PERAN PEREMPUAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN SKRIPSI …repository.ub.ac.id/4221/1/Ivan...
Transcript of PERAN PEREMPUAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN SKRIPSI …repository.ub.ac.id/4221/1/Ivan...
PERAN PEREMPUAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN
RUMAH TANGGA MELALUI PROGRAM KRPL
DI DESA TERTEK KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI
SKRIPSI
Oleh:
Ivan Veniawati
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2017
PERAN PEREMPUAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN
RUMAH TANGGA MELALUI PROGRAM KRPL
DI DESA TERTEK KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI
Oleh:
Ivan Veniawati
135040100111022
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
MALANG
2017
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan
hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi bimbingan. Skripsi ini
tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Juli 2017
Ivan Veniawati
i
RINGKASAN
Ivan Veniawati. 135040100111022. Peran Perempuan terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga melalui Program KRPL di Desa Tertek Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. Dibawah Bimbingan Setiyo Yuli Handono, SP., MP., MBA.
Setiap individu selalu membutuhkan pangan untuk kelangsungan hidupnya. Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga melalui pemanfaatan sumberdaya lokal yaitu program kawasan rumah pangan lestari (KRPL). Salah satu desa yang menjadi lokasi pengembangan program KRPL yaitu Desa Tertek. Program KRPL di Desa Tertek berdasarkan Data Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan tahun 2016 menunjukkan bahwa program KRPL telah berjalan selama 4 tahun namun jumlah anggota KRPL yang bergabung hanya sebesar 23 anggota. Desa Tertek sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan program KRPL menurut Data Potensi Desa dan Kelurahan 2016 namun belum dapat termanfaatkan dengan optimal karena rendahnya anggota KRPL yang tergabung. Potensi yang dimiliki oleh Desa Tertek yaitu luasnya lahan pekarangan sebesar 247.29 Ha melebihi luasan lahan pertaniannya yaitu 137.46 Ha. Tingginya jumlah penduduk perempuan usia produktif sebesar 4.244 juga mendukung untuk dikembangkannya program KRPL di Desa Tertek. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peran perempuan terhadap ketahanan pangan rumah tangga melalui program KRPL di Desa Tertek Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis peran perempuan dalam program KRPL di Desa Tertek, menganalisis ketahanan pangan rumah tangga di Desa Tertek selama menerapkan program KRPL, dan menganalisis peran perempuan terhadap ketahanan pangan rumah tangga melalui program KRPL di Desa Tertek. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tertek Kecamatan Pare Kabupaten Kediri mulai dari bulan Maret hingga bulan April 2017. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif dengan model Miles dan Huberman. Pada penelitian ini juga dilakukan uji keabsahan yang meliputi uji kredibilitas, uji transferabilitas, uji dependabilitas, dan uji konfirmabilitas. Penelitian ini memiliki 3 hasil.
Peran perempuan (anggota KRPL) dalam program KRPL di Desa Tertek meliputi peran dalam kegiatan pembekalan, persiapan budidaya, kegiatan budidaya, panen dan pasca panen, serta pemasaran. Peran perempuan dalam seluruh kegiatan program KRPL lebih didonimasi pada kategori aktif. Hal tersebut dikarenakan banyaknya ibu rumah tangga yang berpean sebagai ibu rumah tangga, selain itu program KRPL memang ditujukan bagi kaum perempuan untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga
Ketahanan pangan rumah tangga terdiri dari 3 indikator yaitu aspek ketersediaan pangan, akses pangan, dan aspek penyerapan pangan. Pada aspek ketersediaan pangan, anggota KRPL memiliki ketersediaan pangan yang tinggi karena adanya penyediaan pangan melalui produksi sendiri atau tidak semuanya bergantung dari luar. Pada akses pangan anggota KRPL juga memiliki skor yang
ii
tinggi, dikarenakan akses pangan anggota KRPL lebih besar dengan adanya program KRPL tersebut. Akses pangan dikatakan terjamin ketika semua rumah tangga dan semua individu dalam rumah tangga tersebut mempunyai sumber daya yang cukup untuk memperoleh pangan yang layak dan bergizi. Pada aspek penyerapan pangan, anggota KRPL juga memiliki nilai yang tinggi. Tingginya aspek penyerapan pangan tersebut dikarenakan kaidah-kaidah kesehatan, keamanan, dan keragaman pangan anggota KRPL sudah terpenuhi dengan adanya program KRPL.
Terdapat hubungan positif antara peran perempuan dalam KRPL terhadap ketahanan pangan rumah tangga di Desa Tertek. Hal tersebut dikarenakan semakin aktif perempuan di dalam program KRPL maka keahlian mengenai teknik budidaya dan pengetahuan tentang konsumsi gizi juga semakin meningkat. Selain itu, hasil budidaya tanaman yang dihasilkan juga semakin meningkat sehingga ketersediaan pangan rumah tangga juga semakin meningkat.
Saran yang dapat dikemukakan penulis adalah sebagai berikut: (1) Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat terus memonitoring berjalannya program KRPL agar dapat berkelanjutan sehingga tujuan yang telah dikemukakan dapat terwujud serta berupaya mengembangkan program KRPL ke seluruh masyarakat yang memiliki potensi untuk dijalankannya program KRPL; (2) Bagi masyarakat khususnya anggota KRPL diharapkan dapat terus mengembangkan program KRPL guna meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga yang memiliki stabilitas dan keberlanjutan; dan (3) Bagi peneliti dan mahasiswa agar kedepannya dapat mengkaji lebih mendalam tentang KRPL, khususnya tujuan KRPL dalam meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga.
iii
SUMMARY Ivan Veniawati. 135040100111022. The Role of Womens againts Household Food Security in KRPL Program in the village Tertek District of Pare Kediri. With Guidance Setiyo Yuli Handono, SP., MP., MBA.
Food is the basic need of every individual that must be fulfilled. One of the government programs to increase household food security through the utilization of local resources is the program of sustainable food home area (KRPL). One of the villages that became the location of the development of the KRPL program that is Tertek Village. The KRPL program in Desa Tertek based on Village and Sub-village Development Level data of 2016 shows that the KRPL program has been running for 4 years but the number of KRPL members who joined only 23 members. Tertek village actually has great potential to develop the KRPL program according to the Village Potential Data and Village 2016 but can not be utilized optimally because of the low number of KRPL members who joined. Potential owned by Desa Tertek is the size of the yard area of 247.29 Ha exceeding the agricultural land area of 137.46 Ha. The high number of productive female population of 4,244 also supports the development of KRPL program in Desa Tertek. Based on the description, the researcher is interested to do research on the role of women to household food security through KRPL program in Desa Tertek Kecamatan Pare Kediri.
The purpose of this study is to analyze the role of women in the KRPL program in Tertek Village, to analyze household food security in Tertek Village during the implementation of KRPL program, and to analyze the role of women to household food security through KRPL program in Tertek Village. This research was conducted in Tertek Village, Pare Sub-district, Kediri Regency, from March to April 2017. Determination of research location was done purposively. The data used in the form of primary data and secondary data. Data analysis method used is qualitative analysis with Miles and Huberman model. In this study also tested the validity that includes credibility test, transferability test, dependability test, and confirmability test. This study has 3 results.
The role of women in the KRPL program in Tertek Village includes roles in debriefing activities, cultivation preparation, cultivation activities, harvesting and post harvesting, and marketing. In all activities in the program KRPL more dominated by women. The high role of women in the program KRPL is based on the awareness of women to be able to improve household food security through the utilization of local resources.
The purpose of this study is to analyze the role of women in the KRPL program in Tertek Village, to analyze household food security in Tertek Village during the implementation of KRPL program, and to analyze the role of women to household food security through KRPL program in Tertek Village. This research was conducted in Tertek Village, Pare Sub-district, Kediri Regency, from March to April 2017. Determination of research location was done purposively. The data used in the form of primary data and secondary data. Data analysis method used is qualitative analysis with Miles and Huberman model. In this study also tested the validity that includes credibility test, transferability test, dependability test, and confirmability test. This study has 3 results.
iv
There is a positive relationship between the role of women in KRPL towards household food security in Desa Tertek. This is because the more active women in the program KRPL the expertise on cultivation techniques and knowledge of nutrient consumption is also increasing. In addition, the yield of cultivated plants is also increasing so that the availability of household food is also increasing.
Based on the results of research on the role of womens to household food security through KRPL program, the suggestions that can be put forward are as follows: (1) For the government and related institutions, it is expected to continue monitoring the running of KRPL program to be sustainable so that the stated objectives can be realized As well as strive to develop the KRPL program to all communities that have the potential to run the program KRPL; (2) For the community, especially the members of KRPL, it is expected to continue to develop the KRPL program to improve household food security with stability and sustainability; And (3) For researcher and student in the future to be able to deepen more about KRPL, especially KRPL goal in increasing household food security.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia serta
hidayah-Nya, sehingga penulis selalu diberi kemudahan untuk menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Peran Perempuan terhadap Ketahanan Pangan Rumah
Tangga melalui Program KRPL di Desa Tertek Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri”. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
dalam jenjang perkuliahan Strata I Universitas Brawijaya Malang.
Penelitian yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini bertujuan untuk
menganalisis peran perempuan dalam program KRPL, menganalisis ketahanan
pangan rumah tangga selama menerapkan program KRPL, dan peran perempuan
terhadap peningkatan ketahanan pangan rumah tangga selama menerapkan
program KRPL di Desa Tertek. Penelitian skripsi ini merupakan proses belajar
yang dilakukan oleh penulis supaya dapat mengenal, mempelajari, dan
menganalisis fakta-fakta mengenai penyelenggaraan program pemberdayaan
masyarakat yang kemudian disajikan dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi.
Demikian skripsi ini disusun dengan suatu tema tulisan yang dipandang cukup
relevan untuk ditelaan lebih lanjut saat ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan
memberikan manfaat bagi para akademisi dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Malang, Juni 2017
Penulis
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 2 April 1995 sebagai putri kedua
dari tiga bersaudara dari Bapak Sriyono dan Ibu Suharti. Penulis menempuh
pendidikan dasar di SDN 1 Kepung pada tahun 2001 sampai tahun 2007,
kemudian penulis melanjutkan ke SMPN 1 Kepung pada tahun 2007 sampai tahun
2010. Pada tahun 2010 sampai dengan 2013 penulis menempuh pendidikan di
SMKN 1 Plosoklaten. Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Strata-1 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Malang, Jawa Timur, melalui jalur SBMPTN. Selama menjadi mahasiswa penulis
pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Dasar Komunikasi pada tahun
2014-2016 dan Komunikasi Agribisnis 2015-2016.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN i
SUMMARY iii
KATA PENGANTAR v
RIWAYAT HIDUP vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 3 1.3 Batasan Masalah 5 1.4 Tujuan Penelitian 5 1.5 Manfaat Penelitian 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 7 2.1 Penelitian Terdahulu 7 2.2 Konsep Pemberdayaan 10 2.3 Perempuan dalam Pembangunan 10 2.4 Program Kawasan Rumah Pangan Lestari 11
2.4.1 Tujuan KRPL 12 2.4.2 Prinsip KRPL 13 2.4.3 Sasaran KRPL 13 2.4.4 Tahapan Kegiatan KRPL 13
2.5 Ketahanan Pangan 14 2.5.1 Konsep Ketahanan Pangan 14 2.5.2 Konsep Ketahanan Pangan Rumah Tangga 14
2.6 Tinjauan Metode Penelitian 15 2.6.1 Metode Analisis Data Model Milles dan Huberman 15 2.6.2 Tabel Skoring Menggunakan Skala Likert 16 2.6.3 Tabel Silang 17
III. KERANGKA TEORITIS 18 3.1 Kerangka Pemikiran 18 3.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel 20
IV. METODE PENELITIAN 27 4.1 Jenis Penelitian 27 4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian 27 4.3 Metode Penentuan Responden 274.4 Metode Pengumpulan Data 28
viii
4.5 Metode Analisis Data 29 4.5.1 Analisis Kualitatif 29 4.5.2 Analisis Kuantitatif 30
V Hasil dan Pembahasan 32 5.1 Gambaran Umum 32
5.1.1 Keadaan Wilayah 32 5.1.2 Keadaan Penduduk 32
5.1.2.1 Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin 32 5.1.2.2 Komposisi penduduk berdasarkan usia 33 5.1.2.3 Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan 33 5.1.2.4 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian 34
5.1.3 Karakteristik Responden 35 5.1.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia 36 5.1.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 37 5.1.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan 38 5.1.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 39 5.1.3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Pekarangan 40
5.2. Peran Perempuan dalam Program KRPL di Desa Tertek 41 5.2.1 Pembekalan 42 5.2.2 Persiapan Budidaya 44 5.2.3 Kegiatan Budidaya 46 5.2.4 Panen dan Pasca Panen 47 5.2.5 Pemasaran 48
5.3 Ketahanan Pangan Rumah Tangga selama Menerapkan KRPL 50 5.3.1 Aspek Ketersediaan 50 5.3.2 Akses Pangan 54 5.3.3 Penyerapan Pangan 58
5.4 Peran Perempuan terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga melalui Program KRPL di Desa Tertek 61
VI PENUTUP 64 6.1 Kesimpulan 64 6.2 Saran 65
DAFTAR PUSTAKA 66
LAMPIRAN 69
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Definisi Operasional Peran Perempuan terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga selama Menerapkan Program KRPL 20
2. Standar Pengklasifikasian Peran Perempuan terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga melalui Program KRPL di Desa Tertek 22
3. Komposisi Penduduk Desa Tertek berdasarkan Jenis Kelamin 32
4. Komposisi Penduduk Desa Tertek berdasarkan Usia 33
5. Komposisi Penduduk Desa Tertek berdasarkan Tingkat pendidikan 34
6. Komposisi Penduduk Desa Tertek berdasarkan Mata Pencaharian menurut Sektornya 34
7. Karakteristik Responden berdasarkan Kelompok Usia 36
8. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan 37
9. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan 38
10. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga 39
11. Karakteristik Responden berdasarkan Luas Lahan Pekarangan 40
12. Peran Perempuan dalam Program KRPL 42
13. Aspek Ketersediaan Pangan Anggota KRPL di Desa Tertek 50
14. Akses Pangan Anggota KRPL di Desa Tertek 54
15. Akses Penyerapan Pangan Anggota KRPL di Desa Tertek 58
16. Peran Perempuan terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga selama Menerapkan Program KRPL di Desa Tertek 86
17. Kategori Peran Perempuan dalam KRPL di Desa Tertek 86
18. Kategori Ketersediaan Pangan Anggota dan Non Anggota KRPL di Desa Tertek 87
19. Kategori Akses Pangan Anggota dan Non Anggota KRPL di Desa Tertek 87
20. Kategori Penyerapan Pangan Anggota dan Non Anggota KRPL di Desa Tertek 88
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman Teks
1. Model Miles dan Huberman
2. Skema Peran Perempuan terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga melalui Program KRPL 23
3. Presentase Peran pada Kegiatan Pembekalan dalam Program KRPL 28
4. Presentase peran perempuan pada Persiapan Budidaya dalam Program KRPL 45
5. Presentase Peran Perempuan pada Kegiatan Budidaya dalam Program KRPL 46
6. Presentase Peran Perempuan pada Panen dan Pasca Panen dalam Program KRPL 48
7. Presentase Peran Perempuan pada Kegiatan Pemasaran dalam Program KRPL 49
8. Kondisi Ketahanan Pangan Rumah Tangga berdasarkan Aspek Ketersediaan selama Menerapkan program KRPL 53
9. Kondisi Ketahanan Pangan Rumah Tangga berdasarkan Akses Pangan selama Menerapkan Program KRPL 57
10. Kondisi Ketahanan Pangan Rumah Tangga berdasarkan Akses Pangan selama Menerapkan Program KRPL 60
15
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman Teks
1. Peta Desa Tertek
2. Dokumentasi
3. Instrumen Wawancara Anggota KRPL 71
4. Instrumen Wawancara Non Anggota KRPL 78
5. Karakteristik Anggota KRPL dan Non Anggota KRPL 84
6. Tabel Skoring 86
69
70
xi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu selalu membutuhkan pangan untuk kelangsungan hidupnya.
Pangan menurut PP RI Nomor 68 Tahun 2002 Bab I Pasal 1 adalah segala sesuatu
yang berasal dari sumber daya hayati dan air untuk digunakan sebagai makanan dan
minuman baik diolah maupun tidak diolah, seperti: bahan baku makanan, bahan
tambahan makanan, dan bahan lain. Pada PP RI Nomor 68 Tahun 2002 dijelaskan,
terpenuhinya pangan merupakan hak bagi setiap rumah tangga. Terpenuhinya pangan
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, aman, merata, dan terjangkau.
Pangan harus tersedia dalam jumlah yang cukup agar tidak terjadi kerawanan
pangan. Kerawanan pangan menurut Sukesi et al. (2009) merupakan kondisi tidak
adanya pangan dalam jumlah yang cukup, dan sulit terjangkau dari segi harga
maupun aksesnya. Kerawanan pangan di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami
penurunan, baik ditinjau dari presentase jumlah penduduk yang mengalami
kerawanan pangan maupun ditinjau dari presentase konsumsi energi dan protein. Data
dari BKP (2015) menunjukan, jumlah penduduk Indonesia yang mengalami rawan
pangan berdasarkan perhitungan kategori konsumsi <70% AKG pada tahun 2011-
2015 berturut-turut sebesar 17,30%, 19,52%, 18,68%, 16,94%, dan 12,96%.
Sementara pertumbuhan konsumsi energi dan protein dari tahun 2010 hingga tahun
2015 masing-masing sebesar 0,18 % dan 0,01 %.
Penurunan kerawanan pangan secara nasional tidak selalu meningkatkan
ketahanan pangan tingkat mikro. Sukesi et al. (2009) menjelaskan, ketersediaan
pangan secara makro tidak sepenuhnya menjamin ketersediaan pangan pada tingkat
mikro. Masalah tersebut harus dapat diatasi dengan baik sehingga setiap penduduk
tidak mengalami kerawanan pangan. Kenyataanya, kerawanan pangan di Indonesia
belum dapat teratasi hingga saat ini. Peta Ketahanan Pangan dan Kerawanan Pangan
tahun 2015 menunjukkan, 27,7 juta penduduk Indonesia pada tahun 2014 masih
mengalami kerawanan pangan.
Kerawanan pangan harus dapat teratasi dengan meningkatkan ketahanan
pangan rumah tangga. Ketahanan pangan menurut Rianse (2009) diartikan sebagai
terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup, aman untuk dikonsumsi, dan
terjangkau baik dari segi harga maupun lokasi. Ketahanan pangan rumah tangga skala
mikro menurut Sunarminto (2010) meliputi ketersediaan pangan, akses pangan dan
penyerapan/konsumsi pangan. Ketahanan pangan rumah tangga dipengaruhi oleh
daya beli rumah tangga, sehingga pendapatan merupakan faktor utama untuk
meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga. Sukesi et al. (2009) menjelaskan,
faktor keseimbangan pangan yang terefleksi pada harga sangat berkaitan erat dengan
daya beli rumah tangga terhadap pangan.
Ketahanan pangan rumah tangga dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan
semberdaya lokal. Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan ketahanan
pangan rumah tangga melalui pemanfaatan sumberdaya lokal yaitu program kawasan
rumah pangan lestari (KRPL). KRPL menurut Kementan Nomor 12 Tahun 2016
merupakan sebuah konsep pemanfaatan pekarangan rumah penduduk secara bersama-
sama untuk dijadikan lahan budidaya sehingga menjadi sumber pangan secara
berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek potensi wilayah dan kebutuhan gizi
warga setempat. Kegiatan yang dilakukan dalam program KRPL yaitu
membudidayakan berbagai jenis tanaman maupun ternak sesuai kebutuhan pangan
keluarga.
Salah satu desa yang menjadi lokasi pengembangan program KRPL yaitu
Desa Tertek. Program KRPL di Desa Tertek berdasarkan Data Tingkat
Perkembangan Desa dan Kelurahan tahun 2016 menunjukkan bahwa program KRPL
telah berjalan selama 4 tahun namun jumlah anggota KRPL yang bergabung hanya
sebesar 23 anggota. Desa Tertek sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk
mengembangkan program KRPL menurut Data Potensi Desa dan Kelurahan 2016
namun belum dapat termanfaatkan dengan optimal karena rendahnya anggota KRPL
yang tergabung. Potensi yang dimiliki oleh Desa Tertek yaitu luasnya lahan
pekarangan sebesar 247.29 Ha melebihi luasan lahan pertaniannya yaitu 137.46 Ha.
Tingginya jumlah penduduk perempuan usia produktif sebesar 4.244 juga
1
mendukung untuk dikembangkannya program KRPL di Desa Tertek. Berdasarkan
uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peran
perempuan terhadap ketahanan pangan rumah tangga melalui program KRPL di Desa
Tertek Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
Penelitian mengenai peran perempuan dalam program KRPL telah banyak
dilakukan. Penelitian tersebut biasanya mengkaji tentang peran perempuan dalam
program KRPL untuk mendukung kemandirian pangan dengan menganalisis pola
konsumsi pangan berbasis pola pangan harapan (Annisahaq et al, 2014) ataupun
mengkaji ketahanan pangan rumah tangga berdasarkan proporsi pengeluaran pangan
dan konsumsi energi (Arida et al, 2015). Penelitian lain yang banyak dilakukan yaitu
mengkaji tentang peran perempuan tani terhadap pendapatan rumah tangga (Bhastoni
dan Yuliati, 2016) (Fathonah dan Prasodjo, 2007) Meskipun penelitian mengenai
peran perempuan telah banyak dilakukan, namun masih jarang penelitian yang
mengkaitkannya dengan ketahanan pangan rumah tangga yang dianalisis dari seluruh
indikatornya sehingga penelitian ini menarik untuk dilakukan.
Penelitian ini penting untuk dilakukan karena untuk mengetahui peran
perempuan terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Kementan Nomor 12 Tahu
2016 menjelaskan, pengembangan KRPL merupakan salah satu upaya pemerintah
dalam mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan rumah tangga melalui
pemanfaatan sumberdaya lokal. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya masyarakat Desa Tertek mengenai
pentingnya penerapan program KRPL sehingga jumlah anggota KRPL yang
bergabung dapat semakin meningkat. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk terus mengembangkan
program KRPL kepada masyarakat yang memiliki potensi yang sama dengan Desa
Tertek.
1.2 Rumusan Masalah
Desa Tertek merupakan salah satu desa yang menerapkan program KRPL
dengan memberdayakan perempuan. KRPL mulai diimplementasikan di Desa Tertek
pada tahun 2013 namun jumlah anggota KRPL hanya sebesar 23 anggota padahal
penduduk perempuan usia produktif di Desa Tertek sebanyak 4.244 jiwa. Rendahnya
jumlah perempuan yang berperan serta dalam program KRPL menyebabkan perlunya
dilakukan pengembangan program KRPL. Hal tersebut dikarenakan program KRPL
menurut Kementan (2016) merupakan salah satu upaya pemerintah dalam
mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan rumah tangga melalui pemanfaatan
sumberdaya lokal dengan memberdayakan perempuan.
Data Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan Desa Tertek (2016)
menunjukkan, mata pencaharian di Desa Tertek pada sektor pertanian skala makro
yang meliputi perternakan, perikanan, dan pertanian memiliki presentase yang kecil.
Nilai presentase tiga sektor tersebut secara berurutan sebesar 0,91%, 1.06%, dan
2.65% dari keseluruhan jumlah penduduk Desa Tertek. Ketiga sektor tersebut
merupakan sektor yang paling penting di dalam pencapaian ketahanan pangan baik
dari aspek ketersediaan, aspek akses, dan penyerapan pangan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa penduduk Desa Tertek pada kondisi-kondisi tertentu sangat rawan
terhadap ketersediaan, akses, dan penyerapan pangan.
Rendahnya jumlah masyarakat yang bekerja di sektor pertanian
mengakibatkan rawannya ketahanan pangan rumah tangga. Hal tersebut diperkuat
dengan pendapat Suharjo et al (1986) bahwa pertanian sangat berpengaruh terhadap
gizi melalui produksi pangan untuk keperluan rumah tangga, jika pangan diproduksi
dalam jumlah dan ragam yang cukup, maka orang akan cenderung mengkonsumsi
makanan sehat. Sukesi et al (2009) menambahkan, masalah produksi yang hanya
terjadi di suatu tempat dan periode waktu tertentu, sementara pola konsumsi relatif
konstan pada setiap individu menyebabkan adanya masa-masa pada lokasi-lokasi
defisit mengalami kerawanan pangan. Dikembangkannya program KRPL diharapkan
dapat meningkatkan peran serta perempuan dalam program KRPL guna
meningkatkan ketahanan pangan rumah tangganya.
Berdasarkan permasalahan dan potensi yang telah dikemukakan diatas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana peran perempuan dalam program KRPL di Desa Tertek?
2. Bagaimana ketahanan pangan rumah tangga di Desa Tertek selama menerapkan
program KRPL?
3. Bagaimana peran perempuan terhadap ketahanan pangan rumah tangga melalui
program KRPL di Desa Tertek?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dibuat batasan masalah dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Penelitian ini hanya berfokus pada peran perempuan terhadap ketahanan pangan
rumah tangga melalui KRPL di Desa Tertek dalam 12 bulan terakhir
2. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis peran perempuan dalam program KRPL di Desa Tertek
2. Menganalisis ketahanan pangan rumah tangga di Desa Tertek selama menerapkan
program KRPL
3. Menganalisis peran perempuan terhadap ketahanan pangan rumah tangga melalui
program KRPL di Desa Tertek
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi bahan masukan
untuk terus mengembangkan upaya dalam meningkatkan ketahanan pangan
rumah tangga yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan gizi masyarakat
2. Bagi masyarakat diharapkan dapat terus mengaplikasikan dan mengembangkan
program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) guna meningkatkan ketahanan
pangan rumah tangga.
Bagi peneliti dan mahasiswa diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan
pertimbangan untuk penelitian selanjutnya, khususnya di Desa Tertek Kecamatan
Pare Kabupaten Kediri
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dijadikan sebagai referensi dan pembanding dalam
penelitian ini. Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini,
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Dewi et al. (2015), Mulyani dan
Mandamdari (2012) Bhastoni dan Yuliati (2016), Annisahaq et al. (2014),
Fathonah dan Prasodjo (2001), Arida et al. (2015) mengenai peran perempuan
terhadap ketahanan pangan rumah tangga melalui program KRPL.
Pada penelitian Dewi et al. (2015), mengenai partisipasi anggota
kelompok Wanita Tani Pangan Sari pada program kawasan rumah pangan lestari
di Dusun Cengkilung Desa Peguyangan Kangin Kecamatan Denpasar Utara.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan skala ordinal (likert).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan tingkat partisipasi kelompok Wanita Tani
Pangan Sari dalam melaksanakan program KRPL tergolong dalam kategori sangat
tinggi. Terdapat beberapa kendala dalam mengembangkan program KRPL yaitu
(1) aspek teknis: ketersediaan lahan tetap; (2) pada aspek ekonomi: kekurangan
modal dalam mengembangkan program KRPL untuk memenuhi sarana produksi
tanaman dan penyediaan lahan tetap KBD; (3) aspek sosial: tidak terdapat
masalah karena hubungan anggota kelompok terjalin baik dengan pemerintah,
antar anggota dan pihak luar (ekstern).
Mulyani dan Mandamdari (2012) mengkaji peran perempuan dalam
mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga di Kabupaten Banyumas. Penelitian
tersebut menggunakan metode kuantitatif. Penelitian tersebut dilaksanakan di
Desa Gununglurah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa derajat ketahanan pangan keluarga
termasuk dalam kategori tahan pangan dengan nilai 59,77% sedangkan yang
termasuk rawan pangan berkisar 40,23%. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran
perempuan tani dalam konsumsi bahan pangan di Kabupaten Banyumas adalah
pendapatan rumah tangga, pendapatan perempuan tani, jumlah anggota keluarga,
dan dummy perempuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran bahan
6
pangan pokok pada tingkat rumah tangga di Kabupaten Banyumas adalah harga
beras, jumlah anggota keluarga, dan pendidikan.
Bhastoni dan Yuliati (2016) meneliti tentang peran wanita tani diatas usia
produktif dalam usahatani sayuran organik terhadap pendapatan rumah tangga di
Desa Sumberejo Kecamatan Batu. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian tersebut yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif
kuantitatif. Hasil dari penelitian tersebut yang pertama menunjukkan alasan
terbesar perempuan bekerja pada usahatani sayuran organik yaitu untuk
menambah penghasilan. Hasil kedua menunjukkan kegiatan usaha tani pada aspek
aktivitas didominasi oleh peran perempuan, aspek kontrol dan aspek manfaat
didominasi oleh laki-laki, dan aspek manfaat dirasakan bersama. Hasil ketisga
menunjukkan persentase curahan waktu kerja perempuan baik sebagai petani
maupun buruh tani lebih besar dibandingkan dengan pria. Total persentase
kontribusi pendapatan perempuan terhadap pendapatan rumahtangga sebesar 29%.
Pendapatan perempuan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
pendapatan rumah tangga untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga.
Persamaan penelitian ini dengan peneltian yang dilakukan Dewi et al.
(2015), Mulyani dan Mandamdari (2012), Bhastoni dan Yuliati (2016), sama-
sama mengkaji mengenai peran perempuan dalam suatu program pemberdayaan.
Ketiga penelitian tersebut dijadikan acuan dalam menentukan tujuan pertama
dalam penelitian ini yaitu peran perempuan dalam program KRPL dan juga
metode analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif. Perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Mulyani dan Mandamdari (2012),
Bhastoni dan Yuliati (2016) yaitu analisis peran perempuan dalam penelitian
tersebut menggunakan analisis gender, sementara dalam penelitian ini analisis
peran perempuan didasarkan pada kegiatan yang ada di dalam pelaksanaan
program KRPL seperti pada penelitian Dewi et al. (2015). Jenis gap antara
penelitian ini dengan penelitian Dewi et al. (2015) adalah practical gap. Practical
gap merupakan gap yang menunjukkan perbedaan lokasi, kondisi dan situasi.
Penelitian Dewi et al. (2015) dilaksanakan di Bali, sementara penelitian ini
dilaksanakan di Desa Tertek Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
Annisahaq et al. (2014) mengkaji mengenai pengaruh program KRPL
dalam mendukung kemandirian pangan dan kesejahteraan rumah tangga di
Kecamatan Rejumulyo Kecamatan Kota Kabupaten Kediri. Alat analisis yang
digunakan yaitu: (1) analisis usaha tani dan uji beda rata-rata; (2) Analisis pola
konsumsi pangan berbasis pola pangan harapan (PPH); dan (3) analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi diversifikasi konsumsi pangan. Hasil dari penelitian
Annisahaq et al. (2014), yang pertama adalah pendapatan usahatani pekarangan
rumah tangga antara peserta KRPL berbeda nyata dengan non peserta KRPL.
Hasil kedua menunjukkan skor PPH rata-rata untuk peserta KRPL mencapai
80,53 dan non peserta sebesar 62,32. Skor tersebut masih dibawah skor PPH ideal,
yaitu 100. Hasil ketiga menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh signifikan
terhadap tingkat skor PPH adalah jumlah anggota keluarga dan luas pekarangan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Fathonah dan Prasodjo (2001)
mengenai tingkat ketahanan pangan pada rumah tangga yang dikepalai pria
(RTKP) dan rumah tangga yang dikepalai wanita (RTKW) dapat dijadikan
sebagai acuan. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan tingkat ketahanan pangan RTKP
termasuk kategori tahan pangan sementara RTKW termasuk kategori lebih tidak
tahan pangan. Perbedaan ketahanan pangan tersebut tidak menimbulkan
ketimpangan. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga tersebut dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan pengelola pangan dan pendapatan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan dan pendapatan semakin tinggi pula tingkat ketahanan pangan rumah
tangga dan sebaliknya.
Arida et al. (2015) menganalisis tentang ketahanan pangan rumah tangga
berdasarkan proporsi pengeluaran pangan dan konsumsi energi. Penelitian
tersebut menggunakan metode kuantitatif dengan perhitungan proporsi
pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total rumah tangga petani dan tingkat
konsumsi energi petani. Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi pengeluaran
pangan dari pengeluaran total rumah tangga petani peserta DEMAPAN di
Kecamatan Indrapuri Kecamatan Aceh Besar yaitu sebesar 60%. Tingkat
kecukupan energi (TKE) rumah tangga sebesar 62,19% termasuk pada kategori
defisit (<70% AKG). Ketahanan pangan rumah tangga berdasarkan proporsi
pengeluaran pangan dan konsumsi energi sebesar 55% dan 45% termasuk dalam
kondisi rawan pangan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Annisahaq et al. (2014)
Fathonah dan Prasodjo (2001), Arida et al. (2015) adalah sama-sama menganalisis
ketahanan pangan rumah tangga. Terdapat conceptual gap antara penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya. Conceptual gap yaitu gap yang diperoleh dengan
cara menguji suatu teori dengan konteks yang berbeda. Pada penelitian
sebelumnya ketahanan pangan rumah tangga hanya dikaji dengan salah satu
indikator ketahanan pangan rumah tangga, sementara pada penelitian ini mengkaji
ketahanan pangan rumah tangga pada seluruh indikatornya. Selain itu pada
penelitian ini, ketahanan pangan rumah tangga dikaitkan dengan peran perempuan
dalam program KRPL, sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan.
2.2 Konsep Pemberdayaan
Pemberdayaan menurut Surjono dan Nugroho (2007), mengacu pada kata
empowerment yaitu upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki
masyarakat lokal yang mandiri. Pemberdayaan harus didasarkan pada lingkungan
kehidupan sosial dilihat dari sudut pandang kerumahtanggan. Pendekatan
pemberdayaan masyarakat dengan penekanan pada pentingnya masyarakat lokal
yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisasikan diri mereka sendiri.
Pada dasarnya pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan
sosial. Pemberdayaan masyarakat seperti itu diharapkan memberikan peranan
kepada individu bukan sebagai objek tetapi sebagai pelaku yang menentukan
hidup mereka.
2.3 Perempuan dalam Pembangunan
Remiswal (2013) menjelaskan, perempuan memiliki peranan dalam
pembangunan bangsa, namun banyak perempuan yang masih sukar untuk
mengatualisasikan diri melalui program pemberdayaan. Hal tersebut disebabkan
oleh lima faktor penghambat, yaitu: (1) sistem tata nilai budaya yang masih
menggunakan pola patriarkhi; (2) kurang adanya perlindungan bagi kaum
perempuan karena banyak perundang-undangan yang bias gender; (3) perempuan
kurang dalam mendapatkan kesempatan untuk mengakses, berpartisipasi,
mengontrol, dan menikmati hasil pembangunan; (4) adanya pemahaman dan
penafsiran agama yang kurang tepat; dan (5) dampak dari hal tersebut
mengakibatkan adanya persaingan antara perempuan yang akan membawa
kerugian pada diri perempuan sendiri.
Peran perempuan terhadap pembangunan menurut Nugroho (2011),
merupakan suatu pendekatan yang berfokus pada kekuatan-kekuatan sosial,
ekonomi, politik dan budaya yang menetukan bagaimana perempuan
berpartisipasi didalam memperoleh manfaat, dan mengontrol sumber daya dan
kegiatan proyek yang berbeda. Mufidah (2010) menambahkan, kebutuhan
perempuan yang harus direspon melalui program pembangunan menjadi salah
satu tolok ukur pembangunan di tingkat nasional dan internasional. Misalnya
pendidikan perempuan, kesehatan reproduksi perempuan, dan kemandirian
perempuan di bidang ekonomi dan keterwakilan perempuan dalam mengambil
keputusan. Keterlibatan perempuan dalam sektor publik akibat perbaikan
pendidikan bagi perempuan dan hak-haknya sebagai warga negara harus dapat
dimanfaatkan dengan baik.
Partisipasi perempuan bersama laki-laki merupakan sebuah kunci dalam
pembangunan. Partisipasi perempuan dalam pembangunan menurut Remiswal
(2013) dapat dilakukan dengan enam cara, yaitu: (1) adanya kontak dengan pihak
lain dan merupakan titik awal perubahan sosial; (2) menyerap atau memberikan
tanggapan terhadap informasi; (3) ikut serta dalam perencanaan pembangunan dan
pengambilan keputusan; (4) terlibat dalam operasional pembangunan; (5) ikut
menerima, memelihara, dan mengembangkan pembangunan; (6) Menilai
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan hasilnya memenuhi
kebutuhan masyarakat.
2.4 Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
Kementan Nomor 12 Tahun 2016 menyatakan bahwa optimalisasi
pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui upaya pemberdayaan perempuan
untuk mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi
keluarga. Upaya ini dilakukan dengan membudidayakan berbagai jenis tanaman
sesuai kebutuhan pangan keluarga seperti aneka umbi, sayuran, buah, serta
budidaya ternak dan ikan sebagai tambahan untuk ketersediaan pangan sumber
karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein bagi keluarga pada suatu lokasi
kawasan perumahan/warga yang saling berdekatan sehingga akan dapat terbentuk
sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan yang diproduksi sendiri dari hasil
optimalisasi pekarangan. Pendekatan pengembangan ini dilakukan dengan
mengembangkan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), antara lain
dengan membangun kebun bibit dan mengutamakan sumber daya lokal disertai
dengan pemanfaatan pengetahuan lokal (local wisdom) sehingga kelestarian alam
pun tetap terjaga. Implementasi program ini disebut Kawasan Rumah Pangan
Lestari (KRPL).
Pengembangan KRPL merupakan salah satu upaya pemerintah dalam
mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan rumah tangga. Kegiatan
optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep KRPL dilakukan dengan
pendampingan oleh Penyuluh Pendamping KRPL, serta dikoordinasikan bersama
dengan aparat kabupaten/kota. Pemanfaatan pekarangan diarahkan pada
pelaksanaan pemberdayaan kelompok perempuan dalam membudayakan pola
konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman. Pemanfaatan pekarangan
juga diarahkan pada pelaksanaan kegiatan usaha pengolahan pangan rumah tangga
untuk menyediakan pangan yang lebih beragam. Pada setiap desa dibangun kebun
bibit untuk memasok kebutuhan bibit tanaman, ternak, dan ikan bagi anggota
kelompok dan masyarakat, sehingga tercipta keberlanjutan kegiatan.
2.4.1 Tujuan KRPL
Kementan Nomor 12 Tahun 2016 menyatakan, tujuan pengembangan
program KRPL adalah:
1. Meningkatkan partisipasi kelompok perempuan dalam penyediaan sumber
pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan
sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
2. Mendorong pengembangan usaha pengolahan pangan skala Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) sumber karbohidrat selain beras dan terigu
yang berbasis sumber daya dan kearifan lokal.
3. Meningkatkan kesadaran, peran, dan partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan pola konsumsi pangan serta mengurangi ketergantungan
terhadap bahan pangan pokok beras.
2.4.2 Prinsip KRPL
Kementan Nomor 12 Tahun 2016 menyatakan bahwa prinsip dasar
pengembangan KRPL adalah: (1) pemanfaatan pekarangan yang ramah
lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan; (2)
diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal; (3) konservasi sumberdaya
genetik pangan (tanaman, ternak, ikan); (4) menjaga kelestariannya melalui kebun
bibit desa menuju; dan (5) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
2.4.3 Sasaran KRPL
Kementan Nomor 12 Tahun 2016 menyatakan bahwa sasaran
pengembangan KRPL adalah: (1) peningkatan pemanfaatan pekarangan sebagai
sumber pangan dan gizi untuk memenuhi kebutuhan keluarga; (2) berkembangnya
usaha pengolahan pangan skala UMKM sumber karbohidrat selain beras dan
terigu yang berbasis sumber daya dan kearifan lokal; dan (3) peningkatan
kesadaran dan peran serta masyarakat dalam mewujudkan pola konsumsi pangan
serta menurunnya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap bahan pangan
tertentu dengan pemanfaatan pangan lokal.
2.4.4 Tahapan Pelaksanaan KRPL
Kementan Nomor 12 Tahun 2016 menyatakan, optimalisasi pemanfaatan
lahan pekarangan yang selama ini telah terbukti banyak memberikan manfaat bagi
masyarakat baik bagi anggota kelompok perempuan maupun lingkungan kawasan
di sekitarnya. Bagi pelaku anggota kelompok perempuan, kegiatan ini dapat
memberikan sumbangan pangan untuk dikonsumsi bagi keluarga, menghemat
pengeluaran keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi sehari-hari dan
terjadinya diversifikasi konsumsi pangan pada rumah tangga anggota. Bagi
lingkungan kawasan, kegiatan ini dapat membuat suasana asri dan lingkungan
lebih nyaman. Mekanisme pengembangan optimalisasi lahan pekarangan
dilakukan melalui beberapa tahapan berikut: (1) pembentukan kelompok
pelaksana kegiatan, (2) identifikasi kebutuhan, (3) penyusunan rencana kegiatan,
(4) pendampingan dan pelatihan, (5) pembuatan dan pengelolaan kebun bibit, (6)
pengembangan demplot kelompok, dan (7) penataan kawasan.
2.5 Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan menurut PP RI Nomor 68 Tahun 2002 Bab I Pasal 1
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersediannya pangan yang cukup, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan pangan
menurut Rianse (2009) adalah terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang
cukup, tersedia setiap saat di semua daerah, mudah diperoleh rumah tangga, dan
aman dikonsumsi dengan harga yang terjangkau. Sunarminto (2010)
menambahkan, ketahanan pangan merupakan kondisi ketika semua orang pada
segala waktu secara fisik, sosial dan ekonomi memiliki akses pangan yang cukup,
aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan kehidupan yang
aktif dan sehat. Pada dasarnya pangan menyangkut hajat hidup masyarakat, baik
produsen maupun konsumen sehingga masyarakat beserta pemerintah mempunyai
hak untuk menentukan sistem ketahanan pangannya secara mandiri.
2.5.1 Konsep Ketahanan Pangan
Konsep ketahanan pangan menurut Sunarminto (2010) terdiri dari 5 bagian
yaitu: (1) terpenuhinya pangan yang cukup dari segi jumlah; (2) terpenuhinya
mutu pangan (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral); (3) aman (tidak
mengandung bahan yang membahayakan kesehatan); (4) merata (sehingga pangan
mudah diperoleh masyarakat); dan (5) terjangkau (pangan dapat diperoleh dengan
mudah dan murah).
2.5.2 Konsep Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Sunarminto (2010) menjelaskan, ketahanan pangan dipandang dari level
mikro/rumah tangga berkaitan dengan 3 indikator utama yaitu ketersediaan
pangan, akses pangan dan penyerapan pangan.
1. Aspek ketersediaan pangan dalam perspektif mikro pada skala rumah tangga
terdiri dari 3 sumber yaitu produksinya sendiri (own production), membeli di
pasar (market purchase), dan transfer (barter atau bantuan)
2. Akses pangan bagi masyarakat, dikatakan terjamin ketika semua rumah tangga
dan semua individu dalam rumah tangga tersebut mempunyai sumber daya
yang cukup untuk memperoleh pangan yang layak dan bergizi. Akses pada
pangan terdiri dari 3 macam yaitu (1) akses ekonomi: berkaitan dengan
kemampuan rumah tangga dalam menyediakan sumber daya ekonomis untuk
dapat memperoleh bahan pangan, meliputi pendapatan, kesempatan kerja dan
harga pangan; (2) akses fisik: berkaitan pada sarana dan prasarana, meliputi
pasar, jalan dan alat transportasi; dan (3) akses sosial, pada kondisi normal
terkait pada pengetahuan dan tingkat pendapatan rumah tangga, dalam kondisi
tidak normal dipengaruhi oleh konflik sosial, perang dan bencana.
3. Aspek konsumsi/ penyerapan pangan
Subsistem konsumsi mempunyai fungsi dalam mengarahkan pola pangan agar
mampu memenuhi kaidah-kaidah keamanan, keragaman, kesehatan.
2.6 Tinjauan Metode Penelitian
2.6.1 Metode Analisis Dara Model Milles dan Huberman
Model analisis data menurut Miles dan Huberman (1994) dilakukan
melalui beberapa langkah yaitu reduksi data, penyajian data, dan mengambil
kesimpulan kemudian diverifikasi. Model Miles dan Huberman dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Model Miles dan Huberman (Miles dan Huberman, 1994)
Components of Data Analiysis: Flow Model
Data collection period
Data reduction
Anticipatory During Post
Data Display Analysis
During Post
Conclution drawing/Verification
During Post
a. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan,
pengabstrakan, dan mentransformasikan data kasar dari lapangan. Reduksi
data akan memberikan data yang lebih jelas dan mempermudah untuk
mengumpulkan data selanjutnya, serta mempermudah untuk mencarinya
ketika data dibutuhkan.
b. Penyajian data merupakan penyusunan sekumpulan informasi yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Tujuan penyajian data adalah untuk memudahkan dalam membaca
dan menarik kesimpulan. Proses penyajian data dapat berupa bentuk uraian
naratif, gambar, matriks, tabel, dan grafik.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah usaha untuk mencari dan
memahami makna, keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat atau
proposisi. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi dilakukan setelah proses
reduksi data dan penyajian data selesai. Verifikasi dilakukan karena
kesimpulan awal masih bersifat sementara dan dapat berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang dapat dipercaya.
2.6.2 Tabel Skoring dengan menggunakan Skala Likert
Tabel skoring merupakan alat bantu analisis dengan cara menggunakan
skor yang didasarkan pada skala tertentu. Skala likert menurut Sugiyono (2014)
digunakan untuk mengukur suatu sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial. Nazir (2005) dalam
menentukan skala atau selang kelas maka perlu dilakukan tahap penentuan
sebagai berikut:
1) Menentukan kisaran
Kisaran adalah selisih nilai pengamatan tertinggi dengan nilai pengamatan
terendah. Dengan R merupakan kisaran yang diperoleh dengan rumus:
R = Xt – Xr
Keterangan:
R : Kisaran
Xt : Nilai pengamatan tertinggi
Xr : Nilai pengamatan terendah
2) Menentukan selang kelas
Selang kelas adalah jarak atau besarnya nilai antar kelas yang telah ditentukan.
Besarnya selang kelas diperoleh berdasarkan rumus berikut:
I = R/k
Keterangan:
I : Selang kelas
R : Kisaran
k : kelas
2.6.3 Tabel Silang
Tabel silang menurut Singarimbun dan Efendi (1982) merupakan alat
bantu analisis yang paling sederhana yang digunakan untuk mengamati hubungan
antar dua variabel. Tabel silang tidak akan ada artinya jika dalam penyusunannya
tidak memperhatikan beberapa prinsip sederhana agar hubungan antara dua
variabel dapat tampak dengan jelas. Pada tabel silang dihitung responden untuk
setiap kelompok agar mudah melihat hubungan antara dua variabel. Cara dalam
membuat silang yaitu:
1) Menentukan variabel independen dan variabel dependen
2) Membuat kelompok tiap variabel berdasarkan kategori
3) Meletakkan variabel independen pada samping kiri dan variabel dependen
pada kolom atas
4) Menentukan frekuensi pada setiap sel dan menghitung persentasenya searah
dengan diletakkannya variabel independen
5) Membandingkan pada setiap kategori
1
III KERANGKA TEORITIS
3.1 Kerangka Pemikiran
Ketahanan pangan menurut Sukesi et al. (2009) adalah tersedianya pangan
dalam jumlah yang cukup dan terdistribusi dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat guna menopang kehidupan sehari-hari. Ketahanan pangan rumah
tangga dapat ditingkatkan dengan menerapkan program KRPL. Pengembangan
KRPL merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan kemandirian
dan ketahanan pangan rumah tangga. Pendekatan pengembangan ini dilakukan
dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture).
Kegiatan dalam program KRPL yaitu membudidayakan berbagai jenis tanaman
sesuai kebutuhan pangan keluarga seperti aneka umbi, sayuran, buah, serta
budidaya ternak dan ikan sebagai tambahan ketersediaan pangan bagi keluarga.
Kementan Nomor 12 Tahun 2016 menyatakan bahwa optimalisasi
pemanfaatan pekarangan diimplementasikan melalui upaya pemberdayaan
perempuan. Pada penelitian ini, penulis mencoba untuk menganalisis peran
perempuan dalam program KRPL. Peran perempuan dalam program KRPL
meliputi peran dalam pembekalan, persiapan budidaya, kegiatan budidaya, panen
dan pasca panen, serta Perempuan diimplementasikan ke dalam program KRPL
sebagai upaya untuk mendukung ketahanan pangan rumah tangga.
Peran perempuan tersebut diharapkan dapat menciptakan ketahanan
pangan rumah tangga. Harapan tersebut sesuai dengan penyataan Kementan No
12 tahun 2016 bahwa penerapan KRPL dapat memberikan manfaat bagi
perempuan. Manfaat bagi perempuan dalam KRPL yaitu dapat memberikan
sumbangan pangan untuk dikonsumsi bagi keluarga, menghemat pengeluaran
keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi sehari-hari serta terjadinya
diversifikasi konsumsi pangan pada rumah tangga anggota.
Ketahanan pangan memiliki indikator yang digunakan sebagai dasar dalam
penentuan ketahanan pangan rumah tangga selama menerapkan program KRPL.
Indikator ketahanan pangan rumah tangga menurut Sunarminto (2010) terdiri dari
3 indikator, yaitu aspek ketersediaan, aspek akses, dan aspek
konsumsi/penyerapan. Pada penelitian ini, penulis juga mencoba untuk
17
2
menganalisis ketahanan pangan rumah tangga selama menerapkan program KRPL
dan peran perempuan terhadap ketahanan pangan rumah tangga melalui program
KRPL. Peran perempuan terhadap ketahanan pangan rumah tangga dapat dilihat
dari peran perempuan dalam KRPL dan ketahanan pangan rumah tangga selama
menerapkan KRPL.
Terlaksananya program KRPL di Desa Tertek diharapkan dapat
meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dari aspek ketersediaan pangan,
aspek akses terhadap pangan dan aspek konsumsi/penerapan pangan melalui peran
perempuan. Berdasarkan uraian diatas, secara sistematis dapat dibuat alur
kerangka berpikir yang tertera pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema Peran Perempuan terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga melalui Program KRPL
Keterangan: = alur pemikiran
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Pelatihan
Panen dan Pasca Panen
Kegiatan Budidaya
Persiapan Budidaya
Peran perempuan dalam Kawasan Rumah Pangan Lestari
Ketersediaan Pangan - Produksi sendiri - Membeli - Transfer
Akses pada Pangan - Akses ekonomi - Akses Fisik - Akses Sosial
Penyerapan Pangan - Keragaman - Kandungan
gizi
Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor 12/KPTS/KN.210/K/02/2016 tentang Petunjuk Teknis Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Tahun 2016
Ketahanan Pangan Rumah Tangga selama Menerapkan Program KRPL
Pemasaran
3.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
3.2.1 Definisi Operasional
Variabel menurut Sarwono (2013), ialah sesuatu yang mewakili nilai tertentu, dapat berupa konsep yang digunakan untuk
menjelaskan suatu masalah yang sedang dikaji dalam suatu riset. Sementara indikator menurut Kasiram (2010) yaitu tanda atau petunjuk
yang menggambarkan variabel. Definisi operasional variabel beserta pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Definisi Operasional Peran Perempuan terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga selama Menerapkan Program KRPL di Desa Tertek
No. Konsep Variabel Definisi Operasional Variabel 1.
Peran perempuan dalam Program KRPL
Pembekalan Suatu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota KRPL mengenai teknik budidaya dalam KRPL, pemberian peralatan dan sarana produksi, dan pemberian informasi mengenai pemasaran hasil budidaya.
Persiapan Budidaya Kegiatan dalam program KRPL yang meliputi penentuan jenis tanaman yang akan dibudidayakan, penentuan peralatan dan bahan yang akan diguanakan, kegiatan pembuatan rak tanaman, kegiatan pembuatan media tanam, dan kegiatan penataan polibag di area pekarangan.
Kegiatan Budidaya Panen dan Pasca Panen
Kegiatan dalam program KRPL yang meliputi penyemaian benih, perawatan benih, pemindahan bibit, penyiraman, penyiangan, dan juga pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Pemasaran Kegiatan menawarkan dan menjual hasil panen tanaman budidaya yang dihasilkan dalam program KRPL
2. Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Ketersediaan pangan Kondisi tersedianya bahan pangan dalam jumlah, mutu, dan waktu yang terjangkau bagi rumah tangga yang ditentukan dari luas pekarangan, jenis tanaman yang dibudidayakan, pemenuhan kebutuhan pangan, dan jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung
19
Lanjutan Tabel 1
Akses Pangan Kemampuan rumah tangga menjangkau pangan yang terdiri dari akses ekonomi, akses fisik, dan akses sosial. Akses pangan meliputi pemasukan yang diperoleh dari penjualan tanaman pangan, pemasukan yang diperoleh dari penjualan sayuran, pemasukan dari penjualan tanaman obat, pemenuhan kebutuhan pangan keluarga, alokasi pendapatan dari program KRPL, kondisi jalan, tersedianya warung atau pasar, berperan serta dalam sosialisasu makanan sehat, dan memperoleh bantuan pangan.
Penyerapan Pangan Kemampuan rumah tangga dalam menyerap pangan yang aman, beragam, dan memiliki kandungan gizi yang baik. Penyerapan pangan rumah tangga dapat dilihat dari ketersediaan air bersih, fasilitas kesehatan yang tersedia, pengolahan sampah, keragaman pangan, dan keracunan pangan.
3.2.2 Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
tiga kategori. Pemberian angka 3 apabila memiliki nilai positif/tinggi, angka dua apabila memiliki nilai netral/sedang, dan angka satu
apabila memiliki nilai negatif/rendah. Skala likert dalam tabel skoring digunakan untuk mengkategorikan ketahanan pangan rumah tangga
dan peran perempuan dalam program KRPL terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Pengukuran variabel-variabel dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar Pengklasifikasian Peran Perempuan terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga melalui Program KRPL di Desa Tertek
No. Variabel Pengukuran Sub Variabel
Skor Kriteria
1.
Pembekalan
Pelatihan teknik budidaya
3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Pelatihan teknik budidaya selalu diikuti oleh anggota Pelatihan teknik budidaya kadang-kadang diikuti oleh anggota Pelatihan teknik budidaya tidak pernah diikuti oleh anggota
Pemberian peralatan dan sarana produksi
3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Peralatan dan sarana produksi selalu diterima oleh anggota Peralatan dan sarana produksi kadang-kadang diterima oleh anggota Peralatan dan sarana produksi tidak pernah diterima oleh anggota
Pemberian informasi pemasaran
3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Informai pemasaran selalu diterima oleh anggota Informasi pemasaran kadang-kadang diterima oleh anggota Informasi pemasaran tidak pernah diterima oleh anggota
Persiapan Budidaya
Penentuan jenis tanaman
3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Penentuan tanaman yang akan dibudidayakan selalu dilakukan oleh anggota Penentuan tanaman yang akan dibudidayakan kadang-kadang dilakukan oleh anggota Penentuan tanaman yang akan dibudidayakan tidak pernah dilakukan oleh anggota
Penentuan peralatan dan bahan
3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Penentuan peralatan yang akan digunakan selalu dilakukan oleh anggota Penentuan peralatan yang akan digunakan kadang-kadang dilakukan oleh anggota Penentuan peralatan yang akan digunakan tidak pernah dilakukan oleh anggota
Pembuatan rak tanaman
3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Pembuatan rak tanaman selalu dilakukan oleh anggota Pembuatan rak tanaman kadang-kadang dilakukan oleh anggota Pembuatan rak tanaman tidak pernah dilakukan oleh anggota
Lanjutan Tabel 2 Pembuatan media
tanam 3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Pembuatan media tanam selalu dilakukan oleh anggota Pembuatan media tanam kadang-kadang dilakukan oleh anggota Pembuatan media tanam tidak pernah dilakukan oleh anggota
Penataan polibag di area pekarangan
3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Penataan polibag di area pekarangan selalu dilakukan oleh anggota Penataan polibag di area pekarangan kadang dilakukan oleh anggota Penataan polibag di area pekarangan tidak pernah dilakukan oleh anggota
Kegiatan Budidaya
Penyemaian benih 3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Penyemaian benih selalu dilakukan oleh anggota Penyemaian benih kadang-kadang dilakukan oleh anggota Penyemaian benih tidak pernah dilakukan oleh anggota
Penyiangan 3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Penyiangan selalu dilakukan oleh anggota Penyiangan kadang-kadang dilakukan oleh anggota Penyiangan tidak pernah dilakukan oleh anggota
Perawatan benih 3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Perawatan benih selalu dilakukan oleh anggota Perawatan benih kadang-kadang dilakukan oleh anggota Perawatan benih tidak pernah dilakukan oleh anggota
Pemindahan bibit 3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Pemindahan bibit selalu dilakukan oleh anggota Pemindahan bibit kadang-kadang dilakukan oleh anggota Pemindahan bibit tidak pernah dilakukan oleh anggota
Penyiraman 3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Penyiraman selalu dilakukan oleh anggota Penyiraman kadang-kadang dilakukan oleh anggota Penyiraman tidak pernah dilakukan oleh anggota
Pengendalian hama dan penyakit tanama
3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Pengendalian hama dan penyakit tanaman selalu dilakukan oleh anggota Pengendalian hama dan penyakit tanaman kadang-kadang dilakukan oleh anggota Pengendalian hama dan penyakit tanaman tidak pernah dilakukan
oleh anggota Lanjutan Tabel 2 Panen dan
Pasca Panen
Penentuan panen dan pasca panen
3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Pengambilan keputusan dalam panen dan pasca panen selalu dilakukan oleh anggota Pengambilan keputusan dalam panen dan pasca panen kadang-kadang dilakukan oleh anggota Pengambilan keputusan dalam panen dan pasca panen tidak pernah dilakukan oleh anggota
Kegiatan pemanenan
3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Kegiatan pemanenan selalu dilakukan oleh anggota Kegiatan pemanenan kadang-kadang dilakukan oleh anggota Kegiatan pemanenan tidak pernah dilakukan oleh anggota
Pengelolaan hasil panen
3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Pengelolaan hasil panen selalu dilakukan oleh anggota Pengelolaan hasil panen kadang-kadang dilakukan oleh anggota Pengelolaan hasil panen tidak pernah dilakukan oleh anggota
Pemasaran Kegiatan pemasaran 3=Aktif 2=Cukup 1=Tidak Aktif
Kegiatan pemasaran selalu dilakukan oleh anggota Kegiatan pemasaran kadang-kadang dilakukan oleh anggota Kegiatan pemasaran tidak pernah dilakukan oleh anggota
2. Ketersedia an pangan
Luas lahan pekarangan
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
Memiliki pekarangan >400 m2
Memiliki pekarangan 120-400 m2
Memiliki pekarangan <120 m2 Jenis tanaman yang dibudidayakan
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
Terdapat >2 jenis tanaman yang dibudididayakan (sayuran, tanaman pangan, dan tanaman obat) Terdapat 1 jenis tanaman yang dibudidayakan Tidak ada tanaman
Pemenuhan kebutuhan pangan pengganti nasi
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
Sudah, melalui pemanfaatan pekarangan Sedang, melalui pemenfaatan pekarangan dan membeli di pasar Belum, hanya membeli di pasar
Pemenuhan 3=Tinggi Sudah, melalui pemanfaatan pekarangan
kebutuhan sayuran 2=Sedang 1=Rendah
Sedang, melalui pemenfaatan pekarangan dan membeli di pasar Belum, hanya membeli di pasar
Lanjutan Tabel 2 Pemenuhan
kebutuhan tanaman obat
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
Sudah, melalui pemanfaatan pekarangan Sedang, melalui pemenfaatan pekarangan dan membeli di pasar Belum, hanya membeli di pasar
Memperoleh Pengetahuan teknik budidaya
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
Sudah, melalui penyuluh dan anggota kelompok KRPL Sudah, melalui penyuluh atau anggota kelompok KRPL Belum mendapatkan pengetahuan teknik budidaya
Memperoleh bantuan peralatan dan sarana produksi
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
Sudah, melalui pemerintah dan swadaya masyarakat Sudah, melalui pemerintah atau swadaya masyarakat Belum
Pengendalian hama dan penyakit tanaman
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
Sudah, tidak ada tanaman yang terserang hama dan penyakit Sudah, namun masih ada tanaman yang terserang hama dan penyakit Belum
Jumlah anggota keluarga
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
≤ 2 orang 3 - 4 orang > 4 orang
Akses Pangan
Akses Ekonomi Pemasukan dari penjualan tanaman pangan
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
≤ 9 bulan sekali > 9 bulan sekali Tidak mendapatkan
Pemasukan dari penjualan sayuran
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
≤ 3 bulan sekali > 3 bulan sekali Tidak mendapatkan
Pemasukan dari penjualan tanaman obat
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
≤ 12 bulan sekali > 12 bulan sekali Tidak mendapatkan
Pemenuhan kebutuhan pangan keluarga
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
Pendapatan dari budidaya tanaman di pekarangan Pendapatan dari budidaya tanaman di pekarangan dan dari luar Pendapatan diluar dari budidaya tanaman di pekarangan
Lanjutan Tabel 2 Alokasi pendatan
dari program KRPL 3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
Untuk pangan Untuk non pangan Tidak mendapatkan pemasukan
Akses Fisik Kondisi jalan 3=Tinggi
2=Sedang Mudah (Aspal tidak bergelombang) Sedang (Aspal bergelombang)
1=Rendah Sulit (berpasir, berbatu, dan bergelombang) Tersedia warung/pasar
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
Lebih dari 1 warung/ pasar 1 warung/pasar Tidak ada
Akses Sosial Sosialisasi makanan sehat
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
Pernah, dari luar program KRPL dan dari dalam program KRPL Pernah, dari luar program KRPL/dari dalam program KRPL Belum pernah
Bantuan pangan 3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
Sering (Satu bulan sekali) Jarang (Lebih dari 1 bulan sekali) Tidak pernah
Penyerapan Pangan
Ketersediaan air bersih
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
Air tanah (Sumur) Air dari PDAM Air dari hujan/sungai
Fasilitas kesehatan yang tersedia
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
Fasilitas dari desa dan dari swadaya masyarakat Fasilitas dari desa/swadaya masyarakat Tidak ada
Pengolahan sampah 3=Tinggi Memilah sampah organik dan anorganik dan didaur ulang
2=Sedang 1=Rendah
Memilah sampah organik dan anorganik dan membuangnya di tempat pembuangan sampah Membuang di tempat pembuangan sampah tanpa memilah
Lanjutan Tabel 2 Keragaman pangan 3=Tinggi
2=Sedang 1=Rendah
Mengkonsumsi karbohidrat, protein, dan sayuran Mengkonsumsi karbohidrat dan protein/sayuran Mengkonsumsi karbohidrat
Keracunan makanan
3=Tinggi 2=Sedang 1=Rendah
Tidak pernah Jarang (3 - ≤ 1 kali dalam 1 tahun) Sering (> 3 kali dalam 1 tahun)
IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian mengenai peran perempuan terhadap ketahanan pangan rumah
tangga melalui program KRPL di Desa Tertek termasuk ke dalam jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (mix method). Pendekatan
kualitatif digunakan untuk menganalisis peran perempuan dalam program KRPL.
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis ketahanan pangan rumah
tangga selama menerapkan program KRPL dan peran perempuan terhadap
ketahanan pangan rumah tangga selama menerapkan program KRPL di Desa
Tertek.
4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tertek Kecasmatan Pare Kabupaten
Kediri mulai dari bulan Maret hingga bulan April 2017. Penentuan lokasi
penelitian dilakukan secara purposive. Singarimbun dan Efendi (1982)
menjelaskan, purposive merupakan penentuan lokasi penelitian secara sengaja
dengan didasarkan pada pertimbangan tertentu. Pertimbangan peneliti dalam
memilih lokasi di Desa Tertek adalah:
1. Terdapat program KRPL yang memberdayakan perempuan yang berorientasi
untuk meningkatkan ketahanan pangan
2. Banyak perempuan di Desa Tertek yang berperan sebagai ibu rumah tangga
3. Desa Tertek memiliki potensi berupa lahan pekarangan yang luas untuk
mengembangkan program KRPL
4. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai peran perempuan terhadap
ketahanan pangan melaui program KRPL di Desa Tertek sebelumnya
4.3 Metode Penentuan Responden
Proses penentuan responden merupakan cara memilih responden untuk
studi tertentu. Teknik penentuan responden pada penelitian ini menggunakan
teknik sampling non probability. Teknik tersebut menurut Kumalaningsih (2012)
27
adalah penentuan responden yang tidak memperhatikan aspek peluang pada
pemilihan anggota responden. Jenis penentuan responden dari teknik sampling
non probability yang diggunakan yaitu sensus.
Sensus merupakan metode penentuan responden dengan menggunakan
seluruh populasi yang ada. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh anggota
KRPL yaitu sebayak 23 anggota. Selain anggota KRPL, responden dalam
penelitian ini juga berasal dari individu yang tidak mengikuti program KRPL.
Informasi dari non anggota KRPL hanya digunakan sebagai pembanding dalam
menentukan ketahanan pangan rumah tangga ketika menerapkan program KRPL
atau digunakan untuk menjawab tujuan kedua. Jumlah non anggota KRPL yang
dijadikan sebagai responden sebanyak 23 orang atau sama dengan responden yang
berasal dari anggota KRPL agar mempermudah dalam membandingkan ketahanan
pangan antar keduanya.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data. Pada penelitian ini, jenis data yang digunakan yaitu
data primer dan data skunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh
peneliti dari Badan Ketahanan Pangan, Kantor Balai Desa Tertek dan ketua
KRPL. Sementara data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara
langsung pada saat melakukan penelitian. Teknik pengumpulan data primer yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Wawancara
Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan cara wawancara terstrukur.
Wawancara terstruktur menurut Basrowi dan Suwandi (2008) merupakan
teknik pengumpulan data dengan menggunakan pertanyaan yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh peneliti. Wawancara terstruktur menggunakan
pertanyaan yang sama untuk seluruh responden. Wawancara terstruktur perlu
dilakukan untuk mengurangi variasi yang bisa terjadi antar responden. Alat
bantu yang digunakan dalam wawancara terstruktur yaitu instrumen
wawancara. Pada penelitian ini, wawancara ditujukan kepada anggota KRPL
dan non anggota KRPL di Desa Tertek. Data yang diambil dari anggota KRPL
yaitu mengenai peran perempuan dalam KRPL, ketahanan pangan rumah
tangga selama menerapkan program KRPL, dan peran perempuan terhadap
ketahanan pangan rumah tangga melalui program KRPL di Desa Tertek.
Sementara data yang diambil dari non anggota KRPL mengenai ketahanan
pangan rumah tangga yang digunakan sebagai pembanding dalam menentukan
ketahanan pangan rumah tangga anggota KRPL.
2. Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terfokus.
Observasi terfokus menurut Basrowi dan Suwandi (2008) merupakan salah
satu jenis pengamatan yang cukup spesifik karena memiliki rujukan pada
rumusan masalah atau tema penelitian. Data observasi yang diperoleh peneliti
merupakan salah satu indikator dari peran perempuan dalam program KRPL
yaitu kegiatan budidaya yang meliputi penataan lingkungan, penanaman, dan
pemeliharaan tanaman.
3. Dokumentasi
Basrowi dan Suwandi (2008) menjelaskan, dokumentasi adalah suatu cara
pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data yang
lengkap dan bukan didasarkan pada perkiraan. Dokumentasi dalam
pengumpulan data primer diperoleh dalam bentuk foto, film, ataupun video
yang diambil di lokasi penelitian.
4.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis
peran perempuan dalam KRPL, menganalisis ketahanan pangan rumah tangga
selama menerapkan program KRPL, dan menganalisis peran perempuan terhadap
ketahanan pangan rumah tangga melalui program KRPL di Desa Tertek. Berikut
merupakan metode analisis data yang digunakan:
4.5.1 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif digunakan peneliti untuk menganalisis tujuan pertama
dalam penelitian yaitu peran perempuan dalam program KRPL di Desa Tertek.
Peran perempuan dalam KRPL yang dianalisis meliputi peran perempuan dalam
kegiatan pembekalan, persiapan budidaya, kegiatan budidaya, panen dan pasca
panen hingga pemasaran. Analisis kualititatif dilakukan dengan menggunakan
model analisis Milles dan Huberman seperti yang telah disampaikan sebelumnya
pada tinjauan metode penelitian. Tahapan analisis data dalam penelitian ini
meliputi
a. Reduksi data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data penelitian mulai dari hasil
wawancara, observasi, data yang diperoleh dari kelompok program KRPL,
dan data lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data yang telah
diperoleh dalam bentuk catatan-catatan lapang diseleksi untuk mendapatkan
data yang relevan dengan fokus masalah yang dikaji yaitu peran perempuan
terhadap ketahanan pangan rumah tangga melalui program KRPL.
b. Penyajian data
Penyajian data digunakan untuk memudahkan peneliti dalam menarik
kesimpulan penelitian. Proses penyajian data pada penelitian ini berupa uraian
naratif, gambar, tabel, dan diagram.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Kesimpulan dalam penelitan ini mengarah pada peran perempuan dalam
KRPL. Verifikasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingan
pernyataan dari responden dengan kondisi nyata KRPL di Desa Tertek dan
juga literatur. Selain itu juga membandingkan data skunder yang diperoleh
dari Kantor Balai Desa, Badan Penyuluh Pertanian, dan Ketua Kelompok
KRPL agar kesimpulan yang disampaikan lebih valid.
4.5.2 Analisis Kuantitatif
Alat bantu analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tabel skoring dan tabel silang. Tabel skoring digunakan untuk menganalisis
ketahanan pangan rumah tangga selama menerapkan program KRPL dan
menganalisis peran perempuan terhadap ketahanan pangan rumah tangga selama
menerapkan program KRPL di Desa Tertek. Tabel skoring digunakan dengan
bantuan skala likert dan menggunakan tiga kelas agar mengurangi bias. Sementara
tabel silang digunakan untuk menganalisis peran perempuan terhadap ketahanan
pangan rumah tangga selama menerapkan program KRPL di Desa Tertek.
Tahapan pembuatan tabel skoring dan tabel silang telah dijelaskan pada tinjauan
metode penelitian pada bab sebelumnya.
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tertek Kecamatan Pare Kabupaten
Kediri. Gambaran umum pada lokasi penelitian meliputi keadaan wilayah dan
keadaan penduduk. Gambaran umum lokasi penelitian secara lebih rinci
dijelaskan sebagai berikut:
5.1.1 Keadaan Wilayah
Lokasi penerapan program KRPL yang dijadikan sebagai lokasi penelitian
ini yaitu di Desa Tertek Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. Desa Tertek
merupakan salah satu dari beberapa desa yang termasuk dalam kecamatan Pare.
Luas wilayah yang dimiliki Desa Tertek yaitu sebesar 431,27 Ha yang terdiri dari
lahan sawah sebesar 89,16 Ha, lahan tegal 48,30 Ha, permukiman 46,52 Ha, dan
lahan pekarangan 247,29 Ha. Dari data tersebut menunjukkan bahwa luas
pekarangan yang dimiliki Desa Tertek melebihi luas lahan pertaniannya. Peta
Desa Tertek dapat dilihat pada Lampiran 1.
5.1.2 Keadaan Penduduk Desa Tertek
Keadaan penduduk pada penelitian ini digolongkan menjadi tiga yaitu
komposisi penduduk menurut jenis kelamin, komposisi penduduk berdasarkan
usia, dan komposisi penduduk berdasarkan sektor mata pencahariannya.
Penjelasan keadaan penduduk Desa Tertek secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
5.1.2.1 Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Desa Tertek memiliki jumlah penduduk sebesar 13.630 jiwa dan 3.686
kepala keluarga. Perincian jumlah penduduk Desa Tertek dapat dilihat di Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Tertek Tahun 2016
No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Presentase (%) 1. Laki-laki 6.920 50,77 2. Perempuan 6.710 49,23
Jumlah 13.630 100 Sumber: Data Potensi Desa dan Kelurahan di Desa Tertek, 2016
32
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa penduduk yang ada di Desa Tertek
terdiri dari 6.920 laki-laki dengan presentase sebesar 50,77% dan 6.710
perempuan dengan presentase sebesar 49,23%. Besarnya jumlah penduduk
berjenis kelamin perempuan berpotensi untuk dapat meningkatkan jumlah anggota
KRPL yang bergabung.
5.1.2.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Usia
Penduduk Desa Tertek terdiri dari berbagai macam usia. Pembagian
jumlah penduduk Desa Tertek berdasarkan usianya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penduduk berdasarkan Usia di Desa Tertek Tahun 2016
No. Usia (Tahun)
Laki-Laki (Jumlah)
Perempuan (Jumlah)
Jumlah (Jiwa)
Presentase (%)
1. 0-5 660 686 1.346 9,88 2. 6-11 660 686 1.346 9,88 3. 12-17 665 661 1.326 9,73 4. 18-64 4.538 4.244 8.782 64,43 5. ≥ 65 401 429 830 6,08
Jumlah 6.920 6.710 13.630 100 Sumber: Data Potensi Desa dan Kelurahan di Desa Tertek, 2016
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui jumlah penduduk Desa Tertek tahun
2016 sebanyak 13.630 jiwa yang terdiri dari balita (0-5 tahun), anak-anak (6-11
tahun), remaja (12-17 tahun), dewasa (18-60 tahun), dan lanjut usia (≥65 tahun).
Penduduk usia dewasa memiliki jumlah paling banyak yaitu sebesar 8.782 jiwa
atau sebesar 64,43%, sementara penduduk lanjut usia memiliki jumlah yang
paling sedikit yaitu 830 jiwa atau sebesar 6,08%. Penduduk usia dewasa termasuk
dalam penduduk usia produktif. Penduduk usia produktif menurut BPS yaitu
antara 15 tahun hingga 64 tahun. Tingginya jumlah penduduk usia produktif ini
maka potensi sumber daya manusia yang dimiliki Desa Tertek juga cukup besar,
sehingga pelaksanaan pembangunan desa khususnya dalam peningkatan
ketahanan pangan rumah tangga melalui program KRPL dapat tercapai.
5.1.2.3 Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang sangat menentukan tingkat keterbukaan dan
keikutsertaan dalam melaksanakan pembangunan sehingga sangat menentukan
tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Tingkat pendidikan penduduk Desa
Tertek dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi penduduk Desa Tertek berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2016
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Presentase (%) 1. Tidak sekolah / tidak tamat SD - - 3. Tamat SD / sederajat 3.418 35,63 4. Tamat SLTP / sederajat 2.601 27,12 5. Tamat SLTA / sederajat 2.991 31,19 6. Tamat D1 / D2 / D3 119 1,24 7. Tamat S1 / S2 / S3 462 4,82
Jumlah 9.591 100 Sumber: Data Potensi Desa dan Kelurahan di Desa Tertek, 2016
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah
tangga. Pendidikan terakhir yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat Desa
Tertek adalah SD sebesar 35,63% dari 9.591 penduduk. Pendidikan terakhir yang
paling sedikit dimiliki oleh masyarakat Desa Tertek adalah 1/S2/S3 sebanyak 462
jiwa atau sebesar 4,82%. Hal tersebut memungkinkan bahwa penduduk Desa
Tertek yang tamat SD memiliki ketahanan pangan yang rendah dibandingkan
dengan penduduk yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Penelitian
yang dilakukan Mulyani dan Mandamdari (2012) menjelaskan, salah satu faktor
yang mempengaruhi pengeluaran bahan pangan pokok pada tingkat rumah tangga
di Kabupaten adalah pendidikan. Fathonah dan Prasodjo (2001) juga menjelaskan
dalam penelitiannya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan rumah tangga
semakin tinggi tingkat ketahanan pangannya dan sebaliknya.
5.1.2.4 Komposisi Penduduk berdasarkan Sektor Mata Pencaharian
Penduduk Desa Tertek memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda
sesuai dengan keahliaannya. Komposisi penduduk Desa Tertek yang didasarkan
pada mata pencaharian menurut sektornya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi Penduduk Desa Tertek berdasarkan Mata Pencaharian menurut Sektornya
No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Presentase (%) 1. Pertanian 148 2,65 2. Perikanan 59 1,06 3. Peternakan 51 0,91 4. Industri kecil dan kerajinan 314 5,62 5. Industri menengah dan besar 721 12,92 6. Sektor jasa 4.290 76,84
Jumlah 5.583 100 Sumber: Data Potensi Desa dan Kelurahan di Desa Tertek, 2016
Tabel 6 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Desa Tertek
menurut sektornya terdiri enam sektor. Sektor tersebut yaitu pertanian, perikanan,
peternakan, industri kecil dan kerajinan, industri menengah dan besar, serta sektor
penyediaan jasa. Sebagian besar penduduk Desa Tertek memiliki mata
pencaharian di sektor jasa sebesar 4.290 orang atau sebesar 76,84%. Mata
pencaharian sektor perternakan, perikanan, dan pertanian memiliki presentase
yang kecil. Nilai presentase tiga sektor tersebut secara berurutan sebesar 0,91%,
1,06%, dan 2,65%.
Ketiga sektor tersebut merupakan sektor yang paling penting di dalam
pencapaian ketahanan pangan baik dari aspek ketersediaan, aspek akses, dan
penyerapan pangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa penduduk Desa Tertek pada
kondisi-kondisi tertentu sangat rawan terhadap ketersediaan, akses, dan
penyerapan pangan. Sukesi et al. (2009) menjelaskan, masalah produksi yang
hanya terjadi di suatu tempat dan periode waktu tertentu, sementara pola
konsumsi relatif konstan pada setiap individu menyebabkan adanya masa-masa
pada lokasi-lokasi defisit mengalami kerawanan pangan.
5.1.3 Karakteristik Responden
Responden yang dalam penelitian ini yaitu anggota KRPL untuk
menjawab ketiga tujuan dalam penelitian ini. Sementara non anggota KRPL
hanya digunakan sebagai pembanding dalam menentukan ketahanan pangan
rumah tangga ketika menerapkan program KRPL atau untuk mejawab tujuan
kedua dalam penelitian ini. Jumlah responden yang digunakan yaitu keseluruhan
anggota KRPL sebanyak 23 orang. Sementara non anggota KRPL sebanyak 23
orang yang jumlahnya disamakan dengan anggota KRPL agar dapat lebih mudah
dalam membandingkan tingkat ketahanan rumah tangga antara keduanya.
Keseluruhan responden dalam penelitian ini berasal dari Desa Tertek RT 1 RW
10.
Karakteristik responden merupakan salah satu aspek penting yang
berpengaruh dalam pelaksanaan program KRPL terutama dalam meningkatkan
ketahanan pangan rumah tangga. Penjelasan mengenai karakteristik responden
digunakan untuk memberikan gambaran tentang kondisi dan keadaan keluarga
responden di Desa Tertek. Karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah karakteristik demografi dari responden. Karakteristik demografi meliputi
karakteristik berdasarkan usia, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, jumlah
anggota keluarga, dan luas lahan pekarangan yang dimiliki. Berikut ini adalah
gambaran karakteristik responden secara rinci:
5.1.3.1 Karakteristik Responden berdasarkan Kelompok Usia
Pengelompokan usia responden dijadikan sebagai salah satu ukuran
kemampuan responden dalam menerapkan program KRPL untuk meningkatkan
ketahanan pangan rumah tangga. Usia responden yang relatif muda biasanya
bersifat lebih terbuka dan memiliki tenaga yang lebih kuat dibandingkan dengan
responden yang relatif tua, sehingga output yang dihasilkan juga lebih optimal.
Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari salah satu anggota KRPL yang
memiliki usia lanjut sebagai berikut:
“Nggeh damel kegiatan niki mawon. Yo ora akeh koyok gone Bu RT, kan Bu RT banyak sampek belakang, kan tenaga masih muda, lek saya kan udah tuwo kan yo gak mungkin.” (Iya buat kegiatan ini saja. Ya tidak banyak seperti punya Bu RT, kan Bu RT banyak sampai belakang, kan tenaganya masih muda, kalau saya kan udah tua, ya tidak mungkin)
Jumlah keseluruhan responden (anggota KRPL dan non anggota KRPL)
berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Responden berdasarkan Kelompok Usia pada Tahun 2016 No. Kelompok Usia
(Tahun) Anggota KRPL Non Anggota KRPL
Jumlah (Orang)
Presentase (%)
Jumlah (Orang)
Presentase (%)
1. 21-31 2 8,70 0 0 2. 32-42 6 26,08 10 43,48 3. 43-53 3 13,04 9 39,13 4. 54-64 11 47,83 3 13,05 5. ≥ 65 1 4,35 1 4,35
Jumlah 23 100 23 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Tabel 7 menunjukkan bahwa usia anggota KRPL paling banyak pada usia
54-64 tahun yaitu sebanyak 11 orang atau sebesar 47,83%, sementara non anggota
KRPL paling banyak pada usia 32-42 tahun yaitu sebanyak 10 orang atau sebesar
43,48%. Dari data tersebut juga dapat dilihat bahwa usia anggota KRPL dan non
anggota KRPL sebesar 95,65% termasuk ke dalam usia produktif dan 4,35%
termasuk ke dalam usia tidak produktif. Penduduk usia produktif menurut BPS
yaitu antara 15 tahun hingga 64 tahun.
Non anggota KRPL meskipun memiliki usia produktif namun tidak
berperan aktif di dalam program KRPL di Desa Tertek. Kurangnya keinginan dan
kesediaan perempuan untuk berperan aktif di dalam program KRPL merupakan
salah satu faktor penyebabnya. Remiswal (2013) menjelaskan, peningkatan
partisipasi perempuan dalam pembangunan dikarenakan adanya kesediaan
perempuan secara sukarela dalam menunjang program-program baik atas inisiatif
masyarakat lokal maupun pemerintah yang tercermin dalam pikiran, sikap, dan
tindakan mereka baik sifatnya individual maupun kolektif dalam tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun pengambilan manfaat dari
program-program yang terdapat dalam tempat tinggal mereka.
5.1.3.2 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden berpengaruh terhadap keterbukaan
responden dalam menerima pengetahuan baru. Sehingga tingkat pendidikan
sangat berpengaruh terhadap keputusan responden untuk berperan aktif di dalam
KRPL atau tidak. Tingkat pendidikan anggota KRPL dan non anggota KRPL
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Tahun 2016
No. Tingkat
Pendidikan Anggota KRPL Non Anggota KRPL
Jumlah (Orang)
Presentase (%)
Jumlah (Orang)
Presentase (%)
1. SD 10 43,48 19 82,61 2. SLTP 5 21,74 3 13,04 3. SLTA 5 21,74 1 04,35 4. D3 2 8,68 0 0 5. S1 1 4,34 0 0
Jumlah 23 100 23 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat pendidikan
keseluruhan responden adalah SD. Anggota KRPL yang memiliki pendidikan
terakhir SD sebanyak 10 orang atau sebesar 43,48%. Sementara non anggota
KRPL yang memiliki pendidkan terakhir SD sebanyak 19 orang atau sebesar
82,61%. Jumlah responden yang memiliki pendidikan terakir D3 dan S1 masing-
masing sebanyak 2 dan 1 responden yang berasal dari anggota KRPL. Data
tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden dari anggota KRPL
lebih baik dibandingkan tingkat pendidikan non anggota KRPL. Anggota KRPL
memiliki kesadaran untuk melanjutkan pedidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Tingkat pendidikan anggota KRPL cukup baik karena tidak terdapat
anggota yang buta huruf. Dengan adanya tingkat pendidikan yang cukup baik
diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga seperti penelitian
Fathonah dan Prasodjo (2011). Fathonah dan Prasodjo (2011) mengungkapkan
semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat ketahanan
pangan rumah tangga. Fakih (2012) juga menambahkan bahwa upaya
pembangunan dapat dilakukan melalui pendidikan baik formal maupun informal.
5.1.3.3 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keikutsertaan perempuan dalam program KRPL. Jenis pekerjaan sangat
berpengaruh terhadap kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh perempuan.
Apabila perempuan memiliki pekerjaan yang padat menyebabkan keikutsertaan
perempuan dalam program KRPL terbatas. Karakteristik responden Desa Tertek
berdasarkan jenis pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga pada Tahun 2016
No.
Jenis Pekerjaan
Anggota KRPL Non Anggota KRPL Jumlah (Orang)
Presentase (%)
Jumlah (Orang)
Presentase (%)
1. Ibu Rumah Tangga/ tidak bekerja
20 86,96 21 91,30
2. PNS 1 4,34 0 0 3. Buruh 2 8.70 0 0 4. Wiraswasta 0 0 2 8,70
Jumlah 23 100 23 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Dari data karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaannya
menunjukkan bahwa 86,96% dari 23 anggota KRPL dan 91,30% dari non anggota
KRPL berperan sebagai ibu rumah tangga. Sementara responden yang bekerja
sebagai PNS dan buruh masing-masing sebesar 4,35% dan 8,70% dari 23 anggota
KRPL. Pada non anggota KRPL terdapat 8,70% dari 23 orang yang memiliki
pekerjaan sebagai wiraswasta. Tingginya jumlah ibu rumah tangga seharusnya
dapat diberdayakan dengan baik. Banyaknya waktu luang ibu rumah tangga dapat
dialokasikan di dalam program KRPL sehingga dapat menekan biaya pengeluaran
untuk pangan. Namun pada non anggota KRPL belum dapat mengalokasikan
waktunya ke dalam program KRPL. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya
minat dan kesediaan untuk ikut serta di dalam program KRPL seperti yang telah
disampaikan sebelumnya.
5.1.3.4 Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Karakteristik responden dalam penelitian ini berdasarkan jumlah anggota
keluarga dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Responden berdasarkan Anggota Keluarga pada Tahun 2016 No. Jumlah Anggota
Keluarga (orang)
Anggota KRPL Non Anggota KRPL Jumlah (Orang)
Presentase (%)
Jumlah (Orang)
Presentase (%)
1. ≤ 2 3 13,04 2 8,70 2. 3 – 4 7 30,44 12 52,17 3. > 4 13 56,52 9 39,13
Jumlah 23 100 23 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan tebel diatas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki
jumlah anggota keluarga ≤ 2 sebanyak 3 orang atau sebesar 13,04% dari anggota
KRPL dan 2 orang atau sebesar 8,70%. Anggota KRPL yang memiliki jumlah
anggota keluarga sebanyak 3–4 sebanyak 7 orang atau sebesar 30,44% dari
anggota KRPL, sementara non anggota KRPL sebanyak 13 orang atau sebesar
52,17%. Anggota KRPL yang memiliki jumlah keluarga lebih dari empat
sebanyak 13 orang atau sebesar 56,52% dari anggota KRPL, sementara non
anggota KRPL sebanyak 9 orang atau sebesar 39,13%.
Jumlah anggota keluarga responden sangat mempengaruhi keadaan
perekonomian responden. Jumlah anggota keluarga sangat menentukan
pengeluaran rumah tangga baik untuk pemenuhan pangan, sandang, pendidikan,
maupun pengeluaran lainnya. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka
tuntutan untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan keluarga juga
semakin besar. Annisahaq dkk (2014) menjelaskan bahwa faktor yang
berpengaruh signifikan terhadap tingkat skor pola pangan harapan (PPH) adalah
jumlah anggota keluarga. Pola pangan harapan merupakan salah satu cara yang
digunakan untuk mengukur tingkat ketahanan pangan rumah tangga.
5.1.3.5 Karakteristik Responden berdasarkan Luas Lahan Pekarangan
Pembagian luas lahan dalam penelitian ini didasarkan pada Kementan
Nomor 12 Tahun 2016. Pembagian luas lahan tersebut dibagi menjadi tiga
kategori yaitu lahan luas apabila lebih dari 400 m2, lahan sedang apabila memiliki
luasan 120 m2 – 400 m2, dan lahan sempit apabila luasannya sebesar kurang dari
120 m2. Karakteristik responden berdasarkan luas lahan pekarangan di Desa
Tertek secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Jumlah Responden berdasarkan Luas Lahan Pekarangan pada Tahun
2016
No. Luas Lahan Pekarangan (m2)
Anggota KRPL Non Anggota KRPL Jumlah (Orang)
Presentase (%)
Jumlah (Orang)
Presentase (%)
1. < 120 m2 12 52,17 21 91,30 2. 120 m2 – 400 m2 11 47,83 2 8,70 3. > 400 m2 0 0 0 0 Jumlah 23 100 23 100
Data yang disajikan pada Tabel 11 menunjukkan bahwa tidak ada anggota
KRPL baik aktif maupun non aktif yang memiliki lahan luas. Kebanyakan
anggota KRPL memiliki lahan pekarangan yang sempit. Anggota KRPL aktif
yang memiliki lahan sempit sebanyak 12 orang atau sebesar 52,17%, sementara
anggota KRPL non aktif sebanyak 21 orang atau sebesar 91,30%. Anggota KRPL
aktif yang memiliki luas lahan sedang sebanyak 11 orang atau sebesar 47,83%
sedangkan anggota KRPL non aktif sebanyak 2 orang atau sebesar 8,70%.
Data tersebut menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki anggota KRPL
aktif antara lahan sempit dan lahan sedang jumlahnya seimbang, sementara pada
anggota KRPL non aktif lebih didominasi pada lahan sempit. Luas lahan
pekarangan merupakan faktor penting dalam program KRPL. Luas pekarangan
yang dimiliki menentukan banyaknya hasil panen tanaman. Semakin luas lahan
pekarangan semakin besar pula hasil panen yang diperoleh disamping faktor lain
yang mempengaruhinya. Anisahaq dkk (2014) menjelaskan bahwa luas lahan
pekarangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat ketahanan
pangan rumah tangga.
5.2 Peran Perempuan dalam Program KRPL di Desa Tertek
KRPL menurut Kementan Nomor 12 Tahun 2016 adalah konsep
pemanfaatan pekarangan rumah penduduk secara bersama-sama untuk dijadikan
lahan budidaya sehingga menjadi sumber pangan secara berkelanjutan dengan
mempertimbangkan aspek potensi wilayah dan kebutuhan gizi masyarakat
setempat. KRPL diterapkan melalui upaya pemberdayaan perempuan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi
keluarga. Kegiatan KRPL yang dilaksanakan di Desa Tertek meliputi
pembudidayaan berbagai jenis tanaman seperti aneka tanaman pangan, sayuran,
dan juga tanaman obat.
Tujuan KRPL menurut Kementan Nomor 12 Tahun 2016 yaitu: (1)
meningkatkan partisipasi kelompok perempuan dalam penyediaan sumber pangan
dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai penghasil
sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral; (2) mendorong pengembangan
usaha pengolahan pangan skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
berbasis sumber daya dan kearifan lokal; dan (3) meningkatkan kesadaran, peran,
dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pola konsumsi pangan serta
mengurangi ketergantungan terhadap beras. Kesimpulan dari tujuan KRPL
tersebut adalah peningkatan ketahanan pangan melalui pemberdayaan perempuan.
Peran perempuan di Desa Tertek diterapkan dalam program KRPL
bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga. Peran perempuan
dalam program KRPL meliputi peran serta dalam pembekalan, persiapan
budidaya, budidaya tanaman, panen dan pasca panen, serta pemasaran. Peran
perempuan dalam program KRPL secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Peran Perempuan dalam Program KRPL
No. Kegiatan dalam KRPL Aktif (orang)
Cukup Aktif
(orang)
Kurang Aktif
(orang) 1. Pembekalan a Memperoleh pelatihan teknik
budidaya 23 0 0
b Memperoleh peralatan dan sarana produksi
22 0 1
c Memperoleh pelatihan pemasaran 20 1 2 2. Persiapan budidaya a. Penentuan jenis tanaman yang
akan dibudidayakan 21 1 1
b.Penentuan peralatan dan bahan yang akan dibudidayakan
20 1
2
c. Pembuatan rak tanaman 5 9 9 d.Kegiatan pembuatan media tanam 14 6 3 e. Kegiatan penataan polibag di area
pekarangan 14 6 3
3. Budidaya Tanaman a. Penyemaian benih 19 2 2 b.Perawatan benih 17 4 2 c. Pemindahan bibit 18 4 1 d.Penyiraman 20 2 1 e. Penyulaman 18 4 1 f. Penyiangan 19 2 2 g.Pengendalian hama dan penyakit 17 5 1 4. Panen dan pasca panen a. Penentuan panen dan pasca panen 20 1 2 b.Kegiatan pemanenan 18 2 3 c. Kegiatan pengelolaan hasil panen 21 1 1 5. Pemasaran 20 1 2
Total 346 52 39 Presentase (%) 79,18 11,90 8,92
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
5.2.1. Pembekalan
Pada kegiatan pembekalan dalam program KRPL meliputi pelatihan
mengenai teknik budidaya dalam KRPL, pemberian peralatan dan sarana
produksi, pemberian informasi mengenai pemasaran hasil budidaya. Pada
kegiatan pelatihan teknik budidaya tanaman semua anggota KRPL aktif dalam
mengikuti kegiatan tersebut. Adanya pelatihan mengenai teknik budidaya sangat
membantu dalam menambah wawasan bagi anggota, hal tersebut disampaikan
oleh salah satu anggota KRPL sebagai berikut:
“Dengan adanya pelatihan paling tidak lebih tahu ya, menambah pengalaman. Kalau dulu kan gak tau ya cara nanam di polibag. Dengan adanya itu kan kita jadi lebih tau, akhirnya bisa menambah wawasan.”
Pelatihan tersebut dilakukan pada saat kegiatan Pembina
Keluarga (PKK) ataupun d
budidaya tanaman dapat meningkatkan
sehingga hasil tanaman yang diperoleh dari segi kualitas maupun kuantitas cukup
baik, hal tersebut sesuai dengan pendapat Remiswal. Remiswal (2013)
menjelaskan bahwa dengan mengikuti kegiatan pelatihan perempuan dapat
memperoleh wawasan dan peningkatan keterampilan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemandirian perempuan serta meningkatkan jiwa wirasw
sehingga kondisi ekonomi rumah tangga dapat meningkat.
Pada kegiatan pembagian
anggota yang memperoleh, sementara 1 anggota lainnya tidak memperoleh karena
tidak menghadiri pada saat pembagian peralatan dan sa
Pada kegiatan pelatihan pemasaran, terdapat 20 anggota yang aktif mengikuti
kegiatan tersebut, sementara 1 anggota cukup aktif dan 2 anggota lainnya tidak
aktif. Dengan adanya pelatihan mengenai pemasaran, anggota
senang karena dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki
dalam kegiatan budidaya tanaman.
pada kegiatan pelatihan
Gambar 3. Presentase
“Dengan adanya pelatihan paling tidak lebih tahu ya, menambah pengalaman. Kalau dulu kan gak tau ya cara nanam di polibag. Dengan adanya itu kan kita jadi lebih tau, akhirnya bisa menambah wawasan.”
Pelatihan tersebut dilakukan pada saat kegiatan Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) ataupun diberikan di kantor Balai Desa. P
dapat meningkatkan pengetahuan bagi para anggota KRPL
sehingga hasil tanaman yang diperoleh dari segi kualitas maupun kuantitas cukup
ut sesuai dengan pendapat Remiswal. Remiswal (2013)
menjelaskan bahwa dengan mengikuti kegiatan pelatihan perempuan dapat
memperoleh wawasan dan peningkatan keterampilan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemandirian perempuan serta meningkatkan jiwa wirasw
sehingga kondisi ekonomi rumah tangga dapat meningkat.
Pada kegiatan pembagian peralatan dan sarana produksi terdapat 22
anggota yang memperoleh, sementara 1 anggota lainnya tidak memperoleh karena
tidak menghadiri pada saat pembagian peralatan dan sarana produksi tersebut.
Pada kegiatan pelatihan pemasaran, terdapat 20 anggota yang aktif mengikuti
kegiatan tersebut, sementara 1 anggota cukup aktif dan 2 anggota lainnya tidak
aktif. Dengan adanya pelatihan mengenai pemasaran, anggota
karena dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki
dalam kegiatan budidaya tanaman. Berikut ini adalah diagram peran
pada kegiatan pelatihan dalam program KRPL di Desa Tertek:
. Presentase Peran pada Kegiatan Pembekalan dalam Program KRPL(Data Primer Diolah, 2017)
AktifTidak AktifCukup Aktif
1,45%
94,20%
4,35%
“Dengan adanya pelatihan paling tidak lebih tahu ya, menambah pengalaman. Kalau dulu kan gak tau ya cara nanam di polibag. Dengan adanya itu kan kita jadi lebih tau, akhirnya bisa
an Kesejahteraan
iberikan di kantor Balai Desa. Pelatihan teknik
pengetahuan bagi para anggota KRPL
sehingga hasil tanaman yang diperoleh dari segi kualitas maupun kuantitas cukup
ut sesuai dengan pendapat Remiswal. Remiswal (2013)
menjelaskan bahwa dengan mengikuti kegiatan pelatihan perempuan dapat
memperoleh wawasan dan peningkatan keterampilan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemandirian perempuan serta meningkatkan jiwa wiraswasta
dan sarana produksi terdapat 22
anggota yang memperoleh, sementara 1 anggota lainnya tidak memperoleh karena
rana produksi tersebut.
Pada kegiatan pelatihan pemasaran, terdapat 20 anggota yang aktif mengikuti
kegiatan tersebut, sementara 1 anggota cukup aktif dan 2 anggota lainnya tidak
aktif. Dengan adanya pelatihan mengenai pemasaran, anggota KRPL merasa
karena dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki
Berikut ini adalah diagram peran perempuan
Pembekalan dalam Program KRPL
Tidak AktifCukup Aktif
Gambar 3 menunjukkan presentase peran perempuan pada kegiatan
pembekalan dalam program KRPL. Presentase anggota yang aktif sebesar 94,20%
yang selalu mengikuti pembekalan dari anggota KRPL dan juga dari penyuluh
pertanian. Sementara anggota yang cukup aktif sebesar 4,35% yang dan yang
tidak aktif di dalam pembekalan program KRPL hanya sebesar 1,45%. Hal
tersebut dikarenakan ketika adanya pembekalan, anggota memiliki kesibukan lain
sehingga tidak dapat turut serta dalam pembekalan. Adanya pembekalan dalam
program KRPL ini dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mengenai
teknik budidaya hingga pemasaran hasil budidaya.
Mosse (1996) menjelaskan bahwa pendekatan dalam pengentasan
kemiskinan adalah perempuan menjadi miskin karena tidak produktif sehingga
perlu diciptakan proyek peningkatan pendapatan bagi kaum perempuan. Jadi
apabila perempuan dalam program KRPL memiliki peran yang aktif hal tersebut
menandakan program KRPL sudah berjalan dengan baik sesuai dengan Kementan
Nomor 12 Tahun 2016. Tingginya peran perempuan dalam program KRPL
menunjukkan bahwa perempuan di Desa Tertek memanfaatkan program tersebut
dengan baik.
5.2.2 Persiapan Budidaya
Pada kegiatan persiapan budidaya dalam program KRPL meliputi
penentuan jenis tanaman yang akan dibudidayakan, penentuan peralatan dan
bahan yang akan digunakan, kegiatan pembuatan rak tanaman, kegiatan
pembuatan media tanam, dan kegiatan penataan polibag di area pekarangan. Tabel
12 menunjukkan bahwa penentuan jenis tanaman yang dibudidayakan ditentukan
oleh anggota KRPL. Peran dalam menentukan jenis tanaman yang akan
dibudidayakan dapat dilihat bahwa 21 anggota aktif menentukan jenis tanaman
yang akan dibudidayakan, 1 anggota lainnya cukup aktif, sementara 1 anggota
lainnya tidak aktif. Penentuan jenis tanaman yang akan dibudidayakan ini
didasarkan pada kebutuhan pangan rumah tangga dan juga kebutuhan pasar.
Anggota KRPL (perempuan) lebih mengetahui kebutuhan pangan rumah tangga
dan kebutuhan pasar karena perempuan yang lebih banyak memperoleh informasi
mengenai pemasaran. Hal ini dipertegas oleh pernyataan dari salah satu
responden:
“Ya saya mbak yang menentukan jenis tanamanya. Kalau anak-anak kan gak sukasama pengen strawberry ya jadinya saya nanam itu. Saya juga nanem pakcoy dan selada juga mbak soalnya itu lumayan mahal harga jualnya.”
Peran dalam menentukan peralatan/bahan yang digunakan
anggota yang aktif, sementara 5
yang tidak aktif. Pada
kegiatan pembuatan rak
Sementara 9 anggota lainnya cukup aktif dan han
tersebut dikarenakan pekerjaan pembuatan rak
sebagaimana yang dinyatakan oleh anggota KRPL:
“Kalau buat rak ya agak berat mbak, jadi butuh bantuan bapaknya juga. Kalau buat sendiri ya kewalahan, maku juga. Ya kalau saya paling cuma bantualatnya sama megangin bambunya gitu aja mbak.”
Berikut ini adalah diagram presentase per
budidaya dalam program
Gambar 4. Presentase peran perempuan
Gambar 4 menunjukkan bahwa
kegiatan persiapan budidaya sebesar
kategori cukup aktif, dan 15,65%
peran perempuan yang tercermin pada persiapan budidaya
ini dilandasi oleh keinginan
pangan rumah tangga. Kementan Nomor 12
“Ya saya mbak yang menentukan jenis tanamanya. Kalau anak kan gak suka sama kangkung, sukanya bayam, brokoli,
sama pengen strawberry ya jadinya saya nanam itu. Saya juga nanem pakcoy dan selada juga mbak soalnya itu lumayan mahal harga
Peran dalam menentukan peralatan/bahan yang digunakan
, sementara 5 anggota lainnya cukup aktif dan hanya
. Pada Tabel 12 juga menunjukkan peran perempuan dalam
pembuatan rak banyak yang tidak aktif yaitu sebesar 9 anggota.
Sementara 9 anggota lainnya cukup aktif dan hanya 5 anggota yang aktif.
tersebut dikarenakan pekerjaan pembuatan rak dianggap cukup sulit dan berat,
sebagaimana yang dinyatakan oleh anggota KRPL:
“Kalau buat rak ya agak berat mbak, jadi butuh bantuan bapaknya juga. Kalau buat sendiri ya kewalahan, kan butuh makumaku juga. Ya kalau saya paling cuma bantu-bantu ambilin alatalatnya sama megangin bambunya gitu aja mbak.”
Berikut ini adalah diagram presentase peran perempuan pada persiapan
program KRPL:
. Presentase peran perempuan pada Persiapan Budidaya dalam Program KRPL
(Data Primer Diolah, 2017)
menunjukkan bahwa perempuan yang berperan aktif dalam
kegiatan persiapan budidaya sebesar 64,35%, sementara 20%
, dan 15,65% termasuk dalam kategori tidak aktif
yang tercermin pada persiapan budidaya dalam program KRPL
keinginan perempuan untuk dapat meningkatkan ketahanan
pangan rumah tangga. Kementan Nomor 12 Tahun 2016 menjelaskan bahwa
AktifTidak AktifCukup Aktif64,35% 15,65%
20%
“Ya saya mbak yang menentukan jenis tanamanya. Kalau sama kangkung, sukanya bayam, brokoli,
sama pengen strawberry ya jadinya saya nanam itu. Saya juga nanem pakcoy dan selada juga mbak soalnya itu lumayan mahal harga
Peran dalam menentukan peralatan/bahan yang digunakan terdapat 16
dan hanya 2 orang
peran perempuan dalam
banyak yang tidak aktif yaitu sebesar 9 anggota.
ya 5 anggota yang aktif. Hal
dianggap cukup sulit dan berat,
“Kalau buat rak ya agak berat mbak, jadi butuh bantuan kan butuh maku-
bantu ambilin alat-
an perempuan pada persiapan
pada Persiapan Budidaya dalam
perempuan yang berperan aktif dalam
20% termasuk dalam
termasuk dalam kategori tidak aktif. Tingginya
dalam program KRPL
perempuan untuk dapat meningkatkan ketahanan
Tahun 2016 menjelaskan bahwa
Tidak AktifCukup Aktif
program KRPL ditujukan untuk perempuan sebagai upaya peningkatan ketahanan
pangan rumah tangga.
Nugroho (2012) menyatakan perempuan dalam pembangunan merupakan
suatu pendekatan yang berfokus pada kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi, politik,
dan budaya yang menentukan bagaimana perempuan berpartisipasi untuk
memperoleh manfaat dan mengontrol sumber daya dalam kegiatan tertentu.
Remiswal (2013) menambahkan, peningkatan partisipasi perempuan dalam
pembangunan dikarenakan adanya kesediaan perempuan secara sukarela dalam
menunjang program-program baik atas inisiatif masyarakat lokal maupun
pemerintah yang tercermin dalam pikiran, sikap, dan tindakan mereka baik
sifatnya individual maupun kolektif dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan maupun pengambilan manfaat dari program-program yang terdapat
dalam tempat tinggal mereka.
5.2.3 Kegiatan Budidaya
Pada kegiatan budidaya dalam program KRPL meliputi penyemaian benih,
perawatan benih, pemindahan bibit, penyiraman, penyulaman, penyiangan, dan
juga pengendalian hama dan penyakit tanaman. Berikut ini adalah diagram
presentase peran perempuan dalam kegiatan budidaya dalam program KRPL.
Gambar 5. Presentase Peran Perempuan pada Kegiatan Budidaya dalam Program KRPL
(Data Primer Diolah, 2017)
Gambar 5 menunjukkan perempuan yang berperan aktif pada kegiatan
budidaya dalam program KRPL sebesar 79,50%. Sementara perempuan yang
memiliki peran yang cukup aktif dan tidak aktif hanya sebesar 6,21% dan 14,29%.
Hal tersebut dikarenakan kegiatan budidaya dalam program KRPL juga dianggap
sebagai pekerjaan yang ringan sehingga sebagian besar perempuan dapat berperan
Aktif
Tidak Aktif
Cukup Aktif79,50 %
14,29 %
6,21 %
aktif dalam program KRPL. Fakih (2012) juga menambahkan, dalam kenyataan
sehari-hari peran perempuan sangat besar baik dalam musim tanam,
pemeliharaan, sampai musim panen tiba. Selain itu anggota KRPL sebagian besar
berperan sebagai ibu rumah tangga. Anggota KRPL yang berperan sebagai ibu
rumah tangga sebanyak 86,96%. Banyaknya anggota KRPL yang berperan
sebagai ibu rumah tangga menyebabkan sebagian besar dari kegiatan KRPL
dikerjakan oleh perempuan yang sekaligus melaksanakan peran domestiknya yaitu
merawat dan mengurus rumah. Baik dan buruknya usaha tani yang dilaksanakan
juga berpengaruh terhadap keindahan rumah serta kandungan gizi pangan yang
dikonsumsi keluarga.
5.2.4 Panen dan Pasca Panen
Peran perempuaan di dalam panen dan pasca panen meliputi penentuan
panen dan pasca panen, kegiatan pemanenan, serta kegiatan pengelolaan hasil
panen. Berdasarkan Tabel 12, peran perempuan dalam penentuan panen dan pasca
panen yang tergolong dalam kategori aktif terdapat 20 anggota, sementara 1
anggota lainnya dalam kategori cukup, dan 2 anggota lainnya dalam kategori
rendah. Banyaknya anggota yang aktif dalam penentuan panen dan pasca panen
karena banyak anggota yang memiliki pengetahuan mengenai kapan waktu
tanaman siap dipanen dan kandungan gizi makanan yang dibutuhkan oleh
keluarga. Pengetahuan tersebut diperoleh perempuan ketika mengikuti
pembekalan mengenai budidaya dan sosialisasi mengenai makanan sehat.
Kegiatan panen dan kegiatan pasca panen juga lebih didominasi oleh
anggota yang berperan secara aktif. Hal tersebut dikarenakan kebanyakan anggota
KRPL berperan sebagai ibu rumah tangga sehingga memiliki waktu untuk
melakukan pemanenan dan pasca panen. Hal tersebut dipertegas oleh pernyataan
dari salah satu responden.
“Ya kalau tanamannya sudah siap panen ya aku yang memanen. Nanti sebagian ada yang dijual, sebagian untuk konsumsi sendiri. Mesti aku setiap hari masak sayuran, tahu, telor, tempe juga ada. Tapi kalau pagi anak-anak mau berangkat sekolah mesti sarapan, seadanya ya tahu tempe goreng pasti.”
Pembagian peran secara keseluruhan pada panen dan pasca panen dalam
program KRPL dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Presentase Peran Perempuan pada Panen dan Pasca Panen dalam Program KRPL
(Data Primer Diolah, 2017)
Gambar 6 menunjukkan presentase peran perempuan pada panen dan
pasca panen dalam program KRPL di Desa Tertek secara keseluruhan didominasi
oleh perempuan yang memiliki peran aktif yaitu sebesar 85,51%. Peran yang
perempuan dalam ketegori cukup aktif hanya sebesar 8,69%, sementara peran
perempuan dalam kategori tidak aktif sebesar 5,80%. Hal tersebut dikarenakan 20
dari 23 perempuan yang dijadikan sebagai responden beperan sebagai ibu rumah
tangga seperti yang dijelaskan sebelumya, selain itu karena anggota KRPL aktif
untuk mengikuti pelatihan budidaya dan sosialisasi tentang makanan sehat.
5.2.5 Pemasaran
Pemasaran hasil budidaya dalam program KRPL berdasarkan Tabel 12
menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran didominasi oleh anggota KRPL yang
memiliki peran aktif. Presentase peran perempuan pada kegiatan pemasaran dalam
program KRPL dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Presentase Peran Perempuan pada Kegiatan Pemasaran dalam Program KRPL
(Data Primer Diolah, 2017)
Aktif
Tidak Aktif
Cukup Aktif85,51%
5,80%
85,51%
8,69%
Aktif
Tidak Aktif
Cukup Aktif86,96%
8,70%4,34%
Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa dalam pemasaran hasil
pertanian lebih didominasi oleh peran perempuan dalam kategori aktif yaitu
sebesar 86,96%. Peran perempuan dalam ktegori cukup aktif dan tidak aktif dalam
pemasaran hanya sebesar 4,34% dan 8,70%. Pemasaran hasil pertanian
didominasi oileh peran perempuan dalam kategori aktif dikarenakan banyak
anggota yang mendapatkan informasi mengenai pemasaran hasil budidaya yang
diperoleh ketika mengikuti pelatihan ataupun kegiatan PKK. Pemasaran hasil
budidaya dilakukan dengan cara menitipkan ke swalayan secara kolektif. Cara
lainnya yaitu menjual tanaman berserta polibag kepada pembeli yang langsung
datang ke rumah.
5.3 Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Desa Tertek
selama Menerapkan Program KRPL
Ketahanan pangan menurut PP RI Nomor 68 Tahun 2002 Bab I Pasal 1
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersediannya pangan yang cukup, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan pangan
menurut Rianse (2009) adalah terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang
cukup, tersedia setiap saat di semua daerah, mudah diperoleh rumah tangga, dan
aman dikonsumsi dengan harga yang terjangkau. Sunarminto (2010)
menambahkan, ketahanan pangan merupakan kondisi ketika semua orang pada
segala waktu secara fisik, sosial dan ekonomi memiliki akses pangan yang cukup,
aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi serta kehidupan yang
aktif dan sehat.
Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan
rumah tangga yaitu program KRPL. Program KRPL sudah diterapkan di Desa
Tertek dari tahun 2013. Dalam penelitian ini dilakukan analisis mengenai
ketahanan pangan rumah tangga di Desa Tertek dalam menerapkan program
KRPL selama 12 bulan terakhir. Responden yang digunakan sebanyak 23 anggota
KRPL, sementara 23 non anggota KRPL hanya digunakan sebagai pembanding
dalam menentukan ketahanan pangan anggota KRPL. Ketahanan pangan rumah
tangga yang dianilisis dalam penelitian ini meliputi tiga sub sistem yaitu aspek
ketersediaan, akses terhadap pangan, dan penyerapan pangan.
5.3.1 Aspek Ketersediaan
Aspek ketersediaan pangan menurut Sunarminto (2010) adalah keberadaan
pangan secara fisik, baik berasal dari produksi sendiri maupun membeli di pasar.
Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi aspek ketersediaan pangan
dalam program KRPL meliputi: luas pekarangan, jenis tanaman yang
dibudidayakan, pemenuhan kebutuhan pangan pengganti nasi, pemenuhan
kebutuhan sayuran, pemenuhan kebutuhan tanaman obat, pengetahuan mengenai
teknik budidaya, bantuan peralatan yang diberikan kepada anggota KRPL,
pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta jumlah anggota keluarga.
Analisis aspek ketersediaan pangan anggota KRPL di Desa Tertek secara lebih
rinci dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Aspek Ketersediaan Pangan Anggota KRPL di Desa Tertek
No. Aspek Ketersediaan Anggota KRPL Skor 1 Skor 2 Skor 3 Total
1. Luas pekarangan 12 11 0 33 2. Jenis tanaman 0 8 15 61 3. Pemenuhan kebutuhan pangan
pengganti nasi 10 13 0 36
4. Pemenuhan sayuran 1 22 0 45 5. Pemenuhan tanaman obat 1 22 0 44 6. Pengetahuan teknik budidaya 0 3 20 66 7. Pengendalian hama dan penyakit 1 9 13 58 8. Bantuan peralatan dan sarana produksi 0 13 10 56 9. Jumlah keluarga 17 3 3 32 Total 432 Skor lapang rata-rata 18,78
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat luas pekarangan anggota KRPL
sebanyak 12 orang mendapatkan skor 1 atau memiliki lahan sempit dan 11 orang
lainnya mendapatkan skor 2 atau memiliki lahan sedang. Luas lahan pekarangan
merupakan faktor penting dalam program KRPL. Suhardjo et al. (1986),
menjelaskan bahwa lahan merupakan salah satu faktor yang menentukan
ketersediaan pangan. Semakin luas lahan pekarangan semakin banyak pula
ketersediaan pangan yang ada. Anisahaq et al. (2014) dalam penelitiannya juga
menjelaskan bahwa luas lahan pekarangan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat ketahanan pangan rumah tangga.
Tabel 13 juga menunjukkan jenis tanaman yang ditanam anggota KRPL
sebanyak 15 orang mendapatkan skor 3 yang artinya menanam ≥ 2 jenis tanaman
dan 8 orang lainnya mendapatkan skor 2 yang artinya menanam 1 jenis tanaman.
Tanaman yang ditanam dalam program KRPL di Desa Tertek meliputi sayur-
sayuran, tanaman obat, dan juga tanaman pangan. Semakin banyak jenis tanaman
yang ditanam maka semakin lengkap ketersediaan pangannya. Suhardjo et al.
(1986) menyatakan, apabila bertani dengan satu jenis tanaman saja
mengakibatkan ketersediaan pangan pada masa-masa tertentu akan mengalami
kekurangan. Namun dari hasil penelitian ini, belum ada rumah tangga yang dapat
memenuhi kebutuhan pangan hanya dari KRPL saja (dari KRPL dan membeli),
terutama pemenuhan kebutuhan pangan pengganti nasi. Terdapat 10 orang dari
anggota KRPL yang belum dapat memenuhi kebutuhan pengganti nasi atau hanya
diperoleh dengan cara membeli.
Dari Tabel 13 diketahui bahwa pengetahuan mengenai teknik budidaya
didapatkan oleh 20 anggota KRPL dari penyuluh pertanian dan juga sesama
anggota KRPL, sementara 3 lainnya hanya memperoleh dari penyuluh pertanian
saja. Hal tersebut didukung dengan pernyataan salah satu responden sebagai
berikut:
“Kalau ada penyuluh kesini bahas tentang tanaman, dan saya gak ngerti saya nanya. Supaya bagus tanamannya gimana? Cara ngilangin hamanya gimana? Gimana caranya mengaduk tanahnya, komposnya? Disini juga dibagi kelompok-kelompok kecil, nanti rapat gitu.”
Pengetahuan tentang teknik budidaya juga menentukan ketersediaan
pangan. Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anggota KRPL mengenai
teknik budidaya, maka tanaman yang dihasilkan juga semakin baik. Remiswal
(2013) menjelaskan bahwa dengan mengikuti kegiatan pelatihan, perempuan
dapat memperoleh wawasan dan peningkatan keterampilan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemandirian perempuan serta meningkatkan jiwa wiraswasta
sehingga kondisi ekonomi rumah tangga dapat meningkat.
Salah satu pengetahuan teknik budidaya tanaman yang didapat dalam
program KRPL adalah pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pengendalian
hama dan penyakit tanaman yang diterapkan oleh seluruh anggota KRPL adalah
secara mekanik atau mengabilnya secara langsung. Pada Tabel 13 menunjukkan
bahwa anggota KRPL yang melakukan pengendalian hama dan penyakit secara
optimal sebanyak 13 orang, 9 orang lainnya sudah melakukan pengendalian hama
dan penyakit tanaman namun masih terdapat tanaman yang terserang hama dan
penyakit, sementara 1 orang lainnya tidak melakukan pengendalian hama dan
penyakit tanaman.
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa seluruh anggota KRPL
mendapatkan bantuan peralatan. Sebanyak 13 orang dari anggota KRPL
memperoleh bantuan dari penyuluh pertanian dan juga swadaya dari masyarakat,
sementara 10 orang lainnya hanya memperoleh dari penyuluh pertanian saja.
Pemberian bantuan berupa peralatan dan sarana produksi telah diatur pada
Kementan Nomor 12 Tahun 2016. Bantuan peralatan dan sarana produksi sangat
mendukung ketersediaan pangan. Sumodiningrat (2001) menjelaskan bahwa
pemberian aset produksi dapat membantu dalam meningkatkan produksi,
pendapatan, dan menciptakan tabungan yang dapat digunakan sebagai modal
dalam usaha berikutnya.
Jumlah anggota keluarga juga sangat menentukan kondisi ketersediaan
pangan rumah tangga. Tabel 13 menunjukkan bahwa 17 anggota KRPL memiliki
jumlah keluarga lebih dari 4 orang, 3 anggota KRPL memiliki jumlah keluarga 3-
4 orang, dan 3 anggota KRPL lainnya memiliki jumlah keluarga kurang dari 2
orang. Penelitian yang dilakukan Mulyani dan Mandamdari (2012) dan Anisahaq
et al. (2014) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan
adalah jumlah keluarga. Sunarminto (2010) menambahkan bahwa ketersediaan
pangan rumah tangga juga dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga. Semakin
besar jumlah anggota keluarga semakin banyak biaya pangan yang dikeluarkan.
Kondisi ketahanan pangan rumah tangga dari aspek ketersediaan secara
keseluruhan selama menerapkan program KRPL di Desa Tertek dalam waktu 12
bulan terakhir dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Kondisi Ketahanan Pangan Rumah Tangga berdasarkan Aspek Ketersediaan selama Menerapkan program KRPL
(Data Primer Diolah, 2017)
Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa tingkat ketahanan pangan
ketika menerapkan program KRPL selama 12 bulan terakhir berdasarkan aspek
ketersediaan terdapat 20 anggota KRPL atau sebesar 86,95%. Pada kategori
sedang terdapat 2 anggota KRPL atau sebesar 8,69%. Pada kategori rendah
terdapat 1 anggota KRPL atau sebesar 4,35% dan 23 anggota non KRPL atau
sebesar 100%. Skor rata-rata anggota KRPL adalah 18,78, sementara skor rata-
rata non anggota KRPL hanya mencapai 10,04. Berdasarkan data tersebut
menunjukkan bahwa tingkat ketahanan pagan rumah tangga berdasarkan aspek
ketersediaan pangan anggota KRPL lebih baik dibandingkan non anggota KRPL.
Hal tersebut dikarenakan non anggota KRPL tidak memiliki ketersediaan pangan
yang cukup karena ketersediaan pangannya hanya bergantung dari luar (membeli).
Penyediaan pangan tentunya dapat ditempuh melalui produksi sendiri
dengan cara memanfaatkan dan mengalokasi sumber daya alam, manajemen, dan
pengembangan sumber daya manusia, serta aplikasi dan penguasaan teknologi
yang optimal. Penyediaan pangan dengan produksi sendiri dapat meningkatkan
ketersediaan dan cakupan pangan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Anggota KRPL telah berhasil menempuh hal tersebut melalui program KRPL,
sehingga ketersediaan pangannya tinggi. Hal tersebut didukung oleh pendapat
Arifin (2005) yang menjelaskan bahwa ketersediaan dan kecukupan pangan juga
0
20
40
60
80
100
120
Anggota KRPL Non Anggota KRPL
TinggiSedangRendah
Kategori dan skor:86,95
8,69
: 17,02 - 21,02: 13,01 - 17,01: 9,00 - 13,00
4,35
100 %
mencakup kuantitas dan kualitas bahan pangan agar setiap individu dapat
memenuhi standar dan energi untuk menjalankan aktivitas ekonomi dan
kehidupan sehari-sehari.
5.3.2 Akses pada Pangan
Akses pangan menurut Sunarminto (2010) berkaitan dengan kecukupan
sumber daya masyarakat untuk memperoleh pangan, kemampuan
memperoleh/membeli pangan pada musim tertentu, saat bencana dan keadaan
tidak menguntungkan lainnya. Akses pada pangan terdiri dari 3 macam yaitu
akses ekonomi, akses fisik, dan akses sosial. Analisis akses pada pangan dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Akses Pangan Anggota KRPL di Desa Tertek
No. Aspek pada Pangan Anggota KRPL Skor 1 Skor 2 Skor 3 Total
1. Memperoleh tambahan pemasukan dari penjualan tanaman pangan
10
1
12
48
2. Memperoleh tambahan pemasukan dari penjualan tanaman sayuran
1
1
21
66
3. Memperoleh tambahan pemasukan dari penjualan tanaman obat
5
4
14
55
4. Pemenuhan kebutuhan pangan 0 23 0 46 5. Alokasi tambahan pemasukan 0 2 21 67 6. Kondisi jalan 0 0 23 69 7. Banyaknya pasar/ warung dalam 1 Km 0 0 23 69 8. Sosialisasi makanan sehat 0 23 0 46 9. Bantuan pangan 0 20 3 49 Total 515 Skor lapang rata-rata 22,39
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan data dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa pada akses ekonomi
yang terdiri dari adanya tambahan pemasukan dari penjualan tanaman pangan,
tambahan pemasukan dari penjualan sayuran, tambahan pemasukan dari penjualan
tanaman obat, pemenuhan kebutuhan pangan, dan alokasi pemasukan yang
diperoleh. Akses ekonomi menurut Sunarminto (2010) berkaitan dengan
kemampuan rumah tangga dalam menyediakan sumber daya ekonomis untuk
dapat memperoleh bahan pangan. Dari akses ekonomi tersebut secara keseluruhan
memiliki skor 3, kecuali pada penjualan tanaman untuk pangan dan pemenuhan
kebutuhan pangan.
Pada akses ekonomi dari penjualan tanaman pangan 10 orang memiliki
skor 1 yang berarti belum dapat memperoleh tambahan pemasukan dari penjualan
tanaman pangan. Hal tersebut dikarenakan 10 orang anggota KRPL tidak
menanam tanaman pangan. Pada pemenuhan kebutuhan pangan 23 anggota KRPL
memperoleh skor 2 yang artinya kebutuhan pangan dipenuhi dari pendapatan yang
diperoleh dari KRPL dan luar KRPL. Arifin (2005) menjelaskan, proporsi
pengeluaran rumah tangga terhadap bahan pangan merupakan salah satu indikator
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Semakin besar pangsa pengeluaran
rumah tangga terhadap pangan, semakin rendah ketahanan pangan rumah tangga.
Besarnya pendapatan yang digunakan untuk konsumsi pangan juga
menunjukkan kecilnya bentuk kekayaan lain yang dapat dipertukarkan untuk
memperoleh satu satuan bahan pangan. Hal tersebut menujukkan bahwa sebagian
besar anggota sudah dapat merasakan manfaat dari adanya KRPL dalam
membantu pemenuhan kebutuhan pangannya, seperti yang disampaikan oleh
beberapa anggota KRPL sebagai berikut:
Anggota KRPL 1: “Ya lumayan, kados lombok winginane muahal kulo nggeh
mbonten bingung. Ya alhamdulillah aku nduwe polibag songo” (Ya lumayan, seperti cabai kemarin sangat mahal, saya ya tidak bingung. Ya alhamdulillah saya punya polibag sembilan)
Anggota KRPL 2: “Membantu, kadang-kadang kan dijual. Kadang ya disetor di
swalayan “Top”.”
Anggota KRPL 3: “Lek disade nggeh didamel tambah-tambah blonjo, masuke
nggeh panggah pawon” (Kalau dijual ya dibuat tambah-tambah belanja, masuknya ya tetep di dapur)
Akses fisik menurut Sunarminto (2010) berkaitan dengan sarana dan
prasarana pendukung seperti adanya pasar, jalan, dan alat transportasi sehingga
memungkinkan rumah tangga untuk mengakses pangan dengan lebih baik. Dalam
penelitian ini akses fisik yang dianalisis yaitu kondisi jalan dan banyaknya
pasar/warung dalam 1 Km. Pada akses fisik yang berupa kondisi jalan
keseluruhan anggota KRPL memiliki skor 3 yang berarti jalan mudah (aspal dan
tidak bergelombang). Pada aspek fisik yang berupa banyaknya pasar/warung
dalam 1 Km juga memiliki skor 3 yang berarti terdapat lebih dari satu
warung/pasar. Hal tersebut menunjukkan kondisi aspek fisik anggota KRPL sudah
baik, sehinga memungkinkan anggota KRPL untuk dapat mengakses pangan
dengan lebih baik.
Akses sosial menurut Sunarminto (2010) terkait dengan preferensi
individu/rumah tangga terhadap pangan. Preferensi itu sendiri tidak lepas dari
pengaruh pengetahuan dan tingkat pendapatan dari individu atau rumah tangga.
Suhardjo et al. (1986) menambahkan bahwa pengetahuan tentang gizi merupakan
faktor yang sangat mempengaruhi konsumsi pangan. Aspek sosial dalam
penelitian ini yaitu sosialisasi makanan sehat dan bantuan pangan. Pada aspek
sosial yang berupa sosialisasi makanan, 23 anggota KRPL mendapatkan skor 2
yang berarti pernah mengikuti sosialisasi makanan yang diperoleh dari luar
program KRPL yaitu dari Pos Pelayanan Keluarga Berencana-Kesehatan Terpadu
(Posyandu).
Pada akses sosial yang berupa bantuan pangan yang berasal dari
keluarga/masyarakat/pemerintah, menujukkan 20 anggota KRPL memperoleh
skor 2 yang artinya jarang mendapatkan bantuan (lebih dari 1 bulan sekali).
Sementara 3 anggota lainnya memperoleh skor 3 yang artinya sering mendapatkan
bantuan (satu bulan sekali). Hal tersebut dikarenakan pemberian Raskin (Beras
Miskin) di Desa Tertek sering terjadi kemacetan. Arifin (2005) menambahkan,
bantuan dari pemerintah melalui program Raskin merupakan salah satu cara untuk
membantu masyarakat kurang mampu meningkatkan status gizi keluarganya. Dari
data tersebut akses sosial dalam penelitian ini termasuk dalam kategori sedang.
Kondisi ketahanan pangan rumah tangga dari akses pangan secara
keseluruhan selama menerapkan program KRPL di Desa Tertek dalam waktu 12
bulan terakhir dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Kondisi Ketahanan Pangan Rumah Tangga berdasarkan Akses Pangan selama Menerapkan Program KRPL
Berdasarkan
ketika menerapkan program KRPL selama 12 bulan terakhir berdasarka
pangan, pada kategori tinggi terdapat 20 anggota KRPL atau 86,96%. Pada
kategori sedang terdapat 3 anggota KRPL atau sebesar 13,04%. Sementara pada
kategori rendah terdapat 23 non anggota KRPL atau sebesar 100%. Skor rata
anggota KRPL sebesar
data tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketahanan pangan rumah tangga
berdasarkan akses pangan anggota KRPL dari segi akses ekonomi, akses fisik,
dan akses sosial lebih baik dibandingkan non anggota KRP
Tingginya akses pangan anggota KRPL dibandingkan non anggota KRPL
karena anggota KRPL dapat memenuhi sebagian kebutuhan pangannya dari hasil
panen pekarangan. Hasil penjualan dari hasil panen tanaman dalam program
KRPL juga digunakan sebagai tambahan u
Sementara pemenuhan kebutuhan non anggota KRPL hanya bergantung dari luar
karena non anggota KRPL tidak ada yang berprofesi sebagai petani maupun
peternak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketahanan pangan rumah tangga
anggota KRPL dari aspek akses lebih terjamin dibandingkan non anggota KRPL.
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Sunarminto (2010) yang menjelaskan
bahwa akses pangan dikatakan terjamin ketika semua rumah tangga dan semua
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
Anggota KRPL
86,96
13,04
. Kondisi Ketahanan Pangan Rumah Tangga berdasarkan Akses Pangan selama Menerapkan Program KRPL
(Data Primer Diolah, 2017)
Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa tingkat ketahanan pangan
ketika menerapkan program KRPL selama 12 bulan terakhir berdasarka
pangan, pada kategori tinggi terdapat 20 anggota KRPL atau 86,96%. Pada
kategori sedang terdapat 3 anggota KRPL atau sebesar 13,04%. Sementara pada
kategori rendah terdapat 23 non anggota KRPL atau sebesar 100%. Skor rata
anggota KRPL sebesar 22,39 dan non anggota KRPL sebesar 14,26. Berdasarkan
data tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketahanan pangan rumah tangga
berdasarkan akses pangan anggota KRPL dari segi akses ekonomi, akses fisik,
dan akses sosial lebih baik dibandingkan non anggota KRPL.
Tingginya akses pangan anggota KRPL dibandingkan non anggota KRPL
karena anggota KRPL dapat memenuhi sebagian kebutuhan pangannya dari hasil
panen pekarangan. Hasil penjualan dari hasil panen tanaman dalam program
KRPL juga digunakan sebagai tambahan untuk pemenuhan kebutuhan pangan.
Sementara pemenuhan kebutuhan non anggota KRPL hanya bergantung dari luar
karena non anggota KRPL tidak ada yang berprofesi sebagai petani maupun
peternak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketahanan pangan rumah tangga
ota KRPL dari aspek akses lebih terjamin dibandingkan non anggota KRPL.
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Sunarminto (2010) yang menjelaskan
bahwa akses pangan dikatakan terjamin ketika semua rumah tangga dan semua
Anggota KRPL Non Anggota KRPL
TinggiSedangRendah
100
13,04
Kategori dan Skor:
. Kondisi Ketahanan Pangan Rumah Tangga berdasarkan Akses Pangan selama Menerapkan Program KRPL
dapat dilihat bahwa tingkat ketahanan pangan
ketika menerapkan program KRPL selama 12 bulan terakhir berdasarkan akses
pangan, pada kategori tinggi terdapat 20 anggota KRPL atau 86,96%. Pada
kategori sedang terdapat 3 anggota KRPL atau sebesar 13,04%. Sementara pada
kategori rendah terdapat 23 non anggota KRPL atau sebesar 100%. Skor rata-rata
22,39 dan non anggota KRPL sebesar 14,26. Berdasarkan
data tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketahanan pangan rumah tangga
berdasarkan akses pangan anggota KRPL dari segi akses ekonomi, akses fisik,
Tingginya akses pangan anggota KRPL dibandingkan non anggota KRPL
karena anggota KRPL dapat memenuhi sebagian kebutuhan pangannya dari hasil
panen pekarangan. Hasil penjualan dari hasil panen tanaman dalam program
ntuk pemenuhan kebutuhan pangan.
Sementara pemenuhan kebutuhan non anggota KRPL hanya bergantung dari luar
karena non anggota KRPL tidak ada yang berprofesi sebagai petani maupun
peternak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketahanan pangan rumah tangga
ota KRPL dari aspek akses lebih terjamin dibandingkan non anggota KRPL.
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Sunarminto (2010) yang menjelaskan
bahwa akses pangan dikatakan terjamin ketika semua rumah tangga dan semua
TinggiSedangRendah
: 21,36 - 25,03: 17,68 - 21,35: 14,00 - 17,67
Kategori dan Skor:
individu dalam rumah tangga tersebut mempunyai sumber daya yang cukup untuk
memperoleh pangan yang layak dan bergizi.
5.3.3 Penyerapan Pangan
Aspek penyerapan pangan menurut Nugroho (2010) merupakan pola
pangan yang memenuhi kaidah-kaidah kesehatan, keamanan, dan keragaman.
Aspek penyerapan pangan anggota KRPL di Desa Tertek secara lebih rinci dapat
dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Akses Penyerapan Pangan Anggota KRPL di Desa Tertek
No. Penyerapan Pangan Anggota KRPL Skor 1 Skor 2 Skor 3 Total
1. Ketersediaan air bersih 0 0 23 69 2. Fasilitas kesehatan 0 23 0 46 3. Penanganan sampah 2 1 20 64 4. Keragaman pangan 0 7 16 62 5. Keracunan makanan 0 1 22 69 Total 309 Skor lapang rata-rata 13,43
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Faktor-kator yang dapat mempengaruhi kesehatan pangan yaitu
ketersediaan air bersih, fasilitas kesehatan, dab penanganan sampah. Dalam
penelitian ini dilakukan analisis pada setiap faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan/kandungan gizi makanan. Pada ketersediaan air bersih, semua anggota
KRPL mendapatkan skor 3 yang berarti ketersediaan air peserta berasal dari air
tanah/sumur. Sementara pada fasilitas kesehatan semua anggota KRPL
memperoleh skor 2 yang berarti bahwa fasilitas kesehatan diperoleh dari desa.
Pada penanganan sampah, 20 anggota KRPL melakukan pemilahan sampah
organik dan anorganik kemudian sampah organik tersebut dibuat kompos
sementara sampah anorganik dijual ke bank sampah seperti yang disampaikan
oleh salah satu anggota KRPL sebagai berikut:
“Sampah dipilah-pilah, yang organik dibuat pupuk, tapi yang kering-kering itu kadang dijual. Ada penampungannya. Sini tu sampah dikumpulkan ke Pak RT. Nanti disitu dijadikan tabungan.”
Keragaman pangan menurut Sunarminto (2010) adalah pangan yang
dikomsumsi oleh rumah tangga tidak hanya satu jenis pangan saja, sehingga
secara nasional tidak terjadi ketergantungan yang sangat besar pada jenis pangan
tertentu yang dapat menyebabkan ketidakstabilan. Berdasarkan Tabel 15 dapat
dilihat keragaman pangan anggota KRPL terdapat 17 anggota yang memiliki skor
3 yang berarti mengkonsumsi karbohidrat, protein, dan sayuran. Sementara 6
lainnya memperoleh skor 2 yang artinya mengkonsumsi karbohidrat dan protein
atau sayuran saja. Berdasarkan data diatas dapat dikatakan keragaman pangan
anggota KRPL di Desa Tertek termasuk dalam kategori baik. Semakin banyak
macam tanaman yang ditanam maka semakin baik pula keragaman pangan rumah
tangga. Suhardjo et al. (1986) menjelaskan, salah satu faktor penting yang
mempengaruhi konsumsi pangan adalah jenis dan banyaknya pangan yang
diproduksi dan tersedia.
Keamanan pangan menurut Sunarminto (2010) adalah bahan pangan yang
dikonsumsi oleh rumah tangga tidak beracun, tidak mengandung zat berbahaya
yang dapat membahayakan rumah tangga yang mengkonsumsi serta tidak
basi/kadaluarsa. Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat kondisi keamanan pangan
anggota KRPL di Desa Tertek dapat dikategorikan sangat baik, karena dari dari
22 anggota KRPL memiliki skor 3 yang artinya tidak pernah mengalami
keracunan makanan, seperti yang disampaikan oleh salah satu anggota KRPL
sebagai berikut:
“Ndak pernah mbak. Jangan sampek mbak. Soale kesehatan kan mahal to mbak, jadi harus dijaga dengan baik.”
Sementara 1 anggota KRPL memperoleh skor 2 yang artinya pernah mengalami
keracunan makanan sekali dalam 12 bulan terakhir ini.
Kondisi ketahanan pangan rumah tangga dari penyerapan pangan secara
keseluruhan selama menerapkan program KRPL di Desa Tertek dalam waktu 12
bulan terakhir dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Kondisi Ketahanan Pangan Rumah Tangga berdasarkan Penyerapan Pangan selama Menerapkan program KRPL
Berdasarkan G
ketika menerapkan program KRPL selama 12 bulan terakhir berdasarkan
penyerapan pangan pada kategori tinggi terdapat 20 orang atau 86,96% dari
anggota KRPL. Pada kategori sedang terdapat 2 anggota KRPL atau sebe
8,70% dan 9 non anggota KRPL atau sebesar 39,13%. Pada kategori rendah
terdapat 1 orang atau sebesar 4,34% dari anggota KRPL. Skor rata
KRPL yaitu 13,52 dan non anggota KRPL sebesar 14,08. Berdasarkan data diatas
menunjukkan bahwa tingkat
penyerapan pangan pada anggota KRPL lebih tinggi dibandingkan pada anggota
non KRPL.
Kondisi ketahanan pangan anggota KRPL berdasarkan aspek penyerapan
pangan memiliki nilai yang lebih baik dikarenakan banyak anggo
melakukan penanganan sampah sehingga kaidah kesehatan terpenuhi. Selain itu
anggota KRPL memiliki keragaman pangan yang lebih baik dibandingkan non
anggota KRPL. Keragaman pangan anggota KRPL lebih baik dikarenakan adanya
program KRPL, sehingg
pangan saja, sehingga tidak terjadi ketergantungan pada jenis pangan tertentu.
Jenis tanaman yang dibudidayakan oleh anggota KRPL meliputi sayuran, tanaman
pangan, tanaman obat, dan juga tanaman buah. P
besar tidak melakukan penanganan sampah dan keragaman pangannya rendah.
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
Anggota KRPL
%
86,96
. Kondisi Ketahanan Pangan Rumah Tangga berdasarkan Penyerapan Pangan selama Menerapkan program KRPL
(Data Primer Diolah, 2017)
Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat bahwa tingkat ketahanan pangan
ketika menerapkan program KRPL selama 12 bulan terakhir berdasarkan
penyerapan pangan pada kategori tinggi terdapat 20 orang atau 86,96% dari
anggota KRPL. Pada kategori sedang terdapat 2 anggota KRPL atau sebe
8,70% dan 9 non anggota KRPL atau sebesar 39,13%. Pada kategori rendah
terdapat 1 orang atau sebesar 4,34% dari anggota KRPL. Skor rata
KRPL yaitu 13,52 dan non anggota KRPL sebesar 14,08. Berdasarkan data diatas
menunjukkan bahwa tingkat ketahanan pangan rumah tangga dari aspek
penyerapan pangan pada anggota KRPL lebih tinggi dibandingkan pada anggota
Kondisi ketahanan pangan anggota KRPL berdasarkan aspek penyerapan
pangan memiliki nilai yang lebih baik dikarenakan banyak anggo
melakukan penanganan sampah sehingga kaidah kesehatan terpenuhi. Selain itu
anggota KRPL memiliki keragaman pangan yang lebih baik dibandingkan non
anggota KRPL. Keragaman pangan anggota KRPL lebih baik dikarenakan adanya
program KRPL, sehingga konsumsi pangan anggota KRPL tidak hanya satu jenis
pangan saja, sehingga tidak terjadi ketergantungan pada jenis pangan tertentu.
Jenis tanaman yang dibudidayakan oleh anggota KRPL meliputi sayuran, tanaman
pangan, tanaman obat, dan juga tanaman buah. Pada non anggota KRPL, sebagian
besar tidak melakukan penanganan sampah dan keragaman pangannya rendah.
Anggota KRPL Non Anggota KRPL
TinggiSedangRendah
Kategori dan Skor:
4,34
39,13
60,87
. Kondisi Ketahanan Pangan Rumah Tangga berdasarkan Penyerapan Pangan selama Menerapkan program KRPL
dapat dilihat bahwa tingkat ketahanan pangan
ketika menerapkan program KRPL selama 12 bulan terakhir berdasarkan
penyerapan pangan pada kategori tinggi terdapat 20 orang atau 86,96% dari
anggota KRPL. Pada kategori sedang terdapat 2 anggota KRPL atau sebesar
8,70% dan 9 non anggota KRPL atau sebesar 39,13%. Pada kategori rendah
terdapat 1 orang atau sebesar 4,34% dari anggota KRPL. Skor rata-rata anggota
KRPL yaitu 13,52 dan non anggota KRPL sebesar 14,08. Berdasarkan data diatas
ketahanan pangan rumah tangga dari aspek
penyerapan pangan pada anggota KRPL lebih tinggi dibandingkan pada anggota
Kondisi ketahanan pangan anggota KRPL berdasarkan aspek penyerapan
pangan memiliki nilai yang lebih baik dikarenakan banyak anggota KRPL yang
melakukan penanganan sampah sehingga kaidah kesehatan terpenuhi. Selain itu
anggota KRPL memiliki keragaman pangan yang lebih baik dibandingkan non
anggota KRPL. Keragaman pangan anggota KRPL lebih baik dikarenakan adanya
a konsumsi pangan anggota KRPL tidak hanya satu jenis
pangan saja, sehingga tidak terjadi ketergantungan pada jenis pangan tertentu.
Jenis tanaman yang dibudidayakan oleh anggota KRPL meliputi sayuran, tanaman
ada non anggota KRPL, sebagian
besar tidak melakukan penanganan sampah dan keragaman pangannya rendah.
TinggiSedangRendah
Kategori dan Skor:
: 12,68 - 14,01: 11,34 - 12,67: 10,00 - 11,33
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anggota KRPL
memiliki ketahanan pangan dari aspek penyerapan pangan yang tinggi karena
telah memenuhi kaidah-kaidah kesehatan, keamanan, dan keragaman pangan. Hal
tersebut diperkuat dengan pendapat Suharjdo et al. (1986) bahwa pertanian sangat
berpengaruh terhadap gizi melalui produksi pangan untuk keperluan rumah
tangga. Jika pangan diproduksi dalam jumlah dan ragam yang cukup, maka orang
akan cenderung mengkonsumsi makanan sehat.
5.4 Peran Perempuan terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga
melalui Program KRPL di Desa Tertek
Rendahnya jumlah masyarakat yang bekerja di sektor pertanian
mengakibatkan rawannya ketahanan pangan rumah tangga. Sukesi et al. (2009)
menjelaskan, masalah produksi yang hanya terjadi di suatu tempat dan periode
waktu tertentu, sementara pola konsumsi relatif konstan pada setiap individu
menyebabkan adanya masa-masa pada lokasi-lokasi defisit mengalami kerawanan
pangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa penduduk Desa Tertek pada kondisi-
kondisi tertentu rawan terhadap ketersediaan, akses, dan penyerapan pangan.
KRPL merupakan salah satu program pemerintah yang dapat mengatasi
permasalahan ketahanan pangan dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang
ada. KRPL diimplementasikan di Desa Tertek melalui pemberdayaan perempuan.
Program KRPL ini merupakan wadah bagi perempuan untuk dapat meningkatkan
ketahanan pangan rumah tangga. Ketahanan pangan menurut Sunarminto (2010)
merupakan suatu sistem yang menyangkut ketersediaan pangan, distribusi pangan,
dan konsumsi pangan yang terefleksikan dalam pasokan pangan, akses
masyarakat terhadap pangan, serta pemanfaatan atas produk pangan.
Untuk melihat adanya hubungan antara peran perempuan dan ketahanan
pangan rumah tangga ketika menerapkan program KRPL dapat dilakukan dengan
menggabungkan atau membuat tabel silang. Hubungan peran perempuan terhadap
ketahanan pangan rumah tangga selama menerapkan program KRPL di Desa
Tertek dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Peran perempuan terhadap ketahanan pangan rumah tangga selama menerapkan program KRPL di Desa Tertek
Peran Perempuan
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Jumlah (%) Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%)
Tidak Aktif (%) 4,34 (1) 0 0 4,34 Cukup Aktif (%) 0 8,70 (2) 0 8,70 Aktif (%) 0 0 86,96 (20) 86,96 Jumlah (%) 4,34 8,70 86,96 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa terdapat 1 anggota KRPL atau
sebesar 4,34% yang memiliki peran yang pasif (tidak aktif) di dalam program
KRPL, sehingga ketahanan pangan rumah tangga yang dihasilkan juga rendah.
Pada kategori perempuan yang memiliki peran cukup aktif terdapat 2 anggota
KRPL atau sebesar 8,70% dan ketahanan pangan yang dihasilkan juga dalam
kategori sedang. Sementara pada kategori perempuan yang memiliki peran aktif
terdapat 20 anggota KRPL atau sebesar 86,96% dan ketahanan pangan yang
dihasilkan juga tinggi. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan positif antara peran perempuan dalam KRPL terhadap
ketahanan pangan rumah tangga di Desa Tertek.
Tingginya peran perempuan dalam program KRPL ini dilandasi oleh
kesadaran perempuan untuk dapat meningkatkan ketahanan pangan rumah
tangganya. Remiswal (2013) menjelaskan, peningkatan partisipasi perempuan
dalam pembangunan dikarenakan adanya kesediaan perempuan secara sukarela
dalam menunjang program-program baik atas inisiatif masyarakat lokal maupun
pemerintah yang tercermin dalam pikiran, sikap, dan tindakan mereka baik
sifatnya individual maupun kolektif dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan maupun pengambilan manfaat dari program-program yang terdapat
dalam tempat tinggal mereka.
Adanya peran perempuan dalam program KRPL di Desa Tertek dapat
meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga baik dari ketersediaan pangan,
akses pangan, hingga penyerapan pangan. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian
Mulyani dan Mandamdari (2012) yang menyatakan bahwa pendapatan perempuan
tani merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi ketahanan pangan rumah
tangga. Annisahaq et al. (2014) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa
pendapatan usahatani pekarangan rumah tangga antara peserta KRPL berbeda
nyata dengan non anggota KRPL. Hasil penelitian dari Bhastoni dan Yuliati
(2016) menjelaskan bahwa pendapatan perempuan dari usahatani sayuran organik
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan rumah tangga
untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya peran
perempuan dalam program KRPL dapat meningkatkan ketahanan pangan rumah
tangga. Hal tersebut dikarenakan semakin aktif perempuan di dalam program
KRPL maka keahlian mengenai teknik budidaya dan pengetahuan tentang
konsumsi gizi juga semakin meningkat. Selain itu, hasil budidaya tanaman yang
dihasilkan juga semakin meningkat sehingga ketersediaan pangan rumah tangga
juga semakin meningkat. Meskipun peran perempuan dalam program KRPL telah
berhasil meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga, namun anggota KRPL
hanya berjumlah 23 orang. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya masyarakat Desa Tertek
mengenai pentingnya penerapan program KRPL sehingga jumlah anggota KRPL
yang bergabung dapat semakin meningkat. Hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk terus
mengembangkan program KRPL kepada masyarakat yang memiliki potensi yang
sama dengan Desa Tertek.
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang peran perempuan terhadap ketahanan
pangan rumah tangga melalui program KRPL di Desa Tertek Kecamatan Pare
Kabupaten Kediri dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
1. Peran perempuan (anggota KRPL) dalam program KRPL di Desa Tertek
meliputi peran dalam kegiatan pembekalan, persiapan budidaya, kegiatan
budidaya, panen dan pasca panen, serta pemasaran. Peran perempuan dalam
seluruh kegiatan program KRPL lebih didonimasi pada kategori aktif. Hal
tersebut dikarenakan banyaknya ibu rumah tangga yang berpean sebagai ibu
rumah tangga, selain itu program KRPL memang ditujukan bagi kaum
perempuan untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga.
2. Ketahanan pangan rumah tangga terdiri dari 3 indikator yaitu aspek
ketersediaan pangan, akses pangan, dan aspek penyerapan pangan. Pada aspek
ketersediaan pangan, anggota KRPL memiliki ketersediaan pangan yang
tinggi karena adanya penyediaan pangan melalui produksi sendiri atau tidak
semuanya bergantung dari luar. Pada akses pangan anggota KRPL juga
memiliki skor yang tinggi, dikarenakan akses pangan anggota KRPL lebih
besar dengan adanya program KRPL tersebut. Akses pangan dikatakan
terjamin ketika semua rumah tangga dan semua individu dalam rumah tangga
tersebut mempunyai sumber daya yang cukup untuk memperoleh pangan yang
layak dan bergizi. Pada aspek penyerapan pangan, anggota KRPL juga
memiliki nilai yang tinggi. Tingginya aspek penyerapan pangan tersebut
dikarenakan kaidah-kaidah kesehatan, keamanan, dan keragaman pangan
anggota KRPL sudah terpenuhi dengan adanya program KRPL.
3. Terdapat hubungan positif antara peran perempuan dalam KRPL terhadap
ketahanan pangan rumah tangga di Desa Tertek. Hal tersebut dikarenakan
semakin aktif perempuan di dalam program KRPL maka keahlian mengenai
teknik budidaya dan pengetahuan tentang konsumsi gizi juga semakin
meningkat. Selain itu, hasil budidaya tanaman yang dihasilkan juga semakin
64
meningkat sehingga ketersediaan pangan rumah tangga juga semakin
meningkat.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian peran perempuan terhadap ketahanan pangan
rumah tangga melalui program KRPL, maka saran yang dapat dikemukakan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat terus memonitoring
berjalannya program KRPL agar dapat berkelanjutan serta berupaya
mengembangkan program KRPL ke seluruh masyarakat yang memiliki
potensi untuk menjalankan program KRPL.
2. Bagi masyarakat khususnya masyarakat Desa Tertek diharapkan dapat terus
mengembangkan program KRPL sehingga jumlah anggota KRPL dan
ketahanan pangan rumah tangga di Desa Tertek dapat semakin semakin
meningkat serta memiliki stabilitas dan berkelanjutan.
3. Bagi peneliti dan mahasiswa agar kedepannya dapat mengkaji lebih mendalam
mengenai ketahanan pangan rumah tangga baik melalui program KRPL atau
program lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, T. S. (2007). Paradigma. Malang: Bayumedia.
Annisahaq, A., Hanani, N., & Syafrial. (2014). Pengaruh Program Kawasan Rumah Pagan Lestari (KRPL) dalam Mendudkung Kemandirian Pangan dan Kesejahteraan Rumah Tangga: Study Kasus di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Kota, Kota Kediri. Habitat , 25 (1). http://www.habitat.ub.ac.id/index.php/habitat/article/view/138
Arida, A., Sofyan, & Fadhiela, K. (2015). Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga berdasarkan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Konsumsi Energi: Studi Kasus pada Rumah Tangga Petani Peserta Program Desa Mandiri Pangan di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar. Agrisep , 16 (1). https://media.neliti.com/media/publications/13198-ID-analisis-ketahanan-pangan-rumah-tangga-berdasarkan-proporsi-pengeluaran-pangan-d.pdf
Arifin, B. (2005). Ekonomi Kelembagaan Pangan. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Badan Ketahanan Pangan. (2015). Laporan Tahunan Badan Ketahanan Pangan 2015. http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/LAPORAN_TAHUNAN_2015.pdf.
Basrowi, & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Bhastoni, K., & Yuliati, Y. (2016). Peran Wanita Tani di Atas Usia Produktif dalam Usahatani Sayuran Organik terhadapat Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sumberejo Kecamatan Batu. Habitat , 26 (2). http://habitat.ub.ac.id/index.php/habitat/article/view/206
Data Potensi Desa dan Kelurahan Desa Tertek. (2016). Kantor Kelurahan Desa Tertek.
Data Tingkat Perkembangan Desa dan Kelurahan Desa Tertek. (2016). Kantor Kelurahan Tertek.
Dewan Ketahanan Pangan, Kementrian Pertanian, dan World Food Programme. (2015). Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia. http://documents.wfp.org/stellent/groups/public/documents/ena/wfp285130.pdf?iframe
Dewi, P., Sudarta, W., & Putra, G. (2015). Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani Pangan Sari pada Program Kawasan Rumah Pangan Lestari: Studi Kasus di Dusun Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. E-Journal Agribisnis dan Agrowisata , 4 (5). http://download.portalgaruda.org/article.php?article=367078&val=992&tit
le=Partisipasi%20Anggota%20Kelompok%20Wanita%20Tani%20Pangan
66
%20Sari%20pada%20Program%20Kawasan%20Rumah%20Pangan%20L
estari%20%20(Studi%20kasus%20%20di%20Dusun%20Cengkilung,%20
Desa%20Peguyangan%20Kangin,%20Kecamatan%20Denpasar%20Utara,
%20Kota%20Denpasar)
Fakih, M. (2012). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fathonah, T., & Prasodjo, N. (2011). Tingkat Ketahanan Pangan pada Rumah Tangga yang Dikepalai Pria dan Rumah Tangga yang Dikepalai Wanita. Transdisiplin Sosisologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia , 5 (2). http://download.portalgaruda.org/article.php?article=83500&val=223
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia. (2016). Petunjuk Teknis Gerakan Percepatan Penganekaragaman Pangan. Meteri Pertanian republik Indonesia. http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/PERMENTAN_P2KP_2
016(1).pdf
Kumalaningsih, S. (2012). Metodologi Penlitian: Kupas Tuntas Untuk Mencapai Tujuan. Malang: UB Press.
Milles, M., & Huberman, M. (1994). Qualitative Data Analysis: Second Edition . 1994: SAGE Publication, Inc.
Mosse, J. (1996). Gender dan Pembangunan . Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Mufidah. (2010). Isu-Isu Gender Kontemporer. Malang: UIN Maliki Press.
Mulyani, A., & Mandamdari, A. (2012). Peran Wanita dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Kabupaten Banyumas. Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis , 8 (2). http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.academia.edu/21034916/Jurnal_SEPA_59_PERAN_WANITA_TANI_DALAM_MEWUJUDKAN_KETAHANAN_PANGAN_RUMAH_TANGGA_DI_KABUPATEN_BANYUMAS&ei
Nugroho, R. (2011). Gender dan Strategi Pengarus Utamanya di Indonesia . Yogyakarta: Pustaka Belajar.
PP RI Nomor 68 Tahun 2001. Ketahanan Pangan . Lembaga Informasi Nasional.
Remiswal. (2013). Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas Lokal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rianse, U. (2009). Membangun Agribisnis Terbaru dan Berkelanjutan. Kendari: Unhalu Press.
Singarimbun, M., & Effendi, S. (1982). Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.
Suharjo, Harper, L., Brady, D., & Driskel, J. (1986). Pangan Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI Press.
Sukesi, K., Sugiyono, Shinta, A., & Wisaptiningsih, U. (2009). Laporan Akhir Penyusunan Peta Rawan Pangan dan Gizi. Malang: FPUB.
Sumodiningrat, G. (2001). Menuju Swasembada Pangan Revolusi Hijau. Jakarta: RBI.
Sunarminto, B. (2010). Pertanian Terpadu untuk mendukung Kedaulatan Pangan Nasional. Yogyakarta: BPFE.
Surjono, A., & Nugroho, T. (2007). Paradigma, Model, Pendekatan Pembangunan, dan Pemberdayaan Masyarakat di Era Otonomi Daerah. Malang: Bayumedia Publishing.