PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI...

126
PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI SURAKARTA (1893-1939) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) Oleh : Siti Nur Azizah NIM: 1111022000026 JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016M/1437H

Transcript of PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI...

Page 1: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI

SURAKARTA (1893-1939)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

sebagai Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

Oleh :

Siti Nur Azizah

NIM: 1111022000026

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016M/1437H

Page 2: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN)SYARIF TIIDAYATULLAH JAKARTAF'AKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

ll. lr. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Jakarta, lndonesia

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : SITI NUR AZIZAH

relp . (027) 7 443329, Fax. lO27) 7 493364

NIM

Program Studi

:1111022000026

: Sejarah dan Kebudayaan Islam

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang

merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan

merupakanreplikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang

lain.

Apabiia terbukti skipsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skipsi

dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skipsi

baru dan kelulusan serta gelamya dibatalkan.

Demikian pemyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudiar hari

menj adi tanggungj awab saya.

13 Januari 2016

Page 3: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI

DI SURAKARTA (1893-1939)

Skipsi

Diaiukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarj ana Humaniora (S.Hum)

Oleh:

SITINURAZIZAHNIM: 111102200026

Pembimbing

f/"Dr. Parlindungan Sireear. M.Ae

NIP: 19590115 199403 I 002

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 Ht20t6l.rl

Page 4: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudut PERAN PAKU BUWONO X DALAMMEMBENDUNG KRISTENISASI DI SURAKARTA (1893-1939) telah

diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN SyarifHidayatullah Jaka.ta pada 20 Januari 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat ntentperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada program stuili

Sejarah dan Kebudayaan Islam.

Jakarta. 20 Januari 2016

SIDANG MUNAQASYAH

NIP: 19690724 199703 100t

Anggota

Penguji I.----.-t&,.q d-'d/

IDr. Jaiat Burhanuddin. MANIP: 19670119 199403 I 00I

Pembimbing

(r{,/,Dr. Parlindunqan Siregar, M.Aq,NIP: 19590115 199403 1 002

Sekertaris Merangkap Arrggota

9750417 2005012 007

Penguji II

Drs Azhlar Saleh. M.ANIP: 19581012 199203

Page 5: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

i

ABSTRAK

Studi ini ingin membahas tentang upaya Paku Buwono X dalam

membendung kristenisasi di Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode dan

pendekatan historis yang meliputi heuristik, verifikasi, interpretasi, dan

historiografi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka. Dalam

studi pustaka yang dilakukan, penulis berusaha menemukan sumber-sumber yang

relevan dengan topik yang dibahas. Kemudian data-data tersebut dikaji dan

dianalisa sehingga menjadi sebuah tulisan. Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sumber tertulis.

Paku Buwono X adalah raja Kasunanan Surakarta yang memerintah pada

tahun 1893 sampai 1939. Beliau merupakan putra dari Sinuhun Paku Buwono IX.

Sunan Paku Buwono X seorang raja yang banyak menciptakan kemajuan di

lingkungan keraton Surakarta. Beliau mudah menerima masuknya pengaruh

budaya asing sebagai salah satu unsur modernisasi di lingkungan keraton. Sunan

banyak meminjam unsur-unsur Barat yang bersifat lahiriah yang disesuaikan

menurut seleranya. Meskipun begitu Paku Buwono X sebagai kepala pengatur

agama menaruh perhatian besar terhadap perkembangan dan penyebaran agama

Islam. beliau sebagai panutan dalam segala hal yang berkaitan dengan syariat

agama Islam

Kasunanan Surakarta merupakan bagian yang tidak luput dari wilayah

jajahan Belanda. Kedatangan Belanda tersebut bertujuan untuk mengekploitasi

kekayaan alam Nusantara, yang diberengi dengan kegiatan misi kristenisasi yang

dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama masyarakat Indonesia yang

mayoritas memeluk Islam, menjadi penganut agam Kristen. Kegitan yang

dilakukan oleh Zending tersebut antara lain membangun gereja, rumah sakit, dan

sekolah-sekolah. Hal tersebut menjadi momok yang meresahkan bagi umat Islam.

di Surakarta sendiri terdapat rumah sakit dan sekolah-sekolah yang dibangun dan

dikelola oleh zending. Berangkat dari keadaan seperti itu kemudian Sunan Paku

Buwono X tergerak hatinya untuk melakukan pembaharuan. Sunan mendirikan

madrasah dengan memasukkan ajaran Islam dan pemeliharaan budaya Jawa

sebagai identitas, dan mendorong berdirinya organisasi sosial dan politik di

Surakarta. Hal tersebut secara simbolik dapat dijadikan tempat perlawanan

terhadap pemerintah kolonial Belanda.

Kata Kunci: Keraton Surakarta, Paku Buono X, Kristenisasi, Mamba’ul Ulum.

Page 6: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Shalawat serta salam tak lupa pula

tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sebagai suri tauladan sepanjang masa

beserta keluarga dan para Sahabatnya. Semoga kita mendapatkan syafaat di

akhirat kelak, amin.

Dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbil’alamin penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini untuk diajukan sebagai syarat memperoleh

gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan

berbagai pihak yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis.

Seiring dengan penulisan skripsi ini, penulis pengucapkan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu, baik moral maupun material, demi

terselesaikannya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampikan

terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak H. Nurhasan, MA., selaku ketua jurusan fakultas Sejarah dan

Peradaban Islam dan Sholikatus Sa’diyah, M.Pd. selaku sekertaris

terima kasih telah membantu mengurusi urusan birokrasi perkuliahan.

Page 7: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

iii

3. Bapak Dr. Parlindungan Siregar, M.Ag. selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Dr. Jajat Burhanuddin, MA dan bapak Drs Azhar Saleh, M.Ag

atas kesediaannya menjadi Penguji Sidang Skripsi penulis.

5. Kepada segenap Dosen pengajar di Jurusan Sejarah dan Kebudayaan

Islam Universitas Islam Negeri Jakarta yang telah memberikan bekal

ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Fakultas Adab dan

Humaniora, dan juga pimpinan dan seluruh staf Perpustakan Utama

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas dan

kemudahan bagi penulis untuk mendapatkan buku-buku yang

digunakan sebagai referensi dalam penulisan skripsi.

7. Kepada kedua orang tuaku yang selalu mendidik, mengasuh,

menyayangi, menasehati, memarahi, mengingatkan, mendo’akan,

mengorbankan seluruh jiwa raganya untuk kesuksesan penulis. Dan

untuk adik-ku, raih mimpimu agar engkau menjadi orang yang

menikkan keluarga kita.

8. Kepada lik Muhaimin, lik Fatimah, terima kasih atas nasihat dan

bantuannya. penulis hanya bisa mendo’akan semoga Allah membalas

semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

9. Untuk sahabat-sahabatku Eva Khofifah, Hammatun Ahlazzikriyah,

Khoirunnisa dan Wira Kurnia, terima kasih atas waktu kebersamaanya

Page 8: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

iv

yang telah memberi warna pada kehidupan penulis selama kita

bersamasemoga semua waktu dan pengalaman yang telah kita lalui

bersama akan menjadi kisah terindah dalam mencari identitas.

10. Kepada teman-teman seperjuangan SKI angkatan 2011 yang tidak bisa

penulis sebutkan namanya satu-persatu.

Akhirnya dengan keterbatasan ini, penulis mengucapka terima kasih

banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberi semangat. Penulis

menyadari, bahwa penulisan skripsi ini dari kekurangan dan kekeliruan. Oleh

karena itu, penulis sangat menghargai adanya saran dan kritik yang membangun,

guna menyemprnakan tulisan-tulisan yang serupa dimasa yaang akan datang.

Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pembaca semua.

Jakarta, 12 Januari 2016

Penulis

Page 9: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... v

DAFTAR ISTILAH .............................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................... 9

D. Tinjauan Pustaka. ........................................................... 9

E. Kerangka Teori. .............................................................. 11

F. Metode Penelitian ........................................................... 13

G. Sistematika Penulisan ..................................................... 14

BAB II KERATON SURAKARTA PADA MASA SUNAN PAKU

BUWONO X

A. Letak Geografi Keraton Surakarta ................................. 16

B. Sejarah Berdirinya Kraton Surakarta ............................. 21

C. Biografi Paku Buwono X .............................................. 25

D. Keraton Surakarta pada masa Paku Buwono X

(1893-1938) ................................................................... 31

BAB III KRISTENISASI DI SURAKARTA

A. Keberagamaan Masyarakat Surakarta ............................ 42

B. Pemerintah Kolonial dan Misi Kristensasi ..................... 48

C. Zending dan Kristenisasi di Surakarta ........................... 57

BAB IV UPAYA SUSUHANAN PAKU BUWANA X DALAM

MEMBENDUNG KRISTENISASI

A. Paku Buwono X dan Sarekat Islam ................................ 69

B. Mendirikan Sekolah Islam (Madrasah) .......................... 80

Page 10: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

vi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................... 96

B. Saran ................................................................................ 100

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 101

LAMPIRAN ............................................................................................... 107

Page 11: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

vii

DAFTAR ISTILAH

Abdi Dalem : Pegawai Kerajaan

Aristokrat : Orang dari golongan bangsawan; ningrat.

Gubernemen : Pemerintah (masa penjajahan Belanda)

Kadipaten : Daerah yang dikuasaiolehadipati, yang lebih

Rendahdaripadakesultanan.

Kaum Abangan : Kelompok yang menganut Islam kejawen

Kaum putihan : kelompok yang menganut Islam murni.

Keraton : Tempatkediaman raja atauratu, istana raja.

Kristening politiek : Politik Kristenisasi

Madrasah : Sebutan bagi sekolah Agama Islam, tempat proses

belajar mengajar ajaran Islam secara formal yang

mempunyai kelas dan kurikulm dalam bentuk

klasikal.

Misionaris : Pengemban misi penyebaran agama Kristen

Pangreh praja : penguasa lokal pada masa pemerintahan kolonial

Belanda untuk menangani daerah jajahannya.

Residen : Provinsi

Sunan : Sebutan raja keraton Surakarta atau penyebutan

nama untuk para wali.

Susuhanan : Sebutan raja Kasunanan

Staatsblad : Lembar berita pemerintah

Tapsir Anom : Penghulu tertinggi

Vorstenlanden : Wilayah kerajaan yang memiliki status istimewa di

Jawa pada masa kolonial (Surakarta dan

Yogyakarta.

Zending : Penyebar agama Kristen

Zending Gereformeerd : Organisasi Pengkabaran Injil

Page 12: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keraton Surakarta dengan ibukotanya Sala atau Solo merupakan

penerus Kerajaan Mataram yang didirikan oleh Susuhanan Paku Buwana II

pada tahun 1746. Berdirinya Keraton Surakarta ini sebagai pengganti Keraton

Kartasura yang telah hancur akibat dari adanya gerakan bersenjata orang-

orang Cina yang berhasil memberontak dan merebut Kerajaan

Mataram.1

Keraton Surakarta merupakan kesinambungan dari Kerajaan

Mataram. Pusat kerajaan Mataram telah mengalami beberapa kali perpindahan

tempat. Mula-mula di kota Gedhe kemudian pindah ke Plered, ke Kartasura,

dan terakhir di Surakarta.

Pada awalnya untuk penempatan Keraton Kartasura terdapat tiga

pilihan tempat, yaitu Talawangi yang biasa disebut Kadipolo, Sonosewu,

kemudian desa Sala. Atas tiga pilihan tempat tersebut akhirnya dipilihlah

Desa Sala untuk didirikan Keraton yang baru yang kemudian diberi nama

Surakarta Hadiningrat.2

Sunan Paku Buwono X adalah raja Keraton Surakarta yang memerintah

pada tahun 1893 sampai 1939 mempunyai gelar keagamaan sebagai Sayyidin

Panatagama Khalifatullah yaitu raja merupakan kepala, pemimpin, pengatur

agama dan kepala pengatur pemerintah atau negara. Paku Buwono X dianggap

1

Dwi Ratna Nurhajarini, dkk, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, (Jakarta:

Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1999), hal 7 2 Sayid, Babad Sala, (Surakarta: Reksopustoko, 1984), hal 6

Page 13: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

2

sebagai raja yang istimewa karena masa pengabdiannya yang cukup lama

yaitu 46 tahun. Beliau adalah pribadi yang penuh dengan nilai keteladanan,

kebijakan, dan keagungan. Sebagai panutan dalam segala hal yang berkaitan

dengan syariat agama Islam, maka Raja patut ditiru dan diteladani seluruh

rakyat. Sifat yang paling menonjol yang dimiliki Sunan yaitu

kedermawanannya, ia senang membantu dan menyenangkan hati orang. Dan

salah satu kekurangannya adalah ia tidak mengenali nilai mata uang, sehingga

Susuhanan tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang kondisi

keuangannya.3

Sri Susuhanan Paku Buwono X (1893-1939) adalah Putra dari Sinuhun

Pakubuwono IX (1861-1893), sedangkan Sinuhun Paku Buwono IX adalah

putra dari Sinuhun Paku Buwono VI (1823-1830) yang dibuang ke Ambon

karena melawan Belanda, jadi Paku Buwono X adalah cucu dari Paku

Buwono VI. Saat usianya tiga tahun beliau dinobatkan sebagai Pangeran

Adipati Anom atau Putera Mahkota. Beliau naik tahta menjadi seorang raja

pada tanggal 30 Maret 1893 karena menggantikan tahta kerajaan ayahnya

yang telah wafat yaitu Susuhanan Paku Buwono IX. Dan mendapat gelar

setelah naik tahta yaitu: Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Paku Buwono

Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrahman Sayyidin Panatagama Hingkang

Kaping X.

3George Larson, Masa Menjelang Revolusi Keraton dan Kehidupan Poitik di Surakarta

1912-1945, (Yogyakarta: Gajah Mada Uniersity Press, 1989),hal 44

Page 14: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

3

Menurut catatan sejarah, agama Kristen datang ke Indonesia dibawa

oleh orang Portugis dengan armada dagangnya pada abad ke 16 M.4Sedangkan

agama Islam datang ke Nusantara dibawa oleh pedagang Muslim dari Arab,

pada abad 7-8 M. Sekalipun mereka dari Gujarat, Malabar atau Persia, tetapi

mereka adalah orang Arab.5

Masuknya agama Kristen tidak lepas dari kegiatan penjajahan Belanda

yang disebut dengan 3G yaitu: Glory, Gold dan Gospel.6Maksud dari “3G” itu

adalah, Glory (menang) yaitu suatu motif penjajahan dan meguasai negeri

yang sedang dijajahnya untuk dapat dikuasai, motif yang kedua yaitu ekonomi

atau Gold (emas, kekayaan) motif ini yaitu untuk mengeksploitasi, memeras

dan mengeruk harta kekayaan negeri jajahannya, dan motif ketiga yaitu

Gospel yaitu motif untuk menyebar luaskan agama Kristen kepada anak-anak

negeri jajahannya atau motif untuk mengubah agama yang dipeluk penduduk.7

Karena menurut pemikiran mereka dengan mempunyai kepercayaan agama

yang sama maka akan lebih muda bagi mereka untuk dapat menguasai semua

dari negeri jajahannya.

Oleh karena itu meraka memberikan pelayanan pendidikan dan sosial,

serta kolonial Belanda juga merekrut orang-orang Indonesia untuk

memperoleh pendidikan Barat. Politik etis yang dianut dan dijalankan oleh

pemerintah kolonial Hindia Belanda mengakibatkan pembukaan sekolah-

4

Lukman Fathullah Rais, Muhammad Nasir Pemandu Umat, (Jakarta: PT. Bulan

Bintang, 1989), hal 18 5 Ibid, hal 4

6 Musthafa Kamal Pasha dan Chusnan Jusuf, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam,

(Yogyakarta: Persatuan, 1989), hal 20 7 Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan

Islam, (Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2005), hal 103

Page 15: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

4

sekolah menurut sistem barat di wilayah Hindia Belanda. Pembukaan sekolah-

sekolah ala Barat sampai diperluas untuk segenap kalangan masyarakat.

Munculnya politik asosiasi yang dilaksanakan pemerintah Hindia-Belanda,

memperkenalkan pengetahuan dan kebudayaan barat di sekolah-sekolah

secara luas. Politik asosiasi ini merupakan kebijakan yang menghendaki

rakyat bumi putera dibina agar terpengaruh dengan kebudayaan Barat.8

Kasunanan Surakarta termasuk bagian dari wilayah jajahan Belanda.

Dalam bidang pendidikan pemerintah Belanda ikut campur tangan yaitu

dengan menetapkan sistem konkoordinasi.9

Yang nantinya dalam campur

tangan ini pemerintah Belanda banyak mendirikan sekolah-sekolah yang

didalamnya mengajarkan agama Kristen untuk anak-anak pribumi. Pada

kenyataanya daerah Vorstenlandeninimenjadi wilayah kekuasaan kolonial dan

berada dibawah pengawasan pemerintah koloial Belanda. Termasuk dibidang

pendidikan yang tidak luput dari campur tangan pemerintah Belanda.

Belanda membawa Hindia Belanda ke suatu jenis pendidikan baru yang

berbeda dari lembaga-lembaga pendidikan pribumi pada umumnya. Salah satu

perbedaan pokoknya yaitu: pendidikan yang dibiayai oleh Belanda di sekolah-

sekolah umum netral terhadap agama, diajarkan tidak terlalu memikirkan

bagaimana caranya hidup secara harmoni dalam dunia, tetapi lebih

menekankan tentang bagaimana memperoleh penghidupan.10

Di Kasunanan

8 Depdikbud, Searah Pendidikan Daerah Jawa Barat, (Jakarta: Depdikbud, tth), hal 7

9Sistem koonkordinasi adalah sistem pendidikan yang diterapkan oleh Belanda bahwa

pendidikan didaerah jajahan sama dengan sistem pendidikan yang ada di Belanda, lihat Resink,

G,J, Raja dan Kerajaan Yang Merdeka di Indonesia 1850-1910, (Jakarta: Djambatan, 1987), hal 4. 10

Selo Soemardjan, Perubahan Sosial di Yogyakarta, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University perss, 1986). hal 278.

Page 16: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

5

sendiri pendidikan barat merupakan pendidikan yang bisa dibilang paling

diminati dan berkembang di Kasunanan. Pendidikan model barat ini

diselenggarakan oleh pemerintah.

Perkembangan terjadi pada sekolah dengan sistem pendidikan

Barat.Sekolah-sekolah Neutral berbahasa Belanda ini memiliki mutu yang

baik khususnya yang diperuntukan golongan Bumi putera di Surakarta.

Sekolah-sekolah ini yaitu: HIS Jongenshool di Mangkubumen, HIS

Meisjesschool di Slompretan dan Schakelschool (sekolah peralihan) di

Penumping. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh missionaris atau sekolah

Katolik yang berada di Surakarta antara lain adalah sekolah MULO (1 buah),

sekolah ELS (1 buah), HIS (2 buah), dan Meisjesschool (2 buah). Sekolah-

sekolah tersebut tersebar di Purbayan, Pasar Kliwon, Kemlayan, Jebres.

Awal munculnya pendidikan Barat hanya untuk anak-anak bangsawan

atau priyayi dan anak-anak terpandang saja. Keadaan tersebut selain

disebabkan oleh kebijakan pendidikan sendiri yang mengkhususkan

pendidikan barat hanya untuk kalangan tertentu saja. Terhadap munculnya

pendidikan Barat sebagian penduduk pribumi beranggapan bahwa pendidikan

seperti itu tidak perlu dan kemungkinan besar justru membahayakan, karena

pendidikan membawa resiko menjadi terasing dari kebudayaan sendiri dan

kemungkinan terseret menjadi Kristen.11

11

Heather Sutherlend, Terbentuknya Sebuah Elit Birokrasi,(Jakarta:Sinar Harapan, 1983),

hal 99.

Page 17: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

6

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan di wilayah

Surakarta tahun 1930, terdapat macam-macam sekolah model barat yang

diantaranya yaitu: sekolah-sekolah yang didirikan oleh Zending, sekolah-

sekolah yang dikelola oleh Missi, sekolah-sekolah yang dikelola oleh

Muhammadiyah, dan sekolah-sekolah yang dikelola oleh Kerajaan. Sekolah-

sekolah yang dikelola oleh Zending dan Missi inilah yang mempunyai tujuan

agar masyarakat pribumi masuk kedalam agama Kristen.

Sekolah-sekolah yang dikelola oleh Zending didalamnya diajarkan

agama Kristen, juga memperkenalkan kebudayaan Barat seperti cara

berpakaian, cara makan, belajar dan lainnya. Tujuan pendirian sekolah

Zending sejalan dengan tujuan pemerintah Kolonial yaitu menyebarkan agama

Kristen. Oleh sebab itu sekolah Zending ini banyak menerima bantuan dan

kemudahan dari pemerintah Kolonial, sehingga dalam waktu singkat sekolah

model Barat tersebut dapat berkembang dengan pesat.

Selain itu ada juga sekolah Missi yang dikelola pertama kali oleh Pastor

Keyser dari Semarang pada tahun 1890. Pada tahun 1930, sekolah Missi yang

berada di Surakarta jumlanya telah mencapi 17 buah yaitu: sekolah MULO, 1

sekolah ELS(Europe Lagere School), 3 buah HIS (salah satunya khusus putri,

10 buah Standartschool, 1 sekolah HSC (Hollands Chinese School) dan 1

sekolah Meisjes Vervolg School.Sekolah-sekolah tersebut berada di

Margoyudan, Manahan, Gajahan dan Pasar Legi.12

12

Prof. Dr. Husain Haikal, dkk, Laporan Penelitian: “Pendidikan dan Perubahan Sosial

Di Vorstenlanden”, (Yogyakarta: UNY, 2012), hal 42-44

Page 18: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

7

Pengaruh Missionaris Kristen ini menjadikan tantangan bagi pemimpin-

pemimpin muslim untuk melakukan perubahan. Begitupun yang dilakukan

oleh Sunan Paku Buwono X, ia tidak senang terhadap kegiatan misionaris

yang telah banyak mendirikan sekolah-sekolah yang dikelola oleh Zending

diwilayah Surakarta. Sunan bisa menerima masuknya pengaruh kebudayaan

Barat ke Kasunanan, bisa dilihat dari acara perjamuan atau pesta yang

mengadopsi cara-cara barat juga dalam sistem pendidikan sangat mendukung

sistem pendidikan barat, namun Sunan tidak menyukai agama yang dibawa

dari barat yaitu agama Kristen yang dibawa zending. Menurut Sunan hal ini

tidak boleh dibiarkan, oleh karena itulah Sunan ingin mendirikan sekolah

berdasarkan agama Islam untuk mengantisipati berkembangnya agama

Kristen, maka dibangunlah pondok pesantren Mambaul „Ulum sebagai salah

satu upaya yang dilakukan Sunan agar tidak berkembangnya agama Kristen

diwilayah Kasunanan.

Pendirian sekolah Mambaul’Ulum ini adalah hasil dari pemikiran

Sunan Paku Buwono X sendiri. latar belakang berdirinya Mambaul’Ulum

disebabkan oleh beberapa faktor, yang salah satu faktornya yaitu untuk

mengantisipasi perkembangan agama Kristen di wilyah Kasunanan.13

Secara

nyata sekolah ini merupkan pelopor berdirinya sekolah Islam pertama di

Surakarta yang dapat membawa perubahan bagi pendidikan Islam yang

semula dari lingkup pesantren beralih ke madrasah dan perkembangannya

sebagai sekolah Islam. Berdirinya sekolah Mambaul’ulum tersebut sangat

13

Kuntowidjoyo, Raja, Priyai dan Kawula Surakarta 1900-1915, (Yogyakarta: Ombak,

2004), hal 38-39.

Page 19: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

8

berperan penting dalam mencetak kelompok Ulama di Surakarta khususnya di

lingkungan Surakarta.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

mengangkatnya dalam sebuah skripsi dengan judul “Peran Paku Buwono X

Dalam Membendung Kristenisasi di Surakarta 1893-1939”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar menghindari meluasnya pembahasan dalam tulisan ini, maka

penulis memberikan batasan masalah pada tulisan ini yaitu Sultan

Pakubuwono X dalam upaya membendung kristenisasi di Surakarta. Karena di

masa Pakubuwono X inilah sunan mendirikan Pondok Pesantren yang mana

didirikannya pondok pesantren itu karena untuk mengantisipasi terjadinya

perkembangan agama Kristen di wilayah Kasunanan.

Dari uraian pembatasan masalah tersebut maka penulis ingin

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan Kasunanan Surakarta pada masa Pakubuwono

X ?

2. Bagaimana para Zending dalam menyebarkan agama Kristen ?

3. Apa yang dilakukan Pakubuwono X dalam membendung kristenisasi

Surakarta ?

Page 20: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin penulis capai sebagai berikut :

1. Menjelaskan Kondisi Keberagamaan di Keraton Surakarta

2. Mengetahui kegiatan misionaris mengenal bentuk dan cara yang di pakai

oleh misionaris, dengan demikian diharapkan tidak mudah terjerat dan

selalu berhati-hati setiap kali menghadapi kegiatan misionaris ini.

3. Menjelaskan usaha-usaha yang dilakukan para misionaris dalam

menyebarkan agama Kristen di Surakarta.

4. Menjelaskan upaya yang dilakukan PB X dalam membendung Kristenisai

di Surakarta.

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah wawasan pemikiran dan pengetahuan bagi penulis khususnya

dan pembaca pada umumnya.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi kajian

pengetahuan dalam ilmu sejarah terutama sejarah kerajaan di Indonesia,

serta diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan pendidikan

dan penelitian selanjutnya.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk mendapatkan hasil yang dikehendaki sesuai dengan topik

permasalahan, penulis tidak melepaskan diri dari hasil penelitian terdahulu

sebagai bahan rujukan dan pendukung data yang absah, setahu penulis belum

ada seara khusus yang menulis mengenai upaya sulnan pakubuwana X dalam

Page 21: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

10

membendung kristenisasi di Surakarta ini. beberapa karya yang penulis

jadikan survey pustaka di antaranya:

Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, ditulis oleh Nur Dwi Ratna

Nurhajarini yang diterbitkan oleh Depdikdub pada tahun 1998. Pembahasan

dimulai dari keadaan daerah Surakarta secara umum kemudian sejarah

berdirinya Kasunanan Surakarta mulai dari Kerajaan Mataram dan Perjanjian

Giyanti yang membagi Mataram kedalam dua Kerajaan, Kasunanan Surakarta

dan Kesultanan Yogyakarta. Dalam buku ini membahas tentang gambaran

umum keadaan Keraton Surakrta dari awal mula berdirinya sampai batas

periode abad XV sampai awal abad XX yang membahas tentang cikal bakal

Kerajaan Surakarta dan Pengaruh islam sampai masuk ke dalam kekuasaan

Belanda. Buku ini sangat membantu penulis untuk mengetahui informasi

mengenai sejarah Keraton Surkarta.

Raja, Priyayi dan Kaula: Surakarta Tahun 1900-1915, buku dari

Kuntowidjoyo tahun 2004. Dalam buku ini menguraikan latar belakang

didirikan madrasah Mambaul’ulum oleh Sunan Pakubuwana X yang mana

tujuan dari didirikannya madrasah ini untuk mengantisipasi pengaruh Zending

di Kasunanan Surakarta. Beliau mendirikan sekolah dengan ajaran Islam ini

untuk menampung anak-anak, abdi dalem, pamutihan, khatib, ulama, juru

kunci, dan sebagainya. Karena Pakubuwana sebagai pemimpin agama tidak

ingin jika rakyatnya memeluk agama selain agama Islam.

Buku dari George .D. Larson yang berjudul Masa Menjelang Revolusi

Keraton dan Kehidupan Politik di Surakarta Pada Tahun 1912-1942. Buku

Page 22: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

11

ini penting untuk dimasukan dalam penulisan yang dapat memberikan

gambaran tentang kegiatan politik di Surakarta dari tahun 1912 sampai 1942

adalah ketidaksukaan sebagian besar kalangan masyarakat Jawa terhadap

usaha Belanda yang hendak mengubah masyarakat Jawa. Dan dalam sejarah

sesudah 1912 bahwa Surakarta adalah upaya Belanda untuk mengadakan

perubahan dan sekaligus mengekang respons politik terhadap perubahan itu.

Lalu Disertasinya Darsiti Soeratman, yang berjudul Kehidupan Dunia

Kraton Surakarta tahun 1830-1939 ini sangat membantu bagi penulis untuk

menambah sumber literatur penulisan. Didalamnya dijelaskan sedikit tentang

Mambaul‟ulum karena pada masa Paku Buwono X, beliau menaruh perhatian

yang begitu besar terhadap pendidikan agama Islam diwilayah Kasunanan.

dan dijelaskan bahwa Sunan mendirikan sekolah itu untuk mendidik para Kyai

atau ulama di Keraton Kasunanan.

E. Kerangka Teori

Menurut Ahmad Mubarok dalam bukunya yang berjudul Psikologi

Dakwah, kata misionaris atau dakwah diartikan sebagai undangan, ajakan, dan

seruan yang semuanya menunjukan adanya komunikasi antara dua pihak dan

adanya upaya untuk mempengaruhi pihak lain. Selain itu Ahmad Mubarok

juga menjelaskan agama Islam sendiri mewajibkan kepada umatnya untuk

menyebarkan ajaran agama kepada seluruh umat manusia.14

Oleh karena itu,

umat Islam dan orang Kristen merasa terpanggil untuk mensiarkan

14

Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), hal. 19

Page 23: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

12

agamaya.menurut mereka menyebarkan agama adalah kewajiban umat, hanya

saja cara dan metode yang dipakai oleh orang Kristen di Indonesia dianggap

telah melampaui batas kewajaran dalam penyebaran agama.

Susuhanan Paku Buwono X sebagai kepala pengatur agama menaruh

perhatian besar terhadap perkembangan dan penyebaran agama Islam.

kedudukan Sunan Paku Buwono X sebagai pimpinan tertinggi agama Islam, ia

berkeberatan kalau rakyatnya memeluk agama selain Islam, ia tidak senang

terhadap kegiatan penginjilan yang dilakukan zending dan misi yang terjadi di

kerajaannya. Paku Buwono X mempunyai peran dalam mengatasi kegiatan

misionaris di Surakarta yang dianggap telah melampaui batas.

Dalam penulisan suatu karya sejarah sangat membutuhkan bantuan

konsep maupun teori-teori dari ilmu-ilmu sosial lainnya untuk mempertajam

serta memperjelas penulisan. Dalam studi ini penulis menggunakan

pendekatan sosial, budaya dan politik. Pendekatan sosiologi merupakan

pendakatan yang sangat berpengaruh dalam mengkaji penelitian ini.

Pendekatan sosial yang dipakai dalam penelitian ini cenderung pada peranan

tokoh sejarah.

Pendekatan budaya dipakai oleh penulis untuk mengetahui nilai-nilai

kepercayaan yang berkembang di masyarakat pada waktu itu. Lalu pendekatan

politik, menurut Deliar Noer adalah aktivitas atau sikap yang berhubungan

dengan kekuasaan yang bermaksud mempengaruhi dengan jalan mengubah

atau mempertahankan suatu macam bentuk susunan masyarakat.15

15

Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran Politik I, (Medan: Dwipa, 1995), hal. 6

Page 24: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

13

F. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memerlukan sebuah metode.

Dengan metode tersebut diha16

rapkan pembahasan yang dikaji menjadi lebih

terarah dan dapat mencapai tujuan yang di harapkan. metode yang digunakan

untuk penelitian-penelitian sejarah adalah metode deskriptif analitik dengan

pendekatan sejarah sosial. Adapun langkah-langkahnya:

1. Heuristik

Heurustik yaitu pengumpulan data. Dalam langkah ini penulis mengumpulkan

dan menggali sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan masalah yang

sedang penulis kaji. Dimana sumber-sumber mengenai masalah terkait banyak

penulis temukan di Perpustakaan-perpustakaan seperti: Perpustakan Utama

UIN Jakarta, Perpustakaan Fakultas Adab, Perpustakaan Universitas

Indonesia, Perpustakaan Nasional, Arsip Nasional. Metode penelitian yang

lain yaitu metode penelitian Kritik, Interperestai dan Historiografi.

2. Kritik Sumber

Setelah melakukan heuristik atau pengumpulan sumber-sumber maka tahap

selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber. Kritik sumber adalah

sebuah usaha untuk mendapatkan sumber-sumber yang relevan dengan cerita

sejarah yang ingin disusun sesuai dengan judul. Hal yang harus diuji adalah

keabsahan. Dan setelah mencari sumber-sumber penulis penulis akan

verifikasi terhadap sumber-sumber tersebut.

16

Sartono Kartodirdjo, Pendakatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1993), hal. 3

Page 25: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

14

3. Interpertasi

Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut pula analisi sejarah,

interpretasi adalah pemahaman yang mendalam mengenai teks-teks yang telah

dilalui fase kritik, dimana penulis sudah menemukan korelasi dan pemahaman

yang baru mengenai tema yang dibahas.

4. Historiografi

Historiografi adalah penulisan sejarah. Metode ini adalah metode terakhir

dalam metode sejarah. Adalah historiografi, yaitu penyusunan yang didahului

oleh penelitian analisis terhadap peristiwa-peristiwa masa lampau.

Penyusunan ini selalu memperhatian aspek kronologis dan kebenaran sejarah

dari setiap fakta. Dalam langkah ini penulis memaparkan hasil penelitian

yang dilakukan mengenai “Upaya Pakubuwana X dalam membendung

Kristenissi di Surakarta”.

G. Sistematika Penulisan

Secara Keseluruhan skripsi ini terbagi menjadi lima bab, adapun

susunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab IMerupakan Pendahuluan yang meliputi penjabaran singkat

permasalahan yang menjadi fokus kajian, permasalahan, batasan dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, survei pustaka,

dan sistematika penulisan.

BAB II membahas sejarah berdirinya Keraton Surakarta, biografi Paku

Buwono X, dan Surakarta pada masa Paku Buwono X.

Page 26: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

15

Bab III berisikan tentang Keberagamaan Masyarakat Surakarta, Pemerintah

Kolonial dan Misi Kristenisasi, Zending dan Kristenisasi di Surakarta.

BAB IVmenguraikan tentang upaya Paku Buwono X dalam membendung

kristenisasi di Surakarta. Upaya yang dilakan oleh Paku Buwono X yaitu:

mendukung dan bekerjasama dengan Sarekat Islam, Mendirikan Sekolah

Islam (Madrasah) Mamba’ul Ulum.

BAB V merupakan penutup yang berisi kesimpulan. Bab ini menjawab

rumusan masalah penelitian.

Page 27: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

16

BAB II

KERATON SURAKARTA DAN BIOGRAFI SUNAN PAKU BUWONO X

A. Letak Geografi Kasunanan Surakarta

Karesidenan Surakarta masuk dalam wilayah Vorstenlanden1 (wilayah

raja-raja), merupakan tempat kedudukan kerajaan yang berdiri sendiri dibawah

kekuasaan Hindia Belanda. Secara geografis Karesidenan Surakarta adalah

dataran rendah yang berada diantara pertemuan kali atau sungai Pepe, Jenes

dan Bengawan Sala, serta berada pada ketinggian 92 m di atas permukaan

laut.2

Secara administrasi, Karesidenan Surakarta di sebelah barat berbatasan

dengan Karesidenan Yogyakarta, Kedu, Semarang dan Madiun. Di sebelah

utara berbatasan dengan Gunung Merapi (2.875 m) dan Gunung Merbabu

(3.145 m). di sebelah timur berbatasan dengan Gunung Kendeng dan Gunung

Lawu (326 m). Antara Gunung Merapi, Gunung Merbabu dengan Gunung

Lawu membentuk dataran rendah yang luas, meliputi daerah Klaten, Boyolali,

dan Kartasura yang kaya sedimen vulkanis. Dari lereng Gunung Merapi

1 Sejak tahun 1799 digunakan istilah “Vorstenlanden” untuk menyebut daerah kerajaan

Yogyakarta dan Surakarta, lihat: Suhartono, 1991, Apanage dan Bekel, Perubahan sosial di

Pedesaan Surakarta 1830-1920,Yogyakarta: PT Tiara Wacana, hal 23. Istilah Vorstenlanden pada

awalnya mencakup pengertian sebagai wilayah pemerintahan sendiri bagi wilayah kerajaan-

kerajaan lokal pribumi yang ada di bawah pengaruh kekuasaan kompeni Belanda. Sejak

Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda menggantikan pemerintahan VOC, istilah Vorstenlanden

memiliki pengertian yang lebih spesifik yaitu menjadi nama wilayah pemerintahan kerajaan Jawa,

atau dalam perspektif Jawa disebut wilayah pemerintahan Kerajaan Kejawen atau Praja Kejawen,

yang mencakup wilayah Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Kadipaten

Mangkunegaran dan Kadipaten Pakualaman. Lihat: Djoko Suryo, Dari Vorstenlanden ke DIY,

Kesinambungan dan Perubahan, Koferensi Nasional Sejarah IX, Jakarta, 5-7 Juli 2011, hal 3 2 Pemda Kodia Tingkat II Surakarta, Kenangan Emas 50 Tahun Surakarta, (Surakarta:

Murni Grafika dan STSI, 1997), hal 21.

Page 28: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

17

megalir sungai Opak ke Selatan yang menjadi batas antara Karesidenan

Surakarta dan Yogyakarta.3

Adapun luas wilayah Kerajaan Surakarta seluruhnya adalah 6.215

kilometer persegi. Separuh dari daerah itu adalah milik kasunanan, sedang

daerah lainnya masuk daerah Mangkunegaran. Pada tahun 1838 penduduk

Surakarta berjumlah 358.230 orang, dan pada tahun 1920 naik menjadi

2.049.547 orang. Penduduk Surakarta dapat dikatakan homogen,artinya

masing-masing etnik berkumpul dan mendiami daerah-daerah tertentu secara

terpisah dengan etnik lainnya. Ada beberapa etnik yang berada di sekitar

wilayah ibukota kerajaan yaitu: Jawa (jumlah paling besar), kemudian Cina,

Arab, dan Eropa.

Penduduk karesidenan Surakarta pada tahun 1930 adalah: pribumi

2.535.594 orang, Eropa 6.555 orang, dan Timur Asing 2.600 orang, dan

jumlahnya 2.564.594 orang. Untuk kota Surakarta sendiri: penduduk pribumi

149.585 orang, Eropa 3.225 orang, Cina 11.286 orang dan Timur Asing 1.388

orang, dan jumlahnya 165.484 orang. Golongan Eropa yang terdiri 3.225

orang, 95% adalah orang-orang Belanda, dengan periniaan terdiri dari Belanda

Totok (londo totok), Belanda Indo (londo indo) dan londo Ambon panggilan

untuk orang-orang Ambon yang bekerja menjadi tentara orang-orang Belanda.

Tempat berkumpulnya orang-orang Belanda di Lojiwaten dan sekitarnya,

yaitu daerah yang letaknya berada di sebelah selatan kali-pepe, kali yang

membelah kota terbagi menjadi dua. Meraka bertempat tinggal disekitar

3 Suhartono, Apanage dan Bekel, Perubahan sosial di Pedesaan Surakarta 1830-1920,

(Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1991), hal 24-25.

Page 29: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

18

benteng Belanda, benteng Vastenberg, mungkin karena merasa lebih aman.

Mereka memiliki gereja sendiri berada di depan benteng yang letaknya di

Gladak. 4

Untuk golongan Timur asing terdiri dari orang Arab, India dan

Pakistan. Orang-orang India dan Pakistan biasanya mereka memiliki toko-

toko yang menjual bahan pakaian. Dan tinggal ditoko-tokonya sendiri. Orang-

orang Arab berkumpul di pasar kliwon dan sekitarnya yaitu diseberang

sebelah selatan rel kereta api yang membelah Surakarta. Usaha yang biasanya

di industri kain batik yang biasanya dibuatnya dirumahnya sendiri. Mereka ini

adalah golongan orang yang tertutup, tidak suka bergaul dengan golongan

lain. Rumah-rumah mereka pun di kelilingi pagar yang tinggi dan tertutup

rapat. Mereka juga memiliki Masjid sendiri untuk beribadah di pasar kliwon.

Sedangkan orang-orang Cina mereka berkumpul diseberang sebelah utara kali

Pepe. Yaitu Balong, Warungmiri,dan didaerah-daerah pasar Gedhe. Pada

mula-mula mereka hanyalah pendatang, dan hanya pedagang kecil-kecilan

saja.5

Perkampungan orang-orang Eropa terpisah dari etnik lain karena

berdasarkan diskriminasi ras, dan pemukian orang-orang Cina disebut

“pecinan” maksudnya agar gerak-gerik mereka mudah diawasi. Pecinan

terletak disekitar pasar Gedhe, dikepalai oleh seorang berpangkat mayor yang

diambil dari kalangan mereka. di kalangan penduduk, kepala etnik ini dikenal

4 R.M Karno, Riwayat dan Falsafah Hidup ingkang Sinuhun Sri Susuhanan Pakubuwono

X 1893-1939, (Jakarta: 1990), hlm: 115-116. 5 R.M Karno, Riwayat dan Falsafah Hidup ingkang Sinuhun Sri Susuhanan Pakubuwono

X 1893-1939, hal: 116-118.

Page 30: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

19

dengan sebutan Babah Mayor. Sedangkan pemukiman orang-orang Arab yang

berada di Pasar Kliwon pemimpinnya mendapat pangkat kapten.

Perkampungan untuk penduduk Bumi Putera terpencar di seluruh kota di

Surakarta.6

Penduduk pribumi, hampir seluruhnya orang Jawa, terdapat dalam

berbagai kelompok dan kampung yang tidak teratur diseluh kota, kebanyakan

dari mereka bekerja dari industri batik dan berbagai macam kerajinan tangan.

Tempat kediaman para pangeran dan pegawai puri yang terkemuka juga

tersebar diseluruh kota.7

Disebelah Utara Keraton terletak kepatihan, tempat kediaman pepatih

dalem, sekaligus berfungsi sebagai pusat administrasi pemerintahan. Istana

Mangkunegaran terletak di sebelah selatan sungai Pepe, demikian pula

perkampungan orang-orang Eropa yang meliputi rumah residen, kantor-

kantor, gereja, gedung pertunjukan, gedung-gedung sekolah, toko-toko, dan

benteng Vestenburg sebagai pusatnya. Perkampungan orang-orang diluar

benteng itu disebut Loji Wetan,

Letak Keraton Surakarta, Istana Mangkunegaran, rumah residen, dan

kepatihan letaknya tidak berjauhan. Benteng Vastenburg dibangun berada

didekat keraton dan rumah residen. Jarak antara keraton dan Istana

Mangkunegaran yang menghadap ke selatan tidak berjauhan, keduanya

dipisahkan oleh jalan besar. Selain itu juga bisa dilihat jarak dari kepatihan ke

6

Darsiti Soeratman, Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830-1939, (Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada, 1989), hal 24. 7 George D. Larson, Masa Menjelang Revolusi Keraton Dan Kehidupan Politik di

Surakarta 1912-1942, (Yogyakarta: Gadjah Mada Unviersity Press, 1989), hal 23.

Page 31: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

20

rumah residen lebih dekat daripada jarak dari kepatihan dengan keraton.

Untuk menuju keraton, pepatih dalem harus melewati rumah residen.

Pengaturan tempat-tempat itu adalah untuk kepentingan dan keamanan

pemerintahan kolonial Belanda di Surakarta.8

Di Surakarta terdapat tiga pemerintahan yang berbeda yaitu Kasunanan

Surakarta, Kadipaten Mangkunegaran dan Residen Belanda. Kasunanan

Surakarta menguasi enam kabubapaten, yaitu: Surakarta, Kartasura, Klaten,

Boyolali, Ampel dan Sragen serta satu Kawedanan, yaitu Larangan. Kadipaten

Mangkunegaran menguasai tiga Kawedanan, yaitu: Ibukota, Karanganyar dan

Wonogiri. Serta Belanda menguasai lima bagian yang berada di Kasunanan

dan Mangunegaran. Surakarta yang luasnya 24 km², sebagiannya adalah milik

Kasunanan, seperlimanya milik Mangkunegaran, sisanya merupakan wilayah

administrasi Belanda, yaitu disekitar kantor Residen, Benteng dan Tangsi

Militer.9 Batas wilayah antara Kasunanan dan Mangkunegaran didalam kota

adalah jalan memanjang Timur-Barat yang membelah kota.10

Sampai abad 20

di Kasunanan terdiri 23 distrik dan 101 onderdistrik, yang terbagi menjadi

1.240 kelurahan, sedangkan Mangkunegaran dibagi 7 distrik dan 32

onderdistrik yang terbagi 750 kelurahan.

8

Dwi Ratna Nurhajarini, dkk, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, (Jakarta:

Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1999), hal 10 9 Nurhadiatmoko, “Konflik-konflik Sosial Pri-Nopri dan Hukum Keadilan Sosial”, dalam

Rustopo, Menjadi Jawa: Orang-orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa Di Surakarta, 1898-1998,

(Yogyakarta-Jakarta: Ombak-Yayasan Nabil, 2007), hal: 16-18. 10

Soedarmono, Surakarta Kota Kolonial, Laporan Penelitian (Surakarta: LPPM UNS,

2004), hal 17

Page 32: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

21

B. Sejarah Berdirinya Keraton Surakarta

Keraton Surakarta didirikan pada masa Sunan Paku Buwono II (1725-

1749) pada tahun 1746, setelah Keraton sebelumnya di Kartasura mengalami

kehancuran akibat perang perebutan tahta. Keraton Surakarta ini disebut

sebagai pengganti Keraton Kartasura yang telah hancur akibat dari peristiwa

Geger Pecinan, yaitu pemberontakan bersenjata yang dilancarkan oleh orang-

orang Cina sebagai bentuk protes pada VOC yang telah membantai orang-

orang Cina yang ada di Batavia. Atas dasar itulah sehingga Paku Buwono II

memutuskan untuk meninggalkan istana Kartasura yang sudah kacau dan

hancur. Sekitar 12 kilometer ke arah timur, di tepi Sungai Sala, dia mendirikan

sebuah istana baru, yaitu Surakarta Hadiningrat, yang nantinya akan tetap

didiami oleh keturunannya. Bangunan baru ini selesai pada tahun 1745, dan

kepindahan resminya terjadi pada Februari 1746. Walaupun istana sudah

berpindah ke Surakarta akan tetapi kondisinya sama tidak stabilnya seperti

pada waktu berada di istana lama.11

Keraton Surakarta merupakan kesinambungan dari kerajaan Mataram.

Pusat kerajaan Mataram telah mengalami beberapa kali perpindahan tempat.

Mula-mula di kota Gedhe kemudian pindah ke Plered, ke Kartasura, dan

terakhir di Surakarta. Kerajaan Mataram sendiri terbagi menadi dua kerajaan

yang memiliki kedaulatan tersendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Vincent

J.H Houben: The Javaness principalities of Surakarta (Solo) and Yogyakarta

(Yogya) were born in 1755 from the division of Mataram, the realm which in

11

M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta: PT Serambi Ilmu

Semesta, 2005), hal 217

Page 33: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

22

the 17th

century had exercised hegemony over nearly all of Java. kerajaan di

Jawa yaitu Surakarta dan Yogyakarta berdiri tahun 1755 sebagai bentuk

perpecahan dari kerajaan Mataram, di mana pada abad ke 17 memiliki

kekuasaan dihampir seluruh wilayah Pulau Jawa.12

Campur tangan Belanda dalam urusan dalam negeri Mataram mulai

terjadi pada masa akhir pemerintahan Amangkurat I (1645-1677), ketika

kerajaan ini sedang memasuki masa-masa kehancurannya. Dinasti Mataram

ditegakkan kembali setelah VOC melakukan campur tangan dengan berbagai

konsesi, khususnya dibidang ekonomi dan teritorial. Dan sejak saat itu

Mataram memasuki era peperangan, pemberontakan dan peperangan

memperebutkan tahta. Pada tanggal 11 Desember 1749, Susuhanan

menandatangani akta penyerahan, yang didalamnya mengatakan bahwa

seluruh kerajaan Mataram diserahkan kepada Belanda. Melalui akta itu, Von

Hohendorff menyiapkan pengganti raja atau calon raja baru, ketika Paku

Buwono II berusaha bertahan hidup. Akhirnya, gubernur jenderal dan Dewan

Hindia di Batavialah yang menobatkan Susuhanan yang baru.13

Pada masa pemerintahan Paku Buwono II terjadi peristiwa Geger

Pecinan. Beliau memindahkan keratonnya karena keraton Kartasura rusak

parah akibat pemberontakan orang Cina itu. Cina memberontak karena ditekan

pajak tinggi oleh Belanda. Selain pajak tinggi, orang Cina yang tidak punya

izin tempat tinggal disuruh kembali ke negara asal. Pegawai kompeni berbuat

12

Vincent J.H Houben, Keraton and Kumpeni: Surakarta and Yogyakarta 1830-1870,

(Leiden: KITLV Press, t.th), hal: 405 13

M.C Ricklefs, Yogyakarta di Bawah Sultan Mangkubumi 1749-1792: Sejarah

Pembagian Jawa, (Yogyakarta: Matabangsa, 2002), hal 77-79.

Page 34: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

23

curang dengan memeras orang-orang Cina.14

Pemberontakan ini dimulai sejak

tahun 1740 ketika VOC memberlakukan kebijakan untuk mengurangi jumlah

orang-orang Cina di Batavia, sehingga banyak orang Cina yang mengungsi ke

wilayah Jawa Tengah dan membentuk laskar-laskar perlawanan. Pelarian

laskar-laskar Cina tersebut ternyata mendapat dukungan dari para bupati di

wilayah pesisir serta secara diam-diam Paku Buwono II juga mendukung

gerakan perlawanan laskar Cina terhadap VOC ini melalui Adipati

Natakusuma selaku seorang patih dari Kerajan Kartasura dengan tujuan untuk

memukul mundur kekuasan VOC di wilayah kekuasaan Mataram Kartasura.

Melihat Kota Semarang yang menjadi pusat VOC di Timur Batavia

tidak jatuh ke tangan orang-orang Cina, Paku Buwono II menarik

dukungannya dan kembali berpihak kepada VOC untuk memerangi

perlawanan laskar Cina. Langkah yang ditempuh untuk menutupi kecurigaan

VOC, Paku Buwono II menangkap Adipati Natakusuma yang akhirnya

dihukum buang ke Sailon (Srilanka). Ternyata kekuatan pasukan Cina tidak

berangsur surut melainkan semakin kuat dengan adanya dukungan dari Bupati

Pati, Grobogan dan beberapa kerabat Raja. Bahkan laskar Cina ini mampu

mengangkat Mas Garendi sebagai penguasa yang baru atas kerajaan Mataram

Kartasura dengan gelar Sunan Kuning.

Pada tahun 1742 pihak kerajaan semakin terdesak, sehingga membuat

raja, kerabat, dan pengikutnya yang masih setia harus mengikuti untuk

mengungsi ke Ponorogo. Para pemberontak berhasil menduduki dan merusak

14

KRT. Kastoyo Ramelan, Sinuhun Paku Buwono X: Pejuang dari Surakarta

Hadiningrat, (Bandung: Jeihan Institute, 2004), hal 39.

Page 35: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

24

bangunan Keraton Kartasura. Pemberontakan baru dapat dipadamkan setelah

Paku Buwono II dibantu pasukan VOC menyerbu laskar Cina. Paku Buwono

II berhasil merebut kembali Kerajaan Kartasura yang sebelumnya berhasil

diduduki oleh laskar Cina.

Meskipun kembali bertahta, Paku Buwono II merasa Keraton

Kartasura sudah tidak layak untuk menjadi pusat kerajaan, sebab menurut

kepercayaan Jawa, keraton yang sudah rusak telah kehilangan wahyu. Setelah

melalui berbagai macam pertimbangan, maka desa Solo dipilih untuk menjadi

tempat pengganti Keraton Kartasura yang sudah rusak, Paku Buwono II

memberi nama Keraton di Solo dengan nama Keraton Surakarta. Secara resmi

Keraton Surakarta berdiri pada 17 Februari 1745.15

Setelah pindah dari Kartasura ke desa Sala, nama Sala-pun di ubah

menjadi Surakarta Hadiningrat. Paku Buwono II membangun Keraton secara

tergesa-gesa dan perpindahan ke Keraton Surakarta dilakukan ketika Keraton

baru tersebut belum sepenuhnya selesai dibangun. Hanya berselang tiga tahun

setelah menemapati keraton baru tersebut, Paku Buwono II wafat, sehingga

penyelesaian pembangunan Keraton Surakarta ditangani oleh raja-raja

selanjutnya. Hingga masa pemerintahan Paku Buwono X keraton Surakarta

telah berusia hampir 1,5 abad. bangunan keraton mengalami perkembangan

secara terus-menerus, namun pembagian pelataran atau halaman tidak

mengalami perubahan.16

Setelah Paku Buwono II memindahkan Keraton dari Kartasura ke

15

Sri Winarti, Sekilas Sejarah Keraton Surakarta, (Surakarta: Cendrawasih, 2004), hal

16. 16

Dwi Ratna Nurhajarini, dkk, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, hal 13.

Page 36: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

25

Surakarta, Paku Buwono II harus menyerahkan seluruh daerah pesisir Jawa

kepada VOC. Inilah awal terbentuknya keraton Kasunanan Surakarta, dan

sekaligus menandai awal penetrasi kolonial Belanda ke dalam wilayah inti

Kerajaan Mataram Surakarta. Karena patih yang seharusnya mengurus

wilayah kerajaan mulai saat itu juga bekerja untuk kepentingan VOC. 17

Walaupun keraton sudah dipindahkan ke Surakarta, tetapi peperangan antara

Mataram dengan VOC belum berakhir sampai Sunan Paku Buwono II wafat

dan digantikan oleh Paku Buwono III.

C. Biografi Paku Buwono X

Sri Susuhanan Paku Buwono X adalah putra dari Sinuhun Paku

Buwono IX dari permaisuri Raden Ayu Kustijah atau Kanjeng Ratu Paku

Buwono IX. Paku Buwono X dilahirkan pada hari Kamis Legi tanggal 22

Rajab 1795 Jawi atau 29 November 1866 M jam 7 pagi. Nama kecilnya

adalah Raden Mas Gusti Sayidin Malikul Kusna.18

Beliau dilahirkan sebagai

putra ke 30 dari putra-putra Sunan Paku Buwono IX. Kraton menyambut

kelahirannya dengan perasaan bahagia dan penuh kemegahan, karena selama

pemerintahan Paku Buwono V sampai dengan Paku Buwono VII, permaisuri

raja tidak melahirkan putra laki-laki. Untuk mengumumkan kelahiran agung

ini dibunyikan segala macam bunyian, seperti dibunyikannya meriam di

Panggung Songgobuwono, para abdi dalem niyogo diperintahkan memainkan

17

Hari Mulyadi, dkk, Runtuhnya Kekuasaan “Keraton Alit”(Studi Radikalisasi Sosial

“Wong Sala”dan Kerusuhan Mei 1998 di Surakarta). Surakarta: Lembaga Pengembangan

Teknologi Pedesaan, 1999, hal 20. 18

S. Puspaningrat, Mengenal Sri Susuhanan Paku Buwono X, (Surakarta: Cendrawasih,

1996), hal 12.

Page 37: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

26

gamelan kodok ngorek di Siti Hinggil.19

Saat usianya tiga tahun, pada 4

Oktober 1869 beliau dinobatkan sebagai Pangeran Adipati Anom (Putra

Mahkota). Setelah dinobatkan sebagai Pangeran Adipati Anom, sang Adipati

diberi gelar Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamengkunegoro

Sudibjo Rojo Putro Narendra Mataram Ingkang Kaping V, untuk Kerajaan

Surakarta Hadiningrat.

Beliau adalah cucu dari Sinuhun Paku Buwono VI (yang membantu

Pangeran Dipongoro melawan Belanda). Sunan PB X naik tahta pada 30 maret

1893, Lalu gelarnya setelah naik tahta yaitu: Sampeyan Dalem Ingkang

Sinuhun Paku Buwono Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrahman Sayyidin

Panatagama Ingkang Kaping X. sebutan gelar “Sayyidin Panatagama” bukan

sebutan tempelan biasa saja tetapi terdapat makna, punya tugas serius bagi

seorang raja yang menerima gelar itu. Hal ini berlangsung setelah zaman

kerajaan Demak.20

Dalam mendidik putranya Sunan Paku Buwono IX sangat keras

kepada sang putra digembleng dalam segala ilmu seperti, ilmu kebatinan, ilmu

menuntun ajaran-ajaran Jawa peninggalan leluhur, agar kelak putranya

diharapkan tumbuh menjadi manusia yang berbudi luhur, berwatak adil dan

bijaksana, hal penting yang merupakan syarat menjadi seorang Raja.

Pendidikan ilmu barat juga diberikan, dengan mendatangkan guru-guru di

19

Purwadi, dkk, Sri Susuhanan Pakubuwono X Perjuangan, Jasa dan Pengabdiannya

untuk Nusa Bangsa, (Jakarta: Bangun Bangsa, 2009), hal 3. 20

KRT. Kastoyo Ramelan, Sinuhun Paku Buwono X: Pejuang dari Surakarta

Hadiningrat, hal 1-3.

Page 38: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

27

Keraton, karena semua pendidikan diberikan didalam keraton.21

Pendidikan

yang diikuti Pangeran Adipati Anom diberikan secara Jawa, meliputi berbagai

bidang, antara lain: 1) pengetahuan mengenai kesusutraan, 2) kesenian, 3)

keterampilan menggunakan senjata seperti keris, pedang, dan tombak secara

timur, pencak silat dan bermain pedang secar Barat, 4) olahraga seperti

berenang dan menunggang kuda, 5) pendidikan dari buku-buku lama dan

ajaran dari ayahnya yang terkumpul dalam serat-serat piwulang Jawa, 6)

pengetahuan psikologi, 7) pelajaran bahasa Arab, Melayu, Belanda. 22

Setiap putra-putri raja Mataram, diharuskan menjalani bimbingan dan

pendidikan yang keras sejak belia, baik dari orang tua maupun para guru

terpilih yang didatangkan ke keraton. tradisi seperti itu telah terbentuk sejak

dahulu, karena para putra raja adalah benteng penjaga kedaulatan kerajaan.23

Demikian pula dengan Pangeran Adipati Anom. Pendidikan untuk putra

mahkota itu dikerahkan kepadanya agar kelak ia dapat memanggku jabatannya

sebagai raja utama.

Sunan Paku Buwono X menyadari bahwa syarat untuk menjadi

seorang Raja dituntut untuk menguasai segala ilmu, yang nantinya perlu untuk

bekal dalam mengatur kerajaan yang dipimpinnya, baik itu ilmu kebatinan dan

ajaran-ajaran Jawa lainnya sebagai warisan dari leluhur. Segala ilmu-ilmu itu

diajarkan didalam Keraton. Dan para guru baik guru yang mengajarkan ilmu

21

R.M Karno, Riwayat dan Falsafah Hidup ingkang Sinuhun Sri Susuhanan Pakubuwono

X 1893-1939, hal 24-27. 22

Purwadi, dkk, Sri Susuhanan Pakubuwono X Perjuangan, Jasa dan Pengabdiannya

untuk Nusa Bangsa, hal 5. 23

Darsiti Soeratman, Istana Sebagai Pusat Kebudayaan Lampau dan Kini, (Yogyakarta:

Pidato pengukuhan Guru Besar UGM, hal 7.

Page 39: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

28

Barat maupun ilmu ketimuran datang ke Keraton. Orang-orang yang dianggap

sebagai guru yang menuntun hidupnya pertama-tama adalah ayahandanya

sendiri Sinuhun Paku Buwono IX. Jika ayahandanya Paku Buwono IX,

digambarkan sebagai Prabu Balodewo, sakti mendroguno, teteg, teguh

pribadinya, maka Paku Buwono X digambarkan sebagai Prabu Yudhistira,

asih paramarta lahir batin, wicaksono narendrotomo sang Jayen Katon.

Karena itu setelah Adipati Anom (Paku Buwono X) naik tahta menadi Raja,

beliau menjadi raja yang arif, adil dan bijaksana, seorang Raja yang wicaksono

dan waskito. 24

Ayahanda Sunan Paku Buwono X yaitu Sunan Paku Buwono IX wafat

pada hari Jum’at Legi 28 Ruwah Je 1822 atau 16 Maret 1893 M. Setelah

wafatnya Sunan Paku Buwono IX, maka pada hari Kamis Wage tanggal 30

Maret 1893 beliau menggantikan tahta kerajaan, dengan gelar Sinuwum

Kanjeng Susuhanan Paku Buwono X Senapati Ingalaga Abdul Rahman

Sayidin Panatagama. Pada tahun 1924, Sunan Paku Buwono X naik pangkat

sebagai Mayor Jenderal oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pemberian pangkat

militer diberiakan oleh Belanda kepada raja-raja Jawa telah diberikan sejak

masa pemerintahan Paku Buwono VII, raja pertama kerajaan Surakarta yang

memerintah tanpa daerah mancanegara.25

Paku Buwono X merupakan seorang yang elusif (sukar difahami),

membingungkan, dan dianggap enteng oleh serangkaian residen dan gubernur

24

R.M Karno, Riwayat dan Falsafah Hidup ingkang Sinuhun Sri Susuhanan Pakubuwono

X 1893-1939, hal 35-42. 25

Purwadi, dkk, Sri Susuhanan Pakubuwono X Perjuangan, Jasa dan Pengabdiannya

untuk Nusa Bangsa, hal 7.

Page 40: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

29

yang ditempatkan di Surakarta selama masa pemerintahannya. Dan beberapa

di antara pejabat itu memberikan penilaian tentang sunan. Pihak residen dan

gubernur mengeluhkan bahwa Susuhanan tidak memahami barang secuil pun

tentang urusan-urusan penting di kerajaannya. Dari pihak Belanda

memberikan laporan mengenai Susuhanan menggambarkannya sebagai

seorang pesolek, lemah dan agak bodoh, tetapi ia setia kepada keluarga

Belanda dan pemerintah Hindia-Belanda. dan hal ini dibuktikan dengan Sunan

memamerkan tanda-tanda kehormatannya secara berlebihan dan senang

mengenakan pakaian resmi. Salah satu kekurangannya adalah bahwa ia tidak

mengenal nilai mata uang. Susuhanan tidak mempunyai pengetahuan sedikit

pun tentang keuangannya, oleh karenanya wazir dan saudaranya, yaitu

pegawai menyimpan sejumlah uang jauh dari hadapannya untuk menjaga

jangan sampai ia menghambur-hamburkannya.26

Kebesaran seorang raja juga tampak dari banyaknya jumlah selir dan

juga anak. Residen Van Der Wijk mengatakan bahwa Sunan mempunyai isteri

resmi empat dan selir yang tidak terbatas jumlahnya. Kalau salah satu selir itu

mengandung, salah seorang isteri akan diceraikan untuk memberi tempat

kepada selir itu. Sesudah selir itu melahirkan, selir itu akan diceraikan lagi.

Pada tahun 1910 Javaanshe Almanak menulis bahwa raja mempunyai dua

belas putra dan tiga belas putri. Pada akhir hayatnya, PB X mempunyai 63

putra-putri, yaitu 24 pria, 28 wanita, dan 11 orang meninggal diusia muda.27

26

George Larson, Masa Menjelang Revolusi Keraton Dan Kehidupan Politik di

Surakarta 1912-1942, hal 43-46. 27

Kuntowijoyo, Raja, Priyayi, dan Kawula: Surakarta 1900-1915, (Yogyakarta: Penerbit

Ombak, 2006), hal 34-35.

Page 41: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

30

Pada dasarnya Sunan Paku Buwono X memiliki sifat-sifat yang patut

ditiru seperti salah satu sifat yang paling menonjol yaitu sifatnya yang

dermawan, ia selalu mau membantu atau menyenangkan hati orang, Ia juga

sopan dan juga suka melayani.28

Beliau memiliki kepribadian yang kuat dalam

arti bahwa beliau memiliki disiplin diri yang kuat, ia juga memiliki

kemampuan menganalisa yang tajam hingga dapat menyadari apa yang paling

penting untuk masa depan, beliau memiliki perasaan yang halus dan tidak

suka menyakiti orang lain, hingga memberi kesan yang keliru bahwa seolah-

olah beliau tidak memiliki keberanian, beliau juga orang yang terbuka dengan

hal-hal baru yang apabila itu bermanfaat bagi rakyat dan negaranya, dan

Sunan juga memiliki rasa keadilan yang tinggi.29

Sunan Paku Buwono X hidup sampai pada usia tujuh puluh dua tahun,

meski orang Belanda pada tahun 1899 sudah mulai risau dengan kesehatannya

dan beranggapan tidak akan hidup lama karena menerita batu aginjal, suka

minum-minum dan tidak bisa menegendalikan dirinya sendiri.30

Namun lama

Sunan dapat bertahan dalam dunia yang seperti itu, wibawanya sebagai

seorang raja semakin terlihat dimata beberapa generasi rakyat Surakarta yang

telah menjadi dewasa selama kekuasaannya. Yang seakan-akan semakin

menimbulkan wibawanya itu adalah kebesaran tubuh Kanjeng Sunan. Paku

Buwono X dikenang sebagai raja Surakarta terakhir yang memiliki

kewibawaan yang terlihat sebagai seorang raja. Lamanya bertahta

28

Kuntowijoyo, Raja, Priyayi, dan Kawula: Surakarta 1900-1915, hal 44. 29

R.M Karno, Riwayat dan Falsafah Hidup ingkang Sinuhun Sri Susuhanan Pakubuwono

X 1893-1939, hal 42. 30

George Larson, Masa Menjelang Revolusi Keraton Dan Kehidupan Politik di

Surakarta 1912-1942, hal 45

Page 42: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

31

menyebabkan Paku Buwono X mengalami perubahan besar dalam

perpolitikan Hindia Timur dan dalam kehidupan Surakarta sehari-hari.31

Pada Senin 20 Februari 1939 pukul 07.30 pagi, suasana duka

menyelimuti seluruh kawulo kerajaan. Pada hari itu, Susuhanan Paku Buwono

X menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 72 tahun, dan mengakhiri

masa tahtanya selama 48 tahun di Keraton Surakarta Hadiningrat.32

Ia disebut

oleh rakyatnya sebagai sunan penutup atau raja besar Surakarta yang terakhir.

Pemerintahannya lalu digantikan oleh putranya yang bergelar Paku Buwono

XI.

D. Keraton Surakarta Pada Masa Paku Buwono X

Pengertian Keraton adalah bahwa keraton adalah pusat kebudayaan

Jawa yang patut dipelihara sehingga apabila keraton melakukan upacara

tradisi Jawa, masyarakat umum tertarik untuk melihat karena ingin tahu

bagaimana kebudayaan Jawa itu sesungguhnya. Secara internal, eksistensi

Keraton dalam pandangan spiritual masih tetap terjaga dan organisasi

tradisinya masih hidup dan berjalan. Selanjutnya, dijelaskan pula, bahwa

Keraton memang merupakan “a living heritage”, tonggak sejarah dan budaya.

Dengan demikinlah hal utama yang perlu dilakukan adalah pemeliharaan,

pelestarian dan pengembangan warisan yang sudah dikembangkan sejak

ratusan tahun lalu itulah yang sangat penting, demi menjamin kelanjutan

31

John Pemberton, “Jawa” On The Subject Of Java, terjemahan Hartono Hadikusumo,

(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2003), hal 155. 32

Lihat: https://plezierku.wordpress.com/2014/05/10/sosok-paku-buwono-x-raja-

surakarta-yang-penuh-kharisma/ diakses pada 08 juni 2015 jam 15.00.

Page 43: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

32

eksistensi Keraton Solo untuk masa depan.33

Keraton Surakarta merupakan lambang pelestarian kebudayaan Jawa,

sebagai pusat pelestarian adat-istiadat yang diwariskan secara turun temurun

dan masih berlangsung hingga kini, dan komunitas yang mempunyai

kebudayaan sendiri. Dan Keraton Kasunanan Surakarta merupakan tempat

yang subur bagi pertumbuhan organisai-organisasi sosial politik. Keadaan ini

dikarenakan Keraton Kasunanan Surakarta sebagai tempat administrasi

pemerintahan, maka bagi pengamat politik dan tokoh politik, Surakarta

merupakan kota yang strategis untuk dijadikan tempat bagi tumbuh

kembangnya organisasi-organisaisi sosial politik.

Kasunanan merupakan kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang

bergelar Sunan. Kerajaan Surakarta Hadiningrat dipimpin oleh seorang raja

yang bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhanan Paku

Buwana Senapati Ingalaga Ngabdulrahman Sayidin Panatagama

Khalifatullah,34

Dengan gelar itu menempatkan raja pada kedudukan yang

tinggi. Dalam struktur birokrasi tradisional raja mempunyai kekuasaan sentral

dalam wilayah kerajaan. Kedudukan dan kekuasaan raja diperoleh berdasarkan

warisan atas tradisi pengangkatan raja baru berdasarkan keturunan. untuk

menjadi sorang raja ia harus berasal dari keluarga yang agung. Trahing

kusuma rembesing madu wijining atapa, tedaking andana warih. Artinya,

33

Anom Muhammad Hadisiswaya, Pergolakan Raja Mataram, (Interprebook, 2001), hal

28. 34

C. Lekkerkerker, Land en Volk Van Java (Groningen: 1983), hal 339

Page 44: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

33

turunan bunga, titisan madu, benih pertapa, turunan mulia.35

Sunan Paku Buwono X, raja Keraton Surakarta yang memerintah pada

tahun 1893 sampai 1939 mempunyai gelar keagamaan sebagai Sayyidin

Panatagama Khalifatullah yaitu raja merupakan kepala, pemimpin, pengatur

agama dan kepala pengatur pemerintah atau negara. Pakubuwono X

mempunyai tempat yang sangat istimewa karena masa pengabdiannya yang

cukup lama yakni 46 tahun. Beliau adalah pribadi yang penuh dengan nilai

keteladanan, kebijakan dan keagungan. Sebagai panutan dalam segala hal

yang berkaitan dengan syariat agama Islam, maka Raja patut ditiru dan

diteladani bagi seluruh rakyat.

Sekalipun ia menjadi raja, berkuasa di keraton dan di wilayahnya.

Akan tetapi beliau tidak merdeka sepenuhnya. Surat-surat dari dan ke luar

harus lewat residen, meskipun itu hanya urusan keluarga. Raja memang

dipandang tinggi oleh rakyatnya, meskupun begitu sebenarnya ia tidak pernah

menjadi orang yang bebas. Ia terikat dengan semacam bentuk aturan, sehingga

untuk keluar dari keratonnya saja ia perlu izin dari residen. Ia adalah tawanan

di keratonnya sendiri. Tidak aneh kalau kemudian ia lebih banyak

mengembangkan politik simbolis daripada politik substantif. Dengan kata

lain, karena ia tidak bebas dalam mengurus kerajaan, kemudian sangat pandai

mengurus dirinya sendiri. Sehingga dalam urusan kerajaan, pikiran beliau

sangat sederhana. Seperti pertanyaannya kepada Patih Sasradiningrat, beliau

menanyakan: “sekarang musim apa?” “para petani sedang apa?” serta “

35

Soemarsaid Moertono, Negara dan Usaha Bina Negara di Jawa Masa Lampau.

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985), hal 62.

Page 45: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

34

bagaimana air sungai?”.36

Keraton Surakarta pada waktu diperintah oleh Sunan Paku Buwono X

merupakan pusat kebudayaan Jawa yang telah memberi kontribusi besar

terhadap perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Oleh sebab itu raja sangat

berkuasa dalam sumber hukum, pengatur kehidupan bermasyarakat dan

bernegara, bahkan raja di anggap sebagai “wakil Tuhan” dimuka bumi.

Berbagai pergumulan politik, ideologi, sosial, budaya dan keagamaan sangat

dipengaruhi oleh kebijakan raja yang berkuasa pada masanya.37

Kota

Surakarta seakan-akan menjadi tempat yang sangat berpengaruh dan menjadi

pusat kebudayaan bagi masyarakat Jawa, yaitu Keraton Kasunanan Surakarta

dan Istana Mangkunegaran. Sedangkan di Yogyakarta terdapat Keraton

Kasultanan dan Istana Pakualaman. Pengaruh kekuatan dari kedua kota

tersebut dalam pergerakan nasional sangat terlihat, bahkan menjadi pusat

pergerakan.

Bangkitnya gerakan-gerakan nasionalis Indonesia dan partai-partai

politik yang menentang pemerintah kolonial Belanda dan raja-raja Jawa yang

didukung oleh pemerintah ini, kemajuan-kemajuan alat transportasi,

komunikasi dan perekonomian yang dengan cepat memberi kesadaran

Surakarta atas adanya suatu dunia internasional yang tentunya bukan berpusat

di Surakarta, apalagi yang diwakili oleh sumbu semesta yang tinggal dalam

keraton.

36

Kuntowijoyo, Raja, Priyayi, dan Kawula: Surakarta 1900-1915, hal 20-21. 37

Purwadi, dkk, Sri Susuhanan Pakubuwono X Perjuangan, Jasa dan Pengabdiannya

untuk Nusa Bangsa, hal 1-2.

Page 46: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

35

Semasa Sunan Paku Buwono X bertahta, keadaan Praja Surakarta

Hadiningrat sudah memasuku zaman baru. Keraton sendiri juga sudah

mengalami perubahan pembangunan dan penambahan beberapa kali, sehingga

membuat Keraton terlihat semakin indah lagi secara fisik. Struktur

pemerintahan pada masa Sunan Paku Buwono X masih sama seperti pada

masa raja-raja sebelumnya, dimana raja yang memiliki jabatan dan kedudukan

yang tertinggi. Untuk menjalankan roda pemerintahan Sunan dibantu oleh

para sentana dan abdi dalem, mereka berkedudukan sebagai wakil raja. Tugas

dari sentana dan abdi dalem sebagai wakil raja ialah menjalankan tugas dan

tanggung jawab yang diperintahkan oleh Sunan. Jalannya roda pemerintahan

di Keraton Kasunanan tetap raja yang mempunyai wewenang. Dibawah raja

terdapat Dewan Menteri (Kabinet), adanya dewan tersebut befungsi sebagai

pembantu raja. Adapun tugas yang biasa dilakukannya adalah mengurus surat

dari raja dan untuk raja.38

Sunan Paku Buwono X membawa masyarakat Jawa memasuki zaman

baru. Masuknya zaman modernisasi yang diperkenalkan oleh bangsa Eropa

dimanfaatkan oleh Sunan untuk meningkatkan kesejahteraannya di sebagian

tanah Jawa dengan melakukan modernisasi, dengan Surakarta sebagai

ibukotanya. Dukungannya Sunan terhadap gerakan kaum republik dapat

membuahkan hasil. Putra-putri dan para bangsawan keraton disekolahkannya

ke berbagai tempat di luar negeri, telah menjadi kader-kader perjuangan yang

tangguh. Banyak sekali bukti yang bisa dilihat, dibaca dan didengar langsung

38

Dwi Ratna Nurhajarini, dkk, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, hal 156-157.

Page 47: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

36

dari para kerabat dan keturunannya, apa saja jasa dan perjuangannya yang

telah dilakukannya selama beliau menjadi Raja.39

Reformasi melahirkan ide baru, dengan pelaksanaan yang rapi,

dilakukan oleh para pegawai pembesar di keraton. Berbeda dengan raja

sebelumnya, Sinuhun PB X memasukkan unsur-unsur budaya Barat,

khususnya dalam bidang seni dan media massa. Hingga lahir surat kabar dan

majalah di Surakarta. Bahkan, Sunan atau keraton berlangganan surat kabar

dan majalah yang berbahasa Jawa, Melayu dan Belanda. Berdasarkan

informasi dari majalah dan surat kabar itulah, beliau mengetahui apa yang

terjadi di luar keraton maupun mancanegara. Abdi dalem keraton secara

bergiliran membacakan isi surat kabar dan majalah itu kepada Sunan.

Sunan Paku Buwono X seorang raja yang banyak membawa

perubahan yang bersifat progresif, banyak menciptakan kemajuan di

lingkungan keraton Surakarta. Sunan PB X adalah penguasa Jawa yang mudah

menerima masuknya pengaruh budaya asing sebagai salah satu unsur

modernisasi di lingkungan keraton. Sunan juga banyak meminjam unsur-unsur

Barat yang bersifat lahiriah yang disesuaikan menurut seleranya. Seperti menu

makanan, pakaian, arsitektur rumah yang mirip loji di puncak Argapura yang

mendapat pengaruh dari Belanda, tetapi atapnya tetap bergaya bangunan Jawa.

Selain itu juga terdapat patung-patung Eropa yang diletakkan sebagi hiasan di

sekeliling pandapa Sasana Sewaka dan Sasana Handrawia. Administrasi

pemerintahan juga diatur mengikuti contoh Barat dan dipusatka di Kepatihan.

39

Purwadi, dkk, Sri Susuhanan Pakubuwono X Perjuangan, Jasa dan Pengabdiannya

untuk Nusa Bangsa, hal 16.

Page 48: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

37

Akan tetapi Sunan sebagai penguasa juga melindungi kebudayaan Jawa dan

mempertahankannya.40

Meskipun pengaruh Barat telah masuk kedalam

kehidupan keraton, namun hal ini tidak mengubah sistem hierarki tradisional

yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram yang masih berlaku untuk

generasi penerusnya dan mencoba untuk tetap dipertahankan yaitu Keraton

Surakarta.

Orang yang menganggap keraton adalah tempat untuk makan enak dan

tempat bersenang-senang saja itu adalah salah. Keraton oleh Paku Buwono X

dijadikan untuk mendidik dan menggembleng para putera, sentana, dan

kerabat keraton. Seluruh penghuni diwajibkan untuk menuntut ilmu. Sri

Susuhanan Paku Buwono X dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah

mengeluh, tingkah lakunya yang tidak pernah berubah, sangat disiplin dan

mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, terhadap putra-putrinya beliau

selalu bersikap keras akan tetapi penuh akan rasa kasih sayang.41

Menjelang pergantian abad ke-20 di Belanda terjadi perubahan politik

terhadap Indonesia yaitu menjadi Politik Etis yang digagas oleh Van Deventer.

Pemikiran ini berdasarkan bahwa Belanda mempunyai hutang budi kepada

Indonesia yang harus dibayar Belanda kepada jajahannya sebagai pengganti

harta kekayaan yang pernah diambilnya. Politik Etis pada intinya adalah

memperluas dan memperbaiki program-program yang sudah ada, seperti:

perluasan pendidikan model Barat, irigasi, peningkatan pelayanan kesehatan,

40

Purwadi, dkk, Sri Susuhanan Pakubuwono X Perjuangan, Jasa dan Pengabdiannya

untuk Nusa Bangsa , hal 180. 41

R.M Karno, Riwayat dan Falsafah Hidup ingkang Sinuhun Sri Susuhanan

Pakubuwono X 1893-1939, hal 97.

Page 49: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

38

dan meningkatkan pertumbuhan industrialisasi. Banyak usaha yang dijalankan

pada bidang pendidikan, dan hasilnya sering kali membuat bangga para

pejabat Belanda. Semua pendukung politik etis menyetujui ditingkatkannya

pendidikan bagi rakyat Indonesia.42

Politik Etis atau politik balas budi merupakan sebuah haluan politik

yang dijalankan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1900-1942.

Politik ini didasarkan pada pertimbangan bahwa negeri Belanda telah banyak

berhutang budi kepada rakyat Indonesia selama berabad-abad. Hal ini

dikarenkan sejak zaman VOC hingga masa Kolonial Liberal sebagian besar

kekayaan yang dipunyai bangsa Indonesia dikeruk dan dibawa ke Belanda.

Walaupun tujuan politik etis sangat mulia, tetapi dalam pelaksanaannya tidak

demikian. Dengan segala kelemahan politik etis telah mendorong perubahan

sosial di kalangan penduduk pribumi. Hal itu dikarenakan banyak penduduk

bumi putera yang mengenyam pendidikan Barat, sebagai suatu cara untuk

mengubah pemikiran yang tradisional. Walaupun dari sudut pandang Kolonial

kebijakan pendidikan Barat diarahkan untuk kepentingan Pemerintah

Kolonial, tetapi dari sudut kepentingan perjuangan bangsa Indonesia

pendidikan Barat melahirkan Elit Baru yaitu dengan munculnya nasionalisme

yang terwujud dalam Pergerakan Nasional Indonesia untuk kemerdekaan

Indonesia.43

Munculnya nasionalisme yang terwujud dalam pergerakan Nasional

Indonesia kearah kemerdekaan Indonesia menyebar luas keseluruh bagian

42

M.C Riklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gama Press, 1991), hal 236. 43

Cahya Budi Utomo, Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia, (IKIP Semarang

Press, 1995), hal 40-43.

Page 50: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

39

wilayah Indonesia. Begitu juga di Surakarta yang merupakan titik penting

sebagai salah satu pelopor gerakan nasional yang diwadahi dan mendapat

perhatian penting dari Sri Susuhanan Paku Buwono X sebagai raja di keraton

Kasunanan Surakarta.

Politik Etis yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda

mengakibatkan pembukaan sekolah-sekolah dengan sistem Barat diwilayah

Hindia Belanda. Pembukaan sekolah-sekolah ala Barat itu diperluas sampai

untuk kalangan masyarakat. Munculnya politik asosiasi yang dijalankan oleh

pemerintah Hindia Belanda menimbulkan kebudayaan dan pengetahuan Barat

diperkenakan lebih luas disekolah-sekolah. Politik asosisasi merupakan

kebijakan yang menghendaki rakyat Bumi Putera dibina agar terpengaruh

terhadap kebudayaan Barat.44

Diwilayah kerajaan sendiri perkembangan pendidikan mengalami

kemajuan, karena Sunan sebagai penguasa kerajaan sangat perduli terhadap

pendidikan dan mengerti akan pentingnya sebuah pendidikan, hal tersebut

dikarenakan beliau berkuasa pada zaman dimana pendidikan merupakan hal

penting yang dimiliki oleh semua orang. Maka dari itu Sunan Paku Buwono

X menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah-sekolah Belanda. Di lingkungan

Kasunanan sendiri Sunan Paku Buwono X memelopori dunia pendidikan

menjadi tiga kelompok,45

yaitu: 1) Pendidkan dan Pengajaran Model Barat, 2)

Pendidikan dan Pengajaran Bedasarkan Islam, 3) pendidikan dan Pengajaran

Menurut pola Tradisional.

44

Depdikbud, Sejarah Pendidikan Jawa Barat, (Jakarta: Depdikbud, 1984), hal 7. 45

Radjiman , Sejarah Mataram Kartasura Sampai Surakarta Hadiningrat, (Surakarta:

Krida Surakarta. 1984), hal 224.

Page 51: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

40

Keraton Kasunanan sebagai pusat pemerintahan bagi keraton, berawal

dari dalam keraton rakyat dapat mengikuti peraturan dan kegiatan keagamaan.

Penghulu Keraton mengajarkan kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan

oleh orang Islam, seperti: sholat, puasa, serta menjalankan rukun Islam,

kewajiban untuk mengIslamkan anak laki-laki dan mendidiknya dengan

pendidikan agama. Kondisi keagamaan pada masa Paku Buwono X dapat

berkembang dan maju. Dengan Al-Qur’an dan Hadist sebagai pijakan, para

ulama menyusun syari’at yang merupakan hukum Islam. Suatu perpaduan

perundang-undangan yang rumit meliputi hampir setiap bidang kehidupan

sosial, tetapi dengan titik dan khususnya pada urusan-urusan agama.46

Paku Buwono X sebagai kepala pengatur agama menaruh perhatian

besar terhadap perkembangan dan penyebaran agama Islam. Hal ini terbukti

pada waktu itu telah diadakan penyuluhan tentang agama Islam, Sekaten47

,

Grebeg Siyam, dan Grebek Maulud 48

merupakan bukti bahwa keraton

46

Cliffort Geertz, Santri Dan Abangan Di Jawa, (Jakarta: Pustaka Raya, 1983), hal 166 47

Sekaten berasal dari kata “Syahadatain” yang artinya dua kata persaksianuntuk

meyakini kebenaran yaitu: Syahadat Tauhid (keyakinan ke-Esaan Tuhan) dan Sholawat Rasul

(Keyakinan bahwa Nabi Muhammad adalah Utusan Allah. Lihat, A. Basid Adnan (ed), Mutiara

Hikmah: Kapita Selekta Tulisan K.H.R Muhammad Adnan, (Surakarta: Yayasan

Mardikintoko,1977), hal 125. Perayaan Sekaten intinya untuk memperingati kelahiran Nabi

Muhammad SAW. Dilaksanakan di serambi Masjid Agung Surakarta setiap malam hari diadakan

pengajian oleh para ulama yang pada dasarnya mengajak agar kita dapat mencontoh suri tauladan

Nabi baik akhlak, tindakan dan tutur bahasanya. Pengajian tersebut diiringi dengan bunyi alunan

gamelan. Upacara Sekaten dilaksanakan setiap tanggal 5-12 Rabiul Awal (mulud). Lihat, A. Basid

Adnan, Mutiara Hikmah: Kapita Selekta Tulisan K.H.R Muhammad Adnan, hal 38 48

Grebeg adalah upacara keagamaan yang ada di Keraton, yang diadakan sebanyak tiga

kali dalam satu tahun, yaitu bertepatan dengan hari lahirnya Nabi Muhammad saw (Grebeg

Maulud), pada saat Hari Raya Idul Fitri (Grebeg Syawal) dan pada saat Hari Raya Idul Adha

(Grebeg Besar). Grebek bisa diartikan sebagai ritual politik yang partisipasi didalamnya memiliki

arti lebih dalam daripada sekedar perayaan. Lihat: Kuntowijoyo, Raja, Priyayi, dan Kawula:

Surakarta 1900-1915, hal 59.

Page 52: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

41

menaruh perhatian besar terhadap agama, khususnya agama Islam.49

Atas

perhatiannya yang besar itulah maka agam Islam menjadi berkembang di

Kasunanan.

Pada masa Paku Buwono X agama Islam mengalami perkembangan,

perkembangan tersebut dibuktikan dengan adanya perubahan arah dakwah dan

khutbah. Misalnya dalam Khotbah Jum’at yang tadinya hanya menggunkan

bahasa Arab kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Jawa juga adanya

penterjemah Al-Qur’an kedalam bahasa Jawa oleh Bagoes Arfah. 50

cara ini

sangat efektif bagi masyarakat karena mudah diterima dan lebih mudah

dipahami dalam mempelajari agama Islam.

Selama Susuhanan Paku Buwono X menjadi seorang raja, keadaan

negara nyaris tanpa kendala, karena begitu bagusnya pemerintahan yang

membuat kesejahteraan. Paku Buwono X tergolong mampu dalam mengurus

negara. Ia banyak memberikan dana untuk kesejahteraan umum dalam hal

pembangunan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Semenjak Susuhanan

Paku Buwono X bertahta banyak perubahan dan mampu menciptakan

kehidupan yang lebih sejahtera bagi rakyat dan negaranya.

49

Andi Haris Prabawa, Atika Sabardila, “Peran Abdi Dalem Ngulama Keraton

Kasunanan Surakarta”, Surakarta: Lembaga Penelitian UMS, Jurnal Penelitian Humaniora

Vol.2.No 1 Februari 2001, hal 3-4. 50

Kuntowijoyo, Raja, Priyayi, dan Kawula: Surakarta 1900-1915, hal IX.

Page 53: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

42

BAB III

KRISTENISASI DI SURAKARTA

A. Keberagamaan Masyarakat Surakarta

Agama Islam merupakan agama yang di anut oleh sebagian besar

masyarakat Jawa. Diantara mereka masih banyak yang menganut agama dari

nenek moyangnya yang terdahulu, yaitu agama Hindu-Budha, dan sebagian

yang lain menganut agama Kristen. Untuk yang beragama Islam, masyarakat

Jawa terdapat dua golongan, yaitu Islam Santri,1 dan Islam Kejawen (sering di

sebut Agami Jawi).2 Masyarakat Jawa golongan Islam santri banyak berada di

daerah pesisir, seperti Surabaya, Gresik dan lain-lain, sedangkan golongan

Islam Kejawen berada di Yogyakarta, Surakarta, dan Bagelan.3

Menurut Cliffort Geertz, yang dikutip oleh Mark R. Woodwark, Geertz

menyebutkan bahwa masyarakat Jawa dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

santri, yang merupakan kalangan muslim ortodoks, priyayi adalah kalangan

1 Islam Santri Dalam kamus besar bahasa Indonesia, santri berarti: 1. Orang yang

mendalami agama Islam, 2. Orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh; orang Sholeh. Lihat:

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hal 783. Sedangkan menurut Koentjaraningrat,

sebagaimana yang dikutup oleh Zaini Muchtarom, menyebutkan bahwa istilah santri yang mula-

mula dan biasanya dipakai untuk menyebut murid yang mengikuti pendidikan Islam, merupakan

perubahan bentuk dari kata India shastri yang berarti orang yang mengerti kitab-kitab suci

(Hindu), seorang ahli kitab suci. Adapun kata shasri diturunkan dari kata shastra yang berarti

kitab suci, atau karya keagamaan atau karya ilmiah. Lihat: Zaini Muchtarom, Islam di Jawa Dalam

Perspektif Santri dan Abangan, (Jakarta: Salemba Ilmiah, 2002), edisi I, hal 12 2 Kejawen lebih tertuju pada kebudayaan dan lambat laun mengalami percampuran

dengan kepercayaan yang dianut oleh orang Jawa itu sendiri dengan kehadiran agama Hindu-

Budha. Hal ini masih berlangsung ketika Islam datang ke Pulau Jawa dimana Walisanga dalam

meyebarluaskan ajaran Islam tidak mengganggu keberadaan budayaan lokal, yaitu budaya Jawa.

Kejawen adalah segala yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan orang Jawa. Lihat: Tim

Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hal 405. Golongan Kejawen ini terdiri dari kaum ningrat, golongan

priyayi, dan kebanyakan terdiri dari kaum tani. 3 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hal 211

Page 54: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

43

bangsawan yang dipengaruhi oleh unsur-unsur Hindu dan Jawa, abangan

yaitu masyarakat desa yang percaya kepada animisme.4 Hal ini menyimpulkan

bahwa ada ciri khusus tentang keberagamaan pada masyarakat Jawa,

khususnya pada masyarakat muslimnya.

Dalam catatan para ahli sejarah, ajaran Islam masuk ke pulau Jawa

sekitar abad XI masehi. Ajaran Islam ini dibawa oleh para mubaligh dari Pasai

(Aceh Utara) dan para pedagang dari Gujarat. Selain itu, ada pula yang

diajarkan langsung oleh para pedagang Islam dari Arab, yang sedang

berdagang di berbagai Kerajaan di pesisir Nusantara pada waktu itu.5

Perlu diketahu bahwa dominasi agama Hindu-Budha di tanah Jawa sudah

ada sejak abad ke-6 yang hingga kini masih bisa dirasakan. Berbagai

bangunan bersejarah pun masih kental dengan pengaruh dari kedua agama

tersebut. Di samping itu, ritual keagamaan dan kepercayaan orang Jawa juga

tak luput dari pengaruh Hindu-Budha.

Masyarakat Jawa banyak yang menganut agama Islam Sinkretik. Hingga

sekarang Masyarakat Jawa yang menganut Islam sinkretis masih banyak

ditemukan, terutama di daerah Yogkarta dan Surakarta. Secara formal mereka

tetap mengakui bahwa Islam sebagai agamanya, meskipun tidak menjalankan

ajaran-ajaran Islam yang pokok, seperti Sholat lima waktu, puasa wajib bulan

Ramadhan, zakat dan haji.6 Itu karena mereka belum memahami betul ajaran

4 Mark R. Woodwark, Islam Jawa, Kesalehan Normatif versus Kebatinan, (Yogyakarta:

LKis, 2006), hal 2 5 Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia:

Dari Abad XIII XVIII Masehi, (Kudus: Menara Kudus, 2000), hal 21 6 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, hal 313

Page 55: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

44

Islam dan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan sebagai seorang

muslim.

Sejak keraton Surakarta masih sebuah kerajaan Mataram Islam, pada

masa Sunan Amangkurat II menduduki tahta kerajaan, ia besengketa dengan

adiknya, yaitu Pangeran Puger untuk memperebutkan kekuasaan. Dan

akhirnya Pangeran Puger dapat merebut kekuasaan setelah Sunan Amangkurat

III menjadi raja. Peristiwa perebutan kekuasaan tersebut terjadi pada tahun

1709, Pangeran Puger kemudian di kenal dengan Paku Buwono I. Pada masa

Paku Buwono I kehidupan keagamaan belum terlihat mengalami kemajuan,

karena pada masa itu di dalam keraton terjadi pergantian kekuasaan serta

kondisi keraton yang belum stabil. Masa Paku Buwono I kepercayaan bersifat

sinkretisme yang sudah ada sejak kerajaan Mataram Islam berpengaruh

terhadap kondisi keIslaman di keraton Kasunanan. Wujud Islamisasi Jawa di

keraton terlihat dari adanya karya-karya berupa sastra dan tradisi-tradisi yang

ada sejak masa kerajaaan Jawa Islam (Demak, Pajang, Mataram Islam), seperti

upacara Grebeg, Tembang Macapat. Oleh karena itu dapat dilihat bahwasanya

karakteristik kebudayaan Jawa-Islam adalah tetap mempertahankan tradisi

agama Hindu-Budha termasuk juga animisme-dinamisme yang diperkaya dan

di sesuaikan dengan ajaran Islam.7

Masyarakat yang berada di sekitar Keraton Surakarta Hadiningrat,

memeluk agama yang beragam. Sebagai kelanjutan dari kerajaan Mataram

7 Kusniatun, Dinamika Keraton Dalam Pengembangan Budaya Islam Dan Kebudayaan

Jawa, Makalah Suplemen Seminar Nasional, “Peran Keraton Dalam Pengembangan Islam,

(Surakarta: UMS, 2007), hal 5

Page 56: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

45

Islam, agama Islam menjadi agama resmi yang berlaku di Kasunanan

Surakarta. Meskipun agama Islam sudah menjadi agama resmi kerajaan, tetapi

tradisi nenek moyang masih dijalankan dan dipertahankan. Antara tradisi

leluhur dengan ajaran Islam berjalan beriringan inilah yang disebut dengan

“Islam-Kejawen”. Perpaduan ini muncul karena biasanya rakyat hanya

mengikuti sang Raja yang beragama Islam, karena raja mereka beragama

Islam maka merekapun mengikuti agama yang dipeluk oleh sang raja, akan

tetapi belum sadar untuk menjalankan syari’at-syari’at Islam.

Terjadi proses akulturasi kebudayaan istana yang bercorak Hindu-Jawa

dengan kebudayaan pesantren yang bercorak Islam-Jawa. Unsur-unsur Islam

pesantren ditransfer dan diadopsi untuk memperkaya warisan budaya leluhur

yang selama ini dianut. Oleh karena itu, di Jawa pada umumnya dan di

Surakarta khusunya, muncul dua varian dikalangan umat Islam, yaitu kaum

santri dan kaum Abangan. Kaum santri adalah mereka yang melaksankan

rukun-rukun Islam, sedangkan kaum abangan adalah mereka yang belum

menjalankan syariat Islam meski telah memeluk Islam. Dengan demikian

membuat dinamika dan kekuasaan keagamaan di Kasunanan Surakarta

menekankan pada dua aspek, yaitu budaya dan syariat.8

Agama yang dianut oleh sebagian besar anggota komunitas keraton

adalah agama Islam yang besifat sinkretik yang disebut dengan istilah Agami

Jawi atau Kejawen. Agama Islam sinkretik ini merupakan agama Islam yang

bercampur dengan keyakinan dan konsep-konsep Hindu-Budha yang cendrung

8 http://www.kerajaannusantara.com/id/surakarta-hadiningrat/sosial-budaya-agama,

diakses: rabu, 23 September 2015 jam 15.00

Page 57: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

46

kearah mistik, serta unsur-unsur yang berasal dari zaman pra-Hindu. Dalam

agama Islam santri atau kaum santri, dianut oleh sebagian penduduk di pantai

utara Pulau Jawa. Walupun mereka ini adalah penganut agama Islam puritan

yang taat menjalankan syariat Islam, tetapi tidak sepenuhnya mereka bebas

dari unsur-unsur animisme dan unsur-unsur Hindu-Budha.9

Agama Islam yang bersifat sinkretik yang berada di Kasunanan Surakarta

telah mewarnai simbol-simbol budaya di keraton, begitupun pada

masyarakatnya yang menampakkan sifat Islam sinkretik. Berbagai

kepercayaan sebelum Islam, seperti kultus pusaka, kultus nenek moyang,

kepercayaan pada makhluk halus, dan upacara-upacara pra Islam lainnya

merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan keagamaan

masyarakat keraton. Akhirnya, semua itu menjadi ciri keagamaan masyarakat

keraton yang oleh para peneliti kemudian disebut dengan istilah Agami Jawi.10

Sifat sinkretisme agama yang dianut oleh masyarkat keraton sebenarnya

tidak dapat dilepaskan dari proses Islamisasi di pedalaman Jawa itu sendiri.

Sebab agama Islam yang masuk ke pedalaman masyarakat Jawa tidaklah

dalam bentuk murni yang mementingkan hukum syariah, namun lebih kearah

sufisme atau mistik Islam.11

Di Kasunanan sendiri sejak awal pemerintahan

sudah bercorak Islam. Hal tersebut dilihat karena adanya jabatan Penghulu

dan Abdi Dalem Ulama dalam birokrasi di Kasunanan. Berlakunya peradilan

Islam dengan hukum dan ajaran Islam, penggunaan gelar Sayyidin

9 Darsiti Soeratman, Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830-1939, (Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada, 1989), hal 462 10

Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, hal: 310 11

H.J de Graaf dan Th. G. Th. Pigeaud, Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, Peralihan

Majapahit ke Mataram, (Jakarta: Grafitipers, 1985), hal: 256 – 275.

Page 58: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

47

Panatagama yang dipakai Sunan, dan berdirinya Masjid Agung dilingkungan

Kasunanan. Keberadaan Islam yang berada didalam keraton Kasunanan selalu

dikaitkan dengan tradisi dan budaya Jawa. Dan upacara-upacara yang

diselengarakan oleh keraton juga bersifat Islami.

Dalam kehidupan keagamaan didalam keraton Kasunanan, Ulama Abdi

Dalem atau Penghulu Keraton tidak hanya bertugas sebagai pemangku urusan

Agama tapi juga sebagai penasehat Agama. Perannya adalah memutuskan

kebijakan yang berkaitan dengan keagamaan, dimana ia berperan memberikan

masukan tentang keagamaan. Berkembangnya agama Islam ini justru berawal

dari dalam keraton sendiri, karena rakyat percaya dan yakin dengan agama

yang dianut, jika raja juga menganut keyakinan yang sama.12

Masa Paku Buwono X upacara-upacara keagamaan yang bersifat mistik

masih terus berlangsung, seperti upacara Mahesalawung, dalam upacara

tersebut mereka memberikan suatu sesaji yang berupa daging dari segala

macam binatang, seperti ikan, buaya, monyet, lutung, harimau, dan

sebagainya. Sesaji itu dipersembahkan untuk bangsa lelembut. Dan masih

banyak upacara-upacara yang berbau mistik lainnya dengan berbagai aturan

pada setiap ritualnya yang rutin dilakukan pada masa itu.13

Paku Buwono X adalah simbol tradisi Islam dan Jawa. Tradisi Islam

tetap di pelihara. Seperti tradisi Islam yang dilakukan setiap bulan Maulud,

Sunan akan memberikan hadiah kepada orang Arab, Benggal, dan para haji

yang berdzikir di masjid yang datang dari berbagai daerah, Dari setiap

12

Subhan S.D, Ulama-ulama Oposan, (Bandung: Pustaka Hidayah, t.th), hal 7 13

Kuntowijoyo, Raja, Priyayi dan Kawula Surakarta 1900-1915, (Yogyakarta: Penerbit

Ombak, 2004), hal 36

Page 59: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

48

orangnya mendapatkan dua gulden. Pada hari itu juga orang-orang miskin di

berikan beras. Pada bulan Maulud juga dilaksanakannya perayaan Sekaten.

Karena PB X adalah simbol tradisi Islam Dan Jawa, jadi tidak hanya tradisi

Islam yang menjadi perhatian Sunan, tradisi Jawa-pun di hidupkan olehnya.14

Jadi jika disimpulkan tentang keberagamaan di keraton yaitu meskipun

mereka mengakui dasar agama mereka adalah Islam akan tetapi masih percaya

terhadap hal-hal ghaib dan hal-hal yang berbau mistik lainnya. Di samping

mereka shalat, puasa dan menjalankan syariat Islam, tetapi masih suka

menyimpan berbagai benda-benda pusaka, seperti keris dan lain sebagainya.

Mereka percaya benda-benda pusaka tersebut didalamnya menyimpan

kekuatan.

B. Pemerintah Kolonial dan Misi Kristensasi

Dalam membicarakan awal Kristenisasi di Indonesia, menurut catatan

sejarah mengatakan bahwa agama Kristen datang ke Indonesia dibawa oleh

Portugis dengan armada dagangnya pada abad ke-16 M.15

Sejarah kegiatan

Kristenisasi di Indonesia berawal dari kedatangan bangsa Portugis yang

menemukan rute ke Asia lewat Afrika Selatan menandai era baru kegitan misi

Kristenisasi di kepulauan Indonesia.16

Pada abad yang sama orang-orang

Portugis berhasil mendarat di Maluku, setelah itu melebarkan ekspansinya ke

Goa dan Malaka yang dijadikan sebagai pusat kegiatan misi Kristen. Usaha

misi Kristenisasi yang digencarkan oleh orang-orang Portugis meraih

14

Kuntowijoyo, Raja, Priyayi dan Kawula Surakarta 1900-1915, hal 36. 15

Lukman Fatahullah Rais, Mohammad Natsir Pemandu Umat, (Jakarta: PT Bulan

Bintang 1989), hal 18. 16

Komaruddin Hidayat, (Ed) Passing Over, Melintas Batas Agama, (Jakarta: Gramedia

dan Paramadina, 1998), hal 11.

Page 60: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

49

kesukseskan terutama di wilayah Maluku sebagai kepulauan yang kaya akan

rempah-rempah.17

Sebelum membicarakan lebih jauh tentang misi kristenisasi yang

disebarkan oleh kolonial Belanda penulis akan menjelaskan arti dari

Kristenisasi terlebih dahulu, Kristenisasi ialah Pengkristenan (orang-orang)

atau gerakan untuk mengkristenkan umat manusia.18

Kristenisasi dalam

pengertian yang lain adalah upaya meng “Kristen” kan semua manusia, baik

anak keturunan Bani Israil yang sesat, maupun manusia lainnya di bumi ini.

Adapun istilah “Kristenisasi” sama dengan istilah Zending dan Evangelisasi,

Zending merupakan istilah kosakata bahasa Belanda, yang berarti pengutus

Injil (Misi yang dibawakan oleh Krisen Protestan), sedangkan Evangelisasi

yang berarti penginjilan (Misi yang dibawakan oleh Kristen Katolik), hanya

saja memiliki perbedaan dalam segi bahasanya, bahwa Zending dan

Evangelisasi adalah bahasa ramah dan halusnya dalam menyebarkan Misinya.

Akan tetapi kata Kristenisasi lebih bersifat kepada melakukan dengan segala

cara melalui segala pemanfaatan, seperti: kemiskinan, kebodohan masyarakat,

pengangguran, dan lain sebagainya.

Kedatangan Belanda ke Indonesia yaitu pada tahun 1602 melalui

perusahaan dagangnya yang bernama VOC (Vereenigde Oost-Indische

Compagnie)19

dengan tujuan membantu mengurusi masalah pertanian di

17

Syamsud Dhuha, Penyebaran dan Perkembangan Islam-Katolik-Protestan di Indonesia,

(Surabaya: Usaha Nasional, 1987), cet. Ke 2, hal 56. 18

Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Karya Utama, 2002), hal. 335 19

VOC adalah perkumpulan perdagangan Belanda yang didirikan pada tahun 1602 dan

dibubarkan tahun 1799. Perkumpulan ini bertujuan mencari laba sebanyak-banyaknya dan

sekaligus menggalang kekuatan untuk melawan Portugis dan Spanyol. Lihat; Aqib Suminto,

Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, 1985), hal 17.

Page 61: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

50

Indonesia.20

Didirikannya VOC juga awal dari misi Kristenisasi masa

Kolonial Belanda. Pada awal kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia

mendapat respon yang baik dari masyarakat Indonesia. Karena pada waktu itu

orang-orang Belanda datang dengan sikap yang baik pula, dan tidak

menampakkan tanda-tanda permusuhan dengan masyarakat pribumi.

Masuknya agama Kristen tidak lepas dari kegiatan penjajahan Belanda

yang disebut dengan 3G yaitu: Glory, Gold dan Gospel.21

Maksud dari “3G”

itu adalah, Glory (menang) yaitu suatu motif penjajahan dan meguasai negeri

yang sedang dijajahnya untuk dapat dikuasai, motif yang kedua yaitu ekonomi

atau Gold (emas, kekayaan) motif ini yaitu untuk mengeksploitasi, memeras

dan mengeruk harta kekayaan negeri jajahannya, dan motif ketiga yaitu

Gospel yaitu motif untuk menyebar luaskan agama Kristen kepada anak-anak

negeri jajahannya atau motif untuk mengubah agama yang dipeluk

penduduk.22

Karena dengan cara mengkristenkan penduduk merupakan jalan

untuk mengekalkan penjajahannya, adanya kesamaan keyakinan beragama

antara si penjajah dengan yang terjajah maka semangat untuk memberontak

akan padam dengan sendirinya.

Gerakan kristenisasi di Indonesia sudah dilakukan oleh misionaris kristen

sejak zaman penjajahan Belanda. Oleh karena itu, sejarah kristenisasi tidak

bisa dipisahkan dari misi penjajahan, karena salah satu misi penjajahan

Belanda di Indonesia adalah menyebarkan agama Kristen. VOC sebagai

20

Ratno Lukito, Pergumulan Antara Hukum Islam dan Adat di Indonesia, (Jakarta: INIS,

1998), hal 29 21

Musthafa Kamal Pasha dan Chusnan Jusuf, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam,

(Yogyakarta: Persatuan, 1989), hal 20 22

Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan

Islam, (Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2005), hal 103

Page 62: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

51

perkumpulan perdagangan Belanda yang bertujuan mencari keuntungan yang

sebesar-besarnya ini pada tahun 1602 diwajibkan untuk menyebarkan agama

Kristen, VOC tidak memakai cara lain selain meniru Portugis dan Spanyol,

yaitu dengan cara paksa.

Hadirnya pemerintah Belanda pada abad ke-17 tidak memberikan

pengaruh yang besar terhadap tatanan kehidupan masyarakat Indonesia,

karena pada waktu itu pemerintah Belanda belum ikut campur tangan dalam

segala urusan agama Islam. Tidak ikut campurnya Belanda pada waktu itu

karena belum memiliki pengetahuan yang jelas tentang Islam, selain itu juga

mereka belum mengetahui tentang sistem Sosial agama Islam. Namun ketidak

ikut campuran perintah Belanda terhadap urusan Islam tidak berlangsung

lama, karena pada tahun-tahun berikutnya Belanda mulai membuat

kebijaksanaan-kebijaksanaan baru.

Pemerintah Belanda membuat kebijakan terhadap masyarakat Indonesia

yang beragama Islam untuk bebas dalam menjalankan ajaran agamanya.

Kebijakan pemerintah Belanda menyatakan netral terhadap urusan agama, hal

tersebut bisa dilihat dengan tercantumnya undang-undang Belanda untuk

negeri jajahan, yaitu pada RR (Regeering Regliment) no. 78 ayat 117 tahun

1855, yaitu mengakui kemerdekaan beragama dan menyatakan netral dalam

masalah agama, kecuali apabila aktivitas agama tersebut dinilai mengganggu

ketertiban keamanan.23

Maksud dari netral adalah tidak memihak dan tidak ikut campur tangan

terhadap segala sesuatu yang menyangkut urusan agama, atau bisa juga

23

Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, hal 26

Page 63: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

52

membantu dalam urusan apa saja secara seimbang tanpa mencampuri urusan

intern agama tersebut. Tetapi pernyataan netral yang telah ditetapkan oleh

kolonial Belanda terhadap urusan agama berbeda antara teori dan praktiknya.

Pada kenyataanya kebijakan pemerintah Belanda terhadap Islam lebih tepat

dikatakan selalu ikut campur tangan daripada netral. Selain selalu ikut campur

tangan dalam urusan agama Islam, pernyataan netral tersebut juga tidak

terealisasikan dalam memperlakukan agama Islam jika dibandingkan dengan

agama Kristen. Dan pada kenyataannya sering terjadi diskriminasi dalam

kebijakan yang berhubungan dengan agama.

Perlakuan Pemerintah Belanda kepada Islam berbeda jika dibandingkan

perlakuan mereka terhadap Kristen, diskriminatif mereka lakukan sangat

terlihat sekali dalam segala bidang. Misalnya dalam memberikan bantuan

yang berupa sumbangan dana yang diberikannya sangat tidak seimbang

kepada kedua agama tersebut. Seperti yang terjadi pada tahun 1917,

sumbangan pemerintah Belanda kepada Islam berjumlah sebesar f. 127.029;,

sedangkan sumbangan yang diberikan kepada pihak Kristen pada tahun yang

sama yaitu berjumlah f. 1.235.500; dapat dilihat bahwa sumbangan yang

dikeluarkan oleh pihak Pemerintah kolonial jumlahnya tidak sama dan jauh

berbeda. Islam tidak menerima bantuan dana dari pemerintah Belanda seperti

agama Kristen. Pemerintah Belanda melakukan diskriminasif tersebut karena

faktor kepentingan politik. Hal itu telah membuktikan bahwa Belanda tidaklah

bersikap netral terhadap agama.24

24

Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, hal 32

Page 64: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

53

Campur tangan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial dalam

membantu Kristen yang demikin mencolok itu menimbulkan kesan bahwa

urusan gereja merupakan tanggung jawab negara. Bantuan-bantuan yang

berupa dana kepada Kristen tersebut belum termasuk dana bantuan bagi

pemelihara gereja, sekolah dan rumah sakit yang juga tidak sedikit

jumlahnya. Karena atas hal itulah timbul suara dari pihak Islam, agar

pemerintah Hindia-Belanda menghentikan semua bantuannya kepada sekolah-

sekolah agama, baik Islam maupun Kristen.25

Pihak Belanda mendukung kegiatan Kristenisasi di indonesia yang

bertujuan untuk menukar agama masyarakat Indonesia yang mayoritas

memeluk Islam, menjadi penganut agam Kristen. Kristenisasi yang dijalankan

oleh Zending didukung oleh pemerintah Belanda dengan memberikan subsidi

berupa dana dalam setiap bentuk pembangunan gereja, rumah sakit, dan

sekolah-sekolah. Pembangunan-pembangunan tersebut untuk menarik

perhatian umat Islam agar terpengaruh untuk pindah ke agama Kristen. Usaha-

usaha kristenisasi itu bukan saja mendapat dukungan orang-orang Belanda

yang ada di Indonesia, tetapi juga mendapat dukungann orang-orang Belanda

yang ada di Negaranya.

Sebagai bangsa Kristen, Belanda berkewajiban untuk meningkatkan

kondisi kehidupan orang-orang Kristen pribumi, untuk memberi bantuan lebih

banyak lagi kepada kegiatan-kegiatan misi Kristenisasi di Indonesia. Gubernur

Jenderal Idenburg yang menjabat dari tahun 1906 hingga 1916, terang-

25

Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, hal 37

Page 65: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

54

terangan menyatakannya dukungannya terhadap kegiatan misi di Indonesia.

Dan kebijakan netralis terhadap agama yang seperti dikatakan oleh pemerintah

Belanda nyatanya hanyalah ilusi belaka.26

Semenjak Idenburg diangkat

menjadi Gubernur Jendral Hindia-Belanda, dia dianggap melancarkan

kersteningspolitiek, yaitu kebijaksanaan yang menunjang kristenisasi di

Indonesia.

Pada awalnya, dalam menghadapi Islam di Indonesia, pemerintah

Belanda belum mempunyai kebijaksanaan yang jelas mengenai urusan yang

berhubungan dengan Islam. Kebijaksanaan untuk tidak mencampuri urusan

agama Islam tersebut, pada kenyataannya tidak memiliki garis kerja yang

jelas. Dalam masalah haji misalnya, pemerintah kolonial tidak bisa menahan

diri untuk tidak ikut campur tangan, malahan para haji sering dicurigai,

dianggap fanatik dan suka memberontak. Oleh karena itu pada tahun 1825-

1859 dikeluarkan berbagai peraturan tentang masalah haji yang bertujuan

untuk membatasi jumlah yang akan pergi berhaji dan mempersulit ibadah haji

ke Makkah.27

Ikut campurnya Belanda dalam urusan intern masyarakat Indonesia

menimbulkan perlawanan dari masyarkat pribumi, terlebih dilakukan oleh

masyarakat Islamnya. Masyarakat Indonesia menolak masuknya pengaruh

Belanda ke Indonesia, karena itu akan mengubah tatanan kehidupan

masyarakat Indonesia yang dijalankan berdasarkan aturan Islam. Perlawanan

26

Alwi Shihab, Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah terhadap penetrasi

Misi Kristenisasi di Indonesia, (Bandung: Penerbit Mizan, 1998), hal 44 27

Alwi Shihab, Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah terhadap penetrasi

Misi Kristenisasi di Indonesia, hal 10

Page 66: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

55

yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia kepada Belanda dilakukan dari

berbagai macam golongan masyarakat, baik dari golongan masyarakat

bangsawan dan birokrat pemerintahan, para ulama, masyarakat petani, dan

lain-lain. yang mana semua golongan masyarakat itu mempunyai tujuan yang

sama yaitu membela dan mempertahankan sistem pemerintahan Islam dan

menolak masuknya pengaruh Barat.

Pada tahun 1859, Gubernur Jendral dibenarkan untuk mencampuri urusan

agama Islam, bahkan harus mengawasi setiap gerak-gerik ulama, karena

dianggap perlu untuk kepentingan ketertiban dan keamanan.28

Dalam

menghadapi Islam Belanda merasa takut karena pada kenyataanya Islam

seringkali melakukan perlawanan terhadap Belanda yang dapat menimbulkan

bahaya terhadap kekuasaan pemerintah Belanda di Indonesia. Islam dilihat

memiliki fungsi sebagai titik pusat identitas yang melambangkan perlawanan

terhadap pemerintah asing dan beragama Kristen, yang ingin menguasai

Indonesia. Pemerintah Kristen tersebut adalah orang kafir yang harus dilawan,

karena berusaha untuk mengambil alih wilayah kekuasaan yang mayoritas

penduduknya beragama Islam.

Pemerintah Hindia-Belanda menjalankan sebuah politik, politik yang

dijalankan oleh pemerintah Hindia-Belanda terhadap masyarakat Indonesia

yang mayoritas beragama Islam sebenarnya didasarkan atas rasa ketakutan,

rasa panggilan agamanya yaitu Kristen dan rasa kolonialismenya sehingga

28

Keputusan Raja tanggal 4 Februari 1859 no. 78, yang berbunyi: “Gubernur Jendral

memegang prinsip bahwa pemerintah tidak boleh ikut campur dalam urusan agama, boleh ikut

campur bila dipandang perlu untuk memelihara ketenangan dan ketertiban umum”. Baca Aqib

Suminto, Ibid

Page 67: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

56

mereka menetapkan ketentuan dan peraturan menyangkut pendidikan agama

Islam. Karena hadirnya lembaga pendidikan Islam telah memberikan andil

yang sangat besar bagi pengembangan ajaran Islam sehingga. Peraturan yang

telah dibuat oleh kolonial menyangkut pendidikan Islam adalah sebagai

berikut:

1. Pada tahun 1882 pemerintah Hindia-Belanda membentuk suatu badan

khusus yang bertugas untuk mengawasi kehidupan beragama dan

pendidikan Islam yang mereka sebut Priesterraden. Dari penasihat badan

inilah pemerintah Hindia-Belanda mengeluarkan peraturan baru yang

berisi bahwa orang-orang yang memberi pengajaran atau pengajian agama

Islam harus meminta izin terlebih dahulu kepada pemerintah Belanda.

2. Tahun 1885 keluar lagi peraturan yang lebih ketat terhadap pendidikan

Islam, yasitu bahwa tidak semua orang (kyai) boleh mengadakan pelajaran

mengaji kecuali telah mendapatkan semacam rekomendasi atau

persetujuan dari pemerintah Belanda.

3. Dan pada tahun 1932 keluar lagi peraturan yang isinya berupa kewenangan

untuk memberantas dan menutup madrasah atau sekolah yang tidak ada

izinnya atau memberikan pelajaran yang tidak disukai oleh pemerintah

Belanda yang disebut Ordonasi Sekolah Liar (Wilde School Ordinatie).29

Pada tahun 1882 Lembaga Peradilan Agama diresmikan oleh pemerintah,

sehingga dengan demikian politik tidak mencampuri masalah agama. Sejak

saat itulah pemerintah Belanda semakin mencampuri agama Islam, terutama

29

Abudin Nata, ed, Sejarah pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga

Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2001), Hal 74-75.

Page 68: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

57

pada bidang pendidikan.30

Oleh karena itu Belanda banyak mendirikan

lembaga-lembaga pendidikan dengan pengajaran Barat. Dalam pendidikan

Barat tersebut murid-murid didik agar bersifat netral terhadap urusan agama,

bahkan sampai membuat murid-murid menjadi tidak peduli terhadap agama.

Hal itu dikarenakan sistem pendidikannya yang sekuler, tidak memasukkan

pendidikan agama Islam didalam kurikulum. Pendidikan Barat diformulasikan

sebagai faktor yang akan menghancurkan kekuatan Islam di Indonesia.

Dari segala permasalahan diatas jelas terlihat bahwa bagaimanapun

caranya Islam harus dihadapi, karena sebagian besar pribumi beragama Islam,

maka persaingan menghadapi Islam juga akan menyangkut sebagian besar

penduduk Indonesia. Itulah sebabnya maka demi mengekalkan penjajahannya

di Indonesia, Belanda menyadari bahwa yang harus dilakukan adalah

penguasaan terhadap masalah Islam karena itu merupakan kunci pemecahan.

Dalam hal ini diakui bahwa kristenisasi merupakan faktor penting dalam

proses penjajahan.

C. Zending dan Kristenisasi di Surakarta

Kegiatan Zending mempunyai dua tugas utama di Indonesia, yaitu

dibidang pendidikan dan bidang kesehatan. Dalam kedua bidang tersebut pada

awalnya dimulai dengan adanya semacam utusan dari negeri Belanda yang

disebut dengan Zendeling leerar (utusan pekabaran Injil) lalu berikutnya

Zendeling onderwijs (utusan pengajaran) dan pada tahap selanjutnya oleh

Zendeling Diacoon (utusan mantri perawat) serta Zendeling Arts (utusann

30

Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, hal 29

Page 69: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

58

dokter).31

Pemerintah Belanda memberikan layanan yang menjanjikan bagi rakyat

miskin pribumi, yaitu ketika mereka memperkenalkan “Politik Etis” atau

Poitik Balas Budi, mereka bekerja dalam bidang pendidikan dan layanan

kesehatan. Dalam bidang pendidikan masyarakat diperkenalkan dengan

pendidikan Barat yang lebih modern, dalam bidang kesehatan mereka

memberikan layanan kesehatan yang lebih terjangkau biayanya bagi

masyarakat miskin. Dua hal tersebut yaitu pendidikan dan kesehatan yang

menjadi fokus utama pemerintah Belanda dan Zending untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat pribumi.

Sejak awal, penyebaran agam Kristen ke Indonesia yaitu melalui

lembaga pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah yang didukung oleh

pemerintah Belanda. Sistem pendidikan pemerintah Belanda dimulai sekitar

pertengahan abad ke 19. Beberapa anak-anak Indonesia yang kalangan

menengah ke atas mendapat kesempatan untuk belajar di sekolah-sekolah

Eropa yang sudah berdiri sejak tahun 1816. Pemerintah Belanda juga

membuka sekolah guru untuk ditempatkan di sekolah-sekolah jawa dan

sekolah STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen, sekolah untuk

pelatihan dokter-dokter pribumi) untuk melayani kesehatan masyarakat

pribumi. Pada tahun 1879 pemerintah kolonial membuka Hofdenschoolen

(sekolah para kepala) untuk mendidik anak-anak Bupati dalam bidang

administrasi. Pendirian lembaga pendidikan terus berlanjut sampai dengan

31

Bahaudin, “Kebijakan Subsidi Kesehatan Kolonial di Jawa Pada Awal Abad ke-20”

dalam Lembar Sejarah Vol. 8. no 2, hal 151

Page 70: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

59

pembukaan lembaga pendidikan dasar atau yang disebut dengan sekolah kelas

satu dan sekolah kelas dua.32

Dalam mendirikan sekolah-sekolah pemerintah Belanda bekerjasama

dengan para missionaris dengan tujuan untuk “membelandakan” anak-anak

pribumi dengan harapan agar anak-anak pribumi masuk kepada agama

Kristen. Oleh karena itu meraka memberikan pelayanan pendidikan dan sosial,

kolonial Belanda juga merekrut orang-orang Indonesia untuk memperoleh

pendidikan Barat. Politik etis yang dianut dan dijalankan oleh pemerintah

kolonial Hindia Belanda mengakibatkan pembukaan sekolah-sekolah menurut

sistem barat di wilayah Hindia Belanda. Pembukaan sekolah-sekolah ala Barat

sampai diperluas untuk segenap kalangan masyarakat. Munculnya politik

asosiasi yang dilaksanakan pemerintah Hindia-Belanda, memperkenalkan

pengetahuan dan kebudayaan barat di sekolah-sekolah secara luas. Politik

asosiasi ini merupakan kebijakan yang menghendaki rakyat Bumi Putera

dibina agar terpengaruh dengan kebudayaan Barat.33

Sekolah model Barat ini bersifat sekuler dapat mengancam batin para

pemuda pribumi, karena dijauhkan dari agama dan budaya Indonesia. Sekolah

model Barat hanya memberikan pelajaran umum atau pengetahuan bersifat

Barat tidak ada pelajaran agama Islam. Para pelajar hanya pandai dalam ilmu-

ilmu keduniawian tanpa mempunyai pedoman hidup yang kuat. Pendidikan

Barat menghasilkan lulusan-lulusan yang berintelek tinggi namun lemah

imannya, karena tidak faham agama. Pendidikan Belanda hanya memberikan

32

Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke 20, Pergumulan antara

Modernisasi dan Identitas, (Jakarta: LPJM UIN Jakarta press, 2009), hal 86. 33

Depdikbud, Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Barat, (Jakarta: Depdikbud), hal 7

Page 71: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

60

pendidikan umum dan buku-buku yang diberikan berasal dari Belanda.

Sekolah hanya untuk mendidik rakyat saja, bukan untuk mempertinggi taraf

penghidupan rakyat.34

Bentuk pendidikan ala Barat sebagai realitas dari Politik Etis juga

dirasakan di Surakarta. Kasunanan Surakarta termasuk bagian dari wilayah

jajahan Belanda. Dalam bidang pendidikan pemerintah Belanda ikut campur

tangan yaitu dengan menetapkan sistem konkoordinasi.35

Yang nantinya

dalam campur tangan ini pemerintah Belanda banyak mendirikan sekolah-

sekolah yang didalamnya mengajarkan agama Kristen untuk anak-anak

pribumi. Pada kenyataanya daerah Vorstenlanden ini menjadi wilayah

kekuasaan kolonial dan berada dibawah pengawasan pemerintah koloial

Belanda. Termasuk pada bidang pendidikan yang tidak luput dari campur

tangan pemerintah Belanda.

Terjadi perkembangan pada sekolah dengan sistem pendidikan Barat.

Sekolah-sekolah Neutral berbahasa Belanda yang diperuntukkan golongan

Bumi putera di Surakarta memiliki mutu yang baik. Sekolah-sekolah ini

yaitu: HIS Jongenshool di Mangkubumen, HIS Meisjessschool di Slompretan

dan Schakelschool (sekolah peralihan) di Penumping. Sekolah-sekolah yang

dikelola oleh missionaris atau sekolah Katolik yang berada di Surakarta antara

lain adalah: sekkolah MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) 1 buah,

sekolah ELS (1 buah), HIS (2 buah), dan Meisjesschool (2 buah), sekolah-

34

Djumhur dan Danasuparta, Sejarah Pendidikan, (Bandung: CV. Ilmu, 1976), hal 123 35

Sistem koonkordinasi adalah sistem pendidikan yang diterapkan oleh Belanda bahwa

pendidikan didaerah jajahan sama dengan sistem pendidikan yang ada di Belanda, lihat Resink,

G,J, Raja dan Kerajaan Yang Merdeka di Indonesia 1850-1910, (Jakarta: Djambatan, 1987), hal 4.

Page 72: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

61

sekolah tersebut tersebar di Purbayan, Pasar Kliwon, Kemlayan, Jebres.

Berdasar data yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan di wilayah

Surakarta pada tahun 1930, terdapat bermacam-macam sekolah model Barat,

yaitu: sekolah-sekolah yang didirikan oleh Zending, sekolah-sekolah yang

dikelola oleh Missi, sekolah-sekolah yang dikelola oleh Muhammdiyah, dan

sekolah-sekolah yang dikelola oleh Kerajaan. Dan sekolah-sekolah yang

mempunyai tujuan agar masyarakat pribumi masuk kedalam agama Kristen

yaitu sekolah yang dikelola oleh Zending dan Missi, berikut keterangannya:

1. Sekolah Zending

Sekolah-sekolah yang dikelola oleh Zending ini berorientasi pada

pengetahuan dan dikenalkan kebudayaan Barat seperti cara berpakaian,

cara makan, belajar dan lainnya. Bahasa Belanda menjadi kurikulum

pelajaran yang penting, bahasa ini juga digunakan sebagai bahasa

pergaulan. Untuk mendukung pogram tersebut maka siswa ataupun guru-

guru yang mengajar diharuskan tinggal di asrama yang telah disediakan

dan sehari-harinya di haruskan menggunakan bahasa Belanda sebagai

bahasa pengantar. Aturan-aturan itu menyebabkan orang-orang yang

belajar di sekolah Zending tersebut jauh dari budaya Jawa. Tujuan

pendirian sekolah Zending sejalan dengan tujuan pemerintah Kolonial

yaitu menyebarkan agama Kristen. Sehingga sekolah Zending ini banyak

menerima bantuan dan kemudahan dari pemerintah Kolonial, maka dalam

waktu singkat sekolah tersebut dapat berkembang dengan pesat. Pada

tahun 1932 telah banyak sekali sekolah-sekolah Zending yang berada di

Page 73: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

62

Surakarta. Terdapat 20 buah sekolah jenis ini yang telah tersebar di

beberapa daerah seperti di daerah Margoyudan, Villapark (dekat Pasar

Legi), Sidokare, Jebres, Kerten, Gemblengan, Danukusuman, Kawatan,

Gilingan dan Manahan. Kegiatan Zending dubuka oleh perkumpulan

Zending yang terdiri dari: C. Van Proodij, Van Ansel, C.J. de Zomer,

G.C.E. de Man, dan Pendeta Bakker.36

2. Sekolah Missi

Ada juga sekolah Missi yang dikelola pertama kali oleh Pastor

Keyser dari Semarang pada tahun 1890. Pastor Keyser telah berhasil

mendirikan sekolah Katolik di daerah Yogyakarta dan Klaten pada tahun

1892. Pada awalnya sekolah jenis ini bercorak Europees yang netral, yang

memberikan kebebasan kepada murid-muridnya untuk mengikuti pelajaran

agama Katolik atau tidak. Semula para missionaris dalam menjalankan

tugasnya banyak mengalami hambatan, dikarenakan adanya dua konsepsi

dalam kehidupan keagamaan di Jawa yang sudah berakar kuat, yaitu

Hindu dan Islam. Maka dari itu usaha yang dilakukan yaitu dengan

memberikan pengaruh atas pola kehidupan orang Jawa, usaha tersebut

rasanya cukup berhasil karena dapat diterima dengan baik oleh

masyarakat. Ajaran-ajaran para missionaris meluas hingga ke daerah

Surakarta. Perkembangan yang terjadi tersebut tidak lepas dari bantuan

serta fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah Belanda. Sehingga

sekolah-sekolah Missi yang didirikan di Surakarta semakin banyak. Dan

36

Prof. Dr. Husain Haikal, dkk, Laporan Penelitian: “Pendidikan dan Perubahan Sosial

Di Vorstenlanden”, (Yogyakarta: UNY, 2012), hal 42-43

Page 74: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

63

pada tahun 1930, sekolah Missi yang berada di Surakarta jumlanya telah

mencapi 17 buah yaitu: sekolah MULO, 1 sekolah ELS (Europe Lagere

School), 3 buah HIS (salah satunya khusus putri, 10 buah Standartschool, 1

sekolah HSC (Hollands Chinese School) dan 1 sekolah Meisjes Vervolg

School. Sekolah-sekolah tersebut berada di Margoyudan, Manahan,

Gajahan dan Pasar Legi.37

Pada tahun 1910 Pendeta D. Bekker mendirikan sebuah sekolah Kristen

pribumi di Surakarta, tetapi Residen Van Wijk melarang adanya pendidikan

agama disekolah ini dan bagi murid non-kristen tidak diperbolehkan untuk

mengikuti kegiatan agama ekstrakurikurel. Bekker berkeberatan dan

membawa masalah tersebut kepada Gubernur Jendral AWF Idenberg (1906-

1916) yang kemudian justru mengizinkan kegiatan penginjilan di Surakarta.

Keberadaan para penginjil ini tentu saja menimbulkan reaksi dari kalangan

umat muslim.38

Salah satu bentuk dari reaksi tesebut yaitu dengan

bermunculannya sekolah-sekolah Islam.

Selain banyak mendirikan lembaga-lembaga sekolah juga banyak

bermunculan berbagai Rumah Sakit di Hindia Belanda. Pada awal abad ke-20

dengan adanya politik etis yang dicetuskan oleh pemerintah Belanda,

membuat beberapa program perbaikan kesejahteraan masyarakat, salah satu

diantaranya ialah perbaikan mutu pelayanan kesehatan. Munculnya berbagai

rumah sakit di Hindia Belanda terjadi karena ada kebijakan politik etis dan

subsidi kesehatan yang diberikan oleh pemerintah Belanda. Hal ini sebetulnya

37

Prof. Dr. Husain Haikal, dkk, Laporan Penelitian: “Pendidikan dan Perubahan Sosial

Di Vorstenlanden”, hal 44 38

Hari Mulyadi, dkk, hal 140

Page 75: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

64

sudah ada sejak pertengahan abad 19 namun baru berkembang pesat pada abad

20 setelah politik etis diberlakukan dan aktivis Zending mendirikan banyak

Rumah Sakit sebagai perantara penyebaran agama Kisten.

Rumah Sakit swasta di Jawa yang memberikan pelayanan kesehatan

sebagian besar dilakukan oleh Zending. Munculnya para pekabar Injil di

Hindia Belanda pada awalnya hanya untuk memberikan pelayanan kepada

orang-orang Belanda sendiri. Namun lambat laut dengan adanya semangat

keagamaan mereka yang tinggi kemudian muncullah keinginan dari para

penginjil tersebut untuk menyebarkan agama Kristen kepada penduduk

pribumi. Kegiatan zendeling atau penyebaran agama Kristen di Hindia-

Belanda ini sudah berlangsung sejak abad ke-17.39

Pemerintah Belanda memberikan kebijakan kepada rumah sakit dan

lembaga kesehatan yang ada di Hindia-Belanda yaitu dengan memberikan

subsidi kesehatan. Kebijakan tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan

bagi perbaikan layanan kesehatan. Secara umum subsidi kesehatan yang

diberikan oleh pemerintah Belanda berupa dana uang kas, obat-obatan yang

cukup baik kualitasnya, peralatan rumah sakit, gaji dokter yang dibesarkan

jumlahnya dan gaji para medis dinaikkan ketika bekerja di rumah sakit milik

swasta. Dijelaskan dalam Staatsblad van Nederlandsch-Indie No. 276 tahun

1906 bahwa rumah sakit swasta yang berhak menerima subsidi kesehatan

adalah rumah sakit swasta pribumi dan rumah sakit swasta pembantu.40

Peraturan pemerintah mengenai subsidi kesehatan itu juga sebagai

39

Bahaudin, “Kebijakan Subsidi Kesehatan Kolonial di Jawa Pada Awal Abad ke-20”

dalam Lembar Sejarah Vol. 8. no 2, hal 151 40

Staatsblad van Nederlandsch-Indie No. 276 tahun 1906, koleksi ANRI Jakarta

Page 76: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

65

pemicu munculnya lembaga-lembaga kesehatan yang dikelola oleh Zending

atau pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda sangat mendukung adanya

pelayanan kesahatan yang dilakukan oleh Zending karena mempunyai misi

yang sama. Oleh karena itu pemerintah Belanda mendukung penuh dengan

memberikan bantuan dana, obat-obatan, bangunan, dokter dan lain-lain yang

berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Rumah Sakit Zending Jebres

Surakarta merupakana salah satu Rumah Sakit Zending yang banyak diberikan

dana berlimpah tersebut.

Rumah sakit yang dikelola oleh Zending mempunyai tujuan utama

sebagai tempat penyebaran agama, tetapi rumah sakit yang dikelola oleh

Zending juga terkenal mempunyai kebijakan dalam penanganan pasien yang

tidak mampu membayar, artinya pasien yang dalam kategori miskin tidak

diwajibkan untuk membayar perawatan di Rumah Sakit Zending atau jika

harus membayar maka membayar dengan tarif yang sangat rendah.41

Di Surakarta rumah sakit yang dikelola oleh Zending yaitu Rumah Sakit

Jebres Surakarta. Rumah sakit ini didirikan pada tahun 1912 oleh Gereja

Gereformeerd Delft dan Gereja-gereja Zuid Holland ten Noorden, Gereja-

gereja itulah yang mendirikan Rumah Sakit Zending pertama di Surakarta,

yaitu Rumah Sakit Zending Jebres di Surakarta.42

yaitu Geraja yang

pengaruhnya dibawah organisasi Zending Gereformeerd (organisasi

pengabarab Injil) difokuskan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat Surakarta dan sekitarnya yang pada waktu itu dikuasai oleh

41

Sugiarti Siswadi, Rumah Sakit Bathesda: Dari Masa ke Masa, (Yogyakarta: Andi

Offset, 1989), hal 86 42

http://rsmoewardi.com/profile. Diakses: 30 Oktober 2015.

Page 77: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

66

Kasunanan dan Mangkunegaran. Rumah sakit Zending ini sejak awal

didirikan telah mempunyai perhatian pelayanan kesehatan terhadap orang

miskin dan terlantar. Selain untuk pelayanan kesehatan rumah sakit ini juga

bertujuan untuk menyebarkan ajaran Kristen.

Awal dari pendirian Rumah Sakit Zending di Surakarta yaitu ketika

wilayah kerja Zending Gereformeerd (organisasi pengabaran Injil) diperluas

dan para dokter utusan mulai bergerak untuk datang ke wilayah jawa tengah

bagian selatan yaitu daerah Kedu dan Surakarta pada tahun 1910-1913.

Wilayah kerja Zending Gereformeed di perluas lagi meliputi daerah

Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran. Pada awalnya sulit untuk

mendirikan rumah sakit di Surakarta dan membutuhkan waktu yang lama,

karena terdapat larangan bagi para pekabar Injil untuk masuk, dan pemerintah

Belanda takut bila hal tersebut dapat menimbulkan pertikaian dengan Sunan

Paku Buwono X dan Sri Mangkunegoro yang beragama Islam.43

Raja Kasunanan Surakarta, yaitu Paku Buwono X melarang adanya

pendirian Rumah Sakit Zending, tetapi kemudian Belanda meminta kepada

Mangkunegoro untuk mendirikan rumah sakit tersebut yang kemudian

mendapatkan izin, lalu Mangkunegoro VII memberikan sebidang tanah di

daerah Jebres. Dan pada tahun 1912-1919 didirikanlah Rumah Sakit Zending

di Surakarta yang cukup besar yang terdapat tempat tidur berjumlah 240 buah,

dengan 2 dokter orang Belanda dan beberapa pembantu medis lokal seperti

mantri, juru rawat, zuster. Direktur Rumah Sakit Zending pada waktu itu ialah

43

J. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen,

1995), hal 197

Page 78: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

67

Dr. K.P Groot tetapi kemudian ia pindah ke Rumah Sakit Zending di

Yogyakarta lalu digantikan oleh Dr. D. Verhagen.44

Semejak diberlakukannya politik etis dan subsidi kesehatan yang

diberikan oleh kolonial, kehidupan masyarakat Jawa, khususnya Surakarta

memperoleh kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Pada akhir abad ke-

19 di Surakarta banyak yang mengindap penyakit yang menular yang

berbahaya seperti pes45

, korela46

dan lain-lain. Sehingga banyak masyarakat

Surakarta yang mendatangi Rumah Sakit Zending Surakarta untuk

memeriksakannya, hal ini dikarenakan di Rumah Sakit Zending Surakarta

mereka mendapatkan pelayanan gratis tanpa dipungut biaya, yang tentu dapat

meringankan beban ekonomi masyarakat Surakarta yang pada waktu itu masih

dalam masa penjajahan Belanda.

Selain medapatkan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Zending ini juga

mempunyai Missi keagamaan, yaitu menyebarkan agama Kristen dan

mempengaruhi Masyarakat agar menjadi Kristen. masyarakat Surakarta yang

dirawat di Rumah Sakit Zending tersebut mendapat pencerahan tentang agama

Kristen yang dilakukan oleh dokter yang mana dokter itu juga merangkap

sebagai seorang pendeta. Dokter yang bertugas merawat orang sakit bertugas

juga untuk memberi pencerahan tentang agama Kristen. Semakin lama

masyarakat Surakarta banyak yang memeluk agama Kristen, ini juga

44

J. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa, hal: 201 45

Penyakit pes adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil pes, yang ditularkan

dari kutu-kutu tikus jenis (xenopsylla cheopsis) kepada manusia. lihat: Tim Penyusun Kamus

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1988), hal 677 46

Penyakit korela adalah penyakit perut, disertai dengan buang-buang air dan muntah-

muntah, penyakit ini dapat menular karena disebabkan oleh basil, kuman.

Page 79: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

68

disebabkan gencarnya misi pekabaran Injil yang dilakukan oleh Zending

Gerefoormeerd di Surakarta yang mendapatkan perlindungan dari pemerintah

kolonial Belanda.

Berikut adalah tabel jumlah warga Surakarta yang beragama Kristen

pada tahun 1913-1938

Sumber: J. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa, hal 217.

Awalnya jumlah warga Kristen di Surakarta hanya sedikit, tetapi semakin

lama jumlahnya semakin besar, hal itu dikarenakan munculnya berbagai

sekolah Kristen, rumah sakit Zending yang semakin banyak merawat warga

Surakarta yang sakit disana. Di daerah Surakarta diketahui bahwa daerah itu

merupakan lahan yang subur dan paling baik di seluruh tanah Jawa untuk

melakukan kegitan penginjilan.

Tahun Jumlah

1913 74 orang

1918 297 orang

1922 508 orang

1925 945 orang

1930 2.208 orang

1933 3.148 orang

1936 4.173 orang

1938 5.515 orang

Page 80: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

69

BAB IV

UPAYA SUSUHANAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG

KRISTENISASI

A. Paku Buwono X dan Sarekat Islam

Didalam sejarah gerakan Islam di Indonesia, Surakarta merupakan salah

satu kota terpenting. Karena di Surakartalah Sarekat Islam (SI) yang dulunya

bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) lahir. Gerakan ini merupakan gerakan

Islam terorganisir pertama dalam sejarah Indonesia.1 Sarekat Dagang Islam

sendiri awalnya hanya sebuah perkumpulan dagang yang berdasarkan koperasi

dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia dibawah panji-panji Islam,

agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia.2 Karena semakin

berkembang, SDI berubah menjadi Sarekat Islam (SI) pada tanggal 10

September 1912, dengan tujuan untuk memperluas anggota sehingga tidak

hanya terbatas pada pedagang saja. Selama masa-masa awal kemunculan, SI

selalu mengedepankan semangat nasionalisme Islam Jawa dan mencari

dukungan dari kalangan rakyat. Akibatnya SI sering terlibat dalam gerakan

protes baik terhadap pemerintah kolonial maupun pihak Keraton Surakarta.3

Terjadinya gerakan protes yang dilakukan SI kepada Keraton Surakarta

karena sifat Surakarta yang mempunyai ikatan kuat terhadap tradisi kehidupan

Jawa. Selain itu juga karena bertambahnya aktivitas misi Kristen. Aktivitas

1 www.muhamsmadiyah.co.id, diakses pada tanggal 4 November 2015

2 A.K. Pringgodigdo, sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat,

1994), hal: 4 3 www.muhammadiyah.co.id, diakses pada tanggal 4 November 2015

Page 81: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

70

misionaris ini menimbulkan reaksi dari kalangan masyarakat Islam, tidak

terkecuali SI. Penyebab lainnya terjadinya gerakan protes karena terdesaknya

dengan pengusaha-pengusaha Cina. Karena para pedagang Cina banyak

mengambil keuntungan dengan menerobos kehidupan ekonomi pribumi,

akibatnya rakyat pribumi merasa dirugikan. Oleh karena itu SI terpaksa keluar

dari tujuan organisasi yang awalnya hanya bersifat dagang, pada akhirnya SI

memasuki kegiatan politik.4

R. M Karno dalam bukunya menyebutkan bahwa faktor yang

mendorong berdirinya Sarekat Islam pada awalnya bermula pada persaingan

antara pedagang Cina dan pedagang batik Jawa yang berada di Laweyan,

tempat berkumpulnya para pedagang batik Jawa.5 Meningkatnya kegiatan

perekonomian Cina berakibat terjadinya konflik antara Orang Jawa dan Cina.

Ketegangan ini berpangkal dari persaingan antara pedagang Jawa dan

pedagang Cina, semula dibidang industri batik. Yang pada waktu itu terjadi

penggantian kain lokal dengan bahan impor, lalu sejak abad ke-20 mulai

menggunakan bahan celupan kimia yang menggantikan bahan celupan nila.

Pergantian dari dua jenis bahan tersebut dibeli dan didatangkan dengan cara

impor dan distribusinya ditangani oleh para pedagang Cina. Akibatnya

pedagang Cina semakin mempunyai posisi yang kuat dalam menguasai bahan

baku industri batik, karena dapat mengendalikan barang-barang impor yang

4 Retna Ariyanti, Pendidikan Muhammadiyah Sebagai Strategi Pembaharuan Sosial di

Surakarta 1930-1970, (Skripsi: Universitas Sebelas Maret, 2011), hal 38 5 R.M Karno, hal 172

Page 82: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

71

sangat diperlukan bagi industri pembuatan batik.6

Orang-orang Cina pada waktu itu tidak hanya berdagang bahan batik

tetapi juga mempunyai perusahaan-perusahaan pembatikan, tidak heran jika

mereka dapat menjual batik dengan bahan yang murah, karena bahan-

bahannya dibeli langsung dari importir bangsa Eropa. Sebaliknya, harga batik

yang dibeli dari orang pribumi menjadi lebih tinggi, sebab orang-orang

pribumi mendapatkan bahan baku batik melalui perantara.7

Pedagang-

pedagang Cina tersebut sudah berbuat curang terhadap pedagang Jawa karena

telah menjual bahan suplainya dengan harga yang lebih murah daripada

saingannya (orang Jawa), hal tersebut menimbulkan kemarahan dan

kekecewaan di kalangan pedagang Jawa. Maka di bawah pimpinan pedagang

besar orang Jawa diadakanlah suatu boikot terhadap perusahaan Cina yang

telah melukai perasaan pedagang Jawa.

Untuk melawan dominasi pedagang Cina tersebut Haji Samanhudi

seorang saudagar batik dari desa Laweyan.8 mendirikan Sarekat Dagang Islam

pada tanggal 16 oktober 1905, dengan tujuan awalnya untuk menghimpun

para pedagang pribumi agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar

Cina. Pada saat itu, pedagang-pedagang Cina tersebut telah lebih maju

usahanya dan memiliki status yang lebih tinggi dari pada penduduk Hindia

6 M. Hari Mulyadi, dkk, Runtuhnya Kekuasaan “Keraton Alit”(Studi Radikalisasi Sosial

“Wong Sala”dan Kerusuhan Mei 1998 di Surakarta). Surakarta: Lembaga Pengembangan

Teknologi Pedesaan, 1999 hal 565-566 7 M. Mansyur Amin, Sarekat Islam Obor Kebangkitan Nasional 1905-1942, (Komplek

IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), hal 27 8 Laweyan adalah salah satu kota terpenting karena salah satu kota yang menghasilkan

kerajinan batik Indonesia, suatu industri yang pada abad ke-19 berhasil menyaingi kerajinan tekstil

Eropa.

Page 83: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

72

Belanda lainnya. Pendirian SDI ini merupakan respon terhadap kondisi sosial

ekonomi yang menyengsarakan rakyat. Jadi latar belakang berdirinya Sarekat

Dagang Islam adalah dikarenakan perebutan pemasaran antara orang-orang

Cina dengan pedagang Jawa. Terlebih lagi sikap sombong dan demonstratif

dari orang-orang Cina setelah berhasilnya Revolusi Cina pada tahun 1911,

mengakibatkan terjadinya konflik yang memuncak antara keduanya.9

Haji Samanhudi sebagai saudagar batik, memiliki jiwa sosial yang besar

dan hubungan dagang yang luas, merasa terpanggil untuk membantu dan

menyelamatkan nasib sesama umat. Pada saat itu Sarekat Dagang Islam

mendirikan toko-toko koperasi, menghimpun para pedagang batik, menolong

orang-orang yang sedang mengalami kesulitan dan mendirikan masjid-

masjid.10

Dibawah pimpinan H. Samanhudi ini, Sarekat Islam berkembang

semakin pesat menjadi perkumpulan yang berpengaruh hingga tersebarlah

pengaruh SI di berbagai kota di Hindia Belanda dan terbentuklah cabang-

cabang SI diberbagai daerah. Raja Kasunanan Surakarta Paku Buwono X, ikut

mengembangkan organisasi Sarekat Islam. beliau adalah sosok yang jelas

mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi.

Gerakan langkah perjuangan Sarekat Islam membuat penjajah gempar,

bahkan mereka sangat khawatir jika Sarekat Islam menjadi semakin kuat,

karena dapat menjatuhkan kedudukan kekuasaan mereka. Kepanikan penjajah

Belanda dengan adanya sarekat Islam bukannya tidak beralasan, alasan

9 Saefullah Wiradiparja, Satu Abad Dinamika Perjuangan Sarekat Islam, (Jakarta: Dewan

Pimpinan Wilayah Sarekat Islam Jawa Barat, 2005), hal 7 10

Saefullah Wiradiparja, Satu Abad Dinamika Perjuangan Sarekat Islam, hal 29

Page 84: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

73

mendasar mengapa Belanda panik karena mereka memperkirakan kekuatan

Sarekat Islam dapat mengusir keberadaan mereka. Fanatisme Islam yang

menjadi semangat perjuangan dapat menambah energi yang besar untuk

mencapai tujuannya, sehingga Belanda menilai negatif dengan munculnya

Sarekat Islam ini. 11

Sarekat Islam memilih agama sebagai pengikat sosial yang efektif.

Sebab Belanda berusaha untuk melemahkan kekuatan Islam disatu sisi,

sementara disisi lain Belanda berusaha menjalankan usaha Kristensasi. Usaha-

usaha tersebut merupakan politik pemerintah Belanda dalam bidang agama,

karena Belanda memandang Islam sebagai suatu kekuatan dan momok

menakutkan bagi kelanggengan kekuasaan kolonialisme mereka di Indonesia.

Hal tersebutlah yang akhirnya membuat organisasi Islam yang pertama di

Indonesia yaitu Sarekat Islam menjadi pergerakan bernuansa politik dengan

menggunakan ideologi Islam.

Munculnya gerakan politik Islam merupakan gejala bahwa kekuatan

Islam dapat dibangkitkan untuk menghadapi kolonialisme Belanda sehingga

menciptakan reaksi kuat untuk melenyapkannya. Gerakan ini merupakan

indikator dan wujud protes masyarakat yang sudah merata di pedasaan. Hal ini

membuktikan bahwa dominasi kekuasaan kolonial sudah mengganggu

kesejahteraan dan ketentraman kehidupan masyarakat. Sama halnya dengan

sunan Paku Buwono X yang memanfaatkan Islam sebagai kekuatan politik

atau alat politik untuk menghadapi hegemoni poitik kolonial yang menekan

11

A.P.E Korver, Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil, (Jakarta: Grafiti Press, 1985), hal 25

Page 85: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

74

rakyat bawah.

Munculnya gerakan politik Islam tidak lepas atas dukungan yang

didapat dari seorang pemimpin yang mempunyai kharismatik, yang berasal

dari elit keraton. Sebab pemimpin kharismatik mampu menjadi daya tarik

untuk mencari massa dalam suatu gerakan sehingga menjadi sebuah gerakan

yang besar. Dalam konteks ini seperti Paku Buwono X yang mendukung

adanya gerakan Sarekat Islam.

Kehidupan beragama di Surakarta yang pada waktu itu sedang di

penuhi dengan gejolak-gejolak terlebih pada tahun 1909, partai Kristen

berhaluan konservatif menang di Belanda.12

Salah satu tokoh partai tersebut

adalah Idenbrug, yang kemudian menjadi Jendral di Hindia-Belanda. Sejak

saat itu, kegiatan misionaris Kristen meningkat khususnya Protestan. Misi ini

mendapatkan dukungan dari pemerintah karena mengusahakan kesejahteraan

dan kemajuan ekonomi. Mereka mengajarkan agama Kristen di sekolah-

sekolah yang mereka bangun dan disubsidi oleh pemerintah Belanda. Atas

kegiatan misionaris yang kian meningkat tersebut awalnya Sunan mengambil

sikap netral, tidak melarangnya, tetapi juga tidak memberikan izin. Itu karena

Sunan tidak ingin adanya pertentangan dengan pemerintah Belanda. Akan

tetapi sikap Sunan ini berubah sejak adanya Sarekat Islam yang menentang

pendirian sekolah Kristen di Surakarta.

Atas berdirinya Sarekat Islam rupanya Sunan menyadari adanya

gerakan nasionalisme yang tengah terjadi di Surakarta. Oleh sebab itu Sunan

12

Paraktiri T Simbolon, Menjadi Indonesia, (Jakarta: Penerbit Kompas, 2006), hal 258

Page 86: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

75

memanfaatkan gerakan nasionalisme tersebut dengan baik. Dengan

terbentuknya Sarekat Islam, pihak Belanda pun merasa takut akan adanya

pemberontakan orang-orang Islam fanatik. Oleh karena itulah Belanda

mengambil tindakan dengan cara Kristenisasi kepada pribumi. Kemudian, atas

kegiatan para penginjil Kristen tersebut, Sunan melakukan kerjasama dengan

Sarekat Islam untuk melawan mereka. Hal ini membuat pemerintah Belanda

merasa cemas karena peran Sunan sebagai kepala agama Islam di Surakarta

turut mendukung dan bekerjasama dengan Sarekat Islam. Keduanya

melakukan perlawanan bersama terhadap kegiatan para penginjil Kristen.13

Bersama Sarekat Islam Sunan kemudian melakukan perlawanan secara

simbolis terhadap aktifitas kristenisasi yang menyebarkan agamanya di Hindia

Belanda, khususnya di Surakarta. Disamping itu paham Pan-Islamisme14

juga

tengah berkembang diberbegai tempat. Peranan Paku Buwono X sebagai

kepala agama Islam di Surakarta merupakan suatu peranan yang membuat

hubungannya dengan Sarekat Islam sebagai sesuatu yang wajar. Hubungan

demikian diperkuat lagi dengan perlawanan terhadap kegiatan para penginjil

Kristen.15

Sebagai kepala Agama Islam Susuhanan tidak senang dengan adanya

kegiatan penginjilan di kerajaannya. Di Surakarta para penginjil mendapat

kesusahan untuk memperoleh tanah, bereda dengan di Yogyakarta mereka

13

George D. Larson, Masa Menjelang Revolusi: Keraton dan Kehidupan Politik di

Surakarta 1912-1942, (Yogyakarta: Gadjag Mada University Press, 1990), hal 50 14

Paham Islamisme adalah paham yang berusaha menyatukan seluruh umt Islam di Dunia

dibawah satu kekuasaan politik dan agama yang dipimpin oleh seorang khalifah 15

George D. Larson, Masa Menjelang Revolusi: Keraton dan Kehidupan Politik di

Surakarta 1912-1942, hal 50

Page 87: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

76

bersikap lebih toleran dan lebih suka membri bantuan terhadap agama Kristen.

Ketika para penginjil bermaksud untuk mendirikan Rumah Sakit Susuhanan

paling keras menolak untuk memberi tanah kepada para penginjil yang ingin

mendirikan rumah sakit.16

Pemerintah Belanda yang pada waktu itu ingin mendirikan Rumah

Sakit Zending di Surakarta tidak diizinkan oleh sunan Paku Buwono X,

walaupun pada mulanya Paku Buwono hampir saja memberikan tanah untuk

bangunan rumah sakit, tetapi karena pengaruh dari Sarekat Islam yang begitu

kuat akhirnya Paku Buwono X melarang pendirian Rumah Sakit Zending

tersebut. Karena Susuhanan pada waktu itu memang telah mempuyai

hubungan yang dekat dengan Sarekat Islam. Paku Buwono X yang telah

melarang pendirian Rumah Sakit Zending, tetapi kemudian Belanda meminta

izin kepada penguasa Mangkunegaran, Sri Mangkunegoro VII untuk

mendirikan rumah sakit tersebut dan kemudian mendapatkan izin, lalu

Mangkunegaran VII bersedia memberikan sebidang tanah di daerah Jebres.17

Dengan diizinkannya kegiatan penginjilan beroperasi di Surakarta

merupakan taktik Belanda menerapkan Politik Verdeel En Heers, terlebih izin

penginjilan tersebut datangnya dari Gubernur Jendral langsung. Jadi orang

Jawa akan dipecah lagi dari segi agama, Sinuhun mencium akal busuk dari

Belanda ini, maka Paku Buwono X mencegahnya dengan menolak

16

George D. Larson, Masa Menjelang Revolusi: Keraton dan Kehidupan Politik di

Surakarta 1912-1942, hal 51 17

J. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen,

1995), hal 197

Page 88: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

77

memberikan tanah untuk mendirikan Rumah Sakit.18

Kerjasama antara Sarekat Islam dan istana Paku Buwono X telah

dimulai sejak September 1912 ketika dari sebelas orang pimpinan SI

Surakarta, empat orang diantaranya adalah pegawai Susuhanan. Puncaknya

terjadi pada setahun kemudian pada kongres SI yang kedua pada tanggal 23

Maret 1913 yang diselengarakan di Sriwedari, Solo, taman hiburan dan pusat

pertemuan yang termasuk ke dalam wilayah Susuhanan.19

Paku Buwono X

memiliki sifat yang tegas dan kuat tekadnya untuk menunjukan peranannya

sebagai raja Jawa yang berideologi Islam, serta memiliki hubungan dengan

Sarekat Islam. Dilihat dalam konteks tradisional, keraton memegang

perananan sentral dalam kehidupan masyarakat, jadi sangat tidak mungkin jika

Sarekat Islam berdiri tanpa campur tangan keraton.

Salah satu bentuk dukungan Sunan kepada SI yaitu, para pejabat di

keraton dianjurkan dan diperintahkan untuk terlibat dan menjadi pengurus

organisasi tersebut, bahkan Sunan memerintahkan putranya yang bernama

Pangeran Hangabeni untuk ikut masuk dalam kepengurusan SI. Ketika sehari

sebelum diadakan kongres Pangeran Hangabeni terpilih sebagai anggota

pelindung SI. Ketika tiba-tiba Pangeran Hangabeni ditawarkan sebagai salah

satu anggota pelindung SI, ia secara implusif menerimanya tanpa memikirkan

untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan Susuhanan atau dengan wazir.20

Sunan Paku Buwono X sering mengadakan kunjungan-kunjungan ke

18

R.M Karno, Riwayat dan Falsafah Hidup Ingkang Sinuhun Si Susuhanan Paku

Buwono X 1893-1939, (Jakarta: 1990), hal 172-173 19

J. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa, hal 66 20

J. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa, hal. 66

Page 89: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

78

daerah-daerah diluar wilayah kerajaan. kunjungan Sunan tersebut bertujuan

untuk menggalang dukungan terhadap Sarekat Islam. Dalam setiap

kunjungannya sunan selalu disertai pengiring dari Abdi Dalem dan Pejabat

keraton dengan jumlah besar. Ternyata atas kunjungan Sunan tersebut dapat

menarik perhatian dan simpati dari masyarakat. Hal tesebut membuat Belanda

merasa khawatir, sehingga Belanda membatasi para pengiring dari pejabat dan

Abdi Dalem Sunan. Pada setiap kunjungan yang dilakukan ia manfaatkan

dengan baik untuk menggalang dukungan terhadap Sarekat Islam. Atas agenda

Sunan yang senang berkunjung tersebut maka ia berhasil menarik simpati

rakyat dan para bupati.21

Menurut para ahli sejarah yang membuat Belanda

khawatir adalah karena kunjungan raja ini ternyata sangat efektif menggalang

persatuan dan kesatuan serta membangun rasa nasionalisme. Oleh karenanya

Surakarta kemudian dikenal sebagai kota yang turut melopori nasionalisme.22

Dukungan Sunan ini untuk mengenyahkan Belanda dari Indonesia,

Sunan merangkul kaum nasionalis, karena merasa jengkel atas campur tangan

Belanda dalam pemerintahannya di Surakarta. Kaum nasionalis mendekati

keraton untuk mendapatkan massa, oleh karena itu untuk menarik rakyat

menjadi anggota suatu gerakan, rakyat harus diyakinkan dulu bahwa ada orang

dikalangan keraton yang duduk dalam pimpinan organisasi. Memang seperti

itulah keadaan pada saat itu, kepercayaan masyarakat terhadap keraton

memang masih sangat kuat. Kaum nasionalis dalam gerakannya untuk

21

Gunawan Sumodiningrat dan Ari Wulandari, Paku Buwono X, (Yogyakarta: Narasi,

2014), hal 83 22

http://jurnalpatrolinews.com/2015/03/11/sinuwun-paku-buwana-x-raja-yang-merakyat-

motivator-pergerakan-nasional-dan-pahlawan-nasional/ , diakses pada: Selasa, 25 Desember 2015

Page 90: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

79

melawan kekuasaan Belanda, dimulai dengan membangkitkan dan menanam

jiwa nasionalis pada rakyat. Ini dapat dilakukan oleh Sarekat Islam.23

Hubungan antara Sarekat Islam dan Paku Buwono X digambarkan

sebagai suatu dukungan yang sangat dekat, atas kedekatannya tersebut maka

sempat tersiar sebutan “SI-nya Sunan”. Macam-macam cerita beredar

mengenai Sarekat Islam dalam kaitannya dengan keraton Surakarta, dengan

Paku Buwono X baik yang berasal dari laporan-laporan residen maupun

bupati pesisiran. Laporan yang masuk dari para pegawai gubernamen seluruh

Jawa dan Madura tentang hubungan Sarekat Islam dengan Paku Buwono X

menyebabkan penduduk dibawah pemerintah Belanda mulai gelisah, sehingga

membuat kerisauan para bupati. Residen Madiun beranggapan bahwa perlu

diberi perhatian serius mengenai desas-desus, bahwa Paku Buwono X adalah

anggota Sarekat Islam, di Surakarta sendiri orang beranggapan bahwa Sarekat

Islam didirikan atas perintah Sunan Paku Buwono X.

Sarekat Islam dengan latar belakang ekonomi dan agama Islam

pembentukan organisasi ini sebagai reaksi atas monopoli dagang oleh orang-

orang Cina dan aktifitas Kristenisasi yang keduanya mendapat perlindungan

dari pemerintah Kolonial Belanda. Dalam anggaran dasarnya Sarekat Islam

tidak menyatakan sebagai organisasi politik melainkan bergerak dalam bidang

ekonomi, sosial, pendidikan dan agama. Tetapi dalam praktiknya Sarekat

Islam melakuan kegitan yang bersifat politik. Dan dalam waktu yang relatif

singkat Sarekat Islam berhasil menarik anggotanya dari segala lapisan

23 M. Hari Mulyadi, dkk, Runtuhnya Kekuasaan “Keraton Alit”(Studi Radikalisasi Sosial

“Wong Sala”dan Kerusuhan Mei 1998 di Surakarta), hal 37-39

Page 91: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

80

masyarakat dan dari segala etnis di Indonesia.24

Sarekat Islam meluas hingga

pada kalangan bangsawan dan pada rakyat kebanyakan. Pada tahun 1913

anggota SI cabang Surakarta berjumlah 35.000 orang.25

Usaha yang mendasar dari lahirnya Sarekat Islam adalah untuk

mencegah kehancuran ekonomi rakyat dan menumbuhkan jiwa nasionalisme

sesuai dengan identitas ke-Islamannya. dan hubungan Paku Buwono X dengan

Sarekat Islam, ia berperan sebagai tokoh di belakang layar, artinya Susuhanan

Paku Buwono X tidak terlibat langsung seperti menjadi anggota. Namun

dengan kekuasaan yang dimilikinya serta kepeduliannya terhadap keberadaan

Sarekat Islam, Paku Buwono X memberikan kemudahan bagi SI untuk dapat

berkembang di Surakarta seperti memberikan tempat bagi SI untuk

mengadakan kongres yang bertempat di Taman Sriwedari, Solo. Peranan lain

adalah Sunan mempromosikan SI pada setiap kunjungan-kunjungannya di

setiap daerah di luar Solo. Sebagai raja yang yang sedang berkuasa beliau di

cintai oleh rakyatnya, cara tersebut efektif untuk menggalang massa dan

memperkokoh keberadaan SI pada era pergerakan nasional.

B. Mendirikan (Sekolah Islam) Madrasah

Salah satu motif kedatangan bangsa Belanda di Hindia-Belanda adalah

motif theokratis, yaitu penyebaran Injil. Pada awalnya sasaran dalam

penyebarannya dilakukan secara langsung di gereja-gereja, melalui buku

dengan menerbitkan buku-buku kristen dan lain-lain. Untuk mendapatkan

24

Safrizal Rambe, Sarekat Islam Pelopor Bangkitnya Nasionalisme Indonesia 1905-

1942, (Jakarta: Yayasan Kebangkitan Insan Cendekia, 2008), hal 45 25

M. Hari Mulyadi, dkk, Runtuhnya Kekuasaan “Keraton Alit”(Studi Radikalisasi Sosial

“Wong Sala”dan Kerusuhan Mei 1998 di Surakarta), hal 24

Page 92: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

81

hasil yang memuaskan usaha tersebut berkembang dengan pendirian sekolah-

sekolah dan rumah sakit. Pendirian sekolah dan rumah sakit tersebut yang

bertujuan untuk menyebarkan agama Kristen, mendapat banyak bantuan dan

kemudahan dari pemerintah kolonial.26

Di Kasunanan Surakarta

perkembangan pendidikan tidak lepas dari peran Sunan Paku Buwono X, sejak

Paku Buwono X memegang pemerintahan di kasunanan, pendidikan mulai

mendapat perhatian besar. Perhatian yang besar tersebut ditunjukkan oleh

Sunan dengan mengirimkan putra-putrinya serta para sentono dalem untuk

bersekolah ke sekolah-sekolah Belanda.27

Sekolah-sekolah Kristen seperti Neutral, Zending dan Missi

mengalami perkembangan yang pesat, hal tersebut mengakibatkan munculnya

reaksi negatif terhadap dominasi kultur Barat dalam bidang pendidikan pada

awal abad 20. Dengan adanya sekolah-sekolah model Barat membuat para

pemuda pribumi lebih memilih pengajaran Barat, karena dianggap sebagai

pintu gerbang ke arah penyerapan ilmu pengetahuan dan lembaga-lembaga

baru yang diperkenalkan oleh administrasi kolonial. Di Surakarta reaksi

terhadap penginjilan dan munculnya sekolah-sekolah Kristen, paling keras

terjadi di daerah Laweyan yaitu daerah yang banyak didiami oleh para

pedagang Islam.28

Politik zending dan missi merupakan kepanjangan tangan dari

26

Prof. Dr. Husain Haikal, dkk, Laporan Penelitian: “Pendidikan dan Perubahan Sosial

Di Vorstenlanden”, (Yogyakarta: UNY, 2012), hal 42 27

Prof. Dr. Husain Haikal, dkk, Laporan Penelitian: “Pendidikan dan Perubahan Sosial

Di Vorstenlanden”, hal: 48 28

George D. Larson, Masa Menjelang Revolusi: Keraton dan Kehidupan Politik di

Surakarta 1912-1942, hal 52

Page 93: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

82

pemerintah Hindia-Belanda. Dalam kebijakannya pemerintah Belanda lebih

mengutamakan anak-anak priyayi. Sekolah Dasar Eropa sudah berdiri di kota-

kota Jawa sejak tahun1850-an yang diperuntukkan anak-anak pangreh praja

dan aristokrat Jawa, dan bukan untuk anak-anak masyarakat umum. Kehadiran

Sekolah Dasar Eropa di Surakarta menimbulkan polemik, karena adanya

faktor diskriminasi. Landasan diskriminasi di Sekolah Dasar Eropa mengikuti

besar kecilnya pendapatan dan status sosial orang tua murid. Pertumbuhan

pendidikan yang disertai dengan diskriminasi menimbulkan polemik antara

pihak pengelola (zending dan missi) dengan aristokrat, ulama maupun

pujangga. Inti dari polemiknya adalah:

1. Sistem pendidikan Barat mempraktikan nilai-nilai sekularisme

2. Menciptakan diskriminasi sosial karena yang dapat belajar di sekolah

tersebut adalah anak-anak pangreh praja dan aristokrat Jawa. Sementara

itu anak-anak lainnya yang bukan dari kalangan tersebut, walaupun dari

kalangan yang status ekonominya tinggi diabaikan oleh sistem pendidikan

kolonial.

3. Di lembaga pendidikan zending dan missi tidak diajarkan pendidikan

agama Islam dan kebudayaan Jawa. Hal terakhir ini yang dipandang dapat

merusak kepribadian anak pangreh praja dan aristokrat Jawa.29

Bahkan tidak adanya pengajaran agama Islam dan kebudayaan Jawa

dalam sistem pendidikan di Surakarta dan Yogyakarta merupakan sesuatu

yang sengaja diciptakan. Menurut pemikiran aristokrat, ulama dan pujangga

29

Hermanu Joebagio, “B.R.M.G. Sayyidin Malikul Kusno: Pelopor Pendidikan

Masyarakat”, (Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret, Cakrawala Pendidikan, Februari 2009,

Tahun XXVIII, No 1), hal: 96-98

Page 94: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

83

bahwa agama Islam maupun kebudayaan merupakan sesuatu yang sengaja

diciptakan. Jawa adalah pendidikan moral dan etika untuk seluruh anak

pribumi. Karena agama Islam merupakan sistem keyakinan, sedangkan

budaya Jawa adalah ajaran-ajaran tentang falsafah kehidupan yang diyaikini

oleh masyarakat Jawa.30

Belanda yang banyak mendirikan sekolah-sekolah yang didalamnya

diajarkan agama Kristen di Surakarta dan melarang diajarkannya agama Islam

di sekolah-sekolah formal membuat pihak keraton khawatir. Hal itu

mengakibatkan munculnya reaksi dari kasunanan Surakarta yang ingin

mendirikan sekolah Islam sebagai bentuk kepedulian Sunan terhadap Islam.

Dan untuk mendirikan sekolah Islam tersebut terlebih dahulu harus

mengajukan izin dari pemerintah Belanda karena terdapat aturan bahwa siapa

saja yang akan memberikan pengajaran agama Islam diwajibkan untuk

memiliki izin tertulis dari bupati atau patih dengan mencantumkan sifat

pengajaran tersebut, hal ini terdapat Staatblad van Nederlandsch-Indie.31

Barulah setelah memperoleh izin didirikanlah sekolah berdasarkan ajaran

Islam yang diberi nama Mamba’ul Ulum yang didirikan pada tahun 1905 yang

bertempat di halaman Masjid Agung Surakarta. Mamba’ul ulum adalah

sekolah bercirikan Islam, sekolah ini didirikan atas inisiatif Paku Buwono X

dari kerajaan kasunanan Surakarta.

Mamba’ul ulum adalah lembaga pendidikan Islam formal yang tertua

di lingkungan Kasunanan Surakarta, semua lembaga pendidikan di surakarta

30

Hermanu Joebagio, “B.R.M.G. Sayyidin Malikul Kusno: Pelopor Pendidikan

Masyarakat”, Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret, Cakrawala Pendidikan, Februari 2009,

Tahun XXVIII, No 1), hal: 96-98. 31

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1905, No. 550, pasal 1. Koloksi ANRI Jakarta

Page 95: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

84

pada waktu itu mengambil bentuk pesantren.32

Mamba’ul ulum mempunyai

arti “sumber ilmu pengetahuan” yang merupakan harapan bagi pendirinya.

Siapa yang haus akan ilmu pengetahuan maka hendaklah minum air sumber

ilmu pengetahuan dalam Mamba’ul ulum.33

Pada tahap awal pembentukannya

Mamba’ul ulum belum cukup mantap, belum teratur, belum mempunyai

gedung sendiri dan belum banyak peralatan dan sarana sehingga banyak

mengalami kesulitan dan tantangan.

Berdirinya Mamba’ul Ulum di Surakarta tahun 1905 pada dasarnya

tidak bisa dipisahkan dari peran Sunan Paku Buwono X. Sistem pendidikan

berdasarkan agama Islam yang dikenal dengan madrasah. Mamba’ul Ulum ini

berdiri pada hari ahad tanggal Jumadil awal tahun alip 1835 (tahun Jawa) atau

tanggal 20 Juli 1905. Pendirian sekolah Mambaul’Ulum ini adalah hasil dari

pemikiran Sunan Paku Buwono X sendiri. latar belakang berdirinya

Mambaul’Ulum disebabkan oleh beberapa faktor, yang salah satu faktornya

yaitu untuk mengantisipasi perkembangan agama Kristen di wilyah

Kasunanan. Sunan selain sebagai raja di Kasunanan Surakarta juga sebagai

Panatagama yaitu pemimpin tertinggi agama, kurang senang terhadap

pendirian sekolah-sekolah yang dikelola oleh Zending yang berada di wilayah

Surakarta. Sunan bisa menerima masuknya pengaruh kebudayaan Barat ke

kasunanan, tetapi tidak dengan agama yang dibawa oleh orang-orang Barat

yaitu Kristen yang dibawakan Zending, Sunan kurang menyukainya. Karena

32

Kareel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah dan Sekolah, (Jakarta: LP3ES, 1986), hal

45-46 33

A. Basit Adnan, Sejarah Masjid Agung daan Gamelan Sekaten di Surakarta,

(Surakarta: Yayasan Mardikintoko), hal 17

Page 96: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

85

sunan tidak ingin rakyatnya memeluk agama lain selain agama Islam.34

Madrasah dan pelajaran agama Islam muncul pada awal abad ke-20.

Madrasah adalah sebuah sekolah yang berasal dari Arab, tetapi terpengaruh

dengan model sekolah Barat. Didalam Madrasah tidak hanya diberikan

pelajaran agama saja, tetapi diberi pelajaran seperti berhitung, membaca,

menulis, belajar bahasa daerah, bahasa Arab dan sejarah Islam yang semua

materi pelajaran telah disampaikan dengan metode modern.35

Dengan adanya

madrasah merupakan wujud nyata dari perubahan pendidikan Islam yang

terjadi pada awal abad ke-20 dari lingkup pesantren berubah menjadi sekolah

Islam. Di Kasunanan Surakarta kemajuan pendidikan Islam tidak bisa lepas

dari peran Sunan Paku Buwono X.

Paku Buwono X mendirikan madrasah dengan memasukkan ajaran

Islam dan pemeliharaan budaya Jawa sebagai identitas, dan mendorong

berdirinya organisasi sosial dan politik di Surakarta. Hal tersebut secara

simblolik dapat dijadikan tempat perlawanan masyarakat muslim terhadap

pemerintah kolonial Belanda. Politik simbol tersebut disebut sebagai gerakan

poitik Islam, karena inti dari gerakan politik adalah mengokohkan nilai-nilai

keagamaan melalui pendidikan Islam. Sunan memberikan dorongan untuk

melakukan gerakan perlawanan terhadap kolonial Belanda.36

Berdirinya madrasah Mamba’ul Ulum dimaksudkan untuk menampung

anak-anak abdi dalem pemutihan, suranata, khatib, ulama, perdikan, juru

34

Kuntowidjoyo, Raja, Priyai dan Kawula Surakarta 1900-1915, (Yogyakarta: Ombak,

2004), hal 38-41. 35

Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1990), hal: 79 36

Hermanu Joebagio, Merajut Nusantara: Paku Buwono X dalam Gerakan Islam dan

Kebangsaan, (Surakarta: Cakrabooks, 2010), hal 75

Page 97: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

86

kunci dan lain sebagainya.37

Berdirinya madrasah ini membuktikan bahwa raja

tidak lagi bersifat netral terhadap urusan agama dan menaruh perhatian besar

terhadap pendidikan agama, hal ini disebabkan hadirnya Zending. Selain itu

berdirinya madrasah ini dikarenakan adanya pengaruh dari gerakan Pan

Islamisme. Dan diharapkan dengan berdirinya sekolah Islam (madrasah)

bernama Mamba’ul ulum ini dapat mencetak ulama-ulama yang nantinya

terjun ke lapangan dan berusaha membendung upaya pihak zending.38

Pendirian madrasah Mambaul’Ulum merupakan kebijakan politik yang

cukup berani, karena dalam Staatsblad van nederlandsch-Indie tahun 1893 no

125 pasal 5, dikemukakan adanya larangan adanya pelajaran agama Islam di

sekolah-sekolah yang diselengarakan pemerintah atau swasta. Baik di dalam

maupun di luar kelas.39

Karena atas dasar kebijakan tersebut maka muncul

pemikiran-pemikiran dari para elit politik keraton (ulama dan pembesar

keraton), yaitu:

1. Dengan tidak diajarkannya pelajaran Islam di Sekolah-sekolah dapat

mempengaruhi akhlak anak-anak pribumi. Sebab pengajaran agama

merupakan aspek penting yang diharapkan dapat membangun sikap

akhlakul karimah untuk kehidupan masa depan.

37

Kuntowijoyo, Raja, Priyai dan Kawula Surakarta 1900-1915, hal 39 38

Pendidikan madrasah pada konteks ke-Indonesiaan pada mulanya dilaksanakan untuk

menjembatani antara sistem pendidikan Islam dengan sistem pendidikan Barat yang

diperkenalkan oleh Belanda. Sebelum mengadopsi sistem pendidikan Barat dengan pola yang

terstruktur dan berjenjang, pendidikan Islam berjalan dengan sistem pondok pesantren salafiyah

yang dilaksanakan secara terbuka dan tidak berjenjang. Namun kemudian timbullah persoalan

yaitu munculnya ide formalitas pendidikan Islam sehingga didirikanlah madrasah sebagai salah

satu lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan secara berjenjang seperti Madrasah

Mamba’ul ulum di Surakarta, bahkan menurut Moh. Hisyam menyebutkan bahwa gagasan

pendidikan madrasah yang pertama kali muncul adalah terdapat pada madrasah Mamba’ul ulum

tersebut. Lihat: http://www.academia.edu/10196208/ARTIKEL_3, diakses pada 10 november

2015 39

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1893, No. 125, pasal 5, Koleksi ANRI Jakarta

Page 98: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

87

2. Sejak dua dekade akhir abad ke-19, gerakan Zending atau pengabar injil

meluas di kota-kota Vorstenlanden. Sunan Paku Buwono X yang pada

waktu itu baru naik tahta pada tahun 1893 menolak adanya gerakan

Zending tersebut. Pendeta Bakker yang ingin mendirikan sekolah dan

rumah sakit Kristen pada tahun 1910 ditolak oleh Sunan. Namun berbeda

dengan Sri Mangkunegoro, keinginan pendeta Bakker untuk mendirikan

sekolah dan rumah sakit kristen ditanggap positif oleh beliau dan

kemudian diizinkan. Setelah mendapat izin tersebut Bakker mendirikan

sekolah Kristen di wilayah kelurahan Banjarsari, sedangkan rumah sakit di

izinkan berdiri di wilayah kelurahan Jebres.40

Secara nyata sekolah ini merupkan pelopor berdirinya sekolah Islam

pertama di Surakarta yang dapat membawa perubahan bagi pendidikan Islam

yang semula dari lingkup pesantren beralih ke madrasah dan

perkembangannya sebagai sekolah Islam. karena pendidikan pesantren pada

waktu itu hanya memberikan pelajaran agama saja, akibatnya pendidikan

model itu memiliki kelemahan, karena tidak adanya pelajaran umum.

Mamba’ul ulum di katakan sebagai pelopor dalam pembaharuan pendidikan

karena memasukkan unsur pendidikan barat ke dalam kurikulum pendidikan

Islam di Indonesia. Berdirinya sekolah Mambaul’ulum tersebut sangat

berperan penting dalam mencetak kelompok Ulama di Surakarta khususnya di

lingkungan Surakarta.

Paku Buwono X menaruh perhatian besar terhadap pendidikan agama.

40

MT. Arifin, dkk, 2005, hal 102

Page 99: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

88

Pimpinan sekolah dipegang oleh penghulu Tafsir Anom.41

Baru pada tahun

1914 gedung sekolah Mamba’ul Ulum ini telah selesai dibangun, yang

letaknya berada di dekat Masjid Agung Surakarta. Kurikulum yang diajarkan

di madrasah itu tidak hanya diberi pelajaran tentang agama Islam saja,

melainkan juga diajarkan bahasa Jawa, bahasa Melayu, berhitung, ilmu kodrat,

dan lainnya. Tamatan dari sekolah ini nantinya dapat menjadi guru agama.

Untuk biaya sekolah anak-anak dipungut biaya sebesar F 0,50 perbulan, uang

pembayaran sekolah dari anak-anak ini dipakai untuk biaya sekolah yang

dibuka sore hari, sedangkan biaya sekolah pada pagi hari ditanggung oleh kas

Negeri.42

Sistem yang diterapkan di Mamba’ul Ulum adalah sistem pendidikan

yang berdasarkan Islam, kurikulum yang diajarkan lebih mementingkan

pelajaran agama Islam dengan membekali siswanya untuk mempelajari ilmu

dari sumber aslinya dengan bahasa Arab. Mata pelajaran yang pokok yaitu:

membaca Al-Qur’an, tafsir, hadist muslim, fiqh, tauhid serta akhlaq.

Sementara ilmu bantu meliputi bahasa Arab, ilmu mantiq, ilmu falaq, tarikh

bahasa Jawa, ilmu pendidikan serta aljabar. Kurikulum dipelajari untuk

membekali para murid dalam keperluan dunia akhirat dan lulusannya

diharapkan dapat berdikari.43

Kurikulum yang digunakan pada sekolah ini masih mencontoh pola

41

Nama Tabsir Anom diambil dari bahasa arab yang berarti kabar gembira, orang Jawa

menyebutnya “Tabsir Anom”, ada juga yang menyebutnya “Tafsir Anom”. Lihat : Ma’Mun

Pusponegoro, Muhammad Soim, Kauman, Religi, Tradisi dan Seni, (Surakarta: Paguyuban

Kampung Wisata Batik Kauman, 2007), hal 35 42

Darsiti Soeratman, Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830-1939, (Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada, 1989), hal 471 43

http://eprints.uns.ac.id/521/5/170101811201012185.pdf, diakses pada: Rabu, 29

Desember 2015

Page 100: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

89

pendidikan pondok pesantren yaitu dengan mengajarkan kitab-kitab berbahasa

arab. Dalam perkembangannya kemudian dimasukkan budaya Jawa sebagai

muatan lokal kurikulum, kebijakan memasukkan muatan lokal budaya Jawa

ini merupakan pemikiran Sunan yang ingin melindungi dan mempertahankan

tradisi budaya Jawa yang masih berlaku di masyrakat, baik nilai-nilai religius,

nilai-nilai yang berhubungan dalam pandangan hidup seperti yang terdapat

pada serat, suluk dan primbon, maupun nilai-nilai yang berhubungan dengan

kemegahan, kekuasaan dan kebesaran keraton Kasunanan Surakarta.

Menurut pemikiran Paku Buwono X untuk meraih kemajuan dalam

pendidikan tidak harus dengan meninggalkan tradisi dan budaya sendiri. Oleh

karena itu dalam pendidikan di Madrasah Mambau’ul Ulum diajarkan

pelajaran kebudayaan Jawa dan agama Islam. Hal ini merupakan usaha untuk

mempertahankan tradisi dan kebudayaan Jawa yang sudah sejak lama

berlangsung, dan tidak menutupi kemungkinan memanfaatkan kebudayaan

Barat secara selektif untuk mengembangkan tradisi dan kebudayaan Jawa.44

Berdirinya Mamba’ul ulum ini telah menimbulkan reaksi dikalangan

pegawai keraton maupun para ulama ada yang bersifat pro ada juga yang

kontra. Yang mempunyai sifat pro memandang bahwa ide tersebut baik sekali

dalam merelisasikan kewajiban menuntut ilmu dan sekaligus mendidik tenaga

yang ahli dalam tugas keagamaan. Sedangkan yang bersikap kontra

berkeberatan dengan sistem pendidikan yang memasukkan unsur pendidikan

44

Hermanu Joebagio, hal: 102

Page 101: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

90

Barat didalamnya karena itu dipandang haram. Untuk mengatasi ketegangan

itu maka diadakanlah musyawarah yang dihadiri oleh para ulama dan pejabat

di lingkungan keraton. Berkat Kyai Bagus Arfah yang dapat mengorganisir

masalah tersebut dan keingininan-keinginan yang beraneka ragam lalu

disepakatilah Mamba’ul Ulum dengan sistem pendidikan Belanda.45

Gagasan

berdirinya Mamba’ul ulum juga banyak menarik perhatian dan tanggapan dari

kalangan pers Belanda.

Dalam perjalanannya, madrasah Mamba’ul ulum cukup diminati oleh

kalangan masyarakat, sehingga untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah

pembangunannya diperluas hingga di tujuh kabupaten, yaitu: Klaten, Boyolali,

Kartosuro, Sukoharjo, Sragen, Wonogiri dan Surakarta. Kebijakan perluasan

pembangunan di kabupaten-kabupaten tersebut untuk memberi kesempatan

kepada anak-anak usia sekolah agar dapat menikmati pendidikan formal

keagamaan. Dan untuk jenjang Tsanawiyah dan Aliyah letaknya tetap

dipusatkan di Masjid Agung Surakarta.46

Pada awalnya yang diterima di madrasah tersebut hanyalah anak-anak

abdi dalem pamethakan (golongan agama),47

namun seiring berjalannya waktu

45

Kuntowijoyo, Raja, Priyai dan Kawula Surakarta 1900-1915, (Yogyakarta: Ombak,

2004), hal 39 46

Ma’mun Pusponegro, Dkk, Kauman: Religi, Tradisi dan Seni, (Surakarta: Paguyuban

Kampung Wisata Batik Kauman, 2007) hal 105 47

Istilah Abdi dalem Pamethakan kaum Putihan yang digunakan oleh Jawa ialah putihan

yang berasal dari kata putih. Istilah ini dipakai karena pakaian mereka yang berwarna putih yang

mereka kenakan sewaktu shalat. Para putihan biasanya memakai kopyah yang terbuat dari beludru

hitam serupa fez, sehelai kemeja putih dan sarung putih (terutam jika mereka ikut shalat didalam

Masjid). Pengertan putihan di desa-desa di sekitar Surakarta disebut “desa keputiha atau desa

mutihan” yang berarti desa putih. Para penghuninya sebagian besar taat beragama dalam keraton,

para santri priyai disebut Abdi dalem Pamethakan atau pegawai putih, abdi Dalem pamethakan

secara harfiah berarti “abdi putih” dalam kediaman keluarga bangsawan, kata abdi (abdi, budak),

Page 102: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

91

anak-anak kawula dalem (masyarakat umum) dapat diterima di madrasah ini.

Dalam kurikulum yang diberikan oleh madrasah Mamba’ul ulum dapat

ditafsirkan adanya upaya untuk memadukan antara pengetahuan agama dan

pengetahuan umum. Penambahan pelajaran umum seperti bahasa asing,

berhitung dan ilmu kodrat (ilmu pengetahuan alam) menunjukkan adanya

perbedaan dengan pendidikan di pondok pesantren yang lebih mengutamakan

mempelajari kitab-kitab agama Islam. Madrasah Mamba’ul ulum ini dapat

dikatakan sebagai bentuk transisional menuju pendidikan Islam modern.48

Segenap murid-murid Mamba’ul ulum selalu berusaha menyebarkan dan

mengajarkan ilmu agama Islam yang mereka dapatkan kepada masyarakat.

Alumni Mamba’ul ulum dapat meyebarkan ajaran Islam di kauman dengan

baik. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan

seperti dibukanya pengajian-pengajian, sekolah Islam dan mengadakan acara-

acara besar Islam di kauman. Kegitan pengajian yang diselengarakan alumni

Mamba’ul ulum di kauman banyak dihadiri oleh jamaah baik dari dalam

maupun luar daerah Surakarta. Atas berlangsungnya kegiatan-kegiatan

keagamaan yang diselenggarakan oleh para alumni Mamba’ul ulum tersebut

menyebabkan agama Islam mengalami perkembangan yang pesat mengikuti

kemajuan zaman.49

Mamba’ul ulum, sebuah madrasah yang telah mengalami kemajuan pada

kata dalem berarti kediaman bangsawan feodal, sedankan kata pamethakan dibentuk dari kata

pethak (putih). Untuk lebih jelasnya lihat Zaini Muchtarom, Islam di Jawa Dalam Perspektif

Santri dan Abangan, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), hal 13-14. 48

Hermanu Joebagio, Kajian Sejarah Mikro Sebagai Muatan Lokal: Paku Buwono X,

Meniti Kebesaran Berteraskan Wahyu, (Surakarta: UNS Press, 2005), hal 106 49

http://eprints.uns.ac.id/521/5/170101811201012185.pdf , diakses pada: Rabu, 29

Desember 2015

Page 103: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

92

saat itu mendatangkan pelajar tidak hanya dari Solo, tetapi juga banyak pelajar

dari daerah lain di Pulau Jawa yang datang, diantaranya Tegal, Semarang,

Banten, Jombang dan Mojokerto. Sebagai tempat pendidikan, Mamba’ul ulum

meluluskan alumni dan ilmuwan yang mumpuni dalam bidang agama Islam,

dan banyak melahirkan tokoh-tokoh besar yang sebelumnya pernah belajar di

sekolah ini, antara lain yaitu: Kyai Mansyur (pendiri Ponpes Al-Mansyur

Klaten), Kyai Dimyati (pendiri Ponpes Teremas, Pacitan), Syeikh Ahmad Al-

Hadi (tokoh Islam yang berasal dari Bali), Kyai Abdul Hadi Zahid (pengasuh

Ponpes Langitan), Amien Rais (mantan ketua MPR), KH, Zarkasyi (pendiri

Ponpes Gontor), KH. Hasan Ubaidah (pendiri dan pemimpin LDII), Miftah

Farid (ketua MUI Jabar).50

Lamanya mengeyam pendidikan di sekolah ini

adalah 11 tahun, dan dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Bagian I kelas I sampai kelas 4 untuk golongan Ibtidaiyah

2. Bagian II kelas 5 sampai kelas 8 untuk golongan Wustho

3. Bagian III kelas 9 sampai kelas 11 untuk golongan Ngulya51

Lembaga pendidikan yag bercorak Islam yang terdapat Di Kasunanan

Surakarta tidak hanya madrasah Mamba’ul Ulum, ada juga sekolah yang

didirikan oleh Muhammadiyah yang ada di Surakarta,52

sekolah Al-Islam,53

50

http://eprints.uns.ac.id/521/5/170101811201012185.pdf , diakses pada: Rabu, 29

Desember 2015. 51

Prof. Dr. Husain Haikal, dkk, Laporan Penelitian:“Pendidikan dan Perubahan Sosial

Di Vorstenlanden”, hal 51 52

Muhammadiyah membentuk majelis pendidikan dan pengajaran pada tahun 1920.

Adanya majelis pendidikan tersebut menyebabakan meluasnya perkembangan sekolah

Muhammadiyah di berbagai daerah termasuk di Surakarta. Pada tahun 1930 tercatat terdapat 10

buah sekolah Muhammadiyah di Surakarta yan sebagian besar terdiri atas sekolah standart school.

Sekolah-sekolah Muhammadiyah ini terletak di Mangkunegaran, Notokusuman, Kleco, Kampung

Sewu, Kauman, Serengan dan Pasar Legi. Lihat Prof. Dr. Husain Haikal, dkk, Laporan Penelitian:

“Pendidikan dan Perubahan Sosial Di Vorstenlanden”, hal 46

Page 104: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

93

dan berdiri juga sekolah yang didirikan oleh masyarakat keturunan Arab yang

ada di Surakarta, masyarakat keturunan Arab di Surakarta telah mendirikan

dua lembaga pendidikan untuk anak-anak mereka. Lembaga pendidikan itu

adalah Arrabitah Al-alawiyah dan Al-Irsyad Al-Islamiyah. Kedua lembaga

pendidikan tersebut tidak hanya diperuntukkan untuk anak-anak keturunan

etnis Arab saja tetapi terbuka juga untuk anak-anak dari etnis Jawa dan etnis

lain.

Tujuan lain dari pendirian madrasah Mamba’ul Ulum ini adalah untuk

membentuk kader-kader ulama sebagai corong dakwah rakyat dengan ajaran

Islam sebagai ajaran yang baik oleh masyarakat. Selain itu juga untuk

mendidik calon pejabat agama yang ahli dan cakap dalam menjalankan

tugasnya, seperti halnya tugas sebagai naib pernikahan dan ahli dalam bidang

hukum-hukum agama. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka Sunan

mendirikan lembaga pendidikan resmi agama Islam. terlebih pada masa Paku

Buwono X agama Islam di Surakarta terus mengalami kemajuan, sehingga

menuntut tersedianya sumber daya manusia yang mahir dan handal dalam

bidang agama Islam.

Dalam perkembangannya madrasah Mamba’ul Ulum mengalami arus

kencang, pergolakan-pergolakan nasional melawan kekuasaan kolonialisme

53

Sekolah Al-Islam bertujuan untuk mempersatukan aliran-aliran dalam Islam yang tidak

mengakui adanya madzhab, yang menjadikan Islam sebagai agama modern yang mampu

mengikuti perkembangan zaman. Kelahiran Al-Islam bermula dari kelompok pengajian di

kampung Jamsaren, Surakarta pada tahun 1926, muncul akibat ketidakpuasan terdadap sistem

pendidikan kolonial yang dualistisa dan mempunyai sifat sekuler. Selai itu Al-Islam ingin

menjembatanisistem pendidikan tradisonal dan modern yang telah memicu perpecahan di kalangan

umat Islam. lihat: Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1915, (Jakarta: LP3ES

1982), hal 71

Page 105: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

94

Belanda dan missi Kristenisasi di Surakarta. Madrasah Mamba’ul Ulum tetap

teguh peranannya dalam melahirkan ulama-ulama yang tangguh dalam

menghadapi tantangan. Mamba’ul ulum bisa disebut sebagai institusi

pelindung di Surakarta, karena dapat mencetak intelektual Islam yang

dipandang mampu membangun dan memperkuat ajaran dan daya tahan Islam

dalam tekanan pemerintah Belanda.

Maka jika disimpulkan, latar belakang berdirinya Mamba’ul ulum yaitu,

1) mengantisipasi perkembangan agama Kristen yang telah mendirikan

sekolah-sekolah yang dikelola oleh zending di Sukarta, 2) karena adanya

modernisasi terhadap sistem pendidikan Islam yang berpengaruh terhadap

perubahan sistem pendidikan, sekolah ini merupakan pelopor berdirinya

sekolah Islam pertama di Surakarta yang membawa perubahan pendidikan

Islam yang semula lingkup pesantren beralih ke madrasah dan

perkembangannnya menjadi sekolah Islam, 3) karena tersadar akan sumber

daya manusia yang berdasarkan nilai Islam menuntut tersedianya pejabat

agama dan ulama yang mampu dan ahli dibidangnya. Di Madrasah Mamba’ul

ulum ini dapat terlahir akan pejabat agama dan ulama. Pemenuhan akan

pejabat keagamaan merupakan kebutuhan jangka pendek sedangkan

kebutuhan jangka panjangnya adalah mencetak kader-kader ulama yang

mumpuni dibidangnya.54

Demikianlah maka Mamba’ul ulum ini adalah bentuk simbol perlawanan

jihad Susuhanan Paku Buwono X terhadap Belanda untuk menekan laju

54

Andi Haris Prabawa, Atika Sabardila, “Peran Abdi Dalem Ngulama Keraton

Kasunanan Surakarta”, (Surakarta: Lembaga Pendidikan UMS, Jurnal Penelitian Humaniora Vol.

2 No. 1, Februari 2001), hal 4

Page 106: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

95

pendidikan model Barat yang didalamnya diajarkan agama Kristen.

Disamping itu madrasah Mamba’ul Ulum ini merupakan usaha serius elit

poitik mengarungi jalan kemajuan kebangsaan dan wawasan agama Islam.

untuk meningkatkan semangat belajar agama Islam dan memelihara

kebudayaan Jawa oleh masyarakat berhasil dicapai.

Page 107: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka hasil kesimpulan

yang didapat yaitu:

1. Sunan Paku Buwono X merupakan raja Keraton Surakarta yang

memerintah pada tahun 1893 sampai 1939. Keraton Surakarta pada waktu

diperintah oleh Sunan Paku Buwono X merupakan pusat kebudayaan Jawa

yang telah memberi kontribusi besar terhadap perjalanan sejarah bangsa

Indonesia. Semasa Sunan Paku Buwono X bertahta, keadaan Praja

Surakarta Hadiningrat sudah memasuki zaman baru. Sunan Paku Buwono

X seorang raja yang banyak membawa perubahan yang bersifat progresif,

banyak menciptakan kemajuan di lingkungan keraton Surakarta. Sunan PB

X adalah penguasa Jawa yang mudah menerima masuknya pengaruh

budaya asing sebagai salah satu unsur modernisasi di lingkungan keraton.

Masuknya zaman modernisasi yang diperkenalkan oleh bangsa Eropa

dimanfaatkan oleh Sunan untuk meningkatkan kesejahteraannya di

sebagian tanah Jawa dengan melakukan modernisasi. Selama Susuhanan

Paku Buwono X menjadi seorang raja, keadaan negara nyaris tanpa

kendala, karena begitu bagusnya pemerintahan yang membuat

kesejahteraan. Ia banyak memberikan dana untuk kesejahteraan umum

dalam hal pembangunan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Semenjak

Susuhanan Paku Buwono X bertahta banyak perubahan dan mampu

Page 108: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

97

menciptakan kehidupan yang lebih sejahtera bagi rakyat dan negaranya.

Pada masa Paku Buwono X agama Islam juga mengalami perkembangan

yang pesat.

2. Gerakan kristenisasi di Indonesia sudah dilakukan oleh misionaris kristen

sejak zaman pejajahan Belanda. Oleh karena itu, sejarah kristenisasi tidak

bisa dipisahkan dari misi penjajahan, karena salah satu misi penjajahan

Belanda di Indonesia adalah menyebarkan agama Kristen. Kegiatan

Zending mempunyai dua tugas utama di Indonesia, yaitu dibidang

pendidikan dan bidang kesehatan. Pemerintah Belanda memberikan

layanan yang menjanjikan bagi rakyat miskin pribumi, yaitu ketika mereka

memperkenalkan “Politik Etis” atau Poitik Balas Budi, mereka bekerja

dalam bidang pendidikan dan layanan kesehatan. Dalam bidang

pendidikan masyarakat diperkenalkan dengan pendidikan Barat yang lebih

modern, dengan didirikannya sekolah-sekolah oleh pemerintah Belanda.

Dalam mendirikan sekolah-sekolah pemerintah Belanda bekerjasama

dengan para missionaris dengan tujuan untuk “membelandakan” anak-

anak pribumi dengan harapan agar anak-anak pribumi masuk kepada

agama Kristen. Bentuk pendidikan ala Barat sebagai realitas dari Politik

Etis juga dirasakan di Surakarta. terdapat bermacam-macam sekolah

model Barat di Surakata, yaitu: sekolah-sekolah yang didirikan oleh

Zending, sekolah-sekolah yang dikelola oleh Missi, sekolah-sekolah yang

dikelola oleh Muhammdiyah, dan sekolah-sekolah yang dikelola oleh

Kerajaan. Dan sekolah-sekolah yang mempunyai tujuan agar masyarakat

Page 109: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

98

pribumi masuk kedalam agama Kristen yaitu sekolah yang dikelola oleh

Zending dan Missi. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh missionaris atau

sekolah Katolik yang berada di Surakarta antara lain adalah: sekkolah

MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) 1 buah, sekolah ELS (1

buah), HIS (2 buah), dan Meisjesschool (2 buah), sekolah-sekolah tersebut

tersebar di Purbayan, Pasar Kliwon, Kemlayan, Jebres.

Selain banyak mendirikan lembaga-lembaga sekolah juga banyak

bermunculan berbagai Rumah Sakit. Pada awal abad ke-20 dengan adanya

politik etis yang dicetuskan oleh pemerintah Belanda, membuat beberapa

program perbaikan kesejahteraan masyarakat, salah satu diantaranya ialah

perbaikan mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit yang dikelola oleh

Zending mempunyai tujuan utama yaitu sebagai tempat penyebaran

agama. Di Surakarta rumah sakit yang dikelola oleh Zending yaitu Rumah

Sakit Jebres Surakarta. Rumah sakit Zending ini sejak awal didirikan telah

mempunyai perhatian pelayanan kesehatan terhadap orang miskin dan

terlantar. Selain untuk pelayanan kesehatan rumah sakit ini juga bertujuan

untuk menyebarkan ajaran Kristen. Dokter yang bertugas merawat orang

sakit bertugas juga untuk memberi pencerahan tentang agama Kristen.

3. Bersama Sarekat Islam Sunan melakukan perlawanan secara simbolis

terhadap aktifitas kristenisasi yang menyebarkan agamanya di Hindia

Belanda, khususnya di Surakarta. Peranan Paku Buwono sebagai kepala

agama Islam di Surakarta merupakan suatu peranan yang membuat

hubungannya dengan Sarekat Islam sebagai sesuatu yang wajar. Hubungan

Page 110: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

99

demikian diperkuat lagi dengan perlawanan terhadap kegiatan para

penginjil Kristen. Pada saat ketika pemerintah Belanda ingin mendirikan

Rumah Sakit Zending di surakarta, Paku Buwono menolak karena

pengaruh dari Sarekat Islam. karena Paku Buwono X dan Sarekat Islam

mempunyai hubungan yang dekat pada waktu itu. Atas berdirinya Sarekat

Islam rupanya Sunan menyadari adanya gerakan nasionalisme yang tengah

terjadi di Surakarta. Sunan merangkul kaum nasionalis untuk melawan

kekuasaan Belanda dan mengenyahkannya dari Indonesia.

Paku Buwono X merasa resah dengan kegiatan-kegiatan penginjilan

yang terjadi diSurakarta. Karena telah banyak mendirikan sekolah-sekolah

yang didalamnya diajarkan agama Kristen dan melarang diajarkannya

agama Islam. Hal itu mengakibatkan munculnya reaksi dari kasunanan

Surakarta yang ingin mendirikan sekolah Islam sebagai bentuk kepedulian

Sunan terhadap Islam. oleh karena itu didirikanlah Mamba’ul ulum

sekolah yang bercirikan Islam. Berdirinya madrasah ini membuktikan

bahwa raja tidak lagi bersifat netral terhadap urusan agama dan menaruh

perhatian besar terhadap pendidikan agama Islams, hal ini disebabkan

hadirnya Zending. dan Mamba’ul ulum ini adalah bentuk simbol

perlawanan jihad Susuhanan Paku Buwono X terhadap Belanda untuk

menekan laju pendidikan model Barat yang didalamnya diajarkan agama

Kristen.

Page 111: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

100

B. Saran-saran

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa

untaian kata demi katanya tidak terlepas dari kealfaan dan kekhilafan. Jika

isinya sesuai dengan pandangan pembaca maka semua itu sepenuhnya atas

petunjuk Allah SWT dan jika tidak relevan dilihat dari berbagai sudut

pandang maka semua itu adalah dari keterbatasan penulis sebagai manusia

biasa. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat membantu

penulis dalam peyempurnaan skripsi ini. Karena dalam tulisan ini masih jauh

dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan-kekurangan penulis

menyarankan agar ada lagi yang menggali lebih dalam masalah yang terjadi di

Indonesia, khusunya Surakarta. Karena masih banyak sekali kajian yang

masih belum terulaskan secara menyeluruh.

Page 112: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

101

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dan Suripmiharjo, Abdurrahman Ilmu Sejarah dan Historiografi

arah dan Perspektif, Jakarta: Gramedia, 1958

Adnan, Basid (ed), Mutiara Hikmah: Kapita Selekta Tulisan K.H.R Muhammad

Adnan, Surakarta: Yayasan Mardikintoko,1977

Amin, M. Mansyur, Sarekat Islam Obor Kebangkitan Nasional 1905-1942,

Komplek IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996

Adnan, A. Basit, Sejarah Masjid Agung daan Gamelan Sekaten di Surakarta,

Surakarta: Yayasan Mardikintoko

Depdikbud, Searah Pendidikan Daerah Jawa Barat, Jakarta: Depdikbud

de Graaf, H.J, dan Th. G. Th. Pigeaud, Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa,

Peralihan Majapahit ke Mataram, Jakarta: Grafitipers, 1985

Djumhur dan Danasuparta, Sejarah Pendidikan, Bandung: CV. Ilmu, 1976

Dhuha, Syamsud, Penyebaran dan Perkembangan Islam-Katolik-Protestan di

Indonesia, Surabaya: Usaha Nasional, 1987

Geertz, Cliffort, Santri Dan Abangan Di Jawa, Jakarta: Pustaka Raya, 1983

G.J, Resink, Raja dan Kerajaan Yang Merdeka di Indonesia 1850-1910, Jakarta:

Djambatan, 1987

Hadisiswaya, Anom Muhammad, Pergolakan Raja Mataram, Interprebook, 2001

Haikal, Husain, dkk, Laporan Penelitian: “Pendidikan dan Perubahan Sosial Di

Vorstenlanden”, Yogyakarta: UNY, 2012

Hidayat, Komaruddin, (Ed) Passing Over, Melintas Batas Agama, Jakarta:

Gramedia dan Paramadina, 1998

Houben, Vincent J.H, Keraton and Kumpeni: Surakarta and Yogyakarta 1830-

1870, Leiden: KITLV Press, t.th

Joebagio, Hermanu, Kajian Sejarah Mikro Sebagai Muatan Lokal: Paku Buwono

X, Meniti Kebesaran Berteraskan Wahyu, Surakarta: UNS Press, 2005

-------------------------, Merajut Nusantara: Paku Buwono X dalam Gerakan Islam

dan Kebangsaan, Surakarta: Cakrabooks, 2010

Page 113: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

102

Karno, R.M, Riwayat dan Falsafah Hidup ingkang Sinuhun Sri Susuhanan

Pakubuwono X 1893- 1939, Jakarta: 1990

Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Jakarta: Balai Pustaka, 1994

Korver, A.P.E, Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil, Jakarta: Grafiti Press, 1985

Kuntowidjoyo, Raja, Priyai dan Kawula Surakarta 1900-1915, Yogyakarta:

Ombak, 2004

Kusniatun, Dinamika Keraton Dalam Pengembangan Budaya Islam Dan

Kebudayaan Jawa, Makalah Suplemen Seminar Nasional, “Peran

Keraton Dalam Pengembangan Islam, Surakarta: UMS, 2007

Larson, George, Masa Menjelang Revolusi Keraton dan Kehidupan Poitik di

Surakarta 1912-1945, Yogyakarta: Gajah Mada Uniersity Press, 1989

Lekkerkerker, C, Land en Volk Van Java, Groningen: 1983

Lukito, Ratno, Pergumulan Antara Hukum Islam dan Adat di Indonesia, Jakarta:

INIS, 1998

Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: Logos Wacana

Ilmu, 1990

Moertono, Soemarsaid, Negara dan Usaha Bina Negara di Jawa Masa Lampau.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985

Mulyadi, Hari, dkk, Runtuhnya Kekuasaan “Keraton Alit”(Studi Radikalisasi

Sosial “Wong Sala”dan Kerusuhan Mei 1998 di Surakarta). Surakarta:

Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan, 1999

Nata, Abudin, ed, Sejarah pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga

Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 2001

Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1915, Jakarta: LP3ES

1982

Nurhadiatmoko, “Konflik-konflik Sosial Pri-Nopri dan Hukum Keadilan Sosial”,

dalam Rustopo, Menjadi Jawa: Orang-orang Tionghoa dan Kebudayaan

Jawa Di Surakarta, 1898-1998, Yogyakarta-Jakarta: Ombak-Yayasan

Nabil, 2007

Nurhajarini, Dwi Ratna, dkk, Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta, Jakarta:

Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1999

Page 114: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

103

Pasha, Musthafa Kamal dan Darban, Ahmad Adaby, Muhammadiyah Sebagai

Gerakan Islam, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2005

Pasha, Musthafa Kamal dan Jusuf, Chusnan, Muhammadiyah Sebagai Gerakan

Islam, Yogyakarta: Persatuan, 1989

Pemberton, John, “Jawa” On The Subject Of Java, terjemahan Hartono

Hadikusumo, Yogyakarta: Mata Bangsa, 2003

Pemda Kodia Tingkat II Surakarta, Kenangan Emas 50 Tahun Surakarta,

Surakarta: Murni Grafika dan STSI, 1997

Purwadi, dkk, Sri Susuhanan Pakubuwono X Perjuangan, Jasa dan

Pengabdiannya untuk Nusa Bangsa, Jakarta: Bangun Bangsa, 2009

Puspaningrat, S, Mengenal Sri Susuhanan Paku Buwono X, Surakarta:

Cendrawasih, 1996

Pusponegoro, Ma’mum, dan Soim, Muhammad, Kauman, Religi, Tradisi dan

Seni, Surakarta: Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman, 2007

Radjiman , Sejarah Mataram Kartasura Sampai Surakarta Hadiningrat,

Surakarta: Krida Surakarta. 1984

Rais, Lukman Fathullah, Muhammad Nasir Pemandu Umat, Jakarta: PT. Bulan

Bintang, 1989

Rajasa, Sutan, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Karya Utama, 2002

Rambe, Safrizal, Sarekat Islam Pelopor Bangkitnya Nasionalisme Indonesia

1905-1942, Jakarta: Yayasan Kebangkitan Insan Cendekia, 2008

Ramelan, KRT. Kastoyo, Sinuhun Paku Buwono X Pejuang dari Surakarta

Hadiningrat, Bandung: Jeihan Institute, 2004

Ricklefs, M.C, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Jakarta: PT Serambi Ilmu

Semesta, 2005

Ricklefs, M.C, Yogyakarta di Bawah Sultan Mangkubumi 1749-1792: Sejarah

Pembagian Jawa, Yogyakarta: Matabangsa, 2002

Sayid, Babad Sala, Surakarta: Reksopustoko, 1984

S.D, Subhan, Ulama-ulama Oposan, Bandung: Pustaka Hidayah, t.th

Page 115: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

104

Shihab, Alwi, Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah terhadap

penetrasi Misi Kristenisasi di Indonesia, Bandung: Penerbit Mizan, 1998

Siswadi, Sugiarti, Rumah Sakit Bathesda: Dari Masa ke Masa, Yogyakarta: Andi

Offset, 1989

Simbolon, Paraktiri T, Menjadi Indonesia, Jakarta: Penerbit Kompas, 2006

Soedarmono, Surakarta Kota Kolonial, Laporan Penelitian, Surakarta: LPPM

UNS, 2004

Soemardjan, Selo, Perubahan Sosial di Yogyakarta, Yogyakarta: Gadjah Mada

University perss, 1986

Soeratman, Darsiti, Istana Sebagai Pusat Kebudayaan Lampau dan Kini,

Yogyakarta: Pidato pengukuhan Guru Besar UGM

Soeratman, Darsiti, Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830-1939, Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada, 1989

Steenbrink, Karel A, Pesantren, Madrasah dan Sekolah, Jakarta: LP3ES, 1986

Subhan, Arief, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke 20, Pergumulan

antara Modernisasi dan Identitas, Jakarta: LPJM UIN Jakarta press, 2009

Suhartono, Apanage dan Bekel, Perubahan sosial di Pedesaan Surakarta 1830-

1920, Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1991

Suminto, Aqib, Politik Islam Hindia Belanda, Jakarta: LP3ES, 1985

Sumodiningrat, Gunawan dan Ari Wulandari, Paku Buwono X, Yogyakarta:

Narasi, 2014

Sutherlend, Heather, Terbentuknya Sebuah Elit Birokrasi, Jakarta: Sinar Harapan,

1983

Tjandrasasmita, Uka, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di

Indonesia: Dari Abad XIII XVIII Masehi, Kudus: Menara Kudus, 2000

Utomo, Cahya Budi, Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia, IKIP

Semarang Press, 1995

Winarti, Sri, Sekilas Sejarah Keraton Surakarta, Surakarta: Cendrawasih, 2004

Wiradiparja, Saefullah, Satu Abad Dinamika Perjuangan Sarekat Islam, Jakarta:

Dewan Pimpinan Wilayah Sarekat Islam Jawa Barat, 2005

Page 116: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

105

Wolterbeek, J, Babad Zending di Pulau Jawa, Yogyakarta: Taman Pustaka

Kristen, 1995

Woodwark, Mark. R, Islam Jawa, Kesalehan Normatif versus Kebatinan,

Yogyakarta: LKis, 2006

Yatim, Badri, Historiografi Islam, Jakarta: Logos, 1995

Muchtarom, Zaini, Islam di Jawa Dalam Perspektif Santri dan Abangan, Jakarta:

Salemba Diniyah, 2002

Sumber Artikel/Jurnal:

Bahaudin, “Kebijakan Subsidi Kesehatan Kolonial di Jawa Pada Awal Abad ke-

20” dalam Lembar Sejarah Vol. 8. no 2

Haikal, Husein dkk, Laporan Penelitian:“Pendidikan dan Perubahan Sosial Di

Vorstenlanden, Yogyakarta: UNY, 2012

Joebagio, Hermanu “B.R.M.G. Sayyidin Malikul Kusno: Pelopor Pendidikan

Masyarakat”, Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret, Cakrawala

Pendidikan, Februari 2009, Tahun XXVIII, No 1

Prabawa, Andi Haris, Atika Sabardila, “Peran Abdi Dalem Ngulama Keraton

Kasunanan Surakarta”, Surakarta: Lembaga Penelitian UMS, Jurnal

Penelitian Humaniora Vol.2.No 1 Februari 2001

Sumber Arsip:

Staatsblad van Nederlandsch-Indie No. 276 tahun 1906, koleksi ANRI Jakarta

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1905, No. 550, pasal 1. Koloksi ANRI Jakarta

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1893, No. 125, pasal 5, Koleksi ANRI Jakarta

Dari Skripsi:

Ariyanti, Retna, Pendidikan Muhammadiyah Sebagai Strategi Pembaharuan

Sosial di Surakarta 1930-1970, Skripsi: Universitas Sebelas Maret,

2011

Page 117: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

106

Sumber Internet:

www.muhammadiyah.co.id

https://plezierku.wordpress.com/2014/05/10/sosok-paku-buwono-x-raja-surakarta-

yang-penuh- kharisma/

http://www.kerajaannusantara.com/id/surakarta-hadiningrat/sosial-budaya-agama

http://rsmoewardi.com/profile

http://www.academia.edu/10196208/ARTIKEL_3

http://jurnalpatrolinews.com/2015/03/11/sinuwun-paku-buwana-x-raja-yang-

merakyat- motivator-pergerakan-nasional-dan-pahlawan-nasional/

http://eprints.uns.ac.id/521/5/170101811201012185.pdf

Page 118: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

107

LAMPIRAN

Page 119: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

108

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Peta Lokasi Keraton Surakarta Hadiningrat

https://history1978.wordpress.com/2009/12/12/keraton-surakarta-hadiningrat/

Keraton Surakarta Hadiningrat

Keraton Surakarta merupakan bangunan yang eksotis dizamannya. Keraton

Surakarta seperti yang dilihat sekarang ini tidaklah dibangun serentak pada tahun 1744-

1745, namun dibagun secara bertahap. Pembangunan dan restorasi secara besar-besaran

terakhir dilakukan oleh Susuhanan Paku Buwono X (1893-1939). Sebagian besar keraton

ini bernuansa warna putih dan biru dengan arsitektur gaya campuran Jawa-Eropa.

http://www.disolo.com/keraton-kasunanan-surakarta-hadiningrat/

Page 120: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

109

Pintu masuk ke singgasana Keraton Surakarta, foto dibuat tahun 1920

http://fotoindonesiatempodoeloe.blogspot.co.id/2012/07/solo-tempo-dulu.html

Susuhanan Paku Buwono X Raja Keraton Kasunanan Surakarta

(1893-1939)

Page 122: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

111

Paku Buwono X bersama Gubernur Jendral Idenburg

http://archive.kaskus.co.id/thread/9903360/0/foto-foto-wilayah-solo-raya-saat-jaman-

kolonial-belanda-no-sotoshop

Page 124: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

113

Madrasah Mamba’ul Ulum

http://www.solopos.com/2015/02/20/man-2-solo-miliki-museum-pendidikan-islam-

578383

Syahadah atau ijazah madrasah Mamba’ul ulum

Page 125: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

114

Kereta jenazah untuk membawa jasad almarhum Susuhanan Paku Buwono X ke

Yogyakarta disiapkan di stasiun NIS, Solo Balapan

http://luk.staff.ugm.ac.id/itd/Sala/01.html

Page 126: PERAN PAKU BUWONO X DALAM MEMBENDUNG KRISTENISASI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31767/3/SITI NUR... · dilakukan oleh para zending untuk mengubah agama

115

Suasana pemakaman Susuhanan Paku Buwono X

https://commons.wikimedia.org/wiki/Category:Pakubuwono_X