PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

21
58 PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN HARI DI WILAYAH HUKUM POLRES MUARO JAMBI Oleh : Islah, S.H., M.H. dan Sugiarto, S.H. Abstract Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Proses penyidikan merupakan serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Pembuktian dengan menggunakan sidik jari dilakukan karena sidik jari tidak akan mengalami perubahan selama hidup manusia dan sidik jari pada setiap manusia tidak sama kecuali dalam keadaan yang tidak wajar misalnya jarinya terbakar sedemikian rupa sehingga membuat hilangnya garis-garis papilar atau terjadi kecelakaan yang mengakibatkan tangannya terpotong. Kata Kunci : Sidik Jari, Tindak Pidana Pencurian A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan suatu norma yang mengatur segala tingkah laku masyarakat. Untuk itu hukum di Indonesia ini juga bertujuan untuk mengatur Warga Negara Indonesia dalam bertingkah laku agar tidak merugikan atau mengganggu kepentingan umum.Menurut Utrecht didalam bukunya C.S.T Kansil, “hukum itu adalah himpunan peraturan-peratuan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata-tertib suatu masyarakat dank arena itu harus ditaati oleh masyarakat itu”. 1 Dengan ini menunjukkan bahwa Negara Indonesia berusaha menjadikan hukum sebagai pengatur kehidupan Warga Negaranyaagar mencapai suatu kehidupan yang sejahtera. Namun penegakan hukum itu sendiri tidak mutlak berjalan seperti apa yang diharapkan. Penegakan hukum, sebelumnya perlu dipahami makna penegakan hukum itu sendiri. Menurut Satjipto Rahardjo di dalam bukunya Muchamad Iksan : Penegakan hukum mengatur suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi kenyataan. Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang dimaksud keinginan-keinginan hukum Islah, S.H., M.H. adalah Dosen Tetap PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi. Sugiarto SH. adalah Alumni PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi. 1 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka Jakarta, 1989, hal. 38.

Transcript of PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

Page 1: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

58

PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN HARI DI WILAYAH HUKUM

POLRES MUARO JAMBI

Oleh :

Islah, S.H., M.H. dan Sugiarto, S.H.

Abstract Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Proses

penyidikan merupakan serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Pembuktian dengan menggunakan sidik jari dilakukan karena sidik jari tidak akan mengalami perubahan selama hidup manusia dan sidik jari pada setiap manusia tidak sama kecuali dalam keadaan yang tidak wajar misalnya jarinya terbakar sedemikian rupa sehingga membuat hilangnya garis-garis papilar atau terjadi kecelakaan yang mengakibatkan tangannya terpotong.

Kata Kunci : Sidik Jari, Tindak Pidana Pencurian A. Latar Belakang Masalah

Hukum merupakan suatu norma yang mengatur segala tingkah laku masyarakat. Untuk itu hukum di Indonesia ini juga bertujuan untuk mengatur Warga Negara Indonesia dalam bertingkah laku agar tidak merugikan atau mengganggu kepentingan umum.Menurut Utrecht didalam bukunya C.S.T Kansil, “hukum itu adalah himpunan peraturan-peratuan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata-tertib suatu masyarakat dank arena itu harus ditaati oleh masyarakat itu”.1Dengan ini menunjukkan bahwa Negara Indonesia berusaha menjadikan hukum sebagai pengatur kehidupan Warga Negaranyaagar mencapai suatu kehidupan yang sejahtera. Namun penegakan hukum itu sendiri tidak mutlak berjalan seperti apa yang diharapkan.

Penegakan hukum, sebelumnya perlu dipahami makna penegakan hukum itu sendiri. Menurut Satjipto Rahardjo di dalam bukunya Muchamad Iksan :

Penegakan hukum mengatur suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi kenyataan. Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Yang dimaksud keinginan-keinginan hukum

Islah, S.H., M.H. adalah Dosen Tetap PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Batanghari

Jambi. Sugiarto SH. adalah Alumni PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Batanghari Jambi.

1C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka Jakarta, 1989, hal. 38.

Page 2: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

59

yaitu pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum itu.2 Penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yakni pertama : faktor hukum nya sendiri, kedua : faktor penegak hukum, ketiga : faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, keempat: faktor masyarakat atau faktor lingkungan hukum tersebut berlaku atau diterapkan dan yang ke lima adalah faktor kebudayaan.3

Penegakan hukum salah satunya dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya menyebabkan pula tumbuhnya berbagai tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia yang makin meningkat dan lebih berorientasi kepada masyarakat yang dilayaninya.

Secara universal tugas Polisi pada hakikatnya ada dua, yaitu menegakkan hukum dan memelihara keamanan serta ketertiban hukum. Tugas pertama mengandung pengertian Revresif atau tugas terbatas yang kewenangannya dibatasi oleh kitab undang-undang hukum acara pidana (KUHAP), tugas kedua mengandung pengertian Prepentif atau tugas mengayomi adalah tugas yang luas, tampa batas, boleh melakukan apa saja asal keamanan terpelihara dan tidak melanggar hukum itu sendiri.4

Ada dua unsur yang mempengaruhi tugas Polisi, yaitu unsur bahaya dan unsur kewenangan, termasuk kewenangan untu melakukan tindak kekerasan atau diskresi.Unsur bahaya membuat polisi selalu curiga, sedang unsur kewenangan sewaktu-waktu bisa berubah menjadi kesewenang-wenangan atau penyalahgunaan wewenang.Dalam psikologi, konflik peran ini bisa menimbulkan perilaku agresif.

Kedudukan Polisi di tengah-tengah masyarakat selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan.Pembangunan nasional tentu saja akan menimbulkan perubahan di segala bidang kehidupan, dalam hal ini Kepolisian Negara Republik Indonesia harus bersikap “sadar perubahan” dan “sadar masa depan” dalam menjalankan tugas dan wewenangnya ditengah-tengah masyarakat yang multicultural dan pemerataan informasi terhadap perubahan-perubahan hukum yang sedang berlaku kepada semua jajarannya tanpa terkecuali sehingga terwujudnya Kepolisian Negara Republik Indonesia yang professional.

Dengan adanya Undang-Undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang Kepolisian, Merupakan garda terdepan dalam penegakan hukum demi menciptakan kondisi yang dinamis dan kondusif dibidang keamanan, ketertiban dan ketentraman masyarakat, maka tiap anggota Kepolisian harus mebekali diri baik keterampilan ataupun pengetahuan sesuai dengan tugas yang diembannya, dalam hal ini penyidik mempunyai peran yang sangat penting dalam mengidentifikasi

2Muchamad Ikhsan, Hukum Perlindungan Saksi, Surakarta, 2008, hal. 33 3Soerjono Soekanto. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja wali, Jakarta, 1983.hal. 45 4Gunarto.Perilaku Organisasi Polri, Cipta Manungggal, Surakarta, 1997. hal. 111.

Page 3: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

60

seseorang, baik seseorang itu sebagai penjahat ataupun korban untuk menemuka identitas diri seseorang tersebut.

Dari sudut istilah, penyidikan sama dengan opsporing atau investigation. Menurut de Pinto, menyidik (opsporing) berarti “pemeriksaan permulaan oleh pejabat-pejabat yang untuk itu ditunjuk oleh undang-undang segera setelah mereka dengan jalan apapun mendengar kabar yang sekedar beralasan, bahwa ada terjadi sesuatu pelanggaran hukum”.5

Sebagaimana disebutkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Proses penyidikan ini Merupakan serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Dari pengertian penyidikan tersebut maka dapat dirumuskan bahwa tugas dari penyidik yakni mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti-bukti tersebut membuat terang suatu tindak pidana serta guna menemukan tersangkanya.Dengan demikian maka fungsi dari penyidikan tidak hanya untuk menemukan tersangkanya saja namun dapat juga digunakan untuk menemukan rangkaian tindak pidana yang terjadi. Pada proses penyidikan akan dilakukan melalui beberapa proses yang salah satunya yakni dengan mengambil sidik jari. Sidik jari yang dalam bahasa Inggris disebut fingerprint atau dactyloscopy ini diambil dalam proses penyidikan untuk pemeriksaan lebih lanjut mengenai bukti-bukti yang mungkin tertinggal di TKP (Tempat Kejadian Perkara).

Pembuktian dengan menggunakan sidik jari dilakukan karena sidik jari tidak akan mengalami perubahan selama hidup manusia dan sidik jari pada setiap manusia tidak sama kecuali dalam keadaan yang tidak wajar misalnya jarinya terbakar sedemikian rupa sehingga membuat hilangnya garis-garis papilar atau terjadi kecelakaan yang mengakibatkan tangannya terpotong.

Menurut H. Hamrat Hamid, mengenai sidik jari ialah : Jika di dunia ini hidup 6 (enam) miliar orang, maka ada 6 (enam) miliar pola sidik jari yang ada dan bekum ditemukan seseorang yang memiliki sidik jari yang sama dengan yang lainnya. Karena sifatnya yang permanen maka sidik jari seseorang ipergunakan sebagai sarana yang mantap dan menyakinkan untuk menentukan jati diri seseorang. Karena keunikannya tersebut sidik jari dipakai oleh kepolisian dalam penyidikan sebuah kasus kejahatan (forensic), oleh karena itu pada saat terjadi sebuah kejahata, Tempat kejadian perkara akan diamankan dan dilarang bagi siapa saja untuk masuk karena dikhawatirkan akan merusak sidik jari penjahat yang mungkin tertinggal di barang bukti yang ada di Tempat kejadian Perkara.6

5Andi Hamzah. Hukum Acara Pidana Indonesia. Sinar Grafik Offset, Jakarta, 2008. 6H. Hamrat Hamid,.Pembahasan Permasalahan KUHAP bidang Penyidikan, Sinar Grafika, Jakarta, 1992.hal.

30

Page 4: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

61

Selain dipergunakan untuk sarana identifkasi sidik jari juga dapat dipergunakan untuk sarana penyidikan. Sidik jari yang ditemukan di tempat kejadian akan dicocokkan dengan sidik jari milik tersangka jika tersangka dalam hal ini sudah diketemukan atau sidik jari tersebut dapat pula digunakan untuk menemukan tersangka pada saat kasus yang belum ditemukan tersangkanya atau memastikan tersangka yang sebelumnya sudah ditemukan. Fungsi sidik jari saat ini telah berkembang dan dijadikan oleh pemerinta untuk pendataan Warga Negara Indonesia dengan penerbitan Kartu Tanda Penduduk Elektrik dan bagi perkantoran baik Negara maupun swasta sidik jari digunakan untuk pendataan absen.

Pengambilan sidik jari ditempat kejadian perkara sering di lakukan dalam perkara. Dalam proses pengambilan sidik jari dapat dilakukan dengan mudah apabila sidik jari latent terdapat pada permukaan yang langsung dapat dilihat dengan mata, dan sidik jari dapat dirumuskan, dapat dibaca, tidak berubah selama sidik jarinya tidak rusak.Sidik jari Merupakan reproduksi dari tapak-tapak jari baik yang disengaja maupun tidak disengaja, sidik jari Merupakan salah satu sarana yang terpenting dalam identifikasi atau pengenalan kembali.

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Kepolisian Polres Muaro Jambi beserta satuan-satuan kerja di jajaran Polres Muaro Jambi, bahwa pembuktian dengan menggunakan sidik jari dalam mengungkapkan tindak pidana yang terjadi khususnya tindak pidana pencurian dimana pengungkapan kasus tersebut Merupakan hasil dari identifikasi yang dilakukan di tempat kejadian perkara dengan menggunakan bukti awal sidik jari, dari 225 (Dua ratus dua puluh lima) kasus pencurian selama 3 (tiga) tahun terakhir yakni terhitung sejak tahun 2012 sampai dengan 2014, perkara yang berhasil diungkapkan dengan menggunakan bukti awal sidik jari yang ditemukan ditempat kejadian perkara sebanyak 115 (Seratus lima belas) kasus.7Dari data tersebut diatas bahwa pada tahun 2012 terdapat 30 kasus dan yang terungkap terdapat 27 kasus dan yang tidak terungkap 3 kasus, pada tahun 2013 terdapat 38 kasus pencurian yang mana terungkap dengan sidik jari terdapat 34 kasus dan yang tidak terungkap sebanyak 4 kasus dan pada tahun 2014 terdapat 47 kasus dan yang terungkap dengan sidik jari sebanyak 44 kasus dan yang tidak terungkap 3 kasus. Dengan demikian artinya bahwa kurang lebih 51,11 % perkara tindak pidana yang terjadi di wilayah hukum Polres Muaro Jambi dapat diungkap dengan menggunakan bukti awal sidik jari yang ditemukan ditempat kejadian perkara selanjutnya dilakukan proses penyidikan untuk mengungkapkan perkara yang terjadi.

Banyak presentasi keberhasilan pengungkapan perkara tindak pidana oleh Kepolisian khususnya di Polres Muaro Jambi dengan menggunakan bukti awal sidik jari akan menimbulkan menaiknya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja dan kemampuan Kepolisian Polres Muaro Jambi dalam hal Kepolisian Polres Muaro Jambi mendatangi dan melakukan olah tempat kejadian perkara atau identifikasi di tempat

7Polres Muaro Jambi, Laporan tahunanan PolresMuaro Jambi, tahun, 2012. hal 3

Page 5: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

62

kejadian perkara dengan mengambil sidik jari perlaku yang tertinggal di tempat kejadian perkara tindak pidana.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yangn telah penulis paparkan

maka penulis telah merumuskan pokok permasalahan penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimanakah peran sidik jari dalam pengungkapan tindak pidana

dengan pemberatan hari di wilayah hukum Polres Muaro Jambi ? 2. Apakah Kendala yang dihadapi dalam pengungkapan tindak pidana

dengan menggunakan sidik jari di wilayah Polres Muaro Jambi ? 3. Apakah upaya apa yang di lakukan oleh Polres Muaro Jambi dalam

mengatasi kendala yang di hadapi ? C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini guna untuk memberikan apa yang menjadi tujuan penelitian ini : 1. Untuk mengetahui bagaimanakah peran sidik jari dalam pengungkapan

tindak pidana dengan pemberatan di wilayah hukum Polres Muaro Jambi.

2. Untuk mengetahui apakah kendala yang dihadapi dalam pengungkapan tindak pidana dengan menggunakan sidik jari di wilayah Polres Muaro Jambi.

3. Untuk mengetahui apakah upaya apa yang di lakukan oleh Polres Muaro Jambi dalam mengatasi kendala yang di hadapi.

D. Metode Penelitian

Metodologi yang di gunakan dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metodologi : Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini bersifat deskriptif analitis artinya hasil penelitian ini berusaha memberikan gambaran secara menyeluruh, mendalam tentang suatu keadaan atau gejala yang diteliti sekaligus melakukan analisis.8Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris, yakni cara atau prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan meneliti data primer yang diperoleh langsung dari lapangan9.

E. Pembahasan

a. Peran Sidik Jari Dalam Pengungkapan Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Di Wilayah Hukum Polres Muaro Jambi

Kepolisian Polres Muaro Jambi dalam upaya mengungkap tindak pidana pencurian yang terjadi dimasyarakat Kabupaten Muaro Jambi terlebih dahulu dilakukan adalah melakukan penyidikan dan penyidikan

8Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,Jakarta,19

88,hal.52. 9Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

Rajawali Press,Jakarta,1988,hal.1.

Page 6: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

63

berdasarkan laporan atau pengaduan. Laporan menurut Pasal 1 butir KUHAP adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana. Sedangkan pengaduan menurut pasal 1 butir 25 menurut KUHAP adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentngan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikannya.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas, dapat dibedakan antara laporan dan pengaduan sebagai berikut : 1. Laporan dapat diajukan setiap hari dan kapan saja, sedangkan

pengaduan hanya dalam waktu tertentu saja (maksimal 6 bulan). 2. Laporan dapat diajukan oleh setiap orang, sedangkan pengaduan

hanya oleh orang yang berkepentingan yang disebut dalam undang-undang dan dalam tindak pidana aduan.

3. Pengaduan berisi bukan saja pemberitahuan, tetapi juga disertai permintaan supaya seseorang yang melakukan tindak pidana dituntut menurut hukum yang berlaku.

4. Pengaduan dapat dicabut kembali, sedangkan laporan tidaak dapat dicabut.

Di samping adanya laporan dan pengaduan dapat pula terjadi tersangka tertangkap tangan.Dalam hal tersangka tertangkap tangan, maka tidak diperlukannya adanya laporan atau aduan terlebih dahulu.Sebagaimana diatur dalam pasal 15 ayat (1) butir (a) Unadang-undang Kepolisian Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2002, yaitu dalam melaksanakan tugasnya penyidik mempunyai wewenang laporan menerima dan atau pengaduan.

Laporan yang diterima Polres Muaro Jambi salah satunya mengenai tindak pidana pencurian.Peyidik setelah menerima laporan mengenai terjadinya tindak pidana pencurian selanjutnya penyidik menindak lanjuti laporan dengan mencari bukti-bukti awal. Tindak pidana pencurian termasuk salah satu delik formil yang menekankan pada perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan yang disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut atau pelaku yang melakukan perbuatan pidana sehingga pelakunya harus dimintakan pertanggungjawaban atas perbuatan pidana yang dilakukannya, untuk menentukan siapa pelaku tindak pidana pencurian diperlukan pembuktian sebagaimana diataur dalam Pasal 183 dan Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), sehingga pencarian bukti-bukti awal sangat penting dan berguna untuk menemukan pelakunya.

Jika terdapat bukti yang cukup kuat, maka akan memudahkan aparat kepolisisan untuk menentukan siapa saja yang dapat dijadikan tersangka dalam tindak pidana. Dalam mengungkap kasus tindak pidana pencurian tidak jarang apar kepolisian kesulitan mencari bukti-bukti

Page 7: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

64

awal, oleh karena itu diperlukan kejelian kepolisian untuk mencari bukti-bukti awal dengan cara mengumpulkan data-data dari bekas peristiwa pencurian dengan jalan mendatangi tempat kejadian perkara dan mengambil sidik jari.

Sebelum sampai pada pembahasan mengenai fungsi sidik jari dalam proses penyidikan untuk mengungkap tindak pidana pencurian dengan pemberatan diwilayah hukum Polres Muaro Jambi, kiranya perlu terlebih dahulu diketengahkan data mengenai jumlah tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang terjadi di wilayah hukum Polres Muaro Jambi.

Data jumlah tindak pidana pencurian diwilayah hukum Polres Muaro Jambi adalah sebagai berikut :

Tabel Tindak pidana pencurian yang terjadi di wilayah Polres Muaro Jambi

Pada tahun 2012 sampai 2014 Pada

K Kasus tindak pidana pencurian di Polres Muaro Jambi dan jajaran

tahun 2012 tindak pidana pencurian dengan pemberatan sebanyak 30 kasus yang terungkap 27 kasus dan yang tidak terungkap 3 kasus tahun 2013 tindak pidana pencurian dengan pemberatan sebanyak 38 kasus yang terungkap 34 kasus dan yang tidak terungkap 4 kasus pada tahun 2014 tindak pidana dengan pemberatan sebanyak 47 kasus yang terungkap 44 kasus dan yang tidak terungkap 4 kasus dilihat dari data di atas maka setiap tahunnya terdapat peningkatan tindak pidana pencurian dengan pemberatan.

Dengan intensitas dan jumlah tindak pidana pencurian yang cukup tinggi serta akibat berupa jatuh korban yang ditimbulkan oleh tindak pidana pencurian baik secara fisik maupun ekonomi tersebut, maka kiranya dapat dilakukan bahwa tindak pidana pencurian merupakan ancaman yang serius terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah hukum Polres Muaro Jambi.

Polres Muaro Jambi melakukan berbagai upaya guna pengungkapan perkara tindak pencurian, adapun salah satu cara yang digunakan oleh pihak Kepolisian Risort kota Jambu dalam mengungkap tindak pidana pencurian yaitu dengan petunjuk awal adanya sidik jari untuk menemukan tersangkanya apabila ditempat kejadian perkara penyidik dapat mengambil sidik jari.

Sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, disebutkan dalam pasal

No

Tahun Jumlah Kasus

Jumlah kasus yang terungkap

Jumlah kasus yang tidak terungkap

1 2012 30 kasus 27 kasus 3 kasus

2 2013 38 kasus 34 kasus 4 kasus

3 2014 47 kasus 44 kasus 3 kasus

Page 8: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

65

14 ayat (1 ) butir (g) “melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya, dan didalam pasal 15 ayat (1) butitr (h)” mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang”. Berdasarkan keterangan diatas dapat dilihat bahwa penyidik berwenang mengambil sidik jari untuk kepentingan penyidikan dalam mengungkap tindak pidana pencurian.

Adapun langkah-langkah penyidik dalam upaya melakukan proses penyidikan tindak pidana pencurian salah satunya yaitu dengan menggunakan bukti awal sidik jari, apabila pelaku dalam melakukan perbuatan tindak pidana pencurian meninggalkan jejak berupa sidik jari hal tersebut dilakukan penyidik memulai dengan mendatangi tempat kejadian perkara, memeriksa bagaimana cara pelaku masuk dan keluar dari tempat kejadian perkara, memeriksa apa yang dilakukan oleh tersangka, melakukan pemotretan dan pembuatan sketsa, mencari alat-alat bukti yang tertinggal terutama alat bukti fisik seperti bekas-bekas sidik jari yang dimungkinkan pada alat tersebut. Setelah penyidik menemukan sidik jari ditempat kejadian perkara selanjutnya penyidik mencocokkan atau membandingkan sidik jari yang ditemukan dengan sidik jari saksi atau tersangka dan atau data yang dimiliki dibagian identifikasi.10

Selanjutnya penyidik melakukan proses penyidikan dengan melakukan pemeriksaan sansi atau korban serta menangkap tersangka, melengkapi berkas perkara sampai dengan penyerahan berkas perkara serta limpah tersangka dan barang bukti apabila ada barang bukti kepada penuntut umum atau Kejaksaan.

Adapun langkah-langkah penangkapan tindak pidana pencurian dengan menggunakan sidik jari yang ditemukan ditempat kejadian perkara adalah sebagai berikut : 1. Mencari sidik jari tempat kejadian perkara

Ditempat kejadian perkara sering tertinggal bekas-bekas pelaku tindak pidana, yang satu diantaranya adalah sidik jari.Suatu ungkapan yang telah terbukti bahwa penjahat dalam melakukan operasinya sering membuat suatu kesalahan.Sidik jari yang tertinggal ditempat kejadian perkara yang terjenal dengan istilah “latent finger print” dapat digunakan sebagai petunjuk untuk pengenalan kembali pelaku tindak pidana disamping bukti-bukti lainnya.

Seperti diketahui identifikasi melalui sidik jari mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh system-sistem yang ada diinstansi-instansi yang lainnya, diantaranya ada dua sifat yang Merupakan dalil atau prinsip dari sidik jari sejak dahulu sampai sekarang, dalil tersebut belum pernah mendapat bantahan dari manapun, sebab kenyataannya didalam praktek Kepolisian menunjukkan bahwa, belum pernah terdengan atau terjadi kekeliruan atau kesalahan didalam usaha pengenalan kembali seseorang melalui sidik jari.

10Mabespolri, Himpunan Bujuklak dan Bujukmin Proses Penyidikan Tindak Pidana, Jakarta, 2001, hal.94-95

Page 9: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

66

Sidik jari yang diambil ditempat kejadian perkara dapat diambil, kemudian dikembangkan dan selanjutnya dirumuskan, dengan menggunakan sidik jari bandingan yang tersimpan dalam arsip kepolisian untuk mengetahui siapa yang mempunyai bekas sidik jari tersebut. Dengan kata lain sidik jari dapat Merupakan kunci sukses dalam usaha pengenalan dan penentu untuk menuju suatu pembuktian yang meyakinkan, sidik jari Merupakan hal yang sangat menentukan dalam memastikan pelaku tindak pidana.

Dengan demikian dalam melaksanakan tugas penyidikan harus benar-benar dilaksanakan atau dimanfaatkan kareena dengan kemampuannya yang ada pada sidik jari teersebut dapat mengungkap tindak pidana yang terjadi, sehingga dapat dihindarkan petugas penyidik melakukan hal-hal yang bertentangan dengan fungsinya selakuk aparta penegak hukum maupun abdi masyarakat.

Sedangkan arti dari rumusan sidik jari menurut Kasat Reskrim Polres Muaro Jambi AKP Fajar Gumilang menyatakan bahwa : “teraan dari sidik jari yang dibubuhkan pada kolom yang tersedia setelah dilakukan penenlitian atas bentuk pokok penentuan jumlah dalam menghitung atau mengikuti jalannya garis-garis sidik jari “.11

Kasat Reskrim Polres Muaro Jambi AKP Fajar Gumilang menambahkan bahwa langkah-langkah yang dilakukan unit Identifikasi dalam mengambil sidik jari untuk mengungkap perkara tindak pidana pencurian diwilayah hukum Polresta Jambi adalah sebagai berikut : 1. Petugas identifikasi bersama-sama dengan petugas yang lain turut

serta mendatangi tempat kejadian perkara. Sesampainya ditempat kejadian perkara kemudian mencari bukti-bukti yang ditinggalkan, memotret tempat kejadian perkara secara umum dari berbagai sudut dan selanjutnya melakukan proses olah tempat kejadian perkara untuk mengetahui bagaimana pelaku melakukan tindak pidana, dengan apa pelaku melakukan tindak pidana itu dan kemudian mencari tahu siapa pelaku tindak pidana tersebut.

2. Mencari benda-benda yang berada ditempat kejadian perkara yang kemungkinan dipegang oleh pelaku misalnya : a. Tempat atau jalan pelaku masuk atau keluar seperti handel atau

gagang pintu, kaca dan jendela. b. Benda atau objek yang dirusak c. Benda-benda yang dipegang atau dipindahkan pelaku d. Alat-alat yang digunakan untuk membongkar, baik yang

tertinggal di tempat kejadian perkara atau ditemukan kemudian. e. Harta milik yang ditemukan kembali.12

Setelah ditemukan sidik jari kemudian sidik jari tersebut diambil dengan cara-cara sesuai keadaan sidik jari yang ditemukan. Apabila

11 Kasat Reskrim Polres Muaro Jambi AKP Fajar Gumilang, wawancara pada tanggal 11 Maret 2015 12Kasat Reskrim Polres Muaro Jambi AKP Fajar Gumilang, wawancara pada tanggal 11 Maret 2015

Page 10: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

67

sidik jari yang ditemukan adalah sidik jari yang sudah nampak dengan terang/nyata disebabkan karena perpindahan beberapa zat warna kepada benda yang lain dengan perantaraan jari-jari. Sidik jari yang demikian ini dapat lekas kita ketahui pada semua benda yang bersifat padat.Karena sidik jari ini berwarna maka selain mudah dapat diketahui, memotretnya juga mudah.Sedangkan sidik jari yang tidak nampak dengan nyata (latent) sukar sekali untuk diketahui dan dikenal apabila ditempat-tempat yang tidak terang.Untuk sidik jari ini dibutuhkan perhatian yang seksama.

Banyak petugas daktiloskopi/identifikasi tidak menyadari hubungan sidik jari latent dengan sidik jari orang-orang yang baru ditangkap/ditahan Polisi, sering kali sejumlah sidik jari latent yang ditemukan di Tempat kejadian Perkara tidak/belum dapat segera diidentifikasi karena tidak/belum adanya bahan pembanding baik melalui pencarian file 10 (sepuluh) jari, file 5 (lima) jari, maupun sidik jari untuk penyisihan (elimination prints).

Menurut Kepala Unit identifikasi Polres Muaro Jambi Bapak Brigadir Suyandi, Unit Identifikasi Polres Muaro Jambi belum mempunyai sidik jari seluruh penduduk di wilayah Polres Muaro Jambi. Jadi apabila terjadi sesuatu tindak pidana kita dapat menangkap pelakunya yaitu dari informasi-informasi/keterangan saksi.Jadi tidak hanya mengandalkan pada sidik jari yang ditemukan ditempat kejadian perkara.Apabila pelaku tertangkap, baru kemudian dibandingkan sidik jarinya dengan sidik jari yang ditemukan ditempat kejadian perkara sehingga menambah keyakinan penyidik dalam menahan seseorang yang diduga sebagai pelaku.Dan pada umumnya tempat terjadinya tindak pidana sudah rusak sebelum petugas datang, hal ini karena kurang tahunya atau kurang mengertinya masyarakat terhadap pentingnya keaslian tempat kejadian perkara.13

Anggota identifikasi Bripda Rafael Saragih Polres Muaro Jambi menambahkan keterangannya bahwa Polri khususnya ditingkat Mabes dan Polda serta Polres saat ini telah menerapkan sistem terpadu pengelolaan pusat data (data base) masyarakat, yang salah satunya berbasis sidik jari yang dikelola lembaga Indonesia Automatic Fingerprints Identifications system (INAFIS) yang sebelumnya bernama Pusat Identifikasi Polri yang rencananya kedepannya akan dikembangkan guna mendukung Progaram KTP Nasional bekerjasama dengan Departemen dalam negri atau pihak terkait yang telah memilki data sidik jari dalam elektronik Kartu Tanda Penduduk (eKTP), sehingga apabila Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki data tersebut akan lebih mudah dalam mengidentifikasi seseorang.

Dari penjelasan tersebut diatas penulis menganalisis bahwa sidik jari yang ditemukan ditempat kejadian perkara sangat penting sekali dalam upaya mengungkap pelaku kejahatan, untuk itu diperlukan

13Bripda Rafael Saragih, Anggota Unit Identifikasi Polresta Jambi, wawancara tanggal 11 Maret 2015.

Page 11: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

68

pengumpulan data tersebut secara menyeluruh seluruh warga negara Indonesia maupun orang asing yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia, tetapi penulis juga memahami bahwa pengumpulan data tersebut tidak mudah tetapi perlu terus berupaya memiliki data sidik jari seluruh warga dengan cara bekerjaama dengan stakeholder-stakholder yang ada. 3. Secara umum, pola sidik jari dibedakan menjadi beberapa tipe

menurut Henry didalam buku petunjuk pelaksanaan fungsi identifikasi yang disampaikan oleh Kepala Unit identifikasi Polres Muaro Jambi Bapak Brigadir Suryandi, dijelaskan bahwa Pola sidik jari dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu : a. Loop Pattern (sangkutan) adalah bentuk pokok sidik jari dimana

satu garis atau lebih datang dari salah satu sisi lukisan, melngkung menyentuh suatu garis bayangan (Imaginary line) yang ditarik antara delta dan core dan berhenti atau cenderung kembali ke sisi datangnya semula 60 sampai 65% dari seluruh jari manusia terdiri dari bentuk loop.

b. Whorl Patten (lingkaran) adalah bentuk pokok sidik jari yang mempunyai paling sekitarnya 2 buah delta, dengan satu atau lebih garis melengkung atau melingkar dihadapan ke dua delta 30 sampai 35% dari seluruh sidik jari terdiri dari bentuk Whorl.

c. Arch (busur) adalah bentuk pokok sidik jari yang semua garisan datang dari satu sisi lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan itu dengan bergelombang naik ketengah-tengah kecuali tanted Arch (tiang busur) 50 % dari seluruh sidik jari terdiri dari bentuk Arch.14

Menurut Kasat Reskrim Polres Muaro Jambi, menjelaskan bahwa langkah-langkah berikut ini dapat digunakan untuk melaksanakan pemeriksaan lanjutan :

a) Tentukan salah satu pada sidik jari “galton detail” pada sidik jari yang diketahui dan tentukanlah juga sebagai titik awal bila telah ditemukan.

b) Kembali menentukan “galton detail” kedua pada sidik jari latent yang dekat dengan titik awal. Periksa dan tentukanlah “galton detail” yang kedua ini pada sidik jari yang diketahui. Perhatikan posisi serta hubungan antara “galton detail” tersebut pada sidik jari talent dan sidik jari yang diketahui.

c) Prosedur seperti diatas diteruskan sampai ditemukan titik pemeriksaan bahwa sidik jari itu (sidik jari latent dan sidik jari yang diketahui) berasal dari jari yang sama.

d) Telitilah titik-titik tersebut (“galton detail” yang telah ditentukan tersebut) pada kedua sidik jari tersebut, apakah kemungkinan ditemukan ketidak samaan (perbedaan). Ini sebaiknya dilakukan dengan membandingkan garis demi garis. Jika terdapat

14Bapak Brigadir Suryandi Kepala Unit Identifikasi Polresta Jambi, wawancara tanggal 11 Maret 2015

Page 12: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

69

perbedaan usahakan dapat menyimpulkan bahwa kedua sidik jari itu berasal dari sidik jari yang sama.15

Pemeriksaan harus selalu dilakukan/dimulai dari sidik jari latent ke sidik jari yang diketahui dan diteliti dengan seksama kesamaan-kesamaan dan ketidak samaan yang ada sebelum mengambil suatu kesimpulan yang definitive. Untuk menentukan bahwa sidik jari berasal dari jari yang ama menurut Aiptu Tarmizi berpendapat bahwa :“sidik jari yang penting adalah keunikan dari bagian-bagian garis papilair (“galton detail”) dari pada jumlah titik persamaan itu sendiri, bagaimanapun kedua-duanya sama penting untuk menentukan kesamaan dua sidik jari. Umumnya kedua sidik jari dinyatakan identic (berasal dari jari yang sama) bila :

a) Terdapat minimal enam titik persamaan yang memiliki ciri-ciri yang unik.

b) Terdapat minimal dua belas titik persamaan tanpa keunikan. Selanjutnya hal-hal yang dapat digunakan untuk menjelaskan

perbedaan-perbedaan yang mungkin terdapat antara sidik jari yang diketahui dan sidik jari latent adalah sebagai berikut :

a) Pada sidik jari tangan yang diketahui 1. Jari-jari tangan yang kotor sering menyebabkan melekatnya

tinta tidak sama pada setiap garis-garis papilair. 2. Bahan-bahan asing (debu dan lain-lain) dalam tinta pada plat

kaca mungkin menyebabkan tinta tidak melekat pada bagian-bagian tertentu dari garis papilair.

3. Sayatan atau goresan yang bersifat semnetara pada sidik jari tidak terdapat pada sidik jari latent atau sebaliknya.

b) Pada sidik jari latent 1. Bahan-bahan asing pada papiliar mungkin menyebabkan

keringat dari bagian garis papiliar tersebut tidak berhubungan/menyentuh permukaan; dan bila pemberian serbuk dilakukan serbuk tidak melekat pada bagian tersebut.

2. Substansi yang melekat pada permukaan tempat sidik jari latent itu tertinggal mungkin menyebabkan serbuk tidak dapat menempel pada permukaan itu.

3. Keringat mungkin keluar terlalu banyak sehingga memenuhi celah anatar garis papiliar tersebut nampaknya berhubungan setelah diberi serbuk, pada hal sebenarnya tidak demikian. Untuk megetahui apakah perbedaan-perbedaan tersebut adalah suatu perbedaan yang sesungguhnya atau suatu perbedaan yang dapat dijelaskan hanya diperoleh melalui latihan dan pengalaman.16

Dari uraian tersebut dapat penulis analisis dan pahami bahwa sidik jari yang telah diambil dari tempat kejadian pencurian

15Kasat Reskrim Polres Muaro Jambi AKP Fajar Gumilang, wawancara pada tanggal 11 Maret 2015 16Bripda Rafaer Saragih, Anggota Unit Identifikasi Polresta Jambi, wawancara penulis tanggal 11 Maret

2015

Page 13: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

70

selanjutnya di lihat rmusnya dan kemudian di cocokkan dengan data yang ada di Polres Muaro Jambi, apabila sidik jari yang ditemukan identic dengan data yang ada di Polres maka bisa ditarik kesimpulan awal bahwa pelaku kejahatan tersebut telah diketahui identitasnya sehingga sidik jari yang dapat tersebut bisa dijadikan petunjuk dalam pengungkapan pelaku tindak pidana pencurian yang terjadi guna proses penyidikan dengan di tambah dengan alat bukti lain.

b. Kendala yang dihadapi dalam pengungkapan tindak pidana dengan menggunakan sidik jari di wilayah Polres Muaro Jambi

Kendala penggunaan sidik jari dalam proses penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan Kepolisian Merupakan bagian yang penting dan strategi dari upaya penegakan hukum secara menyeluruh. Polres Muaro Jambi dalam upaya mengungkap kasus tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh seseorang yang tidak ada bukti yang jelas, misalnya sipelaku tersebut dalam melakukan tindak pidana tidak tertangkap tangan atau tidak ada saksi atau bukti lain, sehingga Polisi atau penyidik kesulitan dalam mebuktikaan kebenaran persangkaanya terhadap seseorang bahwa orang tersebut melakukan tindak pidana, maka sidik jari tersangka yang menempel pada benda yang terdapat di tempat kejadian perkara atau benda milik korban yang diduga oleh penyidik bahwa benda-benda itu telah penuh dipegang oleh tersangka, Merupakan bukti yang penting untuk mengungkap kejahatan tersebut.

Pengungkapan kejahatan menggunakan sidik jari tidak mudah dilaksanakan, ada beberapa hal yang dirasakan sebagai hambatan terutama bagi penyidik dalam penggunaan sidik jari dalam proses penyidikan untuk mengungkap tindak pidana pencurian yang dilakukan yaitu mengambil sidik jari ditempat kejadian perkara (TKP) yaitu :17

Kurangnya petugas yang menangani dibagian unit identifikasi, disamping itu petugasnya hanya sebagian kecil yang bisa menjalankan tugasnya karena sebagian petugasnya baru bertugasnya baru bertugas di unit identifikasi sehingga masih belum banyak pengalaman, akibatnya profesionalisme petugas kepolisian yang menangani unit identifikasi tidak dapat mengimbangi peningkatan modus operandi pelaku kriminalitas yang semakin lama semakin meningkat kecanggihannya.

Mengacu pada analisis kebutuhan personil unit identifikasi yang dibuat oleh Biro personil Polres Muaro Jambi, dengan mempertimbangkan luas wilayah kerja dan tingginya kasus pencurian yang terjadi, semestinya anggota unit identifikasi Polres Muaro Jambi minimal memiliki 13 (tiga belas) anggota. Dengan demikian, saat ini Polres Muaro Jambi baru memiliki 23% dari kebutuhan minimal yang seharusnya di penuhi.

Kasat Reskrim Polres Muaro Jambi, menyatakan bahwa seharusnya setiap Polsek memiliki minimal 1 (satu) orang personil reserse criminal di bagian identifikasi sehingga dalam pelaksanaan tugas

17Wawancara dengan Brigadir Suyandi, Kepala Unit Identifikasi Polres Muaro Jambi, Masalah

pengambilan sidik jari di tempat kejadian perkara, Jambi, tanggal 12Maret 2015

Page 14: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

71

identifikasi apabila terjadi tindak pidana pencurian di wilayah polsek jajaran Polresta Jambi bisa ditangani oleh petugas identifikasi dari Polsek tidak lagi menunggu petugas identifikasi dari Polres Muaro Jambi sehingga pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan cepat dan diharapkan pengungkapan perkara juga lebih cepat. Kekurangan personil identifikasi tersebut juga Merupakan hambatan pelaksanaan tugas pengungkapan perkara tindak pidana pencurian, selengkapnya Kasat reskrim mengatakan sebagai berikut :

“Hingga saat ini jumlah personil identifikasi Polres Muaro Jambi masih sangat sedikit, terutama dikaitkan dengan luasnya wilayah dan tingginya perkara tindak pidana pencurian yang terjadi, sehingga pelaksanaan tugas identifikasi terutama dalam pengambilan sidik jari penanganannya kurang cepat dan kurang optimal karena terbatasnya personil dibidang identifikasi, sehingga diperlukan minimal setiap Polsek Jajaran Polres Muaro Jambi memiliki 1 (satu) personil identifikasi yang membidangi sidik jari,”18

Berdasarkan keterangan dan fakta tersebut diatas, kiranya dapat ditarik pengertian bahwa salah satu kesulitan utama yang dialami oleh satuan reserse criminal Polres Muaro Jambi jajaran dalam mengambil sidik jari di tempat kejadian perkara untuk mengungkap pelaku tindak pidana pencurian adalah terbatasnya jumlah personil.

Kemudian kendala Aturan, Sarana dan Prasarana.Mengingat jumlah sidik jari yang didapat akan sangat banyak jumlahnya yaitu dari seluruh warga dengan batas umur tertentu, dimana didalam pelaksanaan perumusan serta penyimpanan kartu sidik jari harus diketahui atau diakui oleh petugas, agar tidak sulit untuk mencari kembali dengan relative cepat dalam arti siap pakai untuk segala kebutuhan. Sedangkan manusia adalah makhluk yang tidak luput dari kesalahan, kejenuhan dan kebosanan sehingga kartu sidik jari yang ada tidak lagi dari sekedar tumpukan kertas yang tidak ada nilainya.Hal ini Merupakan hambatan dari tugas Kepolisisan (membantu tugas penyidikan dalam mengenal pelaku tindak pidana).

Dari dasar hukum yang ada sekarang ini, masih dirasakan kekurangan terhadap pelaksanaan tugas kepolisian untuk mengambil sidik jari semua penduduk Indonesia atau dengan kata lain belum adanya peraturan yang mengharuskan setiap warga Negara Indonesia termasuk orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia dengan batas umur tertentu untuk diambil sidik jarinya. Hal ini jelas Merupakan factor yang menghambat penyimpanan sidik jari yang terpusat sebagai upaya bantu dalam pengenalan pelaku tindak pidana.Kurang lengkapnya alat (peralatan) yang dimiliki Polresta Jambi, disamping itu alat yang ada belum canggih cara kerjanya, alat yang digunakan untuk mengidentifikasi jejak pelaku tindak pidana yang ada kebanyakan bersifat manual, sedangkan tingkat dan jumlah kriminalitas semakin

18Kasat Reskrim Polres Muaro Jambi AKP Fajar Gumilang, wawancara pada tanggal 11 Maret 2015

Page 15: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

72

lama cenderung semakin meningkat bahwa modus operandinya semakin lama semakin canggih.

Sebagaimana disampaikan oleh Bapak AKP Fajar Gumilang bahwa sidik jari yang telah diambil dari tempat kejadian perkara selanjutnya ditentukan rumusanya dan dibandingkan dengan data yang di Polres Muaro Jambi, dalam membandingkan rumus sidik jari diperlukan waktu yang tidak cepat karena disebabkan pola yang disimpan di Polres dilakukan secara manual tidak secara otomatis dan Polres Muaro Jambi belum memiliki data sidik jari seluruh warga Negara Indonesia khsusnya masyarakat Kab Muaro Jambi dikarenakan belum adanya aturan hukum yang mengharuskan seluruh masyarakat diambil sidik jarinya.

Kendala tersebut dapat penulis analis bahwa dalam hal pengambilan dan penyimpanan data sidik dari dengan menggunakan alat manual dapat menghambat pencarian data pelaku sehingga hal tersebut Merupakan hambatan dalam percepatan pengungkapan tindak pidana pencurian yang terjadi di Polres Muaro Jambi.

Kendala Kultur Budaya MasyarakatMenurut Kepala unit identifikasi Polres Muaro Jambi disebutkan bahwa pada saat sekarang ini pengetahuan masyarakat tentang arti sidik jari, sangat kurang sekali sehingga tidak mengetahui apa sesungguhnya kegunaan dari sidik jari itu. Hal ini terlihat dari tempat kejadian perkara yang sering kali berubah karena jika terdapat laporan tentang terjadinya suatu tindak pidana, petugas penyidik yang datang ke tempat kejadian perkara sering menjumpai tempat kejadian perkara telah berubah (tidak dalam keadaan aslinya ketika peristiwa terjadi).19

Hal ini akan menyulitkan bagi petugas, baik dalam hal mengumpulkan barang-barang bukti maupun dalam menilai atau menganalisa peristiwa yang terjadi. Keaslian tempat kejadian adalah sangat penting, sebab bekas-bekas tindak pidana yang terdapat di tempat kejadian perkara tersebut dapat ditarik suatu gambaran tentang kejadian yang sebenarnya serta memudahkan penyidikannya selanjutnya.

Jika tempat kejadian telah berubah, terutama didalam usaha pencarian bekas-bekas sidik jari pelaku tindak pidana adalah amat sulit, sebab kemungkinan dapat hilang karena sentuhan/injak dari orang-orang yang tidak berkepentingan untuk menyidik misalnya keluarga/tetangga korban yang telah datang terlebih dahulu di Tempat Kejadian Perkara.

Seandainya bekas-bekas sidik jari itu tidak sampai hilang akan mempercepat proses penyidikan, tetapi seringkali ditemui adanya bekas-bekas sidik jari yang terbentuk dan bercampur dengan bekas-bekas sidik jari pelaku tindak pidana. Hal ini agak menyulitkan petugas untuk mengidentifikasi seseorang. Dari keadaan yang demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian masyarakat masih belum mengerti betapa

19Kepala Unit Identifikasi Polres Muaro Jambi Bapak Brigadir Suryandi, wawancara pada tanggal 11

Maret 2015

Page 16: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

73

pentingnya keaslian dari tempat kejadian perkara sebagai tindak lanjut penyidikan kepolisian, dimana dengan terdapat bekas-bekas sidik jari yang dapat diketahui identitas tersangka sehingga akan dapat mengungkap tindak pidana yang terjadi.

Hal tersebut dapat menghambat dalam hal pengambilan sidik jari ditempat kejadian perkara karena kondosi sudah tidak asli lagi dengan kata lain sudah tercampur sidik jari orang yang masuk terlebih dahulu ke tempat kejadian perkara dari pada penyidik sehingga mempersulit penyidik untuk menentukan sidik jari mana yang mau diambil.

c. Upaya apa yang di lakukan oleh Polres Muaro Jambi dalam mengatasi kendala yang di hadapi.

Upaya yang dilakukan Polres Muaro Jambi dalam mengatasi kendala yang terjadi.Mengacu pada factor-faktor yang menghambat bagi penyidik dalam pengungkapan tindak pidana pencurian dengan menggunakan bukti awal sidik jari ditempat kejadian perkara maka dilakukan analisis terhadap kendala-kendala tersebut dan dicari solusi atau upaya alternative jalan keluar dari hambatan yang dihadapi.

Sebelum sampai pada analisis dimaksud ada baiknya terlebih dahulu dibuat resume factor-faktor hambatan dalam penggunaan sidik jari dalam proses penyidikan untuk mengungkapkan tindak pidana pencurian, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya resume dimaksud yaitu : a. Kendala sumber daya manusia terbatasnya jumlah personil yang

mempunyai kemampuan dalam mengambil sidik jari ditempat kejadian perkara.

b. Kendala aturan, sarana dan prasarana. Kurang lengkapnya alat (peralatan) yang dimiliki Polres Muaro Jambi, masih menunjukkan secara manual dan belum otomatis serta belum adanya aturan hukum yang menghambat seluruh warga Negara Indonesia diambil sidik jarinya.

c. Kultur budaya masyarakat. Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya sidik jari belum begitu mengetahui sehingga tempat kejadian sudah rusak sebelum penyidik datang ditempat kejadian perkara dan mengambil sidik jari.

Berdasarkan factor-faktor penghambat tersebut diatas, maka upaya solusi yang kiranya dapat diambil untuk mengatasi hambatan tersebut adalah sebagai berikut : a. Terkait dengan kendala sumber daya manusia.

Sebagaimana dibahas dimuka bahwa saat ini jumlah personil rekrim khususnya dibagaian unit identifikasi yang khusus menangani sidik jari yang dimiliki oleh Polres Muaro Jambi dan jajaran baru mencapai 57% dari jumlah yang semestinya harus dimiliki. Terhadap kendala ini penulis berpendapat bahwa diperlukan upaya yang sungguh-sungguh, sistematis dan berkelanjutan untuk secara bertahap memenuhi kebutuhan jumlah personil unit identifikasi yang khusus bagian menangani sidik jari. Alternative pemecahan yang kiranya dapat diambil untuk mengatasi kendala tersebut adalah :

Page 17: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

74

1. Mengingat pentingnya pengungkapan kasus tindak pidana pencurian dengan memberdayakan fungsi sidik jari sebagai bukti awal mengungkap pelaku maka diperlukan penambahan personil unit identifikasi khususnya yang menangani sidik jari guna ditugaskan diseluruh Polsek jajaran Polres Muaro Jambi sehingga percepatan mendatangi Tempat Kejadian Perkara lebih optimal dan diharapkan pengungkapan perkara lebih cepat. Menurut pendapat penulis kiranya setiap Polsek jajaran Polres Muaro Jambi memiliki petugas identifikasi yang khusus menangani sidik jari diperlukan 2 (dua) personil sehingga apabila yang satu orang berhalangan maka masih ada satu orang lagi yang bisa melakukan kegiatan pengambilan sidik jari dan apabila keduanya lengkap maka akan lebih mempermudah penyidik dalam hal pengambilan dan melakukan pembandingan sidik jari yang ditemukan duna proses penyidikan untuk mengungkap perkara pidana.

2. Setelah ditambahnya personil identifikasi khususnya sidik jari selanjutnya personil diberi pelatiham-pelatihan peningkatan kemampuan secara terencana dan berkelanjutan khususnya dibidang sidik jari dari cara mendatangani tempat kejadian perkara, mengambil dan menyimpan sidik jari, membandingkan sidik jari dengan data yang ada dan menggunakan sidik jari guna pengungkapan perkara tindak secara professional. Apabila anggaran menjadi kendala untuk mewujudkan pelatihan yang dimaksud maka alternative yang dapat dilakukan adalah menurunkan personil Polda Jambi dibidang Identifikasi untuk memberikan pembinaan terhadap personil Polsek jajaran Polres Muaro Jambi.20

b. Terkait dengan kendala Peraturan, Sarana dan Prasarana. Factor penghambat selanjutnya yang tidak kalah penting adalah

kendala Peraturan, Sarana dan Prasarana. Menurut hemat penulis menganai Peraturan, Sarana dan Prasarana yang perlu ditingkatkan sebagai berikut : 1. Untuk Peraturan mengenai pengambilan sidik jari, guna dapat

dilaksanakannya tugas pengambilan sidik jari dari seluruh warga Negara Indonesia termasuk semua orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia diperlukan adanya peraturan lainnya, sehingga dapat tercapainya tujuan untuk embantu tugas pokok Kepolisian dalam mengungkap kasus tindak pidana atau untuk keperluan identifikasi seseorang.

2. Untuk sarana dan prasarana, menurut hemat penulis sebagai solusinya adalah : 1) Polres Muaro Jambi diharapkan menggunakan secara

maksimal alat yang ada dan mengajukan permohonan untuk

20 Kasat Reskrim Polres Muaro Jambi AKP Fajar Gumilang, wawancara pada tanggal 11 Maret

2015

Page 18: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

75

menambah alat perlengkapan (alat) yang dipergunakan untuk melakukan penyidikan agar kepolisian dapat lebih cepat mengetahui dan kemudian menangkap pelaku kejahatan. Disamping itu Polresta Jambi masih mengandalkan peralatan dari Polda Jambi untuk mengidentifikasi pelaku kejahatan, bahkan personilpun seringkali digabung secara bersamaan untu melakukan penyidikan ditempat kejadian perkara.

2) Piranti teknologi berupa computer yang sudah di program untuk penyimpanan data secara otomatis sehingga apabila dimasukkan rumus sidik jari seseorang yang sudah ada datanya maka akan secara otomatis keluar identitas pemilik data dimaksud.

3) Kiranya diberikan penunjang untuk lebih mudah dalam mengambil sidik jari baik alat yang digunakan untuk mengambil langsung sidik jari terhadap seseorang maupun alat untuk mengambil sidik jari latent alat-alat seperti fingerprinth scannaer baru dimulai oleh INAFIS Polda Jambi, untuk Polres Muaro Jambi dan jajaran belum memilikinya.

c. Terkait dengan Kultur Budaya Masyarakat. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang arti pentingnya

fungsi sidik jari yang ditemukan di tempat kejadian perkara untuk mengungkap tindak pidana pencurian. Untuk mengatasi kendalaini, solusi yang kiranya dapat diambil yaitu : 1. Kiranya dapat diberikan sosialisasi dan memberikan pemahaman

serta pengertian kepada masyarakat mengenai arti pentingnya fungsi sidik jari serta penggunaannya sebagai upaya bantu penyidik dalam proses penyidikan untuk mengungkap tindak pidana yang terjadi.

2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat apabila mengetahui mengenai terjadinya tindak pidana pencurian agar segera melaporkan kejadian tersebut kepada Kepolisian setempat guna percepatan petugas Polisi dalam mendatangi tempat kejadian perkara dan selanjutnya melakukan olah tempat kejadian perkara serta mencari barang bukti dan alat bukti lainnya.

3. Membangun kemitraan dengan masyarakat melalui kegiatan Polmas atau pembinaan oleh Babinkamtibmas serta kegiatan lainnya dalam pengungkapan perkara tindak pidana, karena bantuan masyarakat berupa informasi sangat diperlukan untuk mengungkap tindak pidana yang terjadi.21

4. Kiranya dapat diberikan sosialisasi dan memberikan pemahaman serta pengertian kepada masyarakat mengenai arti pentingnya fungsi sidik jari serta penggunaannya sebagai upaya bantu

21Kasat Reskrim Polres Muaro Jambi AKP Fajar Gumilang, wawancara pada tanggal 11 Maret

2015

Page 19: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

76

penyidik dalam proses penyidikan untuk mengungkap tindak pidana yang terjadi.

5. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat apabila mengetahui mengenai terjadinya tindak pidana pencurian agar segera melaporkan kejadian tersebut kepada Kepolisian setempat guna percepatan petugas Polisi dalam mendatangi tempat kejadian perkara dan selanjutnya melakukan olah tempat kejadian perkara serta mencari barang bukti dan alat bukti lainnya.

6. Membangun kemitraan dengan masyarakat melalui kegiatan Polmas atau pembinaan oleh Babinkamtibmas serta kegiatan lainnya dalam pengungkapan perkara tindak pidana, karena bantuan masyarakat berupa informasi sangat diperlukan untuk mengungkap tindak pidana yang terjadi.22

F. Kesimpulan a. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan diatas, maka dapat di tarik kesimpulan : 1. Didalam mengungkap kasus tindak pidana pencurian diperlukan

kejelian kepolisian untuk mencari bukti-bukti awal dengan cara mengumpulkan data-data dari berkas peristiwa pencurian dengan jalan mendatangkan tempat kejadian perkara dan mengambil sidik jari guna proes penyidikan untuk mengungkap tindak pidana pencurian yang terjadi.

2. Kendala yang di hadapai oleh polres muaro jambi dalam proses penyidikan untuk mengungkap tindak pidana pencurian di wilayah hukum polres Muaro Jambi yaitu : kendala dari sumber daya manusianya seperti kurangnya personil yang bertugas di bagian unit identifikasi di Polres Muaro Jambi, kendala aturan dan sarana dan prasarana, seperti belum adanya aturan mengharuskan setiap penduduk Indonesia untuk mengambil sidik jarinya dan kurang lengkapnya alat yang di miliki oleh Polres Muaro Jambi, kendala lain yaitu kultur atau budaya masyarakat seperti kurang pengetahuan masyarakat tentang arti pentinya peran sidik jari yang di temui di tempat kejadian perkara untuk mengungkap tindak pidana pencurian.

3. Upaya yang di lakukan yaitu di perlukannya aturan yang mewajibkan seluruh penduduk indonesia untuk mengambil sidik jari dan memberikan pemahaman atau pengertian kepada masyarakat mengenai arti pentingnya sidik jari yang ditemui di tempat kejadian perkara.

22Kasat Reskrim Polres Muaro Jambi AKP Fajar Gumilang, wawancara pada tanggal 11 Maret

2015

Page 20: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

77

b. Saran 1. Dalam rangka mewujudkan kelengkapan dokumentasi sidik jari

penduduk indonesia secara terpusat pihak Kepolisian dapat bekerjasama dengan instansi-instansi yang terkait, seperti bekerjasama dengan Departemen dalam Negeri yang saat ini dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk diwajibkan untuk mengambil sidik jari.

2. Di perlukannya kesadaran kepada masyarakat, apabila mengetahui adanya suatu perbuatan tindak pidana agar segera melaporkan kepada pihak Kepolisian, hal ini untuk mencegah kerusakan/hilangnya bukti-bukti khususnya sidik jari.

3. Perlunya memberikan pengertian kepada masyarakat akan arti pentingnya tempat kejadian perkara bagi awal pengungkapan tindak pidana.

G. Daftar Pustaka

Andi Hamzah. Hukum Acara Pidana Indonesia. Sinar Grafik Offset, Jakarta, 2008.

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka Jakarta, 1989

Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006

Gunarto.Perilaku Organisasi Polri, Cipta Manungggal, Surakarta, 1997 H. Hamrat Hamid,.Pembahasan Permasalahan KUHAP bidang Penyidikan, Sinar

Grafika, Jakarta, 1992 J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, PT Rineka Cipta, Jakarta,

2003 Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh, Cetakan Ke-

3, Jakarta: Sinar Grafika, 2005 Muchamad Ikhsan, Hukum Perlindungan Saksi, Surakarta, 2008 Mahrus Ali, Kejahatan Korporasi, Arti Bumi Intaran, Yogyakarta, 2008 Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban dalam Hukum Pidana,

Jakarta : Bina Aksara,1983 Moeljatno, Hukum Pidana II.. Bina Aksara, Jakarta:, tahun 1995 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia I

ndonesia,Jakarta,1988 Sutan Remy Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Grafiti,

Yogyakarta 1995 Soerjono Soekanto. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja

wali, Jakarta, 1983 Sutan Remy Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Grafiti Pers,

Jakarta, 2006 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat, Rajawali Press,Jakarta,1988 Supardi, Sidik Jari Dan Peranannya Dalam Mengungkap Suatu Tindak

Pidana, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.2002

Page 21: PERAN SIDIK JARI DALAM PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA ...

78

Pompe Dalam Buku Bambang Poernomo. Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004

P.A.F. Lamintang dan Djisman Samosir, Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1979

Pipin Syarifin, Hukum Pidana di Indonesia, Pustaka Setia, Bandung, tahun 2000

Peraturan Prundang-undangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Undang-undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia.