peran pemerintah yogyakarta dalam mengelola pasar

144
i “Peran Pemerintah Kota Yogyakarta Dalam Mengelola Pasar Kranggan” SKRIPSI Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Yeremias T. Keban Disusun oleh : Cahya Nugroho 09/282981/SP/23634 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

description

sosial

Transcript of peran pemerintah yogyakarta dalam mengelola pasar

  • i

    Peran Pemerintah Kota Yogyakarta Dalam Mengelola

    Pasar Kranggan

    SKRIPSI

    Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Yeremias T. Keban

    Disusun oleh :

    Cahya Nugroho 09/282981/SP/23634

    JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2014

  • ii

    Peran Pemerintah Kota Yogyakarta Dalam Mengelola

    Pasar Kranggan

    SKRIPSI

    Diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada

    Jurusan Ilmu Administrasi Negara

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Universitas Gadjah Mada

    Disusun Oleh :

    Cahya Nugroho

    09/282981/SP/23634

    JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2014

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN

  • iv

    SURAT PERNYATAAN

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Hasil karya kecilku ini aku persembahkan untuk kalian,

    Kedua Orangtuaku & Kakakku, youre the best and

    Thanks God,I proud to be part of this family,

    love you all!!

    Bapak dan Ibuku yang tersayang, Terima kasih atas semua kasih sayang yang kalian berikan untukku, sampai kapanpun aku takkan sanggup membalas semua yang telah kalian berikan, hanya doa dan usahaku untuk membahagiakan kalianlah yang bisa ku lakukan, semoga Allah SWT senantiasa memberikan lindungan dan kesehatan untuk Bapak dan tempat yang ternyaman disurga untuk Ibuku. Untuk Kakakku, yes finally I did it bro!! :toss: :D Untuk teman-temanku, terimakasih buat semuanya! :cheers:

    Cahya Nugroho.

  • vi

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Alhamdulillah puji syukur kehadirat-Mu ya Allah, karena

    atas berkat dan rahmatmu akhirnya hambamu ini saya dapat

    menyelesaikan Skripsi ini.

    Ucapan Terimakasihku untuk: 1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat serta hidayah-Nya yang tiada

    terkira.

    2. Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi tauladan bagi kita semua

    hingga akhir jaman nanti.

    3. Kedua Orangtuaku, Untuk Ibuku Paskahningsih yang telah melahirkan &

    menyayangiku dari pertama kali Ibu melahirkanku hingga kini Ibu telah

    tenang disisi Allah, selamanya Ibu selalu mendapat tempat yang spesial

    dihatiku. Untuk Bapakku Supardi yang telah menyayangiku & mendidikku

    dengan baik, Bapak Ibu anakmu ini udah jadi lulus jadi Sarjana, Cahya pasti

    bisa membahagiakan Bapak!

    4. Kakakku, Arya Anandika nuwun mas buat semuanya, salama ini udah bisa

    jadi Kakak sekaligus penerus Ibu buatku, Cahya wes lulus. Sukses terus

    buat mas Arya & pokoke maturnuwun mas!

  • vii

    5. Teman-temanku, Agung, Ridwan, Reni, Arinal, Rizal, Tria, Ghea, Lely, Lia,

    Andaru, Irma, Rinda, Ririn, Dina, Dida, Rina, Yoyok, Sihum, Yosep, Agus,

    Isna, Apri, Santi, Tia, Samson, Arif, Om Piggy, Rama, Wibi, Mamat, Wagu

    dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas

    bantuan dan dorongan semangat kalian selama ini.

    6. Teman-teman Administrasi Negara 2009, Pak Eko, Lek Guntur, Sofyan

    minoritas, Yerry, Antok, Mbah Jaya, Bagong, Bimo, Vikar, Cino, Dodok,

    Ucup, Jarwo, Pepi, Budi, Amar, Wendi, Libra, Arif, Fafa, Lutfi, Ian, Bravo,

    Aji, Adi, Agung, Adhiatma, Imam, Andika, Sekar, Ainun, Yeyen, Ajeng,

    Teesa, Jeje dan teman-teman lainnya terimakasih buat semuanya dari awal

    kita kuliah sampai saat ini kalian luar biasa!!

    7. Teman-teman KKN PENDIKAR Unit 234C, Eka, Indira, Ineke, Aziz,

    Deni, Hadiyan, moment KKN kita berkesan men!! terimakasih atas kerjasama

    & supportnya selama ini!

    8. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah

    membimbing dan memberikan ilmu-ilmunya dalam perkuliahan.

    9. Dan untuk seluruh orang yang berperan selama ini yang tidak dapat

    disebutkan semuanya, terimakasih atas semua motivasi semangat, bantuan,

    masukan dan sarannya selama ini, TERIMAKASIH semuanya!!

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena

    hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

    berjudul Peran Pemerintah Kota Yogyakarta Dalam Mengelola Pasar

    Kranggan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar

    Sarjana Ilmu Politik pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial

    dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penulisan ini bukan

    merupakan tujuan akhir dari proses belajar, melainkan sebagai tahap pembelajaran

    dalam mempertanggungjawabkan hasil pembelajaran yang selama ini telah di tempuh

    dalam pendidikan Strata-1 selama dalam bangku perkuliahan.

    Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan

    dukungan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena

    itu, tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada:

    1. Rektor Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan kesempatan bagi

    penulis menuntut ilmu dan menulis skripsi di Universitas Gadjah Mada.

    2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, terima

    kasih atas pemberian ijin kepada penulis sehingga penulis dapat melakukan

    penelitian dari tahap awal hingga selesai dengan baik.

    3. Bapak Prof. Dr. Yeremias T. Keban selaku dosen pembimbing, yang telah

    dengan sabar dan tulus meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk

  • ix

    memberikan arahan, masukan, serta teguran yang mampu menjadi

    penyemangat bagi penulis sejak awal penyusunan proposal hingga akhir

    proses penulisan skripsi ini.

    4. Ario Wicaksono, S.IP., M.Si Selaku dosen penguji I yang telah memberikan

    masukan, saran, serta koreksi yang bermanfaat kepada penulis selama proses

    ujian pendadaran skripsi.

    5. Puguh Prasetyo Utomo, S.IP., MPA Selaku dosen penguji II.

    6. Para Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah

    khususnya jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan banyak

    bekal ilmu bagi penulis.

    7. Bapak Ir.Supartama dari Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta, Bapak

    Udiyitno selaku Lurah Pasar Kranggan, Bapak Ir. Bambang Widiyatmoko

    dari Dinas Disperindakoptan Kota Yogyakarta, Bapak Drs. Risdianto dari

    Dinas Pembangunan dan Aset Daerah Kota Yogyakarta, Bapak Waltijo selaku

    wakil ketua paguyuban pedagang Pasar Kranggan dan para Pedagang Pasar

    Kranggan. Terimakasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

    ini.

    8. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini yang tidak

    mungkin dapat disebutkan satu-persatu.

  • x

    Akhirnya penulis berharap semoga segala amal baik dan bantuan yang

    diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari

    adanya keterbatasan dan kekurangan dalam penyusunan skipsi ini, oleh karena itu

    penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penelitian

    selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

    berkepentingan.

    Yogyakarta, 16 Januari 2014

    Hormat Saya

    Cahya Nugroho

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iii

    SURAT PERNYATAAN ........................................................................................... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. v

    UCAPAN TERIMAKASIH ...................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv

    INTISARI ................................................................................................................. xvi

    ABSTRACT .............................................................................................................. xvii

    BAB I

    PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

    I.1. Latar Belakang ........................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 13

    1.3 Tujuan .................................................................................. 13

    1.4 Manfaat ................................................................................ 14

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................. 15

    2.1 Pasar .................................................................................... 15

    2.2 Peran Pemerintah .................................................................. 16

  • xii

    2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Peran Pemerintah Kota Yogyakarta .................................................................................... 23

    2.3.1 Ketersedian Anggaran .......................................................................... 23

    2.3.2 Partisipasi Pedagang ............................................................................. 26

    2.3.3 Kerjasama Stakeholder ......................................................................... 28

    2.4 Kerangka Pikir ...................................................................... 30

    2.5 Definisi Konsep .................................................................... 32

    2.6 Definisi operasional............................................................... 33

    BAB III

    METODE PENELITIAN ......................................................................................... 35

    3.1 Metode Penelitian .................................................................. 35

    3.2 Desain Penelitian .................................................................. 39

    3.3 Lokasi dan Sasaran Penelitian ................................................ 40

    3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ................................... 41

    3.5 Teknik Analisis Data ............................................................. 44

    3.5.1 Analisis Data Kualitatif ......................................................................... 44

    3.5.2 Analisis Data Kuantitatif ....................................................................... 46

    BAB IV

    DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN ............................................ 47

    4.1 Sejarah Pasar Kranggan ......................................................... 47

    4.2 Deskripsi Lokasi Penelitian. ................................................... 47

    4.3 Profil Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta ......................... 52

    4.4 Pengelolaan Pasar Kranggan ................................................... 55

  • xiii

    BAB V

    PEMBAHASAN ........................................................................................................ 59

    5.1 PERAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DALAM MENGELOLA PASAR KRANGGAN .............................................. 59

    5.1.1 Peran Pemerintah Dalam Fungsi Pengaturan (Regulator) .......................... 59

    5.1.2 Peran Pemerintah dalam Fungsi Pembangunan .................................... 72

    5.1.3 Peran Pemerintah dalam Fungsi Pemberdayaan ................................... 82

    5.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERANPEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DALAM MENGELOLA PASAR KRANGGAN . ............................................................................................ 90

    5.2.1 Ketersediaan Anggaran ......................................................................... 90

    5.2.2 Partisipasi Pedagang Pasar .................................................................... 95

    5.2.2 Kerjasama Stakeholder ....................................................................... 100

    5.3 PENGELOLAAN PASAR KRANGGAN OLEH PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA ................................................................ 102

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 108

    6.1 Kesimpulan ......................................................................... 108

    6.2 Saran .................................................................................. 111

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 112

    LAMPIRAN ............................................................................................................. 117

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Jumlah Pertumbuhan Ritel Alfamart dan Indomart tahun 2008 2009 ......... 4

    Tabel 2. Pangsa penjualan barang Pasar Modern dan Pasar Tradisional. ..................... 5

    Tabel 3. Jumlah Pasar Modern di Kota Yogyakarta tahun 2007 2012. ..................... 8

    Tabel 4. Jumlah Pasar Tradisional di Kota Yogyakarta. ............................................... 9

    Tabel 5. Pendapat pedagang Pasar Kranggan terhadap semakin banyaknya jumlah

    pasar modern di Wilayah Kota Yogyakarta. ............................................................... 69

    Tabel 6. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai Peraturan Walikota Nomor 79

    Tahun 2010 ................................................................................................................. 70

    Tabel 7. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai dampak program rehabilitasi.

    ..................................................................................................................................... 80

    Tabel 8. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai pinjaman modal. ................. 83

    Tabel 9.Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai prosedur pinjaman modal. ... 84

    Tabel 10. Dana penyertaan modal Bank Jogja ............................................................ 91

    Tabel 11. Rincian Anggaran Rehabilitasi Pasar Kranggan. ........................................ 93

    Tabel 12. Perubahan Rincian Anggaran Rehabilitasi ................................................. 94

    Tabel 13. Pendapat pedagang Pasar Kranggan mengenai partisipasi pedagang. ........ 99

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Kerangka Peran Pemerintah Kota Yogyakarta. ........................................ 31

    Gambar 2. Pintu Masuk Pasar Kranggan. ................................................................... 47

    Gambar 3. Denah Pasar Kranggan. ............................................................................. 49

    Gambar 4. Lapak Pedagang ........................................................................................ 50

    Gambar 5. Pasar Kranggan Lantai 2 ........................................................................... 51

    Gambar 6. Struktur Organisasi Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta. ................. 54

    Gambar 7. Grand Design Pasar Kranggan. ................................................................. 57

    Gambar 8. Toko Circle K ............................................................................................ 62

    Gambar 9. Pasar Patuk. ............................................................................................... 63

    Gambar 10. Pasar Prawirotaman. ................................................................................ 64

    Gambar 11. Pasar Tela. ............................................................................................... 65

    Gambar 12. Pasar Giwangan. ...................................................................................... 66

    Gambar 13 - 14. Kondisi Lantai & Lorong Pasar Kranggan. ..................................... 73

    Gambar 15 - 16. Kondisi Lapak Pedagang. ............................................................... 74

    Gambar 17. Grand Design Pasar Kranggan. ............................................................... 78

    Gambar 18 - 19. Kondisi Lapak Baru Pasar Kranggan. ............................................. 79

  • xvi

    INTISARI

    Pasar tradisional dalam beberapa tahun terakhir ini terus mengalami trend

    penurunan, kondisi pasar tradisional yang seadanya membuat pasar tradisional erat

    dengan kesan kotor, jorok dan kumuh ditengah-tengah masyarakat. Kemudian

    diperburuk dengan semakin berkembang pesatnya pasar modern di Kota Yogyakarta.

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam

    mengelola pasar tradisional, dengan melakukan studi kasus di Pasar Kranggan.

    Pembahasan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam

    mengelola Pasar Kranggan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi.

    Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian campuran dengan

    pendekatan deskriptif karena sifat penelitian ini untuk memberikan gambaran dan

    menjelaskan permasalahan yang terjadi pada objek penelitian. Teknik pengumpulan

    data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi dan survei. Unit analisis adalah

    pedagang Pasar Kranggan dan pihak-pihak lain yang terkait. Teknik analisis data

    yang dilakukan adalah dengan mereduksi data yang telah dikumpulkan, kemudian

    proses analisis data dan kemudian penarikan kesimpulan.

    Dari hasil penelitian diketahui bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta telah

    mulai berupaya untuk menguatkan kembali Pasar Tradisional, contohnya adalah yang

    dilakukan di Pasar Kranggan yang dijadikan sebagai percontohan dalam pengelolaan

    pasar tradisional. Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar

    Kranggan secara umum telah berjalan dengan cukup baik, peran pemerintah yang

    dijalankan adalah peran dalam fungsi regulator, pembangunan dan pemberdayaan.

    Sedikit catatan yang harus diperbaiki oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dalam

    menjalankan perannya dalam fungsi regulasi yang belum dapat berjalan dengan

    semstinya. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor ketersediaan

    anggaran, partisipasi pedagang dan kerjasama stakeholder.

  • xvii

    Kata kunci: Pasar Tradisional, Pasar Kranggan, Peran Pemerintah.

    ABSTRACT

    Traditional markets in the past few years the trend continues to decline, the

    crude traditional market conditions make traditional markets closely with the

    impression of dirty, slovenly and dirty in the midst of society. Then the condition is

    exacerbated by the increasingly rapid growth of the modern market in the city of

    Yogyakarta. This study was conducted to determine the role of the City of Yogyakarta

    in managing traditional markets, by conducting case studies in Kranggan Market.

    Discussion This study is directed to find out how the role of government in managing

    Kranggan Market and then went to find out the factors that influence the role of

    government.

    The research method used is a mixture of research with a descriptive

    approach because of the nature of this research to provide an overview and explains

    the problems that occurred on the object of research. Data collection techniques used

    were interviews, documentation and surveys. The unit of analysis is Kranggan market

    traders and other parties involved in the management Kranggan Market. The

    technique of data analysis is to reduce the data that has been collected, then the

    process of data analysis and then drawing conclusions.

    The research results revealed that the City of Yogyakarta has initiated efforts

    to reinforce traditional market, one of which was conducted in the Kranggan Market

    that serve as a model for the management of traditional markets. Role of Yogyakarta

    City Government in managing Kranggan Markets have generally been running pretty

    well, the role of government is run is the role of government in the regulatory

    function, development and empowerment. With a few correction that must be fixed by

    the Government of Yogyakarta in carrying out its role in the regulation of functions

  • xviii

    that can not be properly. While the factors that affect is availability budget, merchant

    participation and cooperation of stakeholders.

    Keywords: Traditional Market, Kranggan Market, Role of Government.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Sektor perdagangan di Indonesia adalah salah satu sektor yang berperan

    sangat penting dalam bidang perekonomian, yaitu sebagai salah satu motor penggerak

    bagi pembangunan dan pertumbuhan perekonomian nasional. Saat ini posisi yang

    paling strategis dalam sektor perdagangan adalah pasar tradisional, karena pasar

    tradisonal sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia. Pasar tradisional adalah

    pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah sebagai tempat utama untuk

    kegiatan perdagangan dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang

    dikelola oleh pedagang kecil menengah dan koperasi, dengan usaha skala kecil dan

    modal kecil dan dengan proses jual beli melalui tawar-menawar yang didalamnya

    terdapat kebutuhan pokok masyarakat yang dipasok oleh para petani, peternak,

    nelayan dan insustri kecil rumah tangga sehingga pasar tradisional telah menjadi

    pegangan hidup bagi banyak orang1

    Pasar tradisional tidak sekedar sebagai tempat untuk kegiatan jual-beli, selain

    sebagai fungsi ekonomi pasar tradisional juga memegang fungsi sosial dan budaya.

    Pasar tradisional sebagai fungsi sosial bisa dilihat dengan adanya interaksi antar

    masyarakat seperti dalam kegiatan tawar-menawar harga dimana terjadi komunikasi

    .

    1 Pramono, Ananta Heri, dkk. 2011. Menahan Serbuan Pasar Modern. Yogyakarta : Penerbit Lembaga Ombudsman Swasta DIY.

  • 2

    antara penjual dan pembeli secara aktif sehingga antara penjual dan pembeli dapat

    saling mengenal yang dapat memunculkan rasa percaya dan kepuasan tersendiri

    ketika masyarakat berbelanja di pasar tradisional. Pasar tradisional sebagai fungsi

    budaya bisa dilihat dari segi bangunan pasar tradisional yang mempunyai keunikan

    tersendiri sebagai ciri khas pasar tradisional dan sebagai pusat keramaian yang sering

    dijadikan sebagai tempat pertunjukan budaya daerah.

    Dengan berjalannya waktu, pasar tradisional yang selama ini menjadi pusat

    kegiatan perdagangan bagi masyarakat saat ini lambat laun mulai mengalami

    kemunduran yang ditunjukkan dengan semakin berkurangnya jumlah pasar

    tradisional yang ada, kondisi bangunan pasar tradisional yang sudah tua, kurangnya

    fasilitas pendukung dan ditambah dengan kondisi lingkungan pasar tradisional yang

    tidak tertata membuat pasar tradisional memiliki kesan kotor, kumuh dan jorok di

    mata masyarakat. Idealnya pemerintah harus mampu mengelola pasar tradisional agar

    dapat kembali bangkit, salah satunya bisa dengan melakukan rehabilitasi fisik

    bangunan pasar tradisional, pemberian bantuan pinjaman modal bagi pedagang kecil,

    penataan atau klasifikasi kios-kios pedagang, pengadaan fasilitas pendukung,

    penyediaan lahan parkir, dan pengelolaan kebersihan yang baik agar masyarakat tetap

    tertarik untuk berkunjung dan berbelanja di pasar tradisional, tetapi saat ini pasar-

    pasar tradisional yang masih bertahan hanya beberapa saja yang mampu berkembang

    mengikuti perkembangan jaman dan keinginan masyarakat yang semakin kompleks,

  • 3

    sedangkan sebagian lainnya hanya stagnan bahkan dikhawatirkan jumlahnya akan

    terus berkurang.

    Kondisi tersebut nampaknya direspon dengan baik oleh para pengusaha

    sebagai sebuah peluang dengan mendirikan pasar modern. Pasar jenis ini pada

    dasarnya hanya menekankan pada segi keuntungan saja, dengan menekankan pada

    efektifitas, efisiensi, perputaran uang yang cepat, kemudahan dan kenyamanan,

    sangat berbeda dengan pasar tradisional. Dalam pasar jenis ini penjual dan pembeli

    tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli memilih dan mengambil

    sendiri barang yang diinginkan dengan melihat label harga yang tercantum pada

    barang, pelayanannya dilakukan oleh pramuniaga dan berada dalam satu bangunan

    dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang lengkap seperti keranjang belanjaan,

    pendingin ruangan, lemari pendingin, ATM, eskalator, toilet umum dan tempat

    parkir. Pasar modern ini terdapat 5 (lima) pengelompokan, yaitu minimarket,

    supermarket, hypermarket, departement store dan pusat perbelanjaan.

    Kehadiran pasar modern ini kemudian seperti menjadi sebuah solusi jitu bagi

    masyarakat untuk melakukan belanja karena pasar modern dinilai lebih menawarkan

    kemudahan dan kenyamanan dalam berbelanja sehingga pasar modern semakin lama

    semakin tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan pasar modern ini bisa

    menjadi sangat cepat karena jenis pasar modern ini sangat terbuka bagi siapa saja

    yang memiliki modal, karena hanya dengan menyediakan uang atau modal dengan

    jumlah tertentu siapa saja dapat memiliki sebuah minimarket hingga supermarket,

  • 4

    dengan kemudahan untuk memiliki sebuah toko modern tersebut membuat

    keberadaan pasar modern semakin menjamur seperti yang terjadi saat ini, akan dapat

    dengan mudah menemukan berbagai macam toko modern seperti Alfamart,

    Indomaret, Circle k, Superindo, Carrefour, Giant, Hypermart, mall dll di beberapa

    daerah.

    Dari data KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) diketahui bahwa ritel

    Alfamart dan Indomart mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, Alfamart dari

    tahun 2008 2009 mengalami peningkatan 13,26%, sedangkan Indomaret mengalami

    peningkatan 15,16% dari tahun 2008 - 2009.

    Tabel 1. Jumlah Pertumbuhan Ritel Alfamart dan Indomart tahun 2008 2009

    Tahun Alfamart Indomart

    2008 2.736 3.093

    2009 3.098 3.531

    Sumber: Data KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha).

    Sedangkan menurut lembaga penelitian AC Nielsen menemukan fakta penurunan

    jumlah pasar tradisional yang cukup tinggi dari tahun ke tahun setelah maraknya

    perkembangan pasar modern di Indonesia,2

    .

    2 KPPU, 2007, Position Paper Rancangan Peraturan Presiden Tentang Penataan dan Pembinaan Usaha Pasar Modern dan Toko Modern

  • 5

    Tabel 2. Pangsa penjualan barang Pasar Modern dan Pasar Tradisional.

    Pangsa penjualan barang kebutuhan sehari-hari

    Tahun Pasar Modern Pasar Tradisional

    2001 24,8% 75,2%

    2002 25,1% 74,8%

    2003 26,3% 73,7%

    2004 30,4% 69,6%

    2005 32,4% 67,6%

    Sumber: Survei AC Nielsen

    Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan jumlah pasar tradisional

    menurun sebesar 8,1% sepanjang tahun 2011. Berbanding terbalik dengan pasar

    modern yang justru bertambah 31,4%3

    Berkaitan dengan pentingnya eksistensi pasar tradisional, Faisal Basri

    menyatakan tugas pemerintah sebenaranya untuk mendorong pasar tradisional agar

    bisa bersinergi dengan pasar moderen. Jika tidak akan terjadi hukum rimba, yakni

    siapa yang kuat dia yang akan menang. Pada kenyataannya sekarang, inilah yang

    sering terjadi di lapangan. Antara pasar modern dengan pasar tradisional terjadi

    . Dikhawatirkan jika kedepannya tidak ada

    suatu kebijakan yang berpihak pada pasar tradisional jumlah pasar tradisional akan

    terus mengalami penurunan dan para pedagang kecil yang selama ini

    menggantungkan hidupnya dengan berdagang di pasar tradisional akan terancam

    kehilangan mata pencahariannya.

    3 http://www.antaranews.com/berita/309093/perlu-sinkronisasi-kebijakan-revitalisasi-pasar-tradisional

  • 6

    perang yang begitu sengit. Di tengah persaingan itu, pasar tradisional bagaikan

    pelanduk yang mati di tengah pertarungan dua gajah. Disinilah peran pemerintah

    mulai dibutuhkan agar terjadi persaingan yang sehat antara pasar tradisional dengan

    pasar modern4

    Selanjutnya, Didik. J. Rachbini juga mengungkapkan alasan-alasan mengapa

    perlindungan pasar tradisional menjadi sangat penting, alasan-alasan tersebut antara

    lain : pasar tradisional adalah wujud dari demokrasi ekonomi rakyat yang tumbuh

    sejalan dengan perkembangan kota. Pasar tradisional mampu menampung sejumlah

    besar pedagang kecil sehingga mampu secara langsung menyerap banyak tenaga

    kerja. Apalagi keberadaannya meluas diseluruh wilayah Indonesia sehingga tenaga

    kerja yang mampu terserap sangat banyak. Pasar tradisional mutlak dilindungi karena

    memang banyak sekali alasan untuk melindunginya. Eksistensi pasar tradisional di

    Jerman dan Jepang misalnya, disana sangat dilindungi oleh pemerintahnya, padahal

    negara-negara tersebut merupakan negara kapitalis besar. Sudah seharusnya

    pemerintah pusat melindungi pasar tradisional dengan suatu kebijakan/aturan yang

    jelas dan tegas. Sementara pemerintah daerah mengatur secara lebih detail soal tata

    ruang, batasan jarak pasar moderen dengan pasar tradisional, jam buka (jam

    beroperasi) dan lain sebagainya

    .

    5

    4 http://www.suarapembaruan-online.com/read/16035/pentingnya-eksistensi-pasar-tradisional 5http://www.bisnis.com/read/27104/upaya-melindungi-pasar-tradisional

    .

  • 7

    Oleh karena itu upaya mengelola pasar tradisional memerlukan keseriusan

    dari pihak pemerintah, selain dukungan regulasi di berbagai tingkatan pemerintah

    juga diperlukan komitmen dan visi pengembangan ekonomi yang berpihak kepada

    masyarakat banyak. Untuk merespon permasalahan pasar tradisional ini Pemerintah

    telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan

    Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Isi dari

    peraturan presiden tersebut diantaranya adalah mengatur agar Pemda dalam

    pembangunan toko-toko modern wajib memperhatikan kondisi sosial masyarakat,

    keberadaan pasar tradisional dan UKM di sekitar wilayah pembangunan, jarak

    dengan pasar tradisional dan pengaturan jam kerja serta memiliki kemampuan untuk

    menyediakan areal parkir setiap 60 m.

    Dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tersebut

    kemudian diikuti dengan munculnya Peraturan Daerah (Perda) atau peraturan-

    peraturan lainnya tentang perlindungan pasar tradisional di beberapa daerah,

    termasuk di Kota Yogyakarta yang merespon dengan mengeluarkan sebuah Peraturan

    Walikota (Perwal) No. 79 Tahun 2010 tentang pembatasan pendirian minimarket

    waralaba, retail dan pusat perbelanjaan modern di Kota Yogyakarta yang berisi

    mengenai pembatasan jumlah minimarket waralaba sebanyak 52 unit dengan jarak

    bangunan minimarket waralaaba minimal 400 m dari pasar tradisional.

  • 8

    Namun tampaknya implementasi dari Peraturan Walikota (Perwal)

    Yogyakarta No. 79 Tahun 2010 yang bertujuan untuk melindungi pasar tradisional

    tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan, terbukti dengan masih banyak

    ditemukan adanya pelanggaran mengenai jarak, lokasi pendirian minimarket dan

    jumlah minimarket yang telah melebihi kuota yang ditentukan di wilayah kota

    Yogyakarta.

    Data yang didapatkan dari Disperindagkoptan Kota Yogyakarta menunjukkan

    jumlah pasar modern yang ada di wilayah Kota Yogyakarta mengalami tren

    peningkatan dari tahun ke tahun, berikut adalah tabel data jumlah pasar modern yang

    berada di wilayah Kota Yogyakarta dari tahun 2007 - 2012:

    Tabel 3. Jumlah Pasar Modern di Kota Yogyakarta tahun 2007 2012.

    Tahun Jumlah Pasar Modern

    2007 13 Unit

    2008 28 Unit

    2009 59 Unit

    2010 68 Unit

    2011 73 Unit

    2012 72 Unit

    Sumber: Disperindagkoptan Kota Yogyakarta

    Sedangkan jumlah pasar tradisional yang masih eksis di wilayah Kota

    Yogyakarta berjumlah 32 unit pada tahun 2013. Berikut ini merupakan Pasar-Pasar

    Tradisional yang dikelola oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta:

  • 9

    Tabel 4. Jumlah Pasar Tradisional di Kota Yogyakarta.

    No. Nama Pasar Kelas Pasar 1 Pasar Beringharjo I 2 Pasar Induk Buah dan Sayur Giwangan II 3 Pasar Kranggan III 4 Pasar Demangan III 5 Pasar Sentul III 6 Pasar Legi Kotagede III 7 Pasar Serangan III 8 Pasar Klithikan Pakuncen III 9 Pasar Patuk III 10 Pasar Satwa dan Tanaman Hias (PASTY) III 11 Pasar Ngasem III 12 Pasar Terban IV 13 Pasar Legi Patangpuluhan IV 14 Pasar Lempuyangan IV 15 Pasar Ciptomulyo IV 16 Pasar Prawirotaman IV 17 Pasar Kembang IV 18 Pasar Pingit IV 19 Pasar Gading IV 20 Pasar Talok Gendeng IV 21 Pasar Sepeda Tunjungsari IV 22 Pasar Gedongkuning V 23 Pasar Karangwaru V 24 Pasar Sanggrahan Baciro V 25 Pasar Pujokusuman V 26 Pasar Kluwih Ngadikusuman V 27 Pasar Sawo Prawirodirjan V 28 Pasar Ledok Gondomanan V 29 Pasar Pace Semaki V 30 Pasar Suryobrantan V 31 Pasar Telo Karangkajen V

  • 10

    32 Pasar Senen V Sumber: Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta.

    Keterangan:

    1. Pasar Kelas I: Luas lahan dasaran 2000m, fasilitas tempat parkir, tempat bongkar muat, tempat promosi, tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola pasar, KM/WC, sarana pengaman, sarana pengelolaan kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik.

    2. Pasar Kelas II: Luas lahan dasaran 1500m, fasilitas tempat parkir, tempat promosi, tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola pasar, KM/WC, sarana pengaman, sarana pengelolaan kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik.

    3. Pasar Kelas III: Luas lahan dasaran 1000m, fasilitas tempat promosi, tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah, kantor pengelola pasar, KM/WC, sarana pengaman, sarana pengelolaan kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik.

    4. Pasar Kelas IV: Luas lahan dasaran 500m, fasilitas tempat promosi, kantor pengelola pasar, KM/WC, sarana pengaman, sarana pengelolaan kebersihan, sarana air bersih, instalasi listrik.

    5. Pasar Kelas V: Luas lahan dasaran 50m, fasilitas tempat promosi, sarana pengaman, sarana pengelolaan kebersihan.

    Dengan meminta pemerintah untuk membatasi jumlah pasar modern dan

    membiarkan pasar tradisional dengan kondisi apa adanya tidak akan membantu pasar

    tradisional untuk dapat terus bertahan hidup. Masyarakat selaku konsumen semakin

    menuntut kenyamanan, dan jika hal tersebut tidak dapat dipenuhi pasar tradisional,

    maka secara otomatis masyarakat akan beralih ke pasar modern yang lebih

    menawarkan kenyamanan dan kemudahan. Keberadaan pasar tradisional tidak dapat

    diatur atau dilindungi oleh peraturan pemerintah setingkat apapun. Pasar tradisional

    hanya dapat dipertahankan jika mereka disediakan tempat khusus yang nyaman yang

  • 11

    disediakan dan dikelola oleh pemerintah. Atas alasan itu pula, pasar modern tidak

    dapat dipersalahkan.

    Dalam mengelola pasar tradisional selain mengandalkan adanya kebijakan

    hukum/peraturan yang ada untuk melindungi pasar tradisional, Pemerintah Kota

    Yogyakarta melalui Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta juga melakukan kegiatan

    pemberdayaan kepada pedagang pasar tradisional dengan memberikan bantuan

    pinjaman modal dengan bunga rendah dan pelatihan dan pembinaan bagi para

    pedagang pasar tradisional dengan harapan agar kegiatan ekonomi dalam pasar

    tradisional tetap dapat terus berjalan sehingga kegiatan perdagangan di pasar-pasar

    tradisional tidak akan mati, dan mampu menciptakan kondisi pasar tradisional yang

    mandiri, mengingat para pedagang pasar tradisional adalah pihak yang paling

    merasakan langsung dampak dari semakin banyaknya pasar modern yang terus

    bermunculan.

    Kemudian mulai memasuki tahun 2012 Pemerintah Kota Yogyakarta dalam

    usahanya untuk mengelola pasar tradisional mulai melakukan rehabilitasi pasar

    tradisional. Pengelolaan pasar tradisional dilakukan untuk memperbaiki kondisi

    bangunan dan manajemen pasar tradisional, dalam bentuk fisik diwujudkan dengan

    melakukan rehabilitasi fisik bangunan pasar, penataan kios-kios pedagang,

    pengelolaan kebersihan, pengadaan lahan parkir dan pengadaan fasilitas pendukung

    pasar. Dalam pembenahan manajemen pasar tradisional diwujudkan dengan

    melakukan pelatihan dan pembinaan kepada para pedagang dalam hal pelayanan agar

  • 12

    pelayanan yang diberikan oleh pedagang menjadi semakin lebih baik, dan dengan

    melibatkan para pedagang secara aktif dalam seluruh kegiatan pengembangan pasar,

    seperti melibatkan pedagang dalam rapat pengelola pasar, pendirian paguyuban

    pedagang pasar, pengelolaan sampah, dan keamanan dengan harapan pasar tradisional

    mampu berkembang dengan mandiri.

    Pengelolaan pasar tradisional dengan menjalankan program

    rehabilitasi/perbaikan fisik pasar tradisional telah dilakkukan di beberapa pasar

    tradisional seperti di Pasar Beringharjo, Pasar Legi Patangpuluhan, Pasar Ngasem,

    Pasar Giwangan dan Pasar Kranggan dengan hasil yang cukup baik yang kemudian

    mampu memberdayakan kembali pasar-pasar tersebut dan menjadikan Kota

    Yogyakarta terpilih sebagai Kota terbaik dalam pengelolaan pasar tradisional dalam

    ajang Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP) Award 2012 dari Kementrian Dalam

    Negri (Kemendagri) dengan kondisi pasar tradisional yang sehat, nyaman, tertata dan

    menarik6

    Dalam kasus ini penulis ingin mencoba mengetahui bagaimanakah Peran

    Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola pasar tradisional dengan melakukan

    studi kasus di salah satu pasar tradisional yang ada di Kota Yogyakarta, yaitu Pasar

    Kranggan. Pasar Kranggan dipilih oleh penulis sebagai lokus dari penelitian ini

    karena Pasar Kranggan adalah termasuk salah satu dari 32 pasar tradisional yang

    berada di wilayah Kota Yogyakarta yang ditunjuk oleh Pemerintah Kota Yogyakarta

    .

    6 www.jogjakota.go.id/index/extra.detail/3797/kota-yogyakarta-raih-imp-award-2012.html

  • 13

    untuk dijadikan sebagai salah satu pasar percontohan untuk pasar-pasar tradisional

    lainnya dalam hal pengelolaan pasar tradisional oleh Pemerintah Kota Yogyakarta

    sehingga cocok untuk dipilih menjadii lokus penelitian.

    Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti masalah

    tersebut dan melaporkan hasil penelitian tersebut dengan judul : Peran

    Pemerintah Kota Yogyakarta Dalam Mengelola Pasar Kranggan.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan pokok

    permasalahan yang akan dicoba dijawab, yaitu :

    1. Bagaimana Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam Mengelola

    Pasar Kranggan?

    2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Peran Pemerintah Kota

    Yogyakarta tersebut?

    1.3 Tujuan

    Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan laporan hasil penelitian ini

    adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan Peran Pemerintah Kota Yogyakarta

    dalam mengelola Pasar Kranggan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang

    mempengaruhi Peran Pemerintah Kota Yogyakarta tersebut.

  • 14

    1.4 Manfaat

    1) Bagi Ilmu Pengetahuan : Memberikan partisipasi terhadap pengembangan

    khasanah ilmu pengetahuan, artinya dapat memberikan informasi-informasi

    mengenai peran pemerintah dalam mengelola pasar tradisional.

    2) Bagi Civitas Akademika Bidang Ilmu Manajemen dan Kebijakan Publik :

    Memberikan tambahan referensi bagi civitas akademika bidang Ilmu

    Manajemen dan Kebijakan Publik mengenai peran pemerintah dalam

    mengelola pasar tradisional.

    3) Bagi pemerintah Kota Yogyakarta : Memberikan informasi yang diharapkan

    dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah Kota Yogyakarta dalam

    mengelola pasar kranggan.

    4) Bagi Pembaca : Menambah informasi dan dapat memberikan gambaran

    kepada masyarakat mengenai pentingnya pasar tradisional dan dapat menjadi

    referensi bagi penelitian selanjutnya.

    5) Bagi Penulis : Memberikan informasi dan pengetahuan bagi peneliti mengenai

    peran pemerintah melalui Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta dalam

    mengelola pasar tradisional sehingga dapat dijadikan bekal dan tambahan

    pengetahuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan penelitian

    selanjutnya.

  • 15

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Pasar

    D.H. Penny (1990;138) menyatakan bahwa pasar (market) adalah sebuah

    tempat para pembeli dan penjual bertemu dengan untuk berdagang. Transaksi yang

    terjadi khususnya antara orang-orang yang belum dikenal dan dilakukan secara tunai.

    Menurut sejarah, pasar timbul setelah terjadi proses ekonomi yang didasari oleh

    perencanaan yang bersifat kekeluargaan.

    Sejalan dengan pendapat Penny, Samuelson (dalam Kusumawardana,

    2004;16) menyatakan bahwa pasar merupakan tempat bertemunya konsumen dan

    produsen. Sebagai tempat konsumen dan produsen berinteraksi (baik langsung

    maupun tidak langsung). Proses interaksi yang terjadi di pasar antara konsumen dan

    produsen bertujuan untuk menentukan harga dan kuantitas produk yang dibeli.

    Sedangkan menurut Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian, pasar

    adalah tempat bertemunya pihak penjual dan pembeli untuk melaksanakan transaksi

    dimana proses jual beli terbentuk, yang menurut kelas mutu pelayanan dapat

    digolongkan menjadi:

  • 16

    a. Pasar Tradisional

    Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah

    dengan tempat usaha berupa took, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola

    oleh pedagang kecil menengah dan Koperasi, dengan usaha skala kecil dan

    modal kecil dengan proses jual beli melalui tawar menawar.

    b. Pasar Modern

    Pasar modern adalah pasar yang pengelolaannya dilaksanakan secara modern

    dengan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajamen

    berada di satu tangan, bermodal relatif kuat. Penjual dan pembeli tidak

    bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang

    tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya

    dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-

    barang yang dijual adalah bahan makanan seperti; buah, sayuran, daging;

    sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan

    lama.

    2.2 Peran Pemerintah

    Peran adalah suatu deskripsi pekerjaan untuk seseorang atau individu yang

    mengandung harapan-harapan tertentu, tidak peduli siapa yang menduduki posisi

    itu. (Bryant, 1987). Peranan juga dapat didefinisikan sebagai suatu pola perilaku

    yang diharapkan dari seseorang dalam aktivitasnya yang menyertakan orang lain.

  • 17

    Menurut pendapat Udai Pareek (1985:2), mengatakan bahwa peran dapat

    didefinisikan sebagai sekumpulan fungsi yang dilakukan oleh seseorang sebagai

    tanggapan terhadap harapan-harapan dari para anggota penting sistem sosial yang

    bersangkutan dan harapan-harapannya sendiri dari jabatan yang ia duduki dalam

    sistem sosial itu. Peranan dapat diartikan sebagai konsep perihal penting apa yang

    dapat dilakukan individu bagi struktur sosial masyarakat, dimana peranan tersebut

    meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang

    dalam masyarakat. Dengan kata lain seseorang menduduki suatu jabatan dalam

    hirarki suatu sistem sosial dengan kekuasaan dan hak-hak, dan melakukan

    beberapa fungsi yang sesuai dengan norma-norma yang melekat pada jabatan

    tersebut sebagai tanggapan terhadap harapan-harapan para anggota dan dirinya

    sendiri.

    Peran merupakan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang.

    Pengharapan semacam itu merupakan suatu norma yang dapat mengakibatkan

    terjadinya peran. Konsep peran sangatlah penting dalam organisasi karena dari

    peran tersebut dapat diketahui jalur utama yang menghubungkan antara individu

    dan organisasi. Jika individu semakin memahami peranan, maka semakin dapat

    dipahami tepatnya keselarasan atau integrasi antara keputusan-keputusan individu

    dengan tujuan dan misi organisasi (Thoha, 2003). Thoha juga menambahkan,

    dalam bahasa organisasi peran diperoleh dari uraian jabatan atas sesuatu

    pekerjaan yang memberikan serangkaian pengharapan yang menentukan

    terjadinya peran. Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan

  • 18

    bahwa peran adalah sekumpulan harapan dan apa yang dikerjakan oleh seseorang

    untuk menanggapinya.

    Soekanto mengatakan bahwa peranan merupakan aspek dinamis dari

    status (kedudukan), apabila seseorang atau beberapa orang atau organisasi

    melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia atau

    mereka tersebut menjalankan peranannya. Levinson dalam Soekanto (1981),

    menyatakan bahwa peranan mencakup paling sedikit tiga hal, yaitu:

    1. Peranan adalah meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

    seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti menempatkan rangkaian

    peraturan yang mendukung seseorang dalam kehidupan masyarakat.

    2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu

    dalam masyarakat sebagai organisasi.

    3. Peranan dapat juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting dalam

    struktur sosial.

    Dalam pelaksanaan proses pemerintahan dan pembangunan di negara

    berkembang, pemerintah mempunyai kedudukan yang sangat strategis.

    Kedudukan yang strategis ini berkaitan dengan fungsinya selaku pelayan publik

    guna meningkatkan kesejahteraan, keadilan, keamanan, dan ketenteraman

    masyarakat. Pemerintah merupakan manifestasi dari kehendak rakyat, karena itu

    harus memperhatikan kepentingan rakyat dan melaksanakan fungsi pelayanan

    publik dan pengaturan warga negara. Untuk melakukan fungsi pemerintahan

    tersebut, pemerintah melakukan aktivitas pelayanan, pengaturan, pembinaan,

  • 19

    koordinasi, pengelolaan, dan pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan

    masyarakat.

    Berkenaan dengan peranan pemerintah, Ndraha (1987 : 110)

    mengemukakan bahwa peranan pemerintah dalam pembangunan masyarakat amat

    luas, mulai dari hal yang bersifat pelayanan operasional sampai pada hal yang

    berisfat ideologi dan spiritual.

    Peranan pemerintah itu adalah, sejalan dengan definisi yang dinyatakan

    PBB (dalam Ndraha, 1987 : 117) bahwa

    pemerintah berperan memberi bimbingan dan bantuan teknis kepada masyarakat desa dengan maksud agar pada suatu saat masyarakat mampu melaksanakannya sendiri.

    Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, pemerintah tidak dapat lepas

    dari kebijakan publik, aktivitas administratif, organisasi dan manajemen,

    pelayanan publik, serta kepentingan dan urusan publik. Fungsi ini berkaitan erat

    dengan fungsi pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu menyediakan

    layanan sipil dan jasa publik yang tidak diprivatisasikan bagi setiap orang pada

    saat yang dibutuhkan (dituntut) oleh orang yang bersangkutan (Ndraha, 2000 :

    543). Lebih lanjut dalam hubungan pemberdayaan masyarakat atau partisipasi,

    Ndraha (1997 : 80) mengemukakan pendapat bahwa pemerintah yang merupakan

    kumpulan orang-orang pandai dan pilihan, memiliki teknologi, kekuasaan dan

    kemampuan administratif yang memadai, memelopori pembangunan bangsa.

    Fungsi pemerintahan di samping memberi ruangan yang cukup luas bagi

  • 20

    kepentingan rakyat, juga bertugas memenuhinya melalui kegiatan pembangunan,

    pembinaan, dan pemberdayaan masyarakat.

    Menurut Davey (1988), fungsi-fungsi pemerintahan secara umum bisa

    disebutkan sebagai berikut:

    1. Fungsi penyedia layanan, yaitu fungsi-fungsi pemerintah yang berkaitan

    dengan penyediaan pelayanan yang berorientasi kepada lingkungan dan

    masyarakatnya.

    2. Fungsi pengaturan, yaitu fungsi yang berkaitan dengan perumusan dan

    penegakan peraturan-peraturan.

    3. Fungsi pembangunan, yaitu yang berkaitan dengan keterlibatan pemerintah

    daerah dalam kegiatan-kegiatan ekonomi.

    4. Fungsi perwakilan, yaitu mewakili masyarakat daerah tersebut dalam kegiatan

    di luar wilayah.

    5. Fungsi koordinasi, yaitu berkaitan dengan peran pemerintah dalam

    pengkoordinasian perencanaan investasi dan tata guna lahan.

    Secara sempit fungsi pemerintahan mencakup tiga fungsi pokok yang

    seharusnya dijalankan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah

    daerah (Haryanto dkk : 1997):

    1. Fungsi pengaturan

    Fungsi ini dilaksanakan pemerintah dengan membuat peraturan

    perundang-undangan untuk mengatur hubungan manusia dalam masyarakat.

  • 21

    Pemerintah adalah pihak yang mampu menerapkan peraturan agar kehidupan

    dapat berjalan dengan baik dan dinamis. Pemerintah daerah mempunyai fungsi

    pengaturan terhadap masyarakat yang ada di daerahnya.

    2. Fungsi Pelayanan

    Perbedaan pelaksanaan fungsi pelayanan yang dilakukan pemerintah pusat

    dan pemerintah daerah terletak pada kewenangan masing-masing. Kewenangan

    pemerintah pusat mencakup urusan pertahanan keamanan, agama, hubungan luar

    negeri, moneter dan peradilan. Secara umum, pelayanan pemerintah mencakup

    pelayanan publik (publik service) dan pelayanan sipil (civil service) yang

    menghargai kesetaraan.

    3. Fungsi Pemberdayaan

    Fungsi pemberdayaan yaitu pemerintah dibebani kewajiban untuk

    meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan dan

    pemerintahan.

    Simbolon (dalam Haryanto, 1997:63) mengatakan bahwa dari sekian banyak

    perspektif yang dapat digunakan untuk merumuskan fungsi-fungsi pemerintahan,

    maka fungsi utama pemerintah adalah fungsi pengaturan, pelayanan, pemberdayaan,

    dan pembangunan. Dengan demikian, fungsi pembangunan merupakan fungsi

    tambahan dari apa yang dikemukakan di atas. Dalam hal ini, fungsi pembangunan

    diartikan sebagai fungsi untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat.

    Pelaksanaan program pengelolaan Pasar Kranggan ini melibatkan beberapa

    stakeholder, maka Dinas Pengelolaan Pasar Kota Yogyakarta sebagai pihak

  • 22

    pemerintah yang melaksanakan program pengelolaan pasar, dituntut untuk memiliki

    konsep good governance dalam melakukan perannya. Pendekatan konsep good

    governance seperti yang diuraikan Miftah Thoha (1999:5):

    Manajemen pemerintah tidak lagi berorientasi pada aspek pemerintah (government) akan tetapi beralih pada aspek tata pemerintahan (governance). Perubahan aspek ini menandakan bahwa orientasi kekuasaan seperti yang disinggung di atas tidak lagi berpusat pada penguasa yang mengemudikan pemerintahan itu, namun pada proses dimana rakyat memegang peranan utama dalam menata kepemerintahan.

    Kunci utama dalam memahami good governance adalah pemahaman atas

    prinsip prinsip yang mendasarinya. Prinsip-prinsip good governance tersebut terdiri

    dari partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum, transparansi, peduli pada

    stakeholder, berorientasi pada konsensus, kesetaraan, efektifitas, efisien,

    akuntabilitas, dan visi strategis. Prinsip-prinsip tersebut dapat dipahami sebagai

    tinjauan dalam pelaksanaan peran yang harus dilakukan oleh Dinas Pengelola Pasar

    Kota Yogyakarta dalam mengelola pasar kranggan.

    Penelitian ini mengangkat peran Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta

    dalam upaya yang dilakukan untuk mengelola Pasar Kranggan. Berdasarkan fungsi-

    fungsi yang telah disampaikan di atas, maka peran Dinas Pengelola Pasar Kota

    Yogyakarta dalam hal ini sebagai pemerintah dapat sebagai regulator, pembangunan

    dan pemberdayaan.

  • 23

    2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Peran Pemerintah Kota Yogyakarta

    Dari prinsip-prinsip good governance, pelaksanaan peran yang dilakukan oleh

    Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta dalam mengelola pasar kranggan dapat

    terkait dengan ketersediaan anggaran dan partisipasi masyarakat.

    Anggaran digunakan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan pengelolaan

    pasar. Komponen lainnya adalah masyarakat yang menjadi fokus manfaat dari adanya

    program pengelolaan pasar kranggan ini, dalam hal ini diperhatian pula partisipasi

    masyarakat guna mendukung dan mempermudah kesuksesan program. Sehingga

    penerapan prinsip-prinsip yang menunjang pelaksaan peran Dinas Pengelola Pasar

    Kota Yogyakarta dapat dilihat dari ketersediaan anggaran dan peran serta masyarakat.

    2.3.1 Ketersedian Anggaran

    Arif Djamaludin (1997 : 11) menyatakan bahwa anggaran adalah jenis

    rencana yang menggambarkan rangkaian tindakan atau kegiatan yang dinyatakan

    dalam bentuk angka-angka dari segi uang untuk suatu jangka waktu tertentu. Dalam

    setiap anggaran dapat dilihat perkiraan angka-angka penerimaan dan pengeluaran

    masing-masing disusun menurut jenis-jenisnya secara sistematis. Jumlah penerimaan

    dan pengeluaran yang diharapkan akan tercapai dalam anggaran tersebut pada

    hakekatnya menggambarkan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh aparat

    organisasi yang menyusun anggaran tersebut.

    Bryant dan White menyatakan bahwa pemerintah kota memerlukan dukungan

    finansial dalam menyelenggarakan perannya sebagai pelayan dan pelindung

  • 24

    masyarakat. Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis; yang

    meliputi seluruh kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter

    dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Kebijakan

    mengenai otonomi daerah sejak tahun 1999, anggaran daerah (APBD) menduduki

    posisi sentral dalam upaya peningkatan efektivitas pemerintah dan pembangunan

    daerah.

    Suharyanto (dalam Kumorotomo, 2005 : 1) menyatakan bahwa salah satu

    aspek yang harus diperhatikan dengan seksama dalam era otonomi daerah adalah

    masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran daerah

    (APBD) merupakan instrumen kebijakan utama bagi pemerintah daerah yang

    mempunyai posisi sentral dalam upaya pengembangan kapasitas dan efektivitas

    pelaksanaan pelayanan publik oleh pemerintah daerah. Untuk mencapai itu, anggaran

    daerah harus diorientasikan pada kepentingan masyarakat, yang menuntut

    transparansi informasi anggaran kepada publik (masyarakat) dan termuat dalam

    laporan keuangan daerah.

    Suharyanto (dalam Kumorotomo, 2005 : 4) menyatakan beberapa alasan

    pentingnya anggaran, yaitu:

    1. Anggaran merupakan alat terpenting bagi pemerintah untuk mengarahkan

    pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan

    kualitas hidup masyarakat.

    2. Anggaran diperlukan karena adanya tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang

    senantiasa berkembang sedangkan ketersediaan sumber daya sangat terbatas.

  • 25

    Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya,

    pilihan, dan trade off.

    3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung

    jawab terhadap masyarakat. Dalam hal ini anggaran publik merupkana

    pelaksanaan akuntabilitas.

    Tidak mungkin apabila kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dapat

    berlangsung tanpa disertai ketersediaan dana dalam jumlah yang memadai. Dana

    yang memadai merupakan salah stau prasyarat bagi berlangsungnya aktivitas

    pemerintah. Aktivitas pemerintah daerah dalam rangka menjalankan fungsi yang

    diembannya dan cara pembiayaannya untuk menjalankan fungsi tersebut dalam

    anggaran daerah (APBD). Dalam APBD tersebut tercakup semua aktivitas yang

    dilakukan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan sumber keuangan yang

    mebiayai kegiatan tersebut. Oleh karena itu, anggaran daerah bisa dikatakan titik awal

    berlangsung atau tidaknya aktivitas pemerintah dalam menjalankan fungsinya.

    Anggaran diperuntukkan untuk tersedianya sarana, prasarana dan operasional

    implementator untuk mewujudkan realisasi dari kebijakan. Pelaksanaan anggaran

    keuangan akan ditentukan oleh kualitas implementator dalam pengelolaannya.

    Sehingga sifat dan karakter implementator akan menetukan keseuaian dan

    keseimbangan dari anggaran guna mencegah pengeluaran yang berlebihan di luar

    kemampuan. Sehingga dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan ketersediaan

    anggaran adalah tersedianya alokasi anggaran yang sesusai dengan kebutuhan dan

    dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

  • 26

    2.3.2 Partisipasi Pedagang

    Suatu program yang sudah direncanakan untuk diimplementasikan dalam

    masyarakat tentu saja tidak akan ada artinya kalau tidak ada dukungan masyarakat.

    Dukungan masyarakat merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

    implementasi program karena masyarakat adalah sasaran (target group) dari suatu

    program, yaitu kepada siapa program ditujukan (Azwar, 1996 ; 10). Menurut Ndraha

    (1983 : 31) dukungan masyarakat adalah respon positif dari masyarakat yang berupa

    kesadaran akan pentingnya program dan partisipasi masyarakat dalam program.

    Kesadaran masyarakat akan pentingnya program adalah keadaan dimana

    masyarakat menyetujui bahwa program tersebut penting dan menunjukkan respon

    positif dari masyarakat terhadap program. Sedangkan partisipasi menurut Nitisemito

    (1996 : 56) adalah salah satu cara memotivasi yang mempunyai ciri khas. Hal ini

    disebabkan karena peningkatan partisipasi lebih ditekankan pada segi psikologis

    daripada segi materi, di mana dengan melibatkan seseorang maka orang tersebut akan

    merasa ikut bertanggung jawab.

    Menurut Ndraha (1983 : 30) pada dasarnya ada tiga hal yang terkandung

    dalam partisipasi antara lain: pertama, titik berat partisipasi adalah pada keterlibatan

    mental dan emosional dan adanya kehadiran secara pribadi atau fisik. Kedua,

    kesediaan untuk memberikan kontribusi. Dan ketiga, ketersediaan untuk ikut

    bertanggung jawab.

  • 27

    Menurut Ndraha (1983 : 31) partisipasi dapat dilakukan dalam beberapa hal,

    antara lain sebagai berikut :

    a. Pasrtisipasi dalam menerima dan memberi informasi,

    b. Partisipasi dalam memberikan tanggapan terhadap informasi yang diterima

    (didengar dan sebagainya), baik yang bermaksud menerima (menaati,

    mengikuti), menyetujui, menerima dengan syarat, ataupun menolaknya,

    c. Partispasi dalam perencanaan program,

    d. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional program yaitu partisipasi aktif

    segenap lapisan masyarakat dalam program,

    e. Partisipasi dalam menerima kembali hasil-hasil program,

    f. Partisipasi dalam menilai program. Partisipasi ini dilakukan untuk menilai

    sampai sejauh mana output program dapat memenuhi kebutuhan.

    Adanya dukungan masyarakat yang terwujud dalam kesadaran masyarakat

    akan pentingnya program dan partisipasi masyarakat dalam suatu program, akan

    menunjang pelaksanaan program agar dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan

    program dapat tercapai. Oleh karena itu, dukungan masyarakat merupakan faktor

    penting yang mempengaruhi keberhasilan implementasi program.

    Dari berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan

    masyarakat adalah respon positif dari masyarakat penerima program terhadap suatu

    program. Dukungan masyarakat dapat dilihat dari aspek kesadaran dan partisipasi

    masyarakat. Kesadaran masyarakat terhadap program dapat menimbulkan partisipasi

    masyarakat dalam program. Partisipasi masyarakat yang dilihat dari keterlibatan

  • 28

    masyarakat dalam memberikan saran dan kritik penting bagi penyempurnaan

    implementasi program sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat.

    Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan partisipasi adalah berbagai

    kegiatan pedagang, yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri untuk ikut serta

    dan aktif dalam mengelola pasar dan menyalurkan aspirasinya kepada Pemerintah

    Kota Yogyakarta.

    2.3.3 Kerjasama Stakeholder

    Istilah stakeholder ini telah dipakai oleh banyak pihak dan hubungannnya

    dengan berbagai ilmu atau konteks, misalnya manajemen bisnis, ilmu komunikasi,

    pengelolaan sumberdaya alam, sosiologi, dan lain-lain. Lembaga-lembaga publik

    telah menggunakan secara luas istilah stakeholder ini ke dalam proses-proses

    pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana, stakeholder sering

    dinyatakan sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan

    suatu issu atau suatu rencana.

    Dalam buku Cultivating Peace, Ramizes mengidentifikasi berbagai pendapat

    mengenai stakeholder ini. Beberapa defenisi yang penting dikemukakan seperti

    Freeman (1984) yang mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu

    yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan

    tertentu. Sedangkan Biset (1998) secara singkat mendefenisikan stekeholder

    merupakan orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan.

    Stakeholder ini sering diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu sebagaimana

  • 29

    dikemukakan Freeman (1984), yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan relatif

    stakeholder terhadap isu, Grimble and Wellard (1996), dari segi posisi penting dan

    pengaruh yang dimiliki mereka.

    Sedangkan Kerjasama dilakukan oleh sebuah tim lebih efektif daripada kerja

    secara individual. Menurut West (2002), Telah banyak riset membuktikan bahwa

    kerjasama secara berkelompok mengarah pada efisiensi dan efektivitas yang lebih

    baik. Hal ini sangat berbeda dengan kerja yang dilaksanakan oleh perorangan. Setiap

    tim maupun individu sangat berhubungan erat dengan kerja sama yang dibangun

    dengan kesadaran pencapaian prestasi dan kinerja. Dalam kerja sama akan muncul

    berbagai penyelesaian yang secara individu tidak terselesaikan. Keunggulan yang

    dapat diandalkan dalam kerja sama pada kerja tim adalah munculnya berbagai

    penyelesaian secara sinergi dari berbagai individu yang tergabung dalam kerja tim.

    Kerjasama menurut Tangkilisan (2005:86) dalam bukunya yang berjudul

    Manajemen Publik, lingkungan ekstern maupun intern, yaitu semua kekuatan yang

    timbul diluar batas-batas organisasi dapat mempengaruhi keputusan serta tindakan di

    dalam organisasi. Oleh karena itu, perlu diadakan kerjasama dengan kekuatan yang

    diperkirakan mungkin akan timbul. Kerjasama tersebut dapat didasarkan atas hak,

    kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing orang untuk mencapai tujuan yang

    diharapkan.

  • 30

    Kerjasama dengan suatu stakeholder dalam melaksanakan sebuah program

    yang dijalankan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dapat berarti positif bagi jalannya

    program tersebut, artinya Pemerintah Kota Yogyakarta dapat bekerjasama dengan

    stakeholder yang terkait yang mempunyai tujuan yang sama. Stakeholder yang

    bekerjasama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal ini adalah Pusat Studi

    Ekonomi Kerakyatan UGM yang diajak bekerjasama oleh Pemerintah Kota

    Yogyakarta untuk melakukan kegiatan pelatihan dan pembinaan kepada para

    pedagang Pasar Kranggan secara berkelanjutan.

    2.4 Kerangka Pikir

    Suriasumantri (dalam Sugiyono, 2006:66) menyatakan bahwa kerangka

    pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yangt menjadi

    obyek permasalahan. Kerangka pikir digunakan untuk menganalisis data dan

    fenomena yang ditemukan dalam penelitian. Disamping itu, kerangka piker juga

    dapat dilihat sebagai batasan penelitian agar peneliti tersebut fokus dan tidak

    melebarkan pembahasan pada aspek lain yang tidak berkaitan dengan permasalahan

    yang ingin diteliti. Kerangka berpikir diperoleh dari rumusan masalah penelitian yang

    kemudian dikembangkan sesuai dengan kerangka teori yang sudah dibangun.

    Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal ini berperan sebagai leader dalam

    melaksanakan program pengelolaan Pasar Kranggan melalui Dinas Pengelola Pasar

    Kota Yogyakarta mempunyai peran yang sangat penting pada suksesnya pelaksanaan

    program pengelolaan pasar kranggan. Peran yang dilakukan oleh Pemerintah Kota

  • 31

    Yogyakarta dilihat dari peran regulasi dengan mengeluarkan kebijakan hukum atau

    peraturan tentang pasar tradisional, peran pembangungan dengan melakukan

    rehabilitasi fisik bangunan pasar tradisional dan peran pemberdayaan dengan

    memberikan bantuan pinjaman modal dan kegiatan pemberdayaan pedagang pasar

    tradisional. Selain itu peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar

    Kranggan ini juga terkait dengan beberapa faktor yaitu faktor ketersediaan anggaran,

    partisipasi pedagang dan Kerjasama stakeholder.

    Gambar 1. Kerangka Peran Pemerintah Kota Yogyakarta.

    1. Fungsi Regulator

    2. Fungsi Pembangunan

    3. Fungsi Pemberdayaan

    Pasar Kranggan

    Pemerintah Kota Yogyakarta

    Kerjasama Stakeholder

    Ketersediaan Anggaran

    Partisipasi Pedagang

  • 32

    2.5 Definisi Konsep

    1. Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar Kranggan.

    Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, pemerintah tidak dapat

    lepas dari kebijakan publik, aktivitas administratif, organisasi dan manajemen,

    pelayanan publik, serta kepentingan dan urusan publik.

    Peran sebagai regulator dilaksanakan dengan membuat peraturan

    perundang-undangan tentang pasar tradisional. Peran pemerintah sebagai

    fungsi pembangunan yaitu yang berkaitan dengan keterlibatan pemerintah

    daerah dalam kegiatan-kegiatan ekonomi. Sedangkan peran pemerintah

    sebagai pemberdayaan adalah peran pemerintah untuk meningkatkan peran

    serta masyarakat dalam pengelolaan Pasar Kranggan.

    2. Ketersediaan Anggaran.

    Ketersediaan anggaran adalah tersedianya alokasi anggaran dari

    APBD Pemerintah Kota Yogyakarta yang diberikan kepada Dinas Pengelola

    Pasar Kota Yogyakarta yang kemudian dapat digunakan secara efektif dan

    efisien untuk menjalankan program pengelolaan pasar kranggan.

    3. Partisipasi Pedagang.

    Partisipasi pedagang adalah berbagai kegiatan pedagang pasar

    kranggan yang timbul dan dilakukan atas kehendak dan keinginan sendiri dari

    para pedagang pasar kranggan untuk ikut serta dan aktif dalam mengelola

    pasar kranggan seperti mengelola kebersihan dan keamanan pasar, pendirian

  • 33

    paguyuban pedagang pasar kranggan, koperasi dan menyampaikan aspirasi

    mereka secara langsung kepada pemerintah dalam setiap agenda

    pertemuan/rapat rutin.

    4. Partisipasi Stakeholder.

    Keterlibatan stakeholder adalah adanya kerjasama dari Pemerintah

    Kota Yogyakarta dengan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM dalam

    kegiatan pelatihan dan pembinaan secara berkelanjutan kepada pedagang

    pasar kranggan.

    2.6 Definisi operasional

    Dalam penelitian tentang Peran Pemerintah Kota Yogyakarta dalam

    mengelola pasar kranggan peneliti akan mencoba mencari beberapa data yang

    relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan berpedoman kepada

    teori-teori yang telah diungkapkan dalam Bab II, diantaranya :

    1. Peran sebagai fungsi regulator :

    Indikator : Adanya peraturan tentang Pasar tradisional.

    2. Peran sebagai fungsi pembangunan :

    Indikator : Adanya program rehabilitasi Pasar Kranggan.

    3. Peran sebagai fungsi pemberdayaan :

    Indikator :

    - Adanya bantuan pinjaman modal bagi para pedagang Pasar Kranggan.

    - Adanya kegiatan pemberdayaan pedagang Pasar Kranggan.

  • 34

    Faktor-faktor yang mempengaruhi Peran Pemerintah Kota Yogyakarta

    dalam mengelola Pasar Kranggan dapat dilihat dari indikator-indikator berikut

    ini :

    1. Ketersediaan Anggaran:

    Indikator: Adanya alokasi anggaran dari Pemerintah Kota Yogyakarta

    untuk mengelola Pasar Kranggan.

    2. Partisipasi Pedagang:

    Indikator: Keterlibatan pedagang dalam kegiatan pelatihan, pembinaan

    dan dalam mengelola Pasar Kranggan.

    3. Kerjasama Stakeholder:

    Indikator: Keterlibatan PUSTEK UGM dalam kerjasama dengan

    Pemerintah Kota Yogyakarta untuk melaksanakan kegiatan pelatihan dan

    pembinaan pedagang Pasar Kranggan.

  • 35

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Metode Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dari Pemerintah Kota

    Yogyakarta dalam mengelola Pasar Kranggan. Jenis penelitian yang akan digunakan

    adalah mix method. Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan

    menggabungkan dua bentuk penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian

    kualitatif dan penelitian kuantitatif. Menurut Creswell (2010: 5), penelitian campuran

    merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan antara penelitian kualitatif

    dengan penelitian kuantitatif. Menurut pendapat Sugiyono (2011: 404) menyatakan

    bahwa metode penelitian kombinasi (mixed methods) adalah suatu metode penelitian

    yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dengan

    metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan

    penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable dan

    obyektif.

    Munculnya metode mixed methods ini mulanya hanya mencari usaha

    penggabungan antara data kualitatif dengan data kuantitaif (Creswell, 2010:22).

    Diperjelas lagi oleh Tashakkori dan Teddi dalam bukunya yang berjudul Mixed

    Methodology, bahwa mengombinasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif ini

    muncul setelah adanya debat yang berkepanjangan antara dua paradigma yang

  • 36

    menjadi pedoman dari peneliti, kedua paradigma tersebut adalah positivis/empiris

    yang menjadi dasar konseptual dari metode kuantitatif dan paradigma

    konstruktivis/fenomenologi yang menjadi dasar dari metode kualitatif (2010: 3-4).

    Menurut Creswell (2010: 22-23), strategi-strategi dalam mixed methods, yaitu:

    1. Strategi metode campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed methods)

    merupakan strategi bagi peneliti untuk menggabungkan data yang ditemukan dari

    satu metode dengan metode lainnya. Strategi ini dapat dilakukan dengan interview

    terlabih dahulu untuk mendapatkan data kualitatif, lalu diikuti dengan data kuantitaif

    dalam hal ini menggunakan survey. Strategi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

    (Creswell, 2010 : 316-318):

    a. Strategi eksplanatoris sekuensial. Dalam strategi ini tahap pertama adalah

    mengumpulkan dan menganalsis data kuantitatif kemudian diikuti oleh

    pengumpulan dan menganalisis data kualitatif yang dibangun berdasarkan

    hasil awal kuantitatif. Bobot atau prioritas ini diberikan pada data kuantitatif.

    b. Strategi eksploratoris sekuensial. Strategi ini kebalikan dari strategi

    ekspalanatoris sekuensial, pada tahap pertama peneliti mengumpulkan dan

    menganalisis data kualitatif kemudian mengumpulkan dan menganalisis data

    kuantitatif pada tahap kedua yang didasarkan pada hasil dari tahap pertama.

    Bobot utama pada strategi ini adalah pada data kualitatif.

  • 37

    c. Strategi transformatif sekuensial. Pada Strategi ini peneliti menggunakan

    perspektif teori untuk membentuk prosedur-prosedur tertentu dalam

    penelitian. Dalam model ini, peneliti boleh memilih untuk menggunakan salah

    satu dari dua metode dalam tahap pertama, dan bobotnya dapat diberikan pada

    salah satu dari keduanya atau dibagikan secara merata pada masing-masing

    tahap penelitian.

    2. Strategi metode campuran konkuren/sewaktu waktu (concurrent mixed methods)

    merupakan penelitian yang menggabungkan antar data kuantitatif dan data kualitatif

    dalam satu waktu. Terdapat tiga strategi pada strategi metode campuran konkuren ini,

    yaitu (Creswell, 2010: 320-324):

    a. Strategi triangulasi konkuren. Dalam strategi ini, peneliti mengumpulkan

    data kuantitatif dan data kualitatif dalam waktu bersamaan pada tahap

    penelitian, kemudian membandingkan antara data kualitatif dengan data

    kuantitatif untuk mengetahui perbedaan atau kombinasi.

    b. Strategi embedded konkuren. Strategi ini hampir sama dengan model

    triangulasi konkuren, karena sama-sama mengumpulkan data kualitatif dan

    kuantitatif dalam waktu yang bersamaan. Membedakannya adalah model ini

    memiliki metode primer yang memandu proyek dan data sekunder yang

    memiliki peran pendukung dalam setiap prosedur penelitian. Metode sekunder

    yang kurang begitu dominan/berperan (baik itu kualitatif atau kuantitatif)

  • 38

    ditancapkan (embedded) kedalam metode yang lebih dominan (kualitatif atau

    kuantitatif).

    c. Strategi transformatif konkuren. Seperti model transformatif sequential

    yaitu dapat diterapkan dengan mengumpulkan data kualitatif dan data

    kuantitatif secara bersamaan serta didasarkan pada perspektif teoritis tertentu.

    3. Prosedur metode campuran transformatif ( transformative mixed methods)

    merupakan prosedur penelitian dimana peneliti menggunakan kacamata teoritis

    sebagai perspektif overaching yang didalamnya terdiri dari data kualitatif dan

    data kuantitatif. Perspektif inilah yang nantinya akan memberikan kerangka kerja

    untuk topik penelitian, teknik pengumpulan data, dan hasil yang diharapkan dari

    penelitian.

    Dalam penelitian ini menggunakan strategi metode campuran sekuensial/

    bertahap (sequential mixed methods) terutama strategi eksploratoris sekuensial.

    Dalam menjawab rumusan masalah penelitian ini pada tahap pertama penulis

    melakukan pengumpulan dan menganalisis data kualitatif, kemudian dilanjutkan

    tahap kedua dengan mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif dengan bobot

    utama pada strategi penelitian ini adalah pada data kualitatif sedangkan data

    kuantitatif digunakan untuk mendukung/memperkuat data kualitatif.

  • 39

    3.2 Desain Penelitian

    Jenis desain penelitian pada penelitian mixed methods dibagi menjadi tiga

    yaitu sequential explanatory designs, sequential exploratory designs, dan concurrent

    triangulation designs. Pertama, sequential explanatory designs, pengumpulan data

    kuantitatif dan kualitatif dilaksanakan dalam dua tahap, dengan penekanan utama

    pada metode kuantitatif. Kedua, sequential exploratory designs yaitu pengumpulan

    data kualitatif dilakukan pertama kali dan dianalisis, kemudian data kuantitatif

    dikumpulkan dan dianalisis. Jenis sequential exploratory lebih menekankan pada

    kualitatif. Ketiga adalah concurrent triangulation designs(juga disebut desain

    integrantive atau konvergen) di mana peneliti secara bersamaan mengumpulkan data

    kuantitatif dan kualitatif, menggabungkan dalam analisis metode analisis data

    kuantitatif dan kualitatif, dan kemudian menafsirkan hasilnya bersama-sama untuk

    memberikan pemahaman yang lebih baik dari fenomena yang menarik.

    Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sequential

    exploratory, yaitu mengumpulkan dan menganalisi data kualitatif kemudian

    mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif. Dalam penelitian ini lebih

    menekankan pada metode kualitatif (McMillan, 2010 : 402). Sependapat dengan yang

    dikatakan oleh McMillan, Creswell (2010: 317-318) yaitu pada tahap pertama akan

    diisi dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif, kemudian pengumpulan dan

    menganalisis data kuantitatif. Penggabungan dat kuantitatif dengan data kualitatif ini

    biasanya didasarkan pada hasil-hasil yang telah diperoleh sebelumnya dari tahap

  • 40

    pertama. Prioritas utama pada tahap ini lebih ditekankan pada tahap pertama, dan

    proses penggabungan diantara keduanya terjadi ketika peneliti menghubungkan

    antara analisis data kualitatif dengan pengumpulan data kuantitatif.

    Pada penelitian ini, data kuantitatif digunakan untuk menjelaskan data

    kualitatif. Data kualitatif ini didapatkan melalui wawancara secara mendalam dengan

    narasumber. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh data mengenai

    gambaran pengelolaan Pasar Kranggan dari stakeholder yang terkait dalam

    pengelolaan Pasar Kranggan. Sedangkan untuk metode kuantitatif digunakan untuk

    mendukung/mengkroscek data kualitatif agar didapat data yang lebih valid.

    Indstrumen yang digunakan adalah angket/kuisioner.

    3.3 Lokasi dan Sasaran Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Pasar Kranggan di Dusun Cokrodiningratan,

    Kecamatan Jetis, Kabupaten Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sasaran

    penelitian ini adalah para pedagang Pasar Kranggan. Selain itu, peneliti juga akan

    berusaha untuk mendapatkan informasi dari instansi-instansi yang berkapasitas dalam

    hal pengelolaan pasar tradisional yaitu Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta,

    Dinas Pembangunan dan Aset Daerah Kota Yogyakarta dan Dinas

    Disperindagkoptan.

  • 41

    3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

    Penelitian ini membutuhkan data primer dan data sekunder, dimana keduanya

    digunakan secara terpadu dan saling mengkonfirmasi. Secara umum, penelitian

    mengenai Peran Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar

    Kranggan ini menggunakan data primer sebagai sumber utama yang kemudian

    dipadukan dengan data sekunder sebagai data pelengkap. Data sekunder untuk

    penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya: laporan-laporan,

    dokumen-dokumen, hasil penelitian dan survai, berita koran, artikel majalah, serta

    tulisan-tulisan yang terdapat dalam media elektronik dan internet.

    Dalam penelitian ini, narasumber yang menjadi sumber data adalah orang-

    orang maupun aktor kunci yang memiliki keterlibatan secara langsung dan intensif

    dalam proses pengelolaan Pasar Kranggan.

    Teknik yang digunakan dalam desain penelitian sequential exploratory ini

    untuk pengumpulan data dilakukan secara berurutan dalam pengumpulan datanya.

    Data yang diambil baik data kualitatif maupun data kuantitatif akan saling

    menunnjang satu sama lain. Dalam penelitian ini pengumpulan datanya

    menggunakan:

    a. Wawancara

    Salah satu metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dari

    sumber primer adalah dengan melakukan wawancara secara mendalam.

  • 42

    Dengan melakukan metode wawancara, maka penelitian dan sumber yang

    terkait akan berkomunikasi secara langsung, sehingga narasumber

    memberikan penjelasan terkait masalah penelitian. Dalam penelitian ini,

    penulis melakukan wawancara untuk menemukan permasalahan secara lebih

    terbuka dengan narasumber, dengan melakukan dialog, mengemukakan

    pendapat dan ide dengan tetap berfokus pada point-point wawancara. Dalam

    mengumpulkan data peneliti telah melakukan wawancara kepada pihak Dinas

    Pengelola Pasar Kota Yogyakarta, pihak Pengelola Pasar Kranggan,

    Paguyuban Pedagang Pasar Kranggan, Dinas Disperindagkoptan, dan Dinas

    Pembangunan dan Aset Daerah Kota Yogyakarta.

    Informan atau narasumber dalam penelitian ini antara lain adalah:

    1. Bapak Ir. Supartama, MM. (Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta

    Bidang Pengembangan bagian Seksi Pengkajian Pengembangan dan

    pemasaran).

    2. Bapak Udiyitno (Koordinator/ Lurah Pasar Kranggan).

    3. Bapak Ir. Bambang Widiyatmoko (Kepala bagian pengembangan

    UMKM Dinas Disperindagkoptan).

    4. Bapak Waltijo (Wakil Ketua Paguyuban pedagang pasar kranggan).

    5. Drs. Risdianto (bagian sekertariat alih data dan laporan Dinas

    Pembangunan dan Aset Daerah).

    Instrumen pengumpulan data menggunakan panduan wawancara

    terlampir di halaman lampiran.

  • 43

    b. Dokumentasi

    Dokumentasi dilakukan karena kebutuhan terhadap data sekunder

    yang dapat digunakan untuk mendukung penelitian secara umum.

    Dokumentasi sebenarnya merupakan suatu bagian yang penting dari data

    dasar untuk studi kasus (Yin, 2006:93). Dokumentasi dalam penelitian ini

    antara lain adalah dokumentasi mengenai profil Pasar Kranggan seperti

    pengambilan gambar/foto kondisi bangunan pasar kranggan sebelum dan

    sesudah adanya program rehabilitasi, gambar/foto grand design Pasar

    Kranggan, gambar/foto pedagang, pengunjung pasar dan barang-barang

    dagangan menggunakan kamera telepon genggam.

    c. Survei

    Untuk mendukung hasil wawancara yang telah dilakukan dengan

    aktor-aktor yang terlibat, peneliti juga telah melakukan survei kepada para

    pedagang Pasar Kranggan. Survei merupakan penelitian yang mengambil

    sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen

    pengumpulan data yang pokok7

    7 Ibid hal. 3

    . Survei tersebut ditujukan untuk mengetahui

    pendapat para pedagang terkait tentang kondisi dan proses pengelolaan Pasar

    Kranggan. Pertanyaan diajukan kepada pedagang pasar kranggan sebagai

    respondennya dengan menyebarkan 50 kuesioner. Kuesioner yang disebarkan

    kepada responden terlampir di halaman lampiran. Teknik untuk menentukan

    responden yang akan diberikan kuisioner adalah dengan menggunakan teknik

  • 44

    random sampling. Random sampling sendiri menurut Sugiyono (2003:74-78)

    adalah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi

    baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama

    untuk dipilih sebagai anggota sampel. Kemudian cara yang digunakan adalah

    dengancara ordinal dimana pengambilan sampel dengan cara kelipatan dari

    sampel sebelumnya, peneliti menggunakan kelipatan 5 dalam menentukan

    sampel hingga mendapatkan 50 responden.

    3.5 Teknik Analisis Data

    3.5.1 Analisis Data Kualitatif

    Analisis data merupakan suatu proses dimana data itu disederhanakan ke

    dalam sebuah bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang

    diperlukan dalam penelitian ini sebagian besar bersifat kualitatif sehingga data

    yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif

    kualitatif yaitu menggambarkan keadaan obyek penelitian apa adanya. Dengan

    analisa deskriptif kualitatif, temuan-temuan dari kasus-kasus yang terjadi di

    lapangan dapat dikaji lebih mendalam dan fenomena yang ada dapat digambarkan

    secara lebih terperinci.

  • 45

    Analisis data tersebut dilaksanakan melalui :

    1. Mengumpulkan data

    Mengumpulkan data merupakan tahapan awal dalam analisis data. Data

    yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer.

    Data primer tersebut terdiri atas data hasil wawancara, dan data hasil

    dokumentasi. Data sekunder diperoleh dari Dinas Pengelola Pasar Kota

    Yogyakarta, Dinas Disperindagkoptan Kota Yogyakarta, Dinas Pembangunan dan

    Aset Daerah Kota Yogyakarta.

    2. Reduksi data

    Reduksi data dilakukan dengan pemilahan data yang terkumpul ke dalam

    penggolongan data, penentuan bagian-bagian yang hendak diabaikan, dipertajam

    dan dikembangkan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dikelompokkan

    sesuai dengan inti permasalahan yang diperoleh, hal tersebut dilakukan dengan

    mereduksi data dari lapangan yaitu dengan menuliskan secara rapi, terperinci, dan

    sistematis untuk memperoleh keterangan serta data-data yang dibutuhkan dalam

    menyusun hasil dan analisis penelitian

    Hasil dokumentasi memberikan gambaran mengenai data dan mendukung

    data yang diperoleh dari hasil wawancara serta melihat hal yang tersirat yang

    tidak dapat diperoleh dari hasil wawancara. Data-data yang telah direduksi

    kemudian disusun dan dianalisis sehingga dapat menggambarkan dan

    menjelaskan peran dari Dinas Pengelola Pasar Kota Yogyakarta dalam mengelola

    Pasar Kranggan.

  • 46

    3. Menarik kesimpulan

    Tahapan yang terakhir yaitu menarik kesimpulan dan saran-saran yang

    dipandang perlu berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan. Penarikan

    kesimpulan dilakukan secara induktif, yaitu dengan mencoba menarik kesimpulan

    yang berlaku umum dari fakta-fakta yang ada dan dari data-data yang telah

    diperoleh.

    3.5.2 Analisis Data Kuantitatif

    Pada penelitian ini proses pengumpulan data juga dilakukan dengan

    menggunakan teknik survei dengan cara menyebar kuesioner kepada responden,

    dalam hal ini responden yang dipilih adalah pedagang pasar kranggan. Item-item

    pertanyaan yang telah disusun dalam kuisioner tersebut memberikan informasi

    mengenai profil dan pendapat/persepsi pedagang Pasar Kranggan mengenai Peran

    Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengelola Pasar Kranggan. Kemudian proses

    analisis data hasil survei akan diolah dengan statistik deskriptif, statistik deskriptif

    digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan/menggambarkan

    data yang telah terkumpul dengan memaparkan hasil survei kedalam bentuk table-

    tabel yang kemudian dianalisis secara deskriptif.

  • 47

    BAB IV

    DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN

    4.1 Sejarah Pasar Kranggan

    Pasar Kranggan adalah termasuk pasar legendaris yang berada di Kota

    Yogyakarta selain Pasar Beringharjo. Daerah Kranggan sendiri pada awalnya

    dibangun atas permintaan dari Tumenggung Rangga Prawirasantika yang hidup di

    masa penjajahan Belanda. Pasar dan wilayah yang ad