PERAN PEMERINTAH DAN STRATEGI PEMASARAN TERHADAP … · peran pemerintah dan strategi pemasaran...
Transcript of PERAN PEMERINTAH DAN STRATEGI PEMASARAN TERHADAP … · peran pemerintah dan strategi pemasaran...
PERAN PEMERINTAH DAN STRATEGI PEMASARAN TERHADAP
PERAHU PINISI DI KABUPATEN BULUKUMBA
SKRIPSI
A. RINI PURNAMASARI
Nomor Stambuk: 105610486914
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
i
PERAN PEMERINTAH DAN STRATEGI PEMASARAN TERHADAP
PERAHU PINISI DI KABUPATEN BULUKUMBA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memeperoleh GelarSarjana Ilmu Administrasi Negara
Disusun Dan Diajukan Oleh:
A. RINI PURNAMASARINomor Stambuk: 105610486914
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ii
iii
iv
PERSYARATAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawahini :
Nama Mahasiswa : A. Rini Purnamasari
Nomor Stambuk : 105610486914
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau lebih ditulis/dipublikasikan orang lain atau
melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai aturan yang berlaku.
Makassar, Januari 2019
Yang Mengetahui,
A. Rini Purnamasari
v
ABSTRAK
A. RINI PURNAMASARI, Peran Pemerintah dan Strategi PemasaranTerhadap Perahu Pinisi di Kabupaten Bulukumba (Dibimbing OlehAlimuddin Said dan Nasrul Haq)
Penlitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemerintah dan strategipemasaran Perahu Pinisi di Kab. Bulukumba. Peran pemerintah berkaitan denganpemberdayaan yaitu mengarahkan masyarakat menciptakan kesejahteraan padakemandirian dan memperbaiki material secara adil dan merata. Maka dari itu,dengan adanya peran pemerintah yang secara langsung optimal dan mendalamuntuk membangun masyarakat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitiankualitatif dengan pendekatan deskriptif dimana data yang diperoleh melaluiobservasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun informan dalam penelitian inisebanyak tujuh orang diantaranya kepala dinas parawisata Kab. Bulukumba,bidang pemasaran, pengusaha perahu pinisi dan pengrajin Perahu Pinisi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam pemasaranPerahu Pinisi di Kabupaten Bulukumba yakni membuat rancangan PeraturanDaerah (Ranperda) tentang Pelestarian Pinisi Bulukumba dan memberikan izinpengadaan event, peningkatan motivasi dengan memberikan bonus gaji/upah jikatarget yang diberikan kepada karyawan dan pekerja dapat tercapai, sertamemberikan perhatian besar pada kelompok Usaha Mikro, Kecil dan Menengah(UMKM). Selain itu stategi pemasaran lainnya yang dilakukan sepertimemasarkan Perahu Pinisi melalui media online, memasang periklanan, miniaturedan mendistribusikan Perahu Pinisi dengan sasaran semua pihak yang bias terlibatdalam proses jual beli.
Kata Kunci : Peran Pemerintah, Strategi Pemasaran, Perahu Pinisi
vi
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
Limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul ”Peran Pemerintah dan Strategi Pemasaran Terhadap
Perahu Pinisi di Kabupaten Bulukumba” dirampungkan dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan akademis guna memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Administrasi Negara pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
berkat bantuan, petunjuk, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
kepada segenap pihak yang telah membantu, penulis merasa sangat bersyukur
dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dengan rasa yang penuh hormat penulis ucapkan banyak-banyak terimah
kasih kepada Bapak Drs. Alimuddin Said, M.Pd selaku pembimbing I dan
kepada Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku pembimbing II penulis
yang dengan penuh kebesaran dan kesabaran hati telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Ucapan terimah kasih tak lupa penulis ucapkan kepada Dekan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
beserta jajarannya Ibu Dr. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si
vii
3. Bapak Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara bapak Nasrul Haq, S.Sos.,
MPA dan Ibu Nurbiah Tahir, S.Sos., M.AP
4. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang
banyak memberikan solusi dalam setiap kesulitan dan telah mendidik
selama perkuliahan berlangsung.
5. Secara istimewa, penghargaan dan ucapan terimak asih yang tulus dan suci
kepada Ayahanda Andi Muh.Yusuf dan Ibunda tercinta Andi Yuliati yang
telah menjadi pelita bagi kehidupan penulis dan senantiasa merestui
langkah penulis dengan doa, kasih sayang dan materi serta petuah untuk
menyadarkan penulis pada semua esensi usaha.
6. Saudara-saudariku Andi Yusran Rudi Ashari dan Andi Nurul Yusfiana
atas bantuan, doa dan dorongannya sehingga penulis dapat sukses dalam
menempuh pendidikan.
7. Bapak Muh. Ali Saleng, SH,M.Si selaku Kepala Dinas Pariwisata
Kabupaten Bulukumba beserta jajarannya yang tak bisa penulis sebut satu
per satu telah menerima dan membantu penulis dalam penelitian ini.
8. Sahabat-sahabatku : Multasima, Mutmainna, Jumarni, Wiwi, Fitri, Siska,
Tina, Irma, Narti, Kak Ria, Wawan Kurniawan dan teman-teman kelas B
Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
angkatan 2014 Universitas Muhammadiyah Makassar, penulis ucapkan
terima kasih telah memberi ruang dan waktu untuk penulis berkeluh kesah.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaiakan bahwa
tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, sebab manusia pada tempatnya
viii
kekhilafan dan lupa. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengaharapkan saran,
tanggapan, dan kritikan, yang sifatnya membangun sehingga penulis dapat
berkarya yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Harapan dan do’a
penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kebahasaan.
Amin ya Rabbal Alamin.
Makassar, Januari 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................. i
Halaman Persetujuan ....................................................................................... ii
Penerimaan Tim................................................................................................ iii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................ iv
Abstrak............................................................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................. vi
Daftar Isi ............................................................................................................ ix
Daftar Gambar .................................................................................................. xi
Daftar Tabel....................................................................................................... xii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 8
BAB II TINJUAN PUSTAKA ......................................................................... 9A. Konsep Peran Pemerintah ................................................................. 9
B. Pengertian Staregi ............................................................................. 18
C. Pengertian Dan Konsep Pemasaran .................................................. 21
D. Metode Dan Prinsip-Prinsip Pemasaran ........................................ .. 28
E. Kerangka Pikir .................................................................................. 30
F. Fokus Penelitian ................................................................................ 31
G. Deskripsi Fokus Penelitian................................................................ 32
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 34A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 34
B. Jenis dan Tipe Penelitian................................................................... 34
x
C. Sumber Data...................................................................................... 34
D. Informan Penelitian........................................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan data................................................................. 35
F. Teknik Analisis Data......................................................................... 36
G. Pengabsahan Data ............................................................................. 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 39A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 39
B. Gambaran Umum Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba ........... 42
C. Peran Pemerintah Dan Strategi Pemasaran Terhadap Perahu PinisiDi Kabupaten Bulukumba................................................................ 54
BAB V PENUTUP............................................................................................. 81A. Kesimpulan....................................................................................... 81
B. Saran ................................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 83
LAMPIRAN....................................................................................................... 85
xi
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar
1. Gambar 1 Kerangka Fikir........................................................................ 32
2. Gambar 2 Peta Wilayah Kabupaten Bulukumba .................................... 39
xii
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel
1. Table 1 Informan Penelitian.................................................................... 35
2. Tabel 2 Komposisi Pegawai DinasPariwisata KabupatenBulukumba Menurut Jenis Kelamin .......................................... 52
3. Tabel 3 Komposisi Pegawai Dinas Pariwisata KabupatenBulukumba Menurut Tingkat Kepegawaian.............................. 53
4. Tabel 4 Komposisi Pegawai Dinas Pariwisata KabupatenBulukumba Menurut Golongan / Pangkat................................ 54
5. Tabel 5 Jenis-Jenis Kapal Pinisi, Tipe Kapal, Harga Dan Promosi ...... 68
6. Table 6 Jenis Kapal, Negara Yang Memesan Dan Harga ..................... 74
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Lampiran1. Struktur Organisasi Pariwisata Kabupaten Bulukumba2.Lampiran Gambar3.Surat-Surat Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap negara menganut sistem pemerintah sesuai falsafah negara dan
undang-undang dasar yang dimilikinya. Indonesia memiliki falsafah Negara
yaitu Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itulah, Indonesia menganut
sistem pemerintah sesuai falsafah negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
Peran pemerintah sebagai pihak penyelenggara negara harus betul-betul siap
dalam merancang formulasi kebijakan yang dapat berimplikasi positif dalam
tatanan kenegaraan. Hal tersebut dilakukan dengan cara menciptakan peluang
sebagai sebuah strategi dalam menghadapi tantangan tersebut berdasarkan
potensi-potensi yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan. Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki jumlah
penduduk mencapai 262.787.403 jiwa tentunya sangat kaya akan potensi dan
sumber daya, sehingga dengan demikian pemerintah mempunyai
tanggungjawab yang besar dalam mengelola dan mengembangkannya agar
berdaya guna terhadap peningkatan dan pendapatan kas negara.
Peran pemerintah daerah dituntut memberikan pelayanan publik yang
tercermin dari penggunaan instrument kebijakannya terhadap masyarakat,
agar masyarakat ikut terlibat dalam pembangunan kemajuan daerah, karena
masyaraka lebih tahu apa yang mereka butuhkan. Hal tersebut, penyelenggara
otonomi daerah dipandang untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi,
2
Peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, serta memperhatikan
potensi dan keanekaragaman daerah. Berdasarkan hal tersebut maka
pemerintah menerbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah pada pasal 1 yang disebutkan
otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonom yang mangatur dan
mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan. Sehingga
pelaksanaan otonomi daerah mengandung arti kebebasan berkreasi
membangun daerah yang terbuka lebar bagi daerah.
Peranan pemerintah dalam proses perkembangan ekonomi untuk
masing-masing negara mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. Dalam
pembangunan negara Indonesia, perekonomian perlu dikembangkan secara
terancam dan terpadu. Pembangunan yang dilakukan sudah pasti menuju
pada suatu perubahan yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakatyang
lebih baik. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintahan daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.
Salah satu syarat penting dalam teori pembentukan negara adalah
adanya pemerintah. Pemerintah dalam suatu wilayah berperan sebagai
organisasi yang memiliki kekuasaan membuat, menerapkan hukum serta
undang-undang diwilayah tertentu yang menjadi kekuasaannya. Sebagai
3
negara yang berpenduduk besar, Indonesia juga dikenal juga sebagai negara
demokrasi terbesar di Asia. Tantangan bagi pemerintah di Indonesia baik di
pusat dan di daerah yang cukup besar yaitu seberapa jauh mereka dapat
mempraktikkan tata pemerintah yang baik (good governance). Strategi yang
tepat dalam mewujudkan good governance yaitu efektivitas pemerintahan
dalam berkomunikasi terhadap rakyatnya dan salah satu cara untuk
mewujudkannya komunikasi dengan rakyat adalah dengan menggunakan
kreatif lokal masyarakat dalam praktek pemerintahan.
Berdasardan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah menimbang bahwa penyelenggaraan
pemerintah daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat dengan peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta
masyarakat, serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi serta pemerataan, keadilan dan kekhasan suatu daerah
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu,
pemerintah secara hakiki berfungsi membuat dan menerapkan kebijakan-
kebijakan untuk mensejahterakan, mencerdaskan, memberdayakan, serta
melindungi seluruh masyarakatnya maka sangatlah bijak unutk
mengoptimalkan potensi pemberdayaan dalam pelaksanaan pemeintahan.
Salah satu potensi yang harus dikembangkan oleh pemerintah terkait
peningkatan terhadap daya saing secara global adalah potensi pemasaran
Perahu Pinisi yang ada di Indonesia. Kita ketahui bersama bahwa
perkembangan Perahu Pinisi dewasa ini sangat menarik perhatian orang
4
(wisatawan) baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sehingga hal
tersebut menjadi salah satu perhatian pemerintah dalam mendesain kebijakan
terkait pembangunan daerah yang dikemas dalam pengembangan
pemberdayaan Perahu Pinisi secara umum.
Perahu Pinisi merupakan sebuah warisan budaya nenek moyang
bangsa Indonesia yang mencirikan identitas bangsa ini sebagai bangsa
Bahari. Melalui tangan para Panrita Lopi (Pinisi), Perahu Pinisi telah menjadi
simbol kebanggaan tidak hanya Indonesia namun dunia pun mengakuinya
sebagai sebuah karya yang luar biasa.Pengakuan dunia ini dibuktikan dari
pemesanan-pemesanan dari luar negeri yang terus mengalir kepada para
Panrita Lopi di Desa Ara dan Desa Tanah Beru Kecamatan Bontobahari
Kabupaten Bulukumba.
Bulukumba merupakan salah satu kabupaten yang berada di Sulawesi
Selatan tentunya menjadi salah satu daerah yang paling diminati para
wisatawan lokal hingga mancanegara. Hal ini didasarkan pada potensi yang
dimiliki oleh daerah dengan sebutan “Butta Panrita Lopi” dengan kekayaan
budaya dan potensi wisata yang cukup beragam. Kabupaten Bulukumba yang
letak geografisnya terdiri dari daerah pegunungan dan pesisir pantai sehingga
memiliki beragam suku, budaya dan objek wisata lainnya, sehingga menarik
untuk dikunjungi dunia nasional maupun internasional. Salah satu objek
wisata yang paling menawan adalah kawasan wisata tempat pembuatan
Perahu Pinisi yang menawarkan pantai berpasir putih dengan panorama
pesisir yang menakjubkan. Secara geografis pantai ini terletak di ujung
5
selatan provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kecamatan Bontobahari
Kabupaten Bulukumba, dengan jarak tempuh 41 km dari kota Bulukumba.
Pembuatan Perahu Pinisi merupakan industri rakyat yang ditekuni oleh
masyarakat pembuatnya sejak ratusan tahun lalu dan keahlian membuat
Perahu itu diwariskan secara turun-temurun. Walaupun Pinisi hanya dibuat
dengan teknologi sederhana, teknologi tradisional dalam pembuatan Perahu
Pinisi merupakan suatu pengetahuan yang relatif tidak berkembang lagi yang
kemungkinan pada masa akan datang dengan pelan-pelan akan tergeser oleh
industri pembuatan Perahu dengan teknologi maju.
Namun demikian, pembuatan Perahu Pinisi masih dihadapkan dengan
berbagai persoalan, yaitu bantuan alat teknologi, dan bahan baku serta
pembuatan Perahu Pinisi yang merupakan suatu industri rakyat yang
mengalami pasang-surut. Kondisi itu dapat dilihat sebagai suatu fenomena.
Ketika industri Perahu Pinisi disuatu sentra mulai sepi, di daerah lain muncul
pengusaha yang berminat memesan Perahu Pinisi. Hal ini terjadi pada akhir
tahun 2016, ketika industri pembuatan Perahu Pinisi telah muncul di daerah
baru, yaitu di Kalimantan Selatan. Serta adanya campur tangan Asing (Warga
Asing) dalam pembuatan Perahu Pinisi karena pembuatan Perahu Pinisi yang
harus lahir dan berkembang dari tangan-tangan pribumi sendiri tidak boleh
ada campur tangan lain apalagi Warga Negara Asing (WNA) agar jelas
identitas sebagai Bumi Panrita Lopi.
Salah satu pengusaha Pinisi mengeluhkan belum adanya kebijakan
pemerintah di Bulukumba maupun Pemprov memesan pembuatan Perahu ke
6
pengrajin kapal di Tanaberu. Dengan mudahnya masuk investor dari Eropa di
nilai mematikan pengusaha local nantinya. Sehingga kedepan pengusaha
Pinisi tidak berkembang. Selain itu, adapula beberapa kendala dalam
pemasaran Perahu Pinisi di Kabupaten Bulukumba yaitu, semua Perahu yang
dipasang di web masih dalam bentuk miniature, karena Perahu Pinisi sendiri
adalah Perahu yang memakan waktu banyak dalam proses pembuatannya,
kekurangpercayaan tentang keaslian blok yang dipasang serta minimnya ahli
yang berperan sebagai pengelola media online di daerah tempat pembuatan
Perahu Pinisi.
Dengan demikian, perlu disadari oleh pemerintah daerah Bulukumba
untuk mencari solusi atas permasalah-permasalahan tersebut, mengingat
bahwa kawasan wisata dan budaya pembuatan perahu Pinisi merupakan
potensi yang sangat besar dalam menumbuhkan ekonomi daerah. Dengan
kondisi demikian, pemerintah segera lebih fokus menyiapkan dan
memudahkan bahan baku para pengrajin Perahu Pinisi dan segera pula
membuatkan rergulasi tata kelolah Perahu Pinisi juga keterlibatan Warga
Asing (WNA), serta segera menghak patenkan icon kebanggaan Kabupaten
Bulukumba secara administrasi agar terlihat jelas identitas Pantita Lopi
(Pinisi).
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulukumba, berencana akan
memperketat sistem penjualan kapal Perahu Pinisi terhadap warga asing
(WNA). Upaya ini dilakukan agar kearifan lokal Perahu Pinisi yang menjadi
kebanggan masyarakat Bulukumba tetap terjaga dengan baik. Dalam aturan
7
ini memuat sistem penjualan bagi warga luar negeri, sebab dikhawatirkan jika
dijual bebas, mereka akan belajar bagaimana cara membuat padahal Pinisi ini
merupakan ciri khas atau ikon Bulukumba.
Saat ini Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Pelestarian
Pinisi tengah digarap di DPRD Bulukumba. Mengingat kapal khas Bugis-
Makassar itu merupakan aset pemerintah dan dikhawatirkan ada pihak asing
yang mengklaim kepemilikannya. Latar belakang dibuat Ranperda
Pelestarian Pinisi karena Pinisi sebagai aset pemerintah. Banyaknya kasus
klaim yang terjadi oleh pihak asing karena tidak kuatnya bukti yang
mengikat, sehingga Perda Pinisi perlu dibuat. Pinisi berhasil masuk sebagai
warisan budaya takbenda oleh Unesco. Hak cipta pembuatan perahu Pinisi
juga telah dimiliki oleh masyarakat Bulukumba. Saat ini, tugas pemerintah
daerah adalah mengurus Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) perahu
Pinisi.
Selain melakukan penertiban, pemerintah Bulukumba juga berencana
akan melakukan koordinasi dengan pihak imigrasi Makassar agar melakukan
penertiban, memeriksa visa dan paspor yang digunakan. Bahkan, pemerintah
meminta WNA yang terlibat dalam pembuatan Pinisi ditindaki, Karena
kehadirannya dianggap merugikan pengusaha lokal.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji
lebih jauh tentang judul “Peran Pemerintah dan Strategi Pemasaran
Terhadap Perahu Pinisi Di Kabupaten Bulukumba”.
8
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran pemerintah dalam pemasaran Perahu Pinisi di Kab.
Bulukumba ?
2. Bagaimana strategi pemasaran Perahu Pinisi di Kab. Bulukumba ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam pemasaran Perahu Pinisi di
Kab. Bulukumba.
2. Untuk mengetahui strategi pemasaran Perahu Pinisi di Kab. Bulukumba.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah media
yang digunakan untuk menambah khazanah pengetahuan dan informasi
seputar peran pemerintah dan strategi pemasaran terhadap Perahu Pinisi di
Kab. Bulukumba.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini sebagai bentuk sumbangsih
terhadap pemerintah daerah Kabupaten Bulukumba dalam pemasaran
Perahu Pinisi sebagai salah satu penunjang sektor pariwisata di Kab.
Bulukumba.
8
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Peran Pemerintah
1. Pengertian Peran Pemerintah
Secara normatif, keberadaan peran pemerintah merupakan salah satu
unsur pentingnya berdirinya sebuah negara modern, disamping rakyat dan
wilayah. Oleh rakyat yang bersangkutan, sebuah organisasi diberikan
kekuasaan (power) untuk menjalankan pemerintahan guna melayani
kepentingan rakyat sebagai salah satu tugas pokoknya. Dalam
menjalankan tugas tersebut sebuah pemerintahan harus mendasarkan pada
peraturan perundangan yang berlaku agar tercapai ketertiban dalam proses
pelaksanaannya.
Secara harfiah istilah pemerintah atau dalam bahasa Inggris adalah
padanan dri kata government. Sedangkan kepemerintahan dalam bahasa
Inggris disebut governance yang berarti “manner, of governing”, atau
yang biasa populer disebut sebagai kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan atau tata kelola pemerintahan.
Inu Kencana Syafi’e (2005) menuliskan istilah pemerintahan berasal
dari kata perintah yang kemudian mendapat imbuhan. Jika kata perintah
mendapat awalan pe- maka kata pemerintah tidak lain adalah suatu badan
yang melakukan pekerjaan mengatur dan mengurus dalam suatu negara.
Dan kata pemerintah mendapat akhiran an-maka kata pemerintahan berarti
10
perihal, cara, perbuatan yang berkuasa dan terlegitimasi yang dalam kata
dasar perintah terdapat 4 unsur yaitu :
a. Terdapat pihak yang memerintah dan pihak yang diperintah.
b. Pihak dari yang memerintah memiliki kewenangan dan legitimasi
untuk mengatur serta mengurus rakyat.
c. Pihak yang diperintah wajib untuk taat terhadap pemerintah yang
terlegitimasi.
d. Terdapat hubungan timbal balik antara pihak yang memerintah dengan
yang diperintah.
Menurut W.S Sayre (Inu Kencana, 2005) pemerintah adalah
organisasi dari negara yang memperlihatkan dan menjalankan
kekuasaannya. Sedangkan Wilson menyebutkan bahwa pemerintah adalah
suatu pengorganisasian kekuatan, tidak selalu berhubungan dengan
organisasi kekuatan angkatan bersenjata, tetapi sekelompok orang dari
sekian banyak kelompok orang yang dipersiapkan terhadap suatu
organisasi untuk mewujudkan maksud dan tujuannya, dengan hal-hal yang
memberikan keterangan bagi urusan-urusan umum kemasyarakatan.
Dalam pandangan lain, pemerintah merupakan “segenap alat
perlengkapan negara atau lembaga-lembaga kenegaraan yang berfungsi
sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan negara” Ndraha (Muhadam
Labolo, 2008). Apapun yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dalam
rangka melaksakan tugas negara sehingga pemerintah seringkali disebut
sebagai representasi negara. Pemerintah adalah satu-satunya lembaga yang
11
pada tingkat tertentu dapat menjaga dan menjamin sistem ketertiban dan
penyediaan sarana dan prasarana sosial yang dibutuhkan oleh masyarakat
bagi kepentingan aktivitas sosialnya.
Peran pemerintah juga merupakan sebagai pelayan masyarakat
(customer-driven government) yang tidak bertujuan untuk memperoleh
keuntungan, dimana lebih mementingkan terpenuhinya kepuasan
pelanggan (customer) serta bukan memenuhi apa yang akan menjadi
kemauan birokrasi tersebut.
Menurut Suradinata (Muhadam Labolo, 2008), pemerintah adalah
organisasi yang mempunyai kekuatan besar dalam suatu negar, mencakup
urusan masyarakat, teritorial, serta urusan kekuasaan dalam rangka
mencapai tujuan negara. Pemerintah secara umum adalah suatu bentuk
organisai yang bekerja dan menjalankan tugas untuk mengelolah sistem
pemerintah dan menetapkan kebijakan dalam mencapai tujuan negara.
Secara umum, peran pemerintah adalah segala tindakan dan
kebijakan yang di lakukan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas,
wewenang dan kewajibannya, dalam hal ini merupakan segala tindakan
dan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten
Bulukumba dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajibannya
dalam menyelenggarakan ketertiban dan ketentraman masyarakat di
daerahyang sesuai dengan tugas dan fungsi sebagai pelindung dan pelayan
masyarakat.
12
2. Bentuk-Bentuk Peran Pemerintah
Peran pemerintah berkaitan dengan pemberdayaan yaitu
mengarahkan masyarakat menciptakan kesejahteraan pada kemandirian
dan memperbaiki material secara adil dan merata. Maka dari itu, dengan
adanya peran pemerintah yang secara langsung optimal dan mendalam
untuk membangun masyarakat, menurut Ndraha (Labolo, 2012) bentuk
peran pemerintah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Regulator
Regulatormerupakan arah untuk mengembangkan penyelenggaraan
pembangunan (menertibkan peraturan-peraturan dalam rangka efektivitas
dan tertib administrasi pembangunan). Sebagai regulator, pemerintah juga
memberikan acuan dasar yang diterjemahkan oleh masyarakat sebagai
instrumen untuk mengatur setiap kegiatan pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dilihat dari segi ekonomi yang
berkaitan dengan kebijakan yang mendukung dalam pembangunan
usahanya. Adapaun kebijakan yang diarahkan yakni kebijakan dibidang
permodalan guna mendukung kegiatan usaha masyarakat dan dianggarkan
dari APBN/APBD serta kebijakan dibidang perizinan pendirian usaha
untuk mempermudah proses perizinan menjadi efektif dan efisien.
2. Dinamisator
Dinamisator yaitu menggerakan partisipasi multi pihak tatkala
stagnasi terjadi dalam proses pembangunan (mendorong dan memelihara
dinamika pembangunan daerah). Sebagai dinamisator, pemerintah dapat
13
berperan melalui pemberian bimbingan dan pengarahan yang intensif dan
efektif terhadap masyarakat. Bimbingan dan pengarahan sangat diperlukan
dalam memelihara dinamika. Pemerintah melalaui tim penyuluh
memberikan bimbingan maupun pelatihan terhadap masyarakat.
3. Fasilitator
Fasilitator yaitu menciptakan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan pembangunan (menjembatani kepentingan di berbagai pihak
dalam mengoptimalkan pembangunan daerah). Sebagai fasilitator,
pemerintah berusaha menfasilitasi sarana dan prasarana yang tertib,
nyaman dan nyaman, termasuk menfasilitasi sarana dan prasarana
pembangunan.
4. Mediator
Mediator diperlukan pada saat terdapat perbendaan yang mengarah
pada konflik antara berbagai pihak. Mediator merupakah pihak netral yang
membantu para pihak dalam suatu proses perundingan guna mencari
berbagai penyelesaian sangketa tanpa menggunakan cara memutus atau
memaksa sebuah penyelesaian.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam mrelakukan peran
mediator meliputi kontrak perilaku, negosiasi, pendamai pada pihak
ketiga, dan berbagai resolusi konfllik. Dalam mediasi, upaya yang
dilakukan pada hakekatnya di arahkan untuk mencapai “solusi menang-
menang”. Hal tersebut berbeda dengan peran sebagai pembela dimana
14
bantuan pekerja sosiall diarahkan untuk memenangkan kasus klien dan
memenangkan dirinya sendiri.
3. Fungsi Peran Pemerintah
Dalam menyelenggarakan tugasnya, menurut Ndraha (Labolo, 2010)
pemerintah memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi pelayanan
Fungsi pelayanan yang dilakukan pemerintah pusat maupun pemrintah
daerah terletak pada kewenangan masing-masing. Kewenangan
pemerintah pusat yang mencakup urusan pertahanan keamanan,
agama, hubungan luar negeri, moneter serta peradilan. Secara umum
pelayanan pemerintah yang mencakup pelayanan publik (public
service) dan pelayanan sipil (civil service) yang menghargai
kesetaraan.
b. Fungsi pengaturan
Fungsi ini dilaksanakaan pemerintah dengan membuat peraturan
undang-undang untuk mengatur hubungan manusia dalam masyarakat.
Pemerintah merupakan pihak yang mampu mnerapkan peraturan agar
kehidupan dapat berjalan dengan baik dan dinamis.
c. Fungsi pembangunan
Pemerintah harus berfungsi sebagai pemacu pembangunan di
wilayahnya, dimana pembangunan ini mencakup segala aspek
kehidupan tidak hanya fisik tapi juga mental spiritual. Pembangunan
akan berkurang apabila keadaan masyarakat membaik. Jadi, fungsi
15
pembangunan akan lebih dilakukan oleh pemerintah atau negara
berkembang, sedangkan negara maju akan melaksanakan fungsi ini
seperlunya.
d. Fungsi pemberdayaan
Fungsi pemberdayaan ini untuk mendukung terselenggaranya otonomi
daerah, fungsi ini menuntut pemberdayaan pemerintahan daerah
dengan kewenangan yang cukup dalam pengelolaan sumber daya
daerah guna melaksanakan berbagai urusan yang didesentralisasikan.
Dalam fungsi tersebut pemerintah harus memberikan ruang yang
cukup bagi aktifitas mandiri masyarakat, sehingga partisipasi
masyrakat di daerah dapat ditingkatkan. Jika kepentingan masyarakat
diperhatikan, baik dalam peraturan dan dalam tingkatan nyata
pemerintah.
Menurut Richard A. Musgrave (Sarundajang, 2005), membagi
3 fungsi pemerintah, yaitu:
a. Fungsi Alokasi (Allocation Branch)
Fungsi alokasi merupakan fungsi pemerintah untuk menyediakan
pemenuhan untuk kebutuhan publik
b. Fungi Distribusi (Distribution Branch)
Fungsi distribusi merupakan fungsi yang dilandasi dengan
mempertimbangkan pengaruh sosial ekonomis, kesempatan
memperoleh pendidikan, mobilitas sosial, struktur pasar. Macam-
16
ragam warga negara dengan berbagai bakat masing-masing
termasuk tugas-tugas tersebut.
c. Fungsi Stabilitas (Stabilizaton Branch)
Fungsi stabilitas merupakan fungsi menyangkut usaha untuk
mempertahankan kestabilan maupun kebijaksanaan-kebijaksanaan
yang ada. Disamping itu, fungsi ini memiliki tujuan untuk
mempertahankan kestabilan (stabilisator perekonomian).
Pemerintah daerah memiliki wewenang untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah yang ditujukan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dengan melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat luas.
Melalui otonomi luas ini daerah dapat meningkatkan daya saing dengan
tetap memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan, dan kekhususan serta potensi serta keanekaragaman daerah
dalam sisten Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Prinsip-Prinsip Peran Pemerintah
Tiga prinsip utama yang mendasari penerapan good governance
,menurut Mardiasmo (2009) klarakteristik pelaksanaan tata kelola
pemerintah yang baik (good governance) meliputi:
a. Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan pemerintahan dalam memberikan
informasi terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada
17
pihka-pihak yang membutuhkan informas. Pemerintah berkewajiban untuk
memberikan informasi yang akan digunakan dalam pengambilan
keputusan ekonomi, sosial dan politik oleh pihak-pihak yang
berkepentingan melalui informasi akuntansi salah satunya yaitu berupa
laporan keuangan.
b. Akuntabilitas
Tuntutan akuntabilitas merupakan fenomena yang terjadi dalam
perkembangan sektor publik di Indonesia. Pada dasarnya, akuntabilitas
publik merupakan pemberian informasi dan pengungkapan atas aktivitas
serta kinerja financial pemerintah daerah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Pemerintah, baik pusat dan daerah, harus menjadi subjek
pemeberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik yaitu hak
untuk memberi informasi, dan hak untuk didengar aspirasinya. Akuntansi
sektor publik ini memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan
informasi dan pengungkapan atas aktivitas serta kinerja financial
pemerintah daerah untuk memfasilitasi terciptanya transparansi dan
akuntabilitas publlik.
c. Efisiensi dan Efektivitas
Dalam konteks ekonomi daerah, efisiensi dan efektivitas merupakan
jembatan untuk mengantarkan pemerintah daerah mencapai good
governance. Efisiensi dan efektivitas tersebu harus dioperasionalkan
dalam pengelolaan keuangan sektor publik. Untuk mendukung
pelaksanaan pengelolaan dana publik yang mendasarkan konsep efisiensi
18
dan efektivitas. Maka akan diperlukan sistem akuntansi sektor publik yang
baik.
Untuk memberikan jaminan dialokasinya sumber daya input secara
ekonomis, efisien dan efektif, maka akan diperlukan informasi akuntansi
yang lebih akurat, relevan, dan handal untuk menghitung seberapa besar
biaya program, proyek. Sistem akuntansi sektor publik dapat mengurangi
peluang terjadinya pemborosan, kebocoran dana, dan mendeteksi program
yang tidak layak secara ekonomi.
B. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Strategos”, dan berasal dari
kata Stratos yaitu militer dan Ag artinya memimpin. Strategi dalam konteks
awalnya ini diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang dikerjaka oleh
para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan
menenangkan perang.Suatu strategi mempunyai dasar-dasar untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan.
Menurut Jhonson dan Scholes (Triton, 2007) strategi merupakan arah
dan cakupan organisasi secara ideal untuk jangka yang lebih panjang yang
menyesuaikan sumber daya dengan lingkungannya yang berubah, dan secara
khusus, dengan pasarnya, dengan pelanggan serta kliennya untuk memenuhi
harapan stakeholder.
Menurut Sukristono (Umar, 2005) stretegi merupakan suatu proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka
19
panjang organisasi, disertai penyusunan suatu upaya bagaimana agar tujuan
dapat tercapai.
Menurut Amstrong (Triton, 2007) strategi adalah deklarasi maksud yang
mendefinisikan cara untuk mencapai tujuan dan memperhatikan dengan
sungguh-sungguh alokasi sumber daya perusahaan yang penting untuk jangka
panjang dan mencocokkan sumber daya dan kapabilitas dengan lingkungan
eksternal.
Menurut Chandler (Triton, 2007) strategi merupakan penetapan tujuan
dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan, penetapan serangkaian
tindakan, serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran
ini.
Dengan demikian, dari berbagai pendapat diatas maka dapat disimpulkan
bahwa strategi merupakan perencanaan atau proses untuk mencapai suatu
tujuan dan sasaran.
1. Jeni-Jenis Strategi
Menurut David (2010), ada 4 jenis strategi, yaitu :
a. Strategi Integrasi
Strategi Integrasi yaitu jenis strategi yang memungkinkan sebuah
perusahaan dapat memperoleh kendali atas distributor, dan pesaing.
b. Strategi Intensif
Strategi intensif yaitu jenis strategi yang mengharuskan adanya upaya-
upaya intensif jika posisi kompetitif terhadap sebuah perusahaan dengan
produk yang ada saat ini ingin membaik.
20
c. Strategi Diversifikasi
Strategi diversifikasi yaitu suatu jenis strategi dimana perusahaan
menambah produk baru untuk membantu meningkatkan penjualan
perusahaan tersebut.
d. Strategi Defensif
Strategi Defensif yaitu jenis strategi dimana kondisi perusahaan dapat
mengalami penurunan sehingga harus melakukan restrukturisasi dengan
melalui penghematan biaya dan asset untuk meningkatkan kembali
penjualan dan laba yang sedang menurun.
2. Tipe-Tipe Strategi
Menurut Rangkuti (2008), bahwa pada prinsipnya strategi dikelompokkan
menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Strategi Manajemen
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh
manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro,
misalnya : strategi pengembangan produk, penetapan harga, akuisisi,
pengembangan pasar.
2. Strategi Investasi
Strategi investasi adalah kegiatan yang berorientasi pada investasi,
misalnya apakah perusahaan tersebut ingin melakukan strategi
pertumbuhan yang berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi
bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru.
21
3. Strategi Bisnis
Strategi bisnis juga dapat disebut sebagai strategi bisnis secara fungsional
karena strategi bisnis berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen,
misalnya strategi pemasaran, strategi produksi, dan strategi distribusi.
C. Pengertian Dan Konsep Pemasaran
1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran dalam bahasa inggris yaitu marketing yang merupakan
komunikasi terpadu yang memiliki tujuan untuk memeberikan informasi
mengenai barang atau jasa dalam kaitannya untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan manusia. Pemasaran ialah proses kolektif yang
dimanfaatkan oleh individu atau kelompok mendapatkan sesuatu yang
dibutuhkan atau diinginkan melalui pembuatan, penawaran, pertukaran
nilai produk dan jasa dengan pihak yang lain. Pemasaran juga
termasukujung tombak perusahaan. Dalam dunia persaingan yang semakin
ketat, perusahaan dituntut agar mampu bertahan hidup dan berkembang.
Oleh karena itu, seseorang dituntut untuk dapat memahami permasalahan
pokok yang terdapat di bidangnya dan menyusun strategi agar mampu
mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Berikut ini terdapat beberapa
pengertian pemasaran yaitu:
Menurut William J. Stanton (Sunyoto, 2012), pemasaran merupakan
suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang telah dirancang untuk
merencanakan, menentukan harga, promosi serta mendistribusikan barang-
22
barang yang dapat memuaskan keinginan untuk mencapai pasar sasaran
serta tujuan perusahaan.
Menurut Basu Swastha DH (Sunyoto. 2012), pemasaran yaitu sistem
keseluruhan dari berbagai kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan serta
mendistribusikan barang dan jasa, ide kepada pasar sasaran agar dapat
mencapai suatu tujuan organisasi.
Menurut Meldrum (Tjiptono dan Chandra, 2008), pemasaran adalah
proses bisnis yang berusaha mneyelaraskan antara sumber daya manusia,
financial, dan fisik organisasi dengan kebutuhan dan keinginan para
pelanggannya dalam konteks strategi kompetitif organisasi.
Menurut Doyle (Tjiptono dan Chandra, 2008), pemasaran merupakan
proses manajemen yang memiliki upaya untuk memaksimumkan laba
(returns) bagi pemegang saham dengan jalan menjalin relasi dengan
pelanggan utama (valued customers) dan mampu menciptakan keunggulan
kompetitif.
Menurut Philip Kotler (Angipora, 2002), pemasaran merupakan
kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan manusia dengan melalui proses pertukaran.
Sedangkan menurut Miller (Tjiptono dan Chandra, 2008), pemasaran
adalah suatu sistem total aktivitas bisnis yang telah dirancang untuk
merencanakan mendapatkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
23
produk, jasa dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan pasar
sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasional.
2. Konsep Pemasaran
Kegiatan pemasaran dilaksanakan atas dasar falsafah dari pemikiran
pemasaran yang bertanggungjawab. Dari perkembangan falsafah
pemikiran mengenai pemasaran terlihat lima konsep yang mendasari
pendekatan terdapat dalam manajemen pemasaran. Falsafah pimpinan
inilah yang akan melandasi dan mengarahkan usaha pemasaran yang akan
terkait dengan kepentingan perusahaan atau organisasi, konsumen, dan
masyarakat. Sofjan Assauri (Sunyoto, 2012).
konsep pemasaran merupakan dasar dari pemikiran bagaimana caran
aktivitas pemasaran yang dapat dilaksanakan berdasarkan suatu filsafat
yang mantap, yang mengungkapka pemasaran yang tanggap dan
bertanggung jawab. Filosofi pemasaran ini mengalami evolusi dari
orientasi internal (inward looking) dan menuju orientasi eksternal
(outward-looking). Orientasi internal yang tercermin dalam konsep
produksi, konsep produk, dan konsep penjualan, sedangkan orientasi
eksternal direfleksikan dalam konsep pemasaran dan konsep pemasaran
social.
a. Konsep produksi (production concept), berpendapat bahwa konsumen
akan menyukai produk yang tersedia dimana-mana dengan harga yang
murah. Penganut konsep ini akan berkonsentrasi pada upaya yang
menciptakan efisiensi produksi, biaya rendah, dan distribusi missal.
24
Dengan demikian, fokus utama konsep ini adalah distribusi dan harga.
Konsep ini masih muda dijumpai di negara-negara berkembang,
seperti Indonesia, apalagi dalam situasi krisis moneter seperti saat ini.
b. Konsep produk (product concept), berpendapat bahwa konsumen akan
menyukai produk yang memberikan kualitas, kinerja terbaik. Penganut
konsep ini akan berkonsentrasi pada upaya yang menciptakan produk
superior dan penyempurnaan kualitasnya. Jadi, fokus utamanya yaitu
pada aspek produk. Produk ini seringkali dijumpai dalam pemasaran
produk elektronik, komputer, maupun karya seni (seperti film, lukisan,
dan novel).
c. Konsep penjualan (selling concept), berpendapat bahwa konsumen
tidakn akan tertarik untuk membeli produk dengan jumlah yang cukup
banyak, jika mereka tidak diyakinkan dan bahkan bila perlu dibujuk.
Penganut konsep ini akan berkonsentrasi pada usaha promosi dan
penjualan yang agresif. Konsep ini banyak ditemukan pada penjualan
(misalnya asuransi, eksiklopedia, dan batu nisan), pemasaran nirlaba
(misalnya penggalangan dana, partai politik, dan universitas, serta
situasi overcapacity (penawaran jauh yang melampaui permintaan).
d. Konsep pemasaran (marketing concept), berpendapat bahwa kunci
untuk mewujudkan suatu tujuan organisasi yang terletak pada
kemampuan suatu organiisasi dalam menciptakan, memberikan, dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasarannya secara
25
efektif dibandingkan pada pesaing. Nilai pelanggan adalah rasio antara
apa yang diperoleh pelanggan dan apa yang ia berikan.
e. Konsep pemasaran sosial (societal marketing concept), berpendapat
bahwa tugas suatu organisasi adalah penentuan kebutuhan, keinginan
dan minat pasar sasaran dan memberikan kepuasan yang diharapkan
secar efektif dan efisiensi dibandingkan para pesaing sedemikian rupa
sehingga dapat mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan
konsumen dan masyarakat. Konsep ini menekankan pentingnya aspek
sosial dan etika dalam dampak praktik pemasaran. Oleh karena itu,
diperlukan keseimbangan antara laba perusahaan, kepuasan pelanggan,
dan kepentingan publik.
Tujuan akhir dari konsep pemasaran adalah membantu organisasi
mencapai tujuannya. Dalam kasus organisasi bisnis, memiliki tujuan
utama yaitu laba, sedangkan untuk organisasi nirlaba dan organisasi
publik, bertujuan untuk mendapatkan dana yang memadai dengan
melakukan aktivitas-aktivitas sosial dan pelayanan publik.
3. Strategi pemasaran
Strategi pemasaran menurut Kotler (Kotler and Amstrong, 2001)
adalah pola pikir atau logika pemasaran dimana pemasaran berharap dapat
menciptakan nilai bagi customer dan dapat mencapai suatu hubungan yang
menguntungkan dengan pelanggan.
Menurut Sofjan Assauri strategi pemasaran yaitu rencana yang
menyeluruh, terpadu, dan menyatu dibidang pemasaran, yang memberikan
26
panduang mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan pemasaran dalam suatu perusahaan.
Menurut Kotler (Kotler and Amstong, 2012) strategi pemasaran
dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
1. Produk (product). Menunjukkan pengembangan dan komensialisasi
dari produk baru seperti keputusan, penerimaan layanan siklus produk,
yaitu peremajaan dan perbaikan produk atau keputusan eliminasi.
2. Harga (price). Komponen harga produk dan jasa terbagi atas 3 elemen,
yaitu, biaya produksi, biaya koordinasi, dan profit margin. Dalam
menciptakan harga produk produsen harus lebih memperhitungkan
seberapa banyak biaya produksi sehingga tidak terlalu rendah atau
tinggi.
3. Promosi (promotion) adalah berbagai cara organisasi untuk
mengkomunikasikan keunggulan produk dan mampu meyakinkan para
konsumen untuk memebeli produk mereka.
4. Distribusi merupakan kegiatan penyampaian produk dari produsen ke
konsumen dengan waktu yang tepat. Oleh karena itu, distribusi adalah
salah satu kebijakan pemasaran yang dapat mencakup penentuan
saluran pemasaran dan distribusi fisik.
Strategi pemasaran juga merupakan salah satu rencana yang
menjabarkan ekspektasi perusahaan yang berdampak dari berbagai
aktivitas terhadap permintaan produk dipasar sasaran tersebut. Perusahaan
biasa menggunakan dua program pemasaran yang secara bersamaan, sebab
27
setiap jenis program seperti periklanan, promosi penjualan, layanan
pelanggan, atau pengembangan produk memiliki pengaruh yang berbeda-
beda terhadap permintaan. Oleh karena itu, dibutuhkannya mekanisme
yang dapat menkoordinasiikan program-program itu terintegrasi dengan
sinergistik. Mekanisme ini disebut sebagai strategi pemasaran. Umumnya
peluang pemasaran yang terbaik dapat diperoleh dari upaya unutk
memperluas permintaan primer, sedangkan peluang pertumbuhan terbaik
berasal dari upaya memperluas suatu permintaan yang selektif. (Kotler and
Amstrong, 2012).
Menurut Radiosunu (2001), strategi pemasaran terdiri dari 5
konsep strategi, yaitu:
a. Segmentasi pasar. Tiap pasar terdiri dari berbagai macam pembeli
yang memiliki kebutuhan, kebiasaan membeli dan reaksi yang
berbeda. Perusahaan tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan semua
pembeli. Oleh sebabi itu, perusahaan mengelompok-kelompokkan
pasar yang memiliki sifat heterogen ke dalam satuan-satuan pasar yang
bersifat homogen.
b. Market positioning. Perusahaan tak mungkin dapat mengusai pasar
keseluruhan. Maka prinsip strategi pemasaran kedua merupakan pola
yang spesifik pemasaran pasar yang diberikan kesempatan maksimum
kepaada suatu perusahaan untuk mendapatkan kedudukan yang kuat.
c. Targeting merupakan strategi yang memasuki segmen pasar yang
dijadikan sasaran bagi setiap penjualan.
28
d. Marketing mix strategy. Yaitu kumpulan variabel-variabel yang dapat
digunakan oleh suatu perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan
setiap konsumen. Variabel-variabel yang dapat mempengaruhi
konsumen yaitu variabel-variabel yang berkaitan dengan product,
place, promotion, dan price.
e. Timing strategy. Penentuan saat yang tepat dalam memasarkan produk
merupakan hal yang perlu diperhatiakan. Meskipun peerusahaan
melihat adanya kesempatan baik. Terlebih dahulu harus dilakukan
persiapan baik produksi.
D. Metode Dan Prinsip-Prinsip Pemasaran
Berhubung dengan rumitnya masalah pemasaran maka dirasakan oleh
para pengusaha yang cerdik, terutama yang pasaranya berada ditangan
pembeli, untuk dapat melakukan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan secara
pasti, terarah, konkret, melihat pada kenyataan. Pengusaha yang melakukan
kegiatan pemasaran seperti itu menggunakan metode ilmiah didalam
pemasarannya. (Sunyoto, 2012) dikatakan sebagai metode ilmiah apabila di
dalamnya dapat memecahkan suatu masalah yang ditandai oleh cirri-ciri
antara lain:
a. Merumuskan terlebih dahulu masalahnya.
b. Mengumpulkan data yang memiliki kaitannya terhadap masalah yang
dilakukan dan diperoleh secara objektif.
c. Mengelompokkan data yang telah diperoleh, diseleksi, diringkas untuk
dijadikan informasi yang bermanfaat.
29
d. Menyususn beberapa alternative cara-cara pemecahan masalah
e. Mengambil salah satu dari alternatif yang disusun.
Sedangkan prinsip-prinsip pemasaran adalah suatu dalil yang mampu
membuktikan kebenarannya. Prinsip-prinsip ini diperoleh atas dasar
pengalaman dan konklusi dari fakta yang dikumpulkan.Prinsip-prinsip yang
berlaku dibidang pemasaran perlu diketahui dan dipahami oleh mereka yang
tugasnya berkecimpungan didalam bidang itu, karena dengan memiliki
prinsip itu mereka diharapkan dapat memecahkan masalah pemasaran
dengan sebaik-baiknya.
Selain prinsip-prinsip pemasaran, seorang pengusaha atau seorang
pemasar paling tidak mengetahui dengan baik mengenai pentingnya
pemasaran, antara lain:
a. Dalam keadaan ekonomi serba cukup (economic of abundance).
b. Dalam keadaan ini dipasar melimpah dan konsumen memiliki
kesempatan memilih lebih luas, sehingga tugas pemasaran disini
adalah mendorong agar konsumen mau membeli barang yang
ditawarkan perusahaan.
c. Dalam ekonomi serba langkah (economic of scarcity).
d. Karena kurangnya bahan baku, barang sedikit atau tidak mungkin
diproduksi dan tugas pemasaran adalah mencari gagasan untuk
memperoleh barang substitusi guna memenuhi kebutuhan konsumen.
e. Dalam perubahan yang serbah canggih sekarang ini, pemasaran
merupakan denyut jantung dari berbagai usaha, karena pemasaran
30
merupakan salah satu sumber kegiatan yang mendatangkan hasil atau
pendapatan bagi perusahaan.
f. Secara keseluruhan, pemasaran merupakan kunci utama mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. (Sunyoto, 2012)
E. Kerangka Pikir
Peran pemerintah bertujuan dibentuk untuk menjaga ketertiban dalam
kehidupan masyarakat sehingga warga dapat menjalani kehidupan secara
tenang, tentram dan damai. Pemerintah modern pada hakikatnya merupakan
pemberian pelayanan terhadap masyarakat. Pemerintah di arahkan untuk
memberikan pelayanan terhadap masyarakat agar dapat menciptakan kondisi
yang memungkinkan pada setiap orang agar dapat mengembangkan
kemampuan dan kreatifitasnya demi mencapai tujuan bersama.
Dalam peran pemerintah terdapat beberapa bentuk peranan. Maka dari
itu peneliti ingin mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam pemasaran
perahu pinisi di Kabupaten Bulukumba dengan menggunakan teori
Taliziduhu Ndraha yaitu: pemerintah sebagai regulator, pemerintah sebagai
dinamisator, pemerintah sebagai fasilitator, serta teori Philip Kotler yaitu
strategi pemasaran, dengan bentuk peran pemerintah dan strategi pemasaran
tersebut kemudian dijadikan acuan peneliti mengenai Peran Pemerintah dan
StrategiPemasaran Terhadap Perahu Pinisi di Kabupaten Bulukumba.
Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian, maka penulis
menggambarkan dalam bagan kerangka pikir sebagai berikut:
31
Gambar 1 : Kerangka Pikir
F. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini dilihat dari latar belakang masalah, kemudian
dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan teori dan tinjauan
pustaka. Adapun fokus penelitian ini yaitu:
1. Peran pemerintah dan strategi pemasaran terhadap perahu pinisi di
Kabupaten Bulukumba.
2. Bentuk peran pemerintah:
a. Regulator
b. Dinamisator
Peran Pemerintah Dan Strategi
Pemasaran Terhadap Perahu Pinisi Di
Kabupaten Bulukumba
Bentuk Peran Pemerintah,
Ndraha (Labolo, 2012) :
a. Regulator
b. Dinamisator
c. Fasilitator
Strategi Pemasaran,
Kotler (Kotler and Amstong,
2012) :
a. Produk
b. Harga
c. Promosi
d. Distribusi
Peningkatan Hasil Produksi Pemasaran
Perahu Pinisi
32
c. Fasilitator
3. Strategi pemasaran:
a. Produk
b. Harga
c. Promosi
d. Distribusi
G. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Regulator yang dimaksud dalam penelitian ini yaituarahan atau acuan
tehadap masayarakat terkait perkembangan pemasaran perahu pinisi sesuai
dengan peraturan daerah pemerintah Kabupaten Bulukumba.
2. Dinamisator dalam penelitian ini yaitu memberikan motivasi terhadap
pengrajin dan pengusaha perahu pinisi mengenai permasalahan dalam
pembuatan dan pemasaran perahu pinisi demi menjaga dan memelihara
warisan budaya di Kabupaten Bulukumba.
3. Fasilitator dalam penelitian ini yaitu pemerintah daerah Kabupaten
Bulukumba memberikan bantuan atau fasilitas kepada bidang pemasaran
terhadap perahu pinisi agar dapat mencapai tujuan bersama di Kabupaten
Bulukumba.
4. Produk merupakan kombinasi penawaran barang dan jasa perusahaan
kepada pasar di Kabupaten Bulukumba.
5. Harga merupakan sejumlah uang yang di gunakan oleh pelanggan unutk
suatu produk atau jasa di Kabupaten Bulukumba.
33
6. Promosi merupakan kegiatan ynag dilakukan oleh produsen terhadap
konsumen untuk mempromosikan suatu produk guna melakukan
pembelian di Kabupaten Bulukumba.
7. Distribusi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk
membuat produk agar mampu diperoleh serta tersedia bagi pelanggan
sasaran di Kabupaten Bulukumba.
34
BAB III
METODE PNELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Brerdasarkan judul penelitian ini, maka penelitian dilaksanakan di
Kantor Dinas Pariwisata di Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini
dilaksanakan selama 2 bulan.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian kualitatif yang
bertipe deskriptif. Jenis penelitian kualitatif merupakan prosedur yang dapat
menghasilkan data deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
perilaku yang diamati.
C. Sumber Data
1. Data Primer
Yaitu data dan informasi langsung dikumpulkan dari lokasi penelitian
melalui informan yang telah dipilih dengan menggunakan teknik
wawancara dengan orang atau instansi yang dianggap bisa menjadi
informan dengan mengajukan pertayaan yang mengarah kepada
kedalaman informasi.
2. Data Sekunder
Penelitian dalam hal ini menggunakan data sekunder untuk mendukung
data primer. Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang terkait
dengan permasalahan yang dibahas atau objek penelitian.
35
D. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang betul-betul
paham atau pelaku yang terlibat langsung dalam permasalahan penelitian.
Informan dalam penelitian ini dipilih karena memliki banyak pengetahuan dan
informasi mengenai permasalahan pemasaran Perahu Pinisi di lingkup
pemerintah daerah Kabupaten Bulukumba.
Adapun informan dalam penelitian tersebut adalah:
Table 1. Informan Penelitian
No Jabatan Jumlah
1.Bidang Pemasaran Pariwisata Dalam & Luar Negeri
1 Orang
2. Seksi Hubungan Kelembagaan Kepariwisataan 1 Orang
3. Pengusaha Perahu Pinisi 2 Orang
4. Pengrajin Perahu Pinisi 3 Orang
Total 7 Orang
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang terdapat dalam penelitian ini yang dilakukan
secara langsung melalui metode atau langkah sebagai berikut:
1. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dengan melalui
tanya jawab secara langsung dan mendalam kepada pihak yang terkait
dengan objek penelitian.
36
2. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan melalui pengamatan secara
langsung terhadap objek penelitian.Hasil observasi terdiri dari aktivitas,
kejadian, peristiwa, dan objek, serta perasaan seorang informan.
Observasi ini dilakukan untuk dapat memperoleh gambaran yang lebih
rill dari suatu peristiwa untuk menjawab pertanyaan dari peneliti.
3. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap
dokumen-dokumen, buku, artikel, dan media informasi lain yang terkait
dengan masalah yang diteliti.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
pada model Miles dan Huberman (Usman dan Purnomo, 2009) yang terdiri
atas tiga alur kegiatan yang secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi
1. Reduksi Data
Reduksi data ini diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
”kasar” yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Data yang didapat
dilapangan diketik atau ditulis secra sistematis setiap selesai
mengumpulkan data.Laporan-laporan tersebut ini perlu direduksi, yaitu
dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian.
37
2. Penyajain Data
Data yang terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk teks
naratif. Penyajian data dirancang guna menggabungkan informasi yang
tersusun dalam bentuk yang padu dan muda dipahami. Penyajian data
adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpuan dan pengambilan tindakan.
3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan kegiatan diakhir atau
hasil dari reduksi data dan penyajian data. Data yang telah didapatkan
kemudian diambil kesimpulan dengan mencari makna dari data yang
diperoleh. Penelitian perlu di verifikasi agar mantap dan benar-benar bisa
di pertanggungjawabkan kebenarannya.
G. Keabsahan Data
Menurut Lofland (Meleong, 2014), pengabsahan data dan bentuk
batasan berkaitan suatu kepastian, bahwa yang berukur benar-benar
merupakan variabel yang diukur, keabsahan inidapat dicapai melalui suatu
proses pengumpulan data yang cepat. Salah satucaranya yaitu melalui proses
tringulasi.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah membandingkan cara mengecek ulang
derajat kepercayaan dari suatu informasi yang telah diperoleh dengan
melalui sumber yang berbeda. Misal, membandingkan hasil pengamatan
38
dengan wawancara, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen
yang ada.
2. Triangulasi Teknik
Dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data
dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Untuk memperoleh
kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai
informasi tertentu. Adapun cara yang di lakukan peneliti adalah dengan
membandingkan antara hasil jawaban dari informan yang satu dengan
informan yang lain yang sesuai dengan keadaan yang terjadi di lapangan.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber
masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih
valid sehingga kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas
data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan
wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang
berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan
secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.
Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian
dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni
dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran
rendah, pantai dan laut lepas. Bulukumba terkenal juga dengan “Bumi Panrita
Lopi” dan identik dengan “Pinisi” dan Pinisi ini telah menjadi lambang dari
Kabupaten Bulukumba. Lambang Pinisi ini diambil dari cermin masyarakat
Bulukumba, Lambang bulukumba terdiriempat bagian yaitu perisai persegi
lima berwarna biru, padi dan jagung, perahu pinisi berwarna putih, dan daun
lontar berbentuk pita yang bertuliskan Bulukumba.
Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Provinsi
Sulawesi Selatan, terkenal dengan industri Perahu Pinisi yang banyak
memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah.
Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2 dengan jarak tempuh dari
Kota Makassar sekitar 153 Km.
Gambar 2 : Peta Wilayah Kabupaten Bulukumba
40
1. Letak Geografis
Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara
5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur
Timur. Demikian pula dengan batas-batas wilayahnya yang terdiri dari;
Sebelah Utara adalah Kabupaten Sinjai, Sebelah Selatan adalah Laut Flores,
Sebelah Timur adalah Teluk Bone, Sebelah Barat adalah Kabupaten
Bantaeng.
2. Batas dan Luas Wilayah
Kabupaten Bulukumba secara administrasi terdiri dari 10 kecamatan
yang terbagi dalam 27 kelurahan dan 109 desa dengan julukan “Butta Panrita
Lopi” yang berarti tanah tempat kelahiran orang yang ahli dalam membuat
perahu. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba sekitar 1.154,7 km2 atau sekitar
2,5 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten
Bulukumba hampir 95,4 persen berada pada ketinggian 0 sampai dengan
1000 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan tingkat kemiringan tanah
umumnya 0-400. Terdapat sekitar 32 aliran sungai yang dapat mengairi sawah
seluas 23.365 Hektar, sehingga merupakan daerah potensi pertanian. Curah
hujan rata-rata 152 mm perbulan dan rata-rata hari hujan 10 hari per bulan.
Kabupaten Bulukumba terdiri dari 10 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan
Ujung Bulu (Ibu kota Kabupaten), Gantarang, Kindang, Rilau Ale,
Bulukumpa, Ujung Loe, Bontobahari, Bontotiro, Kajang dan Herlang. 7
diantaranya termasuk daerah pesisir sebagai sentra pengembangan pariwisata
dan perikanan yaitu kecamatan: Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe,
41
Bontobahari, Bontotiro, Kajang dan Herlang. 3 Kecamatan sentra
pengembangan pertanian dan perkebunan yaitu kecamatan: Kindang, Rilau
Ale dan Bulukumpa. Dari 10 kecamatan yang ada, semua dapat ditempuh
dengan mudahdan ditunjang dengan infrastruktur jalan kabupaten yang
memadai. Kecamatan yang terjauh dari ibu kota kabupaten yakni Kecamatan
Kajang.
3. Sejarah Singkat
Mitologi penamaan "Bulukumba", konon bersumber dari dua kata dalam
bahasa Bugis yaitu "Bulu’ku" dan "Mupa" yang dalam bahasa Indonesia
berarti "masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya".
Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke–17 Masehi ketika terjadi
perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu Kerajaan Gowa
dan Kerajaan Bone. Di pesisir pantai yang bernama "Tana Kongkong", di
situlah utusan Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara
damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing.
Bangkeng Buki' (secara harfiah berarti kaki bukit) yang merupakan
barisan lereng bukit dari Gunung Lompo Battang diklaim oleh pihak Kerajaan
Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke
wilayah bagian timur. Namun pihak Kerajaan Bone berkeras memertahankan
Bangkeng Buki' sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke
selatan.
Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam
bahasa Bugis "Bulu'kumupa" yang kemudian pada tingkatan dialek tertentu
42
mengalami perubahan proses bunyi menjadi "Bulukumba". Konon sejak itulah
nama Bulukumba mulai ada dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah
kabupaten.
Pijakan kebudayaan bulukumba telah tampil menjadi sebuah "legenda
modern" dalam kancah percaturan kebudayaan nasional, melalui industri
budaya dalam bentuk perahu, baik itu perahu jenis Pinisi, padewakkang,
lambo, pajala, maupun jenis lepa–lepa yang telah berhasil mencuatkan nama
Bulukumba di dunia internasional. Kata layar memiliki pemahaman terhadap
adanya subjek yang bernama perahu sebagai suatu refleksi kreativitas
masyarakat Bulukumba. Begitu pula dengan Pijakan Keagamaan masyarakat
Bulukumba telah bersentuhan dengan ajaran agama Islam sejak awal abad ke–
17 Masehi yang diperkirakan tahun 1605 M. Ajaran agama Islam ini dibawa
oleh tiga ulama besar (waliyullah) dari Pulau Sumatera yang masing–masing
bergelar Dato Tiro (Bulukumba), Dato Ribandang (Makassar) dan Dato
Patimang (Luwu). Ajaran agama Islam yang berintikan tasawwuf ini
menumbuhkan kesadaran religius bagi penganutnya dan menggerakkan sikap
keyakinan mereka untuk berlaku zuhud, suci lahir batin, selamat dunia dan
akhirat dalam kerangka tauhid "appasewang" (meng-Esa-kan Allah SWT).
B. Gambaran Umum Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba
1. Visi dan Misi Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba
Visi dan Misi OPD merupakan pedoman OPD dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya. Visi adalah pandangan ideal ke depan yang ingin
diwujudkan dalam kurung waktu tertentu untuk mendukung pelaksanaan
43
kewenangan otonomi daerah bidang kebudayaan dan pariwisata sebagai
antisipasi perkembangan lingkungan strategis dan era globalisasi. Dengan
memperhatikan Visi Bupati dan Wakil Bupati terpilih periode 2016-2021 serta
tantangan pembangunan kepariwisataan ke depan. Visi dirumuskan sebagai
berikut: Menggapai Masyarakat Sejahtera melalui pengembangan
Kepariwisataan (Tourism and Culture developmet for prosperity) Dengan
Berlandaskan Pada Nilai Religi Dan Kearifan Lokal.
Visi ini mengandung arti :
a. Kepariwisatan merupakan salahsatu sektor andalan kabupaten
Bulukumba yang perlu mendapatkan prioritas, yang selanjutnya
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah maupun
pendapatan masyarakat.
b. Sebagai upaya pengembangan kepariwisataan dengan obyek sasaran pada
pemamfaatan sumber daya alam,pelestarian nilai-nilai budaya sebagai
daya tarik wisata.
c. Sebagai perwujudan daerah tujuan wisata andalan Sulawesi Selatan, maka
sektor kepariwisataan menjadi salah satu bidang andalan untuk menopang
peningkatan perekonomian untuk menggapai masyarakat yang sejahtera
d. Nilai religi dan kearifan lokal menjadi landasan kokoh dalam
pengembangan kepariwisataan yang akuntabel dan transparan.
Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan, sejalan upaya pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan
44
memperhatikan kondisi objektif. Maka Misi pembangunan kepariwisataan
Kabupaten Bulukumba adalah:
a. Mengembangkan destinasi pariwisata potensial (tourism destination
development) yang berkelanjutan dan terencana.
b. Menerapkan suatu system pemasaran yang inovatif dan bertanggung
jawab (Innovative and responsible marketing).
c. Mengembangkan industri pariwisata untuk peningkatan ekonomi daerah.
d. Mengembangkan kapasitas sumber daya kepariwisataan yang berdaya
saing.
e. Menciptakan tata kelembagaan yang akuntabel, transparan, dan
responsive.
2. Susunan Organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba
Susunan organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba sesuai
dengan Peraturan Daerah Nomor: 14 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah setelah perubahan dari Peraturan Daerah Nomor:
10 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten
Bulukumba sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor : 11
Tahun 2014 tentang perubahan kedua atas Peraturan Daerah Nomor: 10 tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten
Bulukumba.
Dinas pariwisata Kabupaten Bulukumba mempunyai beberapa tugas
pokok dan fungsi sebagai berikut :
45
1. Kepala Dinas Pariwisata
Kepala Dinas Pariwisata mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam
mengkoordinasikan penyelenggaraan kepariwisataan. Untuk melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka uraian tugas jabatan Kepala
Dinas adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan rencana strategis Dinas Pariwisata;
b. Mengoordinasikan kebijakan kepariwisataan agar tercipta sinkronisasi
dan integrasi kebijakan Pemerintah Daerah;
c. Mengendalikan penyelenggaraan kepariwisataan di daerah;
d. Melaksanakan pengendalian, penempatan dan pembinaan kepegawaian
lingkup Dinas Pariwisata;
e. Mengendalikan pengelolaan sumber daya keuangan Dinas Pariwisata;
f. Menyelenggarakan urusan umum Dinas Pariwisata;
g. Mengevaluasi secara berkala pelaksanaan kebijakan Pemerintah Daerah
lingkup Dinas Pariwisata;
h. Mengkonsultasikan dan mengkoordinasikan program dan kegiatan
dengan pemerintah Pusat, Propinsi dan lembaga lainnya dalam rangka
terciptanya keselarasan program dan kegiatan antar tingkatan
pemerintahan dalam lingkup kerja dan kewenangan Dinas Pariwisata;
i. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada
bawahan;
j. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas;
k. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan; dan
46
l. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai
dengan bidang tugasnya.
2. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang mempunyai tugas pokok
membantu Kepala Dinas mengkoordinasikan penyelenggaraan
kesekretariatan Dinas Pariwisata. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) maka uraian tugas jabatan Sekretaris adalah sebagai
berikut :
a. Menyusun program dan laporan kegiatan Dinas Pariwisata;
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada
bawahan sehingga pelaksanaan tugas berjalan lancar;
c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan;
d. Melaksanakan pelayanan dan penatausahaan kesekretariatan Dinas
Pariwisata;
e. Merumuskan pedoman dan/atau petunjuk teknis pelaksanaan
penyelenggaraan urusan kesekretariatan Dinas Pariwisata;
f. Mengevaluasi berkala pelaksanaan kegiatan kesekretariatan;
g. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas;
h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan;
i. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai
bidang tugasnya.
3. Bidang Industri dan Destinasi Pariwisata
47
Bidang Industri dan Destinasi Pariwisata dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang yang mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas
mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, penyelenggaraan
pelayanan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan Industri dan
Destinasi Pariwisata; Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) maka uraian tugas jabatan Kepala Bidang Industri dan Destinasi
Pariwisata adalah sebagai berikut :
a. Mengkoordinasikan penyusunan program dan kegiatan Bidang Industri
dan Destinasi Pariwisata;
b. Melaksanakan pengelolaan Bidang Industri dan Destinasi Pariwisata;
c. Merumuskan pedoman dan/atau petunjuk teknis penyelenggaraan
industri dan destinasi Pariwisata;
d. Mengevaluasi berkala pelaksanaan kegiatan industri dan destinasi
Pariwisata;
e. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data industri dan destinasi
Pariwisata;
f. Mendistribusikan tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan kepada
bawahan;
g. Mengevaluasi serta menilai pelaksanaan tugas bawahan;
h. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas;
i. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan; dan
j. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan
sesuai dengan bidang tugasnya.
48
4. Bidang Pemasaran Pariwisata Dalam dan Luar negeri
Bidang Pemasaran Pariwisata Dalam dan Luar Negeri dipimpin oleh
seorang Kepala Bidang mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas
mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, penyelenggaraan
pelayanan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan urusan pemasaran
pariwisata dalam dan luar negeri. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) maka uraian tugas jabatan Kepala Bidang Pemasaran
Pariwisata Dalam dan Luar negeri adalah sebagai berikut:
a. Mengoordinasikan penyusunan program dan kegiatan Bidang Pemasaran
Pariwisata Dalam dan Luar Negeri;
b. Melaksanakan pengelolaan Bidang Pemasaran dan Promosi Pariwisata
Dalam dan Luar Negeri;
c. Merumuskan pedoman dan/atau petunjuk teknis penyelenggaraan
Pemasaran Pariwisata Dalam dan Luar Negeri;
d. Mengevaluasi berkala pelaksanaan kegiatan Pemasaran Pariwisata Dalam
dan Luar Negeri;
e. Mendistribusikan tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan kegiatan
kepada bawahan;
f. Memantau dan mengevaluasi serta menilai pelaksanaan tugas bawahan;
g. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas;
h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan; dan
i. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai
dengan bidang tugasnya.
49
5. Bidang Pengendalian Usaha Pariwisata
Bidang Pengendalian Usaha Pariwisata dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas
mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, penyelenggaraan
pelayanan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan Pengendalian
Usaha Pariwisata Dinas Pariwisata. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) maka uraian tugas jabatan Kepala Bidang
Pengendalian Usaha Pariwisata adalah sebagai berikut :
a. mengkoordinasikan penyusunan program dan kegiatan Bidang
Pengendalian Usaha Pariwisata;
b. melaksanakan pengelolaan Bidang Pengendalian Usaha Pariwisata;
c. merumuskan pedoman dan/atau petunjuk teknis penyelenggaraan Bidang
Pengendalian Usaha Pariwisata;
d. melaksanakan pemantauan dan evaluasi berkala pelaksanaan kegiatan
Bidang Pengendalian Usaha Pariwisata;
e. menyusun rencana dan program kerja Bidang Pengendalian Usaha
Pariwisata;
f. melaksanakan pemantauan, evaluasi, pengendalian dan penertiban serta
pemberian sanksi terhadap pelanggaran usaha Pariwisata;
g. melaksanakan pengendalian dalam upaya pencegahan kerusakan
lingkungan akibat pembangunan sarana dan prasarana Pariwisata;
h. menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas;
i. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan; dan
50
j. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan
sesuai dengan bidang tugasnya.
6. Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata
Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dipimpin oleh seorang
Kepala Bidang mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas
mengkoordinasikan penyusunan program, kegiatan, penyelenggaraan
pelayanan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan urusan
pengembangan sumber daya pariwisata dinas pariwisata. Untuk
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka uraian tugas
jabatan Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata adalah
sebagai berikut :
a. Menyusun program dan kegiatan Pengembangan Sumber Daya
Pariwisata;
b. Merumuskan pedoman dan/atau petunjuk teknis penyelenggaraan
Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata;
c. Menyiapkan bahan penyusunan rencana dan program kerjasama dan
kemitraan serta usaha peningkatan peran serta masyarakat dan swasta
dalam kegiatan kePariwisataan;
d. Menyiapkan bahan perumusan, penerapan dan pengembangan serta
pemantauan, evaluasi, pelaporan dan kerja sama pelaksanaan
kompetensi sumber daya manusia di bidang ke pariwisataan;
e. Melaksanakan koordinasi dengan lembaga kepariwisataa nuntuk
pengembangan sumber daya pariwisata;
51
f. Mendistribusikan tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan kepada
bawahan;
g. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas;
h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan;
i. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan
sesuai dengan bidang tugasnya
Susunan organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba terdisi atas :
a. Kepala Dinas
b. Sekretaris
1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2) Sub Bagian Keuangan
3) Sub Bagian Program dan Pelaporan
c. Bidang Industri dan Destinasi Pariwisata
1) Seksi Pengelolaan Daya Tarik Wisata dan Daftar Usaha Pariwisata
2) Seksi Pengelolaan Kawasan Strategis dan Destinasi Pariwisata
d. Bidang Pemasaran Pariwisata Dalam dan Luar Negeri
1) Seksi Sarana Pengembangan Promosi dan Pemasaran.
2) Seksi Pengembangan Kerjasama, Event dan Daya Tarik Wisata
e. Bidang Pengendalian Usaha Pariwisata
1) Seksi Pengendalian Obyek da Daya Tarik Wisata
2) Seksi Pengendalian Usaha Sarana dan Jasa Pariwisata
f. Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata
1) Seksi Pengembangan SDM Aparatur Kepariwisataan
52
2) Seksi Hubungan Kelembagaan Kepariwisataan
3. Susunan Kepegawaian
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi tersebut Dinas Pariwisata
Kabupaten Bulukumba terbagi atas empat bidang satu sekretariat.
Sedangkan jumlah pegawai pada Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba
berjumlah 34 orang dengan komposisi sebagai berikut :
a) Menurut Jenis Kelamin
Jumlah pada Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba menurut
jenis kelamin. Laki-laki sebanyak 21 orang (54,5%) terdiri dari 12
orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 9 orang tenaga kontrak,
sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (45,5%) yang
terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 8 orang dan tenaga
kontrak sebanyak 5 orang. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1
berikut :
Tebel 2Komposisi Pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba
Menurut Jenis KelaminNo Jenis Kelamin PNS Tenaga
KontrakJumlah Persentase
1 Laki-laki 12 9 21 54,5 %
2 Perempuan 8 5 13 45,5%
Total 20 14 34 100 %
Sumber: Data Kepegawaian Dinas Pariwisata KabupatenBulukumba 2017
b) Menurut tingkat pendidikan :
Tingkat pendidikan pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten
Bulukumba. Pasca Sarjana yang PNS sebanyak 5 orang, Sarjana
53
sebanyak 21 orang terdiri dari 12 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dan 9 orang tenaga kontrak, 3 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
berpendidikan Diploma 3 (D3), 3 orang tenaga kontrak berpendidikan
SMA, 1 orang tenaga kontrak dengan pendidikan SLTP, dan 1 orang
tenaga kontrak berpendidikan SD. Sebagaimana dapat dilihat pada
table 2 berikut :
Tabel 3Komposisi Pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba
Menurut Tingkat Kepegawaian
Sumber : Data Kepegawaian Dinas Pariwisata Kabupaten
Bulukumba 2017
c) Menurut Golongan / Pangkat :
Komposisi Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba menurut
golongan / pangkat sebagian besar adalah pegawai golongan III
sebanyak 17 orang (59,1%), golongan II sebanyak 14 orang (18,18%)
dan golongan IV sebanyak 3 orang (22,72%). Sebagaimana dapat
dilihat pada table 3 berikut :
No JENISPENDIDIKAN
PNS TENAGAKONTRAK
JUMLAH
1 Pasca Sarjana 5 - 52 Sarjana 12 9 213 Diploma 3 (D3) 3 - 34 SMA - 3 35 SLTP - 1 16 SD - 1 1
Total 20 14 34
54
Tabel 4Komposisi Pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba
Menurut Golongan / PangkatNo Golongan / Pangkat Jumlah Presentase
1 Golongan 1V 3 22,72%
2 Golongan III 17 59,1%
3 Golongan II 14 18,18%
Total 34 100%
Sumber : Data Kepegawaiaan Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba
2017
C. Peran Pemerintah Dan Strategi Pemasaran Terhadap Perahu Pinisi Di
Kabupaten Bulukumba
1. Peran Pemerintah
Peran pemerintah dalam pemasaran perahu pinisi memiliki peranan
penting untuk membantu para pengusaha Pinisi dalam meningkatkan hasil
produksinya. Peran pemerintah berkaitan dengan pemberdayaan yaitu
mengarahkan masyarakat menciptakan kesejahteraan pada kemandirian
dan memperbaiki material secara adil dan merata. Maka dari itu, dengan
adanya peran pemerintah yang secara langsung optimal dan mendalam
untuk membangun masyarakat. Selain itu pemerintah memiliki beragam
cara dan peran dalam metode pemasaran seperti regulator, dinamisator dan
fasilitator.
Adapun beberapa bentuk peran pemerintah dalam pemasaran
Perahu Pinisi, yaitu:
55
a. Regulator
Regulator merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi
penyelenggaraan pembangunan, pemerintah mengarahkan masyarakat di
bidang permodalan guna mandukung dalam pembangunan usahanya.
Beberapa informan mengungkapkan bahwa peran pemerintah dalam
bentuk regulator seperti memberikan event dan bimbingan atau arahan terkait
pengembangan usaha perahu pinisi. Hal ini tergambar dari hasil wawancara
sebagai berikut :
“Disini kami memberi bimbingan atau arahan dengan mengadakan event-event (festival pinisi) dipesisir pantai bira untuk parah pengusaha maupunmasyarakat dari seluruh Sulawesi selatan dalam mengelola danmeningkatkan pemasaran perahu pinisi”(A.A, Seksi Hubungan Kelembagaan Kepariwisataan, 15Agustus 2018)
Selain beberapa informan mengemukakan belum adanya kebijakan
pemerintah terhadap pemasaran perahu pinisi dan kebijakan dengan
pemerintah daerah lain terkait perolehan bahan baku. Hal ini sesuai dengan
pernyataan sebagai berikut :
“Pemerintah biasanya memberikan izin pelakasaan even festival pinisi,selain itu terkait masalah investor kapal pinisi belum adanya kebijakanpemerintah Bulukumba maupun Pemprov Sulsel memudahkan investormemesan pembuatan perahu ke pengrajin kapal di Tanahberu. Atasmasalah itu maka kami meminta ke Pemerintah di Bulukumba danSulsel untuk segera membuat kebijakan terkait mudahnya masukinvestor yang menjatuhkan harga dimana bahan baku semakin langka”(SH, Pengusaha Perahu Pinisi, 26 Agustus2018)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Seksi Hubungan Kelembagaan
Kepariwisataan dan pengusaha Perahu Pinisi dapat dikatakan bahwa peranan
pemerintah sebagai regulator yaitu memberikan izin pengadaan event-event
kepada pengusaha dalam mengelolah dan meningkatkan produktivitas dan
56
hasil pemasaran. Pemerintah juga harus mengambil kebijakan tentang
mudahnya investor memesan Perahu Pinisi yang menjatuhkan harga, hal ini
dinilai mematikan pengusaha lokal nantinya sehingga kedepan pengusaha
Pinisi tidak berkembang yang dimana bahan baku juga semakin semakin
langka.
Pemerintah Bulukumba berencana akan memperketat sistem penjualan
Perahu Pinisi terhadap warga negara asing (WNA). Hal ini tergambar dari
wasil wawancara sebagai berikut :
“iya, kita akan dorong dibuatkan Perbup dulu, baru menyusul Perdanya.Ini penting guna menjaga ikon Bulukumba”(AT, Bidang Pemasaran Dalam dan Luar Negeri 20 Agustus 2018)
Selain itu hasil wawancara yang dilakukan oleh Seksi Hubungan
Kelembagaan Kepariwisataan A.A terkait regulasi perahu pinisi
mengungkapkan bahwa harus ada batasan atau aturan-aturan mengenai
pemesanan atau pembuatan perahu pinisi yang dilakukan oleh warga negara
asing (WNA). Adapun hasil wawancara tergambar sebagai berikut :
“Tidak boleh dibiarkan.Kapal pinisi ini adalah produk asli Bulukumba,tidak boleh seenaknya pengusaha asing membuat perahu pinisi disini.WNA hanya boleh memesan atau membeli dari pengrajin kapal lokalasli Bulukumba”(A.A, Seksi Hubungan Kelembagaan Kepariwisataan, 15Agustus 2018)
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hj. U mengenai warga negara asing
yang mengancam pengusaha dan pengrajin Perahu Pinisi local. Hasil
wawancara sebagai berikut :
57
Senada dengan yang diungkapkan oleh informan AT pinisi sangat
berpotensi diklaim oleh daerah lain sehingga dibuatkan Ranperda Pelestrian
Pinisi. Hal ini tergambar dari hasil wawancara sebagai berikut :
“Pinisi sangat berpotensi diklaim oleh daerah lain karena banyaknyamasyarakat Kabupaten Bulukumba yang merantau dan tinggal di daerahtertentu dan membuat perahu pinisi sehingga diklaim oleh daerahtersebut. Latar belakang dibuatnya Ranperda Pelestrian Pinisi karenapinisi sebagai aset pemerintah. Banyaknya kasus klaim yang terjadi olehpihak asing karena tidak kuatnya bukti yang mengikat”(AT, Bidang Pemasaran Dalam dan Luar Negeri 20 Agustus 2018)
Saat ini Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Pelestarian
Pinisi tengah digarap di DPRD Bulukumba. Mengingat kapal khas Bugis-
Makassar itu merupakan asset pemerintah dan dikhawatirkan ada pihak asing
yang mengklaim kepemilikannya. Selain itu, kapal pinisi banyak dibicarakan
publik baik dalam negeri maupun luar negeri setelah melakukan pelayaran ke
Vancouver pada 1986 silam. Dimana pinisi sangat berpotensi diklaim oleh
daerah lain karena bnyaknya masyarakat Kabupaten Buulukumba yang
merantau dan tinggal di daerah tertentu dan membuat perahu pinisisehingga
diklaim oleh daerah tersebut. Hal ini juga dibenarkan anggota DPRD
Bulukumba, saat Uji Publik Tentang Pinisi. Latar belakang dibuat Ranperda
Pelestarian Pinisi karena pinisi sebagai asset pemerintah. Banyaknya kasus
klaim yang terjadi oleh pihak asing karena tidak kuatnya bukti yang mngikat,
sehingga Perda Pinisi perlu dibuat.
Selain kasus pengklaiman pinisi di daerah lain, pengusaha kapal lokal di
daerah Bulukumba itu sendiri terancam dikarenakan WNA membuka usaha
kapal di Bulukumba. Adapun hasil wawancara tergambar sebagai berikut :
58
“Sejak adanya WNA yang membuka usaha kapal di Bulukumba,pengusaha kapal lokal berkurang, karena WNA memiliki dana cukupbesar. Sekarang ini bukan hanya perahu yang dia kerja.Tapi, sudahmembuat kapal feri. Dia yang buat kelengkapan kapal mulai instalasi,listrik dan kelengkapan lain dikerjakan oleh WNA. Kasian warga lokal”(Hj. U, Pengusaha Perahu Pinisi, 02 September 2018)
Selain itu SH selaku pengusaha Perahu Pinisi mengatakan tugas
pemerintah daerah adalah mengurus Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
Perahu Pinisi. Adapun hasil wawancara sebagai berikut:
“Pinisi berhasil masuk sebagai warisan budaya takbenda olehUnesco.Hak cipta pembuatan perahu Pinisi juga telah dimiliki olehmasyarakat Bulukumba. Saat ini, tugas pemerintah daerah adalahmengurus Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Perahu Pinisi”(SH, Pengusaha Perahu Pinisi, 26 Agustus 2018)
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Seksi Hubungan
Kelembagaan Kepariwisataan dan Bidang Pemasaran mengatakan bahwa
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulukumba, berencana akan memperketat
sistem penjualan kapal Perahu Pinisi terhadap warga asing (WNA). Upaya ini
dilakukan agar kearifan lokal perahu pinisi yang menjadi kebanggan
masyarakat Bulukumba tetap terjaga dengan baik. Dalam aturan ini memuat
sistem penjualan bagi warga luar negeri, sebab dikhawatirkan jika dijual
bebas, mereka akan belajar bagaimana cara membuat padahal pinisi ini
merupakan ciri khas atau ikon Bulukumba.
Saat ini Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Pelestarian
Pinisi tengah digarap di DPRD Bulukumba. Mengingat kapal khas Bugis-
Makassar itu merupakan aset pemerintah dan dikhawatirkan ada pihak asing
yang mengklaim kepemilikannya. Latar belakang dibuat Ranperda
Pelestarian Pinisi karena Pinisi sebagai aset pemerintah. Banyaknya kasus
59
klaim yang terjadi oleh pihak asing karena tidak kuatnya bukti yang
mengikat, sehingga Perda Pinisi perlu dibuat. Pinisi berhasil masuk sebagai
warisan budaya takbenda oleh Unesco. Hak cipta pembuatan Perahu Pinisi
juga telah dimiliki oleh masyarakat Bulukumba. Saat ini, tugas pemerintah
daerah adalah mengurus Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) perahu
Pinisi.
Selain melakukan penertiban, pemerintah Bulukumba juga berencana
akan melakukan koordinasi dengan pihak imigrasi Makassar agar melakukan
penertiban, memeriksa visa dan paspor yang digunakan. Bahkan, pemerintah
meminta WNA yang terlibat dalam pembuatan Pinisi ditindaki, Karena
kehadirannya dianggap merugikan pengusaha lokal.
b. Dinamisator
Dinamisator merupakan pemberian motivasi terhadap pengrajin dan
pengusaha Perahu Pinisi mengenai permasalahan dalam pembuatan dan
pemasaran Perahu Pinisi demi menjaga dan memelihara warisan budaya.
Adapun beberapa hasil wawancara terkait dengan peran pemerintah
dalam bentuk dinamisator sebagai berikut:
“Pengusaha dan pemerintah harus tahu persis dalam memberikanpeningkatan kerja kepada para pekerja. Maka dari hal tersebut pengusahadan pemerintah harus meningkatkan motivasi para pekerja dalammeningkatkan kinerja masing-masing dengan menerapkan peningkatanmotivasi dalam memberikan bonus kerja atau berupa penambahangaji/upah jika target yang diberikan kepada pekerja dapat tercapai”(A.A, Seksi Hubungan Kelembagaan Kepariwisataan, 15Agustus 2018)
Pengaruh motivasi dalam keberlanjutan usaha Perahu Pinisi di Kabupaten
Bulukumba menerapkan peningkatan motivasi dengan memberikan bonus
60
gaji/upah jika target yang diberikan kepada karyawan dan pekerja dapat
tercapai. Pemberian bonus yang diterapkan ini memberikan perubahan yang
sangat signifikan dalam mencapai target perusahaan.
Keberlanjutan usaha Perahu Pinisi sangat ditentukan dari manejemen
kepemimpinan yang ingin dicapai sebuah perusahaan, hal itu dapat tercapai
jika sebuah pencapainan sesuai dengan target yang telah ditentukan.
Pencapaian akan terwujud jika karyawan dan pekerja sinergis dalam
melaksanakan tugasnya masing-masing dan untuk memaksimalkan kerja
karyawan dan pekerja dalam melaksanakan tugasnya masing-masing maka
perusahaan harus mengetahui apa yang dapat meningkatkan kinerja
keduanya.
Informan AT selaku Bidang Pemasaran mengatakan bahwa setelah
melakukan survei dilanjutkan dengan pertemuan guna meningkatkan
pemasaran perahu pinisi. Hasil wawancara sebagai berikut :
“Setelah melakukan survei kelapangan, kami mengadakan pertemuanatau rapat dengan para pengusaha perahu pinisi untuk mengadakan event-event (festival pinisi) guna untuk meningkatkan pemasaran Perahu Pinisi”(AT, Bidang Pemasaran Dalam dan Luar Negeri 20 Agustus 2018)
Selain itu informan AT sebagai Bidang Pemasaran mengungkapkan
dalam melaksanakan event selain sebagai salah satu alat yang digunakann
untuk mengenalkan Perahu Pinisi ke masyarakat, pemberi motivasi terhadap
pengusaha dan pengrajin, event yang dilaksanakan juga harus memiliki
kriteria. Hal ini tergambar dari hasil wawancara dengan informan AT :
"...Kriterianya antara lain, diselenggarakan rutin dengan jadwal tetap,tersosialisasi luas melampaui batas regionalnya, pengunjung melewatibatas wilayah, mendatangkan turis mancanegara, Selain itu syarat lain
61
yang perlu dipenuhi yaitu event tersebut harus diselenggarakanprofesional, didukung aksesibilitas dan amenitas, dan event juga harusunik dan brand khusus”(AT, Bidang Pemasaran Dalam dan Luar Negeri 23 Agustus 2018)
Salah satu cara pemberian motovasi terhadap pengusaha dan pengrajin
Perahu Pinisi yaitu dengan mengadak event-event. Namun event yang
dilakukan harus memenuhi beberapa kriteria seperti diselenggarakan rutin
dengan jadwal tetap, tersosialisasi luas melampaui batas regionalnya,
pengunjung meleawti batas wilayah, mendatangkan turis mancanegara.
Selain itu syarat lain yang perlu dipenuhi yaitu event tersebut harus
diselenggarakan professional, didukung aksebilitas dan amenitas dan event
juga harus unik dan brand khusus.
Selain informan SH mengungkapkan selaku pengusaha Perahu Pinisi
bahwa pemerintah kabupaten Bulukumba akan terus mengakomodir para
pelaku usaha UKM (Usaha Kecil Menengah) untuk terus berkembang. Hasil
wawancara tergambar sebagai berikut :
“Pemerintah berharap agar para pengrajin bias lebih berinovasi dalamberkarya, apalagi pinisi merupakan ikon dari kabupaten Bulukumba.Pemerintah kabupaten Bulukumba akan terus mengakomodir parapelaku usaha UKM (Usaha Kecil Menengah) untuk terus berkembang.Salah satu program pemerintah adalah bagaimana sahabat-sahabatpelaku UKM bisa berkembang menjadi lebih baik, pemerintahkabupaten Bulukumba melalui dinas-dinas terkait akan terusmemperhatikan para pelaku UKM”(SH, Pengusaha Perahu Pinisi, 26 Agustus 2018)
Usaha kecil menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung. Dimana pemerintah kabupaten
62
Bulukumba akan terus mengakomodir para pelaku usaha kecil menengah
untuk terus berkembang menjadi lebih baik melalui dinas-dinas terkait akan
terus memperhatikan para pelaku UKM.
c. Fasilitator
Pemerintah daerah Kabupaten Bulukumba memberikan bantuan atau
fasilitas kepada Bidang Pemasaran atau pengusaha-pengusaha Perahu Pinisi
lainnya tercipta agar tujuan bersama. Beberapa hasil wawancara yang
dilakukan kepada informan salah satunya A.A dan AT selaku Seksi Hubungan
Kelembagaan Kepariwisataan dan Bidang Pemasaran mengatakan :
“Saat ini, pembuat Kapal Phinisi semakin kuat posisinya, sebab pemerintahtelah memberikan perhatian besar pada kelompok Usaha Mikro, Kecil danMenengah (UMKM) yang ada dalam masyarakat melalui upayapemberdayaan (UMKM) dari pemerintah”(A.A, Seksi Hubungan Kelembagaan Kepariwisataan, 19 Agustus 2018)
Pembuat Kapal Phinisi semakin kuat posisinya, sebab pemerintah telah
memberikan perhatian besar pada kelompok Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) yang ada dalam masyarakat melalui upaya
pemberdayaan (UMKM) dari pemerintah yang tertuang dalam Undang-
Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah yang menyatakan bahwa prinsip-prinsip pemberdayaan UMKM
yang dilakukan oleh pemerintah adalah menumbuhkan kemandirian,
kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, untuk
berkarya dengan prakarsa sendiri, selalu mendorong pengembangan usaha
berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi
63
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, serta secara berkelanjutan melakukan
upaya peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Selain itu, fasilitas-fasilitas yang diberikan pemerintah salah satunya
penyediaan air bersih, listrik, jalan, parker dan lain-lain. Hal ini tergambar
dari hasil wawancara sebagai berikut :
“Peningkatan sarana dan prasarana dasar di tempat pembuatan perahu pinisiseperti air bersih, listrik, jalan, parkir, dan lain – lain yang dari tahun ketahun mulai dibenahi, sehingga memudahkan akses dalam pemasaran perahupinisi”(AT, Bidang Pemasaran Dalam dan Luar Negeri 23 Agustus 2018)
Pemerintah kabupaten Bulukumba meningkatkan fasilitas sarana dan
prasarana di tempat pembuatan Perahu Pinisi seperti air bersih, jalan, parkir
dan lain-lain, sehingga memudahkan akses dalam pemasaran Perahu Pinisi.
Selain itu informan Hj. U juga mengungkapkan bahwa salah satu
fasilitas yang diberikan pemerintah dalam pemasaran Perahu Pinisi yaitu
menyediakan sarana dan prasarana dalam melaksanakan event. Adapun hasil
wawancara sebagai berikut:
“Salah satu fasilitas yang diberikan pemerintah salah satunyamenyediakan sarana dan prasarana dalam hal pengadaan event, dimanaevent ini merupakan salah satu caraefektif dalam mempromosikandaerah dan Perahu Pinisi yang akhirnya mensejahterakan masyarakat”(Hj. U, Pengusaha Perahu Pinisi, 02 September 2018)
Pengadaan Event merupakan strategi dalam mendukung kegiatan
pelestarian Perahu Pinisi agar dapat memberikan pengaruh bagi peningkatan
kualitas lingkungan di kawasan pembuat Perahu Pinisi. Strategi tersebut
harus dibarengi dengan peningkatan sarana dan prasarana penunjang
64
sehingga mampu mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki di kawasan
pembuatan perahu pinisi dalam pengembangannya.
Berbeda halnya dengan informan NS salah satu pengrajin Perahu Pinisi
mengatakan bahwa fasilitas yang diberikan oleh pemerintah belum maksimal,
hal ini tergambar dari hasil wawancara sebagai berikut :
“Fasilitas dari pemerintah itu belum sepenuhnya maksimal. Kami parapembuat Perahu Pinisi terkendala dimasalah bahan baku seperti kayu,jangkan mau dijual, saat proses pembuatan mulai ada kendala”(AD, Pengrajin Perahu Pinisi, 07 September 2018)
Dengan demikian, peran pemerintah dalam mensejahterakan pekerja
Perahu Pinisi, yaitu mempersiapkan modal atau dana tambahan, apabila
terjadi lonjakan pengeluaran yang tak terduga, penyediaan dan pembelian
bahan baku serta anggota DPRD Kabupaten Bulukumba yakni Komisi B dan
Komisi A telah menyepakati tentang pembentukan Asosiasi Pekerja yang
nantinya bias menangani isu-isu atau masalah-masalah mengenai pekerja
Pinisi dengan bekerja sama dengan notaris sukma untuk legitimasi serta akan
memasukkan dalam APBD Kabupaten Bulukumba untuk peningkatan
pendapatan pkerja Pinisi, kemudian mempermudah pekerja mendapatkan
asuransi kecelakaan, kesehatan, kematian dan jaminan hari tua. Pekerja Pinisi
yang ada di Bali sudah mendapatkan JAMSOSTEK karena pengusaha Pinisi
yang ada di Bali memotong gaji para pekerja setiap bulan kemudian
mendaftarkan di JAMSOSTEK.
65
2. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran merupakan suatu manejemen yang disusun untuk
mempercepat pemecahan persoalan pemasaran dan membuat keputusan-
keputusan yang bersifat strategis. Dalam strategi pemasaran terdiri atas
beberapa elemen-elemen yang saling berkaitan. Seperti perencanaan suatu
produk, pemilihan pasar, penetapan harga, komunikasi pemasaran (promosi),
dan sistem pemasaran. Dalam konteks penyusunan strategi, pemasaran
memiliki 2 dimensi yaitu dimensi saat ini dan dimensi yang akan datang.
Dimensi saat ini berkaitan dengan hubungan yang telah ada antara
perusahaan dengan lingkungannya, sedangkan dimensi yang akan datang
yang diharapkan akan dapat terjalin program tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut.
a. Produk
Produk merupakan kombinasi penawaran barang dan jasa perusahaan
kepada pasar.
Adapun hasil wawancara yang dilakukan oleh beberapa informan terkait
produk Perahu Pinisi yaitu sebagai berikut :
“Peluang usaha pembuatan perahu pinisi merupakan produk dalam negeriyang melegenda. Kapal Pinisi dibuat dengan menggunakan tangan, tanpabantuan mesin sama sekali. Untuk berlayarnya pun menggunakan layarbukan mesin tapi dapat mengarungi lautan sampai afrika, hal ini yangmembuat perahu pinisi diminati sampai mancanegara”(AT, Bidang Pemasaran Dalam dan Luar Negeri 26 Agustus 2018)
Indonesia terkenal sebagai pembuat kapal terbaik. Perahu pinisi dibuat
menggunakan tangan tanpa bantuan mesin sama sekali. Untuk berlayar pun
menggunakan layar bukan mesin, tapi dapat mengarungi lautan samapai
66
Afrika. Sebagian besar masyarakat Bulukumba berprofesi sebagai pembuat
kapal Pinisi peluang usaha pembuatan perahu pinisi bisa menjadi bisnis yang
menguntungkan.
Wawancara juga dilakukan kepada informan pengrajin Perahu Pinisi.
Informan AD mengatakn bahwa perahu pinisi salah satu produk yang sangat
diminati dari segi bentuk, filosofi maupun pengerjaanya. Berikut ini hasil
wawancara sebagai berikut:
“Pinisi adalah salah satu produk yang sangat diminati baik dari segibentuk, filosofinya maupun cara pengerjaanya. Kalau tanpa seni dankeilmuan tingkat tinggi tentu Pinisi tidak akan mampu mengaruhiganasnya samudra dan mengantarkan warga Sulawesi Selatan ke berbagaipulau di Indonesia maupun di negara lain”(AD, Pengrajin Perahu Pinisi, 07 September 2018)
Perahu pinisi merupaka salah satu produk yang dihasilkan di Kabupaten
Bulukumba yang banyak diminati sampai di mancanegara. Pinisi salah satu
produk yang diminati baik dari segi bentuk maupun filosofinya, perahu pinisi
dari segi model memang beda dari perahu atau kapal pada umumnya dimana
perahu ini dijumpai beberapa tiang layar. Awalnya perahu pinisi hanya ada
dua tiang saja namun seiring berkembangnya waktu kini bias dipasang
hingga tujuh tiang sesuai pesanan dan kebutuhan. Modelnya yang unik dan
tentu saja didukung kualitas yang bagus membuat Perahu Pinisi selalu
menjadi Primadona para konsumennya. Apalagi cara pembuatan Perahu
Pinisi ini masih terbilang manual.
Hal serupa juga diungkapakan oleh informan SH salah satu pengusaha
Perahu Pinisi, hasil wawancara sebagai berikut:
67
“Kapal pinisi di kabupaten Bulukumba merupakan produk yang banyakdigemari dikalangan mancanegara Hal tersebut terbukti dari hasil penjualanyang melebihi target yang di inginkan oleh perusahaan terhadap hasilpenjualan perahu phinisi yaitu 40%, sedangkan target yang dicapai yaitu45% dari hasil penjualan”(SH, Pengusaha Perahu Pinisi, 28 Agustus 2018)
Adapun kesimpulan wawancara dari beberapa informan di atas dapat
dikatakan bahwa Pinisi merupakan salah satu produk yang banyak digemari
di masyarakat bahkan sampai mancanegara. Perahu pinisi diminati baik dari
segi bentuk, filosofi maupun cara pengerjaannya. Hal tersebut terbukti dari
hasil penjualan Perahu Pinisi yang melebihi target yang diinginkan oleh
pengusaha terhadap penjualan perahu pinisi yaitu 40% target yang dicapai
yaitu 45% dari hasil penjualan.
Di samping keberhasilan dalam penjualan Perahu Pinisi ada beberapa
kendala mengenai bahan baku yakni berkurangnya bahan baku seperti kayu
di Kabupaten Bulukumba. Hal ini tergambar dari hasil wawancara kepada NS
salah satu pengrajin Perahu Pinisi sebagai berikut :
”Sekarang bahan baku sudah berkurang, biasanya didatangkan dariKendari, Sulawesi Tenggara. Dulunya kita tebang kayu di Bulukumba dansaya sendiri yang pergi untuk tebang kayu karena ada ritualnya sebelummenebang kayu”(NS, Pengrajin Perahu Pinisi, 10 September 2018)
Dari beberapa penjelasan dari informan adapun jenis-jenis kapal Pinisi dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
68
Table 5
Jenis-Jenis Kapal Pinisi, Tipe Kapal, Harga Dan Promosi
No Jenis Kapal Tipe Kapal HargaBentukPromosi
1
Kapal PinisiKapal Pesiar Mewah
1 - 2 MMedia Online,melalui webatau bloger
Panjang : 20 - 30 meter
Lebar : 6 - 10 Meter
2
Kapal PinisiKapal wisata
Panjang : 10 - 20 meter
Lebar : 4 - 8 Meter
500 - 1 MMedia online,pemasanganiklan-iklan
3
Kapal Pinisi La HillaKapal Pesiar 30 GrossTonase (GT)
Panjang : 12 meter
Lebar : 4.75 Meter
4.75 M Bekeja samadengan pihakpemesankapal pinisiatau memesallangsung kepengusahaperahu pinisi
Kapal Pinisi Lamima Kapal Pesiar Mewah 6.5 M Kerja samalangsung
69
4
Panjang : 120 Meter
Lebar : 50 Meter
dengan pihakpemesankapal pinisiatau memesanlangsung kepengusahaperahu pinisi
1) Manajemen Pertukangan
Untuk membuat suatu unit perahu diperlukan sekelompok tukang yang
jumlahnya sangat bervariasi. Hal tersebut tergantung dari besar kecilnya
perahu yang akan dibuat. Keanggotaan suatu kelompok tukang ada yang
sifatnya sementara (tidak terikat) sebab apabila perahu telah selesai dibuat
para sawi dapat beralih, pindah kelompok atau mencari punggawa lain.
Walaupun hal ini bukan suatu yang resmi namun ketaatan pada sistem dan
struktur kerja dapat dipatuhi. Secara sederhana “struktur” tersebut terdiri dari
punggawa (kepala tukang) atau panrita, sawi yang terdiri dari sawi kabusu
dan sawi pemula; sambalu (pemilik perahu) dan ledeng yang merupakan
dewan musyawarah.
2) Punggawa atau Panrita Lopi (Pungkaha-Konjo)
Toko utama dalam satu unit pembuatan perahu ialah punggawa
(pungkaha-Konjo) atau Panrita Lopi (tukang ahli). Punggawa adalah
penanggung jawab uatama atas seluruh pekerjaan perahu mulai dari
pengolahan kayu di hutan hingga perahu selesai diproses di Bantilang.
70
Tukang-tukang lainnya disebut sawi. Sawi terbagi atas dua kategori, yaitu
sawi kabusu dan sawi pemula. Sawi kabusu yaitu sawi yang sudah
menerimaupah 1 porsi (100%) dari pembagian upah borongan. Sawi Kabusu
ini terdiri dari beberapa tingkatan yaitu Sawi senior (calon Punggawa), sawi
senior biasa dan sawi yang baru kabusu. Sawi pemula yaitu anak pra-remaja
yang baru pertama kali terlibat dalam pembuatan perahu, yang terdiri dari tiga
strata yaitu sawi sikasusu, sawi sipolong, dan sawi tallung kasusu. Dengan
melihat gambar dari struktur manajemen pertukangan perahu, dapat dipahami
bahwa seorang punggawa memiliki otoritas besar terhadap sawinya. Selain
itu seorang punggawa memiliki peran ganda dalam proses pembuatan perahu
yaitu:
a) Sebagai penanggung jawab borongan pembuatan perahu, dimana
seorang punggawa berperan sebagai majikan langsung dari para sawi
yang dipimpinnya.
b) Sabagai “guru” dari sawinya, dimana seorang punggawa akan
mentransfer ilmu dan pengetahuaanya dalam pembuatan perahu kepada
sawinya.
b. Harga
Komponen harga produk dan jasa terbagi atas 3 elemen, yaitu biaya
produksi, biaya koordinasi dan profit margin. Dalam menciptakan harga
produk produsen harus lebih memperhitungkan seberapa banyak biaya
produksi sehingga tidak terlalu rendah atau tinggi. Adapun beberapa hasil
wawancara terkait masalah harga :
71
“kalau jenis kapal standar biaya pembuatannya biasa mencapai Rp. 1,6 Mdan harga penjualannya bisa mencapai Rp. 2,8 M dengan tingkatpencapaian 50 persen dari 100 persen”(SH, Pengusaha Perahu Pinisi, 28 Agustus 2018)
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa modal dan hasil
penjualan sangat memberikan gambaran keuntungan dan terlihat juga bahwa
harga sangat mempengaruhi jenis barang yang diinginkan, meskipun
pencapaian dari hasil penjualan belum sesuai dengan target.
Harga Perahu Pinisi sangat bervariasi tergantung dari ukuran, jenis,
waktu penyelesaian dan bahan baku perahu itu sendiri. Hal ini tergambar dari
hasil wawancara dari beberapa informan sebagai berikut :
“Kalau masalah harga kami kurang tahu karena itu urusan pengusuhaPerahu Pinisi dengan pembeli, yang kami tahu selaku pengrajin PerahuPinisi kami digaji Rp. 50 juta per bulan untuk 10-12 orang pekerjatergantung dari ukuran dan tingkat kerumitan dari perahu itu sendiri”(IW, Pengrajin Perahu Pinisi, 15 September 2018)
Harga sebuah Perahu Pinisi bervariasi tergantuk dari ukuran dan jenis.
Hal ini tergambar dari hasil wawancara yang dilakukan oleh informan Hj. U
sebagai berikut :
“Dari ratusan juta rupiah, hingga 10 milyar per kapal, tergantung bentuk,fungsi, waktu pengerjaan, dan tingkat kesulitannya.Malah ada bule yangmau membuat phinisi untuk kapal pesiar, dia minta jadi hanya dalamwaktu 6 bulan. Itu juga beda lagi hitungannya. Dalam pembuatannyapula, dengar-dengar mereka tidak memakai standar yang baku. Pakefeeling dan ada ritual tersendiri”(Hj. U, Pengusaha Perahu Pinisi, 04 September 2018)
Menurut informan Hj. U penetapan harga suatu produk dalam hal ini
adalah Perahu Pinisi dapat dilihat dari berbagai aspek yakni dari bentuk,
fungsi, waktu pengerjaan dan tingkat kesulitannya. Dengan kata lain,
penetapan harga merupakan suatu proses yang harus dilakukan oleh
72
pengusaha untuk memberikan nilai suatu produk dengan mengkalkulasikan
terlebih dahulu segala macam biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
keuntungan serta mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan selain harga.
Hal ini disampaikan oleh informan AT selaku Bidang Pemasaran
mengatakan bahwa Perahu Pinisi pernah terjual sampai 6 milyar. Hasil
wawancara sebagai berikut :
“Sejumlah pengusaha lokal di daerah itu telah menjual kapal pinisiratusan juta hingga Rp 6 miliar. Kenapa Mahal? Karena prosespengerjaannya, pemilihan kayu hingga ritualnya rumit. Anda bisamembayangkan bahwa hari dan waktu masa pengerjaannya tidaksembarang waktu dan setiap waktu memiliki sarat makna. Makanyamahal karena menggunakan bahan-bahan kayu kuat dan Pinisi milikifilosofi”(AT, Bidang Pemasaran Dalam dan Luar Negeri 26 Agustus 2018)
Selain itu pengrajin Perahu Pinisi mengungkapkan bahwa harga Perahu
Pinisi bervariasi berdasarkan bentuk, ukuran dan jenis Perahu Pinisi itu
sendiri. Hal ini tergambar dari hasil wawancara sebagai berikut :
“Harga jual kapal pinisi tergantung dari jenisnya seperti untuk 30 GrossTonase (GT) senilai Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar, 100 GT senilai Rp1,5-3 miliar dan 200 GT Rp 4-6 miliar. Sedang batas pengerjaanDiungkapkan bahwa harga jual kapal pinisi untuk 30 Gross Tonase (GT)dikerjakan selama empat bulan, 100 GT selama 12 bulan dan 200 GTselama 24 bulan masa pengerjaannya”(AD, Penngrajin Perahu Pinisi, 07 September 2018)
Dari hasil wawancara dari beberapa informan dapat disimpulkan bahwa
harga setiap Perahu Pinisi ditentukan oleh bentuk kapal, serta bahan yang
akan digunakan. Biasanya kapal yang dipesan untuk kapal pesiar dengan
ukuran yang lebih besar harganya mencapai miliaran rupiah. Pembuatan satu
buah kapal Pinisi dibutuhkan jangka waktu selama satu hingga dua tahun
73
dengan pekerja sebanyak 10 orang yang dipimpin oleh punggawa atau kepala
tukang.
Hal ini juga sesuai yang diungkapkan oleh informan A.A harga juga
dipengaruhi oleh ukuran dan jumlah orang yang mengerjakan perahu
tersebut. Hasil wawancara tergambar sebagai berikut :
“perahu pinisi dengan ukuran 400 ton, panjang 36 meter, lebar 9 meter,dan tinggi 4,2 meter dengan jumlah sawi 10 orang dan punggawa dengannilai borongan sebesar Rp. 145.000.000 perbulannya. Degan harga totalRp. 13.000.000.000 mengggunakan dua mesin kapal yaitu mesin utama300 pk dan mesin cadangan 260 pk. Nilai kontrak dalam pembuatankapal tersebu sebesar Rp. 7.500.000.000 dimana klien (pemesan) yangmemesan kapal ini berasal dari Turki” (A.A, Seksi HubunganKelembagaan Kepariwisataan, 19 Agustus 2018)
Industri pembuatan Perahu Pinisi merupakan usaha yang dalam
pembuatannya mempunyai ukuran yang sangat bervariasi, berukuran mulai
dari 50-400 ton. Dalam pembuatan Perahu Pinisi dengan ukuran 400 ton,
panjang 36 meter, lebar 9 meter, dan tinggi 4,2 meter dengan jumlah sawi 10
orang dan punggawa dengan nilai borongan sebesar Rp. 145.000.000
perbulannya. Degan harga total Rp. 13.000.000.000 mengggunakan dua
mesin kapal yaitu mesin utama 300 pk dan mesin cadangan 260 pk. Nilai
kontrak dalam pembuatan kapal tersebu sebesar Rp. 7.500.000.000 dimana
klien (pemesan) yang memesan kapal ini berasal dari Turki. Adapun
beberapa negara yang menjadi peminat kapal Pinisi dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
74
Table 6Jenis Kapal, Negara Yang Memesan dan Harga
No Jenis Kapal Negara Yang Memesan Harga
1 Kapal Pinisi WisataMalaysia, Singapura,Jepang, Autralia, Italia danbeberapa negara lainnya
500 Jt- 1 M
2 Kapal Pesiar Turki, Kanada, Autralia 1 - 2 M
3 Kapal Pesiar Lamima Autralia 6.5 M
4 Kapal Pesiar La Hilla Cina, Jepang, Turki4.75 M
c. Promosi
Promosi merupakan salah satu bentuk pemasaran yang digunakan oleh
pengrajin Perahu Pinisi di Kabupaten Bulukumba dengan berbagai macam
cara, karena pengrajin yang ada di Kabupaten Bulukumba juga sangat
banyak, jadi mereka memiliki cara masing-masing dalam hal memasarkan
atau menjual Perahu Pinisinya di luar maupun dalam negeri. Berikut hasil
wawancara yang dilakukan kepada salah satu informan SH selaku pengusaha
Perahu Pinisi sebagai berikut :
“Kita melakukan promosi melalui media online, dalam penjualan perahupinisi masih dalam penggunaan pemasaran dengan cara memasangiklan-iklan pada media online. Dalam iklan yang dipasangkan dandipasarkan terdapat ciri-ciri perahu pinisi, tipe dan harga.Harganya puntergantung dari tipe perahu yang dipesan dan melampirkan nomortelepon yang dapat dihubungi pada iklan tersebut supaya peminat dapatmenghubungi secara langsung tanpa datang ketempat pembuatan perahupinisi.75% pemesan kapal berasal dari luar negeri. Dengan caramemasang iklan di media online saya banyak mendapat telepon daripemesan perahu pinisi, meskipun saya belum memiliki web atau blogpribadi untuk pemesanan perahu/kapal pinisi”(SH, Pengusaha Perahu Pinisi, 30 Agustus 2018)
75
Berbeda halnya dengan informan SH yang melakukan promosi melalui
media online. Hj. U juga selaku pengusaha Perahu Pinisi mengatakan bahwa
dia melakukan promosi atau penjualan melalui pihak-pihak yang sudah
bekerjasama dengan dirinya dalam penjualan perahu pinisi. Hal ini tergambar
dari hasil wawancara sebagai berikut:
“Pemasaran perahu pinisi yang saya gunakan belum menggunakan mediaonline, karena saya tidak mengerti yang nama komputer.Komputer itusangat asing bagi saya apalagi yang namanya media onlineatau internet.Saya sering mendengarnyatapi tidak tau apa kegunaannya. Pemasaranyang saya lakukan adalah penjualan atau promosi melalui pihak-pihakyang sudah bekerja sama dengan dirinya dalam penjualan perahu pinisi.Dan biasanya peminat atau pembeli datang langsung mengunjungipembuatan perahu pinisi. Seperti halnya peminat dari luar negeri atau kitakenal dengan bule-bule, mereka biasanya bertujuan untuk mengunjungiobjek wisata pantai bira tapi mereka menyempatkan diri untuk mampir ketempat pembuatan perahu pinisi, biasanya salah satu dari mereka berminatatau tertarik memesan perahu pinisi untuk dijadikan sebuah alattransportasi mereka. Dan biasanya peminat juga mendapatkan informasidari pengunjung-pengunjung yang datang sebelumnya.Alat-alat yangdigunakan dalam mengerjakan perahu pinisi menggunakan alat mesinserut dengan dengan listrik.dan pengerjaan perahu biasanya memakanwaktu 9 bulan dengan 12 orang pekerja.Pembagian hasil dibagi sesuaidengan kerjanya. Baik itu pihak yang membantu dalam pemasaran perahupinisi”(Hj. U, Pengusaha Perahu Pinisi, 04 September 2018)
Hal ini juga diungkapkan oleh informan IW selaku pengrajin Perahu
Pinisi. Selain IW sebagai pengrajin dia juga menjual perahu pinisi buatannya
ke masyarakat. Adapun hasil wawancara sebagai berikut :
“Tidak menggunakan media online dalam pemasaran perahu pinisikarena saya tidak mengerti apa itu media online atau internet dan sayatidak bekerja sama dengan pihak manapun dalam pemasaran perahuyang saya buat, karena pembeli atau peminat biasanya datang langsungkesini.Saya biasanya membuat perahu pinisi meskipun tidak ada yangpesan sebelumnya.Jadi, saya hanya menjual perahu yang sudah dibuatsebelumnya. Tidak seperti pengrajin-pengrajin yang lain yang hanyamembuat perahu kalau pesanan sudah jelas ada”.(IW, Pengrajin Perahu Pinisi, 17 September 2018)
76
Beberapa informan di atas memberikan keteranga mengenai proses
pemasaran Perahu Pinisi baik secara langsung maupun perantara. Dalam hal
pemasaran Perahu Pinisi pengusaha atau bidang pemasaran menggunakan
media online, penyalur atau distributor adalah orang-orang yang sebelumnya
menjadi juragan yang membiayai seluruh proses pengerjaan Perahu Pinisi.
Mereka bertanggung jawab dalam hal menyiapkan dana, lokasi dan tenaga
kerja. Dalam memasarkan Perahu Pinisi banyak pihak yang terkait dan
membantu di dalam mempromosikan dan memasarkan perahu pinisi melalui
media online. Diantaranya Dinas Parawisata, komunitas-komunitas blogger
Bulukumba, dan lain-lain.
Sebagian orang yang dikenal dengan makelar yang juga mengambil alih
dalam pemasaran Perahu Pinisi tersebut dalam mempromosikan ke peminat
Perahu Pinisi. Karena juragan atau pengrajin Perahu Pinisi yang ada di
Kabupaten Bulukumba belum secara personal memasarkan Perahu Pinisi
buatannya dengan menggunakan media online. Karena mereka sendiri lebih
memfokuskan pada pembuatan Perahu Pinisinya. Dan mereka sudah
memberikan kepercayaan kepada orang-orang yang sudah diajak bekerja sama
dalam mempromosikan dan memasarkan Perahu Pinisi dengan cara media
online.
Selain itu informan AT mengungkapkan bahwa para pengusaha Perahu
Pinisi memiliki bebrapa cara dalam memasarkan atau melakukan promosi
penjualannya. Hasil wawancara sebagai berikut :
“Pemasaran yang digunakan juga bermacam-macam dalam penjualannya.Mereka para pengusaha dalam melakukan pemasaran melalui media online
77
sangat berpengaruh, karena media online para pengrajin Perahu Pinisisangat dikenal sebagai pengrajin yang sukses dan handal dalam pembuatanPerahu Pinisi. Meskipun ada bebrapa pengusaha yang belum memiliki webyang resmi dalam penjualan Perahu Pinisi di media online, diantaranyapengunjung-pengunjung yang datang dan berniat baik menulis artikel-artikel di media online. Dan kami maupun pemerintah kabupatenBulukumba juga berperan penting dalam hal pemasaran Perahu Pinisi,kami memiliki situs www.bulukumba.tourisme dalam situs ini banyakinformasi-informasi yang bias ddidapatkan mengenai Perahu Pinisi.Karena dalam situs ini di tampilkan juga sebagai objek wisata yang ada dikabupaten Bulukumba. Selain pemasaran melalui media online, ada acaralain yang digunakan dala penjualan perahu pinisi, ada secara langsung danmelalui perantara. Secara langsung seperti halnya dengan peminat yangmendatangi tempat pembuatan perahu pinisi. Sedangkan yang melaluiperantara orang yang menjadi makelar dala penjualan Perahu Pinisi”(AT, Bidang Pemasaran Dalam dan Luar Negeri 27 Agustus 2018)
Pemasaran yang digunakan dalam mempromosikan Perahu Pinisi
bermacam-macam cara seperti melalui media online maupun secara langsung
dan melalui perantara. Para pengusaha dalam melakukan pemasaran melalui
media online sangat berpengaruh, karena media online para pengrajin Perahu
Pinisi sangat dikenal sebagai pengrajin yang sukses dan handal dalam
pembuatan Perahu Pinisi. Meskipun ada beberapa pengusaha yang belum
memiliki web yang resmi dalam penjualan Perahu Pinisi di media online,
diantaranya pengunjung-pengunjung yang datang dan berniat baik menulis
artikel-artikel di media online. Dan kami maupun pemerintah Kabupaten
Bulukumba juga berperan penting dalam hal pemasaran Perahu Pinisi, kami
memiliki situs www.bulukumba.tourisme dalam situs ini banyak informasi-
informasi yang bias didapatkan mengenai Perahu Pinisi. Karena dalam situs
ini di tampilkan juga sebagai objek wisata yang ada di Kabupaten Bulukumba.
Secara langsung seperti halnya dengan peminat yang mendatangi tempat
78
pembuatan Perahu Pinisi. Sedangkan yang melalui perantara orang yang
menjadi makelar dala penjualan Perahu Pinisi.
Hal ini senada yang diungkapkan oleh informan AD bahwa selain media
online yang digunakan dalam pemasaran Perahu Pinisi juga ada pihak terkait
dalam membantu memasarka Perahu Pinisi para pengusaha. Hasil wawacara
tergambar sebagai berikut :
“Pemasaran melalui media online dalam penjualan Perahu Pinisi bukandigunakan secara personal bagi para pengusaha perahu pinisi, yakni adapihak yang terkait membantu dalam memasarkan hasil karya perahupinisidengan cara memasang iklan di media online, dan pemasaran ataupromosi tersebut banyak yang merespon dan sangat berpengaruh dalampemesanan Perahu Pinisi. Karena di sini tempat pengrajin perahu pinisisangat banyak, jadi tentu saja persaingan dalam penjualan perahu pinisipasti ada”(AD, Pengrajin Perahu Pinisi, 09 September 2018)
Pemasaraan Perahu Pinisi menggunakan media online memiliki
keuntungan yang sangat banyak dirasakan oleh para pngusaha Perahu Pinisi.
Selain menghemat waktu, pengrajin juga dapat mengemat tenaga dalam
berinteraksi pada orang-oraang yang ingin memesan Perahu Pinisi. Dalam
wawancara di atas pemasaran melalui media online dalam penjualan Perahu
Pinisi bukan digunakan secara personal bagi para pengusaha Perahu Pinisi,
yakni ada pihak yang terkait membantu dalam memasarkan hasil karya Perahu
Pinisi dengan cara memasang iklan di media online, dan pemasaran atau
promosi tersebut banyak yang merespon dan sangat berpengaruh dalam
pemesanan Perahu Pinisi. Karena di sini tempat pengrajin Perahu Pinisi sangat
banyak, jadi tentu saja persaingan dalam penjualan Perahu Pinisi pasti ada.
79
d. Distribusi
Distribusi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan atau
pengusaha Perahu Pinisi untuk membuat produk agar mempu diperoleh serta
tersedia bagi pelanggan sasaran.
Terkait distribusi yang dilakukan kepada informan SY salah satu
pengusaha Perahu Pinisi mengatakan bahwa dirinya juga bertindak sebagai
distributor atau penyalur. Hasil wawancara sebagai berikut :
“Saya memiliki CV sebagai produksi perahu pinisi mendistribusikanperahu pinisi dengan sasaran semua unsur unsur yang bias terlibat dalamproses jual beli, seperti ada produk yang dijual baik secara lansungmaupun tidak seperti memasang iklan di media online serta ada peminatatau pembeli”(SH, Pengusaha Perahu Pinisi, 30 Agustus 2018)
Hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa informan SY selaku pemilik
CV yang berperan sebagai produksi Perahu Pinisi mendistribusikan perahu
pinisi dengan sasaran semua pihak yang bias terlibat dalam proses jual beli.
Dalam hal ini pembeli dapat memesan perahu, disisi lain distributor juga bias
mencantumkan tag blog Perahu Pinisi ke blog mereka untuk disebar ke
internet. Dengan demikian, ada banyak transaksi yang muncul melalui
pemasaran perahu pinisi.
Selain itu informan IW mengungkapkan bahwa dalam pembutan Perahu
Pinisi ada distribusi pendapatan industri.hal ini tergambar dari hasil
wawancara sebagai berikut :
“Disini ada namanya distribusi pendapatan, samal halnya dengan sistembagi hasil yang disepakati dalam bentuk kesepakatan yang tidaktertulisangg dilandari dengan kepercayaan bagi masing-masing pihak.Dimana pengusaha atau juragan keuntungan yang diperoleh adalahkeuntungan bersih, kalau ponggawa atau kepala tukang itu 10% dari
80
nilai krontak upah borongan, sedangkan sawi atau tukang biasa setalah10% dikeluarkan untuk upah ponggawa dan 20% untuk prestasi kerja”(IW, Pengrajin Perahu Pinisi, 17 September 2018)
Dalam pembuatan Perahu Pinisi telah disepakati mengenai aturan
distribusi pendapatan. Sistem bagi hasil disepakati dalam bentuk kesepakatan
yang tidak tertulis yang dilandari dengan kepercayaan bagi masing masing
pihak yang terlibat dalam pembuatan Perahu Pinisi. Pendapatan pengusaha
Perahu Pinisi yang diperoleh adalah keuntungan bersih dari pembuatan
Perahu Pinisi tersebut, keuntungan kepala tukang adalah 10% dari nilai
kontrak upah borongan, sedangkan keuntungan yang diperoleh tukang biasa
sisa dari nilai kontrak upah borongan setelah dikeluarkan 10% untuk upah
kepala tukang dan 20% untuk prestasi kerja.
Dengan demikian, dengan adanya peran pemerintah dan strategi
pemasaran terhadap perahu pinisi mengalami peningkatan hasil produksi
perahu pinisi mulai dari pembuatan hingga ketahap pemasaran dan penjualan.
Adapun beberapa unsur yang menjadai landasan pokok penulis dalam
mengumpulkan informasi tentang perkembangan atau peningkatan dalam
pemasaran perahu pinisi di Kabupaten Bulukumba adalah sebagai berikut :
a) Melakukan observasi langsung ke daerah atau lokasi pembuatan perahu
pinisi yang terdapat di Kabupaten Bulukumba.
b) Memperhatikan bahan baku serta alat-alat yang di gunakan pada proses
pembuatan perahu pinisi sampai selesai.
c) Melakukan interaksi langsung pada pihak-pihak yang terkait dalam
proses pembuatan perahu pinisi, yaitu juragan, punggawa dan sawi.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun peran pemerintah dan strategi pemasaran Perahu Pinisi di Kabupaten
Bulukumba dari wawancara dibeberapa informan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Peran pemerintah
a. Regulator : 1) memberikan izin pengadaan event-event kepada pengusaha
dalam mengelolah dan meningkatkan produktivitas dan hasil pemasaran;
2) membuat rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Pelestarian
Pinisi Bulukumba; 3) Pemerintah Bulukumba akan memperketat sistem
penjualan kapal Perahu Pinisi terhadap Warga Negara Asing (WNA) yang
menjatuhkan harga.
b. Dinamisator : 1) peningkatan motivasi dengan memberikan bonus
gaji/upah jika target yang diberikan kepada karyawan dan pekerja dapat
tercapai; 2) pemberian motovasi terhadap pengusaha dan pengrajin Perahu
Pinisi yaitu dengan mengadak event-event.
c. Fasilitator : 1) pemerintah memberikan perhatian besar pada kelompok
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada dalam masyarakat
melalui upaya pemberdayaan; 2) Pemerintah kabupaten Bulukumba
meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana di tempat pembuatan Perahu
Pinisi seperti air bersih, jalan, parkir dan lain-lain, sehingga memudahkan
akses dalam pemasaran Perahu Pinisi.
81
82
2. Strategi Pemasaran
a. Produk : peluang usaha pembuatan perahu pinisi merupakan produk dalam
negeri yang melegenda. Perahu Pinisi dibuat dengan menggunakan tangan,
tanpa bantuan mesin sama sekali.
b. Harga : harga Perahu Pinisi bervariasi berdasarkan bentuk, ukuran dan
jenis Perahu Pinisi itu sendiri. Mulai dari ratusan juta hingga milyaran.
c. Promosi : memasarkan Perahu Pinisi melalui media online, memasang
periklanan, miniature dan lain-lain.
d. Distribusi : mendistribusikan Perahu Pinisi dengan sasaran semua pihak
yang bias terlibat dalam proses jual beli.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan setelah melihat kesimpulan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya pemerintah membuat regulasi Perahu Pinisi tentang batasan
atau aturan-aturan mengenai pemesanan atau pembuatan Perahu Pinisi.
2. Atas masalah kurangnya bahan baku pembuatan Perahu Pinisi pemerintah
sebaiknya melakukan kerjasama atau koordinasi dengan pemerintah lain
yang memiliki pontensi alam yang melimpah.
3. Diharapkan kepada masyarakat sekitar agar tetap mempertahankan budaya
pembuatan kapal Pinisi dengan cara memberikan bimbingan atau
pembelajaran kepada generasi muda agar Perahu Pinisi tetap terjaga
kelestariannya.
83
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Raharjo. 2011. Manajemen Pemerintah Daerah. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Angipora P. Marius. 2002. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta. PTRajaGrafindo Persada.
Amstrong, Gary and Philip, Kotler. 2012. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta.Penerbit Prenhalindo.
Assuri, Sofjan. 2009. Manajemen Pemasarsan. Jakarta. PT RajaGrafindoPersada.
David, F.R. 2010. Manajemen Strategis. Jakarta. Salemba Empat.
Kansil, Christine S.T. 2002. Pemerintah Daerah Di Indonesia. Jakarta. SinarGrafika.
Kotler, Philip. 2007. Pemasaran Di SektorPublik. Jakarta. PT INDEKS.
Kotler, Philip dan Amstrong Gary. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta.Erlangga.
Labolo, Muhadam. 2010. Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta: PTRajaGrafindo Persada.
Lisbijanto, Herry. 2013. PerahuPinisi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Meleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.
Nawawi, Zaidan. 2013. Manajemen Pemerintahan. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada.
Nurbiyati, Titik. 2005. Manajemen Pemasaran Kontemporer. Yogyakarta.Penerbit KAYON
Purnomo, Setiawan H Ari. 2007. Manajemen Strategi. Jakarta. FakultasEkonomi Universitas Indonesia.
Radiosunu. 2001. Manajemen Pemasaran (Satu Pendekatan Analisis).Yogyakarta. BPFE
84
Rangkuti, Freddy. 2008. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.Jakarta: PT Gramedi Pustaka Utama.
Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Soekanto, Soerjono. 2002. Pemerintah: Tugas Pokok Dan Fungsi. Jakarta:Bumi Aksara.
Sunyoto, Danang. 2012. Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran. Bogor. PT IPBPress.
Syafi’ie, Inu Kencana. 2005. Pengantar Ilmu Pemerintah. Bandung: PTRafika Aditama.
Thoha, Miftah. 2004. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Tjiptono, Fandy. 2008. Pemasaran Strategik. Yogyakarta.CV Andi Offset.
Triton PB. S.Si. 2007. Manajemen Strategis. Yogyakarta. Tugu Publisher.
Umar, husein. 2005. Strategic Management In Action. Jakarta. PT GramediaPustaka Utama.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar.2009. Metodologi PenelitianSosial. Jakarta: Bumi Aksara
Sumberlain :
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah