PERAN PENCAHAYAAN BUATAN DALAM MEMBENTUK SELLING...
Transcript of PERAN PENCAHAYAAN BUATAN DALAM MEMBENTUK SELLING...
UNIVERSITAS INDONESIA
PERAN PENCAHAYAAN BUATAN DALAM MEMBENTUK
SELLING POINT TENANT DI PUSAT PERBELANJAAN
SKRIPSI
SANTOSO ADRIA SETIAWAN
0806456266
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
DEPOK
JUNI 2012
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PERAN PENCAHAYAAN BUATAN DALAM MEMBENTUK
SELLING POINT TENANT DI PUSAT PERBELANJAAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Arsitektur
SANTOSO ADRIA SETIAWAN
0806456266
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
DEPOK
JUNI 2012
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
iii
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
dengan judul “Peran Pencahayaan Buatan Dalam Membentuk Selling Point
Tenant di Pusat Perbelanjaan” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Arsitektur di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Indonesia. Dari awal masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi
ini, tentunya penulis telah banyak memperoleh banyak bantuan serta dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Ir. Siti Handjarinto M.Sc. selaku pembimbing skripsi yang telah sabar
mengarahkan, memberi kritik dan masukan, serta menyediakan waktu,
tenaga dan pikiran dalam penyusunan skripsi ini.
2. Joyce Sandra S.T.MALD dan Enira Evandra S.T.,M.Dipl selaku penguji
sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran membangun demi
perbaikan kualitas tulisan ini.
3. Bapak Hendrajaya dan Ibu Herlily selaku pembimbing akademik, serta
seluruh dosen Arsitektur UI atas bimbingan dan pengarahannya selama
empat tahun ini.
4. Orang tua tercinta dan keluarga yang selalu memberikan dukungan baik
itu material, moral, dan bantuan doa.
5. Kakak-kakak karena yang selalu memotivasi dan menjadi panutan yang
baik serta dukungan material.
6. Thaza Theresia dan keluarga atas dukungan, waktu, tenaga, dan doanya.
7. Teman-teman main dan seperjuangan; Jessica, Vera, Jemed, Ryan, Niko,
Rizky, Stella, Mijo, Ryan, Aron, Tono, Dhian, Agi, Hadi, Fitri, Alex, Ira,
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
v
Aulia, Harin, Catur, Daka, Togar, Wahyu, Jacquin, Ajeng, Belo, Fera,
Nadia, dan Candra, yang telah banyak membantu penulis, berbagi
keceriaan, kebersamaan dan berbagi pengalaman selama empat tahun ini.
8. Teman-teman Arsitektur UI angkatan 2008 atas kekompakan selama
empat tahun ini.
9. Teman-teman Arsitektur UI angkatan 2009, 2010 dan 2011.
10. Teman-teman KUKTEK atas kebersamaan, pengalaman iman, dan
doanya.
11. Teman-teman di Cirebon; Gibran, Hui, Victor, Kevin, Alvin, Tissar, Enyo,
Beng, Lukman, Amel, Lisa, Hanjoyo, dan Vanny.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi salah satu
sumbangsih penulis yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita pada
umumnya serta dapat menambah kemampuan penulis dalam bernalar dan berpikir
lebih kritis lagi.
Depok, Juli 2012
Penulis
Santoso Adria Setiawan
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Santoso Adria Setiawan
NPM : 0806456266
Program Studi : S1 Reguler Arsitektur
Departemen : Arsitektur
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Peran Pencahayaan Buatan Dalam Membentuk Selling Point Tenant Di
Pusat Perbelanjaan
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juli 2012
Yang menyatakan
(Santoso Adria Setiawan )
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
vii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Santoso Adria Setiawan
Program Studi : Arsitektur (Reguler)
Judul : Peran Pencahayaan Buatan Dalam Membentuk Selling
Point Tenant di Pusat Perbelanjaan
Selling point merupakan kualitas yang harus dimiliki tiap ruang komersial
untuk dapat menarik perhatian pengunjung untuk datang bahkan menciptakan
minat membeli. Aspek ini sangat dibutuhkan seiring bertambah banyaknya jenis
dan jumlah ruang komersial khususnya di dalam pusat perbelanjaan. Pencahayaan
buatan merupakan salah satu aspek desain yang penting dalam membentuk
selling point ruang komersial dan dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam
membeli. Pencahayaan buatan dapat meningkatkan tampilan ruang, menambah
kualitas penampilan produk, menciptakan suasana dan menarik perhatian
pengunjung yang merupakan bagian dari selling point suatu tenant.
Tulisan ini akan memaparkan dan menganalisis, apa saja peran
pencahayaan dalam membentuk selling point dalam tenant, bagaimana aplikasi
pencahayaan buatan yang dapat menciptakan selling point tenant di pusat
perbelanjaan serta seberapa besar peran pencahayaan tersebut di tiap tipe tenant.
Kajian tenant akan dilakukan pada satu pusat perbelanjaan di Jakarta dengan tipe
tenant berdasarkan jenis produk yang dijual.
Kata kunci: Pencahayaan buatan, selling point, tenant, pusat perbelanjaan.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
viii Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Santoso Adria Setiawan
Study Program : Arsitektur (Reguler)
Title : The Role of Artificial Lighting in Creating Shopping Mall
Tenant Selling Point
Selling point is quality which must be owned by every commercial space
to attract the consumers's attention even to make them have an interest in buying.
As the increase of many types of commercial space, specifically those in the
shopping center, this aspect become more and more crucial. Artificial lighting is
one of the important aspects of design that could create a tenant selling point and
affect consumer behavior in purchasing. Artificial lighting can enhance the image
of the space, adding the quality of the product appearance, creating an atmosphere
and attract the visitors which is part of the selling point a tenant.
This paper will describe and analyze, what are the lighting roles in shaping
the selling points of the tenant, how the application of artificial lighting can create
the selling point of the tenant in the shopping center as well as how large a role of
lighting in every type of the tenant. The review will be conducted on a single
shopping center in Jakarta with the type of tenant based on the type of products.
Key words: artificial lighting, selling point, tenants, shopping center.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
ix Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR .......................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xiv
1. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan .................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan ..................................................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................................... 4
2. PENCAHAYAAN BUATAN ....................................................................................... 5
2.1 Dasar Teori Pencahayaan ........................................................................................... 5
2.1.1 Definisi Cahaya ................................................................................................ 5
2.1.2 Kuantitas Cahaya .............................................................................................. 5
2.1.3 Warna ................................................................................................................ 6
2.1.3.1 Arti Warna ............................................................................................ 8
2.1.4 Persepsi ............................................................................................................. 9
2.1.5 Silau .................................................................................................................. 9
2.2 Kualitas Pencahayaan ................................................................................................. 10
2.3 Pencahayaan Buatan ................................................................................................... 13
2.3.1 Pendekatan Pencahayaan Buatan ...................................................................... 14
2.3.2 Sistem Pencahayaan Buatan ............................................................................. 15
2.3.3 Lampu ............................................................................................................... 18
2.3.3.1 Karakteristik Lampu ............................................................................. 18
2.3.3.2 Jenis Lampu.......................................................................................... 20
2.3.4 Luminaire .......................................................................................................... 25
2.3.4.1 Jenis Luminaire .................................................................................... 25
3. PENCAHAYAAN BUATAN DAN SELLING POINT TENANT DI PUSAT
PERBELANJAAN ............................................................................................................ 30
3.1 Pusat Perbelanjaan dan Tenant ................................................................................... 30
3.2 Selling Point ................................................................................................................ 31
3.3 Pencahayaan Buatan Untuk Komersial ...................................................................... 32
3.4 Pencahayaan Buatan Untuk Tenant Restoran ............................................................. 33
4. STUDI KASUS .............................................................................................................. 35
4.1 Nokia Store ................................................................................................................. 35
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
x Universitas Indonesia
4.1.1 Penjelasan Singkat Tenant ................................................................................ 35
4.1.2 Deskripsi Sistem Pencahayaan ......................................................................... 36
4.1.3 Kuesioner .......................................................................................................... 39
4.1.4 Analisis Pencahayaan ....................................................................................... 39
4.1.5 Analisis Kualitas Pencahayaan ......................................................................... 41
4.1.6 Analisis Pencahayaan Terkait Selling Point ..................................................... 42
4.2 BreadLife .................................................................................................................... 43
4.2.1 Penjelasan Singkat Tenant ................................................................................ 43
4.2.2 Deskripsi Sistem Pencahayaan ......................................................................... 44
4.2.3 Kuesioner .......................................................................................................... 47
4.2.4 Analisis Pencahayaan ....................................................................................... 47
4.2.5 Analisis Kualitas Pencahayaan ......................................................................... 49
4.2.6 Analisis Pencahayaan Terkait Selling Point ..................................................... 49
4.3 J.CO Donuts & Coffee ............................................................................................... 51
4.3.1 Penjelasan Singkat Tenant ................................................................................ 51
4.3.2 Deskripsi Sistem Pencahayaan ......................................................................... 52
4.3.3 Kuesioner .......................................................................................................... 56
4.3.4 Analisis Pencahayaan ....................................................................................... 56
4.3.5 Analisis Kualitas Pencahayaan ......................................................................... 58
4.3.6 Analisis Pencahayaan Terkait Selling Point ..................................................... 59
5. KESIMPULAN .............................................................................................................. 61
DAFTAR REFERENSI .................................................................................................... 63
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 65
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
xi Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Cahaya dan Spektrum Warna 6
Gambar 2.2 Warna RGB dan CMY 7
Gambar 2.3 Diagram Kualitas Pencahayaan 13
Gambar 2.4 Penerapan Pencahayaan Aksen 16
Gambar 2.5 Penerapan Pencahayaan Efek 17
Gambar 2.6 Penerapan Pencahayaan Dekoratif 17
Gambar 2.7 Penerapan Pencahayaan Arsitektural 18
Gambar 2.8 Jenis Lampu Pijar dan Halogen 21
Gambar 2.9 Lampu HID (Merkuri, Metal Halide dan Sodium) 23
Gambar 2.10 Detail Kepingan LED 24
Gambar 2.11 Teknik Peletakan pada Luminaire Downlight 25
Gambar 2.12 Bentuk Reflektor 26
Gambar 2.13 Jenis Luminaire Wallwasher 26
Gambar 2.14 Jenis Luminaire Ceiling & Floor Washlight 27
Gambar 2.15 Jenis Luminaire Spotlight 28
Gambar 2.16 Jenis Luminaire Uplight 28
Gambar 2.17 Jenis Louver Luminaire 29
Gambar 4.1 Suasana Tenant Nokia Store 36
Gambar 4.2 Denah Lampu Nokia Store 36
Gambar 4.3 Tampak dan Area Kasir Tenant Nokia 37
Gambar 4.4 Lampu LED Kabinet dan LED Track Spotlight 38
Gambar 4.5 Tampilan Produk Nokia Store 41
Gambar 4.6 Denah dan Denah Lampu BreadLife 43
Gambar 4.7 Suasana Tenant BreadLife Emporium 44
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
xii Universitas Indonesia
Gambar 4.8 Tampak Depan dan Papan Merek BreadLife 45
Gambar 4.9 Potongan Lampu Rak BreadLife 46
Gambar 4.10 Lampu Spotlight Halogen pada Area Pajangan 46
dan Fluorescent pada Rak Bawah
Gambar 4.11 Pajangan Roti BreadLife 50
Gambar 4.12 Denah dan Denah Perspektif JCO Emporium 51
Gambar 4.13 Tampak Depan Tenant J.CO Emporium 52
Gambar 4.14 Jenis Lampu Gantung pada J.CO Emporium 54
Gambar 4.15 Pencahayaan Efek di J.CO Emporium 55
Gambar 4.16 Denah Plafon J.CO Emporium 55
Gambar 4.17 Suasana Area Makan J.CO Emporium 58
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Arti Warna 8
Tabel 2.2 Perbandingan Besaran Efficacy Tiap Jenis Lampu 19
Tabel 2.3 Perbandingan Suhu Warna 19
Tabel 2.4 Jenis dan Karakteristik Lampu 24
Tabel 3.1 Klasifikasi Pusat Perbelanjaan 30
Tabel 3.2 Aspek Penting Pencahayaan Ritel 33
Tabel 3.3 Nilai Illuminance Ruang Komersial 34
Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Nokia Store 39
Tabel 4.2 Hasil Kuesioner BreadLife 47
Tabel 4.3 Hasil Kuesioner J.CO Donuts & Coffee 56
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
xiv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Kuesioner Studi Kasus 65
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perilaku konsumtif telah menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan
dewasa ini. Perkembangan sektor ekonomi dan komersial ikut memberi andil
dalam membentuk perilaku konsumtif tersebut. Menjamurnya pembangunan dan
meningkatnya jumlah pusat perbelanjaan menjadi indikator pertumbuhan sektor
komersial dan ekonomi di kawasan perkotaan khususnya di Jakarta. Seiring
dengan fenomena tersebut, usaha komersial yang ada juga semakin berkembang
dan bertambah banyak jenisnya.
Banyaknya tipe dan jenis produk ruang komersial atau tenant dalam suatu
pusat perbelanjaan membuat konsumen mempunyai banyak pilihan dan
pertimbangan dalam berbelanja. Dengan pilihan yang beragam tersebut,
ekspektasi konsumen untuk berbelanja dengan suasana dan pengalaman yang
nyaman serta berbeda meningkat signifikan. Hal ini membuat tiap tenant yang ada
dalam suatu pusat perbelanjaan berlomba untuk menerapkan strategi terbaik yang
dapat menciptakan selling point dan daya tarik tersendiri dalam menarik minat
pengunjung untuk datang dan membeli produk atau jasa ruang komersial tersebut.
Selling point suatu ruang komersial sendiri dapat dibentuk melalui
perspektif ilmu pemasaran dan perspektif desain. Aspek desain dan fisik dapat
membentuk suasana dan presentasi visual dari interior ruang komersial yang dapat
mempengaruhi evaluasi afektif konsumen dan keputusan dalam membeli
(Langrehr, 1991). Aspek desain dari suatu ruang komersial telah berkembang
menjadi salah satu cakupan area arsitektur yang dinamis, menarik dan telah
menjadi bahan pertimbangan dalam strategi pasar ruang komersial. Pencahayaan
menjadi salah satu bagian dari aspek interior desain dan fisik untuk menciptakan
suasana dan mood sehingga dapat menimbulkan niat konsumen dalam membeli
dan membentuk pengalaman secara umum (Christiaans et al, 2008).
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
2
Universitas Indonesia
Disinilah peran pencahayaan buatan diperlukan dalam membantu
membentuk tenant ruang komersial untuk menarik pengunjung. Pencahayaan
buatan memiliki banyak peranan penting terkait aspek estetika, psikologis,
penciptaan suasana serta bentukan suatu ruang. Aspek ini dapat diaplikasikan
untuk mendukung strategi dagang ruang komersial dalam meningkatkan selling
point.
Cahaya dapat mempengaruhi perhatian pengunjung, mengekspos produk
secara optimal, menjadi sebuah orientasi toko serta dapat mempengaruhi perilaku
pengunjung. Pencahayaan buatan juga dapat memberikan penampilan luar dan
dalam yang berbeda dari suatu ruang komersial sehingga belanja menjadi suatu
pengalaman yang lebih dari sekedar pengalaman berbelanja biasa (World of
Shopping, 2008). Aplikasi pencahayaan buatan yang tepat akan mampu
mendukung konsep pasar ruang komersial dalam menciptakan selling point atau
bahkan menjadi selling point itu sendiri.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan
apa saja peran pencahayaan buatan pada beberapa tipe tenant yang ada di pusat
perbelanjaan terkait korelasinya dengan selling point. Selain itu tulisan ini juga
ingin membahas bagaimana aplikasi pencahayaan buatan yang dapat menciptakan
selling point tenant, kemudian seberapa besar peran pencahayaan tersebut di tiap
contoh tipe tenant yang dikaji dalam satu pusat perbelanjaan.
Penulis berharap tulisan ini dapat membuka wawasan dan menambah
pengetahuan pembaca akan pentingnya aplikasi pencahayaan buatan yang tepat
terhadap selling point suatu tenant.
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Pembahasan pencahayaan buatan pada tulisan ini mencakup pencahayaan
buatan berdasarkan teori umum cahaya, teknik pencahayaan, sistem pencahayaan,
dan jenis unit lampu. Pembahasan selanjutnya kemudian dibatasi pada bagaimana
aplikasi teori tersebut pada ruang komersial dan terhadap selling point yang ada di
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
3
Universitas Indonesia
dalam tenant pusat perbelanjaan. Studi kasus terkait bahasan teori dan tujuan
penulisan dilakukan pada tenant di satu pusat perbelanjaan daerah Jakarta Utara
yaitu pada pusat perbelanjaan Emporium Pluit.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan dimulai dengan melakukan studi pustaka dasar teori
pencahayaan buatan yang berisi teori umum pencahayaan, elemen-elemen
pencahayaan, sumber dan teknik pencahayaan buatan. Dari kajian dasar tersebut,
kemudian dilakukan kajian teori yang lebih spesifik yaitu pencahayaan buatan dan
selling point tenant pada pusat perbelanjaan.
Selanjutnya dilakukan studi kasus pada ruang komersial yang berada di
satu pusat perbelanjaan (tenant) dengan beberapa klasifikasi tipe produk yang
dijualnya. Dengan pengklasifikasian tipe tenant, maka akan terklasifikasi juga
jenis aktivitas apa yang dilakukan pengunjung, fokus pencahayaan buatan pada
ruang komersial dan suasana seperti apa yang ingin dicapai. Penulis membagi
tenant menjadi tiga tipe, yaitu tenant yang menjual produk berupa barang
elektronik, makanan, dan area makan (beserta makanannya).
Tujuan utama pengklasifikasian tipe ruang komersial ini adalah untuk
mengetahui perbedaan peran pencahayaan buatan di masing-masing tipe sehingga
dapat diambil kesimpulan tipe tenant apa yang dapat memaksimalkan peran
pencahayaan buatan terkait pembentukan selling point.
Proses studi kasus pertama-tama dilakukan melalui survei langsung ke
lokasi untuk pendataan, dokumentasi, pengukuran nilai illuminance dengan alat
light meter dan pengamatan pada tenant. Selanjutnya dilakukan wawancara pada
penjaga tenant atau pengelola tenant untuk mengetahui rincian informasi yang
relevan dengan topik tulisan. Wawancara juga dilakukan pada beberapa
pengunjung tenant untuk mengetahui opini mereka seputar pembahasan materi
studi kasus. Langkah terakhir dalam pengamatan lapangan adalah penyebaran
kuesioner pada pengunjung tenant yang akan dijadikan sebagai alat penarik
kesimpulan dari analisis dan data teori yang akan dilakukan setelah proses survei
lapangan selesai.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
4
Universitas Indonesia
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Menjelaskan masalah atau isu yang ingin dibahas, berisi rangkuman
pertanyaan terhadap permasalahan. Bab ini juga menjelaskan secara singkat teori
dan metode apa yang ingin digunakan dalam penulisan.
BAB 2 PENCAHAYAAN BUATAN
Menjelaskan teori dasar pencahayaan buatan seperi sifat cahaya, warna,
kualitas cahaya. Selain itu akan dijelaskan juga sistem dan teknik pencahayaan,
jenis lampu dan juga perangkat dari lampu.
BAB 3 PENCAHAYAAN BUATAN DAN SELLING POINT TENANT DI
PUSAT PERBELANJAAN
Memaparkan definisi tenant serta teori pencahayaan buatan yang relevan
dengan perannya dalam menciptakan selling point tenant yang ada di pusat
perbelanjaan.
BAB 4 STUDI KASUS
Bab ini berisi hasil analisis penulis mengenai peran pencahayaan buatan
dalam membantu membentuk selling point tenant di pusat perbelanjaan. Akan
dianalisis beberapa studi kasus berdasarkan klasifikasi tipe produk yang dijual.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi hasil akhir dari karya tulis berupa kesimpulan penulis yang didapat
dari analisis, wawancara dan kuesioner pada studi kasus.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
5 Universitas Indonesia
BAB 2
PENCAHAYAAN BUATAN
2.1 DASAR TEORI PENCAHAYAAN
2.1.1 Definisi Cahaya
Cahaya merupakan pancaran energi yang dikeluarkan oleh partikel yang
berselang dan mestimulasi retina sehingga menimbulan sensasi visual (The
IESNA, 2000). Menurut kamus besar bahasa Indonesia, cahaya adalah sinar atau
terang (dari sesuatu yg bersinar seperi matahari, bulan, lampu) yang
memungkinkan mata menangkap bayangan benda-benda di sekitarnya.
2.1.2 Kuantitas Cahaya
Cahaya sendiri mempunyai satuan ukuran yang dapat diukur dan dihitung
antara lain (Lighting Fundamental, 1997):
Luminous Flux/Flux Cahaya
Flux cahaya (satuan lumen) adalah besaran total cahaya yang
diradiasikan oleh suatu sumber cahaya atau light output. Suatu sumber
cahaya/lampu memiliki tingkat lumen efficacy (Lumen/Watt) yang berbeda-
beda yang dapat menentukan besaran cahaya (light output) yang dapat
dipancarkan. Semakin tua umur lampu, tingkat lumen yang dihasilkan juga
bisa semakin menurun.
Luminous Intensity/Intensitas Cahaya
Luminous Intensity adalah besaran flux cahaya yang dipancarkan atau
diteruskan langsung pada arah dan sudut tertentu. Satuan dari intensitas
cahaya adalah candela.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
6
Universitas Indonesia
Illuminance/Light Level
Besaran flux cahaya yang jatuh pada permukaan bidang pantul. Untuk
menghitung tingkat illuminance suatu ruangan bisa dilakukan melalui alat
light meter yang diletakan di permukaan bidang pantul. Illuminance
mempunyai satuan lux didapat dari rumus lumen dibagi luasan bidang (lm/sf =
lumen/square foot).
Luminance
Besaran flux cahaya yang bersumber dari permukaan bidang pantul
(distribusi cahaya berupa pantulan). Satuan dari luminance adalah candela/m².
2.1.3 Warna
Warna adalah salah satu bentuk cahaya atau radiasi gelombang
elektromagnetik yang dihasilkan dari cahaya matahari yang berwarna putih.
Sensasi dari warna disebabkan oleh energi cahaya elektromagnetik yang membuat
stimulasi fisik yang masuk kedalam mata kita (The IESNA, 2000, p. 156).
Gambar 2.1 menunjukan objek dengan spektrum warna saat diberi cahaya
putih, merah, hijau dan biru. Terlihat bahwa elemen warna hijau mengambil porsi
terbanyak dalam spektrum warna.
Gambar 2.1 Cahaya dan Spektrum Warna
Sumber: Architectural Rendering with 3ds max and Vray, 2010, hal. 7-8.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
7
Universitas Indonesia
Additive Primaries (RGB)
Warna primer cahaya terdiri dari warna merah, hijau, dan biru. Warna
cahaya ini dapat menjadi elemen penghasil warna sekunder, antara lain warna
magenta (merah dengan biru), cyan (hijau ditambah biru), dan kuning (merah
dengan hijau) yang disebut “additive”. Warna sekunder cahaya yang
dihasilkan oleh warna primer jika disusun dengan proporsi yang tepat akan
menghasilkan cahaya putih. Warna dari televisi adalah salah satu contoh dari
pencampuran warna cahaya (The IESNA, 2000).
Subtractive primaries (CMY)
Warna primer dalam pigmen atau zat warna terdiri dari warna magenta,
cyan, dan kuning (disebut subtractive primaries) atau warna sekunder dari
cahaya. Warna-warna ini akan menghasilkan warna hitam jika ketiganya
dipertemukan di satu titik karena semua cahayanya terserap. Filter zat warna
dapat menyerap satu dari warna primer cahaya dan memantulkan dua warna
lainnya (contoh: warna kuning menyerap biru dan
memancarkan/memantulkan warna merah dan hijau) (The IESNA, 2000).
Gambar 2.2 Warna RGB dan CMY
Sumber: IESNA Lighting Handbook, 2000, hal 177.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
8
Universitas Indonesia
2.1.3.1 Arti warna
Menurut Langrehr (1991), warna merupakan salah satu bagian dari aspek
interior, fisik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi afektif dan perilaku
seseorang khususnya konsumen suatu toko. Maka dari itu dalam merancang
interior dan pencahayaan suatu ruang komersial, pemahaman akan warna harus
dikuasai terlebih dahulu agar konsep dagang ruang komersial tersebut tidak salah
sasaran.
Berikut adalah arti, simbol dan peran warna secara psikologis yang juga
dapat dipakai dalam desain pencahayaan buatan :
Tabel 2.1 Arti Warna
Sumber: www.color-wheel-pro.com/color-meaning.html
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
9
Universitas Indonesia
2.1.4 Persepsi
Persepsi adalah kemampuan manusia untuk mengenali dan menilai sesuatu
hal dan lingkungan melalui kelima inderanya.
Persepsi Visual
Menurut Pile (1995), persepsi visual adalah bagaimana mata dan tubuh
kita bekerja dalam membangun pengertian mental mengenai suatu objek,
ruang dan keadaan. Selain mata, pergerakan tubuh juga sangat penting dalam
membentuk suatu persepsi visual. Karena untuk memahami sebuah ruang,
tidak cukup hanya melihat, kita harus masuk ke dalamnya. Semenjak
pergerakan adalah sebuah sekuensial, tentu saja tidak mungkin terlepas dari
waktu.
Impresi Visual
Impresi visual merupakan kelanjutan dari persepsi visual. Persepsi visual
yang sudah diterima, akan masuk ke dalam otak dan menjadi suatu memori
lalu membentuk impresi tersendiri bagi setiap orang. Suatu objek dapat
terlihat hidup, diam, tertekan, gembira dan sebagainya tergantung pada
pemahaman dan pengalaman yang dirasakan sebelumnya (Pile, 1995).
Contohnya, warna jingga dan merah (warna api) menyebabkan kita merasa
hangat, intim.
2.1.5 Silau
Sensasi yang ditimbulkan oleh tingkat luminance dalam area pandang
yang tingkatnya lebih besar dibandingkan dengan tingkat luminance yang dapat
diadaptasi oleh mata kita akan menimbulkan rasa tidak nyaman, perasaan
terganggu dan penurunan performa visual (The IESNA, 2000).
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
10
Universitas Indonesia
Gandslandt & Hofmann (1992) membagi silau menjadi dua jenis antara lain:
Disability Glare
Disability Glare adalah kondisi yang membuat penurunan performa visual
dan jarak pandang akibat tingkat luminance yang tinggi dan berlebihan dalam
suatu cakupan area pandang.
Discomfort Glare
Discomfort glare terjadi ketika individu secara tidak sadar terdistraksi oleh
tingkat luminance yang tinggi sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman
namun tidak berhubungan dengan performa visual.
Berdasarkan sumber dan asal cahayanya silau dibagi menjadi dua, antara lain:
Silau langsung
Silau langsung adalah kondisi dimana sumber silau terlihat secara
langsung. Dari kasus ini tingkat kesilauan tergantung dari besaran luminous
intensity sumber silau tersebut.
Silau tidak langsung
Silau tidak langsung merupakan efek silau yang sumbernya berasal dari
pantulan bidang tertentu. Contoh silau pantulan: silau yang dihasilkan pada
layar monitor atau material relflektif yang membuat perasaan tidak nyaman
bagi yang melihatnya (discomfort glare).
2.2 KUALITAS PENCAHAYAAN
Kualitas pencahayaan yang baik dapat memaksimalkan performa visual,
komunikasi interpersonal dan mempengaruhi perilaku orang di dalamnya.
Kualitas pencahayaan memiliki tiga pendekatan, yaitu melalui bidang ekonomi
dan lingkungan, kebutuhan manusia dan arsitektur (The IESNA, 2000, p. 448-
450).
Arsitektur
Pencahayaan terjadi pada konteks arsitektur, baik itu interior maupun
eksterior.“Architecture is the wise, correct and magnificent play of volumes
collected together under the light” kutipan dari Le Corbusier tersebut
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
11
Universitas Indonesia
menegaskan bahwa arsitektur tidak dapat dipisahkan dari elemen cahaya.
Pencahayaan bukan berperan sebagai pelengkap desain, namun telah
berkembag menjadi bagian dari desain yang utama. Pengalaman ruang,
estetika bangunan, dan visualisasi ruang hanya bisa dialami melalui
keberadaan pencahayaan.
Ekonomi dan Lingkungan
Biaya seringkali mempengaruhi pilihan dalam menentukan sistem
pencahayaan yang akan dipakai. Biasanya pembeli sangat sensitif terhadap
investasi di awal (contohnya dalam memilih lampu). Namun sebenarnya
instalasi, operasional dan biaya perawatan dapat melampaui investasi awal
pada lampu tersebut. Pencahayaan yang baik harus memikirkan faktor
ekonomis ini. Investasi pada lampu harus memikirkan tingkat efektifitas dan
performa lampu yang sebanding dengan biaya awal yang dikeluarkan. Selain
aspek ekonomis, pencahayaan juga harus memikirkan dampak terhadap
lingkungan sekitar. Menurut Greenship pencahayaan harus menerapkan aspek
efisiensi energi, kesehatan dalam ruangan serta memakai material yang ramah
lingkungan.
Kebutuhan Manusia
Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan untuk membentuk kualitas
pencahayaan yang baik berdasarkan aspek kebutuhan manusia yang
dipengaruhi pencahayaan:
1. Visibility/Jarak Pandang
Kemampuan untuk menangkap informasi sudut pandang visual dan
seberapa jauh kita dapat melihat daerah sekeliling kita. Dalam hal ini,
peran pencahayaan sangat penting dalam mengatur tingkat/jarak
pandangan.
2. Task Performance/ Performa Aktivitas
Pencahayaan harus mampu memfasilitasi aktivitas yang
dilakukan manusia sehingga performa kerja mereka dapat berjalan
dengan baik.
3. Mood and Atmosphere/ Perasaan dan Suasana
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
12
Universitas Indonesia
Kebutuhan akan suasana dan mood dipengaruhi juga oleh suasana
pencahayaan didalamnya. Suasana seperti relaksasi, kepuasan,
stimulasi dapat dipengaruhi dan diatur oleh bagaimana pencahayaan
didalamnya. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku orang didalamnya
secara tidak langsung.
4. Visual Comfort/ Kenyamanan visual
Kenyamanan visual adalah salah satu kebutuhan dasar manusia
yang dapat mempengaruhi keempat elemen pencahayaan untuk
kebutuhan manusia lainnya seperti task performance, health and
safety, dan mood and atmosphere. Aktivitas dan tipe tempat dapat
mempengaruhi kenyamanan visual dalam suatu area. Sebagai contoh,
pekerja kantoran akan merasa tidak nyaman dengan cahaya yang
menyilaukan dari instalasi pencahayaan, namun cahaya yang
berkilauan di dalam diskotik justru dapat membuat orang didalamnya
semakin bersemangat.
5. Aesthetic Judgment
Pencahayaan dapat mengkomunikasikan suatu arti/pesan,
memperkuat pola dan ritme dalam arsitektur, memaksimalkan warna,
pencahayaan juga dapat membentuk suatu sosial hirarki dari suatu
tempat. Dengan demikian pencahayaan bisa menjadi elemen yang
membantu menciptakan estetika dari elemen lain, bisa pula menjadi
estetika itu sendiri.
6. Health, Safety, and Well-Being
Meskipun kebutuhan akan hal ini cukup penting dalam
pencahayaan, elemen ini seringkali dilupakan. Pencahayaan,
khususnya pencahayaan buatan memiliki banyak efek yang kurang
baik terhadap kesehatan pada kondisi tertentu, hal ini harus terus
diperhatikan oleh para desainer dan produsen pencahayaan buatan.
Beberapa elemen penting ini tetap tergantung pada konteks,
dimana pencahayaan itu akan ditempatkan. Contohnya dalam suatu
pabrik, estetika akan lebih dikesampingkan daripada aspek kesehatan
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
13
Universitas Indonesia
dan keamanan, pendekatan ini jelas berbeda jika membahas
pencahayaan ruang komersial.
7. Social communication
Sebagian besar komunikasi manusia merupakan komunikasi non
verbal. Contohnya adalah facial recognition atau pengenalan ekspresi
wajah dalam tempat yang membutuhkan security lighting, pada hak ini
tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah cahaya didalamnya tetapi juga
oleh pengaturan cahaya dan bayangan yang cukup pada wajah subjek.
Gambar 2.3 Diagram Kualitas Pencahayaan
Sumber: The IESNA Lighting Handbook, 2000, hal 449.
2. 3 PENCAHAYAAN BUATAN
Pencahayaan memegang peran utama dalam membentuk lingkungan
visual ruang. Pencahayaan buatan merupakan salah satu cara untuk membentuk
visualisasi ruang dalam maupun ruang luar dengan menggunakan energi bukan
matahari (World of Shopping, 2008). Kualitas pencahayaan dalam suatu ruang
dapat diukur dan dihitung lewat teori pencahayaan secara matematis atau
menggunakan teori kualitatif melalui kajian persepsi manusia. Desain
pencahayaan buatan yang bertujuan untuk membentuk kondisi perseptual yang
dapat membuat kita bekerja dengan efektif dan nyaman, mempengaruhi perasaan
dan perilaku kita dalam suatu lingkungan visual serta dapat menambah unsur
estetika dalam ruangan (Gandslandt & Hofmann, 1992, p. 28).
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
14
Universitas Indonesia
2.3.1 Pendekatan Pencahayaan Buatan
Dalam pencahayaan buatan, tipe fungsi suatu ruang dan jenis aktivitas
yang terjadi membuat pencahayaan buatan didalamnya memiliki pendekatan atau
fokus tersendiri agar peran pencahayaan dalam mendukung fungsi ruang dapat
teroptimalkan.
Pencahayaan Kuantitatif
Pencahayaan kuantitatif menekankan pada tingkat illuminance dan
tipe lampu yang dapat memaksimalkan performa visual ruang, memiliki
produktivitas tinggi dan biaya operasional yang terjangkau.
Konsep dari pencahayaan kuantitatif dimulai dari illuminance sebagai
pusat ukuran penilaian, diikuti dengan keseragaman warna cahaya,
kualitas bayangan dan tingkat kesilauan (Gandslandt & Hofmann, 1992, p.
110). Pendekatan ini membuat visualiasi dalam ruang dapat teroptimalkan
sehingga kegiatan dan pekerjaan dalam ruang menjadi maksimal pula.
Pencahayaan Kualitatif
Merupakan pendekatan dalam desain pencahayaan yang ditemukan
oleh Richard Kelly dengan memadukan konsep perseptual psikologi dan
stage lighting. Pencahayaan kualitatif menghadirkan suatu kualitas
pencahayaan berbeda yang dibutuhkan untuk fungsi tertentu yang dapat
mempengaruhi persepsi visual seseorang lebih dalam (Gandslandt &
Hofmann, 1992, p. 24).
Kelly membagi pencahayaan kualitatif ke dalam tiga fungsi dasar
(World of Shopping, 2008):
1. Ambient Light
Dalam pencahayaan kualitatif, ambient light berperan sebagai
latar belakang atau kanvas dari suatu ruangan yang akan diisi oleh
beberapa teknik pencahayaan lainnya. Fungsi utamanya adalah
untuk memenuhi visualisasi umum dalam ruangan yang
mendukung terjadinya aktivitas sesuai dengan jenis/konteks
ruangan.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
15
Universitas Indonesia
2. Focal glow
Teknik dengan cahaya langsung yang dipakai untuk
menekankan suatu objek, area dan zona spesifik dari suatu ruang
serta menciptakan hirarki persepsi seseorang. Area yang ingin
ditekankan dalam suatu ruangan akan disinari dengan intensitas
cahaya tertentu yang membuat hirarki fokus seseorang akan lebih
tertuju pada area tersebut dibandingkan area lain yang dijadikan
sebagai latar belakang.
3. Play of brilliants
Merupakan efek pencahayaan dekoratif dengan menggunakan
permainan warna, pola dan perubahan dinamis cahaya sehingga
menciptakan suasana dan pengalaman berbeda dari suatu ruang.
2.3.2 Sistem Pencahayaan Buatan
Sistem pencahayaan buatan terdiri dari sistem pencahayaan buatan primer
dan sekunder. Sistem pencahayaan buatan primer merupakan elemen pencahayaan
fungsional yang berperan sebagai elemen penerangan utama secara keseluruhan
didalam ruang. Sistem pencahayaan buatan sekunder sendiri berkaitan dengan
elemen pendukung pencahayaan utama yang mengarah pada efek estetis ruangan
(Philips Lighting, 1993, p. 154).
Sistem Pencahayaan Buatan Primer
1. Pencahayaan Umum (General Lighting)
Sistem pencahayaan ini memberikan illuminance pada
seluruh ruangan dengan derajat intensitas cahaya yang sama.
Keuntungan dari sistem ini adalah fleksibilitas yang baik untuk
area kerja, kelemahannya adalah efisiensi cahaya yang rendah
karena tingkat cahaya yang sama besarnya di area kerja dan area
lainnya yang tidak terlalu membutuhkan cahaya.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
16
Universitas Indonesia
2. Pencahayaan Setempat (Localized Lighting)
Seperti pencahayaan umum, pencahayaan setempat juga
berperan dalam menerangi seluruh area ruangan namun dengan
luminaire yang telah disesuaikan untuk area kerja tertentu.
3. Pencahayaan Umum dan Setempat
Sistem pencahayaan yang menghasilkan cahaya dengan
intensitas yang lebih tinggi pada area kerja. Penggunaan tipe
pencahayaan ini dapat memfasilitasi kegiatan yang memerlukan
kebutuhan visual yang kritis dan kebutuhan intensitas cahaya
sekitar 1000 lux atau lebih.
Sistem Pencahayaan Sekunder
1. Pencahayaan Aksen (Accent Lighting)
Sistem pencahayaan yang digunakan untuk menerangi area
kecil atau objek tertentu. Pencahayaan akan didistribusikan pada
arah tertentu yang membutuhkan penerangan. Prinsip dari sistem
ini hampir sama dengan pendekatan kualitatif pencahayaan focal
glow.
Gambar 2.4 Penerapan Pencahayaan Aksen
Sumber: Erco Guide: Designing Light, hal 47.
2. Pencahayaan Efek (Effect Lighting)
Pencahayaan efek berfungsi untuk menciptakan cahaya yang
atraktif sehingga yang ditonjolkan dalam sistem pencahayaan ini
adalah pencahayaannya bukan objek yang diterangi. Salah satu teknik
pencahayaan efek adalah melalui pencahayaan tidak langsung pada
plafon (cove lighting) maupun pencahayaan dengan menyamarkan
cahaya dan menyebarkannya melalui pencahayaan diffuse.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
17
Universitas Indonesia
Gambar 2.5 Penerapan Pencahayaan Efek
Sumber: www.neoneon.co.th
3. Pencahayaan Dekoratif (Decorative Lighting)
Sistem pencahayaan yang menjadikan lampu dan luminaire/rumah
lampu sebagai objek yang dijadikan sebagai unsur estetika dalam ruangan.
Gambar 2.6 Penerapan Pencahayaan Dekoratif
Sumber: Diktat Kuliah Tata Cahaya, semester gasal 2010/2011
4. Pencahayaan Arsitektural (Architectural Lighting)
Sistem pencahayaan ini berfungsi untuk menonjolkan elemen
arsitektural baik itu struktur, elemen dekoratif maupun interior dalam
ruang.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
18
Universitas Indonesia
Gambar 2.7 Penerapan Pencahayaan Arsitektural
Sumber: Erco Guide: Designing Light, hal 37.
2.3.3 Lampu
Lampu merupakan salah satu sumber cahaya buatan yang umum
digunakan. Lampu mempunyai banyak jenis berdasarkan karakteristik, fungsi,
cara kerja, dan tipe cahaya yang dihasilkan.
2.3.3.1 Karakteristik Lampu
Berikut adalah karakteristik yang dimiliki lampu berdasarkan buku
Lighting Fundamentals (1997):
1. Efficacy
Efficacy dari sebuah lampu adalah jumlah lumens yang dikeluarkan lampu
dibagi dengan jumlah watt yang dibutuhkan oleh lampu tersebut. Satuannya
adalah lumens per watt (lm/W). Semakin besar efficacy lampu, semakin kecil
energi listrik yang digunakan.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
19
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 Perbandingan Besaran Efficacy Tiap Jenis Lampu
Sumber: Diktat Philips Green Lighting
2. CRI (Color Rendering Index)
Color Rendering Index (CRI) merupakan skala relatif (skala 0-100) yang
mengindikasikan seberapa besar kesamaan cahaya yang dipersepsikan dengan
warna aslinya. Semakin tinggi nilai CRI maka akan semakin kecil kemungkinan
perubahan dan distorsi warna yang terjadi.
3. Color Temperature (Suhu Warna)
Color Temperature adalah istilah yang menjelaskan tingkat hangat atau
dingin suatu cahaya. Warna yang hangat memiliki suhu warna yang lebih kecil,
sedangkan warna yang dingin cenderung memiliki suhu warna yang lebih tinggi.
Tabel 2.3 Perbandingan Suhu Warna
Sumber: Diktat Kuliah Tata Cahaya, semester gasal 2010/2011.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
20
Universitas Indonesia
2.3.3.2 Jenis Lampu
1. Lampu Pijar (Lampu Incandescent)
Lampu incandescent atau lampu pijar merupakan lampu tipe radiator
termal yang akan menghasilkan cahaya ketika dipanaskan melalui energi
listrik sehingga filamen atau kawat tipis dalam bola lampu menyala. Lampu
pijar memiliki suhu warna yang rendah sehingga menghasilkan warna yang
hangat. Suhu dari filamen bisa mencapai 3000K tergantung tipe lampu dan
besar watt. Spektrum yang terus menerus dari lampu pijar menghasilkan CRI
yang tinggi. Lampu pijar juga dapat diatur tingkat keredupannya (dimmed)
dengan mudah tanpa menggunakan peralatan kontrol tertentu.
Disamping keunggulan tersebut, lampu pijar mempunyai beberapa
kelemahan, diantaranya; memiliki efficacy yang rendah, sangat boros dan
panas karena energi listrik yang dikonversi menjadi energi cahaya hanya
sebesar 7% sisanya dikonversi menjadi energi panas, dan mempunyai umur
lampu yang pendek. (Gandslandt & Hofmann, 1992, p. 45).
(a) Lampu halogen
Lampu halogen merupakan tipe lampu pijar yang berisi tambahan gas
halogen. Gas halogen membuat kerja filamen menjadi lebih efisien
sehingga dapat menghindari penghitaman kaca lampu karena proses
penguapan filamen. Lampu halogen memiliki cahaya yang lebih putih
dibanding lampu pijar biasa (3000-3300K). Nilai CRI lampu halogen yang
sangat baik (90-100 persen), maka dari itu lampu ini cukup populer
digunakan dalam aplikasi pencahayaan ritel khususnya untuk display dan
accent lighting (Gandslandt & Hofmann, 1992).
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
21
Universitas Indonesia
Gambar 2.8 Jenis Lampu Pijar dan Halogen
Sumber: The IESNA Lighting Handbook, Ninth Edition. 2000, hal 241.
2. Lampu Discharge Bertekanan Rendah
Cahaya dari lampu ini terbentuk dari tegangan listrik yang dialirkan pada
dua elektroda yang terletak pada tabung lampu yang berisi gas kimia. Lampu
ini memiliki intensitas tekanan gas rendah, sehingga untuk mendapat kekuatan
cahaya yang cukup lampu jenis ini sangat bergantung pada ukuran dan volume
lampu. (Gandslandt & Hofmann, 1992, p. 52-54).
(a) Lampu Fluorescent
Lampu berisi gas merkuri dengan permukaan yang dilapisi bubuk
fosfor untuk mengubah radiasi UV menjadi cahaya yang dapat dilihat.
Lampu fluorescent mempunyai tingkat efficacy dan umur lampu
yang sangat baik. Lampu ini juga memiliki warna lampu yang beragam.
Selain berbentuk pipa memanjang (TL), lampu jenis ini juga tersedia
dalam bentuk yang lebih praktis yang dinamakan lampu compact
fluorescent (CFL). Cahaya yang dihasilkan lampu ini merupakan cahaya
diffuse atau menyebar sehingga cocok untuk pencahayaan seragam/merata
untuk area lebih luas dibandingkan untuk pencahayaan aksen.
Pencahayaan menyebar ini juga hanya menghasilkan sedikit bayangan.
(Gandslandt & Hofmann, 1992, p.53) .
3. Lampu Discharge Intensitas Tinggi
Lampu discharge bertekanan tinggi (HID) terdiri dari komponen tabung
dalam lampu yang berisi gas argon, xenon dan material logam yang diberi
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
22
Universitas Indonesia
tekanan tinggi sehingga enghasilkan radiasi UV yang kemudian diubah
menjadi cahaya dalam tabung terluar. Berikut adalah tipe lampu HID (IESNA,
2000, p. 270-274):
(a) Lampu Merkuri
Lampu merkuri akan menyala sempurna jika merkuri dalam tabung
telah menguap sepenuhnya. Oleh karena proses tersebut, lampu jenis ini
butuh waktu beberapa saat hingga lampu dapat menyala sempurna, selain
itu jika lampu mati, untuk bisa dinyalakan kembali dibutuhkan waktu 3
hingga 7 menit agar suhu lampu dapat turun dan tekanan gas bisa kembali
normal.
Lampu merkuri mempunyai warna cahaya yang cenderung
berwarna putih kebiruan, sangat bagus dalam menerangi objek berwarna
biru, hijau dan kuning, namun kurang baik dalam menampilkan warna
merah dan jingga. Jenis lampu ini memiliki nilai CRI yang rendah
sehingga agak kurang cocok dipakai untuk aktivitas manusia dalam
ruangan. Lampu merkuri biasa dipakai untuk pencahayaan taman karena
jenis cahayanya yang bagus dalam menampilkan warna hijau pada
tanaman. Selain itu lampu ini juga mempunyai rata-rata umur lampu yang
cukup panjang.
(b) Lampu Metal Halide
Lampu metal halide memiliki karakteristik yang sama dengan lampu
merkuri, perbedaannya terletak pada tambahan metal halide di dalam
tabung selain gas argon dan merkuri. Penambahan elemen tersebut
membuat efficacy dari lampu ini meningkat pesat dibandingkan dengan
lampu merkuri biasa (75-125 lumens/watt).
Lampu ini memiliki CRI yang cukup baik, mempunyai warna lampu
yang bervariasi tergantung material apa yang ditambahkan dalam tabung
namun warna dari lampu dapat berubah seiring umur lampu berjalan dan
dalam waktu dimming.
(c) Lampu Sodium Bertekanan Tinggi
Lampu ini disusun oleh dua selubung atau tabung lampu. Tabung
pertama merupakan material yang dapat bertahan terhadap suhu tinggi dari
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
23
Universitas Indonesia
sodium dan memiliki titik lebur yang tinggi. Tabung ini berisi gas xenon
dan sedikit logam merkuri-sodium yang sebagian menguap ketika lampu
mulai dioperasikan.
Lampu high pressure sodium standar menghasilkan suhu warna
sekitar 1900 hingga 2200 K dan mempunyai nilai CRI yang cukup rendah
dengan nilai 22. Nilai CRI dapat ditingkatkan paling sedikit 65 angka
dengan cara menambah tekanan dari sodium, hanya saja umur dari lampu
dan efficacy lampu dapat berkurang. Lampu sodium bertekanan tinggi
biasa dipakai untuk lampu jalan, stadion, dan area outdoor lain yang tidak
membutuhkan nilai CRI tinggi.
Gambar 2.9 Lampu HID (Merkuri, Metal Halide dan Sodium)
Sumber: The IESNA Lighting Handbook Ninth Edition, 2000, hal 271-274.
4. Lampu LED
Lampu LED (Light Emitting Diodes) merupakan teknologi semikonduktor
yang mampu memberikan energi cahaya yang 10 kali lebih efisien dibandingkan
lampu pijar biasa.
Dalam aplikasinya, LED mengkonversi energi listrik secara langsung
menjadi energi cahaya. Lampu LED juga disebut sebagai “solid state lighting”
karena cahaya dipancarkan melalui material solid berupa kumpulan material
semikonduktor berbeda. Lampu LED sangat ideal dalam menghasilkan cahaya
dengan bermacam-macam warna, oleh karena itu lampu ini banyak dipakai untuk
lampu dekorasi dan papan merek komersial (Dubay, et al: 2008, p. 10).
Kepingan LED dapat disusun menjadi sebuah unit lampu dengan bentuk
yang sama seperti unit/bola lampu (bulp) fluorescent, parabolik halogen, lampu
pijar sehingga dapat dipasang pada beberapa jenis rumah lampu. Lampu LED
mempunyai umur lampu yang sangat baik yaitu 30.000 hingga 50.000 jam.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
24
Universitas Indonesia
Gambar 2.10 Detail Kepingan LED
Sumber: http://www.fiberopticproducts.com/Led.ht14.gif
Tabel 2.4 Jenis dan Karakteristik Lampu
Sumber: Diktat Kuliah Tata Cahaya, 2011
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
25
Universitas Indonesia
2.3.4 Luminaire
Luminaire atau rumah lampu adalah perangkat untuk menghasilkan,
mengkontrol dan mendistribusikan cahaya dari lampu. Suatu unit pencahayaan
yang lengkap terdiri dari satu atau banyak lampu, alat optikal yang didesain untuk
mendistribusikan cahaya, socket untuk memposisikan lampu, melindungi lampu,
mengkoneksikan lampu pada energi listrik, dan komponen mekanikal yang
diperlukan sebagai pelengkap luminaire (The IESNA, 2000).
2.3.4.1 Jenis Luminaire
Berikut adalah jenis dan teknik peletakan luminaire (Gandslandt &
Hofmann, 1992, p. 94-103):
Downlight
Sesuai dengan namanya, cahaya downlight diarahkan secara dominan
dan langsung ke arah bawah atau bidang kerja. Terdapat beberapa tipe
luminaire downlight berdasarkan teknik peletakan lampunya antara lain,
ceiling surface mounted, yaitu diletakan pada permukaan plafon. Recessed
downlights, luminaire yang ditanam kedalam permukaan plafon. Pendant,
adalah tipe downlight yang biasanya digantung. Wall mounted luminaire,
downlight yang dipasang pada dinding. (Gambar dari kiri ke kanan:
Recessed, semi-recessed, surface, pendant, wall mounted).
Gambar 2.11 Teknik Peletakan pada Luminaire Downlight
Sumber: HandBook of Lighting Design, 1992, hal 95.
Downlights tersedia dalam beberapa tipe distribusi cahaya.
Contohnya, narrow beam downlight menghasilkan cahaya dengan kualitas
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
26
Universitas Indonesia
untuk area yang kecil namun dapat meminimalisir masalah kesialauan
karena kecuraman sudutnya. Beberapa downlight memiliki tambahan
perangkat louver di dalam lubang reflektor yang dapat memberi
perlindungan ekstra terhadap silau. Pada gambar 2.12, bisa dilihat bahwa
penggunaan reflektor yang berbeda dapat menghasilkan sudut distribusi
cahaya yang berbeda pula.
Gambar 2.12 Bentuk Reflektor
Sumber: HandBook of Lighting Design, 1992, hal 95.
Washlight
Merupakan jenis luminaire yang menghasilkan distribusi cahaya
asimetrikal yang tidak hanya mengarah secara langsung secara vertikal
kebawah, tetapi juga pada permukaan tertentu.
Berikut adalah beberapa jenis washlight:
1. Wallwasher, jenis washlight yang mendistribusikan cahaya
ke arah dinding. Teknik peletakan wallwasher bisa dengan
recessed maupun surface mounted luminaire.
Gambar 2.13 Jenis Luminaire Wallwasher
Sumber: HandBook of Lighting Design, 1992, hal 100.
2. Ceiling washlight, jenis washlight yang dirancang untuk
menyorot plafon untuk menciptakan kualitas cahaya secara
tidak langsung (indirect). Biasanya luminaire ini
menggunakan jenis lampu tungsten halogen atau lampu
discharge bertekanan tinggi.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
27
Universitas Indonesia
3. Floor Washlight, adalah jenis washlight yang digunakan
sebagai pencahayaan di koridor atau sejenis area sirkulasi
lainnya. Floor washlight biasanya dipasang pada dinding
dan biasanya pada ketinggian yang rendah.
Gambar 2.14 Jenis Luminaire Ceiling & Floor Washlight
Sumber: HandBook of Lighting Design, 1992, hal 101.
Spotlight
Luminaire yang menghasilkan distribusi cahaya dengan menggunakan
sistem pencahayaan aksen pada area atau objek spesifik. Selain dapat
dipasang dengan cara recessed, spotlight merupakan tipe luminaire yang
juga dapat dipindah-pindah lokasinya sesuai kebutuhan (movable
spotlight).
Untuk bisa dipindah-pindah posisinya, spotlight membutuhkan unit
lampu tambahan yang disebut track. Track luminaire dirancang untuk
meletakan lampu pada posisi tertentu yang berfungsi sebagai lampu sorot
atau washlight.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
28
Universitas Indonesia
Gambar 2.15 Jenis Luminaire Spotlight
Sumber: HandBook of Lighting Design, 1992, hal 96-102.
Uplight
Luminaire yang mendistribusikan cahaya ke arah atas. Uplight dapat
digunakan sebagai sumber pencahayaan tidak langsung dengan cara
menyorot permukaan plafon atau tembok sehingga pantulan cahaya ke
bidang tersebut dapat menyinari ruangan. Uplight dapat dipasang dalam
permukaan lantai maupun dinding. Selain itu luminaire uplight juga bisa
dikombinasikan dengan downlight (up-downlight).
Gambar 2.16 Jenis Luminaire Uplight
Sumber: HandBook of Lighting Design, 1992, hal 97.
Louver Luminarie
Luminaire jenis ini dirancang untuk lampu CFL dan fluorescent yang
berfungsi sebagai anti-glare yaitu alat yang dapat meminimalisir kesilauan.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
29
Universitas Indonesia
Kontrol cahaya pada luminaire ini diatur oleh reflektor yang membuat
cakupan distribusi cahaya menjadi lebar dan luas.
Gambar 2.17 Jenis Louver Luminaire
Sumber: HandBook of Lighting Design, 1992, hal 97-98.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
30 Universitas Indonesia
BAB 3
PENCAHAYAAN BUATAN DAN SELLING POINT TENANT DI PUSAT
PERBELANJAAN
3.1 Pusat Perbelanjaan dan Tenant
Menurut The International Council of Shopping Centers (ICSC), pusat
perbelanjaan didefinisikan sebagai kumpulan dari ritel dan jenis perusahaan
komersial lainnya yang terencana, dikembangkan, dimiliki dan dikelola sebagai
suatu unit properti.
The International Council of Shopping Centers (ICSC) juga membagi
pusat perbelanjaan kedalam delapan tipe utama, antara lain:
Tabel 3.1 Klasifikasi Pusat Perbelanjaan
Sumber: ICSC Shopping Center Definitions, 1999
Lynda dan Tong (2005) mendefiniskan tenant sebagai pihak yang
membayar sejumlah biaya atau menyewa untuk mendapatkan hak guna atas
sebuah tanah, bangunan atau properti lain dari pemiliknya. Dalam pusat
perbelanjaan, tenant dapat diartikan sebagai pihak peritel yang menyewa atau
membeli unit-unit toko atau ruang yang tersedia di pusat perbelanjaan tersebut.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
31
Universitas Indonesia
Tenant di sebuah pusat perbelanjaan dapat diklasifikasikan berdasarkan tiga
aspek yaitu (Lynda & Tong, 2005, p. 51):
a. Type of Store
Klasifikasinya antara lain: anchor tenant, franchise, chain stores
dan independent owners. Anchor tenant adalah tenant yang
menyewa area paling besar di sebuah pusat perbelanjaan. Biasanya
sebuah pusat perbelanjaan memiliki beberapa anchor tenant.
Franchise adalah tenant yang termasuk jenis usaha waralaba.
b. Size and Operation Requirement
Pengklasifikasian tenant dilihat berdasarkan ukuran dan keperluan
operasionalnya. Pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:
toserba, pakaian (apparel), apotek (pharmacy), pasar swalayan,
makanan dan minuman ringan.
c. Type of Merchandise
Pengklasifikasian tenant berdasarkan jenis produk yang dijualnya
(barang maupun jasa).
3.2 Selling Point
Pusat perbelanjaan yang memiliki tenant dalam jumlah banyak dan jenis
beragam membuat konsumen mempunyai banyak pilihan dalam berbelanja.
Untuk itu, potensi dan kualitas yang ada pada tenant harus dimaksimalkan.
Dibutuhkan strategi untuk dapat menarik konsumen yaitu melalui pembentukan
selling point . Selling point adalah faktor dan kualitas yg dimiliki dan ditawarkan
suatu ruang komersial sehingga konsumen tertarik untuk berkunjung dan
memunculkan kemungkinan pembelian oleh konsumen (Oxford, 2012).
Lynda dan Tong mengklasifikasi faktor-faktor apa yang dapat menjadi
daya tarik dari suatu tenant, antara lain:
Kualitas
Kualitas tenant dapat dilihat dari keunggulan fasilitas dan peralatan yang
disediakan, serta kualitas produk yang ditawarkan tenant tersebut. Tampilan
dan suasana tenant juga dapat menjadi bagian dari kualitas fasilitas yang
ditawarkan.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
32
Universitas Indonesia
Harga
Tingkat harga yang ditawarkan tenant terhadap produk mereka juga dapat
menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen
Lifestyle
Kesesuain tenant dengan gaya hidup saat ini menjadikan tenant tersebut
dapat memenuhi kebutuhan konsumen sesuai target pasar.
Pelayanan
Pelayanan yang baik (sopan, ramah, cekatan, dapat diandalkan) juga
menjadi faktor lain yang menjadikan daya tarik tenant.
Klasifikasi daya tarik tersebut menjadi salah satu acuan, aspek apa saja yang
kira-kira mempunyai korelasi dengan pencahayaan dan aspek mana yang bisa
dibantu dan dimaksimalkan oleh pencahayaan buatan.
3.3 Pencahayaan Buatan Untuk Komersial Tipe Ritel
Terdapat tiga tujuan utama dari pencahayaan pada ruang komersial, antara
lain (The IESNA, 2000, p 217) :
Pencahayaan Harus Menarik Perhatian Konsumen
Cara pertama dalam proses menjual produk adalah menarik perhatian
pengunjung untuk masuk kedalam area ruang komersial tersebut. Pencahayaan
dapat membentuk impresi visual yang cepat melalui penampilan dari toko tersebut
yang kemudian akan membawa konsumen untuk masuk ke area toko tersebut.
Display produk dan interior dari toko menjadi elemen yang sangat penting dalam
menarik konsumen.
Pencahayaan Harus Memfasilitasi Konsumen Dalam Mengevaluasi
Produk Toko
Cara selanjutnya adalah, bagaimana pencahayaan dapat membuat konsumen
secara visual dapat terfasilitasi dalam proses berbelanja dan memilih produk.
Pencahayaan harus bisa menampilkan karakteristik produk secara maksimal dari
segi tekstur, warna, kualitas, dan membaca label produk.
Pencahayaan Harus Memfasilitasi Konsumen Hingga Proses
Berbelanja Berakhir
Dalam suatu studi yang dilakukan di Inggris oleh Down (1970) menemukan
bahwa aspek pelayanan dalam suatu ritel lebih penting dalam membentuk
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
33
Universitas Indonesia
pandangan konsumen terhadap ritel tersebut dibandingkan faktor desain
(Langrehr, 1991, p. 428).
Maka dari itu aspek pelayanan menjadi aspek yang harus diperhatikan dalam
proses berbelanja dari awal hingga akhr transaksi. Pencahayaaan harus dapat
memfasilitasi transaksi secara cepat dan akurat seperti mencatat penjualan dalam
pembukuan toko, menyediakan kemasan, membaca harga, penggunaan kartu
kredit. Aspek ini sama pentingnya dengan kedua aspek lain diatas.
Tabel 3.2 Aspek Penting Pencahayaan Ritel
Sumber: The IESNA Lighting Handbook Ninth Edition, 2000
3.4 Pencahayaan Buatan Untuk Tenant Restoran
Tipe tenant yang menyediakan area makan (restoran) berdasarkan The IESNA
(2000) dibagi menjadi 3 tipe antara lain: intimate, leisure dan quick service.
Tipe area makan intimate, termasuk cocktail lounge, nightclubs dan
beberapa restoran di dalamnya merupakan tempat dimana orang orang
berkumpul, bersantai, dihibur dan tentu saja untuk dapat makan dan
minum. Tipe ini memiliki karakter ruang yang lembut dengan luminance
yang rendah dengan beberapa objek/area yang disorot. Tingkat dan
distribusi cahaya harus dikontrol secara baik. Pada tipe area makan ini
suasana menjadi aspek yang penting dalam menciptakan karakter intimate
itu sendiri. Menurut Kotler (1973) suasana toko dapat membentuk citra
suatu toko kedalam pikiran konsumen, jika citra yang dibentuk positif
maka hal tersebut dapat meningkatkan jumlah konsumen untuk berbelanja
di toko tersebut (Langrehr, 1991, p. 429).
Tipe leisure adalah tipe area makan yang mencakup banyak restoran,
dimana aktivitas makan menjadi aktivitas yang paling penting.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
34
Universitas Indonesia
Pencahayaan umum pada tipe restoran ini tidak terlalu menonjol, kecuali
jika ada fitur yang harus disorot sebagai bagian dari tema dekorasi.
Tingkat illuminance pada tipe restoran ini cukup sedang (50 sampai 100
lux) namun pengontrolan terhadap silau sangat diperlukan.
Tipe quick service dining space terdiri atas lunchroom, kafetaria, snack
bars dan restoran dengan tipe pelayanan terhadap pengunjung yang cepat.
Tingkat illuminance cukup tinggi (500 sampai 1000 lx) dan distribusi
yang seragam dapat digunakan untuk menekankan rasa ekonomi dan
efisiensi.
Khusus untuk restoran yang menghadirkan area pajangan makanan, tempat
pajangan harus disorot dengan cahaya yang terang sehingga dapat menarik
perhatian pembeli dan membiarkan mereka untuk melihat secara jelas detail
makanan yang ditawarkan. Nilai CRI lebih penting bagi makanan yang segar
(fresh food) dibanding dengan makanan dalam kemasan. Sebaiknya tingkat
illuminance yang dipakai pada pajangan makanan paling sedikit dua kali lebih
tinggi daripada area sekitarnya.
Tabel 3.3 Nilai Illuminance Ruang Komersial
Sumber: The IESNA Lighting Handbook, Ninth Edition. 2000
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
35 Universitas Indonesia
BAB 4
STUDI KASUS
Studi kasus dilakukan pada pusat perbelanjaan tipe superregional center
yaitu pada pusat perbelanjaan Emporium Pluit, Jakarta Utara. Penulis
mengklasifikasi tenant untuk studi kasus berdasarkan type of merchandise atau
jenis produk yang dijual oleh tenant tersebut. Tipe tenant yang dikaji antara lain,
tenant yang menjual produk berupa barang elektronik, makanan, dan restoran
(area makan dan makanannya). Tenant-tenant yang dipilih adalah Nokia Store,
BreadLife, dan J.CO. Selain berdasarkan tipe barang yang dijual, tenant tersebut
juga dipilih berdasarkan pertimbangan, tenant apa yang mampu menarik perhatian
penulis saat mengelilingi pusat perbelanjaan Emporium, yaitu saat bertindak
sebagai pengunjung biasa. Data kuantitatif berupa nilai illuminance di area tenant
yang diukur dengan alat light meter diambil pada hari Jumat, 29 Juni 2012 pada
pukul 15.00-16.30.
4.1 NOKIA STORE
Tenant ini merupakan tipe tenant yang menjual barang elektronik, yaitu
telepon genggam. Nokia Store yang akan dibahas pencahayaannya terletak di
pusat perbelanjaan Emporium Pluit Lantai 1.
4.1.1 Penjelasan Singkat Tenant
Nokia adalah merek telepon genggam asal Finlandia yang merupakan
salah satu pelopor era telepon genggam di Indonesia. Nokia Store adalah gerai
resmi Nokia yang menjual produk dan aksesoris dari telpon genggam tersebut.
Beberapa desain Nokia Store yang ada sekarang (termasuk yang ada di Emporium
Pluit), dirancang dengan nuansa ponsel terbaru mereka yaitu Nokia Lumia
(Widiartanto, 2012).
Konsep dari Nokia Store adalah menghadirkan panduan yang mudah bagi
pengunjung, jalur masuk yang terbuka, pencahayaan redup dan tidak silau (low-
glare) sehingga toko ini dapat menghadirkan suasana rileks dan pengalaman yang
memuaskan untuk pengunjung (Ghosh, 2007).
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
36
Universitas Indonesia
Gambar 4.1 Suasana Tenant Nokia Store
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.2 Denah Lampu Nokia Store
Sumber: Dokumentasi Pribadi
4.1.2 Deskripsi Sistem Pencahayaan
Sistem Pencahayaan pada Tampak (Facade) dan Area Kasir
Tampak depan dari Nokia Store tidak banyak menghadirkan elemen dekorasi,
baik dalam bentuk dekorasi interior maupun berupa pencahayaan buatan. Tampak
depannya terdiri dari pintu masuk yang dibuat lebar dan terbuka serta partisi kaca
berisi poster reklame sebagai alat promosi dan alat informasi dari produk Nokia.
Elemen pencahayaan buatan yang ada pada area tampak hanya berupa papan
merek (signboard) dari tenant Nokia Store. Papan merek (signboard) yang ada
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
37
Universitas Indonesia
pada Nokia Store terdapat di area pintu masuk dan area kasir. Papan merek ini
terbuat dari material akrilik yang diberi pencahayaan dengan jenis lampu LED
yang diletakan di dalam akrilik mengikuti bentuk tulisan. Penggunaan
pencahayaan pada papan merek berfungsi sebagai penegas dan penanda merek
tenant serta penarik perhatian pengunjung.
Pencahayaan untuk menerangi area kasir sendiri berasal dari pendaran
lampu papan merek yang ada di belakangnya dan juga pantulan lampu spotlight
yang mengarah pada dinding bertekstur yang juga terletak di belakang kasir.
Track spotlight sengaja diarahkan ke dinding untuk mengekspos tekstur
bergelombang dari dinding.
(a) (b)
Gambar 4.3 (a) Tampak; (b) Area Kasir Tenant Nokia
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sistem Pencahayaan pada Area Pajangan (Display)
Area meja display atau pajangan memakai sistem pencahayaan aksen yang
bertujuan untuk mengekspos tampilan produk. Jenis lampu yang dipakai adalah
lampu LED dengan luminaire jenis track spotlight. Dengan sistem track
penempatan lampu dapat diatur lebih leluasa dan dapat disesuaikan dengan
peletakan produk. Track spotlight yang ada pada tenant ini tidak semuanya
beroperasi karena ada beberapa lampu yang memang tidak berfungsi atau rusak.
Selain pada meja pajangan (display), area pajangan (display) juga terdapat pada
kabinet di beberapa sisi tenant. Pencahayaan di area pajangan pada kabinet
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
38
Universitas Indonesia
menggunakan lampu LED dengan jenis recessed spotlight yang ditanam pada
bidang kabinet.
Pencahayaan pada tenant ini lebih fokus pada pencahayaan aksen yang
berfungsi untuk mengekspos produk. Oleh karena itu, pencahayaan umum pada
area ini bersifat tidak merata dan mempunyai illuminance ruangan dengan tingkat
terang berbeda tergantung letak produk.
(a) (b)
Gambar 4.4 (a) Lampu LED kabinet; (b) Lampu LED Track Spotlight
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Sistem Pencahayaan pada Elemen Dekoratif
Dinding kabinet memakai sistem pencahayaan efek sebagai elemen dekoratif.
Cahaya efek berfungsi untuk mempertegas warna interior toko yang berwarna-
warni, sesuai dengan konsep warna ponsel terbaru mereka, yaitu “Nokia Lumia”.
Lampu yang digunakan pada pencahayaan efek ini adalah lampu jenis fluorescent
dengan suhu warna dingin. Lampu ini diletakkan berjajar dibelakang tiap kaca.
Tiap kaca diberi tempelan stiker berwarna merah, merah jambu dan ungu untuk
menyamarkan cahaya dan bentuk lampu selain berfungsi juga sebagai elemen
dekoratif. Selain ditempel oleh tempelan stiker warna-warni, di beberapa titik
kaca kabinet diberi tempelan poster reklame berupa informasi spesifikasi dan
detail produk.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
39
Universitas Indonesia
4.1.3 Kuesioner
Kuesioner dibagikan pada 20 responden secara acak yang merupakan
pengunjung Nokia Store Emporium Pluit, hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Nokia Store
Sumber: Dokumentasi Pribadi
4.1.4 Analisis Pencahayaan
Analisis Pencahayaan pada Tampak Tenant (Facade) dan Area Kasir
Partisi berisi poster reklame merupakan elemen pada facade Nokia Store
yang cukup dominan, akan tetapi penampilan elemen ini kurang didukung oleh
pencahayaan yang baik. Tidak adanya pencahayaan khusus pada poster membuat
poster menjadi tampak gelap dan kurang menarik untuk dievaluasi informasinya
oleh pengunjung. Melalui pengukuran dengan alat light meter, tingkat illuminance
yang dihasilkan pada area sekitar pintu masuk adalah sebesar 65,8 lux. Rata-rata
nilai illuminance di area ini sudah sesuai dengan standar illuminance jalur
sirkulasi menurut the IESNA yaitu sebesar 50-100 lux, namun angka ini masih
cukup kecil untuk menerangi suatu objek seperti objek reklame yang butuh
penerangan lebih besar.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
40
Universitas Indonesia
Pencahayaan khusus yang digunakan pada papan reklame atau poster
biasanya menggunakan sistem pencahayaan efek yang menyorot reklame dari
dalam atau pencahayaan aksen yang menyorot dari luar. Permasalahan elemen
facade partisi poster ini berimbas pada tampilan luar tenant yang menjadi agak
gelap pada bagian partisi. Namun masalah ini tertolong oleh area open entrance
yang lebih dominan pada area tampak, sehingga interior warna-warni di dalam
tenant bisa terlihat dengan jelas dari luar.
Pada area kasir, tingkat illuminance-nya terbilang cukup rendah yaitu 67,4
lux. Area kasir ini belum memenuhi standar illuminance untuk area kasir menurut
the IESNA (300-500 lux). Secara persepsi visual, untuk melakukan aktivitas yang
biasa dilakukan pada area kasir seperti menulis, membaca dan menghitung uang,
area ini bisa dibilang kurang nyaman. Pencahayaan pada area kasir ini belum
memenuhi tujuan pencahayaan buatan pada ruang komersial menurut IESNA
pada bab 3.3 bahwa pencahayaan harus memfasilitasi konsumen hingga proses
berbelanja berakhir.
Analisis Pencahayaan pada Area Pajangan (Display)
Berdasarkan hasil kuesioner, 20% responden berpendapat bahwa pencahayaan
pada tenant Nokia ini terlalu terang, sedangkan 65% responden beranggapan biasa
saja. Melalui wawancara dengan beberapa pengunjung yang berpendapat terlalu
terang, mereka mengatakan, area display pada kabinet merupakan area yang
paling silau di tenant ini. Kesilauan pada area ini salah satunya disebabkan oleh
penggunaan material papan tempat meletakan produk yang sifatnya reflektif
terhadap cahaya. Selain itu, penempatan lampu pada belakang produk yaitu pada
dinding kaca juga membuat area ini tampak lebih silau. Penyebab lainnya adalah
jarak lampu recessed spotlight pada kabinet yang terlalu dekat dari produk.
Tampilan produk menjadi tidak fokus karena memiliki terang yang berlebihan dan
sama dengan sekitarnya. Nilai rata-rata illuminance di sekitar area ini adalah
112,6 lux.
Pada area meja pajangan (display), pengunjung Nokia store merasa lebih
nyaman dalam melihat produk dibandingkan pada area kabinet. Jarak meja
pajangan dan sumber cahaya yang cukup jauh membuat produk Nokia pada area
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
41
Universitas Indonesia
ini cukup nyaman untuk dilihat. Tingkat keterangan cahaya pada sekitar area meja
display juga cukup baik karena area di sekitarnya lebih gelap dibandingkan
dengan yang berada produk diatas meja. Teknik demikian membuat hirarki fokus
seseorang akan lebih tertuju pada area tersebut, hal ini sesuai dengan prinsip
pencahayaan kualitatif focal glow (World of Shopping, 2008, p. 4).
Pada gambar 4.5 dapat dilihat perbedaan kualitas tampilan produk berdasarkan
tingkat keterangan cahayanya. Gambar 4.5 (a) memiliki tingkat kesilauan yang
lebih tinggi dibandingkan gambar 4.5 (b) yang memiliki illuminance baik untuk
tampilan suatu produk. Perbedaan kualitas cahaya di dua area ini juga
mempengaruhi produk apa yang dipajang disana. Produk baru dan unggulan
diletakan pada area meja (gambar 4.5 (b)) yang memiliki pencahayaan aksen lebih
baik dibandingkan di area kabinet (gambar 4.5 (a)) yang memiliki efek silau.
(a) (b)
Gambar 4.5 Tampilan Produk Nokia Store
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Secara keseluruhan, tenant ini memiliki illuminance level yang redup,
karena tidak memiliki sistem pencahayaan umum. Hal ini sesuai dengan konsep
tenant yang menginginkan suasana yang redup dan rileks.
Analisis Pencahayaan pada Elemen Dekoratif
Penampilan ruang di dalam tenant ini cukup berhasil membuat pengunjung
tertarik untuk masuk ke dalamnya. Hal ini terbukti dari hasil kuesioner, yakni
30% responden beranggapan bahwa penampilan ruang dari tenant yang dapat
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
42
Universitas Indonesia
membuat mereka tertarik untuk masuk ke dalam toko. Tampilan dinding warna-
warni dengan menjadikan warna merah dan warna turunan dari merah (merah
jambu, ungu), membuat perhatian orang yang melewatinya tertuju pada tenant ini.
Warna merah memiliki tingkat visibilitas yang sangat tinggi (Color Meaning,
2002). Warna inilah yang didukung oleh teknik pencahayaan efek menjadi salah
satu elemen dekorasi ruang yang menghadirkan ketertarikan pengunjung.
4.1.5 Analisis Kualitas Pencahayaan
Nokia Store memakai jenis lampu LED pada semua luminaire jenis
spotlight. Penggunaaan lampu jenis ini sesuai dengan penerapan kualitas
pencahayaan terkait aspek ekonomi dan lingkungan. Lampu LED memiliki
efficacy yang sangat tinggi sehingga dapat menghemat energi listrik yang
digunakan. Aspek kualitas cahaya lain yang diterapkan dengan baik adalah aspek
visibility dan aesthetic judgement. Aspek visibility atau kemampuan pandang pada
tenant Nokia sudah memenuhi kriteria. Tingkat dan jarak pandang pada tenant
khususnya pada area pajangan produk Nokia cukup baik karena jumlah lampu
yang cukup banyak dan dapat diatur letaknya. Namun pada beberapa area display
yaitu pada area kabinet, aspek visibility dan visual comfort kurang maksimal
karena cahaya yang terlalu terang dan silau. Silau membuat pandangan pada area
ini menjadi tidak nyaman dan lama kelamaan membuat mata lelah.
Sementara itu, aspek aesthetic judgment terletak pada elemen dekorasi
terutama pada dinding warna-warni yang cukup baik dalam berkolaborasi dengan
pencahayaan buatan.
4.1.6 Analisis Pencahayaan Terkait Selling Point
Peran pencahayaan yang paling besar dalam membentuk selling point pada
tenant Nokia Emporium Pluit adalah dalam membentuk penampilan ruang tenant.
Penampilan ruang tenant merupakan salah satu kualitas dari tenant ini yang dapat
menarik perhatian pengunjung untuk masuk ke dalamnya. Upaya Nokia dalam
membentuk selling point melalui penampilan ruangnya bisa dibilang cukup
berhasil.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
43
Universitas Indonesia
Pencahayaan aksen yang tidak merata tanpa penambahan pencahayaan umum
membuat suasana dalam tenant tampak redup dan terkesan rileks, hal ini sesuai
dengan konsep awal Nokia store yang ingin menampilkan suasana rileks dan
redup.
Meskipun demikian, usaha pencahayaan dalam meningkatkan kualitas produk
dari segi penampilan produknya belum cukup berhasil. Aspek visual comfort dan
visibility yang kurang baik pada beberapa area display membuat kualitas produk
dari segi tampilan tidak dapat dimaksimalkan. Hasil kuesioner juga membuktikan
hanya 5% responden yang mengunjungi Nokia karena penampilan produknya.
Responden cenderung mengunjungi tenant ini karena kualitas produk dan
mereknya yang sudah dikenal serta dari penampilan ruang tokonya. Jadi peran
pencahayaan dalam membantu membentuk selling point dari segi penampilan
produk belum terlalu signifikan.
4.2 BREADLIFE
Tenant ini merupakan tipe tenant yang menjual produk berupa barang
makanan, yaitu roti. Lokasi tenant terletak di area lantai dasar pusat perbelanjaan
Emporium Pluit.
Gambar 4.6 (a) Denah BreadLife ; (b) Denah Lampu BreadLife
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
44
Universitas Indonesia
4.2.1 Penjelasan Singkat Seputar Tenant
BreadLife merupakan toko roti yang mengadaptasi konsep roti ala Jepang.
BreadLife mempunyai konsep desain toko yang ekslusif dengan dapur terbuka
sehingga konsumen dapat melihat proses pembuatan roti dan dapat melihat
kesegaran dari produknya yang baru selesai dipanggang
(www.breadlifebakery.com). Pelayanan pada toko roti BreadLife bersifat self
service, yaitu pengunjung dapat memilih sendiri roti yang tersedia untuk
kemudian dikemas di kasir.
Gambar 4.7 Suasana Tenant BreadLife Emporium
Sumber: Dokumentasi Pribadi
4.2.2 Deskripsi Sistem Pencahayaan
Sistem Pencahayaan pada Tampak Tenant (Facade) dan Area Kasir
Facade gerai BreadLife mempunyai elemen pencahayaan yang terletak pada
papan merek dan lis diatas papan merek tersebut. Lis papan merek menggunakan
sistem pencahayaan efek yang menghasilkan cahaya tidak langsung dan
menyebar. Jenis lampu yang digunakan adalah lampu fluorescent dengan suhu
warna hangat yang disusun secara tumpang tindih sehingga cahaya yang
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
45
Universitas Indonesia
dihasilkan tidak terputus. Penggunaan sistem pencahayaan efek pada lis ini
bertujuan sebagai elemen dekoratif.
Material akrilik yang berisi lampu LED digunakan pada papan merek sebagai
elemen penanda dan penegas merek toko. Papan merek dipasang dengan cara
digantung pada plafon toko.
Area kasir toko memakai lima buah lampu recessed downlight dengan jenis
lampu compact fluorescent suhu warna hangat.
Gambar 4.8 Tampak Depan dan Papan Merek BreadLife
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sistem Pencahayaan pada Area Pajangan (Display)
Sistem pencahayaan yang menjadi fokus utama pada tenant yang menjual
produk roti ini adalah sistem pencahayaan aksen. Penggunaan lampu spotlight
khususnya pada area penjualan menunjukan aplikasi sistem pencahayaan aksen
yang coba diterapkan secara dominan untuk membantu memasarkan produk roti
ini.
Pada area pajangan di dekat pintu masuk, lampu yang digunakan pada rak
meja pajangan adalah lampu halogen dengan luminaire recessed spotlight. Unit
lampu ini ditanam pada plafon gantung dan dapat diatur arah lampunya. Untuk
bagian rak dibawahnya, unit lampu yang digunakan adalah lampu fluorescent
dengan suhu warna hangat yang disusun di sepanjang rak. Untuk area pajangan
lain selain pada area depan, lampu halogen dipasang dengan sistem recessed
spotlight pada plafon biasa (bukan plafon gantung). Pencahayaan di area sirkulasi
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
46
Universitas Indonesia
mendapatkan illuminance dari pantulan dan pendaran lampu spotlight yang
digunakan untuk menyorot produk roti.
Gambar 4.9 Potongan Lampu Rak BreadLife
Sumber: Dokumentasi Pribadi
(a) (b)
Gambar 4.10 (a) Lampu Spotlight Halogen pada Area Pajangan; (b) Lampu Fluorescent pada Rak
Bawah (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Sistem Pencahayaan pada Area Dapur
Dapur terbuka pada BreadLife memakai tipe luminaire diffuse dengan lampu
fluorescent white. Luminaire diffuse ini dipasang hampir diseluruh permukaan
plafon di area dapur.
4.2.3 Kuesioner
Kuesioner dibagikan pada 20 responden secara acak yang merupakan
pengunjung dari tenant BreadLife, hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Kuesioner BreadLife
Sumber: Dokumentasi Pribadi
4.2.4 Analisis Pencahayaan
Analisis Pencahayaan pada Area Kasir
Area kasir memiliki tingkat illuminance yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan area sirkulasi dan display. Pemakaian lampu CFL pada area ini membuat
tingkat illuminance-nya (652,4 lux) tidak sebesar area sirkulasi dan pajangan yang
memakai lampu halogen di banyak titik. Untuk pencahayaan umum area kasir,
penggunaan dua buah lampu CFL downlight ini sudah cukup tepat. Pencahayaan
umum membutuhkan pencahayaan yang merata dan menyebar. Lampu CFL
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
48
Universitas Indonesia
memiliki lapisan bubuk fosfor yang membuat cahaya yang dikeluarkan lampu
menjadi menyebar dan merata sehingga sangat cocok untuk pencahayaan umum.
Berdasarkan hasil wawancara dengan dua orang pengunjung, mereka berpendapat
bahwa pencahayaan di area kasir biasa saja. Mereka mampu melakukan aktivitas
pembayaran dengan nyaman tanpa merasa silau. Hal ini membuktikan peran
lampu CFL beserta luminaire-nya untuk pencahayaan area kasir sudah cukup
baik.
Analisis Pencahayaan pada Area Pajangan (Display)
Berdasarkan hasil kuesioner, 65% responden beranggapan bahwa
pencahayaan pada tenant ini terlalu terang, sedangkan 35% beranggapan biasa
saja. Melalui wawancara dengan seluruh responden kuesioner yang menyatakan
pencahayaan terlalu terang, semua responden berpendapat bahwa pencahayaan
pada tenant ini kurang nyaman. Ketidaknyamanan ini terjadi karena tingkat
cahaya yang terlalu terang sehingga mengganggu pengunjung secara psikologis
maupun fisik. Warna kekuningan berlebihan dari lampu halogen juga dapat
menyebabkan efek mengganggu yang membuat orang merasa semakin tidak
nyaman (discomfort glare).
Pencahayaan yang terlalu terang menyebabkan pencahayaan aksen yang coba
diterapkan pada tenant ini belum cukup berhasil karena tingkat illuminance tiap
area pada ruangan menjadi sama dan merata. Pencahayaan yang merata ini tidak
sesuai dengan prinsip pencahayaan aksen yang seharusnya menonjolkan suatu
objek dengan cahaya sorot sehingga objek tersebut menjadi lebih terang dibanding
sekitarnya.
Cahaya yang terlalu terang pada tenant ini bisa disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain penggunaan lampu halogen dengan watt yang sangat tinggi sehingga
cahaya yang dihasilkan sangat terang. Melalui pengukuran dengan alat light
meter, diperoleh nilai rata-rata illuminance di tenant BreadLife sebesar 853,3 lux.
Angka ini sebenarnya sudah sesuai dengan standar illuminance area display
(pencahayaan untuk objek/barang pajangan) menurut The IESNA yaitu sebesar
500-1000 lux, namun untuk area sirkulasi dan area sekitar rak pajangan, nilai
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
49
Universitas Indonesia
853,3 lux terbilang sangat besar. Hal inilah yang membuat discomfort glare bagi
para pengunjung.
Analisis Pencahayaan Pada Area Dapur
Penggunaan luminaire diffuse hampir diseluruh permukaan plafon
menghasilkan cahaya yang menyebar secara merata. Material akrilik yang dipakai
sebagai diffuser yang membuat cahaya dari lampu menjadi samar. Pendaran
cahaya samar dapat mengurangi tingkat kesilauan lampu yang biasanya dirasakan
ketika kita menatap langsung kearah lampu.
4.2.5 Analisis Kualitas Pencahayaan
Berdasarkan ketentuan The IESNA mengenai kualitas pencahayaan, dari
segi visual comfort, pencahayaan pada tenant khususnya pada area penjualan
belum berhasil menghadirkan kenyamanan secara psikologis (discomfort glare).
Pencahayaan yang terlalu terang membuat suasana menjadi silau. Maka dari itu
aspek ini belum berhasil diterapkan dengan baik dalam tenant.
Meskipun demikian, pencahayaan pada tenant ini cukup memperhatikan
aspek task performance khususnya di area kasir.
4.2.6 Analisis Pencahayaan Terkait Selling Point
Berdasarkan hasil kuisioner 45% responden memilih mengunjungi tenant
karena kualitas produk/merek dari toko sedangkan 35% responden mengunjungi
tenant karena penampilan produknya. Data ini menunjukan bahwa sebagian besar
alasan pengunjung untuk mengunjungi tenant berasal dari produk BreadLife itu
sendiri baik itu dari tampilan maupun kualitas produk dari segi rasa. Oleh karena
itu kualitas produk yang sudah ada tersebut telah mencoba dimaksimalkan oleh
tenant ini melalui penggunaan lampu spotlight dan lampu fluorescent seterang dan
sebanyak mungkin sehingga semua produk dari roti dapat tersorot tanpa
terkecuali.
Penggunaan lampu spotlight yang terang dan merata di sepanjang area
pajangan mampu menambah kualitas tampilan yang sudah ada dari roti BreadLife.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
50
Universitas Indonesia
Lampu sorot yang berwarna kuning membuat tampilan roti yang juga mempunyai
warna dominan kuning menjadi lebih segar dan menarik perhatian. Lampu
halogen yang dipilih sebagai lampu sorot merupakan pilihan yang cukup tepat
karena CRI-nya yang tinggi dan mempunyai warna lampu hangat kekuningan.
Selain itu, cahaya kuning dari lampu fluorescent dan halogen juga menjadi salah
satu kunci selling point produk roti dari segi tampilan karena warna ini mampu
memaksimalkan warna asli roti yang kebanyakan berwarna kuning sehingga
warna kuning dari roti tampak lebih tajam.
Gambar 4.11 Pajangan Roti BreadLife
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dari segi tampilan pencahayaan dalam menarik konsumen, tenant ini
berhasil menarik perhatian 65% responden karena kualitas cahayanya yang sangat
terang, bahkan paling terang dibandingkan pencahayaan tenant lain disekitarnya.
Hal ini membuktikan bahwa pencahayaan sangat terang membuat tenant menjadi
menonjol dan dapat membuat pengunjung tertarik untuk masuk kedalam tenant.
Cara ini cukup berhasil meskipun kenyamanan pengunjung di dalamnya menjadi
terganggu karena cahaya yang terlalu terang dan silau.
Secara keseluruhan, pencahayaan pada tenant telah berhasil menerapkan
ketiga tujuan pencahayaan pada ruang komersial berdasarkan ketentuan The
IESNA yang tercantum pada bab 3.3.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
51
Universitas Indonesia
4.3 J.CO DONUTS & COFFEE
J.CO Donusts & Coffee termasuk dalam tipe tenant yang menjual produk
berupa makanan beserta area makannya. J.CO termasuk dalam kategori tenant
berupa restoran “intimate” yang cocok untuk tempat bersantai dan makan dalam
waktu lama. Lokasi tenant terletak di area lantai dasar pusat perbelanjaan
Emporium Pluit, Jakarta Utara.
4.3.1 Penjelasan Singkat Seputar Tenant
J.CO Donuts & Coffee dimiliki dan dikelola oleh Johnny Andrean Group
yang terinspirasi dari konsep donat yang ada di Amerika Serikat. Gerai J.CO
mempunyai konsep dapur terbuka yang membuat konsumen dapat melihat
berbagai atraksi pembuatan donat langsung dari mencampur bahan sampai donat
tersebut siap untuk dijual. Sasaran dari J.CO Donuts & Coffee adalah kelas sosial
menengah hingga menengah ke atas dengan gaya hidup modern, menggemari
aktivitas sosial serupa hanging out di kafe, serta menggemari makanan dan
minuman dengan merek premium (Safiera, 2010).
(a) (b)
Gambar 4.12 (a) Denah J.CO Emporium ; (b) Denah Perspektif J.CO Emporium
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
52
Universitas Indonesia
4.3.2 Deskripsi Sistem Pencahayaan
Sistem Pencahayaan pada Papan Merek
Sama dengan kebanyakan tenant yang dibahas sebelumnya, elemen
pencahayaan pada facade gerai terdapat papan merek dan lis kayu tempat
melekatnya papan merek tersebut. Papan merek ini menggunakan material sejenis
akrilik berwarna kuning yang didalamnya dipasangi lampu LED, sehingga akan
menciptakan efek pendaran warna yang menarik perhatian dan mudah dilihat dari
kejauhan.
Lis kayu ini diberi elemen pencahayaan dengan menggunakan sistem
pencahayaan efek yaitu teknik cove lighting untuk menonjolkan tekstur kayu dan
juga sebagai elemen pemanis atau dekoratif. Jenis lampu yang digunakan adalah
lampu fluorescent tubular warm yang disembunyikan di sela-sela plafon.
Gambar 4.13 Tampak Depan Tenant J.CO Emporium
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sistem Pencahayaan Area Kasir dan Display
Area kasir pada tenant ini dibagi menjadi dua area, yaitu area kasir yang
melayani jual beli donat serta kasir yang melayani jual beli kopi dan yogurt.
Selain berfungsi sebagai tempat pembayaran, meja pada area kasir juga berfungsi
sebagai meja pajangan untuk menampilkan produk donat dan yogurt.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
53
Universitas Indonesia
Pencahayaan pada meja pajangan donat menggunakan sistem pencahayaan
aksen dengan unit lampu recessed spotlight halogen yang dipasang pada plafon
gantung. Selain memakai cahaya aksen dari spotlight, meja ini juga memakai
pencahayaan efek diffuse dengan memakai lampu fluorescent tubular berwarna
putih dibawah rak-rak tempat meletakan donat. Material rak menggunakan
material akrilik berwarna putih yang sangat baik untuk pencahayaan diffuse.
Pendaran cahaya dari material akrilik menciptakan cahaya menyebar dan menyala
merata yang dapat digunakan sebagai penerangan tambahan dan elemen dekoratif
pada meja pajangan.
Area kasir untuk melayani jual beli yogurt dan kopi, selain dipakai untuk
mendukung aktivitas jual beli, juga berfungsi sebagai tempat untuk memajang
produk yogurt. Sistem dan teknik lampu yang dipakai sama dengan yang
digunakan di area meja pajangan donat.
Sistem Pencahayaan pada Area Makan
Area makan di tenant ini mempunyai tingkat illuminance yang rendah.
Intensitas cahaya yang redup dan remang-remang bertujuan untuk menghadirkan
kesan intim, hangat dan nyaman. Untuk itu, dipakailah sistem pencahayaan
dekoratif dan efek dengan tingkat illuminance yang cukup rendah karena sifatnya
yang dapat menyamarkan cahaya dan menghasilkan cahaya tidak langsung.
Gambar 4.14 (a) merupakan salah satu penerapan sistem pencahayaan
dekoratif pada area makan. Jenis luminaire yang dipakai adalah lampu pendant
yang dipasang pada down ceiling. Material dari luminaire dekoratif menggunakan
kaca berwarna merah yang didalamnya berisi lampu CFL dengan suhu warna
hangat (warm white CFL). Unit lampu ini berfungsi sebagai hiasan pada interior
tenant karena kekuatan cahayanya hanya mampu menghasilkan cahaya yang
berpijar tanpa menerangi meja-meja makan dibawahnya. Selain pencahayaan
dekoratif, pada area makan yang ditampilkan lewat gambar 4.14 (a), digunakan
juga pencahayaan efek dengan unit lampu sorot halogen yang diletakan diatas
plafon gantung. Lampu sorot tersebut diarahkan ke plafon diatasnya. Fungsinya
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
54
Universitas Indonesia
adalah sebagai salah satu elemen hiasan yang menciptakan pola cahaya yang
menarik dan unik pada plafon.
Pencahayaan dekoratif lain yang ada di area makan bisa dilihat pada gambar
4.14 (b). Terdapat tiga buah lampu pendant berukuran besar yang masing-masing
berisi empat buah lampu CFL. Lampu ini tidak menghasilkan pancaran lux yang
besar karena sumber cahaya dari lampu didalamnya diserap oleh material akrilik.
(a) (b)
Gambar 4.14 (a); (b) Jenis Lampu Gantung pada J.CO Emporium
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Selain pencahayaan dekoratif, sistem pencahayaan efek juga dipakai
sebagai salah satu cara untuk menghasilkan cahaya redup, tidak langsung namun
menarik perhatian. Pada gambar 4.15 Bisa dilihat pengaplikasian pencahayaan
efek lewat teknik wallwasher dan background lighting yang menghasilkan cahaya
menerus dan tidak langsung. Lampu fluorescent tubular dengan suhu warna
hangat diletakan secara tersembunyi pada sela-sela plafon dan belakang cermin.
Pantulan dari pencahayaan efek ini dijadikan sumber pencahayaan utama bagi
beberapa titik area makan dengan tingkat illuminance yang tidak terlalu besar,
karena cahayanya yang tidak langsung dan tidak adanya pencahayaan umum yang
merata di area ini.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
55
Universitas Indonesia
Gambar 4.15 Pencahayaan Efek di J.CO Emporium (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Unit lampu recesseed downlight berisi lampu pijar juga digunakan di
beberapa titik area makan sebagai sumber cahaya selain dari wallwasher yang
membantu membentuk illuminance ruangan.
Gambar 4.16 Denah Plafon J.CO Emporium
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
56
Universitas Indonesia
4.3.3 Kuesioner
Tabel 4.3 Hasil Kuesioner J.CO Donuts & Coffee
Sumber: Dokumentasi Pribadi
4.3.4 Analisis Pencahayaan
Analisis Pencahayaan pada Area Kasir dan Area Pajangan
Berdasarkan hasil kuesioner, 35% responden beranggapan bahwa penampilan
produk menjadi alasan mereka untuk mengunjungi tenant J.CO. Alasan tersebut
terlihat dari kualitas tampilan produk J.CO yang segar dan memiliki tampilan
warna yang tajam sehingga mampu mengundang selera. Penggunaan lampu
halogen sebagai alat untuk menyorot produk bisa dibilang cukup tepat, halogen
mempunyai CRI sempurna yang sangat bagus dalam menampilkan warna asli
suatu objek. Dengan nilai CRI yang tinggi, produk J.CO kelihatan lebih cerah,
kelihatan segar dan kelihatan tidak basi, selain itu warna kuning dari lampu juga
sangat baik dalam menampilkan suatu produk makanan.
Selain karena sorotan yang diberikan pada produknya, penggunaan
pencahayaan efek pada meja display melalui pencahayaan efek dari lampu
fluorescent membuat tampilan dari tenant J.CO mampu menarik perhatian orang
dan memusatkannya pada meja display. Hal ini sudah sesuai dengan ketentuan
pencahayaan pada ruang komersial menurut The IESNA (2000) bahwa
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
57
Universitas Indonesia
pencahayaan harus memfasilitasi konsumen dalam mengevaluasi produk suatu
toko.
Papan daftar harga yang terdapat diatas area pajangan belum dimaksimalkan
secara pencahayaan sehingga pengunjung sulit untuk mengevaluasi informasi
yang ada didalamnya. Pencahayaan dari papan harga ini cuma berasal dari
pendaran cahaya lampu sorot dan lampu efek fluorescent yang ada pada meja
pajangan.
Analisis Pencahayaan pada Area Makan
Pencahayaan efek dan dekorasi yang digunakan pada area makan,
menghasilkan cahaya indirect dan diffuse dengan tingkat illuminance yang
rendah. Berdasarkan hasil kuesioner, 45% pengunjung berpendapat bahwa
pencahayaan pada tenant J.CO terasa redup dan intim, sedangkan 30% responden
berpendapat biasa saja. Nilai rata-rata illuminance pada area ini tergolong rendah
yaitu sebesar 31,7-58,4 lux. Tingkat illuminance yang rendah membuat segala
aktivitas yang membutuhkan fokus tinggi menjadi sulit untuk dilakukan pada area
ini. Aktivitas yang membutuhkan fokus tinggi tersebut adalah membaca dan
menulis, yang keduanya merupakan aktivitas sekunder dalam area makan.
Visualisasi pencahayaan untuk aktivitas membaca dan menulis ini terasa kurang
nyaman karena cahaya yang redup akan sulit menampilkan warna asli objek
tulisan maupun gambar dengan sempurna.
Namun tingkat illuminance yang rendah tidak mengganggu aktivitas utama,
yaitu makan dan minum. Pencahayaan redup cukup nyaman untuk penglihatan
jika diaplikasikan pada aktivitas yang tidak terlalu membutuhkan fokus tinggi.
Peranan utama cahaya redup yang digunakan di area makan sebenarnya adalah
untuk menghasilkan kualitas cahaya yang dapat membentuk mood dan suasana
yang positif. Salah satu pengunjung di area ini berpendapat bahwa suasana di area
makan ini dapat membuat dirinya merasa rileks dan betah untuk berlama-lama.
Pernyataan tersebut menunjukan kualitas tenant yang dibentuk oleh suasana
dalam ruangan melalui andil pencahayaan redup dan hangat.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
58
Universitas Indonesia
Perpaduan pencahayaan redup berwarna kuning jingga dengan warna interior
J.CO mampu membentuk suasana yang intim, hangat, menyegarkan, dan rileks.
Warna interior J.CO sendiri sama dengan warna yang ada pada logonya yaitu
coklat dan jingga. Warna coklat dan jingga jika dipadukan dengan cahaya kuning
akan menghasilkan suasana yang lebih hangat. Ketiga warna ini tergolong dalam
suhu warna yang rendah atau warna hangat. Warna hangat akan menciptakan
suasana yang lebih menyegarkan, membawa suasana rileks dan intim
meningkatkan selera makan sesuai dengan arti warna pada bab 2. Berdasarkan
penjelasan diatas, peran pencahayaan dalam pembentukan suasana ruang bisa
dibilang cukup besar.
Gambar 4.17 Suasana Area Makan J.CO Emporium
Sumber: Dokumentasi Pribadi
4.2.5 Analisis Kualitas Pencahayaan
Suasana di tenant ini mampu memberikan impresi visual mendalam bagi
pengunjung. Selanjutnya impresi visual ini akan mempengaruhi perilaku
pengunjung secara sadar maupun tidak sadar untuk mengunjungi tenant ini lagi.
Pernyataan ini terbukti dari hasil kuesioner dimana 30% responden memilih
suasana sebagai faktor yang membuat mereka mengunjungi tenant. Jika faktor
suasana yang dipilih dalam kuesioner, berarti sebelumnya pengunjung sudah
pernah masuk dan merasakan pengalaman suasana dalam ruangan tenant.
Pengalaman dan suasana itulah yang akhirnya menimbulkan impresi visual yang
positif bagi pengunjung sehingga pengunjung yang bersangkutan mau datang
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
59
Universitas Indonesia
untuk kesekian kalinya. Jika merujuk pada aspek kualitas pencahayaan menurut
The IESNA, pencahayaan di tenant J.CO Emporium terbilang cukup berhasil
dalam menerapkan dan menciptakan aspek mood and atmosphere.
Pencahayaan redup seharusnya bisa dilakukan dengan elemen pencahayaan
tambahan yaitu melalui teknik lampu sorot. Pencahayaan teknik ini mampu
membuat area meja mempunyai illuminance yang cukup untuk aktivitas-aktivitas
dengan fokus tinggi tanpa menghilangkan kesan redup dan konsep hangat interior
J.CO.
Untuk aspek task performance, pencahayaan pada tenant seperti yang tampak
pada area makan, area pajangan, dan kasir sudah mampu memfasilitasi aktivitas-
aktivitas yang dilakukan disana. Khusus pada area makan, aktivitas utama untuk
makan dan minum dapat terfasilitasi dengan baik karena tidak membutuhkan
tingkat illuminance yang tinggi. Namun untuk aktivitas tambahan di area makan
seperti membaca dan menulis, pencahayaan pada area ini terlalu redup sehingga
kurang mampu memfasilitasi aktivitas tersebut. Pencahayaan yang terlalu redup
ini juga mempengaruhi aspek visibility dan visual comfort. Pencahayaan yang
redup membuat area ini kurang nyaman untuk aktivitas membaca dan menulis.
Aktivitas membaca dan menulis membutuhkan fokus tinggi sehingga
membutuhkan tingkat pencahayaan yang cukup terang. Meskipun demikian, untuk
aktivitas utama yaitu makan dan minum, pencahayaan redup ini masih terasa
nyaman.
4.3.6 Analisis Pencahayaan Terkait Selling Point
Selain dari aspek kualitas pencahayaan, aspek selling point pada tenant juga
sangat erat kaitannya dengan suasana dan mood yang berhasil diciptakan oleh
tenant J.CO Emporium. Suasana menjadi salah satu alasan yang paling banyak
dipilih pengunjung untuk masuk kedalam tenant J.CO berdasarkan hasil
kuesioner. Sebanyak 30% konsumen mengunjungi tenant ini karena kualitas
suasana yang ditawarkan, terbanyak kedua setelah faktor penampilan produk yang
dipilih responden sebanyak 35%. Hasil kuesioner ini sesuai dengan pernyataan
Kotler (1973) bahwa suasana toko dapat membentuk citra suatu toko kedalam
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
60
Universitas Indonesia
pikiran konsumen, jika citra yang dibentuk positif maka hal tersebut dapat
meningkatkan jumlah konsumen untuk berbelanja di toko tersebut (Langrehr,
1991, p. 429).
Pencahayaan merupakan bagian dari elemen interior yang mampu
menciptakan mood dan suasana positif. Pencahayaan redup dan remang-remang
berwarna kuning jingga cukup sukses menghadirkan suasana positif yang nyaman,
membuat betah, intim, santai dan meningkatkan selera makan. Aspek inilah yang
menjadi selling point dari tenant J.CO yang sukses menarik perhatian pengunjung
untuk mengunjungi tenant, dengan menghiraukan kenyamanan pada aktivitas
tertentu karena cahayanya yang redup. Maka dari itu peran pencahayaan sangat
besar dalam menghasilkan suasana yang menjadi bagian dari selling point J.CO.
Meskipun demikian, produk dari J.CO tetap menjadi daya tarik utama dalam
membentuk selling point dari tenant ini. Dari hasil kuesioner, 35% responden
mengunjungi J.CO karena tampilan dari produknya yang menggoda selera, dan
25% mengunjungi J.CO karena sudah tahu keunggulan dari kualitas produk dan
merek yang dimiliki J.CO. Terkait korelasinya dengan pencahayaan, tampilan dari
produk menjadi salah satu aspek yang menjadi ukuran keberhasilan pencahayaan
dalam membantu membentuk selling point. Donat dan yogurt dengan eskpos
pencahayaan yang sudah dijelaskan sebelumnya mampu membuat tampilan
produk menjadi lebih maksimal serta meningkatkan potensi produk dari segi
warna dan bentuk. Peningkatan kualitas ini menjadi salah satu poin penting
peranan pencahayaan dalam membantu membentuk selling point dari segi
tampilan.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
61 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN
Pencahayaan buatan mempunyai peran yang sangat penting dalam
membantu membentuk selling point sebuah tenant dalam pusat perbelanjaaan.
Perannya pun beragam, mulai dari membantu memaksimalkan penampilan suatu
produk, tampilan ruangan, membantu pembentukan suasana hingga menjadi
selling point itu sendiri.
Pencahayaan pada tenant BreadLife dan J.CO berhasil membuat tampilan
produk menjadi lebih menarik karena pencahayaan aksen yang terang dan merata
serta CRI tinggi, meskipun aspek ini dibantu juga oleh kualitas bentuk dan warna
yang memang sudah dimiliki oleh produknya. Pada tenant Nokia, kualitas
penampilan ruang lebih banyak dimaksimalkan oleh pencahayaan dibandingkan
penampilan produknya. Pencahayaan mampu menonjolkan dinding kabinet
warna-warni menjadi lebih menarik perhatian.
Meskipun sifatnya hanya membantu, peran pencahayaan dalam produk
dan ruang sangatlah vital karena hanya dengan pencahayaan yang baik, kualitas
produk dan ruang secara visual dapat tersampaikan dengan sempurna dan
maksimal kepada pengunjung. Dengan tampilan produk dan ruangan yang baik,
pengunjung akan tertarik untuk mengevaluasi lebih jauh kualitas apa yang
sebenarnya ditawarkan oleh tenant.
Dari aspek pembentukan suasana, peran pencahayaan bukan hanya sekedar
membantu menciptakan selling point. Peran pencahayaan disini memiliki porsi
yang lebih besar untuk mempengaruhi mood dan perasaan seperti yang tampak
pada tenant J.CO. Pencahayaan yang redup (31,7-58,4 lux) dan berwarna jingga
kekuningan pada J.CO mampu menghasilkan mood yang positif sehingga mampu
menarik pengunjung untuk datang. Hasil kuesioner membuktikan bahwa 30%
responden memilih mengunjungi tenant J.CO karena suasana atau kualitas
ruangnya. Meskipun demikian, dalam pembentukan suasana dan mood,
pencahayaan tetap harus berkolaborasi dengan aspek-aspek interior lainnya.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
62
Universitas Indonesia
Pencahayaan buatan juga dapat menjadi salah satu aspek utama dalam
membentuk selling point suatu tenant. Ini berarti kualitas suatu tenant untuk
menarik pengunjung untuk datang ada pada pencahayaan buatan itu sendiri.
Contohnya adalah pada tenant BreadLife dimana pencahayaan yang kuning terang
(853,3 lux) cukup sukses menarik perhatian pengunjung. Sebanyak 65%
responden kuesioner beranggapan bahwa cahaya yang terang mampu membuat
mereka untuk masuk kedalam toko.
Kualitas cahaya yang dijadikan sebagai pembentuk selling point memiliki
peran yang berbeda-beda tergantung tipe tenant dalam menjual produk. Kualitas
pencahayaan yang terlalu terang belum tentu menjadi sesuatu yang buruk. Pada
tenant Nokia, efek cahaya yang terlalu terang menghasilkan efek silau yang
negatif. Pada tenant BreadLife justru pencahayaan yang terlalu terang merupakan
selling point yang mereka punya untuk bisa menarik perhatian pengunjung,
meskipun harus mengorbankan kenyamanan pengunjung didalamnya. Hal ini
terbukti cukup sukses karena kebanyakan pengunjung tidak terlalu menghiraukan
kenyamanan dalam tenant BreadLife karena waktu belanja yang singkat dalam
membeli produk roti. Hal ini tentu berbeda dengan tenant J.CO yang
pengunjungnya melakukan aktivitas lama didalamnya. Cahaya yang terlalu terang
akan membuat mereka tidak betah untuk berlama-lama bersantai, maka dari itu
dipakailah cahaya yang redup di tenant J.CO tersebut.
Penerapan pencahayaan buatan melalui sistem dan teknik yang tepat dapat
menampilkan selling point suatu tenant sehingga pengunjung dapat tertarik untuk
masuk kedalamnya. Penerapan pencahayaan buatan harus tetap memikirkan
konteks dan tipe tenant apa yang ingin ditampilkan selling point-nya. Konteks
tersebut terdiri dari produk apa yang ingin dijual, aktivitas apa yang ada didalam
tenant dan aspek selling point apa yang ingin ditampilkan oleh tenant tersebut.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
63 Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Christiaans, Henri, Cleempoel Van, Katelijn, Koenraad, Quartier. (2008). Retail
design: lighting as an atmospheric tool, creating experiences which influence
consumers’ mood and behaviour in commercial spaces. Sheffield: Design
Research Society Conference, Sheffield Hallam University.
Color Meaning. (2012). Diakses 14 April 2012. http://www.color-wheel-
pro.com/index.html
Diktat Kuliah Tata Cahaya, semester gasal 2010/2011.
Dubay , Gereffi, Lowe. Manufacturing Climate Solutions. (2008). USA: Center
on Globalization, Governance & Competitiveness, Duke University.
Eggert Enrico; Kuhlo Markus. (2010). Architectural Rendering with 3DS max and
Vray.UK: Focal Press.
Gandslandt Rudiger; Harald Hofmann. (1992). HandBook of Lighting Design.
Germany: ERCO Leuchten GmbH.
Ghosh, Sangita. (2007). Nokia Concept Store - Selling a ‘World Class’
experience. Diakses 23 Mei 2012. http://www.indiaretailing.com/nokia-
concept-store.asp
Oxford Language Dictionary Online. (2012). Diakses 17 April 2012.
http://oxforddictionaries.com/
Pile John.F. Interior Design. New York: Harry N. ABRAMS, INC, 1995.
Langrehr, F.Retail Shopping Mall Semiotics and Hedonic Consumption, Didalam:
Holman, R. and Solomon, M. Eds., Advances in Consumer Research, Vol.
18. Provo, UT: Association for Consumer Research, 1991.
Lighting Fundamentals. (1997). USA: EPA's Green Lights Program.
Lynda, Wee Keng Neo; Tong, Kok Wing. (2005). The 4 Rs of Asian Shopping
Centre Management. Singapore: Marshall Cavendish Academic.
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
64
Universitas Indonesia
Safiera, Maya. (3 April 2010). Brand Positioning – J.CO Donuts & Coffe.
Diakses 25 Mei 2012. http://mayasafiera.wordpress.com/2010/04/03/brand-
positioning-j-co-donuts-coffee/
The IESNA Lighting Handbook, Ninth Edition. (2000). USA: Illuminating
Engineering Society of North America.
US DOE. (2012). LED Color Characteristics. Diakses Mei 16, 2012.
http://apps1.eere.energy.gov/buildings/publications/pdfs/ssl/led-
color6characteristics-factsheet.pdf
World of Shopping. Germany: ERCO Leuchten GmbH, 2008
Widiartanto, Yoga. H. (2 Februari 2012). Sambut Lumia, Nokia Indonesia Buka
12 Toko Khusus. Diakses 23 Mei 2012.
http://techno.okezone.com/read/2012/02/02/57/568263/sambut-lumia-nokia-
indonesia-buka-12-toko-khusus
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012
65 Universitas Indonesia
Lampiran 1. Lembar Kuesioner Studi Kasus
Kuesioner ini ditujukan untuk penyusunan skripsi dengan judul “Peran
Pencahayaan Buatan Dalam Membantu Menciptakan Selling Point Tenant-Tenant
di Pusat Perbelanjaan”
1. Apa alasan anda untuk mengunjungi toko ini?
a. Kualitas produk dan mereknya
b. Tampilan/display produk yang menarik pada toko
c. Informasi harga/potongan harga d. Tampilan tempat yang menarik
e. Kualitas tempat/suasana tempat f. Desain pencahayaan yang menarik
g. Lainnya (...........................................................................................................)
2. Bagaimana suasana cahaya yang anda rasakan pada toko ini?
a. Terlalu terang b. Biasa saja c. Redup dan intim d. Terlalu
gelap
e. Menarik/unik f. Lainnya............
3. Apakah tampilan pencahayaan toko ini membuat anda tertarik untuk
masuk kedalam toko?
a. Ya b. Tidak
4. Menurut anda, seberapa penting peran pencahayaan buatan dalam toko
ini?
a. Sangat penting b. Penting c. Biasa saja d. Tidak penting
Peran pencahayaan..., Santoso Adria Setiawan, FT UI, 2012