PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO...

116
i PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa Rembitan Kabupaten Lombok Tengah) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya LALU DWARNO DIMAHANDI 105030103111013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK MALANG 2017

Transcript of PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO...

Page 1: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

i

PERAN PEMERINTAH DESA

DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE

(Studi pada Pemerintah Desa Rembitan Kabupaten Lombok Tengah)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

LALU DWARNO DIMAHANDI

105030103111013

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

MALANG

2017

Page 2: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

ii

Page 3: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

iii

Page 4: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

iv

Page 5: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata Mahasiswa

Nama : Lalu Dwarno Dimahandi

NIM : 105030103111013

Jurusan : Administrasi Publik

Fakultas : Ilmu Administrasi

Tempat/Tanggal Lahir : Mataram, 01 November 1991

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Muncan I, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah.

No Telepon : -

No Ponsel : 083834604765

E-mail : [email protected]

Pendidikan

1. 1998 - 2004 SDN Montong Batu

2. 2004 - 2007 SMPN 5 Kopang

3. 2007 - 2010 SMAN 5 Mataram

4. 2010 - 2017 Universitas Brawijaya Malang

Page 6: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya

2. Bapak Dr. Alfi Haris Wanto,M.AP,MMG selaku Ketua Komisi

Pembimbing yang dengan ikhlas memberikan motivasi dan

membimbing dengan sangat telaten dan penuh kesabaran.

3. Bapak Nurjati Widodo S.AP,MAP selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang memberikan motivasi dan membimbing yang tidak pernah bosan.

4. Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan pengetahuan selama masa

perkuliahan, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Arifin Tomi selaku Kepala Desa Rembitan, serta seluruh staff

kantor Desa Rembitan Kabupaten Lombok Tengah yang membantu

dalam perolehan data dan mengijinkan penulis melakukan penelitian

ini.

6. Bapak Kurdap Selake, S.Pd selaku Kepala Dusun Sade dan Inaq yang

bersedia untuk menjadi narasumber selama saya melakukan penelitian

di Dusun Sade.

7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Page 7: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

vii

ABSTRAK

Lalu Dwarno Dimahandi, 2016, Peran Pemerintah Desa Dalam

Pengembangan Desa Wisata Sade (Studi pada Pemerintah Desa Rembitan

Dusun Sade Kabupaten Lombok Tengah) Dr. Alfi Haris Wanto,M.AP,MMG,

Nurjati Widodo S.AP,MAP, 101 hal + xii

Desa memiliki kewenangan untuk mengatur desanya secara mandiri

termasuk bidang sosial, politik dan ekonomi. Bagi desa, otonomi yang dimiliki

berbeda dengan otonomi yang dimiliki oleh daerah propinsi maupun daerah

kabupaten dan daerah kota. Otonomi yang dimiliki oleh desa adalah berdasarkan

asal-usul dan adat istiadatnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mendiskripsikan dan

menganalisis bagaimana peran pemerintah desa dalam pengembangan desa wisata

sade di desa rembitan Kabupaten Lombok Tengah. Metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

menggunakan metode analisis Milles dan Huberman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa Pemerintah

Desa memiliki peran yang cukup baik sebagai motivator, fasilitator, dan

dinamisator. Sebagai motivator, Pemerintah Desa berperan cukup baik dalam

memberikan motivasi atau dorongan kepada warga desa untuk ikut dalam

kegiatan pengembangan Desa Wisata Sade melalui kegiatan pengarahan dan

pembinaan yang dibantu oleh bawahannya. Sebagai fasilitator, Pemerintah Desa

berperan cukup baik dalam memfasilitasi semua pihak dalam kegiatan gotong-

royong memperbaiki infrastruktur jalan desa untuk kepentingan para wisatawan

yang datang berkunjung ke Desa Wisata Sade. Sebagai dinamisator, Pemerintah

Desa berperan cukup baik dalam mengajak masyarakat dan semua pihak yang

terkait untuk berpartisipasi, bekerjasama, dan bersinergi dalam pengembangan

Desa Wisata Sade

Kata Kunci : Peran Pemerintah Desa, Pengembangan Desa Wisata

Page 8: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

viii

ABSTRACT

Lalu Dwarno Dimahandi, 2016, The Role Of Village Government In

The Development Of The Tourist Village Of Sade (Study on Village

Government Rembitan Village Sade Sub District Central Lombok ) Dr. Alfi

Haris Wanto,M.AP,MMG, Nurjati Widodo S.AP,MAP, Page 101 + xii

The village has the authority to regulate the village independently

including social, political and economic. For the village, which belonged to

different autonomous with the autonomy that is owned by the province or area of

the regional district and city areas. It is owned by the village autonomy is based

on its origin and customs and traditions.

This research aims to know, describe and analyze The Role Of Village

Government In The Development Of The Tourist Village Of Sade. The research

method used is descriptive research with qualitative approach, which uses

analytical methods Milles and Huberman.

The results showed that a Government indicated that the village has quite a

good role as a motivator, facilitator, and dinamisator. As a motivator, the village

Government was instrumental in delivering good enough motivation or

encouragement to villagers to participate in the activities of the development of

Village Tourism Sade through the briefing and coaching that is aided by his

subordinates. As a facilitator, the Government of the village plays pretty well in

facilitating all parties in royong improve road infrastructure of villages for the

benefit of the tourists who come to visit the tourist village of Sade. As

dinamisator, the village Government plays quite well in society and invites all

stakeholders to participate, cooperate, and work together in the development of

the tourist village of Sade

Keywords : The Role Of Village Government, The Development Of The

Tourist Village Sade

Page 9: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Peran Pemerintah Desa Dalam Pengembangan Desa

Wisata Sade (Studi pada Pemerintah Desa Rembitan Dusun Sade Kabupaten

Lombok Tengah)”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memproleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya

2. Bapak Dr. Alfi Haris Wanto,M.AP,MMG selaku Ketua Komisi

Pembimbing yang dengan ikhlas memberikan motivasi dan

membimbing dengan sangat telaten dan penuh kesabaran.

3. Bapak Nurjati Widodo S.AP,MAP selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang memberikan motivasi dan membimbing yang tidak pernah bosan.

4. Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan pengetahuan selama masa

perkuliahan, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

x

5. Bapak Arifin Tomi selaku Kepala Desa Rembitan, serta seluruh staff

kantor Desa Rembitan Kabupaten Lombok Tengah yang membantu

dalam perolehan data dan mengijinkan penulis melakukan penelitian

ini.

6. Bapak Kurdap Selake, S.Pd selaku Kepala Dusun Sade dan Inaq yang

bersedia untuk menjadi narasumber selama saya melakukan penelitian

di Dusun Sade.

7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 14 Juni 2017

Penulis

Page 11: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

xi

DAFTAR ISI

MOTTO ..................................................................................................... i

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ....................................................... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .......................................... iii

RINGKASAN ............................................................................................ iv

SUMMARY ............................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9

D. Kontribusi Penelitian .................................................................... 9

E. Sistematika Pembahasan ............................................................... 10

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 12

B. Administrasi Publik ...................................................................... 15

C. Administrasi Pembangunan .......................................................... 17

D. Pemerintahan Desa........................................................................ 20

E. Konsep Peran ................................................................................ 26

F. Konsep Pariwisata ......................................................................... 31

G. Konsep Pembangunan Wisata Berkelanjutan ............................... 33

H. Konsep Desa Wisata ..................................................................... 35

Page 12: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

xii

BAB III Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian.............................................................................. 40

B. Fokus Penelitian ............................................................................ 42

C. Lokasi dan Situs Penelitian ........................................................... 43

D. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 44

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 46

F. Instrumen Penelitian ..................................................................... 49

G. Analisa Data .................................................................................. 50

BAB IV Hasil Penelitian

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 53

1. Lokasi dan Lingkungan Alam .................................................. 53

2. Keadaan Penduduk ................................................................... 56

3. Gambaran Umum Penduduk Dusun Sade ................................ 56

B. Penyajian Data Fokus Penelitian .................................................. 61

1. Peran Pemerintah Desa Dalam

Pengembangan Desa Wisata Sade............................................ 61

a. Peran Sebagai Motivator ..................................................... 62

b. Peran Sebagai Fasilitator ..................................................... 70

c. Peran Sebagai Dinamisator .................................................. 73

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Peran Pemerintah Desa

Dalam Pengembangan Desa Wisata Sade ................................ 77

a. Faktor Pendukung ................................................................ 77

b. Faktor Penghambat .............................................................. 80

C. Analisis Data dan Pembahasan ..................................................... 81

1. Peran Pemerintah Desa Dalam

Pengembangan Desa Wisata Sade............................................ 81

a. Peran Sebagai Motivator ..................................................... 81

b. Peran Sebagai Fasilitator ..................................................... 84

c. Peran Sebagai Dinamisator .................................................. 86

Page 13: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

xiii

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Peran Pemerintah Desa

Dalam Pengembangan Desa Wisata Sade ................................ 89

a. Faktor Pendukung ................................................................ 89

b. Faktor Penghambat .............................................................. 93

BAB V Penutup

A. Kesimpulan ................................................................................... 96

B. Saran ............................................................................................. 97

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 99

Page 14: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Objek Wisata di Kabupaten Lombok Tengah ... 4

Tabel 2 Perbedaan Administrasi Publik dan Administrasi

Pembangunan ...................................................................... 19

Tabel 3 Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Rembitan........... 63

Tabel 4 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera di Desa Rembitan

Tahun 2012-2015................................................................. 65

Tabel 5 Realisasi Penyaluran Dana Sapras dari Dana PNPM Mandiri

Pedesaan di Desa Rembitan Tahun 2012-2015 ................... 66

Tabel 6 Sarana Perekonomian di Desa Rembitan Tahun 2012-2015 68

Tabel 7 Jumlah Usaha Industri di Desa Rembitan Tahun 2012-2015 68

Tabel 8 Panjang Jalan Menurut Jenis di Desa

Rembitan Tahun 2012-2015 ................................................ 73

Tabel 9 Kunjungan Wisatawan Asing dan Domestik

di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012-2015............... 75

Tabel 10 PDRB Perkapita Kabupaten Lombok Tengah Menurut

Lapangan UsahaTerkait Desa Wisata SadeTahun 2012-2015 76

Page 15: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Angka Kunjungan Wisatan Kabupaten Lombok Tengah

Tahun 2005-2013................................................................. 3

Gambar 2 Analisis Data Model Interaktif ............................................ 54

Gambar 3 Papan “Selamat Datang” di Dusun Sade Desa Rembitan ... 56

Gambar 4 Beragam Cinderamata yang Dijual Penduduk Dusun Sade 61

Gambar 5 Kain Tenun Songket Khas Sasak di Dusun Sade ................ 70

Gambar 6 Fasilitas Parkir di Desa Wisata Sade ................................... 71

Gambar 7 Perbaikan Toilet Umum di Desa Wisata Sade .................... 72

Page 16: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lombok merupakan salah satu pulau di Indonesia yang menjadi

destinasi wisata. Daya tarik wisata yang dimiliki merupakan daya tarik wisata

alam dan budaya. Kondisi daya tarik wisata alam terdiri dari panorama alam,

hutan lindung dan hutan kemasyarakatan, gunung dan bukit, sungai, lembah,

pantai yang memiliki pasir putih, persawahan yang hijau, dan

keanekaragaman potensi bahari. Pariwisata budaya mengalami perkembangan

yang positif. Keselarasan antara budaya masyarakat sasak dengan budaya

masyarakat Hindu terjalin dengan baik, sehingga menambah daya tarik wisata

di Pulau Lombok dan menarik wisatawan ke Pulau Lombok (Jumail, 2011:8).

Lombok Tengah merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak

potensi pariwisata baik potensi alam dan budaya. Pengembangan pariwisata

Lombok Tengah bersifat tradisional. Konsep pengembangan yang dilakukan

tidak melihat pengaruh di masa yang akan datang. Banyak hotel dan restoran

yang dibangun di kawasan hijau. Pembangunan daya tarik wisata di Lombok

Tengah belum bertumpu pada konsep-konsep pengembangan pariwisata

berkelanjutan. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan penanggung

jawab pembangunan pariwisata memberikan izin kepada para investor asing

sehingga pariwisata Lombok Tengah dikuasai oleh investor asing (Irianto,

2011:189).

Page 17: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

2

Sejalan dengan dinamika, gerak perkembangan pariwisata merambah

dalam berbagai terminologi seperti, sustainable tourism development, rural

tourism, ecotourism, merupakan pendekatan pengembangan kepariwisataan

yang berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di daerah

tujuan wisata bukan perkotaan. Salah satu pendekatan pengembangan wisata

alternatif adalah desa wisata untuk pembangunan pedesaan yang

berkelanjutan dalam bidang pariwisata (Suwena, 2010:34). Desa wisata

adalah sebuah kawasan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik

khusus untuk menjadi daerah tujuan wisata. Di kawasan ini, penduduknya

masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Selain itu,

beberapa faktor pendukung seperti makanan khas, sistem pertanian dan

sistem sosial turut mewarnai sebuah kawasan desa wisata. Di luar faktor-

faktor tersebut, alam dan lingkungan yang masih asli dan terjaga merupakan

salah satu faktor terpenting dari sebuah kawasan tujuan wisata.

Data menunjukkan dari tahun 2005 hingga tahun 2013, tercatat

setidaknya 437.838 wisatawan domestik dan 531.830 wisatwan mancanegara

yang telah mengunjungi berbagai objek wisata yang terdapat di Kabupaten

Lombok Tengah. Selain itu, sebaran data yang disajikan pada diagram di

bawah memperlihatkan bahwa lonjakan tertinggi kedatangan wisatawan

terjadi pada tahun 2012 sejumlah 218.991 wisatawan domestik, naik hingga

lima kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal sama yang juga terjadi

pada wisatawan mancanegara dengan kunjungan sejumlah 121.482

wisatawan mancanegara, meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun

Page 18: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

3

sebelumnya. Gambaran lebih lengkap terkait jumlah kunjungan wisatawan

tersebut akan disajikan pada gambar 1.1 di bawah ini:

Gambar 1.1: Angka Kunjungan Wisatawan Kabupaten Lombok Tengah

Tahun 2005-2013

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Domestik 8,807 9,769 11,594 11,968 17,021 13,126 17,289 218,991 223,265

Asing 22,564 25,143 29,372 30,324 33,007 37,140 49,509 121,482 125,307

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

Ju

mla

h W

ssata

wan

Sumber: Berdasarkan Buku Lombok Tengah Dalam Angka Tahun 2011, 2013, dan 2014.

Dengan berbagai perkembangan yang telah dicapai, masih terdapat

sebuah masalah yang belum banyak disadari terutama oleh pemerintah daerah

sebagai pemegang otoritas pengelolaan sektor pariwisata. Meskipun telah

melakukan klasifikasi terhadap beberapa sektor pariwisata, namun luasnya

cakupan sektor pariwisata di Kabupaten Lombok Tengah menyebabkan

perhatian pemerintah menjadi terpecah. Pemerintah Kabupaten Lombok

Tengah setidaknya membagi sektor wisata menjadi tujuh objek utama, yang

selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 1.1. Di satu sisi pemerintah memberikan

perhatian sangat besar bagi beberapa sektor pariwisata (wisata bahari

khususnya), dengan mengeluarkan berbagai bentuk kebijakan. Namun di sisi

lain pemerintah juga seakan luput dalam memberikan perhatiannya pada

sektor wisata lain yang jika diukur berdasarkan potensinya tak kalah dengan

wisata bahari. Hasilnya muncul ketimpangan yang berdampak pada tidak

“ter-ekspose-nya” potensi sektor wisata lain.

Page 19: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

4

Tabel 1.1: Klasifikasi Objek Wisata di Kabupaten Lombok Tengah

No. Objek Wisata Jenis Lokasi

1. Wisata Bahari Pantai Awang, Bumbang, Gerupuk,

Kawasan Pantai Putri

Mandalika, Are Guling, Mawun,

Tampah, Rowok & Semeti, Selong

Blanak, Mawi, Tomang-Omang,

Serangan, Torok Aik Belik,

Pengantap Timur.

Serenting

Kuta

Kecamatan Pujut

Kecamatan Praya

Barat

Kecamatan Praya

Barat Daya

2. Wisata Alam Pemandian dan pemandangan alam,

air terjun, dan treking

Aik Bukak, Aik

Berik, Kec.

Batukliang

Bumbang Kecamatan

Pujut

3. Wisata Budaya Bau Nyale Kuta

Nyongkolan Semua kecamatan

Nede, Ngerantok Praya Timur, Janapria

Perang Timbun Serewe Pejanggik

Dusun tradisional Sade

Praje/ Jaran Kamput Semua kecamatan

4. Wisata Seni Oncer Teruwai Pujut

Rudat Perina jonggat

Tawaq-Tawaq Batukliang

Gendang Beleq Semua kecamatan

Wayang Kulit Janapria, Prabarda,

Praya Timur, BKU

Amaq Abir Praya Timur

Gandrung Marong, Praya Timur

Bagu Pringarata

Cilokaq Semua kecamatan

Kasidah Semua kecamatan

Pepaosan Pujut, Jonggat, Prabar

Teater Matahari Kopang

Perisaian Semua Kecamatan

5. Wisata Religi Makam ketaq, makam nyatoq,

makam serewe, makam biletawah,

masjid kuno rembitan, masjid

gunung pujut

Kopang, Praya

Tengah, Janapria,

Pujut

6. Wisata IPTEK Batu Rijang Praya Barat

7. Wisata Industri Tenun Tradisional Sukarara, Jonggat

Sade Pujut

Pejanggik Praya

Kerajinan Rotan Beleka, Praya Timur

Kerajinan Bambu Janapria, Praya Timur

Gerabah Penujan, Praya Barat

Sumber: Lombok Tengah Dalam Angka tahun 2014

Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah Pasal 371 disebutkan bahwa dalam daerah kabupaten/kota dapat

dibentuk desa dan desa mempunyai kewenangan sesuai dengan ketentuan

Page 20: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

5

peraturan perundang-undangan mengenai desa. Kewenangan desa

berdasarkan Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa Pasal 19 yaitu

meliputi: kewenangan berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal berskala

desa, kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemprov, atau Pemda,

dan kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemprov, atau Pemda

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan

dikembangkannya pembangunan desa wisata akan terjadi arus urbanisasi ke

ruralisasi (orang-orang kota senang akan pergi ke desa untuk berekreasi).

Sekarang pintu telah terbuka bagi daerah untuk berkreasi dan berinovasi

membangun daerahnya sendiri. Daerah dapat membuka investasi dan

melakukan promosi terhadap daerah lain, dimana industrialisasi pariwisata

menjadi sebuah kemestian. Industrialisasi tidaklah selamanya berarti

modernisasi, karena pariwisata mempunyai kekhasan berupa penekanan

penonjolan orisinalitas potensi wisata sebagai daya tarik yang tidak dapat

dijumpai di daerah lain. Luasnya skala pengaruh sektor pariwisata

memerlukan strategi yang mantap dalam pengelolaannya, seperti penyediaan

fasilitas pelayanan dan penanganan komprehensif yang melibatkan seluruh

elemen pemerintahan dan masyarakat (Syari, 2014:1).

Dalam pengembangan pariwisata, khususnya desa wisata dibutuhkan

peran serta masyarakat dan pemerintah daerah, khususnya pemerintah desa di

desa wisata tersebut. Terkait dengan peran serta masyarakat dalam

pengembangan desa wisata telah diteliti oleh Amrulloh (2014) menunjukkan

bahwa pesatnya perkembangan Dusun Sade sehingga menjadi destinasi

wisata utama di Kabupaten Lombok Tengah tidak lepas dari peran aktif

Page 21: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

6

masyarakat desa. Dusun Sade mengembangkan metode pariwisata berbasis

masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki oleh desa

tersebut. Berbeda halnya dengan kawasan wisata lain, masyarakat Dusun

Sade tidak menggantungkan dirinya pada pemerintah daerah baik untuk

promosi maupun pengelolaan desa wisata. Hasil penelitian ini

mengindikasikan bahwa peran pemerintah daerah sangat kurang sehingga

masyarakat Sade mengembangkan Dusun Sade secara mandiri sebagai desa

wisata. Kelemahan penelitian tersebut adalah hanya meneliti peran

masyarakat di Dusun Sade tanpa meneliti peran dari pemerintah daerah

setempat. Oleh karenanya maka penelitian ini justru meneliti peran

pemerintah daerah sebagai suatu penelitian yang menindaklanjuti penelitian

Amrulloh (2014), khususnya peran dari pemerintah Desa Rembitan Dusun

Sade.

Dusun Sade adalah salah satu dusun dengan berbagai macam potensi

yang dimiliki dan menjadi satu-satunya destinasi desa wisata. Dusun yang

telah didatangi oleh wisatawan sejak tahun 1975, jauh sebelum Pulau

Lombok menjadi destinasi wisata popular di tengah wisatawan. Bahkan

dengan berbagai potensi dan keunikannya, pemerintah provinsi Nusa

Tenggara Barat (NTB) memberikan pengakuan dan menetapkan Dusun Sade

menjadi desa wisata pada tahun 1989 melalui SK Gubernur NTB No. 2 Tahun

1989 dan Perda NTB No. 7/2013 Tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Daerah 2013-2028. Hal tersebut didasarkan atas kriteria yang

telah dipenuhi oleh Dusun Sade sebagai desa wisata mulai dari keberadaan

Page 22: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

7

atraksi wisata, aksesibilitas, sistem kepercayaan dan kemasyarakatan,

ketersediaan infrastruktur, dan dukungan dari masyarakat desa (Menlh, 2014).

Berbanding halnya dengan pemerintah provinsi, pemerintah Kabupaten

Lombok Tengah menunjukkan sikap sebaliknya. Pemerintah kabupaten

sangat minim memberikan perhatian terhadap keberadaan Dusun Sade,

terutama dalam bentuk program maupun draf kebijakan yang secara spesifik

menjadi upaya pemerintah dalam mempromosikan maupun mendukung

keberadaan Dusun Sade sebagai desa wisata. Hal tersebut sesuai hasil

wawancara awal peneliti dengan Ferdian selaku perangkat pemerintah daerah

(Bappeda Lombok Tengah) pada tanggal 15 Maret 2015 yang membenarkan

bahwa masih jarang program maupun kebijakan khusus yang dicanangkan

oleh pemerintah terkait kepariwisataan dalam bentuk desa wisata. Pemerintah

daerah (baik provinsi atau kabupaten) hanya memfokuskan orientasi promosi

pariwisata pada sektor-sektor wisata berbasis bahari dan alam terutama wisata

pantai. Sementara itu, Dusun Sade menjadi objek desa wisata paling populer

di Pulau Lombok. Data menunjukkan, rata-rata dalam setiap harinya Dusun

Sade dikunjungi oleh tak lebih dari 100 orang wisatawan dan meningkat

signifikan hingga dua kali lipat pada hari libur (Menlh, 2014).

Seluruh capaian Dusun Sade pada akhirnya telah berhasil menarik

minat pemerintah daerah Kabupaten Lombok Tengah. Setelah cukup lama

tidak memberikan perhatian serius, pemerintah pada akhirnya mulai

menempatkan Dusun Sade pada skala prioritas pembahasan kebijakan.

Beberapa instansi terkait terutama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata hingga

Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) telah melakukan serangkaian upaya

Page 23: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

8

mendorong munculnya kebijakan spesifik yang akan membantu kemajuan

pariwisata di Dusun Sade.

Pada penelitian ini akan muncul sebuah analisis menarik yang bekerja

pada dua tingkatan berbeda. Di satu sisi analisis akan memperlihatkan jalan

panjang yang ditempuh masyarakat Dusun Sade secara mandiri hingga

mampu mengembangkan daerahnya menjadi desa wisata dengan berbagai

kekurangan dan kendala yang dihadapi. Di sisi lain analisis akan

memperlihatkan bagaimana pemerintah daerah sebagai pemegang otoritas

memberikan dukungan terhadap Dusun Sade di tengah terbatasnya kebijakan

spesifik terkait desa wisata. Dua tingkat analisis tersebut sekaligus digunakan

sebagai jawaban atas dua rumusan masalah utama yang diajukan pada

penyusunan proposal penelitian ini dengan judul “Peran Pemerintah Desa

Dalam Pengembangan Desa Wisata Sade (Studi pada Pemerintah Desa

Rembitan Dusun Sade Kabupaten Lombok Tengah)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada di latar belakang di atas, maka yang akan

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah peran Pemerintah Desa dalam pengembangan Desa Wisata

Sade?

2. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat peran

Pemerintah Desa dalam pengembangan Desa Wisata Sade?

Page 24: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

9

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka pemelitian ini

mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peran Pemerintah Desa dalam

pengembangan Desa Wisata Sade.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor pendukung dan

penghambat peran Pemerintah Desa dalam pengembangan Desa Wisata

Sade.

D. Kontribusi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara

lain sebagai:

1. Kontribusi Akademis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah ataupun melengkapi

kajian serupa yang telah dilakukan terkait pengembangan Desa Wisata.

b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai data

pembanding baik dalam hal studi kasus maupun kerangka teoritik.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan baik bagi

mahasiswa, lembaga donor maupun partai politik sendiri yang ingin

melakukan studi terkait dengan pengembangan desa wisata;

b. Hasil penelitian diharapkan mampu menjadi acuan bagi para

stakeholder di tingkat pusat maupun daerah dalam mengevaluasi peran

pemerintah desa dalam pengembangan desa wisata.

Page 25: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

10

E. Sistematika Pembahasan

Secara garis besar rencana penelitian skripsi ini akan terbagi menjadi

lima bab (bagian utama):

BAB I berisis tentang latar belakang penelitian yang merupakan

argumen utama megapa peneliti mengambil tema terkait dengan

pengembangan wisata berbasis masyarakat lokal. Selain itu, bab pendahuluan

pada skripsi ini akan menjabarkan rumusan masalah serta tujuan serta

manfaat yang coba ditawarkan.

BAB II terkait dengan tinjauan pustaka, dimana skrisi ini pada nantinya

akan menggunakan kerangka analisis konsep pengembangan wisata. Selain

diawali dengan konsep pengembangan wisata berkelanjutan, pada bab II ini

untuk lebih spesifik akan menggunakan konsep peran pemerintah daerah yang

akan digunakan terutama mengacu pada indikator yang dicetuskan.

BAB III dalam skripsi ini berisi metodelogi penelitian, yang antara lain

berupa jenis penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisa

data, dan sistematika penulisan. Dalam bab ini diulas metode yang digunakan

dalam penelitian, yaitu penelitian kualitatif. Pemilihan ini juga berdampak

pada jenis data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang

dilakukan.

BAB IV merupakan inti penulisan skripsi ini secara garis besar akan

terbagi menjadi tiga bagian utama, yakni pertama menguraikan gambaran

profil daerah penelitian. Untuk menggambarkan secara komprehensif terkait

daerah penelitian akan disajikan perkembangan awal upaya pengembangan

Page 26: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

11

Dusun Sade menjadi desa wisata. Pada bagian selanjutnya akan melihat peran

pemerintah desa dalam pengembangan wisata Dusun Sade. Sedangkan pada

bagian akhir bab ini akan menjabarkan faktor pendukung dan penghambat

dari peran pemerintah desa dalam mengembangkan Desa Wisata Dusun Sade.

BAB V merupakan catatan peutup merupakan kesimpulan yang dapat

diambil setelah menjabarkan analisis panjang. Pada bagian ini akan

dipertegas temuan-temuan apa saja yang cukup signifikan dan dijelaskan

dalam bentuk poin-poin maupun narasi singkat.

Page 27: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Pada era kontemporer, ketika wisata telah menjadi komoditi unggulan

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, hal tersebut juga dibarengi oleh

munculnya analisis terutama dalam bentuk beberapa karya ilmiah. Karya

ilmiah ini secara khusus memperlihatkan beberapa meta analisis, terutama

dalam kaitannya dengan penulisan skripsi ini, terdapat beberapa analisis yang

perlu dikedepankan dan patut menjadi bagian dari penelitian terdahulu.

Penelitian terdahulu pertama yang digunakan adalah skripsi yang dituliskan

oleh Amrulloh (2014) berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis

Pariwisata pada Dusun Tradisional Sasak Sade Lombok NTB”. Riset ini

menitikberatkan analisisnya menggunakan metode deskriptif kualitatif,

dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai instrumen

pengumpulan data. Hasil penelitian skripsi tersebut memperlihatkan bahwa

pesatnya perkembangan Dusun Sade sehingga menjadi destinasi wisata utama

di Kabupaten Lombok Tengah tidak lepas dari peran aktif masyarakat desa.

Dusun Sade mengembangkan metode pariwisata berbasis masyarakat dengan

memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki oleh desa tersebut. Berbeda halnya

dengan kawasan wisata lain, masyarakat Dusun Sade tidak menggantungkan

dirinya pada pemerintah daerah baik untuk promosi maupun pengelolaan desa

wisata.

Page 28: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

13

Tidak jauh berbeda, penelitian terdahulu kedua yang digunakan sebagai

acuan serta komparasi dengan skripsi ini disajikan dari jurnal yang dituliskan

oleh Soedigdo dan Priono (2013) berjudul “Peran Ekowisata dalam Konsep

Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat pada Taman Wisata Alam

(TWA) Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah”. Kesimpulan utama dari jurnal

ini dapat digambarkan dalam tiga poin utama (i) meskipun ekowisata TWA

berbasis masyarakat, namun masyarakat tidak sepenuhnya dilibatkan dan

mengambil porsi lebih, terutama dalam hal penyediaan jasa layanan bagi

wisatawan; (ii) rendahnya animo wisatawan terutama wisatawan domestik

terhadap kawasan wisata TWA Bukit Tangkiling. Wisatawan domestik tidak

memiliki keterkaitan terhadap kawasan wisata yang mengedepankan isu-isu

alam, lingkungan, dan kesehatan; (iii) terdapat beberapa faktor yang memiliki

pengaruh signifikan dalam pengenbangan daerah wisata terutama berbasis

pada masyarakat, mulai dari keahlian masyarakat, dukungan modal, akses

wisata, fasilitas dan infrastruktur, inovasi atraksi wisata, kualitas pelayanan,

serta emudahan akses yang didukung oleh pemerintah.

Penelitian ketiga yang digunakan sebagai penelitian terdahulu dalam

skripsi ini merupakan hasil riset yang dilakukan oleh Suwanti (2016) yang

berjudul “Peran Kepala Desa dalam Pembangunan Masyarakat di Desa

Ngayau Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur”. Hasil

penelitian ini memperlihatkan bahwa Kepala Desa Ngayau dalam

melaksanakan perannya harus mampu meningkatkan pastisipasi masyarakat

untuk ikut serta dalam pembangunan desa karena Kepala Desa sebagai

motivator, fasilitator, dan dinamisator sangat dibutuhkan oleh masyarakat,

Page 29: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

14

serta Kepala Desa harus melakukan pendekatan-pendekatan kepada

masyarakat dan transparan terhadap pengelolaan desa dalam program-

program pembangunan desa guna untuk meningkatkan hubungan baik antara

pemerintah desa dan masyrakat. Faktor penghambat dalam pembangunan

masyarakat desa adalah rendahnya kualitas SDM dan teknologi yang dimiliki

aparatur desa di tingkat RT, serta kurangnya pengetahuan desa dalam

mengelola sumber daya alam yang ada.

Hasil penelitian terakhir yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

datang dari analisis penelitian yang disusun oleh Tim Pengelolaan Hutan

Bersama Hulu Sungai Malinau (2004), Center for International Forestry

Research (CIFOR) berjudul “Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat”.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pengembangan wisata berbasis

masyarakat tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan tanpa bantuan pihak lain.

Setidaknya pengembangan wisata berbasis mayarakat dapat dibangun dengan

melakukan kolaborasi kerjasama antara masyarakat, pemerintah, usaha

pariwisata, lembaga swadaya masyarakat (LSM), serta perguruan tinggi

maupun lembaga penelitian. Meskipun demikian, masyarakat tetap

mendapatkan porsi lebih dibandingkan beberapa pihak-pihak tersebut. Hasil

penelitian ini memperlihatkan bahwa pengembangan wisata berbasis

masyarakat yang diterapkan oleh desa di pinggiran sungai Malinau telah

memunculkan beberapa dampak positif (i) peningkatan dan pemarataan

pendapatan; (ii) pelestarian lingkungan hidup; serta (iii) peningkatan

kesadaran dan penghargaan untuk budaya lokal. Yang menjadi menarik dan

membedakan dengan tiga penelitian terdahulu yang telah disajikan

Page 30: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

15

sebelumnya, bahwa di sisi lain pengembangan wisata berbasis masyarakat

juga memliki dampak negatif. Dampak negatif ini muncul terutama setelah

daerah wisata itu menjadi cukup terkenal dan intensitas kunjungan wisatawan

menjadi tinggi. Kerusakan lingkungan, pencemaran, tekanan terkait

sumberdaya alam, atau tekanan terhadap sumberdaya yang terbatas tidak

dapat terelakkan.

B. Administrasi Publik

Pada awal perkembangannya, studi terkait administrasi publik

memunculkan banyak pertanyaan di atara para ahli dan para pengamat.

Pertanyaan mendasar namun membutuhkan analisa panjang untuk

mendapatkan jawabannya. Pertanyaan tersebut terkait dengan identitas

administrasi publik itu sendiri, apakah administrasi publik? Mampukah

administrasi publik dianggap sebagai sebuah teori? Ataukah administrasi

publik merupakan disiplin ilmu? Pada beberapa derajat analisis administrasi

publik boleh jadi bukan merupakan ilmu jika dibandingkan dengan ilmu fisik

maupun ilmu alam (Yang dan Miller, 2008:4). Lebih dari itu, administrasi

publik merupakan sebuah keilmuwan yang terletak di antara universalitas

ilmu alam dan “value-laden”, seni yang berasal dari dunia post-modern.

Namun dari berbagai pandangan tersebut terdapat kesepakatan yang diambil

oleh para ahli yang menyatakan bahwa administrasi publik merupakan salah

satu cabang ilmu sosial (Yang dan Miller, 2008:9).

Selain itu terdapat perdebatan lain, terutama kaitan antara administrasi

publik dan kebijakan publik. Pada salah satu jurnal yang dituliskan oleh

Young (2013:1262) berjudul “Kebijakan Publik dan Administrasi Publik”

Page 31: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

16

dijabarkan secara komprehensif bahwa administrasi publik dan kebijakan

publik memiliki keterkaitan yang erat dan terkadang saling tumpang tindih.

Pada masa Easton administrasi publik merupakan suatu turunan disiplin ilmu.

Administrasi publik dianggap tidak mampu bergerak untuk melakukan

penyusunan teori besar atau setidaknya melibatkan diri dalam metode

kuantitatif. Hal tersebut merupakan implikasi dominasi gerakan behavioral

yang mengharuskan setiap disiplin ilmu sosial untuk menggunakan riset

kualitatif.

Pada derajat analisis yang sama terkait dengan perkembangan analisis

administrasi publik terutama dalam tradisi ilmiah sebgian besar muncul dari

daratan Eropa dan Amerika Serikat. Tulisan Woodwon Wilson dan Frank

Goodnow terkait persoalan dikotomi administrasi-politik menjadi landasan

dasar kemunculan serta perkembangan Administrasi Publik (Agus, dkk, 2005,

207). Ilmu adminitrasi dianggap sebagai jawaban atas proses politik yang

kental akan berbagai kepentingan dan terkadang tidak mampu

mengakomodasi keinginan masyarakat akan terselenggaranya kebijakan dan

pelayanan publik yang baik. Selain itu, pandangan adminsitrasi publik klasik

yang dipengaruhi oleh aliran manajemen dan prinsip administrasi seperti yang

dikemukakan oleh Luther Gulick, Frederick Tatlor, dan Leonard Whoti.

Ketiga ahli tersebut menetapkan birokrasi sebagai mesin hierarkis, efisien,

dan rasional. Administrasi publik klasik juga memberikan sumbangsih

terhadap pandangan administrasi dan kebijakan di dalam ruang terpisah serta

dikontrol oleh administrator di bagian atas hierarki (Young, 2013, 1263).

Page 32: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

17

Dalam administrasi publik setidaknya terdapat delapan elemen

berdasarkan Max Weber (George et. al., 2012:2) seperti: (1) beberapa

kewenangan formal yang bersifat mendasar; (2) peraturan dan hukum intensif

bagi semua orang; (3) kompetensi inidividu yang spesifik termasuk di

antaranya pembagian kerja, spesialisasi, keahlian, dan profesionalisme; (4)

organisasi bagi individu dan pembagian kelompok berdasarkan spesifikasi

keahlian; (5) kordinasi berdasarkan garis hierarki; (6) kontinuitas terhadap

aturan dan catatan; (7) organisasi dengan pembagian posisi dan jabatan; (8)

pengembangan teknologi organisasi secara spesifik. Delapan elemen ini

kemudian kembali dikembangkan menjadi prinsip-prinsip dalam administrasi

publik menurut Max Weber dan Woodrow Wilson seperti: (1) Prinsip

efisiensi, (2) Prinsip otoritas pusat, (3) Prinsip struktur hierarki, (4) Prinsip

pekerja terdidik, dan (5) prinsip penerapan keahlian untuk administrasi.

Setelah masa perkembangan awalnya, studi terkait administrasi publik

terus berkembang seperti kemunculan model administrasi sistem terbuka

yang memberikan kontribusi penting bahwa kebijakan tidak swa-

implementasi dan bahwa variabel administratif memberikan dampak pada

efektivitas program (Young, 2013:1264).

C. Administrasi Pembangunan

Kemunculan analisis administrasi pembangunan dilatar belakangi oleh

adanya kebutuhan negara-negara berkembang guna mengembangkan

lembaga, pranata sosial, politik, serta ekonomi guna mendunkung

keberhasilan pembangunan. Argumen tersebut pada intinya menjadi dasar

Page 33: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

18

bagi pendefinisian administrasi pembangunan, yakni bidang studi yang

mempelajari sistem administrasi di negara yang sedang membangun

(berkembang) serta upaya untuk meningkatkan kemampuan (Utomo, 1998:2).

Administrasi pembangunan berfokus pada analisis terkait penyelenggaraan

seluruh kegiatan pembangunan dalam rangka pencapaian suatu negara bangsa

(Nugroho, 2004:2).

Pemahaman terkait definisi administrasi pembangunan juga

dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti Siagian (2009) yang mendefinisikan

administrasi pembangunan sebagai upaya yang dilakukan oleh bangsa dan

negara untuk tumbuh dan berubah secara terencana dalam segala segi untuk

mencapai tujuan negara. Sementara itu, Edward Weiner mendeskripsikan

administrasi pembangunan sebagai administrasi publik dengan tujuan khusus

dalam hal sosial, politik, dan ekonomi guna mencapai tujuan dalam hal objek-

objek pembangunan. Definisi terakhir yang diberikan oleh Tjokroamidjojo

(1995) juga tidak kalah komprehensif, menyatakan bahwa administrasi

pembangunan dianggap sebagai proses pengendalian usaha oleh negara dalam

hal ini pemerintah untuk merealisasikan pertumbuhan yang telah dicanangkan

ke arah kemajuan dalam aspek kehidupan bernegara.

Sebagai sebuah turunan dari konsep administrasi publik, setidaknya

terdapat beberapa poin yang dapat dijadikan sebagai acuan pembeda antara

administrasi publik dan administrasi pembangunan. Poin pembeda tersebut

untuk lebih jelasnya akan dijabarkan pada tabel 2.1 di bawah ini:

Page 34: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

19

Tabel 2.1: Perbedaan Administrasi Publik dan Administrasi

Pembangunan

No. Administrasi Publik Administrasi Pembangunan

1. Berorientasi masa kini Berorientasi masa depan

2. Berorientasi pada tugas-tugas

umum pembangunan

Berorientasi kepada pelaksanaan tugas-

tugas pembangunan

3. Administrator sekedar pelaksana Administrator sebagai penggerak

perubahan

4. Pendekatan legalistic Pendekatan lingkungan serta

berorientasi pada kegiatan dan bersifat

pemecahan masalah

Sumber: Rino A. Nugroho. Pengantar Administrasi Pembangunan (2009:5).

Dari tabel 2.1 terkait perbedaan antara administrasi publik dan

administrasi pembangunan, jika ditarik kesimpulan maka setidaknya

memberikan gambaran bahwa terdapat tujuh ide pokok dalam administrasi

pembangunan, yakni:

a. Pembangunan merupakan proses, dilakukan secara berkelanjutan yang

terdiri atas tahapan yang bersifat independen dan tanpa akhir (never-

ending);

b. Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai

sesuatu untuk dilaksanakan;

c. Pembangunan dilakukan secara terencana, dimana keputusan yang diambil

untuk saat ini dan yang akan datang;

d. Rencana pembangunan mengandung makna perubahan dan pertumbuhan;

e. Pembangunan mengarah pada modernitas, yakni cara hidup yang lebih

baik dari sebelumnya;

f. Modernitas dalam pembangunan melalui berbagai kegiatan pembangunan

yang multidimensional;

Page 35: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

20

g. Upaya pembangunan ditujukan kepada usaha pembinaan bangsa sehingga

dapat sejajar dengan negara bangsa lain.

D. Pemerintahan Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang

berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis,

desa atau village diartikan sebagai “a groups of hauses or shops in a country

area, smaller than a town”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan

hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan

berada di daerah kabupaten. Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah

keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan

masyarakat (Widjaja, 2003:3).

Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

disebutkan: Desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa disebutkan bahwa

Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa yang meliputi:

Page 36: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

21

a. Kepala Desa

Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menyatakan

bahwa Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa,

melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan

pemberdayaan masyarakat Desa. Kepala Desa merupakan pimpinan

penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan

Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk tiga kali

masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan

Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD. Kepala

Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh

penduduk desa setempat.

b. Perangkat Desa

Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan

tugas dan wewenangnya. Dalam pasal 48 Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014, Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa

lainnya. Salah satu perangkat desa adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari

Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah

Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota. Perangkat Desa lainnya

diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang ditetapkan dengan

Keputusan Kepala Desa. Perangkat desa juga mempunyai tugas untuk

mengayomi kepentingan masyarakatnya.

Page 37: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

22

c. Badan Permusyawaratan Desa

Pasal 55 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menyebutkan bahwa

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mempunyai fungsi membahas dan

menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa,

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa dan melakukan

pengawasan kinerja Kepala Desa. Badan Permusyawaratan Desa

merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan

pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa

bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari

Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama

dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD

adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa

jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan

merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. BPD

berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung

dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Kedudukan Desa tercermin dalam Pasal 2 dan Pasal 5 Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 yaitu sebagai berikut: “Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,

dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan Pancasila, Undang-undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika”. Dalam Pasal 5 Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 dinyatakan bahwa Desa berkedudukan di wilayah

Kabupaten/Kota.

Page 38: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

23

Desa memiliki kepribadian dan watak yang khas serta memiliki sistem

nilai sendiri. Kekuatan Desa dengan kepribadian dan wataknya yang khas itu

dapat bertahan karena dua faktor (Lubis, 1983:315) yaitu:

a. Ketaatan dari segenap penghuninya (cenderung untuk hati)

b. Tunduk dan bukti tehadap leluhur (menghormati kekuasaan yang adil dan

dipandangnya bijaksana)

Desa dapat berkembang dan bertahan seperti ini, dikarenankan para

warganya mengutamakan asas-asas yang mempunyai nilai luhur yang

universal. Adapun asas-asas tersebut (Kartasapoetra, 1986:38) adalah:

a. Asas kegotong-royongan.

b. Asas fungsi sosial atas milik dan manusia dalam masyarakat.

c. Asas persetujuan sebagai dasar kekuasaan umum.

d. Asas perwakilan dan permusyawaratan dalam sistem pemerintahan.

Hampir seluruh Desa di Indonesia mempunyai tata kehidupan yang

sama yaitu memiliki sifat otonom dalam arti mengatur dan mengurus

kepentingan rumah tangga sendiri dengan kekuatan atau kemampuan sendiri.

Otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan

merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah berkewajiban

menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. Sebagai kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa,

desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun hukum

perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di

muka pengadilan (Widjaja, 2003:165).

Page 39: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

24

Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang

kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah memberikan landasan kuat bagi desa dalam

mewujudkan “Development Community” dimana desa tidak lagi sebagai level

administrasi atau bawahan daerah tetapi sebaliknya sebagai “Independent

Community” yaitu desa dan masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan

masyarakat sendiri. Desa diberi kewenangan untuk mengatur desanya secara

mandiri termasuk bidang sosial, politik dan ekonomi. Dengan adanya

kemandirian ini diharapkan akan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat

desa dalam pembangunan sosial dan politik.

Bagi desa, otonomi yang dimiliki berbeda dengan otonomi yang

dimiliki oleh daerah propinsi maupun daerah kabupaten dan daerah kota.

Otonomi yang dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-usul dan adat

istiadatnya, bukan berdasarkan penyerahan wewenang dari Pemerintah. Desa

atau nama lainnya, yang selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat

setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di

Daerah Kabupaten. Landasan pemikiran yang perlu dikembangkan saat ini

adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi, dan

pemberdayaan masyarakat.

Terkait dengan pengakuan otonomi di desa, Ndraha (1997:12)

menjelaskan sebagai berikut:

Page 40: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

25

a. Otonomi desa diklasifikasikan, diakui, dipenuhi, dipercaya dan dilindungi

oleh pemerintah, sehingga ketergantungan masyarakat desa kepada

“kemurahan hati” pemerintah dapat semakin berkurang.

b. Posisi dan peran pemerintahan desa dipulihkan, dikembalikan seperti

sediakala atau dikembangkan sehingga mampu mengantisipasi masa

depan.

Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada

pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan

desa tersebut. Urusan pemerintahan berdasarkan asal-usul desa, urusan yang

menjadi wewenang pemerintahan Kabupaten atau Kota diserahkan

pengaturannya kepada desa.

Namun harus selalu diingat bahwa tiada hak tanpa kewajiban, tiada

kewenangan tanpa tanggungjawab dan tiada kebebasan tanpa batas. Oleh

karena itu, dalam pelaksanaan hak, kewenangan dan kebebasan dalam

penyelenggaraan otonomi desa harus tetap menjunjung nilai-nilai

tanggungjawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan

menekankan bahwa desa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa

dan negara Indonesia. Pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan otonomi

desa menuntut tanggungjawab untuk memelihara integritas, persatuan dan

kesatuan bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan

tanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan

Page 41: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

26

dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku (Widjaja,

2003:166).

E. Konsep Peran

Kata peran merupakan salah satu kata yang sering kita dengar dan

ucapkan dalam kehidupan sehari-hari, namun terkadang orang tahu kata itu

tetapi belum paham arti dari kata tersebut. Soekanto (1987:221)

mengemukakan definisi peranan lebih banyak menunjukkan pada fungsi,

penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah bahwa

seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta

menjalankan suatu peranan. Sedangkan menurut Poerwadarminta (1995:571)

“peran merupakan tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang

dalam suatu peristiwa”. Berdasarkan pendapat Poerwadarminta maksud dari

tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

peristiwa tersebut merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan,

dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: “Peran adalah seperangkat tingkat

yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat”.

Peran adalah orientasi dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak

dalam posisi sosialnya. Peran merupakan seperangkat perilaku yang

diharapkan dari perilaku yang dapat berwujud sebagai per orang sampai

dalam kelompok, baik kecil maupun besar, yang kesemuanya menjalankan

berbagai peran baik perilaku yang bersifat individual maupun jamak dapat di

nyatakan sebagai struktur. Struktur yang terdapat dalam organisasi memiliki

fungsi-fungsi yang harus mereka jalani agar tercapai tujuan dari peran

Page 42: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

27

pembentukan organisasi tersebut, dan apabila semua fungsi tersebut telah

berjalan dengan baik, maka organisasi dapat dikatakan telah menjalankan

perannya (Rivai, 2003:148).

Berdasarkan definisi dan konsep di atas dapat disimpulkan bahwa peran

merupakan fungsi penyesuaian yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok

yang mempunyai kedudukan dalam masyarakat. Apabila konsep tersebut

dikaitkan dengan fungsi pemerintah maka, dapat disimpulkan definisi peran

adalah organisasi pemerintah yang menjalankan tugas-tugas negara dan

fungsi-fungsi pemerintahan daerah dalam hal ini adalah Pemerintah Desa

Rembitan Dusun Sade.

Secara lebih jelas dan detail, peran pemerintah dalam pembangunan

nasional dikemukakan oleh Siagian (2000:142-150), yaitu pemerintah

memainkan peranan yang dominan dalam proses pembangunan. Peran yang

disoroti adalah sebagai stabilisator, innovator, modernisator, pelopor dan

pelaksana sendiri kegiatan pembangunan tertentu. Secara lebih rinci peran

tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Stabilisator, peran pemerintah adalah mewujudkan perubahan tidak

berubah menjadi suatu gejolak sosial, apalagi yang dapat menjadi ancaman

bagi keutuhan nasional serta kesatuan dan persatuan bangsa. Peran tersebut

dapat terwujud dengan menggunakan berbagai cara antara lain:

kemampuan selektif yang tinggi, proses sosialisasi yang elegan tetapi

efektif, melalui pendidikan, pendekatan yang persuasive dan pendekatan

yang bertahap tetapi berkesinambungan.

Page 43: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

28

b. Inovator, dalam memainkan peran selaku innovator pemerintah sebagai

keseluruhan harus menjadi sumber dari hal-hal baru. Jadi prakondisi yang

harus terpenuhi agar efektif memainkan peranannya pemerintah perlu

memiliki tingkat keabsahan (legitimacy) yang tinggi. Suatu pemerintahan

yang tingkat keabsahannya rendah, misalnya karena “menang” dalam

perebutan kekuasaan atau karena melalui pemilihan umum yang tidak jujur

dan tidak adil, akan sulit menyodorkan inovasinya kepada masyarakat.

Tiga hal yang mutlak mendapatkan perhatian serius adalah, penerapan

inovasi dilakukan dilingkungan birokrasi terlebih dahulu, inovasi yang

sifatnya konsepsional, inovasi sistem, prosedur dan metode kerja.

c. Modernisator, melalui pembangunan, setiap negara ingin menjadi negara

yang kuat, mandiri, diperlakukan sederajat oleh negara-negara lain. Untuk

mewujudkan hal tersebut, diperlukan antara lain: penguasan ilmu

pengetahuan, kemampuan dan kemahiran manajerial, kemampuan

mengolah kekayaan alam yang dimiliki sehingga memiliki nilai tambah

yang tinggi, sistem pendidikan nasional yang andal yang menghasilkan

sumber daya manusia yang produktif, landasan kehidupan politik yang

kukuh dan demokratis, memiliki visi yang jelas tentang masa depan yang

diinginkan sehingga berorientasi pada masa depan.

d. Pelopor, selaku pelopor pemerintah harus menjadi panutan (role model)

bagi seluruh masyarakat. Pelopor dalam bentuk hal-hal, positif seperti

kepeloporan dalam bekerja seproduktif mungkin, kepeloporan dalam

menegakkan keadilan dan kedisiplinan, kepeloporan dalam kepedulian

Page 44: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

29

terhadap lingkungan, budaya dan sosial, dan kepeloporan dalam berkorban

demi kepentingan negara.

e. Pelaksana sendiri, meskipun benar bahwa pelaksanaan berbagai kegiatan

pembangunan merupakan tanggung jawab nasional dan bukan menjadi

beban pemerintah semata, karena berbagai pertimbangan seperti

keselamatan negara, modal terbatas, kemampuan yang belum memadai,

karena tidak diminati oleh masyarakat dan karena secara konstitusional

merupakan tugas pemerintah, sangat mungkin terdapat berbagai kegiatan

yang tidak bisa diserahkan kepada pihak swasta melainkan harus

dilaksanakan sendiri oleh pemerintah.

Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Siagian, Blakely dalam

Kuncoro (2004:113-114) menyatakan bahwa peran pemerintah dapat

mencakup peran-peran wirausaha (entrepreneur), koordinator, fasilitator dan

stimulator.

a. Wirausaha (entrepreneur), sebagai wirausaha pemerintah daerah

bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah

daerah dapat memanfaatkan potensi tanah dan bangunan untuk tujuan

bisnis. Tanah atau bangunan dapat dikendalikan oleh pemerintah daerah

untuk tujuan konservasi atau alasan-alasan lingkungan lainnya, dapat juga

untuk alasan perencanaan pembangunan atau juga dapat digunakan untuk

tujuan-tujuan lain yang bersifat ekonomi. Hal tersebut bisa membuka

peluang kerja bagi masyarakat dan bisa mensejahterakan perekonomian di

sekitar.

Page 45: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

30

b. Koordinator, pemerintah daerah dapat bertindak sebagai coordinator untuk

menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi

pembangunan di daerahnya. Perencanaan pengembangan pariwisata

daerah atau perencanaan pengembangan ekonomi daerah yang telah

dipersiapkan di wilayah tertentu, mencerminkan kemungkinan pendekatan

di mana sebuah perencanaan disusun sebagai suatu kesepakatan bersama

antara pemerintah, pengusaha, dan kelompok masyarakat lainnya.

c. Fasilitator, pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui

perbaikan lingkungan perilaku di daerahnya. Peran ini dapat meliputi

pengefisienan proses pembangunan, perbaikan prosedur perencanaan dan

penetapan peraturan.

d. Stimulator, pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan

pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan

mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut

dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang ada tetap berada di daerah

tersebut. Berbagai macam fasilitas dapat disediakan untuk menarik

pengusaha, dalam bidang kepariwisataan pemerintah daerah dapat

mempromosikan tema atau kegiatan khusus di objek wisata tertentu.

Pitana dan Gayatri (2005:95), mengemukakan pemerintah daerah

memiliki peran untuk mengembangkan potensi pariwisata daerahnya sebagai:

a. Motivator, dalam pengembangan pariwisata, peran pemerintah daerah

sebagai motivator diperlukan agar geliat usaha pariwisata terus berjalan.

Investor, masyarakat, serta pengusaha di bidang pariwisata merupakan

Page 46: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

31

sasaran utama yang perlu untuk terus diberikan motivasi agar

perkembangan pariwisata dapat berjalan dengan baik.

b. Fasilitator, sebagai fasilitator pengembangan potensi pariwisata peran

pemerintah adalah menyediakan segala fasilitas yang mendukung segala

program yang diadakan oleh Dinas Pariwisata. Adapun pada prakteknnya

pemerintah bisa mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak, baik itu

swasta maupun masyarakat.

c. Dinamisator, dalam pilar good governance, agar dapat berlangsung

pembangunan yang ideal, maka pemerintah, swasta dan masyarakat harus

dapat bersinergi dengan baik. Pemerintah daerah sebagai salah satu

stakeholder pembangunan pariwisata memiliki peran untuk

mensinergiskan ketiga pihak tersebut, agar di antaranya tercipta suatu

simbiosis mutualisme demi perkembangan pariwisata.

F. Konsep Pariwisata

Pariwisata berasal dari kata Sanskerta yang terdiri atas dua kata yakni

pari yang berbarti penuh dan wisata yang berarrti perjalanan. Sehingga

pariwisata diartikan sebagai sebuah perjalanan penuh mulai dari berangkat

dari suatu tempat maupun beberapa tempat lain untuk singgah kemudian balik

ke tempat asal. Merujuk pada Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang

kepariwisataan setidaknya terdapat dua jenis objek wisata yakni objek wisata

ciptaan tuhan berupa alam serta flora dan fauna. Selain itu objek wisata yang

dihasilkan oleh karya manusia berupa museum, peninggalan sejarah, wisata

agro, wisata tirta wisata buru, wisata petualang alam taman rekreasi dan

tempat hiburan.

Page 47: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

32

Selain pembagian objek pariwisata, Undang-Undang No. 49

mengelompokkan pariwisata berdasarkan kriteria yang dimiliki. Undang-

undang tersebut kemudian mengelompokkan kriteria kepariwisataan menjadi

dua sektor:

a. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata,

serta tidak mengganggu kelestarian budaya, keindahan alam, dan

lingkungan;

b. Kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan pariwisata secara ruang

dapat memberikan manfaat:

1) Meningkatkan devisa dan mendayagunakan investasi

2) Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor

serta kegiatan ekonomi sekitarnya;

3) Tidak mengganggu fungsi lindung;

4) Tidak menganggu upaya pelestarian sumber daya alam;

5) Meningkatkan pendapatan masyarakat;

6) Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;

7) Meningkatkan kesempatan kerja;

8) Melestarikan budaya;

9) Meningkatkan kesejahteraan masyarkat.

Pembangunan sektor kepariwisataan menurut Nandi (2008) terkait

dengan aspek sosial budaya, politik dan ekonomi yang diarahkan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan konsep

pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-

Undang No. 9 Tahun 1990 disebutkan bahwa penyelenggaraan

Page 48: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

33

kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam

rangka kesejahteraan dan kemakmuran rakyat melalui perluasan dan

pemerataan kesempatan berusaha dan bekerja serta mendorong pembangunan

infrastruktur daerah dalam rangka kemudahan untuk memperkenalkan dan

mendayagunakan objek dan tarik wisata. Disamping itu pembangunan

kepariwisataan juga dimaksudkan untuk memupuk rasa cinta tanah air dan

mempererat persahabatan umat manusia dalam negeri dan antara bangsa.

G. Konsep Pengembangan Wisata Berkelanjutan

Pada tahun 2006, UNTWO merilis sebuah laporan yang menyatakan

bahwa pariwisata menjadi industry terbesar di dunia dengan rata-rata angka

perkembangan menyentuh angka 7,4 persen dan terus meningkat secara

signifikan. Meskipun terus mengalami peningkatan dan menjadi industri yang

sangat menjanjikan, namun di sisi lain pariwisata memeperlihatkan keadaan

yang cukup mengkhawatirkan. Hal tersebut didasarkan bahwa pariwisata

hanya dilihat dari perspektif kuantitatif berupa seberapa besar devisa,

kunjungan wisatawan, dan sebagainya (Kusworo dan Damanik, 2002:106).

Kondisi ini yang kemudian meminggirkan aspek keberlanjutan dan perhatian

terhadap aspek-aspek lingkungan dan aspek sosial masyarakat. Karena

pariwisata bekerja pada dua tingkatan yakni masyarakat di satu sisi dan

lingkungan di sisi lain. Bahkan pariwisata dianggap memiliki energy triggers

yang luar biasa dan mampu menjadikan masyarkat bermetamorfosis dalam

berbagai aspek.

Implikasi dari tingginya angka perkembangan pariwisata tersebut boleh

jadi didasarkan pandangan yang mengedepankan pendapatan, terutama oleh

Page 49: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

34

para pelaku pariwsata. Sementara para pengamat menyadari bahwa pariwisata

membutuhkan lebih dari pengelolaan namun lebih pada daya dukung

lingkungan yang berkelanjutan (sustainable tourism). Menyadari dampak

negatif yang terus membayangi industri pariwisata, muncul gerakan untuk

mengembangkan konsep baru dalam industri pariwisata terutama konsep

pariwisata berkelanjutan. Gerakan yang kemudian terus berkembang dan

menjadi pilihan logis yang cukup popular di terapkan di banyak negara.

Terutam negara-negara yang menggantungkan hidupnya dari sektor

pariwisata seperti negara di kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia.

Konsep pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) jika merujuk

berdasarkan World Tourism Organisation dapat didefinisikan sebagaimana

dalam kutipannya di bawah ini:

“Konsep pariwisata berkelanjutan adalah konsep yang menekankan

pada aspek masyarakat dan lingkungan. Untuk mengembangkan konsep

ini diperlukan dukungan dari semua pemangku kebijakan, seperti

halnya kepemimpinan yang kuat guna memastikan partisipasi yang luas

dan bangunan konsesnsus. Konsep pariwisata berkelanjutan ini

merupakan proses yang terus berjalan dan membutuhkan pengamatan

terhadap dampak yang mugkin timbul dan memcari jalan keluar untuk

menyelesaikannya”. (Asker et. al., 2010:1).

Pemahaman konsep pariwisata berkelanjutan yang dijelaskan

berdasarkan kutipan di atas pada akhirnya dapat juga dijelaskan secara lebih

komprehensif. Atau secara lebih sederhana dapat dijelaskan menjadi empat

poin utama (Asker et al., 2010:1), yakni:

a. Penggunaan sumberdaya lingkungan secara maksimal yang merupakan

kunci utama dalam pengembangan pariwisata, menjaga proses ekologi

yang esensial dan membantu melindungi keberlangsungan situs alam

maupun biodiversity;

Page 50: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

35

b. Penghormatan terhadap sosial-budaya lokal yang ditunjukkan oleh

masyarakat, perlindungan terhadap cara hidup masyarkat lokal maupun

nilai-nilai tradisional yang dianut, serta memberikan kontribusi aktif

terhadap pemahaman inter-cultural maupun toleransi;

c. Memastikan keberlangsungan kegiatan ekonomi jangka panjang,

memastikan bahwa keuntungan sosial-ekonomi terdistribusikan secara

merata kepada para pemangku kebijakan, termasuk di dalamnya kepastian

terhadap tenaga kerja dan peluang pemasukan bagi masyarakat lokal yang

terlibat aktif dalam pariwisata;

d. Menjaga tingkat kepuasan para wisatawan pada level tertinggi dan

memastikan pemberian pengalaman berharga bagi para wisatawan, serta

meningkatkan kepedulian terhadap isu keberlanjutan dan mempromosikan

konsep pariwisata berkelanjutan di antara para wisatawan.

Empat poin penting yang terdapat dalam konsep pariwisata

berkelanjutan di atas yang kemudian coba diadaptasikan oleh Dusun Sade.

Keempat poin tersebut dalam perjalannya telah mampu diterapkan oleh

Dusun Sade dalam upayanya mengembangkan pariwisata. Sehingga konsep

pariwsata berkelanjutan dianggap memiliki signifikansi dan dapat dijadikan

sebagai instrumen utama maupun pembuka dalam upaya menganalisis

pengembangan desa wisata yang diterapkan di Dusun Sade.

H. Konsep Desa Wisata

Desa wisata merupakan suatu konsep yang dapat didefinisikan sebagai

bentuk integrasi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam

struktur masyarakat dengan mengedepankan cara-cara serta tradisi yang

Page 51: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

36

berlaku. Definisi konsep desa wisata tersebut menekankan pada dua hal

utama. Di satu sisi desa wisata menekankan akomodasi sebagai sebuah

tempat tinggal para penduduk setempat atau unit-unit yang didefinisikan

berdasarkan tempat tinggal. Di sisi lain desa wisata menekankan atraksi yang

dalam hal ini dapat merujuk pada aktivitas keseharian penduduk setempat

yang memungkinkan para wisatawan untuk melakukan interaksi seperti

menenun kain tradisional dalam kaitannya dengan Dusun Sade. Bahkan

dalam definisi yang lebih spesifik desa wisata diartikan sebagai sebuah

daerah yang memungkinkan kelompok kecil wisatawan untuk tinggal dan

merasakan suasana tradisional, bahkan belajar tentang kehidupan pedesaan

maupun lingkungan setempat.

Konsep desa wisata muncul ketika muncul “kejenuhan” di sektor

pariwisata terutama ketika pariwisata hanya menitik beratkan keberadaannya

di kota-kota. Pada tingkat analisis lain, munculnya konsep desa wisata

berbarengan dengan kemunculan serta beberapa terminologi seperti

sustainable tourism develepmont, village tourism, dan ecotourism

(Sastrayuda, 2010:2). Keseluruhan terminologi tersebut menekankan adanya

keberlanjutan dan partisipasi pada setiap upaya pengembangan sektor-sektor

pariwsata. Dua komponen ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan

masyarakat desa. Secara umum desa maupun kehidupan masyarakat desa

dibangun atas dasar keberlanjutan yang termanifestasikan dalam setiap

peraturan adat yang mengharuskan setiap hal dimanfaatkan seperlunya. Selain

semua hal yang dilakukan masyarakat desa selalu dilandaskan pada

partisipasi setiap masyarakat. Artinya bahwa masyarakat desa selalu

Page 52: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

37

memainkan peran akatif dalam setiap keputusan dan hal-hal yang terkait

dengan kegiatan di desa.

Tidak semua desa dapat dikatakan sebagai sebuah desa wisata, dimana

dibutuhkan kondisi yang digunakan sebagai prasyarat. Syarat tersebut

kemudian diklasifikasikan menjadi lima kriteria (Sudana, 2013):

a. Atraksi wisata: atraksi wisata di desa tersebut dapat berupa atraksi yang

terbentuk oleh alam maupun hasil ciptaan manusia seperti kebudayaan dan

akan dipilih yang paling menarik;

b. Jarak tempuh: aksesibilitas menjadi kriteria yang mampu menjelaskan

bahwa desa tersebut dapat dikatakan sebagai desa wisata. Jarak tempuh

tersebut terkait dengan kemudahan wisatawan untuk mengakses desa baik

dari ibukota provinsi dan ibukota kabupaten/kota;

c. Besaran desa: kriteria ini berkaitan dengan daya dukung kepariwisataan

desa tersebut, mulai dari jumlah rumah, jumlah penduduk, dan

karakteristik maupun luas wilayah desa;

d. Sistem kepercayaan dan kemsyarakatan: kriteria ini menjadi cukup penting

mengingat terdapat seperangkat peraturan-peraturan yang dimiliki oleh

setiap desa dan mengikat seluruh masyarakat desa. Di samping itu,

peraturan ini juga di perkuat dengan keberadaan agama mayoritas yang

dipeluk oleh penduduk desa. Meskipun desa tersebut telah ditetapkan

menjadi desa wisata dan para wisatawan mampu dengan mudah masuk

desa, perlu diingat untuk menghormati dua hal tersebut, sehingga

wisatawan mampu menikmati desa wisata tanpa merusak tatanan hidup

masyarakat desa wisata tersebut;

Page 53: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

38

e. Ketersediaan infrastruktur: indikator ini terkait dengan kenyamanan yang

akan didapatkan oleh para wisatawan mulai dari pelayanan transportasi,

fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan fasilitas lain yang

menunjang aktivitas para wisatawan. Sehingga ketika kriteria ini telah

dipenuhi oleh desa tersebut, maka kemudian dapat dijadikan sebagai acuan

apakah desa wisata dapat digunakan sebagai one day trip atau tipe tinggal

inap.

Secara umum berdasarkan persebarannya di Indonesia, desa wisata

kemudian setidaknya dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk. Bentuk

tersebut juga didasarkan atas pola, proses, serta tipe pengelolaan yang

dikembangkan di desa tersebut. Bentuk pertama adalah desa wisata

terstruktur (enclave), sebuah desa wisata dengan lahan terbatas namun

memiliki fasilitas infrastruktur yang lengkap. Dengan kelebihan tersebut desa

wisata ini tidak hanya mampu dikenal di tingkat nasional, namun juga dikenal

hingga tingkat internasional. Keterbatasan lahan yang dimiliki selain itu juga

sangat memungkinkan untuk dilakukan perencanaan terintegratif serta

terkordinir, sehingga mampu menarik investor luar untuk membangun

infrastruktur pendukung di sekitaran desa wisata. Keuntungan lain yang juga

dimiliki oleh bentuk desa wisata terstruktur adalah mampu meminimalisisr

dampak negatif yang timbul kemudian karena pada umumnya lokasinya

terpisah dari masyarakat sekitar. Bentuk kedua dari desa wisata adalah desa

wisata terbuka (spontaneous) yang ditandai dengan tumbuh menyatunya

kawasan dengan struktur, baik ruang maupun pola dengan masyarakat lokal.

Page 54: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

39

Setiap masyarakat dalam desa tersebut dapat merasakan distrubusi

pendapatan sektor pariwisata.

Jika dikomparasikan maka setidaknya dua bentuk desa wisata itu juga

memiliki kesamaan dengan desa wisata Sade. Di satu sisi terdapat

karakteristik desa wisata tersruktur yang diterapkan di Dusun Sade, namun di

sisi lain Dusun Sade juga menunjukkan karakteristik yang dimiliki desa

wisata bentuk terbuka. Misalnya desa wisata Sade memiliki lahan yang

terbatas namun infrastruktur yang dimiliki telah cukup memadai sehingga

para wisatawan mampu dengan mudah mengaksesnya. Hasilnya Dusun Sade

tidak hanya dikenal oleh wisatawan lokal, namun juga mampu menarik

perhatian wisatawan asing. Sedangkan di sisi karakteristik desa wisata

terbuka, karakteristik tersebut terlihat dari bentuk wisata yang ditawarkan

adalah sentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat lokal. Para

penduduk juga menggantungkan atau hampir seluruhnya terlihat dan

merasakan pemasukan dari para wisatawan. Artinya kemudian Dusun Sade

cukup unik, karena di satu sisi merupakan bentuk desa wisata terstruktur,

namun di sisi lain juga merupakan bentuk desa wisata terbuka.

Page 55: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penyusunan penelitian terkait pengembangan wisata berbasis

masyarakat lokal ini akan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Secara

umum penelitian kualitatif pada dasarnya berangkat dari sebuah pengamatan

atau pengukuran terhadap suatu fenomena dengan tujuan mencari ciri tertentu

dari fenomena tersebut (Arikunto, 2010:2). Di samping itu, penelitian

kualitatif muncul sebagai bentuk tandingan atas penelitian kuantitatif yang

sebagian besar menitik beratkan pada perhitungan secara statistik

(matematika). Hingga pada akhirnya penelitian kualitatif merupakan

kebalikan dari penelitian kuantitatif di mana penlitian yang dilakukan tidak

menggunakan perhitungan. Karena pada dasarnya kualitas merujuk pada segi

alamiah dan sangat sulit untuk diukur berdasarkan angka. Atas dasar ini

kemudian beberapa kritik muncul terutama dari para pendukung kubu

kuantitatif yang mengganggap penelitian kuantitatif tidak ilmiah.

Seiring dengan perkembangan keilmuwan khususnya di bidang ilmu

sosial, penelitian dengan menggunakan metode kualitatif mulai diakui

keabsahannya. Penelitian kualitatif pada akhirnya terus berkembang dan

memunculkan serangkaian istilah seperti penelitian atau inkuiri naturalistik

atau alamiah, etnografi, interaksionis simbolik, etnometodologi,

fenomenologis, studi kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif. Farian

terhadap istilah tersebut juga ditemukan pada beberapa definisi penelitian

Page 56: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

41

kualitatif yang dijabarkan oleh beberapa ahli, di antaranya menurut Gofman

dan Clayton menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian

berdasarkan laporan meaning of event dari apa yang diamati penulis

(Arikunto, 2010:28). Artinya bahwa peneliti melakukan penelitian

berdasarkan pengamatan dan interaksi yang diamati langsung di tempat

kejadian, bahkan peneliti melakukan partisipasi langsung. Argumen ini juga

diperkuat oleh pendapat Denzin dan Lincoln yang menyatakan bahwa

penelitian kualitatif merupakan penelitian dengan latar alamiah kemudian

menafsirkan fenomena tersebut dengan melibatkan berbagai metode yang ada

(Moleong, 2013:5).

Berdasarkan dua argumen di atas maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menitik beratkan pada

pengamatan langsung di lapangan. Selain itu dibutuhkan partisipasi langsung

peneliti terhadap fenomena yang akan diteliti. Berdasarkan argumen tersebut

maka tepat kiranya jika fenomena pengembangan pariwisata berbasis

masyarkat lokal dianalisis menggunakan metode pedelitian kualitatif. Suatu

fenomena yang mampu terjelaskan dengan mengambil bagian terhadap

fenomena tersebut dan diperlukan kerangka teoritik sebagai acuan pembantu

analisis.

Page 57: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

42

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan lingkup penelitian yang dijadikan sebagai

wilayah pelaksanaan penelitian sehingga peneliti memperoleh gambaran yang

jelas tentang situasi yang diteliti. Fokus penelitian adalah hal-hal yang

dijadikan pusat perhatian dalam penelitian dan untuk membatasi masalah.

Penetapan fokus penelitian dimaksudkan sebagai batas yang berguna untuk

mencegah terjadinya pembiasan dalam membahas permasalahan yang sedang

diteliti, selain itu untukmemudahkan dalam menentukan data dan informasi

yang diharapkan. Fokus dalam penelitian ini yaitu terkait dengan:

1. Peran pemerintah desa dalam pengembangan desa wisata Dusun Sade.

Peran tersebut didasarkan pada konsep peran pemerintah daerah dalam

pengembangan potensi pariwisata yang dikemukakan oleh Pitana dan

Gayatri (2005:95), yaitu peran sebagai motivator, fasilitator, dan

dinamisator.

a. Peran pemerintah desa sebagai motivator kepada masyarakat dalam

pengembangan desa wisata Dusun Sade.

b. Peran pemerintah desa sebagai fasilitator kepada masyarakat dalam

pengembangan desa wisata Dusun Sade.

c. Peran pemerintah desa sebagai dinamisator kepada masyarakat dalam

pengembangan desa wisata Dusun Sade.

2. Faktor pendukung dan penghambat peran pemerintah desa dalam

pengembangan desa wisata Dusun Sade:

a. Faktor-faktor yang mendukung peran pemerintah desa dalam

pengembangan desa wisata Dusun Sade.

Page 58: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

43

b. Faktor-faktor yang menghambat peran pemerintah desa dalam

pengembangan desa wisata Dusun Sade.

C. Lokasi dan Situs Penelitian

Penelitian ini akan memfokuskan lokasi penelitiannya pada Kabupaten

Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sedangkan situs penelitian

yang difokuskan oleh penulis terletak pada Dusun Sade yang merupakan

salah satu Desa Wisata di Kabupaten Lombok Tengah. Penentuan lokasi

penelitian ini didasarkan pada beberapa alasan utama;

1. Dusun Sade boleh jadi menjadi satu-satunya objek wisata di Pulau

Lombok yang menitik beratkan atraksinya pada budaya sengan konsep

desa wisata. Kemunculan objek pariwisata Dusun Sade menjadi alternatif

baru bagi para wisatawan lokal maupun asing yang berwisata di Pulau

Lombok, di samping objek wisata alam terutama pantai;

2. Kemampuan Dusun Sade menjadi destinasi wisata unggulan tanpa adanya

bantuan yang cukup nyata dari pemerintah Kabupaten Lombok Tengah.

Karena tidak ada kebijakan yang secara spesifik berpengaruh signifikan

pada pengembangan desa wisata Sade;

3. Seluruh pengembangan wisata didasarkan partisipasi dan keterlibatan

seluruh masyarakat desa mulai dari perencanaan hingga penerapan,

sehingga terbangun community based tourism. Artinya pengembangan

wisata dilakukan dari dan untuk masyarakat Dusun Sade.

Page 59: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

44

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Berikut merupakan klasifikasi jenis data yang diperoleh oleh penulis,

yaitu:

a. Data primer adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari

pihak terkait dengan obyek yang diteliti. Data primer ialah data yang

berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk

file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah

teknisnya, responden, yaitu orang yang dijadikan objek penelitian atau

orang yang dijadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data

(Narimawati, 2008:98).

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek

yang diteliti namun diusahakan pihak lain, yaitu dokumen yang berkaitan

dengan obyek yang diteliti. Data sekunder yang digunakan oleh penulis

dalam melakukan penelitian ini adalah berupa dokumen (paper). Paper

adalah sumber data berupa dokumen yang menyajikan tanda-tanda berupa

huruf, angka, gambar, atau simbol lain (Arikunto, 2010:114). Sementara

itu, Sugiyono (2012:193) mengatakan bahwa “sumber data sekunder

adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data, misalnya lewat orang lain atau dokumen”. Dalam penelitian ini, data

sekunder yang digunakan oleh penulis berupa dokumen-dokumen dan

arsip.

Page 60: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

45

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan sebagai

berikut:

a. Informan

Informan merupakan salah satu pihak yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti. Menurut Iskandar (2009:116), dalam

penelitian kualitatif posisi sumber data manusia sangat penting

peranannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Sesuai

dengan topik penelitian, maka informan yang terkait adalah dari pihak

Pemerintah Desa Rembitan, yang terdiri dari:

1. Kepala Desa Rembitan

2. Kepala Dusun Sade

b. Dokumen dan Arsip

Berkaitan dengan fokus penelitian tentang peran pemerintah desa dalam

pengembangan desa wisata Sade.

c. Tempat dan Peristiwa

Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dusun Sade yang

merupakan salah satu Desa Wisata di Kabupaten Lombok Tengah.

Peristiwa yang diteliti adalah yang berhubungan dengan peran

pemerintah desa dalam pengembangan desa wisata Sade.

Page 61: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

46

E. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data merupakan proses wajib yang harus

dilakukan dalam kegiatan penelitian, baik penelitian kuantitatif maupun

penelitian kualitatif. Pengumpulan data jauh lebih penting, terutama jika

metode penelitian yang digunakan memiliki celah yang cukup besar untuk

dimasuki oleh peneliti (Arikunto, 2010:223). Tak salah jika Arikunto

menyatakan bahwa untuk mengumpulkan data harus diperlukan keahlian

yang cukup baik untuk melakukannya. Bahkan diperlukan ketepatan dan

kecermatan terhadap strategi dan alat pengambilan data yang dipergunakan

jika meminjam pendapat Saifuddin Azwar.

Melihat fenomena pengembangan pariwisata berbasis masyarakat lokal

yang dilakukan oleh Desa Wisata Sade di Kabupaten Lombok Tengah,

setidaknya digunakan dua teknik utama yaitu teknik wawancara dan studi

pustaka. Dua teknik ini untuk lebih jelasnya akan disajikan berikut.

1. Wawancara

Stedward dalam Lisa Harrison mendefinisikan wawancara sebagai

alat yang baik dalam menghidupkan topik riset (Harrison, 2009:15).

Selanjutnya Stedward menganggap wawancara sebagai metode

pengumpulan data tentang subjek kontemporer yang belum dikaji secara

intensif dan terbatasnya literatur yang membahasnya. Metode wawancara

menjadi salah satu alternatif ketika kuisioner tidak memungkinkan untuk

diterapkan pada suatu objek penelitian. Selain itu dengan wawancara dapat

dijadikan sebagai fasilitas dalam mendapatkan informasi dari kejadian dan

kepribadian yang relevan.

Page 62: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

47

Wawancara dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan

yang terkait dengan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat lokal

yang dilakukan oleh Desa Wisata Sade di Kabupaten Lombok Tengah.

Koresponden utama yang dipilih dalam penelitian ini adalah Bapak

Kurdap Selake, yang merupakan Kepala Dusun Sade. Koresponden utama

tersebut menjadi pintu masuk untuk dapat mencari simpul-simpul baru

dalam proses wawancara. Dari koresponden tersebut kemudian peneliti

mampu membangun argumen karena pemahaman mereka tentang

fenomena kemanangan calon perseorangan serta validitas data yang

diberikan.

Setelah penentuan koresponden teknik wawancara yang digunakan

adalah lebih pada pertanyaan mendalam (depth interview). Depth interview

merupakan teknik wawancara dimana sama dengan metode wawancara

pada umumnya, tetapi peran pewawancara, tujuan wawancara, peran

informan, dan cara melakukan wawancara berbeda. Penulis tidak terpaku

pada pedoman wawancara yang telah dibuat melainkan juga akan

berkembang pada saat proses wawancara berlangsung. Terutama mengenai

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan sepanjang masih relevan dalam

melihat peran pemerintah desa dalam pengembangan Desa Wisata Sade.

2. Studi Pustaka

Lisa Harisson menyebutkan bahwa setiap riset yang menggunakan

materi historis kemungkinan akan dihantui dua persoalan, yaitu

objektifitas dan kurangnya pengalaman tangan pertama. Objektifitas

muncul ketika sumber dokumen yang digunakan bervariasi dan memiliki

Page 63: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

48

perbedaan muatan informasi hingga akurasi dokumen itu sendiri.

Sedangkan, studi dokumen juga tidak didapatkan secara langsung di

lapangan, melainkan melalui pembacaan dokumen secara selektif. Karena

itu penting menempatkan dokumentasi sebagaimana yang diungkapkan

oleh May, yang menyatakan “apa yang diputuskan untuk dicatat oleh

seorang adalah sesuatu yang didasari oleh keputusan seseorang yang

berkaitan dengan situasi sosial politik, dan ekonomi”. Kutipan May yang

dapat diartikan bahwa setiap dokumen yang menjadi sumber referensi

harus dilihat secara netral.

Teknik dokumentasi didefinisikan sebagai teknik pengumpulan data

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,

UU, perda, dan sebagainya. Data yang terekam dari dokumen merupakan

informasi yang sifatnya selektif. Artinya, dalam menulis laporan peneliti

akan lebih memilih item dari satu dokumen dibandingkan yang lain. Data

yang disediakan dokumen juga tidak jarang dipengaruhi oleh lingkungan

sosial politik dimana dokumen tersebut dihasilkan. Misalkan, dokumen

yang berkaitan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah akan

lebih condong menguatkan pemerintah. Berbeda halnya jika dokumen

tersebut dihasilkan dari kalangan eksternal pemerintah.

Teknik dokumentasi yang dipilih dalam penelitian ini akan menitik

beratkan pada studi pustaka. Purwono mendefinisikan studi pustaka

sebagai usaha yang dilakukan peneliti untuk menghimpun data yang

diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan ilmiah

(skripsi, tesis, dan disertasi), peraturan-peraturan, dan sumber lain baik

Page 64: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

49

tertulis maupun elektronik. Studi pustaka menjadi jembatan bagi

permasalahan objek penelitian dengan teori yang akan digunakan.

Disamping itu, melalui studi pustaka akan ditemukan penelitian-penelitian

sejenis yang pernah dilakukan. Penggunaan studi pustaka dapat

memudahkan penelitian, karena jika terjadi kekeliruan sumber data akan

tetap.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh

peneliti dalam kegiatan mencari data. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Interview Guide (pedoman wawancara) yaitu berupa daftar pertanyaan

yang digunakan sebagai acuan dalam memperoleh informasi dari

responden. Menggunakan alat perekam suara (tape recorder), dan

peralatan menulis. Pedoman wawancara sebagai pengarah dalam proses

wawancara agar berjalan secara efektif dan efisien.

2. Cacatan lapangan (Field note), yaitu catatan lapangan. Berupa catatan

lapangan yang dipergunakan peneliti untuk mencatat apa yang didengar,

diamati, dan dialami dalam rangka pengumpulan data di lapangan yang

digunakan untuk mencatat informasi yang dapat dikembangkan sebagai

bahan tambahan data-data yang lain.

3. Perangkat penunjang meliputi kertas, alat tulis, tape recorder, kamera dan

sebagainya yang digunakan untuk menunjang dalam penelitian

Page 65: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

50

G. Analisa Data

Pada penulisan analisis data, data yang dianalisis merupakan data yang

sudah dikumpulkan kemudian diurutkan dan dikategorikan seperti pernyataan

Patton yang dikutip oleh Moleong (2013:103), analisis data merupakan proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,

kategorisasi, dan satuan uraian dasar. Berdasarkan penelitian ini data yang

telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis menggunakan metode analisis

kualitatif, yang dalam menganalisis datanya tidak menggunakan perhitungan

statistik namun menggunakan uraian-uraian atau bisa dikatakan bahwa

metode kualitatif dilakukan dengan membaca tabel dan grafik yang tersedia

dan kemudian dilakukan penafsiran atau diuraikan dengan jelas dan runtut.

Kegiatan melakukan analisis data kualitatif menurut Miles, Huberman

dan Saldana (2014:31) dapat melalui alur kegiatan yang meliputi:

1. Kondensasi data (data condensation)

Kondensasi data merupakan proses pemilihan, penyederhanaan dan

transformasi data mentah yang didapat dari lapangan. Kondensasi data

berlangsung terus-menerus selama penelitian bahkan sebenarnya

kondensasi data dapat dilakukan sebelum data terkumpul secara

menyeluruh. Kondensasi data dilakukakan dengan cara, data yang

diperoleh di lokasi penelitian dituangkan dalam uraian atau laporan secara

lengkap dan terinci. Laporan lapangan disederhanakan, dirangkum, dipilih

hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari tema

atau polanya, hal ini dilakukan secara terus menerus selama proses

Page 66: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

51

penelitian berlangsung dan pada tahap analisa data yang lain yaitu

penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

2. Penyajian data (data display)

Penyajian diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang

utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penggunaan berbagai jenis

matriks, grafik, jaringan, dan bagan untuk menggabungkan informasi yang

tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian

penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan

apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah

melakukan analisis yang menurut saran yang dikiaskan oleh penyajian

sebagai sesuatu yang mungkin berguna.

3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi (conclusion drawing/verification)

Penarikan kesimpulan perlu diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Hal ini dikarenakan makna-makna yang muncul dari data harus diuji

kebenarannya,kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan

validitasnya.

Ketiga komponen analisi berinteraksi sampai diperoleh suatu

kesimpulan yang benar, jika ternyata kesimpulannya tidak memadai, maka

perlu diadakan pengujian ulang, yaitu dengan cara mencari beberapa data

lagi di lapangan, dicoba untuk diinterpretasikan dengan fokus yang lebih

terarah, dengan begitu analisis data tersebut merupakan proses interaksi

antar ketiga komponen analisis dengan pengumpulan data dan merupakan

Page 67: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

52

suatu proses siklus sampai dengan aktivitas penelitian selesai. Alasan

penulis menggunakan metode pengelolaan data ini karena penulis

memperoleh data dan informasi yang bersifat naratif, penjelasan dan

penafsiran terhadap gambaran dari situasi sosial. Teknik analisis data model

interaktif ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus hingga tuntas, sehingga data yang diperoleh bersifat jenuh, data

yang sifatnya jenuh mengandung makna bahwa setalah tidak ditemukan lagi

data yang baru setelah dilakukannya pengumpulan data dengan

menggunakan berbagai teknik. Oleh karena itu, data yang diperoleh

berbentuk tindakan nonverbal yang berupa deskriptif kalimat, tulisan atau

gambar. Berikut di bawah ini adalah gambar 3.1 yang memperlihatkan

gambar analisis data model interaktif.

Gambar 3.1. Analisis Data Model Interaktif

Sumber: Miles, Huberman dan Saldana (2014:33)

Page 68: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Lokasi dan Lingkungan Alam

Dusun Sade adalah salah satu dusun yang berada di Desa Rembitan,

Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Desa Rembitan terletak di daerah

perbukitan dengan ketinggian 250-300 meter di atas permukaan laut dengan curah

hujan 1.250 mm/tahun yang terjadi pada bulan Oktober-Januari dan pada bulan

Februari-September musim kemarau, dengan keadaan iklim subtropis dan suhu

udara rata-rata 34-18°C.

Gambar 4.1: Papan “Selamat Datang” di Dusun Sade Desa Rembitan

Sumber: Dokumentasi Peneliti (2017)

Page 69: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

54

Luas wilayah Desa Rembitan 1.475 Ha. Secara administratif, Desa

Rembitan terbagi atas Dusun Rembitan I, Dusun Rembitan II, Dusun Rembitan

III, Dusun Rembitan IV, Dusun Telok Bulan Daye, Dusun Telok Bulan Dauq,

Dusun Lentek I, Dusun Lentek II, Dusun Selemang Timuq, Dusun Selemang Bat,

Dusun selak, Dusun Sade, Dusun Sade Timuq, Dusun Sade Lauq, Dusun Penyalu,

Dusun Peluq, Dusun Kukun, Dusun Rebuk I, Dusun Rebuk II, Dusun Bontor

Lauq, Dusun Bontor Daye. Orbitrasi dari ibukota Propinsi adalah 45 km,

kota/kabupaten 18 km, ibukota kecamatan 3 km. Batas wilayah administratif

Dusun Sade Desa Rembitan sebagai berikut :

Sebelah Barat : Desa Prabu

Sebelah Timur : Desa Kuta

Sebelah Utara : Desa Sengkol

Sebelah Selatan : Desa Suaka

Permukiman Dusun Sade terletak pada ketinggian 120 – 126 meter di atas

permukaan laut dengan topografi yang berbukit dan bergelombang. Di sebelah

utara dan selatan pemukiman terletak persawahan dan ladang penduduk.

Pemukiman Dusun Sade terletak pada sebuah bukit sehingga permukiman dibuat

berteras untuk menghindari terjadinya erosi, berbeda dengan lahan persawahan

yang merupakan lahan datar.

Daratan Desa Rembitan terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi,

perbukitan, pantai, datar dan bergelombang. Tanah di Desa Rembitan berwarna

kecoklatan, beberapa ada yang berwarna merah. Tanah yang berwarna merah

berada di area kantor kepala desa. Pada musim tanam, penduduk desa biasanya

menanam padi di sawah. Musim tanam padi bertepatan dengan musim hujan

Page 70: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

55

karena sawah Desa Rembitan termasuk sawah tadah hujan. Selain padi, penduduk

Desa Rembitan juga menanam kedelai dan terkadang jagung. Hasil dari yang

mereka tanam hanya dikonsumsi sendiri tidak untuk dijual. Ada juga hewan yang

dipelihara oleh penduduk Desa Rembitan yaitu ayam, sapi, dan kerbau. Ayam

dipelihara oleh penduduk Desa Rembitan di sekitar rumah dengan diberi makan

setiap hari, sedangkan sapi dan kerbau dipelihara di luar dari wilayah dusun atau

di ladang.

Penggunaan lahan di wilayah Desa Rembitan terdiri dari tanah sawah

seluas 882 Ha, tanah kering seluas 592 Ha, dan tanah fasilitas umum seluas 1 Ha.

Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas lahan digunakan untuk pertanian

khususnya persawahan guna kepentingan aspek mata pencaharian hidup. Serta

perlu digarisbawahi bahwa daya dukung dan daya tampung lingkungan di Desa

Rembitan masih sangat baik.

Di Desa Rembitan terdapat dua (2) unit taman kanak-kanak (TK), tujuh (7)

gedung SD, dan sebuah gedung SMP yang dapat menunjang pembentukan

pengetahuan masyarakat Desa Rembitan secara formal. Terdapat pula PKBM 1

unit, PAUD 5 unit, serta dua (2) jenis kursus yang dapat pula membentuk

pengetahuan masyarakat meskipun secara informal.

Selain itu, terdapat pula fasilitas umum yang menunjang administrasi dan

pemerintahan desa serta pengembangan SDM seperti: sebuah kantor desa; 47 km

jalan; 2 jenis jembatan; 1 buah sarana olahraga; tujuh (7) buah sarana kesenian;

delapan (8) unit masjid; delapan (8) unit musholla, serta satu (1) unit Pustu

(Puskesmas Pembantu).

Page 71: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

56

2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Rembitan hingga tanggal 8 September 2016 adalah

sebanyak 9.046 jiwa, terdiri dari 4.354 jiwa penduduk laki-laki dan 4.692 jiwa

penduduk perempuan, masuk ke dalam 2.801 KK (Kepala Keluarga). Struktur

penduduk menurut mata pencaharian menunjukkan bahwa sebagian besar

penduduk menggantungkan sumber kehidupannya di sektor pertanian, sektor lain

yang menonjol dalam penyerapan tenaga kerja adalah buruh tani, sektor industri

rumah tangga dan pengolahan dan swasta, dan sektor lainnya seperti pegawai

negeri, karyawan swata dari berbagai sektor.

Kebudayaan daerah Desa Rembitan tidak terlepas dan diwarnai oleh

Agama Hindu, Islam dan Sasak. Struktur penduduk menurut agama menunjukkan

keseluruhan penduduk Desa Rembitan beragama Islam (100%), Hindu (0%),

Budha (0%), Kristen Protestan (0%) dan Katolik (0%).

Di Desa Rembitan tidak terdapat pembatasan jumlah penduduk/ KK

karena tingkat mobilitas masih rendah, dan daya tampung lingkungan masih

tinggi. Pendatang boleh saja menetap di Desa Rembitan asalkan memenuhi atau

melengkapi syarat administratif dan lebih lanjut lagi peraturan adat yang berlaku

di masyarakat.

3. Gambaran Umum Penduduk Dusun Sade

a. Demografi

Dusun Sade merupakan dusun yang terletak di Desa Rembitan, Kecamatan

Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara

Barat. Berjarak kurang lebih 70 km dari Kota Mataram atau sekitar 2 jam dalam

Page 72: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

57

perjalanan. Penduduk Dusun Sade ini merupakan keturunan generasi ke-15.

Penduduk Dusun Sade berjumlah 529 jiwa, dengan jumlah laki-laki 262 jiwa dan

jumlah perempuan 267 jiwa. Di dalam Dusun Sade memiliki kepala keluarga yang

berjumlah kurang lebih 152 KK. Dalam aturan Dusun Sade, tidak ditemukan

adanya hal yang mangatur pembatasan jumlah penduduk.

Persebaran penduduk Dusun Sade terpusat, namun dalam

perkembangannya mulai terjadi penyebaran penduduk secara perlahan.

Masyarakat Dusun Sade memiliki prinsip hidup senang berkumpul, sehingga pola

penyatuan hidup lebih diutamakan. Jadi pola penyebaran penduduk Dusun Sade

terpusat pada satu kampung.

Sistem perkawinan yang berlaku di masyarakat adalah perkawinan

endogami dusun, namun tak jarang terjadi perkawinan eksogami. Dalam hal

sistem pewarisan, anak laki-laki diberikan hak prioritas untuk mewarisi rumah

dari kedua orang tuanya. Akan tetapi apabila dalam satu keluarga tidak

mempunyai anak laki-laki, maka pewarisan akan jatuh pada anak laki-laki dari

kerabat atau saudara. Anak perempuan juga memiliki hak waris, namun yang

dapat diwariskan untuk anak perempuan hanyalah barang perabotan rumah

tangga.

b. Asal-Usul Penduduk dan Bahasa

Ada beberapa versi mengenai asal-usul penduduk Dusun Sade. Versi yang

pertama menyebutkan bahwa asal-usul penduduk Dusun Sade berdasarkan cerita

berasal dari Jawa, yaitu berasal dari leluhur Hama Ratu Mas Sang Haji.

Perkembangan penduduk Dusun Sade sampai sekarang sudah mencapai generasi

ke-15 berlangsung selama 1 abad lebih.

Page 73: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

58

Versi kedua menyebutkan bahwa penduduk Dusun Sade berasal dari

kerajaan Hindu-Budha, dengan rajanya yaitu Raja Anak Agung Gde Karangasem.

Pengaruh kerajaan tersebut dapat dilihat dari bentuk rumah penduduk yang

berdasarkan tiga tangga, yang merupakan simbol dari waktu telu. Agama yang

dianut penduduk Dusun Sade adalah Islam waktu telu, Islam yang masih memiliki

pengaruh ajaran Hindu-Budha.

Penduduk Dusun Sade menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa

pengantar dalam kehidupan sehari-hari. Aksara atau bahasa tertulisnya sangat

dekat dengan aksara Jawa dan Bali, sama-sama menggunakan aksara Ha Na Ca

Ra Ka dan seterusnya, tetapi dalam pengucapan huruf vokal menjadi He Ne Ce Re

Ke dan seterusnya.

c. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk Dusun Sade terdiri atas petani, peternak,

penenun, pelayan restoran, pemandu wisata, dan penjual aksesoris. Kaum laki-laki

mayoritas bekerja sebagai petani di ladang, sedangkan kaum perempuan sebagai

penenun. Letak ladang penduduk dari dusun berada kira-kira 100-200 meter.

Ladang penduduk biasanya berada di luar dusun. Tanaman yang ditanam di

ladang yaitu jenis padi dan kedelai. Ada juga masyarakat bekerja sebagai pelayan

restoran yang berada di luar dusun dengan jarak kira-kira 7 km dari Dusun Sade.

Sebagai mata pencaharian tambahan, mereka juga membuat cinderamata berupa

kalung, gelang, dan berbagai aksesoris lainnya untuk dijual kepada wisatawan

yang datang.

Page 74: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

59

Gambar 4.2: Beragam Cinderamata yang Dijual Penduduk Dusun Sade

Sumber: Dokumentasi Peneliti (2017)

Panen padi yang dilakukan di Dusun Sade dilakukan setiap satu tahun

sekali, dari bulan Oktober sampai Januari, sementara itu untuk panen kedelai

dilakukan pada Januari sampai Maret. Sistem penanaman padi dilakukan secara

gotong-royong oleh keluarga dan hasil panennya dikonsumsi sendiri bersama

keluarga, tidak untuk dijual. Penanaman padi menggunakan sistem tadah hujan,

sehingga pada musim kemarau tidak ada aktivitas menanam padi. Pada musim

kemarau tersebut warga menggantikannya dengan menanam kedelai.

Proses penanaman padi di Dusun Sade sama halnya dengan masyarakat

pada umumnya. Hasil panen padi biasanya mencapai 3-10 ton. Dalam panen padi

tersebut terdapat aturan nyerabi yaitu pada setengah dari hasil padi dipanen untuk

konsumsi sendiri dan sisa setengahnya diletakkan di lumbung untuk dijadikan

bibit. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk kimiawi yang biasanya dibeli di pasar.

Page 75: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

60

Proses penanaman kedelai memiliki dua cara, tergantung dari kondisi

tanah saat akan menanam bibit. Jika tanah yang dijadikan media penanaman

kedelai berupa tanah basah, bibit kedelai cukup ditaburi di atas tanah, kemudian

ditutupi daun padi agar bibit kedelai bisa tumbuh dengan baik. Jika media tanah

kering, tanah tersebut dijajani lalu di setiap lubang ditaruh bibit kedelai. Proses

kerja penanaman kedelai tersebut juga dilakukan secara gotong-royong.

Selain bertani, masyarakat Dusun Sade juga beternak hewan, seperti sapi

dan ayam. Ternak biasanya dipelihara di luar dusun, kecuali ternak ayam yang

dapat dipelihara di dalam dusun. Hasil ternak tersebut biasanya dikonsumsi

sendiri dan bisa juga dijual. Pada saat tertentu masyarakat juga berburu hewan.

Hewan yang biasa diburu adalah babi. Berburu babi dilakukan apabila ada warga

yang membutuhkan untuk upacara. Masyarakat yang melakukan kegiatan berburu

mendapatkan upah atau bayaran, namun mereka tidak menyebutnya menjual

karena itu dianggap haram.

Dusun Sade juga terkenal dengan kerajinan tenunnya. Hasil tenun tersebut

biasanya dijual untuk wisatawan yang berkunjung ke Dusun Sade, namun ada

juga yang dijual di Pasar Kamis. Disebut Pasar Kamis karena pasar tersebut hanya

beroperasi pada hari Kamis. Pasar Kamis terletak di daerah Sengkol kira-kira 5

km dari Dusun Sade.

Masyarakat Dusun Sade juga memiliki pengetahuan tertentu tentang

pengolahan makanan atau pangan. Ada beberapa jajanan tradisional Lombok yaitu

rengginang, ketan, ketupat yang digunakan pada saat upacara perkawinan. Wajik,

bangap kuning dan merah merupakan jajanan yang digunakan pada saat upacara

kematian. Pada saat Hari Raya Idul Fitri, dibuat jajanan bernama tujak (jajanan

Page 76: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

61

yang terbuat dari beras yang ditumbuk kemudian dibentuk lempengan lalu

dijemur hingga kering dan digoreng), poteng (tape), aling-aling. Jajanan khas

Lombok tersebut tidak banyak dijual (dikomersilkan) atau dijadikan oleh-oleh

seperti makanan khas daerah lain karena masih dibuat secara tradisional. Jajanan

tersebut juga tidak dapat bertahan lama, sebab tidak terdapat bahan pengawet.

Tabel 4.1: Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Rembitan

No. Jenis Pekerjaan Laki-laki

(Orang)

Perempuan

(Orang)

Jumlah

(Orang)

1. Petani 3.170 1.500 4.670

2. Buruh tani 1.434 900 2.334

3. Anggota legislatif 1 0 1

4. Pemuka agama 4 0 4

5. TNI 2 0 2

6. Polri 6 0 6

7. PNS 35 5 40

8. Karyawan swasta 21 4 25

9. Karyawan honorer 40 23 63

10. Purnawirawan/Pensiunan 2 0 2

11. Tidak punya pekerjaan tetap 260 120 380

Sumber: Profil Desa Rembitan 2016

B. Penyajian Data Fokus Penelitian

1. Peran Pemerintah Desa Dalam Pengembangan Desa Wisata Dusun Sade

Setelah penjabaran normatif terkait profil Dusun Sade Desa Rembitan,

struktur organisasi hingga mekanisme, tahap selanjutnya adalah melakukan

analisis lebih komprehensif terkait peran pemerintah desa dalam pengembangan

Desa Wisata Dusun Sade. Peran merupakan fungsi penyesuaian yang dimiliki oleh

seseorang atau kelompok yang mempunyai kedudukan dalam masyarakat. Apabila

Page 77: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

62

konsep tersebut dikaitkan dengan fungsi pemerintah maka, dapat disimpulkan

definisi peran adalah organisasi pemerintah yang menjalankan tugas-tugas negara

dan fungsi-fungsi pemerintahan daerah dalam hal ini adalah Pemerintah Dusun

Sade Desa Rembitan. Analisis terkait peran pemerintah desa dalam

pengembangan Desa Wisata Dusun Sade menggunakan pendapat Pitana dan

Gayatri (2005:95) yang mengemukakan pemerintah daerah memiliki peran untuk

mengembangkan potensi pariwisata daerahnya sebagai motivator, fasilitator, dan

dinamisator.

a. Peran Sebagai Motivator

Dalam pengembangan pariwisata, peran Pemerintah Desa sebagai

motivator diperlukan agar geliat usaha pariwisata terus berjalan. Investor swasta,

masyarakat Sade, serta pengusaha di bidang pariwisata merupakan sasaran utama

yang perlu untuk terus diberikan motivasi agar perkembangan pariwisata di Desa

Wisata Sade dapat berjalan dengan baik. Sikap masyarakat Dusun Sade setelah

ditetapkan menjadi Desa Wisata dikemukakan oleh Bapak Kurdap Selake selaku

Kepala Dusun (Kadus) Sade yang ditunjuk mewakili Kepala Desa Rembitan

sebagai berikut:

“Cukup senang, karena dari sisi ekonomi dapat menambah

penghasilan warga Dusun Sade, dari sisi sosial masyarakat Sade

dapat berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat baik itu

wisatawan domestik maupun mancanegara, dari sisi pendidikan

dapat meningkatkan mutu masyarakat Dusun Sade yang berkaitan

dengan kepariwisataan”. (Wawancara hari Senin tanggal 20

Februari 2017 pukul 10.20, di Dusun Sade).

Pendapat Bapak Kurdap Selake hampir sama dengan Ibu Inaq Esun terkait

sikap masyarakat Dusun Sade setelah ditetapkan menjadi Desa Wisata.

“Ya tentu senang sekali. Hampir semua warga Sade merasa senang

dengan ditunjuknya desa Sade sebagai desa wisata. Kami senang

Page 78: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

63

karena itu artinya kami dapat terus melestarikan adat istiadat

budaya Sasak. Banyak tamu atau turis yang datang, jadi warga bisa

menjual cindera mata untuk oleh-oleh sehingga dapat membantu

menambah penghasilan keluarga”. (Wawancara hari Selasa tanggal

21 Februari 2017 pukul 14.46, di Dusun Sade).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa masyarakat Dusun Sade

cukup senang sejak Dusun Sade ditetapkan menjadi Desa Wisata. Hal ini

disebabkan secara ekonomi masyarakat Dusun Sade memiliki peluang untuk

meningkatkan penghasilan tambahan. Masih terdapat cukup banyak jumlah warga

di Dusun Sade dan di Desa Rembitan yang masih tergolong keluarga Pra

Sejahtera. Namun jumlah tersebut perlahan mengalami penurunan, sebagaimana

terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2: Jumlah Keluarga Pra Sejahtera di Desa Rembitan

Tahun 2012-2015

No. Tahun Jumlah

(jiwa)

Kenaikan/Penurunan

(%)

1. 2012 1.332 -

2. 2013 1.332 0,00

3. 2014 1.292 -3,00

4. 2015 1.292 0,00

Sumber: BPS, Kecamatan Pujut Dalam Angka 2013, 2014, 2015, 2016

Upaya Pemerintah Desa dalam memotivasi masyarakat terkait dengan

keberadaan Dusun Sade sebagai Desa Wisata adalah dengan memberikan

pengarahan dan pembinaan serta dukungan pendanaan untuk membangun fasilitas

fisik dalam rangka pengembangan Desa Wisata Sade. Sebagaimana dikemukakan

oleh Bapak Kurdap Selake berikut ini:

“Pemerintah memberikan binaan dan arahan terkait dengan

keberadaan Sade sebagai Desa Wisata. Pemerintah memberikan

dukungan dalam bentuk dukungan fisik seperti dana untuk tempat

Page 79: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

64

parkir dan toilet untuk tamu yang berkunjung”. (Wawancara hari

Senin tanggal 20 Februari 2017 pukul 10.20, di Dusun Sade).

Pendapat tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan

oleh Ibu Inaq Esun sebagai berikut.

“Pemerintah desa memang sering memberi pengarahan kepada

kami selaku warga Sade untuk terus bekerjasama membangun desa

Sade. Pemerintah desa telah membangun fasilitas umum untuk

menunjukkan dukungan mereka terhadap keinginan warga Sade

agar memiliki kehidupan yang lebih baik”. (Wawancara hari Selasa

tanggal 21 Februari 2017 pukul 14.46, di Dusun Sade).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa motivasi atau dorongan yang

diberikan oleh Pemerintah Desa terkait pengembangan Dusun Sade sebagai Desa

Wisata adalah dengan memberikan pengarahan dan pembinaan kepada

masyarakat. Selain itu, Pemerintah Desa juga memotivasi warganya dengan

mengupayakan dukungan pendanaan guna pembangunan dan pemeliharaan sarana

prasarana (sapras) fasilitas umum untuk kepentingan pengembangan Desa Wisata

Sade. Salah satu dukungan pendanaan yang tersalurkan di Dusun Sade dan Desa

Rembitan adalah berasal dari PNPM Mandiri Pedesaan yang mencapai lebih dari

264 juta rupiah, sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4.3: Realisasi Penyaluran Dana Sapras dari Dana PNPM Mandiri

Pedesaan di Desa Rembitan Tahun 2012-2015

No. Tahun Sumber Dana PNPM MP

(Rp)

1. 2012 -

2. 2013 221.196.000

3. 2014 264.299.300

4. 2015 264.299.300

Sumber: BPS, Kecamatan Pujut Dalam Angka 2013, 2014, 2015, 2016

Page 80: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

65

Dalam rangka memaksimalkan pengembangan Desa Wisata Sade, maka

Pemerintah Desa juga berupaya memotivasi pihak investor swasta agar turut

berperan serta atau terlibat dalam rangka pengembangan Desa Wisata Sade.

Upaya Pemerintah Desa dalam memotivasi investor swasta dan pengusaha untuk

terlibat dalam pengembangan Desa Wisata Sade disampaikan oleh Bapak Kurdap

Selake sebagai berikut.

“Pada dasarnya pemerintah desa selalu memberikan dorongan-

dorongan terkait dengan investasi, tetapi sampai saat ini belum ada

investor atau swasta yang berminat berinvestasi untuk

pengembangan Desa Wisata Sade, karena Desa Wisata Sade adalah

sebuah perkampungan komunitas bukan suatu badan usaha”.

(Wawancara hari Senin tanggal 20 Februari 2017 pukul 10.20, di

Dusun Sade).

Senada dengan pendapat dari Bapak Kurdap Selake tersebut, Ibu Inaq

Esun juga mengemukakan pendapatnya berikut ini.

“Yang saya tahu belum ada satu pun perusahaan yang mau terlibat

membantu secara serius dalam mengembangkan desa wisata Sade.

Yang banyak justru dari dinas atau instansi pemerintah yang lain

misalnya Dinas Pariwisata. Padahal desa Sade ini saya rasa sangat

bagus untuk menjadi tujuan wisata budaya khususnya di Pulau

Lombok ini”. (Wawancara hari Selasa tanggal 21 Februari 2017

pukul 14.46, di Dusun Sade).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa Pemerintah Desa telah

melakukan upaya memotivasi pihak investor swasta guna turut terlibat atau

berperan serta dalam pengembangan Dusun Sade sebagai Desa Wisata. Namun

hingga saat ini masih belum ada satupun investor swasta yang tertarik untuk

terlibat dalam pengembangan Desa Wisata Sade. Hal ini dikarenakan Desa Wisata

Sade merupakan sebuah perkampungan adat atau cagar budaya dan bukan suatu

badan usaha, sehingga lembaga adat Desa Wisata Sade terbilang ketat atau

Page 81: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

66

selektif terhadap keterlibatan pihak swasta agar tidak mengubah kelestarian adat-

istiadat di dusun tersebut.

Geliat usaha atau bisnis yang berkembang dengan adanya Desa Wisata

Sade cukup baik. Hal ini merupakan wujud dari adanya upaya Pemerintah Desa

dalam memotivasi para pelaku UKM untuk membantu dalam pengembangan Desa

Wisata Sade. Hal ini dikemukakan oleh Bapak Kurdap Selake sebagai berikut.

“Geliat usaha di Sade cukup bagus baik dari bisnis kain tenun

songket maupun masyarakat pedagang dari dusun tetangga yang

datang mencari rezeki dengan keberadaan Dusun Sade ini sendiri.

Termasuk dengan agen-agen travel yang gencar mempromosikan

maupun menjadwalkan atau mengagendakan perjalanan wisatanya

untuk membawa para tamu untuk berkunjung ke Dusun Sade.

Pemerintah desa memberikan bantuan dengan memberikan

permodalan dalam bentuk Anggaran Dana Desa memotivasi pelaku

UKM dalam membantu pengembangan Desa Wisata Sade.”

(Wawancara hari Senin tanggal 20 Februari 2017 pukul 10.20, di

Dusun Sade).

Pendapat tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan

oleh Ibu Inaq Esun sebagai berikut.

“Hampir semua rumah di sini menjual barang-barang untuk oleh-

oleh bagi para wisatawan. Alhamdulillah hasilnya lumayan lah

untuk membantu penghasilan keluarga. Tapi kalau kain tenun khas

Sasak itu wajib tersedia, supaya wisatawan mengenal kebudayaan

Sasak di sini. Ya banyak juga pendatang dari desa lain yang jualan

di sini. Yang penting masyarakat sini dengan senang hati tetap

berjualan untuk membantu ekonomi keluarga, sekalian membantu

melestarikan budaya Sasak agar tidak hilang ditelan jaman”.

(Wawancara hari Selasa tanggal 21 Februari 2017 pukul 14.46, di

Dusun Sade).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa selain warga dan investor

swasta, Pemerintah Desa juga melakukan upaya dengan memotivasi para pelaku

Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk turut dalam pengembangan Desa Wisata

Sade. Para pelaku UKM yang turut terlibat dalam pengembangan Desa Wisata

Sade di antaranya adalah usaha kerajinan tenun khas Sasak atau kain songket dan

Page 82: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

67

agen-agen travel yang menyediakan perjalanan wisata bagi para wisatawan yang

berkunjung ke Desa Wisata Sade. Adapun sarana perekonomian untuk UKM yang

ada di Desa Rembitan masih didominasi oleh restoran (warung makan) dan kios-

kios penjualan cinderamata bagi wisatawan, sebagaimana yang terlihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.4: Sarana Perekonomian di Desa Rembitan

Tahun 2012-2015

No. Tahun Pasar Umum

(unit)

Pasar Hewan

(unit)

Restoran & Kios

(unit)

KUD

(unit)

1. 2012 - - 75 -

2. 2013 - - 85 -

3. 2014 - - 88 -

4. 2015 - - 89 -

Sumber: BPS, Kecamatan Pujut Dalam Angka 2013, 2014, 2015, 2016

Adapun jenis UKM yang ada di Desa Wisata Sade didominasi oleh usaha

tekstil atau tenun khas Sasak, sisanya berupa usaha makanan dan minuman serta

pengolahan kayu (mebel). Usaha kecil menengah pada industri kain tenun songket

khas Sasak selama ini mengalami pertumbuhan yang positif, yang terlihat dari

adanya peningkatan jumlah usaha tersebut setiap tahun di Desa Rembitan

sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5: Jumlah Usaha Industri di Desa Rembitan Tahun 2012-2015

No. Tahun Makanan/Minuman

(km)

Tekstil

(km)

Kayu

(km)

Besi/Baja

(km)

1. 2012 14 342 8 -

2. 2013 14 944 3 -

3. 2014 15 1.012 4 -

4. 2015 21 1.120 6 -

Sumber: BPS, Kecamatan Pujut Dalam Angka 2013, 2014, 2015, 2016

Page 83: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

68

Dusun Sade bisa dikatakan sebagai sisa-sisa kebudayaan Sasak lama yang

mencoba bertahan sejak zaman Kerajaan Penjanggik di Praya Kabupaten Lombok

Tengah. Sebagai salah satu desa tradisional, Dusun Sade memang sengaja

diberdayakan dan didorong oleh pemerintah setempat untuk terus menjaga

warisan tradisi leluhur mereka salah satunya hasil tenun. Pelaku utama kerajinan

ini adalah para wanita, mereka tekun menenun dengan menggunakan alat

sederhana dan tradisional sehingga menghasilkan kain yang indah. Bahan-bahan

membuat kain tenun biasanya didapat di lingkungan sekitar dan kemudian diracik

sendiri tanpa campuran dari hasil industri melalui proses yang lumayan lama

sehingga menghasilkan sebuah kain tenun ikat yang menarik. Mayoritas

perempuan dewasa penduduk Sade, sangat piawai menenun dengan menggunakan

alat tenun tradisional. Sebab sejak umur 10 tahun, mereka diajari cara menenun.

Ada suatu filosofi atau tradisi yang dianut di suku Sasak, perempuan Sasak jika

belum piawai menenun, maka perempuan tersebut secara adat, belum boleh

dinikahkan. Karena dianggap belum baligh, atau dewasa.

Tenun asal Dusun Sade pada umumnya sangat menarik, baik secara warna

maupun produknya, akan tetapi keunikan kain tenun Dusun Sade dengan kain

tenun lainnya di daerah Lombok sangat berbeda karna bahan-bahan yang

digunakan untuk menghasilkan kain tenun berasal dari alam tidak ada campuran

bahan kimia seperti benang yang mereka gunakan berasal dari kapas, yang

kemudian mereka pintal sendiri dengan menggunakan alat yang masih tradisional.

Sedangkan dalam segi warna, kain tenun Dusun Sade terkenal tidak akan pudar

meski sering dicuci.

Page 84: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

69

Kain tenun di Dusun Sade mempunyai motif garis dan menarik. Pada

awalnya ragam hias tenun Dusun Sade hanya berbentuk lurik saja, namun dengan

berkembangnya zaman, ragam hias tenun Dusun Sade mengalami perkembangan

dengan adanya pengaruh dari hasil pengerajin tenun dari daerah lain yang ada di

wilayah Lombok yang mereka pasarkan di Dusun Sade tersebut. Tenun Dusun

Sade juga dikenal dengan ragam hiasnya yang memiliki arti simbolik tersendiri

pada masing-masing ragam hias sesuai kepercayaan penduduk setempat, yang

melibatkan sebuah harapan bagi pembuat dan pemakainya.

Gambar 4.3: Kain Tenun Songket Khas Sasak di Dusun Sade

Sumber: Dokumentasi Peneliti (2017)

Dusun Sade memiliki ciri khas dalam kain tenunnya baik dari bahan yang

digunakan yaitu bersumber dari alam, serta memiliki makna dimasing- masing

ragam hias tenunnya Namun disayangkan tidak sepenuhnya masyarakat Dusun

Sade yang mengetahui secara rinci tentang kain tenun Dusun Sade tersebut,

Page 85: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

70

karena mereka kebanyakan hanya mengikuti dari orang tua mereka saja tanpa tahu

makna dari tiap-tiap ragam hias.

b. Peran Sebagai Fasilitator

Sebagai fasilitator pengembangan potensi pariwisata peran Pemerintah

Desa adalah menyediakan segala fasilitas yang mendukung segala program yang

diadakan oleh Dinas Pariwisata. Pada prakteknya Pemerintah Desa bisa

mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak, baik swasta maupun masyarakat.

Fasilitas fisik yang disediakan Pemerintah Desa untuk mendukung pengembangan

Desa Wisata Sade disampaikan oleh Bapak Kurdap Selake berikut.

“Pemerintah desa memberikan bantuan dana anggaran untuk

fasilitas fisik baik itu perbaikan untuk sarana tempat parkir, toilet

umum dan pemeliharaan untuk sumur bor”. (Wawancara hari Senin

tanggal 20 Februari 2017 pukul 10.20, di Dusun Sade).

Pendapat Bapak Kurdap Selake hampir sama dengan Ibu Inaq Esun terkait

fasilitas fisik yang disediakan Pemerintah Desa untuk mendukung pengembangan

Desa Wisata Sade.

“Betul mas, ada beberapa fasilitas fisik yang dibangun dan

diperbaiki di desa Sade ini. Di antaranya pembangunan toilet

umum dan sumur bor, jalan-jalan yang rusak juga diperbaiki.

Adanya fasilitas itu membuat warga menjadi senang, karena sangat

membantu kehidupan kami selaku warga Sade”. (Wawancara hari

Selasa tanggal 21 Februari 2017 pukul 14.46, di Dusun Sade).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa sebagai fasilitator,

Pemerintah Desa membangun dan menyediakan fasilitas fisik dalam rangka

pengembangan Desa Wisata Sade. Beberapa fasilitas fisik yang dibangun dan

disediakan di antaranya perbaikan tempat parkir, toilet umum, dan sumur bor.

Page 86: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

71

Gambar 4.4: Fasilitas Parkir di Desa Wisata Sade

Sumber: Dokumentasi Peneliti (2017)

Gambar 4.5: Perbaikan Toilet Umum di Desa Wisata Sade

Sumber: Dokumentasi Peneliti (2017)

Page 87: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

72

Selain fasilitas tempat parkir dan toilet umum, fasilitas yang tak kalah

penting yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Desa selaku fasilitator adalah

kondisi jalan umum di Desa Rembitan yang dilalui oleh para wisatawan yang

berkunjung di Desa Wisata Sade. Terdapat peningkatan panjang jalan yang telah

dilapisi aspal dan diperkeras di Desa Rembitan pada tahun 2015 dibanding tahun-

tahun sebelumnya. Data mengenai hal tersebut dapat dilihat sebagaimana yang

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.6: Panjang Jalan Menurut Jenis di Desa Rembitan

Tahun 2012-2015

No. Tahun Aspal

(km)

Diperkeras

(km)

Tanah

(km)

Jumlah

(km)

1. 2012 3 2 37 42

2. 2013 3 2 37 42

3. 2014 3 2 37 42

4. 2015 6 4 37 47

Sumber: BPS, Kecamatan Pujut Dalam Angka 2013, 2014, 2015, 2016

Hasil wawancara, dokumentasi, dan tabel di atas menunjukkan bukti

adanya peran Pemerintah Desa sebagai fasilitator dalam memfasilitasi masyarakat

terkait sarana dan prasarana fisik untuk menunjang pengembangan Desa Wisata

Sade. Adapun upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Desa dalam

mengoptimalisasikan masing-masing fasilitas fisik tersebut dikemukakan oleh

Bapak Kurdap Selake sebagai berikut.

“Pemerintah desa dan masyarakat Sade rutin melakukan

pemeliharaan terhadap fasilitas fisik yang ada”. (Wawancara hari

Senin tanggal 20 Februari 2017 pukul 10.20, di Dusun Sade).

Pendapat tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan

oleh Ibu Inaq Esun sebagai berikut.

Page 88: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

73

“Iya, warga dan aparat desa sepakat untuk bersama-sama menjaga

fasilitas umum yang sudah dibangun dan diperbaiki, seperti toilet,

sumur bor, jalan dan lainnya itu. Maksudnya adalah supaya fasilitas

itu tidak cepat rusak karena menyangkut kepentingan bersama”.

(Wawancara hari Selasa tanggal 21 Februari 2017 pukul 14.46, di

Dusun Sade).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dalam menjalankan

perannya sebagai fasilitator, Pemerintah Desa bersama masyarakat Sade

melakukan pemeliharaan terhadap fasilitas-fasilitas fisik yang ada secara rutin.

Hal ini dimaksudkan agar setiap fasilitas fisik yang telah disediakan dapat tetap

berfungsi dengan baik dan memadai ketika dipergunakan oleh para wisatawan

yang datang berkunjung ke Desa Wisata Sade. Melalui optimalisasi masing-

masing fasilitas fisik yang tersedia bagi para wisatawan seperti pembangunan dan

perbaikan tempat parkir, toilet umum, sumur bor, dan kondisi jalan yang layak

maka diharapkan dapat mendukung upaya pengembangan Desa Wisata Sade yang

dilakukan oleh Pemerintah Desa setempat.

c. Peran Sebagai Dinamisator

Agar dapat berlangsung pembangunan yang ideal, maka Pemerintah Desa,

swasta dan masyarakat harus dapat bersinergi dengan baik. Pemerintah Desa

sebagai salah satu stakeholder pembangunan pariwisata memiliki peran untuk

mensinergiskan ketiga pihak tersebut, agar di antaranya tercipta suatu simbiosis

mutualisme demi perkembangan pariwisata di Desa Wisata Sade.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa belum ada pihak atau

investor swasta yang turut berperan serta dalam pengembangan Desa Wisata Sade.

Oleh karenanya, Pemerintah Desa melakukan kerjasama dan meningkatkan

sinergi dengan instansi pemerintah yang terkait dalam rangka pengembangan

Desa Wisata Sade. Instansi pemerintah yang diajak bekerjasama dalam

Page 89: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

74

pengembangan Desa Wisata Sade dan peran dari masing-masing instansi tersebut

diungkapkan oleh Bapak Kurdap Selake sebagai berikut.

“Dinas Pariwisata, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan,

Dinas Pendidikan, Dinas Bappeda. Lebih banyak berperan dalam

rangka pembinaan, baik itu hal-hal yang bersifat teknis maupun

promosi. Belum ada instansi swasta yang tertarik bekerjasama,

hanya dari instansi pemerintah saja.” (Wawancara hari Senin

tanggal 20 Februari 2017 pukul 10.20, di Dusun Sade).

Pendapat Bapak Kurdap Selake hampir sama dengan Ibu Inaq Esun terkait

kerjasama dan sinergi pemerintah desa dengan pihak yang terkait dalam rangka

pengembangan Desa Wisata Sade.

“Selama ini belum ada bantuan dari pihak swasta atau perusahaan

dalam rangka memajukan desa Sade ini. Tidak jarang kami warga

sini terpaksa patungan buat mengadakan kegiatan tradisi untuk

melestarikan budaya warisan leluhur”. (Wawancara hari Selasa

tanggal 21 Februari 2017 pukul 14.46, di Dusun Sade).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dalam menjalankan

perannya sebagai dinamisator, Pemerintah Desa menjalin kerjasama dan

bersinergi dengan berbagai instansi pemerintah yang terkait dalam rangka

pengembangan Desa Wisata Sade. Melalui sinergi yang kuat dengan instansi-

instansi tersebut maka hal ini dapat menunjang sinergi Pemerintah Desa dengan

masyarakat Sade melalui pembinaan baik secara teknis maupun promosi yang

dilaksanakan oleh instansi-instansi tersebut di antaranya Dinas Pariwisata, Dinas

Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pendidikan, Dinas Bappeda.

Melalui sinergi yang terjalin antara Pemerintah Desa, instansi-instansi pemerintah

yang terkait, dan masyarakat Sade, maka diharapkan memberikan manfaat yang

besar bagi Pemerintah Desa dalam pengembangan Desa Wisata Sade. Adapun

manfaat yang diperoleh Pemerintah Desa dalam pengembangan Desa Wisata Sade

tersebut dikemukakan oleh Bapak Kurdap Selake sebagai berikut.

Page 90: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

75

“Dapat meningkatkan perekonomian, pendidikan, sosial budaya,

sisi keagamaan dan lain-lain. Bagi pemerintah desa maupun

masyarakat Sade itu sendiri terkait dengan kepariwisataan.”

(Wawancara hari Senin tanggal 20 Februari 2017 pukul 10.20, di

Dusun Sade).

Pendapat tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan

oleh Ibu Inaq Esun sebagai berikut.

“Ya, kami tentu berharap agar aparat desa dan masyarakat Sade

dapat terus bersama-sama menjaga kelestarian budaya Sasak. Tidak

cuma itu, kami juga berharap agar kehidupan kami sebagai warga

Sade dapat lebih sejahtera ke depannya”. (Wawancara hari Selasa

tanggal 21 Februari 2017 pukul 14.46, di Dusun Sade).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa sinergi yang dilakukan oleh

Pemerintah Desa, instansi-instansi pemerintah yang terkait, dan masyarakat Sade

dapat memberikan manfaat yang terkait dengan kepariwisataan, perekonomian,

pendidikan, sosial bidaya, dan keagamaan. Terkait dengan kepariwisataan, sinergi

yang terjalin dapat membantu meningkatkan kunjungan wisatawan baik asing

maupun domestik ke Desa Wisata Sade, sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.7: Kunjungan Wisatawan Asing dan Domestik di Kabupaten

Lombok Tengah Tahun 2012-2015

No. Tahun Asing

(orang)

Domestik

(orang)

Jumlah

(orang)

1. 2012 23.535 58.364 81.899

2. 2013 25.150 77.278 102.428

3. 2014 49.766 54.954 104.720

4. 2015 53.820 46.908 100.728

Sumber: Statistik Kepariwisataan Kab. Lombok Tengah Tahun 2016

Tidak hanya memberikan manfaat di bidang kepariwisataan, sinergi yang

baik antara Pemerintah Desa, instansi-instansi pemerintah yang terkait, dan

masyarakat Sade juga dapat memberikan manfaat di bidang perekonomian yakni

Page 91: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

76

meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, terutama pada lapangan usaha

yang terkait dengan Desa Wisata Sade seperti transportasi, penyediaan akomodasi

dan makan minum, informasi dan komunikasi, serta jasa keuangan dan asuransi,

sebagaimana yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.8: PDRB Perkapita Kabupaten Lombok Tengah Menurut Lapangan

Usaha Terkait Desa Wisata Sade Tahun 2012-2015

No. Tahun Transportasi

dan

Pergudangan

(Rp)

Penyediaan

Akomodasi dan

Makan Minum

(Rp)

Informasi

dan

Komunikasi

(Rp)

Jasa Keuangan

dan

Asuransi

(Rp)

1. 2012 1.893.452 107.326 156.987 191.777

2. 2013 2.490.338 126.596 169.718 216.017

3. 2014 3.033.722 152.498 186.492 234.838

4. 2015 3.573.525 186.492 199.966 258.759

Sumber: BPS, Lombok Tengah Dalam Angka 2016

Data pada tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan pendapatan

perkapita masyarakat yang terkait dengan bidang kepariwisataan. Pada sektor

transportasi baik darat, laut, maupun udara mengalami peningkatan. Penyediaan

akomodasi berupa penginapan atau hotel dan warung makan atau restoran juga

mengalami peningkatan. Begitu pula peningkatan yang terjadi pada sektor

informasi dan komunikasi dengan bertambahnya kebutuhan internet dan operator

seluler, serta jasa keuangan terkait perbankan dalam transaksi di bidang

kepariwisataan.

Page 92: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

77

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Peran Pemerintah Desa Dalam

Pengembangan Desa Wisata Dusun Sade

a. Faktor Pendukung

Pelaksanaan peran Pemerintah Desa dalam pengembangan Desa Wisata

Dusun Sade tidak terlepas dari adanya berbagai faktor di dalamnya. Faktor-faktor

tersebut dapat mempengaruhi peran Pemerintah Desa dalam pengembangan Desa

Wisata Dusun Sade. Terdapat dua jenis faktor, yaitu faktor pendukung dan faktor

penghambat, dimana dalam pelaksanaan peran Pemerintah Desa selalu berkaitan

dengan kedua faktor tersebut.

Berikut ini hasil wawancara peneliti terkait dengan faktor-faktor yang

mendukung peran Pemerintah Desa dalam pengembangan Desa Wisata Dusun

Sade. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Kurdap Selake bahwa dalam

melaksanakan perannya sebagai motivator, terdapat faktor yang mendukung

pemerintah desa dalam pengembangan Desa Wisata Sade.

“Faktor SDM perlu ditingkatkan melalui pembinaan kelembagaan

sistem yang ada seperti Paguyuban Adat, Karang Taruna. Dari sisi

sosial budaya yaitu menghidupkan kembali lembaga-lembaga adat

untuk memberi dukungan terhadap pengembangan Desa Wisata”.

(Wawancara hari Senin tanggal 20 Februari 2017 pukul 10.20, di

Dusun Sade)

Pendapat Bapak Kurdap Selake hampir sama dengan Ibu Inaq Esun terkait

faktor yang mendukung peran pemerintah desa sebagai motivator dalam

pengembangan Desa Wisata Dusun Sade.

“Masyarakat sini memang punya motivasi yang tinggi untuk terus

menjaga budaya dan adat istiadat leluhur. Terutama para sesepuh

adat dan juga anak-anak muda Karang Taruna di sini selalu

semangat mengikuti kegiatan yang menunjukkan budaya Sasak.

Selain karena kesadaran sendiri, ini juga berkat himbauan dari

aparat desa”. (Wawancara hari Selasa tanggal 21 Februari 2017

pukul 14.46, di Dusun Sade).

Page 93: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

78

Bapak Kurdap Selake juga mengemukakan bahwa dalam melaksanakan

perannya sebagai fasilitator, terdapat pula faktor yang mendukung pemerintah

desa dalam pengembangan Desa Wisata Sade. Berikut penuturan dari Bapak

Kurdap Selake terkait dengan hal tersebut.

“Karena Dusun Sade adalah Desa Wisata yang diakui oleh

Pemerintah Provinsi melalui SK Gubernur NTB No. 2 Tahun 1989,

yang kemudian diperbaharui dengan Perda NTB No. 7/2013

tentang rencana induk pembangunan kepariwisataan daerah 2013-

2028. Dan juga dengan adanya keberadaan atraksi wisata,

aksesibilitas, sistem kepercayaan dan kemasyarakatan, mendorong

Pemerintah Desa untuk terus melakukan pengembangan Desa

Wisata Sade karena sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat

Sade.” (Wawancara hari Senin tanggal 20 Februari 2017 pukul

10.20, di Dusun Sade).

Pendapat tersebut di atas tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan

oleh Ibu Inaq Esun sebagai berikut.

“Yang saya tahu, desa Sade dijadikan desa wisata karena adanya

keputusan dari gubernur dan peraturan daerah. Hal itu sering

disinggung oleh kepala desa, untuk memperkuat tugas mereka

dalam memfasilitasi keinginan masyarakat di sini untuk maju

dengan tetap memelihara budaya leluhur”. (Wawancara hari Selasa

tanggal 21 Februari 2017 pukul 14.46, di Dusun Sade).

Selanjutnya dalam melaksanakan perannya sebagai dinamisator, juga

terdapat faktor yang mendukung Pemerintah Desa dalam pengembangan Desa

Wisata Dusun Sade. Hal ini Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Kurdap

Selake sebagai berikut.

“Adanya dukungan dan kerjasama Pemerintah Desa dengan

berbagai instansi yang terkait. Bukan hanya dari dinas pemerintah,

tetapi juga dari komponen masyarakat yang peduli dengan

pelestarian budaya di Dusun Sasak seperti kalangan akademisi,

peneliti, juga dari LSM. Sinergi ini sangat membantu kita untuk

tetap mempertahankan dan mengembangkkan Desa Wisata Sade

selama ini.” (Wawancara hari Senin tanggal 20 Februari 2017

pukul 10.20, di Dusun Sade).

Page 94: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

79

Senada dengan pendapat dari Bapak Kurdap Selake tersebut, Ibu Inaq

Esun juga mengemukakan pendapatnya berikut ini.

“Memang yang saya tahu banyak tamu yang datang kesini untuk

mempelajari adat istiadat Sasak. Ada yang dari perguruan tinggi,

LSM juga ada, bahkan ada orang luar negeri juga. Mereka sering

mampir bersama aparat desa ke rumah-rumah sekitar untuk tanya

jawab, kayak wawancara gitu. Kata aparat desa, para tamu tersebut

ikut membantu memperjuangkan kelestarian budaya desa kami”.

(Wawancara hari Selasa tanggal 21 Februari 2017 pukul 14.46, di

Dusun Sade).

Hasil wawancara di atas menunjukkan adanya faktor pendukung pada

masing-masing peran yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dalam

pengembangan Desa Wisata Sade. Peran Pemerintah Desa sebagai motivator

didukung dengan adanya kelompok masyarakat yang membantu memotivasi dan

membina masyarakat seperti Paguyuban Adat dan Karang Taruna. Peran

Pemerintah Desa sebagai fasilitator didukung dengan adanya dasar kebijakan dari

Pemerintah Provinsi berupa SK Gubernur Provinsi NTB No. 2 Tahun 1989

Tentang Penetapan 15 Kawasan Pariwisata, yang menunjuk Dusun Sade sebagai

Desa Wisata. SK Gubernur tersebut kemudian diperbaharui dengan Perda NTB

No. 7 Tahun 2013 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah

Tahun 2013-2028. Adapun Peran Pemerintah Desa sebagai dinamisator didukung

dengan adanya komponen masyarakat non pemerintah yang turut peduli tentang

kelestarian adat budaya Sasak seperti kalangan akademisi dan peneliti di

perguruan tinggi, serta lembaga swadaya masyarakat (LSM) baik di dalam

maupun di luar negeri.

Namun di antara beberapa faktor-faktor pendukung tersebut, menurut

Bapak Kurdap Selake bahwa faktor yang paling efektif dalam mendukung

pemerintah desa mengembangkan Desa Wisata Sade adalah faktor SDM atau

Page 95: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

80

masyarakat Sade itu sendiri. Hal ini dikarenakan masyarakat Sade adalah pelaku

wisata di desanya tersebut.

b. Faktor Penghambat

Berikut ini hasil wawancara peneliti terkait dengan faktor-faktor yang

menghambat peran Pemerintah Desa dalam pengembangan Desa Wisata Dusun

Sade. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Kurdap Selake yang

menyatakan bahwa:

“Kendalanya lebih pada peran kita sebagai motivator, yaitu faktor

finansial dan SDM. Kendala finansial berupa terbatasnya dana atau

anggaran kita untuk membangun atau meningkatkan infrastruktur

dan fasilitas pendukung. Sedangkan kendala SDM adalah

terbatasnya personel di lingkup Pemerintahan Desa dan di

masyarakat Sade yang memiliki keahlian atau kemampuan dalam

pengembangan Desa Wisata Sade” (Wawancara hari Senin tanggal

20 Maret 2016 pukul 11.45, di Dusun Sade)

Pendapat Bapak Kurdap Selake hampir sama dengan Ibu Inaq Esun terkait

faktor yang menghambat peran pemerintah desa dalam pengembangan Desa

Wisata Dusun Sade.

“Kendala pemerintah desa yang saya tahu ya itu, minimnya dana

yang dimiliki desa untuk mengadakan kegiatan tradisi budaya

Sasak. Terus juga kurangnya aparat desa yang memiliki pendidikan

yang tinggi, yang bisa mengembangkan desa Sade ini jadi lebih

maju”. (Wawancara hari Selasa tanggal 21 Februari 2017 pukul

14.46, di Dusun Sade).

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa meskipun terdapat kendala

di bidang finansial dan SDM yang dapat menghambat peran Pemerintah Desa

dalam pengembangan Desa Wisata Dusun Sade, tetapi Pemerintah Desa memiliki

solusi tersendiri dalam mengatasi kendala-kendala tersebut. Sebagaimana yang

disampaikan oleh Bapak Kurdap Selake yang menyatakan bahwa:

“Untuk itu, solusi yang kita lakukan dari sisi finansial adalah

pemerintah desa gencar melakukan lobi dalam bentuk proposal

Page 96: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

81

kepada pemerintah pusat dari bantuan sosial revitalisasi desa adat,

PNPM Mandiri Pariwisata, Kementerian, Dinas Pendidikan, dan

Dinas Pariwisata terkait. Agar pengembangan Desa Wisata Sade

berjalan dengan optimal. Sedangkan dari sisi SDM, solusinya

adalah perlu diadakan pembinaan pendiklatan atau pelatihan

keterampilan agar sinergi antara faktor finansial dan SDM dapat

berjalan dengan baik.” (Wawancara hari Selasa tanggal 21 Maret

2016 pukul 10.12, di Dusun Sade)

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa solusi yang dilakukan

Pemerintah Desa untuk mengatasi kendala keterbatasan finansial adalah dengan

gencar melakukan lobi dalam bentuk proposal kepada pemerintah pusat untuk

bantuan sosial revitalisasi desa adat, PNPM Mandiri Pariwisata, Kementerian,

Dinas Pendidikan, dan Dinas Pariwisata terkait. Hal ini dimaksudkan agar

pengembangan Desa Wisata Sade berjalan dengan optimal. Adapun solusi yang

dilakukan Pemerintah Desa untuk mengatasi kendala keterbatasan SDM yang

terampil dalam pengembangan Desa Wisata adalah dengan mengikutsertakan

aparatur Pemerintah Desa untuk mengikuti pembinaan atau pendidikan dan

pelatihan (diklat) keterampilan tentang pengembangan Desa Wisata. Hal ini

dimaksudkan terdapat SDM setempat yang memiliki keterampilan dan pemikiran

yang dibutuhkan dalam rangka mengembangkan Desa Wisata Sade menjadi lebih

baik lagi di masa mendatang.

C. Analisis Data

1. Peran Pemerintah Desa Dalam Pengembangan Desa Wisata Sade

a. Peran Sebagai Motivator

Pentingnya peranan motivator dalam pengembangan Desa Wisata Sade

dan perlu dipahami oleh pemerintah desa dalam hal ini adalah Kepala Desa

Rembitan dan Kepala Dusun Sade agar dapat melakukan berbagai bentuk

Page 97: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

82

tindakan atau bantuan kepada kepada masyarakat desa setempat. Kepala Desa

sebagai motivator harus mampu memotivasi warga untuk aktif berperan serta

dalam pengembangan Desa Wisata Sade sehingga pengembangan yang ingin

dicapai nantinya dapat terlaksana dengan baik tanpa ada perselisian di antara

pemerintah desa dan masyarakat setempat. Kepala Desa harus mampu

memberikan dorongan terhadap masyarakat untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan

kemasyarakatan sehingga nantinya mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau

memuaskan suatu kebutuhan masyarakat desa dalam mengembangkan Desa

Wisata Sade. Kepala Pemerintahan Desa dalam hal ini sebagai motivator telah

bekerjasama dengan masyarakat dalam hal ini yaitu bersama-sama dalam

mengembangkan Desa Wisata Sade dengan cara memberikan dorongan-dorongan

kepada warga. Dorongan dari Kepala Desa selalu dilakukan dengan tujuan bahwa

hal tersebut memberikan kesadaran kepada masyarakat desa khususnya Desa

Rembitan akan pentingnya kerjasama dalam sebuah proses pengembangan Desa

Wisata Sade.

Selain itu, dengan hal tersebut tentunya mendapat respon yang positif dari

masyarakat Desa Wisata Sade karena dorongan dan bimbingan dari Kepala Desa

sangat diperlukan dan dinantikan oleh masyarakat desa. Hal ini terlihat bahwa

peran Kepala Desa sebagai motivator telah memberikan motivasi atau dorongan

kepada warga desa untuk ikut dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Sade.

Terdapat beberapa kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Desa

di antaranya memberikan dukungan pendanaan untuk membangun atau

memperbaiki fasilitas fisi seperti jalan, toilet umum dan sumur bor di Dusun Sade.

Dukungan dari Kepala Desa sebagai motivator akan selalu dinantikan oleh

Page 98: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

83

masyarakat, dan juga sebaliknya Kepala Desa mengarapkan dukungan dari

masyarakat agar pelaksanaan pengembangan Desa Wisata Sade dapat berjalan

dengan baik.

Kepala Desa sebagai kepala pemerintah Desa Wisata Sade telah

menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Kepala Pemerintahan di masyarakat,

dimana Kepala Desa sebagai motivator kepada masyarakat dalam pengembangan

Desa Wisata Sade adalah Kepala Desa dengan mengajak kumpul-kumpul bersama

warga masyarakat Sade untuk memberikan motivasi dalam pengembangan Desa

Wisata Sade, agar masyarakat bisa ikut terpengaruh atas motivasi yang diberikan

oleh Kepala Desa, sehingga masyarakat bisa ikut untuk bekerjasama dengan

Pemerintah Desa dalam pengembangan Desa Wisata Sade.

Kepala Desa dalam pemberian motivasi tidak hanya dalam bentuk

kumpul-kumpul saja, tetapi dengan mengadakan pendekatan kepada masyarakat

dan mengadakan sharing kepada masyarakat mengenai pengembangan Desa

Wisata Sade, sehingga dari situ Kepala Desa memberikan motivasi kepada

masyarakat dan dibantu oleh Kaur-Kaur (Kepala Urusan) yang ada di dalam staf

pemerintahan Desa Rembitan.

Hasil ini sesuai dengan pendapat Pitana dan Gayatri (2005:95) bahwa

pemerintah daerah memiliki peran untuk mengembangkan potensi pariwisata

daerahnya sebagai motivator. Dalam pengembangan pariwisata, peran pemerintah

daerah sebagai motivator diperlukan agar geliat usaha pariwisata terus berjalan.

Investor, masyarakat, serta pengusaha di bidang pariwisata merupakan sasaran

utama yang perlu untuk terus diberikan motivasi agar perkembangan pariwisata

dapat berjalan dengan baik.

Page 99: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

84

b. Peran Sebagai Fasilitator

Dalam hal ini peran Kepala Desa sebagai fasilitator yaitu pihak yang

memberikan bantuan dan menjadi nara sumber yang baik untuk berbagai

permasalahan serta memfasilitasi pengembangan Desa Wisata Sade dengan

memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses pelaksanaannya sehingga

pengembangan Desa Wisata Sade dapat berjalan dengan baik.

Hasil penelitian di lapangan peneliti menilai bahwa peran Kepala Desa

sebagai fasilitator telah dijalankan dengan baik. Hal ini dibuktikan Kepala Desa

dengan membantu masyarakat desa dalam menjalankan program pengembangan

Desa Wisata Sade yang sedang berjalan pada saat ini. Contohnya Kepala Desa

meminjamkan alat pengangkut seperti mobil pick-up, alat pertukangan, dan alat

lainnya serta terkadang Kepala Desa juga sering mengundang rapat para warga

untuk hadir rapat di rumahnya. Dengan adanya bantuan tersebut tentunya Kepala

Desa sudah menjalankan perannya sebagai seorang fasilitator dengan baik,

sehingga masyarakat sangat terbantu dalam proses percepatan serta kelancaran

pengembangan Desa Wisata Sade khususnya pembangunan dan perbaikan

fasilitas fisik di lingkungan desa tersebut.

Pada kegiatan gotong-royong seperti perbaikan jalan desa dan tempat

parkir untuk pengunjung atau wisatawan, Kepala Desa meminjamkan mobil dan

alat- alat lainnya untuk mengangkut tanah dan batu untuk perbaikan jalan dan

pembuatan jalan usaha tani. Kepala Desa dan warga desa melakukan kegiatan

gotong-royong perbaikan jalan desa dan kemudian sepakat untuk menjaga

bersama-sama atas fasilitas umum yang sudah ada dan yang telah diperbaiki

tersebut.

Page 100: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

85

Pada kegiatan pembangunan peningkatan infrastuktur pedesaan, Kepala

Desa membahas program-program pembangunan desa bersama PNPM Mandiri

Pedesaan dan melakukan penandatangan surat-surat resmi terkait program

tersebut. Pada pelaksanaannya maka dilakukan pembangunan dan perbaikan

beberapa fasilitas fisik seperti pembangunan toilet umum dan sumur bor untuk

kepentingan wisatawan yang datang berkunjung. Pada akhirnya kemudian Desa

Wisata Sade memiliki sarana dan prasarana fisik seperti desa toilet umum dan

sumur bor sebagaimana yang terlihat pada saat ini.

Peneliti melihat bahwa Kepala Desa sebagai fasilitator menjalankan

perannya dengan baik, dimana dalam hal ini Kepala Desa berperan langsung

dalam pelaksanaan kegiatan gotong-royong dimana Kepala Desa meminjamkan

mobil dan alat-alat lainnya untuk mengangkut tanah dan batu untuk perbaikan

jalan desa dan tempat parkir wisatawan serta Kepala Desa dan warga desa

melakukan kegiatan gotong-royong pembangunan toilet umum dan sumur bor

untuk kepentingan para wisatawan yang datang berkunjung ke Desa Wisata Sade.

Hasil ini sesuai dengan pendapat Pitana dan Gayatri (2005:95) bahwa

pemerintah daerah memiliki peran untuk mengembangkan potensi pariwisata

daerahnya sebagai fasilitator. Dalam pengembangan potensi pariwisata peran

pemerintah sebagai fasilitator adalah menyediakan segala fasilitas yang

mendukung segala program yang diadakan oleh Dinas Pariwisata. Adapun pada

prakteknya pemerintah bisa mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak, baik

itu swasta maupun masyarakat.

Page 101: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

86

c. Peran Sebagai Dinamisator

Peranan Pemerintah Desa selaku aparatur desa dalam memberikan

bimbingan kepada masyarakat untuk bersama-sama mendukung pengembangan

Desa Wisata Sade dengan menjaga kelestarian adat-istiadat dan budaya Sasak

dalam kehidupan mereka. Meningkatkan peran serta dari masyarakat setempat dan

berbagai pihak yang terkait untuk saling bekerjasama dan bersinergi dalam

memberikan kontribusi sesuai peran masing-masing untuk kepentingan Desa

Wisata Sade. Hal ini akan mempercepat proses pengembangan Desa Wisata Sade

yang saat ini sedang berjalan. Pemerintah Desa juga berperan dalam mengajak

masyarakat dan berbagai pihak yang terkait untuk melakukan pengawasan terkait

dengan kegiatan pengembangan Desa Wisata Sade. Kepala Desa selaku pemimpin

di Desa Wisata Sade dapat menggerakkan masyarakat dan semua pihak yang

terkait untuk berpartisipasi dalam pengembangan Desa Wisata Sade tersebut.

Kepala Desa telah memberikan bimbingan kepada masyarakat dan

berbagai pihak yang terkait baik dari instansi atau dinas pemerintah terkait

maupun kelopok masyarakat non pemerintah seperti kalangan akademisi, peneliti

dan LSM untuk berperan aktif dalam proses pembangunan dan memberikan

kontribusi bagi masyarakat desa dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Sade

tersebut. Pemerintah Desa Wisata Sade sudah memberikan kontribusi bagi

masyarakat desa dan pihak-pihak yang terkait agar bersedia untuk berperan aktif

selama kegiatan pengembangan Desa Wisata Sade berlangsung. Kepala Desa

selaku aparat Pemerintah Desa, juga sudah berusaha untuk menggerakkan

masyarakat agar mengikuti arahan dari Kepala Desa untuk ikut berpartisipasi

dalam proses pengembangan Desa Wisata Sade.

Page 102: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

87

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pemerintah Desa memiliki peran

yang cukup baik sebagai dinamisator untuk memperoleh dukungan atau partisipasi

dari masyarakat Sade dan semua pihak yang terkait dalam pengembangan Desa

Wisata Sade. Sebagai dinamisator, Pemerintah Desa dalam hal ini Kepala Desa

memiliki upaya baik dalam memberikan bimbingan, pengarahan, maupun dalam

mengajak masyarakat dan semua pihak yang terkait untuk berpartisipasi aktif

dalam pengembangan Desa Wisata Sade.

Dalam mengoptimalisasikan pengembangan Desa Wisata Sade,

Pemerintah Desa cukup jeli dan bijaksana dalam memantau dan melihat berbagai

kegiatan di masyarakat yang selalu dinamis, menempatkan dirinya di tengah-

tengah masyarakat untuk bisa langsung terjun mendorong masyarakat dan pihak-

pihak yang terkait baik di dalam maupun di luar pemerintah untuk lebih berperan

aktif terlibat dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Sade. Pada gilirannya

maka masyarakat Sade dan berbagai pihak yang terkait ikut berpartisipasi dan

bersinergi dengan Pemerintah Desa dalam proses pengembangan Desa Wisata

Sade.

Hasil ini sesuai dengan pendapat Pitana dan Gayatri (2005:95) bahwa

pemerintah daerah memiliki peran untuk mengembangkan potensi pariwisata

daerahnya sebagai fasilitator. Dalam pilar good governance, agar dapat

berlangsung pembangunan yang ideal, maka pemerintah, swasta dan masyarakat

harus dapat bersinergi dengan baik. Pemerintah daerah sebagai salah satu

stakeholder pembangunan pariwisata memiliki peran untuk mensinergiskan ketiga

pihak tersebut, agar di antaranya tercipta suatu simbiosis mutualisme demi

perkembangan pariwisata.

Page 103: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

88

Pemerintah Desa secara dinamis telah berupaya mengajak semua pihak

yang terkait untuk bersinergi dalam pengembangan Desa Wisata Sade, untuk

bersama-sama meningkatkan sumberdaya lingkungan dengan melindungi alam

sekitarnya, menghormati sosial-budaya lokal yang ditunjukkan oleh masyarakat

baik cara hidup masyarakat lokal maupun nilai-nilai tradisional yang dianut,

memastikan keberlangsungan dan keuntungan sosial-ekonomi terdistribusikan

secara merata termasuk peluang pemasukan bagi masyarakat lokal yang terlibat

aktif dalam pariwisata, serta menjaga kepuasan dan pengalaman berharga bagi

para wisatawan.

Adanya poin-poin tersebut dalam pengembangan Desa Wisata Sade yang

dilakukan oleh Pemerintah Desa mengindikasikan bahwa Desa Wisata Sade telah

menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Sebagaimana

dikemukakan oleh Asker et. al. (2010:1) bahwa konsep pariwisata berkelanjutan

adalah konsep yang menekankan pada aspek masyarakat dan lingkungan. Untuk

mengembangkan konsep ini diperlukan dukungan dari semua pemangku

kebijakan, seperti halnya kepemimpinan yang kuat guna memastikan partisipasi

yang luas dan bangunan konsensus. Konsep pariwisata berkelanjutan ini

merupakan proses yang terus berjalan dan membutuhkan pengamatan terhadap

dampak yang mungkin timbul dan mencari jalan keluar untuk menyelesaikannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam

menjalankan pengembangan Desa Wisata Sade, maka Kepala Desa, berbagai

pihak yang terkait, dan masyarakat Sade dapat bekerjasama dan saling bersinergi

dengan baik dalam rangka mengembangkan Desa Wisata Sade sehingga dapat

Page 104: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

89

memberikan manfaat di bidang kepariwisataan, perekonomian, sosial budaya,

pendidikan, dan sebagainya bagi masyarakat Sade sendiri.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Peran Pemerintah Desa Dalam

Pengembangan Desa Wisata Sade

a. Faktor Pendukung

Peneliti menemukan tiga faktor yang dapat mendukung peran Pemerintah

Desa dalam pengembangan Desa Wisata Sade. Ketiga faktor tersebut adalah

adanya kelompok masyarakat yang membantu memotivasi dan membina

masyarakat Sade, dasar kebijakan dari Pemerintah Provinsi berupa SK Gubernur

Provinsi NTB No. 2 Tahun 1989 yang menunjuk Dusun Sade sebagai Desa

Wisata dan diperbaharui melalui Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat

Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan

Daerah Tahun 2013-2028, dan adanya komponen masyarakat non pemerintah

yang turut peduli tentang kelestarian adat budaya Sasak.

1) Adanya kelompok masyarakat setempat yang membantu memotivasi dan

membina masyarakat Sade

Faktor pendukung yang pertama adalah adanya kelompok masyarakat

setempat yang membantu memotivasi dan membina masyarakat Sade.

Kelompok masyarakat setempat yang dimaksud adalah Paguyuban atau

Lembaga Adat Sasak dan Karang Taruna. Pada Paguyuban atau Lembaga

Adat terdapat para sesepuh dan tokoh adat Sasak yang memiliki wewenang

menerapkan dan melestarikan adat istiadat suku Sasak dalam berbagai

dimensi kehidupan masyarakat di Desa Wisata Sade. Sementara pada

Page 105: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

90

keompok Karang Taruna terdapat para remaja dan anak muda setempat yang

aktif dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa baik

kegiatan sosial, budaya, maupun keagamaan.

Faktor ini pada dasarnya sangat mendukung Pemerintah Desa dalam

menjalankan perannya sebagai motivator. Kepala Desa dan aparatnya hampir

selalu membutuhkan keterlibatan kelompok Paguyuban Adat dan Karang

Taruna setempat ketika Pemerintah Desa menjalankan perannya untuk

memotivasi warganya dengan menyelenggarakan kegiatan pengarahan dan

pembinaan kepada masyarakat Sade dalam konteks pengembangan Desa

Wisata Sade. Semakin besar dukungan dan partisipasi dari kedua kelompok

masyarakat tersebut maka semakin memudahkan peran Pemerintah Desa

untuk memberikan motivasi melalui kegiatan pengarahan dan pembinaan

kepada seluruh masyarakat Sade agar membantu dalam berbagai kegiatan

terkait pengembangan Desa Wisata Sade.

2) Adanya dasar kebijakan dari Pemerintah Provinsi berupa SK Gubernur

Provinsi NTB No. 2/1989 dan Perda No. 7/2013 yang menunjuk Dusun Sade

sebagai Desa Wisata

Faktor pendukung yang kedua adalah adanya dasar kebijakan dari

Pemerintah Provinsi berupa SK Gubernur Provinsi NTB No. 2 Tahun 1989

yang menunjuk Dusun Sade sebagai Desa Wisata yang diperbaharui melalui

Perda NTB No. 7 Tahun 2013 Tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Daerah Tahun 2013-2028. SK Gubernur dan Perda NTB

tersebut menjadi landasan yang kuat bagi Pemerintah Desa dalam

menjalankan perannya sebagai fasilitator bagi masyarakat Sade dan semua

Page 106: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

91

pihak yang terkait dengan pengembangan Desa Wisata Sade. SK Gubernur

dan Perda NTB tersebut menjadi payung hukum dan dasar kebijakan publik

yang mengamanatkan bagi aparatur Pemerintahan Desa untuk

mengembangkan Desa Wisata Sade.

Faktor ini pada dasarnya sangat mendukung Pemerintah Desa dalam

menjalankan perannya sebagai fasilitator. Melalui SK Gubernur Provinsi

NTB No. 2 Tahun 1989 dan Perda No. 7 Tahun 2013 yang menunjuk Dusun

Sade sebagai Desa Wisata tersebut, maka Pemerintah Desa memiliki dasar

hukum yang kuat dalam menjalankan kebijakan publik tersebut sebagai

justifikasi dan legitimasi dalam menjalankan perannya untuk memfasilitasi

semua pihak dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut, termasuk

dalam rangka mengembangkan Desa Wisata Sade. Artinya bahwa segala

bentuk pelaksanaan kegiatan atau program yang terkait dengan memfasilitasi

pengembangan Desa Wisata Sade yang dilakukan oleh Pemerintah Desa

seperti pembangunan dan perbaikan fasilitas fisik untuk kepentingan

wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Sade memiliki dasar atau

rujukan kebijakan yang jelas dan kuat.

3) Adanya komponen masyarakat non pemerintah yang turut peduli tentang

kelestarian adat budaya Sasak

Faktor pendukung yang ketiga adalah adanya komponen masyarakat

non pemerintah yang turut peduli tentang kelestarian adat budaya Sasak.

Komponen masyarakat non pemerintah yang dimaksud adalah kalangan

akademisi dan peneliti di perguruan tinggi serta lembaga swadaya masyarakat

(LSM) baik di dalam maupun di luar negeri. Dukungan dan peran serta dari

Page 107: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

92

kalangan akademisi, pelaku usaha pariwisata, asosiasi pariwisata, kelompok

seni, LSM, pekerja media massa, pelajar dan tokoh masyarakat yang cukup

besar membuat Pemerintah Desa setempat menjadi bersemangat dalam

pengembangan Desa Wisata Sade.

Dukungan dari berbagai kalangan tersebut tampak terlihat ketika

Pemerintah mencanangkan “Gerakan Nasional Sadar Wisata 2011” melalui

berbagai kegiatan dan program kerja yang berpusat di Dusun Sade

Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Gerakan nasional tersebut

merupakan salah satu terobosan promosi yang sangat efektif, mengingat Desa

Sade telah menjadi model desa wisata yang sudah cukup dikenali para

wisatawan mancanegara maupun domestik dan diharapkan mampu

mendorong kemajuan pariwisata di wilayah Nusa Tenggara Barat.

Faktor ini pada dasarnya sangat mendukung Pemerintah Desa Wisata

Sade dalam menjalankan perannya sebagai dinamisator. Semakin banyak dan

beragam pihak yang tergerak untuk mendukung dan bekerjasama dengan

Pemerintah Desa maka semakin kuat sinergi yang terbangun dan terjalin di

antara masing-masing pihak tersebut. Setiap pihak yang bersinergi tersebut

dapat memberikan kontribusinya sesuai dengan masing-masing bidangnya

dengan tujuan yang sama yakni mengembangkan Desa Wisata Sade. Semakin

besar dukungan dan partisipasi dari masing-masing kelompok masyarakat

tersebut maka semakin membantu peran Pemerintah Desa sebagai

dinamisator melalui kerjasama dan sinergi yang dibangun dalam rangka

pengembangan Desa Wisata Sade.

Page 108: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

93

b. Faktor Penghambat

Peneliti juga menemukan dua faktor yang dapat menghambat peran

Pemerintah Desa dalam pengembangan Desa Wisata Sade. Kedua faktor tersebut

adalah faktor terbatasnya dana atau anggaran kegiatan dan SDM yang menguasai

konsep pengembangan Desa Wisata.

1) Terbatasnya dana atau anggaran untuk kegiatan Pemerintah Desa

Kendala berupa terbatasnya dana atau anggaran yang dimiliki oleh

Pemerintah Desa dalam melaksanakan kegiatan terkait pengembangan Desa

Wisata Sade adalah kendala yang paling berat yang selama ini dialami oleh

aparatur Pemerintahan Desa Wisata Sade. Kegiatan pembangunan, perbaikan

dan pemeliharaan infrastruktur dan fasilitas pendukung untuk kepentingan

masyarakat Sade dan para wisatawan yang datang berkunjung membutuhkan

dana yang tidak sedikit. Dana yang berasal dari Alokasi Dana Desa dan

bantuan PNPM Mandiri Pedesaan memang dapat dimanfaatkan untuk

membiayai kegiatan-kegiatan tersebut, namun belum cukup untuk menutup

kekurangan dari dana yang dianggarkan pada semua kegiatan yang terkait

dengan pengembangan Desa Wisata Sade.

Anggaran yang dimiliki masih diprioritaskan untuk mendanai kegiatan

pembangunan, perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur seperti jalan dan

jembatan, tempat parkir, toilet umum, dan sumur bor. Sementara dana yang

dianggarkan untuk penyediaan modal usaha kecil bagi masyarakat Sade

masih terbatas. Hingga saat penelitian ini dilakukan, anggaran untuk

permodalan usaha bagi masyarakat Sade masih dibahas sumbernya dari mana.

Namun masih belum dapat dipastikan anggaran tersebut berasal dari sumber

Page 109: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

94

internal (Alokasi Dana Desa) atau eksternal. Sementara ini, solusi yang

dilakukan Pemerintah Desa untuk mengatasi kendala keterbatasan finansial

atau dana adalah dengan gencar melakukan lobi dalam bentuk proposal

kepada pemerintah pusat untuk bantuan sosial revitalisasi desa adat, PNPM

Mandiri Pariwisata, Kementerian, Dinas Pendidikan, dan Dinas Pariwisata

terkait. Hal ini dimaksudkan agar pengembangan Desa Wisata Sade berjalan

dengan optimal.

2) Terbatasnya SDM yang menguasai konsep pengembangan Desa Wisata

Kendala lainnya adalah terbatasnya SDM di Pemerintahan Desa yang

menguasai konsep pengembangan Desa Wisata. Pengembangan Desa Wisata

Sade memang bukanlah kegiatan sembarangan, artinya dibutuhkan SDM atau

individu yang betul-betul memahami konsep pengembangan Desa Wisata.

Hal ini dimaksudkan agar konsep pengembangan Desa Wisata Sade dapat

berjalan dengan baik jika terdapat orang-orang di Pemerintahan Desa yang

menguasai konsep Desa Wisata yang cocok untuk diterapkan di Desa Wisata

Sade. Terbatasnya SDM yang menguasai bidang ilmu tentang Desa Wisata

maka dapat menghambat upaya pengembangan Desa Wisata Sade, karena

masyarakat kurang mengerti kemana arah dan tujuan dari desa mereka yang

dijadikan sebagai Desa Wisata.

Adapun solusi yang dilakukan Pemerintah Desa untuk mengatasi

kendala keterbatasan SDM yang terampil dalam pengembangan Desa Wisata

yakni dengan mengikutsertakan aparatur Pemerintah Desa untuk mengikuti

pembinaan atau pendidikan dan pelatihan (diklat) keterampilan tentang

pengembangan Desa Wisata. Hal ini dimaksudkan terdapat SDM setempat

Page 110: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

95

yang memiliki keterampilan dan pemikiran yang dibutuhkan dalam rangka

mengembangkan Desa Wisata Sade menjadi lebih baik lagi di masa

mendatang.

Page 111: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang disajikan pada bab ini adalah jawaban atas permasalahan

yang telah dirumuskan sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian maka

kesimpulan dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk poin-poin berikut:

1. Pemerintah Desa dalam pengembangan Desa Wisata Sade memiliki peran

sebagai motivator, fasilitator, dan dinamisator. Sebagai motivator, Pemerintah

Desa berperan cukup baik dalam memberikan motivasi atau dorongan kepada

warga desa untuk ikut dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Sade

melalui kegiatan pengarahan dan pembinaan yang dibantu oleh bawahannya.

Sebagai fasilitator, Pemerintah Desa berperan cukup baik dalam memfasilitasi

semua pihak dalam kegiatan gotong-royong memperbaiki infrastruktur jalan

desa dan dalam kegiatan pembangunan fasilitas penunjang seperti tempat

parkir, toilet umum, dan sumur bor untuk kepentingan para wisatawan yang

datang berkunjung ke Desa Wisata Sade. Sebagai dinamisator, Pemerintah

Desa berperan cukup baik dalam mengajak masyarakat dan semua pihak yang

terkait untuk berpartisipasi, bekerjasama, dan bersinergi dalam

pengembangan Desa Wisata Sade

2. Terdapat tiga faktor yang mendukung peran Pemerintah Desa dalam

pengembangan Desa Wisata Sade, yaitu adanya kelompok masyarakat

setempat (Paguyuban Adat dan Karang Taruna) yang membantu memotivasi

dan membina masyarakat Sade, adanya dasar kebijakan dari Pemerintah

Page 112: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

97

Provinsi berupa SK Gubernur Provinsi NTB No. 2 Tahun 1989 yang

menunjuk Dusun Sade sebagai Desa Wisata dan Perda NTB No. 7 Tahun

2013, serta adanya komponen masyarakat non pemerintah (perguruan tinggi,

LSM, dan sebagainya) yang turut peduli tentang kelestarian adat budaya

Sasak. Selain faktor pendukung, terdapat pula dua faktor penghambat, yaitu

terbatasnya dana atau anggaran yang dimiliki oleh Pemerintah Desa dalam

melaksanakan kegiatan terkait pengembangan Desa Wisata Sade dan

terbatasnya SDM di Pemerintahan Desa yang menguasai konsep

pengembangan Desa Wisata.

B. Saran

Beberapa poin kesimpulan yang telah dijelaskan di atas juga akan

dilengkapi dengan beberapa poin rekomendasi khususnya bagi Pemerintah Desa

guna meningkatan perannya dalam pengembangan Desa Wisata Sade. Berikut

beberapa saran yang diharapkan dapat membantu agar peran Pemerintah Desa

dalam pengembangan Desa Wisata Sade dapat lebih optimal, di antaranya:

1. Selama ini belum ada pihak swasta yang bekerjasama dengan Pemerintah

Desa dalam pengembangan Desa Wisata Sade. Oleh karena itu, Pemerintah

Desa disarankan untuk terus mendekati pihak swasta agar dapat turut

berperan serta dalam pengembangan Desa Wisata Sade. Diharapkan investor

atau perusahaan swasta dapat berperan serta dalam memberikan bantuan

pendanaan atau melaksanakan kegiatan melalui Corporate Social

Responsibility (CSR) yang dapat menunjang potensi dan pengembangan

kepariwisataan setempat, khususnya di Desa Wisata Sade.

Page 113: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

98

2. Pemerintah Desa juga disarankan untuk tidak hanya memberikan peningkatan

SDM tentang Desa Wisata bagi aparatur desa, tetapi juga diberikan

kesempatan kepada tokoh masyarakat Sade yang adal dalam Paguyuban Adat

dan pemuda sebagai putra daerah yang tergabung dalam kelompok Karang

Taruna setempat. Dengan demikian diharapkan semua pihak dapat saling

bersinergi untuk memahami konsep Desa Wisata yang paling baik untuk

diterapkan dalam pengembangan Desa Wisata Sade.

Page 114: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

99

DAFTAR PUSTAKA

Amrulloh, Zaenudin. 2014. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pariwisata pada

Dusun Tradisional Sasak Sade Lombok NTB. Skripsi. Fakultas Dakwah.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Asker, S., Boronyak, L., Carrard, N., dan Paddon, M. 2010. Effective Community

Based Tourism: A Best Practice Manual. Singapore: Sustainable Tourism

Cooperative Research.

Frederickson, H. George, Kevin B. Smith, Christopher W. Larimer, Michael J.

Licari. 2012. The Public Administration Theory Primer. Boulder –

Colorado: Westview Press.

Harrison, Lisa. 2007. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana.

Hox, Joop J., dan Boeije, Hennie R. 2005. Data Collection, Primary vs.

Secondary. Encyclopedia of Social Measurement. Vol. 1, 2005: 593-599.

Irianto. 2011. Dampak Parwisata Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi

Masyarakat di Gili Trawangan Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok

Utara. Jurnal Bisnis & Kewirausahaan. Vol 7. 03 November 2011: 188-

196.

Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.

Jumail, Mohamad. 2011. Pencitraan Kawasan Wisata Kuta Lombok Tengah.

Tesis. Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

Kartasapoetra, G. 1986. Desa dan Daerah dengan Tata Pemerintahan. Jakarta:

Bina Aksara.

Kompas, 26 November 2008. Kembangkan Pariwisata Berbasis Masyarakat,

http://regional.kompas.com/read/2008/11/26/13425869/kembangkan.pariw

isata.berbasis.masyarakat

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi,

Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga.

Kusworo, Hendrie Adji dan Damanik, Janianton. 2002. Pengembangan SDM

Pariwisata Daerah: Agenda Kebijakan untuk Pembuat Kebijakan. Jurnal

Ilmu Sosial & Ilmu Politik. Vol. 6, No. 1, Juli 2002: 105-120.

Page 115: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

100

Lubis, M. Solly. 1983. Perkembangan Garis Politik dan Perundang-undangan

Pemerintahan Daerah. Bandung: Alumni.

Menlh (Kementerian Lingkungan Hidup). 2014. Ekowisata di Desa Sade,

http://ppebalinusra.menlh.go.id/ekowisata-di-desa-sade.htm

Miles, M. B., Huberman, A. M., dan Saldana, J. 2014. Qualitative Data Analysis,

A Methods Sourcebook. USA: Sage Publications.

Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Munck, Gerardo L. 1998. Canons of Research Design in Qualitative Analysis.

Studies in Comparative International Development, Vol. 33, No. 3, 1998:

18-45.

Nandi. 2008. Pariwisata dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jurnal

Pendidikan Geografi. Vol. 8, No. 1, 2008: 1-10.

Narimawati, Umi. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori

dan Aplikasi. Bandung: Agung Media.

Ndraha, Taliziduhu. 1997. Peranan Administrasi Pemerintahan Desa Dalam

Pembangunan Desa. Jakarta: Yayasan Karya Dharma IIP.

Nugroho, Rino A. 2009. Slide Kuliah Pengantar Administrasi Pembangunan,

http://rinoan.staff.uns.ac.id/kuliah/administrasi-pembangunan/

Nugroho, T. Rianto. 2004. Kebijakan Publik: Formula, Implementasi dan

Evaluasi. Jakarta: Gramedia.

Pitana, I. Gede, dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta:

Andi.

Poerwadarminta, W.J.S. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Rivai, Veithzal, 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Sastrayudha, Gumelar S. 2010. Konsep Pengembangan Kawasan Wisata Bahari.

Hand Out Mata Kuliah Concept Resort and Leisure, Strategi

Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure.

Siagian, P. Sondang. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi Aksara.

Soedigdo, Doddy dan Priono, Yesser. 2013. Peran Ekowisata Dalam Konsep

Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Pada Taman Wisata Alam

Page 116: PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN ...repository.ub.ac.id/8507/1/LALU DWARNO DIMAHANDI.pdfPERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SADE (Studi pada Pemerintah Desa

101

(TWA) Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah. Jurnal Perspektif

Arsitektur, Vol. 8, No. 2, Desember 2013: 1-8.

Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat. Jakarta:

Rajawali.

Sudana, I Putu. 2013. Strategi Pengembangan Desa Wisata Ekologis di Desa

Belimbing, Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Analisis Pariwisata.

Vol. 13, No. 1, 2013: 11-31.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:

Alfabeta.

Suwanti. 2016. Peran Kepala Desa Dalam Pembangunan Masyarakat di Desa

Ngayau Kecamatan Muara Bengkal Kabupaten Kutai Timur. eJournal

Administrasi Negara, Vol. 4, No. 1: 2234-2248.

Suwena, Widyatmaja, 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Denpasar:

Udayana University Press.

Syari, Anggi R. C. 2014. Strategi Pengembangan Kepariwisataan Kota Pekanbaru

Tahun 2011-2013. JOM FISIP, Vol. 1, No. 2, Oktober 2014: 1-10.

Tim Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau. 2004. Pembangunan

Pariwisata Berbasis Masyarakat, http://www.cifor.org/acm/download/

pub/Kabar/Kabar%2019.pdf

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1995. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta:

LP3ES.

Utomo, Tri Widodo. 1998. Administrasi Pembangunan. Bandung: Lembaga

Administrasi Negara.

Widjaja, H.A.W. 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan

Utuh. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yang, Keifeng, dan Miller, Gerald J. 2008. Handbook of Research Methods in

Public Administration. USA: CRC Press.