PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

131
PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON DALAM MENGURANGI PERILAKU AGRESIF RESIDEN KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA MELALUI KONSELING KELUARGA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh: TAUFIQ NIM: 1113052000016 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

Transcript of PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

Page 1: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM)

CIREBON DALAM MENGURANGI PERILAKU AGRESIF

RESIDEN KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA MELALUI

KONSELING KELUARGA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun oleh:

TAUFIQ

NIM: 1113052000016

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 2: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …
Page 3: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …
Page 4: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …
Page 5: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

i

ABSTRAK

Taufiq, NIM: 1113052000016, Peran Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon dalam Mengurangi Perilaku Agresif Residen Korban

Penyalahgunaan NAPZA Melalui Konseling Keluarga, di bawah Bimbingan

Nasichah, MA. NIP: 19671126 199603 2 001

Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia merupakan masalah yang kompleks

dan tidak bisa di tuntaskan oleh pemerintah semata melainkan butuh penanganan

semua lapisan masyarakat. Di suatu sisi, NAPZA yang sangat berguna bagi dunia

kesehatan (kedokteran, farmasi) tapi di sisi lain dapat mengancam kelangsungan

hidup manusia, terutama generasi muda di masa depan. Dampak dari kecanduan

NAPZA meliputi aspek fisik, mental, psikis dan sosial. Dampak fisik yang

diakibatkan dari kecanduan NAPZA fisik lemah seperti otak, jantung, dan paru-

paru. Damapak psikis seperti emosional terganggu (mudah tersinggung), gelisah,

depresi, agresif. Dampak sosial yang di rasakan menurunnya kualitas sumberdaya

manusia, gangguan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial dan ancaman

bahaya hancurnya kehidupan keluarga.

Penelitian ini menjawab rumusan masalah yakni bagaimana proses

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon dan bagaimana peran

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon dalam mengurangi perilaku

agresif melalui konseling keluarga. Adapun teori yang di gunakan teori Peran

menurut Soerjono Sukanto dalam bukunya Sosioligi Suatu Pengantar bahwa

Peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi strukrur sosial

masyarakat. Sedangkan Konseling keluarga menggunakan teorinya Sofyan S

Willis dalam bukunya Konseling Keluarga (Family counseling) bahwa Konseling

Keluarga adalah upaya bantuan yang di berikan kepada individu anggota keluarga

melalui sistem keluarga (Pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya

berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat di atasi dasar kemauan

membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan

terhadap keluarga.

Metode penelitian menggunaka pendekatan kualitatif, dengan jenis

deskrptif. Informan dalam penelitian ini berjumlah enam orang, tiga orang

konselor dan tiga orang residen. Teknik pengumpulan data melalui observasi,

wawancara, dokumentasi.

Hasil penelitian di temukan bahwa proses konseling keluarga yang di

lakukan di lembaga ini ada 3 (tiga) tahap yaitu: Pertama, menajalin hubungaan

baik antara konselor, residen, dan keluarga. Kedua, terjadinya eksplorasi kondisi

residen, identifikasi masalah dan penyebabnya, penetapan alternative pemecahan.

Ketiga, memberikan kesimpulan dan mengevaluasi proses konseling keluarga.

Adapun peran konseling keluarga ada 3 (tiga) yaitu: Pertama peran preventif

merupakan upaya pencegahan melalui seminar, sosialisasi. Kedua, peran kuratif

merupakan upaya menolong, mengobati sesuatu hal yang telah terjadi dan Ketiga,

peran represif merupakan upaya menekan atau menahan.

Kata Kunci: Konseling Keluarga, Prilaku Agresif, Residen Penyalahgunaan

NAPZA.

Page 6: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

ii

KATA PENGANTAR

بسم الله الر حمن الر حيم

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala,

atas berkat rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “Peran Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon

dalam Mengurangi Perilaku Agresif Residen Korban Penyalahgunaan NAPZA

Melalui Konseling Keluarga”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat

memperoleh gelar sarjana Sosial bagi mahasiswa program S1 pada program studi

Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karenanya, tidak ada hal lain yang lebih utama melainkan penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terutama kedua orang tua

penulis Ayahanda (Sujaeni) dan Ibunda (Muhanah) atas do’a semangat, kasih

sayang pengorbanan dan ketulusan dalam mendampingi penulis. Serta Kakak

(Asmu’i) dan Adik-adik (Fadhilah dan Daman Huri) yang selalu mampu membuat

diri ini tersenyum dan melepas penat yang luar biasa. Selain itu tentu penulis juga

sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam

penelitian ini diantaranya kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Suparto, M. Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr.

Page 7: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

iii

Hj. Raudhonah, M. Ag selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr.

Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan

Kerjasama.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam.

3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam.

4. Nasichah, MA Selaku Dosen pembimbing skripsi yang senantiasa meluangkan

waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan masukan dan arahan dalam

penyusunan skripsi.

5. Seluruh Dosen dan staff dilingkungan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat

kepada penulis selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bimbingan dan Penyuluhan

Islam (BPI) periode 2014-2015 yang telah menemani penulis baik suka

maupun duka.

7. Seluruh Kader dan pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Cabang Ciputat yang telah

memberikan ruang bagi penulis untuk sama-sama berkader di Himpunan

tercinta ini.

8. Buat sahabat–sahabat penulis Miftahun Nanjat, Ade Azizi, Reza Bachtiar, M.

Agus, Niko Afriayandi, Hajarul Aswad Harahap, Sondi Silalahi, Adam

Yuliawan, Kosbi Alfi Syahid, M. Chotib Iqbal, Vita Virgiana Machsus, dan

Page 8: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

iv

tidak lupa juga seluruh teman-teman BPI 2013, kakak dan adik seperjuangan

penulis terima kasih atas dukungan dan doanya.

9. Seluruh keluarga besar BPI terimakasih buat dukungan dan doanya kepada

penulis semoga persaudaraan yang kita jalin selama ini dapat terus terjaga

dengan baik.

10. Buat keluarga besar Beasiswa Bidik Misi 2013 terimakasih buat dukungan dan

doanya kepada penulis semoga persaudaraan yang kita jalin selama ini dapat

terus terjaga dengan baik.

11. Buat keluarga besar Ma’had Ali terimakasih buat dukungan dan doanya kepada

penulis semoga persaudaraan yang kita jalin selama ini dapat terus terjaga

dengan baik.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya

kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan dukungannya

kepada penulis.

Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna,

namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

umumnya bagi para pembaca khususnya segenap keluarga besar jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Ciputat, 15 April 2018

Penulis

Taufiq

Page 9: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah ........................................................................ 1

B. Pembatasan Rumusan Masalah ............................................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 8

D. Metodologi Penelitian ........................................................................... 9

1. Jenis Penelitian ................................................................................ 9

2. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 10

3. Lokasi .............................................................................................. 10

4. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................... 11

5. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 12

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................. 13

7. Teknik Analisis Data ...................................................................... 14

E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 16

F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peran ..................................................................................................... 21

B. Konseling Keluarga .............................................................................. 22

Page 10: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

vi

1. Pengertian Konseling Keluarga ..................................................... 22

2. Pendekatan Konseling Keluarga .................................................... 25

3. Tujuan Konseling Keluarga ........................................................... 26

4. Proses Konseling Keluarga ............................................................ 28

C. Perilaku Agresif .................................................................................... 31

1. Pengertian Perilaku Agresif ........................................................... 31

2. Teori-teori Agresif ......................................................................... 32

3. Penyebab Agresi Pada Manusia ..................................................... 33

4. Pencegahan dan Pengendalian Agresif .......................................... 36

D. NAPZA .................................................................................................. 38

1. Pengertian NAPZA ......................................................................... 38

2. Pengertian Narkotika ...................................................................... 39

3. Pengertian Psikotropika .................................................................. 34

4. Pengertian Zat Adiktif .................................................................... 41

5. Ciri-ciri Pengguna NAPZA ............................................................ 41

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Sejarah .................................................................................................. 47

B. Visi dan Misi ........................................................................................ 49

C. Struktur Organisasi .............................................................................. 50

D. Kondisi Sosial Ekonomi dan Pendidikan.............................................. 51

E. Kondisi Sosial Keagamaan .................................................................. 53

F. Alur Pelayanan RBM Cirebon ............................................................. 54

G. Pelayanan Unit Rehabilitasi ................................................................. 55

Page 11: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

vii

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA

A. Identifikasi Informan ............................................................................ 56

B. Analisis Proses Konseling Keluarga..................................................... 60

C. Analisis Peran Konseling Keluarga .......................................................

77

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN ..................................................................................... 83

B. SARAN ................................................................................................. 84

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 86

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif

lainnya) adalah pemakaian obat-obatan atau zat-zat berbahaya dengan tujuan

bukan untuk pengobatan dan penelitian serta di gunakan tanpa mengikuti

aturan atau dosis yang benar. Dalam kondisi yang cukup wajar atau sesuai

dosis yang di anjurkan dalam dunia kedokteran saja maka penggunaan

NAPZA secara terus menerus akan mengakibatkan ketergantungan atau

kecanduan.

Dewasa ini permasalahan obat terlarang (NAPZA) di Indonesia sudah

menjadi masalah yang sangat kerusial dan serius. Hal ini dibuktikan dengan

jumlah kasus NAPZA yang meningkat ditiap tahunnya baik dilihat dari segi

kuantitas maupun kualitasnya. Menurut data dari BNN tahun 2016 terdapat

500 jenis NAPZA baru dan sebanyak 42 jenis telah masuk ke Indonesia

(Direktoraat NAPZA Kemensos RI). Data terahir berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama dengan

Puslitkesos Universitas Indonesia (UI) menyatakan bahwa pengguna NAPZA

pada tahun 2014 sebanyak 5,1 sampai dengan 5,5 juta jiwa dan pada tahun

2015 ini telah mencapai 5,8 juta jiwa.1

Perkembangan penyalahgunaan NAPZA sudah sangat

memperihatinkan. Kalau dulu, peredaran NAPZA hanya di wilayah

1 Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA, Standar Nasional

Pelayanan Rehabilitasi Bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA, (Jakarta: Kementrian Sosial,

2016), h. 2.

Page 13: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

2

perkotaan, kini sudah marak masuk kesetiap perdesaan. Seperti halnya di

Desa Banjarwangunan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. peredaran

dan penyalahgunaan NAPZA di wilayah tersebut bukan hanya sebagai

konsumen tetapi sekaligus sebagai produsen sehingga dengan mudah NAPZA

di dapatkan.

Secara geografis Desa Banjarwangunan sangat di untungkan karena

berdekatan dengan terminal untuk menumbuhkan perekonomian. Namun di

sisi lain tempat ini di salahgunaka, seperti banyaknya pergaulan yang kurang

sehat terjadinya peredaran dan penyalahgunaan NAPZA. Penyalahgunaan

NAPZA bukan hanya bisa di nikmati oleh kalangan ekonomi menengah

keatas tapi dengan mudah bisa di nikmati dan di dapatkan oleh kalangan

ekonomi menengah ke bawah.

Penyalahgunaan NAPZA di lakukan oleh hampir seluruh lapisan

masyarakat, berdasarkan data BNN (2012) pegawai negri sipil dan

POLRI/TNI sebanyak 7%, swasta 42,3%, wiraswasta 24,4%, petani 2,3%,

buruh 10,4%, mahasiswa 1,7% pelajar 1,7%, pengaguran 15,9%. Peran

mereka bisa sebagai pengguna, pengedar, atau produsen NAPZA yang

mendapatkan keuntungan besar dari penyalahgunaan NAPZA. Sementara

data berdasrkan dari BNN (2012) pengguna berdasarkan umur yaitu: 16

sampai 30 tahun sebesar 47,5%, berumur dari 30 tahun sebesar 52,2% dan

kurang dari umur 16 tahun sebesar 0,3%. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki

sebanyak 91,5% dan perempuan sebanyak 8,5%. Menurut data dari BNN

Page 14: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

3

setiap tahun sebanyak 15.000 pengguna NAPZA meninggal dunia atau 50

orang setiap harinya.2

Menunjuk pada data-data yang telah disebutkan, Nampak bahwa

remaja sangat rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA. Faktor yang

memberi kontribusi remaja melakukan penyalahgunaan NAPZA adalah faktor

NAPZA dan faktor keluarga.

Faktor NAPZA yang di maksud karena NAPZA mudah di dapatkan,

adapun NAPZA yang sering di guanakan yaitu obat-obatan yang dosisnya

tainggi seperti dextro, kokain, putaw, tramadol, trihex, benzo, inex dan lain-

lain. Adapun yang memberi kontribusi remaja melakukan penyalahgunaan

NAPZA adalah faktor keluarga, yaitu keluarga yang kurang baik seperti

orang tua yang bercerai atau berpisah, Broken Home, orang tua terlalu sibuk

dengan karirnya atau pekerjaannya sehingga kurang memperhatikan anaknya.

Remaja dengan kondisi disfungsi keluarga mempunyai resiko 7,9 kali relatif

lebih besar untuk menggunakan narkoba dibandingkan dengan mereka yang

hidup dalam keluarga sehat.3

Keluarga merupakan bagian organisasi kecil dari suatu negara, namun

memiliki efek yang sangat besar serta berperan penting dalam menegakan

nilai untuk mewujudkan negara yang memiliki kemuliaan dan moralitas yang

baik dalam masyarakat. Juga merupakan wadah atau tempat bimbingan dan

latihan anak sejak dalam buayan sampai nanti dewasa, dari keluargalah di

2 Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA, Standar Nasional

Pelayanan Rehabilitasi Bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA, h. 2. 3 Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA (Jakarta: Fakultas

Kedokteran UI, 2004), h.4.

Page 15: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

4

harapkan seorang anak dapat menempuh kehidupannya dengan masak dan

dewasa.

Menurut Dadang Hawari ”keluarga adalah suatu matrik sosial, suatu

kelompok atau organisasi biopsikososial, dimana para anggotanya terikat

dengan suatu ikatan khusus untuk hidup bersama, bukan suatu ikatan yang

sifatnya statis dan membelenggu.4

Anak dalam sebuah keluarga adalah anugerah dan amanah dari Allah

SWT oleh karena itu orang tua atau keluarga bertanggungjawab penuh agar

anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi insan yang berguna bagi agama,

negara dan bangsanya. Sebuah kebahagaiaan orang tua selalu berharap dan

berupaya agara anak menjadi kebanggan dalam kehidupannya. Harapan itu

akan menjadi sebuah kenyataan, tetapi terjadinya bukan seperti membalikan

telapak tangan.

Dampak dari kecanduan narkoba (drugs addiction) meliputi aspek

fisik, mental, psikis dan sosial. Dampak fisik yang diakibatkan dari

kecanduan narkoba seperti fisik lemah rentan terhadap berbagai penyakit

gangguan dan kerusakan fungsi organ vital (seperti otak, jantung, dan paru-

paru). Damapak psikis yang di akibatkan kecanduan narkoba seperti

emosionalnya terganggu (mudah tersinggung), gelisah, depresi, agresif,

kecemasan dan gangguan psikosis. Dampak sosial dari kecanduan narkoba

adalah menurunnya kualitas sumberdaya manusia, gangguan dalam

4 Dadang Hawari, Membina Keluarga Sakinah. (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), h.77.

Page 16: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

5

berinteraksi dengan lingkungan sosial dan ancaman bahaya hancurnya

kehidupan keluarga.5

Menurut penulis, dampak dari mengkonsumsi oabat-oabtan terlarang

NAPZA, sehingga menimbulkan masalah-masalah lainnya seperti sex bebas

(freesex), tauran, putus sekolah membuat kegundahan di masyarakat.

Sehingga menimbulkan perilaku agresi yaitu suatu tindakan yang diniatkan

untuk melukai, menyebabkan penderitaan dan untuk merusak orang lain.6

merupakan dorongan dari mengkonsumsi oabat-obatan terlarang.

Berdasarkan masalah tersebut, penyalahgunaan NAPZA merupakan

masalah yang sangat kompleks dan serius yang tidak bisa diselesaikan oleh

pemerintah semata melainkan memerlukan bantuan dari semua elemen

masyarakat terutama keluarga. Salasatu cara untuk membantu pecandu keluar

dari permasalahan NAPZA melalui proses rehabilitasi sosial. Rehabilitasi

sosial adalah proses pemulihan secara terpadu meliputi aspek fisik, mental,

dan sosial, agar pecandu narkoba dapat kembali melaksanakan fungsi sosial

dalam masyarakat.7

Fakta di lapangan ketika ada seorang pecandu yang ingin lepas atau

sembuh dari NAPZA mereka cenderung menutupi karena dianggapnya

sebagai aib bagi dirinya maupun bagi keluarganya. Banyak sekali keluarga

yang tidak memahami tentang NAPZA. Ketidak pahaman masalah NAPZA

memebuat keluarga tidak mengetahui ciri-ciri anak mereka yang telah

5 Badan Narkotika Nasional (BNN), Pedoman Pencegahan Penyalahgunaa Narkoba

Bagi Remaja (Jakarta: Badan Narkotika Nasional (BNN), 2004), h. 37. 6 Fattah Hunawarman, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosda

Karya,2010), h.80. 7 Marbun Jumaraya, dkk. Pedoman Dukungan Keluarga (Familly Support) Dalam

Rehabilitasi Sosial BagI Pennyalahgunan NAPZA (Jakarta: Depsos RI, 2004), h. 7.

Page 17: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

6

menggunakan NAPZA berdasarkan dampak yang di akibatkan dan

bagaimana cara menghadapinya. Counseling adalah suatu nama yang luas

pengertiannya untuk beraneka ragam prosedur guna menolong banyak orang

agar mampu menyesuaikan diri, seperti memberi nasihat, diskusi treauputis,

pengadministrasian, dan penafsiran tes, serta bantuan vokasioinal dan

kejujuran.8

Untuk mengatasi masalah penyalahgunaan NAPZA dalam proses

rehabilitasi maka dibutuhkannya intervensi dari keluarga. Konseling keluarga

di butuhkan karena residen nantinya akan kembali kelingkungan keluarga.

Jika keluarga sudah mengetahui pola hidup residen ketika berada didalam

panti rehabilitasi maka keluarga tersebut dapat meneruskan atau melanjutkan

pola hidup seperti yang telah diterapkan di rehabilitasi.

Family counseling (konseling keluarga) adalah upaya bantuan yang di

berikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga

(Pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal

mungkin dan masalahnya dapat diatasi dasar kemauan membantu dari semua

anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.9

Melalui konseling keluarga, keluarga diharapkan dapat menerima

kembali sekaligus membantu menjaga proses pemulihan (recorvery) mereka

dari kecanduan NAPZA agar tidak kembali kambuh (relapse), proses

konseling keluarga dalam proses rehabilitasi masih belum banyak dilakukan.

Rehabiliatasi Berbasisi Mayarakat (RBM) Cirebon adalah sebuah

gerakan sosial masyarakat yang hadir karena kepedulian terhadap kondisi

8 Sarlito W. Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial (Jakarta: CV Rajawali, 1984), h. 234.

9 Sofyan S. Willis. Konseling Keluarga (Familly Counseling),(Bandung: CV. Alfabeta,

2015), h. 83.

Page 18: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

7

masyarakat khususnya generasi muda yang rentan terhadap pengaruh buruk

khususnya NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif). Untuk

mencegah atau mengantisipasi NAPZA, Rehabiliatasi Berbasisi Masyarakat

(RBM) Cirebon memberikan layanan konseling keluarga untuk memberikan

pemahaman tentang NAPZA ataupun dinamika keluarga.

Bentuk konseling keluarga yang dilakukan di Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon antara lain adalah kunjungan konselor,

kunjungan keluarga, kunjungan individu keluarga. Ketrlibatan keluarga pada

program ini dapat memotivasi dan memberikan dukungan bagi residen

sehingga tidak merasa dirinya di asingkan atau di buang.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk

mengangkat karya ilmiah dengan judul “Peran Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon dalam Mengurangi Perilaku Agresif

Residen Korban Penyalahgunaan NAPZA Melalui Konseling Keluarga”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan dari penelitian ini adalah:

a. Penelitian akan membatasi masalah hanya pada peran Rehabilitasi

Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon dalam mengurangi prilaku agresif

residen korban penyalahgunaan NAPZA melalaui konseling keluarga.

b. Konseling keluarga yang di maksud dalam penelitian ini di batasi pada

aspek-aspek mengikuti konseling keluarga menurut teori Soffyan S

Page 19: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

8

Willis dan Muhammad Surya yaitu aspek kognitif (pola berfikir),

afektif, psikomotorik, dan dukungan keluarga.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagi berikut:

a. Bagaimana proses pelaksanaan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon dalam mengurangi prilaku agresif residen korban

penyalahgunaan NAPZA melalaui konseling keluarga.

b. Bagaimana peran Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon

dalam mengurangi prilaku agresif residen korban penyalahgunaan

NAPZA melalaui konseling keluarga.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon dalam mengurangi prilaku agresif residen

korban penyalahgunaan NAPZA melalaui konseling keluarga.

b. Untuk mengetahui peran Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Cirebon dalam mengurangi prilaku agresif residen korban

penyalahgunaan NAPZA melalaui konseling keluarga.

2. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

Segala perbuatan yang dilakukan tentu diharapkan dapat membawa

manfaat, begitu pula dengan penelitian ini. Adapun penelitian ini di

harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

Page 20: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

9

a. Penelitian ini di harapkan dapat bermanfat bagi Fakultas Ilmu Dakwah

dan Komunikasi, khususnya bagi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam dalam pengembangan kurikulum tentang psikologi keluarga,

koseling keluarga, dan psikologi sosial.

b. Sebagai referensi tempat untuk pelaksanaan mata kuliah Praktikum

Profesi Mikro dan Makro Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

c. Untuk di lembaga dapat di jadikan bahan evaluasi bagi konselor dalam

program konseling keluarga.

d. Untuk lembaga dapat mengetahui peran konseling keluarga dalam

mengurangi prilaku agresif residen.

D. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelelitian

Metodologi penelitian adalah alat, kegiatan yang secara sistematis,

direncanakan oleh peneliti guna menjawab permasalahan dan berguna bagi

masyarakat dan bagi peneliti itu sendiri.10

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu field

resarch (penelitian lapangan), yang dimana penelitian langsung terjun

kelapangan (objek) penelitian untuk mengamati sesuatu. Dalam hal ini

mengenai peran Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon dalam

mengurangi prilaku agresif residen korban penyalahgunaan NAPZA melalaui

konseling keluarga.

2. Pendekatan penelitian

10

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.17.

Page 21: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

10

Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan penelitian kualitatif.

Menurut Bogdan dan Tylor yang dikutip Lexy J. Moleong yaitu penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamatai11

. Penelitian kualitatif memiliki ciri

khas penyajian datanya dalam bentuk narasi, cerita mendalam atau rinci dari

para responden hasil wawancara dan atau observasi. Prespektif penelitian

dalam hal ini dikemukakan dalam sebuah prespektif emik, yakni data yang di

paparkan dalam bentuk deskripsi menurut bahasa, cara pandang objek

penelitian.12

Hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara obyektif

tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang sedang di selidiki, akan

tetapi untuk mendapatkan manfaat yang lebih luas biasanya dalam jenis

penelitian deskriptif ini dilakukan pemberian berbagai interpretasi.13

Dalam hal ini penulis melakukan observasi, wawancara, dokumentasi,

mendeskripsikan subjek, menganalisis peran Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon dalam mengurangi prilaku agresif residen korban

penyalahgunaan NAPZA melalaui konseling keluarga.

3. Lokasi

Tempat yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah Rehabilitasi

Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon yang beralamat Jln. Banjarwangunan No.

45 Kel. Banjarwangunan Kec. Mundu – Cirebon 45173.

11

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007),

, h 4. 12

Hamidi, Metodologi Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulis Proposal dan

Laporan Penelitian, cet. 2 (Malang: UMM Press, 2010), h 55. 13

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1991), h. 31.

Page 22: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

11

Lokasi ini dipilih karena Lembaga ini merupakan tempat rehabilitasi

korban penyalahgunaan NAPZA yang menggunakan metode konseling

keluarga sebagai proses rehabilitasi korban. Kemudian lembaga ini merupakan

tempat lembaga yang resmi tercatat di pemerintahan.

4. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Teknik pengumpulan sampel yang di gunakan dalam penelitian ini

adalah pengambilan sampel berdasarkan teori, atau berdasarkan konstruk

operasional yaitu penelitian mendasar menggunakan pendekatan ini. Sampel

yang di pilih dengan kriteria tertentu berdasarkan teori atau konstruk

operasional sesuai study sebelumnya, atau sesuai dengan tujuan penelitian.

Hal ini di lakukan agar sampel sungguh-sungguh mewakili (bersifat

reprsentative terhadap) fenomena yang di pelajari.14

Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah 3 (tiga) orang

pengurus Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon yang di jadikan

sumber informasi, secara rincinya meliputi 3 (tiga) orang konselor yakni Ibu

Ayu Khonsah Rufaidah, Bapak Fadhli Prisma Surya, Try Setya Erianto serta

3 (tiga) orang residen, M. Rizal, Riki Subagja, Marlin.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peran Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon dalam mengurangi prilaku agresif residen korban

penyalahgunaan NAPZA melalaui konseling keluarga.

14

Poerwndari E. K, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilku Manusia cet. Ke-V,

(Depok: LPSP3 UI, 2013), h. 118

Page 23: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

12

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati secara langsung objek penelitian di sertai dengan pencatatan

yang di perlukan. Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah

dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi.15

Peneliti mengadakan penelitian langsung terhadap proses konseling

keluarga di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon. Peneliti

mengamati dan mencatat apa yang bisa dilihat oleh mata dan di dengar oleh

telinga, kemudian peneliti mengkategorisasi dan di analisis menjadi sebuah

penelitian yang di tulis dalam skripsi .

b. Wawancara

Wawancara adalah di lakukan untuk memperoleh data atau

informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin kepada subjek penelitian.

Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering di

gunakan dalam penelitian kualitatif.16

Wawancara atau pengamatan

berperanserta merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat, mendengar

dan bertanya.17

15

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methodes),

(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 309. 16

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methodes),

h. 316. 17

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007),

cet. Ke-33, edisi refisi, h.157.

Page 24: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

13

Pada teknik wawancara ini peneliti mendapatkan data dengan cara

tanya jawab dan tatap muka antara peneliti dengan 3 (tiga) orang konselor

Ibu Ayu Khonsah Rufaidah, Bapak Fadhli Prisma Surya, Try Setya Erianto

dan 3 (tiga) residen, M. Rizal, Riki Subagja, Marlin di Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang di peroleh melalui

dokumen-dokumen18

, seperti gambar, arsip, maupun data-data dan bentuk

lainnya. Studi dokumentasi merupakan pelengkap metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif.19

6. Teknik dan Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik dan pemeriksaan keabsahan data yang di gunakan dalam

penelitian ini ada dua macam yaitu Perpanjangan Pengamatan, Ketekunan

pengamatan.

a. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan ini di lakukan pada kedalaman, keluasan

dan kepastian data. Kedalaman artinya peneliti menggali data sampai pada

tingkat makna artinya melihat langsung yang di rasakan oleh residen.

Keluasan berarti pada banyak atau sedikitnya informasi yang di peroleh.

Kepastian, data yang pasti adalah data yang valid yang sesuai dengan apa

yang terjadi.

18

Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiadi, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:

Bumi Aksara 2009), h.57. 19

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methodes),

(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 326.

Page 25: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

14

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan

data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat,

tetapi memerlukan waktu perpanjangan keikutsertaan pada latar peneliti.20

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud menemukan

ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan atau isu yang sedang

dicari dan kemudian memasukan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.21

Ketekunan pengamatan berarti melakukan pengamatan secara cermat dan

berkesinambungan untuk mendapatkan kepastian data.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori

menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana

yang penting dan mana yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.22

Analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang secara bersamaan,

yaitu:

a. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar”

20

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methodes),

(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 366. 21

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methodes),

h. 368. 22

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methodes),

h. 331.

Page 26: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

15

yang muncul dari catatan-catatan lapangan.23

Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting.24

b. Penyajian data adalah mendeskripsikan sekumpulan informasi yang

tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam

bentuk teks naratif.25

c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan diakhir

penelitian kualitatif. Makna yang dirumuskan penelitian dari data harus

diuji kebenaran, kecocokan dan kekokohannya.26

Data yang diperoleh akan di deskripsikan secara kualitatif dengan di

dukung dengan data-data yang didapat dari berbagai dokumen literature

serta data-data yang berhubungan dengan skripsi ini, maka penulis

mendapatkan jawaban penelitian dengan menganalisa data berdasarkan

informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan

studi dokumentasi dengan mengacu kepada kerangka teori.

8. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun akademik

2013/2014.

23

Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 85. 24

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methodes),

(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 339. 25

Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85. 26

Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85.

Page 27: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

16

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan

pustaka terdahulu yang relevan, yaitu di Perpustakaan Utama Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama tinjauan tersebut penulis

menemukan beberapa judul skripsi yang menjadi inspirasi penulis, yaitu:

1. Studi Analisis Terhadap Teknik Konseling Keluarga Pada Program Sakinah

Mawadah Warahamah (SAMARA) Di Radio Dakta 107 FM Penulis Ulfatun

Ni’mah 106052001976. Dalam sekripsi ini menggunakan desain studi kasus

dengan metode deskriptif analisis. Pengumpulan data dalam bentuk korelasi

dengan pendekatan data kualitatif. Pengumpulan data penelitian dilakukan

dengan wawancara, yang di peroeh langsung dari sasaran penelitian maupun

catatan dari sumber yang terkait dengan penelitian dan rekaman program

sakinah mawaddah wa rrahmah (SAMARA). Skripsi ini menjawab rumusan

masalah tentang bagaimana proses pelaksanaan konseling mulai dari

persiapan maupun pasca proses konseling dan bagaimana teknik konseling

pada program sakinah mawaddah wa rrahmah (SAMARA). Teori yang

digunakan adalah teori konseling keluarga adalah teori Sofyan S Wills.

Hasil temuan penelitian konseling keluarga melalui radio Dakta 107 FM

pada program sakinnah mawaddah wa rrahmah (SAMARA) adalah klien

berkomunikasi dengan konselor melalui telfon , dengan terjadinya feed back

atau hubungan komunikasi yang baik, dapat menguranginya atau

menyelesikan problem keluarga.

2. Rehabiliatsi Mental Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba di Yayasan

Madani Mental Health Care Cipinang Besar Selatan Jakarta Timur Penulis

Page 28: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

17

Jovendra Aliansyah 1050521751. Dalam skripsi ini menggunakan penelitian

kualitatif. Skripsi ini menjawab rumusan masalah tentang faktor apa yang

menyebabkan munculnya penyalahgunaan narkoba, bagaimana proses

rehabilitasi yang dilakuakan dalam upaya penyembuhan narkoba dan

keberhasilan apa yang telah dicapai di Yayasan Madani Mental Health Care

Cipinang Besar Selatan Jakarta Timur. Teori yang digunakan adalah teori

rehabilitasi adalah teori Marbun Jumaraya. Hasil penelitian penelitian

ditemukan bahwa; Pertama, faktor yang mempengaruhi pengguna narkoba

adalah berawal dari rasa ingin tahu dan coba-coba. Kedua, materi

rehabilitasi yang dilakukan meliputi (1) Terapi Medik Dan Komplikasi

Medik (Bio), (2) Terapi Religius (Spritual), (3) Terapi Psikososial, (4)

Pengetahuan Umum. Ketiga, keberhasilan yang ditemukan adalah bahwa

tercatat ada 162 pasien yang telah di tangani dan pasien tidak hanya sebatas

sembuh dari ketergantunagn narkoba tetapi dapat dinyatakan pulih secara

mental dengan kemandirian hidup 75-80 persen.

3. Pembinaan Keluarga Sakinah Melalui Layanan Bimbingan dan Konseling

Islam Di Radio CBB Jakarta Penulis Diah Wisma Intan 103052028655.

Dalam sekripsi ini menggunakan desain studi kasus dengan metode

deskriptif analisis. Pengumpulan data dalam bentuk korelasi dengan

pendekatan data kualitatif. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan

wawancara, yang di peroeh langsung dari sasaran penelitian maupun catatan

dari sumber yang terkait dengan penelitian dan rekaman. Sekripsi ini

menjawab rumusan maslah tentang bagaimana proses konseling islami dan

faktor penyebab broken home. Teori yang digunakan adalah teori konseling

Page 29: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

18

adalah teori Edwin C Lewis. Hasil temuan penelitian ini dalam

melaksanakan konseling melalui media radio CBB Jakarta adalah

menyelesaikan permasalahan keluarga, hubungan suami dan istri, hubungan

orang tua dan anaknya.

4. Efektifitas Bimbingan Shalat Terhadap Perubahan Perilaku Agresif

Narapidana NAPZA Di Lembaga Pemasyarakatan Nakotika Kelas IIA

Cirebon Penulis Laeli Amaliyah 109052000027. Dalam skripsi ini

menggunakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan teknik

pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Skripsi

ini menjawab rumusan masalah tentang bagaimana proses bimbingan shalat

berdampak pada perubahan perilaku agresif di lembaga pemasyarakatan

nakotika kelas IIA Cirebon. teori yang digunakan adalah teori Bimbingan

dalam Islam adalah teori Aunur Rahim Faqih. Temuan hasil dari penelitian

ini bahwa Efektifitas Bimbingan Shalat Terhadap Perubahan Perilaku

Agresif Narapidana NAPZA Di Lembaga Pemasyarakatan Nakotika Kelas

IIA Cirebon cukup baik terhadap residen korban penyalahgunaan NAPZA

yang memiliki keahlian dibidangnya dan sabar membimbingnya. Karena

bimbingan shalat sangatlah penting bagi mereka agar residen yang

mengikuti efektifitas bimbingan shalat ini merasakan efeknya dari

bimbingan ini. Kelebihan Skripsi ini yaitu bimbingan shalat sebagai

pertahanan diri untuk mengontrol perilaku agresif, sedangkan

kekurangannya adalah kurang terpenuhinya aspek sosial yang diterapkan.

Page 30: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

19

F. Sistematika Penulisan

Dalam rangka mencapai pembahasan skripsi yang sistematis, maka

peneliti membuat sistematika penulisan ke dalam lima (5) BAB yang terdiri

dari sub-sub BAB. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Teori,

Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika

Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam BAB ini akan dipaparkan mengenai teori-teori ataupun

pembahasan yang berkaitan dengan Pisikologi Keluarga, Konseling

Keluarga dan Perilaku Agresif.

BAB III GAMBARAN UMUM REHABILITASI BERBASIS

MASYARAKAT (RBM) CIREBON

Pada BAB ini akan dibahas mengenai gambaran secara umum

tempat dilakukannya penelitian, yakni lembaga Rehabilitasi

Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon.

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS

BAB ini akan menjelaskan hasil penelitian tentang Peran Konseling

Keluarga Dalam Mengurangi Perilaku Agresif Residen Korban

Penyalahgunaan NAPZA di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon.

Page 31: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

20

BAB V PENUTUP

Merupakan bab terakhir yang menguraikan tentang kesimpulan

penelitian ini dan saran-saran yang diajukan pihak-pihak terkait

dalam masalah ini.

DAFATAR PUSTAKA

LAMPIRAN.

Page 32: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Peran adalah seperangkat tingkat

yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.1

Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah harapan-harapan orang lain

tentang perilaku-perilaku, norma, penilaian dan sanksi yang ditunjukan kepada

seseorang yang mempunyai peran tertentu.2

Menurut Soerjono Soekanto, “peran dapat dikatakan sebagai perilaku

individu yang penting bagi strukrur sosial masyarakat.”3

Teory peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan

berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu. Dalam teorinya Biddle dan

Thomas membagi peristilahan teori peran dalam empat golongan, yaitu istilah-

istilah yang menyangkut:

1. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.

2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.

3. Kedudukan orang-orang dan perilaku.

4. Kaitan antara orang dan perilaku.4

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta:Balai Pustaka, 1988), cet Ke-1, h.667. 2 Sarlito W. Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: CV Rajawali, 1984), h.235.

3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta Balai Pustaka 1998), cet Ke-1

h.123. 4 Sarlito W. Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, h.234.

Page 33: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

22

Dari definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa peran merupakan

sesuatu yang berkaitan mengenai kehidupan sosial manusia, struktur sosial

karena peran menjadi bagian dalam kedudukan, harapan dan interaksi sosial.

B. Konseling Keluarga

1. Pengertian Konseling Keluarga

Counseling adalah suatu nama yang luas pengertiannya untuk

beraneka ragam prosedur guna menolong banyak orang agar mampu

menyesuikan diri; seperti memberi nasihat, diskusi treapeutis,

pengadministrasian dan penafsiran tes, serta bantuan vokasional dan

kejujuran.5

Secara etimologi, istilah konseling berasal dari bahasa latin

“consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan

“menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo – Saxon

istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau

“menyampikan”.6

Menurut William Ratingan sebagaimana yang dikutip Muhammad

Surya dalam buku psikologi konseling mendefinisikan bahwa konseling,

yaitu:

Konseling adalah memberi informasi potensi tentang

pengembangan emosional potensi, kognitif (pola berfikir), behavior

(perilaku), dan kebebasan individu serta membuka pemahaman diri,

pengarahan pada kemampuan untuk berkomunikasi serta terbuka dan

5 J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono.( Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1981), h.114. 6 Prayitno dan Erman Amti Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2013), h. 99.

Page 34: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

23

penilaian yang obyektif. Dan konseling bukanlah percakapan yang biasa

akan tetapi suatu komuikasi yang intim, respirasi percakapan suatu kontak

yang lebih mengarah kepada komunikasi yang proaktif.7

Definisi konseling menurut beberapa ahli:

a. Cavanagh (1982) konseling merupakan hubungan antara helper (orang

yang memberikan bantuan) yang telah mendapatkan pelatihan dengan

orang yang mencari bantuan helpee (orang yang mendapat bantuan)

yang didasari oleh keterampilan helper dan atmosfer yang diciptakan

untuk membantu helpee belajar membangun relasi dengan dirinya dan

orang lain dengan cara yang produktif.8

b. The American Psychological Association, Division of Counseling

Psychologi, Commite on Definition (1956) konseling sebagai sebuah

proses membantu individu untuk mengtasi masalah-masalahnya dalam

perkembangan dan membantau mencapai perkembangan yang optimal

dengan menggunakan sumber-sumber dirinya.9

c. Burkes dan Stefler (1979) konseling merupakan menekankan pada ide

hubungan profesional dan pentingnya tujuan penentuan diri.10

d. Sukardi (2000) konseling sebagai bantuan secara tatap muka anatara

konselor dan klien dengan usaha yang unik dan manusiawi yang

dilakukan dalam suasana keahlian dan didasarkan norma-norma yang

7 Muhammad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung: Penerbit Pustaka Bani

Quraisyi,2004), h.1. 8 Gantina Komalasari, dkk. Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 8.

9 Gantina Komalasari, dkk. Teori dan Teknik Konseling, h. 8.

10Gantina Komalasari, dkk. Teori dan Teknik Konseling, h. 9.

Page 35: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

24

berlaku agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan demi

untuk memeperbaiki tingkahlaku pada saat ini dan yang akan datang.11

Adapun pengertian keluarga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), adalah suatu kerabatan atau yang sangat mendasar dalam masyarakat.12

Keluarga adalah suatu matrik sosial, suatu kelompok atau organisasi

biopsikososial, dimana para anggotanya terikat dengan suatu ikatan khusus untuk

hidup bersama, bukan suatu ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu.13

Menurut Murdock sebagaimana yang dikutip Sri Lestari dalam buku

psikologi keluarga. Mendefinisikan bahwa keluarga yaitu:

Keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal

bersama, terdapat kerjasama ekonomi, dan terjadi peroses reproduksi.14

Family counseling (konseling keluarga) adalah upaya bantuan yang di

berikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (Pembenahan

komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal mungkin dan

masalahnya dapat di atasi dasar kemauan membantu dari semua anggota keluarga

berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.15

Menurut Perez sebagaimana yang dikutip Sofyan S. Willis dalam buku

konseling keluarga (familly counseling). Mengemukakan sebagai berikut.

“It is the systems approch to family theraphy which is very much in vogue.

This approch focusess on the family’s current problems (the now is the issue).

How familly members interaction closely obserfed by system therapist. Neourosis,

11

Zulfan Saam, Psikologi Konseling (Jakarta: PT RajaGgrafindo Persada, 2013), h.2. 12

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta:Balai Pustaka, 1988), cet Ke-1. 536. 13

Dadang Hawari, Membina Keluarga Sakinah.(Jakarta: Pustaka Antara, 1996), h.77 14

Sri Lestari, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Kencana, 2012), h.3. 15

Sofyan S. Willis. Konseling Keluarga (Familly Counseling),(Bandung: CV. Alfabeta,

2015), h. 83.

Page 36: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

25

even psychosis in a mamber family is viewed as afunction of the interaction

between and among the various family members. The belief is that an individual

ill health ia the result of his adaption to the sick environmentcreated by the

familly.”16

Dari pernyataan di atas dapat di tarik intisarinya yang mana sakitnya

seseorang anggota keluarga adalah merupakan hasil adaptasi atau interaksinya

terhadap lingkungan yang sakit pula yang di ciptakan oleh keluarga itu.

2. Pendekatan Konseling Keluarga

Menurut Salvador Minuchin sebagimana yang dikutip Sofyan S. Willis

dalam buku konseling keluarga (familly counseling). Mendefinisikan bahwa

konseling keluarga yaitu:

“Multibodied organism” organisme yang terdiri dari banyak badan.

Keluarga adalah suatu kesatuan (entinity) organisme. Ia bukanlah merupakan

kumpulan (collection) individu-individu. Ibarat amoeba, keluarga mempunyai

komponen-komponen yang membentuk organisme keluarga itu.17

Dalam konseling keluarga yang digunakan adalah pendekatan clint

centered theraphy atau yang dikenal dengan directive. Pendekatan clint

centered theraphy adalah suatu pendekatan yang dilakukan dengan cara

berdialog antara konselor dengan klien.18

Ciri-ciri terapi directive adalah:

a. Klien harus memecahkan masalahnya agar tercipta keperibadian klien

yang terpadu.

16

Sofyan S. Willis. Konseling Keluarga (Familly Counseling), (Bandung: CV. Alfabeta,

2015), h. 84. 17

Sofyan S. Willis. Konseling Keluarga (Familly Counseling), h.50. 18

Sofyan S. Willis. Konseling Keluarga (Familly Counseling), h.100

Page 37: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

26

b. Sasaran konseling adalah aspek emosi dan perasaan, bukan dari segi

intelektual.

c. Titik dari konselingnya adalah keadaan individu termasuk kondisi

sosial psikologis masa kini, dan bukan pengalaman masalalu.

d. Proses konseling bertujuan untuk menyesuaikan antara ideal-self

dengan actual-self.

e. Peranan aktif dalam konseling dipegang oleh klien, sedangkan

konselor adalah pasif-reflektif.

3. Tujuan Konseling Keluarga

Menurut McDaniel tujuan konseling dirumuskan sebagai tujuan

jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek agar konseli dapat

menemukan masalahnya sekarang, sedangkan tujuan jangka panjang adalah

memberikan pengalaman diri yang realistis untuk menghadapi situasi baru,

dan untuk mengembangkan peribadi mandiri yang bertangguang jawab.19

Tujuan konseling keluarga dikemukakan secara umum dan khusus,

sebagi berikut:20

a. Tujuan Umum:

1) Membantu anggota-anggota keluarga belajar dan menghargai

secara emosional bahwa dinamika keluarga adalah saling kait-

mengkait diantara anggota keluarganya.

2) Untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang fakta

jika suatu anggota keluarga bermasalah, maka akan

19

Hartono dan Boy Soedarmadji, Psikologi Konseling, (Jakarta: Kencana, 2013), h.31. 20

Sofyan S. Willis. Konseling Keluarga (Familly Counseling),(Bandung: CV. Alfabeta,

2015), h. 88.

Page 38: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

27

mempengaruhi kepada presepsi, ekspasi dan interaksi kepada

anggota-anggota lainnya.

3) Agar tercapainya keseimbangan yang akan membuat

pertumbuhan peningkatan setiap anggota.

4) Untuk mengembangkan penghargaan penuh sebagai pengaruh diri

hubungan pranetal.

b. Tujuan Khusus:

1) Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota-anggota

keluarga terhadap cara-cara yang istimewa (idiocyncratic ways).

2) Mengembangkan toleransi terhadap anggota-anggota keluarga

yang mengalami frustasi atau kecewa, konflik, dan rasa sedih

yang terjadi karena faktor sistem keluarga.

3) Mengembangkan motif dan potensi-potensi, setiap anggota

keluarga dengan cara mendorong (men-support), memberi

semangat dan meningkatkan anggota tersebut.

4) Mengembangkan keberhasilan presepsi diri orang tua secara

realistic dan sesuai dengan anggota-anggota lainnya.

Menurut John McLeod adapun tujuan proses konseling sebagai

berikut:21

1) Pemahaman, adanya pemahaman akar dan perkembangan

emosional mengarah kepada peningkatan kapasitas untuk lebih

memilih control rasional ketimbang perasaan dan tindakan (Frued

Where Id was, Shall ego be) dimana ada Id maka disitu ada Ego.

2) Berhubungan dengan orang lain, menjadi dan lebih mampu

membentuk hubungan yang lebih bermakna dan memuaskan

orang lain. Misal dalam keluarga atau tempat kerja

21

John McLeod, Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus (Jakarta: Kencana Media

Group, 2006), h.13.

Page 39: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

28

3) Kesadaran diri, menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan

perasaan yang selama ini ditahan atau di tolak atau

pengembangan yang lebih akurat bagaimana dapat menerima

orang lain terhadap diri.

4) Penerimaan diri, pengembangan sikap positif terhadap diri, yang

ditandai oleh kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu

menjadi subyek keritik diri dan penolakan.

5) Aktualisasi diri, pergerakan kearah pemenuhan potensi atau

penerima integrasi bagian diri yang sebelumnya saling

bertentangan.

6) Pencerahan, membantu klien mencapai kondisi kesadaran spritual

yang lebih tinggi.

7) Pemecahan permasalahan, menemukan pemecahan problem

tertentu yang tidak bisa di pecahkan oleh klien sendiri menurut

kompetensi umum dalam pemecahan permasalahan.

8) Pendidikan psikologi, membentuk klien untuk menangkap ide dan

tehnik untuk memahami dan mengontrol tingkahlaku

(behavioral).

9) Memiliki keterampilan sosial, mempelajari dan menguasai

ketermapilan sosial dan interpersonal seperti mempertahankan

kontak mata, tidak menyela pembicaraan, asertip, atau

mengendalikan kemarahan.

10) Perubahan kognitif, modifikasi atau mengganti kepercayaan yang

tak rasional atau pola pemikiran yang tidak dapat diadaptasi.

11) Perubahan tingkah laku, memodifikasi atau mengganti pola

tingkahlaku yang rusak.

12) Perubahan sistem, memperkenalkan perubahan dengan cara

beroperasinya sistem sosial, contoh keluarga.

13) Penguatan, berkenan dengan ketermapilan, kesadaran, dan

pengetahuan, yang akan membuat klien mampu mengontrol

kehidupan.

14) Reproduksi dan aksi sosial. Menginspirasikan dalam diri

seseorang hasrat dan kapasitas untuk peduli terhadap orang lain,

membagi pengetahuan dan mengkontribusikan kebaikan bersama

melalui kesepakatan politik dan kerja komunitas.

15) Resistusi, membantu klien membuat perubahan kecil terhadap

perilaku yang merusak.

4. Proses Konseling Keluarga

Menurut Abubakar Baraja, proses konseling terdapat unsur-unsur

dan tahapan yang dapat dilakukan konselor untuk lebih meningkatkan

dalam penyelesaian masalah yang dihadapi klien. Secara umum proses

konseling dibagi atas tiga tahapan, yaitu:

Page 40: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

29

a. Tahap Awal

Tahap awal konseling dilaksanakan dengan tujuan untuk

menciptakan hubungan baik dengan klien agar klien dapat terlibat

langsung dalam proses konseling ini.22

Dalam tahapan awal ini

konselor melakukan beberapa tahap, menjalin hubungan baik antar

konselor dengan klien, mensosialisasikan kontrak konseling, memberi

pemahaman mengenai masalah yang akan di tangani.

b. Tahap Inti

Tahap inti konseling ini disenggarakan dengan tujuan untuk

membantu klien memahami gambaran dirinya serta masalah yang

dihadapinya atau dapat dikatakan bahwa tahap ini terjadinya eksplorasi

kondisi klien, identifikasi maslaah dan penyebabnya, identifikasi

alternatif, pemecahan, pengujian dan penetapan alternative

pemecahan.23

Dalam tahapan ini konselor bisa melihat kondisi dan

perubahan klien.

c. Tahap Akhir

Tahap akhir konseling yaitu memberikan kesimpulan-

kesimpulan yang mengenai hasil proses konseling dan mengevaluasi

proses konseling serta membuat perjanjian bahwa konselor akan

memantau perkembangan selanjutnya.

Dalam tahapan ini, proses konseling terdiri dari 6 tahap, yaitu:24

1) Analisis: yakni tahap pengumpulan data atau informasi tentang diri

klien dan lingkungannya, dengan maksud untuk lebih mengerti

22

Abubakar Baraja, Psikologi dan Teknik Konseling (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 37. 23

Abubakar Baraja, Psikologi dan Teknik Konseling, h. 37 24

Abubakar Baraja, Psikologi dan Teknik Konseling, 49-56.

Page 41: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

30

tentang keadaan klien. Adapun data yang perlu dikumpulkan yaitu

dari luar diri klien dan dari dalam diri klien sendiri, berupa fisik

maupun data psikologis.

2) Sintesis; merupakan tahapan untuk merangkum dan mengorganisir

data hasil tahap analisis dengan sedemikian rupa, sehingga dapat

menunjukan gambaran diri klien yang terdiri dari kelemahan dan

kelebihannya serta kemampuan sekaligus ketidak mampunya

menyesuaikan diri. Semua data yang diperoleh dari analisa

(informasi), dirangkum atau disepesifikasikan untuk ditemukan

akar masalah yang dihadapi klien, serta dapat dijadikan sebagai

diagnosa awal dari penemuan analisa kita.

3) Diagnosis, merupakan tahapan untuk menetapkan hakikat masalah

yang sedang dihadapi klien serta dengan sebab-sebabnya dengan

membuat perkiraan, kemungkinan yang akan dihadapi klien

berkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapinya saat ini.

Sebelum memberikan diagnosa terhadap keadaan klien, perlu

menentukan identifikasi masalah dan sebab-sebab masalah

(etiologi) klien.

4) Prognosis, merupakan langkah untuk memprediksi apa yang akan

terjadi pada diri klien, yaitu masalah tersebut akan terus

berkembang. Oleh karena itu kondisi dan keadaan klien pada saat

ini akan memberikan arti. Informasi yang disampaikan dengan

kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi mengurangi atau

Page 42: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

31

setidak-tidaknya memberikan jalan keluar kepada klien bagaimana

menyelesaikan masalah tersebut.

5) Konseling / Treatmen (Perlakuan)

6) Follow Up (Tindak Lanjut); berguna untuk melihat tingkat

keberhasilan pemberian bantuan (konseling yang telah

berlangsung).

C. Perilkau Agresif

1. Pengertian Perilaku Agresif

Perilaku agresif selalu dipresepsikan sebagai kekerasan terhadap

pihak yang dikenai perilaku tersebut baik verbal ataupun nonverbal yang

dengan sengaja ditujukan untuk melukai orang lain baik fisik ataupun

nonfisik.25

Agresi sering kali diartikan sebagai perilaku yang dimaksudkan

untuk melukai orang baik secara fisik ataupun psikis.26

Menurut Mac Nei & Stewart sebagaimana yang dikutip Fattah

Hunarawan dalam buku psikologi sosial, suatu pengantar mendefinisikan

bahwa perilaku agresi, yaitu:

“Agresi adalah suatu perilaku atau suatu tindakan untuk

mendominasi atau berperilaku secara destruktif, melalui kekuatan verbal

atau kekuatan fisik yang diarahkan kepada objek sasaran perilaku agresi.

25

Anantasari, Menyikapi Perilaku Agresif Anak. (Yogyakarta:Kanisius, 2006), h.15 26

Agus Abbdul Rahman, Psikologi Sosial: Integrai Pengetahuan Wahyu dan

Pengetahaun Empirik (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h.197.

Page 43: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

32

Objek sasaran perilaku agresi meliputi lingkungan fisik, orang lain dan diri

sendiri”.27

Berikut akan dipaparkan pengertian perilaku agresif menurut

beberapa ahli:

a. Stickland (2001) dalam buku Fattah Hunawarman mengemukakan

bahwa perilaku agresi adalah setiap tindakan yang diniatkan untuk

melukai, menyebabkan penderitaan dan untuk merusak orang lain.

b. Mayers (2002) dalam buku Fattah Hunawarman menjelaskan bahwa

agresi adalah perilaku fisik maupun perilaku verbal yang diniatkan

melukai objek yang menjadi sasaran agresi.

c. Agresi adalah siksaan yang diarahkan secara sengaja dari berbagai

bentuk kekerasan terhadap orang lain (Baron & Richardson, 1994)

dalam buku Robert A. Baron dan Donny Byren.28

Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa

perilaku agresi adalah suatu perilaku yang diniatkan untuk melukai orang

lain, secara kekerasan verbal maupun non verbal.

2. Teori-teori Agresi

a. Teori Pendekatan Belajar Sosial

Teori Pendekatan Belajar Sosial mengagap perilaku agresi sebagai

hasil belajar, baik melalui pengalaman langsung atau hasil dari

pengamatan terhadap perilaku lain.29

27

Fattah Hunawarman, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosda

Karya,2010), h.80 28

Robert A. Baron dan Donny Byren, Psikologi Sosial Jilid 2, cet ke 10. Penerjemah

Ratna Djuwita, dkk (Jakarta: Erlangga, 2005), h.136. 29

Agus Abbdul Rahman, Psikologi Sosial: Integrai Pengetahuan Wahyu dan

Pengetahaun Empirik (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h.206.

Page 44: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

33

b. Teori Dorongan

Teori dorongan berpandangan bahwa agresi muncul dari suatu

dorongan (drive) yang ditimbulkan oleh faktor-faktor eksternal untuk

menaykiti atau melukai orang lain. Contohnya hipotesis frustasi

agresi (frustation agggression hyphothesis) (Dollar dkk, 1939).

Menurut pandangan ini frustasi mengakibatkan terangsangnya suatu

dorongan yang tujuan utamanya adalah menyakiti beberapa orang atau

objek-terutama yang diperesepsikan sebagai penyebab frustasi

(Berkowitz, 1989) dalam buku Robbert A. Baron dan Donn Byrne.30

c. Teori Moderen atas Agresi

Model Umum Afektif Agresi (general affective agression model)

diajukan oleh Anderson (Anderson, dkk., 1996: Anderson 1997)

(dikenal dengan singakatan GAMA), menurut teori ini agresi manusia

berasal dari banyak faktor yang berbeda. Banyak sekali variabel input

yang mempengaruhi kognisi, afek dan keterangsangan, kemudian

tahap-tahap internal ini ditambah dengan faktor-faktor yang lain

menentukan apakah, dan dalam bentuk apa, agresi terjadi pentingnya

proses belajar, berbagai variabel input, kognisi, perbedaan individu,

dan keadaan afektif dalam kaitannya dengan agresi.31

3. Penyebab Agresi Pada Manusia

Menurut Sarlito W. Sarwono dan Eko A. Meinarno buku berjudul

psikologi sosial, penyebab dari agesi manusia meliputi sosial,

30

Robert A. Baron dan Donny Byren, Psikologi Sosial Jilid 2, cet ke 10. Penerjemah

Ratna Djuwita, dkk, (Jakarta: Erlangga, 2005), h.138-139. 31

Robert A. Baron dan Donny Byren, Psikologi Sosial Jilid 2, cet ke 10. Penerjemah

Ratna Djuwita, dkk, h.140.

Page 45: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

34

personal/pribadi, kebudayaan dan situasional, sumber daya, dan media

masa. 32

a. Sosial

Frustasi, terhambatnya atau tercegahnya upaya mencapai tujuan kerap

menjadi penyebab agresi. Ketika seseorang calon legislator gagal, ia akan

merasa sedih marah, dan ahkan depresi. Dalam keadaan sperti itu besar

kemungkinan ia akan menjadi frustasi dan mengambil tindakan-tindakan

yang bernuansa agresi seperti penyerangan terhadap orang lain.

Kebanyak hasil penelitian yang terkait dengan konsumsi alkohol

menunjukan kenaikan agresifitas. Konsumsi alkohol dapat

meningkatkan agresi, terutama tampaknya pada individu yang dalam

keadaan normal menunjukan tingkat agesi yang rendah.33

b. Personal

Pola tingkahlaku berdasarkan keperibadian. Orang dengan tingkahlaku

tipe A cenderung akan lebih agresif dengan tipe B. A identik dengan

karakter terburu-buru dan kompetitif. Tingkahlaku yang ditunjukan oleh

orang dengan tipe B adalah bersikap sabar, komperatif, non kompetisi

dan non agesif. Orang dengan tipe A cenderung lebih melakukan hostile

agression. hostile agression merupakan agresi yang bertujuan untuk

melukai atau menyakiti korban. Sedangakan orang dengan tipe

keperibadian B cenderung lebih melakukan instrumental agression.

instrumental agression adalah tingkahlaku agresi yang dilakukan karena

32

Sarlito. W. Sarwono dan Eko A. Meinarmo, Psikologi Sosial (Jakarta: Salemba

Humanika, 2009), h. 152-157. 33

Robert A. Baron dan Donny Byren, Psikologi Sosial Jilid 2, cet ke 10. Penerjemah

Ratna Djuwita, dkk (Jakarta: Erlangga, 2005), h.143

Page 46: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

35

ada tujuan yang utama dan tidak ditunjukan untuk melukai atau

menyakiti korban.

c. Kebudayaan

Ketika kita menyadari bahwa lingkungan juga berperan terhadap tingkah

laku. Maka tidak heran juga muncul ide bahwa salasatu penyebab agresi

adalah kebudayaan. ( Hadad dan Glasman, 2004) faktor kebudayaan

terhadap agresi. Lingkungan geografis, sperti pantai/pesisir, menunjukan

karakter lebih keras daripada masyarakat yang hidup di pedalaman. Nilai

dan norma yang mendasari sikap dan tingkahlaku masyarakat juga

berpengaruh terhadap agrsivitas suatu kelompok.

d. Situasioanl

Penelitian terkait dengan cuaca dan tingkahlaku menyebutkan bahwa

ketidak nyamanan terhadap panas menyebabkan kerusuhan dan bentuk-

bentuk agresi lainnya. Kondisi cuaca yang panas lebih sering

memunculkan agresif. Hal yang sering muncul ketika udara panas adalah

timbulnya rasa tidak nyaman yang berujung pada meningkatnya agresi

sosial.

e. Sumber Daya

Manusia senantiasa ingin memenuhi kebutuhannya. Salah satu

pendukung utama kehidupan manusia adalah daya dukung alam. Daya

dukung alam terhadap kebutuhan manusia tak selamnya mencukupi. Oleh

karena itu, dibutuhkan upaya lebih untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Diawali dengan tawar menawar jika tidak tercapai kata sepakat, maka

Page 47: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

36

akan terbuka dua kemungkinan besar. Pertama, mencari sumber

kebutuhan lain, kedua, mengambil paksa dari pihak yang memilikinya.

f. Media Massa

Ada berbagai pendapat tentang pengaruh menonton film kekerasan.

Pendapat pertama mengatakan menonton film kekerasan merupakan

katarsis, sedangkan pendapat lain mengatakan hal ini meningkatkan

agresivitas penonton karena menampikan model untuk di contoh.

4. Pencegahan dan Pengendalian Agresi

Menurut Baron dan Byrne dalam buku psikologi sosial, beberapa

cara pencegahan dan pengendalian agresi, diantaranya:

a. Hukuman

Hukuman dapat menjadi efektif dalam mengurangi agresi, tetapi hanya

jika diberikan pada kondisi-kondisi tertentu. Hal yang paling penting

dalam penggunaan hukuman adalah hukuman harus jelas dan segera

mungkin mengikuti perilaku agrsi yang di lakukan. Sejarah manusia

mencatat lebih banyak mencatat hukuman sebagai cara penaganan atas

agresi. Contoh penanganan agresi pada individu, para pelaku kekerasan

seperti pemerkosaan dan pembunuhan akan di hukum penjara atau

hukuman mati.34

b. Permintaan maaf

Agresi dapat dikurangi dengan permintaan maaf, pengakuan keslahan

yang meliputi permintaan ampun, dan dengan terlihat dalam aktivitas

yang mengalihkan perhatian dari penyebab amarah.

34

Sarlito. W. Sarwono dan Eko A. Meinarmo, Psikologi Sosial (Jakarta: Salemba

Humanika, 2009), h. 161.

Page 48: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

37

c. Katarsis

Katarsis mengemukakan bahwa memberi kesempatan kepada individu

yang memiliki kecenderungan pemarah untuk berperilaku keras (aktifitas

kataris). Tapi dalam cara yang tidak merugikan, akan mengurangi tingkat

rangsang emosional dan tendensi untuk melakukan serangan agesi

terhadap orang lain. Aktivitas katarsis misalnya adalah memukul secara

berulang kali karung pasir yang di lambangkan sebagai tubuh musuh

yang dibenci.35

d. Pelatihan Keterampilan Sosial

Pelatihan keterampilan sosial dapat mengurangi timbulnya perilaku

agresi. Sering individu-individu yang karena keterampilan sosialnnya

rendah menyebabkan mereka melakukan tindakan agresi. Hal itu terjadi

karena mereka kurang mampu mengekspresikan atau

mengkomunikasikan keinginan pada orang lain, gaya bicara yang kaku,

dan tidak sensitif terhadap simbol-simbol emosional orang lain.36

e. Konseling Islami

Konseling Islami adalah layanan bantuan kepada konseli untuk

mengetahui, mengenal dan memahami kembali keadaan dirinya,

mengingatkan kembali konseli akan fitrahnya.37

Konseling dalam Islam adalah suatu aktifitas memberikan

bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta

bimbingan (konseli) dalam hal ini bagaimana seharusnya seorang konseli

35

Fattah Hunawarman, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosda

Karya,2010), h.86 36

Fattah Hunawarman, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar, h.88 37

Hamdani Bakran Adz-dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar

Pustaka, 2002), h 97.

Page 49: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

38

dapat mengembangkan potensi akal fikiran, kejiwaan, keiman dan

keyakinannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berpradigma

kepada Al-Quran dan As-sunnah Rasulllah S.A.W.38

Dasar konseling islami secara umum dalam al-quran Surah al-

Ashr: 1-3.

١وٱلعص نسوإن ٱل خس ٢لف يوإل ٱل وعهلوا لحتءانيوا ٱلص ب ٱلقوتواصوا

بوتواصواب ٣ٱلص “1. Demi masa 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian

3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat

menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi

kesabaran.”

D. NAPZA

1. Pengertian NAPZA

NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika

dan Zat adiktif lainnya.39

Dalam al-Quran dinyatakan bahwa NAPZA di larang bagi orang

yang beriman, sebagaimana yang di jelaskan dalam Surah al-Maidah/5: 90

berikut:

ها يأ يوي ٱل ها إن ىصابوٱلهيسوٱلهرءانيوا

زلموٱل

عهلٱل نو رجس

يطو ٩٠لعلكمتفلحونٱجتنبوهفٱلش

38

Hamdani Bakran Adz-dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar

Pustaka, 2002) h. 189. 39

Herri Zan Pieter dan Namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi untuk Kebidanan,

(Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2010), h.163

Page 50: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

39

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)

khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, adalah Termasuk perbuatan

syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat

keberuntungan”.

2. Pengertian Narkotika

Narkotika berasal dari bahasa inggris “Narcotics” yang berarti obat

yang menidurkan atau obat bius.40

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Narkotika adalah obat yang

menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa

ngantuk atau rangsangan (opium, ganja dsb).41

Narkotika adalah zat/bahan-bahan aktif yang bekerja pada sistem

saraf pusat (otak), yang dapat menyebabkan penurunan sampai hilangnya

kesadaran dan rasa sakit (nyeri), serta dapat menimbulkan ketergantungan

(ketagihan).42

Berdasarkan Undang-undang penggolongan narkotika terdiri dari 3

golongan yaitu:

a. Golongan I yaitu narkotika yang tidak digunakan untuk terapi dan

berpotensi tinggi untuk ketergantungan, misalnya heroin.

b. Golongan II yaitu narkotika yang dapat digunakan untuk terapi

tetapi berpotensi tinggi untuk ketergantungan , misalnya morfin.

40

S. Warjowasito dan Tito W, Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia, (Bandung:

1980), h. 122. 41

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1988), h.609. 42

Edy Karsono, Mengenal Kecanduan Narkoba & Minuman Keras, (Bandung: CV.

YRAMA WIDYA, 2004), h.11.

Page 51: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

40

c. Golongan III yaitu narkotika yang digunakan untuk terapi dan

berpotensi rendah untuk ketergantungan, misalnya kodein.43

3. Pengertian Psikotropika

Psikotropika menurut Undang-undang RI No.5 Tahun 1997 adalah

zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat

yang menyebabkan perubahan khas pada aktifasi mental dan perilaku.44

Psikotropika adalah zat/ bahan aktif bukan narkotika, bekerja pada

sistem saraf pusat dan dapat menyebabkan perasaan khas pada kreatifitas

mental, perilaku, dan dapat menyebabkan ketergantungan atau adiksi.

Jenis-jenisnya yaitu ekstasi, shabu-shabu LSD, pil KB, rohypnol, valium,

mandrax.45

Berdasarkan Undang-undang penggolongan psikotropika terdiri

dari 4 golongan yaitu:

a. Golongan I yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk

terapi dan berpotensi tinggi untuk ketergantungan misalnya heroin.

b. Golongan II yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk

terapi tetapi berpotensi tinggi untuk ketergantungan (misalnya

fenesiklidin/PCP, metilfenidat).

43

Sumiati, dk k, Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyalahgunaan dan

Ketergantungan NAPZA, (Jakarta: CV. Trans Info Media, 2009), h.10. 44

Sumiati, dkk, Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyalahgunaan dan Ketergantungan

NAPZA, h.8. 45

Edy Karsono, Mengenal Kecanduan Narkoba & Minuman Keras, , (Bandung: CV.

YRAMA WIDYA, 2004), h.13.

Page 52: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

41

c. Golongan III psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk terapi

dan berpotensi sedang untuk ketergantungan (misalnya amobarbital

dan fulnitra zepam).

d. Golongan IV psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk terapi

dan berpotensi ringan untuk ketergantungan (diazepam/valium,

nitrazepam/DUM, megadon, BK).46

4. Pengertian Zat Adiktif

Zat adiktif adalah zat/bahan aktif bukan narkotika atau psikotropika,

bekerja pada sistem saraf pusat dan dapat menimbulkan ketergantungan atau

ketagihan. Zat yang termasuk golongan ini, antara lain: LSD, psilosin,

psilosibin, mesakilin, ganja dan beberapa pelarut, seperti lem, cat, dan lain-

lain.47

5. Ciri-ciri penguna NAPZA

Segala sesuatu yang pernah dilakukan oleh seseorang baik itu

perbuatan yang benar maupun perbuatan yang salah, setidaknya dapat

dikenali atau dapat diketahui oleh orang lain, walaupun pada akhirnya

memakan waktu yang cukup lama. Sama halnya dengan seseorang yang

telah menggunakan NAPZA dalam hidupnya, maka dengan sendirinya hal

tersebut dapat diketahui oleh orang lain.

Kenyataannya dalam hidup sehari-hari banyak dijumpai orang tua

yang tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa anaknya telah terlibat

atau ketergantungan NAPZA. Sehubungan dengan hal tersebut, maka

46

Sumiati, dkk, Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyalahgunaan dan Ketergantungan

NAPZA, (Jakarta: CV. Trans Info Media, 2009), h.10. 47

Edy Karsono, Mengenal Kecanduan Narkoba & Minuman Keras, (Bandung: CV.

YRAMA WIDYA, 2004), h.13.

Page 53: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

42

sudah sepantasnya semua orang memilki ilmu pengetahuan tentang

NAPZA.48

Oleh karena itu, Dr. Subagyo Partodiharjo dalam bukunya yang

berjudul Kenali Narkoba dan Musuhi Penanggulangannya, menyebutkan

ciri-ciri pengguna NAPZA untuk memberikan kemudahan kepada orang

lain untuk mengetahuinya. Adapun ciri-cirinya terdiri dari empat tahap,

yaitu sebagai berikut.49

a. Tahap awal coba-coba, Experimen.

1). Gejala Psikologi

Terjadi perubahan pada sikap anak. Orang tua peka dapat

merasakan adanya sedikit perubahan perilaku pada anak yaitu

timbulnya rasa takut dan malu, yang disebabkan karena ia merasa

bersalah ia merasa berdosa. Anak menjadi lebih sensitif, jiwanya

resah dan gelisah akan mengaku terus terang takut; akan terus

merahasiakan, merasa berdosa, ia bingung. Kemesraan dan

kemanjaannya hilang atau berkurang.

2). Gejala pada fisik

Tidak nampak adanya perubahan pada tubuh anak. Belum

terlihat adanya tanda perubahan pada tubuh sebagai dampak

pemakaian NAPZA. Bila sedang memakai psikotrapika stimulans

atau estacy atau shabu ia nampak ringan, gembira, aktif, bahkan

hiper aktif, murah senyum dan ramah.

48

Dadang Hawari, Konsep Agama Islam Menanggulangi NAZA, (Jakarta: PT. Dana

Bhakti Prima Yasa, 2002), h.18 49

Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penanggulangannya, (T. tp. LKP

Yayasan Karya Bhakti, 2004), h 98.

Page 54: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

43

b. Tahap kedua, adalah Pemula, Instrumen, Insidentil.50

1). Gejala Psikologi

Sikap anak menjadi lebih tertutup, banyak hal yang tadinya

terbuka menjadi rahasia. Jiwanya resah, gelisah, kurang tenang,

dan lebih sensitif. Mulai semakin renggang hubungannya dengan

orang tua dan saudara-saudaranaya, tidak lagi riang gembira, cerah

dan ceria. Ia mulai nampak seperti menyimpang rahasia dan

memiliki satu atau beberapa teman akrab.

2). Gejala Pada Fisik

Tidak nampak perubahana yang nyata, gejala pemakian

berbeda sesuai jenis NAPZA yang di pakainya. Bilamana sedang

memakai ia menjadi lebih lincah, lebih riang, lebih percaya diri

berarti ia memakai (psikotropika, stimulant, shabu, ecstasy).

Bilamana tampak lebih tenang, mengantuk berarti ia memakai

penenang, ganja, putao. Untuk mengelabuhi orang tua dan teman

bahwa ia memakai kadang-kadang ia menutupi kekurangannya

dengan rajin berolahraga dan makan, sehingga tampaak sehat dan

energik, seperti orang normal.

c. Tahap Ketiga adalah Tahap Berkala.51

1). Ciri Mental

Sulit bergaul dengan teman baru. Peribadinya lebih menjadi

tertutup. Lebih sensitif mudah tersinggung. Sering bangun siang,

50

Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penanggulangannya, (T. tp. LKP

Yayasan Karya Bhakti, 2004), h 99. 51

Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penanggulangannya, (T. tp. LKP

Yayasan Karya Bhakti, 2004), h 99.

Page 55: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

44

agak malas, mulai gemar berbohong. Keakraban dengan orang tua

dan saudara sangat merosot berkurang. Kalau sedang memakai

NAPZA penampilannya: riang (minum stimulan) atau tenang

(minum depresan). Kalau sedang tidak memakai NAPZA, sikap

dan penampilannya murung, gelisah, kurang percaya diri (PD).

2). Ciri Fisik

Terjadi gejala sebaliknya dari tahap kesatu dan tahap

kedua. Bila sedang memakai nampak normal, tidak nampak tanda-

tanda yang jelas, biasa saja. Bila sedang tidak memakai, malah

nampak kurang sehat, kurang percaya diri, murung, gelisah, malas.

Tanda-tanda pada fisik semakin lebih jelas bila dbandingkan

dengan tahap kedua.

Tanda yang sepesifik tergantung jenis obat NAPZA yang di

pakainya. Kadang-kadang malah tampak gemuk atau sehat karena

usaha menutupi atau konpensasi, agar tidak diduga memakai

nampak kurang percaya diri, bahkan nampak tidak sehat, karena

sakao.

d. Tahap Keempat adalah Tahap Tetap (mundur).52

1). Tanda-tanda Psikis.

Sulit bergaul dengan teman baru, ekslusif tertutup, sensitif,

mudah tersinggung, egois mau menang sendiri, malas, sering

bangun siang, lebih menikmati hidup dimalam hari. Pandai

berbohong, gemar menipu. Sering mencuri atau merampas. Tidak

52

Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penanggulangannya, (T. tp. LKP

Yayasan Karya Bhakti, 2004), h 101.

Page 56: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

45

malu menjadi pelacur (pria maupun wanita). Demi memperoleh

uang untuk mendapatkan NAPZA, tidak merasa berat untuk

berbuat jahat, bahkan membunuh orang lain, termasuk membunuh

orang tuanya sendiri, demi uang atau NAPZA.

2). Tanda-taanda Fisik

Biasanya kurus atau lemah (loyo). Tetapi ada juga yang

dapat menutupi diri dengan membuat dirinya gemuk ataupun fit

atau sehat, karena melakukan kompensasi banyak makan, minum

food supplement dan berolah raga. Mata sayu, gemar memakai

kecamata gelap, gigi menguning kecoklatan dan sering kali

keropos. Biasanya kulit agak jorok karena malas mandi. Sering

nampak tanda bekas sayatan atau bekas tusukan jarum suntik di

lengan, atau kaki, atau dada, atau dilidah, atau dikemaluan, dan

lain-lain. Tanda- tanda ini tidak khas bila pemakai NAPZA

mengkonsumsi beberapa jenis NAPZA sekaligus.53

53

Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penanggulangannya, (T. tp. LKP

Yayasan Karya Bhakti, 2004), h 102.

Page 57: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

47

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Sejarah Berdirinya Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat selanjutnya di singkat “RBM”

Cirebon adalah sebuah gerakan sosial masyarakat yang hadir karena

kepedulian terhadap kondisi masyarakat khususnya generasi muda yang

rentan terhadap pengaruh buruk khususnya NAPZA (Narkotika, Psikotropika,

dan Zat Adiktif).1

Pengaruh NAPZA ini begitu nyata dirasakan dimana remaja yang

sudah terkena atau bahkan menjadi pecandu akan memiliki kecenderungan

prilaku yang negative, cara berfikir menjadi pendek, malas belajar hingga

akhirnya putus sekolah, bahkan ketika berada didunia kerja dampaknya masih

sangat dirasakan yaitu malas bekerja sehingga banyak yang sampai di PHK

karena hal ini. Bahkan pada puncaknya, tepatnya yaitu pada 2012 di

Kecamatan Mundu Khususnya di Desa Pamengkang terjadi kasus overdosis

terhadap 6 orang remaja yang kesemuanya meninggal dunia. Angka kematian

ini adalah angka kematian tragis yang terungkap dan baru berasal dari satu

desa saja. Jumlah angka kematian remaja yang overdosis ini tentu akan lebih

besar lagi jika data dari semua desa terkait jumlah kematian karena overdosis

ini digabungkan. Namun bagi sebagian besar desa, hal tersebut adalah aib

yang tidak perlu dipublikasikan karena akan mencoreng nama baik desa.

Padahal jika mau dilihat lebih bijaksana lagi, menutupi hal ini justru akan

1 Dokumen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon, 2015.

Page 58: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

48

membuat mereka yang terkena NAPZA ini justru merasa terlindungi sehingga

berpeluang besar menambah jumlah angka kematian karena overdosis lagi.2

Informasi diatas adalah sedikit gambaran atas apa yang terjadi di

wilayah Kab. Cirebon khususnya Kecamatan Mundu sehingga pada 17

Desember 2014 Dinas Sosial Kabupaten Cirebon melalui Bidang Pemulihan

dengan program UPSK datang ke Desa Pamengkang untuk melakukan

sosialisasi terhadap bahaya NAPZA yang bertempat di Balai Desa

Pamengkang dan mengundang hampir 30 orang remaja Desa Pamengkang

dan desa yang berada disekitarnya.

Semua peserta diberikan arahan tentang bahaya NAPZA, pemeriksaan

kesehatan dan diberikan konseling dari psikolog. Bentuk konseling keluarga

yang dilakukan di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon antara

lain adalah kunjungan konselor, kunjungan keluarga, kunjungan individu

keluarga, pertemuan antar keluarga, dan laporan perkembangan klien. Dari

hasil konseling terhadap semua peserta diperoleh data yang cukup membuat

kening berkerut bahwa sebagian besar dari peserta remaja ternyata pernah

terlibat dalam penyalahgunaan obat. Menindaklanjuti keadaan remaja yang

cukup memprihatinkan ini, agenda dilanjutkan dengan pembentukan sebuah

wadah yang mampu membina remaja agar mampu berdaya dan tidak lagi

bergelut dengan NAPZA.3

Pada 24 Desember 2014 diadakan pertemuan yang menghadirkan

perangkat desa, seluruh RT, RW dan tokoh masyarakat Desa Pamengkang.

Dalam pertemuan itu di sepakati untuk membentuk sebuah wadah pembinaan

2 Dokumen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon, 2015.

3 Dokumen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon, 2015.

Page 59: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

49

remaja terutama yang sudah terkena atau terindikasi NAPZA dengan nama

RBM Cirebon. Namun lingkup wilayah dari RBM Cirebon tidak dibatasi

pada satu desa saja melainkan bisa untuk satu Kecamatan bahkan

dipersiapkan menjadi RBM dalam lingkup Kabupaten Cirebon. Adapun data

yang sudah terjangkau sampai saat ini dan sudah mendapatkan pendampingan

di antaranya:

1. Desa Pamengkang : 90 Orang

2. Desa Banjarwangunan : 120 Orang

3. Desa Setupatok : 75 Orang

4. Desa Penpen : 15 Orang

5. Desa Keraton : 70 Orang

6. Desa Pabedilan : 57 Orang

7. Desa Tersana : 17 Orang

8. Desa Gebang Ilir : 60 Orang4

B. Visi dan Misi

Dalam sebuah lembaga pada umumnya memiliki Visi dan Misi yang

menjadi tolak ukur kesuksesan suatu lembaga yang harus di capai. Begitu

juga Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon yang merupakan

salasatu lembaga layanan rehab yang ada di Desa Banjarwangunan Kec.

Mundu Kab. Cirebon –Jawa Barat 45173.5

VISI

“Menjadikan Wilayah Kabupaten Cirebon bebas dari

penyalahgunaan NAPZA dan meminimalisir kemiskinan”

4 Dokumen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon, 2015.

5 Dokumen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon, 2015.

Page 60: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

50

MISI

1. Mencegah remaja dari Permasalahan yang menjurus kepada NAPZA.

2. Meningkatkan kepedulian masyarakat terkait persoalan remaja khususnya.

yang terkait dengan lemahnya finansial dan kurangnya keterampilan

bimbingan kerja.

3. Menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif dan produktif.

4. Menyelesaikan permasalahan remaja yang kurangnya kegiatan positif.

5. Menjadikan remaja yang terkena NAPZA untuk kembali sembuh dari

ketergantungan NAPZA dan kembali berdaya guna dimasyarakat dengan

pembekalan pelatihan yang di sesuaikan peminatan.

6. Menjadikan RBM Cirebon sebagai RBM Percontohan di Kabupaten

Cirebon.

C. Struktur Organisasi

Setiap lembaga negara atau lembaga masyarakat dan lembaga-

lembaga lainnya memiliki struktur organisasi. Agar masing-masing

mengetahui fungsi jabatan masing-masing dan hasilnya lembaga yang

didirikan akan terarah dalam melaksanakan program kerja lembaga. Di bawah

ini adalah struktur lembaga Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Cirebon.

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon di pimpin oleh

Moh. Dedi Budianto, S.E, M.Si. sebagai Pembina Panti Rehabilitasi berbasis

masyarakat (RBM) Cirebon, Rasudi sebagai Pengawas, Sulani sebagai Ketua,

Fadli Prisma Surya sebagai Sekretaris, Tri Setya Erianto sebagai Bendahara,

Page 61: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

51

Tri Nopi Priono sebagai Manager Program, Ayu Honsah Rufaida, M. Psi,

Cholis, S.Pd.I, Harry Nurroji, S.Pd, Ust. Yani Suryani sebagai Konselor.

Di bawah ini tertulis struktur lembaga Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon.

Tabel 1. Struktur Organisasi Rehabilitasi Berbasis Masyarakat Cirebon.

Sumber: Dokumen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat Cirebon, 20 Oktober 2017

D. Kondisi Sosial Ekonomi dan Pendidikan Masyarakat Banjarwangunan

Cirebon

Jumlah penduduk Desa Banjarwangunan sekitar 9.669 jiwa, Jumlah

secara terperinci laki-laki 4.922 orang, perempuan 4.747 Jumlah Kepala

PEMBINA

MOH. Dedi Budianto, S.E, M.Si

KETUA

Sulani

MANAGER PROGRAM

Tri Nopi Priono

SEKRETARIS

Fadli Prisma Surya

BENDAHARA

Tri Setya Erianto

PENGAWAS

Rasudi

KONSELOR

Ayu Honsah Rufaidah, M.Psi

Harry Nurroji, S.Pd

Cholis, S.Pd

Ust. Yani Suryani

Page 62: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

52

Keluarga 3.154 KK. yang mayoritas tingkat pendidikannya rerata sampai

pada pendidikan dasar 9 tahun/SLTP. Meski belum ada data pasti berapa

jumlah penduduk yang sudah mengenyam pendidikan dasar minimal 9 tahun,

kecenderungan perbaikan tingkat pendidikan masyarakat desa

Banjarwangunan sudah tampak dari banyaknya angkatan sekolah yang

melanjutkan pendidikannya sampai tingkat perguruan tinggi.6

Tabel. 2. Penduduk Masyarakat Banjarwangunan Cirebon

Jumlah Laki-Laki (orang) 4.922

Jumlah Perempuan (orang) 4.747

Jumlah Total (orang) 9.669

Jumlah Kepala Keluarga (KK) 3.154

Kepadatan Penduduk (Jiwa/KM2) 32,12

Sumber: Dokumen Desa Banjarwangunan Cirebon, 2016.

Secara ekonomi, masyarakat Desa Banjarwangunan memiliki rata-rata

pendapatan perkapita sebesar Rp. 1.000.000. Dari tingkat pendapatan masyarakat

Desa Banjarwangunan ini, terlihat bahwa pendapatan perkapita masyarakatnya

tergolong cukup. Dari total penduduk 9.669 jiwa tersebut, tercatat Jumlah

masyarakat yang masuk katagori miskin 585 KK, pemeroleh raskin dan subsidi

pemerintah lain 585 KK.7

Sebagian besar basis mata pencaharian masyarakat Desa Banjarwangunan

didominasi buruh tani, meski wilayahnya hampir 50% tanah pertanian. Ada

kurang lebih 998 warga berprofesi sebagai buruh dan hanya 44 orang warga yang

berprofesi sebagai petani dan pemilik lahan pertanian. Sementara dibidang

6 Dokumen Desa Banjarwangunan, Cirebon, 2016.

7 Dokumen Desa Banjarwangunan, Cirebon, 2016

Page 63: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

53

pekerjaan lain, perdagangan dan jasa 44 orang, PNS 363 orang, Pegawai Swasta

628. 8

Tabel.3. Tingkat pendidikan Warga Desa Banjarwangunan.

Tingkatan Pendidikan Laki-Laki (orang) Perempuan (orang) Jumlah

(Orang)

Tamat SD/sederajat 661 480 1.141

Tamat SMP/sederajat 581 480 1.061

Tamat SMA/sederajat 446 402 848

Tamat D-1/sederajat 29 42 71

Tamat D-2/sederajat 47 31 78

Tamat D-3/sederajat 26 21 47

Tamat S-1/sederajat 32 28 60

Jumlah Total (Orang) 1.822 1.484 3.306

Sumber: Dokumen Desa Banjarwangunan, Oktober 2017.

Dari data di atas, masuknya peredaran NAPZA ke daerah

Banjarwangunan, Cirebon sangatlah mudah melihat dari kondisi sosial yang

ada, secara pendidikan tingakat SD dan SLTP sangat tinggi di banding SLTA,

D1 dan S1. Hal ini menjadi mudah bagi para pengedar NAPZA untuk

merusak masa depan remaja Banjarwangunan.

Adapun dari sektor ekonomi, ekonomi desa Banjarwangunan, Cirebon

jauh dari kata sejahtera, namun untuk mendapatkan NAPZA remaja ini

melakukan segala hal, seperti mengamen di terminal, kadang pula untuk

mendapatkan NAPZA remaja tersebut rela untuk menyolong baik milik orang

lain maupun keluarganya sendiri.

E. Kondisi Sosial Keagamaan Desa Masyarakat Banjarwangunan

8 Dokumen Desa Banjarwangunan, Cirebon, 2016.

Page 64: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

54

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon dalam menjalankan

programnya tidak bergerak sendiri, tentu bekerjasama dengan lapisan

masyarakat baik secara struktural pemerinatahan maupun organisasi

masyarakat. Dalam hal kerja sama baik secara struktural pemerintahan RBM

Cirebon berada di bawah naungan Kementrian Sosial. Adapun secara

organisasi masyarakat RBM Cirebon bekerjasama dengan NU (Nahdhatul

Ulama).9

Dalam memberantas penyalahgunaan dan pengedaran NAPZA RBM

Cirebon di bekerjasama dengan tokoh masyarakat atau tokoh agama. Tokoh

agama yang di libatkan di antaranya: K.H. Bana, Ustadz Suryani, Ustadz

Taufiq, Ustadz Hafidz, Ustadz Aslih, Ustadz Zulkanaen, Ustadz Imam.10

Banyaknya tokoh agama yang bekerjasama dengan RBM Cirebon

membawa dampak yang sangat positif, sehingga pengedaran dan

penyalahgunaan NAPZA bisa berkurang hal ini di lakukan oleh tokoh agama

di masjid dan mushala. Adapun masjid atau mushala yang berada di desa

Banjarwangunan Masjid Al-Ummah, Masjid Muhajirin, Mushala Ainul

Yaqin, Mushala An-Nisa, Mushala Al-Ikhlash.11

F. Alur Pelayanan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon

Setiap lembaga yang jelas, sudah pasti memiliki alur dalam

memberikan arahan pelayanan bagaimana cara memasuki ataupun

mendaftarkan diri agar menjadi bagian dari lembaga tersebut. Begitupun pada

lembaga Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon yang di naungi

9 Hasil Observasi dan temuan lapangan di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Cirebon. 10

Hasil Observasi dan temuan lapangan di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Cirebon. 11

Dokumen Desa Banjarwangunan, Oktober 2017.

Page 65: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

55

oleh Kementrian Sosial (Kemensos) dan Badan Narkotika Nasioanal (BNN),

dibawah ini alur pelayanan bagi residen NAPZA pada tempat Rehabilitasi

berbasis masyarakat Cirebon.12

1. Screening & Intake (Pendaftaran, Pemeriksaan Kesehatan, dan Pengisian

Formulir)

2. Detoktifikasi (Penanganan Detoktifikasi/ Putus Zat dengan Terapi)

3. Entry Unit (Fase Stabilitasi Putus Zat)

4. Primary Program (Rehabilitasi Sosial dengan Therapy Community)

5. Re-Entry (Program TC lanjutan Terapi Vocasional)

6. Back to Family

G. Pelayanan Unit Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon

1. Rehabilitasi Medis

(Detoktifikasi, Rawat Jalan, Counseling dan Testing).

2. Rehabilitasi Sosial

(Program Therapy Community).

3. Kegiatan Kerohanian

(Bimbingan Mental dan Spritual)

4. Peningkatan Keterampilan-Keterampilan

a. Komputer, Multimedia, Bengkel Otomotif

b. Kesenian (Lukis, Musik)

c. Tataboga

5. Keluarga (Familly Support Group, Fammily Counseling)

6. Rekreasi (Familly Outing).

12

Dokumen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon, 2015.

Page 66: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

56

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA

A. Identifikasi Informan

1. Konselor

Dari hasil penelitian diketahui konselor yang ada di Rehabilitasi

Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon bahwa yang dimaksud konselor dalam

penelitian ini adalah orang yang bekerja melakukan konseling dalam proses

rehabilitasi NAPZA di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon.

Jumlah mereka 10 orang sebagian mereka berpendidikan S2 dua orang, S1

dua orang dan SLTA 6 orang. Semua yang menjadi konselor sudah

mengikuti pendidikan khusus konselor dari Kementrian Sosial sebanyak 8

kali pelatihan dan sudah mempunyai sertifikat khusus konselor. Jadi

meskipun ada sebagian dari konselor hanya lulusan SLTA akan tetapi

mereka adalah orang yang pertama kali mendirikan lembaga Rehabilitasi

Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon dan sudah memiliki sertifikat khusus

konselor.

Adapun konselor yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

a. Ayu Khonsah Rufaidah, M.Psi.

Ibu Ayu Khonsah Rufaidah, M.Psi adalah salah satu konselor di

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon. Ibu Ayu Khonsah

Rufaidah kelahiran Cirebon pada 23 November 1986 dan saat ini

bertempat tinggal di Buntet Pesantren, Cirebon Provinsi Jawa Barta. Ibu

Ayu menjadi konselor di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Page 67: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

57

Cirebon pada tahun 2015 tepatnya pada bulan Mei. Pendidikan Ibu Ayu

Khonsah Rufaidah adalah S2.1

Sebelum Ibu Ayu Khonsah Rufaidah menjadi konselor di

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon Ibu Ayu Khonsah

Rufaidah pernah menjadi asisten Almarhum ayahnya yang menangani

orang yang terkena NAPZA, karena Ayah handa Ibu Ayu Khonsah

Rufaidah selain seorang pimpinan pesantren Buntet Cirebon beliau juga

menangani orang yang terkena NAPZA, Ibu Ayu Khonsah Rufaidah

menjadi asisten ayahnya sejak duduk di bangku sekolah SLTA,

pengalamannya di bidang NAPZA selama 7 tahun mendampingi Ayah

handanya. Dengan pengalaman Ibu Ayu Khonsah Rufaidah yang cukup

lama berkecimpung di dunia NAPZA maka sudah tidak diragukan lagi

kemampuannya dalam konseling atau menjadi konselor di Rehabilitasi

Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon.2

b. Try Setya Erianto

Bapak Try Setya Erianto, adalah salah satu konselor di Rehabilitasi

Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon. Bapak Try Setya Erianto kelahiran

Cirebon 08 Mei 1973 dan saat ini bertempat tinggal di Dusun II Bulak

Rt/Rw 002/003 Desa Banjarwangunan Kecamatan Mundu Kabupaten

Cirebon Provinsi Jawa Barat. Bapak Try Setya Erianto menjadi konselor di

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon pada tahun 2014

1 Wawancara Pribadi dengan Ayu Khunsah Rufaidah (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017. 2 Wawancara Pribadi dengan Ayu Khunsah Rufaidah (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017.

Page 68: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

58

tepatnya pada bulan Desember. Pendidikan Bapak Try Setya Erianto

adalah SLTA.3

Pengalaman kerja Bapak Try Setya Erianto pernah menjadi staf

tata usaha (TU) di sala satu sekolah selama 7 tahun. Dengan pengalaman

Bapak Try Setya Erianto yang cukup lama dalam mengelola administrasi

sekolah maka tidak dirugukan lagi kemampuannya dalam mengelola

administrasi.4

c. Fadhli Prisma Surya

Bapak Fadhli Prisma Surya, adalah salah satu konselor di

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon. Bapak Fadhli Prisma

Surya kelahiran Banjarnegara, 28 Mei 1982 dan saat ini bertempat tinggal

di Jl. Raya Pamengkang no. 111 Pamengkang, Kecamatan Mundu

Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Bapak Fadhli Prisma Surya

menjadi konselor di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon

pada tahun 2014 tepatnya pada bulan Desember. Pendidikan Bapak Fadhli

Prisma Surya adalah SLTA.5

Sebelum Bapak Fadhli Prisma Surya menjadi konselor di

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon Bapak Fadhli Prisma

Surya pernah menjadi pegawai di Kementrian Agama sebagai staf

peningkatan pangkat dan ketenaga kerjaan di lingkungan Kementrian

Agama selama 6 tahun. Dengan pengalaman Bapak Fadhli Prisma Surya

3 Wawancara Pribadi dengan Try Setya Erianto (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017. 4 Wawancara Pribadi dengan Try Setya Erianto (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017. 5 Wawancara Pribadi dengan Fadli Prisma Surya (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017

Page 69: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

59

yang cukup lama di lingkungan Kementrian Agama maka tidak dirugukan

lagi kemampuannya dalam mengelola administrasi dan menjadi konselor

di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon.6

2. Residen

a. M. Rizal

Beliau di lahirkan di Cirebon, 19 September 1997 dan Lulus di

SMA (Paket-C). Beralamtkan Dusun II Bulak Rt/Rw 003/003 Desa

Banjarwangunan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa

Barat. Merupakan anak ke-2 dari 3 bersudara, Ibu kandungnya meninggal

dunia ketika beliau duduk di kelas 1 SMP, sedangkan ayahnya menikah

lagi. Beliau tinggal bersama Kakak Perempuannya, Mulai masuk ke RBM

Cirebon Februari 2017, yang menyebabkan beliau mengguanakan NAPZA

terpengaruh sama teman-temannya dan kurangnya perhatian dari keluarga

dan pertama kali mengenal NAPZA ketika usia 12 Tahun.7

b. Marlin

Beliau di lahirkan di Cirebon, 15 Juni 1997 dan Lulus di SMP 1

Mundu. Beralamtkan Dusun II Bulak Rt/Rw 003/003 Desa

Banjarwangunan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa

Barat. Merupakan anak ke-3 dari 3 bersudara, ayah kandungnya meninggal

dunia ketika beliau duduk di kelas 5 SD Banjarwangunan 2. Beliau tinggal

sama Ibu kandungnya. Masuk ke RBM sejak Mei 2017, yang

menyebabkan beliau menggunakan NAPZA terpengaruh sama teman-

6 Wawancara Pribadi dengan Fadli Prisma Surya (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017. 7 Wawancara Pribdi dengan M.Rizal (Residen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017.

Page 70: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

60

temannya, lingkungan dan pertamakali mengenal NAPZA ketika usia 15

Tahun.8

c. Riki Subagja

Beliau di lahirkan di Cirebon, 15 April 1998 dan Lulus SMP 1

Mundu. Beralamtkan Dusun II Bulak Rt/Rw 003/003 Desa

Banjarwangunan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa

Barat. Merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara dengan masih memiliki

kedua orang tua yang lengkap. Beliau tinggal sama keluarganya. Masuk ke

RBM sejak Mei 2017, yang menyebabkan beliau menggunakan NAPZA

karena lingkungan terbawa oleh teman dan pertamakali mengenal NAPZA

sejak SMP kelas 1.9

B. Analisis Proses Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon dalam

mengurangi prilaku agresif residen korban penyalahgunaan NAPZA

melalaui konseling keluarga.

Dalam mengatasi masalah penyalahgunaan NAPZA dalam proses

rehabilitasi maka di butuhkannya intervensi dari keluarga. Konseling keluarga

di butuhkan karena klien nantinya akan kembali kelingkungan keluarga. Jika

keluarga sudah mengetahui pola hidup klien ketika berada di dalam panti

rehabilitasi maka keluarga tersebut dapat meneruskan atau melanjutkan pola

hidup seperti yang telah diterapkan di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon.

8 Wawancara Pribadi dengan Marlin (Residen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017. 9 Wawancara Pribadi dengan Riki Subagja (Residen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017.

Page 71: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

61

Melalui konseling keluarga, keluarga diharapkan dapat menerima

kembali sekaligus membantu menjaga proses pemulihan (recorvery) mereka

dari kecanduan NAPZA agar tidak kembali kambuh (relapse).

Konseling keluarga yang telah berjalan di Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon sudah di mulai sejaka awal berdirinya panti

rehabilitasi ini. Ada Tiga tahapan dalam melaksankan proses konseling

keluarga.10

1. Tahap Awal

Tahap awal konseling dilaksanakan dengan tujuan untuk

menciptakan hubungan baik dengan klien agar klien dapat terlibat langsung

dalam proses konseling ini.11

Dalam membina hubungan baik antara

konselor dengan residen adanya rasa percaya antara keduanya, maka di

perlukan pendataan tentang diri residen (administrasi) dan latar belakang

residen (keluarga, teman-teman), untuk mengetahui masalah yang di hadapi

dan faktor penyebab klien menggunakan NAPZA.12

Adapun hasil wawancara penulis dengan konselor tentang penyebab

residen menggunakan NAPZA adalah sebagai berikut.

Banyak ya, mengapa itu klien-klien menggunakan NAPZA. Satu

Pergaulan, Kedua masalah keluarga, Ketiga juga karena mungkin juga ada

permasalahan dengan kekasihnya, tapi kebanyakan yang selama ini kami

dapatkan banyaknya karena pergaulan, jadi terjerumus, lingkungan.13

Biasanya itu karena faktor lingkungan, baik keluarga maupun

teman-temannya, biasanya kalau keluarga itu dia karen broken home, kalau

10

Wawancara Pribadi dengan Ayu Khunsah Rufaidah (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017. 11

Abubakar Baraja, Psikologi dan Teknik Konseling (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 37. 12

Wawancara Pribadi dengan Ayu Khunsah Rufaidah (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017. 13

Wawancara Pribadi dengan Try Setya Erianto (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017.

Page 72: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

62

teman-temannya itu dia karena ikut-ikutan atau coba-coba atau karena

paksaan dari teman-temannya seperti itu.14

Tabel. 4 Identifikasi klien di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Cirebon

No Nama Usia Latar Belakang

Menggunakan NAPZA

Masalah

1. M. Rizal 20 Terpengaruhi oleh

teman-temannya

Faktor Keluarga

- Broken Home

- Kurang perhatian dari

keluarga

2. Marlin 20 Terpengaruhi oleh

teman-temannya

Faktor Keluarga

- Broken Home

- Kurang perhatian dari

keluarga

3. Riki Subagja 19 Terpengaruhi oleh

teman-temannya

Faktor lingkungan

(salahnya pergaulan)

Sumber: Wawancara Pribadi dengan Fadhli Prisma Surya, dkk. Oktober 2017

Dari tabel di atas maka terjadinya klien menggunkaan NAPZA karena 2

(dua) Faktor keluarga dan faktor lingkungan (salahnya pergaulan). Dari faktor

keluarga, keluarga yang broken home yakni terjadinya pertikaian antara suami

dan istri (orang tua) sehingga secara tidak langsung mempengaruhi ke pada

kesehatan psikologi anggota keluarga (anak) kemudian menyebabkan seorang

anak mencari tempat yang membuat dia nyaman dan lebih tenang. Keluarga

yang kurang perhatian yakni kedua orang tua kadang sibuk dengan dunia

kerjanya sehingga kurang peduli akan perkembangan atau pergaulan seorang

14

Wawancara Pribadi dengan Ayu Khunsah Rufaidah (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017.

Page 73: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

63

anak. Orang tua beranggapan, dengan memenuhi segala kebutuhan material

anaknya, berarti telah cukup memberikan bingkisan kebahagiaan. Kasih sayang

dan perhatian orang tua akan menjadi landasan kokoh bagi rasa kemanusiaan

seorang anak kelak jika ia dewasa. Salahnya pergaulan anak menjadi faktor

resiko menggunakan NAPZA, ketika anak terlalu bebas dari pantauan keluarga

anak terkadang salah bergaul dan mudah di pengaruhi oleh teman-temannya.

Ketika orangtua mengabaikan anaknya, di sengaja maupun tidak, anak itu kelak

akan menjadi manusia berkepribadian labil, individualitas, mementingkan diri

sendiri, agresif, tidak memiliki rasa perhatian terhadap kepentingan orang lain.

2. Tahap ke Dua

Tahap inti konseling ini diselenggarakan dengan tujuan untuk

membantu klien memahami gambaran dirinya serta masalah yang

dihadapinya atau dapat dikatakan bahwa tahap ini terjadinya eksplorasi

kondisi klien, identifikasi masalah dan penyebabnya, identifikasi alternatif,

pemecahan, pengujian dan penetapan alternative pemecahan.15

a. Eksplorasi Kondisi Klien, bagaimana konselor mengkondisikan keadaan

klien dalam konseling atau berusaha mengadakan perubahan tingklahlaku

dan perasan klien. Dalam hal ini, konselor tentunya sudah melihat atau

mengamati secara langsung perubahan yang terjadi.

b. Identifikasi masalah dan penyebabnya, mengadakan pendataan masalah

lebih mendalam. Dalam hal identifikasi masalah dan penyebabnya ini

konselor mengidentifikasi secara mendalam apa yang menyebabkan klien

menggunakan NAPZA.

15

Abubakar Baraja, Psikologi dan Teknik Konseling (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 37

Page 74: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

64

c. Identifikasi Alternatif Pemecahan, setelah mengetahui latar belakang dan

masalah inti klien menggunakan NAPZA, konselor memberikan beberpa

pilihan penyelesaian dan pemecahan masalah melakukan detoktifikasi atau

dengan cara minum alang-alang laut (herbal) yang sudah di racik, rukiyah

setiap malam juma’t.

d. Pengujian dan Penetapan Alternatif Pemecahan, setelah di berikan pilihan

pemecahan masalah disini residen diminta untuk menjalankan pilihan

penyelesian masalahnya. Dalam hal ini residen di minta konsisten atas

alternatife yang telah di berikan dan mengikuti segala kegiatan dan jadwal

yang di lakukan di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon di

usahakan secara paksa untuk tidak mengguanakan NAPZA tersebut.

e. Implementasi Alternatif Pemecahan Masalah, menganjurkan kepada klien

agar konsisten dalam mengerjakan pemecahan masalah yang telah di

rasakan ada perkembangan baik bagi dirinya.

Adapun hasil wawancara penulis dengan konselor tentang proses

konseling keluarga adalah sebagai berikut.

Ya, dalam panti rehab itu ada 3 proses atau 3 tahapan dalam konseling

keluarga, yang pertama Administrasi, dimana dalam administrasi itu kita untuk

mengetahui data klien untuk melakukan penjangkauan dan asesmen dan melihat

kedaan atau kondisi lingkungan klien baik keluarganya dan teman-temannya.

Yang kedua itu melihat perkembangan, perkembangan klien setelah di lakukan

asesmen konseling, detoktifikasi pengobatan herbal, rukiah dan bimbingan

spritual juga si klien mengikuti kegiatan atau proses rehab di tempat kami itu

bisa berubah ke arah yang lebih baik atau bagaimana, itu kita lihat

perkembangannya seperti apa. Yang ketiga evaluasi dimana di evaluasi ini

apakah si klien telah menyelesaikan atau mengikuti di program rehab, apakah

siklien bisa menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan

keluarga maupun teman-temannya, kita tetap menjangkau atau memantau si

klien.16

16

Wawancara Pribadi dengan Ayu Khunsah Rufaidah (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017.

Page 75: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

65

Eumm kalau proses konseling disini yang dilaksanakan di tempat rehab

kami disini itu ada beberapa tahap yang sering kami lakukan disini untuk

melaksanakan proses konseling keluarga, yaitu eumm awalnya itu Pertama kita

pengumpulan administrasi dulu, jadi administrasi klien/residen mengenai latar

belakang residen seperti apa, pendidikannya, dan sebagainya. Setelah itu eumm

ada namanya menyerahkan identitas seperti KTP atau KK kesiapan dari diri

klien sendiri apakah dia bersedia untuk di rehab atau tidak dan Tahap Kedua itu

kita biasanya setelah mengikuti kegiatan rehab si klien/residen dalam

pengawasan kami disini melihat perkembangan semakin baik atau sebaliknya,

semakin memburuk atau parah itukan, dalam pendampingan itu kita konselor

setiap minggu atau setiap bulan, yah disini juga kami melakukan detoktifikasi

mas dengan cara herbal menggunakan alang-alang laut kemudian ada juga

rukiah dan bimbingan spritual. Kita disini ada dua macam rehab, ada rehab

rawat jalan atau rehab rawat inap. Nah kalau kita rawat jalan itukan kita

residen atau klien itu tidak di inapkan tapi tetep dalam pendampingan kalau

rawat inap itu ada di panti rehab atau ada di dalam panti. Nahkan kalau di

dalam panti tentunyakan setiap saat ada konseling pada waktu-waktu senggang

kita konseling. Tapi kalau rawat jalan itukan kita kesulitan untuk konselingnya

paling dalam proses konseling itu bisa dikumpulkan klien atau residennya 1

minggu sekali atau 1 bulan sekali jadi tergantung kebutuhan di lapangan jadi

seperti itu. ketiga tahap evaluasi kegiatannya selama yang di berikan di yayasan

kami mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang ada di rehab itu seperti kegiatan

rutinitas rehab rawat inap itu sudah ada jadwal-jadwal tertentu dari subuh

sampai malam itu kegiatan full untuk di rawat inap, kalau rawat jalan kita

kegiatannya nah itu paling kita ketemu seminggu sekali atau sebulan sekali.17

Disini proses konseling keluarga ada 3 tahap Mas, tahap pertama yaitu

pengadministrasian, maksud dari pengadministrasian yaitu pendataan klien, itu

kita anu data KTP, KK, setelah itu kita menyentuh ke latarbelakang klien,

setelah kita mengetahui latarbelakang klien kita melangkah ke tahap Ke- Dua

yaitu melihat perkembangan klien, setelah mengikuti kegiatan konseling, rukiah

bimbingan spritual dan detoktifikasi, maksud perkembangan klien itu dalam saat

menjalani peroses rehab itu pasti ada perkembangan semakin membaik atau

sebaliknya dari kita sih menginginkan perose perkembangnnya semakin

membaik tahap ke -3 yaitu evaluasi, setelah selesai melaksanakan rehab kita

evaluasi hasilnya seperti apa, perkembangannya seperti apa intinya ya hasil

dari rehab tersebut arahnya menjadi baik dan bisa lebih baik kedepannya

kebanyakan karena klie-klien disini masih muda-muda.18

Untuk mengetahui proses konseling keluarga di Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon dapat di lihat pada tabel berikut ini.

17

Wawancara Pribadi dengan Try Setya Erianto (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017. 18

Wawancara Pribadi dengan Fadli Prisma Surya (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017.

Page 76: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

66

Page 77: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

67

Page 78: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

68

Page 79: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

69

Dari tabel tersebut di atas dapat di ketahui remaja yang menggunakan

NAPZA berusia antara 17-20 tahun. Pada umumnya, masa remaja masih belajar

di Sekolah Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Tingkat Akhir (SLTA). Masa

remaja merupakan masa yang labil dengan masa pubertas, dimana remaja

mengalami ketidaksetabilan sebagai dampak dari perubahan-perubahan

psikologi, biologis yang di alaminya begitu cepat sehingga mudah di pengaruhi

oleh faktor lingkungan. Jika tingkah laku yang di perlihatkan sesuai dengan

norma yang berlaku, maka tingkahlaku tersebut di nilai baik dan di terima.

Sebaliknya, jika tingkahlaku tersebut tidak sesuai atau bertentangan dengan

norma yang berlaku, maka tingkah laku di maksud di nilai buruk atau di tolak.

Identifikasi masalah dari ketiga residen yang menjadi kajian dalam

skripsi ini ada maslah psikologi dan masalah fisik yang dihadapi mereka.

Masalah psikologi dari masalah yang di rasakan oleh ketiga residen tersebut

mempunyai kesamaan yang di hadapi mereka yaitu agresif, sensitif dan depresi.

Masalah spesifik yang terjadi pada M. Rizal adalah resah dan gelisah, sedangkan

pada Marlin adalah egois, mudah tersinggung, ekslusif tertutup dan malas. Hal

ini berbeda dengan Riki Subagja yang penampilannya murung, dan kurang

percaya diri. Secara umum ketiga residen tersebut merasakan takut dan malu

yang disebabkan perasaan bersalah dan berdosa akibat mengkonsumsi NAPZA.

Masalah fisik, secara umum dari ketiga residen tersebut mempunyai

masalah yang sama yaitu loyo, kurus dan lemah. Di samping itu keteiga residen

mempunyai masalah yang berbeda seperti maslah fisik pada M. Rizal adalah

aktif bahkan hiper aktif dan murah senyum sedangkan kondisi fisik Marlin

adalah nampak kurang sehat dan murung. Namun pada Riki Subagja dari

Page 80: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

70

fisiknya kelihatan mata sayu, gemar memakai kecamata gelap, dan gigi

menguning.

Faktor penyebab, faktor yang menyebabkan seseorang menggunakan

NAPZA karena 2 (dua) faktor, yaitu faktor Individu dan Lingkungan (keluarga

atau teman). Setiap orang mempunyai permasalahnya sendiri seperti

permaslahan yang terjadi pada ke tiga residen ini, faktor individu yang ada pada

M. Rizal kurangnya pemahaman tentang NAPZA, baik jenis, ciri-ciri ataupun

dampak yang di rasakan setelah menggunakannya. Sedangkan Marlin kurangnya

iman atau pemahaman agama yang mendalam setiap kali menemukan atau di

hadapkan pada masalah, Marlin mengguanakan NAPZA sebagai pelampiasan

dan di anggap sebagai pemecahan masalah yang terjadi. Akan tetapi

permasalahan individu pada Riki Subagja mengguanakan NAPZA karena mudah

di pengaruhi oleh teman-temannya atau kurangnya kontrol diri sehingga mudah

terjerumus menggunakan NAPZA.

Faktor lingkungan, permasalahan yang terjadi pada M. Rizal dan Marlin

mempunyai permasalahan yang sama di sebabkan karena kurang perhatian atau

kasih sayang dari keluarga, terjadinya pertikaian dalam keluarga atau broken

home, menyebabkan mereka mencari tempat yang membuatnya nyaman.

Sedangkan Riki Subagja, faktor yang mempengaruhi mengguankan NAPZA

karena lingkungan bermain, terjadinya Riki Subagja mengguanakan NAPZA

awal mulanya di cekokin atau di paksa kemudian menjadi kecanduan dan

ketergantungan.

Alternatife pemecahan masalah yaitu: Herbal, upaya penyembuhan agar

tidak ketergantungan NAPZA Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon

Page 81: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

71

mengguanak alang-alang laut. Alang-alang laut yang di gunakan sebagai

penyembuh ini adalah alang-alang laut yang sudah di keringkan, kemudian di

rebus dan di minum 3 hari sekali. Reaksi yang di rasakan dapat mengurangi atau

menyembuhkan dari ketergantungan NAPZA. Ramuan herbal ini di berikan ke

pada residen tergantung seberapa parah dampak yang di alami residen, Marlin

dan Riki Subagja mengkonsumsi herbal ini selama 2 bulan berturut-turut,

berbeda dengan M. Rizal mengkonsumsi herbal ini selama 1 bulan.

Bimbingan spritual dan Rukiyah, hal ini di lakukan untuk meningkatkan

ke imanan residen dan pemahaman tentang agama (al-quran, hadits, akhlaq,

fikih, tauhid) menjadi komponen penting dalam rehabilitasi, karena dengan

faham tentang agama menjadi kontrol pribadi dalam menjalani kehidupan.

Sedangkan rukiyah di lakukan sebagai pembersih hati roh-roh jahat yang

bersarang di hati, kegiatan ini di lakukan setiap juma’t dini hari yakni pukul

00:00-03:00 dalam upaya penyembuhannya terhadap residen bukan hanya

sembuh dari penyalahgunaan NAPZA. Akan tetapi bagaimana residen ini sehat

mental seperitual. Dalam upaya ini tidak semua residen melakukan seperti M.

Rizal tidak menjalankan rukiyah, Riki subagja tidak menjalankan bimbingan

seperitual secara khusus, namun menjadi jadwal dalam kegiatan kesehariannya.

Konseling keluarga, kegiatan ini menjadi kegiatan khusus di lembaga ini,

terjadinya residen menggunakan NAPZA karena difungsi keluarga, pada

umunya kegiatan ini di lakukan sebagai bentuk untuk memperbaiki komunikasi

keluarga, membantu meningkatkan kesadaran dan empati terhadap anggota

keluarga, mengembangkan ketermapilan, kesadaran, dan pengetahuan, yang

Page 82: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

72

akan membuat residen mampu mengontrol kehidupan agar maslahnya

terungkap.

Bentuk konseling keluarga yang di lakukan di Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon ada 3 (tiga) yaitu 1. Kunjungan konselor ke rumah

residen 2. Kunjungan keluarga ke lembaga rehabilitasi 3. Kunjungan individu

keluarga ke lembaga rehabilitasi.19

1. Kunjungan konselor ke rumah residen

Kunjungan konselor adalah kunjungan yang dilakukan oleh konselor

dengan cara mendatangi ke rumah residen atau rumah korban

penyalahgunaan NAPZA, kunjungan ini dilakukan seminggu dua kali, setiap

hari rabu dan minggu. Akan tetapi kunjungan itu bisa di lain waktu sesuai

yang sudah di sepakati antara konselor dan residen.

Dalam kegiatan kunjungan konselor, konselor mendatangi ke rumah

residen seperti yang di lakukan oleh Bapak Fadli Prisma Surya terhadap

keluarga M. Rizal. Bapak Fadli Prisma Surya mendatangi rumah M. Rizal

seminggu dua kali. Selain silaturahmi, pendekatan keluarga dan melihat

problem keluarga, pembenahan komunikasi dengan keluarga dan anggota

keluarga tersebut.

Bapak Fadhli Prisma mengungkapkan hasil kunjungannya kerumah

M. Rizal, bahwa problem M.Rizal karena kurangnya komunikasi dengan

pihak keluarganya, pergaulannya yang tidak terkontrol, sering pulang tengah

malam atau pagi hari pernah pula tidak pulang-pulang selama 1 minggu,

19

Hasil observasi dan temuan lapangan di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Cirebon.

Page 83: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

73

orangtuanya bercerai, hal itu di sampaikan orang tua M.Rizal ke pada

konselor.20

2. Kunjungan keluarga ke lembaga rehabilitasi

Kunjungan keluarga adalah kunjungan yang di lakukan oleh pihak

keluarga residen atau pihak keluarga korban penyalahgunaan NAPZA ke

kantor Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon, kunjungan pertama

untuk menyatakan residen untuk di rehabilitasi, kunjungan selanjutnya

dilakukan untuk melihat perkembangan residen khususnya dan untuk

mengetahui jadwal kegiatan yang di lakukan selama proses rehabilitasi agar

nanti bisa diterapkan ketika residen atau korban penyalahgunaan NAPZA

kembali kerumah melalui pantauan keluarganya.

Dalam kegiatan kunjungan keluarga, keluarga korban penyalahgunaan

NAPZA mendatangi lembaga rehabilitasi ini. Dalam penelitian ini, terlihat

keluarga Marlin datang ke kantor Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Cirebon dalam 1 (satu) bulan di lakukan 2 (dua) kali. Hal ini di lakukan pihak

keluarganya untuk mengetahui perkembangan Marlin dan jadwal kegiatan

yang di lakukan di lembaga rehabilitasi ini, agar nantinya pihak keluarga bisa

meneruskan kegiatan hal yang positif itu di dalam lingkungan keluarganya.21

3. Kunjungan individu keluarga ke lembaga rehabilitasi

Kunjungan individu keluarga adalah merupakan pertemuan

perwakilan keluarga dengan konselor untuk di berikan pemahaman tentang

NAPZA (Seminar/diskusi), laporan perkembangan residen. Ketrlibatan

20

Wawancara Pribadi dengan Fadli Prisma Surya (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017 21

Hasil observasi dan temuan lapangan di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Cirebon.

Page 84: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

74

keluarga pada program ini dapat memotivasi dan memberikan dukungan bagi

residen sehingga tidak merasa dirinya di asingkan atau di buang di

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon.

Dalam kegiatan kunjungan individu keluarga, konselor atau pihak

lembaga mengundang perwakilan dari anggota keluarga korban

penyalahgunaan NAPZA. Hal ini di lakukan untuk memberi informasi tentang

faktor yang menyebabkan residen menggunakan NAPZA, pemahaman tentang

NAPZA khususnya, tentang dinamika keluarga pada umumnya dan

memberikan laporan sementara tentang perkembangan dan perubahan yang

terjadi terhadap residen atau korban penyalahgunaan NAPZA. 22

3. Tahap ke Tiga

Tahap akhir konseling yaitu memberikan kesimpulan-kesimpulan yang

mengenai hasil proses konseling dan mengevaluasi proses konseling serta

membuat perjanjian bahwa konselor akan membantu perkembangan

selanjutnya.

Evaluasi sebelum residen keluar dari panti rehab maka adanya pasca

rehab dimana residen di kembalikan kepada keluarganya. Akan tetapi, selama

kurang lebih 6 (enam) bulan masa dalam pantauan konselor, melihat

perkembangan dan adaptasi dengan keluarga, lingkungan dan teman-temanya.23

Hasil penelitian penulis terhadap residen di lembaga ini ketika mereka

sudah pulih dari NAPZA, mereka mengikuti pasca rehab yang dimana mereka di

berikan berbagai pelatihan agar nantinya secara penuh mereka di lepas, mereka

22

Hasil observasi dan temuan lapangan di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Cirebon. 23

Wawancara Pribadi dengan Try Setya Erianto (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017.

Page 85: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

75

mempunyai keahlian dan tidak di pandang sebelah mata lagi oleh masyarakat

setempat.24

kegiatan di panti rehab sebelum residen di kembalikan kepada keluarga

sepenuhnya mereka di bekali bimbingan vocational seperti pelatihan komputer,

melukis, service motor, service hand phone, pembuatan telor asin, pembuatan

manisan, dimana residen nantinya punya keahlian dan bisa hidup normal.

Di bawah ini tabel program peningkatan sekill atau ke ahlian yang di

berikan pihak lembaga rehabilitasi ke pada residen.

Tabel. 6. Peningkatan Skil/ Keahlian Residen Rehabilitais Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon

Program Sosial Peningkatan skil/ keahlian

a. Forum Group Discusion (FGD)

b. Outing

c. Konseling

d. Komunikasi yang baik dengan,

keluarga, teman dan lingkungan

sekitar

e. Out Bond

f. Cek kesehatan

a. Tataboga (Memasak, Bikin Telor

Asin, Manisan)

b. Hoby ( Olah raga)

c. Service Hand Phone

d. Service Motor

e. Lukis

f. Desain

Sumber: Dokumen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon, 2017

Pelaksanaan konseling keluarga di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon di lakukan di tempat atau ruangan khusus konseling. Akan

tetapi, bisa juga di lakukan di ruang terbuka. Hal ini di lakukan konselor agar

residen merasa lebih nyaman dan terbuka. Untuk memudahkan konseling,

24

Hasil observasi dan temuan lapangan di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Cirebon.

Page 86: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

76

konselor menggunakan alat atau media. Media yang di gunakan seperti ATK

(Alat tulis kantor), Komputer dan Infocus.25

Adapun jadwal kegiatan secara umum di Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon.

Tabel. 7. Jadwal Kegiatan Residen di RBM Cirebon

Waktu/ Jam Jadwal Kegiatan Harian

04.00

04.30 – 07.00

07.00 – 08.00

08.00 – 09.30

09.30 - 11.30

11.30 - 13.30

13.30 – 17.00

17.00 - 21.00

21.00-23.30

23.30- 04.00

Bangun pagi

Solat Subuh berjamaah, Doa,

Dzikir, Bimbingan Spritual.

Olahraga.

Mandi dan sarapan.

Diskusi tentang NAPZA

(Pemateri Konselor).

Istirahat, Solat dzuhur, makan

siang.

Berbaur bersama masyarakat,

peningkatan skill (komputer,

lukis, desain dan lain-lain),

Solat ashar.

Mandi, Solat Maghrib, Makan,

Bimbingan Spritual (Al- quran,

Hadits, Fiqih), Solat Isya.

Nonton Bareng, FGD (sharing

kejadian yang di dapat hari tadi

atau yang di rasa

fisik/psikologi

Istirahat

Catatan: Juma’t dini hari Rukiyah

Sumber: Dokumen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon, 2017

25

Wawancara Pribadi dengan Ayu Khunsah Rufaidah (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017.

Page 87: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

77

Dalam melaksanakan konseling keluarga bukanlah suatu hal yang

mudah, dalam menjalankan programnya tentu mendapat kendala atau hambatan

yang di rasakan oleh konselor, baik kendala yang ada dalam diri klien maupun

keluarga korban penyalahgunaan NAPZA.

Dari kendala keluarga korban penyalahgunaan NAPZA, keluarga tidak

menerima ketika mendengar kabar atau informasi bahwa anaknya merupakan

salah satu korban penyalahgunaan NAPZA. Akan tetapi seiring dengan

berjalannya waktu dan diberikan pengetahuan tentang NAPZA dengan megikuti

proses konseling keluarga maka lingkungan keluarganyapun menrima dan

memahaminya. Ada pula permasalahan keluarga korban penyalahgunaan

NAPZA yang dimana keluarganya membiarkan begitu saja terhadap anaknya,

ini merupakan problem yang sulit karena ketika anak di kembalikan

kelingkungan keluarga tetapi keluarganya pula masih dekat atau sering

menggunakan NAPZA.26

C. Analisis Peran Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon dalam

mengurangi prilaku agresif residen korban penyalahgunaan NAPZA

melalaui konseling keluarga.

Menurut Soerjono Soekanto, “peran dapat dikatakan sebagai perilaku

individu yang penting bagi strukrur sosial masyarakat.”27

Sedangkan konseling penulis mengambil simpulan dan pendapat

menggambarkan bahwa konseling sebagai bantuan secara tatap muka antara

26

Wawancara Pribadi dengan Fadli Prisma Surya (Konselor Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017 27

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta Balai Pustaka 1998), cet Ke-

1 h.123.

Page 88: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

78

konselor dan residen memberi informasi potensi tentang pengembangan

emosional potensi, kognitif (pola berfikir), Afektif (perilaku), psikomotorik,

kebebasan individu serta membuka pemahaman diri, pengarahan pada

kemampuan untuk berkomunikasi serta terbuka dan penilaian yang obyektif.

Masa remaja merupakan masa transisi yang mempunyai urgensi yang

sangat vital dalam pengembangannya baik secara fisik, psikologis dan moralitas.

Faktor keluarga sangat penting sekali, jika keluarga yang kurang harmonis bisa

menyebabkan dampak yang kurang bagus bagi perkembangan anak-anaknya.

Benyak sekali anak-anak yang kurang perhatian atau hubungan keluarga yang

kurang harmonis membuat anak salah bergaul dan bisa meresahkan lingkunagan

sekitar atau masyarakat. Dengan itu disinilah harus ada pihak yang membantu

mengarahkan atau memotivasi mereka agar tidak kehilangan arah atau

terjerumus kepada hal yang membuat meresahkan warga.

Dari penelitian yang telah penulis lakukan di Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Cirebon, penulis menemukan bahwa, peran konseling dalam

mengurangi perilaku agresif mempunyai dampak yang positif bagi warga sekitar

maupun residen penyalahgunaan NAPZA, peran konseling itu memotivasi,

mengarhkan, diskusi, membuka wawasan, mengubah perilaku sehingga residen

mempunyai keahlian, bisa berguna bagi dirinya sendiri dan di pandang baik oleh

masyarakat.

Adapun peran yang dilakukan oleh Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon ada 3 (tiga), yaitu:

Page 89: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

79

1. Peran sebagai upaya preventif

Merupakan upaya pencegahan melalui seminar, edukasi, sosialisasi,

yang di lakukan konselor agar kemungkinan terjadinya suatu kejadian atau

pelanggaran penyalahgunaan NAPZA menjadikan hal yang tak di inginkan di

masa depan.

Dalam hal ini konselor membuka pemahaman secara kognitif kepada

residen tentang dampak bahaya penyalahgunaan NAPZA dengan cara

seminar atau diskusi, membuka pemahaman tentang agama dengan cara

bimbingan spritual, memotifasi dan lain-lain. Setelah mengetahui secara

kognitif, residen dapat menerima secara afektif mempunyai tolak ukur sendiri

tentang penyalahgunaan NAPZA, kemudian di terapkan dalam kegiatan

sehari-hari sebagai aspek psikomotorik.

2. Peran sebagai upaya kuratif

Merupakan menolong, memperbaiki, mengobati sesuatu hal yang

telah terjadi. Konselor dalam upaya ini melakukan pengobatan mulai dari Tes

urin sebagai petunjuk bahwa residen ini terdeteksi menggunakan NAPZA,

pemeriksaan secara fisik dan psikologi. Setelah teridentifikasi residen di

berikan pengobatan secara berkala, seperti di lakukannya detoktifikasi dengan

cara minum alang-alang laut (herbal) yang telah di racik, rukiyah, bekam dan

bimbingan vocasional.

3. Peran sebagai upaya represif.

Merupakan upaya menekan atau menahan bagi mereka yang

melanggar aturan. Tindakan represif merupakan tindakan aktif yang di

lakukan konselor pada saat terjadinya pelanggaran yang terjadi dapat di

Page 90: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

80

hukum. Suatu tindakan yang di lakukan setelah sesuatu pelanggaran terjadi

agar pelaku pelanggaran tidak kembali melakukan kesalahan yang sama

tindakan tersebut berupa sangsi yang pantas oleh konselor. Hukuman tersebut

bisa dengan cara membersihkan seluruh ruangan, halaman dan kamar mandi.

Hasil penelitain penulis di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Cirebon seperti yang di ungkapkan residen:

M. Rizal mengungkapkan bahwa pandangannya terhadap peran

konseling keluarga sangat membantu perubahan bagi dirinya. Karena sebelum

ia masuk ke Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon, residen

merasakan bahwa dirinya tidak berguna bagi dirinya sendiri apalagi sampai di

pandang oleh masyarakat. Yang menyebabkan M. Rizal menggunakan

NAPZA karena kurang perhatian dari keluarga, kurang harmonisnya keluarga

sehingga M. Rizal sering berkumpul sama teman-temannya. Sejak sering

kumpul sama teman-temannya M. Rizal di pengaruhi untuk mengkonsumsi

NAPZA dalam sehari M. Rizal mengkonsumsi NAPZA hingga 30 butir.28

Marlin mengungkapkan bahwa peran konseling keluarga membuat ia

nyaman dan menemukan arah terhadap masa depannya, di tambah lagi

konselor yang selalu sabar dan sering mengarahkan kearah yang lebih baik.

Karena sebelum masuk ke Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon

dirinya seolah tanpa ada tujuan dan arah untuk masa depannya. Problem yang

dirasakan Marlin kurangnya perhatian dari keluarganya, kemudian

mengarhkan dirinya untuk lebih sering bergaul dengan teman-temannya. Dari

pergaulan dengan teman-temannya dengan cara disudutkan, di jauhi oleh

28

Wawancara Pribdi dengan M.Rizal (Residen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017.

Page 91: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

81

teman-temannya karena ia tidak melakukan apa yang sering menjadi

kebiasaan temannya ahirnya dengan terpaksa terjerumus menggunakan

NAPZA. Ketika ia menggunakan NAPZA semua ambisi bisa terluapkan,

berani melakukan tindakan-tindakan kriminal seperti menyolong, tauran antar

kelompok, membentak orang tua, melakukan sex bebas dan lain-lain hal itu

disebabkan mengguanakn NAPZA.29

Riki Subagja mengungkapkan bahwa program konseling keluarga ini

sangat membantu dan menjembatani probelm yang selama ini ada di

kehidupannya. Karena yang mendorong dirinya menggunakan NAPZA di

pengaruhi oleh teman-temannya. Setiap kali Riki Subagja main sama teman-

temannya sering di sodorkan minum-minuman yang sudah di racik dengan

obat-obatan. Dari hal itu Riki meraskan dampak negatif bahkan Riki sampai

putus sekolah karena sakit yang di sebabkan menggunakan NAPZA.

Hubungan Riki dengan keluarganya terjalin harmonis. Namun, Riki merasa

segan dan serba salah untuk menceritakan hal itu kepada keluarganya dan

akhirnya ia mengkonsumsi NAPZA secara terus-terusan.30

Adapun hasil wawancara penulis dengan klien atau korban

penyalahgunaan NAPZA adalah sebagai berikut.

M. Rizal mengakui bahwa peran konseling keluarga yang ada di

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon, banyak merubah khusus

dirinya, perubahan yang dirasakan merasa lebih tenang, mulai yang tadinya

menggunakan NAPZA sekarang enggak, yang tadinya kurang deket sama

keluarga sekarang lebih deket.31

29

Wawancara Pribadi dengan Marlin (Residen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017. 30

Wawancara Pribadi dengan Riki Subagja (Residen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017. 31

Wawancara Pribdi dengan M.Rizal (Residen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017.

Page 92: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

82

Marlin mengakui bahwa peran konseling keluarga yang ada di

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon dapat merubah dirinya

kearah yang lebih baik, bisa berkuarang menggunakan obat-obatan. Selain itu

juga dapat merubah dirinya yang tadinya gak bisa ngaji di ajarin sama konselor

bisa ngaji, terus solat lima waktu, terus di grup di ajarin tahlim.32

Riki Subagja mengakui bahwa peran konseling keluarga yang ada di

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon dapat merubah dirinya

kearah yang lebih baik, perubahan yang di rasakan khususnya perubahan

perilaku. Perbahan yang dirasakan tadinya enggak sholat jadi solat, yang

tadinya menggunakan obat-obatan yang tadinya sehari dari 30 butir sekarang

ngurangi jadi 15 atau kadang jadi 10, yah cukup membantulah dengan kegiatan

seperti ini.33

Mengenai hasil peran konseling keluarga di rehabilitasi berbasis

masyarakat (RBM) Cirebon memiliki implementasi yang cukup baik terhadap

klien, yang dulu sering menggunakan NAPZA kini bisa berkurang atau bahkan

tidak menggunakan lagi. Dari faktor fisik residen kelihatan sehat, dari faktor

psikologi residen merasa lebih tenang, lebih bisa mengontrol emosi, Seperti

yang di ungkapkan oleh residen atau korban penyalahgunaan NAPZA di

rehabilitasi berbasis masyarakat Cirebon tentang peran konseling keluarga.

32

Wawancara Pribadi dengan Marlin (Residen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017. 33

Wawancara Pribadi dengan Riki Subagja (Residen Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon), Cirebon 20 Oktober 2017.

Page 93: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

83

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Konseling keluarga yang di lakukan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat

(RBM) Cirebon menjadi hal yang unik tersendir beda dengan konseling yang

di lakukan di panti rehab lain. Seperti konseling yang di lakukan di oleh

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Bina Daya, Rehabilitasi Berbasis

Masyarakat (RBM) Prama, dan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM)

Tenjo Laut, lembaga tersebut menerapkan konseling keluarga akan tetapi tidak

ada kunjungan ke rumah rsiden, hal ini yang membedakan antara Rehabilitasi

Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon dengan yang lain.

Berdasarkan dari hasil penelitian, pembelajaran, pengamatan dan

analisis yang dilakukan oleh penulis yang tertuang dalam judul “Peran

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon dalam Mengurangi

Prilaku Agresif Residen Korban Penyalahgunaan NAPZA melalaui

Konseling Keluarga.” maka dapat di ambil kesimpulan bahwa:

1. Proses Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon dalam

Mengurangi Prilaku Agresif Residen Korban Penyalahgunaan NAPZA

melalaui Konseling Keluarga. Dalam melaksankan proses konseling

keluarga di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon mempunyai

tiga tahap dalam melaksankan proses konseling keluarga yaitu: Tahap

awal yaitu terjadinya hubungaan baik antara konselor, residen, dan

keluarga. Tahap inti yaitu terjadinya eksplorasi kondisi klien, identifikasi

Page 94: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

84

masalah dan penyebabnya, penetapan alternative pemecahan. Tahap akhir

yaitu memberikan kesimpulan dan mengevaluasi proses konseling

keluarga. Bentuk konseling keluarga yang dilakukan seperti kunjungan

konselor, kunjungan keluarga, kunjungan individu keluarga. Dimana

konselor mempunyai hubungan yang baik dengan pihak keluarga residen

atau korban penyalahgunaan NAPZA, sehingga dapat mengatasi problem

residen dengan dirinya, residen dengan keluarganya dan residen dengan

lingkungannya.

2. Peran Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon dalam

Mengurangi Prilaku Agresif Residen Korban Penyalahgunaan NAPZA

melalaui Konseling Keluarga. Peran konseling keluarga yang di lakukan di

Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon mempunyai peranan

yang sangat baik. Ada 3 (tiga) peran konseling keluarga yang di lakukan

di lembaga ini. Pertama peran preventif merupakan upaya pencegahan

melalui seminar, sosialisasi. Kedua, peran kuratif merupakan upaya

menolong, mengobati sesuatu hal yang telah terjadi dan Ketiga, peran

represif merupakan upaya menekan atau menahan.

B. SARAN

Dari pemahaman yang penulis dapatkan, mengenai peran konseling

keluarga dalam mengurangi perilaku agresif korban penyalahgunaan NAPZA

di Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Cirebon, maka penulis

memberikan saran sebagai berikut:

Page 95: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

85

1. Pihak lembaga Rehabilitasi Berbasia Masyarakat (RBM) Cirebon agar

menambah tenaga kerja yang mampu di bidangnya.

2. Komitmen dan kerjasama yang baik, antara pihak lembaga atau panti

dengan elemen masyarakat untuk memberantas peredaran dan

penyalahgunaan NAPZA secara tertulis.

3. Konselor melakukan terobosan, inovasi serta kreasi dalam melakukan

konseling sehingga dapat menyesuaikan situasi dan kondisi residen dan

keluarga sehingga semakin bersemangat dalam upaya penyembuhannya.

4. Konselor perlu adanya ekstra kesabaran dalam menghadapi para residen di

lembaga Rehabilitasi Berbasia Masyarakat (RBM) Cirebon, karena yang di

hadapi para koselor adalah orang-orang penyalahgunaan NAPZA dan

konselor juga harus mengetahui tentang masalah perkembangan kesehatan

jasmani dan rohani karena hal itu berkaitan dengan perubahan pada diri

klien dengan program konseling keluarga yang telah di berikan oleh

lembaga Rehabilitasi Berbasia Masyarakat (RBM) Cirebon.

Page 96: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

86

DAFTAR PUSTAKA

Adz-dzaky, Hamdani Bakran. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta:

Fajar Pustaka, 2002.

Anantasari. Menyikapi Perilaku Agresif Anak. Yogyakarta:Kanisius, 2006.

Badan Narkotika Nasional (BNN). Pedoman Pencegahan Penyalahgunaa

Narkoba Bagi Remaja. Jakarta: Badan Narkotika Nasional (BNN), 2004.

Baraja, Abubakar. Psikologi dan Teknik Konseling. Bandung: Alfabeta, 2008.

Baron, Robert A. dan Donny Byren. Psikologi Sosial Jilid 2, cet ke 10.

Penerjemah Ratna Djuwita, dkk. Jakarta: Erlangga, 2005.

Chaplin, J. P. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono. Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1981.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta:Balai Pustaka, 1988.

Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA. Standar Nasional

Pelayanan Rehabilitasi Bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA. Jakarta:

Kementrian Sosial, 2016.

Hamidi. Metodologi Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulis Proposal

dan Laporan Penelitian, cet. 2. Malang: UMM Press, 2010.

Hartono dan Boy Soedarmadji. Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana, 2013.

Hawari, Dadang. Membina Keluarga Sakinah. Jakarta: Pustaka Antara, 1996.

, Konsep Agama Islam Menanggulangi NAZA. Jakarta: PT. Dana

Bhakti Prima Yasa, 2002.

, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. Jakarta: Fakultas

Kedokteran UI, 2004.

Hunawarman, Fattah. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosda Karya,2010.

Jumaraya, Marbun dkk. Pedoman Dukungan Keluarga (Familly Support) Dalam

Rehabilitasi Sosial BagI Pennyalahgunan NAPZA. Jakarta: Depsos RI,

2004.

Page 97: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

87

Karsono, Edy. Mengenal Kecanduan Narkoba & Minuman Keras. Bandung: CV.

YRAMA WIDYA, 2004.

Komalasari, Gantina dkk. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks, 2011.

Lestari, Sri. Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana, 2012.

McLeod, John. Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Kencana

Media Group, 2006 .

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosdakarya,

2007.

Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1991.

Partodiharjo, Subagyo. Kenali Narkoba dan Musuhi Penanggulangannya. T. tp.

LKP Yayasan Karya Bhakti, 2004.

Pieter, Herri Zan dan Namora Lumongga Lubis. Pengantar Psikologi untuk

Kebidanan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2010.

Poerwandari E.K, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia cet

Ke-V, Depok: LPSP3 UI, 2013.

Prayitno dan Erman Amti. Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2013.

Purnomo Akbar Setiadi dan Husaini Usman. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara 2009.

Rahman, Agus Abbdul. Psikologi Sosial: Integrai Pengetahuan Wahyu dan

Pengetahaun Empirik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000.

Saam, Zulfan. Psikologi Konseling. Jakarta: PT RajaGgrafindo Persada, 2013.

Sarwono, Sarlito W. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: CV Rajawali, 1984.

Sarwono, Sarlito. W. dan Eko A. Meinarmo. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba

Humanika, 2009.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta Balai Pustaka, 1998.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung: Alfabeta, 2008.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Page 98: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

88

Sumiati, dkk. Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyalahgunaan dan

Ketergantungan NAPZA. Jakarta: CV. Trans Info Media, 2009.

Surya, Muhammad. Psikologi Konseling. Bandung: Penerbit Pustaka Bani

Quraisyi, 2004.

Tito W dan S. Warjowasito. Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia. Bandung:

1980.

Tobroni dan Imam Suprayogo. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2001.

Usman, Husaini. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Willis, Sofyan S. Konseling Keluarga (Familly Counseling). Bandung: CV.

Alfabeta, 2015.

Page 99: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

PEDOMAN OBSESRVASI

Konselor/Residen :

Tanggal :

Jam :

Wawancara ke :

Tempat :

Catatan Lapangan

1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain)

2. Gambaran fisik dan penampilan subyek

3. Ringkasan sikap informasi selama jalannya wawancara (volume suara,

intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap interview, kontak

mata, keterbukaan subyek dll)

4. Gangguan atau hambatan selama wawancara

5. Catatan khusus selama wawancara

Page 100: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

PEDOMAN OBSERVASI

Konselor : Tri Setya Erianto

Tanggal : 20 Oktober 2017

Jam : 07:30 WIB

Wawancara ke : 1

Tempat : Ruang Kerja Administrasi RBM Cirebon

Catatan Lapangan

1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain)

Pagi hari suasana di luar cukup cerah, ketika itu saya mendatangi Bapak

Tri Setya Erianto yang sedang membuka file-file kerjaannya dengan

samabutan yang penuh hangat beliau menyapa saya, saat berlangsungnya

wawancara dengan intonasi suara yang cukup jelas meski agak terbanta-

banta. Di tengah-tengah wawancara berlangsung kemudian hadirnya pihak

lain yang menyuguhkan 2 (dua) gelas kopi seraya berkata ”silahkan di

minum mas” wawancara berlangsung dengan lancara dan baik.

2. Gambaran fisik dan penampilan subyek

Bapak Tri Setya Erianto bertubuh cukup kekar dan tinggi sekitar 170 cm,

dengan wajah kelihatan cukup ceria dan rambut klimis hitam mengkilap.

Saat wawancara Bapak Tri Setya Erianto menggunakan kemeja kotak-

kotak warna putih yang di balut dengan rompi kantor yang berlogo di

sebelah kirinya dan bertulisan Bebas Penyalahgunaan NAPZA di

Page 101: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

punggungnya. Memakai celana bahan coklat. Penampilannya yang penuh

ceria, humoris dan enerjik.

3. Ringkasan sikap informasi selama jalannya wawancara (volume suara,

intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap interview, kontak

mata, keterbukaan subyek dll).

Selama berjalannya wawancara dengan pemaparan yang lugas meski agak

terbanta-banta, dari penyampaian suaranya jelas dan santai namun

penjelasannya agak berbelit-belit. Gerak tubuh atau gestur saat wawancara

cukup aktif (sambil menjelaskan dengan coret-coret di kertas) dengan

penegasan kata-kata (di barengi gerak tangan), kontak mata yang sering

kali memndang saya dengan serius sebagai tanda antusias Bapak Tri Setya

Erianto memperesentasikan apa yang saya tanyakan, kerbukaan saat di

tanya apa yang saya tanyakan membuat kesenangan sendiri bagi Bapak Tri

Setya Erianto dirinya merasa senang bisa berbagi.

4. Gangguan atau hambatan selama wawancara

Wawancara berlangsung dengan lancar, hanya saja sedikit gangguan

berisik ketika residen berkumpul setelah olahraga.

5. Catatan khusus selama wawancara

a. Fokus terhadap wawancara apa lagi bagian-bagaian yang terpenting

yang di tanyaka, berusaha tidak ada yang mendengarkan selain peneliti

untuk menjaga identitas informan.

b. Informan mencoba bekerja sama sebisa mungkin dengan peneliti.

Page 102: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

PEDOMAN OBSERVASI

Konselor : Fadhli Prisma Surya

Tanggal : 20 Oktober 2017

Jam : 10.30 WIB

Wawancara ke : 2

Tempat : Ruang Konseling RBM Cirebon

Catatan Lapangan

1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain).

Menjelang siang hari cuaca sangat cerah, kedatangan saya di sambut baik

oleh Bapak Fadhli Prisma Surya meski saat itu beliau lumayan cukup

sibuk dengan kerjaannya, dengan suara yang lembut menyapa saya dan

menyodorkan kue yang ada di mejanya yang penuh dengan berkas dan

hasil tes urin di atasnya. Wawancara berlangsung cuku efektif meski di

sana terdapat rekan kerja atau konselor yang lain.

2. Gambaran fisik dan penampilan subyek.

Bapak Fadhli Prisma Surya, mempunyai wajah yang putih dan mimik

muka yang lonjong, hidung mancung, rambut hitam sedikit beruban

dengan gaya rambut klimis di belah dua, mempunyai kondisi badan yang

prima tingginya sekitar 170 cm, menggunakan kemeja panjang abu-abu

dan celana coklat. Penampilannya yang ramah dan santai.

Page 103: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

3. Ringkasan sikap informasi selama jalannya wawancara (volume suara,

intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap interview, kontak

mata, keterbukaan subyek dll).

Wawancara berlangsung efektif dan baik, meski dengan nada suara yang

sangat lembut dan terbata-bata, pemaparan atau penjelasannya banyak

dengan kata anu. Dengan kata-kata yang lamban dan datar namun dengan

mimik muka yang menyakinkan dari pemaparannya serta keterbuakaan

dan senangnya ketika saya menggali informasi.

4. Gangguan atau hambatan selama wawancara

Dari informan ketika wawancara berlangsung agak sedikit gangguan, ada

beberapa kali telfon yang masuk, dari kedengaran percakapannya yang

nelfon itu dari keluarga residen. Namun, peneliti berusaha memfokuskan

kembali setelah telfon itu.

5. Catatan khusus selama wawancara

a. Informan sangat antusias dengan wawancara ini.

b. Informan mengguanakan bahasa Indonesia ketika wawancara.

Page 104: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

PEDOMAN OBSERVASI

Konselor : Ayu Khonsah Rufaidah

Tanggal : 20 Oktober 2017

Jam : 13.30

Wawancara ke : 3

Tempat : Ruang Konseling RBM Cirebon

Catatan Lapangan

1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain)

Siang hari cuaca sangat panas dengan hembusan angin yang sangat

kencang, pada saat melakukan wawancara ada rekan kerja/ konselor yang

sedang memperbaiki komputernya, wawancara berlangsung setelah

meminta reakan kerjanya memberentikan servicenya. Dengan sapaan yang

ramah menyapa kepada peneliti dan mempersilahkan duduk. Suaranya

yang kedengeran riang dan jelas meski tempatnya di penuhi berkas-berkas

dan hasil tes urin agak sedikit berantakan. Ketika di tengah wawancara

berlangsung datang seorang residen yang akan berkonsultasi, kemudian

Ibu Ayu Khonsah Rufaidah menyuruhnya menunggu sebentar di luar,

percakapanpun di langsungkan kembali.

2. Gambaran fisik dan penampilan subyek

Dari segi postur tubuh Ibu Ayu Khonsah Rufaidah bertubuh agak sedikit

gemuk dengan tinggi 170 cm kurang lebih, warna kulit putih, sangat

semangat dan ceria. penampilannya mengguanakan kerudung warna biru

Page 105: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

dengan motif bunga, memakai kecamata, baju batik lengan panjang, celana

panjang hitam, memakai jam tangan di lengan kirinya.

3. Ringkasan sikap informasi selama jalannya wawancara (volume suara,

intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap interview, kontak

mata, keterbukaan subyek dll)

Wawancara berlangsung baik komunikatif, dengan nada suara yang cukup

jelas, pemaparan yang sangat singkat, penegasan kata ketika berbicara

tinggi, antusias, terbuka. Ketika memaparkan sering melakukan catatan-

catatan sebgai bentuk penguraiannya.

4. Gangguan atau hambatan selama wawancara

a. Informan kadanga keluar sebentar melihat kondisi residen.

b. Terpotong ketika adanya residen yang ingin berkonsultasi

c. Suara ribut (becanda) residen yang cukup keras, namun peneliti

berusaha fokus mendengarkan pemaparan dar Ibu Ayu Khonsah

Rufaidah.

5. Catatan khusus selama wawancara

a. Suasana snagat panas dan gerah namun peneliti melakukan wawancara

dengan santai.

b. Informan sangat terganggu adanya suara ribut namun mencoba

meninggiakan suaranya dan focus memberi penjelasan atau

pemaparan.

c. Informan sangat antusias, baik dan lugas.

Page 106: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

PEDOMAN OBSERVASI

Residen : M. Rizal

Tanggal : 20 Oktober 2017

Jam : 15.00 WIB

Wawancara ke : 4

Tempat : Ruangan Tamu

Catatan Lapangan

1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain)

Sore hari cuaca saat itu mendung, ketika mau memulai melakukan

wawancara terdapat orang yang sedang menunggu untuk kunjungan,

penelitipun menahan untuk tidak menyegerakan wawancara, setelah

melihat kondisi lebih nayaman peneliti membuka wawancara, dengan nada

suara yang kedengerannya gugup peneliti mencoba menstabilkan kondisi

agar informan merasa lebih santai dan terbuka, menjelaskan bahwa

wawancara ini bagian penlitai dari tugas ahir peneliti. Kondisi ruangan

sterli bersih ada sebuah meja yang di atasnya ada buku kunjungan, buku

tamu, koran serta kue dan air minuman. Wawancara berlangsung baik dan

nyaman tidak ada ketrlibatan pihak lain ketika wawancara.

2. Gambaran fisik dan penampilan subyek.

M. Rizal mempunyai tubuh yang kekar dengan tinggi badan 165cm, warna

kulit hitam, gaya rambut potongan sasak. Penampilannya mengguanakan

Page 107: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

celana levis panjang warna hitam, memakai kemeja putih bergaris coklat.

Melihat skondisi badannya kelihatan agak kurang sehat (demam).

3. Ringkasan sikap informasi selama jalannya wawancara (volume suara,

intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap interview, kontak

mata, keterbukaan subyek dll).

Wawancara berlngsung dengan baik, dengan nada suara yang keras namun

gugup saat di wawancarai, jawabannya simpel dan jelas, awalnya ketika

wawancara sedikit tertutp namun peneliti mencoba mengembangakan

wawancara dengan obrolan-obrolan ringan tentang kesukaan yang di

lakukan dirinya di dalam panti rehabilitasi, kemudian setelah suasasana

cair peneliti memfokuskan kepada pertanyaan peneliti yang siapkan.

Dalam wawancara ini informan antusias cukup mau membuka apa yang

peneliti butuhakan keterbukaan dengan gestur atau garak tubuh yang tak

lagi kaku.

4. Gangguan atau hambatan selama wawancara.

a. Adanya orang yang berlalu lalang keluar masuk lembaga rehabilitasi

b. Informan awalnya malu-malu dan merasa takut, tapi setelah peneliti

jelaskan tujuannya informan menjadi terbuka dan antusias.

c. Informan kelihatan demam.

5. Catatan khusus selama wawancara.

a. Peneliti mencoba memfokuskan informan agar tidak kehilanagn fokus.

b. Informan terkadang menjawab dengan bahasa jawa

c. Berusaha agar tidak ada yang mendengar tarkait fokus penelitian ini.

Page 108: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

PEDOMAN OBSERVASI

Residen : Marlin

Tanggal : 20 Oktober 2017

Jam : 19. 00 WIB

Wawancara ke : 5

Tempat : Ruangan Tengah RBM

Catatan Lapangan

1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain)

Malam hari setelah melakukan shalat maghrib dan mengaji, tempat di

lakukan wawancara di ruangan tengah RBM, terdapat bangku, meja yang

luas, di hadapannya terdapat TV yang sering di jadikan tempat nonton

bareng atau hiburan di kala resdien menjelng sebelum tidur. Cuaca saat itu

sangat sejuk, wawancara berlangsung namun intonasi suara informan

kedengeran gugup dan malu, prosesnya berjalan lancar tanpa ada pihak

lain yang mengganggu, karena saat itu residen dan konselor sedang

melakukan kegiatan di mushala jadi sangat nyaman. Dengan keadaan

suara yang kedengeran gugup peneliti mencoba mengulang-ulang kebali

pertanyaan yang di sampaikan agar jawaban yang di berikan informan

jelas tanpa ada keraguan.

2. Gambaran fisik dan penampilan subyek

Page 109: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

Marlin mempunyai tubuh yang gemuk, tinggi, kekar dengan warna kulit

yang putih, mata agak sipit, hidung mancung. Ketika wawancara

berlangsung mengenakan baju koko warna coklat dengan list hitam di

punggungnya, memakai celana panjang warna coklat, serta mengguankan

gelang tasbih di lengan kirinya.

3. Ringkasan sikap informasi selama jalannya wawancara (volume suara,

intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap interview, kontak

mata, keterbukaan subyek dll)

Berjalannya wawancara cukup baik dan efektif, meski intonasi suara yang

kedengerannya gugup namun peneliti mencoba fokus apa yang di

sampaikannya, orangnya pendiam sehingga wawancara berlangsung cepat

dengan tanggapan atau jawaban dari informan singakat, jelas, terbuka.

4. Gangguan atau hambatan selama wawancara.

Informan merasa gugup dan malu-malu, sering melakukan gerakan-

gerakan kecil memukul-mukul meja, mencoret-coret buku sebagai

pengalihan rasa gugupnya.

5. Catatan khusus selama wawancara

a. Informan merasa malu dan gugup maka peneliti sering mengulang

pertanyaan sebagai penegasan.

b. Informan sering membunyikan atau mengketuk-ketuk meja

mengguankan pensil.

Page 110: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

PEDOMAN OBSESRVASI

Residen : Riki Subagja

Tanggal : 20 Oktober 2017

Jam : 21.00 WIB

Wawancara ke : 6

Tempat : Ruang Administrasi RBM

Catatan Lapangan

1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain)

Malam hari suasana sejuk dan sunyi, dengan latar tumpukan berkas, gelas

kotor serta bungkus bekas kue di atas meja, intonasi suara sangat riang,

humoris, mengasikan, wawancara berlangsung lancar tanpa ada hambatan

atau kehadiran pihak lain karena di ruangan yang tertutup jadi wawancara

terfokus dan menggali lebih dalam.

2. Gambaran fisik dan penampilan subyek

Riki subagja memiliki tubuh yang kurus, rambut pirang kemerah-merahan,

gigi keropos dan kuning, mata sipit dan merah, di lengan kirinya terdapat

tato. Ketika wawancara mengenakan kaos yang bertulisan dan logo BNN

di sebelah kirinya, mengenakan kecamata, celana levis hitam.

Page 111: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

3. Ringkasan sikap informasi selama jalannya wawancara (volume suara,

intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap interview, kontak

mata, keterbukaan subyek dll)

Berjalannya wawancara sangat baik dan efektif dengan respon dari

informan riang, humoris tapi kadang pula melebar dari pembahahasan.

Namun, peneliti mengkondisikan kembali agar bisa terfokus pada

pedoman wawancara, nada suara yang lanatang, jelas dam riang jadi

memmudahakan peneliti mengambil data, ketika wawancara berlangsung

sangat antusias sikapnya sangat riang dan gembira bisa bercerita dan

berbagi dengan peneliti sehingga terbuka.

4. Gangguan atau hambatan selama wawancara

Wawancara berjalan dengan lancar, baik dan efektif. Karena wawan

berlangsung di tempat tertutup sehingga bisa fokus tanpa ada hambatan.

Hanya saja sesekali informan keseringan humor dan meluas dari

pembahsan pedoman wawancara.

5. Catatan khusus selama wawancara

a. Peneliti mencoba memfukuskan kepada pedoman wawancara ketika

informan sring kebnayakan humor.

b. Informan sangat terbuka dan menjadi senang ketika peneliti tanya.

Page 112: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …
Page 113: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

INSTRUMEN WAWANCARA

Infoman 1 : Konselor

IDENTITAS

1. Nama :

2. TTL/ Usia :

3. Agama :

4. Alamat :

5. Pendidikan :

6. Sejak kapan menjadi konselor :

7. Pengalaman kerja

Daftar Pertanyaan

A. Proses Konseling

1. Bagaimana Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melaksanakan proses konseling keluarga

dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA ?

2. Metode apakah yang digunakan Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melaksanakan

proses konseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi

NAPZA

3. Media apakah yang biasa di gunakan Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melaksanakan

proses konseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi

NAPZA?

4. Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari kapan waktu pelaksanaan proses konseling keluarga

dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA?

5. Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari dimanakah tempat yang digunakan proses konseling

keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA?

6. Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari seperti apa konseling yang di lakukan untuk residen

dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA?

B. Masalah Pendekatan

1. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari faktor apakah yang menyebabkan residen

menggunakan NAPZA ?

2. Dalam proses koseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi

NAPZA apakah Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melihatkan keluarga residen korban

penyalahgunaan NAPZA?

2.a. Jika ya mengapa?

2.b. Jika tidak mengapa?

C. Respon

1. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari bagaimanakah respon residen saat

konseling keluarga di rehabilitasi NAPZA ?

2. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari apakah ada perubahan setelah dilaksanakan

proses koseling keluarga di rehabilitasi NAPZA ?

D. Kendala

1. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari kendala apa saja yang dihadapi dalam

melaksanakan proses konseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di

rehabilitasi NAPZA?

Page 114: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

INSTRUMEN WAWANCARA

Infoman 2 : Residen

IDENTITAS

1. Nama :

2. TTL/ Usia :

3. Agama :

4. Alamat :

5. Pendidikan :

Daftar pertanyaan

1. Faktor apa yang menyebabkan anda menggunakan NAPZA?

2. Sejak kapan anda mengenal NAPZA?

3. Melalui apa anda mengenal NAPZA (Teman. Media) ?

4. Bagaimana kondisi psikologi anda setelah menggunakan NAPZA?

5. Bagaimana kondisi fisik anda setelah menggunakan NAPZA?

6. Berapa kali konselor mengunjungi rumah anda?

7. Apa yang di lakukan oleh konselor ketika kunjungan keluarga.

8. Bagaimana tanggapan anda terhadap konselor?

9. Bagaimana respon anda setelah mengikuti konseling keluarga di rehabilatasi

NAPZA?

10. Apa yang anda rasakan setelah mengikuti kegiatan konseling keluarga di rehabilitasi

NAPZA?

11. Apakah ada perubahan setelah mengikuti kegiatan konseling keluarga di rehabilitasi

NAPZA?

Page 115: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

INSTRUMEN WAWANCARA

Infoman 2 : Residen

IDENTITAS

1. Nama : M. Rizal

2. Usia : 20 Tahun

3. Agama : Islam

4. Alamat : Cirebon

5. Pendidikan : SMA

Daftar pertanyaan

1. Faktor apa yang menyebabkan anda menggunakan NAPZA?

Jawab: Euum yang pertama lebih ke lingkungan itu, lingkungan yang kurang baiklah

negatif, seiring berjalannya waktu itu mulailah menyalahkan keluarga. Yah intinya

lebih ke broken home lah.

2. Sejak kapan anda mengenal NAPZA?

Jawab: Mengenal NAPZA itu, sejak umur 12 tahun.

3. Melalui apa anda mengenal NAPZA (Teman. Media) ?

Jawab: Melalui temen, di ajak.

4. Bagaimana kondisi psikologi anda setelah menggunakan NAPZA?

Jawab: yah kalau saat minum sih biasa-biasa aja, tapi kelamaan merasa lebih sensitif

kalau denger atau di obrolin orang, terus berani melakukan kejahatan mas yah agresif

gitulah, hati merasa resah, gelisah, depresi.

5. Bagaimana kondisi fisik anda setelah menggunakan NAPZA?

Jawab: Badan merasa lebih enak mas, merasa lebih gembira, riang, aktif bahkan hiper

aktif, murah senyum dan ramah.

6. Berapa kali konselor mengunjungi rumah anda?

Jawab: Seminggu sih dua kali mas, hari rabu dan minggu tapi kadang juga gak nentu

datangnya.

7. Apa yang di lakukan oleh konselor ketika kunjungan keluarga?

Jawab: Yah awalnyasih membantu komunikasi dengan orang tua saya mas, karena

saya setiap ada masalah jarang komunikasi dengan mereka, emm memberi tahu bahwa

saya mengggunakan NAPZA sekalian meminta izin untuk ikut rehabilitasi, initinya

yah menyatukan kembali hubungan keluarga yang harmonis sih terhadap keluarga,

begitu mass.

8. Bagaimana tanggapan anda terhadap konselor?

Jawab: Euum bagus sih menurut saya, karenakan selalu mengasih motifasi terus di

saat ada masalah jugakan selalu memberikan solusi mendampingi saya setiap hari,

bagus lah bagus banget.

9. Bagaimana respon anda setelah mengikuti konseling keluarga di rehabilatasi

NAPZA?

Jawab: Bagus sih bagus, menurut saya bagus karena di sisilain juga orang tua di

ajarkan untuk gimana caranya untuk mendekati seorang pecandu seperti saya. Terus

juga di kasih tau cara mendidiknya gimana, yah bagus bangetlah.

Page 116: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

10. Apa yang anda rasakan setelah mengikuti kegiatan konseling keluarga di rehabilitasi

NAPZA?

Jawab: Tenang, lebih tenang karena sebelum-sebelumnya lebih tertutup, jarang

ngobrol juga sama orangtua, terus pas ada kegiatan konseling keluarga jadi tenang,

jadi lebih deket sama orang tua, keluarga.

11. Apakah ada perubahan setelah mengikuti kegiatan konseling keluarga di rehabilitasi

NAPZA?

Jawab: Ada, banyak perubahan khusus diri saya lebih banyaklah perubahannya

mulai yang tadinya menggunakan NAPZA sekarang enggak, yang tadinya kurang

deket sama keluarga sekarang lebih deket.

Page 117: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

INSTRUMEN WAWANCARA

Infoman 2 : Residen

IDENTITAS

1. Nama : Marlin

2. Usia : 20 Tahun

3. Agama : Islam

4. Alamat : Cirebon

5. Pendidikan : SMP

Daftar pertanyaan

1. Faktor apa yang menyebabkan anda menggunakan NAPZA?

Ya, Lingkungan, Pergaulan.

2. Sejak kapan anda mengenal NAPZA?

Sejak umur 15 tahun.

3. Melalui apa anda mengenal NAPZA (Teman. Media) ?

Melalui temen, di pengaruhi sama temen, terpaksa.

4. Bagaimana kondisi psikologi anda setelah menggunakan NAPZA?

Lebih tertutup mas, lebih diam kalau saya menggunakan NAPZA, bawaannya malas,

merasa pusing depresi, mudah tersingguang terus pula lebih berani melakukan hal

apapun mas, tauran berantem begitu.

5. Bagaimana kondisi fisik anda setelah menggunakan NAPZA?

Lemes, loyo, badan menggigil mas kurang sehat.

6. Berapa kali konselor mengunjungi rumah anda?

Sering mas, setiap minggu juga ada aja kerumah mas.

7. Bagaimana tanggapan anda terhadap konselor?

Ya Alhamdulillah baik, membantu membimbing saya, kegiatannya berjalan lancar,

8. Apa yang di lakukan oleh konselor ketika kunjungan keluarga?

Yah silaturahmi, melihat perkembangan saya terus kalau saya ada masalah dengan

orang tua di sampein sama konselor, memotifasi, menasehati saya dan keluarga,

menjadikan hubungan kami harmonis.

9. Bagaimana respon anda setelah mengikuti kegiatan konseling keluarga di rehabilitasi

NAPZA? Lebih baik, apa, udah berkurang ngobatnya.

10. Apa yang anda rasakan setelah mengikuti kegiatan konseling keluarga di rehabilitasi

NAPZA? Alhamdulillah baik.

11. Apakah ada perubahan setelah mengikuti kegiatan konseling keluarga di rehabilitasi

NAPZA? Ya, perubahan itu, ya tadinya gak bisa ngajai di ajarin sama konselor bisa

ngaji, terus solat lima waktu, terus di grup di ajarin tahlim.

Page 118: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

INSTRUMEN WAWANCARA

Infoman 2 : Residen

IDENTITAS

1. Nama : Riki Subagja

2. Usia : 19 Tahun

3. Agama : Islam

4. Alamat : Desa Banjarwangunan, Cirebon

5. Pendidikan : SMP

Daftar pertanyaan

1. Faktor apa yang menyebabkan anda menggunakan NAPZA?

Jawab: Ya karena lingkungan juga sih terbawa-bawa arus teman gitu

2. Sejak kapan anda mengenal NAPZA?

Jawab: Sejak SMP kelas 1

3. Melalui apa anda mengenal NAPZA (Teman. Media) ?

Jawab: Ya, melalui teman awalnya di tawari, Cuma belum ngertinyakan terima-terima

aja, udah tau rasanya enak ya jadinya ketagihan.

4. Bagaimana kondisi psikologi anda setelah menggunakan NAPZA?

Jawab: Gelisah mas merasa berdosa awalnya, terus lebih berani melawan kepada

orang-orang, merasa paling hebat, sering melakukan kejahatan mencuri, berbohong

juga.

5. Bagaimana kondisi fisik anda setelah menggunakan NAPZA?

Jawab: Tergantung banyaknya obat yang di pakai mas, yah lemes, loyo, jarang makan

jadi kurus, mata merah, ke gigi juga mudah keropos menguning gitulah, terus mata

merah makanya saya menggunakan kecamata mas.

6. Berapa kali konselor mengunjungi rumah anda?

Jawab: Seminggua dua kali mas, tapi kadang sering juga karena kebetulan rumah

konselor gak jauh dengan rumah saya mas.

7. Bagaimana tanggapan anda terhadap konselor?

Jawab: Yaa,, keberadaannya berperan membantu jadi ada segi positifnya juga untuk

melewati perubahan, perubahan perilaku, terutama itu.

8. Apa yang di lakukan oleh konselor ketika kunjungan keluarga?

Jawab: Yah mengontrol saya khususnya mas, melihat perkembangan saya, sering

menjadi solusi buat permasalahan keluarga juga mas. Emmm ya membantu, terus juga

keluarga mendukung agar saya itu jadi lebih baik lagi.

9. Bagaimana respon anda setelah mengikuti kegiatan konseling keluarga di rehabilitasi

NAPZA?

Jawab: Lebih baik, apa, udah kurang ngobatnya.

10. Apa yang anda rasakan setelah mengikuti kegiatan konseling keluarga di rehabilitasi

NAPZA?

Jawab: Udah ada perubahan sih yang kearah positif.

Page 119: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

11. Apakah ada perubahan setelah mengikuti kegiatan konseling keluarga di rehabilitasi

NAPZA?

Jawab: Ya ada, yang tadinya enggak sholat jadi solat, yang tadinya menggunakan

obat-obatan yang tadinya sehari dari 30 putir sekarang ngurangi jadi 15 atau kadang

jadi 10, yah cukup membantulah dengan kegiatan seperti ini.

Page 120: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

INSTRUMEN WAWANCARA

Infoman 1 : Konselor

IDENTITAS

1. Nama : Try Setya Erianto

2. Usia : 44 Tahun

3. Agama : Islam

4. Alamat : Banjarwangunan, Cirebon.

5. Pendidikan : SLTA

6. Sejak kapan menjadi konselor : 2014

Daftar Pertanyaan

A. Proses Konseling

1. Bagaimana Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melaksanakan proses konseling keluarga

dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA ?

Eumm kalau proses konseling disini yang dilaksanakan di tempat rehab kami

disini itu ada beberapa tahap yang sering kami lakukan disini untuk melaksanakan

proses konseling keluarga, yaitu eumm awalnya itu Pertama kita pengumpulan

administrasi dulu, jadi administrasi klien/residen mengenai latar belakang residen

seperti apa, pendidikannya, dan sebagainya. Setelah itu eumm ada namanya

menyerahkan identitas seperti KTP atau KK kesiapan dari diri klien sendiri

apakah dia bersedia untuk di rehab atau tidak dan Tahap Kedua itu kita biasanya

setelah mengikuti kegiatan rehab si klien/residen dalam pengawasan kami disini

melihat perkembangan semakin baik atau sebaliknya, semakin memburuk atau

parah itukan, dalam pendampingan itu kita konselor setiap minggu atau setiap

bulan, yah disini juga kami melakukan detoktifikasi mas dengan cara herbal

menggunakan alang-alang laut kemudian ada juga rukiah dan bimbingan spritual.

Kita disini ada dua macam rehab, ada rehab rawat jalan atau rehab rawat inap.

Nah kalau kita rawat jalan itukan kita residen atau klien itu tidak di inapkan tapi

tetep dalam pendampingan kalau rawat inap itu ada di panti rehab atau ada di

dalam panti. Nahkan kalau di dalam panti tentunyakan setiap saat ada konseling

pada waktu-waktu senggang kita konseling. Tapi kalau rawat jalan itukan kita

kesulitan untuk konselingnya paling dalam proses konseling itu bisa dikumpulkan

klien atau residennya 1 minggu sekali atau 1 bulan sekali jadi tergantung

kebutuhan di lapangan jadi seperti itu. ketiga tahap evaluasi kegiatannya selama

yang di berikan di yayasan kami mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang ada di

rehab itu seperti kegiatan rutinitas rehab rawat inap itu sudah ada jadwal-jadwal

tertentu dari subuh sampai malam itu kegiatan full untuk di rawat inap, kalau

rawat jalan kita kegiatannya nah itu paling kita ketemu seminggu sekali atau

sebulan sekali.

2. Metode apakah yang digunakan Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melaksanakan

proses konseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi

NAPZA?

Page 121: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

Ya kalau kita, ditempat kita ini pake metode pendekatan pada diri kliennya. Kita

berbincang berdialog atau ya berbicara aja kita seperti orang kita, eumm jadi apa

yah, jadi antara konselor dan klien itu tidak ada batasan-batasan jadi kita seperti

teman aja gitu, jadi merasa klien/residen itu nyaman, disini konselor bisa di

jadikan teman untuk curhatnya sebagai pendengar yang baik jadi tidak menggurui

dan tidak mengajarkan atau menyuruh segala macam tidak, jadi kita seperti teman

aja.

3. Media apakah yang biasa di gunakan Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melaksanakan

proses konseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi

NAPZA?

Yah paling untuk medianya kita paling menggunakan media seperti handphone,

kamera atau alat-alat tulis.

4. Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari kapan waktu pelaksanaan proses konseling keluarga

dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA?

Ouu itu kita ada ini, konseling keluarga itu kita di adakannya nanti paling setelah

residen/klien didalam panti nah kita ada namanya Familly Suport Group. Nah

disitu kita bisa diadakan konseling dengan keluarga, tentunya keluarga korban

penyalahgunaan NAPZA ya, ya pastinya sebulan sekali kita ada asesment dan

mungkin biasanya tiap minggu juga kita ada progresif suport itu tentang

perkembangan klien dan itu di berikan saat waktu senggang setelah ashar atau

setelah isya menjelang waktu tidur nah itu kita bisa berbincang-bincang.

5. Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari dimanakah tempat yang digunakan proses konseling

keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA?

Ya kadang diruangan juga bisa, tapi yang lebih efektif atau yang lebih mengena di

klien itu masih mending kita keluar, diluar lebih nyantai, enak dan lebih terbuka

dengan seperti itu klien tidak canggung-canggung untuk bercerita masalah mereka

semua yang di hadapin jadi tidak ada rasa malu atau takut saungkan atau

bagaimana, jadi bagusnya baiknya itu enaknya konseling/ngobrolnya itu di luar

ruangan.

6. Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari seperti apa konseling yang di lakukan untuk residen

dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA?

Yah tergantung maslahnya seperti apa sih mas ya, yah biasanya membantu

komunikasi, sharing pengalaman, pengembangan sekill, memotivasi, menasehati

banyaklah mas. Tapi initinya disini konselor berusaha mengasih solusi.

B. Masalah Pendekatan

1. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari faktor apakah yang menyebabkan residen

menggunakan NAPZA ?

Banyak ya, mengapa itu klien-klien menggunakan NAPZA. Satu Pergaulan,

Kedua masalah keluarga, Ketiga juga karena mungkin juga ada permasalahan

dengan kekasihnya, tapi kebanyakan yang selama ini kami dapatkan banyaknya

karena pergaulan, jadi terjerumus, lingkungan.

2. Dalam proses koseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi

NAPZA apakah Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melihatkan keluarga residen korban

penyalahgunaan NAPZA?

2.a. Jika ya mengapa? Ya, tentu. Jadi disini bukan kita saja yang merubah atau

memulihkan klien/residen. Tapi orang tua juga berperan penting dalam proses

pemulihan korban penyalagunaan NAPZA, orang tua sangat di butuhkan

supportnya dukungannya jadi tidak semeta-meta kita yayasan disini yang

menangani korban-korban NAPZA tanpa bantuan dari orang tua kita tidak

mungkin.

Page 122: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

2.b. Jika tidak mengapa?

C. Respon

1. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari bagaimanakah respon residen saat

konseling keluarga di rehabilitasi NAPZA ?

Ya responnya dia takut, kadang juga malu kalau kita dekatin tapi yaitu gunanya

kita dekati secara pribadi dengan cara kita seperti teman jadi tidak ada batasan-

batasan, kadang yaitu kadang merasa malu atau takut jadi kurang keterbukaan

disitu.

2. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari apakah ada perubahan setelah dilaksanakan

proses koseling keluarga di rehabilitasi NAPZA ?

Ya pasti ada perubahan ya, yang jelas ada perubahan tapikan perubahan itu tidak

terlalu besar tapi emang iya ada perubahan

D. Kendala

1. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari kendala apa saja yang dihadapi dalam

melaksanakan proses konseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di

rehabilitasi NAPZA?

Yang di rasakan sekarang kendala, emm itu orang tua tidak mengakui atau tidak

menerima bahkan menolak kedatangan kita untuk menjelaskan bahwa anak

tersebut korban dari NAPZA, itu kalau orang trua yang tidak terima, itu yang

menjadi kendala saya.

Page 123: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

INSTRUMEN WAWANCARA

Infoman 1 : Konselor

IDENTITAS

1. Nama : Ayu Khonsah Rufaidah

2. Usia : 30

3. Agama : Islam

4. Alamat : Buntet Pesantren, Cirebon.

5. Pendidikan : S 2

6. Sejak kapan menjadi konselor : 2014

Daftar Pertanyaan

A. Proses Konseling

1. Bagaimana Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melaksanakan proses konseling keluarga

dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA ?

Ya, dalam panti rehab itu ada 3 proses atau 3 tahapan dalam konseling keluarga,

yang pertama Administrasi, dimana dalam administrasi itu kita untuk mengetahui

data klien untuk melakukan penjangkauan dan asesmen dan melihat kedaan atau

kondisi lingkungan klien baik keluarganya dan teman-temannya. Yang kedua itu

melihat perkembangan, perkembangan klien setelah di lakukan asesmen

konseling, detoktifikasi pengobatan herbal, rukiah dan bimbingan spritual juga si

klien mengikuti kegiatan atau proses rehab di tempat kami itu bisa berubah ke

arah yang lebih baik atau bagaimana, itu kita lihat perkembangannya seperti apa.

Yang ketiga evaluasi dimana di evaluasi ini apakah si klien telah menyelesaikan

atau mengikuti di program rehab, apakah siklien bisa menyesuaikan dengan

lingkungan sekitarnya, baik lingkungan keluarga maupun teman-temannya, kita

tetap menjangkau atau memantau si klien.

2. Metode apakah yang digunakan Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melaksanakan

proses konseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi

NAPZA?

Yah kita menggunakan pendekatan clien center therpahy dimana si konseler dan

klien itu berdialog mengenai masalah yang di hadapi si klien baik itu sekedar

curhat atau shering ngobrol santai seperti itu .

3. Media apakah yang biasa di gunakan Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melaksanakan

proses konseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi

NAPZA?

Alat-alat tulis laptop, infocus.

4. Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari kapan waktu pelaksanaan proses konseling keluarga

dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA?

Waktu konseling itu sebulan sekali tapi bisa setiap hari juga abis sholat, atau

sebelum tidur biasanya kita melakukan konseling.

5. Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari dimanakah tempat yang digunakan proses konseling

keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA?

Ya, untuk konseling keluarga ada ruangan, tapi kadang saya mengajak klien itu

keluar ngobrol-ngobrol santai biar si klien itu nyaman dan enak gitu untuk di ajak

sharingnya

Page 124: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

6. Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari seperti apa konseling yang di lakukan untuk residen

dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA?

Yah pembenahan komunikasi, mendukung atau mensupport perkembangan ke

arah yang lebih baik, menjadi teman curhat, menasehati, pengembangan skill atau

keahlian, membantu untuk menyesuikan diri, yang pasti intinya mengarhkan ke

arah yang lebih baik lagi.

B. Masalah Pendekatan

1. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari faktor apakah yang menyebabkan residen

menggunakan NAPZA ?

Biasanya itu karena faktor lingkungan, baik keluarga maupun teman-temannya,

biasanya kalau keluarga itu dia karen broken home, kalau teman-temannya itu dia

karena ikut-ikutan atau coba-coba atau karena paksaan dari teman-temannya

seperti itu.

2. Dalam proses koseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi

NAPZA apakah Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melihatkan keluarga residen korban

penyalahgunaan NAPZA?

2.a. Jika ya mengapa? Ya, biasanya kami melibatkan keluarga residen karena,

keluarga itu harus terlibat dalam proses konseling biar si residen itu merasa

didukung, di support.

2.b. Jika tidak mengapa?

C. Respon

1. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari bagaimanakah respon residen saat

konseling keluarga di rehabilitasi NAPZA ?

Ya biasanya residen merasa senang karena keluarganya ikut dalam proses

konseling keluarga

2. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari apakah ada perubahan setelah dilaksanakan

proses koseling keluarga di rehabilitasi NAPZA ?

Ya, ada perubahan biasanya merasa tenang dan semangat lagi untuk dia ingin

merubah di rehab itu sendiri karena keluarganya itukan tau

D. Kendala

1. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari kendala apa saja yang dihadapi dalam

melaksanakan proses konseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di

rehabilitasi NAPZA?

Sebagaian dari keluarga tidak menerima bahwa anaknya itu sebagai korban

penyalahgunaan NAPZA itu yang menjadi kendala, yang ke-Dua itu biasanya

lingkungan, lingkungan itu tidak menerima keadaan anak-anak terkena NAPZA

dikucilkan, takut berteman dengan orang yang terkena NAPZA.

Page 125: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

INSTRUMEN WAWANCARA

Infoman 1 : Konselor

IDENTITAS

1. Nama : Fadli Prisma Surya

2. Usia : 35 Tahun

3. Agama : Islam

4. Alamat : Banjarwangunan, Cirebon.

5. Pendidikan : SLTA

6. Sejak kapan menjadi konselor : 2014

Daftar Pertanyaan

A. Proses Konseling

1. Bagaimana Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melaksanakan proses konseling keluarga

dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA ?

Disini proses konseling keluarga ada 3 tahap Mas, tahap pertama yaitu

pengadministrasian, maksud dari pengadministrasian yaitu pendataan klien, itu

kita anu data KTP, KK, setelah itu kita menyentuh ke latarbelakang klien, setelah

kita mengetahui latarbelakang klien kita melangkah ke tahap Ke- Dua yaitu

melihat perkembangan klien, setelah mengikuti kegiatan konseling, rukiah

bimbingan spritual dan detoktifikasi, maksud perkembangan klien itu dalam saat

menjalani peroses rehab itu pasti ada perkembangan semakin membaik atau

sebaliknya dari kita sih menginginkan perose perkembangnnya semakin membaik

tahap ke -3 yaitu evaluasi, setelah selesai melaksanakan rehab kita evaluasi

hasilnya seperti apa, perkembangannya seperti apa intinya ya hasil dari rehab

tersebut arahnya menjadi baik dan bisa lebih baik kedepannya kebanyakan karena

klie-klien disini masih muda-muda.

2. Metode apakah yang digunakan Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melaksanakan

proses konseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi

NAPZA

Disini metode yang di jalankan pendekatan clien center therpahy itu kita

berdialog dengan klien supaya bisa mengetahui masalah yang di hadapi oleh klien

yah pendekatan seperti halnya kita curhat seperti halnya temen

3. Media apakah yang biasa di gunakan Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melaksanakan

proses konseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi

NAPZA?

Bisa dengan Handphone alat tulis ataupun saat konseling di adakan seminar kita

menggunakan laptop dan infocus.

4. Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari kapan waktu pelaksanaan proses konseling keluarga

dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA?

Kalau untuk pelaksanaan konseling lebih tepatnya kita disinikan ada 2 program

rawat inap dan rawat jalan kalau untuk rawat inap kita bisa setiap saat, bisa setiap

hari kita ngeliat kondisi klien lagi liat emutnya bagus tidaknya, kalau untuk rawat

inap bisa setiap saat, setiap hari, bisa kita mngambil waktu habis selesai sholat

atau sebelum tidur. Kalau untuk rawat jalan itu dalam sebulan ya bisa kita

laksanakan paling tidak sebulan 2 kali mas.

Page 126: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

5. Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari dimanakah tempat yang digunakan proses konseling

keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA?

Kalau konseling keluarga sebenernya di ruangan tertutup, ruangan husus

konseling ada sendiri tapi memang lebih itunya kita bisa diluar lebih, suasananya

lebih bebas klien otomatis lebih tenang dan yang sudah-sudah biasanya klien

kalau diluar bisa lebih terbuka tentang permasalahan klien kenapa lari ke NAPZA.

6. Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari seperti apa konseling yang di lakukan untuk residen

dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi NAPZA?

Yah menjadikan residen ini sebagai teman mas, pembenahan komuunikasi biar

komunikasi baik agar kita mudah untuk kedepannya mengontrol dan apa yang

menjadi ke inginan residen, menasehati pokoknya konselor disini berusaha

membantu dan mengembangkan apa yang menjadi ke inginan dari residen ini.

B. Masalah Pendekatan

1. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari faktor apakah yang menyebabkan residen

menggunakan NAPZA ?

Kalau faktor yang memang utama penyebab anu ya, pastinya faktor lingkungan,

keluarga iya, temen iya, cuman ya temen itu karena pergaulan anak-anak

sekarang, temen make terus ahirnya ngajak temen, coba-coba.

2. Dalam proses koseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di rehabilitasi

NAPZA apakah Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari melihatkan keluarga residen korban

penyalahgunaan NAPZA?

2.a. Jika ya mengapa? Ya pasti melibatkan mas karena tanpa support tanpa

dukungan keluarga kita tidak bisa memaksimalkan untuk bisa bener-bener

merubah klien untuk bisa menjadi lebih baik untuk bisa meninggalkan NAPZA.

2.b. Jika tidak mengapa?

C. Respon

1. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari bagaimanakah respon residen saat

konseling keluarga di rehabilitasi NAPZA ?

Ada yang mereka merasa senang, nyaman, ada juga yang awalnya di tahap

awalnya aja mereka merasa minder, tapi lambat laun ada perubahan dengan kita

ngasih masukan janganlah kita merasa minder karena kita udah pernah make

narkoba intinya yakin asal kita mau berubah berenti make narkoba nanti

kedepannya bisa kita menjadi lebih baik.

2. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari apakah ada perubahan setelah dilaksanakan

proses koseling keluarga di rehabilitasi NAPZA ?

Banyak mas perubahan, proses perubahan karena arahnya kita konselinya kita

masuki juga tentang rohani juga jadi perubahannya ya perubahan karena di

samping misal tadinya udah pemahaman agama sedikit kita di rehab juga ada

tentang kerohanian ahrinya mereka masalah agama ilmunya tambah, ahirnya

mereka enggak sekedar menerima ilmu tapi mereka juga melaksanakan juga iya.

D. Kendala

1. Menurut Bapak/Ibu, Saudara/ Saudari kendala apa saja yang dihadapi dalam

melaksanakan proses konseling keluarga dalam mengurangi perilaku agresif di

rehabilitasi NAPZA?

Kebanyakan sih kendala masalah itu mas, yang sudah-sudah keluarga, misal di

tahap awal ya mas, di tahap awal kita penjangkauan klien ia udah mengakui kalau

klien memakai NAPZA, tapi disaat kita dimana proses anak mau ikut rehab

otomatis kitakan ijin ke orang tua, nah disaat kita ijin ke orang tua kita berbicara

baik-baik karena anaknya mau ikut rehab yah kebanyak rata-rata orang tua tidak

terima kalau anaknya tuh dibilang pemakai narkoba, tapi alhamdulillah kita

Page 127: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

dengan pelan, dengan upaya kita menjelaskan bahwa anak ini make tapi insya

allah dengan ikut rehab jadi nanti lebih baik dan insya allah tidak akan memakai

narkoba.

Page 128: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

DOKUMENTASI WAWANCARA

Fota Wawancara dengan konselor Try Setya Erianto

Foto wawancara dengan residen M. Rizal Foto wawancara dengan residen Marlin

Page 129: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

Foto setelah melakukan wawancara dengan Konselor

DOKUMENTASI KUNJUNGAN KELUARGA KE RBM

Page 130: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

DOKUMENTASI KUNJUNGAN KONSELOR KE RUMAH RESIDEN

Page 131: PERAN REHABILITASI BERBASIS MASYARAKAT (RBM) CIREBON …

KETRAMPILAN SOSIAL

Pelatihan Komputer dan Desain

Pelatihan Service Motor

Keterampilan Melukis