Peran pemerintah dan posisi dekopin dlm uu koperasi
-
Upload
rully-indrawan -
Category
Documents
-
view
3.023 -
download
1
Transcript of Peran pemerintah dan posisi dekopin dlm uu koperasi
Idelogi dalam perspektif baru serta implikasinya terhadap perubahan organisasi gerakan koperasi dan
peran pemerintah
Rully Indrawan
Disampaikan sebagai inti pikiran, pada:Rakor Dekopin bidang Orlem, 13 April 2013, JakartaDiskusi Kelompok Dosen ITB, 23 April 2013, BandungRakor Perkoperasian Dinas KUMKM Jabar, 24 April 2013, Garut
RULLY INDRAWAN, lahir di Bogor 26 Maret 1961. Dosen PNS (IVE) Kopertis IV dpk Unpas, menjadi Guru Besar sejak 2001. Saat ini menjabat Asdir I Pasca Sarjana Unpas, Staf Ahli Dewan Pertimbangan Presiden
RI Bidang Pembangunan dan Otda. Anggota Komite Perencana Propinsi Jabar, Reviewer Penelitian Dikti Kemendikbud, Ketua Litbang Pag. Pasundan, Ketua Plt Dekopinwil Jabar.
Wk.Ketua Tim Koperasi Award Nasional, Dewan Pakar Forum Ekonomi Jabar..
Rektor IKOPIN (2007-2011). Unpas, Purek II (2004-2008); Purek I (2003-2004); Ketua Lemlit (1994-2004); Sekretaris Lemlit
(1991-1994); dan Sek.Jur. Ek. Kop(1985-1991).
Penghargaaan: Dosen Teladan I Kopertis Wilayah IV dan Finalis Dosen Teladan Nasional (1991).
Bakti Koperasi dari Presiden RI sebagai Rektor IKOPIN (2011). Satya Lencana Pembangunan bidang Perkoperasian dari Presiden RI (2012)
Profesor Assistent di Waseda University Tokyo Jepang (2008-2010). Wakil Ketua FPPT
Kemenpera RI (2008-2010). Staf Ahli Ketua DPD RI (2007-2010). Ketua Korpri Kopertis Wilayah
IV (2007-2010). Tim Revitalisasi Koperasi Nasional (2011-2012).
rullyindrawan.wordpress.com
Batasan KoperasiDasar dan Sistem KoperasiPerubahan perundang-undanganPeran PemerintahReorentasi Dekopin
COOPCoop is self help organization it is not the best help
but the only help. Coop is the only concept for self help.
Koperasi lahir sebagai reaksi terhadap ketidakadilan perlakuan yang
berkaitan langsung dengan nilai-nilai kemanusiaan pada bidang
kesejahteraan
kebutuhan
Potensi
Usaha
Bersama
Usaha yang dilola bersama, berdasarkan potensi, dan kebutuhan bersama ; untuk memperoleh kemaslahatan bersama pula.
Paham kebersamaan dan asas kekeluargaan atau mutualism dan brotherhood atau ke-jemaah-an dan ke-ukhuwah-an, maka akan terbentuk sinergisme, yang kecil-kecil bersatu menjadi kekuatan besar berganda-ganda.
Bung Hatta (1932),“Di atas sendi [cita-cita tolong menolong] dapat didirikan tonggak demokrasi. Tidak lagi orang seorang atau satu golongan kecil yang mesti menguasai penghidupan orang banyak seperti sekarang, melainkan keperluan dan kemauan rakyat yang banyak harus menjadi pedoman perusahaan dan penghasilan”.
Cooperation diyakni dapat mengatasi dampak persaingan (competition) sebagaimana yang dikemukakan dalam Thurow pada The Winner-Take-All Society nya Robert Frank dan Philip Cook (1996).
Dasar Hidup Koperasi
Koperasi dalam beberapa perspektif
Koperasi di negara Sosialis, adalah upaya merasionalkan faktor
produksi dari kepemilikan perorangan menjadi kepemilikan negara
(kolektif);
Koperasi di negara
Berkembang, adalah alat
distribusi barang dan jasa secara
vertikal;
Koperasi di negara Liberal, adalah pelaku ekonomi yang harus eksis di
pasar
Manfaat Praktis berkoperasi
Memperoleh nilai efisiensi dan efektivitas melalui aktivitas bersama, dan
berujung pada perolehan harga pelayanan yang
lebih baik;
Meningkatkan daya saing usaha dalam menghadapi
kerasnya persaingan;
Mendapatkan bagian keuntungan (profit) usaha
koperasi sesuai jasa terhadap usaha koperasi
Undang-Undang Perkoperasian No 17/2012
11
11
PERATURAN PELAKSANAAN
1. Ketentuan mengenai tata cara pemakaian nama Koperasi (Pasal 17 ayat (4)
2. Ketentuan mengenai tata cara pengembangan jenis Koperasi (Pasal 85)
3. Ketentuan mengenai Koperasi berdasarkan prinsip ekonomi syariah (Pasal 87 ayat (4))
4. Ketentuan mengenai Lembaga Penjamin Simpanan Koperasi Simpan Pinjam (Pasal 94 ayat (5))
5. Ketentuan mengenai Koperasi Simpan Pinjam (Pasal 95)
6. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pembubaran, penyelesaian, dan hapusnya status badan hukum Koperasi (Pasal 111)
7. Ketentuan mengenai peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta persyaratan dan tata cara pemberian perlindungan kepada Koperasi (Pasal 113 ayat (2))
8. Ketentuan mengenai jenis, tata cara, dan mekanisme pengenaan sanksi administratif (Pasal 120 ayat (3))
9. Ketentuan mengenai Modal Koperasi (Pasal 77)10. Ketentuan mengenai Lembaga Pengawasan
Koperasi Simpan Pinjam (Pasal 100 ayat (3))
Peraturan Menteri & Keputusan Menteri
1. Ketentuan mengenai tata cara dan persyaratan permohonan pengesahan Koperasi sebagai badan hukum (Pasal 10 ayat (5))
2. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas (Pasal 90 ayat (3))
3. Ketentuan mengenai pengawasan dan pemeriksaan Koperasi (Pasal 99)
4. Ketentuan mengenai penggabungan atau peleburan Koperasi (Pasal 101 ayat (6))
5. Ketentuan mengenai Tata Cara Perubahan Unit Simpan Pinjam menjadi Koperasi Simpan Pinjam (Pasal 122 ayat (4))
6. Ketentuan mengenai Persyaratan Standar Kompetensi Pengurus dan Pengawas KSP (Pasal 92 ayat (2))
7. Ketentuan mengenai Penyelenggaraan Daftar Umum Koperasi (Pasal 25)
8. Ketentuan mengenai Ijin Usaha Simpan Pinjam (Pasal 88 ayat (2))
Peraturan Pemerintah
Peran Pemerintah
Dasar Peran
Nasional
RegionalEmpirical evidance
UU no 12 tahun 2012PERAN PEMERINTAH
Pasal 112 - 114
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan yang mendorong Koperasi agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Dalam rangka pemberian perlindungan kepada Koperasi, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah dapat memprioritaskan bidang kegiatan ekonomi yang hanya boleh diusahakan oleh Koperasi.
Ketentuan mengenai peranan Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta persyaratan dan tata cara pemberian perlindungan kepada Koperasi diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Peran pemerintah dalam permodalan
1. Koperasi dapat menerima Modal Penyertaan dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau masyarakat berdasarkan perjanjian.
2. Pemerintah dan/atau masyarakat yang ikut dalam modal penyertaan:a. Wajib turut menanggung risiko dan bertanggung jawab
terhadap kerugian usaha yang dibiayai dengan Modal Penyertaan sebatas nilai Modal Penyertaan yang ditanamkan dalam Koperasi.
b. Dapat turut serta dalam pengelolaan usaha yang dibiayai dengan Modal Penyertaan.
c. Berhak mendapat bagian keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dibiayai dengan Modal Penyertaan.
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARATNOMOR : 10 TAHUN 2010
TENTANGPEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI,
USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
Jawa Barat
Pembangunan, Ekonomi, Bisnis, Keuangan Inklusif
Pemberdayaan Menuju Masyarakat
Produktif
PENGUATAN BISNIS RAKYAT
MELALUI EKONOMI
KOMUNITAS
Dimensi pertumbuhan inklusif (ADB,2010) : (i) mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan yang akan menciptakan dan memperluas peluang ekonomi, dan (ii) menjamin akses yang lebih luas terhadap kesempatan ini sehingga anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan memperoleh manfaat dari pertumbuhan.
(Indonesia did not generate either rapid growth or much productive employment. It made satisfactory progress on inequality, gender equity, health and nutrition, and, to a lesser extent, economic infrastructure and education. Its progress on poverty and on access to sanitation and water was unsatisfactory. Thus, its overall score is 4.40, which is only marginally satisfactory)
Rekomendasi
1.Sosialisasi dan Pencitraan Baru;2.Keluarnya perda yang realistis dan
aplikatif;3.Pelatihan dan pendampingan4.Fasilitasi dan Promosi Usaha5.Mendorong adanya forum bersama6.Rekanan program7.Modal Penyertaan
Posisi Gerakan
Landasan imperatip
Tugas baru
Orientasi baru
Strategi Baru
Analisis SWOT
Mindset Baru
?
GERAKAN KOPERASIPasal 115 - 119
1. Gerakan Koperasi mendirikan suatu dewan Koperasi Indonesia yang berfungsi sebagai wadah untuk memperjuangkan kepentingan dan bertindak sebagai pembawa aspirasi Koperasi, dalam rangka pemberdayaan Koperasi.
2. Anggaran Dasar dewan Koperasi Indonesia disahkan oleh Pemerintah.3. Dewan Koperasi Indonesia menjunjung tinggi nilai dan prinsip Koperasi
yang bertugas:a. memperjuangkan kepentingan dan menyalurkan aspirasi Koperasi;b. melakukan supervisi dan advokasi dalam penerapan nilai-nilai dan
prinsip Koperasi;c. meningkatkan kesadaran berkoperasi di kalangan masyarakat;d. menyelenggarakan sosialisasi dan konsultasi kepada Koperasi; e. mengembangkan dan mendorong kerjasama antar Koperasi dan antara
Koperasi dengan badan usaha lain, baik pada tingkat lokal, nasional, regional maupun internasional;
f. mewakili dan bertindak sebagai juru bicara Gerakan Koperasi; g. menyelenggarakan komunikasi, forum dan jaringan kerja sama di
bidang Perkoperasian; danh. memajukan organisasi anggotanya.
4. Sumber pembiayaan untuk melaksanakan kegiatan DEKOPIN:a. Iuran wajib Anggota.b. Sumbangan dan bantuan yang tidak mengikat.c. Hibah.d. Pemerintah melalui APBN/APBD dan/ataue. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar
dan/atau peraturan perundang-undangan.5. Pengelolaan anggaran DEKOPIN dilaksanakan berdasar prinsip kehati-
hatian, transparansi, efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas, serta bertanggung jawab penuh atas penggunaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD.
6. Untuk mendorong pengembangan DEKOPIN, dibentuk dana pembangunan dewan Koperasi Indonesia yang bersumber dari Anggota dewan Koperasi Indonesia dan pihak-pihak lain yang sah dan tidak mengikat.
7. Dana pembangunan dewan Koperasi Indonesia harus diaudit oleh akuntan publik.
Pasal 120
Menteri dapat menjatuhkan sanksi administratif terhadap Koperasi yang melanggar ketentuan-ketentuan dalam undang-undang ini.
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dapat berupa:a. teguran tertulis sekurang-kurangnya 2 (dua) kali;b. larangan untuk menjalankan fungsi sebagai Pengurus
atau Pengawas Koperasi; c. pencabutan izin usaha; dand. pembubaran oleh Menteri.
Pasal 121 – 123
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:a. Koperasi yang telah didirikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan diakui sebagai Koperasi berdasarkan Undang-Undang ini dan wajib melakukan penyesuaian Anggaran Dasarnya paling lambat 3 (tiga) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini.
b. Akta Pendirian Koperasi yang belum disahkan atau perubahan Anggaran Dasar Koperasi yang belum disetujui oleh Menteri, prosespengesahan dan persetujuannya dilakukan sesuai dengan Undang-Undang ini.
Pasal 124 – 126
1. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
2. Peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan atau belum diganti berdasarkan Undang-Undang ini.
3. Terhadap Koperasi berlaku Undang-Undang ini, Anggaran Dasar Koperasi, dan Peraturan Perundang-Undangan lainnya.
4. Peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan Undang-Undang ini ditetapkan paling lambat 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.
1. Memperjuangkan kepentingan dan menyalurkan aspirasi Koperasi;
2. Melakukan supervisi dan advokasi dalam penerapan nilai-nilai dan
prinsip Koperasi;
3. Meningkatkan kesadaran berkoperasi di kalangan masyarakat;
4. Menyelenggarakan sosialisasi dan konsultasi kepada Koperasi;
5. Mengembangkan dan mendorong kerjasama antar-Koperasi dan
antara Koperasi dengan badan usaha lain, baik pada tingkat lokal,
nasional, regional, maupun internasional;
6. Mewakili dan bertindak sebagai juru bicara Gerakan Koperasi;
7. Menyelenggarakan komunikasi, forum, dan jaringan kerja sama di
bidang Perkoperasian; dan memajukan organisasi anggotanya.
Tugas Baru
Pemberdayaan koperasi, gerakan koperasi didorong membentuk suatu lembaga yang mandiri dengan menghimpun iuran dari anggota serta membentuk dana pembangunan
Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN) harus sejajar dengan organisasi Koperasi di negara-negara lain, yang mandiri dapat membantu Koperasi dan anggotanya.
Orientasi Baru
SWOT Analisis
28
Strength• J
umlah koperasi > 177 ribu unit Jumlah anggota Koperasi kl 30 juta.
• Dukungan Pemerintah.
• Sejarah yang panjang dan penuh dinamika.
• Jaringan dan sistem organisasi sudah berjalan dengan baik
Weakness• K
etergantungan pendanaan organisasi .
• Citra koperasi yang buruk
• Dekopin belum memiiliki manajemen komunikasi publik yang efektif
• Sistem rekrutasi SDM dan kaderisasi masih belum efektip.
Opportunity• P
erubahan perundang-undangan
• Revitalisasi koperasi dunia
• Perkembangan ICT, layanan media sosial dan jaringan bisnis koperasi
• Kebutuhan terhadap bisnis Inklusif
Threat• E
ra Pasar Terbuka
• Mandegnya proses regenerasi
• Sistem pendidikan koperasi yang hilang dari persekolahan
• Mass media cenderung menjadi pembawa berita buruk
Reorentasi Organisasi
DEKOPIN
ANGGOTA
PEMERINTAH
KONDISI MASYARAKAT
YANG BERUBAH
CARA PANDANG BARU TERHADAP
KOPERASI
TANTANGAN EKONOMI GLOBAL
Perkuatan Internal
Komunikasi Sosial
Jaringan Bisnis
Edukasi Advokasi Fasilitasi
ASEM 2015
Lingkungan ekternal
Reorientasi Organisasi
Struktur Bisnis
Organisasi membutuhkan sokongan dana untuk kemandirian di tengah dunia menuju pembangunan Inklusif melalui Bisnis Inklusif, serta orientasi baru dalam bisnis koperasi yang lebih sehat
Model Bisnis yang Inklusif
Model-model bisnis yang inklusif merangkul masyarakat miskin di sisi permintaan selaku klien dan konsumen, dan di sisi penawaran selaku pegawai, produsen, dan pemilik usaha di pelbagai titik pada rantai nilai... Manfaat yang diperoleh dari model-model bisnis yang inklusif tiak sekadar laba jangka pendek dan pendapatan yang lebih tinggi. Bagi usaha, manfaat yang diperoleh mencakup penggerakan inovasi, pembangunan pasar, dan penguatan rantai suplai. Dan bagi masyarakat miskin manfaat yang diperoleh antara lain adalah produktivitas yang lebih tinggi, penghasilan yang ajek, dan pemberdayaan yang lebih besar.
(disadur dari: Creating Value for All: Strategies for Doing Business with the Poor, 2008 mengacu pada World Business Council for Sustainable Development)
Penguatan Kaderisasi
1. Sebagian besar penggiat gerakan koperasi didominasi oleh usia di atas 60 tahun;
2. Dinamika organisasi dan perkembangan iptek serta tuntutan alamiah membutuhkan proses kaderisasi yang berjenjang, berkesinambungan, profesional, sistimatis, dan didukung oleh komitmen organisasi yang kuat;
3. Meredupnya gerakan koperasi di kalangan anak muda, khususnya terdidik, padahal potensinya masih sangat besar;
4. Pembinaan SDM belum menyentuh sisi kepemimpinan dan loyalitas terhadap gerakan koperasi, namun lebih bersifat teknis dan penanaman idelogi (yang saat ini membutuhkan pembaharuan);
5. Pendidikan formal tidak bisa diandalkan lagi sebagai sarana kader koperasi yang memadai akibat pragmatisme kurikulum dan iklim sistem pendidikan secara umum.
NILAI dan STRUKTUR
Rekrutasi
Pembinaan
Kesempatan
Kader yang adaptif dengan kebutuhan organisasi
Informasi dan Komunikasi1. Momentum perubahan undang-undang bisa
dimanfaatkan sebagai upaya pembangunan citra baru koperasi;
2. Succes story koperasi di dalam negeri maupun di luar negeri harus masuk ke ranah publik secara tepat dan sekaligus menjadi bahan pembelajaran bagi kelompok koperasi yang lain;
3. Pentingnya bagian yang memainkan peran dalam membangunan kespahaman dan kesepakatan antara organisasi dan publik secara intensip
Rekomendasi
1. Dibutuhkan badan organik ataupun non-organik yang menjalankan fungsi kerjasama bisnis, atau dengan nama apapun yang serupa, yang dapat menjadi wadah konsultasi dan komunikasi antara koperasi Indonesia dengan pengusaha non-koperasi, atau koperasi lain, dari negara lain.
2. Dibutuhkan penguatan fungsi, Pengembangan organisasi, struktur baru untuk pengembangan kader dan pembangunan sistem komunikasi publik.