PERAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN ......PERAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)...
Transcript of PERAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN ......PERAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)...
PERAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PEDESAAN TERHADAP
PENDAPATAN PEREMPUAN (Di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Jawa Timur)
Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Meraih Derajad Magister
Program Studi MESP
Konsentrasi Ekonomi SDM dan Pembangunan
Diajukan oleh:
Selfia Bintariningtyas
Nim : S4208004
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla Gergis, 1999, Citizen Economic Empowerment In Botswana : Concepts
& Principles, Botswana Institute for Development Policy Analysis
(BIDPA).
Arsyad, Lincolin, Drs. 1988. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis.
Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.
Fuady, Munir, SH, LL, M, 1996. Hukum Perkreditan Kontemporer. PT. Citra
Aditya Bakti. Bandung.
Hadi. 1987. Metodologi Research. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
John M. Cohen dan Norman T. Uphoff. 1977. Rural Developent Participation :
Concept and Mesures for Project Design, Implementation and Evaluation. Rural Development Monograph No. 2. Cornell University.
Kuncoro, Mudrajat, 1997. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan
Kebijakan, Edisi Ketiga,UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Lembaga Penelitian SMERU, 2004, Dampak Kebijakan Upah Minimum
Terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Daerah Perkotaan
Indonesia, Laporan Hasil Penelitian.
Manullang, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Yogyakarta, BKLM, 1982.
Nazir, Ph.D., 1983. Metode Penelitian. Balai Aksara – Yudhistira. Jakarta.
Peter Dreier, 1996, Community Empowerment Strategies, The Limits and
Potential of Cummunity Organizing in Urban Neighborhoods, U.S.
Department of Housing and Urban Development • Office of Policy
Development and Research.
Pujiwati, Sayogyo, 1991, Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat
Desa, Yayasan Obor Indonesia , Jakarta.
Setiono, 1997, Efektifitas Pemberian Bantuan Modal Produktif P2KP (Proyek
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) masyarakat Kelurahan
Bandulan Kecamatan Sukun Kota Malang, Universitas Brawijaya Malang.
Simanjuntak, Payaman, 1998, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Singarimbun. M, 1982, Metode Penelitian Survei, Penerbit LP3ES, Jakarta.
Sinungan, Muchdarsyah. 1994. Strategi Manajemen Bank Menghadapi Tahun
2000. Rineka Cipta. Jakarta.
Sonny Sumarsono, 2003, Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia &
Ketenagakerjaan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Subagyo, Pangestu, 1996, Statistik Deskriptif, BPFE, Yogyakarta.
Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Jakarta.
Suman, 2007, Program Pemberdayaan Masyarakat melalui PPK (Program
Pengembangan Kecamatan) di Propinsi Jawa Timur, Universitas
Brawijaya Malang, Jawa Timur.
Sumardi, Mulyanto, 1982 Sumber pendapatan kebutuhan pokok dan prilaku
menyimpang , C.V. Rajawali untuk Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta.
Sumardi, Mulyanto, 1982, Kemiskinan Dan Kebutuhan Pokok, Rajawali,
Jakarta.
Supartiningsih, 2008, Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Dalam Upaya
Meningkatkan Pendapatan Rumahtangga Di Pedesaan, (Refleksi
Pengalaman Lapang dari Program P3EL di Kabupaten Lombok Timur),
Fakultas Pertanian UNRAM, Mataram.
Supriyati, 1990. Kajian Tingkat Upah di Pedesaan Jawa (Kasus di Jawa Barat).
Tesis Pasca Sarjana,IPB, Bogor.
,www.pnpm.co.id
, www.detik.finance.com
,www.proquest.com
, www.ginandjar.com
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis dengan Judul “ Peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Pedesaan Terhadap Pendapatan Perempuan di kecamatan Geger
Kabupaten Madiun.”
Disusun oleh :
Nama : Selfia Bintariningtyas
NIM : S4208004
Program : Pascasarjana
Jurusan : Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Konsentrasi : Ekonomi SDM dan Pembangunan
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji pada tanggal 3 Februari 2010 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Dr. Albertus Maqnus Soesilo, M.Sc
NIP. 195903281988031001
(Ketua Tim Penguji) ..……………..
2. Dr. J. J. Sarungu, MS.
NIP. 19510701 198010 1 001
(Pembimbing I) ………………
3. Drs. Akhmad Daerobi, MS.
NIP. 19570804 198601 1 002
(Pembimbing II) ……………....
Surakarta, 3 Februari 2010
Ketua Program MESP
Dr. J. J. Sarungu, SE., MS.
NIP. 19510701 198010 1 001
Mengetahui,
Direktur PPS UNS.
Prof. Drs. Suranto, M. Sc., Ph.D NIP. 195708201985031004
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Selfia Bintariningtyas
NIM : S4208004
Program : Pascasarjana
Jurusan : Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Konsentrasi : Ekonomi SDM dan Pembangunan
Judul Tesis : Peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Pedesaan Terhadap Pendapatan Perempuan
di kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
Menyatakan bahwa tesis tersebut adalah karya saya sendiri dan bukan
karya orang lain. Baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk
kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi akademis.
Surakarta, 8 Februari 2010
Penulis,
Selfia Bintariningtyas
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Selfia Bintariningtyas
Tempat ,Tanggal Lahir : Madiun, 25 Januari 1985
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Raya Kebonsari no.1 Kranggan, Madiun.
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Dasar di SDN P Kaibon 03 Madiun, 1991-1997.
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMPN 7 Madiun, 1997-2000.
3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMU 3 Madiun, 2000-2003.
4. Sarjana Ekonomi, fakultas Ekonomi jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Brawijaya Malang, 2003-2007.
5. Terdaftar sebagai mahasiswa Program Pascasarjana Magister Ekonomi dan
Studi Pembangunan Universitas Negeri Sebelas Maret, 2008.
Pengalaman Kerja :
1. Organizing Committee International Conference “Indonesia Regional
Science Association” (IRSA), 2006.
2. Tim Peneliti Media Cendikia Consulting (McCons) bekerja sama dengan
Kabupaten Situbondo” , 2006.
3. Tim Enumerator wilayah Jombang LPM Brawijaya dengan UNDP dalam
Proyek PKPS-BBM, 2005.
4. Bekerja pada OKE SHOP NPD Malang sebagai Sales Officer, 2007.
5. Bekerja Sebagai Customer Service Representative pada PT. Indosat
Cabang Kediri, 2008.
i
ABSTRAKSI
Tesis dengan judul ; Peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Pedesaan Terhadap Pendapatan Perempuan di kecamatan
Geger Kabupaten Madiun. Selfia Bintariningtyas, Program Pasca Sarjana Magister
Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana program PNPM
Mandiri sebagai Program Pemerintah dalam pengentasan kemiskinan dan
pemberdayaan masyarakat. Program ini dicanangkan pada tahun 2007 dan sampai
sekarang telah berjalan 3 tahun. Tujuan Program PNPM Mandiri salah satunya
adalah pemberdayaan perempuan engan kegiatannya adalah Simpan Pinjam
Prempuan (SPP). Kegiatan SPP ini merupakan kegiatan yang memberikan bantuan
pinjaman kepada perempuan yang mempuinyai usaha agar mampu lebih produktif
dan kreatif mengelola usahanya. Selain itu partisipasi perempuan dalam program ini
sangat diharapkan dalam perencanaan maupun dalam pengelolaan serta
pemeliharaan, untuk itu dibentuk kelompok perempuan dari masing-masing desa.
PNPM Mandiri merupakan Program pemerintah untuk pengentasan
kemiskinan dengan kosep pemberdayaan masyarakat miskin di perkotaan dengan
memberikat bantuan modal untuk kegiatan usaha produktif. Konsep pemberdayaan
inilah yang dinilai sebagai keunggulan dari PNPM Mandiri.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian
komperatif. Dengan menggunakan uji statistic yaitu uji beda T-Test yang
membandingkan pendapatan perempuan penerima bantuan pinjaman kredit SPP,
sebekum dan sesudah menerima bantuan.
Data diperoleh dengan menggunakan data primer yaitu dengan memberikan
daftar pertanyaan kepada responden selaku perempuan penerima bantuan SPP di
kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Setelah dilakukan pengujian dengan
menggunakan uji beda T-test, terbukti bahwa sebelum dan sesudah menerima
bantuan pinjaman SPP terdapat perbedaan secara nyata. Dapat dijelaskan bahwa
pendapatan sesudah menerima SPP meningkat rata-rata dibandingkan sebelum
menerima SPP.
Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan bantuan SPP dari program PNPM
Mandiri pedesaan dengan memberikan pinjaman untuk modal usaha produktif sangat
efektif. Sedangakan peran PNPM mandiri pedesaan dalam meningkatkan pendapatan
perempuan sebagai penerimanya, dapat dilihat dari perhitingan uji beda T-test
dengan taraf signifikasi 5% dimana t hitung berada di daerah penolakan Ho yang
berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan rata-rata sebelum dan
sesudah menerima bantuan SPP pada program PNPM Mandiri Pedesaan.
Kata Kunci : PNPM Mandiri Pedesaan, Pendapatan Perempuan.
ii
ABSTRACT
Role of Government Policy of Empowerment society is PNPM Mandiri Pedesaan
Rural Women’s Income in the District Geger, Madiun Regency
By : Selfia Bintariningtyas
This study to find out how about role of the PNPM Mandiri as government
programs in poverty alleviation and community empowerment. This program was
launched in 2007 and until now has been running 3 years. PNPM Mandiri program
objectives one of which is the empowerment of women is the activity Savings and
Loan women’s (SPP). SPP activity is provides loan assistance to women who
attempt to be able have more productively and creatively manage their business.
Also women's participation in this program is expected in the planning and the
management and maintenance, for it formed a group of women from each village.
PNPM Mandiri is a government program to alleviate poverty by empowering
for urban poor with give capital assistance for productive business activities. The
concept of empowerment is regarded as the hallmarks of PNPM Mandiri.
Research methods used in the study is comparative research methods. Using a
statistical test that is testing different T-Test comparing women's income
beneficiaries tuition loans, before and after receiving assistance.
Data obtained by using the primary data that is to provide a list of questions to
the respondents as beneficiaries of women in the district Geger, Madiun Regency.
After testing using different test T-test, proved that before and after receiving tuition
assistance loans for real differences. Can be explained that after receiving the tuition
fee income increased on average compared to before receiving SPP.
This study shows that with the help of tuition from the PNPM Mandiri rural
areas by providing loans for productive business capital is very effective. While the
role of independent PNPM in increasing incomes of rural women as recipients, can
be viewed from different test T-test with a significance level of 5%, where t count in
the region of rejection of Ho, which means there are significant differences between
the average income before and after receiving assistance SPP on Rural PNPM
Mandiri.
Key Words : PNPM Mandiri , women’s Income.
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat anugerah, kasih sayang, dan hidayah-Nya serta kekuatan
lahir dan batin, untuk mengukir sesuatu yang indah dalam kehidupan ini., sehingga
Tesis ini dapat terselesaikan dengan judul “Peran Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan Terhadap Pendapatan Perempuan di
kecamatan Geger Kabupaten Madiun”.
Akhirnya dengan penuh kesadaran, penulis berkeyakinan bahwa tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, maka penelitian kecil ini tidak dapat diselesaikan
dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. J. J. Sarungu, SE., MS. Selaku dosen pembimbing I sekaligus
Ketua Program MESP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terimaksih atas
bimbingan dan dukungannya sehingga tesis ini dapat terselasaikan.
2. Bapak Drs. Akhmad Daerobi, SE., MS. selaku dosen pembimbing II,
terimakasih atas arahan yang diberikan.
3. Bapak Dr. Albertus Maqnus Soesilo, M.Sc selaku dosen penguji yang
memberikan arahan untuk kesempurnaan tesis ini.
4. Dosen-dosen IESP Unibraw Malang, terimakasih telah memberikan motivasi
kepada penulis untuk melanjutkan studi Magister.
5. Mbak Ita, bapak Wahyu mas Sentot, Mas Upi dan seluruh staf MESP,
terimaksih banyak atas bantuan dan kerjasamanya.
6. Keluargaku tercinta, Papa dan Mama, tanpamu aku tidak bisa seperti ini.
Adiku Monica dan kakaku Okky berjuanglah.
7. Suamiku tercinta Aris Bastian Lahay yang menungguku di Kaltim,
terimaksih untuk memberiku izin menyelesaikan tesis ini. Terimksih juga
untuk keluarga besar di Karang jati, Ngawi.
8. Teman-teman seperjuangan Mbak Citra (trimakasaih banyak), Mas Salman,
Mas Lilik, Mbak Yuli, Mbak Triyana, Mas Untung, Dewi (trimakasih atas
bantuannya), Mbak Dewi, Indra, Eko, mas Siswojo, dan teman-teman
Sragen, harus semangat.
iv
Sebagai manusia yang tidak luput dari keterbatasan, penulis menyadari
bahwa tesis ini belum mencapai kesempurnaan. Semoga karya ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, Februari 2010
Penulis
v
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAKSI ........................................................................................................ i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.3. Batasan Masalah....................................................................... 5
1.4. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
1.4. Kegunaan Penelitian ................................................................. 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pendapatan………………………….……………….. 7
2.2. Konsep Modal…….………………………….……………….. 8
2.3. Konsep Perempuan….………………………………………… 10
2.4. Konsep Pemberdayaan………………………………………… 12
2.5. Pengertian Usaha Kecil.………………………………………. 15
2.6. Pengertian Kredit .…………………………………………… 17
2.7. Program PNPM Mandiri……………………………………... 18
2.8. Penelitian Terdahulu …………………………………………. 30
2.9. Kerangka Pemikiran ………………………………………… 33
2.10.Hipotesa………………………………………………………. 33
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………. 35
3.2. Jenis Penelitian…….…………………………………………. 35
3.3. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel…………………… 35
vi
3.4. Sumber Data………………..……………………………….. 37
3.5. Metode Pengumpulan Data……………………………..….. 38
3.6. Metode Analisa Data………………………………………… 38
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Wilayah Penelitian ....................................... 42
1. Keadaan umum wilayah Kecamatan Geger ................ 42
2. Kondisi Sosial ............................................................. 42
3. Gambaran Umum Obyek Penelitian ........................... 42
4.2.Karakteristik Responden ........................................................... 44
4.2.1. Keadaan dan Karakteristik Responden .............................. 44
1. Usia ............................................................................. 44
2. Tingkat Pendidikan ..................................................... 46
3. Status Pernikahan ........................................................ 47
4. Jenis Usaha yang Dimiliki .......................................... 48
5. Jumlah Anggota Keluarga ........................................... 49
6. Pekerjaan Suami .......................................................... 51
7. Lama Usaha ................................................................. 52
8. Besarnya SPP yang Diterima .................................... 53
9. Kemampuan Membayar Angsuran ............................. 57
4.2.2. Deskripsi Mengenai Alokasi Pendapatan Usaha ................ 58
4.2.3. Perbandingan Tingkat Pendapatan ..................................... 59
4.3.Hasil Estimasi Statistik ............................................................. 60
4.3.1. Uji Normalitas Data ........................................................... 60
4.3.2. Uji Beda T-Test .................................................................. 61
1. Home Industri ............................................................. 60
2. Jasa .............................................................................. 62
3. Toko Kelontong .......................................................... 64
4. Warung Makan ............................................................ 65
5. Kerajinan ..................................................................... 66
6. Keseluruhan jenis Usaha ............................................. 68
4.4. Pembahasan .............................................................................. 69
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan ............................................................................... 73
5.2.Saran .......................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Hal
2.1 Alokasi PNPM Berdasarkan Desa Tertinggal 25
2.2 Alokasi Berdasarkan Ratio 26
3.1 Data Penerima SPP Kecamatan Geger 37
4.1 Penerima SPP Tahun Anggaran 2009 43
4.2 Responden Menurut Usia 45
4.3 Responden Menurut Tingkat Pendidikan 46
4.4 Responden Menurut Status Perkawinan 48
4.5 Responden Menurut Jenis Usaha 49
4.6 Responden Menurut Anggota Keluarga 50
4.7 Menurut Pekerjaan Suami 51
4.8 Responden Menurut Lama Usaha 53
4.9 Responden Menurut Besarnya SPP 54
4.10 Besarnya Kemampuan Membayar Angsuran 57
4.11 Deskripsi Mengenai Alokasi Pendapatan Usaha 58
4.12 Perbandingan Tingkat Pendapatan 59
4.13 T-Test Home Industry 61
4.14 Test Statistik Home Industry 62
4.15 T-Test Jasa 63
4.16 Test Statistik Jasa 62
4.17 T-Test Toko Kelontong 63
4.18 Test Statistik Toko Kelontong 64
4.19 T-Test Warung Makan 65
4.20 Test Statistik Warung Makan 66
4.21 T-Test Kerajinan 67
4.22 T-Test Seluruh Jenis Usaha 68
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Hal
2.1. Tingkat Partisipasi Perempuan PNPM Mandiri 14
2.2. Kerangka Berfikir 33
4.1 Alur Kegiatan SPP 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berperannya perempuan di bidang ekonomi akan memberikan manfaat
yang sangat berarti, baik bagi ekonomi rumahtangganya maupun bagi dirinya
sendiri. Keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah akan meningkatkan
kontribusinya terhadap pendapatan rumahtangganya yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi peran perempuan dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai
baru serta kebiasaan baru yang dirasakan cocok bagi diri dan keluarganya
telah mendorong berubahnya sikap serta perilaku perempuan kearah tersebut
(Pujiwati, 1991).
Perempuan pedesaan, merupakan sumber daya manusia yang cukup nyata
berpartisipasi, khususnya dalam memenuhi fungsi ekonomi keluarga dan
rumah tangga bersama dengan laki-laki. Perempuan di pedesaan sudah
diketahui secara umum tidak hanya mengurusi rumah tangga sehari-hari saja,
tetapi tenaga dan pikirannya juga terlibat dalam berbagai kegiatan usaha tani
dan non usaha tani, baik yang sifatnya komersial maupun sosial (Pujiwati,
1991).
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di wilayah perdesaan.
Program ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa, Departemen Dalam Negeri. Program ini salah satunya adalah pemberian
2
bantuan simpan pinjam kepada masyarakat khususnya kepada masyarakat
yang mempunyai usaha kecil.
Program-program PKPS-BBM yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai
implikasi kenaikan harga BBM pada bulan oktober tahun 2005 yang meliputi
program BOS (Bantuan Operasional Sekolah), BLT (Bantuan Langsung
Tunai), raskin (Beras Untuk Masyarakat Miskin), Askeskin (Asuransi
Kesehatan bagi masyarakat miskin), dan program-program lainya. Sedangkan
program yang arahnya kepada pemberdayaan masyarakat adalah Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.
Adapun program kebijakan PNPM itu sendiri ditetapkan pada tahun 2007
dan didefinisikan sebagai program nasional penanggulangan kemiskinan
terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat, yang sebelumnya bernama
Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Diharapkan PNPM mandiri
mampu memberikan kontribusi besar dengan tujuan untuk mengentaskan
kemisikinan, pemberdayaan perempuan dan penyerapan tenaga kerja di
Indonesia. Peran Program kebijakan PNPM mandiri terhadap peningkatan
pendapatan perempuan yang secara tidak langsung akan berdampak pada
pengentasan kemiskinan di Indonesia.
Menurut data dari Menkokesra 2008, Pada tahun 2007 PNPM telah
mencakup 1.993 kecamatan di perdesaan dan 834 kecamatan di perkotaan atau
sekitar 50 ribu desa/kelurahan. Tahun 2008, PNPM mengintegrasikan seluruh
program penanggulangan kemiskinan di berbagai kementerian dan lembaga
dan mencakup 3.800 kecamatan. Selanjutnya di tahun 2009 ini secara
3
kumulatif seluruh kecamatan di Indonesia (5.263 kecamatan) akan menjadi
penerima manfaat PNPM ini.
Adapun tujuan umum dari PNPM adalah meningkatnya kesejahteraan dan
kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Sedangkan tujuan
khususnya meliputi:
a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat
miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan
b. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
mendayagunakan sumber daya lokal
c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi
pengelolaan pembangunan partisipatif
d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang
diprioritaskan oleh masyarakat
e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir
f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan KerjaSama Antar Desa
(BKAD)
g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya
penanggulangan kemiskinan perdesaan
Salah satu tujuan dari PNPM mandiri adalah pemberdayaan ekonomi
perempuan, keterlibatan perempuan di pedesaan dalam kegiatan ekonomi
produktif antara lain dipengaruhi oleh faktor ekonomi, yaitu tidak
tercukupinya kebutuhan rumah tangga mereka. Sebagai ibu rumah tangga,
biasanya perempuan yang bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangga,
4
baik menyangkut kesehatan gizi keluarga, pendidikan anak, dan pengaturan
pengeluaran biaya hidup keluarga. Ketika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak
tercukupi, maka perempuan yang pertama merasakan dampaknya. Sehingga
dengan keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi produktif setidaknya
sebagian kebutuhan keluarga mereka terpenuhi. Demikian juga masalah
Kesenjangan gender antara laki-laki dan perempuan dalam pembangunan
belum terpikirkan oleh para pembuat keputusan di desa.
Kecamatan Geger merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Madiun
yang sudah 2 tahun semua desa di kecamatan tersebut menerima bantuan
simpan pinjam dari program PNPM Mandiri pedesaan. Kecamatan Geger juga
merupakan kecamatan yang mempunyai karakteristik usaha masyarakatnya
yang beraneka ragam.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penelitian ini diarahkan
untuk mengetahui peran program nasional pemberdayaan masyarakat PNPM
Mandiri pedesaan terhadap pendapatan perempuan Kecamatan Geger,
Kabupaten Madiun.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas tentang Program
PNPM Mandiri Pedesaan dalam meningkatkan pendapatan perempuan
penerima bantuan SPP di kecamatan Geger kabupaten Madiun, maka
permasalahan dapat di rumuskan sebagai berikut :
1. Kebijakan pemerintah PNPM Mandiri pedesaan dengan salah satu
kegiatannya simpan pinjam perempuan (SPP), maka perlu diketahui
bagaimana SPP dapat meningkatkan pendapatan perempuan pelaku
5
usaha. Maka, apakah ada perbedaan pendapatan usaha perempuan yang
memiliki usaha sebelum dan sesudah menerima bantuan kredit PNPM
Mandiri Pedesaan ?
2. Jenis usaha apakah yang mampu berkembang cepat setelah diberi
bantuan kredit PNPM Mandiri Pedesaan ?
1.3. Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada perempuan yang menerima bantuan
pinjaman kredit program PNPM Mandiri Pedesaan dan diklasifikasikan
berdasarkan jenis usaha yang dilakukan oleh perempuan penerima bantuan
pinjaman atau disebut SPP (Simpan Pinjam Perempuan).
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan daripada rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui perbedaan pendapatan usaha perempuan sebelum dan
sesudah menerima bantuan kredit PNPM Mandiri Pedesaan.
2. Mengetahui jenis usaha yang mampu berkembang cepat setelah diberi
bantuan kredit PNPM Mandiri Pedesaan.
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bisa menjadi sumber informasi
yang bermanfaat bagi semua pihak, terutama yang terkait dan berwenang
dalam pembuatan suatu kebijakan, khususnya untuk pengembangan program-
program pengentasan kemiskinan selanjutnya, dengan maksud agar
keberadaan program ini bisa lebih baik, dalam arti mempunyai pengaruh yang
6
besar dalam usaha pemberdayaan masyarakat miskin, penggunaan daya dan
dana secara lebih efisien dan efektif, sehingga pada gilirannya nanti
diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan bagi
mayarakat miskin. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi :
1. Diharapkan memberikan tambahan pengetahuan kepada peneliti
dengan perannya sebagai seorang perempuan. Agar mampu bersikap
produktif dan kreatif.
2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan kepada
perempuan-perempuan Indonesia dalam produktivitas rumah tangga.
3. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dalam hal ini adalah
pemerintah dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan Pemerintah
selanjutnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pendapatan
Pengertian pendapatan menurut BPS diperinci sebagai berikut (Hans-
Dieter Ever, dalam Mulyanto Sumardi, 1982:92-93) :
- Pendapatan berupa uang adalah sebagai penghasilan berupa uang
yang sifatnya reguler dan yang biasanya diterima sebagai balas jasa
atau kontraprestasi yaitu yang meliputi pendapatan :
a. Gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja lembur, kerja
sampingan dan kerja kadang-kadang
b. Dari usaha sendiri, yang meliputi hasil bersih usaha sendiri,
komisi, penjualan dari kerajinan rumah tangga
c. Dari hasil investasi seperti bunga, modal, tanah
d. Dari keuntungan sosial yaitu pendapatan yang diperoleh dari kerja
sosial
- Pendapatan berupa barang adalah sebagian penghasilan yang sifatnya
reguler dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa yang
diterimakan. Barang atau jasa yang diperoleh dinilai dengan harga
pasar sekalipun tidak disertai transaksi uang oleh yang menikmati
barang dan jasa tersebut. Yang dimaksud dalam pendapatan ini
adalah:
a. Bagian pembayaran upah dan gaji yang berbentuk beras,
pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi
8
b. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah, antara lain :
pemakaian barang yang diproduksi di rumah, sewa yang
seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati
c. Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan yaitu : penerimaan
yang berupa pengambilan tabungan, penjualan barang-barang yang
dipakai, pinjaman uang, kiriman uang, hadiah, warisan, menang
judi.
Jadi pendapatan adalah penghasilan dalam bentuk uang maupun
barang yang sifatnya regular sebagai balas jasa. Bila pendapatan seseorang
naik maka secara tidak langsung konsumsi dan investasi akan mengalami
kenaikan.
2.2 Konsep Modal
1. Pengertian Modal
Modal sebagai salah satu faktor produksi dapat diartikan sebagai
semua bentuk kekayaan yang dapat dipakai langsung atau tidak langsung
dalam proses produksi untuk menambah out put-nya. Dalam pengertian
lain, modal didefinisikan sebagai semua bentuk kekayaan yang
memberikan penghasilan kepada pemiliknya atau suatu kekayaan yang
dapat menghasilkan suatu hasil yang akan digunakan untuk menghasilkan
kekayaan lain. Dari ketiga definisi di atas diketahui bahwa pada prinsipnya
modal segalasesuatu yang memiliki peranan penting untuk menghasilkan
suatu barang produksi dalam suatu proses produksi.
9
2. Peran Modal dalam Proses Produksi
Suatu modal dalam kegiatan ekonomi merupakan salah satu faktor
penting produksi yang tidak dapat diabaikan, di samping faktor-faktor
pendukung proses produksi lainnya. Setiap individu berhak menggunakan
modal yang dimiliki dengan baik dan produktif. Produksi berskala besar
dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat yang dicapai saat ini,
adalah manfaat yang dapat dihasilkan dari penggunaan modal secara
maksimal, efisien dan produktif. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki
harta, baik yang tidak atau belum mampu mengurusnya, diharuskan dapat
mengembangkan harta yang dimiliki dengan benar dan membiayai
keuntungan pemiliknya dari keuntungan perputaran modal, bukan dari
pokok modalnya.
Menurut Bowerk, suatu modal produksi dapat dikatakan sebagai modal
yang produktif, jika :
a. Modal mempunyai kesanggupan sebagai faktor pendukung dalam
memproduksi barang-barang produksi.
b. Modal mempunyai kekuatan untuk menghasilkan barang-barang dalam
jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dihasilkan tanpa memakai modal.
c. Modal sanggup menghasilkan barang atau benda-benda yang lebih berharga
dari apa yang dihasilkan tanpa menggunakan modal.
d. Modal sanggup menghasilkan nilai harga (price) yang lebih besar dari nilai
modal itu sendiri.
Dengan demikian dapat diketahui dengan jelas, bahwa suatu modal
memiliki kedudukan yang sangat penting dalam faktor-faktor produksi,
10
meskipun bukan menjadi yang terpenting. Dalam hal ini faktor manusia
mempunyai tempat yang lebih tinggi di atas modal sebagai faktor utama yang
menjadi penyebab adanya kegiatan produksi ataupun aktivitas ekonomi
lainnya. Oleh karenanya, fungsi modal yang utama adalah sebagai penunjang
jalannya proses produksi untuk mengahasilkan barang-barang produksi dalam
rangka memenuhi kebutuahan
masyarakat (konsumen).
2.3 Konsep Perempuan
Pada perkembangannya, pada tahun 2000 telah diterbitkan Instruksi
Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Jender dalam Pembangunan Nasional. Inpres ini berisi instruksi kepada
menteri, bupati/walikota, kepala lembaga pemerintah non departemen untuk:
1. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauaan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif jender
sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
2. Memperhatikan secara sungguh - sungguh Pedoman Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional.
3. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuaan:
- Memberikan bantuan teknis kepada instansi dan lembaga pemerintah di
tingkat Pusat dan daerah dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender.
- Melaporkan hasil pelaksanaan pengarusutamaan gender kepada
Presiden.
11
4. Secara bersama - sama atau sendiri - sendiri sesuai dengan bidang tugas
dan fungsi, serta kewenangan masing - masing, menetapkan ketentuan
lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Instruksi Presiden ini.
Kegiatan Pengarusutamaan Jender dalam Pembangunan Nasional,
dilaksanakan melalui dua langkah utama, yaitu:
- Analisis Jender, untuk mengidentifikasi dan memahami ada tidaknya
dan sebab - sebab terjadinya ketidaksetaraan jender, termasuk
pemecahan masalahnya.
- Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) untuk menumbuhkan dan
meningkatkan kemampuan instansi dan lembaga pemerintah di tingkat
pusat dan daerah tentang jender.
Dalam skala global, dikenal tiga pergeseran interpretasi peningkatan
peran wanita (P2W) sebagai berikut (Tjokrowinoto, 1996:h. 84-86 dalam
Mudrajad Kuncoro, 1997) :
1. P2W sebagai wanita dalam pembangunan
Perspektif P2W dalam konteks Women in Development memfokuskan
pada bagaimana mengintegrasikan wanita dalam berbagai bidang
kehidupan, tanpa banyak mempersoalkan sumber-sumber yang
menyebabkan mengapa posisi wanita dalam masyarakat bersifat
interior, sekunder, dan dalam hubungan subordinasi terhadap pria.
Asumsinya, struktur sosial yang ada dipandang sudah given. Indikator
integrasi wanita dalam pembangunan diukur dengan indikator seperti
partisipasi angkatan kerja, akses terhadap pendidikan, hak-hak politik
dan kewarganegaraan, dan sebagainya.
12
2. P2W sebagai wanita dan pembanguan
Menurut perspektif Women and Development yang dipelopori oleh
kaum feminisme Marxist ini, wanita selalu menjadi pelaku penting
dalam masyarakat sehingga posisi wanita, dalam arti status,
kedudukan, dan peranannya, akan menjadi salah satu ukuran
keberhasilan pembangunan.
3. P2W sebagai gender dan pembangunan
Menurut kacamata gender and development, konstruksi sosial yang
membentuk persepsi dan harapan serta mengatur hubungan antara pria
dan wanita sering merupakan penyebab rendahnya kedudukan dan
status wanita, posisi inferior dan sekunder relatif terhadap pria.
Pembangunan berdimensi gender ditujukan untuk mengubah hubungan
gender yang eksploratif atau merugikan menjadi hubungan yang
seimbang, selaras, dan serasi.
2.4 Konsep Pemberdayaan
Pemberdayaan perempuan yang dicanangkan dalam Millenium
Development Goals untuk mengurangi kemiskinan berwajah perempuan
memiliki tiga dimensi yaitu Human Capability, kemampuan manusia dalam
hal pendidikan, kesehatan dan gizi, dengan menghilangkan gap pendidikan
bagi perempuan dan laki-laki hingga sekolah menengah; Acces to resources
and opportunity, akses terhadap sumber daya dan kesempatan yang mengacu
pada aset ekonomi dan partisipasi social.
13
Pemberdayaan sebagaimana didefinisikan oleh Empowerment TeamWorld
Bank.adalah terminologi yang paling sering disejajarkan dan digunakan dalam
upaya poverty reduction. Pemberantasan kemiskinan memerlukan keterlibatan
perempuan dalam pembangunan sosial dan ekonomi, kesempatan yang sama
dan partisipasi penuh dan adil antara laki-laki dan perempuan sebagai agen
pembangunan berkelanjutan. Pemberdayaan merupakan proses peningkatan
kapasitas seseorang atau kelompok dalam menentukan pilihan guna
melakukan suatu aksi atau output yang diinginkan.
The Commission on Global Government (Mandela, 1995) menyatakan
bahwa pemberdayaan tergantung pada kemampuan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri, karena kemiskinan mencerminkan ketiadaan
pilihan bagi seseorang. Kepastian ekonomi adalah esensial agar masyarakat
mempunyai kemandirian dan kemampuan untuk menguasai power.
Dengan berbagai pandangan itu dikembangkan pendekatan pemberdayaan
dalam pembangunan masyarakat. Bahwa upaya yang dilakukan harus
diarahkan langsung pada akar persoalannya, yaitu meningkatkan kemampuan
rakyat. Bagian yang tertinggal dalam masyarakat harus ditingkatkan
kemampuannya dengan mengembangkan dan mendinamisasikanpotensinya,
dengan kata lain, memberdayakannya.
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi
yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru
pembangunan, yakni yang bersifat "peoplecentered, participatory,
empowering, and sustainable" seperti dikatakan oleh Robert Chamber (1995).
14
Pemberdayaan menurut PNPM Mandiri Pedesaan adalah upaya untuk
menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu
maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya
peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya.
Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari
perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan
kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.
Tingkat Partisipasi Perempuan PNPM Pedesaan
Gambar 2.1 : Tingkat Partisipasi Perempuan PNPM Mandiri Pedesaan
Sumber : Data dari PNPM Mandiri tahun 2009.
Keterangan gambar 2.1 :
MDST : Musyawarah Desa Serah Terima
MDPJ : Musyawarah Desa Pertanggungjawaban
Musdes : Musyawarah Desa
MAD : Musyawarah Antar Desa
15
MKP : Musyawarah Khusus Perempuan
Pegas : Musyawarah Penggalian Gagasan
Data yang diperoleh dari PNPM Mandiri pedesaan dalam diagram diatas
bahwa sampai tahun 2009 partisipasi perempuan dalam PNPM Mandiri
pedesaan sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan musyawarah
tentang PPNPM Mandiri Pedesaan yang biasanya dilaksanakan di masing-
masing balai desa. Seperti yang terlihat di gambar 2.1 diatas partisipasi
perempuan dalam MKP (Musyawarah Khusus Perempuan), serta pada MJPJ
(musyawarah Desa Pertangungjawaban) sangat tinggi atau bahkan hamper
semua anggota kelompok perempuan berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan
MKP dan MJPJ.
2.5. Pengertian Usaha Kecil
- Menurut UU No.9/1995, kriteria usaha kecil adalah:
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta. Memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 milyar, milik warga negara
Indonesia. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun
tidak langsung dengan perusahaan menengah atau perusahaan besar.
Berbentuk badan usaha perseorangan, tidak berbadan hukum, atau
berbadan hukum, termasuk koperasi. (Mudrajat 1998:312)
- Menurut BPS (Buletin Ekonomi Bapindo:1995) :
Industri kecil adalah usaha yang melakukan kegiatan mengubah barang
dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang kurang
nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan jumlah tenaga
kerja 5-19 orang.
Selain definisi di atas setiap instansi memiliki definisi yang berbeda-beda
mengenai usaha kecil dan hal ini berkaitan dengan sulitnya menyediakan data
16
sesuai dengan definisi masing-masing. Sehingga pembinaan usaha kecil ini
masih belum optimal, karena masing-masing instansi pembina menekankan
pada sektor dan bidang binaannya sendiri. Sehingga dalam praktek sering kita
jumpai persaingan antar instansi pembina usaha kecil dan pengusaha kecil
merasa hanya sebagai “obyek” saja tanpa ada tindak lanjut atau pemecahan
masalah mereka secara langsung.
Meskipun setiap instansi mempunyai definisi yang berbeda mengenai
usaha kecil, bisa disimpulkan bahwa sebenarnya usaha kecil mempunyai
karakteristik yanag hampir sama, yaitu:
1. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan
operasi. Sebagian usaha kecil ini dikelola secara perorangan yang
merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta
memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.
2. Rendahnya akses usaha kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal,
sehingga mereka sering menggantungkan pembiayaannya dari modal
sendiri atau sumber lain seperti keluarga bahkan rentenir.
3. Sebagian besar usaha kecil tidak berbadan hukum.
4. Ditinjau dari golongan industri, hampir sepertiga usaha kecil bergerak
dalam usaha makanan, minuman, dan tembakau, diikuti kelompok industri
barang galian bukan logam, industri tesktil, dan industri kayu, bambu,
rotan, rumput, dan sejenisnya termasuk perabotan rumah tangga masing-
masing berkisar 21 sampai 22 persen dari keseluruhan industri yang ada.
(Mudrajat 1998 : 316).
17
Sedangkan Home industry merupakan bentuk usaha yang dikelola
rumah tangga dengan skala usaha relatif kecil. Menurut Tambunan T. (1994)
salah satu karakteristik home industry adalah struktur permodalan sangat
bergantung pada modal pribadi sehingga merupakan kendala yang sangat
besar bagi perkembangan usaha. Keterlibatan lembaga keuangan sangat
diperlukan dalam perkembangan usahanya. Bagaimana mekanisme
kemitraan antara home industri dengan lembaga keuangan merupakan hal
yang perlu dikaji agar sinergi antara home industri dengan lembaga
keuangan dapat berjalan.
2.6 Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan
(faith atau thruth). Oleh karena itu dasar pemberian kredit adalah kepercayaan.
Meskipun sebenarnya kredit bukan hanya sekedar kepercayaan. Seseorang
atau lembaga yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima
kredit (debitur) dimasa yang akan datang akan sanggup untuk memenuhi
segala kewajiban yang telah dijanjikan, yang dapat berupa barang, uang atau
jasa.
Dalam dunia bisnis “kredit” pada umumnya diartikan sebagai :”…
kesanggupan untuk meminjam uang, atau kesanggupan akan mengadakan
transaksi dagang atau memperoleh penyerahan barang atau jasa, dengan
perjanjian akan membayarnya kelak”(Abdurrahman dalam Fuady 1996:6).
Pengertian kredit menurut OP Simorangkir adalah “Pemberian prestasi
(misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan
terjadi pada waktu mendatang” (Simorangkir 1983:91). Sedangkan
pengertian kredit menurut Muchdarsyah Sinungan adalah “Uang bank yang
dipinjamkan pada nasabah dan akan dikembalikan pada suatu waktu tertentu
dimasa mendatang, disertai dengan suatu kontraprestasi berupa bunga”
(Sinungan, 1994:174).
18
Menurut kamus ekonomi “Kredit berarti penundaan pembayaran,
kepercayaan merupakan suatu syarat untuk memperoleh kredit. Sedanakan
menurut UU Tentang Perbankan No.7 Tahun 1992 pasal 1 point 12: pinjaman
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu yang
telah ditentukan dengan bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
2.7 Program PNPM Mandiri
Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri
Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus
dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk
mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan.
Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari
Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil.
Beberapa keberhasilan PPK adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan
pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan,
serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat.
Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri
untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu
mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya
tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Misi PNPM Mandiri Perdesaan
adalah: (1) Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2)
pelembagaan sistem pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan
peran pemerintahan lokal; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana
19
sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat; (5) pengembangan jaringan
kemitraan dalam pembangunan.
Pengertian PNPM Mandiri
Adapun pengertian PNPM Mandiri adalah sebagai berikut :
a. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan
sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri
dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta
mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan
pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat
dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
b. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan
kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam
memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,
kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat
memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah
daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin
keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.
Tujuan PNPM Mandiri
1. Tujuan Umum
Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat
miskin secara mandiri.
20
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat
miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan
kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering
terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan
pengelolaan pembangunan.
b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,
representatif, dan akuntabel.
c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui
kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada
masyarakat miskin (pro-poor).
d. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta,
asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat,
organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya, untuk
mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.
e. Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta
kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam
menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.
f. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai
dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan
lokal.
g. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan tekhnologi tepat guna,
informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.
21
Prinsip Dasar PNPM Mandiri
PNPM-Mandiri menekankan prinsip-prinsip dasar berikut ini:
• Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM Mandiri
senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia
seutuhnya.
• Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, masyarakat memiliki
kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan
mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.
• Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral
dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat
sesuai dengan kapasitasnya.
• Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan
mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan
kelompok masyarakat yang kurang beruntung.
• Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses
pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong
menjalankan pembangunan.
• Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai
kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam
menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan.
• Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan
secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada
kepentingan masyarakat miskin.
22
• Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang
memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan
sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan
dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun
administratif.
• Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan
kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara
optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.
• Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan
kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar
pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
• Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan
kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini
tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
• Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan
PNPM Mandiri harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah
dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat.
Kategori Program
Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan
masyarakat dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. PNPM-Inti: terdiri dari program/kegiatan pemberdayaan masyarakat
berbasis kewilayahan, yang mencakup PPK (Program Pengembangan
Kecamatan), P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di
23
Perkotaan), PISEW (Program Infraa Struktur Sosial Ekonomi Wilayah),
dan P2DTK (Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus).
b. PNPM-Penguatan: terdiri dari program-program pemberdayaan
masyarakat berbasis sektoral, kewilayahan, serta khusus untuk
mendukung penanggulangan kemiskinan yang pelaksanaannya terkait
pencapaian target tertentu.
Program-program yang tergabung dalam PNPM Mandiri pada tahun
anggaran 2009 terdiri dari 5 program utama, yaitu:
1. PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di wilayah perdesaan.
Program ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa, Departemen Dalam Negeri.
2. PNPM Mandiri Perkotaan merupakan program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di wilayah perkotaan.
Program ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen
Pekerjaan Umum.
3. PNPM Mandiri Daerah Tertinggal dan Khusus merupakan program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di
wilayah perdesaan dengan fokus desa-desa tertinggal. Program ini
dikelola oleh Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus,
Kementerian Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.
4. PNPM Mandiri Infrastruktur Perdesaan merupakan program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di
wilayah perdesaan dengan fokus desa-desa tertinggal. Program ini
24
dikelola oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan
Umum.
5. PNPM Mandiri Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah merupakan
program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat
di wilayah perdesaan. Program ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Cipta
Karya/Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Pembangunan
Daerah/Departemen Dalam Negeri, dan Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Departemen Dalam Negeri.
Sasaran PNPM Mandiri Pedesaan
1. Lokasi Sasaran:
Pada tahun 2009, lokasi sasaran PNPM Mandiri Perdesaan meliputi seluruh
kecamatan perdesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan
secara bertahap. Untuk tahun 2008, ketentuan pemilihan lokasi sasaran
berdasarkan ketentuan :
a. Kecamatan-kecamatan yang tidak termasuk kategori “kecamatan
bermasalah dalam PPK,”
b. Kecamatan-kecamatan yang diusulkan oleh pemerintahan daerah dalam
skema kontribusi pendanaan.
2. Kelompok Sasaran:
a. Rumah Tangga Miskin (RTM) di perdesaan,
b. Kelembagaan masyarakat di perdesaan,
c. Kelembagaan pemerintahan lokal.
25
Pendanaan
1. Besarnya Alokasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)
Alokasi BLM untuk setiap kecamatan dilakukan dengan menggunakan
dua cara, yaitu:
a. Alokasi berdasarkan keberadaan desa tertinggal
Kecamatan yang mempunyai desa tertinggal yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah, maka alokasi BLM nya berdasarkan jumlah desa tertinggal
yang ada di kecamatan tersebut. Data Desa Tertinggal merujuk pada data
yang ditetapkan oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal.
Alokasi BLM Kecamatan yang mempunyai desa tertinggal, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Alokasi Berdasarkan Keberadaan Desa Tertinggal
Jumlah Desa Tertinggal Alokasi BLM (Rupiah)
≤ 3 1.000.000.000
4 1.250.000.000
5 1.500.000.000
6 1.500.000.000
7 1.750.000.000
8 2.000.000.000
9 2.250.000.000
10 2.500.000.000
11 2.750.000.000
≥12 3.000.000.000
Sumber : Data dari PNPM Mandiri tahun 2009.
26
b. Alokasi berdasarkan ratio penduduk miskin dan jumlah penduduk di
kecamatan
Untuk kecamatan-kecamatan yang tidak mempunyai desa tertinggal yang
telah ditentukan pemerintah, dialokasikan dengan menggunakan rasio
penduduk miskin dan jumlah penduduk dalam kecamatan, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Tabel 2.2
Alokasi Berdasarkan Ratio
Lokasi Jumlah Penduduk Persen Penduduk
Miskin
Jawa
< 25.000 ≤= 40%
> 40%
25.000 - 50.000 ≤= 40%
> 40%
> 50.000
< 20%
20% - 40%
> 40%
Luar
Jawa
< 15.000 ≤= 40%
> 40%
15.000 - 25.000 ≤= 40%
> 40%
> 25.000
< 20%
20% - 40%
> 40%
Sumber : Data dari PNPM Mandiri tahun 2009.
Sedangkan sumber dana PNPM Mandiri itu sendiri berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
c. Swadaya masyarakat
d. Partisipasi dunia usaha
27
Ketentuan tentang bagaimana alokasi dana PNPM Mandiri Perdesaan
adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan penetapan lokasi kecamatan, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Departemen Keuangan
(Depkeu) menerbitkan Dokumen Anggaran yang berlaku sebagai surat
keputusan otorisasi.
b. Alokasi dana PNPM Mandiri Perdesaan dicatat pada Daftar
Pembukuan Administrasi APBD Kabupaten.
Dasar Hukum PNPM Mandiri
Dasar hukum pelaksanaan PNPM Mandiri mengacu pada landasan
konstitusional UUD 1945 beserta amandemennya, landasan idiil Pancasila,
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta landasan khusus
pelaksanaan PNPM Mandiri yang akan disusun kemudian. Peraturan
perundang-undangan khususnya terkait sistem pemerintahan, perencanaan,
keuangan negara, dan kebijakan penanggulangan kemiskinan adalah sebagai
berikut:
1. Sistem Pemerintahan
Dasar peraturan perundangan sistem pemerintahan yang digunakan adalah:
a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintah Desa.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan.
d. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan.
28
2. Sistem Perencanaan
Dasar peraturan perundangan sistem perencanaan terkait adalah:
a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN).
b. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025.
c. Peraturan Presiden Nomor. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004-2009.
d. Peraturan Pemerintah Nomor. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
e. Peraturan Pemerintah Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.
f. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional.
3. Sistem Keuangan Negara
Dasar peraturan perundangan sistem keuangan negara adalah:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4455);
c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
29
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4597);
f. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Barang.
Struktur Kelembagaan
Struktur kelembagaan PNPM Mandiri mencakup seluruh pihak yang
bertanggungjawab dan terkait dalam pelaksanaan serta upaya pencapaian
tujuan PNPM Mandiri, meliputi unsur pemerintah, fasilitator dan konsultan
pendamping, serta masyarakat baik di pusat maupun daerah. Secara umum,
struktur organisasi PNPM Mandiri digambarkan berikut ini.
30
Gambar 2.2 : Struktur organisasi PNPM Pedeaan.
2.8 Penelitian Terdahulu
Topik yang berkaitan dengan tema dari kebijakan pemerintah terhadap
pendapatan perempuan diteliti oleh peneliti terdahulu. Suman (2007) meneliti
mengenai pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di Propinsi Jawa
Timur. Program itu bernama PPK (Program Pengembangan Kecamatan).
Ditemukan bahwa PPK sudah mengenai sasarannya yaitu kecamatan miskin.
Ketepatan sasaran itu diukur dari kondisi fisik rumah responden yang ternyata
berhubungan positif dengan pendapatan responden. Pada tingkat mikro PPK
dengan kredit mikronya mampu menciptakan tambahan pendapatan 10% per
tahun bagi peminjamnya. Studi ini melihat keberhasilan perempuan dalam
memanfaatkan kredit mikro dan menemukan adanya korelasi yang kuat antara
31
frekuensi pertemuan kelompok perempuan dan besarnya tunggakan cicilan
kelompok itu. Peran ini pula membuat perempuan lebih memilih untuk
memikirkan secara serius bagaimana membayar utang kepada kelompoknya
daripada menanggung rasa malu karena menunggak utang itu.
Gergis (1999), dalam penelitiannya mencoba untuk menjelaskan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip pemberdayaan ekonomi warga negara.
Pemberdayaan telah berada di pusat pergeseran pemikiran tentang
pembangunan ekonomi sebagai tanggapan dengan kegagalan modernisasi
dan ekonomi menetes ke bawah. Untuk dapat diberdayakan, penting untuk
mengetahui kemampuan sendiri dan energi kreatif. Pemberdayaan adalah
tentang mengambil alih proses pembuatan keputusan, karena ini tentang
pencapaian pemberdayaan tujuan. Hasil penelitiannya, bahwa pemberdayaan
dari mereka yang tidak berdaya, termasuk penyandang cacat, anak-anak,
orang tua, perempuan, miskin, dan pengangguran. Karena pendidikan dan
pelatihan sangat penting untuk pemberdayaan ekonomi warga, mereka harus
direformasi untuk meningkatkan kreativitas dan daya saing. Akhirnya, kertas
memberikan definisi dan strategi operasional untuk mencapai pemberdayaan
ekonomi warga
Wulandari (2000), dalam penelitiannya mengenai Analisis Berbagai
Faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan nasabah penerima
bantuan modal produktif PDM-DKE, menggunakan regresi linier sebagai alat
analisanya. Dalam persamaan regresinya, variabel dependentnya adalah
kenaikan pendapatan dan variabel independentnya merupakan variabel-
variabel yang mempengaruhi kenaikan pendapatan yaitu : modal PDM-DKE
32
yang diterima, usia nasabah, tingkat pendidikan nasabah, dan jumlah anak
yang masih menjadi tanggungan nasabah. Hasil analisa yang diperoleh
menunjukkan adanya hubungan yang sangat kuat antara semua variabel bebas
dan variabel terikat.
Suprayoga (2000), yang menganalisa tentang pemberian Kukesra dan
Takesra dan meningkatkan tahapan keluarga menggunakan alat analisa
regresi linier semi-log. Dimana variabel dependentnya adalah kenaikan
tahapan keluarga dan variabel independent yang digunakan adalah jumlah
keluarga penerima kredit, nominal kredit yang diberikan, dan tabungan dari
masing-masing keluarga penerima kredit. Hasil analisa menunjukkan bahwa
setiap perubahan pada variabel bebas akan mampengaruhi perubahan variabel
dependent. Makin besar kredit yang diberikan akan memperbesar kesempatan
bagi keluarga penerima untuk berpindah ke tingkatan keluarga sejahtera yang
lebih tinggi.
Setiono (1997), menganalisa program P2KP (Proyek Pengentasan
Kemisikinan Perkotaan) dengan melihat efektifitas bantuan program yaitu
bantuan langsung kepada masyarakat yang diberikan untuk mendorong peran
dan partisipatif masyarakat perkotaan. Peneletian tersebut dengan mengambil
judul Efektifitas Pemberian Bantuan Modal Poroduktif P2KP (Proyek
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan masyarakat Kelurahan Bandulan
Kecamatan Sukun Kota Malang. Dengan menggunakan uji beda yaitu uji Z
(data normal), maka di dapat hasil bahwa P2KP tidak bisa berperan sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah. Data-data hasil penelitian
33
menjelaskan P2KP belum bisa berperan banyak terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat miskin.
2.9 Kerangka Pemikiran
Kebijakan pemerintah tentang PNPM Mandiri diharapkan mampu
memberikan kontribusi yang besar terhadap pemberdayaan masyarakat
khususnya perempuan yang mempunyai usaha. Kontribusi ini dapat dilihat
dari pendapatan perempuan penerima bantuan PNPM Mandiri pedesaan dalam
bentuk Simpan Pinjam Perempuan (SPP), sebelum dan sesudah menerima
bantuan. Kerangka pikir dari penelitian ini adalah :
Gambar 2.1 : Kerangka berfikir.
2.10 Hipotesis
Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa
ditinggalkan, karena merupakan instrument kerja dari teori. Sebagai hasil kerja
PNPM Mandiri Pedesaan
Perempuan Yang
Memiliki Usaha
Pendapatan Usaha
Sesudah Kredit
Pendapatan Usaha
Sebelum Kredit
Komparasi/perbedaan
Uji Beda
34
teori preposisi, hipotesa lebih spesifik sifatnya, sehingga lebih siap untuk diuji
secara empiris (Singarimbun, 1987 : 43).
Berdasarkan permasalahan dan landasan teori yang telah diuraikan pada
bagian sebelumbya, maka dapat disusun suatu hipotesa yang merupakan
jawaban sementara terhadap masalah penelitian dan masih harus dibuktikan
secara empiris, yaitu :
1. Ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan perempuan yang
memiliki usaha sebelum dan sesudah menerima bantuan kredit PNPM
Mandiri Pedesaan.
2. Diaantara 5 jenis usaha, jenis usaha home industry lebih cepat
berkembang setelah diberi bantuan kredit PNPM Mandiri Pedesaan.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peran perempuan
pada program PNPM mandiri pedesaan dengan studi kasus di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2009
setelah pelaksanaan PNPM Pedesaan bantuan kredit usaha di kecamatan
Geger dilaksanakan telah berjalan dalam kurun waktu 2 tahun, semenjak
program ini di laksanakan pada tahun 2007. Obyek peneitian ini adalah
perempuan pnerima bantuan kredit SPP (Simpan Pinjam Perempuan).
3.2 Jenis Penelitian
Bentuk desain penelitian yang diambil dalam penulisan ini adalah
satatistik deskriptif. Satistik Deskriptif ini bertujuan untuk mencoba
menggambarkan pola-pola yang konsisten dalam data sehingga hasilnya dapat
dipelajari dan ditafsirkan dengan lebih jelas dan bermakana (Kuncoro, 2003:
172). Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian survey.
Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada popolasi besar
maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil
dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi
dan hubungan-hubungan antar variabel (Sugiono, 2005).
3.3 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel
Populasi adalah keseluruhan elemen dan fenomena di wilayah penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan penerima bantuan pinjaman
36
program PNPM mandiri di kabupaten Madiun tepatnya di Kecamatan Geger
yang memiliki beberapa Desa sebagai berikut : desa Sareng, Geger, Banaran,
Klorogan, Slambur, Purworejo, Sumberejo, Jatisari, Samberejo, Pagotan,
Sangen, Kertosari, Kertobanyon, Kaibon, Kranggan.
Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah individu yang diselidiki dari
keseluruhan individu penelitian. Sesuai dengan judul penelitian, maka yang
menjadi unit sampel adalah rumahtangga dimana perempuan penerima
bantuan pinjaman program PNPM Mandiri Kabupaten Madiun merupakan
anggota rumah tangga tersebut.
Dalam pengambilan sampel peneliti harus berhati-hati dan memenuhi
aturan dalam pemilihan sampel. Semakin homogen populasi itu maka semakin
kecil sampel yang diambil. Apabila populasi itu homogen sempurna maka
satuan elementer saja dari seluruh populasi itu sudah representatif untuk
diteliti. Untuk data yang representatif bahwa besarnya sampel 20% dari
populasi sudah mewakili (Singarimbun, 1981).
Dari besarnya populasi yang diperoleh dari data Dinas terkait maka jumlah
sampel yang direncanakan akan diteliti 30% dari jumlah populasi. Penetapan
responden dalam penelitian ini menggunakan metode Cluster Random
Sampling atas dasar jenis usaha yang dilakukan perempuan Program PNPM
Mandiri pedesaan di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Penelitian ini
memilih 5 jenis usaha yang dijadikan obyek penelitian yaitu home industry,
jasa (salon, jahit, dsb), toko kelontong, warung makan, dan kerajinan. Data
yang diperoleh jumlah penerima manfaat 273 maka diambil sampel per jenis
usaha 30% adalah sebagai berikut:
37
Tabel 3.1
Data Penerima SPP Kecamatan Geger
No Jenis Usaha Jumlah Populasi (orang) Sample
(orang)
1 Home Industri 63 19
2 Jasa (Salon, jahit, dsb) 48 14
3 Toko Kelontong 87 26
4 Warung Makan 56 17
5 Kerajinan 19 6
Jumlah 273 82
Sumber : Data PNPM Kabupaten Madiun 2009.
3.4 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 jenis sumber data adalah
sebagai berikut :
1. Data primer
Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari obyek
penelitian, dengan menyebarkan daftar pertanyaan yang diisi responden.
Responden adalah para perempuan penerima bantuan program PNPM
mandiri pedesaan di kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari data-data yang telah diolah oleh pihak-pihak
atau institusi-institusi terkait. Badan perencanaan daerah Kabupaten
Madiun, instansi dan dinas terkait, Fasilitator PNPM baik tingkat
Kabupaten maupun tingkat Kecamatan, serta referensi dari media cetak
dan media elektronik.
38
3.5 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data primer dilakukan pengumpulan data yang
diperoleh dari responden melalui kuisioner. Sedangkan untuk memperoleh
data sekunder yang diperlukan, maka dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
1. Studi Kepustakaan, yaitu dengan cara membaca literatur-literatur bidang
ekonomi pembangunan dan sumberdaya manusia yang digunakan sebagai
landasan kerangka berpikir dan teori-teori yang sesuai dengan topik
penelitian.
2. Dokumentasi, yaitu dengan menelaah dan menganalisis laporan-laporan
mengenai ekonomi dan pembangunan serta ketenagakerjaan yang
diterbitkan oleh kantor statistik maupun instansi-instansi pemerintah lain
yang terkait dengan pokok penelitian.
3. Memberikan daftar pertanyaan atau kuisioner kepada responden dengan
teknik wawancara tersruktur dan wawancara mendalam (in-depth
interview) dengan informan untuk menggali masalah atau hal yang tidak
dapat di kuantifikasi.
a. 3.6. Teknik Analisa Data
Secara umum tehnik analisa pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu,
tehnik analisa deskriptif dan tehnik analisa statistik infern (induktif).
Penggunaan dua tehnik analisa ini bertujuan untuk mempermudah dalam
menjelaskan hasil dan pembahasan penelitian.
39
Statistik deskriptif merupakan bagian ilmu statistik mengenai
pengumpulan data, penyajian, penentuan nilai-nilai statistik, pembuatan
diagram atau gambar mengenai sesuatu hal. Dalam hal ini data hanya
disajikan dalam bentuk data yang lebih mudah difahami atau dibaca (Subagyo,
1996:1).
Statistik deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan
jenis usaha yang mampu berkembang dengan cepat setelah diberi bantuan
kredit usaha program PNPM mandiri pedesaan. Sedangkan statistik infern
digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui pendapatan perempuan
penerima bantuan sebelum dan sesudah menerima kredit usaha program
PNPM mandiri pedesaan.
1. Uji Normalitas Data
Sebelum metode statistik infern ditetapkan terlebih dahulu akan dilakukan
uji normalitas. Uji ini bertujuan untuk melihat apakah data berdistribusi
normal ataukah tidak. Dalam literatur Statistika maupun ekonometrika, ada
beberapa uji untuk dapat mengetahui normal atau tidaknya faktor gangguan,
antara lain Jarque-Beta test atau J-B test. Uji ini menggunakan hasil
estimasi residual dan chi-square probability distribution. Adapun pedoman
untuk mengetahui normal atau tidaknya faktor gangguan adalah dengan
membandingkan JB atau X2 hitung dengan X
2 tabel
a) Bila nilai JB hitung > nilai X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa
residual , adalah berdistribusi normal ditolak.
b) Bila nilai JB hitung < nilai X2
tabel, maka yang menyatakan bahwa residual
, adalah berdistribusi normal tidak dapat ditolak.
40
2. Paired Sample T-Test
Apabila data berdistribusi normal maka uji statistik dilakukan dengan
menggunakan menggunakan metode statistik parametrik, yaitu dengan
menggunakan Paired sample T-test. Uji ini digunakan untuk menguji sample
yang berpasangan (sebuah sampel dengan subyek yang sama namun
mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda) (Santoso,
2005:274). Dengan uji paired T-test ini maka hipotesisnya adalah sebagai
berikut :
HO = pendapatan perempuan sebelum dan sesudah menerima bantuan
pinjaman program PNPM mandiri pedesaan adalah identik (tidak
berbeda secara nyata).
H1 = pendapatan perempuan sebelum dan sesudah menerima bantuan
pinjaman program PNPM mandiri pedesaan adalah berbeda secara nyata.
Dasar pengambilan keputusanya adalah sebagai berikut :
- Jika nilai probabilitas (nilai sig.) > 0,05 (α), HO diterima.
- Jika nilai probabilitas (nilai sig.) < 0,05 (α), HO ditolak.
3. Wilcoxon Signed Rank Test
Apabila data berdistribusi tidak normal maka dilakukan uji statistik non
paramtrik, yaitu dengan mengguanakan uji Wilcoxon signed rank test. Uji ini
digunakan untuk menguji hipotesis nol (Ho) bahwa dua media sama
(Trihendardi, 2004:162), hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut :
HO = Kedua variable memiliki nilai median yang sama, atau bisa dikatakan
pendapatan perempuan yang memiliki usaha sebelum dan sesudah
41
menerima bantuan pinjaman program PNPM mandiri pedesaan adalah
sama atau tidak ada perubahan.
H1 = Kedua variabel memiliki nilai median yang berbeda secara nyata, atau
bisa dikatakan pendapatan perempuan yang memiliki usaha sebelum
dan sesudah menerima bantuan pinjaman program PNPM mandiri
pedesaan adalah berbeda atau mengalami perubahan.
Dasar pengambilan keputusanya menggunakan probabilitas adalah sebagai
berikut :
- Jika nilai probabilitas > 0,05 (α), HO diterima.
- Jika nilai probabilitas < 0,05 (α), HO ditolak.
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran umum wilayah Penelitian
1. Keadaan Umum Wilayah Kecamatan Geger
Kecamatan Geger adalah salah satu kecamatan dari 15 kecamatan di
Kabupaten Madiun dengan luas wilayah : 36,61 km2, terletak di belahan
selatan wilayah Kabupaten Madiun yang mempunyai batas-batas wilayah
kecamatan sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kota Madiun
b. Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Wungu dan Kecamatan
Dagangan
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Dolopo
d. Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Magetan
2. Kondisi Sosial
Jumlah penduduk di Kecamatan Geger adalah 58.531jiwa yaitu
28.828 jiwa penduduk laki-laki dan 29.703 jiwa penduduk perempuan.
Kecamatan Geger memiliki rata-rata penduduk miskin berjumlah 4304
rumah tangga yang tersebar di 19 desa.
3. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Pada tahun 2009 tercatat jumlah penerima bantuan SPP (Simpan Pinjam
Perempuan) dari program pemerintah PNPM Mandiri Pedesaan hanya 15 desa
dari 19 desa yang tersebar di kecamatan Geger. Dengan jumlah penerima
manfaat adalah sebanyak 273 orang.
43
Tabel 4.1
Penerima SPP Tahun Anggaran 2009
No. Desa Jumlah
Kelompok Nama Kelompok
Total Penerima
Manfaat
1 Sareng 1 Kel. Anggrek 9
2 Geger 1 Kel. Sekar Arum 5
3 Banaran 1 Kel. Yasinan 11
4 Klorogan 1 Kel. Dahlia 19
5 Slambur 5 Kel. Delima 10
Kel. Pepaya 10
Kel. Mangga 8
Kel. Manggis 10
Kel. Kartini 10
6 Purworejo 1 Kel Merak 13
7 Sumberejo 2 Kel Jambu 10
Kel. Mangga 10
8 Jatisari 6 Kel. Melati 12
Kel. Anggrek 9
Kel. Flamboyan 6
Kel. Kenanga 10
Kel. Kantil 11
9 Sambirejo 1 Kel. Kartini 13
10 Pagotan 2 Kel. Matahari 10
Kel. Bougenvile 10
11 Sangen 3 Kel. Melati 6
Kel. Mawar 6
Kel. Dahlia 5
12 Kertosari 1 Kel. Sekar Rahayu 5
13 Kertobanyon 2 Kel. Kartini 10
Kel. Kartika 10
14 Kaibon 3 Kel. Anggrek 6
Kel. Mawar 6
Kel. Lely 5
15 Kranggan 1 Kel. Tulip 8
Jumlah 273
Sumber : PNPM Kecamatan Geger 2009
Di kecamatan Geger penerima bantuan SPP berjumlah 273 orang yaitu
perempuan yang memiliki usaha. Masing-masing desa dibentuk beberapa
kelompok yang mampu mengorganisir dalam pelaksanaan kegiatan dan
pengelolaan dana SPP. Tiap-tiap kelompok dalam pengambilan keputusan
44
harus melibatkan anggotanya terutama yang berhubungan dengan pengelolaan
aset dari SPP tersebut.
4.2 Karakteristik Responden
4.2.1. Keadaan dan karakteristik responden.
Dalam bagian ini dijelaskan keadaan dan karakteristik responden dalam
penelitian ini yaitu nasabah atau penerima bantuan SPP (Simpan Pinjam
Perempuan) dari Program PNPM Mandiri Pedesaan di wilayah Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun. Berdasarkan atas data yang ada dengan harapan
diperoleh hasil sesuai yang diharapkan. Deskripsi daripada karakteristik
responden adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden Dilihat dari Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas
seseorang yang nanti pada akhirnya akan berpengaruh pada kondisi sosial
ekonomi dan tingkat kemakmuran. Seperti diketahui kebanyakan keluarga
miskin bekerja dengan mengandalkan kemampuan fisik. Jadi dalam hal ini
usia juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas dan
akhirnya pada kemakmuran. Pada penelitian ini responden terbanyak adalah
responden dengan usia 41-50 tahun sebanyak 30 responden atau 36,59 % dari
keseluruhan responden. Pada urutan kedua adalah responden dengan usia 31-
40 tahun sebanyak 29 responden dengan persentase sebesar 35,37 % dari total
responden. Sebagian besar responden berada dalam usia produktif, yaitu
respondan yang berusia 31-40 tahun dan 41-50 tahun, hal ini disebabkan
karena dalam usia tersebut perempuan akan mampu mencapai kemandirianya
45
untuk berjuang mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Untuk responden
yang berusia 21-30 tahun berjumlah 7 responden yaitu sebanyak 8,54 %
adalah usia yang masih muda, namun mempunyai keinginan yang tinggi untuk
mampu merintis sebuah usaha. Responden yang mmpunyai usia lebih dari 60
tahun hanya berjumlah 2 responden dengan persentase sebesar 2,44 %, karena
pada usia tersebut produktivitas perempuan menurun. Sedangkan sisanya usia
kurang dari 21 tahun adalah 0%, karena pada usia tersebut adalah usia untuk
melaksanakan pndidikan.
Tabel 4.2
Responden Menurut Usia
No. Usia Jumlah Persentase
1 < 21 0 0
2 21-30 7 8.54
3 31-40 29 35.37
4 41-50 30 36.59
5 51-60 14 17.07
6 >60 2 2.44
Jumlah 82 100.00
Sumber: Data primer yang diolah
Seperti yang terlihat pada deskripsi karakteristik responden berdasarkan
usia pada tabel 4.2 diatas, bahwa pada usia 31-50 tahun merupakan usia bagi
mereka untuk berusaha lebih produktif dan lebih maju dalam usahanya. dalam
usaha yang lebih produktif para perempuan di kecamatan Geger ini mampu
berpartisipasi aktif dalam Program PNPM Mandiri pedesaan dengan menjadi
anggota penerima bantuan Simpan Pinjam Perempuan.
46
2. Tingkat Pendidikan Responden
Dalam hal ini penulis ingin melihat seberapa jauh tingkat pendidikan yang
dimiliki responden. Sebagaimana diketahui bahwa tingkat pendidikan adalah
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan seseorang. Tingkat
pendidikan yang dimiliki dapat menggambarkan dengan jelas kondisi sosial
ekonomi seseorang. Dalam penelitian ini responden terbesar adalah responden
dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Tabel 4.3
Responden Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1. Tidak tamat SD 5 6.10
2. SD 24 29.27
3. SMP 34 41.46
4. SMU 17 20.73
5. Perguruan tinggi 2 2.44
Jumlah 82 100.00
Sumber: Data primer yang diolah
Sebanyak 34 responden atau 41,46 % dari total responden memiliki tingkat
pendidikan SMP. Banyak responden yaitu pelaku usaha perempuan hanya
mengenyam pendidikan sampai tamat SMP, sesuai dengan program
pemerintah pada saat itu yaitu program wajib beajar 9 tahun. Pada urutan
kedua adalah responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu
sebanyak 24 responden atau 29,27 %dari total responden. Mereka yang hanya
tamatan SD hanya mampu berusaha sendiri untuk memiliki usaha, karena
tamatan SD sulit sekali untuk mencari kerja. Responden yang memiliki tingkat
pendidikan sampai Sekolah Menengah Umum (SMU) yaitu 17 responden
dengan persentase sebanyak 20,73% dari total responden. Responden yang
47
tidak tamat SD maupun responden yang tidak sekolah sama sekali berjumlah 5
responden dengan persentase 6,10% dari total keseluruhan responden. Untuk
jumlah yang paling sedikit yaitu hanya 2 orang responden atau 2,44% yang
mampu mengenyam pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi, karena
sulitnya mencari pekerjaan mereka lebih memiliih untuk membuka usaha
sendiri.
Sebagian besar responden berpendidikan formal, hal ini berpengaruh juga
pada pemahaman dan komunikasi responden tentang PNPM Mandiri Pedesaan
atau SPP pada khususnya. Para responden yang memiliki pendidikan SMP,
SMU, maupun yang mampu mengenyam pendidikan sampai dengan
perguruan tingggi diharapkan mampu memberikan bimbingan kepada sesama
anggota kelompok penerima SPP yang memiliki pendidikan rendah. Karena
dalam pelaksanaannya para anggota kelompok harus mampu bekerja sama
dengan sebaik-baiknya agar tercapainya tujuan daripada PNPM Mandiri
pedesaan yaitu pemberdayaan masyarakat khususnya perempuan di pedesaan.
3. Karakteristik Responden Dilihat Dari Status Pernikahan Dalam Rumah
Tangga.
Dari pertanyaan tentang status pernikahan yang diajukan kepada
responden didapat hasil bahwa responden yaitu perempuan penerima bantuan
pinjaman SPP yang memiliki status sudah menikah adalah 67 responden atau
81,71% adri total keseluruhan responden. Sedangkan yang memiliki status
janda terdapat 8 responden atau 9,76% dan yang memiliki status belum
menikah atau masih gadis terdapat 7 orang dengan persentase 8,54% dari total
keseluruhan. Untuk lebih jelas dapat terlihat pada tabel berikut ini :
48
Tabel 4.4
Responden Menurut Status Perkawinan
No. Status Pernikahan Jumlah Persentase
1 Belum Menikah 7 8.54
2 Sudah menikah 67 81.71
3 Janda 8 9.76
Jumlah 82 100.00
Sumber: Data primer yang diolah
Bagi mereka para perempuan yang telah menikah berjuang untuk
mendapatkan uang walaupun hal ini bukan merupakan suatu kewajiban.
Mereka harus mampu bekerja, walaupun diantara mereka banyak pula yang
mempunyai suami yang bekerja dengan gaji yang cukup. Sebagian besar
perempuan lebih memilih untuk mampu berusaha mencari uang sendiri untuk
membantu suami mencukupi kehidupan keluarganya daripada harus duduk-
duduk dan membuang waktu percuma. Ada sebagian pula dari mereka belum
menikah tetapi sudah mempunyai keinginan untuk membangun usaha snediri
untu masa depan mereka. Ditengah sulitnya mencari pekerjaan pada saat ini,
sebagian dari mereka berusaha untuk mampu membangun lapangan kerja
untuk dirinya sendiri atau bahkan dapat membuka lapangan kerja bagi orang
lain. Dengan sedikit kemampuan yang mereka punya dapat membuka usaha
seperti jasa salon, jasa jahit, jasa rental komputer, dan sebagainya.
4. Jenis Usaha Yang Dimiliki
Dalam penelitian ini peneliti menggolongkan jenis usaha responden
yaitu perempuan para penerima SPP ke dalam 5 kategori. Data yang diperoleh
dari responden bahwa responden yang memiliki jenis usaha Toko kelontong
adalah 26 responden atau 31,71%. Responden yang memiliki usaha home
49
industry berjumlah 19 responden dengan persentase sebesar 23,17% dari total
keseluruhan responden, home industry yang banyak terdapat di kecamatan
Geger adalah home industri keripik tempe dan keripik singkong. Untuk jenis
usaha warung makan yaitu 17 responden atau 20,73% dari total keseluruhan.
Di kecamatan Geger terdapat banyak warung makan khususnya warung
makan Nasi Pecel Wader yang merupakan karakteristik makanan dari
Kecamatan ini. Sedangkan responden dengan kategori jenis usaha Jasa yang
meliputi jasa Salon, Jasa Jahit, dan sebagainya, 19 responden atau 23,17%.
Jumlah yang paling sedikit adalah jenis usaha kerajinan atau usaha lainya yang
hanya dimiliki oleh 6 responden atau 7,32 dari total keseluruhan responden.
Tabel 4.5
Responden Menurut Jenis Usaha yang Dimiliki
No Jenis Usaha Jumlah Persentase
1 Home Industry 19 23.17
2 Jasa (Salon, jahit, dsb) 14 17.07
3 Toko Kelontong 26 31.71
4 Warung Makan 17 20.73
5 Kerajinan dan lain-lain 6 7.32
Jumlah 82 100.00
Sumber: Data primer yang diolah
5. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang dimaksud disini adalah jumlah anggota
keluarga yang harus dipenuhi kebutuhanya dalam sebuah keluarga. Maka
jumlah anggota keluarga juga menentukan kondisi sosial ekonomi dan tingkat
kemakmuran suatu keluarga, hal ini disebabkan karena besar kecilnya beban
hidup yang ditanggung oleh suatu keluarga juga dapat di tentukan oleh banyak
sedikitnya jumlah anggota keluarga. Dari data dibawah ini menunjukkan
50
bahwa (tabel 4.7) jumlah responden dengan anggota keluarga yang paling
banyak adalah 3-7 orang yaitu berjumlah 38 responden atau sekitar 46,34%
dari keseluruhan responden. Sedangkan pada urutan kedua adalah keluarga
dengan 7-10 orang anggota keluarga, yaitu sebanyak 26 responden atau
31,71% dari total responden. Di daerah pedesaan pada umumnya dalam suatu
rumah tangga mempunyai lebih dari 3 anggota keluarga, hal ini yang
menyebabkan biaya hidup tinggi. Responden yang memiliki anggota keluarga
kurang dari 3 orang adalah 11 responden yaitu sebesar 13,41% dari total
keseluruhan. Sedangkan responden yang memiliki jumlah keluarga lebih dari
10 anggota keluarga alam satu rumah tangga hanya berjumlah 7 orang atau
8,54% dari total keseluruhan responden. Pada umumnya jumlah keluarga yang
menjadi tanggungan terdiri dari istri, anak dan sebagian kecil adalah kerabat
seperti orang tua, kakek/nenek, adik dan keponakan. pada penelitian ini pada
umumnya suami menjadi tumpuan mata pencaharian keluarga. meskipun ada
beberapa dari istri yang bekerja.
Tabel 4.6
Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga
No Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah Persentase
1 < 3 orang 11 13.41
2 3-7 orang 38 46.34
3 7-10 orang 26 31.71
4 > 10 orang 7 8.54
Jumlah 82 100.00
Sumber: Data primer yang diolah
Beban yang sangat besar akan dirasakan pada perempuan penerima
bantuan ini, bila memiliki jumlah keluarga yang besar, sedangkan kondisi
51
ekonomi suami yang mempunyai penghasilan rendah. Beberapa responden
juga menyatakan bahwa biaya hidup yang sangat tinggi sekarang ini,
menuntut mereka untuk tidak hanya menggantungkan beban hidup
keluarga mereka kepada suami saja. Dengan pendapatan yang di dapat dari
usaha mereka sendiri, mereka berharap agar dapat menghidupi anak-anak
mereka dan anak-anak mereka bisa mengenyam pendidikan yang tinggi.
6. Pekerjaan Suami
Dalam suatu keluarga adalah kewajiban bagi suami sebagai kepala
keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Sementara itu, biaya
hidup yang cukup mahal diiringi meningkatnya harga kebutuhan pokok bagi
masyarakat sangat dirasakan oleh masyarakat terutama masyarakat miskin.
Hal ini lah yang mampu menggerakan sikap perempuan untuk tidak hanya
menggantungkan beban hidup keluarganya kepada suami saja.
Tabel 4.7
Responden Menurut Pekerjaan Suami
No Pekerjaan Suami Jumlah Persentase
1 Tidak Bekerja 6 8.96
2 Petani 31 46.27
3 Swasta 11 16.42
4 Wiraswasta 17 25.37
5 Pegawai negeri 2 2.99
Jumlah 67 100.00
Sumber : Data yang telah diolah.
Catatan : ada responden yang tidak memiliki suami (belum menikah dan janda).
Banyak perempuan sekarang ini berusaha sendiri membantu suami untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya misalnya dengan berjualan makanan,
took kelontong, jasa jahit, jasa salon, foto copy, home industri tempe, dan
lainnya. Pada tabel dibawah ini disajikan jenis pekerjaan suami dari masing-
masing responden.
52
Pada tabel 4.7 tersebut bahwa pekerjaan suami responden selaku
perempuan penerima bantuan SPP di kecamatan Geger, sebagian besar bekerja
sebagai petani dan buruh tani, sesuai dengan data pada tabel tersebut yaitu
berjumlah 31 responden dengan jumlah prosentase 46,27% dari jumlah
keseluruhan. Di daerah pedesaan seperti kecamatan Geger merupakan daerah
yang masih agraris, jadi sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani
atau buruh tani di desanya. Kemudian 17 responden atau 25,37% yang
mengaku bahwa suami mereka bekerja sebagai wiraswasta (pembuat batu
bata, penjual bakso, dan lainya). Bahkan sebagian dari mereka mempunyai
satu usaha yang dikelola bersama. Sementara itu hanya 2 responden atau
2,99% perempuan penerima SPP yang memliki suami sebagai Pegawai Negeri
Sipil.
7. Lama Usaha
Simpan pinjam perempuan (SPP) adalah program pemberdayaan
perempuan khususnya masyarakat desa yang memiliki usaha. Program ini
memberikan pinjaman kredit kepada perempuan umtuk lebih bisa mandiri dan
produktif dalam menjalankan usahanya. Dari 82 responden yang memiliki
usaha 7-10 tahun berjumlah 34 responden dengan persentase sebesar 41,46%
dari total keseluruhan responden. Sedangkan responden yang memiliki lama
usaha 3-7 tahun yaitu 27 responden dengan persentase 32,93%. Responden
yang memiliki lama usaha lebih dari 10 tahun adalah 16 responden atau
19,51%, hal ini disebabkan bahwa di kecamatan Geger banyak responden
yaitu sebagai perempuan yang memiliki usaha merintis usahanya sejak dini
dan sampai sekarang masih mampu berkembang. Untuk jumlah responden
53
yang paling sedikit adalah responden yang mempunya lama usaha kurang dari
3 tahun hanya 5 responden dengan persentase 6,10% dari total keseluruhan.
Untuk lebih jelasnya terdapat pada table 4.6 dibawah ini.
Tabel 4.8
Responden Menurut Lama Usaha
No Lama Usaha Jumlah Persentase
1 > 3 tahun 5 6.10
2 3-7 tahun 27 32.93
3 7-10 tahun 34 41.46
4 > 10 tahun 16 19.51
Jumlah 82 100.00
Sumber: Data primer yang diolah
8. Responden menurut Besarnya SPP yang Diterima
Modal memiliki peranan yang sangat penting, dapat dikatakan bahwa
modal merupakan sumbangan terbesar terhadap kegiatan usaha responden.
Responden yang pada umumnya merupakan pelaku usaha sangat
membutuhkan tambahan modal bagi kegiatan usahanya. Dengan adanya
program pemerintah tentang PNPM mandiri pedesaan yang memberikan
pinjaman kredit kepada perempuan pemilik usaha. SPP sangat membantu
perempuan dalam pelaksanaan kegiatan usahanya dengan penambahan modal
usaha selain itu mampu mendorong perempuan untuk berperan aktif dalam
suatu kegiatan pada kelompoknya. Walaupun besarnya pinjaman tidaka terlalu
besar, namun mampu membantu kegiatan usaha masyarakat khususnya
perempuan. Pinjaman yang diberikan kepada perempuan berkisar antara Rp.
500.000 sampai dengan Rp.3.000.000. Besarnya pemberian pinjaman SPP ini
tergantung kebijakan dari masing-masing kelompok penerima SPP sesuai
dengan besarnya asset yang mereka miliki serta disesuaikan dengan besar
54
kecilnya usaha yang dimiliki. Pada awal sebelum menerima bantuan SPP
anggota harus mengajukan proposal dengan besarnya jumlah pinjaman SPP
yang diinginkan pada anggaran tahun tersebut.
Pada tabel 4.8 dibawah ini terlihat bahwa sebagian besar responden berada
pada besar pinjaman Rp 1.000.001 sampai dengan Rp. 2.000.000 sebesar 72
responden atau 87,8% dari total keseluruh. Responden yang mendapatkan
bantuan kredit Rp. Rp 2.000.001 sampai dengan Rp. 3.000.000 yaitu 7 orang
atau 8,54% dari total keseluruhan responden. Terdapat perbedaan masing-
masing responden, hal ini disebabkan masing-masing jenis usaha mereka
memiliki kebutuhan modal yang berbeda pula. Untuk penerimaan jumlah
bantuan kredit dibawah Rp. 1.000.000 hanya 3 responden atau 3,66 % dari total
keseluruhan responden. Sedangkan tidak ada responden yang menerima bantuan
kredit diatas Rp. 3.000.000 ini dikarenakan aset yang dimiliki kecamatan Geger
masih belum mampu memberikan bantuan lebih besar.
Tabel 4.9
Responden Menurut Besarnya SPP yang Diterima
No Besarnya SPP yang diterima Jumlah Persentase
1 < Rp. 1.000.000 3 3.66
2 Rp. 1.000.001 - Rp. 2.000.000 72 87.80
3 Rp. 2.000.001 - Rp. 3.000.000 7 8.54
4 > Rp. 3.000.000 0 0.00
Jumlah 82 100.00
Sumber: Data primer yang diolah.
Pada kenyataanya besarnya pinjaman yang diterima oleh perempuan
penerima SPP hanya mendapat 90% dari besarnya pinjaman. Masing-masing
kelompok mempunyai kesepakatan bahwa 10% dari pinjaman diperguanakan
sebagai jaminan pinjaman, dan digunakan untuk mengganti penunggakan yang
55
dilakukan oleh anggota. Bila anggota telah melunasi semua pinjaman maka
10% dari uang tersebut akan dikembalikan kepada anggota. Selain potongan
dan 10% tersebut para anggota kelompok harus mampu membayar untuk iuran
seiklasnya kepada kelompok mereka masing-masing tiap bulannya.
Menurut ibu Wiwit selaku salah satu penerima bantuan pinjaman
Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dan juga sebagai ketua kelompok Mawar
desa Kaibon, bahwa sebelum mendapatkan bantuan, tiap kelompok
mengajukan proposal tentang pengajuan pinjaman dengan jumlah besarnya
pnjaman yang diinginkan. Setelah proposal disetujui, kemudian dana yang
telah diajukan di berikan kepada masing-masing kelompok untuk dibagikan
kepada masing-masing anggota. Besarnya jumlah pinjaman yang diajukan
kemudian dikurangi 10% untuk jaminan. Jangka waktu yang telah ditentukan
untuk pelunasan pinjaman maximal adalah 12 bulan, setelah pinjaman dilunasi
maka jamianan akan di kembalikan. Mengenai jumlah bunga angsuran
ditentukan oleh masing-masing kelompok. Pengelolaan asset pinjaman
dikelola secara bersama-sama dan harus dapat dipertanggung jawabkan.
Pada gambar berikut disajikan tentang alur kegiatan SPP dari mulai
dibuatnya proposal sampai verifikasi proposal SPP, pencairan dana, serta
pengembalianya.
56
Gambar 4.1 : Alur kegiatan SPP
Dari gambar yang telah djelaskan diatas adalah mekanisme pengelolaan
Simpan pinjam Kelompok Perempuan atau yang disebut SPP. Dapat
dijelaskan rincian kegiatan sebagai berikut : yang pertama melaksnaakan
sosialisasi pada MAD (Musyawarah Antar Desa), melakukan melakukan
sosialisasi dalam Musyawarah Desa, kemudian pada tingkat masyarakat dusun
juga dilakukan sosialisasi. Selanjutnya dalam musyawarah desa dan MKP
(Musyawarah khusus perempuan), disini penulisan usulan proposal yang akan
Musdes
Sosialisasi
MAD
Sosialisasi
Musyawarah Dusun
Musyawarah Desa
Musyawarah khusus
perempuan
(seleksi kelompok)
MAD
Proiritas Usulan
MAD
Penetapan Usulan
Musdes
Informasi Hasil
MAD
Musdes
Pertannggungjawaban
Verifikasi Usulan
PENGEMBALIAN SPP
DAN PENGELOLAAN
DANA BERGULIR
Supervisi dan
Monitoring
Persiapan
penyaluran
RPD,Pencairan,
pelaksanaan, dan LPD
kegiatan
MAD perguliran
57
dikompetisikan dalam tingkat kecamatan. Setelah itu ditingkat kecamatan
dilaksanakan proses verifikasi. Pada MAD prioritas usulan diperoleh
pemeringkatan usulan, yang kemudian akan ditetapkan berikut dengan
persyaratanya. Setelah dana cair dan dikurangi biaya operasional, pengelolaan
dan pengembangan masing-masingkelompok dimonitoring oleh Unit
Pengelola Kegiatan (UPK).
9. Kerakteristik Responden Berdasarkan Kemampuan Membayar Angsuran
Dalam membayar angsuran pinjaman (SPP) ditentukan oleh kesepakatan
bersama dalam musyawarah bersama dari masing-masing kelompok.
Kebijakan yang ditentukan dalam pedoman PNPM mandiri pedesaan, bahwa
untuk SPP lama pelunasan yang telah ditentukan adalah maximal 12 bulan.
Tabel 4.10
Responden Menurut Kemampuan Membayar Angsuran
No Kemampuan untuk membayar
Angsuran
Jumlah Persentase
1 5 bulan 4 4.88
2 6 - 10 bulan 71 86.59
3 10-12 bulan 7 8.54
Jumlah 82 100.00
Sumber: Data primer yang diolah.
Data yang dsajikan dalam tabel 4.9 diatas bahwa SPP yang mampu di
bayar dalam kurun waktu 6-10 bulan adalah 71 respnden dengan persentase
sebesar 86,59% dari total keseluruhan responden, berarti sebagian besar
kelompok mempunyai ksepakatan untuk waktu pelunasan pinjaman kurang 6-
10 bulan. Sedangkan 7 responden atau 8,54% responden di kecamtan Geger
mampu melunasi pinjaman SPP 10-12 bulan selama masih dalam batas
58
toleransi waktu yang telah disepakati bersama. Responden yang mampu
melunasi pinjaman 5 bulan hanya 4 orang atau 4,88% dari total keseluruhan
responden.
4.2.2. Deskripsi Mengenai Alokasi Pendapatan Usaha
Tabel 4.11
Responden Menurut Alokasi Pendapatan Usaha
No Alokasi Pendapatan Jumlah Persentase
1 Untuk menambah modal usaha 31 37.80
2 Untuk membeli alat-alat usaha 16 19.51
3 Untuk membayar karyawan 10 12.20
4 Untuk berinvestasi 21 25.61
5 Untuk konsumsi pribadi 4 4.88
Jumlah 82 100.00
Sumber: Data primer yang diolah
Tujuan dari pada pemberian bantuan bagi perempuan yang mempunyai
usaha kecil ini, diharapkan setelah diberi bantuan modal para perempuan
tersebut mampu mengembangkan usahanya. Beberapa responden yang
dimintai keterangan tentang bagaimana pengalokasian pendapatan yang
diperoleh dari usahanya tersebut mengaku mengalokasikan pendapatan untuk
kepentingan menambah modal usahanya, hal ini terbukti dengang 31
responden menjawab hal tersebut yaitu 37,80% dari total keseluruhan
responden. Responden yang mengalokasikan pendapatanya untuk berinvestasi
misalnya untuk membeli emas ataupun ditabung, berjumlah 21 responden atau
25,61% dari total keseluruhan responden. Namun diantara mereka yang
memiliki usaha mempunyai karyawan mengalokasikan pendapatanya untuk
membayar karyawan mereka yaitu 10 responden atau 12,20%. Sebagian dari
mereka memilih mengalkasikan pendapatanya untuk membeli alat-alat usaha
59
16 responden dengan persentase 19,51%. Membeli alat-alat usaha misalanya
beberapa yang mempunyai usaha jasa salon dan jahit digunakan membeli alat-
alat salon dan alat-alat jahit, hal ini agar produksi jasa mereka lebih maksimal.
Sedangkan hanya 4 responden atau 4,88% yang menjawab bahwa mereka
memilih pendapatanya digunakan untuk konsumsi pribadi mereka.
4.2.3 Perbandingan Tingkat Pendapatan Responden Sebelum Dan
Sesudah Menerima SPP.
Tabel 4.12
Perabandingan Pendapatan Sebelum Dan Sesudah Menerima SPP
No
Pendapatan
sebelum
menerima SPP
Jumlah Persentase
Pendapatan
setelah
menerima SPP
Jumlah Persentase
1 < Rp.1.000.000 44 53.66 < Rp. 1.000.000 9 10.98
2
Rp.1.000.001 -
Rp.2.000.000
35 42.68 Rp. 1.000.001 -
Rp.2.000.000
57 69.51
3
Rp.2.000.001 -
Rp.3.000.000
3 3.66 Rp. 2.000.001 -
Rp.3.000.000
15 18.29
4 > Rp.3.000.000 0 0.00 > Rp. 3.000.000 1 1.22
Jumlah 82 100.00 Jumlah 82 100.00
Sumber: Data primer yang diolah
Dari tabel diatas dapat dideskripsikan bahwa setelah menerima bantuan
pinjaman dana SPP, yang kemudian para penerima bantuan mengalokasikan
dananya untuk penambahan modal usaha, membeli alat-alat produksi, untuk
membayar gaji karyawan, dan sebagainya. Setelah dalam kurun waktu 12
bulan pelunasan pinjaman peningkatan pendapatan sangat dirasakan oleh
penerima bantuan pinjaman tersebut. Di kecamatan Geger sendiri bantuan
yang diberikan sudah berjalan 2 kali pemberian bantuan kredit, dan yang
sekarang memasuki usulan tahun yang ke3. Kondisi perekonomian penerima
60
bantuan sangat berbeda antara sebelum menerima bantuan dibandingkan
setelah menerima bantuan SPP. Seperti yang terlihat pada tabel diatas sebelum
menerima bantuan sebagian besar yaitu 44 responden atau 53,66% menjawab
pendapatan yang diperoleh dari usaha mereka kurang dari Rp.1.000.000
perbulan.
Pinjaman dana yang digunakan untuk usaha, ternyata mampu
meningkatkan produksi barang maupun jasa mereka, hal ini menyebabkan
pendapatan mereka meningkat. Seperti terlihat pada tabel diatas bahwa setelah
mendapatkan bantuan SPP 57 responden atau 69,51 % penerima bantuan SPP
meningkat pendapatanya menjadi Rp.1.000.001 sampai dengan Rp.2.000.000
per bulan. Disamping itu 15 responden atau 18,29% penerima bantuan SPP
pendapatanya meningkat menjadi Rp.2.000.001 sampai dengan Rp.3.000.000
per bulan.
4.3. Hasil Estimasi Statistik
4.3.1 Uji Normalitas Data
Sebelum melakukan pengujian dengan menggunakan statistic infern
ditetapkan terlebih dahulu diakukan uji normalitas data. Uji ini dilakukan
untuk melihat data berdistribusi normal ataukah tidak. Berdasarkan hasil
estimasi dibawah ini diketahui bahwa data pendapatan sebelum dan sesudah
dari masing-masing kategori usaha berdistribusi normal. Hal ini
ditunjukanoleh nilai Asyimp.sig. (2-tailed) yang berada diatas 0,05 (Untuk
tingkat kepercayaan 95%), sedangkan sisanya tidak karena nilai Asyimp.sig.
(2-tailed) berada dibawah 0,05, data disajikan terlampir.
61
4.3.2. Uji Beda T-Test
1. Home Industri
Tabel 4.13
Paired Samples Statistics Home Industri
Mean N
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 Pendapatan Sebelum 981578.9
474 19
348492.9962
3
79949.776
48
Pendapatan Sesudah 1539473.
6842 19
436074.3270
5
100042.31
176
Sumber : Data diolah.
Dari tabel diatas dapat ditunjukan jumlah sampling pendapatanya setelah
menerima bantuan pinjaman dana SPP lebih besar dari pada jumlah smpling yang
pendapatannya sebelum menerima bantuan pinjaman dana SPP. Bahwa semua
sampling yaitu penerima SPP dengan jenis usaha home industry pada kolom N
berjumlah 19 memiliki pendapatan yang klebih besar setelah menerima bantuan
pinjaman dana SPP.
Tabel 4.14
Test Statistik Home Industri
pendpstlh-
pndpsblm
t -12.546
Asyim.Sig.(2-
tiailed) ,000
Sumber : Data diolah.
Rangkuman hasil analisa T-test yang dilakukan pada jenis usaha Home
industry terlihat pada tabel diatas, Hipotesis:
Ho = Kedua Variabel memiliki nilai median yang sama, atau bisa dikatakan
pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan SPP untuk Home
industry adalah sama.
62
H1 = Kedua Variabel memiliki nilai median yang berbeda secara nyata, atau
bisa dikatakan pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan
SPP untuk Home industry adalah berbeda secara nyata.
Jika Asyim.Sig.(2-tiailed) > 0,05, maka Ho diterima.
Jika Asyim.Sig.(2-tiailed) < 0,05, maka Ho ditolak.
Berdasarkan hasil estimasi test, maka kedua variable tersebut memiliki
median yang berbeda karena Asyim.Sig.(2-tiailed) < 0,05 (sehingga Ho
ditolak), sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan sebelum dan sesudah
menerima pinjaman dana SPP untuk Home industry adalah berbeda secara
nyata.
2. Jasa
Tabel 4.15
Paired Samples Statistics Jasa
Mean N
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 Pendapatan Sebelum 707142.8
571 14
364194.1276
8
97334.97
486
Pendapatan Sesudah 1150000.
0000 14
341377.3008
5
91236.92
139
Sumber : Data diolah.
Dari tabel diatas dapat ditunjukan jumlah sampling pendapatanya setelah
menerima bantuan pinjaman dana SPP lebih besar dari pada jumlah smpling yang
pendapatannya sebelum menerima bantuan pinjaman dana SPP. Bahwa semua
sampling yaitu penerima SPP dengan jenis usaha jasa pada kolom N berjumlah 14
memiliki pendapatan yang lebih besar setelah menerima bantuan pinjaman dana SPP.
63
Tabel 4.16
Test Statistik Jasa
pendpstlh-
pndpsblm
t -9.831
Asyim.Sig.(2-tiailed) ,000
Dari hasil pengujian dengan analisa T-test yangdilakukan pada jenis usaha
jasa terlihat pada tabel diatas, Hipotesis:
Ho = Kedua Variabel memiliki nilai median yang sama, atau bisa dikatakan
pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan SPP untuk
jasaadalah sama.
H1 = Kedua Variabel memiliki nilai median yang berbeda secara nyata, atau
bisa dikatakan pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan
SPP untuk jasa adalah berbeda secara nyata.
Jika Asyim.Sig.(2-tiailed) > 0,05, maka Ho diterima.
Jika Asyim.Sig.(2-tiailed) < 0,05, maka Ho ditolak.
Berdasarkan hasil estimasi test, maka kedua variable tersebut memiliki
median yang berbeda karena Asyim.Sig.(2-tiailed) < 0,05 (sehingga Ho
ditolak), sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan sebelum dan sesudah
menerima pinjaman dana SPP untuk jenis usaha dalam bidang jasa adalah
berbeda secara nyata.
64
3. Usaha Toko Kelontong
Tabel 4.17
Paired Samples Statistics Toko Kelontong
Mean N Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 Pendapatan Sebelum 728846.1
538 26
310217.0456
1
60838.56
804
Pendapatan Sesudah 1100000.
0000 26
364417.3431
7
71468.12
092
Dari tabel diatas dapat ditunjukan jumlah sampling pendapatanya setelah
menerima bantuan pinjaman dana SPP lebih besar dari pada jumlah smpling yang
pendapatannya sebelum menerima bantuan pinjaman dana SPP. Bahwa semua
sampling yaitu penerima SPP dengan jenis usaha took kelontong pada kolom N
berjumlah 26 memiliki pendapatan yang lebih besar setelah menerima bantuan
pinjaman dana SPP.
Tabel 4.18
Test Statistik Toko Kelontong
pendpstlh-
pndpsblm
t -10.413
Asyim.Sig.(2-tiailed) ,000
Dari hasil pengujian dengan analisa T-test yangdilakukan pada jenis usaha
toko kelontong terlihat pada tabel diatas, Hipotesis:
Ho = Kedua Variabel memiliki nilai median yang sama, atau bisa dikatakan
pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan SPP untuk usaha
toko kelontong adalah sama.
65
H1 = Kedua Variabel memiliki nilai median yang berbeda secara nyata, atau
bisa dikatakan pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan
SPP untuk usaha toko kelontong adalah berbeda secara nyata.
Jika Asyim.Sig.(2-tiailed) > 0,05, maka Ho diterima.
Jika Asyim.Sig.(2-tiailed) < 0,05, maka Ho ditolak.
Berdasarkan hasil estimasi test, maka kedua variable tersebut memiliki
median yang berbeda karena Asyim.Sig.(2-tiailed) < 0,05 (sehingga Ho
ditolak), sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan sebelum dan sesudah
menerima pinjaman dana SPP untuk jenis usaha toko kelontong adalah
berbeda secara nyata.
4. Warung Makan
Tabel 4.19
Paired Samples Statistics Warung Makan
Mean N
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 Pendapatan Sebelum 1005882.
3529 17
342272.8959
4
83013.37
075
Pendapatan Sesudah 1429411.
7647 17
368721.9580
6
89428.21
056
Dari tabel tersebut diatas dapat ditunjukan jumlah sampling pendapatanya setelah
menerima bantuan pinjaman dana SPP lebih besar dari pada jumlah smpling yang
pendapatannya sebelum menerima bantuan pinjaman dana SPP. Bahwa semua
sampling yaitu penerima SPP dengan jenis usaha warung makan pada kolom N
berjumlah 17 memiliki pendapatan yang lebih besar setelah menerima bantuan
pinjaman dana SPP.
66
Tabel 4.20
Test Statistik Warung Makan
pendpstlh-
pndpsblm
t -9.207
Asyim.Sig.(2-
tiailed) ,000
Dari hasil pengujian dengan analisa T-test yangdilakukan pada jenis usaha
toko kelontong terlihat pada tabel diatas, Hipotesis:
Ho = Kedua Variabel memiliki nilai median yang sama, atau bisa dikatakan
pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan SPP untuk usaha
warung makan adalah sama.
H1 = Kedua Variabel memiliki nilai median yang berbeda secara nyata, atau
bisa dikatakan pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan
SPP untuk usaha warung makan adalah berbeda secara nyata.
Jika Asyim.Sig.(2-tiailed) > 0,05, maka Ho diterima.
Jika Asyim.Sig.(2-tiailed) < 0,05, maka Ho ditolak.
Berdasarkan hasil estimasi test, maka kedua variabel tersebut memiliki
median yang berbeda karena Asyim.Sig.(2-tiailed) < 0,05 (sehingga Ho
ditolak), sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan sebelum dan sesudah
menerima pinjaman dana SPP untuk jenis usaha warung makan adalah berbeda
secara nyata.
5. Jenis Usaha Kerajinan dan lainya
Mengenai hasil uji statistic uji beda T-test ditunjukan pada tabel dibawah ini
jumlah sampling pendapatanya setelah menerima bantuan pinjaman dana SPP lebih
besar dari pada jumlah smpling yang pendapatannya sebelum menerima bantuan
67
pinjaman dana SPP. Bahwa semua sampling yaitu penerima SPP dengan jenis usaha
kerajinan dan lainya pada kolom N berjumlah 6 memiliki pendapatan yang lebih
besar setelah menerima bantuan pinjaman dana SPP.
Tabel 4.21
Paired Samples Statistics Kerjinan
Mean N
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 Pendapatan Sebelum 1483333.
3333 6
499666.5554
8
203988.0
1708
Pendapatan Sesudah 2016666.
6667 6
667582.7039
9
272539.4
9765
Sumber: Data primer yang diolah
Test Statistik
pendpstlh-
pndpsblm
t -6.325
Asyim.Sig.(2-
tiailed) ,000
Dari hasil pengujian dengan analisa T-test yangdilakukan pada jenis usaha
kerajinan dan usaha lainya terlihat pada tabel diatas, Hipotesis:
Ho = Kedua Variabel memiliki nilai median yang sama, atau bisa dikatakan
pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan SPP untuk usaha
kerajinan dan usaha lainya adalah sama.
H1 = Kedua Variabel memiliki nilai median yang berbeda secara nyata, atau
bisa dikatakan pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan
SPP untuk usaha kerajinan dan usaha lainya adalah berbeda secara
nyata.
Jika Asyim.Sig.(2-tiailed) > 0,05, maka Ho diterima.
68
Jika Asyim.Sig.(2-tiailed) < 0,05, maka Ho ditolak.
Berdasarkan hasil estimasi test, maka kedua variable tersebut memiliki
median yang berbeda karena Asyim.Sig.(2-tiailed) < 0,05 (sehingga Ho
ditolak), sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan sebelum dan sesudah
menerima pinjaman dana SPP untuk jenis usaha kerajinan dan usaha lainya
adalah berbeda secara nyata.
6. Keseluruhan Jenis Usaha
Tabel 4.22
Paired Samples Statistics
Mean N
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 Pendapatan Sebelum 896341.4
634 82
401830.7247
4
44374.78
016
Pendapatan Sesudah 1345731.
7073 82
475329.7243
8
52491.38
685
Dari tabel diatas dapat ditunjukan jumlah sampling pendapatanya setelah
menerima bantuan pinjaman dana SPP lebih besar dari pada jumlah smpling yang
pendapatannya sebelum menerima bantuan pinjaman dana SPP. Bahwa semua
sampling yaitu penerima SPP pada kolom N berjumlah 82 memiliki pendapatan yang
lebih besar setelah menerima bantuan pinjaman dana SPP.
Test Statistik
pendpstlh-
pndpsblm
t -6.325
Asyim.Sig.(2-
tiailed) ,000
Dari hasil pengujian dengan analisa T-test yangdilakukan pada jenis usaha
kerajinan dan usaha lainya terlihat pada tabel diatas, Hipotesis:
69
Ho = Kedua Variabel memiliki nilai median yang sama, atau bisa dikatakan
pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan SPP adalah sama.
H1 = Kedua Variabel memiliki nilai median yang berbeda secara nyata, atau
bisa dikatakan pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan
SPP adalah berbeda secara nyata.
Jika Asyim.Sig.(2-tiailed) > 0,05, maka Ho diterima.
Jika Asyim.Sig.(2-tiailed) < 0,05, maka Ho ditolak.
Berdasarkan hasil estimasi test, maka kedua variable tersebut memiliki
median yang berbeda karena Asyim.Sig.(2-tiailed) < 0,05 (sehingga Ho
ditolak), sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan sebelum dan sesudah
menerima pinjaman dana SPP adalah berbeda secara nyata.
4.4. Pembahasan
Besar kecilnya tingkat pendapatan umumnya digunakan untuk melihat
tingkat kemakmuran dari seseorang atau suatu keluarga. Jika tingkat
pendapatan besar, sedangkan jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung
banyak, berarti sebagian besar porsi pendapatan adalah untuk konsumsi
sedangkan porsi untuk ditabung kecil bahkan tidak ada. Akibatnya
pembentukan modal pada rumah tangga miskin sangat rendah sehingga
kesempatan untuk memperbaiki taraf kehidupan juga sangat terbatas.
Sasaran peserta Program SPP ini adalah perempuan anggota rumahtangga
yang mempunyai usaha atau berpotensi mengembangkan usaha yang memiliki
prospek pasar, dengan kegiatan utamanya : Pemberian Bantuan Modal Usaha
serta Pendampingan dan Pembinaan bagi Kelompok-kelompok Usaha
70
Ekonomi Produktif yang menjadi sasaran program. Hasil yang diperoleh dari
82 responden di kecamatan Geger Kabupaten Madiun, yang kemudian
dilakukan analisa dan dilakukan uji statistik yaitu uji beda dengan
menggunakan T-Test baik dari masing-masing kategori jenis usaha maupun
secara keseluruhan, maka diperoleh hasil bahwa pendapatan sebelum dan
sesudah menerima bantuan SPP dari program PNPM Mandiri pedesaan di
kacematan Geger berbeda secara nyata dan meningkat secara keseluruhan.
Dengan uji T-Test terbukti bahwa setelah diberi bantuan pinjaman kredit SPP
untuk memberikan bantuan modal bagi perempuan pelaku usaha, perbedaan
pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan SPP adalah signifikan.
Hal ini dengan taraf signifikansi 5%, dimana 0,00 < 0,05 bahwa H0 ditolak
(kedua variabel dinyatakan berbeda secara nyata).
Ada beberapa hal yang menyebabkan terdapat perbedaan pendapatan yang
signifikan atau cenderung meningkat antara pendapatan sebelum dan
pendapatan sesudah menerima SPP: Pertama adalah adanya pengorganisasian
yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Sehingga maing-masing
anggota kelompok dapat memberikan arahan agar bantuan pinjaman dana
yang diberikan untuk dialokasikan pada usaha yang lebih produktif dan
kreatif. Kedua, pendampingan dengan pemantaua yang baik dari para
pendamping baik dari tingkat desa maupun dari tingkat kabupaten yang
mendorong agar masyarakat dapat menggunakan bantuan ke arah usaha
produktif.
Program penaggulangan kemiskinan PNPM Mandiri pedesaan dengan
tujuanya untuk meningkatkan pemberdayaaan perempuan melalui kegiatannya
71
SPP efektif dilakukan. Dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka
dengan pemberian modal usaha secara kredit kepada perempuan penerima
SPP maka dapat meningkatkan pendapatan. Penelitian ini mendukung teori
yang telah ada bahwa hubungan antara modal usaha dan pendapatan usaha
adalah positif. Hal ini sesuai dengan fungsi produksi, bila terjadi penambahan
modal maka secara tidak langsung akan menaikan tingkat pendapatan. Seperti
yang dikemukakan oleh Suman (2007), keteepatan program pemerintah
tentang Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dengan kredit mikronya
mampu meningkatkan pendapatan perempuan 10%. Namun penelitian ini
betidak efektif dilakukan di kota Malang, karena tidak meningkatkan
pendapatan secara signifikan.
Pendapatan Perempuan Per jenis Usaha
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
Mean Rata-rata
Jenis Usaha
Pe
nd
ap
ata
n (
Rp
)
Home Industri
Jasa (Salon, jahit, dsb)
Toko Kelontong
Warung Makan
Kerajinan
Gambar 4.2 : Pendapatan Perempuan Per jenis Usaha, data yang telah diolah.
Dari 5 jenis usaha yang menerima bantuan dana pinjaman SPP tersebut
pada gambar 4.2 diatas, jenis usaha yang paling sedikit tingkat pendapatanya
adalah toko kelontong yaitu mengalami kenaikan rata-rata Rp 371153.8.
72
Untuk jenis usaha warung makan hanya mengalmi kenaikan rata-rata
Rp.423529.4. Sedangkan untuk jenis usaha dalam bidang Jasa mengalami
kenaikan pendapatan rata-rata Rp.442857.1. Selanjutnya usaha kerajinan
misalnya kerajinan pembuatan alat-alat rumah tangga juga mengalami
kenaikan yang tinggi dengan kenaikan rata-rata Rp.533.333,3. Sedangkan
jenis usaha home industry merupakan jenis usaha yang mengalami kenaikan
tingkat pendapatan paling tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mean rata-
rata pendapatan sebelum dan sesudah menerima SPP sebesar Rp.557894,7.
Jenis usaha home industry merupkan jenis usaha yang banyak terdapat di
kecamatan Geger. Jenis usaha ini misalnya tempe, keripik tempe, keripik
singkong, kerupuk lempeng, sambel pecel, dan lainya. Jenis usaha ini mampu
berkembang cepat karena permintaan pasar sangat tinggi pada hasil produksi
jenis usaha tersebut.
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisa pembahasan serta pembuktian hipotesa yang
diajukan tentang analisa pendapatan perempuan penerima kredit SPP pada
program PNPM Mandiri Pedesaan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pendapatan penerima
bantuan SPP sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan SPP.
Pengalokasian bantuan pinjaman kredit untuk usha yang produktif, dapat
meningkatkan pendapatan usaha. Dari hasil penelitian ini dengan 82
responden, untuk jenis usaha secara keseluruhan sesudah menerima
bantuan SPP, terjadi kenaikan pendapatan. Pendapatan sesudah menerima
kredit SPP lebih besar dari pada pendapatan sebelum, dengan rata-rata
kenaikan Rp.449.390,2. Untuk jenis usaha home industry adalah
Rp.557.894,7, kemudian untuk jenis usaha kerajinan mengalami kenaikan
pendapatan rata-rata Rp.533.333,3, jenis usaha sektor jasa mengalami
kenaikan rata-rata pendapatan Rp.442.857.1, sedangkan jenis usaha
warung makan mengalami kenaikan pendapatan rata-rata Rp.423.529.4,
yang palin sedikit adalah jenis usaha toko kelontong yang hanya
mengalami kenaikan rata-rata pendapatan Rp 371153.8.
2. Dilihat dari masing-masing jenis usaha yang telah dikategorikan dalam 5
jenis usaha tersebut, jenis usaha home industry merupakan jenis usaha
74
yang mampu berkembang pesat setelah diberikan bantuan pinjaman SPP.
Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pendapatan rata-rata dari masing-
masing jenis usaha.
3. Program pemerintah PNPM Mandiri pedesaan yang telah dilaksanakan
dari mulai tahun 2007 sampai sekarang dengan sasaran target
pemberdayaan perempuan dan pengentasan kemiskinan, sangat berjalan
efektif di kecamatan Geger kabupaten Madiun. Hal ini terlihat pada salah
satu kegiatannya yaitu SPP yang mampu meningkatkan pemberdayaan
perempuan dan meningkatkan pendapatan rumah tangga bagi penerima
manfaatnya.
4. Penelitian ini membuktikan bahwa dengan memberikan penambahan
modal untuk usaha yang lebih produktif agar dapat meningkatkan
pendapatan bagi pelaku usaha tersebut.
5.2. Saran
Dari pengujian yang telah dilakukan dan diperoleh beberapa kesimpulan
mengenai analisa pendapatan perempuan penerima kredit SPP pada program
PNPM Mandiri Pedesaan di kecamatan Geger Kabupaten Madiun, maka ada
beberapa saran sebagai berikut :
1. Konsep dari PNPM Mandiri Pedesaan yang telah dicanangkan pada tahun
2007, dengan pelaksana program salah satunya adalah kecamatan Geger,
telah tercapai dalam meningkatkan pendapatan perempuan. Namun dari 19
desa di kecamatan Geger hanya 15 desa yang telah melaksanakanya.
Untuk itu perlu adanya perluasan wilayah program ke wilayah desa yang
belum tersentuh oleh program ini, agar tidak terjadi kecumburuan sosial.
75
2. Jenis usaha Home Industry dilihat dari rata-rata kenaikan pendapatannya
mampu lebih responsif. Untuk itu peran dari pemerintah desa, kecamatan,
amupun fasilitator sangat diperlukan untuk memberi pengarahan bagi jenis
usaha lainnya agar mampu lebih produktif dan dapat meningkatkan
pendapat usahanya.
76
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla Gergis, 1999, Citizen Economic Empowerment In Botswana : Concepts
& Principles, Botswana Institute for Development Policy Analysis
(BIDPA).
Arsyad, Lincolin, Drs. 1988. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis.
Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.
Fuady, Munir, SH, LL, M, 1996. Hukum Perkreditan Kontemporer. PT. Citra
Aditya Bakti. Bandung.
Hadi. 1987. Metodologi Research. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
John M. Cohen dan Norman T. Uphoff. 1977. Rural Developent Participation :
Concept and Mesures for Project Design, Implementation and Evaluation.
Rural Development Monograph No. 2. Cornell University.
Kuncoro, Mudrajat, 1997. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan
Kebijakan, Edisi Ketiga,UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Lembaga Penelitian SMERU, 2004, Dampak Kebijakan Upah Minimum
Terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Daerah Perkotaan
Indonesia, Laporan Hasil Penelitian.
Manullang, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Yogyakarta, BKLM, 1982.
Nazir, Ph.D., 1983. Metode Penelitian. Balai Aksara – Yudhistira. Jakarta.
Peter Dreier, 1996, Community Empowerment Strategies, The Limits and
Potential of Cummunity Organizing in Urban Neighborhoods, U.S.
Department of Housing and Urban Development • Office of Policy
Development and Research.
Pujiwati, Sayogyo, 1991, Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat
Desa, Yayasan Obor Indonesia , Jakarta.
Setiono, 1997, Efektifitas Pemberian Bantuan Modal Produktif P2KP (Proyek
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) masyarakat Kelurahan
Bandulan Kecamatan Sukun Kota Malang, Universitas Brawijaya Malang.
Simanjuntak, Payaman, 1998, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Singarimbun. M, 1982, Metode Penelitian Survei, Penerbit LP3ES, Jakarta.
Sinungan, Muchdarsyah. 1994. Strategi Manajemen Bank Menghadapi Tahun
2000. Rineka Cipta. Jakarta.
77
Sonny Sumarsono, 2003, Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia &
Ketenagakerjaan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Subagyo, Pangestu, 1996, Statistik Deskriptif, BPFE, Yogyakarta.
Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Jakarta.
Suman, 2007, Program Pemberdayaan Masyarakat melalui PPK (Program
Pengembangan Kecamatan) di Propinsi Jawa Timur, Universitas
Brawijaya Malang, Jawa Timur.
Sumardi, Mulyanto, 1982 Sumber pendapatan kebutuhan pokok dan prilaku
menyimpang , C.V. Rajawali untuk Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta.
Sumardi, Mulyanto, 1982, Kemiskinan Dan Kebutuhan Pokok, Rajawali,
Jakarta.
Supartiningsih, 2008, Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Dalam Upaya
Meningkatkan Pendapatan Rumahtangga Di Pedesaan, (Refleksi
Pengalaman Lapang dari Program P3EL di Kabupaten Lombok Timur),
Fakultas Pertanian UNRAM, Mataram.
Supriyati, 1990. Kajian Tingkat Upah di Pedesaan Jawa (Kasus di Jawa Barat).
Tesis Pasca Sarjana,IPB, Bogor.
,www.pnpm.co.id
, www.detik.finance.com
,www.proquest.com
, www.ginandjar.com