus menerus, tidak hanya 1 tahun 1 kali atau pun 2 kali, sebisa mungkin

sosialisasi bahaya narkoba kepada masyarakat dilakukan setidaknya 4 kali

atau 5 kali dalam setahun. Agar masyarakat menjadi lebih tau apa itu

narkoba, jenisnya, maupun akibat dari bahaya narkoba itu sendiri, karena

pengedaran narkoba bisa saja dilakukan dimana saja, bisa melalui anak-

anak generasi penerus, ibu-ibu, orang tua dan lain sebagainya. Tambahan

solusi yaitu kalau bisa sasaran yang Kesbangpol lakukan tidak hanya ke

ibu-ibu saja tetapi harus bisa melakukan kegiatan langsung ke pemuda dan

remaja karena sekarang tingkat pengedaran narkoba lebih ke pemudan dan

remaja, di jenjang usi remaja mudah sekali untuk terjerumus kedalam

penyalahguna narkoba disebabkan karena rasa ingin tau mereka sangat

kuat, dan akhirnya mencoba untu coba-coba kemudian terjadilah

penyalahguna narkoba.

2. Bagi masyarakat dengan kegiatan yang telah dibuat oleh Kesbangpol,

seharusnya sudah bisa dimanfaatkan segala informasi yang didapatkan

baik itu kegiatan melalui sosialisasi atau kegiatan lainnya. Karena apa

yang disampaika oleh Kesbangpol itu sangat penting bagi masyarakat,

masyarakat banyak yang tidak tau masalah bahaya narkoba ini apalagi

masyarakat awam mungkin mereka cuek terhadap barang seperti narkoba ,

selain itu masyarakat juga harus meningkatkan keterlibatan dalam hal

untuk melaporkan dirinya atau ada keluarga dan teman maupun

tetangganya jika ada yang menyalahgunakan narkoba agar segera

25

dilaporkan di Kesbangpol agar mendapakan proses rehabilitasi yang telah

disediakan oleh pihak Kesbangpol

K. Daftar Pustaka

1. Buku

Abidin, Hamid dan Rukmini, Mimin. Akuntabilitas dan Transparansi LSM :

Problem dan Ikhtiar. Jakarta

Handayaningrat, 2005. Pengantar Studi ilmu Administrasi dan Manajemen,

Gunung Agung, Jakarta

Huberman, Saldana. 2014.Qualitative Data Analysis, A. Methods Sourcebook

Edition 3

Rivai, Veitzal., 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan:

Dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada

Martono, L., & Joewana, S. (2008). Peran Orang Tua dalam Mencegah dan

Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Balai Pustaka

Muluk, Khairul. 2005. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. Malang :

Bayumedia Publishing

Soekanto, Sarjono. 2004. Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga,

Remaja dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

..............., 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sumiati, dkk. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja & Konseling. Jakarta: Trans Info

Media

Thoha, Miftah. 2006. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

..............., 2014. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta :

Prenadamedia Group.

2. Undang-Undang :

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesoa Nomor 21 Tahun 2013

tentang Fasilitas Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional,

Badan Narkotika Provinsi, dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota