PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …
Transcript of PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN …
PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP
PEREKONOMIAN KABUPATEN REMBANG
PROVINSI JAWA TENGAH
Skripsi
Hanna Nur Amalina
11140920000056
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M/1442 H
PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP
PEREKONOMIAN KABUPATEN REMBANG
PROVINSI JAWA TENGAH
Hanna Nur Amalina
11140920000056
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M/1442 H
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian
Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah” telah diuji dan dinyatakan lulus
dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa, 11 Mei 2021. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program
Studi Agribisnis.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Akhmad Mahbubi, M.M., Ph.D. Rizki Adi Puspita Sari, M.M.
NIP. 19811106 201101 1 001 NIP. 19780329 200701 2 015
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si. Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si.
NIP. 19620308 198903 2 001 NIP. 19700209 201411 1 001
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi
Ketua
Program Studi Agribisnis
Nashrul Hakiem, M.T., Ph.D. Akhmad Mahbubi, M.M., Ph.D.
NIP. 19710608 200501 1 005 NIP. 19811106 201101 1 001
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Diri
Nama : Hanna Nur Amalina
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Rembang, 9 Mei 1996
Domisili : Jl. Bonjol No.33 03/07 Kelurahan
Pondok Karya, Kecamatan Pondok
Aren, Kota Tangerang Selatan,
Banten, 15225
Asal : Jl. Kartini gang Kulit No. 18
02/03, Sawahan, Rembang, Jawa
Tengah 59215
Telepon : 081294817780
E-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
2001-2003 TK YKM NU Rembang Tamat
2003-2008 SDN Kutoharjo IV Rembang Tamat
2006-2011 Madrasah Diniyah An-Nawawiyah Rembang Tamat
2009-2011 MTS Mu’allimin Mu’allimat Rembang Tamat
2011-2014 MA NU Banat Kudus Tamat
2014-2021 Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tamat
PENGALAMAN ORGANISASI
2014-2016
2014-2016
2015-2016
Anggota LSO Ilalang (Jurnalistik) Jurusan Agribisnis Fakultas
Sains dan Teknologi
Anggota LSO Seni Suara Agribisnis
Anggota Departemen Keorganisasian HMJ Agribisnis Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
ii
2015-2016
2015-2017
2015-2017
Kepala Departemen Keorganisasian HMJ Agribisnis Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
Sekretaris LSO Saman Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah
MPA Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi
Pertanian Indonesia
iii
RINGKASAN
Hanna Nur Amalina, Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten
Rembang Provinsi Jawa Tengah. Di bawah Bimbingan Siti Rochaeni dan Iwan
Aminudin.
Pembangunan ekonomi memiliki peranan yang sangat penting sehingga
perlu kebijakan perencanaan yang matang Pengelolaan perekonomian merupakan
tugas dan tanggung jawab masing-masing daerah termasuk Kabupaten Rembang.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh
pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakat di daerah tersebut dengan
mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada Untuk mendukung
perkembangan dan peningkatan ekonomi perlu diketahui sektor dan komoditas
unggulan apa saja yang memiliki potensi serta daya saing untuk dikembangkan
sehingga dapat dijadikan prioritas utama dalam pembangunan daerah di Kabupaten
Rembang.
Tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis posisi sektor pertanian,
pertumbuhan serta daya saing subsektor pertanian terhadap perekonomian di
Kabupaten Rembang periode 2015-2019. 2) Menganalisis Komoditas pertanian
yang dapat dijadikan komoditas unggulan di Kabupaten Rembang. 3) Menganalisis
posisi komoditas unggulan pertanian dalam perekonomian Kabupaten Rembang
pada masa mendatang.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa nilai produksi komoditas
Kabupaten Rembang periode 2015-2019 dan data produksi komoditas Provinsi
Jawa Tengah periode 2015-2019, dengan hanya mengkhususkan komoditas
subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor perkebunan dan
subsektor peternakan. Untuk mengetahui posisi, pertumbuhan dan daya saing
subsektor pertanian dengan menggunakan metode analisis Shift-share. Sedangkan
untuk mengetahui komoditas pertanian unggulan dan posisi komoditas ungulan
pada masa mendatang dengan menggunakan metode analisis Location Quotient dan
Dynamic Location Quotient.
Kata Kunci : Subsektor pertanian, komoditas unggulan pertanian, Shift-share,
Location Quotient dan Dynamic Location
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia,
dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat. Penyusunan skripsi
yang berjudul “Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten
Rembang Provinsi Jawa Tengah” dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Banyak pihak yang telah
membantu dalam proses penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
mendalam kepada semua pihak yang telah ikut membantu serta menjadi motivasi
penulis, yaitu kepada :
1. Orang Tua tercinta dan Kakak Tercinta, serta seluruh keluarga besar yang
tiada hentinya memberikan doa, kasih sayang, dukungan, semangat serta
motivasi kepada penulis.
2. Ibu Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr.
Iwan Aminudin, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing II atas setiap
bimbingan, arahan, saran, motivasi, waktu, dan pemikiran yang telah
diberikan disela-sela kesibukan Ibu dan Bapak dengan tulus dan ikhlas
hingga selesainya skripsi ini.
3. Bapak Akhmad Mahbubi, S.P, M.M, Ph.D selaku dosen penguji sekaligus
selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari, SP,
MM, selaku dosen penguji sekaligus Sekretaris Program Studi Agribisnis
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Seluruh dosen Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat
disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu dan
pelajaran yang diberikan dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan.
v
5. Teman-teman Agribisnis yang selalu memberikan support dan informasi
dalam mengerjakan penelitian penulis. Semoga Allah SWT memudahkan
langkah kita menuju kebaikan. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun semua pihak yang membutuhkan. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, Mei 2021
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 12
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 12
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 15
2.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ............................................. 15
2.2 Pembangunan Ekonomi Daerah ............................................................. 18
2.3 Pembangunan Pertanian.......................................................................... 21
2.4 Pertanian dan Perannya dalam Pembangunan Perekonomian ................ 22
2.5 Pengembangan sektor Unggulan sebagai Strategi Pembangunan
Ekonomi Daerah .................................................................................... 28
2.6 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 34
2.7 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 42
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 42
3.2 Jenis dan Sumber Data............................................................................ 42
3.3 Metode Pengumpulan Data..................................................................... 43
vii
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 43
3.4.1 Analisis Shift-Share ..................................................................... 44
3.4.2 Analisis Location Quotient .......................................................... 48
3.4.3 Analisis Dynamic Location Quotient ........................................... 50
3.4.2 Gabungan LQ dan DLQ ............................................................... 51
BAB IV GAMBARAN UMUM ........................................................................... 53
4.1 Kondisi Alam .......................................................................................... 53
4.2 Kondisi Penduduk ................................................................................... 56
4.3 Kondisi Pertanian.................................................................................... 58
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 61
5.1 Posisi Subsektor, Pertumbuhan dan Daya Saing di Kabupaten Rembang
Periode 2015-2019 ................................................................................. 61
5.1.1 Analisis Shift-Share ..................................................................... 61
5.1.2 Pergeseran Bersih ........................................................................ 64
5.2 Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Kabuaten Rembang Periode
2015-2019 .............................................................................................. 65
5.2.1 Komoditas Unggulan Tanaman Pangan ...................................... 66
5.2.2 Komoditas Unggulan Hortikultura .............................................. 70
5.2.3 Komoditas Unggulan Perkebunan ................................................ 73
5.2.4 Komoditas Unggulan Peternakan ................................................. 76
5.3 Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Kabupaten Rembang Dimasa
Mendatang ............................................................................................. 79
5.3.1 Analisis DLQ ............................................................................... 79
5.3.1.1 Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Dimasa
Mendatang ....................................................................... 80
5.3.1.2 Komoditas Unggulan Hortikultura Dimasa Mendatang . 82
5.3.1.3 Komoditas Unggulan Perkebunan Dimasa Mendatang .. 85
5.3.1.4 Komoditas Unggulan Peternakan Dimasa Mendatang ... 88
viii
5.3.2 Gabungan Analisis LQ dan DLQ ................................................ 90
5.3.2.1 Reposisi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan ........... 90
5.3.2.2 Reposisi Komoditas Unggulan Hortikultura ................... 91
5.3.2.3 Reposisi Komoditas Unggulan Perkebunan .................... 93
5.3.2.4 Reposisi Komoditas Unggulan Peternakan ...................... 94
BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 95
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 95
6.2 Saran ....................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98
LAMPIRAN ........................................................................................................ 100
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2015 - 2019 ..................................................................... 3
2. Nilai dan Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Rembang Tahun 2019
(juta) ................................................................................................................. 6
3. Tipologi Sektor Berdasarkan Nilai LQ dan DLQ .......................................... 51
4. Tinggi Wilayah dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten
Rembang ........................................................................................................ 54
5. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di
Kabupaten Rembang ...................................................................................... 57
6. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten
Rembang Tahun 2020 .................................................................................... 58
7. Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Subsektor Pertanian Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019 ........................................................................... 62
8. Perhitungan Pergeseran Bersih Analisis Shift Share Subsektor Pertanian
Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 ........................................................ 64
9. Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Kabupaten Rembang Tahun 2019 ...... 70
10. Reposisi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan .......................................... 90
11. Reposisi Komoditas Unggulan Hortikultura .................................................. 91
12. Reposisi Komoditas Unggulan Perkebunan ................................................... 93
13. Reposisi Komoditas Unggulan Peternakan .................................................... 94
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Penduduk Kabupaten Rembang Berusia 15 Tahun Keatas yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2019 .......................................... 8
2. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019 ............................................................................. 9
3. Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................................................... 41
4. Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten Rembang Tahun 2015-
2019 ................................................................................................................ 67
5. Kontribusi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019 ........................................................................................... 69
6. Komoditas Unggulan Hortikultura Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 71
7. Kontribusi Komoditas Unggulan Hortikultura Kabupaten Rembang Tahun
2015-2019 ...................................................................................................... 73
8. Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 . 74
9. Kontribusi Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten Rembang Tahun
2015-2019 ...................................................................................................... 75
10. Komoditas Unggulan Peternakan Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 .. 77
11. Kontribusi Komoditas Unggulan Peternakan Kabupaten Rembang Tahun
2015-2019 ...................................................................................................... 78
12. Produksi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten Rembang Tahun
2015-2019 ...................................................................................................... 81
13. Produksi Komoditas Unggulan Hortikultura Sayuran Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019 ........................................................................................... 83
14. Produksi Komoditas Unggulan Hortikultura Buah Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019 ........................................................................................... 84
xi
15. Produksi Komoditas Unggulan Hortikultura Biofarmaka Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019 ........................................................................................... 85
16. Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten Rembang Tahun
2015-2019 ...................................................................................................... 87
17. Produksi Komoditas Unggulan Peternakan Kabupaten Rembang Tahun 2015-
2019 ................................................................................................................ 89
xii
LAMPIRAN
Halaman
1. Persentase Kontribusi PDRB Seluruh Kabupaten/Kota (Persen) ................ 101
2. Produksi Sektor Pertanian Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 ............ 102
3. Produksi Sektor Pertanian Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2019 .......... 105
4. Perhitungan Pij, Rij, Rin, Dan Rn Analisis Shift Share Tahun 2015-2019 . 107
5. Perhitungan Analisis Shift Share Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 . 110
6. Pergeseran Bersih Shift Share Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 ...... 113
7. Perhitungan Analisis LQ Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 .............. 116
8. Perhitungan Analisis DLQ Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019 ........... 119
9. Gabungan Analisis LQ dan DLQ Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019. 122
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah terciptanya pertumbuhan
ekonomi serta pemerataan pembangunan. Agar dapat tercapainya sasaran
pembangunan tersebut, diperlukan perencanaan dan strategi pembangunan
ekonomi yang baik. Umumnya pembangunan ekonomi suatu daerah berkaitan erat
dengan potensi ekonomi dan karakteristik yang dimiliki daerah tersebut
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu kegiatan atau aktifitas ekonomi mengalami
perubahan atau perkembangan dari setiap waktu yang panjang. Pertumbuhan
ekonomi juga dapat dilihat dengan mengukur tingkat angka Produk Domestik Bruto
(PDRB) dari tahun ke tahun (Sukirno, 2006 : 423)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan nilai barang-barang dan jasa-jasa yang
diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Pertumbuhan
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya infrastuktur ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto yang
di hasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. (Sukirno, 2004 :
34)
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakat di daerah
tersebut dengan mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara
2
optimal untuk merangsang pertumbuhan ekonomi demi kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan ekonomi memiliki peranan yang sangat penting sehingga perlu
kebijakan perencanaan yang matang dalam meningkatkan kinerja serta menjamin
keterkaitan konsestensi antara perencanaan penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan sehingga dapat mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam
perencanaan pembangunan secara efisien dan efektif.
Kebijkan utama yang perlu dilakukan dalam pembangunan ekonomi daerah
adalah dengan mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan
daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut. Potensi wilayah satu
dengan wilayah lain sangat bervariasi, maka setiap daerah harus menentukan
kegiatan sektor ekonomi yang dominan.
Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Indonesia dengan
keadaaan geografis yang beragam antar daerahnya tentunya berdampak pula
terhadap keadaan perekonomiannya. Penyumbang terbesar pembentukan PDRB di
Jawa Tengah pada tahun 2019 berasal dari Kota Semarang dengan angka mencapai
140 juta rupiah. Namun ketimpangan juga terjadi dengan masih banyaknya
kabupaten di Jawa Tengah yang menjadi kabupaten termiskin dengan hanya
meberikan sumbangan PDRB dibawah 15 juta rupiah. Berikut data PDRB Jawa
Tengah secara lebih lengkap :
3
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2019
(Juta Rupiah)
No Kabupaten/kota 2015 2016 2017 2018 2019
Kabupaten
1. Cilacap 88.357,61 92.858,65 95.254,59 98.159,05 100.445,73
2. Banyumas 31.164,88 33.051,05 35.147,31 37.414,50 39.779,32
3. Purbalingga 14.130,61 14.816,43 15.612,29 16.458,71 17.387,94
4. Banjarnegara 12.266,05 12.932,88 13.663,27 14.438,15 15.246,87
5. Kebumen 16.115,55 16.923,72 17.794,79 18.777,05 19.825,06
6. Purworejo 10.862,65 11.421,55 12.023,76 12.670,38 13.360,77
7. Wonosobo 11.334,08 11.941,20 12.436,05 13.065,84 13.798,84
8. Magelang 18.864,65 19.882,24 20.974,80 22.082,80 23.253,15
9. Boyolali 18.170,38 19.139,36 20.248,85 21.406,27 22.681,10
10. Klaten 22.558,98 23.725,74 24.993,10 26.360,65 27.829,65
11. Sukoharjo 21.612,08 22.847,98 24.163,94 25.564,07 27.076,44
12. Wonogiri 16.977,20 17.869,15 18.866,64 19.837,02 20.856,21
13. Karanganyar 21.286,29 22.436,29 23.731,95 25.150,28 26.641,19
14. Sragen 21.390,87 22.625,82 23.977,21 25.356,46 26.853,06
15. Grobogan 15.962,62 16.682,63 17.659,25 18.688,57 19.692,61
16. Blora 12.882,59 15.914,66 16.866,64 17.609,72 18.322,13
17. Rembang 10.850,27 11.423,01 12.220,17 12.939,88 13.612,55
18. Pati 24.770,33 26.130,21 27.612,45 29.192,48 30.902,90
19. Kudus 65.029,94 66.679,58 68.821,16 71.048,97 73.249,69
20. Jepara 17.210,37 18.080,63 19.055,34 20.170,26 21.384,28
21. Demak 14.913,00 15.672,48 16.584,12 17.479,88 18.417,01
22. Semarang 28.768,33 30.292,47 32.002,98 33.855,68 35.747,01
23. Temanggung 12.489,39 13.116,36 13.776,25 14.483,26 15.214,06
24. Kendal 24.762,33 26.139,41 27.649,78 29.245,66 30.908,49
25. Batang 12.328,24 12.948,19 13.667,08 14.448,63 15.226,89
26. Pekalongan 13.234,56 13.921,65 14.679,13 15.525,05 16.356,35
27. Pemalang 14.673,70 15.469,80 16.336,98 17.268,89 18.270,19
28. Tegal 19.999,48 21.182,92 22.322,10 23.552,55 24.866,73
29. Brebes 26.572,83 27.930,99 29.509,21 31.050,89 32.869,15
Kota
1. Magelang 5.247,34 5.521,53 5.820,53 6.138,62 6.472,54
2. Surakarta 28.453,49 29.975,87 31.685,48 33.506,22 35.443,18
3. Salatiga 7.759,18 8.168,24 8.624,24 9.127,75 9.664,50
4. Semarang 109.110,69 115.542,56 123.279,89 131.317,63 140.326,26
5. Pekalongan 6.043,10 6.367,27 6.706,28 7.087,92 7.477,43
6. Tegal 8.953,88 9.445,03 10.006,94 10.594,34 11.205,32
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2020
4
Dari data Tabel 1, diketahui bahwa PDRB Provinsi Jawa Tengah pada
periode tahun 2015 - 2019 memiliki nilai yang berbeda disetiap kabupaten/kota.
Sebagai perbandingan, total PDRB 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2019 sebesar 992.105,79 juta rupiah dengan nilai rata-rata PDRB
sebesar 28.345,88 juta rupiah. Artinya dari tabel diatas dapat diketahui hanya ada 9
kabupaten/kota di Jawa Tengah yang PDRB nya diatas rata-rata dan 26
kabupaten/kota lainnya nilai PDRB berada dibawah rata-rata. Kota Semarang
dengan PDRB sebesar 140.326,26 juta rupiah turut berkontribusi sebesar 13,78 %
terhadap total PDRB se-Jawa Tengah dan menjadikan Semarang sebagai kota
dengan PDRB tertinggi. Selanjutnya peringkat tertinggi dibawah Kota Semarang
adalah Kabupaten Cilacap dengan PDRB sebesar 100.445,73 juta rupiah (8,76%)
dan Kabupaten Kudus 73.249,69 juta rupiah (8,23%) yang berada pada posisi ketiga
tertinggi. Posisi keempat dan kelima dengan jarak PDRB yang cukup jauh ditempati
oleh Kabupaten Banyumas 39.779,32 juta rupiah (3,92%) dan Kabupaten Semarang
dengan nilai PDRB 35.747,01 juta rupiah (3,65%).
Jika dilihat dari Tabel 1, tiga peringkat dengan nilai PDRB terendah
berdasarkan kota yaitu Kota Magelang dengan nilai PDRB 6.472,54 juta rupiah
(0,65%), Kota Pekalongan 7.477,43 juta rupiah (0,79%) dan Kota Salatiga sebesar
9.664,50 juta rupiah (0,97%). Sedangkan jika melihat nilai PDRB terendah
berdasarkan wilayah Kabupaten, tiga peringkat terendah ditempati oleh Kabupaten
Purworejo dengan PDRB sebesar 13.360,77 juta rupiah (1,37%), menyusul
peringkat setelahnya yaitu Kabupaten Rembang dengan nilai PDRB 13.612,55 juta
rupiah (1,39%) dan Kabupaten Wonosobo dengan nilai PDRB sebesar 13.798,84
5
juta rupiah (1,40 %). Persentase kontribusi PDRB tiap kabupaten atau kota secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.
Salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah adalah
Kabupaten Rembang. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, kabupaten
dengan luas 103.570 ha ini merupakan kabupaten yang cukup luas dibandingkan
dengan kabupaten atau kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah. dan terdiri dari 14
kecamatan serta 294 desa. Akan tetapi kabupaten yang terletak di timur laut Jawa
dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur ini termasuk dalam enam
Kabupaten/Kota dengan nilai PDRB yang rendah, yang artinya Kabupaten
Rembang termasuk kedalam kabupaten termiskin di Jawa Tengah.
Data BPS, perekonomian Kabupaten Rembang menurut PDRB tahun Dasar
2010 ditopang oleh 17 sektor berdasarkan lapangan usaha. Sektor pertanian di
Kabupaten Rembang menjadi sektor yang paling dominan jika dibandingkan
dengan sektor lainnya. Sektor ini memiliki peranan penting dan strategis bukan saja
terhadap ketahanan pangan, tetapi juga memberikan andil yang cukup besar
terhadap kesempatan kerja, sumber pendapatan serta perekonomian regional.
Besarnya nilai PDRB dan kontribusi masing-masing lapangan usaha
terhadap PDRB Kabupaten Rembang secara terperinci dapat dilihat pada tabel 2.
6
Tabel 2. Nilai dan Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten
Rembang Tahun 2019 (juta)
Lapangan Usaha PDRB ADHK
2019 (%)
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.301,21 25,02
2. Pertambangan dan Penggalian 491,37 4,21
3. Industri Pengolahan 3.151,23 23,10
4. Pengadaan Listrik dan Gas 12,35 0,07
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur
Ulang 6,43 0,04
6. Konstruksi 1.106,70 7,94
7. Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil &
Sepeda Motor 1.911,12 13,37
8. Transportasi dan Pergudangan 577,83 3,60
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 470,61 3,13
10. Informasi dan Komunikasi 235,63 1,20
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 507,48 4,15
12. Real Estate 138,61 0,87
13. Jasa Perusahaan 43,29 0,30
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 458,80 3,00
15. Jasa Pendidikan 712,01 6,00
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 182,55 1,34
17. Jasa lainnya 305,33 2,06
PDRB Kab. Rembang 13.612,55 100
Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka 2020
Total PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Rembang tahun 2019
sebesar 13.612,55 juta rupiah yang dihasilkan dari 17 lapangan usaha. Dapat dilihat
bahwa ada tiga lapangan usaha yang memberikan sumbangan terbesar terhadap
PDRB Kabupaten Rembang, yaitu sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
memberikan kontribusi 25,02% atau setara dengan 3,301,21 juta rupiah, sektor
industri pengolahan memberikan kontribusi 23, 10% dan lapangan usaha
7
Perdaganagn besar, ecer dan reparasi mobil motor 13,37%. Keempat belas lapangan
usaha lainnya memberikan kontribusi tidak lebih dari 5% bahkan ada empat
lapangan usaha yang berkontribusi kurang dari 1% yaitu lapangan usaha real estate
0,83%, jasa perusahaan 0,30%, pengadaan listrik dan gas 0,07% serta pengelolaan
sampah, limbah dan daur ulang 0,04%.
Selain menjadi sektor dominan, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
ini ternyata menjadi gantungan hidup penduduk Kabupaten Rembang. Sektor ini
masih menjadi lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja penduduk di Kabupaten
Rembang. Peranan sektor pertanian bukan saja terhadap ketahanan pangan, tetapi
juga memberikan andil yang cukup besar terhadap peningkatan taraf hidup
masyarakat dan pemberantasan kemiskinan, sumber pendapatan, serta
perekonomian regional.
Peranan pertanian di dalam pembangunan ekonomi yaitu pertama,
menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian
meningkat. Kedua, meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan
demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier. Ketiga,
menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang bagi
pembangunan melalui ekspor hasil pertanian terus-menerus. Keempat,
meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah.
Kelima,memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan (Jhingan, 2014 : 362).
Menurut data BPS Kabupaten Rembang di tahun 2019 penduduk yang
berusia 15 tahun keatas berjumlah 494.973 jiwa. Sebanyak 333.916 jiwa merupakan
angkatan kerja sedangkan 161.057 jiwa tergolong bukan angkatan kerja.
8
Berdasarkan lapangan pekerjaan pada tahun 2019 penduduk usia 15 tahun keatas
yang termasuk golongan angkatan kerja berjumlah sebanyak 324.318 jiwa.
Diantaranya menggantungkan hidupnya dengan bekerja pada sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan sebanyak 30% atau 95.221 jiwa. Selanjutnya diikuti
sektor perdagangan besar/eceran, usaha rumah makan dan hotel sebesar 68.724
jiwa, sektor industri pengolahan sebesar 58.571 jiwa, sektor jasa sebesar 46.555 dan
sektor lainnya 57.817 jiwa. Secara lengkap persebaran lapangan kerja dapat dilihat
pada gambar 1 berikut :
Gambar 1. Penduduk Kabupaten Rembang Berusia 15 Tahun Keatas Yang
Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2019
Sumber : BPS Kabupaten Rembang 2018
1.2 Rumusan Masalah
Seiring dengan perkembangan sektor perekonomian lainnya, presentase
kontribusi sektor pertanian Kabupaten Rembang dalam lima tahun terakhir yaitu
18%
22%
30%
12%
18%
Industri Pengolahan
Perdagangan Besar, Ecer,Rumah Makan dan Hotel
Pertanian, Perhutanan,Perburuan dan Perikanan
Jasa Kemasyarakatan
Lainnya
9
2015 – 2019 terus mengalami fluktuasi. Bahkan pada dua tahun terakhir
menunjukan persentase yang semakin menurun. Pertumbuhan positif terjadi pada
tahun 2015 dengan pertumbuhan 4,16%, kemudian tahun 2015 mengalami
penurunan yang sangat signifikan dengan angka 1,85%. Pada tahun 2017 sektor ini
menunjukkan angka pertumbuhan tertinggi 5,82%. Namun pada tahun selanjutnya
mengalami kenaikan berturut-turut yaitu 1,8% dan 3,87%. Gambaran pertumbuhan
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dapat dilihat pada gambar 2 :
Gambar 2. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Kabupaten Rembang Tahun 2015 - 2019
Sumber : BPS Kabupaten Rembang, 2020
Kondisi tersebut jika terus berlanjut akan mengancam perekonomian
Kabupaten Rembang mengingat sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
menjadi sektor dominan dan penyerap lapangan pekerjaan terbesar yang artinya
sebagian besar penduduk Kabupaten Rembang mengandalkan pendapatan di sektor
tersebut. Kondisi ini juga dapat menjadikan Rembang akan terus menjadi kabupaten
tertinggal dan termiskin di Provinsi Jawa Tengah, yang nantinya akan berdampak
pada menurunnya kesejahteraan penduduk Kabupaten Rembang.
Sektor Pertanian, kehutanan dan perikanan menjadi lapangan usaha yang
penting dalam penyumbang PDRB di Kabupaten Rembang. Ada beberapa hal yang
membuat sektor pertanian menjadi penting, diantaranya yaitu potensi sumber daya
4,161,85
5,82
1,8
-3,492015 2016 2017 2018 2019
Pertumbuhan Sektor Pertanian (%)
10
alam yang besar dan beragam di Kabupaten Rembang yang terdiri dari 14
kecamatan dengan kondisi geografis yang berbeda antara daerah satu dengan
lainnya sehingga memungkinkan keberagaman komoditas yang dihasilkan. Selain
juga letaknya yang berada di pesisir dan dilalui oleh jalur Pantura atau Pantai Utara
Jawa sehingga Kabupaten ini juga unggul dalam usaha perikanannya.
Potensi sumber daya alam Kabupaten Rembang menurut hasil Sensus
Ekonomi 2016, memiliki keunggulan produksi komoditas diantaranya meliputi:
Kabupaten Rembang menjadi produsen tebu terbesar ke-2 setelah Kabupaten
Kudus, Kabupaten Rembang menjadi produsen tembakau rajang terbesar dalam
wilayah eks Karesidenan Pati, Kabupaten Rembang menjadi produsen ubi kayu
terbesar ke-3 setelah Kabupaten Pati dan Jepara, Kabupaten Rembang menjadi
produsen perikanan tangkap terbesar dalam wilayah eks Karesidenan Pati dan
Kabupaten Rembang menjadi produsen garam terbesar ke-2 setelah Pati dalam eks
Karesidenan Pati, sekaligus sebagai produsen ke-5 terbesar nasional. (BPS, 2016).
Suatu daerah dapat mengembangkan komoditas yang bisa menjadi
unggulan atau andalan dalam meningkatkan pembangunan disuatu daerah.
Komoditas unggulan ini perlu ditentukan oleh suatu daerah karena setiap daerah
mempunyai karakter yang berbeda baik dari sisi kesuburan lahan, letak
geogerafisnya, sumber daya manusia, serta sarana dan prasaran yang ada. Sehingga
tidak semua komoditas yang ada disuatu daerah dapat dijadikan komoditas
unggulan atau andalan. Perbedaan inilah yang membawak corak pembangunan dan
penerapan kebijakan diterapkan berbeda. Pembangunan pertanian sebagai sektor
11
pemimpin dalam pembangunan ekonomi nasional didukung oleh pembangunan
subsektor-subsektor pertanian.
Identifikasi dan klasifikasi subsektor pertanian diperlukan untuk
memberikan gambaran subsektor mana yang aktifitasnya menjadi unggulan atau
basis perekonomian, potensial, sedang berkembang atau bahkan mana saja yang
tertinggal, sehingga dapat dilakukan penentuan subsektor prioritas. Pemerintah
daerah perlu membuat strategi pembangunan berdasarkan prioritas ini agar
kebijakan pembangunan pertanian di daerah dapat berjalan dengan optimal.
Keunggulan Kabupaten Rembang dalam beberapa indikator di atas
menyiratkan bahwa secara tidak langsung Kabupaten Rembang memiliki potensi
yang tidak kalah jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Jawa Tengah.
Kabupaten Rembang sebetulnya memiliki peluang untuk dapat bersaing di masa
depan jika potensi tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. Dengan kata lain,
Dimasa yang akan datang diharapkan wilayah tersebut akan mengalami
perkembangan yang positif sehingga dapat memperbaiki pendapatan
masyarakatnya, meningkatkan taraf hidup serta menekan angka kemiskinan. Untuk
mendukung perkembangan dan peningkatan ekonomi perlu diketahui sektor dan
komoditas unggulan apa saja yang memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga
dapat dijadikan prioritas utama dalam pembangunan daerah di Kabupaten
Rembang. Dengan mempertimbangkan upaya tersebut, maka perlu diadakan suatu
penelitian mengenai “Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian
Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah”
12
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan permasalahan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana posisi, pertumbuhan dan daya saing subsektor pertanian
terhadap perekonomian di Kabupaten Rembang?
2. Komoditas pertanian apakah yang dapat dijadikan komoditas unggulan di
Kabupaten Rembang?
3. Bagaimana posisi komoditas unggulan pertanian Kabupaten Rembang pada
masa mendatang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan Latar Belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis posisi, pertumbuhan dan daya saing subsektor
pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Rembang.
2. Untuk menganalisis komoditas unggulan pertanian Kabupaten Rembang.
3. Untuk menganalisis posisi komoditas unggulan pertanian Kabupaten
Rembang pada masa mendatang.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
13
1. Bagi pemerintah Kabupaten Rembang, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi informasi serta bahan masukan dan pertimbangan dalam
perencanaan pembangunan daerah.
2. Bagi pembaca penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan
serta dapat dijadikan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya
atau penelitian dengan topik yang sejenis.
3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai wujud mengaplikasikan ilmu yang telah
diperoleh penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi
Agribisnis. Selain juga sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
pertanian.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Rembang yang termasuk salah
satu kabupaten yang menjadi kabupaten termiskin di Provinsi Jawa Tengah.
Penelitian ini mencakup seluruh kecamatan di Kabupaten Rembang dengan
pembatasan hanya menganalisis selama kurun waktu lima periode terakhir yaitu
tahun 2015 – 2019. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan memiliki tiga
subsektor yaitu Subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian;
Subsektor Kehutanan dan Penebangan Kayu, serta Subsektor Perikanan.
Pada penelitian ini, ruang lingkup hanya mencakup subsektor Pertanian,
peternakan, perburuan dan jasa perikanan, yang didalamnya terpecah lagi menjadi
lima, yaitu tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan dan jasa
14
pertanian. Analisis dilakukan terhadap nilai produksi komoditas pada tiap-tiap
subsektornya.
Penelitian ini berfokus pada analisis posisi dan laju pertumbuhan subsektor
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan terhadap pertumbuhan
ekonomi dengan pendekatan menggunakan analisis shift share dan menganalisis
komoditas-komoditas potensial atau unggulan pada setiap subsektornya dengan
menggunakan pendekatan Location Question. Serta menganalisis posisi komoditas
unggulan pada masa mendatang dengan menggunakan analisis Dynamic Location
Quetion.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Adisasmita (2005:28) pembangunan adalah perubahan spontan dan
terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti
situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Dalam konteks pembangunan,
menyatakan bahwa kebijaksanaan pemerintah ditujukan untuk mengubah cara
berpikir, selalu memikirkan perlunya investasi pembangunan. Dengan adanya
pembangunan akan terjadilah peningkatan nilai-nilai budaya bangsa, yaitu
terciptanya taraf hidup yang lebih baik, saling harga menghargai sesamanya, serta
terhindar dari tindakan sewenang-wenang.
Sukirno (1985:13) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu
proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa
pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus-
menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih
baik yaitu adanya peningkatan pendapatan per kapita yang terus menerus
berlangsung dalam jangka panjang.
Todaro dan Smith (2003) dalam Arsyad (2010:11) menyatakan bahwa
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai pokok
yaitu (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya (sustenance). (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat
16
sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih
(freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.
Pembangunan ekonomi itu bersifat multidimensi yang mencakup berbagai
aspek dalam kehidupan masyarakat, bukan hanya salah satu aspek ekonomi saja.
Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan
suatu negara dalam ragka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup
masyarakatnya. Dengan adanya batasan tersebut, maka pembangunan ekonomi
pada umumnya dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang
yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan ekonomi
mempunyai unsur-unsur pokok dan sifat sebagai berikut:
1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara kontinu.
2. Usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita
3. Peningkatan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka
panjang.
4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (ekonomi, politik, hukum,
sosial dan budaya). Sistem kelembagaan ini bisa ditinjau dari dua aspek
yaitu aspek perbaikan di bidang aturan main (role of the games) baik aturan
formal maupun informal, dan organisasi yang mengimplementasikan aturan
main tersebut.
Oleh karena itu, pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu
proses agar pola berkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam
17
pembagunan ekonomi dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara tersebut dapat
diketahui runtutan peristiwa yang terjadi dan dampaknya pada peningkatan
kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan
ke tahap pembangunan berikutnya.
Jhingan (Kuznet, 1995: 51) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai
kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan
semakin banyak jenis barang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan ini
tumbuh sesuai kemajuan tehnologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologi
yang diperlukan. Defenisi ini memiliki tiga komponen, yaitu:
a. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus
menerus persediaan barang.
b. Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan kemampuan dalam
menyediakan aneka macam barang penduduk.
c. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya
penyesuaian dibidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manuasia dapat dimanfaatkan
secara tepat.
Adisasmita (2011:26) mengemukakan definisi lain dari pertumbuhan
ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis
tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah atau negara.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana kegiatan perekonomian akan
menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. karena
18
suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi adalah untuk menghasilkan output,
maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap
faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh pemerintah dan masyarakat.
Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan apabila seluruh balas jasa
riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari tahun
sebeliumnya. Dengan kata lain perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan
bila pendapatan riil pemerintah dan masyarakat pada tahun tertentu lebih besar
daripada pendapaatn riil pemerintah dan masyarakat pada tahun sebelumnya.
2.2 Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan daerah pada dasarnya merupakan intervensi pemerintah, baik
secara nasional maupun secara regional untuk mendorong proses pembangunan
daerah secara keseluruhan. Analisis ini sangat penting untuk menerapkan teori dan
konsep guna mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan
penyediaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan pada wilayah-wilayah
yang terbelakang. Semua ini adalah untuk meningkatkan proses pembangunan
daerah dan sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah
daerah dan masyarakat mengolah sumberdaya-sumberdaya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
19
kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam suatu wilayah tersebut (Arsyad,
2016:121)
Pembangunan daerah adalah suatu proses. Yaitu proses yang mencakup
pembentukan intuisi-intuisi baru, pembangunan industri-industri alternatif,
perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk manghasilkan produk dan jasa
yang lebih baik, indentifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan
pengembangan perusahaan-perusahaan baru.
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama
untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.
Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan
masyarakatnya harus secara bersama sama mengambil inisiatif pembangunan
daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan
dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada harus mampu menaksir
potensi sumber-sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun
perekonomian daerah.
Ada beberapa teori untuk menganalisis pembangunan ekonomi suatu
daerah, pertama teori basis ekonomi. Teori ini menyatakaan bahwa faktor penentu
utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan
permintaan barang dan jasa dari luar daerah. proses produksi di sektor industri suatu
daerah yang menggunakan sumber daya produksi lokal termasuk tenaga kerja dan
bahan baku dan outputnya diekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi,
peningkatan pendapatan perkapita melalui penciptaan peluang kerja di daerah
20
tersebut. Kedua, teori kawasan. Teori ini sering digunakan untuk penentuan atau
pengembangan kawasan yang dianggap paling tepat disuatu daerah. Inti pemikiran
dari teori ini didasarkan pada sifat nasional pengusaha/perusahaan yang cenderung
mencari keuntungan setinggi mungkin dengan biaya serendah mungkin. Ketiga,
teori daya tarik industry. Dalam upaya pembangunan ekonomi daerah di Indonesia
sering dipertanyakan jenis-jenis industri apa yang tepat untuk dikembangkan atau
industri unggulan. (Adisasmita, 2011:21)
Selanjutnya Arsyad (1999) mengemukakan pendapatnya yakni: Pertama,
perusahaan harus mengembangkan pekerjaan ysng sesuai dengan kondisi penduduk
daerah. Kedua, pengembangan lembaga-lembaga ekonomi baru, Ketiga,
keunggulan kompetitif didasarkan pada kualitas lingkungan. Keempat,
pengetahuan sebagai pembangkit ekonomi.
Menurut Safi’i (2007) paradigma baru strategi pembangunan ekonomi
daerah mencakup beberapa hal berikut, yaitu:
1. Pembangunan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi daerah
bersangkutan, serta kebutuhan dan kemampuan daerah menjalankan
pembangunan.
2. Pembangunan daerah tidak hanya terkait dengan sektor ekonomi semata
melainkan keberhasilannya juga terkait dengan faktor lainnya seperti sosial,
politik, hukum, budaya, birokrasi dan lainnya.
21
3. Pembangunan dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas dan
yang memiliki pengaruh untuk menggerakkan sektor lainnya secara lebih
cepat.
2.3 Pembangunan Pertanian
Secara umum dikemukakan bahwa pembangunan pertanian diarahkan
untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan, memperluas
lapangan kerja dan kesempatan kerja dan kesempatan usaha, serta mengisi an
memperluas pasar, baik pasar dalam negeri maupun masar luar negeri. Ini dilakukan
melalui pertanian yang maju, efisien dan tangguh sehingga makin mampu
meningkatkan dan menganekaragamkan hsil, meningkatkan mutu dan derajat
pengolahan produksi dan menunjang pembangunan wilayah (Kamaludin, 1998).
Menurut Hasbullah (2009), pembangunan pertanian diketahui bahwa
menyumbang devisa negara dan disaat krisis, pertanian mampu bertahan sebagai
penguat eknomi Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan pertanian sebaiknya
menjadi kunci utama pembangunan ekonomi Indonesia disaat situaasi krisis global
saat ini dan pembangunan yang akan datang. Pembangunan pertanian Indonesia
kedepan sebaiknya mempunyai ketertarikan, keberlanjutan, dan pengawasan yang
dilakukan secara berkesinambungan. Pembangunan pertanian bertujuan pada
pembangunan petani yang dapat dicirikan dengan kemandirian petani.
Menurut Sutrisno (2002), ketahanan sektor pertanian dalam menghadapi
krisis menyebabkan terjadinya perubahan pola piker dari para perencana
pembangunan. Di negara-negara yang sedang berkembang apabila semula
22
industrialisasi diandalkan menjadi suatu model pembangunan yang akan mampu
memecahkan masalah keterbelakangan negara-negara yang sedang berkembang.
Setelah krisis menimpa negara-negara tersebut, pembangunan sektor pertanian akan
menjadi harapan baru dalam pembangunan di setiap negara.
2.4 Pertanian dan Peranannya dalam Pembangunan Perekonomian
Secara umum pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang
termasuk didalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga
kehutanan. Sebagian besar kurang lebih dari 50 persen mata pencaharian
masyarakat di Indonesia adalah sebagai petani, sehingga sektor pertanian sangat
penting untuk dikembangkan di negara kita.
Pengertian pertanian dalam arti sempit hanya mencakup pertanian sebagai
budidaya penghasil tanaman pangan padahal kalau kita tinjau lebih jauh kegiatan
pertanian dapat menghasilkan tanaman maupun hewan ternak demi pemenuhan
kebutuhan hidup manusia.
Sedangkan pengertian pertanian yang dalam arti luas tidak hanya mencakup
pembudidayaan tanaman saja melainkan membudidayakan serta mengelola
dibidang peternakan seperti merawat dan membudidayakan hewan ternak yang
bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat banyak seperti: ayam, bebek,
angsa. Serta pemanfaatan hewan yang dapat membantu tugas para petani kegiatan
ini merupakan suatu cakupan dalam bidang pertanian (Bukhori, 2014).
23
Sektor pertanian terdiri atas beberapa subsektor (BPS, 2020) mencakup
pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan,
serta jasa pertanian dan perburuan hewan yang ditujukan untuk dijual.
a. Tanaman pangan
Meliputi semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan komoditas
bahan pangan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman pangan
meliputi padi, palawija, serta tanaman serelia lainnya (sorgum/cantel,
jawawut, jelai, gandum, dll). Keseluruhan komoditas di atas masuk ke
dalam golongan tanaman semusim, dengan wujud produksi pada saat panen
atau wujud produksi baku lainnya yang masih termasuk dalam lingkup
kategori pertanian. Contoh wujud produksi pada komoditas pertanian
tanaman pangan antara lain: padi dalam wujud Gabah Kering Giling (GKG),
jagung dalam wujud pipilan kering, dan ubi kayu dalam wujud umbi basah.
b. Tanaman Hortikultura
Tanaman hortikultura terdiri dari tanaman hortikultura semusim dan
tanaman hortikultura tahunan. Tanaman hortikultura semusim meliputi
tanaman hortikultura yang umumnya berumur pendek (kurang dari satu
tahun) dan panennya dilakukan satu atau beberapa kali masa panen untuk
satu kali penanaman. Sedangkan tanaman hortikultura tahunan meliputi
tanaman hortikultura yang umumnya berumur lebih dari satu tahun dan dan
pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali masa panen untuk satu
kali penanaman. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman
24
hortikultura meliputi kelompok komoditi sayuran, buahbuahan, tanaman
biofarmaka, dan tanaman hias.
c. Tanaman Perkebunan
Tanaman Perkebunan terdiri dari tanaman perkebunan semusim dan
tanaman perkebunan tahunan, baik yang diusahakan oleh rakyat maupun
oleh perusahaan perkebunan (negara maupun swasta). Cakupan usaha
perkebunan mulai dari pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan dan pemanenan yang menjadi satu kesatuan
kegiatan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman perkebunan
diantaranya adalah tebu, tembakau, nilam, jarak, wijen, tanaman berserat
(kapas, rosela, rami, yute, agave, abaca, kenaf, dan-lain-lain), kelapa, kelapa
sawit, karet, kopi, teh, kakao, lada, pala, kayu manis, cengkeh, jambu mete,
dan sebagainya.
d. Peternakan
Peternakan mencakup semua usaha peternakan yang
menyelenggarakan pembibitan serta budidaya segala jenis ternak dan
ungags dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan
diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan
peternakan. Golongan ini juga mencakup pembudidayaan ternak maupun
unggas yang menghasilkan produk berulang, misalnya untuk menghasilkan
susu dan telur. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan peternakan adalah
sapi potong, kerbau, kambing, domba, babi, kuda, ayam bukan ras (buras),
25
ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik manila, itik, telur ayam ras, telur
ayam bukan ras, telur itik, susu segar, dsb.
e. Jasa Pertanian dan Perburuan
Kegiatan jasa pertanian dan perburuan meliputi kegiatan jasa
pertanian, perburuan dan penangkapan satwa liar, serta penangkaran satwa
liar. Kegiatan jasa pertanian adalah kegiatan yang dilakukan baik oleh
perorangan maupun badan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak yang
khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan pertanian (tanaman
pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, dan peternakan).
Dicakup juga dalam kegiatan jasa pertanian adalah penyewaan alat
pertanian/hewan bersama operatornya dan risiko kegiatan jasa tersebut
ditanggung oleh yang memberikan jasa.
Peranan sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian sangat penting
karena sebagian besar penduduk negara-negara miskin menggantungkan hidupnya
pada sektor tersebut. Disisi lain, sektor pertanian juga dapat digunakan sebagai
sumber modal yang utama bagi pertumbuhan ekonomi. Modal berasal dari
tabungan yang diinvestasikan dan tabungan berasal dari pendapatan. Di negara-
negara miskin, pangsa pendapatan pertanian terhadap produk nasional mencapai 50
persen.
Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi (Wiratmo,
1992:223) adalah antara lain :
a. Sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang menggantungkan
hidupnya pada sektor pertanian.
26
b. Sektor pertanian merupakan sumber utama untuk pemenuhan kebutuhan
pangan di negara yang sedang berkembang.
c. Sektor pertanian merupakan sumber atau penyedia input tenaga kerja yang
sangat besar untuk menunjang pembangunan.
d. Sektor pertanian dapat juga berperan sebagai sumber modal yang utama
dalam pertumbuhan ekonomi disebagian besar negara sedang berkembang.
e. Sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi hasil output sektor
modern di negara sedang berkembang.
A.T. Mosher (1965) dalam Arsyad (2010:411) menganalisis syarat-syarat
pembangunan pertanian jika pertanian akan dikembangan dengan baik. Mosher
mengelompokkan syarat-syarat pembangunan tersebut menjadi dua, yaitu syarat
mutlak dan syarat pelancar. Menurut Mosher, ada lima hal yang harus tersedia
(mutlak) dalam pembangunan pertanian. Jika salah satu syarat tidak tersedia, maka
terhentilah pembangunan pertanian atau mungkin pertanian akan dapat berjalan
namun statis. Kelima syarat mutlak tersebut adalah sebagai berikut :
a. Adanya pasar untuk hasil usahatani. Pembangunan pertanian akan
meningkatkan produksi atas hasil-hasil usahatani. Maka didalam
memasarkan hasil-hasil produksi pertanian diperlukan adanya pasar,
permintaan (demand), sistem pemasaran, dan kepercayaan petani pada
system pemasaran tersebut.
b. Teknologi yang senantiasa berkembang. Meningkatnya produksi
pertanian diakibatkan oleh pemakaian cara-cara atau teknik baru didalam
usahatani. Teknologi pertanian berarti cara-cara bertani, termasuk
27
didalamnya bagaimana para petani menyebarkan benih, memelihara
tanaman dan memungut hasil serta memelihara ternak. Selain juga benih,
pupuk, obat-obatan pemberantas hama, alat-alat, sumber-sumber tenaga,
juga termasuk berbagai kombinasi jenis-jenis usaha oleh para petani agar
dapat menggunakan tenaga dan tanah mereka sebaik mungkin.
c. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal. Sebagian
besar metode baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian
memerlukan penggunan bahan-bahan dan alat-alat produksi yang khusus
oleh petani. Diantaranya bibit, pupuk, obat-obatan pemberantas hama,
makanan dan obat ternak. Pembangunan pertanian memerlukan kesemua
faktor diatas tersedia di berbagai tempat dalam jumlah yang cukup banyak
untuk memenuhi keperluan tiap petani yang mungkin akan
menggunakannya.
d. Adanya perangsang produksi bagi petani. Teknologi yang telah maju,
pasar yang mudah dan tersedianya bahan baku dan alat-alat produksi,
kesemuanya memberikan kesempatan kepada petani untuk dapat
meningkatkan produksinya. Akan tetapi semuanya kesempatan tersebut
akan sia-sia jika tidak dimanfaatkan. Oleh karenanya harus ada perangsang
yang membuat petani bergairah untuk meningkatkan produksinya. Faktor
perangsang tersebut adalah harga hasil produksi yang menguntungkan,
pembagian hasil yang wajar, dan tersedianya barang-barang dan jasa yang
ingin dibeli oleh petani.
28
e. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinu. Tanpa tersedianya
sarana pengangkutan yang efisen dan murah, maka keempat syarat mutlak
lainnya tidak dapat berjalan dengan efektif, karena produksi pertanian harus
tersebar dengan baik.
2.5 Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai Strategi Pembangunan
Daerah
Permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada
penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan
daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan
potensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan
inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan
untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi
(Arsyad, 2016:121)
Pengertian sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan,
baik itu perbandingan berskala regional, nasional maupun internasional. Pada
lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu
bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup
nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor
di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh
wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik (Tambunan, 2001:83).
29
Menurut Arifin dan Rachbini (2001:45) ada syarat agar suatu sektor tertentu
menjadi sektor prioritas, yaitu :
a. Sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan
yang cukup besar sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari
efek permintaan tersebut.
b. Karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif maka fungsi
produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas.
c. Harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor
yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah.
d. Sektor tersebut harus berkembang sehingga mampu memberi pengaruh
terhadap sektor-sektor lainnya.
Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih
cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor
pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan
tenaga kerja yang terserap dan kemajuan teknologi (technological progress).
penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi
sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan (Arifin dan Rachbini,
2001:67).
Sejalan dengan bergulirnya otonomi daerah, setiap kewenangan menjadi
tanggung jawab suatu daerah dalam meningkatkan taraf hidup masyarakatnya
dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki baik sumberdaya alam maupun
sumberdaya manusia. Dengan demikian kecenderungan untuk mengalokasi
30
sumberdaya alam berupa komoditas unggulan, dapat menjadi motor penggerak
pembangunan suatu daerah.
Menurut Setiyanto dan Irawan (2016:62), komoditas unggulan merupakan
komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk di kembangkan di suatu
wilayah yang penetapannya didasarkan pada berbagai pertimbangan baik secara
teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan
(pengusaan teknologi, kemampuan sumber daya, manusia, infrastruktur, dan
kondisi sosial budaya setempat)
Ambardi dan Prihawantoro (2002:29), kriteria komoditas unggulan suatu
daerah adalah:
a. Komoditas uggulan harus mampu menjadi penggerak utama (prime mover)
pembangunan perekonomian. Artinya, komoditas unggulan dapat
memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi,
pendapatan maupun pengeluaran.
b. Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang
yang kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas lainnya.
c. Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah
lain di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk,
biaya produksi, kuaitas pelayanan, maupun aspek-aspek lainnya.
d. Komoditas unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, baik
dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasokan bahan baku (jika bahan
baku di daerah sendiri tidak tersedia sama sekali).
31
e. Komoditas unggulan memiliki status teknologi yang terus meningkat,
terutama melalui inovasi teknologi.
f. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara
optimal sesuai dengan skala produksinya.
g. Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari
fase kelahiran, pertumbuhan, puncak hingga penurunan. Disaat komoditas
unggulan yang satu memasuki tahap penurunan, maka komoditas unggulan
lainnya harus mempu menggantikannya.
h. Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.
i. Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk
dukungan. Misalnya, dukungan keamanan, sosial, budaya, informasi dan
peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disinsentif, dan lain-lain.
j. Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian
sumberdaya dan lingkungan.
Dengan mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan, serta kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki suatu daerah, maka strategi pengembangan potensi
unggulan yang ada akan lebih terarah dan strategi tersebut akan menjadi pedoman
bagi pemerintah daerah atau siapa saja yang akan melaksanakan usaha di daerah
tersebut. Oleh karena itu, terdapat beberapa langkah-langkah yang dapat dijadikan
acuan dalam mempersiapkan strategi pengembangan ekonomi yang ada di daerah
(Sjafrizal : 2008:234)
32
a. Strategi Berbasis Keuntungan Kompetitif Daerah
Pada era otonomi, masing-masing daerah diberikan kebebasan untuk
menentukan arah dan strategi pembangunan daerahnya sesuai dengan
potensi yang dimiliki. Prinsip keuntungan kompetitif (Competitive
Advantage) sebagaimana yang dimaksud oleh Michael E. Porter (1990)
didasarkan pada unsur kreatifitas, teknologi dan kualitas manusia yang
dikombinasikan menjadi suatu kegiatan usaha. Sehingga produk-produk
yang dihasilkan oleh suatu daerah akan mempunyai daya saing yang tinggi
karena didukung oleh potensi spesifik yang dimiliki daerah yang
bersangkutan. Dengan demikian dapat saja terjadi suatu daerah yang tidak
mempunyai kandungan sumberdaya alam yang memadai, dapat
berkembang pesat karena kelebihannya dari segi kreatifitas, teknologi dan
kualitas sumberdaya manusia.
b. Strategi Pengembangan Komoditi Unggulan
Salah satu bentuk kebijakan pembangunan ekonomi daerah adalah
dengan pengembangan komoditi unggulan. Dalam hal ini, masing-masing
daerah didorong untuk mengembangkan satu atau dua komoditi utama yang
mempunyai potensi cukup besar dan mempunyai daya saing yang tinggi
sesuai dengan keuntungan kompetitif yang dimiliki oleh daerah yang
bersangkutan. Peningkatan daya saing ini tidak hanya penting dalam era
otonomi daerah tetapi juga penting dalam era globalisasi untuk menghadapi
persaingan ditingkat global.
c. Peningkatan Kemampuan Teknologi Daerah
33
Peningkatan kemampuan teknologi merupakan unsur penting untuk
pengembangan ekonomi daerah karena kemampuan teknologi merupakan
unsur penting untuk dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi
yang telah ada serta merangsang munculnya penemuan produk baru.
Peningkatan kemampuan teknologi daerah ditentukan oleh dua
unsur penting. Pertama, pengembangan pendidikan tinggi karena dengan
cara demikian pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
dapat diwujudkan. Melalui pengembangan IPTEK di daerah, kemampuan
untuk meningkatkan teknologi akan dapat pula difasilitasi. Kedua,
pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan (Research and
Development) karena dengan cara demikian inovasi dan penemuan produk-
produk baru akan dapat didorong. Sedangkan pengembangan inovasi dan
produk baru tersebut merupakan bentuk utama dari pengembangan
teknologi daerah.
d. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Daerah
Pengembangan kemampuan teknologi daerah hanya akan
dimungkinkan bilamana kualitas sumberdaya manusia daerah sudah cukup
tinggi. Dalam hal ini, pengembangan pendidikan dan kesehatan masyarakat
di daerah merupakan dua program strategis yang sangat menentukan dan
perlu terus dilanjutkan guna meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
daerah. Upaya pengembangan pendidikan tersebut perlu menekankan pada
3 hal pokok yaitu : (1) Peningkatan jumlah dan kualitas tenaga pendidik, (2)
34
Pengembangan prasarana dan sarana pendidikan, dan (3) Perubahan
manajemen pendidikan.
e. Pengembangan Kewirausahaan Daerah
Seandainya suatu daerah mempunyai potensi pengembangan
ekonomi yang cukup besar dan didukung oleh kualitas sumberdaya manusia
dan teknologi produksi yang sudah cukup baik, akan tetapi bila para
pengusaha dan masyarakat tidak mempunyai kemampuan kewirausahaan,
maka pengembangan kegiatan ekonomi akan sukar diwujudkan. Hanya
dengan kewirausahaan yang cukup tinggi semua potensi ekonomi yang ada
akan dapat diwujudkan menjadi kegiatan produksi melalui keberanian para
pengusaha untuk melakukan investasi dan menanggung resiko. Karena itu
tidaklah salah Benjamin Higgins dan Donald J. Savoie (1995) mengatakan
bahwa kewirausahaan (enterpreneurship) meupakan salah satu faktor kunci
untuk menggerakkan proses pembangunan daerah.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai peranan sektor tertentu terhadap perekonomian suatu
daerah sudah banyak yang meneliti sebelumnya. Hasil yang terdapat pada beberapa
penelitian baik berupa skripsi maupun jurnal yang dijadikan dasar pertimbangan
dan acuan dalam penelitian ini, yaitu :
Syarif (2017) penelitan tentang “Analisis Penentuan Komoditas Unggulan
Sektor Pertanian di Kabupaten Mamuju Tahun 2011-2015”. Metode yang
35
digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan analisis Location
Quotient dan Shift Share. Hasil penelitian dengan LQ menunjukkan bahwa
komoditas pertanian yang menjadi unggulan ialah padi ladang, jagung, kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, sawi, kacang panjang, cabe besar, kangkung,
durian, jambu air, jeruk, nangka, rambutan, papaya, kelapa sawit, kakao, kelapa,
ayam kampung, sapi, budidaya laut dan kayu gergajian. Berdasarkan analisis Shift
Share menunjukkan bahwa komoditas unggulan pertanian mengalami perubahan
dari komoditas subsektor tanaman pangan menjadi komoditas subsektor
perkebunan. Dimana pergeserannya didominasi oleh komoditas kelapa sawit.
Tanjung (2017) tentang “Kontribusi Subsektor Perkebunan Terhadap
Perekonomian Daerah: Studi Kasus Di Provinsi Jawa Timur”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kontribusi subsektor perkebunan terhadap
perekonomian Jawa Timur periode 2010-2015. Penelitian ini menggunakan analisis
location quotient dan shift share. Hasil menunjukkan bahwa hanya tebu dan
tembakau yang menjadi komoditas unggulan baik pada konteks luas areal dan
produksi. Tembakau merupakan komoditas paling unggul sedangkan pala
merupakan komoditas paling tidak unggul. Perkebunan merupakan sub sektor non
unggulan serta tidak selalu memiliki pertumbuhan proporsional dan daya saing
yang cepat. Namun, perkebunan Jawa Timur merupakan sub sektor yang tergolong
progresif yang berarti berkontribusi secara baik terhadap perekonomian Jawa
Timur.
Abdurrahman (2019) penelitian tentang “Kontribusi Sektor Pertanian dan
Rumusan Prioritas dalam Pembangunan Pertanian Daerah Kabupaten Wonosobo
36
(Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)”. Hasil penelitian dengan
menggunakan LQ dapat diketahui bahwa sektor pertanian merupakan sektor
unggulan. Sedangkan analisis shift share pada sektor pertanian menunjukkan
pertumbuhan yang lambat tetapi memiliki daya saing yang baik. Pada sub sektor
yang menjadi unggulan adalah sub sektor Tanaman Pangan, Tanaman Hortikultura
Semusim, Hortikultura Tahunan, Perkebunan, Peternakan, Jasa Pertanian dan
Perburuan, Kehutanan serta Perikanan.
Sofyan (2014) melakukan penelitian “Analisis Komoditas Unggulan
Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Pemalang”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui komoditas unggulan pertanian tanaman pangan dan daya saing wilayah
di Kabupaten Pemalang. Hasil penelitian komoditas unggulan meliputi keunggulan
komparatif metode analisis Locationt Quotient dan keunggulan kompetitif dengan
analisis Revenue Cost. Hasil analisis LQ menunjukan bahwa tanaman padi memiliki
penyebaran wilayah paling luas yang meliputi Kecamatan Randudongkal,
Pemalang, Taman, Petarukan, Ampelgading, Comal, dan Kecamatan Ulujami.
Sedangkan metode RC sebagai salah satu pendekatan model pengujian keuntungan
cabang usahatani menunjukkan bahwa seluruh komoditas tanaman pangan
memiliki keunggulan kompetitif karena nilai RC > 1.Nilai RC tertinggi untuk
komoditas tanaman pangan adalah tanaman padi. Dilihat dari keunggulan
komparatif dan kompetitif berdasarkan pada nilai tertinggi diperoleh kesimpulan
bahwa tanaman padi adalah komoditas unggulan tanaman pangan di Kabupaten
Pemalang. Keragaan daya saing wilayah dengan metode Penskalaan dan juga
memperhatikan keunggulan komparatif dan kompetitif dipengaruhi oleh dukungan
37
sumber daya alam, profil tumbuh tanaman, pola tanam, nilai ekonomi produksi, dan
topografi suatu wilayah.
Penelitian yang dilakukan oleh Novitasari dan Ayuningtyas (2018) tentang
“Identifikasi Komoditas Unggulan Pertanian dalam mendukung Kawasan
Agropolitan, Studi kasus: Kabupaten Pasaleman, kabupaten Cirebon”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan pertanian di Kecamatan
Pasaleman dalam mendukung peran Kecamatan Pasaleman sebagai kawasan
agropolitan. Tahapan untuk mencapai tujuan tersebut adalah mempelajari konsep
kawasan agropolitan, mengidentifikasi metode-metode penentuan komoditas
unggulan wilayah, mengidentifikasi komoditas unggulan di Kecamatan Pasaleman,
dan menentukan peran Kecamatan Pasaleman terhadap sistem Kawasan
Agropolitan Ciledug. Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini
adalah data sekunder dan data primer dari kuesioner petani di Kecamatan
Pasaleman dengan metode Slovin untuk pengambilan sampel. Untuk
mengidentifikasi komoditas unggul pertanian di Kecamatan Pasaleman, digunakan
empat metode analisis, yang terdiri dari: perhitungan Location Quotient,
produktivitas pertanian, produksi pertanian, dan laba atau profit tiap komoditas.
Jika ditinjau dari segi produksi dan produktivitas, sektor unggul pertanian di
Kecamatan Pasaleman adalah tebu. Namun jika dilihat dari hasil perhitungan LQ,
sektor yang menempati urutan pertama di Kecamatan Pasaleman adalah pepaya.
Implikasi dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk strategi pemerintah
daerah dan petani di Kecamatan Pasaleman dalam mengembangkan komoditas
unggulan di wilayah tersebut
38
Penelitian Fauzia (2019) tentang “Analisis Komoditas Unggulan Pertanian
di Kabupaten Banjar” dengan metode analisis Location Quotient dan Shift Share.
Hasil penelitian dalam periode 2013 – 2017 tersebut menunjukan komoditi
pertanian yang menjadi basis di sebagian kecamatan di Kabupaten Banjar untuk
subsektor tanaman pangan dengan komoditi unggulan yaitu padi sawah, padi
ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang, hijau, ubi kayu dan ubi jalar.
Subsektor holtikultura buah-buahan dengan komoditi unggulan yaitu alpukat,
belimbing, duku/langsat, durian, jambu biji, jeruk siam/keprok, jeruk besar,
mangga, nangka, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, sirsak, sukun,
melinjo, petai dan jengkol. Subsektor holtikultura sayur-sayuran dengan komoditi
unggulan yaitu kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, terung, buncis,
ketimun, kangkung, bayam dan semangka. Subsektor perkebunan dengan komoditi
unggulan yaitu kelapa dalam, kelapa sawit, kopi, lada, jambu mete, sagu/rumbia,
kemiri, pinang, kapuk, kenanga dan aren. Subsektor peternakan dengan komoditi
unggulan yaitu sapi, kuda, kerbau, ayam pedaging dan itik. Subsektor perikanan
dengan komoditi unggulan yaitu perikanan darat dan budidaya.
2.7 Kerangka Pemikiran Operasional
Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sektor yang menjadi
penyumbang PDRB terbesar bagi Kabupaten Rembang setiap tahunnya. Pada
tahun 2019, sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB
Kabupaten Rembang, yaitu sebesar 3,301,21 juta rupiah atau setara dengan 25,02%
total pendapatan PDRB Kabupaten Rembang.
39
Selain menjadi kontributor terbesar terhadap PDRB kabupaten, menurut
data BPS Kabupaten Rembang di tahun 2019 sejumlah 324.318 jiwa penduduk usia
15 tahun keatass yang termasuk golongan angkatan kerja, sebanyak 30% atau
95.221 jiwa tersebut menggantungkan hidupnya dengan bekerja pada sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan. Itulah alasan mengapa sektor pertanian
menjadi sektor paling penting dalam pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten
Rembang. Atas pertimbangan tersebut, perlu juga adanya kebijakan untuk
menentukan sub sektor unggulan dan non unggulan dalam perencanaan
pembangunan daerah khusus nya di sektor pertanian, sehingga potensi yang ada di
Kabupaten Rembang dapat dikembangkan secara lebih maksimal.
Berdasarkan susunan yang terdiri dari 17 lapangan usaha, lapangan usaha
pertanian, kehutanan dan perikanan terdiri dari beberapa sektor yaitu sektor
pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian, sektor kehutanan dan
penebangan kayu, serta sektor perikanan. Sektor Pertanian, peternakan, perburuan
dan jasa pertanian terdiri dari beberapa subsektor yaitu: subsektor tanaman pangan,
subsektor tanaman hortikultura, subsektor tanaman perkebunan, dan subsektor
peternakan, serta subsektor jasa pertanian dan perburuan. Analisis untuk
mengatahui perubahan struktur sektoral maka akan dihitung dengan menggunakan
alat analisis Shift-Share sehingga dapat diketahui pertumbuhan dan daya saing tiap
subsektor per tahunnya. Sedangkan untuk mengetahui komoditas dari tiap-tiap
subsektor mana sajakah yang menjadi subsektor unggulan atau basis dan lokal atau
non basis maka akan dianalisis menggunakan Location Quotient (LQ) dan juga
40
untuk mengetahui gambaran daya saing komoditas dimasa mendatang dengan
menggunakan analisis Dynamic Location Quotient.
Secara skematis penetapan komoditas unggulan sektor pertanian serta
perubahan struktur subsektor pertanian, maka dapat dilihat pada Gambar 3 berikut:
41
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Perekonomian Kabupaten Rembang
Sektor Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan yang mempunyai subsektor :
1. Subsektor Tanaman Pangan
2. Subsektor Hortikultura
3. Subsektor Perkebunan
4. Subsektor Peternakan
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
(PDRB berdasarkan 17 Lapangan Usaha)
Peran Sektor Pertanian Dalam
Perekonomian Di Kabupaten Rembang
Komoditas Basis
dan Non Basis
Posisi dan laju
Subsektor Reposisi
Komoditas
Analisis Dynamic
Location Quotient Analisis Shift-Share
Analisis Location
Quotient
42
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah pada
bulan Maret - Februari 2021. Pemilihan lokasi penelitian tersebut dipilih secara
sengaja dengan alasan memperhatikan ketimpangan nilai Produk Domestik
Regional Bruto yang menjadikan Kabupaten Rembang menjadi daerah dengan
pendapatan PDRB terendah dalam lingkup Provinsi Jawa Tengah.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan
merupakan data sekunder yang berbentuk cross section (data silang) yaitu nilai
produksi komodittas menurut subsektor dan time series (data deret waktu) selama
rentang waktu lima tahun antara tahun 2015 hingga tahun 2019. Data Sekunder
adalah data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan
kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, Mudrajat ; 2001). Adapun data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Nilai produksi komoditas subsektor pertanian Provinsi Jawa Tengah tahun
2015 – 2019 yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa
Tengah dan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.
b. Nilai produksi komoditas subsektor pertanian Kabupaten Rembang tahun
2015 – 2019 yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Rembang dan BAPPEDA.
43
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017:224)
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan pada penelitian yaitu dengan menggunakan
metode dokumentasi. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
diteliti. Dokumen bias berbentuk tulisan, gambar maupun karya-karya dari
seseorang (Sugiyono, 2017:240). Dokumentasi memiliki kelebihan yaitu metode ini
menghemat waktu karena dapat dilihat secara langsung sekaligus mencatatnya,
tidak perlu pengantar orang lain, tidak menimbulkan kecurigaan, dan dapat
mengetahui data yang telah berlalu. Data yang didapatkan dalam penelitian
selanjutnya diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2016.
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Selanjutnya untuk menganalisis pembangunan ekonomi daerah terdapat
beberapa alat analisis yang dapat digunakan Tulus (1999) yang terdiri dari :
Pertama, analisis Shift-Share, oleh banyak peneliti ekonomi regional bahwa
analisis shift-share dianggap sebagai teknik yang sangat baik untuk menganalisis
perubahan struktur ekonomi daerah dibanding perekonomian nasioal. Dengan
pendekatan analisis shift-share ini dapat ditentukan kinerja atau produktivitas kerja
44
perekonomian suaru daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih
besar (regional/nasional).
Kedua, adalah Location Quotient (LQ) adalah suatu teknik yang digunakan
untuk memperluas metode analisis. Sebaliknya shift-share yaitu untuk mengukur
konsentrasi suatu kegiatan ekonomi atau sektor disuatu daerah dengan cara
membandingkan peranan dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan dari
kegiatan ekonomi/sektor yang sama pada tingkat nasional (Adisasmita, 2011:22)
Ketiga, adalah Dynamic Location Quotient (DLQ). Teknik analisis
Dynamic Location Quotient atau DLQ prinsipnya hampi sama dengan LQ, hanya
saja perbandingan ini lebih menekankan pada laju pertumbuhan komoditas. Teknik
ini untuk mengatasi kelemahan analisis LQ yang hanya dapat melihat peranan
komoditas dalam kurun waktu tertentu, namun DLQ dapat memprediksikan dimasa
yang akan datang.
3.4.1 Analisis Shift Share
Analisis shift-share merupakan teknik yang sangat berguna dalam
menganalisis perubahan struktural ekonomi daerah yang dalam penelitian ini
diwakilkan oleh Kabupaten Rembang, dibandingkan dengan perekonomian tingkat
atas yaitu Provinsi Jawa Tengah.. Kegunaan analisis ini adalah untuk melihat
perkembangan suatu daerah dibandingkan dengan daerah lainnya dan melihat
perbandingan laju pertumbuhan sektor suatu daerah dibandingkan laju
pertumbuhan nasional.
45
a. Perhitungan Analisis Shift Share
Analisis Shift Share menggunakan 3 komponen yang berhubungan satu
dengan yang lainnya, yaitu :
1. Pertumbuhan Regional (PR)
Pertumbuhan Regional digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau
pergeserann struktur ekonomi suatu daerah dengan melihat nilai produksi daerah
pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan
ekonomi daerah diatasnya (provinsi). Dengan kata lain PS menunjukkan bagaimana
pengaruh pertumbuhan ekonomi provinsi terhadap perekonomian daerah.
2. Pertumbuhan Proporsional (PP)
Merupakan indikator yang menunjukkan perubahan relatif kinerja suatu
sektor tertentu di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di provinsi. Pengukuran
ini memungkinkan untuk mengetahui apakah perekonomian daerah berkonsentrasi
pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat daripada perekonomian yang
dijadikan acuan.
3. Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)
Merupakan indikator yang memberikan penjelasan atau informasi dalam
menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian
yang ada di tingkat yang lebih atas atau provinsi. Disebut juga keunggulan
kompetitif atau pertumbuhan wilayah.
46
Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Dij = PRij + PSij + PPWij
PRij = Pij . Ra
PSij = Pij . (Ri – Ra)
PPWij = Pij . (ri – Ri)
Keterangan :
i = komoditas yang diteliti
j = Variabel penelitian yang diteliti yaitu kabupaten Rembang
Pij = Nilai Produksi komoditas i di Kabupaten Rembang pada tahun dasar
P*ij = Nilai Produksi komoditas i di Kabupaten Rembang pada tahun akhir
Pin = Nilai Produksi komoditas i di Provinsi Jawa Tengah pada tahun dasar
P*in = Nilai Produksi komoditas i di Provinsi Jawa Tengah pada tahun akhir
Pn = Total Nilai Produksi Komoditas pertanian Provinsi Jawa Tengah pada
tahun awal
P*n = Total Nilai Produksi Komoditas pertanian Provinsi Jawa Tengah pada
tahun akhir
Dimana rij, rin, dan rn mewakili laju pertumbuhan daerah Kabupaten
Rembang dan laju pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah yang masing-masing
didefinisikan sebagai berikut :
ri = (P*ij – Pij) / Pij
Ri = (P*in – Pin) / Pin
Ra = (P*n – Pn) / Pn
47
Masing-masing pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai berikut :
rn = Total laju pertumbuhan komoditas pertanian Provinsi Jawa Tengah pada
tahun dasar
rin = Total laju pertumbuhan pertanian komoditas i Provinsi Jawa Tengah pada
tahun dasar
rij = Total laju pertumbuhan pertanian komoditas i Kabupaten Rembang pada
tahun dasar
b. Menghitung Pergeseran Bersih
Apabila komponen pertumbuhan proporsional dan pangsa wilayah
dijumlahkan, maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi pertumbuhan komoditas sektor pertanian. Pergeseran bersih
komoditas pertanian i pada wilayah j (Kabupaten Rembang) dapat dirumuskan
sebagai berikut :
PBij = Psij + Dsij
Dimana :
PBij = Pergeseran bersih komoditas i pada wilayah j (Kabupaten Rembang)
PSij = Komponen pertumbuhan porposional wilayah komoditas i pada wilayah j
(Kabupaten Rembang)
DSij = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah komoditas i pada wilayah j
(Kabupaten Rembang)
48
Apabila PBij > 0, maka pertumbuhan komoditas i pada wilayah j termasuk
ke dalam kelompok maju. Sedangkan jika PBij < 0, maka pertumbuhan komoditas
i pada wilayah j termasuk lamban.
3.4.2 Analisis Location Quotient
Penelitian ini menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ). Analisis
LQ merupakan indikator sederhana yang dapat menunjukkan kekuatan peranan
suatu komoditas dalam suatu daerah bawah (kabupaten/kota) dibandingkan dengan
peranan komoditas yang sama dalam suatu daerah atas yang lebih luas (provinsi).
Dengan metode LQ ini dapat diketahui sektor apa saja yang menjadi unggulan atau
sektor basis dalam perekonomian di Kabupaten Rembang dibandingkan dengan
dengan sektor yang sama di Provinsi Jawa Tengah. Rumusnya adalah sebagai
berikut (Tarigan, 2005:82)
LQ = 𝑿𝒊𝒓/𝑿𝒓
𝑿𝒊𝒏/𝑿𝒏
Dimana :
Xir = Jumlah produksi komoditas i sektor regional (Kabupaten Rembang)
Xr = Total produksi komoditas sektor regional (Kabupaten Rembang)
Xin = Jumlah produksi komoditas i sektor nasional (Provinsi Jawa Tengah)
Xn = Total produksi komoditas sektor nasional (Provinsi Jawa Tengah)
Apabila nilai LQ > 1 artinya peran komoditas i di daerah regional itu lebih
besar daripada peranan komoditas itu secara nasional. Sehingga komoditas tersebut
49
dapat dikategorikan sebagai komoditas unggulan atau basis, atau dapat disimpulkan
bahwa peranan komoditas i dalam perekonomian di Kabupaten Rembang lebih
menonjol daripada komoditas tersebut di Provinsi Jawa Tengah.
Sebaliknya jika nilai LQ<1 maka suatu komoditas tersebut dikategorikan
sebagai komoditas lokal atau komoditas non basis karena peranan komoditas
tersebut dalam perekonomian di kabupaten Rembang lebih kecil nilainya daripada
komoditas tersebut di Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan jika nilai LQ=1 maka
terjadi keseimbangan peranan komoditas kabupaten dibanding dengan komoditas
di Provinsi.
Kelemahan LQ adalah bahwa kriteria ini bersifat statis, yang artinya
memberikan gambaran pada satu titik waktu saja. Itu berarti bahwa komoditas yang
unggul pada tahun ini belum tentu unggul pada tahun yang akan datang. Sebaliknya
bisa saja komoditas yang belum unggul pada saat ini akan unggul di masa
mendatang. Reposisi demikian dapat terjadi tergantung pada laju pertumbuhan
setiap komoditas wilayah regional (kabupaten) dibandingkan laju pertumbuhan
sektor itu di wilayah nasional (provinsi). Komoditas di regional yang laju
pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan komoditas wilayah
nasional, sekalipun sektor ini unggul sekarang, namun jika keadaan tidak berubah
suatu ketika akan kalah bersaing dengan daerah lain. Sebaliknya komoditas di
wilayah regional yang bertumbuh lebih cepat dibandingkan dengan laju komoditas
wilayah nasional, sekalipun belum merupakan komoditas unggulan sekarang,
kemudian hari dapat diharapkan menjadi komoditas unggul.
50
3.4.3 Analisis Dynamic Location Quotient
Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah variasi lain dari metode Location
Quotient untuk mengatasi kelemahannya. Metode ini memberikan gambaran posisi
sektor dimasa yang akan datang. DLQ prinsipnya hampi sama dengan LQ, hanya
saja perbandingan ini lebih menekankan pada laju pertumbuhan komoditas yang
dinotasikan dengan gij dan gi yang merupkan interprestasi dari laju pertumbuhan
komoditas sektor pertanian di wilayah regional, sedangkan notasi Gi dan G
merupakan notasi yang menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan komoditas sektor
pertanian di wilayah nasional. Menurut Suyatno (2000) Rumus yang digunakan
adalah :
DLQ = (𝟏+𝒈𝒊𝒋)/(𝟏+𝒈𝒋)
(𝟏+𝑮𝒊)/(𝟏+𝑮). 𝒕
Keterangan
gij = Rata-rata laju pertumbuhan produksi komoditas i di Kabupaten
Rembang
gj = Rata-rata laju pertumbuhan total produksi komoditas di Kabupaten
Rembang
Gi = Rata-rata laju pertumbuhan produksi komoditas i di Provinsi Jawa
Tengah
G = Rata-rata laju pertumbuhan produksi komoditas di Provinsi Jawa Tengah
t = Jumlah tahun analisis
Untuk menghitung laju pertumbuhan, dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
51
G = 𝑷𝑫𝑹𝑩𝟏−𝑷𝑫𝑹𝑩𝟎
𝑷𝑫𝑹𝑩𝟎 𝟏𝟎𝟎%
Keterangan
PDRB1 = Nilai produksi komoditas suatu tahun
PDRB0 = Nilai produksi komoditas tahun sebelumnya
Jika nilai DLQ>1 artinya komoditas tersebut masih dapat diharapkan
sebagai komoditas unggulan pada masa yang akan datang. Sebaliknya jika nilai
DLQ<1 maka komoditas tersebut tidak dapat diharapkan menjadi komoditas
unggulan atau komoditas basis pada masa mendatang
3.4.4 Analisis Gabungan LQ dan DLQ
Analisis gabungan dari LQ dan DLQ dimaksudkan untuk dapat mengetahui
terjadinya pergeseran atau reposisi yang dialami komoditas serta menilai prospek
keberadaan komoditas tersebut pada masa yang akan datang. Berikut merupakan
tabel silang tipolgi prospek pengembangan basis ekonomi dengan kriteria sebagai
berikut :
Tabel 3. Tipologi Sektor Berdasarkan Nilai LQ dan DLQ
DLQ > 1 DLQ < 1
LQ > 1 Tipe I
Basis, Prospektif
Tipe III
Basis, Tidak Prospektif
LQ < 1 Tipe II
Non Basis, Prospektif
Tipe IV
Non Basis, Tidak Prospektif
52
Berikut merupakan penjelasan dari klasifikasi tipologi prospek
pengembangan basis ekonomi :
1. Tipe I, memiliki arti bahwa suatu sektor/komoditas tetap menjadi basis dan
diharapkan masih menjadi basis atau unggulan dimasa yang akan datang.
2. Tipe II, memiliki arti bahwa suatu sektor atau komoditas tidak termasuk
sektor basis atau unggulan, akan tetapi sektor atau komoditas tersebut telah
berkembang pesat sehingga dapat diandalkan dimasa yang akan datang.
3. Tipe III, memiliki arti bahwa suatu sektor atau komoditas termasuk dalam
basis atau unggulan, akan tetapi sektor atau komoditas tersebut mengalami
reposisi dan menurun perannya, sehingga tidak dapat diharapkan menjadi
basis atau unggulan pada masa yang akan datang.
4. .Tipe IV, memiliki arti bahwa suatu sektor atau komoditas tergolong sektor
non basis atau non unggulan, dan mengalami reposisi dan menurun
perannya, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai penopang perekonomian
wilayah pada masa yang akan datang.
53
BAB IV
GAMBARAN UMUM KABUPATEN REMBANG
4.1 Kondisi Alam
Secara astronomis, Kabupaten Rembang terletak antara 6* 30’ - 7* 06’
Lintang Selatan dan antara 111* 00’ - 111* 30’ Bujur Timur. Kabupaten Rembang
merupakan kabupaten paling timur di Provinsi Jawa Tengah dan terletak di Pantai
Utara Jawa Tengah. Kabupaten Rembang berbatasan dengan beberapa kabupaten
lain di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten
Rembang adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Blora
Sebelah Barat : Kabupaten Pati
Sebelah Timur : Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur
Kabupaten Rembang terbagi menjadi 14 Kecamatan yang dibagi lagi atas
287 desa dan 7 kelurahan, dengan luas wilayah keseluruhan sebesar 1.035,70 km2,
Kabupaten Rembang merupakan wilayah Kabupaten yang cukup luas dibandingkan
dengan Kabupaten atau kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan yang
memiliki luas terbesar adalah kecamatan Sale dengan luas 10,53% dari total luas
wilayah kabupaten Rembang. Sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah
Kecamatan Sluke dengan luas 3,67% dari total luas keseluruhan Kabupaten
Rembang.
Sebagian besar (56,83 persen) wilayah Kabupaten Rembang merupakan
dataran rendah yang terletak di bagian utara Kabupaten Rembang, sedangkan di
54
bagian selatan relatif lebih tinggi. Di Kabupaten Rembang terdapat empat
Kecamatan dengan ketinggian lebih dari 700 mdpl, yaitu Kecamatan Sedan,
Kecamatan Pancur, Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sluke. Sedangkan untuk
Kecamatan dengan wilayah terendah adalah Kecamatan Kaliori dengan ketinggian
0-25 mdpl.
Tabel 4. Tinggi Wilayah dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan di
Kabupaten Rembang
No. Kecamatan Tinggi Wilayah
(mdpl)
Luas Wilayah
(km2)
Persentase
(%)
1. Sumber 100-200 78,20 7,55
2. Bulu 300-400 101,10 9,76
3. Gunem 600-700 84,74 8,18
4. Sale 600-700 109,02 10,53
5. Sarang 50-100 93,83 9,06
6. Sedan >700 86,35 8,34
7. Pamotan 100-200 80,60 7,78
8. Sulang 100-200 84,81 8,19
9. Kaliori 0-25 61,17 5,91
10. Rembang 25-50 61,55 5,94
11. Pancur >700 43,01 4,15
12. Kragan >700 67,18 6,49
13. Sluke >700 38,02 3,67
14. Lasem 600-700 46,12 4,45
Total 1.035,70 100
Sumber : BPS Kabupaten Rembang, 2020
Wilayah Kabupaten Rembang memiliki jenis iklim tropis dengan suhu
maksimum tahunan sebesar 33°C dan suhu rata-rata 23°C. Bulan basah di
Kabupaten Rembang terjadi selama sampai 5 bulan setiap tahunnya, sedangkan
selebihnya termasuk kategori bulan sedang sampai kering.
Sementara itu, untuk curah hujan pada tahun 2020 paling tinggi terjadipada
bulan April 2020 dengan rata-rata mencapai 290 mm. Sedangkan wilayah dengan
55
curah hujan paling tinggi selama tahun 2020 adalah Kecamatan Bulu, mencapai
1.933 mm. Tingginya curah hujan yang terjadi di Kecamatan Bulu ini dikarenakan
selama tahun 2020, Kecamatan Bulu mengalami jumlah hari hujan paling tinggi,
sebanyak 116 hari.
Secara menyeluruh wilayah Kabupaten Rembang merupakan daerah
pertanian yang relatif subur, kecuali di daerah pegunungan yang terdapat di sebelah
timur bagian selatan wilayah Kabupaten Rembang, dapat dijelaskan dari jenis tanah
yang terdapat di wilayah Kabupaten Rembang meliputi:
1. Tanah Alluvial Yaitu tanah yang beraneka sifatnya, dengan warna kelabu,
coklat hitam mempunyai produktivitas yang sangat rendah sampai tinggi,
berasal dari sedimentasi sungai di dataran utara tengah dan sedikit di
wilayah pantai sebelah timur, meliputi 10 % dari luas wilayah Kabupaten
Rembang dan biasanya digunakan untuk tanah pertanian dan permukiman.
2. Tanah Regosol Yaitu tanah yang netral sampai asam dengan warna putih,
coklat kekuningkuningan, coklat, kelabu, meliputi 5 % dari luas wilayah
Kabupaten Rembang yang terdapat di sebagian besar pantai utara. Tanah
jenis ini berasal dari sedimentasi pasir pantai, digunakan terutama untuk
pertanian dan perkebunan.
3. Tanah Grumosol Yaitu tanah yang agak netral berwarna kelabu sampai
hitam, produktivitasnya dari rendah sampai sedang. Jenis tanah ini
menduduki luas kedua atau sebesar 32% dari luas wilayah Kabupaten
Rembang, terletak di bagian selatan dan biasanya digunakan untuk tanah
pertanian dan perkebunan.
56
4. Tanah Mediteran Merah Kuning Yaitu tanah yang agak netral, berwarna
merah sampai coklat dengan produktivitas sedang sampai tinggi, meliputi
kurang lebih 45 % dari seluruh wilayah Kabupaten Rembang. Jenis tanah
ini terletak dibagian timur dari pantai sampai masuk ke selatan dan biasanya
digunakan untuk tanah sawah, tegalan, kebun buah dan padang rumput.
Kabupaten Rembang memiliki kandungan tanah Andosol dan
endapan/deposit bahan tambang antara lain: batu kapur, batu bara muda,
Clay, Dolomit, Tras, Pasir Kwarsa, Fosfat dan sebagainya yang jumlahnya
berkisar 8% dari luas wilayah Kabupaten Rembang yang menjadi potensi
daerah di bidang pertambangan dan bahan galian. Potensi yang cukup besar
tersebut maka pabrik semen Indonesia telah membuka usaha di Kabupaten
Rembang.
4.2 Kondisi Penduduk
Kabupaten Rembang mempunyai kepadatan peduduk pada tahun 2020 623
jiwa/km2 berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2020, dibandingkan dengan proyeksi
penduduk tahun sebelumnya, penduduk Rembang mengalami pertumbuhan sebesar
1,12 persen. Pertumbuhan penduduk terbesar ada di Kecamatan Pamotan diikuti
Kecamatan Sumber masing-masing sebesar 7,42 persen dan 4,26 persen.
57
Tabel 5. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut
Kecamatan di Kabupaten Rembang
Kecamatan Penduduk (Ribu) Laju Pertumbuhan (%)
Sumber 36,80 4,26
Bulu 28,02 4,02
Gunem 24,26 -0,35
Sale 38,92 1,51
Sarang 62,89 -4,75
Sedan 55,26 0,19
Pamotan 49,75 7,42
Sulang 39,12 -0,92
Kaliori 42,21 1,60
Rembang 91,91 -0,81
Pancur 30,81 3,64
Kragan 65,50 2,48
Sluke 29,51 3,96
Lasem 50,38 0,58
Rembang 645,33 1,12
Sumber : BPS Kabupaten Rembang, 2020
Penduduk Kabupaten Rembang tahun 2020 sebanyak 645.333 jiwa yang
terdiri atas 324.593 jiwa penduduk laki-laki dan 320.740 jiwa penduduk
perempuan. Penduduk di Kabupaten Rembang didominasi penduduk dengan
kelompok umur antara 30-34 tahun dengan jumlah 51.689 jiwa, sedangkan
penduduk dengan kelompok umur antara 70-74 tahun merupakan penduduk dengan
jumlah terkecil yaitu sebanyak 13.664 jiwa.
58
Tabel 6. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Rembang Tahun 2020
Kelompok Umur Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
0-4 24.169 23 128 47 297
5-9 22.783 21.594 44.377
10-14 23.658 21.941 45.599
15-19 25.410 23.691 49.101
20-24 25.373 23.949 49.322
25-29 25.342 24.610 49.952
30-34 25.706 25.983 51.689
35-39 24.696 24.390 49.086
40-44 25.421 25.283 50.704
45-49 23.392 23.111 46.503
50-54 21.183 21.298 42.481
55-59 18.701 18.845 37.546
60-64 15.438 15.846 31.284
65-69 11.397 11.265 22.662
70-74 6.538 7.126 13.664
75+ 5.386 8.680 14.066
Rembang 324.593 320.740 645.333
Sumber : BPS Kabupaten Rembang, 2020
4.3 Kondisi Pertanian
Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, subsektor
perkebunan, subsektor perikanan, sub sektor peternakan. Sektor pertanian
merupakan sektor yang mampu memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB
Kabupaten Rembang di bandingkan sektor-sektor perekonomian lainnya. Adapun
produksi dari komoditi-komoditi yang di hasilkan di Kabupaten Rembang dari
setiap sub sektor yaitu:
59
a. Tanaman Pangan.
Tanaman pangan adalah tanaman yang berfungsi sebagai sumber
karbohidrat utama bagi masyarakat. Tanaman ini terbagi menjadi padi dan
palawija. Padi dibagi lagi menjadi padi sawah dan padi ladang, sedangkan
palawija sendiri terbagi menjadi jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang
hijau dan kacamg tanah..
b. Hortikultura
Subsektor hortikultura di Kabupaten Rembang terdiri dari kategori sayuran
yang meliputi bawang merah, bayam, cabe besar, cabe rawit, jamur, kacang
panjang, kangkung, melinjo, mentimun, petai, sawi, terong, tomat, Buah-
buahan terdiri dari alpukat, belimbing, blewah, duku, durian, jambu air,
jambu biji, jeruk besar, jeruk siam, mangga, melon, mengkudu, nangka,
nanas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, semangka, sirsak, sukun.
Kategori biofarmaka atau obat-obatan yaitu jahe, kencur, kunyit, laos,
lempuyang, sambiloto, temuireng, temukunci dan temulawak.
c. Perkebunan
Subsektor perkebunan di Kabupaten Rembang terdiri dari komoditas
cengkeh, jambu mete, kapuk, kelapa, kobi robusta, siwalan tebu tembakau
rajang dan wijen. Komoditas ini merupakan tanaman semusim dan tahunan
yang ditanam oleh rakyat dan perusahaan perkebunan milik negara atau
perhutani.
60
d. Peternakan
Subsektor peternakan di Kabupaten Rembang dibedakan atas tiga jenis yaitu
ternak besar, ternak kecil dan unggas. Ternak besar terdiri dari kerbau, kuda,
dan sapi potong. Ternak kecil terdiri dari domba dan kambing. Sedangkan
ternak ungags yaitu ayam kampung/ayam buras, ayam pedaging, ayam
petelur dan itik.
61
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Posisi Subsektor, Pertumbuhan dan Daya Saing di Kabupaten
Rembang Periode 2015-2019
5.1.1 Analisis Shift Share
Pertumbuhan sub sektor pertanian wilayah Kabupaten Rembang
dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah beberapa komponen
pertumbuhan wilayah, seperti Pertumbuhan Regional (PR), Pertumbuhan
Proporsional (PP) dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Apabila ketiga
komponen tersebut memilki nilai positif, maka laju pertumbuhan subsektor dalam
sektor pertanian di Kabupaten Rembang mengalami peningkatan.
a. Pengaruh Pertumbuhan Komoditas Pertanian Regional (PRij)
Pertumbuhan Regional (PR) didapatkan dari rasio total produksi subsektor
pertanian Provinsi Jawa Tengah (Ra) dikalikan dengan produksi subsektor
pertanian Kabupaten Rembang pada tahun dasar analisis yaitu tahun 2015 (Pij).
Berdasarkan analisis shift Share maka dapat dapat disimpulkan sebagai berikut:
Jika PR memiliki nilai positif maka artinya pertumbuhan subsektor di Provinsi Jawa
Tengah berpengaruh terhadap pertumbuhan subsektor di Kabupaten Rembang. Jika
PR memiliki nilai negatif maka artinya pertumbuhan subsektor di Provinsi Jawa
Tengah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan subsektor di Kabupaten
Rembang.
62
Berdasarkan hasil perhitungan shift-share, perkembangan subsektor dan
komoditi pertanian secara keseluruhan (Dij) Kabupaten Rembang tahun 2015-2019
adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Subsektor Pertanian
Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
No KOMODITAS PRij PPij PPWij Dij
A Tanaman Pangan -55817,77 -490281,70 -676565,81 -1222665
B Hortikultura 152710,97 3670423,46 13686689,6 17509824
C Perkebunan -3828,05 247452,23 957816,64 1201441
D Peternakan 1414084,37 2613848,55 -4755664 -727731
Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah)
Hasil perhitungan dari Tabel 7 diketahui bahwa terdapat dua subsektor yang
bernilai positif yaitu subsektor hortikultura dan subsektor peternakan. Artinya
pertumbuhan kedua subsektor tersebut di Kabupaten Rembang dipengaruhi secara
positif oleh perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Perkembangan atau pertumbuhan
subsektor pertanian Provinsi Jawa Tengah selama tahun pengamatan yaitu tahun
2015-2019 mampu menambah nilai produksi komoditas pertanian Kabupaten
Rembang sebesar 152.710,97 ton untuk subsektor hortikultura dan sebesar 1.414.084,37
ton produksi pada subsektor peternakan.
Sementara subsektor tanaman pangan memiliki nilai PR -55.817,77 ton dan
subsektor perkebunan memiliki nilai -3.828,05 ton. Kedua subsektor memiliki nilai
negatif yang artinya pertumbuhan subsektor di Provinsi Jawa Tengah tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan subsektor di Kabupaten Rembang.
b. Pengaruh Pertumbuhan Proporsional (PPij)
Pertumbuhan proporsional adalah hasil dari selisih rasio produksi subsektor
pertanian Provinsi Jawa Tengah (Ri) dan rasio total produksi subsektor Jawa
63
Tengah (Ra) dikalikan dengan produksi subsektor pertanian Kabupaten Rembang
pada tahun dasar analisis yaitu tahun 2015 (Pij) Berdasarkan analisis shift Share
maka dapat dapat disimpulkan sebagai berikut: Jika Proporsional Shift atau bauran
industri memiliki nilai positif maka artinya subsektor pertanian tumbuh dengan
cepat. Jika Proporsional Shift memiliki nilai negatif maka artinya subsektor
pertanian tumbuh lambat.
Hasil perhitungan dari Tabel 7, diketahui terdapat tiga subsektor yang
memiliki nilai PP positif, yang artinya ketiga sektor tersebut pertumbuhannya cepat.
Subsektor tersebut adalah hortikultura dengan nilai PP 3.670.423,46 ton, subsektor
perkebunan dengan nilai PP 247.452,23 dan subsektor peternakan dengan nilai
2.613.848,55. Sedangkan subsektor tanaman pangan memiliki PP -490.281,70 yang
artinya subsektor tanaman pangan memiliki pertumbuhan yang lambat.
c. Pengaruh Keunggulan Kompetitif atau Pangsa Wilayah (PPWij)
Pangsa wilayah adalah hasil dari selisih rasio produksi subsektor pertanian
Kabupaten Rembang (ri) dan rasio produksi subsektor pertanian Provinsi Jawa
Tengah (Ri) dikalikan dengan produksi subsektor pertanian Kabupaten Rembang
pada tahun dasar analisis yaitu tahun 2015 (Pij). Berdasarkan analisis Shift Share
maka dapat dapat disimpulkan sebagai berikut: Jika PPW bernilai positif maka
subsektor pertanian di Kabupaten Rembang tersebut mempunyai daya saing yang
baik pada subsektor Provinsi Jawa Tengah. Sebaliknya jika PPW bernilai negatif
maka subsektor pertanian di Kabupaten Rembang mempunyai daya saing yang
kurang baik.
64
Hasil perhitungan dari Tabel 7, diketahui bahwa terdapat dua subsektor yang
memiliki nilai PPW positif, yaitu subsektor hortikultura dengan nilai PPW
13.686.689,6 ton dan subsektor perkebunan sebesar 957.816,64 ton. Artinya kedua
subsektor tersebut mempunyai keunggulan kompetitif atau dapat bersaing dengan
wilayah lain pada subsektor yang sama di Provinsi Jawa Tengah.
Sedangkan subsektor tanaman pangan memiliki nilai PPW -676.565,81 ton
dan subsektor peternakan sebesar -4.755.664 ton. Kedua subsektor memiliki nilai
negatif yang artinya subsektor tanaman pangan dan subsektor peternakan memiliki
daya saing yang kurang baik atau tidak kompetitif.
5.1.2 Pergeseran Bersih
Berdasarkan perhitungan Shift Share pergeseran bersih subsektor yang
memiliki nilai PB>0 adalah subsektor hortikultura dengan nilai PB 17.357.113 ton
dan subsektor perkebunan dengan nilai PB 1.205.268,87 ton. Kedua subsektor
tersebut memiliki nilai pergeseran bersih positif yang artinya pertumbuhan
subsektor ini memiliki pertumbuhan yang cepat. Hasil analisis pergeseran bersih
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perhitungan Pergeseran Bersih Analisis Shift Share Subsektor
Pertanian Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
No Komoditas PP PPW Pbij Keterangan
A Tanaman Pangan -490281,70 -676565,81 -1166847,5 Lambat
B Hortikultura 3670423,46 13686689,6 17357113 Cepat
C Perkebunan 247452,33 957816,64 1205268,87 Cepat
D Peternakan 2613848,55 -4755664 -21411816 Lambat
Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah)
65
Subsektor tanaman pangan memiliki nilai PB -1.166.847,5 ton yang artinya
pertumbuhan subsector ini lambat. Sedangkan pada subsektor peternakan memiliki
nilai PB -21.411.816. Artinya subsektor ini juga pertumbuhannya lambat.
Termasuk juga didalamnya komoditas-komoditasnya memiliki nilai PB<0 atau
dapat diartikan mengalami pertumbuhan yang lambat. Hasil analisis pergeseran
bersih secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 7.
5.2 Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Kabupaten Rembang Periode
2015-2019
Komoditas basis atau unggulan dapat diartikan sebagai komoditas yang
memiliki potensi strategis untuk dikembangkan di sebuah wilayah atau daerah yang
memiliki keunggulan pada sumber daya alam. Analisis Location Quotient
digunakan untuk melihat komoditas apa saja yang menjadi unggulan di Kabupaten
Rembang. Berdasarkan perhitungan tersebut akan menghasilkan nilai LQ>1 yang
menunjukkan bahwa komoditas tersebut merupakan komoditas basis. Jika nilai
perhitungan LQ<1 maka komoditas tersebut bukan menjadi unggulan atau
komoditas non basis. Sedangkan jika LQ=1 maka komoditas tersebut hanya mampu
memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri.
Sektor pertanian di kabupaten Rembang memiliki beberapa subsektor dan
komoditas, namun hanya ada beberapa komoditas saja yang menjadi unggulan atau
basis atau yang mempunyai nilai LQ>1. Indikator utama yang digunakan dalam
perhitungan ini adalah nilai produksi dari setiap komoditas. Komoditas-komoditas
yang tergolong kedalam unggulan atau basis, memiliki pengaruh atau kontribusi
positif terhadap perekonomian. Peran komoditas tersebut dalam perekonomian
66
Kabupaten Rembang lebih besar daripada peranan komoditas tersebut dalam
perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Segi produksi, komoditas unggulan mampu
mencukupi kebutuhan wilayah Kabupaten Rembang, sehingga Kabupaten
Rembang tidak memerlukan biaya untuk mengimpor kebutuhan dari luar
wilayahnya. Selain mampu memenuhi kebutuhan lokal, komoditas unggulan atau
basis ini bahkan mampu mengekspor produksinya keluar wilayah Kabupaten
Rembang dan memiliki kemampuan bersaing dengan komoditas sejenis di wilayah
nasional.
Analisis Location Quotient ini dilakukan dengan membandingkan jumlah
produksi (ton) komoditas pada subsektor tanaman pangan di Kabupaten Rembang
dengan jumlah produksi (ton) komoditas yang sama di Provinsi Jawa Tengah dalam
kurun tahun 2015-2019.
5.2.1 Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk dapat bertahan hidup.
Oleh sebab itu, ketersediaan pangan harus selalu diupayakan agar kebutuhan
pangan masyarakat dapat terpenuhi. Subsektor tanaman pangan menjadi salah satu
subsektor yang sangat penting karena tanaman pangan merupakan sumber bahan
pangan utama sebagai sumber energi bagi kehidupan manusia. Suatu wilayah dapat
dikatakan berhasil salah satunya karena dapat memenuhi kebutuhan pangan sendiri,
tidak mengimpor dari wilayah lain.
Komoditas subsektor tanaman pangan Kabupaten Rembang terdiri dari
tujuh komoditas utama. Yaitu Jagung, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, padi,
67
ubi kayu dan ubi jalar. Namun tidak semua komoditas menjadi komoditas unggulan.
Adapun komoditas unggulan atau basis pada subsektor tanaman pangan dapat
dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019
Sumber : Data Hasil LQ, 2021 (diolah)
Menurut hasil LQ, komoditas unggulan di Kabupaten Rembang yaitu
komoditas jagung dengan nilai LQ 1,59, komoditas Kedelai nilai LQ adalah 1,21
dan LQ Komoditas Ubi kayu sebesar 1,09. Komoditas Jagung, Kedelai dan Ubi
kayu merupakan komoditas dengan nilai LQ>1 yang berarti bahwa ketiga
komoditas tersebut merupakan komoditas basis atau unggulan. Kontribusi ketiga
komoditas tersebut dalam subsektor tanaman pangan Kabupaten Rembang lebih
besar dari kontribusi subsektor tanaman pangan yang sama dalam Provinsi Jawa
Tengah. Artinya komoditas-komoditas tersebut berkontribusi positif terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rembang, memiliki keunggulan komparatif dan
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Rembang bahkan dapat
1,59
1,21
1,09
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
Jagung Kedelai Ubi Kayu
LQ Basis
68
mengekspor produksinya keluar wilayah. Kontribusi komoditas jagung dan ubi
kayu selama lima periode terakhir mengalami fluktuatif. Pada tahun awal kontribusi
jagung sebesar 3,5% yang kemudian turun menjadi 3,3% pada tahun 2016.
Selanjutnya pada 2017 mengalami kenaikan kontribusi tertinggi sebesar 4%, dan
kembali mengalami fluktuasi pada dua tahun berikutnya yaitu sebesar 3,2% dan
3,3%. Kontribusi komoditas ubi kayu selama lima periode juga mengalami
fluktuasi. Mulai tahun awal 2015 kontribusi komoditas ubi kayu adalah sebesar
2,9% kemudian naik menjadi 3,3% pada tahun 2016. Pada tiga tahun selanjutnya
kontribusi terus mengalami penurunan yaitu sebesar 2,4%, 18% dan terakhir pada
tahun 2019 sebesar 1,7%, Namun kondisi ini tetap bisa menjadikan komoditas
jagung dan ubi kayu sebagai komoditas basis atau unggulan. Berkebalikan dengan
kontribusi komoditas jagung dan ubi kayu yang mengalami fluktuasi setiap
tahunnya, komoditas kedelai terus mengalami peningkatan. Pada tahun awal 2015
kontribusi kedelai sebesar 2,7% yang kemudian mengalami penurunan menjadi
1,4% ditahun 2016. Namun pada tahun 2017 mengalami peningkatan kontribusi
menjadi 1,9%, pada tahun selanjutnya 2,1% dan kontribusi tertinggi terjadi pada
tahun 2019 yaitu sebesar 4,6%. Kontribusi komoditas tanaman pangan unggulan
atau basis dapat dilihat pada gambar 5.
69
Gambar 5. Kontribusi Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019
Sumber : Distanbun Provinsi Jawa Tengah,2021 (diolah)
Komoditas Padi sebagai penyedia beras, tidak menjadi komoditas unggulan
karena nilai rata-rata LQ hanya sebesar 0,86. Namun berdasarkan data tahun
terakhir, kebutuhan masyarakat Rembang akan beras masih dapat terpenuhi, yang
artinya Kabupaten Rembang masih mampu memenuhi kebutuhan beras dari
produksinya sendiri dan belum memerlukan impor beras untuk mencukupi
kebutuhan hidup masyarakatnya. Kebutuhan pangan masyarakat Kabupaten
Rembang dapat dilihat pada tabel 9 berikut :
3,5
3,3
4
3,2 3,3
2,7
1,4
1,9 2
,1
4,6
2,9
3,3
2,4
1,8
1,7
2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9
Kontribusi Tanaman Pangan
Jagung
Kedelai
Ubi Kayu
70
Tabel 9. Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Kabupaten Rembang Tahun
2019
No Komoditas Ketersediaan
(Ton)
Kebutuhan
(Ton)
Kebutuhan
Perbulan (Ton)
1. Jagung 116.364 2.077 173
2. Kedelai 2.948 1447 120
3. Padi 161.773 53.145 4.429
4. Ubi Kayu 15.618 5.377 448
Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang
Namun sebaliknya metode LQ didapatkan hasil bahwa ada empat komoditas
tanaman pangan yang bukan merupakan komoditas basis atau nilai LQ<1, yaitu
komoditas Kacang Hijau (LQ 0,58), Kacang Tanah (LQ 0,55), Padi (LQ 0,86) dan
Ubi Jalar. Komoditas-komoditas tersebut memiliki LQ<1 yang artinya komoditas
tersebut tersebut dalam perekonomian di kabupaten Rembang memiliki kontribusi
yang kecil terhadap perekonomian, bukan komoditas potensial dan produksinya
hanya mampu memenuhi kebutuhan ditingkat daerah saja, sehingga tidak memiliki
keunggulan komparatif dan tidak dapat diekspor keluar wilayah (Lampiran 7).
5.2.2 Komoditas Unggulan Hortikultura
Hortikultura merupakan salah satu subsektor dari pertanian yang dapat
dibedakan lagi menjadi kelompok tanaman buah-buahan, tanaman sayur, tanaman
biofarmaka atau obat-obatan dan tanaman hias. Hanya ada dua kelompok
hortikultura yang menjadi unggulan di Kabupaten Rembang, yaitu buah-buahan
dan biofarmaka. Hortikultura sayur-sayuran produksinya memang kecil, karena
tidak banyak petani yang membudidayakan tanaman tersebut. Sedangkan
71
hortikultura tanaman hias tidak dibudidayakan di Kabupaten Rembang, artinya
tidak ada petani dan lahan budidaya tanaman hias.
Subsektor hortikultura Kabupaten Rembang terdiri dari empat puluh empat
komoditas. Namun berdasarkan analisis Location Quotient, hanya terdapat dua
belas komoditas yang teridentifikasi menjadi komoditas unggulan atau basis yaitu
blewah, jahe, kencur, kunyit, laos, mangga, melon, pisang, sawo, sirsak, sukun dan
temukunci. Komoditas-komoditas tersebut mempunyai LQ > 1 atau artinya
berperan positif bagi perekonomian kabupaten Rembang daripada Provinsi Jawa
Tengah. Adapun hasil komoditas unggulan pada subsektor hortikultura dapat dilihat
pada gambar 6 berikut ini :
Gambar 6. Komoditas Unggulan Hortikultura Kabupaten Rembang Tahun
2015-2019
Sumber : Data Hasil LQ, 2021 (diolah)
Gambar 6 menunjukkan komoditas unggulan hortikultura dalam kurun
waktu tahun 2011- 2019. Menurut hasil LQ, komoditas unggulan hortikultura
berasal dari kelompok buah-buahan dan bofarmaka. Komoditas unggulan
1,6
1,95
1,84
1,95
1,19
3,39
2,32
1,3
2,262,64
1,45
1,39
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
LQ Basis
72
hortikultura kategori buah-buahan di Kabupaten Rembang yaitu blewah dengan
nilai LQ 1,60, mangga (LQ 3,39) melon (LQ 2,32), pisang (LQ 1,3), sawo (2,26),
sirsak (LQ 2,64) dan sukun (LQ 1,45).
Mangga merupakan komoditas dengan nilai LQ tertinggi karena memang
Kabupaten Rembang merupakan wilayah penghasil mangga terbesar di Provinsi
Jawa Tengah, utamanya mangga jenis arumanis. Total produksi mangga di Jawa
Tengah tahun 2019 sebesar 485,04 ribu ton sedangkan Kabupaten Rembang 79,97
ribu ton atau berkontribusi sebesar 16,49%. Komoditas sirsak dengan LQ terbesar
kedua memiliki rata-rata kontribusi lima tahun terakhir sebesar 14,17%, komoditas
melon berkontribusi 13,34%, komoditas sawo berkontribusi 12,84%. Selanjutnya
komoditas blewah 17,70% dan sukun berkontribusi sebesar 8,42%. Komoditas
unggulan hortikultura kelompok buah-buahan terakhir yaitu pisang dengan nilai LQ
1,30. Pada tahun 2019 produksi komoditas pisang di Jawa Tengah sebesar 621,54
ribu ton. Kabupaten Rembang juga menjadi kabupaten penghasil pisang ketiga
terbesar dengan kontribusi sebesar 5,86% setelah Kabupaten Demak.
Komoditas unggulan hortikultura kategori biofarmaka atau tanaman obat-
obatan yaitu jahe dengan nilai LQ sebesar 1,95; kencur 1, 84; kunyit 1,95; laos 1,19
dan temukunci 1,39. Kelima komoditas ini telah mampu memenuhi kebutuhan di
wilayah Rembang. Bahkan komoditas kunyit dan temukuci menjadi komoditas
kedua terbesar di Provinsi Jawa Tengah dengan kontribusinya sebesar 13,9% dan
19,7%. Kontribusi komoditas hortikultura unggulan atau basis dapat dilihat pada
gambar 7.
73
Gambar 7. Kontribusi Komoditas Unggulan Hortikultura Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019
Sumber : Data Hasil LQ, 2021 (diolah)
Sebanyak tiga puluh dua komoditas tergolong kedalam komoditas non basis
atau mempunyai nilai LQ<1, yaitu alpukat, bawang merah, bayam, belimbing, cabe
besar, cabe rawit, duku, durian, jambu air, jambu biji, jamur, jeruk besar, jeruk siam,
kacang panjang, kangkung, lempuyang, melinjo, mengkudu, mentimun, nangka,
nanas, petai, petsai/sawi, pepaya, rambutan, salak, semangka, sambiloto, terong,
tomat, temuireng dan temulawak. Komoditas tersebut berperan kecil bagi
perekonomian Kabupaten Rembang. Hasil nilai analisis Location Quotient secara
rinci dapat dilihat pada Lampiran 7.
5.2.3 Komoditas Unggulan Perkebunan
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan jumlah produksi (ton)
komoditas pada subsektor perkebunan di Kabupaten Rembang dengan jumlah
produksi (ton) komoditas yang sama di Provinsi Jawa Tengah dalam kurun tahun
2,8
44
,57
6,1
9
4,2
5
4,6
7
11
,82
10
,57
10
,53
7,4
6 13
,67
12
,55
12
,85
15
7,3
8
5,8
412
,35
12
,6
9,1
1
6,9
8 13
,86
10
,9
9,9
6
9,6
3,0
7
2,7
3
16
,68
33
,95
22
,49
11
,56
16
,49
13
,2 16
,15
17
,67
10
,44
9,2
3
10
,37
7,8
6
6,6
1
6,1
5,8
6
13
,4 15
,62
13
,95
10
,19
11
,03
14
,18
13
,56
11
,61
16
,48
15
,02
9,9 10
,82
10
,37
7,3
3,7
2,5
8
3,3
8
4,2 4,7
7
19
,71
2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9
Kontribusi Komoditas Hortikultura
Blewah Jahe Kencur Kunyit Laos Mangga
Melon Pisang Sawo Sirsak Sukun Temukunci
74
2015-2019. Adapun hasil perhitungan nilai LQ komoditas unggulan pada subsektor
perkebunan dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten Rembang Tahun
2015-2019
Sumber : Data Analisis LQ, 2021 (diolah)
Perkebunan kabupaten Rembang terdiri dari sepuluh komoditas. Menurut
hasil LQ, komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Rembang adalah
komoditas siwalan dengan nilai LQ sebesar 9,05; Tebu (Kristal) 1,31; Tebu
(Tumbu) sebesar 3,73; Tembakau Rajang sebesar 1,41 dan Wijen sebesar 7,78.
Kelima komoditas perkebunan tersebut berkontribusi positif terhadap Kabupaten
Rembang, telah mampu mencukupi kebutuhan, bahkan surplus atau dapat
mengekpor produksinya ke wilayah lain diluar Kabupaten Rembang dan
mempunyai keunggulan kompetitif untuk bersaing dengan komoditas lain diluar
Kabupaten Rembang. Kontribusi komoditas perkebunan unggulan atau basis dapat
dilihat pada gambar 9:
1,31
3,73
1,41
7,78
9,05
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tebu (Kristal) Tebu (Tumbu) Tembakau Ranjang Wijen Siwalan
LQ Basis
75
Gambar 9. Kontribusi Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019
Sumber : Distanbun Provinsi Jawa Tengah,2021 (diolah)
Komoditas Siwalan dan Wijen menjadi komoditas dengan nilai LQ terbesar.
Kedua komoditas ini menempati produksi terbesar se-Provinsi Jawa Tengah.
Komoditas siwalan atau pohon Lontar merupakan komoditas dengan nilai LQ
terbesar dalam subsektor perkebunan, karena memang tumbuhan ini banyak
ditemukan di kabupaten Rembang, utamanya di Kecamatan Sulang. Produksinya
juga menjadi terbesar atau bahkan mendominasi di Provinsi Jawa Tengah. Menurut
data Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, hanya ada tiga
kota/kabupaten yang memproduksi komoditas siwalan, yaitu Kabupaten Rembang,
Kabupaten Demak dan Kota Semarang. Kabupaten Rembang yang memiliki rata-
rata kontribusi selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 98,87%. Sama halnya
dengan siwalan, komoditas wijen menjadi unggulan Kabupaten Rembang dengan
rata-rata kontribusi terhadap Jawa Tengah sebesar 86,45%.
Komoditas tebu tumbu atau tebu gula merah memiliki nilai LQ yang juga
cukup besar dengan rata-rata kontribusi selama lima tahun terakhir sebesar 40,89%
99
,27
99
,18
99
,98
98
,5
98
,41
11
,44
13
,91
14
,18
16
,03
16
,71
38
,11
42
,48
47
,84
34
,36
41
,68
7,7
6
20
,4
19
,23
15
,83
15
,62
58
,7
91
,66
93
,02
97
,44
91
,43
2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9
Kontribusi Komoditas Perkebunan
Siwalan
Tebu Kristal
Tebu Tumbu
Tembakau
Wijen
76
dan menjadikan Kabupaten Rembang sebagai penghasil tebu tumbu terbesar kedua
di Provinsi Jawa Tengah setelah Kabupaten Kudus. Kabupaten Rembang juga
merupakan wilayah penghasil tembakau rajang kedua terbesar di Provinsi Jawa
Tengah, setelah Kabupaten Temanggung dengan nilai kontribusi pada tahun 2015
sebesar 7,76%, tahun 2016 sebesar 20,4%, tahun 2017 sebesar 19,23%, tahun 2018
sebesar 15,83% dan pada tahun 2019 sebesar 15,62% atau kontribusi rata-rata
selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 15,77%. Komoditas unggulan kelima
perkebunan yaitu tebu kristal dengan rata-rata kontribusi 14,45%. Produksi
komoditas gula kristal mendapat urutan ketiga terbesar setelah Kabupate Pati dan
Kabupaten Sragen.
Sebaliknya nilai LQ<1 didapatkan hasil bahwa ada lima komoditas, yaitu
cengkeh (LQ 0,09), jambu mete (LQ 0,14), kapuk (LQ 0,33), kelapa (LQ 0,22) dan
kopi robusta (LQ 0,02). Komoditas-komoditas tersebut merupakan komoditas non
basis yang artinya komoditas tersebut dalam perekonomian di kabupaten Rembang
memiliki kontribusi yang kecil, bukan komoditas potensial dan produksinya hanya
mampu memenuhi kebutuhan ditingkat daerah, sehingga tidak memiliki
keunggulan komparatif dan tidak dapat diekspor keluar wilayah. Nilai analisis
Location Quotient secara rinci dapat dilihat pada (Lampiran 7).
5.2.4 Komoditas Unggulan Peternakan
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan jumlah produksi (ekor)
komoditas pada subsektor peternakan di Kabupaten Rembang dengan jumlah
produksi (ekor) komoditas yang sama di Provinsi Jawa Tengah dalam kurun tahun
77
2015-2019. Adapun hasil perhitungan nilai LQ pada subsektor peternakan dapat
dilihat pada gambar 10.
Gambar 10. Komoditas Unggulan Peternakan Kabupaten Rembang Tahun
2015-2019
Sumber : Data Analisis LQ. 2021 (diolah)
Menurut hasil LQ, komoditas unggulan peternakan di Kabupaten Rembang
adalah domba dengan nilai LQ sebesar 7,93; nilai LQ kambing sebesar 4,76; kuda
5,11; sapi potong 9,14; ayam kampung sebesar 1,94 dan itik dengan nilai LQ 2,37.
Keenam komoditas peternakan tersebut telah mampu mencukupi kebutuhan di
Kabupaten Rembang, bahkan surplus atau dapat mengekpor produksinya ke
wilayah lain diluar Kabupaten Rembang dan mempunyai keunggulan kompetitif
untuk bersaing dengan komoditas lain diluar Kabupaten Rembang. Kontribusi
keenam komoditas tersebut terhadap Provinsi Jawa Tengah juga cenderung stabil
selama kurun waktu lima tahun. Komoditas sapi potong dengan nilai LQ tertinggi
berkontribusi selama lima tahun terakhir dengan rata-rata 7,75% menjadikan
Kabupaten Rembang sebagai salah satu wilayah sumber bibit sapi peranakan
7,92
4,75
5,11
9,14
1,94
2,37
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Domba Kambing Kuda Sapi Potong Ayam Kampung Itik
LQ Basis
78
ongole di Provinsi Jawa Tengah. Komoditas domba memiliki rata-rata kontribusi
6,72%, komoditas kuda memiliki rata-rata kontribusi 39,70% merupakan tertinggi
di Provinsi Jawa Tengah, komoditas kambing dengan rata-rata 4,04%, komoditas
itik rata-rata 2,03% dan komoditas ayam kampung memiliki rata-rata kontribusi
sebesar 1,72%. Kelima komoditas memliki kontribusi fluktuatif, namun komoditas
kuda dan itik nilai kontribusinya terus mengalami penurunan. Tetapi hal tersebut
tetap menjadikan kedua komoditas tersebut menjadi komoditas unggulan.
Kontribusi komoditas peternakan unggulan atau basis dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Kontribusi Komoditas Unggulan Peternakan Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019
Sumber : BPS Kabupaten Rembang, (diolah)
Sebanyak tiga komoditas yang tergolong kedalam komoditas non unggulan
atau mempunyai nilai LQ<1, yaitu kerbau (LQ 0,38), ayam pedaging (0,58) dan
ayam petelur (0,73). Komoditas tersebut berperan kecil bagi perekonomian
6,6
8
6,6
7
6,6
6
6,6
7
6,6
8
3,9 4 4 4,2 4,3
40 41
41
38
37
7,8
7,8
7,8
7,6 7,7
1,7
4
1,7
2
2,1
2,1
0,92
,6
2 1,9
1,8
1,8
2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9
Kontribusi Komoditas Peternakan
Domba
Kambing
Kuda
Sapi Potong
Ayam Kampung
Itik
79
Kabupaten Rembang dan tidak memiliki keunggulan komparatif. Nilai analisis
Location Quotient secara rinci dapat dilihat pada (Lampiran 7).
Komoditas yang menjadi unggulan atau basis di Kabupaten Rembang dapat
menjadi sumber pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Rembang. Komoditas
tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan masyarakat di kabupaten
Rembang tetapi dapat juga diekspor keluar daerah. Penjualan keluar daerah inilah
akan menghasilkan pendapatan bagi Kabupaten Rembang. Peningkatan pendapatan
dari komoditas unggulan juga dapat digunakan untuk mendorong perkembangan
komodias yang tidak unggulan agar menjadi unggulan. Oleh karena itu komoditas
yang menjadi unggulan atau basis inilah yang layak dikembangkan di Kabupaten
Rembang. Peran pemerintah daerah sangat diperlukan, terutama dalam proses
pertukaran komoditas antar daerah.
5.3 Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Kabupaten Rembang Dimasa
Mendatang
5.3.1 Analisis Dynamic Location Quotient
Analisis Dynamic Location Quotient atau DLQ Analisis Dynamic Location
Quotient sebenarnya sama dengan LQ, letak perbedaannya terdapat pada
perbandingan yang menekankan pada rata-rata laju pertumbuhan komoditas sektor
pertanian di Kabupaten Rembang dengan rata-rata laju pertumbuhan komoditas
sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil perhitungan DLQ
nantinya akan menghasilkan nilai DLQ>1 yang artinya komoditas pertanian
tersebut dapat diharapkan menjadi komoditas unggulan di masa yang akan datang
sedangkan jika nilai DLQ<1 artinya komoditas tersebut tidak dapat diharapkan
80
menjadi komoditas unggulan di masa yang akan datang. Berikut hasil perhitungan
analisis DLQ komoditas sektor pertanian Kabupaten Rembang tahun 2015-2019:
5.3.1.1 Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Dimasa Mendatang
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan rata-rata laju pertumbuhan
produksi (ton) komoditas pada subsektor tanaman pangan di Kabupaten Rembang
dengan rata-rata laju pertumbuhan produksi (ton) komoditas yang sama di Provinsi
Jawa Tengah dalam kurun tahun 2015-2019.
Hasil dari perhitungan analisis DLQ komoditas subsektor tanaman pangan
yang menghasilkan nilai DLQ>1 yang artinya komoditas dapat diharapkan menjadi
komoditas unggulan dimasa yang akan datang. Komoditas tersebut adalah jagung
(DLQ 1,24), dan kedelai (DLQ 2,00).
Salah satu faktor yang menjadikan suatu komoditas menjadi unggulan
dimasa mendatang yaitu nilai produksi yang terus meningkat. Komoditas unggulan
pada masa mendatang yaitu jagung, kedelai memiliki trend yang fluktuatif.
Komoditas jagung pada tahun awal memiliki nilai produksi sebesar 111.145 ton dan
pada tahun berikutnya mengalami kenaikan produksi menjadi 119.341 ton. Pada
tahun 2017 mengalami penurunan produksi menjadi 144.212 ton. Namun dua tahun
berikutnya secara berturut-turut terus mengalami peningkatan produksi menjadi
110.918 ton pada tahun 2018 dan 116.364 ton pada tahun 2019. Komoditas kedelai
juga menunjukkan trend yang fluktuatuf. Produksi kedelai pada tahun 2015 sebesar
3.544 ton dan mengalami penurunan produksi pada tahun berikutnya menjadi 1.619
ton. Namun pada periode 2017-2018 mengalami peningkatan produksi sebesar
81
2.036 ton dan 3.434 ton. Pada tahun akhir 2019 kembali mengalami penurunan
produksi menjadi 2.948 ton. Produksi kedelai pada tahun akhir yang lebih kecil
dibanding dengan tahun awal tidak menjadikan komoditas ini menjadi sektor non
potensial. Karena nilai DLQ masih menunjukkan bahwa komoditas kedelai masih
bisa diharapkan menjadi komoditas unggulan dimasa mendatang.
Gambar 12. Produksi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, (diolah)
Sedangkan lima komoditas lainnya yaitu kacang hijau (DLQ 0,56), kacang
tanah (DLQ 0,31), padi (DLQ 0,91), ubi jalar (DLQ 0,53) dan ubi kayu (0,78) tidak
dapat diharapkan menjadi unggulan dimasa mendatang, karena nilai produksinya
yang stagnan atau terus mengalami penurunan, sehingga hanya mampu memenuhi
kebutuhan lokal atau kebutuhan wilayah Kabupaten Rembang dan belum mampu
untuk ekspor produksinya ke daerah luar Kabupaten Rembang. Hasil analisis DLQ
perkebunan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
2015 2016 2017 2018 2019
Produksi Tanaman Pangan
Jagung
Kedelai
82
5.3.1.2 Komoditas Unggulan Hortikultura Dimasa Mendatang
Hasil perhitungan analisis DLQ hortikultura diketahui bahwa sebanyak
empat belas komoditas menghasilkan nilai DLQ>1. Komoditas unggulan
hortikultura kelompok sayuran adalah bayam (DLQ 1,08), kangkung (DLQ 1,60),
dan terong (DLQ 1,10). Nilai produksi yang terus meningkat merupakan salah satu
faktor yang menjadikan suatu komoditas menjadi unggulan dimasa mendatang.
Komoditas bayam dan kangkung menunjukkan produksi yang terus meningkat.
Nilai produksi bayam pada tahun awal sebesar 77 ton, meningkat menjadi 161 ton
pada tahun 2016, selanjutnya mengalami peningkatan produksi hingga pada tahun
akhir 2019 nilai produksi komoditas bayam mencapai 307 ton. Komoditas unggulan
kedua yaitu terong, pada tahun 2015 memiliki nilai produksi 139 ton, tahun
selanjutnya sebesar 296 ton, lalu mengalami penurunan di tahun 2017 menjadi 281
ton. Namun dua tahun berikutnya mengalami kenaikan berturut-turut sebesar 521
ton dan 985 ton. Sedangkan komoditas kangkung, menunjukkan nilai produksi
yang fluktuatif, namun cenderung mengalami peningkatan.
83
Gambar 13. Produksi Komoditas Unggulan Hortikultura Sayuran Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, (diolah)
Komoditas unggulan hortikultura kelompok buah terdiri dari blewah (DLQ
1,22), mangga (DLQ 1,68), mengkudu (1,00), nangka (DLQ 1,03), pisang (DLQ
1,68), sawo (DLQ 1,02), sirsak (DLQ 1,50). Nilai produksi komoditas-komoditas
tersebut fluktuatif, namun kebanyakan menurun di dua tahun terakhir seperti pada
komoditas nangka, sawo dan sirsak. Komoditas mangga yang juga mengalami
produksi yang tidak menentu, namun pada dua tahun terakhir mengalami kenaikan
produksi, sama seperti komoditas mengkudu. Sementara komoditas pisang, nilai
produksinya terus mengalami penurunan dari tahun awal hingga tahun terakhir.
0
200
400
600
800
1000
1200
2015 2016 2017 2018 2019
Produksi Hortikultura Sayuran
Bayam
Kangkung
Terong
84
Gambar 14. Produksi Komoditas Unggulan Hortikultura Buah Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, (diolah)
Komoditas unggulan hortikultura kelompok biofarmaka atau tanaman obat
adalah jahe (DLQ 1,45), kunyit (DLQ 1,80), temuireng (DLQ 1,96) dan temukunci
(DLQ 2,61). Salah satu faktor yang menjadikan suatu komoditas menjadi unggulan
dimasa mendatang yaitu nilai produksi yang terus meningkat. Komoditas unggulan
pada masa mendatang menunjukkan nilai produksi yang fluktuatif, yaitu jahe,
kunyit, dan temuireng. Sedangkan komoditas temukunci mengalami peningkatan
produksi setiap tahunnya.
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
2015 2016 2017 2018 2019
Produksi Hortikultura Buah
Blewah
Mangga
Mengkudu
Nangka
Pisang
Sawo
Sirsak
85
Gambar 15. Produksi Komoditas Unggulan Hortikultura Biofarmaka
Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang,
(diolah)
Sebanyak tiga puluh empat komoditas tidak dapat diharapkan menjadi
unggulan dimasa mendatang yaitu alpukat, bawang merah, belimbing, cabe besar,
cabe rawit, duku, durian, jambu air, jambu biji, jeruk besar, jeruk siam/keprok,
kacang panjang, kencur, laos, melinjo, melon, nanas, petai, pepaya, rambutan,
salak, sukun, tomat dan temulawak tidak dapat diharapkan menjadi unggulan
dimasa mendatang, karena nilai produksinya yang stagnan atau terus mengalami
penurunan, sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal atau kebutuhan
wilayah Kabupaten Rembang dan belum mampu untuk ekspor produksinya ke
daerah luar Kabupaten Rembang. Hasil analisis DLQ perkebunan secara lebih
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.
5.3.1.3 Komoditas Unggulan Perkebunan Dimasa Mendatang
Hasil dari perhitungan DLQ terdapat sebanyak lima komoditas subsektor
perkebunan yang menghasilkan nilai DLQ>1 yang artinya komoditas dapat
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
2015 2016 2017 2018 2019
Produksi Hortikultura Biofarmaka
Jahe
Kunyit
Temuireng
Temukunci
86
diharapkan menjadi komoditas unggulan dimasa yang akan datang. Komoditas
tersebut adalah siwalan (9,32), tebu kristal (1,19), tebu tumbu (3,23) tembakau
Rajang (DLQ 1,59) dan wijen (DLQ 1,28).
Salah satu faktor yang menjadikan suatu komoditas menjadi unggulan
dimasa mendatang yaitu nilai produksi yang terus meningkat. Komoditas unggulan
pada masa mendatang menunjukkan nilai produksi yang fluktuatif, namun
cenderung meningkat yaitu komoditas siwalan, tebu kristal, tembakau Rajang dan
wijen. Komoditas siwalan pada tahun 2015 sebesar 856 ton, menigkat menjadi 957
ton pada tahun 2016. Kemudian mengalami penurunan di tahun selanjutnya
menjadi 779 ton. Produksi komoditas siwalan pada tahun akhir yaitu 2019 sebesar
930 ton. Komoditas kedua yaitu tebu kristal memiliki nilai produksi pada tahun
2015 sebesar 28.816 ton, meningkat menjadi 29.468 ton pada tahun selanjutnya.
Pada tahun 2017 sempat mengalami penurunan produksi menjadi 28.778 ton.
Namun selanjutnya dua tahun berturut-turut mengalami kenaikan produksi sebesar
29.934 ton di tahun 2018 dan 30.540 ton pada tahun 2019. Sedangkan produksi
komoditas tembakau rajang menunjukkan trend yang terus meningkat setiap
tahunnya. Pada tahun awal produksinya mencapai 2.804 ton, tahun kedua sebesar
5.100 ton, tahun ketiga sebesar 6.763 ton, tahun keempat produksinya sebesar 6.830
ton, dan pada tahun terakhir atau tahun 2019 mencapai 8.048 ton. Komoditas
terakhir yaitu wijen juga mengalami fluktuasi namun cenderung menurun. Pada
tahun awal produksinya sebesar 27 ton, lalu dua tahun selanjutnya mengalami
peningkatan secara berturut-turut sebesar 33 ton dan 40 ton. Namun pada dua tahun
87
selanjutnya juga mengalami penurunan menjadi 38 ton dan 32 ton pada tahun akhir
atau tahun 2019.
Gambar 16. Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, (diolah)
Komoditas yang tidak dapat diharapkan menjadi unggulan dimasa
mendatang atau nilai DLQ<1 adalah komoditas cengkeh (DLQ 0,33), jambu mete
(DLQ 0,10), kapuk (DLQ 0,50), kelapa (DLQ 0,84) dan kopi robusta dengan nilai
DLQ 0,09. Kelima komoditas tersebut tidak dapat diharapkan menjadi unggulan
dimasa mendatang, karena nilai produksinya yang stagnan atau terus mengalami
penurunan, sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal atau kebutuhan
wilayah Kabupaten Rembang dan belum mampu untuk ekspor produksinya ke
daerah luar Kabupaten Rembang. Hasil analisis DLQ perkebunan secara lebih
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
2015 2016 2017 2018 2019
Produksi Perkebunan
Siwalan
Tebu Tumbu
Tebu Kristal
Tembakau Rajang
Wijen
88
5.3.1.4 Komoditas Unggulan Peternakan Dimasa Mendatang
Hasil perhitungan nilai DLQ pada subsektor peternakan yaitu dari sembilan
komoditas subsektor peternakan, hampir semua menghasilkan nilai DLQ>1 atau
komoditas dapat diharapkan menjadi komoditas basis dimasa yang akan datang.
Komoditas tersebut adalah domba (DLQ 1,42), kambing (1,53), kuda (DLQ 1,29),
sapi potong (DLQ 1,41), ayam kampung (DLQ 1,62), ayam pedaging (1,55) dan
itik (DLQ 1,03).
Salah satu faktor yang menjadikan suatu komoditas menjadi unggulan
dimasa mendatang yaitu nilai produksi yang terus meningkat. Komoditas unggulan
pada masa mendatang menunjukkan nilai produksi yang fluktuatif, namun
cenderung meningkat yaitu komoditas ayam pedaging. Pada tahun awal populasi
ayam pedaging sebesar 757.500 ekor, menurun pada tahun 2016 menjadi 723.180
ekor. Dua tahun berikutnya mengalami kenaikan berturut-turut menjadi 731.500
ekor dan 1655.000 ekor, namun kembali mengalami penurunan di tahun terakhir
yaitu 742.000 ekor. Komoditas domba, kambing dan ayam kampung menunjukkan
trend yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. komoditas kambing pada
tahun awal populasinya sebesar 158.990 ekor, meningkat pada tahun 2016 menjadi
162.090 ekor. Sempat mengalami penurunan populasi di tahun 2017, namun pada
tahun 2018 hingga 2019 mengalami kenaikan kembali. Komoditas ayam kampung
selama lima tahun dengan nilai populasi secara berturut-turut yaitu sebesar 709.051
ekor, 723.180 ekor, 862.238 ekor, 866.997 ekor, dan 880.001 ekor pada tahun
terakhir 2019. Sementara komoditas itik dan kuda populasinya semakin berkurang
setiap tahunnya. Pada tahun 2015 populasi kuda sebesar 5.129 ekor, tahun 2016
89
sebesar 5000 ekor, tahun 2017 sebesar 4847 ekor, tahun 2018 sebesar 4.060 ekor
dan tahun terakhir yaitu 3.564 ekor. Namun penurunan populasi ini tidak
menjadikan kuda sebagai komoditas non basis dimasa mendatang, karena pada
tingkat nasional, trend populasi kuda juga mengalami penurunan setiap tahunnya.
Gambar 17. Produksi Komoditas Unggulan Peternakan Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, (diolah)
Komoditas yang tidak dapat diharapkan menjadi unggulan dimasa
mendatang atau nilai DLQ<1 adalah komoditas kerbau (DLQ 0,65) dan ayam
petelur (DLQ 0,72). Kedua komoditas tersebut tidak dapat diharapkan menjadi
unggulan dimasa mendatang, karena nilai produksinya yang stagnan atau terus
mengalami penurunan, sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal atau
kebutuhan wilayah Kabupaten Rembang dan belum mampu untuk ekspor
produksinya ke daerah luar Kabupaten Rembang.Hasil analisis DLQ peternakan
secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8.
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
800000
900000
1000000
2015 2016 2017 2018 2019
Produksi Peternakan
Domba
Kambing
Sapi Potong
Itik
Kuda
Ayam Pedaging
Ayam Kampung
90
5.3.2 Analisis LQ dan DLQ
Gabungan analisis LQ dan DLQ didasarkan pada penggabungan hasil LQ
dan DLQ dengan mempunyai empat kriteria yang dapat digunakan untuk membaca
hasil analisis gabungan tersebut. Hasil penggabungan kedua analisis akan
ditemukan adanya reposisi dari komoditas sektor pertanian. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia atau KBBI reposisi dapat diartikan dengan penempatan ke posisi
yang berbeda atau baru, yang dalam hal ini reposisi berupa perubahan dari
komoditas basis komoditas nonbasis, dan komoditas nonbasis menjadi komoditas
basis di masa yang akan datang. Hasil dari gabungan LQ dan DLQ dipetakan
menjadi empat golongan yaitu Tipe I, Tipe II, Tipe III dan Tipe IV.
5.3.2.1 Reposisi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
Tabel 10. Reposisi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
DLQ > 1 DLQ < 1
LQ > 1 Tipe I
Komoditas Jagung dan Kedelai
Tipe II
Komoditas Ubi Kayu
LQ < 1
Tipe III
-
Tipe IV
Komoditas Kacang Hijau,
Kacang Tanah, Padi dan Ubi
Jalar
Sumber : Data hasil analisis LQ dan DLQ, 2021 (diolah)
Diketahui hasil Tabel 10, terdapat hasil perhitungan gabungan LQ dan DLQ
komoditas pada subsektor tanaman pangan yang menghasilkan nilai LQ>1 dan
DLQ>1 atau tergolong tipe I artinya komoditas tersebut tidak mengalami reposisi,
tetap menjadi sektor basis dan menjadi sektor yang masih memiliki prospek yang
baik. Komoditas tersebut adalah jagung dan kedelai. Hasil perhitungan LQ>1 dan
91
DLQ<1 atau tergolong tipe II yaitu pada komoditas ubi kayu yang artinya
komoditas tersebut mengalami reposisi atau menjadi basis namun tidak memiliki
prospek yang baik.
Sedangkan golongan tipe IV jika nilai LQ<1 dan DLQ<1 seperti pada
komoditas padi, kacang hijau, kacang tanah dan ubi jalar, komoditas tersebut tidak
mengalami reposisi atau posisinya dimasa sekarang maupun masa depan tidak
dapat menjadi komoditas unggulan. Nilai analisis gabungan LQ dan DLQ secara
lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9.
5.3.2.2 Reposisi Komoditas Unggulan Hortikultura
Tabel 11. Reposisi Komoditas Unggulan Hortikultura
DLQ > 1 DLQ < 1
LQ > 1
Tipe I
Komoditas blewah, jahe,
kunyit, manga, pisang, sawo,
sirsak dan temukunci
Tipe II
Komoditas kencur, laos, melon,
dan sukun
LQ < 1
Tipe III
Komoditas bayam, kangkung,
mengkudu, nangka, terong,
temuireng
Tipe IV
Komoditas alpukat, bawang
merah, belimbing, cabe besar,
cabe rawit, duku, durian, jambu
air, jambu biji, jeruk besar,
jeruk siam, kacang panjang,
lempuyang, melinjo,
mentimun, nanas, petai, petsai,
papaya, rambutan, salak,
semangka, sambiloto, tomat
dan temulawak
Sumber : Data hasil analisis LQ dan DLQ, 2021 (diolah)
Tabel 11 adalah analisis gabungan LQ dan DLQ komoditas pada subsektor
hortikultura yang menghasilkan nilai LQ>1 dan DLQ>1 atau golongan tipe I yang
92
artinya komoditas tersebut tidak mengalami reposisi, tetap menjadi sektor basis dan
menjadi sektor yang masih memiliki prospek yang baik dimasa mendatang.
Komoditas tersebut adalah Komoditas blewah, jahe, kunyit, manga, pisang, sawo,
sirsak dan temukunci. Hasil perhitungan tipe II atau LQ>1 dan DLQ<1 pada
Komoditas kencur, laos, melon, dan sukun artinya komoditas tersebut mengalami
reposisi atau menjadi basis namun tidak memiliki prospek yang baik dimasa
mendatang.
Tipe III yaitu apabila nilai LQ<1 dan DLQ>1 atau komoditas tersebut
mengalami reposisi dari komoditas non basis namun dimasa mendatang memiliki
prospektif yang bagus. Komoditas tersebut adalah komoditas bayam, kangkung,
mengkudu, nangka, terong, temuireng. Sedangkan golongan tipe IV jika nilai LQ<1
dan DLQ<1 seperti pada komoditas alpukat, bawang merah, belimbing, cabe besar,
cabe rawit, duku, durian, jambu air, jambu biji, jeruk besar, jeruk siam, kacang
panjang, lempuyang, melinjo, mentimun, nanas, petai, petsai, papaya, rambutan,
salak, semangka, sambiloto, tomat dan temulawak. Komoditas tersebut tidak
mengalami reposisi atau posisinya baik dimasa sekarang maupun masa depan tidak
dapat menjadi komoditas unggulan. Hasil analisis gabungan nilai LQ dan DLQ
secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9.
93
5.3.2.3 Reposisi Komoditas Unggulan Perkebunan
Tabel 12. Reposisi Komoditas Unggulan Perkebunan
DLQ > 1 DLQ < 1
LQ > 1
Tipe I
Komoditas Siwalan, tebu
tumbu, tebu kristal, tembakau
rajang dan wijen.
Tipe II
-
LQ < 1
Tipe III
-
Tipe IV
Komoditas cengkeh, jambu
mete, kapuk, kelapa dan kopi
robusta
Sumber : Data hasil analisis LQ dan DLQ, 2021 (diolah)
Tabel 12 yaitu gabungan LQ dan DLQ komoditas pada subsektor
perkebunan yang tergolong tipe I atau menghasilkan nilai LQ>1 dan DLQ>1 yang
artinya komoditas tersebut tidak mengalami reposisi, tetap menjadi sektor basis dan
menjadi sektor yang masih memiliki prospek yang baik. Komoditas tersebut adalah
siwalan, tebu tumbu, tebu kristal, tembakau rajang dan wijen. Artinya komoditas
tersebut mengalami reposisi atau menjadi basis namun tidak memiliki prospek yang
baik pada masa mendatang.
Nilai LQ<1 dan DLQ<1 atau tipe IV seperti pada komoditas cengkeh, jambu
mete, kapuk, kelapa dan kopi robusta, komoditas tersebut tidak mengalami reposisi
atau posisinya baik dimasa sekarang maupun masa depan tidak dapat menjadi
komoditas unggulan. Komoditas tipe IV yaitu cengkeh, jambu mete kapuk, kelapa
dan kopi robusta. Hasil analisis gabungan nilai LQ dan DLQ secara lebih lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 9.
94
5.3.2.4 Reposisi Komoditas Unggulan Peternakan
Tabel 13. Reposisi Komoditas Unggulan Peternakan
DLQ > 1 DLQ < 1
LQ > 1
Tipe I
Komoditas domba, kambing,
kuda, sapi potong, ayam
kampung dan itik
Tipe II
-
LQ < 1
Tipe III
Komoditas kerbau dan ayam
pedaging.
Tipe IV
Komoditas Ayam petelur
Sumber : Data hasil analisis LQ dan DLQ, 2021 (diolah)
Hasil dari gabungan analisis LQ dan DLQ komoditas pada subsektor
peternakan yang menghasilkan tipe I atau nilai LQ>1 dan DLQ>1 yang artinya
komoditas tersebut tidak mengalami reposisi, tetap menjadi sektor basis dan
menjadi sektor yang masih memiliki prospek yang baik. Komoditas tersebut adalah
domba, kambing, kuda, sapi potong, ayam kampung dan itik.
Golongan tipe III jika nilai LQ<1 dan DLQ>1 komoditas tersebut
mengalami reposisi dari komoditas non basis namun dimasa mendatang memiliki
prospektif yang bagus. Komoditas tersebut adalah komoditas kerbau, ayam
pedaging. Hasil dari gabungan analisis nilai LQ<1 dan DLQ<1 yang artinya
komoditas tersebut tetap menjadi sektor non basis baik dimasa sekarang maupun
masa mendatang yaitu komoditas ayam petelur. Hasil analisis gabungan LQ dan
DLQ secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9.
95
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan analisis shift share masing-masing subsektor pertanian
memiliki pertumbuhan dan daya saing yang berbeda-beda. Subsektor
tanaman pangan memiliki pertumbuhan yang lambat (PP negatif). Sektor ini
memiliki daya saing (PPW) yang juga negatif. Jika dilihat nilai pergeseran
bersih (PB) subsektor ini memiliki pertumbuhan yang tidak progresif.
Subsektor hortikultura memiliki pertumbuhan (PP) dan daya saing (PPW)
yang bernilai positif. Sehingga nilai pergeseran bersih memiliki
pertumbuhan yang progresif. Subsektor perkebunan memiliki pertumbuhan
serta daya saing bernilai positif, sehingga nilai pergeseran bersih juga
menunjukkan pertumbuhan yang cepat atau progresif. Sedangkan subsektor
peternakan memiliki nilai pertumbuhan (PP) positif, namun daya saingnya
bernilai negative. Jika dilihat nilai pergeseran bersihnya memiliki
pertumbuhan yang lambat.
2. Perhitungan dengan menggunakan analisis Location Quotient atau LQ,
terdapat beberapa komoditas basis atau unggulan pada masing-masing
subsektor pertanian di Kabupaten Rembang, yaitu pada subsektor tanaman
pangan terdiri dari komoditas jagung, kedelai dan ubi kayu. Pada subsektor
hortikultura terdapat sebanyak dua belas komoditas basis atau komoditas
96
unggulan yaitu blewah, jahe, kencur, kunyit, laos, manga, melon, pisang,
sawo, sirsak, sukun dan temukunci. Selanjutnya komoditas unggulan pada
subsektor perkebunan sebanyak lima komoditas terdiri dari siwalan, tebu
kristal, tebu tumbu, tembakau Rajang dan wijen. Adapun pada subsektor
peternakan terdiri dari komoditas domba, kambing, kuda, sapi potong, ayam
kampung dan itik.
3. Hasil perhitungan dengan menggunakan analisis Dynamic Location
Quotient (LQ) dan Gabungan analisis LQ dan DLQ ditemukan beberapa
komoditas yang mengalami perubahan atau reposisi dari komoditas basis
menjadi komoditas non basis, atau kebalikannya dari komoditas non basis
menjadi komoditas basis. Komoditas yang diprediksi akan tetap menjadi
komoditas basis atau unggulan dimasa mendatang, yaitu pada subsektor
tanaman pangan terdapat komoditas jagung dan kedelai; subsektor
hortikultura terdapat komoditas blewah, jahe, kunyit, manga, pisang, sawo,
sirsak dan temukunci. Selanjutnya pada subsektor perkebunan, komoditas
yang tetap menjadi basis dimasa mendatang adalah siwalan, tebu tumbu,
tebu kristal, tembakau rajang dan wijen. Pada subsektor peternakan yang
menjadi komoditas basis adalah domba, kambing, kuda, sapi potong ayam
kampung dan itik.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang sekiranya dapat menjadi
pertimbangan dan masukan adalah sebagai berikut :
97
1. Pemerintah daerah Kabupaten Rembang agar lebih memprioritaskan sektor
serta komoditas yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya saing
yang tinggi seperti komoditas jagung, mangga, sirsak, siwalan, tembakau
Rajang dan sapi potong, karena memiliki peluang dan sangat potensial untuk
dikembangkan. Upaya atau kebijakan yang dapat dilakukan seperti
membentuk agroindustri atau agropolitan guna mengoptimalkan
pengembangan kawasan sentra komoditas unggulan.
2. Pemerintah daerah Kabupaten Rembang diharapkan lebih memperhatikan
dan menjaga komoditas yang sudah menjadi unggulan Kabupaten, agar
keberadaan atau posisinya dapat dipertahankan dan tidak bergeser atau
menurun sehingga daerah tidak kehilangan komoditas unggulannya. Upaya
seperti penambahan luas lahan dan memberikan tambahan bantuan
permodalan, diharapkan dapat menambah dan memaksimalkan
produktivitas.
3. Pemerintah daerah Kabupaten Rembang agar memberikan dorongan dengan
upaya seperti penambahan dan perbaikan infrastruktur, serta penyuluhan
kepada petani agar dapat mendorong sektor atau komoditas yang memiliki
pertumbuhan dan daya saing yang lambat sehingga dimasa mendatang dapat
menjadi sektor atau komoditas yang dapat diandalkan bagi perekonomian
daerah.
4. Sebaiknya diadakan penelitian lanjutan dengan kriterian lain seperti luas
lahan, serapan tenaga kerja dan faktor-faktor produksi, serta dengan metode
analisis yang lainnya untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam.
98
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Faisal. 2019. Kontribusi Sektor Pertanian dan Rumusan Prioritas
dalam Pembangunan Pertanian Daerah Kabupaten Wonosobo
(Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis). [Skripsi]. Jakarta
: Program Studi Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta : Graha
Ilmu
_____. 2011. Pembiayaan Pembangunan Daerah. Yogyakarta : Graha Ilmu
Alkaf, Ilham. 2015. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten
Cilacap periode 2002-2013. [Skripsi]. Jakarta : Program Studi Agribisnis
UIN Syarif Hidayatullah
Ambardi, Urbanus dan Prihawantoro, Socia. 2002. Pengembangan Wilayah dan
Otonomi Daerah. Jakarta : Pusat Kebijakan Teknologi dan Pengembangan
Wilayah
Arsyad, Lincoln. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : UPP STIM YPKN
_____. 2016. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah.
Yogyakarta : BPFE
Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Erlangga
Fauzia, Ulfa; Adyatma; Arisanty. Analisis Komoditas Unggulan Pertanian di
Kabupaten Banjar. Jurnal Pendidikan Geografi. 6 (2) : 1-11. doi:
10.20527/jpg.v6i2.7564
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta : CV. ANDI
Kuncoro, Mudrajat. 2001. Metode Kuantitatif (Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan
Ekonomi). Yogyakarta : UPP AMP YKPN
Kuznet, Simon. 1995. Economic Growth and Income Inequality. The American
Economic Review
Novitasari, F dan Ayuningtyas, RV. 2018. Identifikasi Komoditas Unggulan
Pertanian dalam mendukung Kawasan Agropolitan, Studi kasus:
Kabupaten Pasaleman, kabupaten Cirebon. Journal of Regional and Rural
Development Planning. 2(3) : 218-227. doi: 10.29244/jp2wd.2018.2.3218-
227.
99
Rachbini. 2001. Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT.
Grasindo
Safi’i. 2007. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah. Malang :
Averroes Press
Sari, S.R. 2018. Kontribusi Sektor Pertanian Dalam Struktur Ekonomi Di
Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Jurnal AGRISEP. 17 (2) : 175-186.
doi: 10.31186/jagrisep.17.2.175-186
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Padang : Baduose Media
Sofyan, Rakhman; Harianto; Aji, Ananta. Analisis Komoditas Unggulan
PertanianTanaman Pangan Kabupaten Pemalang. Journal Geo Image. 3
(1). doi: 10.15294/geoimage.v3i1.4314
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijakan. Jakarta : LPE UI
Suyatno, Suyono. 2000. Teori Basis Ekonomi. Yogyakarta : BPFE
Syarif, Nurdiani. 2017. Analisis Penentuan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian
di Kabupaten Mamuju Tahun 2011 – 2015. [Skripsi]. Makassar : Program
Studi Ilmu Ekonomi UIN Alauddin Makassar.
Tambunan. 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia : Teori dan Penemuan
Empiris. Jakarta : Salemba Empat
Tanjung, Indah Pertiwi. 2017. Kontribusi sub sektor Perkebunan Terhadap
Perekonomian Daerah : Studi Kasus di Provinsi Jawa Timur. [Skripsi].
Jakarta : Program Studi Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi
Aksara
Wiratmo, Masykur. 1992. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Media Widya
Mandala.
100
LAMPIRAN
101
Lampiran 1 Persentase Kontribusi PDRB Seluruh Kabupaten/Kota (Persen)
No Kabupaten/Kota 2016 2017 2018 2019 Rata-rata
Kabupaten
1. Cilacap 9,11 8,87 8,66 8,39 8,76
2. Banyumas 3,87 3,89 3,94 3,96 3,92
3. Purbalingga 1,84 1,83 1,83 1,83 1,83
4. Banjarnegara 1,58 1,58 1,58 1,59 1,58
5. Kebumen 2,06 2,05 2,05 2,05 2,05
6. Purworejo 1,38 1,38 1,37 1,37 1,38
7. Wonosobo 1,41 1,39 1,38 1,39 1,39
8. Magelang 2,41 2,40 2,39 2.39 1,40
9. Boyolali 2,37 2,38 2,39 2,40 2,39
10. Klaten 2,91 2,92 2,92 2,92 2,92
11. Sukoharjo 2,68 2,70 2,70 2,71 2,70
12. Wonogiri 2,15 2,14 2,14 2,13 2,14
13. Karanganyar 2,68 2,69 2,70 2,72 2,70
14. Sragen 2,74 2,77 2,77 2,78 2,77
15. Grobogan 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
16. Blora 1,84 1,87 1,94 1,91 1,89
17. Rembang 1,37 1,39 1,40 1,39 1,39
18. Pati 3,12 3,14 3,15 3,16 3,14
19. Kudus 8,29 8,29 8,21 8,12 8,23
20. Jepara 2,20 2,20 2,21 2,22 2,21
21. Demak 1,93 1,93 1,93 1,92 1,93
22. Semarang 3,64 3,64 3,65 3,66 3,65
23. Temanggung 1,61 1,60 1,60 1,59 1,60
24. Kendal 3,11 3,12 3,12 3,12 3,12
25. Batang 1,59 1,59 1,59 1,58 1,59
26. Pekalongan 1,68 1,68 1,68 1,68 1,68
27. Pemalang 1,86 1,87 1,87 1,87 1,87
28. Tegal 2,58 2,58 2,58 2,59 2,58
29. Brebes 3,45 3,41 3,39 3,39 3,41
Kota
1. Magelang 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
2. Surakarta 3,48 3,50 3,50 3,53 3,50
3. Salatiga 0,97 0,97 0,97 0,98 0,97
4. Semarang 13,53 13,68 13,84 14,07 13,78
5. Pekalongan 0,78 0,79 0,80 0,80 0,79
6. Tegal 1,10 1,11 1,11 1,12 1,11
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2019)
102
Lampiran 2 Produksi Sektor Pertanian Kabupaten Rembang Tahun 2015-
2019 (Ton)
No SUBSEKTOR 2015 2016 2017 2018 2019
A Tanaman Pangan 483.940 393.960 466.473 392.492 335.006
1. Jagung 111145 119341 144212 110918 116364
2. Kacang Hijau 2238 1393 1010 1006 1035
3. Kacang Tanah 2303 1671 1340 581 365
4. Kedelai 3544 1619 2036 3434 2948
5. Padi gkg 256221 152801 239262 228866 161773
6. Ubi Jalar 2197 864 2185 1926 1903
7. Ubi Kayu 106292 116271 76428 45761 50618
B Hortikultura 1568113 1908898 1558831 1116892 1337246
1. Alpukat 56 381 408 563 795
2. Bawang Merah 2558 1880 2066 1372 972
3. Bayam 77 161 163 203 307
4. Belimbing 3249 3456 2759 3144 3440
5. Blewah 3315 10115 935 3515 334
6. Cabe Besar 12546 5782 6117 2216 848
7. Cabe Rawit 13953 12878 9489 5753 1709
8. Duku / Langsat 2745 1427 1573 1180 218
9. Durian 7039 9513 5433 5222 3289
10. Jahe 4765 5121 4779 2925 3702
11. Jambu Air 10435 10291 16014 8349 6032
12. Jambu Biji 24892 44255 30858 19930 15122
13. Jamur 6446 3382 1680 4705 2358
14. Jeruk Besar 16 76 91 118 42
15. Jeruk Siam 1312 918 1474 1127 135
16. Kacang Panjang 820 598 454 366 183
17. Kangkung 939 1078 825 757 1043
18. Kencur 1100 1117 1137 539 517
19. Kunyit 3528 3479 2543 1798 3251
20. Laos 1422 1454 1513 577 488
21. Lempuyang 46 41 40 45 38
22. Mangga 661802 1136034 874809 512710 799697
103
23. Melinjo 317 274 213 129 114
24. Melon 55129 54169 37635 26640 25059
25. Mengkudu 25 36 14 15 18
26. Mentimun 1514 379 1115 1381 423
27. Nangka 50697 32452 67334 64212 36063
28. Nanas 1483 405 279 72 110
29. Petai 481 642 548 540 452
30. Petsai / Sawi 403 841 1904 394 141
31. Pepaya 17233 15534 13166 11115 12440
32. Pisang 603475 464993 398036 374285 364300
33. Rambutan 5129 8618 9183 4897 1200
34. Salak 396 546 850 432 19
35. Sawo 16702 19887 18622 14088 14265
36. Semangka 14200 19762 10060 2934 11151
37. Sirsak 10599 9663 8114 14932 14395
38. Sukun 25390 25488 24526 21900 10412
39. Sambiloto 0.01 0,01 0,01 0,01 0,02
40. Terong 139 296 281 521 985
41. Tomat 1371 1266 1626 1098 951
42. Temu Ireng 92 60 71 88 41
43. Temu Kunci 24 36 35 36 140
44. Temulawak 235 144 59 69 47
C Perkebunan 51198 54750 55660 56801 58584
1.Cengkeh 23 21 99 101 430
2. Jambu Mete 104 100 190 209 180
3. Kapuk 290 287 384 405 364
4. Kelapa 4039 4214 3982 4207 3941
5. Kopi Robusta 16 17 59 65 59
6. Siwalan 856 957 779 979 930
7. Tebu (Kristal) 28816 29468 28778 29934 30540
8. Tebu (Tumbu) 14223 14553 14586 14033 14060
9. Tembakau
Rajang 2804 5100 6763 6830 8048
10. Wijen 27 33 40 38 32
D. Peternakan 2.048.849 2.007.926 2.154.432 3.092.015 2.193.464
104
1. Domba 156725 157771 157681 160369 162773
2. Kambing 158990 162090 161794 163894 166352
3. Kerbau 211 215 199 198 188
4. kuda 5129 5000 4847 4060 3564
5. Sapi Potong 128122 130625 132388 134602 136756
6. Ayam kampung 709051 723180 862238 866997 880001
7. Ayam Pedaging 757500 726000 731500 1655000 742000
8. Ayam Petelur 3700 4600 5450 8600 3425
9. Itik 129421 98445 98335 98295 98405
Sumber : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, 2020
105
Lampiran 3 Produksi Sektor Pertanian Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-
2019 (Ton)
No SUBSEKTOR 2015 2016 2017 2018 2019
A Tanaman Pangan 18.633.485 19.059.899 18.578.084 17.000.867 16.484.294
1. Jagung 3212391 3574330 3577507 3414906 3459646
2. Kacang Hijau 98992 89123 123229 125060 99495 3. Kacang Tanah 109204 105338 91234 86603 74605 4. Kedelai 129794 112157 105553 166195 64334 5. Padi 11360199 11473161 11396629 10499588 9655654 6. Ubi Jalar 151312 169079 145068 152056 139709
7. Ubi Kayu 3571593 3536711 3138864 2556459 2990851
B Hortikultura 26248419 22709199 25830113 27325407 28804626
1. Alpukat 310433 331230 365281 445218 601450 2. Bawang Merah 471169 546685 476337 445586 481889 3. Bayam 8646 9406 9616 10941 10982
4. Blewah 116838 22696 15087 82705 49821
5. Cabe Besar 168411 164980 195571 171796 164906 6. Cabe Rawit 149990 151061 148139 141770 148750 8. Duku / Langsat 180320 123376 52491 225026 145650 9. Durian 1024507 749689 913853 1432270 1729390 10. Jahe 40302 48422 45353 39199 27071
11. Jambu Air 199238 213805 229461 248948 269079
12. Jambu Biji 480500 608020 528052 637159 624174 13. Jamur 410478 453329 545348 443144 479805 14. Jaeruk Besar 172024 149737 131963 167400 179514 15. Jeruk Siam 214259 211437 182608 460824 346991 16. Kacang Panjang 28503 25108 41655 33958 24311
17. Kangkung 30627 27923 30096 27530 27467
18. Kencur 8765 8691 7581 7299 8854 19. Kunyit 28574 27612 27908 25748 23457 20. Laos 13056 14594 15769 18766 17847 21. Lempuyang 2903 2794 3166 2104 1333 22. Mangga 3966363 3345964 3890188 4434872 4850413
23. Melinjo 42303 40316 46009 51213 50865
24. Melon 417734 335416 213012 255226 271481 25. Mengkudu 825 448 460 723 822 26. Mentimun 23381 20961 24270 29234 30742 27. Nangka 1049138 1005487 1172956 1418218 1484317
106
28. Nanas 2010388 1024254 859381 2028228 1736054 29. Petai 72757 58567 65215 92497 92998 30. Petsai / Sawi 80428 84697 75111 88740 98325
31. Pepaya 1037433 1390280 1366588 1028616 1774086 32. Pisang 5817821 5916486 6020194 6138696 6215355 33. Rambutan 1505192 819765 1036021 1337398 1080037 34. Salak 4714628 3547701 5763611 4168697 4829487 35. Sawo 124695 127308 133482 138203 129264 36. Semangka 749915 600133 677136 576174 730376
37. Sirsak 74704 71236 69892 90559 95809 38. Sukun 256468 235422 236351 300038 281589 39. Sambiloto 163 278 280 339 129 40. Terong 36196 28981 31203 36255 43331 41. Tomat 62405 61586 71772 90402 81710 42. Temuireng 3758 2534 2543 2009 1306
43. Temukunci 931 1065 830 754 710 44. Temulawak 10044 6928 8192 5861 6614
C Perkebunan 562210 489127 463257 489423 520350
1.Cengkeh 6434 6274 5064 7447 40640 2.Jambu Mete 11224 8921 8638 10093 13374
3.Kapuk 22459 9539 8918 7753 7336 4. Kelapa 177376 177431 157850 171889 168409 5. Kopi 18505 14921 13373 20520 21609
6. Siwalan 863 964 787 994 945
7. Tebu (Kristal ) 251862 211787 202928 186732 182736 8. Tebu (Tumbu) 37321 34255 30487 40835 33731
9. Tembakau 36120 24999 35169 43121 51535 10. Wijen 46 36 43 39 35
D Peternakan 201.757.474 257.405.889 258.598.502 271.281.372 341.007.409
1. Domba 2304131 2340940 2385475 2389721 2409518 2. Kambing 4069797 4066654 4107224 3937013 3972760
3. Kerbau 64913 63973 62996 62054 61220 4. kuda 12550 12075 11747 10643 9679 5. Sapi Potong 1642578 1674573 1710769 1751765 1769186 6. Ayam kampung 40717554 41976727 41960085 40633383 95343176 7. Ayam Pedaging 126102734 180484258 180634329 194317555 208587824 8. Ayam Petelur 21865087 21832857 22570890 22847528 23457066
9. Itik 4978130 4953832 5154987 5331710 5396980
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2020
107
Lampiran 4. Perhitungan Pij, Rij, Rin, Dan Rn Analisis Shift Share Kabupaten
Rembang Tahun 2015-2019
No SUBSEKTOR Pij rij rin Rn
A Tanaman Pangan 483940
1. Jagung 111145 0,05 0,08 -0,12
2. Kacang Hijau 2238 -0,54 0,01 -0,12
3. Kacang Tanah 3544 -0,84 -0,32 -0,12
4. Kedelai 256221 -0,17 -0,50 -0,12
5. Padi gkg 2197 -0,37 -0,15 -0,12
6. Ubi Jalar 106292 -0,13 -0,08 -0,12
7. Ubi Kayu 483940 -0,52 -0,16 -0,12
B Hortikultura
1. Alpukat 56 13,20 0,94 0,10
2. Bawang Merah 2.558 -0,62 0,02 0,10
3. Bayam 77 2,99 0,27 0,10
4. Belimbing 3.249 0,06 0,19 0,10
5. Blewah 3.315 -0,90 -0,57 0,10
6. Cabe Besar 12.564 -0,93 -0,02 0,10
7. Cabe Rawit 13.953 -0,88 -0,01 0,10
8. Duku/Langsat 2.745 -0,92 -0,19 0,10
9. Durian 7.039 -0,53 0,69 0,10
10. Jahe 4.765 -0,22 -0,33 0,10
11. Jambu Air 10.435 -0,42 0,35 0,10
12. JAmbu Biji 24.892 -0,39 0,30 0,10
13. Jamur 6.446 -0,63 0,17 0,10
14, Jeruk Besar 16 1.63 0,04 0,10
15. Jeruk Siam/Keprok 1.312 -0,90 0,62 0,10
16. Kacang Panjang 820 -0,78 -0,15 0,10
17. Kangkung 939 0,11 -0,10 0,10
18. Kencur 1100 -0,53 0,01 0,10
19. Kunyit 3.528 -0,08 -0,18 0,10
20. Laos/Lengkuas 1.442 -0,66 0,37 0,10
21. Lempuyang 46 -0,17 -0,54 0,10
22. Mangga 661.802 0,21 0,22 0,10
108
23. Melinjo 317 -0,64 0,20 0,10
24. Melon 55.129 -0,55 -0,35 0,10
25. Mengkudu/Pace 25 -0,28 0,00 0,10
26. Mentimun 1.514 -0,72 0,31 0,10
27. Nangka 50.697 -0,29 0,41 0,10
28. Nanas 1.483 -0,93 -0,14 0,10
29. Petai 481 -0,06 0,28 0,10
30. Petsai/sawi 403 -0,65 0,22 0,10
31. Pepaya 12.233 -0,28 0,13 0,10
32. Pisang 603.475 -0,40 0,07 0,10
33. Rambutan 5.129 -0,77 -0,28 0,10
34. Salak 396 -0,95 0,02 0,10
35. Sawo 16.702 -0,15 0,04 0,10
36. Semangka 14.200 -0,21 -0,03 0,10
37. Sirsak 10.599 0,36 0,28 0,10
38. Sukun 25.390 -0,59 0,10 0,10
39. Sambiloto 0,01 0,38 -0,21 0,10
40. Terong 139 6,09 0,20 0,10
41. Tomat 1.371 -0,31 0,31 0,10
42. Temuireng 92 -0,55 -0,65 0,10
43. Temukunci 24 4,83 -0,24 0,10
44. Temulawak 235 -0,80 -0,34 0,10
D Perkebunan
1. Cengkeh 23 17,30 5,32 -0,07
2. Jambu Mete 104 0,73 0,19 -0,07
3. Kapuk 290 0,26 -0,67 -0,07
4. Kelapa 4.039 -0,02 -0,05 -0,07
5. Kopi Robusta 16 2,69 0,17 -0,07
6. Siwalan 957 -0,03 -0,02 -0,07
7. Tebu (Kristal) 28.816 0,06 -0,27 -0,07
8. Tebu (Tumbu) 14.223 -0,01 -0,10 -0,07
9. Tembakau Rajang 2.804 1,87 -0,43 -0,07
10. Wijen 27 0,19 -0,24 -0,07
E. Peternakan
109
1. Domba 156.725 0,04 0,05 0,69
2. Kambing 158.990 0,05 -0,02 0,69
3. Kerbau 211 -0,11 -0,06 0,69
4. kuda 5.129 -0,31 -0,23 0,69
5. Sapi Potong 128.122 0,07 0,08 0,69
6. Ayam kampung 709.051 0,24 1,34 0,69
7. Ayam Pedaging 757.500 -0,02 0,65 0,69
8. Ayam Petelur 3.700 -0,07 0,07 0,69
9. Itik 129.421 -0,24 0,08 0,69
Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah)
110
Lampiran 5. Perhitungan Analisis Shift Share Kabupaten Rembang Tahun
2015-2019
No KOMODITAS NSij
Pij * rn
PSij
Pij * (rin-rn)
DSij
Pij * (rij-rin)
SSij
NSij+PSij+DSij
A Tanaman Pangan
1. Jagung -12819,49 21374,23 -3335,74 5219
2. Kacang Hijau -258,13 269,50 -1214,37 -1203
3. Kacang Tanah -265,63 -464,03 -1208,34 -1938
4. Kedelai -408,77 -1378,61 1191,37 -596
5. Padi gkg -29552,60 -8892,17 -56003,23 -94448
6. Ubi Jalar -253,40 84,93 -125,53 -294
7. Ubi Kayu -12259,75 -5023,36 -38390,89 -55674
B Hortikultura
1. Alpukat 5,45 47,04 686,50 739
2. Bawang Merah 249,11 -190,91 -1644,20 -1586
3. Bayam 7,50 13,31 209,20 230
4. Belimbing 316,40 299,17 -424,57 191
5. Blewah 322,83 -2224,28 -1079,55 -2981
6. Cabe Besar 1223,55 -1485,03 -11454,52 -11716
7. Cabe Rawit 1358,82 -1474,17 -12128,65 -12244
8. Duku/Langsat 267,32 -795,10 -1999,22 -2527
9. Durian 685,49 4157,49 -8592,98 -3750
10. Jahe 464,04 -2028,37 501,33 -1063
11. Jambu Air 1016,21 2641,68 -8060,89 -4403
12. JAmbu Biji 2424,11 5018,83 -17212,94 -9770
13. Jamur 627,74 460,94 -5176,69 -4088
14, Jeruk Besar 1,56 -0,86 25,30 26
15. Jeruk
Siam/Keprok 127,77 685,01 -1989,78 -1177
16. Kacang Panjang 79,86 -200,46 -516,40 -637
17. Kangkung 91,44 -188,33 200,88 104
18. Kencur 107,12 -95,95 -594,17 -583
19. Kunyit 343,57 -975,37 354,79 -277
20. Laos/Lengkuas 138,48 383,33 -1455,81 -934
21. Lempuyang 4,48 -29,36 16,88 -8
111
22. Mangga 64449,71 83057,23 -9611,94 137895
23. Melinjo 30,87 33,29 -267,16 -203
24. Melon 5368,75 -24669,98 -10768,77 -30070
25. Mengkudu/Pace 2,43 -2,53 -6,91 -7
26. Mentimun 147,44 329,21 -1567,65 -1091
27. Nangka 4937,14 16091,81 -35662,95 -14634
28. Nanas 144,42 -346,79 -1170,63 -1373
29. Petai 46,84 86,97 -162,81 -29
30. Petsai/sawi 39,25 50,43 -351,68 -262
31. Pepaya 1678,24 591,73 -7062,97 -4793
32. Pisang 58769,52 -17533,84 -280410,68 -239175
33. Rambutan 499,49 -1948,22 -2480,27 -3929
34. Salak 38,56 -28,92 -386,65 -377
35. Sawo 1626,53 -1014,54 -3048,98 -2437
36. Semangka 1382,87 -1752,85 -2679,02 -3049
37. Sirsak 1032,19 1962,19 801,62 3796
38. Sukun 2472,61 14,34 -17464,95 -14978
39. Sambiloto 0,00 0,00 0,01 0,005
40. Terong 13,54 13,86 818,60 846
41. Tomat 133,52 290,60 -844,12 -420
42. Temuireng 8,96 -68,99 9,03 -51
43. Temukunci 2,34 -8,03 121,70 116
44. Temulawak 22,89 -103,14 -107,75 -188
C Perkebunan
1. Cengkeh -1,72 123,99 284,72 407
2. Jambu Mete -7,76 27,68 56,08 76
3. Kapuk -21,64 -173,63 269,27 74
4. Kelapa -301,40 97,21 106,19 -98
5. Kopi Robusta -1,19 3,88 40,32 43
6. Siwalan -71,41 52,55 -8,14 -27
7. Tebu (Kristal) -2150,32 -5758,52 9632,83 1724
8. Tebu (Tumbu) -1061,35 -306,79 1205,15 -163
9. Tembakau Rajang -209,24 1405,91 4047,33 5244
10. Wijen -2,01 -4,44 11,46 5
112
D Peternakan
1. Domba 108169,21 -101000,87 -1120,33 6048
2. Kambing 109732,48 -113523,31 11152,83 7362
3. Kerbau 145,63 -157,63 -11,00 -23
4. kuda 3539,96 -4713,29 -391,66 -1565
5. Sapi Potong 88427,85 -78552,36 -1241,49 8634
6. Ayam kampung 489376,20 461868,37 -780294,56 170950
7. Ayam Pedaging 522814,96 -27326,45 -510988,51 -15500
8. Ayam Petelur 2553,68 -2284,29 -544,39 -275
9. Itik 89324,40 -78435,18 -41905,23 -31016
Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah)
113
Lampiran 6. Pergeseran Bersih Analisis Shift Share Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019
No Komoditas Mij Cij Pbij Keterangan
Pij*(rin-rn) Pij*(rij-rin) Mij+Cij
A Tanaman Pangan
1. Jagung 21374,23 -3335,74 18038,49 Cepat
2. Kacang Hijau 269,50 -1214,37 -944,87 Lambat
3. Kacang Tanah -464,03 -1208,34 -1672,37 Lambat
4. Kedelai -1378,61 1191,37 -187,23 Lambat
5. Padi gkg -8892,17 -56003,23 -64895,40 Lambat
6. Ubi Jalar 84,93 -125,53 -40,60 Lambat
7. Ubi Kayu -5023,36 -38390,89 -43414,25 Lambat
B Hortikultura
1. Alpukat 47,04 686,50 733,55 Cepat
2. Bawang Merah -190,91 -1644,20 -1835,11 Lambat
3. Bayam 13,31 209,20 222,50 Cepat
4. Belimbing 299,17 -424,57 -125,40 Lambat
5. Blewah -2224,28 -1079,55 -3303,83 Lambat
6. Cabe Besar -1485,03 -11454,52 -12939,55 Lambat
7. Cabe Rawit -1474,17 -12128,65 -13602,82 Lambat
8. Duku/Langsat -795,10 -1999,22 -2794,32 Lambat
9. Durian 4157,49 -8592,98 -4435,49 Lambat
10. Jahe -2028,37 501,33 -1527,04 Lambat
11. Jambu Air 2641,68 -8060,89 -5419,21 Lambat
12. JAmbu Biji 5018,83 -17212,94 -12194,11 Lambat
13. Jamur 460,94 -5176,69 -4715,74 Lambat
14, Jeruk Besar -0,86 25,30 24,44 Cepat
15. Jeruk Siam/Keprok 685,01 -1989,78 -1304,77 Lambat
16. Kacang Panjang -200,46 -516,40 -716,86 Lambat
17. Kangkung -188,33 200,88 12,56 Cepat
18. Kencur -95,95 -594,17 -690,12 Lambat
19. Kunyit -975,37 354,79 -620,57 Lambat
20. Laos/Lengkuas 383,33 -1455,81 -1072,48 Lambat
21. Lempuyang -29,36 16,88 -12,48 Lambat
114
22. Mangga 83057,23 -9611,94 73445,29 Cepat
23. Melinjo 33,29 -267,16 -233,87 Lambat
24. Melon -24669,98 -10768,77 -35438,75 Lambat
25. Mengkudu/Pace -2,53 -6,91 -9,43 Lambat
26. Mentimun 329,21 -1567,65 -1238,44 Lambat
27. Nangka 16091,81 -35662,95 -19571,14 Lambat
28. Nanas -346,79 -1170,63 -1517,42 Lambat
29. Petai 86,97 -162,81 -75,84 Lambat
30. Petsai/sawi 50,43 -351,68 -301,25 Lambat
31. Pepaya 591,73 -7062,97 -6471,24 Lambat
32. Pisang -17533,84 -280410,68 -297944,52 Lambat
33. Rambutan -1948,22 -2480,27 -4428,49 Lambat
34. Salak -28,92 -386,65 -415,56 Lambat
35. Sawo -1014,54 -3048,98 -4063,53 Lambat
36. Semangka -1752,85 -2679,02 -4431,87 Lambat
37. Sirsak 1962,19 801,62 2763,81 Cepat
38. Sukun 14,34 -17464,95 -17450,61 Lambat
39. Sambiloto 0,00 0,01 0,00 Lambat
40. Terong 13,86 818,60 832,46 Cepat
41. Tomat 290,60 -844,12 -553,52 Lambat
42. Temuireng -68,99 9,03 -59,96 Lambat
43. Temukunci -8,03 121,70 113,66 Cepat
44. Temulawak -103,14 -107,75 -210,89 Lambat
0,00 -383577,96 -383577,96
C Perkebunan
1. Cengkeh 123,99 284,72 408,72 Cepat
2. Jambu Mete 27,68 56,08 83,76 Cepat
3. Kapuk -173,63 269,27 95,64 Cepat
4. Kelapa 97,21 106,19 203,40 Cepat
5. Kopi Robusta 3,88 40,32 44,19 Cepat
6. Siwalan 52,55 -8,14 44,41 Cepat
7. Tebu (Kristal) -5758,52 9632,83 3874,32 Cepat
8. Tebu (Tumbu) -306,79 1205,15 898,35 Cepat
9. Tembakau Rajang 1405,91 4047,33 5453,24 Cepat
10. Wijen -4,44 11,46 7,01 Cepat
115
D Peternakan
1. Domba -101000,87 -1120,33 -102121,21 Lambat
2. Kambing -113523,31 11152,83 -102370,48 Lambat
3. Kerbau -157,63 -11,00 -168,63 Lambat
4. kuda -4713,29 -391,66 -5104,96 Lambat
5. Sapi Potong -78552,36 -1241,49 -79793,85 Lambat
6. Ayam kampung 461868,37 -780294,56 -318426,20 Lambat
7. Ayam Pedaging -27326,45 -510988,51 -538314,96 Lambat
8. Ayam Petelur -2284,29 -544,39 -2828,68 Lambat
9. Itik -78435,18 -41905,23 -120340,40 Lambat
Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah)
116
Lampiran 7. Perhitungan Analisis LQ Kabupaten Rembang Tahun 2015-2019
No Komoditas Nilai LQ Rata-
rata Ket.
2015 2016 2017 2018 2019
A Tanaman
Pangan
1. Jagung 1,33 1,58 1,61 1,54 1,87 1,59 Basis
2. Kacang Hijau 0,87 0,74 0,33 0,38 0,58 0,58 Non Basis
3. Kacang Tanah 0,81 0,75 0,59 0,32 0,27 0,55 Non Basis
4. Kedelai 1,05 0,68 0,77 0,98 2,55 1,21 Basis
5. Padi 0,87 0,63 0,84 1,03 0,93 0,86 Non Basis
6. Ubi Jalar 0,56 0,24 0,60 0,60 0,76 0,55 Non Basis
7. Ubi Kayu 1,15 1,55 0,97 0,85 0,94 1,09 Basis
B Hortikultura
1. Alpukat 0,003 0,01 0,02 0,03 0,03 0,02 Non Basis
2. Bawang Merah 0,09 0,04 0,07 0,08 0,04 0,06 Non Basis
3. Bayam 0,15 0,20 0,28 0,45 0,60 0,34 Non Basis
4. Belimbing 0,41 0,44 0,46 0,53 0,47 0,46 Non Basis
5. Blewah 0,47 5,30 1,03 1,04 0,14 1,60 Basis
6. Cabe Besar 1,25 0,42 0,52 0,32 0,11 0,52 Non Basis
7. Cabe Rawit 1,56 1,01 1,06 0,99 0,25 0,97 Non Basis
8. Duku/Langsat 0,25 0,14 0,50 0,13 0,03 0,21 Non Basis
9. Durian 0,12 0,15 0,10 0,09 0,04 0,10 Non Basis
10. Jahe 1,98 1,26 1,75 1,83 2,95 1,95 Basis
11. Jambu Air 0,88 0,57 1,16 0,82 0,48 0,78 Non Basis
12. Jambu Biji 0,87 0,87 0,97 0,77 0,52 0,80 Non Basis
13. Jamur 0,26 0,09 0,05 0,26 0,11 0,15 Non Basis
14. Jeruk Besar 0,002 0,01 0,01 0,02 0,01 0,01 Non Basis
15. Jeruk Siam 0,10 0,05 0,13 0,06 0,01 0,07 Non Basis
16. Kacang Panjang 0,48 0,28 0,18 0,26 0,16 0,27 Non Basis
17. Kangkung 0,51 0,46 0,45 0,67 0,82 0,58 Non Basis
18. Kencur 2,10 1,53 2,49 1,81 1,26 1,84 Basis
19. Kunyit 2,07 1,50 1,51 1,71 2,99 1,95 Basis
20. Laos/Lengkuas 1,82 1,19 1,59 0,75 0,59 1,19 Basis
21. Lempuyang 0,27 0,17 0,21 0,52 0,61 0,36 Non Basis
117
22. Mangga 2,79 4,04 3,73 2,83 3,55 3,39 Basis
23. Melinjo 0,13 0,08 0,08 0,06 0,05 0,08 Non Basis
24. Melon 2,21 1,92 2,93 2,55 1,99 2,32 Basis
25. Mengkudu/Pace 0,51 0,96 0,50 0,51 0,47 0,59 Non Basis
26. Mentimun 1,08 0,22 0,76 1,16 0,30 0,70 Non Basis
27. Nangka 0,81 0,38 0,95 1,11 0,52 0,76 Non Basis
28. Nanas 0,01 0,005 0,01 0,001 0,001 0,005 Non Basis
29. Petai 0,11 0,13 0,14 0,14 0,10 0,13 Non Basis
30. Petsai/Sawi 0,08 0,12 0,42 0,11 0,03 0,15 Non Basis
31. Pepaya 0,28 0,13 0,16 0,26 0,23 0,21 Non Basis
32. Pisang 1,74 0,93 1,10 1,49 1,26 1,30 Basis
33. Rambutan 0,06 0,13 0,15 0,11 0,02 0,09 Non Basis
34. Salak 0,001 0,002 0,002 0,003 0,000 0,002 Non Basis
35. Sawo 2,24 1,86 2,31 2,49 2,38 2,26 Basis
36. Semangka 0,32 0,39 0,25 0,12 0,33 0,28 Non Basis
37. Sirsak 2,37 1,61 1,92 4,03 3,24 2,64 Basis
38. Sukun 1,66 1,29 1,72 1,79 0,80 1,45 Basis
39. Sambiloto 0,001 0,001 0,001 0,001 0,003 0,001 Non Basis
40. Terong 0,06 0,12 0,15 0,35 0,49 0,24 Non Basis
41. Tomat 0,37 0,24 0,38 0,30 0,25 0,31 Non Basis
42. Temuireng 0,41 0,28 0,46 1,07 0,68 0,58 Non Basis
43. Temukunci 0,43 0,40 0,70 1,17 4,25 1,39 Basis
44. Temulawak 0,39 0,20 0,12 0,29 0,15 0,23 Non Basis
C Perkebunan
1. Cengkeh 0,04 0,03 0,16 0,12 0,09 0,09 Non Basis
2. Jambu Mete 0,10 0,10 0,18 0,18 0,12 0,14 Non Basis
3. Kapuk 0,14 0,27 0,36 0,45 0,44 0,33 Non Basis
4. Kelapa 0,25 0,21 0,21 0,21 0,21 0,22 Non Basis
5. Kopi Robusta 0,01 0,01 0,04 0,03 0,02 0,02 Non Basis
6. Siwalan 10,89 8,87 8,24 8,49 8,74 9,05 Basis
7. Tebu (Kristal) 1,26 1,24 1,18 1,38 1,48 1,31 Basis
8. Tebu (Tumbu) 4,18 3,80 3,98 2,96 3,70 3,73 Basis
9. Tembakau
Rajang
0,85 1,82 1,60 1,36 1,39 1,41 Basis
10. Wijen 6,45 8,19 7,74 8,40 8,12 7,78 Basis
118
D Peternakan
1. Domba 6,65 8,64 7,93 5,89 10,50 7,92 Basis
2. Kambing 3,82 5,11 4,73 3,65 6,51 4,76 Basis
3. Kerbau 0,32 0,43 0,38 0,28 0,48 0,38 Non Basis
4. Kuda 4,24 6,08 5,53 3,47 6,25 5,11 Basis
5. Sapi Potong 7,63 10,00 9,29 6,74 12,02 9,14 Basis
6. Ayam kampung 1,74 2,21 2,47 1,87 1,43 1,94 Basis
7. Ayam Pedaging 0,59 0,52 0,49 0,75 0,55 0,58 Non Basis
8. Ayam Petelur 0,02 0,03 0,03 0,03 0,02 0,03 Non Basis
9. Itik 2,54 2,55 2,29 1,62 2,83 2,37 Basis
Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah
119
Lampiran 8. Perhitungan Analisis DLQ Kabupaten Rembang Tahun 2015-
2019
No Komoditas Gij Gi A B DLQ Ket
(a/b)t
A Tanaman Pangan
1. Jagung 0,03 0,02 1,11 1,05 1,24 Basis
2. Kacang Hijau -0,16 0,02 0,91 1,05 0,56 Non Basis
3. Kacang Tanah -0,35 -0,09 0,70 0,94 0,31 Non Basis
4. Kedelai 0,06 -0,06 1,15 0,97 2,00 Basis
5. Padi -0,04 0,03 1,04 1,06 0,91 Non Basis
6. Ubi Jalar -0,20 -0,01 0,87 1,02 0,53 Non Basis
7. Ubi Kayu -0,14 -0,03 0,94 0,99 0,78 Non Basis
B Hortikultura
1. Alpukat -0,67 0,18 0,33 1,15 0,01 Non Basis
2. Bawang Merah -0,20 0,01 0,81 0,98 0,46 Non Basis
3. Bayam 0,04 0,06 1,05 1,03 1,08 Basis
4. Belimbing 0,02 0,08 1,04 1,05 0,96 Non Basis
5. Blewah 0,75 0,74 1,77 1,69 1,22 Basis
6. Cabe Besar -0,43 0,00 0,57 0,97 0,12 Non Basis
7. Cabe Rawit -0,36 0,00 0,65 0,97 0,20 Non Basis
8. Duku/Langsat -0,36 0,51 0,65 1,47 0,04 Non Basis
9. Durian -0,12 0,18 0,89 1,15 0,36 Non Basis
10. Jahe -0,03 -0,08 0,98 0,90 1,45 Basis
11. Jambu Air -0,05 0,08 0,96 1,05 0,70 Non Basis
12. Jambu Biji -0,03 0,08 0,98 1,05 0,77 Non Basis
13. Jamur 0,01 0,28 1,02 1,24 0,46 Non Basis
14. Jeruk Besar -0,44 0,02 0,57 0,99 0,03 Non Basis
15. Jeruk Siam -0,20 0,28 0,81 1,25 0,18 Non Basis
16. Kacang Panjang -0,30 0,02 0,71 0,99 0,26 Non Basis
17. Kangkung 0,05 -0,02 1,07 0,95 1,60 Basis
18. Kencur -0,13 0,01 0,88 0,98 0,64 Non Basis
19. Kunyit 0,06 -0,05 1,07 0,93 1,80 Basis
20. Laos/Lengkuas -0,18 0,08 0,83 1,05 0,39 Non Basis
21. Lempuyang -0,04 0,15 0,97 1,12 0,57 Non Basis
120
22. Mangga 0,16 0,06 1,17 1,03 1,68 Basis
23. Melinjo -0,22 0,05 0,79 1,02 0,36 Non Basis
24. Melon -0,17 -0,08 0,84 0,90 0,77 Non Basis
25. Mengkudu/Pace 0,03 0,07 1,04 1,04 1,00 Basis
26. Mentimun 0,08 0,08 1,09 1,15 0,83 Non Basis
27. Nangka 0,06 0,10 1,07 1,06 1,03 Basis
28. Nanas -0,31 0,14 0,70 1,11 0,15 Non Basis
29. Petai 0,00 0,09 1,02 1,06 0,86 Non Basis
30. Petsai/Sawi -0,23 0,06 0,78 1,03 0,33 Non Basis
31. Pepaya -0,07 0,05 0,94 1,02 0,71 Non Basis
32. Pisang 0,11 0,02 1,12 0,99 1,68 Basis
33. Rambutan -0,12 -0,04 0,89 0,94 0,82 Non Basis
34. Salak -0,13 0,06 0,88 1,04 0,53 Non Basis
35. Sawo -0,03 0,01 0,99 0,98 1,02 Basis
36. Semangka -0,15 0,01 0,86 0,98 0,59 Basis
37. Sirsak 0,14 0,07 1,15 1,04 1,50 Basis
38. Sukun -0,17 0,03 0,84 1,00 0,50 Non Basis
39. Sambiloto -0,61 0,08 0,40 1,05 0,02 Non Basis
40. Terong 0,04 0,06 1,05 1,03 1,10 Basis
41. Tomat -0,06 0,08 0,95 1,05 0,67 Non Basis
42. Temuireng -0,11 -0,22 0,90 0,76 1,96 Basis
43. Temukunci 0,15 -0,06 1,17 0,92 2,61 Basis
44. Temulawak -0,29 -0,07 0,72 0,90 0,41 Non Basis
C Perkebunan
1. Cengkeh 0,73 1,18 1,67 2,21 0,33 Non Basis
2. Jambu Mete 0,21 1,06 1,17 2,09 0,10 Non Basis
3. Kapuk 0,07 0,21 1,03 1,23 0,50 Non Basis
4. Kelapa 0,00 -0,01 0,96 1,01 0,84 Non Basis
5. Kopi Robusta 0,02 0,78 0,99 1,81 0,09 Non Basis
6. Siwalan 0,91 0,04 1,85 1,06 9,32 Basis
7. Tebu (Kristal) 0,01 -0,08 0,98 0,94 1,19 Basis
8. Tebu (Tumbu) 0,004 -0,01 0,96 1,01 3,23 Basis
9. Tembakau Rajang 0,33 0,13 1,29 1,15 1,59 Basis
10. Wijen 0,06 -0,05 1,02 0,96 1,28 Basis
121
D Peternakan
1. Domba 0,01 0,01 0,96 0,88 1,42 Basis
2. Kambing 0,01 -0,01 0,96 0,87 1,53 Basis
3. Kerbau -0,19 -0,01 0,77 0,86 0,65 Non Basis
4. Kuda -0,09 -0,06 0,87 0,82 1,29 Basis
5. Sapi Potong 0,02 0,02 0,97 0,89 1,41 Basis
6. Ayam kampung 0,06 0,34 1,01 1,17 1,56 Basis
7. Ayam Pedaging 0,17 0,15 1,11 1,00 1,55 Basis
8. Ayam Petelur -0,09 0,08 0,87 0,94 0,72 Non Basis
9. Itik -0,06 0,02 0,90 0,89 1,03 Basis
Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah)
122
Lampiran 9. Hasil Gabungan Analisis LQ Dan DLQ Kabupaten Rembang
Tahun 2015-2019
No Komoditas LQ DLQ Ket.
A Tanaman Pangan
1 Jagung 1,59 1,24 Basis, Prospektif
2 Kacang Hijau 0,58 0,56 Non Basis, Tidak Prospektif
3 Kacang Tanah 0,55 0,31 Non Basis, Tidak Prospektif
4 Kedelai 1,21 2,00 Basis, Prospektif
5 Padi 0,86 0,91 Non Basis, Tidak Prospektif
6 Ubi Jalar 0,55 0,53 Non Basis, Non Prospektif
7 Ubi Kayu 1,09 0,78 Basis, Tidak Prospektif
B Hortikultura
1. Alpukat 0,02 0,01 Non Basis. Tidak Prospektif
2. Bawang Merah 0,06 0,46 Non Basis. Tidak Prospektif
3. Bayam 0,34 1,08 Non Basis, Prospektif
4. Belimbing 0,46 0,96 Non Basis. Tidak Prospektif
5. Blewah 1,60 1,22 Basis, Prospektif
6. Cabe Besar 0,52 0,12 Non Basis. Tidak Prospektif
7. Cabe Rawit 0,97 0,20 Non Basis. Tidak Prospektif
8. Duku/Langsat 0,21 0,04 Non Basis. Tidak Prospektif
9. Durian 0,10 0,36 Non Basis. Tidak Prospektif
10. Jahe 1,95 1,45 Basis, Prospektif
11. Jambu Air 0,78 0,70 Non Basis. Tidak Prospektif
12. Jambu Biji 0,80 0,77 Non Basis. Tidak Prospektif
13. Jamur 0,15 0,46 Non Basis, Tidak Prospektif
14. Jeruk Besar 0,01 0,03 Non Basis. Tidak Prospektif
15. Jeruk Siam 0,07 0,18 Non Basis. Tidak Prospektif
16. Kacang Panjang 0,27 0,26 Non Basis. Tidak Prospektif
17. Kangkung 0,58 1,60 Non Basis, Prospektif
18. Kencur 1,84 0,64 Basis, Tidak Prospektif
19. Kunyit 1,95 1,80 Basis, Prospektif
20. Laos/Lengkuas 1,19 0,39 Basis, Tidak Prospektif
21. Lempuyang 0,36 0,57 Non Basis, Tidak Prospektif
22. Mangga 3,39 1,68 Basis, Prospektif
23. Melinjo 0,08 0,36 Non Basis. Tidak Prospektif
24. Melon 2,32 0,77 Basis, Tidak Prospektif
25. Mengkudu/Pace 0,59 1,00 Non Basis, Prospektif
26. Mentimun 0,70 0,83 Non Basis, Tidak Prospektif
27. Nangka 0,76 1,03 Non Basis, Prospektif
123
Sumber : Data Sekunder, 2021 (diolah)
28. Nanas 0,005 0,15 Non Basis. Tidak Prospektif
29. Petai 0,13 0,86 Non Basis. Tidak Prospektif
30. Petsai/Sawi 0,15 0,33 Non Basis, Tidak Prospektif
31. Pepaya 0,21 0,71 Non Basis. Tidak Prospektif
32. Pisang 1,30 1,68 Basis, Prospektif
33. Rambutan 0,09 0,82 Non Basis. Tidak Prospektif
34. Salak 0,002 0,53 Non Basis. Tidak Prospektif
35. Sawo 2,26 1,02 Basis, Prospektif
36. Semangka 0,28 0,59 Non Basis, Tidak Prospektif
37. Sirsak 2,64 1,50 Basis, Prospektif
38. Sukun 1,45 0,50 Basis, Tidak Prospektif
39. Sambiloto 0,001 0,02 Non Basis, Tidak Prospektif
40. Terong 0,24 1,10 Non Basis, Prospektif
41. Tomat 0,31 0,67 Non Basis. Tidak Prospektif
42. Temuireng 0,58 1,96 Non Basis, Prospektif
43. Temukunci 1,39 2,61 Basis, Prospektif
44. Temulawak 0,23 0,41 Non Basis. Tidak Prospektif
C Perkebunan
1. Cengkeh 0,09 0,33 Non Basis, Tidak Prospektif
2. Jambu Mete 0,14 0,10 Non Basis, Tidak Prospektif
3. Kapuk 0,33 0,50 Non Basis, Tidak Prospektif
4. Kelapa 0,22 0,84 Non Basis, Tidak Prospektif
5. Kopi Robusta 0,02 0,09 Non Basis, Tidak Prospektif
6. Siwalan 9,05 9,32 Basis, Prospektif
7. Tebu (Kristal) 1,31 1,19 Basis, Prospektif
8. Tebu (Tumbu) 3,73 3,23 Basis, Prospektif
9. Tembakau Rajang 1,41 1,59 Basis, Prospektif
10. Wijen 7,78 1,28 Basis, Prospektif
D Peternakan
1. Domba 1,93 1,42 Basis, Prospektif
2. Kambing 4,77 1,53 Basis, Prospektif
3. Kerbau 0,38 0,65 Non Basis, Tidak Prospektif
4. kuda 5,11 1,29 Basis, Prospektif
5. Sapi Potong 9,15 1,41 Basis, Prospektif
6. Ayam kampung 1,94 1,56 Basis, Prospektif
7. Ayam Pedaging 0,58 1,55 Non Basis, Prospektif
8. Ayam Petelur 0,03 0,72 Non Basis, Tidak Prospektif
9. Itik 2,37 1,03 Basis, Prospektif