Peran Sekresi Kolostrum Dalam Mencegah Terjadinya Infeksi Usus Pada Bayi .pdf
-
Upload
rizky-noor-adha -
Category
Documents
-
view
60 -
download
0
description
Transcript of Peran Sekresi Kolostrum Dalam Mencegah Terjadinya Infeksi Usus Pada Bayi .pdf
!Tugas Seminar Ilmu Faal II
Peran Sekresi Kolostrum Dalam Mencegah Terjadinya Infeksi Usus Pada Bayi
!!!!!!!
!Penyusun :
1. Adil Rachmawan 021311133150 9. Retno Kanthiningsih 021311133034
2. Antony Wijaya 021311133091 10. Retta Gabriella P. 021311133086
3. Dea Ivana Y.P. 021311133152 11. Rima Arsyilvia 021311133031
4. Dwi Maulidiniyah 021311133093 12. Rizky Noor Adha 021311133153
5. Erin Imaniar B. 021311133151 13. Sa’ad Kumayangan 021311133092
6. Fika Rahma F. 021311133087 14. Sesy Ayu Lestari 021311133035
7. Mahda Bin Juber 021311133033 15. Yanti Meylitha 021311133032
8. Okso Brillian P. 021311133154
!!
ILMU FAAL II - DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014
!
KATA PENGANTAR
! Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkatNya makalah seminar
Ilmu Faal II yang berjudul Peran Sekresi Kolostrum Dalam Mencegah Terjadinya Infeksi
Usus Pada Bayi dapat diselesaikan dengan baik. Adapun penyelesaian makalah ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktu tidak lepas dari bantuan dan bimbingan yang diberikan
kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing Jenny Sunariani, drg., M.Kes atas bimbingan, arahan dan motivasi
yang telah diberikan. Semoga makalah seminar ini dapat memberikan manfaat untuk
perkembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari.
!Surabaya, 17 Juni 2014
!!
Penulis
!!!!!!!!!!!!!!!!
! 1
ABSTRAK
Peran Sekresi Kolostrum Dalam Mencegah Terjadinya Infeksi Usus Pada Bayi Seminar Ilmu Faal II Kelompok 7
!!
Seringkali, setelah ibu melahirkan, Air Susu Ibu (ASI) yang pertama kali keluar dibuang dan tidak diberikan pada sang bayi. Padahal, ASI yang pertama kali keluar dari kelenjar mammae ibu mengandung kolostrum yang memiliki banyak manfaat bagi sang bayi. Antara lain, kolostrum dapat meningkatkan sistem imun bayi hingga mencegah berbagai infeksi pada bayi. Dalam makalah ini, akan dijelaskan peran dari kolostrum dalam mencegah infeksi usus pada bayi. Selain itu, akan dibahas juga alasan kolostrum dapat mencegah infeksi usus pada bayi dan cara memanfaatkan kolostrum secara optimal pada bayi. Oleh karena itu, sebaiknya, air susu ibu yang pertama kali keluar tidak dibuang sia-sia karena dapat bermanfaat banyak bagi sang bayi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya. !Kata kunci : Kolostrum, air susu ibu, infeksi usus !!!PENDAHULUAN
Pember i an a i r susu ibu (ASI )
merupakan cara alami untuk menjaga nutrisi
yang baik, meningkatkan daya tahan tubuh
serta memelihara emosi selama masa
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Selain mengandung zat nutrisi yang
dibutuhkan, ASI juga meningkatkan daya
tahan dan mengandung anti bakteri dan anti
virus yang melindungi bayi terhadap infeksi.1 ASI merupakan makanan alamiah utama
bayi baru lahir hingga berusia 6 bulan.
Kandungan nutrisinya cukup lengkap untuk
tumbuh kembang bayi pada usia tersebut.
ASI dapat berfungsi sebagai pembawa
kekebalan pasif pada saluran cerna bayi
sementara sistem imun lokal maupun
sistemik pada bayi masih imatur. Selain itu
ASI dapat beradaptasi dengan baik dan tetap
utuh hingga tiba di usus halus bayi.
Kandungan protein ASI memiliki berbagai
aktivitas biologis diantaranya sebagai
antimikrobial, imunomodulator dan terdapat
asam amino esensial dalam jumlah yang
adekuat untuk pertumbuhan bayi.2 ASI,
t e r u t a m a k o l o s t r u m m e n g a n d u n g
Immunoglobulin (Ig), yaitu; IgA, IgE, IgM,
dan IgG. Immunoglobulin yang utama
terdapat didalam ASI adalah IgA, yang
berperan sebagai antiseptic intestinal paint
yang melindungi permukaan usus bayi
t e r h a d a p i n v a s i a t a u m a s u k n y a
mikroorganisme patogen (penyebab
penyakit) dan protein asing.
Kolostrum merupakan cairan yang
pertama kali disekresi oleh kelenjar
payudara, mengandung tissue debris dan
residual material yang terdapat dalam
alveoli dan duktus dari kelenjar payudara
sebelum dan setelah masa puerperium.
Kolostrum adalah ASI yang sangat
bermanfaat terutama fungsinya untuk
! 2
mencegah terjadinya infeksi. Zat pencegah
infeksi ini disebut antibodi dimana
kemampuan zat tersebut bekerja di dalam
tubuh bayi sekitar 6 bulan. Kadar IgA dari
kolostrum sekitar 335,9 mg/100ml lebih
tinggi kadarnya daripada ASI matur yang
hanya 119,6 mg/ 100 ml. Begitu juga
dengan IgM dan IgG kandungan zat tersebut
lebih tinggi pada kolostrum daripada ASI
matur.3 Dalam standar Internasional World
H e a l t h O r g a n i z a t i o n ( W H O )
merekomendasikan, semua bayi perlu
mendapat kolostrum (Ibu menyusui satu
jam pertama) untuk melawan infeksi yang
diperkirakan menyelamatkan satu juta
nyawa bayi. Kolostrum merupakan
pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa
usus bayi yang baru lahir segera bersih dan
siap menerima ASI.4 Hal inilah yang
menyebabkan bayi yang mendapat ASI
pada minggu pertama sering defekasi dan
feses berwarna hitam.
!TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Kolostrum
Kolostrum (dari bahasa latin colostrum) atau
jolong adalah susu yang dihasilkan oleh
kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan
dan beberapa hari setelah kelahiran bayi.
Kolostrum pada manusia warnanya
kekuningan dan kental. Kolostrum penting
bagi bayi karena mengandung banyak gizi
dan zat-zat pertahanan tubuh. Kolostrum
(IgG) mengandung banyak karbohidrat,
protein, dan antibodi, dan sedikit lemak
(yang sulit dicerna bayi). Bayi memiliki
sistem yang belum sempurna, dan kolostrum
memberinya nutrisi dalam konsentrasi tinggi
di setiap tetesnya.
!Komposisi Kolostum Tabel 1. Komposisi kolostrum dan susu
Sumber: Philips, Clive J.C. 2010. Principle of Cattle Production. 2nd ed. USA: Modular Tex. P.155 ! Adapun komposisi dari kolostrum
tersebut setiap hari akan mengalami
perubahan.5 Berikut ini adalah perbandingan
komposisi yang terkandung di dalam
kolostrum pada hari pertama sampai hari
kedua dan ketiga. !
! 3
Proses pembentukan kolostrum
Bagaimana tepatnya kolostrum
dibuat belum diketahui. Agaknya ada retensi
selektif imunoglobulin dari peredaran
karena mereka berada pada konsentrasi yang
luar biasa dari 5-10% dalam kolostrum
pertama yang keluar. Hal ini tidak terlalu
berguna untuk memberikan volume yang
Anda perlukan dan juga data komposisi
pada kolostrum tanpa menjabarkan waktu
yang berkaitan dengan pengiriman koleksi
sampel. Skema berikut menjelaskan
perubahan sekresi payudara sebagai fungsi
waktu setelah melahirkan.6
Komposisi kolostrum wanita berubah hari
demi hari dan faktanya jam demi jam.
Kondisi bayi berbeda dengan anak sapi, bayi
dapat hidup tanpa kolostrum. Hal ini
disebabkan karena adanya transfer aktif dari
antibodi melalui plasenta pada saat
kehamilan pada manusia namun tidak pada
sapi. Hal ini menyebabkan bayi dimulai
dengan resistan yang signifikan terhadap
infeksi. Meskipun tak ada masalah untuk
hidup tanpa kolostrum, fungsi kolostrum
pada bayi layak untuk dilakukan penelitian
lebih lanjut. Contohnya ada indikasi bahwa
karoten mungkin berfungsi pada system
imun dan laktoferin yang merupakan protein
pada t i ngka t t i ngg i d i ko lo s t rum
menghambat pertumbuhan bakteri patogen
dan virus. Fakta bahwa kolostrum tidak
muncul secara esensial adalah karena dia
diproduksi hanya pada beberapa hari dan
dengan kuantitas yang terbatas.6
Komposisi sekresi susu pada saat
pemerahan per tama mencerminkan
perubahan fungsional yang terjadi di
kelenjar sampai saat itu. Perubahan
fungsional ini termasuk sekresi yang
dihasilkan dari dua tahap laktogenesis, serta
perubahan fungsional lainnya dalam sel
epitel yang terjadi dalam konser dengan
laktogenesis, seperti transportasi selektif
imunoglobulin. Setelah pengeluaran air susu
dilakukan secara berulang, komposisi
sekresi susu berubah cepat selama awal 2
sampai 3 hari setelah kelahiran sehingga ada
transisi yang berkesinambungan dari
komposisi dari kolostrum untuk susu
dewasa. Semua komponen sekresi susu
berubah selama masa transisi ini.7
S tudi kont ro l hormonal dar i
diferensiasi mammae sekitar waktu
kelahiran sebagian besar telah difokuskan
pada laktogenesis dan khususnya pada
sintesis laktosa dan/atau ekspresi gen kasein
dan laktalbumin terjadi di kelenjar susu
yang pada akhi rnya menghas i lkan
pembentukan kolostrum.7
!!
! 4
Manfaat Kolostrum
Kolostrum sangat penting bagi
pertahanan tubuh bayi karena kolostrum
merupakan imunisasi pertama bagi bayi.
Manfaat kolostrum antara lain:8
1. Membantu mengeluarkan mekonium dari
usus bayi karena kolostrum merupakan
pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa
usus bayi yang baru lahir segera bersih dan
siap menerima ASI.
2. Melindungi bayi dari diare karena
kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh
10-17 kali lebih banyak dibandingkan susu
matang.
3. Melawan zat asing yang masuk ke tubuh
bayi
4. Melawan infeksi penyakit oleh zat-zat
kekebalan tubuh
5. Menghalangi saluran pencernaan
menghidrolisis (menguraikan) protein
6. Mengeluarkan kelebihan bilirubin
sehingga bayi tidak mengalami jaundice
(kuning) karena kolostrum mempunyai efek
laktasif (Pencahar).
7. Berperan dalam gerak peristaltik usus
(gerakan mendorong makanan)
8. Menjaga keseimbangan cairan sel
9. Merangsang produksi susu matang
(matur)
10. Mencegah perkembangan kuman-kuman
patogen
Karakteristik Kolostrum
Karakteristrik kolostrum:
1. Kental dan berwarna kekuning-
kuningan, lebih kuning dibandingkan
dengan ASI matur.
2. Menggumpal bila dipanaskan, sedangkan
ASI mature tidak menggumpal.
3. pH lebih alkalis dibandingkan ASI
matur.
4. Mengandung lebih banyak protein
dibandingkan dengan ASI matur, dengan
protein utamanya adalah globulin
(gamma globulin).
5. Mengandung lebih banyak antibodi
(immunoglobulin) dibandingkan dengan
ASI matur.
6. Kandungan mineralnya lebih tinggi
dibandingkan ASI matur.
7. Kadar karbohidrat dan lemak lebih
rendah dibandingkan ASI matur.
8. Lemaknya lebih banyak mengandung
kolesterol dan lesitin dibandingkan
dengan ASI matur.
9. Volume berkisar 150-300 ml/hari.
!!!
! 5
Anatomi Usus Dan Sistem Pencernaan
Bayi
Pada saat lahir, t idak semua
komponen sistem saluran cerna telah
mencapai kematangannya. Kelanjutan
pematangan sistem pencernaan akan tampak
oleh adanya perubahan pola fungsi selama
masa per tumbuhan anak. Esofagus
merupakan saluran yang menghubungkan
dan menyalurkan makanan dari rongga
mulut ke lambung.
Di sebelah dorsal kanan esofagus
terdapat duktus torasikus. Lambung
merupakan bagian sistem gastrointestinal
yang ter le tak antara esofagus dan
duodenum. Lambung terbagi menjadi 2
bagian, ¾ proksimal terdiri dari fundus dan
korpus, sedangkan bagian distalnya adalah
antrum. Ciri yang menonjol pada anatomi
lambung adalah peredaran darahnya yang
sangat kaya dengan pembuluh nadi besar di
depan kurvatura mayor dan minor serta
dalam dinding lambung.
Pada bagian distal lambung terdapat
selaput lingkar yang disebut pilorus yang
berfungsi sebagai sfingter untuk mencegah
kebocoran isi lambung. Pilorus ini
diperkuatoleh serabut otot lingkar yang kuat
dan terbuka melalui pengaturan saraf.
Duodenum mulai pada pilorus dan berakhir
pada batas duodenoyeyunal. Pada cekungan
duodenum setinggi vertebra l2 terdapat
kepala pankreas. Sekum pada anak
berbentuk kerucut dan apendik berasal dari
bagian apek kiri. Selama masa anak-anak
dinding lateral sekum membesar, sehingga
apendiks terletak pada bagian posterior
dinding medial. Mukosa apendiks kaya akan
jaringan limfoid pada masa anak-anak dan
akan berkurang setelah dewasa.
Usus besar/intestinum krasum terdiri
atas :
1. Usus tebal/kolon makanan yang tidak
diserap ileum masuk ke kolon. Di dalam
kolon, sisa makanan dibusukkan bakteri
escherichia coli. Pada kolon juga terjadi
pengaturan kadar air. Gerakan peristaltik
mendorong makanan ke rektum.
2. Poros usus/rektum lubang pelepasan/anus,
lubang yang merupakan muara akhir dari
saluran pencernaan. Dinding anus terdiri
atas :
1. Lapisan otot yang langsung membatasi
lubang anus terdiri atas otot lurik
2. Lapisan otot sebelah dalam terdiri atas
otot polos.9
!Proses Penceraan Pada Bayi
Pada umumnya, kemampuan bayi
baru lahir untuk mencerna, mengabsorbsi,
dan memetabolisir makanan tidak berbeda
! 6
dengan anak yang leih tua, dengan tiga kali
perkecualian berikut10
Pertama, sekresi amilase pankreas
pada bayi baru lahir kurang, sehingga bayi
menggunakan zat tepung secara kurang
adekuat dibandingkan anak yang lebih tua.
Kedua, absorbsi lemak dari saluran
pencernaan dalam beberapa hal kurang dari
anak yang lebih tua. Akibatnya, susu dengan
kandungan lemak yang tinggi, seperti susu
sapi sering diabsorbsi kurang adekuat.
Ketiga, karena fungsi hati belum
sempurna paling sedikit selama minggu
pertama kehidupan, konsentrasi glukosa
dalam darah tidak stabil dan biasanya
rendah.
Bayi baru lahir secara khusus
mampu mensintesis dan menyimpan protein.
Ternyata dengan diet yang adekuat,
sebanyak 90% asam amino yang dicerna
akan digunakan untuk membentukan protein
tubuh. Presentase ini lebih tinggi dari pada
orang dewasa11
Bayi Baru Lahir harus memulai
untuk memasukkan, mencerna dan
mengabsrobsi makanan setelah lahir,
sebagaimana plasenta telah melakukan
fungsi ini. Bayi baru lahir mempunyai usus
yang dalam ukurannya lebih panjang bayi
jika dibandingkan dengan orang dewasa.
Keadaan ini menyebabkan area permukaan
untuk absorbsi lebih luas.12
E n z i m - e n z i m p e n t i n g u n t u k
mencerna karbohidrat, protein, dan lemak
sederhana ada pada minggu ke-36-38 usia
gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu
menelan, mencerna, memetabolisme dan
mengabsorbsi protein dan karbohidrat
sederhana serta mengemulsi lemak. Amilase
pankreas mengalami defisiensi selama 3-6
bulan pertama setelah lahir. Sebagai akibat,
Bayi baru lahir tidak bisa mencerna jenis
karbohidrat yang kompleks seperti yang
terdapat pada sereal. Selain itu bayi baru
lahir juga mengalami defisiensi lipase
pankreas. Lemak yang ada di dalam Asi
lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk
bayi dari pada lemak yang terdapat pada
susu formula12
Feses pertama yang dieksresi oleh
bayi disebut mekonium, berwarna gelap,
hitam kehijauan, kental, konsistensinya
seperti aspal, lembut, tidak berbau, dan
lengket. Mekonium terkumpul dalam usus
fetus sepanjang usia gestasi, mengandung
partikel-partikel dari cairan amnion seperti
sel kulit dan rambut, sel-sel yang terlepas
dari saluran cerna, empedu dan sekresi usus
yang lain12
!!
! 7
Pembahasan
1. Pengaruh Kolostrum Terhadap Imunitas
Bayi
Kolostrum dari ASI mengandung zat-zat
yang dibutuhkan untuk kekebalan tubuh
bayi terhadap penyakit.
• ASI mengandung zat anti infeksi, bersih
dan bebas kontaminasi.
• Immunoglobulin A (Ig.A) dalam
kolostrum atau ASI kadarnya cukup
tinggi. Ig.A tidak diserap tetapi dapat
m e l u m p u h k a n b a k t e r i p a t o g e n
(merugikan) E. coli dan berbagai virus
pada saluran pencernaan.
• Laktoferin yaitu sejenis protein yang
merupakan komponen zat kekebalan
yang mengikat zat besi di saluran
pencernaan.
• Lysosim , enzym yang melindungi bayi
terhadap bakteri (E. coli dan salmonella)
dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI
300 kali lebih banyak daripada susu
sapi.
• Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu
pertama lebih dari 4000 sel per ml.
Terdiri dari 3 macam yaitu: Bronchus-
Asociated Lympocyte Tissue (BALT)
antibodi pernafasan, Gut Asociated
Lympocyte Tissue (GALT) antibodi
saluran pernafasan, dan Mammary
Asociated Lympocyte Tissue (MALT)
antibodi jaringan payudara ibu.
• Faktor bifidus , sejenis karbohidrat yang
mengandung nitrogen, menunjang
pertumbuhan bakteri Lactobacillus
bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman
u s u s b a y i d a n b e r g u n a u n t u k
menghambat pertumbuhan bakteri yang
merugikan.
2. Mekanisme Pencegahan Infeksi Usus
Pada Bayi Dengan Peningkatan
Imunitas.
Respons imun tubuh dipicu oleh
masuknya antigen/mikroorganisme ke
dalam tubuh dan dihadapi oleh sel makrofag
yang selanjutnya akan berperan sebagai
antigen presenting cell (APC). Sel ini akan
menangkap sejumlah kecil antigen dan
diekspresikan ke permukaan sel yang dapat
dikenali oleh sel limfosit T penolong (Th
atau T helper). Sel Th ini akan teraktivasi
dan (selanjutnya sel Th ini) akan
mengaktivasi limfosit lain seperti sel
limfosit B atau sel limfosit T sitotoksik.
Sel T sitotoksik ini kemudian
berproliferasi dan mempunyai fungsi efektor
untuk mengeliminasi antigen. Setiap prosesi
ini sel limfosit dan sel APC bekerjasama
melalui kontak langsung atau melalui
sekresi sitokin regulator. Sel-sel ini dapat
juga berinteraksi secara simultan dengan sel
! 8
t i p e l a i n a t a u d e n g a n k o m p o n e n
komplemen, kinin atau system fibrinolitik
yang menghasilkan aktivasi fagosit,
pembekuan darah atau penyembuhan luka.
Respons imun dapat bersifat local atau
sistemik dan akan berhenti bila antigen
sudah berhasi l diel iminasi melalui
mekanisme kontrol.
Dalam melawan sistem imun, virus
secara kont inu menggant i s t ruktur
permukaan antigennya melalui mekanisme
antigenic drift dan antigenic shift .
Hemaglutinin lebih penting dalam hal
pemben tukan imun i t a s pe l i ndung .
Perubahan minor dari antigen hemaglutinin
terjadi melalui titik mutasi di genom virus
(drift), namun perubahan mayor terjadi
melalui perubahan seluruh material genetik
(shift).
Infeksi virus secara langsung
merangsang produksi IFN oleh sel-sel
terinfeksi; IFN berfungsi menghambat
replikasi virus. Sel NK melisiskan berbagai
jenis sel terinfeksi virus. Sel NK mampu
melisiskan sel yang terinfeksi virus
walaupun virus menghambat presentasi
antigen dan ekspresi MHC I, karena sel NK
cenderung diaktivasi oleh sel sasaran yang
MHC negatif.
Untuk membatasi penyebaran virus
dan mencegah reinfeksi, sistem imun harus
mampu menghambat masuknya virion ke
dalam sel dan memusnahkan sel yang
terinfeksi. Antibodi spesifik mempunyai
peran penting pada awal terjadinya infeksi,
dimana ia dapat menetralkan antigen virus
dan melawan virus s i topat ik yang
dilepaskan oleh sel yang mengalami lisis.
Peran antibodi dalam menetralkan virus
terutama efektif untuk virus yang bebas atau
virus dalam sirkulasi. Proses netralisasi
virus dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya dengan cara menghambat
perlekatan virus pada reseptor yang terdapat
pada permukaan sel, sehingga virus tidak
dapat menembus membran sel, dengan
demikian replikasi virus dapat dicegah.
A n t i b o d i d a p a t j u g a
mengahancurkan virus dengan cara aktivasi
komplemen melalui jalur klasik atau
menyebabkan agregasi virus sehingga
mudah difagositosis dan dihancurkan
melalui proses yang sama seperti diuraikan
diatas. Antibodi dapat mencegah penyebaran
virus yang dikeluarkan dari sel yang telah
hancur. Tetapi sering kali antibodi tidak
cukup mampu untuk mengendalikan virus
yang telah mengubah struktur antigennya
dan yang melepaskan diri (budding of)
melalui membran sel sebagai partikel yang
infeksius, sehingga virus dapat menyebar ke
dalam sel yang berdekatan secara langsung.
! 9
Jenis virus yang mempunyai sifat seperti ini,
diantaranya adalah virus oncorna (termasuk
di dalamnya virus leukemogenik), virus
dengue, virus herpes, rubella dan lain-lain.
Walaupun tidak cukup mampu menetralkan
virus secara langsung, antibodi dapat
berfungsi dalam reaksi ADCC.
Respons imun alamiah terhadap
bakteri ekstraselular terutama melalui
mekanisme fagositosis oleh neutrofil,
monosit serta makrofag jaringan. Resistensi
b a k t e r i t e r h a d a p f a g o s i t o s i s d a n
p e n g h a n c u r a n d a l a m m a k r o f a g
menunjukkan virulensi bakteri. Aktivasi
komplemen tanpa adanya antibody juga
memegang peranan penting dalam eliminasi
bakteri ekstraselular. Lipopolisakarida (LPS)
dalam dinding bakteri gram negatif dapat
mengaktivasi komplemen jalur alternatif
tanpa adanya antibodi. Salah satu hasil
akt ivasi komplemen ini yai tu C3b
mempunyai efek opsonisasi bakteri serta
meningkatkan fagositosis. Selain itu terjadi
lisis bakteri melalui membrane attack
complex (MAC) serta beberapa hasil
sampingan aktivasi komplemen dapat
menimbulkan respons inflamasi melalui
pengumpulan (recruitment) serta aktivasi
leukosit. Endotoksin yang merupakan LPS
merangsang produksi sitokin oleh makrofag
serta sel lain seperti endotel vaskular.
Beberapa jenis sitokin tersebut antara lain
tumour necrosis factor (TNF), IL-1, IL-6
serta beberapa sitokin inflamasi dengan
berat molekul rendah yang termasuk
golongan IL-8. Fungsi fisiologis yang utama
dari sitokin yang dihasilkan oleh makrofag
adalah merangsang inflamasi non-spesifik
serta meningkatkan aktivasi limfosit spesifik
oleh antigen bakteri.
Sitokin akan menginduksi adhesi
neutrofil dan monosit pada endotel vascular
pada tempat infeksi yang diikuti migrasi,
akumulasi local serta aktivasi sel inflamasi.
Kerusakan jaringan yang terjadi adalah
akibat efek samping mekanisme pertahanan
untuk eliminasi bakteri tersebut. Sitokin
juga merangsang demam dan sintesis
protein fas eakut. Banyak fungsi sitokin
yang sama yaitu sebagai ko-stimulator sel
limfosit T dan B yang menghasilkan
mekanisme amplifikasi untuk imunitas
spesifik. Sitokin dalam jumlah besar atau
produknya yang tidak terkontrol dapat
membahayakan tubuh serta berperan dalam
meni fes tas i k l in ik in feks i bak te r i
ekstraselular. Yang paling berat adalah
gejala klinis oleh infeksi bakteri Gram-
negatif yang menyebabkan disseminated
intravascular coagulation (DIC) yang
progresif serta syok septic atau syok
endotoksin. Sitokin TNF adalah mediator
! 10
yang paling berperan pada syok endotoksin
ini.
Kekebalan humoral mempunyai
peran penting dalam respons kekebalan
spesifik terhadap bakteri ekstraselular.
Lipopolisakarida merupakan komponen
yang paling imunogenik dari dinding sel
a tau kapsu l mikroorgan isme se r ta
merupakan ant igen yang thymusin
dependent. Antigen ini dapat langsung
m e r a n g s a n g s e l l i m f o s i t B y a n g
menghasilkan imunoglobin (Ig)M spesifik
yang kuat. Selain itu, produksi IgG juga
d i rangsang yang mungkin mela lu i
mekanisme induksi isotype switching oleh
sitokin. Respons sel limfosit T yang utama
terhadap bakteri ekstraselular melalui sel
TCD4 yang berhubungan dengan molekul
MHC kelas II yang mekanismenya telah
dijelaskan di atas. Sel TCD4 berfungsi
sebagai sel penolong untuk merangsang
pembentukan antibodi, aktivasi fungsi
fagosit dan mikrobisid makrofag.
Mekanisme terpenting imunitas
a l amiah t e rhadap mik roo rgan i sme
intraselular adalah fagositosis. Akan tetapi,
bakteri patogenin traselular relatif resisten
terhadap degradasi dalam sel fagosit
mononuklear. Oleh karena itu mekanisme
kekebalan alamiah ini tidak efektif dalam
mencegah penyebaran infeksi. Respons
imun spesifik terhadap bakteri intraselular
terutama diperankan oleh cell mediated
immunity (CMI). Mekanisme imunitas ini
diperankan oleh sel limfosit T tetapi fungsi
efektornya untuk el iminasi bakteri
diperankan oleh makrofag yang diaktivasi
oleh sitokin yang diproduksi oleh sel T
terutama interferona (IFN a). Respons imun
ini analog dengan reaksi hipersensitivitas
tipe lambat. Antigen protein intraselular
merupakan stimulus kuat sel limfosit T.
Beberapa dinding sel bakteri mengaktivasi
makrofag secara langsung, misalnya
muramil dipeptida pada dinding sel
mikrobakteria. Sitokin INF a akan
mengaktivasi makrofag termasuk makrofag
yang terinfeksi untuk membunuh bakteri.
Beberapa bakteri ada yang resisten sehingga
menimbulkan stimulasi antigen yang kronik.
K e a d a a n i n i a k a n m e n i m b u l k a n
pengumpulan local makrofag yang
teraktivasi yang membentuk granuloma
sekeliling mikroorganisme untuk mencegah
penyebarannya. Reaksi inflamasi seperti ini
berhubungan dengan nekrosis jaringan serta
fibrosis yang luas yang menyebabkan
gangguan fungsi yang berat. Jadi kerusakan
jaringan ini disebabkan terutama oleh
respons imun terhadap infeksi oleh beberapa
bakteri intraselular. Contoh yang jelas dalam
hal ini adalah infeksi mikobakterium.
! 11
Mikobakterium tidak memproduksi toksin
atau enzim yang secara langsung merusak
jaringan yang terinfeksi. Paparan pertama
terhadap Mycobacterium tuberculosis akan
merangsang inflamasi selular local dan
bakteri mengadakan proliferasi dalam sel
fagosit. Sebagian ada yang mati dan
sebagian ada yang dormant. Pada saat yang
sama, pada individu yang terinfeksi
terbentuk imunitas sel T yang spesifik.
Setelah terbentuk imuni tas , reaksi
granulomatosa dapat terjadi pada lokasi
bakteri persisten atau pada paparan bakteri
berikutnya.
!Kesimpulan Kolostrum dari ASI mengandung
zat-zat yang dibutuhkan untuk kekebalan
tubuh bayi terhadap penyakit. Respons imun
tubuh dipicu oleh masuknya antigen/
mikroorganisme ke dalam tubuh dan
dihadapi oleh sel makrofag yang selanjutnya
akan berperan sebagai antigen presenting
cell (APC). Sel ini akan menangkap
sejumlah kecil antigen dan diekspresikan ke
permukaan sel yang dapat dikenali oleh sel
limfosit T penolong (Th atau T helper).
Dalam melawan sistem imun, virus secara
kontinu mengganti struktur permukaan
antigennya melalui mekanisme antigenic
drift dan antigenic shift. Hemaglutinin lebih
penting dalam hal pembentukan imunitas
pelindung. Antibodi dapat menetralkan
antigen virus dan melawan virus sitopatik
yang dilepaskan oleh sel yang mengalami
lisis. Antibodi dapat juga mengahancurkan
virus dengan cara aktivasi komplemen
melalui jalur klasik atau menyebabkan
agregasi virus sehingga mudah difagositosis
dan dihancurkan. Disamping respon
antibodi, respon imun sellular merupakan
respons yang paling penting.
!!Daftar Pustaka
1. Aldy O.S., Lubis B.M., et al. 2009. Dampak Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi. Sari Pediatri. Vol 11 (3). p. 167.
2. Lonnerdal B. Nutritional and physiologic significance of human milk proteins. Am J. Clin Nutr, 2003 ; 77 (suppl) : 1537 S – 1543 S.
3. Sinaga F.M., 2011, Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kolostrum Di Kecamatan Palipi Kabupaten Semosir Thaun 2011, karya tulis ilmiah S.K, Universitas Sumatera Utara, dilihat 14 Juni 2014, USU Institutional Repository,
4. Bobak, Irene M. 2000. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Edisi 1 Jilid 2. Bandung : IAPK Padjajaran
5. Bahiyatun. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. hlm. 10
6. Patton, Stuart . 2005 . Milk: Its Remarkable Contribution to Human Health and Well-Being . New Jersey . Transaction Publisher
7. Nisha, Maimun . 2006 . Introduction To Child Development . India . Isha Books.
8. Utami, Roesli. 2004. ASI Eksklusif, Edisi II. Jakarta : Trubus Agrundaya.
9. Dr. Soetjiningsih, DSAK. 1997. ASI: Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 21.
10.Guyton, Arthur C & Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Medical Publisher.
11.Burroughs A & Leifer G. (2001). Maternity Nursing an Introductory Text. 8 thedition.
12.Gorrie T.M., McKinney E.S., & Murray S.S. 1998.. Foundation of Maternal–Newborn Nursing. 2nd edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
! 12