Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

22
PERAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DALAM MENDUKUNG INDUSTRI Pemerintah Indonesia merencanakan beroperasinya PLTN I di daerah Muria pada tahun 2016. Kebutuhan akan PLTN didorong oleh kebutuhan energi listrik yang besar untuk menopang kebutuhan industri dan pertumbuhan ekonomi. Pengoperasian PLTN dan pertumbuhan industri selalu dibarengi dengan timbulnya limbah baik radioaktif maupun non-radioaktif. Pengelolaan limbah menjadi bagian penting dalam setiap kegiatan industri apasaja, karena berhubungan dengan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu jika limbah tidak dikelola dengan baik dan hati-hati maka akan mengakibatkan hal-hal yang mengganggu baik manusia dan pencemaran lingkungan. Pengelolaan limbah yang mantap, mandiri dan efisien merupakan prasyarat yang selalu dituntut oleh masyarakat dan pemerhati lingkungan bagi beroperasinya Industri dan PLTN. Pertukaran informasi dan dukungan kerjasama antara pemerintah, penimbun limbah, pengelola limbah serta kalangan peneliti sangat diperlukan guna mendiskusikan, mengantisipasi dan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung perkembangan Industri dan PLTN di Indonesia yang berwawasan lingkungan. Untuk itu perlu diadakan Seminar & Workshop Teknologi Pengelolaan Limbah V dengan topik Seminar:”PERAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DALAM MENDUKUNG INDUSTRI DAN PEMBANGUNAN PLTN PERTAMA DI INDONESIA” Serta Workshop “KESELAMATAN DAN KEAMANAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF INDUSTRI DAN RUMAH SAKIT”

Transcript of Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

Page 1: Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

PERAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DALAM MENDUKUNG INDUSTRI

Pemerintah Indonesia merencanakan beroperasinya PLTN I di daerah Muria pada tahun 2016. Kebutuhan akan PLTN didorong oleh kebutuhan energi listrik yang besar untuk menopang kebutuhan industri dan pertumbuhan ekonomi. Pengoperasian PLTN dan pertumbuhan industri selalu dibarengi dengan timbulnya limbah baik radioaktif maupun non-radioaktif.

Pengelolaan limbah menjadi bagian penting dalam setiap kegiatan industri apasaja, karena berhubungan dengan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu jika limbah tidak dikelola dengan baik dan hati-hati maka akan mengakibatkan hal-hal yang mengganggu baik manusia dan pencemaran lingkungan. Pengelolaan limbah yang mantap, mandiri dan efisien merupakan prasyarat yang selalu dituntut oleh masyarakat dan pemerhati lingkungan bagi beroperasinya Industri dan PLTN.

            Pertukaran informasi dan dukungan kerjasama antara pemerintah, penimbun limbah, pengelola limbah serta kalangan peneliti sangat diperlukan guna mendiskusikan, mengantisipasi dan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung perkembangan Industri dan PLTN di Indonesia yang berwawasan lingkungan. Untuk itu perlu diadakan Seminar & Workshop Teknologi Pengelolaan Limbah V dengan topik Seminar:”PERAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DALAM MENDUKUNG INDUSTRI DAN PEMBANGUNAN PLTN PERTAMA DI INDONESIA”  Serta Workshop “KESELAMATAN DAN KEAMANAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF INDUSTRI DAN RUMAH SAKIT”

Page 2: Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

Limbah radioaktif umumnya ditimbulkan dari kegiatan pengoperasian reaktor riset, pemanfaatan sumber radiasi dan bahan radioaktif dalam bidang industri, pertanian, kedokteran dan penelitian serta dari berbagai proses indusrti yang menggunakan bahan yang mengandung radionuklida alam (Naturally Occurring Radioactive Material, NORM). Sedangkan di negara-negara maju, limbah radioaktif juga ditimbulkan dari pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan kegiatan daur-ulang bahan bakar nuklir (BBN) bekas dan dekomisioning instalasi/ fasilitas nuklir. Pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan untuk mencegah timbulnya bahaya radiasi terhadap pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup. Pengelolaan limbah radioaktif adalah pengumpulan, pengelompokan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan sementara dan penyimpanan lestari dan pembuangan limbah (disposal) [5].Dalam U.U. No. 10/1997 pasal 23 ayat (2) disebutkan bahwa "Pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan oleh Badan Pelaksana. Dalam Pasal 3 ayat (1), Pemerintah membentuk Badan Pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Badan Pelaksana dalam hal ini adalah Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Sesuai Keputusan Kepala Batan No.166/KA/IV/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Batan, pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan oleh Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif (P2PLR). Dalam pasal 23 ayat (2), Batan dalam melaksanakan pengelolaan limbah radioaktif dapat bekerjasama dengan atau menunjuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Koperasi dan/ atau Badan Usaha lainnya. Berdasarkan pasal ini, pemerintah membuka pintu-pintu lebar-lebar bagi pihak swasta atau Badan Usaha lainnya untuk berperan serta dalam pengelolaan limbah radioaktif yang aman untuk generasi saat ini maupun untuk generasi yang akan datang.Skema pengelolaan limbah radioaktif yang ditimbulkan dalam pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek nukkir secara umum ditampilkan dalam Gambar 1.

Minimisasi Limbah

Dalam pemanfaatan iptek nuklir minimisasi limbah diterapkan mulai dari perencanaan, pemanfaatan (selama operasi) dan setelah masa operasi (pasca operasi). Pada tahap awal/perencanaan pemanfaatan iptek nuklir diterapkan azas justifikasi, yaitu "tidak dibenarkan memanfaatkan suatu iptek nuklir yang menyebabkan perorangan atau anggota masyarakat menerima paparan radiasi bila tidak menghasilkan suatu manfaat yang nyata". Dengan menerapkan azas justifikasi berarti telah memimisasi potensi paparan radiasi dan kontaminasi serta membatasi limbah/dampak lainnya yang akan ditimbulkan pada sumbernya. Setelah penerapan azas justifikasi atas suatu pemanfaatan iptek nuklir, pemanfaatan iptek nuklir tersebut harus lebih besar manfaatnya dibandingkan kerugian yang akan ditimbulkannya, dan dalam pembangunan dan pengoperasiannya harus mendapat izin lokasi, pembangunan, dan pengoperasian dari Badan Pengawas, seperti telah diuraikan sebelumnya.

Page 3: Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

Gambar 1. Skema pengelolaan limbah radioaktif dalam pemanfaatan Iptek Nuklir.

Pengelompokan Limbah Radioaktif

Limbah radioaktif yang ditimbulkan dari pemanfaatan iptek nuklir umumnya dikelompokkan ke dalam limbah tingkat rendah (LTR), tingkat sedang (LTS) dan tingkat tinggi (LTT). Pengelompokan ini didasarkan kebutuhan isolasi limbah untuk jangka waktu yang panjang dalam upaya melindungi pekerja radiasi, lingkungan hidup, masyarakat dan generasi yang akan datang. Pengelompokan ini merupakan strategi awal dalam pengelolaan limbah radioaktif. Sistem pengelompokan limbah di tiap negara umumnya berbeda-beda sesuai dengan tuntutan keselamatan/peraturan yang berlaku di masing-masing negara. Pengelompokan limbah dapat dilakukan selain berdasarkan tingkat aktivitasnya, juga dapat berdasarkan waktu-paro (T1/2), panas gamma yang ditimbulkan dan kandungan radionuklida alpha yang terdapat dalam limbah.Di Indonesia, sesuai Pasal 22 ayat 2, U.U. No. 10/1997, limbah radioaktif berdasarkan aktivitasnya diklasifikasikan dalam jenis limbah radioaktif tingkat rendah (LTR), tingkat sedang (LTS) dan tingkat tinggi (LTT). Di P2PLR, berdasarkan bentuknya limbah radioaktif dikelompokkan ke dalam limbah cair (organik, anorganik), limbah padat (terkompaksi/tidak terkompaksi, terbakar/tidak terbakar) dan limbah semi cair (resin). Berdasarkan aktivitasnya dikelompokkan menjadi limbah aktivitas rendah (10-6Ci/m3 < LTR < 10-3Ci/m3), limbah aktivitas sedang (10-3Ci/m3 < LTS < 104Ci/m3) dan limbah aktivitas tinggi (LTT > 104Ci/m3). Penimbul limbah radioaktif baik dari kegiatan Batan dan diluar Batan (Industri, Rumah Sakit, industri, dll.) wajib melakukan pemilahan dan pengumpulan limbah sesuai dengan jenis dan tingkat aktivitasnya. Limbah radioaktif ini selanjutnya dapat diolah di Pusat Penelitian Tenaga Nuklir (PPTN) Serpong untuk pengolahan lebih lanjut.

Teknologi Pengolahan Limbah

Page 4: Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

Tujuan utama pengolahan limbah adalah mereduksi volume dan kondisioning limbah, agar dalam penanganan selanjutnya pekerja radiasi, anggota masyarakat dan lingkungan hidup aman dari paparan radiasi dan kontaminasi. Teknologi pengolahan yang umum digunakan antara lain adalah teknologi alih-tempat (dekontaminasi, filtrasi, dll.), teknologi pemekatan (evaporasi, destilasi, dll.), teknologi transformasi (insinerasi, kalsinasi) dan teknologi kondisioning (integrasi dengan wadah, imobilisasi, adsorpsi/absorpsi). Limbah yang telah mengalami reduksi volume selanjutnya dikondisioning dalam matrik beton, aspal, gelas, keramik, sindrok, dan matrik lainnya, agar zat radioaktif yang terkandung terikat dalam matrik sehingga tidak mudah terlindi dalam kurun waktu yang relatif lama (ratusan/ribuan tahun) bila limbah tersebut disimpan secara lestari/di disposal ke lingkungan. Pengolahan limbah ini bertujuan agar setelah ratusan/ribuan tahun sistem disposal ditutup (closure), hanya sebagian kecil radionuklida waktu-paro (T1/2) panjang yang sampai ke lingkungan hidup (biosphere), sehingga dampak radiologi yang ditimbulkannya minimal dan jauh di bawah NBD yang ditolerir untuk anggota masyarakat.

Page 5: Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

Bahan radioaktif banyak digunakan oleh bermacam industri dan rumah sakit. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) mengingatkan untuk mengawasi secara ketat penggunaan bahan radioaktif. Badan pengawas intens mengunjungi pemerintah daerah agar peristiwa perusahaan semen di Aceh yang kehilangan sumber radioaktif akibat bencana tsunami, akhir 2004 silam, tidak terulang kembali.

Kepala Bapeten AS Natio Lasman mengungkapkan ia hanya memberi data  industri-industri yang menggunakan bahan radioaktif. Sedangkan pengawasan adalah tugas mutlak badan yang dipimpinnya.

“Banyak industri yang memanfaatkan sumber radioaktif. Misalnya pabrik kertas, dan pabrik baja. Mereka menggunakannya untuk kegiatan pengukuran, baik ketebalan ataupun ketinggian,” katanya kepada KBR68H dalam program Sarapan Pagi, Kamis (18/6).

Menurutnya, pemberian data tersebut semata-mata agar kejadian hilangnya sumber radioaktif yang dimiliki pabrik semen di Aceh saat terkena tsunami, tidak terjadi kembali. Hingga kini sumber radioaktif tersebut belum ditemukan. Ia hanya berharap sumber tersebut terkubur di dasar laut.

Natio berupaya sedini mungkin pihaknya memberikan perhatian dan memberitahukan perusahaan-perusahaan mana yang memanfaatkan sumber radioaktif kepada pimpinan daerah atau Gubernur. Tindakan antisipasi Bapeten ini dimungkinkan berangkat dari temuan data Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), yang menyebutkan ada sekitar tujuh  ribu rumah sakit dan industri pemegang ijin penggunaan bahan radioaktif.

“Bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, segera pemerintah setempat menghubungi kami,” tegasnya.

Walaupun ukurannya kecil, diakuinya akan memiliki dampak yang sangat besar bagi kesehatan manusia ataupun lingkungan hidup sekitarnya. Natio mengingatkan dampak besar bisa terjadi apabila sumber radioaktif berada di luar tabung pengamannya.

“Misalnya pengamannya hancur, sumber radioaktif akan menjadi partikel-partikel dan terhirup ke dalam tubuh. Keadaan itu membahayakan bagi atom tubuh,” imbuhnya.

Wadah pengaman sumber radioaktif berbentuk seperti tabung gas 3 kg yang berwarna hijau muda. Sedangkan bentuk sumber radioaktifnya cukup kecil, seukuran ujung pensil atau ujung penghapus. Natio menyebutkan wadah yang besar ampuh melindungi dari radiasi membahayakan.

Page 6: Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

Ada beberapa efek radiasi zat radioaktif antara lain bisa menyebabkan kanker darah atau leukimia, daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang penyakit akibat sel darah putih yang jumlahnya berkurang.

Selain itu dampak lainnya seperti kepala pusing-pusing, nafsu makan berkurang, diare, badan panas atau demam, dan berat badan turun. Dampak terburuk adalah kematian.

“Untuk diluar tubuh sesungguhnya sinar alpha, dan beta tidak masalah. Hanya sinar gamma yang perlu diperhatikan,” jelasnya.

Page 7: Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

Deteksi Dini Radioaktif Dapat Mencegah Penggunaan Radioactive Dispersal Devices (RDD) atau Bom Kotor oleh Teroris

+ Pesawat sinar-X dapat diterapkan di hotel, tempat wisata, stasiun, terminal, pelabuhan+ Alat surveymeter di lokasi strategis (jalan protokol, pelabuhan, pintu masuk hotel)+ Diprediksi muncul bom kotor (dirty bomb) atau radioactive dispersal devices (RDD)+ Data IAEA 1993 - 2007 ada 1.340 peristiwa perdagangan gelap nuklir dan radioaktif

(kesimpulan) Terjadinya ledakan bom di hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton Jakarta merupakan indikasi lemahnya sistem pengamanan hotel tersebut. Sistem yang ada tidak mampu mendeteksi lalu lintas benda-benda berbahaya, termasuk bom. Akibat yang ditimbulkan bukan hanya korban jiwa. Lebih dari itu, citra Kota Jakarta pada khususnya dan Indonesia pada umumnya adalah tidak aman. Akibat langsungnya adalah batalnya kunjungan tim Manchester United (MU) ke Jakarta. Akibat lain, mungkin mepengaruhi para investor dan turis yang tadinya ingin datang ke Indonesia. Bisa dibayangkan betapa besar kerugian ekonomi yang ditimbulkan.

Menghadapi situasi di atas, biasanya masyarakat Indonesia cenderung reaktif. Di mana-mana dianjurkan mengaktifkan dan meningkatkan sistem keamanan. Petugas keamanan secara teliti memeriksa setiap orang yang masuk ke fasilitas-fasilitas publik, pos-pos siskamling diaktifkan, dan lain sebagainya. Biasanya itu bersifat hanya sesaat. Setelah beberapa waktu berselang akan kendur lagi. Begitu seterusnya. Pola ini tentu diamati pelaku teror sehingga dia tabu kapan harus bertindak dan kapan hams bersembunyi.

Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang mampu mendeteksi dini terhadap lalu lintas benda-benda berbahaya secara terus-menerus. Sistem yang mampu bekerja secara maksimal tanpa harus banyak bergantung pada orang (penjaga). Contoh paling mudah adalah penggunaan pesawat sinar-X bagasi pada bandara. Demi alasan keamanan bersama, setiap benda yang akan masuk ke fasilitas penting (hotel) harus melewati pemeriksaan dengan alat tersebut. Tanpa terkecuali. Cara ini merupakan sistem deteksi yang mampu melihat secara jelas benda-benda yang melewati tanpa harus membongkarnya (non-destructive test). Sistem ini diyakini mampu mencegah benda-benda berbahaya masuk dan sekaligus menjaga privacy pelanggan (tidak harus membongkar isi koper).

Bom yang meledak di beberapa tempat di Indonesia selama ini adalah jenis bom konvensional. Artinya, bom yang menggunakan bahan peledak konvensional dicampur benda-benda yang mampu menghasilkan efek lebih saat meledak (seperti baut). Selain bom konvensional, belakangan juga dikenal bom kotor (dirty bomb) atau yang lebih dikenal dengan radioactive dispersal devices (RDD). Bom kotor merupakan salah satu jenis born yang mengombinasikan bahan peledak konvensional (dinamit) dan bahan radioaktif. Tingkat keparahan akibat bon tergantung dari jenis dan aktivitas (kekuatan) bahan radioaktif yang digunakan. Target utamanya adalah untuk menimbulkan kepanikan luar biasa ketika orang tahu bom yang meledak memancarkan radiasi.

Page 8: Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

Kepanikan luar biasa ini akan mengakibatkan efek berantai, seperti kecelakaan di jalan raya karena orang berusaha secepatnya menjauh dari lokasi ledakan. Pada akhirnya juga menimbulkan banyak korban. Akibat lain dari ledakan bom kotor adalah terjadinya kontaminasi radioaktif di lokasi ledakan sehingga lokasi tersebut memancarkan radiasi dalam rentang waktu yang lama. Sebagai contoh, apabila bahan radioaktif yang digunakan adalah Cesium-137, lokasi itu akan memancarkan radiasi hingga ratusan tahun mengingat waktu paro bahan radioaktif tersebut 30 tahun. Jika itu yang terjadi, perlu usaha luar biasa untuk mengembalikan ke kondisi semula (dekontaminasi).

Sebagai ilustrasi, adalah bom kotor dengan sumber radioaktif Cs-137 dengan aktivitas 100 Ci-satuan aktivitas pemecahan diri sebuah unsur radioaktif. Sumber ini biasa dipergunakan dalam kegiatan non-destructive test (NDT) untuk menguji sambungan pipa pada industri pertambangan minyak dan gas atau pengukuran ketinggian fluida dalam tangki (gauging). Dari segi dimensi, ukuran sumber radiasi ini sangat kecil (sebesar kancing baju), tetapi mampu menghasilkan pancaran radiasi gamma sekitar 40 microsievert per jam dalam radius 100 meter. Nilai ini signifikan tinggi ditinjau dari ukuran keselamatan. Radiasi jenis ini mampu menembus beton sehingga untuk mengurangi intensitas pancaran radiasi sampai menjadi setengahnya diperlukan beton setebal 4,8 cm.

Menurut data Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), dari tahun 1993 sampai dengan 31 Desember 2007 telah terjadi 1.340 peristiwa perdagangan gelap yang melibatkan bahan nuklir dan radioaktif. Peristiwa itu bisa merupakan jalan singkat penyebaran persenjataan bom kotor dan terorisme. Di Indonesia penggunaan bahan radioaktif berkembang sangat pesat untuk berbagai tujuan positif. Misalnya, penggunaan bahan radioaktif Iridium-192 dan Cobalt-60 untuk memeriksa sambungan pipa-pipa pertambangan (NDT), Cesium-137, Americium-241, Stronsium-90 untuk merekam sifat-sifat hidrokarbon pada industri pertambangan, bahan-bahan radioaktif yang dipakai mengukur level cairan dalam suatu tangki/kaleng (gauging), dan masih banyak lagi.

Melihat kondisi tersebut, diperlukan suatu sistem pengawasan yang lebih terintegrasi terhadap bahan-bahan radioaktif. Sistem yang mampu mendeteksi secara dini lalu lintas bahan radioaktif. Hal tersebut bisa dilakukan, misalnya dengan pemasangan alat surveymeter atau monitor radiasi secara permanen (fixed monitor) di lokasi strategis (jalan protokol, pelabuhan, pintu masuk hotel berbintang, dan lain-lain). Manitor ini mampu mendeteksi secara dini benda-benda yang mengandung bahan radioaktif.

Prinsip kerja peralatan tersebut hampir sama dengan prinsip pengukuran ketinggian fluida (cairan) di dalam kaleng. Ketika ada pancaran radiasi dari bahan radioaktif yang melewati detektor, muncul respons dalam bentuk audio atau bahkan audiovisual. Sistem ini mampu bekerja penuh 24 jam sehingga benar-benar efektif untuk mendeteksi benda-benda mengandung bahan radioaktif. Agar responsif, detektor ini dapat diatur di Skala paling kecil (paling sensitif). Sistem itu dapat dibangun dengan menggiatkan kerja sama antara pihak Badan Pengawas Tenaga Nuldir, kepolisian, Departemen Perhubungan, dan instansi terkait yang lain (Aris Sanyoto, Deteksi Dini Bahan Radioaktif, Kompas Selasa 28 Juli 2009).

Page 9: Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan Industri di Indonesia - Perekonomian Bisnis

A. Definisi dan pengertian industriIndustri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

B. Jenis / macam-macam industri berdasarkan tempat bahan baku1. Industri ekstraktifIndustri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar.- Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain lain.2. Industri nonekstaktifIndustri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar.3. Industri fasilitatifIndustri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya.- Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.

C. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal1. Industri padat modaladalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya2. Industri padat karyaadalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.

D. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya= berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 =1. Industri kimia dasarcontohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb2. Industri mesin dan logam dasarmisalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll3. Industri kecilContoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll4. Aneka industrimisal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.

E. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja1. Industri rumah tanggaAdalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.2. Industri kecil

Page 10: Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.3. Industri sedang atau industri menengahAdalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.4. Industri besarAdalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.

F. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented industry)Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor (man power oriented industry)Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif dan efisien.3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented industry)Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.

G. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan1. Industri primeradalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahuluContohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.2. Industri sekunderindustri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.3. Industri tersierAdalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Page 11: Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

 Pemanfaatan Radioaktif, Bak Pisau Bermata Dua

Jakarta - Tak bisa dipungkiri, radioaktif yang dimanfaatkan diberbagai industri termasuk di dunia kedokteran, memiliki kegunaan yang luar biasa efektif dan efisien. Namun kita pun tak bisa menutup mata, dibalik berbagai keuntungan positif penggunaan radioaktif, kecelakaan pun kerap mengintai orang-orang yang berurusan dengan zat itu. Misalnya,

berbagai keluhan dan penyakit tertentu, hingga terjadinya kematian.

Menurut Arifin S Kurtiono, Sekretaris Umum Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir-dulu lebih dikenal dengan nama BATAN), ketika ditemui pdpersi.co.id, di kantornya, Senin (2/4), dalam dunia kedokteran zat radioaktif dimanfaatkan untuk therapy, misalnya Tele-therapy dan Brachy-therapy, serta Kedokteran Nuklir.

Pengertian Zat Radioaktif sendiri menurut UU No. 10/1997 tentang ketenaganukliran, adalah setiap zat yang memancarkan radiasi pengion dengan aktifitas jenis lebih besar dari 70kBq/Kg. Sedangkan Limbah Radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif, karena pengoperasian instalasi nuklir yang tidak dapat digunakan lagi.

Kecelakaan akibat radiasi bisa terjadi karena sumber radiasi (zat radioaktif ataupun limbah radioaktif) yang digunakan industri maupun rumah sakit itu, hilang, dicuri, ataupun lepas dari pengelolaan atau pengawasan yang semestinya.

Hampir di seluruh dunia yang melakukan kegiatan pemanfaatan radiasi, pernah mengalami kecelakaan yang disebabkan zat ataupun limbah radioaktif. Informasi dari Bapeten menyebutkan, kecelakaan radiasi terjadi pada fasilitas konversi JCO (anak perusahaan Sumitomo Metal Mining Co) Jepang, tepatnya di kota Tokaimura pada 30 September 1999. Korban radiasi tercatat 62 orang karyawan JCO, 7 orang penduduk sekitar, dan menewaskan satu orang.

Di Brazil, tahun 1985 perangkat Tele-therapy yang terbengkalai karena reruntuhan rumah sakit menyebabkan 4 korban jiwa dalam bulan pertama. Sekitar 112 ribu orang harus dimonitor (249 orang diantaranya telah tanah (setara 275 gerbong kereta) dan puingnyaterkontaminasi), 3500 m harus dipindahkan statusnya menjadi limbah radioaktif yang berbahaya.

Beberapa kecelakaan akibat radioaktif juga terjadi di San Salvador, El Savador (1989), Soreq, Israel (1990), Hanoi, Vietnam (1992), dan di San Jose, Costarica (1996). Di Indonesia sendiri, kecelakaan radiasi terjadi pada bulan Januari 1998 di salah satu rumah

Page 12: Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

Rumah sakit memang salah satu pengguna cukup besar dalam pemanfaatan tenaga nuklir. Data dari Bapeten menunjukkan sebanyak 24 rumah sakit di Indonesia memanfaatkan radiasi untuk radiodiagnosis (pemeriksaan) dan radioterapi (pengobatan). Beberapa bahan radioaktif yang banyak digunakan rumah-rumah sakit tersebut, adalah Co (Cobalt 60), Ra-226, Cs-137, Ir-192, I-125, SR-90, Am-241, I-153, dan lainnya.

Menurut Kepala Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif (P2LPR) BATAN Serpong Drs Gunanjar MSc, kepada pdpersi.co.id, dari 24 rumah sakit yang memiliki bahan radioaktif, baru sekitar 7 rumah sakit yang limbahnya disimpan di tempatnya. Beberapa rumah sakit masih menyimpan limbah radioaktifnya di tempat penyimpanan sementara di rumah sakit. Meski penyimpanan sementara ini tergolong cukup aman karena mendapatkan perizinan dan pengawasan ketat dari Bapeten, akan lebih baik jika limbah radioaktif itu disimpan ditempat semestinya yang aman dan terkelola dengan baik.

Membahayakan Kesehatan Manusia

Meski manfaatnya sangat luas, tak dipungkiri, tenaga nuklir juga memiliki potensi bahaya yang tidak kecil bagi kesehatan maupun keselamatan manusia. Penyakit-penyakit yang timbul akibat radiasi, misalnya kanker, leukimia, rusaknya jaringan otak, serta kerugian fisik lainnya.

International Atomic Energy Agency (IAEA) dan World Health Organization (WHO), memberikan informasi menarik tentang luka yang akan timbul akibat terkena radiasi. Disebutkan, luka radiasi tidak memiliki tanda dan gejala yang khusus sehingga sangatlah penting bagi masyarakat atau dokter --terutama dokter umum-- untuk mengetahui efek dari kecelakaan radiasi.

Dijelaskan IAEA dan WHO, bahwa pancaran radiasi dapat berupa eksternal ke tubuh, yakni pancarannya ke seluruh tubuh atau terbatas untuk bagian besar atau bagian kecil di anggota tubuh. Bisa juga berupa internal karena kontaminasi dengan material radioaktif, jika termakan, terminum, terhirup, atau menempel di dalam luka. Pancaran itu sendiri dapat bersifat akut, berlarut-larut atau kecil, tergantung pada dosis radiasinya.

Jenis pancaran radiasi yang mungkin timbul dari sebuah kecelakaan, ada tiga macam. Pertama, Pancaran Seluruh Tubuh akibat penetrasi sumber radiasi yang termasuk fase prodromal awal dengan gejala, seperti mual, pusing, kemungkinan demam, dan mencret serta diikuti oleh sebuah periode laten dengan panjang beragam. Kemudian diikuti dengan periode kesakitan (illness) yang

Page 13: Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

dikarakteristikkan oleh infeksi, pendarahan, dan gejala gastrointestinal. Kedua, Pancaran Lokal. Pancaran ini tergantung seberapa besar dosis yang diterima dan biasanya memberikan tanda dan gejala pada area yang terkena pancaran berupa erythema, oedema, desquamation kering dan basah, blistering, pain, pembusukan, gangrene, atau kerontokan rambut. Luka-luka kulit lokal bertambah secara perlahan seiring waktu, lazimnya minggu atau bulan, dan jika dibiarkan akan menjadi sangat sakit. Metode pengobatannya pun bukan metode yang biasa.

Ketiga, Pancaran Tubuh Sebagian. Di sini jenis dan efeknya tergantung pada dosis dan volume bagian tubuh yang mengalami pancaran radiasi. Biasanya tak ada gejala awal jika mengalami kontaminasi internal kecuali dosisnya sangat tinggi atau berlebihan. Untuk pancaran radiasi ini sangat jarang terjadi.

Pihak Terkait Harus Sepemahaman

Mengingat dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan radiasi sangat berbahaya, semua pihak yang terkait dengan urusan ketenaganukliran haruslah searah dan sepemahaman. Catatan dari Bapeten menjelaskan, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi akibat radioaktif, disebabkan adanya kecerobohan operator ataupun perangkat proteksi radiasi yang kurang memadai dalam suatu fasilitas, sistem pengawasan nasional yang tidak mencukupi, serta kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap zat radioaktif dan sumber radiasi.

Badan Tenaga Atom Internasional (BTAI) sendiri mengeluarkan standar keselamatan radiasi yang sangat lengkap dan menyeluruh. Yang menarik adalah semua pihak harus memahami 3 prinsip dasar proteksi radiasi. Pertama, pembenaran. Artinya, kegiatan yang menggunakan zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan resiko yang diterima. Kedua, optimisasi. Yaitu penerimaan pancaran radiasi diusahakan serendah-rendahnya dengan mempertimbangkan faktor sosial ekonomi. Ketiga, pembahasan. Menentukan agar dosis radiasi total yang diterima seseorang tidak boleh melebihi angka yang ditetapkan badan pengawas.

Nilai batas dosis untuk pekerja radiasi dalam standar yang disusun BTAI sendiri diturunkan dari 50 mSv pertahun menjadi 20 mSv (rata-rata dalam 5 tahun). Dan dalam satu tahun tidak boleh menerima lebih dari 50 mSv. Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja serta masyarakat dalam pemanfaatan tenaga nuklir pada instalasi kesehatan, harus diperhatikan antara lain persyaratan desain, operasi, kalibrasi, dosimetri, dan jaminan kualitas. Masyarakat disamping pekerja mendapat perlindungan utama, nilai batas dosis dalam suatu kelompok kritis masyarakat diturunkan menjadi 1 mSv/tahun dari 5 mSv/tahun.

Tampaknya memang perlu disimak sepenggal catatan yang ditulis Dahlia Cakrawati dari Direktorat Peraturan Keselamatan Nuklir. Jika kita memang ingin bersama-sama mencegah kecelakaan radiasi, maka itikad baik dan kesungguhan dari pihak pemegang izin maupun pengawas adalah mutlak. Di satu sisi, aparat badan pengawas diwajibkan dapat mengevaluasi dan menginspeksi pemegang izin secara profesional, objektif, dan bebas dari konflik kepentingan. Di sisi lain, pihak pemegang izin perlu berupaya

Page 14: Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

semaksimal mungkin untuk menerapkan budaya keselamatan dan kualitas, serta melaksanakan persyaratan perizinan.

Radioaktif bukanlah politik yang bisa dibuat mainan dan guyonan. Keseriusan untuk mengelolanya adalah sebuah keharusan, sebab jutaan nyawa bisa terancam karenanya. Bak pisau bermata dua, di satu sisi radioaktif sangatlah bermanfaat bagi kehidupan manusia, di sisi lain mengundang resiko kecelakaan yang sangat berbahaya. Sehingga, sangatlah wajar jika Bapeten melakukan langkah ketat dan taktis dalam soal pengawasan radioaktif di berbagai instansi terutama di rumah sakit. Pengawasan tersebut meliputi pengadaan, instalasi, pengoperasian, pengolahan limbah sementara, pengaturan, perizinan, dan inspeksi.

Sipnosis film merah putih

Page 15: Peran Pengelolaan Limbah Radioaktif Dalam Mendukung Industri

Film sebagai penyambutan hari kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2009 akan hadir di layar bioskop indonesia. Sungguh film yang benar – benar tidak memakan biaya sedikit, karena melibatkan Crew perfilman internasional yang sudah berpengalaman. Film Merah Putih ini memiliki nuansa yang berbeda dengan yang film lain dan yang terpenting menunjukkan semangat perjuangan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Film ini dimulai dengan perjuangan indonesia untuk kemerdekaan di tahun 1947. Saat itu aksi Agresi Militer Belanda diluncurkan dengan menyerang para pejuang Indonesia di propinsi Jawa Tengah. Agresi itu dipimpin oleh Van Mook yang berkebangsaan Belanda menyerang membabi buta disegala penjuru. Sungguh ironik, kelompok pejuang Indonesia masih terlibat konflik pribadi. Dan moment tersebut di manfaatkan oleh Belanda sebagai misi pemecahan kekuatan para pejuang Indonesia.

Karena terdesak oleh gempuran yang bertubi – tubi, akhirnya para pejuang kemerdekaan bersatu untuk melawan dan berjuang hingga titik darah penghabisan. Teknik lama dengan bergerilya kembali di galakkan. Mereka berikrar untuk menunjukkan sebagai anak Bangsa Indonesia yang sesungguhnya dengan melepaskan rasa egoisme mengenai perbedaan. Seperti yang kita ketahui, negara indonesia tercinta terdiri berbagai kelas sosial, perbedaan suku, daerah, agama dan karakteristik. Akhirnya mereka bersatu karena perbedaan itu dan akhirnya menghasilkan sesuatu apa yang menjadi harapan, yakni mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

Tidak tanggung – tanggung, film ini melibatkan para Crew Film Internasional yang sudah mempunyai nama besar di dunia perfilman internasional Hollywood. Seperti Inggris Adam Howarth ( Film Saving Private Ryan, Film Blackhawk Down ) yang menangani bagian Special Effects. Lalu Rocky McDonald menangani bagian Pemain pengganti ( Film Mission Impossible II, Film  The Quiet American ). Ada pula Rob Trenton ( Film Batman : The Dark Knight ) menangani di bagian Make up dan Visual Effects. Untuk bagian Senjata, di percayakan John Bowring ( Film Crocodile Dundee II, Film The Matrix, Film The Thin Red Line, Film Australia, Film X-Men Origins:Wolverine ) dan yang info terakhir yang saya kutip dari 21cineplex adalah Asisten Sutradara oleh Mark Knight ( Film December Boys, Film Beautiful ).

Untuk para pemain nya diperankan oleh Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Darius Sinathrya, Zumi Zola, Teuku Rifnu Wikana, Rahayu Saraswati dan di sutradarai oleh Yadi Sugandi. Sedangkan skenario ditulis oleh Conor Allyn dan Rob Allyn.